BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG
Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat risiko bencana tsunami di Kota Padang berdasarkan atas faktor-faktor yang mempengaruhi risiko bencana tsunami. Faktor-faktor ini akan digunakan dalam analisis dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG), sehingga diperlukan indikator-indikator yang dapat diterapkan dalam analisa SIG ini. Indikator indikator ini diperoleh dari kajian mengenai faktor-faktor risiko bencana tsunami tersebut. 4.1 Analisis Faktor-faktor Bencana Cara yang digunakan dalam untuk menganalisa setiap faktor risiko bencana adalah: 1. Peta peta dasar dari indikator risiko bencana dikonversikan dari sharpfile menjadi peta dalam bentuk raster, dengan Fitur Arctoolbox – Conversion Tools – Features to Raster. 2. Cara yang dilakukan pada nomor 1 diatas dilakukan pada setiap indikator risiko bencana tsunami tersebut. 3. Peta raster hasil langkah no.1 kemudian dilakukan pengklasifikasian kembali dengan menggunakan fitur: Arctoolboxs - Spatial Analyst tools – Reclassify – Nature breaks. 4. Penentuan tingkat risiko untuk setiap komponen sub faktor faktor bencana dilakukan melalui fitur Spatial Analyst Tools – Overlay – Weighted sum terhadap indikator indikator faktor risiko bencana, sehingga menghasilkan output peta tingkat risiko bencana untuk setiap sub faktor risiko bencana. Penggunaan bobot terhadap setiap indikator bencana ada pada tahap ini, dimana diberikan saat Fitur Weighted sum digunakan untuk mendapatkan peta tingkat risiko sub faktor bencana.
62
5. Langkah nomor 4 diulangi kembali untuk setiap komponen sub faktor bencana, sehingga menghasilkan output peta tingkat risiko bencana untuk setiap faktor bencana. Secara umum langkah langkah untuk menentukan tingkat risiko untuk setiap faktor faktor bencana dapat terlihat seperti gambar berikut:
Sumber : Hasil analisis 2007
Gambar. 4.1 Tahapan proses analisis setiap indikator bencana 4.2 Analisis tingkat risiko bencana Setelah tingkat risiko bencana untuk setiap faktor bencana alam tsunami didapatkan, maka dilakukan analisis untuk menentukan tingkat risiko bencana tsunami untuk setiap wilayah di Kota Padang. Cara yang digunakan dalam untuk menghitung nilai setiap faktor risiko bencana adalah: 1. Peta raster tingkat risiko untuk faktor faktor bencana yang didapat dari hasil langkah pada sub bab sebelumnya, digunakan kembali, dan dilakukan pembobotan kembali pada Spatial Analyst Tools sesuai dengan bobot yang telah ditetapkan. 2. Penentuan tingkat risiko bencana untuk setiap wilayah di Kota Padang ini merupakan interaksi antara komponen komponen bahaya (hazard), kerentanan (vulnerability), dan kapasitas/ ketahanan. 3. Penentuan tingkat risiko bencana dilakukan melalui fitur Spatial Analyst Tools – Overlay – Weighted sum terhadap faktor faktor risiko bencana,
63
sehingga menghasilkan output peta tingkat risiko bencana untuk setiap wilayah di Kota Padang. 4.3 Analisis Bahaya 4.3.1 Run Up Tsunami Sebagai faktor utama dari kajian risiko, maka hazard diidentifikasi dengan tinggi tsunami dan jarak rendaman tsunami ke darat. Sebagai sumber perhitungan tsunami digunakan hasil riset dengan pemodelan tsunami yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kelautan (PPK) ITB. Pemodelan ini dilakukan berdasarkan kejadian gempa 1797 dan 1833, dengan beberapa skenario posisi dan kedalaman sumber gempa. Dalam studi ini digunakan simulasi gempa 1833. Dari simulasi ini didapatkan tinggi tsunami di pantai Kota Padang dan sekitarnya, seperti yang terlihat pada gambar 4.2 dan tabel 4.2.
Gambar. 4.2 Peta ketinggian tsunami di pantai Kota Padang
64
4.3.2 Jarak Genangan Tsunami Untuk memperkiraan rendaman tsunami ke darat dilakukan dengan menggunakan rumusan yang disusun oleh Natural Environment Research Council, Conventry University, London. Rumusannya adalah:
dimana: Xmax = Jarak rendaman maksimum Ho
= Tinggi tsunami di pantai
n
= koefisien kekasaran permukaan
Tabel.
4.1.
Koefisien Kekasaran Penggunaan Lahan
Permukaan
Untuk
beberapa
Sumber : Natural Environment Research Council, Conventry University, London. 2000.
Pada studi ini digunakan asumsi bahwa koefisien yang dipakai adalah koefisien dataran terbuka. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Natural
Environment
Research
Council,
Conventry
University
gelombang pertama dari beberapa gelombang yang sampai ke darat telah mengurangi hambatan kekasaran permukaan secara efektif, sehingga gelombang berikutnya tidak mengalamai hambatan berarti. Selain itu dengan asumsi ini, maka didapatkan kondisi terburuk yang mungkin terjadi terhadap Kota Padang. Berdasarkan pemodelan yang dilakukan Pusat Penelitian Kelautan (PPK) ITB, terdapat 28 titik ketinggian tsunami di sepanjang pantai Kota Padang dan sekitarnya. Sesuai dengan wilayah studi, maka hanya
65
14 titik yang dipakai dalam perhitungan rendaman tsunami, yaitu dari Kecamatan Koto Tangah di utara sampai Kecamatan Padang Selatan. Dari rumusan ini didapatkan jarak maksimum rendaman tsunami untuk wilayah studi adalah 2.316 meter dengan tsunami di pantai setinggi 5,06 meter. Jarak terjauh ini terjadi di Kelurahan Ulak Karang Utara, Ulak Karang Selatan serta Lolong Belanti. Sedangkan jarak rata rata tsunami ke darat sekitar 1.995 meter. Tabel. 4.2. Ketinggian Tsunami di Pantai dan jarak rendaman ke darat di Kota Padang
Sumber : Hasil analisis 2007
66
Sumber : Hasil analisis 2007
Gambar. 4.3. Peta Daerah Rendaman tsunami di wilayah Kota Padang 4.3.3 Tingkat Bahaya Peta hasil analisis dengan menggunakan Spatial Analyst Tools hanya menunjukkan wilayah Kota Padang berdasarkan tingkat risikonya, tetapi tidak bisa menjelaskan secara details atribut yang ada pada wilayah tersebut, karena peta ini masih dalam bentuk raster. Untuk mengetahui secara details atribut yang ada pada wilayah tersebut, maka peta hasil analisis ini di overlay dengan peta administrasi Kota Padang. Gambar 4.5 menunjukkan tingkat bahaya tsunami di wilayah Kota Padang:
67
Sumber : Hasil analisis 2007
Gambar. 4.4 Tahapan proses analisis setiap sub faktor bencana
Sumber : Hasil analisis 2007
Gambar. 4.5. Peta tingkat bahaya tsunami di wilayah Kota Padang Pada gambar 4.5. ditunjukkan bahwa wilayah Kota Padang bahagian sebelah Barat (arah pantai) umumnya memiliki tingkat bahaya yang tinggi untuk sub faktor genangan air. Ini disebabkan karena, daerah daerah di bagian Barat Kota Padang ini umumnya merupakan daerah
68
datar yang mempunyai elevasi yang rendah (umumnya < 2 m di atas permukaan laut). Selain mempunyai elevasi yang rendah, wilayah ini umumnya juga berjarak sangat dekat dengan pantai Padang, selain juga dilewati oleh beberapa sungai besar di Kota Padang. Dalam melihat daerah yang mempunyai tingkat bahaya yang tinggi terhadap tsunami yang digunakan adalah batas administrasi daerah, karena ketersediaan data yang tersedia. Dari Peta tingkat bahaya tsunami Kota Padang dapat diketahui, bahwa ada 14 (empat belas) kelurahan yang mempunyai tingkat bahaya yang tinggi terhadap tsunami. Desa yang mempunyai tingkat risiko tinggi tersebut terletak pada 4 (empat) kecamatan dan umumnya justru terletak di bahagian pusat Kota Padang Gambar 4.6 di bawah ini menunjukkan daerah yang mempunyai tingkat bahaya tinggi terhadap tsunami:
Sumber : Hasil analisis 2007
Gambar.4.6. Peta bahaya tinggi tsunami di wilayah Kota Padang
69
Apabila dilihat dari luas dari wilayah yang mempunyai tingkat bahaya tinggi terhadap tsunami (daerah genangan) ini mencapai 51.82 km2 (sekitar 8% dari seluruh wilayah di Kota Padang). Kelurahan yang mempunyai luas daerah genangan paling kecil adalah kelurahan Belakang Pondok (di kecamatan Padang Selatan), sedangkan daerah genangan paling luas ada di kelurahan Batipuh Panjang (di kecamatan Koto Tangah). Sedangkan apabila dilihat dari populasi penduduk yang tinggal pada kawasan yang mempunyai tingkat bahaya tinggi terhadap tsunami tersebut mencapai 145405 jiwa, yaitu mencapai hampir dari 18% populasi penduduk di Kota Padang. Dari tabel juga terlihat bahwa, kelurahan Parupuk Tabing (di kecamatan Koto Tangah) merupakan kelurahan yang mempunyai tingkat bahaya tinggi dan mempunyai penduduk paling banyak, sedangkan kelurahan yang mempunyai risiko bahaya tinggi, tapi mempunyai populasi penduduk yang paling sedikit adalah kelurahan Belakang Pondok yang terletak di kecamatan Padang Barat. Untuk jelasnya kelurahan kelurahan yang mempunyai bahaya tinggi terhadap tsunami di Kota Padang ditunjukkan pada tabel 4.3 berikut ini:
70
Tabel. 4.3. Kelurahan yang mempunyai tingkat bahaya tinggi terhadap Tsunami di Kota Padang
Sumber : Hasil analisis 2007
4.4 Analisis kerentanan 4.5.1
Kerentanan fisik Komponen sub faktor kerentanan fisik ini terdiri dari indikator indikator sebagai berikut: − Persentase kawasan terbangun − Persentase bangunan semi permanen. Penentuan tingkat kerentanan fisik dilakukan dengan menggunakan peta raster indikator indikator dari sub faktor kerentanan fisik bencana tersebut. Peta ini kemudian digunakan pada fitur Weight sum yang merupakan sub fitur dari overlay yang terdapat pada toolbox Spatial data Analisis. Setelah proses analisis data spatial ini dilakukan maka akan dihasilkan peta tingkat kerentanan fisik bencana tsunami. Gambar 4.7 berikut ini menunjukkan tingkat kerentanan fisik yang tinggi terhadap bencana tsunami di wilayah Kota Padang:
71
Sumber : Hasil analisis 2007
Gambar. 4.7. Peta tingkat kerentanan fisik yang tinggi terhadap bencana tsunami di wilayah Kota Padang Dari peta tingkat kerentanan fisik terhadap tsunami wilyah Kota Padang diatas dapat diketahui, bahwa ada 6 (enam) kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan fisik yang tinggi terhadap tsunami. Kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan fisik yang tinggi tersebut terletak pada 4 (empat) kecamatan dan umumnya justru terletak di bahagian pusat Kota Padang. Apabila dilihat dari luas dari wilayah yang mempunyai tingkat kerentanan fisik yang tinggi terhadap tsunami ini mencapai 16.68 km2 (sekitar 2.5% dari seluruh wilayah di Kota Padang). Kelurahan terkecil yang mempunyai kerentanan fisik yang tinggi adalah kelurahan Mata Air (di kecamatan Padang Selatan), sedangkan kelurahan paling luas
72
yang mempunyai kerentanan fisik paling tinggi ada di kelurahan Parupuk Tabing (di kecamatan Koto Tangah). Sedangkan apabila dilihat dari populasi penduduk yang tinggal pada kawasan yang mempunyai tingkat kerentanan fisik tinggi terhadap tsunami tersebut mencapai 70665 jiwa, yaitu mencapai sekitar 8% populasi penduduk di Kota Padang. Dari tabel juga terlihat bahwa, kelurahan Parupuk Tabing (di kecamatan Koto Tangah) merupakan kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan fisik yang tinggi dan mempunyai
penduduk paling banyak, sedangkan kelurahan yang
mempunyai kerentanan fisik yang tinggi, tapi mempunyai populasi penduduk yang paling sedikit adalah kelurahan Kampung Jawa yang terletak di kecamatan Padang Barat. Untuk jelasnya kelurahan kelurahan yang mempunyai kerentanan fisik yang tinggi terhadap tsunami di Kota Padang ditunjukkan pada tabel 4.4 di bawah ini: Tabel. 4.4. Kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan fisik yang tinggi terhadap Tsunami di Kota Padang
Sumber : Hasil analisis 2007
4.5.2 Kerentanan Sosial Kependudukan Komponen sub faktor kerentanan sosisal kependudukan ini terdiri dari indikator-indikator sebagai berikut: − Kepadatan penduduk
73
− Persentase penduduk usia tua dan balita − Persentase penduduk wanita Penentuan tingkat kerentanan sosial kependudukan dilakukan dengan menggunakan peta raster indikator indikator dari sub faktor kerentanan sosial kependudukan tersebut. Peta ini kemudian digunakan pada fitur Weight sum yang merupakan sub fitur dari overlay yang terdapat pada toolbox Spatial data Analisis. Setelah proses Spatial Data Analisis ini dilakukan, maka akan dihasilkan peta tingkat kerentanan sosial kependudukan terhadap bencana tsunami. Gambar 4.8 berikut ini menunjukkan tingkat kerentanan sosial kependudukan yang tinggi terhadap bencana tsunami di wilayah Kota Padang. Dari peta tingkat kerentanan sosial kependudukan terhadap tsunami di Kota Padang diatas, dapat diketahui, bahwa ada 7 (tujuh) kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan sosial kependudukan yang tinggi terhadap tsunami. Kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan sosial tinggi tersebut terletak pada 3 (tiga) kecamatan. Apabila dilihat dari luas dari wilayah yang mempunyai tingkat kerentanan sosial yang tinggi terhadap tsunami ini mencapai 18.34 km2 ( sekitar 2.6% dari seluruh wilayah di Kota Padang). Kelurahan terkecil yang mempunyai kerentanan sosial kependudukan yang tinggi adalah kelurahan Ujung Gurun (di kecamatan Padang Barat), sedangkan kelurahan
paling
kependudukan
luas
yang
mempunyai
kerentanan
sosial
paling tinggi ada di kelurahan Air Tawar Barat
(di kecamatan Padang Utara).
74
Sumber : Hasil analisis 2007
Gambar. 4.8. Peta tingkat kerentanan sosial yang tinggi terhadap Tsunami di wilayah Kota Padang Sedangkan apabila dilihat dari populasi penduduk yang tinggal pada kawasan yang mempunyai tingkat kerentanan fisik tinggi terhadap tsunami tersebut mencapai 76654 jiwa, yaitu mencapai sekitar 9.5% populasi penduduk di Kota Padang. Dari tabel juga terlihat bahwa, kelurahan Air Tawar Barat (di kecamatan Padang Utara) merupakan kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan sosial kependudukan yang tinggi
dan mempunyai
penduduk paling banyak, sedangkan
kelurahan yang mempunyai kerentanan soisal kependudukan yang tinggi, tapi mempunyai populasi penduduk yang paling sedikit adalah kelurahan Ujung Gurun yang terletak di kecamatan Padang Barat.
75
Untuk jelasnya kelurahan-kelurahan yang mempunyai kerentanan sosial kependudukan yang tinggi terhadap tsunami di Kota Padang ditunjukkan pada tabel 4.5 di bawah ini: Tabel. 4.5. Kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan sosial yang tinggi terhadap Tsunami di Kota Padang
Sumber : Hasil analisis 2007
4.5.3 Kerentanan ekonomi Komponen sub faktor kerentanan sosisal kependudukan ini terdiri dari indikator indikator sebagai berikut: − Persentase rumah tangga bekerja pada sektor rentan − Persentase rumah tangga miskin Penentuan tingkat kerentanan ekonomi dilakukan dengan menggunakan peta raster indikator-indikator dari sub faktor kerentanan sosial kependudukan tersebut. Peta ini kemudian digunakan pada fitur Weight sum yang merupakan sub fitur dari overlay yang terdapat pada toolbox Spatial data Analisis. Setelah proses Spatial Data Analisis ini dilakukan maka akan dihasilkan peta tingkat kerentanan sosial kependudukan terhadap bencana tsunami. Gambar 4.9 di bawah ini menunjukkan tingkat kerentanan ekonomi terhadap bencana tsunami di wilayah Kota Padang:
76
Sumber : Hasil analisis 2007
Gambar. 4.9. Peta tingkat kerentanan ekonomi yang tinggi terhadap Tsunami di wilayah Kota Padang Dari Peta tingkat kerentanan ekonomi terhadap tsunami Kota Padang dapat diketahui, bahwa ada 8 (delapan) kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan ekonomi yang tinggi terhadap tsunami. Kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan ekonomi tinggi tersebut terletak pada 4 (empat) kecamatan di Kota Padang. Apabila dilihat dari luas dari wilayah yang mempunyai tingkat kerentanan ekonomi yang tinggi terhadap tsunami ini sekitar 29.93 km2 (sekitar 4.3% dari seluruh wilayah di Kota Padang). Kelurahan terkecil yang mempunyai kerentanan ekonomi yang tinggi adalah kelurahan Seberang Palinggam (di kecamatan Padang Selatan), sedangkan kelurahan paling luas yang mempunyai kerentanan ekonomi
77
yang tinggi adalah
kelurahan Pasir Nan Tigo (di kecamatan Koto
Tangah). Sedangkan apabila dilihat dari populasi penduduk yang tinggal pada kawasan yang mempunyai tingkat kerentanan ekonomi yang tinggi terhadap tsunami tersebut adalah 82887 jiwa, yaitu sekitar 10.5% populasi penduduk di Kota Padang. Dari tabel juga terlihat bahwa, kelurahan Parupuk Tabing (di kecamatan Koto Tangah) merupakan kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan ekonomi yang tinggi dan mempunyai penduduk paling banyak sekaligus terpadat, sedangkan kelurahan yang mempunyai kerentanan ekonomi yang tinggi, tapi mempunyai populasi penduduk yang paling sedikit adalah kelurahan Seberang Palinggam yang terletak di kecamatan Padang Selatan. Untuk jelasnya kelurahan kelurahan yang mempunyai kerentanan ekonomi yang tinggi terhadap tsunami di Kota Padang ditunjukkan pada tabel di bawah ini: Tabel. 4.6. Kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan ekonomi yang tinggi terhadap Tsunami di Kota Padang
Sumber : Hasil analisis 2007
78
4.5.4 Tingkat kerentanan Tingkat kerentanan merupakan gabungan atau kombinasi dari kerentanan fisik, kerentanan sosial kependudukan, dan kerentanan ekonomi.
Penentuan
tingkat
kerentanan
dilakukan
dengan
menggunakan peta raster sub faktor kerentanan yang dihasilkan dalam menentukan tingkat kerentanan dari masing masing sub faktor risiko bencana tersebut. Peta ini kemudian digunakan pada fitur Weight sum yang merupakan sub fitur dari overlay yang terdapat pada toolbox Spatial data Analisis. Setelah proses Spatial Data Analisis ini dilakukan maka akan dihasilkan peta tingkat kerentanan terhadap bencana tsunami. Gambar 4.10 di bawah ini menunjukkan tingkat kerentanan terhadap bencana tsunami di wilayah Kota Padang:
Sumber : Hasil analisis 2007
Gambar. 4.10. Peta tingkat kerentanan Tsunami di wilayah Kota Padang
79
Peta hasil analisis dengan menggunakan Spatial Analyst Tools hanya menunjukkan wilayah Kota Padang berdasarkan tingkat risikonya, tetapi tidak bisa menjelaskan secara details atribut yang ada pada wilayah tersebut, karena peta ini masih dalam bentuk raster. Untuk mengetahui secara details atribut yang ada pada wilayah tersebut, maka peta hasil analisis ini di overlay dengan peta administrasi Kota Padang. Gambar 4.11 di bawah ini menunjukkan wilayah di kota Padang yang memiliki tingkat kerentanan yang tinggi terhadap bencana tsunami.
Sumber : Hasil analisis 2007
Gambar. 4.11. Peta wilayah dengan tingkat kerentanan yang tinggi terhadap Tsunami di Kota Padang Dalam melihat daerah yang mempunyai tingkat kerentanan yang tinggi terhadap tsunami yang digunakan adalah batas administrasi daerah, karena ketersediaan data yang tersedia. Dari Peta tingkat kerentanan
80
terhadap tsunami Kota Padang dapat diketahui, bahwa ada 4 (empat) kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan yang tinggi terhadap tsunami. Kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi tersebut terletak pada 3 (tiga) kecamatan di Kota Padang. Apabila dilihat dari luas dari wilayah yang mempunyai tingkat kerentanan yang tinggi terhadap tsunami ini sekitar 12.3 km2 (sekitar 1.8% dari seluruh wilayah di Kota Padang). Kelurahan terkecil yang mempunyai kerentanan yang tinggi adalah kelurahan Olo (di kecamatan Padang Barat), sedangkan kelurahan paling luas yang mempunyai kerentanan yang tinggi ada di kelurahan Pasir Sebelah dan kelurahan Parupuk Tabing (di kecamatan Koto Tangah). Sedangkan apabila dilihat dari populasi penduduk yang tinggal pada kawasan yang mempunyai tingkat kerentanan yang tinggi terhadap tsunami tersebut adalah 54398 jiwa, yaitu sekitar 7% (tujuh persen) dari populasi penduduk di Kota Padang. Dari tabel juga terlihat bahwa, kelurahan Parupuk Tabing (di kecamatan Koto Tangah) merupakan kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan yang tinggi dan mempunyai penduduk paling banyak sekaligus terpadat, sedangkan kelurahan yang mempunyai kerentanan yang tinggi, tapi mempunyai populasi penduduk yang paling sedikit adalah kelurahan Olo yang terletak di kecamatan Padang Barat. Untuk jelasnya kelurahan kelurahan yang mempunyai kerentanan yang tinggi terhadap tsunami di Kota Padang ditunjukkan pada tabel 4.7 berikut ini:
81
Tabel. 4.7. Kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi terhadap Tsunami di Kota Padang
Sumber : Hasil analisis 2007
4.5 Analisis ketahanan / kapasitas Dalam faktor ketahanan/kapasitas, tedapat pembacaan yang berbeda antara nilai baku dan pengertian kapasitas/ketahanan itu sendiri. Nilai baku indikator-indikator ketahanan/kapasitas berkebalikan dengan nilai rasio. Maksudnya adalah, apabila rasio tinggi maka nilai baku indikator rendah, karena semakin kecil risikonya terhadap bencana tsunami. 4.5.1
Sub Faktor Sumber Daya Komponen sub faktor sumber daya ini terdiri dari indikator-indikator sebagai berikut: − Rasio jumlah fasilitas kesehatan terhadap jumlah penduduk − Rasio jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk Penentuan tingkat ketahanan/kapasitas sub faktor sumber daya dilakukan dengan menggunakan peta raster indikator indikator dari sub faktor sumber daya tersebut. Peta ini kemudian digunakan pada fitur Weight sum yang merupakan sub fitur dari overlay yang terdapat pada toolbox Spatial data Analisis. Setelah proses analisis data spatial ini dilakukan maka akan dihasilkan peta tingkat ketahanan/kapasitas sumber daya terhadap bencana tsunami Gambar 4.10 berikut ini menunjukkan tingkat kapasitas rendah sumber daya terhadap bencana tsunami di wilayah Kota Padang:
82
Sumber : Hasil analisis 2007
Gambar.4.12. Peta wilayah dengan tingkat kapasitas sumber daya yang rendah terhadap Tsunami di Kota Padang Dari peta tingkat kapasitas sumber daya terhadap tsunami Kota Padang pada gambar 4.12 diatas, dapat diketahui, bahwa ada 5 (lima) kelurahan yang mempunyai tingkat kapasitas sumber daya yang rendah terhadap tsunami. Kelurahan yang mempunyai tingkat kapasitas sumbaer daya yang rendah ini terletak pada 2 (dua) kecamatan di Kota Padang. Apabila dilihat dari luas dari wilayah yang mempunyai tingkat kapasitas sumber daya yang rendah terhadap tsunami ini sekitar 42.82 km2 (sekitar 6.2% dari seluruh wilayah di Kota Padang). Kelurahan terkecil yang mempunyai kapasitas sumber daya yang rendah adalah kelurahan Kurao Pagang (di kecamatan Nanggalo), sedangkan kelurahan paling luas yang mempunyai kapasitas sumber daya yang rendah ada di kelurahan Pasir Nan Tigo (di kecamatan Koto Tangah).
83
Sedangkan apabila dilihat dari populasi penduduk yang tinggal pada kawasan yang mempunyai tingkat kapasitas sumber daya yang rendah terhadap tsunami tersebut adalah 70970 jiwa, yaitu sekitar 9% (sembilan persen) dari populasi penduduk di Kota Padang. Dari tabel juga terlihat bahwa, kelurahan Parupuk Tabing (di kecamatan Koto Tangah) merupakan kelurahan yang mempunyai tingkat kapasitas sumber daya yang rendah dan mempunyai penduduk paling banyak, sedangkan kelurahan yang mempunyai kapasitas sumber daya yang rendah, tapi mempunyai populasi penduduk yang paling sedikit adalah kelurahan Kurao Pagang yang terletak di kecamatan Nanggalo. Untuk jelasnya kelurahan-kelurahan yang mempunyai kapasitas sumber daya yang rendah terhadap tsunami di Kota Padang ditunjukkan pada tabel di bawah ini: Tabel. 4.8. Kelurahan yang mempunyai tingkat kapasitas sumber daya yang rendah terhadap Tsunami di Kota Padang
Sumber : Hasil analisis 2007
4.5.2 Sub Faktor Mobilitas/aksessibilitas Komponen sub faktor mobilitas/aksesibilitas ini terdiri dari indikator indikator sebagai berikut: −
Rasio panjang jalan terhadap jumlah penduduk
−
Rasio sarana angkutan terhadap jumlah penduduk
84
Penentuan tingkat ketahanan/kapasitas sub faktor sumber daya dilakukan dengan menggunakan peta raster indikator indikator dari sub faktor sumber daya tersebut. Peta ini kemudian digunakan pada fitur Weight sum yang merupakan sub fitur dari overlay yang terdapat pada toolbox Spatial data Analisis. Setelah proses Spatial Data Analisis ini dilakukan maka akan dihasilkan peta tingkat ketahanan/kapasitas sumber daya terhadap bencana tsunami. Gambar 4.13 di bawah ini menunjukkan tingkat kapasitas mobilitas yang rendah terhadap bencana tsunami di wilayah Kota Padang:
Sumber : Hasil analisis 2007
Gambar. 4.13. Peta wilayah dengan tingkat kapasitas mobilitas yang rendah terhadap Tsunami di Kota Padang Dari Peta tingkat kapasitas mobilitas terhadap tsunami Kota Padang dapat diketahui, bahwa ada 4 (empat) kelurahan yang mempunyai tingkat kapasitas mobilitas yang rendah terhadap tsunami. Kelurahan
85
yang mempunyai tingkat kapasitas mobilitas yang rendah ini terletak pada 2 (dua) kecamatan di Kota Padang. Apabila dilihat dari luas dari wilayah yang mempunyai tingkat kapasitas mobilitas yang rendah terhadap tsunami ini sekitar 27.85 km2 (sekitar 4% dari seluruh wilayah di Kota Padang). Kelurahan terkecil yang mempunyai kapasitas mobilitas yang rendah adalah kelurahan Air Tawar Barat (di kecamatan Padang Timur), sedangkan kelurahan paling luas yang mempunyai kapasitas mobilitas yang rendah ada di kelurahan Padang Sarai (di kecamatan Koto Tangah) Data kapasitas mobilitas yang rendah ditunjukkan pada tabel 4.9 berikut: Tabel. 4.9. Kelurahan yang mempunyai tingkat kapasitas mobilitas yang rendah terhadap bencana Tsunami di Kota Padang
Sumber : Hasil analisis 2007
Sedangkan apabila dilihat dari populasi penduduk yang tinggal pada kawasan yang mempunyai tingkat kapasitas mobilitas yang rendah terhadap tsunami tersebut adalah 71542 jiwa, yaitu sekitar 9% (sembilan persen) dari populasi penduduk di Kota Padang. Dari tabel juga terlihat bahwa, kelurahan Parupuk Tabing (di kecamatan Koto Tangah) merupakan kelurahan yang mempunyai tingkat kapasitas mobilitas daya yang rendah dan mempunyai penduduk paling banyak, sedangkan kelurahan yang mempunyai kapasitas mobilitas yang rendah, tapi mempunyai populasi penduduk yang paling sedikit adalah kelurahan Padang Sarai yang terletak di kecamatan Koto Tangah.
86
4.5.3 Tingkat Faktor ketahanan / kapasitas Tingkat kapasitas merupakan gabungan atau kombinasi dari ketahanan /kapasitas sumber daya dan ketahanan/kapasitas mobilitas/ aksessibilitas. Penentuan tingkat kapasitas dilakukan dengan menggunakan peta raster sub faktor ketahanan/kapasitas yang dihasilkan dalam menentukan tingkat ketahanan/kapasitas dari masing masing sub faktor risiko bencana tersebut. Peta ini kemudian digunakan pada fitur Weight sum yang merupakan sub fitur dari overlay yang terdapat pada toolbox Spatial data Analisis. Setelah proses Spatial Data Analisis ini dilakukan maka akan dihasilkan peta tingkat ketahanan/kapasitas terhadap bencana tsunami Gambar 4.14 di bawah ini menunjukkan tingkat kapasitas terhadap bencana tsunami di wilayah Kota Padang:
Sumber : Hasil analisis 2007
Gambar 4.14. Peta tingkat kapasitas terhadap bencana Tsunami di Kota Padang
87
Dari Peta tingkat kapasitas
terhadap tsunami Kota Padang yang
ditunjukkan pada gambar 4.15 berikut ini dapat diketahui, bahwa ada 2 (dua) kelurahan yang mempunyai tingkat kapasitas yang rendah terhadap tsunami. Kelurahan yang mempunyai tingkat kapasitas yang rendah ini terletak pada 1 (satu) kecamatan di Kota Padang.
Sumber : Hasil analisis 2007
Gambar.4.15. Peta wilayah dengan tingkat kapasitas yang rendah terhadap Tsunami di Kota Padang Apabila dilihat dari luas dari wilayah yang mempunyai tingkat kapasitas yang rendah terhadap tsunami ini sekitar 22.65 ha (sekitar 3% dari seluruh wilayah di Kota Padang). Kelurahan terkecil yang mempunyai kapasitas yang rendah adalah kelurahan Parupuk Tabing (di kecamatan Koto Tangah), sedangkan kelurahan paling luas yang mempunyai kapasitas yang rendah ada di kelurahan Padang Sarai.
88
Sedangkan apabila dilihat dari populasi penduduk yang tinggal pada kawasan yang mempunyai tingkat kapasitas yang rendah terhadap tsunami tersebut adalah 36730 jiwa, yaitu sekitar 5% (lima persen) dari populasi penduduk di Kota Padang. Dari tabel juga terlihat bahwa, kelurahan Parupuk Tabing (di kecamatan Koto Tangah) merupakan kelurahan yang mempunyai tingkat kapasitas yang rendah dan mempunyai
penduduk paling banyak, sedangkan kelurahan yang
mempunyai kapasitas yang rendah, tapi mempunyai populasi penduduk yang paling sedikit adalah kelurahan Padang Sarai juga yang terletak di kecamatan Koto Tangah. Untuk jelasnya kelurahan-kelurahan yang mempunyai kapasitas yang rendah terhadap tsunami di Kota Padang ditunjukkan pada tabel di bawah ini: Tabel. 4.10. Kelurahan yang mempunyai tingkat kapasitas yang rendah terhadap Tsunami di Kota Padang
Sumber : Hasil analisis 2007
4.6 Analisis Risiko Bencana Tsunami Analisis risiko bencana tsunami mengkombinasikan faktor-faktor bahaya, faktor kerentanan, dan faktor kapasitas.ketahanan. Penentuan tingkat risiko bencana tsunami ini dilakukan dengan menggunakan peta raster faktor bahaya, faktor kerentanan, dan faktor ketahanan/kapasitas yang dihasilkan dalam menentukan tingkat ketahanan/kapasitas dari masing masing faktor risiko bencana tersebut. Peta ini kemudian digunakan pada
89
fitur Weight sum yang merupakan sub fitur dari overlay yang terdapat pada toolbox Spatial data Analisis. Tahapan dari penentuan risiko bencana tsunami ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Sumber : Hasil analisis 2007
Gambar. 4.16. Tahap Analisis Risiko Bencana dengan Sistim Informasi Geografis
90
Setelah proses Spatial Data Analisis ini dilakukan maka akan dihasilkan peta tingkat risiko terhadap bencana tsunami Gambar 4.17 di bawah ini menunjukkan tingkat risiko bencana tsunami di wilayah Kota Padang:
Sumber : Hasil analisis 2007
Gambar.4.17. Peta tingkat risiko bencana Tsunami di Kota Padang Dalam melihat daerah yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi terhadap tsunami yang digunakan adalah batas administrasi daerah, karena ketersediaan data yang tersedia Dari peta tingkat risiko tinggi bencana tsunami yang ditunjukkan pada gambar 4.18 berikut ini dapat diketahui, bahwa ada 3 (tiga) kelurahan yang mempunyai tingkat risiko bencana yang tinggi terhadap tsunami. Kelurahan yang mempunyai tingkat risiko bencana yang tinggi ini terletak pada 3 (tiga) kecamatan di Kota Padang.
91
Sumber : Hasil analisis 2007
Gambar. 4.18. Peta wilayah dengan tingkat risiko yang tinggi terhadap Tsunami di Kota Padang Apabila dilihat dari luas dari wilayah yang mempunyai tingkat risiko bencana yang tinggi terhadap tsunami ini sekitar 11.65 km2 ( sekitar 2% dari seluruh wilayah di Kota Padang). Kelurahan terkecil yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi adalah kelurahan Purus (di kecamatan Padang Barat), sedangkan kelurahan paling luas yang mempunyai risiko bencana yang tinggi ada di kelurahan Parupuk Tabing (kecamatan Koto Tangah). Sedangkan apabila dilihat dari populasi penduduk yang tinggal pada kawasan yang mempunyai tingkat risiko bencana yang tinggi terhadap tsunami tersebut adalah 47858 jiwa, yaitu sekitar 6% (enam persen) dari populasi penduduk di Kota Padang. Dari tabel juga terlihat bahwa, kelurahan Parupuk
92
Tabing (di kecamatan Koto Tangah) merupakan kelurahan yang mempunyai tingkat risiko bencana yang tinggi dan mempunyai penduduk paling banyak, sedangkan kelurahan yang mempunyai risiko bencana yang tinggi, tapi mempunyai populasi penduduk yang paling sedikit adalah kelurahan Purus yang terletak di kecamatan Padang Barat. Untuk jelasnya kelurahan kelurahan yang mempunyai risiko bencana yang tinggi terhadap tsunami di Kota Padang ditunjukkan pada tabel 4.11 di bawah ini: Tabel. 4.11. Kelurahan yang mempunyai tingkat risiko bencana Tsunami di Kota Padang
tinggi terhadap
Sumber : Hasil analisis 2007
4.7 Mitigasi Bencana Terkait dengan Penataan Ruang Kebijakan penanganan bencana tsunami melalui penataan ruang akan sangat penting dilakukan guna menghindari terjadinya kerusakan yang lebih parah akibat terjadinya bencana tsunami yang dahsyat. Adapun kebijakan yang dilakukan pada suatu wilayah yang mempunyai risiko tinggi terhadap bencana tsunami tidak terlepas dari pembangunan seluruh aspek yang menjadi pelengkap dari wilayah tersebut. Dengan memperhatikan kondisi eksisting daerah yang mempunyai risiko tinggi bencana tsunami tersebut seperti : morfologi pantai yang landai, sebaran permukiman padat dan kawasan terbangun di kawasan pesisir dengan ketinggian < 5 mpl, kerusakan pada sebagian krib di kawasan pantai Padang, serta belum tersedianya tempat-tempat dan jalur evakuasi yang memadai pada kawasan-kawasan
93
yang diidentifikasi sebagai wilayah red zone, telah menyebabkan rendahnya ketahanan wilayah tersebut rendah dalam menghadapi bencana tsunami. Dari peta risiko bencana tsunami di atas, dapat ditentukan tindakan mitigasi bencana tsunami yang berkaitan dengan penataan ruang pada kawasan rawan bencana di Kota Padang, yaitu: A. Masih terdapat daerah yang termasuk dalam risiko tinggi bencana tsunami yang termasuk dalam wilayah pengembangan pusat pusat pelayanan Kota Padang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang tahun 2004 – tahun 2013, seperti terlihat pada tabel dibawah ini:
94
B. Menentukan jalur dan tempat untuk evakuasi jika terjadi bencana tsunami di Kota Padang. Dengan ditentukannya jalur evakuasi, maka diperlukan pengembangan pola jaringan jalan untuk jalur evakuasi. Dengan dilakukan penentuan konsep jaringan jalan tersebut yang memperhatikan kondisi geometric dan perkerasan jaringan jalan yang ada, maka akan dapat dibuat rencana program peningkatan kualitas jalan dan jembatan untuk mitigasi tsunami di Kota Padang. C. Melakukan pengelolaan kawasan pantai. Pengelolaan kawasan pantai di Kota Padang dibutuhkan untuk meningkatkan ketahanan pantai dalam mengantisipasi bencana tsunami. Kondisi morfologi pantai kota Padang saat ini relatif landai sehingga sering menimbulkan abrasi yang juga merusak bangunan permukiman penduduk. Secara eksisting, kondisi sea wall dan krib pantai yang ada saat ini diperlihatkan pada gambar 4.21. Dalam rangka peningkatan ketahanan pantai terhadap bencana tsunami dan abrasi pantai, diperlukan kegiatan pengelolaan pantai berupa perbaikan dan penambahan krib pantai dan penambahan sea wall, khususnya sepanjang pesisir pantai Kecamatan Padang Barat dan Kecamatan Padang Utara yang mempunyai risiko tinggi terhadap bahaya tsunami. D. Mengurangi kepadatan dan aktivitas penduduk yang bermukim di daerah yang berisiko tinggi terhadap bencana tsunami. Dengan berkurangnya kepadatan dan aktifitas penduduk di daerah berisiko tinggi, maka tingkat risiko yang dihadapi akan dapat ditekan seminimal mungkin.
95