ANALISIS QoS PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING (MPLS) STUDI KASUS DI PELABUHAN INDONESIA III CABANG TANJUNG INTAN CILACAP Putri Eka Pratiwi1, Anggun Fitrian Isnawati2, Alfin Hikmaturokhman3 1, 2 & 3
Akatel Sandhy Putra Purwokerto
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRAKSI Perkembangan komputer saat ini berpengaruh kepada meningkatnya penggunaan jaringan komputer. Banyaknya perusahaan besar seperti Pelabuhan Indonesia III yang mengembangkan perusahaannya hingga ke daerah menjadi sebuah tantangan teknologi agar dapat memusatkan seluruh informasi pada satu pusat. VPN-MPLS merupakan solusi yang sering digunakan oleh banyak perusahaan yang memiliki banyak cabang yang terpusat, seperti Pelabuhan Indonesia III cabang Tanjung Intan Cilacap. Penggunaan MPLS tersebut memiliki banyak keuntungan, kualitas dari layanan tersebut juga harus dipastikan karena dalam pengiriman paket data yang ada, jaringan haruslah memiliki layanan yang baik dengan menyediakan bandwidth, mengatasi jitter dan delay. Kemampuan tersebut adalah QoS (Quality of Service). QoS di desain untuk membantu end user (client) menjadi lebih produktif dengan memastikan bahwa user mendapatkan performansi yang handal dari aplikasi-aplikasi berbasis jaringan. Pengambilan data menggunakan wireshark dan data diambil dari dua client, yaitu usaha dan kasir. Hasil perhitungan QoS untuk dari seluruh perhitungan delay adalah 70,569 ms/paket, sedangkan nilai rata – rata delay dari client kasir adalah 116,522 ms/paket dan client usaha 47,593 ms/paket, nilai – nilai tersebut termasuk kategori baik. Hasil perhitungan untuk jitter dari seluruh perhitungan adalah 125,491 ms/paket dan termasuk dalam kategori sedang mendekati buruk, sedangkan nilai rata – rata jitter dari client kasir adalah 193,867 ms/paket termasuk kategori buruk dan client usaha 60,865 ms/paket termasuk kategori baik. Standar yang digunakan dalam analisa hasil data adalah standar ITU-T G.114 dan standar SLA parameter dari VPN-IP MPLS Gold Telkom. Secara keseluruhan perhitungan, QoS dari kedua parameter termasuk buruk. Bila dihitung secara terpisah, QoS client usaha lebih baik dibandingkan QoS client kasir. Kata kunci: VPN, MPLS, QoS, Jaringan. ABSTRACT The development of computers today affect to the increasing use of computer networks. The number of large companies such as Pelabuhan Indonesia III, that develop the company to become a challenge to the technology in order to centralize all the information at one center. VPN-MPLS is a solution that is often used by many companies that have many branches are centralized, such as Pelabuhan Indonesia III cabang Tanjung Intan Cilacap. Use of MPLS has many advantages, the quality of these services should also be ensured for the delivery of data packets, the network must have a good service by providing bandwidth, jitter and delay overcome. That ability is called QoS (Quality of Service). QoS is designed to help the end user (client) to be more productive by ensuring that users get the reliable performance of network-based applications. Capturing data using Wireshark and data has taken by two client. Results of delay’s calculation is 70,569 ms/packet, average delay of client Kasir is 116,522 ms/packet and Usaha’s client is 60,865 ms/packet, and that all value include in good category . Results of jitter’s calculation are 125,491 ms/packet, and include in bad category, average values of jitter by client Kasir are 193,867 ms/packet include in bad category and client Usaha 60,865 ms/packet include in good category. The standard that use by analysis are ITU-T G.114 standard and SLA parameter of VPN-IP MPLS Gold Telkom standard. Overall calculation, QoS parameters of both include in bad category. When calculated separately, QoS of client Usaha is better than QoS of client Kasir. Keywords: QoS, VPN, MPLS, Network.
1
1.
2.
PENDAHULUAN
Dasar Teori
A. Jaringan Komputer
Perkembangan komputer saat ini berpengaruh kepada meningkatnya penggunaan jaringan komputer. Perangkat jaringan komputer pun ikut berkembang dengan pesat seperti repeater dan HUB yang mampu melayani client tanpa proses apapun. Banyaknya kemajuan teknologi yang ada menyebabkan kebutuhan akan kecepatan transfer data semakin tinggi. Seiring berkembangnya teknologi yang ada, pihak pelabuhan saat ini menggunakan VPN-MPLS (Virtual Private Network – Multi Protocol Label Switching). VPN (Virtual Private Network) merupakan suatu jaringan komunikasi yang dimiliki secara pribadi oleh suatu perusahaan yang masih menggunakan medium internet untuk menghubungkan antara suatu lokasi ke lokasi yang lain secara aman. VPN adalah salah satu cara untuk membuat sambungan any to any di atas jaringan publik seperti internet, tanpa klien yang satu dengan klien yang lain saling mengetahui. Multiprotocol Label Switching (MPLS) adalah suatu solusi untuk permasalahan yang dihadapi oleh kecepatan jaringan, rancangan lalu-lintas dan manajemen. MPLS telah muncul sebagai suatu solusi rapi untuk menemui bandwidth-management dan kebutuhan untuk jaringan tulang punggung berbasis IP selanjutnya. Setelah beralih menggunakan layanan jaringan VPN-MPLS tersebut, semua aplikasi yang ada terpusat di Surabaya sebagai kantor pusat dan mempermudah maintenance aplikasi tanpa harus meninjau langsung ke cabang yang bermasalah sehingga menghemat anggaran biaya perjalanan dinas. Walaupun dalam penggunaan MPLS tersebut memiliki banyak keuntungan, kualitas dari layanan tersebut juga harus dipastikan karena dalam pengiriman paket data yang ada, jaringan haruslah memiliki layanan yang baik dengan menyediakan bandwidth, mengatasi jitter dan delay. Kemampuan tersebut adalah QoS (Quality of Service). QoS didesain untuk membantu end user (client) menjadi lebih produktif dengan memastikan bahwa user mendapatkan performansi yang handal dari aplikasi-aplikasi berbasis jaringan. Sehingga permasalahan yang di angkat adalah bagaimana QoS dari jaringan MPLS pada Pelabuhan Indonesia III cabang Tanjung Intan Cilacap, dengan pengamatan langsung dan perhitungan parameter yang dilakukan serta melihat standar dari literature yang ada.
Jaringan komputer merupakan himpunan “interkoneksi” antara dua komputer autonomous atau lebih yang terhubung dengan media transmisi kabel atau tanpa kabel (wireless). Sebuah jaringan komputer yang ditunjukkan pada gambar 2.1.,sekurang – kurangnya terdiri dari dua unit komputer atau lebih. B. VPN VPN adalah suatu jaringan pribadi yang dibuat dengan menggunakan jaringan publik (internet), atau dengan kata lain menciptakan suatu WAN yang sebenarnya terpisah baik secara fisikal maupun geografis sehingga secara logika membentuk satu jaringan tunggal, paket data yang mengalir antar site maupun dari user yang melakukan remote akses akan mengalami enkripsi dan authentikasi sehingga menjamin keamanan, integritas dan validitas data. Keuntungan VPN Meningkatkan keamanan, Memberikan konektivitas geografis yang luas, Mereduksi biaya operasional (dibandingkan dengan jaringan – jaringan WAN tradisional), Meningkatkan produktivitas, Menyederhanakan topologi jaringan. C. MPLS MPLS (Multi Protocol Label Switching) adalah salah satu metoda yang dapat digunakan untuk tuning jaringan agar lebih meningkatkan performa jaringan. MPLS merupakan teknik untuk mengintegrasikan IP dengan ATM dalam jaringan backbone yang sama. Teknologi MPLS mempersingkat proses – proses yang ada di IP routing tradisional dengan mengandalkan sistem label switching. Keuntungan MPLS a. Mengurangi banyaknya proses pengolahan di IP Routers, serta memperbaiki proses pengiriman suatu paket data. b. Menyediakan QoS dalam jaringan backbone, sehingga setiap layanan paket yang dikirimkan akan mendapat perlakuan sesuai skala prioritas.
2
Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Network (TIPHON) mengelompokkan menjadi empat kategori penurunan kinerja jaringan berdasarkan nilai jitter seperti terlihat pada Tabel 1.
D. QoS Quality of Service (QoS) adalah kemampuan suatu jaringan untuk menyediakan layanan yang baik dengan menyediakan bandwidth, mengatasi jitter dan delay di berbagai macam teknologi meliputi jaringan IP dan lainnya. QoS didesain untuk membantu end user (client) menjadi lebih produktif dengan memastikan bahwa user mendapatkan performansi yang handal dari aplikasi-aplikasi berbasis jaringan. Tujuan dari QoS adalah untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan layanan yang berbeda, yang menggunakan infrastruktur yang sama.
Tabel 1. Kategori Jitter KATEGORI DEGRADASI
Parameter QoS Jitter atau variasi kedatangan paket, merupakan masalah khas dari connectionless network atau packet switched network. Jitter didefinisikan sebagai variasi delay antar paket yang diakibatkan oleh panjang queue dalam suatu pengolahan data dan reassemble paket – paket data di akhir pengiriman akibat kegagalan sebelumnya. Delay antrian pada router dan switch dapat menyebabkan jitter[1]. Semakin besar beban trafik atau nilai variasi delay di dalam jaringan akan menyebabkan semakin besar pula peluang terjadinya tumbukan antar paket, sehingga nilai jitter akan semakin besar dan menyebabkan nilai QoS semakin turun. Secara umum jitter merupakan masalah dalam slow speed links. Diharapkan bahwa peningkatan QoS dengan mekanisme priority buffer, bandwidth reservation (RSVP, MPLS dan lain – lain) dan high speed connections dapat mereduksi masalah jitter di masa yang akan datang.
PUNCAK JITTER
Sangat Bagus
0 ms
Bagus
0 s/d 75 ms
Sedang
76 s/d 125 ms
Jelek / Buruk
125 s/d 225 ms
Delay adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari asal ketujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik, kongesti atau juga waktu proses yang lama. Untuk mengetahui nilai delay rata – rata adalah dengan melihat lama waktu yang digunakan dan total paket yang diterima. Baik buruknya suatu delay ditunjukkan pada tabel 2. Secara matematis nilai delay dapat dirumuskan pada persamaan 3 : Delay rata – rata =
Total waktu Total paket yang diterima
(3)
Perhitungan jitter menggunakan rumus sebagai berikut : Tabel 2. Rekomendasi ITU-T G.114 untuk delay Jitter =
Total Variasi 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 Total paket yang diterima−1
(1)
Range dalam Milisecon
Total variasi delay merupakan jumlah dari selisih tiap nilai delay, dirumuskan sebagai berikut :
0 – 150 ms
Total Variasi Delay = (delay 2 – delay 1) + (delay 3 – delay 2) + … + (delay n – delay (n-1)) (2)
150 – 400 ms
Jitter diantara titik awal dan akhir komunikasi seharusnya kurang dari 150 ms sedangkan untuk wireless kurang dari 5 ms[2]. Kategori kinerja jaringan berbasis IP dalam jitter versi
> 400 ms
3
Penjelasan Dapat diterima untuk banyak pengguna aplikasi Dapat diterima dengan ketentuan bahwa administrator mengetahui waktu transmisi dan dampaknya pada kualitas transmisi pengguna aplikasi. Tidak dapat diterima untuk tujuan perencanaan jaringan umum, diakui bahwa dalam beberapa kasus khusus batas ini akan terlampaui.
Tabel 4. VPN IP Silver
Paket Layanan VPN IP MPLS TELKOM Standar paket layanan VPN IP adalah berdasarkan "Class of Service (CoS) VPN IP" dengan enam paket, merupakan paduan dari tiga komposisi yaitu layanan Interaktif, Gold dan Silver :
CoS
VP N IP Silv er
Tabel 3.VPN IP Interactive[11] CoS
Penjelasan
Layanan yang mendukun g aplikasi komunikas i real time dengan V sensitifitas PN yang tinggi IP untuk Inte delay dan racti jitter : ve · IP PBX · IPVideo Conferenc e
Aplikasi
Parameter SLA
CPE Services
Penjelasan
Aplikasi
Layanan yang mendukung aplikasi nonkritikal yang kurang sensitif terhadap delay :
Micros oft Exchan ge ,E-mail, FTP,
Parameter CPE SLA Services
Network Availabil ity = 99%
Unmanag ed Manag ed
HTTP, Internet,Extra net
Network Availabili ty = 99% Voice Call & Video Confere ncing
SMTP
Tabel 5. VPN IP Gold CoS
Latency = 125 ms Managed Jitter = 75 ms Packet Loss <= 0.5 %
· IP Surveillanc e
VPN IP Gold
Penjelasan Layanan yang mendukun g aplikasi kritikal yang interaktif dan tergantung waktu, seperti aplikasi clientserver dan aplikasi database (real time and time dependent) : Intranet & Extranet Disaster Recovery Carrier Interconne ct
4
Aplikasi
SAP, Siebel, Oracle, Baan, people Soft, Citrix
Parameter CPE SLA Services
Network Availabilit y = 99% Latency = Manage 125-150 d ms Packet Loss <= 5 %
3.
Tabel 6. Delay
Analisis QoS Jaringan
Parameter yang diukur
A. Parameter Delay Client
Parameter yang digunakan untuk menghitung rata – rata delay ini adalah total delay dibagi total paket. Gambar 1. menunjukan nilai total delay sebesar 1799,453 sec dan total paket sebesar 8010 paket yang terdapat pada summary wireshark.
Kasir1 Kasir 2 Kasir 3 Kasir 4 Kasir 5 Kasir 6 Kasir 7 Kasir 8 Usaha 1 Usaha 2 Usaha 3 Usaha 4 Usaha 5 Usaha 6 Usaha 7 Usaha 8
Total Waktu(s) 1799,453 1799,687 1800,636 1799,384 1799,376 1799,595 1800,491 1799,514 1799,979 1799,388 1612,919 1687,077 1635,586 1693,202 1746,724 1799,459
Total paket yang diterima 8010 14915 14914 17068 15087 9461 8972 11203 47986 72951 55295 23223 62510 47134 15188 45376
Delay rata – rata (ms/paket) 224,651 120,663 120,735 105,424 119,267 190,212 200,679 160,628 37,511 24,666 29,169 72,647 26,165 35,923 115,007 39,657
Hasil analisa delay yang didapatkan merujuk rekomendasi ITU-T G 114 pada tabel 2 dan SLA parameter VPN-IP Gold pada tabel 5. Pada tabel 6., tampak beberapa data sampling yang anomali dibandingkan data lainnya yaitu data pada Kasir 1, 6, 7, dan 8. Dikatakan anomali karena nilai delay rata – rata pada client kasir 1, 6, 7 dan 8 tersebut melebihi nilai rekomendasi rujukan.
Gambar 1. Parameter perhitungan delay pada summary wireshark
Sifat anomali data ini berdasarkan atas sumber data yang diperoleh (capture), tidak mampu dijelaskan atau tidak ada data pendukung yang dapat menjelaskan kenapa terjadi anomali tersebut. Sehingga untuk mendapatkan hasil analisa yang presentatif maka data anomali tersebut tidak dimasukkan dalam proses analisa data. Untuk selanjutnya data yang diproses lebih lanjut adalah tabel 7.
Perhitungan delay dalam bentuk matematis untuk Kasir 1 ditunjukan sebagai berikut :
Delay rata - rata =
=
Total Waktu Total Paket yang Diterima
1799,453 sec 8010 paket
= 224,651 ms/paket Seluruh perhitungan untuk delay rata – rata ditunjukan pada tabel 6.
5
Tabel 7. Data Analisa Delay Client Kasir 2 Kasir 3 Kasir 4 Kasir 5 Usaha 1 Usaha 2 Usaha 3 Usaha 4 Usaha 5 Usaha 6 Usaha 7 Usaha 8 Rata – rata
Parameter yang diukur Total paket Total Waktu(s) yang diterima 1799,687 14915 1800,636 14914 1799,384 17068 1799,376 15087 1799,979 47986 1799,388 72951 1612,919 55295 1687,077 23223 1635,586 62510 1693,202 47134 1746,724 15188 1799,459 45376 1747,785 35970,583
Tabel 8. Data Analisa Delay pada Kasir Delay rata – rata (ms/paket)
Parameter yang diukur
120,663 120,735 105,424 119,267 37,511 24,666 29,169 72,647 26,165 35,923 115,007 39,657 70,569
Delay rata – rata (ms/paket)
Client
Total Waktu(s)
Total paket yang diterima
Kasir 2
1799,687
14915
120,663
Kasir 3 Kasir 4 Kasir 5 Rata – rata
1800,636 1799,384 1799,376
14914 17068 15087
120,735 105,424 119,267
1799,771
15496
116,522
Tabel 9. merupakan tabel data analisa delay client usaha, memiliki nilai rata – rata total waktu 1721,792 sec atau 28 menit 41,8 detik dan nilai rata – rata paket yang tertangkap adalah 46207,875 paket, sehingga nilai rata – rata delay yang di dapat adalah 47,593 ms/paket. Nilai rata – rata delay client usaha masuk dalam kategori baik dengan melihat rujukan yang digunakan.
Dari tabel 7., rata – rata total waktu dari proses penangkapan adalah 1747,785 sec atau sekitar 29 menit 8 detik, dan rata – rata total paket yang diterima adalah 35970,583 paket, sehingga rata – rata nilai delay yang didapatkan adalah 70,569 ms/paket. Hasil tersebut merupakan nilai yang sangat baik dengan melihat standar dari rujukan yang digunakan.
Tabel 9. Data Analisa Delay pada Usaha Parameter yang diukur
Sedangkan bila di analisa per client yang digunakan, maka dengan melihat tabel 8 dan tabel 9 terdapat perbedaan. Tabel 8. yaitu tabel data analisa delay client kasir memiliki empat data anomali dari delapan data penangkapan, sehingga hanya tersisa empat data yang mampu dijelaskan dalam analisa, yaitu kasir 2, 3, 4 dan 5. Rata – rata total waktu yang didapatkan dari ke empat data client kasir adalah 1799,771 atau sekitar 29 menit 59,8 detik dan rata – rata paket yang tertangkap adalah 15496 paket, sehingga nilai delay rata – rata client kasir menjadi 116,522 ms/paket. Nilai tersebut lebih besar dari nilai rata – rata delay keseluruhan client, namun masih dalam kategori baik atau dapat diterima oleh banyak aplikasi dengan melihat rujukan yang digunakan.
Delay rata – rata (ms/paket)
Client
Total Delay(s)
Total paket yang diterima
Usaha 1 Usaha 2 Usaha 3 Usaha 4 Usaha 5 Usaha 6 Usaha 7 Usaha 8 Rata – rata
1799,979 1799,388 1612,919 1687,077 1635,586 1693,202 1746,724 1799,459
47986 72951 55295 23223 62510 47134 15188 45376
37,511 24,666 29,169 72,647 26,165 35,923 115,007 39,657
1721,792
46207,875
47,593
Selain perbedaan data analisa yang digunakan pada client kasir dan client usaha, dapat terlihat dari besar nilai dari rata – rata total waktu, paket yang tertangkap serta nilai delay. Client kasir memiliki rata – rata total waktu yang lebih besar dibandingkan dengan client usaha, sedangkan rata – rata paket yang tertangkap client kasir lebih sedikit dibandingkan dengan client usaha, berarti client kasir hanya mampu menangkap lebih sedikit paket dengan waktu yang lebih besar dari client usaha. Sehingga nilai tersebut berpengaruh terhadap hasil rata – rata delay tiap client. Nilai rata – rata delay dari kedua client belum termasuk kategori buruk, namun nilai rata – rata
6
delay dari client usaha lebih baik dibandingkan dengan nilai rata – rata delay client kasir, karena semakin kecil nilai delay akan semakin baik nilai QoS. B. Parameter Jitter Jitter didapatkan dari hasil pembagian total variasi delay dan total paket yang diterima. Total paket yang diterima dikurangi nilai satu karena variasi delay dihitung diantara dua delay, sehingga bila dihitung keseluruhan paket menjadi minus satu. Nilai total paket yang diterima sebesar 8010 dapat dilihat pada summary wireshark seperti pada gambar 3., dan nilai total variasi delay yaitu 2045,554 sec yang diambil pada gambar 2. dengan warna hijau.
Gambar 3. Jumlah Paket pada Summary Wireshark Dengan melihat persamaan 2.1, bila dituliskan dalam bentuk matematis untuk Kasir 1, maka akan menjadi :
Jitter =
= Gambar 2. Lembar Kerja Hasil Konversi
Total Variasi 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 Total Paket Data−1
2045,554 𝑠𝑒𝑐 8009 𝑝𝑎𝑘𝑒𝑡
= 255,4069323 ms/paket
Seluruh perhitungan jitter dapat dilihat pada Tabel 10.
7
12 terdapat perbedaan. Tabel 11 yaitu tabel data analisa jitter client kasir, memiliki rata – rata total variasi delay yang didapatkan 2309,493 sec atau sekitar 38 menit 29,5 detik dan rata – rata paket yang tertangkap adalah 12452,75 paket, sehingga nilai jitter rata – rata client kasir menjadi 193,867 ms/paket. Nilai tersebut lebih besar dari nilai rata – rata jitter keseluruhan client, dan termasuk dalam kategori buruk.
Tabel 10. Jitter Parameter yang diukur Client
Kasir1 Kasir 2 Kasir 3 Kasir 4 Kasir 5 Kasir 6 Kasir 7 Kasir 8 Usaha 1 Usaha 2 Usaha 3 Usaha4 Usaha5 Usaha6 Usaha7 Usaha8 Rata rata
Jitter (ms/paket)
Total Variasi Delay(s)
Total paket yang diterima –1
2045,554 2602,837 2627,865 2581,233 2438,424 2025,377 2114,124 2040,531 2341,807 2214,456 2110,591 2431,016 2354,281 2047,705 2074,684 2141,029
8009 14914 14913 17067 15086 9460 8971 11202 47985 72950 55294 23222 62509 47133 15187 45375
255,407 174,523 176,213 151,241 161,635 214,099 235,662 182,158 48,803 30,356 38,170 104,686 37,663 43,445 136,609 47,185
2261,970
29329,813
125,491
Tabel 12. Data Analisa Jitter pada Usaha Parameter yang diukur
Analisa jitter menggunakan hasil data perhitungan keseluruhan jitter pada tabel 4. dengan melihat rujukan standar jitter pada tabel 2. Rata – rata total variasi delay dari proses penangkapan adalah 2261,970 sec atau sekitar 37 menit 41,97 detik, dan rata – rata total paket yang diterima adalah 29329,813 paket, sehingga rata – rata nilai jitter yang didapatkan adalah 125,491 ms/paket. Hasil tersebut merupakan nilai sedang mendekati buruk dengan melihat standar dari rujukan yang digunakan.
Jitter (ms/paket)
Client
Total Variasi Delay(s)
Total paket yang diterima – 1
Usaha 1 Usaha 2 Usaha 3 Usaha4 Usaha5 Usaha6 Usaha7 Usaha8 Rata rata
2341,807 2214,456 2110,591 2431,016 2354,281 2047,705 2074,684 2141,029
47985 72950 55294 23222 62509 47133 15187 45375
48,803 30,356 38,170 104,686 37,663 43,445 136,609 47,185
2214,446
46206,875
60,865
Tabel 12. yaitu tabel data analisa jitter client usaha, memiliki nilai rata – rata total variasi delay 2214,446 sec atau 36 menit 54,45 detik dan nilai rata – rata paket yang tertangkap adalah 46206,875 paket, sehingga nilai rata – rata jitter yang di dapat adalah 60,865 ms/paket. Nilai rata – rata jitter client usaha masuk dalam kategori baik atau bagus dengan melihat rujukan yang digunakan.
Tabel 11. Data Analisa Jitter pada Kasir Parameter yang diukur
Client
Total Variasi Delay(s)
Kasir1 Kasir 2 Kasir 3 Kasir 4 Kasir 5 Kasir 6 Kasir 7 Kasir 8 Rata rata
2045,554 2602,837 2627,865 2581,233 2438,424 2025,377 2114,124 2040,531
Total paket yang diterima –1 8009 14914 14913 17067 15086 9460 8971 11202
2309,493
12452,75
Jitter (ms/paket)
193,867
Selain perbedaan data analisa yang digunakan pada client kasir dan client usaha, dapat terlihat dari besar nilai dari rata – rata total variasi delay, paket yang tertangkap serta nilai jitter. Client kasir memiliki rata – rata total variasi delay yang lebih besar dibandingkan dengan client usaha, sedangkan rata – rata paket yang tertangkap client kasir lebih sedikit dibandingkan dengan client usaha, berarti client kasir hanya mampu menangkap lebih sedikit paket dengan waktu yang lebih besar dari client usaha. Sehingga nilai tersebut berpengaruh terhadap hasil rata – rata jitter tiap client.
255,407 174,523 176,213 151,241 161,635 214,099 235,662 182,158
Nilai rata – rata jitter dari kedua client termasuk kategori sedang mendekati buruk. Sedangkan nilai rata – rata jitter dari client usaha termasuk kategori bagus, nilai ini lebih baik
Sedangkan bila di analisa per client yang digunakan, maka dengan melihat tabel 11 dan tabel
8
dibandingkan dengan nilai rata – rata jitter client kasir yang termasuk kategori jelek. Semakin kecil nilai jitter akan semakin baik nilai QoS. Sehingga nilai QoS pada client usaha lebih baik daripada client kasir.
Pengerjaan Tugas Akhir tentang jaringan MPLS ini masih sangat sederhana. Diharapkan pada pengembangan selanjutnya mampu membahas lebih detail tentang parameter – parameter pendukung jaringan VPN-MPLS selain Qos, serta simulasi jaringan yang lebih detail supaya dapat dipahami oleh masyarakat luas, khususnya pengguna layanan VPN-MPLS. Topik baru yang mampu dilanjutkan dari topik Tugas Akhir ini adalah simulasi jaringan VPN-MPLS pada perusahaan menggunakan GNS3. Penggunaan simulasi memudahkan pemahaman administrator jaringan dalam memelihara serta mengembangkan jaringan yang digunakan.
Dari kedua parameter QoS yang didapatkan, nilai delay dan jitter dari perhitungan keseluruhan dua client belum termasuk kategori sangat buruk hingga tidak dapat di terima, namun perbedaan besar nilai QoS dapat terlihat antara client kasir dengan client usaha. Client kasir memiliki nilai delay dan jitter yang lebih besar dibandingkan client usaha, menyebabkan nilai QoS yang lebih buruk. Sedangkan nilai QoS client usaha lebih baik dengan melihat hasil nilai delay dan jitter yang berada pada kategori bagus.
6. DAFTAR PUSTAKA [1]
Agung, Ismail W dan Yoki Merdian, Analisis dan Perancangan VPN menggunakan VPN MPLS pada PT Global Hosting Management, Universitas Bina Nusantara, Program Studi Teknik Informatika, Skripsi Sarjana Komputer, Jakarta, 2007
[2]
Basuki,Mudji, (2007, Oktober), Positioning MPLS, Dokumen PDF.[Online]. Ilmu Komputer.com.
[3]
Dwi,Imas Rahmawati, (2012),“Analisa QoS Pada Jaringan MPLS IPv6 Berbasis Routing OSPF”, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Surabaya.
[4]
Diktat Kuliah, (Juni 2012), BABXVI : Quality of Service (QoS) dan Pengukurannya, ITT Telkom Bandung,http://www.scribd.com.
[5]
Dhoto,(2013, Maret), Pelatihan Cisco, Dokumen PDF [ONLINE], http://dosen.narotama.ac.id
[8]
Falani,Zakki, (2012, September) SPP Membangun LAN dengan Windows XP, Dokumen PDF [ONLINE] http://dosen.narotama.ac.id.
[9]
Ferguson, Paul, dan Geoff Huston, (1998), What is a VPN ”, CISCO, Dokumen PDF.
[10]
Heywood,Drew, Konsep dan Penerapan Microsoft TCP/IP, diterjemahkan oleh Daniel M.W ,Yogyakarta, Penerbit ANDI.
4. KESIMPULAN 1.
Standar yang digunakan adalah standar ITU-T G114, standar jitter, dan standar layanan yang digunakan, yaitu VPN IP MPLS Gold.
2.
Parameter Delay dari seluruh perhitungan menunjukan rata – rata nilai delay termasuk kategori baik yaitu 70,569 ms/paket. Walaupun nilai rata – rata delay pada client kasir dan client usaha termasuk dalam kategori baik, nilai delay client usaha lebih baik yaitu sebesar 47,593 ms/paket dibandingkan nilai client kasir sebesar 116,522 ms/paket, karena semakin kecil delay yang dihasilkan, semakin baik kualitas jaringan. Parameter Jitter dari seluruh perhitungan menunjukan rata – rata nilai jitter termasuk kategori sedang mendekati buruk yaitu sebesar 125,491 ms/paket. Sedangkan nilai rata – rata jitter pada client kasir termasuk dalam kategori buruk yaitu sebesar 193,867 ms/paket. Hal yang berbeda ditunjukkan oleh client usaha dimana nilai rata – rata jitter yang didapatkan termasuk kategori baik dengan nilai 60,865 ms/paket. Secara keseluruhan perhitungan kedua parameter, QoS dari kedua client termasuk dalam kategori sedang. Bila dihitung secara terpisah, QoS client usaha lebih baik dibandingkan QoS client kasir.bumi ke arah antena satelit, sehingga tidak terjadi pointing loss.
3.
4.
5. SARAN 9
[11]
[12]
[13
Jaya,Safitri. MODUL KULIAH PKPP – STTI NIIT I-TECH. SLA (Service Level Agreement) Manajemen Proyek PKKP SISTEM INFORMASI & TEKNIK INFORMATIKA11 (sebelas). Dokumen Doc Maman,Ujang, (2009,Maret), VPN IP (Virtual Private Network IP) Telkom, [ONLINE] http://urangplered.blogspot.com Purwaningsih,Heni, Analisis dan Perancangan Jaringan MPLS PT.Telkom Yogyakarta, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer AMIKOM, Yogyakarta,2011.
[14]
Rafiudin,Rahmat, CISCO Router Konfigurasi Voice, Video dan Fax, Yogyakarta, Indonesia, Penerbit ANDI: 2006.
[15]
Rafiudin,Rahmat, Konfigurasi Sekuriti Jaringan CISCO, Jakarta, Indonesia, PT.Elex Media Komputindo: 2005.
[16]
Richi, Dwi Agustia, Rancang Bangun Media Informasi Kesenian Daerah Berbasis Web Dalam Bentuk Layanan Video On Demand (VoD) Dengan Menggunakan Metode Pseudo HTTP Streaming (Studi Kasus Bandung Heritage), Fakultas Teknik dan Informatika Universitas Komputer Indonesia, Bandung, Skripsi Sarjana Teknik Informatika, 2011
[17]
Rijayana,Iwan, (2005), “Teknologi MPLS untuk Meningkatkan Performa Jaringan”, Universitas Widyatama, Bandung.
10
[18]
Setya,Bagus Permana, (2009), Teknologi MPLS, Belajar Telekomunikasi.
[19]
Sistem Telekomunikasi, (2008,Januari) ,BAB 4 Kualitas Layanan Pada Sistem Telekomunikasi, Politeknik Telkom Bandung, Diktat Kuliah, Dokumen Doc.
[20]
Sukmaaji,Anjik dan Rianto, Jaringan Komputer Konsep Dasar Pengembangan Jaringan dan Keamanan Jaringan, Yogyakarta, Indonesia, Penerbit ANDI: 2008.
[21]
Syafrizal,Melwin, Pengantar Jaringan Komputer, Yogyakarta, Indonesia: Penerbit ANDI , 2005.
[22]
Tania,Saras, (2013, September), Desain Service Level Agreement dan Operation Level Agreement Proses Bisnis Penanganan Gangguan Jaringan Akses Speedy Pada PT TELKOM Kandatel Jakarta Barat, ITT Bandung[ONLINE], digilib.ittelkom.ac.id
[21]
Wahyu ,Guntur Wibowo, “Implementasi dan Analisis Perbandingan Performansi Layanan Live Radio Streaming pada Jaringan Komputer Berbasis Ipv4”, Politeknik Telkom Bandung
[22]
Wastuwibowo,Kuncoro,(2012, April), Jaringan MPLS , Dokumen PDF, [ONLINE], Ilmu Komputer.com.