ANALISIS SPASIAL RESIKO TSUNAMI DAN MODEL-MODEL EVAKUASI DI WILAYAH URBAN KOTA PADANG
TESIS Disusun Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Program Studi Magister T eknik Pembangunan Wilayah dan Kata
Oleh: HENKY MAYAGUEZZ L40006045
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNIK PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008
UNIVERSITAS DIPONEGORO .
ANAUSIS SPASIAL REStKO TSUNAMI DAN MODEL-MODEL
EVAKUASI 01 WILAYAH URSA .. KOTA PADANG
Tesis diajukan kepada Program Stud1 Magtster Tekoik Pembangunan Wlayah dan Kota Program Pascasaljallll Universitas Olponegoro
Oleh. HENKY MAYAGUEZZ
L40006045
D1a1ukan pada Sidang Ujan Tesis Tanggal 30 Desember 2008 Diny9illkan l.uluS Sebagai Syarat Memperoleh GelarMagi$lerTeknik
Semarang,
30 Des ember 2008
Tim Pembimbing: Frederic POUGET - Maitre de conferences (Universite de La Rocneoe, Peral\Cjs) Sugiono Soetomo - Professor {Unillersitas Diponegoro, Semarang) Mengetahui Ketua Program Studi Mag!Ster Tel\nik Pemballgunan WJlayah dan Kota Program Pascasarjana Univefsitas Oiponegoro
\.Or Ir. Joesron Alie Syahbana, M.Sc
Ii
UNIVERSITAS DIPONEGORO .
PERNYATAAN
Dcngan ini saya menyatakilln bahwa dalam Tesis ini tidak terdapat karya yang pemah diajukan untuk memperoleh jjelar kesarajanaan di suatu Perguruan Tinggi. Scpanjang pengetahuan saya, juga tidak teniapat karya atau pendapat yang pemah dimlis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis dialrui dalam uaskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila dalam Tesis saya temyata ditemui duplikasi, jiplakan {plagiot) dllri Tesis orang lainlllutitusi Iain maka saya bersedia menerima sanksi untuk dibatalkan kelulusan saya dan saya bersedia melepaskan gelar Magister Teknik dengan pcnult rasa llmggungjawab
Semarang, Desember 2008
<:-
- -- -· .----- ..--·
/
./
1.-
HENKY MAYA 'UEZZ
NIM L4D006045
ifl
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Tesis
Ini kupersemhllhkan
untuk:
Keluargaku tercinta (islTi dan kedus putri ketnbru-ku) aUIS segala doa dan dukungan yang tidak terhingga, sehingga dengan kesabaran dan pengorbanannya aku dapat menyelesailcan seluruh rangkaian pendidikan lni balk di Indonesia
maupun di Peraneis dcngan suksea,
iv
UNIVERSITAS DIPONEGORO
ABSTRAK
Kota Padang karena situasi geologis dan geografi.s merupalcan kota pesisir yang renun terhadap ancaman tsunami; yaitu benida di debt 2J)Ra subcluk&i Menta\vai, Bahkan resiko semakin tinggi dengan pcningkatan aktivitas sei~noik pada kawasan ini. Remannya Kuta Padang ini disebabkan oleh topograti Jahan perkotaan yang ~giit daw derigan tinglcat kepadatan penduduknya yang tinggi, lnileh alasan-alasan yang mendasari pentingnya analisa resilu bunami pada bangunan-bangunan di Pad1ng. Jadi, penelitian ini menitikberatkan
pada spasialisasi ken!ntanan bangunan dan al~ r.sunami yang
dilakukan dengan menggunakan Sistem lnformasi Geografls,
Hasil peoelitian ini menunjukkan kepsda kita bah"'a wilayah di bagino utara dan tengah kota sangat berbahaya dibandingkan di selamruiya. Sehagian besar dari wilayahwilayah ini terle!ak pada ketinggian kurang dari .S meter, dan umumnya bangunanbangunan ini merupakan pemukiman penduduk yang tidak bertingkat. Seimmtara itu sebagian besar bangunan-bangunan di selatan ltl'letak l)llda lcetinggiao Jebili dari 5 meree, Bahkan banyak ditemukan bangunan besar yang memiliki fimgsi ekonomis, administrativ dan sosial yang mungkin digunabn sebag.U lempat perlindungan sementara. Dengan mempertimbanglc.an resiko tsunami psda wilayah pesisir Plldang, lobsi bangunan besar dan litik-titik kctinggian, kila tc:lah mengidentlfilwi beberapa ji1lur evalruasi yang mungkin digunakaa, baik dengau berlari maup1m dengan mengwiabn kendaraan. Dalam selang waktu I 0 mcnit setelah gompa, hampir semua wilayah di selallm kota rerlayanl oleh proses evakuas] dengan berlari. Namuo, banyak tempat di bagian utam dan tengali tidak wlayaoi dengan model ini, Wilayah di utan. dan tcngah ioi terlayani dengllll e~uasi mengguNkao kendaraan .
.Kata lwnci : rentan, alea, resil.v, tsunamt, bang1man, sel)aran spasia], sm, evakuasi
v
ABSTRACT The city of Padang because of its gDologicaJ and geowaphica/ slluanon is a vulnerable COO$ta/ city of th• tsunamt threat because ii ts close to the tone subduction of Memawai. Moreover, the ris/t. is all the mOl'e high as an intm.rificatian of the seismic
octivity in thi« zo>1c is predictedfor the future. This condition ts riskierbesides becaus« the ropograplty of the city if very plane where a slrong dt!rl.Sily of populatit>n ttves tber«; It is the reasons /DI' which ii pMves to be necessary 10 analyze th.: risk of a tsunami an the buildings within Padang. Research then requiredthe spatiolisation of Jhe vul11nV1bility of me buildingt and risk of a lltDtami which were made (Jy M.'lmg the geographk:al informationsystem (G IS). The re.tult.r a/ this research thaw us that t>u. zones at the nOHhem and <:•fllruJ part of the ciry are more dangerous than that of the soUJh. TM maforiry of these zonesore on the altitude less than 5 meurs, mid geneTally the buildings have the fanclian lib! dwelling there 011 growulfo>or. In odanton, nrqjwlty of the buildings- on fire soUJhern pal1 of the city located on altitude more than 5 meters. Mt>re()Wr,ther« is many l>ig and ta// buildingwhich htJs tire economic function, admfnlstraJive and socilJ! which could be ustd as sheltersof survival at /lie ll'"e of tlui catosll'Ophe ofa t.rwaml. By co>1s/dering the ri.J/t. of a bunomi in th8 cawtal ro1111s of l'adarig, the loco/tzal/onof the big and tall bulldlng,s, and the zonu hfgMr (altitude mor« Jhmt 20 mtt«r.t), wt ldemlji11d certain T01J/11s of awwumfon which could be used, eitlwr whllt running, or by vehic:le. In 10 mtn111e aftqr .reum, alm0$1 oil the znnes in the .tnu11l <>/tM city au covered by 1hs evacuation while running. On the01hcr lrmtd. "'°"Y zone» In north mtd in 1/te c4ntl-Q/ do not In prouctlo« wiih the evacUOJ/011 proceu white running. Thtse zonts are ~red on~v ~v the evacuation in the vehicle.
J(ey
WMd$: vulnerable, risk. tsunami, wilding,spatialiratlon;SIG, evacuation.
vi
UNIVERSITAS DIPONEGORO.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatlcan kebadiran Allah SWT, hanya atas segala rahmat dan karuninnya, pcnyusunan tesis dengan judul ANALISIS SPASIAL
RESIKO TSUNAMI DAN MROF.L-MODEL EVAKUASI DI WILAYAH URBAN KOTA PADANG dapat diselesaikan dengan baik. Tesis ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknik pad11 Program Studi Magister Teknik Pcmbangunan Wila.yah dan Kota di UlliVe?3ims Diponegoro. Selama penyusunan tesis ini, penulis banyak meodapat bantuan, arahan clan saran yang sangat beananfaat demi kelancanm penyusunan. Untuk itu pada kesempatan ini peoulis menyampaikan ras.a. terima kasih kepada: l , Bp. Prof. Dr. Ir. Sugiono Soetomo, DEA seleku mantan ketua Pro~ Studi Magister Telcnik Pembangunan Wil ..yllh dan Kota di Universitas Diponeaoro yang telah melahirkan kerjasama Double Degree antaro Universitas Diponegoro Semarang dan Universite de La Rochelle, Perancis. 2. Sp. Dr. Ir. Joesron Alie Syahhana, M.Sc selaku kctua Program Mllgister Teknik Pembangunan \Vilayah Kota di Universitas Diponegoro. '.!. Monsieur Frederic Pouget, MCF de {}Wgraphie (SJO), xlaku pc:mbimbio.g utama di Universltl! de La Rochelle yang telah mengarahlc.an dan raemberi semangat untulc: menyclesalkan tesis ini. 4. Monsieur Frederic Rousscaux, MCF dan Madame Isabelle Saccareux, MCP, selaku peoguji tesis di Cni'it:cisili de La Rochelle, Pcrancis 5. Monsieur Louis Marrou dan Madame Viiginie Duvat Magnan yang telah mcmberikan kesempataa untuk rnengikuri program master tahlDl kedua di Universitas de La Rochelle, Perancis
6.
Bp. Deddy R.Priatna selaku Kepala Pusbindiklatren Bappenns }'11118 telah memberikan dukwigan beasiswa sclama mcnempuh pendidikan, baik selama kursus Bahasa Perancis di CCF Jakarta maupun selama menempuh kuliah tahun pertama di ill'olJfP
7.
Madame Anne Evrart selaku Pimpinan SCAC Kedutaa.o Perancis di Jabrta yang
telah
memberikan
izin
dao tlukungan
financial
(Boursicr
de
Gouvemement Fraacais - BGF) selama mengikuti pendidikon di Indonesia
8.
dan di Per aneis lhu nr.!r. Ita Widowati, DEA dan Bp. Ir. Baskoro Roehaddi, MT selaku peml>imbing I dan II Pratesis,
9.
1.striku tereinta Himmah H idayati, kedua putri kembarku yang cantik Anaisa Cabyani Mayaguezz dan Arulisa Rahmayani Me.yaguezz, orang tua dan keluargaku yaog selalu memberikan semaogat clan dukungan selama
menempuh
pendidikan pascasarjana, bailc di Universitas Diponegoro
(UNDIP) Semarang daa Universite de La Rochelle (ULR) Perancis I 0. Semua pi hak yang tel ah mem bantu rnembetikan data, refereasi, arahan, dll yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
vii
Akhir kata, penulis ingin menghadirkan tesis ini unmk negara)ru terointa. Indonesia dan kotaku yang indah, Padang ....
Semarang,
Desember 2008 Penulis
Henky Mayaguen
viii
UNIVERSITAS DIPONEGORO
DAFTARISI
HAL.AMAN JUDUL ·····-·········-·--··-·········-····-····-······-·---·····-·-·-····-······ i LEMBAR PENGESAHAN - •........._.., --····..··············•••••···ii LEMBAR PKKNY ATAAN ················--··-··..••••·•••• ..····························-····--·iii
LEMBAR l'ERSEMBAHAN ········--·--·----·--·-···-··• ABSTRAK. _ - KAT A PENG ANT AR
·-···--· -
·······--·-·-·--············· ..•.. ····-··--
-
" Iv v
vii
DA.Fl' AR lSI ·········-- ..-······-············-····-·---·--··-- ..··--·-·················· Is DAFT AR TAB:EL , _ _._,,__ 11 DAn AR. GAMBAR--·· ..~·- - - ····-······· Iii BAB I BAB R
PF.NDAHULUAN
-·-··-·-··-·····-·-·--
-
KAJIAN TSUNAMI, RESJXO DAN ICERENTANAN PADANG 2.1 Teor] Tsunami dan PericembingM Kota 2.1.l Pm~~ ierjadinya tiunami
2.1.2 Perkcmbangan Koca 2.1.:J Variabel tingkat kttawanan bencanA K.o1a Padang
2.2 Kota Padang
2.2. l ICondisi Umum
_7 7 7
12 IS 22
:22
2.2.2 lklim dan puloo
22
2.2.3 Relief dan laut
23
2.2.4 Mocfologi pantai Padang
2-4
2.3 Resiko Bencana
25
7.. 4 K.erentanan ·-· 2.4.1 Keren1an"" fisik 2.4.2 Kercntanao sosial 2.S Tcrnpal porlindungan scmcn!Ma danjalu.r evakuiui: dua elernen utmna untu]; mengantisipasi bencana 2. 5. I Tempat perlindun&&o semmwa yang mu.dab dicapai 2. 5 .2 Pengamran proses evakuasi meuuju tempat perUnduogao BAD
- •• l
28 28 34 36 36 38
m 3.1BAH.AN DAN METOD.E ""·--·--·-·-·····-····-···-·"-·······-·-·-··u !Jahan dan Materi __ 42 3.1.1 Sumber Datxi - 3. l . l .1 Image Google earth J.l.l.2 Citra SPOTS 3.l.lJ MNT SRTM I DEM J. 1.2 Alat yang diguPakan
3.2 Mctode 3.2. \Peta Kerentaaan
_
-
42
42 4,
-- .. -
-
3 .2. I . I Pengolahan Image Google Earth 3. 2. I . 2 Pembangunan data-data dasar ban gun.an danjalan 3. 2. l . J Affekwi ti ngi(at Jc~ bangunan 3.2. l .4 Pembuatan kisi-kisi keren11t111111 bangunan
44 15 45 46 .41 SO
SZ 53
J.2.2 PetaAlca ·········-·········--·-·····-····-·-·-·· 55 3.22. I Ekstraksi DEM SR'TM pada wilayah studi S6 3.2.2.2 :o.1embuaz wilsyah-wilayall geDangilll 56 J.2.2.3 Mengg;.bung)can semua tingkat alea ke dal:un setu !ayer 61 32.2.4 Membuat kisi-kisi alea 62 3.2.3 Peta resiko dan daerah rawaa lS\tmuni di Padang 64 3.2.4 Peta ternp
79
4.4 Evakllasi 4.S Evaluui Reneana Tata Ruang KOCA BAB V KESOO>ULAN S. l Kesirnpulan
_
82 ll2
-·-·-·-·-·-········-··-·-··,.···
90 90
S.2 Rl:kumendasi
LAM.Pl.RAN .,
-
93
-
-
..-n
_. .•.---·-······
_ •• , ••
98
U·NIVERSITAS DIPONEGORO.
DAFI'AR TABEL
TABEL H. l. Populasi penduduk menurutjenis kelamin clan umur (2005) ........ 33 TADEL Ill.I
Ponderasi kerentanan bangunan menurut penggunaan dan ripe Konstruksinya
·----
-
52
T ABEL IU.2. Peneneuan tingkat kefClltamn dengein menambahkan parameter J umlah cingkat bangunan (kerentanan antara I daD 1) ..
.. . 5 3
T ABEL 111.3. Alea x vulnerahility .. ---·---·-·-·· 66 TAB EL IV .1. Luas daerah dan Kepadatan Pcnduduk menurut Kecamatan di Kota Padang Tshun 2005 dan Perkiraan KepadatanTahun 2013......
88
UNIVERSITAS DIPONEGORO
DAFrAR GAMBAR
OAMBAR l. l. Peta rawan tsunami di Indonesia
I
OAMBAR l.2.
3
Topografi Kola Padang
GAMBAR 2.1. Proses patahan vertical di dasar laut y11Dg bQ!lgkitk&i tsunami••.•••• & OAMBAR 2.2. Perbedaan gerakan air laut anlal:JI gelombang biasa dan tsnami.. .. 11 GAMBAR 2.3. Peoses refeksi tsunami ketika memasuki teluk ...•••••.•••••.•••••.••.••..•1 B GAMBAR 2.4. Situa~igeologis dan batimetri wilayah PAD ANO 23 GAMBAR 2.S. Sungai dan tipe pantai di Padang 24 GAMDAR 2.6. Episcnb'um gempa pada zona sulxluksi Sumarera tanggal 12 dan 13 GAMBAR2.7.
Septembre ···••••·••·••·••••••••·••·•••••·•••••·••·••· .•••.•.•.••..... 26 SesatMentawai yangscmakin beresiko 27
GAMBAR 2.8.
Lekasi fasllltas yang dipertaruhkan di Padang
32
OAMBAR 2.9.
Jaringanjalan di Padang
39
GAMRAR 3. I. Sebuah potongan Image Google Earth Kota Padang .........•.•........•43 GAMBAR 3.2.
lmage Padang dari citra. satelit SPOT 5
44
GAMBAR 3.3. Proses pcmbuatan peta kerentanaa
46
GAMBAR 3.4. Image Google Earth yang diambil
47
GAMBAR 3.5. Image yang diinginkan
47
-
GAMBAR 3.6. Tempat image baru
48
GAMBAR 3.7. Penggablllll!an tiga image dengan sisi memanjang
-48
GAMBAR 3.8. Hasil mosaik 20 image Google Earth
49
GAMBAR 3.9. Perangkat georeferensi
49
GAMHAR 3.10. Penyirnpanan titilc-titikgeoreferensi
50
GAMBAR. 3.11. Salah S4tU sudut pada layer polygon bangunan
.51
GAMBAR 3.12. Sahib satu sudut pada layer jalan
51
GAMBAR 3.13 • .Konversi layer vulnerability ke raster
-
54
GAMBAR 3.14. Hasil penl!Plahan layer vulnerability dalam henluk raster •...•.•••••• 54 GAMBAR J. ts. Proses pembuatan peta
alea
GAMBAR 3.16. Ekstraksi wila.yah Sllldi
55 56
)di
OAMBAR 3.17. Tools Spatial Analyst
51
GAMBAR 3.18. Klasiliklll.si lretinggianairnormal (Om)
57
GAMBAR 3.19. Ketinggian air Om
57
OAMBAR 3.20. Ketinggian air Om setelah di zoom
58
GAMBAR 3.21. Pengk.lasifiktl!lian sampai ketinggian air 2m
58
GAMBAR 3.22. Eksport ke ER Mapper
S9
GAMBAR 3.23. Vectorilllllli image
S9
OAMBAR 3.24. Ek:iport file kc
60
OAMBAR 3.25. Wilayah genangan sampai 2m
60
OAMBAR 3.26. Penggabungan layer at.la
61
GAMBAR 3.27. Layer dengan 5 tingkat genangan
62
OAMBAR 3.28. Konversi layer alta k.e raster
63
GAMBAR 3.29. Huil pengolahan layer alea dalcun bentuk raster
63
GAMBAR 3.30. Klasiflkas! ulllJl,ll llCll'lua ringkat alc!a
64
OAMBAR 3.31. Klasltilwi semua tinglcat kenmtaa.an (vulnerability)
65
OAMBAR 3.32. Calculatrice raster alc!a dan vulnmbility
67
OAMBAR 3.33. HasiJ pengolahan petareslk.o tsuruwl
67
GAM.BAR 3.34. Lokasi gedung tempat perlindUJll!NI di Padang
68
GAMBAR 3.35 Jariogaojahm
70
OAMBAR 3.36. Poses memasukkan tem.pat pedindungan kc jaiugan
70
GAMBAR 3.37. Tempat perlindungan terintegrasi psda
71
peta
GA.MBAR 3.38. Lokasi gedung-gedung tempot perlindungau dan pcrliodungao alamiah
72
OAMBAR 3.39. Daerah layanan evakuasi menuju gedung dan ~pal ketinggian dengan berlari setdah I 0 menit
72
GAMBAR 3.40. Daerah leyanan evakuasi dengan menggunakan kendaraan 5etelah
to menit
-
73
OAMBAR 4.1.
Vulnenbility bongunan di Pode.ng
7S
GAMBAR 4.2.
Spasialisasi alea tsunami di Padang
77
OAMBAR 4.3.
Wilayah resiko tsunami di Padang
80
xiii
GAMBAR 4.4.
Distribusi tempat perindungan sementara dan daerah l11yanan
evakuasi (deagan bcrlan) di sclri1arnya
~ 83 GAMBAR 4.5. Distribusi temper pedindnuganalamj dan daerah layanan evakuasi (dengan kendaraan) di selcitamya . ···-····
86
UNIVERSITAS DIPONEGORO
BABI
PENDAHULUAN Secara geologis, Indonesia terletak pada wilayah yang memiliki kontak langsung den.gan tiga lempeng tektonik dunia: yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik. Hal inilah yang menjadi alasan dimana Indonesia memiliki begitu banyak gunung berapi dan wilayah yang rentan terhadap gempa bumi. Jika aktivitas seismik dan vulkanik tersebut berlangsung di laut, mereka dapat membangkitkan gelombang tsunami sebagaimana bencana yang terjadi di Aceh pada akhir Desember 2004. Sehubungan dengan fenomena ini, Kota Padang terletak pada suatu wilayah yang beresiko terhadap tsunami dimana secara geogra:fis berada pada wilayah pesisir Surnatera Barat dan dekat dengan Kepulauan Mentawai.
Sumber : http:llwww.1.rnnarisque.cnrs.fi-l
GAMBAR 1.1. PETA RAW AN TSUNAMI DI INDONESIA
1
2
Wilayah ini diperkirakan sebagai sesar yang sangat aktiv: runtuhan terakhir dari sesar ini terjadi pada tahun 1797 dan J 833 (Borrero er al, 2006).
Sementara itu, resiko bencana semakin besar dengan peningkatan aktivitas seismik pada wilayah ini di kemudian hari. Kondisi ini da-pat mengakib&tlnm gempa
bumi
yang mungkin diikuti oleh gelornbang tsunami yang dapat
menghancurkan ibukota Propinsi Sumatem
Barnt
dalam waktu I 0 menit setebih
gernpa (Natawijaya, 2002).
Bahkan menurut USOS, zona subduction Sumatera ini telah digoyang oleh gempa dengan magnitude Mw 8.4 pada f8Dggal 12 September 2007 (lokasi pada 4 JO km tenggara Padang) den oleh gempa dengiin magnitude Mw 7,9 pada tanggal 13 September 2007 (Jokui sdcilar 190 km tenggata Padang). Namun
akibat gempa terakhir ini, Sesar Mentawai ini belurn rnengalami keruntuhan secara benar (Cea, 2007)1. Diperkimkan masih oda sekitar 200 km wilayah yaug belum runruh sejak 1833. Sementara itu sesar disebelahnya (Siberut)
yang
rnengalerni kenmrunan pada tahun 1797, semakin aktif akibat aktivttas seisrnik
terakhir ini, Disamping
itu, Kota Padang memiliki populasi penduduk yang sangat
padat, yaitu RO 1.344 jiwa (Padang Dal.am Angka. 2005). Sekitar ~50.000 jiwa diantaranya hidup di daerah pesisir yang AAllgal datar kurang dari I 0 meter dlatas permukaan laut (Pera 2).
Lntuk. meneapai wilayah wilayah aman jika t.erjadi
bencana tsunami, masyarakat yang tinggal di pantai luuus menggunskan moda transportcsi.
Namun berdasarkan pengalaman yang ada, kemaeetan
selalu
3
menghalangi proses evakuasi ini. Masyarakat yang panik akbirnya tidak berhasil mencapai wilayah aman akibat terjebak kemacetan ini.
P1:1J'A lQPOGRAFI KOlA PADANG
}"SO.
~11 ........ ,...
""'""J ..
-·-
~
.&,,..,iP,.-
Jall.At-1MS.~~
__)>__ ........ ..
l..-*li"
...
~~U--~-l.!l~Uilalt~-~l"JWll'.Gf'.!11":~
...........
.,.~-7"''Ufio~H').1t.lM.l\_
~T~ f:of.10GJ1AS; fi0"'14P,Al),&.I(; ~ISl.$Ut.1:11.Tit4e#l.Ar
·-GAMBAR 1.2. TOPOGRAFI KOTA PAD ANG
4
Untuk rnenghadapl sebuah sistem mitigas]
ekonomi.
rnerupakan ~hnah
Kota Padang terhadap ancaman
tsunami harus diterapkan
adalah mencari kompromi sosial
kerentanan
(Diposaptono,
optimal antara lc.eamanan penduduk
Penempatan
sistem
peringaran
tsunami
2005). Tujuannya dan pcrkembangan
di Samudera
usaha untuk mengurangi resiko pada sumbemya
menunmkan kerentanan melalui penycberluasan
tsunami,
Hindia
dengan
informasi seem dlni kepada
masyarakat. Meskipun demikian, keberadaan sistem peringatan dini ini harus diikuti dcngan pengetotsan wilayah pesislr khususnya pada wilayah yang beresiko tioggi (Ozer, 2005). Jedi, pemerintah
harus
menemukan ~nlus:i terbaik untuk
mernperkecil dampak kerusakan dan korban yang mungldn terjadi. Untuk itu pemerinrah mengambil kebijakan yang cocolc pada pengelolsan wilayah pcsisir
untuk mernbatasi dampak-
pernbanguoan pembangunan
adanya isu terkait, pcnentuan wilayah ~lindungan yang amaa, dan perbeikan jcmbatan-jembalan,
kualitM jalan sea wall
menuju daerah
perlindwigan,
daa membuat Peraturan Daetah
Darurat Bcncana, Disamping itu kesepakatan umwn telah diadopsi sehubungan dengan pentingnya pelaksanaan program edukasi kepada semua lapisaa masyarokot agar
beberapa kearifan lokal terhadap bencana dapat diterima dengan beik dan agar supaya sikap reflek terhadap peneegahan bencana mcnjadi tecpadu (Delbeeq, 2004; United Nation, 2004). Seiring dcngan pemikiran iui, Pemerintah Padang telah menerapkan
Kota
pendidikan publik pa.da masyarakat dan sekolah-
s
sekolah (dimulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas), bersamaan dengan itu juga dlterapkan program simnlasi pencegahan secara periodjk,
Simulasi terakhir yang dilaksanakan adaJah pada tanggal 17 Desember 2007. Jadi, problematik dalam
penelitian
ini
adalah sebagai berikut:
Bagaimanakah kerentanan Koui Padang menghadapi ancamaa tsunami, dan dalam situasi bencana, Dimana saja tempat perlindungan yang harus dicapai secepat mungkin oleh masyarakat agar proses evaJroasi dapar meminimalxan jumlah potensial korban yang mungkin terjadi?
Beedasarkan peoblematik ini, pertama-tama kami melakukan riset bibliograf kemungkinan
tentang kereatanan wilayah
urban dan tentang alea (bahaya
datangnya bencana). Kercntanan menunjukkan tingkat kerusakan
yang mungk.in dialami oleb semua hal (manusia, barang dan fasilitas yang ada} (Reghezza, 2006).
Untuk memahami kerentanan bangunan di Kota Padang, kami melclcukan identifikasi dan pengkelasan bangunan-bangunan
sesuai dengan penggunaannya,
tipe kcnstruksinya, di1n jurn)ah Iantaiaya, Proses ini dilakukan dengan
menggunakan beberapa gambar Google Earth Pro. Sementara
itu,
Alea rnenunjukkan
kemungkinan-kemungkinan
akan
terjadinya sebuah proses fisik dari sebuah kasus bencana alam (Reghezza, 2006).
Pendugaan adanya alea ini dilakukan dengan menggunakan data-data DEM (Digital
Elevation Model). Dengan adauya data-data ini, kita selanjutnya
menggombarkan dan menganalisis sebuah situasi yang dapat menimbulkan resiko
6
dengan menggunakan Sistem Infonnasi
Geogratis. Alhimya
kita dapat
memaparlcan resiko pada sebuah peta dengan skala yang besar, Kemudian kita melanjutkan pekerjaan ini (tabap kedua) dengan mencari bangunan-bangunan pada wilayah resiko yang mungkin menjadi rempat perlindungan sementara (buatan). Bangwian-bangunan ini dapat melengkapi
tempat pedindungan sementara alami di wilayah ketinggian yang umumnya terletak di bagian Timur Kora Padang (sekitar 4 sampai 6 km dari pantai). Wilayah ketinggian ini rnerupakan wilayah perlindungan sementara dari bencana
yang terjadi di kawasan pesisir seperti badai, kenaikan muka air laut dan tsunami (D:iuphine, 2003).
Akhimya, pada tahap ketiga, kita melakukan identifilcasi alcses jalan dari
wilayah resiko menuju tempat perlidungan (alami maupun buatan) dengon menggunakan jaiur jalan sehagai jalan evakuasi. Dengan demikian kita dapat mengusulkan sebuah susunan proses evakuasi yang baru pada wilayah ini jik.a terjadi bencana tsunami.
UNIVERSITAS DIPONEGORO
BABII KAJIAN TSUNAMI, RES.IKO DAN KERENTANAN PADANG
2.1. Teari Ts~urami dan Pukembangaa Kot.
2.1.1. Prus"s terjadinya ts11J1ami Tsunami
berasal dari
bahasa Jepang, kata 'tsu· yang
pelsbuhan/laut dan 'nami' yang berarti gelombang. T=i
berarti
s~ring terjadi sebagai
akibat dari pembentukan kembali topografi littoral atau bawah laut secara mendadak karena adanya gempa bumi yang berpusat di bawah laut dan letusan guaung api di laut (Pirazzoli, 1993). Sementara itu Ingmanson dan ~
(1973) dalam Hajar (2006)
mendeskripsikan tsunami sebagai gelombang laut yang mempunyai periode panjang gelomba.ng yang ditimbulkan oleh suatu gangguan impulsif yang terjadi pada medium laut, sepcrti tetjadinya gempa bumi dan erupsi vulkanik. Diposaptono dan Budiman (2006} menambahkan bahwa, selain kedua penyebab
diatas. tsunami lugs dapat ditimbulkan oleh tanah longsor. Kcjadian tsunami yang meoimpa Indonesia, wnumnya disebabkan oleh gempa tektonik di sepanjang daeeah subduksi dan daerah seismik alctif lainnya (puspito. 1997). Selama kurun waktu 1600 hingga 1999 terdapat 105 kejadian tsunami, dengan komposisi 90% dibangkitkan oleh gempa-gempa lektoni.lc,9"A. oleh letusan gunung berapi di daser laut dan hanya I% yang disebabkan oleh
loogsoran (landslide) (latief eta!., 2000 da/am Diposaptono dan Budiman, 2006). Gcmpa tektonik disebabkan oleb pergeseran aotar Iempeng, Namun tidak semua pergeseran daput roenyebabkan tsunami. Tsunami terjadi hanya akibat 7
8
pergeseran
lempeng
mengakibatkan gelombang
secara vertikat
perubahan
yang berukuran
muka 150
setelah
berbenturan
laut yakni
terbentuknya
di dasar laut, sehingga puncak
dan
lembah
km antara puncak gelombang yang satu dengan
puncak gelombang lainnya ke segala arah (Diposaptono dan Budiman,2006). Lebib Lanjut Prof. Yoshiaki Kawata dalam Diposaptono dan Budiman (2006) menjelaskan bahwa apabila gempa dengan patahan vertikal, baik patahan naik atau turun (lebih dari beberapa meter secara mendadak dart vertikal) terjadi di taut dengan kedalaman ribuan meter dan kekuatan gempa lebih dari 6,5 SR serta pusat gempa berada pada kedalaman kurang dari 60 km dari dasar taut, maka tsunami akan terjadi,
Flood1idu ..
(a)
Ebl:l!rgtide
....
(b) Sumber: hflp: d1saster.<'lrini.11e1 t.1·1111r1111i.cgi
GAMBAR2.l. PROSES PATAHAN VERTIKAL DI DASAR LAUT YANG MEMBANGKITKANTSUNAMI
9
(a) Bila lempeng samudra bergerak naik, wilayah pantai akan rncngalemi banjir air pasang sebelum datangnya IBunami (b) Bila lempeng samudera bergerak tunm, di wilayah pantai air laut ekan surut sebelum datangnya tsunami.
Lebih lanjut Diposaptono dan Budiman (2005) menjelask.an bahwa
proses terjodinya tsunami diawali oleh dua lempcng tcktonik yang sating berbatasan, bergerak relatif terhadap sesamanya, Gesekan dua lcmpeng ini diasumsikan bersifat elastis clan semakin terakumulasi dari waktu ke waktu. Aktivitas tc:k.tonikyfillg rnenirnbulkan energi elastis tersebut lebih lanjut akan
menghasilk.an pembentukan pegunungan, lembah, b'llllWlg api dan tsunami yang terletak di sepanjang bidang batas-batas lempeng tersebut, Dengan kata lain. batas-batas Iempeng merupakan suatu daerah yang secara tektonik sangat aknf Pergeseran lempeng di daser lam, 1<elain dapat mengakiOOtkan gempa
juga seringkali menyebabkan peningkatan aktivitas vulkanik pada gunung berapi. Kedua hal ini dapat menggoncangkan air laut di alas Iempeng tersebut, Demikian pula, meletusnyn gunung berapi yung terletak di dasar samudera jugn dapat menaikkan air dnn membangkitkan gelombang tsunami.
Sahib satu bcncana tsunami akibat meletusnya gunung api di laut adalab tsunami akibat letusan Ounung Krakatau pada tanggal 26 Ihm 27 Agustus 1383.
Bencana ini merupakan salah satu bencana ierbesar karena rnemban.gkitbm tsunami dengan k.etinggian mencapai 35 meter. Akibamya, bencana ini telah me\uluhlantakkan pesisir Lampung clan Banten (Jawa Barat) dan merenggut puluhan rib11 nyawa. Gelombang tsunami akihat letusan Gunung Krakatau ini
10
tidak hanya berdampsk pada Indonesia saja, tetapi tsunami ini bergerak keluar
rnenyeberangi Samudera Pasisfik dan Hindia (Diposaptono daa Budiman, 2006). Tsunami terjadi di perairan laut lepas dan bergerak menuju ke perairan dangkal dekat pantai. Perubahan energt tsunami yang tergantung pada kecepatan dan tinggi gelombang adalah hampir koostan. Konselmensinya pengurangan kecepatan j uga bampir konstan pada saat rnenuju perairan dangkal, sehingga energi tsunami terasa semakin bertambah besar di perairan dangkal. Karena pengaruh shoaling, tsunami tidak t~liliatan di perairan laut dalam, tetapi dapat mertjadi beberapa meter atau lebih tinggi di deknt pantai. Ketika Tsunami mencepai panrai, tsunami dapat menimbulkan gclombang jatuh atau gelombang naik yang sangat cepat, ysng merupakan rangkaian ge!ombang penghancur (Kodoatie, 2006). Ketika mencapai pantai, kecepatan tsunami yang naik ke daratan (run-up)
berkurang menjadi 25-100 km!jam. Gelombang
yang
berkecepatan tinggi i ni bisa menghancurkan kehidupan di dserah pantai clan
kcmbalinya air ke laut setelah mencapai puncak ge!ombang (nm-down) bisa menyeret segala sesuaru ke laut, Dataran rendahpun dapat menjadi tergenang
membentuk lautan baru Ditinjau dari pergerakan
RJT,
gelombang tsunami berbeda dengan
gelornbang laut biasanya, Gelombang laut biasanya berlangsung secara periodik akibae adanya gaya gesek angin atau gelornbang p3S3Dg oleh
gaya tarik
benda
angkasa,
surut
yang ditimbulkan
Sedangkan gelombang tsunami
akan
menggerakkan seluruh kolom air laut dari pennukaan sampai dasar (Diposaptono
11
dan Budiman, 2005). Berikut uu dapat dilihat perbedaan kedua gelornbang tersebut. (Garnbar 2.2.).
Wind waves come and go without fiooding
hp
.
are/!
...-::!-.:...-...." .. y .r·" _,,/
Tsunamis
/
nm qulo'klyover the tand as a wall' of water.
GAMBAR2.2. PERBEDAAN PERGERAKAN AIR LAUT ANT ARA GELOMBANG BlASA DENGAN TSUNAMI Gelombang tsunami bergerak dengan kecepatan tinggi dan dapat merambat lintas-sarnudera dengan sedikit pengurangan energi. Tsunami dapat menerjang wilayah yang berjarak ribuan kilometer dari sumbemya, sehingga pad.a daerah yang jauh ini memungkinkan adanya sellsih waktu beberapa jam antara terciptanya gelombang ini dengan bencana yang bakal ditirnbulkannya di pantai. Selisih waktu yang cukup lama ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan evakuasi dan menyelamatkan hal-hal yang penting. Sebaliknya jika jarak antara pusat
12
gempa dengan daratan sangat dekat, maka waktu yang tersedia untuk evakuasi sang at stod ikit.
Waktu perambat.an gelombang gelombang tsunami lebih lama dari wakru yang diperlukan oleh gelornbang seismik untuk mencapai ternpat yang sama, sehingga sistem
peringatan
dini tsunami
dapat menginfonnasikan
tentang
kedatangan gelombang tsunami lebih awal. l.1.2.Perk.embangan
Kata
Sementara itu pcrkembangan kota merupakan pcrubahan
)'Mg
dialami
oleh daerah perkotaan pada aspek-aspek kehidupan dan penghidupan, seperti kondisi fisik, perekonornian,
sosial daa kemasyarakatan, Perkembangao kota
dideflnisikan sebagai poses perubabao suatu Uadaan ke keadaan lain dalarn lo.rrun waktu yang berbcda (Yunus, 2005). Seiring dengan rneningkatnya populasi penduduk perkotaan maka terjadi pula peningkatan Adanya
kebutuhan aJcan lahan unruk alctivitas clan tempat tinggal.
keterbatasan
pengambilalihan
lahan
di
dalam
kola
telah
menimbulkan
gejala
lahan non urban oleh penggunaan lllhan urban di wilayah
pinggiran kota. Menurut Yunus
(2001), proses pereu1bt:!an penllltlpakan fisik
lcekotaan ke arah Iuar disebut sebagsi urban sprawl atau peeoekaran .fisik kota. Dan menurut Northam (dalarn Yunus, 2001) menyatakan bahwa pemekaran fisik kota merupakan ekspensi konsentrasi kota yang meliputi konversi lahan di wilayah pinggiran dari penggunaan non urban menjadi bersifat urban. Menurut
Melville C. Branch (1996), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan kota, yaitu:
13
l)
Keadaan geografls; mempengaruhi fungsi dan bentuk fisik kota. Suatu kota yang berfungsi sebagai simpul distribusi perlu terletak pada simpul jalur
transpo.rtasi, seperti p(lda persimpengan jalur transportasi regiol131. 2) Tapak (site); mernpengaruhi perkembangan suatu kota yang ditinjau dari topograflnya, Jika suatu kotu mempunyai topografi yang telatif datar, maka perkembangannya ke segala anth akan lebih mudah, Sedaogkan pada lokasi di pegummgan biasanya mempunyai kendala yang berbeda, 3)
Fungsi kota; suatu kota yang memiliki banyak fungsi pada umumnya secara ekonomi akan lebih kuat dan cepat berkembang bila dibandingkan yang
berfungsi tunggal. 4) Sejarah kehmfayaan; mempunyai pengaruh tcrhadap karakte.rhtik fisik dan
sifat masyarakat kota. Unsur-unsur umum yang meliputi bemnk pemerintaban dan organisasi administratif, jaringan transportasi, penyediaan air bersih, pelayanan sosial dan lain-lain j uga turut mempengamhi perkembangan kota ke arnh tcrtcntu.
Sernentara itu koudisi topografi atau perkembangan sosial ekonomi suatu
kota akan mcngakibatkan beberapa pola perkembangan (Jayadinata, 1999), yaitu: l)
Pola menyebar; terjadi pada kondisi topografi yang seragam dan ekonomi yang homogen. Teori tempat pemusatan (central place theory) dnri Christaller menyatakan bahwa pusat-pnsat pelayanan cenderung terseblll" di dalam suanr wilayah menurut pola hexagonal.
2) Pola Sejajar; terjadi sebagai akibat adanya perkembangan scpanjang jalan, lembah, sungai atau panlai.
14
3) Pola merumpun; terjadi pada topografi yang agak datar tetapi terdapat beberapa relief lokal ya11g nyara dan seringkali bethubungan dengan pcrtarnbangan. Dari Iaktor eksternal perkembangan kora, Soegijoko (2005) menyatakan bahwa kererkaitan dengan kota-kota lain, baik dalarn rnaupun luar negeri serta keterkaltannya dengan hinterland atau daerah pedesaan memegang peranaa yang penting dalam pembentukan pola dan struktur sistem perkotaan
serta
mc:rangsang
pertumbuhan suatu kota.
Sistem perkotaan adalsh simpul-simpul dari suatu kota yang merupakan konsentrasi keruangan penduduk dan kegiatan di dallUll wilayah regional maupwi nasional dirnana terjndi interaksi, baik antara simpul dengan simpul maupun antara simpul dengan dacrah seknamya. Struktur
berbeda-bcda sesuai dengan Iungs! yang dilaksanakan oleh tiap ruhsistem atau pusat pernukiman didalamnya. Seeara ekonomis, hubungan antara dua tempat dijelaskan melolui teori Carrothers (dalam Daldjoeni. l 998): Kekuatan hubungan ekonomis antara dua rempat berbanding lurus dengan besarnya jumlah penduduk. don bcrbanding terbalik dengan jarak antara keduanya. Makin besar jumlah penduduk dari dua tempat maka interaksi .k.eduanya akan semakin besar tetapi jika jaraknya makin jauh rnaka inreraksinya juga makin kecil.
Perkembangan kota Padang yaag dipengaruhi oleh topograti kota yaug relatif datar di bagian ubra mengakibatkan tingginya penggunaan lahan di wilayah ini. Apalagi dengan peran Kuta Padang sebagai pusat pemerintahan
15
propinsi Sumatera Barnt dan pusat kegiatan ekonomi regional. Lebib lagi dengan adanya infrastruktur transportasi utama berupa pelabuhan laut dan bandara yang
bcrtaraf intemasional semakin menambah daya tarik Kota Padang. Berdirinya berbagai universitas terkemuka baik negeri maupun swasta semakin meningkatkan perkembangan kota. Ribuan mabasiswa dari berbagai kota, baik dari dalam Propinsi Sumarera Barat maupun dari llllU' Sumatera Barat datang untuk menuntut ilmu di Padang. Sehingp jumlah penduduk Kota Padang
semakin tinggi dari wskru ke waktu. Pada tahun 2005, jumlah penduduk Kota Padang sudah mencapai 80 l .344 jiwa, dlUl pcnduduk yang tingga.1 di daerah pesisir adalah 340.446 jiw11 atau sekitar 43% dari populasi total Kota l:'adang
(LIPI-UNESC'0,2006). 2.1.3. Variabel Tingkat Kerawana11 Bencana Tsunami Kota Padang Sebagian besar wilayah pesisir Indonesia, yaitu pesisir barat Sumatera,
pesisir Selatan .Tawa, Bali dan Nusa Tenggara bcrada cukup dekat dengan subduction zone, dimana terjadi perternuan lempcng benua dan lempeng samudera yang bersifat menujam dan potensial menimbulkan tsunami besar setiap periode tertentu. Dengan demikian baayak kota-kota pantai di Indonesia yang rentan terhadap bencana alam tsunami.
Menurut Natawijaya dalam fkawati (2005), Salah satu kota yang memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap bahaya tsunami adalah Kota
Padang. Analisanya adalah Kora Padang mempunyai jarak yang dekat dengan Kepulauan Mentawai. Gempa yang berpusat di sekitar Mentawai dapat menirnbulkan tsunami yang akan menerjang lbu Kota Sumatera Barat ini dalmn
16
wllktu I 0 men.it setelah gempa terjadi. Ancaman gempa besar dan tsunami di Pantai Baral Sumatera ini bukan hanya datang dari Pu!au Pagai Utara den Pagai Selaran, tetapi juga pulau lain di gugusan Kepulauan Mentawai, yaitu Pulau Sipora yang terguncang gcrnpa tahun 1600-an dan Pulau Siberut tahun l 797. Sejak itu keduanya tertidur panjang untuk menghimpun kckuatan, Saat ini kondisi keduanya sudah cukup 'matang' untuk sewaktu-waktu mengl!dalcan serangan kernbali. Cetetan sejarah gernpa di Mentawai menyebutkan, kepulnuan ini pada
tahun 1833 pemah diguncang gempa bedtelcuatan 9 pada skala Richter. Gempa di wilayah lni memiliki penode pengulangan
selcitar 200 tahun, Mengncu pada
periode pengulangan ini, dipetkirakan gcmpa di Pulau Pagni llkan terjadi lagi
sekitar tahun 2033. N11111un pulsu lain di sekitar Pagai ak1111 lebih dahulu bergoyang (Natawijaya do/am .lbwati, 2005). Bahaya tsunami tidak hanya mengancam Kota Padang, tetapi kota-koea
pantai Ioinyo di pcsisie barat Sumatera sepem Kola Pariaman, Kota Painan di Kabupaten Pesisir Selatan dan Kota Bengkulu. Gempa yang berpusat di sek.itar
Mentawai akan rnenimbulkan tsunami yang bak.aJ mengacam Kota-Kota tersebut. Menurut Hajar (2006) tingkat kerawanan
bencana tsunami di Kota
Padang dipengarubl oleh enem parameter. Parameter-parameter tersebut antara lain adalah: Jarak pantai dari sumber gempa, bentuk garis pentai, jarak. dari garis pantai yang digabung dengaa elevasi daramn, jarak dari sungai, kerertindungan
daratan dan pulau penghalang,
17
- Jsn11k Pantai dari pusat gempa
Daeraa yang mempunyai j11r.tk yang semakin jauh dari swnber penyebab tsunami ekan menyebabkan daerah tersebnt menrpunyai tingkat kerawansn yang scmakin
kecil. Jauhnya jarak ini menjadikan waktu yang dibutuhkan
gelombang
oleh
tsunami untuk mencapai pantai menjadi semakin lama. Dengan
demikian, daerah yang jauh akan mempunyai wakm banyak untuk proses evakuasi sehingga kerugian dapat diperkecil. Berdasarkan jarak dari pusat gempa ke panrai, ancaman tsunami dapat
dikelompokkan menjadi dua rnacam yaitu tsunami jarak pendek (local field tsunami atau near field tsunami) dan tsunami jarak jauh (far field tsunami) (Diposaptono
dan Budiman, 2006}. Kejadian tsunami di Indonesia umwnnya
adalah tsunami lokal yang terjadi sekitar 10-20 menit setelah terjadinya gempa
yang dirasakan oleh masyarakat setempat, Sedangkan tsuruuni jarakjauh terjadi I sarnpai 8 jam setelah gempa dan masyarakat tidak merasakan getaran gempa buminya karena jauh dari pusar gempa. Kota Padang bersda pada jarak 229,08 km dari pusat gempa di laut
(Hartoko dan Helmi, 2005}. Berarti, aneaman tsunami di Kora Padang edalah tsunami jarak pendek yang membutuhkan waktu I 0-20 menit untuk mencapai
pantai Padang. Sedikitnya wakm ini akan menyulitkan proses evakuasi penduduk. sehingga tingkat kerawanan Kota Padang semakin tinggi.
- Deotuk Garis P11otai Menurut National Tsunami Hazard Mitigation Program (2001) dalam Hajar (2006) teluk, inlet, sungai, perbukitan lepas pantai, pulau-pulau dan kanal-
18
kanal pengendalian hanjir dapat memberikan berbegai pengaruh yang dapat menyebabkan kerusakan yang lebih besar dari yang diperkirakan, Daerah-daersh selat dan teluk akan menyebabkan gelombang mengalami refleksi yang memfokuskan
energi gelombang tsunami yang sedang berjalan ke arahnya
sehingga energi gelombang tsunami tersebut terakumulasi pada cekungan tersebut
dan mampu rneningkatkan ketinggian gelombang tsunami
Kontur kedalaman
yRng sampai
di pantai.
Pergerakan arua
Suhlber . DrpOf.,,ion" (1006)
GAMBAR2.3.
PROSES REFLEKSI TSUNAMI KETIKA MEMASUKI TELUK.
Sehubungan dengan tingkat kerawanan terhadap tsunami, bentuk garis pantai di kota Padang dibedakan aras dua, yaitu panta.i berteluk dan plllltai tidak berteluk (Hajar, 2006). Pantai berteluk mempunyai tingkat
kemWllllan
yang lebih
tinggi dibandingkan pantai tidak berteluk. Hal ini disebabkan oleh pantai berteluk mempunyai efek peningkatan ketinggian gclombang tsunami.
19
- Jank dari garis pantai yang digab11ngdengan elevasi daratan. Secara logika, semakin jauh jarak suatu daerah dari garis pantai maka daerah itu akan semnkin aman. Demikfan juga dari sudut pandang ketinggian lokasi, dimana scmakin tinggi letak suatu kawasan maka semakin aman daerah tersebut dari jangkauan gelombang tsunami. Pada kasus tsunami yang melanda Aceh terlihat infrastruktur
bahwa semue
yang dibangun dalam jarak 1 km dari garis pantai telah hancur
tersapu eleh tsunami. Kondisi yang lebih parah dialami oleh Kata Meulaboh. Gelombang tsunami dapat menerobos sejauh 8 km dati garis pantai meskipun jarak pantai dari sumber gempa cukup jauh yaitu 149 km (Oiposaptono dan Budiman, 2006).
Berdasarkan pertimbangon diatas, kita dapat menganalisis tingkat kerawanan suaru daerah di Kota Padang. Wilayah urban Kota Padang mempunyai tingkat kerawanan yang lebih tinggi rnulai dari garis pantai sampai agak jauh Ice
amh daratan karena daerah ini mempunyai elevasi yang rendah. Sex!angkan daratan Kola Padang bagian selatan sebagian besar mempunysi tingkat kerawanan yang lcbih rendah, Rendahnya tingkat kerawanan di daerah ini disebabkan oleh elevasi yang tinggi (Hajar, 2006).
- .lar11kdari sungai. Sungai-sungai dan kannl-kanal pengcndalian banjir dapat memberikan berbagai pengaruh
terbadap rambatan gelombang tsunami. Tsunami yang
merambat mclalui kanal-kanal dapat menimbulbn kerusakan yang lebih hebat dari yang diperkirakan katena keberadaan kanaJ akan mendorong tsunami untuk
20
rnelintas lebih ja.uh ke daratan, Sebagai contoh, tsunami yang memasuki
California Jewat kanal-kanal pengendaliaa baniir dapat memasuk! daratan sejauh satu mil (= 1,609 km) atau lehih, tennama jika terjadi pada saat pasang (National Tsunami Hazard Mitigation Program, 2001). Keberadean kanal pengendalian banjir di Banda Acch jug11 menjadi
faktor yang mempengaruhi jauhnya gclombang tsunami masuk ke darat. Men.unn Kepala Pusat Dam Penginderaen Jauh Lapan Nur Hidayat, kanal pengendalian banjir dengan lebar 300 meter membuat gel.ombang tsunami melesat masulc. dengan kecepatan 700 hlngga 900 km/Jam (lkawati 2005). Kanai lni menyalurksn gelombang tsunami sampai kc masjid raya Banda Aceh yang berjarak sekitar 3 km dari garis pantai.
Di Kota Padang, banyaknya sungai dan kanal pcngendalien banjit juga dapat meningkatkan kerawanan daerah dari encaman tsunami, Daeeah yang mempunyai jarak yang lebih dekat dengan sungai atau ptingendallan banjir akan
rnempunyai tingkat kerawanan yang semaltin tinggi. Kota Padang bagian utara (termasuk wilayah urbannya) memiliki sungai-sungai yang Iebih banyak: dari bagian Selatan sehingga Kota Padang bagian utara akan memiliki daerah yang
mempunyai tingkat kerawanan yang lebih tinggi dan lebih lu.a.s dari pada daerah Kola Padang bagian selatan.
Kcterlindungaadaratan Sehubungan dengan kewrlindungan daratan dari tsunami, sebuah daratan
dibagi menjadi daratan yang terlindung dengan daratan yang tidak terlindung. Daratan yang tetlindung adalah daratan yang didepannya terdapat bentukan alami
21
yang melindungi
daratan terscbct dari hantaman gdombaog
langsung. Dnratan yan11 tidak terlinduog mempunyai
tsunami secara
tingkat kerawanan yang
lcbih tinggi dari daratan yang terlindung. Berdasarkan klasifikaqi tersebut daratan Kola Padang sebagian besar masuk dalam kelas tidak terlindung yang berarri
sebagian besar daratan Kora Padang mernpunyai tingkat kerawanan ymg tinggi. - Pulau pelindung Pulau pelindung yang dapet mehndung] Kola Padang dari gelombang tsunami adalah Pulnu Si berut. Keberadaan puluu ini sangat rnenguntungkan Kata
Padang karena ukurannya yang besar dan menuhlpl seluruh Kota Plldang. Pulau ioi menjadikan Kata Paden~ mempunyaJ tingkat kerawanan yang rendah.
22
2.2. Kondisi Kotit Padang
:2.:2.1. Kondisi Umum Kola Pad;mg merupakan sebuah kota besar yang merupakan Ibukota Propinsi Sumatera Barat dengan jumlah penduduk sebanyak 801.344 jiwn
(Padang dalarn Angka, 2005). Secara geografis, padang terletak di pesisir Barat Pulau Sumatera, persisnya pada .b)ordinat 0°44'00"LS - 1°08'35"LS dan I00°05'05"BT-l00"34.09" BT. LW1S Kota Padang sccara keseluruWui adalah
694,96 km2 atau sekitar 1,65% dari luas Propinsi Sumarera Barat. Secara administratif, terdapat 11 Kecamatan dan 103 Kelutahen, dimana 6 Kecamatan diantaranya berada di pinggir laut: Kccamatan Koto Tangah, Kecamatan Padang Utara, Kecamatan Padang Baral, Kecapatan Padang Selatan, Kecamatan Lubuk Begaluog dan Kecamatan Bungus Teluk Kabung (Padang dalam Angka., 2005). 2.2.2. lklim d2n pulau
Jumlah hujan rata-rata bulanan adalah 405,811 mm dan temperature udara cukup tinggi yang berkisar antara 23°C-32°C di siang hari, sementara pada malam hari berkisar antara 22°C-2R°C. Kelembaban udara adalah 78-81%. Karena letak
Kota Padang berada di pinggic Iaut, dan terdapat 19 pulau yang termasuk dalam tcritorial Kota Padang. Pulau yang paling besar adalah Pulau Sikuai (GAl'v1BAR. 2.8.). Plllau ini merupakan pu!au turistik dengan Juas 38,6 km' (SLHD Kota
P1;1llllllg, 200.5).
23
2.2.3. Relief dan laut Topograli wilayah urban di bagian barat kota sangar landai: keri nggian bervariasi antara O dan 15m yang mengha!lap ke Samudera I Iindia. Berdasarkan Kastowo ct al., 1996. Kota Padang dibcntuk oleh ujung kipas alluvial clan tekuk Icreng di sisi tirnur, dataran hanjirfalh1vial
di sisi selatan. Sepanjang pantai
terbentuk beting/gumuk pasir dan kawasan berawa di sisi berscberangan dengan pantai seperti dijumpai di sekitar muara sungai Anni clan Kampungtalau, Kawasan endapan rawa di perkotaan saat ini telah mcajadi pemukiman. Suagai-sungai yang membagi Kora Padang adaleh Sungai Batang Anai, sungai Batang Kandis, sungai Batang Air Dingin. sungai Hatang Kuranji dan sungai Batang Arau (GAMBAR 2.5.). Bcberapa diantaranya teiah dfnormalisesi, tennama di dacrah rnuaranya Scmua sungai rnengalir dari perbukitan (timur) mcnuju Samudera Hindia (barat).
GAMBAR2.4. SITUASI GEOLOGIS DAN BATIMIITRI WILAYAH PADANG
24
Laut berada di sisi barat kota dengan kedalaman yang bervariasi antara -5 m sampai -20 m. Kedalaman sampai -5 m membentang sekitar 300 m sampai 1 km dari pantai. Kedalaman -5 m sampai 10 m membentang dari 100 m sampai 300
m,
dan kedalaman - IO m sampai -20 m adalah
antara 300
sampal
1,5 km
(GAMBAR
2.5.).
m
(Kastowo et al., 1996).
2.2.4. Morfologi pantai Padang Pantai
berpasir
mendominasi
bagian
utara kota
Pemerintah telah menempatkan jetty dan sea wall pada beberapa bagian pantai
GAMBAR2.5. SUNGAI DAN TIPE PANTAI DI PADANG
25
dengan rujuan untuk mehndungi pantai dari erosi, Jetty ini yang dibangun dari susunan ham kali berukuran besar juga berfungsi untuk melindungi wlayah pesisir dari aneaman tsunami. Pada beberapa bagian dari pantai padang, terdapat kawasan hijau dan kawasan mangrove. Sementara di bagian selatan kota, tipe pantainya didominasi oleh pantai berbatu dan berbukit curam dan terial, 2.3. R~ikn Benrana Bencana alam yang sering melanda K.ota Padang adalah banjir, tanah iongsor, badai dan erosi pantai (SLHD Kota Padang, 2005). Kemudian bencana gempa mulai menghantui warga kota sejak terjadinya bencana gempa dan tsunami di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004. Berdasarkan sejarah, sebuah gempa besar pemah melanda Kota Padang pada tahun 1797 dan 18:n dengan episentrum berada di Kepulauan Mentawai sehingga mengaldba1kan tsunami di Padang (Borrero et al, 2006). Gempa-gempa lainnya yang menggoyang Kota Padang akhir-akhir ini adalah gempa yang terjadi pada tanggal 28 marct dan IO april 2005. Uempa-gempa ini berpusat di zona subduksi Sumatcra. Gempa besar terbaru yang terjadi di sekitar Kota Padang adalah gempa yang terjadi pada tahun 2007. Diawali oleh gempa pada tanggal 6 maret 2007 dengan magnitude 6,J Mw (USGS)1• Gempa ini berpusar di zona patahan Sumatera, persisnya di Kabupaten Tanah Datar (0.512°LS, 100.524°81) sekitar 50 km Utara Padang. Gempa bcrikutuya1ad1dah gernpa dengan magnitude 8,5 Mw yang berlansung pada tanggal 12 september 2007 (06 : 10 : 26 PM), terjadi
1. http//eirthguJ~.Qu;e~.go·1/e9~,,\.~rte91u~h~f\ew.sl2007/U§2007tpah.' (akses ~1'3khir•07 j1.1h1 2008)
2
http//eatthgual<e IJSl!s EoY/~o(enter'~a•nthefl~•"s/2007/ys2007hearjll'deta1ls. ~au.ts tetakNr. ()., J~,., 2008)
26
pada zona subduksi Sumatera, sekitar 130 km Barat Daya Kota Bengkulu atau 410 km tenggara Kota Padang. Sekitar 12 jam kemudian (13 september 2007 pukul 06:49:04 PM) terjadi lagi gempa dengan magnitude 7,9 Mw, masih di zona subduksi Sumatera. Pusat gempa adalah di taut dengan koordinat (2.506°LS, 100.906°BT), sekitar 190 km tenggara Kota Padang (USGS)3, namun gempa ini Gempa ini diikuti oleh beberapa ulangan dengan
tidak membangkitkan tsunami.
magnitude 5.0 dan 6.0, dengan Iokasi di barat laut gempa utama,
7
o
I I
o·
?
I
~I
I
- - -''°""'-. '~
'
lll(i
"~; ••
r - '.,.. , '·''
~,.~,.:- _. - •
~":'...~!__ JC"•••
f •
4
lll•·••'f ·-··
•
t
. -
•
-
,•~ - •Jl.-14t t..._,l.6 '
'
'to•
nr
I
,.
......
---•il~lh
•
,.. .. u~--· ..·~--
.. Jj,ffr
"'9_
96" .
f:l( ....
l::t.»YT•.aM••1r
'11:>1 ... D-..UMfM......._.
-
-
A. 11' _ A'lf
Sumber: USCS, 2007
GAMBAR2.6. EPISENTRUM GEMPA P ADA ZONA SUBDUKSI SUMATERA TANG GAL 12 DAN 13 SEPTEMBER 2007
3
http:ljearthguake.usgs.gov/egcenter/eginthenews/2007
/us2007hec6/#details {akses terakhir: 07 juni 2008)
27
4•
2004*
SUMA.IRA •Padang
-4· I
N
t 102°
94°
Sumber: USGS, 2007
E
4
GAMBAR2.7. SESAR SJBERUT YANG SEMAKIN BERESIKO Namun
gempa
yang
terjadi
tanggal
12
September
2007
belum
rneruntuhkan secara total sesar historis. Masih tersisa sekitar 200 km lagi yang belurn runtuh sejak 1833 (GAMBAR 2.7.). Sementara itu sesar di sebelahnya 1797, siberut, semakin aktiv akibat gempa terakhir ini, dengan demikian terdapat sekitar 300km zona yang belurn runtuh dan mernungkinkan
untuk terjadinya
gempa seperti yang terjadi pada bulan maret 2005, dengan magnitude setidaknya 8,7. Gempa inilah yang mengancam Kota Padang (Cea, 2007). Sementara dibandingkan melakukan
itu,
resiko
tsunami
di
Padang
sedikit
lebih
nngan
dengan Bengkulu. Berdasarkan (Borrero et al., 2006) yang telah modelisasi
genangan
tsunami
di
barat
Sumatera,
ketinggian
maksimum di Padang adalah sekitar 5m. Ketinggian ini tidaklah setinggi di Bengkulu yang dapat mencapai 8m. Hal ini disebabkan oleh adanya Kepulauan
4
http://www-dase.cea.fr/actu/dossiers
scientifigues/2007-09-12/index.html
(akses terakhir: 06/06/2008)
28
Mentawai yang bcrada persis di depan Kola Padang (sekitar 180 km ke arah barat daya). Namun sebagai pembanding bahwa pengalaman yang ada dari kejadian tsunami di Aceh, menjelaskan tentang ketinggian maksimum gelombang tsunami
mencapai 35m di pesisir Barat Aceh. Sedangkan di Kota Banda Aceh, tsunami dalang sekitar 25 menit setelah gempa (Borrero, 2005) dengaa ketilll!gian tsunami mencapai lSm (Lavigne et ol., 2006). 2.4. Kerent1mao Secara etimologi, ketentaoan mengsambarl::an sensuivitas, Lebih lanjut bahwa kerentanao mcrupakan sesuatu yang sensitive terhadap adanya ancaman. Istilah ini menggambarkan sekaligus tentmg kerusakan d1111 keeenderungan untuk mengalami keeusakan, Dengan meoganalisis asal usul istilah secara scientifik dan penggunaannya, terdapat dua pendekatan yang dapat dibai1diogkan: Kerentanan fisik, yang melingkupi kescluruhan tingkat kerusakan dan tingkat penyebaran dari
semua ha! yang dipertaruhkan dari adanya bencana, dan kerentanan social yang mengarah pada kapasnas untuk meoghadapi dan bereaksi teritadap ancaman bencana (Rcghezza, 2006).
2.4. 1. Kerentaoan f"isik Menwut Reghezza (2006), arti dari kerentanan li:sik dijelaskan dengan dua pengertian Pertama, kcrentanan sebagai tingkat kehilan_gan dan kel1JS8kan. Pada tahun 1960-1970, resiko dijelaskan sebagai kemungkinan kehilangan terhadap sebuah elemen atau keseluruhan dari elemen yang diakibatkan dari
29
kejadian yang dapat menimbulkan kerusakan, Pada masa ini, orang berusaha untuk mencntuken berbagai cara agar dapat mendudukkan pengelolaan re;ilco bcrdasarkan prinsip uutung dan rugi (Starr, 1969). Sampai sekarang, konsep keretanan ini teu.p merupakan sebuah pendekatsn kuantitatif yang saling
menginginkan dan yang mengutamakan solusi telcnik untuk membendung konsekuensi ketidakstabilan dari bencana yang mungkin timbul. Reghezza (2006) rnenambshbn
definisi kedua dari kerentauan
sebagaimana tingkat pembeberan (eksposisi). Arti ini dimunculkan pada akhic tahun 1970-an berdasarkan pada konsekuensi gempa-gempa yang menunjukkan
bagaimana tingkat kehilang1111 dan kerusakan dikondisikan oleh pembeberan (eksposisi) pada swnber bahaya, Kensekuensinya, kerentanan didefinisikan kembnli sebagai kepekaan dari semua hal yang dipenaruhkan (enjeu:c) alcan
mcngalami kerusakan yang disebabkan oleh eksposisi gempa dan selanjutnya oleh peugembangan (elcstensi), seoerti tingkat e.ksposisi dari enjera.
Unruk menentu.k.an kerentanan fisik terhadap tsunami, terlebih dabulu kira menetapkan penyebaran spastal dari enjeux di Kota Padang, Kemudian kita
mempelejari pengaruhnya terhadap banguuan, infrastruktur pendukung, jaringan jaringan kola. dan masyarakat, Umumnya yang kita pertimbangkan disini adalah
berbagai fa•ilitas dan kerentanannya berdasarkan data-data statistik Kota Padmg tahun 2005, RTRW Kota Padang 2004-2013 dan pengamatan langsung di lapangan.
30
Penyebaran penduduk khnsusnya berada di wilayah pesisir. Sekitar 500/o dari penduduk Kota Padang tinggal di wilayah dengan ketinggian kurang dari I 0
m sehingga tingkat k.erentanannya saogat tinggi. lntrasruktur perkotaan terdiri dari Tamara Kanak-kenak sampai pergueuan tinggi. Berdasarkan Padang dalam Angka 2005, terdapat 66 universites (negeri
dan swasia), Banyaknya lembaga pendidikan inilah yang menyebabkan Kota Padang menjadi pusat pendidikan tinggi di wilayah Sumatera sehi11gga menarik keinginan banyak pclajar dari propinsi tetangga (seperti: Riau, Bengkulu, Jambi,
dll) untuk mclanjutkan studinya di Padaeg. Tentu saja selain pendidikan tin_ggi, juga terdapat sekolah rnenengah tingkat ams sebanyak 97 sekolah. sekolah rnenengah tingkat pertama sebanyak 91 sekolah, sekolah dasar sebanyak 414 sekolah, dan juga 19.5 taman kanak-kanak. Kerentanan institusi selmlah ini akan
menjadi tinggi karena lokasinya yang tersebar diantara pemukiman penduduk. Kita juga mengamati bahwa, Kola Padang dilengkapi dengan beberapa Rumah Sakit dan Puskesmas. Terdapat 14 rurnah sakit baik milik pemeriatah maupun milik swasta, 12 rumah sakit khusus, 19 puskesmas utom11 dan S6 puskesmas pembantu. Penyebaran dari fasilitas kesehatan ini bcrada di seki1ar pemukiman rnasyarakat sehingga kcrentanannya cukup linggi terhadap ancaman tsunami.
Selanjutnya
rerdapat
gedung-gedung
milik
pemerintah
yang
mcngclornpok, khususnya pada tempat-tempat yang rentan yaitu dengan ketinggian kurang dari I 0 meter. Disamping uu, juga terdapat berbagai jaringan distribusi di Kota Padang: jaringan air bersih, listrik, komunikasi dan jaringan transportasi. Jaringan air
ll
bersih memiliki kapasitas sebanyak 150 liter per deti.k, dengan prodoksi total sebesar 9 .381. I 92 m3 per tah,ttt (Padang da!am Angk.a, 2005). Untungnya lokasi sumber pompa dan pengolahan air berada di terapat yang lebih jauh dari pantai sehingga tingkat kerentanannya relative kecil. Instalasi Iisrrik
dengan kapasiw
terpasang sebesar 150 MW tetah
didukung oleh sistem interkoneksi dengan wilnyah retangga, Sehingga diharapkan tidak teqadi gangguan pasokan llstrik kccuali 0081\)'8 kerusakan peda jaringan penghubung ke pengguna, Jaringan komunikasi relepon mengikuti penyebaran penduduk. Narnun
kerusakan yang munglcin terjadi tldak akan mcngalcibatlcan masalah yang bcrarti berkat adanya penggunaan telepon selular
5CC3l'8 masal.
Sarana dan prosarena transportasi rcrdiri dari sareaa traasportasi darat, lout dan udara, Terdapat 924,3 km jariogan jalen yaug dilengkap! dengan 163 jerobatau. Ja.ringa11 jalan yang paling banyak mengbubungkan bagian Utara dan Selatan Kota Padang, khususnya pada wilayah dengan ketinggjan kurang dari lOm dari permukaan laut. Kondisi ini mcng.akibatkan. tingkat kerent.anan jaringan
jalan cuk.up tinggi di Padang. Kota Padang sebagairnana mempunyai
pelabuhan
komersial
posisinya
yang berada di pinggir laut,
yang melayeni
kegiatan
eksport
import.
Pelabuhan yang dikenal dengan Pelabuhan Teluk Bayur merupeksn pelabuhan taut terbcssr yang berada di pesisir barat Pulau Sumatera. Selanjutnya juga terdepat dua pe!abuhan perikanan yang tcuiapat di Teluk Bayur dan Bungus, serta
pelabuhan khusus tanker minyak yang memasok kebutuhan BBM di Sumatera
32
Barat (GAMBAR 2.8.). Karena posisi pelabuban ini yang berada di pinggir taut, kerentanannya sangat tinggi terhadap ancaman tsunami.
BERBAGAI FASILITAS YANG DIPERTARUHKAN TERHADAP ANCAMAN TSUNAMI DI PADANG
--• Legende enjeux -
espaco tolalement urbanise
-
habitation rumle limile actual comdor urbatn port commercial
-
port de pAche
-
stockaga du pelrole
-
IOutiSm
@eentre •
ii
--
•...,,J"
de de$set18 urbaine
Sous de dessert& urbaona Certain d'acti""9
port roU1e2UTM
•
Resaau routiers Flux local de travailleurs
r
GAMBAR2.8. LOKASI FASILITAS YANG DIPERTARUHKAN DI PADANG
33
Disamping itu populasi Iola! adalah 801.344 [iwa pad.a tahun 2005, terdiri dari 405.633 wanita (50.63%) dan 395.711 pria (49.1lt%). Berdasarkan data ini, kita mengamati bahwa kelompok anak-anak dibawah 4 tahun adalah 79.453 jiwa (sekitar 10%) sedangkan kelompok manula adalah 29.621% (3.66%), lih.at tabel I. Kedua kelompok ini membutuhkan pertolongan khusus di saat bencana, Mereka harus dipnontaskan dalam proses cvakuasi bencana. TABEL II.I
l'OPULASI PEN DU DUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMl'OK UMUR T AHUN 2U05
9
Kelompok l.Jmur (2) 0-4 5-9 10-14 IS-19 20-24 25-29 30-34 .35 - 39 40-44
10
45-49
ll
50- 54
Pria IJ) 40.947 40.79S 36.924 44.699 49.812 35.768 31.117 26.857 24.467 21.204 IS.106
12
55-59
8.278
IJ 14 15 16
60- 64 65 69 70- 7-1 75 +
No
(n . I 2
3 ~.4
-
5
6 7
8
total
Pooul11$i
7.823 4.863 J.633 3.418 395.711
Wanilll
Totul
%
14)
38.506 38 . .368 35.421 4~.103 SS.450 36.293 32.026 28.271 24.636 20.312 13.784 8.656 8.460 6.480 S.235 5.632 405.633
Sttmher · Pat/U<1f<
15)
79.45.3 79.163 72.345 92.802 105.262 72.061 63.143 55.12~ 49.103 41.516 28.l!YO 16.934 16.283 11343 8.868 9.050 801.34'
·-·
9.91 9.88 9,03 11.58 13.14 &.99 7.88 6.88
6.:3
s.u J,61 2,11 2,03 1,42 l.11 1,13 100,00
Khususnyu, kita herus memperhitungkan masyarakat
Sex.ratio (6) 106.34 106,33 102,24
92.92 89,83 98,55
97,16 95.00 99.3 l 104.39 109,59 95,63 92,47 75,05 69,40
60,69 97,55
yang tinggal di
wilayah yang sangat rentan: yaitu mereka yang tinggal pada wilayah dengan
\
kurang dari Sm. wilayah ini mempunyai
ketinggian 340.446
jiwa atau sekitsr 43%
UNESC0,200U).
Kepadatan
kepadaran yang tinggi:
dari populasi total Kota Padang
penduduk
ini
menunjukkan
(LIPI-
pentingnya
mcnernpaikan usaha mitigasi yang sesuai untuJc mengurangi kerentanan. 2.4.:2.Kerentanan sosia1 Hal ini merupakan pcngenian baru yang dihubungkan dengan kapasitas bertahan. Kereutanan yang dikualifikasikan dengan biofisik ini dikena! sebagai « fungsi ulea (bencana), proses dan kesensitifitasan terhadap dampak bencana ».
Pengertian ini memungkinkan secara keselurunan memindahkan pusat perhatian kepada penghuni bangunan untuk segera keluar dari wilayah bencana, Resiko
tidak Iagi hanya tergantung kepada faktor ekstemal: bshkan dibubungkan jugn dengan kualitas internal dari elemen yang terkena dampak (Reghezza 2006). Def nisi ini juga dijelaskan sebagai kapasitas sdaptasi terhadep resiko, Ide ini awalnya dikernbangkan oleh White dan Haas (1975) yang menyarakan bahwa kejadian alam yang berbahaya tidak mengarah secara utama peda bencana, Ada bencana ketika tanggepan, adaptasi masyarakat, ketidakcukupan, ketika masyarakat tidak bisa bertindak menghadepinya,
bahkan
Ide ini ditekankan oleh
B. Wisner ( 1976): « Bencana menunjukkan hubuogan antara sebuah fenornena lhik ekstrim dan sebuah poputasi )'ang rmtan ». Kita dapat menyatakan bahwa kernungkinan
terjadinya feoornena-fenomena
tisik ekstrim adalah terap, Jib
kemungkinannya tetap, satu-sarunya aplikasi Iogis pads peningketan resiko bencana harus dicari dalam kerentanan yang disilangkan dengan masyarakat yang
mengalami fenomena fi s i k ekstrim terse but.
3S
Penjelesan terakhie menurut Regbczza (2006) adalah resiliensce, yang dilihet sebagai kebalikan dari kerentanan. S.:CW-.t etimologi, resilience adalah scbuah kecakapan dari
masing-masing individu dan semua sistem (keluarga,
kelompck-kelompok Jan gol<mgan-gokmgan) llllfilk mengatasi kemalangan atau sebuah situasi resiko. Kecakapan ini berkembang seiring dengan waktu clan diperkuat o.eh faktor-faktor pelindung ditempat individu atau dalarn sistem dan ruang. Kecakapan ini berkontribusi pada sikap dari kesehatan yang baik atau pada pcrbaikannya', Sebagaimana resiko dalam bidang geografi, resilience digunakan untuk menjelaskan kapasitas dari sebuah masyaralrat untulc menaaggulangi sebuah bencana dan unruk saling membangunkembali setclah tcrjadinyasebuah bencana (D'Eecole, et Pigeon. 1999). Globalnya, sebeah sistem sosial rnasyarakat yang sudah resilient mcmungkinkan masyarakat untuk menjawah dengan baik pada alea yang mcnjadi bencana (Dauphine, 2004). Kapasitas resilience ini. yang secara sempit tlihubunglcan pada persepsi resiko, adalah seeuah faktor penting
menurunkan tingkat kerentanan, Di Padang, konsep kerentanan sosial diaplikasikan dalam studi rnitigasi
gempa can tsunami. lni adalah usaha pencegahan untuk menurunkan dampak yang mungkin muncul dengan meninglcatkan persepsi dan pengetahuan masyarakat menghadapi bencana tsunami. Program pendidikan yang berhubungan dengan gcmpa dan tsunami sangat mutla.lc antuk diaplikasikan pada semua kclompok masyarakat, Program ini harus dilengkapi dcngan simulasi evakuasi yang d iul ang secara berkala.
'hCtP.((ww-,·.chei.co:nls~~ting/re"heme.ntm \~
tenl
36
2.5. Tempat perlinduagan 5ementara dan jalur ev11kuasi:dua elemtn utama untuk mengantisip:ui beneana
2.5.1. Tempat perlindungan sementan yang mudah dic11pai Topografi Kota Padang cenderung sulit untuk proses cvakuasi, Kenyatrum yang ada bahwa kota berada di daerah yang landai sehingga titik-titik ketinggian (gunung dan bukit) rnerupakan tempar yang elektif sebagai tempat pcrlindungan sememara. Lokasi ini bersda di sebelah timur kota (sekitar 4 sampai 6 km dari pantai), Tempat-tempar ini bahkan telah menjadi lokasi perlindungan sementara dari resiko dan bencana yang menyentuh wilayah pesisir seperti badai, kenaikan muka air laut dan tsunami (Dauphine, 2004). Untuk meneapai lokasi ini
di Padang. masyarakat yang tinggal di panrai harus menggunakan kendaraan, Sayangnya, sebagaimana pengalaman yang ado, proses ini selalu dihambat olch kemacetan di sernua jalur, Masyarakat dihantui oleh rasa ketakutan terhadap tsunami sehingga Iida!:: bisa mcncapai wilayah ketinggien dengan cepat. Fenomena
ini discbahkan
oleh
adanya
sentimen
kepanikan
pada
masyarakct mcnghadapi ancaman tsunami yang mengkhawalirkan sejak bencana tsunami di Aceh tahun 2004. Dan, berkat adanya program sosialisasi hencana gempa dan tsunami dari pemerintah, Masyarakat Padang relah mengenal kerentanen wilayah mereka. Selanjutnya, informasi dari media cetak dan elektronika [uga meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang ha! ini.
Sebuah usaha yang mungkin untuk direrapken dalam rangka men\lrUDkan tingkat keresahan terhadap tsunami adalah penempatsn tempat perlindungan sementara di seldlat pemukiman masyarakat. Kita juga dapar memanfaatkan
37
bangunan yang mempunyai ketinggian dua tingkat atau lebih sebagai tempat perlindungan
sementara.
Cara ini mungkin
dapat meningkatkan
keyakinan
masyarakat terhadap keamanan mereka karena mereka dapat mencapai lokasi
perlindungan secam mudah dan cepat, T empat perlindungan sementara seperti ini yang alum melcngkapi tempat JX.--rlindungan alamiah dipan
secara langsung bangunan-bangunan relatif kuat yang dapat dijadikon tcmpat perlindungan. dan mcminta masyarakat agar segera menuju bangunan tersebut setelah datangnya
gempa,
Dengan demikian
eara ini
mungkin
dapat
mempennudah proses evakuasi dengan mcngorganisasikan evakuasi menuju berbagai tcmpat perlindungan. Namun masalah yang dihadapi sehubungan dengan penerapan cara ini adalah ketidakmerataan distribusi temper perlindungan, baik yang alami atau bunion (gcdung-gedung tinggi), Perbukitan umurnnya berada dibagian timur dan
selaten kota, sementara itu masyarakat tersebar di setiap sudut kota, khususnya di wilayah yang rendah dan datar: ketingian sekitar I Om di11tas pennukaan air laut. Jadi kita harus meminta kepada pemerintah untuk mengatasi masalah ini
sesegera rnungkin. Karena pengelolaan resiko tsunami secara loknl menuntut keterpaduan pada dua dimensi konkrit dan terukur A/eu-kerentanan, serta dimensi ketiga yang menterjemahkan realita yang ada: represenwi dari berbagai aktor yang berbeda (legislatif, eksekutif, masyorakat)
38
J..S.2. Pen)laturan proses evakuasi menuju tanpat perlindungan Sebagaimana kota-kota lainnya yang berada di p;'Oggir Iaut, Padang berkembang di sepanjang pantai. Pembangunan tergambar secara jelas melalui koostruksi jaringan jalan utama yang menghubungkan bnginn utara dan selatan kota. Hal ini tentunya dnpnt dimengcrti dcngan baik karena lahan yang digunaksn sangat datar sehingga sangat mcnarik untuk mengembangksn ak.livitas ekonomi clan membangun pemukimao baru. Semenrara iru bagian timur kola yang
didommasi oleh perbukitan tidal< terlalu meoarik untuk dikembangkan. Walaupun dernikian, terdapat dua jalan utarna yang menghubungkan wilayah barat dan timur knta (OhMBAR 2.9-). Pertama, jalan urama dengan dua
jafur yang menuju pabrik PT.Semen Padang. Jalan lainnya Bdllloh jalan yang menuju ke Universites Andalas yang terletak sekitar 7 km di timur kota, Namun kedua jalan ini beroda di wilayah yang sarna. Selain kcdu.a jalan ini, k.cmungkinilll untuk bergerak dari barat ke tirnur hanya meuggunakan jalaa yang lebih lcecil dengan kualitas aspal yang kur.mg baik,
Dengan mempertimbangkan sedikitnya akses menuju bagian timur kota, tenrunya sangat sulit untuk menerapkan program mitigasitsunami, khususnya dibagian utara dan tengah yang hanya mempunyai jalan yang relatif kecil menuju arah timur. Konsckuensinya, proses evskuasi menuju arah tempat periindungan
alami tidak akan mampu melayani semua masyarakat yang panik sesaat setelllh gem pa.
39
PETA JAR/NGAN JALAN DI PADANG
------
.
"
"'
1•...t.!
"
GAMBAR2.9.
JARINGANJALANDIPADANG Untuk mempelajarl fungsi dari jaringan jalan, kita dapat berpatokan pada
pekerjaan dari Gleyze (2001) yang mengusulkan dan mempertimbangkan berbagai petunjuk deskriptif dari jaringan-jaringan, jalan keluar dari teori ilmiah
dan penyediaanjalan. Akhirnya kita mengusulkan untuk menentukan lremampuan jaringan jalan
dimulai
dari pembagian niJai.nilai
fungsionalnya secara
keseluruhan. Lebih lanj ut, Gleyze (2001) menambahkan bahwa pengsasapan dari sebuah petuniuk deskriptif dari fungsi jaringan jalan mernbutuhkan perhatian series tentang keberadaan jalan-jalan alternatif untuk semua hubungan antara daerah awal dan ruj uan. Hal ini khususnya dapat diterapkan pada jalanau dimaaa kecenderungan pengguna untuk memiajam jalan yang berputar ditentukan oleh parameter persepsi mereka. Jadi, solusi yang rnungkin dapat dipakai secepatnya di Padang adalah menggwmkan scmua jalur e11ak1111Si dan tempat perlindungan scmentara. Setanjutnya, dengan ide ini kita akan dapat menggunakan
semua jalur yang
tersedia agar dapat digunakan oleh masyarakat yan@ hendak rnencapai daerah aman secepat mungk in. Jika kita mempertimbangkan
informasi dari Natawijaya
(2002) bahwa tsunami akan datang dalam waktu 10 menit setelah gernpa, kita harus menentukan wilayah layanan dari tempat perlindungan sementora sehingga jalur·jalur evakuasi dapat digunakan oleh masyarakat yang tinggol di sekitar tempat perlindungan sementara ini dalam waktu yang sangat terbatas, baik dengan menggunakan kendaraan atau hanya berlari, Dengan demikian kita harus memberikan prioritas kepada masyamkat yang hidup dalam wilayah iai untul mengakses jalur evakuasi, Masyarakat lainnya yang tidak m1111gltin mencapai wilayah aman baik alami atau buatan (gt:dung·gedung menggunakan jalur altematif lainnya untuk proses evakuast,
tin1n1i) diharapkan
41
Dalam konteks rcsiko, kita telah menekankan pentingnya jalur altemarif, karcna hal ini sangat sensirif untuk sahng melengkapi penggunaan jalur yang
paling pendek dalam kasus lumpuhnya jalan, Oleh sebab itu, sangat penting untuk memperbaiki atau memperbesar jalur-jalur altematif sejak awal sampai wilaya.h aman yang menjadi tujuannya. Pemerintah Kota Padang harus bekerja dengan
cara memoangun jalnr evakuasi alternatif agar semua masyareka; yang tinggal di wilayah yang rawan dapat dievakuasi secepat mungkin. Bahkau sangat perlu
untuk memhangun jalur evakuasi baru di bagian utara dan tengah kota,
UNIVERSITAS DIPONEGORO
BAB 111 BARAN DAN METODE
Agar dapar mempelaiari resiko tsunami di Kota Padang dan kemudian mengusulkan elemen-elernen untuk memperbaiki rencana evakuasi, kita mencoba rnerealisasikan sebuah studi resiko. Kita menggunakan sebuah langkah yang didasarkan kepada penggunaan Sistem Infonnasi Geografis. Sebagai langkah awal, kita menggambarkan data-data dasar
yang bisa dipakai clan kemudian
memperjelas metodologinya. 3.1. Bshan dan Materi 3.1.1.Sumber data
3.1.1.1 lmage Google Earth Google Earth1 merupakan sebnah software milik kelompok Google yang rnemungkinkan kita mclakukan pengamatan objek di bumi berkat adanya penggabungan foto-foto udara atau foto satelit, Software ini memungkinkan semua pengguna untuk mengamati bumi dan mernfokuskannya pada suatu tempat yang diinginkan, Google Earth dapat digunakan secara gratis oleh setiap pengguna, narnun dernikian terdapat varian yang harus dibayar jika hendak menggunakannya (Google Earth Pro/GE Pro). Dengan menggunakan versi ini, kita dapat mengambil fo1o·fulo Kota Padang yang bcresolusi tinggi, Data-data yang digunakan oleh Google Earth ini diambil dari satelit QuickBird dengan
1
http l!fr.wrk1pcd1a org/w1ki/Google E•r Lh
42
43
resolusi 80 cm (GAMBAR 3.1.). Ketersediaan dan ketepatan presisi dari data lni mempertanggungjawabkan
menggunaannya dalam lingkup studi ini.
GAMBAR3.1. SEBUAH POTONGAN IMAGE GOOGLE EARTH KOTA PADANG
3.1.1.2 Citra SPOT 5 Untuk memperoleh sebuah image global dari sebuah wilayah yang memiliki presisi geometrik yang baik, dalam studi ini kita membutuhk.an bantuan dari image satelit SPOT 5. Image satelit yang merniliki resolusi 2,5 meter ini diambil pada tanggal 3 Juli 2007. Kita memilih menggunakan image ini dengan tujuan untuk memudahkan proses georeferensi dari image-image Google Earth yang telah diam bi I.
44
GAMBAR3.2. IMAGE PAD ANG DARI CTTRA SATELTT SPOT S
3.1.1.3 MNT SRTM IDEM DEM adaJah singkatan dari Digital Elevation Model dari Shuttle Radar Topography Mission (SRTM). Sebuah data Digital Elevatio Model (DEM)2 merupakan representasi dari topografi (altimetry dan atau batimetri) dari sebuah wilayah di bumi (atau dari sebuah planet) dibawah bentuk yang telah ctiadaptasi sesuai penggunaannya melaJui kalkulator numerik (komputer). Sedangkan Shuttle Radar Topogrphy Mission (SRTM)3 menjadi acuan bagi kumpulan dokumen logaritma dan vector topogra:fis yang dihasilkan oleh dua agensi Amerika Serikat: NASA dan NGA (seperti NIMA).
2
http://fr.wikipedia.org/wik.i/Mod%C3%A81e http://fr.wikipcdia.org/wiki/SRTM
3
num%C3%A9rigue de terrain
45
Data-data SRTM pada wilayah irJi dircpresentasi.ka11 dibawah bentuk titik-rink ketinggian yang diketahui, dengan sebuah resolusl spasiaI sekitar 90 meter. Pada wilayah ini tidak ditemukan data ketinggian lainnya yang lebih detail. Tujuan dari pcnggunaan data ini adalah untuk mengidentitika~i wilayah alea (bahaya) yang mungkin menjadi daerah genangan tsunami. Daerah ini diketahui
melalui
ketinggian
tanahnya dari permukaan
air taut.
diketahuinya berbagai tingkat a/ea (x meter), kita selanjutnya
Dengan
akan dapat
menghubungkannya dengan berbagai fasilitas berbeda yang mungkin okan dirusak
oleh gelornbang tsunami. 3.1.2. Alat yang digunakan Perangkat hmak yang digunakan dalam lingkup pekerjaan ini adalah. I. ArcOIS 9.2
: Sisrem lnformasi Geografis
2. El{ Mapper 7.1
: Software pengolahan gambar
3. GIMP 2
: Software manipula•i gambar raster
4. Paint
: Software mampulasi gambar raster
3.2. Metodc Sebuah
srudi
resiko
bencana
umumnya
direalisasikan
dengan
menentukan kerentanan (vulnerability) dan bencana yang mungkin datang (a/ea) pada suatu wilayah tertentu. !Jntuk itu kita memulai kerentanan (vulnerability) dengan mengidentiflkasi
dengan mcmpelajari
konstruksi bengunen secara
alamiah. Penggunaan image sa1elit yang dihasikan olch Google Earth dikanmakan
oleh tingkat ketepatannya yang baik, Disamping itu, proses ini juga dilcngkapi
dengan tingkat pengetahuan yang baik terhadap kondisi bangunan·hmgunan.
3.2. t. Peta Kcrentanan Diagram berikut menggamharkan rangkaian tcknik yang digunalcan
untuk membuat peta kerentanan bangunan terhadap ancaman tsunami di Padang. Image G[Pro
rm age GE Pru
_ ... __
Image GE Pro
!
I
I
Citra Satelit SPOT S
I
I
Mosaik
I
~ Konvers1 ke form:it
Georeference image
tern;adap citra SPOT 5
• M•mbangun polygon barigunan menurut : Penggunaan Tipe konstruksi
•
•
•
Jumlah lantai
I
i l'P.ta kerentanan
I
GAMBAR3.3. rROSt:S l'EMBUATAN"PETA KF.RENTANAS
TIFF
47
3.2.1.1 Pengolahan image Google Earth a.
Mengambil beberapa image Kota Padang dengan menggunakan software Google Earth Pro. Image ini diambil dari ketinggian yang sama (seperti 900 meter) dengan tujuan untuk. menghasilkan ketepatan garnbar yang identik.
GAMBAR3.4. IMAGE GOOGLE EARTHY ANG DIAMBIL b.
Memilih bagian gambar yang diinginkan dengan menggunakan
software
Paint. Selanjutnya menyimpan gambar-gam.bar tersebut dengan format TIFF
·--· ~ -- ..................... _ ..
_,
__
GAMBAR3.5. IMAGE YANG DIINGINKAN
48
c.
Mosaik: Menggabungkan semua image yang telah diambil
dertgan
menggunakan software GIMP2 (20 sampai 30 blok image digabungkan melalui rnosaik). - Menyiapkan tempat image baru. Untuk itu kita harus mengukur jumlah image yang akan ditampung melalui rnosaik. "
Cree• um? nouve'le i1~ M;odele: lralfle d'1irnag1t l,.trgeiJr :
fi')oo
!:!dttreur: 4200
•
piiefs
[:)
illlOll • 420:) """"" 7Z~j.1J.~RVll
Aid~
J
I
!Seiniti.>lm,r J [
~lic:ler
I[
A!!!luler
GAMBAR3.6. TEMPAT IMAGE BARU - Memosaik image GE Pro yang telab diambil dalam satu image (satu blok)
~
..
E!!itlo• -
~
~
1.
~"' C-
2'& -~~
.. ~
GAMBAR3.7. PENGGABUNGAN TIGA IMAGE DENGAN SISI MEMANJANG
49
- Hasil mosaik
·+
GAMBAR3.8. RASIL MOSAl.K20 IMAGE GOOGLE EARTH
d.
Georeferensi Setelah rnenggabungkan semua image Google Earth, selanjutnya adalah
melakukan georeferensi terhadap tiga hasil mosaik (masing-masing ada 20 dan 30 image) dalam system koordinat WGS_l984, UTM 47 S. Cara yang paling sederhana untuk melakukan proses ini adalah dengan menggunakan image satelit SPOT 5 sebagai referensi. Image SPOT 5 ini merupakan image yang mempunyai referensi geometric yang baik. Proses ini direalisasikan dengan program ArcGIS GeorHerencement §eoreferencement .....
I
·· ~.~_.;:,
I
Couche: pd01-20_clip.ecw
~
3_0J ..., .;- ~
GAMBAR3.9. PERANGKAT GEOREFERENSI
50
Selanjutnya adalah dengan menyimpan titik-titik pengikat dalam type txt. t eble de-s hen~ ScuceX 588.913819 1533.'196403 10156.393736 7036.125230 2383.610771
Uer 1 2 3
W
..._ ·~"f SourceY -222.095'193 -516!1.918524 -3377.857125 -28.992366 -3145.653564
Transformation:
Ajustement auto
lrransformation c.harQer ...
11
flyegistrer ...
Y Carte -0.929588 -0.965859 --0.952832 -0.928185 --0.951094
X Carte. 100.351016 100.357913 100.121455 100.396506 100.364210
de te- or
t3
Residue! 0.00001 0.00002 0.00001 0.00002 0.00002
Errmir RMS:
I 0.00001
I
GAMBAR 3.10. PENYIMPANAN TITIK-TJTIJ( GEOREFERENSI
Berkat adanya program
GIMP 2, semua image dapat digabungkan
dengan baik sehingga cukup menggunakan lima titik ikatan dalam proses georeferensi. 3.2.1.2 Pembangunan data-data dasar bangunan dan jalan
Langkah ini dilaksanakan setelah melakuk.an proses georeferensi semua image Google Earth berdasarkan linage SPOT 5 yang bergeoreference dengan baik. Tahap ini dilak:sanakan dengan program SIG ArcGIS. a.
Layer bangunan, berisi inforrnasi tentang: •
Penggunaan (pemukiman, hotel/komersial, kantor pemerintah, rumah ibadah, rumah sakit, sekolah dan kampus, airport dan stadion)
•
Tipe konstruksi (bangunan kuat, bangunan lemah/ringkih)
•
Jumlah tingkat (lantai dasar, 1-2 tingkat, lebih dari 2 tingkat)
Dalam studi ini, terdapat 11.268 polygon bangunan yang dibuat.
51
'1wQ• ,.... .................
•
--
•
•
., () ~
:.J
u
.,.._... .. _.
t
·- ....
u ..._ ......_ .r(... """'""'..... c: Cf:'
~ ., ....... . C'-·--""-
n
~
JUI
•I••-
r- ·- .."
. I --r.....-GAMBAR 3.11. SALAHSATUSUDUTPADALAYERPOLYGONBANGUNAN b.
Layer jalan, berisi informasi tentang:
« Lebar jalan, Jumlahjalur, Jen.is aspal » Setelah polygon bangunan direalisasikan, kita melanjutkan dengan membangun jaringan jalan di Padang agar dapat membuat studi evakuasi. Jumlah jalan keseluruban yang telah dibangun dalam lingkup studi ini adalab 614,17 km . .,_...-
A""'•
•·
-t·~--
~
• :I. ~ • ~
.._ .
w
it
'IS
!: :; ,... ••
•
-.,
. =··---...-.... _..,
... ..
__._,. ...
~...
·..;-1'1//f:
•I
-
~ ~--l.4·
-~•I
""'
. 11-·.rs
_ • .,..
-.,
if,~ ... -i::=
·=--.,..---- ....-.
...... ------ _
·""'""'--
t
• • -M;~'>.t
.
'
.: •
...
'¥*'t'
.............
~•..-:''" ·-"M'
GAMBAR 3.12. SALAH SATU SUDUT PADA LAYER JALAN
.)
52
3.2.1.J Affektasl tingkat kerentanan bltllE!U!aa Setelah bangunan-bangunan dan atribut pendukungn ya di I engkapi, kita [anjutkan dengan menentukan tingkat kerentanan (1111lnerability) tiap bangunan
dengan rncmpertimbangkan penggunaaonya dan tipe kenstruksinya.
TABELinl. PONll£RASl KERENT ANAN BANGUNAN MENliRUT PENGGUNAAN
DAN TJP.b: KONSTJUJKSINV A Tingkat kerentanan bangunan (dari 1 sameai 5) No I 2 J ~-
-4 5 6 7
8
Penggunaan
Bitiment
Bangunan kWlt
lemah/rin~lcih
Stadion Hotel /komersial Kantor Mmerintah
I
2
2 2
3
Rumah ibadah
2
3
Airnort
2
3
Pemukimao
3
4
Rumab sakit Sekolah I karnnus
4
5
4
5
Stadion
rnerupakan
hangunan
yang
~ .)
paling
kuat,
sehingga
kita
menentukan tingkat kerentanannya sangat rendah, sedangkan rumah sakit dan sekolah/kampus
mempunyai
tingkat keremansn
yang paling tinggi. Stadion
merupakan sebuah tempst utama y311g dipilih sebegai tempat perlindungan ketika rerjadi bencana, Sebagai contoh adalah stadion di New Orleans (Arnerika) )'81\g digunakan olch rnasyaraket sekifamya ketika terjadi serangan badai Katrina pada tahun 2005 (Mancebo, 200~). Sementara
itu tingkat
kerentanan
sebuah bangunan
yang
haoya
mempunyai iaatai dasar, lebih tinggi dibandiagkan dengan kerentanan bangunan
53
yang mempunyai jumlah lnntai I atau 2 tingkat. Atau dapat dikatakan bahwa bangunan
ynng mempunyai lantai lebih dari 2 tingkat mempunyai tingkat
kerentanan yang sangat kecil, Selanj utnya adalah dengan menambablrnn kolom yang berisi ponderasi
kerenanran pada I ayer bangunan. T ABEL Ill.2. PENJ;NTUAN TINGKAT KERf:NTANAN DENGAN MENAMBAH PARAMETER .JUMLAH TlNGKA T BANG UN AN (I - 7) No
Penggunun
I
-
Hotel I komersial
-Kantor pernerintah
,_ 3
Rumuh lbadah
s
Ail'IJO!t
6 t--·
Pemukiman
7
Rmah ~akit ;
s
Sekolah / kampus
dasar
tinl!kat
I-2
l.ebihdari 2 tingkat
Solide
3
I
Lep_er
4
Sofide
4
2 3 3
U2er S-Olide Utt<
·-
4
Lantai
Ken struksi
SllKlion
2
TinlU!i ban.izunu
Tipe
-
4
4
3
2 '
3 2
s
4
J
Solidc
4
3
2
.Uiter
5
4
3
4
3
2
4
3
Solide
-·
.~
2
Uger
-
s s
-
Solide LC<>CT
6
5
Solid<:
6
5
4
Uut
7
6
Solide
s
6
5
Leger
7
s
4
i
4
·-
3 4
·-
4
J.2.1.4 Pemhuatan ki.si-k.i5i kerenb.rao baaeynan Langkah yang dipilih untuk dapat mengkaji komponeo yang berbeda mengenai resiko (kerentanan dan al~) adalab dengan menteriernahkan komponen
54
dibawah bentuk layer SIG dengan tipe raster. Diawali dari layer vektor bangunan, sebuah konversi dalam bentuk raster direalisasikan.
Transformasi dalam bentuk
raster ini berakhir pada image yang berisi pixel berukuran 0,44 meter dengan nilai-nilai
numerik yang diasosiasikan
bernilai dari 1 sampai 7: sehingga kita
menerima komponen resiko pertama, yaitu layer raster vulnerability. Penggambaran operasional proses ini dalam ArcGIS , kita menggunakan Arc toolbox window: "convertion tool, to raster, feature to raster" i:'...-
_J
GAMBAR 3.13. KONVERSI LA YER VULNERABILITE KE RASTER
..•.
.,--
....
·''
r1
·-··--,,.,..._..,- ·I
.o-..-
.,..'"---S--~W.-ttilfli:
OliD•
~r.;__,,
•
....
.~
~~~
a-
a_,.-.
....
.a~-•-r .n~ .cr--
-Q_.., . o....,_J.
-6'--···-
•ll•ca.·-::;o. ~~
II
:I. ._.a lft &e:::;tte•
........
D
Q-.)Rtpt
-a-,_"" 0 .. Q-ol6.:
• ~n-!.•
1-r .....1~
,
.J
I.......~;::.... ~·D-.Jlli'9_,.
••····I
c
. n-•-.
.·
GAMBAR 3.14. HASIL PENGOLAHAN LA YER VULNERAILITY DALAM BENTUK RASTER
~
1i••:.i4
r
55
Hasil ini menunjukkan perbedean wama berdasarkan tingkat kerentanan (vulnt!rability) bangunan yang tersusun dari tingkat 2 (seperti lamai pertama dari stadion] sampai tingkat 6 (seperti bangunao sekolah pada lantai dasar). •
Tingkat 2: Hijau gelap (kerentanan sangat rendah)
•
Tingkat 3: Hijau terang (kerentanan rendah)
•
Tingkat 4: Kuning tersng (ken:ntanan sedang)
•
Tingkat 5: Coklat kemerahan (kerentanan tinggi)
•
Tlngka; 6: Merah (kcrcnrlll\aJ\ sangat tinggi)
3.2.2. Peta Alea Proses selanjutnya adalab dengan mengerjakan layer alee
tSWUl!Ui
"kemnngldnan tinggi scnangan tsunami". Diagram berikut ini menjelaskan prosedur pengolahan imago untuk. mcmbuat pcta
otea.
Image OEM SllTM
Ekstraui l)ada wllayah studi
•
• • • •
Membuat zona a~a tsunami Ketinggian normal Om wnayah ge~ngan sampai 2 m W1layah genangan sampai 5 m Wilayah genangan s:impai 8 m Wilayah genangan sampai 10 m
Peta Alea
GAMBARJ.tS. PROSES PEMBUATAN PET A ALEA
56
Meskipun tinggi air maksimum di Padang adalah 5 meter berdasarkan Borrero et al, (2006) yang melakukan modelisasi genangan tsunami di Barat Surnatera, kita tatap berpatokan pada ketinggian ombak sampai 10 meter dalam diagnose final alea, Hal ini dilakukan dengan tujuan agar kita dapat memberikan skenario perencanaan wilayah menghadapi ancaman tsunami. 3.2.2.1 Ekstraksi DEM SRTM pada wilayah studi Diawali dari DEM SRTM
yang memiliki resolusi
90 meter, kita
ekstraks image ini sehingga hanya menampilkan peta DEM untuk wilayah studi. .;.J(l)~_.. _
~
GAMBAR3.16 EKSTRAKSIWILAYAHSTUDI 3.2.2.2 Membuat wilayah-wilayah genangan Pada tahap ini kita membuat wilayah genangan dengan ketinggian 0, 2, 5, 8 da:n I 0 m, Tools yang kita gunakan adalah: Spatialanalyst- reclassification.
57
Kita mengawali dengan membuat wilayah normal (wilayah 0 meter) Spatial Analyst
»: ~
"'-
":: I
=====3:. 1'. .1.11.
Couche: E=xt_=mnt=sit:m
Spatial flnalyst •
b-"I
GAMBAR3.17. TOOLS SPATIAL ANALYST
3~
Raster en Mtri!e:
°""'"'do•oda55ement:I ~.,-11UE---------3-
l
-D
Noov~j'~
,o
~
I l
Oass<m
---,
I ,0
~
5uf.;
I
Chorgef ...
~tTegisU......
''/1'!"~1des
-30 - 0
I
Ato<e< .... ..tree ~~~s
: nilai 0 : nilai l : nilai 0
Nilai lainnya No data
I,
1
GAMBAR 3.18. KLASIFIKASI KETINGGIAN AIR NORMAL (0 METER)
.-.,~iu;a~::i~-.1~
~c- .......""'".......... ~,,,,,... .... Cl'811iUt
~If'!
•i
-..--- ~t:«i~-
_,-
d;..._ta0"1 610::-::ne
3)
~.ji..__
.. •~
,.,.:~~'
(o;..,...:;t!ii
~··"
::l
'"'.-f-----.~.d
p.r_,..---
.:J
..
Q
o--,,
·O:;.c
·D~---
.-·-. ... ... . ·~· ·L--D .,~ .~:.;::.:._
J
.,_ """""'~.. ••"111111'.!lllh'
o.aox~
-o-o·il--r.....-
, . Cl"!!' ,
•111111'.Ql1!1•'B
r:tA.-ttl.lllO ..
.....
1~~......,..."1.. ,..,~~
GAMBAR 3.19. KETINGGIAN AIR 0 METER
......
lll:ll
58
. , /. ••'=l '-' .. ... ~ ~ ... ;: ::
-·-·-·
v ..
!l •
,,._14._
•"_..,;..;;,;;;..;;..:;;,
• • , .... J
••It
A• '•J.•..:.•
GAMBAR 3.20. KETINGGIAN AIR 0 METER (setelab di zoom) Untuk mengidentifkasi wilayah ketinggian 0 meter, kita harus mengubah wilayah yang terbentuk ke dalam bentuk vektor untuk menghilangkan wilayahwilayah di bagian dalam
yang tidak terhubung dengan laut. Pada tahap ini, kita
menggunakan tools: Spatial analyst - convertir - raster to entity Pembuatan wilayah tergenang sampai 2 meter (wilayah sampai 2 meter) ..lllSJ Raster
en ertr~:
::J ~
IExt_nrtsrtm
~dareclassement: .-lvAt-LE-------3-.. oeflnit les vaieurs poor la redassfication
r
Andemesvale1n -30-2 3 - 1817 NoC>ata
Nomellesvaiell'~
io
I
!O
Unique
I Ap.br
Charger...
I
une
Y.lf>'H'r1 Ent~rer ...
:I
Oossement... I
n
1
-ee
···-1j
Pri!dsfon...
An'Uer
-30 - 2 : nilai 0 Nilai lainnya : nilai 1 No Data : nilai 0
I
~ OI(
I
I
GAMBAR 3.21. PENGLASIFTKASIAN SAMP AI KETINGGIAN AIR 2 METER
59
Selanjutnya kita eksport ke ER Mapper untuk memperhalus pixel. Tahap ini menghasilkan image yang Iebih estetik.
Image tanpa vektorisasi Er Mapper
Etenru.-----,
[
EKpottetune "Coucheraste-r- 1tmeOa2
r
lllocde
oom;,,, '""'" ~~~~~---~ (lnltlol)
leoJ de
(i'
Image dengan vektorisasi ER Mapper
llllfi<....cespatiaio Sk><derlomOes(ouont)
r (i'
i...
de
RasterdeSO
[
r
r c...~
R"'"•sont.uon
I , . "'
Tall!edec...,(a,
cy)'
Toileruroste<(colomM,~t.
r1ame C"°""" rscece par pO(ei Telleroocompresse e
a....rue (QllOOlo,hot.t. drat., ... ROl.;.""'e 51).o.ie
t: ('
Pr I 88i: 131.17K8 ( 100.2392, ·l.ll325, 100.5"59, -0.7283)
GG_WGS_l9&1
ID,\llel*r\SlG~.J)dQ\srtm\..trots_et.......,
Emplacoment' Ncm,
I ;o;;o;;att
~=r~Siro:
1~(11'1Jt
ITlff
Fo'"'"''
::J
Qu~ddeco;npresslon (l-LOO);
------
i's
I ErnOstrer I
ArnJet
GAMBAR 3.22. EKSPORT KE ER MAPPER Kemudian file dalam bentuk TIFF tersebut di import ke dalam Er Mapper. Verifikasi Vektorisasi: proses, raster cell to polygon (dalam Er Mapper) · ,_,Rdster to Vector
~
tonversron .'·~,.__,.
Input Raster Data.et
l:y\SIG pdg\sig_pdg\
Outi>-t Vector Oat&el:
l.v\SIG pdg\iig_pdo\mm\emoils_et~erv
Bond: CelValue:
I
S~us...
I
!:!"4>
Al
r
QK
~1
Pol}rnes
r
FE Polygont
GAMBAR 3.23. VEKTORISASllMAGE
I
60
Untuk memperbaiki aspek contour dalam bentuk vector yang lebih baik, kita menggunakan option smooth. Hal itu mengakibatkan fille vector tersimpan dalam format ermapper (.ERV) Hasilnya kita eksport ke dalam format SHP: utility, eksport vector, esri shp ~ .QK J;aioel
21-. .. H..,
I I I I
GAMBAR 3.24. EKSPORT FILE KE FORMAT SHP.
Dengan demikian, kita rnendapatkan peta a/ea dengan wilayah genangan sampai ketinggian 2 meter. 0<-~tf"-~-~ "'411&~
...
Osi=lil• I! .-. ct>""1l ,.=··--,3 ~-· ~~...,.. ::JN·.·;:..
·- .. o: ....... .... -
:1. .....
n
e1e:.:;one
i:-IOc..at--3ct~o.. •ftl ':O•~··w' t-..c·
i;f~
.~ ..
-00..-
.. .- .... . a.__.., ~e ...._,_. ...-..--
o!
~ o-lill!ll
..
·0.....,.J.J ...
a-o
- D w-.J.JM• O -~..-,
·D-.,.,_. -a ..._....,.._ __
•
~o.- .. ·!J-4• .c .... ..,,..
:~~
GAMBAR 3.25. WILAYAH GENAN GAN SAMPAl 2 METER.
61
Melalui cara seperti ini, kita dapat membuat peta lainnya dengan wilayah genangan sampai 5, 8 dan I 0 meter. 3.2.2.3 Menggabungkan semua ti:ngkat alfa ke daJam satu layer. Untuk itu kita menggunakan tools Arc Toolbox: Analysis tools, overlay, union. Sebelum meluncurkan tools ini, kita hams menentukan system koordinat geografis dalam WGS_l 984.
.:J~
r=-•-:"'"'"_--_,--.. --._-----..----=n=--~ . .:ti o~~
...~.,.
~··------------~'~
2iJ ..!l .±1
C!Wn~d'•ntkat "f:ti -e·nrie UlaibdH~w r.iNdi;i.:;.t..-.i-.i ~l.nr.nMAdscn:lll
~llH•llltib•
~,,to!~
1f~i:!
~ ... ..,, ..... ..... ~ .. ,.,, "~•f•W4if
3
....
Mtl TCMiMl;ft~S'll' Mtlb
~
.........
~"l'.;dilcmc!IM
"~-
!llrltifii~"
...
.a
~-·---------------~' .r ~~~~ GAMBAR 3.26. PENGGABUNGAN LAYER ALEA Hasilnya adalah kita rnendapatkan sebuah layer vector dengan berbagai tingkat ketinggian genangan (INOND_LEVE). Namun sebelumnya kita hams memasukkan kolom yang berisi tingkat ketinggian pada layer alea hasil union "zoneaO- 2- 5 - 8- 1 O"
62
~~,,..,_~~°""",....""" c•Et•
•1•Wo•) ,o,-:.iti' -o~~'iQJ-:J• I'>-·
~@e::::"o••tP
·-
.,··-- . ._ ··~: 1---
·1111._QQUVlt
·::J-
.....
"- ,, ·O-~
·-4 ··.°". . Cl;!--11,.,.._.r...~ ..... o111.11o
w ..........
··...~~---iJ----
..•.,,,
0•
-o--- j
.. c • ..-. ..........--"0 ...-.,..,_
"'n""'*"_,.,,.,,. "'a.......
~a~....--o-
•O•-.i.11-
•0o-
... ~
ir-·~
..;---
~_e_-,.-, ..
4.0
16'-
~
•.!.!
__,
03£13 .. 1a4-~-Jt,.·..:..
..
GAMBAR 3.27. LA YER DENG AN 5 TING KAT GEN AN GAN
3.2.2.4 Membuat kisi-kisi Alea Dari layer vektor Alea 0_2_ 5_ 8_ l 0, k.ita merealisasikan sebuah konversi dalam bentuk raster. Transformasi dalam bentuk raster ini yang dibangun dengan kisi berukuran 4,75 meter memungk.inkan dihasilkannya sebuah layer raster yang selanjutnya akan digunakan dengan layer vulnerability (kerentanan) untuk menghasilkan peta resiko tsunami. Deskripsi operasinya adalah: Arc ToolBox " Conversion Tools - To Raster - Feature to Raster "
63
_JG-
_
~
C>utpu'le.ololu
1-aa
3
.._ . ,..
.
l.ittaWde~MK
10:~~~-_.,....-~_GQ)
,~.,
.......
~c.1.,odMI)
Lltlllllld'lQllWep.a
;fl:rit
1aEailCDIN'spll'ld31"'1 ~uut.Jto.AliDJrUpll.i-i
f,.,...f..,.,~dY
'""""""'
J8«7W1Nlri_~
4'a'tla.rlo!lil~•lfl~ it!lnut~p,.-.ZSll
GAMBAR 3.28. KONVERSI LA YER ALEA KE RASTER
1+-;;;:;;;;. 1
I
I
,_ •. . . , .a-.~
··1
u"'" ..t~
-·---a.-
•....... ._..j,..&..
..........
1
. Q-
•• · -a~~,...,....
I
,L ._, •
0 t/l
I
... -.1.......
-·I~
. o-...-
.,.-_
1
.........
-.i
....
o•
•
1.:g~.· ~-~"'
3
.Q-a).J..U:li)
-0~~
1
.-·a-e-0.a-. ... _.... ":J~
0_..~u..-
\..,....~ .................'"
• .nz
·C::=o=~='':r.;;-=.: ==-=·=::------------';3]
..... s1.. . I1!1 1----0iiil-----.:1 ·~· _:-,... -· .........
........
OM
·-.
tt••: .. ~
ti'
I ..,..~;;;:;;;;. ---:;
-~t:lwt(JIC
:..
--·Tc2;s;:~i:i i i ••••••=•=:1•••••••••••!!:JCJ
..!l:!A-•D~&e::::ne•
D •HI '9
:g=?"~- .... .....,,~,:a ... ~ 0•---
11
•'t-tziXJ
--:;i
J ..
n
~··J
-n••~'""Y-1 - 0 ..........,.....,....,,.~
.o·0-n~-
~~~
.J
r::-:-=-,~.~~.~'"""-,~~~~~~~~~~~~~~~-
GAMBAR 3.29. BASIL PENGOLAHAN LA YER ALEA KE DALAM BENTUK RASTER
64
3.2.3.Peta Resiko dan Daerah Rawan Tsunami di Padang Kerentanan menurut Chardon dan Thouret (1994) adalah sebuah istilah dari definisi
klasik resiko alamiah:
resiko alamiah= bahaya (atau alea) x
kerentanan!vulnerability (fisik, social ekonorni, dan konjuncturety. Dari pengertian
ini kita dapat mengukur untuk setiap bagian kota sebuah tingkat resiko tsunami dengan
menggunakan
kedua
peta
sebelumnya
(peta
alea
dan
peta
kerentanan!vulnerability). Dengan demikian resiko alamiah adalah penggabungan dari a/ea dan kerentananlvulnerability.
Untuk membuat peta ini, kita dapat
mengikuti metode di bawah ini.
1.
Pertama-tama kita harus mengkalkulasl ulang setiap layer (alea._grid dan vulnerabilite _grid). Tools yang digunakan adalah: spatial analyst, function reclassification.
Raster en eFltTee' Chomp de redassement:
la1eas GRID
i] ~
r-lvA-LUE--------3-. ..
OCflnir !es valeuts pour la rec!M
~
'(
14
~-------=-={--
I'
_J
_c_las_$ellle0t __···__, '
___,
~:====:=r6====:=i
~-Unique-' -·_ .....
A)luter""" entree
~Enreg-1str_er_ ... _l
r
"f(lile$1
""W"' de
I
I ,I
Precision ...
Remplacer!es .aieu'smanqu~es.parNoOat~
Raster en
I D:\hellky\SIG pdg\slq_pdg\a!eas\alea_rda<2 OK
~
Am.lier
I
GAMBAR 3.30. KLASlFlKASI ULANG SEMUATINGKAT ALEA
65
Kita menggunakan
nilai baru dari alea dengan Skala 0 sampai 4
berdasarkan tingkat kemungkinan genangan tsunami pada setiap wilayah. •
Ketinggian 0 m: Alea 4 (sangat kuat)
•
Ketinggian 2 m: Alea 3
•
Ketinggian 5 m: Alea 2
•
Ketinggian 8 m: Alea I
•
Ketinggian 1 Om: Alea 0 (sangat lemah)
Dalam studi ini kita menghadapi sebuah ancaman tsunami dengan ketinggian sampai 10 meter. Jadi kita mengestimasi bahwa zona-zona dengan ketinggian lebih dari 10 meter adalah wilayah aman. Dengan menggunakan cara yang sama, kita melakukan reklasifikasi untuk layer vulnerabilite GRID Reclass1fication
·
·
..ti~
.r: ,~ -
I 't'linerabilite _GRID
3~ ~~~~~~~~-~~
Raster en entree:
-,
...
Champ de redassement: · VALUE
...:..J
Deflnir les valeurs pourla reclas.siflcat!On------------, Arlciennes vaJeurs
Nouvelles valeu-s
Classement...
I Supprlr""'' cl"'' entre..sI Precision... I Aiouter une entree
Charger.. .
r
I
Enregistrer...
1
Remplacerles valeurs ma'IQuaill:espar NoDal;a
Raster en
j D:\henky\SIG pdg\slg_pdg\vulnerabilite\vuln_recf. OK
~
Annuler
j
GAMBAR 3.31.
KLASIFIKASI SEMUA TING KAT KERENT ANAN
66
Kita memberikan nilai vulnerability dengan skala dari 0 sampai 4 berdasarkan tingkat kerentanan (vulnerability) dari setiap wilayah. Jadi kita memiliki nilai-nilai untuk mendefinisikan vulnerability. (0
= sangat lemah; 1 = lemah; 2 = sedang; 3 = kuat; 4 = sangat kuat) 2.
Mencari koefisien resiko dengan mengalikan nilai baru dari Alea dan Vulnerability TABEL UI.3 ALEA X KERENTANAN Sanpt lemall
lemab
0
1
0
0
Vulaerabilite
~
Alea Sangat le mah
--------
kuat
Supt kuat
2
3
4
0
0
0
0
.
~
lemah sedans:
1
0
1
2
'l
_,
4
2
0
2
4
6
8
kaat
3
0
3
6
9
12
4
0
4
8
12
16
San1mtkaat
Penjelasan : • Walau bagaimanapun tingkat kerentanan bangunan pada wilayah alea sangat lemah, resiko bencana akan nol • Waiau bagaimanapun tingkat a/ea pada wilayah yang tidak merniliki bangunan, penghuninya dan infrastruk:tur lainnya, resiko bencana tetap akan nol. Untuk melaksanakan penggabungan Alea dan Vulnerability, kita harus menggunakan tools spatial analyst dengan fungsi: calculatrice raster.
67
1111 Cakulatricc raster
..1.L~.I
· ,'.~:·
Couches: Reclassement de EKt_ ... Reclassement de Vulr
[dled_rcls2]" lvulne_reclo.s2]
Apropos de la aeation d'el<J)lessions
J
I
E vakJer
I
.:J
Arnier
I _::J
GAMBAR 3.32.
PERKALlAN ALEA DAN KERENTANAN DALAM RASTER .,...~...,,- ...... ,...._.GA-,..,.,..,,,,. ll 1Uil6
e
.. ~wrtt
..
·Or-...i...o.~
O•lilA
·O~
®f.l::::(')•··~
~ ..=~-, .... =~.
•..a-·D--
j
a-
-·O--• o-·-~ -••
•D• Qa...t.._
..
·li!-P.•
·Cw.RO-
•O-.·C-~u
•
•
0-...i.Jll:.."L·ii'l.-.J,,.
·O•-::;:
...........
-Cl~
...... .... ..... .,,
·0.:-
.a ......
..
'
-c-.-
·a-.,.,..- _ •Oc... • 01•
-.a..__...._ a-.-- . oiiilW•-,.aD
-o--
-0000-.0 .. ,...
GAMBAR 3.33.
HASIL PENGOLAHAN PETA RESIKO TSUNAMI Hasil ini menunjukkan bahwa polygon bangunan yang berwarna merah memiliki tingkat resiko tsunami yang sangat kuat, sedangkan yang berwama hijau mempunyai resiko lebih kecil.
68
3.2.4.Peta Tempat Perlindungan Sementara dan Jalur Evakuasi 3.2.4.1. ldentfikasi Lokasi Tempat Perlindungan Sementara Berdasarkan pada hasil peta resiko tsunami, kita dapat mengidentifikasi tempat-tempat yang lebih
aman
dan mencoba mengidentifikasi
bangunan-
bangunan yang memi I iki tingkat resiko yang lebih rendah. Dengan kata lain
Catte d'abrls construits
a Pa.dang
Li:g.,,de
---
-~,...,...
........
~........,~"""""~ 8-::io.sPD~it::l!1'Jo~T-~·
GAMBAR 3.34. PETA LOKAST GEDUNG TEMPA T PERLINDUNGAN DIP AD ANG
69
yang lebih kuat dan paliug dapat bertahan seperti
bahwa bangunan-bangunan gedung-gedung Metodologi
bcsar, mungkin dapar digunakan sebagai tempat perlindungan.
ini juga mernburuhkan tingkat pengetermn yang culcup tenttmg
distribusi spasial dari gedung-gedung mi di Kora Padang. Berkat pengetahuan tenrang Kora !'ada.ng dan image Gongle Farth Pro, distribus! spasial gedung ternpat perlindungan ditunjukkan pada GAMBAR 3.34,
3.2.4.2.
Mcnentulun Wilayab Layanan Iempat Perli•dyncan Stmentara Studi wilayah layanan perlindungan, Selanju!Jlya, kita membllD.glln
wilayah-witayah
layanan di sekitar t'1npat perlindungan ini. Proses
ini
membagi
territorial Padang untuk diserahkan kepada setiap lcmpat perlindungiui sebuah wilayah layanan, Dengan demikiao
wiJayuh dimana 11U.'lyarili1 dalam wi.layah
tersebut akan bergabWJg kc tcmpat per!induug;m te:rdekat di \.\ilayah tersebut
ketika terjadi bencana tsunami, Proses ini dijelaskUo sebagal berikut I.
Penama-tama
kita harus membangun jaringan jalan dengan menggunakan
network analyst: untuk itu kill! menggWl&kanjalan nurnerik yang telah dibuat, 2.
Kemudian kita harus menginregrasikan jaringan jalan ini kedalam peta, kita buka tools network analyst (sebuah ekstensi ArcOIS yang mcrmmgldnkan mercalisasikan
studi
tentang jaringon).
Dengan
menggunakan
menu
pendukung dibawahnya (new zone service). kita dapat rnemunculksn jendela
network analyst,
70
s-~,,._...,._._ 0'*.W•
C
___ •""1 ..,=----..:i ;! t·•O 1(1 <Mitji_,,,,,,..,_.,..._ 3 ee::::n•• ~ ~••:~'
•
~,,_
1
t · Ov
~·
t~
,..__.,,,----=1 ei__ :'Jl:l:!a."'!•~'H~. ~~:=:i::z::::;=;;;;;;;~'--
,t~-"--·
T
o-.
·-
m-·
·"I~.
-o~ ...J.-"'J!I'··,.,..-
-
it--•-.11>
GAMBAR 3.35. JARINGAN JALAN
3.
Masukkan lokasi tempat perlindungan dalam network analyst. Klik kanan pada resources dan dilanjutkan dengan klik "charger des localization".
r Ow-opde b1:
3
lnunero
l
Tdo!r
1= _ ...
~
,_
..
3
<' W-losd1ompsdoloc.-,clJr~
SldeOIEdQo ScM<elD ScuceOID
Av.anc6 ...
PROSES MEMASUKKAN
GAMBAU 3.36. TEMPAT PERLINDUNGAN
KE JARINGAN
71
"""~,,,,_,.....,_.()4r~"f!lit D !liHiil.9
D
~
-ti """111=.,.---.3 :l l<-•D 1
®e
(/
<WtfiSn.afJ~llN.JG~
:::: ~.....
ti'"'
~
3
o":.:::,
1
Q~
r.!~
, ..... • , •
mm ilz..-•_,._
·-... .
'!'(}-.~• ~~
W..ll,c'.lllln
o-
--
o ......
'
l
--
li! ..
1-..to
GAMBAR 3.37. TEMPAT PERLINDUNGAN TERINTEGRASI PADA PETA 4.
Bagian timur kota berfungsi juga sebagai tempat perlindungan yang dapat menenma
masyarakat.
Agar
dapat
memasukkan
titik-titik
tempat
perlindungan yang aman di bagian tirnur kota, tempat perlindungan ini akan diusulkan pada persimpangan antara jalan dan wilayah ketinggian 20 meter. Hal ini memungkinkan mengevakuasi masyarakat yang tinggal di barat tempat perlindungan agar segera menuju tempat perlindungan alarniah yang baru. 5.
Penempatan titi-titik tempat perlindungan alamiah tepat pada persimpangan antara jaringan jalan dan titik ketinggian 20 meter.
72
~.,...~
.,_...., ~--·-
e
,..
n• ~
.~
:J. .... DIP'
:: ;:
r
-·-
~
:: •• ~ u- :r=-·_,_.-:...,... :....,___----=-"L--'-----=---"---~
.·-·. U§: . --• .,_~:.-- 1 •1:·-· =~ -·-;. =:=~ ·-· ·~· ·-· •. ·-·..,. :== ·-·-"'~ ·--
@0
...
.... ,__(< .. ,..,_~
D1i18•
·-
• •
.
'2::::"'
._.
•
. ....
.J'•
.
o..!""_
o..-.-
.I
'
·0::-11
==
o .... _...,
c....- . . .
. •
:=: :=:
·-···~ ·_, ·,·-_·--" ~-·l _,,_ -· _, -··_,_~..._--
a _ _.._....-.
-1tn1-.:,;r. _ _.,. .,,u-__
.,_
1i II
•
. =~=·rn- t GAMBAR 3.38. LOKASI GEDUNG-GEDUNG TEMPAT PERLINDUNGAN DAN LOKASI PERLINDUNGAN ALAMIAH 6.
Dengan memperkirakan jarak lari rat.a-rata yang mungkin dicapai dalam selang waktu I 0 menit setelah gempa adalah 1500 meter, kita dapat menentukan polygon daerah layanan evakuasi di sekitar tempat perlindungan (baik gedung maupun alamiah). l)l ...
~_..."-',..•~06
0 '8(Ut
fll
............ t- l=iiiiiM~~:::J
,
uie :: ::n••~ ~
111
o .. :. .::,
-~:-.!.:':" -1·... . ___ .. .,_ !~ . ...._c•••
re.... -
•-19t
-eo-
-·-·...:::. ·-·-::= ·-···-·-.... ·---.-· .
Q ·-
"~-
a~ .a ....
u.:-:-~
-o~.;::__ n~ """
o•...--..-
-o~·
·U .._..., -C
,..,,,....J•
' "-
....
---~:::J•
ii. t..•0 a....~ .. 0--..- ...t~ --.;.-· _._•_---~----~-----,. 1.,
3!ii
•,,
,,..,
"
'
.I
..•
..
II
~
,f'
GAMBAR 3.39. DAERAH LAYANAN EVAKUASI MENUJU GEDUNG DAN TEMPAT KETINGGlAN DENGAN BERLARI (SETELAH 10 MENIT)
73
7.
Selanjutnya dengan teknik yang sama, kita dapat mengidentifikasi polygon evakuasi dengan menggunakan motor atau mobil. Kita memperkirakan jarak ternpuh rata-rata dengan cara ini adalah sekitar 5 km dalam I 0 rnenit (kecepatan rata-rata 30 km/jam). Ini merupakan kecepatan yang sangat kecil yang diakibatkan dari kepanikan warga yang menimbulkan kemacetan pada jalan evak.uasi.
. ---•--•--.. ·~···-·-····-·-a-· ..•. o ....
-
M ... M
-ii ......
-aa-
-o-~.._..
a-.,..,..,
n....-.-
-·-~n.
·0-..Jmt,;
-a-v-u~ .a-v-_,.
GAMBAR 3.40. DAERAH LAY ANAN EVAKUASI DENG AN MENGGUNAKAN KENDARAAN SETELAH 10 MENIT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
BABIV HASIL DAN DJSKUSI
4.1 Vulnerability Baogunan Hasil studi kerentanen bangunan di Padang terltadap ancaman tsunami digarnbarkan melalui garnbar berikur, Peta ini menunjukkan kepado kita behwa sebagian besar bs.ngunan-bllngunan di kota mempunyai tingkot kerentanan tinggi (merah muda), Bangunan-bangunan ini menyeb:ic hampir di scluruh wilayah kota. I:mumnya bangunan yang menurupi h.apir 75,15% dari wil!l)'ah stuui ini adalah pernukiman
penduduk
dengan
konsttuksi
solid
dan tidak bertingkat, lni
merupakan bentuk bangunan pemukiman yang paling umum di J:ladang. Sebagian kecil dari kelompok bangunan pada tingkat kerentanan ini adalah ruma}) saklt dan
bangunan sckolah atau karnpus yang mempunya! tingkat I atau 2. Peta ini menunjuklwt juga kepada kita tenrang distribusi spasial bangunan-bangunan yaog memililci tingkat kerentanan sangat tinggi (merah kuat). Mereka menutupi 10,6 I % dari wilayah studi dengan fuogsi bangunan yang cukup bervaria.~i. Aangunan-bangwian
ini ad.a.lab pemuk.iman dcngan tipe k.On:ilrulu;i
ringan dan tidak bertingkat, rumah sakit tidak bertin.gkat dan bangunan sekolah
tidak bertingkat. Lokasi bangunan-bangllllllll ini rnenyebar hampir di seluruh kola. U ntuk banguaan dengan tingkat kerentanan
sedang (pink), menyebar
pada ruartg seluas 7,45% dari wilayab studi. Penycbaran bangunan-bsngunan ini
umumnya pada jalan-jalaa besar dan sedang sehingga Iebih banyak berfungsi ekonomls dan social seperti hotel, pertolroan, bengkel, kantor pemerintah dan
74
75
Stu.ell res,iko fSUNAMJ C!J1 PADANG
Peta Kerentanan Bangunan
I
'"
~
c'~
Loerge!tl)Cl.lll
1Kerentann1n l~-ijnerd>ilitw -~
Dl!l9I
......ggt
o~
RslCtM
-
s.1-rgltl"ellll>Jll
Jilriil!ll!l'IR jafllll'I
---il l ~ Mii~ --
JOI! DK.Ir
•
--
-,
..·.
- ... °'
GAMBAR4.1. VULNERABILITY BANGUN AN DI PADANG
I
!I f
i
76
rumah ihadah, Semua bangunan ini tidaklah bcrtingkat. Disamping icu kita juga
menernukan bangunan dengan kerentanan sedaog ini berfungsi sebagai rumah sakit dan bangunan sekolah/knmpus b~rlantai 2 atau lebih. Sclanjutnya,
bangunan
dengan
kerentanan
rendah
(hijau
muda)
merupakan bangunan yang berada di pusat kota, khususnyadi bagian selataa kola. Sebagian kecil dari bangunan ini berada di sepanjang jalan besru- mcnuju
Bukiainggi (sebuah kola wisata yang betada sekitar 90 km di utara Padang) dan di sepanjang jalan Padang
By
Pass yang rnenghubungkan bandara International
Minang Kabau dan pelabuhan Teluk Bnyur. Penyebaran bangunan-bangunan ini menutupi 6.38% dari bangunan di wilayah studi. Bangunan ini umumnya berfungsi sebagai bc:rikut: stadion dan bangunan berlantai I atau 2 dari botel, pusa; perbeleniaan, kantor pernerintah dan n.unah ibadah. Tcrakhir adalah bangunan.bangunan yang mempunyai kerentanan sangat rendah (hijau
kuat}. Penyebaran
dibandingkan bangunan-bangunan
bangunan ini .sa.ogat kecil, hanya 0,38% lain dalsm wilayah studl. Kelompok terakhir
bangunan ini berfuagsi •elmgai herikut: bangunan bcrlantai 2 atau lebih dari hotel, pusat perbelaejasn, kantor petnerintah clan rumeh ibadah, termasuk juga bangunan
stadion yang berlantai I atau lebih. 4.1 Alta
Ancaman tsunami di Kota Padang teclihat melalui
peto
berikut, Peta yang
diolah melalui data DEM SRTM ini rnenunjuknn kepoda kita bahwa wilayah di
utara dan tengah kota merupakan wilayah yang sangat berbahaya. Sebagian besar wilayah di bagian utara (antara sungai Batang Anai dan Batang Air Dingin) bera-
77
Le,ganda -
ll!m.din wq>JI 2 n ~uq>Jl:5fl
o~~wq>J'i-3n o~~1'11'1
li!tilt.,., 111'11
D
liln<J
-
OoB'111Til"li ~
"
,,
GAMBAR4.2. SPASIALISASI ALEA TSUNAMI DI PADANG
78
da pada kennggian kurang dari 2 meter dari pennukaan laut. Dan umumnya lahan-lahan Iainnya di wilayah ini terletak pada ketinggian kurang dari 5 meter. Sementara itu titik-titik ketinggjan (lebih dari l 0 m) hanya bcrada pada wilayah perbukitan yang rerletah sekitar 4 km disebelah timur dari panlai. Pada bagian tengah dari kota Padang (antara sungai Batang Air Dingin dan Batang Kuanji), terdnpat lahan dengan ketlnggian kurang dari .S meter yang terhampar sejauh 5 km dari pantai ke arah timur, Wilal'ah ini menutupi sebegian besar dari wilayeh tengah kota. St:dangkan wilayab yang lebih rendah (lrurang dari 2 meter) sangat sedikit; yaitu wilayah yang umumnya terletak di muara
sungai Bal!lllg Air Dingm dan pada rawa-rawa di sekitar muara sungai Batang Air Dingin, Sementara itu sebagian besar wilayah dengan ketinggian antara 8 dAU1 l 0
meter terletak di bagian timur yang penyebarannya rnengikuti topografi kota yang mulai mendaki. Pada wilayah ini lahan dengan ketinggian lcbih dari JO m yq paling dekat dengan pantai berada pada jlll'llk sekitar 2 km ke arah timur,
Bsgian selatan kota (antara sungai Batang Kuranii dan Batang Arau) merupai::atJ wilayah yang tidak terlalu bcrbahaya dibandingkan bagian utara dan
tengah, Namun demikian, wilnyoh yang dibagi oleh banjir kanal ini masih memiliki lahan dengan ketinggian kutang dari 2 m dan juga kurang dari 5 m. Laban yang rendah ini terlctak antara muara sungai Batang Kuranji dan Batang Arau. Kita menernukan juga \~ilayalt seperti ini disekitar muara banjir kanal. Scmcntam itu, zone ltle11 di bagian sela
ketinggian lahan antara 5 dan 8m merupakan pusat aktivitas sosial-ekonomi kota Untungnya wilayah ini dibatasi oleh buklt di selatan. dan teedapat bukit kecil
79
bcmama Gunung Pangilun (ketinggian ± .50 m) yang teletak sekitar 1,75 km dari pantai
Wilayah-wilayah
ketinggian
ini
rnemungkinlcan
menjadi
tempat
perlindungan sementara pada saat bcncana tsunami. Selanjutnyn sebagian besar wilayah dengan ketinggian lehih dari I 0 m terletak sekitar 3 km dari pantai keamh tirnur. Wilayah dengan ketinggian
lebih dari I 0 m di bagian selatan ini
merupakan wilayah yang paling dckat dari pantai jilca dibandingkan dengan wilayah di bagian utarn dan tcngah,
4.3
Resiko Tsunami Peta berikut
ini menunjukbn
kepade kita tentaDg distribusi spasial
~man-hangunan berdasarlam tingkat resikooya terha.dap ancaman tsunami di
Kota Padang, Peta ini rncrupakan buah dari penyUangan antara
peta vulnerability
bansunan dan peta alea tsunami. Peta ioi ~ielaskanl::epada kita bahwa sebegian besar banguruin-bangwia.n yan.R lerlctak di wilayah pesisir memiliki resiko yang tinggi. Pada bagian utara Cantara sungai Batang Anai dan Batang Air Dingin), hampir scmua bangunan memiliki tingkat resiko $3Dgllt tinggi, tin,ggi dan sedang. Fenomena ini disebabkan oleh lokasi dari bangU1W1-bangunan di wi!ayah ini berada pada ketinggian kurang dari S m. walaupuo demikian, masih tcrdapat sebagian kccil bangunan yang memiliki tingkat resiko sangat kecil, khususaya terletak sekitar 3 km ke timur dari pantai deogan ketinggian lebih dari 10 m. Jadi waleu bagaimanapun
tingkal kerentanan baogunan, resikn akan tinggi jika
bangunan-bangunan tersebut didirikan pada wilayah dengan alia yang lcuat.
80
Peta Resiko Ts.unaml di Padang
-Kast -
S.1r1gatku.:;t
-Sedang -t<ecil -
Sa119i1l kedt
--
Jarinpl
jiRin
' -..... \
• GAMBAR4.3. WILAYAH RESIKO TSUNAMI DI PADANG
81
dengan kata lain, resiko akan sangat kecil pada wilayah dengan tingkat alea yang tidak ada, rueskioun kerenranan bangunan saagat kuar,
Distribusi spasial bangunan-bangunan
yang beresiko, hampir sama di
bagian tengah kota (antara sungai &tang Air Dingin dan Barang Kuranji}.
Bang=
dengan resiko tinggi dan sedang meodominasi sejak pantai sampai ke
!alan 9adang By Pas~ (±. S km ke timur), ~~
°otnv,\\ral\ deni'QI\ tei.m
sangat kecil tersebar di bagian timur. Sebagiao besar dari bwigunan-bangunan ini merupakan pemukiman penduduk, Ocngan demikian, resiko bencana mengilruti dislribusi spasial dari alca. Sedangkaa bangunao-bangunan yang memiliki resiko sangat kecil yang berada di dekat pantai merupakan bangunan yang terletak
pada ketinggian
lebih dari Sm dan juga bangunan
yang memiliki tingkat
kerentanan (vulnerability) sangat kecil seperti pusat komersial dengan lantai yang lebih dari 2 tingkat. Pada bagian selatan kota (antara sungai Bal
bahkan di dekat pantai. Sebagian diantaranya merupakan gedung besar dan tinggi yang berfungsi sebagai hotel, pusat pecbelanjaan, kantor pemerinlah, stadion dan rumah ibadah. Bangunan lainnya yang mcmilil
berada di timur kora yaitu di alas lahan dengan ketinggiao lebih dari I 0 m, Sedangkan distribusi spasial bangwian-bangunan
yang memili.ki resiko sangat
tinggi, tinggi atau sedang terletak sclcitar 3 km dari pantai. Umumnya, bangunan-
82
banguan ini mempunyai fungsi sebagai pemukiman penduduk, rumah sakit atau sekolah/karnpus.
4.4
Evakuasi Untulc pm~e~ evakuasi, terdapat dua earn yang mungkin dipakai jika
cerjadi bencana tsunami di Padang: yaitu dcngaa berlari dan dengan menggunakan kendaraan. Cam ini telah digunakan ketika terjadi beneana tsunami di Aeeh pada akhir tshun 2004, walaupun lidak ada program sosialisasi sel:elum terjadi tmgedi tcrsebut. Pada umumnya proses evakuasi, zona tempat perlindungan yang dicari ketika sebuah bencana ~eperti tsunaml melanda wilayah pesisir ridaklah hMya tempat-iepat ketinggian, yang diperlcirakan
Kita juga dapat mcogg1mnkcn bangunan-bangunan besar
cukup kuat untul:: bertahan terhadep gempa azau tsunami.
Sc:t>agaimana pengalaman di Aceh ketib
terja.di
t:summti 1ahU11 2004, banguoao-
bangunan besar seperti mesjid, hotel dan tolco-toko yang memiliki banyak tingkat telab menyelarnatkan banyak nyawa.
Di PadWJg, kit.a telah mengideotifika~i beberapa bRngunan dan wilayah dengan ketinggian lebih dari 20 meter yang mungkin digunaken sebagai temper perfindundungan
ketika terjadi
bencana, Banguneo-bangunan
ini wuumnya
terletak di bagiaa selatan kota (GAMBAR 4.4.). Bangunan ini dipandang sebagai tempat perlindungan buatan kareea konstruksinja sanglll solid dan ketinggiannya
lebih dnri 2 tingkat. lni merupakan bangunan hotel, mesjid besar, kantor pemerintah, pu:KIL perbelanjaan dan-!ain-lain. Jadi, kita menemukan banyak temper
perlindungan buatan di bagian selatan ini, Berkat keberadaan tempat
83
Peta Tempat Perlindungan Sementara
dan .J:alur Ev.skuas.Ifdengan ,berlar!IJ di P;adfl.ng
ILegemda (!)
D
~~~Jr.l ~
b]rinilll
~*>alt~11! l'l'i!lllQ
~)1J'liil>#Jl41lm~all,)
-.j.~1'1'Ji
TilllJk-lllil r~k\O han(JlllMll
-~~ -b'qit~:it
-IQl';Jl
~
-~jJ
-
GAMBAR4.4. DISTRIBUSI TEMPAT PERLINDUNGAN SEMENTARA DAN DAERAH LAYANAN EV AKUASI (DEN GAN BERLARI) DI SEKIT ARNYA.
84
perlindungan bl.Iatan dan titik-titik ketinggian, kita dapat menyatakaa bahwa hampir scmua lahan di bagian sclatan ini 1erlindung oleh proses evakuasi,
khususnya dengan berlari. Mllllyaraluat y1111g berada disekitar tempat perlindungan ini dapat segera rneneapai tempat-tempat tersebut dalam waktu IO menit setelah gempa, Cara evakuasi seperti ini telah dipakai di Jepang, sebuah negara yang
memilik. tingkat gempa dan tsunami yang tinggi. Cara ini sangat bermanfaat dan efektif bagi masyarakat yang lidak memilik.i cukup ~tu
untuk mcnjauh menuju
wilayah pcbukitan. Tipe proteksi seperti ini dapat lebib diperhinmgkan jika 111llp bangunan dapat digunakan sebagai tempat untuk ditinggali. Namun demikian, pada wilayah utam kola tidak tcrdapas gedWlg-galW]8 besar, Wilaynh yang mungkin menjadi tcmpat perlindungan sementara hanyalah perbukitm yang berada di timur. Pada wimyah ini, hampir semua pemukiman tidak terlindung), khususnya jib kita melakuk.an evakuasi dengan berlari, Pada bagian tengah kota, sebagian pemukiman dipinggir laut terlindung oleh layanan tempat perlindungan buatan. Namun pada sisi disebelahnya, 1idak terdapat bangunan besar dan tempat ketinggian yang memungldnkan dijadikan sebagai ternpat perlindungan alami. Untuk mengatasi permasalahan ini, evalruas:i dengan menggunakan
kendarsan merupakan sebuah solusi. Meskipun pengalllllllm yang ada di Banda Aceh ketika tsunami (2004) menunjukkan bahwa penggwwm kcndaraan bermotor bukanla.h sebagai solusi yang Jeb.ih cepai dan efcktif 1111tuk menjaub dari pmllti llkibut terjlldinya kcmacetsn, tipc evllkuasi ini tetap dipmimbangkan
dalam proses
SS
evllir.ua.l.
c-
lnl 1r111119kJ.. ~•t .,,.mbawa
,.,.,..
1t1•1tuju d8M&h i..tt11.uW,
dengan lebih cepot. Di Padang, earn ini memungkinkan untuk melayani hampir seluruh kota (GAMBAR 4.5.). Cru11. ini rnemungkinkan adanya dacrah layanan dari sebuah tempat perlindungan sejauh 5 km daJam 10 raenit, Setiap t.emp11t perlindungan
alamiah mempunyai sehuah daerah layanan dengan menggunakan jaringan jalan disekitamya. Masysrakat yang tinggal di pantai seharusoya mcncapai tempat perlindungan alamiah di sekitar mereka secepet mungk.in. Kemudian, kita harus
mengevaluasi waktu yang dibumhkan untulc meni:apai wilayah aman det1g8ll mengguruikitn jalan-jalaa yang paling dekac. Mesldpun can evakuasi ini menutupi hampir seluruh kota, masih rersisa sebagian kecil yang tidak terindungi. khususnya pad11 baglan utan dan tengah; yaitu wilayah dipinggir laut yang tcrletak sangal jauh dari tempat perlindungan alamiah. Untungnya pada bagian tengah, wilayah ini dilindungi oleh tempat perlindungan buatan seperti gedung pertokoan dan pusat perbelaajaan, lumtur pemerintah, dan kampus besar yang terletak disekitarnya. Pcnycbarluasan jalur-jalur evekuasi prioritas yang digunakaa, baik dengan cera berlari atau dengaa menggunakan kcndaraan bermotor akan sangat bcrguna membawa masyarakat ke tempat perlindungan dan keluar kota. Untuk itu
peningkatan kesiapsiagaan masyarakat mutlak untuk selalu ditingkaikan dengan melakukan sosialisasi bencana dan latihan evakuasi (simulasi) seauu pcriodik.
sehingga tingkat kesiapsiagaan masyarakllt menghadapi ancarnan tsunami mmjatli meningkat dan terjaga dengan baik.
86
:Peta Evakuasi Menuju Perlindungan Alam/ Me:nggu.m.'kan .Ke.ndaraan di Padang
~~·-'iriin~
Legen..dkl
0
D
D
2br.4.!q31fMe.'*'R&l~:m um.~Jl'lj DW.i'lfatg ll!l{ll ~(>'lG Ill)
GAMBAR4.5. DISTRIBUSI TEMP AT PERLINDUNGAN ALAMI DAN DAERAH LAY ANAN EVAKUASI (DENGAN KENDARAAN) DI SEKITARNYA
87
4.S. Evaluasi Reocaoa Tata Ruang Kota Berdesarkan hasil peta resiko tsunami di atas, beberapa wilayah di pinggir pamai merupakan daerah · yang sangat rentan terhadap ancaman tsunami, khususnya wilayah kota bagian utara. Namun wilayah di pinggir pantai ini merupakan daerah yang menja
penting. Kondisi penggunaan lahan eksisting Kotn Padang (Lampiran 2) yang
tergambar pada Peta Rencana Tata Ruang Wilayab (RTRW) 2004-201J menunjukkan knw11SQ11 landai di pinggir
pantai
didominasi oleh pemukiman
penduduk dengan berbagai aktlvitasnya, Sementara itu penggunan Jaban ke arah
timur diperuntukkan sebagai areal persawahan dan kebun campuran, Semakin ke timur dan dibatasi oleh Kabupaten Solok, penggunaan lahan h1111ya didominasi olch hutan mengingat topografi Iahannya yang herbukit. Disamping itu arah pengembangan fisik kota pada RTRW (Lampir.m 3) ini masih mcmperlibatkan kecenderungaa perktmbangan fisik relatif tinggi di kawasan land.ai di pinggir pantai, Pusst pelayana utama dan sub-pusat pclayanan utama kota umumnya masih berada di wilayah ini. Namun dcmikian arah pcrkembangan kota sndah menuju kc timur dan dibatasi oleh hutan yang berfungi sebagai kawasan lindung.
Mengingat rcsiko tsunami yaug ringgi di kawasan pantai, tentunyo kecendcrungan perkembaogan fisik yang tinggi di pinggir pantai ini harus dipcrtimbangkan kembali, Pengembangan pemukiman baru hendaknya harus
88
dihentikan pada kawasan ini. Sedangkan pengembangan sektor lainnya hams memperhatikan ancaman tsunami ini sebagai isu pokok dalam setiap pengambilan kebijakan.
Sebaliknya
pemerintah
harus
meningkatkan perhatian
pada
pengembangan kota ke arah timur, khususnya pengembangan pemukiman baru pada wilayah dengan ketinggianlahan yang aman dari ancarnan tsunami. Sementara itu arahan distribusi penduduk Kota Padang (Larnpiran 4) yang tergambar pada peta RTRW 2004-2013 menunjukkan bahwa Kecamatan Padang Barat, Padang Timur, Padang Utara dan Nanggalo pada tahun 2013 masih merupakan kecamatan dengan kepadatan yang sangat tinggi (lebih dari 7500 jiwa/km2). Sayangnya keempat kecamatan ini berada di lokasi dengan resiko tsunami yang tinggi. Sementara itu Kecamatan Koto Tangah yang secara fisik mempunyai resiko sangat tinggi di sekitar pantai mempunyai kepadatan yang rendah yaitu 537 jiwa/km2 pada tahun 2013 (Tabet). TABELIV.1. LUAS DAERAH DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMA TAN DI KOTA PAD ANG T AHUN 2005 DAN PERKIRAAN KEPADATAN TAHUN 2013 No I 2 3 4 5 6 7 8 9
JO 11
Kecamatan Bungus Teluk Kabung Lubuk Kilangan Lubuk Begalung Padang Selatan
Padang Timur Padang Barat Padanz Utara Nanzaalo Kuranji Pauh Koto Tangah Total
0
Luas Wilayah
Jumlah Peoduduk
(km.2) 100,78 85,99 30,91 10,03 8,15 7,00 8,08 8,07 57,4] 146,29 232,25 694,96
23.197 40.538 97.560 60.022 83.151 59.657 72.766 55.669 ll0.316 50.204 148.264 801.344
Kepadatan
Kepadatan
2005 (jiwa/km2) 230 471 3.156 5.984 10.203 8.522 9.006 6.898 1.922 343 638 1.153
2013 (iiwa/km2)
Sumber: Padang Dalam Angka 2006, BPS Kola Padang dan RIRW 2004-2013 Kepadatan yang meningkat Kepadatan menurun
D
255 616 3.5'9 5.743
10.920 8..900
9.109
7.9'68 2.551 396 573
'
89
Kecamatan laianya yang berada di sebclah timur (Lubuk Begelung, Lubuk
Kilangan, Kuranji dan Pauh) mempunyai kecenderungan ki:padaran penduduk yang meningkat peda tahun 2013. Kecenderungan ini hendaknya terus ditingkatkan mengingat tsunami.
wilayah ini termasuk daerah yang aman dari aneaman
UNIVERSITAS DIPONEGORO
BABV KESIMPULAN
5. t Keslmpulau
Pada prinsipnya untuk alasan ekonomi, wilayah pesisir mengalami peningkatan pengunaan lahan beberapa debde terakhir ini. Wi layah ini d ipenuhi olch aktivitas penduduk secara masal di sekitar pantai, Sebagian dari wilayah ini merupalcan daersh yang terancam oleh adanya resiko alami yang akhir-akhir ini semakin sering mengakibatkan bencana besar. Hal ini menunjukkan bahwa daerah
ini memiliki tingkat kerentanan ( vuJnerahi/ity) yang tinggi. Kota Padang berdasarkan posisi gcografis dan geologisnya adalah salah
satu kota yang paling terancam oleh bencana alam seperti tsunami, Ancaman ioi terlihat semakin jelas rnel alui peta reslko tsunami yang dihasilkan dari persilangan antara peta kerencanan (vulnerability) bangunan dan peta bahaya tsunami (a/ea). Berdasarkan peta kereJitalian bangunan, sebagian besar baitguillm dalam kota memiliki tingkat kerentanan tinggi. Bangunan ini rneropakan pernukiman yang umum di Padang dengan model konstroksi solid serta tidak bertingkat, Pada umnmnya bangunan-bangunan ini tersebar di seluruh kota Padang. Sementara itu,
bangunan dengan tingkat kerentanan rendah tersebar di daereh pusat keta, khususnya di kawasan selatan kota, Kita juga mencmukan bangunan ini di
sepanjang jalan besar di Padang, Biasanya bangunan ili.i merupakan bangunan besar dengan fungsi beriktu ini; hotel. po:sat perbelaajaan, kanror pemerintah dan rumah ibadah.
90
91
Menurut pet& behaya uunami (a/la) di Padang, ~at
sangat berbahaya ynng bcrada di bagian
utara
wila}'ah yang
dan tengab kota dengan ketinggian
lahan dari perrnukaan laut adaluh kurang dari 5 meter. Wilayah ini bahkan memillki kepadetan penduduk yang tinggi. Sementara itu bagian selatan kola lrnrang terlalu berbahaya karena ketinggian lahannya secara umum lebih tinggi dari 5 meter. Untungnya wilnyah rliselatan ini juga dibatasi oleh bukit di sisi selatannya. Kita juga menemukan bukit kecil yang memungkinkan sebagei tempat perlindungan sementara ketika terjsdl bencena tsunami. Sementara itu berdaserken peta l'C$ikO tsurami di Pa.iang, hampir senna bangunan yang berada di bagia.n utara dihubungkan dengan resiko yang tlnagi. Pada bagian ini, resiko lcblb tinggi jika dibandingkan dengan di baifian tengah
dan seletan, Hal ini disebabkan oleb kcnyataan bahwa ketinggian leban di
basian
ini lebih rendah dari bagian tengah. Sementarn itu di bagian selatan kota, distribusi spasial bangunan y1U1g beresike saaget bervariasl. Kita menemukan hanyak bangunan dengaa tingkat resiko kecil, bahlcan berada di dekat pantai yang umurnnya rnemiliki fungsi ekonomis den sosial, Karena resiko sangat uyata di Padimg. evakuasi merupakan aspek yang penting untuk menyelwrnllk.an menduduk ketika terja.di tsunami. Kita dapat
melalrukannya deogan berlari atau dengan menggunakan kendaraan menuju tempat perlindungan alami at.au buatan. Dengan rnempertimbangkan jarak waktu sekirar lO menit, evakuasi dengsn herlari dapat melayani hampir semus lahan di selatan kota, Namun tipe evakussi iei hanya menutupi sebagian kecil lahan di urara dan tengah kota
92
Sedangkan dengan menggunakan jaringan ja1811, evakuasi dengan kendaraan merupakan sebush solusi yang munglc:in melayani seluruh wilayah kota. Namun model cvakuasi ini mungkin kurang berjalan baik akibat adB11ya kemaceten yang mungkin t~adi. Walaupun demikian, masih terdapat sebagian
kecil wilayah dipinggir laut yang tidak tertutupi. Sel:mjutnya bcrdasarkan evaluasi kondisi eksisting penggunean lahan berdasarkan Rcncana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Padang Tahun 2004-
2013 dik.ctahui bahwa daerah yang beresiko tsunami di pinggir Iaut lebih didominasi nleh pernukiman. Sementara pada bagian timur sebelum perbukitan masih banyak dijwnpai area persawahan dan kehun campuran. Hal ini tentunya harus dipertimbangkan kemhali mengingat tingginya bahaya yang mengancam pcmukiman tersehnt. Bahkan arab pengembangan fisik Kota Padang Tahun 2013 masih menitik.be?atkan penempatan pusat pclayanan wama kota di daerah yang beresiko tsunami. Namun demikian, kecenderungan arah perkembangan kota sudah mengarah kc: timur, dimana laha.noya leblh aman terhadap ancaman tsunami. Sementara itu arahan distribusi penduduk Kota Padang Tahun 2013 masih menunjukkan tingkat kepadatan yang tinggi di k.ecamatan yang berada di kawasan resik.o mwuuni. Sedangkan kepadatan penduduk pada kecamatan yang cukup aman (di bagian timur) masih belum menunjullin
peningkatan yang
berarti, walaupun kecenderungan arah pekembangan kota sudah mengarah kesana.
93
5.2 Rekomeodasi Berdasarkan
hasil kesirnpulan mengenai tingginya resiko tsunami di
wilayah urban Kota Padang makn dapar disampaikan beberapa rekornendasi berikut:
I) Untuk menurunkan resiko tsunami, sa1ah sam cara yang rnungkin dapat dipakai adalah dengan membatasi ekspansi pemukiman penduduk di wilayah
pesisir, khsususnya pada lahan dengan ketinggian dibawah 5 meter. 2)
Kemudian, akan sangat
penting unmk menambah jaringan jalan yang
menghubungkan pantai dengan wilayah ketinggian dan babkan penting untuk mcmperbsild kualitas jalan-jalen untul:: memudahkan proses evakuesi.
3) Perlunya mengutamakan pengernbangan fisik kota kc wilayah timur yang mempunyai
ketinggian lahan cukup tinggi. Kebijakaa ini akan berfungsi
sebagai stimulus perpindahan pcmukiman ke wilayah timur, 4)
Selanjutnya, peering sekali untuk menerapkan politik pengelolaan berbasis
rc:siko yang menekanlcan pada dibangwmya sistem peneegahan dan evakuasi scrta program sosialisaasi dan simulasi evakuasi secara periodik.
UNIV.ERSITAS DIPONEGORO.
94
Borrero JC.. Sieh K., Chlieb M., SyD<>lakis CE., 2006, "Tsunami inondation
modeling for western Sumatra", Pnas vol 103 no. 52 19673-19677 December
26,
2006
hltp:!/www.pnas.undct1ntent!I03/52/! 96 73. full
(dernier acces : 0 I /0810$) Borrero J.C. 2005, "Field Survey oorthem Sumatra and Banda Aceh. Indonesia and after Tsunami and F.arthquake of 26 december 2004", Premilinary report prepared for Earthquake Engineering Research lnstitude, February 9, 27 p.
BBClndonesia.com,
2007.
<~
GemE
kuat
guncang
sumbar »,
http://wv.'w.bhc.eo.uk/indonesi~news/storv/2007/0J/070306 indonquak c.shtrnl, (dernier acces : 04106/08) Branch, Melville C, 1996, Perencaeaaa Kota Komprehensif: Pcngantar dan Penjelasan. Cetakan Kedua, Yogyalrana ·. l'enerhit Cmdjah Mada
University Press. CEA, 2007. « Seisme et tsunami de Sumatra 12 septembre 2007 » http:i/w,vwda-;e.cca.fr/actu/dossiers scientifigues/2007--09-l 2/inde1'l.hlm! (dernier aeces : 0 1108/08) Chardon AC., ct Theuret JC., 1994. «Cartographic de la vulnerabilite d 'une population citadine face aux risques naturels : le cas de Manizalcs 1>, Mappe Monde 4/J 994. htwi/www.mgui.fr/PUl:l!Mappemondd M4941MAN IZALES.pdf Dernier acces: Ol/08108. Crocq L., 1994, << La psycologie des catastrophe et les blesses psycbiques », In Noto., Medicine de catastrophe, Paris, Milan, Barcelone, Masson. Dauphine, A. 2003. Risques et catastrophes (Observer, spatiallser comprendre,
gerer). Arnland Colin. Paris
Delbecq D., 2004, «L'education, premiere piste de solution», La fibre Belgique, 29 deeembre 2004, 6. Diposaptono S., Rud irnan, 2006, « Tsunami » Penerbie Buku Hmiah Populee.
Begor. D'Eecole R. et Pigeon, 1996, vulnerabiliti! aux risquc naturels en milieu urbain : effet, facteurs et reponse sociales - Callier des Sciences Hurnain, 96 (2), pp. 407-422. Daldioeni, 1998. Geogafi Kota dan Desa, Edisi Kedua, Bandung .Penerbit Alumni,
Gleyze, JF. 200 I, « Les dommages induits par les coupures du reseeu mutier », Elements de rechcrche pour l'Cvacllation de la flabilite d'un reseau routier, Geographic des risques des transports, A.ctes du colloque de Besancon, Octobre 2001. 17 p, Hajar, M {2006). Pe.metaan Tingkat Kerawanan Bencana Tsunami Mcnggunakan data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geograf (SIG) Studi Kasus : Kota Padang. Skripri : Prognun Studi Ilmu Kelautan Institut Pertanian Boger (IPB). (Tidak Dipublikasikan)
9S
Hanoko, A. Dan M. Helrni, 2005. Sl181.1lya Pemda Memllild Peta Rawan Bencana untuk Wilaya!t Pesisir, Dalam 8cri<::ana Gempa dan Tsunami. Penerbit B uJru Kompas. Jakarta. Halaman I 04-107 lka.wati, Yuni 2005. Lebih Jauh dengan Dr.Danny Hilman Natawijaya. Dalam Bencana Gempa dan Tsunami. Penerbit Buku Kompas, Jakarta. Hal 5 13 Jayadinata, J.T., J 999, Tata Guna Tanah Dalem Perencanaan Pedesaan Perlrotaan dim Wilayah, Edisi Kctiga, Bandung:Pcnabit ITB. Kastowo, Gerhard W. Leo, dkk. }9%. Peta Geologi Lemhar Padang, Surnatera
Baral, Pusat Penelitian dan Pengembeagaa Geologi, Bandung Kodoarie R.J et Sjarief T{. 20011. Penanggulanp Bencana Terpadu - Banjir. Longsor, Kek.eriongan dan Tsunami Peoerbit YanifWatmt'(X)UC, Jakarta Lavigne F., et Paris R. (dir.), 2006., Rapport scientifique du programme Tsunarisque (2005-2006) sur le tsunami du 26 decembre 2004 en Indonesie, Delegation Intermi11isterielle pour )'aide Post-Tsunami (DIPT), Ambassade de France en Indonesie, Paris, CNRS, 356p. Leone F., Vinet F., Denain JC. Et Baclui S., 2-007, « Developpement d'une methodologie d 'analyse spatiale des destructions oonsecuti ves au tsunami du 26 decembre 2004 (Banda Aceh, lndooesie). Premier resultatS pour I'elaooearion de futurs scenarios de risque », Geocarrefbur Vol. 82 1-
2/2007 77.90 p.
Mancebo F., 2006, "Katrina et Nouvelle-Orleans : entre risque "nature!" et amenagemeru par I'absurde" Cybergeo, n~353, 12/10/2006: hllp:lfwww.cybergeu.eulinde.x90.btml (dernier scces : 01108/08) Narawiiaya, DH. 2002. Neotectonics of the Sumatran Fault And Paleogeodesy of the Sumatran Subduction Zooe. Thesis, California lnstitut Of Technology. Pasadena California. Ozer P., de Longueville F ., 2005. « Tsunemi en Asie du Sud -Est : Retour sur la gestion d'un cataclysrne naturel spcealiptique », cybe:rgeo, No. 321, 14 Octobre 2005 : hnp:/iwww.cybcrgco.!1f£$e.fr 14/1012005 Pirazzoli P.A, 1993. Les Littoraux - Leur evolution. Collection dirigee par J .R. Pitte. N athan Reghezza M ., 2006, « La vuinerabilite : UJl concept problematique ~. in Leone F.. et Vinet f ., 2007, La vulnetabilite des soeietes et des territoires face aux menaces naturelles, Analyses geographique, Georisque no. I, PM3, Montpellier. Soegjjoko, S. et al. 2005. Bunga Rainpai Pembangunan Kota di Indonesia Dalam Abad 21, Buku 2 Pecgalaman Pembangtman Kota di Indonesia, Jakarta :
Lembaga Penerbit FE: Ul.
Starr C., 1969, Social Benefit versus Technological Risk _ Science, n• I 65, pp. 1232 -1238; Tsunarisque - Tsunami Indonesie, 2007.
Wbite GF., Haas E .. 1975, Assessment of Researche on Natural Hazards - MIT Press, Cambridge, MA.
96
Wisner B. et al. 1976, Taking the Naturalness out of Natural Disaster - Nature, o• 260, pp. 566-567. Yunus, H.S., 2001, Strulctur Tata Ruang Kota, Yogyakarta :PustakaPalajar. Yunus, H.S., 2005, Manajemenl Kota :Perspeklif Spasial. Yogyakarta : Pencrbit
Pustaka Pelaj ar
Buku Data/Laporan Bapedalda Padang, 2005, «Peta Laban Kritis di Kota Padang », Laporan Kegiatan 2005. Padang. Bapedalda Padang, 2005, <<Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Padang 2005 », Laporan Kegiatan 2005. Padang. BPS-Bappeda Padang, 2005, «Padang dalam Angka », Kharisma Offset. Padang LrPl-UNESCO/ISDR., 2006. Leporan Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Mengantisipasi Bencana Gcrnpa Bumi Wu! Tsunami, Jakarta. RTRW Kota Padang Tahun2004-2013. Pemerintah Kota Padang, 2004.
UNIVERSITAS DIPONEGORO
m
c m o. s: ro .... .., Cll
"'
VI
"U
al
........c
·~
Q)
Cll
E ~ 0 :I
::>
c: rn rv
c: :;J
b.O b.O
c
Cl)
c,
·.::
"'c
-0
~rn .Q
~
E "'
"' l!)
-0 ::l
....l'O
n;
~:l....
"iii
.... (IJ
'5
E ~0
c:: 0
a;
c ro c
..0
::J
~ ro
a)
-"' l'O
Q.
E
.... l'O
c::
l'O
-0
.....l'O l'O
.0
]l 0 :r:
N
·.: ro -0
....
s: l'O 1i ..:! .S! ~
!:!
a.
E
c:: ...."' l'O
~~
..0 .0"'
:j
E
0 -"'
c:: l'O
-0
....
l'O
"'c::l'O ..0
EE
eo e~
c ro ro c
::J tlO tlO
c Q) a..
·.:
ro -0
c
"'...
..o
e
(.!)
:l
l'O
fi
ro ro -0
c
·rc,o ro ..._
ro
"'C
c:
ro
~::J
-"'
E "'"' ....
....
::J
Q)
..c c
"'"'
ro
"'
-0
-0
"'...."' ....
co
Q)
c .....
-~tlD ·ro .... tlD
c
Q)
Q)
c ro :µ i::: :><: ..c
'=i v o,
"' "'"' .... -0 "'
c "'
~~
"' .c' -0
"'
"' eo c c... ~ ~
c
< QI) ·bl)
c
..c:
ro
-0
ro
..0
·ro,o E ro
"'....
"' "'"'
..c:
-0
E a::
c ..!!l
ro :)
fO
..C.
s
c ..... ~ tlD
c
Q)
Q)
c 1:"' ·p :><: ..c
c: ro ..c: ro
+-'
c:
·;::
Q)
E (I)
a.. ..._ 0 ..... c: C1l
~
c: ro ro
c :)
en tlD
c:
(I)
c,
·.:::
"' e "' ..c
~
"' ~
-0 ::J
"'O
c
E "'
~I
z
H ii ~~
I
Cl
I= CJ)
~~ ::Sa.
~§ ...
I
::J
Cl Cl
iii ~
i! g: z ..
· ~~lg~~~~~ ~ ~ i ~
~~
~
><~~«
z
~ ~~ ~ §~~ .
a.
.,
i'l.il'JI
-
-
71
'
·~·~ l
~
-~ ~ ~
0
~Kl~:a:a!l!~~!1li~l:J
zL1J
..
w ti ~ 0
i~~ ~O~[J[I] 111 IDID~D ~
.
~~
. kif I .
...
., . ..
Sl!JJ,,
Iii
,.••'°JI' ,
-ill
- -
!L
I
;i
~ WC)
'···
I I
••••
,.•'
s
*
~ ~
1} I
.... . ...
'
I Ii5 fs
~
4.il
n.m.t
S1'1JJ
-
I;;
~
l!
I
lii
~
l!
< >
("' J ,.
·o lii !:
~N
l!
zo (~ :le ~z ~~
i;;
~"'
\
I I
I-o
\
\
I
It>
\ "o
I I I
J
\
I
'O
\
i
'b
\
e
I
I
\
I
\
/
\
/
/
\ \ ......
....
......
.....
......
zb
(~
0
I
\
r a.
((
I
I
\
Iii
"
l!
(< ~c (<
/ ID 8
!l
z
w ~
.,
...
51$.1
..
ill
~ ~
l!
! ~~ :a ~i5
;
I
..
~
~ ~
!i g
l!
~
(J "',.
·a !i g
~N
l!
zc (0 ~~
i
"~ I!!:
:g
!~
"
-~
l!
l
~
\
'-o
I
-0
i
b \ \
\ \
-
-..I;;
I
J
-- - "\ I
'I
-,, - -
. " I
~
zb
(~
0
I
z
I /
·=~
\ ~I
,\ l
~c (< r a. ((
I
l
\
~
I
\
\
"
I
\
\
I
I
I
\
(( I
Ib
~
\
~~
I
J"Q
\
~
"Q
JN
~ ~
~
i
~:i
~~ ~~
w
.. l!
l!
~I
~1
"'o~
~ ~~
ffi5 a. J:
ii
1i5~
~~
::l.,,
5~ ::)(!)
.
~~ ~~ 00. z
<{ .-.
s-c ;rO
'."
j
E
~
~
I
~~ .. ~41 ,
~
'
.....
1}
!
•... ..... j
"' Si.(I)
! 1 J I! l8 j
.
~
E
n.s.lJ
..
.,,.,
ll.SDJ.
Ii
lg
!!
~ ~3 .. ii!
~ ~
.
i
~I ;l~
i ..
I (
lil
lJ
~
J~
·o
.. ~N jQ
!!
zo ~~
~
.i ~~ •i
~. ~:
~ !!
~
I I
\
~ \
j~
~z (< ~c (< ~ D.
I I
()
"o
!!
I
f
'
\
;
(~
I
I
I
J
\
I
"O
\ \ \
" !!
I
l
\
Ii
\ \
.......
\ \ .......
.......
.,,. .,., .,., <. l- \.
.\ l
\\I
,\I
.......
....... 'I
z
I
..
:!! w
a
'I
~
(~
0
I I
\
zo ~~
~ ~ ~~
ii
~
~
8
!!
ANALYSE SPATIALE DU RISQUE DE TSUNAMI ET DES MODES D'EVACUATION SUR LA ZONE URBAINE DE PADANG - INDONESIE
Mernoire de recherche presente par Henky MAYAGUEZZ Master 2 de Geographie : Environnement et Espace Littoraux Sous la direction de M. Frederic POUGET- Maltre de conferences Universite de la Rochelle - France
~ L1bttti • Egaiiti' • FrarrMtti
RIEl'UBUQ_ll"E f'RAN\;AIS.E
FACULTE DES LETTRES, LANGUES, ART ET SCIENCES HUMAINES UNIVERSITE DE LA ROCHELLE 2007-2008
SOMMAIRE SOl\tl\lAIRE
i
iii
REMERCIEMENT
RESU?tfE••···~··••• .. ••••••••••••••••.. '••n•••••••••••••••••••••••••u•n•••••o•.-••••H•••••• ABSl"RACT
••••••••••••••••••••+• .. ••••••••••·•••••••
iv v
u
List• de Figares
u
u
vi
H
Liste de Ca114:
vi
Liste de Tablca11JE
~···•
Jf. LA VULN°ERABILITE ET L 'ALF..AD'UN TSlNAMI
vlii
u
A PAD.\NG- ...••......•.._ .. _
2.1 La ville: de Padang
5 S
2.1.1 Contexte general
s
2.1.2 Le climat et Ies iles
.5
2 .1.3 Le relief t:t la mer
5
2 .l .4 Morphologie de c6te de la zone de Padang
6
2.2 Les risqees
6
2.3 La vulnerabilite
9
2.3.1 Vulnerabilite physique
9
2.3.2 Vulnttabilite social
13
2.4 Abris de survie et rue d'evacuation comme facteur iadispensabte au moment de la catastrophe
15
2.4.1 Des abris facilement acccssibles
15
2.4.2 Mis en place d'une organisation de l'evscuanon vers des abris de survie •........ 16
.
.
Ill. MATF.RIEl..S ET METHOD ES '.l. l Matcriels
······-·····-····················-··o-•o•••
_
J9 19
3.1.1 Sources de donnees
19
3.1.2 Outils logiciels
21
3.2 Methodologie
22
J.2.1 Carte ,11w1erabilite
22
3.2.2 Carte d'alea
30
3.2.3 Carte de risque d'un tsunami a l'adang
37
3.2.4 Carte des abris et des voles d'evacuanon
39
3.2.4.1 Identifier et localiser Ies abris construits
39
3.2.4.2 Rechercher la zone de dessenc des abris
40
IV. RESUL TAT ET DISCUSSION
-
-····-····························---·-··-·--·-~···
4.1 Vulnerabilite de b<\timents 4.2 AIC:a. 4.4 Evacuation
v.
CONCLVSSION
VII. ANNE.XES
44 ,.
4.3 Risct~
44
u
46 48
.a
- -
50
·------··---····-······••u•u•·······•••••o••••••••n•••·······S4
-·-·-·····-··-· ····-····-··--·······..·············•••••·•·..··•··••·••·••• S8
ii
REMERCIEMENTS Premieeement, j'aimerais reconaaitre gralitu
reconnaissance
a Allah S'W'T pour me tracer
le chemin, et la
J'adresse ainsi toute ma gratitude et toute ma
a ceux qui ont soutenu ce travail :
Mo~cur Frederic POUGET, MCF de ~e «SIG», qui m'a eneadre et m'a
encourage pour finir ee travail. Monsieur Louis MARROU et Madame YirginieDuvat MAGNAN, qui m'cnt donne
I'occasion d'assister au Master 2 - EEL, a l'Universite de La Rochelle. Monsieur Deddy R.PRIATNA (RAPPENAS), Madame Anne EVRART (Ambassade de France
a Jakarta), Pour
leur soutien financier et lcur reoommandation de poursuite d'~
en Iadonesie ct en France. Monsieur le professeur Sugiono SUTOMO et
$011
equipe MTPWK
a l'universite
de
Dipoeegoro, qui m'a guide e1 eonseille pendant mes etudes de Master-l a Semarang lndonesic. AIL~si, je suis tres rcconnaissant et je ne pourrais pas oublier a leur aide : Monsieur Philippe GRANGE et son equipe de CUFLE, qui m'a dcmoe I'occesioa de
suivre le eours de fran~ais pendant deux semestres. Laure PARADIS, Anne-laure BETHE a l'ascal BRUNELLO (Teehniciennes SIG et carte an lab. LIENS) pour Ieur aide pa tiente pendllllt mes
stages au
batiment ILE.
Mes amis, Alice, Lara, Julien ct Valentin, qui m'ont aide reexpliquerJes cours pendant Jes annees universitaire,
Tous mes amis a « PPI La Rochelle», j'apprecio notN esprit d'81N ensemble, et comrne nous supportons l'un et l'autre pour finir notee Ctudes. Finalement, je voudrais consacrer cette mernoire a mon beau pays, INDONESIE.. .. Et ma belle ville, PADANG ...
RESUME
La ville de Padang du fait de sa situation geokigiquc et geographique est une ville c0tiere vulnerable a la menace d'un tsunami parce qu'elle se trouvc J)lis de la zone de subduction Mentawai. De plus, le risque est d'at1tant plus eleve qu'une intensification de l'activite sismique daas cette zone est prevue pour le futur, Ce condition est d'ailleers plus risquec car la topographic de Ia ville est tres plane et une forte demite de population y habite. Ce sont ies raisoas pow lesquelles ii s'averc necessaire d'aealyser le risque d'un tsunami
SW"
les bitiments au sein de la ville de Padang. Les recherches ont alors necessite la splltialisation de la vulntrabilitc des bitiments et d'alea d'un tsunami qui ont & fait en utilisant le systeme d'infonnation geographique (SIU). Les resultats de ces recherches nous montrent que les zones de la. panic nord ct centrale de la ville sont plus dangereuses que celle du sud. la plupart de ces zones se trouve sur !'altitude moins de :; metres, et generalement les hatiments y ont la fonction d'habinition sur rez-de-ehaussee. Par ailleurs, la plupart des ~timents
SW" la panic
sud de l
l'altimde pl1L'5 de 5 metres. Th: plus, ii y a beauooup de grands Mtimcnts qui possedent la
foncuon economique, administrative et sociale qui pourraiem etre utilises comme ahris de survie lors de la catastrophe d'un tsunami. En considerant le risque d'un tsunami dans les zones ootiercs de Padang, la
localisation des grands batiments et des zones plus haute (altitude plus de 20 metres), nous avons identifie
certairu;
itineraires d' eva.cuntion qui pourraient Ctre utilii;t;, wit en courant, soit
en vehicule, Dans IO um apres seisme, presque routes les zones au sud de la ville sont couvertes par l 'evacuation en courant. Par centre, beaucoup de zones au nord et au centre ne sont pa" couvertes, Ces dernieres ne so.!lt couvertes que por I' evacuation en vehicule.
Mots-cla: vulnerable, alea, risque, tsunami, hatiment, spanalisatioa, SIG, evacuation.
ABSTRACT
The city of Padang because of its geological and ~hieal
situation is a vulnerable
coastal eity of the tsunami thre31 because it is cl-08C to the zone subduction of Mentawai. Moreover, the risk Is all the more high as an imeosification of the seismic activity in this zone
is predicted fur the future, This condition is riskier besides because the topography of the city is very plane where a strong density of population lives there. It is the reasoes for which it proves to be necessary IO analyze the risk of a mmarnj on the buildings within Padang. Research then required the spatialization of the wJnerability of the buildings and risk of a
tsunami which
were made by using the geographical
information system (GIS).
The resuhs of this research show us that the zones at the northern and central
part
of
the city are more dangerous than that of the iOUfu. The majority of these zones are on the altitude less than 5 meters, and generally the buildings have the function like dwelling then: on ground Door. In addition, majority of the buildings on the southern pan of the city located on altitude more than 5 meters. Moreover, there is many big and !all building which has the
economic function, administrative and social which could be used as sheleees of survival at the time of the catastrophe of a tsunami. By considering the risk of a tsunami in the coastal zones of Padang, the localization of the big and tall buildings, and the zones higher (ahitud<:: more than 20 meters), we idenlifi~d certain routes of evacuation which could be used, either while running, or by vehicle. In I 0
minute after seism, almost all the zones in the south of the city are covered by the evacuation while ruoning. On the other hand. many zones in north and in the central do not in prob::clion
with the evacuation process while running. These zones
Ille
covered only by the evacuation in
the vehicle.
Key words: vulnerable, risk, tsunami, building. spatialization. SIG, evacuation.
v
Liste des Cartes Carte I.
Risque du tsunami en lndonesie
I
Carte 2.
Topographie de Padang
3
Carte 3.
Situotion gcologique et Bathymetriquc de la zone de PADANG
6
Carte 4.
Le t1euve et le types de cote de Padang
7
Carte S.
L' tpic:enlre de seisme sur la zone de subduction de SUJ1111ters au 12 ct I J Scptentbre 8
Carte 6.
La tiJille de Siberut reste toujours de plus en plus risquee
Carte 7.
Localisation des enjeux a Padang
Carte ll.
Type de voiescoutieres
17
Carte 9.
Localisation des abris construits au sein de la ville de Padang
40
Carte 10.
Vuini;rabilitt de biliments
Carte 11.
Alea d'un tsunami de la zoee de Padang
Carte 12.
Risque d'un tsunami la Padang
Carte 13.
Abris
Carte 14.
Evacuation vers les ahri8 namrels en vMticule a Padang
et Cvacuation en
S -
a Padang
eourant
45 47 -
a Padang
12
.49
SI 53
Liste des Figures Figure 1.
Un moreeau d'image Google Earth de Padang
19
Figure 2.
Image de Padang selou SPOT 5
20
Figure 3.
Processus de numerisation de Ia cane \ulnerabilire
22
Figure 4.
Image Google Earth Pro capture
23
Figure 5.
Image apres avoir selectionne
23
Figure 6.
Localisation de nouvelle image
24
Figure 7.
I .a mosatcage de trois images Google Earth Pro
24
Figure 8.
La mosaicage de 20 images Google Eilrth
24
Figure 9.
OuLil Georeferenccment
Figure 10.
Points georeferencement A enregistrer
25
Figure 11.
Extrait de la couche des !LOTS
26
Figure 12.
Extran de la couche des Rues ........................•...............................•................. 26
Figure 13.
Conversion couehe vulnc!rabilite en raster
- 25
29
Vi
Figure 14.
Apercu du resnltar de tranement en raster de la couche de wlncrabilite
Figure 15.
Processus de numerisation de la carte d' alea
Figure 16.
Ex!raction la zoned' elude
31
Figure 17.
Outil Spatial Analyst
3I
Figure IS.
Classification hauteur d'eau nonnale (Om)
31
Figure 19.
Niveau d' eau Om
32
Fi21JJC20.
Niveau d'eau Om zoome
32
Figure 21.
Clauification hauteur d' eau 2m
:n
Figure 22.
Exporter vers ER Mapper ..................•.....•..•....•....•..........................•........••.••..33
Figure 23.
Vectorisation d'jmage
34
Figure 24.
Exporter au format SHP
34
Figure 25.
.ZOne inonde 2m
34
Figure 26.
Union couched'al~
3.5
Figure 27.
Extrait de lacouche de tout niveau d'alea ............••.•....................••.......••..•..•..35
Figure 28.
Conversion couched'alea en roster
36
Figure 29.
Ape~ du resultatde traitemem en raster de la couche d'alea
36
Figure 30.
Classification tousle niveau d'alea
37
Figure 31.
Classification tousle niveau de vulnerabilite
38
Figure 32.
Calculatricc raster alea et vulnerabilite
39
l'igure33.
Apereu du resultat de la carte de mque
39
Figure 34.
Jeu de donnees reseau selon la coeche de rues .........................................•..... .4 I
Figure 35.
Charger J~ localisations des abris
41
Figure 36.
Les abris s'integrent sur la carte
42
Figure 37.
Les abris constroits et natutelles
42
Figurc38.
Les abris et lei= zones de desserte (A pied en 10 minutes)
Figure 39.
La Z011e de desserte en vehicule
·····
29
········· .. ······· 30
~ -
43
43
vii
Liste des Tableaux Tableau I .
La poJ)ulatioo selon sexe et groupe d' lige 2005
Tableau 2.
Ponderarion de vulnecabilite batiment selun
Tableau 3.
Definition du niveau de vulntrabilite avec la parsmeee hauteur
Tableau 4.
llSllge
13 et type de construction
27
(vulnerabilite de I a 7)
28
Alea x Vulnerabilite
JS
viii
Chapitre I
INTRODUCTION Geologiquement, l'Indonesie se trouve sur une zone de contact entre trois plaques : Plaque Eurasienne, plaque lndo-AustraJienne et plaque de I'ocean Pacifique. C'est la raison pour laquelle l'Indonesie possede de si nombreux volcans et qu'elle presente des regions vulnerables aux seismes. Si les activites sismiques et volcaniques ont lieu au contact de la mer, elles peuvent provoquer des tsunamis comme le dernier cataclysme d' Aceh a la fin de I' annee 2004. Par rapport
a ce phenomene, la ville de Padang se trouve dans une zone a risque de
tsunami du fa.it de sa situation en zone cotiere de Sumatera Ouest et pres de l'archipel de Mentawai (Carte, l ). C' est une region consideree comme une faille : les dernieres ruptures locales connues
y
remontent a 1797 et 1833 (Borrero et al, 2006). En effet, le risque est
d'autant plus eleve qu'une intensification de l'activite sismique dans cette zone est prevue pour le futur. Cela pourrait provoquer de grands tremblements de terre suivis de tsunamis qui devasteraient la capitale de la Province de SumateraOuest, environ 10 minutes apres le seisme (Natawijaya, 2002).
.,.,.,
.,.-;;
·11't:
Carte I ; Risque du tsunami en Indonesie (http://www.tsunarisque.cnrs.fr/) Cette zone de subduction de Sumatera a d'ailleurs ete secouee par le seisme de magnitude Mw 8.4 au 12 septembre 2007 (la localisation
a 410
km au sud-est de Padang)
et par le seisme de magnitude de Mw 7 ,9 au 13 septembre 2007 (la localisation
a 190
km
au sud-est de Padang) selon USGS, la rotalite de la faille n'a vraisemblablement pas ete 1
rompue (Cea, 2007)1• II reste 1oujours environ 200 km non romous depuis au moins 1833.
Par ailleurs, la faille voisine de 1797. dans la region de Sibemt, se trouve toujours de plus en plus chargee par la sismicite recente, De plus, la ville de Padang possedc unc forte densne de population qui anemt 801.344 habitants (Pl!dang dalam Angka, 200l).
Environ 3.50.000 habitants habitent au
bord de la mer. Ils habitent dans une region tres plane (Carte, 2) : moios de I 0 metres audessus du niveau de la mer. Pour atteindre la zone protegec, Jes habitants ~itues sur le rivage doivent utiliser un moyen di: uansport, Mais d'apres Jes experiences passees, les embouteillages emp&haient tout dcplacemcnt. Les habitants, terrorises par la peur du tsunami D' Ont fmaJement pas reUSSi a atteindre les zones plus SUreS. Pour faire face a la vulnerabilite de la ville contre le tsunami, un « tsunami mitigation system» (appellation anglo-saxonne) doil ctre applique (Diposaptono, 2005). L'objectif est de recbereher un compeomis optimal entre s6curite de la population et developpement 6conomique et social. L'installation du systeme d'alerte aux tsunamis dsns I'oceaa indien est une demarche pour reduire Jes nsques
a fa source en diminuant
la vulnerabilite par une
infonnation precoce des populations. Cependant, I' existence de Ce systeme doit Stre accompagnee de la gestion des littoraux clans les zones 3 risque (Ozer, 2005). Le
gouvernement essaye done de trouver la mcilleure solution afin de diminuer Jes degats et victime~ potentiels. 11 prend alors des mesures relatives
pour limiter les effets des tsunamis sur leg biens
et
a la bonne gestion
des littotaux
les personnes : Evaluatlon
OU
revision
de la plamfication de l'cspacc urbain en vuc de limiter les effets du pheeomene, determination des abris, conseuction et amelioration de la qualite des rues menant aux abris, construction de pents, de murs de rrotection et creation de reglements municipaux en cas de danger. Par ailleurs, un consensus general est ndopte par rapport a la neceMit6 de meure en place des programmes d'education de toute la pi>pulation pour qu'une certaine culture du risque soit assimilee el pour que Jes reflexes de prevcnlion soient integreS (Delbecq, 2004 ; United Nation. 2004). Parallelernent a cette reflexion, le gouvernement de Padang a miis en place !'education publiquc et l'education Ii l'ecole (de l'ecole primaire jusqu'au lycee), et egalemem des exereices d'evacuation r6petCs periodiquement. Le demier exercice
d'eva.:uation s'esr deroule le 17 Decembre 2007. 1
http.f/www·dase.ct;.~ tri~ctu/dossiers mentjhgues/2001·0!!-1 Uind••.html 2
PETA TOPOGRAFI
KOTA PADANG
N
6
' ... .. Ptl3,o t<.chl
'"""'_..,.._ httsK~~
'""
, ....
(fKM(;'I
~
)lhl1AJ19f'I~
•Wlttl>l8.."CI'
_,.
)
.flllQS
-
t.MGl(.uw.:lU.
PDl[ll!MTAH KO"lA fl'.\DMtG
I.ADMPEHGENDAUAJI DMIPAX OABtAit t&.UD4lDAt Jl Yari'\. SK, Tt. •n1)
"'°"Moh.. -
_t><'°'lg
n•
__
PET~ TOf'OCJlAl'l (OT.\ P;LDAl·Li PROPl./.SI SUW.~
-·--
ltQ1,
~Rio
T
..........
Carte 2; Topographie de Padang (Bapedalda Padang, 2005) Notre problernatique dans ce travail a alors ere la suivante : Quelle est la vulnerabilite de la ville de Padang face risques, quels abris doivent
a la
menace d'un tsunami, et dans la situation de
etre gagnes par Jes habitants pour que les processus
d'evacuation puissent diminuer le nombre de victimes potentielles? 3
A partir de cette problemetique, nous avons effectue premierement des lectures
bibliographiques sur la vulnerabilite urbaine ct I'alea, La vulnerabiliterepresente le degre de dommages subis par les enjeux (Reghezza. 2006). Pour apprehender la vulnerabilite des bitimcots de Padang, nous avons identifie et
classe Jes Mtiments selon I=
U5118CS, leurs types de constructions
et
Jews hauteurs en
utiliWlt Jes images foumies par Google Earth Pro. Par ailieurs, I 'alea represente la peobabilite d'occerrence d'un processus-physjque clans le cas J'IDl risque nature! (Reghezza, 2006). L' estimation des
aleas
s' est faite en utilisant ta donn6e de ModCle Numerique de
Terrain (MN.I). A partir de ces donnees, nous avons decrit et analyse une situation a risque en utilisant le sy~
d'infonnntion geographi~. Nous avons pu alors representer le
risque sur uae cartographie a grande ecbelle. Nous avons continue le ltllVail en ~I a unc deaxieme eiape : rechercher les b.itiments sur la zone de risqoes qui pourraieut devenir des sbns de survie constnrits, Ces
bitiments pourraient completer Jes abris namrels sur Jes points baurs (montagnc) qui se trouvent
a l'est de la ville (environs 4 a 6 km du rivage). Ces JiCIP
de montagne sont en
etfct a l 'abri des risques et catastrophes touchant le littonll cornme Jes tempClcs, lcs raz de 1lllllee9 et lcs tsunamis (Dauphi.ne, 2003).
Enf111 dans unc troisi!mc phase, nous avons idtmtifie Jes acces depuis les zones de risques vers les abris de survie (naturels et construits) en utilisant les voies routieres
commc voies d'cvacu.ation. Nous avons pu ain.si proposer uae nouvelle organisation de I'evacuation sur cc territoire en cas de tsunami.
4
Clrapllrell
LA VULNERABILITE ET L'ALEA DU TSUNAMI A PADANG t. La ville de Padang 1.1. Coatate general La ville de Padang est une grande ville qui est officiellement la espitale de la province de Sumatera ouesr, la ville ayant 801.344 babi1an11 (Padang daJam Angka, 2005) se trouve Sur la c:Ote ouest de l'ile Surnatera,
precisemenc sur 0°44'OO"S - 1 °08'35"S
et
l00°05'05"E - l00°34'09"E. La superficie de Padang est 694.96 km2 soit a peu pres 1.65 % de la superficie de la peovioce de Slunalera Oucst. Du cOtt! admi.n.islnltif,i I exisre 11 kecamatan et l 03 lre!urahan, ct 6 kecamatan d'entre elle siruee au bord de la mer:
Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Padang Utara, Kecamatan Padang Barat, KeCllrYUltnn Padang Selatan, Kecamatan Lubuk Segii.Wung ct Keeamatan Bungus telul K.abung (Padang dalam A.ugh., 2005).
1.2. Le Clim.at et k:s Ilea Le niveau de pluie moyen est 4-05,88 mm par mois. La ternpCraturc de l'air est assez elevee autour de 2'.1°C: jusqu'a l2 "C ea apris midi, alors qee celle de la nuit est enlre 22°C et 28°C. L'humidit6 est entre 78 et 81 %. Comme su position se trouve au bord
de la mer, La ville de Padang possede 19 iles dan.s son territoire, La plus grande est l'lle Sikuai (C&-te.7). C'est une ilc touristique ayant la supcrli.cie de 38,6 km2 (SLHI) Kota Padang,2005). 1.3. Le reJief et la mcl" La topographie de la ville A I' oucst est ~ I Sm. Elle donne
~UT I'ocean
une plaine c0tiere alluviale
plaue : L' altitude y varie entre Om ct
illdien. Selon (Kastowo et al, 19911), la ville est construite sur
a l'ouest et sur le !lane de la colline 0. l'est ct au sud (Carte, 3).
Le long de la cote se trouve unc petite dune qui se construit cntre la mer et le marais comrne celle qui est sinsee auteur de I'embouchure de fleuve de Batsng Anai et Kampungtalau.
r .es fleuves qui partagent la ville soot le fleuve de Batang aoa.i, la riviere
Batang Kandis, le fleuve de Batang Air Dingin, le Ileuve de Batang Kuranji et le fleuve de Batang Arau (figure 4). Certain d'entre eux ont & canalises particulieremem sur leur embouchure. Tous ces fleuves coulent de la colline (a I'est) vers I'oeean indien (a l'ouest), 5
a I'ouest de la ville et sa profondeur varie entre -Sm et ·20m. La profondeurjusqu'a -Sm s'etcnd a environ 300rnjusqu'il lkm de la cote. La prufondeur-5 a -l Om s'etcnd de lO<Jm jusqu'a 300m, et la profoucleur-10 a -20m est entrc 300m a l.5km La mer se situe
(Kastowo et al., I 996 ).
Carte 3 ; Situation geulogi~ue er Bathymetriqce de Ill moe de .I'ADANG (Kastowo et al.. 1996)
1.4. Morphologie de cote de la zone de l"ADANG
La cli1e sableuse domino la partie nord de la ville (Carte, 4). Le gouvememem a mis e11 place une digue sur certaines cotes dans le but de proteger la c.Ote centre l'erosion.
Cette digue qui est constituee de gros reciters empilCs. est egalement unc protection de la zone cotii:re centre
Wl
tsunami. Dans ccrtaines parties de rivage, ii existe une vegetation
cotiere ct des zones de mangrove. Sur la panie sud de la ville, le type de cOte est domiae par la cote falaisc ct rocneuse. 2. Les risq11.e$ Les risques naturels qui anaquent souvent la ville soot I'inondation. le glisserncnt de terrains, la tempete, et I'erosion c5tiere (SL!-tD Kota Padang, 2005). Le seisme inquietc it present fortement les habitants
a Aceh le 26
Jecembrc 2004. Selon I'histoire, uu seisrne :frappa la ville de Padang en 1797 et en 1833 dont t'epiccnee auteur de I'archipel Mcntawai provoqua le tsunami
a Padang (Borrero
et
al, 2006). Les autrcs seismes qui secouaiem 111 ville de l'adang se sont produits Jes 28 mars
6
et I 0 avril 2005. Ces sont les seismes ayant I'epicentre
sur la zone de subduction
de
Sumatera.
LE FLEUVE ET LA COTE 0£.t.A ZONE DE PADANG
\
\
)
\ --__
..,_.... CJt111 .......
1~...-..-~$kt't\\i?Wf'I t"<:.;#V!:"""'"'•I~~ ~!l'K'n'bnU* ~~~.::..1 ....i;~
c
Carte 4 ; Le fleuve et le types de cote de Padang Les seismes plus recents autour de Padang se sont produits en 2007 (Carte, 5). Premierement le seisrne de magnitude de Mw 6 ,3 qui se produit le 6 mars 2007 (selon USGS)2 qui avait l'epicentre sur la grande faille continentale de Sumatera, precisement sur le Kabupaten Tanah Datar (0.512°8, 100.524°E) environ 50 km au nord-est de Padang. Le deuxieme seisme" est le seisme de magnitude Mw 8,5 qui s'est deroule le 12 septembre 2007 (06:10:26 PM au I'epicentre), situe sur la zone de subduction de Sumatera, environ a 130 km au Sud-ouest de la ville de Bengkulu, ou a 410 km au sud-est de la ville de Padang. A peu pres 12 heures plus tard (le 13 septembre 2007 au 06:49:04 AM au l'epicentre) le 2 3
http://earthguake.usgs.gov/egcenter/eqinthenews/2007 /us2007zpah/ (derniere acces : 07 juin 2008) http://earthquake.usgs.gov/eqcenter/eginthenews/2007/us2007hear/#details (derniere acces : 07 juin 2008)
7
seisme de magnitude de Mw 7 ,9 se produit, encore sur la zone de subduction de Sumatera. La localisation de l 'evenement (2.506°S,
100.906°E) se situe en mer,
a
190 km au sud-est
de la ville de Padang (selon USGS)4, mais il n'a pas induit de tsunami. Le seisme a ete suivi de nombreuses repliques de magnitude comprise entre 5.0 et 6.0, localisees au nordouest de l'evenement principal. usos !>ihll5'GfJolp WU I ~l:.Fff.l SLM.A-AA INOO'tFSl.t. -a~t ~ 1.: ..~•. I ...... G\t"" ., e 4 S• ~.;: E t,1 ~ :~_.11, >.· ..•n• 1t ,;;,.•J·'•...,....
. '{i
na·
Gtr
-...,"-•11~ 11,. ... .,.,~ ~
~:!i::....
~~~::c ·~._,-,__,.I,-r-;-_... "'" "I:•••'•"•·
"4 ·•·.
...
"'-•••• .... ••
• --m_
(~ --
I
t
'
)H
•
~·
-
·:
:__
":. ... :. "'
A'
t;
ti
-
__
.::
-_
~flJ"'~t-., I•
JI'.
·~ ~~
..
•
....(~
.. .,,.,
t•.(Hf
111
KO U.H.i;11•r
HU'
1C11te...,•11.•u"-'....-.i;'
~··:_-.r
·..:..
~
l!M
~", Ur.•
.•• ' die.
fl
i,:
Carte 5 ; L'epicentre de seisme sur la zone de subduction de Sumatera au 12 septembre (a gauche) et au 13 Septernbre 2007 (adroit) (Source: USGS, 2007)
4•
zoo4*
-4·
94°
96°
l02°
E
Carte 6 ; La faille de Siberut reste toujours de plus en plus risquee (USGS, 2007)5 • http://earthquake.usgs.gov/eqcenter/eqinthenews/2007/us2007hec6/lldetails (demiere acces : 07 juin 2008) 5 http://www-dase.cea.fr/actu/dossiers scientifiques/2007-09-12/index.html [derniere acces : 06/06/2008)
8
Par centre Le seisme du 12 septerubre u'a vraisemblablement pas rompu !a totahte
de la fitille hlstonque, dont ii reste touj ours environ 200 km non rompus depuis au rnoins 1833 (Carte, 6). Par ailleurs, la faille voisine de
Im, dans
la region de Siberut, se retrouve
toujours de plus en plus risquee par la sismicite reeeate, definissarrt ainii une zone non rompue d'environ 300 km de long. susceptible de pmdnire un seisme du type de celui de macs 2005, avec une magnituded'au moins 8.7, qui menace la ville deP&d
Le risque d'un t.sUJ1
a Padang
(Borrero et al, 2006} qui a fait la modeliation d'inoodation d'un Sumatera, la hauteur d'eau maximum
a bengkulu, Selon tsunami a I'ouest de
serait moins grave que celui
a Padang
secait de 5 metres. Elle est moins haute
qu'a Bengkulu qui atlcindrait 8 metres. Cela s'explique par la pre&ence de I'arehipel de Mentawai juste en face de Padang (environ ISO Ian au sud-ouest).
Par centre !'experience vecue lors du tsunami
a I'ouest
de Ja Z.01\C liuorale de la
Province d'Aceh (Indootsie) nous montre quc la hauteur d'eau maximum a ldteint 35
metres, alors que la hauteur d'eau sur la ville de Banda Aceb qui est aniv6e juste 25 mn apres le seisme (Borrero, 2005) etait de I 5 metres (Lavigne et al, 2006). 3. La Vlllnirahllitt Etymologiquement,
la vulnerabilite designe la sensibilite. P11r extension, est
vulnerable cclul qui est sensible aux anaques, Le terme d6signe done tout d011ll1\3ge et la propension
a la
fois le
a subir ce dommage. En analysant Jes origlnes seientifiques du
terme et de ses emplois, deux approchcs peuveot fires distinguces : la vul.nCrabilite dite
« physique», qui recouvre
a la fois l'endommagement
ct la vulnerahilite dite (( sociale
ll,
et le degre d'exposition de l'enjeu,
qui renvoie a la capacite a faire fuce ct a la resilience
(Reghezza, 2006). 3.1. Vulnert1bilite pb.y•ique Seloo Reghezza (2006), La notion de la vulnerabili!b physique est expliquee en deux definitions. Premierement, la vulntrabilite comme le degre de pertes et dommages.
Dans les aonees 1960-1970, le risque est expli(!UC commc une probabilite de pertes pour un element (ou ensemble d'element) donne soumis a un 6venement dommagcable. A cette epoque, on cherchc en effet
a determiner des moyeooes
afinde pouvoir asseoir la gestien
des risques sur le principe cout-benefice (Sarr, 1969). Le concept de vulnerabilite reste
9
aujourd'hui
une approche quantitative qui se veut objective et qui privilegie les solutions
techniques pour enrayer Jes consequences destabilisatrices de l'alea. Elle etend au:x enieux les methodes et les principes utilises dans le traitement de ce deruier, Reghezza (2006) a.joute la deuxierne defwition de la vulnerabilic~ comme degre
d'exposiuon, Cette notion est apparue
a la !in de des
annees 1970 due aux consequences
des seiRmt';S qui montrent comment le degre de pertes et de dommages est conditiollllt! JllU" !'exposition
a la source de danger. La vulnerabilite
suscepnbihte des enjeux
a subir
est par consequent redefinie cooune la
des dommages due extension, comme le degre d'exposition des enjeux.
a I' exposition
de ce demier puis par
Pour determiner La vulnerabilite physique contre le tsunami, on determine lout d'abord la distribution spanale des eujeux au sein de la ville de Padang. II s 'agit ensuite d'etudier cet impact physique sur les b.itimenbi, les infrastructures, tes reseaux, les
populations. Globalement, on considere ci-dessous les eojcux et les vulnerabllites scion Jes donnees stati&tiques de Padang 2005, la pllllliliclltion d'espace 2004 et l'observation sur le temtin. Lil localisation des habitations se trouve principaJement clans la mne rotlere. A l)ClU pres 50 % des hnbimnts de Padang babite dens des zones d'altitude de moins de IO metres si bien que le niveau lie vulm!rc1bilite de ceue population eat fort. L~ in.frastxuctur~ d'cuselgnemcnt se ooruposent de I'ecole matemelle jusqu'a l'universite. Selon Padang dalam angka (2005), D ex.i11te 66 universites (etrt ou prive), C'est pourquoi la ville de Padang devient un de centre d'education regionale ii Sumarera, JI y a beaucoup o.l'eludiant qui vient de la region voisine (comme : Riau, Bengkulu, 1811\bi),
continuer ses etudes
a Padang.
De plus, ii exisee 97 lycees, 91 colleges, 414 ecoles
primaires et 195 ecoles maternelles. La vulnCrabilite de ces lieux d'mlleignemenu serait
forte JJIUCC que .sa localisation se diffuse autour des habitations. On constaie aussi que la ville est dotee de piusieurs h<\pitaux et de puskesmas «centre de sante ».
a
existe 14 hopitaux (etat et prive), 12 hopitaux particuliers, l9
puskesmss aveo 56 puskesmas pcmbantu « centre de san(e IUJ>1l », La repartition de ces batiments se trouve autour des habitations si bien que sa vulnerabilite est forte contre le
tsunami. Ve plus, ii ya des biltimenlli de gouvemement qui se groupent dans le centre ville, particulierernent sur les endroits vulnerables a moins de JO me~ d'altitude.
10
En ce qui coneerne Jes reseaux de distn"buti-On : reseau d'eau potable, reseau d' electricite, reseau de communication et
reseau de transport,
Pour le reseau d'eau: le debit maximal d'eau est environ 150 litres par seconde pour une production totale 9.381.192
m3
par an (Padang dalam angka, 2005),
Heureusernent la localisation du centre de pompege et de trailement se trouve un peu plus eloignee de la cOte Ai hien que sa VU\nerabilite est plus faible, L'installation d'eleetricite sur laquelle la capacite de production est de 150 MW, a
ete soutenue
par le systeme d'interconnexion avec la n!gjon voisine. Ain.si ii n y aurait
pas
de probleme d'alimentation sauf du fait de dcfilillance du rescau vers l'usager. Le reseau de telephonic suit la distribution spatiale des liabitations, par con1re son endommagement ne poserait pas de grmd probleme grSce
a
l'utilisation massive des
telephonies cellulaires,
L'Infrastnlcturc de tra113port se compose: de 1'6qulpement de transport routier, maritime C\ aerien. ll exisie environ 924,3 km de ville.
r .a
plus grande partie du
reseau
resea.u murier et 163 pents aut.ourde la
routier retie Ia partie nord ct sud de la ville,
particulierement dans les zones d'altitudc de moins de lOm.Ctres. Cctte configuration provoque done uae forte vuJnt!t"abiJite centre le tsuoami De plus, comme la grmdc ville se trouve au hon:! de la mer, Padang est dotee d'un port commercial
ports de pechc
a Teluk Bayur qui procuee wie
a Teluk Bayur dan Bung~
et I
:ictivite do commerce international, dew:
pan de stockage du petrole a Bungus qui
dessert tout le besoin en petrole de la region de Sumatera Onest (Carte T). Puisque ces
installations se trouvent au bord de la mer, ses vulnCtabilitt.s sont
hes fortescentre le
tsunami. l'ar aiUcurs la population totale de la ville qui est de 801.344 habitantsen 2005, se
compose de 4-05.633 femmes (50.63 %) et 395.71 l hommes (4938%). Base sur cette donnee, on considere que le groupe des eafants moins de 4 ans est 79.453 habitants
(environ 10 %) alors que les personnes &i,>Ces est 29,621 habitants (J.66 %), voir (le tableau I). Les deux groupes d' habitants neeessitent une tide particuliere au moment de Is Catastrophe.
Ils doivent etre la priorite dnns le ]ll'OCCSSUS d'evacuation lors de la
catastrophe.
11
CARTE DES ENJEUX DE PADANG
0
Legende Enjeux -
espace totalement urbanise
-
habitation rurale
-
limite actuel corridor urbaln
port commercial -
port de ~che
-
stockage du petrole
-tourism
@)
Centre de
cesserte urt>aine
•
Sous de desserte urt>aine
~
Certain d'activitee
-
port
--
BUNGUS
route2UTM Reseau routiers
0
4 KilorMINS
Flux local de travailleurs
Soutt:e SPOT 5 (2007). Google Earth Pro (2008). RTRW2004-2013 Co<>cepboo'Reoisation:HMty M")'agueu. ~In 2008
Carte 7, Localisation des enjeux
a Padang 12
Tableau
I: La population selon sexe et groupe d'ige 2005
Groupe d'lge hommes
No (I l
'
(2)
Pnnulalioa femmes
(3)
(4)
- Tola!
%
Sexe ratio
IS)
(61
I
0-4
4().947
n.st>6
79.453
9,91
106.34
2
5-9
40.795
U.368
79.163
9,88
f 06.3.l
3
I0-14
36.924
JS.421
72.345
9,0.1
102,24
4
15 - 19
4-1.699
s
.. 4&.103
11.58
9292
20-24
49.112
S.l.450
92.802 IOS.262
13,14 .
89,83
6
25-29
35.768
36.293
72.061
98.55
1
J0-34
31.117
32.026
63.143
8,99 788
8
JS-39 4<>-44 45-49
26.857
28.271
SS.128
6,88
95,00
24.461
24.636 20.312
49.103
6,13
41.5lli
5.18
99.31 104.39
13.784
28.B!IO
3.61
1()9.39
S.656
16.934
2.11
9563
K.460
16.283 11.343 ~.868 9.0SO 801.344
203
92.47
I 42
15.05
I.I I l ,13
6940 60.69
9 10 11 12 13 14
15 16
SO-S4 55 -59 60-64 65-69
-
21.204 I S.11>6 8.?78 7.823 4~863
6.480
3.633
70-74 7S ~
3.418
S.2>S S.6n
totAI
39.l.71 l
<W.l.633
100.00
Source : Padang o.Jam Aogka 2005, BPS l<.ola Padaog
~-''
De plus, ii faut considerer les habitants qui s'in.s1allent sur la zone vulnerable ~s forte : ceux qui habitent dans les zones d'aJtitude de rnoins de S metres. C'est une zone ayant une forte densite de population : 34-0.446 personnes :;ioit environ 43 % de popularien tota.le de Padang (selon LIPl-UNESCO, 2006). Cett.e forte densite rnontre la necessite de mettre en place des dispositifs adaptes pour reduire la vulnerabilite de la ville. 3.Z. Vulll.erabilitf SQciale
C'est une nouvelle definition lie" sue la capacire de resistance. La vuhlerabilite. quc
l'on va qualifier de biophysique, est entendue oomme « fonction de l'alea, de I'exposition et de la sensibilite aux impacts de I'alea ». Cette definition permet toutefois de deplacer
!'attention vers les proprietes des enjeux et de sortir de la focalisation sue l'aJea Le risque ne depend plus uniquement d' WJ facteur exteme : ii est egalement lie aux qualitee intemes
de !'element expose (Reghezza, 2006).
Cettc definition est aussi expliquee conune la cspacite d'adapcation centre le risque.
Cene idee est aYancee par White et Haas ( l 975) qee \es aleas naturels ne condeisem pas necessairement
a des
catastrophes. II y a catastrophe loesque la repoase, I 'adaptation de la
soc:icte, est inadequate ou insuffisante, bref, lorsque la societe ne peut pas faire face. Cette idee est
appuyee par B. Wisner en 1976 : «Les
cacastropbes marquent l'interface entre un
phenomene physique eJ:treme et une population Jwmaine vulnerable. On peut a:ffirmer que la probabilne d'occurreece du
phenomene physique
cxtlCme est constante, Si cette
a l'augmentalion
probabilit.e est constarse, la seule explication logiQue
des catastrophes
doit etre recberchee dans la vulnerabilite croissame des populations au phfuomene physique extreme» (Whisner, 1976). La dc:mierc explication scion Regbezza (2006) est la resilience. Elle est vue cornme
un antonyme
de la vulnerabilite. Et}'Jllologiquement, la resilience est une aptitude des
irdividus et des sylltemes (Jes familles, Jes groupes et Jes collectivites)
a vaincre J'adversite
OU UDe situation de risque, Cette aptitude evolue evec le temps ; ellc est renforcce pat les facteurs de proteetion chez l'individu ou dans le systime et le milieu ; elle contribue au maintien dune bonne sante ou
a l'amelloration de eelle-cifl ). •Dans
le domaine des risques
en geographie, la resilience est utilisee pour cxprimcc la capac:itc d'une societe UDe
catastrophe et
a
se reconstruire (pas forcement
(D'Ercole, et Pigeon, 1999). Globalement un ~
a
a surmonter
l'ideatique) apres l'evenement
socio nature! resilient permet de
mieux repondre aux al~ qui g
de resilience, euoitement
liec a
la perception du risq ue, est un facteur imponant de
minoration de la vulnerabillte A Padang, le concept de vulnerabilite sociale est applique dans l'etude de la mitigation de seisme et de tsunami. C'est une demarche de prevention pour reduire des impacts qui poarraient
habitants face
a la
survenir en augmentaot la perception el la eonnaissance des
menace d'un tsunami. Les programmes d'education par rapport au
seisme et au tsuoami soot indispensable a appliquer dans tou1 types de populatioo.. Ces programmes
doivent
clie
completes
pu
les
exercices
d'evacwilions
repelt\s
periodiquement.
• h!tp./Jwww.chei.com/sylvie<:asta·ng/resih~nce.htm (dem!U oa2s : le 13 Juin 2008)
14
4. Les abris de sunie et les cbemias d'evacn&n pour ia gestfon de ia catastrophe
= deux eleaents fondamenta10
4.1. Des abris facilemoot aeeessibles
La topographie de Padang rend diJflCile le Jlt')(::e$SUS d'evacuation, L'essentiel tic la ville est en effet si tue en zone tres plane alors que ce soar Jes points hauts ( montagne) qui
soot generalement Jes pl us efficaces comme abris naturels. Ces points hams se trouvent ii I'cst de la ville (environ 4
a 6 km du rivage), Ces lieux de montagne sont en effet a l'abri
des risques et catastrophes touebaat le littoral oomme Jes tempetes, Jes raz de marees et les tsunamis (Dauphine, 2003). Pour atteindre cene zone de protection, Jes habitants babitant
sur le rivage doivent uril iser un mo yen de tn.aspurt. Mais d'apres les experiences passees, les embouteitlages empechaieet tout deplaccmeut. r .es habitants, terrorises par la peur du tsunami n' ont fioalement pas ~i a atteindn ees zoaes plus ifires. Ce phenomene est un effet
du
au Sf'Jltiment de panique des habitants face au
tsunami qui les inquiete depuis le cataclysme d'Aceh en fin 2004. Les habitants de Padang connaissem la vulnerabillte de leur territoire gouvemement. De plus, !'information
SUl'
grace
au programme de sensibi lisation du
Jes joumaux et la tele augmente la conaaissaace
des habitants.
Une demarchc qui pourrait etre misc en oeuvre pour diminuer cette peur intense face au tsunami est I'installation d'abris
a proxiJnite
des habitations. On peut aussi profiter
des batiments comptant plus de denx etages comme refuges, Certe demarche augrnenterait la confiance des habitants ct leur securite car ils attcindraient facilement ces abris depuis chez eux. Ces abris qui ont poor objectif d'accompagner les abris naturels se presentent
comme la meilleure solution pour sauver les hahitants et dirninuer le nombre de vietimes d'une teile catastrophe, Puisque la pl~
des tsunamis survient apres un seisme
(Dipo5aptono, 2006), I' a1.tturite civile pourra determiner directemeat Jes bitiment.~ non endommages pouvant servir de refuges, et demanders aux habitants de s'y rendre apres le seisme. Done eerte demarche pourrait faciliter le proccssus d'6v~on
J' evncuation
VeTS Ies differents
en organisant
aori S.
Muis le probleme auquel nous souuaes coefroares pour mettre en place cette solution est l'inegali!e de Ja distribution spatiale de ces abris (naturels ou construits). La plll{\art des collines se rrouve sur la partie est et sud du centre ville et Jes batiments hauts
sont essentiellemeee au centre ville, alors qee I~ habitations se dispersent clans toute la 15
ville notamment dans lcs zones les plus basses : moins de 10 metres au dessus de la surface de la mer. Done, ii faut demander au gouvernement de resoudre ces problemes, Paree que la gestion locale du risque de tsunami exige ainsi d'integrcr aux dcux dimensions concretes et
mesurablcs - Alca/vulnerabilitc, une troisieme dimension qui traduit la realite vecue : la
representation que les differeats acteurs (elus., fonctionnaires,population) ont des risques et les pratiqoes qui en resultent, 4.2. Mise en place d'une org•ni&atio11 de l'~acualion vers des abru de 1un·ie Comme les eutres villes qui ~e trouvent sur les rivages, la ville de Padang so developpe le long de la cote. Le dCveloppemcnt se malirialise clairemeat
par la
construction des voies routieres principales qui relienc la panic nord et la partie sud. C'esr
une raison tout a fail justifiee
[lll!'CC
que Jes terTains uti.lises sont trCs plats si bicn qu'Ils sont
interessanu pour developper I'activite economiquc ct construire de nouvetles residences. Par centre la pectie est de la ville qui est dominee par la colline n'est pas ires interessante
a
exploiter. A Padang, ii existe dewc voies routieres principeles qui relicnt la partie ouest et la partie est de la ville (Crute, 8). D'abord, la route J)lfocipale vers la grande usine de ciment, C'e~L une rouic A deux votes, L'autre route principale est la route vers I'universite d' Andalas qui se tmuve
a peu prCi 7 km i
I' est de la ville. Ces dew: routes se trouvent
presque dons In memo tone. Eo dehors de ces deux routes, la seule possibilite de deplacemeut OueSL\Est consisterait
a uti liser
une petite route etroite avec un revetement de
mauvaise qua.lite. En considera nt le peu d · acces vers I'est de la ville. ii semit difficile d' appliquer un programme de «mitigation» d'un tsunami, particulierement sur la partie notd de la ville
qui n 'a pas d'autre acces vers I 'est qu'une petite voie tres etroilc. En consequence, Le processus d'evacuation
vers les abris de survie naturcls nc pourrait pas servir tous Jes
habitants paniqucs qui viendront utiliser les rues au moment suivant le seismc,
16
TYPE DE VO/ES ROUTIERS
A PADANG
Source · MNT SRT~t SPOT 5 (2007). GoogleEarth Pro (2006) Conoeption.Re:t.isatkln1 Htnky Mayaguett,li"I 2000
Carte 8 ; Type de voies routieres.
Pour etudier la fonctionnalite du reseau nous pouvons nous inspirer des travaux de Gleyze (2001 ), il propose d'utiliser et de comparer plusieurs indices descriptifs des reseaux, issus de la theorie des graphes et de I'affectation du trafic. Nous proposons enfin de definir la fiabilite du reseau
a partir de la repartition des
valeurs de fonctionnalite sur
l'ensemble des troncons, De plus, Gleyze (2001) ajoute que I'elaboration
d'un indice
descriptif de la fonctionnalite des troncons d'un reseau routier necessite la prise en compte de I'existence de chemins alternatifs pour toute relation entre une origine et une 17
destination.
Ceux-ci
peuvent
notamment
etre mis en evidence par des modeles
d'affectation du trafic, dam lesquels ill propension de l'usager
a emprunter un cbemin
detoume est detenninec par un paramctrc de perception. Done, la solution qui pourrait tuc appliq!IU la plus repidement
a Padang
est
d'Idemifier toutes les votes d'evacuation et les abris de survie. De plus, avec eene idee on powra utiliser roures Ies voies disponibles atin qu 'elles soient utiliaecs par Jes habitants qui
poerraient atteindn: le plus vite possible Jes lieux plus sOrs naturels ou construits. Si I' on tienl compte de ]'information de Natawijaya (2002) selon laque\le le tsunami arriverait dans les I 0 minutes suivant le seiS111C, il faut dCfinir la zone de service autour des abris dans laquelle les voics d'evacuanon pourraient tire utilisecs par tes habitanlS qui y h.abitent
dans ces limites de temps, soit
a pied
soi( en
velticule. JI faut alors donner
la priorite aux
habitants qui habitent dans cette zone d'acccoer aux voies d'evacuation. Les autres groupes d'habitaats qui ne pournlient pas aUcindte ks lieux plus sOr:s naturels ou construits devraient utiliser d'autres voies d'evacuations alternatives. En effct daas un contexte de risque, nous avons insistC sur l 'impot1ancc des cbemins altematif~, car eeux-ci sont susceptibles de se substituer aux cbemins Jes plus couiu en cas de defailtance du rcseau,
n (aut d'ailleurs
amellorer et agrandir tes voies alternatives depuis I'origine vers
la destination de la zone plus sUre. le gouvemement de Padang doit travailler de maniere
n
consnuire des voies d'evacuation alternatives pour quc tous Jes habitants qui habitent dans la region vulnerable puisseot ~
evacues
le plus vite possible. Entin, ii apparait
nocessaire de construire de nouvelles voies d 'evacuation sur la pattie non! de la ville.
18
Chapitrelll
MATERIELSETMETHODES Afin d'etudier les risques de tsunami sur la ville de Padang et de proposer ensuite des elements pour ameliorer I'organisation des risques. systemes
de I'evacuation, nous avons realise une etude
A cet effet nous avons utilise une dernarche basee sur l'utilisation
d'information
geographiques,
Nous decrirons d'abord
des
les donnees de base
utilisees et nous detaillerons la methodologie.
3.1 Materiels 3.1.l Sources de donnees l. Image Google Earth : Google Earth7 est un logiciel proprietaire de la societe Google permettant une visualisation de la terre grace
a un assemblage
de photographies aeriennes
OU
satellitaires. Ce logiciel permet pour tout utilisateur de survoler la Terre et de zoomer sur un lieu de son choix. Google Earth est mis
a disposition
gratuitement
mais ii existe une version payante (Google Earth Pro I GE Pro). En Utilisant cette version, nous pouvons capturer les photos qui ont une meilleure resolution de la ville de Padang. Ces donnees Google Earth sont des images prises satellite Quickbird et leur
a
partir du
resolution au sol est de 80 cm (Figure, 1 ). La
disponibilite et la grande precision de ces donnees justifie leur utilisation dans le cadre de cette etude.
Figure 1, Un morceau d'image Google Earth de Padang 7
http://fr.wikipedia.org/wiki/Google _Earth
19
2. Image SPOT 5 Afin d'obtenir
une image globale de la zone ayant une bonne precision
geornetrique, nous avons eu recours
a une
image du satellite SPOT 5. Cette image
ayant la resolution de 2,5 metres a ete prise le 3 juillet 2007. On a choisi
cette image
dans
le but de faciliter
le processus
de
georeferencernent d' images Google Earth Pro captures.
Figure 2 ; Image de Padang seJon SPOT 5 3. MNTSRTM Le MNT SRTM est une abreviation de Modele Numerique de terrain Shuttle Radar Topography Mission. Un modele numerique de terrain (MNT)8 est une representation de la topographie (altimetrie et/ou bathymetrie) d'une zone terrestre (ou d'une planete teUurique) sous une forme adaptee
a
son utilisation par un
calculateur numerique (ordinateur). Alors que Shuttle Radar Topography Mission (SRTM)9 fait reference
a des fichiers matriciels
et vectoriels topographiques fournis
par deux agences etats-uniennes : la NASA et la NGA (ex-NIMA). Les donnees SRTM sur cette zone sont representees sous forme de points d'altitude connue, avec une resolution spatiale d'environ 90 metres. Aucune autre donnee altimetrique plus precise n'etait disponible sur cette zone.
8 9
http://fr.wikipedia.org/wiki/Mod%C3%A81e _num%C3%A9rique_de_ terrain http://fr.wikipedia.org/wiki/SRTM
20
L'objcctifde l'utilisalion de cene donnee est d'identifier la zone d'alea d'un tsunami
a Padang.
Cette zone est dCfinie par la hauteur du terrain par rapport au
niveau de la mer. Une fois determines les differents niveaux d'alea (x metre) sur la
ville, now; pourrons ensuite Ies meure en relation avec les differents cnjewc dans la ville. J.1.2 Outils logiclela Les Jogicjels ~V4UllS 0111 Cte llPfisCs dans le cadre d~ ~
C(u\lt;:
I. ArcOIS 9.2
: Sysremc d'infonuation geographique
2. ER Mapper 7.1
: Logiciel de traitement d'images
3. GIMP 2
: Logiciel de manipulation d'irnage raster
4. Paint
: Logiciel de manipulation d'unage raster
21
3.2 Methodolugie Unc emde de risques ese gemiralement realisee en determinant la vulnerahilit.e et I'alea sur le tenitoire envisage. Nous avons done commence par etudier la vulnl!rnbilire en identifiant la nature des constructions, L' imago: satellite issue de google earth a ete urilisee car sa precision permet, avec une bonne connaissance du terrain d'identifier les types de construction. 3.2.I C•rte de v11lombilite Le diagramme suivant 11.!crit l 'enchainemenrdes techniques utilisees pour creer la
carte de vulnembilite des b&iments par rapport a la menace du tsunami a Padang. Image
II
GI; Pl'9 I
Image (i~Pro
. .. - - -
l
-
llna&e GE Pro
Mettre ensemble toutes les Images capturees
Image satellite SPOTS
Conversion en format TIFF
'
Georeterericer les images par rapport
a
SPOT
•
• •
Construire les ilots des b3timent.s, et selslr les attributs : Usage Type de oonstruction Hauteur du ~timent
I
Carte de vulnerabltlt~
Figure 3 ; Processus de creatiou de la carte de vulnerabilite
22
1.
Traitement de l'image Google Earth a) Capturer Jes images Google Earth de la ville de Padang en utilisant le logiciel Google Earth Pro Prendre des images de la meme altitude (ex. 900 metres) pour que la qualite de chaque image soit identique.
Figure 4; Image Google Earth Pro capturee. b) Selectionner l'image en utilisant le logiciel Paint. Puis, enregistrer le fichier en type TIFF
Jldlil!f
Mfltt ~
...-..
"-{Ql. •••••• #,
'
•
•
(~
I
• •••• •
"~
""'
Figure 5 ; Image selectionnee Done, il existe 80 images de taille identique pour couvrir la zone d'etude. 23
c) Faire la Mosaique : assembler toutes les images capturees en utilisant le logiciel
GIMP 2. (des blocs de. 20 - 30 images sont ainsi realises par
mosaiquage) •
Preparer une nouvelle image. Pour cela nous devons calculer nombre d'images contenues dans le mosaiquage. i.tJ Cr.!et '""' nouv.!::,, ;...,g,,
I
le
~
Modele: l<>illi! cfln~g
I
l.•'9'!U" t;(m !:i
~
• Optiom ·ftt:anc'ia
I~ •
Reniti.ir-.A!I ---~
Y
Figure 6 ; localisation de nouvelle image Mosaiquer !'image GE pro capture dans une seule image (un bloc) -_,'"" ·J.9'1t'<8.L~d~•®
- ·- -
•
a......,. - _.. ,.,.•...,
2'*
..,.,. .. _
-
Figure 7; la mosaiquage de trois images Google Earth Pro dans le sens de la longueur Le resultat de mosaique a.1· \
·+
Figure 8 ; La mosaiquage de 20 images Google Earth 3 blocs de 20
a 30 images sont ainsi crees. 11 faut ensu:ite les georeferencer. 24
d) Geo referencement Apres avoir mosaique les dalles Google Earth (Quickbird), ii faut georeferencer ces images dans le systeme de coordonnees WGS _ 1984, UTM 47 S.
La rnaniere la plus simple est d'utiliser comme reference
l'image satellite SPOT 5 qui a ete obtenue deja georeferencee et constitue done une bonne reference en geometric. Il est en effet tres difficile d 'utiliser une carte topographique comme reference du fait du niveau de detail tres different entre la carte et les images quickbird. Le georeferencement a ete realise avec le logiciel ArcGIS. Georeferencement
--~-
§.eareferencement •
3 8J:J
Couche: lpd01-20_cfip.ecw
..!!!
.? §11
Figure 9; Outil Georeferencement Ensuit, TI faut enregistrer Jes points de calage en type tx.t. Table des hens
Sourcex
Lier
588.913819 1533.496403 10156.393736 7036.125230 2383.610771
I
2 3 4
5
W
:'.:,':•
Ajustement auto
Source¥ ·222.095493 -5160.948524 -3377.857425 -28.992366
-3145.653564
11
YCarte
-0.929586 -0.965859 -0.952832 -0.928185 -0.951094
Transformation:
!Transformationde !er ordre
Charger...
XCerte
100.351016 100.357943 100.421455 100.398506 100.364210
Enregstrer...
(:J
Residue! 0.00001 0.00002 0.00001 0.00002 0.00002
Erreur RMS:
I 0.00001
J __ P_es_, au_rer_d_CP<J_, c_u_d_e _~
OK
r1_. "'-'---· ___,
Figure 10 ; Points de georeferencement Grace au processus de mosaiquage
a enregistrer.
utilisant le logiciel GIMP 2,
toutes les images sont a ce stade bien mises ensemble. Si bien qu'il est suffisant d'utiliser 5 points de calage pour georeferencer. 2. Construire la base de donnees des batiments et des rues Cette etape est realisee apres avoir fait le georeferencement de toutes les images Google Earth selon l'image SPOT 5 georeferencee. Le travail a ete egalernent fait avec le SIG ArcGIS 25
a) La couche des « Ilots » de Batiments, contenant les champs : • Usage (habitation, hotel commerce, bureau du gouvemement, lieux de culte, hopital, enseignement, aeroport, stade) • Type de construction (batiment solide, batiment leger) • Hauteur du batiment (rez-de-chaussee, 1
a 2 etages, plus de 2 etages)
Dans ce travail, 11 .268 ilots sont ainsi crees. -- -~-
._..,,......,....... "-
·~ ......~.-e-DrilG•
......
.:_.+-.;;;;;;-
-,m.-.
-..lf..-Ctfl
.1
4ttt::::n•• •
I
..
--~-----
-o-~
a, _ ___.. -a--. ..
·N.:=-
. o-••u-..,.
.a:..:., . .
....,... . .....
.n,M~O~"'\ ·0-""ll
.o-,,.,. ...
c-.-....... ..n....,_ c-.~-.z ••• ,_.,. a-...-- ..
II
____ --·-......
c-•
.a-.........
~~
1:...
.a_ ......__
... ,, .. __
O~r-a.1
.o--.o-..u-
1
•
:.. .. _,_
n--
....... 1:.
Figure} 1 ; Extrait de la couche des ILOTS b) La couche des« rues», Contenant !es champs : •
Largeur
•
Nombre de voies
•
Type de revetement
Une fois les ilots decrivant les types de batiments realises, nous avons trace le reseau de rues sur la ville de Padang afin de pouvoir ensuite faire des etudes d'evacuationL'ensemble
des rues creees represente une longueur de
614, 17 km.
·:l.~•D'lf$&::::,,.,
.a--·-
-~--·-
~I
'~
....-..•
.c-.-oc-..-.a,,,,_
... _
l
.._u;e: .........
••
:~-~ -0->.• 0-1~
l
·I
..
·D.Q ..... .Jt'.id
·::..-
oc-.o.__
.n .. ~-- 0 CQU0e011(6lof
i. ~~§.:::..~·I
ll'm-.
.!~.----
-0-1 .... tc
c ...
••
I ,,,-o--O•
... _
....,_
~--~--~· -D(°"""'tc;ia:. f
.·-~ .....· ....
lll!Z
-
Figure 12; Ex trait de la couche des .Rues 26
:.,
:l. Affectation d'un niveau de vulnerabilite aux ootiments.
Une fois las biitimi::nts et leurs attriburs saisis, nous avons defini le niveau de vulnerabilue pour cheque biitiment en tenant compte de leur usage ct de leur type de construction,
Tableau 2, Ponderauon de vulnerabilite des ~ments selon I'usage et le type de construction. Ni-u No I
2 3 4
s
.~. 7
&
u .. .,,, de ll&ti!Dent Smde lftltcl Commerce Bure® de 'lOuvcmemcot Lieux de cult• At'rn....,rt Habitation H6pital Eo>eii:mtinecu
de ...JnmbiliM des batiments (de I ~ 5)
BArunent sclkle
Bitiment1e. ...
I
2
2
3
2
J
2
. +--
2
3
3
J 4
4
s
4
-
s
Le Stade est le b§timent le plus solide, ROIL' lu.i ettribuons done un niveau de vulnerabilite faible, aloes que les hapitaux et lcs lieux d'enseignemeuts ont un
nJveoo de vul.ncrabilJ1.: fort. Les stades eonsutuent en etfet tm end.roll privi.l~gie comme abris de swvie lors d'une catastrophe, Par exemple le stade de la Nouvelle-
Orleans a ete utilise par les habitants lors de l'oUl'aglln Katrina 2005 (Maucebo, 2006). Le niveau de vulnerabilite d'un ba.timent en rez-de-cbaussee est plus fort que celui ayant l
a 2 etages. Autrernent dit, lee bdtimcnls ayant plus de 2 etages
ont un niveau de vulnerabllitetres faibje.
n faut alora ajouter le champ eontenant la ponderation de vulnerabilite dans la couchc du batimenl
27
Tableau 3, Definition du niveau de vulnerabilite avec le parametre bauteur (vulnerabilite de l a 1) ·-
··-
No I 2 3 4
s 6
Usage de Blilirnent
Rez-de-
-···-··
c..mmer<:e
··-
3 4
2
"""I
3
2
,.._.
4
3
2
s
4
3
Solide
4
5
3 4
2
l"'-r
4
3
s
4
3 2 3
Solide r~
4
3
s
2
4
3
Sotide
5
4
l""-
6
s
SOOdr r "-
6
s
3 - '-- .. 4
7
6
Solidc
6
s
4
IH-
1
5
4
Salide
Rureou de ~ouvemcmelll
Lieux de culte
So!ide
Habilstion IJ~nital
g
-
'
,.._,
AeroD
t
..
Plus de 2
,..., zes
·~
··-- '--
J ii 2
chaussee
SOOll:
7
~
COllSlroCtion
Slade H~I
H~...- de bitiment
Typede
···- ~.
4
-
--
s
4. Creer une grille de vulnerabilite des OOtimcnts. Nous avons choisi pour pouvoir tJaiter Jes differentes composantes constitwmt le risquc (vulnerabilite et a.lea) de traduire chaque composante sous forme d'une couche SIG de type
raster-
A partir de la couche veceeur des bitiments,
unc conversion en raster a done ere realisee, Cette transformation en raster aboutit WlC
image contenant des pixels de taille 0,44
associees ayant des valeurs de I
a
7:
a
metres avec des valeurs numeriques
110US
obtecons done ainsi \a premiere
composante du risque : la couche raster de vulnerabili le. Description. du mode opeeatoire dans ArcGis : on utilise ta fenetre /\re
ToolBox: « Outil de conversion, Vers Raster, Enti~vers raster»
28
_. ~.......
'"'
..
,..:..i
~""""
OLZtpidc,;t'N.:iu
I!:..,
3
,.._
la~-~J!lll
am'ld~• " ~'W~IU_.t..~
...... ·.----· ,... ~,.. ~......... ---
~!N
Figure 13 ; Conversion de la couche vulnerabilite en raster
l
.. ·-..·---~
.o-..-,, ... _,_
. 0""'
-a ....-.u.
·-·--•.-..
• CJ c-or.--..: ,p.,_
•.
, a,_ ... ...,,. ~o-.m..-
•Mulaoo_..,
••
.a-.....oi
O~D.t C:.Ot ........
.n ....._~_lll
,Q.0-lk~!
,., ........
. auw. ~o i-•-.-..
,Q-31,.1111'
~a .-uM.J
• =-*4n\ftllr~·-
a-.v••:..~ -n-~~
•D••..:119J11
. · 1
~"'-r~~~-•I!
~ ..
Figure 14; Apercu du resultat de traitement en raster de la couche de vulnerabilite
Ces resultats montrent la graduation de couleurs selon le niveau de vulnerabilite du batiment qui se construit de niveau 2 (le stade
a I'etage) a 6 (cornme
le bati enseignement
au rez-de-chaussee). •
Niveau 2: Vert fence (vulnerabilite tres faible)
•
Niveau 3 : Vert clair (vulnerabilite faible)
•
Niveau 4: Jaune clair (vulnerabilite moyenne)
•
Niveau 5 : Marron (vulnerabilite forte)
•
Niveau 6 : Rouge (vulnerabilite tres forte)
29
3.2.2 Carte d' ALEA
Une fois la couche de vulnerabilite n!alisee, nous avoas entrepris la realisation de ia eouche « alea ». Le diagramme ci-dessous explique hi procedure de traitement d'image
afin de creer la
carte
d'alea Bien que la hauteur d'eau maximum a Padang soit S metres
selon (Borrero et al, 2006) qui a fait la modelisarion d'inondation d'un tsunami i I'ouest de Sumater.i, nous avons pris en cornpte I'cveotualite
diagnostic final d'alea, afln de pouvoir nous donnet IDl scenario de planification d'espace face a la menace d'un tsunami.
l I
Image MNT SRTM
~
I
Extractioo sur f<1 zone cf~
.. Cr~er la zone d'~ du ts~mi L' altitude (l m Zone inon
• • •
a
•
•
Zoneinoodee~a 1om
I
Carre d'atea
I
Figure 15; Processus de creation de la carte d'alea I. Extraction du MNT SRTh{ sur la zoned' etude
A partir du Mod~le numerique de terrain SRTM, possedam un pas de 90 metres. Realiser une extraction la zone d'etude ; tracer le perirnetre de fichier vecteur et faire une extraction du !I.INT dans ce seeteur d'etude
L.:.I
.:..I(;).... Rn:W•.n_,,.
.:J
Figure 16 ; Extraction la zone d'etude 2. Creer les zones d'inondation Creer les zones ayant un niveau d'altitude de 0, 2, 5, 8, 10 m Les outils qui ont
ete
utilises sont : Spatial analyst - fonction reclassification
On cree tout d'abord la zone d'aJtitude 0 m: creation du niveau 0 metre (ou moins de 0 metre) Spatial Analyst
· ·~
j
Spatial ~nalyst •
I
3~
Couche: E Ml_mntsrtm
~
b:
Figure 17 ; Outil Spatial Analyst
Red.:tssiflcution
,
.1.t-29
.~._1
3~
Raster en ertr9e:
~vALJ..t:--------3-~
o-,pderectassement:I
oern.- les valet.rs PQU' la redasdlc.otlon Andemesvoleu-s -30-0
~
v~
-io ll
I - 1&17 NoOata
J I
Oassement. ..
'I
l\iolJtonsieentJee
'I
~.I
I
;O
I
,
a....l)Or•..
R.esteren
I
Erv!!QIStr.....
I
1
"' ,
Precisbl ...
I
-30 a o : valeur 0 Autres valeurs: valeur I No data : valeur 0
I
Figure 18; Classification hauteur d'eau normale (Om)
31
....."i;..,'"""'"'
ti•~"""'-
C
D
....
•""rM""'..,,----.3J."'lll
•
:> ae~:.:n••
:!! .....
~f;i~-
·1·~---~ """"--=··.·1-·-,,_..... ·-•=~ ·- ·-·-
,_ ou-.11
:·.IEE--
o-n ... c..-._ _ _,
-IfII'
11to,.:.a:.1
::J>
.._. ,_ '· -t'------1 u.,,., _,..----,,::i
·
J
.0<.Mo~~
a.... • v ..
"0
:t:::=-=
..
a.a•-- . ~-·l-. - :·.1::=::::::::-~-~ -:= ::--·-·· ·-· -~ ·~·..--. ·o-
1 . o.lo.•-
-o~
.: ·" ;"-· . -r.~·~·-·::
.I .... L!I
ri-·
~
"""' ·~
.!1..-.-J
,J
···-'-:
~
P-
O·A·
.;cir
3fii""'3.
I.,,~----,,.
~al;Jtl
.. . ,
I'
t.O
A·
••JJ "'·L'".:..·
___J
f•~·-- ,.~._ . .,_,,,.....,_
!.J•V---
!::?........, ....... ,,
Figure 19; Niveau d'eau Om
.
·-·-~-·.,.,e
'il'Wlt
·-r.Tr
··-c---
•
-
"••Q
~~-;J.1-•C(l<Jr.~ ....
-a
···~~::>
~:::•"'••
l•
,
,
....
1-.i;·.
:~ ,
r -
.
...
.....·- _
..... ·-~ ~-· • -·1,
>••· ..... , _..,.-~---...,,,..,._~. ,,
-~.·-,;1•··
-.0•
>•······- .. ,,_ ,,_ ,.,",.... . ,,_ > ····---·> > ....... ,......_
'•
> ............ ~
l ·-:-·· ·~--'-""
!J·••>•A•'•.L·.:..·
Figure 20; Niveau d'eau Om zoorne Pour Identifier des zones d'altitude Om, II faut transformer ces zones en vecteur pour pouvoir enlever les parties connectees
a
a
l'interieur des terres qui ne soot pas
la mer. Pour cette etape, on a utilise les outils : Spatial analyst
convertir - raster vers entite
32
a 2 m)
Creation de la zone inondee jusqu'a 2 metres (Zone Retlctss1flcatlon
.1.1~
· :.=
3.§J
1Ext_rm1: ... tm
Raster eo ent:ree: Chomp deredassoment1
,. ,VAl.-UE---------3-.
-30-2 3~ 1817 NoData
I
~ Ajcoter uno ent:ree
I
~'I
11
10 -·-- ---·--1-· --·--·-----·----~ !
Charoer ...
r
das$emert... to
I
fr<8Qlstrer ...
-
I
-30 a 2 : valeur 0 Autres valeurs: valeur 1 No Data : valeur 0
.. 'I
Ptedsb> ••.
I
Rerr.placer/es ValOU'Smanquartespar NoData
I
Rastefen
Figure 21 ; Classification hauteur d 'eau 2m Exporter vers ERMAPPER afin de lisser les pixels. Cette etape va creer des images plus esthetiques.
Image sans vectorise en ER Mapper
lm.age avec vectorise en ER Mapper
EMpmtf'r une couche raster - 70nf'Oa2
I Etendue 1
r:
--
---,
--
r Reference spati
I I r.-
Bloc de domees (courant)
~ Jeu de domees raster (initial)
------
'--
---- -----
rRasterde sortie-
! r Representati:m r" E.
r
Norn:
--
---
Tallle du raster (colonnes, ignes):
Espace par pixel T'"'1e noo compressee Etendue (gauche, halt, dr~e .... Reference spatiale
Emplacement:
Jeu de donnees raster (initial)
Talle de ceUule (ex, cy):
Carnl
Canaux
I
L_____
Bloc de donnees (cour art)
I O.oo0833 I 0.000633
<:
~µ;-1
r
Pr 1 8 Bit 131.17 KB
( 100.2392, ·1.0325, 100.5459, -0.7263) GCS_WGS_L984
I D:\henky\S!G pdg\sig_pdg\~rtm\extraits_ermapper I zmeoa2\tlf
~;1_°"_'__lr,
,f
Format:
:::J
lnFF
I<; Qualitedecompr--es-sion_(_1-_100_):
I
Enreglstrer
I
fwMJef
Figure 22 ; Exporter vers ER Mapper 33
Importer le TlF dans Er mapper Verifier Vectoriser:
process, raster cell to polygon (dans ER Mapper) -IDl..?9
vector Conversion ... -.-
· ·' Ra">ter to
Input Raoto1 Dataoet
QK
t;v\SIG pdg\sig_pdg\srtm\ei
~1
OIAp..t Vector Dot<=t j.y\SIG pdg\sig_pdg\alm\ei
S!atus... Band:
!::!"1
Al
rP~
r
I I I
Fil Pt>1ygons
Figure 23 ; Vectorisation d'image Prendre l'option Smooth pour ameliorer l'aspect des contours en vecteur. Cela genere un fichier vecteur au format ERMAPPER (.ERV) Exporter au format SHP : utility, export vector, esri shp ':·-EMPOtt
E5Rl_shape_ftle
•,.
~I
I
Data.elto E-J; pdg\lig_pdg\.,tm\dlab_et~2.eiv Ell!lDli'!lono.1"4>
~
...I.QI~ i;once1
I I
~lotus...
1
!2K
tie!?
I
r Verbcse Figure 24 ; Exporter au format SHP On arrive
a la carte d 'ALEA .--
...... II"'-
Ollif.W•
e
·-a--.--
a 2 metres .
~,.,,,..-
$"°'f"=.,----.3!L~~Otf?°""'ki10...............,.
~·-· (•..,.,.r;rn:.w
.
la zone inondee jusqu'
3t::i·.•':J
6:1®::::n•••lf'
tto"':.a
3c>'-'"O"'i'",Jfii"'""3
,'*-'..
•...--...... ....
; •
-oc:;..,.-
·0-
O•
..J
o;
lil!CCUH!lll'~
o-.a•
,
·0-.J ..H_.
.n-....... 0
-o--_r . ..-.... ~0-..JIGll9Ro..Jlllllll
-o-,._ -a~ ,.. ·0-
•
·0-·
·0-
·~iiiiii"
---=3~F3-=-· ,~ •. ..t..-
.!...-
Figure 25 ; Zone inondee
a 2m. 34
De cette facon, on peut creer Jes autres cartes de zones inondees
a 5 metres,
8
metres et I 0 metres. 3. Mettre ensemble tousles niveaux d' ALEA dans une couche. Utiliser la boite
a
outils Arc ToolBox : Outils d'analyse, superposition, union Avant de lancer cet outil, il faut definir le Systerne de coordonnees geographiques en WGS 1984 I
.!I~
~.-~~~~~~~~~~--~---~~ • .±1
2lf
o~"'~ -~~ D~~--~....cicw-.ttp
.,
-l
l.llilll»OM~ Dll
cu~'.-."" .-Wt..w'Mlit~
.!.I .!l
mu•-.S ...... .....,._,,1"~ ·~~.-.ho.
1.,..., ..... ~ .. ~ .... t.A~-.-.. ... di.~~
......... ___~~v-• ~--· Ml
3 a lo.-.--
r~~"'--.....
:;:U-~ f'"'*-'11111!1 lirlVlliilfMI ...
3
~ ,..
gMMJ
.
,,,.i
·'
Figure 26; Union couche d'alea On obtient alors I seule couche vecteur avec des zones de niveau d'inondation. II faut d'abord ajouter un champ « INOND _LEVE» (niveau d'inondation) dans la couche de zones d'alea « zoneaO 2 5 &t- &--. ,,...
...... ,.._
LJi;1:ga ee::::n•"'~~
·-·-·-.h~
6-
•~·J ~
8 10 »
.......
._.oa.;..o:
il
,.,.._o
tQ
u.*+.;;
.-----~
-o---..---:;i
..
-o--..;.._.
·C-
• 0 QJWUUIWO
•
j•
·0-J'O'M"
·C-
:a..••;:..a.w ..·-··
·:J-
d
...
_,,.,.,
....
,
-c--....
-a-.,,....._~ -n~ -a-,._ ..
-o--o_,,_
j
·C-
•O•-..i
-c-
-o-..,......
Figure 27; Extrait de la couche avec les 5 niveaux d'alea 35
4. Creer une grilled' ALEA A partir de la couche vecteur d' alea O_2_ 5_8_ l 0, une conversion en raster a
ete realisee. Cette transformation en raster qui construit une maille de taille 4,75 metres permet d'obtenir une couche raster d'alea qui sera ensuite utilisee avec la couche de vulnerabilite pour generer une carte de risque. Description du mode operatoire : on utilise Arc ToolBox « Outil de conversion, Vers Raster, Entite vers raster» -"""-
.JG~.. Ou~c:.lsin (f1Gubltt)
3
....... Cllllliit-=. WM«-.~ ............
_!!J l~~=='-~-·'""""'"""'--~~~~~~~~~~~~_!!J
t.dai!4"~-4~
uuh.,.QMR:~ OiltaJl•~..P,,.,•U
,~ .._........ ....,.,",~ ....... ....,..,qul.tlwM#!4,..~I ..... f..... dll ......
~
?ill
_J
Figure 28; Conversion couche d'alea en raster
·l ,l ~.
l
0
~?
© © :: :: l'I •..
~~l! .&U11.S .Q .. l'dlll: .Q .. r«Mt
P.~r- .... ~ 1.-
_,. _ _..._,1 . ~
~O-'
.,.
o•u•
_,-............-..
-!i!t•-lllm
o--:-~-·--~
.a-
-·
_ --
·
.........
_,,__
-""'" •t~
"-~•ooe WD:r:-
•
~,.,.,........,
• ..__t ...
·~·" .."'
"'""J"' ...... CJ•
~-..J
.
:1N•lli!l'1; ..... - Iii -.GRC
-u,;i...
0~.$.SA,I•
. a-
·1
• a ....,.._ ·D-'
1;.11a
*~
o .... ~~
'-li!l~•.w..U-'$
·~·l&i'o
.a__,_ -n~f;ll:...._
.......
Yt•~.Jl"I-
-0-
........ liill!-. ...
•Rs
-···-·""'-- -" ..... .,.•
- 0 -.-:I.LSI~
IMIGfGJ,r.'I
CJ~
c
••
-o~.-Jdf"I'
~a~..-.., .a.........,._ 10~
-n--=-..._
~~-Figure 29 ; Apercu du resultat de traitement en raster de la couche d'alea
36
3.2.3
Carte de risque d'un tsunami
a Padang
La vulnerabilite (Chardon et Thouret, 1994) est l'un des term.es d'une definition classique du risque nature! : risque nature! = menace ( ou alea) x vulnerabilite (physique, socio-econornique et conjoncturelle). A partir de cette definition, nous pouvons calculer pour chaque quartier un niveau d'exposition au risque du tsunami en utilisant Jes deux cartes precedentes (la carte d'alea et la carte de vulnerabilite). Done, le risque nature! est la conjonction d'un alea et d'une vulnerabilite. Pour creer cette carte, nous pouvons suivre la methode ci-dessous. 1.
II faut d'abord faire la reclassification pour chaque couche (alea grid et vulnerabilite _grid). Utiliser l'outil : Spatial analyst, fonction reclassification
~·~
~Y~S
2
13 12
5
~---->
-!.!________
8 10
Aj:luter 1.r10 em~e
iO
Chorger...
I
Enreglstrer...
RomJMcer Jes v.......
Raster
Classemert•••
1~
0
r
iJ ~ ,.-VAl.-l£-------3-.. la1oas GRID
Raster en ereee: Chornpder~:
en
I
j
Pr"Klon...
I
II
monquonl:es por No0ota O:\henl
pdg\sig_pdg\aJeas\aleaJclas2 OK
~ -
I
Figure 30; Classification tousle niveau d'alea On donne une valeur d'alea allant de 0
a 4 selon le niveau possible
de l'inondation
de chaq ue zone. Altitude Om : Alea 4 (tres forte) Altitude 2m : Alea 3 Altitude 5m : Alea 2 Altitude 8m : Alea 1 Altitude l Om : Alea 0 (tres faible) Dans cette etude nous envisageons un niveau d'alea d'un tsunami jusqu'a la hauteur de lOm. On estime done que les zones d'altitude
superieures
a
10 m
n'aurait pas d'alea. En procedant de la meme maniere, on fait la reclassification pour la couche vulnerabilite
GRID 37
Rastw•nontrea:
:::J ~
fv.....,_e_GIUD
C"""4>doredassement:
,. . ,VAl.-l.E-------3--,~
roeflf'l r' tes valelxs pour la 1ecl.?ssficatlon
=1~12·-------< I '5}-.. ~---= _2_ _ _::-_:--_-_ Andeme__rraieurs
6
~1
Charger...
r ~
I
......
Rostw en
w~
t~van_
~ 11 Aj'.:a.b!t..,._eo I
...,,.
EIY<>;il
I
1
I
Pnldslon ...
..,.~oar-
I D:\heri
I
()I;
~
~I
Figure 31 ; Classification tous les niveaux de vulnerabilite On donne une valeur de vulnerabilite allant de 0 a 4 selon le niveau de vulnerabilite de chaque zone Done, on a de nouvelles valeurs pour definir l'alea et la vulnerabilite. (0 = Tres Faible ; 1 = Faible ; 2 = Moyen ; 3 =Fort ; 4 = Tres Fort) 2. Obtenir un coefficient de risque en muJtipliant la nouvelle valeur de vulnerabilite avec celle d'alea Tableau 4, Alea x Vulnerabilite Vulnerabilite
~
Tres Faible
Faible
Moy en
Fort
Tris Fort
0
I
2
3
4
Tres Faible
------0
0
0
0
0
0
Faible
1
0
1
2
3
4
Moven
2
0
2
4
6
8
Fort
3
0
3
6
9
12
Tres Fort
4
0
4
8
12
16
Alea
Explication : •
Quelque soit la vulnerabilite sur les regions d'alea tres faible, le risque reste nul
•
Quelque soit l'alea sur Jes regions qui n'ont pas d'enjeux, le risque reste nul.
Pour effectuer la multiplication ALEA x Vulnerabilite, ii faut utiliser l'outil Spatial analyst avec la fonction : Calculatrice raster
38
1111 (dlculdlnce
raster
_!L~
. ''.'
Coudie3: A eclassement de Ext_ ... A~menl de Vult
lalea_rcls21 • lvulne_redas2]
_:J
A p1opos de la etealion d'expessiom
jj
I
E valuer
I -2J
Annuler
Figure 32 ; Calculatrice raster alea et vulnerabilite
•Iii•
~-Cl'WI ................
c
a
@G)::::n••
---0.~ •
..
~w.. ,~u-~.1:l
tt••: .
.. l/t
.:).I
~·
t.,_o
tifl
,
o.-fi-,,,
"'1°
,,i
~f.MIO ......
..•... ..::.. ..
-a--
. .,~
o .....-
' ''
-0-~.Jm
o .. -o,.e c-.
•Q
...._
,
.e ..., .a...,_, ..,,..,.
-a~
·c--
·OW>.lt'>fllW•!I
•
'
,;J
·O-~•_J
~·It
•........ o--.. -»
.o ...... -.
-o·0-
...
e
..
j
'
-o--a
J-.~Qdo._...
•=••-=---,.3 J. f..•C II 0-r+~--.-~3 ()~O .. ..tfiiii""'"11 e e :: :: n • ... ~"'-:i.-----"--""-"-rnr:.,......o<-Tir---=:::~----.~---,.1 Cii.ge
D·
.\.•
".
~ •..:J
,,_...
: 1ri::J •'•A·•.
:L· ..:.·
-o-~ -o-
"D"-•---· .... -c-···0-
-ric-.-
·0-•.....,.-....o
.a--
J
3fil3.
I
I
A'"
•~iL-~-
Figure 33 ; Apercu du resultat de la carte de risque Ce resultat montre que Jes ilots rouges ont le niveau de risque tres fort, alors que ceux en vert ont le niveau plus foible. 3.2.4
Carte des abris et des voies d'evacuation
3.2.4.1 Identifier et localiser les abris construits En se basant sur le resultat de la carte de risque, on peut identifier les endroits Jes plus sfus et essayer d'identifier les batiments ayant le niveau de risque le plus faible. Autrement
qui pourraient etre utilises comme abris de survie. Cette methodologie permet d'accroitre la connaissance sur la distribution spatiale de ces batirnents au sein de la ville de Padang. Grace
a
la connaissance sur la ville de. Padang et l'image de Google Earth Pro, la
distribution spatiale des abris construits est montree sur la carte suivante (Carte, 9). Carte d'abris construits
a Padang
Ugende
---
"""'..,..... _,,.__
Carte 9; carte de localisation des abris construits au sein de la ville de Padang. 3.2.4.2 Rechercher la zone de desserte des abris Etude de la desserte des Abris. Ensuite, on va construire les zones de desserte autour de ces abris. II s'agit de segmenter le territoire afin d'attribuer
a chaque
abri une
zone de desserte, c'est-a-dire la zone dans laquelle les habitants rejoindront cet abris en cas de tsunami. Explication du mode operatoire : 1. II faut d'abord creer le jeu de donnees reseau routier : on part pour cela de la nurnerisation des rues precedemment realisee.
40
2. Apres avoir ajoute le jeu de donnees reseau sur notre carte, lancez l'outil network analyste (extension d' ArcGIS qui perrnet de realiser des etudes sur Jes reseaux), En utilisant le menu deroulant « Nouvelle zone de desserte », on peut afficher la
fenetre network analyst.
-~·-~-
D.UW'~IWl"""""""-....c-.as~• DWQfll
fl!
.-.
*=j1,c.,,,..;:;-~3 :l.
~-·a\'?
(Mllf\f)-..1....e(..•~ ~OMi:.;;I
3 , ... 0,.. rt~
90::::~···~
,_.
,_.., ,e-
ti_, ·==-...
~-.-·~-~ o..., o~-
,.
'
-D-::-')--""··~·-ii-~
I
J
I •)
...._
Figure 34 ; jeu de donnees reseau selon la couche de rues 3. Ajouter la localisation des abris dans Network analyst. Clic droit sur ressources et puis clic « charger des localisations». CNroer d•i><'"
[J ..,.,., "1o p
Affdltr-iescouchoSdepcrtS
3
"'""'""'"-·-~
-
ere...,_,_.... Attr_L~
~"""'
Tolera'JCederechetthc~
~
fMetres
3
r Ut-leschampsdoloc-liir......
~---
Av«lei ...
Figure 35 ; Charger des localisations des abris
41
titM'~~~...,-o. ..... ~..-
0"'
* ,~,.,=,,.~-~::):l ~-·
m
i;i
D t(I -16"""-'-"""."'~
@<'J::::o•••!l'7•oA:."''
...... .._.
3
J • 41 .- .,!li0)3
,__
F............. "'0-. ...... _.,.,._.
o ....
o ......
Figure 36 ; Les abris s'integrent sur la carte 4. L'Est de la ville doit egalement accueillir des abris pour accueillir !es populations. Afin d'ajouter des points d'abris surs vers l'est de la zone, Jes abris seront proposes
a
I'intersection des routes avec la zone d'altitude 20 metres. Cela permettra
d' evacuer les personnes situees a l' ouest des abris vers des nouveaux abris naturels. 5. Placement de points d'abri natureljuste
a l'intersection
entre le reseau routier et le
point de hauteur 20m
·-·~=---~-~(·j
•
.,·-· ~_, ···-· ---· ·-· ,......._. ·-· ··-· .-·
,..--,-,r.~~--=.~==--~·~--~3~ 10 .... --.
a-
aa--
..
·O"""w--
·~ (J
o-..1•' 1111
a ...,..flt -o-..u-,.
(jili
c -o-
,......_,.,,
•
_J-'I
••
(
.~, ·-·.
··-· ~ · ·-· ·-~
......._,,
•
,.......__.~
I
• ••
·-· __ •,__u
'°"""_,.
----
....
o-
0-A·
.
~
,,....._I'!
.~ .. :It ,....._11>
-Iii-~
~
•
., ::i
•......_.1
_.,., ......,_,,.'11'.1:111 ..............
~·-·-
• ••
..-i;.. ::)
f-11
tl-~
a-.~
o•
J
(!.,
._,_,, ~ J··~
---· ~-···--... ...._.,
,,...._, ••!IQ&I
'-""-•• 0-11111
........_
..... :'liltt
r.....-u,o•0
f#...-
;:•,.ij
_J
. ,,,.
• •
•
•
.
•
\)
~f'3•tl~-~-;:.!.-..!.•
Figure 3 7 ; Jes abris construits et naturels
42
6. En estimant la distance parcourue moyenne que l'on pourrait atteindre
courant) dans un delai de 10 minutes apres le seisme
a environ
a pied
(en
1500 metres, on
peut determiner grace a Network Analyst le polygone d'evacuation auteur des abris (naturels et construits). r.t-~~
0 aHal a
e a;;;: -~ -lillr-
....
:iillidl'D~ ~tol'lt
ll:.;
t)•••
·-::::..
~
..
lif' " -
.. -
=1,.,=..,--
-·-·-----....,.....-=------=----~ . I
e --~:.~"~',....,,-...:..-· 31i1
t
-·.,_ ......... -•-•~ -~-· ·-·-·---... _ ..-·-. . '0-1.oMN
o ....
o-
'i'IO"~
"'Ill
•aao
__ ...
...
-0""'
-~-·-•...
Q&
..
_
-0-•
1
-a-.!SWI.~ •-.tt..._.C"l,
-a .... :u11_uo
.........
!___.E..:. ~- \- .-
0-- -
Figure 38; Les abris et leurs zones de desserte (a pied en 10 minutes)
7. Ensuite, Avec la meme technique, on va identifier le polygone devacuation en utilisant une moto/mobylette ou une voiture. On estirne la distance parcourue moyenne avec ces vehicules est environ 5km en 10 minutes a la vitesse moyenne de 30 km par heure. C'est une vitesse tres lente mais qui tient compte du mouvement de panique qui provoquerait des embouteillages sur la route d'evacuation.
...
~~~"--~~,..... ftl
,_ t'). .gt-= ' _._. ""- __
c
Ai: g
@
0 :: ::
e
4'>• r/A
lil~.,.-
"*' fiV~------:3
""'
oJ
"°' 0
1ti
!
QI
:,I! t- et o_tQ i;J)Milf~ Eib..-'"-·-'_.·..,' .._•
31if
::J• ..
o . . . ~~
....,..;_.-~~"'---'----=---"-~-~
...o.....
~-
•
. -_.,.._,_ .·---.•- ......,,.,.. ·-·-...,·-._ ·-·o-
(.
til
..·'~
li'ako ...
o.
·U-
a·-
·D·~-•
• .,-.r"\
..••
-0~·- .......
a-
a .. _~i
,
.a ·-""'"'-""'l•IJ ... 1.-_1w Q-..•!ii'.lfl_,..
Figure 39 ; La zone de desserte en vehicule. 43
Chfl/JiltY JV
RESULTAT ET DISCUSSION 1.
Vulnerabilite de bitiqents Le resultat de l'etude de la vulnerabilite des bitiments :l. Padang centre la menace
d'un tsunami est reprCsente par la Carte 10. Cette carte nous rnootre que la plupart de hatiments dans la ville ont un niveau de vulnhabilith furt (rouge clair), Ces bitllnents sonr
repws presquc dans toute la woe de Padang, Gtc«aJement ces b8tirnents qui oouvrent
75,17";1, de zone d'etude, sont des habitatiom de construction solide et en rez-de-chaussee, Ces sont les habitations Jes plus communes a Plldang. Une petite partie de ces batiments !es plus vulnerablcs sont les hopitaux ayant I ii 2 etages er les blitiments d'enseignement ayant La 2 etages. Certe carte nous montre aussi la distribution spatiale des bdtiments ayanl loo niveau de vuloerabilite ~
furt (rouge fonce),
de ces bfttimeots est
variee.
ns couvrent 10,61 % de la zone d'etude. La fonc:tion
Ces batiments sont des habitations qui soot de type de
construction leger et en rez-de-chaussee, d'b6pital
a I Ciage sur
le rez-de-chaussee, et des
bfil.lroents eru;eignemeots. Leur localisation se disperse &Ur toute la zone de Padang. Ensuite les Mtiments ayant le nivcau de vulnm.bilitc moyenne (rose) qui se
repru1issent sur 7,45% de la zone d'etude, Leurs distributioris spatiales se uouvent g6nCralcment juste A cote des grandes routes
ct
des routes moyennes, Ces bStirnents
possedent des fonctions economiques ct sociales oomme h01l:l, magasin, g31'83e, bureau de gouvemcmenl, lieu de culte, Tous de ces batimcots oe soar que Ies b4timents sur rez-dechaussee, On trouve egalement en !l.iveau moyen de vulDUabilire l'hOpital et Mtirnents enseignement ayant une hau(eur de plus de 2 etages, et Jes habitatioos ayant 1
a 2 etnges.
Pac ailleurs, la vulnerabilite faiblc (vcrt clair) correspond aux bitiments situes sur le centre ville, particulierement sur la partie sud de la ville. Une petite partie de ces biitiments se trouve le long de grande mute vers Bukittinggi (une ville touristique environ 90 km au nord de la ville de Padang) et le long de la route Padang By Pass qui relic l'aeroport neuf et le port de conuuerce, Leur distribution couvre 6,JSo/t
I a2 etage.s (hotel, commerce, bureau de govvemement, lieux de culte). Enfin, les batiments ayant la vulncrabilite ires fiu"ble (vert foncee), La distribution
spatiale de ces hatiments est tres faible (0,38%) par rupport aux autres biltiments dans La 44
CARTE DE VULNERABILITE DE BATIMENTS A PADANG
Legende Vulnerabilite -Trbsforte
C]Moy....,., -Faible
-TresFwla Reseaux routiers -P&tileRoute RGlrte Moyenno -
Grande
Route
0
0.$
I
Source : SPOTS (2007). Google Earth Pro {2008) Conceplion/Realisation ; Henky Mayaguezz. Juin 2008
Carte 10; Vulnerabilite de batiments
a Padang 45
zone d'etude), Leur localisation est presque la meme que celles des b4liments ayant une vulncn1bilite faible. Ces ~timents ont les fonctions suivantes : batimenu d'hotel, de commerce, de bureau de gouvemement et de lieu de culte avec une hauteur de plus de 2
er.ages saufle stade qui a un ctage. 2. Alea L'alea d'un tsunami qui menace la ville de Padang se voie par Jn carte de la page
suivante (Carte 11 ). Cette
cnrtc
qui est detennineepar la donnec MNT SR1M nous montre
que Jes zones au nurd et au centre de la ville sont des zones tres dangereuses, La plupart de la partie nord (entre la fleuve Rarang Anai
e1
Batang Air Dingin) se situe sur l'attitude
moins de 2 metres. De plus, Ies terrains clans cette zone se trouvent generalemenr sur Par ailleurs Jes points hauts (!'altitude plus de lOm) soil sur
!'altitude moins de 5 m~.
les collines simees a environ 4 km a I'est du rivage.
Au centre de Padang (entre le fleuve Batang Air Dingin et Batang Kuranji), ii existe
la zone ayant une altitulle de mo ins de Sm
a environ
5 km
a I' est. Cette zone
couvre le
pluparc de la partie centrale de la ville. Par centre 111 zone II. moins de 2m est tres limitee. Riie se trouve perticulierement I\ l'embouehure du fleuve Batang Air Dinghi el liur le
mnrais pres de I' embouchure Batang Air Dingin. Par ailleurs la plupart de la zone moins de 8m et moins de IOm se trouve
a I'est.
l..eurdistribution suit la topogcaphie de la ville qui
commence A monter, Dans cette partie, la zone est situee a environ 2km a I'cst.
a plus de t Om qui est plus proche du rivage
La partie sud de la ville (entre le fleuve Batang Kuraaji et Batang Arau) est une
zone moins dangereuse que la partie nord et centrale. La zone qui est divisee par le Banjir Kanal, possede une petite partie la zone ayant l'allitude moins de 2111 et moins de 5m. Leurs Jocalisation8 se trouvent autour de l'embouchure de Batang Kuranji et Batang Arau. On trouve aussi ces zones autour de l'embouehure de Banjir kanal.
Per ailleurs, la zone d'alea de In partie du. sud qui est dominee par l'altitude entre 5
a 8 metres est le centre J'~tivite social-eeonomtque
de la ville de Padang. Heureusemem
certe zone est limit6e par la colline au sud. De plus, ii existe la petite colline qui s'appelle
Gunung Pangilun (hauteur
:to.
50rn) qui se trouve
a environ
1,75 km Ju rivage. Ces zones
haates pourraient devenir des zones d' abris lors de la catastrophe d'un tsunami. Eru;uite 111 plupart de la zone a plus de 10 metres se trouve
a environ 3 km du rivage a l'est. La zone a
plus de lOm est plus proche du rivage au sud qu'au nord et au centre de la ville. 46
CARTE D'ALEA D'UN TSUNAMI DE LA ZONE DE PADANG
Alea lnonde u2m lnonde A5m lnoode a Sm lnonde a tom Zane plus de 10fn
zone pju' surs (>20m) Rer.eoo rolltlers
0
l ";
{
I
/
\,. Source' MNT SRTM ConcepfionrReaUsatkm H~nky Mayaguezz. Juln 2008
\
Carte 11 ;
Alea d'un
f
I
tsunami de la zone de Padang
47
3. Risque La carte suivente nous montre la distribution spatiale des btltlmentsscion le niveau du rtsque d·un tsunami
a Padang (Carte 12). Cette cam: e....t le fruit du croisement entre la
carte de vulnerabilite des bitiments et la Carte d'alea d'un tsunami. Elle oous explique que la plupart des batiments situes dans la zone cedere Dans la partie nord (entre le fleuve
oot
un risque fort.
ue Batang Anai et Batang Air Dingin), presque
tous les batiments onr un niveau de risque 1re.~ fort, fort
et
moyen. Ce phenomene est cause
rm: la localisation de res blitirnenls qui se trouvent sur !'altitude meias de 5m. II ne reste qu 'une petite partie des batiments qui onl le niveau de risq~ ires faible, particulierement CCllX
qui SC trouvenr a environ 3 km a l'est du rivage el sur !'altitude plus de !Om. Que! que
soit le ni veau de la vulnerabilite du Mti.ment, le risquc sera fort si Jes hiti ments sont ccnsnuits sur la zone d'alea fort. D'ainre part. le risq~ sera ires faible sur la zone d'alea nul, pourtant la vulnerabili!C du bati.ment est trei: forte.
La distribution spatiale des hatiments
a
risque est presque pareille sue la pertie
centrale de la ville (entre le fleuve Batang Air Dingin et Dalaog Knranji). Les batiments ayant le risque fort et moyen dorninent depuis le ri~ejusqu'a la route de Padang By Pass (± 5 km
a I'est),
alors que ceux ayant le risqne tr-Cs faible se dispcrseot a l'est, La plupart
de ces Mtiments oat la fonction d'habitation. On note docc que le risque suit la distribution
spatiale de l'alea. PtU conire I~ biltiments ayam un risque tres faible qui se nouvent proche du riVll{l.e soot ceux qui situes d une altitude de plus de 8rn et aussi ceux qui oat un niveau de vulnerabilite tres faible com.me le centre commercial de plus de 2 ellsges. Sur la partie sud de la ville (entre le Ocuve Batang Kuraaji et Batang Arau), la distribution spatiale des b!timents a risque est ires variee, Les batimeots qui ont le risque faible et tres faible se dispenient presque dans toute la zone, voire procbe du rivagc. Certain d'eatre eux sont de grands b!timcnb qui ont la fouetiond 'hotel, de commerce,de bureau de gouvernernent, de stade et de lieu de culte, Les autres biltimentsayant le risque tres faible se trouvcnt surement
a
I'est et •ur I' altitude de plus de !Om. Par ailleurs la
distribution spatiale des bdtiments qui onl un risque tres fort, un risque fort ou un risque rnoyen se trouve environ 3 kin du rivage, Generalement. ces batimeets ont la fonction d' habitation. d 'hopital ou d' enseignemerrt,
48
CARTE DE R/SQUE D'UN TSUNAMI A PADANG
Risque -Tr&sF(.)fl
-Fort Moy en
-Faible
-Trio&Faiblo --
R~u IOU1l0f6
••
Source : T SRTM. Googl Earth Pro (2008}. SPOTS (2007) Concep n/Realisatlon Henky Mayagu.ezz. Julr1 2008
Carte 12 · Risque d'un tsunami
a Padang 49
4. Evacuation
II existe deux type d 'evacuation qui pouerait cue appliques lors d'une catastruphe de type tsunami a Padang : en courant et en vehicule. Ces types etaient utilise tors du cataclysme de tsmami a Aceh en 2004, meme ii n 'y avait pas de programme de
sensibilisanoa avant cette tragedie. Dans le processus d'evaeuation, les zones d'abris qui sont cherchees Iorsqu'une catastrophe comme un tsunami touche le littoral ne sont pas seulement les liewc de montagnc. On peut aussi utiliser Jes grands bal.iments qui sont preVl.&S comme assez resistant
OOJ1(re Ul1
seisme
OU
un
tswwnj,
Les grands batiment;s comme Ja mosquee, Ies
h6tels et les magasins ayant bcaucoup d'etages, ont sauve beaucoup de monde pendant le tsunami.
a Aceh
A Padang, on a identifie certains biltiments et zones de plus de 20m qui po\JJTBient etre utilises lors de la catastrophe. Ces bil.timents se trouvent generalement sur Ia partie sud
de la ville (Cam; 13). Ils sonr oonsidCri.s comme le.s abris constnnts car leurs constructions sent
cres solidcs et leurs hauteurs sent de plus de deux elages. Ils ont la fonction d'hotcl,
de
grande mosquee, de batiment du gouvcrnement, de batiment commercial, etc. C'est aimi que l'on trouve beaucoup d'abris de survie dans cene partie sud. Grace I\ l'existence des abris construits et des points hauts, on peut afftnner que presque tous Jes terrains sur la pactie sud de fa ville sont couverts par le processus d'~acuation,
cv~tuellement en
courant. Les habitants autour des abris peuvent en effet Jes atteindre dans Ies IO minutes apres un seisme. Ce mode d'evacuation est deja applique au Japo.o. le pays qui a de nomhreux seisines et tsunamis. II s' avere tres utile et efficaee pour Jes populations qui n'auraient pas assez de temps pour s'eehapper vers Jes lieux de montagnc, Ce type de protection peut ftre
d'autant plus envisage que les toits sunt souvent vie a part entiere.
amenages et utilises en lant qu'espaee
de
Par contre, ii n'existe pas de grand batiment sur la partie nord de la ville. Les endroits qui pourraient devenir des abris de survie ne sont que lcs points hauts qui sont situes a I'est. Dans eette zone, presque toutes les habitations ne sont pas couvertes, si on fait !'evacuation en oounmt Sur la panie centrale, certaines habitations au bord de la mer se couvrenl par la zone de desserte des abris coestmits, Mais, sur milieu de cette panie, ii n'existe pas ni b'TIIJld batiment, ni abris naturels. 50
CARTE D'ABR/S ET D'EVACUA TION EN COUl?ANT
A PADANG
W+E N
s
Legeode •
D
Abrfs
de sru ves
zone de dessene (± 15 min) zooe plus sUrs (>20m}
-- R&seau routers 801.imenl a rl$que
-Forl
-Tr4sFort
-Moyeo -Faibla
•T•esFall>le
...
Con1~IT,., •. "°""' '"""" '"""'· seers '"""
Souroe :
rv'Realisatlon Henky Mayaguezz.Juln 2008
Carte 13; Abris et evacuation en courant a Padang
51
Pour resoudre ce problerne, I'evacuatien en vehicule est une solution. Bien que l'expedence
vecue
a Banda Aceh lors du tsunami de
2004 a montre que !'utilisation de
vehicules motorises n'etail pas forcement la solution la plus rapide et La plus efficaee pour s'echapper
a
cause des embouteillages qui ont survenus, ce type d'evacuation reste
toujours utile dans le processus d'evacuation, Elle poun-ait amener uoe famiHe vers les lieux de montagne plus vite. A Padang, Cette formc d'cvacuation permet de eouvrir presque toute la ville (Carte 14). Elle correspond
a la zone
de desserte jusqu'a 5 km en l 0 minutes. Chaque abri nature!
couvre une zone de desserte en utilismt les rC.~ux routiers aUlour d'eux. Les populations qlil habitent sur le rivage devmient etteindrc Jes abru narurels dans leur zone le plus vite possible. De plus, 11 faut Cvaluer le temps necessaire pour arriver Ii. WlC zone s6curiscie en utilisant res route' les plus proches. Cependant ce mode d'evacuation bien qu'il couvre presque toute la ville, laisse unc petite l)Ql'lie qui n'est pas couverte, particulierement sur la partic nord et centrale, C'est une
zone au bonl de la mer qui se eouve O'es loin des abris naturels, Heureusement sur la partie centrale, eene zone est convene par les abris oonstruits comme lo b!timeut commercial, le bureau de gouvernement et le grand batiment d'enseignemem qu:i so trouve autour d'clle. La mis en lumiere de ces routes d'evacuation prioritaire 4ui est utilisee, soit en courant, soit en v~hicule, peut done s'averer tres utile pow- menre
a l'ahri
Jes habitants en
dehors de la ville. Done, il f'aut to,tioun; sensibiliser Jes babiumts en faisem des cxercices d'evacuation periodiquernent afin d'augmenter et mainteair leur aiveau de connaissance face il la menace d'un tsunami.
52
CARTE D~VACUA TION VERS LES ABRIS NA TURELS EN VEHICULE A PADANG
W+E N
s
Leg en de •
Abris naturals
CJ zone de desserte (± 10 min) D
Zone plus sOre (>20m) Reseau routiers
0 I
05 t
1
1 I
K~
I
2 I
J
Source :SPOT 5 (2007). Google Earth Pro (2008), MNT SRTM ConoepllonlReafis.ation: Honl(y MayogueZll. Juin 2008
Carte 14 ; Evacuation vers Jes abris naturels en vehicule a Padang
53
CONCLUSION
Ptincipalement pour des raisons eeonomiques, Jes zones littorales ont subi une augmentation importaate de leur usage au cours de ees demieres decennies. Elles sont
envahics par I 'installation massive des populations proches des rivages. Certaines de ces zones 'le trouvent done hautement menscees par des risques naturels qui se transforment de plus en plus souvent en catastrophe de grande runpleur du fait de La furte vulaerabilite de ces zones littorales.
La ville de Padang du fait de sa position geographique et geologique est l'une des villes Jes plus menacees par une catastrophe naturelle de type tsunami. Cette menace se voie clairement par la carte de risque qui est lo &uit du croi.sement eene la carte de
vulntrabilite de b~imenlli et la carte d' aJCa. Scion la catte de vulnerc1bilitt de MlizncnLS, la plupa.rtde Mtiments dans la ville onr le niveau de wlncrabilit.e fort Ils reprCsc:nteot des habitatio11S communes ayant une construction solide en rez-de-chaussee, Ces bitimc:nts soot i:tpartis dans toute la zone de Padang. Par wlleurs, les ba.timents ayant le nivcau de \'Ulnerabilit.6 faible et tres faible se repanisscnt sur le centre ville, particulierernent sur la partie sud de la ville. On trouve eussi
ces hatimems le long de gronde route i Padang. Nounaleruent, ces sont les grands bariments qui possedem des fonctions suivantes : bitiments d 'Mtel, de commerce, de
bureau de gouvemement, de lieu de culte. II existe des zones tres dengereuses selon la carte d'alea d'un tsunami ll Padang. Ce sont [es zones &itues sue 111 partic nord ct centre de la ville: qui se trouve sur l'altirnde molns de 5 metres, de plus, ii ya beaucoup d'habitu:ions sur cene partic. Pat ailleurs, la partie sud de la ville est une zone mains dangereusc car la plupart de cette zone se trouve sue !'altitude plus de 5 metres. Cettc zone est d'aillcurs limitee par la colline au sud, et on
trouve aossi une petite colline qui pcurralt devenir des zones d'abris lors de la catastrophe d'un tsunami.
Scion la carte de risque d'un tsunami
;I.
Padang, presque tous les bmim.ents situes
sur la partie aord de la ville sont concernes par un risque Tres fort, fort et moyen, Dans cette partie, le risque est plus grand que celui sur la panic centrale. Cet etat de fait est cause par le fait que l 'aJti tude de la terre d.ans la partie oord est plus basse que dans La partie centrale. Par ailleurs sur la partic sud de la ville, la distribution spatiale des b8.timenh & 54
risquc est tres variee, On trouve beaucoup de batiments ayant un risque faible et tres faible,
voire proche du rivage. Ce sont Jes grands btltime:ots ayant les fonctions ecooomiques et sociales.
Puisque le risque est
avere ii Padang,
l'evacuarion est un aspect important afin de
sauver des habitants lors de la catastrophe d'un tsunami. On peut le faire en courant ou
bien en vehicule vers Ies abris construits et narurels. Eo COOBiderant un !apt de temps de IO mn, I'evacuation en couraat eouvrirait presque toute la zooe au sud de la vi I le. Les habitations pourraient utili!lel', soil les abris construis, soit Jes abris naturels. Mai~cette
forme d'evacuation ne C-OIM\! qu 'uae petite partie m oord et au centre de !a ville. Par ailleurs, en util.isant Jes reseaux routiers, I' evacuation en vehieule est une solution qui powrait oouvrir toute la ville. Mais cc type d'6"acuaiiou ne mareberait pas
bien a cause des embout.eillages qui pourraicnt survenir, Cependant il reste une petite partie au bord de la mer qui n'est pas couverte.
Bnfin, pour reduire le risque d'un tsunami, le seu! moyen serait de limiter !'expansion des habitations dans la zone littorale, particulie~men1 sur les zones d'altitude
infCrieure
a s metres. De plus, II serait tees important d'augmcnter Jes reseaux mutiers qui
relient res riveges ct I~ lieux de montagnes et egalemcnt d'ameliotw la qualite de ceux-ci
afin de faciliter le proeessus d'evacuation, II semble done importanl de mettrc en place une pulitique du risque basee i la fois sur l'iuslliW'lllion de systemes de prevention et d'evacuation en accentuant notamment Jes programmes de sensibilisation et les exereices d'e~11euation periodiques,
55
BlBLIOGRAPHIE Bapedald&Padang, 2005, « Peta Laban Kritis di Kora. Padang », Laporan Kegiatan 2005.
Padang.
Bapedalda Padang, 2005, «Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Padang 2005 1>, Laporan Kegiatan 2005. Padang. Borrero JC~ Sien K., Chlieh M., Synolalcis CE., 2006, "Tsunami inondation modeling for wesiem Sumstra", Pnas vol. IU3 no. 52 19673-19677 December 26, 2006 http:l/\.\ww.pn~.orglconlent/JOJ/52119673.full (demier acces : 01/08/08) Borrero J.C. 2005, "Field Survey northern Sumaaa and Banda Aceb, Indonesiaand after Tsunami and F.anhqwe of 2f, december 2004", Premilin.!'ry report prepared for Earthquake Engineering Research lnstitude, Februazy 9, 27 p. BBCindonesia.com, 2007, « Gempa kuat gu:ncang swnbar », bttp;//www.bhc.eo.uk/jndonesian/news/story/2007/0J/070306indonauake.shtml, (dernier acces : 04/06/08)
13PS-Sappedti Padang. 2005, « Padan& dalam Angka », !Charisma Offset. Padang CF.A, 2007, « Seisme
tsunam] de Sumatra !2 septernbre 2007 » http//www. (la~.CCll,,jJ/actu/dossiers scicotifiQutsJ20Q7.Q9=!2!tndgX.html (detnier acees : 01/08/08) et
Chardon AC., et Thouret JC., 1994. « Cartographic de la vulnerabilite d'une population citadine Iace 111,1," risques naturels : le cas de Manizales », Mappe Monde 4/1994. http://www.mgmJp'PUB.'Moppcmonde1M494/MANIZALP.S.odf Dernier acces : 01/08/0R. Crocq L., 1994, «La psycoiogie des catastrophe et Jes blesses psychiques Medicine de catastrophe, Paris, Milan. Bercclone, Massoa.
»,
ID Noto.,
Dauphine, A. 2003. Risques et catastrophes (Observer, spatiaiiscr comprendre, gerer), Annand Colin. Paris Delbecq U., 2004, « L'educatioo, premiere piste de solution», La libre Belgique, 29 decembre 2004, 6. Diposaptono S., Budiman, 2006, « Tsunami » Penerbit BuJru Ilmiah Populer, Begor. D'Ercole R. et Pigeon, 1996, vuln~rabilite aux risque natorets en milieu urbain : eftct, facreun; et reponse sociales - Cahicr des Sciences Humain, 96 (2), pp. 407422 . Gleyze, JF. 200 I , « Les dommages ind uits p11r les coupures du reseau routier », Elements
de recberche pour l'evacuation de la fiabilite d'un reseau rontier, Geographic des risques des transports. Actes du colloque de Besancon, Octnhre 2001. 17 p.
56
Kastowo, Gerhard W. Leo, dkk. 1996. Peta Geologi Lembar Padang, Sumatera Swat, Pusat Penelitian dan Pengembangaa Geologi, BanJuug
Lavigne F., et Paris R. (dir.], 2006, Rapport scieruifique du programme Tsunarisque (20052006) sur le tsunami du 26 decembre 2004 en lndooesie, Delegation Iatermmisterielle pour I' aide Post-Tsunami (DIPT), Ambassade de France en lndonesie, Paris, CNRS, 356p. Leone F., Vinet I:'., Denain JC. Et Bachri S., 2007. « Develnppement d'une methodologie d'anaiyse :spatiale des destructions consecunves au tsunami du 26 decembre 2004 (Banda /\ceh. Indonesie). Premier rtswtars pour l'elaboration de futucs scenarios ck risqee »,
Geocarrefour Vol. 82 l-212007 77-90 p. LIPl-UNESCO/ISDR. 2006, Kajian Kesi~iag&811 Masyarakat dalam MengantisiPQS.i
Benc1111a Gempa Bumi dan Tsunami, Jakarta.
Mancebo F; 2006, ~Katrina et Nouvell~Orleans : entre risque "naturel'' et amenagement par l'absurde" Cybergeo, n°353, 12'1012006: http://www.cybergeo.eu/index90.html
(demier acces : 01/08/08)
Nata\\ijaya, DH. 2002. Neotretonics of the Swmuran Fault A!ld Paleogeodesy of the Sumatran Subduction Zone. Thesis. California Institut Of Technology. Pasadena.
California,
Ozer P., de Longueville F., 2005. «Tsunami en Asiedu Sud-Est: Retour sur la gestion d'un cataclysme natun:l apucaliptique », cybergeo, No. 321, 14 Oetobre 2005 : http:f/www.~ybergeo.presse.fr 14!1012005 Reghez:za M ~ 2006, «La vulnerabilite: un concept problematiquc », in Leone f., et Vinet F ., 2007, La vulnCrabilite des societes et des territoires lace aux menaces naturelles, Analyses geographique, Georisque no. I, PM3, Montpellier. Starr C., 1969, Social Benefit versus Technological Risk _Science, n" 165, pp. 1232 -
1238;
Tsunarisque - Tsunami Indonesie, 2007. (
57
RIWAYATPENULIS
Henky Mayaguezz dilahirkan pada tanggaJ 15 Mei 1975 di sebuah kota kecil nan elok bemama Bukittinggi. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di kota yang terkenal dengan potensi wisatanya ini, pada tahun 1994 penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur PMDK Setelah menamatkan pendidikan di IPB tahun 1999, penulis sempat bekerja di berbagai instansi swasta sebelum menambatkan arah karir meJalui jalur Pegawai Negeri Sipil {PNS) di Kota Padang pada tahun 2002. Penulis bekerja pada badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kota Padang sampai datangnya kesempatan mengikuti pendidikan Pascasarjana melalui jalur seleksi Pusbindiklatren Bappenas. Dan atas izin dari ALLAH SWT, penulis berhasil mendapatkan beasiswa Double Degre antara Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang dan Universite de La Rocelle {ULR) Perancis. AJhamdulillah, pendidikan di dua perguruan tinggi yang berada di dua negara dan benua yang berbeda ini dapat penulis selesaikan pada akhir tahun 2008. Penulis menikah dengan seorang wanita yang cantik bemama Himmah Hidayati pada tanggaJ 23 Maret 2004. Dari pemikahan ini, kami dikaruniai dua orang putri kembar yang sangat cantik bernama Annisa Cahyani Mayaguezz (Cahya) dan Annisa Rahrnayani Mayaguezz (Rahma). Mereka bertigalah yang selalu menjadi sumber inspirasi penulis untuk segera menyelesaikan seluruh rangkaian pendidikan, baik di Indonesia maupun di Perancis.
Jayalah Indonesiaku .... !