Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
ANALISIS PROSES PENGEMBANGAN PRODUK BARU BERDASARKAN KINERJA R&D DI PT. BIO FARMA, BANDUNG Evo S. Hariandja* dan Kurnia Safitri** *ETM Research Group, Sekolah Bisnis & Manajemen Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung 40132 Email:
[email protected] or
[email protected] **R&D Division, PT. Bio Farma Bandung
ABSTRAK PT. Bio Farma (Persero) adalah perusahaan berskala nasional dan global dalam bisnis farmasi dimana satu-satunya produsen vaksin dan sera untuk manusia serta sediaan diagnostik di Indonesia dan salah satu yang terbesar di Asia Tenggara. Bio Farma telah menjadi salah satu dari 21 produsen vaksin dunia yang mampu memasok kebutuhan vaksin di dalam negeri dan pasar global. Seiring dengan perkembangan usaha farmasi di Indonesia, banyak bisnis farmasi baru yang muncul menawarkan berbagai produk yang aktual dan terkini bagi masyarakat umum dan menghadapi berbagai tantangan. Bio Farma juga menghadapi berbagai tantangan-tantangan yang ada. Salah satu langkah yang ditempuh untuk menjawab tantangan tersebut adalah dengan pengembangan produk baru agar dapat bersaing dengan para kompetitor. Manfaat dari pengembangan produk baru adalah untuk mendapatkan keuntungan dan keunggulan competitive perusahaan juga terdapat resiko yang harus dihadapi yaitu kegagalan dalam mengembangkannya. Penyebab kegagalan dapat berasal dari internal maupun eksternal perusahaan. Salah satu penyebab kegagalan tersebut adalah keterbatasan sumber daya yang dapat menghambat kinerja R&D perusahaan dalam mengembangkan produk baru. Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan diatas adalah dengan melakukan organizational development dengan cara training & development dan collaborative. Agar implementasi dari solusi diatas dapat berjalan dengan baik maka Research and Development harus ditempatkan sebagai aksi tingkat korporasi, yang membutuhkan sumber daya manusia dengan skill dan knowledge yang berkelas dunia. Kata Kunci : pengembangan produk, kinerja R&D, organizational development
PENDAHULUAN Latar Belakang Investasi kesehatan berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Pada aras (level) mikro yaitu individual dan keluarga, kesehatan adalah dasar bagi produktivitas kerja. Tenaga kerja yang sehat akan berdampak terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan. Pada aras makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan masukan penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan jangka panjang (Atmawikarta, 2002). Kesehatan mempunyai peranan ekonomi yang sangat kuat terhadap sumber daya manusia dan modal perusahaan. Kesehatan yang buruk akan memberikan pengaruh buruk terhadap pertumbuhan ekonomi. Salah satu indikasi kesehatan yang buruk adalah penyebaran penyakit infeksi
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
yang menjadi beban kesehatan di masyarakat hingga saat ini. Hal ini memiliki kaitan langsung dengan industri farmasi dengan melakukan berbagai upaya seperti intervensi pengobatan dan upaya promosi dan preventif. Salah satu tindakan preventif yang dilakukan adalah imunisasi (Atmawikarta, 2002). Dengan imunisasi membuat bisnis farmasi berkembang dengan sangat cepat. Pada abad 21 vaksin telah menjadi salah satu faktor penting kesehatan masyarakat dalam pencegahan dan pengobatan penyakit. Dalam kurun waktu 5-15 tahun mendatang, vaksin baru dan teknologi pemberiannya akan menjadi dasar pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. Prospek pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit serius dengan menggunakan vaksin diramalkan merupakan perkembangan yang menggairahkan dalam bidang kesehatan masyarakat (Isbagio, 2005). Industri farmasi merupakan industri yang berbasis riset yang memerlukan inovasi produk yang kontinyu, promosi yang mahal, organisasi pemasaran yang baik, pengaturan produk yang ketat di tingkat lokal maupun internasional, terutama oleh WHO (Kuncahyo, 2004). PT. Bio Farma merupakan perusahaan farmasi local yang diakui secara internasional oleh WHO yang bergerak dalam pembuatan vaksin dan sera. Saat ini, PT. Bio Farma merasakan beratnya persaingan di industri farmasi dengan munculnya kompetitor luar dengan teknologi yang lebih baik. Untuk itu diperlukan langkah strategis untuk mendorong kemajuan dari perusahaan dalam hal inovasi produk. Pemilihan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, Bio Farma harus memiliki strategi yang kuat untuk dapat berkembang dan beradaptasi terhadap kompleksitas dan perubahan yang terjadi. Salah satu langkah yang perlu ditempuh utuk menjawab tantangan tersebut adalah dengan melakukan peningkatan di dalam pengembangan produk agar dapat bersaing dengan para kompetitor sehingga Bio Farma akan mampu memanfaatkan potensi informasi dan pengetahuan yang ada berdasarkan kebutuhan pasar saat ini dan mendatang. Dari latar belakang yang telah diuraikan, terdapat beberapa hal yang menyangkut proses pengembangan produk baru yaitu manfaat pengembangan produk baru dan risiko kegagalan. Penyebabnya dapat berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Salah satu penyebab kegagalan tersebut adalah keterbatasan sumber daya. Rumusan dan Batasan Masalah Rumusan dan batasan masalah dalam riset ini mengacu pada hal-hal sebagai berikut: - Bagaimana tahapan pengembangan produk baru di PT. Bio Farma? - Hal-hal apa yang menyebabkan terjadinya masalah dalam pengembangan produk baru? - Bagaimana langkah-langkah perbaikan yang harus dilakukan? Agar bahasan pada penelitian ini mempunyai arah dan tujuan yang jelas, maka perlu dilakukan batasan masalah yaitu: - Bahasan proses pengembangan produk baru mengacu pada kinerja R&D - Sumber daya yang dimaksud adalah manusia dan infrastruktur - Produk difokuskan pada vaksin yang merupakan andalan utama
ISBN : 978-979-99735-7-3 A-2-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
Conceptual Framework Dalam penelitian ini, pemikiran awal adalah menciptakan vaksin baru agar Bio Farma dapat bersaing dengan para kompetitor. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti terlihat dalam Gambar 1 berikut ini:
Gambar 1. Conceptual Framework
METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi Adapun metode pemecahan masalah dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini: Isu Bisnis
Identifikasi dan Perumusan Masalah
Studi Literatur
Identifikasi Penyebab Masalah
Analisis Situasi
Alternatif Solusi
Analisis Solusi
Usulan Perbaikan
Rekomendasi
Gambar 2. Metodologi Pemecahan Masalah
Tahapan Pengembangan Produk Baru Tahapan dalam pengembangan produk baru menyesuaikan dengan kondisi perusahaan. Menurut Ulrich & Eppinger (2008) dan Donald & Winer (2004), tahapan proses pengembangan produk baru seperti terlihat dalam Gambar 3 dan 4 di bawah ini:
Gambar 3. Tahapan Proses Pengembangan Produk dari Ulrich & Eppinger
ISBN : 978-979-99735-7-3 A-2-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
Gambar 4. Tahapan Proses Pengembangan Produk dari Donald & Winer
Karakteristik Industri Produk Biologi di Indonesia Industri produk biologi pada dasarnya padat IPTEK. Oleh karena itu sangat peka terhadap perkembangan dan kemajuan di bidang IPTEK. Penemuan-penemuan baru di bidang rekayasa genetika pada produk biologi akan membawa perubahan yang cukup besar pada teknologi produksi aupun program imunisasi. Diperkirakan dalam lima tahun mendatang akan diperlukan vaksin kombinasi. Pembeli terbesar dari produk vaksin dan sera di Indonesia adalah pemerintah. Karakteristik ini bisa dilihat pada Gambar 5 berikut ini.
Sumber: PT. Bio Farma (2008)
Gambar 5. Karakteristik Industri Produk Biologi (Vaksin)
HASIL DAN DISKUSI Analisis Strategi Pengembangan Produk Baru Berdasarkan wawancara yang sudah dilakukan, strategi pengembangan produk baru adalah sebagai berikut: 1. Inovasi produk 2. Meningkatkan kualitas laboratorium pengawasan mutu melalui sarana, keahlian dan ketrampilan SDM 3. Kerjasama dengan lembaga internasional selaku pemilik teknologi seperti: NVI, GCVC, dll. 4. Menyediakan sarana dan fasilitas R&D yang memadai sesuai dengan standard kualifikasi WHO untuk produk baru. Strategi pengembangan produk baru di PT. Bio Farma dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dan keunggulan kompetitif perusahaan. Meskipun hampir 50% produk baru yang diluncurkan di pasar tiap tahun mengalami kegagalan, perusahaan-perusahaan akan terus menggali inovasi baru untuk menghasilkan produk yang sukses di pasar. Produk baru yang dikembangkan oleh Bio Farma merupakan produk non derivative
ISBN : 978-979-99735-7-3 A-2-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
seperti produk untuk menanggulangi penyakit: polio, tuberkolosis, malaria, kusta, ISPA/pneumonia balita, HIV/AIDS, DHF & Flu Burung, Diare. Bio Farma merupakan salah satu dari 21 produsen vaksin dunia yang memasok pasar local dan global. Saat ini Bio Farma mampu meningkatkan penetrasi pasar dan telah manjangkau hingga 100 negara tujuan (Bio Farma, 2007). Analisis Proses Pengembangan Produk Baru Bio Farma Pengembangan produk baru sangat penting demi mempertahankan eksistensi jangka panjang perusahaan. Produk baru yang dikembangkan Bio Farma merupakan hasil kebijakan dengan pemerintah. Dalam pengembangan produk baru memerlukan prioritas untuk perencanaan secara efektif dan efisien. Penentuan prioritas tersebut dilihat dari jumlah biaya pengembangan, permintaan pasar, prediksi keuntungan yang akan diperoleh, dan waktu pengembangan produk. Departemen marketing biasanya melihat kebutuhan pasar dan prospek produk tersebut bila diluncurkan ke pasar. Berikut adalah tahapan proses pengembangan produk baru di PT. Bio Farma seperti ditunjukkan dalam Gambar 6 berikut:
Gambar 6. Alur Proses Pengembangan Produk Baru PT. Bio Farma
Berdasarkan alur proses di atas, terlihat bahwa pembuatan produk baru berdasarkan permintaan dari pelanggan yaitu pemerintah. Pemerintah membuat kebijakan produk apa yang akan dibuat berdasarkan permintaan pasar. Biasanya produk baru yang dikeluarkan melihat penyakit yang sedang terjadi di masyarakat. Departemen marketing melakukan estimasi penjualan, prioritas dan keuntungan. Jika prediksi produk baru tersebut menguntungkan, maka akan dilakukan rencana desain untuk membuat produk tersebut. Departemen R&D akan menerima dan melaksanakan permintaan pengembangan produk baru sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan oleh manajemen perusahaan. Tahapan ini membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar. Jika tahap riset sudah dilakukan maka proses selanjutnya adalah produksi yang diawasi langsung oleh Departemen QC. Hal ini dilakukan untuk memenuhi standard WHO dan kepuasan konsumen. Pada proses R&D dan produksi, pengadaan bahan baku dan alat berperan penting terhadap kelangsungan proses pengembangan produk. Setelah itu dilakukan distribusi untuk digunakan sebagai uji klinis melalui survey tentang efektifitas dari produk yang dihasilkan. Gambar 7 menunjukkan proses pengembangan produk vaksin.
ISBN : 978-979-99735-7-3 A-2-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
Sumber: Bio Farma, 2008
Gambar 7. Proses Pengembangan Produk Vaksin
Dari Gambar 7 di atas, dapat diketahui bahwa dibutuhkan waktu 12 tahun untuk menciptakan suatu vaksin baru. Hal ini karena setiap proses memiliki tingkat kesulitan yang berbeda dan banyaknya sub-proses yang harus dijalankan. Saat ini Bio Farma sedang mengembangkan vaksin-vaksin baru seperti: Rotavirus, Thypoid Vi, Cholera, Hib, Td, Seasonal Influenza dan Sabin IPV. Vaksin-vaksin tersebut saat ini sedang dalam proses experimental lot, clinical development dan commercial manufacturing. Dalam pengembangan vaksin, proses yang dilalui setiap vaksin berbeda-beda, ada yang dimulai dari applied research dan ada yang dimulai dari clinical development. Masalah Yang Terjadi Selama Proses Pengembangan Produk Baru Berdasarkan wawancara dengan pihak yang berkaitan dengan pengembangan produk baru, maka didapat informasi bahwa adanya beberapa permasalahan yang menjadi hambatan dalam melakukan pengembangan suatu produk baru, yaitu: 1. Perkembangan Teknologi Yang Pesat. 2. Waktu Pengembangan Produk Baru 3. Besarnya Dana Pengembangan Produk Baru 4. Adanya Klausul Kerjasama 5. Keterbatasan Personil Pengembangan Riset 6. Berkurangnya Koordinasi Antar Personil 7. Keterbatasan Fasilitas Untuk Pengembangan Riset Alternatif Solusi Bisnis Ada beberapa alternatif solusi untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada proses pengembangan produk baru di PT Bio Farma. Alternatif solusinya akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Organizational Development: Melakukan koordinasi antar personil untuk meningkatkan integrasi antar personil dan knowledge serta skill personil. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai metoda, diantaranya yaitu: - Action Research: Langkah progresif untuk memecahkan masalah yang terjadi. - Collaborative Methods: Melakukan kolaborasi dalam memecahkan suatu masalah yang sedang terjadi. - Knowledge Management: Aktivitas untuk meningkatkan performance, competitive advantage, innovation dan development processes. - Team Building: Semua aktivitas dilakukan untuk meningkatkan self-assessment dan performance dari setiap personil.
ISBN : 978-979-99735-7-3 A-2-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
2. 3. 4. 5.
- Training & Development: Semua aktivitas yang dimaksudkan untuk meningkatkan performance, skills dan knowledge. Mengadakan kerjasama: Kerjasama dilakukan dengan institusi-institusi berskala nasional dan internasional dalam hal pengembangan vaksin baru. Mengefisienkan setiap proses yang dilakukan. Menjalin hubungan baik dengan supplier-supplier. Menggalakkan kolaborasi dengan industri-industri farmasi di Indonesia
KESIMPULAN Berdasarkan analisis proses pengembangan produk baru maka solusi yang terbaik adalah pengembangan organisasi melalui collaborative action dan training & development, dimana hal tersebut dapat menjadikan proses pengembangan produk baru sebagai aksi tingkat korporasi. Collaborative action yang terdiri dari proses, tingkah laku dan conversation yang berkaitan dengan kolaborasi antar personil. Melalui training & development yang dilakukan akan meningkatkan human capital perusahaan. Kesempatan ini diberikan kepada personil yang terlibat langsung dengan proyek pengembangan. DAFTAR PUSTAKA Advanced Immunization Management, 2005, Karakteristik Pasar Vaksin, Dikutip 5 April, 2008 dari http://www.aim-e-learning.stanford.edu/ Atmawikarta, A, 2002, Investasi Kesehatan Untuk Pembangunan Ekonomi, Dikutip 5 April, 2008 dari http://www.bappenas.go.id/.../&view=406/Arum%20Atmawikarta.doc Bio Farma, 2008, Internal Source Company, dokumen yang tidak dipublikasikan. Budiono, K, 2005, Meningkatkan Daya Saing Perusahaan Dengan Inovasi Produk Baru, Dikutip 15 April, 2008 dari http://www.ristinet.com/index.php?ch=8&lang=ind&s=95bf2576043c5ce917b86 2c5bdfd81&n=271 Donald,L.R., & R.S.Winer., 2004, Product Management, Fourth Edition, New York, McGraw-Hill/Irwin. Herawan, T, Wawancara pribadi oleh Kurnia Safitri, Bandung, April 2008. Inwood,D., & J. Hammond., 1993, Product Development: An Integrated Approach, London, Kogan Page Limited. Isbagio,D,W, 2005, Masa Depan Pengembangan Vaksin Baru, Cermin Dunia Kedokteran, Dikutip 5 April, 2008 dari http://www.kalbe.co.id/files/edk/files/148_06MasaPengembanganVaksin.pdf/148 _06MasaPengembanganVaksin.html Kuncahyo, I, 2004, Potret Industri Farmasi di Indonesia, Dikutip 15 April, 2008 dari http://64.203.71.11/kompascetak/0404/12/opini/906297.htm LIPI, Sub Program Pengembangan Bahan Obat Berbasis Biodiversitas Indonesia, n.d, Dikutip 10 April, 2008 dari http://www.kompetitif.lipi.go.id/portalVB/uploads/BAHAN%20OBAT.doc
ISBN : 978-979-99735-7-3 A-2-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
Maharani, Wawancara pribadi oleh Kurnia Safitri, Bandung, MA: April 2008. Putri, R, 2007, Mengelola Risiko Kegagalan Produk Baru, Dikutip 15 April, 2008 dari http://www.vibiznews.com/1new/journal_last.php?id=50&sub=journal&month= NOVEMBER&tahun=2007&awal=0&page=sales Sampurno, 2007, Membangun Daya Saing Farmasi Indonesia Menghadapi Harmonisasi Regulasi Farmasi ASEAN, Dikutip 10 April, 2008 dari http://strategicmanage.com Sampurno, 2007, Interplay Teknologi, Bisnis, dan Kesehatan Pada Industri Farmasi: Tantangan Indonesia, Dikutip 15 April, 2008 dari http://strategic_manage.com/?p=17 Ulrich, K.T., & Eppinger, S.D., 2008, Product Design and Development, Fourth Edition, Singapore, McGraw-Hill Company. Wahyu, D, 2007, Bio Farma tidak masuk holding BUMN Farmasi. Dikutip 27 September, 2007 dari http://www.detikfinance.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/09/tgl/04/ti me/125538/idnews/825437/idkanal/4. Wikipedia,2008, GlaxoSmithKline, Dikutip http://en.wikipedia.org/wiki/GlaxoSmithKline
ISBN : 978-979-99735-7-3 A-2-8
15
April,
2008
dari