e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.1 Tahun 2015)
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI AKTIVA TETAP BERWUJUD PADA ORGANISASI NIRLABA DI MARKAS PMI KABUPATEN BULELENG 1
Ni Luh Nariasih, 1I Luh Gede Erni Sulindawati, 2Nyoman Trisna Herawati Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui bagaimana pencatatan harga perolehan aktiva tetap berwujud; 2) mengetahui bagaimana metode penyusutan aktiva tetap berwujud; 3) mengetahui bagaimana penyajian aktiva tetap berwujud di laporan keuangan, pada Markas PMI Kabupaten Buleleng berdasarkan PSAK 45. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskritif komparatif yaitu membandingkan metode yang digunakan perusahaan dengan metode yang sesuai dengan kajian teori yang telah dipaparkan. Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer yang diperoleh dari hasil wawancara, dan data sekunder yang diperoleh dari studi literatur dan catatan-catatan yang berhubungan dengan penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini: 1) penelitian lapangan, 2) penelitian kepustakaan, 3) mengakses website yang berkaitan dengan topik permasalahan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Markas PMI Kabupaten Buleleng tidak melakukan pencatatan harga perolehan aktiva tetap berwujud sesuai dengan PSAK 45 karena rendahnya kualitas sumber daya manusia, para donatur yang bersifat tidak mengikat dan tidak adanya pengawasan independen. 2) Markas PMI Kabupaten Buleleng tidak menggunakan metode penyusutan karena tidak melakukan penyusutan terhadap aktiva tetap yang dimilikinya. 3) Markas PMI Kabupaten Buleleng tidak menyajikan aktiva tetap berwujud di laporan keuangan, karena laporan keuangan yang dibuat masih menggunakan format yang sederhana yaitu pemasukan/debet dan pengeluaran/kredit. Kata kunci: Aktiva Tetap Berwujud, PSAK 45, Markas PMI Kabupaten Buleleng
Abstract This present study was intended to: 1) identify how the prices of acquisition of tangible fixed assets were recorded; 2) identify what method was used to record the reduction in value of the tangible fixed assets; 3) identify how the tangible fixed assets were presented in the financial statement of the Office of the Indonesian Red Cross of Buleleng Regency based on PSAK 45. Qualitative research method with descriptive comparative approach was used in the present study, meaning that the method used by the company was compared to the theoretical analysis already presented. The data were obtained from the primary data source through interview, and the secondary data which were obtained from library research and notes related to the present study. The methods used in the present study are: 1) field research, 2) library research, and 3) browsing the websites related to the topic of the study.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.1 Tahun 2015) The result of the study showed that 1) the Office of the Indonesian Red of Buleleng Regency did not record the price of the acquisition of the tangible fixed asset in accordance with PSAK 45, resulting from the low quality of human resources, the non binding donator, and no independent supervision. 2) The Office of the Indonesian Red Cross of Buleleng Regency did not use the method of reduction in value, as nothing was recorded related to the reduction in value of the tangible fixed asset. 3) The Office of the Indonesian Red Cross did not present the tangible fixed assets in the financial statement; the reason was that the financial statement still referred to the simple format, that is, debit and credit. Keywords: Tangible Fixed Asset, PSAK 45, Office of the Indonesian Red Cross of Buleleng Regency
PENDAHULUAN Perusahaan adalah sebuah organisasi yang cenderung pada aktivitas usaha untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan, untuk mewujudkan hal tersebut, manajemen selaku pihak yang bertanggung jawab melaksanakan aktivitas perusahaan berkewajiban melakukan pengelolaan berbagai sumber daya yang ada dengan efektif dan efisien. Untuk menilai pihak manajemen dapat dilakukan dengan menilai informasi akuntansi yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Kewajaran informasi yang terdapat dalam suatu laporan keuangan sangat ditentukan oleh kewajaran masing-masing unsurnya dimana salah satu unsur laporan keuangan tersebut adalah aktiva tetap. Aktiva tetap (fixed asets) adalah aset berwujud yang dimilki oleh perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau menyediakan barang atau jasa, untuk disewakan, atau untuk keperluan administrasi dan diharapkan dapat digunakan lebih dari satu periode (Surya, 2012). Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan cara perolehannya bermacammacam, ada yang diperoleh dengan cara membeli tunai, membeli kredit jangka panjang, dibangun sendiri, ditukar dengan surat berharga, dan dapat juga diperoleh dari sumbangan atau donasi (hadiah). Penentuan harga perolehan aset tetap tidak dilihat dari sudut harga belinya, tetapi mencangkup seluruh pengeluaran sampai aset tersebut siap untuk dioperasikan. Menurut Soemarso (2005) harga perolehan aktiva tetap adalah semua biaya yang terjadi untuk memperoleh suatu aktiva tetap sampai tiba di tempat dan siap digunakan harus dimasukkan sebagai bagian dari harga perolehan aktiva yang bersangkutan.
Aktiva tetap di bedakan menjadi dua, yaitu aktiva tetap berwujud dan aktiva tetap tidak berwujud. Aktiva tetap berwujud yang sudah tidak digunakan lagi dalam pengoperasiannya harus dihapuskan, sehingga diperlukan aktiva tetap pengganti. Perlakuan atas aktiva tetap berwujud perlu mendapat perhatian yang serius dan benar, karena kesalahan dalam pengelolaan dan pemakaian dapat menyebabkan perusahaan tidak beroperasi secara efesien dan efektif. Sehingga perlakuan terhadap aktiva tetap perlu direncanakan dengan baik mulai saat aktiva tersebut diperoleh sampai aktiva tetap tersebut diberhentikan. Penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan secara wajar dan benar akan sangat membantu manajemen perusahaan dalam menyampaikan informasi keuangan yang dapat dipercaya kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan dapat digunakan untuk menentukan kegiatan perusahaan serta dalam pengambilan keputusan. Setiap entitas yang berdiri pasti memiliki aktiva, sama halnya dengan organisasi nirlaba, meskipun tujuan utamanya bukan mencari laba, tetapi aktiva tetap menjadi salah satu faktor yang paling penting dalam keberlangsungan organisasinya. Menurut Mardiasmo (2009) organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal dalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba. Organisasi nirlaba meliputi gereja, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi jasa sukarelawan, serikat buruh, asosiasi
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.1 Tahun 2015) profesional, institut riset, museum, dan beberapa petugas pemerintah. Transaksitransaksi seperti hibah merupakan transaksi yang sering terjadi dalam organisasi nirlaba. Hal ini juga telah diatur dalam PSAK tentang peraturan khusus yang menangani organisasi nirlaba yaitu PSAK 45 revisi 2011 yang sudah resmi berlaku sejak 1 Januari 2012. Untuk lebih jelasnya aktiva tetap diatur dalam PSAK 16 revisi 2011 tentang aset tetap. Secara umum pembukuan organisasi nirlaba dalam PSAK 45 terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan aktivitas dan laporan arus kas. PMI (Palang Merah Indonesia) merupakan salah satu jenis organisasi nirlaba yaitu organisasi jasa sukarelawaan yang merupakan suatu organisasi nasional, yang berdiri atas azas kemanusiaan dan atas dasar sukarela dengan tidak membeda-bedakan bangsa, golongan, dan paham politik. PMI bertanggung jawab kepada pemerintah mengenai terlaksananya tugas-tugas PMI seperti upaya kesehatan transfusi darah, dilaksanakan dengan membentuk Unit
Donor Darah PMI yang merupakan unit pelayanan teknis, mengelola darah, pelayanan dalam penanggulangan bencana, pelayanan pertolongan pertama dilaksanakan dengan adanya unit-unit ambulance, dan kegiatan kemanusiaan lainnya. Markas PMI Kabupaten Buleleng tentunya memiliki banyak aktiva tetap berwujud yang tidak dikelola dengan baik. Aktiva tetap tersebut ada yang diperoleh dari pembelian dengan menggunakan dana rutin dan ada juga diperoleh dari donatur. Kebanyakan aktiva tetap tersebut diperoleh dari donatur. Aktiva tetap berwujud tersebut tentunya memiliki masa manfaat pemakaian, ada yang dalam perjalanannya mengalami kerusakan yang mungkin masih bisa diperbaiki ataupun sudah tidak bisa digunakan lagi. Ketika aktiva tetap tersebut rusak dan tidak bisa digunakan lagi maka aktiva tetap tersebut harus dihapuskan. Adapun daftar aktiva tetap yang dimiliki oleh Markas PMI Kabupaten Buleleng 31 Desember 2014 dapat dilihat pada tabel 1:
Tabel 1. Daftar inventaris Markas PMI Kabupaten Buleleng No 1 2 3 4 5 6
Nama Aktiva Tetap Tanah Gedung Kendaraan Mesin Sarana dan Prasarana Kantor Peralatan Elektronik Kantor
Harga Perolehan 362.000.000 2.500.000 33.980.000 37.525.000
Sumber: Markas PMI Kabuaten Buleleng Tahun 2014
Karena banyaknya aktiva tetap berwujud yang dimiliki oleh Markas PMI Kabupaten Buleleng, dan tidak dikelola dengan baik serta tidak disajikan dalam laporan keuangan. Maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pencatatan harga perolehan aktiva tetap berwujud, metode penyusutan yang digunakan serta bagaimana penyajian aktiva tetap berwujud di laporan keuangan pada Markas PMI Kabupaten Buleleng. Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diangkat
dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana pencatatan harga perolehan aktiva tetap berwujud pada Markas PMI Kabupaten Buleleng, (2) Bagaimana metode penyusutan aktiva tetap berwujud pada Markas PMI Kabupaten Buleleng, dan (3) bagaimana penyajian aktiva tetap berwujud di laporan keuangan pada Markas PMI Kabupaten Buleleng. METODE Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif komparatif
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.1 Tahun 2015) yaitu membandingkan metode yang digunakan perusahaan dengan metode yang sesuai dengan kajian teori yang telah dipaparkan. Sumber data dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini berupa wawancara dengan pengurus Markas PMI Kabupaten Buleleng. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur dan catatan-catatan yang berhubungan dengan penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan penelitian lapangan, penelitian kepustakaan dan mengakses website atau situs-situs yang berkaitan dengan topic permaslahan (Moh. Nazir, 2005). Penelitian lapangan dalam penelitian ini terdiri dari pengamatan ke tempat penelitian dan wawancara dengan pengurus markas PMI Kabupaten Buleleng. Sedangkan penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari, mengkaji dan memahami sumber-sumber data yang terkait dalam penelitian. Teknik analisis dalam penelitian ini adalah teknik analisis interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan huberman (1992) dalam Moleong (2005) dengan tahapan sebagai berikut. (1) reduksi data (data reduction); (2) penyajian data (data display); dan (3) menarik kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pencatatan Perolehan Aktiva Tetap Berwujud Berdasarkan data yang bersumber dari Markas PMI Kabupaten Buleleng, aktiva tetap yang dimiliki diperoleh tidak hanya dari pembelian saja, namun juga berasal dari para donatur yaitu donatur dari program-program yang dilakukan oleh PMI Pusat. Namun Markas PMI Kabupaten Buleleng tidak melakukan pencatatan jurnal terhadap harga perolehan aktiva tetap yang dimilikinya. Biaya perolehan suatu aktiva terdiri dari harga belinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aktiva tersebut ke kondisi yang membuat aktiva tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan. Dan setiap aktiva yang masuk baik itu berasal dari pembelian maupun donatur harus dibuatkan pencatatan berupa jurnal. Tetapi Markas PMI Kabupaten Buleleng tidak
melakukan pembuatan jurnal, seperti hasil wawancara penulis berikut ini: “Kami di PMI Kabupaten Buleleng, kebanyakan aktiva yang kami miliki adalah hasil dari donatur. Terkecuali kalau memang PMI Kabupaten membutuhkan, baru membeli. Karena setiap tahun selalu ada kegiatan/program yang bekerjasama dengan PMI Kabupaten. Seperti tahun 2013 kemarin ada program HIV/AIDS dari Hongkong Red Cross. Jadi barang-barang yang perlukan untuk mendukung jalannya program sudah diberikan oleh donatur.” Dari hasil kutipan diatas mengenai perhitungan penentuan besarnya perolehan aktiva tetap belum menerapkan pencatatan sebagaimana mestinya sehingga terjadi ketidaktepatan dalam menentukan besarnya harga perolehan aktiva tetap. Dalam pembelian aktiva secara tunai seharusnya ada pencatatan terhadap aktiva tetap yang dibeli sesuai dengan harga perolehan yaitu harga beli ditambah dengan beban yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap tersebut. Dengan mendebet akun aktiva tetap dan mengkredit akun kas. Namun dalam kenyataannya Markas PMI Kabupaten Buleleng tidak melakukan pencatatan jurnal. “…Kami di PMI tidak ada pembuatan jurnal apapun, kalau membeli barang ya mengeluarkan uang sejumlah harga barang tersebut dan ketika barang datang dicatat oleh bagian inventaris/logistik.” Begitu juga ketika aktiva diperoleh dari donatur (sumbangan), yang dinyatakan dalam SAK bahwa : “Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun modal donasi”. Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan/donasi akan dicatat sebesar harga pasarnya. Dengan mendebet aktiva tetap dan mengkredit akun modal donasi. Sama halnya dengan aktiva yang diperoleh dari pembelian tunai, Markas PMI Kabupaten Buleleng juga tidak melakukan penjurnalan terhadap aktiva tersebut. “…Ketika aktiva diserahkan dari pihak donatur, dan diterima oleh Kepala Markas
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.1 Tahun 2015) hanya dicatat ke daftar inventaris oleh bagian inventaris”. Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa Markas PMI Kabupaten Buleleng tidak melakukan pencatatan sesuai dengan PSAK 45. Seperti yang disampaikan oleh bendahara berikut ini: “Jadi kami di PMI tidak melakukan pencatatan seperti teori-teori akuntansi. Bahkan saya sendiri tidak mengerti dengan teori tersebut, mungkin karena saya tidak sarjana hanya tamatan SMK. Selain itu juga, tidak ada pengawasan dan pelaporan khusus kepada pengurus maupun pihak donatur. Kalau ke pengurus laporannya setiap tahun hanya sebatas penerimaan berapa dan pengeluarannya berapa, dan sesuai dengan RAB yang sudah kita ajuin sebelumnya. Begitu juga dengan para donatur bila berupa dana biasanya sudah diberikan format laporan. Sehingga kami tinggal mengisi dan menyesuaikan dengan format tersebut. Tetapi jika berupa barang, tinggal diterima kepala markas setelah itu tidak ada laporan khusus lagi. Hasil wawancara menunjukkan ada faktor-faktor yang menyebabkan Markas PMI Kabupaten Buleleng tidak melakukan pencatatan, seperti yang disampaikan…”Kami dari pengurus hanya menggunakan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki, para donatur yang bekerjasama juga tidak menuntut petanggungjawaban, selain itu juga tidak ada pengawasan yang ketat dari pihak manapun.” Kualitas sumber daya manusia Kompetensi sumber daya manusia merupakan kemampuan sumber daya manusia untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya dengan bekal, pendidikan, dan pengalaman yang cukup memadai. Hal ini juga mempengaruhi pencatatan keuangan Markas PMI Kabupaten Buleleng. Peraturan pencatatan yang banyak dan selalu mengalami perubahan menjadi salah satu kendala bagi bendahara, selain itu
tidak pernah adanya pelatihan, pendidikan untuk membuat pencatatan agar sesuai dengan peraturan yang berlaku. Donatur yang tidak mengikat Markas PMI Kabupaten Buleleng menerima sumbangan dari pihak donatur yang terlibat dengan program kegiatan. Tidak ada pertanggungjawaban terhadap sumbangan yang diberikan. Selain itu ketika ada program yang dijalankan sudah diberikan format laporan keuangan, sehingga pihak Markas PMI Kabupaten Buleleng hanya mengisi sesuai dengan format tersebut. Tidak adanya pengawasan independen Tidak adanya lembaga independen khusus yang menangani atau mengawasi entitas nirlaba, karena entitas nirlaba seperti Markas PMI Kabupaten Buleleng hanya diawasi oleh pengurus PMI Kabupaten Buleleng yang sebagai pengawas intern. Berbeda halnya dengan pengawas independen seperti BPK hanya terbatas memiliki kewajiban dalam pemeriksaan keuangan sektor publik. Lembaga indpenden lainnya seperti KAP sebatas memeriksa sektor swasta. Selain itu juga tidak adanya tuntutan atau paksaan terhadap pemangku kepentingan, maka secara tidak langsung prinsip tata kelola yang baik juga tidak akan dijalankan. Penyusutan Aktiva Tetap Berwujud Penentuan besarnya harga perolehan aktiva tetap yang kurang tepat akan berpengaruh terhadap laporan keuangan yang disusun oleh suatu organisasi. Harga perolehan aktiva tetap menjadi lebih rendah dari yang semestinya dengan tidak dikapitalisasinya biaya-biaya harga perolehan aktiva tetap. Hal ini juga mempengaruhi biaya penyusutan yang dibebankan pada setiap periode akuntansi akan menjadi lebih rendah dari yang semestinya, sedangkan biaya-biaya ini akan menyebabkan biaya operasional dalam laporan aktivitas tersebut menjadi lebih rendah dari yang semestinya. Penentuan beban operasi yang kurang tepat nilainya akan berpengaruh pula pada laba rugi aktivitas yang diperoleh.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.1 Tahun 2015) Dalam menentukan nilai buku dari aktiva tetap akan sangat berhubungan dengan penyusutan. Penyusutan adalah alokasi jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut dikurangi dengan estimasi nilai sisa (salvage value) aset tersebut pada akhir masa manfaatnya (Surya, 2012). Penyusutan aktiva tetap berwujud dalam akuntansi dibagi atas penyusutan aktiva tetap berupa bangunan dan penyusutan aktiva tetap bukan bangunan. Menurut PMK-96/PMK.03/2009 (PP tentang golongan harta berwujud bukan bangunan) aktiva tetap bukan bangunan terbagi ke dalam 4 kelompok. Untuk semua jenis usaha aktiva tetap dengan rekening Buku Perpustakaan, Sarana dan Prasarana belajar (mebel serta perlengkapan khusus), Peralatan Elektronik (PC,Printer, Laptop, dll). Untuk aktiva kelompok I memiliki estimasi umur ekonomis selama 4 tahun, sedangkan untuk bangunan memiliki penyusutan 5% per tahun. Untuk kendaraan termasuk dalam aktiva kelompok II yang mempunyai umur ekonomis 8 tahun dan bagi entitas nirlaba aktiva tetap disusutkan tanpa nilai sisa. Menurut PSAK 45 aktiva tetap diakui dan dicatat berdasarkan harga perolehan dan disajikan berdasarkan harga perolehan aktiva tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Pengeluaran setelah perolehan awal aktiva tetap yang memperpanjang masa manfaat ekonomis dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu layanan atau peningkatan standar kerja dikapitalisasi pada aktiva yang bersangkutan. Aktiva tetap yang diperoleh dari donatur (sumbangan) dinilai sebesar harga pasar wajar pada saat tanggal transaksi. Dalam menentukan besarnya biaya penyusutan menurut Hery (2013), ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
menentukan besarnya biaya penyusutan setiap periode yaitu harga perolehan, nilai sisa (residu) dan taksiran umur ekonomis. Selain itu ada beberapa metode yang digunakan dalam penentuan penyusutan aktiva tetap seperti Metode garis lurus, metode saldo menurun ganda, metode jumlah angka tahun, metode unit produksi dan metode jam kerja mesin. Namun pada PMI Kabupaten Buleleng tidak menggunakan salah satu dari metode yang ada diatas karena PMI Kabupaten Buleleng tidak melakukan penyusutan terhadap aktiva tetap yang dimilikinya. Seperti yang dikatakan oleh bendaharanya: “Di sini tidak ada menggunakan metode-metode penyusutan untuk aktiva yang kami miliki. Jadi tidak ada penentuan umur ekonomis, harga perolehan dan nilai sisa. Paling yang ada hanya service terhadap kendaraan atau barang lain yang rusak. Pengeluarannya kami pun catat di buku kas sebagai pengeluaran service. Namun tidak ada penjurnalan yang khusus kami lakukan. Selain itu dari donatur sendiri juga kalau barang sudah diberikan ke kami, udah barang itu jadi milik kami tidak ada laporan terkait dengan barang yang diberikan. Sehingga kami hanya mencatat sebatas pengeluaran yang kami lakukan, tidak ada jurnal apalagi penyusutan”. Dalam PMK-96/PMK.03/2009 (PP tentang golongan harta berwujud bukan bangunan), koleksi kepustakaan sesuai pemanfaatannya secara ekonomis disusutkan sepanjang masa manfaat ekonomis selama 2 tahun dengan metode saldo menurun ganda. Kecuali untuk tanah, seluruh aktiva tetap disusutkan sepanjang masa manfaat ekonomis dengan metode garis lurus dengan tarif sebagai berikut:
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.1 Tahun 2015) Tabel 2. Perkiraan Masa Manfaat Aktiva Tetap Rekening Bangunan Taman Instalasi Kendaraan Peralatan Perabot
Masa Manfaat 20 tahun 10 tahun 5 tahun 5 tahun 4 tahun 4 tahun
Tarif per tahun 5% 10 % 20% 20% 25% 25%
Sumber: PMK-96/PMK.03/2009
Penyajian Laporan Keuangan Aktiva tetap yang dimiliki oleh Markas PMI Kabupaten Buleleng tidak disajikan dalam laporan keuangan. Di dalam laporan keuangan yang dibuat oleh bendahara masih menggunakan laporan yang sederhana yaitu pengeluaran dan pemasukan yang dibuat di dalam buku kas. Jadi setiap pengeluaran yang keluar dicatat dibagian kredit dan pemasukan dicatat di bagian debet. “Sekali lagi ditegaskan bahwa pembukuan yang kami lakukan masih sangat sederhana. Tidak seperti perlakuan akuntansi di perusahaan atau instansi-instansi lain yang sesuai dengan teori yang telah ditetapkan. Setiap pengeluaran yang dikeluarkan seperti service itu saya catat di bagian kredit/pengeluaran, sedangkan kalau ada pemasukan seperti tugas jaga, saya catat di bagian debet/pemasukan. Jadi dilaporan keuangan kami tidak ada aktiva, kemudian utang, piutang, penyusutan atau yang lain. Hanya ada pemasukan dan pengeluaran. Selsihnya ya itu saldo, atau bagi perusahaan disebut laba. Tapi kalau di PMI tidak ada laba. Markas PMI Kabupaten Buleleng tidak menyajikan komponen aktiva tetapnya pada laporan posisi keuangan, hanya menyajikan daftar aktiva yang dimiliki dan itupun dicatat oleh bagian logistik. Tidak ada penyajian akumulasi penyusutan karena tidak melakukan penyusutan terhadap aktiva tetap yang dimiliki. Seharusnya penyajian aktiva tetap disajikan di dalam laporan keuangan. Jadi laporan keuangan yang dibuat masih sangat
sederhana sekali. Hanya ada pengeluaran dan pemasukan. Tidak ada laporan laba/rugi dan neraca yang dibuat. Sehingga bagi yang membutuhkan laporan keuangan, akan sulit mengetahui berapa jumlah akumulasi terhadap aset tetap yang bersangkutan dan nilai buku dari masingmasing kelompok aset tersebut. Sekali lagi ditegaskan oleh bendahara: “Kami di PMI berbeda dengan laporan keuangan di instansi lain karena saya juga di bagian keuangan bukan orang ekonomi dan belum lama disini. Jadi saya menyesuaikan dengan laporan yang sudah ada terdahulu. Dan laporan itu juga mudah dipahami oleh teman-teman. Selain itu laporan keuangan yang kami buat tidak hanya laporan keuangan intern kita saja, tetapi ketika ada program dari donatur laporannya juga terpisah. Dan laporan keuangan itu sudah ditentukan formatnnya oleh donatur. Menurut IAI (2011), menetapkan unsur-unsur dalam laporan keuangan organisasi nirlaba berdasarkan PSAK No.45, meliputi: 1) Laporan Posisi Keuangan, 2) Laporan Aktivitas, 3) Laporan Arus Kas, 4) Catatan Atas Laporan Keuangan. Aktiva tetap perusahaan disajikan dalam laporan keuangan pada komponen neraca dan berada pada sisi debit neraca. Menurut Harahap (2002), bentuk penyajian aktiva tetap di dalam neraca yang umumnya sering digunakan oleh perusahaan adalah: “1) Di Neraca yang hanya mencantumkan nilai buku saja atau nilai cost aktiva tetap masing-masing
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.1 Tahun 2015) dan kemudian dikurangi akumulasi penyusutan secara global, 2) Informasi yang lebih lanjut dapat dibuat dalam catatan atas laporan keuangan . Di sini dapat dibuat nilai cost masing-masing dan akumulasi penyusutan masing-masing, 3) Informasi yang lebih lanjut lengkap dapat dilihat melalui lampiran daftar aktiva tetap.” Nilai Buku adalah nilai sebuah barang setelah dikurangi akumulasi penyusutan. Yang dikurangi akumulasi penyusutan adalah nilai/harga pemebelian/harga perolehan. Secara matematis, nilai buku dapat disamakan dengan harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan. Akumulasi penyusutan merupakan jumlah penyusutan mulai dari bulan saat pembelian barang tersebut sampai bulan perhitungan nilai buku barang tersebut. Aktiva yang dapat disusutkan seringkali merupakan bagian signifikan aktiva perusahaan. Penyusutan karenanya dapat berpengaruh secara signifikan dalam menentukan dan menyajikan posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan (PSAK 17). Selanjutnya
dalam PSAK 17 mengenai penyusutan juga disebutkan bahwa: “Jumlah yang dapat disusutkan dialokasikan ke setiap periode akuntansi selama masa manfaat aktiva dengan berbagai metode yang sistematis. Metode manapun yang dipilih, konsistensi dalam penggunaannya adalah perlu, tanpa memandang tingkat profitabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan, agar dapat menyediakan daya banding hasil operasi perusahaan dari periode ke periode.” Maka untuk nilai buku aktiva tetap Markas PMI Kabupaten Buleleng akan dapat dihitung dengan membandingkan antara harga perolehan aktiva tetap dikurangi dengan penyusutan. Untuk aktiva tetap tanah yang tidak dilakukan penyusutan menggunakan nilai pasar atau nilai wajar. Namun di Markas PMI Kabupaten Buleleng tidak ada nilai perolehan tanah dan bangunan, karena merupakan hak guna pakai dari Pemerintah Kabupaten Buleleng.
Tabel 3. Nilai buku untuk masing-masing rekening aktiva tetap tahun 2014 Nama Rekening Kendaraan Akumulasi Penyusutaan Kendaraan Saldo Mesin Akumulasi Penyusutaan Mesin Saldo Sarana dan Prasarana Kantor Akumulasi Penyusutaan Sarana dan Prasarana Kantor Saldo Peralatan Elektronik Kantor Akumulasi Penyusutaan Peralatan Elektronik Kantor Saldo
Nilai Buku Debet 362.000.000 45.533.300 2.500.000 1.625.000 33.980.000 1.406.250 37.525.000 -
Kredit 316.466.700 875.000 32.573.750
27.872.375
9.652.625
Sumber: Jurnal dan buku besar, 2014
Saldo-saldo diatas akan dimasukkan ke neraca dan mempengaruhi akun-akun
neraca. Berikut ini perbandingan saldo aktiva tetap berwujud sebelum dan sesudah penyesuaian:
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.1 Tahun 2015) Tabel 4. Perbandingan Saldo Sebelum dan Sesudah Penyesuaian No 1 2 3 4
Nama Rekening Kendaraan Mesin Sarana dan Prasarana Kantor Peralatan Elektronik Kantor Total
Saldo awal 362.000.000 2.500.000 33.980.000 37.525.000 436.005.000
Saldo Setelah Penyesuaian 45.533.300 1.625.000 1.406.250 9.652.625 58.217.175
Sumber: Nilai Tetap Aktiva Awal dan Nilai Buku, 2014
Setelah disesuaikan ternyata antara saldo awal dengan saldo yang telah disesuaikan memiliki selisih Rp 377.787.825,-. Jumlah ini tergolong material apabila disajikan secara salah akan mempengaruhi keputusan yang diambil. Perbedaan saldo sebelum dan sesudah penyesuaian disebabkan karena aktiva tetap tidak ada nilai penyustannya, dan hanya dicatat berdasarkan harga perolehannya. Berikut besarnya perbedaan sebelum dan sesudah penyesuaian: 1) Rekening kendaraan lebih saji sebesar Rp 316.466.700; 2) Rekening mesin lebih saji sebesar Rp 875.000; 3) Rekening Sarana dan Prasarana lebih saji sebesar Rp 32.573.750; 4) Rekening Peralatan Elektronik Kantor lebih saji sebesar Rp 27.872.375. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan, yaitu:
(1) Markas PMI Kabupaten Buleleng tidak melakukan pencatatan harga perolehan aktiva tetap berwujud sesuai dengan PSAK 45 karena rendahnya kualitas sumber daya manusia, para donatur yang bersifat tidak mengikat dan tidak adanya pengawasan independen; (2) Markas PMI Kabupaten Buleleng tidak melakukan penyusutan terhadap aktiva yang dimilikinya. Sehingga tidak ada metode penyusutan yang digunakan, hendaknya Markas PMI Kabupaten melakukan penyusutan terhadap aktiva yang dimiliki sesuai dengan PSAK 45; dan (3) Markas PMI Kabupaten Buleleng tidak menyajikan aktiva tetap di laporan keuangan, karena laporang keuangan yang dibuat
masih menggunakan format yang sangat sederhana. Adapaun saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian ini yaitu: (1) Pengurus Markas
PMI Kabupaten Buleleng disarankan agar dapat menerapkan akuntansi untuk entitas nirlaba sesuai dengan PSAK 45 karena aktiva tetap memiliki proporsi yang besar sehingga perlu pengelolaan yang baik; (2) Untuk dapat menerapkan PSAK 45 secara optimal perlu diadakannya pelatihan/sosialisasi kepada pihak pengurus terutama bagian keuangan agar dapat membuat laporan keuangan sesuai dengan ketentuan yang telah berlaku; dan (3) Perlu adanya badan pengawas yang khusus mengawasi dan mengevaluasi tata kelola entitas nirlaba. Sehingga kedepannya seluruh entitas nirlaba dapat menerapkan pencatatan sesuai dengan PSAK 45.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. _____. PP Tentang Golongan Harta Berwujud Bukan Bangunan. Diunduh dari http://www.pajak.go.id/dmdocuments/ PMK03-96-2009.pdf. Tanggal 18 Pebruari 2015. Harahap, Sofyan. 2002. Akuntansi Aktiva Tetap. Jakarta: Bumi Aksara Hery. 2013. Akuntansi Dasar 1 & 2. Jakarta: Grasindo Widiarsana Indonesia.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.1 Tahun 2015) Ikatan Akuntansi Indonesia. 2011. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat Moh. Nazir. 2005. Metodologi Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia Mardiasmo. 2009. Perpajakan Edisi Revisi 2009. Yogyakarta: Andi Moleong, Lexy. J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Peraturan Organisasi Palang Merah Indonesia. 2011. Pengelolaan Aset dan Logistik PMI. PSAK 16 (Revisi 2011) tentang Aktiva Tetap PSAK 17 (Revisi 2011) tentang Penyusutan PSAK 45 (Revisi 2012) Tentang Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba Soemarso. 2005. Akuntansi suatu Pengantar Buku 2 Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat.
Surya, Raja Adri Satriawan. 2012. Akuntansi Keuangan Versi IFRS. Yogyakarta: Graha Ilmu