ANALISIS PERSEPSI NILAI ANAK DAN PERILAKU INVESTASI WAKTU ORANG TUA PADA ANAK (Kasus di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)
MEI SUCIATI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Persepsi Nilai Anak dan Perilaku Investasi Waktu Orang Tua pada Anak (Kasus di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor) adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2013
Mei Suciati NIM I24062857
ABSTRACT MEI SUCIATI. Analysis of Children Value Perception and Time Investment of Parents to Children (Case in Situ Udik Village, Cibungbulang Subdistrict, District of Bogor). Under supervision of HARTOYO and IRNI RAHMAYANI JOHAN. The purpose of this research were to describe the value of children and time investment of parents in the village area and to analyze the effect of family characteristic and value of children toward time investment of parents to children at Situ Udik Village, Cibungbulang Sub District, District of Bogor. This research involved 60 families respondent which have child under five years old that split into two social economic status: poor (30 families) and not poor (30 families), base on BKKBN’s family welfare phasing.The sample were interviewed by using structure questionnaire. The result of this research showed that there are no significant different on the perception of children value between poor and not poor family, as well as time investment of parents to children. Regression analyzis showed that time investment of parents to children influenced by mother’s education and value of children. Keywords: time investment, value of children, village
ABSTRAK MEI SUCIATI. Analisis Persepsi Nilai Anak dan Perilaku Investasi Waktu Orang Tua pada Anak (Kasus di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh HARTOYO dan IRNI RAHMAYANI JOHAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi nilai anak dan perilaku investasi waktu orang tua di perdesaan serta menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan persepsi nilai anak terhadap perilaku investasi orang tua pada anak di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Penelitian melibatkan 60 keluarga yang memilki anak usia balita, dan dikelompokkan berdasarkan dua status sosial ekonomi : miskin (30 keluarga) dan tidak miskin (30 keluarga) berdasarkan data pentahapan keluarga sejahtera menurut BKKBN. Responden diwawancarai menggunakan kuisioner terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara persepsi nilai anak pada keluarga miskin dengan keluarga tidak miskin. Begitu juga pada perilaku investasi waktu orang tua pada anak. Hasil regresi menunjukkan bahwa perilaku investasi waktu orang tua pada anak dipengaruhi oleh pendidikan ibu dan persepsi nilai anak. Kata kunci : desa, perilaku investasi waktu, persepsi nilai anak
RINGKASAN MEI SUCIATI. Analisis Persepsi Nilai Anak dan Perilaku Investasi Waktu Orang Tua pada Anak (Kasus di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang,Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh HARTOYO dan IRNI RAHMAYANI JOHAN. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku investasi waktu orang tua terhadap anak pada keluarga diperdesaan. Tujuan khusus penelitian ini adalah : (1) mengidentifikasi karakteristik demografi dan sosioekonomi dari keluarga miskin dan tidak miskin di perdesaan, (2) menganalisis perbedaan persepsi nilai anak dan perilaku investasi waktu orang tua pada anak pada keluarga miskin dan tidak miskin di perdesaan, (3) menganalisis hubungan antara persepsi nilai anak dan perilaku investasi waktu orang tua pada anak di perdesaan, (4) menganalisis alokasi waktu yang dilakukan pada keluarga miskin dan tidak miskin di perdesaan, dan (5) menganalisis pengaruh karakteristik demografi dan sosio ekonomi keluarga terhadap persepsi nilai anak, alokasi waktu ibu dalam mengurus anak dan perilaku investasi waktu orang tua pada anak di perdesaan. Desain penelitian adalah cross sectional study. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juli 2012. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive yaitu Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga dengan anak usia balita. Penarikan contoh dilakukan dengan metode stratified random sampling dengan kriteria stratifikasi status kesejahteraan keluarga, setelah sebelumnya dipilih dua RW secara purposive dengan syarat jumlah keluarga yang memiliki balita tertinggi (terpilih RW 2=136 keluarga dengan balita dan RW 3=128 keluarga yang memiliki balita). Pemilihan contoh kemudian dilakukan dengan mengacak keluarga yang memenuhi kriteria di dua RW terpilih dengan proporsi masingmasing 15 keluarga untuk setiap kriteria (15 keluarga miskin dengan anak balita dan 15 keluarga tidak miskin dengan anak balita untuk masing-masing RW), sehingga didapatkan total seluruh contoh penelitian adalah 60 keluarga. Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara kepada responden terpilih dengan menggunakan kuesioner meliputi data karakteristik demografi dan sosio ekonomi keluarga serta persepsi nilai anak dan perilaku investasi waktu orang tua terhadap anak, sedangkan data sekunder meliputi gambaran umum wilayah dan data kependudukan diperoleh dari Kantor Desa Situ Udik dan literatur-literatur terkait. Proses pengolahan data meliputi pengeditan, pengkodean, entry ke komputer, pengecekan data dan selanjutnya dianalisis. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan inferensia. Analisis deskriptif untuk mengetahui nilai minimal, maksimal, rataan, dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Analisis inferensia menggunakan uji beda Independent sample T-Test, uji korelasi Pearson, serta uji regresi. Hasil penelitian mengenai karakteristik sosio demografi responden pada keluarga miskin dan tidak miskin menunjukkan bahwa usia orang tua umumnya dimulai ketika seseorang berada pada masa dewasa (20-60 tahun). Hasil uji beda rataan T-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada jenjang pendidikan keluarga miskin dan keluarga tidak miskin. Hasil uji beda
rataan T-test pun menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan total responden keluarga miskin dengan keluarga tidak miskin. Penelitian ini mayoritas respondennya tidak bekerja. Hasil penelitian juga menunjukkan besar keluarga pada keluarga miskin memiliki perbedaan yang nyata dengan besar keluarga pada keluarga tidak miskin. Hasil uji beda rataan T-test tidak menunjukkan perbedaan persepsi nilai anak pada anak antara kedua tipe keluarga. Pada dimensi psikologis, baik keluarga miskin maupun tidak miskin, mempersepsikan nilai anak pada kategori sedang dan tinggi dengan proporsi hamper berimbang. Pada dimensi sosial dan ekonomi, baik keluarga miskin dan tidak miskin mayoritas mempersepsikan nilai anak pada kategori sedang. Hasil uji beda rataan T-test tidak menunjukkan perbedaan investasi waktu pada anak antara kedua tipe keluarga. Pada dimensi pendidikan, baik keluarga miskin maupun tidak miskin (hampir 100%) menginvestasikan waktu untuk anak pada kategori rendah dan sedang dengan proporsi hampir berimbang. Pada dimensi kesehatan, keluarga miskin masih banyak (23,3%) yang menginvestasikan waktu untuk anak pada kategori rendah, sedangkan keluarga tidak miskin yang menginvestasikan waktu untuk anak dalam bidang kesehatan pada kategori rendah hanya 6.7% sisanya di kategori sedang dan tinggi. Sementara itu, investasi waktu untuk anak dalam hal gizi dari keluarga tidak miskin lebih dari 50% sudah berada pada kategori tinggi dan sisanya di kategori sedang, sedangkan keluarga miskin lebih dari 50% berada pada kategori sedang dan sisanya sebagian besar di kategori tinggi. Hasil uji korelasi menunjukkan pendidikan ibu ternyata memiliki korelasi positif dan nyata dengan perilaku investasi waktu orang tua terhadap anak (r=0,383; p<0,01). Artinya, semakin tinggi pendidikan ibu, semakin baik skor perilaku investasi waktu orang tua terhadap anak. Selain itu, ternyata persepsi orang tua terkait nilai anak juga memiliki korelasi positif dan nyata dengan perilaku investasi waktu orang tua terhadap anak (r=0,328; p<0,05). Artinya, semakin tinggi persepsi orang tua terkait nilai anak semakin baik skor perilaku investasi waktu orang tua terhadap anak. Hasil uji regresi menunjukkan faktor yang secara signifikan mempengaruhi persepsi nilai anak adalah besar keluarga (p<0,005) dan pendidikan ibu (p<0,01). Hasil uji regresi juga menunjukkan beberapa faktor yang secara signifikan mempengaruhi perilaku investasi orang tua terhadap anak. Perilaku investasi orang tua anak dipengaruhi oleh persepsi nilai anak (p<0,01), dan pendidikan ibu (p<0,01).
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan
sumbernya.
Pengutipan
hanya
untuk
kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor.
ANALISIS PERSEPSI NILAI ANAK DAN PERILAKU INVESTASI WAKTU ORANG TUA PADA ANAK (Kasus di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)
MEI SUCIATI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
LEMBAR PENGESAHAN Judul
: Analisis Persepsi Nilai Anak dan Perilaku Investasi Waktu pada Anak (Kasus di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)
Nama
: Mei Suciati
NRP
: I24062857
Disetujui, DosenPembimbing
Dr. Ir. Hartoyo, M. Sc
Irni Rahmayani Johan, SP.,MM
Pembimbing 1
Pembimbing 2
Diketahui,
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc. Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Segala puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Persepsi Nilai Anak dan Perilaku Investasi Waktu pada Anak (Kasus di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor) ini. Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada pihakpihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, diantaranya: 1. Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc dan Irni Rahmayani Johan SP.,MM. selaku dosen pembimbing skripsi atas arahan, masukan, serta saran yang diberikan dalam penyusunan skripsi. 2. Megawati Simanjuntak SP.,M.Si dan Dr. Tin Herawati, SP.,M.si sebagai dosen penguji atas masukan dan arahan yang diberikan untuk perbaikan skripsi. 3. Dr. Ir. Diah Krisnatuti, M.S atas bimbingan dan dorongan kepada penulis selama menjadi dosen pembimbing akademik. 4. Seluruh dosen di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen yang telah mendidik, mengajar, serta membagi pengalaman berharga kepada penulis terkait keilmuan di bidang keluarga dan konsumen. 5. Kader beserta jajaran pemerintahan Desa Situ Udik dan Kecamatan Cibungbulang atas bantuan dan kerjasamanya. 6. Yayasan Karya Salemba Empat beserta donatur untuk bantuan beasiswa sehingga memungkinkan penulis menyelesaikan studi dan skripsi ini. 7. Suami Januar Ardiyanto dan ananda tercinta Novaisha Ammara Najmi dan seluruh keluarga (Mae, Bapak, Ibu, dan adik-adik) atas doa serta dukungan yang tak pernah terhenti untuk penulis. 8. Teman-teman di LDK Al Hurriyyah IPB dan IKK 43 atas kebersamaan yang telah dibangun selama ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis menantikan kritik serta saran untuk perbaikan ke arah yang lebih baik.
Bogor, Juli 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL............................................................................... iv DAFTAR GAMBAR........................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN........................................................................ vi PENDAHULUAN............................................................................... Latar Belakang......................................................................... Perumusan Masalah................................................................ Tujuan Penelitian..................................................................... Kegunaan Penelitian................................................................ TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... Keluarga................................................................................... NilaiAnak................................................................................. Investasi Orang tua terhadap Anak.......................................... Investasi pada Anak Usia Dini.................................................. Investasi Waktu Orang tua pada Anak..................................... Alokasi Waktu Ibu..................................................................... KERANGKA PEMIKIRAN.................................................................. METODE PENELITIAN..................................................................... Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian....................................... Contoh dan Metode Penarikan Contoh.................................... Jenis dan Teknik Pengumpulan Data....................................... Pengolahan dan Analisis Data.................................................. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. Hasil.......................................................................................... Pembahasan............................................................................. SIMPULAN DAN SARAN……………………………………………..… Simpulan………………………………………………………..….. Saran…………………………………….……………………..…... DAFTAR PUSTAKA………..……………………………………...…….. LAMPIRAN…………………..…………………………………..……….. Kuesioner Penelitian…………………………………..………….. Riwayat Hidup………………………………………….....………..
1 1 3 4 5 7 7 9 11 12 13 14 17 19 19 19 20 22 25 25 40 45 45 45 47 53 55 62
18
DAFTAR TABEL
Halaman 1.
Definisi keluarga sejahtera menurut tahapan dalam IKS.......................
7
2.
Variabel penelitian, skala, dan kategori yang digunakan.......................
21
3.
Pengkategorian variabel penelitian........................................................
23
4.
Sebaran usia responden berdasarkan status kesejahteraan keluarga..
26
5.
Sebaran usia suami berdasarkan status kesejahteraan keluarga..........
27
6.
Sebaran
jenjang
pendidikan
responden
berdasarkan
status
kesejahteraan keluarga.......................................................................... 7.
Sebaran jenjang pendidikan suami berdasarkan status kesejahteraan keluarga...............................................................................................
8.
Sebaran
jenis
pekerjaan
responden
berdasarkan
29
Sebaran jenis pekerjaan suami berdasarkan status kesejahteraan keluarga...............................................................................................
10.
28
status
kesejahteraan keluarga........................................................................ 9.
27
Sebaran
besar
keluarga
responden
berdasarkan
29
status
kesejahteraan keluarga.........................................................................
30
11. Sebaran pendapatan responden berdasarkan status kesejahteraan keluarga................................................................................................
31
12. Sebaran persepsi nilai anak per dimensi berdasarkan status kesejahteraan keluarga......................................................................... 13. Ringkasan uji T-Test terhadap variabel nilai anak per dimensi..............
32 33
14. Sebaran investasi waktu pada anak per dimensi berdasarkan status kesejahteraan keluarga...............................................................
35
15. Ringkasan uji T-Test terhadap variabel investasi waktu per dimensi.....
36
16. Sebaran aktivitas sehari pada responden..............................................
37
17. Koefisien korelasi antar variabel karakterisik keluarga, persepsi orang tua terkait nilai anak, dan perilaku investasi waktu orang tua terhadap anak.........................................................................................
38
18. Ringkasan analisis regresi untuk faktor-faktor yang diduga mempengaruhi persepsi nilai anak.........................................................
39
19. Ringkasan analisis regresi untuk faktor-faktor yang diduga mempengaruhi persepsi nilai anak setelah dihilangkan beberapa variabel................................................................................................
39
20. Ringkasan analisis regresi untuk faktor-faktor yang diduga mempengaruhi investasi waktu.............................................................
40
21. Ringkasan analisis regresi untuk faktor-faktor yang diduga mempengaruhi
alokasi
waktu
ibu
dalam
mengurus
41
anak.............................
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1.
Kerangka berpikir penelitian...................................................................
18
2.
Bagan penarikan contoh.......................................................................
20
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1.
Kuesioner penelitian...............................................................................
55
2.
Riwayat hidup.......................................................................................
62
20
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Desa memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Bukan hanya dikarenakan sebagian besar rakyat Indonesia bertempat tinggal di desa, tetapi desa memberikan sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas nasional (Muhi 2011). Penduduk perdesaan merupakan suatu potensi sumber daya manusia (SDM) yang memiliki peranan ganda, yaitu sebagai objek pembangunan dan sekaligus sebagai subjek pembangunan.
Dikatakan sebagai objek
pembangunan, karena sebagian penduduk di perdesaan dilihat dari aspek kualitas masih perlu dilakukan pemberdayaan. Sebaliknya sebagai subjek pembangunan penduduk perdesaan memegang peranan yang sangat penting sebagai kekuatan penentu (pelaku) dalam proses pembangunan perdesaan maupun pembangunan nasional (Muhi 2011). Sumber daya manusia adalah titik sentral segala kegiatan dan keberhasilan pembangunan di Indonesia, karena kualitas sumber daya yang ada akan meningkatkan pembangunan di sektor lain. Sebagaimana arah pembangunan jangka panjang bahwa pembangunan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia agar makin maju, mandiri, dan sejahtera. Investasi dalam sumber daya manusia memainkan peranan penting dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Dengan melihat data dari 98 negara pada periode 1960-1985, Barro (1991) menemukan sebuah hubungan positif antara SDM dengan tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto riil per kapita. Upaya peningkatan kualitas SDM menjadi prioritas utama yang menjadi perhatian pemerintah baik itu melalu faktor pendidikan maupun non pendidikan karena bangsa yang memiliki SDM yang unggul dan profesional akan lebih maju dan mampu bersaing dengan negara-negara lain (Syafaruddin 2002). Peningkatan kualitas SDM suatu bangsa secara keseluruhan tentunya harus bermula dari peningkatan kualitas anak. Kualitas anak adalah cermin kualitas bangsa dan cermin peradaban dunia. Indikator kesejahteraan suatu masyarakat atau suatu bangsa salah satunya dapat dilihat dari kualitas hidup anak (Sunarti, 2008). Bryant (1990) menjelaskan bahwa anak merupakan sumber daya untuk investasi dan salah satu investasi orang tua untuk membentuk SDM berkualitas adalah waktu dan pendapatan (uang). Senada dengan Bryant (1990), Rosen (2008) diacu dalam Hample (2010) menjelaskan
2
bahwa investasi orang tua terhadap anak dalam keluarga menjadi suatu hal yang bersifat krusial, terutama pada saat usia dini karena investasi sumberdaya manusia bersifat jangka panjang dan menekankan pentingnya peran keluarga. Hartoyo (1998) menerangkan lebih jauh dengan mendefinisikan investasi orang tua terhadap anak sebagai segala usaha, aktivitas, atau alokasi sumberdaya keluarga yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas anak sehingga diharapkan akan menjadi individu yang produktif saat dewasa. Perilaku investasi pada anak dapat diukur dengan menghitung seberapa besar alokasi sumberdaya keluarga, khususnya sumberdaya uang dan waktu yang dicurahkan untuk anak. Lebih lanjut dijelaskan bahwa curahan sumberdaya keluarga pada anak dapat meningkatkan kualitas modal manusia pada diri anak sehingga kelak akan mempunyai produktivitas yang lebih baik. Oleh karena itu, alokasi waktu dan uang untuk anak dapat dipandang sebagai bentuk investasi, karena orang tua berharap anak memiliki produktivitas yang tinggi dan memberi manfaat lebih besar pada keluarga kelak (Hartoyo 2003). Terkait dengan investasi waktu, Guryan et al (2006) dalam jurnalnya menuliskan bahwa investasi waktu pada anak merupakan sesuatu yang sangat penting bagi perkembangan kualitas anak yang kelak akan menjadi dewasa yang produktif. Ini juga merupakan salah satu mekanisme yang bersambung dimana status ekonomi akan diteruskan dari generasi ke generasi. Investasi anak dipengaruhi oleh persepsi orang tua terhadap nilai anak (Permatasari 2010 dan Surachman 2011). Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Wuryani (2002) menunjukkan bahwa nilai anak berhubungan dengan investasi sumber daya manusia. Nilai anak bagi orang tua dilatarbelakangi berbagai faktor diantaranya adalah tingkat pendidikan, kesehatan, adat istiadat serta penghasilan yang dapat menyebabkan perbedaan pandangan mengenai anak (Siregar 2003). Perbedaan berbagai faktor tersebut mengindikasikan adanya implikasi perbedaan nilai anak pada orang tua di keluarga miskin dan tidak miskin. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini mencoba untuk menganalisis hubungan antara persepsi nilai anak dan perilaku investasi waktu orang tua pada anak di perdesaan. Selain itu, keterkaitan antara karakteristik demografi dan sosio ekonomi terhadap persepsi nilai anak dan perilaku investasi waktu orang tua pada anak di perdesaan dan juga bagaimana alokasi waktu responden juga
3
menjadi bagian dari tujuan penelitian ini. Dengan sasaran responden yang dibagi menjadi keluarga miskin dan tidak miskin, penelitian ini juga mencoba untuk melihat perbandingan persepsi nilai anak dan perilaku investasi waktu orang tua pada anak di perdesaan pada keluarga miskin dan tidak miskin. Rumusan Masalah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan indikator kualitas pembangunan manusia melalui Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang pencapaiannya tergantung pada derajat kesehatan, pendidikan dan daya beli masyarakat. Indeks ini dikembangkan oleh ekonom Pakistan bernama Mahbub ul Haq pada tahun 1990 dan digunakan oleh United Nation Development Program (UNDP) pada laporan tahunannya sejak tahun 1993. Pada tahun 2011, IPM Indonesia hanya menempati urutan 124 dari 187 negara di dunia. Padahal dari segi kuantitas jumlah penduduk, Indonesia merupakan negara dengan urutan ke 4 dalam hal jumlah penduduk terbesar di dunia, yakni sebesar 241 Juta Jiwa (UNDP 2011). Hal ini kelak akan menimbulkan kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jika dilihat di level nasional, Jawa barat sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia atau memiliki 18% dari total penduduk Indonesia ternyata masih memiliki IPM yang lebih rendah dibandingkan IPM Indonesia secara keseluruhan (BPS 2012). Data BPS (2012) membuktikan bahwa IPM Jawa Barat pada tahun 2009 adalah 71,64 dan masih berada di bawah IPM Indonesia secara keseluruhan yakni 71,76. Kabupaten Bogor sebagai kabupaten dengan jumlah penduduk terbanyak di Jabar juga ternyata memiliki IPM yang lebih rendah dibanding IPM Jawa Barat. Data BPS Provinsi Jawa Barat (2010) menunjukkan bahwa IPM Kabupaten Bogor adalah 71,35. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan IPM di Kabupaten Bogor secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap IPM Indonesia. Keluarga merupakan institusi pertama dan utama dalam pembangunan sumberdaya manusia. Deacon dan Firebough (1988) menyatakan bahwa suatu bagian yang signifikan dari pengembangan modal manusia didapat dari proses belajar secara sadar ataupun tidak sadar yang dilakukan dalam keluarga. Orangtua yang menggunakan waktunya untuk mengajarkan anaknya melakukan tugas tertentu akan berkontribusi terhadap pembentukan modal manusia seorang
4
anak. Seperti halnya pendidikan formal, pelatihan yang dilakukan di rumah dapat berkontribusi besar terhadap kapasitas individu. Di Indonesia, wanita (ibu) masih dianggap sebagai orang utama dalam keluarga yang bertanggung jawab terhadap pengasuhan anak. Guhardja et al (1995) menemukan bahwa 90% dari keluarga menyatakan bahwa ibu adalah pengasuh utama anak. Pengasuh utama yang lain adalah ayah (3.5%), nenek (2.8%), saudara lain (1.7%), kakak (1%), dan pembantu (1%). Hasil temuan (Welis 1994, Jatiningsih 2004, & Lestari 2011) menunjukkan bahwa semakin tinggi alokasi waktu orang tua yang tersedia untuk pengasuhan anak dapat meningkatkan kualitas anak. Hasil temuan Surachman (2011) menunjukkan bahwa nilai anak berpengaruh terhadap investasi orang tua terhadap anaknya. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, penelitian ini berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut: 1. Bagaimanakah karakteristik demografi dan sosio ekonomi dari keluarga miskin dan tidak miskin di perdesaan? 2. Adakah perbedaan persepsi nilai anak dan perilaku investasi waktu orang tua pada anak pada keluarga miskin dan tidak miskin di perdesaan? 3. Bagaimana hubungan antara persepsi nilai anak dan perilaku investasi waktu orang tua pada anak di perdesaan? 4. Bagaimana alokasi waktu yang dilakukan pada keluarga miskin dan tidak miskin di perdesaan? 5. Bagaimana pengaruh karakteristik demografi dan sosio ekonomi keluarga terhadap persepsi nilai anak dan perilaku investasi waktu orang tua pada anak, dan alokasi waktu ibu dalam mengurus anak di perdesaan? Tujuan Penelitian Tujuan Umum Secara umum, tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku investasi waktu orang tua terhadap anak pada keluarga di perdesaan. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik demografi dan sosio ekonomi dari keluarga miskin dan tidak miskin di perdesaan.
5
2. Menganalisis perbedaan persepsi nilai anak dan perilaku investasi waktu orang tua pada anak pada keluarga miskin dan tidak miskin di perdesaan. 3. Menganalisis hubungan antara persepsi nilai anak dan perilaku investasi waktu orang tua pada anak di perdesaan. 4. Menganalisis alokasi waktu yang dilakukan pada keluarga miskin dan tidak miskin di perdesaan. 5. Menganalisis pengaruh karakteristik demografi dan sosio ekonomi keluarga terhadap persepsi nilai anak , perilaku investasi waktu orang tua pada anak, dan alokasi waktu ibu dalam mengurus anak di perdesaan. Kegunaan Manfaat penelitian ini bagi beberapa pihak antara lain : a. Bagi peneliti, dapat mengasah kemampuan berpikir logis dan sistematis dan mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapatkan. b. Bagi institusi, dapat menyumbangkan referensi baru terutama yang berkaitan dengan persepsi nilai anak dan perilaku investasi waktu pada anak di perdesaan. c. Bagi masyarakat, dapat memberikan gambaran mengenai persepsi nilai anak dan perilaku investasi waktu pada anak di perdesaan. d. Bagi pemerintah, dapat memberikan sumbangan informasi mengenai persepsi nilai anak dan perilaku investasi waktu pada anak di perdesaan. Sehingga dapat menjadi pertimbangan bagi para penentu kebijakan dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia.
6
7
TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga adalah unit terkecil yang terdiri dari individu-individu yang terkait oleh perkawinan (suami isteri), darah atau adopsi (orangtua anak), dan dalam kasus keluarga luas terlihat adanya nenek, kakek dengan cucu. Fungsi keluarga adalah
bertanggung
jawab
dalam
menjaga,
menumbuhkan,
dan
mengembangkan anggota-anggotanya (Guhardja, et al 1992). Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merumuskan konsep keluarga sejahtera yang dikelompokan secara bertahap menjadi keluarga pra sejahtera, keluarga sejahtera tahap I, keluarga sejahtera tahap II, keluarga sejahtera tahap III, dan keluarga sejahtera tahap III plus. Sunarti (2008) menyatakan bahwa batasan operasional dari keluarga sejahtera adalah kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan sosial, kebutuhan psikologis, kebutuhan perkembangan, dan kepedulian sosial. Untuk mengkategorisasikan keluarga ke dalam tahapan kesejahteraan, digunakan indikator kesejahteraan keluarga (IKS) yang mulai digunakan pada tahun 1994. Pada tahun 2005 IKS telah dimodifikasi dengan menambahkan dan mengurangi beberapa poin indikator. Definisi keluarga sejahtera menurut tahapan dalam indikator keluarga sejahtera ditunjukkan pada tabel 5. Tabel 1. Definisi keluarga sejahtera menurut tahapan dalam IKS Tahap Pra KS
Definisi keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, sandang, papan dan kesehatan KS I keluarga tersebut sudah dapat memenuhi kebutuhan yang sangat mendasar, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi KS II keluarga yang selain dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya dapat pula memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya KS III keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum dan kebutuhan sosial psikologisnya serta sekaligus dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya, tetapi belum aktif dalam usaha kemasyarakatan di lingkungan desa atau wilayahnya KS III Plus keluarga yang selain telah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya dan kebutuhan sosial psikologisnya, dapat pula memenuhi kebutuhan pengembangannya, serta sekaligus secara teratur ikut menyumbang dalam kegiatan sosial dan aktif pula mengikuti gerakan semacam itu dalam masyarakat Sumber: Sunarti (2008)
8
Dengan mempertimbangan pengertian kemiskinan secara luas maka keluarga yang berada pada tahap pra keluarga sejahtera (Pra KS) dan keluarga sejahtera I (KS I) yang dapat digolongkan sebagai keluarga miskin. Keluarga pada tahap tersebut bukan hanya belum mampu memenuhi kebutuhan dasar, namun juga kebutuhan sosial psikologis seperti akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan makanan yang bergizi. Sedangkan keluarga yang berada pada tahap KS II, KS III, dan KS III plus digolongkan sebagai keluarga tidak miskin. Karakteristik Keluarga Besar Keluarga Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi seorang individu. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan lingkungan eksternal pertama yang dikenal begitu bayi dilahirkan di dunia. William Bannet dalam Mindasa (2007) mengungkapkan bahwa keluarga sebagai tempat paling efektif dimana seseorang anak menerima kebutuhan kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan bagi hidupnya. Keluarga inti terdiri dari orang tua dan anak. Namun dalam masyarakat Indonesia, masih ada kemungkinan bertambahnya jumlah keluarga sehingga menjadi keluarga luas jika ditambah dengan saudara, nenek, kakek, tante, paman. Anak memiliki hak yang sama untuk mendapatkan kasih sayang dan pendidikan yang sama (Mindasa 2007). Secara umum, orangtua yang berasal dari keluarga kecil dapat mencurahkan waktu dan perhatian yang cukup banyak pada anak. Semakin besar keluarga akan semakin sedikit perhatian yang diperoleh anak dari orang tua (Pulungan 1993 diacu dalam Cahyaningsih 1999). Harisudin (1997) menyatakan bahwa jumlah keluarga akan mempengaruhi kualitas pemenuhan kebutuhan anggota keluarga. Jumlah anak yang banyak pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi yang cukup akan menyebabkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak. Semakin besar keluarga maka semakin sedikit waktu yang dicurahkan ibu untuk anaknya (Sa’diyah 1998). Pendidikan Orangtua Kemampuan seseorang untuk memahami perannya dan kemampuan seseorang untuk mengelola sumberdaya dalam suatu keluarga tergantung dari pengetahuan yang dimiliki oleh orang tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pendidikan orangtua berhubungan dengan tingkat kemajuan yang dimiliki
9
anak-anaknya atau potensi sumberdaya yang dimiliki anak-anaknya (Pulungan dalam Kurniatifillah 2003). Tingkat pendidikan yang dicapai seseorang akan mempengaruhi dan membentuk cara, pola dan kerangka persepsi, pemahaman, dan kepribadian. Hal tersebut merupakan suatu kesatuan yang dapat menjadi faktor penentu dalam berkomunikasi dalam keluarga. Tingkat pendidikan dapat dijadikan cerminan keadaan sosial ekonomi di dalam masyarakat. Semakin tinggi pendidikan atau keterampilan yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi investasi yang diperlukan (Suhardjo dalam Rahmaulina 2007). Dalam pengasuhan anak, pendidikan orangtua terutama pendidikan ibu penting untuk diperhatikan karena akan turut menentukan kualitas pengasuhan anak. Pendidikan formal yang tinggi pada ibu membuat pola pengasuhan akan bertambah baik (Amelia 2001). Pendapatan Menurut BPS (2007), besarnya pendapatan yang diterima rumah tangga dapat
menggambarkan
kesejahteraan
suatu
masyarakat.
Pendapatan
merupakan imbalan yang diterima oleh seseorang dari pekerjaan yang telah dilakukan untuk mencari nafkah (Sumarwan 2004). Pemilikan sumberdaya uang dalam suatu keluarga akan relatif terbatas, tergantung jumlah dan kualitas orang yang berpartisipasi dalam pencarian pendapatan (Guhardja, et al 1992).
Usia Orangtua Usia adalah indeks yang menempatkan individu-individu dalam urutan perkembangan (Hurlock 1980). Usia orang tua umumnya dimulai ketika seseorang berada pada masa dewasa (20-60 tahun). Menurut Monks et al (2001) tugas perkembangan dewasa awal adalah menikah, membangun suatu keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik atau mengasuh anak, memikul tanggung jawab sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan. Nilai Anak Nilai mempunyai banyak pemaknaan dilihat dari berbagai aspek. Dari segi sosial, nilai adalah kualitas dari suatu objek yang menyebabkan objek tersebut diinginkan dan dijunjung tinggi serta dianggap penting atau berharga sedangkan dari segi ekonomi, nilai berwujud dalam nilai tukar (harga) dan nilai
10
guna (utilitas) (Surachman 2011). Nilai mempunyai ciri yang bermacam-macam yakni dilihat dari posisinya adalah 1) nilai absolut, 2) nilai normatif, dan 3) nilai relatif, dilihat dari orientasi nilai yaitu 1) nilai intrinsik dan 2) nilai ekstrinsik, serta jika dilihat dari cakupan nilai terdiri dari nilai umum dan nilai khusus (Guharjda et al 1992). Nilai absolut merupakan nilai yang tertanam kuat dalam diri seseorang yang memiliki kecenderungan tidak dapat berubah karena faktor lingkungan. Nilai normatif merupakan acuan-acuan tertentu yang digunakan oleh kelompok sosial tertentu. Nilai relatif merupakan nilai yang dianut oleh seseorang dan berbeda bagi individu maupun kelompok tergantung dari keadaan dan lingkungan tempat tinggal (Deacon & Firebaugh 1981). Nilai anak menurut Siregar (2003) terbagi menjadi dua yaitu nilai positif (kepuasan, kebaikan, dan keuntungan). Menurut Suckow dan Klaus (2002), nilai anak terdiri dari tiga dimensi yaitu 1) nilai psikologis-emosional anak, 2) nilai ekonomi-utilitarian anak, dan 3) nilai sosial-normatif anak. Senada dengan pernyataan Suckow dan Klaus (2002), Hoffman dan Hoffman (1973) diacu dalam Santrock (2007), nilai anak adalah harapan orang tua terhadap anak yang terdiri dari nilai psikologi (anak sebagai sumber kepuasan), nilai sosial (anak sebagai pencegah perceraian dan meningkatkan status sosial keluarga), dan anak sebagai
nilai
ekonomi
yaitu
sebagai
investasi
jangka
panjang
untuk
meningkatkan ekonomi keluarga di masa yang akan datang. Nilai anak bagi orang tua dalam suatu keluarga melebihi nilai harta kekayaan (Wulandari 2009).Sheykhi (2009) berpendapat bahwa nilai anak terbagi menjadi dua yakni nilai positif anak dan nilai negatif anak. Nilai positif adalah nilai atau aspek dari kebahagiaan yang terdiri dari lima dimensi yaitu 1) keuntungan ekonomi dan sosial serta keamanan, 2) keuntungan emosional, 3) pengembangan diri, 4) kohesi dan kontinuitas keluarga, dan 5) identifikasi anak. Sementara itu, nilai negatif anak dianggap sebagai aspek negatif dari mempunyai anak yang berdampak pada ketidakbahagiaan keluarga, terdiri dari lima dimensi yaitu 1) biaya ekonomi dan sosial, 2) biaya emosional, 3) biaya kesempatan atau pembatasan 4) permintaan fisik, dan 5) biaya keluarga. Senada dengan pernyataan Sheykhi mengenai nilai positif, Wulandari (2009) menyatakan nilai anak dalam tiga aspek penting yakni psikologi, ekonomi, dan sosial. Segi psikologis, anak menjadi tempat orang tua mencurahkan kasih sayang dan anak menjadi pertimbangan orang tua mengenai keputusan perceraian. Segi ekonomi, anak merupakan harapan orang tua di masa datang dan tempat mewariskan
11
harta kekayaan. Selain itu, nilai anak dari segi sosial adalah kehadiran anak yang dapat meningkatkan status orang tua di masyarakat. Menurut Joshi dan Mac Clean (1997) dalam Putri (2006), nilai anak merupakan persepsi dan harapan orangtua terhadap anak berdasarkan potensi yang dimiliki oleh anak. Hal ini terkait dengan persepsi nilai anak oleh orangtua merupakan respon dalam memahami akan adanya anak yang berwujud pendapat-pendapat
sebagai
pilihan
untuk
berorientasi
pada
suatu
hal
(Siregar2003). Becker (1955) dalam Hernawati (2002) menyebutkan bahwa anak dipandang sebagai sumberdaya yang sangat berharga dan tahan lama. Anak secara alami memiliki nilai psikis dan materi. Oleh karena itu, orang tua beranggapan bahwa anak merupakan nilai investasi di masa depan. Dalam hal ini, orang tua beranggapan bahwa anak dapat memberikan kebahagiaan dan merupakan jaminan di hari tua serta membantu perekonomian keluarga. Investasi Orangtua Terhadap Anak Schultz (1981) menyatakan bahwa faktor yang paling menentukan dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin bukanlah ruang, energi, dan tanah untuk pertanian, melainkan peningkatan kualitas manusia (human capital) dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan. Peningkatan kualitas manusia dilakukan melalui investasi sumberdaya manusia. Keluarga memegang peranan penting dalam memproduksi modal manusia seorang anak, investasi dalam modal manusia merupakan salah satu cara bagi keluarga untuk meningkatkan produktivitas marginal seorang anak sehingga akan meningkatkan kapasitas pendapatan anak tersebut (Taubman 1996). Deacon dan Firebough (1988) menyatakan bahwa suatu bagian yang signifikan dari pengembangan modal manusia didapat dari proses belajar secara sadar ataupun tidak sadar yang dilakukan dalam keluarga. Orang tua yang menggunakan waktunya untuk mengajarkan anaknya melakukan tugas tertentu akan berkontribusi terhadap pembentukan modal manusia seorang anak. Seperti halnya pendidikan formal, pelatihan yang dilakukan di rumah dapat berkontribusi besar terhadap kapasitas individu. Dengan demikian keluarga merupakan institusi pertama dan utama dalam pembangunan sumberdaya manusia. Hartoyo (1998) mendefinisikan investasi orang tua terhadap anak sebagai segala usaha, aktivitas, atau alokasi sumberdaya keluarga yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas anak sehingga diharapkan akan menjadi individu yang
12
produktif saat dewasa. Menurut Bryant dan Zick (2006) investasi terhadap anggota keluarga yang berarti investasi terhadap sumberdaya manusia (human capital) memiliki banyak bentuk, namun cara yang paling umum untuk berinvestasi terhadap sumberdaya manusia adalah melalui pendidikan formal selain juga melalui kesehatan dan pengasuhan anak. Perilaku investasi pada anak dapat diukur dengan menghitung seberapa besar alokasi sumberdaya keluarga, khususnya sumberdaya uang dan waktu yang dicurahkan untuk anak (Hartoyo 2003). Lebih lanjut dijelaskan bahwa curahan sumberdaya keluarga pada anak dapat meningkatkan kualitas modal manusia pada diri anak sehingga kelak akan mempunyai produktivitas yang lebih baik. Oleh karena itu, alokasi waktu dan uang untuk anak dapat dipandang sebagai bentuk investasi, karena orangtua berharap anak memiliki produktivitas yang tinggi dan memberi manfaat lebih besar pada keluarga kelak (Hartoyo 2003). Investasi pada Anak Usia Dini Kualitas seorang individu pada usia dini sangat penting, bukan hanya untuk alasan apa yang terjadi pada usia tersebut namun juga untuk alasan masa depan. Kapabilitas yang dimiliki oleh individu dewasa sangat dipengaruhi oleh pengalaman yang dirasakan pada saat usia dini. Investasi dalam pendidikan dan bentuk lainnya yang didapatkan pada masa kanak-kanak dapat meningkatkan kapabilitas seseorang dimasa depan melalui dua cara. Pertama, hal tersebut secara langsung dapat membuat individu hidup lebih kaya dan memiliki sedikit permasalah. Persiapan yang baik pada saat usia dini dapat meningkatkan kecakapan hidup seseorang. Kedua, individu yang dipersiapkan dengan baik saat usia dini akan lebih produktif secara ekonomi dan menghasilkan pendapatan yang lebih baik (Sen 1999). Meyers (1992) diacu dalam Sunarti (2008) menekankan beberapa alasan pentingnya investasi dalam perkembangan anak sejak usia dini. Hal tersebut merupakan bagian dari pemenuhan hak asasi anak untuk berkembang sampai potensi optimal. Selain itu, investasi dalam perkembangan anak usia dini juga berkaitan dengan nilai sosial dan moral, serta memberikan sumbangan ekonomi bila ditinjau dari produktivitas, pendapatan, dan kesejahteraan. Sejumlah penelitian membandingkan tingkat pengembalian dari investasi sumberdaya manusia pada tahapan umur yang berbeda dari perkembangan anak. Mayoritas menyimpulkan bahwa investasi pada anak usia dini menjamin
13
keuntungan perkembangan secara kumulatif dimana sebaliknya, bila tidak dilakukan atau terjadi kekurangan, bisa menyebabkan kehilangan yang bersifat irretrievable
(tidak
bisa
dilakukan
kompensasi
pada
tahapan
usia-usia
selanjutnya) seperti dalam hal status gizi. Defisiensi pada usia dini akan menyebabkan kerusakan atau cacat (defect) secara fisik dan kognitif yang tidak dapat diperbaiki atau dikompensasi di tahapan usia selanjutnya (irreversible) yang
berdampak
pada
produktivitas
saat
dewasa.
Hal
tersebut
yang
menyebabkan tingginya tingkat pengembalian investasi pada anak usia dini (Anderson & Hague 2007). Kualitas anak akan semakin tinggi dengan meningkatnya investasi yang dilakukan orangtua terhadap anak (Leibowitz 1982; Hartoyo 1998). Lebih lanjut disimpulkan bahwa investasi orangtua dalam bentuk waktu berdampak positif terhadap kualitas anak yang diukur dari status gizi anak (Hartoyo 1998). Artinya, semakin banyak waktu yang dicurahkan orangtua untuk anak, terutama yang mendukung tumbuh kembangnya, akan semakin meningkatkan status gizi anak. Investasi Waktu Orangtua pada Anak Menurut Guhardja et al (1992) hubungan alokasi waktu rumah tangga dengan lingkungan dipengaruhi oleh empat sistem, yaitu sistem ekonomi, sistem politik, sistem teknologi, dan sistem sosial budaya. Terdapat tiga kategori penggunaan waktu rumahtangga, yaitu: (a) waktu untuk aktivitas pasar, baik untuk upah maupun usaha sendiri, (b) waktu untuk pekerjaan rumah tangga, dan (c) waktu santai. Investasi waktu orangtua pada anak bukan hanya meliputi kegiatan merawat anak yang utama seperti memberi makan, memandikan, memakaikan baju, mengajarkan membaca, dan bermain bersama anak. Hal tersebut juga meliputi kegiatan merawat anak sekunder seperti menjaga anak sambil mengerjakan pekerjaan-pekerjaan lain. Dalam kegiatan tersebut, biasanya orang tua mengajarkan anak kemampuan tertentu (Bryant & Zick 2006). Bonke dan Andersen (2009) mengukur investasi orangtua pada anak dengan mengukur waktu investasi orangtua pada anak secara kuantitas dan kualitas. Waktu investasi orangtua pada anak secara kualitas dibedakan menjadi developmental dan
non-developmental
care.Developmental
care
didefinisikan
sebagai
keterlibatan orangtua dalam perkembangan intelektual, fisik, dan sosial anak, sementara kegiatan perawatan lainnya digolongkan kedalam non-develomental.
14
Developmental care meliputi: (a) aktivitas perawatan seperti memandikan dan memberi makan, (b) aktivitas bermain dan companionship seperti bermain aktif dan pasif serta aktivitas waktu luang lainnya bersama anak, (c) aktivitas terkait prestasi seperti menemani belajar, mengerjakan tugas, membaca bersama, dan aktivitas edukatif lainnya, dan (d) aktivitas sosial seperti mengunjungi tetangga, pembicaraan keluarga, aktivitas religius, dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial lainnya . Sementara itu menurut Guryan et al (2006) mendefinisikan total child care sebagai penjumlahan dari empat komponen primer penggunaan waktu yaitu (1) bagian basic adalah waktu yang dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan dasar
anak,
meliputi
pemberian
ASI,
mengayun-ayunkan
anak
untuk
tidur,memberi makan, mengganti popok, menyediakan kebutuhan obat-obatan (baik secara langsung ataupun tidak), mengurusnya, dan sebagainya, (2) bagian pendidikan adalah waktu yang dihabiskan untuk membacakan buku, mengajar anak, membantu menyelesaikan PR anak, menghadiri pertemuan di sekolah anak dan aktivitas sejenisnya, (3) bagian hiburan meliputi bermain game bersama anak, bermain di luar bersama anak, menghadiri acara olahraga anak atau pertunjukan tarinya, dan jalan-jalan bersama anak, (4) bagian travel adalah segala perjalanan yang berhubungan dengan ketiga kategori pengasuhan di atas. Sebagai contoh, mengantar anak ke sekolah, ke dokter, les tari semua termasuk ke dalam pengasuhan anak bagian travel. Data tren penggunaan waktu oleh ibu di Amerika Serikat dari tahun 2003 hingga 2008 menunjukkan bahwa dalam satu minggu, sekitar 13.8 jam dihabiskan untuk kegiatan merawat anak. Angka tersebut meningkat dari data pada tahun 1965 sebesar 10.2 jam dalam satu minggu. Sementara ayah menghabiskan waktu yang lebih sedikit dalam merawat anak, yaitu sekitar 7 jam dalam satu minggu (Bianchi & Suzanne 2000). Alokasi Waktu Ibu Waktu merupakan sumberdaya yang unik karena selain tidak dapat dikategorikan sebagai sumberdaya manusia atau sumberdaya non manusia, juga tidak dapat ditambah atau dikurangi, diakumulasikan atau disimpan (Guhardja et al 1992). Salah satu aspek dalam investasi anak adalah alokasi waktu yang dicurahkan oleh orang tua terhadap anaknya. Adapun alokasi waktu tersebut lebih banyak dilakukan oleh ibu kepada anaknya. Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa ayah lebih sedikit mencurahkan waktunya untuk anak
15
dibawah umur delapan belas tahun dibandingkan ibu, yakni ayah kurang dari satu jam tiap harinya dan ibu rata-rata dua jam tiap harinya (Folbre 2008). Menurut Hartoyo (1998), alokasi waktu ibu dapat dikategorikan dalam berbagai aktivitas, seperti bekerja di luar rumah, meninggalkan rumah dengan anak, mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri, mengerjakan pekerjaan rumah tangga dengan anak, memberi makan anak, bermain bersama anak, tidur bersama anak, tidur sendiri, dan aktivitas lainnya. Sedangkan alokasi waktu ibu menurut Jatiningsih (2004) terbagi menjadi dua yaitu kegiatan domestik dan kegiatan publik.Kegiatan domestik terdiri dari pekerjaan rumah tangga, pengasuhan / pendidikan anak, kegiatan pribadi, dan santai (leisure) sedangkan kegiatan publik terdiri dari bekerja dan sosial.
16
17
KERANGKA PEMIKIRAN Anak merupakan aset masa depan bangsa, sehingga diperlukan suatu pengembangan kualitas anak agar dapat meningkatkan kualitas bangsa. Peningkatan kualitas ini dapat terlihat dari perilaku investasi sumber daya manusia yang diberikan oleh orang tua untuk anak.Investasi sumber daya manusia dapat berupa investasi pendidikan, investasi kesehatan, dan juga pemenuhan kebutuhan gizi yang dapat dilihat dari perilaku orang tua dalam mengalokasikan waktu dan uang terhadap anak. Hasil penelitian Wuryani (2002) menunjukkan bahwa nilai anak berhubungan dengan investasi sumber daya manusia. Hal ini diperkuat oleh Surachman (2011) yang menyatakan bahwa nilai anak berpengaruh terhadap perilaku investasi orang tua terhadap anaknya. Setiap keluarga memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung pada latar belakang masing-masing keluarga. Karakteristik keluarga seperti jumlah anggota keluarga, usia orang tua, usia anak, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orangtua akan mempengaruhi keadaan keluarga. Latar belakang sosial ekonomi keluarga akan mempengaruhi sumber daya orang tua yang diberikan untuk anak dan kualitas anak (Woodhouse 1999). Menurut Ali (2009), kaum perempuan yang mengikuti pendidikan dengan lebih baik akan lebih mampu menjaga kesehatan diri dan anak-anaknya. Nilai anak bagi orang tua juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Siregar (2003) nilai anak bagi orang tua dilatarbelakangi berbagai faktor diantaranya
adalah
tingkat
pendidikan,
kesehatan,
adat
istiadat
serta
penghasilan yang dapat menyebabkan perbedaan pandangan mengenai anak. Penelitian ini mencoba menganalisis hubungan dan pengaruh antara karakteristik demografi dan sosio ekonomi terhadap persepsi nilai anak dan perilaku investasi waktu orang tua pada anak di perdesaan. Secara lebih jelas, kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
18
Karakteristik Demografi - Besar keluarga - Usia suami responden - Usia responden - Usia anak responden
Karakteristik Sosio Ekonomi - Pendidikan suami responden - Pendidikan responden - Pendapatan - Pekerjaan - Status kesejahteraan
Persepsi Nilai Anak
Faktor Lingkungan - Tempat tinggal
Keterangan:
Hubungan antar variabel yang diteliti Variabel yang diteliti Hubungan antar variabel tidak yang diteliti Variabel yang tidak diteliti
Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian
Perilaku Investasi Waktu
19
METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study karena data dikumpulkan
pada
menggunakan
satu
metode
waktu
survey
dan yaitu
tidak
berkelanjutan
penelitian
yang
serta
dengan
dilakukan
dengan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data utama (Singarimbun & Effendi,
1995).Penelitian
ini
berlokasi
di
Desa
Situ
Udik,
Kecamatan
Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan mempertimbangkan kemudahan dan faktor jumlah balita (wilayah tersebut termasuk salah satu yang tertinggi di Kabupaten Bogor). Waktu penelitian (meliputi persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan penulisan laporan) adalah tiga belas bulan, dimulai dari Maret 2012 hingga Juli 2013. Contoh dan Metode Penarikan Contoh Populasi penelitian ini adalah keluarga dengan anak berusia balita. Contoh dalam penelitian ini adalah keluarga yang tinggal di Desa Situ Udik yang dibedakan berdasarkan status sosio ekonomi, yaitu miskin dan tidak miskin dan terpilih sebagai contoh. Status sosio ekonomi dilihat dari tingkat kesejahteraan berdasarkan
Indikator
Keluarga
Sejahtera
dengan
alasan
kemudahan
mendapatkan data. Keluarga yang tergolong kedalam pra-KS dan KS-I dengan alasan ekonomi,digolongkan kedalam keluarga miskin. Sementara keluarga yang termasuk kedalam KS-II, KS-III, dan KS-III plus digolongkan kedalam keluarga tidak miskin. Responden dalam penelitian ini adalah ibu dari keluarga yang menjadi contoh. Penarikan contoh dilakukan dengan metode stratified random sampling dengan kriteria stratifikasi status kesejahteraan keluarga, setelah sebelumnya dipilih dua RW secara purposive dengan syarat jumlah keluarga yang memiliki balita tertinggi (terpilih RW 2=136 keluarga dengan balita dan RW 3=128 keluarga yang memiliki balita). Pemilihan contoh kemudian dilakukan dengan mengacak keluarga yang memenuhi kriteria di dua RW terpilih dengan proporsi masing-masing 15 keluarga untuk setiap kriteria (15 keluarga miskin dengan anak balita dan 15 keluarga tidak miskin dengan anak balita untuk masing-
20
masing RW), sehingga didapatkan total seluruh contoh penelitian adalah 60 keluarga. Desa Situ Udik (Keluarga dengan balita = 935)
RW 2 (Keluarga yang memiliki balita = 136)
Keluarga miskin (n = 15)
Keluarga tidak miskin (n = 15)
Purposive
RW 3 (Keluarga yang memiliki balita = 128)
Keluarga miskin (n = 15)
Gambar 2. Bagan penarikan contoh
Purposive
Keluarga tidak miskin (n = 15)
Stratified random
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara kepada responden terpilih dengan menggunakan kuesioner meliputi data karakteristik demografi dan sosio ekonomi keluarga, persepsi nilai anak (nilai psikologis, nilai sosial, dan nilai ekonomi), perilaku investasi waktu orang tua terhadap anak (dimensi pendidikan, kesehatan, dan gizi), dan alokasi waktu ibu sehari. Sedangkan data sekunder meliputi gambaran umum wilayah dan data kependudukan yang diperoleh dari Kantor Desa Situ Udik dan literatur-literatur terkait. Sementara itu, tingkat kesejahteraan keluarga contoh dilihat dari data pentahapan Keluarga Sejahtera hasil pengukuran dengan Indikator Kesejahteraan Keluarga oleh BKKBN. Variabel penelitian, definisi operasional, dan kategori dapat dilihat pada Tabel 2.
21
Tabel 2 Variabel penelitian, definisi operasional, dan skala data Variabel Karakteristik demografi keluarga
Definisi operasional
Skala Data
Besar keluarga
Banyaknya anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
Rasio
Lama hidup suami responden saat dilakukan wawancara (tahun)
Rasio
Lama hidup responden saat dilakukan wawancara (tahun)
Rasio
Lama hidup anak responden saat dilakukan wawancara (tahun)
Rasio
Pendidikan terakhir yang telah ditempuh suami responden
Ordinal
Pendidikan terakhir yang telah ditempuh responden Jenis pekerjaan suami responden
Ordinal
a.
Usia suami
b.
Usia responden
Usia anak c.
Karakteristik sosial ekonomi keluarga a.
Pendidikan suami
Pendidikan responden b.
Pekerjaan suami
Pekerjaan responden c.
Pendapatan keluarga
Status kesejahteraan
Jenis pekerjaan responden Total pendapatan yang diterima keluarga setiap bulan yang dilihat dari besar nominalnya Kondisi keluarga yang dibandingkan dengan indikator kesejahteraan menurut BKKBN
Nominal
Nominal Rasio
Nominal
Nilai anak a. b.
Ekonomi (8 item)
c. d.
Psikologis (11 item)
Sosial e.
(7 item)
Persepsi responden mengenai anak dilihat dari segi ekonomi (anak merupakan investasi untuk meningkatkan ekonomi keluarga) Persepsi responden mengenai anak dilihat dari segi psikologis (anak sebagai sumber kepuasan) Persepsi responden mengenai anak dilihat dari segi sosial (anak untuk meningkatkan status sosial keluarga)
interval (1-4)
Interval (1-4)
Interval (1-4)
Perilaku investasi waktu orang tua pada anak a. b.
Pendidikan (8 item)
c. d.
Kesehatan (6 item)
e. f.
Gizi/pangan (5 item)
Alokasi waktu ibu mengurus anak
Alokasi waktu yang dilakukan oleh responden untuk menunjang pendidikan anak Alokasi waktu yang dilakukan responden untuk menunjang kesehatan anak Alokasi waktu yang dilakukan responden untuk menunjang gizi anak Curahan waktu yang dilakukan responden untuk melakukan aktivitas atau kegiatan bersama anak
interval (1-4) Interval (1-4) Interval (1-4)
Rasio
22
Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data meliputi beberapa tahapan yaitu pengeditan, pemberian skor, entry data, cleaning data, dan analisis data. Uji deskriptif digunakan untuk mengetahui nilai minimum-maksimum, rataan, dan standar deviasi variabel penelitian. Uji beda digunakan untuk menganalisis perbedaan karakteristik contoh, persepsi nilai anak, dan perilaku investasi waktu orang tua pada anak antara keluarga miskin dan tidak miskin. Uji korelasi digunakan untuk menguji hubungan antarvariabel. Uji regresi digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang diduga mempengaruhi persepsi nilai anak, alokasi waktu mengurus anak dan perilaku investasi waktu orang tua. Tahapan analisis data yang dilakukan untuk menjawab tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1.
Karakteristik demografi, sosial dan ekonomi keluarga dianalisis secara deskriptif yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai variabel yang dianalisis dan memberi makna terhadap data. Tiap karakteristik tersebut dianalisis berdasarkan tipe keluarga yaitu miskin dan tidak miskin.
2.
Uji beda Independent sample T-Test digunakan untuk melihat perbedaan beberapa karakteristik demografi, sosial dan ekonomi keluarga di keluarga miskin dengan keluarga tidak miskin.
3.
Uji beda Independent sample T-Test digunakan untuk melihat perbedaan persepsi nilai anak di keluarga miskin dengan keluarga tidak miskin.
4.
Uji beda Independent sample T-Test digunakan untuk melihat perbedaan perilaku investasi waktu pada anak di keluarga miskin dengan keluarga tidak miskin.
5.
Hubungan antara karakteristik (demografi, sosial, dan ekonomi) keluarga, persepsi nilai orang tua, dan perilaku investasi waktu dianalisis menggunakan korelasi Pearson.
6.
Uji regresi linear berganda digunakan untuk memprediksi variabel dependen yaitu nilai anak dengan menggunakan lebih dari dua variabel independen yaitu karakteristik (demografi, sosial, dan ekonomi) keluarga.
7.
Uji regresi linear berganda digunakan untuk memprediksi perilaku dari variabel dependen yaitu perilaku investasi waktu pada anak dengan menggunakan lebih dari dua variabel independen yaitu karakteristik (demografi, sosial, dan ekonomi) keluarga, dan persepsi nilai anak.
23
8.
Uji regresi linear berganda digunakan untuk memprediksi variabel dependen yaitu alokasi waktu responden mengurus anak dengan menggunakan lebih dari dua variabel independen yaitu karakteristik (demografi, sosial, dan ekonomi) keluarga, dan persepsi nilai anak, dan perilaku investasi waktu pada anak.
Tabel 3 pengkategorian variabel penelitian Variabel Karakteristik demografi keluarga
Kategori
d.
Jumlah anggota keluarga
Berdasarkan Hurlock (1980) [1] Keluarga kecil (≤4 orang); [2] Keluarga sedang (5-7 orang); dan [3] Keluarga besar (≥8 orang)
e.
Usia suami
f.
Usia responden
Berdasarkan Hurlock (1980) [1] Dewasa awal: 18-40 tahun; [2] Dewasa madya: 4160 tahun; [3] Dewasa akhir: >60 tahun Berdasarkan Hurlock (1980) [1] Dewasa awal: 18-40 tahun; [2] Dewasa madya: 4160 tahun; [3] Dewasa akhir: >60 tahun Usia balita 0 – 5 tahun [1] Laki-laki; [2] Perempuan
Usia anak g.
Jenis kelamin anak Karakteristik sosial ekonomi keluarga d.
Pendidikan suami
e.
Pendidikan responden
f. g.
Pendidikan anak Pekerjaan suami
h.
Pekerjaan responden
Pendapatan keluarga
Status kesejahteraan Nilai anak f. Ekonomi Psikologi g.
Sosial
1] Tidak sekolah; [2] Tidak tamat Tamat SMP; [5] Tamat SMA; [6] S3 1] Tidak sekolah; [2] Tidak tamat Tamat SMP; [5] Tamat SMA; [6] S3
SD;[3] Tamat SD; [4] Diploma; dan [7] S1SD;[3] Tamat SD; [4] Diploma; dan [7] S1-
[1] Belum sekolah;[2] playgroup / KB; [3] PAUD [4] TK [1]Tidak bekerja [2] Wirausaha [3] Pedagang [4]Petani[5] Buruh[6] Buruh tani non-tani [7] Jasa [8] Lain-lain 1]Tidak bekerja [2] Wirausaha [3] Pedagang [4]Petani[5] Buruh[6] Buruh tani non-tani [7] Jasa [8] Lain-lain Berdasarkan UMR Bogor (2010) 1. Rendah (≤ Rp 971 200) 2. Sedang (Rp 971 201-Rp 1 942 401) 3. Tinggi (> Rp 1 942 402) 1. pra-KS dan KS-I (miskin). 2. KS-II, KS III dan KS III Plus( tidak miskin)
1] Tidak setuju; [2] Kurang setuju; [3] Setuju; [4] Sangat setuju 1] Tidak setuju; [2] Kurang setuju; [3] Setuju; [4] Sangat setuju 1] Tidak setuju; [2] Kurang setuju; [3] Setuju; [4] Sangat setuju
Perilaku investasi waktu orang tua pada anak g.
Pendidikan
h.
Kesehatan
i.
Gizi/pangan
Alokasi waktu
1] Tidak pernah; [2] Kadang-kadang; [3] Sering; [4] Selalu 1] Tidak pernah; [2] Kadang-kadang; [3] Sering; [4] Selalu 1] Tidak pernah; [2] Kadang-kadang; [3] Sering; [4] Selalu Lamanya (jam/hari)
24
25
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku investasi waktu orang tua terhadap anak pada keluarga di perdesaan. Unit analisis dalam penelitian ini adalah keluarga yang mempunyai anak balita yang dibedakan menjadi keluarga miskin dan tidak miskin, dan penggalian informasi dilakukan pada ibu yang merupakan responden penelitian ini. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di RW 02 dan 03 Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Luas wilayah Desa Situ Udik secara keseluruhan adalah seluas tersebut 370,150 Ha. Letak desa ini berbatasan secara langsung dengan Desa Situ Ilir di sebelah utara, di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pasarean, di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cimayang, dan di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Karacak. Jarak Desa Situ Udik ke pusat pemerintahan, yaitu 5 km ke pusat pemerintahan Kecamatan Cibungbulang, 40 km ke pemerintahan Kabupaten Bogor, dan 145 km ke ibukota Provinsi Jawa Barat. Dilihat dari letak geografisnya, Desa Situ Udik berada pada ketinggian 460 meter diatas permukaan laut. Berada dengan topografi yang sedang, sehingga jumlahcurah hujan di desa ini rata-rata 3000-4000 mm pertahun. Sedangkan suhu rata-rata sepanjang tahun di Desa Situ Udik adalah 19°C hingga 29°C. Desa Situ Udik terdiri atas 43 RT dan 12 RW yang dihuni oleh 2.912 kepala keluarga. Berdasarkan tingkat pendidikan kepala keluarga, Desa Situ Udik memiliki statistik sebagai berikut tidak tamat SD sebanyak 730 jiwa, tamat SD-SLTP 1.519 jiwa, tamat SLTA 567 jiwa, tamat akademi/perguruan tinggi sebanyak 96 jiwa. Hasil pentahapan keluarga sejahtera menunjukkan bahwa jumlah Keluarga Pra Sejahtera berjumlah 1.254 keluarga, Keluarga Sejahtera I berjumlah 569 keluarga, Keluarga Sejahtera II berjumlah 714 keluarga, Keluarga Sejahtera III berjumlah 303 keluarga, dan Keluarga Sejahtera III Plus berjumlah 72 jiwa.
26
Jumlah penduduk Desa Situ Udik adalah sebesar 13.684 jiwa yang terdiri atas laki-laki sebesar 7.089 jiwa dan perempuan sebesar 6.595 jiwa. Jika dirinci menurut kelompok umur, komposisi penduduk Desa Situ Udik adalah sebagai berikut umur 0-5 tahun berjumlah 1.379 jiwa, umur 5-6 tahun berjumlah 593 jiwa, umur 7-12 tahun berjumlah 2.008 jiwa, umur 13-15 tahun berjumlah 1.348 jiwa, umur 16-21 tahun berjumlah 2.838 jiwa, umur 22-59 tahun berjumlah 5.030 jiwa, dan jumlah penduduk yang berumur > 60 tahun adalah sebanyak 488 jiwa. Karakteristik Keluarga Usia Pada penelitian ini, pembagian rentang usia menggunakan pendapat Hurlock (1980), yaitu dewasa awal (18-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun), dan dewasa akhir (>60 tahun). Penjelasan mengenai usia responden dapat dilihat di Tabel 4. Informasi pada tabel tersebut memperlihatkan bahwa usia responden berkisar antara 20-50 tahun. Lebih dari tiga perempat (83.3%) responden pada keluarga miskin berada pada kategori usia dewasa awal. Begitu juga pada keluarga tidak miskin, hampir seluruh responden (90%) juga berada pada kategori usia dewasa awal. Hasil uji beda rataan t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara usia responden pada keluarga miskin dengan keluarga tidak miskin. Rataan usia responden pada keluarga miskin sebesar 32.83 tahun, sedangkan pada keluarga tidak miskin sebesar 29.80 tahun. Tabel 4 Sebaran usia responden berdasarkan status kesejahteraan keluarga Usia Dewasa awal (18-40 tahun) Dewasa madya (41-60 tahun) Min-max (tahun) Rataan ± SD (tahun) P-Value
KM (n=30) n % 83.3 25 5 16.7 21-50 32.83±7.67 0.102
KTM (n=30) n % 90 27 3 10 20-45 29.80±6.40
Total (n=60) n % 86.7 52 8 13.3 20-50 31.32±7.17
KM = Keluarga Miskin, KTM = Keluarga Tidak MIskin
Adapun usia suami responden berkisar antara 22-60 tahun. Pada keluarga miskin, sebanyak 64.3% suami responden berada pada kategori usia dewasa awal. Begitu juga pada keluarga tidak miskin, sebanyak 76.7% suami responden berada pada kategori usia dewasa awal (Tabel 5). Rataan usia suami responden pada keluarga tidak miskin sebesar 36.07 tahun, sedangkan rataan keluarga miskin sebesar 36.17 tahun. Hasil uji beda
27
rataan T-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara usia suami responden pada keluarga miskin dengan keluarga tidak miskin. Tabel 5 Sebaran usia suami berdasarkan status kesejahteraan keluarga Usia Dewasa awal (18-40 tahun) Dewasa madya (41-60 tahun) Min-max (tahun) Rataan ± SD (tahun) P-Value
KM (n=28) n % 18 64.3 10 35.7 22-60 36.17±13.09 0.241
KTM (n=30) n % 3 76.7 7 23.3 25-57 36.07±8.28
Total (n=58) % n 41 70.7 17 29.3 22-60 36.12±10.86
KM = Keluarga Miskin, KTM = Keluarga Tidak MIskin
Pendidikan Sebanyak 10% responden pada keluarga tidak miskin tidak bersekolah sedangkan pada keluarga tidak miskin tidak ada yang tidak bersekolah. Sebanyak 6,7% responden pada keluarga miskin tidak tamat SD, sedangkan pada keluarga tidak miskin jumlah ini yaitu sebanyak 3,3%. Lebih dari separuh (60%) jumlah responden di keluarga miskin memiliki jenjang pendidikan tamat SD dan pada keluarga tidak miskin sebanyak 36,7%. Sementara itu, pada jenjang pendidikan SMP, pada keluarga miskin sebanyak 16,7% tamat SMP sedangkan pada keluarga tidak miskin jumlahnya hampir dua kali lipatnya, yaitu sebanyak 30%. Pada jenjang pendidikan tamat SMA terdapat hanya terdapat 6,7% responden keluarga miskin yang menempuh jenjang tersebut, sedangkan pada responden keluarga tidak miskin hampir seperempat responden 23,3% tamat SMA. Pada keluarga tidak miskin terdapat responden yang menempuh jenjang pendidikan diploma sebanyak 6,7%. Hasil uji beda rataan T-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata pada jenjang pendidikan responden antara kedua keluarga (Tabel 6). Tabel
6
Sebaran jenjang pendidikan kesejahteraan keluarga KM (n=30) Jenjang pendidikan n % Tidak sekolah 3 10 Tidak tamat SD 2 6.7 Tamat SD 18 60 Tamat SMP 5 16.7 Tamat SMA 2 6.7 DIPLOMA (D1-D3) 0 0 P-Value 0.001* * berbeda nyata pada α=5% KM = Keluarga Miskin, KTM = Keluarga Tidak Miskin
responden KTM (n=30) N % 0 0 1 3.3 11 36.7 9 30 7 23.3 2 6.7
berdasarkan
status
Total (n=60) n % 4 6.7 3 5 28 46.7 14 23.3 9 15 2 3.3
28
Adapun, jenjang pendidikan suami responden antara keluarga miskin dan tidak miskin memiliki pola yang sama dengan jenjang pendidikan responden (Tabel 7). Lebih dari dua per tiga (67,9%) jumlah suami responden di keluarga miskin memiliki jenjang pendidikan tamat SD, sedangkan pada keluarga tidak miskin suami responden paling banyak berada pada jenjang pendidikan tamat SMP yaitu sebanyak 40%. Pada jenjang pendidikan tamat SMA terdapat sebanyak 17,9% suami responden keluarga miskin yang menempuh jenjang tersebut, sedangkan pada keluarga tidak miskin yaitu sebanyak 23,3%, dan terdapat 3,3% suami responden keluarga tidak miskin yang menempuh jenjang diploma. Tabel 7 Sebaran jenjang pendidikan suami berdasarkan status kesejahteraan keluarga Jenjang pendidikan Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA DIPLOMA (DI, DII, DIII) P-Value
KM (n=28) n % 2 7.1 19 67.9 2 7.1 5 17.9 0 0.0 0.017*
KTM (n=30) n % 1 3.3 9 30 12 40 7 23.3 1 3.3
Total (n=58) n % 3 5.2 28 48.3 14 24.1 12 20.7 1 1.7
* berbeda nyata pada α=5% KM = Keluarga Miskin, KTM = Keluarga Tidak MIskin
Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jenjang pendidikan responden dan suami responden pada keluarga tidak miskin berbeda nyata dan lebih tinggi dibandingkan keluarga miskin (Tabel 7). Menurut (Hartoyo 2009) kemiskinan sering berkaitan dengan rendahnya tingkat pendidikan, karena individu dengan tingkat pendidikan yang rendah besar kemungkinan bekerja pada jenis pekerjaan dengan tingkat upah yang rendah pula yang menjadi penyebab kemiskinan tersebut. Pekerjaan Data pada Tabel 8 menunjukkan bahwa pada keluarga miskin maupun tidak miskin mayoritas responden tidak bekerja. Hal ini mengindikasikan bahwa mereka hanya mengandalkan pendapatan dari suami maupun anggota rumah tangga lain. Dari sejumlah responden yang bekerja, wiraswasta merupakan jenis pekerjaan yang lebih banyak dilakukan oleh responden baik keluarga miskin maupun tidak miskin dengan persentase masing-masing sebesar 6,7% dan 16,7%.
29
Tabel 8 Sebaran jenis pekerjaan responden berdasarkan status kesejahteraan keluarga Pekerjaan Tidak bekerja Wiraswasta Petani Guru Buruh
KM (n=30) n % 26 86.7 2 6.7 1 3.3 0 0 1 3.3
KTM (n=30) n % 24 80 5 16.7 0 0 1 3.3 0 0
Total (n=60) n % 50 83.3 7 11.7 1 1.7 1 1.7 1 1.7
KM = Keluarga Miskin, KTM = Keluarga Tidak MIskin
Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 9, jenis pekerjaan mayoritas suami pada keluarga miskin adalah kuli bangunan (35.7%), wiraswasta (21.4%), dan buruh (14.3%). Sementara itu, pada keluarga tidak miskin, separuh suami (50%) berprofesi sebagai wiraswasta. Tabel 9 Sebaran jenis pekerjaan suami berdasarkan status kesejahteraan keluarga Pekerjaan Tidak Bekerja Buruh Kuli Bangunan Wiraswasta Serabutan Pegawai swasta Lain-lain
KM (n=28) n % 1 3.6 4 14.3 10 35.7 6 21.4 3 10.7 0 0 4 14.3
KTM (n=30) n % 0 0 6 20 0 0 15 50 0 0 6 20 3 10
Total (n=58) n % 1 1.7 10 17.2 10 17.2 21 36.2 3 5.2 6 10.3 7 12.1
KM = Keluarga Miskin, KTM = Keluarga Tidak MIskin
Besar Keluarga Besar keluarga menunjukkan jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan hidup dari pengelolaan sumberdaya yang sama. Anak memiliki hak yang sama untuk mendapatkan kasih sayang dan pendidikan yang sama (Mindasa 2007). Secara umum, orangtua yang berasal dari keluarga kecil dapat mencurahkan waktu dan perhatian yang cukup banyak pada anak. Semakin banyak jumlah anak dalam suatu keluarga, maka perhatian pada anak akan terbagi-bagi .Hurlock (1980) membagi besar keluarga menjadi 3 kategori, yaitu keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga kurang dari dan sama dengan 4, keluarga sedang dengan jumlah anggota 5 sampai 7 orang, dan keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga lebih dari 8 orang. Pada Tabel 10 terlihat bahwa jumlah anggota keluarga responden berkisar antara 3 sampai 14 orang. Pada keluarga miskin jumlah anggota keluarga dengan persentase terbesar (56.7%) adalah 5 sampai 7 orang (keluarga sedang) dan sebanyak 23,3% memiliki jumlah anggota keluarga lebih
30
dari 8 orang. Adapun pada keluarga tidak miskin sebanyak separuh responden juga memiliki jumlah anggota keluarga 5 sampai 7 orang (keluarga sedang), dan sebanyak 40% merupakan keluarga kecil. Sementara itu jika dibagi berdasarkan keluarga inti dan luas, keluarga miskin pada penelitian ini tersusun atas 67% keluarga inti dan 33% keluarga luas, komposisi ini hampir sama pada keluarga tidak miskin yaitu 70% keluarga inti dan 30% keluarga luas. Hasil uji beda rataan T-test menunjukkan bahwa rataan jumlah anggota keluarga pada keluarga miskin berbeda nyata dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga pada keluarga tidak miskin. Tabel 10 Sebaran besar keluarga responden berdasarkan status kesejahteraan keluarga Besar Keluarga Keluarga kecil (≤ 4 orang) Keluarga sedang (5-7 orang) Keluarga besar (≥ 8 orang) Min-max Rataan ± SD P-Value
KM (n=30) N % 6 20 17 56.7 7 23.3 3-14 6.57±2.71 0.011*
KTM (n=30) n % 12 40 15 50 3 10 3-8 5.07±1.6
Total (n=60) n % 18 30 32 53.3 10 16.7 3-14 5.82±2.33
* berbeda nyata pada α=5% KM = Keluarga Miskin, KTM = Keluarga Tidak MIskin
Pendapatan Istilah pendapatan mengacu pada aliran kompensasi ekonomi yang diterima dalam suatu periode tertentu (Schiller 2008). Dalam penelitian ini, pendapatan per bulan keluarga adalah total keseluruhan pemasukan yang diterima keluarga baik melalui ayah, ibu, ataupun anggota keluarga lainnya. Berdasarkan UMR Bogor (2010), kategori pendapatan keluarga dibagi menjadi tiga, yaitu rendah (Rp 971 200), sedang (Rp 971 201- Rp 1 942 401), dan tinggi (>Rp 1 942 402). Sebaran pada Tabel 11menunjukkan bahwa lebih dari setengah jumlah responden pada keluarga miskin (56.7%) memiliki pendapatan total dengan kategori rendah. Sebaliknya pada keluarga tidak miskin lebih dari setengah (56.7%) responden memiliki tingkat pendapatan total dengan kategori tinggi. Hasil uji beda rataan T-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara pendapatan total responden pada keluarga miskin dengan keluarga tidak miskin dimana responden pada keluarga miskin mempunyai pendapatan total yang lebih rendah dibandingkan keluarga tidak miskin.
31
Tabel 11 Sebaran pendapatan responden berdasarkan status kesejahteraan keluarga Pendapatan Rendah (≤971 200) Sedang (971 201-1 942 401) Tinggi (> 1 942 402) Min-max (dalam ribu) Rataan ± SD (dalam ribu) P-Value
KM (n=30) N % 17 56.7
KTM (n=30) n % 3 10
Total (n=60) n % 20 33.3
8
10
18
26.7
5 16.7 200-3.200 1.205±859 0.017**
33.3
17 56.7 500-20.000 3.209±4.273
30.0
12 36.7 200-20.000 2.207±3.218
* berbeda nyata pada α=5% KM = Keluarga Miskin, KTM = Keluarga Tidak MIskin
Nilai Anak Seperti yang diungkapkan oleh Hoffman dan Hoffman (1973) diacu dalam Santrock (2007), nilai anak adalah harapan orang tua terhadap anak yang terdiri dari nilai psikologi (anak sebagai sumber kepuasan), nilai sosial (anak sebagai pencegah perceraian dan meningkatkan status sosial keluarga), dan anak sebagai
nilai
ekonomi
yaitu
sebagai
investasi
jangka
panjang
untuk
meningkatkan ekonomi keluarga. Hasil pengamatan terhadap nilai anak dikelompokan menjadi tiga kategori, yaitu rendah (<60%), sedang (60-80%), dan tinggi (>80%). Pada dimensi psikologis, baik keluarga miskin maupun tidak miskin mempersepsikan nilai anak pada kategori sedang dan tinggi dengan proporsi hampir berimbang. Beberapa atribut yang termasuk kategori sedang pada dimensi nilai psikologis yaitu “anak memberikan perasaan was-was atau khawatir”, dan atribut “kehadiran anak membuat orang tua menjadi kurang bebas bepergian/ bekerja”. Sedangkan pada dimensi sosial dan ekonomi, baik keluarga miskin dan tidak miskin mayoritas mempersepsikan nilai anak pada kategori sedang. Pada dimensi nilai sosial semua atribut termasuk kategori sedang, kecuali atribut “anak terdidik dengan baik akan menimbulkan penghargaan bagi orang tua dan keluarga dari masyarakat” yang masuk pada kategori tinggi. Pada dimensi nilai ekonomi, atribut “anak menyita waktu dan uang orang tua” masuk pada kategori rendah, sedangkan atribut “biaya yang harus dikeluarkan untuk memberi makan dan pakaian anak-anak cukup besar” termasuk kategori tinggi, selebihnya termasuk kategori sedang. Secara keseluruhan, tidak terdapat perbedaan nyata terhadap nilai anak baik secara total antara keluarga miskin dan tidak miskin.Walaupun demikian terdapat perbedaan nyata terhadap nilai
32
anak pada dimensi ekonomi antara keluarga miskin dan tidak miskin. Hal itu ditunjukkan dengan nilai anak pada dimensi ekonomi yang lebih tinggi pada keluarga miskin dibandingkan keluarga tidak miskin. Sementara itu, pada dimensi psikologis dan sosial tidak terdapat perbedaan nyata terhadap nilai anak antara keluarga miskin dan tidak miskin. Tabel 12 Sebaran persepsi nilai anak per dimensi berdasarkan status kesejahteraan keluarga Dimensi
Nilai Psikologis
Nilai Sosial
Nilai Ekonomi P-Value
Kategori Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi 0.96
KM (n=30) n 0 15 15 0 23 7 0 26 4
% 0 50 50 0 76.7 23.3 0 86.7 13.3
KTM (n=30)
Total (n=60)
n 0 13 17 0 22 8 5 23 2
n 0 28 32 0 45 15 5 49 6
% 0 43.3 56.7 0 73.3 26.7 16.7 76.7 6.7
% 0 46.7 53.3 0 75 25 8.3 81.7 10
* berbeda nyata pada α=5% KM = Keluarga Miskin, KTM = Keluarga Tidak Miskin
Pada dimensi psikologis, terdapat perbedaan persepsi pada keluarga miskin dan tidak miskin di salah satu atribut, yaitu “anak merupakan beban dalam hidup (membuat kepikiran, cemas, dll)”. Hasil uji beda rataan T-test dengan α=5% menunjukkan bahwa keluarga miskin lebih menyetujui persepsi bahwa anak merupakan beban dalam hidup mereka (membuat kepikiran, cemas, dan lain-lain) dibandingkan keluarga tidak miskin. Perbedaan persepsi pada keluarga miskin dan tidak miskin juga terdapat pada dimensi sosial, yaitu “anak yang berperilaku buruk akan mempermalukan nama keluarga di mata masyarakat”. Hasil uji beda rataan T-test dengan α=10% menunjukkan bahwa keluarga tidak miskin lebih menyetujui persepsi bahwa anak yang berperilaku buruk akan mempermalukan nama keluarga di mata masyarakat dibandingkan keluarga miskin. Hasil uji beda rataan T-test pada dimensi ekonomi dengan α=5% menunjukkan perbedaan persepsi di keluarga miskin dan tidak miskin, terkait “anak menyita waktu dan uang orang tua”. Keluarga tidak miskin lebih menyetujui persepsi bahwa “anak menyita waktu dan uang orang tua” dibandingkan keluarga tidak miskin. Sementara hasil beda rataan T-test dengan α=10% juga menunjukkan perbedaan persepsi nilai anak pada dimensi ekonomi untuk beberapa atribut dimana keluarga miskin memberikan nilai lebih besar
33
dibandingkan keluarga tidak miskin. Atribut-atribut tersebut adalah “anak merupakan tenaga kerja keluarga yang dapat membantu perekonomian keluarga” dan “kehadiran anak dapat membantu orang tua dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga”. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Ringkasan uji T-test terhadap variabel nilai anak per dimensi No
Indikator Nilai Anak
Nilai Psikologis 1 Kehadiran anak dapat memperkuat hubungan antara suami dan istri 2 Anak merupakan beban dalam hidup (membuat kepikiran, cemas, dll) 3 Anak memberikan dorongan untuk lebih semangat bekerja 4 Anak dapat menimbulkan stress pada orang tua 5 Anak merupakan berkah perkawinan 6 Keberadaan anak memberikan kepuasan pada orang tua 7 Anak menimbulkan perasaan was-was atau khawatir 8 Anak memberikan jaminan rasa aman di hari tua 9 Anak merupakan hiburan bagi orang tua 10 Anak memberikan kegembiraan dan kebahagiaan dalam hidup orang tua 11 Kehadiran anak membuat orang tua menjadi kurang bebas bepergian/bekerja Nilai Sosial 12 Anak terdidik dengan baik akan menimbulkan penghargaan bagi orang tua dan keluarga dari masyarakat 13 Keberadaan anak merupakan suatu keharusan dalam sebuah keluarga 14 Keluarga lebih dihargai di masyarakat jika memiliki anak yang berpendidikan tinggi 15 Anak merupakan kebanggaan keturunan 16 Anak merupakan ahli waris dalam keluarga 17 Anak yang berperilaku buruk akan mempermalukan nama keluarga di mata masyarakat 18 Anak dapat meneruskan garis keluarga/keturunan, nama keluarga, dan tradisi keluarga Nilai Ekonomi 19 Semakin banyak anak maka semakin bertambah beban tanggungan orang tua 20 Anak diharapkan dapat memberikan bantuan ekonomi di hari tua bagi orang tua 21 Merawat dan membesarkan anak sangat menguras keuangan keluarga 22 Anak menyita waktu dan uang orang tua 23 Kehadiran anak dapat membantu orang tua dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga 24 Anak merupakan tenaga kerja keluarga yang dapat membantu perekonomian keluarga 25 Anak harus membalas budi orang tua 26 Biaya yang harus dikeluarkan untuk memberi makan dan pakaian anak-anak cukup besar
Mean KM (n=30)
Mean KTM (n=30)
P-Value
3.27
3.30
0.842
1.90
1.43
0.038*
3.23
3.37
0.303
1.63 3.30 3.30 2.60 3.20 3.31
1.70 3.43 3.33 2.57 3.33 3.27
0.761 0.379 0.786 0.888 0.321 0.779
3.37
3.40
0.808
1.90
2.07
0.474
3.17
3.30
0.364
3.17
3.13
0.753
3.17
3.20
0.838
3.13 3.07
3.20 3.17
0.542 0.490
2.37
2.83
0.060**
3.17
3.10
0.668
2.27
2.60
0.149
3.13
2.97
0.169
2.27
2.10
0.500
1.50
2.00
0.019*
3.03
2.80
0.069**
2.87
2.50
0.050**
2.83
2.73
0.580
2.80
2.77
0.877
* berbeda nyata pada α=5% ** berbeda nyata pada α=10%KM = Keluarga Miskin, KTM = Keluarga Tidak Miskin
34
Investasi Waktu Hasil pengamatan terhadap investasi waktu orang tua terhadap anak juga dikelompokan menjadi tiga kategori, yaitu rendah (<60%), sedang (60-80%), dan tinggi (>80%). Investasi waktu yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari tiga dimensi, yaitu nilai pendidikan, kesehatan, dan gizi. Hasil penelitian menunjukkan pada dimensi pendidikan, baik keluarga miskin maupun tidak miskin (hampir 100%) menginvestasikan waktu untuk anak pada kategori rendah dan sedang dengan proporsi hampir berimbang. Hanya pada atribut “Ibu bermain dengan anak” berada pada kategori tinggi. Pada dimensi
kesehatan,
keluarga
miskin
masih
banyak
(23,3%)
yang
menginvestasikan waktu untuk anak pada kategori rendah, sedangkan keluarga tidak miskin yang menginvestasikan waktu untuk anak dalam bidang kesehatan pada kategori rendah hanya 6,7% sisanya di kategori sedang dan tinggi. Investasi waktu untuk anak dalam hal gizi dari keluarga tidak miskin lebih dari 50% sudah berada pada kategori tinggi dan sisanya di kategori sedang, sedangkan keluarga miskin lebih dari 50% berada pada kategori sedang dan sisanya sebagian besar di kategori tinggi. Beberapa atribut yang termasuk kategori sedang pada dimensi kesehatan yaitu “ibu menambah pengetahuan tentang kesehatan anak (misal membaca artikel/buku kesehatan atau mengikuti penyuluhan)”. Sedangkan atribut lainnya termasuk pada kategori tinggi kecuali atribut “ibu mengajak anak berolahraga bersama (minimal seminggu sekali)” yang masuk pada kategori rendah. Pada dimensi gizi/pangan, yang termasuk kategori tinggi yaitu atribut “ibu menemani anak ketika makan atau mengajak anak makan bersama”, “ibu memberikan ASI pada anak”, dan atribut “ibu menyiapkan sarapan”. Sedangkan atribut
“ibu
memasak menu makanan khusus untuk anak” berada pada kategori sedang dan pernyataan “ibu menambah pengetahuan tentang gizi anak (misal membaca artikel/buku atau mengikuti penyuluhan)” berada pada kategori rendah. Hasil uji beda rataan T-test menunjukkan perbedaan investasi waktu pada anak antara kedua tipe keluarga hanya pada dimensi gizi/pangan. Hasil secara keseluruhan menunjukkan tidak berbeda nyata (Tabel 14).
35
Tabel 14 Sebaran investasi waktu pada anak per dimensi berdasarkan status kesejahteraan keluarga Dimensi
Pendidikan
Kesehatan
Gizi/Pangan
Kategori Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Total
KM (n=30) n 15 15 0 7 14 9 1 17 12 30
% 50 50 0 23.3 46.7 30 3.3 56.7 40 100
KTM (n=30)
Total (n=60)
n 16 13 1 2 20 8 0 13 17 30
n 31 28 1 9 34 17 1 30 29 60
% 53.3 43.3 3.3 6.7 66.7 26.7 0 43.3 56.7 100
% 51.7 46.7 1.7 15 56.7 28.3 1.7 50 48.3 100
Total Investasi Waktu P-Value 0.56 * berbeda nyata pada α=10% KM = Keluarga Miskin, KTM = Keluarga Tidak Miskin
Tabel 15 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan investasi waktu antara keluarga miskin dan tidak miskin dalam dimensi pendidikan terkait investasi waktu untuk membacakan buku cerita/cerita/dongeng ke anak. Keluarga miskin lebih sering membacakan buku cerita/cerita/dongeng ke anak dibandingkan keluarga tidak miskin. Pada dimensi kesehatan, terdapat juga satu perbedaan investasi waktu dari kedua keluarga tersebut terkait membawa anak untuk melakukan imunisasi. Keluarga tidak miskin memiliki investasi waktu lebih besar dalam membawa anak untuk melakukan imunisasi dibandingkan keluarga miskin. Begitu juga dalam hal gizi, kedua keluarga tersebut menunjukkan perbedaan dalam hal investasi waktu untuk memberikan ASI pada anak. Keluarga tidak miskin menginvestasikan waktu lebih untuk hal tersebut dibandingkan keluarga miskin. Hasil uji beda nyata pada α=10% pada dimensi gizi juga menunjukkan perbedaan dalam hal investasi waktu Ibu menemani anak ketika makan atau mengajak anak makan bersama. Keluarga tidak miskin juga menginvestasikan waktu lebih untuk hal tersebut dibandingkan keluarga miskin.
36
Tabel 15 Ringkasan uji T-test terhadap variabel investasi waktu per dimensi No
Indikator Investasi Waktu
Mean KM (n=30)
Pendidikan 1 Ibu mengajak anak untuk ikut terlibat dalam kegiatan keluarga dan masyarakat, seperti 2.83 mengikuti pengajian, kerja bakti, dan kegiatan perkumpulan lainnya 2 Ibu bermain dengan anak 3.20 3 Ibu membacakan buku cerita/cerita/dongeng 2.33 4 Ibu mengajak anak pergi berekreasi 2.03 5 Ibu menghadiri acara/kegiatan yang melibatkan 1.57 anak seperti lomba 6 Ibu mendampingi anak belajar membaca 2.80 7 Ibu mendampingi anak menonton TV 2.80 8 Ibu mengantar anak ke TK / PAUD/Play Group 2.07 Kesehatan 1 Ibu membawa anak ke Posyandu setiap bulan 3.33 2 Ibu membawa anak untuk melakukan imunisasi 3.30 3 Ibu menambah pengetahuan tentang kesehatan anak (misal membaca artikel/buku kesehatan atau mengikuti 2.41 penyuluhan) 4 Ibu mengajari anak mencuci kaki dan tangan 3.30 5 Ibu mengajak anak untuk berolahraga bersama 1.97 (minimal seminggu sekali) 6 Ibu mengajari anak menggosok gigi 3.10 Gizi/Pangan 1 Ibu menemani anak ketika makan atau mengajak anak 3.17 makan bersama 2 Ibu memberikan ASI pada anak 3.63 3 Ibu menyiapkan sarapan 3.70 4 Ibu memasak menu makanan khusus untuk anak 2.83 5 Ibu menambah pengetahuan mengenai gizi anak (misalnya 2.40 membaca artikel/buku atau mengikuti penyuluhan)
Mean KTM (n=30)
P-Value
2.57
0.204
3.33 1.83 2.07
0.322 0.028* 0.844
1.63
0.769
2.73 3.03 1.90
0.787 0.280 0.611
3.27 3.70
0.739 0.032*
2.47
0.802
3.47
0.355
1.63
0.106
3.31
0.265
3.53
0.059**
3.93 3.83 3.17
0.010* 0.364 0.211
2.33
0.782
* berbeda nyata pada α=5%** berbeda nyata pada α=10,KM = Keluarga Miskin, KTM = Keluarga Tidak MIskin
Perbandingan Alokasi Waktu dalam Sehari pada Ibu Keluarga Contoh Salah satu aspek dalam investasi anak adalah alokasi waktu yang dicurahkan orang tua terhadap anaknya.(Tabel20), alokasi waktu orang tua terhadap anak antara keluarga miskin dan tidak miskin berbeda nyata pada taraf 10% pada waktu rumah tangga dan mandi.
37
Tabel 16 Sebaran aktivitas sehari pada Responden Aktivitas Waktu Rumah Tangga Mengurus anak Membereskan rumah Memasak Waktu Mencari Nafkah Bertani Berjualan Kerja di kantor Waktu Sosial Berinteraksi dengan tetangga Berinteraksi dengan keluarga Pengajian Mengobrol Waktu Pendidikan Membaca Waktu Pribadi Makan Mandi Shalat Tidur Waktu Luang MenIIIstirahat MenoMenonton TV TOTAL
KM (n=30)
KTM (n=30)
Total(n=60)
P Value
Jam
%
Jam
%
Jam
%
9.83 5.05 2.51 2.27 0.87 0.54 0.33 0 1.64
41 21 10 9 4 2 1 0 7
8.41 4.39 2.33 1.69 1.03 0.03 0.83 0.17 1.91
35 18 10 7 4 0.1 3 1 8
9.12 4.72 2.42 1.98 0.95 0.28 0.58 0.08 1.77
38 20 10 8 4 1 2 0.3 7
0.087* 0.389 0.687 0.160 0.785 0.158 0.262 0.321 0.620
0.31
1
0.12
1
0.21
1
0.255
0.34
1
0.94
4
0.64
3
0.191
0.17 0.81 0.02 0.02 9.03 0.16
1 3 0.1 0.1 38 1
0.19 0.66 0.03 0.03 9.45 0.22
1 3 0.1 0.1 39 1
0.18 0.74 0.03 0.03 9.24 0.19
1 3 0.1 0.1 39 1
0.813 0.624 0.656 0.656 0.246 0.430
0.29 0.92 7.66 2.62 0.76 1.86 24
1 4 32 11 3 8 100
0.16 0.80 8.28 3.17 0.58 2.59 24
1 3 34 13 2 11 100
0.22 0.86 7.97 2.90 0.67 2.23 24
1 4 33 12 3 9 100
0.080* 0.333 0.101 0.251 0.496 0.101
* berbeda nyata pada α=10% KM = Keluarga Miskin, KTM = Keluarga Tidak Miskin
Hubungan Antarvariabel Karakteristik Keluarga, Persepsi Orang Tua Mengenai Nilai Anak, serta Perilaku Investasi Orang Tua terhadap Anak Variabel-variabel yang berkaitan dengan karakteristik keluarga dianalisis dengan menggunakan uji korelasi untuk melihat keterkaitannya dengan variabel nilai anak dan perilaku investasi waktu orang tua terhadap anak (Tabel 16). Pendidikan ibu ternyata memiliki korelasi positif dan nyata dengan perilaku investasi waktu orang tua terhadap anak (r=0,383; p<0,01). Artinya, semakin tinggi pendidikan ibu, semakin baik skor perilaku investasi waktu orang tua terhadap anak. Selain itu, ternyata persepsi orang tua terkait nilai anak juga memiliki korelasi positif dan nyata dengan perilaku investasi waktu orang tua terhadap anak (r=0,328; p<0,05). Artinya, semakin tinggi persepsi orang tua
38
terkait nilai anak semakin baik skor perilaku investasi waktu orang tua terhadap anak. Tabel 17 Koefisien korelasi antarvariabel karakteristik keluarga, persepsi orang tua terkait nilai anak, dan perilaku investasi waktu orang tua terhadap anak Variabel
Usia suami
Usia resp
Usia 1.000 Suami Usia 0.661** 1.000 Resp Pend -0.068 -0.092 Suami Pend -0.455** -0.393** Resp Besar 0.295* 0.330* keluarga Total Pendapa -0.043 0.035 tan Nilai -0.012 -0.021 Anak Invest -0.062 -0.093 Waktu
Pend Suami
Pend resp
Besar Total Nilai Keluarga pendapatan anak
Invest waktu
1.000 0.521**
1.000
-0.067
-0.233
1.000
0.262* 0.435**
0.145
1.000
0.231
0.157
0.232
0.042
1.000
0.185
0.383**
-0.196
0.019
0.328 *
1.000
** nyata pada α=1% * nyata pada α=5%
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Nilai Anak pada Keluarga Contoh Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi nilai anak pada keluarga miskin dan tidak miskin. Untuk variabel bebas berupa nilai anak, variabel tetap yang diikutkan dalam model regresi adalah kategori kesejahteraan keluarga (miskin dan tidak miskin), total pendapatan, besar keluarga, usia suami, usia responden, pendidikan suami, dan pendidikan responden. Dari hasil analisis regresi yang terdapat pada tabel 18, nilai R-Square adalah 0,143. Artinya, seluruh variabel menjelaskan 14,3% varian dari persepsi nilai anak. Model secara statistik tidak signifikan pada taraf α =5%.
39
Tabel 18 Ringkasan analisis regresi untuk faktor-faktor yang diduga mempengaruhi persepsi nilai anak Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model P-Value B Std. Error Beta Konstanta Kategori kesejahteraan keluarga Usiasuami Usia responden Pendidikan suami Pendidikan responden Besar keluarga Total pendapatan P Value of Regression R-Square Adj R-Square
70.659
5.548
0.000
-0.387
1.620
-0.038
0.812
0.002 0.016 0.926 0.891 0.622 7.113E-5
0.110 0.123 0.865 0.881 0.311 0.000
0.003 0.023 0.168 0.182 0.288 0.045 0.323 0.143 0.023
0.987 0.897 0.290 0.317 0.051 0.753
Dari hasil analisis diatas, karena model tidak signifikan maka dilakukan uji regresi dengan menghilangkan beberapa variabel yang multikolinear. Tabel 19, menunjukkan nilai R-Square dari model tersebut menjadi 0,111. Artinya, seluruh variabel menjelaskan 11,1% varian dari persepsi nilai anak dan model secara statistik signifikan pada taraf α =5%. Variabel yang secara nyata berpengaruh terhadap persepsi nilai anak yaitu pendidikan ibu (α =10%) dan besar keluarga (α =5%). Tabel 19 Ringkasan analisis regresi untuk faktor-faktor yang diduga mempengaruhi persepsi nilai anaksetelah dihilangkan beberapa variabel Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients P-Value Variabel B Std. Error Beta Konstanta 72.758 2.506 0.000* Pendidikan 1.071 0.598 0.230 0.079** responden Besar keluarga 0.645 0.277 0.298 0.024* P Value of Regression 0.035* R-Square 0.111 Adj R-Square 0.079 * nyata pada α=5% ** nyata pada α=10%
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi Waktu pada Keluarga Contoh Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi investasi waktu pada keluarga miskin dan tidak miskin. Untuk variabel bebas berupa investasi waktu, variabel tetap yang diikutkan dalam model regresi adalah kategori kesejahteraan keluarga (miskin dan tidak miskin), nilai anak, total pendapatan, besar keluarga, usia ayah, usia ibu,
40
pendidikan ayah, dan pendidikan ibu. Dari hasil analisis regresi yang terdapat pada Tabel 19, nilai R-Square adalah 0,356.Artinya, seluruh variabel menjelaskan 35,6% varian dari investasi waktu.Model secara statistik signifikan pada taraf α =5% dan terdapat duavariabel yang secara nyata berpengaruh terhadap persepsi investasi waktu yaitu pendidikan ibu dan nilai anak. Tabel 20 Ringkasan analisis regresi untuk faktor-faktor yang diduga mempengaruhi investasi waktu Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Variabel P-Value B Std. Error Beta Konstanta Kategori Kesejahteraan keluarga Usia responden Pendidikan suami Pendidikan responden Besar keluarga Total pendapatan Nilai anak P Value of Regression R-Square Adj R-Square
13.993
12.166
0.256
-0.188
1.756
-0.015
0.915
0.061 -0.945 2.773 -0.564 0.000 0.463
0.110 0.926 0.893 0.350 0.000 0.153
0.069 -0.137 0.453 -0.209 -0.130 0.370 0.002* 0.356 0.266
0.586 0.312 0.003* 0.113 0.301 0.004*
* nyata pada p<0.05
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alokasi Waktu dalam Sehari pada Ibu Keluarga Contoh Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi waktu dalam sehari pada keluarga miskin dantidak miskin. Untuk variabel bebas berupa alokasi waktu dalam sehari, variabel tetap yang diikutkan dalam model regresi adalah kategori kesejahteraan keluarga (miskin dan tidak miskin), total pendapatan, besar keluarga, usia ayah, usia ibu, pendidikan ayah, pendidikan ibu, nilai anak, dan investasi waktu ibu pada anak. Dari hasil analisis regresi yang terdapat pada Tabel 21, nilai R-Square adalah 0,235. Artinya, seluruh variabel menjelaskan 23,5% varian dari alokasi waktu dalam sehari pada ibu. Model secara statistik tidak signifikan pada taraf α =5%.
41
Tabel 21 Ringkasan analisis regresi untuk faktor-faktor yang diduga mempengaruhi alokasi waktu mengurus anak Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients Model P-Value B Std. Error Beta Konstanta Kategori kesejahteraan keluarga Usiasuami
10.598
6.151
-0.163
0.867
-0.029
0.851
-0.145
0.061
-0.442
0.021
Usia responden
0.010
0.066
0.025
0.881
Pendidikan suami Pendidikan responden Besar keluarga
-0.334
0.479
-0.109
0.488
0.031
0.540
0.012
0.954
0.311
0.178
0.260
0.086
Total pendapatan
-6.688E-5
0.000
-0.077
0.587
Nilai anak
-0.039
0.083
-0.069
0.644
Investasi waktu P Value of Regression R-Square Adj R-Square
0.030
0.073
0.069
0.677
0.091
0.130 0.235 0.092
PEMBAHASAN Keluarga adalah unit terkecil yang terdiri dari individu-individu yang terkait oleh perkawinan (suami isteri), darah atau adopsi (orangtua anak), dan dalam kasus keluarga luas terlihat adanya nenek, kakek dengan cucu. Fungsi keluarga adalah
bertanggung
jawab
dalam
menjaga,
menumbuhkan,
dan
mengembangkan anggota-anggotanya (Guhardja, et.al 1992). Peran orang tua menjadi hal yang penting dalam mewujudkan anak-anak yang berkualitas. Hasil penelitian mengenai karakteristik sosio demografi responden pada keluarga miskin dan tidak miskin menunjukkan bahwa usia orang tua umumnya dimulai ketika seseorang berada pada masa dewasa (20-60 tahun). Tingkat pendidikan penduduk yang semakin tinggi terbukti berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan (Chaudry et al. 2010). Hasil uji beda rataan T-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada jenjang pendidikan keluarga miskin dan keluarga tidak miskin. Menurut temuan (Khomsan et al 2008), semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang maka semakin besar kemungkinan seseorang mempunyai pendapatan yang relatif tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan
jika pendapatan pada keluarga tidak miskin lebih
tinggi. Hasil uji beda rataan T-test pun menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan total responden keluarga miskin dengan keluarga
42
tidak miskin. Goode (2007) mengemukakan bahwa pekerjaan wanita adalah lebih banyak sebagai ibu rumah tangga. Hal tersebut juga dapat dilihat dari penelitian ini yang mayoritas respondennya tidak bekerja. Hasil penelitian juga menunjukkan besar keluarga pada keluarga miskin memiliki perbedaan yang nyata dengan besar keluarga pada keluarga tidak miskin. Hasil lain dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pada dimensi psikologis baik keluarga miskin dan tidak miskin mempersepsikan nilai anak pada kategori sedang dan tinggi dengan proporsi yang berimbang. Sedangkan pada dimensi sosial dan ekonomi mayoritas responden mempersepsikan nilai anak pada kategori sedang. Dari hasil penelitian disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang nyata terhadap persepsi nilai anak dari dimensi sosial dan psikologis, walaupun demikian terdapat perbedaan yang nyata terhadap nilai anak pada dimensi ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi nilai anak dalam dimensi ekonomi pada keluarga miskin berbeda nyata dan lebih tinggi dibandingkan keluarga tidak miskin. Becker (1955) dalam Hernawati (2002) menyebutkan bahwa anak dipandang sebagai sumberdaya yang sangat berharga dan tahan lama. Anak secara alami memiliki nilai psikis dan materi. Keluarga miskin memiliki persepsi nilai yang lebih tinggi dibandingkan keluarga tidak miskin terkait pernyataan “anak merupakan tenaga kerja keluarga yang dapat membantu perekonomian keluarga” dan “kehadiran anak dapat membantu orang tua dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga”.
Oleh karena itu, walaupun keluarga tidak miskin
memiliki persepsi nilai yang lebih tinggi dibandingkan keluarga miskin terkait pernyataan “anak menyita waktu dan uang orang tua”, keluarga miskin beranggapan bahwa anak merupakan nilai investasi di masa depan. Dalam hal ini, orangtua beranggapan bahwa anak dapat memberikan kebahagiaan dan merupakan jaminan di hari tua serta membantu perekonomian keluarga. Faktorfaktor yang mempengaruhi persepsi nilai anak pada penelitian ini yaitu besar keluarga dan pendidikan ibu. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan satu anggota keluarga akan menaikkan persepsi nilai anak. Hal ini disebabkan keluarga dalam penelitian ini masih memegang erat nilai tradisional. Siregar (2003) menerangkan bahwa nilai anak dilatarbelakangi berbagai faktor diantaranya tingkat pendidikan yang dapat menyebabkan perbedaan mengenai pandangan anak. Perbedaan tersebut mengindikasikan adanya implikasi perbedaan nilai anak pada keluarga miskin dan tidak miskin.
43
Perilaku investasi pada anak bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup anak, karena kualitas hidup anak terkait dengan kualitas keluarga yang selanjutnya kualitas keluarga akan mempengaruhi dan juga dipengaruhi oleh lingkungannya. Perilaku investasi pada anak dapat berupa uang dan waktu. Pada penelitian ini hanya melihat perilaku investasi waktu yang dikategorikan dalam dua hal yaitu alokasi waktu responden dalam mengurus anak yang dinyatakan dengan lamanya jam per hari dan juga perilaku investasi waktu berupa tingkat keseringan responden dalam melakukan aktivitas tertentu bersama anak. Waktu
merupakan
sumberdaya
yang unik.
Dari hasil penelitian
Mangkuprawira (1985) membagi waktu ibu secara umum kedalam enam kegiatan yaitu waktu rumah tangga, waktu mencari nafkah, waktu sosial, waktu pendidikan, waktu pribadi, dan waktu luang. Keseharian waktu ibu dari keluarga miskin dan keluarga tidak miskin lebih banyak dihabiskan untuk mengurus anak. Dalam pengasuhan anak, pendidikan orang tua akan turut menentukan kualitas pengasuhan. Menurut Ali (2009), kaum perempuan yang mengikuti pendidikan dengan lebih baik akan lebih mampu menjaga kesehatan diri dan anak-anaknya. Hal ini tercermin dari kesadaran keluarga tidak miskin terhadap pentingnya ASI, imunisasi, serta kebiasaan Ibu dalam menemani anak ketika makan atau mengajak anak makan bersama yang ditunjukkan dengan investasi waktu mereka terhadap ketiga hal tersebut yang lebih tinggi dibandingkan keluarga miskin. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa latar belakang tingkat pendidikan responden keluarga tidak miskin lebih tinggi dibandingkan keluarga miskin. Berdasarkan pengamatan di lokasi penelitian, responden pada keluarga miskin lebih sering datang ke posyandu dibandingkan responden pada keluarga tidak miskin. Dari pengamatan juga didapatkan responden pada keluarga miskin sering membacakan cerita kepada anak dari alat bantupendidikan berupa poster, buku, dan lainnya yang terdapat di posyandu. Hal ini menjelaskan mengenai mengapa responden pada keluarga miskin lebih sering membacakan buku cerita kepada anak dibandingkan keluarga tidak miskin. Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi waktu yang dilakukan responden pada penelitian ini yaitu pendidikan ibu, dan nilai anak. Roswita (2005) mengemukakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka diasumsikan kemampuannya akan semakin baik dalam mengakses dan
44
menyerap informasi serta menerima suatu inovasi. Selain itu temuan Amelia (2001) juga menerangkan bahwa pendidikan formal yang tinggi pada ibu membuat pola pengasuhan akan bertambah baik. Penelitian ini mendukung hal tersebut dimana tingkat pendidikan ibu akan mempengaruhi perilaku investasi waktu orang tua terhadap anak. Surachman (2011) berpendapat bahwa nilai anak berpengaruh terhadap investasi orang tua terhadap anaknya. Penelitian ini menguatkan penelitian tersebut dimana diperoleh data bahwa persepsi nilai anak pada keluarga responden mempengaruhi perilaku investasi waktu. Hasil lain dalam penelitian ini yaitu perilaku investasi waktu tidak berpengaruh signifikan terhadap alokasi waktu ibu dalam mengurus anak. Hal ini dikarenakan data penelitian mengenai alokasi waktu ibu hanya dilakukan sehari sehingga tidak dapat mencerminkan alokasi waktu ibu sebenarnya. Sementara, hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan mengenai persepsi nilai anak dan perilaku investasi waktu pada anak antara keluarga miskin dan tidak miskin.Hal ini diprediksi disebabkan karena karakteristik masyarakat pedesaan yang mempunyai sifat homogen dalam mata pencaharian, nilai-nilai dalam kebudayaan, serta dalam sikap dan tingkah laku seperti yang diungkapkan oleh Shahab (2007). Keterbatasan Penelitian Penelitian
ini
hanya
mengukur
alokasi
waktu
sehari
dengan
menggunakan metode recall, sehingga dapat menjadi bias dalam penelitian dan tidak dapat menggambarkan alokasi waktu ibu sebenarnya. Selain itu indikator kesejahteraan keluarga yang digunakan hanya menggunakan satu indikator menurut BKKBN saja. Data kesejahteraan keluarga mungkin saja berbeda jika menggunakan indikator lain seperti BPS atau World Bank.
45
Simpulan Dan Saran
Simpulan Beberapa karakteristik demografis, sosial, dan ekonomi menunjukkan perbedaan yang signifikan antara keluarga miskin dan tidak miskin di lokasi penelitian. Jenjang pendidikan responden dan suami serta pendapatan keluarga memperlihatkan bahwa keluarga tidak miskin memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan keluarga miskin. Lebih tingginya pendapatan di keluarga tidak miskin disebabkan karena mayoritas pekerjaan suami responden di keluarga tidak miskin adalah wirausaha, sementara suami responden di keluarga miskin dominan sebagai kuli bangunan. Hasil penelitian menunjukkan besar keluarga pada keluarga miskin berbeda nyata dibandingkan keluarga tidak miskin. Penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan persepsi nilai anak antara keluarga miskin dan tidak miskin, hanya pada dimensi ekonomi, keluarga miskin menganggap anak memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan keluarga tidak miskin. Begitu juga dengan investasi waktu, perbedaan hanya terjadi pada dimensi gizi/pangan dimana keluarga tidak miskin memiliki investasi waktu lebih dibandingkan keluarga miskin. Alokasi waktu sehari pada ibu lebih banyak dilakukan untuk mengurus anak. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi nilai anak adalah besar keluarga dan pendidikan ibu. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku investasi waktu yaitu pendidikan ibu dan persepsi nilai anak.
Saran Besarnya persepsi nilai anak pada dimensi ekonomi di keluarga miskin cenderung akan meningkatkan jumlah anak di keluarga miskin. Keluarga miskin mempunyai persepsi bahwa anak adalah investasi masa depan dalam sisi ekonomi. Hal ini tentu akan menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah yang akan menggalakan Program KB. Karena berdasarkan sejumlah penelitian lain, keterbatasan
sumber daya
menjadikan
kelompok miskin
tidak mampu
memberikan investasi yang memadai bagi anaknya, sehingga akan menimbulkan fenomena rantai kemiskinan yang lebih luas. Penelitian ini hanya dilakukan dengan latar belakang keluarga miskin dan tidak miskin di perdesaan. Objek penelitian pada masyarakat perkotaan mungkin dapat memberikan gambaran tambahan mengenai persepsi nilai anak dan
46
investasi waktu orang tua pada anak antara keluarga miskin dan tidak miskin. Peningkatan juga perlu ditingkatkan dalam hal perbaikan metode dan penambahan parameter pengamatan yang belum dilakukan dalam penelitian ini. Penelitian selanjutnya diharapkan bisa melengkapi keterbatasan dari ruang lingkup penelitian ini.
47
DAFTAR PUSTAKA Ali, M. 2009. Pendidikan untuk Pembangunan Nasional : Menuju Bangsa Indonesia yang Mandiri dan Berdaya Saing Tinggi. Jakarta: Grasindo Amelia, E. 2001.Pengetahuan Gizi dan Persepsi Ibu Rumah Tangga Kader dan Bukan Kader Posyandu tentang Kurang Energi Protein (KEP) Balita serta Partisipasi Penanggulangannya.[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Anderson E, Hague S. 2007. The impact of investing in children: assesing the cross country econometric evidance. Working Paper 280. London: Overseas Development Institute. Barro RJ. 1991. Economic growth in a cross section of countries. Quarterly Journal of Economics. 407-43. Bianchi, Suzanne. (2000). Maternal Employment and Time With Children: Dramatic Change or Surprising Continuity? Demography 37 (4): 401-414. .https://netfiles.uiuc.edu/r-ferrer/.../BianchiMaternalEmploy.pdf [26 September 2010] Bonke J, Andersen GE. 2009.Parental investment in children: how educational homogamy and bargaining affect time allocation. Odense: University Press of Southern Denmark. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia. Jakarta: Badan PusatStatistik. Bryant,W.K. 1990. The Economic Organization of The Household. Cambridge University Press. Cambridge. Cahyaningsih,N. 1999. Persepsi Remaja terhadap Gaya Pengasuhan Orangtua dan Hubungannya dengan Kenakalan Remaja SMU di Jakarta Pusat.Anak [Skripsi].Bogor : Institut Pertanian Bogor. Chaudry IS, Malik S, Hassan A, Faridi MZ. 2010. Does education alleviate poverty? Empirical evidence from Pakistan. IRJFE: Issue 52 (2010) Deacon RE, Firebaugh FM. 1988. Family Resource Management: Principles and Application. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Folbre N. 2008. Valuing Children : rethinking the Economics of the Family. England : Harvard University Press. Gauthier, Anne H., Smeeding, Timothy M., & Furstenberg, Jr., Frank F. (2004). Are Parents Investing Less Time in Children? Trends in Selected Industrialized Countries. Population and Development Review, 30 (4): 647-671.www.unb.ca/.../pbrief_parents_time_use.pdf
48
Goode, WJ. 2007. Sosiologi Keluarga edisi ketujuh.Jakarta : Bina Aksara. Guhardja S. et al. 1992. Diktat Manajemen Sumberdaya Keluarga.Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Guhardja S, Hartoyo, Megawangi R, Sumarwan U, & Heryatno Y. 1995. Studi transisi keluarga, konsumsi pangan dan gizi, dan perkembangan anak. [The study on the family in transition, food and nutrition consumption, and child development]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Guryan J. et al. 2006. Parental Education Children.University of Chicago NBER
and
Parental Time
with
Hample K. 2010. Intergenerational transfer of human capital among immigrants families. Illinois: Illinois Wesleyan University. www.iwu.edu/economics/PPE18/3Hample.pdf [16 Oktober 2010] Harisudin M. 1997. Pola Pengasuhan dan Harapan Ibu kepada AnakBerdasarkan Perspektif Gender pada Keluarga Ibu Bekerja dan tidakBekerja [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Hartoyo. 1998. Investmenting in children: study of rural families in Indonesia. [Disertasi]. Blacksburg: Virginia Tech University. Hartoyo, et al. 2003.Perilaku investasi pada anak keluarga nelayan dan implikasinya terhadap pengentasan kemiskinan. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Hernawati N. 2002. Nilai Anak dan Pengasuhan Berdasarkan Gender pada Anak Usia 2-3 Tahun di Kota Bogor [Skripsi]. Bogor: InstitutPertanian Bogor. Hoffman LW, Thomas A, Manis JD. 1978. The Value of children to parents in the United States. Jounal of Population.1(2). Pp, 91-131. Hurlock EB. 1980. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga. Jatiningsih.2004. Analisis Alokasi Waktu Ibu dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Sosial Anak pada Keluarga Nelayan di Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Khomsan A et al. 2008. Modul Penyuluhan Pangan dan Gizi. Departemen Gizi Masyarakat. IPB. Bogor. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. 2009. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Tahun 1978-2009. Kurniatillah N. 2003. Persepsi dan Nilai Gender, Keharmonisan Keluarga danKualitas Pengasuhan pada Anak Usia 3-5 Tahun di Kota Bogor [Skripsi].Bogor: Institut Pertanian Bogor. Leibowitz A.1982. Home Investments in Children. The Journal of Political Economy 82 (2) Part 2: S111-S131.
49
Lestari EP. 2011. Beban Kerja, Dukungan Sosial, serta Hubungannya dengan Alokasi Waktu Pengasuhan di Daerah Rawan Pangan Kabupaten Banjarnegara,Provinisi Jawa Tengah.[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Mangkuprawira.1985. Alokasi Waktu dan Kontribusi Kerja Anggota Keluarga dalam Kegiatan Ekonomi Rumah Tangga Studi Kasus di Dua Tipe Desa di Kabupaten Sukabumi di Jawa Barat.[Disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. McLanahan, Sara & Sandefur, Gary. (1994) Growing Up With a Single Parent: What Hurts, What Helps. Cambridge, MA: Harvard University Press. Mindasa. 2007. Pengaruh Pemberian ASI dan Stimulasi Psikososial terhadapTingkat Perkembangan Kognitif Anak Usia 2.5-5 Tahun [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Monks, FJ et al. Psikologi Perkembangan dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Muhi HA. 2011. Perencanaan Pembangunan Desa. Jatinangor: Alqaprint. Permatasari,D. 2010. Pengaruh Pendidikan dan Nilai Anak terhadap Alokasi Pengeluaran untuk Pendidikan Anak.[Skripsi].Bogor : Institut Pertanian Bogor. Putri SS. 2006. Hubungan Antara Nilai Anak, Pola Asuh dan Aktivitas Anak Sibuk [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Rahmaulina N. 2007. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Gizi dan TumbuhKembang Anak serta Stimulasi Psikososial dengan PerkembanganKognitif Anak Usia 2.5-5 Tahun [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Rahmawati D. 2006.Status Gizi dan Perkembangan Anak di Taman PendidikanKarakter Semai Benih Bangsa Sutera Alam, Desa Sukamantri,Kecamatan Tamansari Bogor [Skripsi]. Bogor: InstitutPertanian Bogor. Roswita, R.2005. Alokasi Pengeluaran Rumah Tangga untuk Pendidikan dan Kaitannya dengan Prestasi Belajar Anak pada Keluarga Nelayan di Kabupaten Indramayu.[Skripsi]. Bogor:Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Santrock JW. 2007. Perkembangan Anak. Edisi kesebelas jilid 2, Rahmawati M, A Kuswanti, penerjemah; Hardani W, editor. Jakarta: Penerbit Erlangga, Terjemahan dari Child Development, elevent edition. Sa’diyah,N.Y. 1998. Pengaruh Karakteristik Keluarga dan Pola Pengasuhan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak (Studi Kasus pada Etnis Jawa dan Minang).[Tesis].Bogor : Institut Pertanian Bogor.
50
Schiller BR. 2008. The Economics of Poverty and Discrimination. New Jersey: Prantice Hall. Schultz TW. 1981. Investing in People: The Economics of Population Quality. Berkeley: University of California Press. Sen AK. 1999. Investing in early childhood: its role in development. Breaking The Poverty Cycle: Investing in Early Childhood. Paris: Inter-American Development Bank. Shahab,K. 2007. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Ar Ruzz Media. Sheykhi MT. 2009.Children as a source of Happiness within The Iranian families: profiles and challenges. African Journal of Political Science and International Relations.3(11). Pp,526-531. Siregar FA. 2003. Pengaruh Nilai Anak dan Jumlah Anak Pada Keluarga Terhadap Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Medan: Univesitas Sumatera Utara. Siregar H, Wahyuniarti D. 2008.Dampak pertumbuhan ekonomi terhadap penurunan jumlah penduduk miskin. Di dalam: Yusdja et al., editor. Peran Sektor Pertanian dalam Penanggulangan Kemiskinan. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Suckow,Klaus. 2002. Value of Children in Six Cultures. Proceeding of the symposium. Pp,241-246. Sumarwan, U. 2004. Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta : Ghalia Indonesia. Sunarti E. 2008. Naskah Akademik: Indikator Keluarga Sejahtera. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Surachman A. 2011. Transfer Kemiskinan Antargenerasi : Pengaruh Nilai Anak dan Perilaku Investasi pada Anak [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Syafaruddin.2002. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan. Jakarta: Grasindo Taubman P. 1996.The roles of the family in the formation of offsprings’ earnings and income capacity. Household And Family Economics. Editor: Menchik PL. Boston: Kluwer Academic Publisher. [UNDP]. United Nations Development Programme . 2011. Human Development Report 2011. New York : UNDP. Welis W .1994. Hubungan Alokasi Waktu dan Tingkat Pendapatan Ibu Rumah Tangga yang Bekerja di Sektor Informal dengan Status Gizi Anak Balita [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
51
Woodhouse, S. 1997. Parental Strategies for Increasing Child Well-being : The Case of Elementary School Choice. Barkeley: University of California. Wulandari DD. 2009. Nilai Anak Bagi Orang Tua dan Dampak Terhadap Pengasuhan [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Wuryani U. 2002. Analisis Terhadap Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Program Wajib Belajar Sembilan Tahun di Desa Kedungwaru Kidul Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak [Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro. Zick, C.D. & Bryant, W.K. (2006).A New Look at Parents’ Time Spent in Childcare: Primary and Secondary Time Use. Social Research 25: 260280.
52
53
LAMPIRAN
54
55
KODE
KUESIONER ANALISISPERSEPSI NILAI ANAK DAN PERILAKU INVESTASI WAKTU ORANG TUA PADA ANAK (Kasusdi Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor) Nama Responden (Ibu)
:
Nama Anak
:
Alamat Responden
:
RT/ RW
:
Desa/ Kel
:
Kecamatan
:
Hari/ Tanggal Wawancara
:
Enumerator
:
Editor
:
Entri
:
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
56
KARAKTERISTIK KELUARGA RESPONDEN Identitas Keluarga (Luas/ Inti)*) No.
Hubungan dengan KK1)
Nama Anggota Keluarga
Tanggal Lahir (Tgl/bln/thn)
JK2)
Pendidikan Terakhir 3)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Keterangan: *)
Lingkari salah satu
1) 1. Kepala keluarga; 2.Istri; 3. Anak; 4.Lainnya, sebutkan____________ 2) Jenis kelamin: 1. Laki-laki; 2. Perempuan 3) 0. Tidak pernah sekolah; 1.Tidak tamat SD; 2.SD/sederajat; 3. SMP/sederajat; 4. SMA/sederajat; 5. Diploma/sederajat; 6.S1/Sarjana; 7. S2/S3
Pendapatan Keluarga Anggota Keluarga Kepala Keluarga Istri Anak Anggota lain2)
Status Pekerjaan1)
Per hari
Pendapatan (Rp) Per minggu
Per bulan
Utama: Tambahan: Utama: Tambahan: Utama: Tambahan: Utama: Tambahan:
Total pendapatan Keterangan: 1)
Pekerjaan utama dilihat dari rutinitas, waktu yang dikeluarkan paling banyak dan penghasilan yang paling banyak
2)
Bila anggota lain yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga lebih dari satu orang, maka pendapatan tersebut dijumlahkan
Identitas Anak Balita Contoh Nama Usia Jenis Kelamin
: : :
57
NILAI ANAK 1 = Tidaksetuju , 2 = Kurang setuju, 3 =Setuju, 4 = Sangat setuju No Pernyataan Nilai Psikologis 1 Kehadiran anak dapat memperkuat hubungan antara suami dan istri 2 Anak merupakan merupakan beban dalam hidup* (membuat kepikiran, cemas, dll) 3 Anak memberikan dorongan untuk lebih semangat bekerja 4 Anak dapat menimbulkan stress pada orang tua* 5 Anak merupakan berkah perkawinan 6 Keberadaan anak memberikan kepuasan pada orang tua 7 Anak menimbulkan perasaan was-was atau khawatir* 8 Anak memberikan jaminan rasa aman di hari tua 9 Anak merupakan hiburan bagi orang tua 10 Anak memberikan kegembiraan dan kebahagiaan dalam hidup orang tua 11 Kehadiran anak membuat orang tua menjadi kurang bebas bepergian/bekerja* Sub Total Nilai Psikologis Nilai Sosial 12 Anak terdidik dengan baikakan menimbulkan penghargaan bagi orang tua dan keluarga dari masyarakat 13 Keberadaan anak merupakan suatu keharusan dalam sebuah keluarga 14 Keluarga lebih dihargai di masyarakat jika memiliki anak yang berpendidikan tinggi 15 Anak merupakan kebanggaan keturunan 16 Anak merupakan ahli waris dalam keluarga 17 Anak yang berperilaku buruk akan mempermalukan nama keluarga di mata masyarakat 18 Anak dapat meneruskan garis keluarga/keturunan, nama keluarga, dan tradisi keluarga Sub Total Nilai Sosial Nilai Ekonomi 19 Semakin banyak anak maka semakin bertambah beban tanggungan orang tua* 20 Anak diharapkan dapat memberikan bantuan ekonomi di hari tua bagi orang tua 21 Merawat dan membesarkan anak sangat menguras keuangan keluarga* 22 Anak menyita waktu dan uang orang tua* 23 Kehadiran anak dapat membantu orang tua dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga 24 Anak merupakan tenaga kerja keluarga yang dapat membantu perekonomian keluarga 25 Anak harus membalas budi orang tua 26 Biaya yang harus dikeluarkan untuk memberi makan dan pakaian anak-anak cukup besar* Sub Total Nilai Ekonomi TOTAL
1
2
3
4
58
PERILAKU INVESTASI WAKTU ORANG TUA PADA ANAK 1 = Tidakpernah, 2 = Kadang-kadang, 3 =Sering, 4 = Selalu No Pernyataan Pendidikan 1 Ibu mengajak anak untuk ikut terlibat dalam kegiatan keluarga dan masyarakat, seperti mengikuti pengajian, kerja bakti, dan kegiatan perkumpulan lainnya 2 Ibu bermain dengan anak 3 Ibu membacakan buku cerita/cerita/dongeng 4 Ibu mengajak anak pergi berekreasi 5 Ibu menghadiri acara/kegiatan yang melibatkan anak seperti lomba 6 Ibu mendampingi anak belajar membaca 7 Ibu mendampingi anak menonton TV 8 Ibu mengantar anak ke TK / PAUD / Play Group Kesehatan 1 Ibu membawa anak ke Posyandu setiap bulan 2 Ibu membawa anak untuk melakukan imunisasi 3 Ibu menambah pengetahuan tentang kesehatan anak (misal membaca artikel/buku kesehatan) 4 Ibu mengajari anak mencuci kaki dan tangan 5 Ibu mengajak anak untuk berolahraga bersama (minimal seminggu sekali) 6 Ibu mengajari anak menggosok gigi Gizi/ Pangan 1 Ibu menemani anak ketika makan atau mengajak anak makan bersama 2 Ibu memberikan ASI pada anak 3 Ibu menyiapkan sarapan 4 Ibu memasak menu makanan khusus untuk anak 5 Ibu menambah pengetahuan mengenai gizi anak (misalnya dengan membaca artikel/buku atau mengikuti penyuluhan)
1
2
3
4
59
Alokasi Waktu Ibu Jam
03.00 – 04.00
04.00 – 05.00
05.00 – 06.00
06.00 – 07.00
07.00 – 08.00
08.00 – 09.00
09.00 – 10.00
10.00 – 11.00
Kegiatan
Keterangan
60
11.00 – 12.00
12.00 – 13.00
13.00 – 14.00
14.00 – 15.00
15.00 – 16.00
16.00 – 17.00
17.00 – 18.00
18.00 – 19.00
61
19.00 – 20.00
20.00 – 21.00
21.00 – 22.00
22.00 – 23.00
23.00 – 24.00
24.00 – 01.00
01.00 – 02.00
02.00 – 03.00
TERIMA KASIH
62
RIWAYAT HIDUP
Penulis berasal dari keluarga sederhana pasangan Almarhum Slamet Riyadi dan Suhermin, dilahirkan di Purwokerto pada tanggal 9 Mei 1986. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 4 Purwokerto pada tahun 2006. Pada tahun yang sama, penulis mendapat kesempatan masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI). Penulis memilih mayor Ilmu Keluarga dan Konsumen, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, dan minor Gizi Masyarakat, Departemen Gizi Masyarkat. Saat menjadi mahasiswa, penulis cukup aktif mengikuti berbagai organisasi dan kepanitiaan.Tahun 2006/2007 penulis menjadi staf divisi syiar IM3 (Ikatan Musholla Putri Asrama TPB IPB).Tahun 2007 - 2010 penulis juga aktif di organisasi
masjid
kampus
LDK
Al
Hurriyah
sebagai
sekretaris
divisi
perpustakaan dan sekretaris divisi keputrian.Penulis juga mendapat kesempatan menjadi asisten mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI) pada tahun 2008/2009. Penulis juga mengikuti berbagai kegiatan dalam kampus sebagai panitia antara lain sebagai staf Penanggung Jawab Keluarga (PJK) pada masa perkenalan mahasiswa baru (MPKMB) pada tahun 2007, staf Divisi Danus SALAM ISC (Islamic Student Center) pada tahun 2008, dan koordinator Penanggung Jawab Keluarga (PJK) pada masa perkenalan departemen (MPD) Ilmu Keluarga dan Konsumen pada tahun 2008. Selama perkuliahan di IPB, penulis mendapatkan beasiswa Karya Salemba Empat (KSE) pada tahun 2007 – 2008.