UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS RISIKO GANGGUAN BERSUARA (VOICE DISORDERS) PADA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KOTA DEPOK
TESIS
VIRA PASISHA 1006747643
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM MAGISTER KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DEPOK JULI 2012
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS RISIKO GANGGUAN BERSUARA (VOICE DISORDERS) PADA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KOTA DEPOK
TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Keselamatan dan Kesehatan Kerja
VIRA PASISHA 1006747643
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM MAGISTER KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DEPOK JULI 2012
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
Nama
: VIRA PASISHA
NPM
: 1006747643
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 10 Juli 2012
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Vira Pasisha
Nomor Pokok Mahasiswa
: 1006747643
Mahasiswa Program
: Magister Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tahun Akademik
: 2010/2011
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan tesis saya yang berjudul : ”ANALISIS
RISIKO GANGGUAN BERSUARA (VOICE DISORDERS) PADA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KOTA DEPOK”
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan plagiat, maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Depok, 10 Juli 2012
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
HALAMAN PENGESAHAN Tesis ini diajukan oleh Nama NPM Program Studi Judul Tesis
: : : : :
VIRA PASISHA 1006747643 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Analisis Risiko Gangguan Bersuara (Voice Disorders) pada Guru Sekolah Dasar Negeri di Kota Depok
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok Tanggal
: 10 Juli 2012
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-NYA, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada : 1. DR. Ir. Sjahrul M. Nasri, MSc, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini; 2. Doni Hikmat Ramdhan, SKM, MKKK, PhD dan Dadan Erwandi S.Psi, M.Psi selaku dosen penguji yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini; 3. Yuni Kusminanti, SKM, M.Si dan Ir. I Made Sudarta, MKKK selaku penguji luar yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk menguji saya dalam penyusunan tesis ini; 4. Kepala sekolah dan staf guru yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang diperlukan; 5. Orangtua dan keluarga yang telah memberikan bantuan berupa doa, waktu, tenaga, dan dukungan moral; 6. Seluruh rekan kuliah Magister Keselamatan dan Kesehatan Kerja Angkatan 2010 yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan tesis ini. Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi perkembangan ilmu. Depok, Juli 2012 Penulis
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : VIRA PASISHA NPM : 1006747643 Program Studi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Departemen : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas : Kesehatan Masyarakat Jenis karya : Tesis demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-executive RoyalityFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
ANALISIS RISIKO GANGGUAN BERSUARA (VOICE DISORDERS) PADA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KOTA DEPOK beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal :10 Juli 2012 Yang menyatakan,
(VIRA PASISHA)
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM MAGISTER KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Tesis, Juli 2012
Vira Pasisha
ANALISIS RISIKO GANGGUAN BERSUARA (VOICE DISORDERS) SEKOLAH DASAR NEGERI DI KOTA DEPOK
PADA
GURU
ix + 81 halaman + 26 tabel + 6 gambar + 4 lampiran Latar belakang: Penggunaan suara yang berlebihan selama hari mengajar merupakan salah satu bahaya kesehatan kerja. Gangguan bersuara merupakan bahaya utama bagi pekerjaan yang mengandalkan suara. Guru Sekolah Dasar lebih berisiko mengalami gangguan bersuara. Tujuan: Menganalisis faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan gangguan bersuara pada guru yang mengajar di Sekolah Dasar Negeri di Kota Depok. Metode: Desain penelitian ini adalah studi cross sectional dengan subjek penelitian 106 guru yang mengajar di Sekolah Dasar Negeri di kota Depok. Uji statistik yang digunakan uji chi square dan uji regresi logistik ganda dengan model prediksi. Hasil: Didapatkan hubungan yang bermakna antara intensitas suara guru (p=0,048), kebisingan kelas (p=0,023), jenis kelamin (p=0,000), dengan gangguan bersuara. Dampak gangguan psikososial tergolong ringan dengan skor Voice Handicap Index sebesar 20-40 (p=0,037). Kesimpulan: Guru yang berjenis kelamin wanita mempunyai peluang 6,8 kali untuk mengalami gangguan bersuara dibanding dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki. Guru dengan intensitas suara ≥ 70 dB mempunyai peluang 2,8 kali untuk mengalami gangguan bersuara dibanding dengan responden dengan intensitas suara < 70 dB. Guru dengan kebisingan kelas ≥ 63 dB mempunyai peluang 3,2 kali untuk mengalami gangguan bersuara dibanding dengan responden dengan kebisingan kelas <63 dB. Kata kunci: kesehatan kerja, gangguan bersuara, guru Sekolah Dasar Negeri, jenis kelamin, intensitas suara, kebisingan kelas, Voice Handicap Index.
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
UNIVERSITY OF INDONESIA FACULTY OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM MAGISTER OF SAFETY AND OCCUPATIONAL HEALTH
Thesis, July 2012
Vira Pasisha
RISK ANALYSIS OF VOICE DISORDERS AMONGST PRIMARY SCHOOL TEACHERS IN DEPOK ix + 81 pages + 26 Tables + 6 images + 4 appendices Background: The over use of voice during the day teaching is one of the occupational health hazards. Voice Disorders is a major danger for the work that rely on sound. Primary school teachers more likely to experience voice disorders. Objectives: To analyze risk factors associated with voice disorders in teachers who teach in primary school in Depok. Methods: The study design was cross sectional study with 106 subjects teachers who teach in primary school in Depok. Statistical tests used chi square test and multiple logistic regression test with the model predictions. Results: It was found a significant association between the intensity of the teacher's voice (p = 0.048), noise class (p = 0.023), gender (p = 0.000), with a voice disorder. Relatively mild impact of psychosocial disorders with the Voice Handicap Index score of 20-40 (p = 0.037). Conclusion: Female teachers has 6.8 times opportunity to experience voice disorders compared with male teachers. Teachers with a sound intensity of ≥ 70 dB has 2.8 times chance to experience voice disorders compared with respondents with a sound intensity of <70 dB. Teachers with classroom noise ≥ 63 dB has 3.2 times opportunity to experience voice disorders compared with respondents with class noise <63 dB. Key words: occupational health, voice disorders, primary school teacher, gender, sound intensity, noise class, Voice Handicap Index.
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
DAFTAR ISI Halaman Sampul Halaman Judul ................................................................................................. i Halaman Pernyataan Orisinalitas .................................................................... ii Halaman Pernyataan Tidak Plagiat ................................................................. iii Halaman Pengesahan ...................................................................................... iv Kata Pengantar ................................................................................................. v Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi .................................................... vi Abstrak ............................................................................................................ vii Daftar Isi .......................................................................................................... ix Daftar Tabel ..................................................................................................... xiv Daftar Gambar .................................................................................................. xvi Daftar Lampiran ............................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2
Perumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3
Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 4
1.4
Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
1.5
Manfaat Penelitian .................................................................................. 7
1.6
Ruang Lingkup ........................................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Suara........................................................................................................ 8
2.2
Gangguan Bersuara ................................................................................. 10
2.3
Faktor Risiko Gangguan Bersuara ......................................................... 10 2.3.1 Intensitas Suara ........................................................................... 11 2.3.2 Kebisingan .................................................................................. 11 2.3.3 Fisik Kelas dan Lapangan ........................................................... 13 2.3.4 Jenis Kelamin .............................................................................. 14 2.3.5 Usia ............................................................................................. 14 2.3.6 Masa Mengajar, Durasi dan Tingkat Kelas ................................. 15
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
2.3.7 Subjek yang Diajarkan ................................................................ 15 2.3.8 Merokok dan Konsumsi Alkohol ................................................ 16 2.3.9 Postur Tubuh ............................................................................... 16 2.3.10 Faktor Stress ................................................................................ 16 2.3.11 Faktor Biologi ............................................................................. 17 2.4
Voice Handicap Index ............................................................................ 18
BAB III KERANGKA PIKIR, KERANGKA KONSEP, DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1
Kerangka Teori........................................................................................ 20
3.2
Kerangka Konsep .................................................................................... 21
3.3
Hipotesis.................................................................................................. 22
3.4
Definisi Operasional ............................................................................... 23
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1
Rancangan Studi...................................................................................... 28
4.2
Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 28
4.3
Kriteria Inklusi dan Eksklusi................................................................... 28
4.4
Populasi dan Sampel ............................................................................... 29
4.5
Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 30
4.6
Metode Pengolahan Data ........................................................................ 31
4.7
Analisa Data Penelitian ........................................................................... 32
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 36
5.2
Analisis Distribusi Frekuensi .................................................................. 36 5.2.1 Distribusi Tingkat Gangguan Bersuara pada Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 ......................... 38 5.2.2 Distribusi Tingkat Intensitas Suara pada Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 ......................... 38 5.2.3 Distribusi Tingkat Kebisingan Kelas pada Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 ......................... 39 5.2.4 Distribusi Luas Kelas pada Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 .............................................................. 40
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
5.2.5 Distribusi Kelembaban Udara pada Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 ......................... 40 5.2.6 Distribusi Jumlah Murid pada Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 ......................... 41 5.2.7 Distribusi Jenis Kelamin Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 ......................... 42 5.2.8 Distribusi Usia Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 ..................................................................................... 42 5.2.9 Distribusi Durasi Mengajar Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 .............................................................. 43 5.2.10Distribusi Masa Mengajar Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 .............................................................. 43 5.2.11 Distribusi Bidang Studi Ajar Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 .............................................................. 44 5.2.12 Distribusi Kelas Ajar Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 .............................................................. 45 5.2.13 Distribusi Kebiasaan Merokok Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 .............................................................. 46 5.2.14 Distribusi Kebiasaan Konsumsi Alkohol Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 ........................ 46 5.2.15 Distribusi Postur Tubuh Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 .............................................................. 47 5.2.16 Distribusi Skor VHI pada Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 .............................................................. 48 5.3
Analisis Hubungan Variabel Dependen dan Independen........................ 48 5.3.1 Hubungan Intensitas Suara dengan Gangguan Bersuara ............... 50 5.3.2 Hubungan Kebisingan Kelas dengan Gangguan Bersuara............. 51 5.3.3 Hubungan Luas Kelas dengan Gangguan Bersuara ....................... 51 5.3.4 Hubungan Jumlah Murid dengan Gangguan Bersuara .................. 52 5.3.5 Hubungan Jenis Kelamin dengan Gangguan Bersuara .................. 52 5.3.6 Hubungan Usia dengan Gangguan Bersuara.................................. 53 5.3.7 Hubungan Durasi Mengajar dengan Gangguan Bersuara .............. 53 5.3.8 Hubungan Masa Mengajar dengan Gangguan Bersuara ................ 54 5.3.9 Hubungan Bidang Studi dengan Gangguan Bersuara .................... 54
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
5.3.10 Hubungan Kelas Ajar dengan Gangguan Bersuara ...................... 55 5.3.11 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Gangguan Bersuara....... 55 5.3.12 Hubungan Postur Tubuh dengan Gangguan Bersuara ................. 56 5.3.13 Hubungan Gangguan Bersuara dengan Voice Handicap Index ... 56 5.4
Analisis Faktor Dominan yang Mempengaruhi Variabel Dependen ...... 57 5.4.1 Pemilihan Variabel Kandidat Multivariat ...................................... 57 5.4.1 Pembuatan Model .......................................................................... 57
BAB VI PEMBAHASAN 6.1
Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 61
6.2
Gangguan Bersuara pada Guru Sekolah Dasar Negeri di Kota Depok Tahun 2012 .................................................................... 62
6.3
Hubungan Intensitas Suara dengan Gangguan Bersuara pada Guru Sekolah Dasar Negeri di Kota Depok Tahun 2012 ............... 63
6.4
Hubungan Kebisingan Kelas dengan Gangguan Bersuara pada Guru Sekolah Dasar Negeri di Kota Depok Tahun 2012 .............. 64
6.5
Hubungan Luas Kelas dengan Gangguan Bersuara pada Guru Sekolah Dasar Negeri di Kota Depok Tahun 2012 ............... 66
6.6
Hubungan Kelembaban Udara dengan Gangguan Bersuara pada Guru Sekolah Dasar Negeri di Kota Depok Tahun 2012 .............. 68
6.7
Hubungan Jumlah Murid dengan Gangguan Bersuara pada Guru Sekolah Dasar Negeri di Kota Depok Tahun 2012 .............. 69
6.8
Hubungan Jenis Kelamin dengan Gangguan Bersuara pada Guru Sekolah Dasar Negeri di Kota Depok Tahun 2012 ............... 69
6.9
Hubungan Usia dengan Gangguan Bersuara pada Guru Sekolah Dasar Negeri di Kota Depok Tahun 2012 ............... 70
6.10 Hubungan Durasi Mengajar dengan Gangguan Bersuara pada Guru Sekolah Dasar Negeri di Kota Depok Tahun 2012 ............... 71 6.11 Hubungan Masa Mengajar dengan Gangguan Bersuara pada Guru Sekolah Dasar Negeri di Kota Depok Tahun 2012 ............... 72 6.12 Hubungan Bidang Studi dengan Gangguan Bersuara pada Guru Sekolah Dasar Negeri di Kota Depok Tahun 2012 ............... 72 6.13 Hubungan Kelas Ajar dengan Gangguan Bersuara pada Guru Sekolah Dasar Negeri di Kota Depok Tahun 2012 ............... 73
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
6.14 Hubungan Merokok dan Alkohol dengan Gangguan Bersuara pada Guru Sekolah Dasar Negeri di Kota Depok Tahun 2012 ............... 74 6.15 Hubungan Postur Tubuh dengan Gangguan Bersuara pada Guru Sekolah Dasar Negeri di Kota Depok Tahun 2012 ............... 75 6.16 Dampak Psikososial Akibat Gangguan Bersuara pada Guru Sekolah Dasar negeri di Kota Depok Tahun 2012......................... 76 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1
Kesimpulan ............................................................................................ 78
7.2
Saran........................................................................................................ 79
DAFTAR PUSTAKA Lampiran A Lampiran B Lampiran C Lampiran D
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Beberapa Faktor Risiko pada Suara ............................................... 10 Tabel 5.1 Gambaran Distribusi Numerik Variabel Independen ..................... 37 Tabel 5.2 Analisis Distribusi Tingkat Gangguan Bersuara pada Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 ................. 38 Tabel 5.3 Analisis Distribusi Tingkat Intensitas Suara pada Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 ................. 39 Tabel 5.4 Analisis Distribusi Tingkat Kebisingan Kelas pada Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 ................. 40 Tabel 5.5 Analisis Distribusi Luas Kelas Ajar pada Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 ................. 40 Tabel 5.6 Analisis Distribusi Kelembaban Udara pada Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 ................. 41 Tabel 5.7 Analisis Distribusi Jumlah Murid pada Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 ................. 41 Tabel 5.8 Analisis Distribusi Jenis Kelamin pada Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 ................. 42 Tabel 5.9 Analisis Distribusi Usia pada Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 .............................................................. 43 Tabel 5.10 Analisis Distribusi Durasi Mengajar pada Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 .......................... 43 Tabel 5.11 Analisis Distribusi Masa Mengajar pada Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 .......................... 44 Tabel 5.12 Analisis Distribusi Bidang Studi Ajar pada Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 .......................... 45 Tabel 5.13 Analisis Distribusi Kelas Ajar pada Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 .......................... 45 Tabel 5.14 Analisis Distribusi Kebiasaan Merokok pada Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 .......................... 46 Tabel 5.15 Analisis Distribusi Kebiasaan Konsumsi Alkohol pada Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 .......................... 47 Tabel 5.16 Analisis Distribusi Postur Tubuh pada Guru
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 .......................... 47 Tabel 5.17 Analisis Distribusi Skor VHI pada Guru Sekolah Dasar Negeri di kota Depok tahun 2012 .......................... 48 Tabel 5.18 Rekapitulasi Analisis Hubungan Variabel Dependen dan Variabel Independen................................................................ 49 Tabel 5.19 Hubungan Gangguan Bersuara dengan VHI ................................. 56 Tabel 5.20 p Value Hasil Uji Bivariat .............................................................. 58 Tabel 5.21 Hasil Uji Multivariat ke-1 .............................................................. 58 Tabel 5.22 Hasil Uji Multivariat ke-2 .............................................................. 59 Tabel 5.23 Hasil Uji Multivariat ke-3 .............................................................. 59 Tabel 5.24 Hasil Uji Multivariat Terakhir ....................................................... 59 Tabel 5.25 Hubungan Jenis Kelamin dengan Gangguan Bersuara Pada Guru Sekolah dasar negeri tahun 2010.................................. 60
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Pita Suara Normal dan Nodul Pita Suara ................................. 9
Gambar 3.1
Kerangka Teori......................................................................... 20
Gambar 3.2
Kerangka Konsep ..................................................................... 21
Gambar 6.1
Kondisi Fisik Kelas .................................................................. 67
Gambar 6.2
Kondisi Fisik Lapangan ........................................................... 68
Gambar 6.3
Postur Tubuh saat Mengajar .................................................... 75
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
Penjelasan Kepada Subjek Penelitian ...................................... 9
Lampiran B
Persetujuan Setelah Penjelasan ................................................ 9
Lampiran C
Kuesioner Responden............................................................... 9
Lampiran D
Pengolahan Data SPSS............................................................. 9
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
UNIVERSITAS IND DONESIA FAKULT TAS KESEH HATAN MASYARAK M KAT PROGRA AM MAGIS STER KES SELAMAT TAN DAN KESEHAT K TAN KERJ JA
Tesis, Julli 2012
Vira Pasisha
ANALISIS RISIKO GANGGUAN N BERSUAR RA (VOICE DISORDERS S) SEKOLAH H DASAR NEGERI E DI KOTA O DEPOK K
PADA
GURU
g + 4 lampiran l ix + 81 haalaman + 266 tabel + 6 gambar Latar beelakang: Penggunaan P suara yan ng berlebihhan selamaa hari men ngajar merupakann salah sattu bahaya kesehatan kerja. k Ganggguan bersuara merup pakan bahaya uttama bagi pekerjaan yang y meng gandalkan suara. s Guruu Sekolah Dasar D lebih berissiko mengallami gangguuan bersuarra. Tujuan:: Menganaliisis faktor-ffaktor risiko yanng berhubunngan dengann gangguan n bersuara pada p guru yyang mengaj ajar di Sekolah Dasar D Negerri di Kota Depok. D Metode: Desainn penelitiann ini adalah studi cross secttional denggan subjek penelitian 106 guru yang y menggajar di Sek kolah Dasar Neggeri di kotaa Depok. Uji Uj statistik yang y digunakan uji chhi square daan uji regresi loggistik gandaa dengan model m predik ksi. Hasil: Didapatkann hubungan yang bermakna antara inttensitas suaara guru (p p=0,048), kebisingan k kkelas (p=0,,023), jenis kelamin (p=00,000), dengan gang gguan berssuara. Dam mpak gang gguan psikososiaal tergolongg ringan deengan skor Voice Hanndicap Indeex sebesar 20-40 2 (p=0,037)). Kesimpulan: Guru yang y berjen nis kelamin wanita mem mpunyai peluang 6,8 kali untuk u mengaalami ganggguan bersuara dibandiing dengan responden yang berjenis kelamin k lakki-laki. Gurru dengan intensitas i s suara ≥ 70 dB mempu unyai peluang 2,8 2 kali untuk u menngalami gaangguan beersuara dibbanding deengan respondenn dengan inntensitas suaara < 70 dB B. Guru denngan kebisiingan kelas ≥ 63 dB memppunyai peluaang 3,2 kalli untuk meengalami gaangguan berrsuara diban nding dengan ressponden denngan kebisiingan kelas <63 dB. Kata kun nci: kesehaatan kerja, gangguan bersuara, b guuru Sekolahh Dasar Neegeri, jenis kelam min, intensiitas suara, kebisingan k kelas, k Voicee Handicap IIndex.
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
UNIVERSITY OF INDONESI I IA FACULT TY OF PUB BLIC HEAL LTH STUDY PROGRAM P M MAGIS STER OF SAFETY AND OCC CUPATIO ONAL HEALTH H
uly 2012 Thesis, Ju
Vira Pasisha
RISK ANALYSIS A OF VOICE DISO ORDERS AMONGS ST PRIM MARY SCHOOL L TEACHE ERS IN DE EPOK ix + 81 paages + 26 Taables + 6 im mages + 4 appendices a Backgrou und: The over o use off voice du uring the day teachingg is one of o the occupationnal health hazards. h Vooice Disordeers is a major danger ffor the work k that rely on soound. Primary school teeachers morre likely to experience voice disorrders. Objectivees: To analyyze risk facctors associated with voice disorrders in teaachers who teachh in primarry school inn Depok. Methods: M T study ddesign was cross The sectional study s with 106 subjectts teachers who w teach in primary sschool in Depok. Statistical tests used chi square test and mu ultiple logisstic regression test witth the R It was w found a significaant association betweeen the model preedictions. Results: intensity of o the teachher's voice (p ( = 0.048)), noise classs (p = 0.0223), genderr (p = 0.000), wiith a voice disorder. Relatively R mild m impact of psychoosocial diso orders with the Voice V Handdicap Index score of 20 0-40 (p = 0.037). 0 Con nclusion: Feemale teachers has h 6.8 timees opportunnity to expeerience voicce disorderss compared d with male teachhers. Teachers with a sound s intenssity of ≥ 700 dB has 2.88 times chan nce to experiencee voice disoorders comppared with respondentts with a soound intensiity of <70 dB. Teachers T w classrooom noise ≥ 63 dB haas 3.2 times opportuniity to with with class noise <63 dB. experiencee voice disoorders comppared with respondents r d Key word ds: occupatiional healthh, voice diso orders, prim mary school teacher, geender, sound inteensity, noisee class, Voicce Handicap p Index.
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
BAB 1 P PENDAHU ULUAN
1.1 Latar Belakang a bagiaan dari kehhidupan dan n setiap oraang memerrlukan pekeerjaan Bekerja adalah untuk menncukupi kehhidupan dann/atau aktuaalisasi diri, namun n dalam m melaksan nakan pekerjaannnya berbaggai potenssi bahaya dan risikoo di temppat kerja dapat menimbullkan cederaa atau ganggguan kesehatan. Oleh karena itu, kesehatan kerja harus dilaaksanakan oleh o semuaa orang yan ng berada di tempat kerja baik oleh pekerja maupun m pem mberi kerja, jajaran pellaksana, pennyelia (supeervisor) maaupun manajemeen, serta pekerja p yanng bekerja untuk dirri sendiri ((self emplo oyed). (Kurniawiidjaja, LM, 2010) Penyakit akibat a kerjaa adalah pennyakit yang g disebabkann oleh pekeerjaan, alat kerja, k bahan, prooses, mauppun lingkunngan kerja. Upaya kessehatan kerj rja adalah upaya u penyerasiaan antara kaapasitas kerrja, beban kerja, k dan liingkungan kkerja agar setiap s pekerja daapat bekerjaa secara sehhat tanpa membahayak m kan dirinyaa sendiri maaupun masyarakaat di sekelilingnya sehiingga dipero oleh produkktivitas kerjaa yang optim mal. Salah satuu penyakit akibat kerja yang dap pat menimbbulkan ganggguan keseehatan adalah gaangguan bersuara (voiice disorders) pada profesi p yangg mengand dalkan suara sepeerti guru, peenyiar, dan penyanyi. p Suara S manusia adalah iindikator peenting dari kesehhatan emosiional, kepribbadian, iden ntitas, dan estetika e serrta sinyal ak kustik dalam berrbicara, meenyanyi, daan ekspresi emosional.. Gangguann bersuara dapat memberikkan efek beesar pada individu i yaang terkenaa dampak. Gangguan suara dapat menngurangi keecakapan beerbicara yaang akan beerpengaruh pada kehid dupan pribadi, soosial, dan peekerjaan. (P Perkins WH, 1971) Salah satuu bentuk gaangguan berrsuara padaa organ-orgaan pembenttuk suara adalah a kelelahan bersuara/bberbicara. Hal H ini kad dang-kadangg tidak disadari atau tidak K bersuara (voice ( fatiggue) merup pakan diketahui oleh pendderitanya. Kelelahan adaptasi negatif n pembbentukan suuara pada orang-orang o g yang serinng menggun nakan suara dalam jangka waktu lam ma tanpa kelainan patologis p laaring. Keleelahan
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
2
bersuara biasanya b berrmanifestassi sebagai tu urunnya vollume suara dan tinggi nada, rasa nyerii atau tidakk nyaman di d tenggoro ok saat berssuara, dan terjadinya suara serak. m b bahaya utam ma bagi pekkerjaan yanng mengand dalkan Gangguann bersuara merupakan suara. Proofesional seeperti guru sekolah, peenyanyi, akktor, dan raadio dan peenyiar televisi sangat s beresiko terkkena gangg guan bersuuara. Bebeerapa peneelitian menunjukkkan bahwaa gangguann bersuara sering terjaadi di antaara para gu uru di seluruh duunia. (Russeel et al, 19998; Sapir et al, 1993; Smith, S et al,, 1997; Vilk kman, 2000) Dalam stuudi yang dilaakukan olehh Smith et al a (1997), diidapatkan hasil lebih daari 38% guru melaaporkan baahwa ganggguan bersuaara merupaakan akibatt dari pekeerjaan mereka daan 39% daari kelompook tersebut harus menngurangi keegiatan men ngajar mereka kaarena ganggguan bersuuara tersebu ut. Pada tahhun 2004, R Roy et al dalam d studi skalla besar menunjukka m n bahwa prevalensi p gangguan bersuara secara s signifikann lebih tingggi terjadi paada guru (11 1%) dibanddingkan denngan profesii nonguru (6,2% %). Penelitiann yang dilakkukan oleh Szeszenia-D S Dabrowska (2003) ( mennunjukkan bahwa b gangguan bersuara pada p guru menyumban m g lebih darri 25% dari semua pen nyakit akibat kerrja yang diddiagnosa di Polandia, meningkat m dari 1,9% ppada tahun 1977 menjadi 28% 2 pada tahun t 2001.. The Centrral Registerr of Occuppational Disseases Polandia melaporkan m n 1.100 kasuus baru kerjaa suara penyyakit pada ttahun 2003 (25% dari semuaa penyakit akibat a kerjaa pada waktu u itu). Penelitiann di Indoneesia menem mukan bahw wa 86% guru g yang berobat kee RS. Sardjito Yogyakarta Y menderita kelelahan bersuara b (K Kadriyan, 20007), sedan ngkan penelitian di Kota Medan M menuunjukkan bahwa b guru yang mengajar di sek kolah dasar yangg terpapar bising b memiiliki risiko kelelahan k b bersuara 3,4 kali lebih tinggi t dibandinggkan dengann guru di seekolah dasaar yang tidaak terpapar bising dan n guru dengan inntensitas suuara yang tinggi t saat mengajar akan menggalami keleelahan bersuara 3,2 3 kali lebiih sering diibandingkan n guru denggan intensittas suara rendah. (Miranda, 2010)
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
3
Dampak gangguan g b bersuara padda profesi yang menggandalkan ssuara adalah h dua kali lebih tinggi darippada yang tidak t mengaandalkan suuara. Ganggguan bersuaara ini tidak hanyya berdamppak negatif pada p kualittas hidup (M Ma & Yiu, 2001; Roy et al, 2004; Sm mith et al, 1996;. Yiuu, 2002) tetapi juga penambahan beban biaya perawatann kesehatann (Verdolinni & Ramiig, 2001). Gangguan bersuara dapat mempengaaruhi prestaasi kerja (R Roy et al, 2004; 2 Russeell et al, 19998; Sapir et al, 1993; Sm mith et al, 1996) denggan 20% guru g dilaporrkan kehilaangan hari kerja karena maasalah suaraa. (Roy et all, 2004; Sap pir et al, 19993; Smith ett al, 1997) Kesadarann gangguann bersuaraa sebagai penyakit p y yang berhuubungan deengan pekerjaan telah meeningkat daan ganggu uan bersuarra telah dditerima seebagai gangguan kerja di beeberapa neggara Eropa (Vilkman, 2004). Naamun, peraw watan kesehatan dan keselaamatan kerjaa untuk suaara penggunna profesionnal masih reendah dan kewajjiban untukk mencegahh gangguan bersuara leebih ditekannkan pada usaha u pribadi daari guru terssebut tanpaa adanya usaha dari maanajemen (Vilkman, 2000). 2 Hal ini meenunjukkann bahwa maasalah suaraa hanya dilihhat sebagai masalah prribadi yang disebbabkan oleeh keterbataasan pribadi atau penyyalahgunaann suara terssebut. Berdasarkkan latar beelakang terssebut, peneeliti tertarikk untuk meenganalisa faktor f risiko kessehatan kerjja terhadap gangguan bersuara (vvoice disorrders) pada guru Sekolah Dasar D Negerri di kota Deepok.
1.2 Perum musan Masalah Komunikaasi yang efeektif dalam m kegiatan belajar b menggajar di kellas dapat teerjadi, jika memeenuhi dua syyarat berikuut, yaitu (Jon nsdottir, 2003): 1. Guru dapat d berkomunikasi dengan muridnya m taanpa membbahayakan suara merekaa; 2. Murid dapat dengaan mudah mendengar m apa yang guru sampaikan tanpa penuh p kesulitaan. Kedua fakktor ini haarus dipenuuhi untuk mendapatka m an hasil yanng baik, namun seringkali faktor kebbisingan daan jauhnyaa jarak antaara guru ddan murid dapat guan bersuaara) sehinggga menimbu ulkan menyebabbkan risiko bagi suara guru (gangg
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
4
kesulitan pada muridd untuk meendengarkan n materi yaang disamppaikan oleh guru secara jelaas. Profesi guru g sangaat menganddalkan suaara dalam bekerja. Berbagai studi epidemiologi mengeenai kesehaatan kerja menemukaan bahwa tingginya risiko r terjadinyaa gangguan bersuara b paada guru terj rjadi terutam ma pada gurru sekolah dasar. d Gangguann bersuara yang y paling sering dialaami guru addalah berupaa kelelahan suara, yaitu suaraa serak, suaara yang hilaang timbul, dan rasa keering di tengggorokan Jenis kelaamin, durassi mengajarr, lamanya berprofesi menjadi guuru, faktor usia, subjek yanng diajarkann, kelas yanng diajarkan n, kondisi sekolah yangg bising, ko ondisi fisik kelass seperti keelas yang seempit dengan jumlah murid m yangg terlalu baanyak, debu, venntilasi udaraa yang kurrang, stresss, konsumsii minuman beralkohol dan merokok, serta tidakk ergonomiisnya postu ur tubuh dalam menggajar merup pakan beberapa faktor f penyebab risiko terjadinya gangguan g b bersuara padda guru.
1.3 Pertan nyaan Peneelitian Berdasarkkan perumuusan masalaah di atas,, maka penneliti membbuat pertan nyaan penelitian, yaitu: 1. Bagaiimana gambbaran tingkkat gangguaan bersuaraa pada guruu Sekolah Dasar D Negerri di kota Depok tahun 2012? 2. Bagaiimana hubuungan faktorr intensitas suara denggan gangguaan bersuara pada guru Sekolah S Daasar Negeri di d kota Dep pok tahun 20012? 3. Bagaiimana hubuungan faktorr kebisingan n kelas denggan gangguaan bersuaraa pada guru Sekolah S Daasar Negeri di d kota Dep pok tahun 20012? 4. Bagaiimana hubuungan faktorr luas kelass dengan gaangguan berrsuara padaa guru Sekollah Dasar Negeri N di kotta Depok taahun 2012? 5. Bagaiimana hubuungan faktoor jumlah murid m dengaan gangguaan bersuara pada guru Sekolah S Daasar Negeri di d kota Dep pok tahun 20012? 6. Bagaiimana hubuungan faktoor kelembab ban udara dengan ganngguan berrsuara pada guru g Sekolaah Dasar Neegeri di kotaa Depok tahhun 2012? 7. Bagaiimana hubuungan faktoor jenis kelaamin dengaan gangguaan bersuara pada guru Sekolah S Daasar Negeri di d kota Dep pok tahun 20012? Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
5
8. Bagaiimana hubuungan fakttor usia deengan ganggguan bersuara pada guru Sekollah Dasar Negeri N di kotta Depok taahun 2012? 9. Bagaiimana hubuungan faktorr durasi men ngajar denggan gangguaan bersuaraa pada guru Sekolah S Daasar Negeri di d kota Dep pok tahun 20012? 10. Bagaiimana hubuungan faktorr masa men ngajar denggan gangguaan bersuara pada guru Sekolah S Daasar Negeri di d kota Dep pok tahun 20012? 11. Bagaiimana hubuungan faktoor bidang sttudi yang diajarkan d dengan gang gguan bersuaara pada guuru Sekolah Dasar Negeeri di kota Depok D tahunn 2012? 12. Bagaiimana hubuungan faktoor tingkat kelas k yang diajarkan d ddengan gang gguan bersuaara pada guuru Sekolah Dasar Negeeri di kota Depok D tahunn 2012? 13. Bagaiimana hubuungan faktoor kebiasaaan merokokk dan konnsumsi minu uman beralkkohol dengan gangguaan bersuaraa pada guruu Sekolah D Dasar Negeeri di kota Depok D tahunn 2012? 14. Bagaiimana hubuungan faktor postur tub buh dalam mengajar m ddengan gang gguan bersuaara pada guuru Sekolah Dasar Negeeri di kota Depok D tahunn 2012? 15. Faktoor risiko manakah m yaang paling g dominan mempenggaruhi gang gguan bersuaara pada guuru Sekolah Dasar Negeeri di kota Depok D tahunn 2012? 16. Apakaah gangguaan bersuara berdampak k psikososiaal bagi guruu Sekolah Dasar D Negerri di kota Depok tahun 2012?
1.4 Tujuaan Penelitiaan 1.4.1. Tujuuan Umum Menganalisis faktor-faktor risikko yang berrhubungan dengan ganngguan berrsuara n di Koota Depok. pada guru yang menggajar di Sekolah dasar negeri 1.4.2 Tujuuan Khusus 1. Menggetahui gam mbaran tingkkat ganggu uan bersuaraa pada guruu Sekolah Dasar D Negerri di kota Depok tahun 2012. 2. Menggetahui apakkah faktor intensitas suara s dengaan gangguaan bersuara pada guru Sekolah S Daasar Negeri di d kota Dep pok tahun 20012. 3. Menggetahui apakkah faktor kebisingan k kelas dengan gangguaan bersuara pada guru Sekolah S Daasar Negeri di d kota Dep pok tahun 20012. Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
6
4. Menggetahui apakkah faktor luas kelas dengan ganngguan berrsuara pada guru Sekollah Dasar Negeri N di kotta Depok taahun 2012. 5. Menggetahui apakkah faktor juumlah murid dengan gaangguan bersuara padaa guru Sekollah Dasar Negeri N di kotta Depok taahun 2012. 6. Menggetahui apakkah faktor kelembaban k udara denggan gangguaan bersuaraa pada guru Sekolah S Daasar Negeri di d kota Dep pok tahun 20012. 7. Menggetahui apakkah faktor jeenis kelamin n dengan gaangguan bersuara padaa guru Sekollah Dasar Negeri N di kotta Depok taahun 2012. 8. Menggetahui apakkah faktor usia u dengan gangguan bersuara b paada guru Sek kolah Dasarr Negeri di kota k Depokk tahun 2012 2. 9. Menggetahui apakkah faktor durasi d meng gajar yang diajarkan ddengan gang gguan bersuaara pada guuru Sekolah Dasar Negeeri di kota Depok D tahunn 2012. 10. Menggetahui apakkah faktor masa meng gajar dengaan gangguaan bersuara pada guru Sekolah S Daasar Negeri di d kota Dep pok tahun 20012. 11. Menggetahui apakah faktor bidang stu udi yang diajarkan d deengan gang gguan bersuaara pada guuru Sekolah Dasar Negeeri di kota Depok D tahunn 2012. 12. Menggetahui apakkah faktor tingkat keelas yang diajarkan d deengan gang gguan bersuaara pada guuru Sekolah Dasar Negeeri di kota Depok D tahunn 2012. 13. Menggetahui apaakah faktorr kebiasaan n merokokk dan konssumsi minu uman beralkkohol dengan gangguaan bersuaraa pada guruu Sekolah D Dasar Negeeri di kota Depok D tahunn 2012. 14. Menggetahui apakkah faktor postur tubu uh dalam mengajar m deengan gang gguan bersuaara pada guuru Sekolah Dasar Negeeri di kota Depok D tahunn 2012. 15. Menggetahui fakttor risiko yang palin ng dominann mempenggaruhi gang gguan bersuaara pada guuru Sekolah Dasar Negeeri di kota Depok D tahunn 2012. 16. Menggetahui apaakah gangguan bersuaara berdam mpak psikossosial bagi guru Sekollah Dasar Negeri N di kotta Depok taahun 2012.
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
7
1.5 Manfaaat Penelitiian a. Membberikan infformasi keppada guru bahwa b terdaapat beberaapa faktor-ffaktor penyeebab risiko munculnya gangguan bersuara yaang dapat berdampak dalam d melakkukan kegiaatan belajar mengajar; b. Membberikan maasukan kepaada Dinas Pendidikan P mengenai faktor peny yebab risikoo munculnyaa gangguan bersuara, sehingga s dihharapkan daapat membeerikan inform masi dalam membuat program p terk kait dengann tindakan ppencegahan yang berhuubungan denngan gangguuan bersuarra.
1.6 Ruangg Lingkup Penelitiann ini mem mbahas tenttang hubun ngan faktorr risiko (iintensitas suara, s kebisingann kelas, koondisi fisik kelas dan lapangan, jenis kelam min, usia, masa mengajar, durasi menngajar, tingkkat kelas ajar, subjek ajar, a merokook dan konssumsi alkohol, serta postur tubuh saat mengajar) dengan gaangguan berrsuara padaa guru Sekolah Dasar D Negerri di kota Deepok tahun 2012. Penelitiann ini dilakuukan pada bulan b April hingga buulan Mei 22012 di deelapan Sekolah Dasar D Neggeri di Kotta Depok. Objek pennelitian adaalah guru yang mengajar di Sekolah Dasar Negeeri di kota Depok. D Penelitiann ini bersifatt kuantitatiff observasio onal. Desainn penelitian yang digun nakan pada peneelitian ini adalah desaain studi cross-section c nal, yaitu ppenelitian untuk u mempelajaari dinamikka korelasi antara fakttor-faktor risiko r dengan efek, deengan cara pendeekatan, obseervasi atau pengumpullan data sekkaligus padaa suatu saat yang bersamaann.
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
8
BAB 2 TIN NJAUAN PUSTAKA P
2.1 Suaraa Suara merrupakan prooduk akhir akustik darri suatu sisttem yang laancar, seim mbang, dinamis dan d saling terkait, t meliibatkan resp pirasi, fonaasi, dan resonansi. Tek kanan udara subbglotis darri paru, yaang diperk kuat oleh otot-otot o pperut dan dada, dihadapkaan pada plikka vokalis. Suara dihassilkan oleh pembukaann dan penuttupan yang cepaat dari pitaa suara, yaang dibuat bergetar oleh gabunggan kerja antara a tegangan otot dan perubahan teekanan udaara yang ceepat. Tingggi nada teru utama ditentukann oleh frekkuensi getaaran pita suara. Bunnyi yang ddihasilkan glotis diperbesarr dan dilenggkapi dengaan kualitas yang y khas (rresonansi) ssaat melaluii jalur supraglotis, khususnyya faring. Gangguan pada sisteem ini dapaat menimbu ulkan gangguan suara. Menurut Higgins (22006) berbbicara mem merlukan em mpat sistem m utama, yaitu f (suarra), resonannsi, dan artik kulasi. Suarra atau fonassi adalah su umber respirasi, fonasi utama dalaam berbicarra. Sumber bunyi untuk k produksi suara adalaah laring dan n pita suara yangg bergetar (Ackah, ( 20000). Pada saaat ekspirassi, pita suarra mulai berrgetar (Lehto, 20007). Mekaanisme geraakan pita su uara terganttung pada ttekanan udaara di dalam gloottis. Selamaa proses inii terdapat perbedaan p teekanan udarra di atas dan d di bawah gloottis. Perbeddaan tekanaan ini mem mbuat pita suara s bergettar. Jika tek kanan intraglotall negatif, pita suara akkan menutu up dan jikaa tekanan inntraglotal positif p maka udarra akan menndorong pitaa suara hing gga terbuka (Rubin, 20006). Peningkattan tahanann glotis dappat meningk katkan voluume udara, sehingga teerjadi penutupann paksa pitta suara. Penggunaan P tekanan yang y berlebbihan seperrti ini dikenal deengan hiperrfungsi lariing yang daapat mengaakibatkan trrauma padaa pita suara. Oleeh karena itu i keseimbbangan antaara tekanann aliran udaara dan tah hanan glotis sangat pentingg. Penutupaan pita suarra yang tidaak sempurnna membutu uhkan energi yanng cukup beesar untuk menghasilka m an aliran uddara yang leebih banyak k agar dapat teruus menghasiilkan suara. Jika kondisi ini berlanngsung teruus menerus maka dapat mennyebabkan terjadinya t g gangguan beersuara (Ackkah, 2000). Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
9
Terlalu seering dalam m penggunaan maupu un penyalahhgunaan m mekanisme vokal v dapat meenyebabkann perubahaan fisiologiis dalam lipatan vookal. Perub bahan fisiologis dapat beruppa otot-otott lelah, pato ologi sepertii nodul atauu polip, dan n/atau g ketegangaan otot. Perrubahan fisiiologis dapaat berkorelaasi dengan berbagai gejala, namun tiddak terbataas pada suuara serak, termasuk penurunann kontrol pitch, p penurunann kontrol volume, hembusan h nafas, tennaga meningkat, dan n/atau ketidaknyaamanan (Stemple, Glazze & Klaben n, 2000). Beberapa gejala dari gangguan bersuara, b yaaitu: (Nababban, 2009) 1.
u untuuk setiap gangguan yang Suaraa parau addalah suatuu istilah umum menyebabkan peerubahan suuara. Ketik ka parau, suuara dapat terdengar serak, s kasar dengan nadda lebih renndah daripad da biasanyaa, suara lem mah, hilang suara, s suara tegang dann susah kelluar, suara terdiri dari beberapa nada, nyeri saat bersuaara, atau keetidakmamppuan mencaapai nada atau intensitaas tertentu. Suara S parauu bukan meerupakan suuatu penyak kit, tetapi merupakan m gejala peny yakit. Perubbahan suaraa ini seringgkali berkaiitan dengann kelainan pita suara yang meruppakan bagiaan dari kotakk suara (laring).
2.
Suaraa serak adallah suara yang y menjad di hilang seecara tiba-tiba dan kem mbali normaal setelah mengistiraha m atkan suara.
3.
Rasa kering di tenggorokaan adalah sensasi s rasaa kering yaang dirasak kan di tenggorokan saatt berbicara atau mengajar sehinggga membuaat orang terrsebut berkeinginan unttuk minum guna g mengu urangi rasa kering di teenggorokan
Gambarr 2.1 Pita Suara Norm mal dan Nod dul Pita Su uara
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
10
2.2 Ganggguan Bersu uara Gangguann bersuara (voice ( disorders) adap ptasi negatiif pembentuukan suara pada orang-oranng yang serring mengguunakan suaara dalam jaangka waktuu lama tanp pa ada kelainan patologis p laaring yang ditandai dengan d peruubahan kuaalitas suara,, rasa tidak nyam man saat bersuara b dann adanya keterbatasan k n penggunaaan suara. Suara S yang lelahh akan terdeengar serak atau parau (Lehto ( 20077). Roy et al.. (2004) meendefinisikaan gangguan n suara sebbagai ganggguan yang teerjadi kapanpun pada suarra, yang mana m suara tidak bekeerja atau teerdengar seeperti m u komunikasi. Menurrut Lehto ((2007) berb bicara biasanya sehingga mengganggu dengan suuara yang keras k dapat meningkattkan frekueensi vibrasi pita suara yang apabila beerlangsung terus-mener t rus dapat mengakibatkaan kekakuann pada pita suara. Kelelahann bersuara biasanya b ditandai dengaan perubahaan kualitas suara, rasa tidak nyaman saat bersuarra, dan adaanya keterbaatasan pengggunaan suuara. Suara yang lelah akann terdengar serak s atau parau. p Gangguann bersuara dapat d terjaddi karena keelainan baw waan; traum ma kepala, leher, l dan daeraah dada, pennggunaan yang y salah dari mekannisme vokaal, dan peny yebab psikogenikk. Mayorittas gangguuan suara adalah kaarena dua faktor teraakhir, yaitu lebih bersifat fungsional (mekanism me vokal) daripada d penyebab org ganik. (Herringtoon, 1988). 2.3 Faktor Risiko Gangguan Suara V (22000) terdaapat beberaapa faktor risiko r yangg terkait deengan Menurut Vilkman terjadinyaa gangguan bersuara b paada penggun na profesionnal, yaitu: Tabeel 2.1. Bebeerapa Faktor Risiko pada p Suaraa Berrhubungan dengan Peekerjaan Berhu ubungan deengan Fakttor Indiviidu Suara keeras (berbicaara dan mennyanyi) Lemahhnya suara Stres Teknikk bersuara yyang buruk Tekanann Kebiassaan bersuarra yang burruk Postur beekerja yangg buruk Kepribbadian Pengobaatan gejala awal a yang tiidak memad dai Penyakkit pernapassan Kualitas udara, kekeeringan, debbu Merokkok Akustik ruangan yanng buruk Kebisinggan lingkungan Jarak anttara pembiccara dan penndengar Sumber: Vilkman, V 2000
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
11
2.3.1 Intensitas Suarra Menurut Vilkman V (20001) bahayaa utama darri gangguann bersuara iaalah penggu unaan jangka pannjang dari suara s itu sendiri selam ma hari kerjaa. Berbicaraa pada kelom mpok yang besaar, jarak yanng panjang, atau pada lingkungann yang bisinng membutu uhkan SPL (Souund Pressurre Level) yang y lebih tinggi. Colleman et all (1977) deengan menggunaakan proseddur phonetoogram, didaapatkan hasil intensitass tertinggi untuk u suara wannita adalah 122 dB dan d untuk suara laki-laki sebesaar 126 dB. SPL minimum untuk pereempuan sebbesar 48 dB B dan pada laki-laki 551 dB. Inten nsitas m 3 tingkat t oleh h Vilkman et al (2002) dengan jarak suara telaah dibagi menjadi mikrofon adalah 40 cm c dari muluut: 1. Soft S speech < 50-70 dB; 2. Loud L speechh 70-90 dB; 3. Screaming S 9 dB 90 Penelitiann di Sao Paolo, P menuunjukkan bahwa b umuumnya sekoolah dasar tidak memenuhii persyarattan akustikk ruangan yang direkkomendasikkan oleh World W Health Orrganization (1980) yaaitu sebesarr 38-48 dB B untuk keeefektifan dalam d belajar. Adanya A kebisingan mem mbuat guru mengeluarkkan suara ddengan inten nsitas 76,5-90,5 dB yang mana nillai tersebutt sama deengan seseoorang berteeriak. (Mesquitaa, 2007)
2.3.2 Keb bisingan Berdasarkkan Keputussan Menterii Lingkungan Hidup No. N 48 tahuun 1996, deefinisi bising adaalah bunyi yang y tidak diinginkan d dari usaha atau a kegiataan dalam tin ngkat atau wakttu tertentu yang y dapat menggangg gu kenyam manan lingkuungan dan dapat berimplikaasi terhadapp kesehatann manusia. Bising daapat menim mbulkan berrbagai gangguan,, antara lainn gangguann komunikassi (Bashirudddin, 2007)). Beberapa studi mendapatkkan adanyaa gangguan komunikassi akibat gaangguan berrsuara padaa guru yang disebbabkan kebisingan linggkungan sek kolah (Jonsddotir, 2003;; Simberg, 2004; 2 Kadriyan, 2007). Gaangguan terrsebut akan n berpengarruh terhadapp kualitas hidup h d menjalankan proofesinya. terutama dalam
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
12
Menurut Webster W (19979), peninggkatan SPL pada saat berbicara b addalah sebany yak 6 dB untukk setiap peeningkatan 10 dB keebisingan agar a setiap perkataan n dari pembicaraa dapat dipaahami. Dengan adanyaa kecenderuungan bagi ppembicara untuk u meningkattkan SPL di d ruang yaang besar atau a ketika berbicara ddengan aud dience yang ram mai, maka dianjurkan tingkat keebisingan latar belakaang tidak boleh b melebihi 63 6 dB (A) dengan jaraak 2 meter untuk mennghasilkan kkomunikasi yang efektif. Tingkat kebisingan diukur d denggan menggu unakan alat Sound Leveel Meter (S SLM). Alat ini memiliki m reespon yang yang diasumsikan saama dengann respon teelinga manusia. Alat A ini terrdiri dari mikrofon, m am mplifier, weeighting nettwork, dan layar display. Sinyal S bunnyi diubah menjadi sinyal s listriik oleh seebuah mikrrofon. Layarnya dapat beruppa layar manual yang ditunjukkaan dengan jarum dan angka a seperti jam m manual. Ada jugaa yang beru upa layar digital sepeerti jam diigital. (Mediastikka, 2005). SLM sedeerhana hannya dapat mengukur m tingkat t kebbisingan daalam satuan n dB, sedangkann SLM yang lebih cannggih mamp pu menunjuukkan frekuuensi bunyi yang diukur. SLM S yangg sederhanna biasanyaa hanya dilengkapi dengan bobot b pengukuraan A (dBA)) dengan sisstem penguk kuran seketiika (tidak ddapat menyim mpan dan mengolah data). Sedangkann yang sedik kit lebih baik, dilengkaapi dengan skala y perlu diperhatikan d n dalam mennggunakan SLM pengukuraan B dan C.. Adapun yang adalah (M Mediastika, 2005): 2 1. Agar posisi p penguukuran stabbil, SLM seb baiknya dipaasang pada tripod; 2. SLM sebaiknya s d ditempatkan n pada posissi 1,2 m darii atas permuukaan tanah h; 3. Untukk pengukuraan di dalam m ruangan,, SLM berrada pada pposisi 1 m dari dindinng pembentuuk ruangan;; 4. Untukk mendapatkkan hasil peengukuran yang y lebih akurat a dan m mampu men ncatat semuaa fluktuasi bunyi b yang terjadi, t SLM M dipasang pada posisii slow respo onse.
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
13
2.3.3 Fisik k Kelas dan n Lapangan n Menurut Crandell C daan Smaldinoo (1995) Ada empat faktor fa utamaa yang dian nggap mempengaaruhi kemampuan siiswa untuk k mendenggar penjelaasan guru yaitu kebisingann latar belakkang, gemaa, dan jarak k antara guruu dan murid. Ada beb berapa sumber keebisingan laatar belakanng di dalam m kelas, yaiitu kebisinggan dari akttivitas siswa di dalam mauupun di luaar kelas, dan d dari peendingin uddara yang dapat b keebisingan eksternal e seeperti kebisingan menggangggu. Selain itu, latar belakang dari lalu lintas l atau dari sekolaah juga dap pat mempenngaruhi ganngguan berrsuara (Crandell & Smaldinoo, 2000) Kebisingaan latar belakang mem mpengaruhi kemampuaan murid uuntuk mendengar penjelasann guru (Crandell & Smaldino, S 2000). 2 Denngan demikkian, guru harus meningkattkan intensitas suaraa mereka untuk mem mastikan bbahwa suarranya terdengar di ruang kelas. k Beberrapa peneliitian menunnjukkan bahhwa guru sering s melaporkaan bahwa mereka m haruus berbicarra lebih kerras karena kebisingan latar belakang (Pekkarinen ( n et al, 19922; Smith et al, a 1997. Kelembabban udara rendah r jugaa memiliki dampak neegatif pada produksi suara. s Udara yanng kering dapat mengghasilkan produksi p suuara yang bberat dan gejala g gangguan bersuara (Vintturi et e al, 2003) Occupaational Heaalth and Safety S Executive di Islandiia menyataakan bahwaa tingkat kelembaban k minimum 35% b diperlukann dalam ruaang kelas. Kelembabaan yang renndah, ventillasi yang buruk, dan suhu yang y terlaluu tinggi dapaat menyebaabkan penguuapan. Di Indonesia, Dinass Pendidikkan mengelluarkan surrat keputussan yang isinya i pembatasaan jumlah peserta p didikk dalam sattu kelas, yaaitu aturan kkelas ideal harus kurang daari 25 siswaa per kelas.. Aturan meencakup tinngkat pendiidikan mulaai TK sederajat sampai s SMA A sederajatt, sehingga diharapkan d efektifitas kkegiatan beelajarmengajar dapat tercappai. Penataan zoning dallam kelas pada p dasarn nya bertujuuan agar guuru lebih mudah m dalam meengawasi keegiatan anakk. zoning dalam d ruangg kelas secaara umum dibagi d menjadi 3 yaitu zona untuk guuru, zona un ntuk murid, dan zona untuk sirk kulasi, yaitu:
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
14
1. Ruuang sirkulaasi antara paapan tulis dengan d bariss pertama m maksimal 2,,13 m (R Rudy Trisno,, 2003) 2. Unntuk jarak lebih l dari 7,7 7 m makaa dibutuhkann pengeras suara (Boeedojo, 1986) 3. Luuas ruangann ideal adalaah 40-50 m2. secara ideal ruangann kelas selu uas ini diiisi oleh 24 siswa. namun billa tidak memungkink m kan dapat juga meenggunakann batasan minimum m 0,9 9 m2 untukk tiap anak. Pada umum mnya ruaang kelas di d indonesiaa diisi 30-4 40 anak dann bentuk ruuang kelas yang dirrekomendassikan adalahh bentuk seg giempat (Ruudy trisno, 22003). 2.3.4 Jeniis Kelamin Smith et al. a (1998) menunjukka m an bahwa 38% 3 dari 2880 guru waanita melapo orkan adanya gaangguan beersuara dibaandingkan dengan 26% % dari 2744 guru lakii-laki. Fritzell (11996) melaaporkan bahhwa 76% guru menccari bantuaan medis karena k masalah suara s adalaah perempuan. Russeel, et al (1998) ( mennyatakan bahwa b perempuann dua kali lebih munggkin mendeerita masalaah suara daaripada lakii-laki. Hal ini dissebabkan kaarena adanyya perbedaan pada strukktur organ ppembentuk suara. Pada pereempuan frekkuensi funddamental (F0) lebih tinnggi dibanddingkan lakii-laki, sehingga pita p suara pada p perem mpuan lebih h banyak mengalami vvibrasi (Jonssdotir 2003). Adanya perbedaan p jumlah fibroonectin dan n hyaluroniic acid (HA A) pada laapisan lamina proopria pita suuara, menyeebabkan pita suara pereempuan lebih tipis dan kaku dibandinggkan laki laaki. Kadar hyaluronicc acid pada perempuan lebih seedikit dibandinggkan laki-lakki. Hal ini menyebabk kan pita suaara perempuuan lebih mudah m mengalam mi trauma akkibat pengunnaan suara yang y berlebbihan (Joness et al. 2002 2).
2.3.5 Usiaa Hubungann usia dan gangguan g beersuara dilaakukan oleh Roy et al ((2004), Sm mith et al (1996),,
dan Russsell et al (1998) pad da guru Am merica dan guru Austtralia.
Penelitiann tersebut menemukan m prevalensi gangguan bersuara yyang lebih tinggi t pada guruu yang lebiih tua dari 50 tahun. Roy et al menyatakan bahwa jaangka
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
15
waktu yanng panjang digunakann vokal dalaam mengajaar memilikii efek kum mulatif pada suaraa. Selain itu, perubahaan hormonaal pada mennopause daan penuaan lebih lanjut dappat memperrburuk funggsi vokal. Begitu B juga dengan Urrrutikoetxeaa et al (1995) meelaporkan adanya a penuurunan nodu ul vokal seiring dengaan bertambaahnya usia. sedaangkan Sapiir et al (19930, Thibeault et al (2004), daan de Jong et al (2006) meelaporkan bahwa b usia tidak berh hubungan dengan d terjaadinya gang gguan bersuara sama s sekali.
2.3.6 Massa Mengajaar, Durasi mengajar, m dan d Tingkaat Kelas Ajjar Pada studdi yang dilakukan olehh Mattiske (1998) ( mennjelaskan baahwa masa kerja sebagai guuru, jam mengajar, m d tingkat kelas diajaarkan berkoontribusi deengan dan terjadinyaa gangguan bersuara. b A Adapun Sapiir et al. tidakk secara khuusus menyeelidiki penyebab gangguan bersuara pada p guru, namun ia menemukaan bahwa tahun t pengajarann dan jam mengajar tidak t berko orelasi denggan gejala-ggejala gang gguan bersuara.
2.3.7 Subyyek yang Diajarkan D Rata-rata durasi menngajar guruu adalah 5 jam per harinya h dann hampir 2 jam berbicara pada kondiisi latar bellakang yang g bising (Sm mith, et al, 1997). Meenurut a (1998) terdapat t bebberapa kelo ompok guruu yang beriisiko lebih besar Smith at al, terkena masalah m suaara dari yanng lain. Gu uru pendidiikan jasmaani dan olah hraga berisiko leebih besar terkena t gejaala gangguaan bersuara dibandingkkan guru lainnya. Hal ini diisebabkan mereka m serring harus menggunak m kan suara ddengan inten nsitas tinggi, ruaang olahragga yang beergema, dan n di luar kelas k yang mana tidak k ada umpan balik akustiik. Selain itu, guru u pendidikaan jasmanii dan olah hraga mengeluarrkan suara lebih besarr dari guru lain karenaa kebisingaan latar belaakang selama peertandingan atau karenaa mereka diiminta untuuk berbicaraa saat melak kukan beberapa aktivitas senam. s Kelompok gurru lain yanng beresikoo tinggi terrkena gangguan bersuara iaalah guru musik. m Hal ini i disebabkkan pengguunaan suara pada l tinggi daripada beerbicara. (Frritzell, 1996 6). pitch tingggi dan intennsitas yang lebih
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
16
2.3.8 Merrokok dan Konsumsi K A Alkohol Merokok dapat meenyebabkan edema pada p pita suara. Ini mengakib batkan terjadinyaa gangguann vibrasi sehingga s frrekuensi fuundamental (F0) men nurun. Damborennea (1999) dalam Jonsdottir (200 03) pada sttudinya mennemukan bahwa b frekuensi fundamenttal (F0) lebbih rendah ditemukann pada perrokok diban nding dengan yaang bukan perokok. p Reaksi aleergi atau innfeksi pernaafasan padaa saluran peernapasan bbagian atas dapat menghasillkan suara serak s atau bahkan b keh hilangan suaara. Laringiitis kronis akibat a penggunaaan suara yaang berlebihhan dapat mengakibatk m kan inflamaasi yang meenetap sehingga pita suara menjadi lebbih kaku. Laringitis L b banyak dijuumpai pada pria, kemungkinan ini diseebabkan oleeh kebiasaan n mengkonssumsi alkohhol dan mero okok. (Jonsdotirr, 2003)
2.3.9 Posttur Tubuh Menurut Jonsdottir (2003), guuru menghaabiskan lebbih banyakk waktu mereka m dengan beerdiri dan membungku m uk di mejaa siswa. Sikkap seimbaang tertentu u dan posisi keppala akan memberikan m kondisi yan ng paling ergonomis e uuntuk fungsi otot juga dapatt mempengaaruhi produuksi suara. Vintturi et al (2003) pada penellitiannya menemukan m bahwa guruu yang men ngajar geluhkan adanya a ganngguan berrsuara pada posisi berdiri lebih bannyak meng dibandinggkan dengann posisi dudduk, yang mana terdapaat hubungann antara tegaangan otot-otot laring denggan posisi tubuh terh hadap muncculnya keleelahan berssuara. Posisi yanng tidak sim metris antarra leher dan n bahu dappat menyebaabkan terjadinya lordosis seervikal yangg dapat mem mpengaruhi produksi suuara.
2.3.10 Fak ktor Stresss Boone (1991) dalam m Jonsdottirr (2003) menunjukkan m n terdapat beberapa gejala g mum dari strres pada suuara yaitu su uara desah,, suara gandda, mulut kering k paling um dan tengggorokan, kekkerasan, naada tinggi, suara s parauu, mengangkkat laring, suara keras, nadda rendah, monoton, m tiidak ada su uara (aphonnia), leher aatau tenggorrokan
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
17
sakit, pitcch breaks, sesak s napass, suara teg gang, tengggorokan kerring, tight voice, v radang teenggorokan traumatis, voice breeak, dan suuara lemahh. Kyriacou u dan Sutcliffe (1978) ( menyyelidiki strees antara 257 guru di Innggris, mennunjukkan bahwa b 20% dari mereka meengganggap bahwa pek kerjaan mennjadi guru aadalah pekeerjaan yang sanggat stres dann mereka meengeluhkan sedang kellelahan dan frustrasi. Hal H ini sejalan deengan temuan Sapir ett al. (1993) dan Ravenn (1993), yaang menem mukan bahwa strees psikologiis adalah haal umum di antara guruu-guru.
2.3.11 Fak ktor Biologgi Beberapa penyebab gangguan bersuara yang y jarangg terjadi anntara lain alergi, a masalah pada p tiroid, gangguan g p pada syaraf, trauma padda area pita suara, dan siklus s menstruassi. Penyebabb suara parrau dapat bermacam-m b macam. Pennyebab ini dapat berupa: (H Hermani B, Kartosoedirro S, Hutau uruk SM. 20007) 1. Kelainnan Kongonnital a. Laringomala L asia merupaakan penyeb bab terserinng suara serrak saat berrnafas p pada bayi baaru lahir. b. Laringeal L w webs meruppakan suatu u selaput jaringan j paada laring yang seebagian meenutup jalann udara. 75 5% selaputt ini terletaak di antaraa pita suuara. 2. Infekssi Infekssi virus adaalah infeksi yang paliing banyakk menyebabbkan suara serak dikareenakan olehh infeksi virus. v Viruss penyebabb yang paliing sering yaitu rinoviirus
(comm mon
coldss
virus),
adenoviruus,
influennza
virus,
dan
parainnfluenza virrus). 3. Inflam masi Berkeembangnya nodul, polip, atau granulomaa pada piita suara dapat diakibbatkan oleh iritasi dan inflamasi i yaang kronis pada p pita suuara yang beerasal dari merokok, batuk, pennyalahgunaaan suara, dan terpaapar racun dari lingkuungan.
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
18
4. Traum ma Fraktuur pada larring meruppakan traum ma langsunng pada larring yang dapat menyebabkan fraaktur kartilaagolaring.
2.4 Voice Handicap Index Gangguann bersuara telah t diamaati memilik ki dampak signifikan bagi psikologis, sosial, fiisik, pekerj rjaan, dan komunikaasi pada seseorang. World Health H Organizatiion mendeffinisikan caccat (handica ap) sebagai pembatasann partisipassi dari kegiatan yang biasaanya dilakuukan oleh seseorang. Istilah cacat (hand dicap) menunjukkkan kerugiaan sosial, ekkonomi, atau upun lingkuungan yang diakibatkan n dari penurunann kemamppuan. Berkkenaan deengan ganggguan berrsuara, hall ini berhubunggan dengann menguranngi atau menghindar m ri penggunaaan suara yang berlebihann, yang dapaat menghasiilkan konseekuensi bagii pekerjaannnya ataupun n bagi perekonom miannya. Voice Hanndicap Indeex (VHI) addalah kuesio oner yang diikembangkaan dan divaalidasi oleh Jacobbson et Al pada tahunn 1997 untu uk mengukkur konsekuuensi psikossosial gangguan bersuara. Istilah I handdicap berarrti kerugiann ekonomi aatau sosial yang terjadi darri ketidakm mampuan gaangguan fissik yang sppesifik, teruutama gang gguan suara (Jacobson, 19977). Kuesionerr VHI berissi 30 pertannyaan yang dinilai denngan skala numerik deengan jumlah skooring antaraa 0-120 (Maadeira, 2010 0), yaitu: •
0 (tidaak pernah);
•
1 (ham mpir tidak pernah); p
•
2 (kaddang –kadanng);
•
3 (ham mpir kadangg-kadang);
•
4 (selalu);
Berdasarkkan kategorii skor VHI dibagi d menjadi: 1.
Skor VHI kuranng dari 20 menunjukk kan tidak adda gangguaan ringan dalam d proses psikososiaal akibat ganngguan bersuara,
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
19
2.
Skor VHI 20-440 didapattkan adany ya gangguuan ringann dalam proses p psikososial akibaat gangguann bersuara,
3.
Skor VHI 41-660 menunjuukkan adan nya gangguuan sedangg dalam proses p psikososial akibaat gangguann bersuara
4.
Skor VHI V lebih dari d 60 mennunjukkan ad danya ganggguan bersuaara berat.
Uji reliabiilitas dari masing-masi m ing faktor dengan d mennggunakan Uji Cronbaach α. Kuesionerr dinyatakann reliabel jika j mempu unyai nilai koefisien aalpha yang lebih besar darri 0,6. Hassil uji reliabilitas yan ng diukur, diperoleh nilai koefisien Cronbach α sebesar 0,903. Hal ini menunju ukkan bahw wa alat ukurr ini mempu unyai keajegan yang y baik bila dilakukaan pengukurran berulang di tempat yang berbeeda. Pengembaangan dan validasi VHI V telah dilakukan d o oleh Barbaara H. Jaco obson dengan haasil VHI daalam 30 item m (Jacobson n 1997). Peenelitian beerikutnya baanyak menggunaakan VHI sebagai s alatt ukur. Nieebude Boguusz et al (22007) melak kukan penelitian dengan menggunakann VHI sebaagai alat ukkur dengan hasil total nilai VHI menuunjukkan gaambaran funngsional, em mosional daan keadan ffisik yang sangat s bermakna (P<0,001) pada guru perempuan p di Polandiaa. Tujuan daari penggunnaan VHI Index I dalam m penelitiann ini adalaah untuk menilai dampak psikososiall dari ganngguan beersuara yaang dirasakkan oleh guru dibandinggkan dengann guru tanpaa gangguan bersuara.
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
BAB 3 KE ERANGKA A PIKIR, KERANGK K KA KONSE EP, DAN DEFINISI O OPERASIO ONAL
3.1 Keran ngka Teori Kerangka teori pada penelitian ini didapatk kan dari berbagai sum mber, secara garis besar faktoor yang mem mpengaruhii gangguan bersuara paada guru, anntara lain: 1. Intenssitas suara (Vilkman,20000) 2. Kebisiingan (Websster,1979) 3. Fisik Kelas K • Kelembaban (Viintturi, et al, 2003) • Luass (Crandell dan d Smaldinoo, 1995) • Jumllah murid (C Crandell dann Smaldino, 1995) 1 4. Faktorr Karakteristik Respon nden • Jeniss kelamin (SSmith et al.,1998) • Usia (Smith et al..,1998) • Duraasi mengajarr (Mattiske, 1997) • Masaa mengajar (Mattiske, 1997) • Bidaang studiyan ng diajarkan n (Smith et all.,1998) • Kelaas yang diajaarkan (Matttiske, 2007) • Merookok (Jonsddotir, 2003) • Konssumsi alkoh hol (Jonsdotirr, 2003) 6. Posturr tubuh saatt mengajar (Vintturi ( et al, a 2003) 7. Faktorr Stress (Booone, 1991) 8. Faktorr Biologi (He Hermani B, 20007)
Suara serak k
Ganggguan Bersua ara (VOICE E DISORDER RS)
Ya
Tidak
Suara hilaang
Rasa Kerring ditenggorookan
Dampak teerhadap kegiatan m mengajar
Gamb bar 3.1 Kerrangka Teori Sumber: Dari D berbag gai sumber, 2012
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
21
3.2 Keran ngka Konseep Berdasarkkan kerangkka teori terssebut, penellitian ini memfokuskan m n untuk meencari hubungan antara varriabel indeppenden yan ng (intensitaas suara, kkebisingan kelas, k d lapanggan, jenis kelamin, k ussia, masa m mengajar, durasi d kondisi fiisik kelas dan mengajar, tingkat keelas ajar, suubjek ajar, merokok dan konsum msi alkohol, serta postur tubbuh saat meengajar) denngan variab bel dependeen yaitu ganngguan berrsuara dari objekk yang akan diteliti yaittu guru Seko olah Dasar Negeri di kkota Depok tahun t 2012.
VARIA ABEL INDE EPENDEN Faktor Penyebab P Riisiko: 1. Intenssitas suara 2. Intenssitas Kebisin ngan Kelas 3. Fisik (jumlah mu urid, luas, mbaban udarra) kelem • Kon ndisi fisik keelas • Kon ndisi lapangaan 4. Faktoor Karakteriistik Respoonden: • Jeniis kelamin • Usiaa • Durasi mengajaar • Massa mengajarr • Bidaang studi yaang diajarkan • Kelaas yang diajarkan • Merrokok • Kon nsumsi alkoh hol 5. Posturr tubuh saatt mengajar
VA ARIABEL DEPENDEN D N Gaangguan Berrsuara:
•S Suara serak •S Suara hilang g •R Rasa kering d ditenggoroka an
V Voice Hand dicap Index
Gambaar 3.2 Kera angka Konssep
Unive ersitas Indo onesia Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
22
3.3 Hipotesis Hipotesis dalam peneelitian ini, adalah: 1. Ada hubungan h s signifikan a antara intensitas suara dengan ganngguan berrsuara pada guru g Sekolaah Dasar Neegeri di kotaa Depok tahhun 2012. 2. Ada hubungan h signifikan anntara kebisiingan kelas dengan gaangguan berrsuara pada guru g Sekolaah Dasar Neegeri di kotaa Depok tahhun 2012. 3. Ada hubungan h s signifikan a antara luas kelas k dengaan gangguaan bersuara pada guru Sekolah S Daasar Negeri di d kota Dep pok tahun 20012. 4. Ada hubungan h s signifikan a antara jumllah murid dengan ganngguan berrsuara pada guru g Sekolaah Dasar Neegeri di kotaa Depok tahhun 2012. 5. Ada hubungan h siignifikan anntara kelemb baban udaraa dengan gaangguan berrsuara pada guru g Sekolaah Dasar Neegeri di kotaa Depok tahhun 2012. 6. Ada hubungan h s signifikan a antara jeniss kelamin dengan ganngguan berrsuara pada guru g Sekolaah Dasar Neegeri di kotaa Depok tahhun 2012. 7. Ada hubungan h s signifikan a antara usia dengan ganngguan berrsuara pada guru Sekollah Dasar Negeri N di kotta Depok taahun 2012. 8. Ada hubungan h s signifikan anntara durasi mengajar dengan ganngguan berrsuara pada guru g Sekolaah Dasar Neegeri di kotaa Depok tahhun 2012. 9. Ada hubungan h s signifikan a antara masaa mengajar dengan ganngguan berrsuara pada guru g Sekolaah Dasar Neegeri di kotaa Depok tahhun 2012. 10. Ada hubungan signifikan antara biidang studdi yang diiajarkan deengan h Dasar Neegeri di koota Depok tahun t ganggguan bersuaara pada guuru Sekolah 2012. 11. Ada hubungan signifikan antara tin ngkat kelaas yang diiajarkan deengan h Dasar Neegeri di koota Depok tahun t ganggguan bersuaara pada guuru Sekolah 2012. 12. Ada hubungan h signifikan anntara kebiassaan merokkok dan konnsumsi minu uman beralkkohol dengan gangguaan bersuaraa pada guruu Sekolah D Dasar Negeeri di kota Depok D tahunn 2012. 13. Ada hubungan signifikan antara po ostur tubuhh dalam m mengajar deengan ganggguan bersuaara pada guuru Sekolah h Dasar Neegeri di koota Depok tahun t 2012.
Unive ersitas Indo onesia Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
2 23
3.34 3 Definisi Op perasional 3.4.1 3 Variabel In ndependen Variabel Inttensitas suara
Definisi Tingkaat kekuatan atau u kekerasan suaraa yang dihasilkaan oleh
Carra Ukur
Kategori
Soun nd Level
< 70 dB
M Meter
≥ 70 dB
nd Level Soun
< 63 dB
M Meter
≥ 63 dB
responnden ketika mengajar •
Skala Uk kur Ordinaal
Sem mua suara yang g mengalihkan perhatian, meng gganggu atauu berbahaya bag gi kesehatan dan kegiatan sehari--hari.
Inttensitas kebising gan kelas
•
Kebbisingan ini dapat bersumber daari murid di dalam kelas, murrid di kelas sebelah, lapangan, dan aktivitas laalu lintas
Ordinaal
di jalan raya. • Murid: M < 33 muriid ≥ 33 murid Ko ondisi fisik kelass
Jumlahh murid, ventilasi, kelembaban udara, u dan luas kelas k
Kuesioner dan • Kelembaban: K < 335%
yang bberkontribusi terrhadap gangguan n bersuara
Ob bservasi
dan ≥ 35%
Ordinaal
L kelas: < 50 m2 • Luas ≥ 50 m2
Univ versitas Indones sia Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
2 24
Variabel
Definisi
Carra Ukur
Kategori • Murid: M < 33 muriid
baban udara, dan n luas lapangan yang y Jumlahh murid, kelemb berkonntribusi terhadap p gangguan bersu uara
≥ 33 murid Kuesioner dan • Kelembaban: K < 35%
Ko ondisi fisik lapan ngan
Skala Uk kur
Ob bservasi
dan ≥ 35%
Ordinaal
• Luas L lapangan: pengukuran Jumlahh tahun kehidup pan yang diperoleeh atau dilalui Ussia
seseorrang dari kelahiran sampai dengaan tahun saat pen nelitian dilakuukan, dengan pem mbulatan ke atass bila ≥ 6 bulan dan d
Ku uesioner
< 50 tahun ≥ 50 tahun
Ordinaal
pembuulatan ke bawah bila kurang darii 6 bulan Jen nis kelamin
Jenis kkelamin respond den
Ku uesioner
Laki-laki Wanita
Nominaal
Lamannya waktu sejak tenaga kerja ditterima bekerja seebagai Maasa mengajar
guru hhingga pada saat penelitian dilak kukan, dihitung dalam d jumlahh tahun dengan pembulatan p ke atas a bila ≥ 6 bulaan dan
Ku uesioner
< 20 tahun ≥ 20 tahun
Ordinaal
pembuulatan ke bawah bila < 6 bulan
Univ versitas Indones sia Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
2 25
Variabel Du urasi mengajar
Definisi Lamannya responden mengajar m di lokassi penelitian yan ng dihitunng mulai masuk kerja sampai pu ulang setiap harin nya
Carra Ukur uesioner Ku
Kategori < 4 jam/hari ≥ 4 jam/hari
Skala Uk kur Ordinaal
G Guru Kelas G Guru Olahraga Su ubjek yang diajarrkan
Mata aajaran yang diajaarkan oleh respo onden pada saat dilakuukan penelitian
Ku uesioner
G Guru Agama G Guru Bahasa Ingggris
Ordinaal
G Guru Bahasa Sunnda G Guru Komputer Kelas 1 Kelas 2 Keelas yang diajark kan
Kelas yang diajarkan oleh o responden pada p saat dilakukan penelitian
Kelas 3 Ku uesioner
Kelas 4
Ordinaal
Kelas 5 Kelas 6 Kelas 1-6
Univ versitas Indones sia Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
2 26
Variabel Meerokok
Ko onsumsi Alkohol
Po ostur Tubuh
Vo oice handicap In ndex
Definisi Respoonden yang mem miliki kebiasaan merokok, m minim mal 1 batangg per hari. Respoonden yang mem miliki kebiasaan meminum m minum man beralkkohol, minimal 1 gelas per hari. Posisi berdiri atau dud duk selama meng gajar.
Alat uukur untuk mengukur konsekuen nsi psikososial gaangguan bersuaara
Carra Ukur uesioner Ku
Ku uesioner
Ku uesioner
Kategori Ya
Skala Uk kur Ordinaal
Tidak Ya
Ordinaal
Tidak Duduk
Ordinaal
Berdiri Fungsional (F)
uesioner Ku
Fisik (P)
Ordinaal
Emosi (E).
Univ versitas Indones sia Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
2 27
3.4.2 3 Variabel Dependen D Variabel V Gangg guan bersuaara
Suaraa serak
Suaraa hilang
Rasa kering k di tenggorokan
Definisi
Cara Uku ur
• Gangguan yanng terjadi kapanp pun pada suara, yang y mana suaraa tidak bekerja atau terdengarr seperti biasanyaa sehingga meng gganggu komuniikasi.
Kuesionerr
• Gangguan berssuara ini terjadi karena aktivitass kegiatan belajaar-mengajar. Teerdengar kasar, bbersifat hilang tiimbul dan suara kembali normall setelah m mengistirahatkan suara uara yang menjaadi hilang secaraa tiba-tiba dan keembali normal seetelah Su m mengistirahatkan suara
Kuesionerr
Kuesionerr
Seensasi rasa kerinng yang dirasakaan di tenggorokaan saat mengajar sehingga m membuat orang teersebut berkeing ginan untuk minu um guna mengurrangi rasa kering g dii tenggorokan
Kuesionerr
Kateggori Yaa Tidaak Yaa Tidaak Yaa Tidaak Yaa Tidaak
Skala a Ukur
dinal Ord
Ord dinal
Ord dinal
Ord dinal
Univ versitas Indones sia Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
BAB 4 METOD DOLOGI PENELITI P AN
4.1 Rancaangan Stud di Penelitiann ini bersifatt kuantitatiff obsevasional. Desainn penelitian yang digun nakan pada peneelitian ini adalah desaain studi cross-section c nal, yaitu ppenelitian untuk u mempelajaari dinamikka korelasi antara fakttor-faktor risiko r dengan efek, deengan cara pendeekatan, obseervasi, atau pengumpulan data sekkaligus padaa suatu saatt yang bersamaann. Hasil penelitian ini akan a disajikkan dalam bentuk desskriptif yaittu untuk melihat tingkat gaangguan berrsuara pada responden,, serta analiitik untuk m melihat distrribusi frekuensi gangguan bersuara b beerdasarkan faktor-faktoor yang meempengaruh hinya, serta mellihat hubunngan dari variabel-vaariabel berrbeda dari suatu pop pulasi penelitian.
4.2 Lokassi dan Wak ktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan d d delapan Sekolah Dasar Neggeri Kecam di matan Sukmajayya di Kota Depok. D Wakktu penelitiian dilakukaan pada bullan April hingga Mei tahunn 20112.
4.3 Kriteeria Inklusii dan Ekskllusi 1. Kriterria inklusi adalah a karaakteristik um mum yang harus dipennuhi oleh su ubjek sehinggga dapat diikutsertaka d an dalam penelitian. p D Dalam penelitian ini krriteria inklussinya, adalaah: •
Pria daan wanita;
•
Guru Sekolah Dasar D Negeeri di kota Depok: gguru kelas, guru olahraaga, guru aggama, guru bahasa b ingggris, guru baahasa sundaa, dan guru komputer; k
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
29
•
Memilliki masa mengajar m 1-4 40 tahun;
•
Berusiia 20-60 tahhun;
•
Ganggguan bersuaara diakibattkan karenaa kegiatan m mengajar seelama masa mengajar; m
•
Respoonden berseddia menjadii subjek padda penelitiann.
2. Kriterria eksklusii adalah hall-hal yang menyebabk m kan sampel yang memenuhi kriteriia tidak diikutsertaka d an dalam penelitian p D (Nursalam,, 2003). Dalam peneliitian ini kritteria ekskluusinya, adalaah: •
Guru Sekolah S Dasar Negeri yang y sedangg sakit;
•
Respoonden tidak berada di teempat pada saat peneliitian berlang gsung.
4.4 Popullasi dan Sam mpel Populasi dalam d penellitian ini addalah semuaa guru di Seekolah Dasaar Negeri dii kota Depok. Seedangkan saampel adalaah bagian po opulasi yangg akan ditelliti atau seb bagian jumlah kaarakteristik yang dimiiliki oleh populasi. p Saampel dalam m penelitiaan ini diambil deengan mengggunakan metode m samp pel jenuh, yang y artinyaa semua pop pulasi yang telahh memenuhii kriteria inkklusi dan ek ksklusi diguunakan sebagai sampel. Penarikann sampelnya dengan memilih seecara acakk. Jumlah ssampel min nimal dengan estimasi preevalensi seebesar 50% % menggunakan rumuus besar saampel sebagai beerikut: (Lem meshow, 19997) n = Z21-α//2xP(1-P) d2 dimana: Z21-α/2 = deraajat kepercaayaan 95%, yaitu 1,96 P
= estim masi proporrsi (prevalen nsi), yaitu 50%
D
= simppangan muttlak, yaitu 10%
0,5(1-0,5) = 96,04 Sehingga, n = Z21-α/22xP(1-P) = n = 1,962x0 d2
0,12
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
30
Jadi, jumllah minimaal sampel yang dibutuh hkan pada penelitian iini yaitu 96,04. 9 untuk meenghindari terjadinya drop out maka dari minimal sampel terrsebut ditambahkkan 10%, seehingga sam mpel yang harus diambiil berjumlahh 105,6 sam mpel, dibulatkann menjadi 106 1 sampel..
4.5 Metod de Pengumpulan Dataa Metode peengumpulann data yaituu data yang dikumpulka d an sendiri ooleh penelitii pada saat berlaangsungnyaa penelitiann. Adapun langkah-laangkah penngumpulan data sebagai beerikut: a. Setelaah mendapat izin unttuk mengad dakan peneelitian, penneliti melak kukan identiifikasi caloon respondden/melakuk kan pendekkatan caloon dengan cara penjellasan tujuann dan manfaat peran serta respoonden. Dalaam penelitiaan ini jaminnan kerahassiaan calon responden n diberikan.. Apabila ccalon respo onden setujuu maka dimiinta untuk menandatan m ngani lembar persetujuaan; b. Penguumpulan daata primer dilakukan deengan menggadakan kunnjungan terh hadap responnden yang telah dipiilih sesuai dengan kriteria inkluusi dan ekssklusi sebaggai sampel untuk dibberikan pen njelasan tenntang penggisian kuessioner kemuudian kuesiooner dibagikkan untuk diiisi. 1. Kuuesioner daata diri reesponden, yang diguunakan unttuk mengeetahui gam mbaran responden (jum mlah murid d, jenis kelaamin, usia, masa meng gajar, duurasi mengaj ajar, tingkat kelas ajar, bidang stuudi, merokook dan konssumsi alkkohol, serta postur tubuuh saat men ngajar) 2. Kuuesioner Vooice Handiccap Index, merupakan m kuesioner yang terdirri dari 30 pertanyaaan untuk mengukur konsekuennsi psikossosial gang gguan berrsuara. Peniilaian akhir dengan carra akumulassi total skor,, yaitu: a. skor VHI V kurang dari 20 meenunjukkann tidak ada ggangguan ringan dalam proses psikkososial akib bat gangguaan bersuaraa, V 20-40 didapatkan d adanya ganngguan ringgan dalam proses p b. skor VHI psikossosial akibatt gangguan bersuara,
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
31
c. skor VHI V 41-60 menunjuk kkan adanyaa gangguann sedang dalam d prosess psikososiaal akibat gan ngguan berssuara d. skor VHI V lebih dari d 60 menunjukkan adanya ganngguan berrsuara berat. c. Bila kuesioner k teelah diisi peneliti meng gambil kembbali kuesionner tersebut;; d. Variaabel indepeenden yangg diukur, adalah inttensitas suuara, kebisingan lingkuungan, kelem mbaban udaara, dan luaas kelas/lapaangan. •
P Pengukuran intensitas suara dan kebisingan k kelas mengggunakan Sound S L Level Meter (SLM) selaama 60 detik k;
•
P Pengukuran kelembabaan udara menggunaka m an digital hhygrometer pada saaat respondden mengajaar selama 60 0 detik;
•
P Pengukuran luas kelas menggunak m an rollmeteer.
4.6 Metod de Pengolah han data Pengolahaan data dilakkukan denggan tahap-tah hap sebagaii berikut: a. Melakkukan editinng data. Data yang y telah terkumpul t m melalui kueesioner, diceek kembali kelengkapaannya dan dilakukan d p pengecekan n terlebih dahulu. d Ediiting meliputi kelengk kapan pengisian, kesalaahan pengissian dan ko onsistensi dari d setiap jawaban. Ed diting s dilakuukan dilapaangan sehinngga apabilla terjadi kesalahan daata dapat segera diperbbaiki. b. Melakkukan pengkodean dataa (coding) Codinng adalah kegiatan merubah data d berbentuk huruff menjadi data berbentuk angkka/bilangan. Kegunaan n dari codding adalaah untuk untuk u p saat annalisis data dan juga mempercepat m t pada saat entry memppermudah pada data ke k dalam proogram SPSS S.
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
32
c. Memaasukkan datta Entry data adalahh memasukkkan data ke program SPSS. SPSS yang digun nakan dalam penelitian ini adalah SPSS S 20.0, pengolahann data dengaan menggun nakan SPSS bertujuan untuk meliihat distribu usi variabeel tersebut dan mengeetahui hubunngan antar variabel v seccara bivariaat, serta varriabel yang paling dom minan secaraa multivariatt. d. Data kemudian k d dicek kembaali untuk melihat m kemuungkinan addanya kesalahankesalaahan kode, ketidaklenggkapan dan lain sebagaainya. Dalam m program SPSS, akan diinformasi d ikan jika terrdapat missiing data. e. Setelaah pembersiihan data, taahap selanju utnya adalahh proses anaalisis data.
4.7 Analissa Data 4.7.1 Anaalisis Distrib busi Frekuensi Analisis distribusi frekuensi f d dalam peneelitian ini digunakann untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dari masiing-masing variabel iindependen n dan variabel
dependen..
Analisiss
ini
beertujuan
u untuk
mennjelaskan
atau
d setiap variabel penelitian. p H Hasilnya berupa mendeskriipsikan karrakteristik dari distribusi frekuensi, besarnya b prroporsi, perrsentase dann statistik ddeskriptif deengan bentuk tam mpilan beruupa teks dann tabel.
4.7.2 Anaalisis Bivariiat Apabila telah t dilakuukan analissis distribussi frekuenssi, hasilnya akan dikeetahui karakteristtik atau diistribusi vaariabel dan n dapat dillanjutkan aanalisis biv variat. Analisis bivariat b yangg dilakukann terhadap dua d variabeel yang diduuga berhubu ungan atau berkoorelasi. Daalam analisiis bivariat ini, dilakukkan beberaapa tahap, yaitu: y (Notoatmoodjo, 2010) : a. Annalisis propporsi atau persentasee, dengan membandinngkan distrribusi silang antara dua d variabel yang bersaangkutan.
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
33
b. Annalisis dari hasil h uji stattistik (chi sq quare) untuuk melihat aadanya hubu ungan duua variabel, apakah a berm makna atau tidak berm makna. c. Annalisis keeraatan hubunngan antara dua variabbel tersebut dengan melihat nillai Ods Raatio (OR). Besar B kecillnya nilai OR O menunjjukkan besarnya keeeratan hubuungan antaraa dua variab bel yang diuuji. Uji statisttik yang diggunakan daalam penelittian ini adaalah uji stattistik chi sq quare. Uji ini dipilih d karenna skala variabel v yan ng diuji beerupa skalaa kategorik k dan kategorik. Rumus chii square : O – E)2 X2 = Σ (O E dimana : X2
= nilaii chi square
O
= nilaii observasi
E
= nilaii ekspektasii
Besarnya α yang ditentukan addalah 0,05 dan intervval kepercayyaan (CI=9 95%), s beriikut : dengan annalisa hasil sebagai •
Jika p value ≤ α (0,05), makaa Ho ditolak k. mpulan : Adaa perbedaann atau ada hubungan beermakna seccara statistik k. Kesim
•
Jika p value > α (0,05), makaa Ho diterim ma. Kesim mpulan : Tiddak ada perbbedaan atau u tidak ada hubungan bbermakna secara s statistiik.
4.7.3 Anaalisis Multivvariat Proses anaalisis multivvariat dengaan menghub bungkan beeberapa variiabel indepeenden dengan saatu variabeel dependeen pada waktu w yang bersamaann. Dari an nalisis multivariaat ini dapat diketahui: d a. Vaariabel indeependen mana m yang paling beesar pengarruhnya terh hadap varriable depennden? b. Appakah variaabel indepeenden berh hubungan dengan d varriabel depeenden dippengaruhi oleh o variabel lain atau tidak?
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
34
c. Beentuk hubunngan beberaapa variabell independenn dengan vaariabel depeenden, apaakah berhubbungan langgsung atau pengaruh p tiddak langsunng. Jika variaabel indepennden berbenntuk katego orik dan vaariabel depeenden berbentuk kategorik, maka jenis uji multivvariat yang digunakann adalah uji regresi log gistik. Analisis regresi r logiistik adalahh salah satu u pendekattan model matematis yang digunakann untuk mennganalisis hubungan h saatu atau bebberapa variiabel indepeenden dengan sebbuah variabbel dependen katagorik k yang bersifat dikotom m/binary. Pada peneelitian ini menggunak m kan analisis regresi loggistik gandaa dengan model m prediksi, yaitu y pemoodelan denggan tujuan untuk u mem mperoleh moodel yang terdiri t dari beberrapa variabbel indepennden yang dianggap terbaik t untuuk mempreediksi kejadian variabel v deppenden. Padda pemodelaan ini semua variabel ddianggap peenting sehingga estimasi dapat d dilakuukan dengaan beberapaa koefisienn regresi lo ogistk sekaligus. Bentuk kerrangka konssep model regresi r prediiksi, yaitu: X1 X2 X3 X4
Y
Prosedur pemodelan: p Agar dipeeroleh moddel regresi yang y hemaat dan mam mpu menjelaskan hubu ungan variabel inndependen dan d dependden dalam po opulasi, dipperlukan proosedur pemiilihan variabel, sebagai s beriikut: 1.
Melakkukan anallisis bivariiat antara masing-maasing variaabel indepeenden dengaan varaiabell depndennyya. Bila hassil uji bivariiat mempunnyai nilai p value < 0,25 maka varriabel tersebbut dapat masuk m ke model m multivvariat. Nam mun, p value > 0,25 dappat tetap diimasukkan ke dalam uji u multivarriat jika varriabel tersebbut secara suubstansi pennting.
2.
Memiilih variabeel yang diannggap pentiing yang masuk m dalam m model, deengan cara mempertahhankan varriabel yang g mempunyyai p valuue < 0,05 dan mengeluarkan vaariabel yangg p value > 0,05, namunn dilakukann secara berrtahap dimullai dari variabel yang mempunyaai p value terbesar. t Biila variabel yang dikeluuarkan tersebut mengaakibatkan perubahan p fisien (nilai OR) besar koefi
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
35
variabbel-variabell yang masih ada (berrubah > 10% %), maka vvariabel terrsebut dimassukkan kem mbali ke dalaam model. Rumus R menncari perbeddaan OR adaalah : Perbedaann OR = OR R ada-OR tiddak ada x 1000% ORada Dimanna: OR adda: OR jika variabel dim masukkan ke k dalam ujii multivariaat. OR tiddak ada: OR O jika varriabel tidakk dimasukkaan ke dalam m uji multivvariat. 3.
Setelaah memperroleh model yang mem muat variabbel-variabel penting, maka langkkah terakhir adalah mem meriksa kem mungkinan interaksi vaariabel ke dalam d model. Penentuaan variabel interaksi seebaiknya melalui m pertiimbangan logika substaantif. Penguukuran inteeraksi dilih hat dari kem maknaan uj uji statistik. Bila variabbel mempuunyai nilaii bermaknaa, maka variabel v innteraksi peenting dimassukkan ke dalam d model.
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
BAB 5 HA ASIL PENE ELITIAN
Pada bab ini akan dittampilkan hasil h penelittian yang diilakukan paada guru Sek kolah Dasar Neggeri di kotaa Depok paada tahun 20 012. Hasil analisis terrdiri dari an nalisis univariat dengan d mennampilkan persentase dari variabbel gangguaan bersuara yang diteliti, annalisis bivarriat mengguunakan chi square s untuuk mengetahhui faktor-ffaktor yang berrhubungan dengan gangguan bersuara dan analiisis multiv variat menggunaakan uji regresi logisttik ganda untuk u menggetahui fakktor yang paling p berpengarruh terhadapp gangguan bersuara tersebut.
5.1 Gamb baran Umu um Lokasi Penelitian P Lokasi pennelitian dilaakukan di delapan d Seko olah Dasar Negeri di K Kota Depok yang teletak daalam satu kecamatan k (kecamatan n Sukmajayya). Terdappat dua Sek kolah Dasar Neegeri yangg aktivitas belajar mengajarny m ya berlangsung pagi--sore, Sedangkann enam Sekkolah Dasaar Negeri yaang lain akktivitas belaj ajar mengajarnya hanya paggi-siang. Teerdapat enaam Sekolah Dasar Neggeri yang bberada padaa satu lokasi yanng sama (duua sekolah satu s lokasi),, sehingga aktivitas a olaahraga dilak kukan bergantiann diantara dua d sekolahh dasar terssebut dikareenakan hannya terdapatt satu lapangan pada p satu lookasi sekolaah.
5.2 Analissis Distribu usi Frekuen nsi Pada sub bab ini, variabel hasil penelittian disajikkan sesuai dengan ju umlah persentasee dari tiap variabel independen dan depennden. Variaabel indepeenden meliputi inntensitas suuara, kebisinngan, kondisi fisik kellas/lapangann, jenis kelaamin, usia, masa mengajarr, durasi mengajar, m su ubjek dan kelas k yang diajarkan, serta ngkan konsumsi alkohol daan merokok, dan posstur tubuh saat mengajar. Sedan variabel dependen d beerupa ganggguan bersuaara pada guuru sekolahh dasar negeri di kota Depook.
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
37
Gambarann distribusi numerik n inttensitas suarra, kebisinggan kelas, keelembaban udara, u luas kelass, jumlah murid, m usia, durasi men ngajar, massa mengajarr, dan skorr VHI dapat dilihhat dalam taabel berikut ini: Taabel 5.1 Gaambaran Distribusi D Numerik N Vaariabel Indeependen Variabel
M Mean
Median
Standar Deviasi D
Minimal-M Maksimal
Intennsitas Suaraa
7 75,12
76,90
6,33
59,80-8 85,40
Kebisingan Kellas
7 70.10
70.65
7,99
53,70-8 84,20
Keleembaban Uddara
6 69,88
71,30
2,91
63-7 73
Luass kelas
5 51,51
49,00
3,37
49-5 56
Jum mlah murid
34
33
4,92
21-4 48
Usiaa
43
43
9,65
20-5 59
Duraasi Mengajaar
4
3
1,80
2-6 6
Massa mengajarr
20
22
10,338
1-3 37
Skorr VHI
18
21
8,03
2-3 30
Untuk tahhapan berikkutnya varriabel indep penden yanng numerikk dikategorrikan. Adapun untuk u variabbel independden masa mengajar, m duurasi mengajar, dan ju umlah murid pem mbagian kllasifikasinyaa didapat dari d hasil perhitungan p statistika, yang mana hasil analisis menunjukkkan bahwa variabel masa m mengaajar berdistrribusi normal. Hal H ini dapatt dilihat darri perbandin ngan skewneess dan stanndard error yang bernilai kuurang dari 2, berarti nilai n tengah yang digunnakan untukk analisis adalah a nilai meann (20). Untuuk variabel durasi men ngajar berdiistribusi norrmal, yang dapat dilihat darri perbandinngan skewneess dan stan ndard errorr yang berniilai kurang dari d 2, berarti niilai tengah yang diguunakan un ntuk analisiis adalah nnilai mean n (4). Sedangkann variabel jumlah j muurid berdistrribusi norm mal, yang ddapat dilihatt dari perbandinngan skewneess dan standard erro or yang berrnilai kuranng dari 2, berarti b nilai tengaah yang diggunakan unttuk analisis adalah nilaai mean (33). Adapun untuk u variabel independenn lainnya, pengklassifikasiannyya berdasarkan peneelitian sebelumnyya. Untuk tahapan berikutnya b variabel independen i yang telaah di kategorikaan, hasil anaalisis distribbusinya dap pat dilihat paada sub babb berikut ini.
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
38
5.2.1 Distribusi Tin ngkat Gan ngguan Beersuara paada Guru Sekolah Dasar D Negeri di kota Depook tahun 20012 Tabell 5.2 Analissis Distribu usi Tingkatt Gangguan n Bersuara pada Guru u Sekollah Dasar Negeri N di kota k Depok tahun 20122 V Variabel
Jumlah
Persentasee
Ya
74
69,8
Tidak
32
30,2
Total
106 1
100
Ganggguan Bersuaara
Berdasarkkan tabel 5.2, diketahuui bahwa vaariabel dependen (ganngguan berssuara) berdistribuusi tidak meerata, yaitu sebanyak 74 orang responden (699,8%) mengalami gangguan suara dan 32 orang responden (30,2%) tidak menggalami gang gguan suara, denngan rinciann: a. 24 reesponden mengeluhka m an gangguaan bersuaraa terjadi seeringkali (ssetiap mingggu), b. 29 ressponden meengeluhkan gangguan bersuara b terrjadi kadang-kadang (ssetiap bulann), c. 31 reesponden mengeluhka m an gangguaan bersuaraa terjadi jarang (4-5 kali setahuun), d. 22 ressponden meenyatakan tiidak pernah h mengalam mi gangguan bersuara seelama masa mengajar.
5.2.2 Distribusi Tinggkat Intenssitas Suara pada Guru u Sekolah D Dasar Negeeri di kota Depook tahun 20012 Intensitas suara guruu saat menggajar dalam m penelitian ini tertingggi 85,40 dB B dan terendah 59,80 dB. Dalam haal keperluaan penelitiaan, maka intensitas suara respondenn dikelomppokkan menjadi dua kelompok,, yaitu keelompok deengan intensitas suara < 70 dB dan keloompok deng gan intensitas suara ≥ 770 dB.
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
39
Tabel 5.3 Analisis Distribusi Tingkat In ntensitas Su uara pada G Guru Seko olah D Dasar Negeeri di kota Depok D tahu un 2012 Variabel
Jum mlah
P Persentase
< 70 dB d
28 2
26,4
≥ 70 dB d
78 7
73,6
Total
106
100
Intenssitas Suara
Berdasarkkan tabel 5.3 5 di ataas, diketahu ui bahwa distribusi intensitas suara respondenn saat menggajar berdiistribusi tid dak merata,, paling baanyak respo onden berbicara dengan inttensitas suaara ≥ 70 dB d yaitu seebanyak 788 orang (73 3,6%) respondenn, sedangkann respondenn yang berb bicara dengan intensitaas suara < 70 7 dB ada 28 oraang (26,4%)).
5.2.3 Disttribusi Tinggkat Kebissingan Kela as pada Gu uru Sekolaah Dasar Negeri N di kota Depok tahun n 2012 Kebisingaan kelas saaat guru menngajar dalam m penelitiann ini tertingggi 84,20 dB B dan terendah 53,70 dB. Dalam haal keperluaan penelitiaan, maka kkebisingan kelas dikelompookkan menjadi dua kellompok, yaitu kelompook dengan kkebisingan kelas < 63 dB dan kelompook dengan kebisingan k kelas k ≥ 63 dB. d
Tabel 5.4 Analisis Distribusi D T Tingkat Keebisingan Kelas K pada Guru Seko olah D Dasar Negeeri di kota Depok D tahu un 2012 Variabel
Jum mlah
P Persentase
< 63 dB d
39 3
36,8
≥ 63 dB d
67 6
63,2
Total
106
100
Kebisingan Kelass
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
40
Berdasarkkan tabel 5.44, diketahuii bahwa disstribusi inteensitas suaraa responden n saat mengajar berdistribuusi tidak merata. m Palin ng banyak respondenn mengajar pada kebisingann kelas ≥ 633 dB yaitu sebanyak s 67 7 orang respponden (63,2%), sedan ngkan respondenn yang berbiicara dengaan intensitass suara menngajar pada kebisingan kelas < 63 dB seebanyak 39 orang respoonden (36,8 8%)
5.2.4 Disttribusi Luaas Kelas Ajar A pada Guru G Sekoolah Dasar Negeri di kota Depok tah hun 2012 Luas kelass ajar dalam m penelitiann ini terbesaar 56 m2 dann terkecil 449 m2. Dalam m hal keperluan penelitian,, maka inteensitas suarra respondeen dikelom mpokkan meenjadi dua kelom mpok, yaitu kelompok dengan luas kelas < 500 m2 dan kelompok deengan luas kelas ≥ 50 m2.
Tabel 5.5 5 Analisiss Distribusi Luas Kela as Ajar pad da Guru Seekolah Dassar Negeri di d kota Dep pok tahun 2012 2 Variabel
Jumla ah
Persentase
< 50 5 m2
68
6 64,2
2
≥ 50 5 m
38
3 35,8
Tootal
106
100
Luas Kelas
Berdasarkkan tabel 5.55, diketahuii bahwa disstribusi untuuk variabel luas kelas tidak merata, yaaitu sebanyaak 68 orangg (64,2%) reesponden mengajar m padda ruangan kelas < 50 m2 dan d 38 orangg (35,8%) responden r mengajar m paada ruangan kelas ≥ 50 m2
5.2.5 Disttribusi Keleembaban Udara U pada a Guru Sek kolah Dasarr Negeri dii kota Depok tah hun 2012 Kelembabban udara daalam penelitian ini terb besar 73% dan d terkecil 63%. Dalam m hal keperluan penelitiann, maka keelembaban udara dikkelompokkaan menjadii dua kelompokk, yaitu kellompok denngan kelem mbaban udaara < 35% % dan kelom mpok dengan keelembaban udara u ≥ 35% %.
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
41
Tabel 5.66 Analisis Distribusi D K Kelembaba an Udara pada p Guru Sekolah Da asar Negeri di d kota Dep pok tahun 2012 2 Variabel
Jum mlah
P Persentase
< 35% %
0
0
≥ 35% %
106
100
Total
106
100
Kelem mbaban Udaara
u variaabel kelemb baban Berdasarkkan tabel 5.6, diketahhui bahwa distribusi untuk udara mennghasilkan nilai n homoggen, yaitu sebanyak s 1006 orang (100%) respo onden mengajar pada p kelem mbaban udarra ≥ 35%.
5.2.6 Disttribusi Jum mlah Muriid pada Guru G Sekollah Dasar Negeri di kota Depok tah hun 2012 Jumlah murid m dalam m penelitiann ini terbesaar sebanyakk 48 orang dan terkeccil 21 orang. Daalam hal keperluan k p penelitian, maka jum mlah murid dikelompo okkan menjadi dua d kelomppok, yaitu kelompok k dengan d jum mlah murid < 25 orang g dan kelompokk dengan jum mlah murid ≥ 25 orang. Tabel 5.7 Analisis Distribusi D Ju umlah Murrid pada Guru G Sekolaah Dasar Negeri N di koota Depok tahun t 20122 Variabel
Jumllah
Persentase
< 33 3 orang
20 0
18,9
≥ 33 3 orang
86 6
8 81,1
Total
106 6
100
Jum mlah Muridd
Berdasarkkan tabel 5.77 di atas, dikketahui bah hwa distribuusi jumlah m murid yang diajar d respondenn tidak meraata, yaitu yaang mengajaar murid denngan jumlahh < 33 oran ng ada 20 orang (18,9%), ( seddangkan yaang mengajaar murid denngan jumlahh ≥ 33 oran ng ada 86 orang (81,1%). ( Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
42
5.2.7 Disttribusi Jen nis Kelamin n Guru Seekolah Dassar Negeri di kota Depok D tahun 20112 Jenis kelaamin respoonden dalaam penelitiian ini dikkelompokkaan menjadii dua kelompokk, yaitu keloompok denggan jenis keelamin laki--laki dan keelompok deengan jenis kelam min wanita.
Tabel 5..8 Analisis Distribusi Jenis Kela amin Guru Sekolah Daasar Negerri di ahun 2012 kotta Depok ta Variabel
Jumlah
Perrsentase
Lakki-Laki
31 1
29,2
Wannita
75 5
70,8
Total
106 6
100
Jenis Kelamin
Berdasarkkan tabel 5.88 di atas, diiketahui bah hwa distribuusi jenis kelamin respo onden tidak merata, paling banyak ressponden berjenis kelam min wanita, yaitu 75 orang o (70,8%), sedangkan s r responden b berjenis kelaamin pria haanya 31 oraang (29,2%)).
kolah Dasarr Negeri di kota Depok tahun 20 012 5.2.8 Distribusi Usiaa Guru Sek muda Usia respponden dalaam penelitian ini terrtua berumuur 59 tahuun dan term berumur 21tahun. Dalam D hall keperluan n penelitiaan, maka usia respo onden t dikelompookkan menjjadi dua kelompok, yaaitu kelomppok dengan usia < 50 tahun dan kelom mpok dengann usia ≥ 50 tahun. Berdasarkkan tabel 5..9, diketahuui bahwa distribusi ussia respondeen tidak merata, m yang beruusia < 50 taahun sebanyyak 71 oran ng (67%) daan yang berrusia ≥ 50 tahun t sebanyak 35 orang 333%.
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
43
Tabel 5.99 Analisis Distribusi D U Guru Sekolah Usia S Daasar Negerii di kota Deepok tahun 2012 Variabel
Jumlah
Perrsentase
< 50 tahun
71
67,0
≥ 50 tahun
35
33,0
Tottal
106 6
100
Usiia
5.2.9 Disttribusi Durrasi Mengaajar Guru Sekolah S Daasar Negerii di kota Depok D tahun 20112 Durasi meengajar respponden dalaam penelitiaan ini terlam ma berdurassi 6 jam/harri dan tercepat berdurasi b 2 jam/hari. Dalam haal keperluaan penelitiaan, maka durasi d mengajar responden dikelompookkan men njadi dua kelompok, k yaitu kelom mpok dengan duurasi mengaajar < 4 jam m/hari dan kelompok k d dengan duraasi mengajaar ≥ 4 jam/hari. Berdasarkkan tabel 5.10, diketahhui bahwa distribusi durasi d menngajar respo onden cukup merrata, yaitu yang y mengaajar < 4 jam m/hari sebannyak 54 oraang (50,9%)), dan yang menggajar ≥ 4 jaam/hari ada 52 orang (4 49,1%). Tabel 5.110 Analisis Distribusi Durasi Meengajar Gu uru Sekolah h Dasar Neegeri t 20122 di koota Depok tahun Variabel
Jum mlah
Perrsentase
< 4 jam/hari
54 5
50,9
≥ 4 jam/hari
52 5
49,1
Total
10 06
100
Durrasi mengajjar
5.2.10 Disstribusi Maasa Mengajjar Guru Sekolah S Daasar Negerii di kota Depok D tahun 20112 Masa menngajar respoonden dalam m penelitiaan ini terlam ma 37 tahunn masa ajaar dan terbaru 1 tahun masaa ajar. Dalaam hal kepeerluan penellitian, makaa masa men ngajar Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
44
respondenn dikelompookkan menjaadi dua kelo ompok, yaittu kelompokk masa men ngajar < 20 tahunn dan kelom mpok dengann durasi meengajar 20 taahun.
Tabel 5.11 Analissis Distribu usi Distribu usi Masa Mengajar M G Guru Sekola ah D Dasar Negeeri di kota Depok D tahu un 2012 Variabel
Jum mlah
Peersentase
< 200 tahun
46
43,4
≥ 200 tahun
60
56,6
Totaal
10 06
100
Massa Mengajar
Berdasarkkan tabel 5.11 5 di ataas, diketah hui bahwa distribusi masa men ngajar respondenn tidak meraata, paling banyak resp ponden memiliki masaa mengajar ≥ 20 tahun, yaiitu 60 oranng (56,6%), sedangkan n yang mem miliki masaa mengajar < 20 tahun ada 46 orang (443,4%).
5.2.11 Diistribusi Biidang Stud di Ajar Guru Sekolaah Dasar Negeri di kota Depok tah hun 2012 Bidang sttudi yang diajarkan responden r dalam pennelitian ini dikelompo okkan menjadi enam e kelom mpok, yaitu kelompok dengan biddang studi ajar guru kelas, k kelompokk dengan biddang studi ajar a olahrag ga, kelompook dengan bbidang stud di ajar agama, keelompok deengan bidaang studi ajjar bahasa inggris, keelompok deengan bidang stuudi ajar bahaasa sunda, dan d kelompok dengan bidang b studdi ajar komp puter. Berdasarkkan tabel 5.12, diketahhui bahwa distribusi d b bidang studii yang diajarkan respondenn tidak merata, yaitu guru kelaas sebanyakk 69 orangg (65,1%), guru olahraga sebanyak s 9 orang (8,55%), guru agama a sebaanyak 8 oraang (7,5%), guru bahasa ingggris sebannyak 9 oranng (8,5%), guru bahassa sunda seebanyak 7 orang o (6,6%), daan guru kom mputer sebannyak 4 oran ng (3,8%).
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
45
Tabel 5.112 Analisis Distribusi Bidang Stu udi Ajar Gu uru Sekolaah Dasar Neegeri di koota Depok tahun t 20122 Variabel
Jumlah
P Persentase
Guru Kelas K
69
65,1
Guru Olahraga O
9
8,5
Guru Agama A
8
7,5
Guru Bahasa B Ingggris
9
8,5
Bidangg Studi
Guru Bahasa B Sunnda
7
6,6
Guru Komputer K
4
3,8
10 06
100
Total
5.2.12 Disstribusi Kelas Ajar Guru Sekola ah Dasar Negeri di koota Depok tahun t 2012 Kelas ajarr yang diajaarkan responnden dalam m penelitian ini dikelom mpokkan meenjadi enam keloompok, yaituu kelompokk dengan keelas ajar 1, kelompok k ddengan kelaas ajar 2, kelompok dengan kelas k ajar 3, kelompok k dengan kellas ajar 4, kkelompok deengan kelas ajar 5, kelompook dengan kelas k ajar 6, dan kelomppok dengan kelas ajar 1-6. 1 Tabel 5.113 Analisis Distribusi Kelas Ajarr Guru Sek kolah Dasarr Negeri di kota D Depok tahu un 2012 Variabel
Jumlah
Perrsentase
Kelas 1
11
10,5
Kelas 2
10
9,4
Kelas 3
10
9,4
Kelas 4
10
9,4
Kelas 5
12
11,3
Kelas 6
16
15,1
Kelas 1-6
37
3 34,9
Tottal
106
1 100
Kellas Ajar
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
46
Berdasarkkan tabel 5.13, diketahhui bahwa distribusi kelas ajar responden tidak merata, yaaitu kelas 1 sebanyakk 11 orang (10,4%), kelas k 2 sebbanyak 10 orang o (9,4%), keelas 3 sebaanyak 10 orrang (9,4%), kelas 4 sebanyak s 10 orang (9 9,4%), kelas 5 seebanyak 12 orang (11,33%), kelas 6 sebanyakk 16 orang ((15,1%), keelas 6 sebanyak 16 orang (16%), dann yang meengajar kelaas 1-6 sebaanyak 37 orang o (34,9%).
M pada Guru Sekolah D Dasar Negeeri di 5.2.13 Disstribusi Keebiasaan Merokok kota Depook tahun 20012 dalam peneelitian ini dikelompokk Kebiasaann merokok responden r d kan menjad di dua kelompokk, yaitu keloompok denggan kebiasaaan merokokk (ya) dan kkelompok deengan tidak mem miliki kebiassaan merokook (tidak). Tabel 5.14 Analisis Distribusi D K Kebiasaan Merokok pada p Guru u Sekolah Dasar D Negeri di d kota Dep pok tahun 2012 2 Variabell
Jumla ah
Persentase
Y Ya
13
122,3
T Tidak
93
877,7
T Total
106
1000
M Merokok
Berdasarkkan tabel 5.14, diketahuui bahwa distribusi d unntuk variabeel merokok tidak merata, yaaitu sebanyak 93 orangg responden n tidak tidaak merokok (87,7%) daan 13 orang respponden merokok (12,3% %).
5.2.14 Distribusi Kebiasaan Konsumsi K Alkohol A paada Guru Sekolah Dasar D Negeri di kota Depook tahun 20012 Kebiasaann mengkonssumsi minuuman beralk kohol respoonden dalam m penelitiaan ini dikelompookkan mennjadi dua kelompok, yaitu kellompok deengan kebiasaan mengkonssumsi minuuman beralkkohol (ya) dan kelomppok dengann tidak mem miliki kebiasaan mengkonsuumsi minum man beralko ohol (tidak).
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
47
Tabel 5.15 Analissis Distribu usi Kebiasa aan Konsum msi Alkohool pada Gurru Sekollah Dasar Negeri N di kota k Depok tahun 20122 Variabel
Jumlah h
Perseentase
0
0
Tidak
106
100
Total
106
100
Alkohol Y Ya
Berdasarkkan tabel 5.15, 5 dikettahui bahw wa 100% responden tidak mem miliki kebiasaan mengkonsuumsi alkohool.
5.2.15 Distribusi Poostur Tubu uh saat Mengajar M paada Guru Sekolah Dasar D Negeri di kota Depook tahun 20012 Postur tubbuh responnden saat mengajar dalam pennelitian ini dikelompo okkan menjadi dua d kelompook, yaitu keelompok den ngan posisi tubuh duduuk saat men ngajar dan kelom mpok dengann posisi tubuh berdiri saat s mengajaar
Tabel 5.16 Analiisis Distribu usi Postur Tubuh T saatt Mengajarr pada Gurru Sekollah Dasar Negeri N di kota k Depok tahun 20122 Variabel
Jum mlah
Peersentase
Dudduk
6
5,7
Berddiri
10 00
94,3
Totaal
10 06
100
Posttur Tubuh
Berdasarkkan tabel 5.16, diketahhui bahwa distribusi d p postur tubuuh saat men ngajar tidak meraata, paling banyak respponden berrdiri saat meengajar yaittu sebanyak k 100 orang (94,,3%), sedanngkan responnden yang duduk d ada 6 orang (5,77%).
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
48
5.2.16 Disstribusi Skor VHI paada Guru Sekolah S Daasar Negeri di kota Depok D tahun 20112 Distribusi skor VHI dalam peneelitian ini dikelompokk d kan menjaddi dua kelom mpok, mpok dengan skor VH HI 1-19 dan kelompok k d dengan skorr VHI 20-40. yaitu kelom
Tabel 5.117 Analisis Distribusi Skor VHI pada Guru u Sekolah D Dasar Negeeri di kotta Depok ta ahun 2012 Variabel
Jumla ah
Persentase
1--19
42
39,6
200-40
64
60,4
Tootal
106 6
100
Skkor VHI
Berdasarkkan tabel 5.117, diketahuui bahwa responden yaang memilikki skor VHII 1-19 (tidak adaa gangguan ringan dalam proses psikososial akibat ganngguan berssuara) sebanyak 42 orang, sedangkan responden r yang y memilliki skor VH HI 20-40 (ad danya gangguan ringan daalam prosees psikosossial akibatt gangguann bersuara)) ada sebanyak 64 orang.
penden 5.3 Analissis Hubunggan Variabel Dependeen dan Varriabel Indep Pada sub bab ini, menjelaskan m n analisis bivariat daari masing-masing varriabel m kan uji chi sqquare. independeen dan variaabel dependen dengan menggunak
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
49
Tabeel 5.18. Rek kapitulasi Analisis A Hu ubungan Vaariabel Dep penden dan n Vaariabel Ind dependen
Variabel Indep penden
Vaariabel Dep penden Tidak Ganggguan Gangguan n Bersu uara Bersuara a N % N %
Totall
%
O OR
95% % CI
P vvalue
1,343 3-8,273
0 0,015
1,140 0-6,297
0 0,038
0,382 2-2,134
0 0,990
0,342 2-2,858
1 1,000
0 0,000
Intensitas Suara < 70 dB
14
50,0
14
50,0 5
28
100 3,3333
≥ 70 dB
60
76,9
18
23,1 2
78
100
< 63 dB
22
56,4
17
43,6 4
39
100 2,6679
≥ 63 dB
52
77,6
15
22,4 2
67
100
< 50 m2
48
70,6
20
29,4 2
68
100 0,9903
≥ 50 m2
26
68,4
12
31,6 3
38
100
< 33 orangg
14
70,0
6
30,0 3
20
100 0,9989
≥ 33 orangg
60
69,8
26
30,2 3
86
100
Laki-Laki
13
41,9
18
58,1 5
31
100 6,0033 2,404--15,137
Wanita
61
81,3
14
18,7 1
75
100
< 50tahunn
50
70,4
21
29,6 2
71
100 0,9916
≥ 50 tahunn
24
68,6
11
31,4 3
35
100
< 4 jam
39
72,2
15
27,8 2
54
100 0,7792
≥ 4 jam
35
67,3
17
32,7 3
52
100
< 20 tahunn
30
65,2
16
34,8 3
46
100 1,4467
≥ 20 tahunn
44
73,3
16
26,7 2
60
100
Tingkat Kebisingan Ke
Luas
Jumlah Murid M
Jenis Kelaamin
Usia 0,381 1-2,203
1 1,000
0,345 5-1,818
0 0,734
0,637 7-3,377
0 0,491
Durasi meengajar
Masa Menngajar
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
50
Lanjutan Tabel T 5.18
Variabel Indep penden
Vaariabel Dep penden Tidak Ganggguan Gangguan n Bersu uara Bersuara a N % N %
Totall
%
O OR
95% % CI
P v value
Bidang Stuudi Guru Kelaas
49
71,0
20
29,0 2
69
100
Guru Olahhraga
6
66,7
3
33,3 3
9
100
Guru Agam ma
5
62,5
3
37,5 3
8
100
Guru Bahaasa Inggris
7
77,8
2
22,2 2
9
100
Guru Bahaasa Sunda
6
85,7
1
14,3 1
7
100
Guru Kom mputer
1
25,0
3
75,0 7
4
100
Kelas 1
11
100
0
0,0 0
11
100
Kelas 2
7
70,0
3
50,0 5
10
100
Kelas 3
4
40, 0
6
60,0 6
10
100
Kelas 4
8
80,0
2
20,0 2
10
100
Kelas 5
7
58,3
5
41,7 4
12
100
Kelas 6
12
75,0
4
25,0 2
16
100
Kelas 1-6
25
67,6
12
32,4 3
37
100
Ya
5
38,5
8
61,5 6
93
100 0,2217
Tidak
69
74,2
24
25,8 2
13
100
Duduk
5
83,3
1
16,7 1
6
100 0,4445
Berdiri
69
69,0
31
31,0 3
100
0 0,390
Kelas Ajarr
0 0,105
Merokok 0,065 5-0,729
0 0,021
0,050 0-3,971
0 0,665
Postur Tubbuh 100
5.3.1 Hub bungan Inteensitas Suaara dengan Gangguan n Bersuara Hasil anallisa hubunggan antara faktor fa intenssitas suara terhadap t gaangguan berrsuara diketahui bahwa terddapat 14 responden (5 50%) dengaan intensitass suara < 70 7 dB yang menggalami ganggguan bersuuara dan seb banyak 14 responden r ((28%) yang tidak
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
51
mengalam mi gangguaan bersuaraa. Sedangkan sebanyaak 60 respponden (76 6,9%) dengan inttensitas suaara ≥ 70 dB yang mengalami ganggguan bersuaara dan sebaanyak 18 respondden (78%) yang y tidak mengalami m gangguan bersuara. b Dari uji statistik s chi square, didapatkan nilai n p valuee = 0,015 ((α = 0,05) maka dapat disim mpulkan baahwa p valuue < α (adaa hubungan signifikan antara inten nsitas suara denngan ganggguan bersuaara), yaitu terdapat peerbedaan prroporsi kejadian gangguan bersuara antara intenssitas suara < 70 dB deengan intennsitas suara ≥ 70 dB. Dari hasil analisis diperoleeh nilai OR R = 3,333, artinya responden deengan intensitas suara ≥ 70 dB mempuunyai peluan ng 3,3 kali untuk u menggalami gang gguan bersuara dibanding d deengan respoonden deng gan intensitaas suara < 770 dB.
5.3.2 Hub bungan Keb bisingan Kelas dengan n Gangguaan Bersuaraa Hasil anallisa hubungaan antara faaktor kebisin ngan kelas terhadap t gaangguan berrsuara diketahui bahwa terdapat 22 respponden (56,4%) dengaan kebisingaan kelas < 63 6 dB yang menngalami ganngguan berssuara dan sebanyak s 17 respondeen (43,6%) yang tidak menngalami ganngguan berssuara. Sedan ngkan sebannyak 52 ressponden (77 7,6%) dengan kebisingan k k kelas ≥ 633 dB yang g mengalam mi gangguaan bersuaraa dan sebanyak 15 respondeen (22,4%) yang tidak mengalamii gangguan bbersuara. Dari uji statistik s chi square, didapatkan nilai n p valuee = 0,038 ((α = 0,05) maka dapat disim mpulkan baahwa p valuue < α (ada hubungan signifikan s aantara kebisingan kelas denngan gangguuan bersuaara), yaitu terdapat peerbedaan prroporsi kejadian gangguan bersuara anntara kebisingan kelas < 63 dB deengan kebisingan kelass ≥ 63 dB. Dari hasil analisis diperoleeh nilai OR R = 2,679, artinya responden deengan kebisingann ≥ 63 dB mempunyai peluang 2,7 kali untuk u menggalami gang gguan bersuara dibanding d reesponden deengan kebissingan < 633 dB.
5.3.3 Hub bungan Luaas Kelas deengan Gang gguan Berssuara Hasil anaalisa hubunngan antaraa faktor luaas kelas teerhadap ganngguan berrsuara diketahui bahwa terddapat 48 ressponden (70 0,6%) dengan luas kelas < 50 m2 yang mi gangguann bersuara dan sebany yak 20 respponden (29,4%) yang tidak mengalam
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
52
mengalam mi gangguaan bersuaraa. Sedangkan sebanyaak 26 respponden (68 8,4%) dengan luuas kelas ≥ 50 m2 yangg mengalam mi gangguann bersuara ddan sebanyaak 12 respondenn (31,6%) yaang tidak mengalami m gangguan g beersuara. Dari uji statistik s chi square, didapatkan nilai n p valuee = 0,990 ((α = 0,05) maka dapat disim mpulkan baahwa p valuue > α (tidaak ada hubuungan signiffikan antaraa luas kelas denngan ganggguan bersuuara), yaitu u tidak terrdapat perbbedaan pro oporsi kejadian gangguan g beersuara antaara luas kelaas < 50 m2 dengan d luas kelas ≥ 50 m2.
5.3.4 Hub bungan Jum mlah Murid d dengan Gangguan G B Bersuara Hasil anallisa hubunggan antara faktor f jumlah murid teerhadap ganngguan berrsuara diketahui bahwa terddapat 14 ressponden (70 0%) dengann jumlah m murid < 33 siswa yang menngalami gaangguan bersuara b daan 6 responden (300%) yang tidak mengalam mi gangguaan bersuaraa. Sedangkan sebanyaak 60 respponden (69 9,8%) dengan juumlah murrid ≥ 33 siswa s yang g mengalam mi gangguaan bersuaraa dan sebanyak 26 respondeen (30,2%) yang tidak mengalamii gangguan bbersuara. Dari uji statistik s chi square, didapatkan nilai n p valuee = 1,000 ((α = 0,05) maka dapat disiimpulkan bahwa b p vaalue > α (ttidak ada hubungan h ssignifikan antara a jumlah muurid dengann gangguan bersuara), yaitu y tidak terdapat t perrbedaan pro oporsi kejadian gangguan g beersuara antaara jumlah murid m < 33 siswa denggan jumlah murid m ≥ 33 siswaa.
bungan Jen nis Kelamin n dengan Gangguan G B Bersuara 5.3.5 Hub Hasil anallisa hubunggan antara faktor f jeniss kelamin teerhadap ganngguan berrsuara diketahui bahwa terddapat 13 reesponden (4 41,9%) dengan jenis kkelamin lak ki-laki yang menngalami ganngguan berssuara dan sebanyak s 18 respondeen (58,1%) yang tidak menngalami ganngguan berssuara. Sedan ngkan sebannyak 61 ressponden (81 1,3%) dengan jennis kelaminn wanita yanng mengalam mi gangguaan bersuara dan sebanyak 14 respondenn (18,7%) yaang tidak mengalami m gangguan g beersuara. Dari uji statistik s chi square, didapatkan nilai n p valuee = 0,000 ((α = 0,05) maka dapat disiimpulkan bahwa b p vaalue < α (aada hubunggan signifikkan antara jenis
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
53
kelamin dengan d ganggguan bersuuara), yaitu u terdapat perbedaan p pproporsi kejadian gangguan bersuara anntara guru dengan jen nis kelamin laki-laki guuru dengan guru yang berjenis kelam min wanita. Dari hasil analisis diiperoleh nillai OR = 6,033, 6 artinya reesponden berjenis kelamin wanita mempunnyai peluanng 6 kali untuk u mengalam mi gangguann bersuara dibanding g dengan responden r dengan berrjenis kelamin laaki-laki.
bungan Usia dengan Gangguan G Bersuara B 5.3.6 Hub Hasil anallisa hubunggan antara faktor f usia terhadap gaangguan beersuara dikeetahui bahwa terrdapat 50 reesponden (770,4%) den ngan usia < 50 tahun yyang mengalami gangguan bersuara dan d 21 respponden (29,6%) yang tidak menggalami gang gguan bersuara. Sedangkan S sebanyak 24 2 responden n (68,6%) dengan d usia ≥ 50 tahun yang mengalam mi gangguann bersuara dan sebany yak 11 respponden (31,4%) yang tidak mengalam mi gangguann bersuara. Dari uji statistik s chi square, didapatkan nilai n p valuee = 1,000 ((α = 0,05) maka dapat disim mpulkan baahwa p valuue > α (tidaak ada hubuungan signiffikan antaraa usia dengan gaangguan beersuara), yaaitu tidak terdapat peerbedaan prroporsi kejadian gangguan bersuara anntara guru yang y berusiaa < 50 tahun dengan guuru yang beerusia ≥ 50 tahunn.
5.3.7 Hub bungan Durrasi Mengaajar dengan n Gangguan Bersuaraa Hasil anallisa hubungan antara faaktor durasii mengajar terhadap t gaangguan berrsuara diketahui bahwa terddapat 39 ressponden (72 2,2%) denggan durasi aajar < 4 jam m/hari yang menngalami gaangguan beersuara dan n 15 respoonden (27,88%) yang tidak mengalam mi gangguaan bersuaraa. Sedangkan sebanyaak 35 respponden (67 7,3%) dengan duurasi ajar ≥ 4 jam/hari yang y mengaalami ganggguan bersuaara dan sebaanyak 17 respondden (32,7% %) yang tidakk mengalam mi gangguann bersuara. Dari uji statistik s chi square, didapatkan nilai n p valuee = 0,734 ((α = 0,05) maka dapat disim mpulkan baahwa p value > α (tidak k ada hubunngan signifikkan antara durasi d mengajar dengan gaangguan berrsuara), yaiitu tidak teerdapat perrbedaan pro oporsi
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
54
kejadian gangguan g b bersuara anttara guru yaang memiliiki durasi aj ajar < 4 jam m/hari dengan guuru yang meemiliki duraasi ajar ≥ 4 jam/hari. j
5.3.8 Hub bungan Maasa Mengajar dengan Gangguan Bersuara Hasil anallisa hubunggan antara faktor fa masa mengajar terhadap t gaangguan berrsuara diketahui bahwa terddapat 30 reesponden (65,2%) ( denngan masa mengajar < 20 mi gangguaan bersuara dan 16 respponden (344,8%) yang tidak tahun yanng mengalam mengalam mi gangguaan bersuaraa. Sedangkan sebanyaak 44 respponden (73 3,3%) dengan masa m mengaajar ≥ 20 tahun yang g mengalam mi gangguaan bersuaraa dan sebanyak 16 respondeen (26,7%) yang tidak mengalamii gangguan bbersuara. Dari uji statistik s chi square, didapatkan nilai n p valuee = 0,491 ((α = 0,05) maka dapat disim mpulkan baahwa p valuue > α (tidak k ada hubunngan signifiikan antara masa mengajar dengan gaangguan berrsuara), yaiitu tidak teerdapat perrbedaan pro oporsi kejadian gangguan g beersuara antaara guru yan ng memilikii masa menngajar < 20 tahun t dengan guuru yang meemiliki masaa mengajar ≥ 20 tahun..
5.3.9 Hub bungan Bid dang Studi dengan d Ga angguan Beersuara Hasil anallisa hubunggan antara faktor bidaang studi teerhadap ganngguan berrsuara diketahui bahwa sebaanyak 49 ressponden (71,0%) guru kelas, 6 ressponden (66 6,7%) u agama, 7 respondeen (77,8%) guru guru olahhraga, 5 ressponden (662,5%) guru bahasa ingggris, 6 respponden (85,,7%) guru bahasa b sundda, dan 1 ressponden (25 5,0%) guru kompputer yang mengalami m gangguan bersuara. b Dari uji statistik s chi square, didapatkan nilai n p valuee = 0,390 ((α = 0,05) maka dapat disiimpulkan bahwa b p vaalue > α (ttidak ada hubungan h ssignifikan antara a bidang stuudi dengann gangguann bersuara),, yaitu tidaak ada perbbedaan pro oporsi kejadian gangguan g b bersuara anttara guru keelas, guru olahraga, o guuru agama, guru bahasa ingggris, guru bahasa b sundda, dan guru u komputer..
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
55
5.3.10 Hu ubungan Keelas Ajar dengan d Gan ngguan Berrsuara Hasil anaalisa hubunngan antaraa faktor keelas ajar teerhadap ganngguan berrsuara diperoleh sebanyak 11 1 respondeen (100%) guru g kelas 1, 7 responnden (70%) guru kelas 2, 4 respondenn (40%) guuru kelas 3,, 8 responden (80%) guru kelass 4, 7 respondenn (58,3%) guru g kelas 5, 12 resp ponden (755%) guru kkelas 6, daan 25 respondenn (67,6%) guuru kelas 1--6 yang men ngalami ganngguan berssuara. Dari uji statistik s chi square, didapatkan nilai n p valuee = 0,105 ((α = 0,05) maka dapat disim mpulkan baahwa p valuue > α (tidak k ada hubunngan signifiikan antara kelas ajar dengan gangguaan bersuaraa), yaitu tid dak ada peerbedaan prroporsi kejadian gangguan bersuara anntara guru kelas k 1, kellas 2, kelas 3, kelas 4, kelas 5, kelas 6, maupun guuru yang mengajar m kelas 1-6.
5.3.11 Hu ubungan Keebiasaan Merokok M deengan Ganggguan Berssuara Hasil anaalisa hubunngan antaraa faktor keebiasaan meerokok terhhadap gang gguan bersuara diketahui d baahwa terdappat 5 respon nden (38,5% %) yang meemiliki kebiasaan merokok yang y mengaalami ganggguan bersuaara dan sebaanyak 8 ressponden (61 1,5%) yang tidakk mengalam mi gangguaan bersuaraa. Sedangkaan sebanyaak 69 respo onden (81,3%) yang y tidak memiliki kebiasaan merokok yang y mengalami gang gguan bersuara dan d sebanyak 24 responden (25,8%) yang tidak t menggalami gang gguan bersuara. Dari uji statistik s chi square, didapatkan nilai n p valuee = 0,021 ((α = 0,05) maka dapat disim mpulkan baahwa p valuue < α (adaa hubungan signifikan antara kebiasaan merokok dengan d gangguan bersuuara), yaitu u terdapat perbedaan p pproporsi kejadian gangguan bersuara antara a guru yang mem miliki kebiasaan merokkok dengan guru yang tidakk memiliki kebiasaan merokok. m Dari D hasil annalisis diperroleh nilai OR O = 0,21, artinnya respondden yang memiliki m keebiasaan meerokok mem mpunyai peluang 0,21 kali untuk u menggalami ganggguan bersu uara dibanding dengan responden yang tidak mem miliki kebiassaan merokook.
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
56
5.3.12 Hu ubungan Poostur Tubuh dengan Gangguan G B Bersuara Hasil anallisa hubunggan antara faktor posttur tubuh teerhadap ganngguan berrsuara diketahui bahwa terdapat 5 responden (8 83,3%) yanng mengajaar dengan posisi p duduk yanng mengalaami gangguan bersuaraa dan 1 respponden (166,7%) yang tidak mengalam mi gangguann bersuara. Sedangkan sebanyak 26 2 respondeen (68,4%) yang mengajar dengan possisi berdiri mengalamii gangguann bersuara ddan sebanyaak 12 m gangguan g beersuara. respondenn (31,6%) yaang tidak mengalami Dari uji statistik s chi square, didapatkan nilai n p valuee = 0,665 ((α = 0,05) maka dapat disiimpulkan bahwa b p vaalue > α (ttidak ada hubungan h ssignifikan antara a postur tubbuh dengan gangguan bersuara), b yaitu y tidak terdapat t perrbedaan pro oporsi kejadian gangguan g b bersuara anntara guru yang menggajar dengaan posisi duduk d dengan guuru yyang mengajar m denngan posisi berdiri. 5.3.13 Hu ubungan Gaangguan Bersuara dengan Voicee Handicap p Index Tabel 5.19 5 Hubun ngan Ganggguan Bersu uara dengan n Voice Haandicap Ind dex
Variabel In ndependen n Gangg gguan Bersuuara Ya Tidakk
Variabel Deependen V VH HI Index VHI V Index Total 1 1-19 20-40 N % N % 24 18
32,4 56,2
50 14
67,6 43,8
74 32
%
OR
100 2,679 100
95% CI C
P valuee
1,143-6,2 275
0,0377
Hasil anaalisis bivariiat uji chi square seebanyak 244 respondenn (32,4%) yang gangguan bersuara memiliki skor Voicee Handicapp Index 1-19. Sedan ngkan respondenn yang ganggguan bersuuara memilliki skor Vooice Handiccap Index 20-40 2 ada 50 responden (77,6%).. Haasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,037, 0 maka dappat disimpuulkan ada perbedaan p proporsi keejadian ganngguan berrsuara antara skoor Voice Haandicap Indeex 1-19 den ngan skor Voice V Handiccap Index 20-40. 2 Dari hasil analisis dipperoleh nilaai OR = 2,6 679 artinya responden yyang mengalami gangguan bersuara deengan skor Voice Hand dicap Indexx 20-40 mem mpunyai peluang 2,7 kali untuk u menngalami ganngguan ringan dalam proses pssikososial akibat a gangguan bersuara.
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
57
5.4 Analissis Faktor Dominan D y yang Memp pengaruhi Variabel V Dependen Analisis inni dilakukann untuk meelihat hubun ngan antara variabel inndependen dalam d penelitian ini yaitu intensitas suara, s kebisingan kelaas, kondisi fisik kelass dan j murrid), jenis kelamin, ussia, masa m mengajar, durasi d lapangan (luas dan jumlah mengajar, tingkat kelas k ajar, subjek ajarr, merokokk, serta poostur tubuh h saat mengajar.
milihan Varriabel Kand didat Multiivariat 5.4.1 Pem Untuk meembuat moddel multivaariat, seluruh h variabel independenn terlebih dahulu dilakukan analisis bivariat denggan gangguaan bersuaraa. Hasil anaalisis bivariiat ini menentukaan variabeel potensiaal untuk masuk m ke dalam moodel. Penen ntuan masuknyaa setiap varriabel ke daalam modell berdasarkaan pada perrtimbangan n nilai pvalue < 0,25. Variaabel yang memiliki m nilai p value > 0,25 dappat diikutkaan ke dalam moodel bila vaariabel terseebut secara substansi di d nilai pennting. Beriku ut ini tabel yangg menunjukkkan hasil seleksi s anallisis bivariaat dengan m menggunakaan uji regresi loggistik sederhhana. Dari hasill seleksi bivariat b diddapatkan em mpat variabbel yang m masuk ke model m multivariaat (p value < 0,25)), yaitu vaariabel inddependen iintensitas suara, s kebisingann kelas, jennis kelamin, dan merok kok. Namunn variabel biidang studi tetap dianalisis multivariatt karena seecara substansi meruppakan variaabel yang cukup c penting beerhubungann dengan kejjadian gangguan bersuaara.
5.4.2 Pem mbuatan Moodel berfungsi untuk men Analisis multivariat m ndapatkan model m yangg terbaik dalam d menentukaan faktor doominan yanng berhubun ngan dengann gangguan bersuara. Dalam D penelitian ini analisis multivarriat menggu unakan reggresi logistiik ganda model m prediksi. Pemodelann multivariaat dilakukaan dengan cara memaasukkan seeluruh varaibel inndependen untuk dihuubungkan dengan d variiabel depennden. Setelaah itu diperoleh hasil analisis, dapat dillihat pada taabel 5.20.
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
58
Dari hasill seleksi bivariat b diddapatkan em mpat variabbel yang m masuk ke model m multivariaat, seperti diitunjukkan pada p tabel 5.20, 5 namunn variabel bbidang studi tetap dianalisis multivariatt karena seecara substansi meruppakan variaabel yang cukup c penting beerhubungann dengan kejjadian gangguan bersuaara.
Tabel 5.200 P Value Hasil H Uji Bivvariat Varriabel
P Valuee
Jenis Kelamin K
0,001
Bidang Studi
0,423
Merokook
0,012
Intensittas Suara
0,009
Kebisinngan
0,023
Adapun haasil uji multtivariat perttama, dapat dilihat pada tabel 5.211 berikut inii.
Tabel 5.21 Hasil Uji Multivaria M t Ke-1 Variabel
P Value V
OR
Jennis Kelaminn
0,0 001
7,404
Biddang Studi
0,9 915
1,017
Meerokok
0,7 779
1,250
Inttensitas Suaara
0,0 046
2,908
Keebisingan
0,0 024
3,346
Berdasarkkan hasil analisis, dapaat dilihat bah hwa terdapaat 2 variabeel yang mem miliki p value > 0,05 yaitu bidang studdi dan mero okok. P value dengan vvariabel terrbesar adalah biidang studii sehingga pemodelan selanjutnnya variabeel bidang studi dikeluarkaan dari moddel.
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
59
Tabel 5.22 Hasil Uji Multivaria M t Ke-2
Jenis Kelam min
OR (bid dang studi ada) 7,404
B Bidang Studdi
1,017
M Merokok
1,250
1,2500
0
Inntensitas Suuara
2,908
2,8988
0,3
K Kebisingan
3,346
3,3311
0,4
Variabeel
OR (bidang studi s tidak ad da) 7,3699
Peru ubahan OR R (%) 0,5
Berdasarkkan tabel 5.22, hasil perbandinga p an OR terlihhat tidak adda yang > 10%, dengan demikian d vaariabel bidang studi dikeluarkann dari moddel. Selanju utnya variabel yang y terbessar p value-nya adalah h variabel merokok, ddidapatkan hasil sebagai beerikut: Tabel 5.23 Hasil Uji Multivaria M t Ke-3 OR R (merokok k ada) 7,404
Vaariabel Jenis Kelamin K
OR (m merokok tid dak ada) 6,8322
Perubahan n OR (%) 7,7
Merokkok
1,250
Intensiitas Suara
2,908
2,8288
2,8
Kebisiingan
3,346
3,1799
5,0
Berdasarkkan tabel 5.23, hasil perbandinga p an OR terlihhat tidak adda yang > 10%, dengan deemikian variabel usia dikeluarkan d dari model. Setelah seeleksi multiv variat selesai maaka didapatkkan model terakhir t darii multivariaat, seperti beerikut: Taabel 5.24 Hasil H Uji Mu ultivariat Terakhir T Variiabel
P value
OR
95% CII
Jenis Keelamin
0,000
6,832
2,479-18,8833
Intensitaas Suara
0,048
2,828
1,011-7,909
Kebisinggan
0,023
3,179
1,176-8,593
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
60
Dari tabel 5.24 dappat dilihat bahwa b darii analisis multivariat m dapat dikeetahui y palingg berpengarruh terhadaap kejadiann gangguann bersuara, yaitu variabel yang variabel yang y memiiliki p valuue < 0,05.. Sedangkaan untuk m melihat besarnya peluang teerjadinya keejadian ganngguan berssuara dapat dilihat darii nilai Ods Ratio (OR). Berrdasarkan nilai OR, diddapatkan baahwa responnden yang bberjenis kellamin wanita meempunyai peluang p meengalami keejadian ganggguan bersuuara sebesaar 6,8 kali dari reesponden yang berjenis kelamin laaki-laki, ressponden yanng saat men ngajar dengan inntensitas suara s ≥70 dB memp punyai peluuang menggalami kejadian gangguan bersuara seebesar 2,8 kali dari reesponden deengan intennsitas suara < 70 dB, dan responden r y yang saat mengajar m dengan d intennsitas kebissingan ≥ 63 6 dB mempunyyai peluang mengalami kejadian gangguan g beersuara sebeesar 3,2 kalli dari respondenn dengan inttensitas kebisingan < 63 dB. Tabel 5.25. Hubungan Jenis Kelamin K den ngan Ganggguan Bersu uara pada Guru G Sekolah Dasar D Negeeri Tahun 2012 2 Variabel
B
P
OR
Jenis Kelam min Constantta
1,9222 -1,820
0,000
6,832
95% CI Lower Upper 2,749 18,833
Dari tabel di atas dapat d disim mpulkan bah hwa responnden dengaan jenis kellamin wanita beerpeluang 6,8 6 kali meemiliki gangguan berssuara dibanndingkan deengan respondenn laki-laki. Adapun A perssamaan regrresi logistikk dari peneliitian ini yaitu : Logit (Y) = -1,820 + 1,922X F(Y)
=
1
1+e-(-1,820++1,922X) Dimana : Y
= Gaangguan berrsuara padaa guru (00 = Tidak gaangguan berrsuara; 1 = gangguan g b bersuara)
X
= Jennis kelaminn (0 = laki-laki; 1 = wanitaa)
f (Y) = Peeluang guru untuk mem miliki gangg guan bersuarra
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
BAB 6 ASAN PEMBAHA
6.1 Keterb batasan Peenelitian Penelitiann ini memilikki keterbataasan-keterbaatasan, antara lain: 1.
Desaiin penelitiaan yang diggunakan paada penelitiian ini adallah desain studi cross--sectional yaitu y penellitian untuk k mempelajjari korelassi antara faaktorfaktorr risiko dengan d efeek, dengan n cara peendekatan, observasi atau penguumpulan datta sekaliguss pada suatu u saat yang bersamaan,, sehingga lemah l untukk pengujian hipotesa kaausal.
2. Pada penelitian ini teknikk pengamb bilan samppel dilakukkan secara acak sederhhana (simplle random sampling), s yang y mana 106 responnden diambiil dari delapaan Sekolah Dasar Neggeri di kota Depok padda tahun 2012. Pengam mbilan sampeel yang dilaakukan secaara random ini memilikki kekuranggan, seperti pada variabbel indepennden postur tubuh distrribusi variaabel tidak m merata. Sehingga secaraa statistika tidak dapaat dilihat hubungan h a antara variaabel indepeenden (postuur tubuh) deengan variabbel dependeen (gangguaan bersuara)). 3. Penelitian ini berrsifat subjekktif karena tidak t dilakuukan pemeriiksaan keseehatan Telingga Hidung tenggorokaan (THT) seecara menyyeluruh. Addapun tolak ukur responnden dikattakan sehaat adalah berdasarkan b n pendapatt subjektiff dari responnden itu senndiri. 4. Penguukuran inteensitas suarra dan keb bisingan kellas dilakukkan dengan cara samplling sesaat (satu kali pengukuran p n), yang maana kurang dapat mew wakili intenssitas suara dan kebisingan kelas selama haari mengajaar pada maasingmasinng respondeen. 5. Penelitian ini tiidak melihaat faktor stress s dan faktor biollogi yang dapat berpengaruh terhhadap terjaddinya ganggu uan bersuarra pada respponden.
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
62
6.2 Ganggguan Berssuara padaa Guru Seekolah Dasar Negeri di Kota Depok D Tahun 20012 Berbicara dengan suara yang tinggi sellama menggajar dapatt mempeng garuhi kualitas suara merreka (Braddley 2004, Aronssonn, 2007). Berbagai studi menemukaan bahwa guru memppunyai resiiko tinggi untuk menngalami maasalah bersuara (Sala ( et al. 2002, Alvees et al. 20 007, Jardim m et al. 20009, Munier et al. 2008). Gejjala kelelahhan bersuaraa yang serin ng ditemukaan pada guruu antara lain n rasa kering di tenggorok, suara serakk, cepat lellah saat berrsuara, dan terasa sakit saat berbicara. Gejala ini secara langgsung berhu ubungan denngan pemakkaian suara yang berlebihann, faktor linngkungan, dan d hidrasi selama berrbicara (Sim moes and Laatorre 2006). Gangguann bersuara dalam penelitian ini i diteliti secara suubjektif deengan menggunaakan kuesiooner. Dari hasil peneelitian dikeetahui bahw wa sebanyaak 74 respondenn (69,8%) mengeluhka m an terjadin nya gangguan bersuaraa sedangkaan 32 respondenn (30.2%) tidak t mengeluhkan terrjadinya gaangguan berrsuara padaa saat penelitian dilakukan. Dari 106 responden, r 24 respondden mengeluuhkan gang gguan bersuara terjadi serinngkali (setiaap minggu), 29 respondden mengelluhkan gang gguan bersuara terjadi kaddang-kadanng (setiap bulan), 311 respondeen mengelu uhkan gangguan bersuara teerjadi jarangg (4-5 kali setahun), dann 22 responnden menyaatakan tidak pernnah mengalaami gangguaan bersuaraa selama maasa mengajaar. Respondenn yang mengeluhkan m n terjadiny ya gangguaan bersuaraa selama masa mengajarnnya menyatakan bahw wa umumn nya merekaa tidak meengkonsultaasikan gangguan bersuara teersebut ke dokter, meelainkan hannya mengisstirahatkan suara G bersuara b inii berdampaak pada keg giatan mereka seelama beberrapa hari. Gangguan belajar mengajar, m guuru yang mengalami m gangguan bersuara seringkali harus mengubahh metode mengajarnya m a sehingga terjadi penuurunan efekktivitas keg giatan belajar meengajar. Penelitiann yang dilakkukan oleh Smith S et al (1997) padda 554 guruu dan 220 prrofesi non guru menunjukkkan 32% guru g mengeeluhkan terjjadinya ganngguan berrsuara 1 dari profesi non guru yanng mengelu uhkan dibandinggkan dengaan hanya 1% terjadinyaa gangguann bersuara. Dua pertig ga dari guuru-guru memiliki maasalah
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
63
gangguan bersuara akkut sedangkkan sisanya sepertiga memiliki m masalah gang gguan k 77% % guru melapporkan bahwa gangguaan bersuaraa bersifat ko ontinu bersuara kronis. Durasi ratta-rata gejalla gangguann bersuara pada p guru addalah 11,5 ttahun. Mesk kipun masalah gangguan bersuara inni bersifat kontinu, namun haanya 14% yang berkonsulttasi dengann dokter tenttang suara mereka. m Dalam pennelitian lainn yang dilakkukan oleh Pekkarinenn, Himberg, dan Pentti yang membandiingkan kelompok 4788 guru sek kolah denggan kelomppok 95 perrawat. Berdasarkkan tingkat kebisingaan di lingk kungan kerrja dan skkala keprib badian menunjukkkan bahwaa guru lebih besar beerisiko menngalami ganngguan berrsuara daripada perawat. Guru G lebihh sering mengalami m gangguan bersuara yaitu seminggu sekali atauu lebih lam ma perioden nya daripadda para perawat. Gang gguan bersuara yang y terjadii seminggu sekali atau lebih untukk guru adalaah dua kali lebih tinggi dariipada peraw wat. Penelitiann yang dilakkukan olehh Russel et al (1998) menunjukkkan bahwa guru didefinisikkan memilikki masalah gangguan bersuara b seelama karirnnya jika maasalah gangguan bersuara teerjadi setiapp 6 bulan attau lebih seering selamaa kariernya.. 65,8% laki-laki dan d 66,8% perempuann melaporkaan masalahh gangguan bersuara teerjadi jarang, arrtinya palinng banyak terjadi t sekaali setiap 2 sampai 3 kali per tahun. t Sedangkann 12,9% lakki-laki dan 22,0% pereempuan mellaporkan masalah gang gguan bersuara terjadi t setiaap 6 bulan atau lebih seering.
uara denga an Ganggu uan Bersuaara pada Guru G 6.3 Hubungan Intensitas Su D Negeeri di Kotaa Depok Tahun 2012 Sekolah Dasar Menurut Vilkman (22001) bahayya utama darri gangguann bersuara iaalah penggu unaan jangka paanjang dari suara itu seendiri selam ma hari kerjaa. Berbicaraa pada kelom mpok yang besaar, jarak yanng panjang,, atau pada lingkungann yang bisinng membutu uhkan SPL (Souund Pressuree Level) yanng lebih ting ggi. Pada penelitian ini inntensitas suuara guru saaat mengajarr tertinggi ssebesar 85,4 40 dB dan terenndah 59,80 dB. Berdaasarkan ujii statistika, terlihat addanya hubu ungan signifikann antara inntensitas suuara dengan n gangguann bersuara. Hal ini sesuai s dengan studi s yang dilakukan The Canad dian languaage and Liiteracy Research Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
64
Network (2004) mennemukan baahwa rerata intensitas suara s yang ddikeluarkan n oleh n oleh guru selaama mengajar lebih tinnggi dari nillai ambang yang telahh ditetapkan ASHA. Adanya A kebiisingan mem mbuat guru u mengeluarrkan suara ddengan inten nsitas 76,5-90,55 dB yangg mana nillai tersebut sama deengan seseoorang berteeriak. (Mesquitaa, 2007) Peembicara cenderung c meningkatk m an intensitaas suara mereka m dalam linngkungan yang y kebisinngan yang tinggi. Fennomena ini dikenal seebagai efek Lom mbard. Untuuk setiap 10 dB padaa kebisingann di atas 40 dB pemb bicara harus menningkatkan intensitas suaranya s seb besar 3 dB. Berdasarkkan pengam matan di laapangan, in ntensitas suuara guru m meningkat dapat terjadi kaarena kondisi lingkunggan sekolah yang tidak kondusif, sseperti beraada di dekat jalaan raya utam ma yang mana m aktivitaas lalu lintaas dan aktivvitas olahraaga di lapangan yang turut menyumbaangkan kebisingan lingkkungan di ssekolah sehingga mengakibbatkan guruu harus meengeluarkan n suara lebih keras aggar materi yang diajarkann dapat didenngarkan dann diterima dengan d baikk oleh siswaanya. Fakto or lain yang berppengaruh adalah a ketiddakdiplinan n para siswa ketika beelajar, serin ngkali siswa-sisw wa tersebuut mengobrrol saat keegiatan belaajar-mengajjar berlang gsung, sehingga guru seringgkali harus berteriak b saat mengajarr. Dalam penelitian laain yang diilakukan olleh Smith et al (19988) menunju ukkan bahwa 833% guru meerasa perlu untuk u berbiccara lebih keras k di kelaas dan kebuttuhan untuk berrbicara keraas akibat keebisingan laatar belakanng kelas (488%). Kurang g dari 3% dari guru g mengggunakan alaat amplifikaasi (microphhone) dan hhanya 14% yang merasakaan adanya manfaat m darri alat ampllifikasi (miccrophone). Jumlah rataa-rata kelas menngajar per hari adalahh lebih dari 5 jam menngajar teruss menerus setiap s hari dan guru g memiliiki rata-rataa lebih dari 2 jam berbicara keras ttiap hari sek kolah, 3 hari sem minggu, dann guru berteeriak lebih dari d setengaah jam setiaap hari lebih h dari 2 hari sem minggu.
ungan Keb bisingan Kelas K denga an Ganggu uan Bersuaara pada Guru G 6.4 Hubu Sekolah Dasar D Negeeri di Kotaa Depok Tahun 2012 Bising adaalah bunyi yang y tidak diinginkan dari usaha atau kegiataan dalam tin ngkat atau wakttu tertentu yang y dapat menggangg gu kenyam manan lingkuungan dan dapat
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
65
berimplikaasi terhadapp kesehatann manusia. Bising daapat menim mbulkan berrbagai gangguan,, antara lainn gangguann komunikassi (Bashirudddin, 2002)). Beberapa studi mendapatkkan adanyaa gangguan komunikassi akibat gaangguan berrsuara padaa guru yang disebbabkan kebisingan linggkungan sek kolah (Jonsddotir, 2003;; Simberg, 2004; 2 Kadriyan, 2007). Dalam D pennelitian yan ng dilakukkan oleh M Miranda (2 2010) menunjukkkan bahwa guru yangg mengajar di sekolah dasar yangg terpapar bising b memiliki risiko r kelelaahan bersuaara 3,4 kali lebih tinggii dibandingkkan dengan n guru di sekolahh dasar yangg tidak terpaapar bising. Menurut Webster W (19979), peninggkatan SPL pada saat berbicara b addalah sebany yak 6 dB untukk setiap peeningkatan 10 dB keebisingan agar a setiap perkataan n dari pembicaraa dapat dipaahami. Dengan adanyaa kecenderuungan bagi ppembicara untuk u meningkattkan SPL di d ruang yaang besar atau a ketika berbicara ddengan aud dience yang ram mai, maka dianjurkan tingkat keebisingan latar belakaang tidak boleh b melebihi 63 6 dB (A) dengan jaraak 2 meter untuk mennghasilkan kkomunikasi yang efektif. Rerata kebbisingan keelas pada penelitian in ni ialah 70,1 dB dengaan nilai terttinggi sebesar 844,20 dB dann terendah sebesar s 53,7 70 dB. Hasil uji statistika menunju ukkan adanya huubungan siggnifikan anttara kebisin ngan kelas dengan ganngguan berssuara. Berdasarkkan pengamatan di lapaangan, kebissingan kelass ini dapat ddipengaruhii oleh berbagai sumber, s yaittu: a. Akktivitas di dalam d kelas, seperti sisw wa yang meengobrol; b. Akktivitas olaahraga di lapangan, yang maana kegiataan olahragaa ini terrkadang meenggunakann alat bantu u microphonne sehinggaa mengakib batkan keebisingan yaang cukup tinggi t yang dapat terdenngar hinggaa ke ruang kelas; k c. Akktivitas laluu lintas, lokkasi sekolah h dasar yang berada dii jalur jalan n raya uttama, turut menyumbaangkan kebisingan ke dalam kelaas. Dari deelapan Seekolah Dasar Negeri pada p peneliitian ini, haanya terdappat tiga Sek kolah Daasar Negeri yang beraada di ling gkungan perumahan, ssedangkan lima Seekolah Dasaar Negeri yang y lain berada b di jaalur lalu linntas yang cukup c paadat.
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
66
Peningkattan bising lingkungan l sekolah menyebabkan m n guru akaan meningk katkan intensitas suara akibaatnya akan terjadi kesaalahan pengggunaan suara (Kadriy yan et al 2008). Bersuara B terus-meneruus dapat men ngubah kom mposisi cairran di dalam m pita suara, berrupa meninngkatnya viskositas v dan d kekakuuan pita suuara (perub bahan viskoelasttisitas) (Wellham et al. 2003). Hal ini yang mungkin m dappat menyebaabkan guru di seekolah dasaar yang berrada dekat jalan j raya banyak b menngeluhkan suara serak yanng hilang timbul t kareena harus menggunak m kan suara llebih kerass saat mengajar agar dapat didengar d oleeh murid-m muridnya.
6.5 Hubu ungan Luaas Kelas deengan Gang gguan Berssuara padaa Guru Sek kolah Dasar Neegeri di Koota Depok Tahun T 2012 2 Martin (11994) meneemukan
b bahwa 44% % dari 95 guru mennyalahkan faktor f
lingkungaan sebagai akibat darii gangguan bersuara mereka. m Daalam studi yang dilakukan oleh Jonssdottir (20003) juga menemukan m bahwa ganngguan berrsuara dapat diakkibatkan oleeh kualitas udara u yang buruk. Um mumnya guruu mengajarr pada ruang kelaas yang besar, berdebbu, dan aku ustik kelas yang y burukk. Penelitian n lain menyatakaan bahwa terdapat t em mpat faktor utama yanng dianggapp mempeng garuhi kemampuaan siswa untuk u menndengar pen njelasan guuru yaitu kkebisingan latar belakang, gema, dan jarak j antaraa guru dan murid. m (Cranndell dan Sm maldino, 19 995) Berdasarkkan pengukuuran di lapaangan rata-rata luas keelas ialah 551,51 m2 deengan luas kelas terkecil yaaitu 49 m2 dan d terbesarr 56 m2, seedangkan luuas lapangan n 390 batkan m2- 490 m2. Hampirr seragamnyya luas kellas pada peenelitian inii mengakib luas kelass tidak berrpengaruh signifikan pada ganggguan bersuuara. Walaaupun berdasarkaan uji statistika terlihatt tidak terdaapat hubunggan antara luuas kelas deengan gangguan bersuara, namun beerdasarkan penelitian sebelumnyya menunju ukkan bahwa luaas kelas cuukup berpenngaruh pad da terjadinyya gangguann bersuara pada guru. m Luas kelaas yang cukkup besar, mengakibaatkan jarak antara guruu dengan murid semakin besar. b Hal ini dapat menyebabka m an terjadinyya penggunnaan suara yang berlebihann selama haari mengajaar. Adapun n ruang kelas memilikki ventilasi yang cukup daan tidak menggunak m kan pendin ngin ruanggan. Terbuukanya ven ntilasi
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
67
mengakibaatkan suaraa dari luarr dapat maasuk ke dallam kelas, sehingga dapat menambahh kebisingaan dalam kelas, yang paada akhirnyya guru haruus mengeluarkan suara lebihh keras ketika mengajaar.
Gam mbar 6.1. Kondisi K Fisik k Kelas Berdasarkkan pengukuuran di lappangan rataa-rata luas lapangan l 390 m2- 490 0 m2. Hampir seeragamnya luas lapanggan pada peenelitian ini mengakibbatkan luas kelas tidak berppengaruh siggnifikan paada gangguaan bersuara.. Walaupunn berdasarkaan uji statistika tidak terdaapat adanyaa hubungan n antara luaas kelas deengan gang gguan bersuara, namun berrdasarkan penelitian p sebelumnya s menunjukkkan bahwaa luas lapangan cukup c berpeengaruh padda terjadiny ya gangguann bersuara ppada guru. Luas lapaangan yanng cukup besar dan berada dekat d dengaan ruang kelas mengakibaatkan suaraa dari luarr dapat maasuk ke dallam kelas, sehingga dapat menambahh kebisingaan dalam kelas, yang paada akhirnyya guru haruus mengeluarkan suara lebiih keras ketika mengaajar. Begitu u juga denggan aktivitaas olahraga yang berada di lapangan terbuka yaang dapat membuat m g guru bidangg studi olah hraga menggunaakan suarannya lebih bessar karena tidak t adanyaa umpan baalik akustik.
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
68
Gambaar 6.2 Kondisi Fisik Lapangan L
6.6 Hubu ungan Keleembaban Udara U deng gan Ganggguan Bersu uara pada Guru G Sekolah Dasar D Negeeri di Kotaa Depok Tahun 2012 Kelembabban udara reendah mem miliki dampaak negatif pada p produkksi suara. Udara U yang kerinng dapat menghasilkan m n produksi suara yang berat dan gejala gang gguan bersuara (Vintturi ( ett al, 2003). Occupatio onal Healthh and Safeety Executiv ve di Islandia menyatakan m bahwa tinggkat kelemb baban minim mum 35% ddiperlukan dalam d ruang kelaas. Kelembaaban yang rendah, venttilasi yang buruk, b dan ssuhu yang teerlalu tinggi dappat menyebaabkan penguuapan. Kelembabban udara dalam d penellitian ini teerbesar 73% % dan terkeecil 63% deengan rerata keleembaban uddara yang didapat d adallah 69,88%. Hal ini daapat dikaren nakan penelitian dilakukan di negara tropis, t sehin ngga faktorr kelembabaan tidak meenjadi faktor risiko. Hal ini berbeda deengan penellitian yang dilakukan d ddi negara deengan empat muusim yang memiliki kelembabaan < 35% %. Oleh kaarena itu faktor f kelembabaan tidak meemiliki hubuungan yang g signifikann dengan gaangguan berrsuara pada peneelitian ini.
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
69
6.7 Hub bungan Jum mlah Murrid dengan n Gangguaan Bersuaara pada Guru G Sekolah Dasar D Negeeri di Kotaa Depok Tahun 2012 Berdasarkkan pengam matan di laapangan, ju umlah muridd rata-rata ialah 33 siswa dengan juumlah siswaa terkecil 211 siswa dan n terbanyak 48 siswa ddalam satu kelas. k Walaupunn berdasarkaan uji statisttika tidak teerdapat adannya hubungan antara ju umlah murid denngan ganggguan bersuuara, namun n berdasarkkan penelittian sebelumnya menunjukkkan bahwa jumlah muurid cukup berpengaruh b h pada terjaadinya gang gguan bersuara pada p guru. Semakin banyak b jum mlah murid yang diajarrkan dalam m satu kelas menngakibatkann guru akann kesulitan dalam mennguasai murrid yang baanyak sehingga seringkali guru meraasa harus berteriak saat s menyaampaikan materi m pelajaran. Adapun jumlah murrid yang adda dalam satu s kelas pada penelitian ini belum b memenuhii aturan minimum daari Dinas Pendidikan yang y mensyyaratkan ju umlah minimal siswa s di daalam satu kelas k seban nyak 25 oraang. Jika ddalam satu kelas terdapat leebih dari 255 siswa makka kegiatan n belajar meengajar dappat menjadi tidak efektif.
6.8 Hub bungan Jen nis Kelam min dengan n Gangguaan Bersuara pada Guru G Sekolah Dasar D Negeeri di Kotaa Depok Tahun 2012 Pada peneelitian ini adda sebanyakk 13 orang guru g laki-lakki dan 61 orrang guru wanita w yang menggeluhkan teerjadinya gaangguan berrsuara. Hasiil uji statistiika menunju ukkan adanya huubungan siggnifikan anttara jenis keelamin denggan gangguuan bersuaraa. Hal ini sesuai dengan pennelitian yangg dilakukan n di negara barat b yang uumumnya wanita w s daapat menjelaskan men ngapa merupakann mayoritaas dari proffesi guru, sehingga begitu bannyak guru wanita w yang mengeluhk kan masalahh gangguan bbersuara. Penelitiann yang dilakkukan oleh Smith S et al. (1998) yang menunjukkkan bahwaa 38% dari 280 guru g wanita melaporkann adanya gaangguan berrsuara dibanndingkan deengan 26% dari 274 guru laki-laki. l Frritzell (1996 6) melaporkkan bahwa 76% guru yang mencari bantuan meddis karena masalah m gangguan bersuuara adalah wanita.
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
70
Penelitiann yang dilakkukan oleh Russel R et al (1998) mennyatakan baahwa wanitta dua kali lebih mungkin menderita m m masalah gan ngguan bersuuara daripaada laki-lakii. Hal ini dikarennakan adannya perbedaaan dalam struktur darii organ vokkal. Wanita lebih berisiko mengalamii gangguann bersuaraa dapat diisebabkan karena ad danya perbedaann jumlah fiibronectin dan d hyalurronic acid (HA) padaa lapisan laamina propria piita suara, seehingga mennyebabkan pita suara wanita lebiih tipis dan kaku dibandinggkan laki laaki. Kadar hyaluronicc acid pada perempuan lebih seedikit dibandinggkan laki-laaki. Hal inii menyebab bkan pita suara waniita lebih mudah m mengalam mi trauma akkibat pengunnaan suara yang y berlebbihan (Joness et al. 2002 2). Terdapat persentase p yang lebih besar dari serat kolaggen pada lippatan vokal pria daripada wanita w (Hirrano, 1983),, yang bisa membuat lipatan l vokaal laki-laki lebih kekal. Jariingan vokall perempuaan mungkin sedikit lebbih kaku darri jaringan vokal v laki-laki (Titze, ( 1989). 1989). Dalam stu udi Vintturi et al (20001) wanita yang membaca dengan suuara keras pada p kelem mbaban renddah (25 ± 55%) melapo orkan adanya geejala subjekktif gangguuan bersuarra lebih beesar dari laaki-laki. Wanita W mungkin lebih l terpenngaruh oleh kelembaban n udara rendah daripadda laki-laki.
6.9 Hubu ungan Usiaa dengan Gangguan G Bersuara B p pada Guru Sekolah Dasar D Negeri dii Kota Dep pok Tahun 2012 2 Pada peneelitian ini reerata usia guru g 43 tahu un dengan guru termuuda 20 tahun n dan tertua 59 tahun. Hassil analisa hubungan antara faktor usia terhhadap gang gguan bersuara diketahui d baahwa terdappat 50 respo onden (70,44%) dengann usia < 50 tahun t yang menngalami ganngguan bersuara dan seebanyak 24 responden (68,6%) deengan usia ≥ 50 tahun yangg mengalam mi gangguan n bersuara dan d sebanyaak 11 respo onden (31,4%) yang y tidak mengalamii gangguan n bersuara. Walaupun berdasarkaan uji statistika terlihat t tidaak terdapat hubungan antara a usia dengan ganngguan berssuara, namun beerdasarkan penelitian sebelumny ya menunjukkan bahhwa usia cukup c berpengarruh pada terjjadinya ganngguan bersuara pada guru. g Pada peneelitian yang dilakukan oleh o Russell et al (19988), menunjuukkan bahw wa ada hubungan yang signnifikan antaara gangguaan bersuaraa dengan uusia > 50 tahun. t Begitu jugga dengan Roy et al menyatakaan bahwa jaangka wakttu yang pan njang
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
71
digunakann vokal dalaam mengajaar memilikii efek kumuulatif pada ssuara. Selaiin itu, perubahann hormonaal pada menopause m dan pennuaan lebihh lanjut dapat memperbuuruk fungsi vokal. Walaupunn Sapir et al (1993) yang meny yatakan bahhwa usia tidak berko orelasi dengan gaangguan beersuara, Naamun Smith h et al (19998) menyiimpulkan bahwa b sejumlah gangguan g b bersuara dillaporkan meeningkat seeiring dengaan bertambaahnya usia. Urruutikoetxea et al (19995) menyiimpulkan usia u yang terkait deengan prevalensii nodul vokaal (frekuenssi menurun dengan usiaa). Adanya prresbilaringis (vocal corrd concavityy) yang merrupakan suaatu keadaan yang disebabkaan penipisann dari otot dan jaringaan-jaringan pita suara akibat pen nuaan. Pita suaraa pada prebiilaringis tiddak sebesar daripada laaring normaal sehingga tidak dapat berttemu pada pertengahann, dan akib batnya pasieen mengeluuh suara meenjadi parau, lem mah dan beerat. Kondissi ini dapatt diperbaikii dengan peemberian in njeksi lemak atauu bahan lainn pada keduua pita suaraa sehingga penutupan p ddapat lebih baik. b
6.10 Hub bungan Du urasi Menggajar deng gan Ganggu uan Bersuaara pada Guru G Sekolah Dasar D Negeeri di Kotaa Depok Tahun 2012 Pada penelitian ini durasi d guru mengajar raata-rata 4 jaam/hari, terllama berdurrasi 6 jam/hari dan tercepaat berdurasii 2 jam/harri. Walaupuun berdasarkkan uji stattistika mlah murid dengan ganngguan berssuara, tidak terddapat adanyya hubungann antara jum namun beerdasarkan penelitian sebelumnya s a menunjukkkan bahwa durasi men ngajar cukup berrpengaruh pada p terjadinnya ganggu uan bersuaraa pada guru. Penelitiann yang dilakkukan oleh Mattiske (1 1997) menyyatakan bahw wa bahwa durasi d mengajarr memiliki kontribusi terhadap terjadinya gangguan g bbersuara. Ju umlah rata-rata kelas k menggajar per harri adalah leb bih dari 5 jam mengajar terus menerus setiap harri dan guru memiliki rata-rata r leb bih dari 2 jaam berbicarra keras tiap p hari sekolah, 3 hari semiinggu, dan guru g berteriak lebih daari setengahh jam setiap p hari lebih darii 2 hari sem minggu. Olehh karena itu u durasi mengajar dapaat menjadi faktor f risiko baggi terjadinyaa gangguan bersuara.
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
72
Profesi guru g terutam ma guru sekkolah dasarr mempunyaai kesempaatan yang seedikit untuk meengistirahatkkan suara mereka m selam ma bekerja.. Munier et al (2008) dalam d studinya menemukaan guru sekkolah dasarr di Dublinn, Irlandia memiliki waktu w d mempu unyai waktuu istirahat selama 30 menit. m mengajarr rata-rata 5 jam/hari dan Sedangkaan Sivasankkar (2002) menemukan m n durasi menngajar guru sekolah dasar di India lebiih dari 3 jam m/hari.
bungan Masa M Mengaajar denga an Ganggu uan Bersuaara pada Guru G 6.11 Hub Sekolah Dasar D Negeeri di Kotaa Depok Tahun 2012 Pada pennelitian ini terdapat t 30 responden (65,2%) dengan masaa mengajar < 20 tahun yanng mengalaami gangguuan bersuaraa dan sebannyak 44 ressponden (73 3,3%) dengan masa m menggajar ≥ 200 tahun yang y mengalami ganggguan berssuara. Walaupunn berdasarkkan uji staatistika tidaak terdapatt adanya hhubungan antara a jumlah masa m mengajjar dengan gangguan g bersuara, b naamun berdassarkan peneelitian sebelumnnya menunjjukkan bahhwa masa mengajar cukup beerpengaruh pada terjadinyaa gangguan bersuara paada guru. Masa menngajar berhhubungan deengan usia guru, yangg mana janngka waktu yang panjang dalam d menngajar mem miliki efek k kumulatiff pada suara. Selain n itu, perubahann hormonaal pada menopause m dan pennuaan lebihh lanjut dapat memperbuuruk fungsii vokal. Berdasarkan penelitian p y yang dilakuukan oleh Marks M (1985) meenemukan bahwa gurru berpengaalaman (tuaa) lebih muungkin mem miliki riwayat gaangguan berrsuara.
6.12 Hubungan Bidang B Stu udi dengan n Gangguaan Bersuara pada Guru G Sekolah Dasar D Negeeri di Kotaa Depok Tahun 2012 Pada peneelitian ini terrdapat 49 reesponden (7 71,0%) guruu kelas, 6 reesponden (6 66,7%) guru olahhraga, 5 ressponden (662,5%) guru u agama, 7 respondeen (77,8%) guru bahasa ingggris, 6 respponden (85,,7%) guru bahasa b sundda, dan 1 ressponden (25 5,0%) guru kom mputer yangg mengalam mi gangguan n bersuara.. Berdasarkkan uji stattistika tidak terddapat adanyya hubungaan antara bidang stuudi yang diiajarkan deengan
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
73
kejadian gangguan g b bersuara. Haal ini dapatt dikarenakaan jumlah rresponden untuk u masing-m masing bidanng studi yaang diajarkaan tidak beerdistribusi normal. Namun berdasarkaan penelitiian sebelum mnya menu unjukkan bahwa b bidaang studi yang diajarkan cukup berpengaruh padda terjadiny ya gangguann bersuara ppada guru. Sarfati dann Unger dann Bastian (ddalam Russel et al, 19998) menyataakan bahwaa guru yang bekeerja dengan tingkatan kelas k tertentu atau bidanng studi dappat sangat rentan r terhadap masalah gangguan bersuara. Laabastida (ddalam Russsel et al, 1998) 1 menemukaan bahwa masalah m gaangguan beersuara lebiih sering teerjadi pada guru bahasa, guuru olahragga, dan gurru kesenian n. Safarti (dalam ( Russsel et al, 1998) 1 menemukaan bahwa guru sekollah dasar lebih l beresiiko karena ketergantu ungan komunikaasi dengan liisan daripadda tertulis ketika mengaajar anak-annak muda. Guru penndidikan jaasmani dann olahraga berisiko lebih l besarr terkena gejala g gangguan bersuara diibandingkann guru lainn nya. Hal inni disebabkaan mereka sering s harus mennggunakan suara s dengaan intensitass tinggi, ruaang olahragga yang berg gema, dan di luar kelas yaang mana tidak t ada umpan u balikk akustik. Selain itu, guru pendidikann jasmani dan d olahragga mengeluarkan suaraa lebih besaar dari guru u lain karena kebbisingan lattar belakangg selama perrtandingan atau karenaa mereka dim minta untuk berbbicara saat melakukann beberapa aktivitas seenam. Keloompok guru u lain yang bereesiko tingggi terkena gangguan bersuara ialah guru musik. Haal ini disebabkaan penggunaaan suara pada p pitch tinggi t dan intensitas i yyang lebih tinggi t daripada berbicara. b (F Fritzell, 19996).
6.13 Hub bungan Kellas Ajar deengan Gangguan Bersuara padaa Guru Sek kolah Dasar Neegeri di Koota Depok Tahun T 2012 2 Pada pennelitian ini sebanyak 11 1 respondeen (100%) guru kelas 1, 7 respo onden (70%) guuru kelas 2, 4 respondeen (40%) guru g kelas 3, 3 8 responnden (80%) guru kelas 4, 7 respondenn (58,3%) guuru kelas 5, 12 respondden (75%) gguru kelas 6, 6 dan 25 respoonden (67,66%) guru kelas k 1-6 yang y menggalami ganngguan berssuara. Berdasarkkan uji staatistika tidaak terdapat adanya huubungan anntara kelass ajar dengan kejadian ganngguan bersuara. Hal in ni dapat dikkarenakan juumlah respo onden untuk maasing-masinng bidang studi s yang diajarkan tidak berdiistribusi no ormal.
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
74
Namun berdasarkan penelitian sebelumnya s a menunjukkkan bahwa kelas ajar cukup c berpengarruh pada terrjadinya ganngguan berssuara pada guru. g Pada studi yang diilakukan olleh Mattisk ke (1997) menjelaskaan tingkat kelas nya gangguuan bersuarra. Berdasarkan diajarkann berkontribbusi dengaan terjadin pengamattan di lapaangan, kebiisingan kelaas umumyaa terjadi keetika guru tidak berada di d kelas. Kecakapan K guru saat mengajar memiliki ppengaruh dalam d membuatt kelas tidaak ribut sehhingga guru u tidak perrlu mengguunakan suarranya secara berrlebihan.
6.14 Hu ubungan Merokok M dan Konssumsi Alk kohol denggan Gang gguan Bersuaraa pada Gurru Sekolah Dasar Neg geri di Kotaa Depok Taahun 2012 Pada pennelitian ini terdapat terdapat 5 respondenn (38,5%) yang mem miliki kebiasaan merokok yang mengallami ganggu uan bersuarra. Berdasarrkan uji stattistika tidak terdaapat adanyaa hubungan antara kebiiasaan merookok yang ddiajarkan deengan kejadian gangguan g beersuara. Hal ini dapat dikarenakan d n proporsi yyang sangat kecil dari perokkok dan tidak adanya responden yang menggkonsumsi aalkohol sehingga sulit untukk membentuuk suatu huubungan an ntara gangguuan suara ddari dua varriabel ini dikareenakan kurrangnya kekkuatan stattistik. Nam mun berdasaarkan peneelitian sebelumnyya menunjuukkan bahw wa kebiasaaan merokokk cukup beerpengaruh pada terjadinyaa gangguan bersuara b paada guru. Edema diaanggap efekk yang munngkin timbu ul dari kebiiasaan merookok. Kebiasaan merokok dapat meengakibatkaan massa lipatan voocal meningkat sehingga menghasillkan perubaahan dalam pola getaraan dari lipataan vokal. Perokok mem miliki frekuensi dasar lebihh rendah daari non pero okok (Stoiccheff, 1976; Comins, 1990; Murphy, 1987). Reaaksi alergi atau a infeksii pernafasaan pada saluuran pernap pasan bagian ataas dapat mennghasilkan suara serak k atau bahkaan kehilangaan suara (Boone, 1991). Jarringan lipatt gangguann vokal juga mungkin lebih rentan terhadap p lesi kelelahan dan jaringaan (Colton dan d Casper, 1990).
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
75
6.15 Hub bungan Poostur Tub buh dengan n Gangguaan Bersuaara pada Guru G Sekolah Dasar D Negeeri di Kotaa Depok Tahun 2012 Pada peneelitian ini menunjukkan m n tidak terdaapat hubunggan antara ppostur tubuh h saat mengajar dengan gaanguan berrsuara, yan ng mana seebanyak 944,3% respo onden mengajar dengan poosisi berdirii. Hal ini dikarenakan d n guru meraasa lebih efektif e dalam meenerangkan materi peelajaran deengan posissi berdiri ddaripada du uduk. Kecilnya proporsi juumlah guru yang dudu uk saat menngajar menngakibatkan n sulit untuk mem mbentuk suuatu hubunggan antara gangguan g beersuara denggan postur tubuh t karena kuurangnya keekuatan stattistik. Namu un berdasarrkan penelitian sebelum mnya menunjukkkan bahwa postur tubuh cukup berpengaruh b h pada terjaadinya gang gguan bersuara pada p guru. Guru yanng mengajaar pada poosisi berdirii lebih bannyak menggeluhkan ad danya gangguan bersuara dibandingkkan dengan n posisi duuduk, yangg mana terrdapat hubungan antara teegangan ottot-otot larring dengaan posisi tubuh terh hadap munculnyya kelelahann bersuara. Posisi yang g tidak sim metris antaraa leher dan bahu dapat meenyebabkan terjadinyaa lordosis servikal yang y dapat mempeng garuhi produksi suara. s
Gamb bar 6.3 Posstur Tubuh h Guru Saaat mengajarr
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
76
Sikap tubbuh di temppat kerja adalah a terlalu sering menjadi m maasalah bagi para pekerja kaarena memiliki sedikit pilihan dan n untuk guruu ada kesullitan yang tiimbul dari kenyaataan bahw wa mereka menghabisk m kan banyakk waktu denngan berdirri dan membungkuk di mejaa siswa. Olleh karena itu i postur seeimbang terrtentu dan posisi p kepala akan memberrikan kondiisi yang paling ergonoomis untuk fungsi oto ot dan juga terkait dengan prroduksi suaara. Iwarsson dan Sundberg (1998) menemukaan hubungaan antara voolume paru u-paru dan posisii yang lebihh rendah darri laring. Seelain itu, posisi vertikall laring mem miliki pengaruh pada F0 suara. Vinntturi et al. (2001) menemukan m n bahwa seelama pembebannan vokal, suara s laki-laaki menunju ukkan perubbahan yangg lebih besar saat subyek beerada dalam posisi duduuk daripadaa jika merekka berdiri. Posisi keppala juga penting p untuuk produksii suara. Sonninen (1968) menem mukan bahwa memegang m kepala suubyek berg gerak sambbil bernyaanyi disebaabkan peningkataan
pemannjangan
daari
pita
suara s
akibbat
aktivittas
sternoh hyoid
sternothyrroid dan otoot thyrohyooid dan otot-otot dasarr mulut yanng melekat pada tulang hyooid. Temuaan ini menuunjukkan baagaimana poosisi kepalaa mempeng garuhi kontraksi tertentu di wilayah ottot laring yaang juga mungkin m mem miliki efek pada produksi suara s
mpak Psikoososial Ak kibat Gangguan Bersuara padaa Guru Sek kolah 6.16 Dam Dasar Neegeri di Koota Depok Tahun T 2012 2 Suara mannusia adalaah indikatorr penting dari d kesehattan emosionnal, kepribaadian, identitas, dan estetika serta sinyal akustik dalam berbicara, menyanyi,, dan e mberikan eefek besar pada ekspresi emosional. Gangguann bersuara dapat mem individu yang y terkenna dampak. Gangguan n suara dappat mengurrangi kecak kapan berbicara yang akan berpengaruuh pada keh hidupan pribbadi, sosiall, dan pekerrjaan. (Perkins WH, W 1971) Dampak dari d masalaah gangguann bersuara adalah funggsi yang beerpengaruh pada kehidupann sehari-haari. Damppak psikossosial suarra dapat dinilai deengan menggunaakan Voicee Handicap Index berrdasarkan penelitian p sskor total Voice V Handicap Index lebihh tinggi terrjadi pada guru g daripaada profesi non-guru. Hasil Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
77
penelitian menunjukkkan bahwa dampak pssikososial bagi b guru ddengan gang gguan s signiffikan lebih besar b dari guru g tanpa gangguan g beersuara. bersuara secara Berdasarkkan hasil anaalisis didapatkan bahw wa gangguann bersuara m memiliki dam mpak psikososiaal, walaupuun masih gaangguan rin ngan dalam proses psikkososial. Hal H ini dapat dilihhat dari hassil uji statisstik didapatk kan nilai p value = 0,0037, maka dapat disimpulkkan ada perrbedaan prroporsi kejaadian gangguan bersuuara antara skor Voice Hanndicap Indeex 1-19 denngan skor Voice V Handicap Index 220-40. Dari hasil analisis diperoleh d n nilai OR = 2,679 arttinya respoonden denggan skor Voice V Handicap Index 20-440 mempunnyai peluang g 2,7 kali untuk u menggalami gang gguan ringan dallam proses psikososial akibat gan ngguan bersuuara, yaitu sebanyak 78,1% 7 respondenn. Gangguann ringan daalam prosess psikososiaal akibat gaangguan beersuara ini dapat berupa muunculnya rasa tidak perrcaya diri deengan lawann bicara, keesulitan berb bicara dalam jangka waktu yang lama. Namun daampak psikoososial bagii responden n pada penelitian ini masihh bersifat riingan, sehiingga belum m berdamppak negatiff bagi mpak respondenn yang terrkena ganggguan berssuara. Adaapun pengeelolaan dam psikososiaal
akibat
gangguann
bersuaraa
ini
harruslah
muultidimensi
dan
mempertim mbangkan semua s faktoor yang dian nggap risikoo.
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
BAB 7 KESIM MPULAN DAN D SARA AN
7.1 Kesim mpulan 1. Hasil penelitian terhadap t 1006 guru Seko olah Dasar Negeri di kkota Depok tahun t 2012 yang term masuk ke daalam kriterria inklusi dan ekskluusi menunju ukkan bahwaa 74 orang responden (69,8%) meengalami gaangguan suaara dan 32 orang o responnden (30,2%) tidak mengalami m gangguan g suuara. 2. Adanyya hubunggan signifikkan antaraa intensitass suara deengan gang gguan bersuaara pada guuru Sekolahh Dasar Neegeri di kota Depok taahun 2012. Guru dengaan intensitaas suara ≥ 70 dB mempunyai m i peluang 2,8 kali untuk u mengalami ganggguan bersuaara dibandin ng dengan responden r ddengan inten nsitas suara < 70 dB. 3. Adanyya hubunggan signifikkan antara kebisingann kelas deengan gang gguan bersuaara pada guuru Sekolahh Dasar Neg geri di kotaa Depok tahhun 2012. Guru dengaan kebisinggan kelas ≥ 63 dB mempunyaai peluang 3,2 kali untuk u mengalami ganngguan bersuara dib banding deengan respponden deengan kebisiingan <63 dB. d 4. Adanyya hubungaan signifikaan antara jen nis kelaminn dengan gaangguan berrsuara pada guru Sekoolah Dasar Negeri di kota Depook tahun 20012. Guru yang berjennis kelaminn wanita mempunyai m peluang 6,8 6 kali unntuk mengalami ganggguan bersuaara dibandinng dengan responden r y yang berjennis kelamin n lakilaki. 5. Tidakk ada hubunngan signifikan antara luas kelas, jumlah muurid, usia, durasi d mengajar, masa mengajar, bidang b stud di, kelas ajaar, dan postuur tubuh deengan ganggguan bersuaara pada guuru Sekolah h Dasar Neegeri di koota Depok tahun t 2012. mlah murid, usia, 6. Hubuungan tidak signifikan antara varriabel luas kelas, jum durasii mengajar,, masa menngajar, bidaang studi, kelas k ajar, ddan postur tubuh t dengaan gangguann bersuara pada guru Sekolah Dasar D Negerri di kota Depok D
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
79
tahunn 2012 dapaat disebabkaan karena lemahnya l d desain penellitian dan teknik pengaambilan sam mpel yang digunakan d daalam peneliitian ini. 7. Variaabel kelembbaban udaraa menghasilkan nilai yaang homoggen, yaitu > 35% sehinggga tidak daapat diuji. 8. Variaabel konsum msi alkoholl tidak men nghasilkan nilai (tidakk ada respo onden yang mengkonsu m umsi alkohool) sehingga tidak dapatt diuji. 9. Faktoor risiko yanng paling dominan d mempengaruh m hi gangguaan bersuara pada guru Sekolah S Daasar Negeri di d kota Dep pok tahun 20012 adalah jjenis kelam min. 10. Guru yang menggalami ganggguan bersu uara mempuunyai peluanng 2,7 kali untuk u mengalami damppak psikososial.
7.2 Saran n 1. Perlunnya sosialissasi faktor risiko pen nyebab ganngguan berssuara pada guru Sekollah Dasar Negeri N di kota k Depok.. Walaupunn gangguann bersuara hanya h meruppakan gejalla ringan, namun n bila prosesnya berlangsunng lama (krronis) maka keadaan inni dapat meerupakan tan nda awal teerjadinya peenyakit seriius di dalam m tenggorokkan, khusuusnya laring g. Oleh kaarena itu ddiperlukan suatu langkkah pencegaahan gangguuan bersuaraa. 2. Berdaasarkan hassil penelitiaan ini, men nunjukkan guru g wanitta lebih berrisiko terkenna gangguaan bersuaraa. Langkah pencegahann gangguann bersuara yang dapat dilakukan baik b oleh guuru wanita maupun m gurru laki-laki,, ialah: P m minum air puutih di sela--sela mengaajar. a. Perbanyak b. Mengistiraha M atkan suara di sela-selaa menerangkkan materi ppelajaran. c. Variasikan V m metode menngajar seperrti adanya pembagian p ssoal setelah h guru seelesai meneerangkan materi m pelajaaran, sehinggga terdapaat jeda bagi guru u untuk mengiistirahatkann suaranya. d. Jaangan berteeriak untukk menenang gkan murid tapi gunakkan tepuk taangan u untuk menarrik perhatiannnya. e. Menghindari M i berbisik karena k akan n menyebabbkan ketegaangan pita suara Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
80
m meningkat d dibandingka an berbicaraa normal f. Menghindari M i penggunaaan obat-ob batan yang menganduung dekong gesten k karena dapatt menyebabbkan tenggorrokan menjadi kering. g. Melembabka M an tenggorookan (pita su uara) dengaan menghiruup udara haangat, b berkumur d dengan air garam, ataaupun menggunyah perrmen karet atau p permen pelega tenggorookan. h. Menghindari M i
kebiasaaan
merok kok
dan
mengkonsuumsi
minu uman
b beralkohol k karena dapatt menyebab bkan lipatann pita suara m menjadi kerring. i. Perbanyak P m makan buaah-buahan yang menggandung kkadar air tiinggi, seeperti mentimun, meloon, dan angg gur. j. Berlatih B tekknik pengguunaan suaraa termasukk pernapasaan perut, laatihan p penggunaan tinggi nadaa, dan istirah hat yang cukkup. 3. Perlunnya perbaikkan sarana dan prasaarana pendiidikan di tiiap-tiap Sekolah Dasarr Negeri di kota k Depokk, seperti: a. Luas L ruangaan kelas ideeal adalah 40-50 4 m2. Secara ideaal ruangan kelas seeluas ini diiisi oleh 24 siswa. s namu un bila tidakk memungkkinkan dapatt juga m menggunaka an batasan minimum m 0,9 0 m2 untuuk tiap anakk dengan bentuk ruuang kelas yang y direkoomendasikan n adalah beentuk segiem mpat. b. Melengkapi M tiap Sekolaah Dasar Neegeri di kotta Depok yaang berada dekat jaalan raya dengan d ruanng kelas yang y tertutuup yang dillengkapi deengan p pendingin r ruangan unntuk mengu urangi masuuknya sum mber bising g dari a aktivitas laluu lintas mauupun aktivitaas olahraga di lapangann. c. Penggunaan P sound am mplification n system pada setiaap ruang kelas, k seehingga guuru tidak menggunaka m an suaranyaa secara beerlebihan seelama h mengajar dan murrid dapat deengan jelas mendengaar apa yang guru hari aj ajarkan. d. Aktivitas A olaahraga dilakkukan di ru uang tertutuup sehinggaa terdapat um mpan b balik akustikk ataupun adanya jarrak yang cuukup jauh antara lapaangan o olahraga denngan ruang kelas. k
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
81
e. Adanya A kebbijakan darii sekolah, agar a guru yang y menggalami gang gguan b bersuara dipperbolehkann untuk tid dak mengajar pada haari guru terrkena g gangguan b bersuara, s sehingga guru g dapatt segera m mengistirah hatkan suuaranya. 4. Berdaasarkan pennelitian ini hanya h ada tiiga variabell independeen yang mem miliki hubunngan signifiikan dengann variabel dependen d (ggangguan bbersuara). Hal H ini dapat disebabkann karena lem mahnya dessain penelitiian dan teknnik pengam mbilan sampeel yang diguunakan dalaam penelitiaan ini. Olehh karena itu untuk peneelitian selanjjutnya, sebaaiknya mennggunakan desain pennelitian kohhort dan metode m pengaambilan jum mlah sampel dengan teeknik pengaambilan sam mpel secaraa acak stratiffikasi (straatified randdom samplling) agar perimbangan sampel dari masinng-masing strata s dapat memadai. 5. Untukk penelitiann selanjutnyya, penguk kuran intenssitas suara dan kebisingan kelas sebaiknya dilakukan dengan in nterval wakktu tertentu sehingga dapat mewaakili intensiitas suara dan d kebisin ngan kelas selama s harii mengajar pada masinng-masing responden. r
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
DA AFTAR PU USTAKA
oduction: Consideratio C on for the Vocal Ackah Y. (2000). Phhysiology off Voice Pro mas Jefersonn Universityy. Philladelp phia. Peerformer. Joournal of Sinnging. Thom American Speech-Laanguage-Heearing Asso ociation. (1995). Posittional Stateement ational settiings. andd guideliness for acousttics in educa Bashirudddin J. (2007). Pengaruhh Bising da an Getaran pada fungssi Keseimba angan dann Pendengaaran. Diserttasi. Univerrsitas Indoneesia. Jakartaa Crandell, C., & Sm maldino, J. (2000). Cllassroom acoustics a foor children with norrmal heariing and wiith hearing impairmennt. Languagge, Speech, and Heearing Serviices in Schoools. de Jong FI, F Kooijmaan PG, Thoomas G, Hu uinck WJ, Graamans K, Schuttee HK. (20006) Epidem miology of voice probllems in Duttch teacherss. Folia Pho oniatr Loogop. Fritzell, B. B (1996). Voice disoorders and occupationns. Logopeedics Phoniatrics Voocology. Gassul C, Casanova C, C Botey Q,, Amador M. M (2010). The T Impact oof The Reacctivity oblem. to Stress in Teeachers withh Voice Pro Hermani B, Kartosooediro S, Hutauruk H SM M. (2007). Disfonia: Buku Ajar Ilmu Keesehatan Teelinga Hiduung Tenggorrok Kepalaa dan Leherr. Balai Pen nerbit Fakkultas Kedookteran Uniiveritas Indo onesia. Jakaarta. Herringtonn-Hall BL,, Lee L, Stemple JC C, Niemi KR, McHoone M. (1988). Deescription of o laryngeal pathologiies by age, sex, and occupation in a treeatment seekking samplee. J Speech Hear" H Disorrd, K P. (2004). Thhe Prevalen nce of Voicce Disorderrs in University Higgins, Kristen Teaaching Facculty. Thesiss in Commu unication Scciences andd Disorders. B.A. Unniversity of Maine. B Johnsoon A, Grywaalski C, Silb bergleit A, Jacobson J G G, Benningerr MS, Jacobson BH, et al. (1997)). The Vooice Handiccap Index (VHI): deevelopmentt and vallidation. Am m J Speech Lang Patho ol. Jones K, et al. (20022). Prevalennce and Riisk Factors for Voice P Problem Among Telemarketerss. Arch Otolaryngol Heead Neck Suurgery.
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
Jonsdotir. (2003). The T Voice An A Occupa ational Toools: A Studdy of Teaccher’s t Effect off Amplificaation. Doctooral Dissertation. Claassroom Sppeech and the Unniversity of Tampere. Tampere. T Kadriyan H. (2007).A Aspek Fisioologis dan Biomekanis B s Kelelahann Bersuara serta Peenatalaksanaaannya. Cermin Duniaa Kedokteraan. Kementeriian Negaraa Lingkunggan Hidup p. KEP-48//MENLH/11/1996. (1996). Meetode Penggukuran, Perhitungan P n dan Evaaluasi Tinggkat Kebisiingan Linngkungan. Jakarta. J Kurniawiddjaja,L.M. (2010). Teori T dan Aplikasi Kesehatan K Kerja. Pen nerbit Unniversitas Inndonesia, Jaakarta Lehto L. (2007). ( Occcupational Voice V – Stud dying Voice Productionn and Preveenting Vooice Problem m with Speccial Emphassis on Call Centre C Empployee. Diseertasi. Heelsinki Univversity of Teechnology. Lemeshow w et al, (19997). Besar Sampel S dala am Penelitiaan Kesehataan. Gadjah Mada M Unniversity Preess. Yogyakkarta. Ma, E.P., & Yiu, E.M M. (2001). Voice V activiity and partticipation profile: Asseessing thee impact of voice dissorders on daily actiivities. Jouurnal of Sp peech, Laanguage andd Hearing Research. R Mattiske JA, J Oates JM M, Greenwood KM. (1 1998). Vocaal problems among tea achers: a review r of prrevalence, causes, c prevvention, andd treatment. J Voice. Mediastikka, Christinaa Eviutami. (2005). Aku ustika Banggunan. Erlanngga. Jakartta. A. (2007). Voice Diso orders Mesquita de Medeiroos A, Barreeto SM, Asssuncao AA Dysphonia) in i Public Scchool Femalle Teacherss Working inn Belo Horiizonte: (Dy Prevalence annd Associatted Factorss. Departmeent of Healtth Science, Belo Hoorizonte Uniiversity Cennter. Miranda Hellena, H Sarragih AR, Adnan A A, Haryuna H TSH H. (2010). P Pengaruh Bising B Linngkungan Sekolah S terrhadap Keleelahan Berrsuara padaa Guru Sekkolah Daasar. Laporran Penelitiian. Bagian n Telinga Hidung H Tennggorok Fak kultas Keedokteran Universitas U Sumatera Utara Rum mah Sakit H H. Adam Malik M Meedan. Nababan, Manora. (22009). Suarra Parau. Fakultas F Keedokteran U Universitas Riau. Pekkanbaru. ( Preevalence off vocal symp ptoms Pekkarinen, E., Himbberg, L., & Pentti, J. (1992). am mong teachhers comppared with h nurses: A questiionnaire study. s Scandinavian Journal of Logpedics L and a Phoniattrics,
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
W (1971). Vocal funnction: a beehavioral analysis. a In:: Travis LE E, ed. Perkins WH. Haandbook off speech paathology atttd audioloogy. New Y York: ApplletonCeentury-Croftts. Purnanta MA, Soekardono S, Rianto, Ch hristanto A. (2008). P Pengaruh Bising B terrhadap Konnsentrasi Belajar B Murrid Sekolahh Dasar. Teesis. Univeersitas Gaajah Mada. Yogyakarta Y a. Roy, N., Merrill, M R.M M., Thibeauult, S., Gray, S.D., & Smith, E.M M. (2004). Voice dissorders in teachers and the general g poppulation: eeffects on work perrformance, attendancee, and futurre career choices. c Jouurnal of Sp peech, Laanguage, andd Hearing Research. R Rubin J, Schere S R. (22006). Basiics of Voicee Productionn. In Otolarryngology. Basic B Sciience and Clinical C Revview. Editorr: Thomas R and Hinricch S. Thimee. Russel A,, Oates J, Greenwood G d KM. (199 98). Prevaleence of Voice Problem ms in Teaachers. Jouurnal of Voicce. Sapir S, Keidar A,, Mathers-S Schmidt B. (1992). Vocal Attrition relateed to Idiiosyncratic Dysphonia:: re-analysiis of Surveyy Data. Euroopean Journ nal of Disorders of Communica C ation. B (1993). Vocal V attrittion in teacchers: Sapir, S., Keidar, A.., & Matheers-Smith, B. Surrvey findinggs. Europeaan Journal of Disorders of Commuunication. Simberg S. S (2004). Prevalence P of Vokal Symptoms S A Voice D And Disorder Am mong Teaacher Studdent and Teachers T And A Moddel Of Earrly Interven ntion. Dooctoral Dissertation. Unniversity off Helsinki. Finlandia. F H Smith, E.,, Verdolini, K., Gray, S., Nichols, S., Lemkee, J.H, Barkkmeier, J., Hove, H.,, & Hoffman, H. (19996). Effectss of voice disorders d onn quality in n life. Jouurnal of Meedical Speecch-Languag ge Pathologyy. Smith E, Gray G S, Dove H, Kirchhner, L heraas H. (19977). Frequenccy and Effeects of teaachers’ Voicce Problemss. Journal of o Voice. 2004). Szeszenia-Dabrowskaa N, Wilczzynska U, Szymczak W, Peplonnska B. (2 Occcupational Diseases in Poland d in 2003. Lodz, Noofer Institu ute of Occcupational Medicine. Thibeault SL, Merrilll RM, Roy N, N Gray SD D, Smith EM M. (2004). O Occupationa al risk facctors associiated with vooce disordeers among teeachers. Annn Epidemio ol. Urrutikoettxea A, Ispiizua A, Maatellanes F, Aurrekoetxxea J. (19955). Prevalen nce of voccal noduless in teacherss. Paper preesented at: the t First Woorld Congreess of Vooice. Oportoo, Portugal:
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
W A Challenge C fo for Occupattional Vilkman E. (2000). Voice Prooblems at Work: Saffety and Heealth arrenggement. Foliia Phoniatriica et Logoppaedica. Vilkman E. (2001)). A Surveey on Thee Occupattional Safeety and Health H Arrrengementss for Voiice and Speech Proffessiona P als in Eu urope. Occcupational Voice: caree and Cure. Hague: Kuggler Publicaations Vilkman, E. (2004). Occupationnal safety and a health aspects a of vvoice and sp peech proofessions. Folia F Phoniaatrica et Log gopaedica. Vintturi, J., J Alku, P., Sala, E., Siihvo, M., & Vilkman, E. E (2003). L Loading-rela ated subbjective sym mptoms durring a vocall loading teest with speccial referen nce to gennder and soome ergonom mic factors.. Folia Phonniatrica et L Logopaedicaa, Webster JC. J (1979). Effects of Noise N on Sp peech. In Handbook H of Noise Control. Neew York: Mc M Graw-Hilll. Webster MB, M McCrooskey JC. (1998). ( Tea acher Socio-Communiccative Stylee as a Coorrelate off Student Affect A Towa ards Teachher and C Course matterial. Coommunicatioon educatioon. Yiu, E.M M. (2002). Impact I andd prevention n of voice problems in the teaching proofession: Em mbracing thhe consumerrs’ view. Joournal of Vooice.
Unive ersitas Indo onesia
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
Lampiran A. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian
Penjelasan dan Persetujuan Kepada Guru Yth. Bapak / Ibu Guru Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri (berdasarkan surat tugas dari Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Nama saya Vira Pasisha, ST mahasiswi Saat ini, saya sedang melakukan penelitian tentang Analisis Risiko Gangguan Bersuara (Voice Disorders) pada Guru Sekolah Dasar di Kota Depok. Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya sehingga diperoleh produktivitas kerja yang optimal. Salah satu penyakit akibat kerja yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan adalah gangguan bersuara (voice disorders) pada profesi yang mengandalkan suara seperti guru. Gangguan bersuara dapat menurunkan kinerja guru dalam kegiatan belajar mengajar.
Gangguan yang terjadi kapanpun pada suara, yang mana Gangguan bersuara
suara tidak bekerja atau terdengar seperti biasanya sehingga mengganggu komunikasi. (Roy et al, 2004). Gangguan bersuara ini terjadi karena
aktivitas kegiatan belajar-
mengajar. Suara serak
Suara hilang
Rasa kering di tenggorokan
Terdengar kasar, bersifat hilang timbul dan suara kembali normal setelah mengistirahatkan suara Suara yang menjadi hilang secara tiba-tiba dan kembali normal setelah mengistirahatkan suara Sensasi rasa kering yang dirasakan di tenggorokan saat mengajar sehingga membuat orang tersebut berkeinginan untuk minum guna mengurangi rasa kering di tenggorokan
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
Pada penelitian ini kami akan mengukur intensitas suara Bapak/Ibu dengan Sound Level Meter (SLM) saat mengajar serta kelembaban udara menggunakan pocket weather. Sebelum dilakukan pengukuran intensitas suara, terlebih dahulu Bapak/Ibu guru diminta kesediaannya untuk mengisi data identitas diri dan kuesioner Voice Handicap Index (VHI). VHI merupakan kuisioner uji tapis untuk gangguan bersuara. Jika Bapak/Ibu bersedia mengikuti penelitian ini, maka kami mengharapkan Bapak/Ibu menandatangani lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP). Demikian yang dapat kami sampaikan. Atas perhatian Bapak/Ibu, kami ucapkan terima kasih.
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
Lampiran B. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : ................................................ Umur .............. tahun L / P Alamat : ............................................................................................. dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya MENYETUJUI untuk mengikuti penelitian “Analisis Risiko Gangguan Bersuara pada Guru Sekolah Dasar di Kota Depok” yang tujuan, sifat, dan perlunya pemeriksaan yang berkaitan dengan penelitian tersebut di atas, serta risiko yang dapat ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh mahasiswi yang bersangkutan dan telah saya mengerti sepenuhnya. Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan. ................ , ................ 2012 Responden Penelitian
..........................................
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
Lampiran C. Kuesioner Responden A. IDENTITAS RESPONDEN Tanggal Penelitian : Sekolah : Nama : Jenis Kelamin :
Laki-laki/Perempuan
Umur:
..... tahun
Masa Mengajar:
..... tahun
Bidang Studi yang diajarkan: Kelas yang diajarkan: Jumlah murid yang diajarkan Durasi Mengajar :
..... orang/ kelas ..... jam/hari; ..... hari/minggu
Merokok: Jika ya, lamanya:
..... tahun; ..... batang/hari
Minum alkohol : Jika ya, lamanya:
..... tahun; ..... gelas/hari
B. GANGGUAN BERSUARA 1.
Bagaimanakah postur tubuh anda saat mengajar? a. duduk b. berdiri
2.
Apakah saat ini anda mengalami gangguan suara serak/parau ketika mengajar? a. ya b. tidak
3.
Apakah saat ini anda mengalami suara yang tiba-tiba hilang ketika mengajar? a. ya b. tidak
4.
Apakah saat ini anda mengalami rasa kering di tenggorokan ketika mengajar? a. ya b. tidak
5.
Apakah anda pernah mengalami gangguan bersuara selama masa mengajar? a. Ya b. Tidak
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
6.
Seberapa sering anda mengalami gangguan bersuara ini? a. Selalu (setiap hari) b. Seringkali (setiap minggu) c. Kadang-kadang (setiap bulan) d. Jarang (4-5 kali setahun) e. Hampir tidak pernah (kurang dari 1-2 kali setahun)
7.
Apakah anda pernah kehilangan hari kerja (tidak mengajar) karena gangguan bersuara ini? a. Ya, berapa hari? b. Tidak
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
D. VOICE HANDICAP INDEX Pilihlah (lingkari) salah satu angka yang paling sesuai dengan kondisi anda. VOICE HANDICAP INDEX F1
Suara saya membuat orang-orang sulit mendengar saya
P2
Saya seperti kehabisan udara atau bernafas saat berbicara
F3
Tidak
Hampir
Kadang- Hampir
Pernah
Pernah
kadang
Selalu
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
Selalu
Orang-orang sulit mengerti saya pada saat berbicara di ruang yang ribut dikarenakan suara saya
P4
Suara saya bervariasi dalam selang satu hari
F5
Keluarga saya kesulitan mendengar saya ketika saya memanggil mereka di rumah
F6
Saya jarang menggunakan telpon dikarenakan suara saya
E7
Saya gugup jika berbicara dengan orang lain karena suara saya
F8
Saya cenderung menghindari sekumpulan orang karena suara saya
E9
Orang-orang tampaknya terganggu dengan suara saya
P10 Orang-orang bertanya “ada apa dengan suaramu?” F11 Saya jarang berbicara dengan teman-teman, tetangga,atau saudara karena suara saya F12 Orang-orang meminta saya untuk mengulangi apa yang saya katakan ketika berbicara berhadaphadapan P13 Suara saya terdengar serak dan kering P14 Saya merasa seakan-akan saya harus berusaha keras untuk menghasilkan suara
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
E15 Saya mengetahui orang lain tidak mengerti
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
E25 Suara saya membuat saya merasa “cacat”
0
1
2
3
4
P26 Suara saya “hilang” pada saat berbicara
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
E29 Suara saya membuat saya merasa rendah diri
0
1
2
3
4
E30 Saya malu dengan masalah suara saya
0
1
2
3
4
permasalahan saya F16 Permasalah suara saya membatasi kehidupan pribadi dan sosial saya P17 Kejelasan suara saya tidak dapat diprediksi P18 Saya mencoba untuk mengubah suara saya menjadi suara yang berbeda F19 Saya merasa ditinggalkan dari pembicaraan karena suara saya P20 Saya menggunakan usaha yang keras untuk berbicara P21 Suara saya lebih parah pada malam hari F22 Permasalahan suara saya membuat saya kehilangan pendapatan E23 Masalah suara saya membuat saya marah E24 Saya kurang bisa bergaul karena permasalahan suara saya
E27 Saya merasa terganggu ketika orang-orang meminta saya untuk mengulangi kata-kata saya E28 Saya merasa malu ketika orang-orang meminta saya untuk mengulangi kata-kata saya
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
Lampiran D. Pengolahan Data SPSS
Statistics Jenis
Umur
Kelamin
Masa
Bidang
Kelas
Jumlah
Mengajar
Studi
Ajar
Murid
Durasi Mero Ajar
kok
Alko
Postur
Kelemb
hol
Tubuh
aban
Luas
Intensitas
Kebisinga
Suara
n
VHI
Ganggu an Suara
Valid
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
,71
42,75
19,76
1,94
4,87
33,39
4,19
,12
,00
,94
69,88
51,51
75,1189
70,1019
17,75
,70
Median
1,00
43,00
21,50
1,00
5,50
33,00
3,00
,00
,00
1,00
71,30
49,00
76,9000
70,6500
20,50
1,00
Std. Deviation
,457
9,645
10,377
1,511
2,134
4,929
1,795
,330
,000
,232
2,908
3,373
6,33398
7,99465
8,027
,461
-,926
-,414
-,333
1,398
-,562
,597
-,057
-3,893
-1,113
,599
-,554
-,013
-,486
-,876
,235
,235
,235
,235
,235
,235
,235
,235
,235
,235
,235
,235
,235
,235
,235
,235
Minimum
0
20
1
1
1
21
2
0
0
0
63
49
59,80
53,70
2
0
Maximum
1
59
37
6
7
48
6
1
0
1
73
56
85,40
84,20
30
1
N Missing Mean
Skewness Std. Error of Skewness
2,33 4
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
Statistics Jenis
umur
kelamin Valid
Masa
Bidang
Kelas
Jumlah
Durasi
mero
alko
Postur
kelemba
mengaja
studi
ajar
murid
mengajar
kok
hol
tubuh
ban
luas
VHI
Intensitas
Kebisi
Gangguan
suara
ngan
bersuara
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
,71
,33
,57
1,94
4,87
,97
,49
,12
,00
,94
,00
,36
,60
,74
,63
,70
Median
1,00
,00
1,00
1,00
5,50
1,00
,00
,00
,00
1,00
,00
,00
1,00
1,00
1,00
1,00
Std. Deviation
,457
,473
,498
1,511
2,134
,167
,502
,330
,000
,232
,000
,482
,491
,443
,485
,461
-,926
,733
-,270
1,398
-,562
-5,771
,038
,599
-,430
-1,085
-,556
-,876
,235
,235
,235
,235
,235
,235
,235
,235
,235
,235
,235
,235
,235
,235
,235
,235
Minimum
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Maximum
1
1
1
6
7
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
N Missing Mean
Skewness Std. Error of Skewness
2,33
-3,893
4
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
jeniskelamin Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
laki-laki
31
29,2
29,2
29,2
wanita
75
70,8
70,8
100,0
106
100,0
100,0
Total
umur Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
< 50 tahun
71
67,0
67,0
67,0
> 50 tahun
35
33,0
33,0
100,0
106
100,0
100,0
Total
masamengajar Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
< 20 tahun
46
43,4
43,4
43,4
> 20 tahun
60
56,6
56,6
100,0
106
100,0
100,0
Total
kelasajar Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
kelas 1
11
10,4
10,4
10,4
kelas 2
10
9,4
9,4
19,8
kelas 3
10
9,4
9,4
29,2
kelas 4
10
9,4
9,4
38,7
kelas 5
12
11,3
11,3
50,0
kelas 6
16
15,1
15,1
65,1
kelas 1-6
37
34,9
34,9
100,0
106
100,0
100,0
Valid
Total
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
Jumlahmurid Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
< 33 murid
20
18,9
18,9
18,9
> 33 murid
86
81,1
81,1
100,0
106
100,0
100,0
Total
durasimengajar Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
< 4 jam
54
50,9
50,9
50,9
> 4 jam
52
49,1
49,1
100,0
106
100,0
100,0
Total
merokok Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
tidak
93
87,7
87,7
87,7
ya
13
12,3
12,3
100,0
106
100,0
100,0
Total
alkohol Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
tidak
106
100,0
100,0
100,0
posturtubuh Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
duduk
6
5,7
5,7
5,7
berdiri
100
94,3
94,3
100,0
Total
106
100,0
100,0
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
kelembaban Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
> 35%
106
100,0
100,0
100,0
luas Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
< 50 m2
68
64,2
64,2
64,2
> 50 m2
38
35,8
35,8
100,0
106
100,0
100,0
Total
VHI Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
1-19
42
39,6
39,6
39,6
20-40
64
60,4
60,4
100,0
Total
106
100,0
100,0
intensitassuara Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
< 70 dB
28
26,4
26,4
26,4
> 70 dB
78
73,6
73,6
100,0
106
100,0
100,0
Total
kebisingankelas Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
< 63 dB
39
36,8
36,8
36,8
> 63 dB
67
63,2
63,2
100,0
106
100,0
100,0
Total
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
gangguanbersuara Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
tidak
32
30,2
30,2
30,2
ya
74
69,8
69,8
100,0
106
100,0
100,0
Total
Crosstabs
jeniskelamin * gangguanbersuara Crosstabulation gangguanbersuara tidak Count
Total
ya 18
13
31
58,1%
41,9%
100,0%
14
61
75
18,7%
81,3%
100,0%
32
74
106
30,2%
69,8%
100,0%
laki-laki % within jeniskelamin jeniskelamin Count wanita % within jeniskelamin Count Total % within jeniskelamin
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
16,154a
1
,000
Continuity Correction
14,339
1
,000
Likelihood Ratio
15,472
1
,000
Pearson Chi-Square b
Fisher's Exact Test
,000
Linear-by-Linear
16,002
Association N of Valid Cases
1
,000
106
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,36. b. Computed only for a 2x2 table
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
,000
Risk Estimate Value
95% Confidence Interval Lower
Odds Ratio for jeniskelamin (laki-laki / wanita) For cohort gangguanbersuara = tidak For cohort gangguanbersuara = ya N of Valid Cases
Upper
6,033
2,404
15,137
3,111
1,778
5,441
,516
,336
,791
106
umur * gangguanbersuara Crosstabulation gangguanbersuara tidak Count
Total
ya 21
50
71
29,6%
70,4%
100,0%
11
24
35
31,4%
68,6%
100,0%
32
74
106
30,2%
69,8%
100,0%
< 50 tahun % within umur umur Count > 50 tahun % within umur Count Total % within umur
Risk Estimate Value
95% Confidence Interval Lower
Odds Ratio for umur (< 50 tahun / > 50 tahun) For cohort gangguanbersuara = tidak For cohort gangguanbersuara = ya N of Valid Cases
Upper
,916
,381
2,203
,941
,513
1,727
1,027
,784
1,346
106
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
,845
Continuity Correction
,000
1
1,000
Likelihood Ratio
,038
1
,845
Pearson Chi-Square
,038 b
Fisher's Exact Test
1,000
Linear-by-Linear
,038
Association N of Valid Cases
1
,508
,846
106
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,57. b. Computed only for a 2x2 table
masamengajar * gangguanbersuara Crosstabulation gangguanbersuara tidak Count
Total
ya 16
30
46
34,8%
65,2%
100,0%
16
44
60
26,7%
73,3%
100,0%
32
74
106
30,2%
69,8%
100,0%
< 20 tahun % within masamengajar masamengajar Count > 20 tahun % within masamengajar Count Total % within masamengajar
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
,814a
1
,367
Continuity Correction
,474
1
,491
Likelihood Ratio
,810
1
,368
Pearson Chi-Square b
Fisher's Exact Test
,399
Linear-by-Linear
,806
Association N of Valid Cases
1
,369
106
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,89. b. Computed only for a 2x2 table
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
,245
Risk Estimate Value
95% Confidence Interval Lower
Upper
Odds Ratio for masamengajar (< 20 tahun /
1,467
,637
3,377
1,304
,733
2,322
,889
,685
1,154
> 20 tahun) For cohort gangguanbersuara = tidak For cohort gangguanbersuara = ya N of Valid Cases
106
bidangstudi * gangguanbersuara Crosstabulation gangguanbersuara tidak Count
Total
ya 20
49
69
29,0%
71,0%
100,0%
3
6
9
33,3%
66,7%
100,0%
3
5
8
37,5%
62,5%
100,0%
2
7
9
22,2%
77,8%
100,0%
1
6
7
14,3%
85,7%
100,0%
3
1
4
75,0%
25,0%
100,0%
32
74
106
30,2%
69,8%
100,0%
guru kelas % within bidangstudi Count guru olahraga % within bidangstudi Count guru agama % within bidangstudi bidangstudi Count guru bahasa inggris % within bidangstudi Count guru bahasa sunda % within bidangstudi Count guru komputer % within bidangstudi Count Total % within bidangstudi
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2sided)
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
5,215a
5
,390
4,944
5
,423
,285
1
,594
106
a. 7 cells (58,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,21.
kelasajar * gangguanbersuara Crosstabulation gangguanbersuara tidak Count
Total
ya 0
11
11
0,0%
100,0%
100,0%
3
7
10
30,0%
70,0%
100,0%
6
4
10
60,0%
40,0%
100,0%
2
8
10
20,0%
80,0%
100,0%
5
7
12
41,7%
58,3%
100,0%
4
12
16
25,0%
75,0%
100,0%
12
25
37
32,4%
67,6%
100,0%
32
74
106
30,2%
69,8%
100,0%
kelas 1 % within kelasajar Count kelas 2 % within kelasajar Count kelas 3 % within kelasajar Count kelasajar
kelas 4 % within kelasajar Count kelas 5 % within kelasajar Count kelas 6 % within kelasajar Count kelas 1-6 % within kelasajar Count
Total % within kelasajar
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
Jumlahmurid * gangguanbersuara Crosstabulation gangguanbersuara tidak
Total
ya
Count
6
14
20
30,0%
70,0%
100,0%
26
60
86
30,2%
69,8%
100,0%
32
74
106
30,2%
69,8%
100,0%
< 33 murid % within Jumlahmurid Jumlahmurid Count > 33 murid % within Jumlahmurid Count Total % within Jumlahmurid
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
,000a
1
,984
Continuity Correction
,000
1
1,000
Likelihood Ratio
,000
1
,984
Pearson Chi-Square b
Fisher's Exact Test
1,000
Linear-by-Linear
,000
Association N of Valid Cases
1
,984
106
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,04. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate Value
95% Confidence Interval Lower
Odds Ratio for Jumlahmurid (< 33 murid / > 33 murid) For cohort gangguanbersuara = tidak For cohort gangguanbersuara = ya N of Valid Cases
Upper
,989
,342
2,858
,992
,472
2,085
1,003
,729
1,380
106
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
,607
Risk Estimate Value
95% Confidence Interval Lower
For cohort
1,451
gangguanbersuara = ya N of Valid Cases
Upper
1,274
1,652
106
durasimengajar * gangguanbersuara Crosstabulation gangguanbersuara tidak Count
Total
ya 15
39
54
27,8%
72,2%
100,0%
17
35
52
32,7%
67,3%
100,0%
32
74
106
30,2%
69,8%
100,0%
< 4 jam % within durasimengajar durasimengajar Count > 4 jam % within durasimengajar Count Total % within durasimengajar
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
,582
Continuity Correction
,115
1
,734
Likelihood Ratio
,304
1
,582
Pearson Chi-Square
,304 b
Fisher's Exact Test
,674
Linear-by-Linear
,301
Association N of Valid Cases
1
,583
106
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,70. b. Computed only for a 2x2 table
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
,367
Risk Estimate Value
95% Confidence Interval Lower
Upper
Odds Ratio for durasimengajar (< 4 jam / >
,792
,345
1,818
,850
,475
1,518
1,073
,834
1,380
4 jam) For cohort gangguanbersuara = tidak For cohort gangguanbersuara = ya N of Valid Cases
106
merokok * gangguanbersuara Crosstabulation gangguanbersuara tidak Count
Total
ya 24
69
93
25,8%
74,2%
100,0%
8
5
13
61,5%
38,5%
100,0%
32
74
106
30,2%
69,8%
100,0%
tidak % within merokok merokok Count ya % within merokok Count Total % within merokok
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
,009
Continuity Correction
5,318
1
,021
Likelihood Ratio
6,307
1
,012
Pearson Chi-Square
6,910 b
Fisher's Exact Test
,020
Linear-by-Linear
6,845
Association N of Valid Cases
1
,009
106
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,92. b. Computed only for a 2x2 table
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
,013
Risk Estimate Value
95% Confidence Interval Lower
Odds Ratio for merokok (tidak / ya) For cohort gangguanbersuara = tidak For cohort gangguanbersuara = ya N of Valid Cases
Upper
,217
,065
,729
,419
,242
,727
1,929
,960
3,877
106
posturtubuh * gangguanbersuara Crosstabulation gangguanbersuara tidak Count
Total
ya 1
5
6
16,7%
83,3%
100,0%
31
69
100
31,0%
69,0%
100,0%
32
74
106
30,2%
69,8%
100,0%
duduk % within posturtubuh posturtubuh Count berdiri % within posturtubuh Count Total % within posturtubuh
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
,458
Continuity Correction
,081
1
,776
Likelihood Ratio
,613
1
,433
Pearson Chi-Square
,552 b
Fisher's Exact Test
,665
Linear-by-Linear
,547
Association N of Valid Cases
1
,460
106
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,81. b. Computed only for a 2x2 table
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
,411
Risk Estimate Value
95% Confidence Interval Lower
Odds Ratio for posturtubuh (duduk / berdiri) For cohort gangguanbersuara = tidak For cohort gangguanbersuara = ya N of Valid Cases
Upper
,445
,050
3,971
,538
,088
3,295
1,208
,825
1,768
106
luas * gangguanbersuara Crosstabulation gangguanbersuara tidak Count
Total
ya 20
48
68
29,4%
70,6%
100,0%
12
26
38
31,6%
68,4%
100,0%
32
74
106
30,2%
69,8%
100,0%
< 50 m2 % within luas luas Count > 50 m2 % within luas Count Total % within luas
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
,816
Continuity Correctionb
,000
1
,990
Likelihood Ratio
,054
1
,816
Pearson Chi-Square
,054
Fisher's Exact Test
,829
Linear-by-Linear
,054
Association N of Valid Cases
1
,817
106
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,47. b. Computed only for a 2x2 table
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
,492
Risk Estimate Value
95% Confidence Interval Lower
Odds Ratio for luas (< 50 m2 / > 50 m2) For cohort gangguanbersuara = tidak For cohort gangguanbersuara = ya
Upper
,903
,382
2,134
,931
,513
1,689
1,032
,792
1,345
N of Valid Cases
106
intensitassuara * gangguanbersuara Crosstabulation gangguanbersuara tidak Count
Total
ya 14
14
28
50,0%
50,0%
100,0%
18
60
78
23,1%
76,9%
100,0%
32
74
106
30,2%
69,8%
100,0%
< 70 dB % within intensitassuara intensitassuara Count > 70 dB % within intensitassuara Count Total % within intensitassuara
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
,008
Continuity Correction
5,867
1
,015
Likelihood Ratio
6,752
1
,009
Pearson Chi-Square
7,086 b
Fisher's Exact Test
,015
Linear-by-Linear
7,020
Association N of Valid Cases
1
,008
106
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,45. b. Computed only for a 2x2 table
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
,009
Risk Estimate Value
95% Confidence Interval Lower
Upper
Odds Ratio for intensitassuara (< 70 dB / >
3,333
1,343
8,273
2,167
1,251
3,751
,650
,440
,960
70 dB) For cohort gangguanbersuara = tidak For cohort gangguanbersuara = ya N of Valid Cases
106
kebisingankelas * gangguanbersuara Crosstabulation gangguanbersuara tidak Count
Total
ya 17
22
39
43,6%
56,4%
100,0%
15
52
67
22,4%
77,6%
100,0%
32
74
106
30,2%
69,8%
100,0%
< 63 dB % within kebisingankelas kebisingankelas Count > 63 dB % within kebisingankelas Count Total % within kebisingankelas
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
,022
Continuity Correction
4,300
1
,038
Likelihood Ratio
5,160
1
,023
Pearson Chi-Square
5,258 b
Fisher's Exact Test
,029
Linear-by-Linear
5,208
Association N of Valid Cases
1
,022
106
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,77. b. Computed only for a 2x2 table
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
,020
Risk Estimate Value
95% Confidence Interval Lower
Upper
Odds Ratio for kebisingankelas (< 63 dB /
2,679
1,140
6,297
1,947
1,100
3,447
,727
,536
,985
> 63 dB) For cohort gangguanbersuara = tidak For cohort gangguanbersuara = ya N of Valid Cases
106
gangguanbersuara * VHI Crosstabulation VHI 1-19 Count
Total 20-40
18
14
32
56,2%
43,8%
100,0%
24
50
74
32,4%
67,6%
100,0%
42
64
106
39,6%
60,4%
100,0%
tidak % within gangguanbersuara gangguanbersuara Count ya % within gangguanbersuara Count Total % within gangguanbersuara
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
,021
Continuity Correction
4,348
1
,037
Likelihood Ratio
5,235
1
,022
Pearson Chi-Square
5,297 b
Fisher's Exact Test
,030
Linear-by-Linear
5,247
Association N of Valid Cases
1
,022
106
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,68. b. Computed only for a 2x2 table
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
,019
Risk Estimate Value
95% Confidence Interval Lower
Upper
Odds Ratio for gangguanbersuara (tidak /
2,679
1,143
6,275
For cohort VHI = 1-19
1,734
1,107
2,717
For cohort VHI = 20-40
,648
,424
,989
N of Valid Cases
106
ya)
Logistic Regression Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square
Step 1
df
Sig.
Step
15,472
1
,000
Block
15,472
1
,000
Model
15,472
1
,000
Variables in the Equation B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
95% C.I.for EXP(B) Lower
Step 1a
jeniskelamin
1,797
,469
14,662
1
,000
6,033
Constant
-,325
,364
,799
1
,371
,722
a. Variable(s) entered on step 1: jeniskelamin.
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square
Step 1
df
Sig.
Step
,038
1
,845
Block
,038
1
,845
Model
,038
1
,845
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
2,404
Upper 15,137
Variables in the Equation B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
95% C.I.for EXP(B) Lower
umur
Step 1a
Constant
-,087
,447
,038
1
,845
,916
,868
,260
11,129
1
,001
2,381
,381
Upper 2,203
a. Variable(s) entered on step 1: umur.
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square
Step 1
df
Sig.
Step
,810
1
,368
Block
,810
1
,368
Model
,810
1
,368
Variables in the Equation B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
95% C.I.for EXP(B) Lower
Step 1a
masamengajar
,383
,426
,810
1
,368
1,467
Constant
,629
,310
4,123
1
,042
1,875
Upper
,637
3,377
a. Variable(s) entered on step 1: masamengajar.
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square
Step 1
df
Sig.
Step
4,944
5
,423
Block
4,944
5
,423
Model
4,944
5
,423
Variables in the Equation B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
95% C.I.for EXP(B) Lower
bidangstudi
a
Step 1
4,151
5
,528
Upper
bidangstudi(1)
-,203
,755
,072
1
,788
,816
,186
3,587
bidangstudi(2)
-,385
,777
,246
1
,620
,680
,148
3,119
bidangstudi(3)
,357
,845
,178
1
,673
1,429
,273
7,478
bidangstudi(4)
,896
1,112
,648
1
,421
2,449
,277
21,663
bidangstudi(5)
-1,995
1,185
2,834
1
,092
,136
,013
1,387
,896
,265
11,405
1
,001
2,450
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: bidangstudi.
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
Variables in the Equation B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
95% C.I.for EXP(B) Lower
Step 1a
bidangstudi Constant
-,073
,137
,287
1
,592
,929
,983
,347
8,016
1
,005
2,674
Upper
,710
1,216
a. Variable(s) entered on step 1: bidangstudi.
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square
Step 1
df
Sig.
Step
13,233
6
,039
Block
13,233
6
,039
Model
13,233
6
,039
Variables in the Equation B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
95% C.I.for EXP(B) Lower
kelasajar
Step 1a
4,569
6
,600
Upper
kelasajar(1)
-20,356
12118,636
,000
1
,999
,000
,000
.
kelasajar(2)
-21,608
12118,636
,000
1
,999
,000
,000
.
kelasajar(3)
-19,817
12118,636
,000
1
,999
,000
,000
.
kelasajar(4)
-20,866
12118,636
,000
1
,999
,000
,000
.
kelasajar(5)
-20,104
12118,636
,000
1
,999
,000
,000
.
kelasajar(6)
-20,469
12118,636
,000
1
,999
,000
,000
.
21,203
12118,636
,000
1
,999 1615475397,065
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: kelasajar.
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square
Step 1
df
Sig.
Step
,000
1
,984
Block
,000
1
,984
Model
,000
1
,984
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
Variables in the Equation B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
95% C.I.for EXP(B) Lower
Step 1a
Jumlahmurid Constant
-,011
,542
,000
1
,984
,989
,847
,488
3,015
1
,082
2,333
Upper
,342
2,858
a. Variable(s) entered on step 1: Jumlahmurid.
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square
Step 1
df
Sig.
Step
,304
1
,582
Block
,304
1
,582
Model
,304
1
,582
Variables in the Equation B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
95% C.I.for EXP(B) Lower
Step 1a
durasimengajar Constant
-,233
,424
,303
1
,582
,792
,956
,304
9,891
1
,002
2,600
Upper
,345
1,818
a. Variable(s) entered on step 1: durasimengajar.
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square
Step 1
df
Sig.
Step
6,307
1
,012
Block
6,307
1
,012
Model
6,307
1
,012
Variables in the Equation B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
95% C.I.for EXP(B) Lower
Step 1a
merokok
-1,526
,617
6,110
1
,013
,217
Constant
1,056
,237
19,859
1
,000
2,875
a. Variable(s) entered on step 1: merokok.
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
,065
Upper ,729
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square
Step 1
df
Sig.
Step
,613
1
,433
Block
,613
1
,433
Model
,613
1
,433
Variables in the Equation B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
95% C.I.for EXP(B) Lower
Step 1a
posturtubuh
-,809
1,117
,525
1
,469
,445
Constant
1,609
1,095
2,159
1
,142
5,000
,050
Upper 3,971
a. Variable(s) entered on step 1: posturtubuh.
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square
Step 1
df
Sig.
Step
,054
1
,816
Block
,054
1
,816
Model
,054
1
,816
Variables in the Equation B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
95% C.I.for EXP(B) Lower
Step 1a
luas Constant
-,102
,439
,054
1
,816
,903
,875
,266
10,820
1
,001
2,400
a. Variable(s) entered on step 1: luas.
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square
Step 1
df
Sig.
Step
6,752
1
,009
Block
6,752
1
,009
Model
6,752
1
,009
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
,382
Upper 2,134
Variables in the Equation B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
95% C.I.for EXP(B) Lower
Step 1a
intensitassuara Constant
1,204
,464
6,740
1
,009
3,333
,000
,378
,000
1
1,000
1,000
1,343
Upper 8,273
a. Variable(s) entered on step 1: intensitassuara.
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square
Step 1
df
Sig.
Step
5,160
1
,023
Block
5,160
1
,023
Model
5,160
1
,023
Variables in the Equation B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
95% C.I.for EXP(B) Lower
Step 1a
kebisingankelas
,985
,436
5,106
1
,024
2,679
Constant
,258
,323
,637
1
,425
1,294
a. Variable(s) entered on step 1: kebisingankelas.
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012
1,140
Upper 6,297
Multivariat Variables in the Equation B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
95% C.I.for EXP(B) Lower
Step 1a
Upper
jeniskelamin
2,002
,587
11,633
1
,001
7,404
2,343
23,393
bidangstudi
,017
,163
,011
1
,915
1,017
,740
1,399
merokok
,223
,794
,079
1
,779
1,250
,264
5,931
intensitassuara
1,068
,534
3,998
1
,046
2,908
1,021
8,281
kebisingankelas
1,208
,537
5,062
1
,024
3,346
1,168
9,584
-1,985
,882
5,061
1
,024
,137
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: jeniskelamin, bidangstudi, merokok, intensitassuara, kebisingankelas.
Variables in the Equation B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
95% C.I.for EXP(B) Lower
jeniskelamin
1,997
,586
11,635
1
,001
7,369
2,339
23,219
,223
,795
,079
1
,779
1,250
,263
5,932
intensitassuara
1,064
,533
3,990
1
,046
2,898
1,020
8,231
kebisingankelas
1,203
,535
5,053
1
,025
3,331
1,167
9,513
-1,942
,786
6,106
1
,013
,143
merokok a
Step 1
Upper
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: jeniskelamin, merokok, intensitassuara, kebisingankelas.
Variables in the Equation B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
95% C.I.for EXP(B) Lower
Step 1a
Upper
jeniskelamin
1,922
,517
13,797
1
,000
6,832
2,479
18,833
intensitassuara
1,040
,525
3,925
1
,048
2,828
1,011
7,909
kebisingankelas
1,156
,507
5,194
1
,023
3,179
1,176
8,593
-1,820
,651
7,819
1
,005
,162
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: jeniskelamin, intensitassuara, kebisingankelas.
Analisis risiko..., Vira Pasisha, FKM UI, 2012