139
ANALISIS SISTEM KEMITRAAN DALAM PROGRAM IMUNISASI BERDASARKAN PERAN PERANGKAT DESA, BIDAN DESA, DAN MASYARAKAT PARTNERSHIPS SYSTEM ANALYSIS IN IMMUNIZATION PROGRAM BASED ON THE ROLE OF FORCES THE VILLAGE, MIDWIFE VILLAGE, AND SOCIETY Aqsha Yuldan Arifada, Thinni Nurul Rochmah Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya E-mail:
[email protected]
ABSTRACT Sumenep regency as the most eastern districts in the region Madura have not been able to meet the target of Universal Child Immunization (UCI) coverage in accordance with the Minimum Service Standards (SPM) Indonesian government. Application of the village partnership system is expected to increase the scope of UCI in the village. This research is aimed to analyze the inputs, processes, and outputs the village partnership system is based on the role of village officials, village midwives, and society. This study uses observational descriptive with cross sectional design. Samples were collected using stratified random sampling method consist of the villages, midwives, and community groups. The result showed that the majority of village officials, midwives, and community groups unoptimal in partnership system in the village, so the need to improvements to the village partnership system is good an solid. There was no significant effect of the variables role of village officials and midwives to result UCI village coverage. On community variables, the process of partnership, and the result of partnership, there are several variables that have significant influence. Based on the survey result it can be concluded that the system of partnership in the area Puskesmas do not use the integrated partnership model, but using a network model of partnership. Keywords: community development, immunization, partnership, Universal Child Immunization
PENDAHULUAN Kesehatan
yang sebagai
seluruh
warga
masyarakat. Kemitraan merupakan upaya yang
kesejahteraan masyarakat, perlu diwujudkan sesuai
melibatkan berbagai komponen, yaitu masyarakat,
dengan strategi pembangunan kesehatan nasional
lembaga pemerintah dan lembaga non-pemerintah
untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2015. Salah
untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan yang
satu
diinginkan sesuai dengan kesepakatan, prinsip, serta
pembangunan
pemerintah, kesehatan
satu
melibatkan
unsur
program
salah
diartikan
sebagai
dengan
upaya
memberikan
prioritas utama pada upaya preventif (pencegahan)
peran dari masing-masing pihak. Kegiatan imunisasi sebagai salah satu prioritas
dan promotif (peningkatan pelayanan kesehatan).
utama
Salah satu program pemerintah yang mengarah
Indonesia,
pada upaya preventif dan promotif adalah program
Millenium Development Goals (MDG’s). Indonesia
imunisasi
masih menjadi salah satu negara yang diprioritaskan
sebagai
upaya
pengebalan
terhadap
penyakit menular.
dari
Kementerian dilaksanakan
Kesehatan guna
Republik
mewujudkan
oleh WHO dan UNICEF untuk mencapai target 100%
Dalam menjalankan program imunisasi yang
desa UCI (Universal Child Immunization). Hal ini
efektif dan efisien, perlu adanya dukungan baik dari
dikarenakan
Puskesmas
dari
peringkat keempat di dunia dengan jumlah anak
masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, istilah
yang tidak mendapatkan imunisasi DPT3 (Difteri,
kemitraan lebih dikenal dengan istilah gotong royong
Polio, dan Tetanus).
selaku
provider
maupun
Indonesia
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015
masih
masuk
dalam
140
Kabupaten
Sumenep,
sebagai
salah
satu
pelayanan kesehatan secara paripurna kepada
daerah yang wilayahnya berada di paling timur
masyarakat.
wilayah Madura termasuk yang belum memenuhi
128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar
target cakupan desa UCI. Hingga tahun 2013,
Puskesmas, fungsi Puskesmas terbagi menjadi tiga
Kabupaten Sumenep memiliki 276 desa dari total
poin
332 desa yang telah berstatus UCI atau sebesar
pembangunan berwawasan kesehatan, (2) Pusat
92,21%.
sebagai
pemberdayaan masyarakat, (3) Pusat pelayanan
Puskesmas percontohan di Kabupaten Sumenep,
kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan
terus mengalami penurunan dalam cakupan desa
kesehatan perorangan, dan pelayanan kesehatan
UCI hingga tahun 2013.
perorangan. Sebagai pelayanan strata pertama,
Puskesmas
Pamolokan
Salah satu upaya untuk meningkatkan cakupan
utama
selain
Berdasarkan
yaitu:
(1)
memberikan
Kepmenkes
Pusat
pelayanan
penggerak
kesehatan
desa UCI adalah melalui proses kemitraan antara
perorangan, Puskesmas juga bertanggung jawab
Puskesmas
terhadap keberhasilan
selaku
provider
dan
masyarakat.
Puskesmas dapat terwakili dengan adanya bidan desa yang ditempatkan pada desa di wilayah kerja
pembangunan kesehatan
secara menyeluruh di wilayah kerjanya. Keberhasilan
Puskesmas
tidak
ditentukan
Puskesmas. Dalam menjalankan perannya sebagai
berdasarkan banyaknya jumlah pasien yang berobat,
motivator kesehatan, bidan desa diharapkan mampu
melainkan berdasarkan Standar Pelayanan Minimal
menjalin kerjasama dengan perangkat desa, kader
(SPM)
kesehatan, dan ibu bayi untuk menyukseskan
Kesehatan RI. Dalam SPM Puskesmas telah diatur
program imunisasi di wilayahnya.
indikator serta target yang harus dicapai, misalnya
yang
telah
dikeluarkan
oleh
Menteri
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis
100% cakupan desa UCI, 95% cakupan kunjungan
sistem kemitraan desa pada seluruh desa di wilayah
ibu hamil K4, 80% cakupan desa siaga aktif, dan
kerja Puskesmas Pamolokan, Kabupaten Sumenep
beberapa indikator kesehatan lainnya.
dengan mengidentifikasi dimensi input, proses, dan
Dengan
mengangkat
visi
tercapainya
output dari kemitraan di desa yang melibatkan
kecamatan
perangkat desa, bidan desa, dan masyarakat.
terwujudnya program “Indonesia Sehat”, Puskesmas
Manfaat dari hasil penelitian ini bagi Puskesmas
mempunyai
adalah sebagai sarana untuk memperbaiki sistem
pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kemitraan yang terjalin di masyarakat pada wilayah
kerjanya, serta mendorong kemandirian hidup sehat
kerjanya.
bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya. Sebagai
PUSTAKA
sehat
misi
Unit
secara
menyeluruh
diantaranya
Pelaksana
demi
menggerakkan
Teknis
(UPT)
kesehatan tingkat kecamatan, dalam melaksanakan
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
tugas dan fungsinya, Puskesmas diharapkan dapat
merupakan sarana kesehatan yang melaksanakan
berkoordinasi dengan kantor kecamatan melalui
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015
141
musyawarah tingkat kecamatan atau pertemuan rutin
yang dilaksanakan karena adanya masalah yang
lainnya. Oleh sebab itu, perlu adanya koordinasi
ditemukan dalam kondisi adanya endemis baru.
lintas sektor di tingkat kecamatan baik dengan
Dalam pelaksanaannya, program imunisasi
muspika ataupun kepala desa yang ada di bawahnya
dituntut agar dapat terselenggara secara efektif dan
agar pembangunan kesehatan ini dapat didukung
efisien. Salah satu cara agar program imunisasi
oleh stakeholder yang dapat memberikan pengaruh
berjalan efektif dan efisien maka perlu adanya
kepada masyarakat.
koordinasi baik lintas program ataupun lintas sektor.
Sebagai penanggung jawab penyelenggaraan pembangunan
kesehatan
wilayah
lintas
program
dilakukan
dengan
kerjanya,
bekerjasama dengan program lain yang ada di
Puskesmas tentu membutuhkan adanya partisipasi
Puskesmas, misalnya program Kesehatan Ibu dan
masyarakat untuk mewujudkan upaya kesehatan
Anak (KIA) atau program Upaya Kesehatan Sekolah
yang
Dalam
(UKS). Koordinasi lintas sektor dilakukan untuk
Kepmenkes No. 128 tahun 2004, diungkapkan
mengurangi terjadinya ketidak sepahaman lintas
bahwa dukungan aktif masyarakat dapat diwujudkan
sektor, misalnya dengan Departemen Agama, Dinas
melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas
Kesehatan, dan institusi pemerintah lainnya.
bersumberdaya
di
Koordinasi
masyarakat.
(BPP) sebagai mitra kerja Puskesmas. Menurut
Kepmenkes
1059/MENKES/SK/IX/2004,
imunisasi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, dalam Nomor
hal pekerjaan, mitra diartikan sebagai rekan kerja,
diartikan
sedangkan kemitraan diartikan sebagai hubungan
sebagai suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
kerjasama.
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit.
kerjasama tim dengan satu tujuan tertentu. Sehingga
Kondisi tercapainya imunisasi dasar secara lengkap
untuk menilai keberhasilan dari kemitraan dapat
pada bayi, disebut dengan kondisi UCI (Universal
dilihat berdasarkan aktifnya peran serta provider,
Child
pihak
Immunization).
Imunisasi
menggambarkan
Pada
yang
dasarnya,
terlibat,
dan
kemitraan
masyarakat
adalah
secara
proses yang mengiduksi imunitas secara artificial
keseluruhan. Proses kemitraan telah lama dijalankan
dengan pemberian bahan antigenik seperti agen
oleh bangsa Indonesia dengan istilah gotong royong.
imunobiologis.
Dapat disimpulkan, bahwa kemitraan merupakan
Di
Indonesia,
kegiatan
imunisasi
terbagi
bentuk
kerjasama
baik
dengan
individu,
kelompok,
antar
menjadi dua yaitu imunisasi rutin dan imunisasi
kelompok,
tambahan. Imunisasi rutin merupakan kegiatan
mencapai
imunisasi yang secara rutin dan berkala dilakukan
segala resiko maupun keuntungan secara bersama.
dalam jangka waktu yang telah terjadwal. Sasaran
individu
antar
tujuan tertentu dengan
untuk
menanggung
Menurut Notoatmodjo (2012) dan penelitian
dari imunisasi rutin diberikan pada bayi, wanita usia
sebelumnya
dari
Pramudho
subur, dan pada anak usia sekolah. Sedangkan
dipandang sebagai suatu kesisteman yang harus
imunisasi tambahan merupakan kegiatan imunisasi
dijalankan secara harmonis dan koordinasi yang baik
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015
(2009),
kemitraan
142
antar individu ataupun kelompok yang bermitra. Tiga
Notoatmodjo (2012), mengungkapkan bahwa
prinsip dasar yang perlu dipahami oleh pihak yang
pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya
akan
atau
bermitra
adalah
(1)
Persamaan,
(2)
proses
untuk
kemauan,
prinsip ini harus dijalankan untuk mengurangi
mengenali,
adanya
serta meningkatkan kesejateraannya sendiri. Dalam
yang
terjadi
dalam
menjalankan proses kemitraan.
kemampuan
kesadaran,
Keterbukaan, dan (3) Saling menguntungkan. Tiga
kesenjangan
dan
menumbuhkan
mengatasi,
masyarakat
memelihara,
dalam
melindungi,
undang-undang kesehatan juga disinggung bahwa
Seiring perkembangan teknologi, terdapat dua
masyarakat dapat berperan serta, baik secara
sistem kemitraan yang dapat diterapkan pada sektor
perorangan maupun terorganisasi dalam segala
kesehatan.
bentuk dan tahapan pembangunan kesehatan demi
Model
jejaring
kerja
(Networking),
merupakan model yang paling sederhana. Masing-
mempercepat
masing
masyarakat setinggi-tingginya.
anggota
mitra
telah
mempunyai
tercapainya
derajat
kesehatan
perencanaan dan melakukan proses evaluasi secara
Pada prinsipnya pemberdayaan masyarakat
mandiri terhadap kegiatannya. Model lainnya adalah
dapat menumbuhkan peran serta dan kemampuan
kemitraan terpadu yang bersifat lebih baik dan solid.
masyarakat untuk mengembangkan dirinya atau
Hal ini dikarenakan masing-masing anggota mitra
kelompok dengan bersumberdaya pada masyarakat
memiliki
itu sendiri. Oleh karena itu, perlu adanya peran
tanggung
jawab
yang
sama
dalam
provider sebagai fasilitator yang bekerja sama
mencapai tujuan. Memiliki kehidupan yang sehat dan layak
dengan masyarakat dalam rangka mewujudkan
merupakan hak setiap warga negara. Bukan hanya
kemandirian masyarakat. Peran provider sebatas
kewajiban pemerintah untuk memelihara kesehatan
memberikan
setiap warganya, namun individu masyarakat juga
mengadvokasi kegiatan yang dijalankan masyarakat.
harus berusaha agar tetap dapat menjaga dirinya
Sehingga
dari
masyarakat, namun anggota masyarakat yang akan
segala
kesehatan
ancaman
penyakit
lainnya.
dan
Dalam
masalah
undang-undang
pengarahan,
provider
bukan
motivasi,
lagi
bekerja
dan
untuk
bekerja untuk masyarakat di wilayahnya.
kesehatan RI No. 36, tahun 2009, disebutkan bahwa setiap
orang
berkewajiban
mempertahankan,
dan
ikut
mewujudkan,
meningkatkan
derajat
METODE Penelitian
ini
merupakan
penelitian
kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Sebagai
observasional deskriptif dengan rancang bangun
upaya dalam hal ini, maka diperlukan adanya konsep
cross sectional. Unit analisis penelitian adalah desa
pemberdayaan
di wilayah kerja Puskesmas Pamolokan. Sumber
strategi
global
kesehatan.
masyarakat sebagai salah satu dalam
upaya
mempromosikan
informasi terdiri dari petugas Puskesmas yang ditempatkan
di
desa
yakni
bidan
desa
dan
masyarakat yang terdiri dari perangkat desa, kader
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015
143
kesehatan, serta ibu bayi pada masing-masing desa.
kemitraan antara bidan desa sebagai petugas
Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan
Puskesmas dengan perangkat desa dan kelompok
stratified random sampling.
masyarakat.
Perangkat
desa
masih
belum
Penelitian dilakukan pada sembilan desa di
memperoleh laporan terkait program imunisasi,
wilayah kerja Puskesmas Pamolokan, Kabupaten
sehingga tidak dapat melakukan evaluasi terhadap
Sumenep, pada tanggal 19 September sampai 31
masyarakatnya sendiri.
Oktober 2015. Lokasi desa yang digunakan sebagai subjek
penelitian
Pangarangan, Parsanga, Pamolokan.
adalah
Pabian,
Marengan Teknik
Desa
Pajagalan,
kesehatan merupakan tanggung jawab bersama
Bangkal,
setiap individu, masyarakat, pemerintah, dan swasta.
Kacongan, Daya,
analisis
Menurut Notoatmodjo (2012), permasalahan
Paberasan, penelitian
dan
Dengan
kata
lain,
untuk
menyelesaikan
dengan
permasalahan mengenai rendahnya cakupan desa
menggunakan analisis frekuensi dan regresi logistik
UCI, maka sektor kesehatan hendaknya menjalin
untuk melihat gambaran pengaruh antar variabel.
kemitraan dengan berbagai sektor terkait khususnya yang terdapat di masyarakat.
HASIL DAN PEMBAHASAN Salah
satu
faktor
Penelitian tentang kemitraan sebelumnya yang
menyebabkan
mengungkapkan
bahwa
kemitraan
dipandang
rendahnya cakupan desa UCI pada Puskesmas
sebagai suatu kesisteman yang terdiri dari konsep
Pamolokan adalah belum optimalnya sistem
input, process, dan output. Berdasarkan teori
Tabel 1 Identifikasi Peran Perangkat Desa dalam Sistem Kemitraan Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Pamolokan
Variabel Peran Perangkat Desa
Nama Desa
Pengetahua n
Akses Informasi
Keterlibatan
Pencatatan dan Pelaporan
Total Skor
100 SB 100 SB
18 13
B B
Sko r 15 11
Pabian
71 B
18
B
9
Kacongan
71 B
21
SB
18
Bangkal
86 SB
9
CB
8
CB
6
CB
109
Parsanga
86 SB
14
B
9
CB
5
K
114
Skor Pajagalan Pangarangan
Kat.
Skor
Kat.
Kat.
Skor
Status Desa
Kat.
B CB
13 9
B CB
146 133
CB
6
CB
104
15
SB
125
B
Kategori
Marengan 57 CB 12 CB 8 CB 7 CB 84 Daya Paberasan 71 B 10 CB 8 CB 7 CB 96 Pamolokan 100 SB 14 B 15 B 11 B 140 Keterangan: Kat = Kategori, SB = Sangat Baik, B = Baik, CB = Cukup Baik, K = Kurang
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015
Baik Baik Cukup Baik Baik Cukup Baik Cukup Baik
UCI Non UCI
Kurang
Non UCI
Kurang Baik
Non UCI UCI
UCI UCI Non UCI UCI
144
tersebut, maka dilaksanakanlah identifikasi input,
pencatatan dan pelaporan secara khusus mengenai
process, dan output dari kemitraan dalam program
program imunisasi sehingga tidak dapat melakukan
imunisasi yang telah berjalan di wilayah kerja
evaluasi imunisasi di wilayah kerjanya.
Puskesmas
Pamolokan.
Variabel
input
dalam
Dua
dari
sembilan
masih
berperan
dalam
mendapatkan
sebagai petugas Puskesmas, serta kader kesehatan
program imunisasi, sehingga berdampak pada hasil
dan ibu bayi mewakili kelompok masyarakat.
cakupan UCI desa yang masih dalam kategori non-
umum
telah
UCI. Namun, terdapat dua desa lainnya yang masuk
Tingkat
dalam kategori desa non-UCI yang kepala desanya
pengetahuan perangkat desa sebagian besar sudah
telah berperan cukup baik, bahkan baik. Hasil
sangat baik, akses informasi dari Puskesmas terkait
analisis
program imunisasi juga sudah diterima dengan baik.
terhadap status desa dijabarkan dalam tabel 6.
menjalankan
perangkat
perannya
dengan
desa
kurang
desa
penelitian ini terdiri dari perangkat desa, bidan desa
Secara
predikat
kepala
baik.
regresi
logistik peran
perangkat
desa
Namun keterlibatan perangkat desa untuk terjun
Mewakili provider Puskesmas Pamolokan yang
langsung menangani program imunisasi di wilayah
di tugaskan di desa, peran bidan desa juga dirasa
kerjanya masih perlu ditingkatkan.
penting dalam menjalin kemitraan baik dengan
Keterlibatan perangkat desa sebagian besar
perangkat desa ataupun masyarakat di wilayah
melakukan peninjauan dalam program Posyandu di
kerjanya. Sebagian peran serta bidan desa di
wilayahnya.
kurang
wilayah kerja Puskesmas Pamolokan sudah baik
mengetahui secara pasti mengenai sasaran, pihak
bahkan sangat baik. Hanya terdapat dua bidan desa
yang terlibat, dan dana dalam program imunisasi.
yang perlu meningkatkan peran sertanya, terutama
Demikian pula dengan sistem pencatatan dan
bidan desa yang wilayah kerjanya masih berstatus
pelaporan, kepala desa masih belum memiliki sistem
desa non-UCI.
Sehingga
kepala
desa
Tabel 2 Identifikasi Peran Bidan Desa dalam Program Imunisasi di Desa Wilayah Kerja Puskemas Pamolokan
Variabel Peran Bidan Desa
Nama Desa
Pajagalan Pangarangan
Pengetahuan
Keterlibatan
Pencatatan dan Pelaporan
Skor 100
Skor Kat. 22 SB
Skor Kat. 14 CB
100
Kat. SB
Pendekatan ke Masyarakat Skor 22
Total Skor
Kategori
Kat. B
158
SB
Status Desa
UCI
SB
19 SB
11 CB
22
B
152
B
Non UCI
Pabian
83
B
19 SB
11 CB
23
B
136
B
UCI
Kacongan
50
CB
19 SB
12 CB
23
B
104
CB
Bangkal
100
SB
22 SB
13 CB
17
B
152
B
Non UCI
Parsanga
100
SB
18 B
11 CB
21
B
150
B
UCI
Marengan Daya
UCI
100
SB
17 B
11 CB
17
B
145
B
Non UCI
Paberasan
67
CB
19 SB
12 CB
18
B
116
CB
Non UCI
Pamolokan
83
B
21 SB
14 CB
23
B
142
B
Keterangan: Kat = Kategori, SB = Sangat Baik, B = Baik, CB = Cukup Baik, K = Kurang
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015
UCI
145
Tingkat pengetahuan bidan desa sebagian
sebagian besar sudah baik dengan tingkat persepsi
besar sudah sangat baik, demikian pula dengan
masyarakat mengenai
keterlibatannya dalam program imunisasi. Namun
sangat
perlu adanya perbaikan dari segi pencatatan dan
ditingkatkan, karena masyarakat masih melakukan
pelaporan, hal ini dikarenakan pencatatan yang
imunisasi tidak sesuai dengan wilayah tinggalnya.
dilakukan bidan desa langsung dilaporkan kepada
Keterbukaan
Puskesmas
maksimal karena masyarakat tidak mengetahui
Pamolokan
tanpa
tembusan
ke
perangkat desa yang ada.
baik.
program
Keikutsertaan
masyarakat
imunisasi
yang
masyarakat
perlu
juga
dinilai
kurang
adanya pihak yang terlibat dalam program imunisasi.
Perlu adanya tembusan sistem pelaporan
Dalam hal dana masyarakat mengetahui adanya
kepada perangkat desa, agar perangkat desa
bantuan dana yang digunakan dalam program
memiliki catatan khusus terkait program imunisasi di
imunisasi, namun tidak mengetahui dana tersebut
wilayah kerjanya. Catatan ini dapat digunakan oleh
sudah digunakan sepenuhnya atau disubsidi dalam
perangkat desa sebagai bahan evaluasi terhadap
program kesehatan lainnya di wilayah Puskesmas
program imunisasi yang telah berjalan di wilayah
Pamolokan. Variabel keterbukaan ini juga dinilai
kerjanya.
kurang
sensitif
dikarenakan
masyarakat
hanya
Sebagian besar bidan desa sudah menjalankan
mengetahui adanya dana untuk program imunisasi
kewenangannya dengan baik dalam melakukan
namun arah aliran dana tidak mengetahui secara
pendekatan promotif ke masyarakat. Peran serta
pasti.
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pamolokan Tabel 3 Identifikasi Peran Masyarakat Desa dalam Program Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Pamolokan
Variabel Peran Masyarakat Nama Desa
Persepsi Kat Skor .
Keikutsertaan
Keterbukaan
Total Skor
Komitmen Sko Skor Kat. Skor Kat. Kat. r 5,0 Pajagalan 11,22 SB 4,11 CB 6,78 CB CB 27,11 0 4,7 Pangarangan 11,67 SB 4,11 CB 7,11 CB CB 27,67 8 5,2 Pabian 11,44 SB 5,00 CB 7,78 B CB 29,44 2 5,2 Kacongan 11,67 SB 4,67 CB 7,67 B CB 29,22 2 4,3 Bangkal 9,89 B 2,67 K 5,44 CB CB 22,33 3 4,7 Parsanga 11,33 SB 5,00 CB 6,89 CB CB 28,00 8 Marengan 3,8 10,22 B 2,78 K 5,44 CB K 22,33 Daya 9 4,3 Paberasan 10,44 B 2,89 K 5,89 CB CB 23,56 3 5,1 Pamolokan 11,56 SB 4,89 CB 7,89 B CB 29,44 1 Keterangan: Kat = Kategori, SB = Sangat Baik, B = Baik, CB = Cukup Baik, K = Kurang
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015
Kategori
Status Desa
B
UCI
B
Non UCI
B
UCI
B
UCI
CB B
Non UCI UCI
CB
Non UCI
CB
Non UCI
B
UCI
146
Tabel 4
Identifikasi Proses Kemitraan Berbasis Masyarakat yang Telah Berjalan di Wilayah Kerja Puskesmas Pamolokan
Variabel Peran Masyarakat Penjajag Penyam Menyusu Melaksa Monitori Peengat Kesepak an/ a-an n na-kan ng dan ur-an at-an Nama Komunik Persep Rencana Kegitan Evaluasi Peran Bermitra Desa asi si Bersama Sko Kat Sk Kat Sk Kat Sk Kat Kat Sko Ka Sko Ka Skor r . or . or . or . . r t. r t. 13,0 17,6 8,8 15,8 Pajagalan 18,45 SB SB B SB 12,91 B B 10,36 SB 0 4 2 2 Pangarang 12,6 16,1 7,7 15,6 16,73 B B B B 12,00 B B 9,27 B an 4 8 3 4 13,0 17,9 9,0 16,0 Pabian 18,27 SB SB B SB 13,27 SB B 10,82 SB 0 1 0 0 12,8 16,8 8,6 15,8 Kacongan 18,91 SB B B SB 13,27 SB B 10,55 SB 2 2 4 2 12,1 12,9 6,3 Bangkal 10,73 CB B CB CB 7,36 CB 9,91 CB 5,55 CB 8 1 6 13,0 18,0 8,8 16,0 Parsanga 18,27 SB SB SB SB 13,00 SB B 10,73 SB 0 0 2 9 Marengan 12,1 13,3 6,4 10,3 11,36 CB B CB CB 7,64 CB CB 6,00 CB Daya 8 6 5 6 12,1 15,5 7,5 14,9 Paberasan 16,36 B B B B 11,55 B B 8,64 B 8 5 5 1 Pamoloka 13,0 18,0 9,0 16,2 18,55 SB SB SB SB 13,36 SB B 10,82 SB n 0 9 0 7 Keterangan: Kat = Kategori, SB = Sangat Baik, B = Baik, CB = Cukup Baik, K = Kurang Komitmen masyarakat termasuk dalam kategori cukup baik. Masyarakat telah bersedia untuk turut serta dalam menyukseskan program imunisasi di wilayahnya.
Namun,
27,1 1 27,6 7 29,4 4 29,2 2 22,3 3 28,0 0 22,3 3 23,5 6 29,4 4
Kat.
Statu s Desa
B
UCI
B
Non UCI
B
UCI
B
UCI
CB
Non UCI
B
UCI
CB CB B
Non UCI Non UCI UCI
cukup baik dan status desanya juga masih belum berhasil mencapai desa UCI. Proses penjajagan/komunikasi baik dari bidan
keterbatasan
desa ke perangkat desa, ataupun dari perangkat
waktu ibu bayi yang bekerja, maka ibu bayi belum
desa dan bidan desa ke masyarakat sebagian besar
dapat mengajak
sudah
ibu
dikarenakan
∑
lainnya
untuk melakukan
baik
bahkan
sangat
baik.
Penyamaan
imunisasi sesuai dengan wilayah tinggalnya. Hasil
persepsi di masyarakat terkait program imunisasi
analisis regresi logistik peran masyarakat terhadap
sebahian besar juga sudah baik. Pengaturan peran
hasil cakupan desa UCI dijabarkan dalam Tabel 6.
juga sudah baik, perangkat desa, bidan desa, hingga
Beberapa dimensi input yang telah dijabarkan
kader kesehatan telah menjalankan tugas sesuai
bukan serta merta faktor yang dapat mempengaruhi
dengan fungsinya. Kesepakatan untuk bermitra
hasil cakupan desa UCI. Diperlukan adanya proses
dalam rangka meningkatkan program imunisasi juga
lebih lanjut yang berjalan secara sistematis untuk
sudah baik, meskipun tidak ada kesepakatan secara
menggerakkan ketiga dimensi input tersebut. Proses
tertulis
kemitraan di wilayah kerja Puskesmas Pamolokan
Puskesmas.
antara
perangkat
desa
dengan
pihak
sebagian besar masuk dalam kategori baik, namun
Perencanaan terkait program imunisasi pada
masih ada tiga desa yang masih ada dalam kategori
beberapa desa telah disusun secara gotong royong. Namun beberapa perlu adanya pembenahan,
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015
147
Tabel 5 Identifikasi Hasil Kemitraan Berbasis Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Pamolokan
Hasil Kemitraan Nama Desa
Status Desa Sinergisme Skor Kategori 12,64 Baik 12,36 Baik 13,55 Sangat Baik 11,27 Baik 9,91 Cukup Baik 12,64 Baik 9,09 Cukup Baik 9,73 Cukup Baik 13,00 Sangat Baik
Pajagalan Pangarangan Pabian Kacongan Bangkal Parsangan Marengan Daya Paberasan Pamolokan
UCI Non UCI UCI UCI Non UCI UCI Non UCI Non UCI UCI
mengingat dengan melakukan perencanaan
meningkatkan sinergismenya. Hal ini berpengaruh
secara bersama-sama masyarakat merasa terlibat
terhadap hasil cakupan desa yang masih dalam
aktif
status non-UCI. Hasil analisis regresi logistik antara
untuk menyukseskan program imunisasi ini.
Kegiatan
imunisasi
sudah
dijalankan
secara
variabel
input,
process,
dan
output
dengan
bersamaan baik melalui program posyandu, ataupun
menganalisi peran serta perangkat desa, bidan desa,
di polindes yang tersebar di beberapa desa.
dan kelompok masyarakat terhadap hasil cakupan
Proses monitoring dan evaluasi juga telah dilakukan
dengan
adanya
Tidak ada pengaruh yang signifikan antara
pembenahan proses monitoring dan evaluasi di
variabel peran perangkat desa dan bidan desa
tingkat desa agar kepala desa dapat turut serta
terhadap
mengajak
imunisasi.
dikarenakan, karakteristik perangkat desa dan bidan
Mengenai hasil analisis regresi logistik antara proses
desa di wilayah kerja Puskesmas Pamolokan secara
kemitraan terhadap hasil cakupan desa UCI akan
keseluruhan hampir sama. Perangkat desa dan
dijabarkan dalam Tabel 6.
bidan desa telah menjalankan tugasnya sesuai
warganya
baik,
namun
perlu
desa UCI dijabarkan dalam tabel 6.
untuk diberikan
Dengan aspek input dan process sistem kemitraan yang baik, diharapkan diikuti dengan hasil
dengan
hasil
fungsi
cakupan
dan
desa
UCI.
kewenangan
Hal
yang
ini
telah
ditetapkan pemerintah.
yang baik untuk mencapai hasil cakupan desa UCI
Sistem pencatatan dan pelaporan pada seluruh
sesuai dengan target yang di tetapkan pemerintah.
desa di wilayah kerja Puskesmas Pamolokan secara
Hasil dari sistem kemitraan yang akan diidentifikasi
keseluruhan
adalah sinergisme dari program imunisasi yang telah
imunisasi
dijalankan selama ini.
dilaporkan secara langsung kepada Puskesmas
sama.
yang
Hasil
telah
pencatatan
dilakukan
Sebagian besar masyarakat telah bersinergi
Pamolokan.
Sehingga
perangkat
baik dengan perangkat desa dan bidan desa
mengetahui
sasaran
ataupun sebaliknya. Hanya ada tiga desa yang perlu
imunisasi yang akan dijalankan.
hingga
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015
program
bidan
desa
cakupan
desa
tidak proses
148
Dalam tabel 6 dijabarkan bahwa terdapat terdapat dua variabel peran masyarakat yang
pengelolaan program pembangunan (Muslim, 2007). Dengan
nilai
signifikansi
1,632,
dapat
memiliki pengaruh signifikan terhadap hasil cakupan
disimpulkan bahwa dengan persepsi masyarakat
desa
dan
yang baik terkait program imunisasi desa akan
keikutsertaan masyarakat adalah variabel yang
meraih status desa UCI 1,632 kali lebih baik jika
memiliki pengaruh signifikan terhadap hasil cakupan
dibandingkan dengan desa yang masyarakatnya
desa UCI yaitu variabel penyamaan persepsi dan
memiliki persepsi yang kurang baik terkait program
keikutsertaan. Hal ini sesuai dengan penelitian
imunisasi.
sebelumnya yang menyatakan bahwa keikutsertaan
penyampaian informasi yang menyeluruh kepada
masyarakat
masyarakat agar persepsi masyarakat terhadap
UCI.
Variabel
penyamaan
merupakan
cara
persepsi
yang
membangun kemampuan masyarakat untuk Tabel 6
efektif
Oleh
karenanya
perlu
program imunisasi semakin baik.
Hasil Analisis Regresi Logistik
Hasil Analisis
Variabel Sig.
Exp (B)
1,000 1,000 1,000 1,000
5,602E17 ,000 8,777E90 1,206E20
,304 ,855 ,479 ,840
1,867 1,195 ,479 1,054
,007 ,000 ,631 ,313 ,024
1,632 ,296 1,117 ,695 ,640
,000 ,970 ,629 ,953 ,112 ,000
3,610 ,992 ,836 1,012 1,432 ,259
,006
,675
Peran Perangkat Desa Informasi Keterlibatan Pencatatan dan Pelaporan Pengetahuan Peran Bidan Desa Pengetahuan Keterlibatan Pencatatan dan Pelaporan Pendekatan Ke Masyarakat Peran Masyarakat Persepsi Keikutsertaan Keterbukaan Komitmen Komunikasi Proses Kemitraan Penyamaan Persepsi Pengaturan Peran Kesepakatan Bermitra Menyusun Rencana Bersama Melaksanakan Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Hasil Kemitraan Sinergisme
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015
adanya
149
Tabel 6 juga menjabarkan bahwa terdapat tiga
Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui bahwa
dari tujuh variabel proses kemitraan yang memiliki
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
pengaruh signifikan terhadap hasil cakupan desa
sinergisme terhadap hasil cakupan desa UCI.
UCI. Komunikasi merupakan salah satu variabel
Dengan
yang berpengaruh signifikan terhadap hasi cakupan
sinergisme, dapat diartikan bahwa masyarakat yang
desa
penelitian
memiliki tingkat sinergisme yang baik dalam program
bahwa
imunisasi akan berpotensi 0,675 kali mencapai target
komunikasi dapat mewarnai keberhasilan kerjasama
cakupan desa UCI, dibandingkan dengan desa yang
(Triwilopo, 2013). Saat petugas kesehatan secara
memiliki tingkat sinergisme yang kurang baik.
UCI.
Hal
sebelumnya
strategis
ini
sesuai
yang
melakukan
dengan
mengungkapkan
komunikasi
dengan
melihat
nilai
signifikansi
dari
variabel
para
stakeholder ataupun pihak yang bermitra maka akan
SIMPULAN
mempengaruhi persepsi pihak yang bermitra.
Secara keseluruhan sistem kemitraan berbasis
Dengan nilai signifikasi lebih dari tiga, dapat
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pamolokan
disimpulkan bahwa dengan melakukan penyamaan
belum optimal pada beberapa desa. Masyarakat
persepsi di masyarakat, maka status UCI desa akan
desa di
wilayah
mudah
sebagian
besar
didapat
3,610
kali
lebih
baik,
jika
jejaring
kerja
Puskesmas
menggunakan
dibandingkan dengan masyarakat yang persepsinya
kemitraan
kerja
tidak sama satu dengan yang lainnya. Dengan
melakukan
terciptanya persepsi yang sama, pihak yang bermitra
proses evaluasi secara mandiri.
perencanaan,
Pamolokan
model
sistem
(networking)
dengan
pelaksanaan,
hingga
Berdasarkan hasil identifikasi input, process,
akan membangun gambaran mereka sendiri tentang program yang harus dijalankannya. Hal ini sesuai
dan
dengan
juga
kemitraan yang efektif dan efisien, khususnya pada
persepsi
Desa Bangkal, Marengan Daya, dan Paberasan.
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil
Untuk menciptakan sistem kemitraan yang efektif
cakupan desa UCI.
dan
hasil
dalam
mengungkapkan
penelitian
bahwa
yang
penyamaan
Bukan hanya melakukan penyamaan persepsi
output
efisien
perlu
adanya
diperlukan
peningkatan
sistem
kemitraan
sistem
yang
terpadu dan lebih solid.
dan melaksanakan kegiatan yang diawali dengan
Hampir seluruh bidan desa tidak melakukan
melakukan perencanaan bersama dengan mitra
pelaporan kepada kepala desa, melainkan langsung
kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
melakukan pelaporan ke Puskesmas Pamolokan.
status desa UCI sebesar 1,012 kali. Melakukan
Hal ini mengakibatkan perangkat desa tidak memiliki
proses monitoring dan evaluasi secara terpadu juga
sistem
akan berpengaruh terhadap status desa UCI sebesar
Sehingga akan mempengaruhi kinerja perangkat
0,259 kali lebih baik.
desa dalam menjalin mitra di masyarakat.
pencatatan
terkait
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015
program
imunisasi.
150
Dengan tidak adanya sistem pencatatan dan pelaporan di tingkat desa, perangkat desa tidak akan
termotivasi untuk memberikan imunisasi kepada bayinya.
dapat melakukan proses monitoring dan evaluasi DAFTAR PUSTAKA
terhadap hasil cakupan desa UCI. Berdasarkan hasil analisis proses kemitraan, hampir seluruh desa belum mempunyai kesepakatan secara tertulis dengan pihak Puskesmas Pamolokan. Kesepakatan tertulis ini diperlukan guna menambah motivasi
kepada
anaknya
untuk
masyarakat diimunisasi
agar
secara
membawa sadar
dan
sukarela. Perlu adanya kebijakan dari pihak Puskesmas Pamolokan atau Dinas terkait untuk membuat komitmen atau kesepakatan secara tertulis dengan perangkat
desa
dalam
rangka
mendukung
tercapainya target 100% desa UCI pada masingmasing wilayah desa. Dengan adanya kesepakatan tertulis yang terjalin antara perangkat desa dan pihak Puskesmas, maka masyarakat akan semakin
Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1059/MENKES/SK/IX/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Muslim, Aziz. (2007). Pendekatan Partisipatif Dalam Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama. Aplikasia, 8: 89-103. Notoatmodjo, Sukidjo. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Surabaya: Rianeka Cipta. Pramudho, P.A.K.. (2009). Pengembangan Instrumen Pengukuran Kemitraan Desa Siaga di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Tesis. Depok: Universitas Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009. Jakarta: Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Triwilopo, Sendi. (2013). Pengaruh Strategi Kemitraan Terhadap Citra Perusahaan. Program Magister Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015