KATEGORI MADYA ANALISIS STABILITAS EFISIENSI DAN KINERJA ASURANSI SYARIAH DALAM MENUNJANG PERTUMBUHAN IKNB SYARIAH Irman Firmansyah Agus Ahmad Nasrulloh Universitas Siliwangi & Smart Consulting
ABSTRAK This paper aims to analyze efficiency of the insurance company syariah unit sector in Indonesia in order to improve the company's financial performance. Analyzes were performed with several phases including: 1) analysis of efficiency using non-parametric statistical approach with Data Envelopment Analysis (DEA), 2) analysis of stability of efficiency using the standard deviation approach, 3) analysis of factors affecting financial performance include: liquidity, company size, capital structure, ownership status, independent commissioner, director, inflation and GDP using regression approach, and 4) testing efficiency as a moderating variable using moderated regression analysis (MRA) approach. This study was conducted on 15 insurance companies sharia unit sector in Indonesia during the period 2011 to 2014 through a secondary data with purposive sampling method. Analysis results using DEA showed that only National Re Syariah that have perfect efficiency (100%) for 4 years in a row. While the company has not yet reached a perfect efficiency that are Sun Life Financial Syariah, Bumiputera Syariah, Tokio Marine Syariah, Mega Insurance Syariah, Bringin Life Syariah and Askrida Syariah. Quadrant analysis results showed that the group of companies that high efficiency and high stability are CAR Syariah, Allianz Syariah, Sinarmas Syariah and National Re Syariah. Result of Regression analysis showed that factors affecting financial performance that are company size, independent commissioners and efficiency. While in the efficiency testing shows that besides serving as independent variables, efficiency also affecting relationship between liquidity, size, capital structure and inflation on financial performance. It can be concluded that efficiency is very important for improving financial performance of Islamic insurance company in Indonesia, because besides as an independent variable as well as a moderating variable. Keywords: DEA, MRA, stability, efficiency, islamic insurance 1. Pendahuluan Dalam triwulan III di tahun 2015, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat peningkatan perkembangan industri asuransi di tanah air. Hal ini semakin menjelaskan bahwa masyarakat mulai memahami asuransi merupakan bagian dari manajemen risiko yang harus dipersiapkan dalam kehidupan baik sebagai proteksi diri, usaha dan lain-lain. Dengan jumlah penduduk Indonesia terbesar di ASEAN dan nomor 4 terbesar di dunia serta memiliki jumlah usaha UMKM yang sangat besar sekitar 58 juta unit usaha dan terus tumbuh tiap tahunnya, ditunjang dengan lahan pertanian dan peternakan yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke, menjadi peluang yang sangat besar bagi pertumbuhan perusahaan asuransi di Indonesia karena saat ini perlindungan mengenai harta yang dimiliki masyarakat sangat diperlukan agar terhindar dari resiko. Saat ini di Indonesia telah banyak tumbuh perusahaan asuransi. Tidak hanya perusahaan asuransi konvensional, berkembang pula asuransi yang bergerak di sektor syariah sekaitan dengan majunya pemahaman masyarakat mengenai ekonomi syariah. Sampai dengan akhir tahun 2014, terdapat 49 perusahaan yang terdiri dari 5 perusahaan asuransi
KATEGORI MADYA syariah (murni syariah), 41 perusahaan asuransi yang memiliki unit syariah dan 3 perusahaan reasuransi yang memiliki unit syariah. Tabel 1: Jumlah Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia tahun 2014 Jenis Perusahaan Asuransi Perusahaan Asuransi Jiwa Syariah Perusahaan Asuransi Umum Syariah Unit Syariah Perusahaan Asuransi Jiwa Unit Syariah Perusahaan Asuransi Umum Unit Syariah Perusahaan Reasuransi Total
2011 3 2 17 18 3 43
2012 3 2 17 20 3 45
2013 3 2 17 24 3 49
2014 3 2 18 23 3 49
Sumber: Statistik Perasuransian 2014 Sampai saat ini pertumbuhan perusahaan asuransi syariah sangat pesat. Terbukti dari data 5 (lima) tahun terakhir berikut: Pertumbuhan Perusahaan Asuransi Syariah (dalam Trilyun Rupiah) Premi Bruto
Klaim
Investasi
Aktiva 22,38 19,51 16,65 14,32
13,24 11,33 4,44 3,31 2,79 1,08 2010
2011
9,16 7,77 5,08
6,95
1,42
1,79 2012
2013
9,00
10,00
2,56
3,10 2014
Gambar 1: Grafik Pertumbuhan Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa baik premi bruto, klaim, investasi dan aset perusahaan asuransi syariah di Indonesia mengalami peningkatan terus-menerus dari tahun 2010 ke 2014. Peningkatan tersebut cermin dari pertumbuhan perusahaan asuransi syariah di Indonesia yang sangat baik dan merupakan cerminan dari keberhasilan kinerjanya sehingga tren pertumbuhan harus dipertahankan secara konsisten. Jika asuransi syariah terus tumbuh maka secara langsung ikut menumbuhkan Industri Keuangan Non Bank (IKNB) syariah di Indonesia. Terkait dengan kinerja, penilaian kinerja dari sudut finansial biasanya diukur dengan profitabilitas atau return on asset (ROA). ROA menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari total aset yang dimilikinya. Jika ROA meningkat maka perusahaan dalam keadaan baik. Untuk mempertahankan kinerja keuangan tersebut, maka berbagai cara terbaik harus dilakukan manajemen perusahaan. Sehingga dibutuhkan bantuan hasil penelitian (research) yang menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan. Termasuk mengenai pemanfaatan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan agar mencapai tingkat efisiensi yang optimal. Dengan demikian dibutuhkan penelitian mengenai efisiensi asuransi syariah guna mengetahui apakah sumber daya (kekayaan) yang dimiliki perusahaan
KATEGORI MADYA telah dimanfaatkan dengan baik ataukah menjadi beban bagi perusahaan. Selain itu, dengan melakukan penelitian mengenai efisiensi, maka akan diketahui perusahaan mana saja yang telah mengalami efisien sempurna serta diketahui pula bagaimana peran dari tingkat efisiensi tersebut terhadap peningkatan kinerja perusahaan asuransi syariah, mengingat hasil penelitian yang dilakukan oleh Firmansyah dan Nasrulloh (2015) menyimpulkan bahwa efisiensi yang diukur dengan DEA bukanlah sebagai faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya kinerja keuangan. Akan tetapi penelitian tersebut dilakukan pada bank umum syariah dan bukan pada perusahaan asuransi syariah. Oleh karena itu hasil penelitian akan menjadi bahan kebijakan yang sangat penting bagi manajemen dalam menumbuhkan perusahaannya. Tekait dengan penelitian mengenai efisiensi perusahaan asuransi, telah banyak penelitian yang mengeksplorasi efisiensi perusahaan sektor asuransi, baik di negara maju maupun berkembang, dengan menggunakan pendekatan parametrik dan nonparametrik. Namun studi mengenai efisiensi asuransi syariah masih sangat sedikit. Sebagian besar studi tentang efisiensi asuransi sangat terfokus pada negara-negara maju khususnya pada industri asuransi konvensional seperti di Amerika Serikat yaitu penelitian yang dilakukan Gardner dan Grace (1993), Yuengert (1993), Cummins et al. (1999), Amel et al. (2004), Greene dan Segal (2004). Serta di Eropa seperti penelitian Diacon et al. (2002), Ennsfellner et al. (2004), Cummins dan Misas (2006). Penelitian yang lebih sejalan dilakukan pada perusahaan asuransi syariah seperti pada penelitian berikut: Khan dan Noreen (2014) yang meneliti pada perusahaan asuransi Takaful dan Konvensional di Pakistan melalui pendekatan DEA. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan asuransi di Pakistan pada periode 2016 sampai 2010 rata-rata mengalami efisiensi sebesar 89%, hal ini dikarenakan perusahaan asuransi telah berpengalaman mengalokasikan faktor penyebab ketidakefisienan yang didominasi cost efficiency. Jika dibandingkan dengan perusahaan Perusahaan Konvensional, maka Perusahaan Asuransi Takaful lebih efisien. Kader et al (2010) menyelidiki efisiensi biaya operasional di tujuh belas negaranegara Islam. Studi mereka menyimpulkan bahwa skor efisiensi biaya rata-rata perusahaan asuransi takaful sebanding dengan asuransi konvensional. Ismail et al. (2011) melakukan studi untuk mengukur efisiensi Takaful dan asuransi konvensional di Malaysia selama periode 2004-2009. Hasil penelitian menemukan bahwa skor efisiensi untuk perusahaan asuransi syariah yang lebih rendah (yaitu 64%) daripada perusahaan konvensional (yaitu 87%). Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa perusahaan asuransi syariah harus mengurangi biaya-biaya dan meningkatkan keuntungan investasi mereka dengan berinvestasi dalam proyek-proyek yang sehat. Saad et al. (2006) juga menganalisis efisiensi industri asuransi jiwa di Malaysia, dengan membandingkan perusahaan asuransi syariah dan perusahaan asuransi konvensional. Temuan penelitian menunjukkan bahwa perusahaan konvensional mempunyai kinerja lebih baik dibandingkan dengan perusahaan asuransi syariah. Dari beberapa hasil penelitian di atas mengenai efisiensi asuransi khususnya pada sektor asuransi syariah, maka penelitian ini akan menganalisis efisiensi khusus pada asuransi unit usaha syariah. Hal ini dikarenakan mayoritas perusahaan asuransi syariah di Indonesia masih menginduk pada perusahaan konvensional. Sehingga keberadaan asuransi syariah tersebut masih tergantung pada kekuatan modal yang dimiliki oleh perusahaan induknya. Oleh karena itu perlu diuji efisiensinya dengan pendekatan metode yang paling cocok. Hadad, dkk. (2003) menjelaskan bahwa pendekatan yang digunakan untuk mengukur efisiensi mempunyai dua macam pendekatan, yaitu pendekatan parametrik dan nonparametrik. Pendekatan parametrik meliputi Stochastic Frontier Approuch (SFA),
KATEGORI MADYA Distribution Free Approach (DFA) dan Thick Frontier Approuch (TFA), sedangkan nonparametrik terdapat pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). Adapun pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan nonparametrik melalui Data Envelopment Analysis. Seperti yang disampaikan Talluri (2000) yang memperkenalkan bahwa DEA adalah sebuah alat yang digunakan dalam metode penelitian yang mencari efisiensi dan efektivitas dengan berbagai faktor input dan output. Dengan melakukan penelitian efisiensi dapat diketahui sektor-sektor mana saja yang menjadikan penyebab ketidakefisienan tersebut dan bagaimana agar suatu perusahaan dapat menimimalkan input (potensi) dan atau memaksimalkan ouput yang ada dalam rangka mencapai tingkat efisien yang optimal. Selain itu, untuk menilai kinerja efisiensinya maka perlu dianalisis mengenai stabilitas efisiensi tersebut. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang selalu konsisten dengan tingkat efisiensi yang sempurna. Untuk menilai stabilitas efisiensi maka perlu dianalisis melalui pendekatan standar deviasinya (lihat: Rusydiana, 2016). Perusahaan yang nilai standar deviasinya tinggi maka perusahaan itu tidak stabil. Berangkat dari hasil penilaian efisiensi perusahaan asuransi syariah tersebut, maka perlu diuji pula perannya terhadap kinerja keuangan. Terkait dengan kinerja perusahaan asuransi syariah, secara empiris telah banyak dibuktikan bahwa suatu perusahaan mencapai kinerja yang baik dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa variabel yang diduga berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan diantaranya adalah faktor internal terdiri dari likuiditas (Kamaliah dan Kinanti: 2007, Gultom: 2014, Novita dan Sofie: 2015), Ukuran Perusahaan (Arini: 2009, Alper & Anbar: 2011 dan Sartika: 2012), Struktur Modal (Ludijanto dkk: 2014, Sari dan Budiasih: 2014), Komisaris (Tertius & Christiawan: 2015, Rehman & Shah: 2013, Jacking & Johl: 2009) dan Direksi (Hapsoro: 2008, Gil dan Obradovich: 2012), serta faktor eksternal terdiri dari Inflasi (Oktavia: 2009, Ali: 2011, Suardani: 2009) dan PDB (Ali: 2011, Sahara: 2013). Peran efisiensi sebagai faktor yang mampu meningkatkan kinerja keuangan perusahaan asuransi syariah harus diuji melalui Moderated Regression Analysis (MRA) dengan memasukan variabel efisiensi sebagai variabel moderasi antara faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan (likuiditas, Ukuran Perusahaan, struktur modal, Status Kepemilikan, Komisaris Independen, Direktur, Inflasi dan PDB) dengan variabel ROA sebagai ukuran dari kinerja keuangan. Dengan demikian akan ditemukan jawaban mengenai tingkat pentingnya efisiensi pada perusahaan asuransi syariah dalam rangka meningkatkan kinerja keuangan. 2. Metodologi 2.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan asuransi unit syariah di Indonesia dari tahun 2011 sampai tahun 2014, maka diperoleh sebanyak 15 perusahaan asuransi yang mempunyai unit syariah yang layak diteliti karena ketersediaan data (purposive sampling) yaitu ACA Asuransi Syariah, Adira Insurance Syariah, Askrida Syariah, Bringin Life Syariah, Mega Insurance Syariah, Manulife Syariah, Tokio Marine Syariah, Nasional Re Syariah, CAR Syariah, Allianz Syariah, Bumiputera Syariah, Asuransi Sinarmas Syariah, Panin Life Syariah, Sun Life Financial Syariah dan Asuransi Astra Syariah. 2.2. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder. Oleh karena itu data diperoleh secara tidak langsung yaitu melalui media perantara yaitu melalui laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan oleh masing-masing perusahaan pada tahun 2011 sampai 2014.
KATEGORI MADYA
2.3. Variabel Penelitian Ada tiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: a. Variabel Dependen, yaitu ROA sebagai ukuran dari kinerja keuangan b. Variabel Independen, terdiri dari faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan yaitu: Likuiditas: Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan melunasi hutang jangka pendeknya. SIZE: Yaitu ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset. DER: Merupakan rasio debt to equity ratio sebagai ukuran dari struktur modal STAT: Yaitu variabel dummy menggambarkan status kepemilikan perusahaan (1=kepemilikan campuran, 0=Kepemilikan dalam negeri) KOMISARIS: Yaitu rasio komisaris independen terhadap total komisaris sebagai ukuran dari pengawasan eksternal. DIREKSI: Yaitu jumlah direktur sebagai ukuran dari pembuatan kebijakan di antara para pimpinan. INFLASI: Merupakan gambaran dari kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan. PDB: Merupakan ukuran majunya perekonomian negara karena terlihat dari jumlah produk barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan. c. Variabel Moderasi, yaitu Efisiensi yang diperoleh setelah dilakukan analisis efisiensi dengan metode nonparametrik. Untuk menganalisis efisiensi dibutuhkan dua jenis yaitu variabel input terdiri dari biaya komisi (I1), biaya operasional (I2) dan ekuitas (I3) serta variabel output yang terdiri dari premi asuransi (O1) dan pendapatan investasi (O2) 2.4. Metode Analisis 2.4.1. Analisis Efisiensi dan Standar Deviasi Charnes, Cooper dan Rhodes (1978) mengembangkan model DEA dengan metode constant return to scale (CRS) dan selanjutnya dikembangkan oleh Banker, Charnes dan Cooper dengan metode variable return to scale (VRS) yang akhirnya terkenal dengan model CCR (Charnes-Cooper-Rhodes) dan BCC (Banker-Charnes-Cooper). DEA merupakan prosedur yang dirancang secara khusus untuk mengukur efisiensi relatif yang menggunakan banyak input dan banyak output, dimana penggabungan input dan output tersebut tidak mungkin dilakukan. Efisiensi relatif adalah efisiensi suatu perusahaan dibanding dengan perusahaan lain dalam sampel yang menggunakan jenis input dan output yang sama. Data Envelopment Analysis (DEA) akan menghitung nilai hs, dimana hs adalah nilai efisiensi masing-masing periode perusahaan. Data Envelopment Analysis memaksimalkan nilai hs, dimana hs adalah jumlah perkalian antara bobot output i dengan jumlah output i pada periode perusahaan s.
Di mana: hs = efisiensi perusahaan s m = output perusahaan s yang diamati n = input perusahaan s yang diamati yis = jumlah output i yang diproduksi oleh perusahaan s xjs = jumlah input j yang digunakan oleh perusahaan s
KATEGORI MADYA ui vj
= bobot output i yang dihasilkan oleh perusahaan s = bobot input j yang diberikan oleh perusahaan s dan i dihitung dari 1 ke m serta j hitung dari 1 ke n Persamaan di atas menunjukkan adanya penggunaan satu variabel input dan satu ouput. Rasio efisiensi (hs), kemudian dimaksimumkan dengan kendala sebagai berikut (Sutawijaya dan Lestari, 2009): ≤ 1 ; r = 1, ......, N.
Memaksimumkan Dimana ui dan vj
0
Dari persamaan tersebut, di mana N mewakili jumlah perusahaan dalam sampel dan r merupakan jenis perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian. Pertidaksamaan pertama menjelaskan bahwa adanya rasio untuk unit kegiatan ekonomi (UKE) lain tidak lebih dari 1, sementara pertidaksmaan kedua berbobot non-negatif (positif). Angka rasio akan bervariasi antara 0 sampai dengan 1. Perusahaan dikatakan efisien, apabila memiliki angka rasio mendekati 1 atau 100 persen, sebaliknya apabila mendekati 0 menunjukkan efisiensi perusahaan yang semakin rendah. Pada penelitian ini analisis DEA menggunakan metode VRS karena perusahaan asuransi syariah dianggap masih berkembang sehingga kemungkinan besar tidak stabil tingkat efisiensinya, serta menggunakan pendekatan output karena sumberdaya yang dimiliki harus dimaksimalkan oleh perusahaan guna mencapai pendapatan yang besar baik dari premi maupun dari penyaluran investasi. Dalam menganalisis efisiensi ini menggunakan software Banxia Frontier Analyst 3. Selanjutnya dari nilai efisiensi yang telah diperoleh, maka akan dihitung nilai standar deviasi tiap-tiap UKE untuk menilai stabilitasnya. Rumus untuk menghitung standar deviasi adalah sebagai berikut:
Dimana: S = standar deviasi n = jumlah tahun analisis x = nilai efisiensi 2.4.2. Moderated Regression Analysis (MRA) Pada tahap ini akan dilakukan analisis mengenai efisiensi sebagai variabel moderasi antara pengaruh variabel independen (likuiditas, Ukuran Perusahaan, DER, Status Kepemilikan, Komisaris Independen, Direktur, Inflasi dan PDB) terhadap variabel dependen yaitu kinerja keuangan (ROA). Analisis dilakukan melalui MRA dengan menggunakan IBM SPSS ver. 22. Berikut adalah persamaan regresinya: ROA = a + b1 Liq + b2 SIZE + b3 DER + b4 STAT + b5 KOM + b6 DIR + b7 INF+ b8 PDB + b9 EFF + e ... ............................................... (1)
KATEGORI MADYA ROA = a + b1 Liq + b2 SIZE + b3 DER + b4 STAT + b5 KOM + b6 DIR + b7 INF+ b8 PDB + b9 EFF + b10 (EFF*Liq) + b11 (EFF*SIZE) + b12 (EFF*DER) + b13 (EFF*KOM) + b14 (EFF*DIR) + b15 (EFF*INF) + b16 (EFF*PDB) + e ... ....................... (2) Dimana: ROA = Return On Asset, Liq = likuiditas, SIZE = Total Aset, DER = Debt To Equity Ratio (struktur modal), STAT = Status Kepemiikan (Dummy Variable), KOM = % Komisaris Independen, DIR = Jumlah Direktur, INF = Inflasi, PDB = Produk Domestik Bruto, dan EFF = Efisiensi Teknis, e = error. Untuk lebih jelasnya mengenai tahapan penelitian, dapat dilihat pada gambar 2 model penelitian: Perusahaan Asuransi Sektor Unit Syariah
OUTPUT 1. Premi 2. Pendapatan Investasi
INPUT 1. Komisi 2. Biaya Operasional Lainnya 3. Equity
Data Envelopment Analysis (DEA)
LIQ
Nilai efisiensi: 100% (efisien) Atau < 100% (tidak efisien)
Analisis Stabilitas
(s)
SIZE DER STAT ROA
KOM DIR INF PDB Gambar 2: Model Penelitian
KATEGORI MADYA
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Analisis Efisiensi Teknis Perusahaan Asuransi Sektor Syariah Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 15 Perusahaan Asuransi yang menjalankan unit syariah di Indonesia, maka untuk mengetahui tingkat efisiensinya data dianalisis dengan DEA menggunakan software MaxDea 6.6. Hasil analisis efficiency score untuk masing-masing perusahaan tahun 2011 sampai 2014 yang disajikan pada grafik berikut:
ASTRALIFE SUNLIFE PANINS SINARMAS BUMIPUTERA ALLIANZ CAR
2011
NASIONAL RE
2012
TOKIO
2013
MANULIFE
2014
MEGA BRINGI ASKRIDA ADIRA ACA -
0,200
0,400
0,600
0,800
1,000
Gambar 3: Grafik Efficiency Score Asuransi Syariah Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa hanya Nasional Re Syariah yang telah mencapai efisiensi sempurna (100%) selama tahun 2011 sampai 2014. Selain itu beberapa perusahaan yang mencapai efisiensi sempurna hanya pada beberapa tahun seperti Panin Life Syariah pada tahun 2014, Sinarmas Syariah pada tahun 2014, Allianz Syariah pada tahun 2012 dan 2013, CAR Syariah pada tahun 2014, Manulife Syariah pada tahun 2014, Adira Insurance Syariah pada tahun 2012 dan 2014 kemudian ACA Syariah pada tahun 2011. Sedangkan perusahaan yang belum pernah mencapai efisiensi sempurna yaitu Sun Life Financial Syariah, Bumiputera Syariah, Tokio Marine Syariah, Mega Insurance Syariah, Bringin Life Syariah dan Askrida Syariah. Selain itu, masih nampak beberapa perusahaan yang tingkat efisiensinya sangat rendah, seperti Mega Insurance Syariah hanya mampu efisien pada tingkat 8,5% pada tahun 2011, Tokio Marine Syariah 13% pada tahun 2011 dan 17,3% pada tahun 2012, kemudian Askrida Syariah dan Sun Life Financial Syariah yang selama periode 2011 sampai 2014 belum pernah mencapai 50%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut masih belum mampu mengoptimalkan sumberdaya yang dimilikinya. Input yang terdiri dari
KATEGORI MADYA modal saham (equity), komisi dan biaya operasional lainnya belum mampu dimaksimalkan untuk memperoleh premi dan pendapatan investasi. Sehingga dengan melihat kondisi ini maka masih banyak yang perlu dievaluasi guna mencapai efisiensi yang optimal. Secara keseluruhan, untuk mencapai efisiensi yang optimal perusahaan asuransi syariah di Indonesia, analisis DEA akan memperlihatkan total potential improvement yang memberikan informasi tentang perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan oleh perusahaan asuransi syariah yang dapat dilihat pada gambar berikut: Menambah Pend. Investasi 0,02%
Menambah Premi 63%
Total Potensial Improvement
Mengurangi Biaya Komisi 9%
Mengurangi Biaya Operasional Lainnya 23% Mengurangi Modal 5%
Gambar 4. Total Potentional Improvement Efisiensi Asuransi Syariah Dari gambar 4 di atas dapat kita lihat perbaikan-perbaikan yang dapat dilakukan oleh perusahaan secara umum guna mencapai tingkat efisiensi yang sempurna. Perbaikan yang paling utama yang harus dilakukan yaitu menambah premi sebesar 63%, diikuti dengan mengurangi biaya operasional lainnya sebesar 23%, mengurangi biaya komisi sebesar 9%, mengurangi modal sebesar 5% serta menambah pendapatan investasi sebesar 0,02%. 4.2. Analisis Efisiensi Versus Stabilitas Pada pendekatan ini perusahaan asuransi syariah dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kuadran berdasarkan kategori tingkat efisiensi dan kategori stabilitasnya, yakni high dan low. Dua kategori ini dibagi berdasarkan nilai meannya. Kuadran I meliputi asuransi syariah yang memiliki tingkat efisiensi yang tinggi dengan stabilitas yang tinggi pula, sehingga dapat dianggap sebagai perusahaan terbaik dibanding kelompok kuadran lain. Kuadran II mencakup asuransi syariah yang memiliki tingkat efisiensi yang tinggi, tapi di sisi lain mempunyai stabilitas yang rendah. Kumpulan perusahaan pada kelompok ini dianggap sebagai perusahaan yang mampu mengelola sumber dayanya sehingga mempunyai tingkat efisiensi yang cukup tinggi namun belum mampu mempertahankan stabilitasnya. Kuadran III meliputi kelompok asuransi syariah yang memiliki tingkat efisiensi yang rendah, namun di sisi lain mempunyai stabilitas yang baik. Kumpulan asuransi syariah pada kuadran ini dapat dianggap sebagai perusahaan yang kurang memperhatikan tingkat efisiensinya namun mampu mempertahankan stabilitasnya. Kuadran IV merupakan kelompok asuransi syariah dengan tingkat efisiensi yang rendah dengan stabilitas yang rendah pula. Kumpulan asuransi syariah pada kelompok ini dapat dianggap sebagai perusahaan yang kurang mampu mengelola sumber daya yang dimiliki sehingga efisiensinya sangat rendah serta tidak mampu mempertahankan stabilitasnya.
KATEGORI MADYA Berikut di bawah ini adalah pembagian kelompok asuransi syariah berdasarkan perhitungan tingkat efisiensi yang dicapai dan stabilitasnya, dengan dua kategori yakni angka efisiensi pada sumbu y dan stabilitas pada sumbu x. Tabel 2: Rata-rata Tingkat Efisiensi dan Stabilitasnya Perusahaan ACA SYARIAH ADIRA INSURANCE SYARIAH ASKRIDA SYARIAH BRINGIN LIFE SYARIAH MEGA INSURANCE SYARIAH MANULIFE SYARIAH TOKIO MARINE SYARIAH NASIONAL RE SYARIAH CAR SYARIAH ALLIANZ SYARIAH BUMIPUTERA SYARIAH SINARMAS SYARIAH PANIN LIFE SYARIAH SUN LIFE SYARIAH ASURANSI ASTRA SYARIAH RATA-RATA
2014 0,288 1,000 0,373 0,529 0,817 1,000 0,324 1,000 1,000 0,759 1,000 1,000 0,308 0,928 0,688
2013 0,228 0,972 0,346 0,268 0,663 0,710 0,453 1,000 0,730 1,000 0,279 0,890 0,333 0,242 0,693 0,587
2012 0,276 1,000 0,277 0,345 0,422 0,430 0,173 1,000 0,795 1,000 0,417 0,754 0,694 0,250 0,486 0,555
2011 1,000 0,387 0,412 0,085 0,396 0,130 1,000 0,638 0,904 0,252 0,966 0,215 0,376 0,451
Mean 0,448 0,840 0,249 0,388 0,497 0,634 0,270 1,000 0,791 0,726 0,427 0,902 0,560 0,294 0,527 0,570
Stdev 0,369 0,302 0,050 0,111 0,319 0,282 0,147 0,154 0,056 0,233 0,109 0,357 0,062 0,221 0,185
Sumber: Output MaxDea Ver. 6.6, data diolah
Kuadran II
Kuadran I
Kuadran III
Kuadran IV
Gambar 5. Kuadran Perusahaan Asuransi Syariah Berdasarkan Tingkat Efisiensi dan Stabilitasnya Keterangan: Kuadran I : (High Efficiency, High Stability) : CAR Syariah, Allianz Syariah, Asuransi Sinarmas Syariah, Nasional Re Syariah Kuadran II : (High Efficiency, Low Stability) : Adira Insurance Syariah, Manulife Syariah
KATEGORI MADYA Kuadran III : (Low Efficiency, High Stability)
Kuadran IV : (Low Efficiency, Low Stability)
: Askrida Syariah, Bringin Life Syariah, Tokio Marine Syariah, Sun Life Financial Syariah : ACA Asuransi Syariah, Mega Insurance Syariah, Bumiputera Syariah, Panin Life Syariah, Asuransi Astra Syariah
Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa rata-rata perusahaan mengalami peningkatan efisiensi dari tahun 2011 sampai 2014. Peningkatan ini tentunya harus memberikan dampak baik bagi kinerja perusahaan sehingga stabilitas efisiensi perlu terus dipertahankan. Sedangkan berdasarkan gambar 5 terdapat 4 perusahaan yang berada pada kuadran I, 2 perusahaan berada pada kuadran II, 4 perusahaan pada kuadran III dan 5 perusahaan yang pada kuadran IV. Kelompok kuadran I adalah kategori perusahaan yang memiliki tingkat efisiensi yang tinggi disertai dengan stabilitas yang baik. Perusahaan yang masuk kategori ini adalah CAR Syariah, Allianz Syariah, Asuransi Sinarmas Syariah dan Nasional Re Syariah. CAR Syariah memiliki rata-rata nilai efisiensi sebesar 79,1% dengan stabilitas sebesar 0,154, Allianz Syariah memiliki tingkat efisiensi sebesar 72,6% dengan stabilitas sebesar 0,056, Asuransi Sinarmas Syariah memiliki tingkat efisiensi sebesar 90,2% dengan stabilitas sebesar 0,109, dan Nasional Re Syariah memiliki tingkat efisiensi sebesar 100% dengan stabilitas sebesar 0,000. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa CAR Syariah, Allianz Syariah, Asuransi Sinarmas Syariah dan Nasional Re Syariah adalah perusahaan asuransi syariah yang paling memiliki tingkat efisiensi tinggi serta paling stabil dan konsisten mempertahankan efisiensi tersebut. Kombinasi kedua hal tersebut menempatkan mereka pada kuadran I yang menunjukkan kualitas terbaik. Kelompok kuadran II adalah kategori perusahaan yang memiliki tingkat efisiensi tinggi namun memiliki stabilitas yang rendah. Terdapat 2 perusahaan yang masuk kategori ini, yaitu Adira Insurance Syariah dan Manulife Syariah. Adira Insurance Syariah memiliki rata-rata nilai efisiensi sebesar 84% dengan stabilitas sebesar 0,302, dan Manulife Syariah memiliki tingkat efisiensi sebesar 63,4% dengan stabilitas sebesar 0,282. Berdasarkan analisis ini dapat disimpulkan bahwa Adira Insurance Syariah, dan Manulife Syariah adalah kelompok perusahaan asuransi syariah yang mempunyai tingkat efisiensi optimal artinya mampu mengoptimalkan potensi sumber daya yang dimiliki menjadi output yang maksimal namun belum mampu mempertahankan konsistensi stabilitas efisiensinya. Sehingga masih perlu perbaikan-perbaikan agar efisiensi yang telah dicapai dapat dipertahankan dengan baik. Kelompok kuadran III adalah kategori perusahaan yang memiliki rata-rata tingkat efisiensi yang rendah namun memiliki stabilitas yang baik. Terdapat 4 perusahaan yang masuk ke dalam kategori ini yaitu Askrida Syariah, Bringin Life Syariah, Tokio Marine Syariah dan Sun Life Financial Syariah. Askrida Syariah memiliki rata-rata nilai efisiensi sebesar 24,9% dengan stabilitas sebesar 0,05, Bringin Life Syariah memiliki tingkat efisiensi sebesar 38,8% dengan stabilitas sebesar 0,111, Tokio Marine Syariah memiliki tingkat efisiensi sebesar 27% dengan stabilitas sebesar 0,147 dan Sun Life Syariah memiliki tingkat efisiensi sebesar 29,4% dengan stabilitas sebesar 0,062. Atas hasil penelitian ini maka Askrida Syariah, Bringin Life Syariah, Tokio Marine Syariah, dan Sun Life Financial Syariah adalah kelompok perusahaan yang belum mampu mencapai efisiensi yang optimal meski memiliki stabilitas yang tinggi. Stabilitas pada kuadran ini bukan menunjukkan kinerja yang bagus karena stabilitas pada efisiensi yang rendah memperlihatkan perusahaan belum mampu mencapai efisiensi yang optimal. Oleh karenanya perlu evaluasi agar sumber daya yang dimiliki dapat dimanfaatkan dengan baik.
KATEGORI MADYA Kelompok kuadran IV adalah kategori perusahaan yang memiliki rata-rata tingkat efisiensi yang rendah namun memiliki stabilitas yang bagus. Terdapat 5 perusahaan yang masuk ke dalam kategori ini yaitu ACA Asuransi Syariah, Mega Insurance Syariah, Bumiputera Syariah, Panin Life Syariah dan Asuransi Astra Syariah. ACA Syariah memiliki rata-rata nilai efisiensi sebesar 44,8% dengan stabilitas sebesar 0,369, Mega Insurance Syariah memiliki tingkat efisiensi sebesar 49,7% dengan stabilitas sebesar 0,319, Bumiputera Syariah memiliki tingkat efisiensi sebesar 42,7% dengan stabilitas sebesar 0,233, Panin Life Syariah memiliki tingkat efisiensi sebesar 56% dengan stabilitas sebesar 0,357 dan Asuransi Astra Syariah memiliki tingkat efisiensi sebesar 52,7% dengan stabilitas sebesar 0,221. Kelompok perusahaan pada kuadran ini adalah perusahaan yang paling rendah tingkat efisiensi serta stabilitasnya sehingga masih membutuhkan evaluasi-evaluasi yang banyak. Perusahaan belum mampu menunjukkan bahwa potensi yang dimiliki dapat dimanfaatkan dengan baik bahkan dengan tingkat stabilitasnya yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan masih inkonsisten. Meskipun penilaian efisiensi bersifat relatif, namun keberadaannya pada kuadran IV menunjukkan bahwa diantara jajaran perusahaan asuransi di Indonesia ACA Syariah, Mega Insurance Syariah, Bumiputera Syariah, Panin Life Syariah, dan Asuransi Astra Syariah adalah perusahaan asuransi kelompok terendah efisiensi dan stabilitasnya. 4.3. Analisis Regresi Moderasi (Moderated Regression Analisis) Pada tahap ini dianalisis mengenai faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan asuransi syariah di Indoensia, serta menemukan jawaban mengenai peran tingkat efisiensi dalam hubungan antara faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kinerja keuangan yaitu likuiditas, ukuran perusahaan, struktur modal, status kepemilikan, komisaris independen, direktur, inflasi dan PDB. Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan uji kualitas data untuk memastikan data layak dilakukan analisis regresi. Pengujian dilakukan dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas dan uji multikolinieritas melalui software IBM SPSS. Dari pengujian tersebut dinyatakan bahwa data lolos uji sehingga kualitas data adalah baik. Setelah data lolos uji, maka langkah selanjutnya adalah analisis regresi berganda dengan terlebih dahulu menguji ketepatan model (uji F). Tabel 3: Hasil Perhitungan Uji F dan Uji t Persamaan 1 Uji F
Pers. 1
F
Sig.
3,328
0,003
T
Sig.
LIQ
-,306
,761
SIZE
-1,929
,060
DER
1,074
,289
STAT
-1,210
,232
KOM
-2,572
,013
DIR
1,403
,167
INF PDB EFF
,175 ,112 4,150
,862 ,911 ,000
Sumber: Output IBM SPSS, Data Diolah
KATEGORI MADYA
Berdasarkan tabel 3 diperoleh hasil bahwa nilai signifkansi uji F yaitu 0,003 (lebih kecil 0,05) sehingga model dikatakan baik dan variabel independen dapat digunakan secara bersama-sama untuk menjelaskan variabel dependen. Selanjutnya untuk menganalisis pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan dengan uji t (persamaan 1). Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan alat analisis regresi berganda diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 4. Variabel pertama adalah likuiditas (Liq). Hasil analisis diperoleh nilai signifikansi variabel likuiditas yaitu sebesar 0,761, dapat disimpulkan bahwa likuiditas tidak mempengaruhi kinerja keuangan. Oleh karena itu secara statistik menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan asuransi syariah tidak disebabkan oleh kondisi likuiditas. Meskipun perusahaan dalam keadaan yang mampu membayar semua kewajiban yang harus segera dilunasi maka hal itu bukanlah sebagai cerminan bahwa perusahaan asuransi memiliki kinerja yang baik. Karena likuiditas bisa disebabkan bukan hanya dari laba usahanya namun ketersediaan uang kas bisa dari pihak ketiga (misal: pinjaman jangka panjang). Hal ini adalah bentuk manajemen keuangan yang mengatur sirkulasi uang dalam jangka pendek. Variabel kedua adalah aset (size). Hasil analisis diperoleh nilai signifikansi variabel size yaitu sebesar 0,060 dengan koefisien negatif, dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan (pada level 10%). Oleh karena itu, perusahaan asuransi syariah yang besar cenderung tidak menunjukkan kinerja yang baik. Hal ini terjadi karena perusahaan besar (aset yang besar) pada perusahaan asuransi syariah bukan hanya diperoleh dari laba atau laba ditahan melainkan dari komposisi lain (misal: hutang). Semakin besar hutang maka perusahaan semakin memiliki beban untuk melunasi kewajibannya (pokok dan bagi hasil) sehingga akan menurunkan kinerja keuangannya. Hal ini dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca) yang menunjukkan bahwa rata-rata modal (merupakan salah satu sumber aset perusahaan) nilainya sangat kecil hanya 21,31% dari total seluruh sumber kekayaan perusahaan sedangkan sisanya sebesar 78,69% dari hutang dan laba ditahan. Variabel ketiga adalah struktur modal (DER). DER dihitung dengan membagi total hutang dengan total modal sendiri (equity). Hasil analisis diperoleh nilai signifikansi variabel DER yaitu sebesar 0,289, dapat disimpulkan bahwa stuktur modal tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Hasil ini menunjukkan bahwa struktur modal perusahaan tidak mampu memberikan pengaruh khususnya pengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Ini menandakan bahwa sumber dana yang berasal dari utang belum mampu digunakan dengan baik khususnya untuk alokasi yang menghasilkan keuntungan, karena dengan adanya keuntungan tersebut maka dapat digunakan untuk menutup beban utang serta sisanya sebagai alokasi laba bersih. Jika hal ini sudah dilakukan dengan baik maka struktur modal akan memberikan dampak positif bagi kinerja keuangan perusahaan asuransi syariah. Variabel keempat adalah status kepemilikan (STAT). Variabel ini merupakan variabel dummy dengan memberikan angka 1 pada perusahaan dengan status kepemilikan campuran (dalam dan luar negeri) dan angka 0 pada perusahaan dengan status kepemilikan dalam negeri. Hasil analisis diperoleh nilai signifikansi variabel STAT yaitu sebesar 0,232, dapat disimpulkan bahwa status kepemilikan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perusahaan dengan kepemilikan dalam negeri dengan kepemilikan campuran (dalam dan luar negeri) dalam menghasilkan kinerja keuangan. Oleh karena itu, tidak cocok untuk menilai kinerja keuangan dari variabel ini. Variabel kelima adalah komisaris independen (KOM). KOM dihitung dengan persentase jumlah komisaris independen terhadap total dewan komisaris yang ada. Hasil
KATEGORI MADYA analisis diperoleh nilai signifikansi variabel KOM yaitu sebesar 0,013 dengan koefisien negatif, dapat disimpulkan bahwa persentase komisaris independen berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan. Oleh karena itu dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dari sudut finansial. Keberadaan komisaris independen pada perusahaan asuransi syariah belum memberikan manfaat yang signifikan bagi perusahaan. Analisis sementara menunjukkan bahwa jika komisaris independen tidak memberikan kontribusi yang besar maka akan memberikan beban bagi perusahaan (perhitungan cost and benefit). Penambahan beban tentunya akan mengurangi keuntungan yang pada akhirnya akan menurunkan kinerja perusahaan. Hal ini tentunya harus segera diatasi oleh manajemen perusahaan bahwa setiap individu yang ada pada perusahaan harus memberikan manfaat secara finansial. 2. Dari sudut non finansial. Keberadaan komisaris independen justru telah memberikan manfaat yang baik karena tugasnya adalah mengawasi operasional perusahaan. Ketegasan komisaris independen membuat manajemen terlalu berhati-hati dalam menjalankan operasionalnya, sehingga jika terlalu hati-hati maka manajemen menjadi kaku. Oleh karena itu, imbasnya adalah keberadaan komisaris independen dapat menurunkan kinerja perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata ROA yang diperoleh hanya sebesar 2,49% bahkan diataranya beberapa perusahaan mempunyai ROA negatif. Keadaan ini menjadi bahan evaluasi bagi seluruh perusahaan demi memperoleh kinerja yang lebih baik. Variabel keenam adalah direksi (DIR). DIR dihitung dengan menjumlahkan seluruh dewan direksi. Hasil analisis diperoleh nilai signifikansi variabel DIR yaitu sebesar 0,167 dapat disimpulkan bahwa direksi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Hasil ini menunjukkan bahwa jajaran direksi belum berhasil memberikan kontribusi yang optimal dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan asuransi syariah. Seharusnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk tenaga kerja jajaran direksi berbanding lurus dengan kontribusinya dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini seperti yang disampaikan oleh Bayrakdaroglu et al. (2012) bahwa besar kecilnya jumlah dewan direksi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Hal ini telah dibuktikan pula oleh hasil penelitian sebelumnya (Wulandari: 2006, Romano et al.: 2012). Variabel ketujuh dan kedelapan adalah inflasi (INF) dan PDB. Hasil analisis diperoleh nilai signifikansi variabel INF yaitu sebesar 0,862 dan PDB adalah 0,911, dapat disimpulkan bahwa inflasi dan PDB yang merupakan cerminan dari kondisi eksternal perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Sampai saat ini perusahaan yang bergerak di bidang syariah masih kuat dalam menghadapi kondisi ekonomi makro. Variabel kesembilan adalah tingkat efisiensi (EFF) yang menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 dengan koefisien positif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat efisiensi akan memberikan pengaruh positif terhadap keberhasilan kinerja keuangan perusahaan asuransi syariah. Semakin bagus tingkat efisiensi suatu perusahaan maka semakin bagus pula kinerja keuangannya. Tidak cukup dengan itu, untuk lebih meyakinkan lagi peran efisiensi, maka akan dianalisis lanjutan dengan memposisikan efisiensi sebagai variabel moderasi seperti pada persamaan 2. Hasil pengujian persamaan 2 yaitu menambahkan variabel moderasi dengan cara mengalikan variabel independen dengan variabel moderasi (efisiensi). Output analisis dapat dilihat pada tabel 4:
KATEGORI MADYA Tabel 4: Hasil Perhitungan Persamaan 2 Variabel LIQ
Pers. 2
T
Sig.
2,602
,013
SIZE
,303
,764
DER
2,229
,031
-,615 -,746 ,612 -1,221 -,687 1,059 -3,774 -2,799 -1,738 -,232 -,307 1,732 1,031
,542 ,460 ,544 ,229 ,496 ,296 ,001 ,008 ,090 ,818 ,761 ,091 ,309
STAT KOM DIR INF PDB EFF LIQ*EFF SIZE*EFF DER*EFF KOM*EFF DIR*EFF INF*EFF PDB*EFF
Ket: *) sig pada level 5%, **) sig pada level 10% Sumber: Output IBM SPSS, Data Diolah Tabel 3 dan 4 merupakan ringkasan hasil olahan output MRA dengan metode interaksi mengenai pengujian variabel moderasi sehingga dapat dilihat nilai signifikansinya hasil interaksi variabel efisiensi sebagai prediktor dari variabel moderasi. Karena nilai signifikansi variabel efisiensi (EFF) pada persamaan 2 adalah signifikan, maka kesimpulannya sebagai berikut: 1. Jika pada persamaan 2, nilai signifikansi hasil perkalian antara variabel independen dengan variabel efisiensi adalah lebih dari 0,05 (tidak signifikan) maka efisiensi merupakan variabel prediktor. Artinya hanya sebagai variabel independen. 2. Jika pada persamaan 2, nilai signifikansi hasil perkalian antara variabel independen dengan variabel efisiensi adalah kurang dari 0,05 (signifikan) maka efisiensi merupakan variabel quasi moderasi. Quasi moderasi merupakan variabel moderasi yang sekaligus sebagai variabel independen. Pengujian pertama yaitu dalam hubungan antara likuiditas dan ROA, nilai signifikansi variabel LIQ*EFF sebesar 0,001 dengan koefisien negatif. Nilai ini lebih kecil dari 0,05 yang artinya efisiensi merupakan variabel quasi moderasi hubungan antara likuiditas dengan ROA. Hasil ini mempertegas bahwa selain sebagai variabel independen efisiensi juga sebagai variabel moderasi yang memperlemah hubungan antara likuiditas dengan kinerja keuangan. Semakin tinggi tingkat efisiensi maka semakin lemah hubungan antara likuiditas dengan kinerja keuangan. Dua peran ini membuktikan bahwa efisiensi adalah faktor yang sangat penting bagi kinerja keuangan. Pengujian kedua yaitu dalam hubungan antara ukuran perusahaan dan ROA, nilai signifikansi variabel SIZE*EFF sebesar 0,008 dengan koefisien negatif. Nilai ini lebih kecil dari 0,05 yang artinya efisiensi merupakan variabel quasi moderasi hubungan antara ukuran perusahaan dengan ROA. Sama seperti sebelumnya bahwa disamping sebagai variabel independen, efisiensi berperan pula sebagai variabel moderasi yang memperlemah hubungan antara ukuran perusahaan dengan kinerja keuangan. Semakin besar tingkat efisiensi maka semakin lemah hubungan di antara keduanya. Ini menunjukkan hal yang baik karena
KATEGORI MADYA hubungan negatif antara ukuran perusahaan dengan kinerja menjadi lebih renggang. Peran ganda efisiensi membuktikan kembali bahwa efisiensi adalah faktor yang penting bagi perusahaan dalam meningkatkan kinerja keuangan. Pengujian ketiga yaitu dalam hubungan antara struktur modal dan ROA, nilai signifikansi variabel DER*EFF sebesar 0,090 dengan koefisien negatif. Nilai ini lebih besar dari 0,05 namun lebih dari 0,1 (signifikan pada level 10%) yang artinya efisiensi merupakan variabel quasi moderasi hubungan antara struktur modal dengan ROA. Hasil ini menunjukkan bahwa disamping sebagai variabel independen, efisiensi juga sebagai variabel mediasi sehingga efisiensi ikut memberikan perannya dalam memperlemah hubungan antara struktur modal terhadap kinerja keuangan. Saat ini struktur modal tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan dan keadaan ini salah satunya karena kondisi tingkat efisiensi yang dimiliki oleh perusahaan syariah. Namun demikian peran tersebut belum memberikan dampak apa-apa karena struktur modal tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Pengujian keempat yaitu dalam hubungan antara komisaris independen dan ROA, nilai signifikansi variabel KOM*EFF sebesar 0,818 dengan koefisien negatif. Nilai ini lebih besar dari 0,05 yang artinya efisiensi merupakan variabel prediktor hubungan antara komisaris independen dengan ROA. Tidak ada peran apapun dari efisiensi terhadap hubungan antara komisaris independen dengan kinerja keuangan. Komisaris independen dalam memberikan pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan tidak didasarkan atas tingkat efisiensi. Masing-masing berjalan dengan sendirinya karena dalam kondisi efisien maupun tidak efisien komisaris independen harus bekerja dengan baik. Pengujian kelima yaitu dalam hubungan antara dewan direksi dan ROA, nilai signifikansi variabel DIR*EFF sebesar 0,761 dengan koefisien negatif. Nilai ini lebih besar dari 0,05 yang artinya efisiensi merupakan variabel prediktor terhadap ROA. Hasil ini membuktikan kembali bahwa efisiensi bukanlah variabel yang mempengaruhi hubungan antara jumlah direksi dengan kinerja keuangan. Akan tetapi efisiensi merupakan variabel independen yang secara langsung mempengaruhi kinerja keuangan. Begitu juga dengan jumlah direksi, semakin banyak jumlah direksi maka semakin baik kinerjanya, tanpa melihat apakah kondisi perusahaan sedang efisiensi atau sebaliknya. Pengujian keenam yaitu dalam hubungan antara inflasi dan ROA, nilai signifikansi variabel INF*EFF sebesar 0,091 dengan koefisien positif. Nilai ini lebih besar dari 0,05 namun lebih kecil dari 0,1 (signifikan pada level 10%) yang artinya efisiensi merupakan variabel quasi moderasi hubungan antara likuiditas dengan ROA. Oleh karena itu, selain sebagai variabel independen, efisiensi juga memperkuat hubungan antara inflasi dengan kinerja keuangan. Dua peran ini membuktikan bahwa efisiensi sangat penting bagi perusahaan dalam meningkatkan kinerja keuangan. Pengujian ketujuh yaitu dalam hubungan antara PDB dan ROA, nilai signifikansi variabel PDB*EFF sebesar 0,309 dengan koefisien positif. Nilai ini lebih besar dari 0,05 yang artinya efisiensi merupakan variabel prediktor terhadap ROA. Ini membuktikan bahwa tidak ada peran efisiensi dalam hubungan antara PDB dengan ROA. PDB yang secara statistik tidak mempengaruhi kinerja keuangan bukan diakibatkan karena kondisi tingkat efisiensi. 4. Simpulan dan Saran 4.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perusahaan yang telah mencapai efisiensi sempurna (100%) selama tahun 2011 sampai 2014 yaitu Nasional Re Syariah. Sedangkan beberapa perusahaan yang mencapai efisiensi sempurna hanya pada beberapa tahun yaitu Panin Life Syariah pada tahun 2014, Asuransi Sinarmas Syariah pada tahun 2014, Allianz Syariah pada tahun 2012 dan 2013,
KATEGORI MADYA
2.
3.
4.
5.
6.
7.
CAR Syariah pada tahun 2014, Manulife Syariah pada tahun 2014, Adira Insurance Syariah pada tahun 2012 dan 2014 serta ACA Asuransi Syariah pada tahun 2011. Sedangkan perusahaan yang belum pernah mencapai efisiensi sempurna yaitu Sun Life Financial Syariah, Bumiputera Syariah, Tokio Marine Syariah, Mega Insurance Syariah, Bringin Life Syariah dan Askrida Syariah. Perbaikan-perbaikan yang dapat dilakukan oleh perusahaan secara umum guna mencapai tingkat efisiensi yang sempurna yaitu menambah premi sebesar 63%, diikuti dengan mengurangi biaya operasional lainnya sebesar 23%, mengurangi biaya komisi sebesar 9%, mengurangi modal sebesar 5% serta menambah pendapatan investasi sebesar 0,02%. Rata-rata perusahaan asuransi syariah mengalami peningkatan efisiensi dari tahun 2011 sampai 2014. Yaitu tahun 2011 sebesar 45,1%, turun di tahun 2012 menjadi 28,2%, naik di tahun 2013 menjadi 56,8% dan kembali naik di tahun 2014 menjadi 68,2%. Kategori perusahaan yang masuk ke kuadran I yaitu kelompok perusahaan yang memiliki tingkat efisiensi yang tinggi disertai dengan stabilitas yang baik adalah CAR syariah, Allianz syariah, Sinarmas syariah dan Nasional Re syariah. Hasil analisis regresi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan asuransi syariah menunjukkan bahwa: - Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan - Komisaris independen berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan - Efisiensi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan - Likuiditas, struktur modal, status kepemilikan, jumlah direksi, inflasi dan PDB tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan Hasil analisis uji MRA mengenai peran efisiensi menunjukkan bahwa efisiensi memoderasi hubungan antara likuiditas, ukuran perusahaan, struktur modal dan inflasi terhadap kinerja keuangan. Artinya disamping sebagai variabel independen, efisiensi juga berperan ganda dalam membantu memperkuat/memperlemah pengaruh likuiditas, ukuran perusahaan, struktur modal dan inflasi terhadap kinerja keuangan. Peran ganda efisiensi (sebagai variabel independen dan variabel moderasi yang terbukti dapat meningkatkan kinerja keuangan) memaksa perusahaan harus berfokus untuk meningkatkan efisiensi dengan stabilitas tinggi karena efisiensi terbukti membantu meningkatkan kinerja keuangan perusahaan asuransi syariah di Indonesia. Dengan meningkatnya kinerja keuangan maka secara langsung ikut menumbuhkan Industri Keuangan Non Bank (IKNB) syariah karena perusahaan asuransi syariah adalah bagian dari IKNB syariah.
4.2. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Periode penelitian dan jumlah perusahaan dapat diperbanyak agar lebih meyakinkan hasil penelitian 2. Analisis efisiensi dapat diganti dengan metode lain baik pendekatan parametrik maupun non parametrik 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan bisa ditambah dengan faktor lain agar dapat menemukan variabel lainnya yang mempengaruhi kinerja keuangan 4. Dapat digunakan analisis Two Stage DEA agar ditemukan pula faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi. PUSTAKA Ali, Khizer. et. al. 2011. “Bank-Specific and Macroeconomic Indicators of Profitability Empirical Evidence from the Commercial Banks of Pakistan”. International Journal of Business and Social Science, (Online), Vol. 2, No. 6.
KATEGORI MADYA Alper, Deger dan Adem Anbar. 2011. “Bank Specific And Macroeconomic Determinants of Commercial Bank Profitability: Emprical Evidence from Turkey”. Journal Business and Economics. Vol.2, Numb.2, pp: 139-152. Amel, D., Barnes, C., Panetta, F., and Salleo, C., 2004. “Consolidation and Efficiency In The Financial Sector: A Review of the International Evidence”. Journal of Banking and Finance Vol. 28, pp. 2493-2519 Arini, Riska Irva. 2009. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kualitas Aktiva Produktif, Likuiditas Dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Kinerja Keuangan Bank Syariah Periode 2005-2008.Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Bayrakdaroglu, Ali. et al. 2012. “Is There A Relationship Between Corporate Governance and Value-Based Financial Performance Measures? A Study of Turkey as An Emerging Market”. Asia-Pasific Journal of Financial Studies. 41, pp. 224-239. Charnes, A., Cooper, W.W., and Rhodes, E. 1978. “Measuring the Efficiency of Decision Making Units”, European Journal of Operation Research, Vol. 2, No. 6, pp. 429-44 Cummins, D., Tennyson, S., and Weiss M., 1999. “Consolidation and efficiency in the US life insurance industry”. Journal of Banking & Finance Vol. 23, pp. 325-357. Cummins, D., and Misas, R., 2006. “Deregulation, Consolidation and efficiency: Evidence From The Spanish Insurance Industry”. Journal of Money, Credit and Banking Vol. 38, pp. 323-355 Diacon, S., Starkey, K., O’Brien, C., 2002. “Size and Efficiency in European Long-Term Insurance Companies: An International Comparison”. The Geneva Papers on Risk and Insurance. Vol. 27, pp. 444-466. Ennsfellner, K., Lewis, D., and Anderson, R., 2004. “Production Efficiency in the Austrian Insurance industry: A Bayesian Examination”. The Journal of Risk and Insurance. Vol. 71, pp. 135-159 Firmansyah, Irman dan Nasrulloh, Agus Ahmad. 2015. “Mengapa Efisiensi Tidak Meningkatkan Kinerja Bank Syariah”. Makalah pada Call for Paper Forum Riset Ekonomi dan Keuangan Syariah (FREKS) V, UNIBRAW Malang. Gardner, L., and Grace, M., 1993. “X-efficiency in the US life insurance industry”. Journal of Banking and Finance 17, pp. 497-410 Gil, Amarjit dan Obradovich, John. 2012. “The Impact of Corporate Governance and Financial Leverage on the Value of American Firms”. International Research Journal of Finance and Economics, Issue 91 (2012), pp. 46-56 Greene, W., and Segal, D., 2004. “Profitability and Efficiency in the U.S. Life Insurance Industry”. Journal of Productivity Analysis. Vol. 21, pp. 229–247 Gultom, Dedek Kurniawan. 2014. “Pengaruh Likuiditas dan Struktur Modal Kerja terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Plastik dan Kemasan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Ekonomikawan, vol. 14, No. 2, pp. 139-147 Hadad, Muliaman., Wimboh Santoso, Dhaniel Ilyas dan Eugenia Mardanugraha. 2003. Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode Nonparametrik Data Envelopment Analysis (DEA). Jakarta : Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan. Bank Indonesia Hapsoro, Dody. 2008. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan: Studi Empiris di Pasar Modal Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 19, No. 3 Ismail, N., Alhabshi, D., and Bacha, O., 2011. “Organizational Form and Efficiency: The Coexistence of Family Takaful and Life Insurance in Malaysia”. Journal of Global Business and Economics. Vol. 3, pp. 122-137
KATEGORI MADYA Jacking, B., dan Johl, S. 2009. “Board Structure and Firm Performance: Evidence from India's Top Companies”. Corporate Governance: an International Review, Vol. 14, No. 4, pp. 492-509. Kader, H., Adams, M., and Hardwick, P., 2010. “The Cost Efficiency of Takaful Insurance Companies”. The Geneva Papers on Risk and Insurance-Issues and Practice. Vol. 35, pp. 161-181 Kamaliah, Nasrizal Akbar, dan Lexinta Kinanti. 2007. “Analisis Pengaruh Rasio Aktivitas, Leverage Keuangan, Ukuran, dan Umur Perusahaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Wholesale And Retail Trade Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Ekonomi. Vol. 17, No. 3 Khan, Atiquzzafar dan Noreen, Uzma, 2014. “Efficiency Measure of Insurance v/s Takaful Firm Using DEA Approach: A Case of Pakistan”. Islamic Economic Studies. Vol. 22, No. 1. Pp: 139-158 Ludijanto, Shella Ekawati., Handayani, Siti Ragil dan Hidayat, Raden Rustaman. 2014. “Pengaruh Analisis Leverage terhadap kinerja keuangan perusahaan”.Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). Vol. 8, No. 1, pp. 1-8 Novita, Bunga Asri dan Sofie. 2015. “Pengaruh Struktur Modal terhadap Profitabilitas”. EJournal Akuntansi Trisakti. Vol. 2, No. 1, pp. 13-28 Statistik Perasuransian 2014 Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Oktavia, Linda Dwi. 2009. “Pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah, Dan Inflasi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum Dan Sesudah Privatisasi. Jurnal. Depok: Lembaga Penelitian Universitas Gunadarma. Rehman, A., & Shah, S. Z. 2013. “Board Independence, Ownership Structure and Firm Performance: Evidence from Pakistan”. Interdisciplinary Journal Of Contemporary Research In Business, Vol. 5, No. 3, pp: 832-835 Romano, Giulia. et al. 2012. “Corporate Governance and Performance in Italian Banking Groups”. Paper to be Presented at the International Conference “Corporate Governance and Regulation: Outlining New Horizons for Theory and Practice”. Pisa, Italy Rusydiana, Aam Slamet. 2016. “Efisiensi dan Stabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia”. paper (Mimeo) Saad, N et al, 2006. “Measuring Efficiency of Insurance and Takaful Companies in Malaysia Using Data Envelopment Analysis (DEA)”. Review of IslamicEconomics. Vol. 10, pp. 5-26 Sahara, Ayu Yanita. 2013. “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan Produk Domestik Bruto terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di Indoensia”. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 1, No. 1. Pp: 149-157 Sari, Ni Made V., Budiasih, I.G.A.N, 2014. “Pengaruh Debt to Equity Ratio, Firm Size, Inventory Turn Over dan Assets Turn Over pada Profitabilitas”. E-Journal Akuntansi UNUD, Vol. 6, No. 2. Pp. 261-273 Sartika, Dewi. 2012. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif dan Likuiditas Terhadap Return On Assets (ROA). Skripsi. UNDIP Semarang, tidak dipublikasikan Suardani, Putri. 2009. “Pengaruh Beberapa Variabel Ekonomi Makro Terhadap Kinerja Keuangan dan Return Saham Perusahaan Pada Industri Manufaktur di Pasar Modal Indonesia”. (Online). Jurnal Bisnis dan Manajemen Sutawijaya, Adrian dan Etty Puji Lestari. 2009. Efisiensi teknik Perbankan Indonesia pascakrisis ekonomi : Sebuah studi empiris penerapan model DEA. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No. 1, Juni, pp. 49-67.
KATEGORI MADYA Talluri, Srinivas. 2000. “Data Envelopment Analysis: Models and Extensions”. Paper on Decision Line Silberman College of Business Administration, Fairleigh Dickinson University. New Jersey Tertius, Melia A. dan Christiawan, Yulius J. 2015. “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan pada Sektor Keuangan”. Business Accounting Review. Vol. 3, No. 1, pp: 223-23 Wulandari, Ndaruningpuri. 2006. Pengaruh Indikator Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Publik Di Indonesia. Fokus Ekonomi, Vol. 1, No. 2, Desember 2006: 120-136 www.aasi.co.id Yuengert, M.A., 1993. “The Measurement of Efficiency in Life Insurance: Estimates of Mixed Normal-Gamma Error Model”. Journal of Banking and Finance. Vol. 17, Pp. 483-496