ISSN : 1829–894X
SULUH PENDIDIKAN (Jurnal Ilmu-Ilmu Pendidikan) Volume 14
Nomor 1
Juni 2016
• Analisis Struktur Teks Lirik Lagu Bali Sanjiwani (A.A. Istri Yudhi Pramawati ) ...............................................................................
1–6
• Keterampilan Membaca dalam Lomba Membaca Cerpen Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Nomor 5 Biaung (Ni Nyoman Karmini dan Desak Nyoman Alit Sudiarthi) ....................................
7 – 12
• Existentialism in Kadek Sonia Piscayanti’s Short Stories Karena Saya Ingin Berlari (Ni Putu Desi Wulandari) ....................................................................................
13 – 22
• Implementasi Model Quantum Learning dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sain Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa dalam Pembelajaran Mikrobiologi (Dewa Nyoman Oka) ..........................................................................................
23 – 30
• Pelaksanaan RPP Keterampilan Menulis Berbasis Kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Abiansemal (Ni Luh Nanik Puspadi) ....................................................................................... 31 – 37 • Penerapan Konseling Kelompok dengan Pemberian Reinforcement untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SMP (Ni Nengah Aryawati) ..........................................................................................
39 – 46
• Representasi Sikap Disiplin dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kediri Tabanan (I Wayan Sudiarta dan Ni Komang Puspita Yanti) ..............................................
47 – 53
• Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Melalui Model Problem Based Learning pada Peserta Didik SMA Negeri 1 Abiansemal (I Ketut Sumandhi Arta) .......................................................................................
55 – 67
• Penerapan Metode Diskusi Kelompok untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Berita Melalui Media Audio Visual Siswa SMA (Ni Made Sueni, I Wayan Subaker, I Komang A. Kusuma Arta Guna) ..............
69 – 74
• Korelasi Dominansi Hemisfer Otak dan Motivasi Belajar Terhadap Keterampilan Berbicara Mahasiswa Unmas Denpasar (Gusti Ayu Dewi Setiawati, Ida B. Ari Arjaya, I Nyoman Adi Susrawan)..............
75 – 85
• Improving Students Vocabulary Through Word Square Game (I Gusti Agung Putri Wirastuti dan Dewa Ayu Ari Wiryadi Joni) ..........................
87 – 92
• Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Laporan Hasil Wawancara dengan Menerapkan Pendekatan Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa SMP (Ni Putu Parmini dan Cok Istri Dewi Anisyaraswati) ...........................................
93 – 99
Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat (LPPM) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Saraswati Tabanan
Ketua Ni Nyoman Karmini Sekretaris I Made Maduriana Penyunting Penyelia (Editor Pengawas) I Nyoman Suaka I Wayan Subaker Peyunting Pelaksana Dewa Nyoman Oka Made Kerta Adhi I Nyoman Suryawan I Gusti Ngurah Raka Haryana I Made Sudiana Ida Bagus Anom Sutanaya Ni Putu Desi Wulandari Mitra Bestari Gede Mahardika (Universitas Udayana) I Made Sutajaya (Universitas Pendidikan Ganesha) Endang Susantini (Universitas Negeri Surabaya) Handoko (Universitas Muhammadiyah Metro Lampung) Maria Arina Luardini (Universitas Palangkaraya) Sugiarti (Universitas Muhammadiyah Malang) Bendahara Ni Putu Seniwati Retribusi Ni Ketut Manik Arwati Pengelola Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IKIP Saraswati Tabanan Suluh Pendidikan terbit dua kali dalam setahun (Juni dan Desember), diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IKIP Saraswati Tabanan (Saraswati Institut Press), sebagai media informasi ilmiah bidang pendidikan baik berupa hasil penelitian maupun kajian pustaka. Penerimaan Naskah Redaksi menerima naskah dari dosen, peneliti, mahasiswa atau praktisi dengan ketentuan seperti tercantum pada bagian belakang jurnal ini. Tulisan yang dimuat mendapat kompensasi 2 eksemplar. Alamat Redaksi IKIP Saraswati Tabanan Jalan Pahlawan Nomor 2 Tabanan – Bali 82113 Telp. (0361) 811267 Email:
[email protected]
ISSN : 1829 – 894X
SULUH PENDIDIKAN
(Jurnal Ilmu-ilmu Pendidikan)
Vol. 14 No. 1 Juni 2016 Pengantar Redaksi Analisis Struktur Teks Lirik Lagu Bali Sanjiwani (A.A. Istri Yudhi Pramawati ) ..........................................................................
iii 1–6
Keterampilan Membaca dalam Lomba Membaca Cerpen Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Nomor 5 Biaung (Ni Nyoman Karmini dan Desak Nyoman Alit Sudiarthi) ............................ 7 – 12 Existentialism in Kadek Sonia Piscayanti’s Short Stories Karena Saya Ingin Berlari (Ni Putu Desi Wulandari) ................................................................................. 13 – 22 Implementasi Model Quantum Learning dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sain Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa dalam Pembelajaran Mikrobiologi (Dewa Nyoman Oka) ........................................................................................ 23 – 30 Pelaksanaan RPP Keterampilan Menulis Berbasis Kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Abiansemal (Ni Luh Nanik Puspadi) .................................................................................... 31 – 37 Penerapan Konseling Kelompok dengan Pemberian Reinforcement untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SMP (Ni Nengah Aryawati) ....................................................................................... 39 – 46 Representasi Sikap Disiplin dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kediri Tabanan (I Wayan Sudiarta dan Ni Komang Puspita Yanti) ....................................... 47 – 53 Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Melalui Model Problem Based Learning pada Peserta Didik SMA Negeri 1 Abiansemal (I Ketut Sumandhi Arta) ................................................................................... 55 – 67
i
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1)
ISSN : 1829 – 894X
Penerapan Metode Diskusi Kelompok untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Berita Melalui Media Audio Visual Siswa SMA (Ni Made Sueni, I Wayan Subaker, I Komang A. Kusuma Arta Guna) ..... 69 – 74 Korelasi Dominansi Hemisfer Otak dan Motivasi Belajar Terhadap Keterampilan Berbicara Mahasiswa Unmas Denpasar (Gusti Ayu Dewi Setiawati, Ida B. Ari Arjaya, I Nyoman Adi Susrawan)... 75 – 85 Improving Students Vocabulary Through Word Square Game (I Gusti Agung Putri Wirastuti dan Dewa Ayu Ari Wiryadi Joni) ............. 87 – 92 Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Laporan Hasil Wawancara dengan Menerapkan Pendekatan Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa SMP (Ni Putu Parmini dan Cok Istri Dewi Anisyaraswati) .................................. 93 – 99 Indeks .................................................................................................................. 101–102 Pedoman Pengiriman Naskah ..........................................................................
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Saraswati Tabanan ii
103
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1)
ISSN : 1829 – 894X
PENGANTAR REDAKSI
S
elangkah demi selangkah Jurnal Suluh Pendidikan terus menapakkan kakinya dalam upaya menerbitkan jurnal ini tepat waktu. Memasuki tahun 2016 ini dunia pendidikan Indonesia diselimuti banyak peristiwa yang mengharu-biru para pendidik (baca: guru). Kini siswa yang tidak terima diperlakukan secara keras dalam koridor pendisiplinan mengadu kepada orang tuanya. Sebagian orang tua bukannya membela institusi pendidikan dimana anaknya dipercayakan untuk mengenyam pendidikan justru menyeret sang guru untuk dibawa ke meja hijau. Guru kadang hanya melakukan kekerasan simbolis (meminjam istilah Bourdieu), tetapi peserta didik dan orang tua murid sudah berani melakukan kekerasan nyata. Edisi jurnal Suluh Pendidikan kali ini memang tidak sedang membahas kekerasan simbolis di sekolah, namun ini menjadi tantangan baru bagi guru dan dosen untuk menjadikan lahan penelitian sehingga apa yang ditimpakan menjadi nilai positif. Tim redaksi Jurnal Suluh Pendidikan menampilkan sebanyak 12 artikel untuk edisi kali ini dan sudah menjadi tradisi seperti edisi sebelumnya bahwa kami sebagai pengelola, kami mengakomodir tulisan dari luar dosen IKIP Saraswati untuk mengisi jurnal Suluh Pendidikan. Artikel yang dimuat pada jurnal Suluh Pendidikan Vol. 14 No. 1 Juni 2016 dimulai dari tiga tulisan yang beraroma sastra dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat disimak pada artikel “Analisis Struktur Teks Lirik Lagu Bali Sanjiwani” karya A.A. Istri Yudhi Pramawati, artikel “Keterampilan Membaca dalam Lomba Membaca Cerpen Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Nomor 5 Biaung” karya kolaborasi Ni Nyoman Karmini dan Desak Nyoman Alit Sudiarthi, dan artikel “Existentialism in Kadek Sonia Piscayanti’s Short Stories Karena Saya Ingin Berlari” tulisan Ni Putu Desi Wulandari. Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan proses belajar dalam dunia pendidikan telah banyak diperkenalkan metodenya. Beberapa artikel disampaikan dalam edisi kali ini terkait dengan metode pembelajaran, antara lain artikel “Implementasi Model Quantum Learning dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sain Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa dalam Pembelajaran Mikrobiologi oleh Dewa Nyoman Oka; “Penerapan Konseling Kelompok dengan Pemberian Reinforcement untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SMP” karya Ni Nengah Aryawati; “Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Melalui Model Problem Based Learning pada Peserta Didik SMA Negeri 1 Abiansemal” oleh I Ketut Sumandhi Arta; “Penerapan Metode Diskusi Kelompok untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Berita Melalui Media Audio Visual Siswa SMA” tulisan kolaborasi Ni Made Sueni, I Wayan Subaker, dan I Komang A. Kusuma Arta Guna; dan “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Laporan Hasil Wawancara dengan Menerapkan Pendekatan Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa SMP” karya bersama Ni Putu Parmini dan Cok Istri Dewi Anisyaraswati. Tiga artikel serba-serbi dalam implementasi pendidikan disampaikan oleh Gusti Ayu Dewi Setiawati, Ida B. Ari Arjaya, I Nyoman Adi Susrawan dengan artikel yang berjudul “Korelasi Dominansi Hemisfer Otak dan Motivasi Belajar Terhadap Keterampilan Berbicara Mahasiswa Unmas Denpasar,” artikel Ni Luh Nanik Puspadi dengan judul iii
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1)
ISSN : 1829 – 894X
“Pelaksanaan RPP Keterampilan Menulis Berbasis Kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Abiansemal; dan tulisan bersama I Wayan Sudiarta dan Ni Komang Puspita Yanti yang mengangkat judul artikel “Representasi Sikap Disiplin dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kediri Tabanan.” Satu artikel yang cukup menarik dan ditulis dalam bahasa Inggris, yakni “Improving Students Vocabulary Through Word Square Game” tulisan kolaborasi I Gusti Agung Putri Wirastuti dan Dewa Ayu Ari Wiryadi Joni. Untuk melajutkan kiprah penerbitan Jurnal Suluh Pendidikan ini, kami tetap berharap dukungan Ketua Yayasan Perguruan Rakyat Saraswati, Rektor IKIP Saraswati, semua pihak yang terlibat, baik langsung maupun tidak langsung. Dukungan itulah ditambah dengan kerja keras secara kolektif sehingga Jurnal Suluh Pendidikan tetap terbit secara konsisten dan kontinu. Terima kasih atas dukungan dan kerja samanya. Redaksi
iv
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 1 - 6
ISSN : 1829 – 894X
ANALISIS STRUKTUR TEKS LIRIK LAGU BALI SANJIWANI A.A. Istri Yudhi Pramawati Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Unmas Denpasar
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan model analisis wacana Teun Van Dijk. Van Dick membagi wacana kedalam tiga dimensi yaitu, dimensi teks, kognisi sosial , dan konteks sosial. Bahasan penelitian ini dibatasai hanya pada analisis struktur teks dalam lagu Bali yang berjudul Sanjiwani yang dipopulerkan oleh penyanyi Bali kenamaan, Dek Ulik. Lagu yang berjudul Sanjiwani ini sangat menarik untuk dibahas karena merupakan salah satu lagu Bali yang sangat popular di masyarakat dan menjadi sarana mempertahankan keajegan Taksu Bali. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan deskriptif dengan metode kualitatif karena bertujuan untuk menggambarkan apa adanya dan memahami makna dibalik yang tampak. Simpulan yang dapat diambil dari hasil olah data yaitu bahwa analisis struktur makro, superstruktur dan struktur mikro terhadap sebuah teks dapat mengungkapkan kedalaman makna yang terkandung dalam sebuah teks, dalam hal ini sebuah lirik lagu. Kata Kunci: struktur teks, lirik lagu, Sanjiwani ABSTRACT This study is a qualitative study using Teun Van Dijk’s model of discourse analysis. Van Dijk divides discourse into three dimensions, those are text dimension, social cognition, and social context. The discussion of this study was limited only on text dimension of Balinese song lyric entitled Sanjiwani which was popularized by famous Balinese Singer, Dek Ulik. This song is very interesting to discuss because it is one of Balinese songs which is very popular in Bali and become a means of maintaining regularity of Bali Taksu. The method used in this research is descriptive qualitative method because it aims at describing and understanding the real meaning contained on the text. The conclusion that can be drawn from the results of the data analysis is that the analysis of the macrostructure, superstructure and microstructure of the text can reveal the depth of meaning contained in a text, in this case a song lyric. Keywords: text dimension, song lyrics, Sanjiwani
PENDAHULUAN Untuk dapat memahami dan men cermati makna dibalik lagu yang disajikan dengan lirik yang begitu singkat, maka diperlukan perspektif kritis sehingga salah
satu bentuk praktik kebahasaan ini tidak lagi dianggap hanya sebagai lantunan kata diiringi musik tanpa dengan makna dan tujuan yang jelas. Salah satu model analisis wacana yang dapat mengungkapkan 1
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 1 - 6
dimensi yang tertuang dalam sebuah lirik lagu adalah model analisis wacana kritis yang ditawarkan oleh Van Dijk. Van Dijk memperkenalkan analisis kognisi sosial yang menjadi penghubung antara wacana dan masyarakat (Meyer, 2001:15). Model analisis wacana ini menganalisis tiga dimensi wacana untuk dapat melakukan analisis wacana secara komprehensif, antara wacana, kognisis, dan masyarakat. Namun, dalam penelitian ini, hanya akan dibatasi pada analisis struktur teks. Penelitian ini dilakukan terhadap sebuah lagu Bali yang berjudul Sanjiwani yang dipopulerkan oleh penyanyi lokal Bali, Dek ulik pada tahun 2013, lagu ini melekat di masyarakat di samping karena memiliki lantunan musik yang indah, namun juga rangkaian kata dan kalimat yang membentuk lirik yang sederhana namun sebenarnya memiliki makna yang sangat dalam serta sarat akan gambaran budaya dan situasi religius Bali. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur teks lirik lagu yang di analisis. Struktur teks ini meliputi struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro. Secara teoretis penelitian ini diharapkan mampu berguna bagi peneliti lain, khususnya dalam bidang wacana. Secara praktis, penelitian ini diharapkan berguna
2
ISSN : 1829 – 894X
bagi masyarakat, agar tidak hanya menjadi penikmat musik saja tanpa mengetahui makna yang terkandung dibalik sebuah lagu. Untuk mencapai tujuan dari tulisan ini, perlu dipaparkan teori yang dijadikan landasan berpijak. Dalam produksi wacana, struktur pengetahuan akan mempengaruhi dan mengontrol semantik dan perangkat wacana yang lain. Oleh karena pengetahuan tersebut tidak hanya berkaitan dengan penutur, tetapi berkaitan pengetahuan lain yang dimiliki pendengar, pembaca atau partisipan, maka diperlukan suatu model mental yang kompleks tentang situasi pengetahuan lain dari peristiwa komunikatif yang disebut konteks. Oleh Van Dijk wacana digambarkan memiliki tiga dimensi: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis wacana adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada tingkat kognisi sosial dipelajari proses produksi berita yang melibatkan kognisi individu penulis berita. Aspek ketiga adalah mempelajari bangunan wacana yang berkembang di masyarakat.
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 1 - 6
ISSN : 1829 – 894X
Elemen Wacana Van Dijk STRUKTUR WACANA
HAL YANG DIAMATI
ELEMEN
Stuktur Makro Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema yang diangkat oleh suatu teks Super struktur Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan Struktur mikro Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai suatu
TEMATIK Tema/topik yang dikedepankan dalam suatu teks
topik
SKEMATIK Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks utuh
Skema
SEMANTIK Makna yang ingin ditekankan dalam teks. Misal dengan memberi detail pada satu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detail sisi lain
Latar, detail, maksud, praanggapan, nominalisasi
SINTAKSIS Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih STILISTIK Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita RETORIS Bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan
Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti leksikon
Grafis, metefora, ekspresi
Dikutip dari (Eriyanto, 2006 dan Sobur, 2006)
METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan deskriptif dengan metode kualitatif karena bertujuan untuk menggambarkan apa adanya dan memahami makna di
balik yang tampak (Arikunto, 1998:310; Sugiyono 2013:46). Sumber data dan subjek penelitian ini adalah lagu Bali yang berjudul Sanjiwani yang dipopulerkan oleh Dek Ulik dalam album religinya. Data dikumpulkan dengan metode pencatatan 3
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 1 - 6
dokumen dan kajian pustaka. Analisis data dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah mengidentifikasi dan mendeskripsikan data, yaitu menetapkan data dimana terdapat banyak sumber tertulis mengenai lirik lagu tersebut, namun yang dipergunakan adalah versi asli yang didapat dengan mendengarkan lagu tersebut secara berulang-ulang untuk kemudian dilakukan pencatatan. Tahap kedua yaitu tahap pengklasifikasian data, dimana data diklompokkan sesuai dengan batas kajian. Tahapan ketiga adalah menganalisis data berdasarkan teori yang telah dirumuskan, yaitu.menganalisis struktur teks, meliputi tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik, dan retorik . Tahapan terakhir yaitu penarikan kesimpulan. PEMBAHASAN Hasil penelitian ini meliputi pemaparan struktur teks berupa struktur makro, super struktur dan struktur mikro pada lirik lagu Sanjiwani. Berikut adalah lirik lagu Sanjiwani: Gericik suaran toyane Ring selagan batu Sahasa menyarengin tembang puniki Desir angine menyisir nganyudang hati Ageng suecan Idane Hyang Prama Kawi Tan wenten sane siosan Genah titiang ngulati Nyadokang raga nunas ampura mulat sarira
4
ISSN : 1829 – 894X
Driki ring selagan batu genahe suci Metu tirta sujati sanjiwani Kasiratin antuk tirta amerta Wangsupadan Ida Batara Dumogi sida nglukatin skancan mala Sane wenten ring gumi Mangda sami rahayu Pada struktur makro, yang dianalisis adalah makna global teks yang dapat dipahami melalui tema dan topik teks. Menurut Van Dijk (1988a:35), tema dan topik dapat tertuang dalam judul teks itu sendiri. Berdasarkan lirik lagu di atas, dapatlah diketahui apa yang ingin diungkapkan oleh si pencipta lagu. Sesuai dengan judulnya lagu tersebut berjudul Sanjiwani yang dalam bahasa Indonesia berarti keabadian. Pada lagu tersebut terdapat pernyataan sehasa menyarengin tembang puniki, dimana sang penulis lirik ingin menyampaikan bahwa alam pun senantiasa ikut bernyanyi. Di sini penulis lirik ingin menekankan betapa lagu ini dapat mengajak siapa saja ikut bernyanyi. Pernyataan berikutnya yaitu ageng suecan Idane Hyang Parama Kawi, dimana pernyataan ini menekankan bahwa lagu ini bertema religi, yaitu mengagungkan kuasa Tuhan, Hyang Parama Kawi. Pada superstruktur, hal yang diamati adalah skematik atau alur dari teks lagu Sanjiwani. Suatu teks memiliki sebuah alur dari pendahuluan hingga akhir. Sebuah alur menunjukkan bagaimana sebuah teks dan bagian-bagian teks disusun dan
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 1 - 6
diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Alur pada teks biasanya terdiri dari pembukaan, isi, dan penutup. Pada lirik lagu Sanjiwani, terdapat tiga bait, dimana bait pertama merupakan bagian pembuka, bait kedua adalah isi dan kegita adalah penutup. Pada bagian pembuka, penulis lirik mengungkapkan bahwa sang penyanyi berada dalam harmoni dengan alam, suasana alam melalui bunyi-bunyi alami air dan desiran angin sangat mendukung sang penyanyi untuk melantunkan lagu. Pada bait kedua yaitu bagian inti, penulis lirik menyampaikan kedamaian dalam melakukan introspeksi diri (mulat sarira), di bagian ini penulis lirik juga menyampaikan hadirnya percikan air suci, yang dalam agama Hindu disebut dengan Tirta yang di beri nama Sanjiwani. Pada bait akhir yaitu bait penutup, penulis lirik menyampaikan harapan dan doa agar percikan air suci Sanjiwani yang berasal dari Tuhan (Ida Betara) tersebut dapat membersihkan bumi dari segala kekotoran, sehingga tercipta kedamaian yang abadi. Analisis struktur mikro sebuah teks meliputi analisis semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris. Dari segi semantik, lagu ini memiliki makna yang sangat mendalam. Makna yang ingin disampaikan oleh penulis lirik melalui lagu ini yaitu keberserahan pada kuasa Sang Pencipta (Hyang Parama Kawi). Pesan moral yang ingin disampaikan penulis lirik melalui lagu ini yaitu agar senantiasa kembali berserah kepada Tuhan, senantiasa me lakukan introspeksi diri, memuja Tuhan dan meminta perlindungan serta peleburan
ISSN : 1829 – 894X
kekotoran atau dosa melalui percikan air suci yang disebut dengan Tirta Sanjiwani tersebut. Dari segi sintaksis, dalam lirik lagu ini, pada bait pembuka terdapat kata ganti Idane. Kata ganti idane ini dalam bahasa Indonesia berarti Beliau. Kata ganti beliau digunakan untuk menggantikan seseorang yang dianggap berkedudukan mulia atau dimuliakan. Begitu pula dengan kata ganti idane ini, memiliki makna menggantikan seseorang yang dimuliakan. Dalam lagu ini, yang dimuliakan itu adalah Sang Pencipta. Analisis struktur mikro berikutnya adalah analisis pada bagian leksikon dari lagu tersebut. Pada bait pertama di baris pertama terdapat kata gericik. Dalam kamus bahasa Bali, tidak ditemukan kosakata tersebut. Penulis lirik menggunakan kata gericik ini untuk mengibaratkan suara air yang bertemu bebatuan. Dalam bahasa Indonesia, kosakata ini dapat disandingkan dengan kata gemercik. Maka dapat dikatakan bahwa kata gericik yang digunakan oleh penulis merupakan kata pinjaman dari Bahasa Indonesia gemercik, namu n diadaptasikan ke dalam Bahasa Bali. Kata pinjaman berikut yang digunakan dalam lirik lagu ini juga terdapat pada bait pertama, yaitu desir. Kata desir ini juga tidak terdapat dalam kamus Bahasa Bali. Untuk mengatasi kekurangan kosakata Bahasa Bali yang mewakili makna yang ingin disampaikan oleh penulis, maka penulis menggunakan beberapa kata pinjaman. Dalam lirik lagu tersebut juga menggunakan Hyang Parama Kawi dan Ida Betara yang berarti Tuhan dalam agama Hindu. Penggunaan Hyang Parama Kawi
5
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 1 - 6
ini merupakan salah satu sebutan umat Hindu untuk Ida Betara (Tuhan) dalam manifestasi-Nya sebagai Sang Pencipta segala sesuatu di dunia ini. Dari analisis retorik, penulis menggunakan istilah mulat sarira. Istilah ini sangat familiar di kalangan masyarakat Bali. Kata mulat jika dijabarkan akan menjadi me+ulat, diucapkan secara cepat menjadi mulat. Kata mulat ini berarti merangkai atau merajut, sedangkan sarira berarti diri. Mulat sarira ini bermakna introspeksi diri. SIMPULAN Dari pemaparan analisis struktur teks terhadap lirik lagu Sanjiwani di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis struktur makro, superstruktur dan struktur mikro terhadap sebuah teks dapat mengungkapkan kedalaman makna yang terkandung dalam sebuah teks, dalam hal ini sebuah lirik lagu. Lirik lagu Sanjiwani ini sendiri memiliki makna dan pesan religi, yaitu melalui sifat berserah pada Sang Pencipta, senantiasa introspeksi diri, dan percikan air suci Tirta Sanjiwani, diharapkan bisa menghapuskan segala kekotoran dunia sehingga tercipta suasana damai yang abadi.
ISSN : 1829 – 894X
UCAPAN TERIMA KASIH Saya selaku penulis artikel mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dewan Redaksi Jurnal Suluh Pendidikan IKIP Saraswati atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk menulis di jurnal ini. Besar harapan saya agar tulisan saya ini dapat berguna bagi para akademisi lainnya. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1998. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS. Meyer, Michael. 2001. Between Theory, Method, and Politics: Positioning of the Approaches to CDA. Dalam Ruth Wodak dan Michail Meyer. Methods of Critical Discourse Analysis. London: SAGE Publications. Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : Penerbit Alfabeta. Van Dijk, Teun A. 1988a. News as Discourse. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associaciates, Inc.
6
Suluh Pendidikan, 2016, 16 (1): 7 - 12
ISSN : 1829 – 894X
KETERAMPILAN MEMBACA DALAM LOMBA MEMBACA CERPEN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NOMOR 5 BIAUNG Ni Nyoman Karmini Desak Nyoman Alit Sudiarthi IKIP Saraswati Tabanan E-mail:
[email protected] ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan membaca dalam lomba membaca cerpen siswa kelas IV Sekolah Dasar No.5 Biaung. Data dikumpulkan dengan metode tes berupa tugas membaca dalam lomba membaca cerpen untuk memperoleh data utama, dan dibantu dengan metode observasi dan wawancara. Selanjutnya, data dianalisis secara deskripsi. Hasil penelitiannya, siswa kelas IV SD No.5 Biaung dikategorikan terampil membaca dengan kategori Lebih dari cukup. Kata kunci: keterampilan membaca, lomba, cerpen, Sekolah Dasar READING SKILLS COMPETITION IN READING SHORT STORY ELEMENTARY SCHOOL CLASS IV NUMBER 5 BIAUNG ABSTRACT This paper aims to describe the reading skills in reading short story contest Elementary School fourth grade students 5 Biaung. Data collected by the test method in the form of reading assignments in the race to read the short story to get the main data, and assisted with observation and interview methods. Furthermore, the data are analyzed in the description. The results of their research, students fourth grade reading 5 Biaung skilled categorized with categories More than enough. Keywords: reading skills, competitions, short stories, Elementary School
PENDAHULUAN Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan suatu keharusan bagi sekolahsekolah yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, keterampilan berbahasa harus ditanamkan sejak dini kepada siswa. Keterampilan berbahasa meliputi: keterampilan men dengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan
menulis. Keempat keterampilan dimaksud saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya dimulai dengan urutan yang teratur, yakni mula-mula menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu belajar membaca dan selanjutnya menulis. Keterampilan menyimak dan berbicara dapat dipelajari sebelum memasuki masa sekolah, sedangkan keterampilan membaca 7
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 7 - 12
dan menulis secara formal dialami semasa sekolah. Pada kesempatan ini, yang dijadikan fokus pada tulisan ini adalah keterampilan membaca. Pada zaman globalisasi dan informasi yang serba cepat ini, keterampilan membaca sangat diperlukan karena sebagian besar informasi dipublikasikan melalui media cetak. Dalam dunia keilmuan, banyak penemuan penting yang bermanfaat bagi kemajuan kehidupan yang dipublikasikan secara tertulis. Untuk dapat menguasai informasi tersebut, kemampuan membaca harus dikuasai. Banyak membaca, banyak pula informasi yang diperoleh. Informasiinformasi dimaksud dapat dijadikan bekal dalam mempersiapkan diri melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. Membaca memegang peranan sangat penting. Tarigan (dalam Karmini, 1991: 7-8), menyatakan bahwa tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi mencakup isi dan memahami makna bacaan. Membaca merupakan kegiatan yang kompleks, yakni diawali dengan menga mati, lalu memahami dan memikirkannya. Kemampuan membaca yang baik, dapat meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia secara umum, khususnya dalam memahami isi bacaan. Membaca pemahaman menurut Tarigan (1993:56), merupakan sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami standard-standard atau norma-norma kesusastraan, drama tulis serta pola-pola fiksi. Memahami isi bacaan sebagai suatu keterampilan berbahasa tidak hanya memberikan manfaat dalam pembelajaran 8
ISSN : 1829 – 894X
bahasa Indonesia, melainkan jauh melebihinya dan dapat membuka jalan kepada bidang pendidikan yang lain, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu biologi, ilmu matematika dan sebagainya. Dengan cara demikian, siswa mampu mengembangkan dirinya dan memperkaya hidupnya secara berkesinambungan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri pada masa yang akan datang, sebab memahami isi bacaan adalah usaha yang bersifat perorangan dan merupakan suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh pesan melalui bahasa tulis. Untuk mencapai tujuan keterampilan membaca sangat diperlukan peran guru dalam aktivitas pembelajaran di kelas. Hal pokok yang harus disediakan oleh guru, adalah materi bacaan dan pengembangan aktivitas pengajaran yang berfokus pada teks bacaan. Teks bacaan dapat diambil dari berbagai bidang, antara lain bidang sastra dan non-sastra. Jenis karya sastra yang digemari anak-anak dewasa ini adalah dongeng dan sastra anak-anak, seperti cerpen tentang anak-anak. Dongeng mengandung nilainilai kehidupan yang dapat dipakai sebagai pegangan atau pedoman dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Dananjaya (1987:3), yang menyatakan bahwa dongeng sebagai karya sastra mengandung nilai-nilai pendidikan, nilai keagamaan, nilai sosial dan nilai kebaikan. Seperti halnya dongeng, cerpen anak-anak juga mengandung nilai pendidikan, nilai keagamaan, nilai sosial dan nilai kebaikan. Cerpen adalah suatu cerita yang menggambarkan sebagian
Suluh Pendidikan, 2016, 16 (1): 7 - 12
kecil dari keadaan, peristiwa kejiwaan, dan kehidupannya (Karmini, 2011:102) Pada bulan Agustus 2015, Fakultas Bahasa dan Seni, IKIP Saraswati, melaksanakan kerja sosial yang berlokasi di Desa Tajen. Berkaitan dengan kerja sosial dimaksud, diadakan kegiatan kerja bakti, penyuluhan, bantuan sosial, dan pelatihan. Pelatihan yang diadakan adalah pelatihan bahasa Inggris yang dibina oleh dosen jurusan bahasa Inggris dan pelatihan membaca yang diberikan oleh dosen jurusan bahasa dan sastra Indonesia. Dari kegiatan tersebut, timbul ketertarikan saya untuk memanfaatkan momen penting itu untuk melakukan penelitian. Setelah diadakan pelatihan membaca terhadap siswa kelas IV SD No.5 Biaung, selanjutnya dilaksanakan penelitian berkaitan dengan lomba membaca cerita anak yang diikuti oleh semua siswa kelas IV. Cerita yang digunakan dalam lomba tersebut berjudul Mawar Putih karya Nadya (Nadya Rahayu). Cerpen ini lolos moderasi tanggal 29 May 2015. Cerpen Nadya dimuat dalam Blog:hutagalung4.blogspot. com. (cerpenmu.com/cerpen.keluarga/ mawar-putih-3,html,download tgl 3 Juni 2015, 5.24PM). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemampuan siswa dalam membaca cerita anak, dengan kriteria penilaian, meliputi: vocal/suara, intonasi, ekspresi, dan penjiwaan dengan rentang skor 10-100. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar No.5 Biaung, pada tanggal 10
ISSN : 1829 – 894X
Agustus 2015. Pelaksanaan penilaian terhadap peserta lomba dibantu oleh 2 orang mahasiswa, yakni Sri Widani dan Intan Purnama Sari. Jumlah peserta lomba 13 orang, terdiri atas 7 orang perempuan dan 6 orang laki-laki. Data dikumpulkan dengan tes berupa tugas membacakan cerita berjudul Mawar Putih karya Nadya (Nadya Rahayu). Kriteria penilaian dalam pembacaan itu, meliputi: vocal/suara, intonasi, ekspresi, dan penjiwaan dengan rentang skor 10-100. Untuk menentukan yang terbaik dilakukan dengan cara menjumlah skor yang diperoleh dari setiap kriteria penilaian. Jumlah skor tertinggi atau terbesar dinyatakan terbaik, yang dalam lomba dinyatakan sebagai juara I. Demikian seterusnya. Selain penilaian lewat tes membaca, dilakukan pula observasi dan wawancara sebagai metode pelengkap untuk memperkuat hasil penilaian yang dilakukan oleh 2 orang mahasiswa. Observasi dan wawancara dilakukan oleh Ni Nyoman Karmini (dosen) dan Desak Nyoman Alit Sudiarthi (dosen). Yang diobservasi adalah penampilan peserta lomba saat membacakan cerita Mawar Putih sesuai kriteria penilaian yang ditetapkan, yakni vocal/suara, intonasi, ekspresi, dan penjiwaan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh 2 orang mahasiswa terhadap peserta lomba membaca, maka hasilnya dapat dipaparkan dalam tabel di bawah
9
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 7 - 12
ISSN : 1829 – 894X
ini. Tabel 01.Hasil Rekapitulasi Penilaian Lomba Membaca Cerpen Siswa Kelas IV SD No.5 Biaung No.
Nama Siswa
1. 2. 3. 4. 5. 6.
I Gusti Made Depa WK. I Putu Yuda Pranata Gusti Made Ari Subagiarta Gusti Made Henry Agustya Gusti Ayu Silvi Gayatri Gusti Ayu Putu Widiyanti D. Gst Ayu Putu Disa Anggreni Ni Kadek Mirah Anggreni Gst Ayu Made Diah Kumala Dewi Ketut Anggira Putri Maharani I Putu Diva Suastawa I Made Agus PW Ni Putu Desi Antari Total Skor Nilai rata-rata Kategori
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Vokal 80 80 90 85 70 75
Kriteria Penilaian Intonasi Ekspresi 75 70 75 70 80 70 80 70 75 65 75 70
295 295 310 305 275 290
70
80
70
70
290
75 75
80 75
70 70
70 70
295 290
65
65
65
65
260
90 80 75 1010 77.69 Baik
85 80 65 990 76.15 Baik
75 70 65 900 69.23 Lebih dari cukup
75 70 65 900 69.23 Lebih dari cukup
325 300 270 73.08 Lebih dari cukup
Keterangan: Jumlah skor 325 sebagai juara I (I Putu Diva Suastawa) Jumlah skor 310 sebagai juara II (Gusti Made Ari Subagiarta) Jumlah skor 305 sebagai juara III (Gusti Made Henry Agustya) Pembahasan Dari paparan skor yang terdapat pada tabel, dapat dikatakan bahwa untuk kriteria vokal/suara diperoleh rata-rata 77.69 dikategorikan baik, intonasi diperoleh rata 76.15 dikategorikan baik, ekspresi rata-rata 69.23 dikategorikan lebih dari cukup, dan penjiwaan rata-rata 69.23 dikategorikan lebih dari cukup. Dilihat secara keseluruhan, dapat dikatakan siswa sudah terampil membaca, sebab sesuai pernyataan guru 10
Jml
Penjiwaan 70 70 70 70 65 70
kelas IV, siswa dikatakan berhasil membaca bila telah mencapai skor 65. Penilaian yang diberikan oleh 2 orang mahasiswa, tidak berbeda jauh dengan hasil observasi. Di antara 13 orang siswa, ada siswa yang keterampilan membacanya masih paspasan dan siswa yang dinyatakan demikian sangat sesuai dengan hasil observasi dosen. Siswa dimaksud adalah Gusti Ayu Silvi Gayatri, Ketut Anggira Putri Maharani, dan Ni Putu Desi Antari. Setelah lomba
Suluh Pendidikan, 2016, 16 (1): 7 - 12
selesai, dilakukan wawancara terhadap peserta lomba. Jawaban mereka ratarata menyatakan tidak terlalu grogi, tidak malu, tidak ada rasa takut, karena mereka telah mendapatkan latihan membaca, tetapi jawaban dari 3 orang yang kategori pas-pasan, katanya mereka grogi yang menyebabkan mereka kurang konsentrasi. Pada saat dosen memegang tangannya untuk membesarkan hatinya dan sambil memberikan senyuman, tangannya terasa dingin tetapi mereka tetap tersenyum. Untuk lebih mudah memahami paparan pembahasan di atas, dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
ISSN : 1829 – 894X
SIMPULAN Didasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat dikatakan bahwa pada dasarnya siswa kelas IV SD No.5 Biaung sudah dikategorikan terampil membaca dengan kategori Lebih dari cukup. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kepala Sekolah dan Guru-guru SD No.5 Biaung, serta siswa kelas IV SD No.5 Biaung atas kesempatan yang diberikan kepada kami sehingga artikel ini terwujud. Terima kasih juga disampaikan
Gambar 01: Kategori Penilaian Lomba Membaca Cerpen Siswa Kelas IV SD No.5 Biaung
11
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 7 - 12
kepada mahasiswa yang membantu dalam pengambilan data. DAFTAR PUSTAKA Danandjaja, James. 1987. Foklor Indonesia. Jakarta: Grafiti. Karmini, Ni Nyoman. 1991. “Keterampilan Membaca”. Tabanan: IKIP
12
ISSN : 1829 – 894X
Saraswati. Karmini, Ni Nyoman. 2011.Teori Pengkajian Prosa Fiksi dan Drama. Denpasar: Pustaka Larasan bekerja sama dengan Saraswati Institut Press Tabanan. Tarigan, Henry Guntur. 1993. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 13 - 22
ISSN : 1829 – 894X
EXISTENTIALISM IN KADEK SONIA PISCAYANTI’S SHORT STORIES KARENA SAYA INGIN BERLARI Ni Putu Desi Wulandari Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP Saraswati Tabanan ABSTRACT The present study is aimed at investigating the themes of philosophy of existentialism implied in Kadek Sonia Piscayanti’s short stories compilation book entitled Karena Saya Ingin Berlari [Because I Want to Run]. The analysis of this present study was administered in the procedure of descriptive qualitative analysis, which aimed at making description and inferences according to the factual data of texts, in this case short stories. The data were collected through a library research and interview. The written data were classified based on the classification made before and the interview has done with the author of the short stories compilation book by conducting unstructured type of interview. The interview was recorded by digital recorder and then written as script as the additional information for the researcher’s analysis. There are three themes of philosophy of existentialism that implied in the fourteen short stories, namely: existence precedes essence which is implied in nine short stories, death which is implied in four short stories and absurdity which is implied in one short story. The author implied the value of the philosophy of existentialism trough some ways in the short stories based on the themes. The author implied existence precedes essence theme by showing the efforts of the main characters to find their intended existences, death theme with the reactions of the parties around the things that inexist anymore and absurdity theme with the absurd occurrences and characters contained in the short stories. Key words: short story, philosophy of existentialism, theme of philosophy of existentialism. ABSTRAK Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk menginvestigasi tema-tema dari filosofi eksistensialisme yang terkadung dalam buku kumpulan cerita pendek Karena Saya Ingin Berlari karangan Kadek Sonia Piscayanti. Analisis pada penelitian ini telah dilaksanakan dalam kualitatif deskriptif prosedur yang ditujukan untuk membuat deskripsi dan kesimpulan sesuai dengan data nyata dari beberapa teks, dalam hal ini cerita pendek. Data telah dikumpulkan dengan metode penelitian perpustakaan dan wawancara. Data tertulis dan terklasifikasi sesuai dengan jenis klasifikasi yang telah dibuat sebelumnya dan wawancara dilakukan terhadap penulis buku kumpulan cerita pendek dengan pelaksanakan jenis wawancara tak terstruktur. Wawancara tersebut direkam dengan menggunakan perekam digital dan kemudian ditulis sebagai skrip sebagai informasi tambahan untuk analisis penulis. Terdapat tiga tema filosofi eksistensialisme yang terkandung dalam keempat belas cerita pendek tersebut yaitu existence precedes essence (eksistensi mendahului essensia) yang terkadung dalam sembilan cerita pendek, death (kematian) yang terkandung dalam empat cerita pendek dan absurdity (absurditas) yang terkandung dalam satu cerita pendek. Penulis menuliskan nilai – nilai filosofi eksistensialisme dengan berbagai cara sesuai dengan temanya. Penulis menuliskan tema existence precedes 13
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 13 - 22
ISSN : 1829 – 894X
essence degan menunjukkan usaha-usaha yang dilakukan karakter utama untuk mencapai atau mendapat eksistensi yang diinginkan, tema death dengan reaksi- reaksi dari pihak disekitar hal yang sudah tidak eksis lagi tersebut dan tema absurdity dengan kejadian dan karakter aneh yang terdapat dalam cerita pendek. Kata Kunci: cerita pendek, filosofi eksistensialisme, tema filosofi eksistensialisme.
Introduction Prose fiction writings are the products of humans in which the contents are based on humans’ life. Therefore, when later the products of prose fiction served to the readers, they will inspired by the contents of prose fiction which raised the stories of humans’ life. They will find stories, problems, dilemmas or in short the values of life which related straightforwardly or similar to their life or anyone else’s life trough the contents of prose fiction writings and finally they learn about the way to face such occurrences and problems based on the contents of the prose fiction writings. Values of life are one of the philosophy studies. The term philosophy comes from the Greek words means “love of wisdom” (Whitehawk, 1998). Wisdom is deep thinking which is done by humans to find the fundamental nature of themselves and the things around them in universe and philosophy is the study of wisdom. Because human and humanity discussion in prose fictions creates values of life which is valuable for the readers, it can be said that philosophy becomes a part of literature. The statement is in line with Semi’s statement. Semi (1988:19) stated that in a good literary work, there found philosophy, society, psychology, science, tradition rules, ecology elements and many 14
more. Philosophy is written in literature forms and literature itself takes a role as a philosophy. In another understanding it can be said that the messages behind the content of literary works take a role as philosophy of life that inspired the readers’ way of life. Literature and philosophy has developed followed what the writers and the readers believe and expect on the era they live. In the old eras, literature used to follow the norm of the society where it was written. Years later, many writers believe that politeness, formality and legality was only become borders that band their creativity in writing. By their belief, recently appeared a new sightseeing about literature in a name called modern literature. Modern literature emphasizes more on the creativity of the writers than polity, formality and legality because creativity can go beyond them. The statement above is in line with Lathief’s statement. Lathief (2008:163) stated that modern literature appeared to introduce a new sightseeing about literature to public. Modern literature believes that art or literary work is humans’ creativity, therefore, creativity should be expressed freely with human’s thinking as its source in order to produce the optimal products of creativity. As modern literature emphasizes
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 13 - 22
on the freedom of writing included its content, language order and writing style, existentialism of philosophy is one of the streams of philosophy that match to the elements of modern literature. Existentialism is the philosophy that places emphasis on individual existence, freedom, and choice (Whitehawk, 1998). In literary work, one of the ways to understand the values of philosophy of existentialism implied in it is to determine the themes. Philosophy of existentialism has specific kinds of themes which are different from the major themes of literary works such as individual, moral, social, religious, etc. Roubickzek (1966) stated that there are some themes of philosophy of existentialism which are implied in literary works, they are; Existence precedes essence. Existence precedes essence means that someone needs intended existence to have essence or fundamental nature of him or herself. The second one is Anxiety and anguish. In anxiety and anguish, the fear or dread happens and it is not directed at any specific object, it is just there however. Anguish, moreover is the dread of the nothingness of human existence, the meaningless of it. The third one is Absurdity. Absurdity as the theme of existentialism that can be understood by this simple statement: “Granted I am my own existence, but this existence is absurd.” It means that an existing thing exists without any reason why and how it is exist. The existence is just a strange existence; there are no logic reasons why that thing exists in this world. The fourth one is Nothingness. Nothingness
ISSN : 1829 – 894X
means if something has no existence in this world. The last one is Death. The theme of death follows along with the theme of nothingness. The theme of death follows along with the theme of nothingness. Death is the loss of something previously exists. Death is the end of existence. Kadek Sonia Piscayanti is a modern author who wrote her writings with no borders as long as her ideas served perfectly to the readers. She wrote about underpants, sexual intercourse, sperm and any other tabooed things in her short stories because she believes those tabooed things commonly become the clarifier for some of the short stories’ content. From her idealism above, Kadek Sonia Piscayanti can be said as an existentialist as she has her own way to write her writings without following the rules that she think will band her creativity in writing. On the other hand, her short stories are also implied by the value of philosophy of existentialism in it. The main characters of her short stories were written as the individuals who expect the existence of their life and the existence of another person or thing in their life. Research Methods The present study used qualitative approach. Qualitative approach is an approach in which the description of observation is not ordinarily expressed in quantitative terms, it is not suggested that numerical measures are not used, but that other means of description are emphasized (Best, 1981). Moreover, a qualitative analysis can be classified into descriptive analysis. It aims to make description about 15
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 13 - 22
a situation or events (Suryabrata, 1983, in Erayani, 2003:27). For the sake of the study, the researcher utilizes all of the fourteen short stories in short stories compilation book entitled Karena Saya Ingin Berlari [Because I Want to Run] (AKAR Indonesia, 2007) written by Kadek Sonia piscayanti, they are Bunga Sepatu Ungu Calista “Calista’s Purple Shoe Flowery Ornament” (2007), Dunia dalam Celana Dalam “A World on the Underwear” (2007), Karena Saya Ingin Berlari “Because I Want to Run” (2006), Hueeek...Cuh! (2004), Kartu Cinta yang Tak Pernah Dibaca “Love Card which Never Been Read” (2006), Kisah Ajaib dari Negeri Singa, “ Magic Story from the Lion’s Country” (2004), Cintalah yang Membuat Diri Betah untuk Sesekali Bertahan “It is Love That Made Me Stand Still” (2005), Menu Makan Malam “Dinner Menu” (2005), Pada Suatu Pagi “In One Morning” (2006), Perempuan Kedua “The Second Woman”(2005), Celana dalam Cokelat Muda “Light Brown Underwear” (2005), Suamiku dan Layang-layangnya “My Husband and His Kite” (2005), “Tarsih”(2004) and Kisah Penghabisan Seorang Penebang Kayu “The Last Story about a Wood Cutter”(2005), because all of the short stories are implied by the themes of philosophy of existentialism on them. Therefore, the object that was investigated in this study was the themes of philosophy of existentialism in short stories compilation book written by Kadek Sonia Piscayanti entitled: Karena Saya Ingin Berlari (Because I Want to Run).
16
ISSN : 1829 – 894X
Result There are fourteen short stories that were analyzed their philosophy of existentialism themes. The analysis begun by the analysis done by the researcher by using observation sheets and the analysis was clarify by an interview done by the thesis writer to the author of the short stories, in this case Kadek Sonia Piscayanti. Here is the result of the fourteen short stories’ analysis: 1. Bunga Sepatu Ungu Callista a. Main character: A playgroup teacher b. Chief purpose: Clear c. Major theme: Individual d. P.E. Theme: Existence Precedes Essence e. Evidence : The teacher as the main character in this short story wants to decide her own life comfort by choosing the new life way especially in her job even though it can reduce her salary. 2. Dunia Dalam Celana Dalam a. Main character: Sunia b. Chief purpose: Clear c. Major theme: Individual d. P.E. Theme: Death e. Evidence: The loss of the main character’s mother’s love raised many reactions from the main character especially her obsession to her mother underpants.
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 13 - 22
3. Karena Saya Ingin Berlari a. Main character : Sunia b. Chief purpose: Clear c. Major theme: Individual and moral d. P.E. Theme: Existence Precedes Essence e. Evidence: After a long shackle of her father punishment that is a punishment to run nakedly, the main character wants to find her fundamental nature that is by running and running. Running is the only thing she wants in her life and she wants to do it every time in the rest of her life. 4. Huueeek…Cuh! a. Main character: A man with a neighbor who always spitting b. Chief purpose: Clear c. Major theme : Individual d. P.E. Theme: Absurdity e. Evidence: Saliva throws out by the main characters’ neighbor until it covers all of his yard and at the end of the story his saliva and the citizens’ saliva flooded the whole area of settlement are the absurd aspects of this story. 5. Kartu Cinta yang tak Pernah Dibaca a. Main character: A girl with big efforts to show her love b. Chief purpose: Clear c. Major theme: Individual d. P.E. Theme: Existence Precedes Essence e. Evidence: The girl, the main
ISSN : 1829 – 894X
character of this short sort story tries to become the best girl that her guy have ever had by doing many efforts. 6. Kisah Ajaib dari Negeri Singa a. Main character: The mung bean porridge seller b. Chief purpose: Clear c. Major theme: Individual d. P.E. Theme: Death e. Evidence : The loss of a lion statue creates many bad reactions from the citizen and finally realizes them that the symbol of spirit is important for them for the maintenance of their life spirit. 7. Cintalah yang Membuat Diri Betah Untuk Sesekali Bertahan a. Main character: The simple guy b. Chief purpose: Clear c. Major theme: Individual d. P.E. Theme: Existence precedes essence e. Evidence: The simple guy as the main character of this short story knows who he really is and do not want to fight for impossible things that he probably cannot reach, especially his love. 8. Menu Makan Malam a. Main character:A housewife b. Chief purpose: Clear c. Major theme: Individual d. P.E. Theme: Existence precedes essence 17
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 13 - 22
e. Evidence : A mother in this short story tries to show her existence as a great mother by making many delicious dishes for her family and ruling dinner ritual to gather her family together on the evening in sharing. 9. Pada Suatu Pagi a. Main character:An elementary school boy b. Chief purpose: Clear c. Major theme: Individual d. P.E. Theme: Death e. Evidence: The suicide of a little boy realized his parents and teachers to not punish children unreasonably and they should educate children well that the children will grow maturely. 10. Perempuan Kedua a. Main character : A successful career woman b. Chief purpose: Clear c. Major theme: Individual theme d. P.E. Theme: Existence precedes essence e. Evidence: The main character, a successful woman realizes her right to choose or determine the best things for herself in her life by considering her comfort at the same time other people’s feeling. 11. Celana Dalam Cokelat Muda a. Main character: An abused 18
ISSN : 1829 – 894X
b. c. d. e.
servant Chief purpose: Clear Major theme: Individual theme P.E. Theme: Existence precedes essence Evidence: Becoming a respectable woman is the one that the servant in this short story fights for. She realizes that she has the same right as her boss and she cannot be abused anymore.
12. Suamiku dan Layang – Layagnya a. Main character: A pregnant wife b. Chief purpose: Clear c. Major theme: Individual theme d. P.E. Theme: Death e. Evidence: The loss of her husband’s love and attention creates deep sadness for a pregnant young lady who becomes the main character of this short story. 13. Tarsih a. Main character:Tarsih b. Chief purpose: Clear c. Major theme: Individual d. P.E. Theme: Existence precedes essence e. Evidence: Tarsih as the main character of this short story tries to maintain her comfortable life to not follow her husband to go back to her husband’s uncomfortable relatives in Bali.
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 13 - 22
14. Kisah Penghabisan Seorang Penebang Kayu’ a. Main character: A famous wood cutter b. Chief purpose: Clear c. Major theme: Individual d. P.E. Theme: Existence precedes essence e. Evidence: The wood cutter in this short story tries to show that he is the best wood cutter in town by cutting the biggest wishing tree in town. Discussion The fourteen short stories in short stories compilation book Karena Saya Ingin Berlari (Because I Want to Run) mainly tells the readers about the monologue of the main characters which discussing about their self-dilemma; considering about who they are, why they are bared in this world, what to do in their life and what are the appropriate things they can reach and they can be in their life and what to behave in relationship to others, not only a report of fictive occurrences. Those aspects are related to philosophy of existentialism which concerns about human and thing existence, their deep nature and their relationship to others in this world. In determining the philosophy of existentialism themes which were implied in each short story, the researcher determined the major themes of them first to ease the determination. From the analysis, the major theme of all short stories is individual theme.Individual theme majoring the discussion about the existence of the main
ISSN : 1829 – 894X
characters and their truly nature about their life also their relationship to others which implied by philosophy of existentialism values. Moral theme also implied in one short story, but it was combined with the individual theme. In short, the implication of individual theme in the short stories is one of some signs that one of philosophy of existentialism themes is implied in one short story. As what researcher have stated above, in each short story, each main character had a deep monologue as a discussion about who they were, why they were exist in universe, what they had to do, how other people thought about them and so forth. The discussion caused by the conflicts happened in the story or even the discussions created conflicts in the short stories. This is the nature of existentialism in philosophy: an existing thing exists and creates reaction from things or people around it. Human need to have intended existence in their life as seen by others. Human need to show who they he or she really is, wants to determine what they want to do and to be in life and want to be respected or seen good by others. Some main characters in Kadek Sonia Piscayanti’s short stories tried to find the ways to show their intended existence in their life. Callista’s teacher for her bravery to cut her uncomfortable responsibility in Bunga Sepatu Ungu Callista Sunia for her running skill in Karena Saya Ingin Berlari, A young girl who wanted to become the best girl her guy had ever had by doing many efforts in Kartu Cinta yang Tak Pernah Dibaca, the simple doorman who knew who he really was and did not want 19
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 13 - 22
to fight for impossible thing, especially his love in Cintalah yang Membuat Diri Betah Sesekali untuk Bertahan, a mother who tried to show her existence as a great mother by making many delicious dishes to her family and also ruled a dinner rituals which unite her family in dinner and sharing in Menu Makan Malam, a successful woman who realized that she had to chose the most comfortable things for her life and love in Perempuan Kedua, a servant who realized that she could not be abused anymore in Celana Dalam Cokelat Muda, Tarsih who tried to maintain her comfort life ignoring her husband’s intention to go back to her husband’s uncomfortable family in Bali Tarsih and a wood cutter who tried to show that he was the best wood cutter in town in Kisah Penghabisan Seoranf Penebang Kayu are the characters who tried to find ways and do efforts to get their intended existence in their life. Existence precedes essence is the theme is the theme of philosophy of existentialism which is suitable for the short stories. Loss also becomes one important part of philosophy of existentialism. Something exist may lost sometimes, if it is human, one day they will die. Humans cannot avoid loss because it is a natural process of life, because life has three exact sides; they are appearance, existence and loss and no one will be missed by every individual. Loss is discussed seriously in some of the short stories in short story compilation book Karena Saya Ingin Berlari [Because I Want to Run] they are in Dunia dalam Celana Dalam, Pada Suatu Pagi, Kisah Ajaib di Negeri Singa and Suamiku dan 20
ISSN : 1829 – 894X
Layang – Layangnya. Loss in those short stories is a disappearance of something exists and creates reactions from the people around it. Loss means something used to be seen and not seen anymore, something used to be loved but could not be loved anymore. Loss is death. Loss creates different atmosphere to the people related to the lost thing, therefore there are many reactions especially bad reactions from the people around it that significantly change the situation. Therefore loss is always grasp and grievous to all individuals in this world. In Karena Saya Ingin Berlalri Readers can see loss in Dunia dalam Celana Dalam, a girl lost a figure of an idol parent that makes her did some strange efforts to replace the loss, In Kisah Ajaib di Negeri Singa, the citizens of a town lost their encouragement to do everything in their life because they lost their symbol of spirit that was the lion stature and in Suamiku dan Layang – Layangnya, a pregnant woman felt really jealous for the loss of her husband’s love and attention because he used to play with his kite and ignore his wife. Beside existence and the loss of existence, absurdity, which also becomes the part of philosophy of existentialism, is also used in the short stories. Absurdity means something exist without reason. Why and how it is exists sometimes cannot be explained. It is explained only by the story. It is also can be said that if human never see the written things in real life therefore they do not believe the existence in real life. The absurd things are the imaginative things which are existed in the story but
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 13 - 22
we cannot prove it in real life. They are just existed and we cannot prove it. It is absurdity, an art of the story. There is one short story which was written absurdly, it is Hueeek… Cuhhh!” This short story is about a man who used to spit whenever he saw her neighbor whom he hated a lot until he had no dry yard was very rare in real life and the floody saliva from the man and the people around him all over the town in the story also cannot be found in real life. Existence, the loss of existence and the absurdity of existence are three main discussions in all of the short stories in the short story compilation book. In which when we relate them to the themes of philosophy of existentialism they are existence precedes essence, death theme and absurdity theme. At last, all of the short stories in Karena Saya Ingin Berlari are able to become a self reflection to the readers about self freedom, life choice, respects and self comfort. The short stories open the readers’ mind that they should realize about their rights to determine their life as what they want to do and be that they will get the intended life existence in this their life. If people get their intended self existence, they will feel happiness and satisfaction in their life. Conclusion All of the fourteen short stories in Karena Saya Ingin Berlari, are implied with the theme of philosophy of existentialism. There are three themes which are implied in the short stories, they are existence precedes essence which is implied in nine short stories, death which is implied in four
ISSN : 1829 – 894X
short stories and absurdity which is implied in one short story. Acknowledgement The researcher would like to give gratitude to Ida Sang Hyang Widhi Wasa as the creator of this universe for His guidance and grace. A very big thank you for my parents and husband for their support in creating this article. Also, a salutation for English Education Department, Faculty of Language and Art, IKIP Saraswati family.
Literate Cited Agrawala, Vijay. 2011. What is Existentialism? www.wordsbank. com Best, J. W.1981. Research in Education, New Jersey. Prentice Hall, Inc. Darma, B. 1980. Pojok Sastra Baru. Surabaya. Paramita. Erayani, Sri Ni Made. 2003. Character’s Revelation In NH Dini’s Novels: An Analysis on the Author’s Techniques of Character Revelation. Unpublished thesis IKIP Negeri Singaraja. Harsono, Siswo. 2009. Filsafat Sastra. www.staff.undip.ac.id/sastra/siswoharsono/filsafat-sastra/ Kusnosubroto, S.B. 1988. The Anatomy of Prose Fiction. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Pendidikan Tinggi, Proyek, PLPTK. Lathief, Supaat I. 2008. Eksistensialisme – Mistisisme Religius. Lamongan: Pustaka Ilalang. Niles,
Thomas.2010. Existentialism’s Rules. www.philosophycorner.com 21
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 13 - 22
Piscayanti, Kadek Sonia. 2007. Karena Saya Ingin Berlari. Sleman: Akar Indonesia Roubickzek Paul. 1966. Existensialism For and Agiant. Cambridge University Press. Semi, M.1988. Ilmu Filsafat dalam Sastra. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Whitehawk, Shamyn. 1998. My Little Corner of Existentialism. http:// www.fortunecity.com/roswell/ cushing/263/exist/existentialism. html
22
ISSN : 1829 – 894X
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 23 - 30
ISSN : 1829 – 894X
IMPLEMENTASI MODEL QUANTUM LEARNING DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAIN MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM PEMBELAJARAN MIKROBIOLOGI Dewa Nyoman Oka Pendidikan Biologi, FPMIPA, IKIP Saraswati, Tabanan, Bali
[email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil prestasi belajar sebelum dan setelah pembelajaran melalui penerapan model quantum dengan pendekatan keterampilan proses sain. Data dikumpulkan dengan metode tes, observasi dan kuisioner. Data yang dikoleksi berupa data skor hasil pretest dan postest, hasil observasi kegiatan pembelajaran, dan respon mahasiswa. Data yang terkumpul dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif. Sedangkan sampel dependent untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil pretest dan posttest dianalisis dengan uji-t. Berdasarkan rangkuman hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: (1) permasalahan rendahnya kualitas proses pembelajaran dan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Mikrobiologi telah teratasi melalui penerapan model pembelajaran quantum dengan pendekatan keterampilan proses sain; (2) Prestasi belajar mahasiswa sebelum dan setelah pembelajaran berbeda signifikan. Nilai rata-rata pretest dalam kategori kurang dengan nilai 63,15, sedangkan nilai rata-rata posttest dalam kategori baik dengan nilai sebesar 84,00. Kata kunci: model quantum, keterampilan proses, prestasi belajar ABSTRACT The purpose of this study was to determine differences in the results of learning outcome before and after learning through the application of quantum models to approach science process skills. Data collected by the method of test, observation and questionnaire. Data were collected in the form of a data score pretest and posttest results, the observation of learning activities, and student response. As the data was analyzed using qualitative descriptive analysis. While dependent samples to determine differences in the average pretest and posttest results were analyzed by t-test. Based on the summary of the research results, it can be concluded that: (1) problems of the lower quality of the learning process and the learning outcome of students in the subject of Microbiology has been resolved through the application of quantum learning model approach science process skills; (2) The learning outcome of students before and after learning significantly different. The average value of pretest in the lower category with a value of 63.15, while the average value posttest in high categories with a value of 84.00. Keywords: quantum models, process skills, learning outcome
PENDAHULUAN Mikrobiologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan
di perguruan tinggi (PT) termasuk di Program Studi Pendidikan Biologi, FPMIPA IKIP Saraswati Tabanan. Sesuai 23
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 23 - 30
dengan karakternya, Mikrobiologi dapat dipahami dengan baik dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari apabila dalam proses perkuliahan mahasiswa memperoleh pengalaman belajar melalui kegiatan praktikum dan/atau percobaan. Kegiatan praktikum dan/atau percobaan/ penelitian memungkinkan mahasiswa mampu memverifikasi konsep-konsep/ teori Mikrobiologi. Proses memverifikasi konsep-konsep/teori tersebut sebagai bentuk dari keterampilan proses sain yang sejalan dengan teori pembelajaran konstruktivisme. Dalam keterampilan proses sain, mahasiswa dilatih dan melatih diri menggunakan pengetahuan yang didapatkan dari perkuliahan dan yang telah dimiliki sebelumnya untuk diterapkan dalam melaksanakan praktikum dan/atau percobaan/penelitian. Melalui kegiatan praktikum dan/atau percobaan/penelitian, mahasiswa mampu mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Fakta yang terjadi dalam proses pembelajaran Mikrobiologi yang berlangsung selama ini belum, kegiatan praktikum dan/atau percobaan/penelitian masih kurang dan kurang berjalan optimal. Peneliti sebagai dosen pengampu mata kuliah telah menerapkan pendekatan keterampilan proses, akan tetapi tidak terlakasana secara efektif dan kurang peneliti laksanakan secara ketat sesuai dengan tahapan langkah-langkah pembelajaran keterampilan proses sains. Model/metode mengajar yang dilaksanakan masih cenderung berpusat pada peneliti (teacher centered), sehingga mahasiswa cenderung kurang memperoleh pengalaman 24
ISSN : 1829 – 894X
belajar. Kurangnya pengalaman belajar yang diperoleh mahasiswa menyebabkan kegiatan belajar menjadi kurang bermakna. Mahasiswa kurang mampu membangun pengetahuannya sendiri, kurang mampu mengaitkan pengetahuan yang diporoleh dengan kehidupan sehari-hari. Implikasinya, aktivitas belajar mahasiswa menjadi rendah. Berdasarkan pengalamaan peneliti dan observasi terhadap aktivitas mahasiswa dalam mengikuti perkualiahan, dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Mayoritas mahasiswa menunjukkan sikap apatis dan kurang antusias dalam menanggapi/ menjawab pertanyaan, ketika peneliti mengajukan pertanyaan. 2) Ketika peneliti mengajukan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dibahas, hanya 2 orang (15,38%) mahasiswa mengacungkan tangan dari 13 orang mahasiswa dan jawaban mereka belum sesuai dengan harapan. 3) Hasil dari tugas kelompok dibuat secara personal, sedangkan anggota kelompok yang lain hanya numpang nama dan cenderung acuh tak acuh terhadap tugas tersebut. 4) Hasil dari tugas personal/ kelompok yang dibuat di rumah cenderung hasil dari copy paste dari referensi yang diunduh dari internet. Hasil tugas tersebut hanya dokumen biasa tanpa makna. 5) Dalam menyajikan hasil diskusi/tugas, mahasiswa sering menunjukkan perilaku grogi, penyampaian/penyajian tidak terstruktur, kurang sistematis, dan kadangkadang terjadi debat kusir. Akibat dari rendahnya aktivitas belajar mahasiswa, menyebabkan prestasi belajar mahasiswa ikut menjadi rendah. Prestasi
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 23 - 30
belajar mahasiswa yang mengambil mata kuliah Mikrobiologi Tahun Akademik 2014/2015, hanya mencapai kualifikasi sedang denga nilai rata-rata 76,48. Capaian prestasi ini belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu dalam kualifikasi baik dengan rentangan nilai 80 – 89 (Sudjana, 2005). Dari jumlah mahasiswa sebanyak 13 orang, hanya 3 orang (23,08%) mahasiswa yang mencapai prestasi belajar baik. Tidak ditemukan satu pun mahasiswa yang memperoleh prestasi sangat baik (90 – 100). Menyadari rendahnya prestasi belajar mahasiswa tersebut, peneliti mencoba memperbaiki kualitas pembelajaran dengan menerapkan model quantum dengan pendekatan keterampilan proses sain. Pilihan terhadap strategi pembelajaran tersebut, karena model quantum dengan langkah “TANDUR”nya (tanamankan, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan) dipadu dengan pendekatan keterampilan proses sain sesuai dengan karakter Mikrobiologi dan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Peneliti meyakini bahwa penerapan model kuantum dengan pendekatan keterampilan proses sain mampu meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar mahasiswa. Keyakinan ini muncul, karena dengan model sain proses pembelajaran bergeser dari teacher centered ke students centered. Hal ini sesuai dengan pandangan konstruktisme, dimana pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (student centered), bukan berpusat pada guru (teacher centered), memungkinkan mahasiswa memperoleh pengalaman
ISSN : 1829 – 894X
belajar sehingga mampu mengkonstruk pengetahuan sendiri (Cahyono, 2005). Proses mengkonstruk pengetahuan sendiri menyebabkan mahasiswa mencapai pemahaman yang lebih baik terhadap konsep Mikrobiologi yang sulit. Mahasiswa mampu mengaitkan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan yang dipelajari sehingga pembelajaran menjadi link and macth dengan kehidupan nyata mahasiswa. Pembelajaran yang dapat mengaitkan materi dengan kehidupan nyata, menjadikan pembelajaran tersebut bermakna. Hal ini sesuai dengan teori belajar bermakna yang dikemukakan Ausubel (1971, dalam Dety, 2009) yang menyatakan belajar akan bermakna apabila pengetahuan yang diperoleh mampu diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Selain itu, agar terjadibelajaryangbermakna, konsep baru atau pengetahuan baru harus dikaitkan dengan konsep yang telah ada dalam struktur kognitif pebelajar. Model pengajaran quantum menjadi lebih efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran Mikrobiologi dengan menggunakan keterampilan proses sain. Keterampilan proses sain menekankan pada kegiatan mengindentifikasi permasalahan, merumuskan, menyusun hipotesis, melakukan praktikum, dan/ atau percobaan/penelitian, menganalisis dan menginteprtasi data, dan membuat kesimpulan. Keterampilan proses sain ini sejalan dengan langkah-langkah pada metode ilmiah. Proses sain dengan metode ilmiah merupakan cara yang dilakukan dalam memperoleh pengetahuan ilmiah, termasuk Mikrobiologi. Atas dasar itu, 25
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 23 - 30
pembelajaran Mikrobiologi seharusnya dilakukan sebagaimana layaknya ilmuwan menemukan pengetahuan tersebut. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di IKIP Saraswati, pada Program Studi Pendidikan Biologi menggunakan desain The One-Group Pretest-Posttest Design. Desain ini dipilih karena hanyamelibatkan kelompok tunggal yaitu mahasiswa S1 Pendidikan Biologi yang sedang menempuh mata kuliah Mikrobiologi Tahun Akademik 2014/2015. Sesuai dengan desain penelitian tersebut, pretasi belajar mahasiswa diukur dengan pretest dan posttest. Pretest diberikan sebelum pembelajaran dan posttest diberikan setelah pembelajarann (Fraenkel, J.R. & Wallen,N.E., 2009) dengan menerapkan model pembelajaran quantum melalui pendekatan keterampilan proses sain. Subjek penelitian sebanyak 13 orang mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah Mikrobiologi Tahun Akademik 2014/2015. Data dikumpulkan dengan metode tes, kuisioner, dan observasi. Instrumen tes berupa tes uraian sebanyak 5 soal dengan bobot masing-masing soal berbeda dan skor total jawaban benar adalah 100. Perolehan skor rata-rata prestasi belajar mahasiswa dikonversi mengacu pada konversi nilai skala absolut (Sudjana, 2005) dalam kualifikasi sangat baik (90 – 100), baik (80 – 89), sedang (70 – 79), kurang (60 – 69), dan sangat kurang (< 60). Respons mahasiswa terhadap penerapan model pembelajaran quantummelalui pendekatan keterampilan proses berjumlah 26
ISSN : 1829 – 894X
20 pernyataan dengan lima kategori respon (sangat setuju dengan skor 5, setuju 4, kurang setuju 3, tidak setuju 2, dan sangat tidak setuju 1). Kriteria penggolongan respon mahasiswa didasarkan pada skor rata-rata responnya (X), mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal (SDI). Berdasarkan MI dan SDI dari skor rata-rata respon mahasiswa, maka kriteria kualifikasi respon mahasiswa diklasifikasikan sangat setuju (X ≥ 79,99), setuju (66,66 ≤ X <79,99), kurang setuju (53,33 ≤ X <66,66), tidak setuju (40,00 ≤ X < 53,33), dan sangat tidak setuju (X ≤ 40,00). Observasi aktivitas belajar mahasiswa dilakukan dengan observasi terbuka dengan mencatat semua bentuk kegiatan dalam proses perkuliahan secara rinci, sistematis dan struktur. Aspek yang diobservasi meliputi antusiasme belajar, kesiapan mahasiswa belajar, interaksi antarteman dan dosen, keterampilan melakukan percobaan. Data pretest dan posttest dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji-t (taraf signifikansi 0,05) untuk menentukan perbedaan kedua hasil tes. Sebelum melakukan uji-t, semua data pre dan posttest dilakukan uji normalitas sampel dengan uji Kolmogorof-Smirnov maupun ShapiroWilk pada tarap signifikansi sebesar 0,05. Data hasil isian kuisnioner respon mahasiswa terhadap penerapan model dan pendekatan yang digunakan, dan hasil observasi aktivitas belajar mahasiswa dianalisis secara deskriptif kualitatif. Seluruh analisis dilakukan dengan bantuan Microsoft Office Excel 2007 dan softwere IBM SPSS 20.
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 23 - 30
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis ter hadap prestasi belajar siswa sebelum pembelajaran (pretest) dan setelah pembelajaran (posttest), ternyata perstasi belajar mahasiswa sebelum pembelajaran masih kurang, dimana nilai rata-rata pretest hanya sebesar 63,15. Ini berarti bahwa prestasi belajar mahasiswa sebelum pembelajaran dalam kualifikasi kurang. Walaupun belum memenuhi ketentuan ketuntasan belajar pada rentangan nilai 80 – 90 (baik), sesungguhnya mahasiswa cukup siap mengikuti perkuliahan. Kesiapan mahasiswa untuk belajar merupakan modal awal yang baik untuk mengikuti perkuliahan. Mahasiswa siap belajar dan didukung dengan kondisi belajar kondusif melalui penerapan model quantum dengan pendekatan keterampilan proses, ternyata berpengaruh positif terhadap presatasi belajar mahasiswa. Nilai rata-rata posttest yang dicapai 84 lebih tinggi 75,18% dari nilai rata-rata pretest 63,15 (Tabel 1). Tabel 1. Rangkuman Hasil Pretest dan Posttest Mata Kuliah Mirkobiologi Mahasiswa S1 Pendidikan Biologi IKIP Saraswati Tahun Akademik 2015/2016 Pretest Jumlah Nilai Rata-rata
821 63,15
Kualifikasi Kurang
Posttest 1092 84
Kualifikasi Baik
Atas dasar nilai rata-rata posttest yang dicapai mahasiswa (Tabel 1), prestasi belajar mahasiswa telah di atas KKM
ISSN : 1829 – 894X
mata kuliah Mikrobiologi yang ditetapkan yaitu dalam kualifikasi baik. Ini berarti bahwa penerapan model quntum dengan pendekatan keterampilan proses sain berhasil menghantarkan mahasiswa mencapai prestasi belajar yang diharapkan. Berdasarkan hasil uji normalitas (Tabel 2) menunjukkan bahwa semua data pre dan posttest yang diuji dengan Kolmogorov-Smirnov maupun ShapiroWilk menunjukkan nilai signifikan pada tarap signifikansi 0,05. Nilai uji pada pretest 0,213 dan posttest 0,381lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa data terdistribusi normal sehingga uji-t dapat dilakukan. Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Sampel Tests of Normality K o l m o g o r o v - Shapiro-Wilk Smirnova Statis- Df Sig. S t a - df Sig. tic tistic pre,213 13 ,109 ,878 13 ,118 test Post,381 13 ,120 ,722 13 ,131 test *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
Hasil uji-t, menunjukkan bahwa nilai t-hitung pada taraf signifikasni 0,000, sebesar -18,53 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. Ini berarti bahwa terdapat perbedaan antara nilai rata-rata pretest dan posttest. Dengan kata lain nilai ratarata posttets lebih baik dari nilai rata-rata pretest. Ini berarti bahwa prestasi belajar sebelum dan sesudah perkuliahan berbeda secara signifikan. 27
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 23 - 30
ISSN : 1829 – 894X
Tabel 3. Output Hasil Uji-t dependent Paired Differences
Mean
-20,85
95% Confidence S t d . Std. Error Interval of the DeviaDifference Mean tion Lower
95% Confidence Interval of the DifT ference
3,83
-18,53
1,06
-23,16
Hasil analisis data isian kuesioner respons mahasiwa terhadap penerapan model dan pendekatan yang digunakan, semua mahasiswa (100%) merespons setuju dengan nilai rata-rata respons 77,15. Dari 13 orang mahasiswa yang ada, 6 orang (46,15%) merespons sangat setuju, dan 9 orang (69,23%) merespons setuju. Atas dasar itu, dapat dikatakan bahwa penerapan model dan pendekatan yang digunakan mampu merangsang minat, rasa ingin tahu, antusiasme, dan suasana belajar kondusif bagi mahasiswa. Respons positif mahasiswa ter hadap proses pembelajaran, tampak dari aktivitasnya selama kegiatan perkuliahan berlangsung. Rangkuman catatan peneliti terhadap aktivitas mahasiswa, yaitu: (1) mahasiswa antusias dan tampak sangat senang melakukan kegiatan pembelajaran; (2) semua mahasiswa aktif mengerjakan tugas individu maupun tugas kelompok dalam kegiatan diskusi kelompok. Tugas yang dikerjakan selesai tepat waktu sesuai dengan alokasi waktu yang diberikan. Hasil tugasnya tersusun dengan baik, terstruktur, sistematis, runtut, logis, dan jelas sesuai panduan penyusunan tugas. Pada saat diskusi kelas, mahasiswa aktif bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat, dan 28
Df
Sig. (2- tail-ed)
12
,000
Upper -19,64
menyanggah pendapat mahasiswa lainnya yang tidak sesuai dengan kebenaran teoritis dari materi yang dipelajari. 2. Pembahasan Merujuk pada hasil posttest, respon terhadap pembelajaran, dan aktivitas mahasiswa selama mengikuti perkuliahan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pengajaran quantum dengan pendekatan keterampilan proses sain, berhasil menghantarkan mahasiswa mencapai prestasi belajar sesuai dengan tuntutan capaian hasil belajar Mikrobiologi yang ditetapkan dalam kurikulum. Keberhasilan mahasiswa mencapai prestaasi belajar sesuai harapan, karena melalui model quantum hasrat ingin tahu mahasiswa terpenuhi sebagai individu yang haus tentang segala sesuatu.Melalui model quantum dengan langkah “TANDUR’nya, tumbuh hasrat mahasiswa untuk meng ekplorasi, menggali, dan mendalami mataeri yang dipelajari. Mahasiswa mendapatkan askses dan kesempatan belajar secara langsung sehingga mampu mengonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang telah atau sedang dipelajari didemonstrasikan melalui kegiatan
percobaan. Melalui kegiatan
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 23 - 30
percobaan, mahasiswa mengulangi pengetahuan yang dipelajari dengan langkah metode ilmiah sebagaimana layaknya kerja ilmiah ilmuwan dalam menemukan ilmu pengetahuan. Dalam kegiatan percobaan, terjadi proses berpikir, berbagi pengetahuan dan keterampilan dalam merumuskan, menganalisis, dan memecahkan masalahsecara bersama di dalam kelompok dan antar kelompok. Dari kegiatan percobaan sebagai bentuk pengulangan pengetahuan yang dipelajari, mahasiswa mampu memproses pengalaman belajar menjadi sesuatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, melalui metode ini mahasiswa menjadi produktif, analitis, dan kritis (Mulyasa, 2003; dalam Maksum, 2006: 28). Hasil kerja kelompok dari kegiatan percobaan dilaporkan dan didiskusikan dalam diskusi kelas. Laporan percobaan dan kemampuan kelompok dalam kegiatan diskusi yang paling baik diberikan peng hargaan. Adanya penghargaan terhadap kelompok mahasiswa yang menunjukkan performance terbaiknya, memacu mahasiswa dalam kelompok lain untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya. Hal ini dapat menumbuhkan terjadinya persaingan sehat antar mahasiswa dalam proses pembelajaran. Adanya persaingan mendorong mahasiswa berlomba-lomba untuk belajar dengan sungguh-sungguh dan tekun agar bisa sejajar dengan kualitas yang ditunjukkan oleh mahasiswa atau kelompok mahasiswa yang memperoleh penghargaan.
ISSN : 1829 – 894X
Berdasarkan dari semua di atas, tingginya aktivitas belajar mahasiswa yang bermuara pada tingginya prestasi belajar yang diperolehnya, mengindikasikan bahwa proses pembelajaran berlangsung efektif dan efisien. Cirinya yaitu pembelajaran berlangsung interaktif, inspiratif, me motivasi, menantang, menyenangkan serta memberi ruang yang cukup untuk prakarsa, kreativitas, kemandiriansesuai bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis mahasiswa. SIMPULAN Merujuk pada rangkuman hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, dapat dikemukakan kesimpulan yaitu: 1) Permasalahan rendahnya kualitas proses pembelajaran dan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Mikrobiologi telah teratasi dengan penerapan model pembelajaran quantum berpendekatan ketarampilan proses sain. 2) Prestasi belajar mahasiswa sebelum dan setelah pembelajaran berbeda signifikan. Nilai rata-rata pretest dalam kategori kurang dengan nilai 63,15, sedangkan nilai ratarata posttest dalam kategori baik dengan nilai sebesar 84,00. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih disampaikan kepada Ketua Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Saraswati yang telah memfasilitasi pelaksanaan penelitian ini. Ucapan yang sama disampaikan kepada mahasiswa Pendidikan Biologi yang sudah terlibat aktif dalam kegiatan proses pembelajaran.
29
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 23 - 30
DAFTAR PUSTAKA Cahyono, A. N., 2005, Meningkatkan Prestasi Belajar Melalui Pembelajaran Quantum Teaching Bidang Studi IPA Kelas III di SD Gunung Sari 01 Kecamatan Batangan Kabupaten Pati. (Skripsi), Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Dety, P. 2009. Implementasi Model Pembelajaran TANDUR Ber muatan Budaya Lokal Bali untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIIIc SMP Negeri 1 Busung Biu Tahun Pelajaran 2009/2010, (Skripsi), Singaraja: Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP Singaraja Bali.
30
ISSN : 1829 – 894X
Fraenkel, J. R. &Wallen.N. E. (2009). How to Designand Evaluate Research in Education (7th Ed.). New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. Hanafiah, D., Suhana, C. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Retikaaditama. Maksum, A. 2006. Pengaruh Metode Pembelajaran Inquiri terhadap Hasil Belajar Sejarah dan Sikap Nasionalisme Siswa Kelas XI SMA Negeri1 Sukamulia, Lombok Timur, NTB. Tesis. Singaraja: Program Pascasarjana. Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Cetakan ke-6. Jakarta: Prenada Media Group. Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 31 - 37
ISSN : 1829 – 894X
PELAKSANAAN RPP KETERAMPILAN MENULIS BERBASIS KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI 1 ABIANSEMAL Ni Luh Nanik Puspadi IKIP Saraswati ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan RPP keterampilan menulis berbasis kurikulum 2013 di kelas X SMA Negeri 1 Abiansemal dan mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran keterampilan menulis berbasis kurikulum 2013 di kelas X SMA Negeri 1 Abiansemal. Penelitian ini dirancang dalam bentuk penelitian deskriptif-kualitatif. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan dokumentasi dan Observasi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar pencatatan RPP, pedoman observasi berupa format pencatatan pelaksanaan pembelajaran. Data dianalisis dengan beberapa tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, verifikasi dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa RPP yang digunakan oleh guru masih memiliki beberapa kelemahan, seperti: materi pembelajaran, materi pengayaan dan materi remidi belum tercantum dalam RPP, alokasi waktu pada langkah-langkah pembelajaran tidak tampak, dan lembar tes tulis yang dituangkan dalam RPP belum jelas mengarah pada indikatorindikator yang dijabarkan berdasarkan kompetensi dasar. Dalam pelaksanaan pembelajaran ada beberapa hal yang kurang sesuai dengan RPP, yaitu tujuan pembelajaran tidak disampaikan oleh guru, media dan alat yang tercantum dalam RPP ternyata tidak dipakai selama pembelajaran berlangsung, tes lisan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan penutup belum bisa memberikan gambaran yang akurat terhadap kemampuan peserta didik dalam memahami teknik menulis. Kata kunci: pelaksanaan RPP, keterampilan menulis, kurikulum 2013. ABSTRACT This study aimed to describe the lesson plan writing skills-based curriculum in 2013 in class X SMA Negeri 1 Abiansemal and describe the implementation of curriculum-based learning writing skills in 2013 in class X SMA Negeri 1 Abiansemal. This study was designed in the form of qualitative descriptive study. Data was collected by documentation and observation. The research instrument used was a record of the implementation plan of learning, observation guide the implementation of learning in the form of recording format. Data were analyzed with multiple stages, namely: data reduction, data presentation, verification and conclusion. The results of this study indicate that the lesson plan used by the teacher still has some drawbacks, such as: learning materials, enrichment materials and material remedies have not been listed in the lesson plan, the allocation of time on learning steps are not visible, and pieces written test as outlined the lesson plan is not yet clear lead on the indicators outlined by the basic competencies. In the implementation of learning there are a few things that were not appropriate to the lesson plan are: learning objectives are not delivered by teachers, media and tools listed in the lesson plan was not used during the learning progresses, oral tests conducted by the teacher in the closing
31
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 31 - 37
ISSN : 1829 – 894X
can not give an accurate picture of the ability of learners to understand the technique of writing. Key words: implementation of the lesson plan, writing skills, curriculum 2013
PENDAHULUAN Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh masyarakat, bangsa, dan negara. Untuk mencapai itu semua, proses pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam proses membentuk peserta didik menjadi manusia yang seutuhnya. Pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi kompetensi yang diharapkan (Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran). Pembelajaran salah satunya ber pedoman pada standar proses. Standar 32
proses yang mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran. Namun, penelitian ini hanya akan meneliti tentang perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran keterampilan menulis siswa. Mengingat kompleksnya proses pembelajaran, maka bagi setiap orang yang telah menduduki jabatan profesi guru, kemampuan mengajar harus selalu dilatih dan dikembangkan sehingga dapat diperoleh kemampuan yang maksimal dan profesional. Banyaknya permasalahan pendidikan yang terjadi di Indonesia. Salah satunya adalah permasalahan dalam peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan bisa dimulai dari suatu pembaharuan dan penyempurnaan sistem pendidikan secara menyeluruh agar bangsa ini dapat bersaing di era global yang semakin kompetitif. Dalam rangka melakukan pembaharuan sistem pendidikan tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melakukan penyempurnaan kurikulum nasional untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014. Kurikulum 2013 merupakan program Menteri Pendidikan yang berdasarkan kajian untuk penyempurnaan kurikulum
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 31 - 37
2006. SMA Negeri 1 Abiansemal adalah salah satu sekolah di Kabupaten Badung yang sudah menerapkan Kurikulum 2013. Penelitian ini akan diadakan di SMA Negeri 1 Abiansemal khususnya di kelas X dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai pelaksanaan RPP bahasa Indonesia khususnya dalam keterampilan menulis siswa yang berbasis kurikulum 2013. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) Bagaimanakah RPP keterampilan menulis berbasis kurikulum 2013 di kelas X SMA Negeri 1 Abiansemal? 2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran keterampilan menulis berbasis kurikulum 2013 di kelas X SMA Negeri 1 Abiansemal? Penelitian ini bertujuan untuk men deskripsikan RPP dan pelaksanaan pem belajaran keterampilan menulis berbasis kurikulum 2013 di kelas X SMA Negeri 1 Abiansemal. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri 1 Abiansemal. Objek penelitian ini adalah RPP dan pelaksanaan pembelajaran keterampilan menulis berbasis kurikulum 2013 di kelas X SMA Negeri 1 Abiansemal. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, observasi, dan wawancara. Analisis data dalam penelitian ini
ISSN : 1829 – 894X
menggunakan prosedur analisis data kualitatif yang mencakup tiga tahap, yaitu 1) reduksi data, 2) penyajian data, dan 3) verifikasi dan penarikan kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pencermatan dokumen RPP, ada beberapa hal yang masih perlu diperbaiki dan dilengkapi dalam RPP buatan guru di antaranya: tujuan pembelajaran tidak sesuai dengan indikator, materi pembelajaran dan materi pengayaan serta materi remedi tidak dituangkan dalam RPP, alokasi waktu pada langkah-langkah pembelajaran tidak tampak, dan lembar tes tulis yang dituangkan dalam RPP belum jelas mengarah pada indikator-indikator yang dijabarkan berdasarkan kompetensi dasar. Pelaksanaan pembelajaran yang dila kukan oleh guru terdiri atas tiga kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Jika dilihat dari hasil observasi yang dilakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, terdapat ketidaksesuaian antara RPP yang dirancang oleh guru dengan pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. Hal ini tercermin dalam proses pembelajaran pada saat itu yaitu tujuan pembelajaran tidak disampaikan oleh guru, media dan alat yang tercantum dalam RPP ternyata tidak dipakai selama pembelajaran berlangsung. Kegiatan penutup yang dilakukan oleh guru dan siswa sudah sesuai dengan RPP buatan guru, hanya saja tes lisan yang dilakukan oleh guru belum bisa memberikan gambaran yang akurat.
33
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 31 - 37
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka pembahasan dalam penelitian ini adalah Tujuan pembelajaran yang dirancang guru mengalami kekeliruan karena tujuan tidak disesuaikan dengan indikator. Kekeliruan itu disebabkan karena guru masih kebingungan dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Indriani (2010:49) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Dalam Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran menyatakan bahwa tujuan dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD atau diorganisasikan untuk setiap pertemuan. Tujuan mengacu pada indikator, paling tidak mengandung dua aspek: Audience (peserta didik) dan Behavior (aspek kemampuan). Jadi, perlu ditambahkan tujuan pembelajaran sesuai dengan indikator. Materi pembelajaran, materi pengayaan dan materi remedi belum tertuang dalam RPP, alasan guru tidak mencantumkan materi pembelajaran adalah karena RPP yang telah disusun berpedoman pada buku teks yang dipakai oleh siswa, sehingga guru merasa tidak perlu lagi mencantumkan materi pembelajaran pada RPP. Permendikbud nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi. Dengan demikian, hendaknya guru menjabarkan materi pembelajaran 34
ISSN : 1829 – 894X
dengan jelas dan lengkap walaupun dalam buku teks materi tersebut sudah ada. Materi pengayaan dan materi remedi tidak dicantumkan karena guru memang belum pernah mencantumkan materi tentang pengayaan dan remedi dalam RPP. Dalam Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 dinyatakan program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi ketuntasan. Kegiatan remedi dan pengayaan akan lebih terarah, apabila materinya dicantumkan dalam RPP. Temuan lain yang peneliti dapatkan yaitu alokasi waktu pada langkah-langkah pembelajaran tidak tampak. Dalam Permendikbud No. 81 A, penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rata-rata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. Oleh karena itu, alokasi waktu tersebut harus dirinci dan disesuaikan lagi di RPP. Kelemahan lain yang terdapat dalam RPP buatan guru yaitu lembar tes tulis yang ada di RPP belum jelas mangarah pada indikator-indikator yang dijabarkan berdasarkan kompetensi dasar. Dalam Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran dinyatakan bahwa penilaian diarahkan untuk mengukur
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 31 - 37
pencapaian kompetensi yaitu KD-KD pada KI-3 dan KI-4. Sistem penilaian yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan KD yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik. Dengan demikian lembar tes tulis yang tertuang dalam RPP harus jelas dan dapat dijadikan sebagai tagihan untuk tiap-tiap indikator. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru juga memiliki beberapa kelemahan yaitu guru tidak menyampaikan tujuan pembelajaran pada saat pembelajaran berlangsung padahal dalam RPP buatan guru pada kegiatan apersepsi penyampaian tujuan pembelajaran sudah dicantumkan. Yamin (2013:213) berpendapat bahwa pada awal kegiatan pembelajaran di kelas, pertama sekali pembelajar menawarkan kepada peserta didik beberapa tujuan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran dari pokok bahasan yang akan dibicarakan, tujuan-tujuan ini diharapkan akan menimbulkan minat atau motivasi pebelajar/peserta didik untuk tahu lebih dalam dan menarik dari materi pelajaran yang dipelajari. Ketidaksesuaian antara RPP dengan pelaksanaan pembelajaran juga tampak pada media dan alat yang tidak dipakai pada saat pembelajaran. Kunandar (2007:263), mengungkapkan fungsi RPP adalah sebagai acuan guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran agar pembelajaran berlangsung secara lebih terarah dan berjalan efektif serta efisien. Hendaknya apa yang tertuang dalam RPP
ISSN : 1829 – 894X
itu yang dilakukan oleh guru pada saat pelaksanaan pembelajaran. Dalam RPP guru mencantumkan media power point dan alat berupa komputer untuk menunjang proses pembelajaran, namun pada kenyataannya media dan alat tersebut tidak dipakai. Guru tidak menggunakan media dan alat tersebut dengan alasan karena belum menguasai teknologi itu dengan baik, pencantuman media power point dan alat berupa komputer itu bukanlah inisiatif guru yang dijadikan subjek penelitian ini melainkan inisiatif bersama tim MGMP. Karena RPP ini disusun bersama tim MGMP sehingga terkadang beberapa komponen belum bisa diterapkan oleh guru dalam melaksakan pembelajaran. Menurut Sutikno, 2007:69 media dapat berupa proyeksi seperti slide, film strips, film, dan penggunaan OHP dengan tujuan menampilkan sesuatu yang dapat menarik perhatian peserta didik sehingga menumbuhkan motivasi belajar. Selain itu penggunaan media bertujuan untuk mengarahkan peserta didik untuk lebih banyak melakukan aktivitas dalam pembelajaran sebab tidak hanya mendengarkan uraian dari guru, tetapi juga mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan. Jadi, guru hendaknya belajar untuk menggunakan media yang sudah tertuang dalam RPP agar pembelajar an lebih menarik dan memberikan aktivitas baru kepada peserta didik. Selanjutnya yaitu tes lisan yang dilakukan oleh guru pada saat kegiatan penutup tidak dapat memberikan gambaran yang jelas terhadap kemampuan peserta didik dalam memahami teknis menulis karena tidak semua peserta didik menjawab soal yang 35
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 31 - 37
disampaikan oleh guru. Hal itu sengaja dilakukan oleh guru karena dari tes lisan itulah guru akan melihat keaktifan peserta didik pada saat mengikuti pembelajaran. Pada saat peserta didik menjawab soal, guru akan mengetahui secara langsung jawaban dari peserta didik, sehingga guru dapat mengetahui konsep yang sudah tertanam dalam diri peserta didik. Sutikno (2007:88) menyatakan tes lisan adalah tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan, siswa akan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan perintah yang diberikan. Jadi, pemberian tes lisan kepada peserta didik oleh guru itu sudah bagus hanya saja guru harus merancang tes lisan yang dapat memberikan gambaran yang jelas terhadap kemampuan peserta didik dalam memahami teknik penulisan dan melibatkan seluruh peserta didik. SIMPULAN Dalam proses pembelajaran, se belum guru melaksanakan pembelajaran, terlebih dahulu guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Ada beberapa kelemahan yang terdapat dalam RPP buatan guru, yaitu tujuan pembelajaran tidak sesuai dengan indikator, materi pembelajaran dan materi pengayaan serta materi remedi tidak dituangkan dalam RPP, alokasi waktu pada langkah-langkah pembelajaran tidak tampak, dan lembar tes tulis yang dituangkan dalam RPP belum jelas mengarah pada indikator-indikator yang dijabarkan berdasarkan kompetensi dasar Pada pelaksanaan pembelajaran terdapat ketidaksesuaian antara RPP yang 36
ISSN : 1829 – 894X
dirancang oleh guru dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas, yaitu tujuan pembelajaran tidak disampaikan oleh guru, media dan alat yang tercantum dalam RPP ternyata tidak dipakai selama pembelajaran berlangsung. Kegiatan penutup yang dilakukan oleh guru dan siswa sudah sesuai dengan RPP buatan guru, hanya saja tes lisan yang dilakukan oleh guru belum bisa memberikan gambaran yang akurat terhadap kemampuan peserta didik dalam memahami teknik menulis.
UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis ucapkan kepada Dewan Redaksi Suluh Pendidikan IKIP Saraswati yang telah menerbitkan artikel ilmiah ini. Terima kasih pula kepada teman sejawat di Lingkungan IKIP Saraswati atas semangat dan dukungan yang diberikan selama ini.
DAFTAR PUSTAKA Indriani, Sri. 2010. Buku Ajar, Perencanaan Pembelajaran. Singaraja: Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Bahasa dan Seni, Undiksha Singaraja. Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Guru Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grapindo Persada. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 31 - 37
ISSN : 1829 – 894X
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran: Jakarta. Sutikno, M. Sobry. 2007. Menggagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna. Mataran: NTP Press. Yamin, Martinis. 2013. Paradigma Baru Pembelajaran.Jakarta: Ciputat Mega Hall.
37
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 31 - 37
38
ISSN : 1829 – 894X
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 39 - 46
ISSN : 1829 – 894X
Penerapan Konseling Kelompok dengan Pemberian Reinforcement untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SMP Ni Nengah Aryawati SMP Negeri 1 Kediri JalanTaruna Jaya No. 22 Kediri – Tabanan
ABSTRAK Tujuan penelitiaan yaitu untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Kediri, melalui penerapan konseling kelompok dengan pemberian Reinforcement. Penelitian ini dirancang dalam 2 (dua) siklus,dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Kediri. Pada tahun ajaran 2014/2015, yang berjumlah 39 orang yang terdiri dari 16 orang wanita dan 23 orang laki-laki. Untuk memantau pelaksanaan Layanan dan perubahan yang terjadi pada siswa, akan digunakan teknik observasi, wawancara dan kuisioner yang khusus dirancang untuk mengetahui motivasi belajar siswa. Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil pencapaian motivasi belajar siswa yaitu dari 61.83% menjadi 76.5% dan rata-rata peningkatannya adalah 27,93% pada siklus I. sedangkan pada siklus II pencapaian motivasi belajar siswa yaitu dari 76.5% menjadi 85.1% dan rata-rata peningkatannya adalah 11,81%. Dari hasil penerapan layanan Konseling Kelompok diketahui bahwa peningkatan motivasi belajar siswa bervariasi. Kata kunci: Konseling kelompok, Motivasi belajar, Reinforcement. APPLICATION OF GROUP COUNSELING WITH THE GRANT OF REINFORCEMENT MOTIVATION TO IMPROVE STUDENT LEARNING JUNIOR HIGH SCHOOL ABSTRACT The purpose is to determine the penelitiaan increase students’ motivation D class VIII SMP Negeri 1 Kediri, through the application of group counseling by giving Reinforcement. This study was designed in two cycles, with research subjects are students of class VIII D SMP Negeri 1 Kediri. In the school year 2014/2015, totaling 39 people consisting of 16 women and 23 men. To monitor the implementation of services and changes that occur in students, will be used techniques of observation, interviews and questionnaires specifically designed to determine the students’ motivation. From the research that has been carried out showed that the achievement of students ‘learning motivation from 61.83% to 76.5% and the average increase was 27.93% in cycle I. whereas in the second cycle students’ achievement motivation that is from 76.5% to 85.1% and the mean improvement rate was 11.81%. From the result of applying the Group Counseling services note that the increased student motivation varies. Keywords: group counseling, motivation to learn, Reinforcement.
39
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 39 - 46
PENDAHULUAN Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu klasifikasi pendidik. Terkait dengan itu, maka konselor di sekolah memiliki tugas mengembangkan pribadi siswa, menjadi pribadi yang mandiri dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Banyak hal yang dilakukan untuk mencapai hal itu, salah satu usaha untuk mencapai hal itu misalnya melalui konsultasi dengan guru pembimbing untuk menemukan berbagai alternatif mewujud kan perkembangan. Untuk membudayakan siswa mencapai kemandirian, maka perlu dibentuk konseling kelompok di sekolah. Pembentukan konseling kelompok ini bertujuan untuk membantu para siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapi melalui wawancara konseling antara konselor profesional dengan beberapa orang sekaligus yang tergabung dalam suatu kelompok kecil. Kelompok ini selain melatih, menyampaikan, dan menerima pesan dari konselor profesional dan kelompok kecil. Menurut W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti, (2004:23), Konseling kelompok merupakan bentuk khusus dari layanan konseling, yaitu wawancara konseling antara konselor profesional dengan beberapa orang sekaligus yang tergabung dalam suatu kelompok kecil. Konseling kelompok sebenarnya tidak terbatas pada lingkungan pendidikan sekolah, tetapi di Indonesia untuk sementara waktu masuk terikat pada pelayanan bimbingan diinstalasi pendidikan dan ini pun hanya di jenjang pendidikan menengah dan perguruan tinggi. 40
ISSN : 1829 – 894X
Dibanding dengan konseling individual di institusi pendidikan, konseling kelompok masih belum sebegitu maju. Hal ini tampak, antara lain dalam koleksi laporan Konvensi-Konvensi Nasional Ikatan Petugas bimbingan Indonesia (IPBI), yang jarang memuat laporan pengalaman di lapangan dalam menyeleng-garakan konseling secara kelompok atau memuat makalah tentang konseling kelompok. Kelihatannya bentuk pelayanan bimbingan ini masih harus dikembangkan sampai menjadi kegiatan rutin dalam program bimbingan di sekolah. Untuk itu, bentuk pelayanan konseling ini kiranya harus diperkenalkan secara lebih luas, sehingga membuat calon konselor dan para konselor sekolah di lapangan melihat kegunaannya dan bersedia untuk memasukkannya dalam perencanaan program bimbingan Motivasi ekstrinsik sangat berkaitan erat dengan konsep Reinforcement atau penguatan. Ada dua macam Reinforcement yaitu Reinforcement positif dan reinforcement negatif. Dalam Reinforcement itu sendiri erat kaitannnya dengan hadiah, hukuman, dan sebagainya. Untuk memperbesar peranan peserta didik dalam aktifitas belajar, maka reinforcement (penguatan) yang diberikan dari seorang guru sangat diperlukan. Setiap individu akan berupaya meningkatkan prestasinya, jika ia memperoleh motivasi dari luar yang berupa Reinforcement positif. Mengetahui pentingnya penerapan konseling kelompok dengan pemberian Reinforcement dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa maka saya melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 39 - 46
Konseling Kelompok dengan Pemberian Reinforcement untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 1 Kediri Tahun Ajaran 2014/2015”. METODE PENELITIAN Dilihat dari tujuan penelitian berupa meningkatkan motivasi belajar, maka bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Arikunto (2008:3) menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research), yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Menurut pengertian pengajaran, kelas bukan wujud ruangan, tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Dengan demikian, Penelitian Tindakan Kelas dapat dilakukan tidak hanya di ruang kelas, tetapi dimana saja tempatnya, yang terpenting ada sekelompok anak yang sedang belajar. Jenis penelitian ini merupakan kolaborasi dimana pihak yang melakukan tindakan adalah peneliti itu sendiri, sedangkan yang dimintai melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah guru pembimbing, bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Kolaborasi juga dapat dilakukan oleh dua orang guru, yang dengan cara bergantian mengamati ketika sedang mengajar dia adalah seorang guru ketika sedang mengamati, dia adalah seorang peneliti. Tempat Penelitian adalah SMP Negeri 1 Kediri. Yang beralamat di jalan Taruna Jaya 22, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Subjek Penelitian adalah siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Kediri. Pada tahun ajaran 2013/2014, yang berjumlah 39 orang yang terdiri dari 16 orang wanita
ISSN : 1829 – 894X
dan 23 orang laki-laki. Objek Penelitian ini adalah peningkatan Motivasi Belajar siswa melelui Penerapan Konseling Kelompok Dengan Pemberian Reinforcement. Penelitian ini diarancang dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus dalam perencanaan ini terdiri dari 4 (empat) tahapan kegiatan, yaitu: (1). Perencanaan, (2). Pelaksanaan, (3). Pengamatan dan Evaluasi, dan (4). Refleksi. Teknik yang digunakan yaitu teknik observasi, wawancara dan kuesioner yang khusus dirancang untuk mengetahui motivasi belajar siswa. Untuk mengetahui pening-katan motivasi belajar dianalisis dengan statistik deskriftif yaitu pengolahan data dengan menam-pilkan data apa adanya tanpa menghubungkan data itu dengan data yang lain. Kriteria keberhasilan penelitian ini disesuaikan dengan persentase pencapaian skor minimal yaitu 65%. Bila subjek yang diberikan tindakan menunjukkan peningkatan motivasi belajar minimal 65%, maka dikategorikan berhasil. HASIL DAN PEMBAHASAN Konseling Kelompok dengan Re inforcement kepada Siswa W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti (2004: III) mengemukakan. Konseling kelompok merupakan bentuk khusus dari layanan konseling, yaitu wawancara konseling antara konselor profesional dengan beberapa orang sekaligus yang tergabung dalam suatu kelompok kecil. Konseling kelompok sebenarnya tidak terbatas pada lingkungan sekolah, tetapi di Indonesia untuk sementara waktu masuk terikat pada pelayanan bimbingan 41
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 39 - 46
di institusi pendidikan dan ini pun hanya di jenjang pendidikan menengah dan perguruan tinggi. Dibandingkan dengan konseling individual di institusi pendidikan, konseling kelompok masih belum sebegitu maju. Kelihatannya bentuk pelayanan bimbingan ini masih harus di kembangkan sampai menjadi kegiatan rutin dalam program bimbingan di sekolah. Untuk itu, bentuk pelayanan bimbingan ini kiranya harus di perkenalkan secara lebih luas, sehingga membuat calon konselor dan para konselor sekolah di lapangan melihat kegunaannya dan bersedia untuk memasukkannya dalam perencanaan program bimbingan. Konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang terpusat pada pemikiran dan prilaku yang disadari. Proses itu mengandung ciri-ciri terapiutik seperti pengungkapan pikiran dan perasaan secara leluasa, orientasi pada kenyataan, pembukaan diri mengenai seluruh perasaan yang mendalam yang di alami, saling percaya, saling perhatian, saling pengertian, dan saling mendukung. Semua ciri terapeutik itu diciptakan dan dibina dalam suatu kelompok kecil dengan cara mengungkapkan kesulitan dan keprihatinan pribadi sesama anggota kelompok dan kepada konselor. Konselikonseli atau para klien adalah orang yang pada dasarnya tergolong orang normal yang menghadapi berbagai masalah yang tidak memerlukan perubahan dalam struktur keperibadian untuk diatasi. Para konseli ini dapat memanfaatkan suasana komunikasi antar pribadi dalam kelompok 42
ISSN : 1829 – 894X
untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai kehidupan dan segala tujuan hidup, serta untuk belajar dan atau menghilangkan suatu sikap dan perilaku tertentu. Dari uraian tesebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok adalah layanana konseling yang dilaksanakan di dalam suasana kelompok, yang di dalamnya ada guru pembimbing dan anggota kelompok terjadi hubungan konseling dalam suasana yang hangat, terbuka dan penuh keakraban. Dalam hal ini klien atau konseli belajar menghadapi, mengekspresikan, dan menguasai perasaanperasaan atau pikiran-pikiran yang meng ganggunya yang merupakan masalah baginya. Klien atau konseli menumbuhkan keberanian dan percaya pada dirinya sendiri untuk memecahkan masalahnya. Pemberian Reinforcement (penguatan) merupakan tindakan atau respons terhadap suatu bentuk prilaku yang dapat mendorang munculnya peningkatan kualitas tingkah laku tersebut. Dengan penguatan, pernyataan, jawaban, dan sikap-sikap peserta didik atau konseli dalam berprilaku diperhatikan dan dihargai. Perhatian dan penghargaan terhadap prilaku siswa memberikan dampak psikologis yang kuat dan positif kepada peserta didik berupa motivasi, perasaan senang, bersemangat, percaya diri. Menurut Ahmad Rohani (2004:14) Reinforcement erat hubungannya dengan hadiah, hukuman, dan sebagainya. Untuk memperbesar peranan peserta didik dalam aktivitas pengajaran atau belajar, maka Reinforcement (penguatan) yanhg diberikan
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 39 - 46
dari seorang guru sangat diperlukan. Dan individu akan terus berupaya meningkatkan prestasinya, jika iya mendapat motivasi dari luar yang berupa Reinforcement positif. Reinforcement (penguatan) dapat didasarkan pada tingkah laku seluruh kelas dengan cara menjumlahkan tingkah laku masing-masing siswa. Permainan tingkah laku baik adalah contoh dari pendekatan ini. Satu kelas dipisahkan menjadi dua tim. Aturan khusus untuk tingkah laku baik ditetapkan. Setiap kali seorang siswa melanggar satu aturan, tim dari siswa itu diberikan angka. Tim dengan sedikit angka akan menerima hadiah khusus atau hak-hak istimewa (istirahat lebih lama, diberikan ekstra waktu dalam membuat eksperimen) pada akhir satu periode. Jika kedua tim mendapatkan lebih sedikit dari jumlah angka yang sudah ditetapkan sebelumnya, maka kedua tim itu mendapatkan hadiah. Langkah tindakan yang ditempuh dalam penelitian siklus I ini adalah sebagai berikut: (a). Perencanaan tindakan, (b). Pelaksanaan tindakan, (c). Evaluasi, (d). Refleksi. a. Perencanaan Layanan Dalam tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan rencana pelayanan konseling serta setting layanan, yang meliputi setting tempat, yaitu mempersiapkan dan menata ruangan yang digunakan dalam Konseling kelompok kelompok seperti mempersiapkan kursi dan meja. Setting waktu meliputi penentuan jadwal pelaksanaan layanan Konseling kelompok dan waktu yang disediakan untuk pemberian layanan Konseling kelompok, serta persiapan perlengkapan administratif,
ISSN : 1829 – 894X
seperti daftar hadir siswa dan penilaian layanan Konseling kelompok. Selain itu diperlukan juga persiapan mental peneliti sebagai pembimbing, agar pelaksanaan layanan Konseling kelompok berjalan lancar dan optimal. b. Pelaksanaan Layanan Langkah pertama yang dilakukan adalah mempersiapkan subjek penelitian untuk pelaksanaan Konseling kelompok pada tanggal 20 Juli 2014. Terlebih dahulu siswa diberikan informasi tentang pelaksanaan Konseling termasuk tujuan mereka mendapat Konseling kelompok. Hal ini dilakukan agar siswa merasa siap dan tahu maksud pelaksanaan Konseling tersebut. Karena tidak ada jadwal khusus untuk BK maka wali kelas memberikan masukan untuk berkordinasi dengan guru mata pelajaran Budi Pekerti, sehingga pada saat jadwal mata pelajaran Budi Pekerti siswa dapat mengikuti Konseling kelompok. Selain itu peneliti juga memanfaatkan jam pelajaran yang tidak diisi oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Pelaksanaan Konseling kelompok berlangsung dalam waktu 45 menit setiap satu kali pertemuan. Konseling kelompok dilaksanakan dua kali dalam 1 minggu setiap hari selasa dan jumat di ruang kelas, dan dibantu oleh guru BK sebagai pemantau. Berdasarkan hasil evaluasi siklus I dapat dikemukakan bahwa penerapan Konseling kelompok dapat membantu meningkatkan motivasi belajar siswa. Ini berarti semakin baik penggunaan Konseling kelompok maka motivasi belajar siswa akan dapat ditingkatkan. Seperti yang telah disebutkan diatas, 43
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 39 - 46
langkah tindakan yang ditempuh dalam penelitian siklus II ini adalah sebagai berikut: (a). Perencanaan, (b). Pelaksanaan tindakan, (c). Evaluasi, (d). Refleksi. a. Perencanaan tindakan Dalam tahap perencanaan, pe neliti mempersiapkan setting layanan, yang meliputi setting tempat, yaitu mempersiapkan dan menata ruangan yang digunakan dalam Konseling kelompok seperti mempersiapkan kursi, dan meja. Setting waktu meliputi penentuan jadwal pelaksanaan layanan Konseling kelompok dan waktu yang disediakan untuk pemberian layanan Konseling kelompok, serta persiapan perlengkapan administratif, seperti dafdar hadir siswa dan penilaian layanan Konseling kelompok. Selain itu diperlukan juga persiapan mental peneliti sebagai pembimbing, agar pelaksanaan layanan Konseling kelompok berjalan lancar dan optimal. b. Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus ke II ini lebih dimantapkan agar Konseing yang sudah diperoleh siswa dalam kegiatan Konseling kelompok betul-betul dimengerti dan dilaksanakan, sehingga memperoleh peningkatan hasil yang maksimal. Setelah dilakukan pemantapan Konseling, kemudian untuk mengetahui hasil pelaksanaannya siswa diberikan kuesioner untuk mengakhiri siklus II. Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan setelah diberikan layanan melalui Konseling kelompok. Terjadinya peningkatan motivasi belajar siswa karena peneliti mengetahui kelemahan-kelemahan 44
ISSN : 1829 – 894X
pada siklus I. kelemahan-kelemahan tersebut segera diantisipaasi dan diperbaiki pada siklus II. Namun peneliti merasa pemberian Konseling masih perlu ditingkatkan lagi. Mengingat penelitian ini dirancang dalam dua siklus, dan hasilnya sudah sesuai harapan maka kegiatan Konseling dicukupkan sampai pada siklus II saja. Motivasi Belajar Siswa Dalam diri individu ada semacam kekuatan yang menggerakkannya untuk melakukan suatu aktivitas. Para ahli psikologi menyebutkan kekuatan tersebut merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya aktivitas. Bila kegiatan atau aktivitas yang dihasilkan adalah aktivitas belajar, maka kekuatan mental tersebut disebut motivasi belajar. Jadi motivasi belajar adalah kekuatan mental dalam diri individu yang mendorong untuk melakukan perbuatan belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:80), motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan prilaku manusia termasuk prilaku belajar. Sehingga bisa dikatan motivasi belajar adalah dorongan atau perilaku yang ada di dalam diri individu untuk menggerakkan atau mengarahkan perilaku individu yang bersangkutan termasuk pada perilaku belajar untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Motivasi belajar merupakan salah satu penentu dalam keberhasilan belajar. Dari definisi-definisi yang dikemukakan oleh para ahli seperti yang disebut di atas, motivasi seseorang untuk melaksanakan
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 39 - 46
aktivitas didasari oleh faktor-faktor seperti: kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Pada Siklus I ada peningkatan motivasi belajar siswa setelah diberikan Konseling kelompok. Rata-rata peningkatan motivasi belajar siswa sebesar 27,93%. Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan layanan Konseling kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Terlepas dari hal itu diharapkan peningkatan yang lebih baik akan diperoleh dengan memberikan Konseling pada siklus II. Pada Siklus II ada peningkatan motivasi belajar siswa setelah diberikan Konseling kelompok. Rata-rata peningkatan motivasi belajar siswa sebesar 76,5%. Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada motivasi belajar siswa setelah diberikan layanan melalui Konseling kelompok. Terjadinya peningkatan motivasi belajar siswa karena peneliti mengetahui kelemahan-kelemahan pada siklus I. kelemahan-kelemahan tersebut segera diantisipaasi dan diperbaiki pada siklus II sehingga motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan. Namun peneliti merasa pemberian Konseling masih perlu ditingkatkan lagi. Mengingat penelitian ini dirancang dalam dua siklus, dan hasilnya sudah sesuai harapan maka kegiatan Konseling dicukupkan sampai pada siklus II saja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pencapaian motivasi belajar siswa yaitu dari 61.83% menjadi 76.5% dan ratarata peningkatannya adalah 27,93% pada siklus I. sedangkan pada siklus II pencapaian motivasi belajar siswa yaitu dari 76.5% menjadi 85.1% dan rata-rata
ISSN : 1829 – 894X
peningkatannya adalah 11,81%. Dari hasil penerapan layanan Konseling Kelompok diketahui bahwa peningkatan motivasi belajar siswa bervariasi. Ada siswa yang mengalami peningkatan dibawah 10% dan ada juga siswa yang mengalami peningkatan diatas 10%. Ini berarti bahwa pemberian Konseling kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Ternyata setelah Konseling kelompok dilaksanakan, peningkatan motivasi belajar tidak hanya terjadi pada siswa yang motivasi belajarnya sangat rendah dan rendah saja. Tetapi peningkatan motivasi belajar juga terjadi pada siswa yang motivasi belajarnya sedang dan tinggi. Peningkatan hasil yang tinggi dikarenakan adanya motivasi yang besar untuk mengikuti Konseling dengan penuh antusias dan belajar untuk berani mengemukakan pendapat. Siswa juga memperoleh pemahaman baru, yaitu bila membahas sesuatu dalam kelompok akan sangat efektif khususnya dalam meningkatkan motivasi belajar. Peningkatan terjadi berdasarkan analisis yang dilakukan ternyata hasil yang diperoleh mendukung teori yang mendasari penelitian ini yaitu secara teoritis dapat dikatakan bahwa Konseling kelompok efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Dengan demikian ini dapat dijadikan sebagai modal bagi guru pembimbing dalam menangani masalah belajar siswa. SIMPULAN Kesimpulan yang diambil yaitu penerapan Konseling Kelompok terbukti efektif digunakan untuk meningkatkan 45
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 39 - 46
motivasi belajar siswa. Peningkatan tersebut diketahui dari pencapaian motivasi belajar siswa yaitu dari dari 61.83% menjadi 76.5% dan rata-rata peningkatannya adalah 27,93% pada siklus I. Sedangkan pada siklus II pencapaian motivasi belajar siswa yaitu dari 76.5% menjadi 85.1% dan ratarata peningkatannya adalah 11,81%. Ini berarti semakin baik penerapan layanan Konseling kelompok digunakan dalam menangani permasalahan siswa, maka akan semakin baik hasil yang didapatkan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis ucapkan terima kasih kepada Kepala Sekolah SMPN 1 Kediri yang telah memberi izin penelitian serta rekan-rekan
46
ISSN : 1829 – 894X
Guru dan anak-anak yang telah membantu dalam kelancaran pembuatan jurnal ini.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Asdi Masatya. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Rohani, Ahmad.2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarata : Rineka Cipta Winkel, W.S. dan Hastuti Sri, M.M. 2004. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi.
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 47 - 53
ISSN : 1829 – 894X
REPRESENTASI SIKAP DISIPLIN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 KEDIRI TABANAN I Wayan Sudiarta Ni Komang Puspita Yanti Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Saraswati
ABSTRAK Secara teoretis sikap adalah salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Pada kenyataannya ada siswa yang sikap disiplinnya baik prestasi belajarnya rendah, sebaliknya siswa yang sikap disiplinnya rendah ternyata prestasi belajarnya tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan sikap disiplin belajar dengan prestasi belajar matematika dan besarnya sumbangan efektif sikap disiplin terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP Negeri 1 Kediri. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kediri yang berjumlah 367 orang. Sampel diambil dengan random sampling berjumlah 131 orang. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan tes. Data yang terkumpul dianalisis dengan analisis statistik korelasi dwiserial dan pengujian hipotesisnya mempergunakan uji t. Hasil analisis data diperoleh korelasi dwiserial untuk sikap disiplin sebesar 0,75 yang tergolong korelasi tinggi. Hasil perhitungan thitung sebesar 8,48 dikonsultasikan dengan harga ttabel dengan derajat kebebasan dk = 129, dan taraf signifikan 5% adalah 1.980. Karena thitung > ttabel maka hipotesis alternatif ( Ha ) diterima. Dapat disimpulkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara sikap disiplin dan prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kediri dan sumbangan efektif sikap disiplin terhadap prestasi belajar matematika sebesar 77,3%. Kata kunci : disiplin, prestasi belajar, matematika REPRESENTATION OF ATTITUDE DISCIPLINE AND ACHIEVEMENT IN MATHEMATICS HIGH SCHOOL STUDENT FIRST STATE 1 KEDIRI TABANAN ABSTRACT Theoritically attitude is one of factors which influenced the students achievement. Im fact there are some students whose discipline is good but learning achievement is low, on the other hand there are some student whose discipline is not so good but learning achievement is good. The aim of the research is to know the relationship between the learning disceplin and the match achievement and the contribution disceline attitude against the students achievement of mathematic of the student SMP Negeri 1 Kediri. The population of this research is all of the students of SMP Negeri 1 Kediri which corsist of 367 students. Frontthase population are taken 131 students as asmple based on the random sampling. The data collected used quesionaire and test. The collected data them analized statistically what we call Dwiseriall correlation and to prove the hyphothesis used t- test.It is got from the analized data that there is dwiserial correlation for the disiplint about 0,75 belong to high level. The result from the counting 8,48 is consulted with price list whose freedom level (d.k) 129 and significance level 5 % is 1,980. Because the count > list ( t hitung > tabel ) so the alternative hyphothesis (Ha) can be accepted.It can he cornclude there is positive correlation and significance between discipline attitude and learning achievement among the student of SMP Negeri 1 Kediri and effective 47
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 47 - 53
ISSN : 1829 – 894X
contribution of discipline attitude against learning achievement of mathematic more or lecs 77,3 %. Keywords: discipline, academic achievement, mathematics PENDAHULUAN Pendidikan memiliki peranan penting dan strategis dalam mewujudkan sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas. Para pengelola pendidikan dituntut untuk terus meningkatkan sumber daya manusia (SDM), yaitu memperkaya wawasan pengetahuan, meningkatkan kemampuan, serta meningkatkan sarana dan prasarana demi terlaksananya proses pendidikan dan pembelajaran yang memadai. Pendidikan bagi suatu bangsa merupakan suatu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk meningkatkan kualitas SDM, sesuai dengan salah satu tujuan negara yang digariskan dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Perlu adanya pendidikan yang berkualitas agar subjek didik dapat menghadapi teknologi dan informasi yang semakin berkembang. Tujuan tersebut akan berdampak dalam pencapaian hasil pendidikan yang lebih berorientasi pada prestasi belajar, prestasi belajar yang dicapai dapat menunjukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti proses pendidikan di sekolah. Dalam hal ini, proses belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang akan menentukan sukses atau tidaknya pencapaian prestasi dari seseorang (Kusumawati, 2012). Prestasi dapat dicapai dengan mengandalkan kemampuan intelektual, emosional dan spiritual, serta ketahanan 48
diri dalam menghadapi situasi dalam segala aspek kehidupan. Pembelajaran merupakan aktifitas yang paling utama dalam keseluruhan proses pembelajaran di sekolah. Proses belajar yang baik adalah proses belajar yang bisa memudahkan siswa memahami materi pelajaran yang diajarkan. Asep Jihad (2012) menyatakan bahwa sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspesi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan. Pendidikan disiplin merupakan suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk menanamkan pola prilaku tertentu, kebiasaan-kebiasaan tertentu, atau membentuk manusia dengan ciri-ciri tertentu, terutama untuk meningkatkan kualitas mental dan moral (Damayanti, 2012). Sikap disiplin siswa sangat diperlukan untuk terwujudnya suatu proses belajar yang baik. Sikap disiplin akan lebih mengasah keterampilan dan daya ingat siswa terhadap materi yang telah diberikan, sehingga siswa akan selalu termotivasi untuk selalu belajar. Belajar dengan disiplin yang terarah dapat menghindarkan diri dari rasa malas dan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan daya kemampuan
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 47 - 53
belajar siswa. Peran orang tua maupun guru dalam menumbuhkan sikap disiplin pada anak didik sangat penting agar disiplin belajar menjadi suatu kebutuhan dalam kehidupan siswa. Dengan disiplin belajar yang tinggi dari segi kualitas maupun kuantitas diharapkan prestasi belajar siswa dapat optimal. Disiplin belajar pada siswa berguna untuk mengembangkan motivasi pada dirinya agar dapat belajar lebih giat dan teratur. Dalam dunia pendidikan masalah prestasi belajar matematika siswa yang rendah sudah bukan hal yang baru untuk dibicarakan. Pelajaran matematika masih merupakan pelajaran yang menakutkan bagi sebagian besar siswa di sekolah. Ini mungkin disebabkan oleh pengalaman mereka terhadap pelajaran matematika yang tidak menyenangkan, sehingga sangatlah mungkin dalam benak siswa hanya tersirat bahwa matematika itu “seram”. Padahal menurut Khomsiyah, 2011 (dalam Sudiarta, 2012) dalam ilmu-ilmu sains khususnya, betapa matematika itu memiliki peran yang cukup penting. Dengan belajar matematika kita dilatih untuk senantiasa berpikir logis dan kritis dalam memecahkan masalah. Slameto (2013) menyebutkan faktorfaktor yang mempengaruhi prestasi belajar dikelompokan menjadi dua bagian yaitu faktor dari dalam diri siswa (intern) salah satunya adalah sikap disiplin yang dimiliki siswa dan faktor dari luar siswa (ekstern). Prestasi belajar sebagai tolak ukur dalam pendidikan di sekolah, sehingga prestasi belajar menjadi sangat penting untuk dikaji sehingga diperoleh masukan atau
ISSN : 1829 – 894X
informasi dalam merumuskan kebijakan sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Sikap disiplin merupakan kecendrungan individu untuk meyakinkan diri untuk mampu mengatur waktu, yang akan berdampak pada aktifitas kemandirian dan penghargaan terhadap diri sendiri (Gerungan, 2009). Hal ini akan membawa siswa penuh semangat untuk membuktikan kemampuan belajar, tidak telat datang kesekolah dan tidak telat dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh pendidik. Bila semua siswa menyadari hal ini maka pencapaian prestasi optimal sesuai dengan kemampuan sendiri akan tercapai. Berdasarkan uraian diatas mengun dang berbagai pertanyaan, bagaimana representasi sikap disiplin dan prestasi belajar matematika serta seberapa besar sumbangan efektif sikap disiplin siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP Negeri 1 Kediri, Tabanan METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kediri, Tabanan Bali pada siswa kelas VII Tahun 2014/2015. Populasi penelitian ini berjumlah 367 orang siswa. Sampel diambil dengan Random Sampling sebesar 30% dari populasi, sehingga ukuran sampel yang digunakan sebesar 131 orang. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan angket dan tes prestasi belajar matematika. Setelah data terkumpul, maka distribusi skor sikap disiplin ( X ) dan skor prestasi belajar ( Y ). Analisis data menggunakan analisis statistik korelasi dwiserial sebagai berikut:
49
5
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 47 - 53
a. Menentukan nilai rerata M b. Korelasi serial rdwis
¦X
n M 1 M 2 § pq · ¨ ¸ SDtot © 0 ¹
Dimana: rdwis : koefisien korelasi serial M1 : mean prestasi belajar matematika dari siswa yang bersikap disiplin. M2 : mean prestasi belajar matematika dari siswa yang tidak bersikap disiplin. SDtot : Standar deviasi total p : proporsi individu dalam golongan q : 1-p (proporsi sikap tidak disiplin) O : ordinat yang memisahkan kedua sikap Selanjutnya nilai koefisien korelasi dwiserial ditransformasikan ke dalam nilai t. Signifikan tidaknya nilai t berlaku seluruhnya untuk nilai koefisien dwiserial. Apabila dalam pengujian nilai t, diperoleh keputusan bahwa nilai t signifikan, berarti nilai koefisien korelasi dwiserial signifikan pula. Dalam pengujian nilai t, konsultasikan dengan tabel nilai t dan ditetapkan besarnya derajat kebebasan atau df dengan rumus. dk = (N1 – 1) + (N2 – 1) =N–2 Bentuk rumus nilai t adalah :
t
(2 ) 2 ( rdwis ) 2 ( N 2) ( 5q ) (2 ) 2 ( rdwis ) 2 1 ( Pq )
Selanjutnya t hasil perhitungan dikonsultasikan dengan harga t dalam tabel, dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan N- 2 Jika thitung< ttabel maka hipotesis nol ( Ho ) tidak ditolak dan jika thitung ≥ ttabel maka hipotesis nol ( Ho ) 50
ISSN : 1829 – 894X
ditolak Sumbangan Prediktor Efektif Sikap Disiplin, digunakan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan (kontribusi) variabel bebas terhadap variabel terikat. Jumlah sumbangan efektif untuk semua variabel sama dengan koefisien determinasi, Budiono (dalam Agus Satria, 2012). Koefisien beta
E x
=
sumbangan efektif sikap ¦ xy , sumbangan efektif sikap disiplin dihitung denga ¦ y disiplin dihitung dengan 2
rumus :
SE (& ) % = ßx x rxy x 100 %
HASIL PENELITIAN Setelah pengumpulan data dari 131 sampel, dan didistribusi skor sikap disiplin ( X ) dan skor prestasi belajar ( Y ) diperoleh Mean (rata-rata) skor disiplin X > 78,8 = disiplin X < 78,8 = tidak disiplin Dengan menggunakan tabel kerja 6
diperoleh : jumlah skor sikap disiplin (∑ X ) = 10320, jumlah kuadrat skor sikap disiplin
(∑ X ) 2
= 830772, jumlah skor prestasi
(∑ Y ) = 10010, jumlah kuadrat skor prestasi belajar (∑ Y ) = 780050, jumlah
belajar
2
skor sikap disiplin dikalikan dengan skor
prestasi belajar ( XY) = 801320, mean prestasi belajar matematika dari siswa yang bersikap disiplin (M1) = 5805 = 82,9, 70 mean prestasi belajar matematika dari siswa yang tidak bersikap disiplin (M2) = 4205 = 61 68,9, proporsi individu dalam golongan p = 70 = 0,53, proporsi sikap tidak disiplin q = 131
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 47 - 53
(1-p) = 1-0,5 = 0,47, ordinat ( 0) = 0,39781, jumlah seluruh individu dalam sampel N = 131, dan SDtot = 11,64. Hasil perhitungan Koefisien Korelasi Dwiserial diperoleh 0,75 artinya berkorelasi positif bertaraf tinggi selanjutnya untuk mengetahui apakah korelasi tersebut signifikan atau tidak dipergunakan uji transpormasi t diperoleh hasil perhitungan ternyata thitung sebesar 8,48 dikonsultasikan dengan harga ttabel dengan derajat kebebasan dk = 131 – 2 = 129, dan taraf signifikan 5%. Karena dk = 129 tidak termuat dalam tabel maka diambil dk terdekat yaitu dk = 120 dengan nilai t = 1,980. Oleh karena thitung ≥ ttabel maka nilai koefisien korelasi dwiserial
(rdwis )
sebesar 0,75 signifikan. Demikian pula karena thitung ≥ ttabel maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, artinya terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara sikap disiplin dan prestasi belajar matematika siswa SMP Negeri 1 Kediri. Sumbangan efektif sikap disiplin terhadap prestasi belajar matematika, didahului dengan menghitung koefisien beta ßx = 1,03. Sehingga sumbangan efektif sikap disiplin SE ( x ) % = ßx x rxy x 100% = 1,03 x 0,75 x 100% = 77,3 %, artinya sikap disiplin memberikan sumbangan sebesar 77,3 % bagi usaha peningkatan prestasi belajar matematika siswa SMP Negeri 1 Kediri dan sisanya 22,7% dipengaruhi oleh faktor lain.
ISSN : 1829 – 894X
PEMBAHASAN Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa) dan faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri siswa). Faktor internal berupa sikap, intelegensi, perhatian, minat bakat, motif, kematangan dan kelelahan merupakan faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya (Slameto, 2013). Sikap disiplin merupakan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, agar hasil belajar siswa khususnya matematika tinggi, banyak usaha yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah, guru dan siswa. Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan representasi sikap disiplin siswa (X) dengan prestasi belajar matematika (Y) siswa SMP Negeri 1 Kediri diperoleh hasil koefisien korelasi dwiserial (rdwis) sebesar 0,75 dapat diartikan bahwa
hubungan antara variabel sikap disiplin siswa prestasi belajar matematika sangat kuat. Setelah diperoleh nilai koefisien korelasi tersebut, selanjutnya dilakukan uji keberartian korelasi dengan menggunakan uji t, dan diperoleh nilai thitung sebesar 8,48 sedangkan ttabel sebesar 1,980. Jika dibandingkan ternyata thitung > ttabel (8,48 > 1,980), dan sesuai dengan kriteria penolakan dan penerimaan hipotesis dalam penelitian ini. Dengan demikian disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara sikap disiplin dan prestasi belajar matematika siswa SMP Negeri 1 Kediri. Disiplin adalah suatu kondisi yang
51
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 47 - 53
tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatutan, kesetiaan, keteraturan dan keterikatan. Nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian dari perilaku dalam kehidupannya, perilaku itu tercipta melalui proses binaan keluarga, pendidikan dan pengalamam (Tu’u, 2004). Berdasarkan hasil analisis sumbangan efektif diperoleh nilai koefisien sebesar 77,3%, artinya sikap disiplin memberikan sumbangan yang positif terhadap prestasi belajar matematika siswa yaitu sebesar 77,3%, sedangkan 22,7% dipengaruhi oleh faktor lain. Artinya sikap disiplin diperlukan oleh siapapun dan dimanapun, begitu pula seorang siswa dia harus disiplin baik disiplin dalam mentaati tata tertib sekolah, disiplin dalam belajar disekolah maupun di rumah , disiplin dalam mengerjakan tugas sehingga akan mencapai hasil belajar yang optimal. Disiplin sangat penting untuk ditanamkan pada siswa, sehingga siswa menjadi sadar bahwa dengan meningkatkan kedisiplinan akan memberikan dampak yang positif terhadap prestasi belajarnya. Dalam artian disiplin siswa yang tinggi akan dapat menghasilkan prestasi belajar yang optimal, sebab semakin tinggi kesadaran dan kesediaan siswa menaati semua peraturan dan norma-norma yang berlaku di sekolah maka akan semakin baik prestasi belajar yang diperoleh. SIMPULAN Dari hasil penelitian ini maka dapat ditarik beberapa simpulan,diantaranya: 1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara sikap disiplin dan 52
ISSN : 1829 – 894X
prestasi belajar matematika siswa SMP Negeri 1 Kediri. 2. Sikap disiplin siswa SMP Negeri 1 Kediri mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa. 3. Terdapat sumbangan efektif sikap disiplin terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP Negeri 1 Kediri sebesar 77,3% UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi nyata dalam penyelesaian artikel ini terutama Drs. I Wayan Mawa, M.Hum dan Drs. I Made Sudiana, M.Si selaku Ketua Panitia Seminar Nasional “ Inovasi Hasil Penelitian dan Gagasan Kreatif Bidang Pendidikan” yang telah membantu dan memberikan masukan dalam penyusunan artikel ini, sehingga layak untuk dimuat. DAFTAR PUSTAKA Agus Satria, I Putu, 2012. Hubungan Antara Sikap Disiplin Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N 3 Kediri. Skripsi. Tabanan : IKIP Sarsaswati Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta Asep Jihad, Abdul Haris, 2012. Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta : Multi Presindo Azwar Saifuddin, 2005. Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Belajar Damayanti, 2012. Hubungan Antara Disiplin Belajar Dengan Prestasi
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 47 - 53
Belajar. Diakses dari https:// damayanti327.wordpress.com. Pada tanggal 10 April 2015 Depdiknas, 2006. Sekolah Menengah Pertama. Jakarta : Dirjen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Gerungan WA, 2009. Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama Kusumawati D. Ayu, 2012. Hubungan Antara Disiplin Belajar Siswa Dengan Prestasi Belajar. Diakses dari http://repository.uksw.edu/ bitstream/handle . Pada tanggal 25 Maret 2015
ISSN : 1829 – 894X
Sudiarta I Wayan, 2012. Usaha Memotivasi dan Membangkitkan Minat Siswa Terhadap Matematika : Suatu Kajian Pustaka. Suluh Pendidikan (Jurnal Ilmu-Ilmu Pendidikan). Volumo 10, Nomor 2, Desember 2012. Slameto, 2013. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabet Tu’u Tulus, 2004. Peran Disiplin Pada Prilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta : Grasindo Wijaya
53
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1)
54
ISSN : 1829 – 894X
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 55 - 67
ISSN : 1829 – 894X
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 ABIANSEMAL I Ketut Sumandhi Arta SMA Negeri 1 Abiansemal Email :
[email protected] ABSTRAK Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk: (1) peningkatan aktivitas belajar peserta didik, (2) peningkatan prestasi belajar peserta didik (3) mengetahui pendapat peserta didik terhadap penerapan model problem based learning. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Abiansemal yang melibatkan 40 peserta didik kelas XI MIPA-4 semester ganjil TP 2015/2016. Subjek ini dipilih karena ditemukan permasalahan dalam pembelajaran prestasi belajar fisika pada kompetensi dasar sebelumnya yang belum optimal, dengan penerapan model problem based learning, yang dilaksanakan dalam dua siklus. Data aktivitas belajar peserta didik dikumpulkan dengan metode observasi yang dicatat pada lembar observasi, data prestasi belajar dikumpulkan dengan tes prestasi belajar berupa soal bentuk essay, data pendapat peserta didik dikumpulkan dengan angket yang disusun dengan menggunakan skala Likert. Selanjutnya data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terjadi peningkatan aktivitas belajar peserta didik sebesar 11,8% dari 63,44% pada siklus I menjadi 75,24% pada siklus II. Secara kualitatif aktivitas peserta didik meningkat dari aktif pada siklus I menjadi sangat aktif pada siklus II. (2) terjadi peningkatan skor rata-rata kelas sebesar 10,67 dari 78,78 pada siklus I menjadi 89,45 pada siklus II.(3) pendapat peserta didik mengenai model problem based learning yang diterapkan dalam pembelajaran sangat positif. Kata kunci: aktivitas belajar, model problem based learning, prestasi belajar INCREASE ACTIVITY AND ACHIEVEMENT MODEL THROUGH THE PROBLEM BASED LEARNING ON STUDENTS SMA NEGERI 1 ABIANSEMAL ABSTRACT This class action research aims to: (1) improve students’ learning activities; (2) improve students’ learning achievements; and (3) find out students’ opinions about the application of the problem-based learning model. This class action research was conducted in SMA Negeri 1 (State Senior High School 1) of Abiansemal involving 40 students of Class XI MIPA-4 (Mathematics and Natural Sciences Class 4 of Grade XI) in the first semester of the Academic Year of 2015-2016. This topic was chosen because it was found out that the students’ previous achievement in fulfilling the basic competency requirements in physics learning was not yet optimal. This study applied a problem-based learning model which was conducted in two cycles. The data on students’ learning activities were collected by the observation method and recorded on observation sheets; while the data on students’ learning achievements were collected by giving an essay test; and the data on students’ opinions were collected by giving questionnaires prepared using Likert
55
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 55 - 67
ISSN : 1829 – 894X
scales. The collected data were then analyzed using the descriptive method. The results of the research revealed that: (1) there was an increase in the students’ learning activities by 11.8% from 63.44% in the first cycle to 75.24% in the second cycle. Qualitatively speaking, the students’ activities improved from ‘active’ in the first cycle to ‘very active’ in the second cycle; (2) there was an increase in average class scores by 10.67 from 78.78 in the first cycle to 89.45 in the second cycle; (3) the students’ opinions on the problembased learning model applied in learning activities are very positive. Keywords: learning activities, problem-based learning model, learning achievements
PENDAHULUAN Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan bahwa beberapa faktor yang menjadi penyebab rendahnya prestasi belajar fisika pada kelas XI MIPA-4 SMA Negeri 1 Abiansemal, antara adalah: (1) model pembelajaran yang diterapkan gurubelum sesuai dengan karakteristik pembelajaran fisika, (2)rendahnya aktivitas peserta didik dalam belajar fisika,(3)media pembelajaran yang digunakan belum sepenuhnya mendukung proses pembelajaran, dan (4) kinerja guru yang belum maksimal, baik dalam perencanaan, pengelolaan maupun penilaian hasil belajar. Model pembelajaran yang diterapkan guru masih bersifat konvensional dan belum berkembang sesuai dengan tuntutan mutu pendidikan dewasa ini, sehingga guru dinilai kurang kreatif, inovatif, dan produktif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran konvensional menitikberatkan pada materi pembelajaran dengan cara menjelaskan hal-hal yang dianggap penting oleh guru bagi peserta didik. Model pembelajaran ini tidak mempertimbangkan kesesuaian materi pembelajaran dengan kesanggupan, kebutuhan, minat dan tingkat perkembangan serta pemahaman peserta didik. 56
Proses pembelajaran selama ini masih didominasi dengan metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode diskusi dan tanya jawab sebagai metode pelengkap. Interaksi monologis yang bersumber pada guru menimbulkan kebosanan pada diri peserta didik, sehingga aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran rendah yang berdampak pada rendahnya prestasi belajar peserta didik. Berdasarkan hal tersebut, perlu direrapkan model pembelajaran yang lebih berlandaskan pada paham konstruktivistik yang lebih mampu mengakomodasi keterlibatan peserta didik dalam belajar dan proses pembelajaran yang bersifat student centered, pembelajaran berlangsung pada kelompok kecil, guru berperan sebagai fasilitator, menyajikan masalah sebagai stimulus pembelajaran, dan tercipta pembelajaran secara mandiri (self directed learning). Model problem based learning merupakan salah satu model pembelajaran yang memenuhi kriteria dan karakteristik seperti yang diharapkan tersebut. Model problem based learning merupakan model pembelajaran yang berlandaskan pada psikologi kognitif, sehingga fokus pengajaran tidak begitu
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 55 - 67
banyak pada apa yang sedang dilakukan peserta didik, melainkan pada apa yang sedang mereka pikirkan pada saat mereka melakukan kegiatan belajar. Pada model pembelajaran problem based learning guru lebih berperan sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga peserta didik belajar berpikir dan memecahkan masalah mereka sendiri. Di samping itu, pembelajaran ber basis masalah (problem based learning) menemukan akar intelektualnya pada penelitian John Dewey (dalam Sapriya, 2012:80), yang menganjurkan guru untuk mendorong peserta didik terlibat dalam proyek atau tugas yang berorientasi pada masalah dan membantu mereka menyelidiki masalah-masalah tersebut. Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada masalah yang digerakkan oleh keinginan bawaan peserta didik untuk menyelidiki secara pribadi mengenai situasi yang bermakna sebagai bentuk hubungan pemecahan masalah dengan psikologi Dewey. Model problem based learning dipandang sebagai model pembelajaran yang relevan dengan permasalahan seperti yang diuraikan di atas. Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa: (1) model problem based learning berlandaskan pada psikologi kognitif yang bersifat kreatif dan inovatif, (2)model problem based learning mampu mengembangkan sejumlah keterampilan proses yang digunakan peserta didik dalam belajar, seperti: mengamati, menggolongkan, menelaah, mengkaji, dan mengkomunikasikan hasil pemecahan permasalahan, (3) model problem based learning mampu menafsirkan, memprediksi
ISSN : 1829 – 894X
dan mengembangkan sejumlah sikap peserta didik agar mampu memahami materi pembelajaran biologi secara cermat, dan (4) model problem based learning mampu mengembangkan sikap ilmiah yang perlu dikembangkan dalam pelaksanaan pembelajaran biologi, antara lain dicirikan dengan rasa ingin tahu, mampu bekerja sama, keterbukaan pikiran, tekun, dan pantang menyerah. Sebaliknya pada model pembelajaran konvensional, hampir tidak ada usaha untuk melakukan proses konkritisasi konsep atau dengan kata lain pembelajaran hanya berlangsung dalam rangka formalisasi konsep. Pembelajaran dengan model ini mengandung kelemahan yaitu tidak bisa melakukan proses akomodasi konsep dari formal ke konkret atau sebaliknya. Menurut Wartono (2004), istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus, yaitu: (1) rasional teoretik yang logis, (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar atau bagaimana tujuan pelajaran akan dicapai, (3) tingkah laku mengajar/serta sintaks yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan baik serta berhasil, dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Di dalam model pembelajaran terdapat tingkah laku mengajar atau yang disebut sintaks. Sintaks dari suatu model pembelajaran menggambarkan keseluruhan urutan alur langkah dalam kegiatan pembelajaran. Sintaks pembelajaran menunjukkan dengan jelas langkah-langkah kegiatan yang dilakukan guru dan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran 57
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 55 - 67
di kelas. Setiap model pembelajaran memiliki sintaks pembelajaran yang berbeda, tetapi pada tahap awal dan akhir pembelajaran pada umumnya sintaks pembelajarannya sama. Misalnya, pada setiap awal pembelajaran pada setiap model pembelajaran selalu diawali dengan kegiatan membuka pembelajaran dengan menarik perhatian peserta didik atau memberikan motivasi agar peserta didik siap untuk memulai pelajaran dan pada akhir pembelajaran hampir selalu dilakukan kegiatan menutup pelajaran dengan merangkum materi pelajaran atau dengan penugasan. Sintaks pembelajaran yang satu dengan lainnya dibedakan berdasarkan urutan-urutan langkahnya. Dengan berbagai model pembelajaran yang dikembangkan, maka diharapkan suatu model pembelajaran yang dipilih dapat menciptakan suasana belajar sesuai dengan empat pilar pendidikan seumur hidup yang ditetapkan Unesco, yaitu: (1) learn to know yang artinya belajar untuk mengetahui, (2) learn to do yang artinya belajar untuk dapat melakukan sesuatu, (3) learn to live together yang artinya belajar untuk hidup bersama, (4) learn to be yang artinya belajar mengenal diri sendiri tidak mudah terpengaruh oleh arus globalisasi dan modernisasi. Model problem based learning (pembelajaran berbasis masalah), awalnya dirancang untuk program geaduate bidang kesehatan oleh Barrows dan Howard yang kemudian diadaptasi dalam bidang pendidikan oleh Gallagher (1995). Model problem based learning disetting dalam
58
ISSN : 1829 – 894X
bentuk pembelajaran yang diawali dengan sebuah masalah dengan menggunakan instruktur sebagai pelatih metakognitif dan diakhiri dengan penyajian dan analisis peserta didik. Problem based learning adalah model pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan peserta didik dalam belajar dan pemecahan masalah otentik (Arends, 1997). Dalam pemerolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topiktopik, peserta didik belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, dan mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi dalam pemecahan masalah. Karakteristik problem based learning yang dikemukakan oleh Barrows (1996) adalahsebagai berikut: (1) proses pembelajaran bersifat student centered, (2) proses pembelajaran berlangsung pada kelompok kecil, (3) guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing, (4) permasalahan-permasalahan yang disajikan dalam setting pembelajaran diorganisasi dalam bentuk dan fokus tertentu dan merupakan stimulus pembelajaran, dan (5) informasi baru diperoleh melalui belajar secara mandiri (self directed learning). Penyusunan program pembelajaran dengan model pembelajaran berdasarkan masalah dalam penelitian ini mengikuti sintaks pembelajaran seperti pada Tabel 01 berikut.
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 55 - 67
Tabel 01 Langkah-Langkah Model PBL Fase Indikator ke1
2
3
4
5
Aktivitas/Kegiatan Guru
Orientasi pe- Guru menjelaskan tujuan serta didik pembelajaran, menjelaskan pada masalah logistik yang dibutuhkan, memotivasi peserta didik terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. Mengorgan- Guru membantu peserta isasikan pe- didik mendefinisikan dan serta didik mengorganisasikan tugas untuk belajar belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Membimbing Guru mendorong peserta penyelidikan didik untuk mengumpuli n d i v i d u a l kan informasi yang sesmaupun kel- uai, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan ompok masalah. M e n g e m - Guru membantu peserta bangkan dan didik dalam merencanam e n y a j i k a n kan dan menyiapkan karya hasil karya yang sesuai seperti laporan, vidio, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. M e n g a n a l i - Guru membatu peserta sis dan didik untuk melakukan m e n g e v a l u - refleksi atau evaluasi terasi proses hadap penyelidikan merp e m e c a h a n eka dan proses-proses yang masalah. mereka gunakan.
(Sumber: Arends, 1997)
Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani maupun rohani (Sriyono, dalam Artawa, 1995:5). Aktivitas belajar peserta didik selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan peserta didik untuk belajar. Peserta didik memiliki aktivitas belajar tinggi atau rendah dapat ditentukan melalui beberapa parameter, antara lain: (1) antusiasme peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, (2) interaksi peserta didik dengan guru,
ISSN : 1829 – 894X
(3) interaksi peserta didik dengan peserta didik, (4) aktivitas peserta didik dalam diskusi kelompok, (5) aktivitas peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran, (6) keterampilan peserta didik dalam mengorganisasikan masalah, (7) aktivitas peserta didik dalam presentasi, dan (8) partisipasi peserta didik dalam menyimpulkan materi. Aktivitas belajar peserta didik merupakan kegiatan atau perilaku peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada belajar seperti menemukan permsalahan, menemukan konsep, mengaitkan konsep dengan permsalahan, menemukan pemecahan masalah melalui interaksi antara peserta didik dengan peserta didik, antara peserta didik dengan guru dalam proses pembelajaran sehingga suasana belajar lebih hidup. Salah satu ciri sukses dalam belajar adalah memperoleh prestasi yang tinggi. Apabila seseorang memperoleh prestasi yang baik, maka secara umum dapat dikatakan dia sukses dalam belajar. Bloom (1971:7), mengungkapkan bahwa prestasi belalar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan menurut Nasution (2001:439), prestasi belajar adalah penguasaan seseorang terhadap pengetahuan atau keterampilan tertentu dalam suatu mata pelajaran, yang lazimnya diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan guru. Prestasi belajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum peserta didik 59
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 55 - 67
ISSN : 1829 – 894X
yang diukur menggunakan IQ (inteligent question), IQ yang tinggi dapat meramalkan kesuksesan prestasi belajar. Namun demikian, pada beberapa kasus IQ yang tinggi ternyata tidak menjamin kesuksuksesan seseorang dalam belajar dan hidup bermasyarakat. Sunarto (2009), mendeskripsikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dan mengklasifikasikannya menjadi dua bagian yaitu, faktor-faktor intern dan faktor-faktor ekstern.
Permasalahan
Permasalahan baru hasil refleksi
Apabila permasalahan belum terselesaikan
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research), yang direncanakan akan dibagi ke dalam dua siklus kegiatan. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, pelaksanaan tindakan, evaluasi dan refleksi. Rancangan penelitian yang dilakukan sesuai dengan rancangan yang disampaikan oleh Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi (2006:74), seperti terlihat pada gambar 01, sebagai berikut.
Perencanaan Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I
Refleksi
Pengamatan/ Pengumpulan Data I
Perencanaan Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan II
Refleksi II
Pengematan/ Pengumpulan Data II
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
Gambar 01 Alur Penelitian Tindakan Kelas(dalam Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006:74). 60
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 55 - 67
Penelitian tindakan kelas ini melibatkan semua peserta didik kelas XI MIPA-4 SMA Negeri 1 Abiansemal tahun pelajaran 2015/2016 semester ganjil sebanyak 40 orang selaku subyek penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan September tahun 2015 di SMA Negeri 1 Abiansemal yang beralamat di Jalan Majapahit, Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Data yang dikumpulkan dalam penelitian meliputi data aktivitas belajar peserta didik, data prestasi belajar fisika peserta didik dan data pendapat peserta didik terhadap penerapan model problem based learning dalam pembelajaran fisika. Data mengenai tingkat aktivitas belajar peserta didik dikumpulkan dengan beberapa teknik, yaitu: (1) teknik observasi dengan mempergunakan lembar observasi, pengamatan dilakukan pada setiap pembelajaran berlangsung, dan (2) teknik pengumpulan data dengan menggunakan instrumen observasi, berupa lembar observasi yang berisikan diskriptor dalam indikator perilaku peserta didik yang sudah dimodifikasi. Data prestasi belajar fisika peserta didik setelah tindakan pada masing-masing siklus dikumpulkan dengan menggunakan tes prestasi belajar yang berupa soal essay. Data mengenai pendapat peserta didik terhadap proses pembelajaran dengan model problem based learning dikumpulkan dengan menggunakan angket yang disusun dengan menggunakan skala Likert. Dalam angket tersebut memuat lima pilihan yaitu, sangat setuju (SS), setuju (s) ragu-ragu (R), tidak setuju (TS), sangat tidak
ISSN : 1829 – 894X
setuju (STS). Masing –masing pilihan pada setiap item diberikan skor sebagai berikut. Untuk pernyataan positif SS=5, S=4, R=3, TS=2, STS=1, dan untuk pernyataan negatif SS=1, S=2, R=3, TS=4, STS=5. Skor pendapat masing-masing peserta didik diperoleh dengan menjumlahkan skor yang didapat dari peserta didik tersebut untuk tiap item. Analisis data aktivitas belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dilakukan secara deskriptif kualitatif. Aktivitas peserta didik ditentukan dengan menghitung rerata skor peserta didik yang memenuhi indikator aktivitas. Rerata skor tertinggi dan terendah ideal masing-masing adalah 16 dan 0. Kriteria penggolong aktivitas disusun berdasarkan mean idial (Mi) dan standar devisiasi (SD) (Zainul dan Nasoetion, 1993).Dari data aktivitas peserta didik yang terkumpul akan dihutng ratarata skor yang diperoleh dengan rumus: n
Y1 =
∑Y d =1
d
n
Keterangan: Yd = prosentase diskriptor ke-d Yi = rata-rata prosentase indikator ke-i N = banyaknya diskriptor pada indikator ke-i Kemudian dihitung rata-rata persentase aktivitas belajar peserta didik setiap observasi ( X ) dengan rumus sebagai berikut. n
Xj=
∑Y i =1
i
N 61
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 55 - 67
Keterangan : Yi = prosentase indikator ke-i X j =rata-rata prosentase aktivitas peserta
didikobservasi ke j N = banyaknya indikator
Selanjutnya dihitung rata-rata prosentase aktivitas belajar peserta didik selama satu siklus dengan rumus sebagai berikut. n
M =
∑m j =1
j
Xj
n
∑m j =1
j
Keterangan M = rata-rata prosentase aktivitas peserta didik selama satu siklus X j = rata-rata prosentase peserta didik observasi ke-j mj
= banyaknya peserta didik pada observasi ke-j Rata-rata prosentase aktivitas belajar
peserta didik dalam satu siklus ( M ) yang diperoleh selanjutnya dicocokan dengan kriteria penggolongan di atas. Dengan demikian akan dapat ditentukan tingkat aktivitas belajar peserta didik selama proses belajar mengajar. Kriteria keberhasilan untuk masing-masing siklus adalah aktivitas belajar peserta didik minimal berkategori cukup aktif. Data prestasi belajar peserta didik sebagai akibat dari penerapan model problem based learning dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Yaitu dengan cara menghitung skor ratarata kelas, dengan rumus sebagai berikut: 62
X=
∑X N
ISSN : 1829 – 894X
Keterangan: X = skor rata-rata kelas
∑ X = jml skor peserta didik
N
= banyaknya peserta didik.
Data tentang pendapat peserta didik dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk mengetahui pendapat peserta didik terhadap model problem based learning yang diimplementasikan. Analisis ini didasarkan atas rata-rata kelas dari skor tanggapan peserta didik (P), Mi dan Sdi. Dimana: P = jumlah skor pendapat peserta didik perbanyaknya peserta didik Mi = ½ (skor tertinggi ideal - skor terendah ideal) Sdi = 1/6 ( skor tertinggi ideal – skor terendah ideal ) Angket yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 14 item yang penskorannya menggunakan skala Likert, yakni setiap item mempunyai skor maksimal 5 dan minimal 1. Dengan demikian skor tertinggi ideal dan skor terendah ideal masing-masing adalah 70 dan 14. Mean ideal dan standar deviasi idealnya masing-masing adalah 42 dan 9,33. Skor rata-rata tanggapan peserta didik (P) yang diperoleh, selanjutnya dikategorikan sesuai dengan penggolongan diatas, dengan kriteria keberhasilan adalah minimal tergolong positif. Secara keseluruhan penelitian ini dikatakan berhasil, jika aktivitas dan hasil belajar peserta didik meninggkat dari siklus sebelumnya dan pada akhir penelitian aktivitas belajar peserta didik (M), minimal tergolong aktif, nilai rata-rata kelas minimal 77 dan tanggapan peserta didik (P) terhadap
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 55 - 67
pembelajaran dengan model problem based learning minimal tergolong positif. HASIL PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini terlaksana sesuai dengan tindakan yang di kemukakan dalam bab II. Penelitian ini yang berlangsung dari tanggal 9 September sampai dengan 24 September 2015 ini dilaksanakan dalam dua siklus, yang melibatkan 40 peserta didik kelas XI MIPA-4SMA Negeri 1 Abiansemal tahun pelajaran 2015/2016 semester ganjil selaku subyek penelitian. Data yang dicari adalah data aktivitas belajar peserta didik, prestasi belajar peserta didik, dan data pendapat peserta didik terhadap proses pembelajaran yang diterapkan. Rata-rata prosentase aktivitas belajar peserta didik pada observasi ke-1 sebesar 61,64%. Sedangkan rata-rata prosentase aktivitas belajar fisika peserta didik pada observasi ke-2 sebesar 65,23%. Dengan demikian rata-rata prosentase aktivitas belajar peserta didik pada siklus I adalah 63,44%. Berdasarkan kriteria penggolongan yang telah ditetapkan, maka aktivitas belajar peserta didik pada siklus I tergolong aktif. Data hasil belajar peserta didik dikumpulkan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tes yang diberikan tersebut, rerata prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik adalah 78,78. Prestasi belajar peserta didik selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12. Prestasi belajar pada siklus I sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan pada penelitian ini, yaitu minimal 77 sesuai dengan KKM (kriteria
ISSN : 1829 – 894X
ketuntasan minimal). Penerapan model problem based learning pada siklus I (pertama), mendapat respon yang cukup positif oleh peserta didik. Peserta didik terlihat bersemangat mengikuti proses pembelajaran fisika pada materi getaran harmonis. Namun demikian, secara umum aktivitas belajar peserta didik belum berlangsung dengan baik. Interaksi peserta didik dengan guru dan antar peserta didik dalam pembelajaran belum terlihat dengan optimal. Rata-rata prosentase aktivitas belajar peserta didik observasi ke-1 sebesar 70,18%. Sedangkan rata-rata prosentase aktivitas belajar peserta didik pada observasi ke-2 sebesar 79,04%. Dengan demikian ratarata prosentase aktivitas belajar pada siklus II adalah75,24%. Berdasarkan kriteria penggolongan yang telah ditetapkan tersebut, maka aktivitas belajar peserta didik pada siklus II tergolong sangat aktif. Data prestasi belajar peserta didik dikumpulkan melalui tes hasil belajar. Berdasarkan tes yang diberikan tersebut, rerata prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik adalah 89,45. Prestasi belajar pada siklus II sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan pada penelitian ini, yaitu minimal 77 sesuai dengan KKM (kriteria ketuntasan minimal). Berdasarkan hasil penyebaran angket tentang pendapat peserta didik terhadap penerapan model problem based learning dalam proses pembelajaran, maka diperoleh rerata kelas untuk skor tanggapan peserta didik adalah sebesar 59,34. Dengan demikian tanggapan peserta didik terhadap 63
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 55 - 67
pembelajaran yang diterapkan tergolong sangat positif dan memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Secara keseluruhan hasil yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini terangkum seperti pada Tabel 02, sebagai berikut. Tabel 02. Rangkuman Hasil Penelitian Aktivitas Belajar
Prestasi Belajar
Tanggapan Siklus Per-sen KateRe- KateRerata tase gori rata gori I 63,44% Aktif 78,78 Sangat II 75,24% Sangat 89,45 59,34 Positif aktif
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, bahwa aktivitas belajar peserta didik pada siklus I berlangsung dengan aktif, sehingga masih perlu ditingkatkan. Pada siklus I (pertama), antusiasme peserta didik dalam mengikuti pembelajaran sudah sangat baik. Hal ini terlihat dari perhatian peserta didik terhadap pelajaran fisika. Interaksi peserta didik dengan guru dan antar peserta didik berlangsung kurang begitu aktif. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi peserta didik yang bertanya maupun yang menjawab pertanyaan masih didominasi oleh peserta didik yang pintar saja. Aktivitas peserta didik dalam diskusi kelompok juga berlangsung kurang begitu aktif. Hal ini terlihat dari suasana kelas yang masih terlihat tegang sehingga hubungan peserta didik dengan peserta didik dan peserta didik dengan guru terkesan kaku. Beberapa umpan balik guru untuk memotivasi peserta didik untuk 64
ISSN : 1829 – 894X
bertanya atau menjawab pertanyaan belum mendapat tanggapan yang memuaskan. Partisipasi peserta didik dalam menyimpulkan hasil belajar juga ber langsung kurang aktif. Kondisi ini terjadi karena kebiasaan belajar sebelumnya yang sering didominasi oleh guru sehingga peserta didik selalu pasif. Kebiasaan ini masih terbawa walaupun dilakukan perubahan penerapan model pembelajaran. Hal ini berdampak pada rendahnya kualitas proses belajar pembelajaran yang ditunjukkan melalui aktivitas belajar siswa. Dengan demikian, kualitas pembelajaran fisika pada siklus I (pertama) perlu ditingkatkan. Aktivitas belajar pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan pada siklus I. Hasil observasi yang dilakukan terhadap aktivitas belajar peserta didik pada siklus II menunjukkan bahwa kebanyakan deskriptor-deskriptor dari indikator belajar telah dipenuhi. Tahaptahap belajar melalui model problem based learning dilaksanakan dengan sangat baik. Pada tahap ini peserta didik mendapatkan pengalaman atau informasi untuk menemukan sesuatu dan tidak hanya sekedar mendapat jawaban benar atau salah. Hal ini dapat diamati pada saat diskusi kelompok, dimana pada peserta didik nampak kegiatan peserta didik dalam menjawab atau mengajukan permasalahan serta membimbing teman lainnya. Pada tahap mempresentasikan hasil karya, peserta didik mengemukakan te muan konsep-konsep baru. Hal ini dapat diamati dari interaksi belajar peserta didik yang sangat dinamis dan kerjasama antar peserta didik dalam kelompok maupun
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 55 - 67
antar kelompok sudah berlangsung dengan baik. Jumlah peserta didik yang berani bertanya nampak meningkat serta mulai ada peserta didik yang mampu menanggapi pertanyaan dari peserta didik lain atau dari guru. Dalam hal ini guru berperan hanya sebagai fasilitator dan motivator dalam mengarahkan pelaksnaan diskusi. Rerata hasil belajar peserta didik pada siklus I adalah 78,78. Hasil tersebut sudah mencapai target yang ditetapkan pada penelitian ini, yaitu minimal 77 sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal. Meskipun peserta didik sudah melaksana kan tahap-tahap belajar melalui model problem based learning dengan aktif, namun belum optimal. Dalam menghubungkan konsep fisika dengan permasalahan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari nampaknya peserta didik masih kurang mampu. Berdasarkan refleksi yang dilakukan terhadap hasil belajar yang diperoleh pada siklus I, maka tindakan perbaikan yang tepat untuk diterapkan adalah: (1) peran guru sebagai fasilitator dalam diskusi kelas dan kelompok perlu ditingkatkan untuk membantu peserta didik dalam memahami permasalahan, dan (2) peserta didik disarankan untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan terlebih dahulu sebelum pembelajaran secara individu maupun kelompok dilakukan di kelas. Rerata hasil belajar peserta didik pada siklus II adalah 89,45. Hasil yang diperoleh ini menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan dengan siklus I. Peningkatan skor hasil belajar ini didukung dengan penerapan model problem based
ISSN : 1829 – 894X
learning yang lebih optimal. Hal ini cukup beralasan, karena model ini lebih produktif sehingga peserta didik lebih tanggap terhadap permasalahan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat menumbuh kembangkan motivasi peserta didik untuk menganalisa permasalahan, mengungkapkan pendapat, serta mengaitkan peristiwa dengan konsep fisika, sehingga berdampak pada peningkatan prestasi belajar peserta didik. Tanggapan peserta didik terhadap model penerapan model problem based learning dalam pelaksanaan pembelajaran, mendapat respon yang sangat positif dengan rerata 59,34. Peserta didik sangat tertarik dengan model pembelajaran baru yang digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari kesungguhan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Kesungguhan ini terlihat dari kehadiran peserta didik untuk mengikuti pembelajar an di kelas. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Jordan E. Ayan (2002), yang menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran, cara dan gaya baru yang disajikan kepada peserta didik, pada umumnya menimbulkan rasa ingin tahu peserta didik. Rasa ingin tahu mendorong seseorang untuk menyelidiki bidang baru atau mencari cara mengerjakan sesuatu dengan baik. Rasa ingin tahu dan kreativitas peserta didik dapat dilihat dari indikasi bahwa hampir seluruh peserta didik mengamati bagaimana gejala-gejala yang terjadi, serta menghubungkan gejala-gejala itu dengan situasi yang nyata dalam kehidupan sehari65
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 55 - 67
hari. Tanpa disadari, peserta didik sudah melakukan proses berpikir ilmiah. Secara keseluruhan aktivitas tersebut merupakan kreativitas yang dibangun oleh peserta didik sendiri dalam rangka memperoleh pengetahuan baru dalam belajar se hingga belajar menjadi lebih bermakna (meaningful). SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu: (1) penerapan model problem based learning dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas XI MIPA-4 di SMA Negeri 1 Abiansemal dalam pembelajaran fisika pada kompetensi dasar getaran harmonis, (2) penerapan model problem based learning dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik kelas XI MIPA-4 di SMA Negeri 1 Abiansemal dalam pembelajaran fisika pada kompetensi dasar getaran harmonis, dan (3) Respon peserta didik kelas XI MIPA-4 terhadap penerapan model problem based learning dalam pembelajaran fisika pada kompetensi dasar getaran harmonis tergolong sangat positif. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para pihak yang telah memberikan bantuan baik berupa tenaga maupun sumbangan pemikiran hingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.
ISSN : 1829 – 894X
DAFTAR PUSTAKA Arends, R. I. 1997. Classroom instructional and management.New York. Mc. Graw-Hill Companies Inc. Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bina Aksara. Artawa, I Kt. 1995. Tagalog dan Bahasa Indonesia dalam linguistic Tahun II Edisi denpasar. Program Magister (S2) Program S2 Barrows Howard. 1996. New Direction for Teaching and Learning “ Problem Based Learning in Medichine and Beyond ; Abrief Overview “ . Jossey Bass Publishers. Bloom, B.S. Hasting, J.T. & Madaus, G.F. 1971.Handbook on Formative and Summative Evaluation of Student Learning.McGraw Hill.Inc. Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta. Erlangga. Gallagher, S. A. & Stepien, William J. 1995 Implementasi Problem Based Learning in Science Classroom. School Science and Mathemathic. Jordan E Ayan. 2002.Models of Teaching.Englewood Cliffs. New York:Prentice-Hall. Nasution, S. 2001. Berbagai Pendekatan dalam Belajar dan Mengajar. Jakarta. PT Bina Aksara. Profesional Guru-Guru SMA Negeri 3 Singaraja dalam Menyongsong KBK 2003 Tanggal 26 Januari 2003.Tidak dipublikasikan. Sadia, 2003a. Strategi Pembelajaran Berorientasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.Makalah disajikan pada seminar Peningkatan Sapriya. 2012. Problem-Based Learning Jakarta. Bina Aksara.
66
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 55 - 67
ISSN : 1829 – 894X
Sunarto, 2009. Pengertian Prestasi Belajar. Jurnal. Supardi, 2006. “ Penelitian Tindakan Kelas” Jakarta : Bumi Aksara. Suryabrata, S. 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pt.Raja Grafindo Persada. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif BerorientasiKonstruktivitistik. Jakarta. Prestasi Pustaka. Wartono, dkk (2004), Materi Pelatihan Terintegrasi Sains (buku 4). Proyek PSPP. Depdiknas Jakarta.
67
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1)
68
ISSN : 1829 – 894X
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 69 - 74
ISSN : 1829 – 894X
PENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK BERITA MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL SISWA SMA Ni Made Sueni I Wayan Subaker I Komang Agung Kusuma Arta Guna IKIP Saraswati Tabanan ABSTRAK Rendahnya kemampuan belajar siswa dalam menyimak berita melalui media audio visual selama ini dipengaruhi oleh belum optimalnya pelaksanaan pembelajaran menyimak berita. Di samping itu, belum optimalnya guru memanfaatkan metode pembelajaran memberikan andil dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak berita melalui media audio visual. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang objektif tentang peningkatan kemampuan menyimak berita melalui media audio visual. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus, dengan jumlah siswa 29 orang. Setiap siklus terdiri atas 4 tahapan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, (4) refleksi. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode observasi, tes, dan wawancara. Setelah data terkumpul dianalisis dengan metode analisis deskriptif, sedangkan data observasi dianalisis dengan menggunakan skala Likert. Hasil analisis menunjukkan bahwa kemampuan menyimak berita melalui media audio visual selalu mengalami peningkatan. Kata kunci : Menyimak, Media audio visual, diskusi kelompok. ABSTRACT The low student learning’s ability in listening to the news through the media audio visual far been influenced by not optimal implementation of learning to listen news. In addition, teachers have not been optimally utilizing the learning methods contribute to improving students’ skills in listening to the news through audio-visual media. This aims of study is to obtain an objective picture about an increase in the ability to listen to the news through audio-visual media. This research is a class action consisting of two (2) cycles, the number of students 29 people. Each cycle consists of four phases: (1) planning, (2) implementation of the action, (3) observation, (4) reflection.The method used in data collection is a method of observation, testing, and interview. Once the data was analyzed with descriptive analysis method, while observation data were analyzed using a Likert scale. The analysis showed that the ability to listen to the news through the medium of audio visual always increases. Keywords: Listening, audio-visual media, group discussion. kepada orang lain. Fungsi bahasa yang
PENDAHULUAN Fungsi utama bahasa adalah sebagai
lain adalah untuk mengungkapkan seni,
alat komunikasi. Tanpa bahasa dapat
politik, sosial, dan ilmu pengetahuan. Oleh
dibayangkan
karena itulah, diperlukan keterampilan
bagaimana
seseorang
menyampaikan ide, gagasan, pendapat
berkomunikasi.
Menyimak
merupakan 69
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 69- 74
ISSN : 1829 – 894X
salah satu keterampilan berbahasa yang
adalah
sangat penting. Berita adalah sumber
guru tentang cara mengembangkan model
informasi. Berita juga merupakan informasi
pembelajaran yang dapat meningkatkan
atau kabar yang disampaikan kepada orang
prestasi akademik siswa; bagi sekolah,
lain.
adalah Berdasarkan
pengamatan
memberikan
dapat
wawasan
kepada
mengembangkan
model
secara
pembelajaran yang dapat memotivasi siswa
langsung dalam proses pembelajaran,
yang disesuaikan dengan pengalaman
ditemukan
siswa
siswa; sedangkan bagi siswa, penerapan
dalam menyimak berita masih rendah.
metode diskusi, dapat mengembangkan,
Rendahnya kemampuan menyimak siswa
mendorong, membiasakan siswa berbicara,
sangat dipengaruhi oleh belum optimalnya
bertanya dan mengemukakan pendapat.
bahwa
pelaksanaan
kemampuan
pembelajaran
menyimak
berita.
Menyimak keterampilan
adalah berbahasa
salah yang
satu sangat
Kenyataan tersebut terbukti dari hasil
penting. Menyimak adalah mendengarkan
tes yang diberikan pada siswa yang baru
lambang-lambang lisan dengan penuh
mencapai rata-rata 59,58. Harapan nyata
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta
yang diinginkan di lapangan terkadang
interpretasi untuk memperoleh informasi
tidak selalu sejalan. Banyak faktor yang
atau menangkap pesan serta memahami
menjadi
penyebab
tidak
terwujudnya
makna komunikasi yang telah disampaikan
harapan
tersebut,
seperti
kurangnya
oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa
kemampuan
guru
mengembangkan
model pembelajaran, kemampuan guru
lisan (Arifin, 2007:15). Alwi
dalam
Zahro
(2011:4)
memahami inti pembelajaran, kemampuan
menyatakan bahwa ada dua istilah yang
guru memahami karakteristik peserta didik,
terkait dengan menyimak yaitu mendengar
dan kelengkapan sarana prasarana yang ada
dan mendengarkan. Mendengar diartikan
di sekolah.
dapat menangkap suara (bunyi) dengan
Mengacu pada latar belakang di
telinga, tidak tuli. Sedangkan mendengarkan
atas, timbul permasalahan, yakni apakah
diartikan mendengarkan sesuatu dengan
penerapan metode diskusi kelompok dapat
sungguh-sungguh, memasang telinga baik-
meningkatkan
menyimak
baik untuk mendengar. Mendengarkan
berita melalui media audiovisual siswa kelas
adalah proses kegiatan menerima bunyi
X MIA 1 SMA Surya Wisata Kediri Tahun
bahasa yang dilakukan dengan sengaja,
Pelajaran 2014/2015. Tujuan penelitian ini
tetapi belum ada untuk pemahaman.
kemampuan
adalah untuk mengetahui seberapa besar
Berkaitan
dengan
pengertian
terjadinya peningkatan kemampuan siswa
menyimak di atas, tujuan menyimak adalah
setelah diterapkan metode diskusi kelompok.
untuk mendapatkan informasi. Informasi
Manfaat dari hasil penelitian ini bagi guru,
yang dimaksud dapat berupa paparan ide,
70
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 69 - 74
ISSN : 1829 – 894X
gagasan, pesan komunikator. Informasi
mencapai tujuan. Dengan berdiskusi ada
dapat juga berupa peristiwa, fakta, data,
beberapa manfaat yang bisa diperoleh oleh
dan pengetahuan lainnya. Informasi ini
peserta didik memperoleh kesempatan
sangat penting agar seseorang mengetahui
untuk berpikir, latihan mengemukakan
peristiwa yang sedang menjadi perhatian
pendapat, sikap, dan aspirasinya secara
banyak orang dan kecenderungan yang
bebas, bersikap toleran terhadap teman-
sedang terjadi sehingga seseorang tidak
teman, dapat menumbuhkan partisipasi
dikatakan ketinggalan informasi.
aktif di kalangan peserta didik, dapat
Tujuan menyimak untuk mendapatkan
mengembangkan sikap demokratis dan
informasi tersebut sangat kental pada
menghargai pendapat orang lain (Sagala,
kegiatan
2011:208).
menyimak
berita,
ceramah,
dialog, wawancara dan menyimak pidato. Tujuan
menyimak
yang
lain
adalah
METODE PENELITIAN
menyimak untuk mendapatkan hiburan,
Penelitian ini merupakan penelitian
misalnya menyimak seni lawak, drama,
tindakan kelas (PTK) yang dilakukan
atau dongeng.
di SMA Surya Wisata Kediri Tabanan
”Diskusi adalah percakapan ilmiah
tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian
yang responsive berisikan pertukaran
ini dirancang dalam dua siklus dan
pendapat yang dijalin dengan pertanyaan-
menggunakan model Kurt Lewin (dalam
pertanyaan
pemunculan
Suyanto, Ibnu dan Susilo, Amin, 2011:6).
ide-ide dan pengujian ide-ide ataupun
Rancangan penelitian ini terdiri atas empat
pendapat dilakukan oleh beberapa orang
tahapan atau langkah yaitu perencanaan,
yang tergabung dalam kelompok yang
pelaksanaan
diarahkan untuk memperoleh pemecahan
refleksi.
problematis
masalahnya dan untuk mencari kebenaran” (Subroto 2002:179) Wiyanto (2001:1) menyatakan bahwa
tindakan,
observasi
dan
Model ini dipilih karena dalam pembelajaran menyimak melalui media audio
ada
baiknya
dimulai
dengan
diskusi adalah proses bertukar pikiran
perencanaan,
kemudian
antara dua orang atau lebih tentang suatu
perencanaan,
setelah
masalah untuk mencapai tujuan tertentu.
observasi dan mengevakuasinya barulah
Berdasarkan pendapat tersebut diskusi
itu
melakukan
mengadakan refleksi terhadap tindakan
adalah percapakan ilmiah yang responsif
yang telah dilakukan.
dalam bertukar pikiran antara dua orang
Rancangan
atau lebih tentang suatu masalah untuk
melaksanakan
Penelitian
tersebut
digambarkan seperti berikut ini.
71
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 69- 74
Refleksi Awal
ISSN : 1829 – 894X
Rencana Tindakan I
Tindakan I
Pelaksanaan
Observasi dan Evaluasi
Rencana Tindakan II
Refleksi
Pelaksanaan Tindakan II
Obsevasi dan Evaluasi II
Refleksi II
Memutuskan Tindakan Terbaik.
yang
kelompok. Metode yang digunakan dalam
tes
menganalisis data adalah metode analisis
sebagai metode utama dan pencatatan
deskriptif yaitu menyusun data secara
dokumen
sistematis sehingga diperoleh kesimpulan
Metode digunakan
pengumpulan adalah
sebagai
data
observasi metode
dan
pelengkap. untuk
umum. Analisis data ini berlangsung
mengukur tingkah laku individu selama
secara kontinu setiap selesai satu tindakan.
kegiatan berlangsung. Melalui pengamatan
Jadi, analisis data tersebut bukan hanya
dapat diketahui sikap dan perilaku siswa,
dilakukan pada akhir penelitian seperti
kegiatan yang dilakukan siswa, dan hasil
yang lazim dilakukan dalam penelitian
yang diperoleh dari kegiatan tersebut.
yang bukan penelitian tindakan, tetapi
Metode
observasi
digunakan
Metode tes digunakan untuk mengukur
terus-menerus setiap selesai satu tindakan. Untuk
hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa
Indonesia,
khususnya
dalam
metode
diskusi
kelompok.
nilai
rata-rata
digunakan rumus : M = ∑X
pembelajaran menyimak berita melalui media audio visual dengan menerapkan
mencari
(Hadi 1996:37)
n
Metode
pencatatan dokumen digunakan untuk
Keterangan :
mendapatkan data tentang jumlah siswa
M
= skor rata-rata kelas
dan nama-nama siswa.
∑X
= jumlah skor siswa
n
= jumlah siswa
Data yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan baik yang didapatkan dari hasil observasi maupun tes, kemudian dianalisis untuk
mengetahui
kemampun
siswa
Untuk
mengetahui
peningkatan
dalam menyimak melalui media audio
kemampuan menyimak berita pada siswa
visual dengan menerapkan metode diskusi
digunakan rumus :
72
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 69 - 74
ISSN : 1829 – 894X
metode diskusi kelompok kemampuan P = X2-X1 x 100%
(Hadi, 1996:3)
X1
menyimak berita melalui media audiovisual siswa kelas X MIA 1 SMA Surya Wisata Kediri Tahun Pelajaran 2014/2015 selalu
Keterangan :
mengalami peningkatan. Pada siklus II
P
= persentase peningkatan
tidak ada lagi siswa yang tidak tuntas.
X2
= skor setelah tindakan
X1
= skor sebelum tindakan
PEMBAHASAN Berdasarkan deskripsi awal dapat
Indikator keberhasilan siswa dilihat
dikatakan
bahwa
kemampuan
siswa
dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa
dalam
yaitu dari siklus I dan siklus II. Tingkat
audiovisual masih rendah. Perolehan nilai
ketuntasan secara klasikal ditentukan jika
rata-rata baru mencapai 45,03. Melihat
75% dari jumlah siswa sekelas memperoleh
kondisi seperti ini diupayakan perbaikan
nilai 70.
pada siklus berikut yaitu pada siklus I
menyimak berita melalui media
mengupayakan HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
pembelajaran
dengan
metode diskusi kelompok. Dengan menerapkan metode diskusi
Sebelum melakukan tindakan siklus I
kelompok terjadi peningkatan pada kemam-
dan siklus II, peneliti melakukan tes awal
puan siswa yaitu dengan perolehan nilai
(pra siklus) untuk mendapatkan gambaran
rata-rata sebesar 69,13. Hal ini menunjuk-
awal tentang kemampuan menyimak siswa.
kan peningkatan sebesar 24,10. Walaupun
Berdasarkan analisis data pada pra siklus ini
sudah terjadi peningkatan , namun belum
nilai rata-rata kelas yang diperoleh 45,03
memenuhi KKM yang ditetapkan sebesar
dengan presentase 48,27%. Nilai ini belum
70. Oleh karena itu, upaya perbaikan masih
mencapai ketuntasan klasikal seperti yang
perlu dilakukan yaitu pada siklus II perlu
telah ditetapkan. Kemudian, pada siklus I
perencanaan yang lebih matang dan pelak-
nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah
sanaan proses belajar mengajar yang lebih
69,13 dengan persentase 58,61%, sudah
maksimal. Hasil akhirnya adalah terjadi
terjadi peningkatan 10,34%, namun belum
peningkatan kemampuan siswa. Hal ini
mencapai ketuntasan klasikal. Hasil pada
terbukti dari nilai rata-rata yang diperoleh
siklus II dengan rata-rata kelas sebesar
adalah 72,75 dengan ketuntasan belajar
72,75.
100%. Hasil ini menunjukkan bahwa pen-
Peningkatan yang terjadi dari siklus
erapan metode diskusi dapat meningkatkan
I ke siklus II adalah 4,98 %. Jadi, dapat
kemampuan siswa menyimak berita mela-
dikatakan bahwa dengan menggunakan
lui media audiovisual.
73
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 69- 74
ISSN : 1829 – 894X
Melihat perbandingan nilai awal, siklus
guru bahasa Indonesia SMA Surya Wisata
I dan siklus II, terjadi peningkatan yang
Kediri yang telah mendukung peneliti
signifikan, yaitu dari rata-rata prasiklus
dalam menyelesaikan penelitian ini.
adalah 45,03, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 69,13, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 72,75.
DAFTAR PUSTAKA
SIMPULAN
Alwi, H. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Dengan menerapkan metode diskusi kelompok dalam pembelajaran menyimak berita melalui media audio visual terjadi peningkatan kemampuan siswa. Hal ini dapat dilihat pada nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada prasiklus sebesar 45,03 dengan persentase 48,27%. Pada siklus I nilai rata-rata kelas yang diperoleh 69,13 dengan persentase 58,61%. Dari prasiklus ke siklus I terjadi peningkatan 10,34%, namun belum mencapai ketuntasan klasikal sehingga dilanjutkan dengan siklus II dengan perencanaan yang lebih matang. Nilai rata-rata yang dicapai pada siklus II sebesar 72,75 dengan ketuntasan belajar 100%. Peningkatan yang terjadi dari siklus I ke siklus II adalah sebesar 4,98 %. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih peneliti sampaikan kepada
Kepala
SMA
Surya
Wisata
Kediri yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian dan kepada para
74
Arifin, Bustanul dkk. 2007. Menyimak. Jakarta : Universitas Terbuka. Achsin, Awir. 1981. Pengajaran Menyimak. Jakarta : P3 G. Baradja, MF. 1980. Mendengarkan dan Memahami. Jakarta : P3 G. Hadi, Sutrisno. 1996. Statistik Dasar. Yogyakarta : Gajah Mada Press. Karmini, Ni Nyoman. 2010. Asesmen Penilaian Bahasa Indonesia. Tabanan : Saraswati Institut Press. Mono, Henny. 2001. Praktik Jurnalistik, Teknik Meliput dan Menulis Berita. Malang :Forum Kajian Indonesia. Tarigan, Hendry Guntur. 2008. (Edisi Revisi). Menyimak, Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa. Wiyanto, Asul. 2000. Seri Terampil Diskusi. Jakarta : PT. Grasindo. Zahro, Azizatuz dan Evi Elianah. 2011. Menyimak Beragam Wacana Lisan. Malang: Pustaka Kaiswaran.
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 75 - 85
ISSN : 1829 – 894X
KORELASI DOMINANSI HEMISFER OTAK DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA MAHASISWA UNMAS DENPASAR 1,2
Gusti Ayu Dewi Setiawati1, Ida Bagus Ari Arjaya2, I Nyoman Adi Susrawan3 Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Mahasaraswati, Denpasar 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP, Universitas Mahasaraswati, Denpasar Email:
[email protected]
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah; (1) untuk menganalisis perbedaan keterampilan berbicara antara mahasiswa yang dominan menggunakan otak kanan dengan mahasiswa yang dominan menggunakan otak kiri, dan (2) untuk menganalisis perbedaan keterampilan berbicara antara mahasiswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan mahasiswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Mahasaraswati Denpasar, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester IIIA dan IIIB Universitas Mahasaraswati Denpasar pada Mata Kuliah Berbicara II. Data dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan tiga jenis instrumen, yaitu instrumen dominansi hemisfer otak, instrumen motivasi belajar, dan instrumen keterampilan berbicara yang akan diuji dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson dengan bantuan SPSS 17 for Windows. Adapun hasil dari penelitian ini, adalah sebagai berikut; (1) terdapat perbedaan keterampilan berbicara yang signifikan (P = 0,026 dan 0,025 < 0,05) antara mahasiswa yang dominan menggunakan otak kanan dengan mahasiswa yang dominan menggunakan otak kiri. Koefisien korelasi yang diperoleh melalui perhitungan yaitu 0,537 dan 0,525 mempunyai maksud, korelasi antara dominansi hemisfer otak dengan keterampilan berbicara mahasiswa termasuk korelasi yang kuat serta searah dan positif, (2) tidak terdapat perbedaan keterampilan berbicara yang signifikan (P = 0,680 dan 0,228 > 0,05) antara mahasiswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan mahasiswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Koefisien korelasi yang diperoleh melalui perhitungan, yaitu -0,127 dan 0,359 mempunyai maksud, korelasi antara motivasi belajar dengan keterampilan berbicara mahasiswa termasuk korelasi cukup dan kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Kata Kunci: dominansi hemisfer otak, motivasi belajar, keterampilan berbicara THE CORRELATION OF BRAIN HEMISPHERES DOMINANCE AND LEARNING MOTIVATION TOWARDS MAHASARASWATI DENPASAR UNIVERSITY STUDENTS’ SPEAKING SKILLS ABSTRACT The purpose of this study is; (1) to analyze the differences of students’ speaking skills between the dominant right-brain use and the dominant left brain use students’, and (2) to analyze the differences of students’ speaking skills between the students who have high learning motivation with low learning motivation.This research is a quantitative correlation. The population of this study was all students of the Indonesian and Literature 75
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 75 - 85
ISSN : 1829 – 894X
Education Study Program of Maharasaraswati Denpasar University. The sample in this study was the students of IIIA and IIIB semester Mahasaraswati Denpasar University on Course Speaking II. The data in this study was measured using three types of instruments, namely brain hemisphere dominance instrument, learning motivation instrument, and speaking skills instrument will be tested by using the formula Pearson Product Moment Correlation with SPSS 17 for Windows.The results of this study are as follows; (1) there is a significant difference in the speaking skills (P = 0.026 and 0.025 <0.05) between the dominant right-brain use and the dominant left brain use students’. The correlation coefficient obtained through a calculation that 0.537 and 0.525 are intentions, the correlation between dominance hemispheres of the brain with the students’ speaking skills, including a strong correlation as well as the positive direction, (2) there is no difference speaking skills were significantly (P = 0.680 and 0.228> 0, 05) between the students who have high learning motivation with low learning motivation. The correlation coefficient obtained through the calculation, which has the sole -0.127 and 0.359, the correlation between learning motivation and speaking skills including sufficient correlation, the two variables have an inverse correlation. Keywords: brain hemisphere dominance, learning motivation, speaking skills PENDAHULUAN Berbicara memiliki peranan sosial yang sangat penting bagi kehidupan manusia baik secara lisan maupun tulisan (Elvaretasari, 2014). Dalam pendidikan, idealnya keterampilan berbicara menentukan keberhasilan proses belajar peserta didik. Semakin terampil peserta didik dalam mengungkapkan ilmu yang dimiliki mengindikasikan kemampuan serta prestasi akademis yang dimilikinya. Sehingga keterampilan berbicara pada akhirnya akan berimplikasi terhadap peningkatan hasil belajar mahasiswa yang bersangkutan. Secara teoretis kemampuan berbicara atau berbahasa yang baik dan benar seseorang sangat dipengaruhi oleh otak kanan, sedangkan, kosakata yang dimiliki oleh seseorang berasal dari proses asimilasi dan akomodasi informasi yang masuk pada struktur kognitif seseorang pada belahan otak kiri. Setiap orang biasanya 76
memiliki kecenderungan untuk dominan pada salah satu belahan otak tersebut. Dominasi peran belahan otak dapat terjadi karena dipengaruhi oleh lingkungan yang melingkupi orang tersebut, misalnya: sistem pendidikan di keluarga, di sekolah, dan di masyarakat (Yohanes, 2012). Lama kelamaan hal inipun akan mempengaruhi kemampuan seseorang di dalam berbicara, karena aktivitas berbicaranya didominansi oleh belahan otak kanan. Dengan memperhatikan prinsip neurosains di dalam meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya dalam hal keterampilan berbicara siswa, guru dapat melengkapi kekurangan dan meningkatkan keterampilan berbicara. Dengan mengetahui karakteristik dari hemisfer otak yang dominan di dalam pembelajaran akan mempermudah guru di dalam memberikan model, metode, strategi, ataupun pendekatan yang tepat kepada siswa. Sebaliknya apabila guru salah melakukan diagnosis kemampuan
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 75 - 85
siswa akan menghambat potensi belajar yang ada pada siswa. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh (Hayati, 2007) bahwa selama ini pola pendidikan kita masih berorientasi pada pengembangan otak kiri saja, pengembangan otak kanan kurang mendapat porsi yang penting, padahal perkembangan otak kanan sangat diperlukan, hal ini didasari oleh fakta bahwa dalam otak kanan terdapat kecerdasan emosional yang justru lebih banyak menentukan keberhasilan hidup seseorang. Gio (2013) menyampaikan bahwa otak kanan berfungsi dalam perkembangan Emotional Quotient (EQ). Misalnya sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia lain serta pengendalian emosi. Pada otak kanan, terletak kemampuan intuitif, kemampuan merasakan, memadukan, menyanyi, kreativitas, khayalan, berpikir lateral, tidak terstruktur, melukis, warna, dan cenderung tidak memikirkan hal yang terlalu mendetail sehingga daya ingat otak kanan bersifat long term memory. Sebaliknya, otak kiri berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan dengan logika, rasio, kemampuan, menulis, sistematis, rapi, analitis, linier, tahap demi tahap dan membaca, serta merupakan pusat matematika. Bagian otak ini merupakan pengendalian Intelligence Quotient (IQ) sehingga daya ingat otak kiri bersifat short term memory. Salah satu mata kuliah yang menuntut keterampilan berbicara mahasiswa secara langsung adalah Mata Kuliah Berbicara yang diberikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada semester
ISSN : 1829 – 894X
III. Dalam Mata Kuliah Berbicara tersebut, umumnya dosen pengajar tidak melakukan diagnosis awal terhadap faktor atau variabel lain yang mungkin berpengaruh terhadap keterampilan berbicara mahasiswa, sehingga hasil belajar yang dicapai masih belum bersifat representatif dari aktivitas belajar yang telah dilakukan oleh mahasiswa tersebut. Di sisi lain, keterampilan berbicara seseorang di dalam proses pembelajaran juga dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keterampilan berbicara adalah motivasi belajar. Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Menurut Glynn & Koballa (dalam Taasoobshirazi, 2007), motivasi terdiri dari beberapa aspek, yaitu motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik, relevansi tugas terhadap tujuan pribadi, penentuan nasib sendiri, keyakinan akan kemampuan diri, dan kecemasan terhadap penilaian. Lebih lanjut, menurut Sardiman (2005), motivasi dalam kegiatan belajar dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri pebelajar yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Dengan mengakomodasi aspek motivasi dan potensi otak, akan mampu untuk menciptakan atmosfer pembelajaran yang optimal. Mahasiswa keguruan merupakan calon tenaga pendidik yang seringkali luput dari 77
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 75 - 85
fokus penelitian di dalam proses perbaikan sistem pendidikan di Indonesia. Umumnya fokus perbaikan pembelajaran adalah pada siswa sebagai objek penelitian, padahal pada tingkat mahasiswa calon guru perlu dibekali keterampilan mengajar yang baik untuk membentuk karakter dan mengembangkan profesionalisme calon tenaga pendidik. Dengan melakukan diagnosis dan perbaikan proses pembelajaran pada jenjang perguruan tinggi secara tidak langsung akan menyiapkan tenaga pendidik yang mampu bersaing dan memberikan dampak signifikan terhadap perbaikan dunia pendidikan di Indonesia. Berdasarkan uraian permasalahan tersebut maka sangat menarik untuk dikaji bagaimana ”Korelasi Dominansi Hemisfer Otak dan Motivasi Belajar terhadap Keterampilan Berbicara Mahasiswa Universitas Mahasaraswati Denpasar”. Tujuan dari penelitian ini, yaitu (1) menganalisis perbedaan keterampilan berbicara antara mahasiswa yang dominan menggunakan otak kanan dengan mahasiswa yang dominan menggunakan otak kiri, dan (2) menganalisis perbedaan keterampilan berbicara antara mahasiswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Adapun tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini, di antaranya; pandangan neurosains dalam proses pembelajaran, hemisfer otak di dalam proses pembelajaran, motivasi belajar dan keterampilan berbicara. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk 78
dalam
ISSN : 1829 – 894X
jenis penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Mahasaraswati Denpasar, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester IIIA dan IIIB Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Mahasaraswati Denpasar pada Mata Kuliah Berbicara II. Terdapat dua jenis variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini; 1) variabel terikat yaitu keterampilan berbicara mahasiswa dan 2) variabel bebas yaitu dominansi hemisfer otak dan motivasi belajar mahasiswa. Data dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan tiga jenis instrumen, yaitu instrumen dominansi hemisfer otak, instrumen motivasi belajar, dan instrumen keterampilan berbicara mahasiswa. Instrumen dominansi hemisfer otak merupakan instrumen berupa kuisioner dengan skala 1 sampai 10. Mahasiswa memilih seberapa sesuai pernyataan dalam kuisioner tersebut bagi mereka. Instrumen motivasi belajar mahasiswa merupakan instrumen yang berbentuk kuisioner Skala Likert dengan interval Selalu=SL, Sering=SR, KadangKadang=KK, Jarang= JR, Tidak Pernah= TP. Tes motivasi belajar terdiri dari 30 butir soal. Instrumen terakhir yaitu instrumen keterampilan berbicara mahasiswa merupakan instrumen yang berbentuk rubrik penilaian yang menggunakan skala interval dengan deskriptor: organisasi, penguasaan isi pembicaraan, dan gaya berbicara. Uji validitas internal instrumen penelitian menggunakan dua orang ahli
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 75 - 85
atau expert judgement di bidangnya. Uji validitas internal dari tes motivasi belajar yang dilaksanakan terfokus pada validitas konstruk dan face validity instrument. Reliabilitasnya dianalisis dengan Uji Alpha Cronbach. Selanjutnya korelasi di antara masing-masing variabel penelitian dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Product Moment Pearson dengan bantuan software SPSS 17 for Windows. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Korelasi Dominansi Hemisfer Otak dengan Keterampilan Berbicara Data yang diperoleh berupa jawaban atau respon tertulis dari mahasiswa terhadap kuisioner dominansi hemisfer otak dapat diamati melalui Tabel 1 dan Gambar 1 berikut. Tabel 1 Data Dominansi Hemisfer Otak Mahasiswa Keterangan Hemisfer Kiri Hemisfer Kanan Tidak Teridentifikasi Total
ISSN : 1829 – 894X
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa yang memiliki ke cenderungan menggunakan belahan otak kiri berjumlah 18 orang, sedangkan yang cenderung menggunakan belahan otak kanan berjumlah 17 orang. Skor dominansi hemisfer kiri dan kanan yang dimiliki mahasiswa cukup bervariasi. Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa terdapat sampel penelitian yang tidak teridentifikasi karena selisih nilai dominansi hemisfer otak kanan dan otak kirinya adalah 0. Sehingga kedua sampel penelitian tersebut tidak mengalami kecenderungan ke belahan otak kiri atau pun kanan. Setelah mengetahui dominansi hemisfer otak dari mahasiswa tersebut, kemudian dilakukan analisis dengan program SPSS untuk mengetahui korelasi antara dominansi hemisfer otak dengan keterampilan berbicara mahasiswa. Adapun hasil analisis korelasi yang diperoleh Jumlah (Orang) 18 17 2 37
Gambar 1 Histogram Dominansi Hemisfer Otak Pada Mahasiswa Semester III Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
79
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 75 - 85
ISSN : 1829 – 894X
melalui program SPSS dapat diamati sebagai berikut. Tabel 2 Hasil Analisis Korelasi antara Dominansi Hemisfer Otak Kanan dengan Keterampilan Berbicara Hemisfer Ka- Keterampilan Berbinan cara Hemisfer Kanan Pearson Correlation 1 .537* Sig. (2-tailed) .026 N 17 17 1 Keterampilan Ber- Pearson Correlation .537* bicara Sig. (2-tailed) .026 N 17 17 Pada tabel korelasi dominansi hemisfer otak kanan dengan keterampilan berbicara, diperoleh harga koefisien korelasi sebesar 0,537 dengan signifikansi 0,026. Untuk hasil korelasi dominansi hemisfer otak kiri dengan keterampilan berbicara dapat pula diamati melalui hasil analisis berikut. Tabel 3 Hasil Analisis Korelasi antara Dominansi Hemisfer Otak Kiri dengan Keterampilan Berbicara Hemisfer Kiri Hemisfer Kiri
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N Keterampilan Berbicara
Keterampilan Berbicara .525* .025
18
18
Pearson Correlation
.525*
1
Sig. (2-tailed)
.025
N
18
18
Pada tabel korelasi dominansi hemisfer otak kiri dengan keterampilan berbicara, diperoleh harga koefisien korelasi sebesar 0,525 dengan signifikansi 0,025. Dengan demikian, berdasarkan data pada Tabel 2 dan 3 dapat dilakukan pengujian hipotesis dengan membandingkan taraf signifikansi dengan galatnya. 80
a) Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima. b) Jika signifikansi < 0,05, maka Ha diterima. Melalui Tabel 2 dan 3 dapat dilihat bahwa koefisien korelasi adalah 0,537 dan 0,525 dengan signifikansi 0,026 dan 0,025. Karena signifikansi ((0,026 dan
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 75 - 85
0,025) < 0,05) maka Ha diterima artinya terdapat perbedaan keterampilan berbicara yang signifikan antara mahasiswa yang dominan menggunakan otak kanan dengan mahasiswa yang dominan menggunakan otak kiri. Koefisien korelasi yang diperoleh melalui perhitungan yaitu 0,537 dan 0,525 mempunyai maksud, korelasi antara dominansi hemisfer otak dengan keterampilan berbicara mahasiswa termasuk korelasi yang kuat (Sarwono, 2006). Berdasarkan koefisien korelasi tersebut pula dapat diketahui bahwa terdapat hubungan searah dan positif antara dominansi hemisfer otak dengan keterampilan berbicara mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian, dominansi hemisfer otak mempengaruhi keterampilan berbicara yang dimiliki. Hal ini terbukti dari hasil uji korelasi yang telah dilakukan bahwa terdapat perbedaan keterampilan berbicara yang signifikan antara mahasiswa yang dominan menggunakan otak kanan dengan mahasiswa yang dominan menggunakan otak kiri. Dengan koefisien korelasi 0,537 dan 0,525 dan signifikansi 0,026 dan 0,025 menunjukkan bahwa, baik yang dominan menggunakan otak kanan maupun otak kiri memang memiliki peran yang saling melengkapi untuk membentuk suatu keterampilan berbicara. Walaupun mahasiswa cenderung lebih banyak menggunakan otak kanan, yang ditunjukkan dengan skor dominansi otak kanan yang tinggi, belum tentu nilai keterampilan berbicaranya baik. Begitu pula
ISSN : 1829 – 894X
dengan mahasiswa yang lebih cenderung menggunakan otak kiri. Keduanya samasama baik untuk menunjang keterampilan berbicara seseorang. Hal ini sejalan sesuai dengan pendapat Hamrudi (2009) yang menyatakan bahwa otak manusia melakukan dua operasi yang berbeda secara simultan (duplex operation). Guna mendapatkan hasil yang optimal dalam pembelajaran, kedua belahan otak tersebut perlu digunakan secara sinergis satu sama lain. Menurut Sularyo dan Handryastuti (2002), manusia memiliki tingkatan dominansi hemisfer, yang mana dalam keadaan tertentu seperti stres atau tahap awal belajar, manusia cenderung menggunakan hemisfer yang dominan tersebut (unilateral state). Jika kedua hemisfer dapat berfungsi optimal secara bersamaan, maka manusia akan mencapai kemampuan berpikir dan kreativitas yang tertinggi (integrated stated). Hemisfer kiri memang dominan untuk bicara atau bahasa, tetapi tanpa adanya aktivitas hemisfer kanan, maka seseorang akan menjadi monoton dalam berbicara, tak ada lagu kalimat dan prosodi, tanpa adanya emosi, tanpa disertai isyarat-isyarat bahasa. Menurut Reztaputra (2012) dan Rachmat (2016), meskipun kemampuan berbahasa didominasi oleh hemisfer yang dominan, bukan berarti hemisfer yang tidak dominan tidak berperan. Walaupun hemisfer kiri merupakan pusat pengatur untuk berbicara, menulis dan berpikir, hemisfer kanan juga memiliki fungsi mengenali kata secara tepat dan cepat sehingga seseorang dapat berbahasa dengan baik.
81
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 75 - 85
ISSN : 1829 – 894X
2. Korelasi Motivasi Belajar dengan Keterampilan Berbicara Selanjutnya, data yang diperoleh berupa respon motivasi belajar dari mahasiswa dapat diamati melalui Tabel 4 dan juga Gambar 2 sebagai berikut. Tabel 4 Data Motivasi Belajar Mahasiswa Motivasi Motivasi < 100 120 ≥ Motivasi ≥ 100 Motivasi 120 Total
Jumlah (Orang) 1 18 18 37
Gambar 2 Histogram Motivasi Belajar pada Mahasiswa Semester III Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Sesuai dengan data, maka diperoleh angka motivasi belajar yang tinggi, dimana nilai motivasi terbesar adalah 134. Angka ini cukup sedikit selisihnya dengan nilai motivasi tertinggi yang dicapai sebanyak 150. Dengan demikian angka motivasi sebesar 134 dalam data penelitian ini termasuk dalam motivasi belajar yang
tinggi. Data motivasi belajar dari mahasiswa tersebut kemudian dianalisis dengan program SPSS untuk mengetahui korelasi antara motivasi belajar dengan keterampilan berbicara. Adapun hasil analisis korelasi yang diperoleh melalui program SPSS dapat diamati sebagai berikut.
Tabel 5 Hasil Analisis Korelasi antara Motivasi Belajar Tinggi dengan Keterampilan Berbicara Motivasi Belajar Keterampilan BerbiTinggi cara Motivasi Belajar Pearson Correlation 1 -.127 Sig. (2-tailed) .680 Tinggi N 13 13 Keterampilan Pearson Correlation -.127 1 Berbicara Sig. (2-tailed) .680 N 13 13 82
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 75 - 85
ISSN : 1829 – 894X
Pada tabel korelasi motivasi belajar tinggi dengan keterampilan berbicara, diperoleh harga koefisien korelasi sebesar -0,127 dengan signifikansi 0,628. Untuk hasil korelasi motivasi belajar rendah dengan keterampilan berbicara, dapat pula diamati melalui hasil analisis berikut. Tabel 6
Hasil Analisis Korelasi antara Motivasi Belajar Rendahdengan Keterampilan Berbicara Motivasi Belajar Keterampilan BerbiRendah cara Motivasi Belajar Pearson Correla1 .359 Rendah tion Sig. (2-tailed) .228 N 13 13 Keterampilan Ber- Pearson Correla.359 1 bicara tion Sig. (2-tailed) .228 N
Melalui tabel hasil analisis korelasi moti vasi belajar rendah dengan keterampilan berbicara diperoleh harga koefisien korelasi sebesar 0,359 dengan signifikansi 0,228. Dengan diperolehnya data pada Tabel 5 dan 6 dapat dilakukan pengujian hipotesis dengan membandingkan taraf signifikansi dengan galatnya. a) Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima. b) Jika signifikansi < 0,05, maka Ha diterima. Melalui Tabel 5 dan 6 dapat dilihat bahwa koefisien korelasi adalah -0,127 dan 0,359 dengan signifikansi 0,680 dan 0,228. Karena signifikansi (0,680 dan 0,228) > 0,05) maka Ha ditolak artinya tidak terdapat perbedaan keterampilan berbicara yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan mahasiswa yang memiliki motivasi belajar rendah.
13
13
Koefiesien korelasi yang diperoleh melalui perhitungan, yaitu -0,127 dan 0,359 mempunyai maksud, korelasi antara motivasi belajar dengan keterampilan berbicara mahasiswa termasuk korelasi cukup dan bahkan kedua variabel tersebut mempunyai hubungan terbalik (Sarwono, 2006). Hal ini disebabkan karena salah satu angka koefisien korelasi bernilai negatif. Sesuai temuan penelitian yaitu tidak terdapat perbedaan keterampilan berbicara yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan mahasiswa yang memiliki motivasi belajar rendah, menunjukkan bahwa motivasi belajar yang dimiliki oleh mahasiswa tidak mempengaruhi keterampilan berbicara secara langsung. Mahasiswa memang sudah memiliki motivasi yang cukup memadai untuk menempuh mata kuliah Berbicara II, sehingga saat skor motivasi dan nilai keterampilan berbicara dianalisis,
83
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 75 - 85
koefisien korelasi cukup dan menunjukkan hubungan terbalik antara kedua variabel penelitian. Hasil temuan ini sejalan dengan temuan Miru (2009), dimana motivasi belajar yang dimiliki oleh pebelajar memang dapat mempengaruhi hasil belajar. Namun terdapat pula faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya, seperti fasilitas belajar, gaya belajar, ruangan belajar dan sebagainya yang tidak dilibatkan dalam penelitian. SIMPULAN Berdasarkan penelitian maka diperoleh simpulan sebagai berikut. (1) Terdapat perbedaan keterampilan berbicara yang signifikan (P = 0,026 dan 0,025 < 0,05) antara mahasiswa yang dominan menggunakan otak kanan dengan mahasiswa yang dominan menggunakan otak kiri. Koefisien korelasi yang diperoleh melalui perhitungan yaitu 0,537 dan 0,525 mempunyai maksud, korelasi antara dominansi hemisfer otak dengan keterampilan berbicara mahasiswa termasuk korelasi yang kuat serta searah dan positif. (2) Tidak terdapat perbedaan keterampilan berbicara yang signifikan (P = 0,680 dan 0,228 > 0,05) antara mahasiswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan mahasiswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Koefisien korelasi yang diperoleh melalui perhitungan, yaitu -0,127 dan 0,359 mempunyai maksud, korelasi antara motivasi belajar dengan keterampilan berbicara mahasiswa termasuk korelasi cukup dan bahkan kedua variabel tersebut mempunyai hubungan terbalik.
84
ISSN : 1829 – 894X
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur peneliti panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat rahmat-Nya penelitian ini berhasil dilaksanakan. Melalui kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya pada LPPM Universitas Mahasaraswati (Unmas) Denpasar dan Unmas Denpasar yang telah memberikan motivasi sekaligus bantuan dana penelitian. Selain itu, terima kasih yang sebesar-besarnya pada pihakpihak, yaitu Dosen dan Staf FKIP Unmas Denpasar, khususnya Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan mahasiswa atas kerja samanya selama penelitian ini dilaksanakan. Serta tidak lupa peneliti mengucapkan terima kasih atas motivasi, bantuan, dan doa dari keluarga peneliti. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat. DAFTAR PUSTAKA Elvaretasari, D. (2014). Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Strategi Cerita Berantai pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SDN Gondang 1 Kecamatan Nawangan Kabupaten Pacitan Tahun Ajaran 2013/2014. Surakarta: Universitas Muhammadyah Surakarta. Gio, P.U. (2013). Aplikasi Metode MannWhitney dalam Menentukan Ada Tidaknya Perbedaan Indeks Prestasi Mahasiswa antara Mahasiswa Dominan Otak kanan dan Mahasiswa Dominan Otak Kiri. Sumatera Utara: USU. Hamrudi. (2009). Global Learning (Mengembangkan Potensi Otak dan
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 75 - 85
Indra Dalam Pembelajaran). Jurnal Mukaddimah. Vol. XV, No. 26. Hayati, N. (2007). Menstimulus Otak Kiri dan Otak Kanan Anak Dengan Flash Card. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Miru, Allmuddin S. (2009). Hubungan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Diklat Instalasi Listrik Siswa SMK Negeri 3 Makassar. Jurnal MEDTEK. Volume 1 Nomor 1. Rachmat. (2016). “Hemisfer”. Artikel. Diakses pada tanggal 23 Maret 2016 dari https:id.m.wikipedia.org/ wiki/hemisfer. Reztaputra, R. (2012). “Anatomi dan Fisiologi Kemampuan Bicara”. Artikel. Diakses pada tanggal 23 Maret 2016 dari www.medicina. com/kedokteran-dasar/.
ISSN : 1829 – 894X
Sardiman. (2005). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Sarwono, (2006). “Korelasi”. Artikel. Diakses pada tanggal 23 Maret 2016 dari www.jonathansarwono. info/korelasi/korelasi.htm. Sularyo, T. S. dan Handryastuti. (2002). Senam Otak. Jurnal Sari Pediatri. Vol. 4 No. 1, Juni. Taasoobshirazi, G. (2007). Gender differences in physics: A focus on motivation. Journal of Physics Teacher Education Online. 4(3). 7-12. Yohanes,R.S.(2012). Strategi Siswa SMP Dalam Menyelesaikan Masalah Geometri Ditinjau Dari Dominansi Otak Kiri dan Otak Kanan. Madiun: Universitas Katolik Widya Mandala.
85
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1)
86
ISSN : 1829 – 894X
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 87 - 92
ISSN : 1829 – 894X
IMPROVING STUDENTS VOCABULARY THROUGH WORD SQUARE GAME I Gusti Agung Putri Wirastuti Dewa Ayu Ari Wiryadi Joni English Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education Mahasaraswati University Denpasar
[email protected] ABSTRACT The present classroom action research dealt with improving vocabulary through Word Square Game of the second semester of English Education Study Program of UNMAS Denpasar. The present classroom action research investigation was basically triggered by the fact that the students under study faced problem in learning vocabulary. The present classroom action study made use of pre- test and post- test research design with descriptive analysis. It consists of two cycles and in each cycle there were two sessions. The present classroom action study started with administering pre-test to the subjects under study scores which was 43. The results of the data analysis of the reflection scores in cycle I was 60 and in cycle II was 77. There was a significant difference of 17 between the main figure of cycle I and cycle II. These findings clearly showed Word Square Game could improve the students’ vocabulary mastery. Key words : vocabulary, word square game MENINGKATKAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI PERMAINAN KATA PERSEGI ABSTRAK Penerapan Penelitian Tindakan Kelas ini berkaitan dengan meningkatkan kosakata bahasa Inggris melalui permainan kata persegi untuk semester dua Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris UNMAS Denpasar. Penelitian Tindakan Kelas ini didasari dengan kenyataan bahwa mahasiswa menghadapi masalah dalam belajar kosakata. Dalam penerapan Pelitian Tindakan Kelas dirancang menggunakan pre-test dan posttest dengan deskriftif analisis. Yang terdiri dari dua siklus dimana masing-masing siklus terdiri dari dua pembahasan secara berturut-turut. Penerapan Penelitian Tindakan Kelas diawali dengan memberikan pre-test kepada mahasiswa dengan hasil pre-test 43. Rata-rata hasil nilai dari post-test siklus pertama adalah 60 dan siklus kedua adalah 77. Perbedaan yang signifikan 17 antara siklus 1 dan 2. Hasil ini jelas terlihat permainan kata persegi dapat meningkatkan penguasaan kosakata mahasiswa. Kata kunci : kosakata, permainan kata persegi INTRODUCTION In mastering vocabulary, we have to introduce the new words, give the clear meaning and also explain it and when the
words can be used. People use language in different purpose. Coady, et al (2003: 5) state that vocabulary is central to language and importance to the typical language 87
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 87 - 92
learner. Vocabulary is the first language element that must be learnt by the learners, because it can make easier to understand the language. In fact the process of learning a foreign language, the learning vocabulary is the first priority. We know that there is no one can survive without knowing about vocabulary. Cammeron (2004:79) states that vocabulary means a list of words with their meaning especially in a book for learning a foreign language. The concept of words is very useful to our understanding of the linguistic process. It can be said that teaching vocabulary is important and how to lead the students to study vocabulary. Having better vocabulary can improve their ability to think or express their mind. To solve the student’s problem in vocabulary mastery, they should be taught adequate and more attention in teaching vocabulary in order to arrange some words into a sentence even paragraph. Vocabulary is a list of words that a person knows or the words that people use in a book, usually with definition or translation (Hornby, 2007:307). In addition Hiebert (2005:3) states that vocabulary means having a great skill or knowledge. Mastery means having the skill or knowledge, which in this study refers to the students’ mastery in knowing the name of the thing by the clues that are given. Vocabulary is one of language component that has to be taught by the teacher of English as a foreign language. Vocabulary is considered to be the most important aspect besides the structure or grammar, pronunciation, and spelling because it will directly contribute to the 88
ISSN : 1829 – 894X
mastery of four language skills, namely listening, speaking, reading and writing. Besides that vocabulary itself can give access to wide students’ intellectual development. In teaching learning process, different variation technique are expected to make the process more interesting. One of teaching techniques which is considered more effective is game. Studying vocabulary through games make the students enjoy in studying and memorizing the words. Thus, they do not need to be forced in studying vocabulary. By using games, students will enjoy playing and expanding their vocabulary in the same time. Vocabulary can be reinforced by using a variety of game formats. Focus maybe placed upon word building, spelling, meaning, sound/symbol correspondences, and words inferred from sentence context teaching techniques. In order to be able to communicate effectively, the learners also need sufficient mastery in vocabulary because one word in this area often causes communication to break down. On the other hand vocabulary is one of the keys to success in listening, reading, speaking and writing (Lems 2010:5). Unfortunately, learners who have a large number of vocabularies will be able to communicate easily and fluently with other people. In addition, Richard (2001:26) states that vocabulary is the heart of a language teaching in terms of organization of syllabus, the evaluation of the learner’s performance, and the prevision of the learning resources. Most teachers use game in their English lesson. In this case the researcher
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 87 - 92
tries to teach vocabulary through Word Square Game, where students guess the words that they find in the frame. The words are finding vertically, horizontally or diagonally by circling the words. There are many ways to teach foreign language, especially in English. One way that can help the learners easier to understand the teaching learning process is by using games (Gordon, 1998:3) One of them is Word Square game. In this study the researcher focus on teaching vocabulary through words square games. This game is design to make students more active to guess the words that they found in the frame. The words are finding vertically, horizontally or diagonally by circled the words in the frame. This game makes the students have fun while learning English vocabulary and improve their ability in mastering the words they have learned. In addition, this game trains the student’s ability in speaking, writing, and translating. According to Harmer (2004:5) one of the greatest enemies of successful teaching is student’s boredom. This is often caused by using methods and media are monotonous. One of the factors can cause the lack mastery of speaking is the unsuitable media that used by English teachers. They only explain without give the students an opportunity to express their ideas, feeling and most of students are not interested in the teacher’s technique in teaching vocabulary. Therefore, the success of teaching and learning must be adapted to the proper technique in order to produce good learning. Thus the use
ISSN : 1829 – 894X
of proper media is one of the motivator for improving student’s ability. Therefore the researcher is highly motivated to find out effectiveness of Word Square Game in improving the students’ vocabulary mastery for the second semester of English Education Study Program of UNMAS Denpasar. Based on the background of the study, this present study is designed to improve the students’ vocabulary mastery through Word Square Game of the second semester of English Education Study Program of UNMAS Denpasar in academic year 2012/2013. RESEARCH METHOD According to Gwynn (2002:1) action research is systematic inquiry with the goal of informing practice in a particular situation. This research was designed in the form of action research design in a cyclic process of initial reflection, planning action, observation and reflection. It focuses on improving students vocabulary mastery through Word Square Game. The subject of this classroom action research study was the second semester of English Education Study Program of UNMAS Denpasar in academic year 2012/2013, because they were usually easy to get bored. McCarthy and O’Dell (2000:1) state that some kind of vocabulary can help to write down the new words in learning. Therefore, the using of Word Square Game they can enjoy to write new words and not realizes that they were learning vocabulary. The research instruments were used as tools stimulate elicits and encourages the students in giving their opinions, responses 89
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 87 - 92
and answers to obtain the required data for the reset investigation. The data collection in this study in the form of qualitative and quantitative data. The qualitative data would be applied through administering questionnaires and doing observation during the teaching learning process. Furthermore, the quantitative data was collected by means of the administering Test. By using Word Square Game Technique in teaching vocabulary to the subject under study, it hopefully could make good sense to the students’ behaviors attitudes and motivations in learning English vocabulary. The researcher made use questionnaire to measure the students changing learning behaviors, attitudes and motivations after accomplishing each sessions in cycle I. The researcher constructed the questionnaires in the form of multiple–choices. In order to avoid confusion and misunderstanding the questionnaires were written in Indonesian. The items of the questionnaire were scored in rating scale of 0-3 (A= 3, B= 2, C= 1, D= 0) and the result of the questionnaire which were considered as the additional data required for the present classroom action study were descriptively analyzed in the form of comparative percentages. The comparative percentage figures showed the subjects’ responses toward vocabulary learning activities and were used as informative feedback and revisions for the sessions in cycle II. By the end of the cycle, the questionnaires were constricted to the subject. The administration of the questionnaires was actually intended to know the responses of the subjects in 90
ISSN : 1829 – 894X
improving their vocabulary which had been taught through Word Square Game. FINDINGS AND DISCUSSION The mean score of pre-test obtained by the subjects in teaching vocabulary through Word Square Game showed the mean score of 43. This mean score showed that the subjects under study had a low ability in English vocabulary when the researcher administered the pre-test. After the researcher conducted the Word Square Game in teaching Vocabulary, the English vocabulary mastery of the subjects under study increased significantly. The improvement of the vocabulary mastery was shown in the result of data analysis of the grand mean score obtained by the subjects under study in cycle I was 60. Comparatively, the grand mean score of cycle I was much higher than mean score of the pre-test was 43. The mean score for cycle I obviously showed the improvement of the students’ vocabulary mastery through Word Square Game. Table 1. The Summary of the Means score on Vocabulary Mastery in Pre-Test, Cycle I, and Cycle II Test Mean Score Pre-Test 43 Cycle I 60 Cycle II 77 Additionally, the data that were found in improvement of students’ English vocabulary mastery were shown by the analysis of data of reflection or post- test in
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 87 - 92
cycle II. The grand mean score of post–test in cycle II was 77 showed the improvement from pre- test (43). Obviously, the grand mean of post-test in cycle I was 60. This data showed that students’ English vocabulary mastery improved after applying Word Square Game in teaching vocabulary. The difference point between grand mean of cycle I and cycle II was 1.7 point and from cycle I until cycle II, it improved significantly. Moreover, the finding of this present study showed the rising comparative mean scores of the initial reflection (IR) with the post–test scores obtained by the subjects under study for the cycle I and cycle II. To make this clear, the increasing comparative mean score could be graphically presented as the following: The development of the subjects was also followed by the positive responses in learning English vocabulary through Word Square Game. The proportional percentages figures of the total response of the questionnaire were 72.5 % of the students strongly agree the technique, 18.9 % of the students agree. Based on the result of the questionnaire, almost all of the students’ response in studying vocabulary through this technique was good. Moreover, it would be clearly seen from the result of the questionnaire that none of the students disagree with the technique of the Word Square Game in teaching vocabulary. The result of the present classroom action study were in line with the present research findings, in learning vocabulary through Word Square Game was drastically effective and gave significant improvement
ISSN : 1829 – 894X
to the students’ vocabulary mastery. CONCLUSION This present classroom action research was conducted to improve the English vocabulary mastery of the second semester of English Education Study Program of UNMAS Denpasar in academic year 2012/2013. The effectiveness of teaching strategy could be clearly seen by comparing score of initial reflection to post tests in cycle I and cycle II. The mean of reflection or pre- test that was gathered from subjects under study was 43. This data was obtained before the researcher applied Word Square Game in teaching vocabulary. After that, the mean score improved to 60 in terms of level of mastery. The data was obtained from calculating the mean score in cycle I and the second cycle treatments, the grand mean of the students’ achievement increased enormously to 77. This grand mean was established after calculated in cycle II was 80. As a result, it could be concluded that the teaching vocabulary through Word Square Game was able to improve the students’ vocabulary mastery. The questionnaire that the researcher had given to the subjects under study showed the students’ response. The interest of the subjects under study to learn English especially vocabulary was increased through Word Square Game. It was supported by requiring data from the questionnaire item to the subjects under study showed an comparative percentage were 72.5 % of the students strongly agree the technique, 18.9 % of the students agree and none of the students disagree with the 91
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 87 - 92
technique of the Word Square Game in teaching vocabulary. ACKNOWLEDGEMENT On this opportunity, the researcher wishes to express her grateful thank to the Almighty God, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, for the blessing and grace, so that the article could be finished as expected. Furthermore, the researcher would like to deliver her thank to the second semester of English Education Study Program of UNMAS Denpasar for their cooperation during collecting the data. The researcher hopes this article will be useful for those who want to do research in the same resource.
REFERENCES Cammeron, H., (2004) Teaching English in the Classroom. New York: Longman Group UK Limited. Coady, J.H., & Thomas, N. (2003). Second Language Vocabulary Acquisition.
92
ISSN : 1829 – 894X
United Kingdom : Cambridge University Press. Gordon, J.A., (1998). Vocabulary Building with Antonyms, Synonyms, Homograph and Homophones. Greenville, South Carolina: Super Duper Publications. Gwynn, M. (2002). Improving Teaching through Classroom Action Research. Indiana University South Bend. Harmer, J. (2001). How to Teach English. England. : Longman. Hiebert, H.E & Kamil, L.M. (2005). Teaching and Learning Vocabulary. London: LEA Publisher. Hornby, A.S. (2007). Oxford Advanced Learner’s Dictionary. Great Britain: Oxford University Press. Lems, K., (2010) Teaching Reading to English Language Learners, New York: The Guilford Press. Michael, M.C. & O’Dell F. (2000). English Vocabulary In Use. United Kingdom : Cambridge University Press. Richards, J.C., (2001). Curriculum Development in Language Teaching. New York: Cambridge University Press.
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 93 - 99
ISSN : 1829 – 894X
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS LAPORAN HASIL WAWANCARA DENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA SMP Ni Putu Parmini Cok Istri Dewi Anisyaraswati IKIP Saraswati Tabanan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: mendeskripsikan kemampuan dalam menulis laporan hasil wawancara serta mendeskripsikan peningkatan kemampuan dalam menulis laporan hasil wawancara siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Ubud tahun pelajaran 2015/2016. Untuk mencapai tujuan digunakan pendekatan kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran. Data dikumpulkan dengan cara observasi dan tes berupa tugas menulis laporan hasil wawancara. Hasil yang diperoleh pada siklus I adalah 74,69 dan pada siklus II sebesar 80,31. Peningkatan terjadi secara signifikan sebesar 5.62. Dengan demikian, kooperatif tipe jigsaw sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa. Kata kunci: menulis laporan, kooperatif tipe jigsaw, siswa SMP EFFORTS TO INCREASE THE ABILITY TO WRITE AN INTERVIEW WITH REPORT OF APPLYING THE APPROACH ON STUDENT SMP COOPERATIVE JIGSAW TYPE ABSTRACT This study aimed to: describe the ability to write a report on the interview and to describe an increased ability to write reports on interviews eighth grade junior high school 2 Ubud academic year 2015/2016. To achieve the goal of jigsaw type of cooperative approach is used in learning. Data collected by observation and tests in the form of a task to write a report on the interview. The results obtained in the first cycle was 74.69 and in the second cycle of 80.31. Thus, the type cooperative jigsaw very effective to improve the ability of students. Keywords: writing reports, cooperative jigsaw, junior high school students
menyimak, berbicara, dan membaca.
PENDAHULUAN Menulis dapat diartikan se-
Keterampilan salah
dengan menggunakan bahasa tulis se-
berbahasa yang harus dimiliki oleh setiap
bagai media penyampai. Menulis
siswa. Hal ini harus dipahami karena menu
merupakan
paling
lis sesuai dengan kurikulum, merupakan
kompleks. Sebelum siswa menguasai
salah satu aktivitas yang sangat penting
keterampilan menulis, terlebih dahulu
bagi siswa dalam mengikuti kegiatan
mereka harus menguasai keterampilan
akademik.
yang
dari
Dengan
empat
merupakan
bagai kegiatan menuangkan ide/gagasan
keterampilan
satu
menulis
keterampilan
keterampilan
ini, 93
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 93 - 99
ISSN : 1829 – 894X
siswa diharapkan dapat mengekspresikan atau
mengomunikasikan
Dengan kenyataan seperti ini, maka
pengetahuan,
perlu dicarikan alternatif lain. Caranya
pengalaman, dan segala potensi keilmuan
dengan mengubah metode pembelajaran
yang dimiliki dalam bentuk tulisan. Siswa
yang diterapkan pada saat kegiatan belajar
diharapkan
mengekspresikan
pembelajaran agar siswa tertarik. Dalam
berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan
kegiatan belajar pembelajaran, diterapkan
perasaan dalam berbagai ragam tulis, di
pendekatan kooperatif tipe jigsaw karena
antaranya menulis surat resmi, menulis
dengan menerapkan metode ini aktivitas
teks berita, dan menulis laporan. Menulis
pembelajaran lebih banyak dilakukan oleh
laporan adalah salah satu kompetensi yang
siswa. Siswa dilatih untuk menemukan,
harus dimiliki oleh siswa. Pembelajaran
menjelaskan,
menulis laporan dapat melatih sekaligus
melaporkan
memberikan bekal kepada siswa untuk
dalam materi pembelajaran yang sedang
menyusun karangan yang bersifat realistis,
dipelajari. Dengan menerapkan metode ini
objektif, dan ilmiah.
diharapkan kemampuan siswa mengalami
mampu
Berdasarkan penelitian awal yang
mendeskripsikan, permasalahan
yang
dan ada
peningkatan.
dilakukan di SMP Negeri 2 Ubud,
Berdasarkan latar belakang masalah di
ditemukan bahwa kemampuan menulis
atas, maka masalah yang timbul adalah ba-
laporan hasil wawancara siswa kelas VIII
gaimanakah kemampuan menulis laporan
sangat rendah, yaitu dengan rata-rata kelas
hasil wawancara siswa kelas VIII Sekolah
hanya 60,00. Nilai ini belum memenuhi
Menengah Pertama Negeri 2 Ubud tahun
persyaratan yang ditetapkan di SMP Negeri
pelajaran 2015/2016 dengan menerapkan
2 Ubud, yaitu siswa dinyatakan tuntas
pendekatan kooperatif tipe jigsaw? Seber-
secara klasikal apabila bisa mencapai nilai
apa besarkah peningkatan kemampuan
rata-rata kelas 70.
menulis laporan wawancara siswa kelas
Salah satu faktor yang menyebabkan
VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2
adalah
Ubud tahun pelajaran 2015/2016 dengan
ketidaktepatan guru dalam menerapkan
hasil menerapkan pendekatan kooperatif
metode pembelajaran. Guru lebih banyak
tipe jigsaw? Sesuai permasalahan terse-
menyampaikan
tidak
but, maka tujuan penelitian ini adalah. un-
memberi kesempatan kepada siswa untuk
tuk mendeskripsikan kemampuan menu-
melatih kemampuannya dalam menulis
lis laporan hasil wawancara siswa kelas
sebuah laporan hasil wawancara, sehingga
VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri
kegiatan belajar pembelajaran dirasakan
2 Ubud tahun pelajaran 2015/2016 den-
sangat membosankan. Hal ini tentunya
gan menerapkan pendekatan kooperatif
berdampak kepada rendahnya nilai yang
tipe jigsaw dan untuk mendeskripsikan
diperolehnya.
peningkatan kemampuan menulis laporan
rendahnya
94
nilai
rata-rata
materi.
ini
Guru
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 93 - 99
ISSN : 1829 – 894X
hasil wawancara siswa kelas VIII Sekolah
menyampaikan informasi kepada seseorang
Menengah Pertama Negeri 2 Ubud tahun
atau suatu badan karena minat pembaca;
pelajaran 2015/2016 dengan menerapkan
(2) mengarahkan perhatian pembaca; (3)
pendekatan kooperatif tipe jigsaw. Seba-
menjelaskan secara singkat ide pokok atau
gai dasar pijakan untuk mencapai tujuan,
tema tulisan; dan (4) menjelaskan pada
digunakan teori terkait laporan. Laporan
bagian mana suatu hal akan diperbincangkan
merupakan bagian dari tulisan ekspositori.
(Parera, 1999: 138). Bagian isi disebut
Hal ini dikarenakan laporan pada dasarnya
dengan alinea penghubung yaitu semua
merupakan tulisan yang berisi penyajian
alinea yang terdapat antara alinea pembuka
informasi tentang aktivitas yang telah di-
dan alinea penutup, yang berisi inti laporan
lakukan. Menurut Hadiwidjoyo (1993:17),
wawancara (Keraf, 1986:65), sedangkan
laporan merupakan tulisan yang berisi
bagian penutup disebut dengan alinea
menerangkan, menyajikan langkah atau
penutup, yakni alinea untuk mengakhiri
tindakan yang telah dilakukan, memapar-
laporan atau bagian laporan. Alinea penutup
kan hasil kerja, dan merekam kegiatan.
mengandung suatu simpulan (Keraf, 1986:
Sebuah laporan mengandung 3 bagian
66). Menurut Keraf (1986), laporan adalah
utama, yaitu bagian pendahuluan, bagian
suatu cara komunikasi dimana penulis
isi, bagian penutup (Parera, 1998: 137).
menyampaikan informasi kepada seseorang
Pendahuluan berisi alinea pembuka atau
atau suatu badan karena tanggung jawab
mengantar tulisan (Keraf, 1986:63). Fung-
yang dibebankan kepadanya. Soegito
si pendahuluan, adalah (1) menarik minat
(dalam
pembaca; (2) mengarahkan perhatian pem-
laporan berisi informasi yang didukung
baca; (3) menjelaskan secara singkat ide
oleh data yang lengkap sesuai dengan fakta
pokok atau tema tulisan; dan (4) menjelas-
sehingga akurasi informasi dapat dipercaya
kan pada bagian mana suatu hal akan diper-
dan mudah dipahami
Wardani
2008)
memaparkan
bincangkan (Parera, 1999: 138). Bagian isi
Berdasarkan pendapat di atas,, laporan
disebut dengan alinea penghubung yaitu
dapat dianalisis berdasarkan pertanyaan
semua alinea yang terdapat antara alinea
5 w + 1 h, yakni who (siapa), what (apa),
pembuka dan alinea penutup, yang berisi
why (mengapa), where (dimana), when
inti laporan wawancara (Keraf, 1986:65),
(bilamana), how (bagaimana). Dalam
sedangkan bagian penutup disebut dengan
membelajarkan menulis laporan hasil
alinea penutup, yakni alinea untuk men-
wawancara digunakan model pembelajaran
gakhiri laporan atau bagian laporan. Alin-
kooperatif tipe Jigsaw, yakni sebuah model
ea penutup mengandung suatu simpulan
pembelajaran inovatif. Jigsaw didesain
(Keraf, 1986: 66).
untuk meningkatkan rasa tanggung jawab
Menurut Keraf (1986), laporan adalah
siswa terhadap pembelajarannya sendiri
suatu cara komunikasi dimana penulis
dan juga pembelajaran orang lain. Dengan
95
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 93 - 99
ISSN : 1829 – 894X
demikian, siswa saling tergantung satu
mendapatkan data tentang sikap dan peri-
dengan yang lain dan harus bekerja sama
laku siswa dan tes tulis untuk mendapatkan
secara kooperatif untuk mempelajari materi
data tentang kemampuan menulis laporan
yang ditugaskan (Lie, Anita, 1994).
hasil wawancara. Observasi (pengamatan)
Model pembelajaran kooperatif tipe
adalah alat pengumpulan data yang dilaku-
Jigsaw memiliki keunggulan di antaranya:
kan dengan cara mengamati dan mencatat
(1) siswa dapat mengungkapkan ide atau
secara sistematik gejala-gejala yang dis-
gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
elidiki (Narbuko dan Achmadi, 2001:70).
membandingkannya dengan ide-ide siswa
Observasi dilaksanakan saat tindakan kelas
yang lain; (2) dapat membantu anak untuk
berlangsung dengan bantuan tiga orang
respek pada orang lain dan menyadari akan
yang bertugas sebagai observer. Satu orang
segala keterbatasannya serta menerima se-
mengobservasi peneliti saat mengajar, satu
gala perbedaan; (3) dapat membantu mem-
orang mengobservasi siswa, dan satu orang
berdayakan siswa untuk lebih bertanggung
mengobservasi situasi kelas. Alat peman-
jawab dalam belajar; (4) dapat mengem-
tauannya berupa format observasi penel-
bangkan kemampuan siswa untuk menguji
iti, format observasi siswa, dan pedoman
ide dan pemahamannya sendiri, menerima
wawancara siswa. Setelah tindakan dilak-
umpan balik. Siswa dapat berpraktik me-
sanakan, diadakan wawancara kepada tiga
mecahkan masalah tanpa takut membuat
orang siswa sebagai wakil kelas dan disku-
kesalahan, karena putusan yang dibuat
si antara guru dengan pengamat berkaitan
adalah tanggung jawab kelompok; (5) inte-
dengan pelaksanaan tindakan.
raksi selama berlangsung dapat meningkat-
Hal-hal yang diobservasi pada siswa,
kan motivasi dan memberikan rangsangan
adalah (1) perhatian siswa dalam proses
untuk berpikir.
pembelajaran,
(2)
kemampuan
untuk
menguasai materi, (3) keaktifan siswa METODE PENELITIAN
dalam proses pembelajaran, (4) interaksi
Penelitian ini menggunakan subjek,
antaranggota kelompok, (5) keterbukaan
yakni siswa kelas VIII Sekolah Menengah
siswa dalam mengungkapkan pendapat,
Pertama Negeri 2 Ubud, Kecamatan Ubud,
sedangkan tes yang digunakan untuk
Kabupaten
berjumlah
mengetahui kemampuan siswa adalah tes
32 orang. Untuk mengumpulkan data
tulis yang berupa tes menulis laporan hasil
diperlukan
wawancara. Tes dimaksud memuat aspek-
Gianyar, instrumen
yang
sebagai
alat
pengumpul data (Arikunto, 1990:177). Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen seperti: lembar observasi untuk
96
aspek yang tertera dalam tabel di bawah ini.
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 93 - 99
ISSN : 1829 – 894X
Tabel 01 Pedoman Kriteria Pemberian Skor Menulis Laporan Hasil Wwawancara No
Aspek-aspek yang Dinilai
Bobot
Jumlah Skor
1
2
3
4
1
Unsur-unsur laporan meliputi: 5 W + 1 H
30
30
2
Ketidaktepatan diksi meliputi: 1. Kata yang tidak baku 2. Kata yang tidak sesuai dengan konteks
10 10
20
3
Kalimat efektif : 1. Kalimat rancu 2. Kalimat pleonastis 3. Kalimat tidak logis
10 10 10
30
4
Ketidaktepatan penggunaan EYD meliputi: 1. Penggunaan huruf kapital 2. Penggunaan tanda baca titik 3. Penggunaan tanda baca koma
10 5 5
Jumlah Skor
Setelah data terkumpul dianalisis secara deskriptif dan disajikan secara induktif-deduktif. Untuk mengetahui nilai rata-rata yang diperoleh siswa digunakan rumus: ΣX X= N Keterangan: X X N
= Mean = Skor = Jumlah siswa (Karmini, 2010:95)
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa digunakan rumus di bawah ini. P=
x2 - x1 x1 x 100%
(Hadi dalam Sulastri, 2008: 29). Keterangan: P
: Persentase peningkatan
20
100
P x2 x1
: Persentase peningkatan : Skor siklus II : Skor siklus I
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Dari analisis data yang dilakukan pada siklus I dapat diketahui bahwa nilai ratarata yang diperoleh pada siklus I, adalah 74,69, sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus II, adalah 80,31. Pembahasan Hasil pengamatan dan evaluasi terhadap kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis laporan Hasil Wawancara dengan menerapkan pendekatan kooperatif tipe jigsaw ditemukan bahwa adanya peningkatan kemampuan siswa pada siklus I dan siklus II. Sesuai dengan analisis data ditemukan bahwa kemampuan siswa selama proses belajar mengajar pada siklus I diperoleh skor rata-rata berada pada rata97
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 93 - 99
rata 74,69, sedangkan pada siklus II diperoleh skor rata-rata sebesar 80.31. Peningkatan secara signifikan terjadi sebesar 5.62. Hasil observasi juga mendukung peningkatan kemampuan siswa, dan dari wawancara menunjukkan siswa merasa aktif dan senang dalam belajar. Dengan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe jigsaw pada siklus I dan II menunjukkan bahwa pembelajaran dengan penerapan pendekatan kooperatif tipe jigsaw terbukti efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa. Hasil yang baik dalam belajar juga didukung adanya respon secara positif terhadap metode ini. Sebagian besar siswa merasa tertarik mengikuti pembelajaran, situasi belajar menjadi menyenangkan. Ini berarti pembelajaran jigsaw sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa. SIMPULAN Berdasarkan hasil observasi nilai tugas dan respons siswa setelah pembelajaran menulis laporan hasil wawancara melalui pendekatan kooperatif tipe jigsaw diperoleh gambaran bahwa kemampuan belajar siswa ada peningkatan dari ratarata 74,69 menjadi 80,31 pada siklus II. Ini menggambarkan bahwa strategi pembelajaran yang diterapkan cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa yang bermuara pada hasil belajar. Respon siswa sangat positif terhadap strategi pembelajaran ini, karena suasana belajar menyenangkan, siswa menjadi lebih tertarik terhadap proses pembelajaran.
98
ISSN : 1829 – 894X
UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih disampaikan kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Ubud beserta siswa kelas VIII. Terima kasih juga diucapkan kepada semua pihak yang telah memotivasi penulis sehingga artikel ini bisa terbit.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini. 1990. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Perkasa. Akhadiali, Sabarani et al. 1991. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Djamarah. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hadi, Sutrisno. 2001. Metodologi Research. Yogyakarta: Handi. Karmini, Ni Nyoman. 2010. Asesmen Penilaian Bahasa Indonesia. Tabanan : Saraswati Institut Press bekerja sama dengan Pustaka Larasan Denpasar. Keraf, Gorys. 1986. Komposisi. Ende Flores: Nusa Indah. Marta, Andi. 1998. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangan. Bandung: Angkasa. Narbuko dan Achmadi. 2001. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Natia. 1994. Rangkuman Teori Mengarang. Jakarta: Cita Loka Caraka. Nurkancana dan Sumartana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Parera, Jos Daniel. 1998. Leksikon Istilah Pembelajaran. Jakarta: Gramedia. Parera, Jos Daniel. 1999. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta:
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1): 93 - 99
Erlangga. Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Semi, Atar. 1990. Menulis Efektif. Bandung: Angkasa.
ISSN : 1829 – 894X
Tarigan, Henry Guntur. 1991. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Wardani, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovattif. Sidoarjo: Buana Pustaka.
99
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1)
100
ISSN : 1829 – 894X
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1)
ISSN : 1829 – 894X
INDEKS
A Abiansemal i, iii, 31, 33, 55, 56, 61, 63, 66 absurdity 13, 14, 20, 21 Ahmad Rohani 42 Alwi 70, 74 analisis wacana 1, 2 Arikunto 3, 6, 41, 46, 53, 60, 66, 96, 98 Asep Jihad 48, 53 Ausubel 25
B
Gusti Ayu Silvi Gayatri 10 Gwynn 89, 92
H Hamrudi 81, 84 Harmer 89, 92 Hemisfer ii, iii, 78, 79, 80, 81, 85 Hiebert 88, 92 Hindu 5, 6 Howard 58, 66 Hyang Parama Kawi 4, 5, 6
Badung 33, 61 Bahasa Bali 5 bahasa Indonesia 4, 5, 7, 8, 33, 72, 74 bahasa lisan 36, 70 Bali i, iii, 1, 2, 3, 5, 6, 18, 20, 23, 30, 49 Barrows 58, 66 Biaung i, iii, 7, 9, 10, 11 Blahkiuh 61 Bloom 59, 66 Budiono 50 Budi Pekerti 43
I
C
K
Cammeron 88, 92 classroom action research 41, 60, 87, 89, 91 Coady 87, 92
Kadek Sonia Piscayanti i, iii, 13, 15, 16, 19 Kediri i, iv, 39, 41, 46, 47, 49, 51, 52, 70, 71, 73, 74 Keraf 95, 98 Ketut Anggira Putri Maharani 10 Khomsiyah 49 Koballa 77 Koefisien beta 50 Kolmogorov-Smirnov 27 kompetensi dasar 31, 33, 34, 36, 55, 66 Konseling kelompok 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46 konselor profesional 40 konstruktivistik 56, 58 kriteria ketuntasan minimal (KKM) 27, 63, 65, 73 Kunandar 35, 36 Kurt Lewin 71
D Dananjaya 8 Dek Ulik 1, 3 Desak Nyoman Alit Sudiarthi i, iii, 7, 9 Desa Tajen 9 Dimyati 44, 46
E eksistensialisme 13, 14 Emotional Quotient (EQ ) 77
F film strips 35
G Gallagher 58, 66 Gio 77, 84 globalisasi 8, 58 Glynn 77
Ida Betara 5, 6 Ikatan Petugas bimbingan Indonesia 40 Indriani 34, 36 Intan Purnama Sari 9 inteligent question 60
J John Dewey 57 Jordan E. Ayan 65
L Lathief 14, 22 learning motivation 39, 75, 76 leksikon 3, 5 long term memory 77 love of wisdom 14
101
Suluh Pendidikan, 2016, 14 (1)
M Mawar Putih 9 McCarthy 89 metefora 3 Mikrobiologi i, iii, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29 Miru 84, 85 Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw 96 Mudjiono 44, 46 mulat sarira 4, 5, 6
N Nadya 9 Nasution 59, 66 Ni Nyoman Karmini i, iii, 7, 9 Ni Putu Desi Antari 10
O observasi 7, 9, 10, 23, 24, 26, 31, 33, 39, 41, 55, 61, 62, 63, 64, 69, 71, 72, 93, 96, 98 O’Dell 89, 92
P penelitian tindakan kelas 60, 64, 69, 71. Lihat juga classroom action research Permendikbud 32, 34 power point 35 problem based learning 55, 56, 57, 58, 61, 62, 63, 64, 65, 66 Product Moment Pearson 75, 79 psikomotor 59
R Rachmat 81, 85 Random Sampling 49 Reinforcement i, iii, 39, 40, 41, 42, 43 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) i, iii, 31, 33, 34, 35, 36 retoris 3 Reztaputra 81, 85 Roubickzek 15, 22
ISSN : 1829 – 894X sintaksis 3 skala Likert 55, 61, 62, 69 Slameto 49, 51, 53 Sri Hastuti 40, 41 Sri Widani 9 Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah 34, 36 stilistik 3 students centered 25 Suhardjono 60, 66 Suharsimi Arikunto 60 sumber daya manusia 48 Sunarto 60, 67 Supardi 60, 66, 67 Sutikno 35, 36, 37
T Tabanan i, ii, iv, 7, 12, 13, 23, 39, 41, 49, 52, 69, 71, 74, 93, 98 Taksu 1 Tarigan 8, 12, 74, 99 teacher centered 24, 25 tes lisan 31, 33, 35, 36 tes soal 36 tipe Jigsaw 95, 96 Tirta 5, 6
U Ubud 93, 94, 95, 96, 98 Unesco 58 unilateral state 81 UUD 1945 48
V Van Dijk, T 1, 2, 3, 4, 6
W Wartono 57, 67 way of life 14 Winkel 40, 41, 46 Wiyanto 71, 74
S
Y
Sanjiwani i, iii, 1, 2, 3, 4, 5, 6 Sastra Indonesia 36, 75, 77, 78, 79, 82, 84 self directed learning 56, 58 Shapiro-Wilk 26, 27 short term memory 77
Yamin 35, 37
102
Z Zahro 70, 74
PEDOMAN PENGIRIMAN NASKAH 1. 2. 3.
4. 5. 6. 7. 8.
9. 10. 11. 12. 13.
Naskah dapat berupa hasil penelitian atau kajian pustaka yang belum pernah dipublikasikan. Naskah dikirim ke LPPM IKIP Saraswati IKIP Saraswati Tabanan, Jalan Pahlawan No. 2 Tabanan 82113 Bali atau lewat email: ninyomankarmini@ yahoo.com. Naskah diketik satu setengah spasi, kecuali abstrak, tabel, keterangan gambar, histogram dan kepustakaan diketik dalam satu spasi dengan batas 3,5 cm dari kiri, 3 cm masing-masing dari atas, kanan dan bawah tepi kertas. Naskah maksimum 12 halaman A4, diketik dalam program Microsoft Word for Windows huruf Time New Roman ukuran 12. Sebanyak dua eksemplar naskah cetak dan soft copy (CD) yang memuat berkas naskah tersebut diserahkan kepada Redaksi Pelaksana. Ilustrasi yang berupa grafik, gambar atau foto yang tidak masuk dalam berkas CD harus ditempel pada tempatnya dalam naskah cetak. Naskah dilengkapi abstrak yang ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Abstrak tidak lebih dari 400 kata. Pada pojok kiri bawah dari abstrak ditulis kata kunci (key words) tidak lebih dari 5 kata. Judul singkat (tidak lebih dari 12 kata), jelas, informatif dan ditulis dengan huruf kapital kecuali nama ilmiah. Untuk kajian pustaka (review) dibelakang judul ditulis: Suatu Kajian Pustaka. Nama penulis tanpa gelar, alamat dan instansi penulis ditulis lengkap. Susunan naskah hasil penelitian terdiri dari judul (title), nama penulis (author), alamat penulis (address), abstrak (abstract), pendahuluan (introduction), metode penelitian (research methods), hasil (results), pembahasan (discussion), simpulan (conclusion), ucapan terima kasih (acknowledgements), dan kepustakaan (literate cited). Naskah kajian pustaka terdiri atas judul, nama penulis, alamat penulis, abstrak, pendahuluan, pembahasan, simpulan (conclusion), ucapan terima kasih, dan kepustakaan. Setiap alenia baru diketik mundur tiga ketukan. Setiap tabel, grafik, histogram, sketsa dan gambar (foto) diberi nomor urut, judul singkat dan jelas, dibuat pada satu halaman (tidak terpotong). Hasil yang ditulis dalam tabel tidak perlu diulang dalam bentuk lainnya (misalnya histogram atau grafik). Dalam tata nama (nomeklatur) dan tata istilah, penulis harus mengikuti cara penulisan yang baku. Untuk istilah asing ditulis miring kecuali abstrak. Dalam mengutip pendapat orang lain dipakai sistem Nama-Tahun. Contoh kutipan langsung, Lansing et al. (2002:3); kutipan tidak langsung: Lansing et al. (2003). Kepustakaan ditulis menurut sistem Nama-Tahun dan disusun berdasarkan abjad. Berikut ini beberapa contoh penulisan pustaka. a. Abstrak Darnaedi D. 1991. Rheofite di sepanjang sungai Mahakam, Kalimantan Timur, abstrak.244, hlm.122. Di dalam Seminar Ilmiah dan Kongres Nasional Biologi X. 1991. Perhimpunan Biologi Indonesia dan Pusat antar Universitas Hayati, IPB, Bogor. b. Buku Auderisk T. and G Auderisk. 1999. Biology, Life on Earth. Ke-5.Edition. Printice Hall, New Jersey. c. Buku Terjemahan Mackinnon M. 1991. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali (terjemahan). Ed. Ke-2. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. d. Disertasi, Tesis, dan Skripsi Wiguna IWAA. 2002. Kontribusi system usahatani padi sawah terhadap pengkayaan hara nitrogen, fosfor, dan kalium aliran permukaan pada ekosistem subak di Bali. Kasus daerah aliran sungai Yeh Sungi di Tabanan Bali. Disertasi (S3) pada PPs-IPB, Bogor. e. Hasil penelitian yang dipublikasikan tetapi belum terbit Surata SPK. Persepsi guru sekolah dasar terhadap subak sebagai model pendidikan lingkungan di Bali, submitted (belum disetujui redaksi). Surata SPK. Haemotological indices studies in four subpopulation of Java Sparrow (Pada oryzivora L.). Biota, in press. (sudah disetujui redaksi). f. Penelitian yang sudah dipublikasikan Jacobson SK. 1991. Profile evaluation model for developing, implementing, and assessing conservation education programs; examples from Belize and Costa Rika. Environmental Management, 15 (2):143-150. g. Kamus Depdikbud. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed. Ke-2. Balai Pustaka, Jakarta. h. Prosiding Surata SPK. 2003. Budaya padi dalam subak sebagai model pendidikan lingkungan, hlm.81-97. Di dalam F. Kasryno, E. Pasandaran dan AM Fagi (Penyunting). Subak dan Kerta Masa. Kearifan lokal mendukung pertanian yang berkelanjutan. Yayasan Padi Indonesia, Jakarta. i. Publikasi perusahaan atau lembaga Minitab Inc. 1991. Minitab Reference Manual V.8. State College, USA. j. Surat Kabar Khosman, A. 16 Januari 2004. Perlu kebijakan mikro yang memihak petani. Kompas, 39(196): 46. Kolom 1-6. k. Nama penulis tidak dicantumkan, yang ditulis nama lembaganya (bukan anonim) WHO (World Health Organization). 1993. Guidenlines for drinking-water quality, Vol. 1. Recommendations. Ed. Ke-2. Geneva. l. Sumber dalam internet Ingeg Z. 1997. Analyzing Educational Resource for Environmental and Development Education. Griffith University and the Deparment of Environment, Sport & Territories. Australian Government, Department of Environment and Herrtiage. http//www.deh.gov.auleducationsitsWmodeule/modeule25,html.