ANALISIS POTENSI KEWIRAUSAHAAN PENGEMUDI TAKSI DI JAKARTA (Studi pada Perusahaan Taksi Blue Bird, Express Group, Koperasi Taksi, dan Taksi Putra) Chintami Maria dan Eva Andayani Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia Email :
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi kewirausahaan pada pengemudi taksi yang dapat digunakan untuk pemberdayaan SDM yang diukur berdasarkan teori Santos et al.(2008) dalam jurnal berjudul ”How to Assess Entrepreneurial Potential”. Kewirausahaan dapat digunakan dalam pemberdayaan SDM berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah dengan metode survey. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik quota sampling. Analisis data terhadap 98 responden pengemudi taksi pada empat perusahaan (Blue Bird, Express Group, Koperasi Taksi, dan Taksi Putra) dianalisis dengan distribusi frekuensi. Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran potensi kewirausahaan yang tinggi pada pengemudi taksi di Jakarta (pada perusahaan taksi yang diteliti).
Kata kunci : Kewirausahaan, potensi kewirausahaan, pemberdayaan SDM
Entrepreneurship Potential of Taxi Drivers in Jakarta (Study on Blue Bird, Express Group Koperasi Taksi, and Taksi Putra)
Abstract This study aims to examine entrepreneurship potential of taxi drivers which can be used to human resources empowerment based on Santos et al. (2008) theory in journal “How to Assess Entrepreneurial Potential”. Entrepreneurship can be used on human resources empowerment based on several studies. This study uses a quantitative approach. Sample in this study collected by survey techniques. This study use quota sampling techniques to collect data sample. Analysis of 98 respondents in four taxi company (Blue Bird, Express Group, Koperasi Taksi, dan Taksi Putra) use with frequencies descriptive analyze. The result showed that taxi drivers in Jakarta (at research’s place) have high entrepreneurship potential. Key words : Entrepreneuship, entrepreneurship potential, human resources empowerment
1. Pendahuluan Globalisasi membuat seluruh dunia menjadi satu pangsa pasar sehingga perusahaan dan SDM perlu mengubah strategi yang dimiliki menjadi sesuai dengan bisnis global
Analisis potensi..., Chintami Maria, FISIP, 2014
(Pradhan, 2010). Manusia dengan teknologi, barang dan jasa, serta ide juga dapat dengan mudah bergerak melewati batas negara. Pergerakan yang bebas ini bukan hanya menimbulkan keterkaitan dan ketergantungan, tetapi juga menimbulkan persaingan global yang ketat (Hady, 2000). Adanya globalisasi dan perdagangan bebas menjadikan setiap orang dituntut untuk bersaing dan bekerja sama satu sama lain. Perdagangan bebas yang dibawa oleh globalisasi akan menguntungkan perputaran sumber daya yang dibutuhkan oleh satu negara dengan negara lainnya. Masuknya pasar bebas dapat membawa keuntungan tersendiri bagi Indonesia, tetapi juga dapat merugikan Indonesia. Hilangnya hambatan arus barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja dapat menguntungkan tiap negara di ASEAN, meskipun pada kenyataannya tidak semua negara akan diuntungkan. Hal ini didukung oleh pendapat Edy Putra Irawady, Deputi Bidang Perniagaan dan Kewirausahaan Kementrian Koordinator Perekonomian yang mengatakan bahwa pada kenyataannya dalam setiap pasar bebas akan ada negara yang kuat dan ada pula negara yang mati (nasional.kontan.co.id, 2013). Namun yang menjadi kendala yang dihadapi masyarakat di Indonesia, peringkat daya saing Indonesia hanya berada di posisi 38 di bawah Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan Thailand.Peringkat kemudahan berbisnis di Indonesia juga hanya berada di posisi 120, tertinggal jauh dibandingkan dengan negara Singapura yang menduduki peringkat 1. Kepesimisan Indonesia akan pasar bebas dapat ditanggulangi dengan peningkatan kompetensi sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut Benny Soetrisno, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Tenaga Kerja, keberadaan sumber daya manusia yang berkualitas mutlak diperlukan karena akan berimplikasi pada daya saing dunia usaha dan perekonomian nasional (industri.kontan.co.id, 2013). Pasar bebas tenaga kerja membutuhkan sumber daya manusia memiliki pendidikan dan keahlian yang bersaing dengan tenaga kerja lain. Beberapa pelatihan dan pendidikan untuk tenaga kerja Indonesia diselenggarakan agar tenaga kerja ASEAN siap bersaing pada pasar bebas 2015 mendatang. Akan tetapi tanpa didukung dengan pendidikan, keahlian, dan motivasi kerja yang memadai masyarakat Indonesia akan mengalami pengangguran (Sudradjad, 2005). Pada tahun 2013, sebanyak 7,39 juta orang menganggur dari total angkatan bekerja 118,19 juta orang (tribunnews.com, 2014). Dengan banyaknya jumlah angkatan bekerja yang menganggur, diperlukan adanya pemberdayaan sumber daya manusia di Indonesia agar masyarakat dapat diberdayakan sehingga tidak terjadi pengangguran (Syamsi, 2009). Menurut Seers dalam Tjiptoherijanto (1996), kewirausahan menjadi salah satu bentuk pemberdayaan sumber daya manusia dengan cara pemerataan pendapatan dan menciptakan peningkatan lapangan pekerjaan. Kewirausahaan pun menjadi salah satu cara
Analisis potensi..., Chintami Maria, FISIP, 2014
untuk mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia (Kasmir, 2009). Wirausaha bukan hanya meningkatkan pendapatan seseorang namun juga membantu meningkatkan taraf hidup dan pembangunan ekonomi negara (Frinces, 2010). Bertambahnya kesempatan kerja melalui wirausaha merupakan strategi pemberdayaan masyarakat yang akan mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan di Indonesia, serta naiknya pertumbuhan ekonomi negara (Wrihartnolo dan Dwidjowijoto, 2002). Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia menghadapi permasalahan dalam mengelola sumber daya manusia yang melimpah dan lebih banyak yang tidak terlatih (unskilled). Peranan sektor informal menjadi penting dalam mengelola sumber daya manusia Indonesia, karena kemampuan sektor informal untuk menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak dan tidak menuntut keterampilan atau pendidikan yang tinggi. Sektor informal dapat dijadikan wadah pemberdayaan sumber daya manusia dimana tenaga kerja tidak terlatih (unskilled) dapat meningkatkan keterampilan di sektor formal sebelum masuk ke sektor informal (Kajian Evaluasi Pembangunan Sektoral, 2009). Sebagai suatu pekerjaan informal, pengemudi taksi perlu mempersiapkan diri dalam menghadapi globalisasi dan persaingan kerja. Pengemudi taksi masuk ke dalam kategori pekerjaan informal karena tidak mendapatkan upah yang tetap (jamsosindonesia.com, 2013). Pekerjaan informal juga dapat menjadi wadah pemberdayaan sumber daya manusia dimana tenaga kerja yang tidak terlatih (unskilled) dapat meningkatkan keterampilannya sebelum masuk ke sektor formal (Kajian Evaluasi Pembangunan Sektoral, 2009). Salah satu alternatif pekerjaan yang dapat dipilih oleh pengemudi taksi adalah dengan wirausaha karena sektor usaha kecil dan menengah serta sektor informal menjadi penyelamat perekonomian Indonesia di saat krisis (Nurseto, 2004). Wirausaha juga dinilai sebagai solusi mengatasi tingginya angka pengangguran dan rendahnya kualitas sumber daya manusia serta sebagai upaya untuk pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan. Pekerjaan sebagai pengemudi taksi berkaitan dengan konsep kewirausahaan. Agar dapat terjadi pemberdayaan perlu dikembangkan potensi kewirausahaan dalam diri pengemudi taksi. Dengan demikian, perlu dilihat gambaran potensi kewirausahaan dalam diri pengemudi taksi untuk dipergunakan dalam rangka memberdayakan diri di masa mendatang. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan potensi kewirausahaan yang ada di pengemudi taksi di Jakarta (pada lokasi penelitian) setelah pensiun dari pekerjaan sebagai pengemudi taksi.
Analisis potensi..., Chintami Maria, FISIP, 2014
2. Tinjauan Teoritis Individu perlu memiliki nilai-nilai kewirausahaan untuk menjadi wirausaha sukses. Proses menanamkan nilai-nilai kewirausahaan bergantung pada karakteristik setiap individu (Baum, Frese, Baron & Katz, 2007), dimana individu berperan untuk membuat proses implementasi inisiatif mengenai kewirausahaan dan siap menerima konsekuensinya. Terdapat penelitian mengenai identifikasi dan deskripsi kewirausahaan yaitu karakteristik psikologis dan karakteristik kepribadian. Santos, Caetano, Curral, dan Spagnoli (2008) mengatakan bahwa terdapat empat (4) dimensi dengan sebelas (11) karakteristik untuk mengukur potensi kewirausahaan yaitu : (a) Motivasi kewirausahaan (entrepreneurial motivations). Dimensi ini memiliki dua karakteristik yaitu (1) kemandirian (desire to be independent) dengan memiliki otonomitas dalam membuat strategi pengambilan keputusan dan (2) motivasi ekonomi (economic motivation) yaitu mampu mencapai keuntungan ekonomi. Kemandirian ditandai dengan keinginan kuat untuk kemandirian individu dalam membangun bisnis dan wirausaha juga mampu memisahkan tugas-tugas individu. (b) Kompetensi psikologis (psychological competencies). Dimensi ini memiliki tiga karakteristik yaitu (1) kemampuan inovasi (innovation capacity) yang ditandai dengan mampu menciptakan sesuatu yang baru baik barang atau jasa di pasar bisnis; (2) kecerdasan emosional (emotional intelligence) yang ditandai dengan mampu melihat, menginterpretasikan, dan mengatur emosional dalam diri dengan orang lain; (3) ketahanan (resilience) yaitu mampu bereaksi dan bertahan terhadap ketidakpastian, risiko, situasi yang tidak menentu, dan mampu menangani stress. Wirausaha perlu mempunyai kemampuan inovasi yang ditandai dengan mampu menciptakan sesuatu yang baru, tidak seperti pekerja yang hanya bekerja saja. Dalam berwirausaha, ketidakpastian terjadi lebih tinggi. Wirausaha mampu beradaptasi dalam situasi yang tidak menentu dan memiliki kegigihan yang lebih besar dibandingkan pekerja non-wirausaha.
Analisis potensi..., Chintami Maria, FISIP, 2014
(c) Kompetensi sosial (social competencies). Kompetensi sosial mempunyai dua karakteristik yaitu (1) kemampuan persuasi dan komunikasi, serta (2) kemampuan membangun relasi. Wirausaha mempunyai kemampuan persuasi dan komunikasi (persuasion and communication capacity) dengan mampu merubah perilaku dan sikap orang lain serta diri sendiri untuk menciptakan keadaan yang mendukung wirausaha. Kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain membawa energi positif dalam wirausaha. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi yang baik membawa signifikansi yang besar dalam kesuksesan usaha. Wirausaha juga mampu membangun relasi (network development capacity) antara sesama wirausaha maupun dengan individu lain yang dapat membantu menyediakan sumber daya yang berkaitan dengan bisnis/usaha. Beberapa penelitian juga menunjukkan kemampuan membangun relasi berdampak besar dalam pembangunan usaha. (d) Kompetensi manajemen (management competencies). Kompetensi manajemen memiliki empat karakteristik. Karakteristik pertama (1) adalah keberhasilan diri dalam wirausaha (entrepreneurial self-efficiacy). Individu yang memutuskan menjadi wirausaha percaya akan kapasitas diri sendiri untuk mencapai kesuksesan dalam berwirausaha. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan diri adalah dasar dari jiwa wirausaha, terutama dalam menghadapi tugas dan situasi yang tidak menentu. Individu dengan kepercayaan diri yang tinggi menunjukkan ketahanan ketika menghadapi masalah, mempunyai inisiatif tinggi, dan mempunyai ekspektasi tinggi akan kesuksesan. Karakteristik kedua (2) adalah visi. Wirausaha mampu membayangkan tujuan yang ingin dicapai di masa depan, mempunyai objektif dan realisasi yang jelas. Beberapa penelitian terhadap wirausaha sukses menunjukkan bahwa dengan mempunyai visi yang jelas akan mendukung pembangunan usaha. Mempunyai visi juga merupakan salah satu elemen kepemimpinan. Karakteristik ketiga (3) adalah kemampuan mobilisasi sumber daya (resources mobilization capacity). Wirausaha mampu mengumpulkan sumber daya yang
Analisis potensi..., Chintami Maria, FISIP, 2014
berkaitan dengan pembangunan usaha (baik finansial maupun material). Sumber daya adalah unsur penting dalam pembangunan usaha, sehingga bila mampu mengelola sumber daya maka individu akan mampu membangun usaha yang baru atau menjalin kerja sama dengan usaha lainnya. Karakteristik keempat (4) adalah kepemimpinan (leadership capacity). Wirausaha mampu mengerahkan dan mengatur orang lain dalam realisasi visi dan tujuan yang sudah ditentukan, untuk membangun dan mengembangkan bisnis. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa wirausaha mempunyai beberapa karakteristik yang sama dengan pemimpin. Beberapa penelitian dan literatur sebelumnya menunjukkan bahwa motivasi kewirausahaan adalah penentu kesuksesan (Baum, Locke, &Smith:2001). Menurut Locke dan Baum dalam Santos, Caetano, Curral, dan Spagnoli (2008), motivasi kewirausahaan menunjukkan kefokusan dan usaha dalam aktivitas kewirausahaan. Menurut Chell dalam Santos, Caetano, Curral, dan Spagnoli (2008) kompetensi psikologis menunjukkan skills dan atribut yang diperlukan dalam karakteristik wirausaha. Menurut Baron dalam Santos, Caetano, Curral, dan Spagnoli (2008), kompetensi sosial menunjukkan bahwa individu mampu berinteraksi dengan orang lain. Sedangkan kompetensi manajemen menunjukkan dasar-dasar prinsip manajemen bisnis. Untuk menggali potensi kewirausahaan, perlu dilakukan pembelajaran mengenai nilai-nilai kewirausahaan. Kemampuan untuk belajar merupakan salah satu komponen penting dalam membangun potensi kewirausahaan (Rae & Carswell, 2000). Melalui proses pembelajaran skills, knowledge, dan abilities dari masing-masing tahap bisnis dapat diaplikasikan kepada individu wirausaha. Proses pembelajaran kewirausahaan merupakan proses untuk membangun nilai-nilai kewirausahaan dalam individu (Deakins, O’Neill, dan Mileham, 2000). Pembelajaran kewirausahaan melalui edukasi dan training membuat wirausaha memfokuskan pengembangan personal dan pengembangan bisnisnya sendiri. Pembelajaran kewirausahaan (entrepreneurial learning) menurut Wing Yang Man (2005) dapat diklasifikasikan melalui tiga pendekatan yaitu pendekatan eksperiental (experiental approach), pendekatan kognitif/afektif (cognitive/affective approach), dan pendekatan jaringan (networking approach). Ketiga pendekatan yang dikemukakan oleh Wing Yan Man (2005) berhubungan dengan dimensi-dimensi dalam potensi kewirausahaan
Analisis potensi..., Chintami Maria, FISIP, 2014
yang
dikemukakan oleh Santos et al. (2008). Adapun beberapa pendekatan yang berkaitan erat dengan dimensi yang dikemukakan oleh Santos et al. (2008) antara lain :
Experiental approach dengan kompetensi manajemen. Pendekatan eksperiental menekankan pada pengalaman yang menjadi kunci utama dalam potensi kewirausahaan. Sedangkan kompetensi manajemen berisi mengenai kepercayaan diri akan keberhasilan usaha, adanya visi mengenai usaha, adanya kemampuan mobilisasi sumber daya, dan kemampuan untuk mengatur usaha. Keseluruhan dimensi dalam kompetensi manajemen dapat dilatih dalam experiental approach agar tercipta potensi kewirausahaan yang lebih tinggi.
Cognitive/affective approach. Di dalam potensi kewirausahaan terdapat faktor-faktor kognitif, afektif, emosional, dan kepribadian yang mempengaruhi. Faktor-faktor dalam cognitive/affective approach berkaitan erat dengan dimensi motivasi kewirausahaan
dan
kompetensi
psikologis.
Motivasi
kewirausahaan
akan
mempengaruhi wirausaha dalam kepercayaan diri untuk membuka usaha baru. Sedangkan kompetensi psikologis berisi mengenai kemampuan untuk melakukan inovasi, kecerdasan emosional, dan ketahanan terhadap risiko. Kedua dimensi tersebut (motivasi
kewirausahaan
dan
kompetensi
psikologis)
akan
mendukung
cognitive/affective approach untuk meningkatkan potensi kewirausahaan.
Networking approach. Networking approach dikembangkan menjadi pembelajaran kewirausahaan melalui small business networking (Gibb, 1997). Networking approach berkaitan dengan kompetensi sosial. Di dalam kompetensi sosial terdapat kemampuan persuasi, kemampuan negosiasi, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan untuk membangun relasi yang berkaitan dengan pendekatan networking. Pengembangan dimensi kompetensi sosial akan meningkatkan potensi kewirausahaan melalui networking approach.
3. Metode Penelitian 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif untuk mengukur keempat dimensi potensi kewirausahaan. Penelitian ini merupakan penelitian univariat yang hanya menggunakan satu variabel penelitian saja, yaitu potensi kewirausahaan. Berdasarkan manfaat penelitian, penelitian ini merupakan penelitian murni karena menggunakan konsep-
Analisis potensi..., Chintami Maria, FISIP, 2014
konsep akademis yang abstrak dan digunakan dalam kerangka pengembangan ilmu pengetahuan (Prasetyo dan Jannah, 2005). Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian deskriptif karena bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai potensi kewirausahan pengemudi taksi (Prasetyo dan Jannah, 2005). Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini termasuk dalam penelitian cross-sectional yang dilakukan hanya sekali dan mewakili satu periode tertentu yaitu pada bulan Februari-Juni 2014 (Cooper dan Schindler, 2006). 3.2 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode survey dan wawancara tidak terstruktur karena tidak menggunakan pedoman wawancara yang sistematis (Sugiyono, 2012). Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan untuk penelitian dari tempat aktual terjadinya peristiwa (Sekaran, 2006). Sedangkan data sekunder adalah informasi yang dikumpulkan oleh seseorang, yaitu website perusahaan, artikel-artikel, jurnal-jurnal pendukung, dan publikasi elektronik yang digunakan untuk mendukung analisis penelitian ini. 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ini menggunakan populasi sebanyak 4.534 orang berdasarkan data dari Direktorat Bina Sistem Transportasi Perkotaan (bstp.hubdat.web.id, 2013), dengan jumlah dari taksi Blue Bird (1.590 orang), Express Group (996 orang), Koperasi Taksi (958 orang), dan Taksi Putra (990 orang). Sampel merupakan sebagian dari populasi yang terdiri atas sejumlah anggota populasi (Sekaran, 2000). Sampel diperoleh melalui perhitungan dengan rumus Slovin yakni :
n=
n
= ukuran sampel
N
= ukuran populasi
e
= persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir (pada penelitian ini menggunakan 10%)
Analisis potensi..., Chintami Maria, FISIP, 2014
Teknik penarikan sampel dilakukan dengan teknik quota sampling untuk menentukan besaran masing-masing sampel dari tiap perusahaan. Adapun jumlah sampel yang digunakan dari taksi Blue Bird sebanyak 34 orang, Express Group 22 orang, Taksi Putra 22 orang, dan Koperasi Taksi 21 orang. 3.4 Teknik Analisis Data 3.4.1 Teknik Analisis Data Deskriptif Analisis deskriptif statistik dipilih dalam penelitian ini karena memudahkan dalam membaca dan menganalisa data. Data analisis deskriptif statistik dihasilkan melalui SPSS dengan opsi Frequencies maupun Descriptive (Wijaya. 2009). Data yang dihasilkan dari analisis deskriptif statistik dalam penelitian ini terbagi menjadi dua macam yaitu : (1) Distribusi Frekuensi dan (2) Ukuran Pemusatan. Distribusi frekuensi diperoleh dengan cara mengklarifikasikan data yang telah diperoleh berdasarkan kategori tertentu (Prasetyo dan Jannah, 2005). Sedangkan ukuran pemusatan yang digunakan menggunakan mean. Terdapat lima kelas untuk menentukan gambaran potensi kewirausahaan dari 1 (satu) hingga 5 (lima). Untuk mengetahui batasan nilai tersebut digunakan rumus sebagai berikut :
Pembagian kelas analisis deskriptif dapat dijabarkan sebagai berikut : Tabel 1 Pembagian Kelas Analisis Deskriptif
Variabel Potensi Kewirausahaan Sangat Rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat Tinggi
Batasan 1,00 < x < 1, 8 1,8 < x < 2,6 2,6 < x < 3,4 3,4 < x < 4,2 4,2 < x < 5,00
Sumber: data diolah peneliti, 2014
Analisis potensi..., Chintami Maria, FISIP, 2014
3.4.2 Uji Validitas dan Realibilitas Kedua uji ini merupakan alat yang objektif untuk melihat pemilihan prosedur sudah tepat untuk menjawab pokok permasalahan penelitian (Prasetyo dan Jannah, 2005). Adapun metode uji validitas dan uji reliabilitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah : 3.4.2.1 Uji Validitas Uji validitas bertujuan untuk mengukur apakah hasil dari pengumpulan data sesuai dengan apa yang menjadi objek penelitian. Uji validitas juga berperan sebagai alat objektif untuk menentukan prosedur penelitian tepat atau tidak (Prasetyo dan Jannah, 2005). Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pertanyaan-pertanyaan pada kuisioner yang harus diganti karena tidak relevan (Umar, 2013). Uji validitas dalam penelitian ini termasuk dalam validitas konstruk (construct validity) yang berawal dari logika model kerangka teoritis. Uji validitas menggunakan SPSS 21 dilakukan dengan analisis Reliability dan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel. Uji validitas dilakukan dengan mengetahui nilai korelasi antara tiap item dengan skor total item lainnya. Untuk menentukan suatu item layak digunakan atau tidak, maka batas minimal nilai korelasi (r tabel) yang digunakan adalah 0,30 (Priyatno, 2012). 3.4.2.2 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur mengetahui seberapa konsisten hasil yang didapat dari proses pengumpulan data (Cooper dan Schindler, 2011) atau juga untuk mengetahui tingkat keterandalan dari suatu indikator (Prasetyo dan Jannah, 2005).
Uji
reliabilitas menggunakan semua item yang valid (Priyatno, 2012). Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 21 dengan cara analisa reliabilitas (Reliability Analysis), pengukuran dilakukan dengan menggunakan Cronbach’s Alpha. Untuk menentukan suatu instrumen reliabel atau tidak bisa digunakan batas nilai Alpha 0,5 (Priyatno, 2012). 4. Hasil Pembahasan Dalam mengukur potensi kewirausahaan individu, diperlukan beberapa karakteristik yang dapat digunakan sebagai acuan ada atau tidaknya potensi kewirausahaan. Di dalam jurnal yang menjadi referensi dalam operasionalisasi konsep, terdapat empat dimensi untuk mengukur potensi kewirausahaan individu. Keempat dimensi tersebut dituangkan dalam 14
Analisis potensi..., Chintami Maria, FISIP, 2014
pertanyaan. Dimensi potensi kewirausahaan (Santos, Caetano, Curral, dan Spagnoli : 2008) yaitu, Motivasi Kewirausahaan (Entrepreneurial Motivation), Kompetensi Psikologis (Psychological Competences), Kompetensi Sosial (Social Competences), dan Kompetensi Manajemen (Management Competences). Untuk menentukkan gambaran potensi kewirausahaan, digunakan ukuran pemusatan berupa mean
untuk
menentukkan kecenderungan tinggi
atau rendahnya potensi
kewirausahaan pengemudi taksi. Setelah menguraikan masing-masing dimensi dalam variabel potensi kewirausahaan dapat ditemukan mean dari variabel potensi kewirausahaan yang
dapat
digunakan
untuk
mengambil
kesimpulan
mengenai
besaran
potensi
kewirausahaan pengemudi taksi. Hasil mean dari masing-masing dimensi akan dijelaskan dalam tabel 3. Tabel 2 Hasil Mean Variabel Potensi Kewirausahaan
Dimensi Variabel Potensi Kewirausahan
N
Min. Max.
Mean
Entrepreneurial Motivation (Motivasi Kewirausahaan
EM1
98
2
5
4.30
EM2
98
2
5
4.21
Psychological Competences (Kompetensi Psikologis)
PC1
98
2
5
3.95
PC2
98
2
5
4.01
PC3
98
2
5
3.83
Social Competences (Kompetensi Sosial)
SC1
98
2
5
4.01
SC2
98
2
5
3.97
SC3
98
2
5
4.08
SC4
98
2
5
3.94
MC1
98
2
5
4.06
MC2
98
2
5
4.03
MC3
98
2
5
3.83
MC4
98
2
5
4.02
MC5
98
2
5
4.17
Management Competences (Kompetensi Manajemen)
Mean Variabel Potensi Kewirausahaan
98
Mean Dimensi 4.3
3.93
4.0
4.02
4.02
Sumber : Hasil Olahan Data SPSS 21, 2014
Dengan nilai mean variabel potensi kewirausahaan sebesar 4,02 menunjukkan gambaran potensi kewirausahaan tinggi. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa
Analisis potensi..., Chintami Maria, FISIP, 2014
potensi kewirausahaan pengemudi taksi di lokasi penelitian (pada taksi Blue Bird, taksi Express Group, Koperasi Taksi, dan Taksi Putra) tergolong tinggi. Sedangkan pada mean masing-masing dimensi, dimensi entrepreneurial motivation memiliki nilai tertinggi yaitu 4.3. Sedangkan dimensi yang memiliki nilai mean terendah yaitu psychological competition dengan nilai mean 3.93. 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat potensi kewirausahaan yang tinggi pada pengemudi taksi yang diteliti yaitu di perusahaan taksi Blue Bird, Express Group, Taksi Putra, dan Koperasi Taksi. Potensi kewirausahaan dengan nilai dimensi terbesar didapat di dimensi entrepreneurial motivation atau motivasi kewirausahaan. Pengemudi taksi memiliki motivasi yang besar dalam berwirausaha, dibuktikan dengan potensi kewirausahaan yang tinggi dalam pernyataan “Saya punya keinginan untuk membangun bisnis atau usaha sendiri” dan “Saya ingin menciptakan keuntungan/pemasukan yang lebih dari usaha saya sendiri dibandingkan dengan pemasukan dari pekerjaan saya sekarang”.
Potensi kewirausahaan dapat dipengaruhi dari adanya pengalaman berbisnis sebelumnya dan adanya keinginan untuk membuka usaha setelah keluar dari perusahaan taksi sekarang. Adanya potensi kewirausahaan menunjukan bahwa pengemudi taksi sebagai pekerja informal dapat mengembangkan diri dan melakukan pemberdayaan di masa mendatang. Pemberdayaan diri dapat meningkatkan taraf hidup pengemudi taksi maupun pekerja informal lainnya.
5.2 Saran Dengan adanya potensi kewirausahaan yang tergolong tinggi, pemberdayaan diri terhadap pekerja informal seperti pengemudi taksi dapat dilakukan sedini mungkin. Kewirausahaan dapat dinilai sebagai salah satu cara untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Perusahaan perlu melakukan beberapa program dan kegiatan yang mendukung kewirausahaan pengemudi taksi sehingga taraf hidup pengemudi taksi dan keluarganya akan meningkat. Pengemudi taksi juga disarankan untuk menjadi wirausaha baik sebagai pekerjaan sampingan maupun pekerjaan utama agar pengemudi taksi dapat mengatur
Analisis potensi..., Chintami Maria, FISIP, 2014
masa pensiun setelah tidak menjadi pengemudi taksi, sebagai tambahan pemasukan, dan untuk meningkatkan taraf hidup.
Dimensi psychological competition memperoleh nilai terendah dari keseluruhan dimensi dalam potensi kewirausahaan. Dengan demikian perlu diberikan pelatihan mengenai kompetensi psikologis seperti mengenai ide penciptaan bisnis baru, kemampuan mengendalikan emosi, dan kemampuan menanggung risiko dalam setiap usaha. Pelatihan diperlukan agar keseluruhan dimensi dalam potensi kewirausahaan memiliki nilai yang tinggi dan pemberdayaan SDM dapat diterapkan dengan baik.
DAFTAR REFERENSI Buku Cooper, Donald & Schindler, Pamela, (2011). Business Research Methods,
Singapore:
McGraw-Hill Education (Asia). Hady, Hamdy. (2000). Ekonomi Internasional : Teori dan Kebijakan Perdagangan International. Gballa Indonesia : Jakarta.
Kasmir. (2006). Kewirausahaan. Rajagrafindo Persada: Jakarta. Prasetyo, Bambang & Jannah, Lina Miftahul. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif :Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.
Priyatno, Duwi. (2012). Cara Kiat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Yogyakarta : ANDI.
Sekaran, Uma. (2006). Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Buku 1 edisi 4. (Kwan Men Yon, Penerjemah). Jakarta: Salemba Empat.
Sudradjad. (2005). Kiat Mengentaskan Pengangguran Melalui Wirausaha. Jakarta : Bumi Aksara. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitaitif dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Analisis potensi..., Chintami Maria, FISIP, 2014
Tjiptoherijanto, Prijono. (1996). Sumber Daya Manusia Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta : Lembaga Penerbita FE UI.
Umar, Husein. (2013). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta : Rajawali Pers.
Wijaya, Tony. (2009). Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta : Universitas Atma Jaya.
Wrihatnolo, Randy R. dan Dwidjowijoto, Riant Nugroho. (2002). Manajemen Pemberdayaan : Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta : Elex Media Komputindo Jurnal Baum, J. R., Frese, M., Baron, R., & Katz. J. A. (2007).Entrepreneurship as an Area of Psychology Study: An Introduction. Psychology of Entrepreneurship. Ed. J. Robert Baum, Michael Frese, and RobertBaron. Lawrence Erlbaum: SIOP Frontier Series, 1-18. Deakins, D., O’Neill, E. and Mileham, P. (2000), “Executive learning in entrepreneurial firms and the role of external directors”, Education and Training, Vol. 42 No. 4/5, 317-25.
Frinces, Heflin Z. (2010). Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia. Jurnal Ekonomi & Pendidikan. Volume 7 No. 1, 34-57. Gibb, A.A. (1997). Small firm training and competitiveness: building upon the small business as a learning organization, International Small Business Journal, Vol. 15, 13-29.
Nurseto, Tejo. (2004). Strategi Menumbuhkan Wirausaha Kecil Menengah Yang Tangguh. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, Volume 1 Nomor 1, 96-105
Pradhan, R. P. (2010). Globalization in India: With special reference to 1990s. Journal of Economics and International Finance, 2(5), 76-84.
Analisis potensi..., Chintami Maria, FISIP, 2014
Rae, D. & Carswell, M. (2001), Towards a conceptual understanding of entrepreneurial learning. Journal of Small Business and Enterprise Development, Vol. 8 No. 2, 150158.
Santos, S. C., Caetano, A., Curral, L., &Spagnoli P. (2010). How to Assess Entrepreneurial Potential. ICSB World Conference Proceedings, 1-32.
Syamsi, Ibnu. (2009). Pemberdayaan Pengangguran Perkotaan dengan Berwirausaha. Jurnal Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, 1-20.
Wing Yan Man. (2005). Exploring the Behavioural Patterns of Entrepreneurial Learning. Education and Training Conference, Vol. 48 No. 5, 309-321.
Sumber Lain : Fury, Emma R. 12 Desember 2013. Kadin : Hadapi MEA, Kualitas SDM Perlu Ditingkatkan. http://industri.kontan.co.id/news/kadin-hadapi-mea-kualitas-sdm-perlu-ditingkatkan. Diakses tanggal 01/03/2014.
Kajian Evaluasi Pembangunan Sektoral. (2009). http://bappenas.go.id/files/3513/5027/3734/kajian-peran-sektorinformal2010090310304327490__20110518101103__3050__0.pdf. Diakses tanggal 15/5/2014.
Pratama, Adiatmaputra Fajar. 2013. Pengangguran di Indonesia Mencapai 7,39 Juta Orang. http://www.tribunnews.com/bisnis/2013/11/06/pengangguran-di-indonesia-mencapai739-juta-orang. Diakses tanggal 10/12/2013.
Simbolon, Fransiskus. 2014. Peluang dan Ancaman Pasar Bebas ASEAN (MEA). http://nasional.kontan.co.id/news/peluang-dan-ancaman-pasar-bebas-asean-mea. Diakses tanggal 04/03/2014.
http://www.jamsosindonesia.com/faqs/cetak/1. Diakses tanggal 5/5/2014.
Analisis potensi..., Chintami Maria, FISIP, 2014