PROSIDING MEBC 2016 GLOBAL NETWORKIN G: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
ANALISIS SWOT SEBAGAI DASAR UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN KAIN SASIRANGAN DI KALIMANTAN SELATAN Fadma Yulianti Manaje men STIE Indonesia Banjarmasin
[email protected] Lydia Goe nadhi Manaje men STIE Indonesia Banjarmasin
[email protected] Muhammad Maladi Manaje men STIE Indonesia Banjarmasin
[email protected] ABSTRAK Kerajinan kain sasirangan merupakan ciri khas Kota Banjarmasin, khususnya provinsi Kalimantan Selatan. Artinya kain sasirangan ini merupakan salah satu keunggulan daerah yang harus terus dikembangkan keberadaannya. Selain sebagai usaha yang menjadi penopang pendapatan bagi masyarakat, kain sasirangan memilki peran dalam pengembangan budaya daerah di Kalimantan Selatan. Aspek budaya daerah yang berkenaan dengan kain khas daerah, masing- masing daerah memiliki nilai budaya dan keragaman kultur. Tiap-tiap kultur daerah yang khas akan membanggakan daerah tersebut, kain sasirangan telah memberikan kontribusi nyata dari sisi budaya pada daerah khususnya di Banjarmasin. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan penelitian dengan menggunakan analisis SWOT sebagai dasar untuk meningkatkan daya saing produk unggulan kain sasirangan di Kalimantan Selatan. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan menyandarkan kekuatan pada eksplorasi data di lapangan. Analisis data berupa studi deskriptif, yaitu dengan mengimplementasikan semua data yang diperoleh berupa gambaran, alasan, dan penjabaran keadaan yang sebenarnya sesuai dengan data-data dari lapangan, kemudian dilakukan pengumpulan serta penafsiran yang disesuaikan dengan teori untuk ditarik suatu kesimpulan yaitu bagaimana meningkatkan daya saing produk unggulan kain sasirangan berdasarkan analisis SWOT. Berdasarkan hasil analisis SWOT, maka posisi pengrajin kain sasirangan yang berada di kota Banjarmasin berada pada kuadran III (-1;+1) yang artinya bahwa usaha kain sasirangan ini berada pada keadaan lemah, namun masih sangat berpeluang. Walaupun begitu usaha kain sasirangan ini cukup menjanjikan dengan adanya peluang, hanya saja bagaimana para pengrajin, tentunya dengan bantuan dari pemerintah agar usaha ini tetap berkembang dan semakin diminati oleh masya rakat. Diharapkan dengan berkembangnya usaha sasirangan ini cukup mampu untuk penyerapan tenaga kerja khususnya yang berada di kota Banjarmasin, selain itu akan meningkatkan pendapatan para pengrajin sekaligus meningkatkan perekonomian 1
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKIN G: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
daerah. Langkah yang dapat dilakukan untuk mengembangkan usaha ini dengan melakukan strategi konservatif yang meliputi: penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk, dan atau diversifikasi terkait. Langkah konkrit yang dapat dilakukan untuk bersaing berdasarkan matrik internal-eksternal yakni dengan memproduksi kain sasirangan dengan kualitas yang tinggi, motif yang lebih bervariasi dan lebih kreatif tidak hanya memproduksi dalam bentuk bahan/kain saja tetapi juga bisa dibuat barang jadi (misalnya: pakaian jadi, dompet, sandal, kipas, dll). Selain itu juga memperluas pangsa pasar dengan mengembangkan pemasaran ke daerah-daerah lain di Indonesia bahkan ke manca Negara. Kata kunci: analisis SWOT, Keunggulan bersaing, dan produk unggulan ABSTRACT Sasirangan fabric crafts is typical of Banjarmasin, South Kalimantan province in particular. This means sasirangan fabric is one of the advantages developed regions should continue its existence. In addition to an effort that became the backbone of revenue for the public, Sasirangan fabrics have the role in the development of regional culture in South Kalimantan. The cultural aspects of the region with respect to the unique fabric of regions, each region has its cultural values and cultural diversity. Each culture typical area will boast the area, sasirangan fabric has a real contribution to the culture of the region, especially in Banjarmasin. Under these conditions, the purpose of research using SWOT analysis as a basis for improved competitiveness superior products of Sasirangan fabric in South Kalimantan. Based on the objectives to be achieved, this study uses a case study approach by relying on the strength of exploration data in the field. Analysis of data is a descriptive study that is to implement all of the data obtained in the form of a picture, reason, and the interpretation of the actual situation according to data from the field, and then carried out the collection and interpretation adapted to a theory to be drawn a conclusion that is how to improve product competitiveness featuring Sasirangan fabric based on SWOT analysis. Based on the results of SWOT analysis, the position of Sasirangan fabric artisans in the city of Banjarmasin are in quadrant III (-1; +1), which means that the business fabric of this sasirangan are in the weak state, but it is still very likely. However sasirangan fabric business is quite promising with their chances, it's just how the craftsmen, of course, with the help of the government to this business to keep growing and growing demand by the public. Sasirangan expected with the development of the business is capable enough to employ people especially from Banjarmasin, otherwise it will increase the income of producers and improve the regional economy. Steps can be taken to develop this business by doing a conservative strategy that includes: market penetration, market development, product development, and or related diversification. Concrete steps that can be done to compete based on the internal-external matrix that is by producing sasirangan fabric with high quality, motives are more varied and more creative not only produce in the form of material / fabric, but also can be made of finished goods (eg clothing, purses, sandals, fan, etc.). It is also expanding market 2
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKIN G: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
share by developing marketing to other areas in Indonesia, even to foreign countries. Keywords: SWOT analysis, competitive advantage and superior products
PENDAHULUAN Sentra produksi kain Sasirangan di Kota Banjarmasin merupakan sentra industri yang banyak menyerap tenaga kerja dari sektor UKM. Walaupun memiliki kontribusi yang kecil terhadap pendapatan daerah dibandingkan dengan sektor perdagangan dan jasa lainnya, sentra ini menjadi unggulan daerah karena memiliki nilai sejarah dan menjadi ciri khas kota Banjarmasin khususnya dan Kalimantan Selatan pada umumnya. Produksi kain sasirangan merupakan salah satu industri UMKM yang mempunyai peluang untuk dapat dikembangkan lebih maju lagi dalam memperkuat perekonomian daerah dan untuk meningkatkan daya saing industri kain Sasirangan secara berkelanjutan diantara industri pakaian yang sangat cepat perkembangannya. Untuk itu, dukungan dari seluruh jajaran pemerinta h provinsi Kalimantan Selatan, khususnya Pemeritah Kota Banjarmasin bagi pembangunan dan pengembangan industri kain Sasirangan untuk menjadi penopang ekonomi Kalimantan Selatan dapat terwujud secara konsisten dan berkesinambungan. Kerajinan kain sasirangan merupakan ciri khas Kota Banjarmasin, khususnya provinsi Kalimantan Selatan. Artinya kain sasirangan ini merupakan salah satu keunggulan daerah yang harus terus dikembangkan keberadaannya. Berdasarkan hal tersebut di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dengan menggunakan SWOT sebagai dasar untuk meningkatkan daya saing produk unggulan kain sasirangan di Kalimantan Selatan.
LANDASAN TEORI Analisis SWOT Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, dan Threats) adalah suatu metode penyusunan strategi perusahaan atau organisasi yang bersifat satu unit bisnis 3
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKIN G: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
tunggal. Ruang lingkup bisnis tunggal tersebut dapat berupa domestik maupun multinasional. SWOT itu sendiri merupakan singkatan dari Strength (S), Weakness (W), Opportunities (O), dan Threats (T) yang artinya kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman,
dimana
yang
secara
sistematis
dapat
membantu
dalam
mengidentifikasi faktor-faktor eksternal (O dan T) dan faktor internal perusahaan (S dan W). Kata-kata tersebut dipakai dalam usaha penyusunan suatu rencana matang untuk mencapai tujuan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Kotler (2009:102) analisis SWOT merupakan evaluasi terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Analisis ini dibagi kedalam dua bagian yaitu analisis lingkungan eksternal (peluang dan ancaman), dan analisis lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan). Tahap awal proses penetapan strategi adalah menaksir kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman yang dimiliki organisasi. Analisis SWOT memungkinkan organisasi memformulasikan dan mengimplementasikan strategi utama sebagai tahap lanjut pelaksanaan dan tujuan organisasi, dalam analisis SWOT informasi dikumpulkan dan dianalisis. Hasil analisis dapat menyebabkan dilakukan perubahan pada misi, tujuan, kebijaksanaan, atau strategi yang sedang berjalan. Alat untuk menyusun faktor- faktor strategis perusahaan adalah Matriks SWOT. Matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan serta kelemahan yang dihadapi oleh perusahaan guna mencapai tujuan yang diharapkan (Freddy Rangkuti, 2001:31) Strategi Keunggulan Bersaing Suatu perusahaan yang memiliki keunggulan bersaing
(competitive
advantage) kapanpun memiliki suatu kelebihan atas pesaingnya dalam menarik pelanggan dan bertahan terhadap kekuatan persaingan. Suatu perusahaan dikatakan akan memiliki keunggulan bersaing bilamana tingkat labanya lebih tinggi dari ratarata industrinya, dan akan dapat mempertahankan keunggulan bersaingnya (sustained competitive advantage) bilamana mampu mempertahankan tingkat laba tersebut selama beberapa tahun.
Perusahaan yang memiliki dan mampu 4
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKIN G: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
mengembangkan
keunggulan
bersaingnya
akan
mampu
menciptakan
dan
mempertahankan pelanggan untuk suatu profit. Karena memiliki posisi pasar yang kuat, dan karenanya total profit dan keseluruhan penerimaan atas investasi akan meningkat, atau dengan kata lain, hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang kuat, yang akan turnbuh dengan pesat. Suatu perusahaan yang mengembangkan keunggulan bersaing akan memungkinkannya untuk lebih akurat memprediksi potensi pertumbuhan da n labanya dalam jangka pendek dan panjang. Perusahaan yang gagal dicirikan oleh penerimaan yang rendah atau profit yang negatif, atau dengan kata lain, perusahaan berada pada ketidakunggulan bersaing (competitive disadventage). Keunggulan bersaing pada dasarnya berkembang dari nilai yang mampu diciptakan oleh suatu perusahaan untuk pelanggannya yang melebihi biaya dalam menciptakannya. Nilai adalah apa yang pembeli bersedia untuk membayarnya, dan nilai yang unggul berasal dari tawaran harga yang lebih rendah daripada pesaing untuk manfaat yang sama atau lebih besar guna mengimbangi harga yang lebih tinggi. Ada dua jenis dasar keunggulan bersaing suatu perusahaan, yakni keunggulan dalam biaya dan diferensiasi.
Penurunan biaya dan peningkatan nilai persepsi
melalui diferensiasi tersebut dijelaskan oleh Porter melalui proses rantai nilai (value chain), yakni suatu rantai aktivitas untuk mentransformasi masukan ke dalam keluaran yang dinilai oleh konsumen. Rantai nilai terdiri dari rantai nilai sendiri dan rantai nilai dari pemasok dan distributor, dan setiap aktivitas dalam keseluruhan rantai nilai tersebut merupakan sumber biaya dan diferensiasi, dan karena itu keberhasilan suatu perusahaan dalam mengontrol penentu biaya ( cost driver) dan/atau memanipulasi penentu keunikan (uniqueness driver) dari setiap rantai nilai tertentu akan menentukan keunggulannya bersaing dalam biaya rendah dan/atau diferensiasi dari pesaingnya. Menggolongkan rantai aktivitas dari suatu perusahaan ke dalam aktivitas utama (penelitian dan pengembangan, produksi, pemasaran dan penjualan, dan jasa) dan aktivitas pendukung (manajemen material, sumberdaya manusia, dan infrastruktur perusahaan). 5
Setiap rantai akfivitas tersebut dapat
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKIN G: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
menciptakan efisiensi dalam proses transformasi (penurunan
biaya) dan
meningkatkan nilai yang dapat dipersepsi oleh konsumen pada produk perusahaan. Mengenal pesaing adalah hal yang sangat penting bagi perencanaan pemasaran yang efektif. Suatu perusahaan harus membandingkan secara teratur produk, harga saluran distribusi dan promosi merek dengan yang dimiliki pesaing. Dengan cara ini, ia dapat mengidentifikasi area keunggulan dan kelemahan kompetitif.
Perusahaan perlu mengetahui lima hal tentang pesaing yaitu siapa
pesaing kita, apa strategi mereka, apa tujuan mereka, apa kekuatan mereka dan apa pola reaksi mereka (Kotler, 2009). Daya Saing Indonesia Survei yang dilakukan oleh International Management Development (IMD) menunjukkan bahwa daya saing Indonesia dibanding 30 negara-negara utama, antara lain sebagai berikut : 1. Adanya kepercayaan investor yang rendah (risiko politik, credit rating yang rendah, diskriminasi dalam masyarakat, sistim penegakan hukum yang lemah, penanganan ketenagakerjaan, subsidi yang tinggi, banyak korupsi) 2. Daya saing bisnis yang rendah sebagai akibat kualitas SDM yang rendah, hubungan perburuhan yang tidak harmonis (hostile), praktetk-praktek bisnis tidak etis dan lemahnya coorporate governance. 3. Daya saing yang rendah (nilainilai dimasyarakat tidak mendukung daya saing dan globalisasi, kualitas wiraswasta dan kemampuan marketing yang rendah, produktivitas menyeluruh yang rendah) 4. Infrastruktur lemah (pendidikan dan kesehatan ya ng kurang, perlindungan hak patent dan cipta lemah, penegakan hukum lingkungan hidup yang lemah, biaya telekomunikasi internasional yang mahal, anggaran yang mahal, kurangnya alih teknologi, kurang ahli teknologi informasi).
Untuk itu perlu dilakukan penguatan
perekonomian domestik dengan orientasi dan daya saing global. Secara makro teori globalisasi ekonomi dapat diartikan sebagai sebuah teori yang didasarkan atas asumsi perdagangan bebas atau pasar bebas di seluruh dunia, tanpa adanya hambatan baik dalam bentuk tarif atau non tarif (Wibowo, 2004). Namun secara mikro, globalisasi ekonomi dapat diartikan sebagai sebuah inisiatif bisnis yang didasarkan atas kepercayaan bahwa dunia telah menjadi sedemikian homogen, seiring dengan 6
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKIN G: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
makin mengaburnya perbedaan nyata antar pasar domestik. Sedangkan mengenai kerjasama regional, (Hamdy Hadi, 2001) mengemukakan bahwa kerja sama ekonomi dan keuangan, khususnya di bidang perdagangan internasional, saat ini mengarah pada pembentukan kerja sama guna mewujudkan integrasi ekonomi dan keuangan secara regional. METODE Desain Penelitian Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini memakai pendekatan studi kasus. Penelitian ini menyandarkan kekuatan pada eksplorasi data di lapangan; sehingga data menjadi sangat penting dan menjadi fokus seluruh peneliti. Apabila peneliti telah memiliki pemahaman teoritis tentang data yang akan diteliti, teorisasi dan kategorisasi dilakukan menjadi model pembahasan berdasarkan kondisi riil di lapangan (Bungin, 2007: 3-33). Studi kasus adalah pengujian intensif menggunakan berbagai sumber bukti terhadap suatu entitas tunggal yang dibatasi oleh ruang dan waktu. Umumnya studi kasus dihubungkan dengan sebuah lokasi, organisasi, sekumpulan orang seperti kelompok sosial, komunitas, peristiwa, proses, isu atau kampanye (Daymond & Holloway, 2008 dalam Tohirin, 2012: 19-22). Penelitian kasus, memungkinkan untuk mengumpulkan informasi yang detail dan kaya, menyoroti berbagai faktor atau fenomena hubungan sosial dalam situasi tertentu, melukiskan keunikannya, sekaligus menawarkan pemahaman-pemahaman mendalam yang mempunyai relevansi yang lebih luas. Juga, dapat diandalkan untuk menangkap sesuatu dari situasi dan peristiwa saat penelitian dilakukan, dengan membuka komunikasi yang seluas- luasnya. Karakteristik studi kasus antara lain: a) berfokus pada peristiwa nyata dalam konteks kehidupan yang sesungguhnya; b) dapat merupakan longitudinal dari peristiwa yang sedang dan atau sudah terjadi; c) dibatasi oleh ruang dan waktu; d) mendetil dan deskriptif, meneliti hubungan dan keterpautan, serta e) fokus pada realitas yang diterima apa adanya maupun realitas yang penting dan tidak biasa (tidak lazim), dan f) tidak bisa digeneralisasikan dalam ruang lingkup yang lebih luas. 7
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKIN G: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data Prosedur pengambilan dan pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: langkah awal penelitian melakukan observasi, yaitu mengadakan pencatatan secara sistematis dan melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Tujuan observasi adalah untuk memperoleh berbagai data konkret secara langsung di lapangan atau tempat penelitian, dari hasil observasi akan diperoleh gambaran yang jelas tentang masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara pemecahannya. Langkah
selanjutnya
menggunakan
metode
wawancara.
Wawancara
merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadaka n komunikasi dengan sumber data. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak terstruktur kepada UKM produk kain sasirangan, hal-hal yang akan ditanyakan belum ditetapkan secara rinci. Rincian dari topik pertanyaan pada wawancara yang t idak terstruktur disesuaikan dengan pelaksanaan wawancara di lapangan. Dan langkah terakhir adalah studi dokumentasi,
yaitu melihat atau
menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain selain subjek. Teknik Analisis Data Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis data berupa studi deskriptif, yaitu dengan mengimplementasikan semua data yang diperoleh berupa gambaran, alasan, dan penjabaran keadaan yang sebenarnya sesuai dengan data-data yang ada, kemudian melakukan pengumpulan serta penafsiran yang disesuaikan dengan teori untuk ditarik suatu kesimpulan yaitu bagaimana meningkatkan daya saing produk unggulan kain sasirangan berdasarkan analisis SWOT. HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman sasirangan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Identifikasi SWOT Produk Kain Sasirangan
8
produk kain
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKIN G: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
Kekuatan Usaha Corak motif yang beragam Pewarnaan yang tidak luntur Sasirangan mudah dibentuk dan dirancang untuk berbagai macam busana. Kain Sasirangan tidak mengenal musiman.
Kelemahan Usaha Keterbatasan modal Terbatasnya persediaan bahan baku dan proses poduksi yang terlalu lama Kurangnya tenaga kerja Peralatan yang masih sederhana Harga relatif lebih mahal Ancaman Us aha Harga bahan baku terus mengalami kenaikan Membanjirnya sasirangan buatan pabrik (printing)
Peluang Us aha Pasar sangat luas Semakin tumbuhnya kecintaan dan kepedulian dari masyarakat Kalsel, khususnya anak muda terhadap kain Sasirangan Adanya dukungan pemerintah
Sumber: Data primer, diolah 2016 Berdasarkan Tabel 1.mengenai kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, maka analisis SWOT untuk produk kain sasirangan yang berada di kota Banjarmasin adalah sebagai berikut:
Kekuatan yang dimiliki produk kain sasirangan =
+4
Kelemahan yang dimiliki produk kain sasirangan =
-5 -1
Peluang yang dimiliki produk kain sasirangan =
+3
Ancaman yang dimiliki produk kain sasirangan =
-2 +1
Berdasarkan perhitungan di atas maka keberadaan usaha sasirangan dapat dilihat pada gambar berikut: Peluang Kuadran III
Kuadran I
Konservatif/berbenah (-,+) +1
Kelemahan
Kekuatan -1 Kuadran IV
9
Ancaman
Kuadran II
produk kain
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKIN G: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
Sumber: Data primer, diolah 2016 Gambar 4.1. Posisi Produk Kain Sasirangan
Berdasarkan gambar di atas, maka posisi produk kain sasirangan berada pada kuadran III (-1;+1) yang artinya bahwa produk kain sasirangan ini berada pada keadaan lemah, namun masih sangat berpeluang. Sehingga disa rankan untuk melakukan perubahan strategi yang sebelumnya yakni strategi konservatif, karena strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja selama ini. Strategi konservatif meliputi penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk, dan atau diversifikasi terkait. Alat untuk menyusun faktor- faktor strategis adalah dengan menggunakan matriks internal-eksternal. Matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi
dapat disesuaikan dengan kekuatan serta
kelemahan yang dihadapi guna mencapai tujuan yang diharapkan (Freddy Rangkuti, 2001:31) Berdasarkan hasil penelitian yang lakukan ditemukan beberapa faktor- faktor internal-eksternal yaitu sebagai berikut: Tabel 2. Analisis Matriks Internal-Ekstenal
Eksternal
Opportunities (O)
Strenghts (S) Internal 1. Corak motif yang beragam 2. Pewarnaan yang tidak luntur 3. Sasirangan mudah dibentuk dan dirancang untuk berbagai macam busana. 4. Kain Sasirangan tidak mengenal musiman. Strategi SO
10
Weaknesses (W) 1. Keterbatasan modal 2. Terbatasnya persediaan bahan baku dan proses poduksi yang terlalu lama 3. Kurangnya tenaga kerja 4. Peralatan yang masih sederhana 5. Harga relatif lebih mahal
Strategi WO
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKIN G: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
1. 2.
Pasar sangat luas Semakin tumbuhnya kecintaan dan kepedulian dari masyarakat Kalsel, khususnya anak muda terhadap kain Sasirangan 3. Adanya dukungan pemerintah Threats (T) 1. Harga bahan baku terus mengalami kenaikan 2. Membanjirnya sasirangan buatan pabrik (printing)
1. Memproduksi kain sasirangan dengan kualitas yang tinggi, untuk memenuhi permintaan konsumen (S1,S2,S3:O1,O2)
Strategi ST 1. Mengedepankan kualitas produk dibanding kompetitor lain (S1, S2,S3, S4:T1,T2)
1. Mengatasi keterbatasan modal dengan bantuan dari pemerintah (W1,O3) 2. Mengatasi kendala peralatan, terbatasnya bahan baku, dan kurangnya tenaga kerja dalam menghadapi pertumbuhan pasar yang terus meningkat (W2, W 3, W 4:O1, O2) Strategi WT 1. Menentukan strategi pemasaran yang tepat dalam menghadapi persaingan (W5:T1) 2. Peningkatan kualitas produksi guna menghadapi persaingan (W1, W 2, W 3, W4;T2)
Sumber: Data primer, diolah 2016 Berdasarkan Tabel 2. di atas maka terdapat empat alternatif untuk melakukan strategi pemasaran. Alternatif-alternatif strategi pemasaran tersebut antara lain: a.
Strategi Kekuatan-Kesempatan (SO) Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan
peluang eksternal. Dari hasil analisis matriks SWOT, strategi yang paling tepat adalah: Memproduksi kain sasirangan dengan kualitas yang tinggi, untuk memenuhi permintaan konsumen hal ini didasarkan dari kekuatan yang dimiliki yakni corak motif yang beragam, pewarnaan yang tidak luntur, sasirangan mudah dibentuk dan dirancang untuk berbagai macam busana dalam menghadapi pasar sangat luas dan semakin tumbuhnya kecintaan dan kepedulian dari masyarakat Kalsel, khususnya anak muda terhadap kain sasirangan. b.
Strategi Kelemahan-Kesempatan (WO) Strategi ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang eksternal yang ada, yaitu dengan mengatasi keterbatasan modal dengan bantuan dari pemerintah dan mengatasi kendala peralatan, terbatasnya bahan baku, dan kurangnya tenaga kerja dalam menghadapi pertumbuhan pasar yang terus meningkat. Hal ini didasarkan pada kelemahan yang dimiliki dan peluang ada. c.
Strategi Kekuatan-Ancaman (ST)
11
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKIN G: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
Strategi ini dilakukan dengan menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari ancaman jika keadaan memungkinkan atau meminimumkan ancaman eksternal yang dihadapi. Yaitu dengan melakukan strategi mengedepankan kualitas produk dibanding kompetitor yang ada. d.
Strategi Kelemahan-Ancaman (WT) Perusahaan
harus
memperkecil kelemahan
atau
jika
memungkinkan
perusahaan akan menghilangkan kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal yang ada guna pencapaian tujuan perusahaan. Hal ini dengan melakukan strategi strategi pemasaran yang tepat dalam menghadapi persaingan dan peningkatan produksi guna menghadapi kompetitor lain dalam pasar bebas Tahap keputusan merupakan tahap untuk menentukan strategi terbaik yang dapat dijalankan perusahaan dari alternatif-alternatif strategi yang diperoleh dari hasil analisis SWOT dan analisis matriks internal eksternal yakni melakukan strategi konservatif atau berbenah meliputi: 1. Penetrasi pasar, Dengan penetrasi pasar ini maka
strategi yang harus dilakukan adalah
dengan berfokus pada penjualan produk-produk yang ada di pasar-pasar yang telah ada sebelumnya. Dimana penetrasi pasar dalam hal ini berusaha untuk meningkatkan penggunaan oleh pelanggan yang ada, contohnya: dengan bantuan pemerintah yang mengharuskan memakai kain sasirangan bagi karyawan baik instansi pemerintah ataupun swasta minimal 1 hari dalam seminggu kerja, seragam bagi anak-anak sekolah, dll. 2. Pengembangan pasar, Dalam pengembangan pasar di mana berusaha untuk menjual produk-produk yang telah ada di pasar-pasar yang baru. Misalnya dengan geografis pasar baru misalnya menjual ke daerah luar Kalimantan Selatan bahkan ke manca Negara yang selama ini belum di. 3. Pengembangan produk, Dalam pengembangan produk ini yang dilakukan adalah memperkenalkan produk baru ke pasar-pasar yang telah ada. Hal ini mungkin memerlukan strategi 12
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKIN G: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
pengembangan kompetensi baru dan memerlukan program pemasaran yang baru pula untuk mengembangkan produk yang dapat diubah/dikembangkan ke pasar yang telah ada. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat kekuatan yang dimiliki dan peluang yang ada. Misalnya memproduksi kain dengan motif yang lebih kreatif dan inovatif serta tidak hanya menjual dalam bentuk bahan/kain saja tetapi juga dapat dibuat pakaian jadi, sandal, dompet, dll.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan analisis SWOT posisi usaha kain sasirangan yang berada di kota Banjarmasin berada pada kuadran III (-1;+1) yang artinya bahwa usaha kain sasirangan ini berada pada keadaan lemah, namun masih sangat berpeluang. Sehingga disarankan untuk melakukan perubahan strategi yang sebelumnya yakni strategi konservatif, karena strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja selama ini. Pada posisi ini mengindikasikan agar perusahaan tetap berpegang pada kompetensi dasarnya dan tidak mengambil risiko yang terlalu besar. Dengan menggunakan matrik internal-eksternal terdapat empat alternatif bagi usaha kain sasirangan untuk melakukan strategi pemasaran produknya. Alternatifalternatif strategi pemasaran tersebut antara lain: (a) strategi kekuatan-kesempatan (SO); (b) strategi kelemahan-kesempatan (WO);
(c) strategi kekuatan-ancaman
(ST); dan (d) strategi kelemahan-ancaman (WT). Tahap keputusan merupakan tahap untuk menentukan strategi terbaik yang dapat dijalankan perusahaan dari alternatif-alternatif strategi yang diperoleh dari hasil analisis SWOT dan analisis matriks internal eksternal. Langkah yang harus dilakukan adalah strategi konservatif atau berbenah meliputi penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk
Saran 13
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKIN G: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
Agar usaha kain sasirangan dapat berkembang dengan baik sangat diperlukan bantuan dari pihak pemerintah terutama dalam hal pengadaan peralatan produksi serta bantuan pendanaan untuk modal, khususnya pihak perbankan dengan memberikan kredit modal usaha dengan bunga yang ringan. Peran instansi terkait khususnya kementrian perindustrian agar dapat membina usaha ini tidak hanya dalam hal proses produksi agar menghasilkan produk yang berkualitas dengan memberikan pelatihan kepada para pengrajin, tetapi juga dalam hal pemasaran agar lebih luas lagi yakni di luar Banjarmasin bahkan ke manca negeri yang belum pernah dilakukan. DAFTAR PUSTAKA Bank Indonesia Kalimantan Selatan, 2013. Pemetaan dan Pendalaman Klaster Komoditas Unggulan Daerah dan Komoditas Utama Penyumbang Inflasi di Kalimantan Selatan. Kotler, P. 2009. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol (Terjemahan). Prentice-Hall, New Jersey. Porter Michael E.. 2007. Strategi Bersaing (competitive strategy). Tangerang: Kharisma Publishing Group Sugiyono, 2004, Alfabeta
Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit
Tambunan, Tuks, 2003, Perkembangan UKM dalam Era AFTA: Peluang, Tantangan, Permasalahan, dan Alternatif Solusinya, Paper Diskusi pada Yayasan Indonesia Forum. Ragimun,. 2012, Analisis Daya Saing Komoditas Kakao Indonesia, Pusat Ekonomi Mikro Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu. Jakarta. Ramadhan, Ahmad, dan Fivi Rahmatus Sofyah. 2013. Analisis SWOT sebagai landasan dalam menentukan strategi pemasaran (studi McDonald’s Ring Road). Jurnal Media Informasi Manajemen. Vol.1 No.4. Rangkuti, F. 2002. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
14
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKIN G: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
Yulianti, Fadma., dkk., 2012. Pengembangan Model Strategi Bauran Pemasaran, Strategi Keunggulan Bersaing Serta Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Industri Karet di Kalimantan Selatan, Penelitian Hibah Bersaing, STIE Indonesia Banjarmasin. Banjarmasin Yulistyo, Suyatno., 2008. Penguatan Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Peningkatan Daya Saing Produk Angribisnis Unggulan di Kabupaten Semarang. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. Y. Sri, Susilo., 2010. Strategi Meningkatkan Daya Saing UMKM dalam Menghadapi Inplementasi CAFTA dan MEA, Buletin Ekonomi, Vol. 8 No. 2, Agustus.
15