ANALISIS POSITIONING INSTITUT PERTANIAN BOGOR SEBAGAI PERGURUAN TINGGI - BADAN HUKUM MILIK NEGARA (PT-BHMN)
Oleh RIJKI SAEFULOH BASALMAH H24104062
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
ANALISIS POSITIONING INSTITUT PERTANIAN BOGOR SEBAGAI PERGURUAN TINGGI NEGERI - BADAN HUKUM MILIK NEGARA (PT-BHMN)
Oleh
RIJKI SAEFULOH BASALMAH H24104062
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN ANALISIS POSITIONING INSTITUT PERTANIAN BOGOR SEBAGAI PERGURUAN TINGGI NEGERI - BADAN HUKUM MILIK NEGARA (PT-BHMN) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh RIJKI SAEFULOH BASALMAH H24104062
Menyetujui, Bogor, 30 Januari 2008
Mukhammad Najib, S.TP, MM Pembimbing Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar. MSc. Ketua Departemen Manajemen Tanggal Ujian : 24 Januari 2008
Tanggal Lulus :
ABSTRAK Rijki Saefuloh Basalmah. H24104062. Analisis Positioning Institut Pertanian Bogor sebagai Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara (PT-BHMN). Di bawah bimbingan Mukhammad Najib. Institut Pertanian Bogor sebagai Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara (PT-BHMN) sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 154 tahun 2000 maka, IPB diberikan otonomi yang luas untuk mengatur dan mengurus secara mandiri seluruh sumberdaya yang dimiliki secara efisien dan akuntabel agar dapat mempercepat tercapainya peningkatan kualitas penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Positioning adalah teknik yang coba dibuat oleh pemasar untuk menciptakan gambaran, citra atau identitas dalam benak atau pikiran konsumen target terhadap produk, merek atau perusahaan. Positioning adalah perbandingan relatif kompetitif dari produk yang diluncurkan di pasar dan dipersepsikan oleh konsumen target. Posisi produk adalah bagaimana pembeli potensial melihat dan menilai produk tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis posisi Perguruan Tinggi – Badan Hukum Milik Negara yang tertanam di benak mahasiswa, menganalisis pesaing-pesaing terdekat IPB, menganalisis tingkat loyalitas mahasiswa terhadap Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara dan menganalisis positioning IPB berdasarkan persepsi mahasiswa. Penelitian ini dilaksanakan di empat Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara (PT-BHMN) yaitu Institut Pertanian Bogor, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung dan Universitas Gadjah Mada. Pengumpulan data dilakukan mulai November 2007 sampai Januari 2008. Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah mahasiswa baru dari ke empat perguruan tinggi tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan dalam pengolahan data adalah analisis deskriptif, analisis biplot, multidimensional scalling dan brand switching pattern matrix dengan alat pengolah data SPSS versi 13.00 dan Microsoft Excell 2007. Berdasarkan hasil penilaian responden, Universitas Indonesia sebagai perguruan tinggi yang paling diingat responden yaitu sebesar 29%, diikuti oleh Institut Teknologi Bandung dan Universitas Gadjah Mada sebesar 25% dan Institut Pertanian Bogor sebesar 21%. Tiga pesaing terdekat Institut Pertanian Bogor adalah Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Indonesia. Tingkat loyalitas mahasiswa Institut Pertanian Bogor dapat dikatakan sangat loyal yaitu sebesar 86,84%. Institut Pertanian Bogor diposisikan mahasiswa sebagai Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara yang unggul dalam bidang penelitian dan biaya kuliah yang terjangkau.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Juni 1987 dari ayah H. Daud Basalmah dan ibu Hj. Mulyani. Penulis merupakan putra kedua dari dua bersaudara. Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah Sekolah Dasar Negeri 12 Petang,
kemudian
melanjutkan
ke
Sekolah
Lanjutan
Tingkat
Pertama
Daarussalaam Jakarta, dan Sekolah Menengah Umum Suluh Jakarta. Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMU Suluh Jakarta dan pada tahun yang sama lulus dari seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Program Studi Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif diberbagai organisasi seperti Badan Eksekutif Mahasiswa FEM IPB sebagai staf Olahraga dan Budaya dan Sharia Economic Student Club (SES-C) FEM IPB sebagai staf Informasi dan Komunikasi.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah serta inayah yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian dengan judul “ Analisis Positioning Institut Pertanian Bogor Sebagai Perguruan Tinggi – Badan Hukum Milik Negara (PT-BHMN) tepat pada waktunya. Dasar pertimbangan yang digunakan mengapa penulis memilih judul tersebut adalah karena penulis melihat pentingnya peranan Positioning dalam aspek pemasaran. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Atas terselesaikannya, penulisan dan penyusunan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Mukhammad Najib, S.TP, MM. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi serta berbagai bentuk input dalam proses penyusunan dan penulisan skripsi ini. 2. Ibu Hardiana Widiastuti, S.Hut, MM, dan Dra. Siti Rahmawati, M.Pd, atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menjadi dosen penguji. 3. Seluruh Dosen, Staf Pengajar dan staf Tata Usaha Departemen Manajemen atas segala pelayanan serta kemudahan dalam birokrasi. 4. Seluruh Staf dan Karyawan Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor yang telah mengijinkan untuk menyebarkan kuesioner di TPB. 5. Ibu dan Ayahku tercinta Hj. Mulyani dan H. Daud Basalmah serta kakakku tersayang Rahmat S. Basalmah, S.Si, yang telah memberikan doa, dukungan, dan semangat. 6. Rusda yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa. 7. Teman-teman PT. Global Piranti Solusi yang telah memberikan pengertian dan dorongan : Abi, Robi dan Fernando. 8. Teman-teman Manajemen 41 yang telah banyak mengajarkan arti sebuah persahabatan, semoga kita dapat menjaga tali persaudaraan dengan baik. 9. Teman-teman Fatkila dan yang sering berkunjung ke kamar 2 D dan 8 B. Dase, Andre, Tubagus M Eidri, Arie K W, Dedeh, Firman, Dika, Didik, Sidiq, Ajeng dan Notie
iv
10. Sahabat-sahabat yang mengajarkan arti persahabatan yang sebenarnya : Eko Budi Prayogi, Roy, Aufiah, Wiliam, Indra, Nurika, Pepen, Rini, Ihwan dan Hilman. Penulis sepenuhnya menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih membutuhkan penyempurnaan. Oleh karena itu segala bentuk kritik, masukan serta saran sangat penulis harapkan sebagai kajian untuk evaluasi dan perbaikan. Akhirnya, penulis berharap bahwa apa yang telah penulis susun dapat memberikan kontribusi kepada berbagai pihak dan menjadi landasan yang baik menuju tahap selanjutnya.
Penulis
v
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ iii KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ x DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi I.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ............................................................................ 4 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4 1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 4 1.5. Batasan Penelitian ............................................................................... 5
II.
TUJUAN PUSTAKA 2.1. Ekuitas Merek ..................................................................................... 6 2.2. Kesadaran Merek ................................................................................ 10 2.3. Segmentasi .......................................................................................... 13 2.4. Targeting ............................................................................................ 15 2.5. Positioning .......................................................................................... 15 2.6. Persepsi Konsumen............................................................................. 21 2.7. Loyalitas Konsumen ........................................................................... 22 2.7.1. Manfaat Loyalitas Konsumen ................................................ 24 2.7.2. Pengukuran Loyalitas ............................................................. 25 2.8. Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................. 26
III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual ........................................................ 28 3.2. Waktu dan Tempat Penelitian............................................................. 28 3.3. Metode Penelitian ............................................................................... 29 3.3.1. Metode Pengumpulan Data .................................................... 29 3.3.2. Metode Pengambilan Sampel................................................. 29 3.3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................. 30 1. Uji Validitas ....................................................................... 30 2. Uji Reliabilitas ................................................................... 31 3.3.4. Analisis Deskriptif ................................................................. 32
vi
3.3.5. Multidimensional Scalling ..................................................... 32 3.3.6. Analisis Biplot........................................................................ 34 3.3.7. Barand Switching Pattern Matrix .......................................... 35 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Organisasi ............................................................. 38 4.1.1. Sejarah Institut Pertanian Bogor ............................................ 38 4.1.2. Visi dan Misi Institut Pertanian Bogor .................................. 42 4.1.3. Moto Institut Pertanian Bogor................................................ 43 4.1.4. Tujuan Institut Pertanian Bogor ............................................. 43 4.2. Uji Kuesioner ..................................................................................... 43 4.2.1 Uji Validitas ........................................................................... 43 4.3.2 Uji Reliabilitas ....................................................................... 44 4.3. Karakteristik Responden..................................................................... 44 4.3.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Perguruan Tinggi ...................................................................................... 44 4.3.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............ 45 4.3.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jurusan Sekolah Asal 45 4.3.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Sekolah Asal ... 46 4.3.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pilihan Perguruan Tinggi yang Dipilih................................................................. 46 4.4. Analisis Kesadaran Merek .................................................................. 47 4.5. Analisis Pesaing Institut Pertanian Bogor dalam Perguruan Tinggi– Badan Hukum Milik Negara............................................................... 48 4.6. Loyalitas Responden........................................................................... 49 4.6.1. Responden yang Tidak Akan Pindah dari Perguruan Tinggi . 49 4.6.2. Responden yang Akan Merekomendasikan Perguruan Tinggi Kepada Orang Lain ..................................................... 52 4.6.3. Responden yang Akan Mengatakan Hal-Hal yang Positif Tentang Perguruan Tinggi Kepada Orang Lain...................... 54 4.6.4. Loyalitas Responden Perguruan Tinggi.................................. 57 4.7. Analisis Positioning Institut Pertanian Bogor .................................... 58 4.7.1. Analisis Deskriptif Persepsi Responden ................................ 58 4.7.2. Analisis Positioning ............................................................... 62
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ............................................................................................ 64 2. Saran ...................................................................................................... 65 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 66 LAMPIRAN ....................................................................................................... 67
vii
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1. 2.
Perguruan Tinggi Terbaik di Indonesia ....................................................... 3 Perkembangan Jumlah Mahasiswa IPB Tingkat 1 dan tingkat 2 tahun 2004-2007 .................................................................................................... 3 3. Teknik pengambilan contoh ......................................................................... 31 4. Standar Kruskall untuk Stress ...................................................................... 34 5. Jumlah responden di setiap Perguruan Tinggi ............................................. 45 6. Perguruan Tinggi yang diingat responden ................................................... 47 7. Perguruan tinggi yang dikenal responden .................................................... 47 8. Posisi pesaing Institut Pertanian Bogor ....................................................... 49 9. Tabulasi responden Institut Pertanian Bogor yang tidak akan pindah dari Institut Pertanian Bogor ............................................................................... 50 10. Tabulasi responden Universitas Indonesia yang tidak akan pindah dari Universitas Indonesia ................................................................................... 50 11. Tabulasi responden Institut Tekologi Bandung yang tidak akan pindah dari Institut Teknologi Bandung .................................................................. 51 12. Tabulasi Responden Universitas Gadjah Mada yang tidak akan pindah dari Universitas Gadjah Mada...................................................................... 51 13. Tabulasi responden Institut Pertanian Bogor yang akan merekomendasikan Perguruan Tinggi Institut Pertanian Bogor kepada orang lain...................................................................................................... 52 14. Tabulasi responden Universitas Indonesia yang akan merekomendasikan Perguruan Tinggi Universitas Indonesia kepada orang lain ........................ 53 15. Tabulasi responden Institut Teknologi Bandung yang akan merekomendasikan Perguruan Tinggi Institut Teknologi Bandung kepada orang lain...................................................................................................... 53 16. Tabulasi responden Universitas Gadjah Mada yang akan merekomendasikan Perguruan Tinggi Universitas Gadjah Mada kepada orang lain...................................................................................................... 54 17. Tabulasi responden Institut Pertanian Bogor yang akan mengatakan halhal yang positif tentang Institut Pertanian Bogor kepada orang lain ........... 55 18. Tabulasi responden Universitas Indonesia yang akan mengatakan hal-hal yang positif tentang Universitas Indonesia kepada orang lain ..................... 55 19. Tabulasi responden Institut Teknologi Bandung yang akan mengatakan hal-hal yang positif tentang Institut Teknologi Bandung kepada orang lain................................................................................................................ 56 20. Tabulasi responden Universitas Gadjah Mada yang akan mengatakan halhal yang positif tentang Universitas Gadjah Mada kepada orang lain ......... 57 21. Tabulasi loyalitas mahasiswa terhadap Perguruan Tinggi ............................ 58
viii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Halaman
Konsep ekuitas merek (Kotler, 2000) .......................................................... 8 Piramida kesadaran merek (Durianto, 2004) ............................................... 11 Kerangka pemikiran konseptual................................................................... 29 Persentase responden berdasarkan asal Perguruan Tinggi ........................... 45 Persentase responden berdasarkan jenis kelamin......................................... 45 Persentase responden berdasarkan jurusan sekolah asal .............................. 46 Persentase responden berdasarkan status sekolah asal ................................ 46 Persentase responden berdasarkan pilihan Perguruan Tinggi yang dipilih.. 46
ix
DAFTAR GRAFIK Grafik 1.
Halaman
Analisis deskriptif persepsi responden ......................................................... 59
x
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. 2.
Halaman
Kuesioner ..................................................................................................... 68 Uji Validitas dan Reabilitas ......................................................................... 76
xi
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pembangunan pendidikan sangat penting karena perannya dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang kehidupan seperti: sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Karena itu, Pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak setiap warga negara dalam memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup. Salah satu peran pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan tinggi dilakukan melalui otonomisasi Perguruan Tinggi, yang memberi Perguruan Tinggi tanggung jawab lebih besar dengan tetap berdasar pada prinsip akuntabilitas publik. Perguruan Tinggi juga diberi keleluasaan untuk mengelola sumber daya yang dimilikinya. Dengan adanya peraturan pemerintah tentang penetapan Perguruan Tinggi Negeri menjadi Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara (PTBHMN) diharapkan Perguruan Tinggi dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas. Oleh karena itu pemerintah memberikan otonomi seluas-luasnya kepada Perguruan Tinggi yang berstatus BHMN untuk mengatur dan mengurus secara mandiri penyelenggaraan layanan Tri Dharma Perguruan Tinggi serta tugas lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. PT-BHMN memiliki tujuan untuk menyelenggarakan pendidikan tinggi berkualitas yang relevan dengan pembangunan berkelanjutan, melaksanakan penelitian dan pelayanan kepada masyarakat untuk memacu kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni, dan penerapannya secara arif, menyediakan dan mengembangkan fasilitas serta sumber daya untuk memacu terselenggaranya pendidikan, penelitian dan pelayanan kepada
masyarakat
serta
memenuhi
kemandirian
pegawai
dalam
melaksanakan tugas, mengembangkan secara konsisten dan dinamis bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni bagi kesejahteraan umat manusia, membina, mengembangkan dan mewujudkan kecendikiawanan Civitas Akademika yang berbudi dan beradab, memberikan penghargaan dalam
2
pendidikan tinggi. Untuk mencapai hal tersebut PT-BHMN didukung dengan sumber penerimaan untuk melaksanakan otonomi pendidikan tinggi yang berasal dari subsidi umum dari pemerintah pusat, subsidi khusus dari pemerintah daerah, bantuan dari pemerintah pusat dan daerah, pinjaman dari pihak-pihak lain dari dalam maupun luar negeri, dana masyarakat yang merupakan imbalan terhadap layanan pendidikan tinggi, hibah dari dalam dan luar negeri, hasil kegiatan usaha, dan sumber lainnya yang diizinkan oleh peraturan perundangan. Institut Pertanian Bogor sebagai Perguruan Tinggi - Badan Hukum Milik Negara (PT - BHMN) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 154 tahun 2000 maka, IPB diberikan otanomi yang luas untuk mengatur dan mengurus secara mandiri seluruh sumberdaya yang dimiliki secara efisien dan akuntabel agar dapat mempercepat tercapainya peningkatan kualitas penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, IPB mempunyai tujuan untuk menghasilkan lulusan berkualitas yang mampu mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni, mengembangkan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni yang ramah lingkungan untuk mendukung pembangunan nasional dan memperbaiki kesejahteraan umat manusia, menjadikan institut sebagai lembaga pendidikan tinggi yang siap menghadapi tuntutan masyarakat dan tantangan pembangunan yang berubah dengan cepat baik secara nasional maupun global, dan menjadikan institut sebagai kekuatan moral dalam masyarakat Indonesia yang madani. Berdasarkan survei yang dilakukan Pusat Data dan Analisis Tempo (PDAT) sepanjang Desember 2006 - Januari 2007 tentang peringkat terbaik Perguruan Tinggi di Indonesia yang didasarkan persepsi kalangan dunia kerja dapat dilihat pada Tabel 1. Dari survei yang telah dilakukan diatas kualitas mahasiswa tidak lagi dapat ditentukan oleh Indeks Prestasi (IP) saja. Banyak perusahaan menginginkan kecakapan lain bagi calon pekerja antara lain berupa aktif berorganisasi, kemampuan bahasa Inggris, tekun belajar, mengikuti perkembangan informasi, memiliki pergaulan luas, dan mempelajari aplikasi komputer. (www.koranthecampus.wordpress.com)
3
Tabel 1. Perguruan Tinggi Terbaik di Indonesia Peringkat
Perguruan Tinggi
1
Universitas Indonesia
2
Institut Teknologi Bandung
3
Universitas Gadjah Mada
4
Institut Pertanian Bogor
5
Institut Teknologi Sepuluh November
6
Universitas Airlangga
7
Universitas Trisakti
8
Universitas Padjajaran
9
Universitas Atmajaya
10
Universitas Diponegoro
Sunber : (www.koranthecampus.wordpress.com)
Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian Administrasi dan Jaminan Mutu Pendidikan (AJMP) IPB, jumlah mahasiswa baru di IPB bersifat fluktuatif, dimana pada tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar 63 mahasiswa dari tahun 2004, tetapi pada tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 107 dari tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu sebesar 247 mahasiswa dari tahun 2006. Jumlah mahasiswa baru IPB ditunjukan pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan jumlah mahasiswa IPB tingkat 1 dan tingkat 2 tahun 2004-2007 No
Tahun
Jumlah mahasiswa baru IPB pada tahun 1
Jumlah mahasiswa di tahun ke 2
Persentase penuruan
1
2004
2805
2741
2,3%
2
2005
2868
2694
6%
3
2006
2761
2672
3,2%
4 2007 3008 Sumber : Direktorat Administrasi dan Jaminan Mutu Pendidikan (AJMP) IPB (Oktober 2007).
Berdasarkan Tabel 2, tingkat penurunan jumlah mahasiswa IPB mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2004 jumlah mahasiswa yang keluar dari IPB sebesar 2,3% dari jumlah mahasiswa sebesar 2805, pada tahun 2005 jumlah mahasiswa yang keluar dari IPB sebesar 6% dari 2868 mahasiswa, tetapi pada tahun 2006 jumlah mahasiswa IPB yang keluar mengalami penurunan sebesar 3,2% dari jumlah mahasiswa sebesar 2761.
4
1.2
Perumusan Masalah Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam menyusun strategi adalah mendefinisikan kebutukan konsumen, dengan menonjolkan keistimewaan dari produk yang ditawarkan. Tingkat persaingan yang sangat ketat seperti yang telah dijelaskan diatas membuat setiap universitas berusaha meningkatkan kualitas lulusannya sehingga dapat bersaing dalam dunia kerja. Melihat hal tersebut maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai: 1. Bagaimana kesadaran mahasiswa akan posisi Perguruan Tinggi – Badan Hukum Milik Negara? 2. Siapakah pesaing terdekat IPB? 3. Bagaimana tingkat loyalitas mahasiswa terhadap Perguruan TinggiBadan Hukum Milik Negara? 4. Bagaimana positioning IPB berdasarkan pemetaan persepsi mahasiswa?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis posisi Perguruan Tinggi – Badan Hukum Milik Negara yang tertanam di benak mahasiswa. 2. Menganalisis pesaing-pesaing terdekat IPB. 3. Menganalisis tingkat loyalitas mahasiswa terhadap Perguruan TinggiBadan Hukum Milik Negara. 4. Menganalisis positioning IPB berdasarkan persepsi mahasiswa.
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian
ini
diharapkan
dapat
berguna
bagi
penulis
untuk
mengaplikasikan teori-teori yang telah diterima selama perkuliahan. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan atau informasi kepada pihak IPB tentang posisi IPB dibenak mahasiswa baru. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan dan berkepentingan, serta sebagai literatur untuk penelitian selanjutnya.
5
1.5 Batasan Penelitian Penelitian ini difokuskan pada persepsi mahasiswa baru strata satu yang pada akhirnya akan menghasilkan positioning IPB. Namun terlebih dahulu dilakukan identifikasi terhadap pesaing terdekat IPB. Penelitian dilakukan kepada mahasiswa baru strata satu yang mengenal tentang Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara, sehingga nantinya dapat menentukan posisi IPB dengan Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara lainnya. Dipilih Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung dan Universitas Gajah Mada sebagai pesaing mengingat ke empat Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara ini termasuk kedalam empat besar perguruan tinggi terbaik di Indonesia.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Ekuitas Merek Ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama dan simbol yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa, baik pada perusahaan maupun pada pelanggan. Aset dan liabilitas adalah suatu nilai atau bobot yang sangat berarti bagi perusahaan yang mencerminkan kekayaan perusahaan, baik yang terlihat maupun tidak, salah satunya adalah merek. Agar aset dan liabilitas mendasari ekuitas merek, maka aset dan liabilitas merek harus berhubungan dengan nama atau sebuah simbol, sehingga jika dilakukan perubahan terhadap nama dan simbol merek, beberapa atau semua aset dan liabilitas yang menjadi dasar ekuitas merek akan berubah pula (Durianto dalam Wardhani,2006) Aset yang dikandung dapat membantu pelanggan dalam menafsirkan, memproses dan menyimpan informasi yang terkait dengan produk dan merek tersebut. Ekuitas merek dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian atas dasar pengalaman masa lalu dalam penggunaan atau kedekatan, asosiasi dengan berbagai karakteristik merek. Dalam kenyataannya, persepsi mutu dan asosiasi merek dapat mempertinggi tingkat kepuasan konsumen. Kotler (2000) mengemukakan bahwa merek bervariasi dalam hal kekuatan dan nilai yang dimilikinya di pasar. Pada satu ekstrem adalah merek yang tidak diketahui oleh sebagian besar pembeli di pasar. Dalam hal ini ditemui merek terhadap pembeli memiliki tingkat kesadaran merek (Brand awareness) tinggi (diukur berdasarkan ingatan atau pengakuan atas merek tersebut), merek yang memiliki tingkat penerimaan merek (brand acceptability) yang tinggi, dengan perkataan lain, merek yang sebagian besar pelanggan tidak akan menolak untuk membelinya. Selain itu terdapat merek yang memiliki tingkat prefensi merek (brand preference) tinggi. Merekmerek yang memiliki nilai-nilai seperti di atas adalah merek-merek yang
7
dipilih dibandingkan dengan merek-merek yang tidak mempunyai nilai serupa. Ekuitas merek dapat dikelompokan ke dalam lima katagori, yaitu : 1. Brand awareness (kesadaran merek), menunjukan kesanggupan seorang calon pembeli untuk menggali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. 2. Brand association (asosiasi merek), mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, selebritis, dan lain-lain. 3. Perceived quality (persepsi mutu), mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan mutu/keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkan. 4. Brand loyaty (loyalitas merek), mencerminkan tingkat keterikatan konsumen dengan suatu merek produk. 5. Other proprietary brand assets (aset-aset merek lainnya). Empat unsur ekuitas merek di luar aset-aset merek lainnya dikenal dengan unsur-unsur utama dari ekuitas merek. Unsur ekuitas merek yang kelima secara langsung akan dipengaruhi oleh mutu dari empat elemen utama tersebut. Konsep ekuitas merek (Gambar 1) memperlihatkan kemampuan ekuitas merek dalam penciptaan nilai bagi perusahaan atau pelanggan atas dasar lima kategori aset yang telah disebutkan.
8
Persepsi mutu Kesadaran merek
Asosiasi merek
Loyalitas merek
Aset-aset merek lainnya
Ekuitas merek (Nama, Simbol)
Memberikan nilai kepada pelanggan dengan memperkuat
Memberikan nilai kepada perusahaan dengan memperkuat
1. Interpretasi/proses informasi 2. Rasa percaya diri dalam pembelian 3. Pencapaian kepuasan dari pelanggan
1. Efisiensi dan efektifitas program layanan 2. Loyalitas merek 3. Harga/laba 4. Perluasan merek 5. Peningkatan perdagangan 6. Keuntungan kompetitif
Gambar 1.Konsep ekuitas merek (Kotler, 2000)
Ekuitas merek yang tinggi memberikan sejumlah keuntungan kompetitif (Kotler, 2000) : 1. Perusahaan akan menikmati biaya pemasaran yang lebih kecil, karena tingkat kesadaran dan kesetiaan merek konsumen yang tinggi. 2. Perusahaan akan mempunyai posisi lebih kuat dalam negosiasi dengan distributor dan pengecer, karena pelanggan mengharapkan mempunyai merek tersebut. 3. Perusahaan dapat mengenakan biaya lebih tinggi dari pesaingnya, karena merek tersebut memiliki mutu yang diyakini lebih tinggi.
9
4. Perusahaan dapat lebih mudah meluncurkan perluasan merek, karena merek tersebut memiliki kredibilitas tinggi. 5. Merek memberikan pertahanan terhadap pesaing harga ketat. Ekuitas merek memberikan nilai bagi perusahaan dalam bentuk (Kotler, 2000): 1. Ekuitas merek yang kuat dapat mempertinggi keberhasilan program dalam memikat konsumen baru atau merangkul kembali konsumen lama. Promosi yang dilakukan akan lebih efektif, jika merek dikenal. Ekuitas merek yang kuat dapat menghilangkan keraguan konsumen terhadap mutu merek. 2. Empat dimensi ekuitas merek : kesadaran merek, persepsi mutu, asosiasi-asosiasi dan aset merek lainnya dapat mempengaruhi alasan pembelian konsumen. Bahkan seandainya kesadaran merek, persepsi mutu dan asosiasi-asosiasi tidak begitu penting dalam proses pemilihan merek, maka ketiganya tetap dapat mengurangi keinginan atau rangsangan konsumen untuk mencoba merek-merek lain. 3. Loyalitas merek yang telah diperkuat merupakan hal penting dalam merespons inovasi yang dilakukan para pesaing. Loyalitas merek adalah salah satu kategori ekuitas merek yang dipengaruhi oleh kategori ekuitas merek lainnya. Kategori-kategori ekuitas merek lainnya berhubungan satu sama lain. Persepsi mutu dapat dipengaruhi oleh kesadaran merek. Nama merek dapat memberikan kesan bahwa produk dibuat dengan baik (persepsi mutu), diyakinkan oleh asosiasi dan loyalitas (seorang konsumen yang loyal tidak akan menyukai produk bermutu rendah). 4. Asosiasi merek sangat penting sebagai dasar strategi positioning maupun strategi perluasan produk. 5. Salah satu cara memperkuat ekuitas merek adalah melakukan promosi besar-besaran yang membutuhkan biaya besar. Ekuitas merek yang kuat memungkinkan perusahaan memperoleh marjin lebih tinggi dengan menerapkan
premium
price
(harga
premium)
dan
mengurangi
ketergantungan pada promosi, sehingga dapat diperoleh laba yang lebih tinggi.
10
6. Ekuitas merek yang kuat dapat digunakan sebagai dasar untuk pertumbuhan dan perluasan merek kepada produk lainnya atau menciptakan bidang bisnis baru yang terkait dengan biaya jauh lebih mahal untuk dimasuki tanpa merek dengan ekuitas merek tersebut. 7. Ekuitas merek yang kuat dapat meningkatkan penjualan, karena mampu menciptakan loyalitas saluran distribusi. Produk dengan ekuitas merek kuat akan dicari oleh pedagang, karena yakin produk tersebut akan memberikan keuntungan. Dengan ekuitas merek yang kuat, saluran distribusi dapat berkembang, sehingga semakin banyak tempat penjualan dan pada akhirnya memperbesar volume penjualan produk tersebut. 8. Aset-aset ekuitas merek lainnya dapat memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan dengan memanfaatkan celah-celah yang tidak dimiliki pesaing. Biasanya, bila dimensi utama dari ekuitas merek yaitu kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi mutu dan loyalitas merek sudah sangat kuat, maka secara otomatis aset ekuitas merek lainnya akan kuat. Sebagai contoh, kesetiaan perantara maupun pemasar (dealer, grosir, dan lain-lain) sangat tergantung pada kekuatan empat unsur utama dari ekuitas merek. Ekuitas merek sangat berkaitan dengan seberapa banyak pelanggan suatu merek berada dalam kelas 3, 4, dan 5. Ekuitas merek sangat berkairan dengan tingkat pengakuan dan mutu merek yang diyakini, asosiasi mental dan emosional yang kuat, serta aktiva lain seperti paten, merek dagang, dan hubungan saluran distribusi (Kotler, 2000). 2.2
Kesadaran Merek Kesadaran merek merupakan kesanggupan seseorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari katagori produk tertentu. Kesadaran merek membutuhkan jangkauan kontinum (continuum ranging) dari persamaan yang tidak pasti bahwa merek tertentu dikenal, menjadi keyakinan bahwa produk tersebut merupakan satu-satunya dalam kelas produk selanjutnya.
11
Peran kesadaran merek dalam keseluruan ekuitas merek tergantung dari sejauh mana tingkatan kesadaran yang dicapai oleh suatu merek. Tingkatan kesadaran merek seara berurutan dapat digambarkan sebagai suatu piramida (Gambar 2) seperti dibawah ini :
Top of Mind
Brand Recall
Brand Recognition Unaware of Brand
Gambar 2. Piramida kesadaran merek (Durianto, 2004) a. Unaware of brand (tidak menyadari merek) Merupakan tingkat yang paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek. b. Brand recognition (pengenalan merek) Tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat seseorang pembeli memilih suatu merek saat melakukan pembelian. c. Brand recall (pengingatan kembali terhadap merek) Pengingatan kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam kelas produk. Hal ini diistilahkan dengan pengingatan kembali tanpa bantuan, karena berbeda dari tugas pengenalan, responden tidak perlu dibantu untuk memunculkan merek tersebut. d. Top of mind (puncak pikiran) Apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan pengingatan dan ia dapat menyebutkan satu nama merek, maka merek yang paling banyak disebutkan pertama sekali merupakan puncak
12
pikiran. Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada di dalam benak konsumen. Peran kesadaran merek terhadap ekuitas merek dapat dipahami dengan membahas bagaimana kesadaran merek menciptakan suatu nilai. Menurut Durianto (2007), penciptaan nilai dapat dilakukan paling sedikit ada 4 cara yaitu: a. Anchor to which other association can be attached, artinya suatu merek dapat digambarkan seperti suatu jangkar dengan beberapa rantai. Rantai menggambarkan asosiasi merek tersebut. b. Familiary-Lingking,
artinya
dengan
mengenal
merek
akan
menimbulkan rasa terbiasa terutama produk-produk yang bersifat low involvement (kebiasaan terendah). Suatu kebiasaan dapat menimbulkan keterkaitan kesukaan yang kadang-kadang dapat menjadi suatu pendorong dalam membuat keputusan. c. Substance/commitment, Kesadaran akan nama dapat menandakan keberadaan, komitmen, dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Secara logika, suatu nama dikenal karena beberapa alasan mungkin karena program iklan perusahaan yang ekstensif, jaringan distribusi yang luas, ekstensi yang sudah lama dalam industri, dll. Jika kualitas dua merek sama, kesadaran merek akan menjadi faktor yang menentukan dalam keputusan pembeliaan konsumen. d. Brand to consider. Langkah pertama proses pembelian adalah menyeleksi dari suatu kelompok merek-merek yang dikenal untuk dipertimbangkan merek nama yang akan diputuskan dibeli. Merek yang memiliki Top of Mind yang tinggi mempunyai nilai yang tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek tersebut tidak dipertimbangkan di benak konsumen. Biasanya merek-merek yang disimpan dalam ingatan konsumen adalah merek yang disukai atau dibenci. Pengenalan maupun pengingatan merek akan melibatkan upaya mendapatkan identitas nama dan menghubungkannya ke katagori produk.
13
Menurut Durianto (2004), agar kesadaran merek dapat dicapai dan diperbaiki dapat ditempuh beberapa cara sebagai berikut: a. Pesan yang dilakukan harus mudah diingat dan tampil beda dibandingkan dengan lainnya serta harus ada hubungannya antara merek dengan katagori produknya. b. Memakai slogan atau lagu yang menarik sehingga membantu konsumen untuk mengingat merek. c. Jika produk memiliki simbol, hendaknya simbol yang dipakai dapat dihubungkanya dengan mereknya d. Perluasan nama merek dapat dipakai agar merek semakin banyak diingat pelanggan. e. Kesadaran merek dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat yang sesuai katagori produk, merek, atau keduannya. f. Melakukan pegulangan untuk meningkatkan pengingatan karena membentuk ingatan lebih sulit dibandingkan membentuk pengenalan. 2.3
Segmentasi Menurut Kotler (1997), produsen pada dasarnya melakukan penciptaan sekaligus penyerahan nilai, proses, penciptaan dan penyerahan nilai kepada konsumen digabungkan dalam bentuk STP (Segmentasi, Targeting, Positioning). Segmentasi pasar merupakan suatu usaha untuk meningkatkan ketepatan pemasaran perusahaan. Sebuah perusahaan tidak dapat melayani seluruh pelanggan di pasar yang sanggat luas. Pelanggan terlalu banyak dan tuntutan
pembelian
mereka
berbeda-beda.
Perusahaan
perlu
mengidentifikasi segmen pasar yang dapat dilayani secara paling efektif. Menurut Kasali (1998), segmentasi pada dasarnya adalah suatu strategi untuk memahami struktur pasar, sedangkan targeting adalah persoalan bagaimana memilih, menyeleksi dan menjangkau pasar. Bagaimana menyeleksi pasar tergantung atau sangat ditentukan oleh bagaimana pemasar melihat pasar itu sendiri. Dengan demikian pasar yang dilihat oleh dua orang berbeda, yang didekati oleh metode segmentasi yang berbeda akan menghasilkan peta yang berbeda pula. Segmentasi adalah proses mengkotak-kotakan pasar yang heterogen ke dalam kelompok-kelompok
14
“potensial
customer”
yang
memiliki
respon
yang
sama
dalam
membelanjakan uangnya. Menurut Peter dan Olsan dalam Apriantoro (2006), segmentasi pasar didefinisikan sebagai proses membagi suatu pasar ke dalam kelompok konsumen dan sama menyeleksi kelompok-kelompok yang paling tepat untuk dilayani oleh perusahaan. Menurut Kasali (1998), setidaknya ada lima keuntungan yang dapat diperoleh dengan melakukan segmentasi pasar yaitu: (1) Mendisain produk-produk yang lebih responsif terhadap kebutuhan pasar Hanya dengan memahami segmen-segmen yang responsif terhadap suatu stimuli, maka pemasar dapat mendisain produk yang sesuai dengan kebutuhan/keinginan
segmen-segmen
ini.
Jadi,
perusahaan
menempatkan konsumen di tempat yang utama dan menyesuaikan produknya untuk memuaskan konsumen. (2) Menganalisis pasar Segmentasi pasar membantu eksekutif mendeteksi siapa saja yang akan menggerogoti pasar produknya. (3) Menemukan peluang Setelah menguasai pasar, mereka yang menguasai konsep segmentasi dengan baik akan sampai pada ide untuk menentukan peluang. Peluang ini tidak selalu sesuatu yang besar, tetapi pada masanya akan menjadi besar. (4) Menguasai posisi yang superior dan kompetitif Mereka yang meguasai segmen dengan baik umumnya adalah mereka yang paham betul konsumennya. Mereka mempelajari pergeseranpergeseran yang terjadi di dalam segmennya. (5) Menentukan strategi komunikasi yang efektif dan efisien Setelah tahu persis siapa segmennya, maka pemasar akan tahu bagaimana berkomunikasi yang baik dengan mereka. Segmentasi pasar adalah suatu landasan pengembangan strategi pemasaran yang logis dan merupakan salah satu jembatan besar antara leteratur tentang prilaku konsumen yang berhubungan dengan strategi pemasaran.
15
2.4
Targeting Setelah perusahaan mengidentifikasi peluang-peluang segmen pasarnya, perusahaan harus mengevaluasi beragam segmen dan memutuskan berapa banyak dan segmen mana yang akan dibidik. Pemasar harus dapat membedakan pasarnya antara pasar jangka pendek-pasar masa depan dan pasar primer-pasar skunder dalam membidik konsumennya (Kasali, 1998) Pasar sasaran jangka pendek adalah pasar yang ditekuni hari ini yang direncanakan akan dijangkau dalam waktu dekat. Pasar inilah yang menghasilkan penjualan dalam waktu dekat. Pasar masa depan adalah pangsa pasar tiga atau lima tahun dari sekarang. Pasar sasaran primer adalah sasaran utama produk pemasar. Mereka terdiri dari konsumen-konsumen yang sangat penting bagi kelangsungan hidip perusahaan. Umumnya target primer adalah pemakai fanatik (heavy user). Adakalanya target primer adalah para penyalur (distributor-distributor utama) yang menguasai sebagian besar peredaran produk. Pasar skunder adalah pasar yang terdiri dari konsumen-konsumen yang sering tidak dianggap penting tapi jumlahnya cukup besar.
2.5
Positioning Setelah pasar sasaran dipilih, maka proses selanjutnya adalah melakukan positioning. Positioning pada dasarnya adalah suatu strategi untuk memasuki jendela otak konsumen. Positioning biasanya tidak menjadi masalah dan tidak dianggap penting selama barang-barang yang tersedia dalam suatu masyarakat tidak begitu banyak, dan persaingan belum menjadi suatu yang penting. Positioning baru akan menjadi penting apabila persaingan sudah sangat sengit. Positioning adalah bentuk dari strategi komunikasi untuk memasuki jendela otak konsumen agar produk dan merek yang ditawarkan mengandung arti tertentu yang dalam berbagai segi mencerminkan keunggulan terhadap produk atau merek dalam hubungan asosiatif, dengan demikian positioning berkaitan dengan bagaimana produsen memposisikan produk atau mereknya diantara pesaing dan memposisikan produknya dengan merek dibenak konsumen atau pelanggan (Kasali, 1998)
16
Dalam pemasaran, positioning adalah teknik yang coba dibuat oleh pemasar untuk menciptakan gambaran, citra atau identitas dalam benak atau pikiran konsumen target terhadap produk, merek atau perusahaan. Positioning adalah perbandingan relatif kompetitif dari produk yang diluncurkan di pasar dan dipersepsikan oleh konsumen target. Posisi produk adalah bagaimana pembeli potensial melihat dan menilai produk tersebut. Menurut Kotler, 1997 dalam Kasali (1998), penentuan posisi (Positioning) adalah tindakan yang dilakukan marketer untuk membuat citra produk dan hal-hal yang ingin ditawarkan kepada pasarnya berhasil memperoleh posisi yang jelas dan mengandung arti dalam benak sasaran konsumennya. Positioning tidak boleh dilakukan secara semena-mena. Produk harus didesain berdasarkan positioning yang diharapkan di dalam pikiran; positioning harus diputuskan sebelum produk tersebut didesain. Positioning adalah pemetaan persepsi dan merupakan saat produk atau jasa sesuai dengan pangsa pasar. Positioning yang efektif menempatkan produk atau jasa dalam baris pertama ingatan pembeli potensial. Positioning adalah alat yang sanggat kuat untuk menciptakan citra. citra adalah hasil reprentasi dari keinginan menjadi apa yang diinginkan, melakukan apa yang ingin dilakukan dan mendapatkan apa yang ingin didapatkan. Menurut Kasali (1998), sebelum menentukan positioning ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1. Positioning adalah strategi komunikasi Komunikasi
dilakukan
untuk
menjembatani
produk/merek/nama
perusahaan dengan calon konsumen. Meski positioning bukanlah sesuatu yang dilakukan terhadap produk, komunikasi berhubungan dengan atribut-atribut yang secara fisik maupun non fisik melekat pada produk perusahaan. Warna, disain, tulisan yang tertera di label, kemasan, nama merek adalah diantaranya. Selain itu perlu diingat bahwa komunikasi menyangkut aspek yang luas. Ia bukan semata-mata berhubungan dengan iklan meski iklan menyita porsi anggaran komunikasi yang sangat besar. Komunikasi menyangkut soal citra yang disalurkan memalui model iklan, media yang dipilih, outlet yang menyalurkan
17
produk perusahaan, sikap para manajer dan tenaga penjual, berbagai bentuk sponsorship, produk-produk terkait, bentuk fisik bangunan, manajer/CEO/komisaris yang diangkat dan sebagainya. 2. Positioning yang bersifat dinamis Perlu
diingat
bahwa
persepsi
konsumen
terhadap
suatu
produk/merek/nama bersifat relatif terhadap struktur persaingan. Begitu keadaan pasar berubah, begitu sebuah pemimpin pasar jatuh, atau begitu pendatang baru berhasil menguasai tempat tertentu maka positioning produk perusahaan pun berubah. Oleh karena itu, patut dipahami bahwa positioning adalah strategi yang harus terus menerus dievaluasi, dikembangkan, dipelihara dan dibesarkan. 3. Positioning berhubungan dengan event marketing Karena positioning berhubungan dengan citra di benak konsumen, pemasar harus mengembangkan strategi Marketing Public Relation (MPR) melalui event marketing yang dipilih yang sesuai dengan karakter produk perusahaan. 4. Positioning berhubungan dengan atribut-atribut produk Konsumen
pada
dasarnya
tidak
membeli
produk,
tetapi
mengkombinasikan atribut. Ekonom Kelvin Lancaster dalam Kasali (1998) menyatakan bahwa suatu barang tidak dengan sendirinya memberikan utility. “Barang itu memiliki karakteristik dan karakteristikkarakteristik itulah yang membangkitkan utility”. Karakteristik itulah yang didalam positioning disebut atribut. Atribut-atribut itulah yang ditonjolkan produsen dalam positioning. 5. Positioning memberi arti dan arti itu harus penting bagi konsumen Pertama-tama pemasar harus mencari tahu atribut-atribut apa yang dianggap penting oleh konsumen (sasaran pasarnya) dan atribut-atribut yang dikombinasikan itu mengandung arti. 6. Atribut-atribut yang dipilih harus unik Selain unik atribut-atribut yang hendak ditonjolkan harus dapat dibedakan dengan yang sudah diakui milik pesaing. Beberapa jenis produk yang pesaingnya sedikit, umumnya konsumen tidak memiliki
18
kesulitan untuk membedakan, tetapi untuk produk-produk lain yang pasarnya yang demikian banyak mungkin konsumen akan mengalami kesulitan. 7. Positioning harus diungkapkan dalam bentuk suatu pernyataan (positioning statement) Pernyataan ini selain memuat atribut-atribut yang penting bagi konsumen, harus dinyatakan dengan mudah, enak didengar dan harus dapat dipercaya. Secara umum, semakin beralasan klaim yang diajukan, semakin objektif, maka semakin dipercaya. Ries dan trout dalam Kotler (2004) berpendapat bahwa penentuan posisi dimulai dengan produk. Tetapi positioning bukanlah apa yang dilakukan perusahaan terhadap suatu produk, melainkan apa yang perusahaan lakukan terhadap
akal
pikiran
calon-calon
pelanggannya.
Jadi,
perusahaan
memposisikan produk itu di dalam pikiran calon pelanggan. Selain itu produk terkenal pada umumnya memiliki suatu posisi tersendiri di banak konsumen. Merek-merek yang sudah memiliki posisinya masing-masing di benak konsumen akan sulit bagi pesaing untuk mencurinya. Pesaing hanya memiliki tiga pilihan strategi. 1. Strategi pertama adalah memperkuat posisinya sendiri saat ini di benak konsumen 2. Strategi kedua adalah mencari dan merebut posisi baru yang belum ditempati kemudian menggeser (deposition) atau mengubah (reposition) posisi persaingan. Pemasar harus mengidentifikasi atribut atau manfaat penting yang dapat dimiliki suatu merek secara meyakinkan. 3. Strategi
ketiga
adalah
strategi
kelompok-eksekutif.
Positioning
mengharuskan perusahaan mengerjakan tiap aspek terwujud dari produk, harga, tempat, dan promosi guna mendukung strategi positioning yang dipilih. Setelah perusahaan mengembangkan strategi positioning yang jelas, perusahaan harus mengkomunikasikan positioning itu secara efektif. Merek-merek yang tidak berada pada urutan pertama dalam pasar mereka (diukur dari besarnya perusahaan atau atribut-atribut lainnya) tidak
19
perlu merasa cemas, yang mereka perlukan hanyalah memilih atribut lain dan menjadi nomor satu dalam atribut yang dipilih tersebut. Setiap pesaing akan menarik pelanggan-pelanggan yang cocok dengan atribut-atribut utama setiap perusahaan tersebut. Treacy dan Wiersema dalam Kotler (2004) membedakan tiga positioning utama (yang disebut sebagai “disiplin nilai”) sebagai berikut: Product leadership (kepemimpinan produk), operational excellence (keunggulan oprasional), dan customer intimacy (keakraban dengan pelanggan). Beberapa pelanggan paling menghargai prusahaan-perusahaan yang dapat menawarkan produk-produk yang terbaik dalam katagorinya; beberapa menghargai perusahaan karena dapat berorientasi dengan efisien; dan beberapa yang lainnya lagi menghargai perusahaan karena mereka dapat memberi respon yang terbaik atas keinginan-keinginan mereka. Sedangkan Crawford dan Matthews dalam kotler
(2004)
mengusulkan
lima
kemungkinan Positioning: Product (produk), price (harga), ease of acces (kemudahan dalam mengakses), value-added service (jasa-jasa yang memberi nilai tambah), dan customer experience (pengalaman pelanggan). Menuruk Kasali (1998), selain menggunakan atribut sebagai alat untuk mengembangkan pernyataan positioning, praktisi pemasaran juga dapat menggunakan cara lain: 1. Positioning berdasarkan perbedaan produk. Pemasar dapat menunjukan kepada pasarnya dimana letak perbedaan produknya terhadap pesaing (unique product feature). Produsen yang menghasilkan produk prioritas dapat melakukan cara ini. Kelemahan cara ini adalah perbedaan yang ditonjolkan mudah ditiru oleh pesaing. 2. Positioning berdasarkan manfaat produk. Manfaat produk dapat pula ditonjolkan sebagai positioning sepanjang dianggap penting oleh konsumen. Ada banyak bentuk manfaat yang ditonjolkan seperti waktu, kemudahan, kejelasan, kejujuran, kenikmatan, murah, jaminan, dan sebagainya. Manfaat yang bersifat ekonomis (murah, wajar, sesuai denan kualitasnya), fisik (tahan lama, bagus, enak dilihat) atau emosional (berhubungan dengan self image).
20
3. Positioning berdasarkan pemakaian. Disini distribusi yang ditonjolkan adalah pemakaian produk itu. 4. Positioning
berdasarkan kategori produk. Positioning ini biasanya
dilakukan oleh produk-produk baru yang muncul dalam suatu kategori produk. 5. Positioning kepada pesaing. Di Indonesia pemasar dilarang mengiklankan produknya dengan membandingkan dirinya kepada para pesaingnya. Positioning berdasarkan pesaing di dalam periklanan moderen adalah hal yang sudah menjadi hal biasa dimana-mana. Di Amerika iklan perbandingan diperkenankan karena terbukti mampu mengangkat perusahaan-perusahaan kecil yang membandingkan dirnya dengan perusahaan-perusahaan besar. Di Indonesia, karena perbandingan langsung dilarang, pemasar biasa menggunakan cara tidak langsung. 6. Positioning melalui imajinasi. Positioning memang merupakan hubungan asosiatif. Pemasar dapat mengembangkan positioning produknya dengan menggunakan imajinasi-imajinasi seperti tempat, orang, benda-benda, situasi dan lain sebagainya. 7. Positioning berdasarkan masalah. Terutama untuk produk-produk/jasajasa baru yang belum begitu dikenal. Produk (barang atau jasa) baru biasanya diciptakan untuk memberi solusi kepada konsumennya. Masalah yang dirasakan dalam masyarakat atau dialami konsumen diangkat ke permukaan, dan produk yang ditawarkan diposisikan untuk memecahkan persoalan tersebut. Persoalan itu biasanya berhubungan dengan sesuatu yang aktual, dapat berupa persoalan jangka pendek yang waktunya singkat sekali untuk diatasi (atau masyarakat segera beralih kepada persoalan lain yang dinilai lebih penting) atau suatu persoalan yang dinamis dan jangka panjang. Dalam menentukan positioning perusahaan harus menghindari empat kesalahan utama dalam positioning, menurut Kotler dalam Kasali (1998) antara lain: 1. Positioning yang kurang (underpositioning). Produk mengalami underpositioning apabila keunggulan produknya tidak dirasakan
21
konsumen. produk tidak memiliki posisi yang jelas sehingga dianggap sama saja dengan kumpulan produk lainnya di pasar. Masalahnya konsumen tidak bisa membedakan mereka dengan merek-merek lainnya. 2. Positioning yang berlebihan (overpositioning). Adakalanya pemasar terlalu sempit memposisikan produknya sehingga mengurangi minat konsumen yang masuk dalam segmen pasarnya. 3. Positioning yang membingungkan (confused positioning). Konsumen bisa mengalami keragu-raguan karena pemasar menekankan terlalu banyak atribut. 4. Positioning yang meragukan (doubtful positioning). Positioning ini diragukan kabenarannya karena tidak didukung bukti yang memadai. Konsumen tidak percaya, karena selain tidak didukung bukti yang kuat, mereka mungkin memiliki pengalaman tertentu terhadap merek tersebut, atau marketing mix yang diterapkan tidak konsisten dengan keberadaan produk. Tidak ada satu bentuk positioning yang akan bertahan selamanya. Sejalan dengan banyaknya perubahan yang terjadi pada konsumen, para pesaing, teknologi dan ekonomi, perusahaan harus melakukan evaluasi kembali positioning dari merek-merek utama mereka. Bagi beberapa merek yang telah kehilanggan pangsa pasar kemungkinan perlu di-positioning ulang. Hal ini harus dilakukan dengan hati-hati. Mengganti merek memang akan dapat mendatangkan konsumen-konsumen baru, tetapi mungkin juga akan kehilangan beberapa konsumen lama yang lebih suka pada merek yang lama
(Kotler,
2004).
Positioning
adalah
“single-statement”
yang
mengupayakan persepsi terhadap suatu produk jadi “unik di benak konsumen” (Kertajaya, 2004) 2.6
Persepsi Konsumen Konsep persepsi berhubungan erat dengan bagaimana konsumen memproses informasi. Proses berfikir melibatkan sesuatu yang disebut persepsi. Persepsi inilah yang menjadi pusat perhatian para ahli positioning. Dapat dikatakan juga bahwa prsepsi mengatur indra-indra kita menafsirkan berbagai informasi dalam bentuk yang lebih berarti.
22
Menurut Kotler 1997, persepsi adalah suatu proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan dan mengintepretasikan informasi menjadi suatu gambaran yang berarti mengenai suatu objek. Persepsi seseorang tergantung pada seberapa jauh suatu objek memberi arti dan manfaat terhadap seseorang dan persepsi juga melibatkan derajat kesadaran, suatu arti atau penghargaan terhadap suatu objek tersebut. Mowen dalam Apriantoro (2006) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses dimana individu terekspos oleh informasi, menyediakan kapasitor prosesor yang lebih luas dan mengintrepretasikan informasi tersebut. Persepsi memegang peranan penting dalam konsep Positioning karena manusia menafsirkan suatu produk atau merek melalui persepsi yaitu hubungan asosiatif yang disimpan melalui proses sensasi (Kasali 1998). Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu itu sendiri. Persepsi dapat sangat beragam antara individu yang satu dengan yang lain yang mengalami realitas yang sama. Persepsi seseorang dapat dibedakan atas dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi pengalaman, kebutuhan saat itu, nilai-nilai yang dianutnya dan ekspektasi. Sedangkan faktor eksternal meliputi produk, sifat-sifat stimulus dan situasi lingkungan. 2.7. Loyalitas Konsumen Memiliki konsumen yang loyal adalah tujuan akhir dari semua perusahaan. Tetapi kebanyakan dari perusahaan tidak mengetahui bahwa loyalitas konsumen dapat dibentuk melalui beberapa tahapan mulai dari mencari konsumen potensial sampai dengan advocate customers yang akan membawa keuntungan bagi perusahaan. Menurut Evans dan Berman (1982) bahwa loyalitas dinilai sebagai tulang punggung perusahaan dalam berhubungan dengan konsumen. Perusahaan yang mempunyai pelanggan yang loyal berarti sudah mencapai satu langkah lebih maju dalam hal pemuasan pelanggan. Konsumen yang loyal juga merupakan keuntungan tersendiri dan bila ditambah dengan pembinaan hubungan terus menerus, biaya melayani konsumen akan
23
berkurang. Mempertahankan pelanggan lama akan lebih mudah daripada mencari pelanggan baru. Bahkan seiring dengan perjalanan waktu konsumen yang loyal menjadi pembangunan bisnis, membeli lebih banyak, membayar lebih tinggi dan membawa konsumen baru. Loyalitas dapat membuat konsumen melakukan pembelian secara konsisten terhadap pemilihan suatu merek. Konsumen akan berusaha untuk meminimumkan resiko, waktu dan proses pengambilan keputusan. Pengalaman juga penting karena berhubungan dengan kebiasaan dalam pengambilan keputusan. Pilihan baik dan pembelian yang tetap terhadap suatu merek pada suatu waktu akan berulang kembali karena adanya pengalaman yang baik pada tindakan sebelumnya (Evans dan Berman, 1982). Sedangkan Griffin (1995), menyatakan bahwa loyalitas konsumen adalah suatu komitmen yang kuat dari konsumen sehingga bersedia melakukan pembelian ulang terhadap produk atau jasa yang disukai secara konsisten dan dalam jangka panjang, tanpa terpengaruh oleh situasi dan usaha-usaha marketing dari produk lain yang berusaha membuat mereka beralih untuk membeli produk lain tersebut. Jadi loyalitas konsumen adalah suatu sikap yang berkomitmen untuk tetap menggunakan produk atau pelayanan dari penyedia tertentu. Seseorang harus melalui beberapa tahapan untuk menjadi konsumen yang loyal. Proses ini berlangsung lama, dengan penekanan dan perhatian yang berbeda untuk masing-masing tahap. Dengan memenuhi kebutuhan dari setiap tahap tersebut, maka perusahaan mempunyai peluang yang lebih besar untuk membentuk calon pembelinya menjadi konsumen yang loyal dan klien perusahaan (Griffin, 1995). Menurut Griffin (1995), bahwa tingkatan konsumen yang loyal adalah : 1. Suspects (tersangka), meliputi semua orang yang mungkin akan membeli barang/jasa perusahaan. Kita menyebutnya sebagai suspects karena yakin bahwa mereka akan membeli tetapi belum mengetahui apapun mengenai perusahaan dan barang/jasa yang ditawarkan. 2. Prospects (yang diharapkan), adalah orang-orang yang memiliki
24
kebutuhan akan barang/jasa tertentu, dan mempunyai keyakinan untuk membelinya. Para prospects ini meskipun mereka belum melakukan pembelian, mereka telah mengetahui keberadaan perusahaan dan barang/jasa yang ditawarkan, karena seseorang telah merekomendasikan barang/jasa tersebut kepadanya. 3. Disqualified Prospects (yang tidak berkemampuan), yaitu prospek yang telah mengetahui keberadaan barang/jasa tertentu tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk membeli barang/jasa tersebut. 4. First Time Customers (pembeli baru), yaitu konsumen yang membeli untuk pertama kalinya, mereka masih menjadi konsumen baru. 5. Repeat Customers (pembeli berulang-ulang), yaitu konsumen yang telah melakukan pembelian suatu produk sebanyak dua kali atau lebih. 6. Clients (pelanggan tetap), yaitu membeli semua barang/jasa yang mereka butuhkan dan ditawarkan perusahaan, mereka membeli secara teratur. Hubungan dengan jenis konsumen ini sudah kuat dan berlangsung lama yang membuat mereka tidak terpengaruh oleh daya tarik produk perusahaan pesaing. 7. Advocates (pelanggan tetap dan pendukung), yaitu seperti clients akan tetapi juga mengajak teman-teman mereka yang lain agar membeli barang/jasa dari perusahaan yang bersangkutan. 2.7.1. Manfaat Loyalitas Konsumen Menurut Griffin (1995), dengan meningkatkan loyalitas konsumen maka akan memberikan loyalitas konsumen bagi perusahaan, setidaknya dalam beberapa hal berikut : 1. Menurunkan biaya pemasaran, bahwa biaya untuk menarik pelanggan baru jauh lebih besar bila dibandingkan dengan mempertahankan pelanggan yang ada. 2. Menurunkan biaya transaksi, seperti biaya negosiasi kontrak, pemrosesan pesanan, pembuatan account baru, dan biaya lainlain. 3. Menurunkan biaya turnover konsumen, karena tingkat kehilangan konsumen rendah.
25
4. Menaikkan penjualan yang akan memperbesar pangsa pasar perusahaan. 5. Word of mouth yang bertambah, dengan asumsi bahwa pelanggan yang setia berarti puas terhadap produk yang ditawarkan. 6. Menurunkan biaya kegagalan, seperti biaya penggantian atas produk yang rusak. 2.7.2. Pengukuran Loyalitas Menurut Sutisna (2001), ada lima macam cara untuk mengukur loyalitas konsumen, yaitu 1. Pengukuran Perilaku Pengukuran
ini
termasuk
pendekatan
instrumental
conditioning yang memandang bahwa pembelian konsisten sepanjang
waktu
dapat
menunjukkan
loyalitas
merek.
Loyalitas konsumen diukur berdasarkan pembelian yang dilakukan oleh konsumen. 2. Pengukuran Switching Cost Pengukuran ini merupakan indikasi loyalitas pelanggan terhadap suatu merek, sebab pada umumnya biaya untuk beralih merek sangat mahal dan beresiko besar, sehingga tingkat perpindahan konsumen akan rendah. 3. Pengukuran Kepuasan Walaupun kepuaan pelanggan tidak menjamin loyalitas, tetap ada kaitan penting antara kepuasan dan loyalitas. Bila ketidakpuasan pelanggan terhadap satu merek rendah, maka pada umumnya tidak cukup alasan konsumen beralih mengkonsumsi merek lain kecuali ada faktor-faktor penarik yang sangat kuat. 4. Pengukuran Kesukaan Terhadap Merek Pengukuran ini dilakukan dengan melihat kesukaan terhadap merek, kepercayaan, perasaan hormat atau bersahabat dengan merek yang membangkitkan kehangatan dalam perasaan
26
pelanggan. Hal tersebut dapat menyulitkan pesaing dalam menarik pelanggan yang sudah mencintai merek pada tahap ini. Ukuran rasa kesukaan dapat tercermin melalui kemauan untuk membayar dengan harga yang lebih mahal untuk memperoleh merek tersebut. 5. Pengukuran Komitmen Merek yang mempunyai brand equity tinggi akan memiliki sejumlah besar pelanggan dengan komitmen tinggi pula. Pengukuan komitmen ini didasari oleh teori kognitif, dimana loyalitas konsumen merupakan komitmen merek yang mungkin tidak hanya direfleksikan oleh perilaku pembelian yang terus menerus. 2.8. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai analisis positioning juga telah dilakukan oleh Apriantoro (2006) yaitu analisis positioning popeyes chicken and seafood dalam pasar restoran fast food di kota bogor. Berdasarkan penelitian tersebut, restoran popeyes chicken and sea food memiliki pesaing utama yaitu McDonald dan Kantucky Fried Chicken. popeyes chicken and sea food diposisikan oleh responden sebagai restoran yang memiliki bumbu yang khas. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Pradita (2006) mengenai positioning XL bebas dan jempol pada PT. Excelcomindo Pratama. Berdasarkan penelitian tersebut menunjukan bahwa XL bebas diposisikan oleh konsumen sebagai produk dengan kualitas suara yang jernih, promosi yang menarik serta kemudahan dalam membeli dan mengisi ulang. Sedangkan XL jempol diposisikan oleh konsumen sebagai produk dengan tarif yang murah. Sumiati (2006) meneliti positioning minuman serbuk instan marimas. Dimana kesimpulan yang dihasilkan adalah, bahwah marimas diposisikan sebagai merek minuman serbuk instant dengan variasi rasa yang banyak dan tingkat kemanisan yang tinggi. Hal tersebut menjadi keunggulan/kelebihan yang dimiliki oleh marimas, namun untuk atribut tingkat kemanisan
27
sebaiknya diperhatikan oleh perusahaan karena sebagian besar konsumen menyatakan rasa yang terlalu manis dalam mengkonsusi marimas.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Kerangka Pemikiran Konseptual Sejak tahun 2000 sampai tahun 2004 terdapat 6 perguruan tinggi yang telah berubah status menjadi Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara (PT-BHMN). Beberapa Perguruan Tinggi memberikan banyak pilihan. Oleh karena itu setiap Perguruan Tinggi berlomba-lomba menempatkan diri dalam ingatan konsumen. Dalam pemasaran, positioning adalah teknik yang coba dibuat untuk menciptakan gambaran, citra atau identitas dalam benak atau pikiran konsumen terhadap produk, merek atau perusahaan. Dengan kata lain Positioning adalah sesuatu yang dipersepsikan dalam benak target konsumen. Institut Pertanian Bogor merupakan salah satu Perguruan Tinggi yang telah berubah statusnya menjadi Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara (PT-BHMN) sejak tahun 2000 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 154 tahun 2000. Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam menyusun Positioning adalah mengidentifikasi pesaing dan memperkuat posisi dibenak konsumen. Tidak ada suatu bentuk positioning yang akan bertahan selamanya. Sejalan dengan banyaknya perubahan yang terjadi pada konsumen, para pesaing, teknologi dan ekonomi, perusahaan harus melakukan peningkatan kembali Positioning. Bagi perusahaan yang telah kehilangan pangsa pasar kemungkinan perlu di-positioning ulang. Berdasarkan hal tersebut diatas maka kerangka pemikiran dapat disimpulkan seperti Gambar 3.
3.2
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di empat Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara (PT-BHMN), di kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga, Universitas Indonesia Depok, Institut Teknologi Bandung dan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2007 - Januari 2008.
29
Institut Pertanian Bogor Visi dan Misi Tujuan
Analisis Pesaing Terdekat Institut Pertanian Bogor
Analisis Posisi Brand Awareness Perguruan TinggiBadan Hukum Milik Negara
Analisis Tingkat Loyalitas Mahasiswa terhadap Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara
Positioning IPB Berdasarkan Persepsi Responden Gambar 3. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data skunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner (Lampiran 1). Kuesioner yang dibagikan untuk mengetahui persepsi konsumen yang nantinya dibutuhkan dalam membentuk perceptual map baik itu pesaing terdekat maupun positioning IPB. Data sekunder diperoleh dari data yang diperoleh dari informasiinformasi yang bersifat umum seperti surat kabar, laporan penelitian, dan informasi-informasi dari instasi terkait. 3.3.2 Metode Pengambilan Sampel Pemilihan responden di lokasi penelitian dipilih berdasarkan quota sampling yakni merupakan salah satu jenis non probability sampling. Ukuran responden tersebut didasarkan pada pendapat Slovin:
30
n=
N .................................................................................(1) 1 + Ne 2
dimana :
n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi e = kesalahan yang ditolerir 10%
Menurut data yang diperoleh, jumlah mahasiswa baru IPB, UI, ITB dan UGM sebesar 15.705 orang. Dari keterangan tersebut diperoleh jumlah calon untuk responden sebesar : n=
15705 = 99,367 = 100 contoh 1 + 157,05
Penentuan responden di tiap-tiap Perguruan Tinggi dilakukan secara Quota. Teknik pengambilan contoh secara garis besar dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Teknik pengambilan contoh Data Responden Perguruan Tinggi
Teknik Pengambilan Contoh Quota Sample Fraction
3.3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Dalam pelaksanaan pengolahan data, diusahakan agar kesalahan yang terjadi dalam penelitian sekecil mungkin. Pengolahan data dalam penelitian menggunakan Microsoft Excel dan software SPSS version 13. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Uji Validitas
Setelah kuisioner terbentuk, langkah awal yang dilakukan adalah menguji validitas kuesioner. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment, uji validitas ini digunakan untuk menghitung nilai korelasi (r) antara data pada masing-masing
pertanyaan
dengan
skor
total.
Validitas
menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur (Umar, 2003). Kuesioner yang dikatakan memiliki butir-butir pertanyaan kuesioner yang saling berhubungan dengan konsep-konsep yang diinginkan. Apabila ada pertanyaan yang tidak
31
berhubungan, maka pertanyaan tersebut tidak valid, dan akan dihilangkan atau diganti dengan konsep pertanyaan lain (Umar, 2003). Rumus yang digunakan : n∑ XY − ∑ X ∑ Y
r=
( n ∑ X 2 − (∑ X ) 2 ( n ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2 )
…......................( 2 )
Dimana : rxy = korelasi antara x dan y x
= skor pernyataan
y
= skor total pernyataan
n
= jumlah responden
Bila diperoleh r hitung lebih besar dari r tabel pada tingkat signifikansi (α) 0.05 maka pernyataan pada kuesioner mempunyai validitas konstruk atau terdapat konsistensi internal dalam pernyataan tersebut dan layak digunakan. 2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama (Umar, 2003). Uji reliabilitas akan dilakukan dengan menggunakan rumus alpha. Uji ini dilakukan untuk mengetahui keandalan kuisioner. Nilai r hitung dibandingkan dengan r tabel, jika r hitung lebih besar dari nilai r tabel maka dapat dinyatakan bahwa kuesioner tersebut reliabel. Rumus yang digunakan adalah : 2 ⎛ k ⎞⎛⎜ ∑σ b ⎞⎟ .........................................................( 3 ) r11 = ⎜ ⎟⎜1 − σ t2 ⎟⎠ ⎝ k − 1 ⎠⎝
Keterangan : r11
= reliabilitas instrumen
k
= banyaknya butir pernyataan
σ t2
= varians total
∑σ
2 b
= jumlah varians butir/pernyataan
32
Dengan rumus varian yang digunakan adalah :
σ2 =
∑X
(∑ X ) −
2
2
n
...........................................................( 4 )
n
Dimana : n = jumlah responden X = nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor butir pertanyaan/pernyataan). Setelah didapat korelasi hitung, lalu dibandingkan dengan korelasi pada Tabel r product moment dengan taraf signifikansi 5 persen. Jika r yang dihitung lebih besar dari r pada tabel, maka kuesioner tersebut tidak reliabel. 3.3.4 Analisis Deskriptif
Statistika deskriptif berusaha menjelaskan atau menggambarkan berbagai karakteristik data seperti rata-rata, median maupun variasi data. Kegiatan statistika deskriptif antara lain menyajikan data dalam bentuk tabel dan grafik. Sebuah tabel berguna untuk mengetahui hubungan antara beberapa variabel. Analisis
deskriptif
dapat
digunakan
untuk
mengetahui
karakteristik variabel-variabel yang berkaitan, mengestimasi berapa besar jumlah kelompok, mengetahui persepsi konsumen terhadap suatu produk tertentu, mengetahui berapa besar variabel dan mengetahui prediksi spesifik (Rangkuti, 2003). 3.3.5 Multidimensional Scalling
Multidimensional
Scalling
adalah
teknik
eksplorasi
yang
digunakan untuk menggambarkan perhitungan dalam dimensi kecil. Interpretasi dari dimensi ini akan membimbing pada pemahaman dari proses
perhitungan.
Selanjutnya
dapat
digunakan
dalam
menginterpretasikan pendapat seseorang ataupun grup yang berbedabeda sehingga didapatkan suatu solusi. Multidimensional Scalling (MDS) memiliki hubungan yang erat dengan psikologi. Pada
33
umumnya Multidimensional Scalling memetakan variabel-variabel dalam dua atau tiga dimensi (Deun, et.al. dalam Apriantoro, 2000). Untuk penelitian kali ini akan dibahas mengenai siapa pesaing terdekat Institut Pertanian Bogor. Metode Multidimensional yang dilakukan adalah Anchor Clustering Method. Dengan Anchor Clustering Method, kita menggunakan satu merek sebagai acuan, dalam hal ini Institut Pertanian Bogor sebagai subjek penelitian. Lalu responden menilai kemiripan sejumlah Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara dan memilih Perguruan Tinggi yang paling mirip dengan Institut Pertanian Bogor. Matriks yang diperoleh akan berbentuk conditional sebab tidak dapat membandingkan baris dengan baris (tidak simetris). Untuk menghitung jarak euclidean, perlu diketahui koordinat setiap objek (dalam kasus ini objek adalah perguruan tinggi badan hukum milik negara). Dengan koordinat serta perhitungan jarak euclidean dapat dihitung dengan rumus: ed =
(x
(
− x p ) + yi − y p 2
i
)
2
...............................................................( 5 )
dimana: ed = jarak Euclidean (euclidean space) xi = absis perguruan tinggi badan hukum milik negara ke-i pada dimensi 1 (i=1,2,...,n) yi = ordinat perguruan tinggi badan hukum milik negara ke-i pada dimensi 2 (i=1,2,...,n) xp = absis Institut Pertanian Bogor pada dimensi 1 yp = Ordit Institut Pertanian Bogor pada dimensi 2 Untuk mengukur seberapa baik Multidimensional Scalling digunakan stress. Menurut Maholtra dalam Simamora (2005) semakin rendah stress, berarti semakin baik MDS yang kita gunakan. Cara menghitung stress bermacam-macam, namun yang paling banyak digunakan adalah stress Kruskal, sebagaimana dirumuskan:
34
(d
Stress =
ij
(d
− dˆij
)
2
−d)
2
ij
..................................................................( 6 )
dimana: d = Rata-rata jarak dalam peta
dˆij = jarak turunan (derived distance) atau kemeripan (similarity data) yang dihasilkan komputer.
d ij = data jarak yang diberikan responden. Tabel 4. Standar Kruskall untuk Stress Stress
Goodness of Fit
20
Poor
10
Fair
5
Good
2,5
Excellent
0
Perfect
Sumber: Kruskal dalam Simamora (2005)
3.3.6 Analisis Biplot
Analisis Biplot merupakan analisis data statistika deskriptif ganda yang menyajikan pengaruh objek (baris) dan peubah (kolom) dari satu matriks data dalam bidang datar. Biplot dapat menggambarkan posisi relatif antar objek dan peubah, serta hubungan objek-objek amatan dengan peubah (Gabriel dalam Apriantoro. 2006). Biplot merupakan teknik statistika deskriptif dimensi ganda yang mendasar pada Penguraian Nilai Singular (PNS) atau Singular Value Decomposition (SVD). Analisis Biplot dalam penelitian ini disajikan secara visual dalam suatu posisi relatif artibut, produk, hubungan antara keduanya serta kemasan antara objek pengamatan dalam suatu sumbu dua simensi. Misalkan matriks data X berukuran nxp yang berisi n pengamatan dan p peubah yang dikoreksi terhadap nilai rata-ratanya dan berpangkat r, dapat dituliskan menjadi: X = U L A .......................................................................( 7 )
35
Keterangan :
• Matriks U dan A masing-masing berukuran (nxr) dan (pxr) sehungga U’U = A’A = Ir
• L adalah matriks diagonal berukuran (rxr) dengan unsur-unsur diagonalnya adalah akar kuadrat dari akar ciri X’X atau XX’ sehingga:
λ1 ≥ λ 2 ≥ ... ≥ λ r Kolom matriks A adalah vektor ciri yang berpadanan dengan akar ciri λ dari matriks X’X. Lajur-lajur matriks U dapat dihitung melalui:
Ui =
1
λ1
xa1 ................................................................( 8 )
Dengan λi adalah akar ciri ke-i dari matriks X’X dan ai adalah lajur ke-i matriks A. Secara matematis SVD dapat ditulis: nXr = nUr rLr rA.............................................................( 9 )
⎧⎪ 1 ⎫⎪ 1 1 U =⎨ xa1 , xa 2 ,..., xa r ⎬ λ2 λr ⎪⎩ λ1 ⎪⎭ ⎡ ⎢ L =⎢ ⎢ ⎢ ⎣⎢
λ1
0
0 . 0
λ2 . 0
. 0⎤ ⎥ . 0⎥ . .⎥ ⎥ . λ r ⎥⎦
A = [a1, a 2,...ar ] Analisis biplot didasarkan pada penguraian nilai singular (PNS) yang diperoleh dari analisis komponen utama (AKU) atau principles
component analysis (PCA). 3.3.7 Brand Switching Pattern Matrix
Analisis ini digunakan untuk mengukur tingkat loyalitas konsumen terhadap suatu merek melalui kemungkinan perpidahan konsumen ke merek lain. Analisis Barand Switching mengikuti formula berikut :
1 KLx Pr ot = − Ln .100%.n ............................................( 10 ) n KTx
36
Dimana : ProT : kemungkinan tingkat perpindahan suatu merek KLx
: konsumen yang setia atau loyal terhadap merek x
KTx
: total konsumen yang diteliti dari merek X
N
: jumlah observasi
Dengan jangkauan alternatif jawaban kuesioner antara 1-5, maka melalui skala Likert dapat disusun interval kelas sebagai berikut : Internal =
Nilai tertinggi - Nilai terendah banyaknya kelas
= 5-1 3 = 1,33 Setelah besarnya interval diketahui, selanjutnya dibuat rentang sekala agar dapat diketahui dimana letak rataan penilaian responden terhadap setiap unsur diferensiasinya dan sejauh mana variasinya. Rentang skala tersebut adalah : 1,00 - 2,33
= jelek (J).
2,33 – 3,66
= cukup (C).
3,66 – 5,00
= baik (B).
1. Mengukur Responden yang Tidak Akan Pindah dari Perguruan Tinggi Responden yang termasuk dari responden yang tidak akan pindah dari Perguruan Tinggi adalah responden yang menjawab setuju dan sangat setuju tidak akan pindah dari perguruan tinggi. Responden =
∑ Responden dengan jawaban " setuju" dan " sangat setuju" x100% Total responden
2. Mengukur Responden yang Akan Merekomendasikan Perguruan Tinggi Kepada Orang Lain. Responden
yang
termasuk
dari
responden
yang
akan
merekomendasikan Perguruan Tinggi kepada orang lain adalah responden
yang
menjawab
setuju
dan
sangat
setuju
untuk
merekomendasikan perguruan tinggi kepada orang lain. Responden =
∑ Responden dengan jawaban " setuju" dan " sangat setuju" x100% Total responden
37
3. Mengukur Responden yang Akan Mengatakan Hal-Hal yang Positif tentang Perguruan Tinggi Kepada Orang Lain Responden yang termasuk dari responden yang akan mengatakan hal-hal yang positif tentang Perguruan Tinggi kepada orang lain adalah responden yang menjawab setuju dan sangat setuju untuk mengatakan hal-hal positif tentang perguruan tinggi kepada orang lain kepada orang lain. Responden =
∑ Responden dengan jawaban " setuju" dan " sangat setuju" x100% Total responden
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Organisasi 4.1.1
Sejarah Institut Pertanian Bogor Pada tanggal 1 September 2007 Institut Pertanian Bogor (IPB) genap berusia 44 tahun. Sejarah perkembangan IPB dimulai dari tahap embrional (1941 – 1963), Tahap embrional perkembangan IPB diawali dengan adanya lembaga-lembaga pendidikan menengah dan tinggi pertanian, serta kedokteran hewan yang dimulai pada awal abad ke-20 di Bogor. Pada tahun 1940, pemerintah Hindia Belanda mendirikan Lembaga Pendidikan Tinggi pertanian di Bogor dengan nama Landbouw Hogeschool yang kemudian pada tanggal 31 Oktober 1941 dinamakan Landbowkundige Faculteit. Namun ditutup pada masa pendudukan jepang (1942-1945), sedangkan Nederlandsch Indische Veeartsenschool (sekolah kedokteran hewan) tetap bejalan. Hanya saja namanya diubah menjadi menjadi Bogor Zui Gakko (Sekolah Dokter Hewan Bogor). Sejalan dengan masa kemerdekaan tahun
1946,
Kementrian
Kemakmuran
Republik
Indonesia
Meningkatkan Sekolah Dokter Hewan di Bogor menjadi Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan (PTKH). Pada tahun 1947 Lembaga Pendidikan Tinggi Pertanian, Landbowkundige Faculteit dibuka kembali dengan nama Faculteit Voor Landbouw-Wetenschappen yang mempunyai jurusan Pertanian dan Kehutanan. Sedangkan PTKH pada tahun 1948 dijadikan Faculteit voor Dierge neeskunde di bawah Universiteit van Indonesie yang kemudian berubah nama menjadi Universitas Indonesia. Pada tahun 1950 Faculteit voor Landbouw-wetenschappen berubah nama menjadi Fakultas Pertanian Universitas Indonesia dengan tiga jurusan yaitu Sosial Ekonomi, Pengetahuan Alam dan Kehutanan serta pada tahun 1957 dibentuk jurusan Perikanan Darat.
39
Adapun Faculteit voor Dieergeneeskunde berubah menjadi Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Indonesia yang pada tahun 1960 berubah nama menjadi Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan. Selanjutnya pada tahun 1962 menjadi Fakultas Kedokteran Hewan, Peternakan Universitas Indonesia. Tahap
Pelahiran
dan
Pertumbuhan
(1963-1975),
Tahap
pelahiran dan pertumbuhan ditandai dengan berdirinya IPB pada tanggal 1 September 1963 berdasarkan keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) No. 92/1963 yang kemudian disyahkan oleh Presiden RI Pertama dengan Keputusan No. 279/1965. Pada saat itu, dua fakultas di Bogor yang berada dalam naungan UI berkembang menjadi 5 fakultas, yaitu Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Perikanan, Fakultas Peternakan dan Fakultas Kehutanan. Pada tahun 1964, lahir Fakultas Teknologi dan Mekanisasi Pertanian. Memasuki pergantian kepemimpinan Rektor IPB dari Prof. Dr. Ir. Toyib Hadiwidjaja ke Prof. Dr. Ir. A. M. Satari, IPB bersama MUCIA sedang meneruskan pengembangan Pusat Penelitian Biologi Tropika (BIOTROP) SEAMEO yang dirintis pada tahun 1967 untuk waktu 10 tahun (1969-1979). Kerjasama ini membentuk konsorsium pendidikan di Indonesia yang menghasilkan (1) tenaga pengajar dan lahirnya fakultas pascasarjana IPB yang pertama di Indonesia, 31 Maret 1975, (2) berkembangnya sistem kurikulum ilmu dan teknologi, serta program pendidikan 4 tahun untuk S-1, disusul dengan program S-2 Magister Sain dan Program S-3 Doktor yang kemudian menjadi pola nasional, (3) tersusunnya rencana induk pengembangan IPB tahap I (1971-1979). (4) berkembangnya sistem Penerimaan Mahasiswa Baru S-1 melalui penelusuran kemampuan akademik yang disebut Proyek Perintis II dan kini menjadi program nasional yang dikenal dengan Penelusuran Minat Dan Keahlian (PMDK) dan sekarang disebut dengan Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
40
Tahap Pendewasaan (1975-2000), Awal kurun waktu tahap pendewasaan ini ditandai dengan dosen IPB yang kembali dari tugas belajar di luar negeri, masa bakti ke dua Prof. Dr. Ir. A. M. Satari selaku Rektor IPB, serta reboisasi lahan gundul yang kini menjadi Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi. Memasuki pergantian kepemimpinan Rektor IPB dari Prof. Dr. Ir. A. M. Satari ke Prof. Dr. Ir. H. Andi Hakim Nasution. Pada tahun 1978, IPB mengembangkan kerjasama tahap pertama (1979-1983) dengan University Wiscouncin di bidang peningkatan kemampuan tanaga pengajar, khususnya di bidang ilmu-ilmu lingkungan dan ilmu gizi, sehingga pada tahun 1981 lahir Fakultas Politeknik Pertanian. Sejalan dengan perluasan kesempatan belajar pada pendidikan tingkat tinggi dan menghadapi ledakan populasi pemuda usia 18 tahun ke atas, IPB menyesuaikan rencana induk pengembangan tahun
1971-1979
dengan
menyusun
rencana
pengembangan
akademik dan rencana pengembangan fisik kampus Darmaga berdasarkan proyeksi permasalahan yang akan dihadapi tahun 2000, seperti: (1) masalah penyediaan pangan dan pemeliharan gizi masyarakat, (2) masalah pengelolaan sistem penunjang kehidupan manusia di dalam lingkungan, (3) masalah pengadaan energi dari berbagai sumber energi dan konvensional, dan (4) masalah pengumpulan pengelolaan dan penyebaran informasi di dalam populasi besar dengan tujuan meningkatkan ketahanan nasional. Pemahaman terhadap masalah ini, telah menempa IPB untuk memperkuat kompetensinya di bidang pertanian dalam arti yang seluas-luasnya dan menjadi lembaga pendidikan tinggi pertanian terkemuka di Indonesia. Pada periode Rektor IPB Prof. Dr. Ir. Sitanala Arsyad selama 2 periode masa bakti 1987-1991 dan 1992-1996, IPB telah membangun kampus Darmaga berdasarkan master plan 1982. Pembangunan fisik ini juga telah diimbangi dengan perkembangan
41
program pendidikan S0, S1, S2 dan S3, metode instruksional dan pembinaan kemahasiswaan, perkembangan pusat penelitian dan pusat pengembangan serta kepercayaan dari dalam dan luar negeri. Hal ini antara lain terlihat dengan adanya pembangunan 3 Pusat Antar Universitas (PAU) dalam bidang Ilmu Hayati, Bioteknologi, Pangan dan Gizi. Sampai dengan tahun 1992 di kampus Darmaga telah dibangun gedung Fakultas Teknologi Pertanian, gedung Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH), Lembaga Sumberdaya Informasi, Laboratorium Analisa dan Produksi Benih, Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (GMSK) Faperta IPB, dan Gedung Pusat antar Universitas PAU yang terdiri dari PAU Hayati, PAU Bioteknologi dan PAU Pangan dan Gizi. Sampai pada tahun 1996 telah dibangun gedung Rektorat IPB dan bangunan Fakultas Peternakan serta Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Sampai dengan tahun 2000 telah dibangun Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran Hewan dan Rumah Sakit Hewan Pendidikan. Pada periode Rektor IPB Prof. Dr. Ir. H. Soleh Salahuddin,M.Sc yaitu tahun 1996-1998, IPB telah memiliki 144 Program Studi (PS), yang terdiri dari 30 PS untuk Program Diploma, 39 PS untuk Program Sarjana, 51 PS untuk Program Magister dan 25 PS Program Doktor yang tersebar di 8 Fakultas dan Program Pascasarjana. Keberadaan program studi ini juga didukung dengan adanya 25 pusat studi dan pusat pengembangan , sehingga tercipta budaya meneliti di kalangan civitas akademika IPB . Melanjutkan implementasi rencana induk pengembangan IPB tahun 2000 yang akan berakhir, disusunlah rencana strategis IPB menjadi Universitas Tahun 2020. Menyadari peranan perguruan tinggi tidak terlepas dari konteks pembanguan nasional, maka IPB mengajak segenap komponen bangsa untuk menjadikan pertanian sebagai common platform pembangunan
nasional.
Hal
ini
terbukti
ketika
Indonesia
menghadapi resesi ekonomi dan moneter tahun 1997, sektor
42
agroindustri dan agribisnis menjadi pilar penyelamat ekonomi nasional. Pada masa kepemimpinan Rektor IPB Prof. Dr. Ir. Aman Wirakartakusumah yaitu tahun 1998-2002, IPB secara proaktif terlibat langsung dalam reformasi pendidikan sebagai bagian tidak terpisahkan dari gerakan reformasi nasional yang bergulir sejak 1997. Melalui Peraturan Pemerintah 154 tahun 2000, IPB menjadi salah satu dari empat perguruan tinggi nasional berbasis Badan Hukum Milik Negara. Penyusunan Renstra IPB menjadi Universitas 2020 kemudian diakomodasikan dalam implementasi Otonomi IPB dengan masa transisi kelembagaan selama 5 tahun (sampai 2005) dan masa transisi kepegawaian selama 10 tahun (2010), hingga mampu menghasilkan lulusan dengan budaya-mutu yang siap menghadapi globalisasi. Dalam perjalanan tersebut, berdiri beberapa unit kerja, seperti jurusan Ilmu Komputer, Kantor Haki dan Alih Teknologi,
Program
Internasioanal,
Manajemen
(2001),
serta
asrama
Fakultas mahasiswa
Ekonomi TPB
dan
dengan
menekankan pada pembinaan akademik dan multi-budaya. Tahap Otonomi, Pada tahap ini Prof. Dr. Ir. Ahmad Ansori Mattjik, M.Sc merupakan Rektor IPB yang pertama dipilih dalam mekanisme IPB sebagai BHMN masa bakti 2002-2007 dengan program kerja utama untuk mewujudkan academic excellent dan generating
income
excellent,
sehingga
diharapkan
mampu
menghantarkan IPB sebagai universitas riset yang secara embrional terwujud pada tahun 2007. 4.1.2
Visi dan Misi Institut Pertanian Bogor Visi Institut Pertanian Bogor adalah Menjadi perguruan tinggi bertaraf internasional dalam pengembangan sumberdaya manusia dan IPTEKS dengan kompetensi utama di bidang pertanian tropika. Adapun penjabaran misi Institut Pertanian Bogor sebagai berikut : 1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat kini dan mendatang.
43
2. Pengembangan IPTEKS ramah lingkungan melalui penelitian pendayagunaan IPTEKS. 3. Meningkatkan kesejahteraan umat manusia melalui penerapan dan pendayagunaan IPTEKS. 4. Terbentuknya masyarakat madani berdasarkan kebenaran dan hak asasi manusia. 4.1.3
Moto Institut Pertanian Bogor Dalam menjalankan seluruh kegiatannya Institut Pertanian Bogor memiliki moto "Mencari dan Memberi Yang Terbaik"
4.1.4
Tujuan Institut Pertanian Bogor Institut Pertanian Bogor memiliki tujuan sebagai PT-BHMN yaitu : 1
Menghasilkan
lulusan
yang
berkualitas,
yang
mampu
mengembangkan dan menerapkan IPTEKS. 2
Inovasi
IPTEKS
ramah
lingkungan
untuk
mendukung
pembangunan nasional dan memperbaiki kesejahteraan umat manusia. 3
Menjadikan IPB sebagai lembaga pendidikan tinggi yang siap menghadapi tuntutan masyarakat dan tantangan pembangunan yang berubah dengan cepat dan baik secara nasional maupun global.
4 Menjadikan IPB sebagai kekuatan moral dalam masyarakat madani Indonesia. 4.2
Uji Kuesioner 4.2.1 Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat mewakili objek yang diamati. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment dan hasilnya akan dibandingkan dengan nilai angka kritik tabel korelasi nilai r. Uji coba kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui apakah pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner memenuhi syarat sah atau tidak untuk dijadikan data
44
utama penelitian. Sebagai penelitian awal, kuesioner disebarkan kepada 30 responden mahasiswa IPB, setelah dilakukan uji validitas, didapat 16 pertanyaan yang sahih. Artinya seluruh pertanyaan tersebut memenuhi syarat sah untuk diolah lebih lanjut ( r hitung > r tabel, dimana r tabel = 0.361 untuk n = 30). Hasil uji Validitas dapat dilihat pada Lampiran 2. 4.2.1
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen apabila instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha. Dari hasil perhitungan didapatkan 0,910 untuk variabel atribut perguruan tinggi.
Reliabilitas suatu konstruk variabel
dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha > 0,60. Berdasarkan nilai yang diperoleh lebih besar dari 0,60 maka kuesioner yang disebarkan dapat diandalkan untuk dijadikan alat ukur pada penelitian ini. 4.3
Karakteristik Responden 4.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Perguruan Tinggi Berdasarkan data yang diperoleh jumlah mahasiswa baru IPB, UI, ITB dan UGM sebesar 15.705 mahasiswa. Penentuan responden di tiap-tiap Perguruan Tinggi dilakukan berdasakan Quota. Berdasarkan keterangan tersebut jumlah Sample franction diperoleh sebagai hasil pembagian dari jumlah mahasiswa baru masing-masing Perguruan Tinggi. Jumlah responden IPB sebanyak 19 orang atau 19%, jumlah responden UI sebanyak 23 orang atau 23%, jumlah responden ITB sebanyak 17 orang atau 17%, sedangkan jumlah responden UGM sebanyak 41 orang atau 41%, Jumlah responden dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 4.
45
Tabel 5. Jumlah responden di setiap Perguruan Tinggi No
Perguruan Tinggi
Jumlah
Sample
Jumlah
Populasi
Fraction
Contoh
1
Institut Pertanian Bogor
3008
0.19
19
2
Universitas Indonesia
3698
0.23
23
3
Institut Teknologi Bandung
2617
0.17
17
4
Universitas Gadjah Mada
6382
0.41
41
15705
1,00
100
Total
IPB, 19%
UGM, 41%
UI, 23% ITB, 17%
Gambar 4. Persentase responden berdasarkan asal Perguruan Tinggi 4.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dari 100 orang responden, jumlah responden laki-laki sebesar 40 orang atau 40%, sedangkan jumlah responden wanita adalah 60 orang atau 60% yang mencakup empat Perguruan Tinggi – Badan Hukum Milik Negara ditunjukan pada Gambar 5. Laki‐laki; 40% Wanita; 60%
Gambar 5. Persentase responden berdasarkan jenis kelamin 4.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jurusan Sekolah Asal Jumlah responden yang berasal dari jurusan IPA merupakan yang terbanyak yaitu sebesar 86 atau 86%, yang berasal dari jurusan IPS sebesar 11 atau 11%, yang berasal dari jurusan kejuruan sebesar 2 atau 2%, sedangkan yang berasal dari jurusan bahasa sebesar 1 atau 1% (Gambar 6).
46
IPS; 11%
Kejuruan 2%
Bahasa; 1%
IPA; 86%
Gambar 6. Persentase responden berdasarkan jurusan sekolah asal 4.3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Sekolah Asal Jumlah responden yang berasal dari sekolah negeri merupakan yang terbanyak yaitu sebesar 82 atau 82%, sedangkan yang berasal dari sekolah swasta sebesar 18 atau 18% (Gambar 7).
Swasta; 18%
Negeri; 82%
Gambar 7. Persentase responden berdasarkan status sekolah asal 4.3.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pilihan Perguruan Tinggi yang Dipilih Jumlah responden yang memilih Perguruan Tinggi pada pilihan 1 merupakan yang terbanyak yaitu sebesar 78 orang atau 78%, yang memilih pada pilihan 2 orang sebesar 18 atau 18%, yang tidak memilih karena mengikuti program yang diadakan di setiap Perguruan Tinggi sebesar 3 orang atau 3%, sedangan yang memilih pada pilihan 3 sebesar 1 orang atau 1% (Gambar 8). Pilihan 3; Tidak Pilihan 2; 1% Memilih; 18% 3%
Pilihan 1; 78%
Gambar 8. Persentase responden berdasarkan pilihan Perguruan Tinggi yang dipilih
47
4.4
Analisis Kesadaran Merek Ekuitas merek diantaranya bergantung pada seberapa dikenalnya merek tersebut. Dalam terminologi pemberian merek (branding), hal ini disebut kesadaran merek. Ada dua keadaan yang akan dihadapi sebuah merek, yaitu apakah akan menjadi merek dikenal (aware brand) atau merek tidak dikenal (unware brand). Merek yang dikenal kemungkinan dikenal dengan cara dibantu mengingat (recognized brand) atau tanpa dibantu (recalled brand). Diantara merek-merek yang termasuk golongan recalled brand, ada satu merek yang menempati posisi tertinggi yaitu disebut pikiran puncak (top of mind). Penelitian ini hanya menganalisis merek-merek yang tergolong recalled brand dan recognized brand. Hasil penelitian kesadaran posisi perguruan tinggi tampak pada Tabel 6 dan 7. Tabel 6. Perguruan Tinggi yang diingat responden Perguruan Tinggi
Frekuensi Ingat Perguruan Tinggi Jumlah
Persentase
UI
83
29%
ITB
73
25%
UGM
73
25%
IPB
61
21%
Total
290
100%
Tabel 7. Perguruan tinggi yang dikenal responden Perguruan Tinggi
Frekuensi kenal Perguruan Tinggi Jumlah
Persentase
IPB
39
35%
ITB
27
25%
UGM
27
25%
UI
17
15%
Total
110
100%
Dari 100 responden, 29% responden menyebutkan Universita Indonesia sebagai Perguruan Tinggi yang diingat, 25% responden masing-masing menyebutkan Institut Teknologi Bandung dan Universitas Gadjah Mada
48
sebagai Perguruan Tinggi yang diingat dan sebesar 21% responden menyebutkan Institut Pertanian Bogor sebagai Perguruan Tinggi yang diingat. Kenal merek (brand recognition) merupakan pengukuran kesadaran merek, dimana kesadaran responden diukur dengan responden yang tidak mengisis pertanyaan “sebutkan Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara yang Anda ketahui?”. Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
jumlah
responden
yang
harus diingatkan tentang keberadaan Institut Pertanian Bogor sebesar 35%, serta Institut Teknologi Bandung dan Universitas Gadjah Mada sebesar 27%, serta Universitas Indonesia sebesar 15%. 4.5
Analisis Pesaing Institut Pertanian Bogor dalam Perguruan Tinggi – Badan Hukum Milik Negara Analisis pesaing sangat penting dilakukan guna mendukung penentuan strategi Positioning. Dengan analisis pesaing ini dapat dilihat siapa pesaing terdekat dan nantinya mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan Institut Pertanian Bogor dibandingkan pesaingnya. Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
tempo.
Peneliti
mengidentifikasikan 10 perguruan tinggi terbaik di Indonesia, diantaranya Universitas Indonesia di posisi 1, Institut Teknologi Bandung di posisi 2, Universitas Gajahmada di posisi 3, Institut Pertanian Bogor di posisi 4, Institut Teknologi Sepuluh November di posisi 5, Universitas Airlangga di posisi 6, Universitas Trisakti di posisi 7, Universitas Padjajaran di posisi 8, Universitas Atmajaya di posisi 9, Sementara Universitas Diponegoro berada di posisi 10. melalui pengolahan data didapatkan tiga pesaing terdekat Institut Pertanian Bogor yaitu Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Indonesia (Tabel 8), kemudian data tersebut diolah sehingga didapatkan posisi pesaing Institut Pertanian Bogor. Hasil analisis pemetaan pesaing terdekat Institut Pertanian Bogor ini kemudian digunakan dalam pengolahan. Kemudian seberapa baik pemetaan MDS ini diindikasikan dengan S-stress, dengan prinsip bahwa semakin rendah S-stress, semakin baik model MDS yand dihasilkan. Berdasarkan
49
hasil pengolahan MDS yang dilakukan didapatkan S-stress sebesar 0,0935 atau sebesar 9,35%, artinya cenderung kearah cukup (fair) berdasarkan standar kruskall. Dengan kata lain MDS yang dihasilkan dapat diterima. Tabel 8. Posisi pesaing Institut Pertanian Bogor Perguruan Tinggi
4.6
Jumlah Persentase
Posisi Pesaing
Universitas Indonesia
58
16,8%
3
Institut Teknologi Bandung
68
19,7%
1
Universitas Gadjah Mada
60
17,4%
2
Institut Teknologi Sepuluh November
43
12,5%
4
Universitas Airlangga
30
8,7%
7
Universitas Trisakti
6
1,7%
8
Universitas Padjajaran
41
11,9%
5
Universitas Atmajaya
3
0,9%
9
Universitas Diponegoro
36
10,4%
6
Loyalitas Responden 4.6.1 Responden yang Tidak Akan Pindah dari Perguruan Tinggi Berikut adalah tabulasi mahasiswa yang tidak akan pindah dari Perguruan Tinggi yang ditempati saat ini untuk Perguruan Tinggi Institut Pertanian Bogor, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung dan Universitas Gadjah Mada. Mayoritas responden Institut Pertanian Bogor menyatakan tidak akan pindah dari Institut Pertanian Bogor, ini terlihat pada rataan responden sebesar 4,1 yang berarti masuk dalam katagori baik (rentang 3,66-5,00). Berdasarkan data yang diperoleh 89,474 % responden Institut Pertanian Bogor menjawab setuju dan sangat setuju tidak akan pindah dari Institut Pertanian Bogor (Tabel 9).
50
Tabel 9. Tabulasi responden Institut Pertanian Bogor yang tidak akan pindah dari Institut Pertanian Bogor f
X
f.X
x2
f.X2
%
Sangat tidak setuju
1
1
1
1
1
5.263157895
Tidak Setuju
0
2
0
4
0
0
Ragu-ragu
1
3
3
9
9
5.263157895
Setuju
11
4
44
16
176
57.89473684
Sangat Setuju
6
5
30
25
150
31.57894737
Jumlah
19
78
55
336
100
Rataan
4.1053
Kategori
Persentase Responden
89.474
Tabel 10. Tabulasi responden Universitas Indonesia yang tidak akan pindah dari Universitas Indonesia Kategori f X f.X x2 f.X2 % Sangat tidak setuju
0
1
0
1
0
0
Tidak Setuju
0
2
0
4
0
0
Ragu-ragu
1
3
3
9
9
4.347826087
Setuju
8
4
32
16
128
34.7826087
Sangat Setuju
14
5
70
25
350
60.86956522
Jumlah
23
105
55
487
100
Rataan
4.565217391
Persentase Responden
95.65217391
Responden Universitas Indonesia yang menjawab setuju dan sangat setuju tidak akan pindah dari Universitas Indonesia sebanyak 95,65%. Nilai rataan responden sebesar 4,57 yang berarti masuk dalam katagori baik (Tabel 10). Semua Responden Institut Teknologi Bandung menjawab setuju dan sangat setuju tidak akan pindah dari Institut Teknologi Bandung. Nilai rataan responden sebesar 4,7 yang berarti masuk dalam katagori baik (Tabel 11).
51
Tabel 11. Tabulasi responden Institut Teknologi Bandung yang tidak akan pindah dari Institut Teknologi Bandung f
X
f.X
x2
f.X2
%
Sangat tidak setuju
0
1
0
1
0
0
Tidak Setuju
0
2
0
4
0
0
Ragu-ragu
0
3
0
9
0
0
Setuju
5
4
20
16
80
29.41176471
Sangat Setuju
12
5
60
25
300
70.58823529
Jumlah
17
80
55
380
100
Kategori
Rataan
4.705882353
Persentase Responden
100
Tabel 12. Tabulasi responden Universitas Gadjah Mada yang tidak akan pindah dari Universitas Gadjah Mada f
X
f.X
x2
f.X2
%
Sangat tidak setuju
1
1
1
1
1
2.43902439
Tidak Setuju
3
2
6
4
12
7.317073171
Ragu-ragu
1
3
3
9
9
2.43902439
Setuju
10
4
40
16
160
24.3902439
Sangat Setuju
26
5
130
25
650
63.41463415
Jumlah
41
180
55
832
100
Kategori
Rataan
4.390243902
Persentase Responden
87.80487805
Responden Universitas Gadjah Mada yang menjawab setuju dan sangat setuju tidak akan pindah dari Universitas Gadjah Mada sebanyak 87,8 %. Nilai rataan responden sebesar 4,39 yang berarti masuk dalam katagori baik (Tabel 12).
52
4.6.2
Responden yang Akan Merekomendasikan Perguruan Tinggi Kepada Orang Lain Tabulasi responden yang akan merekomendasikan Perguruan Tinggi kepada orang lain adalah dengan menghitung jawaban setuju dan sangat setuju pada pertanyaan akan merekomendasikan Perguruan Tinggi kepada orang lain. Berikut ini tabulasi responden yang akan merekomendasikan Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara Institut Pertanian Bogor, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung dan Universitas Gadjah Mada. Tabel 13. Tabulasi responden Institut Pertanian Bogor yang akan merekomendasikan Institut Pertanian Bogor kepada orang lain f.X2 % Kategori f X f.X x2 Sangat tidak setuju
1
1
1
1
1
5.263158
Tidak Setuju
0
2
0
4
0
0
Ragu-ragu
2
3
6
9
18
10.52632
Setuju
11
4
44
16
176
57.89474
Sangat Setuju
5
5
25
25
125
26.31579
Jumlah
19
76
55
320
100
Rataan
4
Persentase Responden
84.21052632
Jumlah responden Institut Pertanian Bogor yang akan merekomendasikan Institut Pertanian Bogor kepada orang lain sebesar 84,21 % dengan rataan sebesar 4,00 yang termasuk dalam katagori baik (Tabel 13). Rataan responden Universitas Indonesia setuju dan sangat setuju merekomendasikan Perguruan Tinggi Universitas Indonesia kepada orang lain sebesar 4.6 masuk dalam katagori baik. Sebesar 91,30 % responden Universitas Indonesia menyatakan setuju dan
53
sangat
setuju
untuk
merekomendasikan
Perguruan
Tinggi
Universitas Indonesia (Tabel 14). Tabel 14. Tabulasi responden Universitas Indonesia yang akan merekomendasikan Universitas Indonesia kepada orang lain Kategori f X f.X x2 f.X2 % Sangat tidak setuju
0
1
0
1
0
0
Tidak Setuju
0
2
0
4
0
0
Ragu-ragu
2
3
6
9
18
8.695652
Setuju
5
4
20
16
80
21.73913
Sangat Setuju
16
5
80
25
400
69.56522
Jumlah
23
106
55
498
100
Rataan
4.608695652
Persentase Responden
91.30434783
Tabel 15. Tabulasi responden Institut Teknologi Bandung yang akan merekomendasikan Institut Tenologi Bandung kepada orang lain f
X
f.X
x2
f.X2
%
Sangat tidak setuju
0
1
0
1
0
0
Tidak Setuju
0
2
0
4
0
0
Ragu-ragu
1
3
3
9
9
5.882353
Setuju
4
4
16
16
64
23.52941
Sangat Setuju
12
5
60
25
300
70.58824
Jumlah
17
79
55
373
100
Kategori
Rataan
4.647058824
Persentase Responden
94.11764706
Rataan responden Institut Teknologi Bandung setuju dan sangat setuju merekomendasikan Perguruan Tinggi Institut Teknologi Bandung kepada orang lain sebesar 4.65 masuk dalam katagori baik. Sebesar 94,12 % responden Institut Teknologi Bandung
menyatakan
setuju
dan
sangat
setuju
untuk
54
merekomendasikan Perguruan Tinggi Institut Teknologi Bandung (Tabel 15). Tabel 16. Tabulasi responden Universitas Gadjah Mada yang akan merekomendasikan Universitas Gadjah Mada kepada orang lain % Kategori f X f.X x2 f.X2 Sangat tidak setuju
1
1
1
1
1
2.439024
Tidak Setuju
0
2
0
4
0
0
Ragu-ragu
5
3
15
9
45
12.19512
Setuju
18
4
72
16
288
43.90244
Sangat Setuju
17
5
85
25
425
41.46341
Jumlah
41
173
55
759
100
Rataan
4.219512195
Persentase Responden
85.36585366
Rataan responden Universitas Gadjah Mada setuju dan sangat setuju merekomendasikan Perguruan Tinggi Universitas Gadjah Mada kepada orang lain sebesar 4.6 masuk dalam katagori baik. Sebesar 91,30 % responden Universitas Gadjah Mada menyatakan setuju dan sangat setuju untuk merekomendasikan Perguruan Tinggi Universitas Gadjah Mada (Tabel 16). 4.6.3
Responden yang Akan Mengatakan Hal-hal yang Positif Tentang Perguruan Tinggi Kepada Orang Lain Berikut ini tabulasi responden yang akan mengatakan hal-hal yang positif tentang Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara Institut Pertanian Bogor, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung dan Universitas Gadjah Mada kepada orang lain. Rataan responden Institut Pertanian Bogor setuju dan sangat setuju mengatakan hal-hal positif tentang Perguruan Tinggi Institut Pertanian Bogor kepada orang lain sebesar 4.1 masuk dalam katagori baik. Sebesar 89,47 % responden Institut Pertanian Bogor menyatakan setuju dan sangat setuju untuk mengatakan hal-hal
55
yang positif tentang Perguruan Tinggi Institut Pertanian Bogor kepada orang lain (Tabel 17). Tabel 17. Tabulasi responden Institut Pertanian Bogor yang akan mengatakan hal-hal yang positif tentang Institut Pertanian Bogor kepada orang lain Kategori f X f.X x2 f.X2 % Sangat tidak setuju
1
1
1
1
1
5.263158
Tidak Setuju
0
2
0
4
0
0
Ragu-ragu
1
3
3
9
9
5.263158
Setuju
11
4
44
16
176 57.89474
Sangat Setuju
6
5
30
25
150 31.57895
Jumlah
19
78
55
336
Rataan
4.105263158
Persentase Responden
89.47368421
100
Tabel 18. Tabulasi responden Universitas Indonesia yang akan mengatakan hal-hal yang positif tentang Universitas Indonesia kepada orang lain Kategori f X f.X x2 f.X2 % Sangat tidak setuju
0
1
0
1
0
0
Tidak Setuju
0
2
0
4
0
0
Ragu-ragu
5
3
15
9
45
21.73913
Setuju
7
4
28
16
112 30.43478
Sangat Setuju
11
5
55
25
275 47.82609
Jumlah
23
98
55
432
Rataan
4.260869565
Persentase Responden
78.26086957
100
Rataan responden Universitas Indonesia setuju dan sangat setuju untuk mengatakan hal-hal positif tentang Perguruan Tinggi Universitas Indonsia sebesar 4.26 masuk dalam katagori baik. Sebesar 78,26 % responden Universitas Indonesia menyatakan setuju dan sangat setuju untuk mengatakan hal-hal yang positif
56
tentang Perguruan Tinggi Universitas Indonesia kepada orang lain (Tabel 18). Tabel 19. Tabulasi responden Institut Teknologi Bandung yang akan mengatakan hal-hal yang positif tentang Institut Teknologi Bandung kepada orang lain % Kategori f X f.X x2 f.X2 Sangat tidak setuju
0
1
0
1
0
0
Tidak Setuju
0
2
0
4
0
0
Ragu-ragu
5
3
15
9
45
29.41176
Setuju
3
4
12
16
48
17.64706
Sangat Setuju
9
5
45
25
225
52.94118
Jumlah
17
72
55
318
100
Rataan Persentase Responden
4.235294118 70.58823529
Rataan responden Institut Teknologi Bandung setuju dan sangat setuju mengatakan hal-hal positif tentang Perguruan Tinggi Institut Teknologi Bandung sebesar 4.23 masuk dalam katagori baik. Sebesar 70,59 % responden Institut Teknologi Bandung menyatakan setuju dan sangat setuju untuk mengatakan hal-hal yang positif tentang Perguruan Tinggi Institut Teknologi Bandung kepada orang lain (Tabel 19). Rataan responden Universitas Gajah Mada setuju dan sangat setuju mengatakan hal-hal positif tentang Perguruan Tinggi Universitas Gadjah Mada sebesar 3.88 masuk dalam katagori baik. Sebesar 68,29 % responden Universitas Gajah Mada menyatakan setuju dan sangat setuju untuk mengatakan hal-hal yang positif tentang Perguruan Tinggi Universitas Gadjah Mada kepada orang lain (Tabel 20).
57
Tabel 20. Tabulasi responden Universitas Gadjah Mada yang akan mengatakan hal-hal yang positif tentang Universitas Gadjah Mada kepada orang lain f.X2 % Kategori f X f.X x2 Sangat tidak setuju
0
1
0
1
0
0
Tidak Setuju
3
2
6
4
12
7.317073
Ragu-ragu
10
3
30
9
90
24.39024
Setuju
17
4
68
16
272
41.46341
Sangat Setuju
11
5
55
25
275
26.82927
Jumlah
41
159
55
649
100
Rataan
3.87804878
Persentase Responden
4.6.4
68.29268293
Loyalitas Responden Perguruan Tinggi Berdasarkan hasil tabulasi dengan menggunakan Brand Switching Pattern Matrix untuk mengukur tingkat responden yang tidak akan pindah dari Perguruan Tinggi, responden yang akan merekomendasikan Perguruan Tinggi kepada orang lain, responden yang mengatakan hal-hal yang positif tentang Perguruan Tinggi kepada orang lain, kemudian diolah dengan menggunakan analisis deskriptif untuk memperoleh tingkat loyalitas responden terhadap Perguruan Tinggi. Berdasarkan hasil pengolahan analisis deskriptif, pengukuran loyalitas responden terhadap Perguruan Tinggi menghasilkan tingkat loyalitas mahasiswa terhadap Perguruan Tinggi (Tabel 21). Untuk tingkat loyalitas mahasiswa Institut Pertanian Bogor terhadap Perguruan Tinggi Institut Pertanian Bogor dapat dikatakan sangat loyal yaitu sebesar 86.84%, untuk tingkat loyalitas mahasiswa Universitas Indonesia terhadap Perguruan Tinggi Universitas Indonesia yaitu sebesar 84.78%, untuk tingkat loyalitas mahasiswa Institut Teknologi Bandung terhadap Perguruan Tinggi Institut Teknologi Bandung sebesar 82.35%, Untuk tingkat
58
loyalitas mahasiswa Universitas Gadjah Mada terhadap Perguruan Tinggi Universitas Gadjah Mada sebesar 76.825%, Tabel 21. Tabulasi loyalitas mahasiswa terhadap Perguruan Tinggi Kategori Responden yang tidak akan pindah dari Perguruan Tinggi Responden yang akan merekomendasikan Perguruan Tinggi kepada orang lain Responden yang akan mengatakan hal-hal yang positif tentang Perguruan Tinggi kepada orang lain Loyalitas Responden Perguruan Tinggi
4.7
IPB
UI
ITB
UGM
89.47
95.65
100
87.80
84.21
91.3
94.11
85.36
89.47
78.26
70.59
68.29
86.84
84.78
82.35
76.825
Analisis Positioning Institut Pertanian Bogor 4.7.1 Analisis Deskriptif Persepsi Responden Analisis deskriptif hasil persepsi konsumen merupakan analisis yang meringkas informasi yang terkandung dalam data atribut berdasarkan pilihan responden. Analisis ini digunakan untuk melihat penilaian responden terhadap Institut Pertanian Bogor dan ketiga pesaingnya yaitu Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung dan Universitas Gadjah Mada. Dalam analisis ini digunakan nilai median atau nilai tengah yang kemudian diringkas dalam bentuk bar chart agar lebih mudah dan menarik untuk diinterepretansi. Berdasarkan
analisis
deskriptif
persepsi
konsumen
dapat
diketahui atribut-atribut yang menjadi keunggulan dan kelemahan baik Institut Pertanian Bogor maupun pesaingnya yaitu Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung dan Universitas Gadjah Mada (Grafik 1). 1. Institut Pertanian Bogor Berdasarkan analisis deskriptif persepsi konsumen Institut Pertanian Bogor memiliki keunggulan sebagai Perguruan tinggiBadan Hukum Milik Negara yang memiliki biaya kuliah lebih terjangkau dibandingkan para pesaingnya.
59
Lokasi kampus
Biaya kuliah
Pengajar/Dosen Seleksi masuk/penerimaan mahasiswa Peranan ke masyarakat
Bidang penelitian
UGM ITB UI IPB
Standar akademik
Reputasi
Program Beasiswa
Lingkungan kampus
Status
Kedisiplinan
Metode Belajar
Fasilitas Fisik
Nama besar Perguruan Tinggi
Kualitas Lulusan
0
1
2
3
4
5
Grafik 1. Analisis Deskriptif Persepsi Responden Bidang penelitian Institut Pertanian Bogor lebih baik dibandingkan dengan Universitas Gadjah Mada dan Universitas Indonesia, sementara itu Institut Teknologi Bandung masih dipersepsikan oleh mahasiswa sebagai Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara yang Unggul dalam bidang Penelitian. Institut Pertanian Bogor dipersepsikan sebagai Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara yang memiliki atribut kedisiplinan sama dengan Universitas Gadjah Mada dan atribut peranan ke masyarakat sama dengan Universitas Indonesia. Institut Pertanian Bogor dalam atribut kualitas lulusan, nama besar perguruan tinggi, fasilitas fisik, metode belajar, status,
60
lingkungan kampus, program beasiswa, reputasi, standar akademik, seleksi masuk, kualitas pengajar dan lokasi kampus dipersepsikan cukup baik, tetapi masih menjadi keunggulan pesaingnya. 2. Universitas Indonesia Universitas Indonesia dipersepsikan oleh responden sebagai Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara yang memiliki nama besar perguruan tinggi yang sangat baik dibandingkan para pesaing, memiliki fasilitas fisik yang baik dibandingkan para pesaingnya, untuk status yang dimiliki, Universitas Indonesia menempati peringkat terbaik dibandingkan para pesaingnya, lingkungan kampus Universitas Indonesia dipersepsikan sebagai lingkungan yang lebih baik dibandingkan para pesaingnya, untuk program beasiswa dan reputasi, Universitas Indonesia juga dianggap lebih baik dari para pesaingnya. Universitas Indonesia dipersepsikan oleh responden memiliki kualitas lulusan, standar akademik, seleksi masuk, kualitas pengajar dan lokasi kampus yang lebih baik dibandingkan Universitas Gadjah Mada dan Institut Pertanian Bogor, Universitas Indonesia juga dipersepsikan memiliki metode belajar yang lebih baik dibandingkan Institut Pertanian Bogor Atribut peranan kepada masyarakan Universitas Indonesia dianggap sama oleh Institut Pertanian Bogor sebagai Perguruan Tinggi yang memiliki peranan kepada masyarakat yang baik, tetapi masih menjadi keunggulan dari Universitas Gadjah Mada dan Institut Teknologi Bandung. Biaya kuliah, kedisiplinan dan bidang penelitian Universitas Indonesia dipersepsikan sebagai Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara yang memiliki atribut biaya kuliah, kedisiplinan dan bidang penelitian yang cukup baik tetapi masih menjadi keunggulan para pesaingnya.
61
3. Institut Teknologi Bandung Institut Teknologi Bandung dipersepsikan responden sebagai Perguruan Tinggi- Badan Hukum Milik Negara yang memiliki Kualitas lulusan, metode belajar, Kedisiplinan, standar akademik, bidang penelitian, seleksi masuk, kualitas pengajar/dosen dan lokasi yang baik dan dipersepsikan responden menjadi kekuatan dari Institut Teknologi Bandung sebagai Perguruan Tinggi BadanHukum Milik Negara. Nama besar perguruan tinggi, fasilitas fisik, status, program besiswa, lingkungan kampus dan reputasi, Institut Teknologi Bandung
dipersepsikan
lebih
baik
dibandingkan
dengan
Universitas Gadjah Mada dan Institut Teknologi Bandung. Peranan kepada masyarakat, Institut Teknologi Bandung dipersepsikan oleh responden lebih unggul dari Universitas Indonesia dan Institut Pertanian Bogor. Institut Teknologi Bandung juga dipersepsikan sebagai Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara yang biaya kuliah kurang terjangkau . 4. Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada dipersepsikan responden sebagai Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara yang peranan kepada masyarakat lebih baik dibandingkan para pesainnya. Universitas Gadjah Mada dipersepsikan oleh responden sebagai Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara yang memiliki Kedisiplinan sama dengan Institut Pertanian Bogor dan metode belajar Universitas Gadjah Mada dipersepsikan responden lebih baik dibandingkan Universitas Indonesia dan Institut Pertanian Bogor tatapi masih menjadi keunggulan dari Institut Teknologi Bandung serta Biaya kuliah Universitas Gadjah Mada juga dipersepsikan responden lebih terjangkau dibandingkan Universitas Indonesia dan Institut Teknologi Bandung. Universitas Gadjah Mada dipersepsikan responden sebagai perguruan tinggn yang memiliki kualitas lulusan, nama besar
62
perguruan tinggi, fasilitas fisik, status, lingkungan kampus, program beasiswa, reputasi, standar akademik, seleksi masuk, kualitas pengajar/dosen, dan lokasi kampus yang lebih baik dibandingkan Institut Pertanian Bogor dan untuk bidang penelitian, Universitas Gadjah Mada di persepsikan responden lebih baik dibandingkan
Universitas
Indonesia,
tetapi
masih
menjadi
keunggulan dari Institut Teknologi Bandung dan Institut Pertanian Bogor. 4.7.2 Analisis Positioning Hasil
analisis
deskriptif
persepsi
responden
(Grafik
1)
menghasilkan atribut-atribut yang menjadi keunggulan dan kelemahan baik Institut Pertanian Bogor maupun pesaingnya yaitu Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung dan Universitas Gadjah Mada yang merupakan persepsi responden terhadap ke empat Perguruan Tinggi – Badan Hukum Milik Negara yang merupakan posisi Perguruan Tinggi – Badan Hukum Milik Negara dibenak responden. Berdasarkan hasil tersebut, responden memposisiskan Institut Pertanian Bogor sebagai Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara yang unggul dalam bidang penelitian serta biaya kuliah yang terjangkau. Universitas Indonesia di posisikan sebagai Perguruan Tinggi – Badan Hukum Milik Negara yang memiliki nama besar, fasilitas fisik yang terbaik dibandingkan pesaingnya, status yang baik, lingkungan kampus yang asri, memiliki program beasiswa yang baik, dan memiliki reputasi yang sangat baik. Institut Teknologi Bandug di posisikan sebagai Perguruan Tinggi – Badan Hukum Milik Negara yang memiliki kualitas lulusan yang baik, metode belajar yang baik, kedisiplinan yang baik, mimiliki standar akademik yang tinggi, Institut Teknologi Bandung juga diposisikan sebagai Perguruan Tinggi yang unggul dalam bidang penelitian, memiliki dosen yang berkualitas, lokasi kampus yang strategis dan seleksi penerimaan mahasiswa yang sangat ketat.
63
Universitas Gadjah Mada di posisikan sebagai Perguruan Tinggi – Badan Hukum Milik Negara yang memiliki tingkat pengabdian ke masyarakat yang baik.
64
V. KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1.
Universitas Indonesia sebagai perguruan tinggi yang paling diingat mahasiswa yaitu sebesar 29% responden, diikuti oleh Institut Teknologi Bandung dan Universitas Gadjah Mada sebesar 25%, dan Institut Pertanian Bogor sebesar 21%
2.
Institut Pertanian Bogor memiliki pesaing terdekat yaitu Institut Teknologi Bandung sebesar 19,7%, diikuti Universitas Gadjah Mada 17,4%, Universitas Indonesia 16,8%, Institut Teknologi Sepuluh November
12,5%,
Universitas
Padjajaran
11,9%,
Universitas
Diponegoro 10,4%, Universitas Airlangga 8,7%, Universitas Trisakti 1,7%, dan Universitas Atmajaya 0,9%. 3.
Tingkat loyalitas mahasiswa Institut Pertanian Bogor terhadap Perguruan Tinggi Institut Pertanian Bogor dapat dikatakan sangat loyal yaitu sebesar 86,84%. Tingkat loyalitas mahasiswa Universitas Indonesia terhadap Perguruan Tinggi Universitas Indonesia sebesar 84,78%. Tingkat loyalitas mahasiswa Institut Teknologi Bandung terhadap Perguruan Tinggi Institut Teknologi Bandung sebesar 82,35%. Tingkat loyalitas mahasiswa Universitas Gadjah Mada terhadap Perguruan Tinggi Universitas Gadjah Mada sebesar 76,825%.
4.
Institut Pertanian Bogor diposisikan mahasiswa sebagai Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara yang unggul dalam bidang penelitian dan biaya kuliah yang terjangkau, Universitas Indonesia di posisikan sebagai Perguruan Tinggi – Badan Hukum Milik Negara yang memiliki nama besar, fasilitas fisik yang terbaik, status yang baik, lingkungan kampus yang asri, memiliki program beasiswa yang baik, dan memiliki reputasi yang sangat baik, dibandingkan para pesaingnya, Institut Teknologi Bandug diposisikan sebagai Perguruan
65
Tinggi – Badan Hukum Milik Negara yang memiliki kualitas lulusan yang baik, metode belajar yang baik, kedisiplinan yang baik, mimiliki standar akademik yang tinggi, Institut Teknologi Bandung juga diposisikan sebagai perguruan tinggi yang unggul dalam bidang penelitian, memiliki dosen yang berkualitas, lokasi kampus yang strategis dan seleksi penerimaan mahasiswa yang sangat ketat, Universitas Gadjah Mada di posisikan sebagai Perguruan Tinggi – Badan Hukum Milik Negara yang memiliki tingkat pengabdian ke masyarakat yang baik. 2.
Saran Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan, maka beberapa saran yang dapat diajukan adalah : 1.
Institut Pertanian Bogor diharapkan dapat meningkatkan promosi sebagai Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara yang unggul dalam bidang penelitian sehingga dapat berkesan dibenak masyarakat.
2.
Institut Pertanian Bogor diharapkan meningkatkan atribut-atribut yang dianggap menjadi kelemahan sebagai Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara dibandingkan para pesaingnya seperti meningkatkan kualitas lulusan, metode belajar, kedisiplinan, program beasiswa,
standar
akademik,
peranan
kepada
masyarakat,
memperketat seleksi masuk/penerimaan mahasiswa, miningkatkan kualitas dosen/pengajar. Sehingga akan meingkatkan nama besar Institut Pertanian Bogor sebagai Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara. 3.
Institut Pertanian Bogor diharapkan dapat memperkuat ikatan alumni Institut Pertanian Bogor agar dapat meningkatkan atribut-atribut secara tidak langsung seperti nama besar Perguruan Tinggi dan kualitas lulusan.
DAFTAR PUSTAKA Apriantoro. 2006. Analisis Positioning Popeyes Chicken and Seafood dalam Pasar Restoran Fast Food di Kota Bogor. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Durianto, D., Sugiarto dan T. Sitinjak. 2001. Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Gramedia Pustaka Utama. Evans IR dan B Berman. 1982. Essential of Marketing. Mc Milan Publishing Co. New York. Kartajaya, H. 2003. Hermawan Kartajaya on Marketing. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Kartajaya, H. 2004. Hermawan Kartajaya on Positioning. PT. Mizan Pustaka. Jakarta Kartajaya, H. 2005. MarkPlus on Strategy. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama Kasali, R. 2003. Membidik Pasar Indonesia: Strategi Targeting Pisitioning. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Konrol (Terjemahan, Jilid I-II). PT. Prenhalindo, Jakarta. Rangkuti, F. 2003. Riset Pemasaran. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Santoso, S. 2002. Buku Latihan SPSS: Statistik Multivariat. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Simamora, B. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Supranto. 2004. Analisis Multivariat Arti dan Interpretasi. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Sutisna. 2001. Prilaku Konsumen dan Komunikasih Pemasaran. PT. Gramedia Pustaka Utama. Umar, H. 2003. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wardhani, I. 2006. Analisis Ekuitas Merek Kartu GSM Prabayar pada Mahasiswa S1 IPB. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRAN
68
Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN ANALISIS POSITIONING INSTITUT PERTANIAN BOGOR SEBAGAI PERGURUAN TINGGI - BADAN HUKUM MILIK NEGARA (PT-BHMN) Tanggal Pengisian
:
No Responden
:
Peneliti
: Rijki Saefuloh Basalmah
NRP
: H24104062
Departemen
: Manajemen
Fakultas
: Ekonomi dan Manajemen
Perguruan Tinggi
: Institut Pertanian Bogor
DAFTAR PERTANYAAN Petunjuk Pengisian : •
Berilah tanda “X” pada jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda
•
Pada pertanyaan yang sifatnya terbuka, tuliskan jawaban Anda pada tempat yang telah disediakan
A. SCREENING 1. Apakah Anda mengetahui Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT-BHMN)? a. Ya (terus)
b. Tidak (stop) – Terima kasih.
B. PROFIL RESPONDEN 1. Perguruan Tinggi : a. Institut Pertanian Bogor
d. Institut Teknologi Bandung
b. Universitas Indonesia c. Universitas Gadjah Mada 2. Jenis Kelamin? a. Pria
b. Wanita
3. Jurusan Sekolah asal? a. IPA
c. Kejuruan
b. IPS
d. Bahasa
69
Lanjutan Lampiran 1 4. Status Sekolah asal? a. Negeri b. Swasta 5. Pilihan ke berapakah Perguruan Tinggi yang anda pilih? a. I
d. Tidak Memilih
b. II c. III
C. ANALISIS 1. Sebutkan Perguruan Tinggi berstatus Badan Hukum Milik Negara yang anda ketahui? 1. …………………………………… 2. …………………………………… 3. …………………………………… 4. ………………………………….... 2. Pilih lima perguruan tinggi yang paling mirip dengan Institut Pertanian Bogor? (beri tanda √) Universitas Indonesia Universitas Gadjah Mada Institut Teknologi Bandung Institut Teknologi Sepuluh November Universitas Airlangga Universitas Trisakti Universitas Padjajaran Universitas Atmajaya Universitas Diponegoro
70
Lanjutan Lampiran 1 3. Seberapa penting menurut Anda atribut ini dalam suatu Perguruan Tinggi? Tidak Atribut
Nama besar Perguruan Tinggi Fasilitas Fisik Metode Belajar Kedisiplinan Status Lingkugan kampus Program beasiswa Reputasi Standar Akademik Bidang Penelitian Peranan Ke Masyarakat Seleksi Masuk/Penerimaan Mahasiswa Pengajar/Dosen Biaya Kuliah Lokasi Kampus
Cukup
Penting Penting Penting 1
Kualitas Lulusan
Kurang 2
3
Penting 4
Sangat Penting 5
71
Lanjutan Lampiran 1 4. Bagaimana penilaian Anda terhadap atribut Institut Pertanian Bogor? Atribut
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup Baik
Baik
Sangat Baik
1
2
3
4
5
Tidak Ketat
Kurang Ketat
Cukup Ketat
Ketat
Sangat Ketat
1
2
3
4
5
Kualitas Lulusan Nama besar Perguruan Tinggi Fasilitas Fisik Metode Belajar Kedisiplinan Status Lingkugan kampus Program beasiswa Reputasi Standar Akademik Bidang Penelitian Peranan Ke Masyarakat
Atribut Seleksi masuk/Penerimaan Mahasiswa
Atribut
Tidak Kurang Cukup Sangat Berkualitas Berkualitas Berkualitas Berkualitas Berkualitas 1
2
3
4
5
Pengajar/Dosen
Atribut
Tidak Kurang Cukup Sangat Terjangkau Terjangkau Terjangkau Terjangkau Terjangkau 1
2
3
4
5
Biaya Kuliah
Atribut Lokasi Kampus
Tidak Strategis
Kurang Strategis
Cukup Strategis
Strategis
Sangat Strategis
1
2
3
4
5
72
Lanjutan Lampiran 1 5. Bagaimana penilaian Anda terhadap atribut Universitas Indonesia? Atribut
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup Baik
Baik
Sangat Baik
1
2
3
4
5
Tidak Ketat
Kurang Ketat
Cukup Ketat
Ketat
Sangat Ketat
1
2
3
4
5
Kualitas Lulusan Nama besar Perguruan Tinggi Fasilitas Fisik Metode Belajar Kedisiplinan Status Lingkugan kampus Program beasiswa Reputasi Standar Akademik Bidang Penelitian Peranan Ke Masyarakat
Atribut Seleksi masuk/Penerimaan Mahasiswa
Atribut
Tidak Kurang Cukup Sangat Berkualitas Berkualitas Berkualitas Berkualitas Berkualitas 1
2
3
4
5
Pengajar/Dosen
Atribut
Tidak Kurang Cukup Sangat Terjangkau Terjangkau Terjangkau Terjangkau Terjangkau 1
2
3
4
5
Biaya Kuliah
Atribut Lokasi Kampus
Tidak Strategis
Kurang Strategis
Cukup Strategis
Strategis
Sangat Strategis
1
2
3
4
5
73
Lanjutan Lampiran 1 6. Bagaimana penilaian Anda terhadap atribut Institut Teknologi Bandung? Atribut
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup Baik
Baik
Sangat Baik
1
2
3
4
5
Tidak Ketat
Kurang Ketat
Cukup Ketat
Ketat
Sangat Ketat
1
2
3
4
5
Kualitas Lulusan Nama besar Perguruan Tinggi Fasilitas Fisik Metode Belajar Kedisiplinan Status Lingkugan kampus Program beasiswa Reputasi Standar Akademik Bidang Penelitian Peranan Ke Masyarakat
Atribut Seleksi masuk/Penerimaan Mahasiswa
Atribut
Tidak Kurang Cukup Sangat Berkualitas Berkualitas Berkualitas Berkualitas Berkualitas 1
2
3
4
5
Pengajar/Dosen
Atribut
Tidak Kurang Cukup Sangat Terjangkau Terjangkau Terjangkau Terjangkau Terjangkau 1
2
3
4
5
Biaya Kuliah
Atribut Lokasi Kampus
Tidak Strategis
Kurang Strategis
Cukup Strategis
Strategis
Sangat Strategis
1
2
3
4
5
74
Lanjutan Lampiran 1 7. Bagaimana penilaian Anda terhadap atribut Universitas Gadjah Mada? Atribut
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup Baik
Baik
Sangat Baik
1
2
3
4
5
Tidak Ketat
Kurang Ketat
Cukup Ketat
Ketat
Sangat Ketat
1
2
3
4
5
Kualitas Lulusan Nama besar Perguruan Tinggi Fasilitas Fisik Metode Belajar Kedisiplinan Status Lingkugan kampus Program beasiswa Reputasi Standar Akademik Bidang Penelitian Peranan Ke Masyarakat
Atribut Seleksi masuk/Penerimaan Mahasiswa
Atribut
Tidak Kurang Cukup Sangat Berkualitas Berkualitas Berkualitas Berkualitas Berkualitas 1
2
3
4
5
Pengajar/Dosen
Atribut
Tidak Kurang Cukup Sangat Terjangkau Terjangkau Terjangkau Terjangkau Terjangkau 1
2
3
4
5
Biaya Kuliah
Atribut Lokasi Kampus
Tidak Strategis
Kurang Strategis
Cukup Strategis
Strategis
Sangat Strategis
1
2
3
4
5
75
Lanjutan Lampiran 1 D. Loyalitas Mohon berikan penilaian berdasarkan sikap Anda terhadap Perguruan Tinggi yang anda tempati dengan cara menandai kotak yang sesuai dengan penilaian Anda, dengan pilihan sebagai berikut : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (RR), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Masing-masing pilihan memiliki kepentingan, yaitu : SS = 5, S = 4, RR = 3, TS = 2, STS = 1. No
Dimensi Loyalitas
1
Saya tidak akan pindah dari Perguruan Tinggi yang saya tempati saat ini.
2
Saya akan merekomendasikan Perguruan Tinggi saya kepada orang lain
3
Saya akan mengatakan hal-hal yang positif tentang Perguruan Tinggi saya kepada orang lain.
SS
S
RR
TS
STS
== Anda telah mencapai bagian akhir kuesioner ini. Terima kasih atas waktu dan perhatian Anda==
76
Lampiran 2. Uji Validitas dan Reabilitas Item Pertanyaan X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16
Harga Koefisien r 0,759 0,586 0,526 0,613 0,784 0,724 0,370 0,650 0,679 0,844 0,699 0,750 0,737 0,777 0,782 0,519
Kesimpulan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
X1-X16 menunjukkan nomor pertanyaan-pertanyaan 1-16 untuk variabel Xo Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Standardized Alpha Items .910 .914
N of Items 16
Item Statistics x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 x16
Mean 4.33 4.57 4.00 4.13 3.80 4.33 4.23 4.00 4.53 4.10 3.90 4.07 4.00 4.00 3.00 4.27
Std. Deviation .547 .504 .695 .681 .714 .547 .728 .695 .507 .662 .885 .740 .743 .643 .910 .640
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
77
Lanjutan Lampiran 2 Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Standardized N of Alpha Items Items .910 .914 16
Inter-Item Correlation Matrix Summary Item Statistics The covariance matrix is calculated and used in the analysis.
Item Means Inter-Item Correlations
Mean 4.079 .399
Minimum 3.000 -.136
Maximum 4.567 .800
Range 1.567 .936
Maximum / Minimum 1.522 -5.867
Scale Statistics
Mean 65.27
Variance 51.513
Std. Deviation 7.177
N of Items 16
Variance .129 .044
N of Items 16 16
Lanjutan Lampiran 2.
x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 x16
x1 1.000 .542 .182 .525 .441 .654 .231 .363 .580 .763 .499 .625 .679 .490 .485 .131
x2 .542 1.000 .197 .274 .326 .542 .473 .197 .800 .548 .131 .265 .368 .213 .301 .478
x3 .182 .197 1.000 .437 .695 .272 -.136 .357 .098 .225 .393 .470 .267 .540 .382 .000
x4 .525 .274 .437 1.000 .482 .339 .213 .218 .386 .428 .423 .392 .341 .472 .501 -.005
x5 .441 .326 .695 .482 1.000 .530 .292 .486 .304 .554 .567 .548 .390 .675 .690 .121
x6 .654 .542 .272 .339 .530 1.000 .404 .454 .580 .667 .428 .370 .425 .392 .555 .230
x7 .231 .473 -.136 .213 .292 .404 1.000 .000 .492 .451 -.070 -.030 .191 .000 .312 .306
x8 .363 .197 .357 .218 .486 .454 .000 1.000 .391 .450 .449 .470 .535 .617 .546 .233
x9 .580 .800 .098 .386 .304 .580 .492 .391 1.000 .555 .200 .361 .549 .423 .448 .397
x10 .763 .548 .225 .428 .554 .667 .451 .450 .555 1.000 .607 .690 .702 .567 .573 .179
x11 .499 .131 .393 .423 .567 .428 -.070 .449 .200 .607 1.000 .748 .525 .788 .514 -.134
x12 .625 .265 .470 .392 .548 .370 -.030 .470 .361 .690 .748 1.000 .628 .725 .512 -.039
x13 .679 .368 .267 .341 .390 .425 .191 .535 .549 .702 .525 .628 1.000 .650 .459 .073
x14 .490 .213 .540 .472 .675 .392 .000 .617 .423 .567 .788 .725 .650 1.000 .530 -.084
x15 .485 .301 .382 .501 .690 .555 .312 .546 .448 .573 .514 .512 .459 .530 1.000 .237
x16 .131 .478 .000 -.005 .121 .230 .306 .233 .397 .179 -.134 -.039 .073 -.084 .237 1.000
78