MANAJEMEN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN TANTANGAN GLOBALISASI: SURVEI DI SEKOLAH DASAR NEGERI DI BOGOR Oleh: Yuyun Elizabeth Patras, Elly Sukmanasa Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Pakuan,
[email protected],
[email protected].
Abstrak Pendidikan dasar merupakan fondasi bagi sumberdaya manusia suatu bangsa.Artinya, jika warga bangsa mengenyam pendidikan dasar yang bermutu, maka warga bangsa tersebut berpotensi menjadi sumber daya manusia yang diandalkan dan sebaliknya.Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan apakah manajemen sekolah dasar yang ada selama ini sudah mendukung pendidikan dasar yang berkualitas. Melalui observasi dan survey terhadap 50 sekolah dasar di Bogor dan survey terhadap 100 guru diperoleh fakta bahwa secara umum manajemen pendidikan sekolah dasar, khsususnya di Bogor sudah berjalan dengan baik. Namun demikian terdapat hal-hal yang krusial dalam pelaksanaan manajemen sekolah dasar yang perlu diperbaiki sehingga Indonesia mampu menghadapi tantangan globalisasi. Kata kunci: globalisasi, mutu sekolah dasar, manajemen sekolah dasar Abstract Primary education is the foundation of human resources development of a nation. It means that if the citizens in a nation acquires quality primary education, they are potentialy to become reliable human resources and this fact applies vice versa. This article aims to describe whether the educational management in state primary schools has so far been supporting the quality primary education. The observation on 50 state primary schools in Bogor and survey to 100 state primary school teachers revealed that in general, the educational management of primary education especially in Bogor has been going well. However, there are things that are crucial in primary educational management that need to be improved so that Indonesia will be able to face the challenges of globalization. Keywords: globalization, quality of primary education, primary educational management. PENDAHULUAN Education is the most powerful weapon which you can use to change the world, begitulah kata Nelson Mandela. Pernyataan tersebut sejalan dengan pemikiran para founding father Republik Indonesia yang memiliki paradigma berpikir bahwa build nation, build schools. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan berperan strategis dalam pembangunan sebuah bangsa dan negara. Saat ini, pendidikan Indonesia menghadapi tantangan abad 21 atau era globalisasi. Keadaan era globalisasi ditandai oleh banyaknya perubahan-perubahan pada semua aspek kehidupan, bukan hanya dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi, tetapi juga dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik. Pada era globalisasi yang disebut juga era informasi akan 18
terjadi proses perubahan antar negara, antar bangsa, antar budaya tanpa mengenal batas. Selo Sumardjan (1993) mengartikan globalisasi sebagai proses penyebaran rasa, cipta, dan karsa suatu kebudayaan sehingga diterima dan diadopsi oleh negara lain di seluruh dunia. Pada saat ini dan dimasa mendatang pengaruh era globalisasi akan semakin terasa terutama dengan semakin banyaknya saluran informasi yang tersedia seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, telepon, faksimail, komputer, internet, satelit komunikasi, sekolah bahkan informasi langsung yang dibawa oleh pengunjung (travelers). Semua itu dimungkinkan dengan adanya perkembangan pesat di bidang teknologi terutama teknologi komunikasi, informasi, dan transformasi. Hernawan (2006) mengidentifikasi beberapa ciri abad 21 atau era globalisasi antara lain: meningkatnya interaksi antar warga dunia baik secara langsung maupun tidak langsung, semakin banyaknya informasi yang tersedia dan dapat diperoleh, meluasnya cakrawala intelektual, munculnya arus keterbukaan dan demokratisasi baik dalam politik maupun ekonomi, memanjangnya jarak budaya antara generasi tua dan generasi muda, meningkatnya kepedulian akan perlunya dijaga keseimbangan dunia, meningkatnya kesadaran akan saling ketergantungan ekonomis, dan mengaburnya batas kedaulatan budaya tertentu karena tidak terbendungnya informasi. Dampak globalisasi pada kehidupan sangat banyak sehingga menuntut manusia untuk dapat mempertahankan hidupnya (human survival), artinya manusia dituntut untuk dapat mengendalikan dan memanfaatkan efek-efek dari globalisasi dalam kehidupannya. Manusia adalah pencipta globalisasi, dan manusia itu pula yang harus dapat mengendalikan, menguasai, memanfaatkan, dan mengembangkan globalisasi untuk kepentingan hidupnya. Bagi masyarakat dan bangsa yang sedang berkembang seperti Indonesia, globalisasi ini membawa dampak yang sangat berpengaruh dalam semua aspek kehidupan misalnya: dalam aspek kebudayaan, proses globalisasi ini menjadikan budaya yang kuat dan agresif akan mempengaruhi budaya yang lemah dan pasif. Selo Sumardjan (1993) menyebutkan bahwa budaya yang kuat dan agresif adalah budaya yang bersifat progresif dengan ciri-ciri sebagai berikut: cara berpikir yang rasional dan realistik, kebiasaan membaca yang tinggi, kemampuan mengembangkan dan menyerap ilmu pengetahuan yang banyak dan cepat, terbuka untuk inovasi bahkan selalu mencari hal-hal baru, pandangan hidup yang berdimensi lokal, nasional, dan universal, mampu memprediksi dan merencanakan masa depan, dan teknologi yang senantiasa berkembang dan digunakan. Adanya dampak globaliasi pada perubahan masyarakat mendorong para ahli pendidikan untuk menganjurkan agar pendidikan melakukan upaya-upaya adaptasi dengan perubahan global. MarioD. Fantini (1986) menyebutkan berbagai implikasi globalisasi terhadap dunia pendidikan yang meliputi aspek kurikulum, manajemen pendidikan, tenaga kependidikan, strategi dan metode pendidikan. Dalam kaitan ini pendidikan dituntut harus mampu menyiapkan SDM yang mampu menghadapi tantangan globalisasi tanpa kehilangan nilai-nilai kepribadian dan budaya bangsa. Pelaksanaan pendidikan bermutu adalah respon terbaik dalam menghadapi tantangan globalisasi.Pendidikan bermutu harus dilaksanakan di setiap level pendidikan, baik pra sekolah, sekolah dasar dan menengah maupun pendidikan tinggi.Pendidikan bermutu sekolah dasar adalah sekolah dasar yang menyelenggarakan pendidikan dasar yang mampu memenuhi harapan pelanggan, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal.Ini berarti, pendidikan yang bermutu sangat memperhatikan pelanggan, bukan hanya sematamata pendidikan di sebuah sekolah sudah berjalan secara rutin saja.
19
METODOLOGI Guna memotret pelaksanaan pendidikan bermutu di sekolah dasar, khususnya dari perspektif manajemen pendidikan, penelitimelakukan observasi di 50 Sekolah Dasar Negeri di Bogor dan survei terhadap 100 guru berstatus PNS mengenai manajemen sekolah dasar dengan 10 indikatoryaitu: manajemen pendidik dan tenaga kependidikan, manajemen peserta didik, manajemen kelas, manajemen keuangan, manajemen kerja sama sekolah dan masyarakat, manajemen peningkatan mutu pendidikan, manajemen keuangan, manajemen kurikulum, manajemen kepemimpinan dalam pendidikan dan manajemen system informasi pendidikan. Hasil survey dipaparkan dalam bentuk deskripsi dengan memakai standar penilian dengan rentang nilai 1 s/d 5 dengan pemaknaan sebagai berikut: nilai rata-rata 1 s/d 1,5 bermakna sangat kurang, nilai rata-rata 1,6 s/d 2,5 bermakna kurang, nilai rata-rata 2,6 s/d 3,5 bermakna sedang, nilai rata-rata 3,6 s/d 4,5 bermakna baik, dan nilai rata-rata 4,6 s/d 5 bermakna sangat baik. Berdasarkan standar di atas, berikut adalah paparan hasil survey terhadap manajemen sekolah dasar di Bogor. HASIL SURVEI Manajemen tenaga pendidik dan tenaga kependidikan sekolah dasar adalah suatu proses terencana dan sistematis dalam menyeleksi, menempatkan dan mengembangkan tenaga pendidik dan kependidikan yang dilakukan oleh sebuah sekolah dasar agar tenaga pendidik dan tenaga kependidikan mencapai tujuan yang diharapkan oleh sekolah tempat mereka bekerja. Manajemen tenaga pendidik dan tenaga kependidikan sekolah dasar memiliki kedudukan strategis dalam pencapaian mutu pendidikan di sekolah. Menurut survey yang dilakukan penulis menunjukkan bahwa manajemen tenaga kependidikan di sekolah dasar mendapat nilai rata-rata 3,73. Ini berarti manajemen tenaga kependidikan di sekolah dasar sudah berjalan dengan baik.Tabel berikut ini menunjukkan beberapa pernyataan yang berisi manajemen tenaga pendidik dan kependidikan sekolah dasar. Tabel 1. Manajemen Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan No Pernyataan 1 Sekolah ini menyusun rencana pengadaan tenaga pendidik 2 Sekolah ini melakukan tes pada calon guru 3 Guru di sekolah ini mendapat pelatihan untuk meningkatkan kompetensi mereka 4 Guru di sekolah ini mendapat promosi sesuai dengan prestasi mereka. 5 Sekolah menyusun rencana pengadaan tenaga kependidikan 6 Sekolah mengadakan tes terhadap calon tenaga kependidikan 7 Tenaga administrasi di sekolah ini mendapat pelatihan lanjutan. 8 Tenaga kependidikan di sekolah ini mendapat promosi sesuai dengan prestasi mereka. 20
Nilai Rata-rata 4,19
Makna Baik
2,50 4,31
Kurang Baik
3,65
Baik
3,73
Baik
2,59
Kurang
3,86
Baik
3,38
Sedang
9 10
Sekolah ini mengadakan penilaian kinerja terhadap guru. Tenaga kependidikan mendapat bayaran sesuai ketentuan secara konsisten. Total
4,69
Sangat Baik
4,52
Baik
3,74
Baik
Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata terkecil terdapat pada pernyataan mengenai tes untuk calon tenaga pendidik ( nilai nrata-rata 2,50), tes terhadap calon tenaga kependidikan (nilai rata-rata 2,59) dan promosi sesuai prestasi (nilai rata-rata 3,38). Temuan tersebut mengindikasikan bahwa system rekrutmen guru di sekolah dasar dan pengembangnya kurang mendapat perhatian di sekolah dasar. Manajemen peserta didik sekolah dasar adalah proses seleksi, penempatan dan pengembangan peserta didik di sekolah dasar secara terencana dan sistematis guna mengembangkan potensi peserta didik secara tepat dan maksimal. Berdasarkan survey ditemukan bahwa manajemen peserta didik di sekolah dasar mendapat nilai rata-rata 3,95. Ini berarti manajemen peserta didik di sekolah dasar sudah berjalan dengan baik.Tabel berikut ini berisi pernyataan-pernyataan yang berisi mengenai manajemen peserta didik. Tabel 2. Manajemen Peserta Didik No 1 2 3 4 5 6 7 8
Pernyataan Sekolah ini mengadakan analisis kebutuhan peserta didik Sekolah ini mengadakan seleksi atas peserta didik Sekolah ini mengadakan orientasi peserta didik Sekolah ini mengadakan layanan bimbingan dan koseling bagi peserta didik Sekolah ini mengadakan layanan perpustakaan bagi peserta didik Sekolah ini mengadakan layanan kantin bagi peserta didik Sekolah ini melakukan evaluasi berupa sebab-sebab kemajuan dan ketertinggalan pelajaran peserta didik Sekolah ini menilai metode mengajar yang digunakan oleh guru. Total
Nilai Rata-rata 4,41
Makna Baik
3,81 3,39 4,29
Baik Sedang Baik
3,88
Baik
3,19
Sedang
4,35
Baik
4,28
Baik
3,95
Baik
Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata terkecil dalam manajemen peserta didik terdapat pada pernyataan mengenai layanan makanan kantin atau catering bagi peserta didik (nilai rata-rata 3,19), kegiatan orientasi pagi peserta didik (nilai rata-rata 3,39). Temuan ini menunjukkan bahwa masalah gizi dan asupan makanan belum menjadi prioritas di sekolah dasar.Peserta didik juga kurang diberikan orientasi atas sekolahnya. Ini menunjukan perhatian sekolah dasar pada apa yang dibutuhkan oleh siswa dan bagaimana siswa belajar dari lingkungan kurang mendapatkan perhatian. Manajemen kelas sekolah dasar adalah perencanaan, pelaksanaan dan refleksi yang dilakukan guru sekolah dasar dalam mengelola kelas tempat dia mengajar yang bertujuan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, efektif dan efisien. Berdasarkan survey terhadap guru diperoleh gambaran bahwa manajemen kelas sekolah dasar mendapat nilai rata-rata 4,70. Ini berarti manajemen kelas sekolah dasar yang 21
dilakukan oleh para guru dimana mereka mengajar sudah berjalan dengan sangat baik.Tabel dibawah ini berisi pernyataan-pernyataan mengenai manajemen kelas. Tabel 3.Manajemen Kelas No Pernyataan 1 Saya melaksanakan pembagian waktu untuk membuka, inti dan menutup pembelajaran sesuai alokasi yang ditetapkan dalam RPP. 2 Saya menata ruang kelas agar tercipta suasana menyenangkan dalam belajar 3 Saya mengatur pengelompokan siswa dalam kelas untuk memudahkan tercapainya tujuan pembelajaran. 4 Saya mengatur tempat duduk siswa agar pembelajaran lebih efektif. 5 Saya menyelesaikan konflik yang terjadi antar siswa di kelas Total
Nilai Rata-rata 4,83
Makna Sangat Baik
4,72
Sangat Baik
4,63
Sangat Baik
4,68
Sangat Baik
4,64
Sangat Baik
4,70
Sangat Baik
Berdasarkan data di atas, nilai rata-rata terkecil dalam manajemen kelas di sekolah dasar terdapat dalam pernyataan mengenai kegiatan guru dalam mengelompokan siswa di kelas (nilai rata-rata 4,63), guru menyelesaikan konflik di dalam kelas (nilai rata-rata 4,64) dan guru mengatur sedemikian rupa tempat duduk siswa (nilai rata-rata 4,68). Berdasarkan temuan tersebut bahwa manajemen kelas di sekolah dasar walau sudah berjalan dengan sangat baik, namun masalah pengelompokan siswa, penanganan konflik siswa di kelas dan pengaturan tempat duduk mendapat nilai rata-rata terkecil dalam manajemen kelas. Manajemen keuangan pendidikan sekolah dasar adalah pengelolaan keuangan di sekolah dasar dengan melakukan perencanaan keuangan (budgeting), pencatatan keuangan (accounting) dan pengawasan (auditing) keuangan agar keuangan sekolah dasar berjalan secara efektif dan efisien. Berdasarkan survey ditemukan bahwa pelaksanaan manajemen keuangan pendidikan sekolah dasar mendapat nilai rata-rata 4,65. Ini berarti pelaksanaan manajemen keuangan pendidikan sekolah dasar sudah berjalan dengan sangat baik.Tabel berikut ini berisi pernyataan-pernyataan mengenai manajemen keuangan pendidikan sekolah dasar. Tabel 4. Manajemen Keuangan Pendidikan No Pernyataan 1 Sekolah ini membuat Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) secara rutin. 2 Penyusunan anggaran dilakukan secara transparan. 3 Sekolah ini melakukan inventarisasi semua yang dimiliki sekolah. 4 Pengeluaran keuangan di sekolah ini dicatat dengan rapi. 5 Pendapatan keuangan di sekolah ini dicatat dengan baik. Total
22
Nilai Rata-rata 4,69
Makna Sangat Baik
4,53 4,66
Baik Sangat Baik
4,68
Sangat Baik
4,73 4,65
Sangat Baik
Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata terkecil terdapat pada pernyataan mengenai transfarasi dalam penyusunan anggaran (nilai rata-rata 4,53), inventarisasi semua milik sekolah (nilai rata-rata 4,66) dan kerapihan catatan pengeluaran keuangan (nilai rata-rata 4,68). Temuan ini mengindentifikasikan bahwa masalah transfaransi dan pencatatan keuangan masih perlu diperhatikan lebih seksama. Manajemen kerjasama sekolah dasar dan masyarakat adalah pengelolaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan serta refleksi kegiatan sekolah dengan masyarakat yang ada di lingkungan sekolah yang bertujuan agar sekolah dan masyarakat terjalin hubungan yang erat dan saling menumbuhkembangkan satu dengan lainya. Berdasarkan survey menunjukkan bahwa manajemen kerjasama sekolah dasar dan masyarakat mendapat nilai rata-rata 3,90. Ini berarti manajemen kerjasama sekolah dasar dan masyarakat sudah berjalan dengan baik.Tabel berikut ini berisi pernyataan-pernyataan mengenai manajemen kerjasamasekolah dasar dengan masyarakat. Tabel 5. Manajemen Kerjasama Sekolah dengan Masyarakat No Pernyataan 1 Masyarakat di sekitar sekolah turut berpartisipasi dalam melestarikan gedung sekolah 2 Masyarakat di sekitar sekolah ini mendukung program-program sekolah 3 Sekolah memberikan santunan kepada muridmurid tidak mampu yang berasal dari masyarakat sekitar Total
Nilai Rata-rata 3,44
Makna Sedang
4,33
Baik
3,93
Baik
3,90
Baik
Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata terendah terdapat pada pernyataan parrisipasi masyarakat dalam melestarikan gedung sekolah (nilai rata-rata 3,44) dan kegiatan santunan atau partisipasi sekolah dalam meringankan beban siswa yang berasal dari masyarakat sekitar sekolah. Temuan ini mengindikasikan bahwa sekolah belum secara maksimal dalam membina hubungan mualisme dengan masyarakat sekitar. Manajemen peningkatan mutu pendidikan sekolah dasar adalah proses atau upayaupaya yang dilakukan sekolah dasar dalam meningkatkan kepuassan pelanggan, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal. Berdasarkan survey yang dilakukan penulis didapatkan nilai rata-rata untuk manajemen peningkatan mutu sebesar 4,07. Ini berarti manajemen peningkatan mutu di sekolah dasar sudah berjalan baik.Tabel berikut ini berisi mengenai pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan manajemen peningkatan mutu pendidikan sekolah dasar. Tabel 6. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan No Pernyataan 1 Sekolah ini mempunyai standar untuk mengukur kepuasan pelanggan terhadap pelayanan sekolah. 2 Sekolah ini mengadakan studi banding untuk belajar dari sekolah lain yang lebih maju 3 Sekolah ini mengevaluasi masukan dari orang tua murid mengenai peningkatan kualitas sekolah 4 Sekolah ini menindaklanjuti laporan tentang 23
Nilai Rata-rata 3,90
Makna Baik
2,99
Sedang
4,25
Baik
4,23
Baik
5 6 7
peningkatan kualitas sekolah dari berbagai pihak Sekolah ini memperbaiki penyediaan sarana untuk kemajuan peserta didik. Sekolah ini memperbaiki prasarana belajar agar mutu pendidikan Sekolah berorientasi terhadap kepuasan pelanggan. Total
4,47
Baik
4,41
Baik
4,29 4,07
Baik Baik
Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata terendah terdapat dalam pernyataan mengenai aktivitas sekolah dalam melakukan studi banding ke sekolah lain (nilai rata-rata 2,99), aktivitas sekolah dalam mengukur kepuasan pelanggan (nilai rata-rata 3,90), aktivitas untuk merespon masukan dari orang tua siswa (nilai rata-rata 4,23) dan aktivitas untuk melakukan evaluasi dari masukan orang tua siswa (nilai rata-rata 4,25). Temuan tersebut mengindikasikan bahwa kepuasan dan masukan dari pelanggan, khsususnya pelanggan dari luar belum menjadi tradisi di sekolah dasar. Manajemen pemasaran pendidikan sekolah dasar adalah upaya-upaya yang dilakukan sekolah dasar dengan cara sengaja dan sistematis dalam rangka mempromosikan sekolah sehinga masyarakat mengerti arti penting sekolah tersebut. Berdasarkan survey mengenai manajemen pemasaran diperoleh nilai rata-rata sebesar 3,70. Ini berarti manajemen pemasaran sekolah dasar sudah berjalan dengan baik.Tabel berikut berisi pernyataan yang berhubungan dengan manajemen pemasaran pendidikan. Tabel 7. Manajemen Pemasaran Pendidikan No Pernyataan Nilai Rata-rata 1 Sekolah ini melakukan penelitian kepada alumni secara 2,36 rutin. 2 Sekolah ini menyampaikan informasi kepada 4,01 masyarakat secara jujur. 3 Sekolah ini mempunyai keunggulan yang unik 3,36 sehingga mudah dibedakan dari sekolah yang lain. 4 Sekolah ini berusaha meningkatkan kualitas dari semua 4,32 segi secara terjadwal. 5 Sekolah ini mengadakan pertemuan berkala dengan 4,25 orang tua murid untuk membahas kemajuan sekolah 6 Sekolah ini mengadakan open house secara rutin dengan 2,87 mengundang masyarakat umum. 7 Sekolah ini mengadakan pameran hasil karya siswa. 2,45 8 Sekolah ini berupaya keras untuk memenangkan 4,14 lomba-lomba antar sekolah. 9 Sekolah ini memiliki memiliki prestasi yang 3,34 membanggakan. 10 Sekolah melakukan kerja sama dengan sekolah lain 3,92 dalam berbagai kegiatan pendidikan. Total 3,70
Makna Kurang Baik Sedang Baik Baik Sedang Kurang Baik Sedang Baik Baik
Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata terkecil terdapat pada pernyataan yang berhubungan dengan penelitian terhadap alumninya (nilai rata-rata 2,36), ), melakukan pameran hasil karya siswanya (nilai rata-rata 2,45), melakukan kegiatan open house secara 24
rutin (nilai rata-rata 2,87) dan bangga dengan prestasi sekolah mereka (nilai rata-rata 3, 34). Temuan ini mengindikasikan bahwa sekolah dasar belum memiliki tradisi yang kuat dalam memasarkan diri mereka sendiri. Manajemen kurikulum pendidikan sekolah dasar adalah upaya yang dilakukan sekolah dasar dalam menyeleksi, melaksanakan dan mengevaluasi kurikulum sekolah untuk mencapai tujuan kurikulum secara efektif dan efisien. Temuan penelitian ini menunjukkkan bahwa manajemen kurikulum yang dilakukan sekolah dasar mendapat nilai rata-rata sebesar 4,58. Ini berarti manajemen kurikulum sekolah dasar sudah dilaksanakan dengan sangat baik.Tabel berikut ini berisi pernyataan-pernyataan mengenai manajemen kurikulum sekolah dasar. Tabel 8. Manajemen Kurikulum Pendidikan No Pernyataan 1 Guru di sekolah ini sudah mencapai 80% target yang ditentukan untuk pencapaian kurikulum. 2 Kepala Sekolah mengawasi pelaksanaan kurikulum secara terjadual 3 Kurikulum di sekolah ini berpusat pada pengembangan siswa. Total
Nilai Rata-rata 4,42
Makna Baik
4,61
Sangat Baik
4,71
Sangat Baik
4,58
Baik
Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata terkecil terdapat pada pernyataan mengenai ketercapaian kurikulum di sekolah (nilai rata-rata 4,42). Temuan ini mengindikasikan bahwa manajemen kurikulum bahwa sekolah dasar hanya bertindak sebagai pelaksana kurikulum saja, tidak aktif membuat kurikulum sendiri. Kepemimpinan pendidikan sekolah dasar adalah proses yang dilakukan kepala sekolah dasar dalam memengaruhi guru dan warga sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Berdasarkan survey ini, kepemimpinan kependidikan sekolah dasar mendapat nilai rata-rata sebesar 4,67. Ini berarti pelaksanaan kepemimpinan pendidikan sekolah dasar sudah berjalan dengan sangat baik.Berikut adalah tabel yang berisi mengenai pernyataan-pernyataan yang berisi kepemimpinan pendidikan sekolah dasar. Tabel 9. Kepemimpinan Pendidikan No Pernyataan 1 Kepala sekolah membuat program sekolah secara terjadual 2 Kepala sekolah mengimplementasikan program sekolah yang telah dibuat 3 Kepala sekolah mengawasi jalannya program sekolah 4 Kepala sekolah menempatkan guru-guru sesuai dengan kompetensi yang dimiliki 5 Kepala sekolah memberikan motivasi kepada guru. Total
25
Nilai Rata-rata 4,69
Makna Sangat Baik
4,66
Sangat Baik
4,66
Sangat Baik
4,72
Sangat Baik
4,64 4,67
Sangat Baik Sangat Baik
Berdasarkan tabel di aatas, nilai rata-rata dari pernyataan kepemimpinan pendidikan semuanya di atas 4,6, ini berarti semua pernyataan kepemimpinan bermakna sangat baik. Namun nilai rata-rata terkecil terdapat dalam pernyataan mengenai motivasi dari kepala sekolah kepada guru.Ini artinya dalam hal pemberian morivasi dari kepala sekolah kepada guru perlu ditingkatkan. Sistem informasi manajemen pendidikan sekolah dasar adalah seperangkat system yang mampu mengelola informasi pendidikan di sekolah dasar untuk memudahkan berbagai pihak di sekolah dalam menerima, mengolah dan menyampaikan informasi pendidikan. Berdasarkan survey ditemukan bahwa nilai rata-rata untuk system informasi manajemen pendidikan sebesar 3,78. Ini berarti system informasi manajemen pendidikan di sekolah dasar sudah berjalancukup atau sedang.Berikut adalah tabel yang berisi pernyataanpernyataan yang berisi mengenai system informasi manajemen pendidikan sekolah dasar. Tabel 10. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan No Pernyataan 1 Informasi tentang sekolah ini dapat diakses melalui internet. 2 Komunikasi antara orang tua siswa dapat dilakukan secara mudah melalui pesan singkat (SMS) 3 Komunikasi antara orang tua siswa dapat dilakukan secara mudah melalui pesan singkat (BBM) 4 Guru disekolah mempunyai buku penghubung dengan orang tua 5 Guru tidak berkeberatan memberikan nomor telpon kepada siswa Total
Nilai Rata-rata 3,53
Makna Sedang
3,91
Baik
3,08
Sedang
3,94
Baik
4,46
Baik
3,78
Baik
Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata terkecil terdapat pada pernyataan mengenai komunikasi melalui Blackbarry Mesenger (nilai rata-rata 3,08) dan akses sekolah di internet (nilai rata-rata 3,53). Temuan ini menunjukkan bahwa system informasi manajemen di sekolah dasar belum sepenuhnya bertradisi online-minded. Tabel berikut merangkum nilai rata-rata dari indicator manajemen pendidikan sekolah dasar. Nilai rata-rata dari 10 indikator manajemen sekolah dasar tersebut 4,58. Ini berarti manajemen pendidikan di sekolah dasar sudah berjalan dengan baik. Tabel 11.Indikator Manajemen Pendidikan No Indikator 1 Manajemen Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan 2 Manajemen Peserta Didik 3 Manajemen Kelas 4 Manajemen Keuangan Pendidikan 5 Manajemen Kerjasama Sekolah dan Masyarakat 6 Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan 7 Pemasaran Pendidikan 26
Nilai Rata-rata 3,74
Makna Baik
3,95 4,70 4,65 3,90 4,07 3,70
Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Baik Baik
8 9 10
Manajemen Kurikulum Kepemimpinan Pendidikan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Total
4,58 4,67 3,78 4,58
Baik Sangat Baik Baik Baik
Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata terkecil yaitu manajemen pemasaran pendidikan (nilai rata-rata 3,70), manajemen tenaga pendidik dan tenaga kependidikan (nilai rata-rata 3,74), system informasi manajemen pendidian (nilai rata-rata 3,78), manajemen kerjasama sekolah dan masyarakat (nilai rata-rata 3,90) dan manajemen peserta didik (nilai rata-rata 3,98). Sedangkan nilai rata-rata terbesar yaitu manajemen kelas (nilai rata-rata 4,70), kepemimpinan dalam pendidikan (nilai rata-rata 4,67) dan manajemen kurikulum (nilai rata-rata 4,58). Temuan ini mengindikasikan bahwa pengelola pendidikan dasar masih bertahan pada mentalitas mempertahankan zona aman, kurang bahkan tidak mau untuk menghadapi tantangan-tantangan sejalan dengan perubahan lingkungan. PEMBAHASAN Hasil survey terhadap manajemen pendidikan sekolah dasar di Bogor, Jawa Barat menunjukan mentalitas pengelola pendidikan sekolah dasar masih suka mempertahankan zona nyaman (comfort zone). Mereka secara umum sudah puas dengan apa yang berjalan selama ini antara lain proses pendidikan sudah berlangsung, kepemimpinan sudah berjalan dan kurikulum sudah terlaksana. Sedangkan hal yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi era globalisasi seperti kemampuan untuk mempromosikan diri, pemanfaatan teknologi komunikasi seperti internet untuk pengelolaan pendidikan dan membangun hubungan baik dengan masyarakat belum dilakukan secara maksimal. Berdasarkan temuan survey di atas, pertanyaan layak diajukan: apakah manajemen pendidikan sekolah dasar seperti itu akan mampu menghadapi globalisasi? UNESCO membuat empat Pilar Pendidikan (Hermawan: 2006) untuk era globalisasi, yaitu: (1) Learning to know(belajar untuk mengetahui), (2) Learning to do(belajar untuk melakukan), (3) Learning to be (belajar untuk mengaktualisasikan diri sebagai individu mandiri dengan kepribadian) (4) Learning to live together (belajar untuk hidup bersama). Pendidikan era globalisasi menurut Patrick Slattery dalam bukunya “Curriculum Development In The Postmodern” harus berdasarkan pada lima konsep,yaitu :Pertama, konsep yang berasal dari Dorothy yang mengatakan bahwa pendidikan harus diarahkan untuk perubahan sosial, pemberdayaan komunitas dan membebaskan pikiran, tubuh dan spirit manusia (that teaching must be directed towards social change, community empowerment, and the liberation of the mind, body, and spirit of individual human beings). Kedua, konsep yang berasal dari Thich Nhat Hanh yang mengemukakan tujuh hal yang harus menginspirasi pendidikann yaitu :(1) Jangan mengidolakan atau terikat dengan teori, ideologi atau agama karena tidak ada kebenaran yang mutlak (Do not idolatrous about or bound any doctrin, theory, or ideology), (2) Jangan berpikir ilmu pengetahuan yang anda miliki sekarang merupakan yang paling benar, hindari berpikir sempit (Avoid being narrowminded and bound to present view); (3) Jangan memaksakan orang lain, termasuk pada anak-anak dengan cara apapun, baik dengan kekuasaan, ancaman, uang, propaganda bahkan dengan pendidikan (Do not force others), (4) Jangan pernah menghindari kontak dengan orang yang menderita atau harus care dengan sesama (Do not avoid contact with suffering or close your eyes before suffering), (5) Jangan memelihara kebencian dan amarah (Do not maintain anger or hatred), (6) Jangan kehilangan jatidiri dalam keadaan apapun (Do not lose yourself in dispersion and in your surroundings), (7) Jangan bekerja ditempat yang menghancurkan manusia dan alam (Do not live with a vocation that is harmful to human and nature). 27
Ketiga, konsep yang berasal dari David Ort bahwa dalam konteks penbelajaran, pengembangan kurikulum, dan penelitian, maka seorang tenaga pendidik atau guru harus menggunakan berbagai kesempatan untuk menghubungkan siswa dengan alam semesta, khususnya agar tercipta keberlangsungan hidup bersama (must use every opportunity to connect students to the universe, especially the life-sustaining dimension of the global community on our beautiful yet fragile planet). Keempat, konsep dari Dietrich Bonhoeffer yang melarang guru melakukan kegiatan pembelajaran dalam keadaan kondisi tertekan. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa tak seorangpun dapat berpikir kebebasan secara substansial. Secara sederhana, kebebasan adalah sesuatu yang terjadi kepada setiap orang melalui orang lain. Menjadi bebas berarti membebaskan orang lain (No one can think of freedom as a substance or as something individualistic. Freedom is simply something that happen to me through the other. Being free means being free for the other). Format pendidikan era globalisasimenurut Hermawan sebagai berikut : (1) Cyber (E-Learning)adalah pembelajaran melalui teknologi computer atau internet. Teknologi belajar ini bisa juga disebut pembelajaran berbasis WEB (Web-Based Instruction), (2) Pembelajaran jarak jauh (open and distance learning)merupakan model belajar dimana guru dan siswa tidak belajar di dalam suatu tempat dan waktu yang samaserta tidak bertatap muka secara langsung, namun demikian mereka berkomunikasi secara 2 arah yang dilakukan dengan berbagai cara dan bantuan dari teknologi komunikasi dan informasi, (3) Quantum Learning merupakan metode belajar yang disesuaikan dengan cara kerja otak manusia,(4) Cooperative Learningmerupakan pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil yang dapat menumbuhkan kerjasama secara maksimal dan masing-masing siswa belajar satu dengan yang lain, (5) Society Technology Science (STS). Pendekatan ini termasuk pembelajaran IPA dan IPS di SD. Dalam pembelajaran IPA.Konsep ini merupakan gerakan interdisipliner yang relatif baru dikembangkan untuk mengintegrasikan permasalahan dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan masyaraka, (6) Accelerated Learning merupakann suatu kemampuan menyerap dan memahami informasi baru secara cepat serta mempertahankan informasi tersebut.Penguasaan metode belajar akselerasi dapat meningkatkan kemampuan belajar secara lebih efektif. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka pendidikan di era globalisasi tidak dapat bertumpu pada tradisi atau kebiasaan senang dengan zona nyaman. Pendidikan era global harus siap bersaing dan menerima tantangan-tangan sejalan dengan lingkungan social, ekonomi dan politik yang terus berubah.Tradisi yang enggan mempromosikan diri, enggan memanfaatan teknologi komunikasi seperti internet untuk pengelolaan pendidikan dan enngan membangun hubungan baikdengan masyarakat, tentu saja kurang adaptif dengan keadaan globalisasi. Salah satu hal penting dalam pendidikan adalah kurikulum yang berkualitas. Karena curriculum is the heart of education. Pendidikan yang bermutu tidak bisa dilepaskan dari kurikulum yang bermutu.Sehubungan dengan hal tersebut, maka pembuatan kurikulum suatu bangsa harus benar-benar mempertimbangkan kebutuhan dan tantangan masa depan bangsa itu sendiri. Kurikulum sendiri menurut Saylor, Alexander dan Lewis (1974) adalah segala upaya sekolah untuk mempengaruhi siswa agar dapat belajar baik dalam ruangan kelas, maupun di luar sekolah. Harrold B, Alberty (1965) menyatakan bahwa kurikulum adalah semua kegiatan yang diberikan kepada siswa dibawah tanggung jawab sekolah (all activities that are provided for the students by the school). Karakteristik dari kurikulum sendiri menurut William Schubert (1986) terdiri atas: 1) kurikulum sebagai bahan belajar (Subject Matter) yaitu gambaran kurikulum paling tradisional yang menggambarkan suatu kurikulum sebagai suatu kombinasi bahan untuk
28
membentuk kerangka isi materi yang diajarkan, 2) kurikulum adalah seperangkat pengalaman (curriculum as experience) dalam hubungan dengan pendidkan semua pengalaman tersebut telah direncanakan secara khusus dengan cara penulisan kurikulum tetapi banyak pengalaman ditemukan dan didapatkan anak didik dalam konteks pendidikan yang biasanya lebih penting daripada yang telah direncanakan, 3) kurikulum sebagai sebuah maksud/keinginan (curriculum as intention) segala usaha yang mengarah pada perencanaan kurikulum yang memperlihatkan bahwa para pendidik membuat satu strategi yang disengaja melalui wacana-wacana, tujuan dan sasaran untuk kemajuan pendidikan, 4) kurikulum yang merefleksikan suatu kebudayaan masyarakat tertentu (curriculum as cultural reproduction) peranan suatu sekolah yang banyak diargumentasikan dan akibat adanya kurikulum adalah menyampaikan pengetahuan dan nilai-nilai yang penting untuk digunakan oleh suatu generasi ke generasi yang sukses. Namun harus diingat, sebaik apapun konsep kurikulum yang dibuat, realisasinya sangat tergantung pada kualitas manajemen pendidikan di sekolah. Berdasarkan survey ini, mentalitas pengelolaan sekolah dasar diwarnai oleh mentalitas mempertahankan zona aman dan nyaman, maka untuk sebuah kurikulum baru yang akanditerapkan di sekolah, tidak akan mudah dijalankan sebelum para pengelola pendidikan memiliki mentalitas siap menghadapi tantangan-tangan baru yang membawa perubahan kea rah lebih baik. KESIMPULAN Era globalisasi membawa perubahan dalam segala bidang, termasuk dalam manajemen pendidikan sekolah dasar.Berdasarkan survey, manajemen pendidikan sekolah dasar, khsusnya di Bogor Jawa Barat sudah berjalan dengan baik. Namun survey ini menemukan bahwa untuk dapat memenangkan persiagan di era globalisai, terdapat hal-hal yang kurang mendukung seperti adanya kebiasaan untuk tetap mempertahankan zona nyaman, seperti keenganan untuk berpromosi dan menggunakan teknologi komunikasi dalam system informasi manajemen pendidikan. Kebiasaan mempertahankan zona nyaman ini membawa konsekwensi bahwa untuk apapun perubahan, termasuk perubahan kurikulum akan mengalami hambatan dalam realisasinya selama kebiasaan itu mendominasi dalam manajemen pendidikan di sekolah dasar. DAFTAR PUSTAKA Alberty, Harold B. (1965).Reorganizing the high school curriculum. New York: The Macmillan Company. Asep Herry Hernawan, dkk, 2006. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. UT Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta Fantini Mario, 1986. Regaining Excellence in Education Charles Merrill. Petrick Slattery. 2006. Curruculum Development in The Postmodern Era. New York : Informa Taylor and Francis Group. Saylor, J. Galen; Alexander, William M.; dan Lewis,Arthur J. 1974. Curriculum planning for better teaching and learning. New York: Holt Rinehart and Winston. Selo Sumarjan, 1993. Masyarakat dan Manusia Dalam Pembangunan. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Tim Dosen Manajemen UPI, 2013. Manajemen Pendidikan, Alfabeta, Bandung. William Henry Schubert, 1986. Curriculum: Perspective, Paradigm, and Possibility.Macmillan Publishing Company.
29
30