Vol. / 08 / No. 02 / Maret 2016
Analisis Tindak Tutur Komisif Bahasa Jawa Dalam Roman III Cocak Nguntal Elo Karya Suparto Brata Tahun 2009 Oleh: Dwi Septi Purwaningsih Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Jawa
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) jenis tindak tutur komisif bahasa Jawa di dalam roman III Cocak Nguntal Elo karya Suparto Brata tahun 2009; (2) fungsi tindak tutur komisif bahasa Jawa dalam roman III Cocak Nguntal Elo karya Suparto Brata tahun 2009. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian yaitu roman III Cocak Nguntal Elo karya Suparto Brata tahun 2009. Objek penelitian adalah pragmatik tindak tutur komisif. Sumber data yang digunakan yaitu deskripsi roman III Cocak Nguntal Elo karya Suparto Brata tahun 2009. Teknik pengumpulan data ini menggunakan teknik pustaka dan teknik catat. Instrumen penelitian adalah peneliti yang dibantu dengan buku penunjang teori bahasa dan pragmatik. Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis isi. Data dianalisis berdasarkan jenis tindak tutur komisif, data dirangkum, memilih hal-hal yang pokok, data yang tidak penting disisihkan, data dikumpulkan dari hasil analisis tindak tutur komisif. Penyajian hasil analisis menggunakan metode informal. Hasil analisis Tindak Tutur Komisif dalam Roman III Cocak Nguntal Elo karya Suparta Brata tahun 2009 yaitu jenis tindak tutur komisif dan fungsi tindak tutur komisif. Hasil analisis itu meliputi empat tindak tutur komisif meliputi ancaman, menyatakan kesanggupan/setuju, penolakan, dan menawarkan. Dari keempat jenis tindak tutur komisif yang terdapat dalam Roman III Cocak Nguntal Elo karya Suparta Brata tahun 2009 masingmasing memiliki fungsi dari tindak tutur komisif yaitu menolak, setuju, menawarkan, mengancam yang masing-masing mempunyai tujuan untuk melakukan suatu tindakan yang disebutkan dalam tuturan yang ada di dalam Roman III Cocak Nguntal Elo tahun 2009. Kata Kunci : tindak tutur komisif, fungsi, roman
Pendahuluan Bahasa tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia, bahkan bahasa selalu digunakan oleh manusia dalam segala kegiatan, sehingga dapat dikatakan interaksi tidak mungkin terjadi tanpa adanya media bahasa. Apapun yang dilakukan oleh manusia seperti berkumpul, bermain, dan menyampaikan pesan semuanya menggunakan media bahasa. Bahasa adalah suatu metode manusiawi dan tidak lahiriyah
mengenai
pengkomunikasian
gagasan,
perasaan,
dan
kemampuan
menggunakan lambang mana suka. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi, melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan/berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain serta meningkatkan kemampuan intelektual dalam berkomunikasi. Bahasa dapat diasumsikan bahwa seorang penutur mengartikulasi tuturan dengan maksud untuk Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
107
Vol. / 08 / No. 02 / Maret 2016
menginformasikan sesuatu kepada mitra tuturnya, dan mengharap mitra tuturnya (pendengar)
dapat memahami apa yang hendak dikomunikasikannya. Untuk itu
penutur harus selalu berusaha agar tuturanya mematuhi prinsip kerjasama, kesantunan, etika, maupun estetika. Dalam berbahasa terdapat sebuah hal yang disebut dengan tindak tutur. Tindak tutur adalah salah satu kegiatan fungsional manusia sebagai makhluk berbahasa. Sifatnya yang fungsional tersebut menyebabkan setiap manusia selalu berupaya untuk mampu melakukan tindak tutur dengan sebaik- baiknya, baik melalui pemerolehan (acquisition) maupun pembelajaran (learning). Tindak tutur merupakan analisis pragmatik, yaitu cabang ilmu bahasa yang mengkaji bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Pada dasarnya tindak tutur yang dihasilkan bergantung pada tujuan, arah tuturan untuk mencapai tujuan, tindak tutur harus disesuaikan dengan situasi tuturan dan konteks. Situasi tuturan tersebut merupakan situasi sosial yang aktual karena terjadi dalam lingkungan masyarakat yang luas dan berbeda. Jadi situasi tutur dapat mempengaruhi tercapainya tujuan tuturan, sedangkan konteks adalah sesuatu yang menjadi sarana pemerjelas suatu maksud. Sarana itu meliputi bagian ekspresi yang dapat mendukung kejelasan maksud dan situasi yang berhubungan dengan suatu kejadian. Tindak tutur atau tindak ujar (speech art) merupakan identitas yang bersifat sentral dan pragmatik. Karena sifatnya yang sentral itulah tindak tutur bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik lain seperti praanggapan, perikutan, implikatur percakapan, prinsip kerjasama, dan prinsip kesantunan. Rustono (1999:32) menjelasakan bahwa alasannya ditampilkannya istilah tindak tutur adalah bahwa di dalam mengucapkan suatu ekspresi, pembicara tidak semata-mata mengatakan sesuatu dengan mengucapkan ekspresi itu. Demikian itu aktivitas mengujarkan atau menuturkan tuturan dengan maksud tertentu itu merupakan tindak tutur atau tindak ujar (speech art). Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya. Tindak tutur komisif berbeda
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
108
Vol. / 08 / No. 02 / Maret 2016
dengan tindak tutur yang lain. Tindak tutur komisif selain kita temukan dalam kehidupan kita sehari-hari, juga dapat kita temui dalam karya sastra salah satunya roman. Secara umum roman menggunakan bahasa lisan yang dituliskan, hal inilah yang menjadikan roman sebagai media penyampaian peran yang efektif dan layak untuk dikaji lebih jauh pada kajian tindak tutur. Metode Penelitian Penelitian deskriptif kualitatif yaitu peneliti mencatat dengan teliti dan cermat data yang berwujud kata-kata, kalimat-kalimat, wacana, gambar/gambar/foto, catatan harian, memo random, video-tipe. Dari data yang bersifat deskriptif itu peneliti melakukan analisis data untuk membuat generalisasi atau kesimpulan umum yang merupakan sistem atau kaidah yang bersifat mengatur atau gambaran dari orangorang yang dijadikan subjek penelitian (Subroto, 1992:7). Sumber data menurut Arikunto (2010: 172) adalah subjek dari mana data diperoleh. Sumber pada pada penelitian ini adalah Roman III Cocak Nguntal Elo karya Suparta Brata, tebal keseluruhan berjumlah 84. Data penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Data penelitian ini adalah berupa kutipankutipan yang mengandung tindak tutur komisif roman III Cocak Nguntal Elo karya Suparto Brata tahun 2009. Dalam melaksanakan penelitian,beberapa teknik yang dilakukan adalah teknik pustaka. Teknik pustaka adalah mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk mempengaruhi data (Subroto, 1992: 42). Teknik pustaka sama dengan metode dokumentasi. Teknik simak, disebut metode simak atau penyimakan karena dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak menggunakan bahasa. Disamping menyimak dapat pula dilakukan teknik catat. Teknik pengumpulan data merupakan teknik menetukan data apa yang akan dikumpulkan, dari mana data tersebut dapat diperoleh dan dengan cara apa, maka dirinya sendiri maupun orang lain yang akan membantu sudah mengetahui dengan pasti apa yang berikutnya dilakukan (Arikunto, 2010: 65). Langkah pengumpulan data ini menggunakan dua cara, yaitu (1) mengadakan pengamatan secara rinci dan sistematik terhadp segala yang tampak objek penelitian, Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
109
Vol. / 08 / No. 02 / Maret 2016
(2) membaca, mengamati, memilih, dan mencatat tindak tutur komisif yang ada pada roman III Cocak Nguntal Elo karya Suparto Brata dengan menggunakan berbagai macam pengetahuan yang telah dibaca. Pencatatan dapat dilakukan pada waktu pengamatan atau segera setelah pengamatan berlangsung. Hal ini dilakukan agar halhal yang paling penting sehubungan dengan peristiwa tutur yang diamati tidak terlupakan. Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan untuk penelitian. Instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sebagai instrumen utama atau human instrument. Selain instrumen utama peneliti sebagai instrumen, juga dibantu oleh instrumen lain yaitu melipiti alat tulis (pulpen,pensil), nota dan buku catatan untuk mencatat data. Selain itu penulis juga menggunakan buku-buku acuan tentang teori yang mendukung. Dalam pencatatan data penelitian menggunakan tabel untuk mempermudah menganalisis data. Teknik keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode identifikasi. Metode tersebut adalah metode yang dilakukan dengan cara menetapkan suatu jenis tindak tutur berdasarkan karakteristik jenis variasi tindak tutur. Penyajian hasil analisis menggunakan teknik informal yaitu perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa tanpa menggunakan rumus atau simbol. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif, maka hasil penelitian dipaparkan secara deskriptif dengan kata-kata biasa. Hasil penelitian Jenis tindak tutur komisif bahasa jawa dalam roman III Cocak Nguntal Elo karya Suparto Brata tahun 2009 yaitu: a. Tindak tutur komisif ancaman Tindak tutur komisif ancaman adalah tindak tutur yang dilakukan oleh penutur dengan maksud agar mitra tutur lakukan tindakan yang disebutkan dalam tuturan yang berisi mengancam. Tuturan ancaman adalah tuturan yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud untuk menyuruh kepada orang lain secara paksa, biasanya berkonotasi kasar. Di dalam penelitian ini ditemukan 4 data tindak tutur ancaman. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
110
Vol. / 08 / No. 02 / Maret 2016
Data tentang tindak tutur komisif ancaman dapat dilihat pada kutipan di bawah ini. Kutipan: “Dak enteni nganti jam wolu esuk iki WITA, dadi jam pitu WIB, yen rekeningku ora mundhak sithik-sithike rong yuta, yo kunarpane ora sido budhal.” Terjemahan: ‘Kutunggu sampai jam delapan pagi ini WITA, berarti jam tujuh WIB, kalau rekeningku belum bertambah kurang-kurangnya dua juta, berarti jenasahnya tidak jadi dikirim.’ (Hal: 209) Situasi di atas menunjukkan bahwa Wisnu menyuruh Surahana untuk mentransfer uang sejumlah dua juta rupiah untuk mengurus jenasah Pak Mawardi Jalin. Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa tuturan tersebut merupakan jenis tindak tutur komisif ancaman dan berfungsi untuk mengancam mitra tutur. Tuturan tersebut mempunyai fungsi untuk mengancam seseorang. Tindak tutur komisf ancaman dituturkan oleh penutur kepada lawan tutur. Maksud tuturan di atas adalah Wisnu mengancam Surahana supaya Surahana mengirimkan uang untuk mengurus keperluan pengiriman jenazah Pak Mawardi Jalin dari Ujungpandang Makasar ke Jakarta. Tuturan Dak enteni nganti jam wolu esuk iki WITA di tuturkan oleh Wisnu kepada Surahana agar segera mentransfer uang. b. Tindak tutur komisif penolakan Tindak tutur komisif penolakan adalah tindak tutur yang tuturannya dituturkan penutur kepada mitra tutur namun mitra tutur menolak perintah atau tuturan si penutur. Di dalam penelitian ini terdapat 9 data tindak tutur komisif penolakan. Data tentang tindak tutur komisif penolakan dapat dilihat pada kutipan di bawah ini. Kutipan: Surahana: “ Gak usah! Gak usah diotopsi. Ndang wae kirimna mrene. Sore iki uga! Wong wiwit budhal wis krasa greges-greges, kok. Kekuwarga njaluk enggal dikirim nyang Jakarta. Sesuk disareake. Ya, Wisnu? Ngerti, kowe?” Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
111
Vol. / 08 / No. 02 / Maret 2016
(Hal: 184) Terjemahan: Surahana: ‘Gak perlu! Gak perlu diotopsi. Cepet kirim ke sini. Sore ini juga! Sejak berangkat juga sudah terasa tidak enak badan, kok. Keluarga meminta untuk cepat dikirim ke Jakarta. Besok dimakamkan. Ya, Wisnu. Ngerti, kamu.’ Situasi pada kutipan di atas menjelaskan bahwa Surahana menolak jasad Pak Mawardi untuk diotopsi. Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa kutipan tersebut merupakan jenis tindak tutur komisif penolakan dan berfungsi untuk menolak permintaan penutur. Maksud tuturan di atas adalah Surahana menolak kalau jenazah Pak Mawardi Jalin diotopsi dan Surahana pun menyuruh Wisnu untuk segera mengirim jenazah Pak Mawardi ke Jakarta agar segera di kebumikan. Tuturan Gak usah! Gak usah diotopsi, dituturkan oleh Surahana kepada Wisnu untuk menolak jenasah di otopsi. c. Tindak tutur komisif menyatakan kesanggupan/setuju Tindak tutur komisif menyatakan kesanggupan/setuju adalah tindak tutur yang dilakukan oleh penuturnya dengan maksud agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan yang berisi kesanggupan/setuju. Di dalam penelitian ini terdapat 8 data tindak tutur menyatakan kesanggupan/setuju. Data tentang tindak tutur komisif menyatakan kesanggupan/setuju dapat dilihat pada kutipan di bawah ini. Kutipan: Sekar: “Gelem! Gelem! Oh, kowe dadi pengayomku! Iya! Iya!” (Hal: 190) Terjemahan: Sekar: ‘Mau! Mau! Oh, kamu jadi pendampingku! Iya! Iya!’ Situasi pada kutipan di atas menjelaskan bahwa Sekar menyetujui dan menerima pinangan dari Surahana. Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa kutipan
tersebut
merupakan
jenis
tindak
tutur
komisif
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
menyatakan
112
Vol. / 08 / No. 02 / Maret 2016
kesanggupan/setuju dan berfungsi untuk melaksanakan atau menyetujui semua tuturan dari penutur kepada lawan tutur. Maksud tuturan di atas adalah Sekar menerima pinangan Surahana dan melaksanakan pernikahan sesegera mungkin karena sekarang Sekar tidak mempunyai ayah maupun ibu. Tuturan “Gelem! Gelem! dituturkan oleh Sekar kepada Surahana untuk menyetujui ajakan Surahana untuk menikah. d. Tindak tutur komisif menawarkan Tindak tutur komisif menawarkan adalah tindak tutur yang dilakukan oleh penuturnya dengan maksud agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan dalam tuturan yang berisi tuturan menawarkan. Di dalam penelitian ini terdapat 4 data tindak tutur komisif menawarkan. Data tentang tindak tutur komisif menawarkan dapat dilihat pada kutipan di bawah ini. Kutipan: Surahana: “Lha kersane Jeng Sekar kepriye? Enake kunarpane bapak enggal dikirim mrene wae. Saiki, dina iki. Iya, ta?” Sekar: “Aku ora ngerti. Embuh priye.” (Hal: 183) Terjemahan: Surahana: ‘Ya, terserah jeng Sekar bagaimana? Baiknya jenasah bapak cepat dikirim ke sini saja. Sekarang, hari ini. Iya, kan?’ Sekar: ‘Saya tidak tahu. Entah bagaiman.’ Situasi pada kutipan di atas menjelaskan bahwa Surahana tanya kepada Sekar tentang jenasah Pak Mawardi. Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa kutipan tersebut merupakan jenis tindak tutur komisif menyatakan menawarkan dan berfungsi untuk menawarkan suatu tindakan yang dituturkan oleh penutur kepada lawan tuturnya. Maksud tuturan di atas adalah Surahana menawarkan kepada Sekar untuk meminta persetujuan pengiriman jenazah Pak Mawardi. Tuturan “Lha kersane
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
113
Vol. / 08 / No. 02 / Maret 2016
Jeng Sekar kepriye?, dituturkan oleh Surahana kepada Sekar untuk menawarkan rencana pengiriman Jenasah Pak Mawardi. Fungsi tindak tutur komisif dalam roman III Cocak Nguntal Elo karya Suparta Brata tahun 2009 yaitu: a. Fungsi mengancam Di dalam penelitian ini terdapat 4 data fungsi mengancam, contoh sebagai berikut. Kutipan: Aku ya kudu tuku trebela barang. Terus mlaku mrana-mrene kuwi apa ya gratis? Cekake sesuk isuk, aku kirimana dhuwit liwat ATM-ku. Yen ora ditambahi, kepeksa jisim ora bisa dikirim sesuk.” (Hal: 204) Terjemahan: ‘Aku juga harus membeli barang-barang. Terus kesana-kesini itu apa ya gratis? Jelasnya besok pagi, kirimi aku uang lewat ATM-ku. Kalau tidak bertambah, terpaksa jenasah tidak dikirim besok.’ Situasi di atas menjelaskan bahwa Wisnu mengancam Surahana agar segera mengirimkan uang. Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa kutipan tersebut merupakan jenis tindak tutur komisif ancaman dan berfungsi untuk mengancam mitra tutur. Maksud tuturan di atas adalah Wisnu tidak mempunyai banyak uang untuk memenuhi semua keperluan penyidikan polisi dan pengiriman jenazah dari Ujungpandang sampai ke Jakarta. Tuturan Yen ora ditambahi, kepeksa jisim ora bisa dikirim sesuk dituturkan Wisnu kepada surahana lewat telepon genggam. b. Fungsi setuju Di dalam penelitian ini terdapat 9 data fungsi sutuju, contoh sebagai berikut: Kutipan: Surahana: “Nggih! Nggih! Nggih!”kesanggupane Surahana. (Hal: 216) Terjemahan: Surahana: ‘Baik! Baik! Baik!’
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
114
Vol. / 08 / No. 02 / Maret 2016
Situasi pada kutipan di atas menjelaskan bahwa Surahana menyetujui permintaan Pak Surjana untuk masuk kerja. Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa kutipan tersebut merupakan jenis tindak tutur komisif menyatakan kesanggupan/setuju dan berfungsi untuk melaksanakan atau menyetujui semua tuturan dari penutur kepada lawan tutur. Maksud tuturan di atas adalah Surahana menanyai Bik Nah tentan rencana pernikahannya dengan Sekar. Tuturan “Iya, iya!, dituturkan oleh Wisnu kepada Surahana untuk menginformasikan bahwa Wisnu meminta uang. c. Fungsi menawarkan Di dalam penelitian ini terdapat 4 data fungsi menawarkan, contoh seperti berikut: Kutipan: Sukamanah: “Anu, Den. Teng mesjid celake mrika enten, kok. Mengke kula uruse.” Surahana: “Aku gak ngerti kaya ngono-ngono kuwi,” ujare Sekaripun goreh.”Ora. Bab dhuwit. Kenapa Mas mau ngresula yen sing digunem Mas Wisnu prekara dhuwit wae?” (Hal: 210) Terjemahan: Sukamanah: ‘Den. Di masjid kayaknya di sana ada, kok. Nanti saya urus.’ Surahana: ‘Aku gak tau yang seperti itu,’ kata Sekar. ‘Gak. Bukan uang. Kenapa mas tadi kesal kalau yang dibahas Mas Wisnu masalah uang saja?’ Situasi pada kutipan di atas menjelaskan bahwa Pembantu rumah tangga Sekar menawarkan diri kepada Sekar untuk mengurus perlengkapan pemakaman
Pak Mawardidi masjid dan Sekar menyerahkan urusan
tersebut kepada Sukamanah. Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa kutipan tersebut merupakan jenis tindak tutur komisif menyatakan menawarkan dan berfungsi untuk menawarkan suatu tindakan yang dituturkan oleh penutur kepada lawan tuturnya.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
115
Vol. / 08 / No. 02 / Maret 2016
Maksud tuturan di atas adalah Sukamana menawarkan diri untuk mengurus peijinan. Tuturan Mengke kula uruse.”, dituturkan oleh Sukamanah kepada Sekar yang sedang menangis. d. Fungsi menolak Di dalam penelitian ini terdapat 8 data fungsi menolak, contoh sebagai berikut: Kutipan: Wisnu: “ Lo, ora bisa, Mas. Dhokter kene kudu ngerti tenan sebab sedane apa.” (Hal: 184) Terjemahan: ‘Lo, gak bisa, Mas. Dokter di sini harus tahu betul sebab meninggalnya apa.’ Situasi pada kutipan di atas menjelaskan bahwa Wisnu menolak permintaan Surahana, dokter tetap harus mengotopsi jenazah Pak Mawardi Jalin. Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa kutipan tersebut merupakan jenis tindak tutur komisif penolakan dan berfungsi untuk menolak permintaan penutur. Maksud tuturan di atas adalah Wisnu
menolak permintaan
Surahana kalau jenazah Pak Mawardi Jalin tidak diotopsi. Tuturan Lo, ora bisa, Mas, dituturkan oleh Surahana kepada Wisnu untuk menolak jenasah di otopsi. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan data yang telah penulis uraikan yaitu analisis tindak tutur komisif bahasa jawa roman III Cucak Nguntal Elo Karya Suparto Brata Tahun 2009 dapat disimpulkan sebagai berikut; (1) jenis tindak tutur komisif bahasa Jawa dalam roman III Cucak Nguntal Elo Karya Suparto Brata Tahun 2009 meliputi jenis tindak tutur komisif ancaman terdapat 4 data, tindak tutur komisif menyatakan kesanggupan/setuju terdapat 9 data, tindak tutur komisif penolakan terdapat 8 data, dan tindak tutur komisif menawarkan 4 data, (2) fungsi tindak tutur komisif bahasa Jawa roman III Cucak Nguntal Elo Karya Suparto Brata Tahun 2009 meliputi fungsi menyatakan setuju ada 9, mengancam ada 4, menawarkan ada 4, dan menolak ada 8. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
116
Vol. / 08 / No. 02 / Maret 2016
Acuan atau reveren mentuturkan fungsi tindak tutur yang terdapat dalam tindak tutur komisif bahasa jawa roman III Cucak Nguntal Elo Karya Suparto Brata Tahun 2009 berdasarkan pada satuan lingual, makna, tuturan, tujuan tuturan, serta konteks yang terdapat dalam tuturan tersebut. Adapun fungsi tindak tutur komisif bahasa Jawa adalah berbeda-beda dari setiap tuturan, disebabkan karena maksud dan tujuan dari masing-masing tuturan itu berbeda. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang: IKIP Semarang Press. Subroto, Edi.1992. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
117