ANALISIS ‘TEMA’, ‘AMANAT’ DAN ‘NILAI BUDAYA’ LEGENDA PULAU PILANG Oleh Suhardi ABSTRAK Penulis telah melakukan penelitian terhadap tema, amanat dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam cerita Pulau Pilang. Hasil penelitian yang penulis peroleh adalah (1) tema cerita Pulau Pilang ini adalah lupa diri seorang anak (Pilang) terhadap dirinya sendiri, (2) amanat yang terkandung dalam cerita Pulau Pilang ini adalah seorang anak yang penuh kasih sayang terhadap kedua orang tua agar hidup bisa selamat dunia dan akhirat; jadikanlah ajaran atau pedoman isi cerita ini agar tidak mendapat murka dari Allah Swt.; janganlah sombong saat diberikan limpahan reski dari Allah karena jika Allah menghendaki semua itu akan sirna dalam sekejab. Hindarilah sifat sombong; sadarilah bahwa bagaimanapun orang tua kita tidak dapat dibuang begitu saja. Baik dan buruk dia tetap orang tua kita; ingatlah Sabda Nabi Muhammad bahwa sorga terletak di bawah telapak kaki Ibu. Begitu juga Firman Allah yang menyatakan bahwa ridho Allah tergantung pada Ridhonya kedua orang tua. Camkan itu!; semua yang terjadi di muka bumi (buruk dan baik) adalah kekuasaannya Allah. Oleh sebab itulah, sadarlah wahai manusia! Sementara (3) nilainilai budaya, seperti (a) nilai etika/moral, yaitu Cerita ini memberikan tuntutan kepada para penikmatnya agar selalu berbuat baik kepada kedua orang tua. (b) nilai estetika yang terkandung dalam cerita ini adalah alur cerita yang begitu runut dan gaya bahasa yang digunakan si pencerita yang begitu baik membuat setiap pendengar terpaku atau terlena mendengarkannya. Bahkan terkadang dapat mengundang air mata yang menetes tanpa diminta. Keindahan cerita Pulau Pilang memiliki kesinoniman dengan cerita yang berkembang dalam masyarakat Minangkabau, yaitu cerita “Malin Kundang”. Hanya saja latar dan nama tokoh yang membedakannya. ( c ) nilai pendidikan yang terkandung dalam cerita ini adalah seorang anak yang lahir itu ibarat kertas yang masih putih bersih belum ditulis. Orang tuanyanya yang akan mewarnainya akan ia akan dijadikan islami atau nasrani. Maksudnya baik dan buruk seorang anak besar pengaruhnya dari kedua orang tua sejauhmana ia didik dengan baik. Kewajiban seorang anak terhadap kedua orang tua adalah mengabdikan diri. Membantu meringankan beban kehidupan kedua orang tuanya. Oleh sebab itu, jika seorang anak memiliki kelebihan rezki maka bantulah kedua orang tua kita. Kata kunci: Tema, Amanat, Nilai-Nilai Budaya diantaranya adalah Kabupaten Lingga. Sebagai sebuah
PENDAHULUAN Provinsi Kepulauan Riau sangat kaya dengan berbagai bentuk sastra, baik sastra lisan maupun sastra tulis. Kekayaan tersebut tersebar di berbagai Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi Kepulauan Riau. Sebut saja
kabupaten yang umurnya masih muda (yang dulunya termasuk wilayah Kabupaten Kepulauan Riau atau Bintan saat ini), Kabupaten Lingga memiliki banyak bentuk-bentuk sastra 31
lisan. Sebut saja di antaranya adalah Legenda Pulau Pilang, Gunung Daik Bercabang Tiga (di daerah Daik), Meriam Tegak (di daerah Dabo), Batu Berdaun, legenda Pulau Bakung, dst.. Dari beberapa bentuk legenda tersebut belum ada satupun penulis jumpai sampai saat ini peneliti lain yang mencoba meneliti dan melakukan kajian. Baik dari segi tema, amanat maupun nilai-nilai budaya yang terkandung dalam beberapa legenda tersebut. Hal ini mungkin juga disebabkan beberapa legenda tersebut belum dibukukan. Dengan kata lain, ceritanya masih banyak berkembang dari mulut kemulut (lisan). Sejalan dengan hal tersebut ke depan penulis juga memiliki rencana untuk mengajukan proposal ke pihak pemerintah daerah Kabupaten Lingga dan Dinas Pariwisatanya untuk dapat memberikan dukungan dana dan moril untuk mendokumentasikan berbagai cerita rakyat yang masih berbentuk lisan tersebut ke bentuk buku agar dapat dinikmati oleh peminat sastra lainnya. Selain itu juga untuk membantu pemerintah daerah kabupaten Lingga dalam mengamankan bentuk kekayaan sastra lisannya dari kepunahan di masa dating. Sebagai sebuah asset budaya milik masyarakat Kabupaten Lingga, berbagai bentuk legenda yang tersebar di berbagai tempat saat ini perlu diamankan agar tidak punah begitu saja seiring perjalanan waktu dan arus globalisasi yang melanda dunia saat ini. Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga bersama dengan Dinas Pariwisata dan Budaya perlu menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi yang ada di daerah ini untuk bersamasama melakukan kajian, penelitian, pendokumentasian hingga penerbitan dalam bentuk buku-buku. Bahkan hasil ini juga dapat menjadi bahan ajar di berbagai sekolah tidak hanya di
Kabupaten Lingga mungkin juga pada daerah-daerah lainnya. Mengingat sastra lisan ini memiliki kelemahan yang sangat tinggi. Sastra lisan ini biasanya hanya dikuasai oleh orangorang tertentu saja sehingga jika orang tersebut meninggal maka tamat pulalah ceritanya. Selain memiliki fungsi hiburan, berbagai bentuk sastra lisan tersebut juga memiliki unsure pendidikan (moral, estetika, budaya). Semua itu akan dapat dijumpai jika pada beberapa bentuk legenda tersebut dilakukan kajian/penelitian. Semakin banyak peneliti yang melakukan kajian dan penelitiannya maka terbukalah peluang pemerolehan nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya. Selanjutnya semakin terbukalah mata penikmat sastra lisan lainnya untuk menindaklanjutinya. Sejalan dengan hal tersebut, penulis sebagai peneliti yang selama ini sangat suka melakukan riset budaya berkeinginan sekali untuk melakukan pengamatan serius terhadap legendalegenda yang terdapat dalam masyarakat di Kabupaten Lingga. Salah satunya adalah pengamatan terhadap Legenda ‘Pulau Pilang’ yang terdapat pada masyarakat di daerah Dabo. Pada kesempatan lainnya mungkin akan peneliti lanjutkan pada legenda-legenda lainnya. Khusus dalam hal ini, penelitian ini penulis beri judul, “ ANALISIS TEMA, AMANAT DAN NILAI BUDAYA LEGENDA PULAU PILANG’. Sejalan dengan rumusan permasalahan tersebut maka penelitian ini lebih difokuskan pada analisis tema, amanat dan nilai budaya legenda Pulau Pilang. Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tema, amanat dan nilai budaya legenda Pulau Pilang. Kemudian hasil akhir yang diharapkan dari penelitiannya adalah diketahuinya tema, amanat, dan nilai-nilai budaya
32
yang terkandung dalam Legenda Pulau Pilang.
HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Cerita Pulau Pilang letaknya dari Kota Dabo lebih kurang 40 menit jika kita mengendarai motor. Pilang adalah nama seorang anak yang dulunya hidup di sekitar pulau ini. Asal mula pulau ini bernama Pulau Pilang, berikut ini alur ceritanya. Pilang hidup bersama orang tuanya yang miskin. Setelah dewasa ia memutuskan untuk merantau. Setelah berhasil di rantau dan berkeluarga ia memutuskan untuk pulang guna menunjukkan ke kayaan dan keberhasilannya kepada orang kampungnya. Mendengar Pilang pulang, orang kampong menyambutnya dengan gembira. Termasuklah ibunya Pilang. Dengan menggunakan sampan, sang ibu menyongsong kapal anaknya tersebut ke tengah laut. Ibu Pilang sangat bergembira mendengar anaknya datang. Sudah sekian lama ia terpisah dengan anaknya tersebut. Barulah kita ia dapat berjumpa. Guna menyenangkan hati anaknya tersebut, Ibu Pilang memasak makanan kesukaan anaknya tersebut. Kemudian ia membungkus dan membawakan makanan yang siap saji tersebut dengan menggunakan sampan menunuju kapal anaknya. Sesampai di dekat kapal Pilang, sang ibu terus menaiki tangga kapal. Sesampai di tangga kapal, para pengawal kapal yang berada di atas kapal tersebut melaporkan ke Kapten Kapal (Pilang) bahwa ada seorang tua yang mau jumpa dengannya. Pilang memerintahkan sang pengawal agar mengusir ibu tua tersebut. Sang ibu dengan memegang erat tangga kapal tidak mau kembali sebab ia ingin sekali jumpa dengan anaknya Pilang yang sudah lama tidak bersua. Sang pengawal memukul-mukul tangan Sang ibu agar meninggalkan kapal. Sang ibu berteriak, “Pilang ini ibumu,
METODODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif (Arikunto, 1999). Pendekatan kualitatif bertitik tolak dari pandangan fenomenologis berdasarkan pemahaman makna tingkah laku manusia sebagaimana yang dimaksudkan pelakunya sendiri yang bagi peneliti sifatnya interpretative. Pendekatan kualitatif ditekankan pada participan observation (predley, 1980). Penelitian kualitatif dalam menganalisis data menggunakan metode induktif, yaitu penarikan kesimpulan, perumusan teori dilakukan setelah berbagai data terkumpul secukupnya dan dianalisis. Peneliti dapat terlibat langsung dengan bervariasi mulai dari pasif, aktif, moderat atau terlibat penuh. Obyek penelitian adalah legenda Pulau Pilang yang penulis runut dari cerita salah seorang tokoh masyarakat Dabo Kabupaten Lingga. Teknik pengumpulan data dimulai dari observasi umum ‘grand tour’, dengan tujuan untuk mendapatkan deskripsi umum tentang situasi sosial yang menjadi obyek penelitian. Selanjutnya dilakukan observasi terfokus ‘mini tour’ dengan tujuan memperoleh deskripsi yang lebih terinci tentang berbagai komponen dan aspek atau elemen yang ditemui dalam observasi umum. Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data adalah melalui angket yang berisi pertanyaan dan pernyataan yang akan dijawab atau ditanggapi oleh informan secara langsung serta partisipan observasi (observation participant).
33
Nak!”. Sang Kapten (Pilang) menjawab, “Bukan kau bukan ibuku, pergi tinggalkan kapal, ini!”. Pengawal, usir ibu tua renta ini!”.”Sang ibu karena tak tahan dipukul terus, tangan pegangannya lepas dari tanggal kapal. Sang ibu terjatuh. Kemudian dengan hati sedih dan rasa pilu yang sangat, sang ibu memohon kepada Tuhan. Dengan mengangkat kedua tangannya dan menegadah ke lahit memohon kepada Allah. “Ya, Allah tunjukkanlah kekuasaan-Mu. Jika memang ia bukan anakku, tunjukkanlah kebesaran-Mu. Jika memang ia adalah anakkku maka tunjukkanlah kekuasaan-Mu. Tak lama kemudian petir yang sangat dahsyat. Sambar menyambar di langit. Pilang takut dan memohon ampun kepada Allah. Pilang dikutuk menjadi batu. Segala harta yang ada di kapal tumpah ke laut. Kapal dan peti emas yang tumpah ke laut itu berubah menjadi sebuah pulau. Kini pulau tersebut oleh masyarakat disebut “Pulau Emas” (Amri/16 Mei 2009).
b. Jadikanlah ajaran atau pedoman isi cerita ini agar tidak mendapat murka dari Allah Swt. c. Janganlah sombong saat diberikan limpahan reski dari Allah karena jika Allah menghendaki semua itu akan sirna dalam sekejab. Hindarilah sifat sombong. d. Sadarilah bahwa bagaimanapun orang tua kita tidak dapat dibuang begitu saja. Baik dan buruk dia tetap orang tua kita. e. Ingatlah Sabda Nabi Muhammad bahwa sorga terletak di bawah telapak kaki Ibu. Begitu juga Firman Allah yang menyatakan bahwa ridho Allah tergantung pada Ridhonya kedua orang tua. Camkan itu! f. Semua yang terjadi di muka bumi (buruk dan baik) adalah kekuasaannya Allah. Oleh sebab itulah, sadarlah wahai manusia! 4. Nilai-Nilai Budaya a. Nilai Etika/Moral Cerita Pulau Pilang ini mengandung nilai-nilai etika atau moral yang cukup tinggi. Cerita ini memberikan tuntutan kepada para penikmatnya agar selalu berbuat baik kepada kedua orang tua. Betapa tidak, sejak dalam kandungan hingga kita dilahirkan ke permukaan bumi ini, susah senang mereka alami demi anak-anaknya. Belum lagi susahnya saat dia mengandung kita selama sembilan bulan. Tidaklah akan mungkin bisa dibalas dengan apapun besarnya jasa kedua orang tua kita dalam membesarkan kita. Bahkan nyamuk satu ekor pun ia tak rela menggigit anaknya.
2. Tema Cerita Cerita Pulau Pilang bertemakan lupa diri seorang anak (Pilang) terhadap dirinya sendiri. Andai saja dia tahu siapa dirinya tentunya perlakuannya terhadap ibunya sendiri tidaklah sedemikian. Selanjutnya kutukan tersebut juga tidak akan terjadi. Namun karena ia telah murka itulah, Pilang harus menanggung resiko, yaitu menjadi batu. 3. Amanat Cerita Cerita Pulau Pilang yang berkembang dalam masyarakat di daerah Dabo Kabupaten Lingga ini memiliki amanat sebagai berikut: a. Jadilah seorang anak yang penuh kasih sayang terhadap kedua orang tua agar hidup bisa selamat dunia dan akhirat.
b. Nilai Estetika Selain nilai etika/moral, cerita Pulau Pilang ini juga mengandung nilai-nilai estetika/keindahan. Alur cerita yang begitu runut dan gaya bahasa yang digunakan si pencerita yang begitu baik membuat setiap pendengar
34
terpaku atau terlena mendengarkannya. Bahkan terkadang dapat mengundang air mata yang menetes tanpa diminta. Keindahan cerita Pulau Pilang memiliki kesinoniman dengan cerita yang berkembang dalam masyarakat Minangkabau, yaitu cerita “Malin Kundang”. Hanya saja latar dan nama tokoh yang membedakannya.
(1) Tema cerita Pulau Pilang ini adalah lupa diri seorang anak (Pilang) terhadap dirinya sendiri. Andai saja dia tahu siapa dirinya tentunya perlakuannya terhadap ibunya sendiri tidaklah sedemikian. Selanjutnya kutukan tersebut juga tidak akan terjadi. Namun karena ia telah murka itulah, Pilang harus menanggung resiko, yaitu menjadi batu. (2) Amanat cerita Pulau Pilang ini adalah seorang anak yang penuh kasih sayang terhadap kedua orang tua agar hidup bisa selamat dunia dan akhirat; jadikanlah ajaran atau pedoman isi cerita ini agar tidak mendapat murka dari Allah Swt.; janganlah sombong saat diberikan limpahan reski dari Allah karena jika Allah menghendaki semua itu akan sirna dalam sekejab. Hindarilah sifat sombong; sadarilah bahwa bagaimanapun orang tua kita tidak dapat dibuang begitu saja. Baik dan buruk dia tetap orang tua kita; ingatlah Sabda Nabi Muhammad bahwa sorga terletak di bawah telapak kaki Ibu. Begitu juga Firman Allah yang menyatakan bahwa ridho Allah tergantung pada Ridhonya kedua orang tua. Camkan itu!; semua yang terjadi di muka bumi (buruk dan baik) adalah kekuasaannya Allah. Oleh sebab itulah, sadarlah wahai manusia!
c. Nilai Pendidikan Nilai pendidikan yang terkandung dalam cerita Pulau Pilang adalah seorang anak yang lahir itu ibarat kertas yang masih putih bersih belum ditulis. Orang tuanyanya yang akan mewarnainya akan ia akan dijadikan islami atau nasrani. Maksudnya baik dan buruk seorang anak besar pengaruhnya dari kedua orang tua sejauhmana ia didik dengan baik. Kewajiban seorang anak terhadap kedua orang tua adalah mengabdikan diri. Membantu meringankan beban kehidupan kedua orang tuanya. Oleh sebab itu, jika seorang anak memiliki kelebihan rezki maka bantulah kedua orang tua kita. d. Nilai Religius Nilai religius yang terkandung dalam cerita Pulau Pilang ini adalah seorang anak sejak kecil harus diberikan pendidikan agama yang cukup agar ia memiliki iman yang kuat. Dengan iman yang kuat inilah nantinya ia akan mampu menyaring berbagai pengaruh yang dating di sekitar kehidupannya. Hal ini sebagaimana yang disampaikan Allah melalui firmannya dalam Surat Lukman. Para orang tua sangat perlu memahaminya terutama dalam menuntun anak-anaknya selamat hidup di dunia dan selamat pula hidupnya di akhirat nanti.
(3) Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam novel ini adalah: a. Nilai Etika/Moral Cerita Pulau Pilang ini mengandung nilai-nilai etika atau moral yang cukup tinggi. Cerita ini memberikan tuntutan kepada para penikmatnya agar selalu berbuat baik kepada kedua orang tua. Betapa tidak, sejak dalam kandungan hingga kita dilahirkan ke permukaan bumi ini, susah senang mereka alami demi anak-anaknya. Belum lagi susahnya saat dia mengandung kita selama sembilan bulan. Tidaklah akan mungkin bisa dibalas dengan apapun besarnya jasa kedua orang tua kita
4. Simpulan dan Saran a. Simpulan
35
dalam membesarkan kita. Bahkan nyamuk satu ekor pun ia tak rela menggigit anaknya.
sastra daerahnya juga memperkenalkan sastra itu sendiri! (3) Kajian terhadap bentuk-bentuk legenda yang ada khususnya di Kabupaten Lingga ini perlu ditindaklanjuti oleh peneliti berikutnya agar kekayaan yang ada tetap dapat dipertahankan untuk masa dating.
b. Nilai Estetika Selain nilai etika/moral, cerita Pulau Pilang ini juga mengandung nilai-nilai estetika/keindahan. Alur cerita yang begitu runut dan gaya bahasa yang digunakan si pencerita yang begitu baik membuat setiap pendengar terpaku atau terlena mendengarkannya. Bahkan terkadang dapat mengundang air mata yang menetes tanpa diminta. Keindahan cerita Pulau Pilang memiliki kesinoniman dengan cerita yang berkembang dalam masyarakat Minangkabau, yaitu cerita “Malin Kundang”. Hanya saja latar dan nama tokoh yang membedakannya.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bina Cipta Azyumardi, Azra. 1999. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: Logis Donal Ary.dkk. 1984. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan (terjemahan). Surabaya: Usaha Nasional
c. Nilai Pendidikan Nilai pendidikan yang terkandung dalam cerita Pulau Pilang adalah seorang anak yang lahir itu ibarat kertas yang masih putih bersih belum ditulis. Orang tuanyanya yang akan mewarnainya akan ia akan dijadikan islami atau nasrani. Maksudnya baik dan buruk seorang anak besar pengaruhnya dari kedua orang tua sejauhmana ia didik dengan baik. Kewajiban seorang anak terhadap kedua orang tua adalah mengabdikan diri. Membantu meringankan beban kehidupan kedua orang tuanya. Oleh sebab itu, jika seorang anak memiliki kelebihan rezki maka bantulah kedua orang tua kita.
Haroen, Nasrudin.dkk. 2001. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: Ictiar Baru van Hoeve Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kualitatif dan Kuantitatif). Jakarta: GP Press. Khatib, Yusran. 2988. Sistem Evaluasi dan Penilaian. Padang:FPBS Koentjaraningrat. 1974. Pengantar Antropologi. Jakarta: Bulan Bintang Navis, A.A. 1984. Alam Takambang Jadi Guru. Jakarta: Grafiti
b. Saran (1) Jadikanlah tokoh-tokoh cerita ini sebagai pedoman. Janganlah mengulang kesalahan yang sama di masa dating! (2) Cerita Pulau Pilang ini dapat dijadikan bahan ajar, khususnya apresiasi sastra di berbagai sekolah. Di samping memperkenalkan kekayaan
Nawawi, Hadari. 2003. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press M. Echols, John. 1988. An English Indonesian Dictionary. Jakarta:Gramedia
36
Saini KM. 1989. Protes Sosial dalam Sastra. Bandung:Angkasa
Semi, M. Atar. 1989. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa
Sastrowardoyo, Subagio. 1989. Sekilas Soal Sastra dan Budaya. Jakarta: Balai Pustaka
Sumardjo, Jakob. 1995. Sastra dan Massa. Bandung; ITB Teeuw, A. 1993. Khazanah Sastra Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
37