Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang
Volume 8 – ISSN: 2085-2347
ANALISIS RSCP PADA HSDPA DAN HSUPA DI WILAYAH KOTA MALANG Agnes Estuning Tyas1, Aisah2, Mochammad Junus3 1
Jaringan Telekomunikasi Digital, Teknik Elektro, Politeknik Negeri Malang
[email protected] , 2
[email protected] , 3
[email protected] Abstrak
Dalam sistem komunikasi seluler di Indonesia yang masih berada di teknologi HSDPA dan HSUPA, maka parameter pengukuran kualitas sinyal yang diterima oleh user seperti RSCP (Received Signal Code Power) dibutuhkan guna mengetahui kualitas jaringan yang telah dibangun. Untuk mengetahui nilai dari parameter RSCP maka dilakukan pengukuran dan perhitungan. Pada pengukuran dapat menggunakan drive test. Dan pada perhitungan dapat dilakukan dengan menghitung terlebih dahulu nilai path loss setiap nodeB. Dengan menggunakan 2 model perhitungan path loss yaitu Walfisch Ikegami dan Cost 231 Hata. Kemudian dilanjutkan dengan perhitungan EIRP dan perhitungan RSCP. Sehingga hasil dari pengukuran parameter RSCP menggunakan drive test dapat dibandingkan dengan hasil perhitungan parameter RSCP. Adanya analisis parameter RSCP berguna untuk mengetahui dampak dari jarak jangkauan sebuah nodeB dan path loss dari nodeB tersebut sehingga sinyal dapat diterima oleh user dengan baik. Dari 13 nodeB tersebut diperoleh nilai parameter RSCP pada perhitungan RSCP menunjukkan semakin jauh jangkauan cell maka nilai path loss akan semakin tinggi dan nilai RSCP yang dihasilkan akan semakin rendah, sehingga area layanan yang jaraknya jauh dari nodeB tidak terlayani dengan baik. Nilai parameter RSCP dengan perhitungan menggunakan path loss Walfisch Ikegami menunjukkan nilai yang lebih rendah dibandingkan menggunakan path loss Cost 231 Hata. Dan hasil Pengukuran parameter RSCP menggunakan drive test menunjukkan nilai yang mendekati dengan perhitungan menggunakan path loss Cost 231 Hata. Kata kunci : RSCP, HSDPA, HSUPA, Path Loss, Walfisch Ikegami, Cost 231 Hata 1.
yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja terbaik jaringan HSPA. Pengukuran parameter RSCP menggunakan drive test dilakukan di wilayah Kota Malang tepatnya pada Kecamatan Lowokwaru dengan menggunakan 13 nodeB.
Pendahuluan
Teknologi HSDPA (High Speed Downlink Packet Access) sebagai bagian dari standarisasi 3GPP Release 5 dengan spesifikasi versi pertama pada Maret 2002. Sedangkan HSUPA (High Speed Uplink Packet Access) bagian dari 3GPP Release 6 dengan versi pertama pada Desember 2004. HSDPA dan HSUPA bersama – sama disebut HSPA (High Speed Packet Access).
2. Dasar Teori 2.1 RSCP Suatu mobile terminal terdapat tipe pengukuran pada Common Pilot Channel (CPICH) yaitu Received Signal Code Power (RSCP), digunakan untuk evaluasi downlink (DL), uplink (UL) dan untuk estimasi path loss. Persamaan 1 digunakan untuk perhitungan RSCP.
Pada sistem komunikasi seluler, parameter RSCP (Receive Signal Code Power) berguna sebagai evaluasi downlink, uplink dan untuk estimasi path loss. Sehingga parameter RSCP digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam mencapai kinerja terbaik teknologi HSDPA dan HSUPA.
RSCP = EIRP - Path Loss - Σ( Handover+ Fading Margin)
Tujuan adanya analisis RSCP pada teknologi HSDPA dan HSUPA ini guna mengetahui hubungan RSCP dengan jarak jangkauan sebuah nodeB dan hubungannya dengan path loss. Serta mengetahui perbedaan dari hasil perhitungan nilai parameter RSCP dengan model Walfisch Ikegami maupun Cost 231 Hata. Dan mengetahui perbedaan antara hasil pengukuran parameter RSCP menggunakan drive test dan hasil perhitungan parameter RSCP.
(1)
Tabel 1. Rentang Nilai RSCP
Dengan pengukuran menggunakan drive test dapat memberikan informasi dari perspektif user
Warna
Rentang Nilai (dBm)
Golongan
Hijau Tua
-75 to 0
Sangat Bagus
Hijau Muda
-85 to -75
Bagus
Kuning
-95 to -85
Buruk
Merah
-120 to -95
Sangat Buruk
(Sumber : Huawei Tech.)
D-60
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang
Volume 8 – ISSN: 2085-2347
2.2 Drive Test EIRP = TX Power-(Cable&connector)+TX Antenna Gain
Drive test merupakan sumber informasi yang sangat baik tentang nilai dari signal strength. Digunakan perangkat yang dilengkapi dengan GPS. Perangkat ini mampu mengukur kekuatan dari tiap base station, mengidentifikasi sumber dan menyediakan log dari pengukuran dengan waktu dan lokasi.
2.3
3.
Sedangkan Gambar 2 menunjukkan pengukuran drive test menggunakan kendaraan mobil yang dilengkapi dengan GPS tracker, modem Huawei E220 dan software TEMS Investigation versi 8 yang berada pada sebuah laptop. Titik awal pengukuran dimulai dari Politeknik Negeri Malang yang berada di jalan Soekarno Hatta menuju ke Jalan Panjaitan lalu melintasi Jalan Bandung diteruskan ke Jalan Veteran, kemudian menuju Jalan MT Haryono dan berakhir di Politeknik Negeri Malang lagi.
Pada model ini dianggap penggunaannya untuk microcell ketika antena pemancar lebih rendah ketinggiannya dibanding dengan bangunan disekitarnya. (2)
Lrts =-16,9-10 log(ωs [m]) +10 log(f[MHz]) + 20 log(ΔhRf [m])+Lori Lbf = 32,44 + 20 log(dtot [km]) + 20 log f[MHz] Lmsd = Lbsh + k a +k d log(dtot [km]) + k f log(f[MHz]) -9 log(ds [m])
Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian ditunjukkan pada Gambar 1 dimana informasi dari 13 nodeB yang terletak di Kecamatan Lowokwaru digunakan dalam perhitungan RSCP dan digunakan untuk mengetahui letak nodeB saat pengukuran dengan drive test.
Walfisch Ikegami
L= Lbf + Lrts + Lmsd
(8)
(3) (4) (5)
Studi Pustaka Informasi 13 nodeB di Kec. Lowokwaru (koordinat, tinggi antena sektoral, tipe antena sektoral)
2.4 Cost 231 Hata Model path loss ini dihitung berdasarkan perhitungan dengan faktor empirical attenuation correction untuk area urban sebagai fungsi dari jarak antara BS dan MS dan frekuensi. Faktor tersebut ditambahkan ke Free Space Loss (FSL). Hasilnya kemudian dikoreksi dengan faktor dari ketinggian antena BS dan ketinggian antena MS. Faktor koreksi lainnya yaitu orientasi jalan, sub urban, open area dan irregular terrain. Perhitungan path loss menggunakan model Cost 231 Hata memiliki persamaan 6 dan 7.
Pengukuran dengan drive test untuk parameter RSCP
Perhitungan path loss
Model Walfisch Ikegami
Model Cost 231 Hata
Perhitungan EIRP
Pemetaan hasil drive test dengan MapInfo Nilai parameter RSCP
Perhitungan RSCP Analisa dan Kesimpulan
Gambar 1. Tahapan penelitian
𝐿 = 46,3 + 33,9 log 𝑓 − 13,82 log ℎ𝑏 − 𝑎(ℎ𝑚 ) −(44,9 − 6,55 log ℎ𝑏 ) log 𝑑 𝑎(ℎ𝑚 ) = (1,1 log 𝑓 − 0,7)ℎ𝑚 − (1,56 log 𝑓 − 0,8)
(6)
(7)
Keterangan : 𝑓 = frekuensi (MHz) ℎ𝑏 = tinggi antena BS (meter) 𝑑 = jarak BS dan MS (km) ℎ𝑚 = tinggi antena MS (meter) 𝑎(ℎ𝑚 ) = mobile antenna gain fuction (dB)
GPS Tracker
Modem
Software
2.5 EIRP
Gambar 2. Pengukuran drive test
EIRP merupakan daya efektif yang berasal dari base station, setelah kenaikan variabel dan redaman, dapat dihitung dengan rumus berikut :
4. Pembahasan 4.1 Hasil Pengukuran RSCP Dengan Drive Test
D-61
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Hasil pengukuran drive test untuk parameter RSCP terbagi menjadi 2 kali pengukuran. Hasil pengukuran tersebut di analisa menggunakan bantuan software MapInfo.
Volume 8 – ISSN: 2085-2347 Tabel 4. Data pengukuran kedua RSCP Rentang RSCP (dBm)
Titik pengukuran
%
Kategori
-75 to 0
7175
28
SBa
-85 to -75
12239
48
Ba
-95 to -85
5805
23
Bu
-120 to -95
23
0
SBu
Jumlah
25242
99
Tabel 4 menunjukkan hasil pengukuran kedua untuk parameter RSCP persentase sebesar 48% mendominasi pengukuran kedua dari 25.242 titik pengukuran dengan kuat sinyal sangat bagus. Sedangkan persentase 23% dalam kuat sinyal buruk. 4.2 Hasil Perhitungan RSCP 4.2.1 Perhitungan Path Loss Walfisch Ikegami
Gambar 3. Plotting pengukuran pertama dengan drive test
Hasil dari perhitungan path loss menggunakan model Walfisch Ikegami pada frekuensi downlink HSDPA 2147,2 MHz[6], pada radius cell 0,1 km hingga 0,5 km ditunjukkan pada Tabel 5. Dan pada frekuensi uplink HSUPA 1957,2 MHz[6], ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 2. Data pengukuran pertama RSCP Rentang RSCP (dBm) -75 to 0 -85 to -75 -95 to -85 -120 to -95 Jumlah
Titik pengukuran 43387 3375 973 0 47735
%
Kategori
90 7 2 0 99
SBa Ba Bu SBu
Dari nilai parameter jarak nodeB dengan penerima (dtot) dengan hasil perhitungan path loss model WI pada frekuensi downlink HSDPA dan pada frekuensi uplink HSUPA di radius 0,1 km hingga 0,5 km dapat digambarkan dalam sebuah grafik yang ditunjukkan pada Grafik 1 untuk nodeB Vinolia sektor 3.
Tabel 2 menunjukkan hasil pengukuran pertama untuk parameter RSCP dengan persentase sebesar 90% kuat sinyal sangat bagus mendominasi pengukuran pertama. Dan sebesar 2% dari pengukuran dengan kuat sinyal buruk. Tabel 3. Rata – rata RSCP pengukuran pertama Jatimulyo Dinoyo Penanggungan Ketawanggede Samaan Sumbersari Tlogomas
Rata - Rata RSCP (dBm) -73 -73 -77,5 -67 -73 -77,5 -73
Kategori
140
Path Loss Vinolia Sektor 3 Terhadap Radius Cell
120
Sangat Bagus Sangat Bagus Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus Bagus Sangat Bagus
100
L (dB)
Kelurahan
80 60 40 20 0 0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
Radius (km) Frek Downlink Frek Uplink
Grafik 1. Path loss WI nodeB Vinolia sektor 3 Path loss nodeB Vinolia sektor 3 dengan tinggi antenna sektoral 50 meter, menggunakan model Walfish Ikegami menunjukkan nilai terendah dibandingkan nodeB lainnya disetiap kenaikan radius antara nodeB dengan user. Gambar 4. Plotting pengukuran kedua dengan drive test
D-62
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang
Volume 8 – ISSN: 2085-2347
Path Loss Ketawanggede Terhadap Radius Cell
Path Loss Ketawanggede Terhadap Radius Cell
160
140
140
120 100
100
L (dB)
L (dB)
120 80 60 40
80 60 40
20
20
0 0,1
0,2
0,3
0,4
0
0,5
0,1
Radius (km) Frek Downlink Frek Uplink
0,2
0,3
0,4
0,5
Radius (km) Frek Downlink
Grafik 2. Path loss WI nodeB Ketawanggede
Frek Uplink
Grafik 4. Path loss Cost 231 Hata nodeB Ketawanggede
Sedangkan path loss nodeB Ketawanggede dengan tinggi antena sektoral 17,5 meter, menggunakan model Walfish Ikegami menunjukkan nilai tertinggi dibandingkan nodeB lainnya disetiap kenaikan radius antara nodeB dengan user.
Dari Grafik 3 diketahui bahwa pada nodeB Vinolia sektor 3 dengan ketinggian antena sektoral 50 meter path loss tertinggi dihasilkan dari frekuensi downlink yaitu HSDPA. Radius antar nodeB dengan user yang semakin jauh akan meningkatkan path loss yang terjadi oleh nodeB tersebut. Hal yang sama juga terjadi pada nodeB Ketawanggede dengan ketinggian antena sektoral 17,5 meter seperti Grafik 4.
Hal tersebut menunjukkan ketinggian antena sektoral yang semakin tinggi akan menurunkan path loss dari nodeB tersebut. Dan akan mempengaruhi daya yang diterima oleh user.
4.2.3 Perhitungan EIRP Dari WCDMA for UMTS Radio Access for Third Generation Mobile Communications dengan nilai TX power sebesar 43 dBm dan loss pada cable dan connector bernilai 3 dB maka hasil perhitungan EIRP di 13 nodeB ditunjukkan pada Tabel 4.5. Tabel 4. Hasil perhitungan EIRP
4.2.2 Perhitungan Path Loss Cost 231 Hata Hasil dari perhitungan path loss menggunakan model Cost 231 Hata pada frekuensi downlink HSDPA 2147,2 MHz ditunjukkan pada Tabel 4.3. Dan pada frekuensi uplink HSUPA 1957,2 MHz ditunjukkan pada Tabel 4.4.
Nama NodeB
EIRP (dBm)
Ketawanggede
Dari nilai parameter jarak BS dan MS (d) dengan hasil perhitungan path loss Cost 231 Hata pada frekuensi downlink HSDPA dan pada frekuensi uplink HSUPA di radius 0,1 km hingga 0,5 km dapat digambarkan dalam sebuah grafik yang ditunjukkan pada Grafik 4.3 untuk nodeB Vinolia sektor 3 dan Grafik 4.4 untuk nodeB Ketawanggede.
Sumbersari Samaan Malang Gadingkasri
57
Gajayana Malang Tlogo Mas Malang Dinoyo Relocation Sri Gading
58
Path Loss Vinolia Sektor 3 Terhadap Radius Cell Soekarno Hatta Malang
140 120
Pisang Kipas Dinoyo
L (dB)
100 80
Mejosari Malang
57
60
Telogo Mas
40 20
Vinolia Malang
0 0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
Radius (km) Frek Downlink Frek Uplink
Dari Tabel 4 diketahui bahwa nilai EIRP dipengaruhi oleh gain antena sektoral yang digunakan pada sebuah nodeB. Semakin tinggi nilai gain antena sektoral yang digunakan maka daya yang dipancarkan oleh antena ke user semakin tinggi. Hal ini akan mempengaruhi RSCP yang diterima user.
Grafik 3. Path loss Cost 231 Hata nodeB Vinolia sektor 3
4.2.4 Perhitungan RSCP
D-63
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Dari persamaan (2.2) maka untuk nilai perhitungan parameter RSCP pada sisi downlink HSDPA di model path loss WI ditunjukkan pada Tabel 4.6. Dan untuk uplink HSUPA di model path loss WI ditunjukkan pada Tabel 4.7. Dari nilai parameter hasil perhitungan path loss WI pada frekuensi downlink HSDPA dan frekuensi uplink HSUPA pada nodeB Vinolia sektor 3 dengan radius 0,1 km hingga 0,5 km dapat digambarkan dalam sebuah grafik yang ditunjukkan pada Grafik 5.
Volume 8 – ISSN: 2085-2347 2147,2 MHz menggunakan model Walfisch Ikegami dan Cost 231 Hata di radius 0,1 km hingga 0,5 km. . Perbandingan 2 Model Path Loss HSDPA 140
Path Loss (dB)
120 100 80 60 40 20 0 0,1
RSCP Vinolia Sektor 3 Terhadap Radius Cell 0,1
0,2
0,3
0,4
0,3
0,4
0,5
Radius (km) Cost 231 Hata Walfisch Ikegami
0 -10
0,2
0,5
Grafik 7. Perbandingan 2 model path loss HSDPA
RSCp (dBm)
-20 -30
Grafik 8 menunjukkan perbedaan hasil perhitungan path loss untuk frekuensi HSUPA 1957,2 MHz menggunakan model Walfisch Ikegami dan Cost 231 Hata di radius 0,1 km hingga 0,5 km. Nilai perhitungan path loss menggunakan model Cost 231 Hata lebih rendah dibandingkan menggunakan model Walfisch Ikegami. Baik dalam sisi HSDPA maupun HSUPA. Dikarenakan pada model Walfisch Ikegami parameter yang digunakan seperti ketinggian bangunan disekitar nodeB, lebar jalan, jarak antar bangunan dan orientasi sudut dengan jalan, lebih dipertimbangkan di model ini. Sedangkan parameter tersebut tidak diperhitungkan pada model Cost 231 Hata.
-40 -50 -60 -70 -80 -90
Radius (km) Frek Downlink
Frek Uplink
Grafik 5. RSCP nodeB Vinolia sektor 3 terhadap radius cell untuk path loss WI Dari persamaan (2.6) maka untuk nilai perhitungan parameter RSCP pada sisi downlink HSDPA di model path loss Cost 231 Hata ditunjukkan pada Tabel 4.8. Dan di sisi uplink HSUPA di model path loss Cost 231 Hata ditunjukkan pada Tabel 4.9. Dari nilai parameter hasil perhitungan path loss Cost 231 Hata pada frekuensi downlink HSDPA frekuensi uplink HSUPA pada nodeB Vinolia sektor 3 dengan radius 0,1 km hingga 0,5 km dapat digambarkan dalam sebuah grafik yang ditunjukkan pada Grafik 6.
Perbandingan 2 Model Path Loss HSUPA 140
Path Loss (dB)
120 100 80 60 40 20 0
RSCP Vinolia Sektor 3 Terhadap Radius Cell
0,1
0,1
0,2
0,3
0,4
0,4
0,5
0,5
Grafik 8. Perbandingan 2 model path loss HSUPA
-20
RSCP (dBm)
0,3
Radius (km) Cost 231 Hata Walfisch Ikegami
0 -10
0,2
-30
Pada Grafik 8 menunjukkan hasil perbandingan parameter RSCP untuk HSDPA dari perhitungan path loss dengan model Walfisch Ikegami dan Cost 231 Hata. Pada Grafik 9 menunjukkan hasil perbandingan RSCP untuk HSUPA dari perhitungan path loss dengan model WI dan Cost 231 Hata.
-40 -50 -60 -70 -80 -90
Radius (km) Frek Downlink
Frek Uplink
Grafik 6. RSCP nodeB Vinolia sektor 3 terhadap radius cell untuk path loss Cost 231 4.2.5 Perbandingan 2 Model Path Loss Pada perbandingan 2 model path loss ini guna menunjukkan perbedaan dari hasil perhitungan path loss berdasarkan model Walfisch Ikegami dan Cost 231 Hata. Grafik 7 menunjukkan perbedaan hasil perhitungan path loss untuk frekuensi HSDPA
D-64
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang
Volume 8 – ISSN: 2085-2347 3. Hasil pengukuran parameter RSCP menggunakan drive test menunjukkan nilai yang mendekati yaitu dengan perhitungan menggunakan path loss model cost 231 Hata.
Perbandingan RSCP HSDPA Dari 2 Model Path Loss 0 -10
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
-20
RSCp (dBm)
-30
5.2 Saran Perbandingan model path loss dapat ditambahkan model lain seperti model Ray Tracing.
-40 -50 -60 -70 -80 -90
Daftar Pustaka :
Radius (km) Cost 231 Hata
Walfisch Ikegami
Grafik 9. Perbandingan RSCP HSDPA dari 2 model path loss
A.Wacker and J.Laiho,editors. (2006): Radio Network Planning and Optimisation for UMTS 2nd Edition, England: John Wiley & Sons. Ltd.
Perbandingan RSCP HSUPA Dari 2 Model Path Loss
H.Holma dan A.Toskala. (2006): HSDPA/HSUPA for UMTS High Speed Radio Access for Mobile Communications, England:John Wiley & Sons Ltd.
0 -10
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
RSCP (dBm)
-20
Siswandari, Syaikhuddin dan Wijayanti. (2012): Analisa Unjuk Kerja Layanan 3G di Surabaya, EEPIS, Indonesia, Oktober 24,2012.
-30 -40 -50 -60 -70
Lingyang Song dan Jia Shen. (2011): Evolved Cellular Network Planning and Optimization for UMTS and LTE. USA: CRC Press.
-80 -90
Radius (km) Cost 231 Hata Walfisch Ikegami
Siomina, I. (2007): Radio Network Planning and Resource Optimization. Sweden:LiU-Tryck.
Grafik 10. Perbandingan RSCP HSUPA dari 2 model path loss
Tanaka, Ishii, Sao, Iizuka dan Nakamori. HSDPA Throughput Performances Using an Experimental HSDPA Transmission System. (NTT DoCoMo Technical Journal Vol. 6 No.4)
Sehingga pada hasil perhitungan RSCP di frekuensi HSDPA 2147,2 MHz dan frekuensi HSUPA 1957,2 MHz menunjukkan perbedaan pula. Dimana nilai RSCP untuk model Walfisch Ikegami lebih rendah dibandingkan model Cost 231 Hata. Kemudian dibandingkan dengan Tabel 2.2 yang menunjukkan nilai rata – rata pengukuran pertama dengan drive test untuk parameter RSCP. Dapat diketahui bahwa nilai RSCP menggunakan perhitungan path loss Cost 231 Hata lebih mendekati dengan hasil pengukuran pertama drive test yang dilakukan.
Lampiran Tabel 5. Perhitungan path loss model WI untuk HSDPA Radius (km) Path Loss (dB)
Nama NodeB
5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Dari 13 nodeB yang berada di Kec. Lowokwaru, menunjukkan hubungan RSCP dengan jarang jangkauan dan path loss. Dimana nilai parameter RSCP menunjukkan semakin jauh jangkauan cell maka nilai path loss akan semakin tinggi dan RSCP yang dihasilkan akan semakin rendah, sehingga area layanan yang jaraknya jauh dari nodeB tidak terlayani dengan baik. 2. Dari 13 nodeB yang berada di Kec. Lowokwaru menunjukkan perbedaan hasil perhitungan dengan 2 model path loss. Dimana nilai parameter RSCP dengan perhitungan menggunakan path loss WI menunjukkan nilai yang lebih rendah dibandingkan menggunakan Cost 231 Hata.
D-65
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
Vinolia Malang sektor 3
102,84
114,29
120,98
125,73
129,41
Telogo Mas
106,20
117,65
124,33
129,08
132,76
Mejosari Malang
107,08
118,53
125,22
129,97
133,65
Pisang Kipas Dinoyo
107,08
118,85
125,54
130,29
133,97
Vinolia Malang sektor 1
107,74
119,18
125,87
130,62
134,301
Vinolia Malang sektor 2
107,74
119,18
125,87
130,62
134,301
Dinoyo Relocation
107,74
119,18
125,87
130,62
134,301
Sri Gading
107,74
119,18
125,87
130,62
134,301
Soekarno Hatta Malang
107,74
119,18
125,87
130,62
134,301
Tlogo Mas Malang
108,45
119,9
126,58
131,33
135,01
Gajayana Malang
109,23
120,67
127,36
132,11
135,8
Gadingkasri
109,23
120,67
127,36
132,11
135,8
Samaan Malang
110,10
121,54
128,23
132,98
136,66
Sumbersari
110,57
122,02
128,71
133,45
137,13
Ketawanggede
113,87
125,31
132,008
136,74
140,43
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang
Volume 8 – ISSN: 2085-2347
Tabel 6. Perhitungan path loss model WI untuk HSUPA
Tlogo Mas Malang
102,41
113,08
119,31
123,74
127,17
Gajayana Malang
102,65
113,37
119,65
124,10
127,55
Gadingkasri
102,65
113,37
119,65
124,10
127,55
Samaan Malang
102,90
113,70
120,01
124,49
127,97
Sumbersari
103,04
113,87
120,20
124,70
128,18
Ketawanggede
103,90
114,96
121,44
126,03
129,59
Radius (km) Path Loss (dB) 0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
Vinolia Malang sektor 3
100,70
112,14
118,83
123,58
127,27
Telogo Mas
104,06
115,50
122,19
126,94
130,62
Mejosari Malang
104,94
116,38
123,07
127,82
131,50
Pisang Kipas Dinoyo
105,26
116,70
123,39
128,14
131,82
Vinolia Malang sektor 1
105,60
117,03
123,73
128,47
132,16
Vinolia Malang sektor 2
105,60
117,03
123,73
128,47
132,16
Dinoyo Relocation
105,60
117,03
123,73
128,47
132,16
Nama NodeB
Sri Gading
105,60
117,03
123,73
128,47
132,16
Soekarno Hatta Malang
105,60
117,03
123,73
128,47
132,16
Tlogo Mas Malang
106,31
117,75
124,44
129,18
132,87
Gajayana Malang
107,09
118,53
125,22
129,97
133,65
Gadingkasri
107,09
118,53
125,22
129,97
133,65
Samaan Malang
107,96
119,40
126,09
130,84
134,52
108,43
119,87
126,56
131,31
134,99
Ketawanggede
111,73
123,16
129,86
134,60
138,29
Radius (km) Path Loss (dB)
Nama NodeB
Sumbersari
Tabel 9. Nilai RSCP model path loss WI untuk HSDPA
Tabel 7. Perhitungan path loss HSDPA model Cost 231 Hata
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
Vinolia Malang sektor 3
-68,87
-80,31
-87,008
-91,74
-95,43
Telogo Mas
-65,57
-77,02
-83,71
-88,45
-92,13
Mejosari Malang
-65,1
-76,54
-83,23
-87,98
-91,66
Pisang Kipas Dinoyo
-64,23
-75,67
-82,36
-87,11
-90,8
Vinolia Malang sektor 1
-64,23
-75,67
-82,36
-87,11
-90,8
Vinolia Malang sektor 2
-63,45
-74,89
-81,58
-86,33
-90,01
Dinoyo Relocation
-62,74
-74,18
-80,87
-85,62
-89,301
Sri Gading
-62,74
-74,18
-80,87
-85,62
-89,301
Soekarno Hatta Malang
-62,74
-74,18
-80,87
-85,62
-89,301
Tlogo Mas Malang
-62,74
-74,18
-80,87
-85,62
-89,301
Gajayana Malang
-62,08
-73,85
-80,54
-85,29
-88,97
Gadingkasri
-62,08
-73,53
-80,22
-84,97
-88,65
Samaan Malang
-61,74
-73,18
-79,87
-84,62
-88,301
Sumbersari
-61,2
-72,64
-79,33
-84,08
-87,76
Ketawanggede
-57,84
-69,29
-75,98
-80,73
-84,41
Radius (km) Path Loss (dB) 0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
Vinolia Malang sektor 3
101,94
112,11
118,06
122,28
125,55
Telogo Mas
103,07
113,54
119,67
124,01
127,38
Mejosari Malang
103,35
113,90
120,07
124,45
127,85
Pisang Kipas Dinoyo
103,45
114,03
120,22
124,60
128,01
Vinolia Malang sektor 1
103,56
114,16
120,36
124,76
128,18
Tabel 9. Nilai RSCP model path loss WI untuk HSUPA Radius (km) Path Loss (dB)
Nama NodeB
103,56
114,16
120,36
124,76
128,18
0,1
0,2
0,3
Dinoyo Relocation
103,56
114,16
120,36
124,76
128,18
Sri Gading
103,56
114,16
120,36
124,76
128,18
Vinolia Malang sektor 3
-66,73
-78,16
Telogo Mas
-63,43
-74,87
Soekarno Hatta Malang
103,56
114,16
120,36
124,76
128,18
Mejosari Malang
-62,96
Tlogo Mas Malang
103,77
114,44
120,67
Gajayana Malang
104,01
114,74
121,01
125,10
128,53
Pisang Kipas Dinoyo
125,46
128,91
Vinolia Malang sektor 1
Gadingkasri
104,01
114,74
Samaan Malang
104,26
115,06
121,01
125,46
128,91
121,37
125,85
129,33
Sumbersari
104,40
115,23
121,56
126,06
129,55
Ketawanggede
105,26
116,32
122,80
127,39
130,95
Nama NodeB
Vinolia Malang sektor 2
Tabel 8. Perhitungan path loss HSUPA model Cost 231 Hata
0,4
0,5
-84,86
-89,6
-93,29
-81,56
-86,31
-89,99
-74,4
-81,09
-85,84
-89,52
-62,09
-73,53
-80,22
-84,97
-88,65
-62,09
-73,53
-80,22
-84,97
-88,65
Vinolia Malang sektor 2
-61,31
-72,75
-79,44
-84,18
-87,87
Dinoyo Relocation
-60,6
-72,03
-78,73
-83,47
-87,16
Sri Gading
-60,6
-72,03
-78,73
-83,47
-87,16
Soekarno Hatta Malang
-60,6
-72,03
-78,73
-83,47
-87,16
Tlogo Mas Malang
-60,6
-72,03
-78,73
-83,47
-87,16
Gajayana Malang
-60,6
-72,03
-78,73
-83,47
-87,16
Gadingkasri
-59,94
-71,38
-78,07
-82,82
-86,5
Samaan Malang
-59,6
-71,03
-77,73
-82,47
-86,16
Sumbersari
-59,06
-70,5
-77,19
-81,94
-85,62
Ketawanggede
-55,7
-67,14
-73,83
-78,58
-82,27
Radius (km) Path Loss (dB)
Vinolia Malang sektor 3
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
100,58
110,75
116,70
120,92
124,19
Nama NodeB
Telogo Mas
101,71
112,18
118,31
122,65
126,02
Mejosari Malang
101,99
112,54
118,71
123,09
126,49
Pisang Kipas Dinoyo
102,09
112,67
118,86
123,24
126,65
Vinolia Malang sektor 1
102,20
112,80
119,00
123,40
126,82
Vinolia Malang sektor 2
102,20
112,80
119,00
123,40
126,82
Dinoyo Relocation
102,20
112,80
119,00
123,40
126,82
Tabel 10. Nilai RSCP model path loss HSDPA Cost 231 Hata Radius (km)
102,20
112,80
119,00
123,40
126,82
Soekarno Hatta Malang
102,20
112,80
119,00
123,40
126,82
Nama NodeB
Sri Gading
Path Loss (dB)
D-66
Vinolia Malang sektor 3 Telogo Mas
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
-60,26
-71,32
-77,8
-82,39
-85,95
-59,4
-70,23
-77,8
-81,06
-84,55
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang
Volume 8 – ISSN: 2085-2347
-59,26
-70,06
-76,37
-80,85
-84,33
Vinolia Malang sektor 3
-58,9
-69,96
-76,44
-81,03
-84,59
Pisang Kipas Dinoyo
-59,01
-69,74
-76,01
-80,46
-83,91
Telogo Mas
-58,04
-68,87
-75,2
-79,7
-83,18
Vinolia Malang sektor 1
-59,01
-69,74
-76,01
-80,46
-83,91
Mejosari Malang
-57,9
-68,7
-75,01
-79,49
-82,97
Vinolia Malang sektor 2
-58,77
-69,44
-75,67
-80,1
-83,53
Pisang Kipas Dinoyo
-57,65
-68,37
-74,65
-79,1
-82,55
Dinoyo Relocation
-58,56
-69,16
-75,36
-79,76
-83,18
Vinolia Malang sektor 1
-57,65
-68,37
-74,65
-79,1
-82,55
Sri Gading
-58,56
-69,16
-75,36
-79,76
-83,18
Vinolia Malang sektor 2
-57,41
-68,08
-74,31
-78,74
-82,17
Soekarno Hatta Malang
-58,56
-69,16
-75,36
-79,76
-83,18
Dinoyo Relocation
-57,2
-67,8
-74
-78,4
-81,82
Tlogo Mas Malang
-58,56
-69,16
-75,36
-79,76
-83,18
Sri Gading
-57,2
-67,8
-74
-78,4
-81,82
Gajayana Malang
-58,45
-69,03
-75,22
-79,6
-83,01
Soekarno Hatta Malang
-57,2
-67,8
-74
-78,4
-81,82
Gadingkasri
-58,35
-68,9
-75,07
-79,45
-82,85
Tlogo Mas Malang
-57,2
-67,8
-74
-78,4
-81,82
Samaan Malang
-57,56
-68,16
-74,36
-78,76
-82,18
Gajayana Malang
-57,09
-67,67
-73,86
-78,24
-81,65
Sumbersari
-58,07
-68,54
-74,67
-79,01
-82,38
Gadingkasri
-56,99
-67,54
-73,71
-78,09
-81,49
Ketawanggede
-56,94
-67,11
-73,06
-77,28
-80,55
Samaan Malang
-56,2
-66,8
-73
-77,4
-80,82
Sumbersari
-56,71
-67,18
-73,31
-77,65
-81,02
Ketawanggede
-55,58
-65,75
-71,7
-75,92
-79,19
Nama NodeB
Mejosari Malang
Tabel 11. Nilai RSCP model path loss HSUPA Cost 231 Hata Radius (km) Path Loss (dB) 0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
D-67