PROSIDING 20 11© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
SIMULASI PERBANDINGAN KUALITAS LAYANAN PADA HSDPA DAN HSUPA Indrabayu, Zaenab Muslimin & A. Pata Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea - Makassar, 90245 Telp./Fax: (0411) 588111 e-mail:
[email protected],
[email protected]
Abstrak Teknologi telekomunikasi pita lebar yang menuju generasi 4G sudah di depan mata. Saat ini teknologi perintis menuju 4G yaitu 3,5 G (HSDPA) dan 3,75 G (HSUPA) mulai diterapkan di Indonesia. Dalam penelitian ini dibandingkan kedua teknologi tersebut ditinjau dari 3 parameter kualitas dalam jaringan telekomunikasi yaitu throughput, delay transmisi , dan packet loss. Kedua sistem yang disimulasikan masing-masing diberi hambatan berupa noise AWGN dan fading. Hasil menunjukkan bahwa HSUPA lebih unggul dibandingkan dengan HSDPA dari semua paramater ukur yang digunakan yaitu throughput, delay transmisi , dan packet loss. Kata Kunci: HSDPA, HSUPA, kinerja
Abstract In the nearly future, 4G will come as the extend of wireless broadband technology. The existing technology i.e. HSDPA (3,5G) and HSUPA (3,75G) are now well implemented in Indonesia. In this paper, both technology are discussed and compared in term of performances characteristic. Three parameters are used in the simulation that are throughput, transmission delay , and packet loss. Additive White Gaussian Noise and Fading are also incorporated in the system to mimic the real system. The result shows that HSUPA has better performances compare to HSDPA in all parameters observed. Keywords: HSDPA, HSUPA, performances
PENDAHULUAN Salah satu teknologi mobile yang paling banyak digunakan saat ini adalah teknologi seluler yang sekarang telah berevolusi sampai teknologi generasi ketiga atau yang biasa disebut 3G (Third Generation). Teknologi seluler yang telah mencapai generasi ketiga (3G) sudah dapat melayani hampir semua kebutuhan pelanggan akan telekomunikasi dan informasi. Untuk layanan akses data broadband (Internet broadband), teknologi seluler bahkan telah mencapai generasi 3,5G dan 3,75G yaitu layanan HSDPA (High Speed Downlink Packet Access) dan HSUPA (High Speed Uplink Packet Access). HSDPA (High Speed Downlink Packet Access) dan HSUPA (High Speed Uplink Packet Access) merupakan layanan akses data broadband (Internet broadband) yang menggunakan teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access) dimana pelanggan terhubung dengan infrastruktur jaringan UMTS (Universal Mobile Telecommunications Sistem) atau bisa disebut UTRAN (UMTS Terresterial Radio Access Network). Layanan HSDPA dapat melayani akses data untuk proses uplink dengan kecepatan sebesar 384 Kbps dan proses downlink dengan kecepatan sebesar 3,6 Mbps, sedangkan layanan HSUPA dapat melayani akses data untuk proses uplink dengan kecepatan sebesar 5,76 Mbps dan proses downlink dengan kecepatan sebesar 3,6 Mbps. Dalam pemilihan teknologi yang akan digunakan calon pengguna memerlukan gambaran kineja dari kedua teknologi tersebut. Gambaran ini diperlukan agar calon pengguna dapat memilih teknologi yang diinginkannya dengan tepat berdasarkan anggaran dan fitur yang diinginkan. Fitur komunikasi dua arah yang berbasis akses kecepatan tinggi dan membutuhkan kedua lajur uplink dan downlink yang sama kualitasnya tentunya membutuhkan teknologi yang berbeda. Layanan seperti ini membutuhkan teknologi HSUPA. Sebaliknya jika komunkasi hanya membutuhkan satu lintasan yang berkecapatan tinggi downlink, maka cukup menggunakan
Volume 5 : Desember 2011
Group Teknik Elektro TE16 - 1
ISBN : 978-979-127255-0-6
Simulasi Perbandingan Kualitas Layanan... Arsitektur Elektro
Geologi
Mesin
Indrabayu, Zaenab Muslimin & A. Pata Perkapalan Sipil
HSDPA. Untuk itu dalam penelitian ini dibandingkan kedua teknologi tersebut terhadap tinjauan kinerja telekomunikasi yaitu throughput, packet loss dan delay.
TINJAUAN PUSTAKA Generasi 3 (3G) Telekomunikasi Seluler UMTS (Universal Mobile Telecomunication Systems) menggunakan teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access) untuk mendukung evolusi 3G pada jaringan GSM (Global System for Mobile Communications). Teknologi ini memungkinkan pengguna untuk memperoleh kecepatan transmisi data sebesar 2 Mbps pada kondisi ideal sehingga memungkinkan dua layanan yaitu yang berbasis packet switch dan circuit switch. Teknologi ini memungkinkan pengunaan dua modulasi berbeda bergantung pada tingkat sinyal daya dari penerima terhadap base station. Di Indonesia, pada salah satu penyedia layanan PT. X, dual service ini digunakan untuk memaksinalkan pelayanan. Dalam artian jika antara base station dan penerima level daya masih berada pada nilai ambang batas untuk komunikasi 3G maka layanan yang digunakan adalah bermodulasi WCDMA, akan tetapi jika level daya sudah berada di bawah ambang batas untuk komunkasi 3G, maka akan dipiih teknologi pada level generasi di bawahnya yaitu 2,5G (EDGE). Dalam peralihannya dari teknologi 3G ke 4G yang saat ini baru berkembang di Indoensia (Wi-MAX), ada beberapa teknologi antara yaitu HSDPA dan HSUPA. Kedua teknologi ini muncul sejalan dengan berkembangnya aplikasi yang digunakan pengguna terhadap kecepatan data tinggi. HSDPA (High Speed Downlink Packet Access) W-CDMA atau yang juga dikenal dengan standard 3GPP Release 99, mampu menyediakan bit rate hingga 384 Kbps. Namun demikian, W-CDMA masih belum dianggap cukup untuk mendukung berbagai aplikasi lain yang bersifat interaktif dan membutuhkan bit rate yang lebih tinggi seperti video conference dan Real time Voice over IP (VoIP). Untuk memecahkan masalah itu, 3GPP (3rd Generation Partnership Project) membuat standard baru yaitu 3GPP Release 5, yang kemudian disebut HSDPA. Beberapa kelebihan dari HSDPA, yaitu : • Dapat meningkatkan kecepatan transfer data. • High Speed Downlink Shared Channel (HS DSCH), dimana kanal tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dengan pengguna lain. • Transmission Time Interval ( TTI ) yang lebih pendek, yaitu 2 ms, sehingga kecepatan transmisi pada layer fisik dapat lebih cepat. • Menggunakan teknik penjadwalan atau scheduling yang cepat • Menggunakan Adaptive Modulation and Coding ( AMC ) • Menggunakan Fast Hybrid Automatic Response request (HARQ) Secara umum arstitektur HSDPA dalam penggunaan Skedul, HARQ dan AMC ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Arsitektur HSDPA
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Elektro TE16 - 2
Volume 5 : Desember 2011
PROSIDING 20 11© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
Evolusi WCDMA menuju HSDPA sebagian besar adalah berupa proses upgrade perangkat lunak pada sisi Node B. Implementasi ini mengakibatkan arsitektur protokol dari WCDMA-UMTS mengalami perubahan juga. Pada WCDMA, Node B merupakan entitas yang langsung berhubungan dengan UE (User Equipment) dan hanya terdiri dari layer fisik. Sementara fungsi MAC (Medium Access Control) layer hanya dilakukan pada sisi UE dan RNC. Pada HSDPA Node B tidak hanya terdiri atas layer fisik, perubahan pada Node B terjadi pada MAC layer seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Dimana ditambahkan MAC-hs yang merupakan entity MAC yang menangani transport channel baru yang diperkenalkan HSDPA, yakni HS-DSCH. MAC-hs memiliki peran dalam fungsi retransmisi dan scheduling dalam menangani prioritas paket. Pada Release ’99 (WCDMA) proses retransmisi dan scheduling dilakukan pada Radio Network Controller (RNC), sedangkan pada HSDPA dilakukan pada Node B (BTS), sehingga waktu yang dibutuhkan untuk transmisi lebih pendek. Dengan adanya MAC layer pada Node B, maka proses retransmisi dan scheduling dapat terjadi lebih cepat. HSUPA (High Speed Uplink Packet Access) High-Speed Uplink Packet Access (HSUPA) adalah protokol telepon genggam 3G dengan kecepatan unggah/uplink hingga 5.76 Mbit/s. Penamaan HSUPA diberikan oleh vendor Nokia. Standar 3GPP dalam hal ini tidak mendukung istilah HSUPA, sebagai gantinya digunakan istilah Enhanced Uplink (EUL). HSUPA merupakan kebalikan dari HSDPA. Perbedaan mendasar dari teknologi HSDPA adalah dimana penggunaan enhanced dedicated channel (E-DCH). Pada penambahan kanal fisikal baru, E-DCH juga memperkenalkan MAC baru untuk UE, Node B dan SRNC yaitu MAC-e dan MAC-es. Dalam MAC-e/es UE dianggap satu sublapisan, namun di sisi jaringan MAC-e dan MAC-es dianggap terpisah. Hal ini untuk memungkinkan fungsi kritis yang lebih real time dari MAC-e untuk ditempatkan ke Node-B dan memungkinkan MAC-es untuk berjalan di RNC. Beberapa fungsi Mac-e adalah sebagai berikut: • MAC-e terdapat di UE dan Node B yang berfungsi menangani HARQ retransmisi dan scheduling. Juga merupakan MAC terakhir pada physical layer. • MAC-es diterapkan di UE dan SRNC. • Pada UE : MAC baru entitas (MAC-es/MAC-e) ditambahkan dalam UE di bawah MAC-d. MAC-es / MAC-e dalam menangani UE HARQ retransmisi, penjadwalan dan MAC-e multiplexing, E-DCH TFC seleksi. • Pada Node-B : MAC baru entitas (MAC-e) ditambahkan dalam Node B untuk menangani HARQ retransmisi, penjadwalan dan MAC-e demultiplexing • Pada S-RNC : MAC baru entitas (MAC-es) ditambahkan dalam SRNC untuk menyediakan pengurutan pengiriman (penataan kembali) dan untuk menangani menggabungkan data dari berbagai Node B.
HASIL DAN BAHASAN Paramater dan Asumsi yang Digunakan Perancangan yang digunakan mengacu ke standar perbandingan HSDPA dan HSUPA oleh (Binar, 2006). Perbedaan paramater dapat terlihat pada tabel 1 berikut: Tabel 1. Perbandingan parameter HSDPA dan HSUPA pada simulasi
Feature kecepatan transmisi data Modulasi TTI Adaptive Modulation and Coding (AMC) HARQ
Jarak antara pengguna
Volume 5 : Desember 2011
HSDPA 14.4 Mbps QPSK, 16QAM 2 ms Ya
HSUPA 5.76 Mbps BPSK 2 ms (optional) / 10 ms Tidak
HARQ Feedback in HS-DPCCH
HARQ Feedback in dedicated physical channel (E-HICH) 0,1 km – 1,6 km dengan interval 0,1 km
0,1 km – 1,6 km dengan interval 0,1 km
Group Teknik Elektro TE16 - 3
ISBN : 978-979-127255-0-6
Simulasi Perbandingan Kualitas Layanan... Arsitektur Elektro
Geologi
Mesin
Indrabayu, Zaenab Muslimin & A. Pata Perkapalan Sipil
Untuk memudahkan proses pembangkitan data dan analisis maka dalam penelitian ini simulasi dilakukan dengan membagi proses menjadi beberapa blok. Dalam simulasi ini digunakan program Matlab yang dalam beberapa hal telah dilengkapi dengan toolbox pendukung.
GENERATOR TRAFFIK
CODING
SCRAMBLEAR
MODULASI
KANAL FADING
DATA RX
DECODING
DESCRAMBLEAR
AWGN+FADING
KANAL AWGN
DEMODULASI
Gambar 2. Blok diagram sistem
Generator Traffik Jaringan HSDPA dan HSUPA yang dibahas tersebut melayani aliran data yang diasumsikan sebagai transfer sisi downlink dengan nilai mean sesuai dengan bit rate kanal, μ = 480 kbit/detik. Pola kedatangannya mengikuti pola distribusi Poisson dengan nilai λ = 2 aliran paket /detik sebagai representasi dari besar trafik pada komunikasi data. Untuk HSDPA dengan ukuran paket 960 bit dan 1920 bit sesuai dengan alokasi panjang bit tiap TTI pada tabel 1. Coding Turbo Code adalah kelas tersendiri dalam pendeteksi dan pengoreksi kode error yang dikembangkan baru-baru ini. Turbo Code digunakan di satelit-satelit komunikasi dan aplikasi lain yang dirancang untuk mendapatkan transfer informasi yang maksimal di tengah bandwidth yang terbatas karena adanya gangguan. Turbo Code adalah rangkaian paralel yang terdiri dari dua atau lebih kode sistematik. Scrambler Unjuk kerja sistem transmisi digital tergantung dari sifat statistik sinyal. Deretan panjang bit “0” atau “1” akan menyebabkan hilangnya sinkronisasi bit, sehingga pada penerima dapat terjadi pendeteksian yang salah. Untuk menghindari hal tersebut, deretan sinyal data masukan biasanya diacak terlebih dahulu sehingga deretan panjang bit “0” atau “1” dapat dihilangkan. Proses pengacakan sinyal tersebut dinamakan scrambling (spreading), dan rangkaian yang bekerja untuk melakukan hal itu disebut scrambler (spreader). Modulasi Modulasi adalah suatu proses dimana parameter gelombang pembawa (carrier signal) frekuensi tinggi diubah sesuai dengan salah satu parameter sinyal informasi/pesan. Dalam hal ini sinyal pesan disebut juga sinyal pemodulasi. Proses modulasi dilakukan pada bagian pemancar. Dimana ada 2 tipe modulasi yang digunakan pada jaringan HSDPA, yaitu 16-QAM dan QPSK. Sesuai dengan tabel CQI untuk kategori 10, penentuan modulasi yang akan digunakan oleh UE bergantung pada nilai CQI masing-masing UE tersebut. a. QPSK memetakan data digital menjadi k bit (k = 2), sebanyak M simbol, (M = 2k = 4), yaitu 00,01,11,10. Modulasi QPSK digunakan pada daerah cakupan BTS dengan nilai CQI antara 1-15. Dengan kata lain, modulasi ini hanya digunakan untuk user dengan kondisi kanal yang buruk atau jauh dari transmitter (Node B) . b. 16-QAM memetakan data digital menjadi k bit (k = 4), sebanyak M simbol, (M = 2 k = 16). Modulasi 16QAM digunakan pada daerah cakupan Node B dengan nilai CQI antara 16-30. Dengan kata lain, modulasi ini hanya digunakan untuk user dengan kondisi kanal yang baik atau dekat dengan transmitter (Node B). Sedangkan untuk HSUPA menggunakan modulasi BPSK merupakan modulasi PSK dengan cara mengubah fase dari frekuensi pembawa sesuai dengan data biner, sehingga sinyal BPSK dapat dinyatakan oleh 2 buah sinyal dengan fase yang berbeda. Level bit “1” dinyatakan dengan fase 0° dan level bit “0” dinyatakan dengan fase 180°.
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Elektro TE16 - 4
Volume 5 : Desember 2011
PROSIDING 20 11© Arsitektur
Elektro
Geologi
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
Mesin
Noise dan Fading Noise yang dibangkitkan adalah AWGN dan diasumsikan kanal mengalami fading multipath dan log normal. Asumsinya adalah teknologi ini diaplikasikan di daerah sub urban dan urban yang memiliki gedung betingkat. Tambahan Paramater pada HSDPA Paramater tambahan adalah transport block size dan kanal HSPDSCHA. Transport block size dipengaruhi oleh kondisi kanal radio. Transport block size meningkat jika kondisi kanal radio mengalami perbaikan yang diperoleh dari tabel CQI masuk dalam kategori 10. Dalam HSDPA multiplexing dilakukan dalam domain code dan waktu. Dalam HSDPA code HS-PDSCH maksimum yang dimiliki sejumlah 15, dimana user dapat menempati beberapa code tersebut dengan jumlah maksimum dalam perencanaan ini sebesar 5 code. Parameter yang akan Diukur Paramater yang akan diukur sebagai perbandingan dari kedua teknologi tersebut adalah throughput, packet loss dan delay. Throughput adalah jumlah kerja yang dapat diselesaikan dalam satu unit waktu. Cara untuk mengekspresikan throughput adalah dengan jumlah job pemakai yang dapat dieksekusi dalam satu unit/interval waktu. Dalam sasaran penjadwalan proses, throughput ini adalah memaksimalkan jumlah job yang diproses per satu interval waktu. Lebih tinggi angka throughput, lebih banyak kerja yang dilakukan sistem. Packet loss terjadi ketika satu atau lebih paket data ditransmisikan melalui media telekomunikasi dan ada paket data yang hilang/gagal mencapai tujuan. Packet Loss didefinisikan sebagai jumlah bit yang salah pada suatu satuan bit yang dikirim. Sedangkan delay transmisi adalah Delay yang akan ditentukan adalah delay waktu data saat berada dalam sistem. Dengan kata lain, delay transmisi diasumsikan sebagai waktu data sebelum ditransmisikan dikurangi waktu masuk antrian. Perbandingan Kinerja HSDPA Dan HSUPA Throuhput Perbandingan throughput HSDPA dengan HSUPA tidak hanya pada nilai maksimal throughput yaitu 14,4 Mbps untuk HSDPA dan 5,76 Mbps untuk HSUPA TTI 2 ms serta 2 Mbps untuk HSUPA TTI 10 ms. Perbedaan paling besar antara HSDPA dan HSUPA untuk mendapatkan nilai throughput paling maksimal adalah dengan diterapkannya nilai parameter-parameter CQI sesuai dengan kualitas kanal radio pada HSDPA sedangkan pada HSUPA mempunyai parameter-parameter yang bersifat tetap untuk setiap kualitas kanal radio. 6
12
Throughput HSDPA dan HSUPA
x 10
HSDPA HSDPA HSUPA HSUPA HSUPA HSUPA
10
Throughput (bps)
8
TF DF TTI 2 ms TF TTI 2 ms DF TTI 10 ms TF TTI 10 ms DF
6
4
2
0
0
0.2
0.4
0.6
0.8 Jarak (km)
1
1.2
1.4
1.6
Gambar 3. Perbadningan throughput HSDPA dan HSUPA
Dari gambar 3 dapat dilihat perbedaan HSDPA dan HSUPA, throughput paling baik untuk HSDPA berada pada jarak 0,1 – 0,4 km dimana nilainya sekitar 11,5 Mbps sedangkan untuk HSUPA nilainya sekitar 5,28 Mbps untuk TTI 2 ms dan 1,6 Mbps untuk TTI 10 ms pada jarak 0.1-0,6 km. Untuk HSDPA throughputnya dapat turun drastis sesuai dengan kondisi kanal dengan memberikan nilai parameter CQI untuk menentukan modulasi, TBS dan jumlah kanal HS-PDSCH sedangkan HSUPA cenderung stabil untuk setiap kualitas kanal baik itu modulasi yang digunakan, TBS dan jumlah kanal E-DPDCH.
Volume 5 : Desember 2011
Group Teknik Elektro TE16 - 5
ISBN : 978-979-127255-0-6
Simulasi Perbandingan Kualitas Layanan... Arsitektur Elektro
Geologi
Indrabayu, Zaenab Muslimin & A. Pata Perkapalan Sipil
Mesin
Pada gambar 3, throughput HSDPA pada jarak 0,1- 0,6 km baik kondisi tanpa multipath fading maupun kondisi dengan multipath fading masih berada di atas HSUPA (TTI 2 ms dan juga TTI 10 ms). Tetapi pada jarak 0,70,9 km throughput HSDPA sebaliknya berada dibawah throughput HSUPA TTI 2 ms. Untuk jarak 1,0 -1,6 km throughput HSDPA sudah berada dibawah throughput HSUPA TTI 10 ms. Packet Loss (Dari Bite Error Rate) Packet loss (jumlah bit error) HSDPA lebih besar daripada packet loss (jumlah bit error) HSUPA, ini disebabkan karena jumlah bit yang ditransmisikan HSDPA lebih banyak daripada HSUPA. Pada gambar 4 , jumlah bit error yang dapat terjadi pada HSDPA dengan kondisi tanpa multipath fading mencapai 90118 bit sedangkan dengan multipath fading mencapai 108216 bit. Untuk HSUPA packet loss (jumlah bit error) dapat mencapai 7963 bit untuk TTI 2 ms dengan kondisi multipath fading dan 18213 bit untuk TTI 10 ms dengan kondisi multipath fading. 4
12
Jumlah Bit Error HSDPA dan HSUPA
x 10
HSDPA HSDPA HSUPA HSUPA HSUPA HSUPA
10
Jumlah Bit Error (bit)
8
TF DF TTI TTI TTI TTI
2 ms TF 2 ms DF 10 ms TF 10 ms DF
6
4
2
0 0
0.2
0.4
0.6
0.8 Jarak (km)
1
1.2
1.4
1.6
Gambar 4. Packet Loss (BER) dari HSDPA dan HSUPA
Perbedaan signifikan ini karena penggunaan spreading factor yang berbeda. Untuk HSDPA menggunakan SF 16 sehingga 1000 Byte = 8000 bit data akan ditransmisikan menjadi 240000 bit. HSUPA TTI 2 ms menggunakan SF 4 dan SF 2 sehingga 1000 Byte = 8000 bit data akan ditransmisikan menjadi 21120 bit sedang HSUPA TTI 10 ms menggunakan SF 4 sehingga 1000 Byte = 8000 bit data akan ditransmisikan menjadi 48000 bit. Delay transmisi Untuk delay transmisi HSDPA masih lebih lama dari HSUPA karena HSDPA menggunakan SF 15 sehingga data yang diproses lebih banyak walaupun kanal HS-PDSCH yang digunakan bisa sampai 15 kanal sedangakan HSUPA menggunakan SF 4 dan SF 2 untuk TTI 2 ms dan SF 4 untuk TTI 10 ms sehingga data yang diproses lebih banyak walupun kanal E-DPDCH yang di gunakan 2+2 untuk TTI 2 ms dan 2 untuk TTI 10 ms. Delay HSDPA dan HSUPA 2.5 HSDPA HSDPA HSUPA HSUPA HSUPA HSUPA
2
TF DF TTI TTI TTI TTI
2 ms TF 2 ms DF 10 ms TF 10 ms DF
Delay (detik)
1.5
1
0.5
0
0
0.2
0.4
0.6
0.8 Jarak (km)
1
1.2
1.4
1.6
Gambar 5. Perbandingan Transmission Delay HSDPA dna HSUPA
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Elektro TE16 - 6
Volume 5 : Desember 2011
PROSIDING 20 11© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
Dari gambar 5 dapat terlihat bahwa HSDPA memiliki waktu delay transmisi yang cukup besar dan cenderung naik saat jarak membesar sedangkan untuk HSUPA delay transmisinya malah cenderung konstan untuk setiap jarak. Nilai delay transmisi terbesar untuk HSDPA adalah 2,0903 detik untuk kondisi terburuk (jarak 1,6 km dan kondisi dengan multipath fading) dan nilai delay transmisi HSUPA terbesar adalah 0.03 detik (TTI 10 ms). Hal ini disebabkan karena jumlah pengiriman HSDPA paling banyak sebesar 1143 kali untuk kondisi terburuk (jarak 1,6 km dan kondisi dengan multipath fading) sedangkan HSUPA hanya sebesar 3 kali untuk TTI 10 ms di segala jarak dan kondisi.
SIMPULAN Nilai maksimum throughput HSDPA dan HSUPA berbeda karena adanya perbedaan Spreading Factor (SF), Time Transmission Interval (TTI), jumlah kanal maksimum yang digunakan (HS-DSCH untuk HSDPA dan EDPDCH untuk HSUPA), dan Transport Block Size (TBS) maksimum. HSDPA menggunakan SF 15, TTI 2 ms, jumlah kanal HS-DSCH maksimum 15 kanal dan TBS 25.558 sedangkan HSUPA menggunakan TTI 2 ms dan TTI 10 ms, SF 4 dan SF 4 + SF 2, jumlah kanal E-DPDCH maksimum 2 kanal dan 2 + 2 kanal serta TBS 20.000 dan 20.000 + 11484. HSDPA bersifat adaptif, karena sistem ini dapat menyesuaikan dengan kondisi kanal radio sedangkan HSUPA bersifat statik, karena system ini tidak dapat menyesuaikan dengan kondisi kanal radio. Jumlah packet loss (jumlah bit error) HSDPA dengan kondisi tanpa multipath fading untuk pentransmisian data sebesar 240.000 bit mencapai 90.118 bit dan dengan multipath fading mencapai 108.216 bit, lebih banyak daripada jumlah packet loss HSUPA dengan jumlah packet loss dapat mencapai 5.270 bit untuk pengiriman 21.120 bit yang ditransmisikan pada TTI 2 ms dengan kondisi tanpa multipath fading dan 7.963 bit untuk kondisi multipath fading serta untuk TTI 10 ms untuk data yang ditransmisikan sebanyak 48.000 bit, packet loss mencapai 11.891 bit dengan kondisi tanpa multipath fading dan 18.213 bit dengan kondisi multipath fading, ini disebabkan karena jumlah bit yang ditransmisikan HSDPA lebih banyak daripada HSUPA. Nilai BER HSDPA lebih besar yaitu 0,45 untuk kondisi kanal radio paling buruk daripada HSUPA yaitu 0,37 untuk kondisi kanal radio paling buruk karena HSDPA menggunakan modulasi 16-QAM dan QPSK sementara HSUPA menggunakan modulasi BPSK. Jenis modulasi BPSK merupakan jenis modulasi yang lebih tahan interferensi jika dibandingkan dengan QPSK dan 16-QAM untuk kondisi kanal radio yang buruk. Untuk delay transmisi HSDPA jauh lebih lama yaitu 2,0903 detik untuk kondisi terburuk dibandingkan dengan HSUPA yang hanya memiliki delay transmisi terbesar 0.03 detik, karena HSDPA menggunakan SF 15 sehingga data yang diproses lebih banyak sedangkan HSUPA menggunakan SF 4 dan SF2 untuk TTI 2 ms dan SF4 untuk TTI 10 ms sehingga data yang diproses lebih sedikit. Penelitian selanjutnya dapat dikembangkan dengan mengikutsertakan dalam analisa parameter-parameter kinerja sistem lainnya seperti Penggunaan teknik penjadwalan trafik dan delay antrian ataupun penggunaan teknik Hybrid-Automatic Response Request (H-ARQ) dalam proses retransmisi paket data yang hilang..
DAFTAR PUSTAKA Binar, S., 2006. HSDPA and HSUPA Functional Testing”. Tektronix. 2006 Imayanti, J, 2008. Handoff Analysis On High Speed Downlink Packet Access (HSDPA) Based On Raffic Scheduling Technique, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Elektro – STT Telkom. Pata, A. 2010. Simulasi HSDPA dan HSUPA dengan MATALAB, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Elektro – Universitas Hasanuddin. IT Telkom.2008. Analysis of Admission Control Effect at HSDPA (High Speed Downlink Packet Access).
Volume 5 : Desember 2011
Group Teknik Elektro TE16 - 7
ISBN : 978-979-127255-0-6
Simulasi Perbandingan Kualitas Layanan... Arsitektur Elektro
ISBN : 978-979-127255-0-6
Geologi
Mesin
Group Teknik Elektro TE16 - 8
Indrabayu, Zaenab Muslimin & A. Pata Perkapalan Sipil
Volume 5 : Desember 2011