ANALISIS RANTAI PASOKAN TERHADAP PRODUKTIVITAS DI UKM KERAMIK KLAMPOK BANJARNEGARA
Oleh ANA OKTIYA H24102024
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
ABSTRAK Ana Oktiya. H24102024. Analisis Rantai Pasokan Terhadap Produktivitas di UKM Keramik Klampok Banjarnegara. Di bawah bimbingan Heti Mulyati. Sektor industri merupakan salah satu penyangga dalam perekonomian Indonesia. Salah satunya adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang mempunyai peranan strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Peranan dan kontribusi UKM yang cukup besar, memberikan tanda bahwa UKM harus dapat ditingkatkan sehingga memiliki daya saing. Agar perusahaan unggul dalam bersaing, harus memiliki konsep ataupun misi dan strategi yang tepat. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah Manajemen Rantai Pasokan (MRP). Konsep tersebut mampu mengatur aliran barang atau produk dalam suatu rantai pasokan sehingga memiliki keunggulan bersaing. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Menganalisis model rantai pasokan UKM Keramik Klampok, 2) Menganalisis hubungan MRP terhadap produktivitas UKM keramik Klampok, 3) Memberikan solusi dengan pendekatan MRP pada UKM keramik Klampok. Data yang diambil dalam penelitian adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan kuesioner. Penelitian dilakukan di UKM keramik Klampok Banjarnegara yang berjumlah 20 UKM. Pengambilan responden menggunakan teknik judgement sampling. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif, regresi stepwise, forward selection, backward elimination dan regresi logistik. Alat analisis yang digunakan adalah Microsoft Excel for Windows, SPSS 11.0 dan Minitab 14. Model rantai pasokan di UKM keramik Klampok terdiri dari beberapa anggota antara lain: pemasok, persediaan, UKM/produksi, pengepul barang ekspor, retailer dan konsumen. Hasil analisis hubungan MRP (pemasok, persediaan, produksi, distributor, retailer, kerjasama dan tenaga kerja) dengan produktivitas menunjukkan bahwa hanya satu variabel yang memiliki hubungan signifikan yaitu variabel kerjasama (p-value sebesar 0,122 < taraf nyata 0,2). Solusi dalam penerapan manajemen rantai pasokan di UKM keramik Klampok adalah menjalin hubungan dengan pemasok bahan kimia melalui Sentra, penggunaan Sentra sebagai pusat pengolahan tanah liat untuk siap pakai dengan pemanfaatan teknologi, peningkatan koordinasi diantara pemasok dan perusahaan manufaktur.
ANALISIS RANTAI PASOKAN TERHADAP PRODUKTIVITAS DI UKM KERAMIK KLAMPOK BANJARNEGARA
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh ANA OKTIYA H24102024
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
ANALISIS RANTAI PASOKAN TERHADAP PRODUKTIVITAS DI UKM KERAMIK KLAMPOK BANJARNEGARA SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh ANA OKTIYA H24102024
Menyetujui,
Juni 2006
Heti Mulyati, S.TP, MT Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono Munandar, M.Sc Ketua Departemen Tanggal ujian : 9 Juni 2006
Tanggal lulus:
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada 16 Oktober 1984 di Banjarnegara, Jawa Tengah. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara, putri pasangan Bapak Bhudi Hartanto dan Ibu Turinah. Penulis mulai mengenyam pendidikan pada tahun 1988 di bangku Taman Kanak-Kanak PGRI Medayu. Pada tahun 1990 penulis melanjutkan pendidikan ke SDN I Medayu dan lulus pada tahun 1996. Selanjutnya, penulis diterima sebagai siswa SLTPN I Wanadadi hingga lulus pada tahun 1999. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di SMUN I Banjarnegara selama tiga tahun dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjalani perkuliahan, penulis pernah mengikuti organisasi himpunan profesi Manajemen, Centre of Management (COM@) sebagai staf Direktorat Keuangan pada tahun 2003-2004. Penulis juga aktif dalam organisasi Forum Mahasiswa Studi Islam (Formasi) FEM sebagai anggota Departemen Syiar pada tahun 2004-2005, serta terlibat dalam beberapa kepanitiaan kegiatan kampus.
iii
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Rantai Pasokan Terhadap Produktivitas di UKM Keramik Klampok Banjarnegara” ini sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah salah satu sektor industri yang cukup berkembang serta memiliki kontribusi yang signifikan dalam perekonomian Indonesia. Namun dalam perkembangannya banyak kendala yang dihadapi UKM, sehingga perlu adanya konsep atau strategi yang tepat agar unggul dalam bersaing. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah Manajemen Rantai Pasokan (MRP). Konsep tersebut merupakan kunci proses bisnis dalam melakukan integrasi dari pemasok sampai ke pelanggan akhir. Penerapan MRP di UKM diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan memiliki daya saing. Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Bapak, Ibu dan kakakku yang telah memberikan dukungan, kasih sayang, nasehat, doa dan pengorbanan demi tercapai kesuksesan.
2.
Heti Mulyati, S.TP, MT. sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan banyak memberikan arahan, bimbingan, motivasi, serta saran pada penulisan skripsi.
3.
Ir. Pramono D Fewidarto, MS dan Dr.Ir. M. Syamsun, M.Sc sebagai penguji atas masukan dan saran yang diberikan.
4.
Bapak Budi Purnama dan seluruh pengusaha keramik yang telah membantu dalam melakukan penelitian di Klampok.
5.
Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB
6.
Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Banjarnegara yang telah membantu dalam penelitian ini
7.
Sahabatku (Ajeng, Sri.S, Bima. R, Ari.P, Widi, Retno), yang telah banyak membantu dan memberi dukungan. Puryani, Idath, puji Rahma atas
iv
bantuannya dalam meyusun skripsi. Seluruh teman Liqo, atas ukhuwah atas telah terjalin selama ini. 8.
Rekan-rekan di Departemen Manajemen angkatan 39 yang memberikan warna baru dalam kehidupanku. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang memerlukannya.
Bogor, Juni 2006
Penulis
v
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP .....................................................................................iii KATA PENGANTAR..................................................................................iv DAFTAR ISI.................................................................................................vi DAFTAR TABEL ........................................................................................viii DAFTAR GAMBAR....................................................................................ix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................x I.
PENDAHULUAN .................................................................................1 1.1. Latar Belakang .................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................4 1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................4 1.4. Manfaat Penelitian ...........................................................................4
II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................5 2.1. Manajemen Rantai Pasokan .............................................................5 2.1.1. Definisi Manajemen Rantai Pasokan ...................................5 2.1.2. Identifikasi Anggota Rantai pasokan ...................................7 2.1.3. Strategi Manajemen Rantai Pasokan ...................................8 2.1.4. Perencanaan Manajemen Rantai Pasokan............................11 2.1.5. Mengelola Rantai Pasokan...................................................13 2.1.6. Permasalahan dalam Rantai Pasokan yang Terintegrasi......14 2.2. Produktivitas ....................................................................................14 2.3. Faktor-Faktor Produktivitas .............................................................15 2.4. Usaha Kecil dan Menengah .............................................................17 2.5. Penelitian Terdahulu. III. METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................21 3.1. Kerangka Pemikiran.........................................................................22 3.2. Tahapan Penelitian...........................................................................23 3.3. Pengumpulan Data ...........................................................................24 3.4. Populasi dan Contoh ........................................................................27 3.5. Pengolahan Data ..............................................................................28 3.5.1. Uji Kuesioner .......................................................................28 3.5.2. Regresi Stepwise..................................................................29 3.5.2. Regresi Logistik ...................................................................29 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................30 4.1. Gambaran Umum UKM Keramik Klampok....................................30 4.2. Rantai pasokan .................................................................................33 4.2.1. Pemasok ...............................................................................34 4.2.2. Produksi ...............................................................................36 4.2.3. Retailer.................................................................................49 4.2.4. Distributor ............................................................................50
vi
4.2.5. Konsumen ............................................................................50 4.2.6. Kerjasama ............................................................................51 4.2.7. Sumber Daya Manusia.........................................................52 4.3.Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas...................................................53 4.4.Tanggapan Responden terhadap Pernyataan-Pernyataan dalam Kuesioner .........................................................................................53 4.2.1. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai produktivitas ...................................................... 54 4.2.2. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai pemasok .............................................................. 55 4.2.3. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai persediaan ........................................................... 56 4.2.4. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai produksi .............................................................. 57 4.2.5. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai distributor ........................................................... 58 4.2.6. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai konsumen............................................................ 60 4.2.7. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai kerjasama ............................................................ 61 4.2.8. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai tenaga kerja......................................................... 62 4.3. Analisis Hubungan MRP terhadap Produktivitas ..........................63 4.4. Solusi yang Dapat Diterapkan dengan Pendekatan MRP ..............66 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................68 1. Kesimpulan ......................................................................................68 2. Saran ................................................................................................68 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................69
vii
DAFTAR TABEL
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Halaman Kebutuhan, jenis, metode, sumber data..................................................... 25 Indikator dari setiap variabel dalam kuesioner.......................................... 27 Nama perusahaan, jumlah tenaga kerja, dan omzet per bulan dari inti sentra kerajinan keramik Klampok.............................................. 32 Diagram proses pembuatan keramik terracota ......................................... 40 Diagram proses pembuatan keramik cat.................................................... 44 Diagram proses pembuatan keramik glazuur ............................................ 46 Hasil nilai alpha ........................................................................................ 53 Faktor-faktor penentu produktivitas .......................................................... 54 Pentingnya pemasok dalam peningkatan produktivitas............................. 55 Pentingnya persediaan dalam peningkatan produktivitas.......................... 56 Pentingnya kegiatan produksi dalam peningkatan produktivitas .............. 58 Pentingnya distributor dalam peningkatan produktivitas .......................... 59 Pentingnya konsumen dalam peningkatan produktivitas .......................... 60 Pentingnya kerjasama dalam peningkatan produktivitas........................... 61 Pentingnya tenaga kerja dalam peningkatan produktivitas ....................... 62
viii
DAFTAR GAMBAR
No 1 2 3 4 5 6 7
Halaman Rantai pasokan (Siagian, 2005) ................................................................ 8 Tahapan rantai Pasokan (Chopra dan Meindl, 2004) ................................ 8 Aliran produk dari pemasok ke tangan konsumen akhir (Siagian,2005) ........................................................................................... 10 Strategi drop ship (Siagian, 2005)............................................................. 10 Kerangka pemikiran .................................................................................. 22 Tahapan penelitian..................................................................................... 23 Model rantai pasokan UKM keramik Klampok Banjarnegara.................. 33
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Halaman Penelitian terdahulu..............................................................................71 Peta potensi Produk Unggulan daerah Kabupaten Banjarnegara.........73 Kuesioner untuk Identifikasi Rantai Pasokan ......................................74 Kuesioner untuk menilai hubungan manajemen rantai pasokan dengan produktivitas ............................................................................82 Tabel uji validitas dengan korelasi product moment ...........................87 Hasil uji reliabilitas dengan rumus alpha.............................................88 Data responden.....................................................................................90 Hasil pengolahan dengan Regresi Stepwise.........................................91 Hasil pengolahan dengan backward elimination .................................93 Hasil Perhitungan Ordinal Logistic Regression dengan Minitab 14 ...97
x
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sektor industri merupakan salah satu penyangga dalam perekonomian Indonesia. Perekonomian akan berkembang jika usaha-usaha yang dijalankan oleh sektor industri tumbuh dan berkembang secara pesat, sehingga menghasilkan keuntungan yang cukup besar. Salah satu sub sektor industri yang memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM). UKM mempunyai peranan yang strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Dilihat dari aspek ekonomi, UKM berfungsi sebagai penyedia barang dan jasa bagi konsumen dan memberikan kontribusi besar terhadap devisa negara. Produk-produk manufaktur maupun barang kerajinan UKM memberikan kontribusi yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sedangkan dari aspek sosial dan politis, sektor UKM memiliki fungsi yang sangat penting dalam hal penyerapan tenaga kerja, upaya pengentasan kemiskinan, dan sarana untuk membangkitkan ekonomi kerakyatan. Di Indonesia, UKM cukup berkembang dan memberikan kontribusi yang sangat tinggi dalam pembangunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu jumlah pelaku UKM yang semakin bertambah, penyerapan tenaga kerja, sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), dan peningkatan ekspor non migas. Pada tahun 2004 jumlah pelaku UKM sebesar 43.221.829, meningkat 1,61 persen dari tahun 2003 yang hanya sebesar 42.535.336 (BPS, 2005). Pertambahan jumlah pelaku UKM ini memberikan pengaruh positif terhadap angkatan kerja. Menurut BPS (2005), jumlah angkatan kerja pada Oktober 2005 diperkirakan mencapai 106,9 juta orang bertambah 1,1 juta orang dibanding Februari 2005 (105,8 juta orang) atau bertambah 2,9 juta orang dibanding Agustus 2004 (93,7 juta orang). Selain itu, UKM juga memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini dibuktikan dengan jumlah tenaga kerja di sektor UKM pada tahun
2
2003 tercatat 79,0 juta pekerja atau meningkat 8,6 juta pekerja dibanding tahun 2000 dengan 70,4 juta pekerja. Selama periode 2000-2003 meningkat sebesar 12,2 persen atau rata-rata 4,1 persen per tahun (BPS, 2004). Sumbangan yang diberikan UKM terhadap PDB menurut BPS (2005), pada tahun 2004 sebesar Rp.1.135.864.343 naik 11,69 persen dari tahun 2003 yang baru mencapai Rp. 1.017.004.948. Selain itu UKM juga berperan dalam ekspor non migas yang tercatat 19,9 persen di tahun 2003, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan sumbangannya di tahun 2000 yaitu 19,4 persen (BPS, 2004). Peranan dan kontribusi UKM yang sangat besar tersebut, memberikan tanda bahwa UKM harus dapat ditingkatkan lebih baik lagi. UKM akan mampu bertahan dan bersaing apabila mampu menerapkan pengelolaan manajemen secara baik. Pengelolaan manajemen secara umum mencakup bidang pemasaran, pengendalian produksi, Sumber Daya Manusia (SDM), dan keuangan. Sebagian besar perusahaan melakukan kegiatan produksi dan operasinya hanya sampai membuat produk saja, termasuk perusahaan berskala kecil dan menengah. Padahal seharusnya kegiatan perusahaan mencakup rangkaian proses yang terintegrasi dari hulu sampai hilir melalui aspek keterkaitan. Hal tersebut dimulai dari perencanaan produk, peramalan kebutuhan, pengadaan bahan baku, produksi, pengendalian persediaan, penyimpanan, distribusi/transportasi ke pusat distributor, gudang, pedagang kecil, retailer, pelayanan pada pelanggan proses pembayaran, dan sampai pada konsumen akhir. Serangkaian proses tersebut lebih terkait dengan aktivitas pada satu perusahaan. Namun demikian, dalam melakukan rangkaian proses tersebut, dibutuhkan hubungan dengan perusahaan lain. Hubungan yang dilakukan dengan perusahaan lain, seringkali menimbulkan suatu permasalahan. Masalah yang muncul karena adanya penyekatan dalam rantai pasokan. Selama ini, kegiatan perencanaan produksi, distribusi, transportasi dilihat sebagai aktivitas yang terpisah satu sama lain.
3
Pada saat konsumen menuntut penyediaan produk secara tepat waktu dan mampu memuaskan kebutuhannya. Hal ini mendorong perusahaan untuk lebih antisipasif terhadap kebutuhan konsumen. Salah satu solusi yang dapat diterapkan oleh perusahaan adalah Manajemen Rantai pasokan (MRP). Keunggulan MRP adalah mampu mengatur aliran barang atau produk dalam suatu rantai pasokan. MRP mampu mengaplikasikan suatu jaringan kegiatan produksi dan distribusi dari suatu perusahaan untuk memenuhi tuntutan konsumen secara bersama. Tujuan utama dari MRP adalah penyerahan pengiriman produk tepat waktu untuk memuaskan konsumen, mengurangi biaya, meningkatkan hasil dari seluruh rantai pasokan, mengurangi waktu, memusatkan kegiatan perencanaan dan distribusi. UKM keramik di Kecamatan Purworejo-Klampok Banjarnegara adalah salah satu UKM yang cukup berkembang dan menjadi salah satu produk unggulan di Kabupaten Banjarnegara. Sebelum mengalami krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada Juli 1997, industri ini mampu melakukan ekspor ke negara Australia (umumnya guci), Malaysia dan Singapura (suvenir kecil), Timur Tengah (vas bunga kecil), Jepang, dan bahkan ke negara-negara Eropa. Tapi akibat krisis tersebut industri keramik mengalami kemerosotan, karena tidak mampu menanggung biaya produsi terutama bahan baku produksi yang harganya mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Sehingga industri ini tidak sanggup memenuhi pesanan pembeli luar negeri. Pemenuhan kebutuhan konsumen berhubungan dengan aliran rantai pasokan barang di UKM. Pengaturan aliran rantai pasokan barang tidak hanya dilakukan dalam satu UKM, tetapi diperlukan adanya hubungan kerjasama dengan perusahaan lain. Untuk itu, pengaturan aliran rantai pasokan yang baik akan mendorong peningkatan produktivitas di setiap anggota rantai pasokan. Selama ini, para pelaku UKM hanya fokus kepada aspek produksinya saja tanpa memperhatikan hubungan dalam rantai pasokan. Oleh karena itu, penelitian mengenai MRP di UKM keramik Klampok perlu dilakukan untuk melihat penerapan MRP di UKM dan seberapa besar pengaruhnya terhadap produktivitas.
4
1.2. Rumusan Masalah Hal-hal yang menjadi rumusan masalah berkaitan dengan rantai pasokan yang dilakukan oleh UKM antara lain: 1.
Bagaimana model rantai pasokan di UKM keramik Klampok Banjarnegara ?
2.
Bagaimana hubungan MRP terhadap produktivitas UKM keramik Klampok ?
3.
Bentuk solusi yang dapat diterapkan dengan pendekatan MRP di UKM keramik Klampok?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian adalah: 1. Menganalisis model rantai pasokan UKM Keramik Klampok. 2. Menganalisis hubungan MRP terhadap produktivitas UKM keramik Klampok. 3. Memberikan solusi dengan pendekatan MRP pada UKM keramik Klampok. 1.4. Manfaat Penelitian 1.
Usaha Kecil dan Menengah Mengetahui solusi dalam menerapkan MRP sehingga mencapai efisiensi biaya agar mampu bertahan dan bersaing di pasar.
2.
Pemerintah Daerah Meningkatkan kinerja UKM sehingga mampu menambah pendapatan daerah dan membangun citra daerah melalui UKM ini.
3.
Penelitian Penulis Peneliti mengetahui model rantai pasokan di UKM dan menemukan solusi dalam penerapan MRP di UKM.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Rantai Pasokan 2.1.1. Definisi Manajemen Rantai Pasokan Heizer dan Render (2004) mendefinisikan MRP sebagai pengintegrasian aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan. Seluruh aktivitas ini mencakup aktivitas pembelian dan outsourcing, ditambah fungsi lain yang penting bagi hubungan antara pemasok dan distributor. Russel dan Taylor (2004) menambahkan bahwa MRP mengatur aliran informasi yang diteruskan ke rantai pasokan di dalam pemesanan untuk mencapai tingkat sinkronisasi dalam memenuhi kebutuhan konsumen dengan menurunkan biaya. Chopra dan Meindl (2004) menyatakan bahwa rantai pasokan melibatkan seluruh bagian, baik secara langsung atau tidak langsung, untuk memenuhi permintaan konsumen. Rantai pasokan tidak hanya berkaitan dengan manufaktur dan pemasok, tetapi juga melibatkan transportasi, gudang, retailer, dan pelanggan itu sendiri. Tujuan dari rantai pasokan adalah memaksimalkan keseluruhan nilai. Keseluruhan nilai rantai pasokan merupakan perbedaan diantara nilai dari produk akhir terhadap pelanggan dan upaya rantai pasokan di dalam memenuhi permintaan pelanggan. Mentzer (2004) menambahkan bahwa MRP adalah strategi manajemen dari seluruh fungsi bisnis yang meliputi beberapa aliran, hulu atau hilir, untuk beberapa aspek pada sistem rantai pasokan. MRP meliputi seluruh fungsi bisnis yang dikoordinasikan di dalam perusahaan dan perusahaan lain yang terdapat pada rantai pasokan. Ballou (2004) menambahkan bahwa rantai pasokan adalah sekumpulan aktivitas (transportasi, pengendalian persediaan, dan sebagainya) yang membutuhkan waktu di sepanjang jaringan untuk mengubah bahan baku menjadi produk akhir dan memiliki nilai tambah bagi konsumen. Rantai pasokan adalah tentang membuat nilai, nilai untuk pelanggan
6
dan pemasok didalam perusahaan, dan nilai untuk stakeholders di perusahaan. Watanabe (2001) menyatakan bahwa MRP adalah konsep atau mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam rantai pasokan melalui optimalisasi waktu, lokasi dan aliran kuantitas bahan. Zabidi (2001) menambahkan bahwa MRP adalah modifikasi praktek tradisional dari manajemen logistik yang bersifat adversial ke arah koordinasi dan kemitraan antar pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan aliran informasi dan produk tersebut. Ross dalam Miranda dan Tunggal (2005) menyebutkan bahwa MRP adalah filosofi manajemen yang secara terus-menerus mencari sumber-sumber fungsi bisnis yang kompeten untuk digabungkan baik dalam perusahaan maupun luar perusahaan. Simchi-Levi et al. dalam Miranda dan Tunggal (2005) mendefinisikan MRP sebagai serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasi pemasok, pengusaha, gudang (warehouse) dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk dihasilkan dan didistribusikan dengan kuantitas yang tepat, lokasi tepat dan waktu tepat untuk memperkecil biaya dan memuaskan kebutuhan pelanggan. Miranda dan Tunggal (2005) menyebutkan elemen-elemen dalam MRP adalah: 1.
Struktur jaringan rantai pasokan Jaringan kerja anggota dan hubungan dengan rantai pasokan lainnya.
2.
Proses bisnis rantai pasokan Aktivitas-aktivitas yang menghasilkan nilai keluaran tertentu bagi pelanggan.
3.
Komponen MRP Variabel-variabel pembelian dimana proses bisnis disatukan dan disusun sepanjang rantai pasokan
7
Siagian (2005) menyatakan ruang lingkup MRP meliputi: 1.
Rantai pasokan mencakup seluruh kegiatan arus dan transformasi barang mulai dari bahan mentah, sampai penyaluran ke tangan konsumen termasuk aliran informasinya. Bahan baku dan aliran informasi adalah rangkaian dari rantai pasokan.
2.
Rantai
pasokan
sebagai
suatu
sistem
tempat
organisasi
menyalurkan barang produksi. 2.1.2. Identifikasi Anggota Rantai Pasokan Menurut Miranda dan Tunggal (2005), anggota rantai pasokan meliputi semua perusahaan dan organisasi yang berhubungan dengan perusahaan inti baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pemasok atau pelanggannya dari point of origin hingga point of consumption, yaitu terdiri dari : a.
Anggota primer adalah semua perusahaan/unit bisnis strategik yang benar-benar menjalankan aktivitas operasional dan manajerial dalam proses bisnis yang dirancang untuk menghasilkan keluaran tertentu bagi pelanggan atau konsumen.
b.
Anggota
sekunder
adalah
perusahaan-perusahaan
yang
menyediakan sumber daya, pengetahuan, utilitas atau aset-aset bagi anggota primer di rantai pasokan. Siagian (2005) menyatakan bahwa MRP berkaitan langsung dengan siklus bahan baku dari pemasok ke produksi, gudang, dan distribusi kemudian sampai ke konsumen. Perusahaan meningkatkan kemampuan bersaing melalui penyesuaian produk, kualitas yang tinggi, pengurangan biaya, dan kecepatan meraih pasar dengan penekanan pada rantai pasokan. Rantai pasokan mencakup keseluruhan interaksi antara pemasok, perusahaan manufaktur, distributor dan konsumen. Interaksi
ini
juga
berkaitan
dengan
transportasi,
informasi,
penjadwalan, transfer kredit maupun tunai, serta transfer bahan baku antara pihak-pihak yang terlibat. Rantai pasokan menurut Siagian (2005) digambarkan pada Gambar 1.
8
-
Pemasok
Informasi penjadwalan Arus kas Arus pesanan
Persediaan
Perusahaan
-
Distribusi
Konsumen
Arus kredit Arus bahan baku
Gambar 1. Rantai pasokan (Siagian, 2005) Menurut Chopra dan Meindl (2004), tahapan dalam rantai pasokan ditunjukkan pada Gambar 2.
Supplier
Supplier
Supplier
Manufakturer
Distributor
Retailer
Customer
Manufakturer
Distributor
Retailer
Customer
Retailer
Customer
Manufakturer
Distributor
Gambar 2. Tahapan rantai pasokan (Chopra dan Meindl, 2004) 2.1.3. Strategi Manajemen Rantai Pasokan Menurut Sisilian dan Satir dalam Siagian (2005), unsur-unsur pembuat strategi MRP terdiri dari: 1) Faktor Primer, yaitu keunggulan bersaing, fleksibilitas permintaan dan 2) Faktor Sekunder, yaitu kapabilitas proses, batas waktu proses, dan risiko strategi. 1.
Faktor Primer a.
Keunggulan bersaing Porter dalam Miranda (2005) menyatakan secara umum keunggulan bersaing dapat diperoleh melalui diferensiasi produk, kepeloporan biaya (berusaha meminimalisasi biaya
9
tanpa mengurangi nilai dan kualitas produk), respon yang cepat dimana ditandai dengan sifat fleksibel, reliabel, cepat tanggap terhadap perubahan-perubahan. b.
Fleksibilitas permintaan Menurut Slack dalam Miranda (2005), fleksibilitas permintaan dipengaruhi oleh produk itu sendiri, campuran produk, volume, dan tipe pengantaran.
2.
Faktor Sekunder a.
Kapabilitas proses Berkaitan dengan sejauh mana perusahaan dapat menjalankan aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan.
b.
Kematangan proses Berkaitan dengan tingkat kinerja proses, bagaimana proses ini dapat tanggap dan memenuhi tawaran pasar.
c.
Risiko strategi Risiko strategi mencakup penyebaran risiko, yaitu risiko yang diterima perusahaan akibat adanya kebocoran informasi tentang produk dan layanannya, baik itu yang diterima atau diberikan pemasok, sehingga pesaing dapat mengetahui strategi-strategi perusahaan.
Proses strategi MRP memiliki tiga tujuan, yaitu : 1.
Menurunkan biaya, strategi MRP yang diberikan harus dapat meminimalkan biaya logistik yang terjadi.
2.
Menurunkan modal, strategi yang ditujukan untuk meminimalisasi tingkat investasi di dalam strategi logistik.
3.
Meningkatkan pelayanan, pelayanan harus selalu diperbaiki. Menurut Siagian (2005), beberapa strategi yang digunakan
dalam MRP: a.
Postponement yaitu strategi untuk menunda modifikasi atau penyesuaian terhadap produk selama mungkin. Bantuan rancangan dan bantuan pemasok dapat mempertahankan karakteristik generic dari produk suatu perusahaan manufaktur selama mungkin.
10
Postponement dapat dilakukan berkaitan dengan teknologi dan karakteristik proses, karakteristik produk dan karakteristik pasar. b.
Drop ship merupakan strategi yang sering digunakan distributor. Pada awalnya tahapan produk dari pemasok untuk sampai ke tangan konsumen cukup panjang, seperti yang digambarkan pada Gambar 3. Akan tetapi pada strategi drop ship, pemasok akan langsung mengirimkan ke konsumen pemakai dan bukan kepada penjual agar menghemat waktu dan biaya pengangkutan ulang seperti yang terlihat di Gambar 4. Hal lain yang dapat menghemat biaya mencakup penggunaan kemasan khusus, label khusus, dan lokasi tertentu dari label atau kode barang (barcode).
Pemasok
Manufaktur
Distributor
Retailer
konsumen
Gambar 3. Aliran produk dari pemasok ke tangan konsumen akhir (Siagian,2005)
Manajamen Rantai Pasokan
Pemasok
Konsumen
Gambar 4. Strategi drop ship (Siagian, 2005) c.
Pembentukan lini kredit bagi pemasok.
d.
Penurunan float bank ketika uangnya sedang dalam transit.
e.
Pengkoordinasian produksi dan jadwal pengiriman dengan pemasok dan distributor.
f.
Pemanfaatan yang optimal atas ruangan di gudang penyimpanan. Kunci MRP yang efektif adalah penyeimbangan arus produksi
dengan permintaan konsumen yang selalu berubah-ubah. Strategi MRP yang sudah dijalankan dapat dilihat kinerjanya melalui cash flow, saving, dan Return On Investment (ROI) Menurut
Heizer
dan
Render
(2004),
perusahaan
harus
memutuskan suatu strategi rantai pasokan dalam rangka memperoleh barang dan jasa dari luar. Salah satu strategi adalah pendekatan
11
bernegosiasi dengan banyak pemasok dan mengadu satu pemasok terhadap
pemasok
yang
lain.
Strategi
kedua
adalah
untuk
mengembangkan hubungan kemitraan jangka panjang, dengan sedikit pemasok untuk memuaskan pelanggan. Strategi ketiga adalah integrasi vertikal, dimana perusahaan dapat memutuskan untuk menggunakan integrasi balik vertikal dengan benar-benar membeli pemasok tersebut. Variasi keempat adalah kombinasi sedikit pemasok dengan integrasi vertikal, yang dikenal sebagai keiretsu. Dalam keiretsu, pemasok menjadi bagian dalam kesatuan perusahaan. Strategi kelima adalah mengembangkan perusahaan virtual yang menggunakan para pemasok sesuai dengan kebutuhan. 2.1.4. Perencanaan Manajemen Rantai Pasokan Siagian (2005), menyatakan bahwa perencanaan manajemen rantai pasokan terdiri dari enam topik, yaitu tingkatan perencanaan, luasnya daerah perencanaan, tujuan pelayanan konsumen, strategi fasilitas lokasi, keputusan persediaan dan strategi transportasi. a.
Tingkatan Perencanaan Perencanaan MRP bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang what (apa), when (kapan), how (bagaimana). Hal tersebut berlangsung pada tiga tingkatan, yaitu strategis, taktikal, dan operasional. Perbedaan utama antara tingkatan tersebut ditentukan oleh waktu untuk perencanaan. Perencanaan strategis digolongkan sebagai rencana jangka panjang logistik, dimana waktu yang dibutuhkan lebih dari satu tahun. Perencanaan ini biasanya berhubungan dengan kebijakan-kebijakan perusahaan dalam menjalankan
perusahaan.
Perencanaan
taktis
merupakan
perencanaan logistik jangka menengah, biasanya berlaku pada jangka menengah yang tidak terlalu lama, kurang dari satu tahun. Perencanaan operasional berorientasi pada kegiatan operasional logistik sehari-hari, sehingga jangka waktunya sangat pendek bahkan bisa direncanakan secara harian atau jam.
12
b.
Luasnya Daerah Perencanaan Kegiatan logistik menyangkut empat keputusan penting, meliputi: 1. Tingkat layanan kepada pelanggan; 2. Lokasi fasilitas logistik, yaitu menentukan strategi logistik dapat berjalan lancar dan menjamin akan mendapatkan stock; 3. Keputusan persediaan, berkaitan dengan persediaan yang dimiliki dan kecukupan stock barang; 4. Keputusan transportasi, yaitu memilih model transportasi yang akan digunakan.
c.
Tujuan Pelayanan Konsumen Pada tingkat pelayanan jasa yang rendah, pemusatan persediaan dapat dilakukan di beberapa tempat, akibatnya biaya menjadi mahal. Tetapi, pada usaha dengan pelayanan jasa yang tinggi maka akan terjadi sebaliknya.
d.
Strategi Fasilitas Lokasi Perencanaan logistik terhadap fasilitas lokasi, sangat tergantung pada posisi geografis dari tempat penyimpanan dan tempat sumber daya. Menetapkan jumlah, lokasi, besarnya fasilitas, dan menentukan pasar yang dituju adalah cara penentuan produk yang tepat
untuk
dipasarkan.
Menentukan
biaya
rendah
atau
mendapatkan keuntungan yang maksimal adalah tujuan dari perencanaan strategi fasilitas lokasi. e.
Keputusan Persediaan Keputusan
persediaan
menunjukkan
tata
cara
bagaimana
persediaan diatur. Kebijakan yang diambil perusahaan biasanya mempengaruhi keputusan fasilitas lokasi, untuk itu kebijakan ini digolongkan sebagai strategi logistik. f.
Strategi Transportasi Keputusan transportasi yang digunakan sangat bergantung pada mode,
seperti
penjadwalan.
ukuran
pengiriman,
rute
pengiriman,
dan
13
Selain itu, masalah perencanan logistik dapat dilihat dari jaringan kerjanya. Jaringan tersebut menggambarkan pergerakan barang mulai dari toko pengecer – gudang – pabrik atau vendor. Jaringan kerja yang akan dibuat sangat bergantung pada hal-hal berikut: 1.
Kapan direncanakan
2.
Pola permintaannya
3.
Pelayanan
konsumen,
mencakup
kemampuan
pengadaan
persediaan, kecepatan pengiriman barang, dan kecepatan serta ketepatan memenuhi permintaan 4.
Karakteristik produk, meliputi berat, volume, harga dan risiko
5.
Biaya logistik
6.
Kebijakan harga terhadap barang.
2.1.5. Mengelola Rantai Pasokan Menurut Heizer dan Rander (2004), pengelolaan rantai pasokan yang sukses adalah dimulai dengan kesepakatan tujuan bersama, diikuti dengan kepercayaan bersama, dan dilanjutkan dengan budaya organisasi yang sejalan. 1.
Kesepakatan tujuan bersama Sebuah rantai pasokan yang terintegrasi memerlukan kerjasama yang baik dalam hubungan dengan anggotanya. Anggota rantai pasokan harus menghargai bahwa satu-satunya pihak yang menanamkan modal pada sebuah rantai pasokan adalah pelanggan akhir. Oleh karena itu, perlu pemahaman timbal balik mengenai misi, strategi, dan sasaran dari organisasi. Rantai pasokan yang terintegrasi menambah nilai ekonomi dan memaksimalkan isi total produk.
2.
Kepercayaan Kepercayaan merupakan hal penting dalam rantai pasokan yang efektif dan efisien. Anggota rantai pasokan harus masuk ke dalam hubungan dan saling berbagi informasi. Hubungan yang dibangun berdasar saling percaya. Hubungan antar pemasok cenderung akan berhasil, jika risiko dan penghematan biaya dibagi. Aktivitas
14
seperti penelitian konsumen, analisis penjualan, prediksi, dan perencanaan produksi merupakan aktivitas bersama. 3.
Budaya organisasi yang sejalan Sebuah hubungan yang positif diantara organisasi pembeli dan pemasok dengan budaya organisasi yang sesuai, dapat menjadi keuntungan nyata dalam membuat rantai pasokan menjadi lebih baik.
2.1.6. Permasalahan dalam Rantai Pasokan yang Terintegrasi Heizer dan Render (2004) menyatakan ada tiga permasalahan dalam mengembangkan rantai pasokan yang efisien dan terintegrasi : 1.
Optimasi Lokal Anggota rantai pasokan harus memusatkan perhatian untuk memaksimalkan keuntungan lokal atau meminimalkan biaya langsung berdasarkan pada pengetahuan mereka yang terbatas.
2.
Insentif (Insentif Penjualan, Potongan karena Kuantitas, Kuota, dan Promosi) Insentif memasukkan barang dagangan ke rantai pasokan untuk penjualan yang belum terjadi. Hal ini menimbulkan fluktuasi yang mahal bagi semua anggota rantai pasokan.
3.
Lot Besar Sering terjadi penyimpangan pada lot besar sebab hal ini cenderung mengurangi biaya per unit.
2.2. Produktivitas Handoko (2000) mendefinisikan produktivitas sebagai hubungan antara masukan-masukan dan keluaran keluaran suatu sistem produktif. Produktivitas mengukur hubungan ini sebagai rasio keluaran dibagi masukan. Bila lebih banyak keluaran diproduksi dengan jumlah masukan sama, produktivitas naik. Begitu juga, bila lebih sedikit masukan digunakan untuk sejumlah keluaran sama, produktivitas juga akan naik. Rivanto (1986) menyebutkan bahwa daya produksi (production force) adalah kekuatan yang meningkat dari setiap elemen produksi. Produktivitas mempunyai arti ukuran relatif (efisiensi), nilai atau ukuran yang ditampilkan
15
oleh daya produksi. Produktivitas dapat diartikan sebagai campuran (compound) dari produksi dan aktivitas, dimana daya produksi menjadi penyebabnya dan produktivitas mengukur hasil dari daya produktivitas itu. Menurut Mundel (1983), produktivitas merupakan rasio dari output yang diproduksi untuk dimanfaatkan oleh pihak luar organisasi yang meliputi semua jenis produk. Produktivitas ditentukan oleh sumber daya yang digunakan dan ditentukan dengan rasio yang sama periode dasarnya. Sedangkan efektivitas mengukur seberapa baik kinerja sumber daya yang dipakai dalam mencapai tujuan produksi. Menurut Syamsu (1978), produktivitas sebagai perbandingan diantara ouput yang dihasilkan suatu organisasi dan input yang dimasukkan kedalamnya. 2.3. Faktor-Faktor Produktivitas Siagian (2005) mengemukakan faktor-faktor produktivitas yang dianggap sebagai kekuatan dan mempengaruhi dinamika produktivitas secara langsung maupun tak langsung dengan pengubahan unsur-unsur pemasukan dan hasil hubungan satu sama lain. Faktor-faktor produktivitas ini terdiri dari delapan faktor produktivitas yang umum, antara lain: manusia, modal,
metode/proses,
lingkungan
organisasi
(internal),
produksi,
lingkungan negara, lingkungan internasional maupun regional dan umpan balik. Semua faktor-faktor ini dipandang sebagai sub-sistem untuk menunjukkan dimana potensi produktivitas dan cadangannya disimpan. Di bawah ini dijelaskan menganai sub-sistem yang perlu dipertimbangkan: 1.
Manusia -
Kuantitas
-
Tingkat keahlian
-
Latar belakang kebudayaan dan pendidikan
-
Kemampuan dan sikap
-
Minat
-
Struktur pekerjaan, keahlian umur dan jenis kelamin dari angkatan kerja
16
2.
Modal - Modal tetap (mesin, gedung, alat-alat, volume dan strukturnya) - Teknologi penelitian dan pengembangan - Bahan baku (volume dan standar)
3.
4.
5.
6.
Metode/Proses -
Tata ruang tugas
-
Penanganan bahan baku penolong dan mesin
-
Perencanaan dan pengawasan produksi
-
Pemeliharaan melalui pencegahan
-
Teknologi yang memakai cara alternatif
Lingkungan organisasi (internal) -
Organisasi dan perencanaan
-
Sistem manajemen
-
Kondisi kerja (fisik)
-
Iklim kerja (sosial)
-
Tujuan perusahaan dan hubungannya dengan tujuan lingkungan
-
Sistem insentif
-
Kebijaksanaan personalia
-
Gaya kepemimpinan
-
Ukuran perusahaan (ekonomi skala)
Produksi -
Kuantitas
-
Kualitas
-
Ruangan produksi
-
Struktur campuran
-
Spesialisasi produksi
Lingkungan negara -
Kondisi ekonomi dan perdagangan
-
Struktur sosial dan politik
-
Struktur industri
-
Tujuan pengembangan jangka panjang
-
Pengakuan/pengesahan
17
7.
8.
-
Kebijakan ekonomi pemerintah (perpajakan dan lain-lain)
-
Kebijakan tenaga kerja
-
Kebijakan penelitian dan pengembangan
-
Kebijakan energi
-
Kebijakan pendidikan dan latihan
-
Kondisi iklim dan geografis
-
Kebijakan perlindungan lingkungan
Lingkungan internasional maupun regional -
Kondisi perdagangan dunia
-
Masalah-masalah perdagangan internasional
-
Investasi dan usaha bersama
-
Spesialisasi internasional
-
Kebijakan migrasi tenaga kerja
-
Fasilitas latihan internasional
-
Bantuan internasional
-
Standar tenaga kerja dan teknik internasional
Umpan balik Dalam pengertian umum, umpan balik adalah informasi yang ada pada hubungan timbal balik masukan (input) dan hasil (output) dalam perusahaan,
antara
perusahaan
dengan
ruang
lingkup
negara
(internasional). Umpan balik menunjukkan bagaimana masyarakat menilai kuantitas dan kualitas produksi (hasil) berapa banyaknya uang yang harus dibayarkan dari sudut lain berapa banyak yang mau dibayarkan untuk masukan-masukan utamanya (tenaga kerja dan modal) dimana masyarakat menawarkan pada perusahaan. 2.4. Usaha Kecil dan Menengah Menurut UU No. 9 Tahun 1995, kriteria usaha kecil dilihat dari segi keuangan dan modal yang dimilikinya ialah: 1.
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau
2.
Memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 1 milyar per tahun.
18
Untuk kriteria usaha menengah: 1.
Untuk sektor industri, memiliki total aset paling banyak Rp. 5 milyar.
2.
Untuk sektor non industri, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.600 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 3 milyar. Menurut Departemen Keuangan
yang tercantum dalam keputusan
Mentri Keuangan Republik Indonesia No 40/KMK.06/2003, menyebutkan bahwa usaha mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp100.000.000 per tahun. Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Deperindag (2002) memberikan batasan jumlah tenaga kerja dalam menentukan skala usaha terutama di sektor industri, yaitu industri kerajinan rumah tangga (IKRT) dengan 1-4 pekerja, dan industri kecil (IK) dengan 5-19 pekerja dengan pemiliknya, industri berskala sedang dengan jumlah pekerja 20-49 orang, dan industri berskala besar dengan jumlah pekerja lebih dari 50 orang. Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2002) memberikan kriteria skala usaha berdasarkan jumlah pekerja dan jumlah penjualan per tahun. Berdasarkan jumlah pekerja, skala usaha dibagai menjadi industri dagang mikro (1-4 pekerja), industri dagang kecil (5-19 pekerja), dan industri dagang menengah (20-99 pekerja). Sedangkan dari jumlah penjualan per tahun, industri dan dagang kecil (termasuk mikro) adalah industri yang memiliki jumlah penjualan per tahun kurang dari satu milyar. Pengertian usaha mikro menurut lembaga-lembaga internasional adalah usaha non pertanian dengan jumlah pekerja maksimal 10 orang (termasuk wirausaha, pekerja magang, pekerja upahan dan pekerja yang tidak dibayar, karena termasuk anggota keluarga), menggunakan teknologi sederhana atau tradisional, memiliki keterbatasan akses dalam kredit, mempunyai kemampuan manajerial rendah dan cenderung beroperasi di sektor informal. Bank Dunia dalam Heryadi (2004) mendefinisikan usaha mikro sebagai perusahaan perorangan dengan total aset kurang daripada USD
19
100.000 dan mempekerjakan kurang daripada 10 orang. Sementara itu, usaha kecil didefinisikan sebagai usaha dengan total penjualan mulai dari USD 100.000 hingga USD 3 juta dan mempekerjakan 10-50 orang. Partomo dan Soejoedono (2004) mendefinisikan UKM mencakup sedikitnya dua aspek yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokkan perusahaan, ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang diserap dalam gugusan atau kelompok perusahaan tersebut (range of the member of employes). Kriteria umum UKM dilihat dari ciri-cirinya adalah sebagai berikut : 1.
Struktur organisasi yang sangat sederhana.
2.
Tanpa staf yang berlebihan.
3.
Pembagian kerja yang "kendur".
4.
Memiliki hirarki manajerial yang pendek.
5.
Aktifitas sedikit yang formal dan sedikit menggunakan proses perencanaan.
6.
Kurang membedakan aset pribadi dari aset perusahaan. Partomo dan Soejoedono (2004), menyatakan bahwa strategi bisnis
yang perlu diambil untuk mempertahankan dan mengembangkan UKM, antara lain adalah sebagai berikut: 1.
Untuk dapat mengembangkan UKM perlu dipelajari terlebih dulu tentang ciri-ciri, definisi/pengertian, kelemahan-kelemahan, potensi-potensi yang tersedia serta perundang-perundangan yang mengatur.
2.
Diperlukan bantuan manjerial agar tumbuh inovasi-inovasi dalam mengelola UKM secara berdampingan dengan usaha-usaha besar.
3.
Secara vertikal dalam sistem gugus usaha, UKM bisa menjadikan diri sebagai
komplemen-komplemen
usaha
bagi
industri
perusahaan
produsen utama. Diperlukan suatu strategi UKM untuk menjalin kerja komplementer dengan usaha-usaha besar. 4.
Kerjasama bisa berbentuk koperasi dan secara bersama-sama beroperasi masuk (entry) dalam usaha tertentu. Di Indonesia, kemitraan usaha yang berbentuk koperasi merupakan strategi bisnis yang sangat penting,
20
sehingga pemerintah menganggap perlu membentuk Departemen khusus untuk menangani UKM dan koperasi. 2.5. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang telah dilakukan berkaitan dengan UKM dan MRP (Lampiran 1), antara lain: 1. Adhi (2005), mengenai produktivitas kerja pada industri kecil penghasil knalpot di Kabupaten Purbalingga. Metode yanng digunakan adalah diagram fishbone, rasio produktivitas dan rank spearman. Hasil yang diperoleh adalah mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas, yaitu jenis bahan baku, produktivitas tenaga kerja dan sumber modal. 2. Adriansyah (2005), mengenai manajemen rantai persediaan barang (SCM) di bagian hulu produk pasteurisasi. Metode yang digunakan adalah studi kasus case study. 3. Susiana (2005), mengenai analisis rantai persediaan (SC) komoditas jeruk medan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, margin pemasaran dan elastisitas transmisi harga.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Usaha Kecil dan Menengah dalam perekonomian Indonesia dituntut supaya terus maju dan berkembang menghadapi persaingan global. Perkembangan UKM di Indonesia memiliki fungsi yang cukup signifikan baik dilihat dari aspek ekonomi, sosial dan politik. UKM berperan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, penyerapan sektor tenaga kerja, upaya pengentasan kemiskinan, dan sarana untuk membangkitkan ekonomi kerakyatan. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah pelaku UKM yang semakin bertambah, penyerapan tenaga kerja, sumbangan terhadap PDB, dan peningkatan ekspor non migas. UKM dapat berkembang baik, jika mampu melakukan pengelolaan perusahaan dengan baik. Pengelolaan perusahaan mencakup kegiatan dalam rantai pasokan. Kegiatan rantai pasokan dapat berjalan secara efisien jika dikelola dan dirancang dengan baik, sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Salah satu model yang dapat diterapkan adalah MRP. MRP mampu mengatur aliran barang dari pemasok ke konsumen sehingga memiliki keunggulan bersaing. Selain itu, MRP lebih memfokuskan pada operasi lintas perusahaan dalam satu kesatuan rantai pasokan dari pada hanya berusaha sendiri dalam organisasi tunggal. Oleh karena itu, penerapan MRP dapat memperbaiki produktivitas di perusahaan-perusahaan sebagai anggota rantai pasokan. Kerangka pemikiran penelitian digambarkan dalam Gambar 5.
22
Perkembangan UKM di Indonesia
Studi Kasus: UKM Keramik Klampok, Banjarnegara
Struktur rantai pasokan
Manajemen Rantai Pasokan
Produktivitas UKM Gambar 5. Kerangka pemikiran
23
3.2. Tahapan Penelitian Tahapan peneltian disajikan pada Gambar 6: Pra penelitian Identifikasi minat Penelitian Studi Pustaka dan Diskusi
Gagasan-gagasan
Penentuan objek penelitian
Pemilihan topik penelitian: Analisis Rantai Pasokan Di UKM Keramik Klampok Banjarnegara
1. 2. 3.
1. 2. 3.
Perumusan Masalah Bagaimana model rantai pasokan di UKM keramik Klampok? Bagaimana hubungan MRP terhadap produktivitas UKM keramik Klampok? Bentuk solusi yang dapat diterapkan dengan pendekatan MRP di UKM keramik Klampok?
Tujuan Penelitian Menganalisis model rantai pasokan UKM keramik Klampok. Menganalisis hubungan MRP terhadap produktivitas UKM keramik Klampok. Memberikan solusi dengan pendekatan MRP pada UKM keramik Klampok
Rancangan Pengumpulan Data; Identifikasi kebutuhan data, Metode pengumpulan data, Pemilihan teknik analisis
Studi Pendahuluan/initial assesment
Pengumpulan dan pengolahan data
Penyusunan riset desain dan kuesioner
Pengumpulan dan kompilasi data lapangan Pengisian kuesioner Observasi dan wawancara
Pengolahan data - Tabulasi data dan informasi - Identifikasi model rantai pasokan - Pengolahan data dan informasi
- Analisis rantai pasokanÆ Analisis deskriptif - Tanggapan respondenÆ Frekuensi - Analisis MRP terhadap produktivitas UKMÆ Regresi Logistik
Analisis data
Rekomendasi solusi penerapan MRP Kesimpulan dan Saran
Gambar 6. Tahapan penelitian
Uji reliabilitas Uji validitas
24
3.3. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari UKM Keramik Banjarnegara. Lokasi penelitian berada di UKM keramik Klampok Kabupaten Banjarnegara (Lampiran 2). Data sekunder adalah berupa dokumen-dokumen atau literatur-literatur dari BPS, internet, surat kabar dan jurnal. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Observasi, yang bertujuan untuk mengamati obyek penelitian, sehingga memahami
kondisi
yang
sebenarnya.
Pengamatan
bersifat
non
partisipatif, yaitu peneliti berada di luar sistem yang diamati. 2.
Wawancara, yang dilakukan kepada para pengusaha dan instansi-instasi terkait sebagai responden.
3.
Kuesioner berisi mengenai daftar-daftar pertanyaan dan pernyataan yang ditujukan kepada pihak-pihak terkait. Kuesioner dibagi menjadi dua jenis, yaitu kuesioner untuk mengidentifikasi rantai pasokan (Lampiran 3) dan kuesioner untuk menilai hubungan antara manajemen rantai pasokan dengan produktivitas (Lampiran 4). Kuesioner pertama terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan rantai pasokan seperti pemasok, persediaan, produksi, distributor, konsumen, kerjasama dan SDM yang terkait dengan tenaga kerja. Kuesioner kedua berisi pernyataan-pernyataan tertutup yang berarti setiap responden tidak dapat memberikan jawaban dan tanggapan selain dari yang disediakan dalam kuesioner. Skala pengukuran yang digunakan untuk menilai jawaban responden adalah skala likert 5 tingkat, dengan keterangan pemberian bobot sebagai berikut: bobot 5 = sangat setuju bobot 4 = setuju bobot 3 = netral bobot 2 = tidak setuju bobot 1 = sangat tidak setuju
25
Kebutuhan, jenis, metode dan sumber data dibuat dalam Tabel 1 berikut: Tabel 1. Kebutuhan, jenis, metode dan sumber data Kebutuhan data Identifikasi rantai pasokan keramik
Jenis Data Primer
-
Perkembangan UKM Keramik di Banjarnegara Jumlah pelaku usaha keramik
Primer, sekunder
Jumlah tenaga kerja Jumlah bahan baku yang digunakan Jumlah produk yang dihasilkan Besarnya modal usaha Omzet penjualan Kuesioner hubungan MRP dengan produktivitas
-
-
Metode Wawancara, kuesioner, observasi Wawancara,
Sumber Data Pengusaha keramik
Primer, sekunder
Wawancara, kuesioner,
- Pengusaha keramik - staf dan pekerja
Primer
Kuesioner
- Pengusaha keramik
- Pengusaha keramik - BPS kabupaten Banjarnegara - surat kabar - internet
Setelah identifikasi rantai pasokan kemudian penelitian dilanjutkan dengan mengkaji hubungan variabel dalam MRP terhadap produktivitas. 1. Produktivitas (Y) Beberapa faktor yang dimasukkan menjadi batasan dalam pengukuran produktivitas antara lain berkaitan dengan keahlian tenaga kerja, teknologi, perencanaan dan pengawasan produksi, ukuran perusahaan, bentuk kerjasama yang dilakukan pihak perusahaan, kebijakan pendidikan dan pelatihan oleh pemerintah daerah serta kualitas produk. 2. Manajemen Rantai Pasokan Beberapa faktor yang terkait dengan manajemen rantai pasokan antara lain: a.
Pemasok (X1) Hal-hal yang menjadi batasan dalam kaitan dengan pemasok antara lain: hubungan dengan pemasok, jumlah pemasok, sistem kerjasama dengan pemasok.
26
b.
Persediaan (X2) Hal-hal yang menjadi batasan dalam kaitan dengan persediaan antara lain: jumlah persediaan, jangka waktu penyimpanan dan efektifitas persediaan yang terkait dengan kelancaran hubungan dengan pemasok.
c.
Produksi (X3) Hal-hal yang menjadi batasan dalam kaitan dengan produktivitas antara lain: mutu produk, pengawasan mutu, jumlah produksi, desain produk dan informasi untuk kegiatan produksi.
d.
Distributor (X4) Hal-hal yang menjadi batasan dalam kaitan dengan distributor antara lain: pemilihan penggunaan distributor, sistem pengangkutan, frekuensi pendistribusian dan ketepatan pendistribusian.
e.
Konsumen (X5) Hal-hal yang menjadi batasan dalam kaitan dengan konsumen antara lain: peningkatan produktivitas, peningkatan pelayanan, promosi dan peningkatan kualitas produk.
f.
Kerjasama (X6) Hal-hal yang menjadi batasan dalam kaitan dengan kerjasama adalah kerjasama vertikal dan horisontal. Kerjasama vertikal terkait dengan kerjasama antara perusahaan atau lembaga pendidikan dan informasi, sedangkan kerjasama horisontal terkait dengan pemasok.
g.
Sumber Daya Manusia (X7) Hal-hal yang menjadi batasan dalam kaitan dengan tenaga kerja antara lain : kualitas tenaga kerja, pendidikan dan pelatihan tenaga kerja dan penggunaan tenaga ahli dalam proses produksi. Indikator dan nomor item di dalam kuesioner disajikan pada Tabel 2.
27
Tabel 2. Indikator dari setiap variabel dalam kuesioner No 1
Variabel Produktivitas
Indikator -
2
Pemasok
3
Persediaan
4
Produksi
5
Distributor
6
Konsumen
7
Kerjasama
8
SDM
-
Keahlian tenaga kerja Teknologi Perencanaan dan pengawasan produksi Ukuran perusahaan Bentuk kerjasama yang dilakukan pihak perusahaan Kebijakan pendidikan dan pelatihan oleh pemerintah daerah Kualitas produk Hubungan dengan pemasok Jumlah pemasok Sistem kerjasama dengan pemasok Jumlah persediaan Jangka waktu penyimpanan Efektifitas persediaan yang terkait dengan kelancaran hubungan dengan pemasok. Mutu produk Pengawasan mutu Jumlah produksi Desain produk Informasi untuk kegiatan produksi. Pemilihan penggunaan distributor Sistem pengangkutan Frekuensi pendistribusian Ketepatan pendistribusian Peningkatan produktivitas Peningkatan pelayanan Promosi Peningkatan kualitas produk Kerjasama vertikal Kerjasama horisontal Kualitas tenaga kerja Pendidikan dan pelatihan tenaga kerja Penggunaan tenaga ahli
Nomor di Kuesioner 1 2 3 4 5 6 7 8 dan 11 9 10 13 dan 16 14 15 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 dan 29 28 30 31, 33, 34 32, 35 dan 36 37 38
3.4. Populasi dan Sampel Jumlah populasi UKM keramik Klampok adalah 20 UKM. Untuk mengidentifikasi rantai pasokan, diambil 20 UKM. Responden yang digunakan untuk menilai hubungan MRP terhadap produktivitas adalah populasi dari pengusaha keramik sebesar 20 pengusaha keramik. Pengusaha dijadikan sebagai responden karena dianggap mewakili dan mengetahui keadaan usahanya, terutama mengenai rantai pasokan dan produktivitas perusahaannya.Teknik pengambilan jenis responden menggunakan non probability sampling, yaitu judgement sampling.
28
3.5. Pengolahan dan Analisis Data Analisis deskriptif dilakukan untuk mengidentifikasi penerapan MRP. Faktor-faktor yang digunakan dalam mengidentifikasi MRP adalah pemasok, persediaan, produksi, distributor, konsumen, kerjasama dan SDM. Faktorfaktor ini kemudian dikaji berdasarkan teori mengenai MRP. 3.5.1. Uji Kuesioner Kuesioner dibuat untuk mengetahui tanggapan responden mengenai produktivitas dan MRP. Sebelum menyebarkan kuesioner dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur (instrument) itu mengukur apa yang ingin diukur. Langkah-langkah dalam mengukur validitas kuesioner antara lain mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur, melakukan uji coba tersebut kepada responden, mempersiapkan tabel tabulasi jawaban, menghitung korelasi antara data pada masing-masing pernyataan dengan skor total memakai rumus teknik korelasi product moment. Rumus korelasi product moment, yaitu: rhitung =
n(∑ XY ) − (∑ X )(∑ Y )
[n ∑ X
2
][
− (∑ X ) n ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
2
]
............................... (1)
Keterangan :
rhitung
= nilai koefisien Pearson
n
= jumlah reponden
X
= skor pertanyaan
Y
= skor total Setelah kuesioner dinyatakan valid, selanjutnya dilakukan uji
reliabilitas.
Reliabilitas
adalah
suatu
nilai
yang
menunjukkan
konsisitensi suatu alat pengukuran di dalam mengukur gejala yang sama. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus alpha, yaitu:
rtot =
2(rtt ) ................................................................................ (2) 1 + rtt
29
Pengujian validitas dan reliabilitas menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS versi 11. 3.5.2. Regresi Stepwise
Menurut Iriawan dan Astuti (2006), regresi stepwise merupakan salah satu solusi menyelesaikan masalah regresi yang variabel prediktornya saling berkorelasi. Tipe-tipe regresi ada tiga, yaitu regresi stepwise, forward selection dan backward elimination. Pada forward selection, pembuatan model terbaik dilakukan dengan
menambahkan
variabel
satu-persatu.
Dalam
backward
elimination, pembuatan model regresi terbaik dilakukan dengan membuat terlebih dahulu model regresi untuk semua variabel prediktor. Selanjutnya, mengurangi variabel satu-persatu sampai tinggal satu variabel. Pengolahan dengan regresi stepwise menggunakan program Minitab 14 for Window. 3.5.3. Regresi Logistik
Menurut Irawan dan Astuti (2006), regresi logistik digunakan untuk menganalisis data dengan variabel respon bersifat kualitatif. Dalam penelitian ini, regresi logistik digunakan untuk menganalisis hubungan MRP (pemasok, persediaan, produksi, distributor, konsumen, kerjasama, dan SDM) terhadap Produktivitas. Persamaan dalam regresi logistik dinyatakan dalam bentuk berikut: ⎛ π (x ) ⎞ ⎟⎟ = α + βx ....................................... (3) log it[π (x )] = log⎜⎜ ⎝ 1 − π (x ) ⎠ Dalam hal ini, π ( x ) adalah peluang sukses apabila variabel prediktor bernilai x. Bentuk lain dari logistik dapat dinyatakan dalam:
π (x ) =
exp(α + β x ) ............................................................. (4) 1 + exp(α + β x )
Pengolahan regresi logistik menggunakan program Minitab 14 for Window.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum UKM Keramik Klampok Sentra kerajinan keramik Klampok Kabupaten Banjarnegara terletak di Desa Klampok Kecamatan Purworejo Klampok, yang jaraknya 30 km dari Ibukota Banjarnegara ke arah Barat menuju Purbalingga, Banyumas dan Purwokerto. Keramik Klampok merupakan salah satu produk unggulan Kabupaten Banjarnegara, selain produk lain seperti kerajinan bambu, batik tulis, border, kerajinan kulit kerang, meubel, VCO (Virgin Coconut Oil), jamur, jenang salak, kering kentang, sirup salak, nata decoco, dan salak pondoh. Kerajinan keramik memiliki potensi tinggi terutama dengan nilai investasi sebesar
Rp.900 juta dan jumlah rata-rata produksi per tahun
mencapai 540.000 buah (Dinas Indagkop, 2004). Keramik Klampok dikembangkan pertama kali oleh perusahaan yang dimiliki bangsa Belanda, dengan mempekerjakan masyarakat Klampok sebagai pegawainya. Salah satu pegawainya yang bernama Bapak Kandar Atmowinoto mendirikan perusahaan keramik pada tahun 1957 dengan nama keramik Meandallai yang berarti “Mendidik Anak dalam Lapangan Industri”. Dalam mengajarkan kepada pegawainya, Bapak Kandar menggunakan sistem pendidikan yang digunakan Belanda. Pendidikan yang diajarkan cukup keras serta menuntut ketekunan dan disiplin yang cukup tinggi. Penerapan sistem ini memberi pengaruh positif pada perkembangan usaha keramik. Hal ini dibuktikan pada tahun berikutnya, yaitu tahun 1964, berdiri perusahaan keramik Usaha Karya dan pada tahun 1967 berdiri perusahaan keramik Mustika, yang kemudian disusul dengan berdirinya perusahaan-perusahaan lain yang bergerak di bidang keramik. Sentra kerajinan keramik Klampok merupakan tempat berkumpulnya para pengrajin keramik Klampok. Sentra ini terdiri dari inti dan plasma. Plasma adalah kegiatan usaha yang dilakukan seseorang dalam satu proses produksi keramik dan hasil produksinya disetorkan ke inti yang bersangkutan berdasarkan perjanjian kontrak yang disepakati antara inti dan plasma. Sebelum Sentra terbentuk, ada empat organisasi yang telah terbentuk terlebih
31
dahulu. Empat organisasi tersebut antara lain ASKRI (Asosiasi Keramik Indonesia), TUNAS ASKRI, Alunik dan Al Barokah. Di dalam Sentra terdapat Forum Rembug Klaster, dimana Forum Rembug Klaster ini bertujuan untuk menjembatani, mengidentifikasi, merumuskan permasalahan yang ada di Sentra. Dalam melakukan tugasnya, Forum Rembug Klaster didampingi oleh BDS (Bussines Development Service) "Faizul Muna". Forum Rembug Klaster bertugas menyampaikan program yang telah disepakati oleh Sentra ke Fedep (Federasi Development Provider) di kabupaten, yang kemudian akan dilanjutkan ke FPESD (Forum Pengembangan Ekonomi Sosial Daerah) di tingkat propinsi. Pada awal perkembangannya usaha keramik mengalami kemajuan cukup pesat. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Dinas Indagkop) pada tahun 2002, jumlah UKM keramik adalah sebanyak 51 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 640 orang. Namun akibat perekonomian di Indonesia yang belum stabil, jumlah UKM keramik semakin berkurang. Menurut BPS Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2004, jumlah UKM keramik sebesar 34 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 700 orang. Pada tahun 2005 jumlah UKM keramik berkurang menjadi 24 perusahaan, dan sampai saat ini jumlah UKM keramik hanya sebesar 20 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja sebesar 236 orang. Dari 20 UKM ini, semuanya menjadi bagian inti dari Sentra selain 10 plasma yang ikut bergabung dalam Sentra. Ke 20 UKM tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Produk kerajinan keramik yang dihasilkan oleh para pengrajin Klampok dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu keramik glazuur, keramik terracota, dan keramik cat. Keramik glazuur adalah keramik yang menggunakan bahan glazuur sebagai pewarna yang kemudian disemprot dengan transparan untuk membuat tampilan akhirnya lebih mengkilap. Keramik terracota adalah keramik yang dalam proses produksinya menggunakan engobe sebagai pewarna. Engobe adalah bahan yang terbuat dari sari tanah, water glass dan air. Sedangkan keramik cat adalah keramik yang pada proses finishing-nya menggunakan cat sebagai pewarna. Tidak semua pengrajin hanya memproduksi satu jenis keramik, ada beberapa
32
pengrajin yang memproduksi lebih dari satu jenis keramik, bahkan memproduksi tiga jenis keramik sekaligus. Tabel 3. Nama perusahaan, jumlah tenaga kerja, dan omzet per bulan dari inti Sentra kerajinan keramik Klampok. No. Nama Perusahaan Jumlah Tenaga Omzet per bulan Kerja (orang) (juta rupiah) 1. Keramik Mustika 22 20 2. Keramik Usaha Karya 60 50 3. Keramik Kiat 4 30 4. Keramik Nur 16 12 5. Keramik Apicta 3 3 6. Kismoadji Keramik 15 12 7. Keramik Kencana 12 8,5 8. Keramik Al Barokah 3 2 9. Keramik Karunia Pertiwi 11 6 10. Kharisma Keramik 14 8 11. Keramik Kurnia 13 10 12. Duta Serayu Keramik 8 3 13. Keramik Mekar 3 1 14. Khamishama Art Ceramic 16 12 15. Ratu Indah Keramik 4 2 16. Keramik Prisma 5 3 17. Keramik Anugrah Sakti 7 4 18. Keramik Karya Mandiri 8 6 19. Ipoenk Keramik 7 6 20. Keramik Makmur 5 4,5 Faktor-faktor Pendukung Faktor-faktor pendukung untuk kerajinan keramik antara lain: 1. Sumber Daya Alam (SDA) Bahan baku (tanah liat) yang digunakan untuk membuat keramik berada di daerah yang letaknya dekat dengan Sentra, yaitu Ajibarang Banyumas. Tempat ini bukan termasuk wilayah Kabupaten Banjarnegara, tetapi wilayahnya cukup dekat dengan Sentra dan mudah dijangkau. 2. Sumber Daya Manusia (SDM) Keahlian pengelolaan keramik bagi masyarakat di sekitar Sentra diwariskan turun temurun dari nenek moyang mereka. Dalam rangka meningkatkan kualitas dan keahlian SDM, pihak Sentra maupun pemerintah daerah memberikan beberapa pelatihan untuk meningkatkan keahlian.
33
3. Sarana dan Prasarana Pada umumnya dukungan jalan raya sampai ke lokasi sumber bahan baku dan show room, tenaga listrik dan telepon, telah menjangkau lokasi Sentra. Sarana perijinan satu atap yang tersedia dan dukungan yang mantap dari pemerintah kabupaten melalui kebijakan penciptaan iklim yang kondusif. 4.2. Rantai Pasokan Model rantai pasokan yang terjadi di UKM keramik Klampok adalah digambarkan pada Gambar 7, sebagai berikut:
Sentra kerajinan keramik
Pemasok tanah liat
Produk jadi
Tanah liat
Pemasok kayu bakar
Pemasok minyak tanah
Pengepul barang ekspor
UKM/ produksi
Konsumen
Retailer
Gambar 7. Model rantai pasokan UKM keramik Klampok Banjarnegara Model rantai pasokan ini terdiri dari elemen pemasok, produksi, pengepul barang, retailer, dan konsumen. Gambar 7 menunjukkan model rantai pasokan UKM keramik Klampok Banjarnegara . Pemasok tanah liat, minyak tanah dan kayu bakar mengirimkan barang ke tempat pengusaha sebagai barang persediaan bagi pengusaha selama satu bulan. Barang-barang tersebut masuk ke proses produksi untuk menghasilkan produk jadi. Produk jadi yang siap di jual disalurkan ke tiga saluran elemen rantai pasokan yaitu melalui konsumen secara langsung, didistribusikan langsung ke retailer yang kemudian menjualnya ke konsumen akhir, dan melalui Sentra dan didistribusikan ke pengepul barang yang kemudian disalurkan ke konsumen akhir.
34
Pada umumnya, elemen-elemen di dalam rantai pasokan tersebut terdiri dari pemasok,
produksi, retailer, pengepul barang, konsumen,
kerjasama, dan sumber daya manusia. Masing-masing elemen dari rantai tersebut dijelaskan pada sub bab berikut: 4.2.1. Pemasok Pemasok terdiri dari pemasok bahan baku dan bahan penolong. Bahan baku utama pembuatan keramik adalah tanah liat. Tanah liat yang digunakan berasal dari Ajibarang Banyumas. Pemilihan tanah liat ini didasarkan pada penelitian dan uji kelayakan yang dilakukan oleh Balai Penelitian Keramik Bandung. Pengrajin atau pengusaha keramik memperoleh tanah liat langsung dari pemasok yang berasal dari Ajibarang, dimana pemasok ini adalah sebagai pengumpul tanah liat dari beberapa kuli tanah liat. Tanah liat yang berasal dari pemasok Ajibarang adalah tanah liat yang belum siap olah. Para pengusaha yang menggunakan pemasok ini harus mengolah tanah liat tersebut terlebih dahulu menjadi tanah liat siap olah dalam kegiatan produksinya. Pengiriman tanah liat dari pemasok ke pengusaha didasarkan pada sistem order atau pesanan oleh pengrajin. Untuk jangka waktu satu bulan pemasok mengirimkan tanah liat ke pengusaha 1-2 rit atau setara dengan 3-6 ton tanah liat. Sistem pembayaran dilakukan secara tunai atau pembayaran jatuh tempo, tergantung kesepakatan pemasok dan pengusaha. Pengangkutan tanah liat dilakukan oleh pemasok sampai ke tempat pengusaha. Kendala yang dihadapi pengusaha dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku tanah liat oleh pemasok adalah mutu barang kurang bagus, keterlambatan dalam pengiriman, harganya cukup mahal dan kurangnya modal untuk membeli tanah liat dalam jumlah besar. Selain
pemasok
dari
Ajibarang,
pengrajin
juga
dapat
memperoleh tanah liat dari Sentra Kerajinan Keramik Klampok yang berasal dari Ajibarang. Sentra menyediakan tanah liat siap olah untuk pengrajin. Sentra mengolah tanah liat sendiri kemudian disalurkan ke pengrajin. Sistem pemesanan bahan baku oleh pengusaha ke Sentra
35
dilakukan secara langsung dengan cara membeli ke Sentra. Pembayaran dilakukan secara tunai atau jatuh tempo satu bulan, tergantung kesepakatan antara pengusaha dengan Sentra. Sistem pengangkutan dilakukan oleh pengusaha dengan mengambil bahan baku di Sentra. Jumlah tanah liat yang diambil pengusaha ke Sentra per bulan antara 8-10 kwintal dengan dua kali pengangkutan. Kendala yang dihadapi pengusaha dalam pemenuhan kebutuhan tanah liat oleh Sentra adalah sistem pengangkutan yang mahal karena harus mengambil bahan baku sendiri ke Sentra. Hal ini disebabkan Sentra belum memiliki alat pengangkutan bahan baku. Pemasok bahan penolong terdiri dari pemasok minyak tanah dan kayu bakar. Minyak tanah dan kayu bakar digunakan sebagai bahan bakar untuk proses pembakaran dalam produksi. Pemasok minyak tanah adalah agen minyak tanah dan pedagang eceran. Agen mengantar minyak tanah ke tempat pengusaha berdasarkan permintaan pengusaha, dimana pembayaran dilakukan secara tunai. Sedangkan untuk pengusaha yang mengambil minyak tanah dari pedagang eceran, pengusaha harus mengambil sendiri minyak tanah ke tempat pedagang, dengan pembayaran dilakukan secara tunai menggunakan sistem jual beli. Jumlah minyak tanah yang diambil dari pemasok sebesar 600-800 liter per bulan. Pemasok kayu bakar berasal dari pengumpul kayu bakar yang mengumpulkan kayu bakar dari para pencari kayu bakar. Pengumpul menyediakan tempat di dekat pengrajin untuk menampung kayu bakar. Sistem pemesanan kayu bakar dilakukan secara langsung oleh pengusaha ke pemasok. Pemasok mengantarkan kayu bakar ke tempat pengusaha sesuai dengan pesanan pengusaha. Pembayaran antara pihak pengusaha ke pemasok dilakukan secara tunai. Jumlah kayu bakar yang dibutuhkan setiap pengusaha per bulan mencapai 10 kubik.
36
4.2.2. Produksi 1. Persediaan Persediaan menjadi faktor yang sangat penting terutama dalam kegiatan produksi dan rantai pasokan. Persediaan sangat berpengaruh terhadap fleksibilitas operasi suatu perusahaan. Untuk itu perlu adanya manajemen persediaan untuk mengatur kelancaran kegiatan produksi dan operasi. Akan tetapi, banyak kendala yang harus dihadapi dalam mengatur persediaan, seperti permintaan yang sangat bervariasi, perputaran waktu yang tidak stabil, hubungan dengan pemasok yang terganggu, sehingga berakibat pada gangguan penjadwalan, mutu produk dan gangguan pada pemenuhan persediaan. UKM keramik Klampok juga mempunyai persediaan untuk memperlancar kegiatan produksi dan operasi. Persediannya mencakup persediaan bahan baku dan persediaan bahan penolong. Persediaan bahan baku tanah liat terdiri dari tanah liat murni yang belum diolah dan tanah liat yang siap diolah. Persediaan tanah liat belum siap olah memiliki jumlah rata-rata per bulan mencapai 1-2 rit atau setara dengan 3-6 ton dengan
frekuensi 1-2 kali
pengiriman. Pengusaha yang menggunakan tanah liat siap olah, melakukan penyimpanan sebesar 1 ton per bulan sebagai persediaan. Biaya persediaan yang dikeluarkan adalah biaya penyimpanan. Tanah liat yang disimpan terlalu lama akan mengeras, sehingga memerlukan tenaga untuk mengolah tanah liat kembali agar menjadi lunak dan siap untuk diolah. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi pengusaha dalam penyimpanan persediaan. Kendala-kendala yang dihadapi adalah tidak adanya gudang penyimpanan tanah liat, padahal suhu udara sangat berpengaruh pada mutu tanah liat. Jika tanah liat diletakkan di tempat panas, maka lama-kelamaan tanah liat akan mengeras, sehingga perlu gudang khusus untuk menyimpan tanah liat agar terjaga kelembabannya. Kendala lainnya adalah mencakup masalah
37
dana. Pengusaha sering kali kesulitan modal untuk membeli persediaan yang berakibat pada penentuan besarnya persediaan. Selain itu, penentuan besarnya persediaan juga dipengaruhi oleh jumlah pesanan, dimana untuk setiap bulannya jumlah pesanan tidak selalu sama atau sangat bervariasi. Persediaan bahan penolong terdiri dari persediaan untuk bahan bakar seperti minyak tanah dan kayu bakar serta bahanbahan lain yang dibutuhkan untuk membuat keramik berdasarkan jenis keramik yang di produksi. Untuk keramik glazuur, bahan penolong yang digunakan adalah glazuur. Bahan penolong yang digunakan untuk membuat keramik terracota, antara lain isermeni, manhan, water glass, semir dan cuka. Sedangkan untuk keramik cat, bahan penolong yang digunakan antara lain cat tembok, cat minyak, bensin, tiner, aseton, melamin, pernis, superglos, resin, prodo, semir MAA dan tali hias. Jumlah persediaan minyak tanah yang dibutuhkan per bulan rata-rata sebesar 600-800 liter. Jumlah ini digunakan untuk 1-2 kali pembakaran. Sedangkan untuk jumlah kayu bakar yang dibutuhkan mencapai 4-10 kubik kayu bakar. Jumlah persediaan minyak tanah dan kayu bakar sudah mencukupi untuk proses pembakaran yang dilakukan 1-2 kali setiap bulannya. Kendala yang dihadapi untuk pemenuhan bahan bakar terutama minyak tanah adalah kenaikan harga BBM, kenaikan tersebut berakibat pada kenaikan biaya produksi. Jumlah persediaan bahan penolong lain yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan produksi dalam waktu satu bulan adalah glazuur sebanyak 5 kg, isermeni 3-6 kg, water glass 0,5-1 kg, manhan 4-5 kg, semir 4 kg, cuka 1 botol, cat tembok 5 kg, cat minyak 3-4 kg, bensin 5 liter, tiner 10 liter, aseton 1 liter, melamin 4 liter, pernis 8 kg, superglos 4 botol, resin 2 liter, prodo 1 meter, semir MAA 2 kg dan tali hias 10 meter. Pemenuhan bahan penolong dilakukan oleh pengusaha dengan mencari sendiri bahan-
38
bahan tersebut langsung ke toko-toko yang menyediakan tanpa menjadi pelanggan. Pengusaha sering kali mengalami banyak kendala dikarenakan terbatasnya toko-toko di Banjarnegara yang menyediakan bahan-bahan tersebut. Oleh karena itu, pengusaha harus mencari bahan-bahan tersebut di luar wilayah Banjarnegara seperti Yogyakarta, Sokaraja, dan Purwokerto. Faktor yang menjadi kendala adalah informasi mengenai toko tersebut
masih sangat kurang,
sehingga pengusaha harus
melakukan survei toko dan berakibat biaya lebih mahal. Apabila terjadi kehabisan atau kekurangan barang di toko, pengusaha yang tidak menjadi pelanggan toko harus menunggu sampai barang tersebut ada. Hal tersebut sangat berpengaruh pada kelancaran kegiatan produksi. Biaya persediaan yang dikeluarkan adalah biaya kehabisan bahan, dimana jika bahan yang dibutuhkan habis, maka membutuhkan biaya yang besar untuk mencari bahan tersebut. Hal ini dikarenakan toko yang menyediakan bahan tersebut berada di luar wilayah Banjarnegara dan tidak selalu toko yang ada menyediakan bahan yang dibutuhkan, sehingga perlu melakukan survei. 2. Proses Produksi UKM keramik Klampok menghasilkan beberapa produk unggulan, diantaranya asbak, vas dalam ukuran besar dan kecil, poci ukuran besar dan kecil, kaligrafi, hiasan dinding, patung, guci dan souvenir. Berbagai macam produk yang dihasilkan memiliki desain yang berbeda baik dari segi bentuk maupun dekoratif (ukir). Pengusaha
berperan
besar
terutama
dalam
membuat
dan
menentukan kebijakan mengenai jenis desain yang akan dibuat. Ada beberapa macam dekorasi keramik yang digunakan oleh UKM keramik Klampok, diantaranya:
39
a. Dekorasi Terah Barang di engobe (dicelupkan ke dalam bahan engobe yang terdiri dari sari tanah, water glass dan air), kemudian diberi glasir ukir/motif dengan menggunakan pisau ukir atau gores. b. Dekorasi Isi (inlay) Barang yang indah diukir/digores, kemudian diisi dengan pewarna tanah. c. Dekorasi Cap Barang yang basah siap diberi dekorasi ditempelkan dengan pengecap yang dibuat dari gibs, plastik, logam, besi. d. Dekorasi tempel/catat Barang basah yang siap diberi dekorasi motif dari hasil cetakan yang terbuat dari gibs, ditempelkan pada barang yang basah. e. Dekorasi dengan lilin cair/malam Benda keramik yang sudah dibakar (biscuit) diberi motif dengan alat canting atau kuas. Setelah itu, di spray dengan glasir dan dibakar. Permukaan lilin akan cair sehingga menghasilkan motif baru. f. Dekorasi dibawah glasir (under glase) Bidang barang basah diberi engobe pewarna dan siap diukir menurut bahan pewarna glasir. Setelah itu, motif yang diglasir transparan akan dibuat dan dibakar, sehingga dekorasi dibawah glasir transparan. g. Dekorasi Klaim h. Dekorasi Krawangan Bidang barang basah siap ukir berlubang sehingga bodi barang itu tampak pada bagian tertentu. Produk-produk yang dihasilkan dengan berbagai dekorasi tersebut, membutuhkan serangkaian proses produksi. Proses produksi ini didasarkan pada jenis keramik, yaitu keramik glazuur, keramik terracota, dan keramik cat. Masing-masing proses ini akan di jelaskan dengan menggunakan diagram proses
40
a. Keramik Terracota Keramik terracota adalah keramik yang dalam proses produksinya menggunakan bahan celup berupa engobe, dimana engobe merupakan larutan tanah bewarna, baik berupa warna alami maupun warna buatan atau modern. Warna alami terdiri dari krem, coklat, dan coklat tua. Sedangkan warna buatan atau modern mencakup putih, hijau, biru, merah tua, dan kuning. Fungsi dari engobe adalah sebagai penutup permukaan dan sebagai
dekorasi
warna.
Serangkaian
proses
produksi
ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Diagram proses pembuatan keramik terracota. Waktu Simbol Diagram Deskripsi Proses (hari) 7 Proses pengolahan tanah liat (penyaringan, pengendapan, penghisatan, penjemuran) 1
Putar dan cetak
3
Penjemuran
1
Pengerikan
2
Penyetelan
7
Penjemuran sampai kering
8
Pengamplasan
2
Di engobe
4
Dekorasi
0,62
Pembakaran
2
Pendinginan
1
Pembongkaran
1
Finishing
3
Disemir
1
Packing
43,62 15 - - - Keterangan: = Operasi, = menunggu,
TOTAL = Transportasi, = Penyimpanan
= Inspeksi
41
Serangkaian proses produksi dijelaskan sebagai berikut: 1. Proses pengolahan tanah liat Proses pengolahan tanah liat merupakan tahap awal dalam pembuatan keramik. Dalam melakukan pengolahan tanah liat, pertama yang harus dilakukan adalah merendam dalam bak selama 3-4 hari, kemudian dilakukan pengadukan. Setelah
tanah
diaduk,
proses
selanjutnya
adalah
penyaringan. Tanah disaring dengan alat penyaring agar terpisah dengan kerikil-kerikil. Kemudian tanah diendapkan di bak-bak selip. Setelah tanah mengendap, dilakukan penghisatan mengambil airnya. Dan untuk proses terakhir agar menjadi tanah siap olah, dilakukan penjemuran tanah. 2. Putar dan cetak Setelah dihasilkan tanah liat yang siap olah, kemudian dilakukan proses putar dan cetak. Proses putar dilakukan dengan menggunakan alat putar. Alat putar yang digunakan masih sangat sederhana. Proses putar biasanya dilakukan untuk membuat produk yang memiliki bentuk bulat seperti vas, poci, guci dan lain-lain. Sedangkan untuk proses cetak, dilakukan dengan menggunakan cetakan yang terbuat dari gips. 3. Penjemuran Setelah dilakukan proses cetak dan putar, kemudian dilakukan penjemuran yang bertujuan untuk mengurangi kadar air. 4. Pengerikan Pengerikan bertujuan untuk menyempurnakan bentuk hasil cetak atau putar. 5. Penyetelan Penyetelan dilakukan untuk menggabungkan satu set poci, yaitu terdiri dari satu poci, satu bintang, dan tiga gelas.
42
6. Penjemuran Penjemuran dilakukan sampai barang tersebut benar-benar kering. Lamanya penjemuran tergantung keadaan cuaca, karena proses penjemuran menggunakan tenaga matahari. Penjemuran dilakukan hingga tujuh hari, jika cuaca mendung dan hujan. 7. Pengamplasan Pengamplasan dilakukan untuk menghaluskan barang. 8. Engobe Engobe adalah proses pencelupan barang ke dalam bahan engobe, dimana engobe ini merupakan pewarna untuk keramik. Engobe terbuat dari sari tanah ditambah water glass dan air. 9. Dekorasi Untuk melakukan dekorasi engobe warna butan/modern kondisi barang harus basah, karena jika kering akan mengakibatkan keretakan. Sedangkan untuk dekorasi engobe pewarna alami, kondisi barang harus kering. Dekorasi bisa berupa ukir, tulisan, dan lain-lain tergantung pesanan. 10. Pembakaran Proses pembakaran dilakukan di tungku pembakaran dengan bahan bakar minyak selama 20 jam. Dalam 20 jam tersebut dilakukan pengaturan suhu. Selama 3,5 jam pertama, pembakaran dilakukan dengan suhu 0-100 oC, kemudian suhu dinaikkan sampai 300 oC untuk 2,5 jam berikutnya. Lalu suhu dinaikkan lagi sampai 500 oC dalam waktu 3 jam, dan dinaikkan lagi sampai 700 oC selama 3 jam. Pada 8 jam terakhir suhu tidak dinaikkan atau menggunakan suhu tetap, yang pada akhirnya kenaikan suhu mencapai 900 oC.
43
11. Pendinginan Setelah tahap pembakaran, tungku tidak boleh langsung dibongkar karena akan menimbulkan terjadi keretakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pendinginan selama dua hari. 12. Pembongkaran Barang-barang yang telah mengalami proses pendinginan, kemudian dibongkar dari tungku pembakaran. 13. Finishing Pada proses ini, barang-barang yang telah dibongkar dari pembakaran perlu digosok kembali untuk menghilangkan kotoran atau noda-noda akibat pembakaran. Setelah itu, barang-barang diperiksa apakah mengalami cacat atau tidak. Jika cacat maka perlu dilakukan perbaikan. 14. Disemir Barang-barang yang telah dibersihkan kemudian di semir sehingga terlihat lebih mengkilap. 15. Packing Proses ini terdiri dari pengepakan barang di keranjang atau kardus. Setelah di packing barang siap untuk dipasarkan. b. Keramik Cat Keramik cat adalah keramik yang terbuat dari bahan tanah liat asli tanpa dicampur dengan bahan lain, dimana pada tahap finishing-nya menggunakan cat sebagai pewarna. Cat yang digunakan untuk pewarnaan adalah cat tembok dan cat minyak. Proses pembuatan keramik cat ditujukkan pada Tabel 5.
44
Tabel 5. Diagram proses pembuatan keramik cat. Waktu Simbol Diagram Deskripsi Proses (hari) 7 Cetak, putar, dibuat ukir/dekoratif 3 Pengeringan 7
patung,
Penghalusan bodi barang
0,33
Pembakaran
7
Finishing/ pengecetan
1
Tambah asesoris, pengemasan dengan plastik/kertas kado TOTAL = Transportasi, = Inspeksi
25,33 6 Keterangan :
-
- = Operasi,
= Menunggu,
= Penyimpanan
Serangkaian proses produksi dijelaskan sebagai berikut: 1. Cetak, putar, buat patung, ukir/dekoratif Tanah yang siap oleh kemudian dilakukan proses cetak, putar, buat patung, ukir/dekoratif. Cetak merupakan proses pembuatan keramik dengan menggunakan alat cetak yang terbuat dari gips. Putar adalah proses pembentukan tanah dengan cara di putar menggunakan alat putar. Barangbarang yang biasa dibentuk dengan putar adalah barangbarang yang memiliki bentuk bulat seperti guci, vas bunga, poci
dan
lain-lain.
Pematungan
adalah
proses
pembentukkan tanah liat langsung menggunakan tangan. Setelah barang-barang dicetak, putar ataupun dibuat patung, barang-barang tersebut dijemur, sehingga siap untuk dilakukan ukir atau dekoratif. Tidak semua barang diukir, karena barang yang diukir tergantung pada pesanan. 2. Pengeringan Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air dengan cara menjemur langsung dengan sinar matahari.
45
3. Penghalusan bodi barang Setelah barang-barang menjadi kering, kemudian dilakukan penghalusan bodi barang. Penghalusan bodi barang dilakukan dengan menggunakan amplas. 4. Pembakaran Barang-barang yang telah dihaluskan, dimasukkan ke tungku pembakaran. Setelah tersusun rapi, dilakukan proses pembakaran dengan menggunakan kayu bakar. 5. Pengecatan Barang-barang yang telah mengalami proses pembakaran dapat langsung diambil (jika tidak terlalu panas) untuk dilakukan pengecatan. Pendinginan tidak perlu dilakukan karena barang bisa langsung diambil tanpa mengalami keretakan. Pengecatan adalah proses pemberian warna barang dengan menggunakan cat tembok ataupun cat minyak.
Setelah
barang
dikeluarkan
dari
tungku
pembakaran, barang tersebut dibersihkan dari kotoran debu, kemudian baru dilakukan pengecatan. Setelah di cat, barang tersebut dijemur selama lima menit sampai cat menjadi kering. Apabila barang telah kering dan cat tidak lengket, maka barang tersebut siap dikemas. 6. Tambah asesoris, pengemasan dengan plastik/kertas kado Barang yang siap dikemas, sebelumnya ditambah asesoris. Asesoris yang ditambahkan adalah tali hias, pita, dan sebagainya, tergantung pada pesanan. Setelah ditambah dengan asesoris, barang siap dikemas menggunakan plastik atau kertas kado dan berarti barang siap dijual. c. Keramik Glazuur Keramik glazuur adalah keramik yang menggunakan bahan glazuur sebagai pewarna yang kemudian disemprot dengan transparan untuk membuat tampilan akhirnya lebih mengkilap. Dalam proses pembuatan keramik glazuur,
46
pembakaran dilakukan
dilakukan sebelum
dua
kali.
melakukan
Pembakaran
pengglasiran,
pertama sedangkan
pembakaran kedua adalah pembakaran sempurna setelah barang di glasir. Proses pembuatan keramik situnjukkan pada Tabel 6, sebagai berikut: Tabel 6. Diagram proses pembuatan keramik glazuur. Waktu (hari) Simbol Diagram Deskripsi Proses 3 Tanah liat direndam 1
Tanah liat disaring
1
Proses pengendapan
7
Penjemuran
2
Putar, cetak, ukir
3
Penjemuran
2
Penggosokan
2 1
Penyusunan keramik ke tempat pembakaran Pembakaran
2
Pendinginan
2
Finishing dan glazuur
26 10 1 - 1 TOTAL Keterangan: = Operasi, = Transportasi, = Menunggu, Serangkaian
proses
= Inspeksi
= Penyimpanan produksi
tersebut,
dijelaskan
sebagai berikut: 1. Pengolahan tanah Tanah liat yang telah diaduk sampai rata kemudian direndam selama tiga hari. Rendaman tanah tersebut dilumatkan dan disalurkan pada saluran yang berkelokkelok. Hal ini dilakukan untuk menyaring tanah liat tersebut agar terpisah dengan kerikil kasar yang tertinggal di saluran. Larutan tanah liat yang telah halus ini kemudian diendapkan dengan cara menampungnya di bak-bak untuk memperkecil kadar nit guna mencapai kepekatan tertentu.
47
Langkah
selanjutnya,
dilakukan
penjemuran
untuk
engurangi kadar air sampai tanah liat siap diolah. 2. Putar, cetak dan ukir Tanah liat yang siap olah kemudian dibentuk dengan cara putar atau cetak. Untuk melakukan proses cetak, larutan tanah dimasukkan ke dalam cetakan yang terbuat dari gips, sehingga tanah terhisap dalam dinding cetakan. Penuangan dilakukan dengan berulang-ulang, sehingga terjadi suatu lapisan dengan ketebalan tertentu. Sisa cetakan dituangkan ke luar dan cetakan dibiarkan selama dua hari. Setelah cetakan dilepas diperoleh bentuk kasar dari barang yang dikehendaki. Sedangkan untuk proses putar, tanah liat yang sudah mencapai kepekatan tertentu dan siap olah kemudian diputar dan dibubut dengan pisau penghalus, sehingga diperoleh bentuk yang sempurna. Setelah mengalami proses cetak atau putar, barang-barang tersebut kemudian dipertegas motifnya dengan pisau ukir dan diberi hiasan sesuai dengan kebutuhan untuk menjadi barang seni yang sempurna. 3. Penjemuran dan penggosokan Penjemuran dilakukan sampai barang menjadi kering. Setelah barang kering, dilakukan penggosokan agar permukaan lebih rata. 4. Penyusunan keramik di tempat pembakaran Setelah digosok, barang tersebut dimasukkan ke dalam tungku pembakaran. Penyusunan keramik terbagi ke dalam tiga rak. Rak pertama berada pada paling bawah diisi dengan keramik untuk dibuat glazuur. Rak kedua diisi dengan keramik untuk dibuat terra, sedangkan pada bagian rak ketiga, yang berada pada paling atas, diisi keramik yang sudah mengalami proses pembakaran pertama dan sudah diglazuur. Penyusunan ini dimaksudkan agar dalam proses
48
pembakaran diperoleh kematangan yang diinginkan. Pada bagian bawah barang-barang yang dibakar hasilnya mentah, semakin ke atas proses pematangan akan lebih sempurna. 5. Pembakaran Barang-barang yang telah dimasukkan ke dalam tungku kemudian dibakar dengan pemanasan mencapai suhu 950oC. Dalam pembakaran harus diawasi secara khusus, karena apabila terjadi kenaikan suhu terlalu cepat akan terjadi keretakan. 6. Pendinginan Barang yang telah di bakar selama 24 jam tidak boleh langsung dibongkar, karena jika langsung dibongkar , akan menjadi
retak.
Untuk
itu
perlu
dilakukan
proses
pendinginan selama dua hari. 7. Finishing dan glazuur Setelah proses pendinginan, barang-barang kemudian dibongkar. Semua barang dibersihkan dari kotoran atau noda
akibat
pembakaran
dengan
cara
digosok
menggunakan gendra. Barang-barang yang telah digosok dipisahkan menurut penyusunan rak. Untuk keramik yang berada di rak pertama, dimana hasil pembakaran lebih mentah kemudian di berikan pewarna glazuur dengan menggunakan
kuas,
setelah
itu
disemprot
dengan
transparansi sehingga terlihat mengkilap, siap dilakukan proses pembakaran sempurna. Keramik di bagian rak kedua yaitu keramik terra, setelah digosok kemudian di semir, dan siap dipasarkan. Pada bagian rak ketiga, keramik glazuur yang sudah digosok siap untuk dipasarkan. Kendala yang dihadapi UKM dalam melakukan proses produksi antara lain: faktor cuaca, tenaga kerja dan peralatan. Faktor cuaca sangat berpengaruh pada kelancaran proses produksi. Jika musim hujan, proses produksi akan semakin
49
lama terutama pada proses pengeringan. Hal ini sangat mengganggu, terutama jika pengusaha memiliki banyak pesanan yang harus segera dikirim, sehingga menyebabkan keterlambatan yang berpengaruh pada hubungan dengan si pemesan. Selain itu, pengusaha sangat kesulitan mencari pekerja yang terampil dan disiplin. Pekerja yang terampil sangat dibutuhkan dalam kegiatan produksi, terutama untuk memproduksi produk yang membutuhkan dekorasi cukup rumit. Pekerja yang terampil akan lebih mudah dalam menguasai jenis desain yang diinginkan. Banyaknya pekerja yang sering tidak masuk kerja akan sangat mengganggu kelancaran produksi, sehingga diperlukan tenaga yang benarbenar memiliki disiplin tinggi. Kendala lainnya yaitu peralatan yang digunakan masih tradisional dan sangat bergantung pada tenaga manusia, sehingga proses produksi lebih lama. 4.2.3. Retailer Produk jadi didistribusikan secara langsung oleh pengusaha ke pedagang
eceran/retailer/toko
yang
telah
menjadi
langganan.
Pedagang-pedangang eceran yang telah menjadi langganan antara lain Moro, Rita, Hero dan Matahari yang berada di wilayah Purwokerto dan Semarang, pedagang eceran yang menjual aneka guci seperti Karisma, Mansur, Lima-Lima, Amanah di daerah Tegal dan Brebes, serta beberapa pengecer lain di daerah Cirebon, Pekalongan, Yogyakarta, Solo dan Pemalang. Jumlah pengiriman ke retailer tergantung pesanan. Rata-rata pengiriman
perbulan
mencapai
1-4
kali
pengiriman.
Sistem
pembayaran yang dilakukan sesuai dengan kesepakatan antara pengusaha dengan pemilik toko. Pengangkutan barang dilakukan oleh pengusaha dengan biaya transportasi ditanggung pengusaha. Hal ini dapat menjadi kendala bagi pengusaha karena biaya transpotasi cukup mahal. Selain itu, pengusaha memberikan jaminan jika terjadi
50
kerusakan,
barang-barang
yang
rusak
akan
dikembalikan
ke
pengusaha. 4.2.4. Pengepul Barang Selain melakukan distribusi langsung, ada beberapa pengusaha yang menggunakan jasa pengrpul barang untuk menjualke konsumen. Barang-barang yang menggunakan pengepul ini adalah barang-barang yang akan di ekspor ke luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, dan Korea. Ada beberapa kendala yang dihadapi pengusaha keramik dalam mendistribusikan barangnya, antara lain : pendistribusian yang tidak bisa dilakukan secara rutin, pengusaha tidak mampu membuat kemasan yang bagus, ini dapat disebabkan karena biaya kemasan sangat mahal dan bahan yang digunakan tidak tersedia di daerah sekitar Banjarnegara. Akibatnya produk menjadi kalah saing dengan produk-produk keramik lain. Selain itu, anggapan bahwa produk keramik Klampok Banjarnegara memiliki harga yang mahal. 4.2.5. Konsumen Konsumen sebagai tujuan pasar menjadi faktor penting bagi setiap pengusaha. Kepuasan konsumen, yang menjadi tujuan utama bagi pengusaha, dapat diperoleh dengan meningkatkan kualitas dan pelayanan. Tercapainya kepuasan pada diri konsumen diharapkan mampu meningkatkan daya beli akan produk yang ditawarkan. UKM keramik Klampok memiliki daerah pemasaran sebagai target untuk memperoleh konsumen. Daerah yang menjadi tujuan pasar produk keramik terdiri dari dalam negeri dan luar negeri. Daerah di dalam negeri dibagi menjadi daerah di wilayah Banjarnegara dan di luar Banjarnegara. Daerah di luar Banjarnegara meliputi Purwokerto, Purbalingga, Tegal, Brebes, Solo, Semarang, Pekalongan, Pemalang, Yogyakarta, Cirebon, Tasikmalaya, Pekanbaru, Jambi, Riau dan Batam. Sedangkan pasar luar negeri meliputi negara Malaysia, Singapura, dan Korea. Selain memasarkan produknya ke daerah pemasaran yang dituju, pengusaha juga sering mengikuti beberapa pameran melalui Sentra. Tujuan mengikuti pameran adalah untuk
51
mempromosikan produk keramik Klampok kepada konsumen. Pameran-pameran yang pernah diikuti antara lain SMESCo, PRJ (Pekan Raya Jakarta), PRPP (Pekan Raya Promosi Pembangunan), Bengawan Solo Fair, dan Cheng Ho. Para pengusaha juga mengalami kendala akibat daya beli masyarakat yang cenderung menurun. Hal ini disebabkan kondisi perekonomian nasional yang belum pulih, terutama di Banjarnegara. Konsumen akan lebih memilih produk bahan pangan daripada keramik. Oleh karena itu, pengusaha sangat berharap pemerintah daerah
dan
pusat
dapat
membantu
dan
bekerjasama
dalam
meningkatkan perekonomian masyarakat. 4.2.6. Kerjasama Kerjasama menjadi faktor penting dalam menunjang kelancaran rantai pasokan. Kerjasama dapat dilakukan secara vertikal dan horisontal. Kerjasama horisontal mencakup hubungan antar pengusaha dalam aliran pasokan. Kerjasama vertikal terkait pada hubungan antara pengusaha dengan pengusaha atau lembaga lain yang menunjang kelancaran rantai pasokan, tapi tidak masuk kedalam variabel rantai pasokan. Kerjasama vertikal yang dilakukan pengusaha dengan pengusaha lain yang sejenis meliputi penjualan barang, promosi produk (pameran) dan kegiatan produksi seperti pemenuhan bahan produksi. Selain itu, UKM atau pengusaha juga melakukan hubungan dengan beberapa lembaga, diantaranya Balai Latihan Kerja (BLK) yang merupakan kerjasama
dari
Sentra
dengan
Dinas
Indagkop
Kabupaten
Banjarnegara. Kerjasama lain juga dilakukan dengan lembaga teknologi, seperti Balai Penelitian Keramik Bandung. Kerjasama yang dilakukan dengan Balai Penelitian Keramik Bandung adalah pembuatan mesin untuk kegiatan produksi, dimana rancangan dan desain mesin berasal dari Sentra.
52
4.2.7. Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia menjadi faktor penggerak dalam rantai pasokan terutama kegiatan produksi. Dalam kegiatan produksi SDM terkait dengan tenaga kerja. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang berkualitas dengan memiliki keahlian, keterampilan dan disiplin kerja yang tinggi. Apabila tenaga kerja berkualitas maka akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang berimplikasi positif pada produktivitas dan kinerja perusahaan. Salah satu kendala yang dihadapi oleh pengusaha keramik di Klampok adalah kesulitan mencari tenaga kerja yang berkualitas dengan memiliki keahlian, keterampilan dan disiplin kerja tinggi. Apalagi pengusaha dituntut untuk menciptakan produk yang berkualitas dengan desain yang bagus dan tidak stagnan. Jika tenaga kerja tidak memiliki keterampilan dan keahlian yang tinggi, maka akan sangat sulit untuk menciptakan produk yang berkualitas. Pekerja yang kurang terampil akan sangat sulit untuk menerima desain produk baru, membutuhkan waktu lama untuk mempelajarinya. Hal ini akan banyak memakan waktu dan biaya, sehingga berakibat pada kelancaran proses produksi. Tenaga kerja dengan disiplin tinggi sangat sulit didapatkan. Mereka menganggap bekerja di perusahaan keramik belum cukup menjanjikan masa depan yang baik. Mereka lebih memilih untuk melakukan urbanisasi demi memperoleh penghidupan yang layak. Selain itu, pekerja juga beranggapan bahwa bekerja di perusahaan keramik bukan pekerjaan utama. Pekerjaan utamanya sebagian besar bertani, sehingga jika musim panen tiba seringkali memilih untuk tidak memproduksi keramik. Pengusaha
sangat
berharap
adanya
kerjasama
dengan
pemerintah daerah. Kerjasama ini bertujuan untuk meningkatkan minat para pekerja di bidang keramik dan menciptakan tenaga kerja yang terampil dan memiliki keahlian, serta komitmen tinggi untuk bekerja.
53
4.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji kuesioner dilakukan kepada 10 responden yang merupakan pengusaha keramik di Klampok Banjarnegara. Uji kuesioner terdiri dari uji validitas dan reliabilitas. Validitas menggambarkan sejauh mana alat data yang ditampung pada kuesioner dapat mengukur apa yang ingin diukur. Reliabilitas merupakan suatu penilaian yang menunjukkan konsistensi suatu pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi product moment. Hasil dari uji validitas menunjukkan bahwa setiap pertanyaan adalah valid (Lampiran 5). Uji reliabilitas menggunakan rumus alpha dengan taraf nyata 0,05. Nilai alpha yang dihasilkan setiap variabel (Lampiran 6) ditunjukkan pada Tabel 7: Tabel 7. Hasil nilai alpha Variabel Alpha Produktivitas (Y) 0,8183 Pemasok (X1) 0,7781 Persediaan (X2) 0,7500 Produksi (X3) 0,8829 Distributor (X4) 0,6883 Konsumen (X5) 0,8729 Kerjasama (X6) 0,8789 SDM (X7) 0,8967 Nilai alpha yang dihasilkan dari seluruh variabel menunjukkan lebih besar dari nilai r tabel Pearson yaitu 0,632. Hal ini berarti kuesioner tersebut andal untuk digunaan dalam penelitian. 4.4. Tanggapan Kuesioner
Responden terhadap Pernyataan-Pernyataan dalam
Tanggapan responden dapat diketahui dari pernyataan-pernyataan yang diajukan dalam kuesioner kepada 20 responden. Pembahasan dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dengan melihat kecenderungan atau frekuensi dari setiap jawaban. Tanggapan respoden dilihat dari aspek produktivitas, pemasok, persediaan, produksi, distributor, konsumen, kerjasama dan SDM, dijelaskan pada sub bab berikut :
54
4.4.1. Tanggapan responden produktivitas
terhadap
pernyataan
mengenai
Tabel 8 memperlihatkan tanggapan responden terhadap pentingnya faktor-faktor yang berpengaruh dalam produktivitas. Dua puluh persen responden menjawab tidak setuju terhadap pernyataan mengenai perencanaan dan pengawasan produksi lebih mampu meningkatkan produktivitas dibanding penanganan bahan baku dan mesin. Hal tersebut dikarenakan hanya sebagian responden memiliki mesin produksi berteknologi. Responden ini lebih memilih penggunaan mesin berteknologi untuk penanganan bahan baku dan produk. Penggunaan mesin berteknologi akan lebih mempercepat proses produksi, dan kesalahan yang diakibatkan oleh manusia akan terkurangi. Apabila proses produksi dapat berjalan dengan lancar maka memperlancar pendistribusian barang ke distributor atau konsumen.
Pendistribusian
yang
cepat
dan
fleksibel
akan
meningkatkan kepuasan konsumen sehinggan dapat meningkatkan tingkat profitabilitas perusahaan. Tabel 8. Faktor-faktor penentu produktivitas
Tanggapan responden (bobot)
1 2 3 4 5 TOTAL
Keahlian tenaga menentukan tingkat produktivitas
R 1 0 0 7 12 20
(%) 5 0 0 35 60 100
Keterangan:
Penggunaan teknologi lebih mampu meningkatkan produktivitas dibandingkan volume dan standar bahan baku
R 0 1 1 15 3 20
(%) 0 5 5 75 15 100
R Bobot 1 Bobot 2 Bobot 3 Bobot 4 Bobot 5
Perencanaan dan pengawasan produksi lebih mampu meningkatkan produktivitas dibanding penanganan bahan baku dan mesin R (%) 0 0 4 20 3 15 12 60 1 5 20 100
Semakin besar ukuran perusahaan semakin tinggi tingkat produktivitas
Kerjasama dengan perusahaan sejenis meningkatkan produktivitas
R 1 3 3 11 2 20
R 0 0 4 14 2 20
(%) 5 15 15 55 10 100
= jumlah responden = sangat tidak setuju = tidak setuju = netral = setuju = sangat setuju
(%) 0 0 20 70 10 100
Kebijakan pendidikan dan pelatihan oleh pemerintah daerah berdampak pada peningkatan mutu pegawai R 0 1 3 11 5 20
(%) 0 5 15 55 25 100
Kualitas produk dan pelayanan sebagai faktor utama peningkatan produktivitas
R 0 1 3 11 5 20
(%) 0 5 15 55 25 100
55
Dua puluh persen responden menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan mengenai semakin besar ukuran perusahaan maka semakin tinggi tingkat produktivitas. Responden menganggap produktivitas perusahaan tidak ditentukan dengan besar kecilnya perusahaan
tetapi
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kebutuhan konsumen, mampu untuk bertahan dan bersaing. Ada sebagian perusahaan keramik di Klampok yang memiliki ukuran perusahaannya besar tidak mampu bertahan dengan terjadinya perubahan lingkungan yaitu adanya krisis ekonomi. 4.4.2. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai pemasok Tabel 9 menunjukkan pentingnya pemasok sebagai bagian dari rantai pasokan terhadap peningkatan produktivitas. Tabel 9. Pentingnya pemasok dalam peningkatan produktivitas
Tanggapan responden (bobot)
Kerjasama dengan pemasok menurunkan biaya produksi
R 1 0 6 2 3 3 9 4 2 5 20 TOTAL Keterangan: R Bobot 1 Bobot 2 Bobot 3 Bobot 4 Bobot 5
Kerjasama dengan pemasok melalui sistem kontrak bermanfaat untuk efisiensi biaya
Menggunakan banyak pemasok memperlancar kegiatan produksi
(%) 0
R 0
(%) 0
30 15 45 10 100
6 2 11 1 20
30 10 55 5 100
R
(%)
1 4 4 8 3 20
5 20 20 40 15 100
Kelancaran informasi dengan pemasok berpengaruh positif pada produktivitas
R 0 0 0
(%) 0 0 0
16 4 20
80 20 100
Kunci utama meningkatkan produktivitas adalah menjaga hubungan baik dengan pemasok
R 0
(%) 0
3 2 12 3 20
15 10 60 15 100
= jumlah responden = sangat tidak setuju = tidak setuju = netral = setuju = sangat setuju
Terlihat pada Tabel 9, responden merasa tidak setuju bahwa kerjasama
dengan
pemasok
memberikan
pengaruh
terhadap
produktivitas (45 persen). Hal ini disebabkan kondisi hubungan pengusaha dengan pemasok yang cenderung kurang menguntungkan bagi pengusaha. Pengusaha sering kali merasa tidak puas dengan terjadinya keterlambatan pengiriman dan mutu barang yang dipesan kurang berkualitas. Padahal pemasok merupakan salah satu komponen
56
strategi MRP sebagai penyedia bahan baku untuk keperluan produksi lanjutan, sehingga sangat dibutuhkan kerjasama yang harmonis dengan pemasok agar kebutuhan dapat terpenuhi dan proses produksi akan lancar. Dua puluh persen responden menyatakan tidak setuju bahwa kerjasama dengan pemasok melalui sistem kontrak bermanfaat untuk efisiensi biaya. Sebagian responden tidak menggunakan sistem kontrak dalam menjalin hubungan dengan pemasok. Hal ini disebabkan responden merasa hubungan dengan pemasok jenderung kurang menguntungkan. Perngusaha sering kali merasa tidak puas dengan tejadinya keterlambatan pengiriman dan mutu barang yang dipesan kurang berkualitas. Padahal pemasok merupakan salah satu komponen strategi MRP sebagai penyedia bahan baku untuk keperluan lanjutan. Sangat dibutuhkan kerjasama yang harmonis dengan pemasok agar kebutuhan dapat terpenuhi dan proses produksi akan lancar. 4.4.3. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai persediaan Tabel
10
menunjukkan
tanggapan
responden
terhadap
pernyataan mengenai persediaan. Tabel 10. Pentingnya Persediaan dalam Peningkatan Produktivitas
Tanggapan respoden (bobot)
Jumlah persediaan yang kecil akan lebih menghemat biaya
Penyimpanan persediaan dalam jangka waktu pendek akan lebih memperkecil biaya penyimpanan R (%)
R (%) 1 5 1 1 15 75 1 2 1 5 1 3 3 15 16 4 0 0 1 5 20 100 20 TOTAL Keterangan: R = jumlah responden Bobot 1 = sangat tidak setuju Bobot 2 = tidak setuju Bobot 3 = netral Bobot 4 = setuju Bobot 5 = sangat setuju
5 5 5 80 5 100
Kelancaran dengan pemasok berpengaruh pada efektifitas persediaan R 0
(%) 0
1 0 16 3 20
5 0 80 15 100
Jumlah persediaan akan sulit ditentukan jika jumlah permintaan sangat bervariasi R (%) 0 0 4 3 10 3 20
20 15 50 15 100
57
Responden menganggap jumlah persediaan yang sedikit tidak menghemat biaya (85 persen). Hal ini berkaitan permintaan yang tidak konstan, seringnya terjadi keterlambatan dalam pemesanan barang untuk persediaan bahan baku, kehabisan barang seperti bahan kimia untuk produksi akan mengakibatkan biaya yang cukup tinggi. Untuk itu diperlukan persediaan yang cukup besar jika sewaktu-waktu mendapat pesanan dalam jumlah besar. Respoden menganggap penyimpanan persediaan dalam jangka waktu pendek akan lebih menghemat biaya penyimpanan (85 persen). Semakin lama penyimpanan persediaan bahan baku, maka akan berakibat semakin besar biaya penyimpanan, karena bahan baku yang terlalu lama disimpan lama-kelamaan akan semakin mengeras sehingga dibutuhkan pengolahan ulang. Mayoritas responden menganggap bahwa kelancaran pemasok akan berpengaruh pada efektifitas persediaan (95 persen). Jika tercipta koordinasi dan kerjasama yang baik antara pemasok dan perusahaan manufaktur, maka pemenuhan untuk persediaan dapat dilakukan dengan baik. Sebagian besar responden juga mengganggap jumlah persediaan akan sulit dilakukan jika jumlah permintaan sangat bervariasi (65 persen). Hal ini disebabkan sebagian besar responden belum melakukan peramalan permintaan pelanggan dengan baik. 4.4.4. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai produksi Tabel 11 memperlihatkan tanggapan responden terhadap kegiatan produksi. Mayoritas responden mengganggap bahwa dalam kegiatan produksi perlu diperhatikan hal-hal penting, seperti mutu produk (95 persen), pengawasan mutu secara langsung terhadap produk (100 persen), pengembangan desain produk (95 persen), informasi untuk mengembangkan kegiatan produksi (95 persen) dan penentuan jumlah produksi yang didasarkan pada jumlah permintaan per bulan (90 persen). Mutu dan desain produk menjadi hal penting dalam meningkatkan produktivitas produk dan mencapai kepuasan pelanggan. Mutu yang semakin baik dan desain produk yang semakin
58
menarik akan perpengaruh positif pada kepuasan pelanggan. Hal ini akan berimplikasi pada tingkat profitabilitas perusahaan. Tabel 11. Pentingnya kegiatan produktivitas
Tanggapan responden (bobot)
Mutu produk faktor utama peningkatan produktivitas
Pengawasan mutu secara langsung terhadap produk lebih efisien untuk menjaga kualitas produk
R (%) R (%) 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 5 0 0 3 8 40 10 50 4 11 55 10 50 5 20 100 20 100 TOTAL Keterangan: R = jumlah responden Bobot 1 = sangat tidak setuju Bobot 2 = tidak setuju Bobot 3 = netral Bobot 4 = setuju Bobot 5 = sangat setuju
produksi
Jumlah produksi ditentukan berdasarkan jumlah permintaan per bulan R
(%)
0 2 2 14 2 20
0 10 10 70 10 100
dalam
peningkatan
Pengembangan desain produk dapat meningkatkan produktivitas produk R (%) 0 0 0 0 1 9 10 20
5 45 50 100
Informasi sangat diperlukan untuk mengembangkan kegiatan produksi R
(%)
1 0 0 13 6 20
5 0 0 65 30 100
Mutu produk sangat diutamakan dalam kegiatan produksi di UKM keramik Klampok. Hal tersebut dapat dilihat dari penggunaan dan pemilihan bahan baku, serta proses produksi. Untuk memilih bahan baku yang berkualitas, para pengusaha bekerjasama dengan Balai Penelitian Keramik. Proses produksi membutuhkan waktu yang lama, karena dalam proses penghalusan bodi barang dilakukan dua kali sebelum barang dibakar dan sesudah proses pembakaran. Pengusaha melakukan pengawasan langsung terhadap kegiatan produksi untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan. 4.4.5. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai distributor Tabel
12
menunjukkan
peningkatan produktivitas.
pentingnya
distributor
dalam
59
Tabel 12. Pentingnya distributor dalam peningkatan produktivitas
Tanggapan respoden (bobot)
Distribusi secara langsung akan lebih menguntungkan dibadingkan dengan menggunakan jasa distributor independen R (%)
0 1 2 2 3 3 10 4 5 5 20 TOTAL Keterangan: R Bobot 1 Bobot 2 Bobot 3 Bobot 4 Bobot 5
0 10 15 50 25 100
Sistem pengangkutan yang baik akan memperlancar kegiatan distribusi
R
(%)
0 0 0 14 6 20
0 0 0 70 30 100
Kegiatan distribusi dalam setiap bulan dapat meningkatkan efisiensi biaya
R 0
(%) 0
3 4 12 1 20
15 20 60 5 100
Tidak melakukan keterlambatan dalam pendistribusian dapat menjaga kepercayaan distributor R
(%)
1 0 1 8 10 20
5 0 5 40 50 100
= jumlah responden = sangat tidak setuju = tidak setuju = netral = setuju = sangat setuju
Sebagian besar responden mengganggap bahwa pendistribusian secara langsung akan lebih menguntungkan daripada menggunakan jasa distributor independen (75 persen). Pendistribusian langsung dilakukan para pengusaha keramik ke toko-toko yang menjadi langganan. Kendala yang dihadapi dalam pendistribusian adalah belum memiliki kendaran sebagai alat transportasi dan biaya angkut yang mahal. Padahal untuk menunjang kegiatan distribusi secara langsung, diperlukan persediaan Sentral dari mana pesanan-pesanan nasabah dapat dipenuhi. Penggunaan transportasi berkecepatan tinggi dan alat pengolahan data elektronik untuk mengatasi jauhnya jarak dengan nasabah sangat dibutuhkan, sehingga kegiatan distribusi dapat berjalan dengan lancar. Selain itu responden juga menganggap kegiatan distribusi dalam setiap bulan dapat meningkatkan efisiensi biaya (65 persen). Responden menganggap pendistribusian setiap bulan akan mengurangi biaya transportasi. Jika biaya transportasi dapat ditekan maka akan meningkatkan keuntungan.
60
4.4.6. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai konsumen Tabel 13. Pentingnya Konsumen dalam Peningkatan Produktivitas
Tanggapan responden (bobot)
Peningkatan produktivitas produk akan meningkatkan kepuasan pelanggan
1 2 3 4 5 TOTAL Keterangan:
R 0
(%) 0
0 1 10 9 20
0 5 50 45 100
R Bobot 1 Bobot 2 Bobot 3 Bobot 4 Bobot 5
Pelayanan jasa pengiriman barang kepada pelanggan akan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan R (%) 0 0 1 1 12 6 20
Kegiatan promosi seperti pameran adalah bentuk pelayanan kepada pelanggan
5 5 60 30 100
R
(%)
0 3 2 12 3 20
0 15 10 60 15 100
Pelayanan purna jual kepada konsumen dapat menjaga kepercayaan konsumen
R 0
(%) 0
3 2 11 4 20
15 10 55 20 100
Kualitas produk menjadi hal utama dalam memenuhi kebutuhan pelanggan
R
(%)
0 0 1 7 12 20
0 0 5 35 60 100
= jumlah responden = sangat tidak setuju = tidak setuju = netral = setuju = sangat setuju
Konsumen merupakan mata rantai terakhir dari rantai pasokan. Pelayanan konsumen menjadi tujuan utama dari manajemen rantai pasokan
untuk
menciptakan
kepuasan
pelanggan.
Tabel
13
menunjukkan pentingnya konsumen dalam peningkatan produktivitas. Responden
menganggap
bahwa
untuk
menciptakan
kepuasan
pelanggan dibutuhkan peningkatan produktivitas produk ( 95 persen), pelayanan jasa pengiriman barang (90 persen), kegiatan promosi (75 persen) dan pelayanan purna jual (75 persen). Mayoritas responden mengganggap kualitas produk menjadi hal utama dalam memenuhi kebutuhan pelanggan (95 persen). Lima belas persen responden tidak setuju terhadap pernyataan mengenai kegiatan promosi seperti pameran adalah bentuk pelayanan terhadap pelanggan. Pameran adalah kegiatan yang dilakukan oleh Sentra untuk mempromosikan produk keramik Klampok. Setiap pengusaha memberikan produknya kepada Sentra untuk dipromosikan.
61
4.4.7. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai kerjasama Tabel
14
menunjukkan
pentingnya
kerjasama
dalam
peningkatan produktivitas. Tabel 14. Pentingnya Kerjasama dalam Peningkatan Produktivitas Tanggapan responden (bobot)
(%)
R
(%)
R
(%)
Kerjasama dengan lembaga teknologi dan informasi dapat memperlancar hubungan dengan pemasok dan distributor R (%)
5 5 25 55 10 100
0 0 2 17 1 20
0 0 10 85 5 100
3 0 4 8 5 20
15 0 20 40 25 100
0 1 2 13 4 20
Kerjasama dengan lembaga atau perusahaan lain akan lebih menguntungkan
R 1 1 1 2 5 3 11 4 2 5 20 TOTAL Keterangan: R Bobot 1 Bobot 2 Bobot 3 Bobot 4 Bobot 5
Kerjasama dengan pemasok akan memperlancar kegiatan produksi
Kerjasama dengan lembaga pendidikan dapat meningkatkan mutu produk
0 5 10 65 20 100
= jumlah responden = sangat tidak setuju = tidak setuju = netral = setuju = sangat setuju
Kerjasama yang baik diantara anggota rantai pasokan akan mampu meningkatkan kinerja rantai pasokan. Tabel 14 menunjukkan bahwa mayoritas responden menganggap bahwa kerjasama perlu dilakukan seperti kerjasama dengan lembaga atau perusahaan lain (65 persen), kerjasama dengan pemasok untuk memperlancar kegiatan produksi (90 persen), kerjasama dengan lembaga pendidikan untuk meningkatkan mutu produk (65 persen), dan kerjasama dengan lembaga informasi memperlancar hubungan dengan pemasok dan distributor (85 persen). Kerjasama yang dilakukan dengan perusahaan lain adalah berkaitan dengan pemenuhan bahan baku dan barang setengah jadi untuk meemnuhi kebutuhan pelanggan. Kerjasama dengan Balai Latihan Kerja untuk melatih keterampilan tenaga kerja. Lima belas persen responden tidak setuju dengan pernyataan bahwa kerjasama dengan lembaga pendidikan dapat meningkatkan mutu produk. Selama ini peran lembaga pendidikan sangat kurang
62
terutama untuk desain produk dan pembuatan mesin produksi. Pembuatan desain produk dan rancangan mesin dilakukan oleh pemilik perusahaan. 4.4.8. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai tenaga kerja Tabel 15 menunjukkan pentingnya tenaga kerja dalam peningkatan produktivitas. Tabel 15. Pentingnya Tenaga Kerja dalam Peningkatan Produktivitas
Tanggapan respoden (bobot)
Tenaga kerja yang berkualitas dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja
R 0 1 1 2 0 3 7 4 12 5 20 TOTAL Keterangan: R Bobot 1 Bobot 2 Bobot 3 Bobot 4 Bobot 5
(%) 0 5 0 35 60 100
Disiplin tenaga kerja yang tinggi akan berpengaruh terhadap kelancaran kegiatan produksi R (%) 0 0 0 10 10 20
0 0 0 50 50 100
Pendidikan dan pelatihan tenaga kerja dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja
Penggunaan tenaga ahli penting untuk meningkatkan kualitas produk
R
(%)
R
(%)
0 0 0 9 11 20
0 0 0 45 55 100
0 0 0 7 13 20
0 0 0 35 65 100
= jumlah responden = sangat tidak setuju = tidak setuju = netral = setuju = sangat setuju
Tenaga kerja merupakan komponen dalam rantai pasokan yang berfungsi sebagai penggerak dalam kegiatan produksi. Responden menganggap peningkatan produktivitas dipengaruhi tenaga kerja yang berkualitas (95 persen) dan disiplin kerja yang tinggi (100 persen). Responden juga beranggapan pendidikan dan pelatihan diperlukan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja (100 persen). Tenaga kerja di UKM keramik klampok memiliki disiplin dan keterampilan rendah. Sangat dibutuhkan pelatihan kerja sehingga menumbuhkan disiplin dan keterampilan kerja tinggi. Peltihan yang dilakukan dengan Balai Latihan Kerja belum menunjukkan hasil yang signifikan, terbukti permasalahan dalam ketenagakerjaan masih ada sampai saat ini.
63
Seluruh responden berpendapat bahwa tenaga ahli sangat penting untuk meningkatkan kualitas produk. Tenaga yang berkualitas dan memiliki disiplin tinggi sangat dibutuhkan untuk mencapai produktivitas tenaga kerja yang nantinya berpengaruh terhadap produktivitas perusahaan. Penciptakan tenaga kerja yang berkualitas dan memiliki disiplin tinggi memerlukan andanya pendidikan dan pelatihan yang baik oleh perusahaan, baik secara langsung maupun dengan menggunakan lembaga pendidikan. Tenaga ahli juga sangat dibutuhkan terutama untuk penciptaan produk atau desain produk baru agar tercipta kepuasan pelanggan. Penggunaan tenaga ahli belum dimiliki oleh pengusaha keramik. Pengusaha sangat membutuhkan tenaga ahli untuk desain produk agar tidak stagnan, pemilihan bahan baku produk yang berkualitas dan rancangan mesin produksi untuk efisiensi produksi. 4.5. Analisis Hubungan MRP terhadap Produktivitas Data responden yang telah diambil (Lampiran 7) diolah dengan menggunakan regresi stepwise, forward selection, backward elimination dan regresi logistik. Pengolahan dengan regresi stepwise menunjukkan bahwa variabel yang memiliki hubungan signifikan dengan produktivitas adalah kerjasama (X6). Hal tersebut dapat dilihat dari nilai p-value sebesar 0,02 dan koefisien determinasi sebesar 26,76 persen (Lampiran 8) Pengolahan dengan backward elimination dihasilkan urutan variabel MRP yang paling berpengaruh dengan produktivitas. Urutan dari tingkat variabel yang paling berpengaruh berdasarkan nilai p-value antara lain: kerjasama (X6), distributor (X4), persediaan (X2), tenaga kerja (X7), konsumen (X5), pemasok (X1) dan produksi (X3) (Lampiran 9). Jika salah satu variabel dihilangkan, maka nilai koefisien determinasi semakin menurun. Semakin kecil nilai koefisien determinasi maka semakin tidak kuat hubungan suatu variabel. Analisis regresi logistik dilakukan untuk mengetahui hubungan MRP (pemasok, persediaan, produksi, distributor, konsumen, kerjasama, tenaga
64
kerja) dengan produktivitas. Dari ketujuh faktor MRP sebagai variabel bebas tersebut, akan dilihat apakah memiliki hubungan yang signifikan atau tidak dengan produktivitas. Hasil dari pengolahan data menggunakan regresi logistik menunjukkan taksiran logistik untuk variabel pemasok (0,597), persediaan (2,175), produksi (-0,45), distributor (-1,835), konsumen (-1,095), kerjasama (-2,29) dan tenaga kerja (3,308) (Lampiran 10). Hanya satu variabel yang memiliki hubungan signifikan, yaitu kerjasama dengan produktivitas. Hal ini didasarkan dari nilai p-value variabel kerjasama, yaitu sebesar 0,112 atau lebih kecil dari taraf nyata ( α = 0,2) .
Ketujuh variabel tersebut akan dijelaskan satu-persatu berdasarkan urutan kekuatan hubungan: 1. Kerjasama (X6) Kerjasama antar anggota rantai pasokan menjadi bagian yang penting dalam rantai pasokan, karena pengaruhnya terhadap kinerja MRP. Kinerja MRP yang baik akan berpengaruh pada produktivitas perusahaan.
Kerjasama dalam rantai pasokan terdiri dari kerjasama
vertikal dan horisiontal. Kerjasama vertikal terkait dengan kerjasama antara perusahaan inti dan beberapa lembaga/perusahaan lain di luar rantai pasokan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan rantai pasokan. UKM keramik Klampok melakukan kerjasama vertikal dengan BLK dan Balai Penelitian Keramik. Jika kerjasama dengan BLK berjalan baik, akan berpengaruh pada peningkatan kualitas tenaga kerja yang berimplikasi terhadap peningkatan produktivitas perusahaan. Kerjasama dengan Balai Penelitian Keramik untuk menghasilkan mesin produksi berteknologi modern akan sangat berpengaruh pada kelancaran kegiatan produksi, sehingga pendistribusian ke pelanggan dapat berjalan lancar. Kelancaran pendistribusian akan meningkatkan kepuasan pelanggan dan produktivitas perusahaan. Kerjasama horisontal yang baik antara anggota rantai pasokan akan berpengaruh pada produktivitas perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari proses dalam rantai pasokan. Proses dalam rantai pasokan diawali
65
dengan pemesanan oleh pelanggan, pemenuhan persediaan retailer, proses manufaktur, pemenuhan bahan baku oleh pemasok untuk kegiatan dan penjadwalan dalam proses manufaktur. Seluruh proses dalam rantai pasokan berjalan lancar jika mampu memenuhi kebutuhan pelanggan tepat pada waktunya. Hal tersebut akan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dan produktivitas perusahaan. 2. Distributor (X4) Distibutor
tidak
memiliki
hubungan
yang
erat
dengan
produktivitas. Hal tersebut dikarenakan pendistribusian ke distributor tidak bisa dilakukan secara rutin, akibatnya proses penyaluran barang ke pelanggan tidak berjalan lancar. Distributor adalah sebagai pengepul barang ekspor. Tidak semua pengusaha melakukan pendistribusian barang ke pengepul ini. Barang yang didistribusikan adalah barangbarang yang telah dipromosikan melalui pameran. 3. Persediaan (X2) Kendala yang dihadapi UKM dalam persediaan adalah terkait dengan pemenuhan bahan penolong. UKM tidak melakukan kerjasama dengan pemasok bahan penolong. UKM sering mengalami kesulitan dalam mencari bahan penolong yang dibutuhkan, karena perlu melakukan survei toko, sehingga meningkatkan biaya produksi. 4. Tenaga kerja (X7) Tenaga kerja yang dimiliki oleh UKM sangat terbatas, terutama bagi mereka yang memiliki keahlian dan disiplin tinggi. Keterbatasan tenaga kerja tersebut akan sangat menganggu kelancaran produktivitas. Adanya Balai Latihan Kerja belum bisa memberi pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kualitas tenaga kerja. 5. Konsumen (X5) Daya
beli
konsumen
semakin
menurun
akibat
kondisi
perekonomian kurang stabil. Hal ini berpengaruh pada tingkat penjualan. Pangsa pasar yang dituju sebagian besar UKM adalah wilayah di bagian barat Banjarnegara seperti Purwokerto, Brebes, Tegal dan sebagainya. Kondisi ini menyebabkan penumpukan barang di daerah tersebut,
66
akibatnya tidak terjadi keseimbangan antara jumlah permintaan dan penawaran. Pengusaha tidak berusaha menciptakan pangsa pasar baru di wilayah lain. 6. Pemasok (X1) Sebagian besar UKM melakukan kerjasama dengan pemasok dalam hal jual beli. Mereka tidak menggunakan perjanjian/kontrak kerjasama dengan pemasok. Hubungan antara UKM dengan pemasok kurang baik, dimana pemasok melakukan keterlambatan dala pengiriman dan bahan baku kurang berkualitas. Padahal pemenuhan persediaan sangat tergantung dengan pemasok. Hubungan dan koordinasi yang baik dengan pemasok akan memperlancar proses penyediaan barang. 7. Produksi (X3) Produksi
tidak
memiliki
hubungan
yang
erat
terhadap
produktivitas. Hal ini disebabkan ada beberapa faktor yang menjadi kendala seperti penggunaan peralatan produksi masing sangat tradisional dan kekurangan tenaga kerja yang memiliki disiplin kerja dan keterampilan tinggi. Pengusaha keramik belum mampu mengatasi kendala tersebut sampai saat ini. 4.6. Solusi yang Dapat Diterapkan dengan Pendekatan MRP
Menurut Mentzer (2004) penerapan MRP perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain: lingkungan MRP secara global, keluaran yang dihasilkan oleh MRP, pemasaran, penjualan, penelitihan dan pengembangan, peramalan, produksi, pembelian, logistik, sistem informasi, keuangan, pelayanan konsumen, koordinasi antar fungsi, koordinasi antar perusahaan, dan penilaian kinerja MRP. Beberapa solusi yang dapat diberikan untuk menerapkan MRP di UKM antara lain: 1. Jalinan kerjasama dengan pemasok bahan kimia melalui Sentra. Hal ini disebabkan terjadinya kesulitan dalam pemenuhan persediaan bahan-bahan kimia yang digunakan dalam produksi karena tidak memiliki pemasok menyebabkan terhambatnya pola rantai pasokan. Kerjasama bisa dilakukan antara Sentra keramik yang mewakili pengusaha keramik di
67
Klampok dengan pemasok bahan kimia. Dari Sentra, bahan tersebut dapat disalurkan ke setiap pengusaha sebagai persediaan. 2. Penggunaan Sentra sebagai pusat pengolahan tanah liat siap pakai dengan pemanfaatan teknologi. Pengolahan tanah untuk menjadi tanah siap pakai membutuhkan waktu lama karena peralatan yang digunakan masih sangat tradisional. Hal tersebut berakibat pada proses produksi yang berjalan lama. Penggunaan teknologi
sangat
diperlukan
untuk
menunjang
proses
produksi.
Penggunaan teknologi tersebut membutuhkan dana yang cukup besar, sehingga setiap pengusaha tidak dapat menggunakan teknologi tersebut. Untuk itu diperlukan kerjasama antara perusahaan dengan yang lain. Sentra sebagai organisasi pengusaha keramik dapat dijadikan pusat pengolahan tanah bagi seluruh perusahaan. Pemenuhan teknologi tersebut dapat dilakukan dengan kerjasama antara Sentra dan Dinas Indagkop terkait serta Balai Penelitian Keramik Bandung. 3. Peningkatan koordinasi antara pemasok dan perusahaan Nilai tambah produk dapat ditingkatkan melalui kualitas produk, pelayanan konsumen yang diberikan, dan ketepatan pengiriman. Semua faktor tersebut dapat dipenuhi jika dalam suatu rantai pasokan diatur dengan baik, yaitu memiliki koordinasi dan kerjasama yang mantap diantara anggota rantai pasokan. Keterlambatan pengirimanan bahan baku dari pemasok akan mengakibatkan keterlambatan proses produksi dan distribusi barang jadi. Konsumen jadi tidak puas dan mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Keterlambatan dapat disebabkan kurangnya koordinasi antara pemasok dan perusahaan manufaktur. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan koordinasi antara pemasok dan perusahaan.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Model rantai pasokan di UKM keramik Klampok terdiri dari beberapa anggota yaitu pemasok, UKM/produksi, pengepul barang ekspor, retailer dan konsumen. 2. Hasil pengolahan dengan regresi logistik menunjukkan hanya terdapat satu variabel yang berhubungan signifikan dengan produktivitas, yaitu variabel kerjasama (p-value sebesar 0,122 < taraf nyata 0,2). 3. Solusi yang dapat diterapkan dalam MRP di UKM keramik Klampok adalah menjalin hubungan dengan pemasok bahan kimia melalui Sentra, menggunakan Sentra sebagai pusat pengolahan tanah liat untuk siap pakai dengan pemanfaatan teknologi dan meningkatkan koordinasi antara pemasok dan perusahaan manufaktur. 2. Saran Mengacu pada kesimpulan yang diperoleh maka, maka dapat disarankan: 1. Pendidikan dan pelatihan diperlukan untuk meningkatkan keahlian dan keterampilan pekerja. 2. Koordinasi dan kerjasama diantara anggota rantai pasokan perlu ditingkatkan. 3. Kerjasama antara pengusaha, pemerintah daerah dan Balai Penelitian Keramik dalam menggunakan teknologi. 4. Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai manajemen rantai pasokan, terutama disetiap elemen/anggota rantai pasokan UKM keramik Klampok.
DAFTAR PUSTAKA
Adhi, F.W. 2005. Mempelajari Produktivitas Kerja pada Industri Kecil Penghasil Knalpot di Kabupaten Purbalingga. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Adriansyah. 2005. Manajemen Rantai Penyediaan Barang (Supply Chain Management) Bagian Hulu Produk Susu Pasteurisasi (Studi Kasus di Koperasi Peternakan Bandung Selatan, Jawa Barat). Skripsi pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjarnegara. 2004. Banjarnegara Dalam Angka 2004. Badan Pusat Statistik. 2005. Perkembangan Jumlah Pelaku UKM Menurut Skala Usaha Tahun 2003-2004. http://www.depkop.go.id/index.php?option= com_content&task=view&id=25&Itemid=43. [22 November 2005]. Badan Pusat Statistik. 2005. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto Menurut Skala Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2003-2004. www.bps.go.id. [22 November 2005]. Ballou, R. H. 2004. Business Logistic: Supply Chain Management. Fifth Edition. Pearson Prentice Hall, New Jersey. Chopra, S. dan P. Meindl. 2004. Suppy Chain Management (Strategy, Planning, and Operating). Second Edition. 2004. Pearson Prentice Hall, New Jersey. Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 2002. Rencana Induk Pengembangan Industri Kecil Menengah 2002-2004 buku 1 Kebijakan dan Strategi Umum Pengembangan Industri Kecil Menengah. http://www.dprin.go.id/Ind/Publikasi/buku_brosur/RI-PIKM_BukuI.pdf. [20 Desember 2005] Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi. Komoditas Andalan Kabupaten Banjarnegara. 2004. Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, Banjarnegara. Handoko, T.H. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Produksi Operasi. BPFEJogjakarta, Jogjakarta. Hasan, I. 2003. Pokok-Pokok Materi Statistika 2 (Statistik Inferensi). PT Bumi Aksara, Jakarta. Heizer, J dan B. Rander. 2004. Manajemen Operasi, Edisi 7. Jakarta. Heryadi. 2004. Pengembangan Usaha Mikro. http://www.bni.co.id/Document/198%20 Micro.pdf [20 Desember 2005]
70
Iriawan, N. dan S.P. Astuti. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Penerbit Andi, Jogjakarta. Mentzer, J.T. 2004. Fundamentals of Supply Chain Management (Twelve Driver of Competitive Advantage). Response Books, New Delhi. Miranda dan A.W. Tunggal. 2005. Manajemen Logistik dan Supply Chain Management. Harvarindo, Jakarta. Mundel, M.E. 1983). Improve Productivity And Effectiveness. Prentice hall, United States of America. Partomo, T.K. dan A.B. Soejoedono.. 2004. Ekonomi Skala Kecil/Menengah. Penerbit Galia Indonesia, Bogor Selatan. Russel, R.S. dan B.W. Taylor. 2003. Operation Management. Prentice Hall, New Jersey. Siagian, Y.M. 2005. Aplikasi Supply Chain Management dalam Dunia Usaha. Grasindo, Jakarta. Sinungan, M. 2005. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Bumi Aksara, Jakarta. Susiana, A.O. 2005. Analisis Rantai Persediaan (SC) Komoditas Jeruk Medan (Studi Kasus di Pasar Induk Keramat Jati dan Carefour Cempaka Mas, jakarta). Skripsi pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Syamsu, T. 1978. Teknik dan Manajemen untuk Meningkatkan Produktivitas Sistem Produksi. Di dalam Teknik dan Manajemen Industri Untuk Meningkatkan Produktivitas Sistem Produksi. Prosiding Pertemuan Tahunan Ketiga 18,19 dan 20 Juli 1978. Gresik: Yayasan Komunikasi Ilmu dan Praktek Teknik Serta Manajemen Industri. Hlm 19-24. Watanabe, R. 2001. Supply Chain Management Konsep dan Teknologi. Usahawan, 02: hlm.8-11. Zabidi, Y. 2001. Supply Chain Management: Teknik Terbaru Dalam Mengelola Aliran Material/Produk dan Informasi dalam Memenangkan Pesaing. Usahawan, 02: hlm.3-7.
Lampiran 1. Penelitian terdahulu No. 1
Nama Fauz Winahyu Adhi
Judul Mempelajari Produktivitas Kerja Pada Industri Kecil Penghasil Knalpot Di Kabupaten Purbalingga
1.
2.
3.
2.
Adriansyah
Manajemen Rantai Persediaan Barang (SCM) Bagian Hulu Produk Susu Pasteurisasi (Studi Kasus Di Koperasi Pertenakan bandung Selatan Jawa Barat)
1.
2.
Tujuan Mengidentifikasi sumber-sumber ketidakefektifan dan ketidakefisienan dari Industri Kecil Knalpot (IKK) Menghitung tingkat produktivitas Rekomendasi teknis untuk peningkatan produktivitas Bagaimana mekanisme SCM di KPBS untuk menjamin ketersediaan bahan baku dan bahan penolong dari para pemasoknya. Apa manfaat dan kendala dalam penerapan SCM
Metode Diagram Fishbone, Rasio Produktivitas, Rank Spearman
Hasil/Kesimpulan Permasalah yang dihadapi industri kecil knalpot (IKK) adalah tidak adanya standar harga yang berimplikasi terhadap pemasaran, kurangnya akses dan informasi terhadap sumber modal (bank), kesulitan dalam pengadaan bahan baku yang kontinyu dengan harga murah, masih menggunakan sistem pembukuan sederhanan, penggunaan teknologi produksi yang masih pada tingkat kurang maju/modern. Berdasarkan analisis deskriptif, faktor-faktor yang yang berpengaruh terhadap produktivitas seperti tingkat pendidikan, pengalaman usaha, serta intensitas masalah pemasaran tidak memiliki keterkaitan erat terhadap produktivitas. Sedangkan jenis bahan baku, produktivitas tenaga kerja serta sumber modal memiliki kecenderungan yang berbeda terhadap produktivitas.
Studi Kasus Case Study
Manajemen persediaan barang bagian hulu produk susu meliputi siklus yang berjalan dalam jaringan sistem organisasi yang mencakup pihak KPBS, Industri Pengolahan Susu (IPS), serta para distributor dan agen-agen. Siklus produksi dipicu oleh permintaan konsumen yang sebagian besar bersumber dari captive market dan dikembangkan dalam bentuk proses produksi. Pengolahan persediaan mencakup proses masuk dan keluar barang serta penyimpanan yang penilaiannya dilakukan dengan First In First Out (FIFO). Siklus pengadaan barang meliputi pengadaan bahan baku susu dalam bentuk jual beli antara pihak KPBS dengan pemasoknya, dan pengadaan bahan penolong dengan strategi sedikit pemasok dengan mengembangkan kepercayaan antara pemasok dengan pihak KPBS. Pengadaan persediaan yang dilkukan oleh KPBS tidak dilakukan pada bahan baku utama, tetapi hanya terbatas pada bahan baku penolongnya. Pengendalian bahan baku utama tidak dilakukan karena bahan baku susu segar memiliki masa simpan yang sangat singkat yaitu
71
3.
Anita Oktariani Susiana
Analisis Rantai Persediaan (SC) Komoditas Jeruk Medan (Studi Kasus di Pasar Induk Keramat Jati dan Carefour Cempaka Mas, jakarta)
Menganalisis pola rantai pasokan (supply Chain) dan sebaran nilai (value chain) komoditas jeruk Medan dari tingkat petani hingga tingkat konsumen akhir melalui pasar modern atau pasar tradisional.
Analisis deskriptif, analisis margin pemasaran, dan analisis elastisitas transmisi harga
paling lama disimpan selama satu hari sejak datangnya susu segar yang diterima harus langsung diolah pada hari itu juga. Dalam menjaga kualitas dan kesegaran bahan penolong maka KPBS melakukan order bahan penolong yang dilakukan setiap bulan. Manfaat yang diperoleh perusahaan adalah memberikan kontinuitas dalam proses produksi susu pasteurisasi dan efisiensi produk pengolahan di KPBS Penelitian rantai pasokan jeruk medan melalui pasar tradisional diwakili oleh dua pola rantai pasokan yang melalui Pasar Induk Kramat Jati dan pasar grosir Cililitan. Sedangkan rantai pasokan melalui pasar modern diwakili oleh hyper market Carrefour Cempaka Mas. Pada ketiga pola rantai pasokan yang dianalisis, penyebaran margin dan besar margin pemasaran memiliki kecenderungan yang sama. Berdasarkan distribusi margin dan bagian anggota rantai pasokan pada ketiga rantai diatas, diperoleh bahwa penyebaran margin belum merata diantara ketiga rantai pasokan. Penyebaran yang belum merata karena adanya perlakuan-perlakuan atau biaya-biaya dalam penanganan komoditas jeruk medan antar anggota rantai pasokan. Berdasarkan margin pemasaran, dapat dilihat bahwa rantai pasokan komoditas melalui pola rantai pasokan 1 paling efisien jika dibanding dengan pola rantai pasokan 2 dan 3, dilihat dari total biaya pemasaran paling rendah, total keuntungan yang diperoleh terendah, margin pemasaran yang rendah, tingkat rasio keuntungan dan biaya yang diterima paling tinggi, serta farmer’s share yang tinggi sehingga pola pemasaran 1 dapat memberikan nilai lebih bagi petani. Berdasarkan elastisitas transmisi harga dapat diketahui bahwa suatu pemasaran dari komoditi jeruk medan tidak efisien. Komoditas jeruk medan menghadapi pasar tidak bersaing sempurna dengan struktur pasar tidak terintegrasi dimana nilai elastisitas transmisi (Et) tidak sama dengan 1, baik di pasar tradisional maupun pasar modern. Perilaku pembelian konsumen pada ketiga rantai pemasok dipengaruhi oleh faktor budaya, faktor pribadi, dan faktor psikologi.
72
73
Lampiran 2. Peta potensi Produk Unggulan daerah Kabupaten Banjarnegara
74
Lampiran 3. Kuesioner untuk Identifikasi Rantai Pasokan Profil Perusahaan Nama Perusahaan Alamat
: ......................................................................................... : ......................................................................................... ......................................................................................... Telp./Fax/HP : ......................................................................................... Lamanya usaha : ......................................................................................... Produk utama dan produk sampingan : .................................................................. I. Pemasok A. Bahan Baku 1. Bahan baku utama yang digunakan untuk membuat keramik? 2. Jenis pemasok bahan baku : a. Perusahaan besar b. Perusahaan kecil dan menengah c. Pemerintah (Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi UKM) d. Lain-lain ...................................................................................................... 3. Bagaimana saudara memperoleh informasi tentang pemasok tersebut? a. Melalui promosi pemasok tersebut b. Pemberitahuan dari pihak lain c. Mencari pemasok sendiri d. Lain-lain ...................................................................................................... 4. Berapa jumlah pemasok bahan baku? a. 1 pemasok b. 2 pemasok c. > 2 pemasok 5. Berapa kali pemasok mengirimkan bahan baku setiap bulan? Asal pemasok Jumlah pengiriman per bulan 6. Berapa jumlah pengiriman bahan baku dalam satu kali pengiriman? Asal Pemasok Jumlah bahan baku 7. Berapa rata-rata jumlah bahan baku yang dipesan setiap bulan berdasar jumlah pemasok: Asal Pemasok Jumlah Pembelian Harga 8. Sistem Pemesanan bahan baku yang dilakukan: a. Sistem kontrak (sudah ada perjanjian kerjasama dengan pemasok) b. Dipesan tanpa ada perjanjian dengan pemasok atau secara langsung c. Cara lainnya................................................................................................. 9. Bagaimana mekanisme pembayaran yang dilakukan kepada pemasok : a. Pembayaran tunai pada saat barang dikirim b. Pembayaran dimuka c. Pembayaran melalui rekening, cek, atau giro. d. Pembayaran dilakukan diakhir minggu/bulan.
75
e. Lainya.......................................................................................................... 10. Bagaimana sistem pengangkutan bahan baku yang telah dibeli : a. Diangkut oleh pemasok sampai ke gudang b. Diambil oleh perusahaan di tempat pemasok c. Lainnya ....................................................................................................... 11. Kerjasama yang dilakukan antara persahaan dengan pemasok selama ini : a. Hanya sebagai penyedia bahan baku yang tidak konsisten b. Mutu bahan baku tidak sesuai dengan yang diharapkan c. Kerjasama lainnya ....................................................................................... 12. Permasalahan yang sering dihadapi dalam penyediaan bahan baku : a. Ketersediaan bahan baku yang tidak konsisten b. Mutu bahan baku tidak sesuai dengan yang diharapkan c. Kurangnya informasi d. Keterbatasan sarana fisik e. Lainnya ....................................................................................................... B. Bahan Penolong 1. Bahan penolong yang digunakan untuk membuat keramik? 2. Jenis pemasok bahan penolong : a. Perusahaan besar b. Perusahaan kecil dan menengah c. Pemerintah (Dinas Perindustrian, Perdagangan, Dinas Koperasi UKM) d. Lain-lain ...................................................................................................... 3. Bagaimana saudara memperoleh informasi tentang pemasok tersebut? a. Melalui promosi pemasok tersebut b. Pemberitahuan dari pihak lain c. Mencari pemasok sendiri d. Lain-lain ...................................................................................................... 4. Berapa jumlah pemasok bahan penolong? a. 1 pemasok b. 2 pemasok c. > 2 pemasok; sebutkan ............................................................................... 5. Berapa kali pemasok mengirimkan bahan penolong setiap bulan? Asal pemasok Jenis bahan penolong Jumlah pengiriman per bulan 6. Berapa jumlah pengiriman bahan penolong dalam satu kali pengiriman? Asal Pemasok Jenis bahan penolong Jumlah bahan penolong 7. Berapa rata-rata jumlah bahan penolong yang dipesan setiap bulan berdasar jumlah pemasok: Jenis Bahan Asal Jumlah Harga Penolong Pemasok Pembelian 8. Sistem Pemesanan bahan penolong yang dilakukan: a. Sistem kontrak (sudah ada perjanjian kerjasama dengan pemasok) b. Dipesan tanpa ada perjanjian dengan pemasok atau secara langsung
76
c. Cara lainnya ................................................................................................ 9. Bagaimana mekanisme pembayaran yang dilakukan kepada pemasok : a. Pembayaran tunai pada saat barang dikirim b. Pembayaran dimuka c. Pembayaran melalui rekening, cek, atau giro. d. Pembayaran dilakukan diakhir minggu/bulan. e. Lainnya........................................................................................................ 10. Bagaimana sistem pengangkutan bahan penolong yang telah dibeli : a. Diangkut oleh pemasok sampai ke gudang b. Diambil oleh perusahaan di tempat pemasok c. Lainnya ....................................................................................................... 11. Kerjasama yang dilakukan antara perusahaan dengan pemasok selama ini : a. Hanya sebagai penyedia bahan baku yang tidak konsisten b. Mutu bahan baku tidak sesuai dengan yang diharapkan c. Kerjasama lainnya....................................................................................... 12. Permasalahan yang sering dihadapi dalam penyediaan bahan penolong : a. Ketersediaan bahan baku yang tidak konsisten b. Mutu bahan baku tidak sesuai dengan yang diharapkan c. Kurangnya informasi d. Keterbatasan sarana fisik e. Lainnya ....................................................................................................... II. Persediaan A. Bahan Baku 1. Berapa jumlah rata-rata persediaan bahan baku per bulan ? No Jenis Persediaan Jumlah Persediaan
2. Apakah jumlah persediaan sesuai dengan kebutuhan untuk pengolahan? a. Ya b. Tidak, jika tidak bagaimana cara memperolehnya ..................................... ..................................................................................................................... 3. Berapa biaya persediaan yang dikeluarkan tiap bulan? No Biaya-biaya Cakupan biaya Besarnya biaya persediaan 1. Biaya simpan 2. Biaya pesan 3. Biaya penyiapan 4. Biaya kehabisan bahan 4. Bagaimana proses penerimaan bahan baku ? a. Bahan baku diterima di tempat pembeli/perusahaan b. Bahan baku diambil di tempat pemasok. c. Lainnya ....................................................................................................... 5. Lama daya tahan penyimpanan?...........................hari/minggu/bulan 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpanan persediaan bahan baku: (jawaban boleh lebih dari satu):
77
a. Gudang b. Pemasok c. Suhu udara d. Lainnya .......................................................................................(sebutkan) 7. Bagaimana mekanisme penyaluran persediaan bahan baku? 8. Persoalan-persoalan dalam manajemen persediaan bahan baku: a. Permintaan yang terlalu bervariasi b. Perputaran waktu yang tidak stabil c. Hubungan dengan pemasok yang terganggu d. Mutu produk e. Lainnya ....................................................................................................... B. Bahan Penolong 1. Berapa jumlah rata-rata persediaan bahan penolong per bulan ? No Jenis Persediaan Jumlah Persediaan
2. Apakah jumlah persediaan sesuai dengan kebutuhan untuk pengolahan? a. Ya b. Tidak, jika tidak bagaimana cara memperolehnya ..................................................................................................................... 3. Berapa biaya persediaan yang dikeluarkan tiap bulan? No Biaya-biaya Cakupan biaya Besarnya biaya persediaan 1. Biaya simpan 2. Biaya pesan 3. Biaya penyiapan 4. Biaya kehabisan bahan 4. Bagaimana proses penerimaan bahan penolong ? a. Bahan penolong diterima di tempat pembeli/perusahaan b. Bahan penolong diambil di tempat pemasok. c. Lainnya 5. Lama daya tahan penyimpanan?...........................hari/minggu/bulan 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpanan persediaan bahan penolong: (jawaban boleh lebih dari satu): a. Gudang b. Pemasok c. Suhu udara d. Lainnya .......................................................................................(sebutkan) 7. Bagaimana mekanisme penyaluran persediaan bahan penolong? 8. Persoalan-persoalan dalam manajemen persediaan bahan penolong: a. Permintaan yang terlalu bervariasi b. Perputaran waktu yang tidak stabi c. Hubungan dengan pemasok yang terganggu d. Mutu produk e. Lainnya .......................................................................................................
78
III. Produksi 1. Berapa jumlah permintaan keramik per bulan? Jenis Produk Jumlah permintaan
2. Berapa jumlah produksi keramik per bulan? Jenis Produk Jumlah produksi
3. Bagaimana proses penentuan kebijakan produksi? a. Ditentukan oleh pemilik usaha berdasarkan jumlah permintaan. b. Kesepakatan antara pengusaha dan pekerja berdasarkan jumlah permintaan c. Lainnya ....................................................................................................... 4. Bagaimana urutan proses produksi? 5. Lama waktu produksi rata-rata dibutuhkan untuk menghasilkan produk jadi? Jenis Produk Ukuran Produk Waktu Produksi
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan waktu produksi? a. Keterlambatan bahan baku dan bahan penolong b. Penggunaan alat atau mesin produksi c. Keterlambatan pekerja d. Lainnya ....................................................................................................... 7. Dari segi mutu apakah produk keramik saudara sudah memenuhi keinginan konsumen ? a. Ya b. Tidak 8. Pengawasan mutu yang dilakukan terhadap proses pembuatan keramik : a. Mengontrol secara langsung b. Ada bagian pengawas mutu yang mengontrolnya. c. Lainnya .............................................................................. (sebutkan) 9. Bagaimana mengenai desain produk, apakah desain produk keramik saudara memenuhi keinginan konsumen? a. Ya b. Tidak 10. Apakah saudara menggunakan ahli untuk melakukan desain produk? a. Ya b. Tidak 11. Apakah harga dari keramik yang dihasilkan selama ini cukup bersaing? a. Ya b. Tidak 12. Dari pertama berproduksi, apakah proses yang dilakukan sekarang sudah mengalami perkembangan ? a. Belum. Mengapa?........................................................................................ b. Sudah (lanjutkan ke pertanyaan no.5-10) 13. Jika sudah, dalam segi apa perkembangan tersebut? ........................................................................................................................... 14. Informasi pembuatan keramik diperoleh dari : a. Pemerintah (Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM) b. Media massa dan elektronik
79
c. Pihak lainnya ...............................................................................(sebutkan) 15. Bagaimana informasi perkembangan tersebut sampai ? a. Melalui pelatihan-pelatihan b. Berlangganan majalah yang berhubungan dengan keramik c. Penyuluhan-penyuluhan d. Lain-lain ......................................................................................(sebutkan) 16. Daerah yang menjadi saingan dalam memproduksi keramik? a. Jawa Tengah (sebutkan daerah mana)......................................................... b. Luar Jawa Tengah (sebutkan daerah mana) ................................................ 17. Apa yang diharapkan saudara dalam meningkatkan mutu keramik : a. Adanya lembaga informasi melalui mutu b. Pelatihan-pelatihan c. Lain-lain ......................................................................................(sebutkan) IV. Distributor 1. Apakah dalam menyalurkan barang saudara menggunakan distributor dari perusahaan saudara sendiri atau menggunakan jasa distributor yang independen? a. Hanya distributor dari perusahaan? b. Hanya menggunakan jasa distributor independen? c. Distributor perusahaan (........%) dan jasa distributor (..........%) 2. Jenis distributor? a. Agen b. Retailer/pedagang eceran c. Lainnya....................................................................................... (sebutkan) 3. Berapa kali saudara menyalurkan barang ke distributor dalam tiap bulan: a. 1 kali b. 2 kali c. Lainnya........................................................................................................ 4. Berapa jumlah barang yang didistribusikan setiap kali pengiriman? Jenis Distributor Jenis Keramik Jumlah Keramik
5. Jika perusahaan anda menggunakan distributor independen untuk menyalurkan produk, bentuk kerjasama apa yang dilakukan antara perusahaan dengan distributor? a. Sistem kontak (sudah ada perjanjian dengan pemasok) b. Dipesan tanpa ada perjanjian dengan pemasok atau secara langsung. c. Cara lainnya ................................................................................................ 6. Jenis keramik yang banyak diminati? a. Guci b. Vas bunga c. Souvenir kecil d. Lainnya........................................................................................................ 7. Permasalah yang dihadapi dalam melakukan kegiatan distribusi a. Keterlambatan dalam pendistribusian b. Kerusakan pada produk yang didistribusikan
80
c. Lainnya ....................................................................................................... V. Konsumen 1. Daerah yang menjadi tujuan pasar (konsumen) keramik : a. Jawa Tengah ................................................................................(sebutkan) b. Luar Jawa Tengah .......................................................................(sebutkan) c. Luar negeri .................................................................................(sebutkan) 2. Pangsa pasar masyarakat mana yang dapat dipenuhi oleh saudara? a. Menengah ke bawah b. Menegah ke atas c. Menengah ke bawah (........%) dan menengah ke atas (.........%) 3. Daerah mana yang memiliki pangsa pasar terbesar? a. Jawa Tengah................................................................................(sebutkan) b. Luar Jawa Tengah .......................................................................(sebutkan) c. Luar negeri .................................................................................(sebutkan) 4. Jenis pelayanan apa yang Saudara berikan pada konsumen? a. Jasa antar barang b. Jasa kredit c. Lainnya .......................................................................................(sebutkan) 5. Cara memasarkan keramik kepada pelanggan? a. Ada pengumpul individu yang membeli b. Saudara yang menawarkan keramik kepada mereka c. Pihak lain seperti pemerintah d. Melalui pameran-pameran e. Lain-lain........................................................................................................ 6. Apakah saudara sering melakukan pameran-pameran? a. tidak b. Ya. (lanjutkan ke pertanyaan no.7) 7. Dimana saja? a. Dalam negeri b. Luar negeri c. Dalam negeri (.......%) dan luar negeri (.......%) 8. Permasalahan apa yang sering dihadapi dalam meghadapi pelanggan? a. Permintaan keramik oleh pelanggan tidak terpenuhi b. Mutu yang tidak sesuai dengan keinginan pelanggan c. Pelayanan yang kurang memuaskan d. Lainnya ........................................................................................................ VI. Kerjasama No
Kerjasama
1
Perusahaan lain yang sejenis Perusahaan lain beda jenis Lembaga pelatihan SDM
2 3
Ya
Tidak
Bentuk kerjasama dilakukan
yang
81
4
5 6 7
Perbankan/ lembaga keuangan lainnyayang memberikan modal Lembaga teknologi dan informasi Lembaga pemasaran ..............
VII. Sumber Daya Manusia 1. Berapa jumlah tenaga kerja yang dimiliki?............................orang. 2. Berasal dari mana saja tenaga kerja yang ada sekarang? a. Dari Banjarnegara. Daerah.......................................................... (sebutkan) b. Dari Luar Banjarnegara............................................................... (sebutkan) c. Dari Banjarnegara (………%) dan luar Banjarnegara (………%) 3. Sistem perekrutan yang dilakukan : a. Melalui pengumuman b. Iklan di media massa c. Secara lisan melalui orang lain d. Lannya ........................................................................................................ 4. Gaji yang diberikan kepada pekerja : Rp………………../hari/minggu/bulan 5. Fasilitas apa saja yang diberikan kepada pekerja selain gaji? ........................................................................................................................... 6. Permasalahan apa yang sering dihadapi dalam tenaga kerja? a. Sulitnya memperoleh tenaga kerja b. Keterampilan atau keahlian tenaga kerja belum memadai c. Disiplin kerja kurang d. Lain-lain ...................................................................................................... 7. Usaha apa yang dialakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut? ........................................................................................................................... 8. Peran pemerintah daerah yang haru dilakukan dalam meningkatkan kualitas SDM? ...........................................................................................................................
82
Lampiran 4. Kuesioner untuk menilai hubungan manajemen rantai pasokan dengan produktivitas
KUESIONER ANALISIS MANAJEMEN RANTAI PASOKAN TERHADAP PRODUKTIVITAS UKM KERAMIK KLAMPOK BANJARNEGARA
Disusun Oleh:
ANA OKTIYA H24102024
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
83
PENGANTAR Bapak/Ibu/Saudara yang Terhormat Pada saat ini, saya sedang mengadakan penelitian yang berjudul 'Analisis Manajemen Rantai Pasokan terhadap Produktivitas UKM keramik Klampok Banjarnegara'. Penelitian ini dilakukan dalam rangka penelitian mahasiswa tingkat akhir sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut pertanian Bogor (IPB). Bapak/Ibu/Saudara dimohon untuk melakukan penilaian hubungan manajemen rantai pasokan terhadap produktivitas. Hasil dari kuesioner ini akan digunakan untuk menganalisis seberapa besar hubungan manajemen rantai pasokan terhadap produktivitas di UKM Keramik Banjarnegara. Tidak ada jawaban benar atau salah dalam pengisian kuesioner ini serta bersifat rahasia. Kejujuran Bapak/Ibu/Saudara sangat diperlukan untuk kebenaran kuesioner ini. Saya ucapkan terima kasih atas kerjasama dan kesediaannya. Banjarnegara, Maret 2006 Ana Oktiya
No. responden : Latar Belakang Responden Nama : ................................................................................................. Perusahaan : ................................................................................................. Jabatan : ................................................................................................. Alamat : ................................................................................................. Telp/HP : ................................................................................................. Petunjuk Pengisian Kuesioner Bapak/Ibu/Saudara dimohon untuk menilai hubungan antara manajemen rantai pasokan dengan produktivitas. Penilaian hubungan didasarkan atas pernyataanpernyataan yang tersedia dalam tabel, apakah Bapak/Ibu/Saudara merasa sangat setuju (SS) , setuju (S) , netral (N) , tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS), terhadap pernyataan tersebut. Berilah tanda silang (X) pada penilaian yang diberikan. No 1.
2.
3.
Uraian Menurut saya, keahlian tenaga kerja menentukan tingkat produktivitas perusahaan Menurut saya penggunaan teknologi lebih menentukan tingkat produktivitas dibandingkan dengan volume dan standar bahan baku Menurut saya, perencanaan dan pengawasan produksi lebih mampu meningkatkan produktivitas produk dibandingkan dengan penanganan bahan baku dan mesin.
STS
TS
N
S
SS
84
No. 4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13. 14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Uraian Menurut saya, semakin besar ukuran perusahaan maka semakin tinggi tingkat produktivitas. Menurut saya, kerjasama dengan perusahaan sejenis akan meningkatan produktivitas perusahaan. Menurut saya, kebijakan pendidikan dan pelatihan oleh pemerintah daerah berdampak pada peningkatkan mutu pegawai Menurut saya, kualitas sebagai factor utama meningkatkan produktivitas dibandingkan spesialisasi produksi Menurut saya, kerjasama dengan pemasok mampu menurunkan biaya produksi. Menurut saya, menggunakan banyak pemasok dapat memperlancar kegiatan produksi. Menurut saya, kerjasama dengan pemasok melalui sistem kontrak bermanfaat untuk efisiensi biaya. Menurut saya, kelancaran informasi dengan pemasok akan berpengaruh positif pada peningkatan produktivitas. Menurut saya, kunci utama meningkatkan produktivitas adalah menjaga hubungan baik dengan pemasok. Menurut saya, jumlah persediaan yang kecil akan lebih menghemat biaya. Menurut saya, penyimpanan persediaan dalam jangka waktu pendek akan memperkecil biaya penyimpanan. Menurut saya, kelancaran hubungan dengan pemasok berpengaruh pada efektifitas persediaan . Menurut saya, jumlah persediaan akan sulit ditentukan jika jumlah permintaan sangat bervariasi. Menurut saya, mutu produk factor utama untuk peningkatan produktivitas produk. Menurut saya, pengawasaan mutu secara langsung terhadap produk lebih efisien untuk menjaga kualitas produk. Menurut saya, jumlah produksi ditentukan berdasarkan pada jumlah permintaan per bulan. Menurut saya, pengembangan desain produk dapat meningkatkan produktivitas produksi.
STS
TS
N
S
SS
85
No. 21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
Uraian Menurut saya, informasi sangat diperlukan untuk mengembangkan kegiatan produksi. Menurut saya, distribusi produk secara langsung akan labih menguntungkan dari pada menggunakan jasa distributor independen. Menurut saya, system pengangkutan yang baik akan memperlancar kegiatan distribusi. Menurut saya, kegiatan distribusi dalam setiap bulan dapat meningkatkan efisiensi biaya. Menurut saya, tidak melakukan keterlambatan dalam pendistribusian dapat menjaga kepercayaan distributor. Menurut saya, peningkatkan produktivitas produk akan meningkatkan kepuasan pelanggan. Menurut saya, pelayanan jasa pengiriman barang kepada pelanggan akan berpengaryhterhadap kepuasan pelanggan. Menurut saya kegiatan promosi seperti pameran adalah bentuk pelayanan kepada pelanggan. Menurut saya, pelayanan purna jual kepada konsumen dapat menjaga kepercayaan konsumen. Menurut saya, kualitas produk menjadi hal utama dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Menurut saya, kerjasama dengan perusahaan atau lembaga lain akan lebih menguntungkan. Menurut saya, kerjasama dengan pemasok akan memperlancar kegiatan produksi. Menurut saya, kerjasama dengan lembaga pendidikan dapat meningkatkan mutu produk kita. Menurut saya, kerjasama dengan lembaga informasi dapat memperlancar hubungan dengan pemasok dan distributor. Menurut saya, tenaga kerja yang berkualitas dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Menurut saya, disiplin tenaga kerja yang tinggi akan berpengaruh pada kelancaran kegiatan produksi dan distribusi.
STS
TS
N
S
SS
86
No. 37.
38.
Uraian Menurut saya, pendidikan dan pelatihan tenaga kerja dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja Menurut saya, penggunaan tenaga ahli penting untuk meningkatkan kualitas produk.
STS
TS
N
S
SS
87
Lampiran 5. Tabel Uji Validitas dengan Korelasi Product Moment Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
r 0.73216497 0.259011177 -0.09070685 0.618800493 0.780010672 0.181771895 0.238838687 -0.188508759 -0.055390315 0.444338141 0.397595104 0.255901552 0.03572568 0.697010534 0.370653926 -0.144291505 -0.158882541 0.360977454 -0.036487507 0.288052716
Keterangan Pertanyaan r VALID 21 0.632603 VALID 22 -0.17437 VALID 23 0.553515 VALID 24 -0.13734 VALID 25 0.905299 VALID 26 0.762064 VALID 27 0.553515 VALID 28 0.915205 VALID 29 0.619315 VALID 30 0.34386 VALID 31 0.860033 VALID 32 0.459339 VALID 33 0.86084 VALID 34 0.559195 VALID 35 0.366188 VALID 36 0.525058 VALID 37 0.178628 VALID 38 0.652676 VALID VALID
Keterangan VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID
88
Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas dengan Rumus Alpha 1. Reliabilitas variabel productivitas
Reliability R E L I A B I L I T Y H A) Reliability Coefficients N of Cases = 10.0 Alpha = .8183
A N A L Y S I S
-
S C A L E
N of Items =
(A L P
3
2. Reliabilitas variabel pemasok
Reliability R E L I A B I L I T Y H A) Reliability Coefficients N of Cases = 10.0 Alpha = .7781
A N A L Y S I S
-
S C A L E
N of Items =
(A L P
3
3. Reliabilitas variabel persediaan
Reliability R E L I A B I L I T Y H A) Reliability Coefficients N of Cases = 10.0 Alpha = .7500
A N A L Y S I S
-
S C A L E
N of Items =
(A L P
3
4. Reliabilitas variabel produksi
Reliability R E L I A B I L I T Y H A) Reliability Coefficients N of Cases = 10.0 Alpha = .8829
A N A L Y S I S
-
S C A L E
N of Items =
(A L P
3
5. Reliabilitas variabel retailer
Reliability R E L I A B I L I T Y H A) Reliability Coefficients N of Cases = 10.0 Alpha = .6883
A N A L Y S I S
-
S C A L E
N of Items =
(A L P
3
6. Reliabilitas variabel distributor
Reliability R E L I A B I L I T Y P H A) Reliability Coefficients N of Cases = 10.0 Alpha = .8729
A N A L Y S I S
-
S C A L E
N of Items =
3
(A L
89
Lanjutan lampiran 5. 7. Reliabilitas variabel kerjasama
Reliability R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S S C A L E H A) Reliability Coefficients N of Cases = 10.0 N of Items = 3 Alpha = .8789
(A L P
8. Reliabilitas variabel SDM
Reliability R E L I A B I L I T Y P H A) Reliability Coefficients N of Cases = 10.0 Alpha = .8967
A N A L Y S I S
-
S C A L E
N of Items =
3
(A L
90
Lampiran 7. Data responden Y 4 4 5 4 4 3 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
X1 5 3 5 4 4 4 3 4 5 5 3 3 4 3 3 4 5 5 3 4
X2 4 4 4 4 5 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4
X3 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4 5
X4 4 5 4 5 5 4 5 3 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5
X5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 3 3 4 4 5 4 5 5 3 5
X6 5 4 5 4 5 2 4 3 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 3 5
X7 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5
91
Lampiran 8. Hasil pengolahan dengan Regresi Stepwise Stepwise Regression: Y versus X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7
Alpha-to-Enter: 0.05 Response is
Y
Step Constant
1 2.809
X6 T-Value P-Value
0.27 2.56 0.020
S R-Sq R-Sq(adj) C-p
0.403 26.76 22.69 -1.3
Alpha-to-Remove: 0.05 on
7 predictors, with N =
20
BacStepwise Regression: Y versus X1 Forward selection. Response is
Y
Alpha-to-Enter: 0.05 on
1 predictors, with N =
20
No variables entered or removed
Stepwise Regression: Y versus X1, X2 Forward selection. Response is
Y
Alpha-to-Enter: 0.05 on
2 predictors, with N =
20
No variables entered or removed
Stepwise Regression: Y versus X1, X2, X3 Forward selection. Response is
Y
Alpha-to-Enter: 0.05 on
3 predictors, with N =
20
No variables entered or removed
Stepwise Regression: Y versus X1, X2, X3, X4
Forward selection. Response is
Y
Alpha-to-Enter: 0.05 on
4 predictors, with N =
No variables entered or removed
20
92
Stepwise Regression: Y versus X1, X2, X3, X4, X5
Forward selection. Response is
Y
Alpha-to-Enter: 0.05 on
5 predictors, with N =
20
No variables entered or removed
Stepwise Regression: Y versus X1, X2, X3, X4, X5, X6
Forward selection. Response is
Y
Step Constant
1 2.809
X6 T-Value P-Value
0.27 2.56 0.020
S R-Sq R-Sq(adj) C-p
0.403 26.76 22.69 -0.8
Alpha-to-Enter: 0.05 on
6 predictors, with N =
20
Stepwise Regression: Y versus X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7
Forward selection. Response is
Y
Step Constant
1 2.809
X6 T-Value P-Value
0.27 2.56 0.020
S R-Sq R-Sq(adj) C-p
0.403 26.76 22.69 -1.3
Alpha-to-Enter: 0.05 on
7 predictors, with N =
20
93
Lampiran 9. Hasil pengolahan dengan backward elimination Stepwise Regression: Y versus X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7
Backward elimination. Response is
Y
Alpha-to-Remove: 0.05 on
7 predictors, with N =
Step Constant
1 4.357
2 4.468
X1 T-Value P-Value
-0.09 -0.52 0.613
-0.09 -0.53 0.606
X2 T-Value P-Value
-0.20 -0.73 0.480
X3 T-Value P-Value
0.03 0.12 0.904
X4 T-Value P-Value
20
3 4.544
4 3.999
5 2.428
6 2.193
-0.21 -0.82 0.427
-0.26 -1.11 0.284
-0.23 -1.02 0.325
-0.19 -0.88 0.394
0.19 0.78 0.449
0.20 0.83 0.422
0.26 1.31 0.212
0.28 1.46 0.165
0.24 1.32 0.207
0.17 1.06 0.305
X5 T-Value P-Value
0.15 0.67 0.517
0.16 0.83 0.420
0.11 0.68 0.511
X6 T-Value P-Value
0.27 1.92 0.079
0.28 2.04 0.063
0.27 2.05 0.060
0.29 2.25 0.040
0.27 2.19 0.043
0.23 2.03 0.059
0.27 2.56 0.020
X7 T-Value P-Value
-0.43 -0.78 0.451
-0.43 -0.81 0.431
-0.49 -0.96 0.353
-0.34 -0.75 0.462
S R-Sq R-Sq(adj) C-p
0.447 40.18 5.29 8.0
0.429 40.11 12.46 6.0
0.418 38.82 16.97 4.3
0.410 36.83 19.98 2.7
0.405 34.43 22.13 1.2
0.402 31.29 23.20 -0.2
0.403 26.76 22.69 -1.3
Stepwise Regression: Y versus X1, X2, X4, X5, X6, X7 Backward elimination. Response is
Y
Step Constant
1 4.468
X1 T-Value P-Value
-0.09 -0.53 0.606
X2 T-Value
-0.21 -0.82
Alpha-to-Remove: 0.05 on
6 predictors, with N =
2 4.544
3 3.999
4 2.428
-0.26 -1.11
-0.23 -1.02
-0.19 -0.88
20
5 2.193
6 2.809
7 2.809
94
P-Value
0.427
0.284
0.325
0.394
X4 T-Value P-Value
0.20 0.83 0.422
0.26 1.31 0.212
0.28 1.46 0.165
0.24 1.32 0.207
0.17 1.06 0.305
X5 T-Value P-Value
0.16 0.83 0.420
0.11 0.68 0.511
X6 T-Value P-Value
0.28 2.04 0.063
0.27 2.05 0.060
0.29 2.25 0.040
0.27 2.19 0.043
0.23 2.03 0.059
0.27 2.56 0.020
X7 T-Value P-Value
-0.43 -0.81 0.431
-0.49 -0.96 0.353
-0.34 -0.75 0.462
S R-Sq R-Sq(adj) C-p
0.429 40.11 12.46 7.0
0.418 38.82 16.97 5.3
0.410 36.83 19.98 3.7
0.405 34.43 22.13 2.2
0.402 31.29 23.20 0.9
0.403 26.76 22.69 -0.1
Stepwise Regression: Y versus X2, X4, X5, X6, X7 Backward elimination. Response is
Y
Alpha-to-Remove: 0.05 on
5 predictors, with N =
4 2.193
20
Step Constant
1 4.544
2 3.999
3 2.428
X2 T-Value P-Value
-0.26 -1.11 0.284
-0.23 -1.02 0.325
-0.19 -0.88 0.394
X4 T-Value P-Value
0.26 1.31 0.212
0.28 1.46 0.165
0.24 1.32 0.207
0.17 1.06 0.305
X5 T-Value P-Value
0.11 0.68 0.511
X6 T-Value P-Value
0.27 2.05 0.060
0.29 2.25 0.040
0.27 2.19 0.043
0.23 2.03 0.059
0.27 2.56 0.020
X7 T-Value P-Value
-0.49 -0.96 0.353
-0.34 -0.75 0.462
S R-Sq R-Sq(adj) C-p
0.418 38.82 16.97 6.0
0.410 36.83 19.98 4.5
0.405 34.43 22.13 3.0
0.402 31.29 23.20 1.7
0.403 26.76 22.69 0.8
Stepwise Regression: Y versus X2, X4, X6, X7 Backward elimination.
Alpha-to-Remove: 0.05
5 2.809
95
Response is
Y
on
4 predictors, with N =
Step Constant
1 3.999
2 2.428
3 2.193
X2 T-Value P-Value
-0.23 -1.02 0.325
-0.19 -0.88 0.394
X4 T-Value P-Value
0.28 1.46 0.165
0.24 1.32 0.207
0.17 1.06 0.305
X6 T-Value P-Value
0.29 2.25 0.040
0.27 2.19 0.043
0.23 2.03 0.059
0.27 2.56 0.020
X7 T-Value P-Value
-0.34 -0.75 0.462
S R-Sq R-Sq(adj) C-p
0.410 36.83 19.98 5.0
0.405 34.43 22.13 3.6
0.402 31.29 23.20 2.3
0.403 26.76 22.69 1.4
20
4 2.809
Stepwise Regression: Y versus X2, X4, X6
Backward elimination. Response is
Y
Alpha-to-Remove: 0.05 on
3 predictors, with N =
Step Constant
1 2.428
2 2.193
X2 T-Value P-Value
-0.19 -0.88 0.394
X4 T-Value P-Value
0.24 1.32 0.207
0.17 1.06 0.305
X6 T-Value P-Value
0.27 2.19 0.043
0.23 2.03 0.059
0.27 2.56 0.020
S R-Sq R-Sq(adj) C-p
0.405 34.43 22.13 4.0
0.402 31.29 23.20 2.8
0.403 26.76 22.69 1.9
20
3 2.809
Stepwise Regression: Y versus X4, X6 Backward elimination. Response is
Step
Y
Alpha-to-Remove: 0.05 on
1
2 predictors, with N =
2
20
96
Constant
2.193
2.809
X4 T-Value P-Value
0.17 1.06 0.305
X6 T-Value P-Value
0.23 2.03 0.059
0.27 2.56 0.020
S R-Sq R-Sq(adj) C-p
0.402 31.29 23.20 3.0
0.403 26.76 22.69 2.1
Stepwise Regression: Y versus X6
Backward elimination. Response is
Y
Step Constant
1 2.809
X6 T-Value P-Value
0.27 2.56 0.020
S R-Sq R-Sq(adj) C-p
0.403 26.76 22.69 2.0
Alpha-to-Remove: 0.05 on
1 predictors, with N =
20
97
Lampiran 10. Hasil Perhitungan Ordinal Logistic Regression dengan Minitab 14 Ordinal Logistic Regression: Y versus X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7 Link Function: Logit
Response Information Variable Y
Value 3 4 5 Total
Count 2 16 2 20
Logistic Regression Table
Predictor Const(1) Const(2) X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
Coef -6.06053 1.78064 0.597051 2.17474 -0.449529 -1.83465 -1.09518 -2.29039 3.30841
SE Coef 28.3870 28.4569 1.11966 2.36894 2.28977 1.84790 1.60026 1.48076 5.69364
Z -0.21 0.06 0.53 0.92 -0.20 -0.99 -0.68 -1.55 0.58
P 0.831 0.950 0.594 0.359 0.844 0.321 0.494 0.122 0.561
Odds Ratio
Lower
80% CI Upper
1.82 8.80 0.64 0.16 0.33 0.10 27.34
0.20 0.08 0.01 0.00 0.01 0.01 0.00
16.31 914.03 56.74 5.97 7.70 1.84 1920195.84
Log-Likelihood = -7.832 Test that all slopes are zero: G = 9.897, DF = 7, P-Value = 0.194
Goodness-of-Fit Tests Method Pearson Deviance
Chi-Square 21.1368 12.8916
DF 25 25
P 0.685 0.978
Measures of Association: (Between the Response Variable and Predicted Probabilities) Pairs Concordant Discordant Ties Total
Number 56 11 1 68
Percent 82.4 16.2 1.5 100.0
Summary Measures Somers' D Goodman-Kruskal Gamma Kendall's Tau-a
0.66 0.67 0.24