ANALISIS TINDAK TUTUR PADA FILM ”GARUDA DI DADAKU” KARYA IFA IFANSYAH Ekky Cintyaresi Sendilatta SMA Tarakan Abstrak Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini (1) Bagaimanakah wujud lokusi dialog film”Garuda di Dadaku”karya Ifa Isfansyah? (2) Bagaimanakah wujud ilokusi dialog film”Garuda di Dadaku” karya Ifa Isfansyah? (3) Bagaimanakah wujud perlokusi yang muncul dalam dialog film”Garuda di Dadaku” karya Ifa Ifansyah? Hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut. Pertama, wujud lokusi yang terdapat dalam film Garuda di Dadaku yaitu (1) wujud lokusi yang berupa kalimat deklaratif (kalimat berita) (2) wujud lokusi yang berupa kalimat interogatif (kalimat tanya), (3) wujud lokusi yang berupa kalimat imperatif (kalimat perintah) dan (4) wujud lokusi yang berupa kalimat seru (ekslamatif ). Kedua, wujud ilokusi yang terdapat film Garuda di Dadaku yaitu (1) tindak konstantif meliputi mengutarakan, menunjukkan, memprediksikan, menginformasikan, mengumumkan, melaporkan, menilai, membuktikan, mengevaluasi, membantah, menyepakati, mempertanyakan, memprotes, menolak, merespon, menebak; (2) tindak direktif meliputi mengajak, meminta, memohon, bertanya, memerintah, melarang, membatasi, mengizinkan, menyetujui, memperingatkan, menyarankan; (3) tindak komisif berjanji, menawarkan, dan (4)tindak ekpresif yaitu meminta maaf, mengucapkan selamat, mengucapkan terima kasih, mengucapkan harapan, dan marah. Ketiga ,wujud perlokusi yang terdapat film Garuda di Dadaku yaitu (1) upaya meyakinkan mitratutur tentang sesuatu, (2) upaya membohongi mitratutur tentang sesuatu, (3) upaya mencamkan mitratutur tentang sesuatu, (4) upaya menyenangkan mitratutur,(5) upaya membesarkan hati mitratutur, (6) upaya membuat malu mitratutur, (7) upaya membuat jengkel mitratutur, (8) upaya mempengaruhi mitratutur melakukan sesuatu. Kata Kunci: Tindak Tutur, Tindak Lokusi, Tindak Ilokusi, Tindak Perlokusi
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia harus
berinteraksi dengan orang lain agar dapat bertahan hidup. Dalam interaksi dengan yang lain, manusia memerlukan suatu alat yaitu bahasa yang digunakan untuk menjalin komunikasi dengan baik dan benar. Bahasa merupakan alat komunikasi untuk Jurnal Artikulasi Vol.7 No.1 Februari | 381
menyampaikan pesan atau informasi. Aslinda dan Syafyahya (2007:34) menyatakan apabila seseorang ingin mengemukakan sesuatu kepada orang lain, maka apa yang ingin dikemukakannya itu adalah makna atau maksud kalimat. Namun untuk menyampaikan makna atau maksudnya itu orang tersebut harus menuangkannya dalam wujud tindak tutur. Tarigan (1986:33) mengungkapkan bahwa telaah mengenai bagaimana cara kita melakukan sesuatu dengan memanfaatkan kalimat-kalimat adalah telaah mengenai tindak ujar atau tindak tutur (speech act) yang meliputi yaitu : (1) tindak lokusi (melakukan tindakan untuk menyatakan sesuatu), (2) tindak ilokusi (melakukan suatu tindakan dalam menyatakan sesuatu), (3) tindak perlokusi (melakukan sesuatu tindakan dengan mengatakan sesuatu). Komunikasi yang wajar yaitu seorang penutur mengkomunikasikan sesuatu kepada mitra tuturnya dengan maksud agar mitra tutur tersebut dapat memahami apa yang disampaikan. Untuk itu penutur hendaknya selalu berusaha agar tuturannya selalu relevan dengan konteks yang jelas dan dapat dipahami. Peristiwa tutur dapat dilihat dalam fenomena aktual seperti yang terjadi dalam kehidupan anak-anak sehari-sehari dalam film “Garuda di dadaku” karya Ifa Ifansyah. Dalam film ini terdapat juga latar waktu, tempat, dan situasi. Film ini dapat menimbulkan peristiwa tutur dan tindak tuturnya yang seakan-akan nyata dari berbagai tindakan melalui dialog (proses komunikasinya). Hal ini menunjukkan adanya wujud konkret suatu peristiwa tutur yang didalamnya terdapat suatu pesan yang
ingin disampaikan. Oleh karena itu tindak tutur pada film terdapat hubungan antara tindak tutur dan peristiwa tutur dalam lingkup imajinasi film. Film “Garuda di Dadaku” karya Ifa Ifansyah di dalamnya terdapat tindak tutur anak-anak yang khas seperti kepolosan dalam bertutur dan kejujurannya dalam mengungkapkan perasaan. Dalam film ini menggunakan bahasa percakapan sehari-hari yang mudah dimengerti oleh penonton. Jangkauan Masalah Jangkauan masalah dalam penelitian ini berfokus pada masalah tindak tutur pada dialog film ”Garuda di Dadaku” karya Ifa Isfansyah. Oleh karena itu, konteks percakapan sehari-hari dan berbagai macam aktivitas yang terdapat di dalam film ini dianggap penting dalam penelitian ini. Ruang lingkup penelitian ini diarahkan pada pemakaian tindak tutur yang digunakan setiap tokoh ketika berkomunikasi dengan tokoh lainnya pada film ”Garuda di dadaku” karya Ifa Ifansyah. Aspek yang diteliti secara pragmatis di dalam penelitian ini ada beberapa hal yaitu mendeskripsikan wujud tindak lokusi dialog film ”Garuda di Dadaku” karya Ifa Ifansyah, wujud tindak ilokusi dialog film ”Garuda di Dadaku“ karya Ifa Ifansyah, efek perlokusi yang muncul dalam dialog film ”Garuda di Dadaku” karya Ifa Ifansyah dan keterkaitan antara tindak lokusi, tindak ilokusi dan tindak perlokusi pada film “Garuda di Dadaku” karya Ifa Ifansyah. Tindak tutur merupakan perfomansi verbal yang dituturkan antar tokoh yang terdapat pada film”Garuda di Dadaku” karya Ifa Ifansyah.
Jurnal Artikulasi Vol.7 No.1 Februari | 382
Perfomansi verbal ini dibatasi pada aktivitas tokoh pada film “Garuda di dadaku” saja. C. Pembatasan Masalah Dari jangkauan tersebut, permasalahan penelitian dibatasi pada: 1. Wujud lokusi pada film ”Garuda di Dadaku” karya Ifa Isfansyah 2. Wujud ilokusi pada film ”Garuda di Dadaku” karya Ifa Isfansyah 3. Wujud perlokusi yang muncul pada film ”Garuda di Dadaku” karya Ifa Isfansyah 4. Keterkaitan antara tindak lokusi, tindak ilokusi dan tindak perlokusi pada film “Garuda di Dadaku” karya Ifa Ifansyah. D. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah wujud lokusi pada film ”Garuda di Dadaku” karya Ifa Isfansyah? 2. Bagaimanakah wujud ilokusi pada film ”Garuda di Dadaku” karya Ifa Isfansyah? 3. Bagaimanakah wujud perlokusi yang muncul pada film ”Garuda di Dadaku” karya Ifa Ifansyah? 4. Bagaimanakah keterkaitan antara tindak lokusi, tindak ilokusi dan tindak perlokusi yang muncul pada film “Garuda di Dadaku” karya Ifa Ifansyah? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mendeskripsikan : 1. Mendeskripsikan wujud lokusi pada film ”Garuda di Dadaku” karya Ifa Isfansyah
2. Mendeskripsikan wujud ilokusi pada film ”Garuda di Dadaku”karya Ifa Isfansyah. 3. Mendeskripsikan wujud perlokusi yang muncul pada film ”Garuda di Dadaku” karya Ifa Isfansyah. 4. Mendeskripsikan keterkaitan antara tindak lokusi, tindak ilokusi dan tindak perlokusi pada film ”Garuda di Dadaku” karya Ifa Isfansyah. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Bahasa Bahasa merupakan sistem lambang berupa bunyi yang bersifat sewenangwenang (arbiter) yang dipakai oleh anggotaanggota masyarakat untuk saling berhubungan dan berinteraksi Bloomfield (dalam Sumarsono, 2002:18). Bahasa mencakup dua bidang yaitu yaitu bunyi vokal dan arti atau makna. Bahasa sebagai bunyi vokal berarti sesuatu yang dihasilkan oleh alat ucap manusia berupa bunyi yang merupakan getaran yang merangsang alat pendengar. Sedangkan bahasa sebagai arti atau makna berarti isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan reaksi atau tanggapan orang lain. B. Fungsi Bahasa Menurut Haliday (dalam Tarigan, 1986:5) ada tujuh fungsi bahasa yaitu: 1. Fungsi instrumental. Fungsi instrumental bertujuan untuk memanipulasi lingkungan penghasil kondisi tertentu sehingga menyebabkan suatu peristiwa terjadi. 2. Fungsi regulasi. Fungsi ini bertindak untuk mengawasi serta mengendalikan peristiwa-peristiwa. Jurnal Artikulasi Vol.7 No.1 Februari | 383
3.
4.
5.
6.
7.
Fungsi representasional adalah penggunaan bahasa untuk membuat pernyataan atau menyampaikan faktafakta. Fungsi interaksional bertugas untuk menjamin serta memantapkan ketahanan dan kelangsungan komunikasi sosial. Fungsi personal memberi kesempatan kepada seorang pembicara untuk mengekspresikan perasaannya, emosi, pribadi, serta reaksi-reaksinya yang mendalam. Fungsi heuristik melibatkan penggunaan bahasa untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mempelajari seluk-beluk lingkungan. Fungsi imajinatif sebagai sistem, gagasan, atau kisah imajinatif. Mengisahkan cerita-cerita dongeng, membaca lelucon, atau menulis novel merupakan praktek penggunaan fungsi imajinatif bahasa.
C. Hakikat Tindak Tutur Menurut Wijana (1996:46) tindak tutur merupakan unsur pembentuk aktivitas berbahasa. Sedangkan Ibrahim (1993:294) menjelaskan bahwa tindak tutur adalah ujaran-ujaran yang merupakan tindakan (action). Tarigan (1986:33) mengungkapkan bahwa telaah mengenai bagaimana cara kita melakukan sesuatu adalah telaah mengenai tindak ujar arau tindak tutur (speech act). Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa tindak tutur adalah tindak verbal yang digunakan untuk menyatakan sesuatu sekaligus melakukan sesuatu. Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan bahwa tindak tutur adalah sebuah proses aktivitas
berbahasa yang berupa kalimat dalam bentuk ujaran (percakapan) antara penutur dan mitratutur untuk menghasilkan suatu tindakan. D. Klasifikasi Tindak Tutur Teori tindak tutur lebih dijabarkan oleh para lingusitik diantaranya J.L Austin (dalam Tarigan, 1986 : 37) dalam bukunya yang berjudul “How to do things with words” telah membedakan tiga jenis tindak tutur, yaitu : (1) tindak lokusi (melakukan tindakan untuk menyatakan sesuatu), (2) tindak ilokusi (melakukan suatu tindakan dalam menyatakan sesuatu), (3) tindak perlokusi (melakukan sesuatu tindakan dengan mengatakan sesuatu). E. Tindak Lokusi Tindak lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu (Wijana, 1996:17). Tindak lokusi dalam hal ini dikaitkan secara langsung oleh penutur dengan bentuk ujaran secara fasih atau tepat. Dengan demikian, yang menjadi fokus dalam tindak lokusi ini adalah isi dari ujaran yang disampaikan oleh penutur. Tindak lokusi pada dasarnya merupakan tindak tutur berisikan suatu pernyataan atau ungkapan saja. Oleh karena itu, tindak lokusi biasa disebut sebagai “an act of saying something” (Wijana, 1996:1). Tindak tutur lokusi ini hanya membuat mitra tuturnya tahu apa yang dinyatakan itu tanpa tanpa disertai unsur nilai dan efek terhadap mitratuturnya. Alwi (2003: 353) mengemukakan bahwa kalimat dalam bentuk sintaksisnya dibagi atas (1) kalimat deklaratif, (2) kalimat interogatif, (3) kalimat imperatif, dan (4) kalimat ekslamatif. Kalimat deklaratif Jurnal Artikulasi Vol.7 No.1 Februari | 384
digunakan pembicara atau penulis untuk membuat pernyataan sehingga isinya merupakan berita bagi pendengar atau pembacanya. Kalimat imperatif atau yang biasa disebut kalimat perintah dan dapat disebut sebagai kalimat suruhan Alwi (2003: 353). Kalimat imperatif memiliki ciri formal intonasi yang ditandai nada rendah di akhir tuturan, pemakaian partikel penegas, penghalus, dan kata tugas ajakan, harapan, permohonan dan larangan. Susunan inverse sehingga urutannya menjadi tidak selalu terungkap predikat subyek jika diperlukan dan pelaku tindakan tidak selalu terungkap. Kalimat interogatif biasa disebut dengan kalimat tanya. Menurut Alwi (2003:357) kalimat interogatif secara formal ditandai oleh kehadiran kata tanya seperti apa, siapa, berapa, kapan dan bagaimana dengan atau tanpa partikel – kah sebagai penegas. Kalimat ekslamatif juga dikenal sebagai kalimat seru, secara formal ditandai oleh kata alangkah, betapa, atau bukan main pada kalimat berpredikat adjectival. Kalimat ekslamatif ini yang juga dinamakan kalimat interjeksi biasa digunakan untuk menyatakan perasaan kagum atau heran. F. Tindak Ilokusi Tindak ilokusi adalah tindak ujar yang bertujuan untuk melakukan suatu tindakan dalam mengatakan sesuatu Austin (dalam Tarigan 1986:37). Wijana (1996: 18) mengemukakan bahwa tindak ilokusi adalah sebuah tuturan yang berfungsi mengatakan sesuatu dan dapat juga dipergunakan ntuk melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu. Dari pengertian ini, tindak tutur ilokusi dilakukan penutur dengan mengatakan sesuatu dengan maksud
tertentu. Dalam hal ini, penutur bukan hanya mengatakan sesuatu saja tetapi juga dipengaruhi oleh tindakan pendengar untuk melakukan sesuatu. Nadar (2009:14) menyatakan bahwa tindak ilokusi adalah apa yang ingin dicapai oleh penuturnya pada waktu menuturkan sesuatu dan dapat merupakan tindakan menyatakan, berjanji, minta maaf, mengancam, meramalkan, memerintah, meminta dan sebagainya. Saya tidak dapat datang G. Klasifikasi Tindak Ilokusi Ibrahim (1993:14) membagi tindak tutur ilokusi ke dalam enam kategori. Dua di antara keenam kategori itu adalah efektif dan verdiktif yang bersifat konvensional bukan komunikatif. Keempat jenis tindak tutur ilokusi yang lain adalah konstantif (constantives), direktif (directives), komisif (commissive), dan ekspresif (acknowledgments) . Keempat tindak ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Austin yaitu ekspositif, eksersitif, komisif, dan behabitif dan juga berhubungan erat dengan tindak yang dikemukakan Searle. Searle membaginya menjadi empat yaitu representative, direktif, komisif, dan ekspresif. Adapun penjelasan tentang macam tindak ilokusi berdasarkan Ibrahim (1993:16-44) adalah sebagai berikut: 1. Konstantif Secara umum, konstantif merupakan ekspresi kepercayaan yang dibarengi dengan ekspresi maksud sehingga mitratutur membentuk kepercayaan yang serupa. Analisis tentang berbagai macam konstantif adalah sebagai berikut:
Jurnal Artikulasi Vol.7 No.1 Februari | 385
a.
b. c. d.
e. f.
g.
h.
i.
j. k.
Asertif (sederhana): mengemukakan, menyatakan, mengutarakan, menyampaikan, mengklaim, menyatakan tidak, menunjukkan, mempertahankan, dan mengatakan. Prediktif (memprediksikan) : meramalkan dan memprediksi. Retrodiktif (meramalkan): meramalkan dan melaporkan Deskriptif (mendeskripsikan): menilai, menghargai, mengkategorikan, mengkarakterisasi, mengklarifikasi, mendeskripsikan, mendiagnosa, mengevaluasi, mengidentifikasi, memotret, dan meranking. Askriptif (mengacukan): mengacu, mengatribusikan, dan memprdiksi. Informatif (menginformasikan) : menasehati, mengumumkan, menginformasikan, menekankan, melaporkan, menunjukkan, menceritakan, dan mentestify. Konfirmatif (mengkonfirmasi) : menilai, mengevaluasi, mnyimpulkan, mengkonfirmasi, mendiagnosa, menemukan, memutuskan, memvalidasi, dan membuktikan. Konsesif (mengizinkan): mengakui, menyetujui, membolehkan, mengijinkan, menganugrahkan, dan memiliki. Retraktif (menarik kembali): membenarkan, menolak, mnyangkal, membantah, menyanggah, dan menarik kembali. Asentif (kesepakatan): menerima, menyepakati, dan menyetujui. Dissentif (ketidak sepakatan) : membedakan, menindaksepakati, menindak setujui, dan menolak.
l.
Disputatif (menolak): menolak, berkebaratan, memprotes, dan memprtanyakan. m. Respon (merespon): menjawab, membahas, dan merespon. n. Sugestif (menebak): menerka, menebak, berhipotesis, berspekulasi, dan menyarankan. 2. Direktif Direktif mengekspresikan sikap penutur terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh mitratutur. Direktif juga bisa mengekspresikan maksud penutur sehingga ujaran atau sikap yang diekspresikan dijadikan sebagai alasanuntuk bertindak oleh mitratutur. a. Permintaan: meminta, mengemis, memohon, menekan, mengundang, mendoa, mengajak, dan mendorong. b. Bertanya : bertanya, berinkuiri dan menginterogasi. c. perintah : memerintah, menghendaki, mengkomando, menuntut, mendikte, mengarahkan, menginstruksikan mengatur dan mensyaratkan. d. Larangan : melarang dan membatasi e. Pemberian izin : menyetujui, membolehkan, memberi wewenang, menganugrahi, mengabulkan, membiarkan, mengijinkan, melepaskan, memaafkan, dan memperkenankan. f. Nasehat : menasehatkan, memperingatkan, mengkonseling, mengusulkan, menyarankan, mendorong). 3. Komisif Komisif merupakan satu kategori tindak ilokusi yang pelabelannya secara orisinal diambilkan dari label Austin yang kemudian dipertahankan secara universal. Jurnal Artikulasi Vol.7 No.1 Februari | 386
Komisif merupakan tindak mewajibkan seseorang atau menolak untuk mewajibkan seseorang untuk melakukan sesuatu yang dispesifikasi dalam isi proposisinya, yang bisa juga menspesifikasi kondisi-kondisi tempat isi itu dilakukan atau tidak harus dilakukan. Tipe komisif dibagi menjadi dua tipe yaitu menjanjikan yang merupakan tindak mewajibkan seseorang sendiri dan menawarkan merupakan usulan untuk mewajibkan seseorang. a. Berjanji : menjanjikan, mengutuk, dan bersumpah. b. Tawaran : menawarkan dan mengusulkan. 4. Ekspresif Mengekspresikan perasaan tertentu kepada mitratutur baik yang berupa rutinitas ataupun yang murni. Perasaan dan pengekspresiannya cocok untuk jenis situasi tertentu. a. Permintaan maaf : dalam mengucapkan sesuatu, penutur meminta maaf kepada mitratutur karena sesuatu. b. Mengucapkan bela sungkawa : dalam mengucapkan sesuatu, penutur mengucapkan belasungkawa kepada mitratutur karena musibah. c. Ucapan selamat: mengucapkan selamat. d. Ucapan salam : dalam mengucapkan sesuatu x, penutur mengucapkan salam kepada mitartutur apabila penutur mengekspresikan senang karena bertemu. Dapat juga mengucapkan selamat pagi atau yang lainnya. e. Ucapan terima kasih: dalam mengucapkan sesuatu, penutur mengucapkan terima kasih kepada mitratutur karena sesuatu apabila
f.
g.
h.
penutur mengekspresikan rasa terima kasih. Harapan : dalam mengungkapkan, penutur mengharapkan kepada mitratutur kebahagiaan apabila penutur mengekspresikan pengharapan. Penerimaan : dalam mengucapkan sesuatu Pt mengekspresikan sesuatu sehingga Mt tutur percaya bahwa Pt menghargai ekspresi Mt. Marah : menolak suatu keadaan.
H. Tindak Perlokusi Wijana (1996:19) berpendapat bahwa tindak perlokusi adalah sebuah kalimat atau tuturan yang mempunyai daya pengaruh (perlocutionary force) atau efek bagi lawan tutur atau pendengar. Efek atau daya pengaruh tutur itu dapat secara sengaja atau tidak disampaikan oleh penutur untuk mempengaruhi lawan tutur. Mitratutur yang terpengaruh oleh tuturan yang dikatakan penutur akan melakukan refleks atas tindakan tersebut. Lebih lanjut Suyono (1990:8) mengungkapkan bahwa tindak perlokusi lebih menekankan hasil dalam suatu tuturan. Menurut Chaer (2004:53) tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan dengan sikap dan perilaku nonlinguistik dari orang lain. Misalnya karena ucapan dokter (kepada pasiennya)”mungkin ibu menderita penyakit jantung koroner”, maka si pasien akan panik atau sedih. Ucapan si dokter tersebut adalah tindak tutur perlokusi. I. Situasi Tutur Menurut Hymes (dalam Aslinda dan Leni Syafyahya , 2007:35) , situasi tutur Jurnal Artikulasi Vol.7 No.1 Februari | 387
adalah situasi ketika tuturan dapat dilakukan dan dapat pula tidak dilakukan, situasi tidak murni komunikatif dan tidak mengatur adanya aturan berbicara. Sebuah peristiwa tutur terjadi dalam satu situasi tutur dan peristiwa itu mengandung satu atau lebih tindak tutur. Leech (dalam Wijana, 1996:10) mengemukakan sejumlah aspek atau kriteria untuk mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi tutur yaitu: Penutur dan lawan tutur, Konteks tuturan,Tujuan tuturan,Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan Tuturan sebagai produk tindakan verbal. Sedangkan Hymes (dalam Chaer dan Agustina, 2004:48-49) mengemukakan untuk menentukan konteks ada delapan komponen, yang bila huruf-huruf pertamanya dirangkaikan menjadi akronim SPEAKING. Kedelapan komponen tersebut yaitu: (1) Setting and scene; (2) Participants; (3) Ends; (4) Act sequence; (5) Key; (6) Instrumentalities; (7) Norm of Interaction and Interpretation; (8) Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah, doa dan sebagainya. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Wujud lokusi dalam dialog film”Garuda di Dadaku” karya Ifa Isfansyah. Tindak lokusi adalah tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa dan kalimat tersebut. Wujud Lokusi Dalam Dialog Film”Garuda Di Dadaku” Karya Ifa
Isfansyah Yang Berupa Kalimat Deklaratif. Tindak lokusi dalam kalimat deklaratif biasanya sebagai informasi bagi pembacanya atau pendengarnya. Sesuatu yang diberitakan Pt (Penutur) kepada Mt (Mitra tutur) itu lazimnya merupakan pengungkapan suatu peristiwa atau kejadian. Jika dilihat dari bentuk tulisnya, kalimat berita diakhiri dengan tanda titik. Sedangkan dalam bentuk lisan, suara berakhir dengan nada turun. Adapun contoh data yang diperoleh dalam tuturan sebagai berikut: (1) Bayu : ”Hmm gini , gue mau numpang latihan bola disini”. Zahra : ”Latihan bola?”. (Pt:43, no:2/GGD/2009) Konteks: Bayu mengutarakan maksud kedatangannya di area pemakaman Zahra mengizinkan mereka memakai lahan kuburan tersebut untuk berlatih bermain bola. Tuturan pada contoh (1) diatas “Hmm gini , gue mau numpang latihan bola disini”. terjadi ketika Pt (Bayu) menanyakan kepada Mt (BZahra) tentang apa yang sedang dilakukan Pt di dalam kamar. Pt memberitahu Mt bahwa Pt hendak menumpang bermain bola di lahan pemakaman. Wujud Lokusi Dalam Dialog Film ”Garuda Di Dadaku” Karya Ifa Isfansyah Yang Berupa Kalimat Interogatif (Kalimat Tanya). Tindak tutur lokusi dalam kalimat tanya sering disebut juga kalimat interogatif. Tindak tutur lokusi yang berupa kalimat Jurnal Artikulasi Vol.7 No.1 Februari | 388
tanya adalah kalimat untuk menanyakan sesuatu kepada si mitra tutur. (9) Heri :”Bagus banget Bay!”. Bayu: (melihat ke arah bola dan tersenyum) Beni :”Kenapa? Jarang ngeliat bola mahal?”. (Pt:26, no:3/GGD/2009) Konteks:Ketika Bayu dan Heri masuk ke dalam lapangan untuk mencari Pak Johan. Bayu dan Heri terpukau melihat bola yang secara tidak sengaja mengarah ke mereka.tiba-tiba ada anak SSB Arsenal yang mengambil bola tersebut dan mengolok mereka.
Adapun contoh data yang diperoleh tuturan dalam menggunakan kalimat adalah sebagai berikut: (14) Kakek :”Ayo berangkat ke sanggar!”. Bayu : (langsung mengikuti langkah Kakeknya) (Pt:5, no:2/GGD/2009) Konteks : Ketika Bayu sedang melihat foto Ayahnya di atas rak, kemudian Kakek langsung mengajak Bayu untuk berangkat ke sanggar lukis bersamasama.
Tuturan pada contoh (9) di atas ”Kenapa? Jarang ngeliat bola mahal?”. terjadi ketika Pt (Beny) menanyakan Mt (Bayu dan Heri) tentang hal yang sedang dilihat oleh Mt. Dilihat dari segi isi tuturan, tuturan tersebut berisi bahwa seseorang menanyakan apakah Mt jarang melihat bola sebagus yang ada dihadapannya Wujud Lokusi Dalam Dialog Film ”Garuda Di Dadaku” Karya Ifa Isfansyah Yang Berupa Kalimat Imperatif (Kalimat Perintah). Tindak tutur lokusi yang menggunakan kalimat perintah adalah rangkaian kalimat yang diujarkan penutur (Pt) untuk menyuruh mitra tutur (Mt) melakukan sesuatu. Kalimat imperatif memiliki ciri formal yaitu intonasi yang ditandai dengan nada turun, pemakaian partikel penegas, penghalus, dan kata tugas ajakan, harapan,permohonan dan larangan, dan pelaku tindakan tidak selalu terungkap.
Tuturan pada contoh (14) di atas :”Ayo berangkat ke sanggar!”. terjadi ketika Pt (Kakek) mengajak Mt (Bayu) untuk berangkat ke sanggar. Jika dilihat dari segi isi, tuturan ini berisi bahwa seseorang (Kakek) memerintah untuk melakukan sesuatu (berangkat ke sanggar). Wujud Lokusi Dalam Dialog Film ”Garuda Di Dadaku” Karya Ifa Isfansyah Dengan Menggunakan Kalimat Ekslamatif. Tindak tutur lokusi yang berupa kalimat ekslamatif adalah rangkaian kalimat yang diujarkan penutur (Pt) untuk menyatakan rasa kagum . Adapun contoh data yang diperoleh tuturan dalam menggunakan kalimat adalah sebagai berikut: (18) Bayu:”Weiss.. final liga remaja se-Indonesia! gue kirain lo lupa ”.
Jurnal Artikulasi Vol.7 No.1 Februari | 389
Heri :”Enggak dong Bay, ada yang lain Bay (Peristiwa tutur:9, no: 2) Konteks : Bayu mendapatkan tiket menonton liga remaja se-Indonesia. Bayu merasa tidak percaya karena mendapatkan hadiah tiket tersebut dari Heri. Tuturan pada contoh (18) di atas “Weiss.. final liga remaja se-Indonesia! gue kirain lo lupa ” terjadi ketika Pt menyerukan kekaguman atas kado sebuah tiket menonton pertandingan liga remaja Indonesia yang diberikan Mt untuk Pt. Jika dilihat dari segi isi, tuturan ini berisi bahwa seseorang (Bayu) meyerukan tentang sesuatu (tiket yang diberikan sebagai kado ulang tahun untuknya). Pt sangat menyukai bermain bola sehingga ketika Pt mendapatkan tiket menonton pertandingan tersebut, Pt sangat senang karena Pt tidak percaya Mt akan mengingatnya dan memberikan tiket tersebut untuknya. Setelah mendengar ucapan dari Pt, Mt tersenyum dan memberi kejutan yang lain lagi sehingga membuat Pt sangat senang. B. Wujud Ilokusi Dalam Dialog Film”Garuda Di Dadaku”Karya Ifa Isfansyah a. Konstantif Asertif Tindak ilokusi asertif yaitu bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan misalnya yaitu mengemukakan, menyatakan, mengutarakan, menyampaikan, mengklaim, menyatakan tidak, menunjukkan, mempertahankan, dan mengatakan. Tindak ilokusi asertif hanya menjelaskan sesuatu yang diungkapkan itu apa adanya. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan contoh data
tuturan tindak ilokusi asertif sebagai berikut: (1) Bayu :”Hmm gini , gue mau numpang latihan bola disini”. Zahra :”Latihan bola?”. (Pt:43, no:2/GGD/2009) Konteks :Bayu mengutarakan maksud kedatangannya di area pemakaman Zahra mengizinkan mereka memakai lahan kuburan tersebut untuk berlatih bermain bola. Tindak asertif pada contoh (1) di atas merupakan tindak asertif, mengutarakan. Ketika Pt mengutarakan maksud kedatangannya untuk menumpang latihan bola di area pemakaman di dekat tempat tinggal Mt. Pt yang bernama Bayu saat mengungkapkan tuturan tersebut tampak sedikit gugup karena takut tidak diizinkan oleh Mt yang bernama Zahra. Pada dasarnya tuturan ini disampaikan Pt dengan rasa penuh harap karena tanah kuburan yang ada di dekat rumah Mt dinilai sangat cocok sebagai tempat berlatih bermain bola. b. Direktif, Permintaan: meminta, mengemis, memohon, menekan, mengundang, mendoa, mengajak, dan mendorong. Direktif mengekspresikan sikap penutur terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh mitratutur. Direktif juga bisa mengekspresikan maksud penutur sehingga ujaran atau sikap yang diekspresikan dijadikan sebagai alasan untuk bertindak oleh mitratutur. Jurnal Artikulasi Vol.7 No.1 Februari | 390
(14) Kakek
:”Ayo berangkat ke sanggar!”. Bayu : (langsung mengikuti langkah Kakeknya (Pt:5, no:2/GGD/2009) Konteks : Ketika Bayu sedang melihat foto Ayahnya di atas rak, kemudian Kakek langsung mengajak Bayu untuk berangkat ke sanggar lukis bersamasama. Tindak direktif permintaan pada contoh (14) di atas merupakan tindak mengajak Mt untuk bergegas berangkat ke sanggar lukis. Tuturan ini disampaikan Pt (Kakek) ketika melihat Mt (Bayu) sedang berdiri memandang foto di atas rak, kemudian Pt mengajak Mt untuk berangkat ke sanggar lukis bersama-sama. Ketika menuturkan tuturan ini Pt sedang bersiap keluar rumah sedangkan Mt sedang memandang foto yang ada di atas rak. c. Komisif Komisif merupakan tindak mewajibkan seseorang atau menolak untuk mewajibkan seseorang untuk melakukan sesuatu yang dispesifikasi dalam isi proposisinya, yang bisa juga menspesifikasi kondisi-kondisi tempat isi itu dilakukan atau tidak harus dilakukan. 1. Berjanji : menjanjikan, mengutuk, dan bersumpah. (21) Ibu :”Kalau kado dari Ibu nanti nyusul ya Bay”
Bayu :”Nggak papa Bu, nanti aku doain Ibu cepat dapat kerja lagi” (Pt:3, no:5/GGD/2009) Konteks : Bayu, Kakek, dan Ibu Bayu baru saja merayakan hari jadi Bayu. Kakek memberi kado sebuah jas untuk Bayu. Saat itu Ibu tidak memberikan kado apa-apa. Ibu Bayu mendekati Bayu dan membetulkan jas yang baru saja dipakai Bayu. Ibu Bayu berjanji akan memberikan kado untuk Bayu nanti. Tindak komisif berjanji pada contoh (21) diatas merupakan tindak perjanjian kontrak. Ketika Pt (Ibu Bayu) berjanji akan memberikan kado ulang tahun untuk Mt (Bayu). Tuturan ini disampaikan seusai Pt mengucapkan selamat ulang tahun kepada Mt. Pt belum bisa memberikan kado karena Pt belum mempunyai uang yang cukup untuk membelikan Mt kado. 2 Tawaran : menawarkan dan mengusulkan. (22) Pak Johan :”Saya suka dengan kau punya bakat, kalau tertarik pindah, ini kartu nama saya”. Heri :”Makasih Pak”. (Pt:15 no:18/GGD/2009) Konteks : Pak Johan mengatakan bahwa Pak johan menyukai bakat Bayu Jurnal Artikulasi Vol.7 No.1 Februari | 391
seraya memberikan kartu namanya kepada Bayu. Saat itu Pak Johan baru saja melihat kemampuan Bayu menendang bola hingga bisa memasukkan bola ke dalam jendela bis. Tindak komisif menawarkan pada contoh (22) diatas merupakan tindak menawarkan. Ketika Pt mengatakan kepada Mt bahwa ia menyukai bakat Mt, dan Pt bermaksud menawarkan untuk masuk ke SSI Arsenal. Tuturan ini disampaikan Pt seusai melihat Mt menendang bola hingga terlempar jauh masuk ke dalam jendela sebuah bis. Ketika itu Pt dan Mt berada di luar stadion senayan. Pt dan Mt baru saja menonton pertandingan liga remaja seIndonesia di stadion senayan. d. Ekspresif 1. Meminta maaf: dalam mengucapkan sesuatu, penutur meminta maaf kepada mitratutur karena sesuatu. (23) Heri :”Sorry ya, gue telat nih!”. Teman 1 :”Santai aja bos, santai…santai aja bos”. (Pt:43, no:11/GGD/2008) Konteks : Heri terlambat datang ke lapangan bola bersama temannya. Heri meminta maaf atas keterlambatannya.
Tindak ekpresif meminta maaf pada contoh (24) diatas merupakan tindak meminta maaf Ketika Pt meminta maaf kepada Mt atas keterlambatannya datang di lapangan sepak bola. Tuturan ini disampaikan Pt seusai Pt digendong dan duduk di atas kursi roda. 2. Wujud Perlokusi Yang Muncul Dalam Dialog Film ”Garuda di Dadaku” Karya Ifa Isfansyah. Wujud perlokusi adalah hasil atau efek ujaran terhadap pendengarnya, baik yang nyata maupun yang diharapkan. Sebuah tuturan yang disampaikan penutur pada dasarnya sering menimbulkan pengaruh pada pendengarnya dalam hal ini mitratutur. Adapun contoh data yang diperoleh dalam tuturan sebagai berikut: 3. Meyakinkan Mt (1) Bayu :”Hmm gini , gue mau numpang latihan bola disini”. Zahra :”latihan bola?”. (Pt:43, no:2/GGD/2008) Konteks :Bayu mengutarakan maksud kedatangannya di area pemakaman Zahra mengizinkan mereka memakai lahan kuburan tersebut untuk berlatih bermain bola. Tuturan pada contoh (1) diatas merupakan upaya Pt meyakinkan Mt tentang sesuatu yaitu menjelaskan apa yang sedang terjadi dan efek perlokusi yang muncul Mt menanyakan kembali maksud Pt datang ke areal pemakaman. Ketika itu Mt merasa tidak nyaman atas kedatangan Pt, sehingga Pt berusaha menjelaskan dan meyakinkan
Jurnal Artikulasi Vol.7 No.1 Februari | 392
maksud kedatangan Pt di areal pemakaman tersebut. D. Keterkaitan Antara Tindak Lokusi, Tindak Ilokusi dan Tindak Perlokusi Yang Muncul Pada Film “Garuda di Dadaku” karya Ifa Ifansyah (1) Bayu :”Hmm gini , gue mau numpang latihan bola disini”. Zahra :”Latihan bola?”. (Pt:43, no:2/GGD/2008) Konteks :Bayu mengutarakan maksud kedatangannya di area pemakaman Zahra mengizinkan mereka memakai lahan kuburan tersebut untuk berlatih bermain bola. Jika dilihat dari segi lokusinya, kalimat di atas “hmm gini , gue mau numpang latihan bola disini” merupakan kalimat deklaratif yaitu menginformasikan kepada Mt (Zahra) bahwa Pt (Bayu) ingin menumpang latihan bola di pemakaman. Jika dilihat dari segi ilokusinya kalimat tersebut termasuk sebuah tindakan konstantif (asertif, mengutarakan), ketika Pt mengutarakan maksud kedatangannya untuk menumpang latihan bola di area pemakaman di dekat tempat tinggal Mt. Sedangkan jika dilihat dari segi perlokusinya tuturan tersebut meyakinkan Mt tentang sesuatu yaitu menjelaskan apa yang sedang terjadi dan efek perlokusi yang muncul Mt menanyakan kembali maksud Pt datang ke areal pemakaman. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat dipaparkan dalam bab ini sebagai berikut:
1.
2.
Wujud lokusi dalam dialog film “Garuda di Dadaku” karya Ifa Ifansyah merupakan makna dasar yang diacu oleh ujaran tersebut yaitu pertama wujud lokusi yang berupa kalimat deklaratif (kalimat berita) kedua wujud lokusi yang berupa kalimat interogatif (kalimat tanya), ketiga wujud lokusi yang berupa kalimat imperatif (kalimat perintah) dan keempat wujud lokusi yang berupa kalimat seru (ekslamatif ). Tuturan tersebut dituturkan oleh seseorang (Kakek, Bayu, Ibu, Pak Johan, Heri, Bang Duloh, Beny, Teman 1, Teman 2, Mba Inah, Ayah Heri, Ayah Zahra, Zahra, Guru les Matematika, Tim PSSI, karyawan SSI Arsenal, Pegawai Bank, Guru lukis dan Arthur) yang membicarakan tentang sesuatu (ativitas bermain bola, kenginan menjadi pemain bola, kewajiban belajar dan mengkuti les, pengambilan uang di Bank, ucapan selamat ulang tahun,dan persaingan dalam bermain bola) Wujud ilokusi dalam dialog film “Garuda di Dadaku” karya ifa Ifansyah adalah tuturan yang mengandung maksud tertentu untuk mitratuturnya.Wujud ilokusi yang ditemukan yaitu pertama tindak konstantif meliputi mengutarakan, menunjukkan, memprediksikan, menginformasikan, mengumumkan, melaporkan, menilai, membuktikan, mengevaluasi, membantah,
Jurnal Artikulasi Vol.7 No.1 Februari | 393
3.
menyepakati, mempertanyakan, memprotes, menolak, merespon, menebak; kedua, tindak direktif meliputi mengajak, meminta, memohon, bertanya, memerintah, melarang, membatasi, mengizinkan, menyetujui, memperingatkan, menyarankan; ketiga tindak komisif berjanji, menawarkan, dan keempat tindak ekpresif yaitu meminta maaf, mengucapkan selamat, mengucapkan terima kasih, mengucapkan harapan, penerimaan ekspresi dan marah. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa satu tuturan tidak selalu hanya mengandung satu tindak ilokusi saja namun dapat juga memiliki dua tindak ilokusi. Selain itu tidak semua tindak ilokusi mengalami keberhasilan, adapula tindak ilokusi yang mengalami tidak keberhasilan pada mitratuturnya. Wujud perlokusi dalam dialog film “Garuda di Dadaku” karya Ifa Ifansyah merupakan sebuah tindakan untuk mempengaruhi mitra tutur. Wujud perlokusi ini dapat berupa hasil yang nyata setelah ujaran tersebut dituturkan ataupun hasil yang diharapkan oleh penutur. Wujud perlokusi yang ditemukan yaitu pertama upaya meyakinkan mitratutur tentang
4.
sesuatu, kedua upaya membohongi mitratutur tentang sesuatu, ketiga upaya mencamkan mitratutur tentang sesuatu, keempat upaya menyenangkan mitratutur, kelima upaya membesarkan hati mitratutur, keenam upaya membuat malu mitratutur, ketujuh upaya membuat jengkel mitratutur, ksedelapan upaya mempengaruhi mitratutur melakukan sesuatu. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa tidak semua daya perlokusi menghasilkan efek seperti yang diharapkan oleh penutur. Ada kalanya ucapan seseorang tidak memiliki daya pengaruh kepada mitra tuturnya. Selain itu ditemukan pula bahwa efek perlokusi tidak hanya tuturan bentuk verbal, melainkan efek perlokusi dapat berupa isyarat seperti diam dan mengangguk. Setiap tuturan mempunyai keterkaitan antara tindak lokusi, tindak ilokusi dan tindak perlokusi. Sehingga setiap kalimat memiliki kemungkinan menjadi sebuah tindak lokusi, ilokusi maupun tindak perlokusi.
Jurnal Artikulasi Vol.7 No.1 Februari | 394
DAFTAR PUSTAKA Alwi,Hasan,dkk.1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Arikunto,Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta. Aslinda dan Leni Syafyahya. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung:PT. Refika Aditama. Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta : PT Rineka Cipta. Ibrahim, Syukur. 1993. Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Usaha Nasional Kusumawati, Nike. 2004. Tindak Tutur Guru dalam interaksi Kelas Bahasa Indonesia di SMA Tamansiswa Malang. Skripsi. Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FS Universitas Negeri Malang. Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta. UI Press Lubis, Hamid Hasan. 1993. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung:Angkasa Moleong, L. J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta: Depdikbud Nadar, F.X. 2008. Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Suyono. 1990. Pragmatik, Dasar-dasar dan Pengajarannya. Malang:YA3 Salami, Mariati. 2008. Karakteristik Tindak Tutur Ilokusi Dialog Film “Ada apa Dengan Cinta?” Karya Jujur Prananto. Skripsi, Jurusan Sastra Indonesia FS Universitas Negeri Malang Sumarsono, dan Paina Panana. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta:Sabda Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung : Angkasa. Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar Zivana, Mahardika. 2008. “Tindak Tutur & Pragmatik Berbahasa” (online) http://mahardhikazifana.com/linguistics-linguistik/tindak-tutur-pragmatik-berbahasa.html (diakses 14 Februari 2008)
Jurnal Artikulasi Vol.7 No.1 Februari | 395