PRO SIDING SEMINAR NASIONAL PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator don Proses Bahan Yogvakarta, 28 Agustus 2008
ANALISIS PROSES REAKSI DEKOMPOSISI ASAM SULFAT PADA PRODUK5IHIDROGENTERMOKThfiA Sumijanto, Itjeu Karliana Pusaf Teknolgi Reakfor dan Keselamafan Nuklir, BATAN
ABSTRAK ANAL/SIS PROSES REAKSI DEKOMPOSISI ASAM SULFA T PADA PRODUKSI HIDROGEN TERMOKIMIA. Analisis ini dimaksudkan untuk memperoleh kondisi optimal proses reaksi dekomposisi asam sulfat. Hidrogen merupakan bahan bakar baru dan terbarukan yang ramah lingkungan dan berpotensi untuk menggantikan bahan bakar fosil yang saat ini diketahui sebagai penyebab pemanasan global karena emisi karbondioksida. Saat ini terdapat empat metode produksi hidrogen termokimia yang menggunakan proses dekomposisi asam sulfat dalam siklusnya, yaitu metode Westinghouse, lspra Mark 13, Sulfure-Iodine dan GA Cycle 23. Dekomposisi asam sulfat mempunyai peran yang sangat penting dan sentral untuk kelangsungan keempat siklus produksi hidrogen termokimia tersebut. Telah dilakukan analisis proses reaksi dekomposisi asam sulfat untuk mendukung siklus produksi hidrogen termokimia. Reaksi dekomposisi asam sulfat dibagi menjadi dua tahap yaitu pertama dekomposisi H2S04 menghasilkan H20 dan S03 dan kedua dekomposisi S03 menghasilkan S02 dan O2. Dari hasil analisis terhadap proses dekomposisi asam sulfat dapat disimpulkan bahwa : Pada dekomposisi asam sulfat tahap pertama yang menghasilkan air (H20) dan sulfur trioksida (S031 merupakan reaksi endoterm dan akan terjadi secara optimal dalam rentang temperatur 447°C hingga 577 DC, sedangkan pada dekomposisi asam sulfat tahap kedua yaitu dekomposisi sulfur trioksida (S031 menghasilkan sulfur dioksida (SOv dan oksigen (Ov juga merupakan reaksi endoterm dan akan terjadi secara optimal pada temperatur 850 DC. Kata kunc; : Reaksi dekomposisi asam sulfat, produksi hidrogen termokimia.
ABSTRACT ANAL YSIS OF REACTION PROCESS FOR SULPHURIC ACID DECOMPOSITION IN THERMOCHEMICAL HYDROGEN PRODUCTION. The purpose of analysis is to obtain the optimal condition caracteristic in the sulphuric acid decomposition process. Hydrogen is fuel and environmental friendly and it has potential for replacing fosil fuel that emits carbondioxide causes global warming. There are four methods for thermochemical hydrogen production that uses sulphuric acid decomposition process on its cycle.; ie Westinghouse method, Ispra Mark 13, Iodine Sulfur and GA Cycle 23. Sulphuric acid decomposition has very important for establishing all of four methods thermochemical hydrogen production. The analysis of sulphuric acid decomposition process for supporting thermochemical hydrogen production has been done. Sulphuric acid decomposition divided into two phases, first phase is H2S04 decomposition into H20 and S03, second phase is S03 decomposition into S02 and O2. The result of thermodinamic analysis on sulphuric acid decomposition process can be concluded that sulphuric acid decomposition on first phase produces water (H20) and sulphurtrioxide (S031 with endoterm reaction, the optimizing temperature is 477°C to 577 DC.On the second phase of sulphuric acid docom,oosition is sulphurtrioxide (S03) decomposition produces sulfphurdioxide (SOv and oxygen (Ov with endoterm reaction olso, the optimizing temperature is this process in 850°C. Key words : Sulphuric acid decomposition reaction, hydrogen production, termochemistry.
130
ISSN 1410 - 8178
Sumijanto, dkk
PENELITIAN
PROSIDING SEl\1INAR NASIONAL DAN PENGELOLAAN PERANGKA T NUKLIR
Pusat Teknologi Akslerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 28 Agustus 2008 PENDAHULUAN
Hidrogen terbarukanmerupakan yang
bahan Iingkungan bakar baru dan ramah berpotensi untuk menggantikan bahan bakar fosil yang saat ini diketahui sebagai penyebab pemanasan global karena emisi karbondioksida. Kebutuhan hidrogen dunia diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dunia yang akan mencapai dua kali lipat pada tahun 2050. Untuk memenuhi kebutuhan hidrogen tersebut, metode produksi hidrogen dengan bahan baku hidrokarbon, selain tidak bersih juga sudah tidak memadai lagi kualitas dan kuantitasnya. Produksi hidrogen dengan pemecahan senyawa air (water splitting) menjadi hidrogen dan oksigen menggunakan energi termal dikenal sebagai produksi hidrogen termokimia [I]. Metode ini dianggap memadai, karena bahan baku air tersedia melimpah dan prosesnya bersih. Dibandingkan dengan proses pemecahan air secara elektrolisis, proses produksi hidrogen skala besar dengan pemecahan senyawa air secara termokimia dinilai ekonomis oleh General Atomic. Reaktor nuklir dapat memasok energi panas dalam jumlah yang besar dan dengan temperatur yang memadai, oleh karena itu sangat cocok jika dipasangkan dengan instalasi produksi hidrogen terrnokimia. Terlebih lagi bila energi panas yang digunakan oleh instalasi produksi hidrogen dapat memanfaatkan panas sisa dari reaktor nuklir yang akan dibuang ke lingkungan, atau dengan struktur sistem kogenerasi, maka akan diperoleh kombinasi sistem produksi hidrogen dan energi listrik yang sangat efisien, bersih dan ramah lingkungan. Saat ini terdapat empat metode produksi hidrogen termokimia yang menggunakan proses dekomposisi asam sulfat dalam siklusnya, yaitu metode Westinghouse, Ispra Mark 13, SulfureIodine dan GA Cycle 23. Tiga metode pertama termasuk dalam lima metode yang mendapat nominasi tertinggi dalam evaluasi General Atomic. Dekomposisi asam sulfat mempunyai peran yang sangat penting dan sentral untuk kelangsungan keempat siklus produksi hidrogen termokimia tersebut. Keterlambatan proses dekomposisi asam sulfat akan menghambat pasokan S02 pada siklus reaksi pasangan lainnya. Karena reaksi pasangan dalam satu siklus produksi hidrogen termokimia tersebut akan membutuhkan S02 dalam kuantitas, kualitas dan momen waktu yang tepat [2].Untuk itu diperlukan pemahaman yang seksama dan mendalam ten tang karakteristika proses dekomposisi asam sui fat, agar proses siklus produksi hidrogen termokimia secara keseluruhan dapat dijamin. Saat ini belum tersedia publikasi lengkap yang memuat data dekomposisi asam sulfat untuk memenuhi kebutuhan perancangan suatu Sumijanto, dkk
instalasi siklus produksi hidrogen secara termokimia. Dalam makalah ini dianalisis aspek termodinamika dan kinetika proses dekomposisi asam sui fat agar hasilnya dapat dimanfaatkan untuk mendukung siklus produksi hidrogen termokimia dalam skala kecil maupun besar. . Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui karakteristika proses reaksi dekomposisi asam sulfat yang meliputi tahapan reaksi, kalor reaksi, serta optimasi temperatur reaksi yang selanjutnya digunakan untuk membuat rancangan fasilitas proses dekomposisi asam sulfat. Analisis dilakukan melalui perhitungan parameter termodinamika dan kinetika dari proses reaksi kimia dekomposisi asam suIfat yang meliputi energi bebas Gibbs (~G), entalpi (~H), tetapan kesetimbangan (K) dan entropi (~S) untuk menentukan kondisi optimal reaksi dekomposisi. TEORI Produksi
hidrogen termokimia
Produksi hidrogen dengan pemecahan senyawa air (water splitting) menjadi hidrogen dan oksigen menggunakan energi termal dikenal sebagai produksi hidrogen termokimia. Terdapat 115 jenis siklus pemecahan air untuk menghasilkan hidrogen secara termokimia yang berpotensi sebagai unggulan untuk produksi hidrogen. Dari 115 jenis siklus unggulan tersebut terdapat empat metode produksi hidrogen termokimia yang mengandung proses dekomposisi asam suIfat dalam siklusnya, yaitu metode Westinghouse, Ispra Mark 13, Sulfure-Iodine dan GA Cycle 23. Tiga metode pertama termasuk dalam lima metode yang mendapat nominasi tertinggi dalam evaluasi General Atomic [I]. I. Proses produksi hidrogen termokimia Westinghouse: 2H2S04 ~ 2S02 + 2H20 + O2 (dekomposisi asam sulfat) S02 + 2H20 ~ H2S04 + H2 2. Proses produksi hidrogen termokimia Ispra Mark 13: 2H2S04 ~ 2S02 + 2H20 + O2 (dekomposisi asam sulfat) 2HBr ~ Br2 + H2 Br2 + S02 + 2H20 ~ 2HBr + H2S04 3. Proses produksi hidrogen termokimia SulfureIodine: 2H2S04 ~ 2S0z + 2HzO + Oz (dekomposisi asam sulfat) 2HI B Hz + Iz [2+ S02 + 2H20 B 2HI + H2S04
lSSN 1410 - 8178
131
PENELITIAN
PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN PENGELOLAAN PERANGKAT
NUKLIR
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 28 Agustus 2008 4. Proses produksi hidrogen termokimia GA Cycle 23: H2S ~
S
+ H2
2S02 + 2H20 + O2 (dekomposisi asam suifat) 3S + 2H20 ~ 2H2S + S02 3S02 + 2H20 ~ 2H2S04 + S S + O2 ~ S02 2H2S04
~
Dekomposisi asam sulfat akan menghasilkan sulfur dioksida, air dan oksigen terdiri dari dua tahap [3J: Tahap I : H2S04 ~ H20 + SO) Tahap II : SO) ~ S02 + ~02 Tahap pertama diawali dengan pemanasan untuk penguapan asam sulfat (H2S04), dan selanjutnya diikuti pembentukan sulfur trioksida (SO)) dan air (H20) yang melibatkan lingkungan dengan temperatur yang tinggi, melebihi temperatur kritis air. Pada tahapan ini tidak semua asam sulfat terdekomposisi menjadi sulfur trioksida dan air melainkan akan membentuk kesetimbangan sesuai dengan suatu tetapan kesetimbangan tertentu. Sedangkan yang diharapkan adalah sebanyak mungkin atau semua asam sulfat dapat terdekomposisi menjadi H20 dan SO). Dekomposisi asam sulfat yang sempuma akan dapat diperoleh jika produk dekomposisi (H20 dan SO)) dapat dipisahkan dari sistem sehingga kesetimbangan selalu bergeser ke arah kanan. Setelah sulfur trioksida dapat dipisahkan dari sistem, tahap dekomposisi asam sulfat yang kedua adalah dekomposisi SO) menjadi sulfur dioksida (S02) dan oksigen (02), Proses reaksi tahap kedua juga akan mencapai kesetimbangan pada temperatur tertentu sehingga S02 yang dihasilkan tidak akan optimal sesuai dengan kebutuhan siklus reaksi pasangannya.
Pada variasi suhu nilai entropi adalah sebagai berikut : t1S2= t1S)+ t1Cp In (T2/Td Energi 8ebas Gibbs (AG) Energi bebas Gibbs suatu sistem didetinisikan sebagai berikut : G=H-TS Jika perubahan dilakukan pada tekanan dan temperatur tetap maka, t1G = Lm - Tt1S Jika harga t1G negatif maka reaksi spontan, tetapi jika harga t1G positif maka reaksi tidak spontan. Berdasarkan nilai t1G terdapat tiga kemugkinan pada suatu reaksi: I. Jika t1G
O maka reaksi dalam arah sebaliknya (tidak spontan). 3. Jika t1G=O maka reaksi berada dalam keadaan setimbang. Rumusan matematis t1G adalah t1G = t1HTt1S. Dengan t1H adalah perubahan ental pi, T adalah temperatur mutIak (K), serta t1S adalah perubahan entropi. Dengan demikian terdapat empat kemungkinan nilai t1G dari kombinasi nilai t1H dan t1S seperti ditunjukkan pada Tabel I. Tabel 1. Nilai t1G pada reaksi kimia ~H I ~S I ~G
~G>O
selalu
tidak spantan. Reaksi [Eksaterm]
spantan
[makin fixed] I ~G = ~H - T ~S ljika suhu reaksi sangat rendah.
[Endaterm]
Entalpi pembentukan standar (t1Hf) suatu zat adalah entalpi reaksi standar untuk pembentukan suatu zat dari unsur-unsumya dalam keadaan yang paling stabil pada suhu tertentu dan tekanan
1
bar
[makin+ acak] I~G = ~H - T ~S Ijika suhuspantan reaksi Reaksi CUkUD tinaai.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dekomposisi asam sulfat
H2S04
<-->
H20
+
503 entalpi
Entropi Entropi merupakan suatu fungsi keadaan yang menyatakan derajad ketidakteraturan suatu sistem. Nilai entropi dapat dihitung menggunakan persamaan : t1S = S produk - S reaktan
132
spantan. Reaksi
+
Entalpi
(t1Hf) = t1HOproduk - t1Horeaktan Pada variasi temperatur persamaan pembentukan standar menjadi (t1Hf) = t1Ho)+ t1Cp (T2 - T1) dengan t1Cp = Cp produk - Cp reaktan
Reaksi ini selalu
~G
Termodinamika Reaksi Kimia
(4]
Reaksi kimia
Dari hasil perhitungan termodinamika diperoleh korelasi t1H,t1G, dan t1S pada berbagai temperatur untuk dekomposisi asam sui fat yang menghasilkan sulfur trioksida dan air seperti pada Tabel 2. Perhitungan untuk menghitung harga t1H,t1G dan t1S pada variasi temperatur adalah sebagai berikut : ]. Contoh perhitungan menentukan t1H pada temperatur 373 K : t1H2= t1H1 + t1Cp (T2 - Td
ISSN 1410 - 8178
Sumijanto, dkk
PENELITIAN
PRO SIDING SEMINAR NASIONAL DAN PENGELOLAAN PERANGKAT
NUKLIR
Pusat Teknologi Akslerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 28 Agustus 2008
• 6H = Entalpi dekomposisi asam sulfat pada temperatur 298 K = 227,72 kJ/mol • 6H2 = Entalpi dekomposisi asam sulfat pada temperatur T2 (yang akan {K) 673 473 850 573 720298 373 873 773 750 800 • dihutung) • 6Cp = Kapasitas panas dekomposisi asam sulfat pada temperatur 298 K • (0,418961 kJ/K mol) • Tl = Temperatur dekomposisi asam sulfat temperatur sebelumnya (298 K) • T2 = Temperatur dekomposisi asam suIfat yang baru (akan dihitung). Dengan menganggap kapasitas panas adalah tetap pada kenaikan temperatur maka entalpi pada 373 K adalah : 6H373 = 227,72 kJ/mol + 0,418961 kJ/Kmol (373 - 298) K 6H373= 259, 142 kJ/mol 1
2. Contoh perhitungan menentukan 68 pada temperatur 373 K : • 682 = 68! + 6Cp In(T2 IT!) • 681 = Entropi dekomposisi asam sulfat pada temperatur 298 K = 0,3066 kJ/Kmol • 682 = Entropi dekomposisi asam suIfat pada temperatur T2 (yang akan dihutung) • 6Cp = Kapasitas panas dekomposisi asam sulfat pada temperatur 298 K • (0,418961 kJ/K mol) • T I = Temperatur dekomposisi asam sulfat temperatur sebelumnya (298 K) • T2 = Temperatur d~komposisi asam sulfat yang baru (akan dihitung). • Entropi pada 373 K = 68373= 0,3066 kJ/Kmol + 0,418961 kJ/Kmolln(373/298) • 68373= 0,400 kJ/Kmol. 373 473 800 750 773 573 673 298 720 3. Contoh perhitungan menentukan 6G pada temperatur 373 K : • 6Gr = 6Hr - T 68r • T = Temperatur dimana akan ditentukan 6G • 6G313 = Energi bebas Gibbs dekomposisi asam suifat pada 373 K • 68313 = Entropi dekomposisi asam sulfat pada 373 K = 0,400 kJ/Kmol • 6H313= Entalpi dekomposisi asam sulfat pada 373 K = 259,142 kJ/mol • 6G313 = 259,142 kJ/mol - (373 K) (0,400 kJ/Kmol) = 109,699 kJ/mol Reaksi dekomposisi asam sulfat merupakan reaksi endoterrn sesuai dengan hasil perhitungan entalpi 6H yang selalu bemilai positif untuk temperatur operasi dari mulai 298 K sampai dengan 873 K. Sedangkan perubahan energi Gibbs (6G) reaksi dekomposisi asam sulfat pada berbagai temperatur seperti ditunjukan pada Gambar I.
Sumijanto, dkk
Tabel 2. Data korelasi 6H,6G dan 68 pada berbagai temperatur untuk reaksi dekomposisi asam sulfat. 6H 60,306 8 6G 404521 -174,884 360,111 458,986 426,724 0,745 0,693 -192,165 -138,226 -118,971 -102,879 342,934 301,038 -14,101 -82,335 136,353 259,142 109,699 64,462 10,300 227,72 468,622 438,038 417,090 0,676 0,500 0,585 0,756 0,720 0,705 Q,400 0,609 (kJ/mo\) Temperatur (kJ/Kmol) (kJ/mol)
200
100
_
0 0
-g ~
200
-100
CJ
<]
-200 -300 -400
·500 T emperatur IK
Gambar 1. Hubungan energi bebas Gibbs (6G) vs Temperatur reaksi dekomposisi asam sulfat Tabel 3. Harga Kp dekomposisi asam sulfat pada kenaikan temperatur Kp (tetapan kesetimbangan fasa -16 1,41 2,25 5,77 -17 3,31 1,17x 1,63 0,000187 1,005338 xx 10 10-08 10-13 -12 1,22 -18 Temperatur (K) gas)
Dari gambar I dapat diketahui bahwa reaksi dekomposisi asam sulfat menjadi sulfur trioksida dan air berada dalam keadaan setimbang (6G = 0) dalam rentang temperatur antara 573 K hingga 673 K at~u antara 300°C hingga 400°C. Selanjutnya semakin tinggi temperatur yang diberikan maka reaksi dekomposisi asam sulfat menjadi semakin spontan yang ditandai dengan nilai yang semakin negatif. Dekompsisi asam sulfat ini adalah reaksi dapat balik dan terjadi pada kondisi diatas temperatur didih asam sulfat (340°C) artinya reaksi ini berada dalam fasa gas. Reaksi
ISSN 1410 - 8178
133
PENELITIAN
PRO SIDING SEMINAR NASIONAL DAN PENGELOLAAN PERANGKAT
Pusat Teknologi
Akselerator
Vogyakarta,
28 Agustus 2008
dekomposisi ini mempunyai tetapan kesetimbangan fasa gas Kp yang besamya bergantung pada temperatur. Harga Kp pada dekomposisi asam sulfat menjadi sulfur dioksida dan air pada berbagai temperatur ditunjukan pada Tabel 3. Telah diketahui bahwa semakin tinngi temperatur reaksi dekomposisi semakin spontan (L1G semakin negatit), tetapi bila dilihat harga Kp nya bahwa semakin tinggi termperatur harganya 2). Hal ini berati semakin menurun (Tabel meskipun reaksi semakin spontan tetapi efektifitas reaksi menurun yang ditandai dengan harga Kp kecil. Dengan mempertimbangkan harga temperatur didih asam sulfat, perubahan energi Gibbs (L1G), temperatur kesetimbangan dan harga Kp sebagai fungsi temperatur maka disimpulkan temperatur optimal mempunyai harga antara 673 K hingga 720 K (400°C hingga 447 0q. Dekomposisi sulfur trioksida SO) +-+ S02 + Yz O2 Korelasi perubahan energi Gibbs terhadap temperatur seperti ditunjukan pacta Gambar 2.
-- ' Ttm>p ••ndur
Gambar 2.
(K)
Korelasi antara perubahan energi Gibbs terhadap temperatur
2 ini dapat diketahui Dari Gambar dekomposisi sulfur trioksida dalam keadaan setimbang (L1G = 0) pada temperatur sekitar 1000 K, semakin tinggi temperatur reaksi dekomposisi semakin spontan yang ditunjukan dengan L1G yang semakin menurun. Korelasi antara perubahan energi Gibbs (L1G) dan tetapan kesetimbangan seperti ditunjukan pada Gambar 3.
Gambar 3. Korelasi an tara L1G kesetimbangan (K) 134
dan
NUKLIR
dan Proses Bahan
Oari Gambar ini dapat diketahui bahwa semakin spontan reaksi dekomposisi diikuti dengan semakin rendah tetapan kesetimbangan reaksi. Tetapan kesetimbangan ini menggambarkan efektivitas reaksi. Korelasi an tara temperatur dan energi dekomposisi seperti ditunjukan pada Gambar 4.
Enel'Jtilkl/mol}
Gambar 4. Korelasi antara temperatur dekomposisi
dan energi
Dari gambar ini dapat diketahui bahwa energi dekomposisi semakin menurun ketika temperatur reaksi dinaikan diatas 1000 K. Dari Gambar 2, 3 dan 4 dapat disimpulkan bahwa reaksi dekomposisi berlangsung spontan. Berdasarkan L1G reaksi = - 9,023 kjlmol, tetapan kesetimbangan = 0,000194 dan energi dekomposisi 97,415 kJ maka temperatur optimumnya adalah 850 °C. Pada temperatur diatas 850°C meskipun L1G semakin bemilai negatif, tetapi tetapan kesetimbangan semakin berkurang sehingga tidak dipilih sebagai temperatur optimum karena pada saat tetapal1 kesetimbangan semakin kecil konsentrsi prod uk akan semakin kecil dibanding reaktan. Pada temperatur 850°C ini diharapkan S02 akan mencapai optimum. KESIMPULAN Proses dekomposisi asam sui fat terdiri dari dua tahap reaksi, reaksi tahap pertama adalah dekomposisi asam suI fat yang menghasilkan air (H20) dan sulfur trioksida (S03) yang merupakan reaksi endoterm dan akan terjadi secara optimal dalam rentang temperatur 400°C hingga 447°C, sedangkan reaksi dekomposisi asam sui fat tahap kedua yaitu dekomposisi sulfur trioksida (SO) menghasilkan sulfur dioksida (S02) dan oksigen (02) juga merupakan reaksi endoterm dan terjadi secara optimal pada temperatur 850°C. Selanjutnya data ini digunakan sebagai dasar dalam menentukan rancangan eksperimen dekomposisi asam sui fat.
tetapan
ISSN 1410 - 8178
Sumijanto, dkk
PENELITIAN
PRO SIDING SEMINAR NASIONAL DAN PENGELOLAAN PERANGKAT
NUKLIR
Pusat Teknologi Akslerator dan Proses Bahan Yogvakarta, 28 Agustus 2008 DAFT AR PUST AKA
Sajima
I. BROWN, L.c., BESENBRUCH, G.E., et aI, Nuclear Production of Hydrogen Using Cycles, Thermochemical Water-Splitting General Atomic Corporation. 2. KWANG, K.D. et. ai, Decomposition of Sulfuric Acid to Produce Sulfur Dioxide and Oxygen in IS Cycle. Environmentai and Process technology, Hawolgokdong 39-1, Seongbukgu, Seoul 139-791. South Korea. 3. KIM, T.H.,GONG.G.T., LEE, B.G, Cata/ityc Decomposition of Sulfur Trioxide with Metallic calalysls for Ihe IS Cycle of Thermochemical Hydrogen production, Catalyst and Reaction Engineering Lab. Korea University, Anamdong, Seongbukgu,Seoul 136-701, South Korea. Nov.2005. 4. CHANG, R.,Chemistry, Northern Arizona University, Eighth Edition, 2005
TANYA JAWAB Suyanti
~ Pada abstrak dan kesimpulan dekomposisi tahap I terjadi perbedaan suhu, mohon penjelasan Sumijanto ~ Terima kasih. sudah kami benarkan, yang benar adalah tahap I 400 - 447 oC dan lahap /I sekitar 850 oC
Sumijanto, dkk
~ Mengingat sifat hidrogen yang mudah terbakar, bagaimana penanganan keselamatannya? Sumijanto ~ Per/u penyimpanan pada lempat yang aman yang sekarang di PEBN sedang dikembangkan teknik HIDRIDA LOGAM Sri Rinanti S
~ Apakah ini merupakan studi Iiteratur? Dan apa keistimewaan metode tersebut? Sumijanto ini merupakan sludi /ileralur, keistimewaan melode ini adalah ramah /ingkungan, efisiensi linggi jika memakai energi lermal nuk/ir dengan, kogenerasi sitem energi nuk/ir terulama dengan reaktor generasi IV
~ fa,
Darmanto
~ Mana yang lebih ekonomis proses e1ektrolisis dengan prosesdekomposisidalam skala pabrik Sumijanto ~ Secara ekanomi proses ini lebih baik dibandingkan dengan elektrolisis, karena dalam elektro/isis digunakan energi /islrik yang diperoleh dari lerma/ dengan efisiensi 30%, sedangkan produksi hidrogen lermokimia ini /angsung menggunakan lermal, dan akan sangal efisien jika menggunakan lermal dari energi nuk/ir
ISSN 1410 - 8178
135