PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 26 September 2012
ANALISIS RADIONUKLIDA PEMANCAR PADA SAMPEL TANAH PASCA PENGATUSAN DAKHIL DI KAWASAN REAKTOR KARTINI Siswanti, Wijiyono Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan-BATAN-Yogyakarta Jl Babarsari Nomor 21, Kotak pos 6101 Ykbb 55281 e-mail :
[email protected]
ABSTRAK ANALISIS RADIONUKLIDA PEMANCAR PADA SAMPEL TANAH PASCA PENGATUSAN DAKHIL DI KAWASAN REAKTOR KARTINI. Telah dilakukan analisis radionuklida pemancar pada sampel tanah pasca pengatusan dakhil di kawasan reaktor kartini. Sampling dilakukan dengan metode acak tanah diambil 5 x ulangan secara acak sebanyak ± 500 gram di kawasan reaktor kartini. Preparasi dilakukan dengan cara tanah dibersihkan, kemudian dikeringkan, digerus lalu disaring dengan ukuran 100 mesh. Tanah ditimbang sebanyak 0,5 gram lalu masukan dalam plancet. Pengukuran radionuklida pada tanah menggunakan low background counter selama 20 menit dengan efisiensi alat = 8,11%. Hasil pengukuran radionuklida pemancar pada tanah dari bulan Januari s/d Desember 2012 di kawasan reaktor diperoreh data tertinggi bulan Januari = 0,27 0,07 Bq/g, Pebruari = 0,34 0,08 Bq/g, Maret = 0,29 0,08 Bq/g, April = 0,35 0,07 Bq/g, Mei = 0,76 0,16 Bq/g, Juni = 0,79 0,15 Bq/g., Juli = 0,81 0,16 Bq/g, Agustus = 0,81 0,16 Bq/g, September = 0,79 0,17 Bq/g. Oktober = 0,64 0,16 Bq/g, Nopember = 0,85 0,17 Bq/g.dan Desember = 0,78 0,16.Bq/g. Kemudian data dari bulan Januari s/d Desember 2011 tersebut terendah bulan Januari di lokasi Tambakbayan sebesar = 0,27 0,07 Bq/g dengan titik koordinat 07o46.839’LS 110o24.218’BT, sedangkan data tertinggi pada bulan Nopember di lokasi Depok sebesar = 0,85 0,17 Bq/g, dengan titik koordinat 07o46.256’LS 110o25.727’BT Sedangkan hasil uji statistik untuk data tertinggi pada setiap bulan dari masing-masing lokasi tidak ada beda nyata. Karena faktor hitung masih lebih kecil dari pada faktor tabel yaitu 4,80 < 5,99 pada tingkat kesalahan 1 % atau tingkat ketelitian 99 %. Dan tidak menunjukkan adanya korelasi jauh dekatnya jarak terhadap reaktor dengan aktivitas pemancar semakin dekat dengan reaktor tidak selalu menunjukkan akativitasnya semakin besar. ABSTRACTt THE ANALYSIS OF RADIONUCLIDE RAY OF THE SOIL SAMPLES PASCA DAKHIL ABSORBTION OF REACTOR KARTINI AREA. The analysis of radionuclide ray of the soil samples of dakhil absorbtion pasca of the reactor kartini area were done soil sample, about 200 g, were from some point station area with 5 replicates. Soil samples were digested by Bold Mild. Each samples of soil were weight 0.5 g and filled in to aluminium plancet. The samples were for 20 minutes by GM detector in The LBC System, with 8.11% of efficiency. It was found that the Activity of radionuclide ray of the soil samples from January to December 2012 of the Kartini reactor area. The higher of activity radionuclide ray on January = 0.27 0.07 Bq/g, February = 0.34 0.08 Bq/g, March = 0.29 0.08 Bq/g, April = 0.35 0.07 Bq/g, May = 0.76 0.16 Bq/g, June = 0.79 0.15 Bq/g, July = 0.81 0.16 Bq/g, Agust = 0.81 0.16 Bq/g, September = 0.79 0.17 Bq/g. October = 0.64 0.6 Bq/g, November = 0.85 0.17 Bq/ and December = 0.78 0.16.Bq/g Tthe lowest of activity radionuclide ray on January at Tambakbayan location abaut 0.27 0.07 Bq/g by cordinat position 07o46,839’LS 110o24,218’BT and the higher of activity radionuclide ray on January Buku I hal. 192
ISSN 1410 – 8178
Siswanti, dkk
PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 26 September 2012
at Depok location abaut 0.85 0.17 Bq/g, by cordinat position 07o46,256’LS 110o25,727’BT g Result of statistic every months by Complette Radomiced Designer (CRD) no siqnificant because calculated factor < table factor namly 4.80 < 5.99 on 1 % error degree or 91 % accuratted degree. From the analysis that is no correlation between the distance from reactor with soil radioactivity The closer distance from reactor it is not mean the higher gross activity measurement.
PENDAHULUAN
F
enomena serbaran radionuklida diudara bebas, pada waktu musim kemarau unsur radioaktif tersebut akan terbawa angin. Kemudian akan terdistribusi dan mengendap pada tempat yang sesuai dengan arah dan kecepatan angin. Sementara di musim hujan bersamaan dengan aliran angin dapat mengendapkan unsur radioaktif yang berada di udara lalu ke permukaan tanah. Radionuklida yang bercampur dengan air hujan jatuh pada permukaan tanah mengalir dalam bentuk fase cair. Sebagian kecil hilang karena penguapan melalui evavorasi, evavotranspirasi dan intersepti. Sedangkan sebagian besar masuk ke dalam lengas tanah melalui gerakan Infiltrasi tanah[6]
Gambar 1. Penyebaran radionuklida pemancar beta pada lengas tanah Gerakan infiltrasi tanah adalah masuknya air dari permukaan tanah mengisi ruang diantara butir-butir tanah hingga jenuh, karena pengaruh gaya grafitasi tanah [6], maka pada saat tanah kering terkena hujan kandungan lengas tanah di lapisan permukaan meningkat karena air meresap masuk pada butir-butir tanah hingga mencapai kapasitas lapangan [6]. Air yang menembus butir-butir tanah itu yang disebut sebagai air lengas tanah. Air dalam lengas tanah akan bergerak ke lapisan tanah yang lebih dalam dan air akan bergerak kesemua arah diatas kapasitas lapangan, kemudian air akan bergerak lambat ketika melalui pori-pori tanah yang berukuran 10 - 60 µm. Selanjutnya terjadi gerakan perkolasi air tanah pada saat melalui pori-pori berukuran > 50 µm hingga terjadilah proses pengatusan Dakhil (6). Penyebaran radionuklida bersama air hujan ditunjukkan pada Gambar 1. Pada prinsipnya profil tanah terbagi dalam horizon A,E, B. [9] Profil tanah pada horizon A Siswanti, dkk.
inilah yang sering disebut sebagai tanah lapis olah (top soil), dengan kedalaman sekitar 5 – 25 cm. Lengas tanah yang terdapat pada tanah lapis olah biasanya paling kaya akan unsur hara. Lengas tanah pada tanah lapis olah ini sangat cocok untuk jenis tanaman semusim seperti jenis tanaman sayursayuran, polowijo yang mempunyai perakaran relatif pendek, dan jangkauan akar tidak jauh ke dalam, maka unsur hara pada tanah lapis olah dapat dimanfaatkan secara optimal oleh berbagai tanaman hortikultura dan polowijo yang tumbuh pada media tanah tersebut. Kemungkinan radionuklida pemancar beta yang terikat pada lengas tanah pada bagian tanah lapis olah akan terakumulasi pada berbagai tumbuhan bersama–sama dengan unsur hara pada saat terjadi proses respirasi dan fotosintesa(5). Seiring dengan beroperasinya reaktor Kartini Yogyakarta, dilakukan analisis radionuklida pemancar beta pada sampel tanah. Sampel tanah di ambil mulai jarak 100 m, 200 m hingga radius 5000 m dari pusat reaktor. Mengingat tanah lapis olah yang merupakan media tumbuh berbagai tumbuhan di kawasan reaktor Lengas tanah merupakan komponen lingkungan yang tidak kalah pentingnya bila dibandingkan komponen lingkungan lainnya seperti air, udara atau debu jatuhan (fall out) Pengukuran aktivitas radionuklida pemancar beta pada lengas tanah dilakukan terkait dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1997 tentang ketenaganukliran yaitu setiap kegiatan yang melibatkan berbagai bahan radioisotop, diharuskan melakukan pemantauan dan pengawasan radioaktivitas lingkungan Pemantauan dilakukan untuk melindungi manusia dan alam sekitarnya terhadap kemungkinan bahaya dari radiasi[7] Pengambilan sampel lingkungan sebanyak 17 lokasi setiap bulan sekali dari 100 m hingga radius 5000 m dari reaktor. Pengambilan sampel lingkungan sesuai dengan Dokumen Audit Lingkungan Tahun 2005 dan Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) No. RKL 01/APB/09 serta Dokumen Pemantauan Lingkungan (RPL) No. RPL 01/APB/09 yang berlaku mulai tanggal 16 Oktober 2009[8] Adapun lokasi sampling tanah dapat di lihat pada Gambar 2. Pentingnya pemantauan Lingkungan, karena lingkungan adalah bagian alam yang berhubungan dengan kehidupan manusia setiap
ISSN 1410 – 8178
Buku I hal. 193
PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 26 September 2012
hari, seperti udara (atmosfir), lengas tanah, sawahladang, air, flora, fauna dan lain sebagainya[2] Zat radioaktif dapat memancarkan partikel alpa, beta dan gamma. Partikel-partikel ini berbahaya apabila mengenai manusia pada dosis tinggi. Kemungkinan gas buang yang terlepas dari cerobong reaktor perlu dikelola dengan penyaringan menggunakan filter hingga dapat menekan aktivitas lingkungan sekitar sekecil mungkin. Analisis radionuklida pemancar beta pada sampel tanah yang banyak terakumulasi pada lengas tanah di kawasan reaktor sampai saat ini masih dilakukan. Dalam hal ini berguna untuk mengetahui lebih dini bila terjadi kenaikan radioaktivitas pada sampel tanah/lengas tanah di kawasan reaktor.
Gambar 2. Lokasi Pengambilan Sampel Tanah di Kawasan Reaktor Kartini. (Sumber: Dokumen RPL Rev.0 Tahun 2009) Pemantauan ini dilakukan agar penduduk terhindar dari bahaya radiasi yang terakumulasi pada lengas tanah sebagai akibat aktivitas reaktor melalui daur penyebaran baik radionuklida alam maupun radionuklida buatan. Pada dasarnya radioaktivitas dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu radioaktivitas buatan dan radioaktivitas alam. Radioaktivitas buatan berasal dari hasil reaksi pembelahan dan bisa juga dari debu-debu radioaktif dari fasilitas nuklir atau ledakan bom nuklir. Radioaktivitas alam merupakan bagian dari alam yang tidak dapat dibuat oleh manusia yang sudah ada sejak terbentuknya bumi (alam) semesta ini, seperti radiasi Primordial adalah radiasi alam yang berasal dari dalam bumi. Jenis radiasi ini sering juga disebut dengan radiasi terrestrial. Adapun jenis radiasi yang berasal dari mineral-mineral yang ada dalam batu-batuan dan dalam tanah. antara lain sederet nuklida hasil peluruhan alam yang terdiri dari deret uranium, actinium dan thorium[3] Pengoperasian reaktor Kartini tidak menutup kemungkinan akan melepaskan zat yang mengandung radionuklida buatan yang dapat meningkatkan pencemaran lingkungan. Namun perlu diingat juga bahwa pencemaran yang terdapat pada lengas tanah di kawasan reaktor Kartini. Buku I hal. 194
Mineral-mineral yang mengandung radionuklida primordial (alam) Adapun mineral-mineral yang mengandung radionuklida primordial dapat di lihat pada tabel 1. Senyawa radionuklida baik alam maupun buatan dapat terakumulasi di dalam lengas tanah. Bilamana masukannya radionuklida jauh melebihi batas kecepatan alir /penguraian radioaktif, maka zat radioaktif akan sampai pada manusia Oleh karena itu diperlukan pengaturan dan pengawasan radioaktivitas lingkungan dengan baik. Selain itu perlu diketahui jalur kritis sebaran radioaktivitas di lingkungan. Methode untuk mengetahui jalur kritis sebaran radioaktif yaitu dengan melakukan pengambilan contoh-contoh lingkungan untuk ditentukan dan dianalisa radioaktivitasnya. Jalur penyebaran radionuklida dilingkungan dapat dilihat pada Gambar 3.[4]
Gambar
3. Jalur Penyebaran Radioaktivitas Lingkungan Lingkungan perlu diteliti dan diawasi dengan cara melakukan analisis radionuklida pemancar β pada lengas tanah. Data lingkungan yang diperoleh dapat di gunakan untuk mengetahui kemungkinan ada tidaknya peningkatan aktivitas radionuklida pemancar β pada lengas tanah. Selanjutnya dari analisis data yang diperoleh dapat ditentukan langkah dan tindakan yang diperlukan guna melestarikan daya dukung alam yang sangat menentukan bagi kelangsungan hidup manusia[4] Kemampuan daya dukung alam tersebut harus dijaga agar tidak rusak dan berakibat buruk bagi manusia[2]. Tujuan analisis radionuklida pemancar β pada tumbuhan di kawasan reaktor dengan rancangan acak lengkap untuk mengetahui pengaruh radioaktif pada lengas tanah yang ditimbulkan oleh sinar beta dan memperoleh data dukung pemantauan radioaktivitas lingkungan Lokasi sampling seperti pada tabel 2.
ISSN 1410 – 8178
Siswanti, dkk
PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 26 September 2012
Tabel 1. Contoh mineral yang mengandung radionuklida primordial. Radionuklida Nuklida Terdapat pada mineral Primordial & t 1/2 turunannya (pasir dan batuan) Uranium-238 Timbal-206 Zirkon (Deret Uranium) Uraninite 4,5 x 109 tahun Pitchblende Uranium-235 Timbal-207 Zirkon (Deret Aktinium) Uraninite 7,1 x 108 tahun Pitchblende Kalium-40 Argon-40 Muscovite 1,28 x 109 tahun Biotite Hornblende Glauconite Sanidine Semua batuan gunung berapi Rubidium-87 Strontium-87 Muscovite 4,7 x 1010 tahun Biotite Lepidolite Microcline Semua batuan metamorfosis Tabel 2. Lokasi Pengambilan sampel Tanah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Lokasi Pengambilan Sampel Kolam Terpadu Utara Gedung Bengkel Sahid Hotel Ngentak (Barat BTS Telkom) Kledokan Perumahan Yadara Janti Seturan Desa Demangan Tambak Bayan Pengawatrejo Ambarukmo Hotel Maguwoharjo Depok Dayu (Jl.Kaliurang Km. 8) Nomporejo Kalasan Warung boto Jumlah
Kode lokasi
Tanah
100-1 100-2 200-1 500-1 500-2 500-3 1000-1 1000-2 1000-3 1000-4 1500-1 1500-2 1500-3 1500-4 5000-1 5000-2 5000-3 5000-4 17
O 0 O O O O O O O O O O O O O O
Koordinat o
07 46.684’LS 110o24.780’BT 07o46.632’LS 110o24.787’BT 07o46.772’LS 110o24.809’BT 07o46.632’LS 110o24.787’BT 07o46.621’LS 110o24.695’BT 07o46.461’LS 110o24.849’BT 07o47.175’LS 110o24.548’BT 07o46.356’LS 110o24.307’BT 07o46.429’LS 110o25.516’BT 07o46.990’LS 110o25.093’BT 07o47.647’LS 110o24.638’BT 07o46.839’LS 110o24.218’BT 07o44.832’LS 110o24.627’BT 07o46.256’LS 110o25.727’BT 07o43.920’LS 110o24.001’BT 07o44.197’LS 110o26.072’BT 07o46.850’LS 110o27.144’BT 07o48.438’LS 110o23.888’BT
Sumber: Dokumen RPL Rev.0 Tahun 2009 Keterangan : O = sampel diambil - = sampel tidak diambil cacah Low Background Counter (LBC), GPS, kamera, peta, kantong plastik, alat tulis.
TATA KERJA Bahan dan Peralatan Bahan analisis yang digunakan dalam pengukuran radioaktivitas ini adalah sampel tanah yang diambil di kawasan reaktor Kartini Peralatan yang digunakan antara lain : Bold mild, timbangan sartorius, aluminium, dan alat
Siswanti, dkk.
Cara Kerja 1. Sampel tanah : sampel tanah diambil di kawasan reaktor Kartini berdasarkan titik pengambilan sampel yang sudah ditetapkan lokasinya sebanyak 16 lokasi. Cara pengambilan sampel dilapangan dengan system random sampling, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.
ISSN 1410 – 8178
Buku I hal. 195
PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 26 September 2012
Aktivitas di persamaan : Aktivitas
hitung
dengan
C 100 Bq / gram E
menggunakan (1)
dimana : C = cacah cuplikan-cacah latar (cpm) E = efisiensi alat 8,11% dengan standar K-40 dari KCL) HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 4. Cara pengambilan sampel tanah Setiap lokasi diambil 5 ulangan secara acak pada tanah lapis olah sedalam 5 cm. Kemudian sampel dicampur menjadi satu sebanyak 200 g, masukan dalam kantong plastik dan diberi label, kode lokasi, hari dan tanggal pengambilan. 2. Preparasi Cuplikan Agar cuplikan siap untuk dianalisis,. tahapan yang harus dilakukan : a. Pengeringan : sampel dikering-anginkan di udara bebas b. Penggerusan : sampel tanah pada tanah lapis olah digerus dengan agat atau Bold Mild. c. Penyaringan : penyaringan dengan alat penyaring yang berukuran 100 mesh d. Hasil : hasil penyaringan sampel diambil 0,5 g masukan kedalam planset aluminium sambil diberi air suling sedikit demi sedikit,dan dikeringkan diatas Hot plate selama 10 menit, maka cuplikan siap untuk dianalisis. 3. Pencacahan Sampel Pencacahan radioaktivitas β total pada cuplikan tanah dilakukan dengan alat cacah β Ortec/ Low Background Counter (LBC) dengan tegangan kerja 1150 volt dan waktu cacah 20 menit. Efisiensi alat cacah β = 8,45 % dan dilanjutkan dengan uji statistis menggunakan Metode Rancangan Acak Lengkap pada tingkat kepercayaan 95 %. Alat cacah dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Alat Cacah LBC 4. Perhitungan radioaktivitas pemancar pada tanah sbb : Buku I hal. 196
Setiap sampel lengas tanah yang berada disekitar reaktor Kartini pada umumnya mengandung radioaktif yang berasal dari kontribusi radionuklida alam dari perut bumi dan kemungkinan radionuklida buatan yang jatuh ke tanah bersama-sama air hujan. Air hujan yang kemungkinan mengandung radionuklida alam maupun buatan jatuh pada permukaan tanah dalam bentuk fase cair, walaupun sebagian kecil mengalami penguapan melalui evavorasi, evavotranspirasi dan intersepti dan limpasan air permukaan (Run of). Air sebagian besar masuk ke tanah melalui gerakan infiltrasi sampai kondisi jenuh.,lalu air meresap dan mengisi butir-butir tanah hingga mencapai kapasitas lapangan. Air tersebut dinamakan sebagai air lengas tanah. Radionuklida pemancar beta mengikuti aliran air maka akan banyak terikat pada lengas tanah. Radionuklida pemancar pada lengas tanah sekitar rekator Kartini dapat berasal dari pelepasan radionuklida dari aktivitas reaktor yang terlepas melalui cerobong reaktor yang terbawa aliran angin dan jatuh kepermukaan tanah bersamaan dengan air hujan yang akhirnya mengendap pada lengas tanah. Radioaktivitas pemancar bisa juga dari radionuklida alam seperti yang terdapat didalam tanah atau batuan seperti 226Ra 232Th, 40K, 214Pb ataupun radionuklida alam pemancar lainnya. Radioaktivitas pemancar , dapat terakumulasi pada tumbuhan di kawasan reaktor pada saat tumbuhan melakukan proses respirasi dan fotosintesis. Jika data aktivitas radionuklida pemancar β yang diperoleh pada lengas tanah tidak melebihi ambang batas, maka radionuklida pemancar β pada lengas tanah yang lebih dalam bisa diabaikan, meskipun sebagian air dalam lengas tanah akan bergerak ke lapisan tanah yang lebih dalam dan bergerak kesemua arah diatas kapasitas lapang Diperkiraka air tersebut jumlahnya relatif kecil karena gerakannya sangat lambat akibat pengaruh gerakan perkolasi air tanah. Gerakan lambat tersebut karena melalui pori-pori tanah yang berukuran antara 10 60 µ m. Gerakan perkolasi akan berlangsung pada saat melalui pori-pori berukuran > 50 µ m hingga terjadilah proses pengatusan Dakhil.
ISSN 1410 – 8178
Siswanti, dkk
PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 26 September 2012
Tabel 3. Hasil pengukuran aktivitas tertinggi penyebaran radionuklida pemancar β tanah di kawasan reaktor Kartini tahun 2011 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Jumlah Cacah Cplk Latar 143 81 157 90 147 89 174 92 162 87 150 72 170 90 168 89 174 96 152 89 187 103 163 86
Lokasi Tambakbayan Kolam terpadu Janti Nomporejo Dayu (Jakal) Utara Gdg Bkl 1 Dayu (Jakal) Dayu (Jakal) Dayu (Jakal) Depok Depok Maguwoharjo
Eff (%) 6,33 5,50 5,47 6,49 6,50 5,50 6,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50
Laju peluruhan (dpm) 32,67 7,89 40,60 9,52 35,43 9,36 42,12 8,38 45,50 9,57 47,31 9,04 48,53 9,78 47,92 9,72 47,31 9,97 38,22 9,42 50,95 10,33 46,71 9,57
Aktivitas (Bq/g abu) 0,27 0,07 0,34 0,08 0,29 0,08 0,35 0,07 0,76 0,16 0,79 0,15 0,81 0,16 0,80 0,16 0,79 0,17 0,64 0.16 0,85 0,17 0,78 0,16
Tabel Anova SK Perilaku Galat Perilaku
Db JK P-1 5,91/3 4-1 = 3 n-p 3,31 12- 4 = 8
KT
I : hitung
= 1,97 = 0,41
Bila mana data radionuklida pemancar β pada lengas tanah melebihi ambang batas, bila dibandingkan dengan data rona awal reaktor beroperasi maka perlu analisis lebih lanjut menggunakan alat Spektrometer gamma. Berdasarkan data yang ada, dapat diketahui kemungkinan ada tidaknya pencemaran zat radioaktif ke lingkungan yang disebabkan beroperasinya reaktor Kartini. Pemantauan perlu setiap bulan analisis data untuk mengetahui secara pasti apakah setiap bulan sekali ada peningkatan atau perubahan radionuklida di kawasan reaktor Kartini tersebut. Jika ada indikasi yang menunjukkan adanya perubahan kondisi lingkungan di kawasan reaktor, maka dapat ditentukan langkah dan tindakan yang diperlukan demi kelangsungan hidup manusia. Hasil analisis radionuklida pemancar β pada lengas tanah setiap 3 bulan dapat di lihat pada tabel 3. Analisis data dilakukan tiap triwulan sekali selama 12 bulan masing-masing 3 x ulangan Radioaktivitas pemancar pada sampel tanah yang tertinggi pada setiap triwulan memang berbedabeda. Oleh karena itu umtuk membuktikan apakah setiap 3 bulan dari masing-masing lokasi ada perbedaan yang nyata, perlu dilakukan uji statistik dengan menggunakan Metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tingkat kepercayaan 99 % atau tingkat kesalahan 1 % [1] Perhitungan : Siswanti, dkk.
Tabel = 4,80 (1 %) 5,99
FK
5,08 2 25,80 12
JKT 0,27 2 0,34 2 .... 0,752 4,74 2,15 2,59
15,88 2 17,13 2 18,42 2 17,15 2 18,43 2 3 8,50 2,59 5,91
JKP
JKGP JKP JKT 5,91 2,59 = 3,31 Tabel 4. Radioaktivitas total pada berbagai tanah tahun 2011 di kawasan reaktor Kartini Radioaktivitas Total Pada Tanah Ulangan Trwulan Triwulan Triwulan Triwulan 1 2 3 4 1 0,27 0,35 0,40 0,64 2 0,34 0,76 0,80 0,85 3 0,29 0,81 0,79 0,78 Y 0,90 0,92 0,99 2,27 Y1 0,30 0,29 0,33 0,75 Dari hasil uji statistik bila ada beda nyata maka perlu dilanjutkan dengan Test Duncan`s, untuk mengetahui seberapa jauh perbedaan hasil analisis tersebut. Namun apabila uji statistik tidak menunjukkan beda nyata, tidak perlu dilanjutkan dengan Test Duncan`s. Sedangkan hasil uji statistik untuk data tertinggi pada setiap bulan dari masing-masing
ISSN 1410 – 8178
Buku I hal. 197
PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 26 September 2012
lokasi tidak ada beda nyata. Karena faktor hitung masih lebih kecil dari pada faktor tabel yaitu 4,80 < 5,99 pada tingkat kepercayaan 99 %. atau tingkat kesalahan 1 % KESIMPULAN Dari hasil Analisis radionuklida pemancar pada lengas tanah pasca pengatusan dakhil di kawasan reaktor Kartini pada tahun 2011 dapat di simpulkan sebagai berikut : 1. Data terendah pada bulan Januari di lokasi Tambakbayan dengan aktivitas sebesar 0,27 0,07 Bq/g, sedangkan data tertinggi pada bulan Nopember di lokasi Depok dengan aktivitas sebesar 0,85 0,17 Bq/g, belum melebihi batas rona awal sebelum reaktor beroperasi yaitu 0,90 Bq/g. 2. Secara visual data pengamatan menunjukkan fluktuasi tapi hasil uji statitistik dengan (RAL) tidak ada beda nyata karena faktor hitung masih lebih kecil dari pada faktor tabel yaitu 4,80 < 5,99 pada tingkat kepercayaan 99 % atau tingkat kesalahan 1 % 3. Flutuasi data kemungkinan dipengaruhi oleh cuaca, angin di sekitar kawasan reaktor Kartini. DAFTAR PUSTAKA 1. SOEMARTONO, Diklat Rancangan Percobaan I Yayasan Pembina Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada Yogyakarta 2. SURATMAN, Pengukuran Radioaktivitas Beta.Yogyakarta : P3TM-BATAN. (1997). 3. THOYIB., Radionuklida Pencemaran Lingkungan Dan Ekologinya. Yogyakarta : Penerbit Pusat Dosimetri dan Standarisasi BATAN. (1985). 4. WARDANA, Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Penerbit Andi Offset. (2001). 5. DAKLAN, A. Kajian Terhadap Kadar Pb, Ca, Fe dan Tingkat Radioaktivitas Beta Total Dalam 3 Jenis Sayuran Yang Dihasilkan oleh Petani. Diterbitkan oleh Pusat Dosimetri Dan Standararisai Badan Tenaga atom Nasional. (2002)
Buku I hal. 198
6. RACHMAN SANTOSA, Dasar-dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan Ilmu Dasar Terapan 7. UNDANG-UNDANG NO : 10 , Tentang Ketenaganukliran Tahun 1997 8. DOKUMEN AUDIT LINGKUNGAN dan DOKUMEN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL) No. RKL 01/APB/09 SERTA DOKUMEN PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL) NO. RPL 01/APB/09 yang berlaku mulai tanggal 16 Oktober 2009. 9. DARMA WIJAYA, I. Klasifikasi Tanah, Gajah Mada Univ. Press. 1990
TANYA JAWAB Tri Suyatno (PTAPB) Apakah pada saat terjadi evaporasi dan evavatranspirasi, radionuklida yang larut dalam air tanah ikut menguap? Siswanti Pada saat terjadi evavorasi dan evavotranspirasi, radionuklida yang larut dalam air tidak ikut menguap melainkan mengendap pada tanah. Nurimaniwati (PTAPB) Apa bedanya evavorasi dan evavotranspirasi? Apakah pada saat terjadi evavorasi dan evavotranspirasi, radio nuklida yang larut dalam air ikut menguap? Siswanti Bedanya evavorasi dan evavotranspirasi adalah evavoasi penguapan langsung dari permukaan tanah, sedangkan evavotranspirasi adalah penguapan dari permukaan tanah ke penguapan lagi. Pada saat terjadi evavorasi dan evavotranspirasi, radionuklida yang larut dalam air tidak ikut menguap melainkan menendap pada tanah.
ISSN 1410 – 8178
Siswanti, dkk