Analisis Perbandingan Kinerja Sosial dan Islamic Social Reporting Pada Bank Syariah di Indonesia Analis Indriatun, Evony Silvino Violita 1. Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Kampus UI, Depok, 16424, Indonesia 2. Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Kampus UI, Depok, 16424, Indonesia
[email protected]
Abstrak Skripsi ini bertujuan untuk meneliti perbedaan rata-rata rasio kinerja sosial dan rata-rata tingkat pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) antara bank syariah yang telah lama beroperasi dengan bank syariah yang baru didirikan di Indonesia. Variabel yang digunakan sebagai proksi dari kinerja sosial adalah Rasio Beban Pendidikan dan Pelatihan, Rasio Donasi Pendidikan, Rasio Investasi Syariah, Rasio Pendapatan Syariah, Rasio Beban Kepegawaian, Rasio Kesejahteraan Karyawan-Pejabat Eksekutif, Rasio Bagi Hasil, Rasio Kinerja Zakat, dan Rasio Pinjaman Qardh. Skor ISR diukur dari pokok-pokok pengungkapan yang telah dikembangkan oleh AAOIFI dan peneliti sebelumnya. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan tahunan dan laporan tahunan Bank Umum Syariah tahun 2010-2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2010 tidak terdapat perbedaan rata-rata rasio kinerja sosial yang signifikan antara BUS Lama dengan BUS Baru, sedangkan pada tahun 2011 dan 2012 terdapat perbedaan rata-rata Rasio Kinerja Zakat yang signifikan antara BUS Lama dengan BUS Baru. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pada tahun 2010 dan tahun 2012 tidak terdapat perbedaan rata-rata skor ISR yang signifikan antara BUS Lama dengan BUS Baru, sedangkan pada tahun 2011 terdapat perbedaan rata-rata skor ISR yang signifikan antara BUS Lama dengan BUS Baru.
Comparative Analysis of Social Performance and Islamic Social Reporting of Islamic Banks in Indonesia Abstract This paper aimed to examine the differences of means of social performance and means of ISR disclosure between old Islamic Banks and new Islamic Banks in Indonesia. Variables which used as proxies of social performance are Training Expense Ratio, Education Grant Ratio, Islamic Investment Ratio, Islamic Income Ratio, Employees Expense Ratio, Employees-Executives Welfare Ratio, Profit Sharing Ratio, Zakat Performance Ratio, and Qardh Ratio. While ISR score was based on disclosure framework developed by AAOIFI and other earlier researchers. This research used annual financial statement and annual report of Islamic Banks for the period of 2010-2012. This research found that in 2010, there is no significant difference of means of social performance ratios between old Islamic Banks and new Islamic Banks, while in 2011 and 2012 there is significant difference of means of Zakat Performance Ratio between old Islamic Banks and new Islamic Banks. This research also found that there is no significant difference of means of ISR score between old Islamic Banks and new Islamic Banks in 2010 and 2012, while there is significant difference of means of ISR score between old Islamic Banks and new Islamic Banks in 2011. Keywords: social performance, Islamic Social Reporting, Islamic Banks
Analisis Perbandingan..., Analis Indriatun, FE UI, 2013
Pendahuluan 1. Latar Belakang Meskipun mengklaim sebagai entitas yang berlandaskan syariah, masih ditemukan adanya kesenjangan antara praktik yang dilakukan oleh perbankan syariah dengan tujuan pendiriannya (Mohammad dan Shahwan, 2013). Begitu pula dengan pengukuran kinerja dari bank syariah, mayoritas hanya berfokus pada kinerja keuangan, tanpa melihat lebih jauh keterkaitan antara kinerja bank syariah dengan tujuan pendiriannya. Mohammed et al. (2008) menyatakan bahwa tidak adanya pernyataan yang jelas mengenai tujuan pendirian bank syariah telah menyebabkan peneliti ekonomi Islam tidak memiliki pilihan selain mengadopsi pengukuran kinerja bank berdasarkan standar konvensional. Di sisi lain, sebagian besar hasil penelitian menunjukkan bahwa bank syariah tertinggal dari bank konvensional apabila pengukuran kinerjanya didasarkan pada standar bank konvensional yang berorientasi mencari keuntungan. Sebagai akibatnya, terjadi ketidaksesuaian antara pengukuran kinerja secara konvensional dengan tujuan bank syariah yang lebih luas (Mohammed et al. 2008). Menanggapi hal tersebut, beberapa peneliti seperti Al-Osaimy dan Bamakhramah (2004), Hameed et al. (2004), serta Mohammed et al. (2008) mengembangkan rasio-rasio keuangan yang sesuai dengan karakteristik bank syariah sebagai alternatif pengukuran kinerja bank syariah. Haniffa dan Hudaib (2007) menyatakan bahwa bank syariah merupakan entitas yang tujuan sosialnya sama penting (atau bahkan mungkin lebih penting) dari tujuan menciptakan keuntungan. Namun demikian, dewasa ini terdapat anggapan bahwa bank syariah pada masa kini tidak sepenuhnya beroperasi dalam rangka mewujudkan tanggung jawab dan kewajiban sosialekonomi. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa merupakan hal yang penting bagi bank syariah untuk menunjukkan bahwa tujuan utama mereka adalah mewujudkan keadilan sosial-ekonomi. Dalam rangka menginformasikan apakah bank syariah telah berhasil menghasilkan kinerja yang memuaskan dan sesuai dengan tujuan pendirian bank syariah itu sendiri, maka bank syariah dapat mengungkapkannya dalam laporan tahunan. Harahap (2003) menyatakan bahwa bagi masyarakat Muslim, selain tujuan finansial, informasi lain yang berkaitan dengan kepatuhan entitas terhadap syariah merupakan suatu hal yang penting. Shahatah (2001) menyatakan bahwa Islam merupakan sebuah sistem dan cara hidup, dimana sistem sosial, politik, ekonomi, manajemen, dan akuntansi seharusnya terintegrasi. Laporan dari entitas Islam
Analisis Perbandingan..., Analis Indriatun, FE UI, 2013
sendiri, sebagai bagian dari sistem tersebut, seharusnya berfungsi untuk menegakkan nilai-nilai Islam. Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) sebagai lembaga non-profit internasional yang independen telah berusaha untuk menyiapkan standar akuntansi, standar auditing, tata kelola perusahaan, kode etik, dan standar syariah bagi perbankan dan lembaga-lembaga keuangan syariah lainnya. AAOFI telah mengembangkan standar pelaporan lembaga keuangan syariah yang berkaitan dengan tanggung jawab sosialekonominya dalam sebuah indeks yang disebut dengan Islamic Social Reporting (ISR). ISR pertama kali dikemukakan oleh Haniffa (2002), kemudian dikembangkan lebih ekstensif oleh Othman et al. (2009) secara spesifik di Malaysia. Menurut Haniffa (2002), terdapat keterbatasan dalam laporan sosial konvensional sehingga ia mengemukakan kerangka konseptual Islamic Social Reporting berdasarkan ketentuan syariah Islam yang tidak hanya untuk membantu para pengambil keputusan tetapi juga untuk membantu perusahaan, terutama perusahaan yang sesuai ketentuan syariah, dalam rangka pemenuhan kewajiban terhadap Allah SWT dan masyarakat sekitar. Pengukuran kinerja sosial bank syariah yang telah dikembangkan oleh beberapa peneliti sebelumnya merupakan sebuah konsep penilaian kinerja yang lebih komprehensif dan sesuai dengan karakteristik bank syariah. Adapun pengungkapan atas kinerja sosial yang telah dilakukan oleh bank syariah dapat dituangkan dalam laporan tahunan sebagai bentuk komunikasi serta penerapan prinsip transparansi dan akuntabilitas oleh bank syariah. Oleh karena itu, penulis melihat bahwa kinerja sosial dan Islamic Social Reporting merupakan dua hal yang berkaitan erat dengan bank syariah. Atas dasar pertimbangan tersebut, penulis mengangkat pencapaian kinerja sosial bank syariah di Indonesia serta pengungkapannya dalam laporan tahunan sebagai tema penelitian ini, dengan membandingkan antara bank syariah yang telah lama beroperasi dengan bank syariah yang baru didirikan. Adapun pengukuran kinerja sosial bank syariah akan dikembangkan berdasarkan penelitian oleh Hameed et. al. (2004) dan Mohammed et al. (2008), sedangkan pengungkapan ISR dikembangkan berdasarkan standar pelaporan AAOIFI yang telah dikembangkan oleh Haniffa (2002), Maali et. al (2006), dan Othman et al. (2009). 2. Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara rata-rata rasio kinerja sosial pada bank syariah yang telah lama beroperasi dengan rata-rata
Analisis Perbandingan..., Analis Indriatun, FE UI, 2013
rasio kinerja sosial pada bank syariah yang baru didirikan serta untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara rata-rata tingkat pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada bank syariah yang telah lama beroperasi dengan rata-rata tingkat pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada bank syariah yang baru didirikan di Indonesia. Tinjauan Teoritis 1. Fungsi Sosial dan Tujuan Bank Syariah Berdasarkan pasal 4 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, disebutkan bahwa salah satu fungsi dari bank syariah adalah fungsi sosial, dimana fungsi tersebut merupakan sesuatu yang melekat pada bank syariah. Setidaknya ada dua instrumen yang digunakan oleh bank syariah dalam menjalankan fungsi sosialnya, yaitu instrumen Zakat, Infak, Sadaqah, dan Wakaf (ZISWAF), serta instrument qardhul hasan. Selain fungsi sosial, beberapa ekonom Islam seperti Chapra (1985, 2000), Ahmad, K. (2000), Siddiqui, S.H. (2001) dan Naqvi (2003) dalam Dusuki dan Bouheroua (2011) menegaskan bahwa bank syariah merupakan bagian dari keseluruhan sistem ekonomi Islam yang berusaha keras menegakkan keadilan dan keseimbangan masyarakat yang secara tegas dinyatakan dalam Maqasid Syariah. Bank syariah yang berlandaskan filosofi dan prinsip syariah, harus beroperasi secara jauh berbeda dari bank konvensional yang dilandasi filosofi kapitalis yang bertujuan menghasilkan keuntungan yang maksimum. Bagi bank syariah, komitmen terhadap ukhuwwah Islamiyah dan keadilan menjadikan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia sebagai tujuan utama. Kesejahteraan tersebut meliputi pemenuhan kebutuhan fisik dan spiritual yang dapat menciptakan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu, profit yang tinggi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan spiritual umat Muslim, tetapi harus diimbangi dengan pemenuhan tanggung jawab sosial bank syariah terhadap umat Muslim tersebut. Di satu sisi, bank syariah harus menyediakan imbal hasil (return) yang memadai bagi para pemasok modalnya, sedangkan di sisi lain bank syariah tidak diperkenankan membebankan biaya secara berlebihan kepada konsumennya dan mengabaikan tanggung jawab sosial dan komitmen terhadap para pemangku kepentingan (Chapra, 1985; Ahmad, K.. 2000 dalam Dusuki, 2011). 2. Kinerja Sosial Bank Syariah Di Indonesia, penilaian dan pengawasan terhadap kinerja finansial bank syariah dilakukan oleh Bank Indonesia (BI). BI selaku otoritas pengawasan bank, mengeluarkan berbagai peraturan
Analisis Perbandingan..., Analis Indriatun, FE UI, 2013
yang berfungsi untuk menilai tingkat kesehatan bank, dimana penilaian tingkat kesehatan bank tersebut menggunakan rasio-rasio pada laporan keuangan sebagai dasar penilaian. Riyadi (2006) dalam Setiawan (2010) menyebutkan bahwa tingkat kesehatan bank adalah penilaian atas suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan standar BI. Berbeda dengan pengukuran kinerja finansial yang telah diatur secara formal, pengukuran kinerja sosial bank syariah masih berada dalam tahap pengembangan. Penelitian Samad dan Hasan (2000) selain menggunakan beberapa rasio keuangan yang umum digunakan seperti rasio profitability, liquidity, risk and solvency, juga mengevaluasi komitmen perbankan syariah terhadap pembangunan ekonomi dan masyarakat muslim (commitment to domestic and Muslim community) menggunakan MMR (Mudharaba-Musyarakah Ratio) dimana semakin besar dana digunakan untuk pembiayaan bagi hasil maka menunjukkan bahwa bank tersebut memiliki komitmen kuat dalam turut serta membangun kualitas umat muslim. Selanjutnya, Hameed et al. (2004) merumuskan apa yang disebut dengan Islamicity Performance Index yang merepresentasikan rasio-rasio kinerja sosial seperti Profit Sharing Ratio, Zakat Performance Ratio, Equitable Distribution Ratio, Directors-Employees Welfare Ratio, Islamic Investment Ratio vs Non-Islamic Investment Ratio, dan Islamic Income Ratio vs Non-Islamic Income Ratio. Penelitian lain oleh Mohammed et al. (2008) mengembangkan pengukuran kinerja bank syariah menggunakan rasio keuangan sebagai indikator pemenuhan kerangka Maqasid Syariah. Kerangka Maqasid dan rasio-rasio yang digunakan yaitu: 1. Educating Individual, terdiri dari rasio Education Grant/Total Income, Research Expense/Total Expense, Training Expense/Total Expense, dan Publicity Expense/Total Expense. 2. Establishing Justice, terdiri dari rasio Profit/Total Income, Bad Debt/Total Investment, dan Intereset Free Income/Total Income. 3. Public Interest, terdiri dari rasio Net Profit/Total Asset, Zakah/Net Income, dan Investment Deposit/Total Deposit. 3. Islamic Social Reporting Bank Syariah Dusuki dan Dar (2005) mengatakan bahwa pada perbankan syariah, tanggung jawab sosial sangat relevan untuk dibicarakan mengingat beberapa faktor berikut: perbankan syariah berlandaskan prinsip syariah yang meminta mereka untuk beroperasi dengan landasan moral, etika, dan tanggung jawab sosial. Selain itu adanya prinsip atas ketaatan pada perintah Allah dan
Analisis Perbandingan..., Analis Indriatun, FE UI, 2013
Khalifah. Adanya prinsip atas kepentingan umum, terdiri dari penghindaran dari kerusakan dan kemiskinan juga turut melandasi pengungkapan CSR bagi perbankan syariah. Haniffa (2002) berpendapat bahwa pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan pada sistem konvensional hanya berfokus pada aspek material dan moral. Ia menambahkan bahwa seharusnya aspek spiritual juga dijadikan sebagai fokus utama dalam pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan karena para pembuat keputusan Muslim memiliki ekspektasi agar perusahaan mengungkapkan informasi-informasi tertentu secara sukarela guna membantu dalam pemenuhan kebutuhan spiritual mereka. Untuk itu, ia memandang bahwa perlu adanya kerangka khusus untuk pelaporan pertanggungjawaban sosial yang sesuai dengan prinsip Islam. Kerangka tersebut tidak hanya berguna bagi para pembuat keputusan Muslim, tetapi juga berguna membantu perusahaan Islam dalam pemenuhan kewajiban terhadap Allah SWT dan masyarakat. Kerangka ini dikenal dengan sebutan Islamic Social Reporting (ISR). Prinsip syariah merupakan landasan dasar atas terbentuknya Islamic Social Reporting yang komprehensif. Prinsip syariah dalam Islamic Social Reporting menghasilkan aspek-aspek material, moral, dan spiritual yang menjadi fokus utama dari pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan. Tema yang digunakan dalam kerangka ISR terdiri dari tema pembiayaan dan investasi, tema produk dan jasa, tema karyawan, tema masyarakat, tema lingkungan, dan tema tata kelola perusahaan berdasarakan dengan mengacu pada jurnal Haniffa (2002), Haniffa (2007), Maali et al. (2006), dan Othman et al. (2009) dengan total sebanyak 51 pokok pengungkapan. 4. Pengembangan Hipotesis Beberapa penelitian terdahulu telah menemukan adanya pengaruh umur terhadap kinerja perusahaan. Haltiwanger et al. (1999) menemukan bahwa umur perusahaan berhubungan positif dengan tingkat produktivitas perusahaan. Brown dan Medoff (2003) meneliti apakah perusahaan yang lebih tua membayar beban gaji yang lebih tinggi. Binks dan Ennew (1996) menemukan bahwa perusahaan yang lebih muda lebih memiliki keterbatasan dalam hal kemampuan finansial. Selain itu, perusahaan yang berumur muda memiliki risiko kegagalan yang lebih tinggi (Stinchombe, 1965 dalam Coad et al. 2013). Lebih lanjut, Coad et al. (2013) menemukan bahwa perusahaan dengan umur yang lebih tua dapat meningkatkan produktivitas, profit, ukuran, dan rasio ekutias, serta menurunkan rasio utang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
Analisis Perbandingan..., Analis Indriatun, FE UI, 2013
H1 : Rata-rata rasio kinerja sosial BUS Lama lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata rasio kinerja sosial BUS Baru Penelitian Hossain dan Hammami (2009) menemukan bahwa beberapa karakteristik perusahaan seperti umur, aset, dan kompleksitas perusahaan mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa umur perusahaan secara positif dan signifikan mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: H2 :
Tingkat pengungkapan Islamic Social Reporting BUS Lama lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pengungkapan Islamic Social Reporting BUS Baru
Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan teknik analisis deskriptif dan uji beda statistik. Periode penelitian adalah selama tiga tahun (20102012), dengan data sekunder berupa laporan keuangan dan laporan tahunan Bank Umum Syariah (BUS) yang terdaftar di Bank Indonesia (BI) per April 2013. Sampel yang dimasukkan ke dalam penelitian adalah BUS yang memiliki laporan keuangan dan laporan tahunan lengkap selama periode 2010-2012. Penelitian dilakukan dengan membagi BUS menjadi dua kelompok berdasarkan umurnya, kemudian dianalisis per tahun selama tahun 2010-2012. BUS yang memiliki umur di atas rata-rata dikelompokkan sebagai BUS Lama, sedangkan BUS yang memiliki umur di bawah rata-rata dikelompokkan sebagai BUS Baru. Uji beda statistik dilakukan dengan Independent-Samples t Test untuk data yang memiliki distribusi normal, sedangkan untuk data yang memiliki distribusi tidak normal dilakukan uji beda menggunakan Mann-Whitney Test. Tabel di bawah ini menunjukkan variabel yang digunakan dalam penelitian ini:
Analisis Perbandingan..., Analis Indriatun, FE UI, 2013
Tabel 3.1 Rangkuman Variabel Penelian
No.
Variabel
Formula
Penelitian Terdahulu
1.
Training Expense Ratio
Mohammed et al. (2008)
2.
Education Grant Ratio
Mohammed et al. (2008)
3.
Islamic Investment Ratio
4.
Islamic Income Ratio
5.
Employees Expense Ratio
Hameed et al. (2004)
6.
Employees-Executives Welfare Ratio
Hameed et al. (2004)
Hameed et al. (2004)
7.
Profit Sharing Ratio
8.
Zakat Performance Ratio
9.
Qardh Ratio
10.
Islamic Social Reporting
Hameed et al. (2004) Mohammed et al. (2008)
Samad dan Hassan (2000) Hameed et al. (2004) Mohammed et al. (2008) Hameed et al. (2004) Mohammed et al. (2008) Hameed et al. (2004) Nilai 1 akan diberikan apabila pokok pengungkapan ISR terdapat dalam laporan tahunan perusahaan dan nilai 0 akan diberikan apabila sebaliknya.
Haniffa (2002) Maali et al (2006) Othman et al (2009)
Analisis dan Pembahasan 1. Kinerja Sosial Bank Syariah Rata-rata rasio kinerja sosial industri perbankan syariah di Indonesia tahun 2010-2012 ditunjukkan oleh tabel sebagai berikut:
Analisis Perbandingan..., Analis Indriatun, FE UI, 2013
Tabel 4.1 Rata-Rata Rasio Kinerja Sosial Bank Syariah
Variabel
2010
2011
2012
TRAINING
1.95%
2.09%
1.80%
EDUC
1.20%
1.77%
0.60%
90%
100%
100%
INVEST INCOME
91.97%
94.41% 99.19%
EMPLOYEE
26.55%
22.95% 22.51%
WELFARE
12,38kali 16,23kali
PROFIT
38.60%
ZAKAT
0.20%
QARDH
39.52%
9,6kali
29.63% 27.08% 0.16%
0.16%
52.97% 45.49%
1.1 Rasio Beban Pendidikan dan Pelatihan (Training Expense Ratio/TRAINING) Melalui hasil penghitungan rasio TRAINING dapat diketahui besarnya alokasi dana untuk program pendidikan dan pelatihan pegawai. Sebagai institusi jasa keuangan, peningkatan kapasitas Sumber Daya Insani (SDI) bagi bank syariah sangat penting, karena penciptaan layanan yang berkualitas tergantung dari kualitas SDI yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini mengindikasikan alokasi anggaran bank syariah untuk peningkatan kualitas SDI yang semakin baik. Dari hasil analisis deskriptif, diketahui bahwa untuk setiap tahun (2010-2012), rata-rata rasio TRAINING BUS Lama lebih besar dari rata-rata rasio TRAINING BUS Baru. Apabila dibandingkan dengan rata-rata rasio TRAINING bank syariah secara keseluruhan, BUS Lama selalu memiliki rasio TRAINING di atas rata-rata (4,18%; 4,62%; 4,61%). Sebaliknya, BUS Baru selalu memiliki rasio TRAINING di bawah rata-rata (1%; 1%; 0,7%). Dari hasil uji beda statistik, diketahui bahwa perbedaan rata-rata rasio TRAINING antara BUS Lama dengan BUS Baru selama tahun 2010-2012 bersifat tidak signifikan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa BUS Lama belum mampu memenuhi ekspektasi stakeholders sebagai contoh atau benchmark industri perbankan syariah Indonesia dalam hal pelaksanaan fungsi edukasi, khususnya terhadap pihak internal bank syariah, yaitu karyawan. Sedangkan BUS Baru diharapkan dapat meningkatkan anggaran pendidikan dan pelatihan bagi karyawan sebagai wujud komitmen terhadap peningkatan kualitas pelayanan bank syariah terhadap nasabah.
Analisis Perbandingan..., Analis Indriatun, FE UI, 2013
1.2 Rasio Donasi Pendidikan (Education Grant Ratio/EDUC) Melalui hasil penghitungan rasio EDUC, dapat diketahui besarnya alokasi dana untuk program peningkatan kualitas pendidikan masyarakat. Rasio tersebut juga dapat digunakan untuk mengukur fungsi pemenuhan tanggung jawab sosial yang telah dijalankan oleh bank syariah. Semakin tinggi rasio ini mengindikasikan alokasi anggaran bank syariah untuk program peningkatan kualitas pendidikan masyarakat yang semakin baik. Dari hasil analisis deskriptif, diketahui bahwa untuk setiap tahun, rata-rata rasio EDUC BUS Lama lebih besar dari rata-rata rasio EDUC BUS Baru. Apabila dibandingkan dengan rata-rata rasio EDUC bank syariah secara keseluruhan, BUS Lama selalu memiliki rasio EDUC di atas rata-rata (2,35%; 2,75%; 1,81%). Sebaliknya, BUS Baru selalu memiliki rasio EDUC di bawah rata-rata (0,71%; 1,35%; 0,14%). Dari hasil uji beda statistik, diketahui bahwa perbedaan rata-rata rasio EDUC antara BUS Lama dengan BUS Baru selama tahun 2010-2012 bersifat tidak signifikan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa BUS Lama belum mampu memenuhi ekspektasi stakeholder bahwa ia akan memberikan perhatian lebih terhadap pelaksanaan fungsi edukasi terhadap masyarakat sekitar. Dengan demikian, BUS Lama dan BUS Baru diharapkan dapat meningkatkan anggaran donasi pendidikan sebagai bentuk pelaksanaan tanggung jawab sosial dan pencapaian tujuan BUS sendiri, yaitu mendidik individu (educating individual). 1.3 Rasio Investasi Syariah (Islamic Investment Ratio/INVEST) Melalui rasio INVEST dapat diketahui besarnya dana bank syariah yang ditempatkan dalam surat berharga syariah atau non-syariah dari keseluruhan surat berharga yang dimiliki oleh bank syariah. Surat berharga digunakan sebagai proksi dari total investasi karena jenis investasi ini dimiliki oleh seluruh bank syariah. Selain itu, surat berharga merupakan investasi yang bersifat sukarela bagi bank syariah, dimana tidak ada aturan dari pihak eksternal yang mewajibkan bank syariah untuk memiliki sejumlah tertentu investasi dalam surat berharga. Oleh karena itu, rasio INVEST dapat digunakan sebagai salah satu indikator pemenuhan bank syariah terhadap prinsipprinsip keuangan syariah. Semakin tinggi rasio ini, maka kepatuhan bank syariah terhadap prinsip-prinsip keuangan syariah semakin baik. Dari hasil analisis deskriptif, diketahui bahwa untuk setiap tahun, baik BUS Lama maupun BUS Baru telah secara konsisten menempatkan dananya pada surat berharga syariah (baik saham syariah maupun obligasi syariah). Hal tersebut
Analisis Perbandingan..., Analis Indriatun, FE UI, 2013
mengindikasikan bahwa bank syariah telah secara hati-hati menempatkan dananya sebagai bentuk pemenuhan terhadap prinsip-prinsip keuangan syariah. 1.4 Rasio Pendapatan Syariah (Islamic Income Ratio/INCOME) Melalui rasio INCOME dapat diketahui besarnya pendapatan yang diperoleh bank syariah yang berasal dari transaksi nonhalal, yaitu transaksi yang mengandung riba, gharar, dan sebagainya. Rasio INCOME dapat digunakan sebagai indikator pemenuhan prinsip-prinsip keuangan syariah oleh bank syariah, selain rasio INVEST yang telah dijelaskan di atas. setiap tahun, rata-rata rasio INCOME BUS Lama lebih besar dari rata-rata rasio INCOME BUS Baru. Apabila dibandingkan dengan rata-rata rasio INCOME bank syariah secara keseluruhan, BUS Lama selalu memiliki rasio INCOME di atas rata-rata (99,95%; 99,9%; 99,98%). Sebaliknya, BUS Baru selalu memiliki rasio INCOME di bawah rata-rata (88,55%; 92,03%; 98,9%). Dari hasil uji beda statistik, diketahui bahwa perbedaan rata-rata rasio INCOME antara BUS Lama dengan BUS Baru selama tahun 2010-2012 bersifat tidak signifikan. Baik BUS Lama maupun BUS Baru masih memiliki pendapatan yang bersifat nonhalal, yang terdiri dari pendapatan bunga dan denda terhadap debitur yang lalai dalam pembayaran utangnya. Pendapatan nonhalal tersebut dipisahkan dari pendapatan syariah dan oleh BUS dikelompokkan sebagai dana kebajikan (qardh hasan). Shahul et al., (2003) dalam Hameed et al,. (2004) menyatakan bahwa jika bank syariah memiliki pendapatan yang bersumber dari transaksi yang dilarang, bank syariah harus mengungkapkan informasi terkait pendapatan tersebut, dari mana sumbernya, bagaimana dana tersebut digunakan, dan yang lebih penting lagi adalah prosedur yang dapat dilakukan untuk menghindari transaksi yang dilarang oleh syariah Islam tersebut. Oleh karena itu, merupakan sebuah kewajiban baik bagi BUS Lama maupun bagi BUS Baru untuk meminimalisir atau menghilangkan pendapatan nonhalal sebagai bentuk pemenuhan terhadap prinsip-prinsip keuangan syariah. 1.5 Rasio Beban Kepegawaian (Employees Expense Ratio/EMPLOYEE) Melalui hasil penghitungan rasio EMPLOYEE dapat diketahui besarnya alokasi anggaran bank syariah yang digunakan sebagai pembayaran gaji dan tunjangan karyawan. Rasio ini mengukur pemenuhan kewajiban bank syariah terhadap karyawannya. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin besar perhatian bank syariah terhadap kesejahteraan karyawan dan keluarganya. Dari hasil analisis deskriptif, diketahui bahwa setiap tahun, rata-rata rasio EMPLOYEE BUS Baru lebih besar dari rata-rata rasio EMPLOYEE BUS Lama. Apabila dibandingkan dengan rata-
Analisis Perbandingan..., Analis Indriatun, FE UI, 2013
rata rasio EMPLOYEE bank syariah secara keseluruhan, BUS Baru selalu memiliki rasio EMPLOYEE di atas rata-rata (20,99%; 22,49%; 19,78%). Sebaliknya, BUS Lama selalu memiliki rasio EMPLOYEE di bawah rata-rata (28,94%; 23,15%; 23,54%). Dari hasil uji beda statistik, diketahui bahwa perbedaan rata-rata rasio EMPLOYEE antara BUS Lama dengan BUS Baru selama tahun 2010-2012 bersifat tidak signifikan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara BUS Lama dengan BUS Baru dalam hal pembayaran beban kepegawaian. Meskipun BUS Lama memiliki jumlah karyawan yang lebih banyak dibandingkan dengan BUS Baru, tetapi BUS Lama juga dapat menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari BUS Baru. Sedangkan BUS Baru kemungkinan belum dapat menghasilkan pendapatan penghasilan yang cukup besar, sehingga rasio EMPLOYEE lebih tinggi dibandingkan dengan BUS Lama. Namun demikian, perbedaan yang ada tersebut bersifat tidak signifikan. 1.6 Rasio Kesejahteraan Karyawan-Pejabat Eksekutif (Employees-Executives Welfare Ratio/WELFARE) Melalui hasil penghitungan rasio WELFARE dapat diketahui besarnya perbandingan alokasi anggaran bank syariah untuk pembayaran gaji dan tunjangan karyawan terhadap pembayaran gaji dan tunjangan eksekutif. Rasio ini mengukur pemenuhan prinsip keadilan bank syariah, dimana seharusnya gaji dan tunjangan karyawan memiliki porsi yang lebih besar dibandingkan dengan gaji dan tunjangan pejabat eksekutif. Dari hasil analisis deskriptif, diketahui bahwa untuk tahun 2010 dan 2011, rata-rata rasio WELFARE BUS Lama (13,58 kali dan 25,18 kali) lebih besar dari rata-rata rasio WELFARE BUS Baru (11,87 kali dan 12,40 kali). Sedangkan untuk tahun 2012, rata-rata rasio WELFARE BUS Baru (9,66 kali) lebih besar dari rata-rata rasio WELFARE BUS Lama (9,46 kali). Apabila dibandingkan dengan rata-rata rasio WELFARE bank syariah secara keseluruhan, untuk tahun 2010 dan 2011 BUS Lama memiliki rasio WELFARE di atas rata-rata, sedangkan BUS Baru memiliki rata-rata rasio WELFARE di bawah rata-rata. Sebaliknya untuk tahun 2012, BUS Baru memiliki rata-rata rasio WELFARE di atas rata-rata sedangkan BUS Lama memiliki rata-rata rasio WELFARE di bawah rata-rata. Dari hasil uji beda statistik, diketahui bahwa perbedaan rata-rata rasio WELFARE antara BUS Lama dengan BUS Baru selama tahun 2010-2012 bersifat tidak signifikan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara BUS Lama dengan BUS Baru dalam hal pembayaran remunerasi karyawan dan pejabat eksekutif. Alokasi anggaran untuk pembayaran gaji dan tunjangan
Analisis Perbandingan..., Analis Indriatun, FE UI, 2013
karyawan lebih besar dari alokasi anggaran untuk pembayaran gaji dan tunjangan pejabat eksekutif. 1.7 Rasio Bagi Hasil (Profit Sharing Ratio/PROFIT) Melalui hasil penghitungan rasio PROFIT dapat diketahui besarnya fungsi intermediasi bank syariah melalui penyaluran dana dengan akad profit sharing. Sebagaimana menurut Samad dan Hasan (2000), semakin tinggi rasio pembiayaan ini menunjukkan komitmen bank syariah terhadap pembangunan komunitas yang lebih tinggi. Dari hasil analisis deskriptif, diketahui bahwa setiap tahun, rata-rata rasio PROFIT BUS Baru lebih besar dari rata-rata rasio PROFIT BUS Lama. Apabila dibandingkan dengan rata-rata rasio PROFIT bank syariah secara keseluruhan, BUS Baru selalu memiliki rasio PROFIT di atas rata-rata (41,98%; 31,29%; 28,25%). Sebaliknya, BUS Lama selalu memiliki rasio PROFIT di bawah rata-rata (30,71%; 25,75%; 23,96%). Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa baik BUS Lama maupun BUS Baru memiliki tren rasio PROFIT yang cenderung menurun tiap tahun, menunjukkan bahwa porsi pembiayaan dengan skema bagi hasil semakin sedikit dibandingkan dengan total pembiayaan setiap tahunnya. Agar tetap fokus pada tujuan kontribusi dalam pembangunan sektor riil, bank syariah seharusnya meningkatkan porsi pembiayaan dengan skema bagi hasil dimana pembiayaan tersebut lebih sesuai dengan karakteristik dan tujuan bank syariah. Dari hasil uji beda statistik, diketahui bahwa perbedaan rata-rata rasio PROFIT antara BUS Lama dengan BUS Baru selama tahun 2010-2012 bersifat tidak signifikan. 1.8 Rasio Kinerja Zakat (Zakat Performance Ratio/ZAKAT) Melalui hasil penghitungan rasio ZAKAT dapat dikethui besarnya kontribusi zakat yang dibayarkan maupun disalurkan oleh bank syariah. Zakat tersebut kemudian akan dapat dinikmati oleh mustahiq zakat, yang merepresentasikan kelompok yang membutuhkan dalam masyarakat. Semakin tinggi rasio ini, mengindikasikan pembayaran atau penyaluran zakat oleh bank syariah yang semakin baik. Dari hasil analisis deskriptif, diketahui bahwa setiap tahun, rata-rata rasio ZAKAT BUS Lama lebih besar dari rata-rata rasio ZAKAT BUS Baru. Apabila dibandingkan dengan rata-rata rasio ZAKAT bank syariah secara keseluruhan, BUS Lama selalu memiliki rasio ZAKAT di atas rata-rata (0,63%; 0,37%; 0,35%). Sebaliknya, BUS Baru selalu memiliki rasio ZAKAT di bawah rata-rata (0,01%; 0,075%; 0,09%). Dari hasil uji beda statistik, diketahui bahwa perbedaan rata-rata rasio ZAKAT antara BUS Lama dengan BUS Baru tahun 2010
Analisis Perbandingan..., Analis Indriatun, FE UI, 2013
bersifat tidak signifikan, sedangkan pada tahun 2011 dan tahun 2012 bersifat signifikan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa BUS Lama memiliki komitmen yang lebih tinggi terhadap pembayaran dan penyaluran zakat, baik zakat perusahaan maupun zakat yang dikumpulkan dari nasabah atau karyawan dibandingkan dengan BUS Baru. Rendahnya rasio ZAKAT pada BUS Baru kemungkinan dikarenakan sebagian besar BUS Baru tersebut belum membayarkan zakat perusahaan, sedangkan bagi BUS Lama telah terdapat kesadaran dari beberapa BUS Lama untuk membayarkan zakat perusahaan. 1.9 Rasio Pinjaman Qardh (Qardh Ratio/QARDH) Melalui hasil penghitungan rasio QARDH dapat diketahui besarnya kontribusi pinjaman qardh yang diberikan oleh bank syariah kepada masyarakat. Semakin tinggi rasio ini akan mengindikasikan kepedulian bank syariah yang tinggi kepada pihak yang mengalami kesulitan. Dari hasil analisis deskriptif, diketahui bahwa setiap tahun, rata-rata rasio QARDH BUS Lama lebih besar dari rata-rata rasio QARDH BUS Baru. Apabila dibandingkan dengan rata-rata rasio QARDH bank syariah secara keseluruhan, BUS Lama selalu memiliki rasio QARDH di atas ratarata (47,84%; 91,98%; 71,65%). Sebaliknya, BUS Baru selalu memiliki rasio QARDH di bawah rata-rata (35,95%; 36,25%; 35,69%). Dari hasil uji beda statistik, diketahui bahwa perbedaan rata-rata rasio QARDH antara BUS Lama dengan BUS Baru selama tahun 2010-2012 bersifat tidak signifikan. 2. Islamic Social Reporting Bank Syariah Skor ISR menunjukkan pemenuhan prinsip transparansi dan akuntabilitas bank syariah terhadap Allah SWT dan kepada masyarakat, dengan media laporan tahunan. Semakin tinggi skor ISR yang diperoleh bank syariah, menunjukkan tingkat transparansi dan akuntabilitas yang semakin tinggi dari bank syariah tersebut. Rata-rata skor ISR industri perbankan syariah di Indonesia tahun 2010-2012 ditunjukkan oleh tabel sebagai berikut: Tabel 4.2 Rata-Rata Skor ISR Bank Syariah
Variabel
2010
2011
2012
ISR
22
26
26
Analisis Perbandingan..., Analis Indriatun, FE UI, 2013
Dari hasil analisis deskriptif, diketahui bahwa setiap tahun, rata-rata skor ISR BUS Lama lebih besar dari rata-rata skor ISR BUS Baru. Apabila dibandingkan dengan rata-rata skor ISR bank syariah secara keseluruhan, BUS Lama selalu memiliki skor ISR di atas rata-rata (29; 33; 32). Sebaliknya, BUS Baru selalu memiliki skor ISR di bawah rata-rata (19; 22; 24). Dari hasil uji beda statistik, diketahui bahwa perbedaan rata-rata skor ISR antara BUS Lama dengan BUS Baru pada tahun 2010 bersifat tidak signifikan, pada tahun 2011 bersifat signifikan, dan pada tahun 2012 bersifat tidak signifikan. Hasil tersebut menunjukkan ketidakkonsistenan BUS Lama dalam melakukan pengungkapan laporan tahunan, sedangkan BUS Baru senantiasa terdapat peningkatan dari tahun ke tahun. Pada BUS Lama, pada tahun 2011 terjadi peningkatan dibandingkan dengan tahun 2010, sedangkan pada tahun 2012 terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun 2011. Sedangkan pada BUS Baru, secara konsisten melakukan perbaikan dalam pengungkapan laporan tahunannya. 3. Pengujian Hipotesis Dari hasil uji beda statistik, diketahui bahwa perbedaan rata-rata rasio kinerja sosial antara BUS yang telah lama beroperasi dengan BUS yang baru didirikan selama tahun 2010-2012 secara umum bersifat tidak signifikan. Dari kesembilan rasio yang digunakan sebagai proksi kinerja sosial bank syariah, hanya rata-rata Rasio Kinerja Zakat yang memiliki perbedaan signifikan di antara BUS yang telah lama beroperasi dengan BUS yang baru didirikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara umum, bank syariah dalam kegiatan operasionalnya belum terlalu memperhatikan tujuan syariah yang dikategorikan ke dalam pendidikan (tarbiyah), keadilan (adalah), dan kesejahteraan umat (maslahatul amah). BUS yang telah lama beroperasi, yang diharapkan memiliki kesadaran lebih terhadap tujuan pendiriannya, ternyata belum dapat memenuhi ekspektasi tersebut. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini ditolak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mohammed et al. (2008) yang menyatakan bahwa belum ada bank syariah yang menunjukkan kinerja sosial yang baik secara keseluruhan, dilihat dari rasio-rasio kinerja sosial yang telah dikembangkan. Kegagalan bank syariah dalam pencapaian kinerja sosial menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antara kegiatan operasional bank syariah dengan tujuan Syariah secara keseluruhan. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Setiawan (2010) yang menyatakan bahwa secara umum, bank syariah masih harus meningkatkan kinerja sosialnya.
Analisis Perbandingan..., Analis Indriatun, FE UI, 2013
Dari hasil uji beda juga diketahui bahwa pada tahun 2010 dan 2012 tidak terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata skor ISR BUS yang telah lama beroperasi dengan BUS yang baru didirikan, sedangkan pada tahun 2011 terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor ISR BUS yang telah lama beroperasi dengan BUS yang baru didirikan. Hasil yang berbeda selama tiga tahun menunjukkan bahwa belum ada kekonsistenan dari bank syariah dalam mengungkapkan informasi yang luas dalam laporan tahunannya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hameed et al. (2004) yang menyatakan bahwa masih diperlukan banyak peningkatan, baik dalam hal kualitas maupun level pengungkapan bank syariah. Dikarenakan masyarakat umum memiliki akses yang terbatas terhadap informasi bank syariah, laporan tahunan merupakan media yang paling sesuai digunakan sebagai sumber informasi. Oleh karena itu, untuk menghindari adanya keraguan stakeholders terhadap “kesyariahan” bank syariah, maka bank syariah diharapkan dapat mengungkapkan informasi secara lebih luas dalam laporan tahunannya, bahkan termasuk informasi yang bersifat negatif. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini ditolak. Kesimpulan, Keterbatasan dan Saran Dari hasil pengujian dan analisis, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Dari hasil analisis deskriptif, secara umum kinerja sosial pada bank syariah yang telah lama beroperasi lebih baik daripada kinerja sosial pada bank syariah yang baru didirikan. Namun demikian, berdasarkan hasil pengujian statistik, perbedaan tersebut bersifat tidak signifikan. Perbedaan yang bersifat signifikan baru terjadi pada Rasio Kinerja Zakat tahun 2011 dan 2012, dimana bank syariah yang telah lama beroperasi memiliki Rasio Kinerja Zakat yang lebih baik dibandingkan dengan bank syariah yang baru didirikan. 2. Dari hasil analisis deskriptif, dapat diketahui bahwa setiap tahunnya tingkat pengungkapan ISR pada bank syariah yang telah lama beroperasi lebih baik dibandingkan dengan bank syariah yang baru didirikan. Namun demikian, perbedaan yang bersifat signifikan hanya terjadi pada tahun 2011. Pada tahun 2011 skor pengungkapan ISR pada bank syariah yang telah lama beroperasi mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2010, tetapi pada tahun 2012 skor pengungkapan tersebut tidak mengalami peningkatan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa belum terdapat kekonsistenan pada bank syariah yang telah lama beroperasi dalam hal peningkatan kualitas pengungkapan ISR. Sedangkan pada bank syariah
Analisis Perbandingan..., Analis Indriatun, FE UI, 2013
yang baru didirikan, skor pengungkapan ISR setiap tahun masih tergolong rendah. Hal tersebut menandakan bahwa masih terdapat banyak hal yang harus diperbaiki terkait dengan kualitas dan kuantitas pengungkapan ISR pada laporan tahunan bank syariah yang baru didirikan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang dimiliki dan untuk itu terdapat beberapa saran jika ingin mengembangkan penelitian lebih lanjut. Keterbatasan dan saran penelitian diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini dilakukan hanya dilakukan selama tiga tahun penelitian dan terdapat Bank Umum Syariah pada tahun tertentu yang tidak dimasukkan ke dalam sampel dikarenakan keterbatasan data. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan sampel yang lebih luas dengan memperpanjang periode penelitian atau menambah unit sampel. 2. Pemilihan variabel kinerja sosial masih sangat terbatas karena hanya berdasarkan informasi kuantitatif, sedangkan terdapat kemungkinan adanya informasi kualitatif yang dapat dimasukkan sebagai pengukuran variabel kinerja sosial yang lain. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan informasi kualitatif sebagai dasar pengukuran kinerja sosial bank syariah. 3. Penggunaan indeks ISR yang pokok pengungkapannya merupakan hasil pengembangan dan penyesuaian dikembangkan
penulis secara
memungkinkan komprehensif.
adanya
pokok
Penelitian
pengungkapan
selanjutnya
yang
diharapkan
kurang dapat
mengembangkan pokok-pokok pengungkapan indeks ISR secara lebih komprehensif dengan memperhatikan karakteristik dan kondisi di Indonesia 4. Subyektifitas penulis dalam memberikan nilai pada saat melakukan penilaian (skoring) terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan berdasarkan indeks ISR. 5. Sumber informasi yang dijadikan sebagai bahan penilaian pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah hanya terbatas pada laporan tahunan Bank Umum Syariah. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah sumber informasi yang dijadikan sebagai bahan penilaian pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah, seperti press release, informasi yang diungkapkan di situs perusahaan, dan sumber informasi yang lain Hasil penelitian ini memberikan beberapa implikasi, khususnya bagi manajemen bank syariah. Bank syariah diharapkan untuk mulai menggeser paradigma penilaian kinerjanya, dengan tidak hanya memenuhi target kinerja finansial yang ditetapkan oleh regulator, tetapi juga
Analisis Perbandingan..., Analis Indriatun, FE UI, 2013
kinerja sosial sebagaimana yang disyaratkan oleh hukum syariah. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa bank syariah yang telah lama beroperasi secara umum tidak memiliki kinerja sosial yang berbeda secara signifikan dengan bank syariah yang baru didirikan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa bank syariah yang telah lama beroperasi belum dapat memenuhi ekspektasi sebagai benchmark industri perbankan syariah Indonesia, dimana seharusnya bank syariah yang telah lama beroperasi dapat menjadi contoh bagi bank syariah yang baru didirikan dalam hal pemenuhan tanggung jawab sosialnya. Dalam hal pengungkapan ISR, bank syariah yang telah lama beroperasi secara umum memiliki tingkat pengungkapan yang lebih baik dibandingkan dengan bank syariah yang baru didirikan. Namun demikian, masih terdapat banyak hal yang harus diperbaiki dalam hal peningkatan kuantitas dan kualitas pengungkapan ISR, terutama bagi bank syariah yang baru didirikan. Kedua hal tersebut, yaitu kinerja sosial dan pengungkapan ISR, meskipun belum diatur secara formal oleh regulator perbankan di Indonesia, seharusnya menjadi perhatian bagi manajemen bank syariah karena terkait dengan citra bank syariah sendiri yang mengklaim sebagai entitas yang berlandaskan syariah. Apabila bank syariah gagal memenuhi ekspektasi akan keberadaannya, dikhawatirkan kepercayaan masyarakat khususnya masyarakat muslim terhadap bank syariah akan hilang. Daftar Referensi Abu-Tapanjeh, A. M. (2009). Corporate Governance from the Islamic Perspective: A Comparative Analysis with OECD Principles. Critical Perspectives on Accounting, 20, 556-567. Ayu, D. F. (2010). Analisis Pengaruh Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas terhadap Tingkat Pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada Perusahaan yang Masuk Daftar Jakarta Islamic Index (JII). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Depok. Coad, Segarra, & Teruel (2013). Like milk or wine: Does firm performance improve with age? Structural Change and Economic Dynamics, 24:173-189 Dusuki. (2008). Understanding the Objectives of Islamic Banking: A Survey of Stakeholders’ Perspectives. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management, 1 (2): 132-148. Dusuki & Bouheraoua. (2011). The Framework of Maqasid Al-Shari’ah and Its Implication for Islamic Finance. Kuala Lumpur: ISRA.
Analisis Perbandingan..., Analis Indriatun, FE UI, 2013
Fitria, S., & Hartanti, D. (2010). Islam dan Tanggung Jawab Sosial: Studi Perbandingan Pengungkapan Berdasarkan Global Reporting Initiative Indeks dan Islamic Social Reporting Indeks. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, 1-33. Gujarati, D. N., & Porter, D. C. (2009). Basic Econometrics Fifth Edition. Singapore: McGrawHill. Hameed, Wirman, Alrazi, Nazli, dan Pramono. (2004). Alternative Disclosure & Performance Measures for Islamic Banks. Malaysia. Haniffa, R. (2002) Social Reporting Disclosure-An Islamic Perspective. Indonesian Management & Accounting Research, 1, 128-146. Haniffa, R. & M. Hudaib (2007). Exploring the Ethical Identity of Islamic Banks via Communication in Annual Reports. Journal of Business Ethics, 76: 97-116. Haniffa, R. & M. Hudaib (2010). Islamic Finance: From Sacred Intention to Secular Goal? Journal of Islamic Accounting and Business Research, 1(2): 85-91. Hassan, A. & Harahap, S. S. (2010). Exploring Corporate Social Responsibility Disclosure: The Case of Islamic Banks. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management, 3:203-227. Hossain & Hammami (2009). Voluntary disclosures in the annual reports of an emerging country: The case of Qatar. Advances in Accounting, incorporating Advances in International Accounting 25:255-265. Maali, B., Casson, P., & Napier, C. (2006). Social Reporting by Islamic Banks. ABACUS, 42, 266-289. Mohammad dan Shahwan (2013). The Objective of Islamic Economic and Islamic Banking in Light of Maqasid Al-Shariah: A Critical Review. Middle-Est Journal of Scientific Research 13 (Research in Contemporary Islamic Finance and Wealth Management), 75-84. Mohammed, Razak, dan Taib (2008). The Performance Measures of Islamic Banking Based on the Maqasid Framework. Paper presented and won best paper award at the IIUM International Accounting Conference (INTAC IV). Nurhayati, S., & Wasilah. (2009). Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Analisis Perbandingan..., Analis Indriatun, FE UI, 2013
Othman, R., & Thani, A. M. (2010). Islamic Social Reporting of Listed Companies in Malaysia. International Business & Economics Research Journal, 12, 135-144. Othman, R., Thani, A.M., & Ghani, E.K. (2009). Determinants of Islamic Social Reporting Among Top Sharing-Approved Companies in Bursa Malaysia. Research Journal of International Studies, 9, 4-20. Raditya, A.N. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada Perusahaan yang Masuk Daftar Efek Syariah (DES). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Depok. Rizaludin, M. (2013). Analisis Pengaruh Variabel-Variabel Determinan atas Profit Distribution Management Terhadap Para Nasabahnya Pada Bank Syariah di Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Salemba. Santoso, S.(2013). Menguasai SPSS 21 di Era Informasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sekaran, U., & Bougie, R. (2010). Research Methods for Business Fifth Edition. UK: John Wiley & Sons. Sembiring, E. R. (2003). Kinerja Keuangan, Political Visibility, Ketergantungan pada Hutang, dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi 6, 249-259. Siwar, C., & Hossain, M. T. (2009). An analysis of Islamic CSR concept and the opinions of Malaysian managers. Management of Environmental Quality: An International Journal, 20, 290-298. Setiawan, Aziz Budi. (2010). Kesehatan Finansial dan Kinerja Sosial Bank Umum Syariah di Indonesia. Seminar Ilmiah Kerjasama Magister Bisnis Keuangan Islam Univ. Paramadina, Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Pusat, dan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES). Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Yuliani, S. (2012). Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Kinerja Sosial Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2006-2010. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Depok.
Analisis Perbandingan..., Analis Indriatun, FE UI, 2013