ANALISIS RASIO LANCAR RUMAH SAKIT X Marsdenia1* 1
Program Studi Akuntansi Program Vokasi Universitas Indonesia
ABSTRAK - Peningkatan efisiensi pengelolaan rumah sakit secara terus menerus merupakan pedoman pengelolaan keuangan yang mutlak harus diadopsi oleh rumah sakit mana pun. Penelitian ini bertujuan diperolehnya informasi tentang komponen yang berkontribusi terhadap terjadinya fluktuasi rasio lancar RS X tahun 2000, 2001 dan 2002. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, dengan sumber data primer (wawancara mendalam kepada pihak terkait yaitu Direktur RS, Kepala Bagian Keuangan Wadir Adiministrasi dan Keuangan) dan data sekunder (laporan keuangan). Hasil penelitian menunjukan bahwa rasio lancar RS X masih dalam rentang normal kecuali untuk tahun 2001 yang berada dibawah standar (1.42). Rasio yang lebih sensitif, yaitu Acid Test Ratio, masih dalam rentang normal untuk tahun 2000, tetapi pada tahun 2001 dan pada tahun 2002, angka rasio berada pada tingkat dibawah rentang normal. Rasio kas juga berada pada angka dibawah normal, kecuali untuk tahun 2000. Angka perputaran piutang juga berada pada angka yang semakin kecil untuk 3 tahun ini yang memberi makna bahwa butuh waktu yang lebih lama lagi untuk menagih piutang dibandingkan dengan rentang normal hari tertagihnya piutang yaitu antara 14 sampai dengan 20 hari. Untuk angka rasio perputaran persediaan RS X berada dibawah angka rasio normal (24 – 32 kali pembelian per tahun). Sedangkan hari rata-rata persediaan tersimpan digudang adalah selama 16 – 21 hari. Nilai rasio lancar diperoleh dari perbandingan asset lancar dengan kewajiban lancar, dimana secara angka/nominal rasio lancar RS X pada tahun 2002 pada rentang normal, 1,5-2,00 tetapi angka ini memiliki nilai riil yang sebaliknya. Hal ini karena saldo piutang pasien jaminan dinilai pada angka yang terlalu tinggi begitu juga dengan piutang pasien non jaminan/pasien umum/pasien dengan bayar sendiri. Berdasarkan penelitian ini, manajemen RS X memiliki berbagai solusi untuk mengatasi masalah likuiditas yang ditandai dengan menurunnya rasio lancar dan berada pada rentang dibawah normal. Ada beberapa usulan yang bisa diimplementasikan oleh manajemen, yaitu melakukan pengendalian atas pengeluaran kas keluar dan kas masuk, melakukan evaluasi kembali atas kebijakan pemberian piutang kepada pasien, reformasi prosedur persediaan obat. Kata kunci: Rasio lancar, kas, piutang pasien, persediaan, kewajiban lancar.
ABSTRACT – Increasing the efficiency of hospital management sustainability is an ongoing financial management guidelines that absolutely must be adopted by any hospital. This study aims at obtaining information about the components that contribute to the fluctuations of the current ratio Hospital X between 2000, 2001 and 2002. This study used quantitative and qualitative approaches, with the primary data source (in-depth interviews to the relevant parties ie Hospital Director, Chief Financial Officer and Vice Director Adiministrasi Finance) and the secondary data source include financial statements. The research shows that RS X’s current ratio are still in a normal range except in the year of 2001 was below the standard (1.42). The more sensitive ratio, Acid Test Ratio, is still in normal range in the year of 2000, but in the year of 2001, and 2002, the ratios are in the lowest bend of the normal range. Cash Ratios for many years are also in the lowest bend except for the year of 2000, Receivable turn over ratios for the last three years go smaller showing that receivables took longer time to collect, the normal range for receivable turn over is 14 up to 20 days. Inventory turn over ratios are below the standard range (24-32 times per year), the average inventory held in warehouse
Analisis Rasio Lancar Rumah Sakit X Marsdenia Volume 1, Nomor 2, pp 61-83
is between 16 up to 21 days. The value of current ratio is got from comparison between current assets and current liabilities. Nominally, RS X’s current ratio in 2002 is in the state bend, namely, 1.5 – 2.00, in the real term, the ratio shows on contradictory pictures. The reasons are a) Guaranteed Receivables are valued above the normal practice (overstated) b) overstated of Non Guaranteed receivables/Personal Receivables. Based on this research, the author thinks that there are some rooms for RS X’s management to fit their current ratio problem. There are several suggestions that the management can adopt, namely controlling cash outflow and cash inflow, reevaluating receivables policy, reforming the supply of inventories (medicine) procedures. Keywords: Current ratio, cash, patient receivables, inventory, current liabilities. tempat tidur (TT), serta alat-alat medis
PENDAHULUAN
sehingga sekarang telah mempunyai 126 TT, I.
Latar Belakang
termasuk tipe madya (kelas C). RS X telah
Peningkatan efisiensi pengelolaan rumah
menjalin kerjasama dengan instansi-instansi
sakit
secara
terus
menerus
se Jabotabek, telah menerima sertifikasi
merupakan
pedoman pengelolaan keuangan yang mutlak
Akreditasi
harus diadopsi oleh rumah sakit mana pun,
pelayanan rumah sakit dari Depkes pada 1
dimana
September 1999.
efisiensi
yang
tinggi
akan
penuh
untuk
lima
standar
Dari laporan keuangan RS X periode
meningkatkan keunggulan kompetitif dan akhirnya
2000 s/d 2002 untuk analisis rasio likuiditas,
meningkatkan kemampuan keuangan rumah
terlihat bahwa cenderung terjadi penurunan
sakit (RS) untuk mensejahterakan anggotanya
yang cukup lebar, terutama untuk angka rasio
(Setiawan, 1996).
lancar tahun 2001 yang turun hampir
peningkatan
pendaptan
dan
RS
Swasta
setengah dari angka rasio lancar untuk tahun
telah
terjadi
2000. Begitu juga dengan angka rasio cair,
pertumbuhan yang sangat pesat baik itu
rasio kas dan rasio-rasio likuiditas lainnya
untuk jenis RS umum mau pun RS khusus
cenderung terjadi penurunan, yang segera
seperti
harus dicermati penyebabnya. Memang rasio
Statistik
perkembangan
memperlihatkan
RS
bahwa
Khusus
Jiwa,
Kusta
atau
Tuberculosis. (Depkes RI, 1998), semakin
lancar
lebih
menggambarkan
secara
besarnya peranan pelayanan kesehatan rumah
komprehensif dari kondisi likuiditas. Dimana
sakit oleh sektor swasta ditandai dengan
rasio cair dan rasio kas lebih menggambarkan
tingkat pertumbuhan yang rumah sakit
sensitivitas dari kemampuan likuiditas dari RS
swasta sebesar 142% untuk jenis pelayanan
karena rasio cair diperoleh dari mengeluarkan
umum.
komponen persediaan dari komponen harta
RS X merupakan rumah sakit swasta
lancar dari formula rasio lancar, sedangkan
yang setahap demi setahap berusaha untuk
rasio kas adalah mengeluarkan komponen
meningkatkan mutu pelayanannya, dengan
piutang
menambah sarana penunjang medis, jumlah
(neumann, 1995). Rasio lancar diperoleh dari
62
dari
komponen
harta
lancar
Analisis Rasio Lancar Rumah Sakit X Marsdenia Volume 1, Nomor 2, pp 61-83
perbandingan antara harta lancar dengan
tahun terakhir cenderung terjadi penurunan
kewajiban lancar dengan ukuran baku 1.75-
terus
2.75 (Sjaaf, 2000). Terlihat pada rasio lancar
Penurunan antara lain karena faktor eksternal
RS X yang sudah tidak dalam ukuran baku
rumah sakit yang tidak bias diintervensi yaitu
yaitu sebesar 1.42 pada tahun 2001.
terjadinya krisis moneter dan krisis global.
sampai
tahun
2002
(Tabel
1.1).
Dari Kinerja Pelayanan RS X secara kasar terlihat bahwa untuk BOR delapan Tabel 1.1 Kinerja pelayanan RS X 8 tahun (1995 – 2002) Indikator
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
BOR
70,45
66,71
69,00
53,27
54,00
67,97
68,40
65,50
LOS
4,06
4,14
3,81
3,69
3,70
3,48
3,38
3,45
BTO
67,55
62,02
66,50
51,80
53,43
68,42
71,06
68,50
TOI
1,60
1,97
1,68
3,29
3,14
1,71
1,62
1,84
NDR
0,9
1
0,89
1,61
1,36
1,48
1,37
1,32
TT
123
121
121
127
127
126
126
126
Sumber: bagian Informatika RS X
2. Komponen
II. Pokok Masalah
apa
berkontribusi a. b.
terhadap
yang
terjadinya
Fluktuasi saldo kas, bank dan deposito
fluktuasi saldo piutang dan besarnya
2000, 2001, 2002 yang cukup lebar
saldo piutang, apa/bagaimana solusi
Fluktuasi saldo piutang tahun 2000, 2001
pengelolaan piutang? 3. Komponen
dan 2002 yang cukup lebar dan saldo c.
saja
apa
piutang yang besar
berkontribusi
Fluktuasi saldo perediaan obat tahun
fluktuasi
2000, 2001, 2002 yang cukup lebar dan
besarnya
saldo persediaan obat yang besar
apa/bagaimana
saja
terhadap
saldo
terjadinya
persediaan
saldo solusi
yang dan
persediaan, pengelolaan
persediaan? a.
Pertanyaan penelitian 1. Komponen berkontribusi
apa
saja
terhadap
III. Tujuan
yang
terjadinya
a.
fluktuasi kas, bank, deposito serta apa/bagaimana
solusi
Tujuan Umum Diperolehnya informasi tentang komponen
pengelolaan
yang berkontribusi terhadap terjadinya fluktuasi
kas, bank, deposito?
63
Analisis Rasio Lancar Rumah Sakit X Marsdenia Volume 1, Nomor 2, pp 61-83
rasio lancar RS X tahun 2000, 2001 dan 2002
yang menggambarkan kemampuan rumah
sehingga bisa memberikan masukan kepada pihak
sakit didalam memenuhi kewajiban jangka
manajemen agar bisa menjaga rasio lancar dalam
pendeknya yang jatuh tempo. Dimana Aktiva
batas yang aman dalam rangka mempertahankan
lancar rumah sakit terdiri dari kas, piutang,
kelangsungan RS X dimasa yang akan dating.
persediaan dan kewajiban lancar terdiri dari kewajiban kepada vendor dan uang muka
b.
Tujuan Khusus -
Diketahuinya
informasi
pasien.
tentang
a. input : Penderita yang berobat jalan dan
komponen yang berkontribusi terhadap
menginap, tenaga medis, para medis dan
terjadinya fluktuasi kas, bank, deposito
-
non medis (Man), SDU (Sumber Daya
dan solusi pengelolaan kas, bank, deposito
Uang), Metode/Prosedur dan peralatan
Diketahuinya
medis
informasi
tentang
b. Proses : dimana untuk proses diambil dari
pengelolaan piutang informasi
(sarana
prasarana) (Modifikasi PERDHAKI, 1992)
terjadinya fluktuasi piutang dan solusi
Diketahuinya
non
medis/mesin/Komputerisasi
komponen yang berkontribusi terhadap
-
dan
kegiatan yang ada di rumah sakit yang tentang
akan
menghasilkan
penerimaan
kas,
komponen yang berkontribusi terhadap
pengeluaran kas, pre-admission, admission,
terjadinya persediaan obat dan solusi
inhouse, Collecting, Write-off, Permintaan obat/Kebutuhan. Pengadaan/Pemesanan,
pengelolaan persediaan obat
Penerimaan
Barang/Obat,
Penerimaan
Tagihan IV. Metodologi Penelitian a.
c. Output : Kas, Piutang, Persediaan Obat,
Kerangka Konsep
Rasio Lancar diperoleh dari aktiva lancar
Fluktuasi rasio lancar RS X untuk tahun
dibagi dengan kewajiban lancar yang
2000, 2001 dan 2002 bisa dianalisis dengan
menggambarkan kemampuan rumah sakit didalam
pendekatan sistem untuk melihat rasio lancar
memenuhi
pendeknya
yang
kewajiban
jangka
jatuh
tempo,
sebagai suatu indikator kinerja RS secara
(kas+piutang+persediaan)/
komprehensif/menyeluruh.
pada
Menurut
vendor+Uang
(Neumann, 1995)
Neumann (1995), rasio lancar diperoleh dari aktiva lancar dibagi dengan kewajiban lancar
64
Muka
(kewajiban Pasien)
Analisis Rasio Lancar Rumah Sakit X Marsdenia Volume 1, Nomor 2, pp 61-83
Gambar 1.1 Kerangka Konsep Penelitian
-
- Sumber daya manusia - Sumber Daya Uang - Prosedur/Metode - Mesin/Kompute
Penerimaan kas Pengeluaran kas Pre-admission Admission Inhouse Billing Collecting Write-off Penerimaan Kebutuhan Pemesanan Obat Penerimaan Barang Penerimaan Tagihan Pencatatan Persediaan
RASIO LANCAR
Keterangan : = Area Penelitian
b.
Definisi Operasional
biaya baik itu pengeluaran operasional,
Proses
pengeluaran
pembiayaan,
dan
pengeluaran
pengembangan
yang
-
Penerimaan kas adalah setiap transaksi yang diterima dari hasil penjualan jasa
menyebabkan berkurangnya saldo kas.
pelyanan mau pun dari sumber lainnya.
Sumber data : analisis secara mendalam
Sumber data: analisis secara mendalam laporan
keuangan
serta
laporan
wawancara
melakukan
kas
yaitu
pengamatan
Kasir
wawancara
pengekuaran kas yaitu Kepala urusan
dan
perbendaharaan
proses
dan
melakukan
pengamatan proses pengeluaran kas di
penerimaan kas di lapangan -
serta
mendalam kepada pihak terkait dengan
mendalam kepada pihak terkait dengan penerimaan
keuangan
lapangan
Pengeluaran kas adalah : setiap transaksi yang dikeluarkan untuk membayar biaya-
65
Analisis Rasio Lancar Rumah Sakit X Marsdenia Volume 1, Nomor 2, pp 61-83
-
Pre Admission/Pra penerimaan adalah
rincian biaya pasien
tahap awal untuk mendapatkan informasi
Rekening, bagian Piutang Pasien dan
yang
dari
laporan keuangan yang dihasilkan dan
pasien/penanggungjawab sebelum pasien
melakukan pengamatan proses penataan
mendapat layanan kesehatan. Sumber
rekening di lapangan.
diperlukan
oleh
RS
data : wawancara mendalam kepada pihak
-
yang dilakukan oleh urusan penagihan
Bagian Loket Pendaftaran, dan atasannya
atas jasa pelayanan yang telah diberikan
yaitu Kepala Bagian Informatika.
oleh
RS
yang
belum
dibayar
oleh
adalah
tahap
pasien/Penangggung jawab pasien baik
RS
untuk
selama atau sesuadah lepas dirawat.
mendapatkan layanan kesehatan. Sumber
Sumber data : analisis secara mendalam
data : wawancara mendalam kepada pihak
laporan
terkait dengan pra penerimaan yaitu
mendalam kepada pihak terkait dengan
Bagian Loket Pendaftaran, dan atasannya
penagihan piutang yaitu Penata rekening,
yaitu Kepala Bagian Informatika.
Bagian
Admission/
Penerimaan pasien
di
keuangan
serta
Piutang
wawancara
dan dan
Bagian
Tahap Perawatan/inhouse adalah proses
Penagihan/collecting
pembebanan biaya atas pelayanan yang
pengamatan proses penagihan piutang di
diberikan oleh RS baik pelayanan medis
lapangan.
melakukan
penutupan
rekening/write-off
: wawancara mendalam kepada pihak
rekening
pasien
terkait dengan pencatatan rincian biaya
dihapusbukukan dari catatan piutang bila
pasien yaitu Penata Rekening, bagian
pasien sudah melunaskan atau kebijakan
Piutang
pimpinan RS menghapus piutang tsb
mau pun penunjang medis. Sumber data
Pasien
dan
-
melakukan
ditutup
adalah dan
dengan alasan umur piutang yang sudah
pengamatan di lapangan. -
Collecting/Penagihan adalah penagihan
terkait dengan pra penerimaan yaitu
penerimaan
-
-
yaitu Staf Penata
Billing/Penataan rekening adalah proses
tua.
penataan rekening tagihan dari pasien
mendalam
laporan
yang menerima pelayanan kesehatan.
wawancara
mendalam
Sumber data : wawancara mendalam
terkait dengan penutupan rekening yaitu
kepada pihak terkait dengan pencatatan
Kepala Bagian Keuangan dan Bagian
66
Sumber
data
:
analisis
secara
keuangan
serta
kepada
pihak
Analisis Rasio Lancar Rumah Sakit X Marsdenia Volume 1, Nomor 2, pp 61-83
Penagihan/collecting
-
dan
kualitatif untuk mendapatkan jawaban atas
melakukan
pengamatan proses penututpan rekening
pertanyaan
piutang di lapangan.
diperoleh
Permintaan kebutuhan adalah rekapitulasi
(Sanapiah, 1990). Data kuantitatif diperoleh
kebutuhan dari masing-masing unit RS
melalui data keuangan rumah sakit beserta
dalam rangka menjalankan operasional
dokumen pendukungnya dianalisisi. 1.
layanan kesehatan sehari-hari. Sumber
penelitin. melalui
Data
kualitatif
wawancara
mendalam
Lokasi dan waktu penelitian
data : analisis secara mendalam laporan
Di RS X untuk laporan keuangan tahun
keuangan serta wawancara mendalam
2000, 2001, dan 2002, khususnya untuk
kepada pihak terkait dengan Permintaan
transaksi Aset lancar dan kewajiban
kebutuhan yaitu Kepala Bagian Keuangan
lancar 2.
dan kepala Departemen Farmasi, Bagian
Informan Penelitian
Anggaran dan melakukan pengamatan
Menggunakan teknik sampling metode
proses penututpan rekening piutang di
tak acak (Non Probabilty Sampling) yaitu
lapangan
judgment
Sampling/Purposive
Sampling.
Informan penelitian Direktur RS, Wadir
Out Put Rasio
Adm & Keu, KabagKeu beserta stafnya lancar
adalah
rasio
yang
terkait
menggambarkan kemampuan rumah sakit 3.
tempo dengan menggunakan harta
laporan
keuangan
serta
perincian
Rancangan Penelitian
yaitu
menggunaan
data
kuantitatif
dan
melalui
data
keuangan
beserta
4.
Pengolahan Data :
-
editingadalah
data
yang
terkumpul
melalui proses editing untuk mengetahui
penelitian
penelitian
primer
dokumen-dokumen pedukungnya.
Wadir Adiministrasi dan Keuangan.
operasional
data
dipeoleh melalui laporan keuaangan dan
yaitu Direktur RS, Kepala Bagian Keuangan
rancangan
dan
pengamatan langsung dan data sekunder
wawancara mendalam kepada pihak terkait
Menggunakan
lancar
Pengumpulan Data Mengumpulkan
lancarnya, Sumber data : analisis secara mendalam
Aset
kewajiban lancar.
didalam memenuhi kewajiban lancarnya yang jatuh
transaksi
kualitas
yang data
67
data
atau
informasi
yang
Analisis Rasio Lancar Rumah Sakit X Marsdenia Volume 1, Nomor 2, pp 61-83
diperoleh,
-
apakah
sudah
sesua
dan
dokumen-dokumen
aporanyang berhubungan dengan Bagian
Pengelompokan data, dimana data yang
Keuangan
diperoleh dikelompokan sesuai kriteria
menyangkut persediaan obat. Laporan
yang
dan dokumen tersebut berupa laporan
sesuai
Ringkasan mengatur
-
-
5.
laporan-
memadai.
atau
sejenis
untuk
Data, data,
dan
Bagian
Farmasi
keuangan, buku besar penerimaan kas,
mempermudah peringkasan -
dan
dimana
langkah
buku besar pengeluaran kas, buku besar
setelah
piutang, daftar
selanjutnya
piutang,
adalah meringkas data menurut kelompok
persediaan,
atau kriteria yang sama.
persediaan obat per 31 Desember 2002.
Analisis Data, dilakukan analisis data
Observasi lapangan untuk Proses dan
sesuai topik/makalh untuk menjawab
Standar
tujuan
pencatatan
penelitian
yang
berasal
dari
laporan
buku besar
Operasional
stock
opname
Prosedur
persediaan
untuk
obat-obatan,
kuesioner saat wawancara mendalam.
penilaian dan pengawasan persediaan
Juga
antara
obat-obatan, prosedur pencatatan kas baik
temuan atau informasi yang diperoleh
di bank mau pun penerimaan kas lainnya,
dengan tunjauan pustaka atau litertur
prosedur pengeluaran kas bank dan kas
yang relevan
RS, prosedur perencanaan penerimaan kas
Penyajian Data, atas data yang sudah
dan pengeluaran kas (Anggaran Kas).
diringkas dalam bentuk narasi yang
Untuk kebijakan dan pendalaman materi
sesuai berdasarkan temuan dan ringkasan
yang
peneliti dari para informan.
wawancara mendalam dengan Direktur
Proses Penelitian
sebagai pembuat kebijakan garis besar
Pengumpulan data primer dan sekunder
untuk keseluruhan RS, Wadir Adm & Keu
dilaksanakan di RS X dari bulan Maret
sebagai
sampai dengan Juni 2003. Data Primer
menerjemahkan kebijakan yang telah
diperoleh melalui wawancara mendalam
diputuskan oleh Direktur, Kabag Keu
dengan para informan yang terpilih,
sebagai manajer yang mengepalai Urusan
sedangkan
Keuangan dan Akuntansi, Kabag Instalasi
melalui
dilakukan
data
observasi
perbandingan
sekunder dan
diperoleh
Farmasi
pengumpulan
68
diteliti
tangan
sebagai
penulis
kanan
Manajer
melakukan
yang
akan
Persediaan
Analisis Rasio Lancar Rumah Sakit X Marsdenia Volume 1, Nomor 2, pp 61-83
Obat-obatan,
Pelaksana
di
Bagian
observasi
partisipatif.
Dengan
tidak
Keuangan dan Farmasi yaitu: Ka. Ur.
dilakukan FGD maka dalam penelitian ini
Akuntansi, Ka. Ur. Piutang, Ka. Ur.
tidak dapat diperoleh umpan balik dari setiap
Perbendaharaan,
Anggaran,
bagian/unit atas unit/bagian yang lain untuk
Koordinator Uang Muka Pasien Rawat
menjawab pertanyaan penelitian. Dengan
Inap. Selanjutnya dilakukan kajian yang
wawancara
mendalam atas hasil wawancara dengan
hanya satu arah dengan FGD diperoleh
informan-informan diatas.
informasi dari pembicaraan timbal balik. Tapi
Ka.
Ur.
walau Keterbatasan Penelitian Keterbatasan
ini
adalah
kepada
rasio lancar itu dihasilkan tahun 2000, 2001,
rasio
memfokuskan lancar
yang
ini menyangkut perkiraan yang mempunyai
bersifat confidential yaitu sisi modal dari
porsi terbesar/significant yaitu mencakup
Neraca dan Biaya Administrasi dan Umum
proses penagihan piutang rawat inap, proses
juga membuat pembahasan hasil penelitian
terjadinya saldo kas, proses persediaan obat
memiliki keterbatasan pula.
farmasi (porsi terbesar untuk perkiraan lainnya
dalam
persediaan). Rasio lancar diperoleh dari data
penelitian ini adalah tidak dilakukannya Focus
sekunder RS tanpa melihat kembali tingkat
Group Discussion (FGD) disebabkan karena
accuracy dari laporan keuangan tersebut,
sulitnya untuk mengumpulkan pihak-pihak bersamaan
tetapi laporan keuangan RS X senantiasa di
karena
audit oleh pihak independen yaitu Kantor
memiliki kesibukan masing-masing dan tidak
Akuntan Publik dengan opini Wajar Tanpa
bisa meninggalkan pekerjaannya. Sehingga
Pengecualian yang artinya laporan keuangan
teknik penelitian riset operasional dengan data
analisis
ini
perkiraan-perkiraan harta lancar. Penelitian
sampai dengan Juni 2003. Adanya data yang
mengumpulkan
wawancara
memprioritaskan pada proses dan output dari
2002, sedang data dikumpulkan sejak Maret
secara
dengan
Penelitian
operasional/proses sekarang dan pada saar
terkait
hanya
pembicaraan
untuk menjamin validitas.
adanya perbedaan waktu antara keadaan
yang
pun
alur
mendalam, cross check data tetap dilakukan
penelitian
Keterbatasan
mendalam
kuantitatif
bebas dari salah saji yang material. Penelitian
berupa
ini dilakukan fokus pada proses dimana yang
laporan keuangan dan data kualitatif yang
dilihat
dilakukan dengan wawancara mendalam dan
69
mencakup
aspek
perencanaan,
Analisis Rasio Lancar Rumah Sakit X Marsdenia Volume 1, Nomor 2, pp 61-83
pelaksanaan, pengawasan dan koordinasi.
Kontrol Penerimaan kas dilakukan oleh
Kemudian dari sisi output dianalisis rasio
Kabag Keuangan sesuai sumber penerimaan kas
lancar untuk tiga tahun yaitu 2000, 2001 dan
tersebut, dimana penerimaan dari Piutang Pasien
2002.
dilakukan cross check ke daftar piutang dengan cheque yang masuk ke bank, sedangkan untuk pasien rawat jalan belum dilakukan cross check
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
dengna
I.
Kas, Bank, Deposito
a.
Penerimaan Kas
jumlah
pasien
dibagian
pendaftaran/admission, untuk uang muka pasien rawat inap juga belum di dilakukan cross check
Pelaksanaandilapangan proses pembayaran
dengan jumlah pasien.
tunai di RS X diterima di kasir terpisah yaitu kasir Apotik, kasir UGD, kasir Poliklinik/Rawat Jalan
b.
dan Kasir Sentral (Kasir Rawat Inap). Ketiga kasir
Pengeluaran kepada pihak ketiga dibuat
akan memberikan laporan memorial kas ke kasir
dengan membuat rekapitulasi bukti penerimaan
sentral dengan urut nomer sebagai kontrol penerimaan dan pencatatan kas. Kasir
Pengeluaran Kas
barang yang discocokkan dengan faktur dari pihak
Apotik
ketiga lalu diminta persetujuan ke Kabag Keu baru
merupakan staf bagian keuangan bekerja dengan 3
dilakukan pembayaran, sedangkan untuk transaksi
shift supaya pasien dapat telayni 24 jam perhari.
pengeluaran rutin dikeluarkan langsung oleh
Kasir sentral hanya 2 shift, setelah itu penerimaan
Kabag Keu melalui Ka Ur Perbendaharaan dan
kas diserahkan ke kasir apotik/rawat jalan yang
untuk pengeluaran non rutin harus melalui
bekerja 3 shift.
persetujuan
70
Direktur/
Pimpinan
RS
Analisis Rasio Lancar Rumah Sakit X Marsdenia Volume 1, Nomor 2, pp 61-83
Tabel 1.2 Analisis vertikal Kas, Piutang dan Persediaan per tanggal 31 Desember 2000, 2001 dan 2002 Akun 2002 (rupiah) % 2001 (rupiah) % 2000 (rupiah)
%
ASET LANCAR Kas, Bank, desposito
483.179.921
22
624.296.522
30
929.122.882
40%
Piutang Instansi
792.780.581
35
665.641.118
32
519.083.140
22
Piutang perorangan
352.798.640
16
310.200.945
15
269.831.345
12
Cadangan Penghapusan
(85.515.750)
(4)
(73.382.2700)
3
(90.605.675)
4
Piutang karyawan
92.791.755
4
97.650.581
5
116.239.781
5
Persediaan
590.861.745
26
451.779.712
21
558.951.922
24
Piutang
Biaya dibayar dimuka
6.804.000
0.30
34.053.333
2.233.700.892
100
2.110.239.941
100
2.325.778.395
100
Utang Supplier
642.522.972
60
850.642.677
58
644.218.309
64
Biaya YMH dibayar
325.182.853
30
506.889.282
34
38.860.200
4
Utang UM Pasien
64.277.150
6
69.792.900
5
45.210.946
5
Utang Pajak
45.757.808
4
48.692.535
3
273.731.669
27
Total Kewajiban Lancar
1.077.740.783
100
1.476.017.394
100
1.002.021.124
100
MODAL KERJA
1.155.960.109
Total Aset lancar
2
23.155.000
1
KEWAJIBAN LANCAR
634.222.547
1.323.757.271
Sumber : Laporan Keuangan RS X, diolah kembali oleh penulis
Akun kas, bank dan deposito selama tiga
2000, turun sebesar 33% pada tahun 2001 dan
tahun terakhir yaitu 2000, 2001 dan 2002 secara
turun sebesar 23% pada tahun 20X2 (Tabel 1.3).
prosentase terus menurun yaitu 40%, lalu 30%
Hal ini terjadi karena RS X melakukan pencairan
terakhir tahun 2002 hanya 22% ( Tabel 1.3) dan
dana
jika dilihat kecenderungannya (trend) selama tiga
Poliklinik/Unit
tahun terakhir ini memang mengalami penurunan
pembuatan business plan.
deposito
untuk Rawat
keperluan Jalan,
adanya
renovasi proses
terus menerus yaitu sebesar 22% untuk tahun Tabel 1.3 Analisis horizontal Pendapatan Bersih Layanan RS X untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2000, 2001 dan 2002 Jenis Pelayanan Naik/ 2002 Naik/ 2001 Naik/ 2000 (turun) Pendapatan(turun) Pendapatan (Turun) PendapatanHPP HPP HPP 35 435.566.723 (194) 323.345.343 (220) (345.243.424) Rawat Jalan UGD
7
(194.311.405)
(134)
71
(181.668.902)
7773
533.684.300
Analisis Rasio Lancar Rumah Sakit X Marsdenia Volume 1, Nomor 2, pp 61-83
Jenis Pelayanan
Naik/ (turun)
Naik/ (turun)
(4)
2002 PendapatanHPP 1.111.723.818
Naik/ (Turun)
28
2001 Pendapatan HPP 1.159.926.558
81
2000 PendapatanHPP 909.185.171
Rawat Inap Umum Rawat Inap Anak
34
(150.773.351)
(210)
(112.717.558)
32
102.392.279
Rawat Inap kebidanan
5
312.761.143
(42)
297.660.418
62
516.167.005
Farmasi
10
1.650.519.949
19
1.506.681.235
36
1.263.474.748
Laboratorium
29
786.262.451
5
611.174.340
52
579.882.716
Radiologi
47
322.211.072
3
219.239.944
30
212.227.949
Kamar Bedah
20
912.720.093
49
761.398.261
33
512.045.824
Utilitas Lain
(2)
1.215.699.795
(5)
1.246.688.005
(414)
1.308.012.180
TOTAL
10
6.402.380.288
4
5.831.727.644
113
5.591.828.748
Berdasarkan analisis horizontal, diperoleh
produksi yang masuk dalam tiga besar adalah
informasi bahwa pendapatan bersih RS X naik
Farmasi, Rawat Inap Umum dan Utilitas lainnya
pada tahun 2000 (113%), pada tahun 2001
kecenderungan dari pendapatan bersih yang
mengalami peningkatan yang sangat kecil (4%)
berfluktuasi ini tentu akan berdampak pada jumlah
dan pada tahun 2002 kenaikannya hanya 10% (
penerimaan kas RS X yang akan berdampak pada
Tabel 1.3). Jika dicermati dari kinerja layanan
likuiditas dan rasio lancar RS
(Tabel 1.1) terjadi penurunan BOR RS X untuk
Anggaran yang dibuat haruslah sejalan
tiga tahun terakhir dan berdasarkan wawancara
dengan visi dan misi RS yang tertuang di Renstra
dengan Kepala Bagian keuangan, selama ini terus
dan dijabarkan di Business Plan, anggaran bisa
dilakukan penyesuaian tarif dan belum kearah
dijadikan sebagai suatu komitmen untuk efisiensi
peningkatan
sesuai dengan target yang telah tercantum
efisiensi
didalam
mengantisipasi
kenaikan pengeluaran operasional RS.
dianggaran tersebut. Uang kas berarti komitmen
Jika dilihat dari analisis vertikal pada
setiap anggota RS untuk mencapai suatu saldo
komponen pendapatan kotor untuk tahun 2000,
yang diperoleh dari selisih penerimaan kas yang
2001 dan 2002 terlihat bahwa unit produksi yang
diperoleh dari pasien dan pengeluaran yang
masuk dalam tiga besar adalah Farmasi, Unit
dilakukan dalam rangka mendapatkan penerimaan
Rawat Inap Umum, dan Kamar bedah. Tetapi jika
tersebut. Disebut memberikan dampak bagus
dilihat dari komponen pendapatan bersih, unit
72
Analisis Rasio Lancar Rumah Sakit X Marsdenia Volume 1, Nomor 2, pp 61-83
untuk arus kas jika penerimaan kita terima diatas
anggaran tersebut. Perlunya diinformasikan ke
pengeluaran yang dilakukan.
masing-masing
unit
akan
anggaran/target,
Di RS X, sumber penerimaan kas dari unit
sehingga diketahui saldo yang harus dicapai
produksinya yaitu rawat jalan, rawat inap, dan unit
sebagai motivator didalam melaksanakan tugas
penunjang seperti laboratorium, farmasi, radiologi
sehari-hari.
dan lain-lain, dimana masing-masing unti produksi
ditimbulkan self control atas saldo pengeluaran
menetapkan target jumlah pasien yang akan
masing-masing unit dengan mengetahui saldo
berkunjung sesuai dengan kemampuan yang ada
anggaran
serta ramalan permintaan yang akan terjadi
mengajukan permintaan ke Bagian Pengadaan.
Dan
yang
sudah
masih
saatnya
tersisa
sekarang
setiap
akan
dengan mempertimbangkan juga aspek eksternal
Untuk Pelaksanaan penerimaan kas yang
yaitu ekonomi penduduk, tren yang sedang
diterimakan di kasir sentral dari tiga kasir lainnya
berlaku, serta regulasi dan epidemiologi penyakit.
yaitu kasir rawat jalan/apotik, kasir rawat jalan
Sehingga didalam membuat anggaran kas menurut
(dekat
Bedford (1992), anggaran operasi suatu organisasi
ditingkatkan akuntabilitasnya. Menurut Arens
merupakan
biasanya
(1994), suatu pengendalian dari kas adalah adanya
dinyatakan dalam satuan uang, untuk periode
segregation of duties yaitu adanya pemisahan antara
tertentu, biasanya satu tahun. Selanjutnya Bedford
pihak
mengatakan bahwa, dalam proses penganggaran,
pencatatan dan penyimpanan dari fisik kas
anggaran
tersebut. Sehingga akuntabilitas dari saldo kas
rencana
tindakannya,
umumnya
disusun
dengan
admission)
yang
dan
kasir
melakukan
fungsi
menggabungkan anggaran-anggaran divisi atau
dapat
departemen,
administrasi kas dapat dijalankan.
yang merupakan tanggungjawab
manajer divisi/departemen.
permintaan
ditambah kemungkinan
perlu
penerimaan,
dan
tertib
Perencanaan dan pengendalian dari kas
Di RS X anggaran kas memang sudah dibuat berdasarkan
dipertanggungjawabkan
UGD,
masing-masing
mempunyai tujuan sebagai berikut:
unit
1.
Perencanaan yang tepat, sehingga dana yang
sekian persen, tetapi
diperoleh dapat digunakan untuk operasional
sampai saat ini belum ada evaluasi atas realisasi
usaha sehari-hari baik untuk jangka panjang
anggaran tersebut untuk masing-masing unitnya.
mau pun jangka pendek
Padahal menurut bedford (1992), suatu sistem
2.
pengendalian manajemen ada unsur evaluasi setelah perencanaan dan akan pelaksanaan dari
73
Penggunaan dana yang seefisien mungkin
Analisis Rasio Lancar Rumah Sakit X Marsdenia Volume 1, Nomor 2, pp 61-83
3.
Menciptakan akuntabilitas penerimaan kas
informatif kepada pasien, sehingga menjamin
dan disimpan dalam keadaan yang aman
bahwa pasien mendapatkan layanan sesuai dengan
sampai kas itu disetor ke bank
kemampuannya. Hal ini berlaku terutama untuk pasien rawat inap perorangan RS X didalam
II. Piutang
pemberian kredit kepada pasien selama ini bersifat
Pada saat ini belum ada tim khusus untuk
agak longgar karena pertimbangan segmen pasar
menagih pasien perorangan yang jumlahnya 12-
menengah ke bawah dan kurang tegasnya para
16% dari harta lancar RS X, selama ini staf
karyawan terhadap calon pasien/orang sakit.
penagihan instansi juga merangkap untuk staf
Admission sebagai penjaga gawang depan RS untuk
penagihan perorangan. Saldo perkiraan piutang perorangan
untuk
tahun
2002
sebesar
menyaring pasien yang masuk selama ini kurang
Rp
berjalan, karena ada unsur tidak tega demi
352.798.640,- dengan komposisi 30% berumur
kemanusiaan.
diatas 3 tahun yang artinya sudah tidak lancar
X
sudah
bisa
masuk
pasien jaminan tersebut, apakah layanan diperoleh
kemungkinan untuk tertagihnya juga sangat tipis. RS
pasien
mendapat layanan tanpa ada kejelasan status
lagi. Berdasarkan wawancara dengan Kabag Keu,
Sebenarnya
Sehingga
pasien termasuk yang mendapat penggantian dari
melakukan
asuransi/pihak ketiga.
penghapusbukukan Rp 85 juta ( 85%). Tetapi
Dilapangan, selama ini untuk pasien rawat
karena RS X tidak melakukan penyisihan piutang,
inap
maka nilai terealisasi dari piutang jauh dibawah
dengan status sudah boleh pulang oleh
dokter dan belum mampu melunasi kewajibannya
saldo yang disajikan dilaporan keuangan, yang
bisa langsung meninggalkan rumah sakit dengan
angkanya kita gunakan untuk menghitung rasio
memberikan jaminan yang kurang kuat untuk
lancar.
menjamin si pasien untuk melunasi hutangnya diwaktu yang akan datang, misalnya KTP,
a.
Piutang
sehingga pasien pun kurang terpacu untuk
Menurut Mehta (1988), RS perlu membuat melunasi piutangnya. prosedur kredit kepada pasien untuk mengetahui Padahal RS X sudah memiliki SOP (Standar kemampuan
dari
pasien
didalam
membayar Operasional Prosedur) untuk pasien rawat inap
tagihan RS, tagihan yang dibuat lengkap, baik dan yang kalau dijalankan dilapangan tentu piutang alternatif prosedur penagihan piutang pasien. pasien tidak akan bersaldo sebesar saat ini (tahun Pintu
gerbang
masuk
pasien
yaitu
di 2001).
Admission perlu dibuat aturan yang lebih jelas dan
74
Analisis Rasio Lancar Rumah Sakit X Marsdenia Volume 1, Nomor 2, pp 61-83
Menurut Pernyataan Standar
Akuntansi
hari dan bahkan ada yang diatas 360 hari.
Indonesia (PSAK, 2011) untuk Piutang yang
Sayangnya jumlah pendapatan RS dari pasien
berumur
tanpa jaminan ini tidak dapat diperoleh datanya
diatas
diklasifikasikan
di
satu
sebaiknya Posisi
sehingga tidak diketahui proporsi tagihan pasien
Keuangan) sebagai Piutang tidak lancar. Hal ini
perorangan yang tidak tertagih. Selama ini RS X
tentu akan memiliki dampak terhadap angka Rasio
belum melakukan manajemen piutang perorangan
Lancar RS X, yang akan semakin kecil karena aset
yang efektif, sehingga piutang itu sebenarnya
lancar (piutang) menjadi lebih kecil lagi karena
sudah tidak dimunculkan lagi di Neraca, ini
formula rasio lancar adalah aset lancar dibagi
menyebabkan saldo piutang di Neraca RS X
dengan kewajiban lancar.
menjadi lebih catat/over stated. Sehingga artinya
Berdasarkan
Neraca
tahun
dari
(Laporan
wawancara
mendalam
angka rasio lancar RS X tahun 2001 jauh lebih
dengan Kepala Bagian Keuangan RS X diperoleh
kecil lagi dari angka yang ada sekarang.
informasi bahwa 70-80% Piutang tak tertagih
Berdasarkan telaah saldo Piutang yang
memang berasal dari pasien tanpa jaminan/pasien
dimunculkan di Neraca RS X pada 31 Desember
bayar sendiri dan umur piutangnya juga diatas 90
2002 adalah sebagai berikut :
Tabel 1.4 Umur Piutang RS X tahun 2002 No.
Klasifikasi Piutang
1
Piutang Instansi
2
Piutang PT Askes
0-30 hari
31-60 hari
275.001.450,-
176.075.400,-
61-120 hari
>120 hari
70.524.000,-
197.578.881
Jumlah 719.179.731
73.540.850* 73.540.850
3
Piutang
323.194.560
23.312.550
4.550.945
301.740.585
Perorangan
352.798.640
Jumlah
296.196.010
272.928.810
75.074.945
499.319.466
1.143.519.231
Sumber : Keuangan RS X, diolah kembali * berdasarkan estimasi direktur keuangan
Pada tabel diatas terlihat bahwa Piutang
akuntansi di Indonesia menganut konservatism
Instansi mempunyai umur yang cukup tua sebesar
(PSAK, 2012), yang artinya kalau memang
Rp
tingkat
kemungkinan tertagihnya sangat kecil dan jika
kemungkinan untuk tertagihnya (penerimaan kas)
setelah ditelusuri keberadaan bisnis dari instansi
adalah sangat kecil sekali, sedangkan pencatatan
itu juga sedang bermasalah, maka bisa dipastikan
197.578.881
yang
artinya,
75
Analisis Rasio Lancar Rumah Sakit X Marsdenia Volume 1, Nomor 2, pp 61-83
saldo akun piutang yang disajikan juga lebih
muka/deposit atau cicilan selama pasien sudah
catat/overstated. Perlu dilakukan telaah lebih lanjut
masuk ruang rawat inap. Pada RS X juga terjadi
atas catatan historis dari si pemberi jaminan jika
keterbatasan atas Sumber Daya Manusia yang
kelak akan membuat kontrak dengan pihak ketiga
melakukan penagihan dari Bagian Keuangan.
untuk
mencegah
terjadinya
ketidakmampuan
b.
bayar dari perusahaan penjamin.
Persediaan Berdasarkan
Untuk saldo akun piutang Askes sebesar Rp
diperoleh
mempunyai dokumen pendukung atas umur
terlihat bahwa Apotek/Depo setiap hari kerja
piutang ini, sehingga tidak diketahui juga apakah
membuat Daftar Permintaan Barang yang diikuti
bisa tertagih atau tidak, jangan sampai likuiditas
dengan Laporan Pemakaian obat Ruangan (Bukti
RS
Pemakaian Obat Ruangan), lalu diajukakan ke
merupakan
likuiditas
yang
tidak
saldo
Barang,
dimana
gudang farmasi dalamrangka untuk penyediaan
sebenarnya/semu. Pada
Permintaan
dilapangan
73.540.850 (7% dari total piutang), RS X tidak
X
Alur
pengamatan
Akun
Piutang
barang, lalu barangobat dikeluarkan, catat dikartu
Peorangan
persediaan setiap transaksi terjadi.
didominasi oleh piutang berumur diatas 120 hari (85%), yang artinya tingkat konversi untuk
Untuk mengetahui jumlah persediaan obat
menjadi kas/penerimaan kas menjadi sangat keci
yang ada baik di Depo, Apotik mau pun ruangan
juga, apalagi ini pasien perorangan dimana
baik UGD, Rajal mau pun Ranap dilakukan stock
alamatnya sudah tidak sama lagi dengan yang
opname setiap bulan. Belum ada kartu persediaan
tercantum didata RS. Pada saat dihitung cost benefit
dimasing-masing
untuk mengaih juga tidak seimbang. Dimasa yang
mengetahui mutasi persediaan antara saldo awal
akan datang perlu disiplin dari semua pihak terkait
dengan saldo persediaan tersisa. Sedangkan untuk
untuk menjalankan prosedur penerimaan pasien
mengetaui nilai persediaan obat yang tercantum di
perorangan, jaminannya perlu dibuat signifikan
Laporan Keuangan diperoleh dengan LIFO (Last
dari pada hanya sekadar KTP dan BPKB
In First Out), dimana dipakai harga terakhir untuk
kendaraan. Perlu komitmen tinggi mulai dari
item obat yang sama.
tempat
tersebut
untuk
admission, perawat mau pun bagian keuangan untuk
menjalankan
prosedur
Fluktuasi kas, Piutang dan Persediaan Obat.
pemberian
Modal kerja secara kecenderungan terlihat
sanksi/evaluasi atas penundaan pasien untuk setiap
penundaan
menyetorkan
menurun tajam pada tahun 2001 lebih dari
uang
76
Analisis Rasio Lancar Rumah Sakit X Marsdenia Volume 1, Nomor 2, pp 61-83
setengah
modal
kerja
yang
dimiliki
tahun
Untuk obat yang dipakai diruangan, selama
sebelumnya (tahun 2000), tetapi pada tahun 2002
ini merupakan data yang dibuat oleh perawat
naik hampir setengah modal kerja tahun 2001.
ruangan, tanpa ada paraf pada kartu persediaan,
Berdasarkan analisis vertikal atas aset lancar
yang sebenarnya dari sisi keuangan diperlukan
per 31 Desember 2000, 2001 dan 2002 diperoleh
untuk masalah validitas pemakaian obat itu
informasi bahwa, disatu sisi perkiraan kas, bank
sendiri, sedangkan dari sisi medis akan melindungi
dan deposito porsinya terus menurun. Sementara
RS dan dokter jika dikemudian hari ada masalah
dipihak
hukum dengan pasien.
lain
piutang
instansi
dan
piutang
perorangan porsinya terus meningkat, sedangkan
Perencanaan
porsi cadangan piutang cenderung tetap.
persediaan
obat
haruslah
menjamin bahwa persediaan obat yang ada di rumah sakit berada pada level yang minimal,
Persediaan Obat-Obatan
karena adanya biaya penyimpanan persediaan obat
Menurut Soerjandari (1994), berdasarkan
yang sangat tinggi belum lagi kalau slow moving,
penelitian, peningkatan biaya adalah signifikan
dikhawatirkan obat belum dipakai tetapi sudah
dengan tidak adanya pengendalian atau kontrol
kadaluarsa, jika ini terjadi merupakan tindakan
pada persediaan, sehingga mekanisme kontrol
yang sangat merugikan rumah sakit dari segi arus
yang efektif tidak saja untuk mencapai kedua
kas.
c.
tujuan tersebut, tetapi juga memecahkan konflik
Menurut Yenis (1998), didalam pemesanan
yang terjadi. Salah satu cara yang paling
obat haruslah dicek lagi apakah obat yang diterima
sederhana didalam mengontrol persediaan obat
sudah sesuai dengan item dan jumlah obat yang
adalah dengan membuat kartu persediaan disetiap
diminta pleh unit-unit yang terkait baik dari
pos-pos yang menyimpan persediaan obat, yaitu di
ruangan (rawat inap), apotik mau pun UGD.
Depo Farmasi, Gudang, UGD, Ruangan baik
Selama ini pengecekan obat yang diterima
Rawat Jalan mau pun Rawat Inap. Kesiapan SOP
hanyalah ke surat pesanan yang ditujukan kepada
dan SDM mutlak diperlukan untuk menjamin
distributor,
bukan
tercatatnya setiap mutasi dikartu persediaan
permintaan
dari
dengan benar, akurat, cepat dan valid. Jika dana
pemesanan adalah surat permintaan unit ini,
memungkinkan bisa membuat sistem kontrol
karena merekalah pihak yang berkepentingan.
persediaan disetiap pos persediaan obat yang
Begitu
terkomputerisasi dan terintegrasi sehingga saldo
dicocokkan unit-unit.
juga
77
Padahal
didalam
rekanan/distributor/Pedagang
akun persediaan obat bisa diketahui setiap saat.
dengan
Besar
surat dasar
pemilihan farmasi
Analisis Rasio Lancar Rumah Sakit X Marsdenia Volume 1, Nomor 2, pp 61-83
(PBF) untuk mendapatkan harga yang bersaing
6.
Pencatatan dan laporan yang memadai,
sebaiknya melalui mekanisme tender dan bukan
sediakan
penunjukkan langsung. Minimal RS X mempunyai
penyimpanan obat, setiap mutasi dilakukan
prosedur pemilihan PBF yang menguntungkan
pencatatan yang jelas baik itu untuk jenis
baik dari segi kualitas dan kuantitas barang, juga
item obat dan jumlahnya serta paraf yang
yang memberikan fasilitas dispensasi waktu bayar
mengambil obat dan juga paraf dokter yang
yang cukup panjang untuk menghindari RS
menuliskan
terkena sanksi pinalti atas keterlambatan bayar
komputerisasi yang terintegrasi lebih baik
dan tentu saja dengan harga yang bersaing.
lagi akuntabilitas dari persediaan obat
Ada beberapa kondisi yang penting didalam
7.
pengelolaan persediaan (Heckert, 1990) 1.
2.
3.
resepnya.
Pegawai/SDM
disetiap
Jika
sudah
yangbertanggungjaab
dan
Definisi yang jelas atas tanggung jawab dan
diikuti dengan penuh tanggungjawab dan
wewenang yang menyangkut persediaan,
bisa mengatasi setiap masalah yang dihadapi
untuk obat apakah obat itu bisa diapaki oleh
dilapangan.
karyawan? Obat jenis apa saja? Lalu apakah
Pada RS X, selama ini jika memiliki dana
ada obat yang disimpan dalam kondisi
yang
terkunci dan wewenang siapa kunci itu dan
kebutuhan
sebagainya
pertimbangan skala prioritas membeli obat yang
Definisikan dengan baik tujuan dan kebijakan
fast moving. Menurut yenis (1998), jika rumah sakit
yang diambil, jika terjadi resep diluar
pada posisi keterbatasan dana untuk membeli obat,
formularium langkah apa saja yang akan
maka
diambil, begitu juga dengan adanya obat
masyarakat melihat apakah obat itu penting sekali
yang kadaluarsa langkah apa yang akan
tidak
diambil?
kesehatan sesuai visi misi RS X.
Penyimpanan yang memadai dan fasilitas
Klasifikasi
Standarisasi
terbatas
yang
obat
yang
masyarakat
didalam
dibandingkan diminta,
memakai
VEN.
menyelenggarakan
dengan dipakai
Berarti
pelayanan
Selama ini RS X mencatat persediaan berdasarkan harga pembelian dari pemasok dan
persediaan
yang
tepat
dan
tidak terdapat persediaan yang usang atau
identifikasi yang jelas 5.
persediaan
memuaskan, dimana prosedur yang ada akan
penyimpanan 4.
kartu
dan
kadaluarsa. Akun Persediaan dihitung berdasarkan penyederhanaan
dari
stock opname yang dilakukan setiap akhir bulan.
persediaan
78
Analisis Rasio Lancar Rumah Sakit X Marsdenia Volume 1, Nomor 2, pp 61-83
Jika dilihat dari kinerja likuiditas, likuiditas
hanya berlebih 42%. Walau pun volume produksi
RS X selama ini hanya dipergunakan untuk
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi
membiayai keperluan operasional seperti jasa
ternyata kewajiban kepada vendor sangat besar
medis, membeli obat-obatan dan pengeluaran rutin
juga, hal ini karena memang belum jatuh tempo.
lainnya.
RS
X
belum
melakukan
Sedangkan pada tahun 2002, walau pun rasio
pengembangan, padahal alokasi penerimaan kas
lancar sekitar 2, yang artinya ada kelebihan 100%
sebaiknya digunakan secara seimbang antara
dari aset lancar yang digunakan untuk membiayai
pengeluaran
kewajiban
operasional,
berani
investasi
dan
lancar,
tetapi
kondisi
aktivitas
pembiayaan, baik yang bersifat lancar dan tidak
pelayanan menurun, BOR menurun, begitu juga
lancar.
dengan utilisasi kapasitas pelayanan kesehatan RS
Pada saat berdiri, sekitar tahun 1980- an RS
X. Setelah ditelaah lebih lanjut, Rasio lancar yang
X merupakan market leader didaerahnya, tetapi
meningkat
karena kurang berani melakukan pengembangan,
pembelian
saat ini sudah terlindas oleh beberapa rumash sakit
berdampak rasio lancar meningkat. Ditambah
baru yang merupakan rumah sakit yang dikelola
piutang perorangan yang
lebih berani melakukan pengembangan diberbagai,
bergesernya pasien bayar sendiri yang tidak
baik dari sisi alat-alat kesehatan, bangunan rumah
mampu
sakit yang representatif, dan jenis layanan yang
Pemerintah/Gakin.
inovatif, yang berdampak posisi RS X saat ini
semata-mata obat
menjadi
yang
pasien
karena
aktivitas
menurun,
sehingga
berkurang
yang
dibiayai
karena
oleh
Secara keseluruhan angka rasio likuiditas RS
hanyalah follower. Namun RS X saat secara pelan-
X selama
pelan sudah mulai berbenah diri, berani melakukan
walau pun terjadi sedikit kenaikan untuk rasio
pengembangan
karena
likuiditas tahun 2002, juga rasio lancarnya, tapi
memang budaya pemilik RS X yang terlalu sangat
kenaikan ini adalah semu. Hal ini terjadi karena
hati-hati, yang sudah terlihat dampak pada
sejak tanggal 17 Oktober 2001, berdasarkan surat
likuiditas RS X yang agak bermaslaah sedikit,
no. KS.00.1156 yang diterbitkan oleh Departemen
ditandai dengan angka rasio lancar yang turun
kesehatan, menunjuk RS X sebagai salah satu
pada tahun 2001.
rumah sakit di Kota X untuk melaksanakan
walau
pun
terbatas
10 tahun terakhir adalah menurun,
Penurunan Rasio lancar pada tahun 2001
Program PD PSE BK KS yang selanjutnya
terpuruk menjadi 1.42 yang artinya aset lancar
berubah menjadi PKPS-BBM BIDKES (Program
yang dimiliki untuk membayar kewajiban lancar
Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar
79
Analisis Rasio Lancar Rumah Sakit X Marsdenia Volume 1, Nomor 2, pp 61-83
Minyak yang Bidang Kesehatan) dalam upaya
front
membantu keluarga miskin untuk memperoleh hak
Keluarga Miskin (Gakin). Ini sangat membantu
atas akses kesehatan dan kesejahteraan.
keuangan RS X dalam jangka pendek, tetapi tidak
Melalui Program PKPS BBM BIDKES RS X mendapatkan
alokasi
dana
sebesar
office/admission/resepsionis
ke
pasien
untuk jangka panjang karena akan didirikannya
Rp
RSUD Kota X.
399.950.000,- untuk tahap I pada bulan November
Kepala
bagian
Keuangan
berdasarkan
2001 dan tahap II Rp 399.950.000,- diterima RS X
wawancara mendalam mengatakan bahwa, apakah
pada bulan Agustus 2002. Dana ini semua
dengan terpilihnya R X sebagai RS penerima dana
digunakan untuk membiayai pelayanan kesehatan
Gakin akan berdampak positif bagi RS X atau
GAKIN I wilayah Kota X yang dirujuk melalui
tidak. Karena dikwawatirkan image/citra RS X
Puskesmas setempat dan diketahui oleh RT/RW
akanmenjadi kurang bagus didalam menangkap
dimana pasien berdomisili.
pasien di segmen menengah. Dan untuk jangka
Walau pun keuangan Gakin dikelola terpisah
panjang ditakutkan dana Gakin tidak diperoleh
dari penngelolaan keuangan RS X, tetapi dampak
lagi karena akan berdiri RSUD, tetapi pasien
dari adanya dana ini jelas ada untuk arus kas
miskin sudah terlanjur menuju RS X. Jika kita
masuk RS X. Segmen pasar RS X adalah
melihat angka rasio lancar tahun 2002 menjadi
masyarakat
menengah kebawah (Suwardjoko,
overstated karena adanya pemasukan kas RS X
1999), dimana sebelum adanya dana Gakin ini,
yang merupakan sisi sumbangan/donasi dan
pasien tidak mampu yang tidak membayar tagihan
bukan dari pendapatan pelayanan RS X. Perlu
RS X akan ditanggung oleh keuangan RS X
disini dilakukan penelitian lebih lanjut berapa
karena memang RS X secara rutin mendapat
sebenarnya angka rasio lancar RS X jika tidak
donasi dari Pemerintahan Kota (Pemkot) X yang
memperoleh sumbangan/dana Gakin. Apakah
sistemnya tetap, bukan berdasarkan jumlah pasien
masih bisa bertahan RS X jika RSUD kelak bener-
tidak mampu membayar datang ke RS X. Sehingga
benar berdiri di Kota X?
pada kenyataannya donasi Pemkot X tidak
Rasio lancar angkanya diperoleh melalui
menutupi tagihan pasien tidak mampu tsb.
perbandingan antara aset lancar dan kewajiban
Sehingga sebagian besar biaya pasien tidak mampu
lancar (Neumannm 1995), untuk RS X secara
itu ditanggung oleh RS X. Maka sejak adanya
nominal memang masih dibawah batas aman
dana Gakin, pasien tidak mampu membayar akan
untuk tahun 2002 yaitu 1.5 – 2.00 (Sjaaf, 2000),
dialihkan oleh pihak rumah sakit, dalam hal ini
80
Analisis Rasio Lancar Rumah Sakit X Marsdenia Volume 1, Nomor 2, pp 61-83
tetapi nilai riil dari rasio tersebut sebenarnya jauh
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan,
dibawah itu, hal ini karena:
yang berarti disamping perlu dilakukan
a.
evaluasi perencanaan dan realisasi, dan
Piutang jaminan overstated Yang dinilai terlalu tinggi, dan ada yang
kontrol/pengawasan atas setiap perkiraan
berumur diatas 3 tahun masih tercantum di
yang tercantum pada laporan keuangan RS
Neraca sebagai aset lancar padahal menurut
X. Perlunya
PSAK (2002). Aset lancar merupakan aset
b.
penerapan
pengendalian
yang bisa dikonversikan menjadi tunai atau
manajemen, dimana menurut Bedford (1989).
ekuivalennya dalam jangka waktu kurang
Sistem Pengendalian manajemen memiliki
dari satu tahun buku, yang artinya aset
tahapan-tahapan sebagai berikut:
lancar RS X over stated
a. Pemilihan program-program yaitu proses memilih program spesifik untuk kegiatan-
Piutang Perorangan yang overstated
kegiatan organisasi
Untuk piutang perorangan ini ternyata
b. Penganggaran,
sebesar 85% dari total saldo berumur diatas
merupakan
rencna
tingkat
tindakannya, biasanya dinyatakan dalam
ketertagihannya adalah sangat kecil, apalagi
satuan uang untuk periode, biasanya satu
piutang perorangan ini tidak dijamin dengan
tahun
barang yang senilai dengan nilai dari piutang
c. Operasi
3
bulan,
yang
artinya
dan
pengukuran,
dilakukan
itu sendiri, sehingga sangat sukar untuk
dengan pencatatan tentang sumber daya
dikonversikan sebagai kas. Artinya angka
yang secara aktual digunakan, dinyatakan
rasio lancar adalah overstated.
dalam bentuk biaya, serta mengenai pendapatan yang secara aktual diperoleh
Hal ini memberikan implikasi bahwa RS
d. Pelaporan dan analisis, dimana sistem
X harus lebih berhati-hati didalam mengelola keuangannya supaya terus bisa eksis sebagai
pengendalian
rumah sakit yang memberikan pelayanan
sebagai alat komunikasi, informasi yang
kesehatan baik preventif, kuratif, promotif,
dikomunikasikan
mau pun rehabilitatif kepada masyarakat kota
akuntansi dan non akuntansi, dihasilkan
X.
baik dari dalam mau pun dari luar Manajemen
Setiawan
(1996)
keuangan mencakup
organisasi.
menurut aspek
81
manajemen
terdiri
berfungsi
atas
data
Analisis Rasio Lancar Rumah Sakit X Marsdenia Volume 1, Nomor 2, pp 61-83
direkonsiliasi dengan surat permintaan
KESIMPULAN DAN SARAN
dari ruangan atau depo, dan tidak
I.
Kesimpulan
memakai
1. Adanya fluktuasi saldo kas dan setara kas
peningkatan
saldo
1.
kas melalui partisipasi aktif dari unit-unit
adanya evaluasi atas selisih dari anggaran
produksi
dengan realisasi, tidak adanya kontrol
dan
bagian
yang memadai
bukan
tanggungjawab
keuangan semata, evaluasi
selisih anggaran-realisasi, perlu dibuat
fluktuasi
saldo
piutang
prosedur
disebabkan karena, fluktuasi pendapatan
permintaan
kas,
kontrol
Piutang
melalui
integrasi dari semua kasir
bersih, perubahan cara bayar dari bayar
2.
sendiri menjadi pasien jaminan/asuransi,
Solusi
pengelolaan
pembenahan piutang dimulai dari titik
belum adanya mekanisme penyaringan
awal dari penerimaan pasien, tersedianya
pasien jaminan/asuransi dan perorangan,
informasi teknologi terkini status pasien-
lamanya proses penagihan piutang pasien
piutangnya
jaminan/asuransi, sistem keuangan yang
3.
belum terintegrasi.
Solusi
pengelolaan
persediaan
obat
adalah, validitas pemakaian obat ruangan,
3. Adanya fluktuasi persediaan obat karena,
dibuatnya peraturan yang jelas pada unit
mutasi obat untuk pasien di ruangan-
produksi untuk traksaksi yang terkait
ruangan belum tercatat dengan baik, pesanan
Solusi pengelolaan Kas, Deposito dan Bank adalah perlunya dibuat anggaran
yang mengahndalkan data historis, belum
surat
untuk
II. Saran
piutang,
anggaran penerimaan dan pengeluaran
2. Adanya
tender
pemilihan distributor.
disebabkan oleh fluktuasi pendapatan bersih,
mekanisme
dari
farmasi
uang, pencatatan mengacu pada PSA.
belum
DAFTAR PUSTAKA Alkatiri, Ali dkk, 2001, Reformasi Perumah Sakitan, Grasindo Amir Widjaja/Wibowo Sudirman, 1990, Apakah Strategix Planning diperlukan? Majalah Akuntansi, No. 9 TH IX September
82
Analisis Rasio Lancar Rumah Sakit X Marsdenia Volume 1, Nomor 2, pp 61-83
Azwar, Azrul, 1996, Analisa Laporan Keuangan, Lembaga Pendidikan dan Pengembangan, PERSI, Jakarta Benjamin, P. Wahjudi, 1989, Akuntansi Dasawarsa 1990-an, Makalah Pada Program MM PPs FEUI Bodnar, H. George, Hopwood, Accounting Information System, Edisi 5, Prentice-Hall International Bedford, Dearden Anthony, 1989, Management Control System. 6th edition, Richard D, Irwin Caplan, H Edwin, 1968, Behavioral Assumptions of Management Accounting, the Accounting Review, Juliy,h 342-362 Kresno, S, 1999, Aplikasi Pnelitian Kualitatif dalam Pemantauan dan Evaluasi Program kesehatan, FKMUI Bekerjasama dengan Pusat Data kesehatan, Depkes dan Kesos RI, 1999 Morse, J.M & Field, P, A, 1995, Qualitative Research Method for Health Professionals 2nd Ed, Sage Publication International Educational & Professional Publisher, Thousand Oaks, London Notoadmodjo, Soekidjo, 1996, Metodologi kesehatan, Edisi 1, PT Rineka Cipta, Jakarta Phelps, E. Charles, 1996, Health Economics, Harper Collins Publisher Wibowo, Herman, 1999, Manajemen Kas: Pendekatan Efektif-Biaya, Majalah Akuntansi, No.3 Thn VIII, Ikatan Akuntan Indonesia, Maret
83