ANALISIS TIGA FAKTOR DOMINAN SISTEM PROTEKSI AKTIF DAN PASIF SERTA SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG VOKASI UI TAHUN 2013 Tri Kurniawan* L. Meily Kurniawidjaja** Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat
ABSTRAK Penelitian ini membahas tentang analisis sistem proteksi aktif, proteksi pasif, dan sistem tanggap darurat kebakaran di Gedung Vokasi UI. Tujuan dibuatnya penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif, dan sistem tanggap darurat kebakaran dengan mengacu standar Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Standar National Fire Protection Association, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif melalui observasi dan telaah dokumen yang berada di Gedung Vokasi UI. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif, dan sistem tanggap darurat kebakaran belum seluruhnya memenuhi standar. ABSTRACT This research Analyze application of active and passive protection system and emergency response system of fire at Vokasi UI Building. The purpose of this research is to understand about the compatibility of those system compare with Keputusan Menteri Pekerjaan Umum and National Fire Protection Association, active and passive protection system and emeregency response system of fire. This research use descriptive method through observation and document review. The conclusion of this research is the active and passive protection system and emergency response of fire at Vokasi UI Building has not fully complied the standard. Keywords: Active protection system, passive protection system, emergency response system, NFPA, Keputusan Mentri Pekerjaan Umum
PENDAHULUAN
kejadian
kebakaran
adalah
370.000
kebakaran gedung dengan estimasi kerugian Menurut
laporan
United
State
Fire
tiap tahun mencapai $ 6.500.000.000. Rata-
Administration (USFA) menyebutkan bahwa
rata 2.480 orang Amerika tewas dan 13.500
antara tahun 2007-2011 rata-rata angka
orang lainnya mengalami cidera akibat dari
Analisis Tiga..., Tri Kurniawan, FKM UI, 2013
kejadian
pada
kebakaran
gedung.
(
membuat sprinkle di dalam gedung tidak
http://www.usfa.fema.gov/statistics/estimate
berfungsi
s/ index.shtm ).
lingkungan tidak bekerja dengan baik serta
Pembangunan
gedung
di
serta
hydrant
yang
ada
di
Indonesia
alarm kebakaran yang rusak karena terjadi
seharusnya memperhatikan segi keselamatan
korsleting. Hal yang lainnya adalah tidak
bagi penghuni gedung dan masyarakat yang
adanya tim tanggap darurat dari pihak
berada di lingkungan sekitar gedung. Salah
gedung
satunya terhadap aspek keselamatan dari
pengetahuan yang cukup mengenai keadaan
bahaya
dan
disana
tidak
memiliki
gedung.
Bahaya
darurat. Pernah ada bantuan dari mahasiswa
Keputusan
Menteri
dalam membuat jalur evakuasi namun
Negara Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000
kurang memadai karena masih belum efektif
adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya
dan belum adanya pelatihan yang mencakup
ancaman potensial dan derajat terkena
keseluruhan petugas dan mahasiswa yang
pancaran
berada di lokasi gedung vokasi.
kebakaran
kebakaran
menurut
api
sejak
dari
awal
terjadi
kebakaran hingga penjalaran api, asap, dan TINJAUAN TEORITIS
gas yang ditimbulkan. Gedung Vokasi UI merupakan salah satu Gedung yang baru didirikan pada tahun 2008, Kampus Vokasi UI terletak di lingkungan kampus Universitas Indonesia yang tepatnya ada di bagian selatan kampus di daerah kukusan kelurahan (kukel). Pada tanggal 21 maret 2013 peneliti melakukan observasi di gedung vokasi dengan cara melakukan wawancara non formal dengan pihak fasilitator gedung vokasi. Hasil
wawancara
sistem
proteksi
menunjukan dan
tanggap
masalah darurat
kebakaran , seperti pompa sumber air ternyata mengalami kerusakan dan tidak berfungsi sudah 1 tahun terakhir, otomatis
Penelitian ini dilakukan untuk meninjau sistem proteksi kebakaran (aktif, pasif dan tanggap darurat) yang di miliki oleh Gedung Vokasi UI yang kemudian akan dianalisis tiga faktor dominan. Teori penelitian ini mengacu pada NFPA dan Kepmen PU No. 10/KPTS/2000 (Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan). Sistem proteksi kebakaran adalah setiap perangkat alarm kebakaran atau sistem perangkat APAR atau kombinasinya yang di desain dan
di
aplikasikan
untuk
mendeteksi,
mengontrol atau memadamkan kebakaran dan
juga
Analisis Tiga..., Tri Kurniawan, FKM UI, 2013
memperingati
pekerja
atau
departemen kebakaran bahwa kebakaran telah terjadi.
METODE PENELITIAN
Tabel 1. Kerangka Konsep
Desain penelitian yang digunakan adalah
INPUT 1. Sistem proteksi aktif • • • • •
Detektor Alarm Sprinkler Hidrant APAR
2. Sistem proteksi pasif •
•
• •
•
Jalan keluar darurat Tanda petunjuk keluar Pintu darurat Peneran gan darurat Tempat berhimp un
3. Sistem tanggap darurat
PROSES Penyesuaian dan pengamatan terhadap sistem proteksi yang ada dengan mengacu kepada : - NFPA 10 (APAR) - NFPA 13 (sprinkle) - NFPA 14 (Hidrant) - NFPA 72 (alarm and detector) - NFPA 101 (keadaan darurat) - Kepmen PU No. 10/KPTS/20 00 (Ketentuan Teknis Pengamana n terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan .
OUTPUT Penerapan sistem proteksi aktif, proteksi pasif, dan sistem tanggap darurat kebakaran sesuai dengan standar yang digunakan dan di ambil 3 faktor yang dibahas secara rinci.
metode
penelitian
deskriptif
melalui
observasi lapangan serta melakukan telaah dokumen yang tersedia diperusahaan guna menilai
sarana
pencegahan
dan
penanggulangan kebakaran yang ada di PT. PPLi dibandingkan dengan NFPA 10, 13, 14,
72,
101,
dan
No.10/KPTS/2000.
Kepmen
Unit
yang
PU diteliti
meliputi komponen kelengkapan sistem proteksi
aktif,
yaitu
detektor,
alarm,
sprinkler, hidran dan APAR, sistem proteksi pasif, yaitu jalan keluar darurat dan tempat berhimpun serta sistem tanggap darurat. Data primer dikumpulkan melalui teknik wawancara
dan
observasi
dengan
menggunakan instrument berupa checklist. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari dokumen perusahaan yang terkait dengan sarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Penelitian dilakukan di Gedung Vokasi UI yang berlokasi di Kampus Universitas
Indonesia
Gedung
Vokasi,
Depok 16425, pada bulan April – Juni 2013. Data-data yang telah terkumpul kemudian dikelompokkan
dan
analisa
untuk
dibandingkan dengan standar internasinal
Analisis Tiga..., Tri Kurniawan, FKM UI, 2013
maupun standar nasional. Acuan yang
cadangan listrik tepatnya di daerah parkiran
digunakan
pembanding
motor. masalah ini timbul berdasarkan
adalah NFPA 10, 13, 14, 72, 101, dan
observasi dan wawancara terhadap pihak
Kepmen PU No.10/KPTS/2000. Data dalam
fasilitas adalah karena terjadi kebocoran di
penelitian ini baik data primer maupun data
mesin pompa air tersebut. bisa di lihat
sekunder dari hasil analisa disajikan dalam
gambar dibawah ini :
bentuk
peneliti
teks,
tabel
sebagai
dan
gambar
hasil
dokumentasi di lapangan. HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN Pada
penelitian
yang
telah
dilakukan,
peneliti mengambil beberapa permasalahan dan membahas secara rinci beberapa faktor yang terkait dengan sistem proteksi aktif dan pasif serta tanggap darurat yang ada di Gedung Vokasi UI , antara lain : 1. Sumber air sebagai pasokan air untuk instalasi hydrant dan sprinkler . 2. Jalur evakuasi keadaan darurat dan tanda petunjuk keluar 3. Titik kumpul atau tempat berhimpun (Assembly Point)
Gambar 1. Mesin Pompa Air Selain terjadinya kebocoran peniliti juga melihat masih ada kekurangan yang terdapat di ruangan sumber air ini seperti tidak
1. Sumber air sebagai pasokan air untuk instalasi hydrant dan sprinkler Permasalahan yang ada di Gedung Vokasi UI adalah tidak berfungsinya Sumber Air yang berada tepat di samping ruangan
berjalan nya mesin cadangan yang berfungsi sebagai energi listrik cadangan bila terjadi mati listrik dan mesin ini seharusnya memompa air dari sumber air ke berbagai alat sistem proteksi seperti hydrant dan sprinkle. peneliti mendapatkan hal ini ketika
Analisis Tiga..., Tri Kurniawan, FKM UI, 2013
mewawancarai salah satu pihak fasilitas Gedung Vokasi UI. Hal lainnya yang dapat peniliti ambil adalah tidak adanya cadangan akumulator (aki / accu) , diruangan ini hanya terdapat 1 (satu) accu yg telah terpasang di mesin listrik. Berdasarkan
observasi
dan
wawancara
ruangan sebagai tempat sumber air ini masih
Gambar 2. Tangga Darurat
banyak kekurangan namun beberapa hal yang sudah baik yaitu tanda panel dan warna pipa telah sesuai dengan standar NFPA dan Kepmen.
Dalam
wawancara
ini
pihak
fasilitas telah memanggil teknisi untuk memperbaiki pompa agar dapat berfungsi dengan baik dan melakukan perawatan secara berkala.
Pembahasan yang dilakukan peneliti yaitu membantu membuat tanda petunjuk keluar agar memudahkan proses evakuasi. tanda petunjuk keluar ini di letakkan sesuai dengan standar pengamanan , maksudnya tanda petunjuk ini dapat mudah terlihat oleh semua orang dan mudah dimengerti serta dapat terlihat jika dalam keadaan gelap.
2. Jalur evakuasi keadaan darurat dan tanda petunjuk keluar
buah.
Setelah melakukan observasi dan wawancara peneliti melihat adanya hal yang dapat menjadi masalah dalam sistem evakuasi keadaan darurat salah satunya adalah kondisi tangga darurat yang berada di lantai 6 Gedung Vokasi. Tangga ini dalam keadaan kurang baik karena tangga ini memliki keretakan yang cukup signifikan dan bisa menjadi
masalah
jika
terjadi
keadaan
darurat. gambar dibawah ini adalah tangga yang dimaksud.
Penandaan jalur evakuasi berjumlah 27 Penandaan
tersebut
dipasang
di
sepanjang jalur menuju titik berkumpul ( assembly point ) yang telah ditentukan. Penandaan
tersebut
bertujuan
untuk
memudahkan evakuasi dalam mencari titik berkumpul ( assembly point ). Pemasangan pada dinding tiang bangunan setinggi ratarata tinggi mata orang berdiri. Hal ini dimaksudkan agar orang dapat secara jelas melihat tanda jalur evakuasi saat terjadi bencana. Warna yang digunakan ialah warna dasar hijau dan warna tanda panah putih dengan dikelilingi warna putih di sepanjang
Analisis Tiga..., Tri Kurniawan, FKM UI, 2013
anak panah untuk memperjelas tanda serta
Berdasarkan Standar Keselamatan Pintu
tulisan evakuasi berwarna putih. Tinggi
Darurat tidak boleh dalam keadaan terkunci
tulisan pada penandaan arah evakuasi yaitu
dan mudah dibuka keluar searah jalur
25 mm. Hal ini memenuhi standar penulisan
evakuasi menuju titik kumpul serta dicat
pada penandaan yaitu minimal 20 mm dan
dengan warna mencolok dan berbeda dengan
warna kontras. (Keputusan Menteri Negara
bagian bangunan yang lain. beberapa hal
Pekerjaan
dibawah ini adalah syarat yang harus
Umum
Republik
Indonesia
nomor:10/kpts/2000). Panjang dan lebar
dipenuhi dalam hal jalur evakuasi :
penandaan untuk yang dipasang di bangunan gedung yaitu 10 x 30 dan dapat terlihat jelas
§
pada jarak 5 m.
Tangga Darurat dirancang tahan api, minimal selama 1 jam.
§ Penempatan Stiker Jalur evakuasi ini di tempatkan di tiap lantai sampai ke arah pintu
Jalur
Evakuasi
bersifat
permanen,
menyatu dengan bangunan gedung. §
Jalur Evakuasi harus memiliki akses
darurat, di Gedung Vokasi ini terdapat 6
langsung ke jalan atau ruang terbuka
lantai. tiap lantai peneliti memasang 3 - 4
yang aman.
stiker jalur evakuasi, tampak stiker yang
§
telah di pasang seperti dibawah ini :
Jalur Evakuasi dilengkapi Penanda yang jelas dan mudah terlihat.
§
Penanda / Safety Sign dapat menyala di kegelapan (glow in the dark).
§
Jalur Evakuasi dilengkapi penerangan yang cukup.
§
Jalur Evakuasi bebas dari benda yang mudah terbakar atau benda yang dapat membahayakan.
§
Jalur Evakuasi bersih dari orang atau barang yang dapat menghalangi gerak.
Gambar 3. Jalur Evakuasi
§
Jalur Evakuasi tidak melewati ruang yang dapat dikunci.
Analisis Tiga..., Tri Kurniawan, FKM UI, 2013
§
§
§
Jalur Evakuasi memiliki lebar minimal
ini peneliti mencoba membantu untuk
71.1 cm dan tinggi langit-langit minimal
membuatkan tanda Titik kumpul di lahan
230 cm.
yang menurut standar dapat dijadikan titik
Pintu Darurat dapat dibuka ke luar,
untuk berhimpun. Sesuai dengan Standar
searah Jalur Evakuasi menuju Titik
NFPA tempat berhimpun memiliki syarat
Kumpul.
sebagai berikut :
Pintu Darurat bisa dibuka dengan mudah, bahkan dalam keadaan panik.
§
Pintu
Darurat
dilengkapi
berjarak cukup jauh dan aman dari jatuhan dan bahaya lainnya
dengan §
penutup pintu otomatis. §
§
lokasinya memiliki akses menuju tempat
Pintu Darurat dicat dengan warna
yang
mencolok dan berbeda dengan bagian
menghalangi kendaraan penanggulang
bangunan yang lain.
keadaan bahaya §
aman
§
diuji secara periodik dengan situasi aktual,
adalah tempat di area sekitar atau diluar
perhitungan empiris
yang
dijadikan
sebagai
tidak
bebas dari kemungkinan adanya bahaya
Tempat berhimpun atau Titik Kumpul lokasi
serta
lain
3. Titik kumpul atau tempat berhimpun (Assembly Point)
lebih
namun
dilengkapi
dengan
tempat
berhimpun atau berkumpul setelah proses
Dalam Pembuatan Tempat berkumpul atau
evakuasi dan dilakukan perhitungan saat
Assembly Point ini Peneliti menggunakan
terjadi
berhimpun
penandaan tempat berkumpul menggunakan
darurat harus aman dari bahaya kebakaran
bahan yang terbuat dari Acrylic. Bahan
dan lainnya. Tempat ini pula merupakan
tersebut terlihat jelas baik pada siang
lokasi
sebagaimana
maupun malam hari. Pada malam hari, bahan
digambarkan dalam route evakuasi (NFPA
Acrylic dapat memancarkan cahaya sehingga
101).
terlihat
Dalam hal ini Gedung Vokasi UI belum
mengandung flour sense (zat kapur) yang
memiliki
Tempat
dapat
menjadi
memancarkannya
kebakaran.
akhir
Berhimpun
yang
Titik hal
Tempat
dituju
Kumpul ini
atau dapat
permasalahan yang cukup penting. dengan
terang
saat
menyerap
gelap.
Bahan
cahaya
kembali
saat
ini dan
gelap.
penunjuk tempat berkumpul ini berukuran
Analisis Tiga..., Tri Kurniawan, FKM UI, 2013
40x60 cm dengan ukuran besi sebagai
proteksi aktif dan pasif serta tanggap
penyanggah yaitu 3 meter. plang yang dibuat
darurat kebakaran. 2. Sarana proteksi aktif yang terdapat
tampak seperti dibawah ini :
pada Gedung Vokasi UI terdiri dari detektor, alarm, sprinkler, APAR, dan hidran. 3. Jenis detektor yang terdapat pada Gedung
Vokasi
UI
terdiri
dari
detektor panas dan detektor asap yang berada pada setiap bangunan Gedung Vokasi UI. Detektor yang Gambar 4. Titik Berkumpul
terdapat pada Gedung Vokasi UI yang sebagian besar komponen
Berdasarkan Standar NFPA pemasangan
penilaiannya sudah sesuai dengan
assembly point di luar gedung diambil
acuan yang dipakai yaitu NFPA dan
tempat yang memiliki lapangan luas dan
Kepmen PU No.10/KTPS/2000.
tidak terhalang oleh apapun mudah dilihat
4. Alarm, sprinkler, APAR dan hidran
dari arah pintu darurat serta warna mencolok
yang terdapat pada Gedung Vokasi
sehingga memudahkan evakuasi. hal ini
UI
gedung vokasi telah memenuhi standar
penilaiannya
NFPA.
acuan yang dipakai
sebagian
besar
sudah
komponen
baik
dengan
yaitu
NFPA
dan Kepmen PU No.10/KTPS/2000. 5. Sarana proteksi pasif yang terdapat
SIMPULAN
pada Gedung Vokasi UI terdiri dari Berdasarkan hasil penelitian dan analisis
jalan
mengenai sistem proteksi aktif, sistem
keluar, pintu darurat, penerangan
proteksi pasif dan sistem tanggap darurat
darurat dan
kebakaran di Gedung Vokasi UI Tahun 2013 , maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sistem manajemen kebakaran yang tedapat di gedung vokasi berupa
6. Jalan
keluar darurat, tanda petunjuk
keluar
tempat berhimpun. darurat
dan
tanda
petunjuk keluar yang terdapat pada Gedung
Vokasi UI sebagian
besar komponen penilaiannya sudah
Analisis Tiga..., Tri Kurniawan, FKM UI, 2013
baik dengan acuan yaitu
NFPA
dan
yang
dipakai
Kepmen
PU
No.10/KTPS/2000.
kebakaran maka alarm dapat tetap menyala
walaupun
energi
yang
berasal dari PLN terhenti.
7. Pintu darurat, penerangan darurat,
4. Melakukan
uji
operasional
dan
tempat berhimpun yang terdapat pada
kelengkapan komponen hidran setiap
Gedung
satu tahun sekali
Vokasi
UI
komponen
penilaiannya belum sesuai dengan acuan yang
dipakai yaitu NFPA
dan Kepmen PU No.10/KTPS/2000 karena pintu darurat dalam keadaan terkunci dan terhalang oleh benda
5. Memeriksa APAR secara berkala dengan waktu tidak lebih dari satu tahun 6. Diberi sign jika APAR tertutup oleh benda atau barang-barang.
seperti karpet, sedangkan penerangan
7. Pada APAR yang berada diluar
darurat tidak memiliki cadangan
ruangan agar diberi pelindung pada
lampu dan belum memiliki
APAR supaya
tempat
berhimpun.
APAR
sewaktu
digunakan dapat berkerja dengan
8. Sistem tanggap darurat yang terdapat pada Gedung Vokasi UI belum
baik. 8. Pintu darurat seharusnya tidak dalam
sesuai dengan acuan yang dipakai
keadaan
yaitu
terjadi bahaya
kebakaran
tidak
menghalangi
penghuni
untuk
NFPA
dan
No.10/KTPS/2000
Kepmen karena
PU tidak
terdapat organisasi tanggap darurat serta prosedur tanggap darurat.
agar
sewaktu
evakuasi. 9. Pintu
darurat
harus
dilengkapi
dengan self closing door.
SARAN 1. Melakukan
terkunci,
10. Tata letak penerangan darurat agar perawatan
terhadap
detektor, sprinkler dan hidran agar semua sarana dalam kondisi bersih. 2. Melakukan pengecekan berkala pada detektor, sprinkler dan hidran . 3. Harus mempunyai energi cadangan
lebih ditempatkan pada tempat yang strategis dan menggunakan bohlam berwarna kuning yang berdasarkan standar. 11. Membuat
Tim
Tanggap
untuk setiap lantai gedung.
untuk alarm, jika terjadi bahaya
Analisis Tiga..., Tri Kurniawan, FKM UI, 2013
Darurat
12. Melakukan koordinasi dengan pihak pemadam kebakaran setempat agar ketika terjadi
kebakaran
dapat
segera bertindak cepat. 13. Melakukan
pemeriksaan
dan
pemeliharaan sistem pencegahan dan penanggulangan
kebakaran
yang
terjadwal dan rutin. 14. Melakukan
program
penanggulangan
latihan
kebakaran
evakuasi secara
dan
periodik,
minimal satu tahun sekali. contohnya fire drill 15. Menentukan pola atau skenario jalur evakuasi setiap lantai yang artinya setiap lantai memiliki pola jalur evakuasi menuju titik kumpul. 16. Menentukan waktu minimal yang ditempuh untuk melakukan evakuasi, contohnya
adalah
semua
korban
harus di evakuasi 1 jam setelah terdengar bunyi sirine dari alarm kebakaran. 17. Setiap fasilitas manajemen kebakaran harus dimengerti oleh semua pihak yang
terkait
darurat.
dengan contohnya
tanggap adalah
penggunaan APAR, jalur evakuasi dan letak tempat titik berkumpul.
KEPUSTAKAAN 1. Cooling,
David.
A.
1990.
Fire
Prevention and Protection, New Jersey: Prentice Hall. 2. Depnaker RI. 1999. Training K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran, Jakarta. 3. Hendra. 2000, Pengertian Dasar/Definisi K3 (Occupational Health and Safety) http://staff.ui.ac.id/internal/132255817/m aterial/introtoK3.pdf , 12 mei 2013 4. ILO. 1992. Proses Terbentuknya Segitiga Api 5. ISO 3864-4:2011 Graphical symbols Safety colours and safety signs, United Kingdom. 6. Jusus, R.M.S. 2003. Rancangan dan Tanggap Darurat (Emergency Palnning and
Respone),
Semarang:
Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. 7. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 10/KPTS/2000. 2000. Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran
pada
Bangunan
dan
Lingkungan, Jakarta. 8. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 11/KPTS/2000. 2000. Ketentuan Teknis
Manajemen
Penanggulangan
Kebakaran di Perkotaan, Jakarta. 9. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 02/KPTS/2000. 2000. Ketentuan Pencegahan
Analisis Tiga..., Tri Kurniawan, FKM UI, 2013
dan
Penanggulangan
Kebakaran pada Bangunan Gedung, Jakarta. 10. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. 186/Men/1999.
1999.
Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja, Jakarta. 11. Kurniawidjaja, Meily. 2010. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: UIPress 12. National Fire Protection Association 10. 1998
Standard
For
Portable
Fire
Extinguishers, Massachusetts. 13. National Fire Protection Association 13. 1999 Standard Installation Of Sprinkler, Massachusetts. 14. National Fire Protection Association 14. 2000 Standard For The Installation Of Standpipe
and
Hose
System,
Massachusetts. 15. National Fire Protection Association 72. 1999
National
Fire
Alarm
Code,
Massachusetts. 16. National Fire Protection Association 101.
2001
Life
Safety
Codes,
Massachusetts. 17. SNI 03-6570-2001, SNI Pompa, Instalasi Pompa Yang Dipasang Tetap Untuk Proteksi
Kebakaran.
http://ciptakarya.pu.go.id/pbl/doc/sni/SN I_POMPA.PDF , di akses pada tanggal 1 juni 2013
Analisis Tiga..., Tri Kurniawan, FKM UI, 2013