Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK INDONESIA Risma Ayunda
[email protected] Dini Widyawati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to find out the comparison of financial performance at food and beverage companies in Indonesia Stock Exchange and to find out which company’s financial performance is the best. Data in this research is the company’s financial statement of food and beverage companies from 2009 to 2012. Based on the comparison of liquidity ratios which consist of current ratio and quick ratio it is found that PT Akasha Wira Internasional Tbk has better financial performance. Based on the comparison of activity ratio it is found that if it is considered from total asset turn over, PT Mayora Indah Tbk has better financial performance and if it is considered from receivable turn over, PT Multi Bintang Indonesia Tbk has better financial performance. Based on the comparison of solvability ratio it is found that if it is considered from debt to total assets ratio, PT Indofood Sukses Makmur Tbk has better financial performance. Based on the comparison of profitability ratios which consist of Profit Margin, Return on Assets, and Return on Equity, PT Multi Bintang Indonesia Tbk has the best financial performance. Keywords: financial performance, liquidity, solvability, activity, profitability ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kinerja keuangan pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia dan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan mana yang terbaik. Data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan makanan dan minuman dari tahun 2009 sampai 2012. Berdasarkan perbandingan rasio likuiditas yang terdiri dari current ratio dan quick ratio, dapat diketahui bahwa PT. Akasha Wira Internasional Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik. Berdasarkan perbandingan rasio aktivitas dapat diketahui bahwa jika dilihat dari total asset turn over, PT. Mayora Indah Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik dan jika dilihat dari receivable turn over, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik. Berdasarkan perbandingan rasio solvabilitas dapat diketahui bahwa jika dilihat dari debt to total assets ratio, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik. Berdasarkan perbandingan rasio profitabilitas yang terdiri dari profit margin, Return On Assets, dan Return On Equity, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik. Kata kunci :
kinerja keuangan, likuiditas, solvabilitas, aktivitas, profitabilitas
PENDAHULUAN Kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu gambaran mengenai kondisi perusahaan yang meliputi posisi keuangan serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan. Kinerja keuangan perusahaan sangat ditentukan oleh kualitas kebijakan manajemen yang diambil dalam upaya mencapai tujuan organisasi, sehingga untuk mengukur kinerja keuangan perlu dilaksanakannya analisa laporan keuangan, karena dalam laporan keuangan segala hasil kebijakan manajemen terangkai dan terdokumentasi secara memadai dalam bentuk informasi keuangan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
2 Keterbukaan dalam penyampaian informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan dimaksudkan agar setiap pihak yang ada di dalam perusahaan maupun pihak yang ada di luar perusahaan dapat memperoleh informasi mengenai laporan keuangan yang akurat, lengkap dan tepat waktu. Tetapi laporan keuangan saja tidak dapat memberikan informasi yang berarti sebelum melakukan analisis atas laporan keuangan tersebut. Alat analisis yang digunakan biasanya adalah analisa laporan keuangan yang berupa rasio-rasio laporan keuangan (Darsono dan Ashari, 2005:62). Rasio keuangan ini bertujuan untuk mengukur kinerja perusahaan dari berbagai aspek kinerja. Ukuran kinerja pertama yang diukur adalah ukuran likuiditas. Likuiditas mengukur kinerja perusahaan dari aspek kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Ukuran kinerja kedua adalah leverage atau solvabilitas. Solvabilitas mengukur kinerja perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka panjang. Ukuran ketiga adalah profitabilitas yang mengukur kinerja perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan sumber daya yang dimiliki. Dan ukuran keempat adalah aktivitas yang mengukur efektivitas dan efisiensi dalam memnggunakan aktiva, selain itu terdapat juga ukuran investasi yang mengukur profitablitas investasi yang dilakukan perusahaan. Kepemilikan modal perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat dimiliki oleh masyarakat umum. Sedangkan analisis perbedaan dilakukan untuk menilai ada atau tidaknya perbedaan yang berarti antara perusahaan-perusahaan tersebut, sehingga investor dan calon investor dapat menentukan investasinya dengan tepat. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan makanan dan minuman di mana dalam penelitian ini difokuskan pada kinerja keuangannya sehingga bisa memberikan informasi pada masyarakat terlebih pada investor yang mau menginvestasikan dana atau modal yang dimiliki. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perbandingan kinerja keuangan pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia dan kinerja keuangan perusahaan mana yang terbaik di antara perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kinerja keuangan pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia dan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan mana yang terbaik di antara perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia.
TINJAUAN TEORETIS Kinerja Keuangan Kinerja adalah kemampuan organisasi untuk meraih tujuan-tujuannya melalui pemakaian sumberdaya secara efisien dan efektif. Sedangkan penilaian kinerja menurut Mulyadi (2003:415) adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian orang, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar,dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai prestasi organisasi atau perusahaan dinilai secara kuantitatif dalam bentuk uang yang dapat dilihat dari segi pengelolaannya, pergerakanya, maupun tujuannya. Kinerja dapat dilihat dari segi kualitatif dan kuantitatif yaitu (Mulyadi, 2003: 428). Kinerja dari segi kualitatif adalah suatu kinerja perusahaan yang tidak dapat diukur seperti keunggulan produk di pasar, pemanfaatan sumber daya manusia, kekompakan tim, kepatuhan perusahaan terhadap peraturan masyarakat. Kinerja dari segi kuantitatif adalah kinerja keuangan perusahaan yang dapat diukur dengan menggunakan suatu analisis tertentu (dalam hal ini analisis laporan keuangan) seperti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
3 Tinggi rendahnya kinerja suatu perusahaan merupakan dasar pertimbangan guna pemilihan tujuan investasi oleh para investor pada umumnya. Apabila kinerja suatu perusahaan baik dapat dikatakan perusahaan tersebut telah menjalankan usahanya secara efektif dan efisien. Penilaian kinerja keuangan perusahaan diukur melalui pengevaluasian laporan keuangan perusahaan, khususnya analisis laporan keuangan. Jenis-jenis analisis rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisis kinerja perusahaan adalah rasio neraca (likuiditas dan solvabilitas), rasio laba rugi (profitabilitas), dan rasio neraca aktivitas (Darsono dan Ashari, 2005:51). Rasio-rasio keuangan yang dihitung dapat dibandingkan dengan rasio-rasio tahun lalu maupun dengan perusahaanperusahaan yang sejenis (Husnan dan Pudjiastuti, 2006:82). Analisis Laporan Keuangan Suatu laporan keuangan akan lebih bermanfaat dalam pengambilan keputusan apabila data keuangan dikonversi menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan analisis laporan keuangan. Sebelum mengadakan analisis terhadap laporan keuangan, penganalisis harus benar-benar memahami bentuk dan isi laporan keuangan tersebut dan seorang analis harus mempunyai kemampuan dan kebijaksanaan yang cukup dalam pengambilan suatu kesimpulan di samping harus mempertahatikan dan mempertimbangkan perubahan kondisi perusahaan. Menurut Prastowo (2002:54), secara umum metode analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua klasifikasi, yaitu metode analisis horizontal (dinamis) dan metode analisis vertikal (statis). Metode analisis horizontal (dinamis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode, sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Disebut metode analisis dinamis karena metode ini bergerak dari tahun ke tahun (periode). Metode analisis vertikal (statis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dan pos lainnya pada laporan keuangan yang sama pada tahun (periode) yang sama. Oleh karena membandingkan antara pos yang satu dengan yang lainnya pada laporan keuangan yang sama, maka disebut metode vertikal. Disebut metode statis karena metode ini hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan pada tahun (periode) sama. Sementara itu teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan menurut Munawir (2007:36) adalah: 1) Analisa perbandingan laporan keuangan adalah
metode dan teknik analisa dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukkan data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah, kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah, kenaikan atau penurunan dalam prosentase, perbandingan yang dinyatakan dengan rasio, dan prosentase total, 2) Trend
atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam prosentase (trend percentage analysis) adalah suatu metode atau teknik analisis data untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun, 3) Laporan dengan prosentase per komponen atau common size statement adalah suatu metode analisa untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengatahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualan, 4) Analisa sumber dan penggunaan modal kerja adalah suatu analisa untuk mengatahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu, 5) Analisa sumber dan penggunaan kas (cash flow statement analysis) adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan kas selama periode tertentu, 6) Analisa ratio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
4
dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut, 7) Analisa perubahan laba kotor (gross profit analysis) adalah suatu analisa untuk mengatahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu perusahaan, 8) Analisa break-even adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan (Munawir, 2007:36). Analisis Rasio Keuangan Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah analisis rasio, yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis dari rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan. Menurut Munawir (2007:64) analisis rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisis rasio dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutrama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio yang digunakan sebagai standar. Dengan menggunakan analisis rasio dimungkinkan untuk dapat menentukan likuiditas, solvabilitas, keefektifan operasi serta derajat keuntungan perusahaan. Analisis rasio keuangan dapat dilakukan dengan membandingkan antara perusahaan sejenis atau juga dapat dilakukan dengan membandingkan keadaan sekarang dengan keadaan tahun lalu. Menurut Hanafi dan Halim (2005:77) analisis rasio dapat dikelompokkan ke dalam 5 macam kategori, yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan rasio pasar. Rasio Likuiditas Pengertian rasio likuiditas menurut Hanafi dan Halim (2005:77) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut Munawir (2007:71) jika dilihat dari rasio likuiditas, suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila mampu memenuhi kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya (kewajiban keuangan terhadap pihak ekstern), memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi yang normal (kewajiban keuangan terhadap pihak intern), membayar bunga dan deviden yang dibutuhkan, dan memelihara tingkat kredit yang menguntungkan. Hanafi dan Halim (2005:79) menyatakan bahwa ada 2 rasio likuiditas yang sering digunakan yaitu rasio lancar dan rasio quick (acid test ratio). Rasio lancar atau current ratio adalah rasio yanga mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar (aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). Current ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Aktiva Lancar Current Ratio = Hutang Lancar Darsono dan Ashari (2005:74) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) current ratio adalah 1 sampai 2 atau 100% sampai 200%. Rasio lancar yang terlalu besar (di atas 200%) menunjukkan pengelolaan aktiva lancar yang kurang bagus karena masih banyak aktiva yang menganggur. Quick ratio atau acid test ratio merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaannya (Munawir, 2007:74). Quick ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
5
Aktiva Lancar - Persediaan Hutang Lancar Darsono dan Ashari (2005:75) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) quick ratio adalah 1 sampai 2 atau 100% sampai 200%. Rasio cepat yang berkisar antara 1 sampai 2 menunjukkan bahwa aset yang cepat diuangkan cukup memadai untuk membayar kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Quick ratio =
Rasio Solvabilitas Pengertian rasio solvabilitas menurut Hanafi dan Halim (2005:83) adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Sedangkan pengertian rasio solvabilitas atau juga disebut dengan rasio leverage (rasio pengungkit) menurut Darsono dan Ashari (2005:54) adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio solvabilitas atau rasio leverage meliputi Debt to Asset Rasio (DAR), Debt to Equityt Rasio (DER), Equity Multiplier (EM), dan Interst Coverage (IC) atau Time Interest Earned. Debt to Total Assets Ratio (DAR) menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga kepada kreditor. Darsono dan Ashari (2005:76) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) debt to total assets ratio adalah maksimal 100% yang berarti perusahaan banyak mengandalkan modal dari dalam, bukan hutang. Total Kewajiban Debt to Total Assets Ratio = Total Aktiva Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang. Darsono dan Ashari (2005:77) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) debt to equity ratio adalah maksimal 100% yang berarti perusahaan banyak mengandalkan modal dari dalam, bukan hutang. Rumusnya adalah: Total Kewajiban Debt to Equity Ratio = Total Ekuitas Equity Multiplier (EM) menunjukkan kamampuan perusahaan dalam mendayagunakan ekuitas pemegang saham. Rasio ini juga diartikan sebagai berapa porsi dari aktiva perusahaan yang dibiayai oleh pemegang saham. Semakin kecil rasio Equity Multiplier, berarti porsi pemegang saham semakin besar sehingga kinerjanya semakin baik karena persentase untuk pembayaran bunga semakin kecil. Rumus Equity Multiplier sebagai berikut: Total Aktiva Equity Multiplier = Total Ekuitas Interest Coverage (IC) atau Time Interest Earned berguna untuk mengetahui kemampuan laba untuk membayar biaya bunga untuk periode sekarang. Investor dan kreditor lebih menykai rasio yang tinggi karena rasio yang tinggi menunjukkan margin keamanan dari investasi yang dilakukan. Rumusnya adalah: EBIT Interest Coverage = Biaya Bunga
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
6 Rasio Profitabilitas Analisis kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit dibutuhkan untuk memastikan pertumbuhan jangka panjang dan kelangsungan hidup perusahaan karena perusahaan harus berada dalam keadaan menguntungkan. Rasio profitabilitas menurut Hanafi dan Halim (2005:85) adalah kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham yang tertentu. Darsono dan Ashari (2005:80) mengatakan bahwa rule of thumb pada setiap rasio profitabilitas adalah hasil perhitungan rasio harus lebih besar dari bunga berjangka satu tahun. Jika hasil perhitungan rasio lebih kecil dari suku bunga satu tahun, maka hasil investasi yang dilakukan lebih kecil daripada investasi pada deposito berjangka. Ada beberapa macam rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas. Menurut Hanafi dan Halim (2005:85) ada tiga rasio yang sering digunakan untuk mengukur rasio profitabilitas yaitu Profit Margin, Return On Asset, dan Return On Equity. Profit Margin adalah rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa dilihat secara langsung pada analisis common-size untuk laporan laba-rugi (baris paling akhir). Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu. Rasio ini bisa dihitung dengan rumus : Laba Bersih Profit Margin = Penjualan Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Sebaliknya profit margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat penjualan tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut. Secara umum rasio yang rendah bisa menunjukkan ketidakefisienan manajemen. Rasio ini cukup bervariasi dari industri ke industri, sebagai contoh : industri retailer cenderung mempunyai profit margin yang lebih rendah dibandingkan dengan industri manufaktur. Return On Asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. ROA juga sering disebut sebagai ROI (Return On Investment). Rasio ini bisa dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Laba Bersih ROA = Total Aktiva Return On Equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Meskipun rasio ini mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio ini tidak memperhitungkan deviden maupun capital gain untuk pemegang saham. Karena itu rasio ini bukan pengukur return pemegang saham yang sebenarnya. ROE dipengaruhi oleh ROA dan tingkat leverage keuangan perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus : Laba Bersih ROE = Total Ekuitas Rasio Aktivitas Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Semua rasio aktivitas ini melihatkan perbandingan antar tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio aktivitas menganggap bahwa sebaliknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan berbagai unsur aktiva yaitu persediaan, piutang, aktiva tetap dan aktiva lain.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
7 Rasio aktivitas menurut Darsono dan Ashari (2005:59) antara lain Receivable Turn Over (RTO), Rata-Rata Penerimaan Piutang (RPP), Inventory Turn Over (ITO), Lama Persediaan Mengendap (PM), dan Total Asset Turn Over (TATO). Receivable Turn Over adalah rasio yang menggambarkan kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam penagihan piutang yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini semakin baik kemampuan perusahaan dalam menagih piutang yang dimiliki. akan tetapi rasio yang terlalu tinggi juga bisa mengakibatkan pelanggan yang lari karena kebijakan kredit yang terlalu ketat. Rasio ini juga bisa menjadi dasar untuk pemberian kebijakan kredit yang dapat meningkatkan jumlah penjualan dengan memperhitungkan kerugian piutang tidak tertagih. Darsono dan Ashari (2005:61) mengatakan bahwa rule of thumb receivable turn over adalah sekitar 6 – 12 kali, sehingga waktu mengendap piutang adalah 30 sampai dengan 60 hari. Rumusnya adalah: Penjualan bersih Receivable Turn Over = Rata-rata Piutang Dagang Rata-Rata Penerimaan Piutang (RPP) dapat dilihat dalam jangka waktu berapa hari piutang akan bisa menjadi kas atau ditagih. Rasio penerimaan piutang yang terlalu panjang akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan karena banyaknya aktiva yang menganggur. Rumusnya adalah: 365 Rata-Rata Penerimaan Piutang = Receivable Turn Over Inventory Turn Over (ITO) adalah rasio yang berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola persediaan, dalam arti berapa kali persediaan yang ada akan diubah menjadi penjualan. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin cepat persediaan diubah menjadi penjualan. Rumusnya adalah: Harga Pokok Penjualan Inventory Turn Over = Rata-rata persediaan Barang Lama Persediaan Mengendap (LPM) berguna untuk mengetahui jangka waktu persediaan mengendap di gudang perusahaan. Semakin cepat persediaan mengendap, maka semakin likuid persediaan tersebut sehingga tidak ada aktiva yang menganggur terlalu lama. Rumusnya adalah: 365 Rata-Rata Penerimaan Piutang = Receivable Turn Over Total asset turn over merupakan rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan. Dengan melihat rasio ini, dapat diketahui efektivitas penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Total asset turn over bagi perusahaan yang produktif harus di atas 1 (Darsono, 2005:61). Rumusnya adalah: Penjualan Bersih Total asset turn over = Rata-rata Total Aktiva METODA PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran Obyek Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang melukiskan atau menggambarkan keadaan obyek yang diteliti dan menyajikan data yang diperoleh kemudian membuat kesimpulan untuk memberikan alternatif pemecahannya. Sedangkan obyek penelitian dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 464 perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
8 Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini sampel diambil secara purposive sampling, yaitu pemilihan sampel yang didasarkan atas kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Kriteria yang ditentukan adalah 1) Perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), 2) Data laporan keuangan tersedia lengkap secara keseluruhan dari 2009 sampai 2012, 3)Lima perusahaan yang mempunyai total aset terbesar. Adapun 5 perusahaan makanan dan minuman yang memenuhi kriteria tersebut adalah PT. Akasha Wira Internasional Tbk (ADES), PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT. Mayora Indah Tbk (MYOR), PT. Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), dan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) Satuan Kajian Kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi manajemen dalam hal ini manajemen keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam penelitian ini kinerja keuangan diukur dengan menggunakan rasio keuangan yaitu: 1) Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah current rasio dan quick rasio, 2) Rasio solvabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to equity rasio dan debt to total assets, 3) Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah total asset turn over dan receivable turn over, 4) Rasio profitabilitas adalah rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada, seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan dan sebagainya. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah profit margin, return on assets, dan return on equity. Teknik Analisa Data Teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Menghitung rasio keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas, 2) Menganalisis perkembangan rasio likuditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas pada perusahaan makanan dan minuman secara horisontal (dari tahun ke tahun), 3) Membandingkan rasio keuangan yang terdiri dari rasio likuditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas secara vertikal (antar perusahaan), 4) Menyimpulkan kinerja keuangan perusahaan manakah yang paling baik di antara perusahaan makanan dan minuman. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Rasio Likuiditas Rasio Likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio dan quick ratio. Current Ratio Current ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar (aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). Current ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Current Rasio
=
Aktiva Lancar x 100% Hutang Lancar
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
9 Darsono dan Ashari (2005:54) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) current ratio adalah 100% sampai 200%. Rasio lancar yang terlalu besar (di atas 200%) menunjukkan pengelolaan aktiva lancar yang kurang bagus karena masih banyak aktiva yang menganggur. Perhitungan current ratio perusahaan makanan dan minuman tahun 2009 sampai 2012 nampak pada tabel 1. Tabel 1 Perhitungan Current Ratio Tahun 2009 Sampai 2012 Kode ADES
INDF
MYOR
TBLA
Tahun
Aktiva Lancar
Hutang Lancar
CR
2009
66.860
29.613
225,78%
2010
131.881
87.255
151,14%
2011
128.835
75.394
170,88%
2012
191.489
98.624
194,16%
2009
12.967.241
11.148.529
116,31%
2010
20.077.994
9.859.118
203,65%
2011
24.501.734
12.831.304
190,95%
2012
26.202.972
13.080.544
200,32%
2009
1.750.424
764.230
229,04%
2010
2.684.854
1.040.334
258,08%
2011
4.095.299
4.175.176
98,09%
2012
5.313.600
5.234.656
101,51%
2009
985.163
973.633
101,18%
2010
1.631.470
1.468.443
111,10%
2011
1.883.106
1.366.205
137,83%
2012
2.318.104
1.459.715
158,81%
2009
561.482
852.194
65,89%
2010
597.241
632.026
94,50%
2011
656.039
659.873
99,42%
2012 Sumber: Data diolah
462.471
796.679
58,05%
MLBI
Rata-rata
185,49%
177,81%
171,68%
127,23%
79,46%
Dari tabel 1 perhitungan current ratio dapat diketahui bahwa current ratio masingmasing perusahaan adalah sebagai berikut: 1) Kinerja keuangan PT. Akasha Wira Internasional Tbk (ADES) berdasarkan current ratio yang terbaik adalah pada tahun 2012, 2) Kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) berdasarkan current ratio yang terbaik adalah pada tahun 2011, 3) Kinerja keuangan PT. Mayora Indah Tbk (MYOR) berdasarkan current ratio yang terbaik adalah pada tahun 2012, 4) Kinerja keuangan PT. Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) berdasarkan current ratio yang terbaik adalah pada tahun 2012, 5) Kinerja keuangan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) berdasarkan current ratio tidak ada yang baik. Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa rata-rata current ratio kelima perusahaan yang paling tinggi adalah PT. Akasha Wira Internasional Tbk (ADES) yaitu sebesar 185,49%, sedangkan yang terendah adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) yaitu sebesar 79,46%. Kinerja keuangan kelima perusahaan jika dilihat dari current ratio yang terbaik adalah PT. Akasha Wira Internasional Tbk (ADES) karena mempunyai rata-rata current ratio di antara 100% sampai 200% dan yang terbesar. Quick Ratio Quick ratio merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibankewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaanya. Quick ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
10
Quick Rasio
=
Aktiva Lancar - Persediaan x 100% Hutang Lancar
Darsono dan Ashari (2005:75) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) Quick ratio adalah 100% sampai 200%. Rasio cepat yang berkisar antara 100% sampai 200% menunjukkan bahwa aktiva yang cepat diuangkan cukup memadai untuk membayar kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek Perhitungan quick ratio perusahaan makanan dan minuman tahun 2009 sampai 2012 nampak pada tabel 2. Tabel 2 Perhitungan Quick Ratio Tahun 2009 Sampai 2012 Kode ADES
Tahun
Aktiva Lancar
Persediaan
Hutang Lancar
QR
2009
66.860
7.088
29.613
201,844%
2010
131.881
8.488
87.255
141,417%
2011
128.835
38.965
75.394
119,200%
2012
191.489
74.592
98.624
118,528%
2009
12.967.241
5.117.484
11.148.529
70,411%
2010
20.077.994
5.644.141
9.859.118
146,401%
2011
24.501.734
6.536.343
12.831.304
140,012%
2012
26.202.972
7.782.594
13.080.544
140,823%
2009
1.750.424
458.603
764.230
169,036%
2010
2.684.854
498.464
1.040.334
210,162%
2011
4.095.299
1.336.250
4.175.176
66,082%
2012
5.313.600
1.498.989
5.234.656
72,872%
2009
985.163
247.071
973.633
75,808%
2010
1.631.470
477.585
1.468.443
78,579%
2011
1.883.106
488.998
1.366.205
102,042%
2012
2.318.104
649.179
1.459.715
114,332%
2009
561.482
110.497
852.194
52,920%
2010
597.241
101.153
632.026
78,492%
2011
656.039
106.732
659.873
83,244%
2012 Sumber: Data diolah
462.471
123.434
796.679
42,556%
INDF
MYOR
TBLA
MLBI
Rata-rata
145,247%
124,412%
129,538%
92,690%
64,303%
Dari tabel 2 perhitungan quick ratio dapat diketahui bahwa quick ratio masing-masing perusahaan adalah sebagai berikut: 1) Kinerja keuangan PT. Akasha Wira Internasional berdasarkan quick ratio yang terbaik adalah pada tahun 2010, 2) Kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) berdasarkan quick ratio yang terbaik adalah pada tahun 2010, 3) Kinerja keuangan PT. Mayora Indah Tbk (MYOR) berdasarkan quick ratio yang terbaik adalah pada tahun 2009, 4) Kinerja keuangan PT. Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) berdasarkan quick ratio yang terbaik adalah pada tahun 2012, 5) Kinerja keuangan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) berdasarkan quick ratio tidak ada yang baik. Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa rata-rata quick ratio kelima perusahaan yang paling tinggi adalah PT. Akasha Wira Internasional Tbk (ADES) yaitu sebesar 145,247%, sedangkan yang terendah adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) yaitu sebesar 64,303%. Kinerja keuangan kelima perusahaan jika dilihat dari quick ratio yang terbaik adalah PT. Akasha Wira Internasional Tbk (ADES) karena mempunyai rata-rata quick ratio di antara 100% sampai 200% dan yang terbesar.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
11 Rasio Aktivitas Rasio Aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah total asset turn over, dan receivable turn over. Total Asset Turn Over Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan. Total asset turn over bagi perusahaan yang produktif di atas 1 (Darsono, 2005:61). Rumusnya adalah: Penjualan Bersih Total asset turn over = Rata-rata Total Aktiva Perhitungan total asset turn over kelima perusahaan makanan dan minuman pada tahun 2009 sampai tahun 2012 nampak pada tabel 3. Tabel 3 Perhitungan Total Asset Turn Over Tahun 2009 Sampai 2012 Kode ADES
INDF
MYOR
TBLA
MLBI
Tahun
Penjualan
Aktiva
Rata-rata Aktiva
TATO
2008
-
185.015
2009
134.438
178.287
181.651
0,740
2010
218.748
324.493
251.390
0,870
2011
299.409
316.048
320.271
0,935
352.571
1,352
Rata-rata
-
2012
476.638
389.094
2008
-
39.594.264
2009
37.397.319
40.382.953
39.988.609
0,935
2010
38.403.360
47.275.955
43.829.454
0,876
2011
45.332.256
53.585.933
50.430.944
0,899
56.455.070
0,887
0,974
-
2012
50.059.427
59.324.207
2008
-
2.922.998
2009
4.777.175
3.246.499
3.084.749
1,549
2010
7.224.165
4.399.191
3.822.845
1,890
2011
9.453.866
6.599.846
5.499.519
1,719
2012
10.510.656
8.302.506
7.451.176
1,411
0,899
-
2008
-
2.802.497
2009
2.783.573
2.786.340
2.794.419
0,996
2010
2.951.114
3.651.105
3.218.723
0,917
2011
3.731.749
4.244.618
3.947.862
0,945
2012
3.805.931
5.197.552
4.721.085
0,806
1,642
-
2008
-
941.389
2009
1.616.264
993.465
967.427
1,671
2010
1.790.164
1.137.082
1.065.274
1,680
2011
1.858.750
1.220.813
1.178.948
1,577
2012 Sumber: Data diolah
1.566.984
1.152.048
1.186.431
1,321
0,916
1,562
Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa total asset turn over masing-masing perusahaan adalah: 1) Kinerja keuangan PT. Akasha Wira Internasional Tbk berdasarkan total asset turn over yang terbaik adalah pada tahun 2012, 2) Kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk berdasarkan total asset turn over tidak ada yang baik karena kurang dari 1, 3) Kinerja keuangan PT. Mayora Indah Tbk (MYOR) berdasarkan total asset turn over yang terbaik adalah pada tahun 2010, 4) Kinerja keuangan PT. Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) berdasarkan total asset turn over tidak ada yang baik karena kurang dari 1, 5) Kinerja keuangan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) berdasarkan total asset turn over yang terbaik adalah pada tahun 2010.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
12 Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa kinerja keuangan kelima perusahaan jika dilihat dari total asset turn over yang paling baik adalah PT. Mayora Indah Tbk (MYOR), karena mempunyai rata-rata total asset turn over lebih dari 1 dan yang paling besar. Receivable Turn Over Rasio ini menggambarkan kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam penagihan piutang yang dimiliki. Darsono dan Ashari (2005:61) mengatakan bahwa rule of thumb receivable turn over adalah sekitar 6 – 12 kali, sehingga waktu mengendap piutang adalah 30 sampai dengan 60 hari. Semakin tinggi rasio ini semakin baik kemampuan perusahaan dalam menagih piutang yang dimiliki, akan tetapi rasio yang terlalu tinggi juga bisa mengakibatkan pelanggan yang lari karena kebijakan kredit yang terlalu ketat. Rumusnya adalah: Penjualan bersih Receivable Turn Over = Rata-rata Piutang Dagang Perhitungan receivable turn over kelima perusahaan makanan dan minuman tahun 2009 sampai tahun 2012 nampak pada tabel 4. Tabel 4 Perhitungan Receivable Turn Over Tahun 2009 Sampai 2012 Kode ADES
Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 INDF 2008 2009 2010 2011 2012 MYOR 2008 2009 2010 2011 2012 TBLA 2008 2009 2010 2011 2012 MLBI 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber: Data diolah
Penjualan 134.438 218.748 299.409 476.638 37.397.319 38.403.360 45.332.256 50.059.427 4.777.175 7.224.165 9.453.866 10.510.656 2.783.573 2.951.114 3.731.749 3.805.931 1.616.264 1.790.164 1.858.750 1.566.984
Piutang 16.042 20.367 95.929 71.797 71.787 2.760.971 2.296.474 2.686.273 3.669.305 3.617.741 751.626 880.906 1.328.534 1.707.355 2.051.347 196.211 172.206 229.900 241.282 392.875 107.305 94.348 221.236 264.465 168.539
Rata-rata Piutang
RTO
18.205 58.148 83.863 71.792
7,385 3,762 3,570 6,639
2.528.723 2.491.374 3.177.789 3.643.523
14,789 15,415 14,265 13,739
816.266 1.104.720 1.517.945 1.879.351
5,852 6,539 6,228 5,593
184.209 201.053 235.591 317.079
15,111 14,678 15,840 12,003
100.827 157.792 242.851 216.502
16,030 11,345 7,654 7,238
Rata-rata
5,339
14,552
6,053
14,408
10,567
Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa receivable turn over kelima perusahaan adalah: 1)Kinerja keuangan PT. Akasha Wira Internasional Tbk (ADES) berdasarkan receivable turn over yang terbaik adalah pada tahun 2009, 2) Kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) berdasarkan receivable turn over tidak ada yang baik karena di atas 12, 3) Kinerja keuangan PT. Mayora Indah Tbk (MYOR) berdasarkan receivable turn over yang terbaik adalah pada tahun 2010, 4) Kinerja keuangan PT. Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) berdasarkan receivable turn over tidak ada yang baik karena di atas 12, 5) Kinerja keuangan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) berdasarkan receivable turn over yang terbaik adalah pada tahun 2011.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
13 Dari tabel 4 diketahui bahwa kinerja keuangan kelima perusahaan jika dilihat dari receivable turn over yang terbaik adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) karena mempunyai rata-rata receivable turn over antara 6 sampai 12 dan yang terbesar. Rasio Solvabilitas Rasio Solvabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to total assets dan debt to equity rasio. Debt to Total Assets Ratio Rasio debt to total assets menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Untuk menghitung rasio ini digunakan rumus sebagai berikut: Debt to Total Assets
=
Total Kewajiban x 100% Total Aktiva
Perhitungan debt to total assets ratio kelima perusahaan makanan dan minuman tahun 2009 sampai tahun 2012 nampak pada tabel 6. Tabel 5 Perhitungan Debt To Total Assets Ratio Tahun 2009 Sampai 2012 Kode ADES
INDF
MYOR
TBLA
MLBI
Tahun
Total Hutang
Total Aktiva
DTAR
2009
110.068
178.287
61,736%
2010
224.615
324.493
69,220%
2011
190.302
316.048
60,213%
2012
179.972
389.094
46,254%
2009
24.886.781
40.382.953
61,627%
2010
22.423.117
47.275.955
47,430%
2011
21.975.708
53.585.933
41,010%
2012
25.181.533
59.324.207
42,447%
2009
1.622.970
3.246.499
49,991%
2010
2.358.692
4.399.191
53,616%
2011
4175176
6.599.846
63,262%
2012
5.234.656
8.302.506
63,049%
2009
1.881.639
2.786.340
67,531%
2010
2.409.512
3.651.105
65,994%
2011
2.637.303
4.244.618
62,133%
2012
3.438.056
5.197.552
66,148%
2009
888.122
993.465
89,396%
2010
665.714
1.137.082
58,546%
2011
690.545
1.220.813
56,564%
822.195
1.152.048
71,368%
2012 Sumber: Data diolah
Rata-rata
59,356%
48,129%
57,480%
65,451%
68,969%
Darsono dan Ashari (2005:55) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) debt to total assets ratio adalah maksimal 100% yang berarti perusahaan banyak mengandalkan modal dari dalam, bukan hutang. Rasio solvabilitas adalah rasio hutang, di mana semakin tinggi rasio hutang menunjukkan kinerja keuangan yang buruk, sebaliknya semakin rendah rasio hutang maka semakin baik kinerja keuangannya. Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa debt to total assets ratio masing-masing perusahaan adalah sebagai berikut: 1) Kinerja keuangan PT. Akasha Wira Internasional Tbk (ADES) berdasarkan debt to total assets ratio yang terbaik adalah pada tahun 2012, 2) Kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) berdasarkan debt to total assets ratio yang terbaik adalah pada tahun 2011, 3) Kinerja keuangan PT. Mayora Indah Tbk (MYOR)
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
14 berdasarkan debt to total assets ratio yang terbaik adalah pada tahun 2009, 4) Kinerja keuangan PT. Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) berdasarkan debt to total assets ratio yang terbaik adalah pada tahun 2011, 5)Kinerja keuangan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) berdasarkan debt to total assets ratio yang terbaik adalah pada tahun 2011. Dari tabel 5 diketahui bahwa kinerja keuangan kelima perusahaan jika dilihat dari debt to total assets ratio yang paling baik adalah PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) karena mempunyai rata-rata debt to equity ratio kurang dari 100% dan yang terkecil. Debt to Equity Rasio Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Rumus yang digunakan adalah: Debt to Equity Rasio =
Total Kewajiban x 100% Total Modal Sendiri
Darsono dan Ashari (2005:77) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) debt to equity ratio adalah maksimal 100% yang berarti perusahaan banyak mengandalkan modal dari dalam, bukan hutang. Debt to equity rasio adalah rasio solvabilitas. Rasio solvabilitas adalah rasio hutang, di mana semakin tinggi rasio hutang menunjukkan kinerja keuangan yang buruk, sebaliknya semakin rendah rasio hutang maka semakin baik kinerja keuangannya. Perhitungan debt to equity ratio kelima perusahaan makanan dan minuman tahun 2009 sampai tahun 2012 nampak pada tabel 6. Tabel 6 Perhitungan Debt To Equity Ratio Tahun 2010 Sampai 2012 Kode ADES
INDF
MYOR
TBLA
MLBI
Tahun
Total Hutang
2009
110.068
2010 2011
Total Modal
DER
68.219
161,345%
224.615
99.878
224,889%
190.302
125.746
151,338%
2012
179.972
209.122
86,061%
2009
24.886.781
10.155.495
245,057%
2010
22.423.117
16.784.671
133,593%
2011
21.975.708
31.610.225
69,521%
2012
25.181.533
34.142.674
73,754%
2009
1.622.970
1.581.755
102,606%
2010
2.358.692
1.991.295
118,450%
2011
4.175.176
2.424.669
172,196%
2012
5.234.656
3.067.850
170,629%
2009
1.881.639
899.648
209,153%
2010
2.409.512
1.234.180
195,232%
2011
2.637.303
1.607.315
164,081%
2012
3.438.056
1.759.496
195,400%
2009
888.122
105.211
844,134%
2010
665.714
471.221
141,274%
2011
690.545
530.268
130,226%
822.195
329.853
249,261%
2012 Sumber: Data diolah
Rata-rata
155,908%
130,481%
140,970%
190,966%
341,224%
Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa debt to equity ratio masing-masing perusahaan adalah: 1) Kinerja keuangan PT. Akasha Wira Internasional Tbk berdasarkan debt to equity ratio yang terbaik adalah pada tahun 2012, 2) Kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) berdasarkan debt to equity ratio yang terbaik adalah pada tahun 2011, 3) Kinerja keuangan PT. Mayora Indah Tbk (MYOR) berdasarkan debt to equity ratio tidak ada
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
15 yang baik karena lebih dari 100%, 4) Kinerja keuangan PT. Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) berdasarkan debt to equity ratio tidak ada yang baik karena lebih dari 100%, 5) Kinerja keuangan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) berdasarkan debt to equity ratio tidak ada yang baik karena lebih dari 100%. Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa kinerja keuangan kelima perusahaan jika dilihat dari debt to equity ratio tidak ada yang baik karena mempunyai rata-rata debt to equity ratio lebih dari 100%. Rasio Profitabilitas Rasio Profitabilitas adalah rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada, seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan dan sebagainya. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Profit Margin, Return On Assets, dan Return On Equity. Profit Margin Rasio profit margin merupakan rasio yang mengukur sejauhmana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rumus yang digunakan adalah : Profit Margin
=
Laba Bersih x 100% Penjualan
Perhitungan profit margin kelima perusahaan makanan dan minuman tahun 2009 sampai tahun 2012 nampak pada tabel 7. Tabel 7 Perhitungan Profit Margin Tahun 2009 Sampai 2012 Kode ADES
INDF
MYOR
TBLA
MLBI
Tahun
Laba Bersih
Penjualan
PM
2009
16.321
134.438
12,140%
2010
31.659
218.748
14,473%
2011
25.868
299.409
8,640%
2012
83.376
476.638
17,493%
2009
2.075.861
37.397.319
5,551%
2010
2.952.858
38.403.360
7,689%
2011
4.891.673
45.332.256
10,791%
2012
4.779.446
50.059.427
9,548%
2009
372.158
4.777.175
7,790%
2010
484.086
7.224.165
6,701%
2011
483.486
9.453.866
5,114%
2012
744.428
10.510.656
7,083%
2009
250.955
2.783.573
9,016%
2010
246.663
2.951.114
8,358%
2011
421.127
3.731.749
11,285%
2012
243.767
3.805.931
6,405%
2009
340.458
1.616.264
21,065%
2010
442.916
1.790.164
24,742%
2011
507.382
1.858.750
27,297%
453.405
1.566.984
28,935%
2012 Sumber: Data diolah
Rata-rata
13,186%
8,395%
6,672%
8,766%
25,509%
Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa profit margin masing-masing perusahaan adalah: 1)Kinerja keuangan PT. Akasha Wira Internasional Tbk (ADES) berdasarkan profit margin yang terbaik adalah pada tahun 2012, 2) Kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) berdasarkan profit margin yang terbaik adalah pada tahun 2011, 3) Kinerja keuangan PT. Mayora Indah Tbk (MYOR) berdasarkan profit margin yang terbaik adalah pada tahun
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
16 2009, 4) Kinerja keuangan PT. Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) berdasarkan profit margin yang terbaik adalah pada tahun 2011, 5) Kinerja keuangan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) berdasarkan profit margin yang terbaik adalah pada tahun 2012. Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa kinerja keuangan yang terbaik dilihat dari profit margin di antara kelima perusahaan adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI). Return On Assets Return On Assets digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. Rumus yang digunakan adalah : Return On Assets
=
Laba Bersih x 100% Total Aktiva
Perhitungan Return On Assets kelima perusahaan makanan dan minuman tahun 2009 sampai 2012 nampak pada tabel 8. Tabel 8 Perhitungan Return On Assets Tahun 2009 Sampai 2012 Kode ADES
INDF
MYOR
TBLA
MLBI
Tahun
Laba Bersih
Total Aktiva
ROA
2009
16.321
178.287
9,154%
2010
31.659
324.493
9,756%
2011
25.868
316.048
8,185%
2012
83.376
389.094
21,428%
2009
2.075.861
40.382.953
5,140%
2010
2.952.858
47.275.955
6,246%
2011
4.891.673
53.585.933
9,129%
2012
4.779.446
59.324.207
8,056%
2009
372.158
3.246.499
11,463%
2010
484.086
4.399.191
11,004%
2011
483.486
6.599.846
7,326%
2012
744.428
8.302.506
8,966%
2009
250.955
2.786.340
9,007%
2010
246.663
3.651.105
6,756%
2011
421.127
4.244.618
9,921%
2012
243.767
5.197.552
4,690%
2009
340.458
993.465
34,270%
2010
442.916
1.137.082
38,952%
2011
507.382
1.220.813
41,561%
453.405
1.152.048
39,356%
2012 Sumber: Data diolah
Rata-rata
12,131%
7,143%
9,690%
7,593%
38,535%
Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa Return On Assets masing-masing perusahaan adalah sebagai berikut: 1) Kinerja keuangan PT. Akasha Wira Internasional Tbk (ADES) berdasarkan Return On Assets yang terbaik adalah pada tahun 2012, 2) Kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) berdasarkan Return On Assets yang terbaik adalah pada tahun 2011, 3) Kinerja keuangan PT. Mayora Indah Tbk (MYOR) berdasarkan Return On Assets yang terbaik adalah pada tahun 2009, 4) Kinerja keuangan PT. Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) berdasarkan Return On Assets yang terbaik adalah pada tahun 2011, 5)Kinerja keuangan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) berdasarkan Return On Assets yang terbaik adalah pada tahun 2011.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
17 Dari tabel 8 diketahui bahwa kinerja keuangan yang terbaik dilihat dari Return On Assets di antara kelima perusahaan adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI). Return On Equity Return On Equity digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu Rumus yang digunakan adalah : Return On Equity =
Laba Bersih x 100% Total Ekuitas
Perhitungan Return On Equity kelima perusahaan makanan dan minuman tahun 2009 sampai tahun 2012 nampak pada tabel 9. Tabel 9 Perhitungan Return On Equity Perusahaan Makanan dan Minuman Kode ADES
INDF
MYOR
Tahun
Laba Bersih
Modal Sendiri
ROE
2009
16.321
68.219
23,924%
2010
31.659
99.878
31,698%
2011
25.868
125.746
20,572%
2012
83.376
209.122
39,870%
2009
2.075.861
10.155.495
20,441%
2010
2.952.858
16.784.671
17,593%
2011
4.891.673
31.610.225
15,475%
2012
4.779.446
34.142.674
13,998%
2009
372.158
1.581.755
23,528%
2010
484.086
1.991.295
24,310%
2011
483.486
2.424.669
19,940%
2012
744.428
3.067.850
24,265%
2009
250.955
899.648
27,895%
2010
246.663
1.234.180
19,986%
2011
421.127
1.607.315
26,201%
2012
243.767
1.759.496
13,854%
2009
340.458
105.211
323,595%
2010
442.916
471.221
93,993%
2011
507.382
530.268
95,684%
2012 Sumber: Data diolah
453.405
329.853
137,457%
TBLA
MLBI
Rata-rata
29,016%
16,877%
23,011%
21,984%
162,682%
Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa Return On Equity masing-masing perusahaan adalah: 1) Kinerja keuangan PT. Akasha Wira Internasional Tbk (ADES) berdasarkan Return On Assets yang terbaik adalah pada tahun 2012, 2) Kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) berdasarkan Return On Assets yang terbaik adalah pada tahun 2009, 3)Kinerja keuangan PT. Mayora Indah Tbk (MYOR) berdasarkan Return On Assets yang terbaik adalah pada tahun 2010, 4) Kinerja keuangan PT. Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) berdasarkan Return On Assets yang terbaik adalah pada tahun 2009, 5) Kinerja keuangan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) berdasarkan Return On Assets yang terbaik adalah pada tahun 2009. Dari tabel 9 diketahui bahwa kinerja keuangan yang terbaik dilihat dari Return On Equity di antara kelima perusahaan adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI). Intepretasi Dari hasil analisis pada beberapa rasio keuangan pada perusahaan makanan dan minuman, dapat dilakukan rekapitulasi mengenai kinerja keuangan perusahaan yang paling baik nampak pada tabel 10.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
18 Tabel 10 Rekapitulasi Kinerja Keuangan Yang Terbaik Rasio
Perusahaan
Current ratio
PT. Akasha Wira Internasional Tbk
Quick ratio
PT. Akasha Wira Internasional Tbk
Total asset turn over
PT. Mayora Indah Tbk
Receivable turn over
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk
Debt to total assets ratio
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
Debt to equity rasio Profit margin
Tidak ada yang baik PT. Multi Bintang Indonesia Tbk
Return On Assets
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk
Return On Equity Sumber: Tabel 1 sampai Tabel 9
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk
Dari tabel 10 dapat diketahui bahwa: 1) Jika dilihat dari perbandingan rasio likuiditas yang terdiri dari current ratio dan quick ratio, PT. Akasha Wira Internasional Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik dibanding perusahaan lainnya, 2) Berdasarkan perbandingan rasio aktivitas dapat diketahui bahwa jika dilihat dari total asset turn over, PT. Mayora Indah Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik dibanding perusahaan lainnya, serta jika dilihat dari receivable turn over, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik dibanding perusahaan lainnya, 3)Berdasarkan perbandingan rasio solvabilitas dapat diketahui bahwa jika dilihat dari debt to total assets ratio, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik dibanding perusahaan lainnya, serta jika dilihat dari debt to equity rasio, kinerja keuangan kelima perusahaan tidak ada yang baik karena tidak ada perusahaan yang mempunyai ratarata debt to equity rasio kurang dari 100%, 4) Jika dilihat dari perbandingan rasio profitabilitas yang terdiri dari profit margin, Return On Assets, dan Return On Equity, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik dibanding perusahaan lainnya.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai kinerja keuangan pada PT. Akasha Wira Internasional Tbk, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, PT. Tunas Baru Lampung Tbk, dan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk, maka dapat disimpulkan bahwa
perbandingan rasio likuiditas yang terdiri dari current ratio dan quick ratio, dapat diketahui bahwa PT. Akasha Wira Internasional Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik Berdasarkan perbandingan rasio aktivitas dapat diketahui bahwa jika dilihat dari total asset turn over, PT. Mayora Indah Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik dan jika dilihat dari receivable turn over, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik. Berdasarkan perbandingan rasio solvabilitas dapat diketahui bahwa jika dilihat dari debt to total assets ratio, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik dan jika dilihat dari debt to equity rasio, kinerja keuangan kelima perusahaan tidak ada yang baik karena tidak ada perusahaan yang mempunyai rata-rata debt to equity rasio kurang dari 100%.
Jika dilihat dari perbandingan rasio profitabilitas yang terdiri dari profit margin, Return On Assets, dan Return On Equity, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
19 Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan maka saransaran yang dapat dipertimbangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1)Disarankan pada investor yang lebih suka pada perusahaan yang likuid (rasio likuiditas) untuk memilih PT. Akasha Wira Internasional Tbk sebagai obyek investasinya, 2)Disarankan pada investor yang lebih suka pada perusahaan yang tingkat perputaran modal kerjanya tinggi (rasio aktivitas) untuk memilih PT. Mayora Indah Tbk atau PT. Multi Bintang Indonesia Tbk sebagai obyek investasinya, 3) Disarankan pada investor yang lebih suka pada perusahaan yang lancar dalam hal pembayaran hutangnya (rasio solvabilitas) untuk memilih PT. Indofood Sukses Makmur Tbk sebagai obyek investasinya, 4) Disarankan pada investor yang lebih suka pada perusahaan yang tingkat pengembalian investasi berupa labanya tinggi (rasio profitabilitas) untuk memilih PT. Multi Bintang Indonesia Tbk sebagai obyek investasinya.
DAFTAR PUSTAKA Darsono dan Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan (Tips Bagi Investor, Direksi, dan Pemegang Saham). Penerbit Andi. Yogyakarta. Hanafi, M dan A. Halim. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Cetakan Pertama. Penerbit UPP-AMP YKPN. Yogyakarta. Husnan, S dan E. Pudjiastuti. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kelima. Cetakan Pertama. Penerbit UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Mulyadi. 2003. Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi ke-3, Salemba Empat. Jakarta. Munawir. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Cetakan Keempat belas. Penerbit Liberty. Yogyakarta Prastowo, D. 2002. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit UPP-AMP YKPN. Yogyakarta.