ANALISIS TINGKAT KEPARAHAN INTERAKSI OBAT PADA RESEP PASIEN RAWAN JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SLEMAN YOGYAKARTA Fitriana Yuliastuti(1) 1. Program Studi D3 Farmasi, FIKES, Univerrsitas Muhammadiyah Magelang Abstrak Interaksi obat dapat terjadi antara obat dengan obat atau obat dengan makanan. Interaksi obat penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas dan menurunkan efektifitas obat yang berinteraksi sehingga penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat interaksi pada resep pasien rawat jalan.Penelitian bersifat deskriptif non eksperimental. Data diambil secara concurrent berupa resep pasien rawat jalan yang memeriksakan diri di poliklinik RSUD Sleman, pengamatan langsung pasien mulai konsultasi dengan dokter di poliklinik sampai mendapatkan obat. Sampel diambil dengan menggunakan metode Systematic Random Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 240 pasien rawat jalan dan lembar resep pasien rawat jalan selama periode terbagi menjadi 24 hari kerja atau 10 sampel/hari, dengan interval pengambilan sebesar 19 dan nomor sampel pertama yang diambil adalah 11. Kata kunci : Interaksi obat, MIMS.com, RSUD Sleman Abstract Drugs interaction can caused between drugs with drugs or drugs with foods. Drugs interaction reputed important according clinic if can impact the increase toxicity and the decrease drugs effectivity.The objective from this research is to know level of drug interaction out of the patient prescription. This research use the descriptive non experimental method. The data was taken concurrent as prescription of regular treatment patient who checked their condition in polyclinic, patients direct observation that is started from consultation with the doctor in polyclinic until the patients got the drugs. The samples were taken by using Systematic Random Sampling method with the quantity of the samples were 240 regular treatment patients and pieces of regular treatment patients prescription during that is divided into 24 working-days or 10 samples/day, with taking interval is 19 and the first number of sample that is taken is 11. Key word : drug interaction, MIMS.com, RSUD Sleman
1. Pendahuluan Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang kemungkinan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan perikemanusiaan yang berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa, manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, perikehidupan dalam keseimbangan, serta kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan diri sendiri dengan tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajad kesehatan yang optimal (Sudarmono, 2002) Obat yang ada saat ini sangat efektif dan sangat berkhasiat. Interaksi yang terjadi merupakan masalah yang besar. Sangatlah sulitbagi dokter atau apoteker yang sibuk untuk meluangkan waktu untuk memantau interaksi obat bagi tiap pasien, walaupun dokter atau apoteker yang bersangkutan sedang mencari berbagai kemungkinan interaksi. Interaksi obat merupakan suatu obat yang merubah efek obat lainnya. Kerja obat yang diubah dapat menjadi lebih atau kurang aktif. Derajad signifikansi klinik interaksi obat yaitu : a) Established (well documented) :interaksi obat sangat terjadi. b) Probalble:interaksi obat bisa terjadi c) Suspected :interaksi obat diduga terjadi (50%) d) Possible :interaksi obat belum pasti terjadi (<50%) e) Unlikely :interaksi obat mungkin tidak terjadi. Tingkat keparahan interaksi obat terbagi menjadi beberapa kelas interaksi obatyaitu :
1. Clinically not signifocant 2. Cautionary 3. Minor 4. Moderate 5. Severe / mayor Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum daerah (RSUD) Sleman karena Rumah Sakit Umum Daerah Sleman merupakan salah satu pusat kesehatan bagi masyarakat di sekitar Kabupaten Sleman yang merupakan rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten Sleman. Penelitian bertujuan untuk menganalisis interaksi obat secara umum pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Yogyakarta. Secara khusus dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keparahan interaksi : 1. Persentase resep yang interaksi obat potensial, 2. Persentase interaksi peresepan obat yang masuk tingkat Clinically not significant, 3. Persentase interaksi peresepan obat yang masuk tingkat Cautionary, 4. Persentase interaksi peresepan obat yang masuk tingkat Minor, 5. Persentase interaksi peresepan obat yang masuk tingkat Moderate, 6. Persentase interaksi peresepan obat yang masuk tingkat Severe/Mayor. 2. MetodePenelitian Penelitian analisis tingkat interaksi obat termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif. Pengambilan data dilakukan secara concurrent dengan mengumpulkan data yang terdapat pada lembar resep pasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Yogyakarta. Data yang merupakan data kuantitatif ditampilkan dalam tabel dan diagram lingkaran, sedangkan data kualitatif dijelaskan dalam bentuk uraian.
Berdasarkan panduan WHO 1993 untuk penelitian pengunaan obat di failitas kesehatan secara prospektif diperlukan sampel minimal sebanyak 30-100 sampel. Dalam penelitian digunakan sampel sebanyak 240 sampel yang terbagi selama 1 bulan (24 harikerja) atau 10 sampel/hari, dikumpulkan secara Systematic Random Sampling yaitu mengambil sampel berdasarkan nomor urut yang telah ditentukan nilai intervalnya terlebih dahulu. 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan Dalam menganalisis data secara kuantitatif, peneliti menggunakan bantuan MIMS.com, untuk mengetahui besarnya persentase masing-masing tingkat interaksi. Dari resep sebanyak 240 yang diambil, terdapat 43 resep atau 17,92% dari keseluruhan resep yang interaksi obat potensial. Perincian interaksi obat potensial di RSUD Sleman diperoleh hasil sebagai berikut :
Tingkat Interaksi* Clinically significant Cautionary Minor Moderate Severe Jumlah
not
Jumlah Resep (lembar)
Persentase (%)
0
0,00
1 6 36 0 43
2.33 13,95 83,72 0 100,00
Sumber :Anonim, 2010
Diagram tingkat keparahan interaksi obat berdasar tingkat interaksi.
1. Clinically not significant Hasil penelitian menunjukkan interaksi pada tingkat Clinically not significant 0%. 2. Cauntionary Hasil penelitian menunjukkan interaksi pada tingkat Cauntionary 2,33%. Interaksi terjadi antara Isoniazid VS Rifampicinada 1 lembar resep. Mekanisme reaksinya yaitu peningkatan resiko hepatotoksik karena induksi enzim oleh rifampicin. Pencegahan interaksi yaitu dengan memonitoring fungsi hati. 3. Minor Hasil penelitian menunjukkan interaksi pada tingkat Minor 13,95. Interaksi terjadi antara Furosemid VS Captoprilada 6 lembar resep. Mekanisme reaksinya yaitu peningkatan resiko syok hipotensi akut dan peningkatan resiko gagal ginjal akut. Pencegahan interaksi yaitu dengan memonitoring fungsi ginjal, memonitoring tekanan darah, dan memonitoring kondisi klinis pasien. 4. Moderate Hasil penelitian menunjukkan interaksi pada tingkat Moderate paling tinggi 83%. Interaksi terjadi antara: a. Furrosemide vs Digoxin ada 4 lembar resep. Mekanisme reaksinya hypokalemia dan hypomagnesaemia
b.
c.
d.
e.
f.
yang dapat menyebabkan digitalis toxicity. Pencegahan interaksi dengan memonitoring kadar kalium dalam serum, memonitoring kondisi klinis pasien, penggunaan suplemen kalium. Ciprofloxacin vs Calcium ada 2 lembar resep. Mekanisme reaksinya penurunnan bioavailibillitas. Pencegahan interaksinya dengan pemberian jeda dalam penggunaan dua obat Meloxicam vs Metilprednisolon ada 4 lembar resep. Mekanisme reaksinya yaitu terjadi peningkatan resiko pendarahan gastointestinal. Pencegahan interaksinya yaitu dengan memonitoring gejala pendarahan gastrointestinal pada pasien. Ciprofloxacin vs Asam Mefenamat ada 10 lembar resep. Mekanisme interaksinya yaitu peningkatan resiko stimulasi CNS dan konvulsi karena inhibisi secara sinergis pada reseptor GABA. Pencegahan interaksi yaitu dengan memoniting kondisi klinis pasien dan memonitong efek samping CNS. Diklofenak vs Metil prednisolon 3 lembar resep. Mekanisme interaksinya peningkatan resiko pendarahan gastrointestinal. Pencegahan interaksinya yaitu dengan memonitoring gejala pendarahan gastrointestinal pada pasien. Salbutamol vs Aminophyllin 8 lembar resep. Mekanisme reaksinya peningkatan ekskresi theophyllin menyebabkan penurunan kadarnya dan peningkatan resiko hypokalemia dan aritmia jantung. Pencegahan interaksinya yaitu dengan monitoring kadar obat dan
monitoring kadar kalium dalam serum. g. Aspirin vs Nifedipin ada 5 lembar resep. Mekanisme interaksinya peningkatan resiko pendarahan dan memperlama waktu pembekuan darah. Pencegahan interaksinya yaitu dengan memonitoring kondisi klinis pasien. 5. Severe / mayor Hasil penelitian menunjukkan interaksi pada tingkat Severe / Mayor 0%. 4. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpukan bahwa: 1. Persentase resep yang interaksi obat potensial 17, 92 %, 2. Persentase interaksi peresepan obat yang masuk tingkat Clinically not significant 0%, 3. Persentase interaksi peresepan obat yang masuk tingkat Cautionary 2,33%, 4. Persentase interaksi peresepan obat yang masuk tingkat Minor 13,95 % 5. Persentase interaksi peresepan obat yang masuk tingkat Moderate 83,72%, 6. Persentase interaksi peresepan obat yang masuk tingkat Severe/Mayor 0%. 5. Daftar Acuan Anonim, 1993, How to Investigate Drugs Use in Health Facilities (selected drug use indicators), 12-68, World Health Organization, Geneva. Anonim, 2003, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, Direktorat Jendral Pengawasan
Obat dan Makanan, 2-7,199, Departemen kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 2006, Profil Rumah Sakit Umum Daerah Sleman, RSUD Sleman, Sleman, Yogyakarta. Anonim, 2007, Formularium Rumah Sakit Umum Daerah Sleman, Panitia Farmasi dan Terapi RSUD Sleman, Sleman, Yogyakarta. Anonim, 2008, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi VII, 173-233, PT. Informater, Jakarta. Anonim, 2010, MIMSbeta Indonesia, DrugInteraction Check, dalam :http://mims.com/page.aspx?menu id=alerth, diaksestanggal 5 januari 2010 Harkness, R., 1989, InteraksiObat, ITB, Bandung. Nair, B., 1994, Older People and Medications : What is the right prescription?, 22, Austr Press, New York. Quick, J.D., Hume, M.L., J.R., O’Connor, R.W., 1997, Managing Drug supply, Second Edition, Revised Expended, 422-496,565, Kumarin Press, West Hartfor. Sudarmono, E., 2002, Kumpulan Peraturan dan PerundangUndangan Bidang Kesehatan, Cetakan I, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Tan , H. T.,Raharja, K., 2002, Obat-Obat Penting, Edisi kelima, 17, PT. Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta. Widodo, D., 2005, Pemakaian Antibiotik Secara Rasional. Ethical Digest, No. 16, Tahun III, 52-56