ANALISIS TEKNIKAL MODERN DENGAN INDIKATOR
6.1. PENGERTIAN INDIKATOR TEKNIKAL Bagian ini dirancang untuk memperkenalkan konsep dari indikator-indikator teknikal dan menjelaskan penggunaan mereka dalam analisis teknikal. Penekanan akan diberikan pada pembedaan antara indikator leading dan lagging, serta uraian mengenai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sebagian besar indikator yang populer ditunjukkan sebagai suatu oscillator. Dengan pertimbangan ini pula, maka bagian ini akan menunjukkan cara pembacaan oscillator dan menjelaskan bagaimana sinyal-sinyal dapat ditarik darinya. Setelah itu, fokus pembahasan akan beranjak pada indikator-indikator teknikal spesifik dan contoh penarikan sinyal dalam prakteknya. Indikator teknikal adalah satu rangkaian titik data yang dihasilkan dari penggunaan satu formula atas data-data harga sekuritas tertentu. Data-data harga meliputi berbagai kombinasi dari harga pembukaan, tertinggi, terendah, dan penutupan selama periode waktu tertentu. Beberapa indikator hanya menggunakan harga penutupan, sedangkan yang lainnya melibatkan data volume dan open interest dalam formulanya. Sebagai contoh, rata-rata dari 3 buah data harga penutupan masing-masing 41, 43, dan 43 adalah satu titik data sebesar = (41 + 43 + 43) / 3 = 42,33. Namun demikian, satu titik data tidak menawarkan banyak informasi dan tidak dapat menjadikannya sebagai indikator. Satu rangkaian titik data pada rentang waktu tertentu lebih diperlukan untuk menciptakan titik-titik referensi yang valid sehingga memungkinkan analisis. Dengan menciptakan titik-titik data runtut waktu, suatu perbandingan dapat dibuat antara saat ini dan masa lalu. Untuk tujuan analisis, indikator teknikal biasa ditunjukkan dalam bentuk grafis di atas atau di bawah grafik harga sekuritasnya. Dengan bentuk grafis ini, satu indikator lalu dapat dibandingkan dengan grafik harga sekuritas yang bersangkutan. Kadangkala, satu indikator diplot bertindihan di atas grafik harga untuk pembandingan langsung.
6.2. APA YANG DITAWARKAN INDIKATOR TEKNIKAL? Indikator teknikal menawarkan satu perspektif yang berbeda untuk menganalisis pergerakan harga. Beberapa di antaranya, seperti moving averages, dihasilkan dari formula sederhana dan mekanismenya relatif mudah dipahami. Sementara yang lainnya, seperti halnya stochastics, memiliki formula yang rumit dan membutuhkan studi mendalam untuk memahaminya secara penuh dan mengapresiasinya. Terlepas dari kompleksitas formulanya, indikator teknikal dapat memberi perspektif unik atas kekuatan dan arah pergerakan harga yang sedang diprediksi.
6.3. FUNGSI INDIKATOR TEKNIKAL Indikator teknikal pada dasarnya dapat memberikan tiga fungsi yang luas, yaitu untuk memberi peringatan, konfirmasi, dan digunakan sebagai alat prediksi. Suatu indikator dapat bertindak sebagai pemberi peringatan dalam pengkajian pergerakan harga secara lebih dekat. Misalnya jika suatu momentum memberi warning, hal tersebut dapat menjadi sinyal untuk suatu break atau support. Atau, jika didapati suatu bentuk divergensi positif besar, hal tersebut dapat bertindak sebagai tanda peringatan suatu penembusan resistensi. Indikator dapat digunakan sebagai konfirmator perangkat analisis teknikal yang lain. Jika terdapat suatu penembusan atas grafik harga, persilangan moving average yang berkaitan dapat digunakan untuk mengkonfirmasi penembusan. Demikian juga suatu pergerakan harga menembus support, rendahnya On-Balance-Volume (OBV) yang berkaitan dapat dipakai sebagai konfirmator saat pelemahan harga. Beberapa investor dan trader juga menggunakan indikator untuk memprediksi arah dari pergerakan harga di masa datang.
6.4. TIPS PENGGUNAAN INDIKATOR TEKNIKAL Beberapa trader tanpa basa-basi menganggap bahwa indikator dapat memberi indikasi. Namun dalam konteks tersebut, terkadang mereka mengabaikan pergerakan harga sekuritas itu sendiri, dan hanya memfokuskan pada indikator. Indikator menyaring pergerakan harga dengan formula. Dalam kerangka itu, mereka adalah derivatif (turunan) dan tidak merefleksikan secara langsung pergerakan harga. Hal ini harus benar-benar dipertimbangkan saat mengaplikasikan analisis teknikal. Setiap analisis atas suatu indikator harus diambil sejalan dengan pertimbangan pergerakan harga, seperti misalnya: - Apa yang dikatakan oleh indikator tentang pergerakan harga suatu sekuritas? - Apakah pergerakan harga semakin kuat? - Apakah pergerakan harga semakin lemah? Meskipun dapat saja jelas bahwa suatu indikator memunculkan sinyal beli atau jual, sinyal tersebut harus diputuskan dengan penggunaan alat-alat analisis teknikal lainnya. Suatu indikator bisa saja menayangkan sinyal beli, tetapi jika pola grafik menunjukkan descending triangle dengan satu rangkaian puncak penurunan, sinyal tersebut kemungkinan besar adalah palsu. Pada grafik saham Rambus (RMBS) yang ditunjukkan oleh Gambar 6.1. di bawah, MACD menaik dari November 2000 ke Maret 2001, sehingga membentuk divergensi positif. Seluruh tanda dari MACD untuk kesempatan beli ditunjukkan pada grafik tersebut, tetapi saham gagal untuk menembus ke atas garis resistance dan meneruskan reaksi sebelumnya. Non-konfirmasi dari saham tersebut seharusnya bertindak sebagai sinyal peringatan melawan posisi long. Sebagai catatan, sinyal jual terjadi saat saham menembus garis support dari descending triangle pada bulan Maret 2001.
Sebagaimana halnya dalam analisis teknikal klasik, mempelajari bagaimana membaca indikator adalah lebih merupakan suatu seni daripada ilmu. Indikator yang sama mungkin menunjukkan pola tingkah laku yang berbeda saat diaplikasikan pada sekuritas yang berbeda. Indikator yang bekerja baik untuk saham Indosat belum tentu berkinerja yang sama untuk saham Bank Mandiri. Melalui studi dan analisis yang cermat, keahlian untuk menggunakan berbagai jenis indikator akan semakin meningkat. Sejalan dengan peningkatan keahlian ini, nuansa tertentu yang sesuai dengan best fit indikator akan menjadi jelas.
Gambar 6.1. Grafik saham Rambus Inc. (RMBS) Terdapat ratusan atau bahkan ribuan indikator yang telah digunakan saat ini, dengan setidaknya setiap minggu diciptakan sebuah indikator baru. Program-program perangkat lunak teknikal analisis bermunculan dengan lusinan built-in indikator dan bahkan memungkinkan pengguna untuk menciptakan kreasinya sendiri. Meskipun diintrodusir dengan ratusan indikator baru, pemilihan hanya sebagian kecil benar-benar menawarkan perspektif yang berbeda dan pantas diperhatikan. Cukup mengherankan, bahwa indikator yang biasa mendapat perhatian lebih adalah yang telah beredar dalam waktu paling lama dan telah teruji oleh waktu. Pemilihan indikator untuk digunakan dalam analisis harus dilakukan dengan hati-hati dan moderat. Usaha untuk meliput penggunaan lebih dari 5 indikator pada umumnya akan sia-sia. Paling baik untuk dilakukan adalah memfokuskan penggunaan pada dua atau tiga indikator dan mempelajari keruwetan mereka. Usahakanlah untuk memilih indikator yang merupakan komplemen satu sama lain, daripada yang bergerak bersesuaian dan menghasilkan sinyal yang sama. Sebagai contoh, penggunaan dua indikator yang baik untuk menunjukkan tingkat overbought dan oversold seperti pada Stochastic dan RSI adalah berlebih-lebihan. Kedua indikator tersebut jelas-jelas mengukur momentum dan sama-sama menunjukkan tingkat overbought/oversold.
6.5. INDIKATOR LEADING Seperti yang tersirat dari namanya, indikator-indikator leading didesain untuk memberikan prediksi yang mendahului pergerakan harga. Sebagian besar indikator ini merepresentasikan bentuk suatu momentum harga atas periode look-back yang tetap, yang merupakan jumlah periode yang digunakan untuk menghitung indikator. Sebagai contoh, suatu stochastic oscillator-20 hari akan menggunakan perilaku harga 20 hari yang lalu (kira-kira sebulan) dalam perhitungannya. Semua pergerakan harga sebelumnya akan diabaikan. Beberapa indikator leading yang populer di antaranya adalah Commodity Channel Index (CCI), Momentum, Relative Strength Index (RSI), Stochastic Oscillator, dan Williams %R. 6.5.1. Momentum Oscillator Beberapa indikator leading hadir dalam bentuk momentum oscillator. Secara umum, ”momentum” mengukur tingkat perubahan harga sekuritas. Pada saat harga sekuritas meningkat, momentum harga juga meningkat. Semakin cepat harga meningkat (semakin besar perubahan harga antar periode), semakin besar pula peningkatan momentumnya. Begitu peningkatan ini melambat, momentum juga akan melambat. Saat perdagangan sekuritas mulai mendatar, momentum mulai menurun secara nyata dari level tinggi sebelumnya. Akan tetapi, momentum yang menurun dalam perdagangan sideways tidak selalu merupakan sinyal bearish. Secara sederhana hal tersebut dapat diartikan bahwa momentum berbalik ke level yang lebih moderat.
Gambar 6.2. Grafik Harga Saham IBM
6.5.2. RSI Indikator-indikator momentum menerapkan formula yang bervariasi untuk mengukur perubahan harga. RSI (suatu indikator momentum) membandingkan rata-rata perubahan harga periode terkini dengan rata-rata perubahan periode penurunan. Grafik harga saham IBM pada Gambar 6.2., menunjukkan RSI yang menaik dari Oktober sampai akhir November. Selama periode ini, saham bergerak dari level di atas 60-an sampai level di bawah 80-an. Ketika saham diperdagangkan dengan arah mendatar pada paruh pertama bulan Desember, RSI jatuh cukup tajam (garis biru). Konsolidasi semacam ini dalam saham adalah sangat normal dan sebenarnya wajar. Dari level puncak ini (mendekati 70), pergerakan harga yang mendatar diharapkan akan menyebabkan penurunan dalam RSI (dan momentum). Jika RSI bergerak pada kisaran level 50 dan saham mulai diperdagangkan secara mendatar, indikator diharapkan tidak menurun. Garis hijau pada grafik menandakan suatu periode perdagangan arah mendatar dalam saham dan RSI. RSI dimulai dari level yang secara relatif berada di tengah, yakni sekitar 50-an. Pergerakan harga mendatar berikutnya pada saham juga menghasilkan pergerakan yang relatif mendatar pada indikator dan tetap berada di kisaran level 50. 6.5.3. Kelebihan Dan Kekurangan Indikator Leading Ada beberapa keuntungan yang nyata dalam menggunakan indikator leading. Sinyaling dini untuk masuk dan keluar adalah keuntungan utama. Indikator leading menghasilkan lebih banyak sinyal dan memberikan lebih banyak kesempatan untuk bertransaksi. Sinyal dini juga dapat bertindak sebagai pemberi peringatan awal tentang potensi penguatan dan pelemahan. Dikarenakan mereka menghasilkan banyak sinyal, indikator-indikator leading adalah yang terbaik untuk digunakan dalam bertransaksi. Indikator-indikator ini dapat digunakan dalam menilai tren pasar, tetapi biasanya bersama dengan tren utama, bukan dalam arah yang bertentangan. Pada pasar dengan tren naik, penggunaan terbaiknya adalah untuk membantu mengidentifikasi kondisi jenuh jual untuk kesempatan aksi beli. Sebaliknya pada pasar dengan tren turun, indikator leading dapat membantu mengidentifikasi situasi jenuh beli untuk kesempatan jual. Sinyal dini akan memunculkan prospek return yang lebih tinggi, dan return yang tinggi akan memunculkan juga kenyataan resiko yang lebih besar. Banyaknya dan dininya sinyal berarti juga bahwa kesempatan untuk terjadinya sinyal salah dan tipuan juga meningkat. Sinyal palsu akan meningkatkan potensi rugi. Tipuan dapat memunculkan komisi yang dapat menggerus profit dan menguji stamina trading.
6.6. INDIKATOR LAGGING Sebagaimana diimplikasikan oleh namanya, indikator lagging mengikuti pergerakan harga dan dikenal secara umum sebagai indikator pengikut tren (tren-following indicator). Sangat jarang indikator ini akan mendahului harga sekuritas, walaupun mungkin. Indikator trendfollowing bekerja paling baik saat pasar atau sekuritas membangun tren yang kuat. Mereka didesain untuk meyakinkan trader masuk pasar dan menahannya selama melengkapi masanya. Demikian pula halnya, indikator ini tidak efektif dalam pasar trading atau mendatar. Jika
digunakan dalam pasar trading, indikator trend-following akan mungkin sekali memberikan banyak sinyal salah (palsu) dan tipuan. Beberapa indikator pengikut tren yang populer meliputi moving average (exponential, simple, weighted, variabel) dan MACD. Grafik pada Gambar 6.3. di bawah menunjukkan indeks S&P 500 ($SPX) dengan kurva simple moving average 20-hari dan 100-hari. Dengan memakai perpotongan 2 kurva moving average untuk menghasilkan sinyal, didapati tujuh sinyal selama periode lebih dari dua tahun yang tercakup dalam grafik tersebut. Selama dua tahun tersebut, sistem ini terbukti sangat menguntungkan. Hal ini berkaitan dengan tren kuat yang berkembang sejak Oktober 1997 sampai Agustus 1998 dan dari November 1998 sampai Agustus 1999. Namun demikian, begitu indeks mulai bergerak mendatar dalam satu rentang perdagangan, tipuan dimulai. Sinyal-sinyal pada November 1997 (jual), Agustus 1999 (jual), dan September 1999 (beli) telah berbalik dalam hitungan hari. Meskipun periode moving average telah diperpanjang (50 dan 200 hari), tetap saja terjadi sedikit tipuan. Apabila periode moving average ini diperpendek (10 dan 50 hari), maka akan terdapat lebih banyak tipuan, lebih banyak sinyal, dan sinyalsinyal dini.
Gambar 6.3. Grafik Index S&P 500 ($SPX) 6.6.1. Kelebihan Dan Kekurangan Indikator Lagging Salah satu kelebihan utama dari indikator-indikator pengikut tren adalah kemampuannya dalam menangkap arah gerakan dan tetap berada dalam pergerakan. Dalam pasar atau sekuritas yang mengembangkan arah pergerakan berkelanjutan, indikator pengikut tren dapat memberi keuntungan yang sangat besar dan mudah digunakan. Semakin panjang tren yang terjadi, semakin sedikit sinyal yang terjadi, dan semakin sedikit pula trading yang akan dilakukan.
Kelebihan indikator pengikut tren ini hilang saat sekuritas bergerak dalam suatu gerak mendatar (trading range). Dalam contoh indeks S&P 500 di atas, pergerakan indeks nampak berkisar pada batasan rentang sekurang-kurangnya 50% pada selang waktu tersebut. Meski indeks berkecenderungan lebih tinggi dari tahun 1982 ke tahun 1999, terdapat pula periode panjang arah pergerakan yang menyamping (sideways). Dari tahun 1964 sampai tahun 1980, indeks diperdagangkan pada kisaran rentang batas yang besar dari 85 hingga 110. Kekurangan lain dari indikator-indikator pengikut tren adalah bahwa sinyalnya cenderung terlambat. Pada saat perpotongan moving average terjadi, satu porsi pergerakan yang signifikan telah terjadi lebih dahulu. Sinyal beli pada November 1998 terjadi di 1.130, sekitar 19% di atas titik terendah pada Oktober 1998 di 950. Keterlambatan saat masuk dan keluar pasar dapat menyimpangkan rasio risk/reward.
6.7. TANTANGAN BAGI INDIKATOR Untuk semua indikator teknikal, terdapat imbal balik antara sensitivitas dan konsistensi. Dalam keadaan ideal, kita menginginkan sebuah indikator yang sensitif terhadap pergerakan harga, memberi sinyal dini, dan memiliki sedikit sinyal palsu (tipuan). Apabila kita meningkatkan sensitifitas dengan mengurangi jumlah periode, indikator akan memberi sinyal dini, tetapi jumlah sinyal palsu pun akan meningkat. Jika kita menurunkan sensitivitas dengan mengurangi jumlah periode, maka jumlah sinyal palsu akan berkurang, tetapi sinyal akan lebih terlambat dan hal ini akan menyimpangkan rasio reward-to-risk. Semakin panjang moving average, akan semakin lambat pula ia bereaksi dan semakin sedikit sinyal yang dihasilkan. Begitu moving average dipersingkat, ia akan semakin cepat dan volatile, meningkatkan jumlah sinyal palsu. Keadaan yang sama juga berlaku untuk berbagai indikator momentum. RSI-14 akan memunculkan lebih sedikit sinyal dari pada RSI-5. RSI periode 5 akan jauh lebih sensitif dan memiliki pembacaan yang lebih banyak untuk kondisi jenuh beli dan jenuh jual. Terserah bagi tiap investor untuk memilih kerangka waktu yang sesuai dengan gaya dan tujuan tradingnya
6.8. JENIS-JENIS OSCILLATOR Oscillator adalah sebuah indikator yang berfluktuasi di atas dan di bawah satu garis tengah horisontal atau di antara satu set garis level, sejalan dengan perubahan nilainya setiap saat. Oscillator dapat tetap berada pada level ekstrem (jenuh beli atau jenuh jual) untuk satu periode yang berkepanjangan, tetapi mereka tidak dapat menjalani tren yang terus-menerus tanpa henti. Di lain pihak, sekuritas atau indikator kumulatif seperti OBV (On-Balance Volume) dapat menjalani tren sebagaimana nilainya secara kontinu meningkat atau menurun terus-menerus sepanjang suatu periode waktu. Sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 6.4. di bawah tentang perbandingan indikator grafis, pergerakan oscillator lebih dibatasi dan pergerakan dalam satu arah (tren) juga terbatas, tak peduli berapa panjang periode waktunya. Sepanjang periode 2 tahun, MACD (Moving
Average Convergence-Divergence) berfluktuasi di atas dan di bawah nol, dan menyentuh garis nol 18 kali. Juga dapat diperhatikan bahwa setiap kali MACD melampaui level +80, indikatornya berbalik. Meskipun MACD tidak memiliki batas upper atau lower dalam rentang nilainya, pergerakannya nampak terbatasi. Di lain pihak, OBV memulai tren naik (uptrend) pada Maret 2003, dan terus berlanjut hingga tahun berikutnya. Pergerakannya tidak terbatasi dalam suatu rentang dan tren jangka panjangnya dapat terus berkembang. Terdapat banyak jenis oscillator yang berbeda dan beberapa di antaranya termasuk dalam lebih dari satu kategori. Perincian jenis-jenis oscillator dimulai dengan dua tipe: oscillator terpusat yang berfluktuasi di atas dan di bawah titik atau garis pusat, dan oscillator terbalut yang berfluktuasi di antara area ekstrem jenuh beli dan jenuh jual. Secara umum, oscillator terpusat paling baik digunakan untuk menganalisa arah momentum harga, sedangkan oscillator terbalut paling baik digunakan untuk mengidentifikasi level jenuh beli dan jenuh jual.
Gambar 6.4. Perbandingan MACD dan OBV 6.8.1. Oscillator Terpusat Oscillator terpusat berfluktuasi di atas dan di bawah suatu titik atau garis pusat. Oscillator ini baik digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan atau kelemahan, atau arah dari momentum di belakang gerak suatu sekuritas. Dalam bentuknya yang paling asli, momentum adalah positif (bullish) saat oscillator terpusat diperdagangkan di atas garis pusatnya, dan negatif (bearish) saat oscillator diperdagangkan di bawah garis pusatnya. MACD adalah satu contoh dari oscillator terpusat yang berfluktuasi di atas dan di bawah nol. MACD adalah perbedaan antara EMA-12 hari dan EMA-26 hari dari suatu sekuritas. Semakin jauh suatu moving average bergerak dari yang lain, semakin tinggi pembacaannya. Meskipun tidak ada rentang batasan bagi MACD, perbedaan yang terlampau besar di antara dua moving averages nampaknya tak mungkin berlangsung untuk waktu yang lama.
6.8.2. Oscillator Terbalut Oscillator terbalut berfluktuasi di atas dan di bawah dua pita yang menandakan tingkat harga ekstrem. Pita bawah merepresentasikan pembacaan jenuh jual, sedangkan pita atas merepresentasikan pembacaan jenuh beli. Penetapan pita-pita tersebut didasarkan atas oscillator dan berubah sedikit dari satu sekuritas ke sekuritas lainnya yang memungkinkan pengguna untuk mengidentifikasikan dengan mudah kondisi jenuh beli dan jenuh jual. Relative Strength Index (RSI) dan Stochastic Oscillator (SO) adalah dua contoh oscillator terbalut yang paling populer. Formulasi dan logika di balik RSI dan SO lebih rumit dari pada yang dikembangkan untuk MACD dan ROC. 6.8.3. Pro dan Kontra Oscillator Terpusat dan Terbalut Oscillator terpusat paling baik digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan yang melandasi atau momentum di balik pergerakan. Secara umum dapat dikatakan, pembacaan di atas titik pusat mengindikasikan momentum bullish dan pembacaan di bawah titik pusat mengindikasikan momentum bearish. Perbedaan terbesar antara oscillator terpusat dan oscillator terbalut adalah kemampuan yang disebut terakhir untuk mengidentifikasikan pembacaan ekstrem. Meskipun masih mungkin untuk mengidentifikasikan pembacaan ekstrem dengan oscillator terpusat, mereka tidak ideal untuk tujuan ini. Oscillator terbalut adalah yang paling sesuai untuk mengidentifikasikan kondisi jenuh beli dan jenuh jual.
6.9. SINYAL-SINYAL OSCILLATOR Oscillator memunculkan sinyal-sinyal beli dan jual dalam berbagai cara. Beberapa sinyal dicocokkan ke arah entry awal, sementara yang lain muncul setelah tren dimulai. Sebagai tambahan pada sinyal beli dan jual, oscillator dapat memberi sinyal bahwa ada sesuatu yang keliru dengan tren yang sedang berlangsung atau tren saat ini akan segera berubah. Meskipun oscillator dapat memunculkan sinyal-sinyal mereka sendiri, namun penting untuk menggunakan sinyal-sinyal ini dalam hubungannya dengan aspek-aspek lain dari analisis teknikal. Sebagian besar oscillator adalah momentum indikator dan hanya merefleksikan satu karakteristik dari pergerakan harga sekuritas. Volume, pola harga, dan tingkat resistensi/ support juga harus dimasukkan dalam pertimbangan. 6.9.1. Divergensi Positif dan Negatif Divergensi adalah konsep kunci di balik banyak sinyal untuk oscillator sebagaimana indikator lainnya. Divergensi dapat bertindak sebagai pemberi peringatan bahwa tren akan segera berubah atau menyiapkan sinyal beli atau jual. Ada dua jenis divergensi, yaitu positif dan negatif. Dalam sebagian besar bentuk dasarnya, divergensi positif terjadi saat indikator
menaik dan sekuritas yang mendasarinya menurun. Sedangkan divergensi negatif terjadi pada saat indikator menurun dan sekuritas yang mendasarinya menaik. Pada grafik Merrill Lycnh (MER) yang ditunjukkan Gambar 6.5. di bawah, MACD membentuk divergensi positif pada akhir Oktober. Sementara MER diperdagangkan di bawah pergerakan rendah sebelumnya, MACD telah menembus titik rendah sebelumnya (anak panah hijau). Namun demikian, MACD tidak berbalik ke atas dan divergensi positif masih tetap hanya sebagai kemungkinan. Ketika MACD berbalik ke atas dan diperdagangkan di atas EMA-9 nya, suatu divergensi positif dikonfirmasi. Pada titik ini, sinyal lain datang bersamaan untuk membentuk sinyal beli. Saham tersebut bukan saja mencapai supportnya dan meloncat ke atas, namun di sana terdapat pula divergensi positif MACD dan perpotongan bullish MACD. Garis tebal adalah MACD dan garis tipis adalah EMA-9 dari MACD yang berperan sebagai garis pemicu. Perpotongan bullish terjadi saat MACD bergerak di atas EMA-9 harinya, sedangkan perpotongan bearish terjadi saat MACD bergerak di bawah EMA-9 harinya. Setelah sinyal MACD ini, saham meloncat ke atas di hari berikutnya pada volume yang meningkat pesat.
Gambar 6.5. Grafik pergerakan saham Merrill Lynch.
6.10. JENUH BELI DAN JENUH JUAL EKSTREM Oscillator terbalut didesain untuk mengidentifikasikan jenuh beli dan jenuh jual ekstrem. Karena oscillator ini berfluktuasi di antara dua garis ekstrem, mereka dapat menyulitkan untuk digunakan dalam pasar tren. Oscillator terbalut paling baik digunakan dalam rentang perdagangan atau pada saham yang sedang tidak berada dalam tren. Dalam tren yang kuat, pengguna mungkin dapat melihat banyak sinyal yang tidak benar-benar valid. Jika saham berada dalam tren naik yang kuat, aksi beli pada kondisi jenuh jual akan bekerja lebih baik dari pada aksi jual pada kondisi jenuh beli. Dalam tren yang kuat, sinyal oscillator yang berlawanan dengan tren yang membawahinya kurang kuat dari pada tren itu sendiri. Tren adalah teman anda, dan dapat sangat membahayakan untuk melawannya. Meskipun sekuritas mengembangkan tren, mereka berfluktuasi dalam tren tersebut. Jika satu saham berada dalam tren naik yang kuat, aksi beli saat oscillator mencapai kondisi jenuh jual (dan dekat garis support) akan bekerja lebih baik dari pada aksi jual pada kondisi jenuh beli. Selama periode tren turun yang kuat, aksi jual saat oscillator mencapai kondisi jenuh beli juga bekerja lebih baik. Jika jalur dari resistensi terakhir adalah naik (turun), maka aksi hanya pada sinyal bullish (bearish) akan selaras dengan tren. Upaya-upaya untuk mengadakan transaksi melawan tren akan menambah resiko. Langkah pertama dalam penggunaan oscillator terbalut adalah mengidentifikasi pita atas dan bawah yang menandakan nilai-nilai ekstrem. Misalnya untuk RSI, semua nilai di bawah 30 dan di atas 70 merepresentasikan kondisi ekstrem. Kita ketahui bahwa jika RSI berada di bawah 30 atau SO berada di bawah 20, maka kondisi berada pada jenuh jual. Dengan penanda yang sama, jika RSI berada di atas 70 dan SO berada di atas 80, maka kondisi berada pada jenuh beli. Identifikasi dari suatu kondisi jenuh beli atau jenuh jual seharusnya berperan sebagai peringatan untuk memonitor aspek teknikal yang lain (pola harga, tren, support, resistensi, candlestick, volume, dll) dengan kewaspadaan tambahan. Metode paling sederhana untuk memunculkan sinyal adalah dengan mencatat saat pita atas dan bawah dipotong. Jika suatu saham berada dalam kondisi jenuh beli dan bergerak balik menurun di bawah pita atas, maka sinyal jual dimunculkan. Jika suatu saham berada dalam kondisi jenuh jual dan bergerak balik menaik di atas pita bawah, maka sinyal beli dimunculkan. Sekali lagi perlu ditekankan, bahwa ini hanyalah metode paling sederhana. Sinyal sederhana juga dapat dikombinasikan dengan divergensi dan perpotongan moving average untuk menciptakan sinyal yang lebih kuat. Begitu satu saham mengalami jenuh jual, para trader akan melihat kemungkinan divergensi positif untuk dikembangkan dalam RSI dan satu persilangan di atas 30. Dengan kondisi jenuh beli pada SO, trader akan melihat kemungkinan divergensi negatif dan mengkombinasikannya dengan perpotongan moving average dan suatu break di bawah 80 untuk memunculkan sinyal. (SO biasanya diplot dengan moving average sederhana 3-hari yang bertindak sebagai kurva pemicu. Saat SO memotong ke atas garis pemicu, hal ini adalah perpotongan moving average bullish. Sementara saat ia memotong ke bawah, hal ini adalah bearish.) Grafik CISCO (CSCO) pada Gambar 6.6. di bawah menunjukkan bahwa SO dapat berubah dari kondisi jenuh jual ke kondisi jenuh beli dengan cepat. Hal ini sebagian besar
tergantung pada besarnya periode waktu yang digunakan untuk menghitung oscillator. SO lambat-10 hari akan lebih volatil dari pada 20 hari. Garis hijau tipis mengindikasikan saat SO menyentuh atau memotong garis jenuh jual pada 20. Garis merah tipis mengindikasikan saat di mana SO menyentuh atau memotong garis jenuh beli. CSCO berada pada tren naik yang kuat saat itu dan mengalami sedikit tekanan jual. Oleh karena itu, usaha untuk menjual saat oscillator memotong balik di bawah 80 akan berarti melawan tren naik dan bukan merupakan strategi yang tepat. Saat saham sedang berada dalam tren naik atau menunjukkan bias bullish, para trader sebaiknya melihat kondisi jenuh jual untuk mencari kesempatan beli.
Gambar 6.6. Grafik Saham CISCO Kita juga dapat melihat bahwa banyak dari sisi atas saham terjadi setelah SO berlanjut ke atas level 80 (garis merah tipis). Lingkaran hijau pada bulan Agustus menunjukkan sinyal beli yang dimunculkan oleh 3 faktor yang terpisah: 1. Oscillator bergerak ke atas 20 dari kondisi jenuh jual 2. Oscillator bergerak di atas MA 3-harinya 3. Oscillator membentuk divergensi positif Konfirmasi dari 3 faktor ini membentuk sinyal yang lebih kuat. Setelah sinyal beli, oscillator berada pada wilayah jenuh selama 4 hari terakhir. Namun demikian, saham tersebut melanjutkan penguatannya untuk 2 sampai 3 minggu sebelum mencapai titik tertingginya.
6.11. PERPOTONGAN GARIS PUSAT Sebagaimana yang diimplikasikan oleh namanya, sinyal perpotongan garis pusat terutama diaplikasikan pada oscillator terpusat yang berfluktuasi di atas dan di bawah suatu garis pusat. Para trader juga sudah mengenal untuk menggunakan persilangan garis pusat dengan RSI dalam rangka validasi sinyal divergensi atau sinyal yang dihasilkan dari pembacaan jenuh beli atau jenuh jual. Namun demikian, sebagian besar oscillator terbalut seperti RSI dan Stokastik, mendasarkan diri pada divergensi dan tingkat jenuh beli/jenuh jual untuk memunculkan sinyal. Area setengah ke bawah pada umumnya bukan wilayah untuk oscillator terbalut dan mungkin sebaiknya diserahkan pada alat analisis lainnya. Untuk tujuan dalam konteks ini, analisis perpotongan garis pusat akan difokuskan pada oscillator terpusat seperti Chaikin Money Flow, MACD, dan Rate-of-Change (ROC). Perpotongan garis pusat kadang-kadang diinterpretasikan sebagai sinyal beli atau jual. Suatu sinyal beli akan dimunculkan dengan suatu persilangan di atas garis pusat dan sinyal jual di area sebaliknya. Untuk MACD atau ROC, persilangan di atas atau di bawah nol akan bertindak sebagai sinyal. Pergerakan di atas atau di bawah garis pusat mengindikasikan bahwa momentum telah berubah dari positif ke negatif atau sebaliknya. Saat oscillator momentum terpusat berlanjut di atas garis pusatnya, momentum berbalik positif dan dapat dipandang sebagai bullish. Saat momentum oscillator menurun di bawah garis pusatnya, momentum berbalik negatif dan dapat dipandang sebagai bearish.
Gambar 6.7. Grafik saham Intel Corp. (INTC) dengan MACD & ROC
Grafik saham Intel (INTC) pada Gambar 6.7. di atas dengan indikator MACD dan ROC, menunjukkan sejumlah sinyal yang dimunculkan dari perpotongan garis pusat. Pada grafik tersebut terlihat sejumlah sinyal yang sempurna, namun terdapat pula banyak sinyal palsu dan tipuan. Gambaran tersebut menyoroti beberapa tantangan yang berkaitan dengan sinyal trading oscillator. Gambaran itu juga menekankan pentingnya kombinasi variasi sinyal dalam rangka penciptaan sinyal beli dan jual yang lebih kuat. Beberapa trader juga mengkritik sinyal perpotongan garis pusat sebagai terlalu lambat dan kehilangan terlalu banyak gerak. Perpotongan garis pusat juga dapat bertindak sebagai sinyal konfirmasi untuk memvalidasi sinyal sebelumnya atau menguatkan tren saat ini. Jika terdapat divergensi positif dan perpotongan bullish moving average, maka pergerakan selanjutnya di atas garis pusat akan mengkonfirmasi sinyal beli sebelumnya. Kegagalan oscillator untuk bergerak di atas garis pusat dapat dilihat sebagai non-konfirmasi dan bertindak sebagai peringatan bahwa sesuatu telah keliru.
Gambar 6.8. Grafik saham Intel Corp. (INTC) dengan MACD & Resistensi Sementara itu, grafik saham Intel dengan MACD pada Gambar 6.8. di atas menunjukkan perpotongan garis pusat bertindak sebagai yang ketiga dari rangkaian sinyal bullish. Meskipun setelah kemunculan sinyal ketiga, Intel masih memiliki banyak gerak ke samping. 1. Terdapat bentukan puncak di bawah yang menandakan potensi divergensi positif. 2. Terdapat perpotongan bullish moving average untuk mengkonfirmasi divergensi positif. 3. Terdapat perpotongan garis pusat bullish. Beberapa trader mencemaskan hilangnya terlalu banyak langkah dengan penungguan konfirmasi ketiga dan final. Namun demikian, hal ini dapat menjadi sinyal yang lebih reliabel dan
membantu untuk menghindari tipuan dan sinyal palsu. Memang benar bahwa penungguan sinyal ketiga akan mengurangi profit, namun hal ini juga akan membantu mengurangi resiko.
6.12. PRO & KONTRA SINYAL OSCILLATOR Oscillator terbalut paling baik digunakan untuk mengidentifikasikan kondisi jenuh beli dan jenuh jual. Namun demikian, jenuh beli bukan berarti pertanda sebagai sinyal jual, dan jenuh jual bukan berarti pertanda sebagai sinyal beli. Situasi jenuh beli dan jenuh jual bertindak sebagai pemberi peringatan bahwa kondisi telah mencapai tingkat ekstrem dan perhatian penuh seharusnya diberikan pada pergerakan harga dan indikator-indikator lainnya. Untuk meningkatkan kekuatan sinyal oscillator, para trader dapat melihat banyak sinyal. Kriteria untuk suatu sinyal beli atau jual dapat tergantung pada tiga sinyal konfirmator yang terpisah. Suatu sinyal beli mungkin dapat dimunculkan dengan suatu pembacaan jenuh jual, divergensi positif dan perpotongan bullish moving average. Sebaliknya, suatu sinyal jual dapat dimunculkan dari suatu divergensi negatif, perpotongan bearish moving average dan perpotongan garis pusat bearish. Analisis pola grafik tradisional dapat juga diaplikasikan pada oscillator. Hal ini agak sedikit rumit, tetapi dapat membantu untuk mengidentifikasikan kekuatan di balik gerakan oscillator. Pengamatan pada puncak di ketinggian atau lembah di dasar dapat membantu konfirmasi analisis sebelumnya. Penembusan garis tren dapat menandakan bahwa satu perubahan pada arah momentum sudah dekat. Adalah berbahaya untuk bertransaksi dengan sinyal oscillator melawan tren utama yang ada di pasar. Dalam pergerakan naik, kesempatan beli sebaiknya dilihat melalui sinyal jenuh beli, divergensi positif, perpotongan bullish moving average, dan perpotongan garis pusat bullish. Dalam pergerakan turun, kesempatan jual sebaiknya dilihat melalui sinyal jenuh beli, divergensi negatif, perpotongan bearish moving average, dan perpotongan garis pusat bearish. Sebagai penutup dapat dikatakan bahwa oscillator akan paling efektif saat digunakan dalam hubungannya dengan analisis pola, identifikasi, identifikasi tren, dan alat-alat analisis teknikal lainnya. Dengan pemahaman pada gambaran yang lebih luas, sinyal oscillator dapat ditempatkan pada konteksnya. Adalah penting untuk mengidentifikasikan tren yang sedang berlangsung atau bahkan untuk memastikan saham memang sepenuhnya sedang berada dalam tren. Pembacaan oscillator dan sinyal dan memiliki arti yang berbeda dalam situasi yang berbeda. Dengan menggunakan teknik analisis lain dalam kaitannya dengan pembacaan oscillator, maka kesempatan untuk berhasil dapat sangat ditingkatkan.