ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA AYAM BROILER DALAM PENENTUAN ISI KONTRAK KERJASAMA DAN HARGA DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS
SKRIPSI
EKO WAHYUDI BASRI I 311 07 010
JURUSAN SOSIAL EKONOMI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013 i
ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA AYAM BROILER DALAM PENENTUAN ISI KONTRAK KERJASAMA DAN HARGA DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS
Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Peternakan
Disusun dan diajukan oleh : EKO WAHYUDI BASRI I 311 07 010
Kepada
JURUSAN SOSIAL EKONOMI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013 ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
:
Eko Wahyudi Basri
NIM
:
I 311 07 010
Jurusan/Program Studi
:
Sosial Ekonomi
dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul Analisis Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Ayam Broiler Dalam Penentuan Isi Kontrak Kerjasama Dan Harga Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila dikemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).
Makassar, 15 Agustus 2013 Yang membuat penyataan,
Eko Wahyudi Basri
iii
HALAMAN PENGESAHAN
A. Judul Penelitian
B. Peneliti Nama
: Analisis Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Ayam Broiler Dalam Penentuan isi Kontrak Kerjasama dan Harga di Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros
: Eko Wahyudi Basri
No. Stambuk
: I 311 07 010
Program Studi
: S1/Sosial Ekonomi Peternakan
C. Lokasi Penelitian
: Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros.
D. Pembimbing No.
1
2
Nama Pembimbing
Status
Tanda Tangan
Pembimbing Utama
Dr.St. Nurani Sirajuddin,S.Pt,M.Si
Pembimbing Kedua
Dr. Syahdar Baba, S.Pt, M.Si
Makassar, 02 Agustus 2013 Diketahui Oleh : Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan
Panitia Seminar Hasil Penelitian
Dr.St. Nurani Sirajuddin,S.Pt,M.Si Nip. 19710421 199702 2 002
Ir. Veronika Sri Lestari, M.Ec Nip : 19691003 199903 2 001
iv
ABSTRAK Eko Wahyudi Basri (I 311 07 010), 2013, Analisis Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Ayam Broiler Dalam Penentuan Isi Kontrak Kerjasama Dan Harga Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros, di bawah bimbingan Sitti Nurani Sirajuddin selaku Pembimbing Utama, Syahdar Baba selaku Pembimbing Anggota. Pola inti plasma (PIP) juga merupakan pola kemitraan yang berlandaskan atas kontrak, dimana PIP itu sendiri adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar, yang didalamnya usaha menengah atau usaha besar bertindak sebagai inti dan usaha kecil sebagai plasma. Perusahaan inti melaksanakan pembinaan mulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis, sampai dengan pemasaran hasil produksi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Bagaimana Tingkat Kepuasan Peternak Plasma ayam broiler terhadap Penentuan isi kontrak kerjasama dan harga yang di laksanakan di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros selama 2 bulan terhitung mulai 19 mei hingga 29 juli 2013. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian Deskriptif. Sampel dalam penelitian ini sebesar 54 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini data primer data sekunder, Adapun model data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis IPA (Importance Performance Analisys). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan Tingkat kepuasan peternak plasma ayam broiler dalam penentuan isi kontrak kerjasama dan harga berada pada tingkatan tidak puas. Dimana atribut pembentukan kepuasan peternak plasma ayam broiler dalam penentuan kepuasan dalam penentuan isi kontrak kerjasama dan harga berada pada titik kuadran A (atribut yang menjadi prioritas utama untuk diperbaiki), kuadran B (atribut yang perlu dipertahankan) dan kuadran C (atribut tingkat prioritasnya masih rendah). Kata Kunci: Bantimurung, Maros, Peternak plasma, Ayam Broiler, tingkat Kepuasan, Kontrak, Kerjasama, Harga.
v
ABSTRACT Eko Wahyudi Basri, 2013, Analysis of Plasma Level of Satisfaction Broiler Breeders In Cooperation Contract Determination Content And Price in the District Bantimurung Maros, under the guidance of Sitti Nurani Sirajuddin as the main supervisor and Syahdar Baba as the members supervisor Plasma core pattern (PCP) is also a partnership that is based on a contract, where the PCP itself is a partnership between small businesses with a medium or large business, in which medium or large businesses act as nuclei and small businesses as plasma. Core companies carrying out guidance from providing inputs, technical guidance, until the marketing of products. The purpose of this study to find out How Plasma Level of Satisfaction broiler breeders for the content determination of contract prices and carried in the district of Maros Bantimurung for 2 months, starting from 19 May to 29 July 2013. This type of research is descriptive research. The sample in this study by 54 people. Data collection methods used in this study is the observation and interview, the type of data used in this study is qualitative and quantitative data. Sources of data used in this study primary data secondary data, The data model used in this study is an analysis of IPA (Importance Performance Analisys). Results of this study indicate that the overall level of satisfaction plasma broiler breeders in determining the content and the contract prices are at levels not satisfied. Where the formation of satisfaction attributes plasma broiler breeders in determining satisfaction in the determination of contract contents and prices are at a point quadrant A (attributes that a top priority for repair), quadrant B (attributes that need to be maintained) and quadrant C (attribute level is low priority ).
Keywords: Bantimurung, Maros, Breeders plasma, Chicken of Broiler, level of Satisfaction, Contract, Cooperation, Price.
vi
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur bagi Allah SWT pencipta alam semesta beserta isinya, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah serta petunjuk kepada setiap makhluk ciptaan-Nya, termasuk penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Ayam Broiler Dalam Penentuan Isi Kontrak Kerjasama Dan Harga
Di Kecamatan
Bantimurung Kabupaten Maros”. Salam dan shalawat dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW, sang pencerah yang menuntun ummatnya ke jalan cahaya dengan segala ilmu dan ajarannya. Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana Peternakan (S.Pt) pada Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar, didalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis Ayahanda Basri, S.P dan Ibunda Mijah Irwanti, dimana tidak ada satu katapun yang mampu mewakili besarnya rasa terima kasih penulis, sehingga hanya doa tulus yang mampu penulis haturkan untukmu wahai cahayaku, cintaku padamu tidak akan pernah terhapus dan tergantikan. Tidak lepas dari itu terima kasih juga kuucapkan untuk saudara-saudaraku (Dwi Wijayanti Basri, sri widiawati basri, dan arung wijaya basri) yang tidak henti-hentinya mendukung penulis dalam penyelesaian studi lewat penilitian ini,semoga rahmat dan hidayah tuhan selalu meyertai selalu menyertai perjalanan hidupmu dalam menggapai cita-cita, dan
vii
untuk semua keluarga penulis tanpa terkecuali semoga tuhan membalas semua kebaikan yang engkau berikan kepada penulis, amin. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara materi maupun moril. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada: 1. Ibu Dr. Sitti Nurani Sirajuddin, S.Pt, M.Si. Selaku Pembimbing Utama sekaligus ketua Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan Universitas Hasanuddin. Terima kasih banyak penulis ucapkan atas semua saran dan petunjuk yang diberikan kepada penulis hingga penilitian ini pun bias diselesaikan. 2. Bapak Dr. Syahdar Baba, S.Pt.,M.Si. Selaku Pembimbing Anggota yang berkenan memberikan arahan berupa waktu tenaga dan pikiran yang membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Bapak Ir. Muhammad Aminawar, MM, Ibu Ir. Veronika Sri Lestari M.Ec dan Dr. Agustina Abdullah, S.Pt, M.si selaku Penguji yang memberikan arahan dan saran-saran yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Seluruh Dosen Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang namanya tidak sempat penulis tuliskan, penulis ucapkan banyak terima kasih atas cahaya ilmu yang engkau berikan. 5. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Hasan, M.Sc Selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Terima kasih karena penulis masih diberi jalan untuk tetap melanjutkan studi hingga saat ini
viii
6. Seluruh Staff Administrasi Fakultas dan Jurusan terima kasih telah membantu dalam menyusunkan berkas-berkas yang tentu penulis akan sangat kesulitan bila harus menyusunnya sendiri hingga saat ini. 7. Teman-teman Danketsu 07 yang sama-sama berjuang mulai dari awal perkuliahan, terimakasih atas doa dan semangatnya serta pengalaman tak terlupakan selama menjalani perkuliahan. 8. Teman-teman Pedet 07. Semoga Silahturahmi kita tetap terjaga hingga akhir hayat. 9. Kekasihku Kurnia Ningsih, Terima kasih atas semua waktu yang engkau luangkan ditengah jadwalmu yang padat untuk tetap menyemangati dan membantuku dalam penyelesaian studi ku. 10. Terima kasih pula penulis ucapkan untuk semua senior dan semua junior mulai dari angkatan 08 hingga 011 karena telah memberi dukungan moril kepada penulis terkhusus untuk fadhli 010, terima kasih dinda atas bantuan peralatan yang engkau berikan, dengan bantuan itu sehingga penyelesaian skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya, 11. Semua pihak yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung dalam seluruh proses selama berada di Fakultas Peternakan UNHAS. Semoga segala bantuan dan bimbingan dari semua pihak yang telah diberikan kepada penulis dibalas dengan kebaikan dan pahala dari Allah SWT. Amin.
ix
Skripsi ini masih jauh dari sempurna walaupun telah menerima bantuan dari berbagai pihak. Apabila terdapat kesalahan-kesalahan dalam skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis dan bukan para pemberi bantuan. Kritik dan saran yang membangun akan lebih menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat mendatangkan manfaat bagi pembaca. Makassar, 15 Agustus 2013
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ……………………………………………………..
i
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….
ii
PERNYATAAN KEASLIAN ……………………………………………..
iii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………….
iv
ABSTRAK …………………………………………………………………
v
KATA PENGANTAR …………………………………………………….
vii
DAFTAR ISI …….………………………………………………………….
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang…………………………………………………..
1
B. Rumusan masalah………………………………………………
6
C. Tujuan dan kegunaan ..………………………………………...
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Pola kemitraan ………..……………………
8
B. Konsep Kontrak ……………………………………………….
11
C. Konsep Kepuasan ….…………………..………………………
17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan tempat …..…………………………………………
21
B. Jenis penelitian ……………………………………………….
21
C. Populasi dan sampel…………………………………………….
21
D. Jenis dan sumber data ………………………………………
22
E. Metode pengambilan data..……………………………………..
23
F. Analisa data
………………………………………………….
23
G. Konsep Operasional ……………………………………………
28
xi
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Keadaan Geografi………………………………….
30
B. Luas Wilayah………………………………………………….
30
C. Keadaan Penduduk…………………………………………….
31
D. Keadaan Peternakan………………………………………….
34
BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN A. Umur Responden
………………………………………….
36
B. Jenis Kelamin ……………………………………………….
36
C. Pekerjaan Utama …………………………………………….
37
D. Tingkat Pendidikan ………………………………………….
38
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pengukuran Tingkat Kepentingan Atribut Tingkat Kepuasan Peternak Terhadap Penentuan Isi Kontrak Kerjasama Dan Harga ……………………………………………. B. Analisis Pengukuran Tingkat Kinerja perusahaan inti Atribut Tingkat Kepuasan Peternak Terhadap Penentuan Isi Kontrak Kerjasama Dan Harga …………………………………………. C. Tingkat Kesesuaian Indikator Pembentuk Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Ayam Broiler Terhadap Penentuan Isi Kontrak Kerjasama Dan Harga ……………………………….
40
D. Diagram Kartesius Kepuasan Peternak Plasma Dalam Penentuan Isi Kontrak Kerjasama Dan Harga (Importance Performance Matrix) ………………………………………. E. Analisis Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Dalam Penentuan Isi Kontrak Kerjasama dan Harga dengan Indeks PGCV
54
46
52
60
BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………………..
62
B. Saran …….………………………………………………..
62
DAFTAR PUSTAKA …….……………………………………………….. LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
64
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Van Dunne dalam Salim HS (2004), menyatakan bahwa perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Definisi ini telah memuat perbuatan hukum meliputi pra kontraktual, tahap kontraktual dan post kontraktual. Menurut Charless L. Knapp dan Nathan M. Crystal dalam Salim HS (2004) bahwa kontrak atau perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih, tidak hanya memberikan kepercayaan tetapi secara bersama-sama saling pengertian untuk melakukan sesuatu pada masa mendatang oleh seseorang atau keduanya dari mereka. Pendapat ini selain mengkaji definisi kontrak, tetapi juga menentukan unsur-unsur yang harus dipenuhi supaya suatu transaksi dapat disebut kontrak. Sedangkan perjanjian atau Kontrak menurut rumusan Pasal 1313 KUH PERDATA adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Pola inti plasma (PIP) juga merupakan pola kemitraan yang berlandaskan atas kontrak, dimana PIP itu sendiri adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar, yang didalamnya usaha menengah atau usaha besar bertindak sebagai inti dan usaha kecil sebagai plasma. Perusahaan inti melaksanakan pembinaan mulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis, sampai dengan pemasaran hasil produksi. Sinaga (2011) lebih lanjut menjelaskan mengenai kemitraan yang menganut pola inti plasma, juga tertuang dalam Undang-Undang Nomor 9 pasal 26 (1995), dimana isi undang-undang ini mempertegas mengenai kemitraan dengan bunyi sebagai berikut : 1. Usaha Menengah dan Usaha Besar melaksanakan hubungan kemitraan dengan Usaha Kecil, baik yang memiliki maupun yang tidak memiliki keterkaitan usaha. 2. Pelaksanaan hubungan kemitraan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diupayakan ke arah terwujudnya keterkaitan usaha.
13
3. Kemitraan dilaksanakan dengan disertai pembinaan dan pengembangan dalam salah satu atau lebih bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumberdaya manusia, dan teknologi. 4. Dalam melakukan hubungan kemitraan kedua belah pihak mempunyai kedudukan hukum yang setara. Definisi dan penjelasan mengenai kemitraan pola inti plasma diatas menyiratkan kewajiban dan apa saja yang harus dilaksanakan oleh perusahaan inti dan plasma sehingga tercapai kesejahteraan bersama, namun pada kenyataannya kepuasan peternak mengenai proses pelayanan dan kinerja dari perusahaan mitra masih minim, baik itu keterlibatan dalam kontrak maupun sampai pelaksanaan kontrak. Kabupaten Maros merupakan salah satu wilayah pengembangan agribisnis ayam broiler di Provinsi Sulawesi Selatan dimana Kecamatan Bantimurung merupakan salah satu daerah di kabupaten Maros yang menjalankan usaha peternakan ayam broiler dengan sistem kemitraan dengan populasi yang terhitung cukup besar, gambaran umum mengenai populasi peternak di Kecamatan Bantimurung dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1. Peternak Dan Populasi Ternak Ayam Broiler Di Kec. Bantimurung JUMLAH PETERNAK POPULASI TERNAK No. DESA (ORANG) (EKOR) 1 Alatengae 2 Baruga 3 8.500 3 Leang – leang 46 138.200 4 Mangeloreng 5 Mattoangin 1 3.000 6 Minasa Baji 2 19.500 7 Tukamasea 30 100.100 8 Kalabirang 35 116.300 Total 117 385.600
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Maros (2009).
Tabel
1
menggambarkan jumlah kecamatan
peternak
bahwa di
Bantimurung
mempunyai jumlah yang cukup banyak yaitu dengan jumlah 117 orang dan dengan jumlah populasi ayam broiler sebesar 385.600 ekor, namun sayangnya berdasarkan observasi yang telah dilakukan, kepuasan peternak mengenai proses pelayanan perusahaan mitra masih minim, baik itu keterlibatan dalam kontrak maupun sampai pelaksanaan kontrak dimana Kepuasan masing-masing peternak plasma berbeda-beda, hal ini terlihat dari banyaknya peternak yang sering berganti mitra mulai dari perusahaan kecil ke perusahaan besar maupun sebaliknya. Fenomena ini terjadi karena masih belum adanya peternak plasma yang mencoba untuk lepas dari 14
kemitraan dan mencari alternative pola usaha yang lebih tidak menekan dan mempunyai prospek keberhasilan lebih tinggi dibanding pola kemitraan, sebagai contoh adalah pola usaha mandiri. Oleh karena itu untuk meningkatkan dan mempertahankan usaha dalam persaingan yang mulai ketat, pihak perusahaan memerlukan suatu cara, salah satunya yaitu dengan meningkatkan kepuasan konsumen maka tingkat penjualan dan loyalitas dapat dipastikan akan naik. jika tidak tidak demikian maka akan berdampak buruk bagi usaha itu sendiri, seperti menurunnya pendapatan dan hilangnya pelanggan. Admin (2011), menyatakan bahwa manfaat dari kualitas jasa dalam meningkatkan kepuasan pelanggan adalah 1) Kualitas layanan memberikan keuntungan potensi terutama dalam meraih penjualan profit yang besar, caranya yaitu dengan memberikan kualitas layanan yang unggul, maka pelanggan akan melakukan pembelian ulang, serta 2) Kualitas layanan membantu penyedia jasa dalam membuat pelanggan tetap bertahan. Dengan adanya kualitas layanan yang baik, maka akan tercipta kesetiaan pelanggan terhadap produk yang sudah ada, bahkan untuk produk-produk baru yang diluncurkan penyedia jasa tersebut. Namun sangat disayangkan karena mayoritas perusahaan kini sudah tidak memperhatikan hal tersebut lagi. Sehingga loyalitas yang seharusnya lahir dari hubungan kedua belah pihak kini hampir tidak ada lagi. Beberapa Penelitian mengenai pola kemitraan sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti, dimana hasil yang mereka peroleh berbeda-beda, perbedaan hasil tersebut dikarenakan adanya perbedaan lokasi, peternak dan atribut yang mereka pakai. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Sirajuddin et,al (2012) mengenai penerapan kontrak system kemitraan dalam menunjang agribisnis ayam ras pedaging di Propinsi Sulawesi Selatan. Mengambil kesimpulan bahwa pelaksanaan kemitraan harus sesuai dengan kesepakatan kerjasama yang telah dibuat namun ada beberapa kesepakatan yang tidak dilaksanakan oleh kedua belah pihak misalnya waktu panen dan waktu pembayaran hasil usaha yang lambat sehingga berpengaruh pada hubungan usaha inti dan plasma. Saputra (2011) yang meneliti tentang Analisis kepuasan peternak plasma terhadap pola kemitraan ayam broiler studi kasus kemitraan Dramaga Unggas Farm (DUF) di Kabupaten Bogor. mengambil kesimpulan bahwa atribut yang memiliki tingkat kepentingan tinggi namun kinerjanya dinilai masih rendah adalah penerapan harga kontrak DOC, harga kontrak pakan, dan pemberian bonus. Selain 15
itu, berdasarkan hasil analisis tingkat kesesuaian skor kepentingan dan kinerja, ketiga atribut tersebut memiliki tingkat kesesuaian terendah dan menjadi prioritas utama untuk diperbaiki kinerjanya. Sedangkan atribut ketidaksesuaian waktu panen, keterlambatan pengiriman sarana produksi, dan keterlambatan pembayaran tidak terjadi di DUF (Dramaga Unggas Farm). Sehingga Peternak merasa puas dengan kinerja atribut tersebut, karena ketiga atribut itu sudah menjadi keunggulan perusahaan, dengan kata lain secara umum peternak plasma sudah merasa puas dengan kinerja-kinerja atribut kemitraan DUF (Dramaga Unggas Farm). Dewanto (2005) melakukan penelitian tentang perjanjian kemitraan dengan pola inti plasma pada peternak ayam broiler di Grobongan Jawa Tengah. Kesimpulan yang diperoleh bahwa dengan pola kemitraan yang berlangsung, peternak plasma memperoleh bantuan permodalan berupa sarana produksi dari perusahaan inti, dan perusahaan inti bisa memasarkan sarana produksinya. Dalam perjanjian kemitraan yang disepakati bersama, secara hukum kedua belah pihak mempunyai kedudukan yang seimbang karena tidak ada unsur paksaan dalam melakukan perjanjian tersebut. Dewanto juga menemukan bahwa perjanjian kemitraan yang terjadi antara perusahaan inti dengan peternak plasma secara hukum memberikan perlindungan bagi peternak plasma, karena di dalam perjanjian tersebut telah disepakati hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Salah satu pasal yang penting adalah mengenai harga dasar ayam siap panen, dengan perjanjian tersebut peternak tidak akan mengalami kerugian apabila harga ayam di pasaran jatuh. Beranjak dari fakta, teori dan penelitian yang terdahulu mengenai PIP (Pola Inti Plasma) maka peneliti merasa tertarik untuk melihat fenomena dibalik fakta pola kemitraan khususnya mengenai kontrak kemitraan, oleh karena itu
perlu untuk melihat tingkat kepuasan dari peternak plasma dalam keterlibatannya pada
penentuan isi kontrak kerjasama dan harga, sehingga dapat terlihat seberapa penting keterlibatan plasma dalam penentuan isi kontrak baik kontrak kerjasama maupun harga. Untuk itu penulis merasa tertarik untuk meneliti dan mengangkatnya menjadi skripsi dengan judul “Analisis Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Ayam Broiler Dalam Penentuan isi Kontrak Kerjasama dan Harga di Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros” B. Rumusan Masalah
16
Berdasarkan dari latar belakang tesebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “ Bagaimana tingkat kepuasan peternak plasma ayam broiler di Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros terhadap penentuan isi kontrak kerjasama dan harga”.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan peternak plasma ayam broiler dalam penentuan isi kontrak kerjasama dan harga di Kecamatan Bantimurung. Kabupaten Maros. Adapun kegunaan dari penelitian ini yaitu: -
Menjadi sebuah referensi ilmiah oleh pihak perusahaan maupun pelaku kemitraan dalam mengambil keputusan dalam menyempurnakan pelaksanaan kemitraan.
-
Menambah khasanah pengetahuan pada bidang peternakan khususnya tentang kontrak kemitraan Pola Inti Plasma ayam ras pedaging.
-
Menjadi salah satu dasar pertimbangan oleh pemerintah terkait dalam membuat kebijakan dan peraturanperaturan yang diharapkan nantinya akan membangun PIP (Pola Inti Plasma) menjadi jauh lebih baik kedepannya
17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Pola Kemitraan Kemitraan merupakan bentuk jalinan kerja sama dari dua atau lebih pelaku usaha yang saling menguntungkan, terjadinya kemitraan adalah bila ada keinginan yang sama untuk saling mendukung dan melengkapi dalam upaya mencapai tujuan bersama. Kemitraan usaha ini dilakukan antara usaha Kecil dengan sektor usaha besar, dengan adanya kemitraan ini, usaha Kecil diharapkan dapat hidup berdampingan dan sejajar dengan usaha besar, masing-masing sektor dapat saling mengisi dan menempatkan diri pada posisi. Anoraga dalam Nurfajrin (2012). Undang-Undang Nomor 9 Tahun (1995) tentang Usaha Kecil juga memuat pengertian tentang kemitraan bahwa Kemitraan adalah kerjasama antara usaha Kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Pengertian tentang kemitraan ini juga dituangkan lebih rinci diuraikan dalam Pasal 27 Peraturan pemerintah RI Nomor 44 tahun (1997) tentang kemitraan, disebutkan bahwa kemitraan dapat dilaksanakan antara lain dengan pola: 1. Inti-plasma adalah hubungan kemitraan antara usaha Kecil dengan usaha menengah atau usaha besar sebagai inti membina dan mengembangkan usaha Kecil yang menjadi plasma dalam penyediaan lahan, penyediaan sarana produksi, pemberian bimbingan teknis manajemen usaha, produksi, perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan produktifitas usaha. Program inti-plasma ini, diperlukan keseriusan dan kesiapan, baik pihak usaha kecil sebagai pihak yang mendapat bantuan untuk dapat mengembangkan usahanya, maupun pihak uasaha besar yang mempunyai tanggung jawab sosial untuk mengembangkan usaha kecil sebagai mitra usaha dalam jangka panjang.
18
2. Sub konktraktor adalah suatu sistem yang menggambarkan hubungan antara usaha besar dengan usaha kecil/menengah, di mana uasaha besar sebagai perusahaan induk (parent firm) meminta kepada usaha kecil/menengah (selaku subkontraktor) untuk mengerjakan seluruh atau sebagian pekerjaan (komponen) dengan tanggung jawab penuh pada perusahaan induk. 3. Dagang umum adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar yang berlangsung dalam bentuk kerjasama pemasaran, penyediaan lokasi usaha, atau penerimaan pasokan dari usaha kecil mitra usahanya untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh usaha besar dan atau usaha menengah yang bersangkutan.
4. Waralaba (franchise) adalah suatu system yang menggambarkan hubungan antara Usaha Besar (franchisor) dengan Usaha kecil (franchisee), di mana frnchisee diberikan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan ciri khas usaha, dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak franchisor dalam rangka penyediaan atau penjualan barang dan atau jasa.
5. Keagenan merupakan hubungan kemitraaan, di mana pihak principal memproduksi/memiliki sesuatu, sedangkan pihak lain (agen) bertindak sebagai pihak yang menjalankan bisnis tersebut dan menghubungkan produk yang bersangkutan langsung dengan pihak ketiga.
6. Bentuk-bentuk lain di luar pola sebagaimana yang tertulis di atas, yang sat ini sudah berkembang tetapi belum dibakukan atau pola-pola baru yang timbul dimasa yang akan datang.
Pola kemitraan inti plasma dibangun atas asas perjanjian kemitraan yang ada dalam Ketentuan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha kecil dengan bunyi : 1. Usaha Menengah dan Usaha Besar melaksanakan hubungan kemitraan dengan Usaha kecil, baik yang memiliki maupun yang tidak memiliki keterkaitan usaha. 2. Pelaksanaan hubungan kemitraan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diupayakan ke arah terwujudnya keterkaitan usaha. 3. Kemitraan dilaksanakan dengan disertai pembinaan dan pengembangan dalamsalah satu atau lebih bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumberdaya manusia, dan teknologi. 4. Dalam melakukan hubungan kemitraan kedua belah pihak mempunyai 19
kedudukan hukum yang setara. Sinaga (2011) menerangkan bahwa ketentuan tentang kemitraan ini juga dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 1997 tentang Kemitraan. Dimana ada 4 unsur yang terkandung dalam pola kemitraan yaitu : 1. Kemitraan merupakan kerjasama usaha. 2. Pihak-pihak adalah usaha skala kecil dengan usaha skala menengah dan usaha skala besar. 3. Kemitraan tersebut harus disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh usaha yang lebih besar. 4. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam kemitraan adalah saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. B. Konsep Kontrak Menurut Mariam (2001) Pada hakekatnya suatu perjanjian yang terjadi berlandaskan asas kebebasan berkontrak dimana kedua belah pihak mempunyai kedudukan yang sama, atau seimbang dalam mencapai kesepakatan yang diperlukan bagi terwujudnya perjanjian. Asas kebebasan berkontrak ini mempunyai hubungan erat dengan asas konsensualisme dan asas kekuatan mengikat yang terdapat didalam pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang berbunyi : “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Dengan kata lain Asas kebebasan berkontrak (contractvrijheid) berhubungan dengan isi perjanjian, kebebasan menentukan “apa” dan dengan “siapa” perjanjian itu diadakan.dan Kebebasan ini adalah perwujudan dari kehendak bebas, pancaran hak asasi manusia. Soetojo (1984) yang mengutip pasal 1320 KUHP mengenai syarat-syarat perjanjian yang sah, yang isinya meliputi syarat subyektif dan syarat obyektif. Antara lain adalah sebagai berikut: 1. Kata sepakat dari mereka yang mengikatkan diri (toesteming). 2. Adanya kecakapan untuk mengadakan perikatan (bekwaanmheid). 3. Mengenai suatu obyek tertentu (een bepaal onderweap). 4. Mengenai kausa yang diperbolehkan (geoorloofde oorzak) 20
Dimana Syarat “kata sepakat dari mereka yang mengikatkan diri” adalah menyangkut penawaran dan permintaan yang berisi “pernyataan kehendak”, baik dari pihak yang menawarkan maupun lawannya untuk menyetujui diadakannya suatu perjanjian. Pernyataan kehendak “sepakat” terjadi apabila telah ada “persesuaian kehendak” antara kedua belah pihak. Tidak menjadi persoalan apakah pernyataan kehendak tersebut dilakukan secara eksplisit (tegas) atau implisit (diam-diam). Pada dasarnya orang bebas mengadakan perjanjian apa saja selama didasari oleh itikad baik dan tidak bertentangan dengan ketentuan undang-undang, kesusilaan, kepatutan dan ketertiban umum. Dengan demikian perjanjian itu mengikat dan masing-masing pihak harus bertanggung jawab terhadap apa yang telah dijanjikan dalam perjanjian tersebut. Karena hal itu sesuai dengan asas dalam perjanjian yaitu asas kebebasan berkontrak (contracts vrijheid). Subekti dalam Soetojo (1984) menyatakan hal serupa yaitu bahwa asas kebebasan berkontrak dengan sistem terbuka dari hukum perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja asalkan tidak melanggar ketertiban dan kesusilaan. Pasal-pasal yang terdapat dalam hukum perjanjian merupakan pelengkap, yang berarti bahwa pasal-pasal tersebut dapat disingkirkan apabila dikehendaki oleh para pihak yang akan membuat perjanjian. Menurut Nasution (1995) Hukum perjanjian mempunyai sifat terbuka, yang artinya setiap pihak yang akan mengadakan perjanjian berhak mengadakan segala bentuk perjanjian yang memuat berbagai syarat yang dikehendaki, bahkan dengan menyimpang dari ketentuan dalam pasal 1439 KUH Perdata, yaitu : “Kedua belah pihak diperbolehkan dengan persetujuan-persetujuan istimewa, memperluas atau mengurangi keawajiban yang ditetapkan oleh undang-undang ini, bahkan mereka itu diperbolehkan mengadakan perjanjian bahwa si penjual tidak akan diwajibkan menanggung sesuatu apapun”. Satrio (1998) Hal ini mempunyai arti bahwa KUH Perdata hanya memuat kaidah-kaidah yang bersifat sebagai pelengkap (aanvullendrecht) dan tidak bersifat memaksa (dwinggendrecht). Dan usaha yang dilakukan untuk mencapai kesepakatan tersebut adalah melalui proses negosiasi di antara mereka. Adapun prinsip umum yang digunakan dalam negosiasi itu dilakukan secara imparsial terpusat, yaitu hanya pada manfaat kontrak itu sendiri. Prinsip umum ini akan dibenarkan apabila
21
merujuk pada prinsip yang lebih tinggi, yaitu dilakukan secara fair dan kesebandingan, bertanggung jawab serta itikad baik. Menurut Syamsudin (1985) maksud dari itikad baik disini adalah bertindak sebagai pribadi yang baik. Apabila dilihat dari pengertian sudut pandang yang Subyektif itikad baik dapat diartikan sebagai kejujuran seseorang, yaitu apa yang terletak pada seseorang pada waktu diadakan perbuatan hukum. Sedangkan itikad baik dalam pengertian obyektif ialah bahwa pelaksanaan suatu perjanjian itu harus didasarkan pada norma kepatutan atau apa-apa yang dirasa sesuai dengan yang patut dalam masyarakat. Munir dalam Syamsuddin (1985) sebenarnya itikad baik bukan merupakan syarat sahnya suatu kontrak sebagaimana yang disyaratkan dalam pasal 1320 KUH Perdata. Unsur itikad baik hanya diisyaratkan dalam hal “pelaksanaan” dari suatu kontrak, bukan pada “pembuatan” suatu kontrak. Sebab unsur “itikad baik” dalam pembuatan suatu kontrak sudah dapat dicakup oleh unsur “kausa yang legal” dari pasal 1320 tersebut. Dimana hasil akhir dari suatu negosiasi biasanya berupa kompromi dari pihak yang sedang bernegosiasi. Jadi kompromi merupakan intisari dari negosiasi. Masalah pokok dalam negosiasi adalah menciptakan, mengendalikan dan mengakhiri gerak ke arah suatu kesepakatan yang sama-sama memuaskan. Mariam (2001) mengemukakan bahwa Belakangan ini, muncul kecenderungan bahwa perjanjian dalam transaksi bisnis yang terjadi seperti pada hubungan kemitraan ayam broiler bukan melalui proses negosiasi yang seimbang antara kedua belah pihak, melainkan hanya satu pihak saja yang menyiapkan suatu syarat baku pada suatu formulir perjanjian dan pihak lainnya tinggal menyetujui tanpa diberikan kebebasan sama sekali kepada pihak lain untuk tawar menawar (bargaining) atas syarat-syarat yang telah disodorkan. Perjanjian demikian disebut perjanjian baku atau perjanjian standar. dalam pustaka hukum ada beberapa istilah yang biasa dipakai. Dalam bahasa Inggris, untuk istilah yang dipakai pada perjanjian baku, yaitu : “standardized agreement”, “standardized contract”, “pad contract”, standard contract”, dan “contract of adhesion”. Sedangkan, dalam bahasa Belanda istilah yang dikenal adalah “standard contract” atau “standard voorwaarden”. Menurut Hondius dalam Mariam (1994) perjanjian baku adalah konsep perjanjian tertulis yang disusun tanpa membicarakan isinya dan lazimnya dituangkan ke dalam sejumlah perjanjian tidak terbatas yang sifatnya 22
tertentu. Drooglever Fortuijin dalam Mariam (1994) merumuskan definisi perjanjian baku sebagai perjanjian yang bagian pentingnya dituangkan dalam susunan perjanjian. Sedangkan Mariam (1994) sendiri merumuskan perjanjian baku sebagai perjanjian yang di dalamnya dibakukan syarat eksonerasi dan dituangkan dalam bentuk formulir dengan ciri-ciri sebagai berikut : a. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh kreditur yang posisinya relatif lebih kuat dari debitur; b. Debitur sama sekali tidak menentukan isi perjanjian; c. Terdorong oleh kebutuhannya, debitur terpaksa menerima perjanjian itu; d. Bentuknya tertulis; e. Disiapkan terlebih dahulu secara massal atau individu. Kontrak baku menurut Munir (2003) adalah suatu kontrak tertulis yang dibuat hanya oleh salah satu pihak dalam kontrak tersebut, bahkan seringkali kontrak tersebut sudah tercetak (boilerplate) dalam bentuk formulir-formulir tertentu oleh salah satu pihak, yang dalam hal ini ketika kontrak tersebut ditandatangani umumnya para pihak hanya mengisikan data-data informatif tertentu saja dengan sedikit atau tanpa perubahan dalam klausula-klausulanya, dimana pihak lain dalam kontrak tersebut tidak mempunyai kesempatan atau hanya sedikit kesempatan untuk menegosiasi atau mengubah klausula-klausula yang sudah dibuat oleh salah satu pihak tersebut, sehingga biasanya kontrak baku sangat berat sebelah. Pihak yang kepadanya disodorkan kontrak baku tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk bernegosiasi dan berada hanya pada posisi “Take it or Leave it”. Sluijter dalam Mariam (1994) mengatakan, perjanjian baku ini bukan perjanjian, sebab kedudukan pengusaha di dalam perjanjian itu adalah seperti pembentuk undang-undang swasta (lego particuliere wetgever). Syarat - syarat yang ditentukan Sedangkan Pitlo dalam Mariam (1994) mengatakannya sebagai perjanjian paksa (dwang contract), walaupun secara teori yuridis, perjanjian baku ini tidak memenuhi ketentuan undang-undang dan oleh beberapa ahli hukum ditolak. Namun kenyataannya, kebutuhan masyarakat berjalan dalam arah yang berlawanan dengan keinginan hukum.
23
Ritjken dalam Mariam (1994) mengatakan bahwa Perjanjian baku yang bayak dilakukan di dunia usaha, selain bertentangan dengan Pasal 1320 dan Pasal 1338 KUH Perdata juga menimbulkan persoalan, yaitu mengenai dicantumkannya klausul eksenorasi dalam perjanjian tersebut. yang dimaksud klausul eksenorasi disini adalah yang dicantumkan di dalam suatu perjanjian dengan mana satu pihak menghindari untuk memenuhi kewajibannya dengan membayar ganti rugi seluruhnya atau terbatas, yang terjadi karena ingkar janji atau perbuatan melawan hukum. Klausul eksenorasi ini dapat terjadi atas kehendak satu pihak yang dituangkan dalam perjanjian secara individual atau secara massal, yang bersifat massal ini telah dipersiapkan terlebih dahulu dan diperbanyak dalam bentuk formulir, yang dinamakan perjanjian baku. Satjipto (1980) menyatakan apabila melihat substansi perjanjian kemitraan, sebenarnya telah diberikan pedoman oleh pemerintah untuk diperhatikan dalam setiap pembuatan dokumen perjanjian dimaksud. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam suatu dokumen kontrak yaitu menyangkut mengenai unsur-unsur pokok yang sebaiknya ada dalam suatu perjanjian kemitraan. Unsur-unsur pokok tersebut sesuai dengan yang ditentukan oleh penjelasan pasal 18 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 yaitu : “perjanjian tertulis sekurang -kurangnya memuat : a) nama, b) tempat kedudukan para pihak, c) bentuk dan lingkup usaha yang dimitrakan, d) pola kemitraan yang digunakan, e) hak dan kewajiban para pihak, f) jangka waktu berlakunya perjanjian, g) cara pembayaran, h) bentuk pembinaan yang diberikan oleh usaha besar/menengah, i) cara penyelesaian sengketa”. C. Konsep Kepuasan Kepuasan adalah pernyataan perasaan setelah membandingkan harapan terhadap produk sebelum membeli dan kenyataan yang dialami setelah menggunakan atau mengkomsumsi produk (Simamora, 2001 dalam Rachman, 2008). Kepuasan juga dapat dikatakan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dia rasakan dibandingkan dengan harapannya.Untuk mengetahui kepuasan pelanggan terlebih dahulu kita harus mengetahui harapan dari pelanggan yang kemudian digunakan sebagai landasan untuk memberikan produk/jasa yang diinginkan sesuai dengan harapan pelanggan. Jadi untuk
24
memuaskan pelanggan, perusahaan harus lebih dahulu mengetahui produk apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Berangkat dari itulah perusahaan mengembangkan usahanya (Supranto, 2000). Umar (2003) Kepuasan pelanggan adalah suatu keadaan dimana keinginan, harapan dan kebutuhan pelanggan dipenuhi. Suatu pelayanan dinilai memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Ada 6 konsep umum yang dipakai untuk pengukuran kepuasan pelanggan yang antara lain pemaparannya sebagai berikut : 1. Kepuasan pelanggan keseluruhan. Caranya, yaitu dengan menanyakan pelanggan mengenai tingkat kepuasan atas pelayanan yang bersangkutan serta menilai dan membandingkan dengan tingkat kepuasan pelanggan keseluruhan atas pelayanan yang mereka terima dari pesaing. 2. Dimensi kepuasan pelanggan. Proses melalui empat langkah. Pertama, mengidentifikasi dimensi-dimensi kunci kepuasan pelanggan. Kedua, meminta pelanggan menilai jasa perusahaan berdasarkan item-item spesifik sperti kecepatan pelayanan atau keramahan staf pelayan terhdap pelanggan. Ketiga, meminta pelangga menentukan dimensi-dimensi yang menurut mereka ada dikelompok penting dalam menilai kepuasan pelanggan keseluruha. 3. Konfirmasi harapan. Pada cara ini, kepuasan tidak diukur langsung, namun disimpulkan berdasarkan kesesuain/ketidaksesuaian antara harapan pelanggan dengan kinerja actual jasa dijual perusahaan. 4. Minat pembelian ulang. Kepuasan konsumen diukur berdasarkan apakah mereka akan mengadakan pembelian atas produk dan jasa yang sama yang diia komsumsi. 5. Kesediaan untuk merekomendasikan. Cara ini merupakan ukuran yang penting, apalagi bagi jasa yang pembelian ulangnya relative lama, sperti jasa pendidikan tinggi. 6. Ketidakpuasan pelanggan. Dapat dikaji misalnya dalam hal complain, biaya garansiuntuk Dimensi, word of mouth yang negatif serta defections. Dimensi yang digunakan dalam menentukan kualitas jasa, menurut Umar (2000) terbagi atas lima, yang antara lain: a. Reliability, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan. 25
b. Responsiveness, yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat tanggap, yang meliputi : kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi, dan penanganan keluhan pelanggan. c. Assurance, meliputi kemampuan karyawan atas : pengetahuan terhadap produk secara tepat, kualitas keramahan-tamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberi pelayanan, keterampilan dalam memberikan informasi, kemampuan dalam memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. d. Emphaty, yaitu perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada pelanggan seperti kemudahan untuk berkomunikasi dengan pelanggan, dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya. e. Tangibles, meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan ruangan front office, tersedianya tempat parker, kebersihan, kerapihan dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan karyawan. Pencapaian kepuasan pelanggan melalui kualitas pelayanan dapat ditingkatkan dengan berbagai pendekatan berikut (Kotler, 1997) : a. Memperkecil kesenjangan yang terjadi antara pihak manajemen dan pelanggan. Hal ini misalnya dilakukan degan menyerap persepsi pelanggan mengenai kualitas pelayanan dengan metode customer focus group yaitu dengan mengedarkan kuisioner pelayanan setiap periode tertentu. Atau riset dilakukan oleh pegawai front office untuk mengamati adanya perubahan atau perbedaan persepsi mengenai kualitas jasa. b. Membangun komitmen perusahaan untuk menciptakan visi dalam perbaikan proses pelayanan. Komitmen perusahaan ini adalah dengan memperbaiki cara berpikir, perilaku, kemampuan dan pengetahuan dari semua sumber daya manusia yang ada baik dari tingkat top management, middle management sampai pada level staff.
26
c. Memberi kesempatan pada pelanggan dalam menyampaikan keluhan dan saran. Kepuasan pelanggan perlu disurvey misalnya melalui telepon atau kuisioner untuk mengetahui rata-rata yang puas, kurang puas dan tidak puas. d. Mengembangkan dan menerapkan accountable, yaitu proactive, dan partnership marketing sesuai dengan situasi pemasaran. Pendekatan proactive marketing berarti bahwa perusahaan menghubungi pelanggan dari waktu ke waktu untuk mengetahui perkembangan pelayanan. Sedangkan partnership marketing berarti bahwa perusahaan membangun kedekatan dengan pelanggan yang bermanfaat untuk meningkatkan citra da posisi perusahaan di pasar.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada 19 mei sampai 29 juli 2013. di Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros. B. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu jenis penelitian yang menggambarkan fenomena atau variabel penelitian tanpa melihat hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain, yaitu kepuasan peternak dalam menentukan isi kontrak kerjasama dan harga di kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros. 27
C. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini yaitu semua peternak ayam ras pedaging yang bermitra dengan perusahaan inti dengan pola inti-plasma di kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros sebanyak 117 orang. Metode pengambilan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini, menunaggkan rumus Slovin, adapun rumusnya sebagai berikut : n = jumlah sampel N
N = jumlah populasi
2
e2 = prepesisi (tingkat kelonggaran yang ditetapkan sebesar 10% )
N.e +1
Digunakan tingkat kelonggaran 10% atas dasar jumlah tidak lebih dari 2000 populasi (Sugiyono, 2003) Dengan rumus tersebut maka besar ukuran sampel yang akan diambil adalah : n=
. ,
=
,
= 53,91 = 54
untuk penentuan sampel, penelitian ini menggunakan metode simple random sampling (metode pengambilan sampel secara acak sederhana), pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Dimana: N (Populasi) = 117 n (Sampel) = 54 Besarnya kesempatan = n/N = 54/117 = 0,46 D. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Data Kualitatif yaitu data yang berupa kalimat atau tanggapan yang diberikan oleh peternak plasma (responden) terhadap pelayanan yang diberikan oleh perusahaan inti. b. Data Kuantitatif yaitu data yang berupa angka-angka berdasarkan hasil kuisioner dari peternak plasma (responden) yang meliputi tingkat pelayanan dan tingkat kinerja yang diberikan Sumber data yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut : 28
a. Data Primer yaitu data yang langsung diperoleh dari responden berupa data tentang bagaimana tingkat kepuasan peternak plasma dalam menentukan isi kontrak kerjasama dan harga, serta dampak yang ditimbulkan. b. Data sekunder adalah data yang diperoleh pada instansi terkait atau data jadi yang meliputi dokumen dan laporan tertulis lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian ini, seperti data jumlah peternak yang bermitra ayam broiler di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros. E. Metode Pengambilan Data Metode pengambilan data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu: 1.
Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara lansung terhadap situasi dan kondisi peternak bermitra dalam menjalankan proses kemitraan.
2.
Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab lansung kepada beberapa peternak yang sedang bermitra dilokasi penelitian dengan bantuan kuisioner.
F. Analisa Data Alat analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat Analisis Tingkat Kepentingan atau Importance Performance Analysis (IPA)
yang merupakan metode deskriptif kualitatif-kuantitatif dalam
menganalisis data penelitian untuk menjawab perumusan masalah mengenai sampai sejauh mana tingkat kepuasan pelanggan terhadap kinerja suatu perusahaan. Analisis tingkat kepentingan dan kepuasan pelanggan dapat menghasilkan suatu diagram kartesius yang dapat menunjukkan letak faktor-faktor atau unsur-unsur yang dianggap mempengaruhi kepuasan pelanggan, dimana dalam diagram kartesius tersebut faktor-faktor akan dijabarkan dalam empat kuadran (Wahana, 2009). Menurut Ridwan (2006) Diagram Kartesius yang terdiri dari 4 kuadran yang mengindikasikan tingkat kepentingan dan kinerja (kepuasan) pelayanan terhadap atribut-atribut yang dinilai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1. sebagai berikut: Y = Kepentingan
Y
0
A
B
Prioritas utama
Dipertahankan X
29
X = Kepuasan
Gambar 1. Skema diagram kartesius Index Performance Analisis Analisis dengan diagram kartesius digunakan untuk menganalisis kepuasan pelanggan terhadap kinerja suatu perusahaan, untuk merumuskan strategi yang tepat yang harus diambil dalam rangka perbaikan kualitas, adapun rumusan strateginya dapat dilihat di table 2. Dibawah ini (umar dalam ridwan, 2006) Tabel 2. Strategi Produsen Berdasarkan Kuadran Penilaian Konsumen Kuadran Strategi Kinerja suatu atribut perusahaan lebih rendah dari keinginan Kuadran konsumen sehingga perusahaan harus meningkatkan kinerja agar A optimal. Kinerja dan keinginan konsumen pada suatu atribut berada pada Kuadran tingkat yang tinggi dan sesuai, sehingga perusahaan harus B mempertahankan kinerja variabel tersebut. Kinerja dan keinginan konsumen pada suatu atribut berada pada Kuadran tingkat yang rendah, sehingga perusahaan belum perlu melakukan C perbaikan. Kinerja perusahaan berada dalam tingkat tinggi tetapi keinginan Kuadran konsumen akan kinerja dari atribut tersebut hanya rendah, D sehingga kinerja dapat diturunkan untuk mencapai efisiensi. Adapun Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini akan dijabarkan menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Untuk melihat variabel dan indikator pengukuran pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Variabel, Sub Variabel dan Indikator untuk Mengukur Tingkat Kepuasan peternak plasma ayam broler dalam penentuan isi kontrak kerjasama dan harga di Kec. Bantimurung.Kab. Maros (Chris Skelcher dalam Ambarwati, 2004). Variabel Sub variable Indikator pengukuran Tingkat kepuasan a. Pra Kontraktual - Keterbukaan/Transparansi terhadap penentuan Informasi teknologi, harga, dst. isi kontrak kerjasama - Penjelasan isi kontrak dan harga - Keterlibatan dalam penentuan dan negoisasi isi kontrak kerjasama b. Pelaksanaan - Kesesuaian pelaksanaan kerja kontrak dengan isi kontrak - Jaminan pelaksanaan - Intensitas komunikasi 30
c. Kontrak harga
- Kesesuaian harga pasar dengan kontrak - Harga yang diterima
Total penilaian tingkat kepentingan menurut Rangkuti, (2003) masing-masing variabel diperoleh dengan cara menjumlahkan hasil perkalian skor masing-masing skala dengan jumlah responden yang memilih pada skala tersebut. Gambaran Mengenai skor dalam penelitian ini yaitu : 1. SP (Sangat Penting/Puas)
=5
2. P (Penting/Puas)
=4
3. CP (Cukup Penting/Puas)
=3
4. TP (Tidak Penting/Puas)
=2
5. STP (Sangat Tidak Penting/Puas)
=1
Dalam menginterpretasikan bagaimana suatu variabel dinilai tingkat pelaksanaannya oleh keseluruhan responden peternak maka dibutuhkan suatu rentang skala. Adapun rentang untuk setiap skala adalah: (Xib-Xik) Range = Banyaknya skala pengukuran Keterangan : Xib
: Skor terbesar yang mungkin diperoleh dengan asumsi bahwa semua responden memberikan jawaban sangat penting/sangat puas (skor 5) terhadap setiap unsur i dari setiap atribut
Xik
: Skor terkecil yang mungkin diperoleh dengan asumsi bahwa semua responden memberikan jawaban tidak penting/tidak puas (skor 1) terhadap setiap unsur i dari setiap atribut.
Maka besarnya selang (range) untuk setiap kelas yang diteliti adalah : [(5×54) − (1×54)]
Range
=
= 43,2 = 43 5
Berdasarkan perhitungan diatas, rentang skala yang diperoleh sebesar 43. Hal ini karena nilai rata-rata terkecil yang diperoleh dari jawaban responden dikalikan dengan jumlah peternak adalah 54. Dengan demikian, rentang skala untuk setiap kelas dapat dilihat pada Tabel 4. 31
Tabel 4. Rentang Skala dan Interpretasi Atribut Kualitas Pelayanan perusahaan inti Rentang Skala Kepentingan Kinerja 54 – 97 Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Puas 98 - 141 Tidak Penting Tidak Puas 142 – 185 Cukup Penting Cukup Puas 186 – 229 Penting Puas 230 – 273 Sangat Penting Sangat Puas Analisis kesesuaian dilakukan dengan membandingkan antara skor total tingkat kinerja dengan skor total tingkat kepentingan. rumus yang digunakan yaitu (Supranto, 2001) ; Dalam penilaian ini terdapat dua buah
variable yang diwakilkan oleh huruf X dan huruf Y, dimana : X = merupakan tingkat kinerja pelayanan yang dapat memberikan tingkat kepuasan pelanggan Y = merupakan tingkat kepentingan pelanggan. Adapun rumus yang digunakan adalah : Xi Tki =
x 100% Yi
Dimana: Tki = Tingkat kesesuaian responden Xi = Skor penilaian kinerja perusahaan Yi = Skor penilaian kepentingan pelanggan Nilai Tki > 100% maka konsumen sangat puas Nilai Tki = 100% Konsumen puas Nilai Tki < 100% Konsumen belum puas Diagram Kartesius digunakauntuk mengetahui gambaran atribut kepuasan peternak, dimana sumbu mendatar (X) akan diisi oleh skor tingkat kepuasan dan sumber (Y) akan diisi oleh skor tingkat kepentingan. Dalam penyederhanaan rumus, maka untuk setiap faktor yang mempengaruhi kepuasan peternak digunakan rumus (Supranto, 2001) : ∑ Xi Xi = n Keterangan : Xi
∑ Yi Yi =
n
: Nilai rata-rata tingkat kinerja atribut ke-i 32
Yi
: Nilai rata-rata tingkat kepentingan atribut ke-i
Xi
: Total skor tingkat kinerja atribut ke-i
Yi
: Total skor tingkat kepentingan atribut ke-i
n
: Jumlah data responden
Diagram kartesius merupakan suatu bagian yang dibagi menjadi empat bagian dan dibatasi oleh dua batas garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik (X, Y). Nilai X dan Y digunakan sebagai pasangan koordinat titik atribut yang memposisikan suatu atribut terletak pada diagram kartesius, titik tersebut diperoleh rumus (Rangkuti, 2003) : ∑X X=
∑Y Y=
k
k
Keterangan : X = Skor rata-rata dari rata-rata tingkat kinerja seluruh atribut Y = Skor rata-rata dari rata-rata tingkat kepentingan seluruh atribut k = Banyaknya atribut yang diteliti Index Potential Gain Customer Value (PGCV) Untuk mengetahui atribut yang menjadi prioritas utama untuk diperbaiki dan diperhatikan oleh pihak perusahaan, maka digunakan indeks potential gain for customer value sebagai berikut : PGCV
= UDCV – ACV
Dimana : PGCV = Indeks potential gain for customer value ACV
= Nilai tingkat kinerja x Nilai tingkat kepentingan
UDCV = Nilai tingkat kinerja yang dipilih x Nilai maksimal tingkat kinerja.
G. Konsep Operasional 1.
Kemitraan merupakan suatu bentuk jalinan kerja sama yang dilakukan oleh pihak perusahaan inti dan peternak plasma di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros.
33
2.
Kontrak perjanjian adalah kontrak kemitraan baik yang dibuat dengan kesepakatan bersama antara pihak plasma dan perusahaan inti maupun kontrak bakuatau kontrak standar yang dibuat oleh pihak perusahaaan inti tampa membuat kesepakatan terlebih dahulu dengan pihak peternak plasma.
3.
Kepuasan adalah tingkat perasaan peternak plasma di Kecamatan Bantimurung. Kabupaten Maros setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dia rasakan dibandingkan dengan harapannya.
4.
Peternak plasma ayam broiler adalah semua peternak plasma ayam ras pedaging yang menerapkan pola inti plasma dan menjadi pihak kedua di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros
5.
Perusahaan inti adalah perusahaan yang menjadi pihak pertama dalam Pola Inti Plasma di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros.
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A.
Letak dan Keadaan Geografis Kabupaten Maros merupakan wilayah bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan yang terletak di bagian
barat yang berposisi diantara
40 − 45 − 50 Lintang Selatan dan 109 − 120 −
129 Bujur Timur. Kecamatan Bantimurung merupakan salah satu kecamatan dari 14 kecamatan yang ada di Kabupaten Maros, yang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bontoa Maros Baru Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Simbang dan Kabupaten Pangkep 34
Sebelah Selatan berbatasan Kecamatan Simbang Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Turikale Secara administratif Kecamatan Bantimurung terbagi atas 6 desa dan 2 kelurahan, terdapat 29 dusun dan 4 lingkungan, serta sebanyak 123 RT. Jarak pusat pemerintahan kecamatan denagn desa terjauh yaitu 12 km, jarak ibukota kabupaten dengan ibu kota kecamatan yaitu 9 km dan jarak ibukota provinsi dengan ibukota kecamatan adalah 39 km. B. Luas Wilayah Besarnya wilayah suatu daerah merupakan Salah satu faktor yang dapat menunjang pembangunan dan kemajuan suatu daerah, apabila luas wilayah berbanding lurus dengan ketersediaan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Kecamatan Bantimurung memiliki luas wilayah 173,70 km yang terbagi atas 7 desa dan 1 kelurahan. lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Luas Desa/Kelurahan Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros Desa/Kelurahan Luas (km2) Persentase (%) Alatengae 7,25 4,17 Minasa Baji 5,23 3,01 Kallabirang 45,47 26,18 Tukamasea 20,14 11,59 Mattoanging 8,72 5,02 Mangelorang 10,70 6,16 Baruga 23,68 13,63 Leang-leang 52,51 30,23 Jumlah 173,70 100,00 Sumber: Data Sekunder Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros, 2011 Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa wilayah yang mempunyai potensi dalam pengembangan peternakan ayam broiler adalah Kelurahan Kalabirang dengan luas wilayah 45,47 km2, Desa Tukamasea seluas 20,14 km2, Desa Leang-leang seluas 52,51km2 dan Desa baruga dengan luas wilayah 23,68 km2. Karena memiliki areal yang cukup luas menyebabkan keempat desa tersebut cukup tersedia lahan kosong yang cocok untuk mendirikan perkandangan untuk budidaya ayam ras broiler. C. Keadaan Penduduk 35
Penduduk merupakan sumber daya yang potensisal untuk mengelola pembangunan. Keberadaan penduduk di suatu daerah diharapkan dapat menjadi inisiator yang dapat memajukan pembangunan di wilayahnya. Jumlah penduduk di Kecamatan Bantimurung sebanyak 28.683 jiwa. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah Penduduk di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Persentase (%)
Laki-laki
14.045
48,97
Perempuan
14.638
51,03
Jumlah
28.683
100,00
Sumber: Data Sekunder Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros, 2011 Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding dengan jumlah penduduk laki-laki, yaitu untuk perempuan sebanyak 14.638 (51,03%) sedangkan penduduk laki-laki sebanyak 14.045 (48,79%) jiwa. Selisih antara jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan yang tidak terlalu banyak menyebabkan tidak adanya dominasi jenis kelamin tertentu di daerah tersebut. a) Mata Pencaharian Kecamatan Bantimurung merupakan salah satu wilayah dari banyaknya wilayah di provinsi Sulawesi selatan yang memiliki keheterogenan dalam hal mata pencarian penduduknya yang dikarenakan kondisi wilayahnya yang memungkinkan untuk hal tersebut. Ada beberapa jenis pekerjaan atau mata pencaharian yang ditekuni penduduk Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros, diantaranya bidang pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, perdegangan, pengangkutan, PNS/ABRI, buruh, jasa dan lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 7. Mata Pencaharian Penduduk Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
36
Petani tanaman pangan 3.902 47,13 Perkebunan 80 0,96 Perikanan 56 0,67 Peternakan 239 2,88 Pedagang 824 9,95 Pengangkutan 312 3,77 PNS/ABRI 218 2,63 Buruh industri 792 9,57 Jasa 1.267 15,30 Lain-lainnya 589 7,09 Jumlah 8.279 100,00 Sumber: Data Sekunder Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros, 2011 Tabel 7, menunjukkan bahwa penduduk yang berprofesi sebagai peternak di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros sebanyak 239 orang, jauh lebih sedikit dibanding dengan profesi sebagai petani. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk masih beranggapan bahwa peternakan hanyalah pekerjaan sampingan. Walaupun mereka sendiri tidak mempungkiri bahwa bidang peternakan mempunyai sumbangsih yang cukup signifikan dalam memenuhi kebutuhan mereka. b) Penggunaan Lahan Berdasarkan topografi Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros sebagian besar berupa dataran rendah yang menyebabkan penggunaan lahan sebagian besar untuk aktivitas pertanian dan perikanan seperti; persawahan, perladangan, perkebunan, dan tambak. Adapun informasi detail mengenai luas dan penggunaan lahan di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Luas dan Penggunaan Lahan di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan (ha) Persentase (%) Persawahan 3.097,98 30,29 Tanah kering/ladang 904,49 7,01 Tanah Perkebunan 399,22 3,09 Kolam air tambak 43,50 0,33 Hutan 317,92 2,46 Tanah Pekarangan 1.260,03 9,76 Pemukiman/kantor/pertokoan 6.067,21 47,03 Jumlah 12.900,35 100,00 Sumber: Data Sekunder Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros, 2011
37
Tabel 8, menggambarkan bahwa jenis dan luas penggunaan lahan terbesar digunakan untuk pemukiman/kantor/pertokoan dengan luas pemanfaatan sebanyak 6.067,21 ha atau 47,03% dari luas lahan keseluruhan. Luasnya penggunaan lahan untuk kebutuhan pemukiman/kantor/pertokoan disebabkan oleh jumlah penduduk yang cukup besar yang tentunya membutuhkan lahan yang cukup luas untuk pemukiman, perkantoran, dan pertokoan untuk mendukung kehidupan. D. Keadaan Peternakan Usaha yang bergerak dibidang peternakan saat ini merupakan bidang usaha yang cukup diminati di Kecamatan Bantimurung hal ini dikarenakan pengelolaannya yang cukup efisien dalam penggunaan waktu dan tenaga bila mau dibandingkan dengan usaha dibidang pertanian dan beberapa bidang lainnya. Sehingga saat ini cukup banyak masyarakat yang mengelola usaha peternakan baik itu sebagai usaha pokok maupun sampingan. Adapun keadaan detail mengenai peternakan di Kecamatan Bantimurung dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Jumlah Ternak Menurut Jenisnya di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros Jenis Ternak Jumlah (ekor) Sapi 8.748 Kerbau 86 Kuda 480 Kambing 798 Buras 100.268 Ayam Pedaging/Broiler 1.352.185 Ayam Petelur 13.552 Itik 19.677 Manila 633 Jumlah 1.496.427 Sumber: Data Sekunder Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros, 2011 Tabel 9, menggambarkan bahwa jenis ternak yang mempunyai populasi terbesar adalah ayam pedaging/broiler yaitu dengan populasi sebanyak 1.352.185 ekor. Besarnya jumlah populasi ayam broiler dibanding dengan jenis ternak lainnya di Kecamatan Bantimurung disebabkan karena pengelolaannya yang jauh lebih efisien dalam hal waktu dan tenaga, dibandingkan dengan pengelolaan ternak lainnya, disamping itu beternak ayam broiler mempunyai peluang lebih cepat dalam memberikan hasil, hal ini dikarenakan 38
pengelolaan ayam broiler hingga panen hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari 2 bulan. Dilain pihak Kecamatan Bantimurung memiliki lokasi yang strategis sebagai sentra budidaya ayam ras karena daerah ini memiliki akses terhadap sapronak dan pasar yang cukup lancar, sehingga banyak masyarakatnya yang beternak ayam broiler baik secara bermitra dengan perusahaan maupun mandiri.
BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN
A.
Umur responden Karakteristik umum responden peternak ayam broiler di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros
berdasarkan tingkat umur karakteristik 100% responden berada pada usia produktif yaitu berada pada rentang 24-45 tahun, hal ini sesuai dengan pendapat Wirosuhardjo dan Priyanti (1997) bahwa umur 15 – 45 tahun merupakan usia produktif secara ekonomi. B. Jenis Kelamin Jenis kelamin merupakan indikator yang berpengaruh terhadap usaha peternakan, hal ini dapat dilihat dari banyaknya aktifitas yang dilakukan untuk lebih produktif dalam meningkatkan penghasilan . Adapun klasifikasi responden berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros. No. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%) 1
Laki-laki
39
40
2
Perempuan
15
60
60
100
Jumlah
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013
39
Tabel 10, menunjukkan bahwa mayoritas peternak di Kecamatan Bantimurung, berjenis kelamin lakilaki, hal ini dikarenakan dalam usaha peternakan laki-laki memegang peranan penting dalam produksi peternakan ayam broiler. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Hendayana dan Wahyuni (1999) bahwa kegiatan dalam usaha ternak merupakan bagian dari kegiatan produktif yang meliputi kegiatan penyediaan pakan, member pakan, melakukan vaksinasi, membersihkan, menjual hasil dan melakukan pembersihan kandang ternak. Mengingat kegiatan yang dilakukan dalam usaha ternak relatif berat, maka secara tidak langsung mengindikasikan bahwa yang memiliki pekerjaan dominan dalam usaha ternak masih terfokus pada peranan laki-laki, dimana jumlah jam kerja laki-laki relatif lebih banyak dibandingkan dengan perempuan dalam kegiatan yang sifatnya produktif. C. Pekerjaan Utama Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros bahwa pekerjaan responden dominan adalah bekerja sebagai petani/peternak, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Utama di Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros. No. Jenis Pekerjaan Utama Jumlah (orang) Persentase (%) 1
Petani
24
44,4
2
Peternak
15
27,8
3
Wiraswasta
8
14,8
4
PNS
3
5,6
5
Honorer
2
3,7
6
Karyawan
2
3,7
54
100
Jumlah Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013
Tabel 11, menggambarkan bahwa seluruh responden tersebar dalam tingkat pekerjaan yang berbedabeda. Sebagian besar peternak memiliki latar belakang pekerjaan sebagai Petani dan Peternak, yaitu masing40
masing dengan persentase sebesar 44,4 persen dan 27,8 persen. Selebihnya berkerja sebagai
wiraswasta
sebanyak 8 orang, 3 orang sebagai Honorer dan hanya masing-masing 2 orang yang berkerja sebagai PNS dan Karyawan. Mayoritas responden yang berlatar belakang pekerjaan selain peternak, menganggap bermitra ayam broiler merupakan pekerjaan sampingan, walaupun menurut realita penghasilan di bidang peternakan relatif lebih tinggi di banding beberapa pekerjaan lainnya. D. Tingkat Pendidikan Peranan sektor pendidikan bagi suatu bangsa sangat menentukan dalam rangka mencapai kemajuan di semua bidang kehidupan, utamanya peningkatan kesejahteraan rakyat, tidak terkecuali Masyarakat di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros yang diambil sebagai responden dalam penelitian ini memiliki riwayat pendidikan yang cukup bagus, hal ini dapat dilihat pada Tabel 12 Tabel 12. Klasifikasi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros. No Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Tidak Tamat Sekolah Dasar 2 3,7 2 SD / Sederajat 17 31,5 3 SMP / Sederajat 16 29,6 4 SMA / Sederajat 14 25,9 5 S1 / Sederajat 5 9,3 Jumlah Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2013.
54
100
Tabel 12, menunjukkan hampir seluruh peternak responden berada pada tingkat pendidikan SD,SMP dan SMA dengan persentase 31,5, 29,6 dan 25,9 persen. Selebihnya berada pada tingkat pendidikan tidak tamat sekolah dasar dengan persentase sebesar 3,7 persen dan S1 dengan persentase sebesar 9,3 persen. Dengan demikian tingkat pendidikan responden di kecamatan bantimurung terbilang cukup bagus sehingga dengan tingkat pendidikan itu diharapkan mampu untuk mempengaruhi tingkat pemikiran mengenai pola inti plasma (PIP) atau kemitraan ayam broiler, pendapat ini senada dengan pendapat Mubyarto (1986) bahwa tingkat pendidikan peternak akan mempengaruhi pola berpikir, kemampuan belajar, dan taraf intelektual. Dengan pendidikan formal maupun informal maka peternak akan memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas sehingga lebih mudah merespon suatu inovasi yang menguntungkan bagi usahanya. 41
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN Kemitraan ayam broiler yang berada di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros selama ini menggunakan kontrak perjanjian baku dimana kontrak ini segala sesuatu mengenai isi dari kontrak baik itu kontrak perjanjian maupun harga semuanya ditentukan oleh pihak inti atau perusahaan, dengan kata lain tidak ada keterlibatan plasma selaku peternak ayam broiler pada kemitraan itu. Tentu hal ini tidak sesuai dengan kaidah asas kemitraan yang terkandung pada Undang-Undang Nomor 9 pasal 26 (1995) tentang kemitraan, dimana dalam kemitraan kedua belah pihak mempunyai kedudukan hukum yang setara. F. Analisis Pengukuran Tingkat Kepuasan Berdasarkan Kepentingan Atribut Tingkat Kepuasan Peternak Terhadap Penentuan Isi Kontrak Kerjasama Dan Harga Penelitian mengenai Analisis Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Ayam Broiler Dalam Penentuan isi Kontrak Kerjasama dan Harga di Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros dilakukan dengan menggunakan 42
analisis tingkat kepentingan atau IPA (Importance Performance Analysis). Adapun atribut yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan peternak plasma ayam broiler yaitu pra kontraktual, pelaksanaan kontrak, kontrak harga. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Bayles (1987) yang menyatakan bahwa contract of law atau hukum kontrak adalah Might then be taken to be the law pertaining to enporcement of promise or agreement. Artinya, hukum kontrak adalah sebagai aturan hukum yang berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian atau persetujuan.
1.
Pra Kontraktual Kemitraan ayam broiler sangat erat hubungannya dengan kontrak perjanjian, baik itu kerjasama maupun
harga, namun sebelum melakukan kerjasama pihak bermitra harus melewati masa pra kontraktual dimana dalam masa itu pihak peternak plasma maupun perusahaan inti mempersiapkan segala sesuatu sebelum melakukan kerjasama, untuk melihat lebih jelas gambaran umum dari pra kontraktual usaha kemitraan ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Tingkat Kepuasan Berdasarkan Kepentingan Peternak Plasma Ayam Broiler Pada Pra Kontraktual Kemitraan Ayam Broiler Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros. NO 1
Indikator Pengukuran Pra Kontraktual Kemitraan Ayam Broiler Keterbukaan/Transparansi Informasi Teknologi, Harga, Dst
Skor
Frekwensi (orang)
Persentase (%)
Bobot (y)
1
0
0
0
2
0
0
0
3
17
31.48
51
4
29
53.70
116
5
8
14.82
40
54
100
207
1
0
0
0
2
7
12.96
14
3
33
61.11
99
4
14
25.93
56
5
0
0
0
54
100
169
1
0
0
0
2
0
0
0
3
3
5.56
9
4
24
44.44
96
Jumlah 2
3
Penjelasan isi kontrak
Jumlah Keterlibatan dalam penentuan dan negoisasi isi kontrak kerjasama
43
5 Jumlah
27
50
135
54
100
240
Total
616
Rata-Rata
205.33
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2013.
205,33 54
98 STP
142 TP
186 CP
230 P
274 SP
Gambar 2. Tingkat Kepuasan Berdasarkan Kepentingan Peternak Plasma Ayam Broiler Pada Pra Kontraktual Kemitraan Ayam Broiler Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros. Keterangan : STP : Sangat Tidak Penting P : Penting TP : Tidak Penting SP :Sangat Penting CP : Cukup Penting Berdasarkan tabel 13. menunjukkan bahwa menurut semua responden peternak plasma ayam broiler, atribut-atribut dari pra kontraktual berada pada kategori penting dengan rata-rata bobot sebesar 205,33. Nilai skor rata-rata bobot tersebut berada pada skala 186 – 229. Hal ini menandakan bahwa harapan peternak mengenai transparansi, penjelasan isi kontrak dan keterlibatan dalam negoisasi dan penentuan isi kontrak berada pada tingkatan penting untuk dilaksanakan baik oleh pihak perusahaan inti maupun peternak plasma. Demi terciptanya keharmonisan dalam kemitraan usaha. 2.
Pelaksanaan Kontrak Kerjasama Penilaian responden peternak plasma selanjutnya yaitu mengenai tingkat pelaksanaan kontrak perjanjian.
Dimana pelaksanaan kontrak erat kaitannya dengan intensitas hubungan antara perusahaan inti dan peternak plasma selama masa produksi, bisa dikatakan bahwa masa pelaksanaan kontrak merupakan kunci dari keberhasilan usaha kemitraan. Dalam penelitian ini 3 atribut yang digunakan untuk menilai pelaksanaan kontrak kerjasama, yang antara lain : a. kesesuaian antara isi kontrak dengan pelaksanaan kontrak kerjasama b. jaminan pelaksanaan kerja oleh perusahaan inti maupun peternak plasma. 44
c. Intensitas komunikasi antara perusahaan inti dan peternak plasma ayam broiler. Dimana bobot rata-rata yang diperoleh dari penilaian sebesar 175,3. yang berada pada skala 142 – 185, sehingga penilaian peternak plasma terhadap atribut fase pelaksanaan kontrak berada pada kategori cukup penting. Ini menandakan peternak plasma belum mengharapkan pelaksanaan yang maksimal pada ketiga atribut dalam fase pelaksanaan kontrak kerja. Lebih jelasnya, data dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Tingkat Kepuasan Berdasarkan kepentingan peternak plasma ayam broiler pada pelaksanaan kontrak kerjasama di kecamatan bantimurung kabupaten maros. NO 1
Indikator Pengukuran Pelaksanaan Kontrak Kerjasama Kesesuaian pelaksanaan kerja dengan isi kontrak kerjasama
Skor
Frekwensi (orang)
Persentase (%)
Bobot (y)
1
0
0
0
2
11
20.37
22
3
36
66.67
108
4
7
12.96
28
5
0
0
0
54
100
158
1
0
0
0
2
0
0
0
3
31
57.41
93
4
23
42.59
92
5
0
0
0
54
100
185
1
0
0
0
2
4
7.40
8
3
25
46.30
75
4
25
46.30
100
Jumlah 2
Jaminan pelaksanaan
Jumlah 3
Intensitas komunikasi
5 Jumlah
0
0
0
54
100
183
Total
526
Rata-Rata
175.3
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2013. 175,33 54
98 STP
142
186
TP
CP
230 P
274 SP
Gambar 3. Tingkat Kepuasan Berdasarkan kepentingan peternak plasma ayam broiler pada pelaksanaan kontrak kerjasama di kecamatan bantimurung kabupaten maros. Keterangan : STP : Sangat Tidak Penting
P
: Penting 45
TP CP 3.
: Tidak Penting : Cukup Penting
SP
:Sangat Penting
Kontrak Harga Kontrak harga merupakan kesepakatan yang dibuat oleh perusahaan untuk peternak plasma agar disepakati
dan dijadikan patokan penerimaan ketika panen. Pembuatan kontrak harga mempunyai 2 metode yang biasa digunakan yaitu pertama perusahaan inti yang menentukan sepenuhnya isi dari kontrak harga, kedua perusahaan membuat kontrak harga yang kemudian di negoisasikan dengan peternak untuk direvisi bila ada ketidaksesuaian harga, kondisi usaha kemitraan saat ini hampir semuanya menggunakan metode kontrak harga yang ditentukan oleh perusahaan sepenuhnya atau biasa disebut kontrak baku/standar. Hal ini sesuai dengan pendapat Johannes (1987) yang menyatakan bahwa Perjanjian standar adalah perjanjian yang isinya telah ditetapkan terlebih dahulu secara tertulis berupa formulir-formulir yang digandakan dalam jumlah yang terbatas untuk ditawarkan kepada konsumen tanpa memperhatikan perbedaan konsumen. Untuk melihat sejauh mana tanggapan responden peternak plasma terhadap kontrak harga baku dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Tingkat Kepuasan Berdasarkan Kepentingan Peternak Plasma Ayam Broiler Pada Kontrak Harga Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros. NO 1
2
Indikator Pengukuran Kontrak Harga Kesesuaian Harga Pasar Dengan Kontrak Harga
Jumlah Harga Yang Diterima
Skor
Frekwensi (orang)
Persentase (%)
Bobot (y)
1
0
0
0
2 3 4 5
24 16 14 0 54 0 12 27 15 0 54
44.44 29.63 25.93 0 100 0 22.22 50 27.78 0 100
1 2 3 4 5
Jumlah Total Rata-Rata
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2013. 105,67 46
48 48 56 0 152 0 24 81 60 0 165 317 105.67
54
98 STP
142 TP
186 CP
230 P
274 SP
Gambar 4. Tingkat Kepuasan Berdasarkan Kepentingan Peternak Plasma Ayam Broiler Pada Kontrak Harga Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros Keterangan : STP : Sangat Tidak Penting TP : Tidak Penting CP : Cukup Penting
P SP
: Penting :Sangat Penting
Tabel 15 menggambarkan bahwa tanggapan responden peternak plasma terhadap kepentingannya pada kontrak harga berada pada posisi tidak penting karena nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 105,6 dimana nilai ini berada pada kisaran 98-141, hal ini terjadi karena mayoritas peternak plasma sudah sepenuhnya percaya terhadap harga yang diberikan oleh perusahaan inti dan peternak plasma juga merasa bahwa jalan negoisasi tidak terlalu berpengaruh pada penghasilan karena peternak plasma tidak memiliki cukup informasi mengenai harga, dilain pihak peternak plasma juga merasa bahwa kondisi pasar sepenuhnya dikuasai oleh perusahaan inti jadi mereka merasa tidak perlu repot-repot memikirkan masalah harga, karena peternak tinggal menyepakati formulir harga yang di berikan oleh pihak perusahaan inti kepada mereka. Kondisi seperti ini biasa disebut sebagai kontrak baku/standar, dimana menurut mariam (1994) perjanjian standar adalah Perjanjian yang didalamnya dibakukan syarat eksonerasi dan dituangkan dalam bentuk formulir yang bermacam–macam bentuknya. G. Analisis Pengukuran Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Bersarkan Tingkat Kinerja perusahaan inti Atribut Tingkat Kepuasan Peternak Terhadap Penentuan Isi Kontrak Kerjasama Dan Harga Analisa pengukuran tingkat kinerja menggunakan atribut yang sama dengan pengukuran tingkat kepentingan yaitu atribut pra kontraktual, pelaksanaan kontrak, dan kontrak harga, yang menjadi perbedaan pada pengukuran tingkat kinerja yaitu pengukuran tingkat kepentingan yang melihat harapan dari peternak plasma terhadap semua aspek pada usaha kemitraan ayam broiler sedangkan pengukuran tingkat kinerja melihat tingkat kepuasan peternak plasma dari hasil kinerja-kinerja yang diberikan oleh perusahaan inti. Dimana apabila tingkat harapan dan kinerja perusahaan sudah sesuai maka kepuasan pada usaha kemitraan ayam broiler akan dicapai baik oleh pihak peternak plasma maupun perusahaan inti. Pendapat serupa dikemukakan oleh Kotler 47
(1997) yang menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya. 1.
Pra Kontraktual Pra kontraktual pada dasarnya merupakan suatu penanaman terhadap harapan-harapan yang ditanamkan
oleh kedua belah pihak kedalam sebuah kontrak yang akan mereka sepakati dan laksanakan, dimana untuk melihat gambaran mengenai tanggapan umum peternak mengenai pra kontraktual dapat dilihat pada Tabel 16. Table 16. Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Berdasarkan Kinerja Perusahaan Inti Pada Pra Kontraktual Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros.
No
1
2
3
Indikator Pengukura Pra Kontraktual Usaha Kemitraan Ayam Broiler Keterbukaan/Transparansi Informasi Teknologi, Harga, Dst
Jumlah Penjelasan isi kontrak
Jumlah Keterlibatan Dalam Penentuan Dan Negoisasi Isi Kontrak Kerjasama
Frekwensi Persentase (orang) (%)
Skor
Bobot (x)
1
15
27.78
15
2 3 4 5
28 11 0 0 54 21 24 9 0 0 54
51.85 20.37 0 0 100 38.89 44.44 16.67 0 0 100
56 33 0 0 104 21 48 27 0 0 96
1
24
44.44
24
2 3 4 5
27 3 0 0 54
50 5.56 0 0 100
54 9 0 0 87 287 95.67
1 2 3 4 5
Jumlah Total Rata-Rata Sumber : Data primer yang telah diolah, 2013. 95,67 54
98
142
186
230 48
274
STP
TP
CP
P
SP
Gambar 4. Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Berdasarkan Kinerja Perusahaan Inti Pada Pra Kontraktual Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros. Keterangan : STP : Sangat Tidak puas TP : Tidak puas
CP SP
: Cukup Puas :Sangat Puas
P
: puas
Tabel 16. Menggambarkan bahwa responden peternak plasma ayam broiler merasa sangat tidak puas dengan kinerja perusahaan, karena nilai rata-rata yang diperoleh nilai sebesar 95,67 yang berada pada kisaran 54-97, dengan ini tentu perusahaan inti seharusnya lebih memperhatikan harapan peternak plasma yang merasa penting untuk dilakukan pembenahan metode pada pra kontraktual, sebagaimana yang tergambar pada Tabel 14. Hal ini sesuai pendapat Gronroos (1990) dalam Ambarwati (2004) yang menyatakan kualitas dari jasa pelayanan merupakan apa yang dipahami atau dipersepsikan oleh pelanggan.
2.
Pelaksanaan Kontrak Kerjasama kontrak kerjasama seringkali mengalami masalah dalam pelaksanaannya, dimana terkadang kinerja-kinerja
yang dilakukan oleh pihak inti, menurut peternak plasma tidak sesuai dengan apa yang mereka pahami tentang pola kemitraan, namun pihak peternak plasma sulit untuk mengoreksi hal tersebut karena pada dasarnya mereka tidak diizinkan untuk memiliki kontrak kerjasama tertulis yang telah disepakati, sehingga peternak plasma bingung dalam pengambilan keputusan apakah kinerja pihak perusahaan inti salah atau tidak, namun realitanya kurang lebih 35% responden dari pihak peternak plasma dalam pelaksanaan kontrak kerjasama mereka juga sering mengambil keuntungan dari perusahaan inti, contohnya menjual pakan atau vaksin perusahaan tanpa diketahui tapi ketika diketahui oleh pihak perusahaan inti, pihak peternak plasma mengambil alasan bahwa mereka tidak diberikan kontrak jadi mereka tidak tahu tindakan yang mereka salah atau benar, untuk melihat kondisi pelaksanaan kontrak kerjasama dari sudut pandang peternak plasma gambaran umumnya bisa dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Berdasarkan Kinerja Perusahaan Inti Pada Pelaksanaan Kontrak Kerjasama Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros. No
Indikator pengukuran pelaksanaan kontrak
Skor
Frekwensi (orang) 49
Persentase (%)
Bobot (x)
1
kerjasama Kesesuaian Pelaksanaan Kerja Dengan Isi Kontrak Kerjasama
2
Jumlah Jaminan Pelaksanaan
3
Jumlah Intensitas Komunikasi
1
8
14.81
8
2 3 4 5
27 19 0 0 54 0 16 24 14 0 54 0 12 26 16 0 54
50 35.19 0 0 100 0 29.63 44.4 25.93 0 100 0 22.22 48.15 29.63 0 100
54 57 0 0 119 0 32 72 56 0 160 0 24 78 64 0 166 445 148.33
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Jumlah Total Rata-Rata
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2013. 148,33 54
98 STP
142 TP
186 CP
230 P
274 SP
Gambar 5. Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Berdasarkan Kinerja Perusahaan Inti Pada Pelaksanaan Kontrak Kerjasama Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros. Keterangan : STP TP
: Sangat Tidak puas : Tidak puas
CP SP
: Cukup Puas :Sangat Puas
P
: puas
Sesuai hasil dari Tabel 17. Diperolehlah nilai rata-rata dari perhitungan yaitu sebesar 148,33 atau predikat cukup puas yang berada pada kisaran nilai 142-185, hal ini menggambarkan kinerja dari perusahaan sudah berada di posisi cukup bagus untuk peternak plasma, perusahaan dapat meningkatkan predikat ini atau mempertahankannya namun tidak sebaiknya tidak menurunkan kinerjanya agar hubungan antara peternak plasma dan perusahaan inti lebih menghasilkan keuntungan, pendapat ini sesuai dengan pendapat Lala (2002) yang menyatakan Berdasarkan kondisi yang ada bahwa sebenarnya pola inti plasma merupakan suatu hubungan 50
kerja sama timbal balik yang saling menguntungkan. Beberapa keunggulan dari pelaksanaan pola inti plasma adalah sebagai berikut: 1. Memberikan keuntungan timbal balik antara perusahaan inti dengan plasma melalui pembinaan dan penyediaan sarana produksi, pengolahan serta pemasaran hasil, sehingga tumbuh ketergantungan yang saling menguntungkan. 2. Meningkatkan keberdayaan plasma dalam hal kelembagaan, modal sehingga pasokan bahan baku kepada perusahaan inti lebih terjamin dalam jumlah dan kualitas 3. Usaha skala kecil/gurem yang dibimbing inti mampu memenuhi skala ekonomi, sehingga usaha kecil ini mampu mencapai efisiensi. 4. Perusahaan inti dapat mengembangkan komoditas, barang produksi yang mempunyai keunggulan dan mampu bersaing di pasaran. 5. Keberhasilan pola inti-plasma dapat menjaadi daya tarik bagi investor lainnya sehingga dapat menumbuhkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang baru yang pada gilirannya membantu pemerataan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. 6.
Kontrak Harga Gambaran mengenai tanggapan responden peternak plasma terhadap kontrak harga yang diberikan oleh
pihak perusahaan inti dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Berdasarkan Kinerja Perusahaan Inti Pada Pelaksanaan Kontrak Kerjasama Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros. Indikator Pengukuran Frekwensi Persentase Bobot NO Skor Kontrak Harga (Orang) (%) (x) Kesesuaian Harga Pasar 1 9 16.67 9 1 Dengan Kontrak Harga 2 26 48.15 52 3 18 33.33 54 4 1 1.85 4 5 0 0 0 54 100 119 Jumlah 1 13 24.07 13 2 Harga Yang Diterima 2 23 42.59 46 3 18 33.33 54 4 0 0 0 5 0 0 0 54 100 113 Jumlah 51
Total Rata-Rata Sumber : Data primer yang telah diolah, 2013.
232 77.33
77,33 54
98 STP
142 TP
186 CP
230 P
274 SP
Gambar 6. Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Berdasarkan Kinerja Perusahaan Inti Pada Pelaksanaan Kontrak Kerjasama Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros Keterangan : STP TP
: Sangat Tidak puas : Tidak puas
CP SP
: Cukup Puas :Sangat Puas
P
: puas
Tabel 18. Menggambarkan bahwa Perubahan metode pembuatan kontrak harga dari kontrak baku menjadi sistem negoisasi, tidaklah penting untuk dilakukan karena sesuai hasil pengukuran yang diperoleh dari atribut pengukuran kinerja perusahaan pada kontrak harga diperoleh nilai sebesar 77,33 dimana nilai ini berada pada kisaran nilai 54-97 atau tergolong pada predikat sangat tidak memuaskan. H. Tingkat Kesesuaian Indikator Pembentuk Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Ayam Broiler Terhadap Penentuan Isi Kontrak Kerjasama Dan Harga Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros mengenai tingkat kepuasan peternak plasma ayam broiler terhadap penentuan isi kontrak dan harga maka perlu dianalisis dari segi kesesuaiannya. Analisis tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan antara skor total rata-rata tingkat kepentingan dengan skor total rata-rata tingkat kinerja perusahaan inti dalam memberikan pelayanan kepada peternak plasma. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Tingkat Kesesuaian Indikator Pengukuran Kepuasan Peternak Sapi Potong terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan Hewan yang Diberikan oleh Dinas Peternakan Indikator Pengukuran Tingkat Nilai Nilai Tingkat Kepuasan Peternkan Terhadap No kinerja kepentingan kesesuaian Penentuan Isi Kontrak (Xi) (Yi) (%) Kerjasama Dan Harga Pra Kontraktual 52
1
Keterbukaan/Transparansi Informasi Teknologi, Harga Dst
2 Penjelasan Isi Kontrak Keterlibatan Dalam Penentuan 3 Dan Negoisasi Isi Kontrak Kerjasama Pelaksanaan kontrak Kesesuai Pelaksanaan Kerja 1 Dengan Isi Kontrak Kerjasama 2 Jaminan Pelaksanaan 3 Intensitas Komunikasi Kontrak harga Kesesuaian Harga Pasar Dengan 1 Kontrak Harga 2 Harga Yang Diterima Total Rata-rata
207
104
50.24
169
96
56.80
240
87
36.25
158
119
75.32
185
160
86.49
183
166
90.71
152
119
78.29
165
113
68.49
1459
964
542.58
182.38
120.5
67.82
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2013. Tabel 19. menunjukkan rata-rata tingkat kesesuaian indikator pengukuran kepuasan peternak plasma ayam broiler dalam penentuan isi kontrak kerjasama dan harga yaitu 67,82%. Hal ini menandakan bahwa harapan peternak plasma ayam broiler mengenai penentuan isi kontrak kerjasama masih berada dibawah kenyataan yang diterima oleh peternak. Dengan kata lain, kinerja yang diberikan oleh perusahaan inti dalam memberikan pelayanan tidak sesuai dengan harapan peternak plasma ayam broiler sehingga bisa dikatakan bahwa peternak masih tidak puas. Hal ini sesuai dengan pendapat Kotler (2000) bahwa jika kinerja berada di bawah harapan berarti pelanggan tidak puas. I.
Diagram Kartesius Kepuasan Peternak Plasma Dalam Penentuan Isi Kontrak Kerjasama Dan Harga (Importance Performance Matrix) Analisis tingkat kepentingan dan kinerja atribut dilakukan untuk mengetahui kepuasan peternak plasma
terhadap penentuan isi kontrak kerjasama dan harga serta mengetahui atribut mana yang perlu mendapat perhatian. Tabel 20. Rata-Rata Tingkat Kinerja Dan Tingkat Kepentingan Atribut Tingkata Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Penentuan Isi Kontrak Kerjasam Dan Harga. 53
Atribut Tingkat Kepuasan Peternak NO Plasma Terhadap Penentuan Isi Kontrak Kerjasama Dan Harga Pra Kontraktual Keterbukaan/Transparansi 1 Informasi Teknologi, Harga, Dst 2 Penjelasan Isi Kontrak Keterlibatan Dalam Penentuan Dan 3 Negoisasi Isi Kontrak Kerjasama Pelaksanaan Kontrak Kesesuaian Pelaksanaan Kerja 1 Dengan Isi Kontrak Kerjasama 2 Jaminan Pelaksanaan 3 Intensitas Komunikasi
Rata-Rata Tingkat Kepentingan (Y)
Rata-Rata Tingkat Kepuasan (X)
3.83
1.92
3.13
1.77
4.44
1.61
2.92
2.20
3.43 3.39
2.96 3.07
2.81
2.20
3.06 27.02 3.38
2.09 17.85 2.23
Kontrak Harga Kesesuaian Harga Pasar Dengan Kontrak 2 Harga Yang Diterima Total Rata-Rata Sumber : Data primer yang telah diolah, 2013. 1
Tabel 21. menunjukkan bahwa tingkat kepentingan lebih besar dari pada tingkat kinerja. Hal ini menandakan bahwa peternak plasma menilai bahwa tingkat kinerja perusahaan inti belum memenuhi harapan yang diinginkan oleh peternak. Penilaian rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kinerja selanjutnya diplotkan pada diagram kartesius atau matriks IPA. Matriks IPA terdiri dari empat kuadran, yaitu kuadran I (Prioritas utama), kuadran II (Pertahankan prestasi), kuadran III (Prioritas rendah), dan kuadran IV (Berlebihan). Dengan metode IPA yang menjadi sasaran utama adalah kuadran I, dimana pada kuadran ini memuat atribut-atribut kualitas kinerja perusahaan inti yang dianggap penting oleh peternak sapi potong tetapi pada kenyataannya belum sesuai dengan harapan peternak karena kinerjanya masih dinilai kurang baik. Y=Kepentingan 5
A
(1,61.4,44) (1,92.3,83) (2,96.3,43)
54
B
4
(3,07.3,39) (2,23.3,38)
3
(1,77.3,13) (2,09.3,06)
2
(2,20.2,92)
C
(2,20.2,81)
D
4
X=Kepuasan
1
0
1
2
3
Gambar 7. Diagram Kartesius Tingkat Kepuasan Peternak plasma ayam broiler Keterangan : Kuadran A : - 1 : Keterbukaan/Transparansi Informasi teknologi, harga, dst. - 2 : Keterlibatan dalam penentuan dan negoisasi isi kontrak kerjasama Kuadran B : - 5 : Jaminan pelaksanaan - 6 : Intensitas komunikasi Kuadran C : - 2 : Penjelasan isi kontrak - 8 : Harga yang diterima - 4 : Kesesuaian pelaksanaan kerja dengan isi kontrak - 7 : Kesesuaian harga pasar dengan kontrak Berdasarkan pemetaan dari Gambar 2. bahwa diagram kartesius tingkat kepuasan peternak plasma ayam broiler dalam penentuan isi kontrak kerjasama dan harga di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros terbagi atas tiga kuadran yaitu kuadran A,B dan C Kuadran A (Prioritas Utama) Atribut pada kuadran A dalam diagram kartesius tingkat kepentingannya berada di atas rata-rata tingkat kepentingan, tapi tingkat kinerjanya berada
di bawah rata-rata tingkat kinerja. Sehingga tingkat kinerja
pada kuadran ini menjadi prioritas utama untuk diperbaiki. Atribut yang berada pada kuadran I yaitu keterbukaan/transparansi informasi teknologi, harga dan informasi usaha kemitraan lainnya.
55
Transparansi informasi usaha kemitraan ternyata tidak sesuai dengan kepentingan yang diharapkan oleh peternak plasma ayam broiler. Dimana harapan peternak yaitu adanya transparansi disegala aspek usaha kemitraan baik informasi teknologi, harga dan informasi lainnya, namun pada kenyataannya masih banyak informasi yang tidak disampaikan kepada peternak. selain di isi oleh atribut transparansi kuadran A juga di isi oleh atribut atribut keterlibatan peternak plasma dalam penentuan dan negoisasi isi kontrak kerjasama, dimana harapan peternak plasma untuk turut ambil andil dalam penentuan isi kontrak tidak dapat tercapai, sehingga mengakibatkan ketidakpuasan peternak plasma pada atribut ini dimana keterbukaan informasi dan keterlibatan peternak plasma dalam penentuan isi kontrak mampu mengembangkan usaha kemitraan peternakan ayam broiler menuju perusahaan Good Corporate Governance (GCG). Dimana menurut Kaen dan Shaw dalam Kaihatu (2003) Ada empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep good corporate governance yaitu fairness, transparency, accountability, dan responsibility. Keempat komponen tersebut penting karena penerapan prinsip good corporate governance secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan. Kuadran B (Dipertahankan) Pada kuadran B diisi juga oleh 2 atribut yaitu atribut jaminan pelaksanaan kontrak dan intensitas komunikasi, pada kuadran ini kedua atribut menggambarkan bahwa pada realitanya pihak perusahaan inti sudah memberi jaminan pelaksanaan seperti bonus-bonus, baik itu bonus pasar maupun harga, selain itu pihak perusahaan inti juga sudah menjalin intensitas komunikasi yang baik dengan peternak lewat TS (Technical Service) atau petugas lainnya. Dengan kata lain kedua atribut ini sudah layak untuk dipertahankan oleh pihak perusahaan inti, karena atribut ini dinilai sejalan dengan harapan peternak plasma ayam broiler dalam penerimaan jasa dari pihak perusahaan inti. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Tjiptono (1996) yang menyatakan bahwa kualitas jasa terdiri dari 3 (tiga) komponen yaitu: 1. Technical Quality: yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas output jasa yang diterima pelanggan. 2. Functional Quality: yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas cara penyampaian suatu jasa. 56
3. Corporate Image: yaitu profil, reputasi, citra umum, dan daya tarik khusus suatu perusahaan. Kuadran C (Prioritas Rendah) Tingkat kepentingan peternak dan tingkat kinerja perusahaan inti pada kuadran C berada di bawah ratarata tingkat kepentingan peternak dan tingkat kinerja pelayanan kesehatan hewan, sehingga atribut yang berada pada kuadran ini memiliki tingkat prioritas perbaikan yang masih rendah. Atribut kepuasan peternak plasma dalam penentuan isi kontrak kerjasama dan harga yang terdapat dalam kuadran C adalah penjelasan isi kontrak (2), harga yang diterima (8) kesesuaian pelaksanaan dengan isi kontrak (4), dan kesesuaian harga pasar dengan kontrak (7). Penjelasan mengenai isi kontrak kerjasama merupakan salah satu atribut yang menurut para peternak plasma sebenarnya kurang penting dan kurang memuaskan. Karena pengetahuan peternak plasma mengenai usaha kemitraan mereka sudah dapat dari berbagai hal, baik itu pengalaman pribadi maupun Informasi dari kerabat atau keluarga, sehingga mereka merasa tidak perlu untuk dijelaskan mengenai isi kontrak kerjasama yang diberikan pada peternak plasma. Harga yang diterima oleh peternak plasma saat ini bagi mereka itu sudah cukup sesuai sehingga peternak plasma merasa perusahaan inti tidak perlu lagi melibatkan mereka dalam penentuan harga. Karena ada beberapa peternak plasma yang terkadang mencari tahu informasi dan menghitung biaya dan harga itu sulit dan merepotkan, jadi peternak plasma kebanyakan memilih untuk tidak ikut campur dalam hal itu. Peternak juga menilai bahwa kesesuaian pelaksanaan kerja dengan isi kontrak berada pada tingkat kepentingan yang rendah dimana peternak plasma ada yang merasa bahwa sebelum-sebelumnya mereka tidak pernah memiliki isi kontrak kerjasama, sehingga yang peternak tahu hanyalah tanda tangan pada kontrak tersebut tanpa harus memilikinya, pada akhirnya peternak plasma merasa tidak tahu apakah pelaksanaan kerja mereka atau perusahaan inti sudah sesuai dengan kontrak kerjasama atau tidak. Kesesuaian harga pasar dengan kontrak harga, pada atribut ini peternak plasma juga tidak menaruh kepentingan yang berlebih pada atribut ini, karena pada atribut ini peternak plasma sudah menaruh kepercayaan pada pihak perusahaan inti untuk mengatur harga dan percaya bahwa pihak peternak plasma sudah menguasai 57
pasar da harga sehingga peternak plasma merasa tidak perlu repot-repot mencari informasi tentang harga dan menyesuaikannya dengan harga yang peternak plasma peroleh dari pihak perusahaan inti. Melihat kondisi ini Pihak perusahaan inti tidak mesti mengambil langkah taktis untuk masalah ini, dengan kata lain untuk saat ini penyedian jasa terhadap ke empat atribut tersebut sudah pada proporsi yang pas, namun pihak perusahaan inti tetap perlu selalu waspada karena kondisi psikologi peternak plasma masih dalam keadaan yang dinamis atau mudah berubah-ubah tergantung kondisi lingkungannya, dimana keempat atribut tersebut merupakan pelayanan jasa yang tidak berwujud sehingga mudah mempengaruhi kondisi psikologi peternak plasma yang senantiasa dinamis. Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Kotler (1999) pada suatu produk Jasa memiliki empat karaktristik utama yang sangat mempengaruhi rancangan program pemasaran yaitu: tidak berujud, tidak terpisahkan, bervariasi, dan mudah lenyap. J.
Analisis Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Dalam Penentuan Isi Kontrak Kerjasama dan Harga dengan Indeks PGCV Menurut Ridwan (2006) nilai indeks PGCV ini menunjukkan nilai yang berbeda antara kepuasan
maksimum yang mungkin diterima oleh konsumen dengan kenyataan yang diperoleh, semakin tinggi nilai indeks suatu atribut maka atribut tersebut semakin diprioritaskan untuk dilakukan perbaikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Penilaian Indeks PGCV Kepuasan Peternak Plasma Dalam Penentuan Isi Kontrak Kerjasama Dan Harga NO 1 2 3 4 5 6 7 8
Atribut Kepuasan Peternak Plasma Dalam Penentuan Isi Kontrak Kerjasama dan Harga Keterbukaan/Transparansi Informasi Teknologi, Harga Dst Penjelasan isi Kontrak Keterlibatan Dalam Penentuan Dan Negoisasi Isi Kontrak Kerjasama Kesesuaian Pelaksanaan Kerja Dengan Isi Kontrak Kerjasama Jaminan Pelaksanaan
Kuadran
UDCV
ACV
PGCV
A
19.15
7.35
11.79
C
15.65
5.54
10.11
A
22.2
7.15
15.05
C
14.6
6.4
8.18
B
17.15
10.15
6.99
B
16.95
10.41
6.54
C
14.05
6.18
7.87
C
15.3
6.39
8.90
Intensitas Komunikasi Kesesuaian Harga Pasar Dengan Kontrak Harga Harga Yang Diterima
Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2013
58
Berdasarkan pemetaan dari kuadran pada diagram kartesius Gambar 2. menunjukkan bahwa atribut transparansi dan keterlibatan dalam penentuan dan negoisasi isi kontrak harus mendapatkan prioritas utama untuk pengembangan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan keinginan para peternak plasma untuk menggapai kepuasan dalam menentukan isi kontrak. Dipertegas dengan nilai PGCV pada Tabel 26, bahwa atribut yang paling serius untuk mendapatkan penanganan karena nilai gap antara kepentingan maksimum yang diharapkan peternak dengan kenyataan yang diperoleh yaitu atribut tranparansi dengan nilai indeks 11,79, dan menempatkan atribut ini pada kuadran A. Atribut yang berada pada kuadran B yang masih perlu diperbaiki tingkat kinerjanya yaitu intensitas komunikasi dengan nilai indeks 6.99. Atribut yang berada pada kuadran C yang masih perlu diperbaiki tingkat kinerjanya yaitu kesesuaian harga pasar dengan kontrak harga dengan nilai indeks 10.11. Hal ini sesuai dengan pendapat Ridwan (2006), bahwa semakin tinggi nilai indeks suatu atribut maka atribut tersebut semakin diprioritaskan untuk dilakukan perbaikan.
BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Tingkat kepuasan peternak plasma ayam broiler dalam penentuan isi kontrak kerjasama dan harga berada pada tingkatan tidak puas. Dimana atribut pembentukan kepuasan peternak plasma ayam broiler dalam
59
penentuan kepuasan dalam penentuan isi kontrak kerjasama dan harga digambarkan melalui Tiga kuadran, yaitu : 1.1. Kuadran A merupakan atribut yang menjadi prioritas utama yaitu keterbukaan/transparansi informasi teknologi, harga dan informasi usaha kemitraan lainnya dan atribut keterlibatan dalam penentuan isi kontrak kerjasama. 1.2. Kuadran B merupakan atribut yang perlu dipertahankan oleh pihak perusahaan yaitu jaminan pelaksanaan dan intensitas komunikasi 1.3. Kuadran C merupakan atribut tingkat prioritasnya masih rendah yaitu penjelasan isi kontrak, kesesuaian pelaksanaan kerja dengan isi kontrak kerjasama, kesuaian harga pasar dengan kontrak harga, dan harga yang diterima oleh peternak plasma. B. Saran Saran untuk pihak perusahaan inti memprioritaskan perbaikan pada atribut keterbukaan/transparansi informasi teknologi, harga dan informasi usaha kemitraan lainnya dan atribut keterlibatan dalam penentuan isi kontrak kerjasama, untuk atribut jaminan pelaksanaan dan intensitas komunikasi harap agar dapat dipertahankan kinerjanya. Adapun untuk atribut penjelasan isi kontrak, kesesuaian pelaksanaan kerja dengan isi kontrak kerjasama, kesuaian harga pasar dengan kontrak harga, dan harga yang diterima oleh peternak plasma, perlu diberikan sedikit perhatian karena jangan sampai pihak peternak plasma nantinya akan memprioritaskan atribut tersebut.
60
DAFTAR PUSTAKA
Admin, 2011. Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen Pemakai Hotel Jayakarta, Yogyakarta. http://www.skripsi-tesis.com/ 01/27/ pengaruh-kualitas-pelayanan.html. di akses pada 17 januari 2013. Ambarwati, W. 2004. Tujuh Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan di UPT Balai Kesehatan Hewan dan Ikan Propinsi DKI Jakarta. Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Administrasi Program Pascasarjana. A.Qirom Syamsudin M, 1985, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya, Liberty, Yogyakarta AZ. Nasution, 1995, Konsumen dan Hukum, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, Bayles. M.D, 1987, Principles of Law: A Normative Analysis, D Reidel Publishing Company.Holland Dewanto AA. 2005. Perjanjian Kemitraan Dengan Pola Inti Plasma Pada Peternak Ayam Potong/Broiler di Pemerintah Kabupaten Grobogan Jawa Tengah [Tesis]. Semarang : Program Pasca Sarjana Magister Kenotariatan, Universitas Diponegoro. Hendayana, R dan Wahyuni, S. 1999. Dimensi Peran Gender dalam Pengembangan Usaha Ternak Rakyat di Kawasan Timur Indonesia. Jurnal, Med.Pet.Vol.24 No.1. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Bogor. Kaihatu, TS.2010. Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia Universitas Kristen Petra. Surabaya. 61
Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran Edisi Bahasa Indonesia. Bumi Aksara. Jakarta Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran Edisi Bahasa Indonesia Jilid I. PT Prenhallindo.Jakarta. Kotler P. 2000. Manajemen Pemasaran. Prenhallindo, Jakarta. Lala M Kolopaking, 2002, Kemitraan dalam Pengembangan Usaha Ekonomi Skala Kecil/Gurem, Makalah Lokakarya Nasional Pengembangan Ekonomi Daerah Melalui Sinergitas Pengembangan Kawasan, Jakarta. Machmudin, 2010, Pengantar Ilmu Hukum Sebuah Sketsa, Refika Aditama,Bandung. Mariam D. B, 1994, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung. Mariam D.B. dkk, 2001, dalam Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Mubyarto. 1986. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta. Munir F. 2001, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), PT. Citra Aditya Bakti,Bandung Nurfajrin, 2012.Evaluasi Pelaksanaan Kemitraan Peternak Ayam Ras Pedaging dengan PT. Satwa Indo Perkasa di Kabupaten Gowa.Makassar: Skripsi Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Ridwan, M. 2006. Integrasi Model Ipa Dan Pgcv’s Indeks Sebagai Alat Analisis Sederhana Untuk Penilaian Kinerja Produk Industri Kecil Makanan Khas Tradisional Dangke (Studi Kasus Dangke Sapi dan Kerbau Di Kab. Enrekang Sulawesi Selatan). Vol.13.No.2.Th.2006, Integrasi Model Ipa Dan Pgcv’s Indeks Sebagai Alat Analisis Sederhana. Makassar : Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan Universitas Hasanuddin. Republik Indonesia. 1995. Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil.Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 74. Sekretariat Negara. Jakarta Republik Indonesia. 1997. Undang-Undang No. 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan.Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 199 Nomor 91. Sekretariat Negara. Jakarta Salim H.S. 2004. Hukum Kontrak, Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak. Sinar Grafika. Jakarta. Saputra D. 2011. Analisis Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pola Kemitraan Ayam Broiler Studi Kasus Kemitraan Dramaga Unggas Farm Di Kabupaten Bogor. Bogor : Skripsi Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Satjipto Rahardjo, 1980, Hukum dan Masyarakat, Angkasa, Bandung Satrio J, 1998, Hukum Perjanjian Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Bandung Sinaga, 2011.Masalah hukum dalam perjanjian kemitraaninti plasma perkebunan kelapa sawit (studikasus pada pt. shm dengan koperasi pgh) dantindakan notaris dalam menghadapi perjanjiankemitraan inti plasma dalam perkebunankelapa sawit. Depok : Tesis Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
62
Sirajuddin et,al, 2012. Penerapan Kontrak Sistem Kemitraan Dalam Menunjang Agribisnis Ayam Ras Pedaging di Propinsi Sulawesi Selatan.Makassar : Prosiding Seminar Nasional Peternakan Berkelanjutan. Soetojo P. 1984. Hukum Perikatan, Bina Ilmu. Surbaya. Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. CV Alfabeta. Bandung Supranto, J. (2001). Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Rineka Cipta. Jakarta. Surachman. 2008. Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Pelayanan pada Rumah Makan Coto Tamalanrea Makassar. FAPET UH. Makassar. Tjiptono Fandy.1998 Manajemen Jasa. BPFE. Yogyakarta Umar, H. 2000. Riset Pemasaran dan Prilaku Konsumen. Kerjasama Jakarta Business Research Centre (JBRC) dan PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Umar. 2000. Riset Pemasaran dan Prilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Wahana. 2009. Analisis Kepuasan Konsumen. http://www.wahana-statistika/analisis/analisis-umum/analisiskepuasan-konsumen.html. di akses pada 17 januari 2013. Wirosuhardjo, K. dan Priyanti, A. 1997. Kajian Ekonomi Usaha Peternakan Domba di Indonesia. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Yohanes Gunawan, 1987, Penggunaan Perjanjian Standard dan Implikasinya pada Asas Kebebasan Berkontrak, Projustitia No. 3 Edisi Oktober, Bandung.
63
Lampiran 1. KUISIONER PENELITIAN “Analisis Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Ayam Broiler Dalam Penentuan isi Kontrak Kerjasama dan Harga di Kecamatan Bantimurung. Kabupaten Maros” Oleh : Eko Wahyudi Basri (I 311 07 010) Assalamu ‘alaikum Wr.Wb. Selamat Pagi/siang/sore, Salam Sejahtera Bagi Kita Semua
A. Petunjuk Pengisian Kuisioner a. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan bapak/ibu/sdr(i) untuk mengomentari seluruh pernyataan yang ada. b. Berilah tanda silang (x) pada kolom yang bapak/ibu/sdr(i) pilih sesuai keadaan yang sebenarnya. B. Profil Peternak Plasma 1. Nama Peternak
:……………………….
2. Jenis Kelamin
: Laki-laki/Perempuan *)
3. Umur
:………… Tahun.
4. Pendidikan terakhir
:………………………
5. Pekerjaan
:………………………
6. Alamat
:………………………
7. Lama Bermitra
:………… Tahun.
8. Jumlah Keseluruhan Populasi Ayam :………… Ekor 9. perusahaan mitra a. Sekarang b. Sebelumnya
: : : 1. 2. 3.
10. Pendapatan perbulan
: …………………………
C. Kepentingan 64
Petunjuk
: Berikan tanda silang (X) pada pilihan skor (1 s/d 5) yang menurut Bapak/Ibu tepat atau paling mendekati
STP : Sangat Tidak Penting TP : Tidak Penting No.
CP : Cukup Penting P : Penting
Pernyataan
SP : Sangat Penting Skor
STP
TP
CP
P
SP
PRA TAKEN KONTRAK KERJASAMA 1.
Sebelum melakukan kerjasama sebaiknya perusahaan inti 1 memberikan informasi mengenai perkembangan teknologi, harga, dan berbagai informasi lain yang masih awam ataubelum diketahui di kalangan calon peternak plasma
2
3
4
5
2.
Sebelum peternak plasma menandatangani kontrak kerjasama, 1 perusahaan harus menjelaskan isi kontrak kerjasama tersebut secara detail.
2
3
4
5
3.
Setelah pemaparan isi kontrak kerjasama oleh pihak perusahaan 1 baiknya pihak peternak plasma diberikan wewenang atau dilibatkan dalam menegoisasikan isi kontrak kerjasama tersebut.
2
3
4
5
PELAKSANAAN KONTRAK 4.
Pelaksanaan kerja pola inti plasma atau kemitraan baiknya 1 disesuaikan dengan isi kontrak kerjasama yang telah disepakati.
2
3
4
5
5.
Kedua belah pihak yang bermitra baiknya mendapat jaminan 1 terhadap setiap pelaksanaan kerja, baik itu berupa bonus maupun sanksi kerja.
2
3
4
5
6.
Selama pelaksanaan kerja sebaiknya kedua belah pihak harus 1 selalu intens dalam berkomunikasi dan berbagi informasi mengenai perkembangan usaha.
2
3
4
5
KONTRAK HARGA 7.
Dalam menentukan isi kontrak harga perusahaan harus melibatkan pihak peternak plasma.
1
2
3
4
5
8.
Kontrak harga harus disesuaikan dengan kondisi pasar atau harga 1 pasar.
2
3
4
5
65
D. Tingkat kepuasan Petunjuk
: Berikan tanda silang (X) pada pilihan skor (1 s/d 5) yang menurut Bapak/Ibu tepat atau paling mendekati
STP : Sangat Tidak Puas
TP : Tidak Puas
No.
CP : Cukup Puas
P : Puas
SP : Sangat Puas
Pernyataan
Skor STP
TP
CP
P
SP
PRA TAKEN KONTRAK KERJASAMA 1.
Perusahaan inti sebelum melakukan kerjasama dengan peternak 1 plasma, perusahaan inti akan memberikan informasi mengenai perkembangan teknologi, harga dan semua informasi lain yang dibutuhkan dalam usaha ayam broiler.
2
3
4
5
2.
Sebelum taken kontrak dengan pihak peternak, perusahaan inti 1 akan menjelaskan secara detail mengenai isi dari kontrak yang akan disepakati.
2
3
4
5
3.
Selain menjelaskan isi kontrak pihak perusahaan juga akan 1 memberikan sedikit hak kepada pihak peternak untuk mengoreksi isi dari kontrak yang dianggap cukup membebani.
2
3
4
5
PELAKSANAAN KONTRAK 4.
Pelaksanaan kerja pola inti plasma atau kemitraan akan 1 disesuaikan dengan isi kontrak kerjasama yang telah disepakati. Oleh kedua belah pihak.
2
3
4
5
5.
Kedua belah pihak yang bermitra akan mendapat jaminan dari 1 setiap pelaksanaan kerja, baik itu berupa bonus maupun sanksi kerja.
2
3
4
5
6.
Selama pelaksanaan kerja kedua belah pihak akan selalu intens 1 dalam berkomunikasi dan berbagi informasi mengenai perkembangan usaha.
2
3
4
5
2
3
4
5
KONTRAK HARGA 7.
Selain melibatkan peternak plasma dalam penentuan isi kontrak 1 kerjasama perusahaan inti juga akan melibatkan peternak dalam menentukan isi kontrak harga perusahaan plasma. 66
8.
Kontrak harga yang akan disepakati didasari dari perkembangan 1 harga pasar saat ini.
2
3
4
5
F. Kolom Komentar peternak mengenai PIR (Pola Inti Plasma)
Petunjuk
: Responden (Peternak plasma) bebas mengomentari seputar PIP (Pola Inti Plsma) dan keterlibatannya dalam pembuatan kontrak.
Komentar
:
Waktu wawancara
: Pukul........WITA
Hari/Tanggal
:
Tempat wawancara
:
Responden
67
2013
Lampiran 2. Identitas Responden NO
NAMA
Jenis Kelamin (L/P)
Umur (Tahun)
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan Utama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
ALI BADARUDDIN MUH. ALI IRMAWATI MUCHLIS MANSUR H. ABDUL HAMID MULIADI KAMARUDDIN BUHARI SURIANTI H ABIDIN SAHARUDDIN LIDE FATAHUDDIN AMBO TUO HJ MURNI HALIAH FARIDA HADI P AMIR NASIR H SYAMSUDDIN HAEDAR MAHMUD YUSTA HJ SITI AISYAH ROSMIATI INTANG ZUBAIR H REMMA MIRWAN HJ NURSIAH H RAHMAN HJ NORMA SAENUDDIN H ABD ROSYID H GASING USMAN SYAMSIAH H NURDIN
L L L P L L L L L L P L L L L L P P P L L L L L L P P P P L L L P L P L L L L P L
38 40 47 29 24 33 45 29 34 42 29 46 40 38 36 45 42 39 38 32 31 41 45 36 40 38 51 33 40 32 50 31 44 45 42 38 50 45 30 33 32 68
SMP SMP SD S1 SMA S1 SMA SD SMP SMP SMP SD SMP SMP SMA SD SD SD SD SMP SMA SMA SD SD S1 SMA SD SMA PGA SMK SMA SMA SMP SD SMP SMP SMP SD SD
PETANI PETANI PETERNAK PETANI HONORER WIRASWASTA PNS PETANI PETERNAK PETANI PETERNAK WIRASWASTA PETERNAK PETANI PETANI WIRASWASTA WIRASWASTA PETANI PETERNAK PETANI PETANI PETERNAK WIRASWASTA WIRASWASTA PETERNAK PETERNAK PNS PETANI PETANI KARYAWAN PETANI PETANI PETERNAK PETERNAK PETERNAK PETERNAK PETERNAK PETANI PETANI KARYAWAN PETANI
42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
DAHNIAR SAPPE ABD ASIS H JUFRI MUH AMIR RABIANA HERMAN MASUD ANDRIAS YAHYA ALIMUDDIN ANWAR BUNDA ANDAS
P L L L L P L L L L L P L
29 42 48 40 32 40 32 36 34 45 35 38 35
69
S1 SMA S1 SMP SMP SD SMA SMP SD SMA SD SD SMP
HONORER PETANI PNS PETANI PETERNAK PETANI PETANI WIRASWASTA PETANI WIRASWASTA PETANI PETANI PETERNAK
Lampiran 3 Tabulasi Data.
NAMA Responden ALI BADARUDDIN MUH. ALI IRMAWATI MUCHLIS MANSUR H. ABDUL HAMID MULIADI KAMARUDDIN BUHARI SURIANTI H ABIDIN SAHARUDDIN LIDE FATAHUDDIN AMBO TUO HJ MURNI HALIAH FARIDA HADI P
Kepentingan
Kepuasan/ Kinerja
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
5
6
7
8
4
3
4
2
3
3
2
3
3
1
2
2
2
3
2
2
5
3
5
2
4
4
3
3
1
2
2
2
2
3
2
2
4
3
4
3
3
3
2
3
2
1
1
2
3
3
1
3
3
3
5
3
4
4
4
3
1
1
2
3
2
4
2
2
4
3
4
3
4
3
2
3
2
2
1
2
2
3
1
2
3
3
4
4
3
4
2
3
3
1
2
2
4
3
2
3
4
4
4
3
3
3
2
3
1
2
1
2
2
2
3
2
4
3
5
3
3
4
2
3
1
1
2
2
3
3
2
3
3
3
4
3
3
3
2
3
2
2
1
1
2
2
2
2
4
3
4
3
3
3
3
3
1
1
2
2
2
3
2
2
4
4
5
3
4
4
2
3
2
2
2
2
2
3
3
1
4
3
5
3
3
3
4
3
1
1
1
2
2
4
2
2
3
3
4
2
3
3
2
3
1
3
2
2
4
3
2
2
4
3
4
3
4
3
2
3
2
1
2
2
2
3
3
2
3
3
5
3
3
3
2
3
1
2
1
2
3
4
2
1
4
3
4
3
3
3
2
3
2
1
2
2
2
3
2
2
5
4
5
3
3
4
3
3
2
2
2
2
4
3
2
2
4
3
4
4
3
3
2
3
1
1
1
2
4
3
2
2
4
3
4
3
4
2
4 70
3
2
1
2
1
4
3
3
3
4
2
4
3
3
3
2
4
2
2
1
2
2
2
2
2
AMIR NASIR H SYAMSUDDIN HAEDAR MAHMUD YUSTA HJ SITI AISYAH ROSMIATI INTANG ZUBAIR H REMMA MIRWAN HJ NURSIAH H RAHMAN HJ NORMA SAENUDDIN H ABD ROSYID H GASING USMAN SYAMSIAH H NURDIN DAHNIAR SAPPE ABD ASIS
5
3
3
3
3
3
2
3
1
1
2
3
4
3
1
2
4
3
5
3
3
4
4
3
2
1
2
2
4
3
2
2
4
4
4
4
3
3
2
3
1
2
2
3
3
3
3
2
4
2
4
3
4
3
2
3
2
1
1
2
4
3
2
1
4
3
4
3
3
3
4
3
1
1
2
3
4
3
2
1
3
3
5
3
3
4
2
3
2
2
3
2
3
3
2
3
4
4
4
3
4
2
2
3
2
2
2
2
4
2
3
1
5
3
5
3
3
4
4
2
1
1
2
3
2
3
2
1
4
4
4
3
4
3
2
2
2
2
3
2
4
2
3
2
3
3
5
2
3
4
4
2
2
1
2
3
4
2
2
1
3
3
4
3
3
4
4
2
2
2
1
3
3
3
3
1
4
3
4
2
4
4
3
2
3
2
2
3
3
2
2
3
3
3
5
3
4
3
2
4
2
1
1
2
3
3
3
1
4
4
4
3
3
4
3
2
3
2
1
3
3
2
2
2
3
3
5
3
4
2
4
2
2
2
3
2
4
4
3
1
3
4
5
4
3
3
3
2
2
1
1
3
3
2
1
1
4
2
4
3
4
4
4
4
2
2
1
3
4
4
3
3
3
3
5
2
3
4
4
2
2
2
2
3
3
2
3
3
3
4
5
3
4
2
3
2
2
2
1
2
3
4
3
3
4
3
4
2
3
4
2
4
3
2
2
3
3
4
2
1
5
4
5
4
4
4
3
4
2
2
1
3
3
3
1
3
3
4
5
2
3
3
4
4
2
3
1
1
3
4
3
3
4
3
3
3
4
4
3
4
2
2
2
3
3
4
3
2
3
4
5
2
4
4
2
4
3
1
1
3
3
2
3
3
71
H JUFRI MUH AMIR RABIANA HERMAN MASUD ANDRIAS YAHYA ALIMUDDIN ANWAR BUNDA ANDAS
4
2
5
3
4
3
2
3
2
2
2
3
3
4
4
1
3
3
5
3
3
4
3
4
3
3
1
1
3
3
1
2
5
3
5
3
4
3
4
4
2
3
1
2
2
4
2
3
3
4
5
4
3
4
3
2
2
3
2
1
3
4
1
3
4
2
5
2
4
4
3
4
3
1
1
3
2
3
3
3
4
3
5
4
3
3
4
4
3
3
1
1
3
4
2
2
5
2
5
3
4
4
3
4
1
3
2
2
2
4
1
3
4
4
4
2
3
4
3
4
3
3
1
1
3
2
2
3
5
2
5
3
4
3
3
4
3
2
2
1
3
4
1
2
4
3
3
3
4
4
3
2
1
3
1
3
3
4
3
3
TOTAL RATARATA
207
169
240
158
185
183
152
165
104
96
87
119
160
166
119
113
3.83
3.13 4.44 2.92 3.43 3.39 2.81 3.06 1.92 1.77 1.61 2.20 2.96 3.07 2.20 2.09
KETERANGAN : 1. SP (Sangat Penting/Puas) Keterangan kepentingan/kepuasan =5 1. = Keterbukaan/Transparansi 2. P (Penting/Puas) Informasi teknologi, harga, dst. =4 2. = Penjelasan isi kontrak 3. CP (Cukup Penting/Puas) 3. = Keterlibatan dalam penentuan dan =3 negoisasi isi kontrak kerjasama 4. TP (Tidak Penting/Puas) =2 5. STP (Sangat Tidak Penting/Puas) =1
72
4. = Kesesuaian pelaksanaan kerja dengan isi kontrak 5. = Jaminan pelaksanaan 6. = Intensitas komunikasi 7. = Kesesuaian harga pasar dengan kontrak 8. = Harga yang diterima
73