ANALISIS PENJADWALAN DENGAN MENGGUNAKAN NETWORK PLANNING DALAM RANGKA MENGEFEKTIFKAN WAKTU PERBAIKAN ENGINE TYPE JT8D DI PT. NUSANTARA TURBIN DAN PROPULSI
DRAFT SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Sidang Ujian Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : MOCH. ICHSAN ARSHADY 064010150
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2012
ANALISIS PENJADWALAN DENGAN MENGGUNAKAN NETWORK PLANNING DALAM RANGKA MENGEFEKTIFKAN WAKTU PERBAIKAN ENGINE TYPE JT8D DI PT. NUSANTARA TURBIN DAN PROPULSI
DRAFT SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Sidang Ujian Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan
Bandung, Maret 2012 Mengetahui,
Pembimbing,
Wasito, SE., MSIE.
Dekan,
Dr. H. R. Abdul Maqin, SE. MP.
Ketua Program Studi
Wasito, SE., MSIE.
“ Lihat peluang yang belum terpikirkan orang lain dan ikuti aturan yang ada, Insya Allah berhasil ” (Elang Gumilang)
Karya tulis ini ... Ku persembahkan sebagai tanda terimakasih dan cintaku, Kepada kedua orangtuaku (Apa dan Ibu) Serta keluarga tercintaku yang senantiasa Selalu mendoakan akan keberhasilanku.
ABSTRAK
JT8D merupakan salah satu engine yang di perbaiki oleh PT. Nusantara Turbin dan Propulsi, dimana engine tersebut merupakan engine yang biasa digunakan pada pesawat terbang jenis boeing 737. Karena sebagian besar produksinya merupakan job order, maka ketepatan waktu antara permintaan costumer dengan ketepatan waktu dalam penyelesaian perbaikan menjadi hal penting bagi perusahaan. Untuk itu maka diperlukan adanya suatu perencanaan dan penjadwalan yang tepat agar tidak terjadi keterlambatan ataupun penggunaan waktu yang tidak efektif. Selama ini PT. Nusantara Turbin dan Propulsi melakukan perencanaan dan penjadwalan dengan menggunakan Gantt Chart. Metode ini dinilai kurang efektif dalam penyelesaian perbaikan Engine Type JT8D yang dapat dilihat dari urutan pengerjaan prosesproses yang terjadi pada proses Purchase / Incoming F. Out & Order yang didalamnya terdapat banyak kegiatan yang seharusnya dapat diselesaikan dalam waktu bersamaan yaitu selama 1 – 2 hari saja, tanpa harus menyelesaikannya secara satu per satu tiap harinya, dengan kata lain menunggu proses sebelumnya selesai untuk menjalankan proses selanjutnya tiap harinya. Network Planning merupakan suatu metode yang digunakan dalam perencanaan dan penjadwalan, dimana metode ini berisikan informasi-informasi mengenai aktivitas-aktifitas yang ada dalam penyelesaian proyek ataupun produksi. Terdapat suatu teknik dalam network planning yang dapat membantu mengidentifikasi jalur kritis / critical path, yaitu jalur yang dimana tidak dapat dilakukannya penundaan pada pengerjaan di setiap aktivitasnya. Teknik tersebut dinamakan CPM (Critical Path Method / Metode Jalur Kritis). Dengan penjadwalan menggunakan Gantt Chat yang telah dilakukan oleh perusahaan, didapati waktu penyelesaian perbaikan Engine Type JT8D selama 75 hari. Sedangkan dengan menggunakan CPM, diperoleh hasil penyelesaian selama 72 hari. Sehingga dengan digunakannya network planning dalam penyelesaian perbaikan Engine Type JT8D dapat menghemat waktu selama 3 hari atau dengan kata lain telah terjadi efektifitas waktu yang lebih baik dengan menggunakan CPM.
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim Assalamu’alaikum Warohmatulloohi Wabarokatuh. Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam, atas limpahan rahmat, anugerah, serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini dengan judul Analisis Penjadwalan Dengan Menggunakan Network Planning Dalam Rangka Mengefektifkan Waktu Perbaikan Engine Type JT8D Di PT. Nusantara Turbin Dan Propulsi. Dalam penyusunan usulan penelitian ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kelemahan dan keterbatasan. Hal ini tak lepas dari kekurangan dan keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang ada pada diri penulis. Karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik, koreksi dan input dari pihak lain agar dapat diperoleh langkah yang lebih baik untuk pembuatan karya ilmiah selanjutnya. Karya tulis ini dapat diselesaikan tidak terlepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak yang telah banyak membantu. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda tercinta Ir. Kiagus Moch. Ali, Sp.1 dan Ibunda tercinta Yenny Nurbaenny, yang telah melahirkan, mendidik, membimbing dan mendo’akan penulis tiada hentihentinya sejak kecil sampai saat ini. Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Bapak Wasito, SE., MSIE. Selaku Dosen Pembimbing, Penguji I, sekaligus Ketua Program Studi Manajemen Universitas ii
Pasundan Bandung, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing, mengarahkan dan membantu penulis dalam membuat judul dan menyelesaikan proposal skripsi ini. Ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis sampaikan kepada yang terhormat : 1.
Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi., MSi. Selaku Rektor Universitas Pasundan Bandung.
2.
Dr. H. R. Abdul Maqin, SE., MP. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.
3.
Dr. H. Jaja Suteja, SE., MSi. Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.
4.
Dr. Atang Hermawan, SE., MSIE., Ak. Selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.
5.
Bapak Sadikun Citra Rusmana, SE. Selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.
6.
Dr. H. Heru Setiawan, SE., MM. Selaku Penguji III sekaligus Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.
7.
Dr. H. Juanim, SE., MSi. Selaku Dosen Wali sekaligus Dosen Penguji III yang tanpa lelah selalu membimbing dan memberi masukan kepada penulis dalam perkuliahan dan penyelesaian tugas akhir ini.
8.
Dr. Atty Tri Juniarti SE., MSi. Selaku penguji II atas semua masukan yang telah diberikan dalam penyusunan tugas akhir ini.
iii
9.
Seluruh dosen dan staf karyawan di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.
10. Bapak Bekti Basuki, BE. Selaku Pembimbing PT. Nusantara Turbin dan Propulsi yang selalu memberikan bantuan dan bimbingan sehingga program kuliah ini dapat saya selesaikan dengan baik. 11. Bapak Budi Utomo, BE. Selaku Pembimbing Pendamping PT. Nusantara Turbin dan Propulsi yang selalu memberikan bantuan dan bimbingan sehingga program kuliah ini dapat saya selesaikan dengan baik. Dalam kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besanya kepada: 1.
Keluarga besar yang telah memberikan dukungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
2.
Nur Any Maelany, AM. Keb., yang selalu menyemangati dan memberikan dorongan kepada penulis sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.
3.
Teman-teman seperjuangan Jurusan Manajemen Universitas Pasundan Angkatan 2006 yang telah membantu, mendorong dan menyemangati penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan program kuliah ini, dan terima kasih atas kebersamaan yang terjalin selama ini.
4.
Dan semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Semoga Allah SWT membalas kebaikan seluruh pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan proposal skripsi ini. Amin.
iv
Akhir kata semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca, Amin. Wabillaahittaufiqqi Wal Hidayah, Wassalamu’alaikum Warohmatullaahi Wabarokatuh.
Bandung, Maret 2012
Moch. Ichsan Arshady
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN MOTTO ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Penelitian .......................................................................... 1
1.2
Identifikasi Masalah ................................................................................... 6
1.3
Rumusan Masalah ...................................................................................... 7
1.4
Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7
1.5
Kegunaan Penelitian .................................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1
2.2
Pengertian Manajemen Operasi .................................................................. 10 2.1.1
Sistem Produksi dan Operasi ......................................................... 12
2.1.2
Ruang Lingkup Manajemen Operasi ............................................. 13
Pengertian Penjadwalan ............................................................................. 15 2.2.1
Tujuan Penjadwalan ....................................................................... 17
v
2.3
2.2.2
Kriteria Penjadwalan ...................................................................... 18
2.2.3
Proses Penjadwalan ........................................................................ 18
2.2.4
Teknik-Teknik Dalam Penjadwalan ............................................... 19
Pengertian Network Planning .................................................................... 20 2.3.1
Manfaat Network Planning ............................................................ 22
2.3.2
Kelebihan dan Kekurangan Network Planning .............................. 23
2.3.3
Metode dalam Network Planning ................................................... 24
2.3.4
Persamaan dan Perbedaan CPM dan PERT ................................... 25
2.3.5
Simbol-Simbol dan Ketentuan Dalam Network Planning ............. 26
2.3.6
Hubungan Antar Simbol dan Kegiatan .......................................... 28
2.3.7
Penentuan Waktu ........................................................................... 31
2.3.8
Asumsi dan Cara Perhitungan Waktu ............................................ 33
2.3.9
Analisa Skala Waktu Optimal Network Planning .......................... 34
2.3.10 Perhitungan Kelonggaran Waktu (Float atau Slack) ..................... 40 2.3.11 Pembuatan Peta Waktu .................................................................. 44 2.4
Pengertian Efektifitas ................................................................................. 46
2.5
Kerangka Pemikiran ................................................................................... 46
2.6
Flow Process Chart ................................................................................... 51
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1
Objek Penelitian ......................................................................................... 58
3.2
Metode Penelitian Yang Digunakan ........................................................... 58
3.3
Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 59
vi
3.4
Operasionalisasi Variabel .......................................................................... 61
3.5
Metode Analisis ......................................................................................... 62 3.5.1. Hubungan Antar Simbol dan Kegiatan ........................................... 66 3.5.2. Penentuan Waktu ............................................................................ 69 3.5.3. Asumsi dan Cara Perhitungan Waktu ............................................. 71 3.5.4. Analisa Skala Waktu Optimal Network Planning .......................... 72 3.5.5. Perhitungan Kelonggaran Waktu (Float atau Slack) ...................... 76 3.5.6. Pembuatan Peta Waktu ................................................................... 78
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil Penelitian .......................................................................................... 79 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ........................................................ 79 4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan ............................................................... 80 4.1.3 Struktur Organisasi dan Deskripsi Jabatan ..................................... 80 4.1.4 Deskripsi Pekerjaan ........................................................................ 86 4.1.5 Asumsi-Asumsi Yang Digunakan Dalam Penjadwalan Proyek Perbaikan Engine Type JT8D ............................................. 105 4.1.6 Waktu Pelaksanaan Perbaikan Engine Type JT8D ......................... 105
4.2
Pembahasan ................................................................................................ 109 4.2.1 Tahapan Dalam Analisis Network Planning dengan CPM ............ 109 4.2.1.1 Menginventarisai Kegiatan-Kegiatan ............................... 109 4.2.1.2 Menyusun Hubungan Antar Kegiatan .............................. 111
vii
4.2.1.3 Menetukan Perkiraan Kurun Waktu Pada Setiap Kegiatan ............................................................................ 112 4.2.1.4 Menyusun Network Diagram yang Menghubungkan Semua Kegiatan ................................................................ 113 4.2.1.5 Mengidentifikasi Jalur Kritis (Critical Path) ................... 115 4.2.1.6 Pembuatan Peta Waktu ..................................................... 136 4.3
Perbandingan Analisis dan Efektivitas Waktu Perbaikan Engine Type JT8D .................................................................................................. 139
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan ................................................................................................. 140
5.2
Saran ........................................................................................................... 142
DAFTAR PUSTAKA
144
LAMPIRAN – LAMPIRAN CURRICULUM VITAE
viii
DAFTAR GAMBAR NO.
JUDUL
HAL.
2.1
Sistem Produksi dan Operasi ..................................................................... 12
2.2
Hubungan Kegiatan .................................................................................... 29
2.3
Hubungan Kegiatan .................................................................................... 29
2.4
Hubungan Kegiatan .................................................................................... 29
2.5
Hubungan Kegiatan .................................................................................... 30
2.6
Hubungan Kegiatan .................................................................................... 30
2.7
Hubungan Kegiatan .................................................................................... 31
2.8
Intial Event Pada Hari Ke-Nol ................................................................... 35
2.9
Merger Event .............................................................................................. 36
2.10
Perhitungan Maju ....................................................................................... 37
2.11
Saat Paling Lambat Memulai Aktivitas ..................................................... 38
2.12
Burst Event ................................................................................................. 39
2.13
Perhitungan Mundur ................................................................................... 40
2.14
Lintasan Kritis ............................................................................................ 43
2.15
Peta Waktu ................................................................................................. 45
2;16
Hubungan Efektivitas ................................................................................. 47
ix
3.1
Hubungan Kegiatan .................................................................................... 67
3.2
Hubungan Kegiatan .................................................................................... 67
3.3
Hubungan Kegiatan .................................................................................... 67
3.4
Hubungan Kegiatan .................................................................................... 68
3.5
Hubungan Kegiatan .................................................................................... 68
3.6
Hubungan Kegiatan .................................................................................... 69
3.7
Intial Event Pada Hari Ke-Nol ................................................................... 73
3.8
Merge Event ............................................................................................... 74
3.9
Saat Paling Lambat Memulai Aktivitas ..................................................... 75
3.10
Burst Event ................................................................................................. 75
4.1
Struktur Organisasi PT. NTP ..................................................................... 84
4.2
Struktur Organisasi Department of Material Plan & Inventory Control Pada PT. NTP ............................................................................................. 85
4.3
Network Diagram ....................................................................................... 114
4.4
Network Diagram Perhitungan Maju (Forward Computation) .................. 121
4.5
Network Diagram Perhitungan Mundur (Backward Computation) ........... 128
4.6
Network Diagram Lintasan Kritis (Critical Path) ...................................... 133
4.7
Peta Waktu ................................................................................................. 137
x
DAFTAR TABEL NO.
JUDUL
HAL.
2.1
Tabel Informasi Network ........................................................................... 44
2.2
Gantt Chart Perbaikan Engine Type JT8D ................................................ 50
2.3
ASME Flow Process Symbols ................................................................... 51
2.4
Engine Type JT8D Flow Process Chart .................................................... 52
2.5
Purchase / Incoming F.Out & Order Flow Process Chart ........................ 55
3.1
Operasionalisasi Variabel .......................................................................... 61
4.1
Daftar Kegiatan Perbaikan Engine Type JT8D .......................................... 110
4.2
Daftar Kegiatan – Kegiatan dan Prasyarat Kegiatan .................................. 112
4.3
Kegiatan – Kegiatan yang Disertai Kurun Waktu ...................................... 113
4.4
Tabel Informasi Network ........................................................................... 134
xi
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Penelitian PT. Nusantara Turbin dan Propulsi (PT. NTP) berdiri sejak tahun 1986,
merupakan perusahaan mandiri sebagai anak perusahaan dari PT. Dirgantara Indonesia (PT. DI), yang bergerak dalam bidang jasa perawatan (maintenance) mesin turbin yang biasa digunakan pada pesawat terbang maupun mesin turbin yang digunakan untuk industri. Seiring dengan peningkatan permintaan perbaikan mesin turbin pesawat di dalam negeri, PT. NTP mempunyai peluang yang besar untuk menguasai pangsa pasar dalam negeri jasa perbaikan mesin turbin pesawat. Salah satu produk yang dihasilkan oleh PT. NTP adalah berupa jasa pemeriksaan (inspection), perubahan (modification), perbaikan ringan (repair) dan perbaikan berat (overhaul) mesin turbin untuk pesawat. Mesin turbin pesawat adalah salah satu komponen utama dari pesawat terbang yang digunakan sebagai tenaga penggerak. Setiap pesawat terbang paling sedikit menggunakan satu buah mesin turbin sebagai tenaga penggeraknya, rata-rata satu pesawat menggunakan dua buah mesin turbin. Peningkatan jumlah penggunaan pesawat terbang tentunya akan ditandai pula dengan peningkatan jumlah penggunaan mesin turbin, peningkatan permintaan jasa perbaikan mesin turbin sebagai usaha airliner untuk menjamin kesiapan pengguna mesin turbin di pesawat, dan jaminan keselamatan penerbangan. Dengan peningkatan permintaan jasa perbaikan mesin turbin
2
pesawat maka PT. NTP dituntut agar produk dan jasa yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik, harga bersaing di pasaran serta selalu berusaha mengirimkan order kepada konsumen tepat pada waktunya. Dalam perbaikan Engine Type JT8D diperlukannya penjadwalan yang baik untuk efektifitas waktu penyelesaian pekerjaan agar dapat terselesaikan dengan baik dan pengiriman kepada costumer tepat pada waktunya. Dalam pelaksanaannya, proses perbaikan mesin seringkali mengalami gejala-gejala yang dapat menghambat efektifitas waktu dalam penyelesaian perbaikan mesin Type JT8D ini. Dari hasil pengamatan yang dilakukan di shop PT. NTP, penulis mandapatkan informasi mengenai permasalahan-permasalahan dalam tahap penjadwalan yang dapat menghambat efektifitas waktu penyelesaian perbaikan mesin-mesin pesawat terbang, diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
Penjual (Vendor). Dalam hal ini, perusahaan memerlukan minimal 3 vendor dalam purchase / farm out. Permasalahannya, apabila vendor tidak memiliki komponen mesin yang dipesan atau tidak dapat memperbaiki mesin yang ada dari perusahaan, maka perusahaan perlu melakukan pencarian data lagi mengenai vendor lain.
2.
Pengambilan Keputusan. Perusahaan perlu mengambilan keputusan mengenai parts yang harus diganti, apakah membeli barang yang baru atau membeli barang yang telah di perbaiki (serviceable).
3
3.
Pembayaran Harus Jelas. Perusahaan sering kali mengalami permasalahan dalam bagian keuangan,
diantaranya
adalah
telat
mentransfer
uang
yang
dikarenakan oleh hal-hal yang bersangkutan dalam bagian keuangan perusahaan, dan peraturan vendor meninginkan pelunasan purchase barang pertama terlebih dahulu, sebelum perusahaan melakukan purchase berikutnya. Hal ini berbeda untuk setiap vendor ada. 4.
Terjadinya Service Bulletin. Service bulletin adalah pengumuman yang dilakukan oleh vendor karena adanya perubahan atau inovasi baru terhadap parts yang di pesan. Dalam hal ini, perusahaan juga memerlukan rapat tambahan untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan apakah komponen itu cocok atau tidak dengan parts mesin lainnya.
5.
Penumpukan Pekerjaan di Area Tertentu (Bottle Neck). Terjadinya antrian pekerjaan material yang menumpuk di area tertentu (bottle neck) dapat menyebabkan karyawan yang bekerja di area tersebut mengalami overtime sehingga para karyawan harus bekerja lembur.
6.
Kedisiplinan Tenaga Kerja yang Kurang Baik. Kedisiplinan tenaga kerja yang kurang baik, yang dapat terjadi karena tenaga kerja mengalami sakit atau kelelahan, salah satunya terjadi karena disebabkan oleh adanya overtime.
4
7.
Adanya Perbaikan dan Pengecekan Terhadap Barang yang Rusak (Calibration). Alat-alat pendukung mengalami perbaikan dan pengecekan ulang agar alat-alat pendukungnya tetap sesuai dengan standar alat yang mempunyai masa pakai (expired time) sehingga harus diperpanjang dan atau diperbaiki sesuai dengan ketentuan pada masing-masing alat (calibration).
8.
Kerusakan Alat-alat Pendukung yang Tak Terduga. Kerusakan alat-alat pendukung pekerjaan dapat terjadi pada saat proses perbaikan mesin. Contohnya pada saat tahap pembongkaran mesin (dissasembly), alat yang digunakan untuk mengangkat mesin (crane) mengalami kemacetan dan harus diperbaiki, dan pada tahap chemical cleaning bahan kimia untuk membersihkan komponenkomponen pesawat mengalami kadaluarsa (expired) dan harus segera diganti baru yang membutuhkan waktu kurang lebih selama dua minggu atau sesuai dengan tingkat kesulitan perbaikannya.
Permasalahan-permasalahan
tersebut
di
atas dapat
mempengaruhi
efektifitas waktu penyelesaian perbaikan mesin-mesin pesawat di PT. NTP, yang mengakibatkan waktu penyelesaian produksi (Turn Around Time / TAT) dan penjadwalan yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan pada rencana awal, yaitu pada Master Production Schedule (MPS), sehingga menyebabkan penyerahan pekerjaan kepada pelanggan (customer) tertunda.
5
Beberapa metode telah dikembangkan untuk mengatasi hal ini, diantaranya adalah metode network planning. Metode network planning merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan manajer untuk membantu memutuskan berbagai masalah, khususnya perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian proyek. Network planning memperlihatkan hubungan antar satu kegiatan dengan kegiatan lain yang saling berhubungan, dengan mengusahakan waktu yang optimal dalam penyelesaian proyek. Terdapat dua teknik dasar yang biasa digunakan dalam network planning, yaitu Metode Lintasan Kritis / Critical Path Method (CPM) dan Teknik Menilai dan Meninjau Kembali Program / Program Evalution Review and Technique (PERT). Dengan menggunakan salah satu teknik yaitu Critical Path Method (CPM) dalam penjadwalan perbaikan Engine Type JT8D di PT. Nusantara Turbin dan Propulsi (PT. NTP), dapat diketahui kegiatan mana saja yang perlu didahulukan pengerjaannya (kegiatan kritis) agar tidak terjadi pemborosan waktu ataupun keterlambatan. Sehingga pada akhirnya perusahaan dapat menyusun jadwal perbaikan untuk Engine Type JT8D. Dari uraian dan fenomena di atas maka timbul pertanyaan apakah perencanaan penjadwalan (scheduling) pada PT. NTP sudah baik, dan mengingat pentingnya network planning untuk efektifitas waktu dalam proses penyelesaian perbaikan Engine Type JT8D maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh di perusahaan tersebut, dengan judul “ANALISIS PENJADWALAN DENGAN MENGGUNAKAN
NETWORK
PLANNING
DALAM
RANGKA
6
MENGEFEKTIFKAN WAKTU PERBAIKAN ENGINE TYPE JT8D DI PT. NUSANTARA TURBIN DAN PROPULSI”.
1.2.
Identifikasi Masalah Dari hasil pengamatan yang dilakukan di shop PT. NTP terdapat beberapa
permasalahan dalam tahap-tahap penjadwalan yang dapat menghambat efektifitas waktu penyelesaian perbaikan mesin-mesin pesawat, kendala terbesar yang sering terjadi dan paling potensial berpengaruh dalam efektifitas waktu perbaikan mesinmesin pesawat di PT . NTP adalah pada tahap Purchase / Farm Out & Order, yaitu beberapa komponen yang tidak dapat diperbaiki atau diproduksi di PT. NTP, maka perlu dilakukannya pembelian (purchase), dan pengiriman barang yang akan di perbaiki (farm out), di luar PT. NTP, yaitu kepada pemasok (vendor) yang telah jelas dan dipercaya oleh perusahaan. Di dalam proses tersebut, seringkali terjadi keterlambatan waktu penyelesaian perbaikan mesin yang mengakibatkan waktu penyelesaian produksi (Turn Around Time / TAT) dan penjadwalan yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan pada rencana awal, yaitu pada Master Production Schedule (MPS), sehingga menyebabkan penyerahan pekerjaan kepada pelanggan (customer) tertunda, khususnya dalam perbaikan Engine besar Type JT8D yang biasa digunakan oleh pesawat terbang jenis boeing 737.
7
1.3.
Rumusan Masalah Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah : 1.
Bagaimana
penjadwalan
yang
dilakukan
perusahaan
dalam
penyelesaian pekerjaan perbaikan Engine Type JT8D pada PT. NTP. 2.
Bagaimana penggunaan network planning dalam mengefektifkan waktu penyelesaian perbaikan Engine Type JT8D di PT. NTP.
3.
Bagaimana perbandingan pelaksanaan penjadwalan yang dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan Metode Lintasan Kritis / Critical Path Method (CPM) dalam mengefektifkan waktu perbaikan Engine Type JT8D pada PT. NTP.
1.4.
Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah yang telah dikemukakan
diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji : 1.
Penjadwalan yang dilakukan perusahaan dalam penyelesaian pekerjaan perbaikan Engine Type JT8D pada PT. NTP.
2.
Penggunaan network planning dalam mengefektifkan waktu penyelesaian perbaikan Engine Type JT8D di PT. NTP.
3.
Perbandingan
pelaksanaan
penjadwalan
perusahaan
dengan
menggunakan
metode Critical Path Method (CPM) dalam
mengefektifkan waktu perbaikan Engine Type JT8D pada PT. NTP.
8
1.5.
Kegunaan Penelitian Dari penelitian ini diharapkan akan memperoleh informasi yang berguna
bagi : 1.
Penulis Bagi penulis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman
dan
wawasan
pengetahuan
mengenai
penyusunan
penjadwalan penyelesaian perbaikan-perbaikan mesin pesawat terbang yang baik dengan menggunakan network planning dalam rangka meningkatkan efektivitas waktu penyelesaian pekerjaan proyek, yang juga menambah kepercayaan diri bagi penulis dalam bertindak dan mengambil keputusan dalam dunia kerja nyata berikutnya. 2.
Perusahaan Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya wawasan serta pengetahuan dari penggunaan network planning dalam efektivitas waktu serta untuk memperoleh gambaran mengenai teori yang selama ini diperoleh penulis dengan prakteknya dilapangan.
3.
Lembaga atau Perguruan Tinggi Bagi lembaga dan perguruan tinggi, hasil dari penelitian ini akan menambah referensi buku yang ada di perpustakaan FE. UNPAS, khususnya mengenai penjadwalan dengan menggunakan network planning, serta memberikan masukan yang dapat dijadikan informasi
9
sebagai bahan perbandingan antara teori-teori yang didapat dari perkuliahan dengan praktek di lapangan. 4.
Peneliti Lain Bagi peneliti lain, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam pengambilan tema skripsi yang akan dilaksanakan, serta sebagai masukan bagi peneliti lain apabila tertarik dengan tema ini.
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Pengertian Manajemen Operasi Kegiatan-kegiatan manajemen produksi dan operasi-operasi tidak hanya
menyangkut pemrosesan (manufacturing) berbagai barang. Tentu saja benar bahwa kegiatan-kegiatan produksi banyak dilaksanakan di perusahaan-perusahaan manufacturingyang membentuk tulang belakang masyarakat konsumen kita melaui produksi berbagai macam produk. Tetapi orang-orang juga melaksanakan kegiatan-kegiatan produksi dalam organisasi yang menyediakan berbagai bentuk jasa. Dalam kenyataannya, akhir-akhir ini berkembang cukup pesat usaha-usaha produktif di sektor jasa. Organisas-organisasi penyedia jasa seperti bisnis perbankan, asuransi, transportasi, hotel, restaurant dan bengkel memproduksi jasa (pelayanan) sebanding dengan perusahaan-perusahaan manufacturing yang memproduksi mobil, perabot dan makanan dalam kaleng. Atas dasar perkembangan tersebut, istilah manajemen produksi yang telah banyak dipakai sebelumnya (sampai sekarang) secara meluas, dipandang kurang mencakup seluruh kegiatan sistem-sistem produktif dalam masyarakat ekonomi kita. Oleh karena itu, diperlukan suatu istilah yang lebih tepat dan mempunyai cakupan luas, seperti manajemen operasi (secara implisit berarti operasi-operasi). Pengertian manajemen operasi dapat dilihat dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain :
11
Menurut Richards B. Chase, Nicholas J. Aquilano dan F. Robert Jacobs (2006:6), menyatakan bahwa: “Operations Management (OM) is defined as the design, operation, and improvement of system that create and deliver the firm’s primary product and services.” Artinya:
“Manajemen
pengembangan
dari
Operasi
didefinisikan
sebuah
sistem
yang
sebagai
desain
menciptakan
dan dan
mendistribusikan produk-produk dan jasa-jasa pokok yang dihasilkan.” Menurut Roger G. Schoreder (2003:2) yaitu: “Operation management is a field, deals with the production of goods and service.” Artinya: “Manajemen Operasi merupakan sebuah bidang,yang berhubungan dengan produksi barang-barangdan jasa.”
Menurut Jay Heizer dan Barry Rander (2005:4): “Operation management its activities that related to the creation of goods and service throught the transformation of inputs to outputs.” Artinya: “Manajemen operasi adalah aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan penciptaan barang-barang dan jasa-jasa melalui masukan menjadi keluaran.” Dari ketiga pengertian diatas, menunjukan bahwa manajemen operasi merupakan serangkaian kegiatan yang saling berhubungan satu sama lainnya yang dilandasi oleh sikap kepemimpinan, pengendalian dan pengawasan terhadap proses-proses pengubahan masukan menjadi keluaran, baik dalam bentuk barang
12
maupun jasa yang berguna sebagai usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ada di suatu perusahaan atau organisasi.
2.1.1
Sistem Produksi dan Operasi Manajemen operasi merupakan manajemen dari suatu sistem transformasi
yang mengkonversikan masukan (input) yang berupa barang atau jasa. Sedangkan yang dimaksud sistem produksi dan operasi adalah suatu keterkaitan unsur-unsur yang berbeda secara terpadu, menyatu dan
menyeluruh dalam proses perubahan
masukan manjadi keluaran. Berikut adalah bagan sistem produksi dan operasi yang dikemukakan oleh Sofyan Assauri (2008:39) :
Masukan : a. b. c. d. e. f.
Transformasi :
Bahan Tenaga kerja Mesin Energi Modal Informasi
Proses Konversi
Keluaran : Barang atau Jasa
Informasi Umpan Balik
Gambar 2.1 Sistem Produksi dan Operasi Sumber : Sofyan Assauri, ”Manajemen Produksi dan Operasi” (2008:39) Dari gambar 2.1 terlihat bahwa antar komponen dalam unsur masukan (bahan, tenaga kerja, mesin, energi, modal dan informasi) tidak dapat dipisahpisahkan,
tetapi
secara
bersama-sama
membentuk
suatu
sistem dalam
13
pentransformasian untuk mencapai tujuan akhir bersama. Masukan-masukan tersebut dikonversikan ke dalam barang dan jasa yang menjadi suatu keluaran dengan menggunakan proses teknologi tertentu. Dalam gambar juga terlihat informasi umpan balik (feedback) yang digunakan untuk mengendalikan masukan dan teknologi proses yang digunakan.
2.1.2
Ruang Lingkup Manajemen Operasi Operasi merupakan salah satu fungsi yang ada dalam suatu lembaga,
dimana fungsi ini yang menentukan kemampuan suatu lembaga / perusahaan dalam melayani pihak lain / konsumen. Sedangkan manajemen operasi bertugas untuk mengatur, mengendalikan dan mengawasi kegiatan produksi atau operasi agar dapat berjalan lancar sesuai dengan tujuan. Menurut Sofyan Assauri (2008:16), ruang lingkup manajemen produksi dan operasi akan mencakup perancangan atau penyiapan sistem produksi dan operasi, serta pengoperasian dari sistem produksi dan operasi. Pembahasan dalam perancangan atau desain dari sistem produksi dan operasi meliputi : 1.
Seleksi dan rancangan atau desain hasil produksi (produk). Kegiatan produksi dan operasi harus dapat menghasilkan produk, berupa barang atau jasa, secara efektif dan efisien, serta dengan mutu atau kualitas yang tentunya mampu memuaskan pihak konsumen. Oleh karena itu, setiap kegiatan produksi dan operasi harus dimulai dari penyelesaian dan perancangan produk yang akan dihasilkan.
14
2.
Seleksi dan Perancangan Proses dan Peralatan. Setelah produk didesain, maka kegiatan yang harus dilakukan untuk merealisasikan usaha untuk menghasilkannya adalah menentukan jenis proses yang akan dipergunakan serta peralatannya.
3.
Pemilihan Lokasi dan Site Perusahaan dan Unit Produksi. Kelancaran produksi dan operasi perusahaan sangat dipengaruhi oleh kelancaran mendapatkan sumber-sumber bahan dan masukan (input), serta ditentukan pula oleh kelancaran dan biaya penyampaian atau supply produk yang dihasilkan berupa barang jadi atau jasa ke pasar.
4.
Rancangan Tata Letak (Lay-out) dan Arus Kerja. Kelancaran dalam proses produksi dan operasi ditentukan pula oleh salah satu faktor yang terpenting dalam perusahaan atau unit produksi, yaitu rancangan tata letak (lay-out) dan arus kerja atau proses. Rancangan tata letak (lay-out) harus dipertimbangkan berbagai faktor antara lain adalah kelancaran arus kerja, optimalisasi dari waktu dalam proses, kemungkinan kerusakan yang terjadi karena pergerakan dalam proses akan meminimalisasi biaya yang timbul dari pergerakan dalam proses atau material handling.
5.
Rancangan Tugas Pekerjaan. Rancangan tugas pekarjaan merupakan bagian integral dari rancangan sistem. Rancangan tugas pekerjaan merupakan suatu kesatuan dari human engineering, dalam rangka untuk mengahsilkan rancangan kerja yang optimal.
15
6.
Strategi Produksi dan Operasi Serta Pemilihan Kapasitas. Dalam strategi proses operasi harus terdapat pernyataan tentang maksud dan tujuan dari operasi, serta misi dan kebijakan-kebijakan dasar atau kunci untuk lima bidang, yaitu proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja, dan mutu atau kualitas. Semua hal tersebut merupakan landasan bagi penyusunan strategi operasi.
2.2
Pengertian Penjadwalan Penjadwalan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam
penentuan waktu dan urutan kegiatan produksi. Denganadanya penjadwalan maka perusahaan akan mendapatkan gambaran mengenai kegiatan produksi yang akan dilaksanakan sehingga perusahaan akan dapat memperkirakan mengenai kebutuhan waktu penyelesaian produksi dan biaya yang dikeluarkan. Dengan begitu perusahaan akan dapat menghindari sedini mungkin apabila selama proses produksi terjadi penyimpangan dan kesalahan yang muncul serta kegiatan yang tidak sesuai rencana, sehingga dapat mengurangi resiko yang dapat merugikan perusahaan baik kerugian waktu ataupun biaya. Sebelum proyek dikerjakan, perlu adanya tahap-tahap pengelolaan proyek yang meliputi tahap perencanaan, tahap penjadwalan, dan tahap pengkoordinasian. Dari ketiga tahapan ini, tahap perencanaan dan penjadwalan adalah tahap yang paling menentukan berhasil / tidaknya suatu proyek, karena penjadwalan adalah tahap ketergantungan antar tugas yang membangun proyek secara keseluruhan.
16
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2005:237) : “Penjadwalan adalah aktifitas pengalokasian sumber daya perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa dengan biaya dan tingkat persediaan yang rendah.” Menurut Subagyo (2005:77) : “Penjadwalan adalah suatu kegiatan penjadwalan kapan memulainya, berapa lama mengerjakannya setiap tahap kegiatan dan kapan selesainya.” Sedangkan menurut Roberta S. Russel dan Bernard W. Taylor III (2006:719) : “Scheduling specifies when labor, equipment are facilities are needed to produce a product or provide a service. It is the last stage of planning before production takes place.” Artinya: “Penjadwalan menentukan kapan tenaga kerja, peralatan fasilitas yang diperlukan untuk menghasilkan produk atau menyediakan layanan. Penjadwalan adalah tahap terakhir dari perencanaan sebelum produksi berlangsung.” Penjadwalan disusun dengan mempertimbangkan berbagai keterbatasan sumber daya yang ada. Penjadwalan yang baik akan memberikan dampak positif, yaitu rendahnya biaya operasi dan waktu pengiriman, yang akhirnya dapat meningkatkan kepuasan pelanggan. Penjadwalan dimulai dengan perencanaan kapasitas yang meliputi fasilitas
17
dan penguasaan terhadap mesin, membuat penjadwalan induk dengan membagi rencana kasar dan membuat jadwal keseluruhan untuk output.
2.2.1
Tujuan Penjadwalan Tujuan penjadwalan yaitu untuk meminimalkan waktu proses, waktu
tunggu langganan, dan tingkat persediaan, serta penggunaan yang efisien dari fasilitas,
tenaga
kerja,
dan
peralatan.
Penjadwalan
disusun
dengan
mempertimbangkan berbagai keterbatasan yang ada. Penjadwalan yang baik akan memberikan dampak positif, yaitu rendahnya biaya operasi dan waktu pengiriman, yang akhirnya dapat meningkatkan kepuasan pelanggan. Tujuan penjadwalan produksi menurut Roberto S. Russel dan Bernard W. Taylor III (2006:719) adalah : 1.
Meeting costumer due date (Membuat tanggal jatuh tempo konsumen).
2.
Minimize job lateness (Meminimalkan keterlambatan kerja).
3.
Minimize response time (Meminimalkan waktu tanggapan).
4.
Minimize completion time (Meminimalkan waktu penyelesaian).
5.
Minimize time in the system (meminimalkan waktu dalam sistem).
6.
Minimize overtime (Meminimalkan kelebihan waktu).
7.
Maximize overtime or labor utilization (Memaksimalkan pengguna mesin atau tenaga kerja).
8.
Minimize late time (Meminimalkan waktu keterlambatan).
18
9.
Minimize work in the process inventory (Meminimalkan persediaan barang dalam proses).
2.2.2
Kriteria Penjadwalan Adapun Kriteria Penjadwalan menurut Jay Heizer and Barry Render
(2005:465) adalah sebagai berikut : 1.
Meminimalkan waktu penyelesaian. Ini dinilai dengan menentukan rata-rata penyelesaian.
2.
Memaksimalkan utilisasi. Ini dinilai dengan menentukan persentase waktu fasilitas itu digunakan.
3.
Meminimalkan pesediaan barang dalam proses. Ini dinilai dengan menentukan rata-rata jumlah pekerjaan dalam sistem. Hubungan antara jumlah pekerjaan dalam sistem dan persediaan barang dalam proses adalah tinggi. Dengan demikian, semakin kecil jumlah pekerjaan yang ada di dalam sistem, maka akan semakin kecil persediaannya.
4.
Meminimalkan waktu tunggu pelanggan. Ini dinilai dengan menentukan rata-rata jumlah keterlambatan.
2.2.3
Proses Penjadwalan Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2005:466) untuk mengolah
fasilitas dengan cara yang seimbang dan efisien, manajer membutuhkan
19
perencanaan produksi dan sistem pengendalian. Proses penjadwalan harus melalui tahapan sebagai berikut: 1.
Penjadwalan pesanan yang akan datang tanpa mengganggu kendala kapasitas pusat kerja individual.
2.
Mengecek
ketersediaan
alat-alat
dan
bahan
baku
sebelum
memberikan pesanan ke suatu departemen. 3.
Membuat tanggal jatuh tempo untuk masing-masing pekerjaan dan mengecek kemajuan terhadap tanggal keperluan dan waktu tempuh pesanan.
4.
Mengecek barang dalam proses pada saat pekerjaan bergerak menuju perusahaan.
5.
Memberikan umpan balik (feedback) pada pabrik efesiensi pekerjaan dan memonitor waktu operator untuk analisis distribusi tenaga kerja, gaji dan upah.
2.2.4
Teknik-Teknik Dalam Penjadwalan Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2005:560), teknik penjadwalan
dibagi menjadi dua, yaitu: 1.
Penjadwalan Kedepan (Forward Scheduling) Forward Scheduling memulai jadwal segera setelah persyaratan-
persyaratan diketahui, penjadwalan ini digunakan di beragam oraganisasi seperti rumah sakit, klinik, restaurant dan perusahaan alat-alat
20
permesinan. Dalam fasilitas ini, pekerjaan dilaksanakan atas pesanan pelanggan dan sesegera mungking dilakukan pengiriman. Penjadwalan kedepan biasanya dirancang untuk menghasilkan jadwal yang bisa diselesaikan meskipun tidak berarti memenuhi tanggal jatuh temponya. Dalam
beberapa
keadaan,
penjadwalan
ke
depan
menyebabkan
penumpukan barang dalam proses. 2.
Penjadwalan Kebelakang (Backward Scheduling) Backward Scheduling dimulai dengan tanggal jatuh tempo dan
menjadwal operasifinal terlebih dahulu. Tahap-tahap dalam pekerjaan kemudian dijadwal, pada suatu waktu awal.Namun kemudian, sumber daya yang perlu untuk menyelesaikan jadwal bisa jadi tidak ada. Penjadwalan ini biasa digunakan di lingkungan perusahaan-perusahaan manufacturing dan perusahaan-perusahaan jasa.
2.3
Pengertian Network Planning Untuk dapat membuat suatu produk atau menyelesaikan suatu proyek,
perusahaan harus mempunyai perencanaan serta penjadwalan yang tepat. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul pada saat proses penyelesaian. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menghindari atau mengatasi permasalahan keterlambatan tersebut adalah dengan menggunakan network planning.
21
Network planning merupakan suatu model yang digunakan dalam penyelenggaraan proyek / produksi yang memberikan informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang digambarkan dalam sebuah jaringan (network).Dalam jaringan tersebut dapat dilihat ketergantungan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya. Menurut Eddy Herjanto (2008:359) : “Perencanaan jaringan kerja (network planning) adalah salah satu model yang banyak digunakan dalam mengelenggarakan proyek, yang produknya berupa informasi mengenai kegiatana-kegiatan yang ada dalam diagram jaringan kerja yang bersangkutan.” Menurut Tjutju Tarliah Dimyati dan Ahmad Dimyati (2006:176) : “Network
planning
merupakan
rencana
jaringan
kerja
yang
memperlibatkan seluruh aktivitas yang terdapat didalam proyek serta logika ketergantungan antar satu dengan lain.” Sedangkan menurut Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo (2002:289) : “Analisis jaringan kerja adalah merupakan teknik yang berkaitan dengan masalah
penetapan
urutan
pekerjaan
yang
diarahkan
untuk
meminimumkan waktu penyelesaian suatu pekerjaan atau proyek, agar dicapai biaya yang rendah.”
22
2.3.1
Manfaat Network Planning Setiap metode yang digunakan untuk mengatasi permasalah-permasalahan
khusunya yang terdapat di manajemen operasi, tentunya mempunyai manfaat yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan sama halnya dengan network planning yang dapat membantu didalam perencanan dan penjadwalan proyek. Menurut T.Hani Handoko (2004:402). Berapa manfaat dari network planning, antara lain: 1.
Perencanaan suatu proyek yang kompleks.
2.
Scheduling pekerjaan-pekerjaan sedemikian rupa dalam urutan yang praktis dan efisien.
3.
Mengadakan pembagian kerja dari tenaga kerja dan dana yang tersedia.
4.
Schedulingulang
untuk
mengatasi
hambatan-hambatan
dan
keterlambatan-keterlambatan. 5.
Menetukan trade off (kemungkinan pertukaran) antara waktu dan biaya.
6.
Mententukan probabilitas penyelesaian suatu proyek tertentu.
Sedangkan menurut Jay Heizer dan Barry Render (2005:82), network planning sangat penting karena dapat memberikan jawaban atas pertanyaanpertanyaan berikut ini: 1.
Berapa keseluruhan umur proyek.
23
2.
Kegiatan-kegiatan
mana
saja
yang
bila
terlambat
dalam
penyelesaiannya akan mengakibatkan penundaan pada keseluruhan proyek. 3.
Kegiatan-kegiatan mana saja yang tidak kritis, yang dapat dilakukan penundaan pada pengerjaannya tanpa membuat penundaan pada keseluruhan proyek.
4.
Berapa besar kemungkinan proyek dapat diselesaikan pada tanggal tertentu.
5.
Apa yang harus dilakukan untuk mempersingkat penyelesaian proyek dengan biaya yang seminimal mungkin.
2.3.2
Kelebihan dan Kekurangan Network Planning Meskipun network planning merupakan metode yang banyak digunakan
didalam penjadwalan serta perencanaan, tetapi metode ini masih mempunyai beberapa kekurangan didalam pemakaiannya. Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2005:104) kelebihan dan kekurangan dari metode networkplanning antara lain: 1.
Kelebihan : a.
Sangat berguna terutama saat menjadwalkan dan mengendalikan proyek besar.
b.
Konsep secara langsung dan tidak memerlukan perhitungan matematis yang rumit.
c.
Jaringan grafis membantu melihat hubungan antar kegiatan secara
24
cepat. d.
Analisi jalur kritis dan waktu slack membantu menunjukan kegiatan yang perlu diperhatikan lebih dekat.
2.
e.
Dapat diterapkan untuk proyek yang bervariasi.
f.
Berguna dalam mengawasi jadwal dan biaya.
Kekurangan : a.
Kegiatan harus ditentukan secara jelas, dan hubunganya harus bebas dan stabil.
b.
2.3.3
Hubungan pendahulu harus dijelaskan dan dijaringkan bersama-sama.
Metode dalam Network Planning Fungsi perencanaan, pengoordinasian serta pengendalian mempunyai
peran penting bagi setiap usaha, dimana fungsi-fungsi tersebut diperlukan dalam usaha pencapaian tujuan. Metode yang digunakan dalam usaha pencapaian tujuan tersebut berbeda-beda karena disesuaikan dengan keadaan masing-masing tempat usaha / perusahaan. Dalam network planning terdapat beberapa teknik yang digunakan sesuai dengan kondisi perusahaan. Teknik yang sangat luas pemakaiannya adalah metode jalur kritis (Crtical Path Method / CPM ) dan teknik menilai dan meninjau kembali (Program Evaluation and Review Technique / PERT). Chaser Aquilano, Jacobs (2006:64) menyatakan pengertian CPM sebagai berikut :
25
“The critical path of activities in a project is the sequence of activities that from the longest chain interms of their times to complete. If any one of the activities in the critical path is delayed, then entire project is delayed.” Artinya : “CPM adalah suatu aktivitas dalam sebuah proyek dengan mengurut suatu aktivitas kerja sehingga mempersempit waktu kegiatan proyek secara keseluruhan. Jika suatu aktivitas di dalam suatu lintasan kritis ditunda maka mengakibatkan seluruh kegiatan proyek akan tertunda.”
2.3.4
Persamaan dan Perbedaan CPM dan PERT Crtical Path Method (CPM) dan Program Evaluation and Review
Technique (PERT) keduanya merupakan teknik yang terdapat didalam network planning. Keduateknik tersebut dapat digunakan dalam penyelenggaraan proyek ataupun
produksi.
Dimana
penggunaannya
disesuaikan
dengan
kondisi
perusahaan. Terdapat persamaan dan perbedaan yang mendasar diantara CPM dan PERT. Menurut Eddy Herjanto (2008:360), persamaan dan perbedaan kedua teknik tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Persamaan CPM dan PERT a.
Sama-sama merupakan teknik yang paling banyak digunakan dalam menentukan perencanaan, pengendalian dan pengawasan proyek.
26
b.
Keduanya menggambarkan kegiatan-kegiatan dari suatu proyek dalam suatu jaringan kerja.
c.
Keduanya dapat dilakukan berbagai analisis untuk membantu manajer dalam menggambil keputusan yang berkaitan dengan waktu, biaya atau penggunaan sumber daya.
2.
Perbedaan CPM dan PERT a.
CPM menggunakan satu jenis waktu untuk teksiran waktu kegiatan, sedangkan PERT menggunakan tiga jenis waktu yaitu waktu paling optimis, waktu paling tepat dan waktu pesimis.
b.
CPM mengganggap proyek terdiri dari kegiatan-kegiatan yang membentuk satu atau beberapa lintasan, sedangkan PERT menganggap proyek terdiri dari perisitiwa yang susul menyusul.
c.
CPM menggunakan pendekatan yang menggunakan anak panah sebagai representasi dari kegiatan. Sedangkan PERT menggunakan pendekatan yang menggunakan lingkaran atau node sebagai simbol kegiatan.
2.3.5
Simbol-Simbol dan Ketentuan dalam Network Planning Network diagram merupakan visualisasi proyek atau produksi berdasarkan
network planning. Network diagram berupa jaringan kerja yang berisi lintasanlintasan kegiatan dan urutan-urutan peristiwa yang ada selama penyelenggaraan proyek atau penyelesaian produksi. Network diagram dapat digunakan sebagai alat
27
bantu perusahaan dalam penyelenggaraan proyek atau penyelesaian produksi, jika dibuat secara tepat. Dalam menggambarkan suatu network digunakan tiga buah simbol menurut Tjutju Tarliah Dimyati dan Ahmad Dimyati (2006:177), adalah sebagai berikut : 1.
Anak panah = Arrow, menyatakan sebuah kegiatan atau aktivitas. Kegiatan di sini didefinisikan sebagai hal yang memerlukan duration (jangka waktu tertentu) dalam pemakaian sejumlah resources (sumber tenaga, peralatan, material, biaya). Baik panjang maupun kemiringan anak panah ini sama sekali tidak mempunyai arti. Jadi, tidak perlu menggunakan skala. Kepala anak panah menjadi pedoman arah tiap kegiatan, yang menunjukkan bahwa suatu kegiatan dimulai dari permulaan dan berjalan maju sampai akhir dengan arah dari kiri ke atas.
2.
Lingkaran
= Node, sebagai simbol menyatakan sebuah
kejadian atau peristiwa atau event. Kejadian (event) di sini didefinisikan sebagai ujung atau pertemuan dari satu atau beberapa kegiatan. 3.
Anak panah terputus-putus
= Dummy, sebagai simbol
aktifitas semu. Dummy di sini berguna untuk membatasi mulainya kegiatan. Seperti halnya kegiatan biasa, panjang dan kemiringan dummy ini juga tidak berati apa-apa sehingga tidak perlu berskala.
28
Bedanya dengan kegiatan biasa sehingga tidak perlu berskala. Bedanya dengan kegiatan biasa ialah bahwa dummy tidak mempunyai duration (jangka waktu tertentu) karena tidak memakai atau menghabiskan sejumlah resources. Dalam pelaksanaanya, simbol-simbol ini digunakan dengan mengikuti aturan-aturan sebagai berikut : 1.
Diantara dua event yang sama, hanya boleh digambarkan satu anak panah.
2.
Nama suatu aktivitas dinyatakan dengan huruf atau dengan nomor event.
3.
Aktivitas harus mengalir dari event bernomor rendah ke event bernomor tinggi.
4.
Diagram hanya memiliki sebuah initialevent dan sebuah terminal event.
2.3.6
Hubungan Antar Simbol dan Kegiatan Untuk dapat menggambar dan membaca network diagram yang
menyatakan logika ketergantungan, perlu diketahui hubungan antar simbol dan kegiatan yang ada dalam sebuah proyek atau penyelesaian produksi tersebut. Adapun hubungan atau ketergantungan antar simbol dan kegiatan menurut Tjutju Tarliah Dimyati dan Ahmad Dimyati (2006:178), dinyatakan sebagai berikut :
29
a.
Jika kegiatan A harus diselesaikan dahulu sebelum kegiatan B dapat dimulai, maka : A
1
2
B
3
Gambar 2.2 Hubungan Kegiatan
b.
Jika kegiatan C, D dan E harus selesai sebelum kegiatan F dapat dimulai, maka : 1 2
C
D
F
4
5
E 3
Gambar 2.3 Hubungan Kegiatan
c.
Jika kegiatan G dan H selesai sebelum kegiatan I dan J, maka :
2
G
H
I 4
3
5
J 6
Gambar 2.4 Hubungan Kegiatan
30
d.
Jika kegiatan K dan L harus selesai sebelum kegiatan M dapat dimulai, tetapi N sudah boleh dimulai bila kegiatan L sudah selesai, maka : K
2
M
5
L
7
N
3
6
4
Gambar 2.5 Hubungan Kegiatan
e.
Jika kegiatan P, Q dan R dimulai dan selesai pada lingkaran kerjadian yang sama, maka tidak boleh menggambarkan sebagai : P Q
31
32
R
Gambar 2.6 Hubungan Kegiatan
Karena gambar 2.9 berati kegiatan (31, 32) itu adalah kegiatan P atau Q atau R. Untuk membedakan ketiga kegiatan itu maka masing-masing harus menggunakan dummy sebagai berikut :
31
32
32
P
P Atau
Q 31
Q
34
31
34
R
R 33
33
Gambar 2.7 Hubungan Kegiatan Kegiatan : P
=
(31, 32)
Q
=
(31, 34)
R
=
(31, 33)
atau
P =
(32, 34)
Q =
(31, 34)
R =
(33, 34)
Dalam hal ini tidak menjadi persoalan dimana saja diletakannya dummydummy tersebut, pada permulaan ataupun pada akhir kegiatan-kegiatan tersebut.
2.3.7
Penentuan Waktu Setelah network suatu proyek dapat digambarkan, langkah berikutnya
adalah mengestimasi waktu masing-masing aktivitas, dan menganalisis seluruh diagram network untuk menentukan waktu terjadinya masing-masing kejadian (event). Dalam mengestimasi dan menganalisis waktu ini, akan kita dapatkan satu atau beberapa lintasan tertentu dari kegiatan-kegiatan pada network tersebut yang menentukan jangka waktu penyelesaian seluruh proyek. Lintasan ini disebut lintasan kritis. Di samping lintasan kritis ini terdapat lintasan-lintasan lain yang mempunyai jangka waktu yang lebih pendek daripada lintasan kritis. Dengan
32
demikian, maka lintasan yang tidak kritis ini mempunyai waktu untuk bisa terlambat yang dinamakan float. Float memberikan sejumlah kelonggaran waktu dan elastisitas pada sebuah network dan ini dipakai pada waktu penggunaan network dalam praktek atau digunakan pada waktu mengerjakan penentuan jumlah material, peralatan, dan tenaga kerja. Float ini terbagi atas dua jenis, yaitu total float dan free float. Untuk memudahkan perhitungan waktu menurut Tjutju Tarliah Dimyati dan Ahmad Dimyati (2006:180-181), digunakan notasi-notasi sebagai berikut: TE :
Earliest event occurance time, yaitu saat tercepat terjadinya kejadian / event.
TL :
Latest event occurance time, yaitu saat paling lambat terjadinya kejadian / event.
ES :
Earliest activity start time, yaitu saat tercepat dimulainya kegiatan / aktivitas.
EF :
Earliest activity finish time, yaitu saat tercepat diselesaikannya kegiatan / aktivitas.
LS :
Latest activity start time, yaitu saat paling lambat dimulainya kegiatan / aktivitas.
LF :
Latest activity finish time, yaitu saat paling lambat diselesaikannya kegiatan / aktivitas.
t:
Activity duration time, yaitu waktu yang diperlukan untuk suatu kegiatan (biasanya dinyatakan dalam hari).
S:
Total slack / Total float.
33
SF :
2.3.8
Free slack / Free float.
Asumsi dan Cara Perhitungan Waktu Dalam melakukan perhitungan penentuan waktu ini digunakan tiga buah
asumsi dasar, yaitu sebagai berikut. 1.
Proyek hanya memiliki satu initial event dan satu terminal event.
2.
Saat tercepat terjadinya initial event adalah hari ke-nol.
3.
Saat paling lambat terjadinya terminal event adalah TL = TE untuk event ini.
Adapun perhitungan yang harus dilakukan terdiri atas dua cara, yaitu cara perhitungan maju (forward computation) dan perhitungan mundur (backward computation). Pada perhitungan maju, perhitungan bergerak mulai dari initial event menuju terminal event maksudnya ialah menghitung saat yang paling tercepat terjadinya events dan saat paling cepat dimulainya serta diselesaikannya aktivitas-aktivitas (TE, ES dan EF). Pada perhitungan mundur, perhitungan bergerak dari terminal event menuju ke initial event. Tujuannya ialah untuk menghitung saat paling lambat terjadinya events dan saat paling lambat dimulainya dandiselesaikannya aktivitasaktivitas (TL, LS, dan LF). Dengan selesainyakedua perhitungan ini, barulah float dapat dihitung. Untuk melakukan perhitungan maju dan perhitungan mundur ini, lingkaran kejadian (event) dibagi atas tiga bagian sebagai berikut :
34
a = Ruang untuk nomor event. a b
b = Ruang untuk menunjukkan saat paling cepat c
terjadinya event (TE), yang juga merupakan hasil perhitungan maju. c = Ruang untuk menunjukkan saat paling lambat terjadinya event (TL), yang juga merupakan hasil perhitungan mundur.
Dengan demikian, setelah diagram network yang lengkap dari suatu proyek selesai digambarkan, dan setiap node telah dibagi menjadi tiga bagian seperti diatas, maka mulailah member nomor pada masing-masing node. Setelah itu, cantumkan pada tiap anak panah (kegiatan) perkiraan waktu pelaksanaan masing-masing. Letak angka yang menunjukkan waktu pelaksanaan masing-masing kegiatan ini biasanya di bawah anak panah. Satuan waktu yang digunakan pada seluruh network harus sama, misalnya jam, hari, minggu, dan lain-lain. Apabila perhitungan dilakukan dengan tidak menggunakan computer, maka sebaiknya duration ini menggunakan angka-angka bulat.
2.3.9
Analisa Skala Waktu Optimal Network Planning Salah satu hal penting didalam analisis proyek adalah mengetahui kapan
proyek tersebut dapat diselesaikan. Untuk menjawab hal tersebut, perlu diketahui terlebih dahulu waktu yang diperlukan untuk masing-masing kegiatan,
35
hubunganya dengan kegiatan lain dan kapan kegiatan tersebut dimulai dan berakhir. Setelah hal-hal tersebut diketahui, langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan-perhitungan, adapun cara perhitungan yang harus dilakukan terdiri atas dua cara yaitu perhitung maju (forward computation) dan perhitungan mundur (backward computation). Sehingga dengan dilakukannya kedua perhitungan tadi dapat diketahui jalur kritis dan juga kapan proyek atau produksi tersebut dapat diselesaikan. A.
Perhitungan Maju (Forward Computation) Perhitungan maju merupakan perhitungan bergerak mulai dari initial event
menuju terminal event. Maksudnya ialah menghitung saat yang paling cepat terjadinya event dan saat paling cepat dimulainya serta diselesaikannya aktivitasaktivitas. Menurut Tjutju Tarliah Dimyati dan Ahmad Dimyati (2006:182). Ada tiga langkah yang harus dilakukan pada perhitungan maju, yaitu sebagai berikut : 1.
Saat tercepat terjadinya initial event ditentukan pada hari ke nol, sehingga untuk initial event berlaku TE = 0 (Asumsi ini tidak benar untuk proyek yang berhubungan dengan proyek-proyek lain).
2.
Kalau initial event terjadi pada hari yang ke-nol, maka :
i
(i,j)
t
Gambar 2.8 Intial Event Pada Hari Ke-Nol
j
36
ES(i,j) = TE(j) = 0 EF(i,j) = ES(i,J) + t(i,j) = TE(i) + t(i,j) 3.
Event yang menggabungkan beberapa aktivitas (merge event). EF(i1,j) j
EF(i2,j) EF(i3,j) Gambar 2.9 Merge Event
Sebuah event hanya dapat terjadi jika aktivitas aktivitas yang mendahuluinya telah diselesaikan.Maka saat paling cepat terjadinya sebuah event sama dengan nilai terbesar dari saat tercepat untuk menyelesaikan aktivitasaktivitas yang berakhir pada event tersebut. TE(j) = max (EF(i1,j), EF(i2,j), ... , EF(in,J)) Untuk lebih jelasnya, dibawah ini merupakan contoh penggunaan network planning: Misalkan satuan waktu yang digunakan adalah hari. Waktu pelaksanaan kegiatan A adalah 4 hari sehingga saat tercepat diselesaikannya aktivitas A adalah pada hari keempat atau EF(0,1) = 4. Karena aktivitas A ini adalah satu-satunya aktivitas yang memasuki node 1, maka saat tercepat terjadinya event nomor 1 juga pada hari keempat, atau TE(1) = 4. Maka kita masukan angka 4 ke dalam ruang kiri bawah dari node 1.
37
Pada node 4 yang merupakan merge event dapat diketahui bahwa EF (1,4) = 4+15 = 19 dan EF (2,4) = 8+6 = 14. Maka TE (4) = maks (19,14) = 19. Sehingga angka 19 dimasukan ke ruang kanan atas node 4. Perhitungan untuk nodes selanjutnya sama seperti perhitungan pada node 1 dan node 4, sehingga terakhir dapat dihitung pada node 8 adalah TE (8) = maks(19+3 , 20+10 , 31+5) = 36. Hasil perhitungan maju dapat dilihat seperti gambar dibawah ini.
Gambar 2.10 Perhitungan Maju
B.
Perhitungan Mundur (Backward Computation) Pada perhitungan mundur, perhitungan bergerak dari terminal event
menuju initial event. Tujuanya adalah untuk menghitung saat paling lambat terjadinya events dan saat paling lambat dimulainnya dan diselesaikannya aktivitas-aktivitas (TL, LS dan LF ). Seperti halnya pada perhitungan maju, menurut Tjutju Tarliah Dimyati dan Ahmad Dimyati (2006:185-186). Pada perhitungan mundur ini pun terdapat tiga langkah, yaitu sebagai berikut :
38
1.
Pada terminal event berlaku TL = TE.
2.
Saat paling lambat untuk memulai suatu aktivitas sama dengan saat paling lambat untuk menyelesaikan aktivitas itu dikurangi dengan duration aktivitas tersebut.
i
j
(i,j)
TE TL
Gambar 2.11 Saat Paling Lambat Memulai Aktivitas
LS
= LF–t
LF(i,j)
= TL dimana TL = TE.
Maka : LS(i,j) 3.
= TL(j)–t(i,j)
Event yang “mengeluarkan” beberapa aktivitas (burst event).
LS( i,j1) i
LS(i,j2) LS(i,j3)
Gambar 2.12 Burst Event
39
Setiap aktivitas hanya dapat dimulai apabila event yang mendahuluinya telah terjadi. Oleh karena itu, saat paling lambat terjadinya sebuah event sama dengan nilai terkecil dari saat-saat paling lambat untuk memulai aktivitas-aktivitas yang berpangkal pada event tersebut. TL(i) = min (LS(i,j1), LS(i,j2), ... , LS(i,jn)) Untuk mengetahui perhitungan mundur (backward computation) dapat melihat dari contoh pada perhitungan maju diatas. Dari perhitungan maju diperoleh TE(8) = 36, karena TE = TL maka dapat diperoleh TL(8) = 36. Dan angka 36 tersebut dimasukan pada ruang kanan bawah node 8. Bila aktivitas K dapat diselesaikan paling lambat pada hari ke-36 dengan waktu 5 hari, maka aktivitas tersebut dapat dimulai pelaksanaannya paling lambat hari ke - (36 – 5) = 31, sehingga TL(7) = 31. Dengan cara yang sama didapat TL(4) = 33 dan TL(6) = 20. Untuk mengisi node 5 yang merupakan burst event, dapat diketahui bahwa LS(5,8) = 36 – 10 = 26 dan LS(5,6) = 20 – 0. Maka TL(5) = min (26, 20) = 20. Perhitungan selanjutnya sama seperti mengisi node sebelumnya,sehingga didapat: TL(1) = 33 – 15 = 18 TL(2) = min (33 – 6, 20 – 12) = 8 TL(3) = 20 – 9 = 11 dan TL(0) = min (18 – 4, 8 – 8, 11 – 7) = 0. Maka diagram lengkap sebagai hasil perhitungan maju dan perhitungan mundur menjadi :
40
Gambar 2.13 Perhitungan Mundur
2.3.10 Perhitungan Kelonggaran Waktu (Float atau Slack) Salah satu manfaat dari metode network planning adalah dapat membantu perusahaan
dalam
membuat
jadwal
penyelesaian
suatu
proyek
atau
produksi.Untuk dapat membuat jadwal yang sesuai dengan rencana, maka perlu diketahui kegiatan-kegiatan mana saja yang perlu diselesaikan terlebih dahulu dan kegiatan mana yang dapat dilakukan penundaan pada pengerjaannya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan penundaan atau mempunyai kelonggaran waktu dalam proses pengerjaannya, dapat diketahui setelah melakukan perhitungan maju dan perhitungan mundur. Kelonggaran waktu (slack / float) tersebut dapat digunakan pada penjadwalan tanpa menyebabkan keterlambatan pada keseluruhan penyelesaian proyek atau produksi.Terdapat dua macam kelonggaran waktu di dalam network planning, yaitu total float dan free float.
41
Menurut Tjutju Tarliah Dimyati dan Ahmad Dimyati (2006:187) : “Total float adalah jumlah waktu di mana waktu penyelesaian suatu kegiatan dapat diundur tanpa mempengaruhi jadwal penyelesaiaan proyek secara keseluruhan.” “Free float adalah jumlah waktu dimana penyelesaian suatu kegiatan dapat diukur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dimulainya kegiatan yang lain atau saat paling cepat terjadinya kejadian lain pada jaringan kerja.” Total float dihitung dengan cara mencari selisih antara saat paling lambat dimulainya aktivitas dengan saat paling cepat dimulainya aktivitas. Jika akan menggunakan persamaan S = LS – ES, maka total float kegiatan (i,j) adalah : S(i,j) = LS(i,j) – ES(i,j) Dari perhitungan mundur diketahui bahwa LS(i,j) =TL(ij) – t(ij), sedangkan dari perhitungan maju ES(i,j) = TE(i). Maka: S(i,j) = TL(j) – t(i,j) – TE(i) Jika menggunakan persamaan S = LF – EF, maka total float kegiatan (i,j) adalah : S(i,j) = LF(i,j) - EF(i,j) Dari perhitungan maju diketahui bahwa EF(i,j) = TE(i,j) + t(i,j), sedangkan dari perhitungan mundur LF(i,j) = TL(i,j), maka: S(i,j) = TL(j) – TE(i) – t(i,j). Free float kegiatan (i,j) dihitung dengan cara mencari selisih antara saat tercepat terjadinya kejadian diujung kegiatan dengan saat tercepat diselesaikannya kegiatan (i,j) tersebut. Atau SF(i,j) = TE(i,j) – EF(i,j).
42
Dari perhitungan maju diperoleh EF(i,j) = TE(i) + t(i,j), maka : SF(i,j) = TE(j) – TE(i) – t(i,j). Dari perhitungan gambar 2.16, dapat dihitung total float dan free floatnya, sebagai berikut : Aktivitas A
Aktivitas B
Aktivitas C
Aktivitas D
Aktivitas E
Aktivitas F
Aktivitas G
Aktivitas H
Aktivitas I
Aktivitas J
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
S(0,1)
=
18 – 0
–
4
= 14
SF(0,1)
=
4
– 0
–
4
= 0
S(0,2)
=
8
– 0
–
8
= 0
SF(0,2)
=
8
– 0
–
8
= 0
S(0,3)
=
11 – 0
–
7
= 4
SF(0,3)
=
7
– 0
–
7
= 0
S(1,4)
=
33 – 4
–
15 = 14
SF(1,4)
=
19 – 4
–
15 = 0
S(2,4)
=
33 – 8
–
6
= 19
SF(2,4)
=
19 – 8
–
6
= 5
S(2,5)
=
20 – 8
–
12 = 0
SF(2,5)
=
20 – 8
–
12 = 0
S(3,6)
=
20 – 7
–
9
= 4
SF(3,6)
=
20 – 7
–
9
= 4
S(6,7)
=
31 – 20 –
11 = 0
SF(6,7)
=
31 – 20 –
11 = 0
S(4,8)
=
36 – 19 –
3
= 14
SF(4,8)
=
36 – 19 –
3
= 14
S(5,8)
=
36 – 20 –
10 = 6
43
Aktivitas K
:
SF(5,8)
=
36 – 20 –
10 = 6
S(7,8)
=
36 – 31 –
5
= 0
SF(7,8)
=
36 – 31 –
5
= 0
Suatu aktivitas yang tidak mempunyai kelonggaran (float) disebut aktivitas kritis, dengan kata lain aktivitas kritis mempunyai S = SF = 0. Pada contoh diatas, aktivitas kritisnya adalah aktivitas B, F, H dan K. Aktivitas-aktivitas kritis tersebut akan membentuk lintasan kritis yang biasanya dimulai dari initial event sampai ke terminalevent. Pada contoh di atas lintasan kritisnya adalah lintasan yang melalui node 0, 2, 5, 6, 7 dan 8. Biasanya pada network digambarkan sebagai garis tebal seperti berikut :
Gambar 2.14 Lintasan Kritis
Perhitungan untuk menentukan lintasan kritis dapat juga dirangkum dalam suatu table yang memuat seluruh informasi yang diperlukan untuk membuat peta waktu (time-chart) pelaksanaan proyek, seperti tabel berikut :
44
Tabel 2.1 Tabel Informasi Network
2.3.11 Pembuatan Peta Waktu Langkah terakhir dalam perhitungan network adalah pembuatan peta waktu yang merupakan jadwal pelaksanaan proyek atau penyelesaian produksi yang merupakan jadwal pelaksanaan proyek atau penyelesaian produksi. Untuk membuat peta waktu, dapat melihat langsung pada diagram network atau tabel informasi network. Langkah – langkah dalam pembuatan peta waktu menurut Tjutju Tarliah Dimyati dan Ahmad Dimyati (2006:190) adalah sebagai berikut: 1.
Membuat garis lurus mendatar yang akan menggambarkan satuan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap aktivitas dari proyek.
45
2.
Menggambarkan jadwal aktivitas-aktivitas yang kritis terlebih dahulu, mulai dari TE pada node awal (= 0) hingga TL pada node akhir (= 36). Aktivitas-aktivitas yang kritis digambarkan sebagai garis penuh dan saling bersambungan.
3.
Menggambarkan aktivitas-aktivitas yang tidak kritis, yang dimulai dari ES hingga LF. Aktivitas-aktivitas yang tidak kritis ini digambarkan sebagai garis putus-putus dan terpisah satu sama lain (digambarkan sindiri-sendiri).
Gambar berikut ini merupakan peta waktu dari contoh perhitungan sebelumnya:
Gambar 2.15 Peta Waktu
Angka yang dilingkari menyatakan nomor node, sedangkan angkaangkadiatas garis putus-putus menyatakan waktu dari masing-masing aktivitas yang tidak kritis.
46
2.4
Pengertian Efektivitas Efektivitas merupakan salah satu pencapaian tujuan yang ingin diraih oleh
sebuah organisasi dalam menyelesaikan suatu proyek atau produksi dalam pencapaian hasil yang sesuai dengan tujuan seperti yang telahditetapkan sebelumnya. Menurut Suherman (2006:52) : “Efektivitas adalah tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan makin banyak
tujuan
yang
dicapai,
maka
makin
tinggi
juga
tingkat
keefektivitasannya.” Menurut Abdurahmat Fatoni (2006:102) : “Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya.” Artinya kata efektif itu merujuk kepada hasil yang dicapai, tetapi jika tujuan itu berhasil dicapai dalam jangka waktu yang lama atau terhambat maka tidak dapat dikatakan efektif. Hasil dari proses itu hanya dapat dikatakan berhasil tapi tidak efektif karena tidak sesuai dengan rencana dan tidak sebanding dengan keterlambatan waktu. Adapun Menurut Mahmudi (2005:92) : “Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan.”
47
Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa efektivitas mempunyai hubungan timbal balik antara output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi output, maka semakin efektif suatu program atau kegiatan. Efektivitas berfokus pada outcome (hasil), program, atau kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan atau dikatakan spending wisely. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.16 mengenai hubungan arti efektivitas di bawah ini.
Efektivitas = Gambar 2.16 Hubungan Efektivitas
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka efektivitas adalah menggambarkan seluruh siklus input, proses dan output yang mengacu pada hasil guna dari suatu proyek, program atau kegiatan yang menyatakan sejauhmana tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai, serta ukuran berhasil tidaknya suatu proyek mencapai tujuannya dan mencapai target-targetnya.
2.5
Kerangka Pemikiran Perencanaan,
penjadawalan
dan
pengendalian
proyek
pengaturan aktifitas-aktifitas melalui koordinasi waktu dalam
merupakan
menyelesaikan
keseluruhan pekerjaan, pengalokasian sumber daya dan aktifitas pada masingmasing aktivitas, agar keseluruhan pekerjaan dapat diselesaikan secara efektif dan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan pada awal perencanaan.
48
Begitu pula dengan PT. Nusantara Turbin dan Propulsi yang beroperasi di bidang jasa perbaikan turbin dan mesin pesawat terbang, perencanaan, penjadwalan dan pengendalian proyek merupakan hal penting untuk dilaksanakan. Karena dalam penyelesaian perbaikan mesin khususnya Engine Type JT8D ini mempunyai kendala yang sering terjadi dan paling potensial berpengaruh dalam efektivitas waktu perbaikan mesin tersebut yaitu pada tahap pengadaan (purchase) komponen-komponen mesin yang tidak ada atau tidak dapat diproduksi di dalam perusahaan, maka harus dilakukannya terlebih dahulu pemesanan komponen yang dibutuhkan ke luar negri agar proses perbaikan dapat segera diselesaikan. Pada tahap pengadaan (purchase), selama ini perusahaan masih kurang efektif dalam membuat perencanaan yang ada di Master Production Shedule (MPS). Oleh karena itu perlu dilakukannya perbaikan dalam perencanaan dan penjadwalan awal agar penyelesaian perbaikan mesin dapat selesai secara efektif dan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan kepada konsumen. Beberapa metode telah dikembangkan untuk mengatasi hal ini, diantaranya adalah metode network planning. Metode network planning juga merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan manajer untuk membantu memutuskan berbagai masalah. Khususnya perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian proyek. Dalam
mengerjakan
suatu
proyek,
perusahaan
harus
melakukan
pengelolaan atas semua kegiatan proyek agar perusahaan dapat menyelesaikan proyek tersebut sesuai dengan penjadwalan yang telah ditetapkan dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut : 1.
Kualitas Pekerjaan Proyek.
49
Dalam penyelesaian pekerjaan perbaikan Engine Type JT8D, kualitas pekerjaan proyek merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah : a.
Komponen-komponen mesin yang digunakan harus merupakan produk asli dan memiliki kualitas yang telah di akui secara Internasional agar mempunyai kekuatan dan daya tahan (durability) yang lama dan baik untuk ketahanan mesin saat digunakan.
b.
Kualitas sumber daya manusia (kesehatan, keteletian, kedisiplinan dan tanggung jawab) yang baik dalam menyelesaikan pekerjaan yang ada dalam perusahaan.
2.
Penggunaan Sumber Daya Seefisien Mungkin. Penggunaan sumber daya yang seminimal mungkin dengan hasil yang optimal, yaitu mengerjakan pekerjaan dengan tepat dalam mengerjakan perbaikan Engine Type JT8D dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga dan biaya, serta mampu menjalankan tugas dengan baik dan cermat.
3.
Ketepatan Waktu Dalam Penyelesaian Proyek. Ketepatan
waktu
yang
ada
di
perusahaan
dalam
penyelesaian
pekerjaanproyek perbaikan Engine Type JT8D ini merupakan faktor utama dalam
penjadwalan
perusahaan
yang
sangat
penting,yang
dapat
mempengaruhi citra baik perusahaan di mata para pelanggan (costumers) baik tingkat Nasional maupun Internasional.
50
Hal tersebut diatas berguna untuk menjaga nama baik perusahaan dan kepercayaan dari pihak pemberi proyek, terutama dalam menghadapi proyekproyek berikutnya. Suatu proyek umunya terdiri dari berbagai kegiatan yang berhubungan satu sama lain, suatu kegiatan ada yang dapat dilakukan secara bersamaan, ada pula kegiatan yang dapat dikerjakan setelah kegiatan yang mendahuluinya selesai dikerjakan. Oleh karena itu perencanaan dan pengendalian suatu proyek dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut amatlah penting. 2.6
Gantt Chart Gantt Chart merupakan gambaran yang berupa visualisasi chart yang
digunakan untuk menunjukkan jadwal proyek dari awal hingga akhir proyek berlangsung. Diagram ini merupakan alat yang bernilai di dalam proyek karena dapat menentukan durasi pekerjaan terhadap perkembangan waktu proyek, perencanaan dan penjadwalan proyek pekerjaan dan pemantauan kemajuan proyek pekerjaan. 2.7
Flow Proscess Chart Flow Process Chart merupakan gambaran skematik / diagram yang
menunjukkan seluruh langkah dalam suatu proses dan menunjukkan bagaimana langkah itu saling berinteraksi antar satu dengan lainnya. Simbol-simbol yang digunakan untuk flow process chart seperti yang tampak pada gambar dibawah ini:
51
Tabel 2.3 ASME Flow Process Symbols Symbol
Title Operation / Operasi
Inspection / Inspeksi Transportation / Perpindahan atau Transportasi
Delay / Penundaan Storage / Penyimpanan atau File
Description A complex action or process (possibly described elsewhere), often changing something. Sebuah tindakan atau proses yang bersifat kompleks (mungkin dijelaskan di tempat lain), yang sering mengubah sesuatu secara fisik maupun kimiawi. Checking of items to ensure correct quality or quantity. Memeriksa barang untuk memastikan kualitas atau kuantitasnya yang baik. Movement of people or things. May be accompanied by a distance measurement. Pergerakan / perpindahan orang atau benda. Dapat disertai dengan ukuran jaraknya. Idle time of people or machines, or temporary storage of materials. Waktu yang mengaggur untuk orang atau mesin, atau penyimpanan bahan (komponen-komponen mesin) yang bersifat sementara. Permanent storage of materials or other items. Penyimpanan tetap untuk bahan (komponenkomponen mesin) atau benda lainnya.
Sumber : David Straker, A Toolbook for Quality Improvement and Problem Solving, 2002. Berikut ini merupakan flow process chart yang menunjukkan tahapan / proses penyelesaian pekerjaan perbaikan Engine Type JT8D, dimana dalam penyelesaian perbaikan Engine Type JT8D ini terdiri dari beberapa tahapan / proses.
52
Tabel 2.4 Engine Type JT8D Flow Process Chart Simbol No.
Waktu
Deskripsi
1
1 Hari
Induction Meeting
2
5 Hari
Issue TMWO & WCD
3
5 Hari
Disassembly
4
1 Hari
Dirty Inspection
5 6
6 Hari 4 Hari
7
4 Hari
Farm Out TMWO C & A C & A Cleaning & Inspection
8
4 Hari
9
5 Hari
10
3 Hari
11
7 Hari
Central Inspection
12
1 Hari
Bahan Final Dispo
13
1 Hari
Final Dispo
14
1 Hari
15
31 Hari
16
31 Hari
17
6 Hari
18
2 Hari
Final Assy
19
2 Hari
Engine Test
20
2 Hari
21
5 Hari
22
1 Hari
C & A Assy &Test Chemical & Mechanical Cleaning Non Destructive Testing (NDT)
Parts Condition Report Purchase / Incoming F. Out & Order TMWO, Supply Part & Repair Supply Parts for Sub Assembly
Preparation for Shipment Estimate Correction Release (ECR) Engine Shipment
Mesin
53
Keterangan: 1. Induction Meeting, meeting diadakan oleh pihak marketing yang dihadiri oleh personalia dari Product Planning and Control (PPC), material, pembelian dan engineering membahas mengenai masalah engine yang akan masuk, untuk mengetahui keluhan mesin dan merencanakan pembuatan penjadwalan workshop (overhaul & repair). 2. Issue TMWO (Tailor Made Work Order) & WCD (Work Control Document), manajer operasional mengeluarkan perintah kerja dan scheduling yang didalamnya memuat mengenai dokumen-dokumen yang berhubungan dengan proses pengerjaan. 3. Disassembly, dilakukannya pembongkaran mesin. 4. Dirty Inspection, pemeriksaan secara kasat mata (sementara) dan mencatat keadaan mesin yang terlihat secara visual setelah dibongkar. 5. Farm Out, mengirimkan komponen-komponen mesin yang yang akan diperbaiki diluar perusahaan, baik di dalam maupun luar negeri. 6. TMWO C & A (Tailor Made Work Order Component & Acessories), mengeluarkan perintah kerja yang dibuat khusus untuk pemeriksaan komponen-komponen dan aksesoris yang dilakukan di luar mesin utama. 7. C & A Cleaning & Inspection, pembersihan dan pemeriksaan komponenkomponen dan aksesoris mesin yang dilakukan diluar mesin utama. 8. C & A Assy & Test, pemasangan dan tes komponen-komponen dan aksesoris mesin. 9. Chemical & Mechanical Cleaning, pembersihan mesin yang dilakukan
54
secara kimia dan mekanik (semprot pasir / glassbeat). 10. Non Destructive Testing (NDT), pemeriksaan mesin tanpa merusak atau tanpa melakukan perubahan pada mesin tersebut dengan cara edicurrent dan x-ray. 11. Central Inspection, pemeriksaan secara visual dan dimensi dengan menggunakan caliver, vernier, micrometer, holtest, dan jangka sorong. 12. Bahan Final Dispo, bahan yang sudah di inspect oleh inspector dan dievaluasi oleh engineering dipindahkan ke final dispo. 13. Final Dispo, manajer memutuskan proses penggantian parts untuk di perbaiki (repair) atau diganti dengan membeli yang baru. 14. Parts Condition Report, laporan komponen-komponen mesin atas kondisinya. 15. Purchase / Incoming F. Out & Order, pembelian barang yang diperlukan perusahaan atau masuknya barang yang telah di perbaiki di luar perusahaan dan pemesanan komponen mesin lainnya yang tidak ada di dalam perusahaan. 16. TMWO, Supply Part & Repair, mengeluarkan perintah kerja untuk spare parts yang akan di repair dan persediaan. 17. Supply Parts for Sub Assembly, penyediaan parts untuk bagian-bagian mesin dan pemasangan sebagian parts yang ada. 18. Final Assy, pemasangan mesin secara keseluruhan di tempat simulasi. 19. Engine Test, pengetesan mesin pada tempatnya yang sudah disediakan. 20. Preparation for Shipment, persiapan untuk pengiriman mesin yang telah
55
selesai diperbaiki kepada consumer / costumer. 21. Estimate Correction Release (ECR), membuat laporan mengenai mesin yang sudah selesai diperbaiki dan sudah di test. 22. Engine Shipment, pengiriman / mentransportasikan mesin yang telah diperbaiki oleh perusahaan kepada consumer / customer.
Tabel 2.5 Purchase / Incoming F.Out & Order Flow Process Chart Simbol No.
Waktu
Deskripsi
1
2 Hari
Data Verification for Farm Out Including Induction Meeting, TMWO and Final Dispo
2
1 Hari
Membuat Purchase / Repair Requestion (PR)
3
1 Hari
PR Disetujui Oleh Keuangan (Approved)
4
1 Hari
PR Send to Buyer Kepada Bagian Pembelian
5
1 Hari
Create Request for Quotation Evaluation of Quotation Including Price, Delivery, Documents and Order Confirmation Create Purchase Order / Send Repairable Parts to Suppllier and Waiting
6
7 Hari
7
26 Hari
8
1 Hari
Parts Receiving
9
1 Hari
Send and Save to Stock Room
56
Keterangan: 1. Data Verification for Farm Out Including Induction Meeting, TMWO and Final Dispo, proses memverifikasi data untuk barang / komponen yang akan diperbaiki dan akan dikirim ke supplier atau membeli barang yang dibutuhkan, didalam proses ini dilakukan juga induction meeting, taylor made work order dan final dispo. 2. Membuat Purchase / Repair Requestion (PR), membuat surat permintaan atau izin untuk membeli / memperbaiki komponen yang diperlukan oleh mesin. 3. PR Disetujui Oleh Keuangan (Approved), purchase / repair requestion disetujui oleh bagian keuangan untuk dapat melanjutkan ke proses berikutnya. 4. PR Send to Buyer Kepada Bagian Pembelian, purchase / repair requestion dikirimkan oleh bagian keuangan kepada bagian pembelian. 5. Create Request for Quotation, membuat permohonan jumlah kuota komponen yang akan dipesan kepada bagian persediaan yang ada diperusahaan. 6. Evaluation of Quotation Including Price, Delivery, Documents and Order Confirmation, mengevaluasi jumlah kuota komponen yang akan dipesan, harga, pengiriman, dokumen-dokumen yang bersangkutan dalam pembelian, dan konfirmasi pemesanan yang akan dilakukan perusahaan kepada pemasok (supplier).
57
7. Create Purchase Order / Send Repairable Parts to Supplier and Waiting, membuat surat izin pemesanan untuk pembelian atau mengirimkan komponen yang akan diperbaiki kepada pemasok dan menunggu hingga proses itu selesai agar dapat dilakukan ke proses berikutnya. 8. Receiving, masuknya barang atau perpindahan barang yang telah dipesan / diperbaiki dari pemasok (supplier) kedalam perusahaan. 9. Send and Save to Stock Room, komponen yang dipesan / telah diperbaiki disimpan di ruang penyimpanan dan menunggu sampai waktu yang telah ditentukan untuk dapat melanjutkan ke proses berikutnya.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Objek Penelitian Objek penelitian merupakan suatu unit yang diteliti dan ditelaah. Dalam
penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah analisis penjadwalan perbaikan dengan menggunakan network planning dalam rangka mengefektifkan waktu perbaikan engine type JT8D di PT. Nusantara Turbin dan Propulsi (PT. NTP). Perusahaan ini berlokasi di Jl. Pajajaran No. 154 KP. IV Bandung, yang merupakan salah satu perusahaan repair shop di Indonesia yang bisnis utamanya bergerak dalam bidang jasa perbaikan, perawatan, dan pengujian berbagai jenis Mesin Pesawat Terbang dan Turbin Gas untuk keperluan industri perminyakan maupun industri pembangkit tenaga.
3.2
Metode Penelitian yang Digunakan
Dalam penelitian ini metode yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian yaitu penelitian terapan (Applied Research / Practical Research). Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2006:72), penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya. Penelitian terapan adalah penyelidikan yang hati-hati, sistematik dan 58
terus-menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan untuk digunakan dengan segera pada keperluan tertentu. Hasil penelitian tidak perlu sebagai suatu penemuan yang baru, tetapi merupakan aplikasi baru dari penelitian yang telah ada. Metode ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kegiatan pekerjaan proyek, serta bagaimana efektivitas waktu penjadwalan perbaikan pada penyelesaian perbaikan Engine Type JT8D yang dilakukan oleh PT. Nusantara Turbin dan Propulsi. Kemudian penelitian ini juga menggunakan metode komparatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan alternatif dan cara penentuan tingkat efektivitas waktu untuk kemudian dibandingkan dengan cara yang telah dilakukan oleh perusahaan. Dalam penelitian ini metode komparatif digunakan untuk membandingkan penjadwalan yang dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan network planning dalam rangka mengefektifkan waktu perbaikan engine type JT8D di PT. NTP.
3.3
Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu : a.
Field Research (Penelitian Lapangan) Field Research merupakan teknik untuk mengumpulkan data
primer, dimana data primer ini adalah data yang langsung di dapatkan dari perusahaan atau dari peninjauan secara langsung, dengan cara: 1.
Observasi Merupakan teknik pengmbilan data dengan cara mengamati
dan melihat objek secara langsung terhadap masalah yang ada
59
hubungannya
dengan
masalah
yang
diteliti
penulis
pada
Penjadwalan Perbaikan Engine Type JT8D di PT. NTP. 2.
Wawancara Teknik ini digunakan untuk mencari data dan informasi
mengenai sejarah perusahaan, struktur organisasi dan lain sebagainya guna menunjang penelitian yang dilakukan oleh penulis. Dimana data diperoleh melalui tanya jawab yang dilakukan penulis kepada karyawan atau pegawai perusahaan atau instansi. b.
Library Research (Penelitian Pustaka) Penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data
dari berbagai sumber yang merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat teoritis. Dengan ini penulis dapat memperoleh data-data sekunder yang bermanfaat diantaranya yaitu dengan mempelajari buku-buku pedoman, literatur-literatur, catatan-catatan kuliah, dokumen-dokumen perusahaan dan data-data umum yang ada di perusahaan seperti struktur organisasi, serta data perusahaan yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas mengenai penjadwalan dengan menggunakan network planning. Penelitian kepustakaan digunakan sebagai landasan untuk menganalisis masalah-masalah serta sebagai pedoman untuk melakukan studi lapangan penelitian.
60
3.4
Operasionalisasi Variabel Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, variabel bebas (X) dan variabel
terikat (Y). Variabel bebas (X) yaitu Penjadwalan sedangkan variabel terikat (Y) Efektivitas Waktu. Adapun penjabaran dari variabel tersebut terlihat dari tabel 3.1 dibawah ini : Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Variabel Penjadwalan
Definisi Schedulling
/ Scheduling labour, (X)
facilities
Sub Variabel
specifies
when Critical Path
equipment are
needed
are Method
Indikator 1. Waktu optimal proyek.
to
produce a product or provide
(CPM).
2. Durasi proyek.
a service. It is the last stage of planning before production 3. Hubungan
takes place. (Roberta Bernard
S.Russel W.
Taylor
dan III
ketergantungan antar kegiatan proyek.
2006:719)
61
Efektivitas Waktu (Y)
Efektivitas
adalah
tingkat
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan,
makin
banyak
tujuan yang dicapai, maka makin
tinggi
juga
tingkat
keefektivitasannya. Suherman (2006:52)
3.5
Metode Analisis Setelah melakukan pengumpulan data dengan beberapa teknik penelitian
diatas, langkah selanjutnya adalah menganalisis data-data tersebut dengan menggunakan metode-metode yang dapat membantu dalam mengolah data, menganalisis dan menginterpretasikan data tersebut. Metode yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian pada PT. Nusantara Turbin dan Propulsi adalah metode network planning. Network diagram merupakan visualisasi proyek atau produksi berdasarkan network planning. Network diagram berupa jaringan kerja yang berisi lintasanlintasan kegiatan dan urutan-urutan peristiwa yang ada selama penyelenggaraan proyek atau penyelesaian produksi. Network diagram dapat digunakan sebagai alat bantu perusahaan dalam penyelenggaraan proyek atau penyelesaian produksi, jika dibuat secara tepat.
62
Adapun langkah-langkah dalam penganalisisan menurut Jay Heizer dan Barry Render (2005:512) adalah : 1.
Menginventarisasi Kegiatan-kegiatan. Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dan pengidentifikasian lingkup perbaikan, menguraikan dan memecahkannya menjadi kegiatan-kegiatan atau kelompok kegiatan yang merupakan kegiatan pekerjaan dalam penyelesaian perbaikan Engine Type JT8D Pada PT. NTP.
2.
Menyusun Hubungan Antar Kegiatan. Pada langkah ini, disusun kembali kegiatan-kegiatan perkerjaan dalam penyelesaian Perbaikan Engine Type JT8D pada PT. NTP sesuai dengan logika ketergantungannya.
3.
Menyusun Network Diagram yang Menghubungkan Semua Kegiatan. Langkah selanjutnya adalah menyusun kegiatan-kegiatan yang telah disusun pada butir kedua menjadi mata rantai / network dengan urutan yang sesuai dengan logika ketergantungan.
4.
Menetapkan Waktu Untuk Setiap Kegiatan. Memberikan kurun waktu bagi masing-masing kegiatan yang dihasilkan menyesuaikan dengan waktu penyelesaian perbaikan Engine Type JT8D pada PT. NTP menggunakan Critical Path Method (CPM) dalam memperkirakan kurun waktu kegiatan
63
sehingga hanya menggunakan angka perkiraan tunggal atau deterministik. 5.
Mengidentifikasi Jalur Kritis (Critical Path) Pada Network Diagram. Network diagram yang telah disusun pada butir ketiga, dilakukan perhitungan maju (forward computation) dan perhitungan mundur (backward computation). Dari kedua perhitungan tersebut dihitung float dan diidentifikasi jalur kritisnya yang dirangkum dalam sebuah tabel informasi network. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam pembuatan pembuatan peta waktu (timechart).
6.
Melakukan Analisis Waktu, Biaya dan Sumber Daya. Setelah langkah tersebut diatas selesai, dilakukan dengan menganalisis waktu, biaya dan sumber daya yang meliputi: a.
Menentukan kurun waktu proyek yang paling optimal dilihat dari segi biaya. Ditujukan untuk memilih berbagai alternatif kurun waktu proyek dilihat dari segi biaya.
b.
Meminimalkan fluktuasi pemakaian sumber daya. Ditujukan untuk meningkatkan efesiensi pengolahan proyek dengan cara mencegah terjadinya naik turun yang terlalu tajam dalam waktu yang relatif terhadap keperluan sumber daya.
64
Dalam menggambarkan suatu network digunakan tiga buah simbol menurut Tjutju Tarliah Dimyati dan Ahmad Dimyati (2006:177), adalah sebagai berikut : 1.
Anak panah = Arrow, menyatakan sebuah kegiatan atau aktivitas. Kegiatan di sini didefinisikan sebagai hal yang memerlukan duration (jangka waktu tertentu) dalam pemakaian sejumlah resources (sumber tenaga, peralatan, material, biaya). Baik panjang maupun kemiringan anak panah ini sama sekali tidak mempunyai arti. Jadi, tidak perlu menggunakan skala. Kepala anak panah menjadi pedoman arah tiap kegiatan, yang menunjukkan bahwa suatu kegiatan dimulai dari permulaan dan berjalan maju sampai akhir dengan arah dari kiri ke atas.
2.
Lingkaran
= Node, sebagai simbol menyatakan sebuah
kejadian atau peristiwa atau event. Kejadian (event) di sini didefinisikan sebagai ujung atau pertemuan dari satu atau beberapa kegiatan. 3.
Anak panah terputus-putus
= Dummy, sebagai simbol
aktifitas semu. Dummy di sini berguna untuk membatasi mulainya kegiatan. Seperti halnya kegiatan biasa, panjang dan kemiringan dummy ini juga tidak berati apa-apa sehingga tidak perlu berskala. Bedanya dengan kegiatan biasa sehingga tidak perlu berskala. Bedanya dengan kegiatan biasa ialah bahwa dummy tidak mempunyai
65
duration (jangka waktu tertentu) karena tidak memakai atau menghabiskan sejumlah resources. Dalam pelaksanaanya, simbol-simbol ini digunakan dengan mengikuti aturan-aturan sebagai berikut: 1.
Diantara dua event yang sama, hanya boleh digambarkan satu anak panah.
2.
Nama suatu aktivitas dinyatakan degan huruf atau dengan nomor event.
3.
Aktivitas harus mengalir dari event bernomor rendah ke event bernomor tinggi.
4.
Diagram hanya memiliki sebuah initial event dan sebuah terminal event.
3.5.1
Hubungan Antar Simbol dan Kegiatan Untuk dapat menggambar dan membaca network diagram yang
menyatakan logika ketergantungan, perlu diketahui hubungan antar simbol dan kegiatan yang ada dalam sebuah proyek atau penyelesaian produksi tersebut. Adapun hubungan atau ketergantungan antar simbol dan kegiatan menurut Tjutju Tarliah Dimyati dan Ahmad Dimyati (2006:178), dinyatakan sebagai berikut:
66
a.
Jika kegiatan A harus diselesaikan dahulu sebelum kegiatan B dapat dimulai, maka :
1
A
B
2
3
Gambar 3.1 Hubungan Kegiatan b.
Jika kegiatan C, D dan E harus selesai sebelum kegiatan F dapat dimulai, maka :
1 2
C
D
F
4
5
E 3
Gambar 3.2 Hubungan Kegiatan
c.
Jika kegiatan G dan H selesai sebelum kegiatan I dan J, maka :
2
G
5
I 4
H
J
3
6
Gambar 3.3 Hubungan Kegiatan
67
d.
Jika kegiatan K dan L harus selesai sebelum kegiatan M dapat dimulai, tetapi N sudah boleh dimulai bila kegiatan L sudah selesai, maka : K
2
M
5
L
7
N
3
6
4
Gambar 3.4 Hubungan Kegiatan
e.
Jika kegiatan P,Q dan R dimulai dan selesai pada lingkaran kerjadian yang sama, maka tidak boleh menggambarkan sebagai : P Q
31
32
R
Gambar 3.5 Hubungan Kegiatan
Karena gambar 3.5 berati kegiatan (31, 32) itu adalah kegiatan P atau Q atau R. Untuk membedakan ketiga kegiatan itu maka masing-masing harus menggunakan dummy sebagai berikut :
68
32
32
P
P Atau
Q 31
Q
34
31
34
R
R 33
33
Gambar 3.6 Hubungan Kegiatan
Kegiatan : P
=
(31, 32)
Q
=
(31, 34)
R
=
(31, 33)
atau
P =
(32, 34)
Q =
(31, 34)
R =
(33,34)
Dalam hal ini tidak menjadi persoalan dimana saja diletakannya dummydummy tersebut, pada permulaan ataupun pada akhir kegiatan-kegiatan tersebut.
3.5.2
Penentuan Waktu Setelah network suatu proyek dapat digambarkan, langkah berikutnya
adalah mengestimasi waktu masing-masing aktivitas, dan menganalisis seluruh diagram network untuk menentukan waktu terjadinya masing-masing kejadian (event). Dalam mengestimasi dan menganalisis waktu ini, akan kita dapatkan satu atau beberapa lintasan tertentu dari kegiatan-kegiatan pada network tersebut yang menentukan jangka waktu penyelesaian seluruh proyek. Lintasan ini disebut lintasan kritis. Di samping lintasan kritis ini terdapat lintasan-lintasan lain yang mempunyai jangka waktu yang lebih pendek daripada lintasan kritis. Dengan 69
demikian, maka lintasan yang tidak kritis ini mempunyai waktu untuk bisa terlambat yang dinamakan float. Float memberikan sejumlah kelonggaran waktu dan elastisitas pada sebuah network dan ini dipakai pada waktu penggunaan network dalam praktek atau digunakan pada waktu mengerjakan penentuan jumlah material, peralatan, dan tenaga kerja. Float ini terbagi atas dua jenis, yaitu total float dan free float. Untuk memudahkan perhitungan waktu menurut Tjutju Tarliah Dimyati dan Ahmad Dimyati (2006:180-181), digunakan notasi-notasi sebagaiBerikut: TE :
Earliest event occurance time, yaitu saat tercepat terjadinya kejadian/event.
TL :
Latestevent occurance time, yaitu saat paling lambat terjadinya kejadian.
ES :
Earliest activity start time, yaitu saat tercepat dimulainya kegiatan/aktifitas.
EF :
Earliest activity finish time, yaitu saat tercepat diselesaikannya kegiatan.
LS :
Latest activity start time, yaitu saat paling lambat dimulainya kegiatan.
LF :
Latest activity finish time, yaitu saat paling lambat diselesaikannya kegiatan.
t:
Activity duration time, yaitu waktu yang diperlukan untuk suatu kegiatan (biasanya dinyatakan dalam hari).
S:
Total slack/ Total float.
70
SF :
3.5.3
Free slack/ Free float.
Asumsi dan Cara Perhitungan Waktu Dalam melakukan perhitungan penentuan waktu ini digunakan tiga buah
asumsi dasar, yaitu sebagai berikut. 1.
Proyek hanya memiliki satu initial event dan satu terminal event.
2.
Saat tercepat terjadinya initial event adalah hari ke-nol.
3.
Saat paling lambat terjadinya terminal event adalah TL = TE untuk event ini.
Adapun perhitungan yang harus dilakukan terdiri atas dua cara, yaitu cara perhitungan maju (forward computation) dan perhitungan mundur (backward computation). Pada perhitungan maju, perhitungan bergerak mulai dari initial event menuju terminal event maksudnya ialah menghitung saat yang paling tercepat terjadinya events dan saat paling cepat dimulainya serta diselesaikannya aktivitas-aktivitas (TE, ES dan EF). Pada perhitungan mundur, perhitungan bergerak dari terminal event menuju ke initial event. Tujuannya ialah untuk menghitung saat palinglambat terjadinya events dan saat paling lambat dimulainya dandiselesaikannya aktivitasaktivitas (TL, LS, dan LF). Dengan selesainyakedua perhitungan ini, barulah float dapat dihitung. Untuk melakukan perhitungan maju dan perhitungan mundur ini, lingkaran kejadian (event) dibagi atas tiga bagian sebagai berikut :
71
a = Ruang untuk nomor event. a b
b = Ruang untuk menunjukkan saat paling cepat c
terjadinya event (TE), yang juga merupakan hasil perhitungan maju. c = Ruang untuk menunjukkan saat paling lambat terjadinya event (TL), yang juga merupakan hasil perhitungan mundur.
Dengan demikian, setelah diagram network yang lengkap dari suatu proyek selesai digambarkan, dan setiap node telah dibagi menjadi tiga bagian seperti diatas, maka mulailah member nomor pada masing-masing node.Setelah itu, cantumkan pada tiap anak panah (kegiatan) perkiraan waktu pelaksanaan masing-masing. Letak angka yang menunjukkan waktu pelaksanaan masing-masing kegiatan ini biasanya di bawah anak panah. Satuan waktu yang digunakan pada seluruh network harus sama, misalnya jam, hari, minggu, dan lain-lain. Apabila perhitungan dilakukan dengan tidak menggunakan computer, maka sebaiknya duration ini menggunakan angka-angka bulat.
3.5.4
Analisa Skala Waktu Optimal Network Planning Salah satu hal penting didalam analisis proyek adalah mengetahui kapan
proyek tersebut dapat diselesaikan. Untuk menjawab hal tersebut, perlu diketahui terlebih dahulu waktu yang diperlukan untuk masing-masing kegiatan,
72
hubunganya dengan kegiatan lain dan kapan kegiatan tersebut dimulai dan berakhir. Setelah hal-hal tersebut diketahui,langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan-perhitungan, adapun cara perhitungan yang harus dilakukan terdiri atas dua cara yaitu perhitung maju (forward computation) dan perhitungan mundur (backward computation). Sehingga dengan dilakukannya kedua perhitungan tadi dapat diketahui jalur kritis dan juga kapan proyek atau produksi tersebut dapat diselesaikan. A.
Perhitungan Maju (Forward Computation) Perhitungan maju merupakan perhitungan bergerak mulai dari initial event
menuju terminal event. Maksudnya ialah menghitung saat yang paling cepat terjadinya event dan saat paling cepat dimulainya serta diselesaikannya aktivitasaktivitas. Menurut Tjutju Tarliah Dimyati dan Ahmad Dimyati (2006:182). Ada tiga langkah yang harus dilakukan pada perhitungan maju, yaitu sebagai berikut : 1.
Saat tercepat terjadinya initial event ditentukan pada hari ke nol, sehingga untuk initial event berlaku TE = 0 (Asumsi ini tidak benar untuk proyek yang berhubungan dengan proyek-proyek lain).
2.
Kalau initial event terjadi pada hari yang ke-nol, maka : i
0
(i,j)
t
Gambar 3.7 Intial Event Pada Hari Ke-Nol 73
j
ES(i,j) = TE(j) = 0 EF(i,j) = ES(i,J) + t(i,j) = TE(i) + t(i,j) 3.
Event yang menggabungkan beberapa aktivitas (merge event). EF(i1,j) j
EF(i2,j) EF(i3,j) Gambar 3.8 Merge Event
Sebuah event hanya dapat terjadi jika aktivitas aktivitas yang mendahuluinya telah diselesaikan.Maka saat paling cepat terjadinya sebuah event sama dengan nilai terbesar dari saat tercepat untuk menyelesaikan aktivitasaktivitas yang berakhir pada event tersebut. TE(j) = max (EF(i1,j),EF(i2,j), ..., EF(in,J)).
B.
Perhitungan Mundur (Backward Computation) Pada perhitungan mundur, perhitungan bergerak dari terminal event
menuju initial event. Tujuanya adalah untuk menghitung saat paling lambat terjadinya events dan saat paling lambat dimulainnya dan diselesaikannya aktivitas-aktivitas (TL, LS dan LF ). Seperti halnya pada perhitungan maju, menurut Tjutju Tarliah Dimyati dan Ahmad Dimyati (2006:185-186).
74
Pada perhitungan mundur ini pun terdapat tiga langkah, yaitu sebagai berikut : 1.
Pada terminal event berlaku TL=TE.
2.
Saat paling lambat untuk memulai suatu aktivitas sama dengan saat paling lambat untuk menyelesaikan aktivitas itu dikurangi dengan duration aktivitas tersebut. i
j
TE TL
(i,j)
Gambar 3.9 Saat Paling Lambat Memulai Aktivitas
LS
= LF–t
LF(i,j)
= TL dimanaTL = TE.
Maka: LS(i,j) 3.
= TL(j)–t(i,j)
Event yang “mengeluarkan” beberapa aktivitas (burst event).
LS( i,j1) i
LS(i,j2) LS(i,j3)
Gambar 3.10 Burst Event
75
Setiap aktivitas hanya dapat dimulai apabila event yang mendahuluinya telah terjadi. Oleh karena itu, saat paling lambat terjadinya sebuah event sama dengan nilai terkecil dari saat-saat paling lambat untuk memulai aktivitas-aktivitas yang berpangkal pada event tersebut. TL(i) = min (LS(i,j1),LS(i,j2), ..., LS(i,jn)).
3.5.5
Perhitungan Kelonggaran Waktu (Float atau Slack) Salah satu manfaat dari metode network planning adalah dapat membantu
perusahaan
dalam
membuat
jadwal
penyelesaian
suatu
proyek
atau
produksi.Untuk dapat membuat jadwal yang sesuai dengan rencana, maka perlu diketahui kegiatan-kegiatan mana saja yang perlu diselesaikan terlebih dahulu dan kegiatan mana yang dapat dilakukan penundaan pada pengerjaannya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan penundaan atau mempunyai kelonggaran waktu dalam proses pengerjaannya, dapat diketahui setelah melakukan perhitungan maju dan perhitungan mundur. Kelonggaran waktu (slack / float) tersebut dapat digunakan pada penjadwalan tanpa menyebabkan keterlambatan pada keseluruhan penyelesaian proyek atau produksi.Terdapat dua macam kelonggaran waktu di dalam network planning, yaitu total float dan free float. Menurut Tjutju Tarliah Dimyati dan Ahmad Dimyati (2006:187) : “Total float adalah jumlah waktu di mana waktu penyelesaian suatu kegiatan dapat diundur tanpa mempengaruhi jadwal penyelesaiaan proyek secara keseluruhan.”
76
“Free float adalah jumlah waktu dimana penyelesaian suatu kegiatan dapat diukur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dimulainya kegiatan yang lain atau saat paling cepat terjadinya kejadian lain pada jaringan kerja.” Total float dihitung dengan cara mencari selisih antara saat paling lambat dimulainya aktivitas dengan saat paling cepat dimulainya aktivitas.Jika akan menggunakan persamaan S = LS – ES,maka total float kegiatan (i,j) adalah : S(ij) = LS(ij) – ES(ij) Dari perhitungan mundur diketahui bahwa LS(i,j) = TL(ij) – t(ij), sedangkan dari perhitungan maju ES(i,j) = TE(i). Maka : S(i,j) = TL(j) – t(i,j) –TE(i) Jika menggunakan persamaan S = LF – EF, maka total float kegiatan (i,j) adalah : S(i,j) = LF(i,j) - EF(i,j) Dari perhitungan maju diketahui bahwa EF(i,j) = TE(i,j) + t(i,j) , sedangkan dari perhitungan mundur LF(i,j) = TL(i,j), maka : S(i,j) = TL(j) – TE(i) – t(i,j). Free float kegiatan (i,j) dihitung dengan cara mencari selisih antara saat tercepat terjadinya kejadian diujung kegiatan dengan saat tercepat diselesaikannya kegiatan (i,j) tersebut. Atau SF(i,j) = TE(i,j) – EF(i,j). Dari perhitungan maju diperoleh EF(i,j) = TE(i) + t(i,j), maka : SF(i,j) = TE(j) – TE(i) – t(i,j).
77
3.5.6
Pembuatan Peta Waktu Langkah terakhir dalam perhitungan network adalah pembuatan peta
waktu yang merupakan jadwal pelaksanaan proyek atau penyelesaian produksi yang merupakan jadwal pelaksanaan proyek atau penyelesaian produksi.Untuk membuat peta waktu, dapat melihat langsung pada diagram network atau tabel informasi network. Langkah – langkah dalam pembuatan peta waktu menurut Tjutju Tarliah Dimyati dan Ahmad Dimyati (2006:190) adalah sebagai berikut : 1.
Membuat garis lurus mendatar yang akan menggambarkan satuan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap aktivitas dari proyek.
2.
Menggambarkan jadwal aktivitas-aktivitas yang kritis terlebih dahulu, mulai dari TE pada node awal (= 0) hingga TL pada node akhir (= 36). Aktivitas-aktivitas yang kritis digambarkan sebagai garis penuh dan saling bersambungan.
3.
Menggambarkan aktivitas-aktivitas yang tidak kritis, yang dimulai dari ES hingga LF. Aktivitas-aktivitas yang tidak kritis ini digambarkan sebagai garis putus-putus dan terpisah satu sama lain (digambarkan sindiri-sendiri).
78
79
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Gambaran Umum Perusahaan PT. Nusantara Turbin dan Propulsi (PT. NTP) merupakan pusat unggulan
yang terpercaya dalam bidang rekayasa, perawatan, perbaikan ringan dan overhaul turbin gas dan rotating equipment terkemuka di Asia Tenggara. Dibangun dengan satu tekad yang kuat untuk menghantarkan PT. NTP sebagai tim yang tangguh dengan profesionalisme dan integritas menjadikan PT. NTP pemimpin di setiap ruang bisnisnya. Kami tidak pernah ragu terhadap kemampuan, kualitas dan kompetensi untuk menciptakan karya yang bernilai tinggi bagi kepentingan costumer. Profesionalisme PT. NTP dan sumber daya manusianya telah diakui oleh sistem manajemen mutu ISO 9001 : 200 of DNV, Netherlands. Sertifikasi dari Original Engine Manufacturer (OEM), dan lembaga otoritas dunia penerbangan diantaranya Federal Aviation Administration (FAA) – USA dan EASA – European Union adalah bukti kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) kami yang unggul. Penghargaan tersebut memacu kami untuk senantiasa meningkatkan kualitas untuk memenuhi kepuasan costumer. Inilah fakta yang menjadikan kami tetap menjaga komitmen untuk menjadi perusahaan yang berkualitas tinggi dan terpercaya, serta menjadi mitra yang kompetitif, dan berpengaruh di kawasan Asia Pasifik.
80
4.1.2
Visi dan Misi Perusahaan
A.
Visi Perusahaan Menjadi pusat unggulan yang terpercaya dalam bidang rekayasa, manufaktur, perawatan, perbaikan dan overhaul turbin dan rotating equipment.
B.
Misi Perusahaan 1. Memaksimalkan keuntungan bagi pemangku kepentingan dalam bisnis turbin dan rotating equipment. 2. Percaya diri di pasar domestic dan regional sebagai dasar pertumbuhan. 3. Memiliki budaya safety dan kewaspadaan yang tinggi, dijalankan dengan
integritas,
transparansi
dan
GCG
(Good
Corporate
Governance)
4.1.3. Struktur Organisasi dan Deskripsi Jabatan Perusahaan merupakan suatu organisasi yang terdiri dari orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan perlu menyusun struktur organisasi yang merupakan sistem hubungan kerja yang membagi koordinasi tugas-tugas, orang-orang atau kelompok kelompok di dalam organisasi. Dalam penelitian penyelesaian Perbaikan Engine Type JT8D yang dilakukan di PT. Nusantara Turbin dan Propulsi, perusahaan ini merupakan perusahaan yang berstruktur organisasi formal. Menurut J Winardi (2003:9)
81
Struktur organisasi formal yaitu struktur organisasi yang memiliki suatu struktur yang
terumuskan
dengan
baik,
yang
menerangkan
hubungan-hubungan
otoritasnya, kekuasaan, akuntabilitas dan tanggung jawabnya. Struktur yang ada juga menerangkan bagaimana bentuk saluran-saluran melalui apa komunikasi berlangsung. Kemudian menunjukkan tugas-tugas terspesifikasi bagi masingmasing anggotanya. Hierarki sasaran organisasi formal dinyatakan secara eksplisit. Status, prestise, imbalan, pangkat dan jabatan, serta prasarat lainya terurutkan dengan baik dan terkendali. Selain itu organisasi formal tahan lama dan mereka terencana dan mengingat bahwa ditekankan mereka beraturan, maka mereka relatif bersifat tidak fleksibel.
Struktur organisasi di perusahaan ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui batasan, wewenang dan tanggung jawab masing-masing anggota perusahaan. Struktur organisasi yang digunakan dalam perusahaan adalah struktur organisasi fungsional. Organisasi fungsional adalah bentuk organisasi di mana kekuasaan pimpinan dilimpahkan kepada para pejabat yang memimpin satuan di bawahnya dalam satuan bidang pekerjaan tertentu. Setiap kepala dari satuan mempunyai kekuasaan untuk memerintah dan mengawasi semua pejabat bawahan sepanjang mengenai bidangnya. F. W. Taylor yang menciptakan organisasi fungsional ini.
Pada tipe organisasi fungsional, masalah pembagian kerja mendapat perhatian yang sungguh - sungguh. Pembagian kerja didasarkan pada spesialisasi yang sangat mendalam dan setiap pejabat hanya mengerjakan suatu tugas / pekerjaan sesuai dengan spesialisasinya.
82
Adapun ciri-ciri tipe ini adalah sebagai berikut: 1.
Dapat dibedakan bidang pekerjaan / tugas secara tegas dan jelas.
2.
Di dalamnya terdapat kelompok-kelompok kerja staff ahli.
3.
Bawahan akan menerima perintah dari beberapa orang atasan.
4.
Target yang hendak dicapai jelas dan pasti.
5.
Penempatan pejabat berdasarkan spesialisasinya.
6.
Koordinasi menyeluruh biasanya hanya diperlukan pada tingkat atas.
7.
Pengawasan dilakukan secara ketat.
8.
Terdapat dua kelompok wewenang, yaitu wewenang lini dan wewenang fungsi.
Keuntungan dari organisasi dalam bentuk fungsional adalah: 1.
Adanya pembagian tugas antara kerja pikir mental dan fisik.
2.
Program terarah.
3.
Dapat dicapai tingkat spesialisasi yang baik.
4.
Solidaritas antara orang-orang yang menjalankan fungsi yang sama tinggi.
5.
Moral serta disiplin kerja yang tinggi.
6.
Koordinasi antara orang-orang yang ada daiam satu fungsi mudah dijalankan.
Keburukan dari organisasi bentuk fungsional adalah: 1.
Insiatif perseorangan sering tertekan karena sudah dibatasi pada satu fungsi.
2.
Sulit mengadakan pertukaran tugas, karena terlalu menspesialisasikan diri dalam satu bidang saja.
83
3.
Koordinasi yang sifatnya menyeluruh sulit diadakan karena orang-orang yang bergerak dalam satu bidang mementingkan fungsinya saja.
Dengan daya dukung personil yang handal di tingkat manjemen, PT. NTP berupaya keras untuk menjalankan usahanya agar senantiasa fokus dan professional dalam pengelolaannya sehingga mampu mencapai misi dan visi perusahaan. Struktur manajemen yang jelas merupakan satu kekuatan bagi perusahaan, tidak hanya kuat bagi internal namun juga kuat bagi eksternal dalam hal ini adalah pihak-pihak stakeholder dan customer yang terkait dengan PT. NTP. Berikut ini merupakan struktur organisasi yang terdapat di PT. Nusantara Turbin dan Propulsi :
84
Struktur Organisasi PT. Nusantara Turbin dan Propulsi (PT. NTP) PRESIDENT DIRECTOR
ADVISORY STAFF MARKET DEVELOPMENT
CORPORATE
PRODUCT DEV. AERO ENGINE
INTERNAL AUDIT
PRODUCT DEV. IND. TURBINE
DEPARTMENT OF HSE, PLANT MAIN & SECURITY
QUALITY ASSURANCE & SAFETY
DIRECTORATE OF OPERATION & COMMERCE
SBU OF UMC AERO ENGINE
DEPARTMENT OF ENGINE MAINTENANCE
DEPARTMENT OF ACCESSORIES MAINTENANCE
DEPARTMENT OF PRODUCTION PLAN & CONTROL
DEPARTMENT OF REPAIR PROCESS
DIVISION OF SALES & MARKETING
DEPARTMENT OF SALES & MARKETING AERO ENGINE (A)
DEPARTMENT OF SALES & MARKETING AERO ENGINE (B)
DEPARTMENT OF SALES & MARKETING AERO ENGINE (C)
SBU OF UMC INDUSTRI AL DEPARTMENT OF ROTATING EQUIPMENT
DEPARTMENT OF PROGRAM SOLAR
DEPARTMENT OF STEAM TURBINE
DIRECTORATE OF FINANCE & ADMINISTRATION
DIVISION OF SALES & MARKETING
DEPARTMENT OF SALES & MARKETING IND. TURBINE (A)
DEPARTMENT OF SALES & MARKETING IND. TURBINE (B)
DEPARTMENT OF FINANCE
DEPARTMENT OF HUMAN RESOURCES ADM & GEN. AFFAIR
DEPARTMENT OF SALES & MARKETING IND. TURBINE (C)
DEPARTMENT OF SUPPORT DEPARTMENT OF FIELD SERVICES
DEPARTMENT OF QUALITY CONTROL / CHIEF INSPECTION
DEPARTMENT OF MATERIAL PLAN & INV. CONTROL
DEPARTMENT OF ENGINEERING
DEPARTMENT OF SALES & MARKETING AERO ENGINE (F)
DEPARTMENT OF TEST CELL
DEPARTMENT OF SALES & MARKETING AERO ENGINE (E)
DEPARTMENT OF SALES & MARKETING AERO ENGINE (D)
DEPARTMENT OF PROCUREMENT
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. NTP
DEPARTMENT OF BUDGET & ACCOUNTING
DEPARTMENT OF HUMAN RESOURCES DEVELOPMENT
DEPARTMENT OF MNG. INFORMATION SYSTEM
85
Struktur Organisasi Department of Material Plan & Inventory Control Pada PT. NTP
MANAGER MATERIAL PLAN & INVENTORY CONTROL
SUPERVISOR MPP ENGINE PARTS
MATERIAL PLANNER
STOCK KEEPER, SR
SUPERVISOR STOCK ROOM
STOCK KEEPER, SR
SUPERVISOR MPP FACILITY SUPLIES
MATERIAL PLANNER
STOCK KEEPER
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Department of Material Plan & Inventory Control pada PT. NTP
STOCK KEEPER, SR
86
4.1.4. Deskripsi Pekerjaan Dalam menjalankan kegiatan-kegiatan yang ada diperusahaan, setiap bagian yang ada didalam sturktur organisasi mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing yang harus dikerjakan agar tujuan dari perusahaan dapat tercapai. Berikutnya ini merupakan uraian pekerjaan pada posisi init yang ada didalam perusahaan adalah sebagai berikut:
1.
MANAGER MATERIAL PLANNING & INVENTORY CONTROL A. FUNGSI JABATAN: Mengelola perencanaan dan pengendalian persediaan material untuk mencapai service level yang tinggi, material turnover yang tinggi, serta cost effective. B. TUGAS & TANGGUNG JAWAB: 1.
Mengelola perencanaan dan pengendalian persediaan material serta pengajuan pembeliannya.
2.
Mengelola barang investasi serta mengelola sistem data base material.
3.
Mengelola perencanaan dan pengendalian anggaran material untuk seluruh program.
4.
Memeriksa semua Purchase Request (PR) serta memberikan approval pada PR dengan nilai tertentu.
5.
Melakukan pembinaan pada personil yang membantunya.
87
6.
Membuat laporan yang berkaitan dengan pengendalian pesediaan material.
7.
Membuat keputusan untuk menindak lanjuti daftar “dead stock” atau material surplus.
8.
Menjamin semua manual (QSOP, QI, IPC, dll) yang dipakai dalam kondisi updated.
9.
Melakukan rapat koordinasi dengan Investment Board.
10. Mengkoordinasikan periodical provisioning dengan PM, PPC, QE, dan Procurement. 11. Memeriksa dan melaporkan hasil stock opname. 12. Menjamin pelaksanaan perencanaan dan pengendalian sesuai dengan prosedur. 13. Melukaukan improvement dalam koordinasi antar departemen sehubungan dengan pengendaliaan persediaan material. 14. Menjamin bahwa Kebijakan Perusahaan mengenai Health, Safety and Environment (HSE) dapat terlaksana di area yang menjadi tanggung jawabnya. 15. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasannya. C. HUBUNGAN DALAM ORGANISASI: 1. Dalam melaksanakan tugasnya Manager Material Plan & Inv. Control bertanggung-jawab kepada VP & GM UMC Aero Engine Service.
88
2. Didalam melaksanakan tugas Manager Material Plan & Inv. Control dibantu oleh: a.
Spv. Mat. Plan & Prov. Engine Parts.
b.
Spv. Mat. Plan & Prov. Facilities Supplies
c.
Spv. Stock Room
D. PERSYARATAN JABATAN: Umum: a.
UMC Quality System (and document related with the function).
b.
English Language (conversation and business writing).
c.
Computer (mainframe & micro soft office).
d.
Gas Turbine Engine Familiarization.
Khusus: a.
Engine Familiarization
b.
Inventory Control
c.
Logistic System
d.
Purchasing
e.
Warehousing
f.
Manajerial
Pendidikan & Pengalaman a.
Sarjana (Teknik / Ekonomi / Sosial) dengan pengalaman 3 tahun sebagai Spv. Mat. Plan & Provisioning / Spv. Stock Room / Buyer, Sr / Bidang Material lainnya, atau
89
b.
D-3 (Teknik / Ekonomi / Sosial) dengan pengalaman 5 tahun sebagai Spv. Mat. Plan & Provisioning / Spv. Stock Room / Buyer, Sr / Bidang Material lainnya, atau
c.
SLTA dengan pengalaman 10 tahun sebagai Spv. Mat. Plan & Provisioning / Spv. Stock Room / Buyer, Sr.
E. JENJANG KARIR Kandidat a.
Spv. Mat. Plan & Provosioning
b.
Spv. Stock Room
c.
Buyer, Senior
Kenaikan Jabatan a.
Manager Sales & Marketing (dengan tambahan pendidikan dan pengalaman dalam Sales & Marketing).
b.
2.
Manager Production Plan & Control.
SUPERVISOR MPP ENGINE PARTS A. FUNGSI JABATAN: Mengkoordinasikan kegiatan pengendalian pesediaan dan pengajuan pembelian material (engine parts) sedemikian rupa sehingga dapat mencapai service level yang tinggi, material turnover yang tinggi, serta cost effective.
90
B. TUGAS & TANGGUNG JAWAB: 1.
Mengkoordinasikan dengan manufacturer, vendor, supplier, agent, distributor untuk mendapatkan sumber-sumber material yang potensial.
2.
Mengembangkan metoda / formulasi untuk perencanaan material dengan menggunakan data basis ROP, rotable pool, EOQ, safety stock, forecasting, provisioning dan metoda lainnya.
3.
Memeriksa semua Purchase Request (PR) yang dibuat Planner dan menandatangani sebagian PR untuk nilai tertentu.
4.
Menyusun Rencana Anggaran Material (RAP) berdasarkan Proyeksi Penjualan serta mengontrol penggunaan anggaran.
5.
Meneliti dan menganalisa ketidakcocokan pada inventory dan ketidakcocokan pada pesanan material.
6.
Menterjemahkan konfigurasi yang terdapat dalam OEM manual atau modifikasi kedalam perencanaan material.
7.
Memonitor semua pesanan (Purchase Request) agar tepat waktu.
8.
Mengendalikan dan mengelola investasi.
9.
Melakukan pembinaan profesionalisme pada para Planner, pembinaan disiplin, serta pembinaan ketelitian dan keteraturan.
10. Mengendalikan program Health, Safety and Environment (HSE) di area yang menjadi tanggung jawabnya agar sesuai dengan aturan yang ada. 11. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasannya.
91
C. HUBUNGAN DALAM ORGANISASI: 1. Dalam melaksanakan tugasnya Supervisor Material Planning & Provisioning (Engine Parts) bertanggung-jawab kepada Manager Material Plan & Inv. Control. 2. Dalam melaksanakan tugasnya Supervisor Supervisor Material Planning & Provisioning (Engine Parts) dibantu oleh: a.
Material Planner
b.
General Administrator, Sr.
D. PERSYARATAN JABATAN: Umum: a.
UMC Quality System (and document related with the function).
b.
English Language
c.
Basic Gas Turbine Engine.
d.
Computer (Mainframe & Microsoft Office).
Khusus: a.
Engine Familiarization
b.
Inventory Control
c.
Logistic System
d.
Purchasing
e.
Supervisory
Pendidikan & Pengalaman a.
Sarjana (Teknik / Sosial) dengan pengalaman 3 tahun dalam bidang PPC / Procurement / Material, atau
92
b.
D-3 (Teknik / Sosial) dengan pengalaman 5 tahun dalam bidang PPC / Procurement / Material, atau
c.
SLTA dengan pengalaman 10 tahun dalam bidang PPC / Procurement / Material.
E. JENJANG KARIR Kandidat a.
Spv. MPP Facility Supplies
b.
Spv. Stock Room
Kenaikan Jabatan
3.
a.
Manager Material Plan & Inventory Control
b.
Manager Procurement
SUPERVISOR MPP FACILITY SUPPLIES A. FUNGSI JABATAN: Mengkoordinasikan kegiatan pengendalian pesediaan dan pengajuan pembelian material (non-engine parts) sedemikian rupa sehingga dapat mencapai service level yang tinggi, material turnover yang tinggi, serta cost effective. B. TUGAS & TANGGUNG JAWAB: 1.
Mengkoordinasikan dengan manufacturer, vendor, supplier, agent, distributor untuk mendapatkan sumber-sumber material yang potensial.
93
2.
Mengembangkan metoda / formulasi untuk perencanaan material dengan menggunakan data basis ROP, rotable pool, EOQ, safety stock, forecasting, provisioning dan metoda lainnya.
3.
Memeriksa semua Purchase Request (PR) yang dibuat Planner dan menandatangani sebagian PR untuk nilai tertentu.
4.
Menyusun Rencana Anggaran Material (RAP) berdasarkan Proyeksi Penjualan serta mengontrol penggunaan anggaran.
5.
Meneliti dan menganalisa ketidakcocokan pada inventory dan ketidakcocokan pada pesanan material.
6.
Menterjemahkan konfigurasi yang terdapat dalam OEM manual atau modifikasi kedalam perencanaan material.
7.
Memonitor semua pesanan (Purchase Request) agar tepat waktu.
8.
Mengendalikan dan mengelola investasi.
9.
Melakukan pembinaan profesionalisme pada para Planner, pembinaan disiplin, serta pembinaan ketelitian dan keteraturan.
10. Mengendalikan program Health, Safety and Environment (HSE) di area yang menjadi tanggung jawabnya agar sesuai dengan aturan yang ada. 11. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasannya. C. HUBUNGAN DALAM ORGANSISASI: 1.
Dalam melaksanakan tugasnya Supervisor Material Planning & Provisioning (non-Engine Parts) bertanggung-jawab kepada Manager Material Plan & Inv. Control.
94
2.
Dalam melaksanakan tugasnya Supervisor Material Planning & Provisioning (non-Engine Parts) dibantu oleh: a.
Material Planner
b.
General Administrator, Sr.
D. PERYARATAN JABATAN: Umum: a.
UMC Quality System (and document related with the function).
b.
English Language
c.
Basic Gas Turbine Engine.
d.
Computer (Mainframe & Microsoft Office).
Khusus: a.
Engine Familiarization
b.
Inventory Control
c.
Logistic System
d.
Purchasing
e.
Supervisory
Pendidikan & Pengalaman: a.
Sarjana (Teknik / Sosial) dengan pengalaman 3 tahun dalam bidang PPC / Procurement / Material, atau
b.
D-3 (Teknik / Sosial) dengan pengalaman 5 tahun dalam bidang PPC / Procurement / Material, atau
c.
SLTA dengan pengalaman 10 tahun dalam bidang PPC / Procurement / Material.
95
E. JENJANG KARIR Kandidat a.
Material Planner
b.
Stock Keeper, Sr.
Kenaikan Jabatan
4.
a.
Spv. MPP Engine Parts
b.
Buyer Engine Parts, Sr.
SUPERVISOR STOCK ROOM A. FUNGSI JABATAN: Menjamin material dalam kondisi servicable. Menjamin status persediaan material yang akurat dan pelayanan yang cepat. B. TUGAS & TANGGUNG JAWAB: 1.
Membuat rencana penempatan material sesuai jenis material (hazardous, flamable, consignment, customer supply, dll).
2.
Mengatur layout gudang yang efektif dan efesien.
3.
Menjamin pemeliharaan material sesuai persyaratan.
4.
Menjamin material yang masuk dan keluar gudang dalam kondisi servicable.
5.
Mengembangkan sistem untuk melindungi material dari kerusakan akibat material handling dan penyimpanan serta melindunginya dari kehilangan.
96
6.
Membuat program, memeriksa dan menindak-lanjuti hasil stock opname.
7.
Mengendalikan dan mengelola investasi.
8.
Melakukan
pembinaan
profesionalisme
anggota,
pembinaan
disiplin, serta pembindaan ketelitian dan keteraturan. 9.
Mengendalikan program Health, Safety and Environment (HSE) di area yang menjadi tanggung jawabnya agar sesuai dengan aturan yang ada.
10. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasannya. C. HUBUNGAN DALAM ORGANISASI: 1. Dalam melaksanakan tugasnya Supervisor Stock Room bertanggungjawab kepada Manager Material Plan & Inv. Control. 2. Dalam melaksanakan tugasnya Supervisor Stock Room dibantu oleh: a.
Stock Keeper, SR.
b.
Stock Keeper
D. PERSYARATAN JABATAN: Umum: a.
UMC Quality System (and document related with the function).
b.
English Language (conversation and business writing).
c.
Basic Gas Turbine Engine.
d.
Computer (Mainframe & Microsoft Office).
Khusus: a.
Engine Familiarization
97
b.
Warehousing
c.
Inventory Control
d.
Supervisory
Pendidikan & Pengalaman: a.
Sarjana (Teknik / Sosial) dengan pengalaman 3 tahun dalam bidang PPC / Procurement / Material, atau
b.
D-3 (Teknik / Sosial) dengan pengalaman 5 tahun dalam bidang PPC / Procurement / Material, atau
c.
SLTA dengan pengalaman 10 tahun dalam bidang PPC / Procurement / Material.
E. JENJANG KARIR Kandidat a.
Stock Keeper, Sr.
b.
Buyer Facility Supplies, Sr.
Kenaikan Jabatan
5.
a.
Spv. MPP Engine Parts
b.
Buyer Engine Parts, Sr.
MATERIAL PLANNER A. RINGKASAN PEKERJAAN: Membuat perencanaan material, mengajukan permintaan pembelian material, serta mengelola data base material untuk mencapai turnover ratio, service level, dan cost effective yang tinggi.
98
B. TUGAS & TANGGUNG JAWAB: 1.
Mengidentifikasi dan mengelompokkan material kedalam jenis dan material
class
serta
mempertimbangkan
membuat
specification
sistem /
penomoran
description,
dengan
life
time,
manufacturer, uom, program dan expense code. 2.
Membuat perencanaan material berdasarkan data historis / ROP, three monthly provisioning, harga serta lead time sehingga dicapai persediaan barang dengan biaya yang efektif.
3.
Melihat
ulang
kondisi
persediaan
barang
dengan
mempertimbangkan Service Bulletin, Modification, Airworthiness Directives, program-program yang dibatalkan, dan perubahan p/n. 4.
Membuat Purchase Request berdasarkan perencanaan, permintaan user (urgent atau barang baru), temporary planning, atau barang investasi.
5.
Mengevalusi permintaan perubahan material dari segi specification, quantity, atau lead time) yang diajukan Buyer dan membuat perubahan pada Purchase Request.
6.
Mengkonversikan unit of measure maretial sesuai dengan yang dipakai dalam data base.
7.
Mengevaluasi permintaan user (specification, quantity, sertificate, manufacturer, dan needed date).
8.
Mengeluarkan
“weekly
production schedule”.
storage
list”
berdasarkan
“weekly
99
9.
Membuat Repair Requisition untuk farmout part berdasarkan Permintaan Maintenance, TMWO, Rotable Pool, dan Permintaan Kalibrasi.
10. Membuat Repair Requestion untuk pekerjaan-pekerjaan nonproduksi, misalnya perbaikan bangunan. 11. Memonitoring status order kepada Buyer. 12. Melaksanakan program Health, Safety and Environment (HSE) sesuai dengan aturan atau kebijakan perusahaan. 13. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasannya. C. PERSYARATAN PEKERJAAN: Pengetahuan & Keterampilan: 1.
UMC Quality System (and document related with the function)
2.
English Language.
3.
Basic Gas Turbine Engine.
4.
Computer (Mainframe, Microsoft Office)
5.
Engine Familiarization
6.
Inventory Control
7.
Logistic System
8.
Purchasing
Education & Experiences a.
SLTA berpengalaman 5 tahun dalam bidang material, atau
b.
SLTA berpengalaman 5 tahun menjadi Mechanic, Procurement Control atau (sejenis).
100
D. CAREER GROWTH Candidate a.
Stock Keeper
Promotion
6.
a.
Spv. MPP Facility Supplies
b.
Buyer Facility Supplies, Sr
c.
Accumulator
STOCK KEEPER, SR. A. RINGKASAN PEKERJAAN: Menata penyimpanan, memelihara material di dalam gudang serta melayani penerimaan dan pengeluaran material. Mengidentifikasi dan melaksanakan pemeliharaan atas komoditi. B. TUGAS & TANGGUNG JAWAB: 1.
Melaksanakan pekerjaan Stock Keeper.
2.
Memisahkan
MR
yang
tidak
dapat
dilayani
dan
bila
memungkinkan memberikan alternatif part yang sejenis 3.
Melaksanakan prosedur bekerja, quality plans, manufacturer, spesification, aviation, regulation, dan sistem kebijakan mutu.
4.
Menjamin manual di Stock Room selalu update.
5.
Melaksanakan pemeliharaan dan pencegahan kerusakan fasilitas yang ada di Stock Room.
6.
Melaksanakan handling material sesuai prosedur.
101
7.
Menjaga
dan
menjamin
komoditi
dan
kerusakan,
korosi,
kehilangan dan kebersihan. 8.
Membuat laporan bulanan ‘Material on Hand’ dan analisanya.
9.
Membuat identifikasi dan menempatkan secara terpisah komoditi flammable, hazardous, shelf life, temperature control sesuai lokasi yang telah ditentukan.
10. Melaksanakan dan memperbaiki tata letak gudang secara optimal dan proporsional. 11. Melaksanakan pengendalian rotable secara continue. 12. Melaksanakan program Health, Safety and Environment (HSE) sesuai dengan aturan atau kebijakan perusahaan. 13. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasannya. C. PERSYARATAN PEKERJAAN: Pengetahuan & Keterampilan: 1.
UMC Quality System (and document related with the function)
2.
English Language.
3.
Basic Gas Turbine Engine.
4.
Computer (Mainframe, Microsoft Office)
5.
Warehousing
6.
Inventory Control
Pendidikan & Pengalaman a.
SLTA berpengalaman 6 tahun dalam bidang material.
102
b.
SLTA berpengalaman 5 tahun menjadi Mechanic, Procurement Control atau (sejenis).
D. JENJANG KARIR Kandidat a.
Stock Keeper
Kenaikan Jabatan
7.
a.
Material Planner
b.
Buyer
c.
Accumulator
STOCK KEEPER A. RINGKASAN PEKERJAAN: Menata penyimpanan, memelihara material di dalam gudang serta melayani penerimaan dan pengeluaran material. B. TUGAS & TANGGUNG JAWAB: 1.
Melakukan penerimaan material dengan mencocokan tag, kemasan, quantity, serta kondisi material dengan MRR yang diterima dari bagian Receiving.
2.
Mereima material yang sesuai dengan data MRR serta memasukan datanya kedalam komputer.
3.
Menolak material yang tidak sesuai dengan data dalam MRR.
4.
Melakukan penyumpanan dan preservasi material sesuai petunjuk yang telah ditetapkan oleh bagian Quality Engineering.
103
5.
Melakukan pemeriksaan masa kalibrasi alat-alat ukur.
6.
Melaporkan material atau kemasan yang rusak kepada Quality Engineering untuk preservasi atau disposisi scrap.
7.
Memeriksa unit of measure apakah sesuai dengan standard data base. Bila tidak sesuai maka harus melaporkannya kepada bagian Planner.
8.
Menyimpan material consignment dan material customer supply pada lokasi khusus yang diberi tanda khusus pula.
9.
Menyimpan dan memelihara materuai sesuai karakternya seperti flammable, hazardous, shelf life, temperature control, poisonous, dll.
10. Melakukan “periodic stock opname” dalam hal kuantitas (untuk keperluan laporan keuangan) dan kualitas (antara lain: tag, shelf life, temperature control). 11. Membuat daftar dan mengalokasikan tempat untuk material dead stock ataumaterial surplus. 12. Mengeluarkan material yang diminta berdasarkan MR (Material Request) dan sebagai bukti pengeluaran diterbitkan MT (Material Ticket). 13. Mengirimkan MR yang tidak dapat dilayani kepada Planner dan bila memungkinkan memberikan alternatif part yang sejenis. 14. Menjamin semua material yang ada di dalam gudang selalu dalam keadaan ‘servicable’.
104
15. Melaksanakan program Health, Safety, and Environment (HSE) sesuai dengan aturan kebijakan perusahaan. 16. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasannya. C. PERSYARATAN PEKERJAAN: Pengetahuan & Keterampilan: 1.
UMC Quality System (and document related with the function)
2.
English Language.
3.
Basic Gas Turbine Engine.
4.
Computer (Mainframe, Microsoft Office)
5.
Warehousing
Pendidikan & Pengalaman c.
SLTA berpengalaman 3 tahun dalam bidang material.
d.
SLTA berpengalaman 3 tahun menjadi Mechanic, Procurement Control atau (sejenis).
D. JENJANG KARIR Kandidat a.
General Administrator
Kenaikan Jabatan a.
Stock Keeper, Sr.
b.
Material Planner
c.
Buyer
d.
Accumulator
105
4.1.5. Asumsi-Asumsi Yang Digunakan Dalam Penjadwalan Proyek Perbaikan Engine Type JT8D 1. Perusahaan melakukan pengendalian yang baik pada pelaksanaan penyelesaian Perbaikan Engine Type JT8D. 2. Membangun komunikasi yang baik antara semua pegawai, baik antar sesama pegawai ataupun komunikasi antara atasan dengan bawahan agar semua pekerjaan dapat lebih cepat diselesaikan karena mudah dimengerti dan pekerjaan sesuai dengan penjadwalan yang telah di buat sebelumnya pada MPS. 3. Menentukan Pemasok (Supplier) atau Penjual (Vendor) yang jelas dan telah dipercaya perusahaan agar mampu mengatasi masalah keterlambatan proses Pembelian (Purchasing) atau persediaan komponen-komponen mesin yang langka.
4.1.6. Waktu Pelaksanaan Perbaikan Engine Type JT8D Dalam
pelaksanaan
perbaikan
Engine
Type
JT8D,
perusahaaan
mempunyai standar khusus yang selalu diikuti dan telah dibuat yaitu pada Master Production Schedule (MPS). Standar-standar tersebut digunakan agar hasil dari perbaikan mesin-mesin di dalam perusahaan sesuai dengan standar kualitas internasional yang telah ditetapkan. Meskipun perusahaan telah mengikuti standar-standar yang ada dalam penyelesaian perbaikan Engine Type JT8D ini, perusahaan masih belum dapat memanfaatkan waktu penyelesaian pekerjaan dengan efektif. Hal ini dapat terlihat dari urutan pengerjaan proses-proses yang
106
terjadi pada proses Purchase / Incoming F. Out & Order yang didalamnya terdapat sembilan kegiatan dengan waktu penyelesaian selama 6 hari, yang seharusnya dapat diselesaikan dalam waktu bersamaan yaitu selama 1 – 2 hari saja, tanpa harus menyelesaikannya secara satu per satu tiap harinya, dengan kata lain menunggu proses sebelumnya selesai untuk menjalankan proses selanjutnya tiap harinya, dengan cara menekankannya lagi kepada para pegawai agar dapat lebih intensif dalam melaksanakan tugasnya. Berikut ini merupakan urutan pengerjaan proses-proses pada proses Purchase / Incoming F. Out & Order yang sering dilakukan oleh perusahaan: 1. Data Verification for Farm Out Including Induction Meeting, TMWO and Final Dispo. 2. Membuat Purchase / Repair Requestion (PR). 3. PR Disetujui Oleh Keuangan (Approved). 4. PR Send to Buyer Kepada Bagian Pembelian. 5. Create Request for Quotation. 6. Evaluation of Quotation Including Price, Delivery, Documents and Order Confirmation. 7. Create Purchase Order / Send Repairable Parts to Supplier and Waiting. 8. Receiving. 9. Send and Save to Stock Room. Keterlambatan ini juga dipengaruhi oleh sumber daya manusianya yang terbatas. Faktor sumber daya manusia sangat mempengaruhi kinerja di dalam
107
penyelesaian pekerjaan di perusahaan ini, karena tidak sembarangan orang / pegawai dapat memperbaiki mesin-mesin pesawat terbang yang ada pada PT. NTP terkecuali orang - orang / pegawai – pegawai yang telah memiliki surat izin (license) dan sertifikasi yang diberikan oleh lembaga otoritas dunia penerbangan Federal Aviation Administration (FAA) USA dan EASA European Union dan telah diakui oleh sistem manajemen mutu ISO 9001 : 200 of DNV Netherlands, untuk memegang kendali untuk pembongkaran dan perbaikan mesin-mesin tersebut. Surat-surat izin tersebut diantaranya adalah license A4, yaitu hak otorisasi / kepercayaan untuk membongkar / memperbaiki semua jenis mesin pesawat terbang, dan license A2, yaitu hak otorisasi / kepercayaan untuk menangani bagian rangka / struktur mesin pesawat terbang. Para pegawai yang memiliki telah memiliki wewenang spesialisasi tinggi ini sangat dibutuhkan di perusahaan dalam penyelesaian pekerjaan perbaikan Engine Type JT8D ini, karena apabila pegawai tersebut mengalami sakit atau cuti, maka perusahaan juga terpaksa menunda pekerjaan penyelesaian perbaikan engine tersebut sampai dengan pegawai itu dapat masuk kerja. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perusahaan pun harus melakukan kerja lembur (overtime), yang dapat mengurangi pendapatan perusahaan yang dipakai dalam penggajian tambahan untuk perbaikan Engine Type JT8D tersebut. Dari hasil penelitian yang dilakukan di PT. NTP ini, kesembilan langkah yang ada di dalam proses Purchase / Incoming F. Out & Order dihitung kurang efektif dalam perbaikan Engine Type JT8D ini yang juga mengakibatkan para karyawan menunda-nunda pekerjaannya, maka dari itu perlu dilakukannya
108
pengelompokkan proses-proses tersebut menjadi satu kegiatan dan mengubah nama prosesnya agar lebih spesifik, yaitu menjadi Purchase / Incoming F. Out & Order dan meningkatakan kedisiplinan dan intensifitas kerja para pegawai di dalam perusahaan. Proses pengerjaan yang dilakukan perusahaan dengan menggunakan gantt chart ini terhitung kurang efektif, karena di dalam proses tersebut dapat dikatakan terlalu renggang untuk pekerjaan yang membutuhkan intensifitas kerja yang tinggi dalam penggunaan waktunya. Meskipun perusahaan telah melakukan perencanaan dan sudah memperkirakan lamanya pengerjaan setiap kegiatan, tetapi jika cara seperti ini terus dilakukan maka tidak menutup kemungkinan perusahaan akan mengalami keterlambatan waktu lagi dalam penyelesaian Perbaikan Engine Type JT8D ini, dan menyebabkan penyerahan pekerjaan kepada pelanggan (customer) pun tertunda. Dalam proses pengerjaan penyelesaian perbaikan Engine Type JT8D, perusahaan berpedoman pada perencanaan yang telah disusun berdasarkan urutan proses-proses pekerjaan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, perusahaan menggunakan metode Gantt Chart dalam penyusunan penjadwalan perbaikan Engine Type JT8D. Berikut ini merupakan jadwal penyelesaian perbaikan dengan menggunakan Gantt Chart yang dibuat opel perusahaan pada Master Production Schedule (MPS) untuk penyelesaian pekerjaan Engine Type JT8D di PT. Nusantara Turbin dan Propulsi:
109
110
Dari tabel 4.1 diatas, dapat dilihat bahwa penyelesaian perbaikan Engine Type JT8D yang dilakukan oleh perusahaan menghabiskan waktu selama 75 hari, namun dalam kenyataannya rata-rata perusahaan dapat menyelesaikan perbaikan engine tersebut adalah selama 85 hari.
4.2.
Pembahasan
4.2.1. Tahapan Dalam Analisis Network Planning dengan CPM Untuk menyelesaikan permasalahan serta ketidakefektifan waktu dalam penyelesaian Perbaikan Engine Type JT8D, maka perusahaan perlu membuat suatu perencanaan dan penjadwalan dengan langkah menggambarkan sebuah jaringan untuk mencari lintasan kritis. Lintasan kritis tersebut memberikan informasi mengenai jumlah waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan perbaikan Engine Type JT8D. Dalam membuat suatu perencanaan atau penjadwalan dengan menggunakan network planning, terdapat tahapan-tahapan yang harus dilakukan. Berikut ini merupakan tahapan-tahapan dalam menyusun network planning dengan metode CPM (Critical Path Method) menurut Jay Heizer dan Barry Render: 1. Menginventarisasikan kegiatan-kegiatan. 2. Menyusun hubungan antar kegiatan. 3. Menetapkan waktu untuk setiap kegiatan. 4. Menyusun network diagram yang menghubungkan semua kegiatan. 5. Mengidentifikasi jalur kritis (critical path). 6. Membuat peta waktu.
111
4.2.1.1. Menginventarisai Kegiatan-Kegiatan Langkah pertama yang dilakukan dalam menyusun network planning adalah menginventarisasikan dan mengidentifikasi kegiatan-kegiatan dari lingkup pekerjaan perbaikan Engine Type JT8D dengan cara menguraikan dan memecahkannya menjadi kegiatan-kegiatan pada proyek. Dalam hal ini, daftar kegiatan penyelesaian Perbaikan Engine Type JT8D dibagi menjadi 2 bagian, yaitu daftar kegiatan secara keseluruhan pekerjaan perbaikan Engine Type JT8D dan daftar kegiatan secara rinci yaitu pada proses Purchase / Incoming F. Out & Order. Kegiatan-kegiatan penyelesaian Perbaikan Engine Type JT8D dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.1 Daftar Kegiatan Perbaikan Engine Type JT8D
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jenis Pekerjaan Induction Meeting Issue TMWO & WCD Disassembly Dirty Inspection Farm Out TMWO C & A C & A Cleaning & Inspection C & A Assy &Test Chemical & Mechanical Cleaning Non Destructive Testing (NDT) Central Inspection Bahan Final Dispo
Kode Pekerjaan A B C D E F G H I J K L
112
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Final Dispo Parts Condition Report Purchase / Incoming F. Out & Order TMWO, Supply Part & Repair Supply Parts for Sub Assembly Final Assy Engine Test Preparation for Shipment Estimate Correction Release (ECR) Engine Shipment
M N O P Q R S T U V
4.2.1.2 Menyusun Hubungan Antar Kegiatan Dalam network planning, menyusun kegiatan-kegiatan sesuai urutan logika ketergantungannya merupakan dasar pembuatan jaringan kerja, sehingga diketahui urutan dari awal mulainya proyek sampai dengan selesainya proyek keseluruhan. Dalam pembuatan network planning ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi dari hubungan antar kegiatan yang disusun menjadi mata rantai urutan kegiatan yang sesuai dengan logika ketergantungan, yaitu : 1. Suatu kegiatan dapat dikerjakan secara bersamaan dengan kegiatan lainnya. 2. Suatu kegiatan hanya dapat dikerjakan apabila kegiatan sebelumnya sudah selesai dikerjakan. 3. Suatu kegiatan dapat dikerjakan secara tersendiri tanpa harus menunggu kegiatan sebelumnya (dummy).
113
Urutan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan ketergantungan pada proyek penyelesaian Perbaikan Engine Type JT8D di PT. Nusantara Turbin dan Propulsi serta kegiatan-kegiatan sebelumnya adalah seperti tabel dibawah ini:
Tabel 4.2 Daftar Kegiatan – Kegiatan dan Prasyarat Kegiatan
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Jenis Pekerjaan Induction Meeting Issue TMWO & WCD Disassembly Dirty Inspection Farm Out TMWO C & A C & A Cleaning & Inspection C & A Assy &Test Chemical & Mechanical Cleaning Non Destructive Testing (NDT) Central Inspection Bahan Final Dispo Final Dispo Parts Condition Report Purchase / Incoming F. Out & Order TMWO, Supply Part & Repair Supply Parts for Sub Assembly Final Assy Engine Test Preparation for Shipment Estimate Correction Release (ECR) Engine Shipment
Kode Pekerjaan A B C D E F G H I J K L M N
Prasyarat
O
A B C C C D D D F F K E,J,L K,M N
P Q R S T U V
N G,H,I,P O,Q R S T T, U
114
4.2.1.3. Menetukan Perkiraan Kurun Waktu Pada Setiap Kegiatan Pada langkah ini ditentukan perkiraan kurun waktu bagi setiap kegiatan yang dilakukan dalam penyelesaian Perbaikan Engine Type JT8D, adapun kurun waktu tersebut dapat dilihat seperti tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.3 Kegiatan – Kegiatan yang Disertai Kurun Waktu
No.
Jenis Pekerjaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Induction Meeting Issue TMWO & WCD Disassembly Dirty Inspection Farm Out TMWO C & A C & A Cleaning & Inspection C & A Assy & Test Chemical & Mechanical Cleaning Non Destructive Testing (NDT) Central Inspection Bahan Final Dispo Final Dispo Parts Condition Report Purchase / Incoming F. Out & Order TMWO, Supply Part & Repair Supply Parts for Sub Assembly Final Assy Engine Test Preparation for Shipment Estimate Correction Release (ECR) Engine Shipment
15 16 17 18 19 20 21 22
Kode Pekerjaan
Prasyarat
Waktu (Hari)
O
A B C C C D D D F F K E,J,L K,M N
1 5 5 1 6 4 4 4 5 3 7 1 1 1 31
P Q R S T U V
N G,H,I,P O,Q R S S T, U
31 6 2 2 2 5 1
A B C D E F G H I J K L M N
115
4.2.1.4. Menyusun Network Diagram yang Menghubungkan Semua Kegiatan Setelah penyusunan perkiraan kurun waktu untuk masing-masing kegiatan selesai. Maka tahap selanjutnya adalah menggambarkan jaringan yang dapat menghubungkan keseluruhan kegiatan yang akan dilaksanakan. Hubungan tersebut digambarkan dalam sebuah network diagram.
116
117
4.2.1.5 Mengidentifikasi Jalur Kritis (Critical Path) Yang dimaksud dengan jalur kritis pada langkah ini adalah jalur yang terdiri dari rangkaian kegiatan dalam lingkup penyelesaian Perbaikan Engine Type JT8D di PT. NTP yang apabila terjadi keterlambatan maka akan mengakibatkan keterlambatan secara keseluruhan. Dalam langkah ini terlebih dahulu perlu dilakukan perhitungan maju (forward computation) dan perhitungan mundur (backward computation). Dari kedua pegitungan tersebut dapat diidentifikasi jalur kritis dan dapat dihitung float / slack, yang merupakan kelonggaran waktu penyelesaian dari suatu kegiatan. A.
Perhitungan Maju (Forward Computation) Perhitungan maju ini merupakan perhitungan bergerak mulai dari intial
event menuju teriminal event, dimana untuk menghitung saat yang paling cepat terjadinya event dan saat paling cepat dimulainya serta dilaksanakannya aktivitasaktivitas. Perhitungan maju tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan rumus: TE (events) = EF (i,j) = ES (i) + t (i,j) Berikut ini merupakan perhitungan maju dalam penyelesaian Perbaikan Engine Type JT8D. TE (0)
Karena TE (0) merupakan initial event, maka TE (0) = 0
TE (1)
EF (0,1)
= ES (0) + t (0,1) = 0+1 = 1, maka TE (1) adalah 1
118
TE (2)
EF (1,2)
= ES (1) + t (1,2) = 1+5 = 6, maka TE (2) adalah 6
TE (3)
EF (2,3)
= ES (2) + t (2,3) = 6+5 = 11, maka TE (3) adalah 11
TE (4)
EF (3,4)
= ES (3) + t (3,4) = 11 + 1 = 12, maka TE (4) adalah 12
TE (5)
EF (3,5 )
= ES (3) + t (3,5) = 11 + 4 = 15, maka TE (5) adalah 15
TE (6)
Maks
(EF (3,6 ), EF (5,6), EF (7,6))
EF (3,6)
= ES (3) + t (3,6) = 11 + 6 = 17, maka TE (6) adalah 17
EF (5,6)
= ES (5) + t (5,6) = 15 + 3 = 18, maka TE (6) adalah 18
EF (7,6)
= ES (7) + t (7,6)
119
= 22 + 1 = 23, maka TE (6) adalah 23
TE (7)
Maks
(EF (3,6 ), EF (5,6), EF (7,6))
Maks
(17, 18, 23)
Maks
(23), maka TE (6) yang dipilih adalah 23
EF (5,7)
= ES (5) + t (5,7) = 15 + 7 = 22, maka TE (7) adalah 22
TE (8)
EF (4,8)
= ES (4) + t (4,8) = 12 + 4 = 16, maka TE (8) adalah 16
TE (9)
EF (4,9)
= ES (4) + t (4,9) = 12 + 4 = 16, maka TE (9) adalah 16
TE (10)
EF (6,10)
= ES (6) + t (6, 10) = 23 + 1 = 24, maka TE (10) adalah 24
TE (11)
EF (10,11) = ES (10) + t (10,11) = 24 + 1 = 25, maka TE (11) adalah 25
120
TE (12)
Maks
(EF (4,12), EF (8,12), EF (9,12), EF (11,12))
EF (4,12)
= ES (4) + t (4,12) = 12 + 5 = 17, maka TE (12) adalah 17
EF (8,12)
= ES (8) + t (8,12) = 16 + 0 = 16, maka TE (12) adalah 16
EF (9,12)
= ES (9) + t (9,12) = 16 + 0 = 16, maka TE (12) adalah 16
EF (11,12) = ES (11) + t (11,12) = 25 + 31 = 56, maka TE (12) adalah 56
TE (13)
Maks
(EF (4,12), EF (8,12), EF (9,12), EF (11,12))
Maks
(17, 16, 16, 56)
Maks
(56), maka TE (12) yang dipilih adalah 56
Maks
(EF (11,13), EF (12,13))
EF (11,13) = ES (11) + t (11,13) = 25 + 31 = 56, maka TE (13) adalah 56
121
EF (12,13) = ES (12) + t (12,13) = 56 + 6 = 62, maka TE (13) adalah 62
TE (14)
Maks
(EF (11,13), EF (12,13))
Maks
(56, 62)
Maks
(62), maka TE (13) yang dipilih adalah 62
EF (15,14) = ES (15) + t (15,14) = 64 + 2 = 66, maka TE (14) adalah 66
TE (15)
EF (13,15) = ES (13) + t (13,15) = 62 + 2 = 64, maka TE (15) adalah 64
TE (16)
EF (14,16) = ES (14) + t (14,16) = 66 + 2 = 68, maka TE (16) adalah 68
TE (17)
Maks
(EF (14,17), EF (16,17))
EF (14,17) = ES (14) + t (11,17) = 66 + 5 = 71, maka TE (16) adalah 71 EF (16,17) = ES (16) + t (16,17)
122
= 68 + 0 = 68, maka TE (16) adalah 68
TE (18)
Maks
(EF (14,17), EF (16,17))
Maks
(71, 68)
Maks
(71), maka TE (16) yang dipilih adalah 71
EF (17,18) = ES (17) + t (17,18) = 71 + 1 = 72, maka TE (18) adalah 72
Hasil perhitungan diatas, dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut ini :
123
124
B.
Perhitungan Mundur (Backward Computation) Perhitungan mundur (backward computation) ini merupakan perhitungan
yang bergerak dari terminal event ke initial event. Tujuan dari perhitungan mundur ini adalah untuk menghitung saat paling lambat terjadinya events dan saat paling lambat dimulainya dan diselesaikannya aktivitas-aktivitas. Untuk melakukan perhitungan mundur dapat digunakan rumus.
TL (events) = LS (i,j) = LF (j) - t (i,j) Berikut ini adalah perhitungan mundur (backward computation) dalam penyelesaian Perbaikan Engine Type JT8D. TL (18)
Karena TL(18) merupakan terminal event, maka TL (18) = 72
TL (17)
LS (17,18) = LF (18) - t (17,18) = 72 - 1 = 71, maka TL (18) adalah 71
TL (16)
LS (16,17) = LF (17) - t (16,17) = 71 - 0 = 71, maka TL (16) adalah 71
TL (15)
LS (15,14) = LF (14) - t (15,14) = 66 - 2 = 64, maka TL (15) adalah 64
TL (14)
Min
(LS (14,16), LS (14,17))
LS (14,16) = LF (16) - t (14,16)
125
= 71 - 2 = 69, maka TL (14) adalah 69 LS (14,17) = LF (17) - t (14,17) = 71 - 5 = 66, maka TL (14) adalah 66
TL (13)
Min
(LS(14,16), LS (14,17))
Min
(69, 66)
Min
(66), maka TL (214) yang dipilih adalah 66
LS (13,15) = LF (15) - t (13,15) = 64 - 2 = 62, maka TL (13) adalah 62
TL (12)
LS (12,13) = LF (13) - t (12,13) = 62 - 6 = 56, maka TL (12) adalah 56
TL (11)
Min
(LS (11,12), LS (11,13))
LS (11,12) = LF (12) - t (11,12) = 56 - 31 = 25, maka TL (11) adalah 25 LS (11,13) = LF (13) - t (11,13) = 62 - 31
126
= 31, maka TL (11) adalah 31
TL (10)
Min
(LS(11,12), LS (11,13))
Min
(25, 31)
Min
(25), maka TL (11) yang dipilih adalah 25
LS (10,11) = LF (11) - t (10,11) = 25 - 1 = 24, maka TL (10) adalah 24
TL (9)
LS (9,12)
= LF (12) - t (9,12) = 56 - 0 = 56, maka TL (9) adalah 56
TL (8)
LS (8,12)
= LF (12) - t (8,12) = 56 - 0 = 56, maka TL (8) adalah 56
TL (7)
Min
(LS (7,6), LS (7,10))
LS (7,6)
= LF (6) - t (7,6) = 23 - 1 = 22, maka TL (7) adalah 22
LS (7,10)
= LF (10) - t (7,10) = 24 - 0 = 24, maka TL (7) adalah 24
127
TL (6)
Min
(LS (7,6), LS (7,10))
Min
(22, 24)
Min
(22), maka TL (7) yang dipilih adalah 22
LS (6,10)
= LF (10) - t (6,10) = 24 - 1 = 23, maka TL (6) adalah 23
TL (5)
Min
(LS (5,6), LS (5,7))
LS (5,6)
= LF (6) - t (5,6) = 23 - 3 = 20, maka TL (5) adalah 20
LS (5,7)
= LF (7) - t (5,7) = 22 - 7 = 15, maka TL (5) adalah 15
TL (4)
Min
(LS (5,6), LS (5,7))
Min
(20, 15)
Min
(15), maka TL (5) yang dipilih adalah 15
Min
(LS(4,8), LS (4,9), LS (4,12))
LS (4,8)
= LF (8) - t (4,8) = 56 - 4 = 52, maka TL (4) adalah 52
128
LS (4,9)
= LF (9) - t (4,9) = 56 - 4 = 52, maka TL (4) adalah 52
LS (4,12)
= LF (12) - t (4,12) = 56 - 5 = 51, maka TL (4) adalah 51
TL (3)
Min
(LS(4,8), LS (4,9), LS (4,12))
Min
(52, 52, 51)
Min
(51), maka TL (4) adalah 51
Min
(LS(3,4), LS (3,5), LS (3,6))
LS (3,4)
= LF (4) - t (3,4) = 51 - 1 = 50, maka TL (3) adalah 50
LS (3,5)
= LF (5) - t (3,5) = 15 - 4 = 11, maka TL (3) adalah 11
LS (3,6)
= LF (6) - t (3,6) = 23 - 6 = 17, maka TL (3) adalah 17
129
TL (2)
Min
(LS(3,4), LS (3,5), LS (3,6))
Min
(50, 11, 17)
Min
(11), maka TL (3) adalah 11
LS (2,3)
= LF (3) - t (2,3) = 11 - 5 = 6, maka TL (2) adalah 6
TL (1)
LS (1,2)
= LF (2) - t (1,2) =6-5 = 1, maka TL (1) adalah 1
TL (0)
LS (0,1)
= LF (1) - t (0,1) =1-1 = 0, maka TL (0) adalah 0
Hasil perhitungan diatas, dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut ini:
130
131
C.
Perhitungan Kelonggaran Waktu (Float / Slack) Setelah dilakukan perhitungan maju (forward computation) dan perhitungan
mundur (backward computation). Maka selanjutnya perlu dilakukan perhitungan kelonggaran waktu (float / slack) dari kegiatan-kegiatan dalam penyelesaian Perbaikan Engine Type JT8D di PT. NTP. Kelonggaran waktu terdiri dari dua macam yaitu total float dan free float. Total float adalah jumlah waktu di mana waktu penyelesaian suatu kegiatan dapat diundur tanpa mempengaruhi jadwal penyelesaiaan proyek secara keseluruhan. Total float dihitung dengan cara mencari selisih antara saat paling lambat dimulainya aktivitas dengan saat paling cepat dimulainya aktivitas, atau dapat dihitung dengan menggunakan rumus: S (i,j) = TL (j) – TE (i) – t (i,j)
Sedangkan Free float adalah jumlah waktu dimana penyelesaian suatu kegiatan dapat diukur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dimulainya kegiatan yang lain atau saat paling cepat terjadinya kejadian lain pada jaringan kerja. Free float dihitung dengan cara mencari selisih antara saat tercepat terjadinya event diujung aktivitas dengan saat tercepat terjadinya event diawal aktivitas atau dapat dihitung dengan menggunakan rumus: SF (i,j) = TE (j) – TE (i) – t (i,j)
132
Berdasarkan rumus diatas, maka perhitungan total float (S) dan free float (SF) dalam penyelesaian Perbaikan Engine Type JT8D di PT. Nusantara Turbin dan Propulsi di PT. NTP adalah sebagai berikut:
Aktivitas A
Aktivitas B
Aktivitas C
Aktivitas D
Aktivitas E
Aktivitas F
Aktivitas G
Aktivitas H
Aktivitas I
Aktivitas J
: S
(0,1)
=
1
–
0
–
1
=
0
SF(0,1)
=
1
–
0
–
1
=
0
(1,2)
=
6
–
1
–
5
=
0
SF(1,2)
=
6
–
1
–
5
=
0
(2,3)
=
11 –
6
–
5
=
0
SF (2,3)
=
11 –
6
–
5
=
0
(3,4)
=
51 –
11 –
1
=
39
SF (3,4)
=
12 –
11 –
1
=
0
(3,6)
=
23 –
11 –
6
=
6
SF (3,6)
=
23 –
11 –
6
=
6
(3,5)
=
15 –
11 –
4
=
0
SF (3,5)
=
15 –
11 –
4
=
0
(4,8)
=
56 –
12 –
4
=
40
SF (4,8)
=
16 –
12 –
4
=
0
(4,9)
=
56 –
12 –
4
=
40
SF (4,9)
=
16 –
12 –
4
=
0
=
56 –
12 –
5
=
39
SF (4,12) =
56 –
12 –
5
=
39
23 –
15 –
3
=
5
: S
: S
: S
: S
: S
: S
: S
: S
: S
(4,12)
(5,6)
=
133
SF (5,6) Aktivitas K
Aktivitas L
Aktivitas M
Aktivitas N
Aktivitas O
Aktivitas P
Aktivitas Q
Aktivitas R
Aktivitas S
Aktivitas T
Aktivitas U
=
23 –
15 –
3
=
5
(5,7)
=
22 –
15 –
7
=
0
SF (5,7)
=
22 –
15 –
7
=
0
(7,6)
=
23 –
22 –
1
=
0
SF (7,6)
=
23 –
22 –
1
=
0
=
24 –
23 –
1
=
0
SF (6,10) =
24 –
23 –
1
=
0
=
25 –
24 –
1
=
0
SF (10,11) =
25 –
24 –
1
=
0
=
62 –
25 –
31 =
6
SF (11,13) =
62 –
25 –
31 =
6
=
56 –
25 –
31 =
0
SF (11,12) =
56 –
25 –
31 =
0
=
62 –
56 –
6
=
0
SF (12,13) =
62 –
56 –
6
=
0
=
64 –
62 –
2
=
0
SF (13,15) =
64 –
62 –
2
=
0
=
66 –
64 –
2
=
0
SF (15,14) =
66 –
64 –
2
=
0
=
71 –
66 –
2
=
3
SF (14,16) =
68 –
66 –
2
=
0
=
71 –
66 –
5
=
0
SF (14,17) =
71 –
66 –
5
=
0
: S
: S
: S
: S
: S
: S
: S
: S
: S
: S
: S
(6,10)
(10,11)
(11,13)
(11,12)
(12,13)
(13,15)
(15,14)
(14,16)
(14,17)
134
Aktivitas V
: S
=
72 –
71 –
1
=
0
SF (17,18) =
72 –
71 –
1
=
0
(17,18)
Setelah semua perhitungan selesai dilakukan, maka network diagram yang menggambarkan lintasan kritis dapat digambarkan seperti pada gambar 4.6 berikut ini :
135
136
Dari semua perhitungan yang telah dilakukan diatas mulai dari critical path, total float dan free float, maka dapat dirangkum ke dalam suatu tabel yang memuat seluruh informasi yang diperlukan untuk membuat peta waktu (timechart) untuk pelaksanaan Perbaikan Engine Type JT8D di PT. NTP, adalah sebagai berikut : Tabel 4.5 Tabel Informasi Network
Activity
(0,1) (1,2) (2,3) (3,4) (3,6) (3,5) (4,8) (4,9) (4,12) (5,6) (5,7) (7,6) (6,10) (10,11) (11,13) (11,12) (12,13) (13,15) (15,14) (14,16) (14,17) (17,18)
Paling Cepat
Paling Lambat
Duration t(i,j) (Hari)
Mulai
Selesai
Mulai
Selesai
ES
EF
LS
LF
1 5 5 1 6 4 4 4 5 3 7 1 1 1 31 31 6 2 2 2 5 1
0 1 6 11 11 11 12 12 12 15 15 22 23 24 25 25 56 62 64 66 66 71
1 6 11 12 23 15 16 16 56 23 22 23 24 25 62 56 62 64 66 68 71 72
0 1 6 11 11 11 51 51 51 15 15 22 23 24 25 25 56 62 64 66 66 71
1 6 11 51 23 15 56 56 56 23 22 23 24 25 62 56 62 64 66 71 71 72
Ket : *) Aktivitas / Kegiatan Kritis
Total Float S
Free Float FS
0 0 0 41 6 0 40 40 39 5 0 0 0 0 6 0 0 0 0 3 0 0
0*) 0*) 0*) 0 6 0*) 0 0 39 5 0*) 0*) 0*) 0*) 6 0*) 0*) 0*) 0*) 0 0*) 0*)
137
Dari tabel diatas maka dapat ditentukan lintasan kritis, dimana lintasan tersebut memiliki total float dan free float = 0, sehingga dapat dijelaskan sebagai berikut : 1.
Aktivitas / kegiatan yang memilki total float dan free float = 0 adalah aktivitas : a.
A
(0,1)
= Induction Meeting
b.
B
(1,2)
= Issue TMWO & WCD
c.
C
(2,3)
= Disassembly
d.
F
(3,5)
= TMWO C & A
e.
K
(5,7)
= C & A Cleaning & Inspection
f.
L
(7,6)
= Bahan Final Dispo
g.
M (6,10)
h.
N
(10,11) = Parts Condition Report
i.
P
(11,12) = TMWO, Supply Parts & Repair
j.
Q
(12,13) = Supply Parts for Sub Assembly
k.
R
(13,14) = Final Assy
l.
S
(14,16) = Engine Test
= Final Dispo
m. U
(15,17) = Estimate Correction Release (ECR)
n.
(17,18) = Engine Shipment
V
Semua aktivitas diatas tidak dapat dilakukan penundaan pada proses pengerjaannya, karena jika hal tersebut dilakukan maka akan terjadi penundaan pada keseluruhan penyelesaian Perbaikan Engine Type JT8D.
138
2.
Kurun waktu penyelesaian Perbaikan Engine Type JT8D di PT. Nusantara Turbin dan Propulsi adalah 72 Hari.
4.2.1.6 Pembuatan Peta Waktu Langkah terakhir dalam penggunaan analisis jaringan atau network planning adalah pembuatan peta waktu yang merupakan jadwal penyelesaian pembuatan hand bor. Dalam membuat peta waktu ini, dapat melihat langsung pada tabel informasi network. Langkah pertama dalam pembuatan peta waktu adalah membuat sebuah garis lurus mendatar yang akan menggambarkan satuan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap aktivitas dari penyelesaian Perbaikan Engine Type JT8D. Pada pembuatan peta waktu ini yang terlebih dahulu harus dilakukan adalah menggambarkan aktivitas-aktivitas kritis mulai dari awal hingga akhir. Aktivitas-aktivitas kritis tersebut digambarkan sebagai garis penuh yang saling bersambungan, sedangkan aktivitas-aktivitas yang tidak kritis digambarkan sebagai garis putus-putus dan terpisah satu sama lainnya. Hal ini untuk menandakan bahwa aktivitas-aktivitas tersebut dapat dijadwalkan dimana saja asalkan masih dalam waktunya masing-masing, dengan syarat bahwa logika ketergantungan setiap aktivitas tidak terganggu. Berikut ini merupakan peta waktu dari hasil perhitungan terhadap proses penyelesaian Perbaikan Engine Type JT8D di PT. Nusantara Turbin dan Propulsi.
139
140
Angka-angka yang dilingkari pada peta waktu diatas menyatakan nomor node, sedangkan angka pada garis putus-putus menyatakan duration atau kurun waktu dari masing-masing aktivitas yang tidak kritis. Karena aktivitas-aktivitas (3,4), (4,8), (4,9), dan (4,16) mempunyai free float = 0, maka aktivitas-aktivitas tersebut tidak boleh diundur pelaksanaannya. Dengan kata lain, aktivitas-aktivitas tersebut harus dimulai pada ES (saat tercepat dimulainya aktivitas) masingmasing. Jadi, free float yang bernilai 0 atau ≠ 0 untuk suatu aktivitas yang tidak kritis adalah suatu tanda bahwa saat dimulainya satu atau beberapa aktivitas berikutnya akan bergantung pada saat diselesaikannya aktivitas yang tidak kritis tersebut. Sedangkan untuk aktivitas (3,6) yang mempunyai free float = 6, maka aktivitas ini dapat dimulai pada hari ke 11 (ES), atau dapat diundur hingga paling lambat pada hari ke 17 (ES + SF), sehingga dapat selesai maksimum pada hari ke 23. Untuk aktivitas (4,12) dimana mempunyai free float = 39, maka aktivitas ini dapat dimulai pada hari ke 12, atau dapat diundur hingga paling lambat pada hari ke 51, sehingga dapat selesai maksimum pada hari ke 56. Perhitungan tersebut dilakukan pula pada aktivitas-aktivitas yang mempunyai free float ≠ 0, yaitu pada aktivitas (5,6), dan (11,13).
141
4.3
Perbandingan Analisis dan Efektivitas Waktu Perbaikan Engine Type JT8D Perencana dan penjadwalan yang dilakukan oleh PT. Nusantara Turbin dan
Propulsi dalam menyelesaikan Perbaikan Engine Type JT8D menghabiskan waktu 75 hari. Sedangkan perhitungan yang dilakukan dengan metode CPM (Critical Path Method), kurun waktu penyelesaian Perbaikan Engine Type JT8D adalah selama 72 hari. Jika dibandingkan antara perencanaan dan penjadwalan yang dilakukan oleh PT. Nusantara Turbin dan Propulsi, dengan perencanaan dan penjadwalan Perbaikan Engine Type JT8D yang dilakukan dengan menggunakan network planning melalui CPM, dapat dilihat bahwa dengan menggunakan network planning perusahaan dapat menghemat waktu selama 3 hari, atau dengan kata lain telah terjadi keefektivitasan waktu yang baik dengan menggunakan network planning.
142
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada perbaikan Engine Type JT8D di PT.
Nusantara Turbin dan Propulsi, dapat ditarik kesimpulan antara lain: 1.
Penjadwalan yang dilakukan PT. Nusantara Turbin dan Propulsi dalam menyelesaikan perbaikan Engine Type JT8D adalah dengan menggunakan metode Gantt Chart yang digunakan sebagai pedoman penjadwalan pada perusahaan. Metode ini dibuat pada Master Production Schedule (MPS) yang menghabiskan waktu selama 75 hari. Penjadwalan tersebut terhitung kurang efektif, karena dalam pelaksanaannya, perusahaan seringkali mengalami keterlambatan waktu penyelesaian perbaikan pada Engine Type JT8D ini. Keterlambatan ini disebabkan oleh pembuatan penjadwalan yang telah dibuat pada MPS tidak sesuai waktu penyelesaiaannya dengan praktek dilapangan, yang rata-rata waktu penyelesaian pekerjaan perbaikannya adalah selama 85 hari, dan juga penjadwalan yang terjadi pada proses Purchase / Incoming F. Out & Order terdapat ketidakefektifan dalam penyusunan kegiatan-kegiatannya, yaitu sembilan kegiatan yang diselesaikan dengan waktu selama 6 hari. Hal-hal tersebut diatas mengakibatkan dampak buruk bagi perusahaan, yaitu waktu penyelesaian perbaikan Engine Type JT8D yang tidak efektif, penjadwalan yang dilakukan perusahaan tidak sesuai dengan yang telah direncanakan dan di buat pada MPS,
143
karyawan yang dapat menunda-nunda pekerjaannya, dan penyerahaan pekerjaan kepada pelanggan (costumer) yang tertunda. 2.
Network Planning digunakan untuk menggabungkan kesembilan kegiatan yang ada di dalam pelaksanaan penyelesaian perbaikan Engine Type JT8D pada PT. Nusantara Turbin dan Propulsi, yaitu kegiatan-kegiatan yang terjadi pada proses Purchase / Incoming F. Out & Order. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya adalah data verification for farm out including induction meeting, TMWO and final dispo, membuat purchase / repair requestion (PR), PR disetujui oleh keuangan (approved), PR send to buyer kepada bagian pembelian, create request for quotation, evaluation of quotation including price, delivery, documents and order confirmation, create purchase order / send repairable parts to supplier and waiting, receiving, dan proses send and save to stock room. Penggabungan kegiatan-kegiatan proses tersebut agar perusahaan dapat mencapai tingkat efektifitas waktu dalam penyelesaian perbaikan Engine Type JT8D yang lebih baik.
3.
Pelaksanaan penjadwalan perusahaan dengan menggunakan Metode Lintasan Kritis / Critical Path Method (CPM), dalam mengefektifkan waktu perbaikan Engine Type JT8D pada PT. NTP dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan mana saja yang merupakan kegiatan kritis, mulai dari proses
Induction Meeting, Issue
TMWO & WCD, Disassembly, TMWO C & A, C & A Cleaning & Inspection, Bahan Final Dispo, Final Dispo, Parts Condition Report, TMWO, Supply Parts & Repair, Supply Parts for Sub Assembly, Final Assy, Engine Test, Estimate Correction Release (ECR), hingga yang terakhir adalah proses Engine Shipment. Dengan menggunakan CPM, memiliki pengaruh yang baik pada penghematan waktu penyelesaian Engine Type JT8D. Hal ini dapat dilihat dari penyelesaian
144
yang dilakukan oleh perusahaan dengan kurun waktu selama 75 hari, sedangkan dengan menggunakan CPM hanya memakan waktu 72 hari saja. Sehingga dengan digunakannya network planning dalam penyelesaian perbaikan Engine Type JT8D dapat menghemat waktu selama 3 hari atau dengan kata lain telah terjadi efektifitas waktu dengan menggunakan network planning.
5.2
Saran Dalam setiap kegiatan produksi, dibutuhkan perencanaan, penjadwalan serta
perngkoordinasian yang baik agar produksi berjalan secara efektif dan efisien. Network planning dengan Metode Jalur Kritis / Critical Path Method (CPM) merupakan salah satu alat bantu yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul dan digunakan untuk mengefektifkan waktu produksi, terutama pada waktu perbaikan Engine Type JT8D di PT. Nusantara Turbin dan Propulsi. Adapun saran yang ingin disampaikan kepada perusahaan adalah sebagai berikut : 1.
Dalam penjadwalan yang di lakukan oleh PT. Nusantara Turbin dan Propulsi, perusahaan sebaiknya menggunakan network planning dengan Metode Lintasan Kritis / Critical Path Method (CPM) sebagai alat bantu dalam penjadwalan penyelesaian perbaikan Engine Type JT8D agar mencapai tingkat efektifitas yang baik. Namun, apabila perusahaan tetap ingin melakukan metode gantt chart dalam penyelesaian perbaikan Engine Type JT8D tersebut, perusahaan perlu memperhatikan penjadwalan yang dibuat pada MPS agar tidak terjadi keterlambatan penyerahaan pekerjaan kepada pelanggan (customer) lagi, yaitu dengan cara membuat membuat penjadwalan yang lebih baik dalam penyelesaian waktu di setiap kegiatannya, yang diambil dari rata-rata perbaikan yang telah dilakukan oleh perusahaan, sekurang-kurangnya 4 tahun kebelakang yaitu selama
145
85 hari. Selain itu, perusahaan juga perlu memperhatikan kesembilan langkah dalam proses Purchase / Incoming F. Out & Order, perusahaan perlu melakukannya pengelompokkan dari proses-proses tersebut menjadi satu kegiatan saja dan mengubah nama prosesnya agar lebih spesifik, yaitu menjadi Purchase / Incoming F. Out & Order dan mengerjakan pekerjaan yang seharusnya dapat diselesaikan dalam waktu bersamaan yaitu selama 2 hari saja tanpa harus menyelesaikannya secara satu per satu tiap harinya selama 6 hari. Hal tersebut diatas dilakukan agar perusahaan mencapai tingkat efektifitas waktu dalam penyelesaian perbaikan Engine Type JT8D yang lebih baik. 2.
Perusahaan dapat menggunakan CPM dalam network planning untuk penyelesaian perbaikan Engine Type JT8D untuk peningkatan efektifitas yang lebih baik, karena dengan demikian perusahaan dapat melihat kegiatan-kegiatan mana saja yang perlu di prioritaskan pengerjaannya, serta proses-proses mana saja dari penyelesaian perbaikan Engine Type JT8D yang perlu didahulukan pengerjaannya.
DAFTAR PUSTAKA Abdurahmat Fatoni, 2006, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia, Rikneka Cipta, Jakarta Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo, 2002, Pengantar Bisnis Modern, ed: 3, Liberty: Yogyakrta. Chase, B. Richard, F . Robert Jacobs, Nicholas J. Aquilano, 2006, Operations Management (For Competitive Advantage), 11th ed., Mc Grow-Hill Companies. Eddy Herjanto, 2008, Manajemen Operasi, Penerbit Grasindo, Jakarta. Heizer, Jay dan Barry Render, 2005, Operations Management (Manajemen Operasi), 10th ed., Penerjemah: Dwianoegrahwati S. dan Indra Almahdy, Salemba Empat, Jakarta. J. Winardi, 2003. Teori Organisasi dan Pengorganisasian. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Krajewski, Lee J., Larry P. Ritzman, 2002, Operations Management (Strategy and Analysis), 6th ed., New Jersey, Prentice Hall. Mahmudi, 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Malayu S.P. Hasibuan, 2003, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung. Pangestu Subagyo dan Djarwanto, 2005, Statistika Induktif, ed: 5, BPFE, Yogyakarta. Russell, Roberta R., and, Taylor Bernard W. III, 2006, Operation Management: Quality and Competetiveness in a Global Environment, Hoboken, NJ: John Willey & Sons. Schroeder, Roger G, 2003, Operation Management Decision Making in the Operation Function, 3rd ed., McGraw-Hill Book Company, New York. Sofyan Assauri, 2008, Manajemen Produksi dan Operasi, ed: revisi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Adminitrasi, ed: 15, CV. Alfabeta, Bandung. 146
Suherman, 2006, Meningkatkan Efektivitas Kerja, Rineka Cipta, Jakarta. T. Hani Handoko, 2004, Dasar-Dasar Operations Research, ed: 2, BPFE, Yogyakarta. Tjutju Tarliah Dimyati dan Ahmad Dimyati, 2006, Operations Research. Sinar Baru Algensindo, Bandung.
147
CURRICULUM VITAE
I. Data Pribadi Nama
:
Moch. Ichsan Arshady
Jenis Kelamin :
Laki-Laki
T.T.L.
:
Bandung, 1 Februari 1988
Agama
:
Islam
Alamat Rumah :
Jl. Atambua No. 7 Antapani, Bandung
Telepon / H.P. :
+62227209228 / +6285624442442
II. Pendidikan 1993 – 1994
:
TK. Pratiwi Bandung
1994 – 2000
:
SD. Muhammadiyah 7 Bandung
2000 – 2003
:
SLTP. Negeri 2 Bandung
2003 – 2006
:
SLTA. Negeri 23 Bandung
2006 – 2012
:
Universitas Pasundan Bandung
III. Prestasi, Pengalaman Kerja dan Kemampuan Individual 1999
:
Juara I Soccer Antar SD Tingkat Kelurahan Antapani, Posisi Goal Keeper.
2001
:
Juara II Baseball Antar SMP Tingkat Bandung Raya, Posisi Catcher.
2005
:
Juara II Basketball Antar SMA Se-Bandung Raya, Posisi Centre.
2006 – 2011
:
Bermusik Cafe to Cafe di Pulau Jawa dan Band Pengiring Artis. Posisi Keyboardist dan Vocalist.
2010
:
Praktek Kerja Pada Perusahaan PT. Pembangunan Perumahan Cabang IV Bandung, Jawa Barat. Mengenai “Analisis Waktu Penyelesaian Proyek Pembangunan dengan Menggunakan Network Planning di Gedung Badan Pemeriksa Keuangan.”
2011 – 2012
:
Penelitian Pada PT. Nusantara Turbin dan Propulsi Indonesia. Mengenai “Analisis Penjadwalan dengan Menggunakan Network Planning dalam Rangka Mengefektifkan Waktu Perbaikan Engine Type JT8D.”
2009 – 2012
:
Retail Pada Penjualan Jam Tangan, Konveksi, Sepatu, dan Blackberrys & Smartphones. Posisi Salesman dan Negotiator.
Tabel 4.1 Gantt Chart Perbaikan Engine Type JT8D NO.
ACTIVITY
JANUARI 7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 * 15 16 17 18 19 20 21 22 23 * 24 25 26 27 28 29 30
Induction Meeting Issue TMWO & WCD Disassembly Dirty Inspection Farm Out TMWO C & A C & A Cleaning & Inspection C & A Assy &Test Chemical & Mechanical Cleaning Non Destructive Testing (NDT) Central Inspection Bahan Final Dispo Final Dispo Parts Condition Report Purchase / Incoming F. Out & Order Data Verification for Farm Out Membuat Purchase Requestion (PR) PR Disetujui (Approved ) PR Send To Buyer Create Request for Quotation Evaluation of Quotation Create PO to Suppllier And Waiting Parts Receiving Send and Save To Stock Room Purchase / Incoming F. Out & Order TMWO, Supply Part & Repair Supply Parts for Sub Assembly Final Assy Engine Test Preparation for Shipment Estimate Correction Release (ECR) Engine Shipment TURN AROUND TIME
8
9
TURN AROUND TIME 2011 (Days) FERBUARY
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1
2
3
4
5
6
7
► 28 1
2
3
MARCH 4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
► ► ► ► ► ► ► ► ► ► ► ► ► ► ► ► ► ► ► ► ► ► ► ► ► ► ► ► ► ► ► ► 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 ► 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
PT. Nusantara Turbin dan Propulsi
JT8D Engine
JT8D Engine
JT8D Engine “Preparation”
JT8D Engine yang Sedang Diperbaiki
JT8D Engine yang Sedang Diperbaiki
JT8D Engine Pada Boeing 737 Garuda Indonesia
JT8D Engine Pada Boeing 737