ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, NILAI KURS RUPIAH, TINGKAT SUKU BUNGATERHADAP HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009 - 2013
KARYA ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Jurusan Manajemen Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oleh: ALIFAH NUR WINDASARI B 100 100 305
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini telah membaca karya ilmiah dengan judul: “ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, NILAI KURS RUPIAH, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009 - 2013” Yang ditulis oleh: NAMA
: ALIFAH NUR WINDASARI
NIM
: B 100 100 305
Penandatanganan berpendapat bahwa karya ilmiah tersebut telah memenuhi syarat untuk diterima. Surakarta, Maret 2015 Pembimbing Utama
Ir. Irmawati, SE., MSi
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dr.Triyono, SE., MSi
ABSTRAKSI
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis pengaruh tingkat inflasi, nilai kurs rupiah, tingkat suku bunga terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia. Studi empiris yang digunakan adalah memfokuskan pada perusahaan – perusahaan yang bergerak dibidang perbankan dan properti dari tahun 2009 – 2013. Jadi penelitian ini menggunkan times series selama 5 tahun yang dijadikan acuannya. Sampel yang digunakan adalah 40 perusahaan yang terdiri dari perusahaan perbankan dan properti. Metode purposive sampling adalah teknik pengambilan yang digunakan dalam penelitian ini. Sedangkan analisis pada penelitian ini adalah uji asumsi klasik, regresi linier berganda, uji t, uji F, dan koefisien determinan. Hasil yang didapat pada penelitian ini adalah pada uji t untuk variabel inflasi dan suku bunga secara terpisah mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham karena mempunyai t sig. sebesar 0,020 dan 0,001 yang lebih kecil daripada 0,05. Sedangkan pada nilai kurs rupiah dengan t sig. 0,858 yang lebih besar daripada 0,05 maka secara terpisah tidak mempunyai pengaruh signifikaan terhadap harga saham. Pada uji F diperoleh F sig. 0,001 yang lebih kecil daripada 0,05, ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel inflasi, kurs, dan suku bunga mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Koefisien determinan pada penelitian ini sebesar 0,076 (7,6%) ini menunjukkan bahwa variabel inflasi, kurs dan suku bunga mempunyai dampak kepada harga saham sebesar 7,6 % sedangkan sisanya 92,4% dipengaruhi oleh faktor lain. Kata Kunci: Tingkat Inflasi, Nilai Kurs Rupiah, Tingkat Suku Bunga, dan Harga Saham. I. PENDAHULUAN Dunia industri telah mengalami pasang surut. Perkembangan industri juga diikuti kebutuhan dana yang besar sehingga industri harus mencari sumber dana guna melakukan operasionalisasinya. Kebutuhan sumber dana tersebut dapat dipenuhi dengan melakukan go publik atau menjual sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal. Alternatif ini merupakan alternatif yang lebih mudah dan murah jika dibandingkan sumber pendanaan lain misalnya melakukan peminjaman atau utang pada pihak lain. Pasar modal merupakan tempat bertemunya para pemodal dan pencari modal. Ada tiga tujuan utama diadakannya pasar modal; pertama, mempercepat proses
perluasan pengikutsertaan masyarakat dalam pemilikan saham perusahaan. Kedua, pemerataan pendapatan bagi masyarakat dan ketiga, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penghimpunan dana secara produktif. Satu upaya agar masyarakat mau melakukan investasi adalah: investasi tersebut aman dan transparasi. Indikator yang dapat dijadikan pertimbangan bagi investor dalam investasi yaitu informasi tentang keberhasilan perusahaan dalam mengelola kekayaan perusahaan. Frederic Miskhin (2008:231) menyatakan dalam teori portofolionya bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan surat berharga adalah: kekayaan, suku bunga, kurs, dan tingkat inflasi, sedangkan penawaran surat berharga dipengaruhi oleh profitabilitas perusahaan, inflasi yang diharapkan dan aktivitas pemerintah. Inflasi merupakan kenaikan harga barang dan jasa yang mempunyai pengaruh luas demikian juga terhadap harga saham di pasar modal. Dengan inflasi maka akan terjadi naik turunnya harga saham. Kurs valuta asing adalah salah satu alat pengukur lain yang digunakan dalam menilai kekuatan suatu perekonomian. Kurs menunjukkan banyaknya uang dalam negeri yang diperlukan untuk membeli satu unit valuta asing tertentu. Kurs valuta asing dapat dipandang sebagai harga dari suatu mata uang asing. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kurs valuta asing adalah neraca perdagangan nasional. Tingkat suku bunga merupakan daya tarik bagi investor menaanamkan investasinya dalam bentuk deposito atau SBI sehingga investasi dalam bentuk saham akan tersaingi. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan penjelasan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh secara parsial antara tingkat inflasi, nilai kurs rupiah, dan tingkat suku bunga terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia tahun 20092013?
2. Bagaimana pengaruh antara tingkat inflasi, nilai kurs rupiah, dan tingkat suku bunga terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013 secara simultan ? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara tingkat inflasi, nilai kurs rupiah, dan tingkat suku bunga terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia tahun 20092013. 2. Untuk mengetahui pengaruh antara inflasi, nilai tukar rupiah, dan tingkat suku bunga terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013 secara simultan. II. LANDASAN TEORI Tingkat Inflasi Inflasi merupakan salah satu pengaruh yang harus dipertimbangkan seseorang dalam melakukan investasi. Menurut Tandelilin (2001: 212) inflasi adalah kecenderungan terjadinya kenaikan harga harga secara keseluruhan. Menurut Syamsul (2006: 201) menyimpulkan bahwa inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham di pasar. Hal ini mengakibatkan tingginya valuta asing yang membuat investor beralih menanamkan modalnya dalam bentuk mata uang asing daripada menanamkan modalnya dalam bentuk saham yang berimbas pada penurun tingkat harga saham secara drastis. Sehingga inflasi adalah indikator ekonomi yang menyebabkan tingkat kenaikan harga barang dan jasa pada kurun waktu tertentu. Adanya inflasi yang tinggi menyebabkan terjadinya pertumbuhan ekonomi yang semakin buruk. Nilai Kurs / Tukar Rupiah Kurs merupakan nilai tukar mata uang domestik (Rupiah) dibandingkan dengan mata uang asing atau lainnya. Sedangkan menurut Sawaldjo Puspopranoto
(2004:212) definisi kurs adalah: “Harga dimana mata uang suatu negara dipertukarkan dengan mata uang negara lain disebut nilai tukar (kurs).” Mata uang suatu negara dinilai dalam mata uang negara lain melalui nilai kurs mata uang. Sebagian besar nilai dari suatu mata uang dapat terjadi fluktuasi pada sepanjang waktu karena kekurangan pasar atau pemerintah. Perusahaan akan cenderung melakukan investasi pada negara yang mata uangnya diperkirakan akan menguat dibandingkan dengan mata uang negara lain. Dalam kondisi tersebut perusahaan akan menginvestasikan dananya untuk melakukan operasi di negara dimana mata uangnya relatif lebih murah (lemah). Kemudian laba yang didapat perusahaan akan dikonversi yang semula menggunakan mata uang pada negara yang diinvestasikan pada mata uang pada negara investor apabila saat nilai kurs dalam kondisi baik. Jika nilai mata uang suatu negara meningkat dibandingkan dengan negara lain, maka saldo neraca berjalan akan turun jika hal lain tidak berubah. Begitu sebaliknya apabila menguat maka barang yang akan diekspor akan menjadi lebih mahal bagi negara-negara pengimpor. Akibatnya jumlah permintaan akan menjadi turun. Suku Bunga Tingkat bunga merupakan harga yang harus di bayar oleh peminjam untuk memperoleh dana dari pemberi pinjaman untuk jangka waktu tertentu. (Darmawi, 2005:181). Menurut (Wiyani Dan Andi Wijayanto, 2005:890) bunga merupakan imbalan yang diberikan kepada seseorang atas sejumlah pinjaman atau tabungan, dimana besarnya ditentukan dalam bentuk persentase. Tingkat suku bunga menentukan besarnya tabungan ataupun investasi. Jika terjadi kenaikan dalam suku bunga akan mengurangi keinginan masyarakat investor untuk melakukan investasi tetapi justru akan menambah penawaran terhadap tabungan. Harga Saham Menurut Kesuma (2009:40), harga saham adalah nilai nominal penutupan (closing price) dari penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan atau perseroan terbatas yang berlaku secara reguler di pasar modal di Indonesia. Jika perusahaan mencapai prestasi yang baik, maka saham perusahaan tersebut akan banyak diminati oleh banyak investor. Prestasi baik yang dicapai perusahaan dapat dilihat di dalam laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan. Menurut Suad (2005:279), penentuan harga saham yang seharusnya telah dilakukan oleh setiap analis keuangan dengan tujuan untuk bisa memperoleh tingkat keuntungan yang menarik. Harga saham dapat dibentuk interaksi dari penjual dan pembeli dengan harapan dapat mendapatkan keuntungan yang diharapkan dari membeli saham tersebut. Sehingga para investor harus dapat mempunyai informasi yang dibutuhkan dalam menganalisis dan mengambil keputusan menjual maupun membeli saham. Kerangka Pemikiran Menurut Halim dalam Zubaidah (2003: 5) harga saham dipengaruhi beberapa resiko, yakni: 1) resiko tingkat bunga, merupakan resiko yang timbul dari perubahan tingkat bunga yang berlaku di pasar. 2) resiko daya beli: merupakan resiko yang timbul dari pengaruh perubahan tingkat inflasi. 3) resiko mata uang yaitu resiko yang timbul dari pengaruh pertukaran mata uang domestic (misal: Rupiah) dengan mata uang Negara lain (missal: Dollar Amerika). Jadi dari keterangan diatas dapat dibuat kerangka pemikiran yang menjadi dasar penelitian ini adalah:
Tingkat Inflasi
Suku Bunga
Harga Saham
Nilai Tukar / Kurs Gambar 1.1 Bagan Hubungan Tingkat Inflasi, Suku Bunga, dan Kurs Terhadap Harga Saham Penelitian Terdahulu Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sugeng Raharjo (Jurnal: 2011: 14) hasilnya menunjukkan bahwa secara parsial inflasi mempunyai pengaruh terhadap harga saham sedangkan nilai tukar rupiah dan suku bunga tidak berpengaruh terhadap harga saham. Dan Secara simultan variabel inflasi, nilai tukar rupiah, dan suku bunga berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Pada penelitiannya Sri Lestari (2010: 5) menunjukka hasilnya adalah Hasilnya menunjukkan bahwa uji parsial dari inflasi dan nilai tukar tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham sedangkan suku bunga berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Dan pada uji F menunjukkan bahwa semua variabel bebas pengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap harga saham. Sedangkan menurut Donna Menina Della Maryanne (2009: 5) Hasil penelitian bahwa secara individu tidak ada pengaruh yang signifikan antara nilai tukar rupiah dan inflasi terhadap harga saham. Akan tetapi Suku bunga SBI, Volume Perdagangan, dann beta saham berpengaruh secara signifikan secara individu. Penelitian yang dilakukan Devi Sofiani Tarigan (2009: 2) Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa secara parsial variabel suku bunga memiiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Dana variabel tingkat inflasi dan nilai tukar
tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham. Pada uji F (secara simultan) variabel tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar berpengaruh terhadap harga saham. Hipotesis 1. Diduga ada pengaruh signifikan antara tingkat inflasi, suku bunga dan nilai kurs rupiah terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013 2. Diduga ada pengaruh signifikan antara tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan nilai kurs rupiah terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013 secara simultan. III. METODOLOGI PENELITIAN Obyek Penelitian Lokasi dalam Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia tahun 20092013 dengan melihat tingkat inflasi, nilai kurs rupiah, dan tingkat suku bunga. Dalam penelitian ini hanya menggunakan sebagian dari data perusahaan yang dijadikan sampel penelitian. Mengingat terlalu banyaknya perusahaan yang terdaftar di BEI yaitu sekitar ± 400 perusahaan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu saampel yang diambil sesuai dengan kebutuhan. dalam pengumpulan data, ada metode yang digunakan adalah : 1.
Metode dokumentasi Yaitu data yang digunakan diperoleh dari laporan tahunan yang dibukukan oleh perusahaan manufaktur.
2.
Metode perpustakaan Yaitu data yang diperoleh menggunakan rujukan yang tersedia di
perpustakaan sebagai bahan pembuatan penelitian.
Metode Analisis Data 1. Regresi Linier Berganda Digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap satu variabel dependen (Ghozali, 2009: 13). Persamaan regresi yang diharapkan dengan rumus sebagai berikut: Y
= a + b1 X1 + b2 X2 + b 3X3 + e
Keterangan: Y
= Harga Saham
Xı
= Tingkat Inflasi
2
X3
= Tingkat Suku Bunga
a
= Konstanta
b1; b2;
= Koefisien regresi
e 2.
= Nilai Kurs Rupiah
= Pengganggu/error
Uji Asumsi Klasik a) Uji Normalitas Menurut Gentro Wiyono (2011: 177) uji normalitas berguna untuk mengetahui
apakah populasi data berdistribusi normal ataukah tidak. Uji normalitas menggunakan uji One Sample Kolmogorof-Smirnov dengan menggunkan taraf signifikan 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi > 0,05 atau 5%. b) Uji Multikolinieritas Menurut Gentro Wiyono (2011: 157) Uji multikolinearitras digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu
adanya hubungan linear antara variabel independen dalam model regresi. Didalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode dengan melihat nilai Inflation Factor (VIF) dan Tolerance. c) Uji Heteroskedastisitas Menurut Gentro Wiyono (2011: 160) uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan varian residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Tetapi dalam penelitian ini menggunakan metode Lagrang Multiplier (LM). d) Uji Autokorelasi Menurut Gentro Wiyono (2011: 165) uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan lain pada model regresi. Metode pengujian yang digunakan adalah Uji Durbin-Watson (uji DW). e) Uji t Uji t untuk mengetahui semua variabel independen terhadap dependen dalam penelitian yang disajikan dalam bentuk model ekonometrika yang dilakukan secara terpisah. H0 : ß = 0 =>
berarti tidak ada pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen.
H1 : ß ≠ 0 =>
berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.
f) Uji F Uji F untuk mengetahui model ekonometrika yaitu lebih dari 2 variabel independen yang dilakukan secara bersamaan terhadap dependen. H0 : ß = 0 => berarti tidak ada pengaruhnya antara variabel independen terhadap variabel dependen. H1 : ß ≠ 0 => berarti ada pengaruhnya antara variabel independen terhadap variabel dependen.
g) Koefisien Determinan (R2) Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur berapa besar variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Nilai keyakinan koefisien determinasi antara 0 < R2 > 1.
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pembuktian Hipotesis Hasil penelitian ini untuk dilanjutkan pada bagian pembahasan yang disimpulkan dan dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa Tabel 4.5 Hasil Hipotesis
1
Model
B
t
(Constant)
6,829
0,806
0.421
INFLASI
0,173
2,355
0,020
LNKURS
0,173
0,180
0,858
-0,499
-3,433
0,001
SK R square
0,076
F hitung
5,408
F sig.
0,001
Sig.
Sumber : Data Olahan ICMD Periode 2009 – 2013 Dari hasil analisis yang dihasilkan pada tabel 4.5 dapat dijadikan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y = 6,829 + 0,173 ß1 + 0,173 ß2 – 0,499 ß3 + ê
1) Uji t Hasil dari penelitian yang ditunjukkan menggambarkan sebagai berikut: Variabel Inflasi Dari analisis yang ditunjukkan pada tabel 4.5 diperoleh t hitung 2,355 dengan sig. 0,020 berarti sig. 0,020 < 0,05 maka Ho ditolak sehingga variabel inflasi secara induvidu berpengaruh signifikan terhadap variabel harga saham. Variabel Kurs Hasil pada tabel 4.5 mengambarkan t hitung 0,180 dengan sig. 0,858. Hal ini menunjukkan bahwa sig. 0,858 > 0,05 maka Ha diterima yang artinya variabel kurs secara individu tidak berpengaruh terhadap harga saham. Variabel Suku Bunga Tabel 4.5 dapat menjelaskan uji t dengan diiperoleh t hitung -3,433 dan sig. 0,001. Hasil mengambarkan sig. 0,001 < 0,05 maka Ho ditolak yang berarti variabel suku bunga secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. 2) Uji F Pada tabel 4.5 yang di rangkum diatas mencerminkan F hitung sebesar 5,408 dengan sig. 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa sig. 0,001 lebih kecil daripada 0,05 maka Ho ditolak artinya secara simultan variabel inflasi, kurs, dan suku bunga terhadap variabel harga saham. 3) Koefisien Determinan (R2) Dari hasil ini R2 sebesar 0,076 (7,6%) yang mengambarkan bahwa variabel inflasi, kurs, dan suku bunga dapat memproyeksikan dampak yang dihasilkan oleh variabel harga saham sebesar 7,6 %. Sedangkan dampak yang ditimbulkan dari faktor lain sebesar 92,4 % (100 % - 7,6 %).
V. PENUTUP Kesimpulan Hasil dari analisis tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Pada uji t Variabel Inflasi berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal ini sejalan dengan penelitian Sugeng Raharjo (Jurnal: 2011: 14) tetapi tidak terbukti pada Sri Lestari (2010: 5), Donna Menina Maryanne (2009: 5), dan Devi Sofiani Tarigan (2009: 2) .
2.
Uji t variabel nilai kurs tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Ini terbukti dengan penelitian yang dilakukan Sugeng Raharjo (Jurnal: 2011: 14), Sri Lestari (2010: 5), Donna Menina Maryanne (2009: 5), dan Devi Sofiani Tarigan (2009: 2).
3.
Untuk uji t variabel suku mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Analisis yang disimpulkan ini tidak sejalan dengan penelitian Sugeng Raharjo (Jurnal: 2011: 14) dan terbukti kebenaran penelitian ini pada Sri Lestari (2010: 5), Donna Menina Maryanne (2009: 5), dan Devi Sofiani Tarigan (2009: 2).
4.
Diantara ketiga variabel tersebut ternyata variabel suku bunga mempunyai tingkat resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain di lihat dari beta sebesar -0,253.
5.
Hasil uji F diperoleh F hitung sebesar 5,408 dengan sig. 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa sig. 0,001 lebih kecil daripada 0,05 maka Ho ditolak artinya secara simultan variabel inflasi, kurs, dan suku bunga terhadap variabel harga saham.
Keterbatasan Keterbatasan dalam penelitian ini adalah 1. Sampel yang digunakan hanya memfokuskan pada sektor properti dan perbankan 2. Jumlah sampel yang digunakan hanya 40 perusahaan yang terdiri dari sektor properti dan perbankan dengan periode 2009 – 2013 dengan jumlah total 200 data.
3. Penelitian hanya menggunakan 3 variabel independen yang terdiri dari inflasi, nilai kurs, dan suku bunga yang dianggap dapat mempengaruhi harga saham. Saran Saran yang dapat diberikan adalah 1. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menambah variabel yang lebih banyak yang memungkinkan dapat mempengaruhi harga saham. 2. Disarankan dapat menambah jumlah sampel lebih banyak daripada penelitian ini yang diharapkan hasil analisis tersebut dapat lebih akurat lagi. 3. Pada perusahaan yang bergerak dibidang properti dan perbankan, dalam hasil penelitian ini diharapkan faktor ekstern yang mempunyai dampak pada perusahaan harus diperhatikan seperti kebijakan pemerintah tentang suku bunga yang akan berdampak pada inflasi. Karena keduanya tersebut berkaitan erat terhadap nilai perusahaan yang akan dihargai oleh para investor. 4. Penelitian ini yang paling mempunyai dampak kepada sektor properti dan perbankan adalah suku bunga karena mempunyai tingkat resiko yang paling tinggi dibandingkan yang lain. Sehingga perusahaan harus memfokuskan kebijakan terhadap suku bunga. DAFTAR PUSTAKA Ali Kesuma. (2009). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 11(1), 38-45. Darmawi, Herman. 2005. “Manajemen Resiko “. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Della Maryanne, Donna Menina. 2009. “ Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga SBI, Volume Perdagangan Saham, Inflasi, dan Beta Saham Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Perbankan Di
Bursa Efek Indonesia Periode 2004 – 2007). Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro. Ghozali, Imam, 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Keempat, Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang. Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Yogyakarta. Husna, Suad. 2005. Dasar- Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi kelima. Yogyakarta: BPFE. Lestari, Sri. 2010. Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Medan: Universitas Sumatra Utara. Manurung, Mandala dan Prathama Rahardja. 2004, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter, Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Mas.ud, Fuad. 2004. Survai Diagnosis Organisasional Konsep & Aplikasi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Mishkin, Frederic S. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan edisi8. Salemba Empat : Jakarta. Mohamad, Samsul. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga. Raharjo, Sugeng. 2011. Pengaruh Inflasi, Nilai Kurs Rupiah, dan Tingkat Suku Bunga terhadap Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal. Surakarta: STIE “AUB”.
Sawaldjo Puspopranoto. (2004). Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan. Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia. Sugiyono. 2012. Metode Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B. Bandung: Alfabeta.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE. Tarigan, Devi Sofiani. 2009. Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Medan: Universitas Sumatra Utara. Wiyani, Wahyu dan Andi Wijayanto. 2005. Pengaruh Nilai Tkuar Rupiah, Tingkat Suku Bunag Deposito, dan Volume Perdangangan Saham Terhadap Harga Saham. Jurnal Keuangan Perbankan, Vol. 9, No.3, Halaman 884 – 903. Wiyono, Gentro. 2011. Merancang Penelitian Bisnis dengan alat analisis SPSS 17.0 & smartPLS 2.0 Edisi 1. Yogyakarta. UPP STIM YKPN. Zubaidah, Siti. 2003. Ánalisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Perubahan Nilai Kurs Terhadap Beta Saham Syariah Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index. Juranl Akutansi, Vol. 5, No.2 UMM. Yogyakarta.