ANALISIS RISIKO SUPPLY SIDE PENGADAAN BAHAN BAKU DALAM HUBUNGAN SUPPLIER-BUYER DENGAN FUZZY-AHP (Studi Kasus : PT. Kasa Husada Wira Jatim) RA. Adinda Mirza Maulidya, Suparno, Imam Baihaqi Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email:
[email protected] ;
[email protected] ;
[email protected]
Abstrak Pada penelitian ini dilakukan analisis risiko supply side pengadaan bahan baku perusahaan dalam hubungan supplier-buyer di PT. Kasa Husada Wira Jatim yang merupakan perusahaan manufaktur besar dan sedang yang bergerak di bidang industri alat kesehatan dengan produk utama yaitu kapas pembalut dan kasa hidrofil serta kasa hidrofil steril. Analisis risiko dilakukan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi proses bisnis pengadaan bahan baku perusahaan, sehingga didapatkan proses dan aktivitas apa saja yang dilakukan perusahaan dalam pengadaan bahan baku. Setelah itu dilakukan identifikasi risiko berdasarkan aktivitas pengadaan bahan baku yang telah diidentifikasi sebelumnya. Hasilnya, didapatkan 15 aktivitas dengan 29 risiko yang dikelompokkan pada 11 jenis risiko supply side pengadaan bahan baku perusahaan. Setelah itu dilakukan penilaian risiko dengan pairwise comparison kemudian diolah denga Fuzzy-Analythic Hierarchy Process (FAHP) dengan kriteria consequence, likelihood dan control uncertainty. Evaluasi risiko dilakukan dengan membagi nilai bobot risiko dalam 3 kategori level risiko, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Hasilnya, 2 risiko pada level tinggi dan 5 pada level sedang diberikan usulan penanganan risiko sebagai langkah mitigasi agar diharapkan risiko dengan nilai bobot level tinggi dan sedang tersebut dapat diminamalisir, dengan mencari akar penyebab risikonya terlebih dahulu Kata kunci: risiko supply side, pengadaan bahan baku, hubungan supplier-buyer, Fuzzy-AHP Abstract In this study, the supply side risk analysis of raw material procurement in supplier-buyer relationship in PT. Kasa Husada Wira Jatim which is the large and medium manufacturing enterprise engaged in the medical devices industry with the main products are cotton, gauze pads and sterile gauze hydrophilic. Risk analysis is done by identifying the business processes of procurement of raw materials company first, to know what processes and activites are carried out in the company’s raw material procurement. After that the identification of risk based raw materials procurement activities that have been identified previously. The result is, from 15 activities in raw material procurement, there are 29 supply risk are grouped in 11 types of supply risk in raw material procurement. After that is done by pairwise comparison of risk assessment then processed with Fuzzy Analythic Hierarchy Process (FAHP) with criteriaofconsequence, likelihood and control uncertainty. Risk evaluation is done by dividing the value of risk weight in 3 categories of risk levels, namely high, medium and low. The result, there are 2 risks in high level of risk and 5 risks in medium level of risk, and 22 risks in low level of risk. The high and medium level of risk being given the proposed level of risk management as a risk mitigation measure that is expected with a high level of value and medium weight can be minimize by finding the root cause of the risk before. Key word: supply side risk, raw material procurement, supplier-buyer relationship, Fuzzy-AHP lingkungan adalah salah satunya, yang menyebabkan adanya risiko perusahaan dalam supply chain. Tantangan yang dihadapi perusahaan dalam persaingan global membuat perusahaan harus terus melakukan perbaikan, salah satunya dalam menjaga hubungan baik dengan pemasok. Dikatakan oleh Ryu et al. (2007) bahwa perusahaan yang melakukan
1. Latar Belakang Perusahaan dalam menghadapi persaingan global yang begitu ketat harus mempersiapkan antisipasi terhadap segala ancaman yang akan dihadapi. Hal tersebut menjadi tantangan perusahaan untuk tetap mempertahankan keberadaannya di industri. Ancaman terhadap ketidakpastian
1
hubungan baik dengan pemasok (mitra) akan lebih siap untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang tidak terduga, dapat menghasilkan produksi dengan baik karena dapat melakukan identifikasi terhadap permasalahan dan pemikiran solusi untuk perusahaan sehingga dapat mengurangi biaya monitoring yang keseluruhannya membantu dalam meningkatkan finansial perusahaan. Ketika pada aktivitas supply chain tidak mempertimbangkan adanya risiko dalam sudut pandangnya dan adanya dampak pada pengukuran kinerja perusahaan, maka pada akhirnya akan menyebabkan hasil yang kurang optimal dan proses yang tidak konsisten (Tuncel dan Alpan, 2010). Untuk mengatasi penyimpangan tujuan perusahaan perlu dilakukan perencanaan, pengendalian dan pengelolaan terhadap risiko yang menjadi ancaman gangguan pada aktivitas supply chain. Ketidakpastian dan penyimpangan terhadap supply bahan baku yang dibutuhkan perusahaan menyebabkan adanya risiko. Untuk mengatasi hal tersebut, perusahaan perlu melakukan pendekatan manajemen risiko supply side seperti yang dilakukan oleh Wu et al. (2006) yaitu dengan klasifikasi risiko, identifikasi risiko, penilaian risiko termasuk analisis dan evaluasi serta implementasi. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengetahui risiko supply side pengadaan bahan baku perusahaan dalam hubungan supplier-buyer dengan fuzzy-analythic hierarchy process yang dapat menangani kelemahan pada AHP konvensional, beserta mitigasi risiko dengan mencari tahu akar penyebab risiko.
4. Identifikasi Proses Bisnis Pengadaan Bahan Baku Perusahaan Proses identifikasi dilakukan dengan metode SCOR untuk memperoleh detail aktivitas yang dilakukan secara berurutan. Digunakan 3 tipe proses, yaitu plan, source dan return untuk mendapatkan 5 kategori proses dan 15 aktivitas pada pengadaan bahan baku. Dengan mengetahui aktivitas yang terjadi, maka dapat memahami bagaimana alur aktivitas pengadaan bahan baku perusahaan mulai dari penentuan kebutuhan bahan baku hingga bahan baku masuk gudang dan dikelola agar siap jika dibutuhkan untuk produksi. Alur aktivitas proses bisnis yang ada dapat memberikan informasi apa saja aktivitas proses bisnis pada pengadaan bahan baku perusahaan beserta departemen atau pihak yang terlibat, kapan aktivitas tersebut terjadi dan menghasilkan dokumen atau output proses apa saja. Sehingga dengan begitu dapat memahami kompleksitas proses bisnis pengadaan bahan baku perusahaan secara jelas. Tipe Proses
Kategori Proses
Proses Bisnis
Perencanaan pengadaan Penentuan pengadaan bahan baku PLAN bahan baku berdasarkan rencana produksi Penentuan pemasok Pemesanan bahan baku Pemilihan pemasok Negosiasi Pengiriman sampel bahan baku Pengujian sampel Pesanan pembelian Pengiriman bahan baku SOURCE Follow up pesanan Pengiriman keseluruhan bahan baku pesanan Penerimaan barang Pembayaran Penerimaan bahan baku Pengelolaan gudang bahan baku Evaluasi kinerja pemasok Pengembalian bahan baku RETURN Pengiriman barang kembali ke pemasok
2. Perumusan Masalah Bagaimana melakukan analisis risiko supply side dengan identifikasi dan penilaian risiko dalam hubungan pemasok-buyer untuk mengurangi gangguan supply bagian pengadaan bahan baku dan usulan penanganan berdasar risiko yang didapatkan.
5. Identifikasi Risiko Supply Side Pengamatan secara langsung dalam proses pengadaan bahan baku perusahaan dilakukan untuk mengidentifikasi risiko sehingga diketahui apa saja aktivitas dalam proses proses bisnis pengadaan bahan baku perusahaan. Dengan mengetahui aktivitas yang dilakukan di dalamnya, kapan waktu pelaksanaannya dan tujuan dilakukan aktivitas tersebut dalam menghasilkan output dokumen atau berupa capaian hasil, maka dapat diidentifikasi peluang terjadinya risiko di dalam aktivitas tersebut.
3. Metodologi Penelitian Penelitian diawali studi pustaka dengan refrensi terkait dan studi lapangan dengan pengamatan di perusahaan. Kemudian digambarkan karakteristik sistem untuk mengidentifikasi proses bisnis pengadaan bahan baku perusahaan. Dari hasil tersebut, diidentifikasi risiko dari tiap aktivitas yang ada melalui wawancara dan diskusi dengan manajer terkait di perusahaan. Setelah risiko didapat, dilakukan penilaian risiko dengan melakukan pairwisecomparison, dilanjutkan pengolahan dengan FAHP. Hasil bobot akhir tiap risiko dievaluasi dan dibuat usulan langkah mitigasi.
2
Faktor Risiko
Identifikasi Risiko
Continuity of supply
Tidak tersedianya bahan baku yang diminta oleh perusahaan
Management related issues
Tidak adanya daftar pemasok yang melakukan penawaran
perusahaan adalah hal terpenting yang harus dijaga, karena produk yang dihasilkan PT. Kasa Husada Wira Jatim adalah produk yang digunakan untuk kepentingan kesehatan. Tidak hanya kualitas produk jadi saja yang dipentingkan, namun kualitas dari bahan baku yang digunakan untuk produksi juga menjadi faktor penting dalam menghasilkan produk jadi yang sesuai dengan standar pharmascoppe. Dalam hal kualitas, banyak faktor yang harus diperhatikan. Ketika hal ini tidak sesuai dengan standar yang diinginkan perusahaan, maka akan berdampak pada hasil akhir produk dan kepuasan konsumen terhadap produk yang dihasilkan perusahaan. Risiko yang berpotensi terjadi dalam hal kualitas, yang pertama adalah risiko terdapat banyak biji kapas pada bahan baku kapas. Hal ini menjadi risiko dikarenakan biji kapas yang ada pada bahan baku kapas merupakan kotoran yang harus dihilangkan karena akan mempengaruhi produk akhir nantinya. Toleransi banyaknya biji kapas sebesar 3% dari keseluruhan bahan kapas, apabila banyak terdapat biji kapas maka perusahaan perlu untuk melakukan proses tambahan dalam membersihkan biji pada kapas dan hal ini akan memperpanjang waktu produksi dan menambah biaya dari yang seharusnya. Selain itu, risiko panjang serat yang tidak sesuai dengan standar juga menjadi hal yang berpotensi terjadi, dimana pada bahan baku kasa yang sebagian menggunakan bahan benang dan kasa jadi standar, diterimanya bahan baku tersebut dilihat dari panjang serat dan kerapatan antar benang. Risiko lain dalam hal kualitas adalah risiko bahan baku kapas dan kasa yang memiliki warna gelap serta kadar lemak bahan baku yang tinggi. Karena pada produk alat kesehatan ini harus mengikuti standar pharmascoppe sehingga beberapa hal dalam faktor kualitas menjadi fokus utama perusahaan. Setelah dilakukan pengelompokkan kategori risiko, selanjutnya adalah mengidentifikasi dampak dan sebab dari tiap risiko yang telah diidentifikasi untuk membantu dalam penilaian risiko pada bahasan selanjunya seperti pada Tabel 5.4 di bawah ini. Setelah mengetahui keseluruhan risiko yang berpeluang terjadi, dilakukan pengelompokkan risiko yang sama pada proses bisnis yang berbeda agar tidak ada hasil identifikasi risiko yang sama. Kemudian, dilakukan pengelompokan risiko ke dalam kategori jenis risiko supply side seperti pada klasifikasi jenis risiko yang dibuat oleh Wu et al. (2006), hasilnya terdapat 29 risiko dengan 11 jenis risiko yang dapat dilihat pada tabel di samping.
Penurunan kinerja pemasok yang telah bekerjasama sebelumnya Management related issues
Adanya risiko penolakan pemasok dalam memenuhi syarat sebagai pemasok perusahaan Tidak adanya jasa/alat transportasi pengiriman bahan baku
Cost
Tidak tercapainya kesepakatan harga bahan baku antara pemasok dengan perusahaan Adanya risiko pengeluaran ongkos kuli angkut di gudang bahan baku Terdapat banyak biji pada kapas Panjang serat kasa dan benang terlalu pendek dan berdekatan Warna pada bahan baku terlalu gelap Kadar lemak bahan baku terlalu tinggi
Quality Adanya risiko cacat pada produk perkemasan yang dikirim pemasok Bahan baku keseluruhan yang diterima tidak sesuai dengan sampel awal Warna pada hasil cetak perkemasan tidak sesuai warna yang diinginkan perusahaan Production capabilities Market strength Knowledge resources
Terjadinya penolakan oleh pemasok dalam memenuhi pesanan perkemasan Terjadinya penundaan pekerjaan oleh pemasok perkemasan Terjadinya risiko kesalahan perencanaan kebutuhan bahan baku Hasil cetak bahan perkemasan berbeda antara satu pemasok dengan pemasok lain
Knowledge resources
Ketidaksesuaian jumlah yang dikirim dengan yang dipesan oleh perusahaan Kesalahan penulisan jumlah bahan baku pada surat jalan Terjadinya kebakaran ruang lab
Accidents
Terjadinya kecelakaan lalu lintas Risiko kebocoran gudang saat hujan Terjadinya kebakaran gudang bahan baku Tidak tersedianya bahan baku ketika perusahaan mengganti pesanan
Production flexibility Tidak tersedianya bahan baku pengganti oleh pemasok Ketidaksesuaian waktu pengiriman bahan baku dengan yang dijadwalkan On time delivery Lamanya waktu pemasok mengirim bahan baku pengganti Natural man-made disasters Terjadinya bencana alam
6. Penilaian Risiko Setelah didapatkan hasil identifikasi risiko, dilakukan penilaian risiko untuk mendapatkan bobot
Risiko yang teridentifikasi paling banyak berdasarkan pengelompokan kategori faktor risiko adalah kualitas, sejumlah 7 risiko. Kualitas bagi
3
tiap elemen dengan pebandingan berpasangan tiap elemen pada tiap level di struktur hirarki seperti pada gambar di bawah ini. Penilaian dilakukan dengan pengisian kuisioner dan diskusi oleh 2 responden, yaitu manajer terkait di perusahaan.
level risiko tinggi, sedang dan rendah seperti pada gambar di bawah ini.
Pada level risiko tinggi, terdiri dari 2 risiko yaitu terjadinya bencana alam dan terjadinya kebakaran pada gudang bahan baku. Nilai ini tidak lepas dari nilai pada faktor risiko masing-masing risiko. Pada hasil bobot global faktor risiko, accidents menempati posisi risiko yang bernilai tinggi. Sehingga, ketika bobot risiko di dapatkan, berkemungkinan besar bahwa nilai risiko pada faktor ini juga memiliki nilai bobot yang tinggi. Namun, pada risiko bencana alam merupakan risiko yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Sehingga dalam hal ini, mitigasi tidak dapat dibuat.
Hasil dari penilaian risiko diubah ke dalam matriks perbandingan berpasangan kemudian diolah menggunakan Fuzzy-Analythic Hierarchy Process (FAHP). Sebelumnya, tiap jawaban pada perbandingan kriteria antar elemen harus memiliki nilai Consistency Ratio jawaban kurang dari 10%. Berikut ini adalah langkah FAHP : 1) Menggambarkan struktur hirarki dari permasalahan berdasarkan goal, criteria dan alternatives 2) Membangun matriks fuzzy pairwise comparison untuk mendapatkan matriks 𝐴̃ berdasarkan penilaian responden 3) Mengubah bilangan linguistik ke bilangan fuzzy dan menghitung elemen sintetis matriks perbandingan berpasangan 𝑎�𝑖𝑗 . 4) Menghitung geometric mean tiap responden
8. Mitigasi Risiko Mitigasi dilakukan dengan mencari akar penyebab risiko terlebih dahulu. Setelah itu, diberikan usulan penanganan risiko sebagai langkah mitigasi agar risiko yang berpotensi dapat diminimalkan kemungkinan terjadinya. Dari keseluruhan mitigasi yang dilakukan, didapatkan sekumpulan usulan penanganan untuk perusahaan. Dari keseluruhan mitigasi risiko yang berhubungan dengan pemasok dalam menyediakan barang dan jasa bagi perusahaan, yaitu tidak tercapainya kesepakatan harga,terjadinya penolakan pemesanan, terjadinya penundaan pemenuhan pesanan, tidak tersedianya bahan baku yang diminta dan lamanya waktu pemasok mengirimkan bahan baku pengganti ke perusahaan dapat dikelola dengan pendekatan Supplier Relationship Management (SRM). Penerapan SRM dilakukan untuk menjaga hubungan baik dengan pemasok, sebagai mitra yang berpengaruh dalam penyusunan strategi perusahaan, yaitu dengan cara meningkatkan komunikasi antara pemasok dan perusahaan sebagai konsumen. Dengan cara itu, permasalahan yang terjadi pada interaksi keduanya dapat diminimalisir, terciptanya keterbukaan antar pemasok dan perusahaan yang
1/𝑛
𝑛 1 2 𝑎�𝑖𝑗 = �𝑎�𝑖𝑗 𝑥 𝑎�𝑖𝑗 𝑥 … 𝑥 𝑎�𝑖𝑗 �
5) Menghitung fuzzy geometric mean (𝑟̃𝑖 ) dan bobot fuzzy weight dari tiap faktor risiko (𝑤 �𝑖 ).
𝑟̃𝑖 = (𝑎�𝑖1 𝑥 𝑎�𝑖2 𝑥 … 𝑥 𝑎�𝑖𝑛 )
𝑤 �𝑖 = (𝑟̃𝑖 𝑥 (𝑟̃𝑖 + ⋯ + 𝑟̃𝑛 )−1
6) Melakukan ranking fuzzy menggunakan metode center of area dengan mencari nilai BNP. 7) 𝐵𝑁𝑃𝑤𝑖 = [(𝑛3𝑤𝑖 − 𝑛1𝑤𝑖 ) + (𝑛2𝑤𝑖 − 𝑛1𝑤𝑖 )]/3 + 𝑛1𝑤𝑖
7. Evaluasi Risiko Dari hasil penilaian risiko, didapatkan nilai bobot tiap risiko. Kemudian, dilakukan evaluasi risiko dengan membagi seluruh risiko ke dalam 3 kategori
4
menguntungkan keduanya serta kemudahan dalam melakukan negosiasi. Ketika melakukan pemilihan pemasok, perusahaan harus dapat memastikan bahwa pemasok telah memiliki kriteria yang sesuai dengan pemasok yang dibutuhkan perusahaan, seperti perolehan bahan baku, kapasitas produksi, sistem pengendalian kualitas dan bahan baku, status perusahaan dan lainnya. Ketika telah berjalan, perlu dilakukan evaluasi kinerja dan menyampaikan hasil kepada pemasok untuk dibahas bersama. Perusahaan juga dapat melakukan pengembangan pemasok, dengan bertemu secara langsung kepada orang yang memiliki kekuasaan tinggi dari pemasok untuk membicarakan permasalahan apa saja yang dihadapi pemasok selama melakukan pasokan ke perusahaan. Sehingga terjadi diskusi dan saling berbagi pengetahuan dari perusahaan dan pemasok dalam mengelola bahan bakunya. Membuat suatu sistem terotomasi yang memungkinkan perusahaan untuk melakukan pembelian secara online dengan pemasok menggunakan pemanfataan teknologi informasi pada media elektronik dengan sistem e-SRM (ElectronicSupplier Relationship Management), sehingga perusahaan dapat berienteraksi dengan pemasok secara efektif, efisien dan transparan.
4.
9. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Berdasarkan hasil identifikasi proses bisnis dengan metode SCOR untuk pengadaan bahan baku perusahaan menggunakan 3 proses, yaitu plan, source, dan deliver menghasilkan 15 proses dan 38 aktivitas yang digunakan untuk membantu dalam mengidentifikasi risiko supply side pengadaan bahan baku perusahaan. 2. Dari hasil analisis 38 proses bisnis yang dilakukan perusahaan, didapatkan 11 jenis risiko dan 29 risiko. Untuk mendapatkan ranking risiko, dilakukan penilaian risiko dengan kuisioner yang diisi oleh 2 orang manajer terkait, kemudian hasil penilaian kuisioner diolah dengan FAHP, hingga didapatkan nilai bobot untuk tiap risiko yang berhasil diidentifikasi. 3. Pengelompokan risiko dengan dilakukan dengan membagi nillai bobot risiko menjadi 3 kelompok, yaitu risiko dengan level risiko tinggi, sedang dan rendah. Selanjutnya, risiko dengan lever risiko tinggi dan sedang akan diberikan mitigasi risiko.
Berikut ini adalah risiko yang dikategorikan dengan level risiko tinggi : - Risiko terjadinya bencana alam - Risiko terjadinya kebakaran gudang bahan baku Berikut ini adalah risiko yang dikategorikan dengan level risiko sedang : Risiko tidak tercapainya kesepakatan harga bahan baku antara pemasok dengan perusahaan - Risiko terjadinya penolakan oleh pemasok dalam memenuhi pesanan perkemasan - Risiko terjadinya penundaan pekerjaan oleh pemasok - Risiko tidak tersedianya bahan baku yang diminta oleh perusahaan - Risiko lamanya waktu pemasok mengirim bahan baku pengganti Mitigasi risiko yang dilakukan dengan Current Reality Tree (CRT) hingga didapatkan root cause (akar penyebab) dari risiko yang ada. Dari akar penyebab tersebut kemudian dibuat mitigasi atau usulan penanaganan sebagai alternatif langkah antisipatif perusahaan dalam menangani risiko dengan melakukan pendekatan Supplier Relationship Management (SRM).
UCAPAN TERIMAKASIH Pada penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberi dukungan dan membantu kelancaran terselesaikannya penelitian. Serta kepada PT. Kasa Husada Wira Jatim, dosen pembimbing dan kopembimbing yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Anityasari, M. dan Wessiani, N.A. (2011), Analisa Kelayakan Usaha Dilengkapi Kajian Manajemen Resiko, Guna Widya, Surabaya. Back, D.J. (2010), Current Reality Tree Helps to Identify Hidden Barriers Retrieved 20 March, 2013, from http://www.isixsigma.com/implemen tation/project-selection-tracking/currentreality-tree-helps-identify-hidden-barriers/ Blackhurst, J.V., Scheibe K.P.Johnson D.J. (2008), “Supplier risk assessment and monitoring for the automotive industry”, International Journal of Physical Distribution & Logistics Management, Vol. 38 No. 2, Hal. 143-165.
5
BPS (2011), Statistik Indonesia 2012, BPS-Statistik Indonesia Chan, F.T., & Kumar, N. (2007), “Global supplier development considering risk factors using fuzzy extended AHP-based approach”, Omega, Vol. 35, Hal. 417-431. Chopra, S. dan Sodhi, M. (2004), “Managing risk to avoid supply-chain breakdown”, MIT Sloan Management Review, Vol. 46 No. 1, Hal. 53-61. Dettmer, W.H. (1997), Goldratt;s Theory of Contraints A System Approach to Continuous Improvement, ASQC Quality Press, Wisconsin. Ellis, S.C., Henry, R.M. dan Shockley, J. (2010), “Buyer perceptions of supply disruption risk : A behavioral view and empirical assessment”, Journal of Operations Management, Vol. 28, Hal. 34-46. Ganguly, K.K dan Guin, K.K. (2013), “A fuzzy AHP approach for inbound supply risk assessment”, An International Journal, Vol. 20 No. 1, Hal. 129-146. Gaur, A., Mukherjee, D., Gaur, S., dan Schmid, F. (2011), “Environmental and firm level influences on inter-organizational trust and SME performance”, Journal of Management Studies, Vol 48, Hal. 17521781. Hallikas, J., Karvonen, I., Pulkkinen, U., Virolainen, V-M.,dan Tuominen, M. (2004), “Risk management processes in supplier networks”, International Journal of Production Economics, Vol. 90, Hal. 4758. Hsieh, T.Y., Lu, S.T., dan Tzeng G.H. (2004), “Fuzzy MCDM approach for planning and design tenders selection in public office buildings”, International Journal of Project Management, Vol. 22 Hal. 573584. Hult, G. T. M., Ketchen, D. J., Cavusgil, S. T., dan Calantone, R. J. (2006), “Knowledge as a strategic resource in supply chains”, Journal of Operations Management, Vol. 24(5), Hal. 458–475. Juettner, U. (2005), “Supply chain risk management”, International Journal of Logistics Management, Vol. 16 No. 1, Hal. 120-41. Lahiri, S., dan Kedia, B. L. (2011), “Determining quality of business-tobusiness relationships: A study of Indian IT-enabled
service providers”, European Management Journal, Vol. 29, Hal. 11–24. Lee, A.H.I. (2009), “A fuzzy supplier selection model with the consideration of benefits, opportunities, costs and risks”, Expert Systems with Applications, Vol. 36, Hal. 2879-2893. Matook S., Lasch R. dan Tamaschke R. (2009), “Supplier development with benchmarking as part of a comprehensive supplier risk management framework”, International Journal of Operations & Production Management, Vol. 29 No. 3, Hal. 241-267. Napitupulu, Yessie A. (2012), Identifikasi kebutuhan informasi untuk proses information sharing pada supply chain melalui SCOR dan analisis risiko, Laporan Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri ITS Surabaya. Pujawan, N. (2010), Supply Chain Management, 2nd edition, Guna Widya, Surabaya. Satria, Yogie A. (2012), Pengelolaan risiko pada supply chain PT. Graha Makmur Cipta Pratama, Laporan Laporan Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri ITS Surabaya. Srinivasan, M., Mukherjee, D. dan Gaur, A.S. (2011), “Buyer-supplier partenrship quality and supply chain performance : Moderating role of risks, and environmental uncertainty”, European Management Journal, Vol. 29, Hal. 260-271. Tazelaar, F and Snijders, C. (2012), “Operational risk assessment by supply chain profesionals : Process and performance”, Journal of Operations Management, Vol. 31, Hal. 3751. Tuncel G. dan Alpan G. (2010), “Risk Assessment and management for supply chain networks : A case study”, Computers in Industry, Vol. 61, Hal. 250-259. Windarko, Aris (2008), Evaluasi risiko kegagalan proses produksi pelumas untuk peningkatan kualitas dengan pendekatan risk management, Laporan Laporan Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri ITS Surabaya. Wu, T., Blackhurst, J. dan Chidambaram, V. (2006), “A model for inbound supply risk analysis”, Computers in Industry, Vol. 57, Hal. 350-365. Zsidisin, G. (2003), “A grounded definition of supply risk”, Journal of Purchasing & Supply Management, Vol. 9 Nos 5/6, Hal. 217-24.
6