ANALISIS POLA KONSUMSI DAN KECUKUPAN AIR PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI EMPANG 1 BOGOR
RESEFA GETRI MANTARISA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
ABSTRACT Resefa Getri Mantarisa. Analysis of Water Consumption and Adequacy of Student at SDN Empang 1 Bogor. Supervised by Hadi Riyadi and Yayat Heryatno The objective of this research was to analyze water consumption pattern and adequacy of student at SDN Empang 1 Bogor. Design of his research is Cross sectional study, was done from June to September 2011 In SDN Empang 1 Bogor. The samples were student at grade 4 and 5, the number of sample was calculated by mean estimation. Average of students' knowledge and attitudes towards the consumption of water has been good enough. The average score of student’s knowledge level is 74 and attitude level is 72. The average water intake from food and beverage are 1824 ml/day of male student, and 1770 ml/day of female student. The level of knowledge and attitudes have significant correlation with the water consumption, and the level of water consumption have sifnificant correlation with fulfillment of the adequacy of water. Keyword : school age children, fluid intake, adequacy of water.
RINGKASAN RESEFA GETRI MANTARISA. Analisis Pola Konsumsi dan Kecukupan Air Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Empang 1 Bogor. Dibimbing oleh Hadi Riyadi dan Yayat Heryatno Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis pola konsumsi dan kecukupan air pada siswa sekolah dasar di SD Negeri 1 Empang Bogor. Adapun tujuan khususnya adalah (1) Mengetahui karakteristik individu dan keluarga siswa sekolah dasar , (2) Mengetahui pola konsumsi air pada siswa sekolah dasar, (3) Mengetahui kecukupan air pada siswa sekolah dasar, (4) Mengetahui sikap dan pengetahuan tentang konsumsi dan kecukupan air pada siswa sekolah dasar, (5) Mengetahui pemenuhan kecukupan air pada siswa sekolah dasar, (6) Menganalisis hubungan antara karakteristik individu, keluarga, sikap, dan pengetahuan tentang konsumsi dan kecukupan air terhadap pemenuhan kecukupan air siswa sekolah dasar Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan pengambilan data melalui pengisian lembar kuisioner dan pengambilan data di bagian administrasi siswa. Contoh penelitian adalah siswa kelas 4 dan 5 SDN 1 Empang Bogor. Jumlah sampel adalah 125 orang, dimana jumlah ini sudah memenuhi jumlah sampel minimal berdasarkan formula estimasi of mean. Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data karakteristik siswa (BB, TB dan jumlah uang saku). Data karakteristik keluarga meliputi besar keluarga, pekerjaan ayah dan ibu, pendidikan ayah dan ibu serta pendapatan keluarga diperoleh dari data di bagian administrasi siswa. Contoh pada penelitian ini berjumlah 125 orang yang berusia antara 9 hingga 12 tahun dengan persentase terbanyak pada kelompok usia 11 tahun. Sebagian besar siswa (54.4%) berjenis kelamin perempuan. Sebagian besar siswa (59.2%) memliki uang saku yang termasuk kedalam kategori sedang yaitu Rp 4.000 – Rp 7.999 per hari. Sebanyak 53.6% siswa termasuk kedalam golongan keluarga kecil. Sebagian besar pendidikan terakhir ayah adalah SMA/sederajat (54.4%), sedangkan untuk ibu adalah SMP/sederajat (45.6%). Sebagian besar ayah dari siswa bekerja sebagai wiraswasta (38.4%) dan pegawai swasta (31.2%). Sebagian besar ibu dari siswa merupakan ibu rumah tangga (36.8%). Sebanyak 69% siswa termasuk kedalam keluarga yang memiliki pendapatan keluarga sedang. Rata-rata penghasilan keluarga siswa sebesar Rp 2.640.400 ± Rp. 878.913. Sebagian besar siswa (66.4%) minum sebanyak 3-4 kali selama berada disekolah. Sebanyak 78.4% dari siswa mendapatkan minuman yang dikonsumsi dari kantin atau pedagang yang berada disekitar area sekolah. Sebagian besar siswa (41.6%) mengkonsumsi air putih pada saat berada di sekolah. Air putih yang dikonsumsi adalah air mineral dalam kemasan gelas ukuran 240ml dan 330ml. minuman lain yang dikonsumsi selain air putih adalah teh dalam kemasan, es blender, susu kotak, es kelapa dan soft drink.
Pada penelitian ini kecukupan air siswa dihitung berdasarkan tabel angka kecukupan air berdasarkan kelompok usia (AKG 2004). Kecukupan air untuk siswa laki-laki sebesar 1863.16 ± 99 ml per hari, sedangkan kecukupan air untuk siswa perempuan lebih rendah daripada laki-laki yaitu sebesar 1776.47 ± 65 ml per hari. Selang nilai pengetahuan yang dapat diperoleh siswa berkisar antara 40 hingga 100 dengan rata-rata nilai 74 ± 16.2. Berdasarkan penilaian dengan skor, sebagian besar siswa (48.8%) termasuk dalam tingkat pengetahuan sedang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh dari total siswa termasuk kedalam kategori sikap sedang (62.4%). Konsumsi air siswa laki-laki sebesar 1823.90 ± 276 ml, sedangkan siswa perempuan sebesar 1769.70 ± 307 ml per hari. Rata-rata konsumsi air yang berasal dari makanan berjumlah 530.4 ml per hari dan yang berasal dari minuman sebesar 1264 ml per hari. Rata-rata pemenuhan kecukupan air pada siswa laki-laki sebesar 97.89% dan siswa perempuan sebesar 99.62%, hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi air pada siswa termasuk kedalam kategori cukup. Hasil uji korelasi menunjukkan hubungan yang tidak nyata antara umur dengan pengetahuan (r=0.072; p=0.161) maupun dengan sikap (r=0.001; p=0.283). Pendidikan ibu berpengaruh nyata terhadap pengetahuan (p=0.049; r=0,27) dan sikap siswa (p=0.048; r=0,88), semakin tinggi jenjang pendidikan ibu maka pengetahuan dan sikap siswa semakin baik. Dalam penelitian ini terdapat hubungan yang nyata antara pengetahuan (r=0.000; p=0.594) dan sikap (r=0.002; p=0.405) terhadap konsumsi air. Konsumsi air akan berhubungan secara langsung terhadap pemenuhan kecukupan air (p=000; r= 0.716). Pada penelitian ini terdapat hubungan yang nyata antara pengetahuan (r=0.002; p=0.665) maupun sikap (r=0.001; p=0.405) terhadap pemenuhan kecukupan akan air.
ANALISIS POLA KONSUMSI DAN KECUKUPAN AIR PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI EMPANG 1 BOGOR
RESEFA GETRI MANTARISA
Skripsi Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul
: Analisis Pola Konsumsi dan Kecukupan Air Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Empang 1 Bogor
Nama
: Resefa Getri Mantarisa
NIM
: I14096034
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS NIP:19610615 198603 1 004
Yayat Heryatno, SP., MPS NIP:19690112 199601 1 003
Mengetahui, Ketua Depatemen Gizi Masyarakat
Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP. 19621218 198703 1 001
Tanggal Disetujui :
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Adapun penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Pola Konsumsi dan Kecukupan Air Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 1 Empang Bogor” dilakukan sebagai salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS dan Yayat Heryatno, SP., MPS selaku dosen pembimbing 1 dan dosen pembimbing 2 yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan, masukan, kritikan dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini 2. Dr. Ir. Ikeu Ekayanti MS selaku dosen pemandu seminar dan sekaligus dosen penguji skripsi yang telah memberikan masukan untuk penulisan skripsi ini 3. Dr. drh. Rizal M. Damanik, M.rep SC selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dalam pengisian Kartu Rencana Studi selama kuliah. 4. Yuni Munggaranti, Utari Sulistya, Raini Rahmania, Syifa Fauziah selaku pembahas seminar 5. Seluruh pihak SDN Empang 1 Bogor yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian serta seluruh murid-murid kelas 4 dan 5 yang telah bersedia mengisi kuisioner dan telah membantu kelancaran penelitian. 6. Ayah, ibu, adik-adikku Dico, Augia, dan Narayke tersayang atas kasih sayang tak tergantikan selama ini. Special for Nyaik and Oma, someday kita akan berkumpul di surga-Nya 7. Bastian Sofyan Al Mu’in “Someone who call me ‘Anyok’.” Terima kasih untuk dukungan dan doa selama ini. “Buktikan Pada Dunia Kita Bisa”,,,terima kasih untuk semuanya. 8. Lina, Elsa, Tari, Ory, Yuni dan Bastian yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian. 9. All member of Keluarga besar Ekstensi Gizi angkatan 3. Susah senang terlewati bersama demi sebuah kebanggaan hati.
10. Teman-teman, saudara-saudari yang tak mampu dituliskan satu persatu. Hidupku penuh warna dengan kehadiran kalian, meskipun terkadang warna itu adalah kelabu. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua.
Bogor, Desember 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara, puteri pasangan Bapak Herman Syarif dan Ibu Yurita Sari. Penulis dilahirkan di Lampung tanggal 7 September 1988. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) ditempuh penulis dari tahun 1994 di SDN 1 Merak Batin Natar sampai pada tahun 2000. Penulis kemudian menempuh Sekolah Menengah Pertama (SMP) dari tahun 2000 di SMPN 1 Natar Lampung Selatan sampai pada tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan pada tahun berikutnya di Sekolah Menengah Atas (SMA) 1 Natar Lampung Selatan dan lulus pada tahun 2006 dengan jurusan IPA. Penulis diterima di Program Keahlian Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi, Program Diploma Institut Pertanian Bogor, pada tahun 2006 melalui jalur USMI. Penulis melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di BRSD Cibinong Bogor selama bulan Juli hingga November 2008, dan melakukan Praktek Usaha Jasa Boga di kantin dan katering Sehati Desember 2008 hingga Februari 2009. Pada tahun 2009 penulis mendapatkan gelar ahli madya dari program keahlian Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi, Program Diploma Institut Pertanian Bogor. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa program sarjana penyelenggaraan khusus Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Pada bulan Maret hingga April tahun 2011 penulis melaksanakan Internship Dietetik di Rumah Sakit Ciawi, penulis juga ikut serta dalam kepanitiaan Seminar Nasional Gizi “Lebih Sehat, Muda dan Menarik dengan Minuman Antioksidan dan Susu”. Pada bulan Juli hingga Agustus penulis melaksanakan Kulian Kerja Profesi (KKP) di Desa Prupuk Selatan, Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI
.........................................................................................
DAFTAR TABEL
i
..................................................................................
iii
...............................................................................
iv
.............................................................................
v
PENDAHULUAN .................................................................................. Latar Belakang ............................................................................. Tujuan .......................................................................................... Kegunaan .................................................................................... Hipotesa .......................................................................................
1 1 2 3 3
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ Anak Usia Sekolah ....................................................................... Pola Konsumsi Pangan .................................................................... Perilaku Konsumsi ....................................................................... Penilaian Konsumsi Pangan ......................................................... Pengetahuan Gizi ......................................................................... Perilaku Mencontoh ..................................................................... Faktor Yang Berhubungan Dengan Konsumsi Air ........................ Pola Asuh Keluarga .............................................................. Besar Keluarga ....................................................................... Pendidikan Orang Tua ............................................................ Pekerjaan Orang Tua ............................................................... Pendapatan Orang Tua ........................................................... Uang Saku .............................................................................. Air Minum ....................................................................................... Kecukupan Air ......................................................................... Komposisi Air Dalam Tubuh .................................................... Kebisaan Minum Air ................................................................. Konsumsi Air ...........................................................................
4 4 5 7 7 8 9 10 10 10 11 12 13 14 14 15 16 17 17
KERANGKA PEMIKIRAN
......................................................................
19
METODOLOGI ........................................................................................ Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ................................................. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ............................................. Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... Definisi Operasional ........................................................................
21 21 21 22 23 25
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. Keadaan Umum Lokasi Penelitian ................................................. Karakteristik Siswa .......................................................................... Usia ....................................................................................... Jenis Kelamin ......................................................................... Berat Badan dan Tinggi Badan ............................................... Uang Saku .............................................................................. Karakteristik Keluarga ..................................................................... Besar Keluarga ......................................................................
27 27 28 28 29 29 30 30 30
DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
Pendidikan Orangtua .............................................................. Pekerjaan Orangtua ................................................................ Pendapatan Keluarga .............................................................. Pengetahuan Tentang Konsumsi dan Kecukupan Air ..................... Sikap Tentang Konsumsi dan Kecukupan Air ................................... Kebiasaan Minum di Sekolah .......................................................... Frekuensi Minum di Sekolah ................................................... Asal Minuman ......................................................................... Waktu Minum Saat di Sekolah ................................................ Jenis Aktivitas yang Mendorong Siswa untuk Minum ............... Jenis Minuman yang Dikonsumsi di Sekolah .......................... Minuman Larangan ................................................................. Kecukupan dan Konsumsi Air ......................................................... Hubungan Karakterisik Individu, Keluarga, Sikap dan Pengetahuan terhadap Pemenuhan Kecukupan Air……………..
31 33 34 35 37 39 39 40 40 41 41 43 44 46
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 48 Kesimpulan ..................................................................................... 48 Saran ............................................................................................. 49 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 50 LAMPIRAN ............................................................................................. 53
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1
Angka kecukupan air bagi orang Indonesia ...............................
16
Tabel 2
Variabel penelitian dan teknik pengumpulan data ...................
22
Tabel 3
Kecukupan air pada siswa sekolah dasar ...............................
24
Tabel 4
Data guru SDN Empang 1 Bogor ...........................................
27
Tabel 5
Jumlah siswa SDN Empang 1 Bogor menurut kelas dan jenis kelamin .............................................
27
Tabel 6
Sebaran siswa berdasarkan usia ............................................
29
Tabel 7
Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin ...............................
29
Tabel 8
Rata-rata berat badan dan tinggi badan berdasarkan umur ......
29
Tabel 9
Sebaran siswa berdasarkan uang saku ...................................
30
Tabel 10 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga ............................
31
Tabel 11 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua .........
32
Tabel 12 Sebaran siswa berdasarkan jenis pekerjaan orangtua ..............
33
Tabel 13 Sebaran siswa berdasarkan pendapatan keluarga ....................
34
Tabel 14 Sebaran siswa berdasarkan strata pengetahuan ......................
35
Tabel 15 Sebaran siswa berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan pengetahuan tentang air .......................... 36 Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan sikap tantang konsumsi air .......... 37 Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan jawaban pengukuran sikap ......... 38 Tabel 18 Sebaran frekuensi minum saat di sekolah ................................ 39 Tabel 19 Sebaran asal minuman yang dikonsumsi ................................ 40 Tabel 20 Sebaran siswa berdasarkan waktu minum ............................... 40 Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan aktivitas saat minum .................... 41 Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan minuman kesukaan .................... 42 Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan alasan minum .............................. 42 Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan sumber informasi minuman ........ 43 Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan minuman larangan ...................... 43 Tabel 26 Sebaran jenis minuman yang dilarang ...................................... 44 Tabel 27 Sebaran kecukupan dan konsumsi air .................................... 44
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 . Kerangka pemikiran analisis pola konsumsi dan kecukupan air pada siswa sekolah dasar di SD Negeri Empang 1 Bogor .............................................................................
20
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Tabulasi Silang karakteristik individu dan Keluarga dengan konsumsi dan kecukupan air ....................
53
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ............................................................
55
Lampiran 3 Ukuran jenis minuman yang dikonsumsi siswa………………... 59
PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan komponen utama dalam tubuh manusia, tanpa air mahkluk hidup tidak mungkin tumbuh dan berkembang karena air merupakan bahan dasar dari seluruh air tubuh termasuk darah dan enzim pencernaan. Tidak ada satupun reaksi kimia dalam tubuh dapat berlangsung tanpa adanya air. Air sebagai salah satu zat gizi makro mempunyai fungsi dalam berbagai proses penting dalam tubuh manusia, seperti metabolisme, pengangkutan dan sirkulasi zat gizi dan non gizi, pengendalian suhu tubuh, kontraksi otot, transmisi impuls syaraf, pengaturan keseimbangan elektrolit dan proses pembuangan zat yang tak berguna bagi tubuh (Hardinsyah et al 2011). Almatsier (2001) menyatakan bahwa pada proses penuaan usia maka komposisi air dalam tubuh manusia akan berkurang. Kandungan air pada bayi baru lahir adalah 75% berat badan, laki-laki dewasa dalam tubuhnya mengandung 59% air, sedangkan pada usia tua berkurang menjadi 50% berat badan. Air dalam tubuh terdapat di dalam sel maupun diluar sel, baik dalam pembuluh darah maupun diantara sel jaringan di luar pembuluh darah. Kecukupan air tiap orang berbeda-beda dan berfluktuasi tiap waktu, hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jenis kelamin, usia, tingkat aktivitas, serta faktor lingkungan. Menjaga keseimbangan air di dalam tubuh melalui strategi konsumsi air yang
tepat
merupakan
faktor
yang
perlu
diperhatikan
bagi
seorang.
Berkurangnya simpanan karbohidrat tubuh dan konsumsi air yang tidak mencukupi hingga mengakibatkan dehidrasi merupakan dua penyebab terjadinya penurunan performa dalam kehidupan sehari-hari. Berkurangnya 1-2% berat tubuh akibat dari keluarnya air tubuh melalui keringat dapat menurunkan performa hingga sebesar 10%, berkurang 5% berat badan dapat menurunkan performa sebesar 30% (Irawan 2007). Menurut Food and Nutrition Research 2002 dalam Proboprastowo dan Dwriani (2004), kecukupan air tiap orang berbeda-beda dan berfluktuasi tiap waktu. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis kelamin, usia, tingkat aktivitas serta faktor lingkungan. Metode perkiraan kecukupan air adalah berdasarkan umur, berat badan, asupan anergi, luas permukaan tubuh serta jumlah energi yang dikeluarkan. Belum tersedia hasil studi lokal tentang kecukupan air, sehingga acuan kecukupan masyarakat Indonesia mengacu pada rekomendasi bagi masyarakat Filipina
Indonesia memiliki perkembangan dalam hal kebijakan program air minum, kebijakan tersebut antara lain adalah pesan dalam pedoman umum gizi seimbang, undang-undang tentang sumber daya air dan PerMenKes tentang persyaratan kualitas air minum, Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi yang merekomendasikan tentang kecukupan air minum, serta adanya tumpeng gizi sembang yang menyarankan konsumsi air minum. Meskipun ada perkembangan pesat terkait kebijakan air minum, akan tetapi sebagian masyarakat masih mengkonsumsi
air
dalam
jumlah
yang
kurang
dibandingkan
dengan
kecukupannya. Hanya sekitar separuh dari subjek orang dewasa, remaja dan anak-anak yang mengetahui kecukupan air minum sekitar 2 liter sehari (Hardinsyah et al 2011). Kurang air minum umumnya disebabkan kurangnya asupan air yang diperoleh dari minuman. Dampak buruk kurang minum seperti juga halnya dampak buruk kurang makan, harus dicegah secara bersamaan dalam konsep gizi seimbang secara utuh. Hasil penelitian lain dalam Riskesdas (2007) menunjukkan adanya kondisi kurangnya konsumsi air pada beragai golongan umur dalah satunya adalah anak usia sekolah. Konsumsi air yang rendah diikuti kejadian dehidrasi akan dapat berdampak pada menurunnya konsentrasi belajar dan akan berakibat turunnya prestasi akademik. Berdasarkan paparan diatas, pengetahuan tentang konsumsi air perlu diperhatikan untuk memenuhi kecukupan akan air, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. Tujuan Secara umum penenelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola konsumsi dan kecukupan air pada siswa sekolah dasar di SD Negeri 1 Empang Bogor. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui karakteristik individu dan keluarga siswa sekolah dasar 2. Mengetahui pola konsumsi air pada siswa sekolah dasar 3. Mengetahui kecukupan air pada siswa sekolah dasar 4. Mengetahui sikap dan pengetahuan tentang konsumsi dan kecukupan air pada siswa sekolah dasar 5. Mengetahui pemenuhan kecukupan air pada siswa sekolah dasar 6. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu, keluarga, sikap, dan pengetahuan tentang konsumsi dan kecukupan air terhadap pemenuhan kecukupan air siswa sekolah dasar
Kegunaan Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu gizi terutama yang berhubungan dengan kecukupan dan konsumsi air, selain itu diharapkan
dapat
mendukung
program
gizi
yang
berkaitan
dengan
perkembangan dalam hal kebijakan program air minum, yang terdapat dalam pedoman umum gizi seimbang, undang-undang tentang sumber daya air dan PerMenKes, Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
serta tumpeng gizi
sembang. Selain itu penelitan ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pola konsumsi air
dan hubungannya dengan kecukupan air pada
siswa sekolah dasar. Informasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kepedulian akan pentingnya konsumsi air dalam jumlah yang cukup. Hipotesa 1. Karakteristik keluarga berhubungan dengan pola konsumsi air pada siswa 2. Karakteristik individu berhubungan dengan kecukupan air 3. Pengetahuan dan sikap siswa berhubungan dengan konsumsi air 4. Konsumsi air berhubungan dengan pemenuhan kecukupan air
TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Sekolah WHO memberi batasan anak usia sekolah adalah anak dengan usia 6-12 tahun. Mereka berbeda dengan orang dewasa, karena anak mempunyai ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang, sampai berakhirnya masa remaja. Anak
sekolah
sedang
mengalami
pertumbuhan
dan
perkembangan.
Pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan tubuh yang berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh. Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Anak usia sekolah sedang mengalami: (1) Perkembangan fisik. Fisik anak usia sekolah lebih kuat dibandingkan usia dibawahnya, sehingga aktivitas
fisiknya
tampak
lebih
menonjol
dan
mempunyai
kemampuan
motorik/bermain ; (2) Perkembangan mental. Anak mempunyai minat terhadap tugas-tugas sekolah seperti membaca, menulis, berhitung dan menggambar. Mereka senang bertanya kepada orang lain (guru atau orang tua) dimana mereka
sedang
mengeksplorasi
apa
yang
dilihat
dan
dirasakan;
(3)
Perkembangan emosi. Anak pada usia ini sudah mampu mengendalikan emosi. Anak sudah dapat mengendalikan emosi di lingkungannya tetapi di luar rumah kadang masih kurang; (4) Perkembangan sosial. Anak sedang mempelajari cara bersosialisasi pada peran social di masyarakat (Almatsier 2001). Anak sekolah sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan seorang anak oleh karena itu diperlukan asupan makanan yang mengandung gizi seimbang, agar proses tersebut tidak terganggu. Pada masa sekolah selain peran orang tua, kesadaran anak sekolah juga diperlukan karena mereka sudah mampu memilih makanan mana yang dia sukai. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier 2001). Fase usia sekolah membutuhkan asupan makanan yang bergizi untuk menunjang masa pertumbuhan dan perkembangannya. Kecukupan tubuh akan energi jauh lebih besar dibandingkan usia sebelumnya, karena anak sekolah lebih banyak melakukan aktivitas fisik seperti bermain, berolahraga atau membantu
orangtuanya.
Memasuki
usia
10-12
tahun,
anak
semakin
membutuhkan energi dan zat gizi yang lebih besar dibanding anak yang berusia di bawahnya. Pada usia ini pemberian makanan untuk anak laki-laki dan perempuan mulai dibedakan. Gizi menjadi masalah yang penting bagi anak sekolah, karena gizi bisa mencerdaskan anak. Anak yang kekurangan gizi mudah mengantuk dan kurang bergairah yang dapat menganggu proses belajar di sekolah dan menurun prestasi belajarnya, daya pikir anak juga akan kurang, karena pertumbuhan otaknya tidak optimal. Orang tua perlu memerikan perhatian pada anak usia sekolah, karena pada umumnya mereka disibukkan dengan berbagai kegiatan di luar rumah sehingga cenderung melupakan waktu makan termasuk kebiasaan makan pagi. Makan pagi yang cukup akan memenuhi kecukupan energi selama belajar di sekolah, sekaligus mencegah penurunan kadar gula darah yang berakibat pada terganggunnya konsentrasi anak dalam menerima pelajaran di sekolah. Pola asupan makanan yang tidak seimbang pada anak usia sekolah dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kurangnya gizi dalam tubuh. Anak usia sekolah sangat memerlukan asupan makanan yang seimbang untuk menunjang tumbuh kembangnya (Yayasan Amalia 2011). Anak sekolah perlu mendapat asupan gizi yang seimbang, sehingga akan tumbuh sesuai perkembangan usianya dan ada kesesuaian antara BB/umur, TB/umur dan BB/TB. Pola asupan makanan dan pengaturan makanan untuk anak usia sekolah sangat penting dilakukan Syarat pemberian makanan bagi anak antara lain : (1) memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi yang sesuai dengan umurnya; (2) susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang; (3) bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima, toleransi
dan
keadaan
faali
anak;
(4)
memperhatikan
kebersihan
perorangan/anak dan lingkungan (Yayasan Amalia 2011). Pola Konsumsi Pangan Survey konsumsi pangan terbagi menjadi dua yaitu survey konsumsi pangan secara kualitatif dan kuantitatif. Data yang dikumpulkan dalam survey konsumsi pangan secara kualitatif lebih menekankan pada aspek-aspek kebiasaan makan dan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan seseorang atau sekelompok orang. Suvey tersebut dilakukan untuk memperoleh data frekuensi makan, frekuensi konsumsi, serta kebiasaan makan atau pola makan. Pola makan merupakan gambaran mengenai frekuensi, jenis dan jumlah bahan makanan dan minuman yang dikonsumsi seseorang sehari-hari dan
merupakan ciri khas pada suatu kelompok masyarakat. Pola makan yang baik dan beraneka ragam dapat memperbaiki mutu gizi makanan seseorang. Pola makan atau pola konsumsi pangan merupakan susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Slamet 2009). Pola konsumsi pangan adalah jenis dan frekuensi beragam pangan yang biasa dikonsumsi , biasa berkembang dari pangan setempat atau dari pangan yang telah ditanam di tempat tersebut untuk jangka waktu yang panjang (Suhardjo 1996). Menurut Sanjur (1982) menyatakan bahwa jumlah pangan yang tersedia di suatu wilayah akan berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan. Secara umum tujuan survei konsumsi makan adalah untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan. Berdasarkan jenis data maka terdapat dua jenis data yaitu bersifat kualitatif dan kuantitatif. Metode yang bersifat kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi, dan menggali informasi tentang kebiasaan makan (food habits) serta cara-cara memperoleh bahan makanan tersebut. Metode secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah Masak (DKMM) dan Daftar Penyerapan Minyak (DPM). Terdapat empat metode dalam survei konsumsi pangan secara kuantitatif yaitu metode inventaris, metode pendaftaran,metode meningat-ingat kembali, metode penimbangan, perkiraan makanan, metode food account dan pencatatan (Supariasa et al 2001). Slamet (2009) menyatakan pola makan anak perlu penanganan yang serius karena mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan kecerdasan otak serta tingkat kesehatan yang optimal. Selama masa pertumbuhan pemberian makanan perlu diatur sesuai dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Manusia hidup bermasyarakat memiliki pandangan, kebiasaan dan kebersamaan termasuk pola makannya. Pola makan individu dalam keluarga mempunyai peranan penting dalam pembentukan pola makan masyarakat. Pola yang dianut oleh remaja dimiliki melalui proses belajar yang menghasilkan kebiasaan makan yang terjadi sejak dini sampai dewasa dan akan berlangsung selama hidupnya, hingga kebiasaan makan dan susunan hidangan masih bertahan sampai ada pengaruh yang dapat mengubahnya.
Perilaku Konsumsi Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus. Perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, kemudian organisme tersebut merespon, maka perilaku tersebut disebut sebaga teori S-OR. berdasarkan teori tersebut respon dibagi menjadi dua jenis yaitu: 1. Respondent respons atau reflexive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus ini disebut eliciting stimulation karna menimbulkan respon yang relative tetap. 2. Operant respons atau intrumental respons, yaitu respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Stimulus ini disebut reinforcing stimulation karna memperkuat respon. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menajdi dua yaitu : 1. Perilaku tertutup (covert behavior), respon atau reaksi yang terjad masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. 2. Perilaku terbuka (overt behavior), adalah reaksi seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Reaksi ini sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktitk yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan sebagainya. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda meskipun objeknya sama. Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan hasil dari berbagai faktor baik internal maupun eksternal (Notoatmodjo 2003). Penilaian Konsumsi Pangan Penilaian konsumsi pangan dilakukan sabagai cara untuk mengukur keadaan konsumsi pangan. Penilaian konsumsi pangan dilakukan dengan cara survei. Pada prinsipnya ada empat metode untuk menggali informasi konsumsi pangan secara kuantitatif, yaitu: metode inventaris, metode pendaftaran, metode mengingat-ingat dan metode penimbangan. Metode recall adalah metode penelitian konsumsi pangan dimana pewawancara menanyakan apa yang telah
dikonsumsi oleh responden. Prinsip metode mengingat-ingat (recall) 24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu (Supariasa et al 2001). Metode recall 24 jam ini mempunyai beberapa kelebihan yaitu: 1) mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden, 2) biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat yang luas untuk wawancara, 3)cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden, 4) dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari. Selain kelebihan, metode ini pun memiliki kekurangan yaitu: 1) tidak dapat menggambarkan asupan makan sehari-hari, bila hanya dilakukan recall satu hari, 2) ketepatannya sangat bergantung pada daya ingat responden sehingga metode ini tidak cocok dilakukan pada anak usia dibawah 7 tahun, orang tua berusia diatas 70 tahun dan orang yang hilang ingatan atau orang pelupa, 3) the flat slope syndrome,yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak dan bagi responden
yang
gemuk
melaporkan
konsumsi
yang
lebih
sedikit,
4)
membutuhkan petugas dan tenaga yang lebih terlatih dalam menggunakan alatalat bantu Ukuran Rumah Tangga (URT) dan ketepatan alat bantu yang dipakai menurut kebiasaan masyarakat, 5) Responden harus diberi motivasi dan pejelasan tentang tujuan dari penelitian (Supariasa et al 2001). Pengetahuan Gizi Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo 1993). Pengetahuan diperoleh seseorang melalui pendidikan formal, informal dan non formal. Pengetahuan gizi adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali kandungan gizi makanan serta kegunaan zat gizi tersebut dalam tubuh (Camire & Dougherty 2005 dalam Emilia Esi 2008). Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi seseorang, makan diharapkan akan lebih baik juga keadaan gizinya. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (Irawati D & Fachrurozi 1992 dalam Khomsan et al. 2007). Pengetahuan gizi mempunyai peranan penting dalam pembentukan kebiasaan makan seseorang, sebab hal ini akan mempengaruhi seseorang dalam memilih jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Harper et al. 1985).
Suatu hal yang menyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan: 1. Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. 2. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang dperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemelihraan dan energi. 3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi. Individu yang memiliki pengetahuan yang baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengolahan pangan, sehingga konsumsi pangan mencukupi kecukupan (Nasoetion & Khomsan 1995). Menurut Williams (1993) dalam Khomsan et al (2007), masalah yang menyebabkan gizi salah adalah tidak cukupnya pengetahuan gizi dan kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang baik. Pada usia belasan masih sering dijumpai pengertian yang kurang tepat mengenai kontribusi gizi dari berbagai makanan. Oleh karena itu timbul penyakit gizi salah yang merugikan kecerdasan dan produktivitas. Perilaku Mencontoh Perilaku mencontoh berawal dari memperhatikan perilaku orang-orang sekitar. Perihal kesukaan makanan dapat berubah hanya karena melihat perilaku makan orang lain. Kebiasaan makan umumnya dibentuk dan dipertahankan karena hal itu merupakan perilaku yang efektif, praktis dan bermakna dalam suatu budaya tertentu, namun masyarakat akan mengacu pada orang yang turut berpartisipasi dalam budaya tersebut dan karakteristik orang tersebut akan mempengaruhi asupan makanannya (Gibney 2005). Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Beberapa diantaranya adalah kelompok-kelompok primer (adanya interaksi yang berkesinambungan) seperti keluarga, teman, tetangga dan teman sejawat. Orang umumnya sangat dipengaruhi oleh kelompok referensi mereka dalam tiga cara seperti kelompok referensi memperlhatkan perilaku dan gaya hidup baru, mempengaruhi sikap dan konsep jati diri seseorang karena orang tersebut umumnya ingin menyesuaikan diri, menciptakan tekanan untuk menyesuaikan diri yang dapat mempengaruhi pilihan produk (Slamet 2009).
Perkembangan anak merupakan proses perubahan progresif yang menunjukkan cara anak berprilaku dalam interaksinya dengan lingkungan. Perkembangan juga merupakan proses perubahan dalam kemampuan anak pada suatu kurun waktu tertentu sebagai fungsi dari pematangan dan interaksi dengan lingkungannya (Khomsan 2005). Pengaruh khusus dari lingkungan sosial yang berdampak pada perilaku makan meliputi tekanan sosial dari teman, keluarga, perilaku yang menjadi model dan fasilitas sosial. Faktor Yang Berhubungan Dengan Konsumsi Air Pola Asuh Keluarga Sejak lahir setiap individu berada dalam suatu kelompok terutama keluarga.
Keluarga
akan
membuka
kemungkinan-kemungkinan
untuk
dipengaruhi dan mempengaruhi anggota kelompok lain. Orang tua memiliki pengaruh sosial yang sangat besar pada pemilihan makanan yang dilakukan anak mereka, hal seperti ini disebut paradoks keluarga yaitu keluarga yang memiliki kuasa yang sangat besar untuk menimbulkan preferensi yang luas menurut budaya, namun sebaliknya sangat lemah dalam hal preferensi yang spesifik pada keluarga. Keluarga ini memainkan peranan penting dalam pembentukan pola makan. Pengaruh sosial tampak terdapat dalam aturan makan keluarga dan seringkali saling berinteraksi dengan faktor penentu asupan makan yang lain. Umumnya ibu dipandang lebih berpengaruh dibanding anggota keluarga lain karena peranan ibu dalam menyediakan makanan, kontrolnya atas aktvitas makan dirumah dan kehadirannya di setiap waktu makan (Gibney 2005). Pengasuhan didefinisikan sebagai cara-cara member makan, merawat, mengajar dan menuntun anak yang dilakukan oleh individu dan keluarga. Sehingga praktek pengasuhan terdiri dari tiga hal penting yaitu cara pemberian makan, perawatan kesehatan anak dan stimulasi kognitif anak. Praktek pengsuhan dalam hal ini adalah pemberian makan yang berkualitas, pemberian perawatan kesehatan pada anak serta dukungan emosional dan stimulasi yang diberikan orang tua. Hal ini dapat sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak yang berkualitas (Khomsan 2005). Besar Keluarga Menurut Berg (1986) dalam Aprilian (2010) besar kelurga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan anggota keluarga yang lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya yang sama. Besar keluarga akan mempengaruhi pengeluaran, pembagian ragam yang dikonsumsi
dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Besar keluarga mempunyai pengaruh pada konsumsi pangan, jumlah anak yang menderita kelaparan pada keluarga besar empat kali lebih besar jika dibandingkan pada keluarga kecil. Pada keluarga dengan
keadaan
ekonomi
kurang,
jumlah
anak
yang
banyak
akan
mengakibatkan selain kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak , juga kecukupan primer seperti sandang, pangan, dan perumahan pun tidak terpenuhi. Kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi akan menentukan status gizi keluarga dan individu. Tambahan pendapatan sebesar 1% untuk semua keluarga, maka keluarga dengan anggota 2-3 orang akan meningkatkan pengeluaran pangan lebih dari 1%, untuk kelurga dengan jumlah yang besar maka akan meningkatkan 0.8-0.9%.
Besar kecilnya anggota keluarga dapat
mempengaruhi pemenuhan gizi anggota keluarga terutama keluarga miskin. Pendapatan perkapita dan belanja pangan akan menurun sejalan dengan meningkatnya jumlah keluarga. Semakin besar anggota keluarga maka kecukupan pangan yang harus tercukupi akan semakin meningkat, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk kecukupan pangan keluarga akan tinggi (Sanjur 1982). Pendidikan Orang Tua Tingkat pendidikan akan mempengaruhi sesorang dalam menyerap dan memahami sesuatu. Orang yang tergolong dalam keluarga kelas sosial lebih tinggi dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki pola makan yang sehat (Gibney et al. 2005). Namun menurut Slamet (2009), seseorang yang berpendidikan rendah belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibanding orang lain yang pendidikannya lebih tinggi, hal ini dapat terjadi karena walaupun pendidikan rendah, namun indidvidu tersebut dapat memeperoleh infomasi tentang gizi dari sumber lain seperti media masa dan teman. Keadaan
gizi
seorang
anak
banyak
ditentukan
oleh
perilaku
pengasuhannya. Dari berbagai penelitian diketahui bahwa apabila pendidikan dan pengetahuan dalam bidang gizi yang dimilki orang tua maka keadaan gizi anak juga baik (Riyadi 2006). Tingkat pendidikan baik secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi pola konsumsi antar anggota keluarga, karena pendidikan akan sangat mempengaruhi cara, pola pikir dan kerangka pikir, persepsi, pemahaman dan kepribadian yang nantinya merupakan bekal dalam berkomunikasi. Menurut Afifa (2003), orang yang memiliki pendidikan
tinggi cenderung untuk memilih makanan yang lebih baik daripada orang yang berpendidikan rendah, dalam hal ini pendidikan ibu yang tinggi akan berpengaruh pada pemilihan makanan bagi keluarganya. Suatu bangsa dikatakan semakin maju apabila tingkat pendidikan penduduknya semakin baik, derajat kesehatannya tinggi, usia harapan hidup panjang, dan pertumbuhan fisiknya optimal. Di Negara maju anak-anak tumbuh lebih cepat daripada di Negara berkembang Karen asupan gizi yang lebih baik dapat menunjang tumbuh kembang anak. Terdapat hubungan yang erat antara pertumbuhan fisik perkembangan mental anak usia dini. Anak yang berstatus gizi baik dan sehat akan merespon perubahan lingkungan lebih aktif yang selanjutnya dapat mempercepat perkembangan mental anak (Khomsan 2005). Semakin tinggi tingkat pendidikan formal maka akan semakin luas wawasan berpikirnya, sehingga akan lebih banyak informasi yang diserap. Hal tersebut akan berdampak positif terhadap ragam pangan yang dikonsumsi (Soewondo & Sandi 1990) . Latar belakang pendidikan ibu berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam mengelola rumah tangga, termasuk dalam hal konsumsi pangan keluarga sehari-hari. Tingkat pendidikan ibu juga menentukan aksesnya kepada pengasuhan yang tepat dan akses ke sarana kesehatan (Engle et al. 1997). Terdapat hubungan positif antara pendidikan ibu dengan pengetahuan gizi , kesehatan, dan pengasuhan anak Ibu yang memiliki pendidikan tinggi cenderung mempunyai pengetahuan gizi kesehatan dan pengasuhan anak yang baik (Madanijah 2004). Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan seseorang akan berkatan dengan tingkat pendapatan yang diperolehnya. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan kualitas makanan. terdapat perbedaan proses pembentukan makan pada anak dengan status ibu bekerja. Seorang ibu yang bekerja sebagai pencari nafkah diluar rumah akan mengurangi perannya dalam mempersiapkan makanan dan pemberian makan terhadap anak-anaknya. Hal ini disebabkan karena waktu untuk mempersiapkan makanan untuk anaknya cenderung berkurang. Oleh karena itu dibutuhkan dukungan anggota keluarga lain seperti ayah dan kakak untuk ikut serta membentuk kebiasaan makan yang baik bagi anak. Pendapatan yang tidak cukup sering diikuti pula dengan pengetahuan gizi yang rendah, yang kemudian masalah pangan pada keluarga menjadi lebih kompleks. Mata pencaharian atau pekerjaan orang tua sangat berhubungan dengan faktor-faktor
kesehatan hal ini disebabkan pekerjaan ada hubungannya dengan pendidikan dan pendapatan. Status ibu yang juga sebagai pencari nafkah tentunya berpengaruh terhadap gizi dan kesehatan (Suhardjo 1989). Pendapatan Orang Tua Besar kecilnya pendapatan akan mementukan kemampuan keluarga tersebut untuk membeli bahan makanan. salah satu faktor penting dalam pemilihan makanan adalah pendapatan dan jumlah uang yang dibelanjakan untuk makanan. terdapat sejumlah bukti bahwa makanan yang sekarang banyak direkomendasikan untuk pola makan sehat bukan hanya bergizi, lebinh mengenyangkan dan padat energi, namun juga harus dibeli dengan harga yang tinggi (Gibney 2005). Menurut Martianto dan Ariani (2004) tingkat pendapatan seseorang akan berpengaruh terhadap jenis dan jumlah bahan pangan yang dikonsumsinya. Sesuai dengan Hukum Bennet, semakin tinggi pendapatan maka kualitas bahan pangan yang dikonsumsi pun semakin baik yang tercermin dari perubahan pembelian bahan pangan yang harganya murah menjadi bahan pangan yang harganya lebih mahal dengan kualitas yang lebih baik. Rendahnya pendapatan menyebabkan daya beli terhadap makanan menjadi rendah dan konsumsi pangan keluarga akan berkurang. Kondisi ini akhirnya akan mempengaruhi kesehatan dan status gizi keluarga (Riyadi et al. 1995). Menurut Winarno (1993), tingkat ekonomi (pendapatan) yang rendah dapat mempengaruhi pola makan. Pada tingkat pendapatan yang rendah sebagian besar pengeluaran ditujukan untuk memenuhi kecukupan pangan dengan berorientasi pada jenis pangan karbohidrat. Hal ini disebabkan makanan yang mengandung banyak karbohidrat lebih murah dibandingkan dengan makanan sumber zat besi, sehingga kecukupan zat besi akan sulit terpenuhi dann dapat berdampak pada terjadinya anemia gizi besi. Keluarga dengan penghasilan tinggi akan menggunakan sebagan kecil dari keuangannya untuk membeli makanan dan bahan makanan, sebaliknya keluarga dengan penghasilan rendah akan menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk belanja makanan dan bahan makanan. Keluarga yang berpenghasilan rendah tentu akan rendah pula nominal uang yang dibelanjakan untuk keperluan sehari-harinya seperti untuk memebeli makanan, dengan meningkatnya pendapatan perorangan maka akan berdampak pada perubahan dalam susunan makanan, akan tetapi pengeluaran yang banyak untuk makanan
tidak menjamin lebih beragamnya konsumsi pangan dan meningkatnya kualitas pangan (Suhardjo 1989) Uang Saku Cara terbaik untuk mendidik anak tentang tanggung jawab keuangan adalah melalui uang saku. Uang saku merupakan bagian dari tanggung jawab orang tua terhadap kecukupan anggota keluarga sesuai dengan kecukupan anak, namun tak sepenuhnya diberikan sesuai keinginan. Jumlah uang saku tergantung pada usia anak dan jumlah pendapatan orang tua, oleh Karena itu uang saku pada siswa dapat dikatakan sebagai representasi atas pendapatan orang tua
dalam keluarga dan tinggi atau rendahnya kecukupan seseorang
dalam kehidupan sehari-harinya. Uang saku dapat digunakan untuk mengukur status sosial orang. Semakin besar uang saku yang diterima oleh anak maka semakin besar pendapatan keluarga (Slamet 2009). Air Minum Air merupakan kecukupan dan bagian dari kecukupan manusia, dengan kata lain air sangat dibutuhkan oleh manusia. Asupan air yang kurang akan menimbulkan masalah bagi kehidupan manusia, sebaliknya asupan air yang terlalu banyak akan menimbulkan maslah kesehatan yang cukup berarti. Sebagian besar tubuh masusia terdiri dari air. Pada bayi prematur jumlahnya sebesar 80% dari berat badan, bayi normal sebesar 70-75% dari berat badan, sebelum pubertas sebesar 65-70% dari berat badan dan orang dewasa sebesar 50-60% dari berat badan. Kita juga menyadari bahwa sebagian besar tubuh kita tersusun dari air, dan tanpa air kita akan lebih cepat mati dibandingkan tanpa makanan. Air berfungsi untuk mentransportasi mineral, vitamin, protein dan zat gizi lainnya keseluruh tubuh. Keseimbangan tubuh dan tempratur juga sangat tergantung air. Air merupakan pelumas jaringan tubuh sekaligus bantalan sendi, tulang dan otot. Mengkonsumsi air secara cukup dapat meningkatkan fungsi hormon, memperbaiki kemampuan hati untuk memecah dan melepas lemak, serta mengurangi rasa lapar. Sebaliknya, kurang air dapat menyebabkan konstipasi, infeksi saluran urin, terbentuknya batu ginjal, kelelahan, dan masalahmasalah seputar kulit, rambut dan kuku (Khomsan 2005). Dalam 15 tahun terakhir ada perkembangan
kebijakan dan program
tentang air minum di Indonesia, pertama adanya pesan departemen Kesehatan tentang anjuran minum air, yaitu pesan nomor sembilan dari 13 pesan dasar Pedoman Umum Giz Seimbang(PUGS). Pesan tersebut adalah “Minumlah air
dalam jumlah yang cukup dan aman”. Dalam pedoman tersebut, orang dewasa Indonesia disarankan untuk mengkonsumsi air minum sebanyak 2 liter atau sekitar 8 gelas per hari untuk menjaga kesehatan tubuh serta mengoptimalkan kemampuan fisknya. Kedua adalah adanya undang-undang tentang sumber daya air dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualtas Air Minum. Ketiga adalah, untuk pertama kalinya dalm Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi direkomendasikan tentang kecukupan air minum bagi orang Indonesia yaitu 0,8 sampai 2,8 liter per hari tergantung pada umur, jenis kelamin, aktivitas dan suhu lingkungan. Keempat, adanya Tumpeng Gizi Seimbang yang baru yaitu memvisualisasikan anjuran kecukupan minum air 8 gelas sehari (Hardinsyah et al 2011). Kecukupan Air Konsumsi air yang cukup pada orang dewasa dalam keadaan basal adalah sebanyak 2 liter dalam 24 jam. Volume asupan air tambahan disesuaikan dengan keadaan msalnya demam, latihan fisik dan suhu lingkungan yang tinggi, dimana kesemuanya akan diberi isyarat haus oleh rasa haus d hipotalamus. Akan tetapi, menentukan kecukupan minum dengan mengendalikan rasa haus tidak sepenuhnya benar. Misalnya, bila kita bekerjadi lingkungan yang dingin kita tidak merasa haus, padahal tubuh kita vseharusnya memerlukan air lebih banyak dibanding kita beraktivitas di lingkungan yang tdak dingin. Jika berada di lingkungan yang dingin, dianjurkan untuk minum lebih banyak karenapada udara yang dingin, tubuh banyak mengeluarkan air melalui urin dan pernafasan, selain itu banyak minum juga akan membantu kulit agar tidak cepat kering. Tubuh memerlukan air tidak hanya untuk mencegah rasa haus. Kekurangan air minum dapat menimbulkan berbagai gangguan. Seseorang yang mengalami demam atau berada pada suhu dingin, kandungan air dalam napasnya akan meningkat. Semakin banyak dan berat kegiatan, semakin banyak diperlukan energi dari makanan dan semakin banyak pula air yang terkuras dari tubuh, sehingga semakin banyak asupan air atau minuma yang diperlukan oleh tubuh. Oleh sebab itu danjurkan untuk mengkonsumsi air tidak hanya saat tubuh merasa haus (Hardinsyah et al, 2011) Hardinsyah et al (2011) menyebutkan, bag orang dewasa, pengeluaran urin 2 liter sehari dapat melarutkan berbagai sisa metabolsme melalui urin dan pembuangannya dengan lancer. Guna menghasilkan urin paling tidak 2 liter sehari maka setiap orang perlu minum lebih dari 2 liter sehari tergantung suhu
lingkungan, aktivitas serta jumlah dan jenis makanan. kondisi tubuh akan menurun bila kadar air tubuh menurun dan kita tidak segera memenuhi kecukupan air tersebut. Kardiolog Amerika Serikat, DR. James M. Rippe memberi saran bagi orang dewasa untuk minum air paling sedikit 1 liter lebih banyak daripada apa yang dibutuhkan rasa haus kita. Gunanya adalah untuk mengoptimalkan fungsi berbaga organ tubuh terutama jantung, pembuluh darah, otak dan saraf. Terdapat perbedaan fisiologis antara bayi dan anak dengan orang dewasa dalam hal air tubuh. Perbedaan tersebut mencakup perbedaan komposisi, metabolisme, dan derajat kematangan sistem pengaturan air dan elektolit. Oleh karena itu padabayi dan anak cenderung rawan terhadap penyakit yang menimbulkan dehidrasi. Angka kecukupan air berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Angka kecukupan air bagi orang Indonesia Kelompok Umur Bayi Diberikan dalam bentuk ASI Anak
Pria
Wanita
0-6 bulan 7-12 bulan 1-3 tahun 4-6 tahun 7-9 tahun 10-12 tahun 13-15 tahun 16-18 tahun 19-29 tahun 30-49 tahun 50-64 tahun 65 tahun + 10-12 tahun 13-15 tahun 16-18 tahun 19-29 tahun 30-49 tahun 50-64 tahun 65 tahun +
AKG (2004) (L/hr) 0,8 1,0 1,1 1,4 1,6 1,8 2,1 2,2 2,5 2,4 2,3 1,5 1,9 2,1 2,1 2,0 2,0 2,0 1,5
Komposisi Air Dalam Tubuh Rata-rata kandungan air tubuh pada laki-laki dewasa adalah sekitar 50% hingga 70% dari berat tubuhnya. Perbedaan komposisi air tubuh disebabkan oleh adanya perbedaan komposisi tubuh. Tubuh manusia terdiri atas dua bagian utama yaitu adiposa (simpanan lemak) dan jaringan bebas lemak (lean tissue). Massa tubuh tanpa lemak mengandung sekitar 73% air, sedangkan massa lemak tubuh mengandung 10% air. Total air tubuh terbagi menjadi dua yatu terdapat
dalam air intrasel dan air ekstrasel, yang masing-masing mengandung air sebanyak 65% dan 35% (Sawka, Cheuvrot & Carter 2005). Kandungan air pada tubuh manusia mencapai setengah hingga tiga per empat bagian dari keseluruhan berat tubuh. Menurut Supariasa (2001), komposisi air tubuh adalah sekitar 65% atau 47 liter pada orang dewasa. Pada bayi usia 20-25 minggu, kandungan air dalam tubuh manusia berjumlah 88%, bayi premature 83%, bayi 1 tahun 62%, laki-laki dewasa 60%, dan laki-laki obese 47%. Kebiasaan Minum Air Kebiasaan didefniskan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola praktik yang terjadi berulang-ulang. Kebiasaan minum merupakan suatu pola perilaku konsumsi minuman yang dilakukan secara berulang-ulang. Kebiasaan bukanlah merupakan bawaan sejak lahir, tetapi merupakan hasil dari suatu proses belajar. Sedangkan kebiasaan makan merupakan faktor determinan perilaku makan. Kebiasaan minum diartikan sebagai karakteristik dan kegiatan berulangkali dari individu dalam memenuhi kecukupannya akan air, sehingga kecukupan fisiologi sosial dan emosional dapat terpenuhi. Terdapat tiga hal pokok yang dapat mempengaruhi kebiasaan minum yaitu pengetahuan, sikap dan praktik (Husain dan Husaini 1989). Penelitian di Hongkong pada orang dewasa menunjukkan hasil bahwa 50% subjek minum air kurang dari 8 gelas per hari, bahkan 30% diantaranya minum air kurang dari 5 gelas per hari. Peneltian di Singapura menunjukkan bahwa sebagian besar wanita hanya minum air 5-6 gelas dan pria hanya minum 6-8 gelas per hari. Alasan yang paling sering ditemui pada subjek di Singapura adalah karena merasa tidak haus, lupa minum, merepotkan, dan tidak mau sering ke kamar kecil (Hardinsyah et al 2011). Hal tersebut memperlihatkan bahwa mereka masih belum memiliki kebiasaan minum yang baik, hal tersebut juga didukung dengan respon mereka terhadap anjuran minum minimal 2 liter per hari. Hanya sekitar 45% responden yang setuju bahwa 2 liter air dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tubuh. Konsumsi Air Perilaku konsumsi air dapat dirumuskan sebagai cara atau tindakan yang dilakukan individu dalam pemilihan makanan ataupun minuman yang dilandasi oleh pengetahuan dan sikap terhadap makanan atau minuman. Almatsier (2001) menyatakan bahwa konsumsi air terdiri atas air yang diminum, yang diperoleh
dari makanan, serta air yang diperoleh dari hasil metabolisme. Sedangkan menurut Sawka, Cheuvront dan Carter (2005), total konsumsi air adalah berasal dari air minum, air pada minuman, dan air pada makanan. kecukupan air sehari dinyatakan sebagai proporsi terhadap jumlah energi yang dikeluarkan tubuh dalam keadaan lingkungan rata-rata. Total konsumsi air berdasarkan survey yang dilakukan NHANES III (Third National Health and Nutrition Examination Survey) pada populasi yang cukup besar memperlihatkan bahwa sektar 80% dari total konsumsi air adalah berasal dari minuman dan hanya 20% diantaranya adalah berasal dari makanan. kedua sumber air tersebut memiliki bioavailabilitas yang sama. Berdasarkan survey tersebut juga diketahui bahwa pada keseluruhan level konsumsi, seluruh responden berada pada keseimbangan air (euhidrasi) yang terlihat dari normalnya kadar osmolalitas plasma.
KERANGKA PEMIKIRAN Karakteristik individu seperti jenis kelamin dan umur bepengaruh terhadap kecukupan air dan terbentuknya pengetahuan dan sikap tentang air. Karakteristik keluarga diantaranya besar keluarga, pendidikan orang tua dan pendapatan orang tua akan berpengaruh pada pengetahuan dan sikap seseorang dalam mengkonsumsi air. Lingkungan sosial yang berada disekitar individu akan membentuk suatu kebiasaan seseorang untuk minum atau mengkonsumsi air. Pengetahuan dan sikap merupakan faktor pembentuk perilaku yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Pengetahuan tentang air pada individu juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial seperti media dan teman sebaya.
Lingkungan
sosial
dapat
mempengaruhi
individu
baik
pada
pengetahuan, sikap dan kebiasaan minum. Sikap positif terhadap pangan yang diketahui bermanfaat bagi kesehatan dan sikap negatif atau menolak terhadap pangan yang kurang bermanfaat biasanya dilandasi adanya pengetahuan tentang gizi yang baik. Sikap yang baik akan mendorong seseorang untuk cenderung
mengkonsumsi
pangan.
Kecenderungan
berperilaku
tersebut
kemudian akan berkembang menjadi tindakan nyata yang dapat dilihat dari kebiasaan minum yang akan mempengaruhi pemenuhan kecukupan air. Konsumsi air tidak hanya berasal dari air minum, namun juga berasal dari sumbangan air yang berada dalam makanan yang dikonsumsi. Pemenuhan kecukupan akan air dipengaruhi oleh konsumsi air dan kecukupan air. Perhitungan kecukupan air dilakukan dengan membandingkan konsumsi air terhadap kecukupan air pada individu.
Karakteristik keluarga - Besar keluarga - Pendidikan orang tua - Pendapatan orang tua
Karakteristik individu -
Berat badan Tinggi badan Umur Jenis kelamin
Pengetahuan dan sikap tentang konsumsi dan
Kecukupan air
kecukupan air
Pola konsumsi air - Minuman - Makanan
Pemenuhan kecukupan air
Gambar 1. Kerangka pemikiran analisis pola konsumsi dan kecukupan air pada siswa sekolah dasar di SD Negeri Empang 1 Bogor.
METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional Study yang dilakukan pada siswa sekolah dasar di SD Negeri Empang 1 Bogor. Pengambilan data dilakukan melalui proses wawancara serta melalui pengisian kuisioner. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja dengan berbagai pertimbangan seperti tempatnya yang strategis, keragaman latar belakang siswa, serta kemudahan akses untuk melakukan penelitian. Pengambilan data dilakukan selama bulan Juni hingga September 2011. Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Contoh adalah siswa sekolah dasar di SD Negeri 1 Empang Bogor. Penentuan contoh dilakukan secara acak sederhana dan purposive dengan pertimbangan bahwa siswa yang sekolah di SD Negeri 1 Empang Bogor memiliki latar belakang sosial budaya yang berbeda sehingga cukup homogen untuk dijadikan sampel. Contoh merupakan siswa yang memenuhi beberapa kriteria seperti dalam keadaan sehat atau tidak sakit serta berada dalam suasana kelas regular. Jumlah contoh ditentukan menggunakan rumus sebagai berikut:
n= n=
(Z ∝/2 )2 X σ 2 ε2 X φ2 1.962 X 0.62 0.025 2 X 22
n = 54 siswa
Keterangan: Z = nilai z pada derajat kepercayaan 1−∝/2 σ =simpang baku konsumsi air pada anak-anak 0.6 L (Annisa 2009) ε =simpangan relatif dari rata-rata φ =rata-rata konsumsi air
Populasi penelitian adalah siswa Sekolah Dasar Negeri Empang 1 Bogor yang berada pada kelas 4 dan 5. Siswa kelas 6 tidak dijadikan contoh dengan alasan bahwa siswa kelas 6 sedang dipersiapkan untuk menghadapi ujian. Kelas 4 berjumlah 51 orang dan kelas 5 berjumlah 74 orang, total populasi contoh sebanyak 125 orang dan seluruhnya diambil sebagai contoh dengan mengacu pada rumus pengambilan contoh minimal menurut Lemeshow, Hosmer, dan Klar (1997). Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dengan pengambilan data di bagian administrasi siswa. Data berat badan dan tinggi badan didapatkan melalui pengukuran langsung pada sampel penelitian. Data pengetahuan dan sikap tentang konsumsi dan kecukupan air didapatkan melalui kuisioner yang diisi langsung oleh siswa. Data konsumsi minuman dan makanan diperoleh dengan menggunakan kuisioner recall 1 x 24 jam yang diisi sendiri oleh siswa. Data, jenis data dan cara pengumpulannya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Variabel penelitian serta cara pengumpulan data No 1
2
3 4 5
Data/Peubah Karakteristik individu a. Nama b. Umur c. Uang saku d. Berat badan e. Tinggi badan Karakteristik keluarga a. Besar keluarga b. Pendidikan orang tua c. Pendapatan orang tua Pengetahuan tentang konsumsi dan kecukupan air Sikap tentang konsumsi dan kecukupan air Konsumsi makanan dan minuman
Jenis Data
Pengumpulan
Primer Primer Primer Primer Primer
Kuisioner diisi oleh siswa Kuisioner diisi oleh siswa Kuisioner diisi oleh siswa Penimbangan dengan timbangan injak Pengukuran dengan microtoise
Sekunder Sekunder Sekunder Pimer
Pengambilan data di bagian administrasi Pengambilan data di bagian administrasi Pengambilan data di bagian administrasi Kuisioner diisi oleh siswa
Primer
Kuisioner diisi oleh siswa
Primer
Kuisioner recall 1 x 24 jam diisi oleh siswa
Pengukuran antropometri yang meliputi berat dan tinggi badan di ukur secara
langsung.
Berat
badan
diukur
menggunakan
timbangan
injak
berkapasitas 150 kg dengan ketelitian 0,1 kg. Pada saat melakukan pengukuran berat badan, siswa tidak diperkenankan membawa barang-barang yang dapat menggganggu ketelitian dari penimbangan. Tinggi badan diukur menggunakan microtoise dan siswa tidak diperkenankan menggunakan alas kaki.
Karakteristik
keluarga
yang
meliputi
besar
keluarga,
pendidikan,
pekerjaan dan pendapatan keluarga diperoleh dengan cara pengambilan data di bagian administrasi siswa SDN Empang 1. Pengetahuan tentang air diperoleh dengan kuisioner yang berisi 10 tentang sumber air yang diminum, fungsi air, akibat kekurangan air, serta kecukupan akan air. Pengisian kusioner dilakukan oleh siswa dengan panduan dari peneliti. Sikap terhadap minuman diukur menggunakan 10 penyataan, dimana siswa menjawab setuju atau tidak setuju pada kolom yang telah disediakan. Kebiasaan tentang konsumsi air diperoleh dengan memberi pertanyaan mengenai jumlah air yang diminum dalam sehari, waktu minum, kebiasaan membawa bekal minuman, dan sumber air minum, yang dikonsumsi. Data konsumsi air yang berasal dari makanan dan minuman didapat dari recall 1 x 24 jam, yaitu berupa jenis dan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi siswa selama satu hari yang lalu. Pertanyaan mengenai jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi diperloleh dengan wawancara langsung pada siswa oleh peneliti. Pengolahan dan Analisis Data Data yang dikumpulkan akan diolah dan dianalisis secara statistik deskriptif maupun inferensia. Secara deskriptif data diolah dengan tabulasi frekuensi menggunakan program komputer. Melalui uji deskriptif tersebut didapatkan nilai minimal, maksimal, nilai rata-rata serta frekuensi dan sebaran data . Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel dan Statistical Program for Social Sciences (SPSS) versi 16,0 for windows. Data karakteristik individu diantaranya usia di kategorikan menjadi usia 9, 10, 11 dan 12 tahun berdasarkan sebaran data. Data jenis kelamin dibedakan menjadi jenis kelamin laki-laki dan perempuan. uang saku siswa merupakan jumlah uang saku perhari yang dibelanjakan untuk keperluan makanan, minuman serta transportasi. Uang saku siswa dikategorikan berdasarkan sebaran data menjadi kategori rendah ( kurang dari Rp 3.999), sedang (Rp 4.000 hingga Rp. 7.999), dan tinggi (lebih dari Rp 8.000). Data karakteristik keluarga berupa data besar keluarga, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan orang tua. Data besar keluarga dikategorikan menjadi keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga ≤ 4 orang, keluarga sedang 5-6 orang dan keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga ≥ 7 orang. Data pendidikan orang tua dikategorikan menurut jenjang pendidikan terakhir yang diperoleh yaitu SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi.
Data pekerjaan orang tua dikategorikan menjadi pegawai swasta, wiraswasta, pegawai negri dan tidak bekerja. Pendapatan diklasifikasikan berdasarkan sebaran data siswa, dimana pendapatan dikategorikan menjadi rendah apabila total pendapatan keluarga kurang dari Rp. 1.761.487 per bulan, kategori pendapatan sedang jika total pendapatan keluarga sebesar Rp. 1761.487 hingga Rp. 3.519.313, dan kategori pendapatan tinggi jika total pendapatan keluarga lebih dari Rp. 3.519.313 per bulan. Pertanyaan mengenai kecukupan dan konsumsi air diberikan dengan menggunakan jenis pertanyaan tertutup yaitu siswa menjawab pertanyaan dengan memilh jawaban berupa benar, salah dan tidak tahu.
Pengetahuan
tentang air diukur menggunakan 10 pertanyaan yang dinilai dengan skor 1 jika menjawab dengan benar dan skor 0 jika menjawab salah atau tidak tahu. Nilai minimum 0 dan maksimum 10 diubah dalam bentuk presentase dengan nilai akhir maksimal 100. Sikap tentang air minum diukur dengan 10 pernyataan setuju atau tidak setuju, dimana jika pernyataan benar diberi skor 1 dan jika pernyataan salah atau tidak sesuai diberi skor 0. Kecukupan
air
pada
siswa
dihitung
menggunakan
tabel
angka
kecukupan air bagi orang Indonesia yang terdapat pada Tabel 3, dimana pada tabel tersebut kecukupan air pada siswa sekolah dasar berbeda berdasarkan umur dan jenis kelamin. Tabel 3 Kecukupan air pada siswa sekolah dasar Kelompok Umur Anak
4-6 tahun 7-9 tahun 10-12 tahun 13-15 tahun 10-12 tahun 13-15 tahun
Pria Wanita
AKG (2004) (L/hr) 1,4 1,6 1,8 2,1 1,9 2,1
Data jumlah air minum yang dikonsumsi setiap hari dihitung berdasarkan data recall 1 x 24 jam mengenai jumlah dan jenis air minum yang dikonsumsi oleh siswa dan dikategorikan menjadi kurang, cukup dan lebih, yang mengacu pada indikator PUGS point 9
“minumlah air bersih dan aman yang cukup
jumlahnya” yaitu dengan mengkonsumsi air 8 gelas atau 2 liter per hari. Siswa akan masuk kedalam kategori kurang jika mengkonsumsi air kurang dari 2 liter perhari serta kategori cukup jika mengkonsumsi lebih dari atau sama dengan 2 liter perhari.
Konsumsi air merupakan total konsumsi air yang dihitung dari kandungan air yang terdapat pada makanan dan minuman yang dikonsumsi selama 1 x 24 jam. Konsumsi air yang berasal dari makanan dihitung dengan menggunakan program nutrisurvey dan menggunakan rumus daftar komposisi bahan makanan. Data konsumsi makanan dikonversikan kedalam kandungan air untuk tiap bahan makanan berdasarkan pada komposisi zat gizi makanan dalam Mahmud dan Zulfanto (2009). Konversi dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Ka = (B/100) X a Keterangan : Ka
= Kandungan air dalam bahan makanan
B
= Berat makanan yang dikonsumsi (g)
A
= Kandungan air dalam 100 gram bahan makanan Konsumsi air akan dibandingkan dengan kecukupan air sehingga akan
diperoleh presentase pemenuhan kecukupan air per individu. Pemenuhan kecukupan air dihitung dengan membagi asupan air dengan kecukupan air dalam sehari
kemudian
dikalikan
dengan
100%.
Pemenuhan
kecukupan
air
dianalogikan sama dengan pemenuhan zat gizi yaitu dikategorikan menjadi kurang minum, cukup minum dan minum berlebih (Depkes 2005). Pemenuhan kecukupan air termasuk kedalam kategori kurang minum jika pemenuhan kecukupan air kurang dari 90%, kategori minum cukup jika pemenuhan kecukupan air antara 90 hingga 110%, dan kategori minum berlebih jika pemenuhan kecukupan air lebih dari 110%. Analisis statistik inferensia dilakukan dalam dua tahap yaitu analisis bivariat dan analisis univariat. Analisis statistik inferensia yang akan dilakukan adalah uji korelasi spearman dan uji beda sampel bebas. Uji korelasi Spearman dilakukan untuk melihat besarnya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, dalam penelitan ini variabel dependen adalah pemenuhan kecukupan air. Uji beda t-test dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai rata-rata dari siswa laki-laki dan perempuan. Uji beda dilakukan pada variabel pengetahuan, sikap, konsumsi air, kecukupan air serta pemenuhan kecukupan air.
Definisi Operasional Contoh penelitian adalah siswa sekolah dasar di SD Negeri 1 Empang Bogor yang berada pada kelas 4 dan 5 Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang terikat oleh hubungan darah atau perkawinan dan hidup di dalam satu rumah tangga yang sama Pendapatan keluarga adalah jumlah total pendapatan yang dihasilkan oleh keluarga selama 1 bulan Uang Saku adalah jumlah uang yang diterima siswa perhari yang digunakan untuk konsumsi pangan dan non pangan Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang sedang atau telah ditempuh yang dikategorikan berdasarkan jenjang SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi Pengetahuan tentang konsumsi dan kecukupan air adalah kemampuan contoh dalam menjawab pertanyaan terkait pengetahuan tentang air. Total nilai dalam pengukuran pengetahuan adalah skor minimum 0 dan skor maksimum 100 Sikap tentang konsumsi dan kecukupan air adalah respon contoh terhadap 10 pertanyaan, dimana sikap contoh akan dikategorikan menjadi dua yakni sikap positif jika contoh membenarkan pernyataan yang benar atau menyalahkan pernyataan yang salah, sikap negatif jika contoh membenarkan pernyataan yang salah dan menyalahkan pernyataan yang benar Pola konsumsi air adalah gambaran kebiasaan contoh terkait konsumsi minuman yang meliputi jumlah dan jenis air minum yang dikonsumsi dalam sehari, asal minuman yang dikonsumsi, kebiasaan membawa air minum serta minuman yang dilarang untuk dikonsumsi Kecukupan air adalah kecukupan air masing-masing individu yang dihitung berdasarkan kecukupan menurut umur dan jenis kelamin Konsumsi air adalah total konsumsi air yang berasal dari minuman serta makanan yang dikonsumsi. Konsumsi air akan dibandingkan dengan kecukupan air untuk dihitung persentase pemenuhan kecukupan air contoh. Pemenuhan kecukupan air adalah perbandingan antara konsumsi air dengan kecukupan air yang dihitung pada masing-masing individu
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Empang 1 Bogor yang terletak di Jalan Raya Empang nomor 13 kota Bogor. Fasilitas yang terdapat di SDN Empang 1 Bogor berupa lahan tanah dan sarana pendidikan. Bangunan terdiri atas satu ruang kepala sekolah, satu ruang guru, enam ruang kelas dan dua kamar mandi. Bangunan SDN Empang 1 Bogor berada pada satu komplek bangunan Sekolah Dasar Negeri Empang yang lain, yaitu SDN Empang 2, SDN Empang 3, SDN Empang 4 dan SDN Empang 5 Bogor. Lahan kosong pada Sekolah Dasar Negeri Empang 1 cukup terbatas yaitu hanya berupa lapangan upacara dan halaman depan sekolah. Selain sarana dan prasarana yang ada di SDN 1 Empang, terdapat juga faktor penunjang seperti kepala sekolah dan guru. Data karakteristik guru SDN 1 Empang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Data guru SDN Empang 1 Bogor No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jenis kelamin P P L L L P P L P P L L
Jabatan Kepala sekolah Guru kelas V Guru kelas V Guru agama Guru kelas VI Guru kelas VI Guru kelas IV Guru PJOK Guru kelas III Guru kelas II Guru kelas I TU
Pendidikan terakhir S2 Pendidikan S1 PGSD D2 PGSD D2 PGSD S2 PGSD S1 PGSD S1 PGSD D2 PGSD SPG S1 PGSD D2 PGSD SMA
Tenaga pengajar yang ada di SDN Empang 1 Bogor berjumlah 10 orang, dimana 8 orang merupakan guru kelas dan 2 orang adalah guru mata pelajaran agama dan olah raga. Sebagian besar pendidikan terakhir dari tenaga pengajar di SDN 1 Empang adalah sarjana dan diploma 2 bidang pendidikan guru sekolah dasar. SDN Empang 1 tidak memiliki wakil kepala sekolah dan hanya terdapat satu orang petugas tata usaha yang bertanggung jawab di bagian administrasi siswa. Total siswa yang berada di SDN Empang 1 berjumlah 335 orang (Tabel 5), dimana 176 siswa berjenis kelamin perempuan dan 159 siswa berjenis kelamin laki-laki. Tabel 5 Jumlah siswa SDN Empang 1 Bogor berdasarkan kelas dan jenis kelamin Kelas I II III
Laki-laki N 24 20 26
% 6.76 5.63 7.32
Perempuan N % 29 8.16 25 7.04 28 7.88
Total N 53 45 54
% 14.92 12.67 15.21
IV V VI Total
22 34 40 166
6.20 9.58 11.26 46.76
29 40 38 189
8.17 11.27 10.70 53.24
51 74 78 355
14.36 20.84 21.97 100
Contoh pada penelitian ini adalah siswa kelas IV dan kelas V dimana kelas V terdiri dari dua kelas yaitu kelas Va dan Vb. Jumlah contoh pada penelitian ini berjumlah 125 orang yang terbagi di tiga kelas yaitu 51 orang dikelas IV, 38 orang dikelas Va dan 36 dikelas Vb. Seluruh siswa masuk sekolah dari hari senin hingga sabtu. Jam pelajaran dimulai dari pukul 07.20 hingga pukul 12.30. Kegiatan ekstrakulikuler yang diikuti oleh siswa bervariasi tergantung pada minat masing-masing siswa. Kegiatan ekstrakulikuler yang sering diikuti siswa antaralain adalah tae kwon do dan pramuka. Kegiatan ekstrakulikuler tersebut diikuti diluar jam sekolah yaitu setelah jam sekolah dan hari minggu. Mata pelajaran olahraga diperoleh sekali dalam semingggu selama 2 jam pelajaran untuk tiap kelas. Kantin yang terdapat di SDN 1 Empang Bogor menyediakan berbagai jenis makanan serta minuman. Jumlah kantin yang terdapat pada komplek SDN Empang 1 hingga SDN Empang 5 cukup banyak, dimana kantin-kantin tersebut terdapat pada satu area khusus diluar gerbang sekolah. Lokasi sekolah yang bersebelahan dengan Bogor Trade Mall dan Pasar Bogor bagian bawah menyebabkan mudahnya akses para siswa untuk mendapatkan makanan serta minuman yang ditawarkan pedagang di pasar tersebut. Kios makanan dan minuman yang terdapat pada SDN Empang antaralain adalah kios minuman yang menjual berbagai jenis sirup dan berbagai jenis minuman instan, kios gorengan, kios mie ayam, kios nasi uduk serta ketoprak dan gado-gado, kios makanan ringan dan kios jus serta sop buah. Karakteristik Siswa Usia Contoh pada penelitian ini adalah siswa sekolah dasar yang berusia antara 9 hingga 12 tahun dengan persentase terbanyak pada kelompok usia 11 tahun. Siswa berasal dari dua kelas yaitu kelas empat dan kelas lima. Siswa yang berada di kelas empat sebagian besar berumur 10 tahun, sedangkan siswa yang berada di kelas lima sebagian besar berumur 11 dan 12 tahun. Dari total keseluruhan siswa, sebagian besar (30.4 %) berusia 11 tahun (Tabel 6). Menurut Almatsier (2001), WHO memberi batasan anak usia sekolah adalah anak dengan usia 6-12 tahun. Mereka berbeda dengan orang dewasa, karena anak
mempunyai ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang, sampai berakhirnya masa remaja. Anak sekolah sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan tubuh yang berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh. Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan usia Usia (tahun)
Kelas
Total
4
5
9 10 11 12
N 15 33 3 0
% 12 26.4 2.4 0
N 0 2 35 37
% 0 1.6 28 29.6
N 15 35 38 37
% 12 28 30.4 29.6
Total
51
40.8
74
59.2
125
100
Jenis Kelamin Sebagian besar siswa (54.4%) berjenis kelamin perempuan dan sisanya sebanyak 45.6% berjenis kelamin laki-laki (Tabel 7). Menurut Bredbenner et al. (2009), remaja laki-laki menghasilkan hormone testosterone yang mendorong terbentuknya lebih banyak massa otot, menumbuhkan tulang yang lebih padat dan berat, serta memnbangun sel darah merah yang lebih banyak dibandinkan perempuan, sehingga kecukupan cairan pada remaja laki-laki umumnya lebih tinggi dibanding remaja perempuan. Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Jumlah (n) 57 68 125
Persentase (%) 45.6 54.4 100
Berat Badan dan Tinggi Badan Berat badan dan tinggi badan contoh diukur langsung dengan menggunakan timbangan injak dan mikrotoise. Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Perkembangan berat badan akan searah dengan pertambahan tinggi badan dengan kecepatan tertentu (Riyadi 2003). Rata-rata berat badan siswa pada penelitian ini adalah 29.2 ± 6.7 kg, sedangkan rata-rata tinggi badan siswa adalah 133.8 ± 8.4 cm.
Tabel 8 Rata-rata berat badan dan tinggi badan berdasarkan umur Umur (tahun) 9 10 11 12 ẋ ± sd
Rata-rata BB (kg) 26.5 ± 5.9 26.1 ± 6.2 31.6 ± 6.8 30.7 ± 6.1 29.2 ± 6.7
Rata-rata TB (cm) 130.1 ± 6.9 127.5 ± 6.4 136.4 ± 7.9 138.6 ± 6.9 133.8 ± 8.4
Uang Saku Uang saku adalah jumlah uang total yang diterima siswa untuk seluruh pengeluaran pangan maupun non-pangan selama satu hari. Jumlah uang saku tergantung pada usia anak dan jumlah pendapatan orang tua, oleh karena itu uang saku pada siswa dapat dikatakan sebagai representasi atas pendapatan orang tua
dalam keluarga dan tinggi atau rendahnya kecukupan seseorang
dalam kehidupan sehari-harinya. Uang saku dapat digunakan untuk mengukur status sosial orang. Semakin besar uang saku yang diterima oleh anak maka semakin besar pendapatan keluarga (Slamet 2009). Pengkategorian uang saku yang digunakan pada penelitian ini dilakukan berdasarkan sebaran uang saku yang biasa diterima siswa. Uang saku yang lebih besar membuat seorang anak lebih leluasa dalam memilih dan mengkonsumsi makanan maupun minuman yang lebih beragam. Uang saku yang paling kecil yang diterima oleh siswa yaitu sebesar Rp 1.000/hari yang keseluruhannya dialokasikan untuk membeli makanan atau minuman. Uang saku terbesar yang diterima oleh siswa adalah sebesar Rp 12.000/hari dimana setengah dari uang saku tersebut dialokasikan untuk membeli makanan dan minuman. Sebagian besar siswa (59.2%) memliki uang saku yang termasuk kedalam kategori sedang yaitu Rp 4.000 – Rp 7.999 per hari (Tabel 9). Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan uang saku Strata besar Uang Saku (rupiah/hari) Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (n)
Persentase (%)
19 74 32 125
15.2 59.2 25.6 100
Karakteristik Keluarga Besar Keluarga Menurut Berg (1986) dalam Aprilian (2010) besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan anggota
keluarga yang lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya yang sama. Besar keluarga akan mempengaruhi pengeluaran, pembagian ragam yang dikonsumsi dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Besar keluarga akan berpengaruh terhadap pemenuhan kecukupan keluarga, baik pangan maupun non pangan. Idealnya keluarga memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak empat orang. Hardinsyah (2007) menyatakan bahwa besar keluarga mempunyai hubungan yang berkebalikan dengan keragaman konsumsi pangan. Hal tersebut terkait dengan pengalokasian pendapatan untuk memperoleh pangan dengan kuantitas yang mampu mencukupi kecukupan seluruh anggota keluarga. Besar keluarga dibagi menjadi tiga kategori yaitu keluarga kecil apabila jumlah anggotanya kurang dari 4 orang, keluarga sedang dengan jumlah anggota 5 sampai 6 orang dan keluarga besar apabila jumlah anggota lebih dari 7 orang (BKKBN 1998). Sebagian besar siswa (53.6%) termasuk kedalam golongan keluarga kecil yaitu kurang dari atau sama dengan empat orang (Tabel 10) Tabel 10 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga Strata besar keluarga Kecil Sedang Tinggi Total
Jumlah (n) 67 47 11 125
Persentase (%) 53.6% 37.6% 8.8% 100
Besar kecilnya anggota keluarga dapat mempengaruhi pemenuhan gizi anggota keluarga terutama keluarga miskin. Pendapatan perkapita dan belanja pangan akan menurun sejalan dengan meningkatnya jumlah keluarga. Semakin besar anggota keluarga maka kecukupan pangan yang harus tercukupi akan semakin meningkat, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk kecukupan pangan keluarga akan tinggi (Sanjur 1982). Jumlah anggota keluarga juga akan mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang tersedia dalam keluarga. Terdapat hubungan yang sangat nyata antara jumlah anggota keluarga dengan status gizi, khususnya pada keluarga yang berpenghasilan rendah pemenuhan kecukupan makan akan lebih mudah jika anggota keluarganya sedikit. Pada taraf yang sama, keluarga miskin dengan jumlah anak yang banyak akan sulit memenuhi kecukupannya jika dibandingkan dengan keluarga dengan jumlah anak yang sedikit. Pengaturan pengeluaran untuk pangan sehari-hari akan lebih sulit jika jumlah anggota keluarga banyak, hal ini menyebabkan kualitas dan kuantitas
pangan
yang
dikonsumsi
anggota
keluarga
tidak
mencukupi
kecukupan. Selain dalam hal konsumsi pangan, besar keluarga juga akan berpengaruh terhadap perhatian orangtua, bimbingan, petunjuk dan perawatan kesehatan (Suhardjo 1996). Pendidikan Orangtua Tingkat pendidikan akan mempengaruhi sesorang dalam menyerap dan memahami sesuatu. Orang yang tergolong dalam keluarga kelas sosial lebih tinggi dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki pola makan yang sehat (Gibney et al. 2005). Pendidikan orang tua dilihat berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir yang telah ditamatkan. Pendidikan terakhir orang tua akan berpengaruh terhadap pekerjaan serta penghasilan keluarga. Pada orang tua yang bekerja, semakin tinggi pendidikan maka tingkat pendapatannya pun akan semakin tinggi (Suhardjo 1989). Tingkat pendidikan orang tua siswa pada penelitian ini dikategorikan menjadi SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat dan perguruan tinggi. Sebagian besar pendidikan terakhir ayah adalah SMA/sederajat dengan persentase 54.4% dari total siswa, sedangkan untuk ibu adalah SMP/sederajat dengan persentase 45.6% dari total siswa. Hanya terdapat kurang dari 6% baik ayah maupun ibu dari siswa yang berpendidikan terakhir di perguruan tinggi (Tabel 11). Tabel 11 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua Tingkat pendidikan SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat Perguruan Tinggi Total
Ayah N 19 31 68 7 125
Ibu % 15.2 24.8 54.4 5.6 100
n 26 57 38 4 125
% 20.8 45.6 30.4 3.2 100
Tingkat pendidikan baik secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi pola konsumsi antar anggota keluarga, karena pendidikan akan sangat mempengaruhi cara, pola pikir, persepsi, pemahaman dan kepribadian seseorang yang nantinya merupakan bekal dalam berkomunikasi. Menurut Afifa (2003), orang yang memiliki pendidikan tinggi cenderung untuk memilih makanan yang lebih baik daripada orang yang berpendidikan rendah, dalam hal ini pendidikan ibu yang tinggi akan berpengaruh pada pemilihan makanan bagi keluarganya. Seorang ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih berkesempatan untuk mencari dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dalam upaya mendidik dan mengasuh anaknya. Namun menurut
Slamet (2009), seseorang yang berpendidikan rendah belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibanding orang lain yang pendidikannya lebih tinggi, hal ini dapat terjadi karena walaupun pendidikan rendah, namun indidvidu tersebut dapat memperoleh infomasi tentang gizi dari sumber lain seperti media masa dan teman. Kebiasaan minum umumnya diperoleh dari ajaran ibu beserta keluarga sejak kecil disamping pengaruh lingkungan seperti media dan teman sepermainan. Kebiasaan yang diajarkan sejak dini akan relatif susah diubah bahkan hingga dewasa. Selain pendidikan formal, ibu juga dimungkinkan memperoleh informasi melalui pendidikan non formal dari kegiatan yang diikuti di lingkungan rumah seperti PKK, posyandu dan dharma wanita. Kegiatan tersebut juga berkontribusi terhadap informasi mengenai gizi yang diperoleh ibu. Pekerjaan Orangtua Pekerjaan berkaitan erat dengan pendapatan yang diterima. Semakin tinggi pendapatan yang diterima, maka semakin tinggi pula standar dalam memilih makanan baik kualitas, kuantitas maupun penyajian. Ayah merupakan tulang punggung pada keseluruhan keluarga siswa, keseluruhan ayah siswa bekerja dengan pekerjaan yang menyebar pada beberapa bidang diantaranya pegawai negeri, wiraswasta, pegawai swasta, dokter, buruh, dan pedagang (Tabel 12). Sebagian besar ayah dari siswa bekerja sebagai wiraswasta dengan jumlah 48 orang (38.4%) dan pegawai swasta 39 orang (31.2%). Ibu merupakan determinan keragaman konsumsi pangan di rumah tangga. Pekerjaan ibu akan mempengaruhi kebiasaan makan keluarga. Hal tersebut disebabkan karena keseharian ibu yang pada umumnya terlibat langsung dalam penyediaan makanan bagi seluruh anggota keluarga. Terdapat perbedaan proses pembentukan makan pada anak dengan status ibu bekerja. Seorang ibu yang bekerja sebagai pencari nafkah diluar rumah akan mengurangi perannya dalam mempersiapkan makanan dan pemberian makan terhadap anak-anaknya. Hal ini disebabkan karena waktu untuk mempersiapkan makanan untuk anaknya cenderung berkurang. Oleh karena itu dibutuhkan dukungan anggota keluarga lain seperti ayah dan kakak untuk ikut serta membentuk kebiasaan makan yang baik bagi anak (Suhardjo 1989). Pekerjaan ibu siswa menyebar pada bidang pekerjaan pegawai negeri, wiraswasta, pegawai swasta, buruh, pedangan dan tidak bekerja atau ibu rumah tangga (Tabel 12). Sebagian
besar ibu dari siswa pada penelitian ini merupakan ibu rumah tangga atau tidak bekerja diluar rumah (36.8%). Tabel 12 Sebaran siswa berdasarkan jenis pekerjaan orangtua Pekerjaan
Ayah N 15 48 39 1 11 11 0 125
Pegawai Negeri Wiraswasta Pegawai Swasta Dokter Buruh Pedagang Tidak Bekerja (ibu rumah tangga) Total
Ibu % 12 38.4 31.2 0.8 8.8 8.8 0 100
n 13 13 14 0 12 27 46 125
% 10.4 10.4 11.2 0 9.6 21.6 36.8 100
Ibu rumah tangga memiliki banyak waktu dirumah untuk memperhatikan perkembangan anak termasuk konsumsi pangan anak. Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga memungkinkan pengalokasian waktu yang lebih besar untuk memperhatikan konsumsi dan kesehatan diri sendiri maupun keluarga. Status dan pekerjaan ibu akan mempengaruhi ketersediaan waktu ibu untuk mengelola pangan. Menurut Suhardjo (1989), ibu yang bekerja tidak lagi memiliki waktu untuk mempersiapkan makanan bagi keluarga. Hal ini dapat mengakibatkan semakin banyaknya konsumsi makanan jajanan. Pendapatan Keluarga Pendapatan keluarga adalah jumlah total pendapatan seluruh anggota keluarga. Pendapatan keluarga merupakan faktor yang penting bagi penentuan kuantitas dan kualitas makanan yang akan dikonsumsi. Penghasilan keluarga yang tinggi memungkinkan seluruh keluarganya memperoleh asupan pangan yang cukup dalam jumlah maupun jenisnya. Dalam penelitian ini total penghasilan
keluarga
dikategorikan
berdasarkan
sebaran
data
menjadi
pendapatan rendah, sedang dan tinggi. Sebagian besar keluarga dari siswa memiliki penghasilan keluarga sedang yaitu sebanyak 69% dari total keseluruhan siswa (Tabel 13). Rata-rata penghasilan keluarga siswa sebesar Rp 2.640.400 ± Rp. 878.913 Tabel 13 Sebaran siswa berdasarkan pendapatan keluarga Strata Pendapatan Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah Keluarga n 21 86 18 125
% 17 69 14 100
Rata-rata Pendapatan (Rp/bulan) Total Perkapita 1.597.619 356.915 2.558.140 545.906 4.250.000 944.444
Rata-rata pendapatan keluarga dibagi dengan besar keluarga aau jumlah anggota keluarga yang termasuk kedalam golongan pendapatan rendah, sedang dan tinggi, kemudian didapatkan rata-rata pendapatan perkapita untuk masingmasing strata pendapatan. Rata-rata besar keluarga yang termasuk kedalam golongan pendapatan rendah berjumlah 4 orang, untuk golongan pendapatan sedang dan tinggi berjumlah 5 orang. Rata-rata pendapatan perkapita untuk golongan pendapatan rendah sebesar Rp 356.915, untuk golongan pendapatan sedang Rp 545.906, dan untuk golongan pendapatan tinggi sebesar Rp 944.444. Pendapatan merupakan faktor utama yang menetukan konsumsi pangan (Martianto dan Ariani 2004). Menurut teori Bennet, peningkatan pendapatan akan membuat seseorang beralih dari pangan yang berharga murah ke pangan yang lebih mahal. Peningkatan pendapatan juga akan menurunkan persentase alokasi untuk pangan. Semakin tinggi pendapatan maka persentase alokasi untuk pangan akan menurun dengan diiringi peningkatan alokasi untuk barang-barang non-pangan. Pengetahuan Tentang Konsumsi dan Kecukupan Air Pengetahuan merupakan bentuk pasif dari perilku manusia. Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007) membagi perilaku ke dalam 3 domain yaitu : kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif diukur dari pengetahuan terhadap materi yang diberikan, ranah afektif diukur dari sikap atau tanggapan terhadap materi yang diberikan, sedangkan ranah psikomotor adalah praktik atau tindakan sehubungan dengan materi yang diberikan. Pengetahuan yang termasuk dalam domain kognitif memiliki 6 tingkatan, yaitu: tahu, paham, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Tahap tahu jika mampu mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya, tahap paham jika telah
mampu
menjelaskan
tentang
objek
yang
diketahui
dan
dapat
menginterpretasikan materi dengan benar. Tahap aplikasi jika telah mampu menggunakan materi yang dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Tahap analisis jika telah mampu menjabarkan objek kedalam komponenkomponen dan mampu menjelaskan keterkaitan satu sama lain. Tahap sintesis jika telah mampu menghubungkan bagian-bagian menjadi suatu bentuk keseluruhan yang baru. Tahap evaluasi jika telah mmapu menilai dan membedakan sesuatu terkait materi sesuai kriteria yang ada. Pengetahuan tentang konsumsi air adalah kemampuan siswa dalam menjawab 10 pertanyaan terkait pengetahuan tentang air. Setiap jawaban yang
benar akan dinilai 1 poin, sedangkan siswa yang salah menjawab maupun yang menjawab tidak tahu tidak mendapat poin tambahan. Total nilai dalam pengukuran pengetahuan adalah skor minimum 0 dan skor maksimum 100. Selang nilai yang dapat diperoleh siswa berkisar antara 40 hingga 100 dengan rata-rata nilai 74 ± 16.2. Hasil tersebut kemudian diubah ke dalam bentuk persentase dan dikategorikan berdasarkan Khomsan (2000). Pengetahuan siswa dinilai kurang jika nilai akhir siswa kurang dari 60, kategori sedang jika nilai akhir siswa antara 60 hingga 80 dan kategori tinggi jika nilai akhir siswa lebih dari 80. Berdasarkan penilaian dengan skor, sebagian besar siswa (48.8%) termasuk dalam tingkat pengetahuan sedang (Tabel 14), sebanyak 27.2% berpengetahuan rendah dan hanya 24% siswa yang berpengetahuan tinggi. Berdasarkan uji beda t-test, tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) pada nilai pengetahuan siswa laki-laki dan perempuan. Tabel 14 Sebaran siswa berdasarkan strata pengetahuan tentang konsumsi air Strata Pengetahuan Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (n) 34 61 30 125
Persentase (%) 27.2% 48.8% 24% 100
Konsumsi Air (ml) Total Minuman Makanan 1484±208 945±212 538±84 1832±218 1300±239 532±141 2069±159 1552±236 517±180
Tabel 15 merupakan sebaran jawaban siswa terkait pengukuran pengetahuan mengenai konsumsi dan kecukupan air. Sebagian besar siswa mampu menjawab peryataan dengan benar, hal ini menandadakan siswa memiliki pengetahuan yang luas mengenai konsumsi serta kecukupan air. Akan tetapi ada beberapa pertanyaan yang dijawab salah oleh sebagian besar siswa yaitu pertanyaan mengenai jus buah adalah contoh minuman. Sebagain besar siswa (62.4%) menjawab salah pada pertanyaan tersebut, hal ini diduga disebabkan karena siswa kurang memahami jenis-jenis dari minuman. Siswa menganggap jus buah termasuk kedalam golongan buah, bukan merupakan jenis minuman. Pernyataan nomor 10 mengenai akibat kurangnya konsumsi air dijawab salah oleh sebagain besar siswa (43.2%), hal tersebut disebabkan karena siswa belum memahami akibat dari kurang konsumsi air. Kurang konsumsi air disebut dengan dehidrasi. Menurut Almatsier (2001), dehidrasi disebabkan oleh tingginya aktifitas fisik atau rendahnya konsumsi cairan serta kehilangan cairan dalam jumlah yang banyak.
Bayi dak anak-anak lebih mudah terkena dehidrasi
dibanding orang dewasa, karena mereka bisa kehilangan relatif lebih banyak
cairan. Gejala dan tanda dehidrasi pada anak-anak meliputi peningkatan rasa haus, mulut kering, lemas, warna urin yang gelap (pekat) serta berkurangnya frekuensi urin, mata cekung, tidak keluar air mata ketika anak menangis. Tabel 15 Sebaran siswa berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan mengenai pengetahuan tentang air minum No soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pertanyaan Pengertian minuman Fungsi minum atau mengkonsumsi air Jumlah air yang dibutuhkan tubuh per hari Air putih adalah contoh minuman Susu,teh dan kopi adalah minuman Jus buah merupakan contoh minuman Kecukupan air untuk semua golongan umur Konsumsi air saat haus Rasa haus setelah berolahraga Akibat kurang konsumsi air
Benar N % 103 82.4% 74 59.2% 85 68% 119 95.2% 96 76.8% 42 33.6% 90 72% 97 77.6% 98 78.4% 44 35.2%
n 18 16 24 5 22 78 29 23 25 54
Salah % 14.4% 12.8% 19.2% 4% 17.6% 62.4% 23.2% 18.4% 20% 43.2%
Tidak tahu N % 4 3.2% 35 28% 16 12.8% 1 0.8% 7 5.6% 5 4% 6 4.8% 5 4% 2 1.6% 27 21.6%
Sikap Tentang Konsumsi dan Kecukupan Air Sumarwan (2004) menyatakan bahwa sikap memiliki tiga unsur yaitu kognitif (kepercayaan mengenai objek), afektif (perasaan terkait objek), dan konatif (kecenderungan untuk bertindak). Sikap seseorang dapat diketahui dari kecenderungan tingkah laku yang mengarah kepada suatu objek tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan namun sikap akan mengarahkan perilaku secara
langsung. Pengalamam yang dialami dan respon yang diperlihatkan
seseorang terhadap minuman akan mengembangkan sikap orang tersebut terhadap minuman. Pada penelitian ini kecenderungan siswa untuk bertindak hanya dilihat dari asupan cairan dalam sehari yang diketahui melalui recall dan dihitung pemenuhannya dengan analogi pada pemenuhan kecukupan zat gizi menurut Depkes (2005). Sikap terhadap konsumsi air adalah respon siswa terhadap 10 pernyataan, dimana sikap siswa akan dikategorikan menjadi dua yakni sikap positif jika siswa membenarkan pernyataan yang benar atau menyalahkan pernyataan yang salah, sikap negatif jika siswa membenarkan pernyataan yang salah dan menyalahkan pernyataan yang benar. Setiap jawaban benar akan mendapat 1 poin dan jika jawaban salah tidak akan mendapat poin tambahan. Dalam penelitian ini nilai yang diperoleh siswa akan dikategorikan menjadi rendah jika nilai akhir siswa <60, kategori sedang jika nilai akhir siswa antara 60 hingga 80 dan kategori tinggi jika nilai akhir siswa >80. Skor yang rendah
menggambarkan respon siswa yang kurang baik dalam menilai kebiasaan atau perilaku positif yang seharusnya dilakukan terkait konsumsi air. Skor yang tinggi menggambarkan respon siswa yang telah baik dalam menilai kebiasaan maupun perilaku positif terkait konsumsi air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh dari total siswa termasuk kedalam kategori sikap sedang (62.4%), sebanyak 20.8% bersikap rendah dan 16.8% bersikap tinggi terhadap konsumsi air. Berdasarkan uji beda t-test, tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) pada nilai sikap siswa laki-laki dan perempuan. Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan sikap tentang konsumsi air Strata Sikap Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (n) 26 78 21 125
Persentase (%) 20.8% 62.4% 16.8% 100
Total
Konsumsi Air (ml) Minuman Makanan
1515±223 1834±271 1994±199
989±239 1302±308 1463±213
526±112 532±153 530±114
Tabel 17 merupakan tabel mengenai sikap dari siswa terhadap pertanyaan yang diberikan. Sikap diukur dengan 10 pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan mengenai minum yang cukup, minum pada waktu haus, air putih merupakan contoh minuman sehat, minum minimal 8 gelas perhari, membawa bekal minuman dari rumah serta sikap mengenai ajakan untuk minum dalam jumlah yang cukup pada keluarga dan teman. Data sebaran siswa berdasarkan sikap yang disajikan pada Tabel 15 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki sikap positif terhadap pertanyaan yang diberikan, namun pada pertanyaan kedua mengenai minum pada saat tubuh merasa haus saja, sebanyak 56% dari total siswa memiliki sikap yang negatif. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh AFIC mengenai sikap minum pada sebagian orang. Orang cenderung minum ketika tubuh merasa haus, padahal haus merupakan salah satu sinyal dari tubuh yang menandakan adanya gejala dehidrasi. Menurut Almatsier (2001), dorongan rasa haus baru akan timbul jika tubuh telah kehilangan 0.8% hingga 2% berat badan yang artinya tubuh telah mengalami dehidrasi ringan. Rasa haus timbul ketika konsentrasi darah terlalu tinggi sehingga menarik air keluar dari kelenjar ludah, mulut pun menjadi kering dan timbul keinginan untuk minum guna membasahi mulut.
Tabel 17 Sebaran sikap siswa terhadap pertanyaan mengenai konsumsi air No soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pertanyaan Tubuh memerlukan minum yang cukup Minum tidak pada saat haus saja Membiasakan diri minum dalam jumlah yang cukup Minum yang cukup dapat menyehatkan tubuh Air putih adalah contoh minuman yang sehat Air putih lebih sehat dibandingkan minuman berwarna dan bersoda Minum air sedikitnya 8 gelas per hari Minum saat berada di sekolah Membawa bekal minuman dari rumah saat berada di sekolah Mengajak keluarga dan teman untuk minum
Positif n % 107 85.6% 55 44% 96 76.8% 90 72% 85 68% 83 66.4%
n 18 70 29 35 40 42
Negatif % 14.4% 56% 23.2% 28% 32% 33.6%
84 101 40
67.2% 80.8% 32%
41 24 85
32.8% 19.2% 68%
97
77.6%
48
22.4%
Sebesar 68% dari siswa memiliki sikap negatif terhadap pernyataan nomor Sembilan yaitu mengenai membawa bekal minuman dari rumah. Sebagian besar siswa beranggapan membawa bekal minuman dan makanan dari rumah adalah hal yang tidak biasa, mereka lebih gemar membeli minuman atau makanan di sekolah dengan alasan praktis dan lebih banyak pilihan. Narti (2011)
menyatakan,
untuk
membudayakan
anak-anak
membawa
bekal
diperlukan sosialisasi ke sekolah-sekolah dengan melibatkan orangtua dan pihak sekolah, memberikan pengertian bahwa bekal dari rumah banyak manfaatnya. Dengan memberikan bekal dari rumah, orang tua dapat memastikan anak-anak mendapatkan asupan makanan dan minuman yang sehat dan bergizi, dan juga dapat membantu orangtua mengawasi jenis makanan yang dikonsumsi anak diluar rumah. Kebiasaan Minum di Sekolah Kebiasaan merupakan pola perilaku yang berasal dari praktek berulangulang sebagai hasil dari suatu proses belajar, bukanlah bawaan sejak lahir. Kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kecukupannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan (Khumaidi 1989). Kebiasaan minum pada penelitian ini dianaloogikan dengan kebiasaan makan. Hal ini disebabkan masih minimnya pustaka yang mendefinisikan kebiasaan minum secara tersendiri. Dalam penelitian ini, kebiasaan minum adalah gambaran kebiasaan siswa terkait minuman yang meliputi kebiasaan minum saat di sekolah , kebiasaan membawa air minum, sumber air minum yang dikonsumsi saat berada di sekolah, waktu minum saat di sekolah, jenis minuman yang biasa diminum saat di sekolah,
alasan memilih jenis minuman yang dikonsumsi, serta larangan mengenai konsumsi minuman tertentu. Frekuensi Minum di Sekolah Frekuensi makan menunjukkan seberapa sering aktivitas makan dilakukan
dalam
periode
waktu
tertentu.
Frekuensi
makan
seseorang
berhubungan erat dengan tercukupinya kecukupan zat gizi. Meningkatnya frekuensi pangan akan meningkatkan jumlah zat gizi yang diperoleh tubuh (Sediaoetama 1991). Frekuensi minum menunjukkan seberapa sering aktivitas minum dilakukan. Minum juga berhubungan erat dengan rasa haus dan aktivitas yang dilakukan. Frekuensi minum yang dimaksudkan adalah frekuensi minum saat disekolah dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Sebaran frekuensi minum saat di sekolah pada siswa Frekuensi minum di sekolah Sering (5-6 kali) Kadang-kadang (3-4 kali) Jarang (0-2 kali) Total
Jumlah (n)
Persentase (%)
36 83 6 125
28.8% 66.4% 4.8% 100
Berdasarkan tabel 16 sebagian besar siswa (66.4%) minum sebanyak 3-4 kali selama berada disekolah, sedangkan terdapat 28.8% siswa yang termasuk kedalam kategori frekuensi minum sering (5-6 kali) saat berada disekolah dan sisanya sebanyak 4.8% dari total siswa termasuk kedalam frekuensi minum jarang yaitu 0-2 kali. Berdasarkan hasil wawancara sebagian besar siswa minum pada saat istirahat sekolah. Asal Minuman Asal minuman pada penelitian ini adalah keterangan mengenai dari mana minuman yang diminum saat berada di sekolah. Sebaran siswa mengenai asal minuman yang dikonsumsi selama di sekolah dapat dilihat pada Tabel 19 Sebagian besar siswa pada penelitian ini (78.4%) mendapatkan minuman yang dikonsumsi dari kantin atau pedagang yang berada disekitar area sekolah. Sebesar 21.6% dari keseluruhan siswa membawa sendiri minuman dari rumah. Berdasarkan sebaran data waktu membeli minum saat disekolah, sebagian besar siswa membeli minum pada saat istirahat.
Tabel 19 Sebaran asal minuman yang dikonsumsi di sekolah Asal minuman yang dikonsumsi Kantin Bekal dari rumah Total
Jumlah (n)
Persentase (%)
98 27 125
78.4% 21.6% 100
Suatu kebiasaan makan yang teratur dalam keluarga akan membentuk kebiasaan yang baik bagi anak-anak. Pembiasaan makan pagi di rumah atau membawa bekal dari rumah adalah salah satu contoh pembiasaan yang baik. Anak-anak tidak dibiasakan jajan di warung kala mereka istirahat sekolah. Bagi anak sekolah dasar lebih sukar pengawasannya, karena mereka sudah tidak diawasi lagi oleh orang tua. Peranan guru dan kebijaksanaan sekolah sangat berarti sekali di sini. Misalnya bagaimana seorang guru memotivasi bahwa membawa bekal dari rumah itu lebih baik dari pada jajan, kemudian memberi penerangan bekal mana yang baik dan sehat untuk dibawa. Hal lain yang dapat dilakukan sekolah, misalnya membatasi dan menyeleksi jajanan yang ditawarkan penjual di sekolah (Suprayatmi 2011). Waktu Minum Saat di Sekolah Waktu minum adalah waktu saat siswa memutuskan untuk minum di sekolah dalam hubungannya dengan rasa haus yang dirasakan. Haus adalah suatu kondisi dimana seseorang merasa ingin minum, mulut dan tenggorokan terasa kering. Haus merupakan salah satu sinyal yang diberikan oleh tubuh untuk menandakan gejala dehidrasi awal (Harmandini 2011). Waktu minum pada penelitian ini dibedakan menjadi saat haus, sebelum haus dan setelah makan. Sebagian besar siswa yaitu sebanyak 78.4% (Tabel 20) minum pada saat haus, dan hanya sekitar 3.2% dari siswa yang minum saat sebelum haus. Hal ini sesuai dengan hasil survey di Singapura oleh AFIC (1999) yang menyatakan bahwa sebagian besar individu hanya minum ketika merasa haus. Namun sebenarnya haus merupakan tanda bahwa tubuh sudah mengalami dehidrasi ringan. Sebanyak 18.4% siswa minum pada saat setelah makan. Harmandini (2011) menyatakan air minum yang dikonsumsi setelah makan akan membantu tubuh dalam memecah makanan yang dikonsumsi, selain menyelesaikan proses pencernaan minum setelah makan juga akan memperbaiki dehidrasi yang disebabkan oleh pemecahan makanan.
Tabel 20 Sebaran siswa berdasarkan waktu minum saat di sekolah Waktu minum Saat haus Sebelum haus Setelah makan Total
Jumlah(n) 98 4 23 125
Persentase (%) 78.4% 3.2% 18.4% 100
Jenis Aktivitas di Sekolah yang Mendorong Contoh untuk Minum Tabel 21 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan jenis aktivitas yang mendorong siswa untuk minum. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebesar 85.6% siswa minum air saat melakukan aktivitas berolahraga, hal ini terjadi karena pada saat olahraga tubuh cenderung beraktivitas lebih berat dibandingkan pada kondisi normal sehingga cenderung lebih cepat merasa haus. AFIC (1998) menyatakn bahwa ketika berolahraga, cairan yang dibutuhkan meningkat karena tubuh banyak kehilangan cairan. Sebanyak 8.8% siswa minum air pada saat bermain, hal ini disebabkan karena pada anak usia sekolah dasar memiliki kegiatan bermain yang termasuk kedalam aktivitas berat dibandingkan kegiatan bermain pada anak SMP atau SMA. Kegiatan bermain anak usia sekolah dasar contohnya adalah kejar-kejaran dan petak umpet. Sebesar 5.6% dari total siswa minum pada saat aktivitas belajar. Hal ini disebabkan karena ketika belajar, tubuh tidak terlalu banyak beraktivitas berat sehingga tidak terlalu banyak kehilanga cairan. Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan jenis aktivitas di sekolah yang mendorong siswa untuk minum Aktivitas saat minum Olahraga Main Belajar Total
Jumlah (n) 107 11 7 125
Persentase (%) 85.6% 8.8% 5.6% 100
Jenis Minuman yang Dikonsumsi di Sekolah Minuman yang dikonsumsi di sekolah adalah jenis minuman yang diyatakan paling sering dikonsumsi di sekolah oleh siswa, dimana masingmasing siswa menjawab dua jenis minuman yang sering dikonsumsi.
Jenis
minuman yang dikonsumsi di sekolah terdiri dari tujuh jenis minuman yaitu teh kemasan, es belender, air putih, susu kemasan, es kelapa, jus buah dan soft drink. Berdasarkan sebaran data pada tabel 22, sebagian besar siswa (41.6%) mengkonsumsi air putih pada saat berada di sekolah. Air putih yang dikonsumsi adalah air mineral dalam kemasan gelas ukuran 240ml dan 330ml, selain itu
juga terdapat beberapa siswa yang membawa bekal air minum dengan menggunakan botol minuman. Sebanyak 7.2% dari siswa mengkonsumsi teh kemasan, adapun merk dari teh kemasan yang dikonsumsi adalah teh gelas, fuit tea dan teh sosro. Sebanyak 14% dari siswa mengkonsumsi es blender saat berada di sekolah. Es blender yang dikonsumsi didapatkan dari pedagang minuman yang membuka kios disekitar area sekolah. Es blender memiliki berbagai macam pilihan rasa seperti rasa coklat, vanilla blue, strawberry, melon dan coklat biskuit. Susu kemasan dikonsumsi oleh 12% dari siswa, susu kemasan yang dikonsumsi adalah susu kotak ultra dan indomilk yang berukuran 240ml dan 400ml. Sebesar 8.8% dan 4.8% dari siswa masing-masing mengkonsumsi es kelapa dan jus buah yang dijual di kantin sekolah. 11.6% dari total siswa mengkonsumsi soft drink, jenis soft drink yang dikonsumsi adalah fanta, coca-cola dan sprite. Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan minuman kesukaan Jenis minuman
Jumlah n 18 35 104 30 22 12 29 250
Teh kemasan Es blender Air putih Susu kemasan Es kelapa Jus buah Soft drink Total
% 7.2 14 41.6 12 8.8 4.8 11.6 100
Alasan minum adalah motif atau sesuatu yang mendorong siswa untuk minum minuman kesukaan saat berada di sekolah. Dari keseluruhan siswa, sebagian besar siswa minum minuman kesukaan dengan alasan haus (80.8%). Sedangkan 16% dari siswa memilih minuman yang dikonsumsi dengan alasan murah dan 3.2% memilih minuman dengan alasan diajak oleh teman. Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan alasan minum minuman kesukaan Alasan memilih jenis minuman Diajak teman Haus Murah Total
Jumlah (n)
Persentase (%)
4 101 20 125
3.2% 80.8% 16% 100
Pemilihan makanan pada umumnya sangat dipengaruhi oleh karakteristik makanan yang dapat dirasakan oleh panca indra seperti rasa, aroma, tekstur dan karakteristik visual lainnya. Masing-masing orang mempunyai tingkat kesukaan dan penerimaan yang berbeda-beda (Galler 1984 diacu dalam Hasanah 2005).
Informasi yang mempengaruhi pemilihan minuman dapat diperoleh dari berbagai media, baik media elektronik maupun media cetak. Tabel 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan sumber informasi mengenai minuman kesukaan yang dikonsumsi di sekolah. Sebanyak 73.6% siswa (Tabel 24) memperoleh informasi mengenai minuman yang dikonsumsi dari televisi, 23.2% memperoleh informasi dari teman dan 3.2% memperoleh informasi mengenai minuman dari majalah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa iklan baik di media cetak maupun elektronik mampu mempengaruhi pemilihan minuman kesukaan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Berg (1986 diacu dalam Annisa 2009) yang menyatakan bahwa kenajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan perubahan pola konsumsi dan cara makan masyarakat. Pengaruh media massa, baik cetak maupun lelektronik termasuk iklan-iklan perdagangan dan promosi penjualan sangat berpengaruh terhadap pemilihan makanan. Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan sumber informasi minuman kesukaan Asal informasi mengenai minuman Televisi Majalah Teman Total
Jumlah (n) 92 4 29 125
Persentase (%) 73.6% 3.2% 23.2% 100
Minuman Larangan Minuman larangan adalah minuman yang dilarang untuk diminum baik oleh dokter, guru ataupun orangtua siswa. Adanya makanan dan minuman larangan disebabkan oleh beberapa motif atau alasan lain seperti keyakinan atau agama, adat atau budaya, alasan sosial serta alasan kesehatan. Tabel 25 menunjukkan 85.6% dari total siswa memiliki minuman yang dilarang untuk dikonsumsi, sedangkan 14.4% tidak memiliki minuman larangan untuk dikonsumsi. Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan ada atau tidaknya minuman larangan Larangan mengkonsumsi minuman tertentu Ada Tidak Total
Jumlah (n)
Persentase (%)
107 18 125
85.6% 14.4% 100
Sebanyak 41.1% (Tabel 26) dari siswa yang memiliki larangan terhadap minuman, dilarang mengkonsumsi minuman bersoda dan 23.4% dilarang mengkonsumsi minuman berwarna, dengan alasan minuman bersoda dan
berwarna tidak baik untuk kesehatan. Minuman yang mengandung pewarna buatan menurut contoh adalah ale-ale dan es sirup. Sebanyak 26.2% siswa memiliki larangan minum es dari orangtua. Definisi minuman es adalah minuman yan didinginkan dengan jalan dicampurkan dengan es batu. Menurut contoh, minuman es dilarang karena dapat menimbulkan gangguan kesehatan berupa batuk, pilek dan sakit tenggorokan. Jenis minuman lain yang dilarang adalah kopi dan minuman beralkohol. Siswa berpendapat, kopi dilarang untuk diminum karena dapat menyebabkan siswa tidak dapat tidur karena kandungan kafeinnya tidak baik untuk kesehatan. Tabel 26 Sebaran jenis minuman yang dilarang Jenis minuman yang dilarang Minuman berwarna Minuman bersoda Kopi Minuman beralkohol Es
Jumlah (n) 25 44 5 5 28
Persentase (%) 23.4% 41.1% 4.7% 4.7% 26.2%
Total
107
100
Kecukupan dan Konsumsi Air Tubuh memerlukan air tidak hanya untuk mencegah rasa haus. Kekurangan air minum dapat menimbulkan berbagai gangguan. Seseorang yang mengalami demam atau berada pada suhu dingin, kandungan air dalam napasnya akan meningkat. Semakin banyak dan berat kegiatan, semakin banyak diperlukan energi dari makanan dan semakin banyak pula air yang terkuras dari tubuh, sehingga semakin banyak asupan air atau minuman yang diperlukan oleh tubuh. Oleh sebab itu danjurkan untuk mengkonsumsi air tidak hanya saat tubuh merasa haus (Hardinsyah et al, 2011) Pada penelitian ini kecukupan air siswa dihitung berdasarkan tabel angka kecukupan air berdasarkan kelompok usia (AKG 2004), dimana angka kecukupan air pada siswa dibedakan menurut umur dan jenis kelamin. Angka kecukupan air pada anak-anak yang berusia 7 hingga 9 tahun belum dibedakan menurut jenis kelamin, angka kecukupannya sebesar 1600 ml setiap hari. Anak usia 10 hingga 12 tahun yang berjenis kelamin laki-laki memiliki angka kecukupan air sebesar 1800ml, sedangkan anak yang berjenis kelamin perempuan sebesar 1900ml per hari. Tabel 27 menunjukkan kecukupan dan konsumsi air pada siswa. Kecukupan cairan pada laki-laki sebesar 1863.16 ± 99.33 ml per hari, sedangkan kecukupan air pada perempuan lebih rendah daripada laki-laki yaitu sebesar 1776.47 ± 64.92 ml per hari. Hal tersebut sesuai
dengan Bredbenner et al. (2009), remaja laki-laki menghasilkan hormon testosterone
yang
mendorong
terbentuknya
lebih
banyak
massa
otot,
menumbuhkan tulang yang lebih padat dan berat, serta memnbangun sel darah merah yang lebih banyak dibandinkan perempuan, sehingga kecukupan cairan pada remaja laki-laki umumnya lebih tinggi dibanding remaja perempuan. Faktor lain yang menyebabkan kecukupan air pada laki-laki lebih besar dibanding perempuan adalah pada laki-laki angka metabolisme basalnya lebih tinggi dibandingkan perempuan sehingga diperlukan konsumsi air yang lebih banyak, disamping itu pada laki-laki umumnya berat badan dan faktor aktifitas lebih tinggi dibanding perempuan. Tabel 27 Sebaran kecukupan dan konsumsi air pada siswa Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
Kecukupan air (ml/hari) 1863.16 ± 99 1776.47 ± 65
Konsumsi air (ml/hari) 1823.90 ± 276 1769.70 ± 307
Pemenuhan kecukupan air (%) 97.89 ± 15.7 99.62 ± 14.9
Konsumsi cairan adalah total konsumsi cairan, baik dari makanan maupun
minuman
yang
dikonsumsi
oleh
siswa
yang
diukur
dengan
menggunakan recall 1x24 jam. Menurut Bredbenner et al. (2009), tubuh memperoleh cairan dari tiga sumber yaitu minuman, makanan serta air yang diperoleh sebagai hasil metabolisme. Pada penelitian ini konsumsi air hanya dihitung dari konsumsi air yang berasal dari makanan dan minuman. Jenis makanan yang dikonsumsi oleh siswa dihitung kadar atau kandungan airnya dengan menggunakan program nutrisurvey, jumlah air yang berasal dari makanan dijumlahkan dengan asupan air yang berasal dari minuman yang dikonsumsi siswa selama berada di sekolah dan di rumah. Rata-rata konsumsi air yang berasal dari makanan berjumlah 530.4 ml per hari dan yang berasal dari minuman sebesar 1264 ml per hari. Dari tabel sebaran data dapat dilihat bahwa konsumsi air pada laki-laki sebesar 1823.90 ± 276.04 ml, sedangkan pada perempuan sebesar 1769.70 ± 306.92 ml per hari. Berdasarkan uji beda t-test, tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) pada konsumsi air siswa laki-laki dan perempuan. Pemenuhan kecukupan air adalah perbandingan antara konsumsi air dengan kecukupan air yang dihitung pada masing-masing individu. Hasil perhitungan dikalikan 100% sehingga diperoleh persentase pemenuhan kecukupan air untuk tiap individu. Dianalogikan sama dengan pemenuhan zat
gizi, pemenuhan kecukupan air kemudian dikategorikan menjadi kurang minum, cukup minum, dan minum berlebih (Depkes 2005). Rata-rata pemenuhan kecukupan air pada laki-laki sebesar 97.89% dan perempuan sebesar 99.62%, hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi air pada siswa termasuk kedalam kategori cukup. Hubungan Karakterisik Individu, Keluarga, Sikap dan Pengetahuan terhadap Pemenuhan Kecukupan Air Pengetahuan adalah informasi yang disimpan dalam ingatan yang menjadi penentu utama perilaku seseorang. Tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar dan pengalaman. Pengetahuan gizi menjadi landasan yang menentukan konsumsi pangan. Sikap merupakan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus. Sikap
belum
menunjukkan
suatu
tidakan
namun
menunjukkan
suatu
kecenderungan bertindak (Notoatmodjo 2003). Dalam penelitian ini pengetahuan siswa berhubungan secara sangat nyata dengan sikap siswa (r=0.366; p=0.000). semakin tinggi pengetahuan siswa, maka siswa juga akan memiliki sikap yang semakin positif terkait pemenuhan kecukupan air. Sebagian besar siswa (40.8%) memiliki pengetahuan dan sikap tergolong tinggi. Pengetahuan siswa erat kaitannya dengan kemampuan nalar dan pengalaman. Dalam penelitian ini terdapat hubungan yang nyata antara kelas dengan nilai pengetahuan (r=0.267; p=0.04) dan juga nilai sikap (r=0.270; p=0.02). sebagian besar siswa yang berpengetahuan tinggi (17.6%) dan bersikap tinggi (44%) berasal dari kelas 5. Hal tersebut memperlihatkan bahwa semakin tinggi kelas maka siswa juga akan memiliki tingkat pengetahuan dan sikap yang semakin tinggi pula. Meskipun ketika diwawancara para siswa mengaku tidak mendapat pelajaran tambahan terkait gizi dan kesehatan sekolah, namun diduga siswa yang berada dalam kelas yang lebih tinggi memperoleh informasi dari pengalaman membaca dan mendengar yang lebih banyak dibanding kelas yang lebih rendah. Hasil uji korelasi menunjukkan hubungan yang tidak nyata antara umur dengan pengetahuan (r=0.72; p=0.161) maupun dengan sikap (r=0.001; p=0.283) hal ini disebabkan karena umur dari siswa menyebar secara merata di masing-masing kelas. Karakteristik keluarga terutama orangtua diantaranya adalah pendidikan ayah dan pendidikan ibu merupakan salah satu faktor pembentuk pengetahuan dan sikap anak terhadap suatu hal. Dalam penelitian ini pendidikan ayah tidak berhubungan secara nyata terhadap pengetahuan (p=0.296; r=0,494) dan sikap
(p=0.111; r=0,143) siswa terhadap kecukupan dan konsumsi air. Hal ini disebabkan karena ayah merupakan tulang punggung keluarga, sehingga sebagian besar waktunya dihabiskan diluar rumah yang menyebabkan kurangnya interaksi antara ayah dan anak di dalam rumah, sehingga walaupun pendidikan ayah cenderung tinggi akan tetapi tidak berpengaruh terhadap pembentukan
pengetahuan
dan
sikap
anak
dirumah..
Pendidikan
ibu
berpengaruh nyata terhadap pengetahuan (p=0.049; r=0,27) dan sikap siswa (p=0.048; r=0,88), semakin tinggi jenjang pendidikan ibu maka pengetahuan dan sikap siswa semakin baik. Tingkat pendidikan baik secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi pola konsumsi antar anggota keluarga, karena pendidikan akan sangat mempengaruhi cara, pola pikir dan kerangka pikir,
persepsi,
pemahaman dan kepribadian yang
nantinya
merupakan bekal dalam berkomunikasi. Menurut Afifa (2003), orang yang memiliki pendidikan tinggi cenderung untuk memilih makanan yang lebih baik daripada orang yang berpendidikan rendah, dalam hal ini pendidikan ibu yang tinggi akan berpengaruh pada pemilihan makanan bagi keluarganya. Faktor lain yang berhubungan nyata dengan pengetahuan dan sikap siswa adalah pekerjaan orangtua dalam hal ini adalah pekerjaan ibu. Sebagian besar ibu dari siswa merupakan ibu rumah tangga sehingga sebagian besar waktunya dihabiskan dirumah untuk memantau perkembangan anak baik pengetahuan maupun sikap yang akan mementukan pola konsumsi pangan pada anak. Pengetahuan dan sikap merupakan kecenderungan individu dalam menentukan jenis pangan yang akan dikonsumsi, akan tetapi belum menentukan perilaku konsumsi. Pengetahuan dan sikap positif terhadap pangan juga ditentukan oleh kesadaran diri yang terbentuk dari dorongan dari dalam diri individu untuk menentukan apa yang akan mereka kerjakan (Suprayatmi 2011). Dalam penelitian ini terdapat hubungan yang nyata antara pengetahuan (r=0.000; p=0.594) dan sikap (r=0.002; p=0.405) terhadap konsumsi air. Menurut Nasoetion dan Khomsan (1995), individu yang memiliki pengetahuan yang baik akan menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengolahan
pangan,
sehingga
konsumsi
pangannya
dapat
mencukupi
kecukupannya. Sikap adalah suatu kecenderungan perilaku yang dipengaruhi oleh pengetahuan, pengetahuan yang baik akan menentukan sikap yang baik pula terhadap pemilihan pangan yang akan dikonsumsi.
Konsumsi air akan berhubungan secara langsung terhadap pemenuhan kecukupan air (p=000; r= 0.716), dimana kecukupan air dibedakan berdasarkan umur dan jenis kelamin. Pada penelitian ini terdapat hubungan yang nyata antara pengetahuan (r=0.002; p=0.665) maupun sikap (r=0.001; p=0.405) terhadap pemenuhan kecukupan kecukupan akan air. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan maka akan diikuti dengan konsumsi air yang tinggi sehingga pemenuhan kecukupan air pada siswa akan semakin tinggi. Pada kondisi pemenuhan kecukupan air yang tinggi (lebih dari 100%), tubuh sehat akan tetap mampu menjaga kestabilan air didalamnya. Beberapa cara yang digunakan tubuh untuk menjaga kondisi tersebut yakni dengan meningkatkan produksi urine maupun keringat.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Siswa pada penelitian ini berjumlah 125 orang yang berusia antara 9 hingga 12 tahun dengan persentase terbanyak pada kelompok usia 11 tahun. Sebagian besar siswa (54.4%) berjenis kelamin perempuan. Rata-rata berat badan siswa pada penelitian ini adalah 29.2 ± 6.7 kg, sedangkan rata-rata tinggi badan siswa adalah 133.8 ± 8.4 cm. Uang saku yang paling kecil yang diterima oleh siswa yaitu sebesar Rp 1.000/hari dan uang saku terbesar yang diterima oleh siswa adalah sebesar Rp 12.000/hari. Sebagian besar siswa (59.2%) memliki uang saku yang termasuk kedalam kategori sedang yaitu Rp 4.000 – Rp 7.999 per hari. Sebanyak 53.6% dari siswa termasuk kedalam golongan keluarga kecil. Sebagian besar pendidikan terakhir ayah adalah SMA/sederajat dengan persentase 54.4% dari total siswa, sedangkan untuk ibu adalah SMP/sederajat dengan persentase 45.6% dari total siswa. Ayah dari siswa bekerja sebagai wiraswasta dengan jumlah 48 orang (38.4%) dan pegawai swasta 39 orang (31.2%). Sebagian besar ibu dari siswa pada penelitian ini merupakan ibu rumah tangga atau tidak bekerja diluar rumah (36.8%). Sebanyak 69% dari siswa termasuk kedalam keluarga yang memiliki pendapatan keluarga sedang. Ratarata penghasilan keluarga siswa sebesar Rp 2.640.400 ± Rp. 878.913. Rata-rata pendapatan perkapita untuk golongan pendapatan rendah sebesar Rp 356.915, untuk golongan pendapatan sedang Rp 545.906, dan untuk golongan pendapatan tinggi sebesar Rp 944.444 Siswa pada peneliltian ini mengungkapkan alasan mereka untuk minum, dimana sebagian besar siswa minum pada saat haus. Sebagian besar siswa (66.4%) minum sebanyak 3-4 kali selama berada disekolah. Sebanyak 78.4% dari siswa mendapatkan minuman yang dikonsumsi dari kantin atau pedagang yang
berada
disekitar
area
sekolah.
Sebagian
besar
siswa
(41.6%)
mengkonsumsi air putih pada saat berada di sekolah. Air putih yang dikonsumsi adalah air mineral dalam kemasan gelas ukuran 240ml dan 330ml. Minuman lain yang dikonsumsi selain ari putih adalah teh dalam kemasan, es blender, susu kotak, es kelapa dan soft drink. Kecukupan air pada laki-laki sebesar
1863.16 ± 99 ml per hari,
sedangkan kecukupan air pada perempuan lebih rendah daripada laki-laki yaitu sebesar 1776.47 ± 65 ml per hari. Pengetahuan contoh tentang kecukupan dan
konsumsi air diukur melalui 10 pertanyaan. Selang nilai yang dapat diperoleh siswa berkisar antara 40 hingga 100 dengan rata-rata nilai 74 ± 16.2. Berdasarkan penilaian dengan skor, sebagian besar siswa (48.8%) termasuk dalam tingkat pengetahuan sedang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh dari total siswa termasuk kedalam kategori sikap sedang (62.4%), sebanyak 20.8% bersikap rendah dan 16.8% bersikap tinggi terhadap konsumsi air. Sebesar 68% dari siswa memiliki sikap negatif terhadap pernyataan mengenai membawa bekal minuman dari rumah. Sebagian besar siswa membeli minuman atau makanan di sekolah dengan alasan praktis dan lebih banyak pilihan. Konsumsi air pada laki-laki sebesar 1823.90 ± 276 ml, sedangkan pada perempuan sebesar 1769.70 ± 307 ml per hari. Rata-rata pemenuhan kecukupan air pada laki-laki sebesar 97.89% dan perempuan sebesar 99.62%, hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi air pada siswa termasuk kedalam kategori cukup. Hasil uji korelasi menunjukkan hubungan yang tidak nyata antara umur dengan pengetahuan (r=0.72; p=0.161) maupun dengan sikap (r=0.001; p=0.283) hal ini disebabkan karena umur dari siswa menyebar secara merata di masing-masing kelas. Pendidikan ibu berpengaruh nyata terhadap pengetahuan (p=0.049; r=0,27) dan sikap siswa (p=0.048; r=0,88), semakin tinggi jenjang pendidikan ibu maka pengetahuan dan sikap siswa semakin baik. Dalam penelitian ini terdapat hubungan yang nyata antara pengetahuan (r=0.000; p=0.594) dan sikap (r=0.002; p=0.405) terhadap konsumsi air. Konsumsi air akan berhubungan secara langsung terhadap pemenuhan kecukupan air (p=000; r=0.716). Pada penelitian ini terdapat hubungan yang nyata antara pengetahuan (r=0.002; p=0.665) maupun sikap (r=0.001; p=0.405) terhadap pemenuhan kecukupan kecukupan akan air. Saran Saran yang dapat diberikan kepada keluarga dan pihak sekolah sebaiknya sejak dini anak-anak diberikan pendidikan mengenai pentingnya mengkonsumsi air dalam jumlah yang cukup untuk mencegah dampak buruk dehidrasi yang akan berdampak langsung pada penurunan produktivitas seseorang. Untuk penelitian selanjutnya diperlukan indikator atau perhitungan untuk mengukur kecukupan air yang berasal dari makanan dan minuman.
DAFTAR PUSTAKA Afifa. 2003. Faktor-faktor yang berhubungan dengan persen lemak tubuh pada karyawan wanita di RS. Karya Bhakti Bogor tahun 2003. [skripsi]. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Almatsier . 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta Aprilian R. 2010. Pola konsumsi pangan hewani dan status gizi remaja SMA dengan status sosial ekonomi berbeda di Bogor. [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Asian Food Information Centre (AFIC). 1998. Fluid for kids. http//www.AFIC.org [26 September 2011] Bredbenner et al. 2009. Wardlaw’s Perspective in Nutrition. USA: McGrwHill. Depkes [Departemen Kesehatan ]. 2006. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. www.depkes.go.id [31 Januari 2011]. Emilia E. 2008. Pengembangan alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja [disertasi]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjan, Institut Pertanian Bogor. Engle PL, Menon P, Haddad L. 1997. Care and Nutrition: Concept and Measurement. Washington DC: International Food Policy Research Institute. Gibney et al. 2005. Gizi Kesehatan Masyarakat. (Palupi Widyastuti & Erita Agustin, Penerjemah). EGC, Jakarta Hardinsyah et al . 2011. Air Bagi Kesehatan. Jakarta: Centra Communications Harmandini F. 2011. Tanda anda belum cukup minum air. http//www.kompas.com. [26 september 2011] Harper et al. 1985. Pangan, Gizi dan Pertanian. (Suhardjo, penerjemah). Jakarta: UI Press. Hasanah R. 2005. Studi pengetahuan dan penggunaan pewarna makanan pada makanan jajanan SD di wilayah Bogor. [skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Husaini MA, Husaini YK. 1989. Tumbuh Kembang Gizi Remaja. Jakarta: Buletin Gizi Irawan AM. 2007. Konsumsi Air dan Olahraga. Polton Sports Science and Performance Lab Jelife DB, Zervas & Neumann. 1989. Community Nutritional Assesment with Special Reference to Less Technically Developed Countries. Oxford University Press :Oxford Khomsan A. 2005. Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan. Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Khomsan A et al. 2007. Studi Implementasi Program Gizi: Pemanfaatan, Cakupan, Keefektifan, dan Dampak Terhadap Status Gizi. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.
Lemeshow, Hosmer dan Klar. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Madanijah S. 2004. Model pendidikan “GI-PSI-SEHAT” bagi ibu serta dampaknya terhadap perilaku ibu, lingkungan pembelajaran, konsumsi pangan dan status gizi anak usia dini [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Mahmud MK, Zulfianto NA, editor. 2009. Tabel Komposisi Pangan Indonesia. Jakarta : Elex Media Komputindo Martianto D, Ariani M. 2004. Analisis Perubahan Konsumsi dan Pola Konsumsi Pangan Masyarakat dalam Dekade Terakhir. Dalam Soekirman et al.,editor.Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII “Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi”;Jakarta 17-19 Mei 2004.Jakarta: LIPI. Narti. 2011. Seputar dunia anak. http//www.ayahbunda.com. [26 september 2011] Nasoetion A & Khomsan A. 1995. Aspek gizi dan kesehatan dalam pembangunan pertanian. Bogor: Makalah yang disajikan dalam lokakarya eksekutif dalam rangka training integrasi gizi dan kesehatan dalam pembangunan pertanian. Notoatmodjo S. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Andi Ofset. _____________. 2003. Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. [Riskesdas]. 2007. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI. Riyadi H. 1995. Penilaian dan Pengukuran Status Gizi. Diktat Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian IPB, Bogor. __________2001. Metode Penilaian Status Gizi Secara Antropometri. Diktat kuliah Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor __________ . 2006. Materi Pokok Jakarta:Universitas Terbuka.
Gizi
dan
Kesehatan
Keluarga.
Sanjur D. 1982. Social and Cultural Perspectives in Nutrition. New Jersey: Prentice Hall Inc. Sawka MN, Cheuvrot SN dan Carter R. 2005. Human Water Needs. International Life Sciences Institute Slamet. 2009. Pola makan remaja. Http//www.edu.org [06 November 2010] Soewondo A, Sandi S. 1990. Gizi Perilaku dan Pendidikan Gizi di Sekolah. Di dalam Karyadi D, Susanto D, Siagian UL, editor. Kesadaran Gizi Nasional dalam Rangka Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Prosiding Simposium Pangan dan Gizi, serta Kongres IV
Perhimpunan Peminat Pangan dan Gizi Indonesia; Padang. PergiziPangan Indonesia. Hlm. 93. Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor: Pusat Antar Universitas, Pangan dan Gizi. Institut Pertania Bogor. ________.1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Suprayatmi M. 2011. Kebiasaan makan pada anak-anak. http//www.pangan dan gizi.wordpress. [26 september 2011] Supriasa et al. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Winarno FG. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: Gramedia. Yayasan
Amalia
.
2011.
Psikologi
anak
http//www.yayasanamalia.org [29 Februari 2011]
usia
sekolah.
LAMPIRAN 1 Tabel Karakteristik contoh Usia Kelas (tahun) 4 N % 9 15 12 10 33 26.4 11 3 2.4 12 0 0 Total 51 40.8
Total 5 N 0 2 35 37 74
% 0 1.6 28 29.6 59.2
Tabel Umur & Pengetahuan Umur (tahun) Rendah n % 9 13 10.4 10 3 2.4 11 7 5.6 12 3 2.4 26 20.8 P=0.72 r=0,161 Tabel Pendidikan Ibu & Pengetahuan Pendidikan Ibu Rendah n % SD/sederajat 3 2.4 SMP/sederajat 7 5.6 SMA/sederajat 5 4 Perguruan Tinggi 1 0.8 16 12.8 P=0.049 r=0,27 Tabel Pendidikan Ibu & Sikap Pendidikan Ibu Rendah N % SD/sederajat 1 0.8 SMP/sederajat 0 0 SMA/sederajat 0 0 Perguruan Tinggi 0 0 1 0.8 P=0.048 r=0,88 Tabel Pengetahuan & Sikap Pengetahuan Rendah N % Rendah 1 0.8 Sedang 0 0 Tinggi 0 0 1 0.8 P=0.000 r=0.366
n 15 35 38 37 125
Rata-rata BB (kg) % 12 28 30.4 29.6 100
Pengetahuan Sedang N % 11 8.8 25 20 21 16.8 22 17.6 79 63.2
Pengetahuan Sedang n % 19 15.2 34 27.2 25 20 1 0.8 79 63.2
26.5 ± 5.9 26.1 ± 6.2 31.6 ± 6.8 30.7 ± 6.1 29.2 ± 6.7
Rata-rata TB (cm) 130.1 ± 6.9 127.5 ± 6.4 136.4 ± 7.9 138.6 ± 6.9 133.8 ± 8.4 Total
Tinggi n 1 7 10 12 30
% 0.8 5.6 8 9.6 24
n 15 35 38 37 125
% 12 28 30.4 29.6 100
Total Tinggi n % 4 3.2 16 12.8 8 6.4 2 1.6 30 24
Sikap Sedang n % 12 9.6 21 16.8 10 8 2 1.6 45 36
Tinggi n % 13 10.4 36 28.8 28 22.4 2 1.6 79 63.2
Sikap Sedang n % 12 9.6 28 22.4 5 4 45 36
Tinggi n % 3 2.4 51 40.8 25 20 79 63.2
n
% 20.8 45.6 30.4 3.2 100
26 57 38 4 125
Total n
% 20.8 45.6 30.4 3.2 100
26 57 38 4 125
Total n 16 79 30 125
% 12.8 63.2 24 100
Tabel Pengetahuan & Konsumsi cairan Pengetahuan
Rendah Sedang Tinggi Total P=0.000 r=0.594 Tabel Sikap & Konsumsi cairan Sikap
Konsumsi air < 2 liter ≥ 2 liter N % n % 32 25.6 2 1.6 46 36.8 15 12 4 3.2 26 20.8 82 65.6 43 34.4
Konsumsi air < 2 liter ≥ 2 liter N % n % 25 20 1 0.8 50 40 28 22.4 7 5.6 14 11.2 82 65.6 43 34.4
Total n 34 61 30 125
% 27.2 48.8 24 100
Total
n % Rendah 26 20.8 Sedang 78 62.4 Tinggi 21 16.8 Total 125 100 P=0.002 r=0.405 Tabel Pengetahuan & Pemenuhan kebutuhan air Pengetahuan Pemenuhan kebutuhan air Total Kurang Cukup Berlebih N % n % n % n % Rendah 27 21.6 6 4.8 1 0.8 34 27.2 Sedang 11 8.8 36 28.8 14 11.2 61 48.8 Tinggi 1 0.8 8 6.4 21 16.8 30 24 39 31.2 50 40 36 28.8 125 100 P=0.002 r=0.665 Tabel Sikap & Pemenuhan kebutuhan air Sikap Pemenuhan kebutuhan air Total Kurang Cukup Berlebih N % n % n % n % Rendah 16 12.8 9 7.2 1 0.8 26 20.8 Sedang 21 16.8 33 26.4 24 19.2 78 62.4 Tinggi 2 1.6 8 6.4 11 8.8 21 16.8 39 31.2 50 40 36 28.8 125 100 P=0.001 r=0.405 Tabel Konsumsi & Pemenuhan kebutuhan air Konsumsi Pemenuhan kebutuhan air Total Kurang Cukup Berlebih N % n % n % n % <2 liter 39 31.2 39 31.2 4 3.2 82 65.6 ≥ 2 liter 0 0 11 8.8 32 25.6 43 34.4 39 31.2 50 40 36 28.8 125 100 P=0.000 r=0.716
LAMPIRAN 2 Kode :
KUISONER PENELITAN ANALISIS POLA KONSUMSI DAN KEBUTUHAN AIR PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 1 EMPANG BOGOR
Nama Responden
:
Alamat
:
Enumerator
:
Tanggal wawancara :
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
A. Karakteristik Sampel 1. Nama
: …………………………………..
2. Tempat Tanggal Lahir
: …………………………………..
3. Jenis Kelamin
: ……………… (L/P)
4. Berat Badan
: ………………kg
5. Tinggi Badan
: ……………… m
6. Jumlah Uang Saku (per hari)
: Rp ………………
7. Alokasi Pengeluaran Uang Saku a. Makanan
: Rp ……………
b. Minuman
: Rp ……………
c. Transportasi
: Rp …………....
d. Tabungan
: Rp ……………
e. Lain-lain
: Rp ……………
B. Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga : ……………
1. Besar Keluarga
2. Pendidikan Orang Tua (isi dengan angka yang terdapat pada keterangan dibawah) a. Ayah*
: ……………
b. Ibu *
: ……………
3. Pekerjaan Orang Tua (isi dengan angka yang terdapat pada keterangan dibawah) a. Ayah**
: ……………
b. Ibu **
: ……………
4. Pendapatan Orang Tua (isi dengan angka yang terdapat pada keterangan dibawah) a. Ayah ***
: ……………
b. Ibu ***
: ……………
c.
Keterangan :
1. 2. 3. 4.
* SD SMP SMU Perguruan Tinggi
** 1. 2. 3. 4. 5. 6.
PNS Wiraswasta Pegawai ABRI/Polisi Dokter Petani 7. Buruh 8. Pedagang 9. Lainnya
*** 1. 2. 3. 4. 5.
< Rp. 500.000 Rp.500.000- 1 juta Rp 1- 1,5 juta Rp.1,5 - 2 juta >Rp. 2 juta
C. Pengetahuan Tentang Minuman Jawablah pertanyaan berikut dengan memberi tanda (√) pada jawaban yang adik anggap benar No
Pertanyaan
Jawaban Benar
1
Minuman adalah benda cair yang dikonsumsi atau diminum yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh
2
4
Selain menghilangkan rasa haus, minum juga penting untuk kesehatan tubuh karena dapat mengobati berbagai penyakit Tubuh memerlukan minum paling sedikit 2 liter (8 gelas) setiap hari Air putih adalah contoh minuman
5
Susu, teh dan kopi merupakan contoh dari minuman
6
Jus buah bukan merupakan contoh minuman
7
Semua golongan umur (bayi,anak-anak,orang tua) setiap hari memerlukan minum yang cukup Saat tubuh merasa haus, maka kita harus segera minum
3
8 9
Salah
Tidak tahu
Kita akan merasa haus setelah melakukan kegiatan seperti berolahraga Jika tubuh kekurangan minum, maka akan terjadi dehidrasi
10
D. Sikap Tentang Minuman Jawablah pertanyaan berikut dengan memberi tanda (√) pada jawaban yang adik anggap benar No
Pertanyaan
Jawaban Setuju
1 2 3
Selain memerlukan makanan, tubuh juga memerlukan minum yang cukup Sebaiknya kita minum hanya pada saat haus saja
4
Dalam satu hari kita harus minum air paling sedikit sebanyak 8 gelas Contoh minuman yang sehat adalah air putih
5
Saat berada di sekolah dan belajar kita tidak perlu minum
6
Agar tidak haus saat disekolah, kita sebaiknya membawa bekal minuman dari rumah
Tidak setuju
7 8 9 10
Minum air putih lebih sehat dibandingkan minuman yang berwarna atau bersoda Minum dalam jumlah yang cukup dapat menyehatkan tubuh Kita harus membiasakan diri kita untuk minum dalam jumlah yang cukup setiap hari Kita perlu mengajak teman dan keluarga untuk minum dalam jumlah yang cukup, karena minum penting untuk kesehatan
E. Kebiasaan Minum di Sekolah Jawab pertanyaan berikut dengan melingkari jawaban yang sering adik lakukan 1. Apa adik biasa minum di sekolah a. Sering (5-6 kali) b. Kadang-kadang (3-4 kali) c. Tidak pernah 2. Dari mana minuman yang diminum saat di sekolah a. Bekal dari rumah b. Kantin c. Disediakan di sekolah 3. Kapan adik minum saat disekolah a. Saat haus b. Sebelum haus c. Setelah makan 4. Kapan adik membeli minuman saat disekolah a. Sebelum masuk b. Istirahat c. Saat pulang
5. Pada saat aktivitas apa adik minum a. Olah raga b. Main c. Belajar 6. Apa jenis minuman yang biasa adik minum di sekolah (Jawaban boleh lebih dari satu): ………………. ………………... 7. Apa alasan memilih minuman tersebut a. Diajak teman b. Haus c. Murah 8. Dari mana adik tahu informasi tentang minuman yang dibeli a. TV b. Majalah c. Teman
9. Apa ada larangan dari orang tua/guru/dokter untuk minum minuman tertentu a. Ya b. Tidak 10. Jika jawaban no 9 Ya, sebutkan jenis minuman yang dilarang………………..
LAMPIRAN 3 Tabel Ukuran jenis minuman yang dikonsumsi siswa No Ukuran rumah tangga Volume (ml) 1 Gelas belimbiling 200 2 Cangkir teh/kopi 150 3 Mug 270 4 Wadah minum 350 500 5 Air mineral 240 330 600 1500 6 Susu kotak 120 240 360 7 Teh gelas 240 350 8 Teh botol 350 9 Soft drink 300 10 Pop ice 320 11 Es kelapa 300 12 Es sirup 350 13 Jus buah 300