JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 11 No. 1, April 2011 : 36 - 40
ANALISIS PERPUTARAN PIUTANG VS PERPUTARAN HUTANG LANCAR DALAM RANGKA MENINGKATKAN TINGKAT LIKUIDITAS PT UNILEVER INDONESIA DAN PT MAYORA INDAH Oleh * Lukman Hidayat dan David Susanto * Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Bogor
ABSTRACT Payable account analysis is short term liabilities to be paid in a period of a year including loans, short term loans and short term obligations such as taxes in progress and interest. Liquidity ratio describes company in complying with itsshort term obligations when they are mature. Its linkage with current debt ratio is the sooner the current debts are paid the more exact the impact of liquidity ratio level of the company to pay its payable debts. The purpose of this study is to look for information and to find out the truth of how far payable account turnover is influenced by the liquidity ratio. The evaluation result of this study is that a good working capital turnover will result in profitability, so the company has power to run its business properly. Key words: payable account turnover; receivable account turnover; liquidity ratio
PENDAHULUAN Pada saat ini semua perusahaan banyak yang menggunakan berbagai metode untuk mengatur pembayaran hutang lancar dalam perusahaannya, selain itu perusahaan juga membutuhkan manajer-manajer yang ahli di bidang pemasaran, keuangan, personalia, operasional. Disini Peran manajer keuangan adalah peran yang paling vital dan menjadi peng-koordinat arah serta arus kas yang akan diberikan untuk apa saja peran kas tersebut dilakukan. Peran kas sangat amat mendominasi kinerja perusahaan sampai-sampai salah satu ahli perusahaan ada yang bilang bahwa kas merupakan darah dalam tubuh manusia. Manajer keuangan mengambil alih dan mengontrol semua aliran kas dalam perusahaan
ini merupakan keharusan yang memang semestinya dilakukan oleh perusahaan dalam menindak lanjuti persedian kas dalam perusahaan, dimana antara pemasukan dan pengeluaran kas diharuskan memiliki keseimbangan, meskipun berlebihan kasnya itu tidak menjadi masalah asalkan pihak Manajer keuangan dapat menetapkan Batas-batas. Dengan menetapkan ini manajer keuangan dapat menentukan pengalihan kas yang berlebihan. Tetapi bukan disana saja peran utamanya, peran yang sangat mendominasi lainnya adalah dimana pihak manajer keuangan harus dapat mengontrol hutang lancar dari perusahaan ini, dimana perusahaan harus dalam keadaan likuid untuk menanggapi hutang lancar yang didapat oleh perusahaan, dimana hutang lancar itu diperoleh dari pihak supplier maupun pihak
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 11 No. 1, April 2011
peminjam dana. Hutang lancar tersebut diperoleh untuk membiayai semua aktivitas dalam perusahaan. Jika dilihat-lihat kembali peranan pengendalian aktiva lancar harus bisa lebih besar dari besaran hutang lancar yang didapat, dimana dalam hal ini aktiva lancar haruslah lebih meningkat dibandingkan peningkatan yang terjadi di hutang lancar. Dengan menggunakan rasio perputaran huntang lancar (Account Payable turnover) maka kita dapat mengetahui seberapa besar perusahaan untuk menangangi perputaran hutang lancarnya. Disini ditekankan kembali manajer untuk menciptakan keseimbangan dimana proses pengaturan aktiva lancar yang baik akan mempengaruhi kinerja perusahaan, dengan melihat aturan mainnya, pihak manajer dapat mengatur didalamnya mengenai dana-dana apa saja yang akan ditinjak lanjutin untuk sebuah operasional perusahaan. Dan ditegaskan lagi pihak manajer harus bisa mengantarkan perusahaan yang ada untuk tetap likuid. Dengan memberikan kinerja atau performa yang baik perusahaan dalam mengatur Hutang lancar, ke-likuiditasian serta mengarahkan aliran kas yang baik, maka perusahaan dapat membantu banyak pihak yang ingin mengivestasikan uangnya keperusahaan ini dan dapat menjamin apa yang telah dipinjam oleh pihak perusahaan. Jika buruk kinerja atau performa perusahaan maka, kesulitan likuiditas akan menganggu kinerja perusahaan dalam mendapatkan keuntungan maupun membayar kewajiban jangka pendeknya maupun jangka panjangnya, jika perusahaan itu tidak dapat mengatasi itu semua maka gawang kebangkrutan di depan mata sudah tidak bisa dihindari lagi, kecuali ada penyelamatan secara dini yang dapat dilihat dari penganggaran kas perusahaan tersebut. Dimana Sebagian besar manajer dan investor akan melihat kinerja perusahaan dilihat dari penganggaran kas untuk melakukan langkah-langkah kedepannya untuk berinvestasi dan terus mengembangkan kekuatannya.
METODE PENELITIAN Didalam penyusunan teori pada penelitian yang dibuat penulis ini, jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder atau data eksternal yang didapat penulis dari Bursa Efek Indonesia dan situssitus terkait lainnya. Data Penelitian ini merupakan suatu data secara ber-urutan dari waktu ke waktu dan merupakan sekumpulan aktivitas dalam perusahaan (lebih kepada keuangan perusahaan) dalam beberapa periode tertentu yaitu tahunan. Didalam penulisan ini penulis menggunakan analisis rasio karena analisis ini dapat membandingkan seberapa besar perbandingan antara proksi dalam variabel yang dapat menggambarkan ada tidaknya resiko dari sebuah transaksi yang dilakukan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Perbandingan Perputaran Piutang dengan Perputaran Hutang Lancar terhadap rasio Likuiditas pada PT. Unilever Indonesia, Tbk dan PT. Mayora Indah, Tbk. Perbandingan Piutang dan Hutang Lancar PT. Unilever Indonesia, Tbk dan PT. Mayora Indah, Tbk Tabel 1 Tabel ARTO DAN APTO PT. Unilever Indonesia, Tbk Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
ARTO 20,963 16,534 16,267 15,673 13,564
APTO 2,021 2,276 2,492 3,170 3,671
Tabel 2 Tabel ARTO DAN APTO PT. Mayora Indah, Tbk Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
ARTO 4,902 4,294 4,827 5,199 5,423
Jika di lihat dari dari ke maka pada PT. Unilever mengindikasikan kecepatan cepat dari pada APTO
APTO 2,675 2,947 4,427 6,347 7,332 dua tabel di atas Indonesia, Tbk ARTOnya lebih sehingga akan 37
HIDAYAT dan SUSANTO, Analisis Perputaran Piutang Vs Hutang Lancar
mempermudah mendapatkan Kas untuk melakukan pembayaran hutang lancarnya ini untuk mempertahankan stabilitas kas dalam operasional perusahaan. Sedangkan untuk PT. Mayora Indah, Tbk maka di dapat perputaran piutangnya terhadap perputaran hutang lancarnya tetapi di tahun 2008 dan 2009 bersifat kurang baik, maka akan terjadi kesulitan dalam mencari kas di tangan, dimana kas tersebut berfungsi untuk mengatasi semua biaya operasional perusahaan. Untuk ini PT. Unilever Indonesia, Tbk lebih baik dalam mengatasi perputaran piutang terhadap perputaran hutang lancarnya. Perbandingan Hutang lancar terhadap rasio likuiditas pada PT. Unilever Indonesia, Tbk dan PT. Mayora Indah, Tbk sangat mempengarui dimana, Pengaruhnya adalah Besaran Hutang lancar yang akan direncanakan untuk dibayarkan sesuai jatuh tempo dengan melihat dari Unsur Aktiva lancar perusahaan ini terutama dilihat dari kas, piutang, persediaan. Disini Peranan nya aktiva lancar akan berpengaruh besar, dimana aktiva lancar sebagai penyediaan dan pengakibat bagi Hutang lancar. Semakin besar hutang lancar yang diperoleh, maka seharusnya semakin besar kebutuhan yang harus dicapai pada aktiva lancar. Dimana diharuskan persediaan harus berputar lebih cepat alias lebih cepat terjual dan disisi piutang harus lebih cepat lagi untuk di lakukan penagihan karena sifat hutang lancar yang merupakan kewajiban utama perusahaan itu hanya bisa diperoleh dari Kas, dimana kas itu bermutlak dan satu-satunya alat untuk membayar hutang lancar. Tetapi perlu diingat juga masing-masing perusahaan harus bisa mengatur keleluasaan kas yang ada ditangan, karena jika kas yang sudah dapat diatur dan dibagikan untuk membayar kewajiban lancar maka harusnya kas yang tersisa yakni kas yang menganggur, harus bisa di pergunakan lebih baik dimana mungkin arahnya bisa dapat dilakukan pendanaan lain, ini bersifat seperti apa yang terjadi di kas rasio.
Kas rasio PT. Unilever Indonesia, Tbk Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Rasio Kas 0,470 0,493 0,180 0,234 0,248
Peningkatan 0,023 -0,313 0,054 0,015
Kas rasio PT. Mayora Indah, Tbk Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Rasio Kas 0,075 0,026 0,049 0,102 0,093
Peningkatan -0,049 0,023 0,053 -0,009
Pengaruh utama yang hutang lancar terhadap rasio likuiditas adalah dimana masingmasing perusahaan harus bisa membayar hutang lancarnya secara tepat waktu dan perusahaan harus bersifat likuid dan tak akan menganggu aktivitas dalam perusahaan tersebut. Jika dihubungkan kembali dengan rasio lancar, dimana perusahaan harus likuid untuk menangani hutangnya, bisa dilihat dari tabel sebagai berikut: Rasio Lancar PT. Unilever Indonesia, Tbk Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Rasio Lancar 0,933 1,266 1,110 1,004 1,042
Peningkatan 0,333 -0,156 -0,106 0,038
Rasio Lancar PT. Mayora Indah, Tbk Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Rasio Lancar 3,537 3,909 2,931 1,799 2,290
Peningkatan 0,373 -0,978 -1,132 0,491
Kita dapat melihat, sangat baik jika semua hutang lancarnya diatas angka 1, dimana menurut iktisar yang terdapat dimasing-masing buku analisis laporan keuangan angka 1 maupun lebih itu sangat baik untuk di miliki, sedangkan jika berada dibawah angkat 1 sifat 38
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 11 No. 1, April 2011
perusahaan tersebut akan sangat kurang baik, dimana perusahaan akan sulit untuk melakukan pembayaran hutang lancarnya dan jika keadaan perusahaan mengalami perubahan, dimana sifatnya akan bersifat menurun maka akan menciptakan kekecewaan pada pihak supplier dan pihak peminjam dana pada perusahaan dan lama-lama akan tidak akan dipercaya kembali oleh mereka dan akan mencoreng nama baik perusahaan, selain itu, jika perusahaan terus tidak mengalami perubahaan dan bersifat tidak likuid maka perusahaan ini harus cepat-cepat mempersiapkan kemungkinan terburunya. Untuk sejauh ini setelah melakukan peneliatan untuk pengaruh hutang lancar terhadap rasio likuiditas pada PT. Unilever Indonesia, Tbk dan PT. Mayora Indah, Tbk maka didapat kedua perusahaan ini sudah baik untuk kinerja melakukan perputaran hutang lancarnya, dimana masing-masing perusahaan sudah menerapkan keahlian masing-masing untuk meminimalisirkan terjadinya tidak likuid dan memanfaatkan kasnya dengan baik, dimana kasnya itu sangat berperan serta untuk mengurangi akibat dari pengangguran kas yang berlebihan.
KESIMPULAN Setelah lakukan perhitungan terhadap APTO dam ARTO terhadap PT. Unilever Indonesia, Tbk dan PT. Mayora Indah, Tbk, maka didapat perusahaan ini sudah baik menangani hutang lancarnya tetapi kurang baik untuk menangani ARTOnya. Sifat APTOnya pun bersifat positif terus akan sangat baik untuk kinerja perusahaan dan disamping itu, pembayaran hutang lancar terhadap rasio likuiditas juga sangat berpengaruh, dimana perusahaan akan lebih baik lagi untuk mengatasi semua hal dan membagi dan mengefisiensikan pengunaan aktiva lancarnya untuk membiayai hutang dan membiayai aktivitas perusahaan untuk menghasilkan pendapatan, balik lagi untuk mendapatkan kas serta kas yang dipergunakan akan kembali lagi digunakan untuk membayar Hutang lancar intinya pengunaan aktiva lancar dan pembayaran hutang lancar akan selalu berputar terus dan sifatnya aktiva lancar harus lebih besar dari hutang lancarnya sehingga akan
mempermudah dikedepannya. Yang menjadi pokok penting untuk dilihat dalam hal ini adalah Kas, Piutang, Persedian dan hutang lancar. Pengendalian secara tepat akan membantu perusahaan untuk lebih baik dan likuid.
DAFTAR PUSTAKA Achmad Noor. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Bogor, Penerbit : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan. Agnes Sawir. 2001. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Cetakan Ke 2. Lembaga penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama ; Jakarta. Agus Sartono. 2001. Manajemen Keuangan., BPFE Yogyakarta, Yogyakarta. Bambang Riyanto. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta. Bambang Riyanto. 2007. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta. Dewi Astuti. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan. Ghalia Indonesia, Jakarta Farah
Margaretha. 2005. Manajemen Keuangan Investasi dan Sumber Dana Jangka Pendek, Grasindo. Jakarta.
G. Sugiarso., dan F Winarni. 2006. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Media Pressindo Harahap, Sofyan syafri. 2006. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Harahap, Sofyan syafri. 2004. Standar Akuntansi Keuangan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt and Terry D Warfield. 2001. Intermediate Accounting. Tenth Edition, New York: John Wiley and Sons Inc. Munawir. 2004. Analisis Laporan Keuangan. Lembaga penerbit : Liberty Yogyakarta.
39
HIDAYAT dan SUSANTO, Analisis Perputaran Piutang Vs Hutang Lancar
Suad Husnan., dan Enny Pudjiastuti. 2004. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi 4, Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Soemarso S. R. 2004. Ravisi Akuntansi Suatu Pengantar: Edisi 5 Buku I, Penerbit: PT. Salemba Emban Patria, Jakarta.
Siswanto Sutojo. 2002. Mengenali Arti dan Penggunaan Neraca Perusahaa. Seri Manajemen No.1. Jakarta: PT. Damar Mulia Pustaka..
Van
40
Horne, James C., and Jhon M. Wachowicz. Jr. 2005. Foundamentals of Financial Management. Tenth Edition, New Jersey: Prentice Hall Inc.