Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
11 Pages
ISSN 2302-0164 pp. 68- 78
PERAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH DAN DEWAN KOMISARIS DALAM MENGUNGKAPKAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Lakharis Inuzula1, Hasan Basri2, Shabri 3 1) Magister Akuntansi 2,3) Prodi
Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Magister Akuntansi Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh 23111, Indonesia
[email protected],
[email protected],
[email protected] m
Abstract: The objectives of this research are to examine (1) the effect of sharia supervisory board, commissioner board, and bank size simultaneously on islamic social reporting disclosure simultaneously on islamic social reporting disclosure and (2) the effect of sharia supervisory board, commissioner board, and bank size partially on islamic social reporting disclosure. Research method used in this research is census method and unbalanced panel data.The population in this research are Islamic Banks (BUS) for 4 periods during 2010-2013. There are 42 bank observations fulfill the population criterias during 4 years. Data collection technique is by using secondary data gotten from financial report and annual report. The analysis method used in this research is multiple linear regression. The results of this research are (1) sharia supervisory board, commissioner board, and bank size, simultaneously have an effect on islamic social reporting disclosure and (2) sharia supervisory board have not affect on islamic social reporting disclosure, whereas commissioner board, and bank size partially have an effect on islamic social reporting disclosure. Keywords : Sharia supervisory board, commissioner board, bank size, and islamic social reporting disclosure. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan (1) peran dewan pengawas syariah, peran dewan komisaris, dan pengaruh ukuran bank secara simultan dalam mengungkapkan islamic social reporting, dan (2) peran dewan pengawas syariah, peran dewan komisaris, dan pengaruh ukuran bank secara parsial terhadap pengungkapan islamic social reporting. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sensus dengan unbalanced panel data. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah (BUS), dengan periode 4 tahun, yaitu 2010-2013. Ada 42 observasi perbankan yang memenuhi kriteria populasi selama empat tahun pengamatan. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan yang telah di audit dan laporan tahunan terpublikasi. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan (1) secara simultan dewan pengawas syariah, dewan komisaris, dan ukuran bank memiliki peran dan pengaruh dalam mengungkapkan islamic social reporting, dan (2) secara parsial, variabel dewan pengawas syariah tidak memiliki peran yang signifikan dalam mengungkapkan islamic social reporting, sedangkan dewan komisaris dan ukuran bank memiliki peran dan pengaruh yang signifikan dalam mengungkapkan islamic social reporting. Kata kunci : Dewan pengawas syariah, dewan komisaris, ukuran bank, dan pengungkapan islamic social reporting. PENDAHULUAN
dengan cara membangun dan mengembangkan
Era globalisasi memicu seluruh perusahaan baik
prinsip tanggung jawab sosial perusahaan atau
nasional maupun multinasional untuk semakin
dikenal dengan istilah CSR (Corporate Social
kompetitif
Responsibility).
pertumbuhan
dalam
kelangsungan
laju hidup
Konsep CSR mengimplikasikan bahwa
perusahaannya. Salah satu upaya perusahaan
perusahaan harus lebih mengutamakan kepentingan
68 -
dan
memaksimalkan
Volume 4, No. 4, November 2015
Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala stakeholder (semua pihak yang terlibat atau terkena
Islamic Bank (Majalah Peradilan Agama, Edisi
dampak dari kegiatan yang dilakukan perusahaan)
3,2014).
daripada kepentingan shareholders (pemegang
Tabel 1. Perkembangan Institusi Perbankan Syariah
saham) (swa.co.id). Penegasan mengenai CSR tersebut telah dijelaskan dalam Islam, seperti Firman Allah SWT dalam Al-qur’an, surat Al‘Araf: 56 (Mushaf Al-Qur’an Terjemahan, 2005): “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda
dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
Saat ini industri Perbankan juga turut mengambil peran akan pentingnya CSR, hal dikarenakan
pertanggungjawaban
dari
adanya
paradigma
manajemen
kepada
shareholder menjadi manajemen kepada seluruh stakeholder. Perbedaan mendasar antara bank konvensional dan bank syariah adalah adanya larangan bunga dalam bank syariah sebagaimana sistem bunga yang dianut oleh bank konvensional. Ahmad (2002) dalam Fitria dan Hartanti (2010) menjelaskan bahwa lembaga yang menjalankan bisnisnya berdasarkan syariah pada hakekatnya mendasarkan pada filosofi dasar Al-qur’an dan
2012
2013
11 1401 1412 24 336 360 155 364 519
11 1745 1756 24 517 541 156 401 557
11* 1920 1931 24* 554 578 160* 398 558
Data statistik perbankan syariah diatas menunjukkan bahwa perkembangan perbankan
tahunnya mengalami fluktuatif. Perkembangan tersebut menunjukkan bahwa perbankan syariah telah diterima oleh masyarakat secara umum dan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga atau institusi syariah semakin besar dari waktu ke waktu. Pada penelitian ini digunakan pengukuran Indeks ISR (Islamic Social Reporting Index) untuk mengukur
pengungkapan
CSR
yang
lebih
mencerminkan prinsip-prinsip syariah. Indeks ISR berisi kompilasi item-item standar CSR yang ditetapkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institutions)
yang
kemudian
dikembangkan lebih lanjut oleh para peneliti
Sunnah. Keberadaan bank syariah semakin menguat dan diakui dengan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang memberikan landasan operasi yang lebih jelas bagi bank syariah. Pada awal berdirinya perbankan syariah di dunia ditandai dengan berdirinya Mit Ghamr Local Saving Bank di Mesir (1963), Nasser Social Bank (1972), Islamic Development Bank (1975), Dubai Islamic Bank (1977), Kuwait Finance House (1977), Abu Dhabi Islamic Bank, Qatar International 69 -
2011
syariah terus meningkat, akan tetapi pada tiap
mendapat keberuntungan.”
tersebut
TAHUN 2006 2007 2008 2009 2010 3 3 5 6 11 BUS 349 401 581 711 1215 Kantor BUS 352 404 586 717 1226 Jumlah 20 26 27 25 23 UUS 183 196 241 287 262 Kantor UUS 203 222 268 312 285 Jumlah 105 114 131 138 150 BPRS 105 185 202 225 286 Kantor BPRS 210 299 333 363 436 Jumlah *sampai bulan Agustus 2013 (Sumber: Statistik Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics), 2013 KETERANGAN
Volume 4, No. 4, November 2015
mengenai item-item standar CSR yang seharusnya diungkapkan oleh suatu entitas Islam (Haniffa, 2002; Maali et al., 2006; 2006; Othman et al., 2010; Fitria dan Hartanti, 2010;; Widiawati dan Raharja, 2012; Raditya, 2012; Khoirudin, 2013). Indeks ISR mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan prinsip Islam seperti zakat, status kepatuhan
syariah
(sharia
compliance)
dan
transaksi yang sudah terbebas dari unsur riba dan gharar serta aspek-aspek sosial seperti sadaqah,
Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala waqaf, qard hasan, sampai dengan pengungkapan peribadahan di lingkungan perusahaan. Terdapat
kuat (Basyaib, 2007). Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
beberapa faktor yang dapat
peran dewan pengawas syariah, dewan komisaris,
mempengaruhi pengungkapan ISR ini, diantaranya
dan ukuran bank sebagai variabel kontrol, dalam
profitabilitas, ukuran perusahaan, ukuran dewan
mengungkapkan islamic social reporting
komisaris, ukuran dewan pengawas syariah, tipe
bank umum syariah di Indonesia.
pada
industri, dan jenis bank [Widiawati dan Raharja (2012), Khoiruddin (2013), Assegaf, Falikhatun,
KAJIAN KEPUSTAKAAN
dan Wahyuni (2012), Lestari (2013), dan Rahman
ISR (Islamic Social Reporting) Haniffa (2002) menemukan bahwa terdapat
dan Bukair (2013)]. Penelitian ini mengembangkan penelitian
keterbatasan dalam pelaporan tanggung jawab
yang dilakukan oleh Rahman dan Bukair (2013)
sosial konvensional sehingga ia mengemukakan
dengan menambahkan variabel lainnya seperti yang
kerangka konseptual Islamic Social Reporting yang
disarankan guna melengkapi keterbatasan penelitian
berdasarkan ketentuan syariah. Terkait indeks ISR
yang dilakukan oleh mereka. Dewan pengawas
merujuk pada Othman et al. (2009) dengan
syariah
tugas
mengkombinasikan beberapa penelitian terkait
mengarahkan perevisi dan pemantauan transaksi
yaitu menjadi enam indikator pengungkapan
bank syariah satu persatu untuk memastikan bahwa
diantaranya: (1). Investasi dan Keuangan; (2).
transaksi tersebut telah sesuai dengan aturan dan
Produk dan Jasa; (3). Tenaga kerja; (4). Sosial; (5).
prinsip-prinsip syariah (AAOIFI, 2005). DPS dan
Lingkungan, dan; (6). Tata kelola organisasi.
yang
dipercayakan
dengan
dewan komisaris memiliki posisi yang sejajar
Masing-masing
item
pengungkapan
dalam struktur organisasi perusahaan serta tugas
memiliki nilai 1 apabila item dalam indeks ISR
dan tanggung jawab yang hampir sama.
terdapat dalam data perusahaan, dan nilai 0 diberikan apabila sebaliknya. Berikut rumus untuk menghitung pengungkapan ISR, setelah pemberian nilai dilakukan (Widiawati dan Raharja, 2012).
DPS (Dewan Pengawas Syariah) Gambar 1. Struktur Organisasi pada Perbankan Syariah Sumber: Bank Muamalat, 2014
DPS atau disebut juga sebagai SSB (Sharia Supervisory Board), atau Sharia Committee, atau
Selain itu penelitian ini menggunakan
Sharia Council merupakan istilah untuk pengawas
variabel kontrol yaitu ukuran bank, yang dilihat dari
internal syariah dari institusi perbankan syariah.
total aset. Semakin besar total aset maka akan
Otoritas Syariah tertinggi di Indonesia berada pada
mencerminkan keadaan perusahaan yang semakin
DSN (Dewan Syariah Nasional) dan MUI (Majelis Volume 4, No. 4, November 2015
- 70
Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Ulama Indonesia), yang merupakan lembaga
jawab untuk mengelola perusahaan secara efektif.
independen dalam mengeluarkan fatwa yang
Dewan komisaris terdiri dari inside dan outside
berhubungan dengan semua masalah Syariah
direktur yang akan memiliki akses informasi khusus
agama Islam.
yang berharga dan sangat membantu dewan
Di Indonesia DPS bertanggungjawab kepada
komisaris serta menjadikannya sebagai alat efektif
DSN (Dewan Syariah Nasional) dan Bank
dalam keputusan pengendalian (Mutia, Zuraida,
Indonesia. DPS memegang peranan penting dalam
dan Andriani, 2011). Untuk itu, peneliti mencoba
proses pengawasan di bank syariah. Menurut DSN
menggunakan lima atribut yang pernah diteliti oleh
MUI No. Kep-98/MUI/III/2001 tentang Susunan
Rahman dan Bukair (2013) dalam mengukur DPS.
Pengurus DSN MUI Masa Bhakti Th. 2000-2005 bahwa DSN memberikan tugas pada DPS untuk: 1. Melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah; 2. Mengajukan usul-usul pengembangan lembaga keuangan syariah kepada pimpinan lembaga yang bersangkutan dan kepada DSN; 3. Melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga keuangansyariah yang diawasinya kepada DSN sekuragkurangnya dua kali dalam satu tahun anggaran; 4. Merumuskan permasalahan yang memerlukan pembahasan dengan DSN. Menurut Rahman dan Bukair (2013) terdapat lima atribut dalam dewan pengawas syariah dan kelima atribut tersebut menjadi indikator dewan pengawas syariah yaitu: 1. Jumlah Anggota Dewan Pengawas Syariah 2. Keanggotaan Lintas 3. Kualifikasi Pendidikan Dewan Pengawas Syariah 4. Reputasi Anggota Dewan Pengawas Syariah 5. Keahlian Dewan Pengawas Syariah
mekanisme
pengendalian internal tertinggi yang bertanggung 71 -
Suatu skala dimana pengklasifikasiannya diukur menurut besar kecilnya ukuran perusahaan tersebut. Semakin besar ukuran pendapatan, total aset, jumlah karyawan dan total modal maka akan mencerminkan keadaan perusahaan yang semakin kuat (Basyaib, 2007). Dalam penelitian ini ukuran perusahaan dilihat dari: UB = Ln. Total Aset METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah di Indonesia pada tahun 20102013 yang berjumlah 11 bank pada setiap tahunnya. Metode yang digunakan adalah metode sensus dimana seluruh elemen populasi dijadikan sampel penelitian. Oleh karena itu, jumlah observasi pada periode pengamatan selama 4 tahun sebanyak 44 observasi. Namun dari jumlah tersebut terdapat 2 bank yang tidak menerbitkan annual report, sehingga jumlah observasi untuk penelitian ini menjadi 42 observasi. Maka panel data yang digunakan adalah unbalanced panel data.
Dewan Komisaris Dewan komisaris adalah
Ukuran Bank
Volume 4, No. 4, November 2015
Analisis
data
dilakukan
dengan
menggunakan metode regresi panel dan regresi linier berganda. Dalam metode estimasi model
Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala regresi dengan menggunakan data panel dapat
menggunakan variabel gangguan (error terms)
dilakukan melalui tiga pendekatan, antara lain:
dikenal sebagai metode random effect. Di
Pendekatan Common Effect : Ordinary Least Square
dalam
menjelaskan
fixed
effect
diasumsikan setiap individu mempunyai perbedaan intercept. Namun, dalam metode random effect
Metode Common
ini
dikenal
dengan
estimasi
Effect.
Akan
tetapi,
dengan
menggabungkan data, maka kita tidak melihat perbedaan baik antar individu
dapat maupun
antar waktu. Atau dengan kata lain, dalam pendekatan
ini
diasumsikan bahwa intercept
adalah variabel
random atau stokastik. Model ini sangat berguna jika unit individual yang diambil sebagai sampel adalah dipilih secara random effect dapat ditulis sebagai berikut:
tidak memperhatikan dimensi
individu maupun waktu. Disini dapat diamati bahwa untuk semua unit cross-section tidak ada perbedaan dalam perilakunya antar waktu. Oleh karena itu, dengan metode ini semua unit cross-
(3.1) Dalam
hal
ini
αi tidak
lagi
tetap
(nonstokastik) tetapi bersifat random sehingga dapat diekspresikan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:
section diasumsikan akan memiliki perilaku dan dimana i = 1,... n
ciri-ciri yang sama.
α adalah parameter yang tidak diketahui yang menunjukkan rata-rata intercept populasi dan μi
Pendekatan Fixed Effect Metode ini memberikan perlakuan pada perilaku-perilaku ditambahkan
(3.2)
antar
unit
variabel-variabel
cross-section, dummy
untuk
adalah variabel gangguan yang bersifat random yang menjelaskan adanya perbedaan perilaku individu. Dalam hal ini variabel gangguan μi
“memunculkan” perbedaan perilaku yang dapat
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
terjadi antar unit cross-section tersebut. Sebelumnya,
E(μi) = 0 dan var(μi) = σ2μ
mengasumsikan bahwa intercept maupun slope
Sehingga E (αi) =
(3.3)
dan var ( αi ) = σ2μ .
adalah sama, baik antar waktu maupun antar
Substitusi persamaan 3.1 ke persamaan 3.2 akan
perusahaan.
menghasilkan persamaan : (3.4)
Pendekatan Random Effect Dimasukkannya variabel dummy di dalam model Fixed Effect bertujuan untuk mewakili ketidaktahuan tentang model yang sebenarnya. Namun,
ini
berkurangnya
juga
membawa
konsekuensi
derajat
kebebasan
(degree
of
freedom) yang pada akhirnya mengurangi efisiensi parameter. Masalah ini bisa diatasi dengan
Persamaan 3.4 merupakan persamaan untuk metode random effect. Random effect berasal dari pengertian bahwa variabel gangguan terdiri dari dua komponen
yaitu
variabel
gangguan
secara
menyeluruh yaitu kombinasi time series dan cross section dan variabel gangguan secara individu. Volume 4, No. 4, November 2015
- 72
Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Dalam hal ini variabel gangguan adalah berbeda-
besar dari nilai kritisnya maka model fixed effect
beda antar individu tetapi tetap antar waktu. Karena
lebih tepat digunakan. Sebaliknya apabila nilai
itu model random effect juga sering disebut dengan
statistik Hausman lebih kecil dari nilai kritisnya
Error Component Model (ECM). Asumsi berkaitan
maka model yang tepat adalah model random
dengan variabel gangguan sebagai berikut:
effect.
1. Nilai harapan variabel gangguan nol E(
(3.5)
2. Varian
variabel
Statistik Deskriptif Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat nilai
gangguan
minimum, maksimum, rata-rata, dan standar
homoskedastisitas var(
HASIL PEMBAHASAN
= σ2μ+σ2e
(3.6)
Variabel gangguan dari individu yang sama
deviasi untuk masing-masing variabel dengan jumlah sampel sebanyak 42 observasi.
dalam periode yang berbeda saling berkorelasi. σ2μ
Cov(
(t ≠ s)
(3.7)
3. Variabel gangguan dari individu yang berbeda tidak berkorelasi σ2μ
Cov(
(i ≠ j)
Oleh karena itu, untuk
(3.8)
memilih
model
Hasil Estimasi Regresi Panel Metode estimasi regresi panel digunakan
yang paling tepat digunakan dalam mengelola data panel, terdapat 2 (dua) pengujian yang dapat
untuk
memilih
manakah
diantara
dilakukan yakni:
pendekatan yang termasuk di dalamnya yaitu common constant, fixed effect, dan
1. Chow test atau Likelyhood test
ketiga
random
Pengujian ini digunakan untuk memilih
effect yang paling sesuai untuk digunakan
apakah model fixed effect dan common effect yang
dalam penelitian. Adapun hasil regresinya
paling tepat
adalah sebagai berikut:
digunakan
dengan
berdasarkan
pertimbangan statistik ChiSquare. Jika probabilitas dari hasil Chow test lebih besar dari nilai kritisnya maka Common Effect tidak dapat digunakan. 2. Hausman test Pengujian ini digunakan untuk
memilih
apakah model fixed effect atau random effect yang
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari
paling tepat digunakan berdasarkan pertimbangan
keseluruhan model yang digunakan, secara
statistik ChiSquare, dengan degree of freedom
simultan variabel dewan pengawas syariah,
sebanyak k, dimana k adalah jumlah variabel
dewan komisaris dan ukuran bank berpengaruh
independen. Jika nilai statistik Hausman
terhadap
73 -
Volume 4, No. 4, November 2015
lebih
pengungkapan
ISR.
Hal
ini
Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala ditunjukkan dengan nilai signifikansi F-statistik
dilakukan beberapa uji sebagai berikut:
< 5%, yaitu sebesar 0,0021 atau sebesar 0,21 %
a)
untuk model Fixed Effect dan nilai signifikansi
Uji Chow untuk memilih antara metode common effect dengan fixed effect:
sebesar 0,0022 atau sebesar 0,22% untuk model
H0: model mengikuti common effect
Random Effect.
H1: model mengikuti fixed effect
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa secara parsial hanya
Keputusan:
dewan komisaris dan ukuran
bank yang diukur dengan menggunakan model
Tolak H0 jika nilai
Probability < 0,05 b)
Uji Hausman untuk memilih antara model
Random Effect yang memiliki peran signifikan
Fixed Effect dengan Random effect:
dalam
H0: model mengikuti random effect
mengungkapkan
ISR.
Hal
ini
ditunjukkan dengan nilai signifikansi T-statistik
H1: model mengikuti fixed effect
< 5%, yaitu sebesar 0,0488 atau sebesar 4,88%
Keputusan: Tolak H0 jika nilai Probability
untuk dewan komisaris dan 0,0413 atau sebesar
< 0,05
4,13% untuk ukuran bank. Sedangkan untuk
Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai
yang selebihnya, secara parsial seluruh variabel
signifikansi untuk uji Chow adalah sebesar
independen pada model Common Constant dan
0,1018 dimana nilai tersebut > 0,05 sehingga
Fixed Effect, serta dewan pengawas syariah
dapat
pada model Random Effect tidak memiliki
common effect lebih baik dari pada model fixed
peran yang signifikan dalam pembentukan
effect. Sedangkan untuk uji Hausman diperoleh
variabel dependen mengungkapkan ISR. Hal ini
nilai signifikansi 0,4669 dimana nilai tersebut >
ditunjukkan dengan nilai signifikansi T-statistik
0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
> 5%.
model random effect lebih baik dari pada model
Tabel 4.2 menunjukkan nilai koefesien determinasi (R2) untuk masing-masing model adalah 0,2483 atau sebesar 24,83%
diambil
kesimpulan
bahwa
model
common effect. Berdasarkan pengujian Chow dan Hausman
untuk
di atas, maka model yang akan digunakan untuk
common constant, 0,6256 atau sebesar 62,56%
menjelaskan peran dewan pengawas syariah,
untuk fixed effect, dan 0,3143 atau sebesar
dewan komisaris, dan ukuran bank dalam
31,43% untuk random effect. Sedangkan untuk
mengungkapkan ISR pada bank umum
2
Adj-R
memiliki nilai 0,2098 atau sebesar
20,98% untuk common constant, 0,4518 atau
syariah di Indonesia adalah menggunakan model random effect atau Hausmann Test.
sebesar 45,18% untuk fixed effect, dan 0,2601 atau sebesar 26,01%
untuk model random
effect.
Hasil Regresi Linier Berganda Analisis linier berganda digunakan untuk
Untuk menentukan model mana yang akan digunakan dalam penelitian ini, maka
mendapat
koefisien
regresi
yang
akan
menentukan apakah hipotesis yang dibuat akan Volume 4, No. 4, November 2015
- 74
Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala diterima atau ditolak atas dasar hasil analisis
negatif dalam mengungkapkan ISR. Variabel
regresi
dewan pengawas syariah (X1) memiliki nilai t
dengan
menggunakan
tingkat
signifikansi sebesar 0,05 atau 5%.
sebesar 0,7865 dengan tingkat signifikansi 0,4364 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 (5%). Tidak berperannya dewan pengawas syariah dalam pengungkapan ISR dikarenakan tidak memiliki keterkaitan secara langsung dalam laporan pengungkapan ISR, namun
Peran Dewan Pengawas Syariah, Dewan Komisaris, dan Ukuran Bank dalam Mengungkapkan ISR (Islamic Social Reporting) Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.1
terlihat
F-statistik
untuk
variabel
pengungkapan ISR sebesar 5,8062 dengan signifikansi sebesar 0,0022 lebih kecil dari nilai 0,05 (5%), dengan demikian model yang digunakan untuk menguji pengungkapan ISR adalah model yang fit, sehingga hipotesis pertama (H1) yaitu dewan pengawas syariah, dewan komisaris, dan ukuran bank secara
simultan berperan dalam mengungkapkan ISR diterima.
keterlibatan DPS dalam pengungkapan ISR dapat kita lihat lebih jelas dari tupoksinya, dimana menurut PBI No. 11/3/PBI/2009 dan DSN MUI No. Kep-98/MUI/III/2001 tupoksi dan mekanisme kerja DPS hanya terbatas kepada kesesuaian produk atau akad yang berlandaskan dengan sistem syariah. Hal ini terlihat jelas bahwa cakupan peran DPS sangat terbatas dalam pengungkapan ISR, padahal DPS itu merupakan perpanjangan tangan daripada DSN MUI dalam masing-masing institusi syariah, seharusnya andil daripada DPS cukup besar mulai dari operasional institusi syariah
sampai
kepada
kebijakan
yang
Peran Dewan Pengawas Syariah dalam Mengungkapkan ISR (Islamic Social Reporting) Persamaan regresi linier berganda yang
menyangkut dengan cara institusi syariah baik
diperoleh
perhitungan
penelitian yang dilakukan Khoirudin (2013)
statistik seperti yang terlihat pada Tabel 4.2
yang menyatakan adanya pengaruh yang tidak
adalah:
signifikan tapi hanya berdasarkan besaran
berdasarkan
hasil
ISRit = -0,9870 + 0,1369DPSit + 0,3176DKit – 0,0753UBit Berdasarkan persamaan regresi tersebut
dimata masyarakat maupun DSN MUI. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
ukuran DPS. Penelitian Rahman dan Bukhair (2013) menunjukkan hasil yang tidak sejalan, dimana
DPS
berpengaruh
terhadap
dapat diketahui bahwa konstanta (α) sebesar -
pengungkapan ISR. Hal ini dimungkinkan
98,70 %. Nilai konstanta negatif dapat diartikan
perbankan syariah di negara-negara tersebut
bahwa rata-rata kontribusi variabel lain di luar
mempunyai kebijakan yang berbeda dengan
model yang digunakan
Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia.
75 -
memiliki dampak
Volume 4, No. 4, November 2015
Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Peran Dewan Komisaris dalam Mengungkapkan ISR (Islamic Social Reporting) Variabel dewan komisaris (X2) memiliki nilai
t
sebesar
2,0358
dengan
tingkat
demikian,
hipotesis
keempat
(H4)
yang
menyatakan bahwa ukuran bank berperan dalam mengungkapkan ISR diterima. Berpengaruhnya ukuran bank dalam
signifikansi 0,0488 lebih kecil dari taraf
mengungkapkan
signifikansi 0,05 (5%). Hal ini menunjukkan
semakin
bahwa
dalam
berkepentingan di dalam suatu bank, maka
demikian,
semakin memacu bank dalam mengungkapkan
hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan bahwa
informasi-informasi secara lebih baik lagi. Hasil
dewan
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
dewan
komisaris
mengungkapkan
ISR.
komisaris
berperan
Dengan
berperan
dalam
mengungkapkan ISR diterima.
ISR
menunjukkan
bahwa
banyaknya
pihak-pihak
yang
yang dilakukan Othman et al. (2009) dan
Berperannya dewan komisaris dalam
Widiawati (2010), yang menyatakan bahwa
mengungkapkan ISR dikarenakan semakin baik
ukuran perusahaan yang diukur dengan proxy
peran dewan komisaris maka semakin luas pula
total aset memiliki pengaruh yang signifikan
pengungkapan
dalam mengungkapkan islamic social reporting.
ISR,
sehingga
dapat
meminimalisir informasi yang mungkin dapat Kesimpulan
disembunyikan oleh manajemen. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Khoiruddin (2013), namun berbeda dengan penelitian Lestari (2012) yang menyatakan adanya pengaruh positif. Hanya saja pada penelitian Khoiruddin dan Lestari, dewan komisaris hanya dinilai berdasarkan besaran ukuran dewan komisaris dan
komposisi
dewan
komisaris
yang
independen. Sedangkan pada penelitian ini, dewan komisaris diukur sesuai dengan indikator DPS pada penelitian Rahman dan Bukhair.
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: 1) Dewan pengawas syariah, dewan komisaris, dan ukuran bank secara simultan memiliki peran yang signifikan dalam mengungkapkan Islamic social reporting pada Bank Umum Syariah tahun 2010-2013. 2) Dewan pengawas syariah secara parsial tidak memiliki peran yang
signifikan dalam
mengungkapkan Islamic social reporting pada Bank Umum Syariah tahun 2010-2013.
Peran Ukuran Bank dalam Mengungkapkan ISR (Islamic Social Reporting) Variabel ukuran bank (Z) memiliki nilai t sebesar 2,1117 dengan tingkat signifikansi 0,0413 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 (5%). Hal ini menunjukkan bahwa ukuran bank berperan dalam mengungkapkan ISR. Dengan
3) Dewan komisaris secara parsial memiliki peran yang
signifikan dalam mengungkapkan
Islamic social reporting pada Bank Umum Syariah tahun 2010-2013. 4) Ukuran bank secara parsial memiliki pengaruh yang
signifikan dalam mengungkapkan
Volume 4, No. 4, November 2015
- 76
Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Islamic social reporting pada Bank Umum Syariah tahun 2010-2013. Saran Bagi manajemen bank umum syariah, diharapkan dapat lebih reaktif
terhadap
pengungkapan
tanggung
jawab
sosial
perusahaanya,
dikarenakan
selain
untuk
menarik minat investor dalam menanamkan sahamnya, dapat menjadi daya tarik juga bagi masyarakat umum untuk lebih loyal terhadap produk-produk yang ditawarkan oleh bank yang dinilai memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi, dan dapat lebih melibatkan DPS dalam setiap pengambilan keputusan baik itu menyangkut penetapan kebijakan maupun prosedur penilaian suatu produk sesuai dengan prinsip syariah.
DAFTAR KEPUSTAKAAN Buku Effendi, Muh.Arief,. 2009. The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementas. Jakarta: Salemba Empat. Jurnal Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions. 2010. Accounting, Auditing and Governance Standards for Islamic Financial Institutions, AAOIFI. Ahzar, Fahri Ali dan Trisnawati, Rina. 2013. Pengungkapan Islamic Social Reporting pada Bank Syariah di Indonesia. Proceeding Seminar Nasional dan Calls for Papers Sancall. Surakarta. Basyaib, Fachmi. 2007. Keuangan Perusahaan Pemodelan Menggunakan Microsoft Excell. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Charles, & Chariri. 2012. Analisis Pengaruh Islamic Corporate Governance terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Studi Kasus pada Bank Syariah di Asia. Diponegoro Journal of Accounting. Fitria, S., & Hartanti, D. 2010. Islam dan Tanggung Jawab Sosial: Studi Perbandingan
77 -
Volume 4, No. 4, November 2015
Pengungkapan Berdasarkan Global Reporting Initiative Indeks dan Islamic Social Reporting Indeks. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto , 1-33. Hemaish, A. (2005), “The boards of fatwa and Shari’a control in Islamic banks – study and rectification”, Proceedings of the Conference of Islamic Financial Institutions: Current Features and Future Horizons, College of Shari’a and Law, University of UAE, Al-Ain, pp. 323-56. Khoirudin, Amirul. 2013. Corporate Governance dan Pengungkapan Islamic Social Reporting Pada Perbankan Syariah di Indonesia. Accounting Analysis Journal 2 (2) (2013).ISSN:2252-6765. Omar, M. (2002), “Shari’a internal control in Islamic institutions”, Proceedings of Second Annual Conference of AAOIFI, Bahrain, pp. 1-29. Raditya, Amalia Nurul. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada Perusahaan yang Masuk Daftar Efek Syariah (DES). Skripsi.Universitas Indonesia. Rizkiningsih, Priyesta. 2012. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR): Studi Empiris pada Bank Syariah di Indonesia, Malaysia dan Negara-Negara Gulf Cooperation Council”. Skripsi. Universitas Indonesia. Prosiding Seminar Haniffa, R. 2002. Social Reporting Disclosure-An Islamic Perspective. Indonesian Management & Accounting Research 1 (2), pp.128-146. Lestari, Puji. 2013. Determinants Of Islamic Social Reporting In Syariah Banks: Case Of Indonesia. International Journal of Business and Management Invention, Vol.1 Issues 10, PP.28-34. Othman, R., Md. Thani, A., K. Ghani, E. (2009). Determinants of Islamic Social Reporting Among Top Shariah-Approved Companies in Bursa Malaysia. Research Journal of International Studies – Issue 12(October, 2009). Rahman, Azhar Abdul. Bukair, Abdullah Awadh. 2013. The Influence of the Shariah Supervision Board on Corporate Social Responsibility Disclosure by Islamic Banks of Gulf Co-Operation Council Countries. Asian Journal of Business and Accounting 6(2), 2013. ISSN:1985-4064. Vol.6 No.2. Widiawati, Septi., & Raharja, Surya. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Islamic Social Reporting perusahaan-perusahaan yang Terdapat Pada Daftar Efek Syariah Tahun 2009-2011. Journal of
Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Accounting.Vol.1, No.2, 2012 : 1 – 15. Web Al-Qur’an. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahan. Terjemahan Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsiran Al-Qur’an. Jakarta: Departemen Agama RI. Bank Indonesia, 2009. Peraturan Bank Indonesia No.11 tahun 2009 tentang Bank Umum Syariah. Melalui
[19/12/15]. Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia, 2001. Fatwa DSN-MUI No.Kep-98 tentang Susunan Pengurus DSN MUI Masa Bhakti Th. 2000-2005. Melalui <www.dsnmui.or.id> [19/12/15]. Republik Indonesia, Undang-Undang No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Republik Indonesia, Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Volume 4, No. 4, November 2015
- 78