1601/~ ANALISIS TERJEMAHAN AYAT-AYAT BERTEMA SURGA PADA SURAT AR-RAHMAN DITINJAU DARI GRAMATIKA BAHASA ARAB Skripsi diajukan kepada Jurusan Tmjamah Fakultas Adab dan Humaniora Program Studi Arab>< Indonesia Untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra
Oleh
MARJUKI NIM. 0024118570
JURUSAN T ARJAMAJfI FAI<.UL T AS ADAB DAN 1-IUMANIORA VIN SYARIF I-IIDAYATULLAH JAKARTA
1428 I-I/2007 M
ANALISIS TERJEMAHAN AYAT-AYAT BERTEMA SURGA PADA SURAT AR-RAHMAN DITINJAU DARI GRAMATIKA BAHASA ARAB Skripsi Diajulrnn kepada Fakultas Adab dau Humaniora Jurusan Tarjamah Program studi Arab>
Penyusun: MARJUKI NIM: 0024118570
Dibawah Bimbiugan:
~·
'
DR.~na ~a';.:i Ismail
MA
NIP: 150 254 962
FAKUL TAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (lJIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 1427 H/2006 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang be1judul "Analisis Terjemahan Ayat-ayat Bertema Surga pada Surat Ar-Rahman Ditinjau dari Gramatika Bahasa Arab", telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adah dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakruia pada tru1ggal 26 Juli 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untulc memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (SI) pada Jurus3!1 Trujamah Arab>< Indonesia.
Ja.kruia, 26 Juli 2006 Sidang Munaqasyah
Sekretaris Merangkap Anggota
-~
~L~
Drs. Abdullah, M. Ag NIP: 150 262 446
NIP: 150 268 589
Anggota Penguji
Zubair. NIP: 150 295 496 Pembimbing
~·
~---!'-""
DR. I-I Ahm Cl Satori Ismail, MA NIP: 150 318 682
KATAPENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur atas Allah SWT, Zat Yang Maha Menguasai, yang telah memberikan taufik-Nya kepada penulis. Hanya dengan taufik-Nya, penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebaga.i tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana, yaitu Sarjana Sastra. Gelar yang tidak hanya menuntut kemapanan intelektualitas semata tentunya, tetapi juga membutuhkan dedikasi konkrit untuk menghadirkan keramahan hidup, menciptakan kehidupan dan peradaban universal yang diridhai-Nya. Salawat dan salam bagi Muhammad SAW, Nabi !;ekaligus pemimpin te1tinggi umat Islam dengan keagungan moralitas yang agung. Karena "politik kejujuran dan "politik keikhlasan" Beliau, Islam hingga saat ini mampu mengokohkan identitasnya tidak hanya sebagai sebuah agama, tetapi juga sebagai sebuah peradaban. Kesahajaan politik yang pernah Beliau tunjukan sewaktu membangun komunitas Madinah adalah pelajaran mahaharga bagi kita yang saat ini tengah mengalam i satu masa di mana mnat, akibat berbagai tempaan "akulturasi kultural'', mengalami "kejumudan modern''. Dan tentunya banyak pihak yang telah membantu kesuksesan penulis dalam merampungkan skripsi ini. Karena bantuan, dorongan, se1ta nasihat-nasihat mereka, skripsi ini bisa menjadi satu bentuk pengabdian akademis sekaligus "almarnater" penulis di U!N Syarif Hidayatullah Jakarta. Oleh karena itu, penulis bermaksud mengucapkan terimakasih kepada:
I. Bapak Prof. DR. Abdul Chaer, MA, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora atas segala fasilitas pembelajarannya. 2. Bapak Ors. Abdullah, M.Ag, selaku Ketua program studi Tarjamah Arablndonesia dan Ors. Ikhwan Azizi, sebagai Sekretari:> Jurusan Tarjamah Arab-Indonesia. Keduanya telah membantu urusan-urusan perkuliahan selama penulis menempuh studi di Tarjmah Arab-Indonesia. 3. Bapak. DR. H Ahmad Satori Ismail, MA atas birnbingannya kepada penulis selama pengerjaan skripsi ini. Bapak Ustadz Hafidz Hurmat, atas diskusi-diskusi selama bimbingan tentu menjadi penyempurna muatan skripsi ini. 4. Seluruh Dosen di Fakultas Adab dan Humaniora yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan terbaiknya bagi penulis. Untuk seluruh Staf dan Karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora alas pengadaan literatur dan informasi-informasi yang penulis perlukan untuk penulisan skripsi ini. Serta Staf dan Karyawan Perpustakaan Ma'had Utsman bin Affan Jakarta. 5. Kedua orang tua tercinta; Ibunda Sami' binti Djaok dan al-marhum Ayahanda Samin bin Sikun atas segala pengorbanan yang selama ini telah diberikan kepada penulis. Jejak kasih, didikan sayang dan teladan keislaman Ayahanda dan Ibunda adalah modal awal bagi penulis untuk berislam yang transformatif. 6. lkhwan dan akhwat Dewan Pimpinan Ranting Pa1tai Keadilan Sejahtera (DPRa PKS) atas dukungannya selama ini. Panjatan do'a dan dukungan
kesabarannya mengingatkan penulis tentang "dunia", seperti Khalil Gibran pernah katakan, "Selalu terbingkai dengan masalah-masalah yang bukan hanya mengajak untuk mendewasakan rasa dan sikap sayang kita, tetapi lebih dari itu, ia sesungguhnya menyuruh kepada kita untuk meraih kasihNya Yang Maha Sempurna.
Akhirnya skripsi ini tidak luput dari kelalaian. Sebagai satu bentuk karya ilmiah, kesahihan sebuah skripsi tentu tidak hanya datang dari teks-teks yang menjadi sumber penulisan, tetapi juga dari pemikiran penulis yang mungkin masih memiliki keterbatasan tsaqofah Islamiyah. Mudah-rnudahan skripsi ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya baik oleh civitas akademik UIN Syarif Hidayatullah, maupun masyarakat um um yang ingin mengikmi jejak penulis. Teriring rasa bahagia atas terselesaikannya skripi ini yang juga mengandung kedudukan karena di hari WISUDA nanti tidak dapat disaksikan Ayahanda tercinta. Sekali lagi penulis ucapkan jazakumullah khairan katsiran kepada semua pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam mencapai kesuksesan.
Wassalam
Penulis
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi penulisan Arab kedalam huruf Latin pada skripsi ini, berpedoman
pada buku, "Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi IAIN
Syarif Hidayatullah" terbitan logos, Jakarta cetakan tahun 2000. Huruf Arab
HurufLatin
Keterangan Tidak dilambangkan
I
y
b
be
..:;;
t
te
..;:;
ts
te dan es
c
J
...Je
c
h
h
t
kh
kadanha
~
d
de
~
dz
de dan zet
r
er
z
zet
s
es
)
j
'-"
sy
es dan ye
sh
es dan ha
dh
de danha
J,
th
te danha
.I>
zh
zet dan ha
t.
'
koma terbalik di atas hadap kanan
t
gh
ge dan ha
J
f
ef
J
q
ki
.!)
k
ka
J
l
el
r
m
em
0
n
en
w
we
h
ha
.)>
'-"' JP
J
,,, <
<$
~
'
y
aposrrof ye
a
=
a dan garis lengkung di atas, sebagai tanda bacaan a yang panjang seperti = gala
I
=
i dan garis lengkung di atas, sebagai tanda bacaan i yang panjang seperti =gila
Ci
=
u dan garis lengkung di atas, sebagai tanda bacaan u yang panjang
seperti = yagf1lu huruf yang sama, sebagai tanda bacaan tasyclid seperti = rabbana
bb
Catalan:
Kata-kata/istilah bahasa Arab seperti: salat, sunah,. Al-Qur'an, haclis, clan semacamnya, yang suclah menjacli/milik bahasa Indonesia penulisannya berpedoman pacla Kamus Besar Bahasa Indonesia yang cliterbitkan oleh Pusat Pembinaan Babasa Indonesia Depmiemen P dm1 K.
DAFTAR ISi
KATA PENGANTAR ................................................................................ i PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................... v DAFTAR ISi ............................................................................................... viii BABI
PENDAHULUAN .................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................... I B. Perumusan dan Pembatasan Masalah .................................. 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................... 7 D. Metode Penelitian ................................................................ 7 E. Sistematika Penulisan ........................................................... 8
BAB II
TEORI TERJEMAH............................................................... 10 A. Hakikat dan Definisi Pene1jemahan ..................................... I 0 B. Langkah-langkah Penerjemahan .......................................... 14 I. Tahap Analisis ................................................................ 14
2. Tahap Pengalihan ........................................................... 15 3. Tahap Penyerasian ......................................................... 16 C. Metode-metode Pene1jemahan ......................... ................... 17 I. Metode yang memberikan penekanan terhadap bahasa sumber. .. ..... ... ... .... ... .. ... ... .... ...... .... .. ... ... .. ... ... ... .. 17 2. Metode yang memberikan penekanan terhadap bahasa sasaran...................................................... .... ... .. . 19
D. Te1jemah al-Qur'an .............................................................. 20 I. Hukum terjemah harfiyah .............................................. 22
2. Hukum terjemah maknawiyah atau tafsiriyah ................ 23 E. Tafsir dan Takwil al-Quran .................................................. 26 1. Pengertian tafsir dan takwil.. ........ .' ... ... .. ... . ...... ... ... ..... ... 27
2. Perbedaan antara tafsir dan takwil ................................. 31
BAB III
SUR GA DAN NAMA-NAMANYA ........................................ 34 A. Pakaian, Perhiasan, Mahkota, Permadani, dan Ranjang Penghuni Surga .................................................... 34 1. Pakaian, perhiasan, dan mahkota ................................... 34
2. Permadani .... :.................................................................. 37 3. Ranjang .......................................................................... 39 B. Kenikmatan Penghuni Surga Melihat Allah SWT .............. 41 C. Istri-istri Penghuni Surga .................................................... 44 D. Ciri-ciri Bidadari-bidadari Surga ........................................ 48 E. Nama-nama Surga ............................................................... 51
BAB IV
ANALISIS DATA ..................................................................... 62 A. Tentang Surat Ar-Rahman ................................................... 62
B. Analisis terjemahan ayat-ayat bertema surga C. dalam surat Ar-Rahman .......................................................
6~
BAB V KESIMPULAN ............................................................................... 86
A. Kesimpulan .. ...... .. .......... ... .... ... ... ... .......... ... .... ... ... .. ... .. ... ... .... ... .. .... . 86 B. Saran-saran....................................................................................... 88 Daftar Pustaka ............................................................................................. 89
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sifat bahasa yang sistematis mengakibatkan bahasa dapat diteliti dan dikaji atas bagian-bagiannya yang berupa satuan terbatas yang terkombinasi. Melalui kombinasi bahwa dapat pula diramalkan kaiclah-kaidahnya. Sifat bahasa yang sistematis mengakibatkan peneliti dapat meneliti bahasa berdasarkan subsistem dan bahasa bukanlah sistem yang tunggal, bahasa terdiri atas subsistem fonologi, gramatika (morfologi-sintaksis) dan leksikon. Melalui tataran bahasa atau subsistem dapat diteliti subsistem-subsistem tersebut. Bagian-bagiannya dapat diteliti, meskipun tidak ada pemisahan yang besar di antaranya, karena bahasa unsur-unsurnya (subsitem-subsistemnya) membentuk satu kesatuan yang utuh. (the whole unified de Seassure). 1 Dalam ilmu bahasa, setiap subsistemnya seperti kata atau frasa dalam sebuah kalimat mempunyai fungsi yang mengaitkannya dengan kata atau frasa lain yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi itu bersifat sintaksis, artinya berkaitan dengan urutan kata atau frasa dalam kalimat. Fungsi sintaksis utama dalam bahasa adalah predikat, subjek, objek, pelengkap dan keterangan. 2 Pendekatan gramatikal, sering juga dinamakan pendekatan objektif, pendekatan formal, atau pendekatan analitik. Be1tolak dari asumsi dasar bahwa ayat-ayat suci Al-Qur'an bertujuan untuk menunjukan kebesaran 1
DH.. T. Fatimah Djadjasudarma, A1etode Linguistik, Ancangan }.fetode Penelitian dan Kajia, (Bandung: Eresco, 1993) h. 28 2 1-Iarimurti l(ridalaksana, et. al., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet, ke-2, h. 30
2
Tuhan dan ke Esaan-Nya serta mendorong manusia selurulmya untuk mengadakan observasi dan penelitian demi lebih rnenguatkan iman dan kepercayaan kepada-Nya. 3 Mengenai hal ini lbnu Qayyim Al-Jauziyyah mengatakan dalam bukunya, yang memuat banyak sekali akan hadis-hadis yang marfu kepada Rasulullah Shallal/dhu Alaihi wa Sallam, atsar-atsar mauquf para sahabat, misteri-misteri yang ada dalam ayat-ayat Al-Qur' an, kata-kata mutiara, penjelasan terhadap berbagai masalah dan penggugah terhadap prinsip-prinsip asma' dan sifat Allah Subhdnahu wa Ta 'la. Ia berkata, "Jika pembaca membacanya maka imannya meningkat." 4 Dari pendapat di atas ada beberapa ha] yang perlu digarisbawahi yakni ayat-ayat suci Al-Qur'an mengandung misteri-misteri yang dapat menguatkan clan meningkatkan iman kepada Allah Subhdnahu wa Ta 'la. Definisi AlQur'an secara etimologis berasal dari
kata qara 'a mempunyai arti
mengumpulkan clan menghimpun, dan qird 'h berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu clengan yang lain clalam satu ucapan yang tersusun rapih. Qur'an pacla mulanya seperti qird'h, yaitu mashdar (infinitif) dari kata qara 'a, qird 'atan, qur 'dnan 5• Allah Subhdnahu wa Ta 'la berfirman:
3
DR. M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur'an. (Bandung: Mizan, 1994) cet ke-Vl,
h. 51 4
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Tamasya ke Surga, (Jakarta: Darul Falah, 2003 /1424 H), cet. Ke-7, h. XIX.
3
Artinya: "Sesungguhnya atas tangungan kamilah mengumpulkan (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacanya maka ikutilah bacaan itu." ( QS: Al Qiyamah: 17-18)
Qur'anah di sini bermii qird 'atahu (bacaannya/cara membacanya). Jadi kata itu adalah mashdar menurut wazan (tasrif, konjungsi) "'.fu'lan" dengan vokal "u" sepe1ii "gufran" dan "syu!a·an". Kita dapat mengatakan qara'tuhu, qur'an, qirii'atan wa qur'anan, artinya sama saja. Disini maqru' (apa yang dibaca) diberi nama Qur'an (bacaan) yakni penamaan maf'Ctl dengan masdar. 6 Umat manusia sebagian akan di tempatkan di surga dan yang lainnya di neraka.
Surga mempunym banyak nama sesuai dengan sifat-sifatnya.
Objeknya tetap satu sesuai dengan dzatnya dan ia Batu arti dalam sudut panclang ini. Ia berbeda sesuai clengan sifat-sifat clan ia berbeda dari suclut pandang ini. Begitu juga nama-nama Allah Subhanahu wa Ta'la, nama-nama kitab-Nya, nama-nama Rasul-Nya, nama-nmna hari akhirat, dan nmna-nama neraka. 7 Surga dalam bahasa Arab ialah 4.l;...11 al Jannah. Nama di alas mencakup negeri tersebut dan seluruh jenis kenikmatan, kelezatan, kebahagiaan, kesenangan dan hal-hal yang menyejukkan mata. Termasuk kata ~I al-
janfnu yang berarti janin karena ia tersimpan dalam rahim. Dan w4JI al-jdnnu yang berarti jin karena tersembunyinya dalmn pandangan. Juga ~I al-
rnijanu yang berarti perisai karena ia melinclungi w
~I
al-
majmlnu yang berarti orang gila karena akalnya hilang dan tersembunyi. Serta
4
ut+ll al:il'innu adalah ular kecil yang sangat halus. Dari sini 0t::......;JI al-bustanu
yang berarti taman, dinamakan 4..i.,...li al-jannatu (surga) karena ia menutupi orang yang masuk ke dalamnya dengan pepohonan. Penamaan dengan kata ini hanya diperkenankan pada tempat yang banyak pepohonannya dan banyak jenisnya. ~I Al-jinnatu adalah apa saja yang biasa dipakai untuk menutupi dirinya, baik perisai atau lainnya. 8 Firman Allah Subhanahu wa Ta 'la:
( \ '"\ :a.b\;!;.I) Artinya: "lvfereka menjadikan sumpah-sumpah (QS: Al-Mujadilah:16)
mereka sebagai perisai"
Maksudnya bahwa mereka bersembunyi dengan sumpah-sumpahnya dari penolakan orang-orang yang beriman terhadapnya. Para sahabat Nabi Muhammad Shallalldhu Alaihi wa Sallam, para
tabi 'in, dan ta bi' tabi 'in, ah/us Sunnah dan Ahlul Hadits seluruhnya termasuk para fugaha', pengikut aliran tasawuf dan orang-orang yang zuhud menyakini eksistensi surga dan mengesahkannya berdasarkan (teks-teks) Al-Qur'an, Sunnah dan informasi para rasul terdahulu dan terakhir. Para rasul tanpa terkecuali mengajak umat manusia ke surga. Mereka membeberkan profil surga dengan utuh kepada umatnya. 9
l'jdz (kemukjizatan) Qur'an Al-Karim digunakan Rasulullah saw. untuk menantang orang-orang Arab tetapi mereka tidak sanggup menghadapinya,
5
padahal mereka sedemikian tinggi tingkatfashahah dan balaghah-nya. Hal ini tiada lain karena Qur'an adalah mukjizat. 10 Fashahah artinya maknanya jelas dan terang. Anda berkata, "Afshahash Shubhu", yakni "pagi telah jelas". Kalima! yang fasih adalah kalimat yang jelas malmanya, mudah bahasanya dan baik susunarmya. Oleh karena itu, setiap kata dalam kalimat yang fasih itu harus sesuai dengan pedoman sharaf, jelas maknanya, komunikatif, mudah lagi enak. 11 Ba!Gghah mendatangkan makna yang agung dan jelas, dengan ungkapan yang benar danfasih, memberi bekas yang berkesan di lubuk hati, dan sesuai dengan situasi, kondisi, dan orang-orang yang diajak bicara. 12 Unsur-unsur balaghah adalah kalimat, makna, dan susunan kalimat yang memberikan kekuatan, pengaruh clalam jiwa, clan keinclahan. Juga kejelian dalam memilih kata-kata clan uslub sesuai tempat bicara, waktu, tema, clan konclisi para penclengar, dan emosional yang dapat mempengm·uhi dan menguasai mereka. 13 Aclapun aspek-aspek kemukjizatan Al-Qur'an antara lain mencakup: I) kemukjizatan bahasa, 2) kemukjizatan ilmiah, clan 3) kemultjizatan tasyri.' Oleh karena itu, penulis bermaksucl untuk menganalisis te1jemahan ayatayat Qur'an Al-Karim clengan penclekatan gramatikal. Dengan menjaclikan objek kajian sebagai sosok yang berdiri sendiri, mempunyai rangka dan bentuknya sencliri. Juga dikatakan penclekatan struktural yang berusaha 0
Manna' Khalil al-Qattan, Studi llmu-i/mu Qur'an, (Bogar: Litera Antar Nusa, 1996), cet. Ke-3, h. 371 11 Ali Al-Jarim dan Musthofa Usman, Al-Balaghatu/ Wadhihah, (Bandung: PT. Sinar Baru, 2000), eel ke-3 h. I '
6
berlaku adil terhadap objek kajian tanpa rnengikutsertakan hal-hal yang berada di luarnya. Al-Qur' an terdiri dari 114 surat dan 10. 779 ayat. Setiap ayat-ayat terse but memiliki tema yang beragam. Di sini penulis hanya mengangkat ayat-ayat yang bertemakan surga dan rnengambil dari surat Ar-Rahman, surat yang ke lima puluh lima. Mengapa tema surga yang saya angkat? Karena kita semua tentu teramat sangat ingin masuk kedalamnya. Dan kita juga sangat menginginkan bertemu dengan Allah Subhdnahu wa Ta 'la. Dengan dernikian skripsi ini saya beri judul: "Analisis Terjemahan Ayat-ayat Bertema Surga pada Surat ArRahmi'm Ditinjau dari Gramatika Baltasa Arab"
B. Penunusan dan Pembatasan Masalah
Perumusan masalah skripsi ini adalah sebagai berikut,
1. Bagaimanakah fungsi sintaksis ayat-ayat berterna :mrga dalarn surat ArRahman? 2. Bagaimanakah terjemahan ayat-ayat bertema surga dalam surat ArRahrnan ditinjau dari gramatika bahasa Arab? Adapun pembatasan masalahnya adalah sebagai berikut: Karena surat maupun ayat Al-Qur'an begitu banyak, maka penulis membatasinya pada surat Ar-Rahman mulai dari ayat 64 sampai clengan ayat 78 semuanya bertemakan surga kecuali, ayat ke-78 adalah penutup dari semua ayat di clalamnya. Hal ini dilakukan agar penulis lebih dapat menelaah lebih rinci clan dalam.
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuannya adalah sebagai berikut, I. Dapat mengetahui fungsi sintaksis ayat-ayat bertema surga dalam surat ArRahman. 2. Dapat mene1jemahkan ayat-ayat tersebut ke dal.am bahasa Indon'esia menurut gramatika bahasa Arab. Adapun manfaatnya adalah untuk menambah wawasan penulis dalam kajian linguistik Arab dan linguistik Indonesia.
D. Metode Penelitian
I. Metocle penelitian, Analisis gramatikal memang merupakan penclekatan yang populer dan seringkali digunakan para peneliti pada umumnya atau penelaah sastra khususnya. Kekuatan analisis ini adalah (I) analisis gramatikal memberi peluang untuk melakukan telaahan yang lebih rinci dan Jebih dalam, (2) analisis ini mencoba melihat objek sebagai sebuah karya clengan hanya mempersoalkan apa yang ada di dalam dirinya, (3) karena analisis yang objektif dan bersifat analitik banyak memberi umpa11 balik kepacla penulis clan dapat mendorong penulis untuk menulis secara lebih hati-hati clan teliti. Penulis menggunakan metode yang memberika.n penekanan terhadap bahasa sumber yakni Al-Qur' an (bahasa Arab) itu sencliri. Dengan metode pene1jemahan harfiyah, penerjemahan setia, dan peneriemahan semantis.
8
2. Metode pengumpulan data, Data diambil dan dikumpulkan dari Al-Qur'an clan terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia oleh Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al-Qur'an yang telah disahkan clan dicetak oleh Departemen Agama Republik Indonesia. 3. Tehnik penulisan, Tehnik penulisan skripsi ini berpedoman
pada buku, "Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi JAIN Syarif Hidayatullah" terbitan logos, Jakarta cetakan tahun 2000.
E. Sistematika Penulisan Bab pertama yakni, Pendahuluan yang terdiri dari; Latar Belakang, Perumusan dan Pembatasan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Bab keclua yakni, Teori Tarjamah yang tercliri dari; Hakikat dan Definisi Pene1jemahan,
Langkah-langkah
Penerjemahan
meliputi,
Analisis,
Pengalihan, Penyerasian. Metode-metode Penerjemahan meliputi, Metode yang memberikan penekanan terhadap bahasa sumber clan Metode yang memberikan penekanan terhadap bahasa sasaran. Tarjamah Al-Quran, serta Tafsir dan Takwil Al-Quran. Bab ketiga yakni, Surga clan Nama-namanya. Meliputi:
Pakaian,
Perhiasan, Mahkota, Permadani, dan Ranjang Penghuni Surga. Kenikmatan
9
Penghuni Surga Melihat Allah s.w.t.
Istri-istri Penghuni Surga. Ciri-ciri
Bidadari-bidadari Surga. Dan Nama-nama Surga Bab keempat yakni, Analisis Data, yang meliputi: Tentang Surat ArRahman, Analisis terjemahan ayat-ayat bertema surg;a dalam surat ArRahmiln. Bab kelima Penutup yang meliputi; kesimpulan dan Saran-saran
BAB II TEORI TARJAMAH
A. Hakikat dan Definisi Penerjemahan Menerjemahkan ialah menyampaikan berita yang terkandung dalam bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa penerima atau bahasa sasaran (BSa) supaya isinya benar-benar mendekati aslinya. Untuk memberikan definisi tentang terjemah, kita dapat membedakannya dari dua sudut pengertian yaitu pengertian secara etimologis (bahasa) dan pengertian secara terminologis (istilah). I. Pengertian secara etimologis. Kata
terjemah 1 berasal
dari
bahasa
Arab
"
"
yang
kedudukannya sebagai masdar yaitu dari mddi rubdi al-miljarrad dalam proses derivasinya kata ini dapat dilihat sebagai berikut 2 ;
1
Bahasa Indonesia yang baku tampak n1enggunakan istilah "te1jemah' (bukan tarjamah) sebagaimana dapat dilihat dalam berbagai kamus dan buku-buku terjemahan. Namun demikian sebagian dari ilmuan dan penulis buku tetap ada yang menggunakan istilah tarjan1ah. Seperti ; A. Hasan Bangil dalam bukunya Tatja1nah Bu/ugh a/-Mara1n, tcrbitan Pustaka Taman beke1jasama dengan Persatuan Islam Bangil, 1991. KH. Sholeh, H. A. A. Dahlan dan Yus Rusamsi dalan1 karya besarnya a/-A111in al-Qur'dn Ta1ja111ah Sunda, terbitan CV. Diponegoro, Bandung, 1992. 2
Muham1nad Ma'su1n bin Ali, al-An1silah at-Tasri'jiyyah, (Surabaya, Maktabah asy Syaikh Salim Nabhan, 1965) h. 8
11
Dalam kitab Ushu/ fl at-Taftir, Muhammad bin Shalih al Asimaini mengatakan bahwa kata terjemah secara bahasa adalah :
"Terjemah secara bahasa adalah menetapkan suatu makna yang
' mampu menberikan keterangan dan kejelasan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kita jumpai arti terjemah yaitu "menyalin" (memindahkan)
dari
suatu
bahasa
ke
bahasa
yang
lain
atau
mengalihbahasakan. 3 Dari penjelasan secara etimologi teijemah dapat dipahami bahwa substansi dari te1jemah adalah memindahkan bahasa sumber kepada bahasa sasaran. 2. Pengertian secara terminologi. Sedangkan istilah 'terjemah' secara terminologi didefinisikan dengan berbagai macam pengertian di antaranya adalah sebagai berikut ; Menurut Harimurti Kridalaksana, terjemah adalah memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber (Bsu) ke dalam bahasa penerima (Bsa) dengan
pe1iama-tama
mengungkapkan
maknanya
dan
kedua
mengungkapkan gaya bahasanya4 • Nida
dan
Taber
mendefinisikan
istilah
"terjemah"
dengan:
Translation consists in reproducing in the receptor language message, firs
3
Pusat Pembinaan dan Perken1bangan Bahasa, Kanzus Besar Bahasa Jndonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 1998) cet ke-1, h. 938. 4 I-Iarilnurti Kridalaksana, Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa, (Ende Flores: Nusa Indah, 1978), h.79
12
in terms of meaning and secondly in terms of style 5• (menerjemahkan merupakan kegiatan menghasilkan kembali di dalam bahasa penerima yang secara sedekat-dekatnya dan sewajar-wajarnya yang sepadan dalam pesan bahasa sumber, pertama-tama menyangkut maknanya dan kedua menyangkut gayanya). Ada juga yang mendefinisikan istilah terjemah dengan menciptakan padanan yang paling dekat dengan bahasa penerima terhadap pesan-pesan bahasa smnber, pe11ama dalam ha! makna dan kedua pada gaya bahasanya. 6
Rochayah
Mahali
Menurut
Catford
and
Newmark
sebagaimana yang dikutip Rochayah Mahali mendefinisikan istilah terjemah dengan; The replacement of textual material in one language by
equivalent tekstual material in another language. (mengganti bahan teks dalam bahasa sumber dengan bahan teks yang sepadan dengan bahasa sasaran). Sedangkan Newmark memberikan definisi yang serupa, namun lebih jelas yaitu; Rendering the meaning of lex in to another language in
to way of the author mended the tex. (menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan yang dimaksud pengarang). 7 Adapun kata te1jemah dalam bahasa Arabnya mendefinisikannya secara istilah
"4Ji"
dalam
para ulama memfokuskan objek
terjemahannya pada penerjemahan Al-Qur'an saja. Dalam mendefinisikan istilah terjemah, mereka secara umum pada prinsipnya sama dengan apa
5
Engene A. Nida and Taber, The Teo1y and Practice of Translation, (Leiden: the Uniten Bible Sociates, 1974) h. 12 6 Nurachman Hanafi, Teori dan Senf Jvfenerjen1ah, (Endo Flores: Nusa Indah, 1986) h. 25 7
H.ochayah Machali, Pedo111an Bagi Pene1jen1ah, (Jakarta: Erasindo, 2000), h. 5
13
yang telah didefinisikan oleh para ahli linguistik di atas. Di antara mereka yang mendefinisikan terjemah Al-Qur'an dapat dilihat dalam kitab At-
Tibyanfi Ulzrm al-Qur'an. Muhammad Ali as-Sabuni, pengarang kitab ters1:but mengatakan;
.
~J
(0T ~I\ Ll) ;;_.., -1\ a;Jj\ 0 'l if . r -·.r' fi
I. I,
"if-;!-'-"
.lh.I c-::-
. . .• c...v u
"Mene1jemahkan Al-Qur 'an kepada bahasa lain yang bukan bahasa Arab dan mencetak terjemahan ini kedalam beberapa naskah agar dapat ditelaah oleh orang-orang yang tidak mengerti bahasa Arab (bahasa AlQur 'an) sehingga ia bisa memahami maksud kitab Allah Subhanahu wa ta 'ala dengan perantara te1jemah." 8 Dalam buku at-Tqfsir wa al-Mufassirun, karya Muhammad Husayn az-Dzhahabi
salah seorang pakar ilmu Al-Qur'an dari Al-Azhar
University, Mesir mengatakan bahwa istilah terjemah mengandung dua macam pengertian, yaitu;
"Mene1jemahkan (mengalihkan) suatu pembicaraan dari suatu bahasa ke bahasa yang lain, tanpa menje/askan makna asal yang diteljemahkan itu.
8
ivluhammad Ali as-Sabuni, Studt J/11111 Qur'an, te1jen1ahan A111inuddin, (Bandung: PT.
Raya Grafindo Persada, 1999), h. 205.
14
Hal ini seperti dilakukan dengan menempatkan sinonim (murodif) pada tempat sinonimnya dari suatu bahasa."
"Meryelaskan atau menafsirkan suatu pembicaraan. dengan menerangkan maksud yang terkandung di dalamnya dengan menggunakan bahasa yang lain. 9
Dari berbagai definisi te1jemah di atas, dapat disimpulkan bahwa terjemah mensyaratkan adanya persamaan dan penyesuaian 'pesan' yang disampaikan penulis naskah dengan pesan yang diterima oleh pembabaca.
B. Langkah-Langkah Penerjemahan
I. Tahap Analisis.
Ketika seorang penulis menuliskan sesuatu tentunya ia ingin menyampaikan maksud tertentu kepada pembacanya. Hal ini juga berlaku bagi naskah yang merupakan perwujudan perasaan seperti puisi. Mustahil seorang penulis puisi menulis sesuatu tanpa ingin perasaannya yang diwujudkan dalam puisi tersebut juga dapat dirasakan orang lain. Dengan dem ikian, setiap naskah bukanlah ha! yang sakral, justru karena tidak sakral itulah maka suatu naskah bahasa sumber perlu dianalisis terlebih dahulu. Analisis dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut: 9
Muhai111nad 1-Iusayn az-Zhahabi, At-Tafsir wa al-1\111/assirun, (Beirut: Dar al-Fikri, l 994).
Jilid I h. 23
15
a. Apa? (contoh: Apa tema yang dibicarakan?) b. Siapa? (contoh: Siapa yang menjadi penulis naskah?) c. Kapan? (contoh: Kapan buku tersebut ditulis dan clipublikasikan?) d. Dimana? (contoh: Dimana penulis menuliskan karangannya?) e. Mengapa? (contoh: Mengapa penulis mengangkat tema tersebut?)
f.
Bagaimana? (contoh: Bagaimana penulis melakukan penelitian?)
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat kita rangkum menjacli 5W+ IH, yaitu what, who, when, wrere, why, dan how. Dengan kata lain, pe11anyaan seputar buku atau naskah itu untuk memuclahkan kita apa maksud pengarang menuliskan suatu tema. Apakah untuk menjelaskan sesuatu (eksposisi), atau untuk memberukan paparan dan cerita (narasi), atau untuk mempertahankan pendapat (argumentasi), ataukah antuk mempengaruhi pendapat publik (persuasi), ataukah suatu ajakan sendiri. Sesudah mempunyai gambaran yang jelas, barulah ia dapat memulai proses selanjutnya. 2. Tahap Pengalihan. Seorang
penerjemah
dalam
tahapan
ini
berupaya
untuk
menggantikan unsur naskah bahasa sumber dengan unsur naskah bahasa sasaran yang sepadan. Sepadan pada segala unsur dalam naskah, baik bentuk maupun isi materinya. Tetapi, kesepadanan bukanlah kesamaan. 10
'
0
Rochayah Machali, Op. Cit, h. 35
16
Pada tahapan pengalihan ini pun, seorang penerjemah mengajukan beberapa pertanyaan sebagai pertimbangan dalam melakukan kegiatan pengalihan. Di antara pertanyaan tersebut adalah; A pakah maksud yang ingin disampaikan pengarang tersebut harus dipertahankan dalam naskah terjemahan? Dapatkah penerjemah mengubah maksud dalam naskah? Kalau boleh mengubah seberapa jauh atau seberapa banyak dan mengapa? Jawaban dasar terhadap pertanyaan ini adalah; penerjemah harus mempertahankan maksud yang ingin disampaikan pengarang. 11 Pertanyaan
selanjutnya
yang
mungkin
tirnbul
dalam
tahap
pengalihan ini adalah; Bagaimana penerjemah menyampaikan maksud yang sepadan tersebut ke dalam bahasa sasaran? Apakah masih dapat digunakan kalimat-kalimat yang serupa? Misalnya, bagaimana kalimatkalimat informasi dalam bahasa sumber dapat tetap sama yaitu menberikan informasi di dalam bahasa sasaran? Alai bahasa apa yang perlu digunakan c!alam ha! ini? Apabila naskah sumber yang diterjemahkan sangat sukar dan melibatkan kata-kata yang bennakna ganda, kata-kata yang mengandung emosi dan sebagainya, maka pene1jemah dapat saja bolak-balik dari tahap analisis ke pengalihan dan sebaliknya sampai ia yakin benar bahwa pemahaman dan analisisnya sudah benar. 3. Tahap Penyerasian. Sesudah tahap analisis dan tahap pengalihan dilalui, tahap terakhir yang harus dijalani adalah tahap penyerasian. II
ibid h. 36
17
Pada tahap ini penerjemah dapat menyesuaikan bahasanya yang masih terasa "kaku" untuk disesuaikan dengan kaidah bahasa sasaran. Di samping itu, mungkin juga terjadi penyerasian dalam hal peristilahan, misalnya apakah menggunakan istilah yang baku atau istilah umum dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahap penyerasian ini, penerjemah dapa1 melakukan sendiri, atau membiarkan orang lain melakukannya. Akan lebih baik jika penyerasian itu dilakukan oleh orang lain.
C. Mctode-Metode Pcnerjemahan. Newmark, seperti yang dikutip Rochayah, mengajukan dua metode penerjemahan yaitu: 12 l. Metode yang memberikan penekanan terhadap bahasa sumber. Pada metode jenis pe1iama, pene1jemah berupaya mewujudkan kembali dengan setepat-tepatnya makna kontekstual bahasa sumber. Meskipun dijumpai hambatan sintaksis dan semantis pada bahasa sasaran, yakni hambatan bentuk dan makna. Metode ini melahirkan beberapa metode pene1jemehan sebagai berikut: a. Penerjemahan kata demi kata. Metode te1jemahan jenis ini biasanya kata-kata bahasa sasaran (Bsa) langsung diletakkan di bawah versi bahasa sumber (Bsu). Kata-
12
Rochayah Machali, Op. Cit, h. 49
18
kata dalam Bsu diterjemahkan di luar konteks dan kata-kata yang bersifat kultural dipindahkan apa adanya. Umumnya metode ini dipergunakan sebagai tahapan pra pene1jemahan pada pene1je111ahan naskah yang sangat sukar atau untuk memahami mekanisme bahasa sumber. b. Pene1je111ahan harfiyah Kontruksi gramatikal Bsu dicarikan padanannya yang terdekat dalam Bsa. Tetapi pene1jemahan leksikal atau kata-katanya dilakukan terpisah dari konteks. Metode ini dapat digunakan sebagai metode pada tahap awal pengalihan. c. Penerjemahan setia. Pene1jemahan setia mencoba mereproduksi makna kontekstual bahasa sumber dengan masih dibatasi oleh struktur gramatikalnya. Di sini kata-kata yang bermuatan budaya dialihbahasakan, tetapi penyimpangan dari segi tata bahasa dan pilihan kata masih tetap dibiarkan. Penerjemahan ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan bahasa sumber, sehingga hasil terjemahan kadang-kadang terasa kaku dan sering kali asing. Metode ini dapat dimanfaatkan untuk membantu penerjemah dalam proses awal pengalihan. d. Penerjemahan semantis. Apabila dibandingkan dengan metode pene1jemahan setia, pene1jemahan semantis lebih luwes, sedangkan pene1je111ahan setia lebih kaku dan tidak berkompromi dengan kaidah Bsa. Berbeda
19
dengan penerjemahan setia, penerjemahan sc:mantis harus pula mempertimbangkan
unsur
estetika
bahasa
sumber
dengan
mengkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran. Selain itu, kata yang hanya sedikit bermuatan budaya dapat diterjemahkan dengan kata yang netral atau istilah yang fungsional. Bila dibandingkan dengan penerjemahan setia, penerjemahan semantis lebih fleksibel, sedangkan penerjemahan setia lebih terikat oleh bahasa sumber. 13 2. Metode yang memberikan penekanan pada bahasa sasaran (Bsa). Adapun metode jenis kedua, pene1jemah berupaya menghasilkan dampak yang relatif sama dengan yang diharapkan oleh penulis asli terhadap pembaca versi Bsu. Metode jenis kedua melahirkan juga beberapa metode penerjemahan, tetapi penulis hanya menyampaikan dua metode
saja
untuk
melengkapi
keempat
metode
pene1jemahan
sebelumnya. Kedua metode itu adalah: a. Pene1jemahan bebas. Metode ini merupakan pene1jemahan yang mengutamakan isi dan mengorbankan bentuk naskah Bsu. Bia.sanya, metode ini berbentuk sebuah para frase yang dapat lebih panjang atau lebih pendek dari aslinya. 14
13
14
ibid, h. 49-52 ibid, h. 53
20
b. Penerjemahan komunikatif. Metode ini mengupayakan reproduksi makna kontekstual yang demikian rupa, sehingga baik aspek kebahasaan maupun aspek isi langsung dapat dimengerti.
D. Tarjamah al-Qur'an. Komunikasi di antara kedua belah pihak dengan satu bahasa merupakan lambang bagi kesamaan komunitas sosial dalam segala bentuknya. Dalam hal ini Allah berfirman:
~I :./i: ~ ', \ ~
/
'''I
~~~ /
/
v'j 0~
,
Uj J;.~ ~ /
,
Artinya:
" Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya 15, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkm/ 6 siapa yang dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang dia kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana." (Q.S: Ibrahim {14}: 4)
Al-Qur'an mulia diturunkan kepada Rasul berbangsa Arab dengan bahasa Arab yang jelas. Fenomena ini merupakan tuntunan sosial bagi
15
Al Quran diturunkan dalan1 bahasa Arab itu, bukanlah berarti balnva Al Qu 1an untuk bangsa Arab saja tetapi untuk seluruh 1nanusia 16 disesatkan Allah berarti: bah\va orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau 1nen1ahami petunjuk-petunjuk Allah. dalan1 ayat ini, Karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahan1i apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumparnaan, n1aka mereka itu menjadi sesat.
21
keberhasilan risalah Islam. Dan sejak saat itu bahasa Arab menjadi satu bagian dari eksistensi Islam dan asas komunikasi penyampaian dakwahnya. 17 Tugas Rasul SAW adalah menyampaikan risalah kepada seluruh umat manusia. Hal ini telah dinyatakan Al-Qur'an di beberapa ayat, antara lain: 0
)
~
Artinya:
Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan 6'ang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitabkitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk".(Q.S: alA'raf{7}: 158)
(\A:~)
Artinya:
"Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada Mengetahui. "(Q.S: Saba{34}: 28)
17
Mannft' Khalil al-Qattfin, i\1abdhis AntarNusa, 1973) cet ke- l, h. 442
fl
'Ulf1111i/ Qur'iin,
(Jakarta: P.T Pustaka Litera
22
Adalah suatu kewajiban bagi setiap orang yang masuk kedalam naungan agama baru ini (agama Islam), untuk menyambutnya dalam bahasa kitabnya secara lahir dan batin sehingga ia dapat menjalankan kewitjiban-kewajibannya, dan terjemahan Qur'an tidak diperlukan Jagi baginya selama Qur'an itu telah dite1jemahkan bahasa dan kearabannya menjadi keimanan dan keislaman.
18
Manna' Khal11 al-Qattan membagi pengertian terjemah Qur'an menjadi dua arti: 19 I. Terjemah hm:fiyah, yaitu mengalihkan Jafaz-lafaz dari satu bahasa ke dalam lafaz-lafaz yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan dan tertib bahasa kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama. 2. Terjemah tafairiyah atau teljemah maknmviyah, yaitu menjelaskan makna pembicaraan dengan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib kata-kata bahasa asal atau memperhatikan susunan kalimatnya.
1. Hukum te1jemah harfiyah. Terjemah harfiyah, seperti telah dijelaskan di atas tidak mungkin dapat dicapai dengan baik jika konteks bahasa asli dan cakupan semua maknanya tetap dipertahankan. Sebab, karakteristik setiap bahasa berbeda satu dengan yang lain dalam hal tertib bagian-bagian kalimatnya. Misalnya; Jumlah
fl 'liyah
(kalimat verbal) dalam bahasa Arab dimulai
dengan fl 'il (predikat) kemudian fa 'il (subyek), baik dalam kalimat tan ya 18
19
Ibid, h. 443 Ibid, h. 443
23
(istifhdm), muddf didahulukan atas muddf ilaih, dan mau§lif atas §i/at, kecuali dalam iddfah tasybih ( susunan muddf dan muddf ilaih yang mengandung arti menyerupakan) Selain itu, bahasa Arab di celah-celahnya mengandung rahasia-rahasia bahasa yang tidak mungkin dapat digantikan oleh ungkapan lain dalam bahasa non Arab. Dalam pada' itu, Al- Qur'an berada pada puncak fasahdh
dan baldgah bahasa Arab. Qur' an
mempunyai karakteristik susunan, rahasia uslub, pelik-pelik makna, dan kemukjizatan lainnya yang semua itu tidak dapat diberikan oleh bahasa apa pun dan mana pun juga. 20 Dengan
demikian,
penerjemahan
Qur' an
dengan
te1jemahan
harfiyah, betapapun pene1jemah memahami betul bahasa, uslub-uslub dan susunan
kalimatnya,
dipandang
telah
rnengeluarkan
Qur'an
dari
keadaannya sebagai Qur'an. 21 2. Hukurn te1jernah rnaknawiyah atau terjernah tafsiriyah. Al-Qur'an al-Karim, demikian juga sernua kalarn Arab yang ba/ig, rnernpunyai rnakna-rnakna asli (pokok) dan rnakna-rnakna sdnawi (sekunder). Yang dirnaksud dengan rnakna asli ialah makna yang difaharni secara sarna oleh setiap orang yang mengetahui pengertian lafaz secara
mu/rad ( berdiri sendiri) dan mengetahui pula segi-segi susunannya secara global.
Sedangkan
yang
dimaksud
dengan
rnakna
sanawi
ialah
karakteristik (keistimewaan) susunan kalirnat yang rnenyebabkan suatu
20 21
Ibid, h. 444 Ibid, h. 444
24
perkataan berkualitas tinggi. Dan dengan makna inilah Qur'an dinilai sebagai mukjizat. 22 Menerjemahkan makna-makna sanawi Qur'.an bukanlah hal yang mudah sebab tidak terdapat satu bahasa pun yang sesuai dengan bahasa Arab dalam dalalah (petunjuk) lafaz-lafaznya terhadap makna-makna yang oleh ahli ilmu Bayan dinamakan khawassut tarkib (karakteristik susunan). Hal demikian tidak mudah didakwakan seseorang. Adapun makna-makna asli, dapat dipindahkan ke dalam bahasa lain. Dalam al-Muwajfaqat, Syatibi menyebutkan makna-makna asli dan makna-malma
tsanawi,
bahwa
mene1jemahkan
Qur'an
dengan
memperhatikan makna-makna asli adalah mungkin. Dari segi inilah dibenarkan menafsirkan Qur'an dan menjelaskan makna-maknanya kekalangan awam atau mereka yang tidak mempunyai pemahaman kuat untuk mengetahui makna-maknanya. 23 Namun demikian, te1jemahan makna-makna asli itu tidak terlepas dari kekeliruan karena satu bu ah lafaz dalam Qur' an terkadang mempunyai dua makna atau lebih yang diberikan oleh ayat. Maka dalam keadaan demikian biasanya pene1jemah hanya meletakan satu lafaz yang hanya menunjukan satu makna, karena ia tidak mendapatkan lafaz serupa dengan lafaz Arab yang dapat memberikan lebih dari satu makna itu. Pendapat yang dipilih oleh Syatibi di atas yang dianggapnya sebagai hujjah tentang kebolehan mene1jemahkan makna asli Qur'an tidaklah 22 23
Ibid, h. 444-445 Ibid, h. 445-446
25
mutlak. Sebab, sebagian ulama membatasi membatasi penerjemahan seperti itu dengan kadar darurat dalam menyampaikan dakwah. Yaitu yang berkenaan dengan tauhid dan rukun-rukun ibadah, tidak lebih dari itu. Sedangkan, bagi mereka yang ingin menambah pengetahuannya, diperintahkan untuk mempelajari bahasa Arab. 24 Manna' Khal11 al-Qattan, juga menjelaskan; apabila ulama Islam melakukan penafsiran Qur' an, dengan cara mendatangkan malma yang dekat, mudah dan kuat; kemudian penafsiran ini dite1jemahkan dengan penuh kejujuran dan kecermatan, maka cam demikian dinamakan te1jemah tafsir
Qur 'an
atau
te1jemah
tafsiriyah,
dalam
arti
mensyarahi
(mengomentari) perkataan dan menjelaskan maknanya dengan bahasa lain. Usaha seperti ini tidak ada halangannya, karena Allah Subhanahu wa Ta 'ala mengutus Muhammad Shallalliihu Alaihi wa Sal/am, untuk
menyampaikan risalah Islam kepada seluruh umat manusia, dengan segala bangsa dan ras yang berbeda-beda. 25 Nabi Shallalliihu Alaihi wa Sallam menjelaskan: "Setiap nabi hanya diutus kepada kaumnya secara khusus, sedang aim diutus kepada manusia seluruhnya." 26 Terjemah tafsir Qur'an seperti telah disebutkan itu dapat dinamakan te1jemah tafsiriyah. Corak terjemah ini berbeda dengan terjemah maknawiyah, sekalipun para peneliti tidak membedakan antara keduanya.
24
Ibid, h. 446
25
Ibid. h. 446
26
Sebab dalam te1jemah maknawiyah terkesan seakan-akan penerjemah telah mengambil makna-makna Qur'an dengan berbagai aspeknya dan memindahkannya ke dalam bahasa asing, non Arab, sebagaimana dalam te1jemahan selain Qur'an yang biasa disebut "terjemah yang sesuai dengan bahasa aslinya." Penafsir berbicara dengan gaya seorang pemberi penjelasan terhadap makna kalam sesuai dengan pemahamannya, seakanakan ia berkata kepada manusia, "Ini adalah apa yang saya pahami dari ayat anu." Sedangkan penerjemah berbicara dengan gaya seorang yang mengetahui makna kalam secara sempurna dan menuangkannya ke dalam lafaz-lafaz bahasa lain. Kedua ha! ini jauh berbeda. Sebab, penafsir akan mengatakan dalam menafsirkan ayat, "Maksudnya sepe1ii ini ... ", lalu ia mengemukakan pemahamannya yang terbatas itu. Sedang penerjemah mengatakan: "Makna perkataan ini adalah makna ayat itu sendiri." Dan kita telah mengetahui apa (bahaya, kemustahilan) yang terkandung di dalam penerjemahan makna tsanm1>i ini. 27
E. Tafsir dan Takwil al-Qur'an. Qur'anul Karim adalah sumber tasyri pertama bagi umat Muhammad. Dan
kebahagiaan
mereka
tergantung
pada
pemahaman
maknanya,
pengetahuan rahasia-rahasianya dan pengamalan apa yang terkandung di dalamnya Kemampuan setiap orang dalam memahami lafaz dan ungkapan Qur'an tidaklah sama, padahal penjelasannya sedemikian gamblang dan ayat-
27
Ibid, h. 447
27
ayatnya pun sedemikian rinci. Perbedaan daya nalar di antara mereka ini adalah suatu ha! yang tidak dipertentangkan lagi. Kalangan awam hanya dapat memahami makna-maknanya yang zahir dan pengertian ayat-ayatnya secara global, sedangkan kalangan cerdik cendikia dan terpelajar akan dapat menyimpulkan pula dari padanya makna-makna' yang menarik. Dan di antara kedua kelompok ini terdapat aneka ragam dan tingkat pemahaman. Maka tidaklah mengherankan j ika Qur' an mendapatkan
p•~rhatian
besar dari
umatnya melalui pengkajian intensif terutama dalam rangka menafsirkan katakata garib (aneh, ganjil) atau mentakwilkan tarkib (susunan kalimat). 28 I. Pengertian Tafsir dan Takwil. Tafsir secara etimologi mengikuti wazan 'tafil' berasal dari akar kata al-fasr (f, s, r) yang berarti menjelaskan, menyikap dan menampakkan atau menerangkan makna yang abstrak. Kata ke1janya mengikuti wazan 'daraba-yadribu' dan 'nasara-yansuru'. Dikatakan fasara (asy-syai'a)yafsiru' dan yafsuru-fasran' dan fasarahu', artinya abanahu (menjelaskan). Kata at-tafsir dan al-fasr mempunyai arti menjelaskan dan menyingkap yang tertutup. Dalam Lisdnul 'Arab dinyatakan: kata "al-fasr" berarti menyingkap sesuatu yang tertutup, sedangkan kata "at-tafsir" berarti menyingkap suatu lafaz yang musykil, pelik.
(II : 0li_rill)
29
Dalam Qur'an dinyatakan:
1~ ,.. .:; ~fj J;..11-i,.. :'!JG. J'1,.. ~,.. ::_isjt;. ,.. ::;
28 29
Ibid, h. 455 Ibid, h. 455-456
u3
28
Artinya:
"Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membmva) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya." (QS: Al-Furqan[25]: 33)
Maksudnya , "paling baik penjelasan dan perinciannya." Di antara kedua bentuk kata itu, al-fasr dan at-taftir, kata at-taftirlah yang paling banyak d igunakan. Tafsir menurut istilah, sebagaimana didefinisikan Abu 1-Iayyan ialah: "Ilmu yang membahas tentang cara pengucapan lafaz-Iafaz Qur'an, tentang petunjuk-petunjuknya, hukum-hukumnya baik ketika berdiri sendiri maupun ketika tersusun dan makna-makna yang dimungkinkan baginya ketika tersusun serta hal-hal Iain yang melengkapinya." 30 Menurut az-Zarkasyi:
"Tafsir adalah
ilmu untuk rnemaharni
Kitabullah yang diturunkan kepada Muhammad, menjelaskan rnaknamaknanya serta rnengeluarkan hukurn dan hikrnahnya."31 Takwil secara etirnologi berasal dari kata "au!" yang berarti kembali ke asal. Dikatakan ':IC.j ':ljl ~l i.ll mtinya, kembali kepadanya. Dan ~~\ Jjl mtinya, rnemikirkan, memperkirakan dan menafsirkannya. Atas dasar ini maka takwil kalam dalam istilah mempunyai dua makna: Pertama, takwil kalam dengan pengertian sc:suatu makna yang kepadanya mutakallimin (pembicara, orang pertarna) mengembalikan perkataannya atau
30 31
sesuatu
makna yang
Ibid, h. 456 Ibid, h. 457 ( dari Al-Itqan, jilid 2, h. 174)
kepadanya
suatu
kalam
29
dikembalikan. Dan kalam itu kembali dan merujuk kepada makna hakikinya yang merupakan esensi sebenarnya yang d imaksud. Ka lam ada dua macam insya' dan ikhbar. Salah satu yang termasuk insya' adalah amr (kalimat perintah).
32
Maka takwilul amr ialah esensi perbuatan yang diperintahkan. Misalnya hadits yang diriwayatkan Aisyah r.a., ia berkata: "Adalah Rasulullah membaca di dalam ruku' dan sujudnya subhanallah wabi
hamdika Allahwnmagfir If. Beliau mentakwilkan (menjalankan perintah) Qur'an" {H.R. Bukhari dan Muslim}. Yaitu finnan Allah:
Artinya:
"Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. "{QS: An-Nasr: (110]: 3}
Sedangkan takwilul ikhbar ialah esensi dari apa yang diberitakan itu sendiri yang benar-benar terjadi. Misalnya firman Allah:
32
Ibid, h. 457
30
Artinya:
"Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Qur'an) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Tiadalah mereka menunggu-nunggu kecuali (terlaksananya kebenaran) Al Qur'an itu. Pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al Qur'an itu, berkatalah orang-orang yang melupakannya sebelum itu: "Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami membawa yang hak, maka adakah bagi kami pemberi syafa 'at yang akcm memberi syafa 'at bagi kami, atau dapatkah kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami dapat beramal yang lain dari yang pernah kami amalkan?" Sungguh mereka telah merugikan diri mereka sendiri dan telah lenyaplah dari mereka tuhan-tuhanyang mereka ada-adakan." {Q:S. al-A'rafp]: 52-53}
Dalam ayat ini Allah menceritakan bahwa Dia telah menjelaskan Kitab, dan mereka tidak menunggu-nunggu kecuali takwil-nya, yaitu datangnya apa yang diberitakan Qur'an akan terjadi, seperti hari kiamat dan tanda-tandanya serta segala apa yang ada di akhirat berupa buku catatan am al (suhuj), neraca am al (mizan), surga, neraka dan lain sebagainya. Kedua, takwilul kalam dalam arti menafsirkan dan menjelaskan maknanya. Pengertian inilah yang dimaksudkan lbn Jarir at-Tabari dalam tafsir-nya dengan kata-kata: "Pendapat tentang "takwil"firman Allah ini ... begini dan begitu ... "dan kata-kata: "Ahli takwil berbeda pendapat tentang ayat ini." Jadi kata "takwil" di sini adalah tafsir. 33
33
Ibid, h. 458
31
2. Perbedaan antara tafsir dengan takwil. Para ulama berbeda pendapat tentang perbedaan antara tafsir dan takwil. Berdasarkan pada pembahasan di atas tentang makna tafsir dan takwil, kita dapat menyimpulkan pendapat terpenting diantaranya sebagai berikut:
34
a. Apabila kita berpendapat, takwil adalah menafsirkan perkataan dan menjelaskan maknanya, maka tafsir dan takwil adalah dua kata yang berdekatan atan sama maknanya. Termasuk pengertian ini adalah do'a Rasulullah untuk Ibn Abbas: "Ya Allah, berikanlah kepadanya kemampuan untuk memahami agama dan ajarkanlah kepadanya takwil. b. Apabila kita berpendapat, takwil adalah esnsi yang dimaksud dari suatu perkataan, maka takwil dari talab (tuntunan) adalah esensi dari perbuatan yang dituntut itu sendiri dan takwil dari khabar adalah esensi sesuatu yang diberitakan. Alas dasar ini maka perbedaan antara tafsir dengan takwil cukup besar; sebab tafsir me:rupakan syarah dan penjelasan bagi suatu perkataan dan penjelasan ini berada dalam pikiran dengan cara memahaminya dan dalam lisan dengan ungkapan yang menunjukannya. Sedangkan takwil adalah •osensi dari sesuatau yang berada dalam realita (bukan dalam pikiran). Misalnya, jika dikatakan: "Matahari telah terbit", maka takwil ucapan ini adalah terbitnya matahari itu sendiri. lnilah penge1tian takwil yang lazim
34
Ibid, h. 460
32
dalam bahasa Qur'an sebagaimana telah kemukakan. Allah Ta'ala berfirman:
~~ 0l5-- ~ )J~ ~ ::,. ~..J1 ~.,.,£ di£ ;J,}; /,., ,.. /
/
....
•
....
::;,.Jl,&11 ( \ '\ - I A
~.ft)
Artinya:
"Atau (patutkah) mereka mengatakan: "Muhammad membuatbuatnya." Katakan/ah: "(Ka/au benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapasiapa yang dapat kamu panggi/ (untuk membuatnya) se/ain Allah, jika kamu orang-orang yang benar." Bahkan yang sebenarnya, mereka mendustakan apa yang mereka be/um mengetahuinya dengan sempurna padahal be/um datang kepada mereka penjelasannya. Demikianlah orang-orang yang sebelum mereka te/ah mendustakan (rasu/). Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim itu. "(Q:S Yunus [10]: 38-39)
Yang dimaksud dengan takwil di sini ialah terjadinya sesuatu yang di beritakan. d. Dikatakan tafsir adalah apa yang telah jelas di dalam Kitabullah atau tertentu (pasti) dalam Sunnah yang shahih karena maknanya telah jelas dan gamblang. Sedangkan takwil adalah apa yang disimpulkan para ulama. Karena itu sebagian ulama mengatakan, "Tafsir adalah apa
33
yang berhubungan dengan riwayat sedang takwil adalah apa yang berhubungan dengan dirayah. e. Dikatakan
pula,
tafsir
lebih
banyak
dipergunakan
dalam
(menerangkan) lafaz dan mufradat (kosa kata), sedangkan takwil banyak dipergunakan dalam (menjelaskan) makna dan susunan kalimat. Dan masih banyak lagi pendapat-pendapat yang lain.
BAB III
SURGA DAN NAMA-NAMANYA
A. Pakaian, Perhiasan, Mahkota, Permadani dan Ranjan;g Penghnni Surga
Surga yang Allah SWT janjikan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman melebihi kapasitas pengetahuan yang dapat mengungkapkan tentang hakikat surga dan apa yang ada di dalamnya untuk orang-orang yang beriman. 1 Allah
ta'a/a berfirman: "Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka ke1jakan. " (Qs: As-Sajadah: 17)
Di dalam semua itu terdapat hikmah, sehingga manusia mempersiapkan diri untuk mendapatkannya dan bekerja demi mencapainya, serta agar manusia berlomba-lomba karenanya. Allah SWT menyebutkan sebagian sebagian sifatsifatnya di dalam Al-Qur'an agar kita dapat membayangkannya, dan menyebutkan apa yang dipersiapkan untuk hamba-hamba-Nya yang beriman adalah agar mereka mengetahui bahwa perkara besar telah menunggu mereka yang melampaui semua bayangan, angan-angan dan cita mereka, sehingga mereka berkeinginan untuk beke1ja mencari keridhaan Allah SWT, taat dan beribadah kepada-Nya.2 I. Pakaian, Perhiasan dan Mahkota
Allah Ta'ala befirman,
1
Mahir Ahmad Ash-Shufi, Ensik!opedia Surga (kenikmatan, istana, dan bidadarinya) (Jakarta: Pustaka Azzam, 2005), cet-1, h. 32 2 Ibid, h. 33
35
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat ypng aman. (Yaitu) di dalam taman-taman dan mata air-mata air. Mereka 1nemakai sutra yang ha/us dan sutra yang tebal, (duduk) berhadaphadapan." (Qs: Ad-Dukhan: 51-53). Di ayat yang lain, Allah Ta'ala befirman,
c.'.JJl)D1 ,
,
JS:-
~ ~ ,
-
(i\-i· "Dalam surga tersebut mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutra halus dan sutra tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di alas dipan-dipan yang indah. ltulah pahala yang sebaik-bailmya dan tempat istirahat yang indah." (Qs: AlKahfi: 30-31 ). Sekelompok pakar tafsir berkata, "Sundus adalah bulu dari sutra sejenis dibaj. Jstabraq adalah kain sutra tebal." Ulama lainnya berkata,
"Istabraq tidak hanya sekedar tebal, namun ia tebal dan halus." Zajjaz berkata, "Sundus dan istabraq adalah dua jenis sutra. Sutra yang paling bagus adalah yang be1warna hijau dan pakaian yang paling halus adalah sutra. Untuk penghuni surga disediakan pakaian yang menghimpun dua kenikmatan sekaligus; pakaian yang sedap dipandang mata dan pakaian
36
halus dan enak dipakai di badan. 3 Allah Ta 'la befirman, "Dan pakaian
mereka di dalamnya adalah sutra. "(Qs: Al-Hajj: 23). Allah Ta 'la befirman,
"lvfereka memakai pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang fer/mat dari perak." (Qs: Al-Insan: 21). Cobalah
renungkan,
kata
"mereka
diberi
pakaian",
yang
menandakan bahwa pakaian tersebut terlihat jelas dan memperindah bangunan fisik mereka. Pakaian yang mereka kenakan tidak ada bandingannya. 4 Para pakar Al-Qur'an berbeda pendapat mengenai di-nashab-kannya kata aliyahum dan di-rafa '-kannya lee dalam dua qird 'ah (bacaan). Para pakar bahasa juga berbeda pendapat mengenai di-nashab-kannya, apakah dalam posisi sebagai dzaraf ataukah ha!. Para pakar tafsir juga berbeda pendapat tentang apakah pakaian tersebut diperuntukkan bagi pelayanpelayan tampan yang mengitari penghuni surga ataukah bagi penghuni surga itu sendiri?
Yang benar bahwa kata aliyahum di-nashab dalam
posisinya sebagai dzarqf Karena aliyan bermaknajauqa (di atas), maka ia diberlakukan seperti katafauqa. 5
3
lbnu Qayyim Al-Jauziyyah, Tamasya ke Surga, (Jakarta: Di\rul Falah, 2003 /1424 H),
ret Kc-7 h ?RR
37
Nabi Muhammad Shallalldhu Alaihi wa Sallam yang bersabda, 6
"Seandainya saja penghuni surga muncul ke bumi kemudian perhiasan gelangnya kelihatan, maka sinar gelang tersebut menutupi sinar matahari sebagaimana sinar matahari menutupi cahaya bintangbintang. "(Diriwayatkan Ahmad dan Tirmdzi). Rasulullah Shallalldhu Alaihi wa Sal/am berbincang-bincang dengan para sahabat. Dalam perbincangannya, beliau menyeliplcan pembahasan tentang perhiasan penghuni surga. 7 Kata beliau,
"Mereka diberi gelang dari emas dan perak dan diberi mahkota intan berlian. Di atas kepala mereka terdapat mahkota dan intan berlian dan mutiara yakut. Di alas kepala mereka juga terdapat mahkota seperti mahkota raja. Afereka senantiasa muda, be/um tumbuh jenggotnya dan memakai celak. " 2. Permadani Adapun tentang permadani, Allah Ta 'la befirman,
(V \ : 0Ll--)1) c)L..,_,._ :!'
,,
~ )~) ~-- 0)) ~ 0~ ,,
:!'
:!'
"Jvfereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadanipermadani yang indah. "(Qs: Ar-Rahman: 76).
38
,.,,.
.J.
J
,.,...
J
~ _?.: ~1~j) ~~
..
0
,,..
,.
JI
J ).:.s:, a:.,__;;,'_;. y1:,s-·r:, a:.,_;:;
~';, ~
(\ "\-\ 1 :~WI) "Di dalamnya terdapat tahta-tahta yang ditinggikan. Dan gelasgelas yangterletak (di dekatnya). Dan bantal-bantal sandaran yang tersusun. Dan permadani-permadani yang terhampar." (Qs: AlGhasyiyah: 13-16). Hisyam menyebutkan dari Abu Basyar dari Sa'id bin Jubair yang berkata bahwa ar-rqfrqfu adalah taman surga. Ismail bin Aliyyah menyebutkan dari Abu Raja' dari Hasan tentang firman Allah Ta 'la, "Mereka
bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah." (Ar-Rahman: 76). Kata Hasan, bahwa al-'abqariyyu adalah permadani. Orang-orang Madinah juga berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kata al- 'abqariyyu pada ayat di atas adalah permadani. Adapun yang dimaksud dengan kata an-namariqu, Al-Wahidi berkata, "Yang dimaksud adalah bantal. Ini adalah pendapat sebagian besar ulama. Kata tunggalnya adalah numruqdtun." Menurut Al-Farra', "Kata tunggal kata
an-namdriqu adalah nimraqah. ,!! Kalbi berkata, "An-namdriqu adalah bantal-bantal yang ditumpuktumpuk." Kata Muqatil, "An-namdriqu adalah bantal-bantal yang disusun di atas permadani." Az-Zardbiyyu juga berarti permadani. Kata tunggalnya
39
adalah az-zaribah menurut mayoritas besar pakar bahasa. Sedang mabtsutsah, adalah yang dihamparkan dan disebarkan. 9
Tentang ar-rafi'afu, Laits berkata, "Ar-Rafi'afi< adalah jenis pakaian berwarna hijau yang dihamparkan. Kata tunggalnya adalah rafi'afdtun." Abu Ubaidah berkata, "Ar-Rafarif adalah permadani." Kata Abu Ishaq, "Banyak orang mengatakan bahwa kata ar-raji·afi1 di sini maksudnya adalah taman surga. Ada lagi yang mengatakan bahwa ar-rafi"afu adalah bantal. Ada lagi yang mengatakan bahwa ar-rqfrafu adalah sprai. Ada lagi yang mengartikan bahwa ar-rafrqfu adalah sisa sprai yang dijadikan kasur." Mubarrad berkata, ''Ar-Rqfi·afu adalah sisa pakaian yang dijadikan sebagai kasur atau Iainnya oleh para raja." Al-Wahidi berkata, "Definisi yang paling mendekati kebenaran adalah definisi terakhir. Sebab orangorang Arab menamakan sobekan tenda dan kain yang dijahit di bawah tenda dengan sebutan rafi"afi1,.
Misalnya hadits tentang wafatnya
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, "A1aka dibukalah rafi"afu. Kami lihat wajah beliau putih seperti kertas mushaf "
10
3. Ranjang Adapun tentang ranjang penghuni surga, maka Allah Ta 'la befirman,
40
"Mereka bertelekan di atas ranjang-ranjang berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jelita " (Qs: Ath-Thur: 20). Di ayat yang lain, Allah Ta'la befirman,
"Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu. Dan segolongan kecil dari orang-orang yang belakangan. 1Vfereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata. Seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan." (Qs: Al-Waqi'ah: 13-16) Allah Ta'lajuga befirman,
.
)
( \ l :yl;..il) ~j.;/ ~)'_;, lg) ,
"Dan ranjang-ranjang yang tinggi" (Qs: Al-Ghasyiyah: 13). Pada rangkaian ayat di atas, Allah Ta 'la menjelaskan bahwa ranjangranjang penghuni surga adalah berderetan antara yang satu dengan yang lain. Tidak ada yang posisinya membelakangi atau berjauhan dengan ranjang-ranjang lainnya. Selain itu, Allah Ta 'la menjelaskan bahwa
ranjang-ranjang merel(a bertal1takan en1as dan per1nata. Arti asal kata maudhunah atau al-wad/mu adalah tumpukan dan susunan yang tebal. 11 Abu Ubaidal1, Farra', Mubarrad dan Ibnu Qutaibah berkata, "Mau-
dhunah adalah ditenun dengan rekat dan tebal seperti halnya perisai yang dijahit dengan rapat. Al-Wadhinu adalah ikat pinggang yang dijahit rapat."
41
Kata mereka, "Maksud dari kata maudhunah pada ayat di atas adalah ditenun dengan bongkahan emas dan dijalin dengan intan berlian, mutiara yakut dan mutiara zabmjad." Hasyim berkata bahwa berkata kepada kami Hushain dari Mujahid dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma yang berkata, "Arti maudhunah adalah dilumuri dengan emas." Ali bin Abu Thalhah berkata dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma tentang arti kata maudhiinah, "lvfaudhiinah adalah berderetan." Selain itu, Allah Ta 'la
menerangkan bahwa raitjang-ranjang tersebut tinggi. 12 Atha' berkata dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma yang berkata, "Ranjang-ranjang yang terbuat dari emas, di lapisi dengan mutiara zabarjad, intan berlian dan mutiara yakut. Ranjang-ranjang tersebut ukurannya sepanjang Makkah dan Ailah." Al-Kalbi berkata, "Ketinggian ranjang di surga adalah seratus hasta. Jika seseorang ingin duduk di atasnya, maka ranjang tersebut merendahkan diri kepada orang tersebut hingga orang tersebut duduk di atasnya. Jika orm1g tersebut sudah duduk di atasnya, maka ranjang naik ke tempatnya semula dengan membawa orang terse but."
B. Kenikmatan Penghuni Surga Melihat Allah SWT
Firman Allah Ta 'la,
42
"Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kalian kelak akan menemui-Nya." (Qs: Al-Baqarah: 223).
"Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang beriman) pada hari mereka menemui-Nya adalah salam." (Qs: ;\1-Ahzab: 44).
"Barangsiapa mengharapkan pe1jumpaa11 dengan Tuhannya." (Qs: AlKahfi: 110).
Para pakar bahasa telah sepakat bahwa jika kata pertemuan dinisbahkan kepada Yang Maha Hidup dan Maha Selamat maka itu berarti melihat dengan mata kepala. 13 Begitu juga firman Allah Subhdnahu wa Ta 'la,
"Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguhsungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya. " (Qs: AlInsyiqaq: 6). Jika dhomir ha' pada kata mulaqihi pada ayat di atas kembali kepada amal perbuatan, maka amal perbuatan tersebut dilihat di kitab catatan amal perbuatan dalam keadaan utuh. Jika kembali pada Allah Subhdnahu wa Ta 'la, maka itulah pertemuan dengan-Nya seperti yang dijanjikan kepadanya. 14 Firman Allah Subhdnahu wa Ta 'la,
43
~
C)
,,.
('\', :~ y.) o)\,!jj (.~1 i~I
;;:.:I
;:;...w
Bagi orang-orang yang berbuat baik ada pahala yang baik (al-husna) dan tam-bahannya. (Qs: Yunus: 26). Yang dimaksnd dengan al-husna pada ayat di atas adalah surga dan
ziyddah adalah melihat wajah Allah Yang Mulia. Begitulah penafsiran Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, orang yang mendapatkan wahyu AlQur'an dan para sahabat generasi sepeninggalnya. Ali Ash-Sabuni berkata: Firman Allah "Bagi orang-orang yang berbuat
baik, ada pahala yang terbaik (surga)", artinya: orang-orang yang berbuat baik, beriman dan beramal shalih akan mendapatkan ganjaran yang terbaik, yaitu surga. "Dan tambahannya", artinya: memandang wajah Allah SWT yang Maha Mulia. 15 Ibnu Katsir berkata: Kata "tambahan" dari firman Allah SWT "Bagi
orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga)dan tambahannya'', maksudnya, "Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)" (Qs: Ar-Rahman :60). Yalmi pengadaan pahala amal perbuatan, mencakup semua yang Allah berikan kepada mereka di surga dan hal-hal yang disembunyikan Allah untuk mereka dari kenikmatan yang sedap dipandang mata dan lebih baik serta lebih tinggi dari ha! tersebut, yaitu memandang wajah Allah yang Mulia. 16
44
Sebagaimana diriwayatkan Muslim dalam Shahih-nya hadits dari Hammad bin Salamah dari Tsabit dari Abdurrahman bin Abu Laila dari Shuhaib Radhiyalldhu Anhu yang berkata, 17 "Rasulullah Shallalldhu Alaihi wa Sallammembaca ayat berikut, 'Bagi orang-orang yang berbuat baik ada pahala yang baik (al-husna) dan tambahannya'. " Kemudian sabda beliau, "Jika penghuni surga telah memasuki surga dan penghuni neraka telah memasuki neraka, maka penyeru memanggil, Wahai penghuni surga, sesungguhnya Allah mempunyai janji zmtuk kalian yang ingin Dia penuhi!' Penghuni surga berkata, Janji apa yang dimaksud? Bukankah Allah telah memberatkan timbangan amal kami, membuatputih wajah kami, memasukkan kami ke dalam surga dan menjauhkan kami dari neraka?' Lalu tirai dibuka, mereka pun melihat Allah. Mereka tidak diberi sesuatu yang lebih mereka sukai ketimbang melihat Allah. Itulah yang dimaksud dengan ziyddah (tambahan)'." (Diriwayatkan Muslim, Tirmidzi dan Ahmad).
C. Istri-istri Pcnghuni Surga
"Dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya." ( Qs: Al-Baqoroh: 25 ) Al-Azwiii adalah jamak dari kata zaujun. Wanita adalah pasangan laki-
laki dan laki-laki adalah pasangan wanita. Inilah arti yang benar tentang maksud kata al-Azwdj. Itulah bahasa Quraisy dan dengannya Al-Qur'an diturunkan. Ada kalangan bangasa Arab yang mengatakan, "Zaujah (istri). " ini pun amat langka dan nyaris tidak mereka ueapkan. Adapun kata muthahharoh, kendati ia adalah kata sifat tunggal, ia diperlakukan sebagai
kata sifat jamak. 18 Seperti firman Allah Ta 'la:
~ ~G...Aj
"dantempat-
tempat yang bagus." (Qs: At-taubah: 72). Maksud kata muthahharoh pada
45
ayat cliatas aclalah wanita yang snci clari menstruasi, urine, nifas, tinja, ingns, Judah clan seluruh kotoran wanita-wanita clunia. Selain itu, ia clisucikan hatinya clari akhlak yang jelek clan perilaku bejat. Disucian lisannya clari perkataan kotor clan jorok. Disucikan cintanya sehingga ia ticlak tertarik kepacla laki-laki selain suamlnya. Dan pakaiannya cli::ucikan sehingga ticlak terkena najis clan kotoran. 19
(ct : 06:...lll) .Lf.? ""
/
_)_J~ ~G,.~j) 2-JJJS-""
,,.
/
"Demikian/ah. Dan Kami berikan kepada mereka bidadari yang bermataje/ita." (Qs: Acl-Dukhan: 54) Al-Hur aclalah jamak clari kata haura' yaitu wanita mucla usia yang cantik mernpesona, kulitnya mulus clan biji matanya :;angat hitam. Zaicl bin Aslam berkata, "Al-Haura' aclalah wanita yang matanya amat putih bersih clan inclah." Mujahicl berkata, "Al-Haura' aclalah wanita yang matanya halus sehalus kulit clan putih seputih warna." Hasan berkata,"Al-Haura' aclalah wanita yang matanya amat putih clan biji matanya amat hitam. 20
Al- 'Jn aclalah jamak clari kata aina' yang berarti wanita yang bola matanya besar. Rajulun a 'yun jika mata orang orang itu besar clan itu pun kalau acla. lmriiatun aina' artinya wanita yang bola matanya besar jamaknya aclalah al- 'in. Yang benar aclalah bahwa al 'in
aclalah wanita yang matanya
menghimpun sifat-sifat keelokan clan kecantikan. 21
19
lhirl h 111
46
"Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah . disentuh oleh manusia sebelum mere/ca (penghuni-penghuni surga yang'meryadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. Maka ni'mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Seakanakan bidadari ilu permata yakut dan mw:jan. " (Qs: Ar-Rahman: 56-58) Allah Subahanahu wa Ta'a/a menyifati bidadari-bidadari surga dengan sifat menundukkan pandangannya dengan tidak memandang pria lain selain suaminya dalam tiga tempat:
Pertama, ayat di atas. Kedua, firman Allah Ta 'ala di surat Ash-Shaffat,
. . ( t /\ : --:_,Ll..,aJI) ~ 0~\\ :.:_,\~\..; ~i'._y) ,
,, ,..
,,
,..
Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang sopan yang memmdukan pandangannya dan matanyajelita." (Qs: Ash-Shaffat: 48). Ketiga, firman Allah Ta'a/a di surat Shad,
. :'._,;1)\ ~~II :.:_,1~1_; ~~) ,
(o\ :u")
,
"Dan pada sisi mereka ada bidadari-bidadari yang menundukkan pandangannya dan sebaya umurnya." (Qs: Shad: 52). Para pakar tafsir bersepakat bahwa pandangan bidaclari-bidadari surgawi hanya terfokus kepada suaminya masing-masing dan bahwa mereka tidak tertarik kepada pria selain suami mereka. Konon yang dimaksudkan dengan ketiga ayat di atas bahwa pandangan suami-suami mereka hanya te1tuju
47
kepada mereka. Pesona mereka yang tinggi dan kecantikan mereka membuat suami-suami mereka tidak tertarik melihat wanita-wanita selain mereka. Penafsiran terakhir dapat dibenarkan kalau melihat sudut makna ayat. Adapun dari sudut pandang kata bahwa qdshirdtun adalah sifat yang disandarkan kepadafail (subyek) hisanul wujuh (cantik wajahnya). Jadi asal kata tersebut
adalah qdshirun thwfuhum artinya bahwa mereka tidak tertarik dan melewati batas. 22 Adapun kata "atrdb", maka ia adalah kata jamak dari kata 'tirbun' berarti yang sebaya." Abu Ubaidah dan Abu Ishaq berkata, "Atrdb adalah aqrdn (sepantaran) miinya bahwa usia mereka sama." Ibnu Abbas dan semua
pakar tafsir berkata, "Mereka sama seusia dan satu kecenderungan. Usia mereka adalah tiga puluh tiga tahun." Mujahid berkata, "Atrdb adalah amtsdl (seusia)." Abu Ishaq berkata, "Mereka berada pada puncak kedewasaan dan kecantikan. 23 Firman Allah -Ta 'ala, "Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan." (Qs: Ar-Rahman: 58).
Hasan dan sebagim1 besar pakar tafsir mengatakm1, "Bidadm·i-bidadari surga itu bening seperti permata yakut dan putih seperti permata mmjan. Allah mengibaratkan warna kulit mereka sejernih dan seputih permata yakut dan mmjan. Hal ini dipe1jelas dengan pernyataan Abdullah, 'Bahwa bidadaribidadari surga mengenakan tujuh puluh pakaian dari sutra. Sumsum tulang betis mereka bisa dilihat dari balik pakaian sebanyak itu. Yang demikian itu
48
karena Allah Ta'ala befirman, 'Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan
marjan.' (Qs: Ar-Rahman: 58). Ketahuilah, bahwa permata yakut adalah batu indah. Jika Anda meletakkan sesuatu di tengah-tengahnya, Anda bisa melihatnya dari balik Juar." 24
D. Ciri-ciri Bidadari-bidadari Surga Bidadari merupakan nikmat yang diberikan Allah SWT kepada penghuni surga, dan termasuk pokok kenikmatan yang paling baik dan paling lezat. Banyak ayat dalam Al-Qur'an yang menjelaskan tentang sifat-sifat mereka yang sangat baik dan mulia. 25 Oleh karena itu, Allah SWT membentuk mereka dengan bentuk yang sangat menarik. Allah SWT adalah yang menciptakan seluruh makhluk, maka Dia pula yang tahu letak-letak keindahan yang memikat, sehingga seluruh keindahan yang memikat itu diletakkan pada bidadari. Dan ini, termasuk keajaiban clan kebagusan ciptaan-Nya. 26
1. Dipingit di Kemah-kemah Tentang ciri-ciri mereka, Allah Ta'ala befirman, 0
0
(Y \ :c/')\) 1YJI l~ ,.. ,.. .. ,.. ol~~ ~_f "(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam kemah." (Qs: Ar-Rahman: 72).
24
Ibid, h. 321 Mahir Ahmad ;\.sh-Shufi, Ensiklopedia Surga (kenik111atan, istana, dan bidadarinya) (Jakarta: Pustaka Azzam, 2005), cet-1, h. 318 26 Ibid, h. 319 25
49
Maqshurdtun maksudnya adalah mahbusdtun (yang ditahan). Abu
Ubaidah berkata, "Mereka dipingit di kemah-kemah." Kata Abu Ubaidah lebih lanjut, "Selain itu, ada penafsiran yang lain bahwa bidadari-bidadari tersebut perhatiannya hanya terfokus pada suami-suami mereka dan di kemah-kemalmya, mereka tidak tertarik melihat pria-pria selain
suami~
suami mereka. 27 2. Cantik WaJahnya dan Bagus Akhlalmya
Allah Ta 'la befirman,
"Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik." (Qs: Ar-Rahman: 70).
Khairadtun adalah jamak dari kata khaircitun dari kata khayyirdtun
seperti kata sayyiddtun dan layyindtun. Hisan aclalah jamak dari kata hasandtun. Maksudnya bidadari-biclaclari tersebut baik akhlaknya dan
cantik wajahnya. 28
3. Perawan, Kaya Cinta dan Sebaya
Allah Ta 'la befirman,
(1 A-fo :Wl}I)
50
"Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung. Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Penuh cinta lagi sebaya umurnya. (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan. "(Qs: Al-Waqiah: 35-38). Dhomir (kataganti) hunna (mereka) pada kata. ansya'hunna kembali kepada wanita-wanita. Konon katafurusy pada firman Allah Ta'la, "Dan kasur-kasur yang tinggi." Adalah kiasan yang berarti wanita, seperti halnya mereka dikiaskan dengan kata qawcirfr (kaca) dan lain sebagainya. Namun kata marfuatin (yang tinggi) membantah penafsiran tersebut. Terkecuali jika yang dimaksudkan dengan tinggi tersebut adalah tinggi kedudukannya. 29 4. Payudarnnya Montok
Firman Allah Ta 'la, ,..
,..
,..
,..
"
"
:il
(II-I\ :WI) ~1)\ ~IJS'j ~~\j J;i::blj~ ~ 01 ,.. ,.. ,,, ,, ,.. "Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapatkan kemenangan. (Yaitu) kebun-kebun dan buah anggur. Dan gadis-gadis remaja yang sebaya." (Qs: An-Naba': 31-33). Kawci 'iba adalah kata jamak dari kata kci 'ibun yang berarti wanita yang montok payudaranya. Qatadah, Mujahid dan pakar tafsir berkata, "Al-Kalbi berkata, 'Mereka adalah wanita-wanita yang menonjol payudaranya dan bulat. Asal muasal kata tersebut dari al-istidcirah yang berarti bulat. Maksudnya bahwa payudara mereka montok laksana buah delima
51
dan tidak menjulur ke bawah. Mereka digelari nawahid dan kawd 'ib (wanita-wanita yang montok payudaranya) 30
E. Nama-nama Surga 1. Al Jannah
Nama pertama adalah ~I al Jannah (surga). Nama di atas mencakup negeri tersebut dan seluuh jenis kenikmatan, kelezatan, kebahagiaan, kesenangan dan hal-hal yang menyejukkan mata. Asal kata ~I al-jannatu dari kata ji.u.ll as-sitru dan ~II at-taghthiatu artinya
tertutup. Termasuk kata LJ:;.l;.ll al-janinu yang berarti janin karena ia tersimpan dalam rahim. Dan 64-11
al-jannu yang berarti jin karena
tersembunyinya dalam pandangan. Juga
~I
al-mijanu yang berarti
perisai karena ia melindungi wajah. Juga ~I al-majnunu yang berarti orang gila karena akalnya hilang dan tersembunyi. Serta 64-11 al-jannu adalah ular kecil yang sangat halus. Dari sini 61.:\.u.;JI al-bustdnu yang berarti taman, dinamakan ~I aljannatu (surga) karena ia menutupi orang yang masuk ke dalamnya
dengan pepohonan. Penamaan dengan kata ini hanya diperkenankan pada tempat yang banyak pepohonannya dan banyak jenisnya. 431 Al-jinnatu adalah apa saja yang bias dipakai untuk menutupi dirinya, baik perisai atau
52
lainnya. 31 Diantara pecahan kata al-jannatu adalah kata al jinnatu seperti firman Allah Subhdnahu wa Ta 'la,
"Dari (golongan) jin dan manusia." (Qs: An-Nas: 6)
2. Darus-Salam (Negeri Penuh Kesejahteraan) Allah menamakan surga dengan nama yang demikian dalam firmanNya,
"Bagi mereka (disediakan) Ddrus-Salam pada sisi Tuhannya." (Qs: Al-An'am: 127).
"Dan Allah menyeru (manusia) ke Ddrus-salam. "(Yunus: 25).
Dan surga layak dengan nama ini, karena ia adalah negeri keselamatan dari semua musibah, penyakit dan hal-hal yang tidak menyenangkan. Surga adalah negeri Allah dan nama Allah Subhdnahu wa
Ta 'la adalah As-Salam yang memberi keselamatan kepada surga dan kepada penghuninya.
32
53
3. Darul Klmldi (Negeri Abadi) Surga dinamakan dengan nama demikian karena penghuninya tidak pergi daripadanya untuk selama-lamanya sebagaimana yang difirmankan Allah Ta 'la, 33 j.
( \ 'A : :;, 3.!0) ~ J~
,
?
,,.
-;:
/
,.lW:-
"Sebagai karunia yang tiada putus-putusnya. "(Qs: Huud: 108). ,,.. _, ,,, .... "' (oz : ~) ;,Ll5 ::_,,, ;.J G Gj) I~ 0) ).
~
,,.
,,.
....
"Sesungguhnya ini adalah benar-benar rezki dari Kami yang tiada habis-habisnya." (Qs: Shad: 54).
"Buah-buahannya tidak pernah berhenti sedang naungannya (demikian pula). "(Qs: Ar-Ra'd: 35).
( zA
: _r:JI)
0::>.-~ , ,
LP, ~ G)
"Dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya." (Qs. Al-Hijr: 48). 4. Darul Muqamah (Tempat Kecliaman)
Allah
Ta 'la befirman menceritakan tentang penghuni Diirul
J\1uqiimah,
,.1
(10: _;kill)
j.
J
yjl
54
" Yang telah menempatkan kami dalam Ddrul Muqdmah dari karunia-Nya; di dalamnya kami tidak merasa lelah dan tidak pula merasa lesu'." (Qs: Fathir: 35). Muqatil berkata, "Yang telah menurunkan kami di negeri abadi. Mereka bertempat tinggal di clalamnya selama-lamanya dan tidak mati serta ticlak pindah dari padanya untuk selama-lamanya." Al-Farra' dan AzZajjaj berkata, "Al-Muqdmah seperti kata al-iqdmah (domisili)." 34 5. Jannatul Ma'wa (Surga Tempat Tinggal) Allah Ta 'la befirman,
c\ o
_,\ 'f't J~, : r·-1) 0 -"..<>JI J..;.;,,-
"Di dekatnya adajannatul Ma'wa." (Qs: An--Najm: 15).
Ma'wa aclalah kata yang menunjukkan tempat dari kata awa ya'wa jika cligabungkan ke dalam tempat dan ia bertempat tinggal di dalamnya. Atha' berkata dari lbnu Abbas, "Jannatul Ma'wa adalah tempat tinggal Jibril dan Mikail" Muqatil dan Al-Kalbi berkata, "Jannatul Ma'wa aclalah tempat tinggal arwah orang-orang yang beriman."
Ka' ab berkata,
"Jannatul Ma'wa adalah surga di dalamnya terdapat burung yang berwarna biru clan di clalamnya arwah para synhada' berputar-putar." Aisyah
Radhiyalldhu Anhd dan Zur bin Habisy berkata, "Jannatul Ma'wa adalah salah satu clari surga yang ada. "35 Yang benar bahwa Jannatul Ma'wa adalah salah satu nama surga sebagaimana yang difirmankan Allah Ta 'la,
55
( Z. \ -
I I i • :c:.;l>:- jwl) c> '1, jt...JI I .
"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya, Jannatul Ma'wa adalah tempat tinggalnya. "(Qs: An-Nazi'at: 40-41).
6. Surga Adeu
Konon bahwa aden adalah salah satu nama dari nama-nama surga. Yang benar bahwa ia adalah nama bagi keseluruhan surga clan semua surga namanya adalah Surga Aden. 36 Allah Ta 'la befirman,
"Yaitu surga-surga Aden yang telah dUanjikan oleh Tuhan Yang1Vfaha Pemurah kepada hamba-hamba-Nya, sekalipun surga tersebut tidak nampak (gaib)." (Qs: Maryam: 61).
"(Bagi mereka) Surga Aden, mereka masuk ke dalamnya. Fathir 33).
(\ \ :~I) 0'..tJ, c:.;L;_ i} ~
/
/
(Qs:
JGj /
"(Dan memasukkan kalian) ke tempat tinggal yang baik di dalam Surga Aden." (Qs: Ash-Shaff: 12).
Ayat tersebut menunjukkan bahwa secara umum seluruh surga adalah Surga Aden karena berarti menetap untuk selama-lamanya. Dikatakan 'adina bil makdni jika ia menetap di dalamnya. 'Adintal balada
56
jika Anda menginjakkan kaki di dalamnya. 'Adinatil ibilu bi makiini jika unta tersebut berada di tempat tersebut dan tidak pergi daripadanya. AlJauhari berkata, "Di antara nama surga adalah Su:rga Aden yang berarti bertempat tinggal di dalamnya. Dan dari pecahan kata tersebut adalah kata al-ma'dinu karena manusia bertempat tinggal di dalamnya pada musim
hujan dan musim kemarau. Markas segala sesuatu dinamakan al-ma'dinu. Al-'Adinu berarti unta yang berada di padang gembala. 37 7. Darul Hayawan (Ncgeri Yang Sesungguhnya)
Allah Ta 'la befirman,
"Dan sesungguhnya akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya." (Qs: Al-Ankabut: 64).
Yang dimaksud dengan kehidupan yang sebenarnya pada ayat di atas adalah surga menurut pakar tafsir. Mereka berkata, "Dan sesungguhnya akhirat yakni surga adalah negeri kehidupan yang tidak ada kematian di dalamnya." Al-Kalbi berkata, "Yang dimaksud dengan kata haydwan di atas adalah kehidupan yang tidak ada kematian di dalamnya." Az-Zajjaj berkata, "Yang dimaksud dengan haydwan pada ayat di atas adalah kehidupan yang selama-lamanya." Menurut pakar bahasa Arab bahwa yang dimaksud dengan haydwan adalah kehidupan. Abu Ubaidah dan Ibnu Qutaibah berkata, "Kehidupan adalah hayawan itu sendiri." Abu Ubaidah berkata, "Al-Haydwanu dan al-hayyu artinya adalah sama yang
57
berarti kehidupan." Abu Ali berkata, "Al-Hayiiwan adalah kata benda
mashdar. Al-Hayah adalah kata benda mashdar seperti al-jilbah. AlHayiiwan seperti kata an-nazawan atau al-ghalayan. Sedang al-hiyyu adalah seperti al-'iyyu. "38 8. Firdaus
Allah Ta 'la befirman,
'
~ ~ ~:,;';11
,.
).
c
.<)}))JI (\ \-\. :Liy.oj-1.1)
"Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi. (Yakni) yang akan mewarisi Surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya." (Qs: AlMukminun: 10-11 ).
Uj u"J;')1 ~G,_ ~ :.:..St5- uG...l~I 1)~j 1_;1~ ::r-iJ1 01 ,
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, bagi mereka adalah Surga Firdaus menjadi tempat tinggal. Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin pindah daripadanya." (Qs: Al-Kahfi: 107-108).
Konon bahwa firdaus adalah nama untuk seluruh surga dan konon pula bahwa firdaus adalah surga yang paling mulia dan paling tinggi. Sepertinya surga lebih pantas dengan nama ini dari pada nama-nama lainnya. Asal kata firdaus adalah al-bustiinu yang berarti taman. Kata jamaknya adalah alj'ariidisu seperti al-basiitinu. Ka'ab berkata, "Firdaus
58
adalah taman yang ada anggur di dalamnya." Laits berkata, "Firdaus adalah surga yang ada anggur di dalamnya." Dhahak berkata, "Firdaus adalah surga yang dipenuhi dengan pe-pohonan dan ini adalah pilihan Mubarrad." Mubarrad berkata, "Firdaus seperti yang saya dengar dalam pembicara'an orang-orang Arab adalah pepohonan yang rimbun dan pohon yang paling ban yak di dalamnya adalah pohon anggur dan kata jamaknya adalah al:fariidisu. "Kata Mubarrad lebih !anjut, "Oleh karena itu, pintu al-
faraadiis dinamakan asy-syamu." Mujahid berkata, "Firdaus adalah taman dalam bahasa Romawi." Pendapat ini didukung Zajjaj dan ia berkata,
"Firdaus asalnya adalah bahasa Romawi yang ditransfer ke dalam bahasa Arab." Kata Zajjaj lebih lanjut, "Pada hakikatnya firdaus adalah taman yang menghimpun apa saja yang ada di seluruh taman." Hasan berkata,
"Dan sesungguhnya pahala Allah semuanya abadi taman-taman dari Firdaus dan di dalamnya semua ha! abadi. "39 9. Jannatun Na'im (Surga Kenikmatan) Allah Ta 'la befirman,
(A :0w.l)
~I ~G'.;,. ~ ,,.~w~I ,,. .... ,,,.
I_µ) 1_;1: :'.r-JJI 01 .,, ,,,.
....
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shalih, bagi mereka Janniitun Na'im." (Qs: Luqman: 8).
Janniitun Na'im juga merupakan nama surga yang mencakup keseluruhan surga karena ia menghimpun keseluruhan kenilanatan yang ada pada semua surga, mulai dari makanan, minuman, pakaian, gambar,
59
aroma yang wangi, panorama yang indah, tempat tinggal yang luas dan kenikmatan-kenilanatan lainnya yang bisa dilihat dan yang tidak bisa 11at.40 dI·1·1 10. Al-Maqam Al-Amin (Tempat Yang Aman)
Allah Ta 'la befirman,
(0 \ :Jl>-..lll)
~.f \Li: ~ ~\ - .... ,.,
-:;:.
,.
~
01 /
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam Maqdm Amin." (Qs: Ad-Dukhan: 51 ). J\;faqdm adalah tempat tinggal. Amin adalah aman dari segala
kejelekan, malapetaka dan hal-hal yang tidak menyenangkan serta yang menghimpun semua sifat-sifat an1an. Ia aman dari kemusnahan, kehancuran dan kekurangan. Para penghuninya merasa aman di dalamnya dari kemungkinan diusir dan kelelahan. 41 Firman Allah Ta 'la, ii)
,,,
I)
....
('\ :c:;~I) <.Y.:-4Ui ..\.QI \,ift,j /
/
/
"Dan demi kota (Makkah) ini yang aman." (Qs: At-Tin: 3).
Di mana penghuni merasa aman dari apa yang ditakutkan penghuni kota lainnya. Cobalah renungkan bagaimana Allah Subhdnahu wa Ta 'la menyebut kata aman dalam firman-Nya,
60
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam Maqdm Amin." (Qs: Ad-Dukhan: 51 ). Dan dalam firman-Nya, ,..
,..
'11 J
,..
coo :Jl>....lll) ~\,._ ~.$"\j ~ ~ 0;~ ::!
,..
,,
,..
"Di dalamnya mereka meminta segala macam buah-buahan dengan aman (dari segala kekhawatiran)." (Qs: Ad·Dukhan: 55). Pada kedua ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta 'la memberikan dua keamanan sekaligus kepada penghuni surga; keamanan lokasi dan keamanan makanan. Hingga mereka tidak khawatir terputus dari makan buah-buahan dim dampak efelmya. Mereka aman dari pengusiran dari padanya, tidak diliputi kekhawatiran, merasa aman di dalamnya dan tidak mat!. d'1 d aIamnya. 42 11. Maq'ad Sidq (Tempat Yang Disenangi) Dan Qadam Sidq (Pijakan Yang Disenangi)
Allah Ta 'la befirman,
coo-0%_ "Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman dan sungai-sungai. Di Maq'ad Sidq di sisi Tuhan yang berkuasa. "(Qs: Al-Qamar: 54-55). Di sini Allah menamakan Surga-Nya dengan maq'adun sidqun karena apa saja yang diinginkan di dalamnya; misalnya tempat yang
61
disenangi bisa diperoleh dengan gampang. Sebagaimana dikatakan
mawadddtun shddiqdtun jika cinta tersebut kuat dan sempurna. Atau ha/awdtun shddiqdtun atau ham/dtun shddiqdtun atau al-kalamu ashshidqu karena maksudnya tersampaikan. 43
"Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka: "Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka". ( Qs: Yunus : 2 )
BAB IV ANALISIS DATA
A. Tentang Surat Ar-Rahman
Surat Ar-Rahman adalah surat yang ke 55, terdiri alas 78 ayat, dan termasuk golongan surat-surat Madaniyyah. Diturunkan sesudah surat ArRa' du. Dinamai "Ar-Rahman" (Yang Maha Pemurah), diambil dari perkataan "Ar-Rahman" yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Ar-Rahman adalah salah satu dari nama-nama Allah. Sebagian besar dari surat ini menerangkan kepemurahan
Allah
s.w.t.
kepada
hamba-hamba-Nya,
yaitu
dengan
memberikan nikmat-nikmat yangtidak terhingga baik di dunia maupun di akhirat nanti. 1 Dia mempunyai bawaan yang istimewa, karena 31 kali satu susunan kata ayat diulang-ulang, namun tiap diulang tiap terasa lebih mendalam pengaruhnya ke dalam jiwa kita, bi la membacanya:
"Kurnia Tuhan yang manajuakah yang hendak kamu berdua dustakan?"
Ayat ini adalah berupa pertanyaan kepada dua makhluk Tuhan, yaitu manusia dan jin. Kepada kedua makhluk itu rnendapat seruan dari Tuhan supaya sadar akan hidupnya dan sadar akan hubungannya dengan Allah, sebagai Khaliqnya. Maka di dalarn Surat Ar-Rahman ini di.sadarkanlah kepada
Al~Qur'an dan te1jemahannya ke dalan1 bahasa Indonesia oleh Yayasan Penyelenggara Pente1jemah/ Pentafsir Al-Qur'an yang telah disahkan dan dicetak olch Departemen Agama Republik Indonesia, h. 884 1
63
manusia dan jin tentang kedudukan kedua makhluk itu di dalam wujud alam ini. Apabila surat itu dibaca dengan seksama dan khusyu' akan terasalah hubungan diri yang kecil ini dengan alam yang besar. Terlebih dahulu disebutkan secara tunggal sifat Tuhan yang utama: Ar-Rahman yang kita artikan Maha Pemurah, Pengasih dan juga Tuhan Pemurah. Dengan membaca ayat ini pada permulaan, yaitu menyebut sifat Allah yang utama, yaitu ArRahman, yang terbayang terlebih dahulu ialah betapa kasih Tuhan, betapa sayang Tuhan dan betapa murah Tuhan yang terbayang pada alam seluruhnya2 Kasih yang utama kepada insan ialah karena insan itu tidak dibiarkan terlantar tersia-sia, melainkan dikeluarkan mereka daripada gelap-gulita kepada terang-benderang, terutama sifat Ar-Rahman Ilahi itu dinampakkan dengan mengajarkan Al-Qur'an. Terdahulu disebutkan bahwasanya Tuhan Yang Rahman menurunkan Al-Qur'an, barn disebutkan Tuhan Menciptakan manusia. Bera1ti bahwa Al-Qur'an ialah sebagai penyambut dari kedatangan manusia yang akan lahir di dalam alam ini, bahwasanya mereka tidak akan disia-siakan dan tidak akan ditelantarkan. Dan manusia itu pun disuruh bercakap, menerangkan isi hatinya, sehingga dia dapat menerangkan apa yang terasa dihatinya kepada manusia yang lain, sehingga timbullah apa yang disebut pergaulan hidup. Begitu banyak makhluk Allah Ta'ala dalam dunia ini, namun yang sanggup mengutarakan apa yang terasa dihatinya dengan
2 Prof. DR. HAMKA, Tafsir Al-Azhar Ju::u ;<XVII, (Jakarta: Pustaka Panjimas, anggota !KAP!), h. 176
64
mulutnya hanya manusia. Makhluk Allah yang Jain tidak ada yang mempunyai kesanggupan demikian. 3 Timbul tenaga berfikir dan timbul tenaga dan keahlian menyatakan apa yang dapat difikirkan itu dengan kata-kata, dengan lidah, adalah alamat dari Rahman-Nya Allah Ta' ala. Dan dengan kesanggupan berfikir dan bercakap itu pulalah manusia dapat melihat matahari, melihat bulan dan melihat bintangbintang yang begitu indah tersebar di halaman langit. Kian bertambah pengetahuan manusia, bertambah dirasakan keindahan alam itu, telihat pada segala sesuatunya dijadikan dengan keseimbangan. Pe1jalanan matahari dengan hitungan tahun yang 12 bulan dalam setahun. Demikian jika peredaran bulan beredar selama 12 bulan pula. Namun belas kasihan Ar-Rahman itu pula yang membuka fikiran manusia buat mengetahui alangkah indahnya kasihsayang Allah dalam keseimbangan jalan bulan dan jalan matahari. Matahari tetap beredar 365 hari dalam setalrnn itu dan bulan 354 hari. Perbedaan kecepatan yang 11 hari dalam setahun itu menfmjukkan bal1wa semuanya diciptalrnn dalam keseimbangan tertentu. 4 Semuanya itu berjalan dengan teratur, dengar. serba keseimbangan, keadilan dan keindahan. Pertemuan di antara Jamal, yang berarti indah. Jalal yang berarti mulia dan Kamal yang berarti sempurna. Tetapi diperingatkan lagi bahwasanya semuanya itu adalah ALAM. Tabiat dahulunya tidak ada, kemudian diadakan dan setelah itu akan fana atau lenyap, dan yang tetap kekal tidak pernah fana dan ticlak pernah lenyap ialah ALLAH itu sencliri.
65
Ketiadaan, kemudian itu ada dan kemudian itu lenyap, adalah semuanya itu kenyataan daripada sifat Ar-Rahman Jlahi. 5 Di dalam 78 ayat dalam Surat ini, ayat demi ayat kita diberitahukan tentang sifat Ar-Rahman itu merata dalam seluruh alam. Lalu diberitakanlah kepada kita manusia ini agar merasakan sifat Tuhan Ar··Rahman itu dengan' mengambil inti sari dari sifat itu sendiri, memasukkan pula kepada diri kita sifat Rahman itu sedaya-upaya kita, sehingga diri terhindar daripada sifat benci, sifat sombong, sifat merasa diri telah besar, padahal kita hanya makhluk yang lemah tidak ada berdaya dan tidak ada upaya kalau tidak dengan ridha dari Allah. 6 Maka seluruh isi Surat adalah memperingatkan kita akan arti hidup dan hubungan suasana yang mesra dengan Ilahi Yang Menciptakan kita, yang dari Dia kita datang, dengan izinNya kita hidup di dunia ini dan kepadaNya kita akan kembali.
B. Analisis Terjemahan ayat-ayat Bertema Surga dalam Surat Ar-Rahman Surat Ar-Rahman menyebutkan bermacam-macam nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada hamba-hambanya yaitu dengan menciptakan alam dengan segala yang ada padanya. Kemudian diterangkan pembalasan di akhirat, keadaan penghuni neraka dan keadaan penghuni surga. Dan
5
6
Ibid h 177 Ibid h. 177
66
diterangkan pula keadaan di dalam surga yang dijanjikan Allah kepada orang yang bertakwa. 7 Dari 78 ayat yang terdapat pada surat Ar-Rahman. Ayat-ayat yang bertemakan surga ada 17 ayat, mulai ayat 64 sampai dengan ayat 78. Ayat terakhir surat Ar-Rahman adalah penutup semua ayat di dalamnya. Analisis terjemahannya adalah sebagai berikut : ,
.
,
{t'\: ~)I} ,w~ ,.\./) ~~ ~~ ~j , "Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga" (Ar-Rahman: 46)
Terjemahan di atas merupakan hasil karya Y ayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al-Qur'an yang telah disahkan dan dicetak oleh Departemen Agama Republik Indonesia serta beberapa te1jemahan berikutnya dalam surat Ar-Rahman di ayat-ayat yang menjadi objek penelitian penulis, kemudian disingkat dengan "terjemahan A." Pada te1jemahan tersebut
khabarnya didahulukan yang diikuti mubtada ha! ini dapat kita ketahui menurut analisa gramatikal berikut ini. Kata u~ , keduclukannya sebagai mubtada yang diakhirkan. Khabarnya aclalah kalimat .._;:; ~IL
ul.l
()A! yang tercliri clari jar-majrur. Khabar yang
tercliri clari jar-majrur selalu menyimpan kata yang tersembunyi clan sesungguhnya kata itulah khabarnya. Jika kata itu clidzahirkan, maka berbentuk kata kerja (t_;W>.. Jt.i), yaitu kata ·~ atau kata
.fo.....:i , atau kata
67
benda yang diambil dari kedua kata kerja tersebut yaitu kata
u~lj
atau
ulfo... sehingga kalimatnya sebagai berikut:
Dengan te1jemahan sebagai berikut:
a. Dan dua surga diwqjibkan bagi orang yang ta/wt akan saat berdirinya
dihadapan Tuhannya b. Dan dua surga ditetapkan bagi orang yang takut akan saat berdirinya
dihadapan Tuhannya Dengan demikian dari struktur seperti itu dimaksudkan, bahwa bagi orang yang takut akan saat berdirinya dihadapan Allah swt, untuk dihisab, maka mereka akan mendapatkan dua surga. Oleh karena itu, manusia dan jin melaksanakan kewajiban dan menjauhi segala jenis maksiat. Dari analisa grmatikal tersebut, maka penulis bermaksud untuk menterjemahkan mubtada terlebih dahulu yang cliikuti khabarnya. Terjemahan dari penulis (selanjutnya disingkat
"Te~jemahan
P") adalah
sebagai berikut;
"Dan dua surga akan ditetapkan bagi orang yang takut akan saat berdirinya dihadapan Tuhannya (untuk menghisab manusia dan jin)" (ArRahman: 46). 0/
{ t A:
,
i.:ra-)1 } i:Jw( T.i'lj~ ,
Terjemahan (A) sebagai berikut:
" Kedua surga itu mempunyai pohon-pohon dan buah-buahan" (ArRahman: 48)
68
Pada te1jemahan tersebul khabarnya didahulukan yang diikuli mubtada hal ini dapat kita ketahui menurul analisa gramalikal berikul ini Ayat di alas lerdiri alas ~I L...OL.;,,,, - L...OL.;,,,, , mudhafaya lli:_i:i dan
mudhaf ilaihnya
will! . Kalimat ini kedudukannya sebagai naat alau sifat dari
kata 0~ pada ayat sebelumnya. lli:_i:i adalah bentuk mutsanna dari kata wl~ arlinya mempunyai atau memiliki. Ciri khas kalirnat mutsanna adalah dilambahkannya alif dan nun di akhir kalimat lersebut, akan lelapi pada kata
u1:.i:i nunnya dibuang karena ia diidofatkan. will! benluk jamak dari kala ~ artinya : dahan-dahan ( 0~ :,.1 ) alau macam-macam pohon-pohonan dan
buah-buahan. Te1jemahan (P) sebagai berikut:
"Kedua surga itu memiliki bermacam-macam pohon dan buah" (ArRahmiin: 48)
{~. : i:?")1}
.:i~}J .:i~ ~
,,,
,,,
,,,
,,, "'
Te1jemahan (A) ,
"Dari dalam kedua surga itu ada dua macam mata air yang mengalir "(Ar-Rahman: 50)
Pada terjemahan lersebut kasusnya sama, yailu khabarnya didahulukan yang diikuli mubtada ha! ini dapal kila ketahui menurul analisa gramalikal berikul ini Kata ~ adalah khabar yang didahulukan dari mubtada. Mubtadanya yailu kala 0~ . Dhomir atau kata ganti pada kala ,-,d adalah kala ganti dari
69
,)~\). Kata i.)y~ adalah kata ke1ja yang berkedudukm1 sebagai A..i...,, (sifat)
dari kata 0~ , sehingga kalimat i.)y~ 0~ ~ te1jemahannya "Di dalam kedua surga itu ada dua ma/a air yang mengalir yaitu, "Dari da/am dua surga itu mengalir dua sungai a/au dua ma/a air". Terjemaban menurut analisa
gramatikal adalah sebagai berikut Terjemahan (P) "Ada dua macam mata air yang mengalir dari dalam kedua surga itu" (Ar-Rahman: 50) ,
,,
{~ ~: \?")1} ,,w~jj a¥~ JS' if~ ,... ,, ,,. ~
....
Terjemahan (A) "Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasang-pasangan. "(Ar-Rahman: 52)
Pada terjemahan tersebut kasusnya juga sama, yaitu khabarnya didabulukan yang diikuti mubtada ha! ini dapat kita ketahui menurut analisa gramatikal berikut ini Kata ~ penjelasannya sama pada ayat ke 50. Kata ~li LJ5; U,. adalah jar-majrur yang menjadi penjelas kata i.)~'.,j . Sedangkan kata ,:.}:;,._:,) sendiri
adalah mubtada yang diakhirkm1. Khabarnya yaitu kat« ~ . ~ Terjemahannya "Di dalam kedua surga itu .... "
terjemahannya: "Dari setiap jenis buah-buahan" uC,.'._i) terjemahannya: dua pasangan. Sehingga terjemahan menurut analisa gramatikal adalah sebagai
70
Terjemahan (P)
"Ada dua pasangan dari setiap jenis buah-buahan di dalam kedua surga itu" (Ar-Rahman: 52)
Terjemahan (A)
"A!fereka bertelekan di alas permadani yang sebelah dalamnya dari sutera. Dan buah-buahan kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat" (ArRahmiin: 54) Kata (J,_;5~·. mansub, kedudukannya sebagai ha!. Shahibul ha! kata (JJ_;5I', dibuang bersama amilnya yaitu fiil dari fail dari kata w~ yang artinya
mereka menikmati.
Kata <.fa_)
u1<'
penjelasan dari ~ yaitu mereka
bersandar di alas kasur. Dan ~! 6A 4-J.ilb;, !+lit.hi jamak dari kata ~I.hi artinya bagian dalamnya !win kasur ini terbuat dari sutra. Kata bersandar, kata dasarnya sandar yang bermakna: bersandar kepada, pada, atas, berdiri,
duduk,
terletak
dan
sebagainya.
Bersandarkan pada,
menggunakan
punggung, lambung, atau dada pada sesuatu supaya lebih enak duduknya dan sebagainya, disandarkan pada. 8
~
pada Al-Qur'an diterjemahkan
bertelekan, sama dengan mereka bertelekan atau mereka bersandar. Sedangkan bertelekan, kata dasarnya bertele, bertelekan, menumpukkan
tangan (siku) pada, tertumpu dengan kedua be/ah tangan. 9 Kemudian asal
71
kata ~ berarti memetik, tetapi di sini buah-buahan yang layak dipetik di kedua surga ini sangat dekat i:fi. ujl\)11 ~
adalah idhafah,
uW>..
= ~ dan "-:;II
uW>..
kedudukannya sebagai mubtada dan khabarnya adalah
kata
= u',1\:.11
wlJ. Jadi
te1jemahan menurnt analisa 'gramatikal adalah sebagai berikut, Terjemahan (P)
"Penghuni surga bersandar di atas kasur-kasur yang bagian dalamnya terbuat dari sutra (tebal) dan buah-buahan kedua surga itu dapat dipetik dari dekat" (Ar-Rahman: 54)
Terjemahan (A)
"Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mere/ca (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin." (Ar-Rahman: 56). Kata ~ yang dhomir di dalamnya, adalah dhomir jamak muannas (C:U.J.. ~ ) dhomir ini adalah kata ganti (dhomir) dari kata ~':II yang artinya
nikmat yang banyak, terdiri dari surga, mata airnya, buah-buahan, bidadaribidadari, kasur, dan sebagainya. Atau kata ~ kata ganti dari ..::..~\ yang artinya surga-surga, yang diwakili dengan kata (J;!li~I Karena kata ini sudah mencakup semua kenikmatan tadi.
yaitu dua surga.
72
Kemudian kedudukan kata ~ sebagai khabar yang didahulukan dari
mubtadanya yaitu kata
,.O)oll 2'1Y.,t§
yang artinya, wanita-wanita yang
memendekan pandangan (menjaga pandangan) sehingga hanya melihat suaminya saja. Lanjutan ayat tersebut adalah,
Kata
06 l_.hj ;.i
adalah kata yang menambahkan penjelasan tentang sifat-
sifat wanita-wanita surga (bidarai-bidaclari surga), yaitu bahwasannya mereka belum tersentuh oleh manusia atau jin.
Jacli terjemahan menurut analisa penulis aclalah sebagai berikut, Te1jemahan (P)
"Ada bidadari yang sopan mnundukan (menjaga) pandangan di dalam kedua surga itu, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin." (Ar-Rahman : 56)
Te1jemahan (A)
"Seakan-akan bidadari itu permata ya/cut dan mmjan" (Ar-Rahman: 58)
Kata
khabar.
()ts kedudukannya adalah menasabkan isim dan merafa1rnn
73
Adalah sebuah kata yang digunakan untuk mengungkapkan suatu perumpaan. Dan yang dijadikan perumpaan di sini adalah bidadari-bidadari surga yang diserupakan dengan 2-i~t;ill
=
permata-permata dan 6~'.,;JI
=
mutiara-mutiara kecil yang putih atau berwarna merah dan bercahaya.
Kata ~~91 dan
6~'.,;JI itu adalah dua kata yang menfmj'ukkan dua
jenis mutiara, walaupun, kata yang menfmjukkan jenis sesuatu itu berbentuk mufi"ad, namun sudah mencakup semua benda-benda pada jenis tersebut.
Sebagaimana cakupan kata
:i+SLi pada ayat sebelumnya. Walaupun antara :i+Swl diungkapkan dengan
keduanya memiliki sebab yang berbeda. Kata
bentuk nakirah, sedangkan kata 2-i~t;ill dan i:i~:,;JI diungkap dengan bentuk kata yang diawali dengan " JI " yang menunjukkan j-enis. Dengan kata lain ~ r~I,; ...Al~\
dengan demikian te1jemaham1ya adalah sebagai berikut,
Te1jemahan (P) "Mereka laksana permata yakut dan mutiara marfan" (Ar-Ralunan: 58)
0
lfJ
0
J
0
{ 'i • : i:,?- )1 } 0G.?~1 ~1 0G.?~1 s-Tfe ~ ,,
,,
,,. ,,
....
Te1jemahan (A) "Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)" (Ar-Ralunan: 60)
Kata
Ji> secara umum berfungsi sebagai kata tanya (istifham)
te1jemahannya Apakah? Untuk memahami tentang istijham khususnya tentang ha! mari kita perhatikan contoh-contoh berikut,
74
J
Apakah hewan itu berakal?
Apakah tumbuh-tumbuhan mempunyai kepekaan?
0
J.
0
~0r:,;;;J1 ~ ~ ,
-i
, ' , l.'.~-·\'~t\, 1;,. ......, ~ ~' iJ""'
Apakah benda itu dapat berkembang?
, , C:. ::> \'~ II ~ ' :' iJ""' I:;_
Pada contoh-contoh di atas tersirat dengan jela:> bahwa si pembicara tidak bimbang dalam mengetahui nisbah, sehingga ia tidak tahu apakah nisbah itu te1jadi ataukah tidak, jadi ia menanyakan ha! ini. Jawaban pertanyaan semacam ini dapat dijawab dengan "ya" bila nisbahnya terjadi, dan juga clengan "tidak" bila nisbah tidak terjacli. Dengan demikian kalimat tanya yang memakai ;Jib kita dapatkan bahwa ha! yang dikehendaki aclalah pengetahuan tentang nisbat, bukan yang lain. Kata ha! tidak lain untuk mencari tashdiq, dan bersamanya tidak dapat disebutkan banclingannya. Dengan kata lain, ha! digunakan untuk meminta tentang tashdiq, tidak ada yang lain; dan tidak boleh menyebut bandingan perkara yang ditanyakan dengan hal. 10 Tetapi di ayat ini ha! berfungsi sebagai .,.il '-'Y' (huruf yang membentuk kalimat negatif) dan memiliki arti/terjemahannya: "Tidal('. Kemudian kata setelahnya rafa' kedudukannya sebagai mubtada dilanjutkan dengan khabar yang terdiri dari istisna ( rUi:wl ), sehingga terbentuklah istitsna yang didalmlui oleh i).j kata
JA, ini berfungsi sebagai
75
pengkhususan, maksudnya: sesungguhnya ganjaran kebaikan itu hanya
kebaikan. Jadi terjemahan menurut analisa gramatikalnya adalah sebagai berikut, Terjemahan (P)
"Tidak ada ganjaran kebaikan melainkan (hanya) kebaikan" (ArRahman: 60)
{'\'I': .:?)1 }
0$ ~ J; 0-°J , ,
Te1jemahan (A)
"Dan selain dari dua surga itu ada surga lagi" (Ar-Rahman: 62). Ayat ini terdiri dari (jar-majrur) yang kedudukannya sebagai khabar yang didahulukan dari mubtadanya yang diakhirkan yaitu kata sedangkan dhomir yang ada pada kata
~JJ
w~,
6'> adalah kata ganti dari kata
~I pada ayat sebelumnya.
Kata wJJ mempunyai arti "di bawah" Wahbah Al-Zuhaili mengatakan bahwa kedua surga ini derajat dan keutamannya di bawah dari kedua surga sebelumnya. Yaitu pada ayat ke 46 surat Ar-Rahman. 11
{ z'\: .:?)1 } 0$ 4) ~~ Qt,;:. ~J, , , "Dan dua surga akan ditetapkan bagi orang yang takut akan saat berdirinya dihadapan Tuhannya (untuk menghisab manusia dan jin)" (ArRahman: 46).
Sedangkan lbnu Abbas berpendapat kedua surga ini derajatnya di bawah kedua surga sebelumnya. 12
76
Dan ada yang berpendapat kedua surga ini "Keutamannya" di bawah kedua surga sebelumnya, sebagaimana pendapat Ibnu Zaid. 13 Sekelompok orang berpendapat, maksud dari Firman Allah Subhdnahu
wa Ta 'ala, l...f.i.JJ U..J (dan se/ain dari dua surga tersebut), bahwa kedua surga tersebut sangat dekat dengan Arasy jadi kedua surga tersebut posisiny~ di atas dua surga sebelumnya. Kelompok lainnya berpendapat, sesungguhnya pendapat yang benar, bahwa kedua surga yang dirnaksud posisinya berada di bawah dua surga sebelurnnya. 14 Kata mereka, bahwa hal ini kami pahami dari perkataan orang Arab. Mereka berkata I~
<)JJ I~ ,
maksudnya ini /ebih rendah derajatnya dari yang
itu. Atau seperti ucapan mereka kepada orang yang berlebih-lebihan memuji
dirinya
(Saya di bcrwah yang Anda katakana dan di atas apa yang ada
da/am diri Anda). Dalam buku Ash-Shihah disebutkan bahwa lawan kata ~. Arti kata kemudian dikatakan I~
c)JJ
c)JJ I~
c)JJ
adalah
adalah kurang serius dalam menge1jar target maksudnya ini dekat dengan itu. Gramatikal
bahasa menfmjukkan bahwa dua surga pertama Jebih baik dari dua surga sesuclahnya. 15 Dengan clemikian clapat penulis te1jemahkan sebagai berikut, Te1jemahan (P)
"Dan di bawah kedua surga itu ada dua surga lagi" (Ar-Rahman: 62)
12 13
Ibid, h. 231 Ibid, h. 231
77
Te1jemahan (A)
"Kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya" (Ar-Rahmiln:64)
Ayat ini terdiri dari satu kata yang merupakan sifat dari kata
u~
pada
ayat sebelumnya. Jadi te1jemahannya sebagai berikut, Terjemahan (P)
"Kedua surga itu terlihat hijau tua warnanya "(Ar-Rahman: 64)
{ "\ "\: ,:?)1 } ....~JG-~ ,,0~ ~ ,., ,.. Te1jemahan (A)
"Di dalam kedua surga itu ada dua mata air yang memancar" (ArRahman: 66)
Ungkapan ini diawali dengan khabar yang didahulukan, yang terdiri dari
jar-majrur. Dhomir yang ada pada ~ kembali pada kata u~ sedangkan kata uW,C kedudukanya sebagai mubtada yang diakhirkan. uW,C (dua mata
air) dijelaskan oleh sifat uw;.w..i (banyak dan memancar), jadi te1jemahan secara gramatikalnya adalah sebagai berikut, Terjemahan (P)
"Ada dua mata air yang memancar di dalam kedua surga itu" (ArRahman: 66).
78
Te1jemahan (A) "Di dalam keduanya ada (macam-macam) buah-buahan dan kurma serta delima" (Ar-Rahman: 68).
Ungkapan pada ayat ini sama seperti ungkapan pada ayat-ayat sebelumnya. Di awali dengan khabar yang didahulukan yaitujar-majrur ~. Sedangkan
~ kata
diikuti oleh dua
~
setelahnya adalah mubtada yang diakbirkan yang yaitu
~
dan
ui.:.J
.
Ayat ini menambahkan
penjelasan tentang kenikmatan-kenikmatan yang ada di dalam surga. Jadi te1jemahan menurut analisi gramatikal adalah sebagai berikut, Te1jemahan (P) "Ada segala macam jenis buah, kurma dan deli ma di dalam kedua surga tersebut" (Ar-Rahmiin:68).
Kata~
dan uL.J duajenis buah-buahan yang sudah terangkum dalam
kata ~, tetapi kemudian keduanya di sebutkan secara khusus. Wahbah AlZuhaili menyatakan "Pengkhususan ini dikarenakan keutamaan yang dimiliki kedua jenis buah tersebut, yaitu manfaatnya yang banyak dan keduanya didapatkan pada musim kering dan musim hujan, serta pada keduanya ada kendungan gizi dan obat." 16
{v.: ,?')1}
" w~ ;:;;.,,~ ~ ,
, ,
Te1jemahan (A) "Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik" (Ar-Rahman: 70)
79
Kata ::.:.1jp. adalah sifat dari mausuf yang dibuang yaitu kata
;.\....j
yang
berkedudukan sebagai mubtada yang diakhirkan kemuclian setelah mausuf itu dibuang dia di tempatkan pada posisinya. Dan kata ul=• sifat kedua dari kata ;.t.....i .
Kata wl..J:P. dan
ul=> memiliki kemiripan makna yaitu baik atau bagus.
Wahbah Al-Zuhaili menafsirkan kata ..:..\..;.;:.. yaitu baik akhlaknya dan kata
ul=>
yaitu bagus rupanya. Dengan demikian terjemahan menurut analisa
gramatikal adalah sebagai berikut, Te1jemahan (P)
"Ada bidadari-bidadari yang berakhlak baik dan berparas cantik di dalam surga-surga itu" (Ar-Rahman: 70).
Terjemahan (A)
"(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit di da/am rumah" (Ar-Rahman: 72) Untuk bisa memahami ayat ini, perhatikan penjelasan berikut, kata ~;. kedudukannya sebagai badal (pengganti) dari kata ..:..\.;~
itu adalah sifat dari kata .;.;:.. Kata
~i.;.;,ll
..:..\..;.;!>. kemudian kata
r) jar-majrur yang
menjelaskan kata ..:..\~ Wahab Al-Zuhaili mengatakan: "Kata .;_;:.. ditafsirkan sebagai bidadari-bidadari yang sangat putih dan bersih. 17 Te1jemahan (P)
"Yaitu bidadari-bidadari yang sangat putih. bersih di pingit dalam tenda-tenda" (Ar-Rahman: 72)
80
Terjemahan (A) "A!fereka tidak pernah disentuh a/eh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula o/eh Jin" (Ar-Rahman: 74)
Kata ~
adalah kata yang menjacli sifat dari kata
mudhari, majzwn dengan
rl
»"
ia fi'i/
Dhamir ~ kembali ke kata _;y.. , sedangkan ~!
adalah fa 'ii dari kata ~ . Kemudian dhamir yang ada pada kata
~
adalah kata ganti dari "-/_; ?1.1. u~ U... yang ada pada ayat ke-46 wl+ll athof kepada kata
~!
. Dengan demikian te1jemahan menurut analisa gramatika
aclalah sebagai berikut, Te1jemahan (P) "lvfereka tidak pernah tersentuh a/eh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula a/eh jin" (Ar-Rahman" 74).
Te1jemahan (A) "Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadanipermadani yang indah" (Ar-Rahman: 76)
Analisa gramatikal adalah sebagai berikut, Kata (J;J51', kedudukmmya sebagai ha! dari kata
(.)... pada ayat
memperjelas kata 0;J51', , kemudim1 kata (bantal-bantal), kata
'i;fa.
ke-46
,...;:P:.,
;;,i..
(hijau) sifat dari kata
~
jar-majrur yang
,...;:P:.,
(permadani) diathofk.an pada kata ;-":)'_; , dan
81
kata w4 (bagus) sifat dari kata ~fa.
.
Sehingga terjemaham1ya adalah,
Terjemahan (P)
"Penghuni surga bersandar di alas bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang bagus" (Ar-Rahman: 76).
{VA:
iY"}I'} ~1}'~\j JS\.;J1 ...;~ ~j ~1 ll)Q /
/
/
/
Terjemahan (A)
"Jvfaha Agung nama Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan karunia" (Ar-Rahman: 78) Kata
Y.J pada lafadz
frase ?1.,,!;)'1:.9 J'i;JI c>~
mempunyai kebesaran dan kemuliaan ) sifat dari kata
Y.J.
(yang
Menurut analisa
gramatikal diatas maim te1jemahannya adalah sebagai berikut, Terjemahan (P) "Maha berkah (Suci) nama Tuhanmu, yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan" (Ar-Rahman:78).
Ada satu ayat yang diulang-ulang sebanyak 31 kali, namun tiap diulang terasa lebih mendalam pengaruhnya ke dalamjiwa kita, yaitu;
Te1jemahan (A)
"Jvfaka ni 'mat Tuhan kamu yang manakah yang lwmu dustakan ".
82
Kata r'ilr bentukjamak dari kata J! -;)! di idhofatkan dengan kata
<.,J.J
;;1
kemudian dhomir
artinya nikmat. Kata ini L..S
yaitu dhomir yang
menfmjukkan kepacla ~ ..,_..bi..i... yang dimaksudkan/ditunjukkan kepada clua golongan makhluk yaitu jin clan manusia. Kata
ul,iki adalah fl 'if mudhori yang fa 'ilnya adalah kedua golongan
makhluk tadi ( ~ ..,_..bi..i...yL.a) yaitu ..,...b.i.. (seruan) untukjin dan manusia. Menurut Wahbah Al-Zuhaili, mengapa ayat ini diulang-ulang sampai 31 kali? Ia mengatakan: "Hal ini menfmjukkan akan pentingnya ayat tersebut, karena ia mengingatkan akan nikmat Allah Subhiinahu wa Ta 'ala, maka Dialah yang ber[1ak clipuji clan clisyukuri.'" 18 Dengan anaiisa g1amatikal di atas maka terjemahannya aclalah sebagai berikut, Terjemahan (P)
"Maka nikmat-nikmat Tuhan kaftan berdua yang manakah yang hendak kalian berdua (jin danmanusia) dustakan?"
Jika di kumpulkan keclua hasil terjemahan tersebut di atas - baik terjemahan Al-Qur'an maupun terjemahan penulis - adalah menjadi susunan di ba wah ini; Te1jernahan dari Al-Qur'an;
"Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga" (Ar-Rahman: 46) " Kedua surga itu mempunyai pohon-pohon dan buah-buahan" (ArRahmiin: 48)
83
"Dari dalam kedua surga itu ada dua macam mata air yang mengalir"(Ar-Rahman: 50) "Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasang-pasangan. "(Ar-Rahman: 52) "Mereka bertelekan di alas permadani yang sebelah dalamnya dari sutera. Dan buah-buahan kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat" (ArRahman: 54) "Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mere/ca) dan tidak pula oleh jin." (Ar-Rahman : 56). "Seakan-akan bidadari itu permata yakw dan marjan" (Ar-Rahman: 58) "Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pu/a)" (Ar-Rahman: 60) "Dan selain dari dua surga itu c:da surga lagi" (Ar-Rahman: 62). "Kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya" (Ar-Rahman:64) "Di dalam ked1w surga itu ada rlua mata air yang memancur" (ArRahman: 66) "Di dalam keduanya ada (macam-macam) buah-buahan dan kurma serta deii•na" (Ar-Rahman: 68). "Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik" (Ar-Rahman: 70) "(Bidadari-bidadari) yangjelita, putih bersih dipingit di dalam :wnah" (Ar-Rahman: 72) "Mercka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mere/ca (penghuni-penghuni syurga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh Jin" (Ar-Rahman: 74) "Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadanipermadani yang indah " (Ar-Rahman : 76) "Maha Agung nama Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan karunia" (Ar-Rahman: 78) "Maka ni 'mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ".
84
Te1jemahan dari penulis adalah sebagai berikut;
"Dan dua surga akan ditetapkan bagi orang yang takut akan saat berdirinya dihadapan Tuhannya (untuk menghisab manusia dan Jin)" (ArRahman: 46). "Kedua surga itu memiliki bermacam-macam pohon dan buah" (ArRahman: 48) "Ada dua macam mata air yang mengalir dari dalam kedua surga itu" (Ar-Rahman: 50) "Ada dua pasangan dari setiap Jenis buah-buahan di dalam kedua surga itu" (Ar-Rahman: 52) "Penghuni surga bersandar di alas kasur-kasur yang bagian dalamnya terbuat dari sutra (tebal) dan buah-buahan kedua surga itu dapat dipetik dari dekat" (Ar-Rahman: 54) "Ada bidadari yang sopan mnundukan (merijaga) pandangan di dalam kedua surga itu, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (JJenghuni-penghuni surga yang menJadi suami mereka) dan tidak pula oleh Jin." (Ar-Rahman: 56) "Mereka laksana permata yakut dan mutiara marJan" (Ar-Rahman : 58) "Tidak ada ganJaran kebaikan melainkan (hanya) kebaikan" (ArRahman: 60) "Dan di bawah kedua surga itu ada dua surga lag1" (Ar-Rahman: 62) "Kedua surga itu terlihat hijau tua warnanya " (Ar-Rahman: 64) "Ada dua mata air yang memancar di dalam kedua surga itu" (ArRahman: 66). "Ada segala macamJenis buah, kurma dan delima di dalam kedua surga terse but" (Ar-Rahman:68). "Ada bidadari-bidadari yang berakhlak baik dan berparas canlik di dalam surga-surga itu" (Ar-Rahman: 70). "Yaitu bidadari-bidadari yang sangat putih, bersih di pingit dalam tenda-tenda" (Ar-Rahman: 72)
85
"Jvfereka tidak pernah tersentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin" (Ar-Rahman: 74). "Penghuni surga bersandar di alas bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang bagus" (Ar-Rahmdn: 76). "Maha berkah (Suci) nama Tuhanmu, yang mempunyai kebesaran dan kemu/iaan" (Ar-Rahman: 78). "Nfaka nikmat-nikmat Tuhan kalian berdua yang manakah yang hendak kalian berdua (jin danmanusia) dustakan?"
BABV KESIMPULAN
A. Kesimpulan
I. Menerjemahkan
suatu
bahasa
mensyaratkan
adanya
persamaan
dan
penyesuaian amanat yang terkandung dalam bahasa :mmber dengan amanat yang akan disampaikan ke bahasa sasaran. Dengan kata lain, amanat yang ingin di sampaikan harus semaksimal mungkin dapat diterima pembacanya. 2. Para ahli linguistik mempunyai titik fokus yang berbeda dengan para ulama sebagai pewaris para nabi dalam ha! menentukan obyek yang akan clite1jemahkan. Para ahli linguistik banyak menerjemahkan naskah-naskah umum,
sedangkan
para
ularna
mernfokuskan
te1jemahannya
pacla
penerjemahan Al-Qur'an clan/atau Haclits. 3. Dalam konteks melakukan pene1jemahan ayat-ayat Al-Qur'an ke clalam bahasa Indonesia banyak ditemukan kesukaran. Karena banyak uslub-uslub clan gaya bahasa yang merupakan mukjizat yang sulit bahkan tidak mungkin ditemukan paclanannya. Penulis meyakini penerjemahan ini dilakukan hanya sebagai sarana dakwah Jlallah. Dan mengajak masyara.kat untuk mentadabburi AI-Qur'an atau memahaminya. Di sampingjuga dapat mengamalkanya. 4. Dalam ilmu linguistik setiap subsistem-subsistem bahasa seperti kata atau frasa dalam sebuah kalimat mempunyai fungsi yang mengkaitkannya dengan kata atau frasa lain yang ada clalam kalimat tersebut. Fungsi itu bersifat Q(:.
87
sintaksis, artinya berkaitan dengan urutan kata atau frasa dalam kalimat. Fungsi sintaksis utama dalam bahasa adalah
predikat, subjek, objek,
pelengkap dan keterangan. 5. Te1jemahan Departemen Agama Republik Indonesia masih menggunakan te1jemahan harfiyah, sepe1ti pad~ QS: Ar-Rahman: 50, yaitu:
{ o.: 4.? )1} ,w~j.J w¥ ~ , , Diterjemahkan 'Dari dalam kedua surga itu ada dua macam mata air yang
mengalir', sedangkan dalam gramatika bahasa Arab kata ~ adalah khabar muqaddam dari mubtadanya
w'-¥-
sehingga dite1je111ahkan oleh penulis 'Ada
dua macam mata air yang mengalir dari dalam surga 1tu '. 6. Budaya bangsa Indonesia dalam ha! memotivasi seseornng untuk memeroleh sesuatu sering kita jumpai dengan cara mempromosikan "hadiah" terlebih dahulu setelah itu cara-cara untuk memperolehnya. Hal ini bersesuaian dengan terjemahan dari penulis pada surat Ar-Rahman yang ditinjau dari gramatika bahasa Arab, yaitu:
"Ada dua pasangan dari setiap jenis buah-buahan di dalam kedua surga itu" (Ar-Rahman: 52) "Ada segala macam jenis buah, kurma dan delima di dalam kedua surga tersebut" (Ar-Rahman:68). "Ada bidadari-bidadari yang berakhlak baik dan berparas cantik di dalam surga-surga itu" (Ar-Rahman: 70).
88
Dengan kata lain orang lebih termotivasi dengan terjemahan seperti di atas karena kalimat itu lebih mudah difahami dan 'enak' dibaca. 7. Dalam melakukan analisis gramatikal terhadap ayat-ayat Al-Qur'an umumnya. Dan khususnya ayat-ayat bertemakan surga dalam :mrat Ar-Rahman ym1g dilakukan penulis, tidak cukup hanya dengan menggunakan metode penerjemahan linguistic, tetapi juga harus menggunakan metode-metode klasik, seperti yang dicontohkan para ulama terdahulu yaitu dengan cara mentafsirkanya terlebih dalmlu.
B. Saran-Saran Penulis ingin menyampaikan dua pesan kepada peneliti cara penerjemahan ayat-ayat Al-Qur'an. Pertama, dalami bidang studi bahasa Arab untuk memahami Al-Qur'an. Keclua, amalkan ilmu-ilmu yang di dapat dari Al-Qur'an kepada orm1g lain. Walaupun demikian, penulis sm1gat sadar penulisan skripsi ini 'jauh panggang dari api yang masih perlu perbaikm1 di sana.. sini. Akhirnya sebagai penutup penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.
DAFTARPUSTAKA
Ahmad, Mahir Ash-Shufi, Ensiklopedia Surga (kenikmatan, istana, dan bidadarinya) Jakarta: Pustaka Azzam, 2005, cet. ke-1 Chaer, Abdul, Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, cet. ke-3 _ _ _ _ _, Gramatika Bahasa, Jakarta: Rineka Cipta, 1993
Chatibul Umam, Metode Pene1jemahan Arab - Indonesia, al-Ma'rifah, Jakarta: Volume I, No. 1, Oktober2003 Dewan Penterjemah al-Quran Departemen Agama Republik Indonesia, al-Quran dan Te1jemahannya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara, Penterjemah I Penafsir al-Quran, I 971 Djadajasaudarma, Fatimah, Metode Linguistik, Ancangan Metode Penelitian dan Kajian, Bandung: Eresko, 1993 Hanafi, Nurrachman, Teori dan Sent Menerjemahkan, Endeflores, Nusa Indah, 1986 al-Jauziyyah, lbnu Qayyim, Tamasya Ke Surga, Jakarta: Dami Falah, 2003 M/l 424H, cet. ke-VII _ _ _ _ _ , Hddi al-Arwdh Ila Bildd al-Afi'dh, Kairo: Mesir, 1991M/1412 H
al-Jarim, Ali dan Usman, Musthofa, al-Baldghatul Wadiah, Bandung: PT. Sinar Barn, 2000, cet. ke - III Kraf, Gorys, Diksi Dan Gaya Bahasa, Jakarta: Gramedia, 1986, cet. ke-III Kridalaksana, Harimurti, Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa, Endeflores: Nusa Indah, 1978 ,et. All, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998, cet. ke-II
---
Machali, Rochayah, Pedoman Bagi Pente1jemah, Jakarta: Grasindo, 2000 lbnu Ali, Muhammad Ma'sum, al-Amtsilah at-Tasr(fiyyah, Surabaya: Maktabah AsySyaikh Salim Nabban, 1965
90
Munawwir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawwir, Progresif, 1977, cet. ke -14
Yogyakarta:
Pustaka
Nida, Eugene. A. and Taber, The Teary and Practice of Translation, Laiden: The United Bible Societes, 1974 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998, cet. ke-I Al-Qattan, Manna Khalil, Mabahits Fi Ulum al-Quran, ar-Riyadh: Mansyurat al-Asr al-Hadits
_ _ _ _ _, Studi Ilmu-ilmu Quran, Bogor: Litera Antar Nusa, 1996, cet. ke -3 Rahman, Usman, Penerjemahan Dari Bahasa Arab Ke Bahasa Indonesia, Arti Penerjemahan, Jakarta: Dian Rakyat, 1989 as-Sabuni, Muhammad Ali, Studi I/mu Quran, Te1jemahan Aminuddin, Bandung, PT. Raja Grafmdio Persada, 1999 Shihab, Muhammad Quraish, Membumikan al-Quran, Bandung: Mizan, 1994, Get. Ke-6 al-Zhahabi, Muhammad Husyain, at-Tqf>ir Wa al-.Mufassirun, Beirut: Dar al-Fikr, 1994, Jilid I al-Zuhaili, Wahbah, at-Ta/sir al-Munir, Dar al-Fih: al-Muassir, Beirut Libanon