ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH SELAMA DAN SETELAH KRISIS EKONOMI GLOBAL 2008 (Studi Pada Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri Tbk) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh
ANGGI SABBINA NIM : 109046100113
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2014 M
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH SELAMA DAN SETELAH KRISIS EKONOMI GLOBAL 2008 (Studi Pada Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri Tbk) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) Oleh ANGGI SABBINA NIM : 109046100113
Dibawah Bimbingan Pembimbing
Ir. Rr. Tini Anggraini, M.Si
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. skripsi ini adalah hasil karya Saya sendiri untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Univeristas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, termasuk pencabutan gelar akademik.
Jakarta, 17 Maret 2014 Penulis
Anggi Sabbina
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi dengan judul PENGARUH RENTABILITAS, EFISIENSI DAN LIKUIDITAS TERHADAP KECUKUPAN MODAL BANK UMUM SYARIAH, telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 29 April 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Jakarta, 29 April 2014 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
J.M.Muslimin, MA, Ph.D 196808121999031014 PANITIA UJIAN: 1. Ketua
: Dr.Euis Amalia M.Ag. NIP. 197107011998032002
(..…………..…………)
2. Sekretaris : Mumin Rauf, M.A NIP. 197004161997031004
(…….....………………)
3. Pembimbing: Ir. Rr. Tini Anggraini, M.Si
(…….....………………)
4. Penguji I : Maman Rahman Hakim, SE.I, MM
(…….....………………)
5. Penguji II : Dr. KH.A. Juaini Syukri, Lcs., MA NIP. 195507061992031001
(….....………………….)
ABSTRAKSI
Anggi Sabbina. 109046100113. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Selama Dan Setelah Krisis Ekonomi Global 200. (Studi Pada Bank Muamalat Indonesia Dan Bank Syariah Mandiri Tbk). Perbankan Syariah, Muamalat, Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2014. XV + 94 halaman + lampiran Periode 2007-2009 bisa dikatakan sebagai periode krisis ekonomi global dan periode 2010-2012 sebagai periode setelah krisis ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perbandingan kinerja keuangan BSM dan BMI selama periode 2007-2009 dan 2010-2012 dengan menggunakan rasio keuangan yang terdiri dari CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan kuartal periode 2007-2012 yang diperoleh melalui website BSM dan BMI. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode independent samples t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja BSM dan BMI selama periode 2007-2009 berdasarkan rasio CAR, ROA, NPF, BOPO, dan FDR. Sedangkan berdasarkan rasio ROE tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kinerja BSM dan BMI. Selama periode 2010-2012 hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang siginifikan antara BSM dan BMI berdasarkan rasio ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR, sedangkan berdasarkan rasio CAR menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan. Kata kunci: kinerja keuangan, BSM, BMI, independent samples t-test, krisis ekonomi global 2008. Pembimbing : Ir. Tini Anggraini, M.Si Daftar Pustaka : tahun 2002-2012.
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Puja dan puji syukur kehadirat Alah SWT atas limpahan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Selama dan Setelah Krisis Ekonomi Global 2008”. Shalawat beriring salam penulis panjatkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. yang telah membawa ummat dari zaman jahiliyah sampai ke zaman yang terang-benderang dan penuh dengan khazanah keilmuan saat sekarang ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini bisa terselesaikan berkat doa, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada: 1.
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak J.M.Muslimin, MA, Ph.D
2.
Ketua Program Studi Muamalat Ibu Dr. Euis Amalia M.Ag., yang telah memberikan ilmunya. Sekretaris Jurusan Perbankan Syariah Bapak Mumin Rauf, M.A, yang telah memberikan ilmu, informasi dan membimbing penulis selama kuliah.
3.
Dosen pembimbing Skripsi Ibu Ir. Rr. Tini Anggraeni, M.Si, yang telah memberikan ilmu, motivasi, saran dan dengan sabar membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan Ibu.
vi
4.
Dosen penguji I Bapak Maman Rahman Hakim, SE.I, MM dan dosen penguji II bapak Dr. KH.A. Juaini Syukri, Lcs., MA yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
5.
Seluruh Dosen dan civitas akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmunya selama ini.
6.
Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama, Perpustakaan Syariah dan Hukum, Perpustakaan Ekonomi dan Bisnis, yang telah menyediakan buku-buku yang diperlukan penulis hingga selesainya skripsi ini.
7.
Papa Zulkifli dan Mama Fetra Zaida yang tersayang. Untuk semua dukungan, kasih sayang yang tak pernah terputus, serta semangat sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini terima kasih banyak. Semoga Allah membalas semua kebaikan mama dan papa, semoga mama dan papa selalu berada dalam lindungan Allah SWT.
8.
Papa Adityawarman dan Mama Fatmyati yang telah penulis anggap sebagai orang tua sendiri, terima kasih banyak untuk kasih sayang mama dan papa, dukungan
serta
semangat
yang
diberikan
sehingga
penulis
mampu
menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah membalas semua kebaikan mama dan papa. 9.
Kakakku Nadia Dessarlin, terima kasih banyak untuk semua kebaikan, kasih sayang, dukungan moril dan materil selama ini. Terima kasih sudah menjadi kakak terbaik di dunia. Semoga Allah membalas semua kebaikan Uni. Kepada adik-adikku fika dan nasha, terima kasih sudah menjadi adik-adik yang baik. Sari ramadani yang sudah menjadi teman dan adik sekaligus tempat curhat terbaik. Susanti annisa yang sudah memberikan semangat, dukungan dan omelan-omelan.
10. Sahabat-sahabat terbaikku Tika, Fani, Siti Mbeum, Vina, dan Ira yang telah menjadi sahabat yang baik selama ini, terima kasih untuk semua kebaikan dan kasih sayang kalian semua. Semoga kita semua selalu berada dalam lindungan Allah, SWT. Untuk seluruh teman-teman seperjuangan PSC 2009 dan temanvii
teman seperjuangan selama masa kuliah, kebaikan kalian tidak pernah terlupakan. 11. Teman-teman KKN Tuah Sakato 2012 yang telah menjadi teman yang baik selama ini. Terima kasih banyak untuk semua canda tawa dan persahabatan yang indah. Semoga kita semua selalu berada dalam lindungan Allah, SWT. 12. Seluruh teman-teman Kosan Balans, Shovia Ncop, Nicup, serta Mbahell untuk editing dan bantuan film-filmnya, dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu.. Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian. 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, baik secara langsung maupun tidak langsung atas doa dan bantuannya kepada penulis, saya ucapkan terima kasih banyak. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih atas semua pihak yang turut berperan dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat dan para akademisi. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, 15 Maret 2014
Anggi Sabbina
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................
iv
ABSTRAK ..........................................................................................................
v
KATA PENGANTAR .........................................................................................
vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................
7
C. Pembatasan Masalah .....................................................................
7
D. Perumusan Masalah ......................................................................
8
E. Tujuan Penelitian ..........................................................................
8
F. Manfaat Penelitian ........................................................................
9
G. Sistematika Penulisan .................................................................... 10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Krisis Keuangan Global ................................................................ 12
ix
1.
Latar Belakang Krisis Keuangan Global ................................. 12
2.
Pengertian Krisis Keuangan Global ........................................ 14
3.
Dampak Krisis Keuangan Global Terhadap Perekonomian Indonesia ................................................................................ 15
B. Laporan Keuangan Bank ............................................................... 19 1. Pengertian Laporan Keuangan ............................................... 19 2. Tujuan Laporan Keuangan ..................................................... 20 3. Pihak-pihak
yang
Berkepentingan
terhadap
Laporan
Keuangan ............................................................................... 21 C. Rasio Keuangan Bank ................................................................... 22 1. Pengertian Rasio Keuangan Bank ........................................... 22 2. Manfaat Analisis Rasio Keuangan .......................................... 23 3. Jenis-jenis Rasio Keuangan .................................................... 24 D. Kinerja Keuangan Bank ................................................................ 35 1. Pengertian Kinerja Keuangan ................................................ 35 2. Tahap-tahap dalam Menganalisis Kinerja Keuangan............... 36 E. Review Studi Terdahulu ................................................................ 38 F. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 41 G. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian.............................................................................. 45 B. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 45 x
1. Jenis Data .............................................................................. 45 2. Sumber Data........................................................................... 46 C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 46 D. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 46 E. Objek Penelitian ............................................................................ 46 F. Pengukuran Variabel ..................................................................... 47 G. Teknik Pengolahan Data................................................................ 47 H. Teknik Analisis Data ..................................................................... 47 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................... 51 1. Gambaran Umum PT Bank Muamalat Indonesia .................... 51 2. Gambaran Umum Bank Syariah Mandiri ................................ 53 B. Kinerja Bank Muamalat Indonesia ................................................ 55 1. Kinerja Bank Muamalat Indonesia Selama Krisis Ekonomi Global 2008............................................................................ 55 2. Kinerja Bank Muamalat Indonesia Setelah Krisis Ekonomi Global 2008............................................................................ 60 C. Kinerja Bank Syariah Mandiri ....................................................... 64 1. Kinerja Bank Syariah Mandiri Selama Krisis Ekonomi Global 2008............................................................................ 64 2. Kinerja Bank Syariah Mandiri Setalah Krisis Ekonomi Global 2008............................................................................ 69 xi
D. Analisis Deskriptif atau Comparing Means Variabel Penelitian Selama Krisis Keuangan Global 2008 ........................................... 74 E. Analisis Deskriptif atau Comparing Means Variabel Penelitian Setelah Krisis Keuangan Global 2008 ........................................... 78 F. Pengujian Hipotesis Penelitian Selama Krisis Keuangan Global 2008 .............................................................................................. 82 G. Pengujian Hipotesis Penelitian Setelah Krisis Keuangan Global 2008 .............................................................................................. 87 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................... 92 B. Saran ............................................................................................. 95
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
4.1
Nilai rata-rata CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO dan FDR bank muamalat Indonesia Periode 2007-2009 ..................................................................... 56
4.2
Statistik Deskriptif Variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, FDR Bank Muamalat Indonesia Selama Krisis Ekonomi Global 2008 .......................... 56
4.3
Nilai Rata-Rata CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO dan FDR Bank Muamalat Indonesia Periode 2010-2012 ..................................................................... 60
4.4
Statistik Deskriptif Variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, FDR Bank Muamalat Indonesia Setelah Krisis Ekonomi Global 2008 .......................... 61
4.5
Nilai Rata-Rata CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO Dan FDR Bank Syariah Mandiri Periode 2007-2009 ........................................................................ 65
4.6
Statistik Deskriptif Variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, FDR Bank Muamalat Indonesia Selama Krisis Ekonomi Global 2008 .......................... 65
4.7
Nilai Rata-Rata CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO Dan FDR Bank Syariah Mandiri Periode 2010-2012 ........................................................................ 69
4.8
Statistik Deskriptif Variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, FDR Bank Syariah mandiri Setelah Krisis Ekonomi Global 2008 ................................ 70
4.9
Descriptive statistics rasio keuangan bank syariah selama krisis keuangan global 2008 ................................................................................................ 74
xiii
4.10
Descriptive Statistics Rasio Keuangan Bank Syariah Setelah Krisis Keuangan Global 2008 ............................................................................... 78
4.11
Hasil Uji Statistic Independent Samples T-Test selama krisis ekonomi Global 2008................................................................................................ 82
4.12
Hasil Uji Statistic Independent Samples T-Test setelah krisis ekonomi Global 2008................................................................................................ 87
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Data CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO dan FDR Bank Muamalat indonesia 20072012 2. Data CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO dan FDR Bank Syariah Mandiri periode 2007-2012 3. Hasil statistik deskriptif variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR Bank Muamalat Indonesia periode 2007-2009 4. Hasil statistik deskriptif variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR bank muamalat Indonesia periode 2010-2012 5. Hasil statistik deskriptif variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR Bank Syariah Mandiri periode 2007-2009 6. Hasil statistik deskriptif variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR Bank Syariah Mandiri periode 2010-2012 7. Hasil uji Descriptive statistics rasio keuangan bank syariah selama krisis keuangan global 2008 8. Hasil uji Descriptive Statistics Rasio Keuangan Bank Syariah Setelah Krisis Keuangan Global 2008 9. Hasil Uji Statistik Independent Samples T-Test selama krisis ekonomi Global 2008 10. Hasil Uji Statistik Independent Samples T-Test setelah krisis ekonomi Global 2008 xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Berawal dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit perumahan (subpreme mortgage default)
di Amerika
serikat
(AS),
krisis
kemudian
menggelembung merusak sistem perbankan bukan hanya di AS namun meluas hingga ke Eropa lalu ke Asia. Secara beruntun menyebabkan efek domino terhadap solvabilitas dan likuiditas lembaga-lembaga keuangan di negara-negara tersebut, yang antara lain menyebabkan kebangkrutan ratusan bank, perusahaan sekuritas, reksadana, dana pensiun dan asuransi. Krisis kemudian merambat ke belahan Asia terutama negara-negara seperti Jepang, Korea, China, Singapura, Hongkong, Malaysia, Thailand, termasuk Indonesia yang kebetulan sudah lama memiliki suratsurat berharga perusahaan-perusahaan tersebut. 1 Indonesia merupakan negara small open economy sehingga imbas dari krisis finansial global sangat mempengaruhi kondisi perekonomian dalam negeri. Salah satu dampak dari krisis finansial global adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008. Pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan
1
http://www.Indonesiarecovery.com/krisis-keuangan-global-20n08/krisis-2008-terparah-sejakthe-great-depression/7-krisis -global-2008.html diakses pada tanggal 28 agustus 2013, jam 10.27 wib.
1
2
tumbuh mencapai 6,1% pada tahun 2008 atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar 6,3%.2 Pada saat terjadi krisis global, Amerika Serikat mengalami resesi yang serius sehingga terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya mempengaruhi daya beli masyarakat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain, karena Amerika Serikat merupakan pangsa pasar bagi negara-negara lain termasuk Indonesia. Penurunan daya beli masyarakat di Amerika yang
menyebabkan
penurunan permintaan impor dari Indonesia. Karena nilai ekspor Indonesia yang menurun maka terjadilah defisit neraca pembayaran Indonesia (NPI). Krisis ekonomi global juga mempunyai dampak yang buruk terhadap nilai tukar dan inflasi. Dampak krisis keuangan jelas terlihat pada nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS bahkan sempat mencapai Rp 10.000,-/ USD pada minggu kedua Oktober 2008.3 Hal ini dikarenakan adanya aliran keluar modal asing akibat kepanikan yang berlebihan terhadap krisis keuangan global. Islamic Banking adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada dalam ajaran Islam, berfungsi sebagai badan usaha yang menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat atau sebagai lembaga perantara keuangan. Islamic banking merupakan unit sistem ekonomi Islam yang beroperasi dengan doktrin dasar larangan terhadap praktik riba. Perbankan Islam memiliki peran strategis dalam
2
http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=3698&itemid =29 diakses pada tanggal 28 agustus 2013, jam 10. 30 wib 3 http://rutacs.wordpress.com/2008/10/30/dampak-krisis-keuangan-global-tahun-2008-terhadap-ekonomi-Indonesia/ diakses pada tanggal 28 agustus 2013, jam 11. 30 wib
3
meningkatkan kesejahteraan umat, melalui proses intermediasi kegiatan perhimpunan dan penyaluran dana maupun penyediaan jasa keuangan lainnya, berlandaskan prinsip-prinsip syariah. Ketika sistem perbankan konvensional sempoyongan karena sistem moneter dan memerlukan biaya yang begitu besar untuk mempertahankannya, perbankan Syariah justru mampu menyelamatkan sebagian ekonomi umat. Kemampuan survival perbankan Islam dalam era krisis, telah menarik banyak perhatian para banker konvensional yang kemudian membuka kantor-kantor cabang bank Islam. 4 Perkembangan perbankan Syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan eksistensi ekonomi Syariah. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah menenggelamkan bank-bank konvensional dan banyak yang dilikuidasi karena kegagalan sistem bunganya. Sementara perbankan yang menerapkan sistem syariah dapat tetap eksis dan mampu bertahan. Tidak hanya itu, di tengah-tengah krisis keuangan global yang melanda dunia pada penghujung akhir tahun 2008, lembaga keuangan Syariah kembali membuktikan daya tahannya dari terpaan krisis. Lembaga-lembaga keuangan Syariah tetap stabil dan memberikan keuntungan, kenyamanan serta keamanan bagi para pemegang sahamnya, pemegang surat berharga, peminjam dan para penyimpan dana di bankbank syariah.
4
Veithzal Rifai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2008), hlm 77-78
4
Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri sebagai dua bank syariah terbesar di Indonesia mampu memperlihatkan kemampuan mereka dalam menghadapi krisis ekonomi yang melanda Indonesia di tahun 2008. Kedua bank tersebut berturut-turut berhasil mendapatkan laba sebesar Rp 300 milliar dan Rp 279 milliar lebih ditahun 2008 dan masing-masing Rp 145 milliar dan Rp 115,5 milliar lebih pada tahun 2007. Laba bersih Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri jika dibandingkan dengan Bank Mandiri yang mendapatkan laba bersih Rp5,313 milliar di tahun 2008 dan Rp 4.346 di tahun 2007. Sebagai lembaga intermediasi antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang memerlukan dana, diperlukan bank dengan kinerja keuangan yang sehat, sehingga fungsi intermediasi dapat berjalan lancar dan memenuhi jasa perbankan yang diinginkan oleh masyarakat. Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam usaha jasa, yang mana kepercayaan masyarakat akan menempati porsi yang sangat besar dalam menjaga kelangsungan hidup bank karena kelangsungan hidup bank sangat ditentukan oleh kepercayaan masyarakat.5 Informasi yang disajikan dalam kinerja keuangan ini dapat digunakan oleh pihak-pihak yang terkait seperti investor, kreditor, dan pihak-pihak luar perbankan untuk memprediksi kinerja keuangan yang sebenarnya dan pengambilan keputusan pada setiap periode.
5
hlm. 11.
Ismail, Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi (Jakarta: Kencana, 2010),
5
Untuk menilai kinerja suatu perusahaan diperlukan ukuran-ukuran. Salah satu cara untuk mempelajari dan mengukur keadaan keuangan perusahaan adalah dengan menganalisis laporan keuangan. Bahan untuk mengadakan analisis laporan keuangan secara periodik telah dikeluarkan oleh perusahaan, yakni berupa laporan bentuk neraca, laporan laba rugi, atau laporan aliran kas. Penilaian kinerja keuangan mengacu pasa SK direksi Bank Indonesia No.30/KEP/DIR tanggal 30 april 1997 tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank umum, penilaian ini bertujuan untuk menetapkan apakah bank tersebut sehat, cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat sehingga Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan diberhentikan kegiatan operasinya. Penilaian tingkat kesehatan bank akan berpengaruh terhadap kemampuan manajemen bank dan loyalitas nasabah terhadap bank yang bersangkutan. Tingkat kesehatan bank untuk menilai kinerja ini banyak menggunakan rasio keuangan sebagai alat hitungnya. Analisis rasio dapat membantu manajemen dalam memahami apa yang sebenarnya terjadi pada perbankan berdasarkan suatu informasi laporan keuangan baik dengan perbandingan rasio-rasio sekarang dengan yang lalu dan yang akan datang pada internal perbankan maupun perbandingan rasio perbankan dengan perbankan lainnya atau dengan rata-rata industri pada saat titik yang sama/ perbandingan eksternal. 6
6
Munawir, Analisis Laporan Keuangan (Yokyakarta, 2002)
6
Melalui rasio keuangan yang dihitung dari laporan keuangan bank secara berkala maka dapat menunjukkan kualitas suatu bank. Berbagai hal dapat disertakan pada laporan kinerja bank syariah tersebut. Hal-hal yang dianggap penting untuk dilaporkan adalah mengenai pendapatan dari pembiayaan, pendapatan yang dibagi hasilkan, bagi hasil untuk nasabah, bagi hasil untuk bank, ekuivalent rate dari bagi hasil, serta rasio-rasio keuangan seperti financing to deposit ratio (FDR), non performing financing (NPF), capital adequancy ratio(CAR), return on asset (ROA), return on equity (ROE) dan penyisisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) dan informasi lainnya. 7 Tujuan utama penyajian laporan keuangan bank adalah untuk memberikan gambaran mengenai hasil-hasil yang telah dicapai dalam satu periode waktu yang telah berlalu. Selanjutnya laporan keuangan bank berfungsi pula sebagai alat pertanggung jawaban manajemen baik kepada pemilik maupun otoritas moneter serta instansi-instansi lainnya yang berkepentingan. 8 Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang kinerja keuangan perbankan syariah sebelum krisis ekonomi global 2008 dan setelah krisis ekonomi global 2008. Untuk itu penulis tertarik untuk menuangkan masalah ini kedalam sebuah skripsi untuk memperoleh gelar kesarjanaan dengan judul Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Selama dan
7
Nurul Huda Dan Mustafa Edwin Nasution, Current Issues Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana,2009), hlm 132-133 8 N. Lapoliwa dan Daniel S. Kuswandi, Akuntansi PerBankan, Akuntansi Transaksi Bank Dalam Valuta Rupiah (Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 2000) hlm. 374
7
Setelah Krisis Ekonomi Global 2008 (Studi Kasus Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri) B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, terlihat banyaknya masalah yang akan muncul terkait dengan kinerja keuangan perbankan syariah, antara lain: 1.
Apa saja penyebab krisis ekonomi global 2008?
2.
Apa pengaruh krisis ekonomi terhadap perekonomian Indonesia?
3.
Apa saja variabel yang digunakan dalam meneliti kinerja keuangan?
4.
Bagaimana kinerja keuangan perbankan syariah selama krisis ekonomi global 2008?
5.
Bagaimana kinerja keuangan perbankan syariah setelah krisis ekonomi global 2008?
6.
Adakah perbedaan yang signifikan kinerja keuangan selama dan sesudah krisis 2008?
C. Pembatasan Masalah Agar tidak terjadi pembahasan yang meluas, maka dalam hal ini penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti, yaitu: 1.
Variabel yang akan digunakan untuk meneliti adalah kinerja keuangan yang diwakili oleh CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR
2.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuartal laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri dari tahun 2007-2012
8
3.
Objek penelitian ini adalah Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri.
D. Perumusan Masalah Dalam rangka memfokuskan pembahasan, maka penulis merumuskan beberapa hal yang perlu dikemukakan dalam skripsi ini, di antaranya: 1.
Bagaimana perbandingan kinerja antara Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri berdasarkan rasio keuangan selama periode selama krisis dan setelah krisis ekonomi global tahun 2007-2012?
2.
Apakah kinerja Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri berdasarkan rasio keuangan selama periode selama krisis dan setelah krisis ekonomi tahun global 2007-2012 telah memenuhi tingkat standar Bank Indonesia?
3.
Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri berdasarkan rasio keuangan selama periode selama krisis dan setelah krisis ekonomi global tahun 2007-2012?
E. Tujuan Penelitian Secara umum, tujuan penelitian ini tidak lain untuk turut serta memberikan kontribusi terhadap wacana, pemikiran, kajian, dan praktik perbankan syariah yang sedang berlangsung. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk: 1.
Membandingkan kinerja antara Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri berdasarkan rasio keuangan.
9
2.
Mengukur kinerja Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri berdasarkan rasio keuangan dengan berpedoman pada tingkat standar Bank Indonesia.
3.
Menganalisis perbedaan yang signifikan antara kinerja Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri berdasarkan rasio keuangan.
F. Manfaat Penelitian Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbandingan kinerja antara Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri, maka manfaat yang diharapkan oleh penulis adalah sebagai berikut: 1.
Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah cakrawala wawasan dan ilmu pengetahuan serta pengalaman dalam menganalisis kinerja laporan keuangan perbankan, dimana penulis dapat menerapkan teori-teori yang diperoleh selama berada di bangku perkuliahan.
2.
Bagi praktisi, penelitian ini dapat dijadikan catatan atau koreksi untuk mempertahankan atau meningkatkan kinerja perbankan yang sudah bagus, dan memperbaiki kelemahan atau kekurangan yang ada, serta bisa dijadikan acuan untuk pengambilan keputusan dalam rangka persaingan yang semakin kompetitif.
3.
Bagi pihak eksternal, penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk menilai besarnya risiko yang ada pada suatu bank dalam rangka pengambilan keputusan untuk melakukan investasi atau bahkan menarik dananya dari bank.
10
4.
Dapat memberikan informasi dan perbandingan-perbandingan sehingga dapat merangsang timbulnya ide-ide yang lebih mampu dalam mengembangkan teoriteori serta dapat menambah khazanah keilmuan dan kepustakaan, khususnya mengenai perbandingan kinerja bank muamalat Indonesia dan bank syariah mandiri berdasarkan rasio keuangannya.
G. Sistematika Penulisan Skripsi ini dibagi dalam lima bab yang merupakan satu rangkaian pembahasan yang saling terintegrasi dan terkait. Untuk memudahkan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai skripsi ini dibuatlah sistematika penulisan skripsi sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN. Dalam bab ini merupakan suatu pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub, yaitu latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang tinjauan pustaka yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini, yaitu kontruksi model teoritis (bank di Indonesia, laporan keuangan bank, rasio keuangan bank, dan kinerja keuangan bank). Selanjutnya, dilihat berbagai studi terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, dan setelah itu dibuat kerangka pemikiran serta hipotesis penelitian.
11
BAB III : METODE PENELITIAN. Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini, yang secara terinci akan dijelaskan dengan jenis penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, objek penelitian, pengukuran variabel, teknik pengolahan data, dan teknik analisis data. BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai kinerja Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri, analisis deskriptif atau comparing means variabel penelitian, dan pengujian hipotesis. BAB V : PENUTUP. Dalam bab ini penulis akan menguraikan kesimpulan berupa jawaban-jawaban dari permasalahan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, dan juga memberikan saran-saran yang sifatnya membangun sebagai solusi dari permasalahan yang telah dikemukakan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Krisis Keuangan Global 1.
Latar Belakang Krisis Keuangan Global Krisis yang bermula dari pemberian kredit perumahan kepada rakyat miskin.
Subprime mortgage merupakan istilah untuk kredit perumahan (mortgage) yang diberikan kepada debitur dengan sejarah kredit yang buruk atau belum memiliki sejarah kredit sama sekali, sehingga digolongkan sebagai kredit yang berisiko tinggi. Penyaluran subprime mortgage di Amerika Serikat mengalami peningkatan pesat yakni sebesar US$ 200 miliar pada tahun 2002 menjadi US$ 500 miliar pada tahun 2005. Meskipun subprime mortgage inilah yang menjadi awal terciptanya krisis, namun sebenarnya jumlahnya relatif kecil dibandingkan keseluruhan kerugian yang pada akhirnya dialami oleh perekonomian secara keseluruhan. Kredit perumahan ini kemudian disekuritisasi secara hibrid agar lebih menarik bagi investor yang terdiri dari bank, perusahaan sekuritas, reksadana, dana pensiun dan asuransi. Dikarenakan banyaknya kredit yang tidak terbayar dalam jumlah yang besar dan merata, mengakibatkan bank-bank kesulitan membayar dan investor dengan cepat menarik dananya dari produk-produk perbankan disaat harga masih tinggi sehingga hal ini memacetkan perputaran uang di pasar hipotik. Hal ini menyebabkan pula struktur pasar uang yang produknya saling terkait satu sama lain
12
13
menjai terganggu. Termasuk juga jaminan obligasi utang (collaterlaised debt obligation) sebagai bentuk investasi kolektif dari subprime mortgage. Lehman Brothers mengumumkan kerugian bertahap sebelum akhirnya bankrut. Pada 16 Juni 2008, peusahaan itu mengumumkan kerugian senilai 2,8 miliar dolar AS untuk paruh kedua 2008. Dilanjutkan dengan kerugian sebesar 3,9 miliar dolar AS pada paruh ketiga 2008 (10 September) dan berujung pada pengumuman kepailitannya pada 15 September 2008. Keguncangan serupa juga dialami secara hampir bersamaan oleh Merryl Linch, Citigroup, AIG dan berbagai lembaga keuangan besar lain. 1 Kondisi buruknya perekonomian dunia diperjelas dengan rilis dari Lembaga Moneter Internasional (IMF) pada tanggal 6 November 2008 yang memprediksi pertumbuhan ekonomi negatif untuk Amerika Serikat (-0,7), empat negara di Eropa (0,5) dan Inggris (-1,3) untuk tahun 2009. Tampak pula tren penurunan pertumbuhan negara-negara tersebut sejak 2007 hingga 2009. Untuk negara Asia seperti China, Jepang, dan India sebagai ikon pertumbuhan ekonomi di Asia juga tidak luput dari hantaman krisis. Berdasarkan prediksi IMF pada 6 november 2008, Jepang mengalami pertumbuhan ekonomi negatif (-0,2) pada 2009. Sementara China mengalami penurunan dari 11,9% pada 2007 menjad 9,7 pada 2008 dan diprediksi terus turun menjadi 8,5 pada 2009. Demikian juga dengan India yang berturut-turut
1
http://www.Indonesiarecovery.com/krisis-keuangan-global-20n08/krisis-2008-terparah-sejakthe-great-depression/7-krisis -global-2008.html diakses pada tanggal 28 agustus 2013, jam 10.27 wib.
14
mengalami tren penurunan pertumbuhan ekonomi yaitu 9,3% pada 2007 menjadi 7,8% pada 2008 dan diprediksi terus turun menjadi 6,3 pada 2009. Namun, disaat krisis ini, lembaga keuangan syariah kembali membuktikan daya tahannya dari terpaan krisis keuangan yang melanda dunia. Sementara bankbank konvensional diseluruh dunia bankrut atau merugi hingga lebih dari 400 milliar dollar akibat krisis di sektor kreditnya, industri perbankan syariah malah menunjukkan kebalikannya. Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap memberikan keuntungan, kenyamanan, dan keamanan bagi para pemegang sahamnya, pemegang surat berharga, peminjam dan para penyimpan dana yang mempercayakan uangnya didepositkan di bank-bank syariah. Di tengah krisis keuangan global, industri keuangan syariah malah mengalami pertumbuhan sebesar 1 trilliun dolar dan diperkirakan akan terus berkembang meliputi investor-investor non muslim. 2 2.
Pengertian Krisis Keuangan Global Ekonomi global merupakan sebuah sistem yang dianut oleh dunia
perekonomian internasional saat ini. Hal tersebut ditandai oleh adanya sistem pasar terbuka, arus modal yang mengalir tanpa batas, dan munculnya perusahaanperusahaan multinasional. Globalisasi ekonomi ini bagi sebagian negara-negara sangat menguntungkan sebab mempermudah mereka dalam memperoleh modal sebagai bahan bakar pertumbuhan ekonomi mereka. Namun, disisi lain kekuatan
2
Industri keuangan syariah, tumbuh ditengah krisis global sistem kapitalis, artikel diakses pada 13 november 2013 dari http://www.eramuslim.com/berita/analisa/industri-keuangan-syariah-tumbuhdi-tengah-krisis-keuangan -global-sistem-kapitalis.htm
15
globalisasi
ekonomi
ini
juga
membuat
ekonomi
internasional
mengalami
ketergantungan satu sama lainnya, sehingga keadaan perekonomian suatu negara menjadi berpengaruh kepada negara lainnya. 3 Hal inilah yang menyebabkan terjadinya krisis di Amerika serikat yang ikut mengguncang negara-negara lainnya termasuk Indonesia. Oleh sebab itu, para pengamat menyebut krisis keuangan ini dengan sebutan krisis keuangan global. Sedangkan secara sederhana, krisis keuangan dapat didefinisikan sebagai berbagai situasi dengan berbagai institusi atau aset keuangan kehilangan sebagian besar nilai mereka. Krisis keuangan berhubungan dengan kepanikan perbankan dan resesi ataupun krisis mata uang. 3.
Dampak Krisis Keuangan Global Terhadap Perekonomian Indonesia.4 a. Dampak Terhadap Perbankan Dalam konteks perbankan, pemerintah perlu berhati-hati, karena tidak ada
yang dapat memperkirakan dalam dan luasnya krisis keuangan global ini. Menyikapi permasalahan ini, pemerintah dan otoritas moneter telah melakukan beberapa langkah yang sangat tepat untuk mengurangi kekhawatiran/ ketidakpercayaan publik terhadap kapabilitas dan likuiditas bank- bank nasional, yaitu antara lain: -
Peningkatan jumlah simpanan di bank dijamin oleh pemerintah dari Rp 100juta menjadi Rp 2 milyar, untuk mengantisipasi rush akibat kekhawatiran masyarakat
3
Robert Golpin Dan Millis Gilpin, Tantangan Kapitalisme Global: Ekonomi Babak Ke-21, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. Xxii 4 http://rutacs.wordpress.com/2008/10/30/dampak-krisis-keuangan-global-tahun-2008terhadap-ekonomi-Indonesia/ diakses pada tanggal 28 agustus 2013, jam 10.27 wib.
16
terhadap keamanan simpanannya di bank. hal ini dilakukan dengan mengeluarkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (Perpu). -
Perluasan jenis asset milik bank yang boleh diagunkan kepada BI, yang tadinya hanya meliputi asset kualitas tinggi (SBI dan SUN), namun melalui perpu, asset yang dapat dijaminkan diperluas dengan kredit lancar milik bank (ditujukan untuk mengantisipasi turunnya harga pasar SUN, yang terlihat dengan naiknya yield). Hal ini ditujukan untuk mempermudah bank dalam mengatasi kesulitan likuiditas, sehingga dapat memperoleh jumlah dana yang cukup dari BI. Kekhawatiran yang dialami oleh masyarakat terhadap dunia perbankan,
sebenarnya lebih berdasarkan sentimen negatif yang berlebihan akibat krisis di Amerika Serikat dan Negara-negara Eropa. Apabila penanganan krisis di Negaranegara tersebut berhasil, maka otomatis kekhawatiran masyarakat terhadap perbankan nasional pun hilang. Namun, akan meningkat yang dapat mengakibatkan meningkatnya amino masyarakat untuk mengambil simpanannya di bank-bank nasional, sehingga akan membuat ambruknya sendi-sendi perbankan nasional. Untuk mengantisipasi hal ini, maka salah satu alternatif yang perlu dipikirkan oleh pemerintah adalah dengan menjamin 100% semua dana nasabah, termasuk dana kredit yang dikucurkan oleh bank. hal ini bertujuan agar masyarakat tidak khawatir terhadap simpanannya dan dunia perbankan bisa berjalan dengan normal sekaligus menjaga sektor riil bisa tetap bergerak dengan terjaminnya kebutuhan dana dari perbankan.
17
b. Dampak Terhadap Bursa Saham Bursa saham Indonesia juga mengalami penurunan indeks yang signifikan, sampai melebihi 11%, sehingga memaksa otoritas bursa untuk melakukan penghentian perdagangan selama 3 hari untuk mencegah lebih terpuruknya bursa akibat sentimen negatif. c. Dampak Terhadap Nilai Tukar Dan Inflasi Dampak krisis keuangan jelas terlihat pada nilai tukar Rupiah yang melemah terhadap dolar AS bahkan sempat mencapai RP 10.000/USD pada minggu kedua Oktober 2008. Hal ini lebih dikarenakan adanya aliran keluar modal asing akibat kepanikan yang berlebihan terhadap krisis keuangan global. Dampak sejenis juga akan terjadi pada inflasi. Karena melemahnya Rupiah terhadap USD, maka harga barang-barang juga akan terimbas untuk naik, karena Indonesia masih mengimpor banyak kebutuhan termasuk tepung dan kedelai. d. Dampak Terhadap Ekspor Dan Impor Krisis keuangan global ini sudah pasti akan sangat berdampak kepada ekspor Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor, bukan hanya ke AS. Selama 5 tahun terakhir ini, ekspor Indonesia ke Amerika menempati urutan ke-2 setelah Jepang dengan kisaran masing-masing 12% – 15%. Selain itu, negara-negara importir produk Indonesia pada urutan ke-3 s.d. 10 (Singapura, RRC, India, Malaysia, Korsel, Belanda, Thailand, Taiwan) menyumbang sekitar 45% dari total ekspor Indonesia. Dari informasi tersebut, hampir dapat dipastikan bahwa keseluruhan negara-negara
18
tersebut sedang mengalami dampak krisis keuangan global yang berakibat pada perlambatan ekonomi di setiap negara. Lebih lanjut hal ini akan mengakibatkan penurunan kemampuan membeli atau bahkan membayar produk ekspor yang dihasilkan Indonesia, sehingga pada akhirnya akan memukul industri yang berorientasi ekspor di Indonesia. Hal ini sudah terkemuka di publik melalui media massa, terutama untuk sektor garmen, kerajinan, mebel dan sepatu, banyak keluhan para pelaku bisnis yang mengatalami penurunan order dan kelambatan pembayaran dari rekanan bisnis yang mengimport barangnya. (Data statistik belum dapat diperoleh). Dampak yang tidak menguntungkan juga terjadi di sisi impor, karena dengan melemahnya Rupiah, maka nilai impor akan melonjak yang selanjutnya akan menyulitkan para importir untuk menyelesaikan transaksi impor. Dampak berikutnya adalah melonjaknya harga-harga bahan yang berasal dari impor di pasar sehingga inflasi meningkat dan daya beli masyarakat juga akan menurun. e. Dampak Terhadap Sektor Riil Dan Pengangguran. Dampak terhadap sektor riil dapat dilihat dari dua aspek, yaitu: Menurunnya order dari rekanan di luar negeri sehingga banyak perusahaan kesulitan memasarkan produknya yang pada akhirnya harus melakukan efisiensi atau rasionalisasi supaya dapat bertahan hidup. Melemahnya daya beli masyarakat Indonesia karena melemahnya mata uang Rupiah dan kenaikan inflasi serta kesulitan likuiditas atau modal kerja dari perbankan yang mengetatkan kebijakan pemberian kreditnya. Kedua hal tersebut mengakibatkan industri di sektor riil menjadi tertekan,
19
sehingga apabila hal ini berlarut-larut akan melemahkan daya tahan perusahaan yang akan berimbas pada kemungkinan melakukan PHK bagi para karyawannnya demi mengurangi beban perusahaan atau karena memang perusahaan sudah tidak mampu lagi beroperasi. B. Laporan Keuangan Bank Bank sebagai lembaga jasa keuangan dituntut untuk memberikan transparansi kondisi keuangan melalui laporan keuangannya dikarenakan keberlangsungan hidup usaha bank ditentukan oleh tingkat kepercayaan masyarakat. Laporan keuangan bank dimaksudkan untuk memberikan informasi secara berkala mengenai kondisi bank secara menyeluruh, termasuk perkembangan usaha, dan kinerja bank. 5 1. Pengertian Laporan Keuangan Dalam pengertian yang sederhana, laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.6 Lebih lanjut lagi menurut Munawir (2002), laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. 7 Dengan demikian, laporan keuangan adalah informasi keuangan perusahaan yang memuat kondisi dan posisi keuangan yang sesungguhnya. Laporan keuangan juga harus dibuat sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga mudah untuk dibaca,
5
Taswan, Manajemen Perbankan: Konsep, Teknik, Dan Aplikasi, hlm. 151 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012),hlm. 7 7 Munawir, Analisa Laporan Keuangan, (Yogyakarta: UPP-AMP YKPN, 2002), hlm. 56. 6
20
dipahami, dan dimengerti. Dalam praktiknya dikenal beberapa macam laporan keuangan seperti neraca, laporan laba rugi, laporan merubahan modal, laporan catatan atas laporan keuangan, dan laporan kas. Suatu laporan keuangan (financial statement) akan semakin bermanfaat dalam pengambilan keputusan jika dengan informasi yang terkandung di dalamnya dapat memprediksi yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dengan mengolah laporan keuangan sedemikian rupa, akan membentu dalam memberikan pertimbangan mengenai kondisi suatu perusahaan. 2. Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan dibuat pasti memiliki tujuan. Secara umum tujuan dibuatnya laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi keuangan perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut dan juga dalam rangka transparansi keuangan dalam suatu periode tertentu. Berikut tujuan laporan keuangan menurut APB statement nomor 4:8
8
Sofyan Syafri Harahap, Teori Akuntansi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 124.
21
Keuangan APB No. 4
Tujuan khusus
Tujuan umum
Menyajikan laporan:
Memberikan informasi:
Tujuan kualitatif a. Relevance
a. Posisi keuangan
a. Sumber ekonomi
b. Undestandability
b. Hasil usaha
b. Kewajiban
c. Verifiability
c. Perubahan
c. Kekayaan bersih
d. Neutrality
d. Proyeksi laba
e. Timeliness
e. Perubahan
f. Comparability
posisi keuangan secara
wajar
sesuai
dengan
GGAAP
harta
dan kewajiban
g. completeness
f. Informasi relevan
3. Pihak-Pihak Yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan Terdapat beberapa pihak yang selama ini dianggap memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan. Masing-masing pihak memunyai kepentingan dan tujuannya tersendiri atas laporan keuangan yang dikeluarkan. Berikut pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan:9 a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Kreditur Investor Akuntan publik Karyawan perusahaan Bapepam Underwriter Konsumen Pemasok Lembaga penilai 9
164.
Irham Fahmi, Manajemen Kinerja: Teori dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 157-
22
j. k. l. m. n.
Asosiasi perdagangan Pengadilan Akademisi dan peneliti Pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pemerintah asing Organisasi internasional.
C. Rasio Keuangan Bank Informasi akuntansi dalam bentuk laporan keuangan memberikan manfaat kepada pengguna apabila laporan keuangan tersebut dianalisa lebih lanjut sebelum dimanfaatkan sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan. Analisa laporan keuangan meliputi perhitungan dan interprestasi rasio keuangan. Analisa rasio keuangan dapat membantu para pemakai laporan keuangan dalam menilai kinerja keuangan suatu perusahaan atas kegiatan operasional yang dilakukan. 1.
Pengertian Rasio Keuangan Bank Rasio secara sederhana disebut sebagai perbandingan jumlah, dari satu jumlah
dengan jumlah lainnya itulah dilihat perbandingan dengan harapan nantinya akan ditemukan jawaban yang selanjutnya itu dijadikan bahan kajian untuk dianalisis dan diputuskan. 10 Analisis rasio (ratio analysis) merupakan salah satu analisis paling popular dan banyak digunakan karena sangat sederhana yang menggunakan operasi aritmatika, namun interpretasinya sangat kompleks.11 Jadi, rasio keuangan adalah perbandingan jumlah komponen yang terdapat dalam laporan keuangan.
10
Irham Fahmi, Manajemen Kinerja: Teori Dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2010) hlm.170 Demawan Syahrial Dan Djahotman Purba, Analisa Laporan Keuangan- Cara Mudah Dan Praktis Memahami Laporan Keuangan, Edisi Pertama. (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011), hlm. 36 11
23
Analisis rasio keuangan bank merupakan alternatif untuk menganalisa laporan keuangan bank dengan melakukan klasifikasi atau prediksi terhadap kondisi keuangan suatu perusahaan dalam bentuk proporsi. Informasi dalam laporan keuangan dihitung dengan rasio-rasio keuangan yang sesuai dengan keinginan untuk menginterpretasikan atau memahami kondisi keuangan pada suatu periode tertentu. Analisis rasio keuangan dimulai dengan laporan keuangan dasar yang terdiri dri neraca, laporan laba rugi, kualitas aktiva produktif, dan arus kas. Perhitungan rasio tersebut akan terlihat jelas jika dihubungkan dengan perhitungan antar waktu atau melakukan perbandingan dengan perusahaan lain yang sejenis. Penggunaan rasio keuangan ini tidak saja digunakan oleh pihak internal (manajemen), namun juga digunakan oleh pihak eksternal seperti akademisi dan investor. Secara umum penggunaan rasio ini oleh pihak yang telah disebutkan sebelumnya adalah untuk melihat atau mengevaluasi kondisi dan kinerja keuangan perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. 2.
Manfaat analisis rasio keuangan Menurut Irham Fahmi (2010), manfaat yang bisa diambil dengan
dipergunakan rasio keuangan, yaitu:12 1) Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan
12
Irham Fahmi, Manajemen Kinerja: Teori dan Aplikasi, Manajemen Kinerja: Teori Dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2010)hlm. 173.
24
2) Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan 3) Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan 4) Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor, dapat digunakan untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi, dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman 5) Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stakeholder organisasi 3.
Jenis-Jenis Rasio Keuangan Setiap rasio keuangan yang dibentuk pasti memiliki tujuannya masing-
masing. Hal ini menerangkan bahwa tidak ada batasan yang jelas dan tegas mengenai berapa rasio yang terdapat pada setiap aspek yang akan dianalisis. Namun, yang terpenting dalam penggunaan rasio keuangan adalah memahami tujuan penggunaan rasio keuangan tersebut. Berikut ini akan dijelaskan rasio keuangan yang sering digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank syariah, rasio-rasio tersebut yaitu: a. Rasio permodalan/ solvabilitas Bank pada umumnya dan bank syariah khususnya adalah lembaga yang didirikan dengan orientasi laba. Kekuatan aspek permodalan ini memungkinkan terbangunnya kondisi bank yang dipercaya oleh masyarakat. Pengertian modal bank
25
berdasarkan ketentuan bank Indonesia dibedakan antara bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia dan kantor cabang bank asing yang beroperasi di Indonesia. Modal bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti atau primary capital dan modal pelengkap atau secondary capital. Komponen modal inti pada prinsipnya terdiri atas modal disetor dan cadangancadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak, dengan perincian sebagai berikut:13 1) Modal disetor Modal disetor adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya. Bank yang berbadan hukum koperasi, modal disetor terdiri atas simpanan pokok dan simpanan wajib para anggotanya. 2) Agio saham Agio saham adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya. 3) Cadangan umum Cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajakk dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai anggaran dasar masing-masing. 4) Cadangan tujuan Cadangan tujuan adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota. 13
Zainul Arifin. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. (Jakarta: Pustaka Alvabet Anggota IKAPI, 2006)
26
5) Laba ditahan Laba ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurang pajak yang oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan 6) Laba tahun lalu Laba tahun lalu adalah laba bersih setelah dikurangi pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota. Jumlah laba tahun lalu yang diperhitungkan sebagai modal hanya sebesar 50%. Jika bank mempunyai saldo rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti. 7) Laba tahun berjalan Laba tahun berjalan adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun berjalan yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%. Jika bank mengalami kerugian pada tahun berjalan, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti. 8) Bagian kekayaan
bersih
anak
perusahaan
yang
laporan keuangannya
dikonsolidasikan Bagian kekayaan bersih tersebut adalah modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut. Anak perusahaan adalah bank dan lembaga keuangan bukan bank (LKBB) lain yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh bank. Dalam kerangka paket deregulasi tanggal 29 februari 1991, bank Indonesia mewajibkan setiap bank umum menyediakan modal minimum sebesar 8% dari total
27
aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Persentase kebutuhan modal minimum ini disebut capital adequacy ratio (CAR) Perhitungan penyediaan modal minimum atau kecukupan modal bank (Capital adequacy) didasarkan kepada rasio atau perbandingan antara modal yang dimiliki bank dan jumlah aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Aktiva dalam perhitungan ini mencakup aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga. Langkah-langkah perhitungan penyediaan modal minimum bank adalah sebagai berikut:14 a.
ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalihkan nilai nominal masingmasing aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-masing pos aktiva neraca tersebut.
b.
ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara menglihkan nilai nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masingmasing pos rekening tersebut
c.
Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administartif.
d.
Rasio modal bank dihitung dengan cara menbandingkan antara modal bank (modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR. Rasio tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
14
Jumingan. Analisis Laporan Keuangan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2006). hlm 243
28
e.
CAR
100%
f.
Hasil perhitungan rasio diatas, kemudian dibandingkan dengan kewajiban penyediaan modal minimum (yakni sebesar 8%). Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui apakah bank yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan CAR (kecukupan modal) atau tidak. Jika hasil perbandingan antara perhitungan rasio modal dan kewajiban penyediaan modal minimum sama dengan 100% atau lebih, modal bank yang bersangkutan telah memenihu ketentuan CAR (kecukupan modal). Sebaliknya, bila hasilnya kurang dari 100%, modal bank tersebut tidak memenuhi ketentuan CAR.
b. Rasio Kualitas Aktiva Produktif15 Penilaian atas kualitas aktiva produktif dalam bentuk pembiayaan dilakukan berdasarkan faktor prospek usaha, kinerja (performnace) nasabah, dan kemampuan membayar. Penilaian terhadap prospek usaha meliputi penilaian terhadap prospek usaha meliputi penilaiann terhadap potensi prtumbuhan usaha, kondisi pasar dan posisi nasabah dalam persaingan, kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja, dukungan dari grup atau afiliasi, dan upaya yang dilakukan nasabah dalam rangka memelihara lingkungan hidup. Penilaian terhadap kinerja nasabah meliputi penilaian terhadap perolehan laba, struktur permodalan, arus kas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar. Penilaian terhadap kemampuan membayar meliputi penilaian terhadap ketepatan pembayaran pokok dan marjin/ bagi hasil/ fee, ketersediaan dan keakuratan 15
Nida Ulfajriyah. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Dan Unit Usaha Syariah. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012
29
informasi keuangan nasabah, kelengkapan dokumen pembiayaan, kepatuhan terhadap perjanjian pembiayaan, kesesuaian penggunaan dana, dan kewajaran sumber pembayaran kewajiban. Penggolongan kualitas aktiva produktif dalam bentuk pembiayaan dilakukan dengan mempertimbangkan signifikansi dan materialitas dari setiap faktor penilaian dan komponen, serta relevansi dari faktor penilaian dan komponen, serta relevansi dari faktor penilaian dan komponen terhadap nasabah yang bersangkutan. Rasio kualitas aktiva produktif merupakan rasio antara total pembiayaan yang diberikan dengan kategori non lancar dengan total pembiayaan yang diberikan (non performing financing) NPF
pembiayaan KL, D, M total pembiayaan
Pembiayaan yang diberikan dengan kategori non lancar terdiri dari pembiayaan kurang lancar, diragukan, dan macet. Sedangkan total pembiayaan yang diberikan adalah pembiayaan dengan kategori lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk. Standar terbaik NPF yang ditentukan oleh bank Indonesia adalah dibawah 5% (<5%). c. Rasio Rentabilitas/ Profitabilitas/ Earning Rasio rentabilitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Terdapat banyak sekali rasio rentabilitas
30
yang digunakan, namun dalam penelitian ini menggunakan rasio return on asset (ROA) untuk menghitung rentabilitas bank. Rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menggunakan aset-aset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan/ laba. Return on asset (ROA) merupakan rasio antara laba sebelum pajak dengan rata-rata total asset/ aktiva. ROA
laba sebelum pajak rata rata total asset
Laba sebelum pajak dihitung dengan menyetahunkan data pada periode laporan, contoh: posisi juni = (akumulasi laba per juni dibagi 6) x 12. Sedangkan ratarata total asset/ aktiva dihitung dengan menggunakan rata-rata 12 bulan terakhir dari bulan laporan. Rasio ini banyak diamati oleh pemegang saham atau investor di pasar modal dikarenakan rasio ini mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba yang dikaitkan dengan pembayaran deviden (untuk bank yang go public). Semakin kecil rasio ini mengindikasikan kurangnya kemampuan menajemen bank dalam hal mengelola asset/ aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan atau menekan biaya. Standar terbaik ROA yang ditentukan oleh bank Indonesia adalah 1,5%. d. Rasio Efisiensi Usaha Untuk mengukur kinerja manajemen suatu bank apakah telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna dan hasil guna, maka melalui rasio-rasio keuangan disini juga dapat diukur secara kuantitatif tingkat efisien yang telah dicapai oleh manajemen bank yang bersangkutan. Rasio efisiensi usaha yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio biaya operasional dibagi pendapatan operasional.
31
Rasio biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional yang bertujuan untuk mengukur efisiensi kegiatan operasikonal bank syariah.
Biaya operasional yang digunakan adalah biaya/ beban operasional termasuk kekurangan penyisihan penghapusan aktiva produktif per periode laporan. Sedangkan pendapatan operasional yang digunakan adalah pendapatan setelah distribusi bagi hasil per periode laporan. Rasio ini digunakan untuk mengukur perbandingan biaya operasional atau biaya intermediasi terhadap pendapatan operasi yang diperoleh oleh bank. Semakin tinggi angka ini, mengindikasikan semakin tidak efisien bank syariah dalam menjalankan kegiatan operasionalnya dan begitu pula sebaliknya. Standar terbaik BOPO yang ditentukan oleh bank Indonesia adalah di bawah atau sama dengan 92% (≤92%) e. Rasio Likuiditas Suatu bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan dapat memenuhi kewajiban utang-utangnya, dapat membayar kembali semua depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Terdapat banyak sekali rasio likuiditas yang digunakan, namun dalam penelitian ini menggunakan rasio likuiditas bank. Rasio ini merupakan rasio antara pembiayaan yang diberikan dengan total dana pihak ketiga (DPK).
32
Total pembiayaan yang diberikan terdiri atas total pembiayaan (mudharabah dan musyarakah), piutang (murabahah, salam, istishna, qardh, dan ijarah), pembiayaan lainnya dan piutang multijasa (khusus untuk BPRS). Sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) terdiri dari total dana simpanan wadiah dan dana investasi tidak terikat. Jenis rasio likuiditas ini untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Standar terbaik FDR yang ditentukan oleh bank Indonesia adalah antara 85%-110% f. Kinerja Bank Secara Keseluruhan Untuk mengetahui kenerja bank secara keseluruhan adalah dengan cara menjumlahkan seluruh rasio keuangan, yaitu CAR, ROA, ROE, BOPO, dan FDR yang sebelumnya diberi bobot nilai tertentu. Perhitunga persentase dan bobot nilai tertentu. Perhitungan persentase dan bobot rasio-rasio tersebut adalah: a) CAR Menurut ketentuan bank Indonesia (PBI No: 15/12/PBI/2013 tentang penyediaan modal minimum bank umum), suatu bank umum harus memiliki CAR minimum 8%, sementara rata-rata perbankan sebesar 12% hingga 29%. Variabel ini mempunyai bobot nilai CAR ditentukan sebagai berikut: (1) kurang dari 8%, skor nilai = 0 (2) antara 8%-12%, skor nilai = 80 (3) antara 8%-12%, skor nilai = 90 (4) lebih dari 20%, skor nilai = 100
33
Misalnya suatu bank memiliki nilai CAR 27,16%, maka skor akhir CAR adalah 20%*100 = 20 b) NPF Standar terbaik NPF menurut bank Indonesia (PBI No:10/24/PBI/2008 tentang penilaian kualitas aktiva bank umum yang melakasanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah) mengharuskan nilai NPF di bawah 5%, sementara juga NPF bank di atas 8% dianggap buruk (karena ini merupakan rata-rata NPF industri). Variabel ini mempunyai bobot nilai 20%, maka skor nilai NPF ditentukan sebagai berikut: (1) (2) (3) (4)
Lebih dari 8%, skor nilai = 0 Antara 5% - 8%, skor nilai = 80 Antara 3% - 5%, skor nilai = 90 Kurang dari 3%, skor nilai = 100 Misalnya, suatu bank memiliki nilai NPF 4,26, maka skor akhir NPF adalah
20%*90 = 18 c) ROA Menurut ketentuan bank Indonesia, standar terbaik ROA adalah 1,5. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik dalam hal mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan. Variabel ini mempunyai bobot nilai 20%, maka skor nilai ROA ditentukan sebagai berikut: (1) (2) (3) (4)
Kurang dari 0%, skor nilai = 0 Antara 0% - 1%, skor nilai = 80% Antara 1% - 2%, skor nilai = 90 Lebih dari 2%, skor nilai = 100
34
Misalnya, suatu bank memiliki ROA 1,34%, maka skor akhir ROA adalah 20%*90 = 18 d) BOPO Standar terbaik BOPO menurut bank Indonesia adalah di bawah atau sama dengan 92%. Semakin rendah rasio ini, maka semakin efisien bank dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Variabel ini mempunyai bobot nilai 20%, maka skor nilai BOPO ditentukan sebagai berikut: (1) (2) (3) (4)
Lebih dari 125%, skor nilai = 0 Antara 92 – 125%, skor nilai = 80 Antara 85%-92%, skor nilai = 90 Kurang dari 85%, skor nilai = 100 Misalnya, suatu bank memiliki nilai BOPO 93,21%, maka skor akhir BOPO
adalah 20%*80=16 e) FDR Standar terbaik FDR menurut bank Indonesia (PBI No:14/20/PBI/2012 tentang pendanaan jangka pendek bagi bank umum syariah) adalah 85%-110%. Variabel ini mempunyai bobot nilai 20%, maka skor nilai FDR ditentukan sebagai berikut: (1) (2) (3) (4)
Kurang dari 50%, skor nilai = 0 Antara 50%-85%, skor nilai = 80 Lebih dari 110%, skor nilai = 90 Antara 85%-110%, skor nilai = 100 Misalnya suatu bank memiliki nilai FDR 90,22%, maka skor nilai akhir FDR
adalah 20%*100= 20
35
Selanjutnya, skor nilai masing-masing variabel dijumlahkan. Berdasarkan contoh di atas, maka bernilai 20+18+18+16+20=92. Perhitungan tersebut berlaku untuk semua bank, sehingga diperoleh kinerja bank secara keseluruhan yang pada akhirnya akan dibuatkan ranking sesuai jumlah skor. D. Kinerja Keuangan Bank Dalam menilai suatu perusahaan memiliki kualitas yang baik atau tidak, dapat dilakukan dengan melihat sisi kinerja keuangan (financial performance) dan kinerja non keuangan (non financial performance). Namun, penilaian kinerja keuangan paling sering digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan karena kemudahan dalam mengakses data yang dibutuhkan. Penilaian kinerja keuangan dilakukan dengan menggunakan analisis rasio keuangan dengan data dari laporan keuangan. 1. Pengertian Kinerja Keuangan Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non profit oriented yang dihasilkan selama satu periode waktu. Kualitas kinerja yang baik tidak dapat diperoleh begitu saja, namun haruslah dengan kerja keras serta komitmen dan kedisiplinan yang tinggi dari semua pihak, baik secara jangka pendek maupun jangka panjang. Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek
36
penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas bank. Penilaian kinerja keuangan setiap perusahaan adalah berbeda-beda, misalnya pada sektor keuangan seperti perbankan memiliki ruang lingkup penilaian yang berbeda dengan ruang lingkup bisnis lainnya. Penilaian ini berbeda karena disebabkan perbankan sebagai lembaga intermediasi yang bertugas untuk menjembatani pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Dibawah ini merupakan ayat yang menjelaskan tentang kinerja: surah at-taubah ayat 105: َ اﻟﺸَﻜﱠﱢﮭﻢَُﺎدُﺑَ ْﻤ ِﺎ َﻛ ﻨ ُﺘ ْﻢُ ْﺗ َﻌ ْﻤ َﻠ ُﻮن ُﺐ ﯿِِﻨو ﺒَ ﺌ ﻰ َﻋ ﺎﻟ َﻢ ِ ِاﻟ ﻐْ ﯿة َ ْﻓ ِ َونﱡ إ ﻟ َ ُﺳ ﺘ َﺮ َد َ ﻮنِ ُو ْ ُﻠَ ُﻮا ِﻓ ﺴ ْﯿ َﺮُ ى َاﻟﻠ َﮫَ َﻋ ﻤ ﻠ ﱠﻜُ ﻢ َوَ َر ُﺳْ ﻮﻟَ ﮫَ ُو اﻟُ ﻤُ ﺆَ ﻣْ ﻨ
Dan, katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka, Allah dan Rasul-Nya, serta orangorang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. Kata “i’malû” berarti beramallah. Kata ini juga bisa berarti “bekerjalah”. 2. Tahap-Tahap Dalam Menganalisis Kinerja Keuangan Terdapat 5 (lima) tahap dalam menganalisis kinerja keuangan suatu suatu perusahaan secara umum, yaitu: 1) Melakukan review terhadap data laporan keuangan. Review di sini dilakukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang sudah dibuat tersebut sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku umum dalam dunia akuntansi, sehingga dengan demikian hasil laporan keuangan tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
37
2) Melakukan perhitungan Penerapan metode perhitungan disini adalah disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang sedang di lakukan sehingga hasil dari perhitungan tersebut akan memberikan sutau kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan. 3) Melakukan perbandingan terhadap hasil yang telah diperoleh Dari hasil hitungan yang sudah diperoleh tersebut kemudian dilakukan perbandingan dengan hasil hitungan dari berbagai perusahaan lainnya. Metode yang paling umum dipergunakan untuk melakukan perbandingan ini ada dua, yaitu: a. Time series analysis, yaitu membandingkan secara antar waktu atau antar periode, dengan tujuan itu nantinya akan terlihat grafik. b. Cross sectional approach, yaitu melakukan perbandingan terhadap hasil hitunga rasio-rasio yang telah dilakukan antara satu perusahaan dan perusahaan lainnya dalam ruang lingkup yang sejenis yang dilakukan secara bersamaan. 4) Melakukan penafsiran (interprettion) terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan. Pada tahap ini analisis melihat kinerja keuangan perusahaan adalah setelah dilakukan ketiga tahap tersebut, selanjutnya dilakukan penafsiran untuk melihat apaapa saja permasalahan dan kendala-kendala yang dialami oleh perbankan tersebut. 5) Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution) terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan
38
Pada tahap terakhir ini, setelah ditemukan berbagai permaslahan yang dihadapi, maka dicarikan solusi guna memberikan suatu input atau masukan agar apa yang menjadi kendala dan hambatan selama ini dapat terselesaikan. E. Review Study Terdahulu 1.
Nida Ulfajriyah. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, 2012. Dengan judul Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Dan Unit Usaha Syariah. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja keuangan suatu Bank. Penelitian ini menggunakan data 8 Bank umum Syariah dan 21 unit usaha Syariah. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif deskriptif. Hasil penelitian menyebutkan bahwa rasio CAR, NPL, ROE, BOPO, LDR, Bank Umum Syariah tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, sedangkan rasio ROA menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dari data tersebut dapat dilihat perbedaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang akan diteliti. Perbedaan tersebut terdapat ada jenis lembaga yang akan di teliti, serta rentang waktu yang lebih panjang dalam pengambilan data, yakni dari tahun 2007-2012.
2.
Dedy Maulana. Jurusan manajemen fakultas ekonomi dan bisnis, 2009. Dengan judul Analisis kinerja keuangan (camels) terhadap kepercayaan investor. Periode penelitian ini adalah tahun 2003- 2008 Bank Syariah Mandiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh CAR, PPAP, APB, NPM, ROA, ROE, LDR dan NIM (rasio CAMELS) terhadap kepercayaan investor secara simultan dan parsial. Serta menganalisis variabel independen (rasio CAMELS) manakah
39
yang paling dominan mempengaruhi variabel dependen (kepercayaan investor). Metode yang digunakan adalah metode regresi linier berganda. Dari hasil penelitian berdasarkan uji simultan (uji F) menunjukkan bahwa delapan variabel independen (CAR, PPAP, APB, NPM, ROA, ROE, LDR, dan NIM) berpengaruh signifikan terhadap keprcayaan investor. Sedangkan berdasarkan uji parsial (uji T) menunjukkan bahwa dari 8 variabel independen hanya 4 yang berpengaruh signifiksn terhadap kepercayaan investor yaitu CAR, PPAP, APB, dan LDR, sedangkan NPM, ROA, ROE, dan NIM tidak berpengaruh secara signifikan. Berdasarkan hasil uji regresi variabel independen yang paling dominan mempengaruhi variabel dependen dalah APB. 3.
Rizky Amalia. Program studi muamalat (perbankan syariah), 2012. Analisis terhadap kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan Bank mandiri Syariah (BSM) dari tahun 2006-2010. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana kesehatan kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan Bank Syariah Mandiri (BSM). Periode penelitian ini adalah tahun 2006-2010. Metode yang digunakan adalah kuantititatif deskriptif. Hasil dari penelitian menyebutkan bahwa pada bank syariah mandiri (BSM) mempunyai kemampuan rentabilitas yang tinggi yang diwakili dari ROA, kinerja laba (ROE) yang meningkat jauh dari 2009 ke 2010, tingkat efisiensi (BOPO) pada tahun 2007dan 2010 juga sangat tinggi dan pada tahun 2006 dan tahun 2009 cukup tinggi. Dari segi modal tahun 2006-2009 berada pada peringkat 1 dan CAR BSM pada tahun 2010 berada pada tingkat 2. Kemampuan likuiditas BSM dari tahun 2006-2008
40
berada pada peringkat 3 dan tahun 2009 dan 2010 berada pada peringkat 2. Untuk Bank muamalat Indonesia (BMI) mempunyai kemampuan rentabilitas yang sangat tinggi dari tahun 2006-2008. Pada tahun 2009 sangat rendah dan pada tahun 2010 kemampuan rentabilitas tinggi tingkat kinerja laba (ROE) dari tahun 2006-2010 memperoleh laba yang sangat tinggi kecuali pada tahun 2009 perolehan laba menurun akan tetapi masih dalam kriteria cukup tinggi. Tingkat efisiensi (BOPO) pada tahun 2006 pada peringkat 2, rentabilitas tinggi. BOPO pada tahun 2007 dan 2008 sangat tinggi sedangkan untuk tahun 2009-2010 tingkat efisiensi BMI sangat rendah. Dari data diatas dapat dilihat perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan diteliti. Perbedaan tersebut terdapat pada cara pengolahan data dan tujuan penelitian sekarang untuk mengetahui apakag terdapat perbedaan yang signifikan antara bank syariah mandiri dan bank muamalat Indonesia. 4.
Erhansyah. Program studi muamalat (perbankan syariah), 2012. Analisis shock macro ekonomi terhadap dana pihak ketiga dan pembiayaan perbankan Syariah saat krisis keuangan global 2007-2009 : pendekatan vektor auto regression. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah/US$ dan pertumbuhan ekonomi terhadap dana pihak ketiga saat krisis keuangan global 2007-2009. Alat uji yang dipakai dalam penelitian ini adalah Vector autoregression (VAR). dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pergerakan atau shock nilai tukar rupiah/ US$ yang fluktuatif ternyata tidak direspon oleh dana pihak ketiga,
41
namun jumlah dana pihak ketiga terus bertambah selama periode penelitian. Shock yang terjadi pada indeks produksi industri yang naik turun tidak mendapat respon dari DPK. Besaran suku bunga BI yang fluktuatif tidak direspon oleh dana pihak ketiga. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan diteliti adalah dari variabel penelitian. Dalam penelitian ini variabel yang dipakai adalah solvabilitas, rentabilitas, kualitas aktiva produktif, efisiensi usaha, dan likuiditas bank yang bersangkutan. Perbedaan lainnya adalah periode penelitian yang lebih lama yaitu penelitian ini akan menggunakan data dari tahun 20072012. F. Kerangka Penelitian Bank Syariah
Bank Muamalat Indonesia
Bank Syariah Mandiri
Analisis Laporan Keuangan
CAR
ROA
ROE
NPF
BOPO
FDR
Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Independent Samples t-test
Uji Kesamaan Variansi Interpretasi/ analisis
42
G. Hipotesis Penelitian Ada dua hipotesis yang digunakan dalam t-test untuk mencapai tujuan penelitian, yakni hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha). Dalam hipotesis nol dinyatakan bahwa nilai rata-rata (mean)dari berbagai populasi tersebut adalah sama (H0:12). Sedangkan pada hipotesis alternatif dinyatakan bahwa nilai rata-rata (mean) untuk berbagai populasi tersebut adalah berbeda (Ha:12). Adapun hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Capital adequacy ratio (CAR) H0 1: tidak terdapat perbedaan kinerja bank syariah dalam periode selama dan setelah krisis ekonomi global 2008 berdasarkan capital adequacy ratio (CAR) Ha 1: terdapat perbedaan kinerja bank syariah dalam periode selama, dan setelah krisis ekonomi 2008 global berdasarkan capital adequacy ratio (CAR)
b.
Return On Asset (ROA) H0 2: tidak terdapat perbedaan kinerja bank syariah dalam periode selama, dan setelah krisis ekonomi global 2008 berdasarkan return on asset (ROA) Ha 2: terdapat perbedaan kinerja bank syariah dalam periode selama, dan setelah krisis ekonomi global 2008 berdasarkan return on asset (ROA)
43
c.
Return On Equity (ROE) H0 3: tidak terdapat perbedaan kinerja bank syariah dalam periode selama, dan setelah krisis ekonomi global 2008 berdasarkan return on asset (ROA) Ha 3: terdapat perbedaan kinerja bank syariah dalam periode selama, dan setelah krisis ekonomi global 2008 berdasarkan return on asset (ROA)
d.
Non Performing Financing (NPF) H0 4: tidak terdapat perbedaan kinerja bank syariah dalam periode selama, dan setelah krisis ekonomi global 2008 berdasarkan non performing financing (NPF) Ha 4: terdapat perbedaan kinerja bank syariah dalam periode selama, dan setelah krisis ekonomi global 2008 berdasarkan non performing financing (NPF)
e.
Biaya Operasional Dibagi Pendapatan Operasional (BOPO) H0 5: tidak terdapat perbedaan kinerja bank syariah dalam periode selama, dan setelah krisis ekonomi global 2008 berdasarkan biaya operasional dibagi pendapatan operasional (BOPO) Ha 5: terdapat perbedaan kinerja bank syariah dalam periode selama, dan setelah krisis ekonomi global 2008 berdasarkan biaya operasional dibagi pendapatan operasional (BOPO).
44
f.
FDR H0 6: tidak terdapat perbedaan kinerja bank syariah dalam periode selama, dan setelah krisis ekonomi global 2008 berdasarkan financing to deposit ratio (FDR) Ha 6: terdapat perbedaan kinerja bank syariah dalam periode selama, dan setelah krisis ekonomi global 2008 berdasarkan financing to deposit ratio (FDR)
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk kedalam penelitian komparatif. Penelitian komparatif adalah penelitian yang dilakukan untuk membandingkan nilai satu variabel dengan variabel lainnya dalam waktu yang berbeda, penelitian ini menggunakan lebih dari satu sampel. 1 Penelitian ini untuk membandingkan dan menganalisa kinerja bank syariah mandiri dan bank muamalat indonesia selama periode waktu selama krisis dan setelah krisis ekonomi global 2008 (2007-2012) berdasarkan rasio keuangan yang diwakili oleh CAR, ROA, ROE, NPF, FDR, dan BOPO. B. Jenis Dan Sumber Data 1. Jenis data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif (quantitative data), khususnya data diskrit (descrete data) yaitu data yang diperoleh dari perhitungan.2
1
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, Cet. Ke-4, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hlm.7 2 Boediono, Teori dan Aplikasi: Ststistika Dan Probabilitas, (Bandung: Rosda, 2002), hlm. 6-7.
45
46
2. Sumber data Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan kuartal periode 2007-2012. Data yang diperoleh diambil melalui website bank yang bersangkutan. C. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder berupa laporan keuangan tiga bulanan periode 2007-2012 yang diperoleh dari website bank yang menjadi objek penelitian dan bank indonesia. Jenis laporan yang digunakan adalah neraca keuangan, laporan laba rugi, laporan kualitas aktiva produktif, perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum, dan perhitungan rasio keuangan. D. Populasi dan sampel penelitian Populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenakan generalisasi hasil penelitian. 3 Sampel dalam penelitian ini adalah bank umum syariah yaitu bank syariah mandiri dan bank muamalat indonesia. E. Objek penelitian Objek penelitian ini dilakukan pada bank syariah mandiri dan bank muamalat indonesia dalam jangka waktu selama krisis dan setelah krisis ekonomi global 2008 yaitu dari tahun 2007 – 2012. Kinerja kedua bank tersebut dibandingkan antara kinerja bank syariah selama krisis ekonomi 2008 dan setelah krisis ekonomi global 3
Masri Mansoer dan Elin Driana , Statistik Sosial, (Tengerang: Ushul Press, 2009), hlm. 23
47
2008 dan dibandingkan melalui kinerja keuangannya dengan analisis laporan keuangan yang dihitung dari laporan keuangan publikasi masing- masing bank. F. Pengukuran variabel Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menghitung variabel – variabel yang digunakan. Variabel – variabel tersebut yaitu rasio keuangan yang meliputi capital adequacy ratio, return on asset, return on equity, non performing financing, financing to deposit ratio, dan biaya operasional dibagi pendapatan operasional. G. Teknik pengolahan data Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan piranti lunak Microsoft excel 2007 for windows untuk mengitung semua rasio keuangan. Setelah itu data – data tersebut dikonversi kedalam eViews 7 untuk melihat statistic deskriptif masing-masing bank, lalu data-data tersebut dikonversi ke SPSS release 18 for windows untuk selanjutnya dianalisa menggunakan uji kesamaan variansi (levene’s test) dan uji beda dua rata-rata (independent samples T-test). H. Teknik analisis data Dalam penelitian ini pengolahan data untuk membandingkan kinerja keuangan antara bank syariah mandiri dan bank muamalat indonesia dalam jangka waktu selama krisis dan setelah krisis ekonomi globall 2008 menggunakan uji statistic dengan uji-t independen yang berupa uji kesamaan ragam variansi dan uji beda dua
48
rata- rata. Untuk menguji kesamaan ragam variansi, alat uji statistic yang digunakan adalah levene’s test. Sedangkan untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan yang signifikan antar arata-rata dua sampel, alat uji statistic yang digunakan adalah independent samples T-test. 1.
Kesamaan ragam variansi Terdapat beberapa prosedur yang digunakan untuk menguji kesamaan ragam
variansi kedua sampel, antara lain adalah dengan levene’s test dan F test. Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan variansi antara kedua kelompok atau tidak. Jika probabilitas(sig.) dari levene’s test lebih besar dari nilai α (0,05), hal ini berarti varians kedua kelompok adalah sama, maka probabilitas (sig.) uji-t yang dibaca adalah
pada baris pertama (equal variances assumed). Tetapi jika
perobabilitas (sig.) dari levene’s test lebih kecil atau sama dengan nilai α (0,05), hal ini berarti bahwa kedua varians kedua kelompok adalah tidak sama (berbeda), maka probabilitas (sig.) uji-t yang dibaca adalah pada baris kedua (equal variances not assumed). Pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: Jika probabilitas (sig.) > 0,05 maka H0 diterima. Jika probabilitas (sig.) < 0,05 maka H0 ditolak. Berdasarkan perbandingan Fhitung dan F tabel: df pembilang = jumlah variabel – 1 df penyebut = jumlah data – jumlah variabel. Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima.
49
2.
Uji t ( independent samples T-test) Uji statistic t-test digunakan untuk membandingkan rata-rata (mean ) dua
populasi atau sampel. Alat uji statistic yang digunakan adalah independent samples Ttest, yaitu untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan yang siginifikan antara ratarata dua sampel. Mekanisme t-test dapat dijelaskan dengan beberapa tahapan berikut ini: a.
Menentukan hipotesis Terdapat dua hipotesis dalam t-test, yaitu hipotesis nol (H0) dan hipotesis
alternatif (Ha). Dalam hipotesis nol dinyatakan bahwa nilai rata-rata (mean) dari berbagai populasi tersebut adalah sama (H0: µ1 = µ2). Sedangkan pada hipotesis alternative dinyatakan bahwa nilai rata-rata (mean) untuk berbagai populasi tersebut adalah berbeda (Ha : µ1 ≠ µ2) b.
Menghitung rata-rata (mean)
X1=
SX 1 n1
X2=
SX 2 n2
Dimana: X
1
= pengukuran karakteristik kelompok 1
X
2
= pengukuran karakteristik kelompok 2
50
c.
Rumus t-value jenis sampel bebas (independent samples) untuk menguji H0
( X 1 - X 2 ) - (m 1 - m 2 ) S x1 - S x 2
t=
2 2 n 1s 1 + n 2 s 2 æ 1 1 ö ç + ÷ (n 1 + n 2 - 2) çè n 1 n 2 ÷ø
Sx1 – Sx2 = Dimana: X
d.
1
dan X
2
= rata-rata sampel kelompok 1 dan kelompok 2
S12 dan S22
= varian rata-rata / estimasi varian populasi σ2
N1 dan n2
= ukuran sampel kelompok 1 dan 2
Derajat kebebasan (degree of freedom) Df = (n1 + n2) – 2
e.
Pengambilan keputusan Jika probabilitas (sig.) > 0.05 maka H0 diterima Jika probabilitas (sig.) < 0.05 maka H0 ditolak Berdasarkan perbandingan thitung dan ttabel: Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak Jika thitung < ttabel maka H0 diterima
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.
Gambaran umum PT Bank Muamalat Indonesia Sejarah Berdirinya BMI PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 1 November 1991, yang
diprakarsai oleh beberapa tokoh majelis uama Indonesia (MUI) dan beberapa cendekiawan muslim yang kemudian bergabung dalam ikatan cendekiawan muslim se-Indonesia (ICMI) serta pemerintah. Bank Muamalat mulai beroperasi pada 1 Mei 1992 dengan dukungan tokoh-tokoh dan pemimpin muslim terkemuka serta beberapa pengusaha muslim, pendirinya juga mendapat dukungan masyarakat berupa komitmen pembelian saham senilai Rp 84 milliar pada saat penandatanganan akta pendirian perseroan.selanjutnya dalam acara silaturrahmi pendirian di istana bogor diperoleh tambahan modal dari masyarakat jawa barat sebesar 22 milliar sehingga menjadi Rp 106 milliar sebagai wujud dukungan. 1 Pada tanggal 27 Oktober 1994, bank muamalat Indonesia berhasil menyandang predikat sebagai bank devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisinya sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan.
1
Annual report bank muamalat 2009, diakses dari www.bankmuamalatindonesia.com. Diakses pada tanggal 28 agustus 2013, jam 10.30 wib.
51
52
Krisis moneter tahun 1997 – 1998 telah memporak-porandakan sebagian besar perekonomian Asia tenggara. Sektor perbankan nasional terbelit negative spread dan bencana kredit macet. Akibatnya sejumlah bank mengalami kondisi terburuk dalam pengawasan badan penyehatan perbankan nasional (BPPN) dan terpaksa harus memperoleh rekapitalisasi dari pemerintah. Bank muamalat Indonesia yang merupakan satu-satunya bank dengan system syariah pada saat itu terjaga dari negative spread sehingga bank syariah pertama ini tetap bertahan dalam kategori A yang tidak membutuhkan pengawasan BPPN maupun rekapitalisasi pemerintah. Dalam upaya memperkuat permodalan, bank muamalat mendapat tanggapan positif dari Islamic development bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah Saudi Arabia, sebagai salah satu pemodal potensial. Pada rapat umum pemegang saham 21 juni 1999, IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham bank muamalat. Kurun waktu antara 1999 dan 2002 merupakan masa yang penuh tantangan dan keberhasilan bagi bank muamalat. Dalam periode tersebut, bank muamalat berhasil membalikkan keadaan dari kondisi rugi menjadi laba, tentunya ini juga tidak lepas dari kinerja dan dedikasi setiap kru muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni, sehingga bank muamalat berhasil melalui masa sulit dan bangkit dari keterpurukan yang diawali dengan pengangkatan direksi baru dari internal. Pada tahun 1998 hingga 2007, total asset bank muamalat meningkat mendfekati 2.100% dan ekuitas tumbuh sebesar 2.000%. Perkembangan tersebut menambah jumlah asset bank muamalat menjadi Rp 10,57 triliun di akhir tahun 2007,
53
dengan modal pemegang saham mencapai Rp 846,16 miliar dan pencapaian laba bersih sebesar Rp 145,33 miliar sehingga menjadikannya sebagai bank syariah yang paling menguntungkan di Indonesia. 2 Setelah tumbuh sehat selama satu dasawarsa, bank muamalat memandang tahun 2009 sebagai saat yang tepat untuk merestrukturisasi serta memperkokoh landasan usaha demi pertumbuhan di masa depan. Sekalipun dunia dilanda krisis keuangan maupun resesi ekonomi, sector perbankan syariah di Indonesia tatap kokoh. Prospek pertumbuhannya di masa depan pun sangat menjanjikan. 2.
Gambaran umum bank syariah mandiri Sejarah berdirinya BSM3 Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis
politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian nasional. Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didominasi oleh bank-bank konvensional menyebabkan
mengalami pemerintah
kesulitan Indonesia
yang
sangat
terpaksa
parah.
mengambil
Keadaan tindakan
tersebut untuk
merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November 1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank syariah di
2 3
Annual Report Bank Muamalat 2009, diakses dari www.bankmuamalatindonesia.com. Annual Report Bank Syariah Mandiri 2010. diakses dari www.banksyariahmandiri.com.
54
Indonesia. Undang-Undang tersebut memungkinkan bank beroperasi sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah. PT Bank Susila Bakti (PT Bank Susila Bakti) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi berupaya keluar dari krisis 1997 - 1999 dengan berbagai cara. Mulai dari langkahlangkah menuju merger sampai pada akhirnya memilih konversi menjadi bank syariah dengan suntikan modal dari pemilik. Dengan terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, BankExim dan Bapindo) ke dalam PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999, rencana perubahan PT Bank Susila Bakti menjadi bank syariah (dengan nama Bank Syariah Sakinah) diambil alih oleh PT Bank Mandiri (Persero). PT Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung sepenuhnya dan melanjutkan rencana perubahan PT Bank Susila Bakti menjadi bank syariah, sejalan dengan keinginan PT Bank Mandiri (Persero) untuk membentuk unit syariah. Langkah awal dengan merubah Anggaran Dasar tentang nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah Sakinah berdasarkan Akta Notaris: Ny. Machrani M.S. SH, No. 29 pada tanggal 19 Mei 1999. Kemudian melalui Akta No. 23 tanggal 8 September 1999 Notaris: Sutjipto, SH nama PT Bank Syariah Sakinah Mandiri diubah menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP. BI/1999 telah memberikan ijin perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah kepada PT Bank Susila Bakti. Selanjutnya dengan Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank
55
Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999 tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia telah menyetujui perubahaan nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999 merupakan hari pertama beroperasinya PT Bank Syariah Mandiri. Kelahiran Bank Syariah Mandiri merupakan buah usaha bersama dari para perintis bank syariah di PT Bank Susila Bakti dan Manajemen PT Bank Mandiri yang memandang pentingnya kehadiran bank syariah di lingkungan PT Bank Mandiri (Persero). PT Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT Bank Syariah Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di Indonesia. B. Kinerja Bank Muamalat Indonesia 1.
Kinerja Bank Muamalat Indonesia Selama Krisis Ekonomi Global 2008. Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan bank muamalat
indonesia yang dipublikasikan melalui websitenya, diketahui nilai rata-rata CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR terdapat dalam tabel 4.1 berikut:
56
Tabel 4.1 Nilai rata-rata CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO dan FDR Bank Muamalat Indonesia Periode 2007-2009 Tahun
CAR
ROA
ROE
NPF
BOPO
FDR
2007
11,12
2,34
23,76
4,775
82,42
101,01
2008
11,01
2,75
34,55
4,33
77,87
102,36
2009
11,37
1,39
21,84
5,98
88,91
91,86
Sumber: Laporan Keuangan Bank Muamalat Indonesia Selain itu, untuk memudahkan dalam mendeskripsikan variabel penelitian ini, berdasarkan data rasio keuangan dari laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia tahun 2007-2009 maka dapat diketahui nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian yang dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, FDR Bank Muamalat Indonesia Selama Krisis Ekonomi Global 2008 CAR
ROA
ROE
NPF
BOPO
FDR
mean
11.18000 2.128000 27.31300 5.082000 83.19600 97.89600
median
11.28000 2.505000 30.94000 4.775000 80.51500 98.80000
maximum
12.29000 3.040000 42.13000 8.860000 95.71000 106.3900
minimum
9.640000 0.450000 8.030000 2.960000 75.76000 85.82000
std. dev
0.686035 0.922916 11.52557 1.772298 7.188231 6.666624
probability
0.460949 0.363277 0.614190 0.521880 0.442769 0.700656
Sumber: data Eviews 7 yang telah diolah
57
a. CAR (capital adequacy ratio) Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 nilai CAR BMI tahun 2007 sebesar 11,12, tahun 2008 sebesar 11,01, dan tahun 2009 sebesar 11,37. Nilai maximum CAR pada periode 2007-2009 sebesar 12,90% dan nilai minimum sebesar 9,64%. Dengan melihat nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa CAR BMI selama periode 2007-2009 berada diatas standar yang ditetapkan oleh bank Indonesia yaitu minimal 8%. Sehingga dapat dikatakan bahwa BMI selama periode krisis ekonomi 2008 telah memenuhi syarat CAR sebagaimana yang ditetapkan oleh BI. Sementara untuk melihat berapa besar simpangan data pada rasio CAR dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean) sebesar 11,18% dengan standar deviasi (SD) sebesar 0,69% dimana nilai standar deviasi ini lebih kecil daripada nilai rata-rata sehingga data variabel CAR dapat dikatakan baik. Berdasarkan PBI, skor CAR BMI selama krisis memiliki skor sebesar 90. b. ROA (return on asset) Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 rasio ROA selama periode 2007- 2009 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2007 ROA BMI sebesar 2,34, kemudian mengalami kenaikan sebesar 2,75 pada tahun 2008, tetapi pada tahun 2009 mengalami penurunan yang cukup banyak ke nilai 1,39 pada tahun 2010. Nilai maximum ROA sebesar 3,04% dan nilai minimum sebesar 0,45%. hal ini menunjukkan bahwa ROA BMI selama krisis ekonomi 2008 belum memenihi peraturan BI bahwa bank yang masuk dalam kategori sehat adalah bank yang memiliki nilai minimum 1,5%. Sementara standar deviasi ROA sebesar 0,92% dengan nilai rata-rata ROA sebesar 2,13%. Hal
58
ini menunjukkan simpangan data yang nilainya lebih kecil daripada meannya menunjukkan data variabel ROA baik. Berdasarkan PBI, nilai ROA BMI selama krisis mempunyai skor sebesar 100. c. ROE (return on equity) Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 pada periode 2007-2009 ROE BMI mengalami fluktuasi. Pada tahun 2007 ROE BMI sebesar 23,76%, pada tahun 2008 mengalami kenaikan yang cukup signifikan sampai sebesar 34,55 dan pada tahun 2009 kembali mengalami penurunan kenilai 21,84%. Nilai maximum ROE sebesar 42,13% dan nilai minimum sebesar 8,03. Nilai rata-rata variabel ROE sebesar 27,31% dengan simpangan data sebesar 11,52%. Hal ini menunjukkan bahwa data variabel ROE baik karena nilai simpangan data lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata (mean) d. NPF (non performing financing) Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 rasio aktiva bermasalah BMI selama periode 2007-2009 cukup fluktuatif. Awalnya mengalami penurunan dari sebesar 4,775% sampai 4,33%. Hal ini baik dikarenakan jika pembiayaan yang dilakukan oleh bank hanya sedikit yang bermasalah berarti pembiayaan yang dilakukan sudah tepat dan bank akan mendapatkan keuntungan yang tinggi. Namun, pada tahun 2009 kembali mengalami kenaikan sebesar 5,98%. Nilai maximum NPF sebesar 8,86% dan nilai minimum sebesar 2,96. Hal ini menunjukkan bahwa variabel NPF BMI selama krisis ekonomi 2008 belum berada pada standar BI sebesar 5%. Sementara standar deviasi NPF sebesar 1,77% dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 5,08% yang menunjukkan bahwa data variabel NPF baik karena nilai rata-rata lebih besar dibandingkan nilai
59
standar deviasi. Berdasarkan PBI, nilai NPF BMI selama krisis mempunyai skor sebesar 80. e. BOPO (biaya operasioanal dibagi pendapatan operasional) Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 rasio BOPO selama periode 2007-2009 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2007 sebesar 82,42%, kemudian pada tahun 2008 sebesar 77,87%, dan pada tahun 2009 mengalami kenaikan yang cukup signifikan ke nilai 88,91%.nilai maximum BOPO sebesar 95,71% dan nilai minimum sebesar 75,76%. Dengan melihat nilai maximum dan minimum terlihat bahwa BOPO BMI pada periode 2007-2009 belum berada pada kondisi ideal yang ditetapkan BI yaitu dibawah atau sama dengan 92%. Sementara untuk melihat berapa besar simpangan data pada rasio BOPO dilihat dari standar deviasinya yaitu 7,19% dengan bilai ratarata (mean) sebesar 83,20%. Dalam hal ini data variabel BOPO bisa dikatakan baik karena nilai standar deviasinya lebih kecil daripada nilai meannya. Berdasarkan PBI, nilai BOPO BMI selama krisis mempunyai skor sebesar 100. f. FDR (financing to deposit ratio) Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 selama periode 2007-2009 terlihat bahwa FDR BMI mengalami fluktuasi. Nilai FDR BMI pada tahun 2007 sebesar 101,01, tahun 2008 naik sebesar 102,36%, dan tahun 2009 turun kenilai 91,86%. Nilai maximum variabel FDR sebesar 106,39% dan nilai minimum sebesar 85,82%. Dalam hal ini bisa dikatakan bahwa variabel FDR BMI selama perode 2007-2009 telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh BI yaitu antara 85% - 110%, FDR BMI sudah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh bank Indonesia. Sementara untuk melihat
60
berapa besar simpangan data pada rasio FDR dilihat dari standar deviasinya yaitu sebesar 6,67% dengan nilai rata-rata sebesar 97,90%. Dalam hal ni data variabel FDR bisa dikatan baik karena nilai standar deviasinya lebih kecil daripada nilai meannya. Berdasarkan PBI, nilai FDR BMI selama krisis mempunyai skor sebesar 100. 2.
Kinerja Bank Muamalat Indonesia Setelah Krisis Ekonomi Global 2008. Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan bank muamalat
indonesia yang dipublikasikan melalui websitenya, diketahui nilai rata-rata CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR terdapat dalam tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3 Nilai Rata-Rata CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO dan FDR Bank Muamalat Indonesia Periode 2010-2012 Tahun
CAR
ROA
ROE
NPF
BOPO
FDR
2010
12,14
1,18
18,95
4,95
91,29
96,00
2011
12,17
1,54
21,13
4,04
85,48
92,37
2012
12,13
1,57
27,87
2,39
84,67
99,172
Sumber: laporan keuangan bank muamalat Indonesia Selain itu, untuk memudahkan dalam mendeskripsikan variabel penelitian ini, berdasarkan data rasio keuangan dari laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia tahun 2010-2012 maka dapat diketahui nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian yang dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:
61
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, FDR Bank Muamalat Indonesia Setelah Krisis Ekonomi Global 2008 CAR
ROA
ROE
NPF
BOPO
FDR
mean
12.15083
1.432500
22.65167
3.797500 87.15000 95.85167
median
12.09000
1.515000
21.86000
4.260000 85.59000 96.45000
maximum
14.62000
1.740000
29.16000
6.590000 99.68000 103.7100
minimum
10.12000
0.810000
11.54000
1.810000 84.00000 85.52000
std. dev
1.234279
0.257510
5.223929
1.372000 4.342906 5.260834
probability 0.928662
0.121156
0.725426
0.851775 0.000143 0.77389
Sumber: data eViews 7 yang telah diolah a.
Capital adequacy ratio (CAR) Berdasarkan tabel 4.3 dan 4.4 selama periode 2010-2012 terlihat CAR BMI
dalam kondisi yang stabil, dan hanya mengalami kenaikan dan penurunan yang sangat sedikit. Pada tahun 2010 nilai CAR BMI sebesar 12,14%, tahun 2011 sebesar 12,17% dan tahun 2012 sebesar 12,13%. Nilai maximum CAR sebesar 14,62% dan nilai minimum sebesar 10,12%. Nilai mean CAR sebesar 12,15%. Dengan melihat nilai tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa secara statistic rasio CAR BMI selama periode penelitian berada diatas standar yang ditetapkan oleh BI yaitu minimal 8%. Sehingga dapat dikatakan bahwa BMI telah memenuhi syarat CAR sebagaimana ditetapkan oleh BI. Sementara untuk melihat berapa simpangan data pada rasio CAR dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean) sebesar 12,15% dengan standar deviasi sebesar 1,23% dimana nilai standar deviasi ini lebih kecil daripada rata-rata CAR
62
sehingga data CAR dapat dikatakan baik. Berdasarkan PBI, nilai CAR BMI setelah krisis mempunyai skor sebesar 90. b.
Return on assets (ROA) Berdasarkan tabel 4.3 dan 4.4 Rasio ROA BMI selama periode 2010-2012
mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 nilai ROA BMI sebesr 1,18%, tahun 2011 sebesar 1,54%, dan tahun 2012 sebesar 1,57%. Nilai maximum CAR sebesar 1,74 dan nilai minimum sebesar 0,81%. Hal ini menunjukkan bahwa ROA BMI periode setelah krisis ekonomi 2008 belum memenihi peraturan BI bahwa bank yang masuk dalam kategori sehat adalah bank yang memiliki nilai minimum 1,5%.
Dengan
melihat nilai rata-rata (mean) ROA sebesar 1,43% dengan standar deviasi sebesar 0,26%, maka dapat dikatakan bahwa data variabel ROA BMI peiode 2010-2012 baik karena nilai standar deviasi yang lebih kecil daripada nilai meannya. Berdasarkan PBI, nilai ROA BMI setelah krisis mempunyai skor sebesar 90. c.
Return on equity (ROE) Berdasarkan tabel 4.3 dan 4.4 ROE BMI pada periode 2010-2012 mengalami
peningkatan. Pada tahun 2010 ROE BMI sebesar 18,95%, tahun 2011 sebesar 21,13% dan tahun 2012 sebesar 27,87%. Dalam hal ini ROE BMI dikatakan baik karena semakin besar nilai ROE, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang diperoleh oleh bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Nilai maximum ROE sebesar 29,16% dan nilai minimum sebesar 11,54. Sementara standar deviasi ROE sebesar 5,22% dengan nilai mean sebesar
63
22,65%. Hal ini menunjukkan bahwa data ROE BMI baik karena nilai standar deviasi lebih kecil daripada nilai meannya. d.
Non performing financing (NPF) Berdasarkan tabel 4.3 dan 4.4 NPF BMI selama periode 2010-2012
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 sebesar 4,95%, pada tahun 2011 sebesar 4,04% dan tahun 2012 sebesar 2,39%. Nilai maximum FDR BMI periode 2010-2012 sebesar 6,59 dan nilai minimum sebesar 1,81%. Dalam hal ini NPF BMI belum memenuhi standar maximum yang ditetapkan oleh BI yaitu sebesar 5%. Nilai ratarata (mean) BMI sebesar 3,79% dengan standar deviasi sebesar 1,37%, hal tersebut menunjukkan data NPF baik karena nilai standar deviasi yang lebih kecil daripada nilai meannya. Berdasarkan PBI, nilai NPF BMI setelah krisis mempunyai skor sebesar 90. e.
Beban operasional pendapatan operasional (BOPO) Berdasarkan tabel 4.3 dan 4.4 Nilai rasio BOPO BMI periode 2010-2012
mengalami penurunan. Pada tahun 2010 nilai BOPO BMI sebesar 91,29%, tahun 2011 sebesar 85,43% dan tahun 2012 sebesar 84,76%. Nilai maximum BOPO sebesar 99,68% dan nilai minimum sebesar 84,00%. Secara statistik, rasio BOPO BMI tidak memenuhi standar ideal yang ditetapkan oleh BI yang menyatakan standar ideal BOPO dibawah atau sama dengan 92% (≤92%). Dengan melihat nilai rata-rata (mean) sebesar 87,15% dengan standar deviasi sebesar 4,34% maka dapat dikatakandata variabel BOPO baik karena nilai standar deviasi lebih kecil daripada
64
nilai meannya. Berdasarkan PBI, nilai BOPO BMI setelah krisis mempunyai skor sebesar 90. f.
Financing to deposit ratio (FDR) Berdasarkan data pada tabel diatas, FDR BMI selama periode 2010-2012
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 sebesar 96,00%, tahun 2011 sebesar 92,37% dan tahun 2012 sebesar 99,72%. Variabel FDR mempunyai nilai rata-rata sebesar 95,85% dengan nilai maximum sebesar 103,71% dan nilai minimum sebesar 85,52%. Dengan melihat hal tersebut dapat disimpulkan bahwa secara statistic FDR BMI periode 2010-2012 sudah memenuhi standar bank indoneisa yaitu antara 85% 110%. Sementara untuk melihat berapa besar simpangan data pada rasio FDR dilihat dari standar deviasinya sebesar 5,26%. Dalam hal ini data variabel FDR bisa dikatakan baik karena nilai standar deviasinya lebih kecil daripada nilai meannya. Berdasarkan PBI, nilai FDR BMI setelah krisis mempunyai skor sebesar 100. C. KINERJA BANK SYARIAH MANDIRI 1. Kinerja Bank Syariah Mandiri Selama Krisis Ekonomi Global 2008 Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan bank syariah mandiri yang dipublikasikan melalui websitenya, diketahui nilai rata-rata CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR terdapat dalam tabel 4.5 berikut:
65
Tabel 4.5 Nilai Rata-Rata CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO Dan FDR Bank Syariah Mandiri Periode 2007-2009 Tahun
CAR
ROA
ROE
NPF
BOPO
FDR
2007
13,07
1,22
12,76
3,64
81,15
93,6
2008
12,12
1,08
11,28
2,34
78,18
92,12
2009
13,60
2,10
40,33
1,89
73,43
82,93
Sumber: Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri Selain itu, untuk memudahkan dalam mendeskripsikan variabel penelitian ini, berdasarkan data rasio keuangan dari laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia tahun 2007-2009 maka dapat diketahui nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian yang dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini: Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, FDR Bank Muamalat Indonesia Selama Krisis Ekonomi Global 2008 CAR
ROA
ROE
NPF
BOPO
FDR
mean
12.90700 1.519000 23.19900 2.422000 76.87800 88.74400
median
12.54500 1.485000 15.24000 2.190000 77.95000 89.16500
maximum
14.73000 2.230000 44.20000 3.890000 81.34000 99.11000
minimum
11.54000 0.490000 5.390000 1.340000 72.05000 73.88000
std. dev
0.994653 0.590620 15.11688 0.731677 3.228666 6.818364
probability 0.75285
0.703480 0.50886
Sumber: data eViews 7 yang telah diolah
0.599895 0.688771 0.562608
66
a.
Capital adequacy ratio (CAR) Berdasarkan tabel 4.5 dan 4.6 Selama periode 2007 – 2009 terlihat bahwa
CAR bank syariah mandiri mengalami fluktuasi. Pada awal periode penelitian tahun 2007 nilai CAR BSM sebesar 13,07%, kemudian mengalami penurunan sebesar 12,12% pada tahun 2008 dan kembali mengalami kenaikan pada tahuun 2009 sebesar 13,60%. Nilai maximum CAR BSM periode 2007-2009 sebesar 14,73% dan nilai minimum sebesar 11,54%. Walaupun CAR BSM periode 2007-2009 mengalami fluktuasi namun BSM sudah memenuhi criteria ideal yang ditetapkan oleh bank Indonesia yaitu 8%. Sementara nilai rata-rata CAR BSM sebesar 12,90% dengan standar deviasi sebesar 0,99%. Dalam hal ini data variabel CAR BSM dapat dikatakan baik karena nilai standar deviasi lebih kecil daripada nilai meannya. Berdasarkan PBI, nilai CAR BSM selama krisis mempunyai skor sebesar 90. b.
Return on asset (ROA) Berdasarkan tabel 4.5 dan 4.6 Selama periode 2007-2009 ROA bank syariah
mandiri mengalami fluktuasi. Pada tahun 2007 ROA BSM sebesar 1,22 kemudian pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 1,08% dan pada tahun 2009 kembali mengalami kenaikan sebesar 2,10%. Nilai maximum ROA sebesar 2,23% dan nilai minimum sebesar 0,49%. Dalam hal ini nilai ROA BSM belum memenuhi standar ROA yang ditetapkan oleh BI yaitu diatas 1,5%. Nilai rata-rata ROA BSM sebesar 1,51% dengan stander deviasi sebesar 0,59%. Dalam hal ini data variabel ROA BSM periode 2007-2009 dapat dikatakan baik karena nilai standar deviasi yang lebih kecil
67
daripada nilai meannya. Berdasarkan PBI, nilai ROA BSM selama krisis mempunyai skor sebesar 90. c.
Return on equity (ROE) Berdasarkan tabel 4.5 dan 4.6 ROE BSM pada periode 2007-2009 mengalami
fluktuasi yang cukup signifikan. Pada tahun 2007 ROE BSM sebesar 12,76% lalu pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 11,28, namun pada tahun 2009 mengalami kenaikan yang sangat signifikan sebesar 40,33%. Nilai maximum ROE sebesar 44,20% dan nilai minimum sebesar 5,39%. Nilai rata-rata (mean) ROE BSM sebesar 23,20% dengan standar deviasi sebesar 15,11%. Dalam hal ini data variabel ROE dapat dikatakan baik karena nilai standar deviasi yang lebih kecil daripada nilai meannya. d.
Non performing financing (NPF) Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rasio NPF periode 2007-2009
mengalami penurunan. Pada tahun 2007 sebesar 3,64%, tahun 2008 sebesar 2,34% dan tahun 2009 sebesar 1,89%. Nilai maximum NPF sebesar 3,90% dan nilai minimum sebesar 1,34%. Hal ini menunjukkan bahwa NPF BSM sudah berada dalam kondisi ideal menurut ketentuan BI karena berhasil membuat penurunan jumlah NPF kurang dari 5% (jumlah maksimum NPF). Nilai rata-rata NPF BSM sebesar 2,42% dengan standar deviasi sebesar 0,73%. Hal ini berarti data variabel NPF BSM dapat diakatan baik karena nilai standar deviasi yang lebih kecil dari nilai rata-ratanya. Berdasarkan PBI, nilai NPF BSM selama krisis mempunyai skor sebesar 100.
68
e.
Beban operasional pendapatan operasional (BOPO) Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai rasio BOPO BSM periode
2007-2009 mengalami penurunan. Pada tahun 2007 sebesar 81,15%, tahun 2008 sebesar 78,18% dan tahun 209 sebesar 73,43%. Nilai maximum sebesar 81,34% dan nilai minimum sebesar 72,05%. Dalam hal ini nilai BOPO BSM sudah berada dalam kondisi ideal yang ditetapkan oleh BI jika mengacu pada ketentuan bank Indonesia yang menyatakan standar ideal BOPO dibawah atau sama dengan 92% (≤92%). Dengan nilai rata-rata sebesar 76,88% dan nilai standar deviasi sebesar 3,23% menunjukkan bahwa data variabel BOPO baik karena nilai standar deviasi yang lebih kecil daripada nilai rata-ratanya. Berdasarkan PBI, nilai BOPO BSM selama krisis mempunyai skor sebesar 100. f.
Financing to deposit ratio (FDR) Berdasarkan tabel 4.5 dan 4.6 Selama periode 2007-2009 terlihat bahwa FDR
BSM terus mengalami penurunan. Pada tahun 2007 sebesar 93,6%, tahun 2008 sebesar 92,12% dan pada tahun 2009 sebesar 82, 93%. Nilai maximum FDR BSM sebesar 99,11% dan nilai minimum sebesar 73,88%. Nilai rata-rata FDR sebesar 88,74% dan nilai standar deviasi sebesar 6,82. Hal ini menunjukkan bahwa data variabel FDR baik karena nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-ratanya. Berdasarkan PBI, nilai FDR BSM selama krisis mempunyai skor sebesar 100.
69
2.
Kinerja Bank Syariah Mandiri Setelah Krisis Ekonomi Global 2008 Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan bank syariah mandiri
yang dipublikasikan melalui websitenya, diketahui nilai rata-rata CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR terdapat dalam tabel 4.7 berikut: Tabel 4.7 Nilai Rata-Rata CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO Dan FDR Bank Syariah Mandiri Periode 2010-2012 Tahun
CAR
ROA
ROE
NPF
BOPO
FDR
2010
11,75
2,19
60,38
1,07
73,65
84,48
2011
12,19
2,08
68,63
1,11
74,34
87,11
2012
13,63
2,22
67,9
1,22
71,18
91,94
Sumber: laporan keuangan bank syariah mandiri Selain itu, untuk memudahkan dalam mendeskripsikan variabel penelitian ini, berdasarkan data rasio keuangan dari laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia tahun 2007-2009 maka dapat diketahui nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian yang dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini:
70
Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, FDR Bank Syariah mandiri Setelah Krisis Ekonomi Global 2008 CAR
ROA
ROE
NPF
BOPO
FDR
mean
12.52583 2.165000 65.63917 1.137500 73.06000 87.84750
median
14.46500 2.215000 66.79500 1.140000 73.11000 86.78000
maximum
14.59000 2.300000 74.43000 1.550000 76.44000 94.40000
minimum
10.60000 1.950000 53.10000 0.660000 70.11000 82.54000
std. dev
1.299654 0.106983 5.247781 0.273699 1.901564 3.979610
probability 0.653613 0.492722 0.305560 0.760513 0.847093 0.609506 Sumber: data eViews 7 yang telah diolah a.
Capital adequacy ratio (CAR) Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 Selama periode 2009-2012 rasio CAR BSM
terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 sebesar 11,75%, tahun 2011 sebesar 12,19% dan tahun 2012 sebesar 13,63%. Nilai maximum CAR BSM sebesar 14,59% dan nilai minimum sebesar 10,60%. Dalam hal ini nilai rasio CAR BSM sudah berada pada kondisi ideal yang ditetapkan oleh BI yang jika mengacu pada ketentuan bank Indonesia tentang kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) bahwa standar terbaik atau minimum CAR adalah 8% maka BSM sudah berada pada kondisi ideal karena memiliki nilai CAR diatas ketentuan standar BI. Nilai rata-rataCAR sebesar 12,53% dengan standar deviasi sebesar 1,30%. Dalam hal ini data variabel CAR bisa dikatakan baik karena nilai standar deviasi lebih kecil daripada nilai meannya. Berdasarkan PBI, nilai CAR BSM setelah krisis mempunyai skor sebesar 90.
71
b.
Return on asset (ROA) Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 Rasio ROA BSM selama periode 2010-2012
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 sebesar 2,19%, tahun 2011 sebesar 2,08% dan tahun 2012 sebesar 2,22%. Nilai maximum ROA sebesar 2,30% dan nilai minimum sebesar 1,95%. Hal ini bisa dikatakan bahwa nilai rasio ROA BSM sudah memenuhi kriteria ideal yang ditetapkan oleh BI yaitu 1,5%. Sementara untuk melihat berapa simpangan data pada rasio ROA dilihat dari standar deviasinya yaitu sebesar 0,10% dengan rata-rata (mean) ROA sebesar 2,16%. Dalam hal ini data variabel ROA bisa dikatakn baik karena nilai standar deviasinya lebih kecil daripada nilai meannya. Berdasarkan PBI, nilai ROA BSM setelah krisis mempunyai skor sebesar 100. c.
Return on equity (ROE) Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 Pada periode 2010-2012 ROE BSM mengalami
fluktuasi. Pada tahun 2010 nilai ROE BSM sebesar 60,38%, pada tahun 2011 naik sebesar 68,63%, dan pada tahun 2012 turun sebesar 67,90%. Dalam hal ini, kemampuan BSM dalam mengehasilkan keuntungan paling besar adalah pada tahun 2011. Nilai maximum ROE BSM sebesar 74,43% dan nilai minimum sebesar 53,10%. Nilai rata-rata (mean) sebesar 65,64% dan standar deviasi sebesar 5,25%. Dalam hal ini data variabel ROE bisa dikatakan baik karena nilai standar deviasi yang lebih kecil daripada nilai meannya.
72
d.
Non performing financing (NPF) Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 Rasio aktiva bermasalah BSM selama periode
2010-2012 mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 sebesar 1,07%, pada tahun 2011 sebesar 1,11% dan tahun 2012 sebesar 1,22%. Nilai maximum NPF sebesar 1,55% dan nilai minimum sebesar 0,66%. Namun, jika mengacu pada ketentuan BI tentang standal ideal NPF, maka BSM belum memenuhi criteria ideal yang ditetapkan oleh BI yaitu dibawah 5%. Dengan nilai rata-rata sebesar 1,14% dan standar deviasi sebesar 0,27% dapat dikatakan bahwa data variabel NPF baik karena nilai standar deviasi lebih kecil daripada nilai rata-ratanya. Berdasarkan PBI, nilai NPF BSM setelah krisis mempunyai skor sebesar 100. e.
Biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 Tingkat efisiensi BSM periode 2010-2012
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 BOPO BSM sebesar 73,65%, pada tahun 2011 sebesar 74,34% dan tahun 2012 sebesar 71,18%. Nilai maximum BOPO BSM sebesar 76,44% dan nilai minimum sebesar 70,11%. Nilai BOPO BSM dikatakan baik karena nilainya lebih kecil jika dibandingkan dengan ketetuan BI tentang standar BOPO yaitu dibawah atau sama dengan 92% (≤92%). Dengan nilai rata-rata sebesar 73,06% dan standar deviasi sebesar 1,90% data variabel BOPO dapat dikatakan baik karena nilai standar deviasi yang lebih kecil dari nilai meannya. Berdasarkan PBI, nilai BOPO BSM setelah krisis mempunyai skor sebesar 100.
73
f.
Financing to deposit ratio (FDR) Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 Selama periode 2010-2012 terlihat bahwa FDR
BSM mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 sebesar 84,48, tahun 2011 sebesar 87,11% dan tahun 2012 sebesar 91,94%. Nilai maximum FDR BSM sebesar 94,40% dan nilai minimum sebesar 82,54%. . Namun, jika mengacu pada standar FDR yang ditetapkan oleh bank Indonesia yaitu antara 85% - 110%, maka rasio FDR BSM belum memenuhi criteria ideal yang ditetapkan oleh BI. Dengan nilai rata-rata sebesar 87,84% dan nilai standar deviasi sebesar 3,98% data variabel FDR BSM dapat dikatakan baik karena nilai standar deviasi yang lebih kecil daripada nilai rataratanya. Berdasarkan PBI, nilai FDR BSM setelah krisis mempunyai skor sebesar 100.
74
D. Analisis Deskriptif Atau Comparing Means Variabel Penelitian Selama Krisis Keuangan Global 2008 Tabel 4.9 Descriptive statistics rasio keuangan bank syariah selama krisis keuangan global 2008 Group Statistics
BSMbmi CAR
ROA
ROE
NPF
BOPO
FDR
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
BSM
10
12.9070 .99465
.31454
BMI
10
11.1800 .68604
.21694
BSM
10
1.5190
.59062
.18677
BMI
10
2.1280
.92292
.29185
BSM
10
23.1990 15.11688
4.78038
BMI
10
27.3130 11.52557
3.64470
BSM
10
2.4220
.73168
.23138
BMI
10
5.0820
1.77230
.56045
BSM
10
76.8780 3.22867
1.02099
BMI
10
83.1960 7.18823
2.27312
BSM
10
88.7440 6.81836
2.15616
BMI
10
97.8960 6.66662
2.10817
Sumber: data SPPSS yang telah diolah a.
Capital adequacy ratio (CAR) Pada tabel 4.9 dapat terlihat bahwa bank syariah mandiri (BSM) mempunyai nilai
rata-rata (mean) rasio CAR sebesar 12,90% lebih besar dibandingkkan rasio CAR bank muamalat Indonesia (BMI) sebesar 11,18%. Persentase CAR BSM
75
menggambarkan bahwa nilai CAR BSM lebih bagus dibandingkan dengan nilai CAR BMI. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas prmodalan BSM lebih bagus dari kualitas permodalan BMI. Dilihat dari nilai CAR BMI yang menggambarkan bahwa modal bank lebih kecil dari nilai ATMRnya. Namun, jika mengacu pada ketentuan bank Indonesia tentang kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) bahwa standar terbaik atau minimu CAR adalah 8% maka BSM dan BMI berada pada kondisi ideal karena memiliki nilai CAR diatas ketentuan standar BI. b.
Return on asset (ROA) Dari tabel 4.9 dapat terlihat bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata (mean) 1,51%
lebih kecil dibandingkan dengan rasio ROA BMI yaitu sebesar 2,12%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah keuntungan yang diperoleh BMI lebih besar bila dilihat dari segi penggunaan aktivanya. Sebaliknya, keuntungan yang diperoleh BSM lebih kecil dikarenakan jumlah penggunaan aktiva lebih banyak. Hal ini berarti selama periode 2007-2009 BMI memiliki nilai ROA lebih baik dibandingkan ROA BSM karena semakin tinggi nilai ROA maka akan semakin baik kualitas dan tingkat keuntungannya. Semakin tinggi nilai ROA mengidentifikasikan semakin baik kualitas manajemen dalam mengelila aktiva untuk meningkatkan pendapatan (keuntungan). Namun, jika mengacu pada ketentuan bank Indonesia yang menyatakan bahwa standar ideal ROA adalah sebesar 1,5% maka BSM dan BMI telah berada dalam kondisi ideal.
76
c.
Return on equity (ROE) Pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata (mean) rasio
ROE sebesar 23,20% (pembulatan dua decimal) lebih kecil dibandingkan dengan rasio ROE BMI sebesar 27,31%. Persentase ROE BMI menunjukka bahwa kemampuan BMI dalam menghasilkan laba dari modal sendiri lebih besar dibandingkan dengan kemampuan BSM dalam menghasilkan laba. Hal ini berarti selama periode 2007-2009 BSM memiliki tingkat kemungkinan bank bermasalah lebih besar dibandingkan dengan BMI. Dalam hal ini, kenaikan harga saham lebih besar dihasilkan oleh BMI. d.
Non performing financing (NPF) Berdasarkan tabel 4.9 terlihat bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata (mean) rasio
NPF sebesar 2,42%. Lebih kecil dibandingkan dengan rasio NPF BMI yaitu sebesar 5,08%. Persentase BMI menunjukkan bahwa bank tersebut memiliki total pembiayaan bermasalah lebih besar daripada nilai total pembiayaan bank, sedangkan BSM memiliki nilai total pembiayaan lebih besar dibandingkan dengan total pembiayaan bermasalah. Hal ini berarti selama periode 2007-2009 BSM memiliki nilai rasio NPF lebih baik dibandingkan dengan BMI, karena semakin rendah nilai NPF maka akan semakin baik kualitas aktiva suatu bank. namun, jika mengacu pada ketentuan bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif (KAP) bahwa standar terbaik NPF adalah dibawah 5% (<5%) maka BSM sudah berada pada kondisi ideal sedangkan BMI belum berada pada kondisi ideal karena memiliki nilai rasio NPF lebih besar dari nilai ideal yang ditentukan bank Indonesia.
77
e.
Beban operasional pendapatan operasional (BOPO) Berdasarkan tabel 4.9 BSM mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar
76,88%(pembulatan dua decimal) lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata (mean) BMI yaitu sebesar 83,20% (pembulatan dua decimal). Persentase BOPO BSM menunjukkan bahwa pendapatan operasionalnya lebih besar daripada biaya operasionalnya begitu sebaliknya dengan BMI mempunyai nilai biaya operasional lebih besar daripada pendapatan operasionalnya. Hal ini menunjukkan selama periode 2007-2009 BSM memiliki BOPO lebih baik dibandingkan dengan BMI, karena semakin rendah nilai BOPO maka akan semakin baik kualitas dan tingkat efisiensinya. Namun, jika mengacu pada ketentuan bank Indonesia yang menyatakan bahwa standar ideal BOPO adalah dibawah atau sama dengan 92% (≤92%), maka BSM dan BMI sudah berada pada kondisi ideal. f.
Financing to deposit ratio (FDR) Berdasarkan tabel 4.9 diatas, maka dapat diketahui bahwa BSM mempunyai nilai
rata-rata (mean) rasio FDR sebesar 88,74% lebih kecil dibandingkan dengan rasio FDR BMI yaitu sebesar 97,90% (pembulatan dua decimal). Persentase FDR mengidentifikasikan tingkat kemampuan bank syariah dalam mengembalikan kewajiban-kewajibannya tanpa terjadi penangguhan. Hal ini berarti selama periode 2007-2009 BMI memiliki FDR lebih baik dibandingkan dengan BSM, karena semakin besar nilai FDR maka akan semakin baik kualitas dan tingkat likuiditasnya. Namun, jika mengacu pada ketentuan bank Indonesia yang menyatakan standar ideal
78
FDR antara 85%-110% maka BSM dan BMI sudah berada pada kondisi ideal yang ditentukan oleh bank Indonesia. E. Analisis deskriptif atau comparing means variabel penelitian setelah krisis keuangan global 2008 Tabel 4.10 Descriptive Statistics Rasio Keuangan Bank Syariah Setelah Krisis Keuangan Global 2008 Group Statistics
BSMbmi CAR
ROA
ROE
NPF
BOPO
FDR
Mean
BSM
12
12.5258
1.29965
.37518
BMI
12
12.1508
1.23428
.35631
BSM
12
2.1650
.10698
.03088
BMI
12
1.4325
.25751
.07434
BSM
12
65.6392
5.24778
1.51490
BMI
12
22.6517
5.22393
1.50802
BSM
12
1.1375
.27370
.07901
BMI
12
3.7975
1.37200
.39606
BSM
12
73.0600
1.90156
.54893
BMI
12
87.1500
4.34291
1.25369
BSM
12
87.8475
3.97961
1.14881
BMI
12
95.8517
5.26083
1.51867
Sumber: data SPSS yang telah diolah
Std. Deviation
Std. Error Mean
N
79
a.
Capital adequacy ratio (CAR) Pada tabel 4.10 dapat terlihat bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata (mean)
rasio CAR sebesar 12,53%. Lebih besar dibandingkan rasio CAR BMI sebesar 12,15%. Persentase CAR BSM menggambarkan bahwa nilai CAR BSM lebih bagus dibandingkan dengan nilai CAR BMI. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas permodalan BSM lebih bagus dari kualitas permodalan BMI. Dilihat dari nilai CAR BMI yang menggambarkan bahwa modal bank lebih kecil dari nilai ATMRnya. Namun, jika mengacu pada ketentuan bank Indonesia tentang kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) bahwa standar terbaik atau minimum CAR adalah 8%, maka BSM dan BMI sudah berada pada kondisi ideal karena memiliki nilai CAR diatas ketentuan standar BI. b.
Return on asset (ROA) Dapat terlihat dari tabel 4.10 bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata (mean)
2,16 % lebih besar dibandingkan dengan rasio ROA BMI yaitu sebesar 1,43. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah keuntungan yang diperoleh BSM lebih besar bila dilihat dari segi penggunaan aktiva. Sebaliknya keuntungan yang diperoleh BMI lebih kecil dikarenakan penggunaan aktiva yang lebih banyak. Hal ini berarti selama periode 2010-2012 BSM memiliki nilai ROA yang lebih baik dibandingkan ROA BMI, karena semakin tinggi nilai ROA mengidentifikasikan semakin baik kualiatas manajemen dalam mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan (keuntungan). Namun, jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan standar ideal ROA adalah
80
sebesar 1,5% maka BSM sudah memenuhi criteria ideal yang ditentuan dan BMI belum berada pada kondisi ideal karena nilai ROA yang lebih kecil dari 1,5%. c.
Return on equity (ROE) Pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata (mean)
rasio ROE sebesar 65,64% (pembulatan dua decimal) lebih besar dibandingkan dengan rasio ROE BMI sebesar 22,65%. Persentase ROE BSM menunjukkan bahwa kemampuan BSM dalam menghasilkan laba dari modal sendiri lebih besar dibandingkan dengan kemampuan BMI dalam menghasilkan laba. Hal ini berarti selam periode 2010-2012 BMI mempunyai tingkat kemungkinan bank bermasalah lebih besar dibandingkan dengan BSM. d.
Non performing financing (NPF) Pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata (mean)
rasio NPF sebesar 1,14% (pembulatan dua decimal) lebih kecil dibandingkan dengan rasio NPF BMI sebesar 3,80% (pembulatan dua decimal). Persentase BMI menunjukkan bahwa bank tersebut memiliki total pembiayaan bermasalah lebih besar daripada nilai total pembiayaan bank, sedangkan BSM memiliki nilai total pembiayaan lebih besar dibandingkan pembiayaan bermasalah. Hal ini menunjukkan berarti bahwa selama periode 2010-2012 BSM memilik nilai rasio NPF yang lebih baik dibandingkan BMI, karena semakin rendah nilai NPF maka akan semakin baik kualitas aktiva suatu bank. namun, jika mengacu pada ketentuan BI tentang kualitas aktiva produktif (KAP) bahwa standar terbaik NPF adalah dibawah 5% (<5%) maka BSM dan BMI sudah berada pada kondisi ideal.
81
e.
Biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) Terlihat dari tabel 4.10 bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar
73,06% lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata (mean) BMI yaitu sebesar 87,15%. Persentase BOPO BSM menunjukkan bahwa pendapatan operasionalnya lebih besar daripada biaya operasioanlnya begitu sebaliknya dengan BMI yang mempunyai nilai biaya operasional lebih besar daripada pendapatan operasionalnya. Hal ini menunjukkan selama periode 2010-2012 BSM memiliki BOPO lebih baik dibandingkan dengan BMI, karena semakin rendah nilai BOPO maka akan semakin baik kualitas dan tingkat efisiensinya. Namun, jaka mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar ideal BOPO adalah dibawah 92% (≤92%) maka BSM dan BMI sudah berada pada kondisi ideal. f.
Financing to deposit ratio (FDR) Berdasarkan tabel 4.10 diatas, maka dapat diketahui bahwa BSM mempunyai
nilai rata-rata (mean) FDR sebesar 87,85% (pembulatan dua decimal) lebih kecil dibandingkan
dengan
rasio
FDR
BMI
yaitu
95,85%.
Persentase
FDR
mengidentifikasikan tingkat kemampuan bank dalam mengembalikan kewajibannya tanpa terjadi penangguhan. Hal ini berarti bahwa selama periode 2010-2012 BMI memiliki FDR lebih baik dibandingkan dengan BSM, karena semakin besar nilai FDR maka akan semakin baik kualitas dan tingkat likuiditasnya. Namun, jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan standar ideal FDR antara 85%-110% maka BSM dan BMI sudah berada pada kondisi ideal yang ditentukan bank Indonesia.
82
F. Pengujian Hipotesis Selama Krisis Ekonomi Global 2008 Tabel 4.11 Hasil Uji Statistic Independent Samples T-Test selama krisis ekonomi Global 2008 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
Equal variances assumed CAR Equal variances not assumed Equal variances assumed ROA Equal variances not assumed Equal variances assumed ROE Equal variances not assumed Equal variances assumed NPF Equal variances not assumed Equal variances assumed BOPO Equal variances not assumed Equal variances assumed FDR Equal variances not assumed
F 2.793
Sig. .112
t-test for Equality of Means
T 4.520
Sig. Mean Std. Error (2df tailed) Difference Difference 18 .000 1.72700 .38210
4.520 15.983 1.323
3.537
4.435
4.246
.149
.265
.076
.050
.054
.704
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper .92424 2.52976
.000
1.72700
.38210
.91692
2.53708
18
.096
-.60900
.34650
-1.33696
.11896
-1.758 15.313
.099
-.60900
.34650
-1.34623
.12823
18
.502
-4.11400
6.01131
-16.74330
8.51530
-.684 16.821
.503
-4.11400
6.01131
-16.80707
8.57907
18
.000
-2.66000
.60633
-3.93386
-1.38614
-4.387 11.981
.001
-2.66000
.60633
-3.98131
-1.33869
-2.535
18
.021
-6.31800
2.49189
-11.55326
-1.08274
-2.535 12.489
.025
-6.31800
2.49189
-11.72385
-.91215
-3.035
18
.007
-9.15200
3.01553
-15.48738
-2.81662
-3.035 17.991
.007
-9.15200
3.01553
-15.48761
-2.81639
-1.758
-.684
-4.387
Sumber: data SPSS yang telah diolah
83
a.
Capital adequacy ratio (CAR) Berdasarkan tabel 4.11 terlihat pada levene’s test diperoleh Fhitung untuk CAR
2,793% dengan probabilitas (sig) 0,112 (>0,05). Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), pada tabel distribusi F diperoleh nilai Ftabel 4,41. Karena Fhitung < Ftabel dan probabilitas (sig) > 0,05, maka dapat dinyatakkan bahwa kedua sampel memiliki kesamaan ragam atau dengan kkata lain tidak terdapat perbedaan ragam varian CAR dari kedua bank tersebut. Pada CAR, karena ragam varian kedua bank tersebut adalah sama maka untuk membandingkan kedua populasi dengan t-test digunakan asumsi kedua varian sama (equal varians assumed). Dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) diperoleh Thitung 4,520 dengan probabilitas (sig) 0,00 (<0,05), sementara itu nilai ttabel sebesar 1,734 (4,520 > 1,734 atau thitung > ttabel). Karena thitung > ttabel maka keputusan yang diambil adalah menolak H0 dan menerima Ha. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kineja BSM dan BMI berdasarkan CAR. b.
Return on asset (ROA) Berdasarkan tabel 4.11 terlihat pada levene’s test diperoleh Fhitung untuk ROA
1,323 dengan probabilitas (sig) 0,265 (>0,05). Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Pada tabel distribusi F diperoleh nilai Ftabel 4,41. Karena Fhitung < Ftabel (sig >0,05), maka dapat dinyatakan bahwa kedua populasi memiliki kesamaan ragan atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan varian dari kedua bank tersebut. Pada ROA karena ragam varian kedua bank tersebut adalah sama maka digunakan (equal variance assumed). Dengan tingkat kepercayaan 95% (0,05) diperoleh thitung 1,758
84
(tanda minus diabaikan) dengan probabilitas (sig) 0,096 (>0,05). Sementara itu nilai ttabel sebesar 1,734 (1,758 > 1,734 atau thitung > ttabel) maka keputusan yang diambil adalah menolak H0 dan menerima Ha. Hal ini berarti terdapat perbedaan antara kinerja BSM dan BMI berdasarkan ROA selama periode 2007-2009 (selama krisis) c.
Return on equity (ROE) Berdasarkan tabel 4.11 terlihat pada levene’s test diperoleh Fhitung untuk ROE
3,537 dengan probabilitas (sig.) 0,76 (>0.05) dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05). Pada tabel distribusi F diperoleh nilai Ftabel = 4,41. Karena Fhitung < Ftabel maka dapat dinyatakan bahwa kedua populasi tersebut memiliki kesamaan ragam atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan varian dari kedua bank tersebut. Pada ROE, karena varian kedua ragam tersebut adalah tidak sama maka untuk membandingkan kedua populasi tersebut dengan t-test digunakan asumsi kedua varian sama (equal variances assumed). Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) diperoleh thitung 0,684 (tanda minus diabaikan) dengan probabilitas (sig.) 0,502 (>0,05), sementara itu nilai ttabel sebesar 1,734. (0,684 < 1,734 atau thitung < ttabel). Karena thitung < ttabel maka keputusan yang diambil adalah menerima H0 dan menolak Ha. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang siginifikan antara kinerja BSM dan BMI berdasarkan ROE selama periode 2007-2009. d.
Non performing financing (NPF) Berdasarkan tabel 4.11 terlihat pada levene’s test diperoleh Fhitung untuk NPF
4,435 dengan probabilitas (sig.) 0.050. dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).
85
Pada tabel distribusi F diperoleh nilai Ftabel 4,41. Karena Fhitung > Ftabel maka dapat dinyatakan bahwa kedua populasi tersebut tidak memiliki kesamaan ragam atau dengan kata lain terdapat perbedaan varian dari kedua bank tersebut. Pada NPF, karena varian kedua ragam tersebut adalah tidak sama maka untuk membandingkan kedua bank tersebut dengan t-test digunakan asumsi kedua varian tidak sama (equal variances not assumed). Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) diperoleh nilai thitung 4,387 (tanda minus diabaikan) dengan probabilitas (sig.) 0,01. Sementara itu nilai ttabel sebesar 1,734 (4,387 > 1,734 atau thitung >ttabel). Karena thitung> ttabel maka keputusan yang diambil adalah mnolak H0 dan menerima Ha. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang siginifikan antara kinerja BSM dan BMI berdasarkan NPF selama periode 2007-2009 (selama krisis) e.
Biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) Berdasarkan tabel 4.11 terlihat pada levene’s test diperoleh Fhitung untuk
BOPO 4,246 dengan probabilitas (sig.) 0,054 (>0,05) dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Pada tabel distribusi F diperoleh nilai Ftabel 4,41. Karena Fhitung < Ftabel, maka dapat dinyatakan bahwa kedua populasi tersebut memiliki kesamaan ragam atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan varian dari kedua bank tersebut. Pada BOPO karena varian kedua ragam tersebut adalah sama maka untuk membandingkan kedua bank tersebut dengan t-test digunakan asumsi kedua varian sama (equal variances assumed). Dengan tingkat kepercayaan 95% (α 0,05) diperoleh thitung 2,535 (tanda minus diabaikan). Sementara itu nilai ttabel sebesar 1,734 (2,535 > 1,734 atau thitung >ttabel). Karena thitung > ttabel maka keputusan yang diambil adalah
86
menoak H0 dan menerima Ha. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang siginifikan antara kinerja BSM dan BMI berdasarkan BOPO selama periode 2007 -2009 (selama krisis). f.
Financing to deposit ratio (FDR) Berdasarkan tabel 4.11 terlihat pada levene’s test diperoleh Fhitung 0,149
dengan probabilitas (sig.) 0,704 (>0,05). Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Pada tabel distribusi F diperoleh nilai Ftabel 4,41. Karena Fhitung < Ftabel maka dapat dinyatakan bahwa kedua populasi tersebut tidak memiliki kesamaan ragam atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan varian dari kedua bank tersebut. Pada FDR karena varian kedua bank tersebut adalah sama maka untuk membandingkan kedua bank tersebut dengan t-test digunakan asumsi kedua varian sama (equal variances assumed) dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) diperoleh thitung 3,035 (tanda minus diabaikan). Sementara itu nilai ttabel sebesar 1,734 (3,035 > 1,734 atau thitung > ttabel). Karena thitung >ttabel maka keputusan yang diambil adalah menolak H0 dan menerima Ha. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja BSM dan BMI berdasarkan FDR selama periode 2007- 2009 (selama krisis)
87
G. Pengujian Hipotesis Setelah Krisis Keuangan Global 2008 Tabel 4.12 Hasil Uji Statistic Independent Samples T-Test Setelah krisis Ekonomi Global 2008 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F CAR Equal variances assumed Equal variances assumed ROA Equal variances assumed Equal variances assumed ROE Equal variances assumed Equal variances assumed NPF Equal variances assumed Equal variances assumed BOP Equal O variances assumed Equal variances assumed FDR Equal variances assumed Equal variances assumed
.342
Sig. .564
t-test for Equality of Means
.725
22
.476
.37500
.51741
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -.69804 1.44804
.725
21.942 .476
.37500
.51741
-.69821
1.44821
9.100
22
.000
.73250
.08050
.56556
.89944
9.100
14.687 .000
.73250
.08050
.56061
.90439
.000
42.98750
2.13753
38.55452 47.42048
20.111 22.000 .000
42.98750
2.13753
38.55452 47.42048
-6.586
22
.000
-2.66000
.40387
-3.49757
-1.82243
-6.586
11.874 .000
-2.66000
.40387
-3.54098
-1.77902
.000
-14.09000
1.36860
16.92830 11.25170
15.068 .000 10.295
-14.09000
1.36860
17.00595 11.17405
-4.203
22
.000
-8.00417
1.90424
-4.05501 11.95332
-4.203
20.484 .000
-8.00417
1.90424
-4.03799 11.97034
T
Df
Sig. (2tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
not 3.601
.071
not .167
.686
20.111 22
not 20.244 .000
not 1.720
.203
not .657
.426
22 10.295
not
Sumber: data SPSS yang telah diolah
88
a.
Capital adequacy ratio (CAR) Berdasarkan tabel 4.12 pada levene’s test diperoleh Fhitung untuk CAR 0,342
dengan probabilitas (sig.) 0,564. Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) pada tabel distribusi F diperoleh nilai Ftabel 4,30. Karena Fhitung < Ftabel maka dapat dinyatakan bahwa kedua populasi memiliki kesamaan ragam varian CAR pada kedua bank tersebut. Pada CAR, karena ragam varian kedua bank tersebut adalah sama maka untuk membandingkan kedua bank tersebut dengan t-test digunakan asumsi kedua varian sama (equal variances assumed). Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) diperoleh thitung sebesar 1,717 (0,725 < 1,717 atau thitung < ttabel). Karena thitung < ttabel maka keputusan yang diambil adalah menerima H0 dan menolak Ha. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja BSM dan BMI berdasarkan CAR. b.
Return on asset (ROA) Berdasarkan tabel 4.12 terlihat pada levene’s test diperoleh Fhitung untuk ROA
3,601 dengan probabilitas (sig.) 0,71. Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) pada tabel distribusi F diperoleh nilai Ftabel 4,30. Karena Fhitung < Ftabel maka dapat dinyatakan bahwa kedua populasi memiliki kesamaan ragam atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan varian dari kedua bank tersebut. Pada ROA karena ragam kedua bank tersebut adalah sama maka digunakan equal variances assumed. Dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05) diperoleh thitung 9,100. Sementara itu nilai ttabel sebesar 1,717 (9,100 > 1,717 atau thitung > ttabel). Karena
89
thitung > ttabel maka keputusan yang diambil adalah menolak H0 dan menerima Ha. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja BSM dan BMI berdasarkan ROA. c.
Return on equity (ROE) Pada tabel 4.12 terlihat pada levene’s test diperoleh Fhitung untuk ROE 0,167
dengan probabilitas (sig.) 0,686. Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) pada tabel distribusi F diperoleh nilai Ftabel 4,30. Karena Fhitung < Ftabel maka dapat dinyatakan bahwa kedua populasi tersebut memiliki kesamaan ragam atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan varian dari kedua bank tersebut. Pada ROE, karena varian kedua ragam tersebut adalah sama maka untuk membandingkan kedua populasi tersebut dengan t-test digunkana asumsi kedua varian sama (equal variances assumed). Dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05) diperoleh thitung 20,111, sementara itu nilai ttabel 1,717 (20,111 > 1,717 atau thitung > ttabel). Karena thitung > ttabel maka keputusan yang diambil adalah menolak H0 dan menerima Ha. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja BSM dan BMI berdasarkan ROE. d.
Non performing financing (NPF) Berdasarkan tabel 4.12 terlihat pada levene’s test diperoleh nilai Fhitung untuk
NPF 20,244 dengan probabilitas (sig.) 0,000. Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) pada tabel distribusi F diperoleh nilai Ftabel 4,30. Karena Fhitung > ftabel maka dapat dinyatakan bahwa kedua populasi tersebut tidak memiliki kesamaan ragam atau dengan kata lain terdapat perbedaan varian dari kedua bank tersebut.
90
Pada NPF, karena varian kedua ragam tersebut adalah tidak sama, maka untuk membandingkan kedua bank tersebut dengan t-test digunakan asumsi kedua varian tidak sama (equal variances not assumed). Dengan tingkat kepercayaan 95% (α= ,05) diperoleh nilai thitung 6,586 (tanda minus diabaikan), sementara itu nilai ttabel sebesar 1,717 (6,586 > 1,717 atau thitung > ttabel). Karena thitung > ttabel, maka keputusan yang diambil adalah menolak H0 dan menerima Ha. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja BSM dan BMI selama periode 2010-2012 (setelah krisis). e.
Biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) Berdasarkan tabel 4.12 terlihat pada levene’s test diperoleh nilai Fhitung untuk
BOPO 1,720 dengan probabilitas (sig.) 0,203, dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05) pada tabel distribusi F diperoleh nilai Ftabel 4,30. Karena Fhitung < Ftabel maka dapat dinyatakan bahwa kedua bank tersebut memiliki kesamaan ragam atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan varian dari kedua bank tersebut. Pada BOPO karena varian kedua ragam tersebut adalah sama maka untuk membandingkan kedua bank tersebut dengan t-test digunakan asumsi kedua varian sama (equal variances assumed). Dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05) diperoleh nilai thitung 10,295 (tanda minus diabaikan). Sementara itu nilai ttabel sebesar 1,717 (10,295 > 1,717 atau thitung > ttabel). Karena Thitung >ttabel, maka keputusan yang diambil adalah menolak H0 dan menerima Ha. Hal ini berarti terdapat prbedaan yang signifikan antara kinerja BSM dan BMI berdasarkan BOPO selama periode 2010-2012 (setelah krisis).
91
f.
Financing to deposit ratio (FDR) Berdasarkan tabel 4.12 terlihat pada levene’s test diperoleh nilai Fhitung 0,657
dengan probabilitas (sig.) 0,426. Dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05) pada tabel distribusi F diperoleh nilai Ftabel 4,30. Karena Fhitung < Ftabel maka dapat dinyatakan bahwa kedua bank tersebut memiliki kesamaan ragam atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan varian dari kedua bank tersebut. Pada FDR karena varian kedua bank tersebut adalah sama maka untuk membandingkan dengan t-test digunakan asumsi kedua varian sama (equal variances assumed). Dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05) diperoleh nilai thitung 4,203 (tanda minus diabaikan), sementara itu nilai ttabel sebesar 1,717 (4,203 > 1,717 atau thitung > ttabel). Karena thitung > ttabel maka keputusan yang diambil adalah menolak H0 dan menerima Ha. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja BSM dan BMI berdasarkan FDR selama periode 2010-2012 (setelah krisis).
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Risky. Analisis Terhadap Kinerja Keuangan Bank Muamalat Indonesia (BMI) Dan Bank Mandiri Syariah (BSM) Dari Tahun 2006-2010. Skripsi S1 Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012. Annual Report Bank Muamalat Indonesia Annual Report Bank Syariah Mandiri Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: pustaka alvabet anggota IKAPI, 2006. Boediono, Teori Dan Aplikasi: Statistika Dan Probabilitas. Bandung: Rosda, 2002. Erhansyah. Analisis Shock Macro Ekonomi Terhadap Dana Pihak Ketiga Dan Pembiayaan Perbankan Syariah Saat Krisis Keuangan Global 2007-2009 : Pendekatan Vektor Auto Regression. Skripsi S1 Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012. Huda, Nurul Dan Mustafa Edwin Nasution, Current Issues Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana,2009. hasan, Iqbal. Analisis Data Penelitian Dengan Statistic, cet. Ke-4. Jakarta: PT bumi aksara, 2009. Fahmi, Irham. Manajemen Kinerja: Teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta, 2010. Ismail, Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta: Kencana, 2010. Jumingan. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Kasmir, Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Rajawali Press, 2009. Lapoliwa, N Dan Daniel S. Kuswandi, Akuntansi PerBankan, Akuntansi Transaksi Bank Dalam Valuta Rupiah. Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 2000. Mansoer, Masri Dan Elin Driana , Statistik Sosial, Tangerang: Ushul Press, 2009.
Maulana, Dedy. Analisis Kinerja Keuangan (Camels) Terhadap Kepercayaan Investor. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009. Munawir, Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN, 2002. Rifai, Veithzal Dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2008. Syafri, Sofyan Harahap, Teori Akuntansi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. Syahrial, Demawan Dan Djahotman Purba, Analisa Laporan Keuangan- Cara Mudah Dan Praktis Memahami Laporan Keuangan, Edisi Pertama. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011. Taswan, Manajemen Perbankan: Konsep, Teknik, Dan Aplikasi, Ulfajriyah, Nida. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Dan Unit Usaha Syariah. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012. http://www.Indonesiarecovery.com/krisis-keuangan-global-20n08/krisis-2008terparah-sejak-the-great-depression/7-krisis -global-2008.html http://rutacs.wordpress.com/2008/10/30/dampak-krisis-keuangan-global-tahun-2008terhadap-ekonomi-indonesia/ http://www.eramuslim.com/berita/analisa/industri-keuangan-syariah-tumbuh-ditengah-krisis-keuangan -global-sistem-kapitalis.htm www.BI.go.id www.bankmuamalatindonesia.com www.banksyariahmandiri.com
Lampiran 1 Data CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO dan FDR Bank Muamalat Indonesia 2007-2012 PERIODE
CAR
ROA
ROE
NPF
BOPO
FDR
2007- 9
11.45
2.41
24.29
6.59
82.09
102.87
2007-12
10.79
2.27
23.24
2.96
82.75
99.16
2008-3
11.63
3.04
37.49
3.24
75.76
95.73
2008- 6
9.64
2.77
34.37
4.82
78.05
102.94
2008- 8
11.34
2.62
33.21
4.93
78.73
106.39
2008- 12
11.44
2.6
33.14
4.33
78.94
104.41
2009- 3
12.29
2.76
42.13
6.41
78.1
98.44
2009- 6
11.22
1.83
28.74
3.95
86.33
90.27
2009- 9
10.85
0.53
8.49
8.86
95.71
92.93
2009- 12
11.15
0.45
8.03
4.73
95.5
85.82
2010- 3
10.52
1.48
26.86
6.59
87.58
99.47
2010- 6
10.12
1.07
19.63
4.72
90.52
103.71
2010-9
14.62
0.81
11.54
4.2
99.68
89.33
2010- 12
13.32
1.36
17.78
4.32
87.38
91.52
2011- 3
12.42
1.38
21.93
4.71
84.72
95.82
2011- 6
11.64
1.74
21.79
4.32
85.16
95.71
2011- 9
12.59
1.55
20.02
4.53
86.54
92.45
2011- 12
12.05
1.52
20.79
2.6
85.52
85.52
2012- 3
12.13
1.51
26.03
2.83
85.66
97.08
2012- 6
11.55
1.61
27.72
2.73
84.56
99.85
2012- 9
13.28
1.62
28.57
2.21
84
99.96
2012- 12
11.57
1.54
29.16
1.81
84.48
99.8
Lampiran 2 Data CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO dan FDR Bank Syariah Mandiri 2007-2012 TAHUN
CAR
ROA
ROE
NPF
BOPO
FDR
2007- 9
11.45
2.41
24.29
6.59
82.09
102.87
2007-12
10.79
2.27
23.24
2.96
82.75
99.16
2008-3
11.63
3.04
37.49
3.24
75.76
95.73
2008- 6
9.64
2.77
34.37
4.82
78.05
102.94
2008- 8
11.34
2.62
33.21
4.93
78.73
106.39
2008- 12
11.44
2.6
33.14
4.33
78.94
104.41
2009- 3
12.29
2.76
42.13
6.41
78.1
98.44
2009- 6
11.22
1.83
28.74
3.95
86.33
90.27
2009- 9
10.85
0.53
8.49
8.86
95.71
92.93
2009- 12
11.15
0.45
8.03
4.73
95.5
85.82
2010- 3
10.52
1.48
26.86
6.59
87.58
99.47
2010- 6
10.12
1.07
19.63
4.72
90.52
103.71
2010-9
14.62
0.81
11.54
4.2
99.68
89.33
2010- 12
13.32
1.36
17.78
4.32
87.38
91.52
2011- 3
12.42
1.38
21.93
4.71
84.72
95.82
2011- 6
11.64
1.74
21.79
4.32
85.16
95.71
2011- 9
12.59
1.55
20.02
4.53
86.54
92.45
2011- 12
12.05
1.52
20.79
2.6
85.52
85.52
2012- 3
12.13
1.51
26.03
2.83
85.66
97.08
2012- 6
11.55
1.61
27.72
2.73
84.56
99.85
2012- 9
13.28
1.62
28.57
2.21
84
99.96
2012- 12
11.57
1.54
29.16
1.81
84.48
99.8
Lampiran 3
Hasil statistik deskriptif variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR Bank Muamalat Indonesia periode 2007-2009 CAR
ROA
ROE
NPF
BOPO
FDR
mean
11.18000 2.128000 27.31300 5.082000 83.19600 97.89600
median
11.28000 2.505000 30.94000 4.775000 80.51500 98.80000
maximum
12.29000 3.040000 42.13000 8.860000 95.71000 106.3900
minimum
9.640000 0.450000 8.030000 2.960000 75.76000 85.82000
std. dev
0.686035 0.922916 11.52557 1.772298 7.188231 6.666624
probability
0.460949 0.363277 0.614190 0.521880 0.442769 0.700656
Sumber: data eViews 7 yang telah diolah
Lampiran 4 Hasil statistik deskriptif variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR bank muamalat Indonesia periode 2010-2012 CAR
ROA
ROE
mean
12.15083
1.432500
22.65167
3.797500 87.15000
95.85167
median
12.09000
1.515000
21.86000
4.260000 85.59000
96.45000
maximum
14.62000
1.740000
29.16000
6.590000 99.68000
103.7100
minimum
10.12000
0.810000
11.54000
1.810000 84.00000
85.52000
std. dev
1.234279
0.257510
5.223929
1.372000 4.342906
5.260834
probability
0.928662
0.121156
0.725426
0.851775 0.000143
0.77389
Sumber: data eViews 7 yang telah diolah
NPF
BOPO
FDR
Lampiran 5 Hasil statistik deskriptif variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR Bank Syariah Mandiri periode 2007-2009 CAR
ROA
ROE
NPF
BOPO
FDR
mean
12.90700 1.519000 23.19900 2.422000 76.87800 88.74400
median
12.54500 1.485000 15.24000 2.190000 77.95000 89.16500
maximum
14.73000 2.230000 44.20000 3.890000 81.34000 99.11000
minimum
11.54000 0.490000 5.390000 1.340000 72.05000 73.88000
std. dev
0.994653 0.590620 15.11688 0.731677 3.228666 6.818364
probability
0.75285
0.703480
0.50886
0.599895 0.688771 0.562608
Sumber: data eViews 7 yang telah diolah
Lampiran 6 Hasil statistik deskriptif variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR Bank Syariah Mandiri periode 2010-2012 CAR
ROA
ROE
NPF
BOPO
FDR
mean
12.52583 2.165000 65.63917 1.137500 73.06000 87.84750
median
14.46500 2.215000 66.79500 1.140000 73.11000 86.78000
maximum
14.59000 2.300000 74.43000 1.550000 76.44000 94.40000
minimum
10.60000 1.950000 53.10000 0.660000 70.11000 82.54000
std. dev
1.299654 0.106983 5.247781 0.273699 1.901564 3.979610
probability 0.653613 0.492722 0.305560 0.760513 0.847093 0.609506 Sumber: data eViews 7 yang telah diolah
Lampiran 7 Hasil uji Descriptive statistics rasio keuangan bank syariah selama krisis keuangan global 2008 Group Statistics
BSMbmi CAR
ROA
ROE
NPF
BOPO
FDR
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
BSM
10
12.9070 .99465
.31454
BMI
10
11.1800 .68604
.21694
BSM
10
1.5190
.59062
.18677
BMI
10
2.1280
.92292
.29185
BSM
10
23.1990 15.11688
4.78038
BMI
10
27.3130 11.52557
3.64470
BSM
10
2.4220
.73168
.23138
BMI
10
5.0820
1.77230
.56045
BSM
10
76.8780 3.22867
1.02099
BMI
10
83.1960 7.18823
2.27312
BSM
10
88.7440 6.81836
2.15616
BMI
10
97.8960 6.66662
2.10817
Sumber: data SPSS yang telah diolah
Lampiran 8 Hasil uji Descriptive Statistics Rasio Keuangan Bank Syariah Setelah Krisis Keuangan Global 2008 Group Statistics
BSMbmi CAR
ROA
ROE
NPF
BOPO
FDR
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
BSM
12
12.5258 1.29965
.37518
BMI
12
12.1508 1.23428
.35631
BSM
12
2.1650
.10698
.03088
BMI
12
1.4325
.25751
.07434
BSM
12
65.6392 5.24778
1.51490
BMI
12
22.6517 5.22393
1.50802
BSM
12
1.1375
.27370
.07901
BMI
12
3.7975
1.37200
.39606
BSM
12
73.0600 1.90156
.54893
BMI
12
87.1500 4.34291
1.25369
BSM
12
87.8475 3.97961
1.14881
BMI
12
95.8517 5.26083
1.51867
Sumber; data SPSS yang telah diolah
Lampiran 9 Hasil Uji Statistik Independent Samples T-Test selama krisis ekonomi 2008 Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
Sig.
Sig. Mean Std. Error (2-tailed) Difference Difference
F CAR
Equal variances assumed Equal variances not assumed ROA Equal variances assumed Equal variances not assumed ROE Equal variances assumed Equal variances not assumed NPF Equal variances assumed Equal variances not assumed BOPO Equal variances assumed Equal variances not assumed FDR Equal variances assumed Equal variances not assumed
t
df
2.793 .112 4.520
18
.000
1.72700
.38210
4.520 15.983
.000
1.72700
.38210
.91692
2.53708
18
.096
-.60900
.34650
-1.33696
.11896
-1.758 15.313
.099
-.60900
.34650
-1.34623
.12823
18
.502
-4.11400
6.01131 -16.74330
8.51530
-.684 16.821
.503
-4.11400
6.01131 -16.80707
8.57907
18
.000
-2.66000
.60633
-3.93386 -1.38614
-4.387 11.981
.001
-2.66000
.60633
-3.98131 -1.33869
18
.021
-6.31800
2.49189 -11.55326 -1.08274
-2.535 12.489
.025
-6.31800
2.49189 -11.72385
18
.007
-9.15200
3.01553 -15.48738 -2.81662
-3.035 17.991
.007
-9.15200
3.01553 -15.48761 -2.81639
1.323 .265 -1.758
3.537 .076
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper .92424 2.52976
-.684
4.435 .050 -4.387
4.246 .054 -2.535
.149 .704 -3.035
Sumber: data SPSS yang telah diolah
-.91215
Lampiran 10 Hasil Uji Statistik Independent Samples T-Test setelah krisis ekonomi 2008 Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances F
CAR
ROA
ROE
NPF
BOPO
FDR
Equal variances assumed Equal variances assumed Equal variances assumed Equal variances assumed Equal variances assumed Equal variances assumed Equal variances assumed Equal variances assumed Equal variances assumed Equal variances assumed Equal variances assumed Equal variances assumed
.342
t-test for Equality of Means
Sig.
t
.564 .725 .725
.476
.37500
.51741
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -.69804 1.44804
21.942 .476
.37500
.51741
-.69821
1.44821
22
.000
.73250
.08050
.56556
.89944
14.687 .000
.73250
.08050
.56061
.90439
22
.000
42.98750
2.13753
38.55452
47.42048
22.000 .000
42.98750
2.13753
38.55452
47.42048
22
.000
-2.66000
.40387
-3.49757
-1.82243
11.874 .000
-2.66000
.40387
-3.54098
-1.77902
22
.000
-14.09000 1.36860
-16.92830 -11.25170
15.068 .000
-14.09000 1.36860
-17.00595 -11.17405
22
.000
-8.00417
1.90424
-11.95332 -4.05501
20.484 .000
-8.00417
1.90424
-11.97034 -4.03799
Df 22
Sig. Mean Std. Error (2-tailed) Difference Difference
not 3.601
.071 9.100 9.100
not .167
.686 20.111 20.111
not 20.244 .000 -6.586 -6.586 not 1.720
.203 -10.295 -10.295
not .657
.426 -4.203 -4.203
not