PEMAKNAAN LIRIK LAGU JUDAS (Studi Analisis Semiotika Lirik Lagu Lady Gaga yang berjudul Judas) Patricia Silalahi
ABSTRAK Penelitian ini berjudul Pemaknaan Lirik Lagu Judas, sebuah studi analisis semiotika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna di balik lirik lagu Judas yang dipopulerkan oleh Lady Gaga. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan interpretatif. Penelitian dengan menggunakan analisis semiotika yang merupakan teknik penelitian bagi kajian komunikasi yang cenderung lebih banyak mengarah pada sumber maupun penerimaan pesan. Penelitian ini mengandalkan kemampuan peneliti dalam menafsirkan teks ataupun tanda yang dikaitkan dengan nilai-nilai ideologi, budaya, moral dan spiritual. Objek yang diteliti di penelitian ini adalah lirik lagu Judas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tema lagu Judas yang dipopulerkan oleh Lady Gaga ini adalah cinta dan pengampunan. Lagu ini merupakan sebuah lagu yang menunjukkan bahwa manusia semakin banyak yang mencintai dosa dan menjauh dari pertobatan. Manusia mengkhianati kebenaran itu sendiri. Manusia tetap berdiri pada agama dan tetap mencintai dosa. Lirik ini juga menunjukkan kasih yang serakah dan tidak dapat memberikan pengampunan kepada semua orang sehingga manusia semakin mencintai dosa. Manusia berada dalam situasi krisis kebenaran.
Kata kunci: Semiotika, Lirik lagu, Lady Gaga, Judas
PENDAHULUAN Komunikasi adalah suatu hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Stewart L Tubbs dan Sylvia Moss (Mulyana, 2007: 69) menyatakan bahwa komunikasi merupakan proses pembentukan makna di antara dua orang atau lebih. Komunikasi digunakan sebagai alat untuk menyampaikan pesan, baik yang bersifat verbal ataupun non verbal. Banyak jenis yang terdapat dalam fungsi 1
komunikasi, salah satunya adalah komunikasi ekspresif. Komunikasi ekspresif tidak selalu mengenai bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain, namun bisa juga dilakukan sejauh komunikasi tersebut dapat menjembatani kita dalam mengekspresikan perasaan-perasaan kita melalui pesan-pesan non verbal salah satunya adalah menyampaikannya dengan musik. Musik adalah salah satu cara paling efektif dalam mengekspresikan perasaan. Menurut Sloboda (Djohan, 2003:7) perasaan manusia terikat dengan bentuk musik, karena terdapat konsistensi dalam merespon musik dan secara relatif memberikan cerminan pada lingkungan yang sama. Musisi dan pencipta lagu sebagai komunikator, mencoba menyampaikan suatu pesan-pesan tertentu kepada komunikan, dalam hal ini adalah khalayak yang mendengarkan musik tersebut. Banyak jenis-jenis pesan yang dapat disampaikan melalui musik. Kesedihan, kesenangan, rasa cinta, sampai pesan-pesan yang cenderung bersifat sindiran dapat dimasukkan ke dalam sebuah musik. Musik memiliki tata bahasa, ilmu kalimat dan retorik. Elemen "kata" pada bahasa adalah materi yang mempunyai makna tetap atau konkret, sedangkan "nada" pada musik bersifat absurd dan hanya bermakna ketika dia berada di antara nada-nada yang lainnya. Fungsi yang dimiliki musik sangat besar dalam kehidupan manusia, musik bisa menjadi hiburan, pendidikan dan kesehatan, serta juga bagian dari kegiatan ritual keagamaan. Begitu kuatnya pengaruh musik sebagai salah satu alternatif penyampaian pesan, banyak sekali lagu yang diciptakan untuk mencapai suatu pemahaman atau tujuan atas hal-hal atau isu-isu tertentu oleh pemusik atau pencipta musik. Mulai dari lagu yang diciptakan sebagai penyemangat, lagu yang diciptakan sebagai sindiran atas kekecewaan akan suatu hal, sampai lagu-lagu yang diciptakan dengan pesan-pesan ambigu untuk memancing kontroversi di kalangan khalayak. Berbagai jenis (genre) musik tersedia sebagai wadah untuk menyampaikan pesan, seperti blues, rock, funk, hip hop, pop dan masih banyak yang lainnya. Musik pop, sebagai musik yang pada masa kini sedang banyak disukai oleh khalayak menjadi suatu wadah para musisi untuk membesarkan namanya. Setelah Perang Dunia I berakhir pada tahun 1918, musik di Amerika lahir dan
2
disebut dengan Musik Populer. Musik ini digunakan sebagai musik lantai dansa yang pada waktu itu menjadi populer sekali dan digemari oleh masyarakat seluruh dunia (www.anneahira.com). Fenomena musik pop yang sekarang disukai oleh hampir semua khalayak ini tentunya membuat beragamnya pemusik-pemusik yang mengusung jenis musik pop dunia. Tentu tidak semua memiliki porsi tenar yang sama, biarpun sama-sama mengusung jenis musik pop, pemusik tersebut harus memiliki daya tarik yang lain agar dapat menarik perhatian khalayak. Memiliki suara yang bagus dan khas terkadang tidak memastikan seorang pemusik dapat bertahan di industri musik. Berbagai cara dilakukan oleh si pemusik untuk membuat signature style yang membedakan dirinya dari pemusik lainnya. Mulai dari fisik yang menarik, gaya berpakaian, citra yang dibangun sedemikian rupa, hingga gaya hidup yang eksentrik dan mencolok dari musisi tersebut dibuat untuk membedakannya dari musisi lainnya. Lady Gaga adalah salah satu penyanyi yang dikenal dengan gaya hidupnya yang eksentrik. Lagu Judas disebut-sebut sebagai lagu yang diciptakan Lady Gaga sebagai tanda kecintaannya terhadap Judas yang dalam agama Kristen adalah seorang pengkhianat. Tidak ada kejelasan yang pasti akan kebenaran berita ini. Hal ini menjadi pro dan kontra untuk para pendengar dan kritikus musik yang beranggapan bahwa lagu Lady Gaga adalah lagu yang diciptakannya untuk menunjukkan kecintaannya kepada Judas, dan yang beranggapan bahwa lagu ini hanya sekedar lagu yang diciptakan Lady Gaga untuk mencari sensasi (www.telegraph.co.uk). Fokus Masalah Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti merumuskan fokus masalah adalah “Apakah makna atas lirik lagu Judas oleh Lady Gaga?”
3
KAJIAN PUSTAKA Komunikasi Verbal Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar manusia. Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, atau maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal itu bahasa memegang peranan penting (Hardjana, 2003:22). Pada dasarnya bahasa adalah suatu sistem lambang yang memungkinkan orang berbagi makna. Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang dipergunakan adalah bahasa verbal entah lisan, tertulis pada kertas, ataupun elektronik. Bahasa suatu bangsa atau suku berasal dari interaksi dan hubungan antara warganya satu sama lain (Hardjana, 2003:22). Semiotika Semiotik atau ada yang menyebut dengan semiotika berasal dari kata Yunani semeion yang berarti „tanda‟. Istilah semeion tampaknya diturunkan dari kedokteran hipokratik atau asklepiadik dengan perhatiannya pada simtomatologi dan diagnostik inferensial (Sobur, 2004:95). Tanda pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Secara terminologis, semiotik adalah cabang ilmu yang berurusan dengan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi tanda (van Zoest, 1993:1). Eco (1979:6) mendefinisikan semiotik sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Ahli sastra Teew (1984:6) mendefinisikan semiotik
adalah
tanda
sebagai
tindak
komunikasi
dan
kemudian
disempurnakannya menjadi model sastra yang mempertanggungjawabkan semua faktor dan aspek hakiki untuk pemahaman gejala susastra
sebagai alat
komunikasi yang khas di dalam masyarakat mana pun. Semiotik merupakan cabang ilmu yang relatif masih baru. Penggunaan tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya dipelajari secara lebih sistematis pada abad kedua puluh.
4
Para ahli semiotik modern mengatakan bahwa analisis semiotik modern telah diwarnai dengan dua nama yaitu seorang linguis yang berasal dari Swiss bernama Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan seorang filosof Amerika yang bernama Charles Sanders Peirce (1839-1914). Peirce menyebut model sistem analisisnya dengan semiotik dan istilah tersebut telah menjadi istilah yang dominan digunakan untuk ilmu tentang tanda. Semiologi Saussure berbeda dengan semiotik Peirce dalam beberapa hal, tetapi keduanya berfokus pada tanda. Semiotika Roland Barthes Semiotika Barthes tersusun atas tingkatan-tingkatan sistem bahasa. Umumnya Barthes membuatnya dalam dua tingkatan bahasa. Bahasa tingkat pertama adalah bahasa sebagai objek dan bahasa tingkat kedua yang disebut dengan meta bahasa. Bahasa ini merupakan suatu sistem tanda yang memuat signifier (penanda) dan signified (petanda). Sistem tanda kedua terbangun dan menjadi penanda dan penanda tingkat pertama berubah menjadi petanda baru yang kemudian memiliki petanda baru sendiri dalam suatu sistem tanda baru dalam taraf yang lebih tinggi. Makna Dalam dua bagian terdahulu dialektika peristiwa dan makna telah dikembangkan sebagai suatu dialektika dalam dari makna wacana. Memaknai kata adalah apa yang diinginkan (dilakukan) oleh pembicara. Namun memaknai kata adalah juga apa yang dimaksud oleh kalimat tersebut. Makna ucapan dalam makna kandungan proposional- merupakan sisi “objektif‟ pemaknaan ini. Makna pengucapan dalam tiga bentuk makna referensi diri kalimat, dimensi illokusioner perbuatan bicara, dan maksud pemahaman oleh pendengar- merupakan sisi subjektif pemaknaan. Mitos Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu dominasi. Mitos primitif, misalnya mengenai hidup dan mati, manusia dan dewa. Sedangkan mitos masa kini misalnya mengenai femininitas, maskulinitas, ilmu pengetahuan dan kesuksesan.
5
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dan pendekatan interpretatif. Analisis yang digunakan dalam meneliti makna di balik pesan lagu menggunakan metode semiotik. Metode semiotik ini memfokuskan pada tanda dan teks sebagai objek kajian, serta bagaimana peneliti menafsirkan dan memahami kode di balik tanda dan teks tersebut. Jenis penelitian ini memberikan peluang besar untuk membuat interpretasi-interpretasi alternatif terhadap kata-kata ataupun kalimat-kalimat yang memiliki makna denotatif dan konotatif (Sobur, 2006:263). Objek Penelitian Menurut Sugiyono (2009:38) pengertian objek penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Objek yang diteliti di penelitian ini adalah lirik lagu Judas. Kerangka Analisis Penelitian ini adalah bersifat kualitatif dan melakukan analisis semiotika. Didalam analisis semiotika terdapat macam-macam model. Peneliti memilih model semiotika Roland Barthes. Dari model semiotika Roland Barthes peneliti akan memaknai simbol yang ada didalam teks lirik lagu yang akan diteliti. Lirik lagu ada kata – kata yang menjadi suatu kalimat yang mempunyai makna. Teknik Pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (Sangadji, 2010:171). Peneliti melakukan analisis teks terhadap lirik lagu Judas yang dipopulerkan oleh Lady Gaga. Data Primer, yakni melalui penelitian kepustakaan (library research), dengan mengumpulkan berbagai literatur dan bacaan yang relevan dan mendukung penelitian ini.
6
2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari catatan-catatan dokumen dan juga sumber dari kepustakaan (Sangadji, 2010:172). Peneliti memilih referensi dari beberapa buku dan website sebagai rujukan dan penguat data. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul, akan dibedah dengan menggunakan analisis semiotik. Adapaun teknik analisis semiotik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan semiotik Roland Barthes. Metode analisis Barthesian ini berperan untuk membaca teks dalam dimensi sosial, yang berkaitan dengan konteks relasi sosial, politik dan institusi di balik teks. Semiotika yang dikembangkan menghubungkan sebuah teks dengan struktur makro (mitos dan ideologi) sebuah masyarakat. HASIL DAN PEMBAHASAN Lirik dalam lagu Judas yang dipopulerkan oleh Lady Gaga ini mengangkat tema kecintaannya pada seorang yang bernama Judas. Judas dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Yudas Iskariot. Judas yang dimaksud dalam lirik lagu ini adalah seorang Judas yang dikisahkan dalam Alkitab, dalam ajaran agama Kristen, baik Katolik maupun Protestan. Secara keseluruhan tema lirik lagu ini juga bercerita tentang cinta dan pengampunan. Seorang yang jatuh cinta pada Judas, namun cinta tersebut salah. Judas adalah salah satu dari dua belas murid Yesus. Judas adalah seorang pengkhianat dan simbol dosa bagi umat Kristen. Dalam sejarah Kristen, Judas adalah orang yang berkhianat kepada Yesus dengan memberitahukan tempat persembunyian Yesus hanya demi uang tiga puluh perak.
Dengan imbalan
tersebut, Judas segera memberitahukan keberadaan Yesus dan menunjukkan orang yang bernama Yesus. Oh I'm in love with Judas, Judas. Penggalan lirik pada bait pertama lagu artinya adalah Oh aku cinta Judas, Judas. Judas yang dikenal sebagai pengkhianat adalah simbol dosa. Pengkhianatan yang telah dilakukan Yudas terhadap Yesus sebagai Juruselamat dalam ajaran Kristen merupakan dosa yang tidak layak
7
diampuni. Oleh sebab itu, Yudas dianggap sebagai simbol segala kehancuran, kejahatan, dan keadaan manusia yang tidak beriman. When he comes to me, I am ready I'll wash his feet with my hair if he needs. Lirik selanjutnya artinya adalah Saat ia mendatangiku aku siap, aku akan membasuh kakinya dengan rambutku jika ia memerlukannya. Membasuh kaki dimaksudkan terkait dengan pengampunan dosa. Dalam tradisi Kristen Ortodoks, membasuh kaki dengan minyak dan membersihkan dengan minyak, maka diartikan bahwa yang melakukannya dosanya telah diampuni. Rambut diartikan sebagai simbol kemuliaan bagi wanita. Rambut yang menjadi simbol kemuliaan itu pun layak untuk membasuh kaki. Dengan demikian simbol kemuliaan itu sendiri dianggap layak untuk mengampuni dosa. Even after three times he betrays me. Lirik selanjutnya ini diartikan sebagai Bahkan meski sudah tiga kali ia mengkhianatiku. Sama halnya dengan lirik sebelumnya, lirik ini juga menunjukkan besarnya cinta yang diberikan kepada Yudas sebagai orang yang tidak mendapatkan tempat dan ruang untuk sebuah pengampunan. I'll bring him down, a king with no crown, king with no crown. Lirik terakhir dalam bait pertama ini diartikan sebagai Aku akan membunuhnya, menghancurkannya, hancur, seorang raja tanpa mahkota, raja tanpa mahkota. Raja tanpa mahkota ini mengarah pada Yesus, yang menjelang penyalibannya, sebuah mahkota duri dilekatkan di kepalanya. I'm just a holy fool, oh baby it's so cruel. Kata a holy fool yang diartikan sebagai orang suci yang goblok, diartikan sebagai orang yang bertahan di benteng agama dengan berbagai kejahatan. Suci mengarah pada arti kebenaran dan goblok mengarah pada ketidakbijaksanaan. It's so cruel yang diartikan sebagai sebuah kebengisan dan kekejaman. But I'm still in love with Judas, baby. Oh I'm in love with Judas, Judas. Tapi aku tetap cinta Judas, sayang. Oh aku cinta Judas, Judas. Lirik ini sama halnya dengan lirik sebelumnya. I couldn't love a man so purely. Even prophets forgave his crooked way. I've learned love is like a brick you can build a house or sink a dead body. Lirik terakhir ini diartikan sebagi berikut Aku tak bisa
8
mengasihi
satu
orang
dengan
murni.
Meski
para
nabi
mengampuni
pengkhianatannya. Aku telah belajar bahwa kasih itu ibarat batu bata. Kau bisa membangun sebuah rumah ataupun menanam jenazah di bawahnya. Mencintai dengan begitu murni dapat dijelaskan bahwa ini adalah pengampunan yang murni. Keseluruhan bait ketiga ini menunjukkan kecintaan yang besar akan dosa tersebut. Beberapa pengulangan kalimat yang sama yang menyatakan akan kecintaannya terhadap dosa ada di bait ketiga ini. Bait ketiga ini menunjukkan bahwa adanya manusia yang hanya bersembunyi di balik agama, menganggap dirinya suci, namun ini hanyalah kebodohan dan ini adalah keadaan yang sangat kejam. Dan masih ditutup dengan kalimat bahwa cinta yang sangat besar terhadap dosa. In the most biblical sense, I am beyond repentance. Fame hooker, prostitute wench, vomits her mind. But in the cultural sense I just speak in future tense. Judas kiss me if offense, or wear an ear condom next time. I wanna love you. But something's pulling me away from you. Jesus is my virtue and Judas is the demon I cling to, I cling to. Lirik ini dapat diartikan sebagai berikut: Dari sudut pandang Alkitabiah, aku jauh dari pertobatan. Pelacur terkenal, wanita pelacur yang memuntahkan pikirannya. Namun dari sudut pandang budaya aku hanya berbicara dalam konteks masa depan. Judas cium aku saat terluka, atau pakailah kondom telinga lain waktu. Aku ingin mencintaimu. Tetapi sesuatu menjauhkanku darimu. Yesus adalah kebajikanku dan Judas adalah setan yang kupegang teguh, kupegang teguh. Mitos dalam lagu ini menceritakan tentang kecintaan terhadap Yudas. Dalam ajaran Kristen, Yudas adalah seorang pengkhianat yang merelakan Yesus sebagai juruselamat manusia untuk disalibkan dan dihukum. Ia menjual Yesus dengan imbalan uang. Pengkhianatan yang dilakukan oleh Yudas dikenal sebagai dosa terbesar pada zaman tersebut. PENUTUP Kesimpulan Lirik lagu Judas menceritakan secara keseluruhan tentang sebuah cinta dan pengampunan. Kecintaan manusia akan dosa dan pengampunan yang
9
dirasakan tidak layak didapatkan oleh manusia berdosa. Lirik ini mengangkat beberapa simbol yang ada di ajaran agama Kristen untuk menunjukkan bahwa keadaan manusia yang semakin banyak melakukan pengkhianatan akan kebenaran yang dipegangnya. Lagu ini juga menunjukkan keadaan manusia yang semakin krisis dengan kebenaran dan memilih mencintai dosa. Mitos yang ada di masyarakat menganggap bahwa lagu ini menyatakan diri Lady Gaga adalah seorang anggota dari illuminati. Ia adalah aktor yang digunakan oleh illuminati untuk menyatakan diri melalui karya Lady Gaga. Illuminati dianggap menjadi kaum yang ada di balik karya Lady Gaga tersebut. Simbol keagamaan yang digunakannya menjadikan mitos yang ada di masyarakat bahwa manusia semakin dekat dengan dosa dan mencintai dosa tersebut. Jadi, makna di balik lirik lagu Judas ini adalah ungkapan akan kekecewaan manusia akan pengampunan dan kondisi manusia yang semakin mencintai dosa.
DAFTAR PUSTAKA Djohan. (2003). Psikologi Musik. Yogyakarta: Penerbit Buku Baik Hardjana, Agus M. (2003). Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius Mulyana, Deddy. (2007). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia Sangadji. E.M & Sopiah. (2010). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset. Sobur, Alex. (2004). Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Van Zoest, Aart. (1991). Serba-serbi Semiotika. Jakarta: Gramedia (http://www.aanneahira.com/sejarah-musik-pop-26829.htm) tanggal 10 Juli 2013 pada jam 13:50 WIB)
(diakses
pada
(http://www.telegraph.co.uk/culture/music/rockandpopmusic/8463228/LadyGaga-Top-10-Controversies.html) (diakses pada tanggal 14 September 2012 pada jam 23:30 WIB)
10