ANALISIS SEMIOTIKA NILAI – NILAI KEPEMIMPINAN DALAM KOMIK 99 PESAN NABI KARYA VBI_DJENGGOTTEN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Penyiaran Islam (S.Kom.I)
Oleh: Tengku Abubakar 1112051000037
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
ABSTRAK Tengku Abubakar Analisis Semiotika Nilai - Nilai Kepemimpina Dalam Komik 99 Pesan Nabi Dewasa ini, orang sudah menyadari bahwa komik bukan hanya sekadar sarana hiburan untuk anak – anak saja tetapi juga dapat menghibur orang dewasa. Komik sering digunakan untuk misi – misi tertentu seperti komik politik atau komik propaganda. Komik juga dapat dijadikan sebagai media dakwah, menjadikan komik sebagai media dakwah adalah suatu langkah yang efektif yang dilakukan oleh seorang da’i. Komik juga dapat memberikan nilai – nilai kepemimpinan dari gambaran yang dibuat oleh pengarangnya. Komik 99 Pesan Nabi karangan Veby Surya Wibawa adalah komik yang bernuansa Islami. Komik ini memberikan gambaran dari hadits – hadits Bukhari dan Muslim yang mahsyur. Komik ini memberikan makna perilaku hidup sehari – hari, dan juga menyisipkan makna tentang nilai – nilai kepemimpinan khususnya pemimpin yang ada di Indonesia. Kemudian muncul pertanyaan, apa makna denotative, makna konotative, dan mitos yang terkandung dalam komik 99 Pesan Nabi? Melihat konteks yang dibuat oleh pertanyaan penelitian di atas, maka tinjauan teoritis yang digunakan adalah teori semiotika menurut Rolland Barthes yaitu melihat makna tanda ada pada denotasi dan konotasi, atau yang biasa disebut two order of signification (signifikasi dua tahap atau dua tatanan pertanda). Signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier (ekspresi) dan signified (isi) di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Itulah yang kemudian disebut oleh Barthes sebagai denotasi, yang mana merupakan makna paling nyata dan tanda (sign). Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis semiotik yang bersifat model deskriptif. Data yang didapatkan dalam penelitian ini bersumber dari komik 99 Pesan Nabi, digabungkan dengan buku – buku teoritis yang membahas mengenai komik, semiotika Rolland Barthes dan nilai – nilai kepemimpinan, dan juga dokumentasi. Kesimpulannya adalah dalam komik 99 Pesan Nabi ini terdapat 13 (tigabelas) cerita yang menjelaskan tentang pentingnya menjadi seorang pemimpin, melihat sudut pandang pemimpin dari kacamata Islam, memilih pemimpin yang sejati.. Ketigabelas cerita tersebut mengandung nilai – nilai kepemimpinan yang dapat dicontohkan kepada pemimpin negeri ini, Serta bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kata Kunci: Semiotika, Nilai – Nilai, Kepemimpinan, Islami, Komik 99 Pesan Nabi.
i
KATA PENGANTAR Bismillahi Walhamdulillahirabbil’alamin, Dengan mengucap nama Allah SWT segala puji bagi-Nya, Dzat yang Maha Sempurna yang senantiasa memberikan kenikmatan dan kasih sayangnya kepada hamba – hambaNya. Dengan Ridho dan segala karunianyalah penulis akhirnya mampu menyelesaikan penelitian ini. Sholawat serta salam
semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi besar kita Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat – sahabatnya dan kita sebagai kaumnya. Dalam menyusun skripsi ini, penulis mempersembahkan skripsi ini kepada Kedua orang tua penulis, Abdullah Puteh dan Marmah yang senantiasa mendukung saya dan memberi solusi yang baik dalam mendidik dan mengajarkan saya. Terimakasih untuk yang sangat besar saya ucapkan kepada beliau berdua, saya selalu mendoakan agar disehatkan selalu badannya, dimurahkan rezekinya dan selalu berada dalam lindungan Allah SWT. Penulis juga sadari betul bahwa penulis tidak akan mampu menyelesaikan penelitian tanpa bantuan dari pihak lain. Semua karena bimbingan, nasihat dan motivasi dari semua pihak yang diberikan kepada penulis. Skripsi ini adalah tugas akhir yang disusun untuk melengkapi salah satu syarat yang telah ditentukan dalam menempuh program studi Strata Satu (S1) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Hidayatullah Jakarta.
ii
Selanjutnya, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih setulus – tulusnya kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dr. Arief Subhan M.A, beserta Suparto, M.Ed, selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan. 2. Ketua Jurusan Komunikasi penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Masran, M.A dan Sekertaris Jurusan Fita Fatkhurokhmah, M.Si. 3. Dr. Rulli Nasrullah, M.Si sebagai pembimbing skripsi yang bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama penulisan skripsi ini untuk mencapai hasil yang baik. 4. Bapak/Ibu seluruh staf pengajar di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membagi ilmunya kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis dalam urusan administrasi selama perkuliahan dan penelitian skripsi ini.
iii
6. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah melayani peminjaman buku literatur sebagai referensi dalam penyusunan skripsi ini. 7. Kepada Pengarang komik 99 Pesan Nabi, Vebi Surya Wibawa yang telah membalas email saya ketika saya bertanya perilah skripsi. Semoga karyanya bisa lebih mendunia lagi aamiin. 8. Terimakasih kepada teman wanita tercantik saya, Prieska Rachma Danyanti yang telah memberikan semangat, dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini, dan warna hidup saya. Skripsi ini kupersembahkan untukmu juga. Terimakasih juga buat Nanang dan Opi yang sudah memotivasi saya. 9. Terimakasih untuk Tika dan Panji yang repot – repot memberikan solusi tentang berkas – berkas sidang. Serta terimakasih pula untuk teman – teman WEAK KPI B 2012 dan KPI angkatan 2012, semoga pertemanan ini akan terus berlanjut. 10. Semua pihak yang terlibat membantu dan memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Tanpa mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan terimakasih yang begitu besar. Semoga segala kebaikan yang telah dilakukan dapat menerima balasan dari Allah SWT. Aamiin.
iv
Akhir kata, penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan segenap keluarga besar civitas akademik Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Jakarta, 20 Juni 2016
Penulis
v
DAFTAR ISI ABSTRAK ………………………………………………………………………… i KATA PENGANTAR ……………………………………………………………. ii DAFTAR ISI ............................................................................................................ vi DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………….. viii DAFTAR TABEL ………………………………………………………………...x BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………..…….....1 B. Fokus Penelitian …………………………………………………5 C. Rumusan Masalah ……………………………………………….5 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………….6 E. Metodelogi Penelitian …………………………………………...7 F. Tinjauan Pustaka ……………………………………………….10 G. Sistematika Penulisan …………………………………………..11
BAB II
KERANGKA TEORI A. Komik …………………………………………………………..13 1. Pengertian Komik ……………………………………....…..13 2. Kemunculan Komik …………………………………...…...16 3. Komik Sebagai Media Dakwah ……………………...…….18 B. Semiotika ………………………………………………….…….21 1. Konsep Semiotika …………………………………………..21 2. Semiotika Rolland Barthes ………………………………....26 C. Nilai – Nilai dan Kepemimpinan dalam Islam …………...….....30 1. Nilai – Nilai ………………………………………………..30 2. Kepemimpinan …………………………………………......34
vi
BAB III
GAMBARAN UMUM A. Sinopsis Komik 99 Pesan Nabi ………………………………...41 B. Biografi Vebi Surya Wibawa …………………………...…......47
BAB IV
ANALISIS DATA A. Analisis Semiotik Gambar Komik 99 Pesan Nabi Edisi Nilai – Nilai Kepemimpinan …………………………………………...51 B. Interpretasi Penulis Terhadap Komik 99 Pesan Nabi Edisi Nilai – Nilai Kepemimpinan Dalam Islam ………………………..…...82
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………………....86 B. Saran …………………………………………………………..89
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................92 LAMPIRAN
vii
Daftar Gambar Gambar 1
Gambar Ayah Imandaru …………………………………………….11
Gambar 2
Gambar Ibu Imandaru ...…………………………………………….22
Gambar 3
Gambar Imandaru …………………………………………………..22
Gambar 4
Gambar Pak Ustad ……………………………………………….....33
Gambar 5
Gabar Pak Bos ……………………………………………………....44
Gambar 6
Gambar Pak Polisi ………………………….……………………….44
Gambar 7
Gambar Mas Tessy ………………………………………………....76
Gambar 8
Gambar Pak Rebo ……………………………………………….....22
Gambar 9
Gambar Mbah Kakung ……………………………………………..45
Gambar 10
Gambar seorang pemimpin yang berfoya – foya ………………......34
Gambar 11
Gambar Calon Pemimpin Pengumbar Janji ……………………......33
Gambar 12
Gambar Pemimpin Zholim ………………………………………...33
Gambar 13
Gambar Seorang Suami Yang Dipeluk istrinya ……………….......33
Gambar 14
Gambar Ketegesan Seorang Polisi Dalam Penyuapan Pelanggar.....22
Gambar 15
Gambar Persengkongkolan Antara Pemimpin Desa dengan Pihak Swasta ……………………………………………………....45
Gambar 16
Gambar Presiden yang Membantu Memunguti Sampah Bersama Rakyat …………………………………………………...22
Gambar 17
Gambar Majikan yang Mengajak Makan Bersama dengan Pembantunya ……………………………………………..22
Gambar 18
Gambar Seorang Pemimpin yang Tidak Mau Disalahkan ……....33
Gambar 19
Gambar Presiden Yang Mau Menggunakan Transportasi Umum .……………………………………....…………………….33
Gambar 20
Gambar Seorang Pemimpin Keluarga marah Terhadap Seorang Penyuap ……………………………….…………………………...11 viii
Gambar 21
Gambar Calon Pemimpin yang Marah – marah dengan Papan….22
ix
Daftar Tabel Tabel 1
Tabel tanda Rolland Barthes ………………………………………..44
Tabel 2
Tabel seorang pemimpin yang berfoya – foya …….……….……....34
Tabel 3
Tabel Calon Pemimpin Pengumbar Janji ……………………….......33
Tabel 4
Tabel Pemimpin Zholim ………………………………………….....33
Tabel 5
Tabel Seorang Suami Yang Dipeluk istrinya ……………………....33
Tabel 6
Tabel Ketegesan Seorang Polisi Dalam Penyuapan Pelanggar……..22
Tabel 7
Tabel Persengkongkolan Antara Pemimpin Desa dengan Pihak Swasta ……………………………………………………......45
Tabel 8
Tabel Presiden yang Membantu Memunguti Sampah Bersama Rakyat ……………….…………………………………...22
Tabel 9
Tabel Majikan yang Mengajak Makan Bersama dengan Pembantunya ……………………………………………...22
Tabel 10
Tabel Seorang Pemimpin yang Tidak Mau Disalahkan …………....33
Tabel 11
Tabel Presiden Yang Mau Menggunakan Transportasi Umum …………………………..………………………………….33
Tabel 12
Tabel Seorang Pemimpin Keluarga Marah Terhadap Seorang Penyuap ……………………………………..………………………………..11
Tabel 13
Tabel Calon Pemimpin yang Marah – Marah dengan Papan…….22
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, banyak media yang dapat digunakan dalam melakukan aktivitas dakwah, salah satunya adalah media cetak. Komik merupakan bagian dari media cetak, komik banyak diminati oleh berbagai kalangan. Berbeda dengan karya sastra lainnya, komik tersebut bukan hanya untuk memberikan informasi tetapi juga sebagai media hiburan yang lucu dan dihiasi dengan gambar – gambar yang mendidik dan mengkritik. Menjadikan media komik sebagai media dakwah yang efektif tentu harus memperhatikan penyajian kata – kata yang selektif. Pesan dalam sebuah media komunikasi seperti komik dapat dijelaskan secara sungguh – sungguh, artinya bahwa materi yang berbentuk gambar dapat menjelaskan keseluruhan cerita atau materi dengan mengetahui apa maksud dari materi tersebut. Pesan yang ada dalam komik juga dapat berisi pesan dakwah. Pesan dakwah yang bersumber dari kitab suci al – Quran, seperti dijelaskan dalam firman Allah SWT surah Al-Ahzab ayat 39 yang berbunyi
1
2
39. (yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pembuat perhitungan. Komik adalah narasi yang diceritakan melalui sejumlah gambar yang diatur di dalam garis – garis horizontal, strip atau kotak, yang disebut Panels, dan dibaca seperti teks verbal dari kiri ke kanan.1Komik sering diartikan sebagai cerita bergambar, menurut Scout McCloud memberikan pendapat bahwa komik dapat memiliki arti gambar – gambar serta lambang lain yang terjuktaposisi (berdekatan, bersebelahan) dalam urutan tertentu, untuk menyampaikan informasi dan mencapai tanggapan estetis dari pembacanya. Komik sesungguhnya lebih dari sekadar cerita bergambar yang ringan dan menghibur. Komik adalah suatu bentuk media komunikasi visual yang mempunyai kekuatan untuk menyampaikan informasi secara populer dan mudah dimengerti. Hal ini dimungkinkan karena komik memadukan kekuatan gambar dan tulisan, yang dirangkai dalam suatu alur cerita gambar membuat informasi lebih mudah diserap. Komunikasi melalui media gambar memiliki kekuatan tersendiri akan penggambaran tentang suatu hal. Dengan kata lain, gambar – gambar komik merupakan hasil ekspresi dan interpretasi yang telah dihadapi oleh seniman pembuatnya. Melalui komik, para pembaca dibawa ke situasi yang lebih santai. Meskipun pesan – pesan di dalam beberapa kartun sama seriusnya dengan pesan – pesan yang disampaikan lewat berita dan artikel, pesan – pesan kartun sering 1
mudah dicerna atau dipahami sehubung dengan sifatnya yang
Marcel Danesi, Pesan,Tanda, dan Makna, (Yogyakarta:2010), hal.223.
3
menghibur. Tambahan pula kritikan – kritikan yang disampaikan secara jenaka tidak begitu dirasakan melecehkan dan mempermalukan.2 Komik sering digunakan untuk misi – misi tertentu seperti komik politik atau komik propaganda. Dewasa ini orang sudah menyadari bahwa komik bukan hanya sekadar sarana hiburan untuk anak – anak saja tetapi juga dapat menghibur orang dewasa seperti yang terjadi di Eropa, Amerika dan Jepang yang telah menghasilkan perkembangan dunia komik lebih maju. Berbicara mengenai komik yang berupa pelukisan grafis yang disertai pembahasan lewat tulisan, sering menghadapi masalah estetika yaitu nilai keindahan
yang
kompleks
dalam
usaha
menginterpretasikan
dan
mengeksplisitkan suatu komik. Seorang da’i dalam menyampaikan pesan dakwah harus berhati – hati dalam mengucapkan kata – kata yang konotatif agar tidak menimbulkan makna yang salah. Pengertian denotatif yaitu pesan yang diterima secara umum oleh kebanyakan orang dengan bahasa dan kebudayaan yang sama. Sedangkan pengertian konotatif ialah yang maknanya dipengaruhi oleh emosi dan evaluasi disebabkan oleh latar belakang dan pengalaman seseorang. Seperti dalam komik 99 Pesan Nabi menggunakan cara disertai gambar atau simbol – simbol dan kata – kata dalam teks yang penuh dengan tutur bahasa penuh makna, walaupun banyak juga kritikan pedas dari penulis.
2
Dewan Putu Wijana, Kartun: Studi Tentang Permainan Bahasa, (Yogyakarta:Tombak,2004)
,h.4
4
Mempelajari dan mengetahui nilai – nilai ajaran Islam tidak harus selalu dengan cara serius. Cara – cara belajar yang lebih menghibur dan menyenangkan seringkali dapat lebih mudah diterima dan mengena dihati. Alasam itulah yang membuat hadirnya ragam komik strip Islam yang membuat nuansa lucu bagi para pembacanya. Salah satunya adalah komik 99 Pesan Nabi karangan dari Veby Surya Wibawa atau dikenal juga dengan Vbi_djenggotten. Komik 99 Pesan Nabi ini adalah salah satu komik terbaik anugerah pembaca Indonesia tahun 2012. Sebuah komik berbahasa Indonesia yang didasarkan pada hadits – hadits Nabi. Komik ini menjelaskan pesan – pesan Nabi SAW dengan penyajian berupa ilustrasi cerita keseharian masyarakat Indonesia dengan cara lucu. Komik 99 Pesan Nabi yang akan diteliti mengandung nilai – nilai ajaran Islam yang ingin disampaikan seniman pembuatnya. Komik karangan Veby Surya Wibawa atau dikenal Vbi_djenggotten ini mampu memberi kesan dan pesan dari pesan – pesan Nabi melalui gambar – gambar jenaka nya serta memberi pemahaman agama islam yang lebih inovatif melalui teks serta gambar – gambarnya tersebut. Gambaran tokoh kartun – kartun yang lucu dan teks yang memudahkan pembaca untuk memahami komik dengan bahasa jelas dan tegas. Penelitian media komik 99 Pesan nabi ini merupakan kajian penelitian yang menarik untuk diteliti, karangan Veby Surya Wibawa merupakan beberapa hikmah dari pesan – pesan atau hadist – hadist dari Nabi Muhammad SAW yang dibuat melalui kartun – kartun lucu dapat diteliti
5
makna nilai – nilai kepemimpinan ajaran Islam dalam komik tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti bermaksud menyusun skripsi dengan judul “Analisis Semiotika Nilai – Nilai Kepemimpinan Dalam Komik 99 Pesan Nabi”. B. Batasan Masalah Merujuk pada latar belakang yang telah dijabarkan oleh penulis diatas. Untuk menghindari terlalu luas dan melebarnya pembahasan, peneliti fokus pembahasan pada tanda – tanda yang ada didalam komik yang berindikasi pada nilai – nilai kepemimpinan dengan memahami makna denotasi, konotasi, dan mitos di dalam komik 99 Pesan Nabi. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka permasalahan yang ingin penulis angkat adalah sebagai berikut : 1. Apa makna denotatif yang terdapat dalam komik 99 Pesan Nabi sub bab nilai – nilai kepemimpinan? 2. Apa makna konotatif yang terdapat dalam komik 99 Pesan Nabi sub bab nilai – nilai kepemimpinan? 3.
Apa makna mitos yang terdapat dalam komik 99 Pesan Nabi sub bab nilai – nilai kepemimpinan?
6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah merupakan usaha dalam memecahkan masalah yang disebutkan dalam perumusan masalah. Untuk itu, maka tujuan dari penelitian ini adalah a. Untuk mengetahui apa makna denotatif yang terdapat dalam komik 99 Pesan Nabi edisi nilai – nilai kepemimpinan? b. Untuk mengetahui apa makna konotatif yang terdapat dalam komik 99 Pesan Nabi edisi nilai – nilai kepemimpinan? c.
Untuk mengetahui apa makna mitos yang terdapat dalam komik 99 Pesan Nabi edisi nilai – nilai kepemimpinan?
2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu memberikan khasanah keilmuan, utamanya dibidang penelitian ilmu dakwah. Secara khusus dibidang kajian komunikasi dan penyiaran islam. Penelitian ini diharapkan menambah wacana bagi peniliti yang lain. Seperti media komik dapat dilakukan sebagai penyampaian pesan dakwah. b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan baru kepada masyarakat utama tentang berdakwah dengan menggunakan media seperti komik. Sehingga dapat dijadikan sebagai bahan individu untuk memahami makna pesan dakawah dalam komik. Selain itu juga
7
memberikan sumbangan kepada Fakultas Dakwah tentang kondisi media dakwah kita, sehingga bisa dijadikan pertimbangan ketika hendak melakukan dakwah melalui media dakwah seperti media komik. E. Metodologi penelitian 1. Metode penelitian (pendekatan dan jenis penelitian) Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif, pada tahapan teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif, analisis data ini merupakan upaya yang dilakukan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, kemudian memilah-milahnya menjadi satuan yang bisa dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.3 Pengungkapan dilakukan dengan menempatkan didiri pada posisi sang penulis dengan mengikuti struktur maknadari sang penulis sehingga bentuk distribusi dan produksi ideology yang disamaikan dalam wacana dapat diketahui. Penelitian ini juga melakukan penelusuran terhadap berbagai literature dan studi lapangan. Maka penelitian ini menggunakan analisis semiotik Roland Barthes. Dengan analisis semiotik maka akan sangat membantu penulis untuk melakukan penelitian.
3
Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung; PT Remaja Rosdakarya.2007),
h.248.
8
2. Sumber data Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka. Menurut John Lofland dan Lyn Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata – kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain – lain. a. Data Primer Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data4. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini yaitu komik 99 Pesan Nabi b. Data Sekunder Data Sekunder adalah data yang tidak langsung membebrikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.Data sekunder dalam penelitian ini berupa buku – buku dan tulisan lain yang berkaitan dengan masalah yang menjadi objek studi ini. 3. Teknik Pengumpulan Data Adapun pengumpulan data dalam penelitian ini akan menggunakan metode document research. Metode ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu teks berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sasaran utama dalam analisis sedangkan data sekunder berguna untuk mempertajam analisis data primer sekaligus dapat dijadikan bahan pelengkap ataupun pembanding.
4
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,2007,
h.137
9
Tujuan dari teknik analisis data ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna yang terdapat dalam gambar pada komik 99 Pesan Nabi. 4. Teknik analisis data Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam menganalisa data, penulis mengetahui dan menganalisis pesan dalam objek melalui tanda – tanda yang ada di dalamnya, maka dalam penelitian ini digunakan metode analisis semiotika. Semiotika, yang biasa didefinisikan sebagai pengkaji tanda-tanda ( the study of sign), pada dasarnya merupakan sebuah study atas kode-kode, yaitu sebuah sistem apapun yang memungkinkan kita memandang entitasentitas sebagai sesuatu yang bermakna.5 Teknik analisa data menggunakan semiotika Rolland Barthes. Barthes adalah penerus Soussure yang tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk – bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Barthes menjelaskan bahwa kunci dari analisis makna ada pada denotasi dan konotasi, atau yang biasa disebut two order of signification (signifikasi dua tahap atau dua tatanan pertanda). Signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier (ekspresi) dan signified (isi) di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal.
5
Kris Budiman, Semiotika Visual, (Yogyakarta, Penerbit Buku Baik, 2004),h.3
10
Itulah yang kemudian disebut oleh Barthes sebagai denotasi, yang mana merupakan makna paling nyata dan tanda (sign).6 F. Tinjauan Pustaka Dalam menentukan judul skripsi ini penulis sudah mengadakan tinjauan pustaka keperpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah & Ilmu Komunikasi maupun perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah. Penulis belum menemukan skripsi mahasiswa/I yang meneliti tentang judul ini. Ada beberapa skripsi yang serupa namun memilik fokus yang berbeda dengan yang peneliti teliti. Studi penelitian sebelumnya yaitu: 1. Skripsi yang berjudul “Analisis Semiotika Arti Bersyukur Dalam Komik Islam Gak Pake Ribet” karya Naziah mahasiswi KPI lulusan tahun 2015. Teori yang digunakan adalah teori semiotik Rolland Barthes. Masalah yang diteliti adalah arti bersyukur yang terkandung dalam komik Islam gak ribet. 2. Skripsi yang berjudul “Semiotik Penyimpangan Sosial Dalam Buku Komik Si Juki Cari Kerja! Karya Muly Hayun mahasiswa KPI lulusan tahun 2015. Teori yang digunakan adalah teori semiotik Rolland Barthes. Masalah yang diteliti adalah bentuk penyimpangan sosial yang terkandung dalam komik Si juki cari kerja. 3. Skripsi yang berjudul “Analisis Deskriptif Pesan Dakwah Dalam Komik 33 Pesan Nabi Volume 2 Jaga Hati Buka Pikiran Karya Vbi_Djenggotten”
6
Indiwan Seto Wahyu Wibowo,Semiotika Komunikasi. (Jakarta: Mitra Wacana Media,2011),
h.16
11
karya Ahmad Nofal mahasiswa KPI lulusan tahun 2013. Skripsi ini mengambil masalah tentang pesan dakwah yang ada di komik tersebut dengan melihat dari segi akhlaq, aqidah dan syari’ah. Namun, dari hasil penelusuran ini tidak membuat peneliti berhenti untuk melanjutkan penelitian ini. Karena, ada beberapa hal yang peneliti anggap sebagai kelebihan sekaligus pembeda dari penelitian yang lain. Dengan begitu maka enulis mengambil kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa/I yang meneliti tentang Analisis Semiotika Nilai – Nilai Kepemimpinan Dalam Komik 99 Pesan Nabi karangan Veby Surya Wibawa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini, penulis secara sistestematis membagi dalam lima bab yang terdiri dari beberapasub bab. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN membahas Latar Belakang Masalah,
Fokus Penelitian,
Rumusan masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metodelogi Penelitian, Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan. BAB II LANDASAN TEORI
membahas Pengertian Komik,
Kemunculan Komik, Komik Sebagai Media Dakwah, Konsep Semiotika, Nilai – Nilai dalam Kepemimpin Islam
12
BAB III GAMBARAN UMUM membahas Profil Komik 99 Pesan Nabi, Profil Tokoh Komik 99 Pesan Pesan Nabi, Sejarah Singkat Komikus, Profil Veby Surya Wibawa. BAB IV ANALISIS PENELITIAN membahas hasil penelitian yang berisi Analisis Semiotika Panel Komik 99 Pesan Nabi edisi Nilai – Nilai Kepemimpinan dan Interpretasi Penulis Terhadap Komik 99 Pesan Nabi edisi Nilai – Nilai Kepemimpinan. BAB V PENUTUP berisi Kesimpulan, Saran – Saran, dan Lampiran
BAB II KERANGKA TEORI A. Komik 1. Pengertian Komik Komik berasal dari bahasa Yunani yaitu komikos yang artinya sesuatu yang lucu dan berhubungan dengan komedi atau diartikan juga sebagai sebuah buku atau gambar yang terdiri dari komik strip. Komik strip merupakan cerita melalui gambar – gambar yang terpisah, dimana setiap karakter gambar berkelanjutan dengan gambar yang lain disertai dengan dialog dalam gambar.1 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komik adalah cerita bergambar (dalam majalah, surat kabar, atau berbentuk buku) yang umumnya mudah dicerna dan lucu.2 Komik adalah narasi yang diceritakan melalui sejumlah gambar yang diatur di dalam garis – garis horizontal, strip, atau kotak, yang disebut panels, dan dibaca seperti teks verbal dari kiri ke kanan. Komik biasanya menggambarkan petualangan satu karakter atau lebih dalam rangkaian waktu yang terbatas. Dialog direpresentasikan oleh kata – kata yang dilingkari di dalam balon, yang dikeluarkan dari mulut atau kepala karakter yang berbicara.3 Menurut maestro komik Will Eisner pada tahun 1986, pembuat buku yang berjudul Comics and Sequential Art mengatakan komik sebagai sequential art, yaitu susunan gambar dan kata – kata untuk menceritakan sesuatu atau mendramatisasi suatu ide. 1
Setiawan G. Sasongko, Kartun Sebagai Media Dakwah, (Jakarta: Sisma Digi Media, 2005), h. 53. Lihat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet. Ke 10, h.515. 3 Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), cet. Ke 1, h.223. 2
13
14
Scott McCloud dalam bukunya Understanding Comics mengatakan “Juxtaposed pictorial and other images in delibarate sequence, intended to convey information and’or to produce an aesthetic response in the viewer”. maksudnya komik adalah gambar – gambar dan lambang – lambang lain yang terjuktaposisi (berdekatan, bersebelahan) dalam urutan tertentu yang bertujuan untuk memberikan informasi atau untuk mencapai tanggapan estetis dari para pembaca. Namun intinya, komik adalah bentuk lahir dari hasrat manusia yang menceritakan pengalamannya melalui bentuk dan tanda.4 Teori komik di atas dijelaskan sebagai kacamata dalam mendakati komik sebagai komik, yaitu berdasarkan unikum media komik itu sendiri meleburkan gambar dan kata sebagai suatu naratif visual yang merupakan representasi gagasan di baliknya. Sedangkan gagasan dalam komik yang tidak kasat mata atau tersembunyi maka teori yang digunakan adalah teori kajian budaya.5 Komik kartun menurut Setiawan, penuh dengan perlambangan – perlambangan yang kaya akan makna. Oleh karena itu, selain dikaji sebagai “teks”, secara kontektual juga dilakukan, yakni dengan menghubungkan karya seni tersebut dengan situasi yang menonjol di masyarakat.6 Berdasarkan jenisnya, komik dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu comic-strips dan comic-books. Comic-strip atau strip merupakan komik yang tidiri dari beberapa panel saja dan biasanya dimuat pada surat kabar. Komik jenis ini terbagi menjadi dua kategori yaitu, komik strip bersambung merupakan komik yang terdiri dari tiga atau empat panel yang ditebitkan surat kabar atau majalah yang ceritanya berkesinambungan dan kartun komik merupakan komik yang hanya terdiri dari tiga atau empat panel yang merupakan alat protes dalam bentuk 4
Indira Maharsi, Komik Dunia Kreatif Tanpa Batas, (Yogyakarta: Kata Buku, 2011), h.3-4. Seno Gumira Ajidarma, Panji Tengkorak: Kebudayaan Dalam Perbincangan, (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2011), h.63 6 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rodakarya,2009), h.136. 5
15
banyolan. Adapun comic-books adalah kumpulan cerita bergambar yang terdiri dari satu atau lebih judul dan tema cerita, yang di Indonesia disebut komik atau buku komik. Namun, dalam perkembangan selanjutnya ada pula novel grafis, komik kompilasi dan juga muncul pula web comic atau komik online.7 Dalam perkembangan dewasa ini komik mengalami kemajuan yang relatif cepat, hal ini dikarenakan perkembangan terknologi dan tuntutan yang semakin beragam serta komplek dari para pembaca. Banyak media yang dipakai komik untuk merepresentasikan dirinya bagi pembaca. Media komik terbagi menjadi tiga, yaitu:8 1. Komik berbasis kertas, media ini paling banyak digunakan sampai saat ini. Media berbasis kertas ini adalah buku komik, komik strip, majalah dan segala bentuk yang beruhubungan dengan kertas sebagai media presentasinya di masyarakat pembaca. 2. Komik berbasis digital, media ini lahir dari perkembangan zaman yang menggunakan format digital. Entah itu komik – komik yang populer lama lalu di digitalkan ataupun komik yang sengaja dibuat dalam format digital. Komik digital ini sangat dimanfaatkan oleh komikus untuk mendistribusikan hasil karyanya ke seluruh dunia dengan sekali klik. Ada tiga kategori komik jenis ini: a) Online Comic Komik online merujuk kepada komik yang hanya bisa dilihat melalui browser di internet.
7 8
Indira Maharsi, Komik Dunia Kreatif Tanpa Batas, (Yogyakarta: Kata Buku, 2011), h.15-20. Indira Maharsi, Komik Dunia Kreatif Tanpa Batas, h.153-160.
16
b) Mobile Comic Mobile comic merujuk kepada komik yang tampilannya bisa dibawa kemana – mana. Saat ini yang terbaru adalah munculnya PSP Komik Digital yang dirilis Sony. Komik ini sudah terisi program khusus komik digital online. 3. Media Baru (New Media), merujuk kepada berbagai media yang dipakai sebagai presentasi komik selain kertas konvensional dan media digital. Medium yang dipakainya bisa bermacam – macam seperti hiasan mug, hiasan topi, sign system dan sebagainya. 2. Kemunculan Komik Melihat sejarah perjalanan komik, kita dapat menemukan bahwa komik ternyata sudah dimanfaatkan oleh sementara golongan agama untuk tujuan – tujuan propaganda. Golongan agama yang memanfaatkan bentuk komik ialah para pengikut Martin Luther (1983 – 1546) ketika pemimpin rohani ini mengajukan 95 tesis yang berlawanan dengan Gereja di Roma. Oleh pengikutnya, 95 tesis ini dijabarkan untuk awam dalam bentuk komik.9 Namun, jika dilihat lebih jauh tentang cikal bakal komik, kita dapat menemukan itu ada pada jaman prasejarah. Merujuk pada definisi Will Eisner dan Scott McCloud mengenai definisi komik, maka gambar pada dinding – dinding candi yang dibangun pada masa kejayaan Hindu dan Budha dapat dikategorikan sebagai komik, karena merupakan gambar yang berurutan dan merupakan rangkaian suatu cerita tertentu. Ada dua peninggalan di Indonesia yang menjadi
9
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rodakarya,2009), h.137.
17
cikal bakal komik, yaitu relief Borobudur dan Wayang Beber yang merupakan karya seni rupa dengan formatnya yang tidak seperti komik modern saat ini.10 Candi Borobudur adalah nama sebuah candi agama Buddha yang terletak di daerah Borobudur, Magelang , Jawa Tengah. Candi ini didirikan sekitar tahun 800-an Masehi, menurut J.G. de Casparis candi ini digunakan sebagai tempat pemujaan. Gambar yang di frame(panel), saling berurutan, bersebelahan dan berdekatan (juktaposisi) dan bertujuan memberikan informasi (menjadi manusia sempurna) benar – benar memakai prinsip yang terdapat dalam komik. Wayang Beber adalah seni rupa di pulau Jawa yang dibuat pada tahun 861 M. Seni ini memiliki ciri – ciri sama seperti komik. Bedanya, media yang dipakai dalam Wayang Beber adalah dengan menggunakan kertas ataupun kain. Sedangkan seni rupa barat mengatakan Trajan’s Columnyang menjadi cikal bakal komik dunia. Trajan’s Column ini merupakan sebuah monumen yang dibuat untuk menghormati kaisar Roma saat itu. Di monumen tersebut terdapat spiral bas relief yang intinya memperingati kemenangan Trajan di perang Dacian. Relief atau lukisan timbul inilah yang dikatakan sebagai cikal bakal komik dunia. Komik di Indonesia pada tahun 1930 sampai tahun 1970 banyak mengadopsi komik yang bercerita tentang kehidupan masyarakat jaman itu, seperti di awal tahun 1950-an muncul komik strip berjudul “Kisah Pendudukan Jogya” yang episodenya bercerita tentang agresi milter Belanda ke Yogyakarta. Baru pada tahun 1960-an komikus indonesia membuat cerita tentang pahlawan – pahlawan super yang diadaptasi oleh promotor luar. Seperti tokoh super hero lokal yaitu Sri Asih yang buat oleh Kosasih seperti Superman ataupun Wonder Woman.
10
Indira Maharsi, Komik Dunia Kreatif Tanpa Batas, h.30
18
Tahun 1965 komik indonesia mengalami pergeseran nilai. Cerita yang berbau pornografi banyak bermunculan dikalangan masyarakat. Jadi, hanya segelintir komik yang dapat beredar karena tidak lulus sensor. Namun, pada tahun 1980 komik Indonesia kembali bangkit dengan adanya komik remaja bertemakan roman kehidupan kota. Kini komik Indonesia lebih banyak cerita yang menarik, ini karena mengikuti kualitas gambar dan alur yang menarik sama seperti yang dibuat di Jepang. Tidak hanya membuat ide lebih menarik, komikus Indonesia kini menambahkan nuansa Islami.11 Di Indonesia, komik lokal dan komik luar negeri sempat populer secara bersamaan. Komik luar negeri yang dapat ditemui di Indonesia antara lain berasal dari Amerika, Eropa, Asia Timur. Komik Eropa yang beredar di Indonesia antara lain berasal dari Belanda, Belgia, atau Prancis. Komik Asia Timur yang beredar di Indonesia antara lain berasal dari Cina (terutama Hong Kong), Jepang, dan Korea. Di antara ketiga ranah asalnya, komik dari Asia Timur merupakan yang populer di Indonesia pada awal 1990-an sampai sekarang mengalahkan popularitas komik lokal dan di antara ketiga negara di Asia Timur yang berkontribusi dalam keberadaan komik di Indonesia, komik jepang adalah yang terpopuler. 3. Komik sebagai media dakwah Dalam pembuatannya komik pasti memiliki makna yang ingin disampaikan oleh pembuatnya. Komik merupakan media cetak, komik tidak sekadar berisi cerita fiksi atau humor. Saat ini komik tampil sebagai media dakwah. Media dakwah adalah alat untuk menyampaikan pesan – pesan dakwah. Dengan menggunakan media – media atau alat – alat yang tepat akan menghasilkan dakwah yang efektif. 11
Rulli Nasrullah & Novita Intan Sari, Komik Sebagai Media Dakwah:Analisis Semiotika Kepemimpinan Islam Dalam Komik “Si Bujang”, (Jakarta, Januari-Juni,2012), 25
19
Menjadikan media komik sebagai media dakwah yang efektif tentu harus memperhatikan penyajian kata – kata yang selektif. Pesan dalam sebuah media komunikasi seperti komik dapat dijelaskan secara sungguh – sungguh, artinya bahwa materi yang berbentuk gambar dapat menjelaskan keseluruhan cerita atau materi dengan mengetahui apa maksud dari materi tersebut. Pesan yang ada dalam komik juga dapat berisi pesan dakwah. Pesan dakwah yang bersumber dari kitab suci al – Quran, seperti dijelaskan dalam firman Allah SWT surah Al-Ahzab ayat 39 yang berbunyi
(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pembuat perhitungan. Kita sebagai orang Islam diwajibkan berdakwah, secara umum dakwah Islam dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu dakwah bi Al-Lisan (berdakwah melalui lisan), dakwah bi Al-Hal (berdakwah dengan perbuatan nyata yang meliputi keteladanan), dan dakwah bi Al-Qalam (berdakwah melalui tulisan seperti buku, majalah dan sebagainya).12 Di era informasi canggih seperti sekarang ini, tidak mungkin dakwah masih hanya menggunakan pengajian di mushalla saja. Penggunaan media – media modern adalah sebuah hal yang harus dimanfaatkan untuk menyampaikan ajaran – ajaran Islam.Media dibagi menjadi dua, yaitu:13 1. Nonmedia Massa a. Manusia; utusan, kurir, dan lain – lain
12
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h.11. Darwanto Sastro Subroto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1995), h.10. 13
20
b. Benda; telepon, surat, dan lain – lain 2. Media Massa a. Media massa manusia; pertemuan, rapat umum, seminar, sekolah, dan lain – lain b. Media massa benda; spanduk, buku, komik, selebaran, poster, folder, dan lain – lain c. Media massa periodik (cetak dan elektronik); visual, audio,dan audio visual. Dengan banyaknya media yang bisa digunakan, seorang da‟i harus dapat memilih media yang paling efektif untuk mencapai tujuan dakwah. Berbagai hal dalam media dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk melakukan kebaikan atau dakwah. Salah satunya seni, berbagai kesenian sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan pesan – pesan dakwah. Musik, drama, puisi, novel, komik, dan lain – lain adalah seni yang bisa digunakan sebagai media dakwah. Secara umum media – media benda yang dapat digunakan sebagai media dakwah dikelompokkan pada:14 a. Media Visual, yaitu media atau alat yang dapat dioperasikan melalui indera penglihatan, seperti film slide, overhead Proyektor (OHP), gambar dan foto. b. Media Audio, yaitu media atau alat yang dapat dioperasikan melalui indera pendengaran, seperti tape recorder. c. Media Audio Visual, yaitu media atau alat penyampaian informasi yang dapat menampilkan unsur gambar (visual) dan suara (audio) secara bersamaan pada saat memngkomunikasikan pesan dan informasi, seperti televisi, film atau sinetron, dan video.
14
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h.116-125.
21
d. Media Cetak, yaitu media atau alat untuk menyampaikaninformasi melalui tulisan yang tercetak, seperti buku, surat kabar, dan majalah. B. Semiotika 1. Konsep Semiotika Istilah semiotika berasal dari bahasa Yunani semeiotikos, berarti penerjemah dari tanda – tanda. Kata “semiotika” untuk pertama kali diperkenalkan oleh Henry Stubbes (1670), itu pun dalam bahasa Inggris, yang digunakan dalam ilmu kedokteran untuk menginterpretasi tanda (simptom). Pada abad ke 19, Charles Sanders Peirce mendefinisikan “semiotik” (yang kadang – kadang dieja sebagai semeiotic) sebagai “kuasa formal dari doktrin tanda – tanda” yang bersifat abstrak tentang “apa yang harus menjadi karakter dari semua tanda yang digunakan oleh atau kemampuan intelegensi manusia yang diperoleh melalui pengalaman”.15 Studi tentang bagaimana suatu masyarakat menghasilkan makna dan nilai – nilai dalam suatu sistem komunikasi disebut semiotika. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain atas dasar konvensi sosial.16 Istilah semiotika sering digunakan bersama dengan istilah semiologi. Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek – objek, peristiwa – peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Van Zoest mengartikan semiotic sebagai “ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya
15
Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011),
h.344. 16
Akhmad Muzakki, Kontribusi Semiotika Dalam Memahami Bahasa Agama, (Malang: UIN-Malang Press, 2007), h.9.
22
dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakanya”.17 Semiotika adalah studi tentang (sign) dan simbol yang merupakan tradisi penting dalam pemikiran tradisi komunikasi. Tradisi semiotika mencakup teori utama mengenai bagaimana tanda mewakili objek, ide, situasi, keadaan, perasaan, dan sebagainya yang berada di luar diri. Studi mengenai tanda tidak saja memberikan jalan atau cara dalam mempelajari komunikasi. Tetapi juga memiliki efek besar pada hampir setiap aspek (perspektif) yang digunakan dalam teori komunikasi.18 Dalam Islam, semiotika masuk dalam pembahasan Ilmu Mantiq. Ilmu Mantiq adalah mempelajari bagaimana orang bernalar, atau bagaimana caranya orang bisa berpikir benar. Seperti dasar – dasar semiotika yang dikemukakan oleh Charles Sanders Pierce itu ada pada konsep “dilalah”, yaitu suatu hal yang dapat membangkitkan adanya petunjuk, sedangkan apa yang diacunya atau yang ditunjuknya disebut “madlul”.19 Semiotika (semiotics) yang didefinisikan oleh Ferdinand de Saussure di dalam Course in General Linguistics, sebagai “ilmu yang mengkaji tentang tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial”. Implisit dalam definisi Saussure adalah prinsip, bahwa semiotika sangat menyandarkan dirinya pada aturan main (rule) atau kode sosial (social code) yang berlaku di dalam masyarakat, sehingga tanda dapat dipahami maknanya secara kolektif.20
17
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 95-96. 18 Morissan dan Andy Cory Wardhany, Teori Komunikasi: Tentang Komunikastor, Pesan, Percakapan, dan Hubungan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), h.27 19 Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa: Mengungkapkan Hakikat Bahasa, Makna dan Tanda, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.253. 20 Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, (Bandung: Jalasutra,2003), h.256.
23
Penggunaan metoda semiotika dalam penelitian desain harus didasarkan pada pemahaman yang komprehensif mengenai elemen – elemen dasar semiotika. Elemen dasar dalam semiotika adalah tanda (penanda/penanda), aksis tanda (sintagma/sistem), tingkatan tanda (denotasi/konotasi), serta relasi tanda (metafora/metomini).21 1. Komponen tanda Saussure menjelaskan tanda sebagai kesatuan yang tak dapat dipisahkan dari dua bidang, seperti halnya selembar kertas yaitu bidang penanda (signifier) untuk menjelaskan bentuk atau ekspresi dan bidang petanda (signified), untuk menjelaskan konsep atau makna. Penanda + Petanda = Tanda 2. Aksis tanda Di dalam konteks strukturalisme bahasa, tanda tidak dapat dilihat hanya secara individu, akan tetapi dalam relasi dan kombinasinya dengan tanda – tanda lainnya di dalam sebuah sistem. Analisis tanda berdasarkan sistem atau kombinasi yang lebih besar ini (kalimat, buku, kitab) melibatkan apa yang disebut aturan pengkombinasian (rule of combination), yaitu terdiri dari dua aksis, yaitu aksis paradigmatik (paradigmatic), yaitu perbendaharaan tanda atau kata (seperti kamus), serta aksis sintagmatik (syntagmatic), yaitu cara pemilihan dan pengkombinasian tanda – tanda berdasarkan aturan (rule) atau kode tertentu, sehingga dapat menghasilkan sebuah ekspresi bermakna. Bahasa adalah struktur yang dikendalikan oleh aturan main tertentu, semacam mesin untuk memproduksi makna. Aturan main bahasa yang digunakan oleh Saussure adalah bahwa di dalam bahasa hanya ada prinsip 21
Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, h.257-262.
24
perbedaan. Perbedaan dalam bahasa menurut Saussure hanya dimungkinkan lewat beroperasinya dua aksis bahasa yang disebut aksis paradigma dan aksis sintagma. 3. Tingkatan Tanda Rolland Barthes mengembangkan dua tingkatan pertanda (staggered system), yang memungkinkan untuk dihasilkannya makna yang juga bertingkat – tingkat, yaitu tingkat denotasi (denotation) dan konotasi (connotation). Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti.Konotasi adalah tingkatan pertanda yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung dan tidak pasti (artinya terbuka terhadap berbagai kemungkinan). Selain itu, Rolland Barthes juga melihat makna yang lebih dalam tingkatannya, akan tetapi lebih bersifat konvensional, yaitu makna – makna yang berkaitan dengan mitos. 4. Relasi Antar Tanda Selain kombinasi tanda, analisis semiotika juga berupaya mengungkap interaksi di antara tanda – tanda. Meskipun bentuk interaksi di antara tanda – tanda ini sangat terbuka luas, akan tetapi ada dua bentuk interaksi utama yang dikenal, yaitu metafora (metaphor) dan metomini (metonymy). Metafora adalah sebuah model interaksi tanda, yang di dalamnya sebuah tanda dari sebuah sistem digunakan untuk menjelaskan makna untuk sebuah sistem lainnya.Metonimi adalah interaksi tanda, yang di dalamnya
25
sebuah tanda diasosiasikan dengan tanda tanda lain, yang di dalamnya terdapat hubungan bagian (part) dengan keseluruhan (whole). Diantara tokoh – tokoh yang menggeluti semiotika antara lain:22 1. Charles Sanders Pierce, adalah seorang pemikir yang argumentatif. Bagi Peirce, tanda “is something which stands to somebody for something in some respect or capacity.” Pierce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan symbol (simbol). Ikon adalah tanda yang berhubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah, atau dengan kata lain ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan di antaranya bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat. 2. Ferdinand de Saussure, adalah pendiri linguistik modern yang menulis buku tentang Course in General Linguistics. ada lima pandangan tentang tanda dari Saussure yaitu, (1) Signifier (penanda) dan Signified (petanda), menurut Saussure prinsip yang mengatakan bahasa itu adalah suatu sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun dari dua bagian, yakni penanda dan petanda. Penanda adalah aspek material dari bahasa: apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. (2) Form (bentuk) dan content (materi). (3) Langue (bahasa) dan Parole (tuturan, ujaran). (4) Synchronic (sinkronik) dan Diachronic (diakronik); serta (5) Syntagmatic (sintagmatik) dan associative (paradigmatik).
22
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rodakarya,2009), h.36-71.
26
3. Roman Jakobson, adalah salah satu dari beberapa ahli linguistik abad 20. Pemikirannya yang penting adalah penekanannya pada dua aspek dasar struktur bahasa yang diwakili oleh gambaran metafor retoris (kesamaan), dan metonimia (kesinambungan). Jakobson berpandangan bahwa bahasa ada enam macam fungsi, yaitu (1) fungsi referensial, pengacu pesan; (2) fungsi emotif, pengungkap keadaan pembicara; (3) fungsi konatif, pengungkap keinginan pembicara yang langsung atau segera dilakukan atau dipikirkan oleh sang penyimak; (4) fungsi metalingual, penerang terhadap sandi atau kode yang digunakan; (5) fungsi fatis, pembuka, pembentuk, pemelihara hubungan atau kontak antara pembicara dengan penyimak; dan (6) fungsi puitis, penyandi pesan. 4. Louis Hjelmslev, adalah salah satu tokoh linguistik yang berperan dalam pengembangan semiologi pasca-Saussure. Hjelmslev mengembangkan sistem dwipihak (dyadic system) yang merupakan ciri sistem Saussure. Sumbangan Hjelmslev terhadap semiologi Saussure adalah dalam menegaskan perlunya sebuah “sains yang mempelajari bagaimana tanda hidup dan berfungsi dalam masyarakat”. Menurut Hjelmslev, linguistik adalah sebuah contoh metasemiotika: telaah tentang bahasa yang juga adalah bahasa itu sendiri. 5. Rolland Barthes, adalah salah seorang pemikir strukturalis yang getol mempraktikan model linguistik dan semiologi Saussurean. Ia berpendapat bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi – asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. 2. Semiotika Rolland Barthes Rolland Barthes lahir tahun 1915 dari keluarga menengah Protestan di Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat pantai Atlantik di sebelah barat daya Prancis. Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis
27
yang getol mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussurean. Pada 1976, Barthes diangkat sebagai profesor untuk “semiologi literer” di College de France. Barthes telah banyak menulis buku yang beberapa di antaranya, telah menjadi bahan rujukan penting untuk studi semiotika di Indonesia.23 Sejak
munculnya
tokoh
Saussure
dan
Pierce,
maka
semiologi
menitikberatkan dirinya pada studi tentang tanda dan segala yang berkaitan dengannya. Pada semiotika Pierce mengarahkan pada inferensi (pemikiran, logis) dan Saussure menekankan pada linguistik, pada kenyataan semiologin juga membahas signifikasi dan komunikasi. Sementara Barthes (1988: 199) semiologi hendak mempelajari bagaimana manusia memaknai hal – hal.24 Teori semiotika Barthes hampir secara harfiah diturunkan dari teori bahasa menurut de Saussure. Rolland Barthes mengungkapkan bahwa bahasa merupakan sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi – asumsi dari masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Selanjutnya, Barthes (1957, dalam de Saussure, yang dikutip Sartini) menggunakan teori signifiant – signifient yang dikembangkan menjadi teori tentang metabahasa dan konotasi. Istilah signifiant menjadi ekspresi (E) dan signifie menjadi isi (C). Namun, Barthes mengatakan bahwa antara E dan C harus ada relasi (R) tertentu, sehingga membentuk tanda (sign, Sn). Konsep relasi ini membuat teori tentang tanda lebih mungkin berkembang karena relasi ditetapkan oleh pemakai tanda. Menurut Barthes, ekspresi dapat berkembang dan membentuk tanda baru, sehingga ada lebih dari satu isi yang sama. Barthes menjelaskan bahwa kunci dari analisis makna ada pada denotasi dan konotasi, atau yang biasa disebut two order of signification (signifikasi dua tahap atau dua tatanan pertanda). Signifikasi tahap pertama merupakan hubungan 23 24
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h.63-64. Kurniawan, Semiologi Rolland Barthes, (Jakarta: Yayasan Indonesiatera,2001),h.52-53.
28
antara signifier (ekspresi) dan signified (isi) di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Itulah yang kemudian disebut oleh Barthes sebagai denotasi, yang mana merupakan makna paling nyata dan tanda (sign).25 1. Signifier (penanda)
2. Signified (pertanda)
3. Denotative Sign (tanda denotatif) 4. Connotative Sign (penanda konotatif)
5. Connotative Signified (petanda Konotatif)
6. Connotative Sign (tanda konotatif) Tabel 1 (Gambar tanda Rolland Barthes) Dari peta diatas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Tataran denotasi menghasilkan makna yang eksplisit dan langsung. Dontasi merupakan makna yang sebenar – benarnya, yang disepakati bersama secara sosial. Tanda konotatif merupakan tanda yang penandanya mempunyai keterbukaan makna atau makna yang implisit, artinya terbuka kemungkinan terhadap penafsiran – penafsiran lain. Jadi, dalam konsep Barthes tanda konotatif tidak sekadar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. 26 Menurut Arthur Asa Berger, makna denotasi bersifat langsung, dan dapat disebut sebagai gambaran dari suatu pertanda. Sedangkan makna konotatif dari beberapa tanda akan menjadi semacam mitos atau petunjuk mitos (yang menekankan makna – makna tersebut) sehingga dalam banyak hal (makna) konotasi menjadi perwujudan mitos yang sangat berpengaruh. Menurut Piliang 25 26
Indiwan Seto Wahyu Wibowo,Semiotika Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media,2011), h.16 Nawiroh Vera, Semiotika Dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), h.27.
29
yang dikutip Sumbu Tinarbuko, makna denotatif adalah hubungan jelas antara tanda dengan referensi atau realitas dalam pertandaan tahap denotatif. Sedangkan makna konotatif meliputi aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dengan emosi serta nilai – nilai kebudayaan dan ideologi. Secara ringkas, denotasi dan konotasi dapat dijelaskan sebagai berikut:27 1. Denotasi adalah interaksi antara Signifier dan Signified dalam sign, dan antara sign dengan referent (object) dalam realitas eksternal. 2. Konotasi adalah interaksi yang muncul ketika sign bertemu dengan perasaan atau emosi pembaca/pengguna dan nilai – nilai budaya mereka. Makna menjadi subjektif atau inter subjektif. Tanda lebih terbuka dalam penafsirannya pada konotasi daripada denotasi. Pada dasarnya, ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam pengertian secara umum dengan denotasi dan kontasi yang dimengerti oleh Barthes. Dalam pengertian umumnyanya, denotasi itu biasanya dimengerti sebagai makna harfiah, makna yang “sesungguhnya”, akan tetapi di dalam semiologi Roland Barthes denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam kerangka Barthes, konotasi juga identik dengan operasi ideologi, yang disebut sebagai „mitos‟, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai – nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Mitos dalam pandangan Barthes adalah perkembangan dari konotasi, konotasi yang sudah terbentuk lama di masyarakat itu mitos. Barthes juga mengatakan bahwa mitos merupakan sistem semiologis yakni sistem tanda – tanda yang dimaknai manusia. Mitos Barthes berbeda dengan anggapan tentang tahayul, 27
M. Antonius Birowo, Metode penelitian Komunikasi; Teori dan Aplikasi,(Yogyakarta: Gitanyali, 2004), h.57
30
tidak masuk akal, dan lain – lain, tetapi mitos menurut Barthes sebagai type of speech (gaya bicara) seseorang. Mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran ke-dua. Jadi, semiotika adalah tatanan tanda dari petanda dan penanda yang menghasilkan makna langsung maupun tidak langsung untuk menjelaskan hubungan penanda dan petanda dalam makna yang eksplisit maupun tidak eksplisit. C. Nilai – Nilai dan Kepemimpinan dalam Islam 1. Nilai - Nilai Dipandang dalam perspektif sejarah filsafat yang sudah panjang, “nilai” merupakan suatu tema filosofis yang berumur agak muda. Baru pada akhir abad ke-19 tema ini mendapat kedudukan mantap dalam uraian – uraian filsafat akademis. Sekurang – kurangnya secara eksplisit. Tapi secara implisit nilai sudah lama memegang peranan dalam pembicaraan filsafat, sudah sejak Plato menempatkan ide “baik” paling atas dalam hierarki ide – ide.28 Nilai adalah sesuatu yang berharga yang memungkinkan manusia untuk membuat keputusan mengenai apa yang ingin dicapai atau sesuatu yang dibutuhkan untuk sampai ketujuannya agar memenuhi kebutuhan psikologinya. Dalam pengertiannya, nilai tidak terlepas hubungannya dengan manusia. Ada banyak pengertian yang mewakili tentang definisi nilai dari berbagai sudut pandang, nilai merupakan sesuatu yang potensial, dalam arti terdapatnya hubungan yang harmonis dan kreatif, sehingga berfungsi untuk menyempurnakan
28
K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Yogyakarta, 1992), h.110
31
manusia, sedangkan kualitas merupakan atribut atau sifat yang seharusnya dimiliki. 29 Manusia sebagai makhluk yang memiliki nilai akan memaknai nilai dalam dua konteks. Pertama nilai sebagai sesuatu yang objektif, yaitu nilai dipandang telah ada sebelum manusia itu memberi nilai. Nilai bagi pandangan objektivis tidak tergantung pada objek, melainkan objek lah sebagai penyangga perlu hadir dan menampakkan nilai tersebut, karena meskipun tidak ada objek, nilai telah ada dengan sendirinya. Keduanilai sebagai subjektif, yaitu nilai dipandang sangat bergantung pada subjek yang menilainya. Jadi nilai memang tidak akan ada dan tidak akan hadir tanpa hadirnya penilai. Oleh karena itu nilai melekat dengan subjek penilai.30 Sekurang – kurangnya ada enam nilai yang amat menentukan wawasan etika dan kepribadian manusia sebagai individu maupun sebagai masyarakat, yaitu:31 1. Nilai teori. Dalam pengenalan konsep teori ini manusia mengenal objektifitas benda – benda atau kejadian – kejadian dalam prosesnya hingga menjadi pengetahuan. 2. Nilai ekonomi. Ketika manusia menggunakan benda – benda atau kejadian – kejadian maka ada proses penilaian ekonomi atau kegunaan, yaitu dengan kegunaan tersebut dapat keuntungan tersendiri.
29
Elly M. Setiadi Dkk, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Jakarta, Kencana Prenadamedia Group, 2006),
h.126-127 30
Elly M. Setiadi Dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2008), Ed.2,
31
Rusmin Tumanggo Dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h.
h.110. 142-143.
32
3. Nilai agama. Ketika manusia mendapatkan ketakjuban dan kebesaran yang membuat tergetarnya hati manusia maka manusia mengenal nilai agama. 4. Nilai seni. Ketika manusia mengalami keindahan di mana ada konsep estetika dalam menilai benda atau kejadian – kejadian, maka manusia mengenal nilai seni. 5. Nilai kuasa. Ketika manusia merasa puas jika orang mengikuti apa yang dipikirkan, norma – normanya dan kemauannya maka manusia mengenal nilai kuasa. 6. Nilai solidaritas. Ketika manusia mengenal hubungan menjadi itu menjadi cinta, persahabatan dan simpati dan merasakan kepuasaan ketika itu mereka mengenal nilai solidaritas. Penilaian ini dihubungkan dengan unsur – unsur atau hal yang ada pada manusia, seperti jasmani, cipta, karsa, rasa, dan keyakinan. Oleh karena itu, nilai itu memiliki polaritas dan hierarki. Dalam hierarki nilai sangat tergantung dari sudut pandang dan nilai yang menjadi patokan dasar si penilai. Menurut Max Scheller dalam Kaelan, menyebutkan hierarki tersebut terdiri atas:32 1. Nilai kenikmatan, yaitu nilai yang mengenakan atau tidak mengenakan, yang berkaitan dengan indra manusia yang menyebabkan manusia senang atrau menderita. 2. Nilai kehidupan, yaitu nilai yang penting bagi kehidupan. 3. Nilai kejiwaan, yaitu nilai yang tidak tergantung baik pada keadaan jasmani maupun lingkungan.
32
h.122.
Elly M. Setiadi Dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2008), Ed.2,
33
4. Nilai kerohanian, yaitu moralitas nilai dari yang suci maupun yang tidak suci. Nilai kerohanian ini bisa dibedakan pada empat macam: a. Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, dan cipta) manusia. b. Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan (estetis, gevoel, dan rasa) manusia. c. Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (will, wollen, dan karsa) manusia. d. Nilai religius, yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan manusia. Berdasarkan analisis sederhana ini dapat disimpulkan bahwa nilai sekurang – kurangnya memiliki tiga ciri berikut ini: 1. Nilai berkaitan dengan subyek. Kalau tidak ada subyek yang menilai, maka tidak ada nilai juga. Entah manusia hadir atau tidak, gunung tetap meletus. Tapi untuk dapat dinilai sebagai “indah” atau “merugikan”, letusan gunung itu memerlukan kehadiran subyek yang menilai. 2. Nilai tampil dalam suatu konteks praktik, dimana subyek ingin membuat sesuatu. Dalam pendekatan yang semata – mata teoretis, tidak akan ada nilai. (hanya menjadi pertanyaan apakah suatu pendekatan yang secara murni teoretis bisa diwujudkan). 3. Nilai – nilai menyangkut sifat – sifat yang “ditambah” oleh subyek pada sifat – sifat yang dimiliki oleh obyek. Nilai tidak dimiliki oleh obyek pada dirinya.
34
Rupanya hal itu harus dikatakan karena obyek yang sama bagi pelbagai subyek dapat menimbulkan nilai yang berbeda – beda. Yang dibicarakan tentang nilai pada umumnya tentu berlaku juga untuk nilai moral. Nilai moral tidak terpisah dari nilai – nilai jenis lainnya. Setiap nilai dapat memperoleh suatu “bobot moral”, bila diikutsertakan dalam tingkah laku moral. Kejujuran, misalnya, merupakan suatu nilai moral, tapi kejujuran itu sendiri “kosong”, bila tidak diterapkan pada nilai lain, seperti umpamanya nilai ekonomis. Kesetiaan merupakan suatu nilai moral yang lain, tapi harus diterapkan pada nilai manusiawi, misalnya, cinta antara suami istri. Jadi, nilai – nilai yang disebut sampai sekarang bersifat “pramoral”. Nilai – nilai itu mendahului tahap moral, tapi bisa mendapat bobot moral, karena diikutsertakan dalam tingkah laku moral. 2. Kepemimpinan Kata “kepemimpinan” terjemahan dari bahasa Inggris “leadership” banyak sekali kita temukan dalam kehidupan kita sehari – hari. Di dalam kepemimpinan selalu terdapat unsur pemimpin (influencer) yakni yang mempengaruhi tingkah laku pengikutnya (influencee) atau para pengikut – pengikutnya dalam suatu situasi.
Dalam
definisinya
kepemimpinan
secara
luas
meliputi
proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan dari organisasi lalu memotivasi perilaku para pengikutnya untuk mencapai tujuan dan mempengaruhi pengikut untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu juga mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa – peristiwa para pengikutnyan.33 Ensiklopedia Umum tahun 1973 terbitan yayasan kansius mengartikan kepemimpinan, yaitu Hubungan yang erat antara seseorangdan sekelompok
33
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h.2.
35
manusia, karena adanya kepentingan bersama; hubungan itu ditandai tingkah laku yang tertuju dan terbimbing dari pada manusia yang seorang itu; manusia atau orang ini biasanya disebut yang memimpin atau pemimin, sedangkan kelompok manusia yang mengikutinya disebut yang dipimpin.34 Kepemimpinan adalah orang atau kelompok orang yang memimpin. Misalnya “Orang mau mengubah kepemimpinan nasional”, artinya orang mau menggantikan personalia pimpinan negara di tingkat nasional. Dengan kepemimpinan dimaksudkan juga seluruh usaha memipin. Bila dikatakan: “Kepemimpinannya sungguh berhasil”, maka yang dimaksudkan ialah seluruh usaha, seluruh kegiatan memimpin mencapai sasarannya.35 Dalam pengertiannya, kepemimpinan itu dibedakan menjadi dua, yaitu kepemimpinan formal dan kepemimpinan non formal. Kepemimpinan formal diartikan sebagagai proses pemberian motivasi agar orang – orang yang dipimpin melakukan kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan program yang telah ditetapkan. Kepemimpinan juga berarti usaha mengarahkan, membimbing dan mempengaruhi orang lain, agar pikiran dan kegiatan tidak menyimpang dari tugas pokok masing – masing. Sedangkan kepemimpinan non formal dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi pikiran, perasaan, tingkah laku, dan mengarahkan semua fasilitas untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan secara bersama – sama pula.36 Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakan dan mempengaruhi orang. Kepemimpinan sebagai sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarela/sukacita.
34
M. Karjadi, Kepemimpinan (Leadership), (Bandung: PT. Karya Nusantara, 1989), h.2 35 Dr.J.Riberu, Dasar – Dasar Kepemimpinan, (Jakarta: CV.Pedoman Ilmu Jaya, 1992), cet ke-4, h.1. 36 Hadari Nawawi dan M. Martini Hadari, Kepemimpinan Yang Efektif, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012), h. 11-13.
36
Kepemimpinan juga dikatakan sebagai proses mengarahkan dan memepengaruhi aktivitas – aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok. Tiga implikasi penting yang terkandung dalam hal ini yaitu37: 1. Kepemimpinan itu melibatkan orang lain baik itu bawahan maupun pengikut, 2. Kepemipinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang, karena anggota kelompok bukanlah tanpa daya, 3. Adanya kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya melalu berbagai cara. Sesungguhnya banyak ilmuwan tang telah lama mengakui bahwa kepemimpinan lebih dari sekadar pertukaran sosial antara pemimpin dan pengikut. Jika kepemimpinan dibatasi pada perilaku seorang pemimpin yang memberi hadiah ketika bawahannya berhasil dan memberikan hukuman jika gagal, maka kepemimpinan semacam ini akan membuat bawahan merasa seperti seekor keledai. Kepemimpinan semestinya juga ditujukan untuk menciptakan komitmen dan keterlibatan yang sesungguhnya dari pengikut atau bawahan secara sukarela. Dalam fungsinya, kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial
dalam
kehidupan
kelompok/organisasi
masing
–
masing
yang
mengisyarakatkan bahwa pemimpin itu berada dalam lingkup dan bukan berada di luar situasi. Fungsi kepemimpinan memiliki dau dimensi seperti:38 1. Dimensi yang berkenan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin.
37 38
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2006), h.3. Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2006), h.53.
37
2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang – orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas – tugas pokok kelompok/organisasi. Sedikitnya ada enam tipologi kepemimpinan, yaitu sebagai berikut:39 1. Tipe Otoriter, adalah tipe pemimpin yang berbagai kegiatan yang akan dilakukan dan penetapan keputusan ditentukan sendiri oleh pemimpin semata – mata. (tidak memberi kesempatan pada bawahan). 2. Tipe Demokratis, adalah tipe pemimpin yang berbagai kegiatan yang akan dilakukan dan penetapan keputusan ditentukan bersama antara pemimpin dengan bawahan. (memberi kesempatan partisipasi pada bawahan). 3. Tipe Liberal, adalah tipe pemimpin yang berbagai kegiatan dan penetapan keputusan lebih anyak diserahkan pada bawahan. (memberi kebebasan pada bawahan). 4. Tipe Populis, adalah tipe pemimpin yang mampu mebangun rasa solidaritas pada bawahan atau pengikutnya. 5. Tipe Kharismatik, adalah tipe pemimpin yang memiliki nilai ciri khas kepribadian yang istimewa atau wibawa yang tinggi sehingga sangat dikagumi dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap bawahan atau pengikutnya. 6. Tipe kooperatif, dimaksudkan sebagai kepemimpinan ciri khas Indonesia, yaitu yang memiliki jiwa Pancasila, yang memiliki wibawa dan daya untuk membawa serta dan memimpin masyarakat lingkungannya kedalam kesadaran kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945. Kepemimpinan Dalam Islam 39
Soekarso dan Iskandar Putong, Kepemimpinan: Kajian Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Erlangga, 2015), h.20.
38
Di dalam Islam kepemimpinan identik dengan istilah khalifah yang berarti wakil. Ini merujuk pada surat Al-Baqarah (2) ayat 30 yang berbunyi:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Selain kata khalifah disebutkan juga kata Ulil Amri yang satu akar dengan kata amir, kata ulil amri berarti pemimpin yang tertinggi dalam masyarakat Islam, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Nisa‟ (4) ayat 59:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. Dari ayat tersebut pelajaran yang dapat kita petik yaitu : 1. Taat kepada Rasul dan Ulil Amri dalam ayat ini bersifat mutlak, selama Ulil Amri tidak memerintahkan kepada yang dilarang oleh Allah SWT. 2. Rasul memiliki dua kedudukan. Pertama, menjelaskan hukum-hukum Tuhan dan menunaikan risalahNya. Kedua, mengelola urusan masyarakat dan menjelaskan peraturan-peraturan pemerintahan berdasarkan kebutuhan.
39
3. Jalan yang terbaik menyelesaikan perselisihan mazhab Islam adalah merujuk kepada al-Quran dan Sunnah Rasul yang diterima oleh semua orang. 4. Masyarakat haruslah menerima pemerintahan Islam dan mendukung para pimpinan yang adil. Dalam pandangan islam, seorang pemimpin itu adalah orang yang diberi amanat oleh Allah SWT untuk memimpin siapa saja yang dipimpin. Dengan menjadi pemimpin maka ia akan dimintai pertanggung jawabannya kelak di akhirat. Veitzal Rivai menyebutkan ada enam ciri kepemimpinan dalam Islam, yaitu:40 1. Setia kepada Allah, menjadi pemimpin sudah sepatutnya bersedia setia kepada Allah, bukan karena ambisi menjadi penguasa tetapi mengikuti aturan maupun syariat yang sudah ditetapkan Allah SWT. 2. Tujuan Islam secara menyeluruh, pemimpin harus bisa mengendalikan yang dipimpin secara menyeluruh, karena dalam Islam kepentingan yang dilakukan oleh pemimpin bukan hanya untuk pribadi atau segelintir kelompok melainkan secara menyeluruh. 3. Menjunjung tinggi syariat dan akhlak Islam, pemimpin dalam Islam adalah orang yang mampu memegang teguh aturan – aturan di dalam syariat Islam, oleh karena itu pemimpin tidak boleh mengabaikannya. Jika pemimpin mengabaikan aturan dalam syariat Islam maka pemimpin tersebut di makzulkan. 4. Pengemban Amanah, pemimpin adalah seorang pengemban amanah dari Allah. 5. Bermusyawarah dan tidak sombong, kepemimpinan Islam memiliki prinsip dasar yaitu terlaksananya musyawarah untuk menyelesaikan masalah.
40
Veithzal Rivai, Kiat Memimpin Dalam Abad ke-21, (Jakarta: Murai Kencan, 2004), h.72-73.
40
6. Disiplin, konsisten dan konsekwen, ini adalah ciri dari kepemimpinan dalam Islam. Sifat dan sikap ini tentunya akan diwujudkan dalam semua tindakan maupun perbuatan.
BAB III GAMBARAN UMUM A. Sinopsis Komik 99 Pesan Nabi Komik 99 Pesan Nabi adalah kompilasi dari seri 33 pesan Nabi volume 1, 2, dan 3. Komik ini karangan dari Veby Surya Wibawa atau dikenal juga dengan Vbi_djenggotten. Komik 99 Pesan Nabi ini adalah salah satu komik terbaik anugerah pembaca Indonesia tahun 2012. Sebuah komik berbahasa Indonesia yang didasarkan pada hadits – hadits Nabi. Komik ini menjelaskan pesan – pesan Nabi SAW dengan penyajian berupa ilustrasi cerita keseharian masyarakat Indonesia dengan cara lucu. Komik ini lebih lengkap dengan berbagai nilai – nilai kehidupan sehari – hari. Banyak pembelajaran yang dapat diambil dari komik ini, selain itu komik ini juga memberikan gambaran adegan – adegan dengan sangat baik dan lebih santai. Karakter – karakter yang dibuat dalam komik mirip dengan kenyataan di kehidupan sehari – hari. Pesan – pesan dakwah yang disampaikan lebih jelas dan lebih mengena di hati seperti yang ada di Indonesia khususnya. Masalah tentang perebutan jabatan, tahayul, menggosip dan lain sebagainya adalah contoh yang lumrah dilakukan di Indonesia. Komik 99 Pesan Nabi menggunakan cara disertai gambar atau simbol – simbol dan kata – kata dalam teks yang penuh dengan tutur bahasa penuh makna, walaupun banyak juga kritikan pedas dari penulis.
41
42
43
Gambar 3 Gambar Imandaru Sumber: Komik 99 Pesan Nabi Imandaru adalah seorang anak perempuan yang pintar dan cerdas, memiliki rambut hitam sebahu. Seorang anak perempuan yang selalu memiliki beragam pertanyaan cerdas kepada ayahnya.
Gambar 4 Gambar Pak Ustad Sumber: Komik 99 Pesan Nabi Pak Ustad adalah seorang pemuka agama yang gaul dan bersahaja dengan jenggot yang jarang di dagunya, seorang yang selalu memakai peci dikepalanya dan selalu mengingatkan kebaikan kepada orang orang – orang disekitarnya.
44
Gambar 5 Gabar Pak Bos Sumber: Komik 99 Pesan Nabi Pak Bos adalah seorang atasan yang fenomenal di perusahaan gun bekerja. Pak bos merupakan seorang yang royal terhadap bawahannya, dia sering mentraktir bawahannya ke tempat makan maupun tempat karaoke. Pak bos memiliki rambut hitam yang tebal dan sedikit berdiri keatas dan perut buncit. Pak bos sering sekali menghabiskan waktu malamnya di klub klub malam. Dia adalah seorang yang beruntung karena mendapat hidayah dari Allah SWT melalui perantaranya yaitu si Gun
Gambar 6 Gambar Pak Polisi Sumber: Komik 99 Pesan Nabi
45
Pak Polisi adalah seorang penegak hukum yang taat kepada Allah, seorang yang berkepala botak dan kumisnya yang tebal yang menjalankan tugas kepolosian dengan baik dan amanah.
Gambar 7 Gambar Mas Tessy Sumebr: Komik 99 Pesan Nabi Mas Tessy, seorang yang percaya akan ramalannya yang baik, seorang pengusaha yang kaya raya namun akhirnya bangkrut akibat ramalannya sendiri, tipe suami yang romantis dan saumi menyenangkan hati istrinya
Gambar 8 Gambar Pak Rebo Sumber: Komik 99 Pesan Nabi
46
Pak Rebo adalah ketua RT dimana keluarga Imandaru tinggal. Pak Rebo memiliki kumis tebal dan perut buncit seperti pejabat umumnya. Pak Rebo adalah pemimpin yang zholim, yang mengambil keuntungan dan memanfaatkan kekuasaannya untuk kepentingan pribadinya
Gambar 9 Gambar Mbah Kakung Sumber: Komik 99 Pesan Nabi Mbah Kakung Imandaru yaitu seorang pejuang pada masanya, lelaki yang gagah perkasa dan pemimpin keluarga sejati yang melindungi keluarganya dari suap menyuap. Mbah Kakung adalah sosok pekerja keras yang sederhana dan amanah yang berjiwa ksatria Komik ini terdiri dari 99 cerita yang erat dengan kehidupan sehari – hari dengan penggalan – penggalan cerita yang saling berhubungan. Komik ini berisikan 99 pesan Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim. Jika dilihat dari judulnya mungkin akan banyak yang berpikir jika komik ini lebih pantas untuk anak kecil, namun tidak demikian jika anda melihat isi dari komiknya. Dimana nilai yang
47
terkandung dalam komik ini tidak semata-mata sebagai hiburan, melainkan penyampaian pesan universal dari nabi melalui sabda beliau. komik ini berhasil memunculkan wajah agama yang damai dan mampu membuat pembacanya tersenyum. B. Biografi Vebi Surya Wibawa Komik 99 pesan nabi ini ditulis oleh Vbi-djenggotten yaitu nama pena dari nama aslinya Veby Surya Wibawa. Beliau lahir di Malang, 25 Februari 1982. Lulusan arsitektur Brawijaya Malang. Veby merupakan salah satu komikus yang memberi warna baru dalam dunia komik di Indonesia, ia mencoba memberikan pesan dan nilai Islam yang ingin disampaikan. Dia dibesarkan hingga dewasa dikota kelahirannya dan membuat dia akrab dengan budaya lokal. Ia peka pada perhatian lokal, seperti pendidikan, lingkungan sosial, urbanisasi, perdagangan komersial, pasar tradisional, dan bahkan kebiasaan lokal, dan ia menuangkan observasinya ke dalam karya. Tidak hanya pada karyanya, namun juga pada setiap cerita yang ia tulis. Ini tergolong unik mengingat Veby memiliki gelar arsitek, dan tak punya latar belakang seni komik secara formal. Pada waktu SMU Veby Surya Wibawa sudah tergerak ingin membuat komik, salah satu inspirasi beliau ingin membuat komik adalah membaca komik Lagak Jakarta-nya Benny-Mice tahun 1997. Waktu itu Veby membuat komik dengan inspirasi dari hubungan asmaranya. Dia membuat gaya komik kartun sendiri berbeda dengan komikus lain yang mengimitasi gaya manga. Ia berlatih setiap harinya meski hanya satu-dua
48
jam untuk menyempurkan teknik dan bentuk gayanya. Kepala bulat besar dengan gaya rambut juga bulat melingkar menjadi khas Vebi sejak penerbitan buku pertamanya, ″Aku Ber-Facebook Maka Aku Ada”.1 Di tahun 2009 ″Aku Ber-Facebook Maka Aku Ada″ adalah sebuah karya dari Vebi Surya Wibawa. Judulnya ini sendiri terinspirasi dari ″Cogito ergo sum″, kutipan terkenal dari Descartes, filsuf asal Perancis. Jejaring sosial yang telah menjadi fenomena dimanapun, termasuk Indonesia dijadikan tempat inspirasi untuk membuat karyanya. Ia telah merubah cara orang berkomunikasi, dan cara orang mengekspresikan dirinya. Hari ini siapapun bisa mempromosikan dirinya sendiri. Kita menjadi manusia pemasaran, dan produknya adalah diri kita sendiri. Facebook adalah satu dari sekian banyak alat untuk melengkapi proses kehidupan. Bukan kehidupan itu sendiri. Hasil karya observasi lingkungan adalah karya pertamanya, yaitu ″Married With Brondong″ (2010) dapat dipertimbangkan sebagai otobiografinya. Ditulis bersama istrinya, Mira Rahman, buku ini membawa kembali ke hari-hari mereka pertama bertemu. Beberapa orang mungkin berpikir bahwa ini hanyalah sebuah kenangan biasa, namun segera setelah menyelesaikannya pembaca akan menyadari bahwa kisah si penulis dapat terjadi pada siapa saja. Veby mengambil sudut pandang sebagai suami yang usianya lebih muda dari istrinya. ″Brondong″ adalah istilah pergaulan yang berarti pacar atau suami yang lebih muda. Ini
1
Surjorimba Suroto, http://www.goethe.de/ins/id/lp/prj/mic/mii/mvd/idindex.htm di akses pada hari rabu, 27 April 2016, pada pukul 14.06
49
bukanlah suatu hubungan yang mulus karena tradisi sulit menerima pasangan dengan suami yang jauh lebih mudah. Situasinya (istri lebih tua daripada suami) bukanlah masalahnya. Adalah niat suci dalam perkawinan, dan bagaimana mencapai tujuannya. Masalah ini telah diselesaikan dalam Islam sekitar 14 abad yang lalu, Ketika Nabi Muhammad SAW menikahi Khadijah yang jauh lebih tua. Dalam karya – karyanya ia ingin menyebarkan arti Islam melalui pendekatan unik. Ia ingin mengkritik mereka yang menggunakan media interaksi sosial untuk aktualisasi diri. Dia berbagi pengalaman dan pemahaman pribadi ketika adat istiadat tak dapat menerima kehidupan yang bertentangan dengan nilai masyarakat. Veby ingin membuka pikiran pembaca bahwa ajaran Islam bersifat universal, dan dia percaya seni komik adalah seni yang dapat diterima dan efektif dalam menyampaikan pesan. Veby terus mengasah kemampuan komiknya, ketika itu ia bereksperimen ke arah yang lebih religi. Dengan tidak meninggalkan ciri khasnya yaitu kepala bulat dan rambut kritingnya, ia memulai debut komik lagi dengan judul 33 Pesan Nabi. Dalam ″33 Pesan Nabi″ kita dapat melihat Veby menguasai seni dan teknik komik. Dia melengkapi karyanya dengan landscape dan setting, dan tetap kita dapat mengenali coretannya sangat Indonesia: pakaiannya, kehidupan sehari-hari, sandal, moda transportasi, interior rumah, arsitektur bangunan, perabotan rumah tangga, batik dan kerajinan tangan, bahkan profesi tradisional seperti penjual sate, tukang becak, dan pedagang kaki lima. Singkat kata, unsur-unsur ke-
50
Indonesia-an ada dalam hampir setiap halaman. Secara eksplisit menyebarkan ajaran Islam. Vebi mengambil ribuan hadits riwayat Imam Muslim dan Bukhari, memilih 33 buah hadits yang paling relevan dalam kehidupan sehari-hari, dan megadaptasinya dalam kisah kehidupan sehari-hari. Menggunakan bakatnya dalam membuat hadits lebih mudah dipahami, dia menulis fiksi, berdasarkan pengalaman yang mungkin terjadi pada semua orang, jadi pembaca dapat lebih mudah mengerti. Kisah yang dinarasikan dengan baik dan meyentuh, dialog yang lucu, dan seni kartun menjadikan buku ini mahakaryanya. Dalam pembuatannya, buku komik 33 Pesan Nabi ini ada 3 volume. Sehingga Vebi mengumpulkan volume tersebut menjadi satu dengan judul buku 99 Pesan Nabi.
BAB IV ANALISIS DATA 1. Analisis Semiotik Gambar Komik 99 Pesan Nabi Edisi Nilai – Nilai Kepemimpinan Pada bab ini akan dibahas mengenai masalah pokok yang diambil untuk bahan penelitian. Dengan menggunakan teori Roland Barthes yang mengemukakan tentang dua sistem pemaknaan tanda yaitu makna denotasi dan makna konotasi. Selain itu dalam bab ini juga peneliti menambahkan beberapa table agar memudahkan para pembaca untuk mengerti apa yang diteliti. Peneliti juga menambahkan gambar agar para pembaca juga dapat melihat apa saja yang diteliti, dan dapat melihat juga tanda – tanda yang ada dalam komik 99 Pesan Nabi edisi nilai – nilai kepemimpinan. Peneliti juga menambahkan pada sub bagian terakhir mengenai interpretasi penulis mengenai komik 99 Pesan Nabi edisi nilai – nilai kepemimpinan dalam kajian Islam.
51
52
Gambar 4.1 (Gambar seorang pemimpin yang berfoya – foya) Sumber: 99 Pesan Nabi edisi Nilai – Nilai Kepemimpinan (Penjara Dunia) 2014 Dalam gambar ini terdapat tiga orang laki – laki sedang mengobrol sambil berjalan bersama – sama , seorang yang ditengah adalah seorang atasan atau biasa dipanggil bos oleh karyawannya, memiliki rambut hitam yang tebal dan rambut depannya berdiri , memakai kemeja bergaris panjang dengan ada dua bekas lipstik perempuan dipunggungnya, tangan kanan mengepalkan jarinya, tubuhnya gemuk dan lebar dibagian pinggangnya, seorang yang disebelah kanan memiliki rambut hitam dan ikal, memakai kemeja putih polos berlengan pendek, tali tas selempangnya yang panjang melingkar di bahunya yang kiri dan ke kanan, bercelana panjang, dan menengok ke arah tengah, seorang yang disebelah kiri berkepala pelontos dengan bulu janggutnya yang jarang, memakai kemeja batik berlengan pendek, memakai tas di punggungnya berwarna hitam polos, bercelana hitam, dan menengok ke arah tengah.
53
1. Makna Denotasi Makna denotasi yang ada pada gambar adalah tentang pemaknaan seorang atasan yang mau berjalan bersama – sama dengan karyawannya, karyawan tersebut dengan santai bertanya – tanya dengan atasannya. 2. Makna Konotasi Dalam gambar di maknai bagaimana kehidupan masyarakat sekarang yang telah memiliki segalanya dibutakan mata hatinya sehingga lebih suka menghabiskan waktunya untuk berfoya – foya. Makna yang terlihat adalah seorang pemimpin yang mempunyai kekuasaan dan kemampuan yang berlebih, namun kelebihan yang dimilikinya dibuat sia-sia dan dihabiskan untuk kepentingannya sendiri. 3. Makna Mitos Dalam gambar di maknai bahwa dunia adalah surga bagi seorang yang selalu menghamburkan uang dan kepentingan pribadinya, dalam gambar ini juga tokoh pemimpin memiliki sikap keroyalan yang sangat tinggi, terlihat dia berjalan bersama karyawan sejajar dan melangkah dengan santai. Tipe pemimpin ini sangat disukai oleh bawahannya. Dipunggungnya terdapat bekas bibir perempuan yang jelas tertempel, ini menandakan bahwa orang tersebut sangat lihai dan mudah mendapatkan kemesraan wanita dengan mudah. Tangan yang mengepal tersebut menandakan bahwa ia adalah seorang tipe pemimpin yang tegas dan lugas.
54
Tabel 4.1 (Gambar Seorang Pemimpin yang Berfoya – foya) Tabel Analisis Ikon
Makna Semiotik
1. Gambar Laki – laki ditengah 2. Kecupan bibir bekas lipstick dikemeja
1. Seorang yang memiliki kekuasaan 2. Menandakan adanya bekas kemesraan
3. Tangan di kepal 4. Kemeja 5. Gambar laki – laki disebelah kiri 6. Tas di punggung 7. Gambar laki – laki disebelah kanan 8. Tas selempang 9. Dua orang kiri dan kanan saling menengok kearah tengah
3. Menandakan ketegasan 4. Pakaian yang biasa dipakai laki – laki untuk bekerja 5. Menandakan kecerdasan 6. Alat untuk membawa barang penting 7. Seorang karyawan biasa 8. Alat untuk membawa barang yang ringan 9. Sedang mendengarkan ucapan
Makna Denotasi
Makna Konotasi
Mitos
Seorang atasan yang mau berjalan bersama – sama dengan karyawannya
Pemimpin yang royal menghabiskan waktu untuk berfoya – foya di luar dan menggunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi
Dunia adalah surga bagi seorang yang selalu menghamburkan uang dan kepentingan pribadinya
55
Gambar 4.2 (Gambar Calon Pemimpin Pengumbar Janji) Sumber: Komik 99 Pesan Nabi edisi Nilai – Nilai Kepemimpinan (Hikmah Mas Tessy 1) 2014 Dalam gambar seorang berada di tengah panggung memakai kemeja panjang dan celana panjang, dengan rambutnya yang keriting mengepalkan tangan kanannya ke atas dan tangan kirinya mengepal ke bawah, dibelakangnya terdapat dua orang sedang tersenyum, di sebelah kiri belakang ada seseorang memakai kemeja dan celana panjang hitam dengan logo partai di lengan kanannya, di sebelah kanan belakang ada seorang berkumis tebal, dan di depan panggung ada banyak orang membawa bendera partai, membawa spanduk bertuliskan “menang”, “VIVA!!”. 1. Makna Denotasi Dalam gambar ini di maknai tentang pemimpin yang ingin mendapatkan suara rakyatnya, pemimpin yang berjanji ingin memajukan ekonomi rakyatnya dan menjauhkan rakyatnya dari kemiskinan yang ada di negara itu. Pemimpin adalah cerminan dari rakyatnya, ini terlihat dari
56
rakyatnya yang memutuskan siapa yang dipilih untuk menjadi pemimpinnya, rakyat yang memilih pemimpin pembual dan banyak janji akan mendapat pemimpin yang zholim, pemimpin zholim yang hanya ingin memperkaya dirinya sendiri. Calon pemimpin tersebut mengepalkan tangan kanannya di maknai sebagai seorang yang bersikap tegas dan tidak bermain – main untuk menjadi pemimpin. 2. Makna Konotasi Dalam gambar ini makna konotasi adalah bahwa pemimpin yang banyak janji dan membicarakan tentang kemajuan hidup rakyatnya, pemimpin tersebut memberi ucapan – ucapan palsu kepada rakyat yang ada di bawahnya, rakyat yang berada di bawah panggung sangat antusias, rakyat yang ingin mendukung dan meramaikan pemilihan pemimpin negara, ada rakyat yang membawa bendera partainya yang mengartikan bahwa rakyat tersebut mendukung partai tersebut agar menang dalam pemilihan, ada rakyat yang membawa bendera bertuliskan “menang”, “viva!!” mengartikan bahwa rakyat menginginkan calon
yang berada di atas panggung untuk
memenangkan pemilihan tersebut dan rakyat yang berada di depan panggung tepat di bawahnya calon pemimpin terlihat hanya menatap calon tersebut dengan wajah penuh antusias dan hanya tersenyum menandakan bahwa rakyat tersebut hanya ingin melihat calon pemimpinnya.
57
3. Makna mitos Makna mitos pada gambar adalah pemimpin yang bermental pengemis adalah cerminan dari rakyatnya yang hanya memilih jika pemimpinnya orang kaya, pemimpin tersebut didukung oleh partai – partai yang salah. Dibelakang calon pemimpin terlihat dua orang anggota partai yang mengawasi dan sambil tersenyum melihat ke arah depan panggung, dua orang yang menggunakan seragam partai ini menandakan bahwa mereka siap mengawasi keadaan pencalonan yang ada.
Tabel 4.2 (Gambar Calon Pemimpin Pengumbar Janji) Tabel Analisis Ikon
Makna Semiotik
1. Calon pemimpin 2. Tangan kanan mengepalkan ke atas 3. Rakyat 4. Bendera partai 5. Bendera bertuliskan “menang dan viva!!” 6. Dua orang anggota partai 7. Panggung
1. Orang yang akan dipilih rakyat untuk dijadikan pemimpin 2. Bersungguh – sungguh menjadi pemimpin 3. Warga Negara 4. Lambang dari partai 5. Alat pendukung 6. Anggota partai 7. Tempat untuk pertunjukan
Makna Denotasi
Makna Konotasi
Mitos
Pemimpin yang meminta Pemimpin yang banyak Pemimpin yang bermental suara dari rakyat untuk janji dan membicarakan pengemis adalah memilihnya agar menjadi tentang kemajuan hidup cerminanan dari rakyatnya yang hanya memilih jika
58
pemimpin Negara
rakyatnya
pemimpinnya orang kaya
Gambar 3 (Gambar Pemimpin Zholim) Sumber: Komik 99 Pesan Nabi edisi Nilai – Nilai Kepemimpinan (Jaga Bertetangga) 2014 Pada panel pertama, ada dua orang pemuda yang sedang berada di suatu acara, pemuda yang satu dengan rambut berdiri dan menggunakan kaos, serta celana garis – garis panjang tengah asik berjoget di dekat sound system dengan kaki di angkat satu, sebelahnya telihat pemuda lain tengah duduk di bangku panjang mengenakan pakaian hansip dengan topi terbalik dan lengkap dengan sapatunya, kaki sebelah kanan di angkat ke atas bangku dan di tangan kanan memegang sebatang rokok, disamping tangan kirinya ada segelas kopi
59
dan juga tanda dilarang masuk, serta papan bertuliskan “maaf ada kegiatan warga”. Pada panel kedua, ada dua orang yang sedang berbincang, seorang pak ustad yang mengenakan peeci lengkap dengan baju koko berdiri disebalah kiri sedang menasihati bapak yang satunya untuk tidak perlu menyetel music setiap malam, disebelah kanan terlihat seorang bapak mengenakan peci hitam dengan kumis tebal dan tangan ditekuk di depan dada sedang mendengarkan dengan wajah sinis. Panel 3, seorang laki – laki dengan perut besar dan kumis tebal lengkap menggunakan baju panjang dan peci, dan tangan dilipat di depan dada sedang menolak nasihat atau permintaaan seorang lainnya. 1. Makna Denotasi Pada makna ini digambarkan bahwa Pak RT yang menolak nasihat ustad untuk menyelenggarakan acara yang berlebihan dan mengganggu aktivitas warga, Pak RT menolak karena melihat anak muda yang masih asyik bergoyang dengan semangatnya di acara tersebut. gambaran anak muda sekarang yang hanya ingin bersenang – senang, pemuda yang di maksud adalah pemuda pengangguran yang tidak memiliki pekerjaan. Hansip yang sedang duduk di maknai dengan seorang yang memiliki pekerjaan namun tidak menjalankan pekerjaannya dengan semangat dan hanya duduk saja memperhatikan sekitarnya dengan wajah penuh kemalasan.
60
2. Makna Konotasi Makna konotasi yang ada pada gambar adalah pemimpin yang egois yang hanya mementingkan pribadinya dan mengganggu orang lain, sebaiknya pemimpin adalah orang yang memberi contoh baik kepada rakyatnya. Adanya seorang ustad pun yang menasihati pemimpinnya untuk tidak berlebihan dalam menyelenggarakan acara, karena yang berlebih itu tidak baik untuk dirinya maupun orang lain. Ustad adalah seorang yang mempunyai pengetahuan agama dan mengajarkan paham agamanya kepada orang lain. 3. Makna Mitos Makna mitos yang ada pada gambar adalah Pemimpin egois akan merusak keharmonisan dan kenyamanan warganya. Pemimpin yang menolak nasihat dan ajakan dari ustad, pemimpin yang menganggap remeh nasihat ustadnya dan menganggap acara tersebut tidak mengganggu warganya. Pemimpin seperti ini adalah pemimpin yang menyelewengkan kekuasaannya untuk kepentingan pribadinya. Tabel 4.3 (Gambar Pemimpin Zholim) Tabel Analisis Ikon
Makna Semiotik
Panel 1
Panel 1
1. Pemuda pengangguran
1.
Orang yang tidak memiliki pekerjaan
2.
Orang yang menjaga keamanan kampong
5. Marka jalan
3.
Peralatan music
6. Gelas
4.
Tempat duduk
2. Hansip 3. Sound system 4. Bangku
61
Panel 2 7. Pak Ustad 8. Pak RT
5.
Petunjuk jalan
6.
Tempat minum
Panel 2
9. Peci
7.
Seorang yang memiliki pengetahuan agama
8.
Pemimpin rukun tetangga
9.
Alat yang dipakai di kepala saat solat
Panel 3 10. Pak RT
Panel 3 10. Pemimpin rukun tetangga Makna Denotasi
Makna Konotasi
Mitos
Pak RT yang menolak nasihat ustad untuk menyelenggarakan acara yang berlebihan dan mengganggu aktivitas warga
Pemimpin yang egois yang Pemimpin egois akan hanya mementingkan merusak keharmonisan pribadinya dan dan kenyamanan warganya mengganggu orang lain
Gambar 4.4 (Gambar Seorang Suami Yang Dipeluk istrinya) Sumber: Komik 99 Pesan Nabi edisi Nilai – Nilai Kepemimpinan (Suami Idaman) 2014
62
1. Makna Denotasi Makna denotasi yang ada pada gambar adalah seorang perempuan berambut ikal menggunakan baju panjang bercorak memeluk seorang laki – laki yang sedang mencuci piring dengan hangat dan terharu hingga mengeluarkan air mata, laki – laki terlihat senang dan gembira. 2. Makna Konotasi Makna gambar tersebut adalah seorang suami yang membantu pekerjaan istrinya, seorang suami yang ingin menyenangkan hati istrinya, seorang suami yang tidak merasa malu melakukan pekerjaan rumah. Pekerjaan pemimpin keluarga tidak hanya diluar rumah, melainkan juga membantu istri bekerja di dalam rumah. 3. Makna Mitos Makna mitos pada gambar tersebut adalah keharmonisan rumah tangga terjadi ketika sepasang suami istri saling membantu satu sama lain dan merasa nyaman dengan perlakuan masing – masing. Suami adalah pemimpin dan pelindung rumah tangganya, ia harus memperlakukan istrinya dengan baik dan memaklumi kondisi istrinya. Terlihat juga istrinya datang lalu memeluk suaminya dengan erat dan merasa senang dengan apa yang dikerjakan oleh suaminya. Gambar ini juga memberi makna tentang keharmonisan rumah tangga, yaitu perlakuan istimewa seorang suami yaitu pemimpin rumah tangga terhadap istrinya.
63
Tabel 4.4 (Gambar Seorang Suami Yang Dipeluk Istrinya) Tabel Analisis Ikon
Makna Semiotik
1. Suami
1. kepala keluarga
2. Istri
2. wanita pilihan suami
3. Piring
3. tempat menaruh makanan
4. Wastafel 5. Air mata bahagia
4. tempat mencuci peralatan makan 5. perasaan haru
Makna Denotasi
Makna Konotasi
Mitos
Seorang suami yang mencuci peralatan makan dan istri yang merasa senang dengan suaminya
Pekerjaan pemimpin keluarga tidak hanya diluar rumah, melainkan juga membantu istri bekerja di dalam rumah
Keharmonisan rumah tangga terjadi ketika sepasang suami istri saling membantu satu sama lain dan merasa nyaman dengan perlakuan masing – masing
Gambar 4.5 (Gambar Ketegesan Seorang Polisi Dalam Penyuapan Pelanggar) Sumber: Komik 99 Pesan Nabi edisi Nilai – Nilai Kepemimpinan (Korupsi) 2014
64
1. Makna Denotasi Seorang
polisi
menggunakan
helm
lengkap
dengan
pakaian
seragamanya, mempunyai kumis tebal dan perut yang buncit, lalu ada dua orang pemuda yang sedang berdiri di depan polisi, pemuda yang satu memakai baju dan celana hitam lengkap dengan helm berstandar nasional, pemuda yang satunya memakai kaos putih dan celana panjang dengan memakai helm yang tidak berstandar nasional, polisi itu itu sedang menilang dua orang pemuda tersebut yang menggunakan vespa, dua pemuda itu meminta damai kepada polisi untuk tidak dibuatkan surat tilang. 2. Makna Konotasi Dalam gambar ini di maknai tentang seorang yang terkena tilang atau pelanggaran lalu lintas mecoba untuk berdamai yaitu menyuap polisi, seorang yang berambut dan memakai helm tersebut mencoba untuk mendekati polisi tersebut dan menyuap dengan uang, namun polisi tersebut dengan tegas mengatakan untuk sidang. Penegak hukum yang bersikap tegas dalam memberi hukuman kepada pelanggar dengan tidak menerima suap. 3. Makna Mitos Dalam hal ini makna polisi sebagai penegak hukum adalah mengatur lalu lintas dan memberi hukuman bagi pengendara yang melanggar lalu lintas. Polisi harus bertindak keras dan tegas terhadap penyuap. Sedangkan dua orang pelanggar tersebut di maknai sebagai penyuap. Dalam islam adanya larangan untuk korupsi dan kolusi, seperti hadist Nabi SAW yang berbunyi
65
“Allah melaknat penyuap dan yang diberi suap dalam urusan hukum” (diriwayatkan
Ahmad).
Penegak
hukum
yang
tidak
korupsi
akan
menghasilkan warganya yang patuh dan taat hokum. Tabel 4.5 (Gambar Ketegesan Seorang Polisi Dalam Penyuapan Pelanggar) Tabel analisis Ikon
Makna Semiotik
1. Polisi
1. Penegak hukum negara
2. Pengendara motor
2. Orang yang mengendarai motor
3. Helm 4. Sepeda Motor
3. Alat pelindung kepala yang digunakan dalam berkendara 4. Alat transportasi darat
Makna Denotasi
Makna Konotasi
Mitos
Polisi yang sedang menilang pengendara yang melanggar aturan berlalu lintas
Penegak hukum yang bersikap tegas dalam memberi hukuman kepada pelanggar dengan tidak menerima suap
Penegak hukum yang tidak korupsi akan menghasilkan warganya yang patuh dan taat hukum
66
Gambar 4.6 (Gambar Persengkongkolan Antara Pemimpin Desa dengan Pihak Swasta) Sumber: 99 Pesan Nabi edisi Nilai – Nilai Kepemimpinan (Pengemis) 2014 1. Makna Denotasi Tiga orang laki – laki sedang berbincang di ruang tamu yang disuguhkan dengan tiga gelas kopi dan tiga buah kue, laki – laki yang duduk sendiri berpakaian seragam pejabat dengan kumisnya yang tebal, dua orang laki – laki yang duduk bersampingan sedang berbincang dengan laki – laki yang menggunakan seragam pejabat, laki – laki yang sebelah kiri menggunakan kacamata, menggunakan kemeja putih dan celana hitam panjang membawa tas hitam, sedangkan laki – laki sebelahnya menggunakan blazer putih dan dalaman bercorak dengan membawa laptop yang di pangkunya. Kepala desa yang memberi izin pembangunan mall di tengah desa, namun di tentang oleh warganya 2. Makna Konotasi Gambar ini di maknai tentang persekongkolan antara pemimpin dengan pihak swasta yang ingin mengembangkan usahanya dengan menyuap
67
pihak pemimpin. Pemimpin yang mempunyai watak licik ini menghalalkan segala cara untuk memuluskan jalan pihak swasta tersebut. Pemimpin desa ini membuat warga merasa tergusur dan terganggu akan akibat usaha yang dibuat oleh pihak swasta. Pemimpin bermental pengemis yang memuluskan jalan para penyuap untuk mengembangkan usahanya 3. Makna Mitos Makna gambar ini yaitu, pemimpin pengemis. Pemimpin licik yang menghalalkan segala cara demi kepentingan pribadi. Pemimpin desa itu mengambil keputusan sesuai keinginannya sendiri tanpa memikirkan keluhan dari masyarakatnya yang tidak menyetujui akan hal pembangunan yang akan dilakukan pihak swasta tersebut. Pemimpin yang berseragam desa terlihat santai, pemimpin ini juga dimaknai sebagai pemimpin bermental pengemis. Terlihat laki – laki yang berada di tengah – tengah dengan kemeja putih panjang dan berdasi di maknai sebagai perantara diskusi kepada pemimpin desa untuk mau di suap. Sedangkan di sebelah kiri karyawan swasta tersebut yang memangku laptop di maknai sebagai orang yang mencatat hasil wawancara dan menunjukan perkembangan usaha pihak swasta. Makna lain pada pihak swasta adalah tentang sebuah perusahaan yang ingin menguasai daerah lain dengan cara kotor, yaitu menyuap.
68
Tabel 4.6 (Gambar Persengkongkolan antara Pemimpin Desa dengan Pihak Swasta) Tabel Analisis Ikon
Makna Semiotik
1. Kepala desa
1. pemimpin desa
2. Karyawan 3. Gelas
2. Pekerja di perusahaan
4. Tas
3. Wadah air minum
5. laptop
4. Tempat menaruh dokumen penting 5. Alat elektronik
Makna Denotasi
Makna Konotasi
Mitos
Kepala desa yang memberi izin pembangunan mall di tengah desa, namun di tentang oleh warganya
Pemimpin bermental pengemis yang memuluskan jalan para penyuap untuk mengembangkan usahanya
Pemimpin pengemis adalah pemimpin licik yang menghalalkan segala cara demi kepentingan pribadi
Gambar 4.7 (Gambar Presiden yang Membantu Memunguti Sampah Bersama Rakyat) Sumber: Komik 99 Pesan Nabi edisi Nilai – Nilai Kepemimpinan (Imam (Raja atau Penguasa) Yang Adil) 2014 Seorang anak kecil laki – laki berbadan kecil dan kepala botak sedang membantu seorang bapak yang sedang membersihkan sampah botol yang
69
ditaruh di dalam ember, bapak itu mengenakan topi capin dan mempunyai kumis dan janggut lebat, bapak disebelahnya sedang membersihkan botol dengan menggunakan kemeja batik dan celana panjang di gulung sedengkul berbincang dengan pengawalnya yang sedang memegangi payungnya di are berlumpur, terlihat dua orang mengenakan baju hitam dan kacamata hitam sedang membersihkan area yang berlumpur. 1. Makna Denotasi Gambar ini di maknai tentang pemimpin yang turut membantu dalam meringankan musibah yang dialami oleh rakyatnya. Presiden adalah orang yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya. Presiden harus berani mengambil keputusan yang berani dan tegas dalam suatu permasalahan yang terjadi di negaranya. Presiden yang sedang membantu rakyatnya memunguti sampah di daerah lumpur berbahaya 2. Makna Konotasi Terlihat dalam gambar adalah sosok presiden sebagai pemimpin negara yang langsung ikut serta dalam area bencana yang terjadi. Pemimpin harus memiliki rasa peduli terhadap rakyatnya. Presiden tersebut tidak sungkan memungut sampat botol yang ada di lumpur tersebut, walaupun sudah diperingati oleh pembantu kepresidenannya tentang kelangsungan pemerintahan
untuk
jangka
selanjutnya,
namun
presiden
tetap
mengkhawatirkan nasib rakyatnya yang sedang terkena bencana lumpur dibandingkan dengan kekuasaan jangka panjangnya.
70
3. Makna Mitos Makna mitos pada gambar Pemimpin yang baik dan berkemanusiaan akan menghasilkan negara yang aman dan tentram. Terlihat juga pembantu presiden yang ikut serta dala memungut sampah botol yang ada di area tersebut. Tidak hanya itu terlihat rakyat pun ikut serta dalam mengurangi sampah yang ada. Rakyat terlihat tersenyum bahagia melihat pemmimpinnya yang ikut serta menanggung beban rakyatnya. Tabel 4.7 (Gambar Presiden yang Membantu Memunguti Sampah Bersama Rakyat) Tabel Analisis Ikon
Makna Semiotik
1. Anak laki – laki 2. Bapak bertopi caping
1. Seorang laki – laki remaja
3. Presiden
2. Seorang petani
4. Pembantu Presiden
3. Pemimpin negara
5. Payung
4. Yang membantu pekerjaan presiden
6. Kacamata
5. Alat pelindung saat hujan maupun panas
7. Botol 8. Ember
6. Alat untuk melindungi mata 7. Wadah air minum 8. Alat menampung benda Makna Denotasi
Makna Konotasi
Mitos
Presiden yang sedang membantu rakyatnya memunguti sampah di daerah lumpur berbahaya
Pemimpin harus memiliki rasa peduli terhadap rakyatnya
Pemimpin yang baik dan berkemanusiaan akan menghasilkan negara yang aman dan tentram
71
Gambar 4.8 (Gambar Majikan yang Mengajak Makan Bersama dengan Pembantunya) Sumber: Komik 99 Pesan Nabi edisi Kepemimpinan (Strata) 2014 Tiga orang sedang menyantap makanan di meja makan, seorang laki – laki dengan kumis tebal dan kain yang menutup kepalanya tertawa bahagia menengok ke arah laki – laki sebelah kananya, seorang wanita sedang membuka mulut dan memegang segelas air melihat ke arah laki – laki di seberangnya, laki – laki dengan rambut ikal dan kumis nya yang sedikit tersenyum bahagia. 1. Makna Denotasi Gambar ini dimaknai tentang strata kehidupan. Majikan yang mengajak makan pembantu bersama – sama di meja makan. Terlihat dalam gambar bahwa tiga orang tersebut duduk bersama di meja makan untuk makan bersama, makna ketiga orang ini adalah tentang kesamaan dalam berbagi makanan.
72
Gambar disebelah kiri adalah seorang pembantu rumah tangga yang sedang tersenyum bahagia dengan tangan kanannya yang memegang piring, ini di maknai dengan kepuasan pembantu yang merasa dihargai oleh tuannya dengan makan bersama dalam satu meja makan. 2. Makna Konotasi Makna konotasi pada gambar Kepala keluarga yang menyamakan strata kehidupan antara majikan dan pembantu. Gambar ditengah – tengah adalah pemimpin keluarga yang sedang tertawa bahagia melihat pembantu keluarga ikut makan bersamanya, ini di maknai bahwa pemimpin keluarga bersifat adil dan bijaksana dalam ke strataan hidup. 3. Makna Mitos Makna mitos pada gambar Strata hidup manusia hanya dibedakan dengan tingkat ketaqwaannya bukan hartanya. Gambar disebelah kanan terlihat seorang perempuan yang sedang membuka mulut dan mengarahkan makanan ke mulutnya, ini di maknai bahwa perempuan tersebut menganggap pembantu adalah seorang yang patut di hargai dan di ajak makan bersama. Tabel 4.8 (Gambar Majikan yang Mengajak Makan Bersama dengan Pembantunya) Tabel Analisis Ikon 1. Pembantu 2. Bapak 3. Ibu 4. Meja makan 5. Kursi
Makna Semiotik 1. Pekerja rumah tangga 2. Kepala rumah tangga 3. Istri kepala rumah tangga
73
6. Piring
4. Tempat makan 5. Tempat untuk duduk 6. Wadah makanan
Makna Denotasi
Makna Konotasi
Mitos
Majikan yang mengajak makan pembantu bersama – sama di meja makan
Kepala keluarga yang menyamakan strata kehidupan antara majikan dan pembantu
Strata hidup manusia hanya dibedakan dengan tingkat ketaqwaannya bukan hartanya
Gambar 4.9 (Gambar Seorang Pemimpin yang Tidak Mau Disalahkan) Sumber: Komik 99 Pesan Nabi edisi Nilai – Nilai Kepemimpinan (Ahli) 2014 1. Makna Denotasi Terdapat empat orang yang sedang duduk di atas mobil, seorang wanita berambut hitam sedang mewawancarai seorang yang memakai seragam pejabat negara, seorang pejabat tersebut memiliki kumis tebal dengan
74
menyedekapkan kedua tangannya di depan dadanya, seorang lainnya sedang duduk mendengerkan pejabat tersebut, seorang lainnya membelakangi wanita dan pejabat tersebut. Ada seorang kakek yang sedang berjongkok di atas mobil, seorang lainnya duduk di atas mobil melihat kea rah pewawancara dengan sinisnya, seoarang yang berkepala pelontos dengan baju hitam dan celana putih panjang melihat ke arah genangan air, di belakang orang tersebut ada monas dan gedung bertingkat yang tergenang air juga. Seorang dengan topi sedang mendayung perahu dengan dibelakangnya ada seekor ayam, terdapat dua anak laki – laki sedang asyik bermain di genangan air, anak laki – laki berambut ikal menggunakan kaos pendek, bercelana kotak – kotak sedang duduk di atas ban, anak laki – laki lainnya sedang menggunakan selang air untuk bernafas di genangan air tersebut, genangan air tersebut juga terdapat beberapa
kaleng dan sampah lainnya.
2. Makna Konotasi Gambar ini di maknai tentang kegagalan seseorang pemimpin, pemimpin yang bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyat. Pemimpin adalah orang yang langsung merasakan penderitaan rakyatnya, bukan saling menyalahkan yang lainnya. Terlihat empat orang yang duduk di atas mobil, seorang perempuan yang memegang mic sedang mewawancarai gubernur di maknai sebagai seorang wartawati yang ingin tahu kenapa terjadi musibah banjir seperti ini,
75
seorang yang menyedekapkan kedua tangan dan berkumis itu sedang melirik ke arah lain di maknai sebagai pengacuhan atau tidak perduli dengan pertanyaan yang diberikan, seorang yang memakai seragam pemerintahan dengan rambut tebal belah pinggir itu sedang melihat ke atas di maknai sebagai orang yang hanya bisa diam dan pasrah, seorang yang membelakangi wawancara tersebut di maknai sebagai ketidakperdulian dengan jawaban yang diberikan oleh gubernur. Terlihat juga orang berkumis yang sedang jongkok membelakangi ke empat orang di atas mobil di maknai sebagai orang yang merasa tidak perduli dengan percakapan yang ada di atas mobil, matanya sayu di maknai dengan perasaan yang jenuh dengan keadaan yang ada. Terlihat laki – laki berambut ikal yang sedang duduk di atas mobil dengan kaki bersandar pada ban mobil yang ada dibelakang dengan alis mata meninggi dan matanya yang focus melihat ke arah gubernur di maknai sebagai orang yang merasa kecewa dan marah dengan pemimpinnya yang tidak bisa berbuat banyak peristiwa banjir tersebut. Ada juga laki – laki berkepala botak sedang melihat ke arah air yang sedang mengalir di bawahnya di maknai sebagai seorang rakyat yang hanya bisa pasrah dengan kejadian yang terjadi, pasrah dengan musibah yang selalu berulang kejadiannya. 3. Makna Mitos Makna mitos pada gambar kalau sesuatu urusan diberikan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancuran yang akan terjadi.
76
Seperti terlihat seseorang yang sedang mendayung perahu bersama dengan ayam dibelakangnya di maknai sebagai seorang yang pergi dari banjir yang ada di kota tersebut dengan membawa harta yang di milikinya, ingin menyelamatkan dirinya dari musibah yang terjadi. Seorang anak berkepala botak yang sedang memakai peralatan selam di mulutnya di maknai dengan seorang yang ingin tahu seberapa dalam banjir yang terjadi di kota tersebut dengan alat selamnya. Seorang lain dengan kepala ikal dan memakai celana kotak – kotak di atas ban yang sedang tersenyum dengna melambai – lambaikan tangan kirinya di maknai dengan seorang yang sedang menikmati musibah banjir dengan hati yang senang di atas ban. Tabel 4.9 (Gambar Seorang Pemimpin yang Tidak Mau Disalahkan) Tabel Analisis Ikon 1. Gubernur 2. Wartawati 3. Mic 4. Seorang yang sedang melihat keatas langit 5. Seorang yang sedang membelakangi reporter 6. Alis meninggi dengan pandangan yang focus 7. Mata sayu dari seorang yang sedang jongkok 8. Seseorang yang sedang melihat ke arah air yang menggenang 9. Seorang penyelam 10. Seorang pendayung perahu 11. Seorang yang sedang melambai kan tangan dengan tersenyum
Makna Semiotik 1. Pemimpin kota daerah 2. Pewawancara wanita 3. Alat untuk wawancara 4. Seorang yang sedang pasrah dengan kehendak Tuhan 5. Tidak perduli dengan wawancara tersebut 6. Perasaan marah 7. Jenuh dengan
77
kehidupan 8. Pasrah dengan air yang meninggi 9. Seorang yang ingin tahu kedalaman air 10. Seorang yang ingin menyelamatkan diri dari genangan air 11. Seorang yang asyik dan menikmati keadaan Makna Denotasi
Makna Konotasi
Mitos
Gubernur yang sedang di wawancarai dengan reporter wanita tentang musibah banjir yang terjadi
Seorang ahli dalam mengelola tata letak kota tidak akan menyalahkan orang lain dalam musibah yang terjadi
Kalau sesuatu urusan diberikan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancuran yang akan terjadi
Gambar 4.10 (Gambar Presiden Yang Mau Menggunakan Transportasi Umum) Sumber: Komik 99 Pesan Nabi edisi Nilai – Nilai Kepemimpinan (Perisai) 2014 Dua orang dengan jas hitam berdasi yang menggunakan kacamata hitam lengkap dengan handseat nya sedang mengawasi keadaan sekitarnya,
78
seorang presiden dengan kemeja putih polos sedang tersenyum melihat ke arah warganya, seorang di seberangnya berambut ikal, di sebelahnya terdapat perempuan yang sedang memangku barang belanjaannya melihat kea rah pak presiden, anak kecil duduk dengan tenang, seorang yang duduk disebelah pak presiden merasa gugup. 1. Makna Denotasi Gambar ini di maknai tentang seorang pemimpin negara yang tidak malu naik kendaraan umum bersama rakyatnya. Terlihat presiden berada di tengah – tengah warganya sedang menatap rakyatnya, presiden memakai kemeja putih berlengan pendek ini menandakan dirinya yang bersih dan bersahaja, celanan pajang hitam menandakan menandakan dia sederhana, rambut hitam tebal dan rapih menandakan bahwa dia adalah sosok yang mencintai keindahan dan kerapihan, pandangan dan senyuman kepada rakyatnya menandakan bahwa presiden adalah sosok yang murah senyum dan bersahabat. Presiden adalah perisai bagi rakyatnya, jika presiden atau pemimpin negara saja sudah tidak mau melihat dan merasakan apa yag dirasakan rakyatnya maka itu menandakan pemimpin yang zholim. 2. Makna Konotasi Makna konotasi pada gambar Presiden adalah perisai bagi rakyatnya dan bersifat sederhana. Seperti terlihat dua orang pengawal presiden tetap berada bersama presiden, pengawal – pengawal tersebut menggunakan kacamata hitam yaitu menandakan bahwa dia ingin melindungi matanya dari
79
paparan sinar matahari dan juga ingin mengawasi dengan jelas ketika berada di siang hari, pengawal mamakai seragam hitam dan mikropon panjang di telinganya yaitu menandakan bahwa pengawal sudah siap dengan situasi di lapangan. 3. Makna Mitos Makna mitos pada gambar Rakyat merasa senang dan terlindungi jika pemimpin negara mau merasakan apa yang dirasakan rakyatnya dengan turun langsung ke tengah – tengah rakyatnya. Terlihat juga seorang laki – laki yang berambut ikal tersebut menatap ke arah presiden dengan mulut tertutup ini menandakan bahwa laki – laki tersebut merasa takut dan heran ketika yang di hadapannya langsung adalah seorang pemimpin negara. Disamping laki – laki ikal adalah seorang ibu yang memangku bakul dan buah – buahan ini menandakan bahwa ibu tersebut telah berbelanja di pasar. Ada seorang laki – laki botak yang membawa ayam juga menatap presiden ini menandakan bahwa laki - laki tersebut habis membeli ayam untuk dibawa pulang. Tabel 4.10 (Gambar Presiden Yang Mau Menggunakan Transportasi Umum) Tabel Analisis Ikon 1. Angkutan umum
Makna Semiotik
2. Presiden
1. Transporatasi umum
3. Pengawal presiden
2. Pemimpin negara
4. Rakyat 5. Bakul
3. Pekerja yang mengawal situasi di sekitar presiden
6. Ayam
4. Warga negara
80
7. Kacamata
5. Wadah menampung makanan
8. Mikropon 9. Buah – buahan
6. Hewan berkaki dua 7. Alat untuk melindungi mata 8. Alat komunikasi jarak jauh 9. Makanan bergizi
Makna Denotasi
Makna Konotasi
Mitos
Seorang pemimpin negara yang tidak malu naik kendaraan umum bersama rakyatnya
Presiden adalah perisai Rakyat merasa senang dan bagi rakyatnya dan bersifat terlindungi jika pemimpin sederhana negara mau merasakan apa yang dirasakan rakyatnya dengan turun langsung ke tengah – tengah rakyatnya
Gambar 4. 11 (Gambar Seorang Pemimpin Keluarga marah Terhadap Seorang Penyuap) Sumber: Komik 99 Pesan Nabi edisi Nilai – Nilai Kepemimpinan (Pemimpin) 2014 1. Makna Denotasi Seorang laki – laki dengan memakai jaket hijau, berkepala pelontos sedang menunjuk – nunjuk ke arah laki – laki lainnya yang memakai peci
81
hitam, laki – laki berkepala pelontos menaikan alis matanya dan matanya sinis, laki – laki peci hitam mengangkat kedua tangannya dan menaikan kedua bahunya. 2. Makna Konotasi Gambar ini menandakan tentang ketegasan dan kemarahan seorang kepala keluarga kepada seorang penyuap. Pemimpin keluarga yang melindungi anggota keluarga dari suap menyuap. Terlihat seorang laki – laki berkepala pelontos sedang menunjuk – nunjuk kepada laki – laki di depannya, ini menandakan bahwa laki – laki botak sedang memarahinya dan menegaskannya supaya tidak bermacam – macam dengan nya, laki – laki berkepala pelontos memakai pakaiannya dengan melipatnya sebagian, ini menandakan bahwa dia siap berkelahi jika itu terjadi, alis mata meninggi menandakan bahwa kemarahannya sudah tidak terbendung, matanya di sipitkan dan menajam ke arah lawan menandakan bahwa ia focus ke arah lawan. 3. Makna Mitos Makna mitos pada gambar kepala keluarga adalah orang pertama yang melindungi dan yang pertama menumpas kejahatan dari luar. Seperti melindungi orang seperti laki – laki berpeci hitam. Terlihat laki – laki berpeci hitam menandakan ia adalah seorang yang beragama, kedua tangan di angkat ini menandakan bahwa ia merasa takut dan memohon ampun kepada
82
lawannya, kedua bahunya di naikkan sedikit ke atas menandakan bahwa laki – laki itu merasa ketakutan. Tabel 4.11 (Gambar Seorang Pemimpin Keluarga marah Terhadap Seorang Penyuap) Tabel Analisis Ikon
Makna Semiotik
1. Menunujuk – nunjuk ke orang lain
1. Rasa marah
2. Alis meninggi
2. Focus kepada lawan
3. Lengan pakaian di lipat sebagian
3. Bersiap untuk melawan musuh
4. Peci 5. Kedua tangan dinaikkan keatas
4. Alat yang biasa dipakai dikepala untuk beribadah sholat 5. Merasa takut dan menyerah
Makna Denotasi
Makna Konotasi
Mitos
Seorang kepala keluarga yang menunjuk – nunjuk kepada penyuap dengan marahnya
Pemimpin keluarga yang melindungi anggota keluarga dari suap menyuap
Kepala keluarga adalah orang pertama yang melindungi dan yang pertama menumpas kejahatan dari luar
83
Gambar 4.12 (Gambar Calon Pemimpin yang Marah – marah dengan Papan) Sumber: Komik 99 Pesan Nabi edisi Nilai – Nilai Kepemimpinan (Minta Jabatan) 2014 1. Makna Denotasi Seorang bapak – bapak sedang menunjuk ke arah papan yang menghalangi papan partainya, orang tersebut memakai baju kokoh, celana panjang hitam, sarung di pundaknya, memakai peci hitam, memakai sepatu hitam, ada seeor burung sedang membuang kotorannya di papan partainya, seekor burung lainnya melihat ke bawah. Calon pemimpin yang marah – marah ketika ada papan hadist yang menghalangi papan pencalonan dirinya. 2. Makna Konotasi Gambar ini di maknai tentang pemimpin yang meminta jabatan, terlihat seorang laki – laki sedang menunjukkan tangan ke papan orang lain yang menghalangi papan pencalonan miliknya, ini di maknai tentang seorang yang marah akan perlakuan orang lain yang menganggap dirinya tidak pantas
84
menjadi pemimpin. Laki – laki tersebut memakai peci hitam serta baju kokoh dan sarung yang dilipat di bahunya itu di maknai bahwa orang tersebut ingin dilihat lebih agamis, paham tentang agama, calon pemimpin umat yang bijaksana dan adil. Jabatan bukan seperti kue yang di minta dan di bagikan dengan mudah Terlihat juga papan pencalonan dirinya yang merapatkan kedua tangannya di depan dadanya itu di maknai sebagai pengumuman bahwa dirinya calon pemimpin yang baik dan dirinya siap menjadi pemimpin yag adil dan merakyat. Lalu, ada Papan yang bertuliskan tentang hadist di maknai dengan nasihat bahwa jabatan pemimpin itu bukanlah sebuah kue yang di minta dan di bagikan begitu saja, melainkan akan ada pertanggung jawabannya kelak. Di atas langit terlihat dua ekor burung sedang terbang, burung yang berada di belakang sedang membuang kotorannya ke papan pencalonan Dr.H.Joki Msc, ini di maknai dengan ketidaksukaan hewan terhadap orang yang gemar meminta jabatan. Di atas langit terlihat dua ekor burung sedang terbang, burung yang berada di belakang sedang membuang kotorannya ke papan pencalonan Dr.H.Joki Msc, ini di maknai dengan ketidaksukaan hewan terhadap orang yang gemar meminta jabatan. 3. Makna Mitos Makna mitos pada gambar adalah Sumber penyesalan yang ada di hari kiamat kelak adalah minta jabatan yang tinggi
85
Tabel 4.13 (Gambar Calon Pemimpin yang Marah – marah dengan Papan) Tabel Analisis Ikon
Makna Semiotik
1. Papan pengumuman
1. Alat untuk memberi pengumuman penting
2. Burung 3. Peci 4. Sarung
2. Hewan yang bisa terbang
5. Alis meninggi 6. Menunjuk – nunjuk 7. Baju kokoh berwarna putih 8. Merapatkan kedua tangan di depan dada pada papan pencalonan
3. Alat yang biasa dipakai dikepala untuk beribadah sholat 4. Alat yang digunakan untuk sholat, namun bisa juga sebagai hiasan di bahu 5. Rasa marah 6. Memberi isyarat marah 7. Orang yang agamis 8. Orang yang baik dan sederhana
Makna Denotasi
Makna Konotasi
Mitos
Calon pemimpin yang marah – marah ketika ada papan hadist yang menghalangi papan pencalonan dirinya
Jabatan bukan seperti kue yang di minta dan di bagikan dengan mudah
Sumber penyesalan yang ada di hari kiamat kelak adalah minta jabatan yang tinggi
86
2. Interpretasi Penulis Terhadap Komik 99 Pesan Nabi Pada Nilai – Nilai Kepemimpinan Dalam Islam Kepemimpinan yang dipahami adalah sebagai kekuatan untuk menggerakan dan mempengaruhi orang lain. Kepemimpinan itu berasal dari kata pemimpin atau dalam Islam disebut imam yang mempunyai makna yang sama dengan khalifah. Pandangan Islam mengenai seorang pemimpin adalah orang yang telah diberikan amanat oleh Allah SWT untuk memimpin bawahannya atau rakyatnya, dimana pemimpin tersebut juga akan diberi pertanggung jawaban di akhirat kelak. Pemimpin adalah gambaran dari apa yang dipimpin, pemimpin menjadi contoh yang pertama yang akan diikuti oleh bawahannya. Menjadi seorang pemimpin berarti berani dalam melindungi hak – hak bawahannya, selain itu pemimpin menjadi tolak ukur keberhasilan suatu kelompok. Pemimpin dalam Islam menjadikan dirinya sebagai pelayan kaumnya untuk mengadili, melindungi dan memberi solusi ketika kaumnya membutuhkan. Dalam Islam dikenal juga empat sifat Rasulullah SAW yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu berkata benar, memiliki ilmu pengetahuan, menepati janji, dan menyampaikan yang baik. Keempat hal tersebut akan menjadi konsep yang sangat bagus untuk menjadi pemimpin yang sejati. Veby Surya Wibawa memberikan contoh dan kritikan di dalam komik 99 Pesan Nabi melalui hadits – hadits yang mahsyur, sehingga penulis menganggap itu adalah hadits yang sahih. Penulis menginterpretasikan
87
tentang gambaran – gambaran yang ada di komik melalui makna semiotik menurut Rolland Barthes. Menurut penulis nuansa yang diberikan dalam komik 99 Pesan Nabi itu berbeda dari komik lain. Variasi gambar dan tema yang beragam menjadi sesuatu yang menarik untuk dibaca, salah satunya adalah nilai – nilai kepemimpinan. Di dalam komik 99 Pesan Nabi, peneliti menemukan ada 13 cerita yang mengandung nilai – nilai kepemimpinan yang sesuai dengan perumusan masalah dalam penelitian ini. Nilai – nilai kepemimpinan yang digambarkan secara umum adalah tentang perilaku keseharian manusia. Nilai – nilai yang digambarkan ada yang bersifat positif dan bersifat negative. Sifat positif yang dimaknai itu seperti yang dikatakan oleh hadits, sedangkan sifat negative yang dimaknai itu adalah yang melanggar dan menolak isi hadits tersebut. Nilai – nilai kepemimpinan yang terkandung dalam gambar tersebut menjadi menarik karena ternyata dalam keseharian kita banyak hal yang seharusnya menuntut kita untuk lebih waspada dalam memilih pemimpin, seperti hal yang paling kecil dalam sebuah oraganisasi formal seperti pemilihan RT. Dalam memilih pemimpin kita harus mengetahui sifat dan perilaku yang ada pada calon pemimpin. Nilai – nilai kepemimpinan yang terkandung dalam komik 99 Pesan Nabi juga memberikan gambaran tentang orang – orang zaman sekarang yang semakin ramai dan berlomba – lomba mengejar jabatan, berebut kedudukan sehingga menjadikannya sebagai sebuah obsesi hidup. Mereka yang menganut
88
prinsip ini atau paham ini, tidak lengkap rasanya ketika hayat masih dikandung badan masih belum merasakan menjadi orang penting atau orang yang terpandang. Padahal di dalam pandangan Al-Quran hakikat pemimpin bukan hanya sekadar kontrak sosial antara sang pemimpin dengan masyarakatnya, tetapi juga merupakan ikatan perjanjian antara dia dengan Allah SWT, seperti firman-Nya yang ada dalam Qs. Al-Baqarah: 124
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan analisis dan pembahasan pada bab – bab sebelumnya, di bawah ini beberapa kesimpulan yang diperoleh oleh peneliti adalah dari ke 13 cerita, penyajian nilai – nilai kepemimimpinan dalam komik ini terbilang baik dan bagus, hal ini dibuktikan dari penggambaran pengarang dalam
bentuk dialog antar tokoh serta paparan – paparan kejadian atau
peristiwa yang dialami. Bahasa narasi dan deskripsi yang digunakan sesekali menggunakan perumpamaan untuk menambah estetika membaca bagi pembaca. Kesimpulan yang didapat dari hasil analisis dan temuan pada 13 cerita yang ada di dalam komik 99 Pesan Nabi adalah sebagai berikut: Dalam komik 99 Pesan Nabi diberikan gambaran pemimpin khususnya pemimpin yang ada di Indonesia dalam memimpin dan edukasi serta nilai – nilai Islam yang sangat tinggi, pada dasarnya hilangnya nilai – nilai kepemimpinan yang ada pada seorang pemimpin, karena niat dasar dari seorang pemimpin tersebut yang kebanyakan hanya ingin mendapat jabatan dan kekuasan untuk kepentingan pribadinya. Jabatan formal maupun non formal di negeri kita khususnya masih dipandang sebagai sebuah “asset wajib”, karena baik langsung maupun tidak langsung itu berpotensi pada keuntungan, kesenangan, kehormatan dan lain sebagainya. 89
90
1. Makna Denotasi Makna – makna denotasi yang ditemukan pada ketigabelas gambar yang diteliti disimpulkan bahwa nilai – nilai kepemimpinan berawal dari diri sendiri, banyak dari pemimpin sekarang adalah pengemis jabatan, yaitu orang yang meminta – minta kedudukan tinggi, padahal dalam kapabilitasnya mereka belum mampu menjadi pemimpin. Seharusnya menjadi pemimpin adalah yang menjadi idaman pemimpin dikeluarganya, yang melindungi bawahannya, dan yang berani menanggung bersama – sama masalah yang dihadapi. 2. Makna Konotasi Makna – makna konotasi yang ditemukan pada ketigabelas gambar yang diteliti disimpulkan bahwa pemimpin sekarang hanya memikirkan perut dan singgahsana yang megah untuk kemakmuran pribadi. Pemimpin sekarang banyak yang berjanji namun cepat juga melupakan keringat rakyat yang mendukungnya, sehingga buta akan tanggung jawab menjadi pemimpin. Seharusnya dalam menjalankan amanat, pemimpin harus bersikap adil dan bijaksanaa untuk kesejahteraan rakyat bersama. 3. Mitos Mitos dari analisis data diatas adalah bahwa memilih pemimpin harus mengetahui sifat dan perilakunya dalam keseharian. Ketika rakyat memilih pemimpin zholim maka hancurlah apa yang dipimpin, namun jika rakyat memilih pemimpin adil dan bijak maka sejahteralah hidup rakyat.
91
B. Saran 1. Komik adalah salah satu media yang efektif dalam berdakwah, hendaknya para da’i atau pelaku dakwah juga dapat memaksimalkan media komik ini untuk berdakwah 2. Komik – komik sekarang bisa menjadi semakin baik dalam gambar maupun tema 3. Pemilihan gambar dan kata – kata yang semakin baik 4. Untuk komikus harus lebih mengasah kreativitasnya agar pembaca lebih tertarik lagi membacanya, hendaklah lebih banyak mengandung nuansa Islam
DAFTAR PUSTAKA Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009. Ajidarma, Seno Gumira, Panji Tengkorak: Kebudayaan Dalam Perbincangan, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2011. Bertens, K, Sejarah Filsafat Yunani, Yogyakarta: 1992. Birowo, M. Antonius, Metode penelitian Komunikasi; Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: Gitanyali, 2004. Budiman, Kris, Semiotika Visual, Yogyakarta: Penerbit Buku Baik, 2004. Danesi, Marcel, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi, Yogyakarta: Jalasutra, 2010. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999. Hidayat, Asep Ahmad, Filsafat Bahasa: Mengungkapkan Hakikat Bahasa, Makna dan Tanda, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Karjadi, M, Kepemimpinan (Leadership), Bandung: PT. Karya Nusantara, 1989. Kurniawan, Semiologi Rolland Barthes, Jakarta: Yayasan Indonesiatera, 2001. Liliweri, Alo, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011. Maharsi, Indira, Komik Dunia Kreatif Tanpa Batas, Yogyakarta: Kata Buku, 2011. Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007. Morissan dan Andy Cory Wardhany, Teori Komunikasi: Tentang Komunikastor, Pesan, Percakapan, dan Hubungan, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009. Muzakki, Akhmad, Kontribusi Semiotika Dalam Memahami Bahasa Agama, Malang: UIN-Malang Press, 2007. Nasrullah, Rulli dan Novita Intan Sari, Komik Sebagai Media Dakwah:Analisis Semiotika Kepemimpinan Islam Dalam Komik “Si Bujang”, Jakarta, JanuariJuni, 2012. 92
93
Nawawi, Hadari dan M. Martini Hadari, Kepemimpinan Yang Efektif, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012. Piliang, Yasraf Amir, Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, Bandung: Jalasutra, 2003. Riberu, J, Dasar – Dasar Kepemimpinan, Jakarta: CV.Pedoman Ilmu Jaya, 1992. Rivai, Veithzal, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004. -------, Kiat Memimpin Dalam Abad ke-21, Jakarta: Murai Kencan, 2004. Sasongko, Setiawan G, Kartun Sebagai Media Dakwah, Jakarta: Sisma Digi Media, 2005. Setiadi Elly M. Dkk, Ilmu Sosial Budaya Dasar, Jakarta, Kencana Prenadamedia Group, 2006. Sobur, Alex, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. -------, Semiotika Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rodakarya,2009. Soekarso dan Iskandar Putong, Kepemimpinan: Kajian Teoritis dan Praktis, Jakarta: Erlangga, 2015. Subroto, Darwanto Sastro, Televisi Sebagai Media Pendidikan, Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1995. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2007. Tumanggor, Rusmin Dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015. Vera, Nawiroh, Semiotika Dalam Riset Komunikasi, Bogor: Ghalia Indonesia, 2014. Wibowo, Indiwan Seto Wahyu, Semiotika Komunikasi, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011. Wijana, Dewan Putu, Kartun: Studi Tentang Permainan Bahasa, Yogyakarta: Tombak, 2004.
94
Sumber Lain: http://www.goethe.de/ins/id/lp/prj/mic/mii/mvd/idindex.htm di akses pada hari rabu, 27 April 2016, pada pukul 14.06.