Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013
ANALISIS STRUKTURAL OBJEKTIF NOVEL COCAK NGUNTAL ELO KARYA SUPARTO BRATA DAN KEMUNGKINAN PEMBELAJARANNYA DI SMA Bhramono Adhi Cahyo Wibowo
[email protected] Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Penulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktural obejektif sastra, nilai moralitas tokoh sastra dan kemugkinan pembelajaran novel Cocak Nguntal Elo di SMA. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan bidang yang dikaji adalah sastra. Subjek penelitian yang digunakan adalah novel struktural objektif sastra dalam novel Cocak Nguntal Elo terbitan Narasi, Yogyakarta tahun 2009. Teknik pengumpulan datanya dengan cara teknik pustaka. Teknik analisis data menggunakan metode konten analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur novel: temanya adalah misteri meninggalnya seorang direktur perusahaan ketika berada di pesawat terbang. Tokoh utamanya adalah Wisnu, Surahana, Wening dan Sekar, sedangkan tokoh tambahannya adalah Sukamanah, Sembada, Jaka Mardapa, Hartati dan Bu Jodhipati. Alur ceritanya adalah progresif. Terdapat tiga macam latar yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Sudut pandangnya adalah sudut pandang orang ketiga. Amanatnya yaitu: „jadi orang janganlah serakah dengan harta terutama sekali jika harta tersebut diraih dengan menghalalkan segala cara‟; (2) nilai moralitas tokoh dalam novel Cocak Nguntal Elo terdiri dari nilai moralitas baik dan nilai moralitas buruk. Nilai moralitas baik dalam novel tersebut, terwujud dalam bentuk sikap unggah-ungguh, kesetiaan dan percaya diri. Moralitas buruk terwujud dalam sikap pemarah dan asusila; (3) pembelajaran novel Cocak Nguntal Elo sesuai dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang terdiri dari tujuan, bahan, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator, metode, strategi, sumber belajar, waktu, dan evaluasi Kata kunci: Novel Cocak Nguntal Elo, nilai moralitas tokoh, pembelajaran. A. Pendahuluan Novel merupakan salah satu karya sastra yang berbentuk prosa fiksi. Novel dapat diartikan sebagai suatu cerita yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang ada di sekitar kita, tidak mendalam, lebih mengenai suatu episode (Jassin dalam Nurgiyantoro, 2009: 16). Melalui novel seorang pengarang berusaha untuk mencurahkan segala pikiran, pengalaman pribadi, emosi dan ide besar yang ada dalam benaknya. Tidak dapat dipungkiri bahwa kesuksesan sebuah novel tergantung pada kejeniusan seorang pengarang dalam mengolah kata. Kata-kata
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
37
Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013
yang terdapat dalam novel pastinya merupakan ide besar yang mengandung nilainilai yang sarat akan makna. Suparto Brata merupakan pengarang Indonesia yang produktif. Karyakaryanya yang berupa novel berbahasa Jawa antara lain: Mbok Randha Saka Jogja, Garuda Putih, Ser! Ser! Plong!, Jaring Kalamangga dan lain-lain. Salah satu karya beliau yang paling menarik untuk dibaca yaitu novel dengan judul Cocak Nguntal Elo yang diterbitkan pada tahun 2009. Melalui novel Cocak Nguntal Elo, Suparto Brata mencoba mengangkat realita kehidupan orang kelas atas. Novel Cocak Nguntal Elo ceritanya tersusun secara runtut sehingga terstruktur dan padu. Novel Cocak Nguntal Elo ini menceritakan tentang misteri meninggalnya Mawardi yang merupakan seorang direktur di perusahaan real estate. Tokoh utama dalam cerita tersebut yaitu Wisnu mencoba untuk mengungkap kejanggalan demi kejanggalan pada misteri meninggalnya Mawardi tersebut. Wisnu sebagai tokoh utama dapat dijadikan teladan karena ia merupakan tokoh yang jenius, tangkas dan pantang menyerah menghadapi segala cobaan terutama sekali ketika ia difitnah oleh Surahana. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan topik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Indaryani (2011) mengangkat judul “Analisis Struktural Objektif Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha Karya Suparto Brata dan Kemungkinan Pembelajarannya di SMA,”. Hasil penelitian dan pembahasan data menunjukkan bahwa (1) struktur novel Kunarpa Tan Bisa Kandha terdiri dari tema, temanya adalah keluarga yang tidak harmonis. Tokoh utamanya adalah Pipin, Riris, Manik, Ir. Eram, Risang, Marong, Sulun Prabu, Handaka, sedangkan tokoh tambahannya adalah Mahar, Dokter Wandi, Suherwindra, Bu Berlin, Yasakartana, Tantiyam, Dewaji, dan Hehe. Alur ceritanya adalah progresif. Terdapat tiga macam latar, yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial. (2) Moralitas baik dalam novel tersebut, terwujud dalam bentuk saling membantu, patuh terhadap orang tua. Moralitas buruk yaitu tentang dendam dan sifat egois. 3) Pembelajaran novel Kunarpa Tan Bisa Kandha sesuai dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) terdiri dari tujuan, bahan, metode, metode yang
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
38
Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013
dimungkinkan cocok untuk pembelajaran novel, langkah, sumber belajar, waktu, dan evaluasi.
B. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yang bermakna penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2005: 54). Bidang kajian yang menjadi penelitian ini adalah sastra yang berbentuk novel. Subjek penelitian dalam skripsi ini adalah novel Cocak Nguntal Elo karya Suparto Brata, diterbitkan oleh Narasi tahun 2009 yang merupakan kumpulan dari novel yang diberi judul Seri Randha Cocak dengan total tebal 289 halaman. Objek
penelitian ini adalah unsur-unsur
struktural objektif sastra dalam novel Cocak Nguntal Elo karya Suparto Brata (2009), nilai moralitas tokoh novel dan kemungkinan pembelajarannya di SMA. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari objek penelitian, yakni novel Cocak Nguntal Elo karya Suparto Brata, terbitan Narasi, Yogyakarta 2009. Sumber datanya berupa kutipan-kutipan langsung maupun tidak langsung novel Cocak Nguntal Elo karya Suparto Brata. Datanya berupa deskripsi dalam novel Cocak Nguntal Elo yang mengandung aspek struktural objektif sastra yang teknik pengumpulan datanya menggunakan teknik pustaka. Teknik pustaka adalah suatu cara untuk memperoleh data dengan menelusuri literatur yang ada serta menelaahnya (Nazir, 2005: 93). Instrumen yang dipakai untuk membantu dalam penelitian ini, adalah kertas pencatat data dan alat tulisnya yaitu berupa buku, bolpoint, beserta referensi-referensi untuk mempermudah penyusunan. Kertas pencatat ini digunakan untuk mencatat data berupa kutipan-kutipan yang berhubungan dengan penelitian yakni unsur-unsur struktural objektif sastra novel Cocak Nguntal Elo karya Suparto Brata (2009).
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
39
Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013
C. Hasil Analisis Hasil penelitian yang akan dibahas dalam bahasan ini adalah data yang diperoleh penulis ketika melakukan penelitian pada novel Cocak Nguntal Elo karya Suparto Brata yaitu meliputi sebagai berikut. 1. Struktural Novel Cocak Nguntal Elo Karya Suparto Brata a. Tema Tema merupakan masalah-masalah yang ada dalam suatu cerita. Tema utama yang terdapat dalam novel Cocak Nguntal Elo ini adalah misteri meninggalnya Mawardi ketika berada di pesawat terbang. Kutipan: Kuwatna atimu. Anu, ketiwasan. Keng rama, Pak Mawardi, tiwas. Iya, seda. Seda ing pesawat terbang sadurunge ndharat ing Hasanudin. Nuwun sewu, lo, ya. Iya! Keng rama, Pak Mawardi. Dhik Sekar?! Dhik sekar ?! Halo?! Halo?!”(Cocak Nguntal Elo, 2009: 178) b. Tokoh dan Penokohan 1) Wisnu Wisnu merupakan salah satu tokoh utama dalam novel Cocak Nguntal Elo. Posisi Wisnu dalam cerita ia merupakan salah satu karyawan di perusahaan PT Griya Kedhaton Alit. Ia bekerja di bagian hukum. Walaupun Wisnu baru bekerja, tapi ia merupakan orang kepercayaan Mawardi. Kemanapun Mawardi pergi berbisnis, ia yang selalu diajak. Selain itu, Wisnu juga merupakan sosok yang pintar. Kepintaran itu yang membuat ia selalu dipercaya oleh atasannya dan disenangi oleh teman-temannya. Kutipan: “Ora tau, kok. Ya tau ngrasani yen Mas Wisnu kuwi wong pinter. Dielem-elem. Nanging, yen ngendika teges supaya aku dijodhokake karo Mas Wisnu, ora tau.” (Cocak Nguntal Elo, 2009: 207) 2) Surahana Surahana merupakan tokoh yang termasuk diutamakan dalam cerita. Walaupun ia tokoh antagonis tetapi ia sangat mempengaruhi cerita sehingga dapat dikatakan sebagai salah satu tokoh utama. Surahana dalam cerita digambarkan memiliki watak yang pemarah kasar, dan selalu berpikir yang bukan-bukan. Ia
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
40
Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013
juga selalu curiga pada orang lain. Seperti ketika Surahana menerima telepon dari Wisnu kemudian Surahana marah-marah dan menuduh yang bukan-bukan. Kutipan: “Ngene iki, ta! Ngene iki pa ra edan?! Ngancam! Yen ora dituruti batal!”Surahana nuduhake faks saka Makassar karo misuh-misuh. “Ya ndang kita transfer, ta, Mas. Ben ora batal!” “Aku
khawatir
iki
mung
pokale
Wisnu
thok
wae!
Perlu
dislidhiki!”(Cocak Nguntal Elo, 2009: 210) 3) Wening Wening adalah tokoh utama yang kemunculannya pada saat klimaks dari cerita. Kemunculannya dalam cerita menjadikan cerita menjadi berubah. Hal tersebut menjadikan Wening sebagai salah satu tokoh utama. Wening merupakan Ia merupakan istri dari Mawardi yang tidak diketahui oleh siapapun. Selain itu Sebagai salah satu tokoh dalam cerita, ia digambarkan memiliki pribadi yang cantik, baik hatinya, tegas dan trengginas. Kutipan: Sak brebetan kuwi uga Wisnu wis kempyok asmara katrem atine, “Iki jan wanita ayu tenan. Ayu rupane, ayu atine, ayu samubarange. Ayu, teges, trengginas!”(Cocak Nguntal Elo, 2009: 242-243) 4) Sekar Sekar juga merupakan salah satu tokoh utama dalam cerita. Peran Sekar yang dalam cerita merupakan anak Mawardi yang mewarisi harta kekayaannya. Sebagai anak orang kaya, Sekar sangat di manja oleh Bapaknya. Segala kebutuhannya terpenuhi. Perlakuan yang demikian, menjadikannya sebagai anak yang manja dan kurang mandiri. Sekar juga selalu bergantung pada orang lain. Kutipan: “Ora, Mas. Sawise mlebu dadi mahasiswa, aku diblanja bapak rong yuta rupiah sesasi. Ajeg. Kanthi belanja samono kuwi, aku oleh sakarep ngurusi kebutuhanku, klebu bensin mobil, tuku sandhangan, nraktir kanca,
lan
sapanuggalane.
Aku
wis
ora
ngrusuhi
Bapak
maneh...”(Cocak Nguntal Elo, 2009: 202) 5) Sukamanah
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
41
Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013
Sukamanah merupakan tokoh tambahan yang mempengaruhi cerita. Ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah Mawardi. Dalam cerita Sukamanah adalah seorang pembantu rumah tangga di rumah Mawardi. Sebagai seorang pembantu rumah tangga, ia digambarkan sebagai orang yang patuh dan hormat pada majikannya. Kutipan: ...Nanging marga di celuk bendarane lan uga Sembada dikon mrana pisan, Sukamanah abdi sing satuhu ya banjur nengenake pakone bendarane. Jumangkah nerusake laku, nggoleki Sembada dienggo kanca bali marak nyang sofa ruwang tengah. (Cocak Nguntal Elo, 2009: 192) 6) Sembada Sembada merupakan tokoh tambahan yang secara tidak langsung juga mempengaruhi dan mewarnai cerita. Ia merupakan sopir di rumah Mawardi. Ia merupakan tokoh yang digambarkan sebagai sosok yang kurang sopan. Kutipan: “Hi-hi-hi! Nonton wong dhemenan. Ora duwe isin blas, ya, wong kecintrongki.” Sembada kuwi pembantu srabutan. Kejaba open-open omah tandang singa abot-abot, uga dadi sopir. Tugas sing ajeg ngopeni mobil keluwarga lan ngeterake Sekaripun kuliyah lan dolan menyang endi wae nganggo mobil Honda Jazz anyar..(Cocak Nguntal Elo, 2009: 185-186) 7) Jaka Mardapa Jaka Mardapa merupakan tokoh tambahan. Jaka Mardapa adalah seorang karyawan di bagian sekretariat di perusahaan Mawardi. Sebagai karyawan yang sudah agak tua, ia kerap kali menggurui para karyawan lainnya. Kutipan: ...Nyambut gawene utun, profesional. Marga sepuh, kerep wae omonge ngguroni, ngandhan-ngandhani, ndidhik marang sing luwih enom, kaya-kaya printahe kudu diturut. Kuwi sing sok ora didhemeni para kancane, luwih-luwih sing sekolahe ngrasa luwih dhuwur, sing wis duwe titel sarjana. Jaka Mardapa dudu sarjana, mung tau dikursusake
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
42
Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013
public relation nem sasi nyang Amerika.(Cocak Nguntal Elo, 2009: 216-217) 8) Hartati Hartati merupakan tokoh tambahan. Hartati adalah seorang karyawan Mawardi di bagian keuangan. Sebagai bendahara kantor tentulah ia mempunyai kepintaran dan kecakapan dalam bidangnya tersebut. Kutipan: “...Bu Hartati Waluya, kuwi miniature Bu Rini Suwandi apa Sri Mulyani, dikon nyekel babagan bandha rumeksa...!” (Cocak Nguntal Elo, 2009: 247) 9) Bu Jodhipati Bu Jodhipati adalah tokoh tambahan. Bu Jodhipati adalah ibu dari Wening, atau mertua dari Mawardi. Sebagai orang yang sudah tua, ia sangat perasa dan khawatiran. Kutipan: Sabanjure Wisnu ngeneng-ngeneng supaya ibu ing telepon kana sabar. Tawakal. Sawatara suwene...(Cocak Nguntal Elo, 2009: 240) c. Alur Novel Cocak Nguntal Elo ini jika dilihat dari segi penyusunan peristiwa, pada dasarnya dapat di golongkan pada alur progressif (alur maju). pada awal cerita atau tahap penyituasian menceritakan tentang kematian Mawardi. Mawardi meninggal ketika berada di pesawat saat menuju Makassar. Mawardi merupakan seorang direktur di PT Griya Kedhaton Alit. Wisnu yang pada saat kejadian sedang bersama Mawardi kemudian menghubungi Sekar yang merupakan anak Mawardi. Kutipan: Keng rama, Pak Mawardi, tiwas. Iya, seda. Seda ing pesawat terbang sadurunge ndharat ing Hasanudin. Nuwun sewu, lo, ya. Iya! Keng rama, Pak Mawardi. Dhik Sekar?! Dhik sekar ?! Halo?! Halo?!” (Cocak Nguntal Elo, 2009: 178) Pada bagian pemunculan konflik, cerita dimulai saat prosesi pemakaman Mawardi. Pada saat prosesi pemakaman tersebut Wisnu bercerita mengenai
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
43
Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013
bagaimana kejadian sesungguhnya. Wisnu merasa kerepotan mengurusi pemulangan jenazah Mawardi karena ia tidak punya uang. Wisnu yang menyuruh Surahana untuk mentransfer sejumlah uang merasa dihambat dan malah di tuduh yang bukan-bukan. Ia juga dituduh mengancam oleh Surahana. Kutipan: Wisnu bingget atine marga nalika telpon arep ngefaks surat keterangan dhokter, dheweke dilokake, “Edan, ki. kok ngancam! Dhuwit thok kok gunem! Kok jaluk!”(Cocak Nguntal Elo, 2009: 236) Pada tahap peningkatan konflik, menceritakan saat Wisnu terbayangbayang tentang apa yang telah dialaminya saat mengurus jenazah Mawardi. Wisnu juga kepikiran terus dan merasa sakit hati dengan perkataan Surahana yang mengatakan bahwa ia mengancam. Ia lalu menyadari kalau Mawardi mempunyai dua KTP yang beralamatkan berbeda. Ia kemudian menghubungi alamat yang tertera di KTP Mawardi dan menyelidiki keberadaan keluarga Mawardi yang lainnya. Kutipan: Greg! Wisnu cekekel njenggirat tangi. KTP sing difotokopi ing kantor polisi lan dhokter, beda karo sing difaks ing wartel! Nalika ngefaks, Wisnu lali blas prekara KTP biru kuwi. Lan ora nglegawa blas prekara wernane KTP. Pokok njupuke saka dhompete Pak Mawardi, ya mesthi kuwi KTP-ne Pak Mawardi. (Cocak Nguntal Elo, 2009: 238
Pada tahap klimaks diceritakan saat kemunculan tokoh Wening dihadapan rapat pemegang saham di perusahaan milik Mawardi. Pada rapat tersebut Wening tiba-tiba mempermasalahkan status Surahana yang menjadi direktur di perusahaan tersebut. Wening lalu menunjukan bukti kalau ia adalah ahli waris yang sah. Kutipan: “Lan iki, surat kawinku! Surat nikahku karo Bapak Mawardi Jalin, rong taun kepungkur, ana ing Surabaya. Kanthi mengkono, dudu Sekar sapa kuwi mau sing nampa warisan Pak Mawardi Jalin, nanging aku, Wening Perbani!” (Cocak Nguntal Elo, 2009: 235)
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
44
Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013
Pada tahap penyelesaian pengarang memberikan solusi-solusi dari masalah-masalah yang telah terjadi. Tahap ini mengungkapkan bahwa kematian Mawardi bukan disebabkan karena sakit. Setelah diselidiki, ternyata Mawardi meninggal karena di racun dengan zat arsenik. Racun tersebut di campur ke dalam minumannya. Kutipan: “Manut kandhane Inspektur Langlangbuwana iki, Pak Mawardi Jalin ora seda jalaran mangsukangin. Nanging, diperjaya. Diracun. Getihe ngandhut arsenik...!"(Cocak Nguntal Elo, 2009: 250) d. Latar Latar atau setting yang terdapat pada novel Cocak Nguntal Elo karya Suparto Brata yaitu meliputi latar tempat, latar waktu dan latar sosial. 1) Latar Tempat Latar tempat yang terdapat pada novel Cocak Nguntal Elo antara lain: (a) Jakarta, (b) rumah, (c) kantor dan (d) Makam. 2) Latar Waktu Latar waktu yang terdapat dalam novel Cocak Nguntal Elo ini antara lain: (a) nama hari, (b) pagi hari, (c) sore hari, (d) malam hari, (e) pukul dan (f) tahun. 3) Latar Sosial Latar sosial dalam novel Cocak Nguntal Elo ini berdasarkan profesi dan strata sosial atau status kehidupan dibedakan menjadi tiga yaitu, status sosial rendah, status sosial menengah dan status sosial tinggi. Strata sosial rendah pada novel Cocak Nguntal Elo digambarkan pada tokoh Sukamanah dan Sembada. Mereka dikatakan berstrata sosial rendah karena profesianya sebagai seorang pembantu rumah tangga. Strata sosial menengah pada novel Cocak Nguntal Elo tergambarkan pada tokoh Surahana dan Wisnu. Mereka bekerja sebagai karyawan
yang
berpenghasilan pas-pasan. Profesi karyawan di perkotaan biasanya digolongkan kedalam strata sosial menengah.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
45
Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013
Strata sosial tinggi pada novel Cocak Nguntal Elo tergambar pada tokoh Sekar dan Wening. Mereka dikatakan berstrata sosial tinggi karena status mereka sebagai anak seorang direktur dan isteri seorang direktur. e. Sudut Pandang Novel Cocak Nguntal Elo ini menggunakan sudut pandang orang ketiga (pengamat) mahatahu. Posisi pengarang dalam novel ini yaitu sebagai narator atau pengamat. Pengarang dalam novel ini selalu menyebut nama atau kata ganti orang seperti ia, dia, dan mereka atau dalam hal ini menggunakan kata “dheweke”. Kutipan: Surahana mbedhedeg atine. Ambegane nyeseg dhadha. Satemene, wiwit biyen ki dheweke ngreti, Sekaripun kuwi wong ayu... (Cocak Nguntal Elo, 2009: 189) f. Amanat Pesan atau amanat yang terdapat pada Novel Cocak Nguntal Elo ini adalah „jadi orang janganlah serakah dengan harta terutama sekali jika harta tersebut diraih dengan menghalalkan segala cara‟. Seperti Surahana yang membunuh Mawardi dan menikahi Sekar hanya untuk mendapatkan harta warisan dari Mawardi. 2. Nilai-nilai Moralitas Tokoh Nilai moralitas yang diteliti terbagi menjadi dua, yaitu moralitas baik dan moralitas buruk. Berikut ini akan dipaparkan mengenai nilai moralitas tokoh tersebut. a. Moralitas Baik Nilai moralitas baik yang tergambar dalam tokoh novel Cocak Nguntal Elo yaitu sebagai berikut. 1) Unggah-ungguh (kesopanan) Nilai ini diperlihatkan pada tokoh Wisnu yang cara berbicaranya kepada orang yang lebih tua atau atasan menggunakan bahasa Jawa ragam krama. 2) Kesetiaan dan bisa membawa diri Nilai ini diperlihatkan pada tokoh Sukamanah yang setia dan bisa membawa diri kepada majikan. Nilai ini merupakan moralitas baik, karena di lihat
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
46
Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013
berdasarkan rasa tanggung jawabnya sebagai seorang pembantu kepada majikannya. 3) Percaya diri Nilai ini diperlihatkan pada tokoh Wening yang mempunyai sikap berani mengungkap dan membela apa yang seharusnya terjadi. b. Moralitas Buruk Nilai moralitas buruk yang tergambar dalam tokoh novel Cocak Nguntal Elo yaitu sebagai berikut. 1) Pemarah Nilai ini diperlihatkan oleh tokoh Surahana yang marah-marah kepada Wisnu yang mendesaknya untuk segera mentransfer uang. Surahana kemudian mencurigai Wisnu jika hal tersebut hanya akal-akalan saja. 2) Asusila Nilai ini diperlihatkan pada tokoh Sembada dan Sekar yang dalam berpacaran tidak sesuai dengan norma-norma kesusilaan karena pacaran di luar batas. 3. Pembelajaran Novel Cocak Nguntal Elo di SMA kelas X Kegiatan belajar mengajar merupakan sebuah sistem yang terdapat komponen-komponen dalam pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran sastra merupakan sebuah sistem yang saling mempengaruhi. Komponenkomponen tersebut meliputi tujuan, bahan, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi, strategi pembelajaran, metode, sumber belajar, waktu pembelajaran dan evaluasi. Seorang guru harus mempersiapkan semua dari tujuan yang harus sesuai dengan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Setelah itu guru harus menentukan bahan pelajaran yaitu berupa sastra novel yang sesuai dengan kondisi siswa. Setelah itu guru membuat RPP yang bertujuan sebagai ilustrasi pembelajaran. Guru juga harus menentukan metode pembelajaran yang pas untuk peserta didik. D. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan data dalam novel Cocak Nguntal Elo karya Suparto Brata secara singkat dapat disimpulkan bahwa Novel Cocak Nguntal Elo
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
47
Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013
karya Suparto Brata ini bertema misteri meninggalnya seorang direktur perusahaan ketika berada di pesawat terbang. Tokoh utamanya adalah Wisnu, Surahana, Wening dan Sekar, sedangkan tokoh tambahannya adalah Sukamanah, Sembada, Jaka Mardapa, Hartati dan Bu Jodhipati. Alur ceritanya adalah progresif. Terdapat tiga macam latar yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Sudut pandangnya adalah sudut pandang orang ketiga. Amanatnya yaitu: „jadi orang janganlah serakah dengan harta terutama sekali jika harta tersebut diraih dengan menghalalkan segala cara‟. Nilai moralitas tokoh dalam novel Cocak Nguntal Elo terdiri dari nilai moralitas baik dan nilai moralitas buruk. Nilai moralitas baik dalam novel tersebut, terwujud dalam bentuk sikap unggah-ungguh, kesetiaan dan percaya diri. Moralitas buruk terwujud dalam sikap pemarah dan asusila. Pembelajaran novel Cocak Nguntal Elo ini sesuai dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang terdiri dari tujuan, bahan, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator, metode, strategi, sumber belajar, waktu, dan evaluasi. Daftar Pustaka Baribin, Raminah. 1985. Teori dan Apresiasi Prosa Fiksi. Semarang: IKIP Semarang Press. Brata, Suparto. 2009. Kumpulan Roman Telu Seri Randha Cocak. Yogyakarta: Narasi. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mangajar. Jakarta: Rineka Cipta. Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pusaka Widyatama. Endraswara, Suwardi. 2006. Budi Pekerti Jawa Tuntunan Luhur Budaya Adiluhung. Yogyakarta: Buana Pustaka. Indaryani. 2011. Analisis Struktural Objektif Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha Karya Suparto Brata dan Kemungkinan Pembelajarannya di SMA. Skripsi. Purworejo: Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
48
Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Parliana. 2009. Analisis Struktural Novel Donjane Peteng Karya Any Asmara. Skripsi. Purworejo: Universitas Muhammadiyah Purworejo. Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Santosa, Wijaya Heru dan Sri Wahyuningtyas. 2009. Pengkajian Prosa Fiksi. Purworejo: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo. Soejono dan Abdurrahman. 2005. Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan. Jakarta: Rineka Cipta. Subalidinata, R.S. 1994. Kawruh Kasusastraan Jawa. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama. Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Utomo, Lilik Wahyu. 2008. Psikologi Belajar. Purworejo: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo. Waluyo, Herman J. 2011. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
49