ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA JANGKA PANJANG ACQUIRING FIRM YANG LISTING DI BEI ABSTRAK Oleh: RISKI RAHMAH NPM : 0811031048 Tlpn : 085279404308 Email :
[email protected] Pembimbing I : Agrianti Komalasari, S.E., M.Si., Akt. Pembimbing II : Pigo Nauli, S.E., M.Sc.
Penggunaan strategi bisnis yang tepat oleh perusahaan dapat dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan nilai bagi perusahaan, terutama dalam hal peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Akuisisi dipandang sebagai salah satu strategi efektif untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dengan cara melakukan penggabungan usaha sebagai upaya pengembangan perusahaan guna mempertahankan eksistensi dalam dunia persaingan bisnis yang semakin ketat. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris apakah kinerja keuangan jangka panjang acquiring firm setelah akuisisi mengalami perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan sebelum akuisisi. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 8 perusahaan yang dipilih dengan teknik penarikan sampel purposive sampling. Sampel-sampel tersebut dianalisis dengan menggunakan uji non-parametrik yaitu Wilcoxon Signed Ranks Test karena data tidak terdistribusi normal. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Debt to Equity Ratio dan Total Asset Turn Over perusahaan setelah melakukan akuisisi menunjukkan peningkatan kinerja keuangan yang signifikan dibandingkan dengan sebelum perusahaan melakukan akuisisi. Sedangkan pada Current Ratio dan Return on Asset menunjukkan penurunan kinerja keuangan setelah dilakukannya akuisisi, namun tidak signifikan. Kata Kunci: Kinerja Keuangan, Akuisisi, Acquiring Firm.
1.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Memasuki era globalisasi perdagangan bebas Asean-China Free Trade Aggrement (ACFTA), persaingan usaha diantara perusahaan-perusahaan semakin ketat dan tajam. Dengan adanya persaingan yang begitu ketat, setiap perusahaan akan dituntut untuk bisa menghadapi tantangan dan hambatan yang timbul dari adanya persaingan tersebut. Sehingga perusahaan diharapkan dapat menggunakan strategi yang tepat untuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya, serta penggunaan strategi bisnis yang tepat oleh perusahaan dapat dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan nilai (value) bagi perusahaan, terutama dalam hal peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Pada dasarnya perusahaan dibentuk untuk jangka waktu yang tidak terbatas, dan diharapkan memperoleh profit/keuntungan yang maksimal. Banyak cara atau strategi yang digunakan perusahaan untuk mengembangkan bisnis usahanya demi menjaga kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Salah satu usaha untuk meningkatkan pertumbuhan dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan dapat dilakukan dengan melakukan strategi eksternal merger dan akuisisi (M&A). M&A diangap merupakan strategi yang handal yang dapat dilakukan perusahaan untuk lebih mengembangkan bisnis perusahaan, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dalam hal ini meningkatnya laba atau keuntungan yang didapat perusahaan. Alasan utama perusahaan lebih memilih melakukan Merger dan Akuisisi (M&A) sebagai strategi utama perusahaan dalam pengembangan perusahaannya adalah karena dengan strategi M&A perusahaan tidak perlu memulai awal bisnis yang baru karena business share perusahaan telah terbentuk sebelumnya, sehingga tujuan perusahaan akan dapat terwujud dengan cepat. Selain itu M&A memberikan banyak keuntungan lain yaitu peningkatan SDM perusahaan, peningkatan kemampuan dalam hal
pemasaran, skill manajerial, riset, perpindahan atau transfer teknologi, dan akan adanya efisiensi biaya produksi perusahaan. Banyak merger dan akuisisi dilakukan karena diharapkan adanya penyatuan sumber daya komplementer antar dua perusahaan yang akan memungkinkan terciptanya sinergi dan keunggulan kompetitif yang terus menerus pada perusahaan yang baru dibentuk. Sebelumnya telah dilakukan banyak penelitian untuk menginvestigasi pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan, namun hasilnya tidak selalu konsisten. Caves (1989) menemukan bahwa merger dan takeover berpengaruh positif terhadap efisiensi ekonomi, karena adanya sinergi dan perubahan terhadap kontrol perusahaan dan pangsa pasarnya. Sutrisno dan Sudibyo (2000) terhadap 57 kasus M&A di Indonesia menemukan bahwa M&A berpengaruh signifikan dan negatif terhadap keputusan investasi oleh investor, terlihat dari adanya penurunan harga saham perusahaan. Yudyatmoko dan Na’im (2005) menunjukkan M&A tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak jangka panjang akuisisi, sehingga judul yang dirumuskan adalah “Analisis Perbandingan Kinerja Jangka Panjang Acquiring Firm yang Listing di BEI”. 1.2.
Rumusan dan Batasan Masalah
1.2.1. Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi berdasarkan rasio likuiditas? 2. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi berdasarkan rasio solvabilitas? 3. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi berdasarkan rasio aktivitas?
4. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi berdasarkan rasio profitabilitas? 1.2.2. Batasan Masalah Batasan masalah untuk memfokuskan ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. Faktor-faktor kinerja keuangan yang diteliti yaitu likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan profitabilitas sebagai ukuran kondisi keuangan. 2. Perubahan kinerja keuangan hanya dianalisis berdasarkan aktivitas akuisisi. Sedangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja keuangan, seperti manajemen laba,dll tidak diperhitungkan dalam penelitian ini. 3. Aspek-aspek ekonomi maupun non-ekonomi lain yang bisa mempengaruhi maupun dipengaruhi oleh akuisisi, seperti teknologi, pajak, tenaga kerja, perluasan pasar, kemampuan manajerial, pelanggan, dan sebagainya tidak diperhitungkan dalam penelitian ini. 4. Pada penelitian ini hanya menganalisis kinerja perusahaan pengakuisisi sebelum dan sesudah dilakukannya akuisisi, sedangkan kinerja perusahaan target akuisisi tidak diperhitungkan dalam penelitian ini. 1.3.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas mengalami perbedaan setelah perusahaan melakukan akuisisi. 2. Untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya kenaikkan dan penurunan kinerja perusahaan sesudah akuisisi. 1.3.2. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian mengenai akuisisi ini adalah:
1. Memberikan pengetahuan dan kajian kepada khalayak umum dan para akademisi mengenai permasalahan yang dihadapi perusahaan yang melakukan akuisisi. 2. Memberikan bukti empiris tentang pengaruh akuisisi terhadap kinerja keuangan perusahaan setelah melakukan akuisisi. 3. Memberikan pengetahuan mengenai sebab-sebab terjadinya kenaikkan dan penurunan kinerja perusahaan sesudah akuisisi.
2. LANDASAN TEORI 2.1.
Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan merupakan teori yang menjelaskan hubungan yang terjadi antara pihak agen (manajer perusahaan), dan pihak prinsipal (pemegang saham). Teori keagenan (agency theory) berusaha menjelaskan tentang penentuan kontrak yang paling efisien yang bisa membatasi konflik atau masalah keagenan (Jensen dan Meckling, 1976). Dalam pengambilan suatu kebijakan perusahaan, adanya motif-motif lain yang dilakukan manajer dalam mengambil suatu kebijakan. Manajer perusahaan cenderung mengambil suatu kebijakan yang juga akan membawa keuntungan individu yang akan didapatkannya, hal ini akan mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung kinerja dan kualitas kebijakan yang diambil. Sehingga dalam kebijakan perusahaan dalam merger dan akuisisi (M&A), mengalami perubahan dalam tujuan pelaksanaanya. Agency problem yang terjadi dalam lingkungan internal perusahaan akan menjadikan keputusan M&A yang dilakukan oleh perusahaan menjadi tidak optimal. Manajer perusahaan yang berperan sebagai pembuat dan pelaksana keputusan M&A akan cenderung bersifat opportunistik, yaitu akan melaksanakan keputusan yang bertujuan untuk mementingkan kepentingan pribadinya serta mengabaikan tujuan utama perusahaan dalam hal ini meningkatkan value perusahaan. Manajemen perusahaan sebelum pengumuman M&A akan berusaha memberikan informasi yang positif
kepada pasar. Informasi positif tersebut dapat dilakukan oleh manajemen dengan tindakan manajemen laba yang berguna untuk meningkatkan harga saham perusahaan sebelum pengumuman M&A secara sesaat. Sehingga hal tersebut dalam beberapa periode setelah di lakukannya M&A akan memberikan dampak yang buruk bagi acquiring firm. 2.2. Gambaran Umum Penggabungan Usaha Pengertian Penggabungan Usaha (Business Combination) berdasarkan PSAK No. 22 (IAI, 2009) adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan (uniting with) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain. Berdasarkan definisi tersebut, maka dua atau lebih perusahaan akan saling menggabungkan diri dengan cara perusahaan yang satu menyatu dengan perusahaan yang lain guna memperluas usahanya serta memperoleh keuntungan atas usahanya tersebut. 2.2.1. Definisi Akuisisi dan Merger Menurut Grinblat & Titman (2002:691), definisi akuisisi dan merger adalah sebagai berikut : “a merger is a transaction that combines two firms into one new firm. An acquisition is the purchase of one firm by another firm”. Dari kutipan tersebut maka merger didefinisikan sebagai sebuah transaksi untuk menggabungkan dua perusahaan menjadi perusahaan baru. Sedangkan akuisisi didefinisikan sebagai pembelian sebuah perusahaan oleh sebuah perusahaan lain. Dalam proses merger dan akuisisi dikenal istilah acquiring firm, atau bidder, yaitu perusahaan yang melakukan penawaran untuk melakukan sebuah merger atau akuisisi. Dan yang kedua adalah istilah acquired firm, atau target firm, yaitu perusahaan lain yang ditawar atau menerima penawaran untuk sebuah merger atau akuisisi dari perusahaan lain.
2.2.2. Jenis-Jenis Merger dan Akuisisi Grinblat & Titman (2002:708) mengategorikan transaksi akuisisi ke dalam tiga bentuk, yaitu : 1. Akuisisi Strategis (Strategic Acquisition) Akuisisi strategis adalah akuisisi yang dilakukan dengan motivasi utamanya adalah untuk memperoleh sinergi operasi (operating synergies). Sinergi operasi (operating synergies) mempunyai makna bahwa dua perusahaan yang bergabung akan menjadi lebih menguntungkan (profitable) daripada terpisah sebagai perusahaan yang masing-masing berdiri sendiri. 2. Akuisisi Keuangan (Financial Acquisition) Akuisisi keuangan (Financial Acquisition) adalah akuisisi yang terjadi karena acquiring firm percaya bahwa harga saham suatu perusahaan target adalah lebih rendah dari pada nilai perusahaan target itu sendiri. Hal tersebut terjadi karena pasar modal mengabaikan informasi penting yang sebenarnya ada dalam perusahaan target tersebut. Acquiring firm percaya bahwa perusahaan target dinilai terlalu rendah (under valued) karena buruknya manajemen yang dimiliki oleh perusahaan target. 3. Akuisisi Konglomerat (Conglomerate Acquisition) Akuisisi konglomerat adalah akuisisi yang dilakukan dengan motivasi utamanya adalah untuk memperoleh sinergi keuangan (financial synergies). Sinergi keuangan itu sendiri terjadi dalam bentuk jumlah biaya modal yang lebih kecil jika dua perusahaan bergabung, dibandingkan total biaya modal dari dua perusahaan tersebut jika kedua perusahaan harus berdiri sendiri-sendiri. 2.2.4. Alasan Melakukan Merger dan Akuisisi Ross et al. (2008:822) menjelaskan ada beberapa alasan mengapa akuisisi dilakukan, yaitu: 1. Sinergi (Synergy) Sinergi didefinisikan sebagai berikut :
“The positive incremental net gain associated with the combination of two firms through a merger or acquisition”. Mengacu pada kutipan tersebut maka sinergi adalah peningkatan keuntungan bersih yang positif karena adanya kombinasi dari dua perusahaan melalui merger atau akuisisi. Jadi, akuisisi yang dilakukan diharapkan mampu menghasilkan sinergi bagi acquiring firm dan acquired firm. 2. Peningkatan Pendapatan (Revenue Enhancement) Alasan lain mengapa sebuah akuisisi dilakukan adalah akuisisi tersebut mampu menghasilkan peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan dapat berasal dari beberapa hal, antara lain keuntungan pemasaran (marketing gain), manfaat strategis (strategic benefits), penurunan biaya (cost reductions), dan pajak yang lebih rendah (lower taxes). 3. Penurunan Biaya (Cost Reductions) Penurunan biaya akibat akuisisi dapat terjadi karena adanya skala ekonomi. Skala ekonomi berhubungan dengan biaya rata-rata per unit untuk memproduksi barang dan jasa. Jika biaya per unit tersebut turun ketika level produksi meningkat ke level tertentu, maka skala ekonomi terjadi. 2.3. Rerangka Pemikiran Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja perusahaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah masa 5 (lima) tahun sebelum dan 5 (lima) tahun setelah melakukan akuisisi. Untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan akuisisi terhadap kinerja perusahaan secara finansial dilakukan dengan membandingkan rasio-rasio keuangan sebelum dan sesudah akuisisi berlangsung. Jika hasil uji menunjukkan hasil yang berbeda, maka dapat dikatakan bahwa akuisisi berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan uraian yang ada, maka dapat dibuat suatu rerangka pemikiran dari pengaruh sebelum dan setelah merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan sebagai berikut :
Setelah Akuisisi
Sebelum Akuisisi Kinerja perusahaan Rasio Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas dan Profitabilitas.
Uji beda
Kinerja perusahaan Rasio Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas dan Profitabilitas.
Sumber : Payamta dan Setiawan (2004), dan Hendro Widjanarko (2006) 2.4.
Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian di Indonesia mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan diantaranya adalah yang dilakukan Payamta dan Setiawan (2004) meneliti pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi tahun 19901996. Dari rasio-rasio keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, hanya rasio Total Asset Turnover, Fixed Asset Turnover, Return On Investment, Return On Equity, Net Profit Margin, Operating Profit Margin, Total Asset to Debt, Net Worth to Debt yang mengalami penurunan signifikan setelah merger dan akuisisi. Sedangkan rasio lainnya tidak mengalami perubahan signifikan. Widjanarko (2006) meneliti perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi pada tahun 1998-2002. Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan pada kinerja keuangan berdasarkan rasio profitabilitas dan leverage. Penelitian ini menyimpulkan penyebab kemungkinan tidak signifikan karena pemilihan perusahaan target yang salah.
2.5.
Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan rerangka pemikiran di atas maka dapat dirumuskan dan disusun hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :
1.
Akuisisi terhadap Rasio Likuiditas Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek. Perbandingan aset lancar dengan kewajiban lancarnya (CR) mengindikasikan likuiditas perusahaan. Dengan adanya penambahan modal berupa aset lancar dalam bentuk kas dari aktivitas akuisisi, maka akan meningkatkan rasio likuiditas perusahaan tersebut. Dengan penggabungan usaha maka semestinya kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek akan meningkat.
Ha1 : Terdapat perbedaan signifikan pada tingkat likuiditas perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi. 2. Akuisisi terhadap Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban. Dalam hal ini, struktur modal yang berubah dengan dilakukannya akuisisi akan diteliti melalui debt to equity ratio. Jika terjadi sinergi atas dilakukannya akuisisi maka secara umum kesertaan modal mereka akan cukup baik untuk melakukan usahanya sehingga penggunaan utang atas ekuitas perusahaan (DER), untuk menjalankan perusahaan dapat diminimalisir. Ha2 : Terdapat perbedaan signifikan pada tingkat solvabilitas perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi. 3. Akuisisi terhadap Rasio Aktivitas Rasio aktivitas menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset dalam memperoleh penjualan. Sedangkan sejauh mana efisiensi penggunaan aset dalam menghasilkan penjualan dijelaskan melalui rasio Total Asset Turn Over ( TATO). Ha3 : Terdapat perbedaan signifikan pada tingkat aktivitas perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi.
4. Akuisisi terhadap Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas adalah kemampuam perusahaan untuk memperoleh laba dari penjualannya. Jika terjadi sinergi yang baik maka secara umum tingkat profitabilitas perusahaan akan lebih baik dari sebelum melakukan akuisisi. Dalam hal ini, Return on Asset (ROA) akan meningkat. Ha4 : Terdapat perbedaan signifikan pada tingkat profitabilitas perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi. 3.
Metoda Penelitian
3.1. Populasi dan Sampel Populasi merupakan keseluruhan pengamatan yang menjadi perhatian penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di BEI. Adapun sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang melakukan akuisisi yang terdaftar di BEI pada tahun 2004-2006. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan purposive sampling, artinya bahwa sampel dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh penulis. Sampel perusahaan dipilih berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut: 1. Perusahaan listing dari semua sektor industri kecuali perbankan, yang melakukan akuisisi selama tahun 2004-2006 di BEI serta memiliki keterangan perusahaan target dan waktu yang jelas kapan akuisisi tersebut dilakukan. 2. Perusahaan memiliki data laporan keuangan secara lengkap untuk masa lima tahun sebelum hingga lima tahun sesudah akuisisi dan mempublikasikan laporan keuangan auditan secara lengkap. 3. Periode laporan keuangan perusahaan berakhir setiap 31 Desember. 4. Laporan keuangan perusahaan menggunakan mata uang Indonesia.
Berdasarkan data yang diperoleh, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 3.1. Sampel Penelitian (Perusahaan yang melakukan akuisisi) No Kode 1 ISAT
Perusahaan Pengakuisisi PT Indosat Tbk
Perusahaan Target PT IM3 SAT
Tahun 2004
2
UNVR PT Unilever Indonesia Tbk
PT Knorr Indonesia
2004
3
LPKR
PT Lippo Karawaci Tbk
2004
4
SRSN
PT Sarasa Nugraha Tbk
5
KLBF
PT Kalbe Farma Tbk
6
TOTO
7
ASII
PT Surya TOTO Indonesia Tbk PT Astra Internasional Tbk
8
SMSM PT Selamat Sampurna Tbk
PT Siloam Health Care PT Kartika Abadi Sejahtera PT Sumber Waluyo PT Ananggadipa Berkat Mulia PT Aryaduta Hotels PT Lippo Land Depelopment Tbk PT Metropolitan Tata Nugraha PT Indo Acidatama Tbk PT Dankos Laboratories PT Surya Pertiwi Paramita PT Bank Permata Indonesia Tbk PT Andhi Chandra Automotive Product
3.2.
2005 2005 2006 2006 2006
Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Dengan kata lain, data yang diperoleh dari pihak lain atau pihak luar, yaitu berupa data akuntansi meliputi laporan keuangan selama lima tahun sebelum dan lima tahun setelah akuisisi pada perusahaan yang terdaftar di BEI. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari: 1. Bursa Efek Indonesia yang berupa laporan keuangan perusahaan yang melakukan akuisisi pada tahun 2004-2006. 2. Home-page Bursa Efek Indonesia yang berupa laporan keuangan perusahaan yang listing di BEI.
3. Indonesian Capital Market Directory. 4. Sumber data lain yang mendukung penelitian ini. 3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.3.1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan melalui empat variabel yaitu, rasio likuiditas (diproksikan oleh Current ratio), solvabilitas (diproksikan oleh Debt to equity ratio),aktivitas (diproksikan oleh Total asset turn over ratio),dan profitabilitas ( diproksikan oleh Return on asset). Sedangkan yang berfungsi sebagai variabel independen adalah periode waktu sebelum dan setelah akuisisi. 3.3.2. Definisi Operasional Variabel Akuisisi didefinisikan oleh Hitt (2002) sebagai strategi yang melaluinya suatu perusahaan membeli hak untuk mengontrol kepemilikan terhadap perusahaan lain degan tujuan untuk menggunakan kompetensi inti perusahaan dengan cara menjadikan perusahaan yang diakuisisi itu sebagai bagian dari bisnis dalam portofolio perusahaan yang mengakuisisi. Pengukuran kinerja perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi pada penelitian ini menggunakan rasio keuangan, adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas. 1. Rasio likuiditas Menurut Weston dan Copeland (1992:225) rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya bila jatuh tempo. Current ratio atau Rasio lancar =
(1.1)
2. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas menurut Subramanyam (2010:46) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kemampuan jangka panjangnya. (1.2)
Debt to equity ratio = 3. Rasio aktivitas
Rasio aktivitas atau menurut Brigham dan Houston (2001:81) disebut rasio manajemen aset (asset manajemen ratio) digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola asetnya. (1.3)
Total asset turn over ratio = 4. Rasio profitabilitas Profitabilitas menurut Brigham dan Houston (2001:89) adalah hasil
bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Rasio profitabilitas (profitability ratio) adalah sekelompok rasio yang memperlihatkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aset, dan utang terhadap hasil operasi. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA. Return on asset = 3.4.
(1.4)
Alat Analisis
3.4.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui nilai-nilai statistik dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian. Analisis ini bertujuan untuk melihat karakteristik data, mengetahui dan membuktikan pola yang terjadi selama periode pengamatan. Dalam hal ini, analisis deskriptif yang digunakan adalah dengan menghitung mean dan standar deviasi dari CR, DER, TATO, dan ROA untuk tiap-tiap tahun sebelum, maupun setelah dilakukannya akuisisi dengan menggunakan program SPSS 18.0.
3.5.
Metoda Analisis Untuk tercapainya tujuan dalam penelitian ini, maka metoda yang digunakan adalah model analisis Paired Sample T Test dan atau Wilcoxon Signed Rank tergantung dengan distribusi datanya, analisis dilakukan dengan menggunakan software SPSS 18.0. Sebelumnya data yang terkumpul akan dianalisis secara bertahap dengan dilakukan analisis rasio keuangan statistik deskriptif terlebih dahulu. Selanjutnya dilakukan pengujian statistik dengan uji distribusi normal dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov. Kemudian tahap selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis parsial untuk masing-masing variabel penelitian dengan menggunakan uji analisis Paired Sample T Test apabila data berdistribusi normal dan model uji analisis Wilcoxon Signed Rank apabila data berdistribusi tidak normal. Untuk tingkat signifikansi atau nilai alfa ( ), menurut Ghozali (2002) nilai alfa yang umum dipakai adalah 0,05 dan 0,01, kemudian pada penelitian ini ditetapkan tingkat signifikansi atau probabilitas kesalahan untuk menolak HO untuk seluruh pengujian adalah sebesar 0,05 atau (5%). Penjelasan tahapan pengujiannya adalah sebagai berikut : Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan digunakan untuk menganalisis kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi terhadap kondisi keuangan perusahaan. Analisis rasio keuangan dalam penelitian ini didahului dengan menggunakan analisis statistik deskriptif untuk memberikan gambaran mengenai data yang digunakan. Rasio-rasio yang diteliti tersebut dibandingkan dengan rasio-rasio sebelum melakukan akuisisi.
3.6. Pengujian statistik Pengujian ini dilakukan dengan menguji rasio-rasio keuangan sebelum dan sesudah akuisisi, hasil dari pengujian ini diharapkan dapat mengetahui apakah terdapat perbedaan yang nyata pada kinerja keuangan antara perusahaan sebelum melakukan akuisisi dan setelah melakukan akuisisi. Tahapan pengujiannya adalah sebagai berikut :
3.6.1. Uji Normalitas Data Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas penting dilakukan karena untuk menentukan alat uji statistik apa yang sebaiknya digunakan untuk pengujian hipotesis. Apabila berdistribusi normal maka digunakan tes parametrik, sebaliknya apabila data berdistribusi tidak normal maka lebih sesuai dipilih alat uji satatistik nonparametrik dalam pengujian hipotesis. Sedangkan penentuan normal tidaknya data ditentukan dengan cara, apabila hasil signifikansi lebih besar dari tingkat signifikansi yang sudah ditentukan (>0,05) maka HO diterima dan data tersebut terdistribusi normal. Sebaliknya apabila signifikansi uji lebih kecil dari signikansi yang ditentukan (<0,05) maka HO ditolak dan data tersebut dinyatakan terdistribusi tidak normal. 3.6.2. Pengujian Hipotesis Hasil uji normalitas data digunakan untuk menentukan alat uji apa yang paling sesuai digunakan dalam pengujian hipotesis. Apabila data berdistribusi normal maka digunakan uji parametrik Paired Sample T Test. Sementara apabila data berdistribusi tidak normal maka digunakan uji nonparametrik yaitu Wilcoxon Signed Rank Test yang lebih sesuai digunakan. 3.6.2.1. Paired Sample T Test (Uji T Sampel berpasangan) Paired Sample T Test atau uji T sampel berpasangan merupakan uji parametrik yang digunakan untuk menguji hipotesis sama atau tidak berbeda (HO) antara dua variabel. Data berasal dari dua pengukuran atau dua periode pengamatan yang berbeda yang diambil dari subjek yang dipasangkan. 3.6.2.2. Wilcoxon Signed Rank Test Uji statistik non parametrik yang digunakan adalah Wilcoxon Signed Rank Test. Uji ini digunakan untuk menganalisis data berpasangan karena adanya dua perlakuan yang berbeda. Dalam hal ini Wilcoxon Signed Rank Test digunakan untuk mengetahui perbedaan kinerja sebelum dan sesudah pelaksanaan akuisisi, dengan membandingkan masing-masing indikatornya (rasio keuangan).
4. PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi yang diproksikan dengan faktor-faktor fundamental yaitu rasio-rasio keuangan antara lain, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Asset Turn Over, dan Return on Asset. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI. 4.2. Analisis Deskriptif Variabel Kinerja Keuangan 4.2.1. Current Ratio Current ratio bertujuan untuk mengetahui tingkat likuiditas perusahaan atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Hasil perhitungan current ratio perusahaan lima tahun sebelum dan lima tahun sesudah akuisisi dengan statistik deskriptif adalah sebagai berikut. Tabel 4.1
CRsebelum CRsesudah Valid N (listwise) Sumber : data diolah
Descriptive Statistics Minimu Maximu N m m 40 ,55 5,37 40 ,55 5,04 40
Mean 1,9808 1,7795
Std. Deviation 1,27978 1,04405
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata current ratio perusahaan sebelum melakukan akuisisi yaitu 1,9808. Rata-rata tersebut mengimplikasikan bahwa sebelum akuisisi terdapat Rp 1,9808 aset lancar yang tersedia untuk memenuhi setiap Rp 1,00 kewajiban lancar, lebih tinggi dari rata-rata current ratio perusahaan sesudah melakukan akuisisi yaitu 1,7795 yang mengimplikasikan bahwa terdapat Rp 1,7795 aset lancar yang tersedia untuk memenuhi setiap Rp 1,00 kewajiban lancar. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan pengakuisisi untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya mengalami penurunan.
4.2.2. Debt to Equity Ratio Hasil perhitungan debt to equity ratio perusahaan lima tahun sebelum akuisisi dan lima tahun sesudah akuisisi dengan statistik deskriptif sebagai berikut. Tabel 4.2
DERsebelum DERsesudah Valid N (listwise) Sumber : data diolah
Descriptive Statistics Minimu Maximu N m m 40 ,21 17,54 40 ,23 3,10 40
Mean 3,1888 1,0728
Std. Deviation 3,79209 ,58112
Tabel descriptive statistics diatas menunjukkan bahwa rata-rata debt to equity ratio perusahaan sebelum melakukan akuisisi adalah 3,1888. Rata-rata tersebut mencerminkan bahwa proporsi pendanaan perusahaan sebelum akuisisi terdiri dari perbandingan Rp1,00 modal sendiri yang diberikan oleh pemegang saham dan Rp 3,1888 utang yang diberikan oleh para kreditor. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata debt to equity ratio perusahaan sesudah melakukan akuisisi yaitu 1,0728 yang mencerminkan bahwa proporsi pendanaan perusahaan terdiri dari perbandingan Rp 1,00 modal pemegang saham dan Rp 1,0728 utang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa struktur permodalan yang berasal dari utang mengalami penurunan dan ini juga menandakan resiko yang semakin rendah. 4.2.3. Total Assets Turn Over Hasil perhitungan total assets turn over perusahaan lima tahun sebelum dan lima tahun sesudah akuisisi dengan statistik deskriptif adalah sebagai berikut. Tabel 4.3
TATOsebelum TATOsesudah Valid N (listwise) Sumber : data diolah
Descriptive Statistics Minimu Maximu N m m 40 ,10 2,38 40 ,20 2,60 40
Mean 1,0740 1,0830
Std. Deviation ,64361 ,68021
Dari tabel di atas, kita dapat mengetahui bahwa rata-rata total asset turn over perusahaan sebelum melakukan akuisisi yaitu 1,0740. Rata-rata tersebut mencerminkan bahwa kemampuan aset perusahaan untuk menghasilkan penjualan adalah sebesar 1,0740. Lebih rendah dari rata-rata total asset turn over perusahaan sesudah melakukan akuisisi yaitu 1,0830 yang mencerminkan bahwa kemampuan aset untuk menghasilkan penjualan adalah sebesar 1,0830. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan aset dalam menghasilkan penjualan pada perusahaan yang melakukan akuisisi mengalami kenaikkan. 4.2.4. Return on Asset Hasil perhitungan return on asset perusahaan lima tahun sebelum dan lima tahun sesudah akuisisi dengan statistik deskriptif adalah sebagai berikut. Tabel 4.4
ROAsebelum ROAsesudah Valid N (listwise) Sumber : data diolah
Descriptive Statistics Minimu Maximu N m m 40 -,29 34,04 40 ,02 16,30 40
Mean 2,3005 1,0040
Std. Deviation 7,28505 2,90300
Dari tabel diatas, kita dapat mengetahui bahwa rata-rata return on asset perusahaan sebelum melakukan akuisisi yaitu 2,3005. Rata-rata tersebut mencerminkan bahwa setiap Rp 1,00 investasi aset sebelum akuisisi menghasilkan laba Rp 2,3005. Lebih tinggi dari rata-rata return on asset perusahaan sesudah melakukan akuisisi yaitu 1,0040 yang mencerminkan bahwa setiap Rp 1,00 investasi aset menghasilkan laba Rp 1,0040. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengembalian aset mengalami penurunan setelah dilakukannya akuisisi. 4.3. Pengujian Hipotesis Dalam penelitian ini, data current ratio, debt to equity ratio, dan return on asset memiliki ketimpangan yang mengakibatkan distribusi data tidak normal. Hanya data total asset turn over yang berdistribusi normal. Karena hampir semua data
berdistribusi tidak normal maka pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Wilcoxon Signed Rank Test dengan tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan ( ) 5%. 4.3.1. Rasio Likuiditas Untuk menguji apakah terdapat perbedaan signifikan dari tingkat likuiditas perusahaan yang diproksikan oleh current ratio sebelum dan sesudah melakukan akuisisi maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha1 : Terdapat perbedaan signifikan pada tingkat likuiditas perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi. Hasil pengujian hipotesis terhadap current ratio adalah sebagai berikut. Tabel 4.5 Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N CRsesudah CRsebelum
Negative Ranks Positive Ranks Ties Total a. CRsesudah < CRsebelum b. CRsesudah > CRsebelum c. CRsesudah = CRsebelum Test Statisticsb CRsesudah – Crsebelum Z -,625a Asymp. Sig. (2,532 tailed) a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
20a 20b 0c 40
Mean Rank 22,83
Sum of Ranks 456,50
18,18
363,50
Setelah dilakukan pengujian terhadap current asset dengan Wilcoxon Signed Rank Test dapat diketahui bahwa signifikansi (2-tailed) sebesar 0,532 (>0.05) yang berarti Ha1 tidak terdukung atau ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat likuiditas
perusahaan lima tahun sebelum dan lima tahun sesudah melakukan kebijakan akuisisi. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Payamta (2004) bahwa tidak ada perbedaan kinerja keuangan yang diproksikan dengan current ratio, diduga karena sinergi yang diharapkan tidak tercapai dalam melakukan akuisisi. 4.3.2. Rasio Solvabilitas Untuk menguji apakah terdapat perbedaan signifikan dari tingkat solvabilitas perusahaan yang diproksikan oleh debt to equity ratio sebelum dan sesudah melakukan akuisisi maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha2 : Terdapat perbedaan signifikan pada tingkat solvabilitas perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi. Hasil pengujian hipotesis terhadap debt to equity ratio adalah sebagai berikut. Tabel 4.6 Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N DERsesudah DERsebelum
Negative Ranks Positive Ranks Ties Total a. DERsesudah < DERsebelum b. DERsesudah > DERsebelum c. DERsesudah = DERsebelum Test Statisticsb DERsesudah – DERsebelum Z -3,125a Asymp. Sig. (2,002 tailed) a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
26a 14b 0c 40
Mean Rank 24,71
Sum of Ranks 642,50
12,68
177,50
Setelah dilakukan uji hipotesis terhadap debt to equity ratio dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test, diketahui bahwa signifikansi sebesar 0,002 (<0,05)
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan sehingga Ha2 terdukung atau diterima. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada tingkat aktivitas perusahaan sebelum dan sesudah melakukan akuisisi. 4.3.3. Rasio Aktivitas Untuk menguji apakah terdapat perbedaan signifikan dari tingkat aktivitas perusahaan yang diproksikan oleh total asset turn over sebelum dan sesudah melakukan akuisisi maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha3 : Terdapat perbedaan signifikan pada tingkat aktivitas perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi. Hasil pengujian hipotesis terhadap total asset turn over adalah sebagai berikut. Tabel 4.7 Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N TATOsesudah – TATOsebelum
Negative Ranks Positive Ranks Ties Total a. TATOsesudah < TATOsebelum b. TATOsesudah > TATOsebelum c. TATOsesudah = TATOsebelum Test Statisticsb TATOsesudah – TATOsebelum Z -2,239a Asymp. Sig. (2,025 tailed) a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
12a 28b 0c 40
Mean Rank 20,29
Sum of Ranks 243,50
20,59
576,50
Setelah dilakukan pengujian terhadap total assset turn over dengan Wilcoxon Signed Rank Test dapat diketahui bahwa signifikansi (2-tailed) sebesar 0,025 (<0.05) yang berarti Ha3 terdukung atau diterima. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat aktivitas perusahaan lima tahun sebelum dan lima tahun sesudah melakukan kebijakan akuisisi. Hal ini dikarenakan penambahan aset diimbangi penambahan jumlah penjualan bersih. 4.3.4. Rasio Profitabilitas Untuk menguji apakah terdapat perbedaan signifikan dari tingkat profitabilitas perusahaan yang diproksikan oleh return on asset sebelum dan sesudah melakukan akuisisi maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha4 : Terdapat perbedaan signifikan pada tingkat profitabilitas perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi. Hasil pengujian hipotesis menggunakan wilcoxon signed ranks test adalah sebagai berikut. Tabel 4.8 Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N ROAsesudah – ROAsebelum
Negative Ranks Positive Ranks Ties Total a. ROAsesudah < ROAsebelum b. ROAsesudah > ROAsebelum c. ROAsesudah = ROAsebelum Test Statisticsb ROAsesudah – ROAsebelum Z -,455a Asymp. Sig. (2,649 tailed) a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
17a 22b 1c 40
Mean Rank 21,03
Sum of Ranks 357,50
19,20
422,50
Setelah dilakukan pengujian terhadap return on asset dengan wilcoxon signed ranks test dapat diketahui bahwa signifikansi (2-tailed) sebesar 0,649 (>0.05)
yang berarti Ha4 tidak terdukung atau ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat profitabilitas perusahaan lima tahun sebelum dan lima tahun sesudah melakukan kebijakan akuisisi. Hasil ini terdukung dengan hasil penelitian Betty (2009) yang dalam hal ini, ROA tidak berbeda pasca akuisisi, hal ini menunjukkan bahwa keinginan ekonomis yang ingin memperbaiki profitabilitas pasca akuisisi menjadi tidak terwujud. Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis Mean Ratio Rasio
Sign (2tailaed)
Keterangan
Sebelum
Sesudah
CR
1,9808
1,7795
0,532
Ha1 ditolak
DER
3,1888
1,0728
0,002
Ha2 diterima
TATO
1,0740
1,0830
0,025
Ha3 diterima
ROA
2,3005
1,0040
0,649
Ha4 ditolak
Dari rekapitulasi hasil pengujian hihotesis diatas, maka dapat diketahui bahwa pada debt to equity ratio (DER) dan total asset turn over (TATO) terdapat perbedaan signifikan kinerja keuangan lima tahun sebelum dan lima tahun sesudah akuisisi.Sedangkan pada tingkat current ratio (CR) dan return on asset (ROA) tidak terdapat perbedaan yang signifiikan. 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kinerja keuangan yang diproksikan oleh rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan profitabilitas terhadap kebijakan sebelum dan sesudah akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan di BEI pada tahun 2004-2006, apakah terdapat perbedaan pada variabel-variabel tersebut. Dari hasil beberapa pengujian yang dilakukan, diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Tingkat likuiditas perusahaan yang diproksikan dengan current ratio pada perusahaan pengakuisisi secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara CR perusahaan lima tahun sebelum akuisisi dan lima tahun sesudah akuisisi sehingga Ha1 tidak terdukung. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi kemampuan jangka pendeknya tidak mengalami perbedaan yang signifikan, hal tersebut dapat menjadi informasi bagi calon investor maupun kreditor bahwa suatu kebijakan ( corporate action) yang dilakukan oleh perusahaan, dalam hal ini akuisisi belum tentu berdampak baik bagi perusahaan. 2. Tingkat solvabilitas perusahaan yang diproksikan dengan debt to equity ratio perusahaan sebelum melakukan kebijakan akuisisi berbeda secara signifikan dengan debt to equity ratio perusahaan sesudah melakukan akuisisi. Setelah dilakukan pengujian dengan uji wilcoxon signed rank test rata-rata (mean) dari tingkat DER sebelum melakukan akuisisi lebih tinggi dan signifikan dibandingkan DER sesudah melakukan akuisisi, sehingga Ha2 terdukung. Debt to equity ratio mengukur kemampuan pemilik perusahaan dengan ekuitas yang dimiliki, untuk melunasi kewajiban kepada kreditor. Semakin kecil nilai debt to equity ratio semakin baik. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa debt to equity ratio yang semakin menurun berdampak baik bagi kinerja keuangan perusahaan. 3. Tingkat aktivitas perusahaan yang diproksikan dengan total asset turn over perusahaan sebelum dan sesudah melakukan akuisisi yang telah diuji dengan menggunakan wilcoxon signed rank test mengalami perbedaan yang signifikan, sehingga Ha3 terdukung atau diterima. Total asset turn over mengukur seberapa jauh kemampuan aset dalam menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik bagi perusahaan. Rata-rata total asset turn over perusahaan yang melakukan kebijakan akuisisi dalam penelitian ini mengalami kenaikkan. 4. Tingkat profitabilitas perusahaan yang diproksikan dengan return on asset perusahaan sebelum dan sesudah melakukan akuisisi yang telah diuji dengan menggunakan wilcoxon signed rank test tidak mengalami perbedaan yang signifikan, sehingga Ha4 tidak terdukung atau ditolak. Return on asset yang
secara statistik tidak mengalami perubahan yang signifikan, merupakan suatu informasi bagi calon investor dan kreditor bahwa suatu kebijakan (corporate action) yang dilakukan oleh perusahaan, dalam hal ini akuisisi, belum tentu berdampak baik bagi perusahaan karena penggunaan dana yang didapat dari akuisisi belum digunakan untuk peningkatan kinerja keuangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum terdapat peningkatan kinerja keuangan setelah perusahaan melakukan akuisisi yang ditunjukkan oleh penurunan Debt to Equity Ratio dan kenaikkan Total Assets Turn Over secara signifikan. Menurut Harahap (2010) semakin kecil DER semakin baik, dan semakin tinggi TATO semakin baik,kedua proksi tersebut menggambarkan peningkatan kinerja keuangan yang signifikan pasca akuisisi. 5.2. Keterbatasan Terdapat beberapa keterbatasan dalam melakukan penelitian ini, yaitu: 1. Sampel dan rentang waktu pengamatan hanya menggunakan delapan sampel dan hanya dalam jangka waktu tiga tahun (2004-2006). 2. Penelitian ini hanya menganalisis kinerja perusahaan pengakuisisi berdasarkan rasio keuangan saja. Sementara banyak faktor non ekonomi lainnya seperti teknologi, sumber daya manusia, budaya perusahaan dan sebagainya. Oleh karena itu, penelitian ini tidak dapat menggambarkan keseluruhan aspek kinerja keuangan. 3. Penelitian ini hanya menggunakan empat rasio keuangan, yaitu CR, DER, TATO, dan ROA. Padahal masih banyak rasio yang dapat digunakan dan dipengaruhi oleh suatu kebijakan, dan pada akhirnya akan menjadi alat pengambilan keputusan bagi investor dan kreditor. 4. Penelitian ini tidak membedakan jenis akuisisi yang dilakukan apakah itu akuisisi vertikal, akuisisi horizontal atau akuisisi konglomerat serta tidak memperhitungkan ukuran perusahaan yang melakukan akuisisi. 5. Penelitian ini hanya menganalisis perubahan kinerja perusahaan pengakuisisi, tidak memperhitungkan kinerja perusahaan target.
5.3. Saran Bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini, sebaiknya mempertimbangkan beberapa saran di bawah ini demi hasil penelitian yang lebih baik dan akurat, yaitu: 1. Menggunakan periode yang lebih lama sehingga bisa mendapatkan sampel lebih banyak. 2. Menggunakan rasio penelitian yang lebih banyak agar hasil penelitiannya dapat digeneralisasi serta dapat menggambarkan kinerja keuangan sesungguhnya. 3. Mempertimbangkan aspek-aspek non ekonomi yang mungkin berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, sehingga dapat memperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai kinerja perusahaan. 4. Mempertimbangkan perubahan kinerja keuangan yang terjadi pada perusahaan target akuisisi. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zaenal. 2005. Teori Keuangan & Pasar Modal. Yogyakarta: Ekonisia. Bertrand, M. and A. Schoar. 2003. Managing with style: The effect of managers on firm policies. The Quarterly Journal of Economics 68 (4): 1169-1208. Brigham, Eugene F dan Joel F Houston (terj.) (2001). Manajemen Keuangan. Jilid 2. Edisi 8. Jakarta: Erlangga Caves, R, 1989, “Mergers, Take Overs and Economical Efficiency”. International Journal of Industrial Organization, 7: 151-174. Dow, J. and Raposo, C. 2005. CEO compensation, change, and corporate strategy. Journal of Finance 60, 2701–27. Ghozali,Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro.
Govindarajan, Vijay dan Robert N. Anthony (terj.) (2008). Management Control System. Jakarta: Salemba Empat. Grinblatt, M., and S. Titman. 2001. Financial Market and Corporate Strategy (2nd Edition). New York: McGraw- Hill/Irwin. Harahap, Sofyan Safri. 2010. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. Hitt, Michael A., Jeffey S. Harrison dan R. Diane Ireland (terj.) (2002). Merger dan Akuisisi: Penduan Meraih Laba Bagi Para Pemegang Saham. Jilid 1, Edisi 1, Jakarta: Raja Grafindo Persada Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat. Jensen, M.C. dan Murphy, K.J. 1990. “CEO incentives: it’s not how much you pay, but how”. Harvard Business Review 3, 138–49. Jensen, M.C. dan W. Meckling. 1976. “Theory of the firm : managerial behavior, agency costs, and ownership structure”. Journal of Financial Economics 3. 305-360 Jogiyanto, 2004. Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi Pertama, Yogyakarta : BPFE. Moin, Abdul. (2003). Merger, Akuisisi dan Divestasi. Jilid 1. Yogyakarta: Ekonisia. Payamta, dan Doddy Setiawan. 2004. “Analisis Pengaruh Merger dan AkuisisTerhadap Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia.” Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7 No. 3 (September). 265-282. Ross, S.A.,B.D. Jordan., and R.W. Westerfield. 2003. Corporate Finance Fundamentals (8th Edition). New York: McGraw-Hill Irwin.
Slorach, S., and P. Rylance.2005. Corporate Finance, Mergers & Acquisitions (Legal Practice Course Guides). London: Oxford University Press. Smith, C. W. and Watts, R. L. (1992). “The investment opportunity set and corporate financing, dividend, andcompensation policies”. Journal of Financial Economics 32, pp. 263–292. Subramanyam, K.R. dan John J. Wild. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Sutrisno and Bambang Sudibyo. 2000. “The Influence of The Accounting Method Selection for Merger and Acquisition on The Stock Price of Public Companies in Indonesia.” Gadjah Mada International Journal of Business, Vol.2. No. 1, Hal:81-101. Sutrisno, dan Sumarsih (2004). “Dampak Jangka Panjang Merger dan Akuisisi Terhadap Pemegang Saham di BEJ Perbandingan Akuisisi Internal dan Eksternal” Akuntansi & Auditing Indonesia, Vol. 8 No. 2 (Desember). 189210. Vennet, R. Vander, 1996, ”The Effect of Mergers and Acquisition on the Efficiency and Profitability of EC Credit Institution”, Journal of Banking & Finance,20. Weston, J.F. dan Copeland,T.E. 1992. Manajemen Keuangan. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Widjanarko, Hendro (2006). “Merger, Akuisisi Dan Kinerja Perusahaan Studi Atas Perusahaan Manufaktur Tahun 1998-2002.” Utilitas, Vol. 14 No.1 (Januari). 39-49. Yudyatmoko, dan Ainun Na’im. 2005. “Pengaruh Akuisisi Terhadap Perubahan Return Saham dan Kinerja Perusahaan.” Seminar Nasional Akuntansi III, Depok.