ANALISIS PENGARUH JII, SWBI, IHSG, DAN INFLASI TERHADAP KINERJA REKSA DANA SYARIAH SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh ANNISA SHOLIHAH NIM: 104081002455 Di Bawah bimbingan
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM NIP. 150 317 955
Titi Dewi Warninda, SE, MSi NIP. 150 368 746
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008
i
Hari ini Tanggal 24 Bulan November Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Annisa Sholihah NIM: 104081002455 dengan Judul Skripsi ”Analisis Pengaruh JII, SWBI, IHSG,
dan
Inflasi
Terhadap
Kinerja
Reksa
Dana
Syariah.”
Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama masa ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 November 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Ketua,
Sekretaris,
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM NIP: 150 317 955
Penguji Ahli,
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. NIP: 131 474 891
ii
Hari ini Tanggal 12 Bulan Desember Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Annisa Sholihah NIM: 104081002455 dengan Judul Skripsi ”Analisis Pengaruh JII, SWBI, IHSG, dan Inflasi Terhadap Kinerja Reksa Dana Syariah.” Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama masa ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta.
Jakarta, 12 Desember 2008
Tim Penguji Ujian Skripsi
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM NIP: 150 317 955
Titi Dewi Warninda, SE, MSi NIP: 150 368 746
Penguji Ahli,
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. NIP: 131 474 891
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Annisa Sholihah
Tempat/Tanggal Lahir
: Bogor, 1 April 1986
Alamat
: Taman Pagelaran Jl. Arwana I Blok AAI No.7 RT 05 RW 10 Ciomas, Bogor
Agama
: Islam
Warga Negara
: Indonesia
Nama Orang Tua Ayah
: Drs. H. Dayat Bastiawan MSc
Ibu
: Hj. Ely Yuliana SPd., MM.
Prinsip Hidup
: Kerja ikhlas, kerja keras, kerja cerdas
Pendidikan : 1. SD Negeri Panaragan 2, Bogor
Tahun 1998
2. SMP Negeri 4, Bogor
Tahun 2001
3. SMU Negeri 5, Bogor
Tahun 2004
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Manajemen/FEIS
Tahun 2008
Organisasi: 1. Bendahara ITHRI SMU Negeri 5 Bogor periode 2003 - 2004 2. Koord. Umum KIR SMU Negeri 5 Bogor periode 2003 – 2004 3. Pengurus KomDa FEIS LDK Syahid periode 2005 – 2007 4. Pengurus LDK Syahid periode 2007 – 2008
iv
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh JII, SWBI, IHSG, dan inflasi terhadap kinerja reksa dana syariah. Penelitian ini menggunakan data Nilai Aktiva Bersih (NAB) harian reksa dana syariah yang terdaftar di Bapepam, serta data bulanan JII dan IHSG dari Bursa Efek Indonesia dan data bulanan SWBI dan inflasi yang diperoleh dari laporan bulanan Bank Indonesia. Dengan menggunakan metode purposive sampling terpilih tiga reksa dana syariah yang masih aktif dan selalu ada selama empat tahun penelitian untuk dianalisis sebagai sampel. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi berganda dimana kinerja reksa dana syariahsebagai variabel dependen dan variabel JII, SWBI, IHSG, serta inflasi menjadi variabel independen dengan level signifikansi sebesar 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel JII dan inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja reksa dana syariah. Dan inflasi pun menjadi variabel yang paling dominan untuk mempengaruhi kinerja reksa dana syariah. Sedangkan variabel SWBI, dan IHSG tidak memiliki pengaruh. Kata kunci: Kinerja Reksa Dana Syariah, JII, SWBI, IHSG, Inflasi
v
ABSTRACT The researh aim t understand the effect of the Jakarta Islamic Index, SWBI, Composite index, and inflation t the performance of stock Islami Mutual Funds. The research uses data of daily Net Asset Value (NAV) of the stock Islamic Funds listed in Bapepam, monthly data from Jakarta Islamic Index, and Composite Index from Indnesian Stck Exchange, and monthly data from SWBI and inflation that are obtained from the monthly report in Indonesian Bank. With the method of purposive sampling there are three Islamic Mutual Funds that are chosen, active and used as sample in the years f the research. Stactistical examination used in the research is multiple regression examination, in which the stock Islamic Mutual Funds as dependent variabel and variabel of Jakarta Islamic Index, SWBI, Composite Index, and inflation become independent variabel with the level of significanse 5%. The result of the research suggests that variabel Jakarta Islamic Index and inflatin affect significantly the performance of the stock Islamic Mutual Funds. Inflation becomes the most important variables that influences the performance of stock Islamic Mutual Funds and the variabel of SWBI, and Composite Index does not effect. Keywords: Performance of Stock Islamic Mutual Funds, Jakarta Islamic Index (JII), SWBI, Composite Index, Inflation.
vi
KATA PENGANTAR
bismillahirrahmannirahim Alhamdulillahirabbil’alamiin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia serta ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh JII, SWBI, IHSG, dan Inflasi terhadap Kinerja Reksa Dana Syariah.” Tak lupa pula shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW yang membawa kita dari jaman jahiliyah ke jaman yang penuh ilmu pengetahuan. Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Konsentrasi Keuangan, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi atas kelemahan dan kekurangan yang ditemui dalam penyusunan skripsi ini. Penulis
juga
menyadari
bahwa
sejak
awal
penyusunan
hingga
terselesaikannya skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik moril maupun materiil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini, secara khusus, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada : 1. Mama, Papa, dan adikku Ikbal yang senantiasa membantu, mendukung dan mendo’a kan penulis, hingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Motivasi dari kalian bagai mata air yang tak pernah kering bagi penulis. Mama, jasamu padaku takkan pernah dapat terbalas. Keluarga besar penulis yang tak hentihentinya mencambuk semangat penulis agar terus berusaha menjadi orang sukses.
vii
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM. Selaku dosen pembimbing I, yang senantiasa
ikhlas meluangkan waktunya di tengah kesibukan untuk
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini. 3. Ibu Titi Dewi Warninda SE, MSi. selaku dosen pembimbing II, yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulisan skripsi ini serta motivasinya yang begitu besar pada penulis. 4. Bapak Drs. Faisal Badroen, MBA., Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang secara tidak langsung telah mengarahkan dan memotivasi selama penulis menggali ilmu di FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Segenap dosen pengajar yang telah mengajarkan ilmu manajemen dari pengantar sampai lanjutan. 6. Segenap Tata Usaha FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Khususnya Ibu Siska, Pak Rachmat, Pak Bambang, Ibu Lily, Ibu Dewi dan Mba Novi yang telah membantu penulis dalam mengurus kebutuhan administrasi dan lainlainnya. 7. Teman-teman FEIS Angkatan 2004 Manajemen B dan Keuangan A, yang selalu ada dalam suka maupun duka serta memberikan motivasi selama masa perkuliahan. Khususnya Finda teman seperjuangan dalam banyak hal, Mute, Tuti, Dina, Nana, Lia, Titin, Fera teman – teman diskusi dan belajar. 8. Bapak Mukhsin Sekeluarga dan teman-teman kostku: Ayu, Yanti makasih banyak pinjeman laptopnya, Fitroh, Prita, Edhwy makasih juga komputernya, Ina, Dian, Ria, Qq, Nyanya, Nyinyi, Iyan, Achi, kalian memberikan motivasi yang besar dalam tahap penyelesaian akhir kuliahku. I love you all because Allah. 9. Meilina yang ikutan repot cari bahan buat skripsi ini. Aulia atas arahannya dalam ngolah data, Rini teman diskusi dalam mengerjakan skripsi, Wita walau tidak pernah bertemu masih mau dibuat repot penulis, terima kasih banyak atas semuanya semoga Allah SWT membalasnya dengan hal yang lebih baik. 10. Adik – adiku: Dzillah, Erna, Asri, Kiyah, Tiur, Rika, Oti, Pipit, Putri, Mia, Gita, Berlian, Icha-kecil, Weni, Siska, Dwi, dll.Teman – teman seperjuangan terdekat Dian, Desi, Wihda, Ucu, Farida, Nida’, Widya, Dwi, Cti, Uchi yang
viii
rajin banget nanyain perkembangan skripsi, Ulfah, Indri, buat yang belum selesai semangat ya ngerjain tugas akhirnya, semoga dipermudah oleh Allah SWT. Jazakillah atas ukhuwah dan motivasi yang diberikan selama ini, insya Allah ukhuwah akan tetap terjalin. 11. Keluarga kecilku di Al-Khansa, yang kalian berikan selama ini begitu berarti bagi penulis, ana ukhibu fillah. Keluarga keduaku di Gd.1 bersama kalian begitu banyak pelajaran yang penulis peroleh dan waktu – waktu yang penulis lalui dengan kalian begitu berharga. Teman – teman seperjuangan di KomDa FEIS periode 2004 – 2009, LDK Syahid periode 2007 – 2008, tiada kata istirahat untuk jalan ini dan hanya berakhir sampai Allah SWT memanggil kita ke jannah-Nya, dan semoga Allah tetap menjaga ukhuwah ini hingga kita dipertemukan kembali di surga-Nya kelak. Amin. 12. Staff kantor TELKOM Bogor, tempat penulis melaksanakan kegiatan magang. Pak Jarno, Bu Yupi, terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan pada penulis. Pak Sugeng, Bu Bea, terima kasih atas segala ilmu dan kepercayaan yang diberikan kepada penulis selama melaksanakan magang. 13. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, suatu kebahagian telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua. Terima kasih banyak atas motivasi yang telah diberikan selama ini.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran, arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian ini. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik manajer investasi, dunia bisnis, dunia akademisi, para pembaca yang tertarik dengan penelitian tentang kinerja reksa dana syariah serta bagi penulis sendiri sebagai proses pengembangan diri.
Jakarta, Desember 2008
Penulis
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
Model Penelitian Analisis Pengaruh JII, SWBI, 1
IHSG, dan Inflasi Terhadap Kinerja Reksa Dana
52
Syariah 2
Output Uji Normalitas Analisis Grafik
86
3
Output Uji Heteroskedastisitas
91
x
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Penerbit Reksa Dana Syariah s.d. Desember 2004
4
2
Daftar Reksa Dana Syariah
78
3
Daftar Reksa Dana Syariah yang terpilih untuk penelitian
79
4
Rata – rata Nilai Aktiva Bersih per Unit
80
5
Hasil Return dan Standar Deviasi
81
6
7 8 9
10
Kinerja Reksa Dana Syariah berdasarkan Metode Sharpe Nilai rata – rata JII, SWBI, IHSG, Inflasi, dan Kinerja Reksa Dana Syariah Output Uji Normalitas Analisa Statistik
dikeluarkan Uji
Multikolonieritas
dikeluarkan
setelah
83 87
Output Uji Multikolonieritas sebelum IHSG
Output
82
IHSG
88
89
11
Output Uji Autokorelasi
90
12
Output Uji t
92
13
Output Uji F
94
14
Output Uji Koefisien Determinasi
94
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor 1 2
3
Keterangan Daftar Reksa Dana Syariah Hasil Return dan Standar Deviasi Reksa Dana Syariah Kinerja Reksa Dana Syariah Berdasarkan Metode Sharpe
Halaman 102 104
107
4
Inflasi, SWBI, IHSG, dan JII
110
5
Uji Normalitas
111
6
Uji Multikolonieritas 1
113
7
Uji Multikolonieritas 2
114
8
Uji Autokorelasi
116
9
Uji Heteroskedostisitas
116
10
Analisis Regresi
117
DAFTAR ISI
xii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................. i DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ iv ABSTRAK ............................................................................................................. v KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ......................................................................... 10 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 11 1. Tujuan Penelitian .......................................................................... 11 2. Manfaat Penelitian ........................................................................ 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Investasi dan Pasar Modal ................................................................12 B. Return And Risk (Tingkat Keuntungan dan Resiko)..................... 17 C. Pengertian JII, SWBI, IHSG dan Inflasi ........................................ 19 D. Pengertian Reksa Dana .................................................................... 28 E. Manfaat Berinvestasi Melalui Reksa Dana .................................... 30 F. Resiko Berinvestasi di Reksa Dana ................................................. 32 G. Reksa Dana Syariah .......................................................................... 34
xiii
H. Jenis – Jenis Reksa Dana .................................................................. 36 I. Sumber Penghasilan Reksa Dana .................................................... 42 J. Mengukur Kinerja Reksa Dana ....................................................... 43 K. Pengembangan Produk Reksa Dana ............................................... 45 L. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 47 M. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 49 N. Pengembangan Hipotesis .................................................................. 53 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 55 B. Metode Penentuan Sampel ............................................................... 55 C. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 56 D. Metode Analisis ................................................................................. 57 E. Operasional Variabel Penelitian ...................................................... 64 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .................................. 67 B. Analisis dan Pembahasan ................................................................. 77 1. Analisis Kinerja Reksa Dana Syariah ........................................... 77 2.
Return
dan
Standar
Deviasi Reksa Dana Syariah ......................... 80 3.
Kinerja
Reksa
Dana
Syariah dengan Metode Sharpe ................... 81 4.
Deskriptif ........................................................................ 83
xiv
Variabel
5. Pengujian Asumsi Klasik .............................................................. 86 a. Uji Normalitas ......................................................................... 86 b. Uji Multikolonieritas ............................................................... 88 c. Uji Autokorelasi ...................................................................... 90 d. Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 91 6. Pengujian Statistik ......................................................................... 92 a. Pengaruh Variabel JII, SWBI, IHSG, dan Inflasi Terhadap Kinerja Reksa Dana Syariah (Uji t) ....................................... 92 b. Pengaruh Variabel JII, SWBI, IHSG, dan Inflasi Terhadap Kinerja Reksa Dana Syariah (Uji F) ...................................... 94 c. Pengujian Koefisien Determinasi (Adjust R-Square) ............ 94 d.
Pengujian Koefisien Regresi .................................................. 95
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ........................................................................................ 98 B. Implikasi ............................................................................................. 99
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 100 LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 102
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Pelibatan masyarakat dalam sistem perekonomian bangsa Indonesia semakin dibutuhkan oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan Pasar Modal kepada arah yang diharapkan oleh masyarakat selaku stakeholder dari sistem Pasar Modal secara keseluruhan. Masih banyak masyarakat terutama yang beragama Islam meragukan ke halalan hasil investasi di Pasar Modal, maka dibutuhkan alternatif investasi yang terbebas dari unsur ribawi dan transaksi dilakukan dengan menghindari berbagai praktek spekulatif seperti yang biasa terjadi di bursa saham konvensional dalam pengembangan Pasar Modal. Pada dasarnya, Islam sangat menganjurkan umatnya untuk melakukan aktivitas ekonomi (muamalah) dengan cara yang baik dan benar. Kegiatan investasi pun merupakan salah satu kegiatan yang dikategrikan dalam kegiatan yang bersifat muamalah, yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Akan tetapi dalam melakukan investasi ini harus tetap diperhatikan prinsip, etika, dan hukum eknomi syariah. Prinsip – prinsip yang harus dipenuhi diantaranya adalah kegiatan ekonomi harus dilakukan atas dasar suka sama suka, berkeadilan, dan tidak saling merugikan. Oleh karena itu saat ini sedang secara intensif dikaji dan secara perlahan – lahan mulai dan sedang diterapkan secara nyata yang berkaitan dengan implementasi Prinsip – Prinsip Syariah di Pasar Modal Indonesia. Industri Pasar Modal Syariah yang telah diterapkan diantaranya pada instrumen obligasi, saham, dan reksadana. Secara umum, penerapan prinsip syariah dalam industri pasar modal khususnya pada instrumen saham dilakukan berdasarkan penilaian atas saham yang diterbitkan oleh masing – masing perusahaan, karena instrumen saham secara natural telah sesuai dengan prinsip syariah
xvi
mengingat sifat saham dimaksud bersifat penyertaan. Para ahli fiqih berpendapat bahwa suatu saham dapat dikategorikan memenuhi prinsip syariah apabila kegiatan perusahaan yang menerbitkan saham tersebut tidak tercakup pada hal – hal yang dilarang dalam syariat Islam (Ngapon, 2005: 2), seperti : 1.
alkohol;
2.
perjudian;
3.
produksi yang bahan bakunya berasal dari babi;
4.
pornografi;
5.
jasa keuangan yang bersifat konvensional;
6.
asuransi yang bersifat konvensional.
Reksa dana merupakan instrumen investasi pasar modal yang dianggap ideal oleh para investor (domestik) mengingat tingkat keuntungan yang ditawarkan relatif cukup tinggi. Pada prinsipnya reksa dana syariah sama dengan reksa dana konvensional, yakni bertujuan mengumpulkan dana dari masyarakat, yang selanjutnya dikelola oleh manajer investasi. Yang membedakannya hanyalah reksa dana syariah memiliki kebijakan investasi yang berbasis pada prinsip – prinsip Islam. Instrumen investasi yang dipilih dalam portofolionya haruslah yang dikategorikan halal. Dikatakan halal, jika pihak yang menerbitkan instrumen investasi tersebut tidak melakukan usaha yang bertentangan dengan prinsip – prinsip Islam dalam akad, sasaran investasi, teknis transaksi, pendapatan maupun pembagian keuntungan. Selain itu usaha tersebut tidak melakukan riba atau membungakan uang (Tendi H & Hariandy H, 2005: 42). Pertumbuhan dan perkembangan reksa dana syariah di Indonesia dapat terlihat dari data statistik bahwa sampai dengan tahun 2003 hanya terdapat 3 (tiga) reksa dana syariah dimana salah satu diantaranya baru efektif pada tahun yang sama, sedangkan tahun 2004 terdapat sebanyak 7 (tujuh) reksa dana syariah baru dinyatakan efektif, sehingga sampai dengan akhir tahun 2004 secara kumulatif terdapat 10 (sepuluh) reksa dana syariah telah ditawarkan kepada masyarakat atau meningkat sebesar 233,33% jika dibandingkan dengan tahun 2003 yang hanya terdapat 3 (tiga) reksa dana syariah dengan total Nilai Aktiva Bersih (NAB) sebesar Rp. 168.110,17 Milyar. Harus diakui bahwa sampai dengan akhir tahun 2004, total NAB industri
xvii
reksa dana syariah baru mencapai Rp. 525.970,10 Milyar (0,51%) dari total NAB industri reksa dana di pasar modal Indonesia yaitu sebesar Rp. 104.037.824,63 Trilyun. Namun jika dibandingkan dengan NAB Syariah sampai dengan tahun 2003, maka terlihat meningkat sebesar 312,872% yaitu dari Rp. 168.110,17 Milyar (Rp.73.984,22 + Rp. 94.125,95) pada akhir tahun 2003 menjadi Rp. 525.970,10 Milyar pada akhir tahun 2004 (Ngapon, 2005: 10 ).
Table 1.1 Penerbit Reksa Dana Syariah s.d. Desember 2004 NAB No.
Instrumen Investasi Syariah
Tanggal Efektif (Milyar Rp)
1.
PNM Syariah 2000
15 Mei 2000
59.239,28
2.
Danareksa Syariah Berimbang 2000
12 November 2000
14.744,94
3.
Batasa Syariah 2003
21 Juli 2003
94.125,95
4.
BNI Dana Plus Syariah 2004
21 April 2004
30.517,01
5.
BNI Dana Syariah 2004
21 April 2004
140.556,97
6.
Dompet Dhuafa Batasa Syariah 2004
20 Juli 2004
10.446,99
7.
AAA Syariah Fund 2004
12 Agustus 2004
7.395,84
8.
PNM Amanah Syariah 2004
26 Agustus 2004
129.900,67
9.
BSM Investa Berimbang 2004
14 Oktober 2004
23.080,54
10.
Big Dana Syariah 2004
29 Oktober 2004
15.961,91
Total Nilai NAB
525.970,10
Sumber: Ngapon (2005: 10-11) Meskipun Indonesia terlambat dalam memulai praktek keuangan syariah dibandingkan Malaysia, namun perlahan tapi pasti Indonesia menunjukkan kinerja yang jauh lebih baik. Reksa dana Danareksa Syariah dan PNM Syariah masuk dalam 15 besar Reksa Dana Syariah dunia berdasarkan returnnya tahun 2004 – 2006. Danareksa Syariah memberi return 10,9 persen dalam tahun 2005, sedangkan PNM Syariah memberi return 13,3 persen. Return dari tahun 2004 – 2006 mencapai 24,9 persen dan PNM Syariah mencapai 17,4 persen. Begitu pula kinerja Reksa Dana Syariah yang portofolionya obligasi syariah, ternyata reksa dana Batasa
xviii
Syariah menduduki peringkat pertama dan kedua dari 15 besar reksa dana syariah dunia berdasarkan returnya selama tahun 2006. Di peringkat pertama Dompet Dhuafa Batasa Syariah memberi return 12,4 persen dalam tahun 2005, dan di peringkat kedua Batasa Syariah memberi return 13,1 persen (Yulian Lintang, 2006). Tentunya tidak ada satupun investasi yang bebas dari risiko. Demikian pula dengan reksa dana yang mempunyai hasil (return) dan risiko (risk) tertentu, yang tergantung dari kebijakan investasi yang dilakukan oleh manajer investasi dalam mengalokasikan investasinya atau melakukan diversifikasi investasi di berbagai instrumen investasi. Dilihat dari kinerjanya selama ini, tidaklah salah apabila reksa dana syariah dikategorikan sebagai instrumen investasi yang potensial serta memiliki prospek yang baik untuk terus berkembang. Akan tetapi baiknya kinerja reksa dana syariah selama ini tidak serta merta menjadikan posisi reksa dana syariah selalu berada dalam kondisi yang aman dikarenakan kondisi perekonomian yang dapat berubah – ubah, sekecil apapun kebijakan atau perubahan kondisi ekonomi yang terjadi memiliki pengaruh terhadap kinerja reksa dana syariah tetap diperlukan pengetahuan yang lebih mengenai hal – hal yang dapat mempengaruhi kinerja reksa dana syariah, agar para pelaku investasi reksa dana syariah dapat meminimalisir resiko yang mungkin akan dihadapi serta tetap dapat mengambil keputusan investasi yang tepat walau dalam kondisi perekonomian negara yang kurang stabil. Baik buruknya suatu investasi tidak terlepas dari faktor – faktor lain yang mempengaruhinya, faktor – faktor yang diduga memiliki pengaruh terhadap kinerja reksa dana syariah adalah JII (Jakarta Islamic Index), SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia), IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan), dan tingkat inflasi dalam negeri. Faktor – faktor tersebut secara teoritis sangat berkaitan dengan kinerja portofolio reksa dana syariah sehingga diharapkan dapat menjadi indikator kuat bagi investor untuk mengetahui kinerja dari reksa dana syariah. Tolak ukur atau benchmark telah umum digunakan untuk menilai kinerja manajer investasi dalam mengelola dana. Tolak ukur yang ditetapkan bagi kinerja reksa dana syariah
xix
yang diakui berdasarkan syariat dan prinsip Islam, yang disebut dalam Jakarta Islamic Index (Ridwan Sundjaja, 2003). Reksa dana saham merupakan jenis reksa dana yang memiliki presentase yang cukup besar dalam reksa dana syariah dikarenakan masih sedikitnya instrumen pasar modal syariah. Dengan demikian reksa dana Syariah sangat terkait erat dengan JII (Jakarta Islamic Index), karena saham – saham yang terdapat pada reksa dana syariah termasuk dalam jenis saham yang ada dalam daftar saham JII. Meningkatnya kinerja saham syariah di JII selama ini turut pula memacu peningkatan dana kelolaan reksa dana syariah yang menjadikan kinerja reksa dana syariah menjadi lebih baik. Berbeda dengan SBI di bank konvensional, bagi bank syariah kelebihan dana likuiditas dapat disalurkan ke BI dengan membeli Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). Bentuk return yang diperoleh dari SWBI ini berupa bonus yang tidak diperjanjikan dan kalau pun ada, jauh lebih rendah dibandingkan return SBI. Oleh karena itu bank syariah cenderung tidak menjadikan SWBI sebagai alternatif dalam berinvestasi, bank – bank syariah dituntut untuk lebih berfikir kreatif dalam memilah dan memilih sektor riil yang layak untuk mendapatkan pembiayaan. Akan tetapi perkembangan yang baik dari SWBI dapat memotivasi masyarakat maupun pengusaha untuk melakukan investasi di sekor perbankan syariah selain berinvestasi di pasar modal syariah. Sehingga penurunan investasi di pasar modal syariah dalam hal ini reksa dana syariah dapat terjadi. Perkembangan IHSG akan mempengaruhi kinerja reksa dana syariah, terutama pada reksa dana saham syariah (Sugeng Wahyudi, 2003). IHSG merupakan gambaran yang relevan dari kinerja saham – saham yang ada di BEI (Bursa Efek Indnesia), naiknya nilai IHSG dapat mendorong peningkatan investor untuk berinvestasi di pasar modal yakni saham karena return yang dihasilkan dalam kondisi yang meningkat. Adanya keterkaitan antara IHSG dan reksa dana konvensional yang terjadi karena saham – saham yang dipergunakan dalam reksa dana konvensional merupakan saham – saham yang termasuk dalam IHSG, hal tersebut pula yang memicu meningkatnya return pada reksa dana konvensional. Ketertarikan para investor pada reksa dana konvensional dikarenakan kenaikan return menjadikan penempatan reksa dana
xx
konvensional lebih banyak jika dibandingkan dengan reksa dana syariah, hal tersebut berimbas pada kinerja reksa dana konvensional yang menjadi lebih baik pada saat dibandingkan dengan reksa dana syariah. Kenaikan harga barang pada saat inflasi tidak hanya terjadi pada barang – barang konsumsi akan tetapi juga pada barang – barang produksi, oleh karena itu biaya produksi akan meningkat yang berakibat pada semakin kecilnya deviden yang diberikan kepada para pemegang saham. Semakin kecilnya deviden menjadikan berkurangnya minat investor untuk berinvestasi di pasar modal, sehingga mengurangi pula dana kelolaan dari reksa dana syariah, yang berimbas pada kinerja reksa dana syariah. Menurut Bakhrul Muchtasib (2008: 2), terjadinya inflasi akan menyebabkan menurunnya total real return investasi. Pendapatan yang diterima dari investasi dalam reksa dana bisa jadi tidak dapat menutup kehilangan karena menurunnya daya beli (loss of purchasing power). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Sofyan S. Harahap dan Pardomuan Pane (2003), dinyatakan bahwa kinerja reksa dana syariah dinyatakan lebih baik dibandingkan reksa dana konvensional, akan tetapi pada saat kondisi IHSG naik kinerja reksa dana konvensional menjadi lebih baik dibandingkan reksa dana syariah. Menurut Ratna Wardhani (2004) jeleknya kinerja reksa dana dipengaruhi oleh ketidakmampuan manajer portofolio dalam memilih saham yang tepat atau tidak memiliki stock selection ability yang memadai. Hasil penelitian Makmun dan Lokot Zein Nasution (2005), prospek reksa dana masih cukup menjanjikan hanya saja belum menjadi pesaing dari produk bank yaitu deposito.
Menurut Tendi Haruman dan Hariandy Hasbi (2005), dipandang dari aspek return reksa dana saham syariah memiliki return yang lebih tinggi dari return pasarnya dalam hal ini JII (Jakarta Islamic Index), dan dari sisi risiko reksa dana syariah menghasilkan kinerja resiko yang lebih rendah dari risiko pasarnya. Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadori Yunus dan Idrus Mahidin (2005), diketahui return yang diperoleh dari NAB Danareksa Syariah
xxi
Berimbang lebih baik dari return suku bunga deposito selama periode penelitian (Januari 2002 – Desember 2004), dan bahwa fluktuasi nilai SWBI, JII dan Inflasi secara bersama-sama sangat mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang dari PT. Danareksa Investment Management. Kemampuan manajer investasi dalam meraih keuntungan dari mengelola dana investor ditentukan oleh berbagai faktor antara lain kebijakan investasi. Jadi bila kebijakan investasi yang diambil kurang tepat, maka risiko kerugian investor tidak dapat dihindarkan Walaupun kebijakan investasi yang diterapkan berbeda – beda tetapi pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama, yaitu memberikan tingkat keuntungan investasi yang lebih baik dibandingkan pada investasi lainnya dengan risiko yang minimal (Fabozzi, 1995). Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa bila kita berinvestasi dalam reksa dana, maka keberhasilan dan kegagalan sepenuhnya berada ditangan lembaga reksa dana sebagai manajer investasi (Pozen, 1998). Permasalahan – permasalahan di atas menimbulkan minat penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor – faktor yang memberi pengaruh terhadap kinerja reksa dana khususnya pada kinerja reksa dana syariah agar dapat menjadi acuan bagi para manajer investasi dalam menentukan kebijakan investasi. Faktor – faktor tersebut diantaranya JII (Jakarta Islamic Index), SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia), IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) serta inflas. Penting bagi para pelaku investasi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh yang diberikan oleh faktor – faktor tersebut, agar para pelaku investasi terutama yang melakukan investasi pada reksa dana syariah dapat mengambil keputusan investasi yang lebih tepat atau pun melakukan antisipasi lebih lanjut terkait keputusan investasinya pada saat terjadi perubahan yang signifikan pada faktor – faktor tersebut. Oleh karena itu penulis mengambil judul skripsi, ”Analisis Pengaruh JII, SWBI, IHSG, Dan Inflasi Terhadap Kinerja Reksa Dana Syariah”.
B. Perumusan Masalah
xxii
Dalam menentukan portofolio yang tepat dalam investasi reksa dana syariah maka sangat penting mengetahui sejauh mana JII, IHSG serta tingkat inflasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksa dana syariah. Maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana gambaran mengenai kinerja reksa dana syariah?
2.
Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari JII, SWBI, IHSG, dan inflasi terhadap kinerja reksa dana syariah?
3.
Variabel manakah yang memberikan pengaruh yang paling dominan terhadap kinerja reksa dana syariah?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada perumusan masalah diatas, maka tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah: 1.
Memberikan penjelasan mengenai kinerja reksa dana syariah
2.
Untuk menganalisa apakah JII (Jakarta Islamic Index), SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia), IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) dan inflasi memberikan pengaruh terhadap kinerja reksa dana syariah.
3.
Untuk menganalisa variabel manakah diantara keempatnya yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap kinerja reksa dana syariah
D. Manfaat Penelitian 1.
Dunia Investasi Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam menjalankan strategi yang tepat dalam menanamkan investasi di reksa dana syariah.
2.
Dunia Akademis Memberikan kontribusi pada pengembangn teori terutama yang berkaitan dengan manajemen keuangan.
3.
Penulis
xxiii
Menjadi salah satu motivasi untuk dapat mengembangkan pengetahuan yang selama ini diperoleh serta memotivasi untuk melaksakana penelitian-penelitian selanjutnya dengan lebih baik.
xxiv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Investasi dan Pasar Modal 1.
Pengertian Investasi dan Pasar Modal Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa – masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana. Investasi dalam arti luas terdiri dari dua bagian utama, yaitu: investasi dalam bentuk aktiva riil dan investasi dalam bentuk surat – surat berharga atau sekuritas (Sunariyah,1997 : 4). Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI No.1548/KMK/90, tentang Peraturan Pasar Modal, pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank – bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat – surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham – saham, obligasi – obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek (Sunariyah,1997: 45). Transaksi investasi atau jual beli surat berharga di pasar modal dapat berbentuk (Sunariyah,1997: 5-6): a.
Utang berjangka (jangka pendek/ panjang) Utang berjangka (jangka pendek/ panjang) merupakan salah satu bentuk pendanaan dalam suatu entitas (badan usaha) yang dilakukan dengan menerbitkan surat berharga dan dijual kepada para pemilik dana ataupun para pemodal. Dalam rangka utang pendanaan jangka panjang dikenal dua macam surat berharga, yaitu:
xxv
1) Surat obligasi, merupakan pengakuan utang oleh suatu entitas (biasanya berbentuk badan usaha perseroan terbatas) dengan disertai janji memberikan imbalan bunga dengan rate tertentu. 2) Sekuritas lainnya, terdiri dari berbagai jenis sekuritasyang biasanya disebut sekuritas kredit, misalnya: right, waran, opsi dan future. b.
Penyertaan Penyertaan merupakan salah satu bentuk penanaman modal pada suatu entitas (badan usaha) yang dilakukan dengan menyetorkan sejumlah dana tertentu dengan tujuan untuk menguasai sebagian hak pemilikan atas perusahaan tersebut.
2.
Peranan Pasar Modal Peranan pasar modal dalam suatu perekonomian negara (Sunariyah,1997:9-10) adalah sebagai berikut: a.
Fungsi Tabungan (Savings Function) Kegiatan menagung dapat dilakukan dengan cara apa saja akan tetapi yang perlu diingat bahwa nilai mata uang cenderung akan turun di masa yang akan datang. Bagi penabung, metode yang akan digunakan sangat dipengaruhi oleh kemungkinan rugi sebagai akibat penurunan nilai mata uang, inflasi, risiko hilang, dan lain – lain. Apabila nilai sejumlah uang yang dimiliki ingin dipertahankan, maka perlu dipertimbangkan agar kerugian yang bakal di derita tetap minimal. Dengan melihat gambaran tersebut, para penabung perlu memikirkan alternatif menabung ke wilayah lain yaitu investasi. Surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal memberi jalan yang begitu mudah dan murah, tanpa resiko untuk menginvestasikan dana.
b.
Fungsi Kekayaan (Wealth Function) Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan tersebut dapat dipergunakan kembali. Cara ini lebih baik karena kekayaan itu tidak mengalami depresiasi (penyusutan) seperti aktiva lain.
c.
Fungsi Likuiditas (Liquidity Function)
xxvi
Kekayaan yang disimpan dalam surat – surat berharga, bisa dilikuidasi melalui pasar modal dengan risik yang sangat minimal dibandingkan dengan aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga dengan biaya relatif murah dan lebih cepat. Dengan kata lain, pasar mdal adalah ready market untuk melayani pemenuhan likuiditas para pemegang surat berharga. d.
Fungsi Pinjaman (Credit Function) Pasar modal merupakan fungsi pinjaman untuk konsumsi dan investasi. Pinjaman merupakan utang kepada masyarakat. Pasar modal bagi suatu perekonomian negara merupakan sumber pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat. Pemerintah lebih mendorong pertumbuhan pasar modal untuk mendapatkan dana yang lebih mudah dan lebih murah.
3.
Macam – Macam Pasar Modal Penjualan sekuritas berdasarkan tempat dilakukannya jual-beli sekuritas ada beberapa macam (Sunariyah, 1997: 12-14), yaitu: a.
Pasar perdana (primary market), adalah penawaran saham dari perusahaan – perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham – saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya sebelum saham tersebut dicatatkan dibursa.
b.
Pasar sekunder (secondary market), didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah pasar melewati masa penawaran pada pasar perdana. Dalam pasar sekunder saham dan sekuritas lain diperjual belikan secara luas, setelah melalui masa penjualan di pasar perdana.
c.
Pasar ketiga (third market), adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lainnya di luar bursa (over the counter market). Bursa paralel merupakan suatu sistem perdagangan efek yang terorganisir diluar bursa efek resmi, dalam bentuk pasar
xxvii
sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina oleh Badan Pengawas Pasar Modal. d.
Pasar keempat (fourth market), merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek.
4.
Investasi Syariah Investasi dalam Islam pengertiannya sangat sederhana, investasi tak lain adalah usaha perkongsian atau syirkah, dimana satu pihak pemodal menanamkan dananya dalam sebuah usaha riil yang dilaksanakan oleh pihak lain. Bentuk syirkah yang cukup dikenal dalam Islam adalah mudharabah dan musyarakah. Mudharabah lazim dikenal sebagai akad investasi, dimana satu pihak menyediakan modal usaha dan pihak lain menggunakan keahliannya dalam mengelola usaha tersebut. Sedangkan musyarakah pada dasarnya sama dengan mudharabah namun yang membedakan adalah kedua pihak sama – sama ikut mengelola usaha tadi. Usaha yang dilaksanakan dalam akad investasi syariah ini tentu haruslah sesuai dengan prinsip syariah. Usaha tidak diperkenankan mengandung unsur riba, judi, dan gharar. Dalam proses usaha tidak dibenarkan memproduksi barang atau komoditi yang secara zat haram, misalnya babi dan khamar. Dengan demikian investasi dalam Islam sangat dekat dengan usaha primer dalam pasar (riil). Investasi menjadi aktivitas ekonomi turunan dari aktivitas utamanya yaitu perdagangan atau jual beli baik barang maupun jasa (Ali Sakti, 2007:247 – 248).
B. Return And Risk
(Tingkat Keuntungan dan Resiko)
Di dalam melakukan investasi portofolio dalam financial asset, investor perlu melakukan beberapa tahap, yaitu : (1) mengidentifikasi kombinasi optimal risk-return yang ada, (2) mempertimbangkan dampak dari asset bebas risiko (risk-free assets), (3) memilih portofolio yang terdiri dari risk–free assets dan kombinasi optimal portofolio berdasarkan keputusan seorang investor.
xxviii
1.
Expected Return (Tingkat Keuntungan) Investor tidak dapat mengetahui hasil return/ keuntungan yang akan diperoleh dari suatu keputusan investasi, oleh sebab itu harus dapat diestimasi. Keuntungan yang akan datang (future return) adalah keuntungan yang diharapkan (expected return) yang dapat atau tidak dapat secara nyata terjadi. Perhitungan expected return adalah:
Keterangan: E (ri)
2.
D1
= expected on security E (ri) =return D1 + (P 1 –a P 0) P0 = dividen untuk jangka waktu investasi
P0
= harga atau nilai pasar pada awal jangka waktu
P1
= harga pada akhir jangka waktu investasi
Risiko (Risk) Sama halnya dengan return, para investor harus dapat mengidentifikasi dan menghitung tingkat risiko dari suatu investasi portofolio. Untuk menghitung risiko total dan total return suatu portofolio perlu dihitung variansi dan standar deviasi suatu portofolio. Variansi dan standar deviasi merupakan dispersi perhitungan distribusi probabilitas. Makin besar disperse maka akan makin besar variansi atau standard deviasinya. Perhitungan risiko (risk) adalah: σ i2 = ∑ [(ri – r)2] (n-1) σ i = √ σ i2 Keterangan: σ i2
= variance of returns
σi
= standard deviation of return
Perhitungan standar deviasi dengan menggunakan distribusi probabilitas meliputi perkiraan probabilitas dan tingkat return. Namun tidak dapat dihindari bahwa tingkat
xxix
return di masa depan adalah tidak pasti. Harga – harga sekuritas berdasarkan perkiraan masa depan para investor. Peraturan nomor 1 dalam manajemen portofolio adalah bahwa investor harus mendiversifikasi dan memegang suatu portofolio sekuritas dengan tujuan untuk menghadapi ketidakpastian yang terjadi dalam melakukan investasi. Oleh sebab itu perlu dipertimbangkan tingkat risiko dan expected return dari suatu portofolio. C. Pengertian JII, SWBI, IHSG dan Inflasi 1.
JII (Jakarta Islamic Indekx) Dalam rangka pengembangan Pasar Modal Syariah, PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) bersama dengan PT Danareksa Invesment Management (DIM) meluncurkan indeks saham yang dibuat berdasarkan syariah Islam, yaitu Jakarta Islamic Index (JII) pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan memandu investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah. Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 saham yang dipilih dari saham – saham yang sesuai dengan syariah Islam. Penentuan kriteria pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Invesment Management. Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Melalui indeks diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi secara syariah (Sunariyah,1997:127). Saham – saham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah (Tjiptono Darmadi & Hendy M. Fakhruddin, 2001: 233), seperti:
Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.
Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional.
xxx
Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan makanan dan minuman yang terglong haram.
Usaha yang memproduksi, mendistribusi, dan/atau menyediakan barang – barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Untuk menetapkan saham-saham yang akan masuk dalam perhitungan JII dilakukan dengan urutan seleksi sebagai berikut: 1.
Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar).
2.
Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun berakhir yang memiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva maksimal sebesar 90%.
3.
Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir.
4.
Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir.
Pengkajian ulang akan dilakukan enam bulan sekali dengan penentuan komponen indeks pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan dimonitoring secara terus menerus berdasarkan data-data publik yang tersedia. Perhitungan JII dilakukan oleh Bursa Efek Jakarta dengan menggunakan metode perhitungan indeks yang telah ditetapkan Bursa Efek Jakarta, yaitu dengan bobot kapitalisasi pasar (market cap weighted). Perhitungan indeks ini juga mencakup penyesuaian-penyesuaian (adjustment) akibat berubahnya data emiten yang disebabkan oleh aksi korporasi. 2.
SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia) Sertifikat menurut Dahlan Siamat (2004) merupakan suatu keterangan atau peryataan tertulis tercetak dari orang yang berwenang yang dapat digunakan sebagai bukti suatu kejadian, sebagai sarana dalam penanaman modal digunakan sertifikat. Sertifikat dapat
xxxi
pula dikatakan sebagai surat berharga dan setiap sertifikat tersebut berbeda – beda sesuai dengan penggunaannya. Menurut Pusat Kajian Ekonomi Syariah, SWBI merupakan kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan likuditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip syariah. SWBI bagi bank syariah difungsikan sebagai alat instrumen investasi, sebagaimana Sertifikat Bank Indonesia (SBI) di bank konvensional. Dalam prakteknya, SWBI adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadiah. Akad yang digunakan untuk instrumen SWBI adalah akad wadiah sebagaimana diatur dalam fatwa DSN no. 01/DSN-MUI/IV/2000 tentang Giro dan Fatwa DSN No. 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang Tabungan. Dalam SWBI tidak boleh ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian atau bonus yang bersifat sukarela dari pihak Bank Indonesia. Dan SWBI pun tidak boleh diperjualbelikan. Bank Indonesia menerbitkan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) tidak lepas kaitannya dengan kebijakan Bank Indonesia untuk mengatasi kebutuhan perbankan syariah di Indonesia. SWBI mempunyai dasar hukum pertama kalinya di dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 2/9/PBI/2000 tanggal 23 Februari 2000 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dalam perkembangannya peraturan ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi dengan ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/7/PBI/2004 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia pada tanggal 16 Februari 2004. Dalam peraturan tersebut, dinyatakan bahwa SWBI yang telah diterbitkan sebelum Peraturan Bank Indonesia ini tetap diberlakukan, tetap tunduk pada pada ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/9/PBI/2000 tanggal 23 Februari 2000 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia sampai dengan SWBI tersebut jatuh waktu. Pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/7/PBI/2004 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, SWBI adalah bukti penitipan dana wadiah. Penitipan dana wadiah menurut peraturan ini adalah penitipan dana berjangka pendek dengan menggunakan prinsip wadiah yang disediakan oleh Bank Indonesia bagi Bank Syariah atau UUS (Unit Usaha
xxxii
Syariah). Sedangkan wadiah adalah perjanjian penitipan dana antara pemilik dana dengan pihak penerima titipan yang dipercaya untuk menjaga dana tersebut. Mekanisme transaksi SWBI ini diawali oleh Bank Syariah atau UUS yang menitipkan dana wadiah kepada Bank Indonesia yang dilakukan dengan mengajukan permohonan kepada Bank Indonesia. Jumlah dana yang dititipkan sekurang – kurangnya Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta Rupiah). Sedangkan jumlah penitipan di atas Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta Rupiah) hanya dapat dilakukan dalam kelipatan Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta Rupiah). Jangka waktu penitipan dana wadiah, yaitu 7 (tujuh) hari, 14 (empat belas) hari, dan 28 (dua puluh delapan) hari. Jangka waktu mpenitipan dana wadiah akan diumumkan oleh Bank Indonesia pada hari penitipan dana wadiah. Penitipan dana wadiah tidak dapat diambil kembali oleh Bank Syariah atau UUS, sebelum berakhirnya jangka waktu penitipan dana wadiah. Namun, jika diperlukan Bank Indonesia dapat mengakhiri penitipan dana wadiah sebelum berakhir jangka waktunya. Penitipan dana wadiah dalam hal penyelesaiannya dilakukan pada tanggal yang sama dengan tanggal permohonan pada waktu penyelesaian penitipan dana wadiah, Bank Syariah atau UUS wajib menyiapkan dana yang cukup di rekening giro Rupiah Bank Syariah atau UUS di Bank Indonesia. Penyelesaiannya dilakukan dengan cara mendebet rekening giro Rupiah Bank Syariah atau UUS di Bank Indonesia sebesar nminal penitipan dana wadiah. Jika saldo pada rekening giro tidak mencukupi, maka permohonan penitipan dana wadiah dibatalkan oleh Bank Indonesia. Penitipan dana wadiah pada tanggal jatuh waktu dilakukan dengan cara mengkredit rekening giro Rupiah Bank Syariah atau UUS di Bank Indonesia sebesar jumlah nominal. Jika tanggal jatuh waktu adalah hari libur maka penyelesaian penitipan dana wadiah dilaksanakan pada hari kerja berikutnya (Dahlan Siamat, 2004). SWBI mempunyai karakteristik (Gemala Dewi, 2006 : 113) sebagai berikut : a.
Merupakan tanda bukti penitipan dana berjangka pendek
b.
Diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI)
xxxiii
3.
c.
Merupakan instrumen kebijakan moneter dan sarana penitipan dana sementara
d.
Ada bonus atas transaksi penitipan dana
IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) Indeks harga saham gabungan seluruh saham menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh saham, sampai pada tanggal tertentu. Biasanya pergerakan saham tersebut disajikan setiap hari, berdasarkan harga penutupan bursa pada hari tersebut. Indeks tersebut disajikan untuk periode tertentu. Dalam hal ini mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham gabungan dibursa efek. Indeks harga saham gabungan seluruh saham adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di suatu bursa efek. Maksud gabungan seluruh saham ini adalah kinerja saham yang dimasukkan dalam perhitungan seluruh saham yang tercatat dibursa tersebut (Sunariyah,1997:126).
4.
Inflasi Inflasi adalah proses kenaikan harga – harga umum secara terus menerus. Kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan harga secara terus – menerus. Akibat deflasi adalah daya beli masyarak bertambah besar sehingga pada tahap awalnya barang – barang menjadi langka. Akan tetapi, pada tahap berikutnya jumlah barang makin banyak karena makin berkurangnya daya beli masyarakat. Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena secara riil tingkat pendapatan juga menurun. Jadi, apabila inflasi yang terjadi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 5%, sedangkan pendapatan tetap, itu berarti bahwa secara riil, pendapatan mengalami penurunan sebesar 5% yang relatif akan menurunkan daya beli sebesar 5% juga (Iskandar Putong, 2000: 181). Berdasarkan sifatnya, inflasi dibagi menjadi 4 (empat) kategori utama (Iskandar Putong, 2000: 185), yaitu sebagai berikut: a.
Inflasi merayap/ rendah (creeping inflation), yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10% per tahun.
xxxiv
b.
Inflasi menengah (galoping inflation), yaitu inflasi yang besarnya 10 – 30% per tahun. Inflasi ini biasanya ditandai dengan naiknya harga – harga secara cepat dan relatif besar.
c.
Inflasi tinggi (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30 – 100% per tahun. Dalam kondisi ini harga – harga secara umum naik.
d.
Inflasi sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang ditandai dengan naiknya harga secara drastis hingga mencapai 4 digit (di atas 100%). Pada kondisi masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang karena harganya merosot secara tajam sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang.
Berdasarkan sebabnya inflasi dibagi menjadi dua (Iskandar Putong, 2000: 181-182), yaitu: a.
Demand Pull Inflation, inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi di satu pihak dan kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh (full employment) di pihak lain.
b.
Cost Push Inflation, inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak efisiennya perusahaan, nilai kurs uang negara yang bersangkutan jatuh/menurun, kenaikan harga bahan baku industri, adanya tuntutan kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat, dan sebagainya).
Sedangkan berdasarkan asalnya, inflasi dibagi menjadi dua, yaitu inflasi yang timbul dari dalam negeri dan inflasi yang timbul dari luar negeri. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) timbul karena terjadinya defisit dalam pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara. Inflasi yang berasal dari luar negeri disebabkan negara – negara yang menjadi mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang tinggi (Iskandar Putong, 2000: 186). Dalam bukunya, Iskandar Putong memaparkan 3 (tiga) teori utama yang menerangkan mengenai inflasi, yaitu sebagai berikut: 1.
Teori Kuantitas
xxxv
Teori kuantitas menyatakan bahwa penyebab utama dari inflasi adalah pertambahan jumlah uang yang beredar dan psikologi masyarakat mengenai kenaikan harga – harga di masa yang akan datang. 2.
Teori Keynes Keynes menyatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Teori ini menyoroti bagaimana perebutan rezeki antar golongan masyarakat bisa menimbulkan permintaan agregat yang lebih besar dari pada jumlah barang yang tersedia. Selama kesenjangan (gap) inflasi masih tetap ada, selama itulah inflasi terus berlanjut.
3.
Teori Strukturalis atau teori inflasi jangka panjang Teori ini menyoroti sebab – sebab inflasi yang berasal dari kekakuan struktur ekonomi, khususnya kestabilan suplai bahan makanan dan barang ekspor. Karena sebab – sebab struktural, pertambahan barang – barang produksi ini terlalu lambat dibandingkan dengan pertumbuhan kebutuhannya sehingga menaikan harga bahan makanan dan kelangkaan devisa. Akibat selanjutnya adalah kenaikan harga – harga barang lainnya sehingga terjadi inflasi yang relatif berkepanjangan bila pembangunan sektor penghasil bahan pangan dan industri bahan ekspor tidak dibenahi/ditambah.
D. Pengertian Reksa Dana Kata reksa dana berasal dari istilah Mutual Fund. Fund berarti dana, dan Mutual berarti saling menguntungkan. Di Indonesia kemudian dipilih kata “dana” dan “reksa”, jika digabungkan menjadi danareksa. Tetapi kemudian dipilih reksa dana untuk menghindari kerancuan arti dengan perusahaan Danareksa yang sudah memasyarakat sekarang ini (Sunariyah,1997: 209). Jadi jelaslah bahwa ”Danareksa” adalah suatu perusahaan investasi dengan nama ”PT. Danareksa” yang merupakan BUMN dibawah Departemen Keuangan. PT.
xxxvi
Danareksa banyak menerbitkan instrumen investasi, secara abstrak dapat dibayangkan bahwa reksa dana sebagai suatu instrumen investasi seperti sertifikat deposito. Di bandingkan dengan negara – negara lain, reksa dana di Indonesia masih relatif muda. Tjiptono Darmaji memaparkan reksa dana mulai lahir di Indonesia pada tahun 1995 ketika muncul BDNI reksa dana yang merupakan reksa dana tertutup. Seiring dengan hadirnya Undang-Undang Pasar Modal pada tahun 1996, maka mulailah reksa dana tumbuh secara aktif Reksa dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat investor, khususnya investor kecil dan investor yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung resiko atas investasi mereka. Reksa dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal dan keinginan melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Umumnya, reksa dana diartikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat investor, untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi (fund manager). Dana yang di investasikan pada reksa dana dari pemodal akan disatukan dengan dana yang berasal dari pemodal lainnya untuk menciptakan kekuatan membeli yang lebih besar dibanding mereka harus melakukan investasi sendiri. Sebab, dengan reksa dana dapat memiliki ratusan sekuritas yang berbeda, kesuksesan reksa dana tidak hanya tergantung kepada satu atau dua saham. Dana yang berasal dari para pemegang reksa dana ini, akan dikelola oleh para profesional yang senantiasa memperhatikan pasar serta menyesuaikan portofolio untuk mencapai kinerja yang paling baik (Sunariyah,1997:208). Definisi reksa dana menurut Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) adalah: ”Reksa dana (mutual fund) adalah institusi jasa keuangan yang menerima uang para pemodal yang kemudian menginvestasikan dana tersebut dalam portofolio yang terdiversifikasi pada efek/sekuritas”. Menurut Tjiptono Darmadi dan Hendy M. Fakhruddin (2001: 210) ada tiga hal yang terkait dari definisi tersebut yakni, adanya dana dari masyarakat investor, dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek dan dana tersebut dikelola oleh manajer investasi. Dengan
xxxvii
demikian, dana yang ada dalam reksa dana merupakan dana bersama para investor, sedangkan manajer investasi adalah pihak yang dipercaya untuk mengelola dana tersebut Kegiatan investasi reksa dana dapat ditempatkan diberbagai instrumen efek, baik pasar uang ataupun pasar modal. Hal ini menunjukkan bahwa reksa dana bersifat fleksibel, karena mampu memberikan berbagai pilihan dan alternatif bagi para investor sesuai dengan tujuan dan kebutuhannya dalam berinvestasi. Seperti halnya sarana investasi yang lain, reksa dana selain menghasilkan tingkat keuntungan tertentu (return) juga memiliki unsur risiko (risk) yang patut dipertimbangkan. Hanya saja resiko yang terkandung dapat diperkecil karena investasi tersebut dapat didiversifikasi atau disebar dalam bentuk portofolio (Sunariyah,1997:210).
E. Manfaat Berinvestasi Melalui Reksa Dana Berinvestasi melalui reksa dana memiliki banyak keuntungan bagi investornya (Sofiyani Ghufron dkk, 2005: 47-49), di antaranya: 1.
Jumlah dana tidak terlalu besar Masyarakat dapat melakukan investasi melalui reksa dana meski dana yang dimiliki sangat kecil, karena reksa dana memungkinkan investor dengan modal yang kecil untuk ikut serta dalam investasi portofolio yang dikelola secara profesional.
2.
Akses untuk beragam investasi Tidak mudah bagi masyarakat untuk melakukan investasi secara langsung, karena adanya keterbatasan pengetahuan, keahlian yang dimiliki, dan juga faktor geografis. Reksa dana dapat menjadi pilihan investasi yang efektif dan aman, karena melaui reksa dana investasi pada saham berkapitalisasi besar dan blue chip tetap dapat dilakukan.
3.
Diversifikasi investasi Diversifikasi yang terwujud dalam bentuk portofoli akan menurunkan tingkat resiko. Reksa dana melakukan diversifikasi dalam berbagai instumen efek, baik saham, obligasi dan yang lainnya, sehingga dapat memperkecil resiko karena tersebar di mana – mana.
4.
Kemudahan investasi
xxxviii
Kemudahan investasi tercermin dari kemudahan pelayanan dalam pembelian maupun penjualan kembali unit penyertaan. 5.
Dikelola oleh manajemen profesional Fund manager memiliki peran yang sangat penting dalam pengelolaan portfolio di reksa dana. Dengan demikian, mereka diharuskan memiliki keahlian khusus dalam hal pengelolaan dana.
6.
Tranparansi informasi Informasi apapun yang berkaitan dengan perkembangan portolio, biaya harus disampaikan secara terus menerus oleh pihak reksa dana. Sehingga para pemegang unit penyertaan atau investor dapat mengetahui dan memantau keuntungan, biaya, dan resikonya.
7.
Likuiditas Berinvestasi di reksa dana juga memberikan kemudahan bagi investor dalam mencairkan saham atau unit penyertaannya setiap saat, sesuai dengan ketetapan yang dibuat oleh masing – masing reksa dana.
8.
Biaya rendah Biaya transaksi di reksa dana sangat mudah bila dibandingkan dengan apabila investor melakukan transaksi secara individual di bursa. Karena biaya transaksi ditanggung oleh para pemegang unit penyertaan atau investor yang jumlahnya banyak.
9.
Return yang kompetitif Tidak dapat dipungkiri bahwa berinvestasi di reksa dana memberikan return yang sangat tinggi dibandingkan dengan deposito. Hal tersebut ditunjukkan oleh beberapa penelitian bahwa rata – rata kinerja reksa dana secara historis mempunyai kinerja yang baik.
F. Risiko Investasi di Reksa Dana Risiko yang dihadapi apabila berinvestasi di reksa dana (Sofiyani Ghufron dkk, 2005: 5051) sebagai berikut: 1.
Risiko berkurangnya Nilai Unit Penyertaan ( NUP)
xxxix
Hali ini disebabkan oleh turunnya harga dari efek – efek yang menyusun portofolio (saham, obligasi, dan surat berharga lainnya). 2.
Risiko likuiditas Risik ini berkaitan dengan kesulitan yang dihadapi oleh pihak manajer investasi apabila sebagian besar pemegang unit penyertaan menjual kembali (redemption) unit – unit penyertaan yang dipegangnya.
3.
Risiko wanprestasi Risiko yang timbul ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan reksa dana tidak segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan pada saat terjadi hal – hal yang tidak diinginkan. Risiko – risiko lain yang dapat terjadi adalah risiko ekonomi dan politik, pasar, inflasi, dan
nilai tukar. Ach. Bakhrul Muchtasib (2008: 2) menjelaskan mengenai risiko – risiko tersebut, risiko ekonomi dan politik terjadi dikarenakan perubahan kebijakan ekonomi politik dapat mempengaruhi kinerja bursa dan perusahaan sekaligus, dengan demikian harga sekuritas akan terpengaruh yang kemudian mempengaruhi portofolio yang dimiliki reksa dana. Risiko pasar terjadi karena nilai sekuritas di pasar efek memang berfluktuasi sesuai dengan kondisi ekonomi secara umum. Terjadinya fluktuasi di pasar efek akan berpengaruh langsung pada nilai bersih portoflio, terutama jika terjadi koreksi atau pergerakan negatif. Risiko inflasi terjadi dikarenakan inflasi menyebabkan menurunnya total real return investasi. Pendapatan yang diterima dari investasi dalam reksa dana bisa jadi tidak dapat menutup kehilanhan karena menurunnya daya beli (loss of purchasing power). Risik nilai tukar dapat terjadi terdapat sekuritas luar negeri dalam portofolio yang dimiliki. Pergerakan nilai tukar akan mempergaruhi nilai sekuritas yang termasuk foreign invesment setelah dilakukan konversi dalam mata uang domestik.
G. Reksa Dana Syariah
xl
Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 20/DSN-MUI/IV/2001, Reksa Dana Syariah adalah: ”Reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahibul maal/ rabb al-mal) dengan manajer investasi sebagai wakil pengguna investasi, maupun antara manajer investasi sebagai wakil shahibul maal dengan pengguna investasi.” Menurut Tjiptono Darmadi dan Hendy M. Fakhruddin (2001: 238), Reksa Dana Syariah merupakan reksa dana yang mengalokasikan seluruh dana/portofolio ke dalam instrumen syariah seperti saham – saham yang tergabung dalam JII, obligasi syariah, dan berbagai instrumen keuangan syariah lainnya. Pengertian dari reksa dana syariah sama dengan reksa dana konvensional, yang bertujuan mengumpulkan dana dari masyarakat, yang selanjutnya dikelola oleh manajer investasi. Yang membedakannya adalah reksa dana syariah memiliki kebijakan investasi yang berbasis pada prinsip – prinsip Islam. Instrumen investasi yang dipilih dalam portofolionya haruslah yang dikategorikan halal. Dikatakan halal, jika pihak yang menerbitkan instrumen investasi tersebut tidak melakukan usaha yang bertentangan dengan prinsip – prinsip Islam dalam akad, sasaran investasi, teknis transaksi, pendapatan maupun pembagian keuntungan. Selain itu usaha tersebut tidak melakukan riba atau membungakan uang (Tendi H & Hariandy H, 2005: 42). Salah satu tujuan dari reksa dana syariah adalah memenuhi kebutuhan kelompok investor yang ingin memperoleh pendapatan investasi dari sumber yang bersih dan dapat dipertanggungjawabkan secara religius, serta sejalan dengan prinsip – prinsip syariah. Dari sisi tujuan reksa dana syariah dapat disejajarkan dengan Social Responsible Investment (SRI) atau Etichal Investment, Socially Aware Investment, dan Value-based investment. Tujuan utama reksa dana syariah bukan semata – mata mencari keuntungan, tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungan, komitmen terhadap nilai – nilai yang diyakini tanpa harus mengabaikan keinginan investornya (Sofiyani Ghufron dkk., 2005:15 – 16). Adapun landasan hukum syariah dari reksa dana syariah adalah: 1.
Q.S. Al – Maidah (5): 1: ”Hai orang – orang beriman penuhilah akad – akad itu.”
xli
2.
Q.S. Al – Baqarah (2): 279: ”...tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia dari Tuhanmu...”
3.
Q.S. An – Nisa (4): 29: ”Hai orang – orang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku di antara suka sama suka di antara kamu ...”
4.
Hadist Riwayat Turmudzi dari Amr bin ’Auf: ”Perdamaian itu dapat dilakukan di antara kaum Muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum Muslimin terikat dengn syarat – syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”
5.
Hadist Riwayat Ibnu Majah: ”Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang lain.” (HR Ibn Majah dari Ubadah bin Shamit, Ahmad dari Ibn Abbas, dan Malik dari Yahya).
6.
Kaidah Fiqih ”Pada dasarnya, segala bentuk muamalah boleh dilakukan sepanjang tidak ada dalil yang mengharamkan.”
H. Jenis – Jenis Reksa Dana Menurut Tjiptono Darmaji dalam bukunya mengenai Pasar Modal di Indonesia, reksa dana dapat dibedakan dari beberapa sudut pandang, antara lain dari : (1) bentuk, (2) sifat, (3) portofolio investasi, dan (4) tujuan investasi.
1.
Reksa Dana Berdasarkan Bentuknya Dilihat dari bentuknya, reksa dana dapat dibedakan menjadi:
xlii
a.
Reksa Dana Berbentuk Perseroan (Corporate Type) Dalam reksa dana bentuk ini, perusahaan penerbit reksadana menghimpun dana dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari hasil penjualan tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar modal maupun pasar uang. Reksa dana bentuk perseroan dibedakan lagi berdasarkan sifat reksa dana menjadi Reksa Dana Perseroan yang tertutup dan Reksa Dana Perseroan yang terbuka. Bentuk ini mempunyai ciri – ciri sebagai berikut:
Bentuk hukumnya adalah Perseroan Terbatas (PT).
Pengelolaan kekayaan reksa dana didasarkan pada kontrak antara Direksi Perusahaan dengan manajer investasi yang ditunjuk.
Penyimpanan kekayaan reksa dana didasarkan pada kontrak antara manajer investasi dengan Bank Kustodian.
b. Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Contractual Type) Reksa dana bentuk ini merupakan kontrak antara manajer investasi dengan Bank Kustodian yang mengikat pemegang Unit Penyertaan (UP), di mana manajer investasi diberikan wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif. Bentuk ini lebih populer dan jumlahnya semakin bertambah dibandingkan reksa dana yang berbentuk perseroan. Bentuk ini mempunyai ciri – ciri sebagai berikut:
Bentuk hukumnya adalah Kontrak Investasi Kolektif.
Pengelolaan reksa dana dilakukan oleh manajer investasi berdasarkan kontrak.
Penyimpanan kekayaan investasi kolektif dilaksanakan oleh Bank Kustodian berdasarkan kontrak.
2.
Reksa Dana Berdasarkan Sifatnya Dilihat dari sifatnya, reksa dana dapat dibedakan menjadi: a.
Reksa Dana Bersifat Terbuka (Open-End Fund)
xliii
Reksa dana yang menawarkan dan membeli kembali saham – saham dari investor sampai sejumlah modal yang telah dikeluarkan. Pemegang saham jenis ini dapat menjual kembali saham/unit penyertaanya setiap saat diinginkan. Manajer investasi reksadana, melalui Bank Kustodian, wajib membelinya sesuai dengan NAB per saham/unit pada saat tersebut. Istilah Net Asset Value (NAV) atau Nilai Aktiva Bersih (NAB) tidak dapat dipisahkan dari reksa dana. Karena istilah ini merupakan tolok ukur dalam memantau hasil dari suatu reksa dana. Yang dimaksud Nilai Aktiva Bersih (NAB) per saham/ unit adalah harga wajar dari portofolio suatu reksa dana setelah dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah saham/unit penyertaan yang telah beredar pada saat tersebut. NAB per saham/unit dihitung setiap hari oleh bank kustodion setelah mendapat data dari manajer investasi. Besarnya NAB bisa berfluktuasi setiap hari, tergantung dari perubahan nilai efek dalam portofolio. Meningkatnya NAB mengindikasikan meningkatkan investasi pemegang saham/unit penyertaan. Begitu sebaliknya. Saham yang diterbitkan oleh reksadana terbuka ini dijual berdasarkan Net Asset Value (NAV) atau NAB (Nilai Aktiva Bersih). NAV yang pertama kali ditentukan adalah sebesar Rp1.000 per saham. Kemudian selanjutnya NAV harus dihitung setiap hari dan diumumkan secara luas sehingga transaksi selanjutnya menggunakan NAV yang dihitung pada hari akhir tersebut (Robert Ang, 1997: 9.6). Rumus perhitungan NAV (Robert Ang, 1997: 9.6) adalah: NAVn = NAVn-1 + NCIN
NAVn
= Net Asset Value baru (yang ke n)
NAVn-1 = Net Asset Value sebelumnya (yang ke n-1) NCIN
= Net Change in NAV (perubahan bersih NAV)
b. Reksa Dana Bersifat Tertutup (Closed-End Fund)
xliv
Reksa dana yang tidak dapat membeli kembali saham – saham yang telah dijual kepada Investor. Artinya, pemegang saham tidak dapat menjual kembali sahamnya kepada manajer investasi. Apabila pemilik saham hendak menjual sahamnya, maka harus dilakukan melalui Bursa Efek tempat reksa dana saham tersebut dicatatkan. Dengan demikian jumlah lembar saham yang beredar untuk reksa dana tertutup tidak berubah kecuali dalam kasus – kasus tertentu. Sedangkan harga dari saham reksadana ini berubah – ubah dipengaruhi kekuatan permintaan dan penawaran, sama halnya dengan fluktuasi harga saham perusahaan publik lainnya. Harga pasar tersebut tidak selalu sama dengan NAB per sahamnya. Adakalanya lebih besar dari NAB per saham (disebut at premium), lebih kecil dari NAB per sahamnya (disebut at discount). Berikut ini merupakan rumus untuk menghitung premium atau discount saham reksadana tertutup: Ps - NAV Premium = NAV
3.
Ps
= Harga pasar saham perdana
NAV
= Net Asset Value per saham reksa dana
Reksa dana Berdasarkan Portofolio Investasinya Dilihat dari portofolio investasinya, reksa dana dapat dibedakan menjadi:
a.
Reksa dana Pasar Uang (Money Market Funds) Reksa dana jenis ini hanya melakukan investasi pada efek yang bersifat utang dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Tujuannya adalah untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal.
b. Reksa dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds)
xlv
Reksa dana jenis ini melakukan investasi sekurang – kurangnya 80% dari aktiva dalam bentuk efek yang bersifat utang. Reksa dana ini memiliki risiko yang relatif lebih besar dari Reksa dana Pasar Uang. Tujuannya adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil. c.
Reksa Dana Saham (Equity Funds) Reksa dana yang melakukan investasi sekurang – kurangnya 80% dari aktiva dalam bentuk efek yang bersifat ekuitas. Karena investasinya dilakukan pada saham, maka risikonya lebih tinggi dari dua jenis reksa dana sebelumnya, namun menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi.
d. Reksa Dana Campuran (Discretionary Funds) Reksa dana ini melakukan investasi dalam efek yang bersifat ekuitas dan efek yang bersifat utang. 4.
Reksa Dana Berdasarkan Tujuan Investasinya Dilihat dari tujuan investasinya, reksa dana dapat dibedakan menjadi:
a.
Growth Fund Reksa dana yang menekankan pada upaya mengejar pertumbuhan nilai dana. Reksa dana jenis ini biasanya mengalokasikan dananya pada saham.
b.
Income Fund Reksa dana yang mengutamakan pendapatan konstan. Reksa dana jenis ini mengalokasikan dananya pada surat utang atau obligasi.
c.
Safety Fund Reksa dana yang lebih mengutamakan keamanan daripada pertumbuhan. Reksa dana jenis ini umumnya mengalokasikan dananya di pasar uang, seperti deposito berjangka, sertifikat deposito, dan surat utang jangka pendek.
I.
Sumber Penghasilan Reksa Dana
xlvi
Dengan perkembangan Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang menggembirakan, investor akan memperoleh penghasilan yang lebih besar. Penghasilan dari investasi di reksa dana berasal dari tiga sumber, yaitu: 1.
dividen,
2.
capital gain, dan
3.
peningkatan harga. Dividen diperoleh dari penerbitan reksa dana. Dikarenakan penerbitan reksa dana
memperoleh dana melalui penerbitan saham, maka reksa dana wajib membeli deviden pada pemegang saham. Capital gain berasal dari penjualan portofolio reksa dana. Ini bisa terjadi jika reksa dana mampu menjual portofolionya dengan harga yang lebih tinggi dari harga perolehan. Sedangkan peningkatan harga reksa dana diperoleh dari hasil penjualan di pasar sekunder (untuk reksa dana open-end) atau nilai pembelian kembali oleh perusahaan reksa dana (untuk reksa dana close-end). Dalam istilah saham, peningkatan saham ini sama halnya dengan capital gain. Bisa dikatakan pemegang saham dapat memperoleh capital gain dua kali, yaitu saat memerima distribusi capital gain ketika penerbit reksa dana menjual portofolionya dan saat menjual reksa dana itu sendiri (Herman Darmawi, 2006:237).
J.
Mengukur Kinerja Reksa Dana Ada beberapa alat ukur indeks tunggal yang digunakan untuk mengevalusi kinerja relatif dari para manajer uang. Tiga alat ukur, atau indeks tersebut adalah Indeks Treynor, Indeks Sharpe, dan Indeks Jensen. Ketiga indeks ini mengasumsikan adanya hubungan linier antara pengembalian portofolio dengan pengembalian dari beberapa indeks pasar dengan dasar luas. 1.
Indeks Treynor Indeks Treynor merupakan alat ukur kelebihan pengembalian per unit risiko. Kelebihan pengembalian ini didefinisikan sebagai selisih antara pengembalian portofolio dengan tingkat pengembalian bebas risiko pada periode evaluasi yang sama.
xlvii
TRD = KinerjaRD – KinerjaRF β Keterangan:
2.
TRD
= nilai ratio Treynor
KinerjaRD
= rata – rata kinerja reksa dana sub periode tertentu
KinerjaRF
= rata – rata kinerja investasi bebas resiko sub periode tertentu
β
= resiko fluktuatif relatif terhadap pasar/ beta portofolio
Indeks Sharpe Sama seperti halnya Indeks Treynor, Indeks Sharpe merupakan alat ukur dari rasio pengembalian/ risiko. Pembilang pada indeks ini sama dengan pada indeks Treynor. Risiko portofolio diukur oleh standar deviasi portofolio. SRD = KinerjaRD – KinerjaRF σ Keterangan: SRD
= nilai ratio Sharpe
KinerjaRD
= rata – rata kinerja reksa dana sub periode tertentu
KinerjaRF
= rata – rata kinerja investasi bebas resiko sub periode tertentu
σ 3.
= standar deviasi reksa dana untuk sub periode tertentu
Indeks Jensen Pengukuran dengan metode ini menilai kinerja Manajer Investasi berdasarkan seberapa besar Manajer Investasi tersebut dapat memberikan kinerja diatas kinerja pasar sesuai dengan risiko yang dimilikinya. (Kinerja RD – Kinerja RF) = α + β x (Kinerja p – Kinerja RF) Keterangan: α
= nilai perpotongan Jensen
Kinerja RD
= kinerja reksa dana
Kinerja RF
= kinerja investasi bebas resiko
Kinerja p
= kinerja pasar
β
= resiko fluktuatif relatif terhadap pasar/ beta portofolio
xlviii
K. Pengembangan Produk Reksa Dana Pada umumnya inovasi finansial berlangsung terus – menerus sehingga muncul produ – produk baru. Demikian pula produk – produk reksa dana selalu mengalami pengembangn. Di antaranya adalah sebagai berikut: 1.
Mutual Fund Mutual Fund adalah sejumlah dana yang dioperasikan oleh sebuah investment company yang dananya diperoleh dari investor dengan menjual saham/ sertifikat. Dana tersebut oleh fund manager diinvestasikan ke dalam saham, obligasi, commercial paper, atau ke dalam money market instrument. Mutual Fund memberikan beberapa keuntungan bagi investorantara lain berupa pengelolaan dana secara profesional serta dapat mengurangi risiko harga jika dibandingkan dengan investasi pada saham individual karena pada mutual fund terdapat beberapa jenis portofolio sehingga dapat merupakan diversifikasi risiko.
2.
Trust Fund Pengelolaan dana melalui trust fund ini dilakukan dengan cara pemiliki dana menyerahkan menyerahkan sejumlah dana untuk dikelola oleh fund manager dengan maksud untuk memperoleh return yang optimal. Pada trust fund manajer mengelola dana untuk para investor kecil – kecilan serta para yayasan dana pensiun. Dengan demikian, biasanya para fund manager dari trust fund ini mengelola dengan cara sangat hati – hati (konservatif). Oleh karena itu, biasanya dana tersebut dibelikan beberapa jenis mutual fund yang mempunyai prestasi yang baik.
3.
Investment Management Pada pengelolaan dana jenis ini, para investor atau pemilik dana mempercayakan atau menyerahkan sejumlah jenis dananya untuk dikelola atau dioperasikan oleh fund manager. Dengan demikian, tidak seperti pengelolaan dana melalui mutual fund, yaitu fund manager mengelola sejumlah dana yang berasal dari investor yang membeli sertifikatnya,
xlix
pengelolaan dana melalui investment management ini bersifat individual basis (fund manager mengelola dana dari satu investor atau dari beberapa investor, tetapi dikelola secara terpisah dengan karakteristik dan ketentuan yang berbeda tergantung pada keinginan serta kebutuhan masing – masing pemilik dana seperti yang disepakati bersama) (Herman Darmawi, 2006:237 - 239).
L. Penelitian Terdahulu Dalam penelitiannya Ratna Wardhani (2004) menyatakan bahwa reksa dana yang telah diobservasi memiliki kinerja yang lebih buruk dari kinerja pasar, selain itu dapat dilihat bahwa manajer portofolio memiliki kecenderungan untuk memilih saham – saham yang berkapitalisasi besar dalam portofolionya dan menggunakan strategi momentum sederhana dalam
pengelolaan
portofolionya.
Jeleknya
kinerja
reksa
dana
dipengaruhi
oleh
ketidakmampuan manajer portofolio dalam memilih saham yang tepat atau tidak memiliki stock selection ability yang memadai. Makmun dan Lokot Zein Nasution (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perkembangan reksa dana cukup signifikan, dan prospeknya masih cukup menjanjikan, kebijakan yang akan dikeluarkan oleh pemerintah akan mempengaruhi pertumbuhan reksa dana, seperti halnya jika pemerintah mengenakan pajak atas reksadana maka sangat memungkinkan pertumbuhannya akan menurun. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Sofyan S. Harahap dan Pardomuan Pane (2003), ditarik kesimpulan bahwa kinerja reksa dana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksa dana konvensional dalam hal ini Danareksa Mawar dengan metode perbandingan langsung. Akan tetapi kinerja reksa dana syariah dan reksa dana konvensional lebih rendah jika dibandingkan dengan tolak ukur (investasi pembanding) dalam hal ini 20% SBI 1bulan dan 80% IHSG. Dengan menggunakan analisis Sharpe kinerja reksa dana syariah lebih baik jika dibandingkan dengan reksa dana konvensional, sedangkan kinerja reksa dana konvensional
l
lebih rendah jika dibandingkan dengan investasi pembanding. Dengan menggunakan analisis Treynor kinerja reksa dana syariah lebih rendah jika dibandingkan dengan reksa dana konvensional, namun kinerja masing – masing reksa dana lebih rendah jika dibandingkan dengan tolak ukurnya. Dengan analisis Jensen kinerja reksa dana syariah lebih baik jika dibandingkan dengan kinerja reksa dana konvensional, dan kinerja reksa dana konvensional lebih rendah dibandingkan tolak ukurnya. Perkembangan selanjutnya dari penelitian ini adalah terjadi kenaikan IHSG secara drastis yang mengakibatkan rendahnya return yang diberikan reksa dana syariah dibanding dengan reksa dana konvensional. Tendi Haruman dan Hariandy Hasbi (2005) menyatakan kinerja saham reksa dana syariah yang diukur melalui dua variabel, yaitu tingkat hasil (return) dan tingkat risiko (risk) dengan menggunakan Jakarta Islamic Index (JII) sebagai pembanding (tolak ukur) yang dianggap representatif untuk reksadana saham syariah, menunjukkan reksa dana saham syariah memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan tolak ukurnya, pada reksa dana saham syariah tingkat hasil lebih tinggi sedangkan tingkat risiko lebih rendah dari risiko pasarnya. Hal tersebut diperkuat dengan hasil perhitungan kinerja berdasarkan Sharpe, Treynor dan Jensen, yang menunjukkan seluruh hasil perhitungan bernilai positif yang artinya bahwa kinerja reksa dana saham syariah berkinerja baik.
Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadori Yunus dan Idrus Mahidin (2005), diketahui return yang diperoleh dari NAB Danareksa Syariah Berimbang lebih baik dari return suku bunga deposito selama periode penelitian (Januari 2002 – Desember 2004). Diketahui pula bahwa SWBI dan inflasi tidak signifikan untuk memprediksi NAB Danareksa Syariah Berimbang, sedangkan nilai JII signifikan untuk memprediksi NAB Danareksa Syariah Berimbang. Akan tetapi fluktuasi nilai SWBI, JII dan Inflasi secara bersama-sama sangat mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang dari PT. Danareksa Investment Management.
li
M. Kerangka Pemikiran Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa – masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana. Investasi dalam arti luas terdiri dari dua bagian utama, yaitu: investasi dalam bentuk aktiva riil dan investasi dalam bentuk surat – surat berharga atau sekuritas (Sunariyah,1997 : 4). Reksa dana diartikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat investor, untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi (fund manager). Dana yang di investasikan pada reksadana dari pemodal akan disatukan dengan dana yang berasal dari pemodal lainnya untuk menciptakan kekuatan membeli yang lebih besar dibanding mereka harus melakukan investasi sendiri. Sebab, dengan reksadana dapat memiliki ratusan sekuritas yang berbeda, kesuksesan reksadana tidak hanya tergantung kepada satu atau dua saham. Dalam investasi syariah, cara kerja reksadana syariah tidak jauh berbeda dengan reksa dana konvensional, yang bertujuan mengumpulkan dana dari masyarakat, yang selanjutnya dikelola oleh manajer investasi. Yang membedakannya hanyalah reksa dana syariah memiliki kebijakan investasi yang berbasis pada prinsip – prinsip Islam. Instrumen investasi yang dipilih dalam portofolionya haruslah yang dikategorikan halal Dalam penelitian ini variabel – variabel independen yang dipilih untuk diteliti adalah Jakarta Islamic Index (JII), SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan inflasi, secara teoritis variabel - variabel tersebut dapat berpengaruh terhadap kinerja Reksa Dana Syariah. Jakarta Islamic Index (JII) merupakan tolak ukur dari kinerja indeks saham syariah, yang menjadi pilihan produk yang dominan pada investasi dalam Reksa Dana Syariah. Tolak ukur atau benchmark telah umum digunakan untuk menilai kinerja manajer investasi dalam mengelola dana. Tolak ukur yang ditetapkan bagi kinerja reksa dana syariah yang diakui
lii
berdasarkan syariat dan prinsip Islam, yang disebut dalam Jakarta Islamic Index (Ridwan Sundjaja & Inge B., 2003). Kurang menjanjikannya return yang dapat diperoleh dari SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia) menjadikan reksa dana syariah sebagai alternatif lain dalam menentukan diferensiasi produk perbankan syariah karena untuk berinvestasi di reksa dana syariah cenderung lebih ringan dengan return yang lebih menjanjikan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan tolak ukur dari kinerja saham – saham konvensional yang dipergunakan dalam reksa dana konvensinal. Perkembangan IHSG pun mempengaruhi kinerja reksa dana syariah, seperti yang terjadi pada tahun 2003 ketika IHSG menembus level di atas 600 (Sugeng Wahyudi, 2003), dikarenakan investor lebih berminat untuk berinvestasi pada reksa dana konvensinal karena return yang dihasilkan menjadi cenderung lebih baik dari reksa dana syariah. Pada saat inflasi, kenaikan harga – harga barang berpengaruh terhadap kenaikan biaya produksi, sehingga dapat menghambat pembagian deviden mengakibatkan kurangnya minat investor untuk berinvestasi di pasar modal. Kerangka pemikiran mengenai penelitian ini dapat di deskripsikan sebagai berikut:
liii
Gambar 2.1 Model Penelitian Analisis Pengaruh JII, SWBI, IHSG, dan Inflasi terhadap Kinerja Reksa Dana Syariah Data NAB Harian Reksa Dana Syariah (Jan 2004 – Des 2007) Return & Risiko Bulanan Reksa Dana Syariah
Kinerja Bulanan Reksa Dana Syariah dengan Metode Sharpe
Data Bulanan JII, SWBI, IHSG, & inflasi (Jan 2004 – Des 2007)
-
Uji Asumsi Klasik Normalitas Multikolinearitas Autokorelasi Heteroskedastisitas
Uji Statistik Koefisien Regresi - Uji t - Uji F - Pengujian Adjust R-Square
Analisa Hasil Regresi
Uji Hipotesa
Tidak terdapat pengaruh secara parsial ataupun simultan dari JII, SWBI, IHSG, dan Inflasi terhadap Kinerja Reksa Dana Syariah
Terdapat pengaruh secara parsial ataupun simultan dari JII, SWBI, IHSG, dan Inflasi terhadap Kinerja Reksa Dana Syariah
N. Pengembangan Hipotesis Mengacu kepada pemaparan mengenai penelitian yang akan dilaksanakan maka diturunkan hipotesis sebagai berikut: Ho1
: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari Jakarta Islamic Index (JII) terhadap kinerja Reksa Dana Syariah.
liv
Ha1
: Terdapat pengaruh yang signifikan dari Jakarta Islamic Index (JII) terhadap kinerja Reksa Dana Syariah.
Ho2
: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) terhadap kinerja Reksa Dana Syariah.
Ha2
: Terdapat pengaruh yang signifikan dari Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) terhadap kinerja Reksa Dana Syariah.
Ho3
: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap kinerja Reksa Dana Syariah.
Ha3
: Terdapat pengaruh yang signifikan dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap kinerja Reksa Dana Syariah.
Ho4
: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari inflasi terhadap kinerja Reksa Dana Syariah.
Ha4
: Terdapat pengaruh yang signifikan dari inflasi terhadap kinerja Reksa Dana Syariah.
Ho5
: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari Jakarta Islamic Index (JII), Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan inflasi terhadap Kinerja Reksa dana Syariah
Ha5
: Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari Jakarta Islamic Index (JII), Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan inflasi terhadap Kinerja Reksa dana Syariah.
lv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu di mana penulis langsung melakukan penelitian di tiga lokasi, yaitu Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), Bank Indonesia, dan Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian dilakukan dimulai dari pengumpulan data yang berhubungan langsung dengan objek penelitian, menginvestarisasikan, mengolah data hingga akhirnya diperoleh gambaran yang jelas tentang pokok permasalahan yang diteliti.
Ruang lingkup penelitian ini adalah melihat pengaruh variabel Jakarta Islamic Index (JII), Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan inflasi terhadap kinerja reksa dana syariah yang dicerminkan pada Nilai Aktiva Bersih (NAB), periode Januari 2004 sanpai dengan Desember 2007.
B. Metode Penentuan Sampel Teknik yang digunakan dalam penentuan sampel ini adalah purposive sampling yang berdasarkan judgement sampling. Purposive sampling adalah teknik pemilihan sampel secara tidak acak dan berdasarkan pada tujuan tertentu. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh Jakarta Islamic Index (JII), Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan inflasi terhadap kinerja reksa dana syariah yang tercatat di BAPEPAM. Sampel penelitian ini diambil dari reksa dana syariah yang terdaftar di BAPEPAM. Oleh karena reksa dana syariah yang tercatat di BAPEPAM dimungkinkan terjadi perubahan di setiap periodenya, maka sampel penelitian ini diambil dengan kriteria: 1.
Semua reksa dana syariah yang terdaftar di BAPEPAM selama Januari 2004 sampai Desember 2007.
lvi
2.
Semua reksa dana syariah yang selalu ada dan masih aktif selama Januari 2004 sampai Desember 2007
3.
Reksa dana syariah yang telah menerbitkan laporan keuangan mulai Januari 2004 sampai Desember 2007
C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dan tidak perlu dikumpulkan lagi. Data – data sekunder yang digunakan penulis adalah data – data yang berhubungan langsung dengan penelitian yang yang dilaksanakan dan bersumber dari terbitan – terbitan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), Bank Indonesia, dan Bursa Efek Indonesia (BEI). Data - data sekunder yang dipergunakan oleh penulis adalah sebagai berikut: 1.
Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah di BAPEPAM setiap harinya, selama periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2007.
2.
Nilai Jakarta Islamic Index (JII) di BEI setiap bulannya selama periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2007.
3.
Besar SWBI di Bank Indonesia setiap bulannya, selama periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2007.
4.
Nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI setiap bulannya selama periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2007.
5.
Besar Inflasi di Bank Indonesia selama periode januari 2004 sampai dengan Desember 2007.
D. Metode Analisis Data 1.
Pengukuran Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja reksa dana syariah. Langkah – langkah yang dilakukan dalam mengukur kinerja reksa dana syariah adalah sebagai berikut:
lvii
a.
Mendata reksa dana syariah yang masih aktif dan memilih reksa dana syariah yang berturut – turut ada selama periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2007.
b.
Menghitung return dan risiko dari masing – masing reksa dana syariah. Dalam penelitian ini penulis menggunakan Microsoft Excel untuk membantu dalam melakukan proses penghitungan return dan risiko masing – masing reksa dana syariah. 1) Menghitung return dari reksa dana syariah dengan rumus: NAVt – NAVt-1 NAVt-1 Dimana: NAVt
= Net Asset Value (NAB) pada periode t
NAVt-1 = Net Asset Value (NAB) pada periode sebelum t 2) Menghitung risiko dari reksa dana syariah dengan rumus: σ i2 = ∑ [(ri – r)2] (n-1) σ i = √ σ i2 c.
Evaluasi kinerja reksa dana syariah Setelah didapatkan variabel – variabel untuk penghitungan kinerja reksa dana syariah, maka dilakukan evaluasi atau mengukur kinerja reksa dana syariah dengan menggunakan Metode Sharpe. Penulis lebih memilih menggunakan Metode Sharpe untuk mengukur kinerja reksa dana syariah dikarenakan dalam Metode Sharpe membagi risiko premium dengan standar deviasi dari portofolio. Dan standar deviasi merupakan risiko total yang berasal dari risiko pasar (Systematic risk) dan risik unik (Unsystematic risk). Sehingga kinerja reksa dana syariah yang diperoleh dapat lebih signifikan. Rumus yang digunakan dalam Metode Sharpe adalah sebagai berikut: SRD = KinerjaRD – KinerjaRF σ
lviii
Rata – rata kinerja investasi bebas resiko (kinerjaRF) yang digunakan adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI) setiap bulannya. Dalam hal ini alasan penulis lebih memilih SBI dibandingkan dengan investasi bebas resiko lainnya seperti SWBI, dikarenakan nilai SBI cenderung lebih stabil dalam setiap bulannya selama periode penelitian. 2.
Menentukan Besar Variabel Independen Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah JII, SWBI, IHSG, dan inflasi. Dalam menentukan besar dari masing – masing variabel independen penulis tidak melakukan pengolahan lebih lanjut dari setiap data yang diperoleh. Pada JII dan IHSG, data yang dipergunakan adalah nilai penutupan dari JII dan IHSG setiap bulannya. Sedangkan pada SWBI dan inflasi data yang dipergunakan adalah besar SWBI dan inflasi setiap bulannya.
3.
Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Jika terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal dan independent, yaitu perbedaan antara nilai prediksi dengan skor yang sesungguhnya atau error akan terdistribusi secara simetri di sekitar nilai means sama dengan nol. (Ghozali, 2005:27). Cara mendeteksi normalitas suatu variabel dengan menggunakan analisis grafik dan analisis statistik. Dasar pengambilan keputusan dari uji normalitas dengan analisis grafik adalah jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola
lix
distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2005:112). Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan, jika tidak hati – hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik dapat sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dasar pengambilan keputusan dari uji K-S ini adalah jika Asymp. Sig lebih besar dari 0.5 (Asymp. Sig > 0.5), maka model regresi memenuhi asumsi normal. b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10. (Ghozali, 2005:91-92).
c.
Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada peride t-1 (sebelumnya), untuk menguji adanya korelasi digunakan DurbinWatson (D-W) dengan catatan hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel independent (Ghozali, 2005:96). Model regresi yang baik terhindar dari masalah autokorelasi, menurut Singgih Santoso kriteria dari uji autokorelasi secara umum dapat diambil patokan sebagai
lx
berikut: •
Apabila D-W
<
-2
atau D-W
>
+2
berarti
•
Apabila -2 < D-W < +2 berarti tidak terdapat autokorelasi.
terdapat
autokorelasi
d. Uji Heteroskedastisitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam modal regresi terjadi kesamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksinya dengan melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel dependen ZPRED dengan residualnya SRESID (Ghozali, 2005:105). Dasar pengambilan keputusan dalam uji ini adalah jika dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik – titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dpat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi (Ghozali, 2005:107). 4.
Uji Statistik Koefisien Regresi Penggunaan analisis regresi untuk menaksir pengaruh antar variabel yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. (Ghozali, 2005:160). Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis. Persamaan regresinya adalah: Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3X3 + b4X4 + ei Keterangan: Y : Kinerja reksa dana syariah a : konstanta b : slope atau koefisien regresi atau intersep X1: JII X2: SWBI X3: IHSG X4: Inflasi ei : error a.
Uji t
lxi
Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0.05 (Ghozali,2005:85). Sedangkan alpaha yang digunakan oleh penulis adalah 0,1. Penentuan nilai kritis atau t tabel dapat dilihat dari tabel distribusi t untuk (S. Santoso, 2003 : 157): (degree of freedom) df = n – k – 1 dimana: df
= taraf signifikan
k
= numerator (jumlah variabel bebas)
n
= jumlah data sample uji statistik t hitung Aturan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
-
Jika nilai t hitung < (lebih kecil dari) t tabel, artinya tidak ada pengaruh variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y).
-
Jika nilai t hitung > (lebih besar dari) t tabel, artinya ada pengaruh variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y).
b. Uji F (Fisher) Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independennya yang dimaksudkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0.05, jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dengan kata lain variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali,2005:84). Akan tetapi alpha yang digunakan oleh penulis adalah 0,1.
c.
Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square) Digunakan untuk membuat persentase variance variable independen terhadap variabel dependen serta seberapa besar pengaruh dari faktor lain yang tidak
lxii
dimasukkan dalam penelitian ini, jika nilai Adjusted R-Square adalah 1 berarti kuatnya kemampuan fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen, sebaliknya jika nilainya mendekati angka 0, maka semakin rendah kemampuan fluktuasi variabel dependen (Singgih Santoso, 2004).
E. Operasional Variabel Penelitian 1.
JII (Jakarta Islamic Index) Dalam rangka pengembangan Pasar Modal Syariah, PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) bersama dengan PT Danareksa Invesment Management (DIM) meluncurkan indeks saham yang dibuat berdasarkan syariah Islam, yaitu Jakarta Islamic Index (JII) yang bertujuan memandu investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah. Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah.
2.
SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia) SWBI merupakan kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan likuditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip syariah. SWBI bagi bank syariah difungsikan sebagai alat instrumen investasi, sebagaimana Sertifikat Bank Indonesia, SBI, di bank konvensional. Dalam prakteknya, SWBI adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadiah.
3.
IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) Indeks harga saham gabungan seluruh saham menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh saham, sampai pada tanggal tertentu. Biasanya pergerakan saham tersebut disajikan setiap hari, berdasarkan harga penutupan bursa pada hari tersebut. Indeks tersebut disajikan untuk periode tertentu. Dalam hal ini mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham gabungan dibursa efek.
4.
Inflasi
lxiii
Inflasi adalah proses kenaikan harga – harga umum secara terus menerus. Kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan harga secara terus – menerus. Akibat deflasi adalah daya beli masyarak bertambah besar sehingga pada tahap awalnya barang – barang menjadi langka. Akan tetapi, pada tahap berikutnya jumlah barang makin banyak karena makin berkurangnya daya beli masyarakat. Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena secara riil tingkat pendapatan juga menurun.
5.
Reksa Dana Syariah Reksa dana yang mengalokasikan seluruh dana/portofolio ke dalam instrumen syariah seperti saham – saham yang tergabung dalam JII, obligasi syariah dan berbagai instrumen keuangan syariah lainnya.
lxiv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1.
Sejarah Singkat Bapepam Pada saat Pasar Modal dihidupkan kembali pada tahun 1976, dibentuklah Bapepam, yakni Badan Pelaksana Pasar Modal. Berdasarkan Keppres No.52/1976, tugas dari Bapepam diantaranya: a.
Mengadakan penilaian terhadap perusahaan-perusahaan yang akan menjual sahamsahamnya melalui Pasar Modal apakah telah memenuhi persyaratan yang ditentukan dan sehat serta baik.
b.
Menyelenggarakan Bursa Pasar Modal yang efektif dan efisien.
c.
Mengikuti perkembangan perusahaan-perusahaan yang menjual saham-sahamnya melalui pasar modal. Pada mulanya, selain bertindak sebagai penyelenggara, Bapepam sekaligus
merupakan pembina dan pengawas. Namun akhirnya pada tahun 1990 dengan keluarnya Keppres No. 53/1990 dan SK Menkeu No. 1548/1990. Keppres ini menandai era baru bagi perkembangan pasar modal. Dualisme fungsi pada Bapepam dihapuskan, sehingga lembaga ini hanya memfokuskan diri pada pengawasan pembinaan pasar modal. Dengan fungsi ini, Bapepam dapat mewujudkan tujuan penciptaan kegiatan pasar modal yang teratur wajar, efisien, serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. Dalam melaksanakan fungsinya tersebut, Bapepam mempunyai kewenangan untuk memberikan izin, persetujuan dan pendaftaran kepada para pelaku Pasar Modal, memproses pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum, menerbitkan peraturan pelaksana dan perundang – undangan di bidang Pasar Modal dan melakukan penegakkan hukum atas setiap pelanggaran terhadap peraturan perundang – undangan di bidang Pasar Modal.
lxv
2.
Sejarah Singkat BEI Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal pada saat itu didirikan oleh pemerintah Belanda untuk kepantingan pemerintah klonial atau VOC. Akan tetapi dalam perjalanannya perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:
•
14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.
•
1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia
•
1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
•
Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.
•
1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
•
1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)
•
1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.
•
1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
•
10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus
lxvi
diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama. •
1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.
•
1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
•
1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.
•
2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
•
Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
•
16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
•
13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
•
22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
•
10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.
•
1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
•
2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
•
2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).
lxvii
•
2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
Tanggal 1 Desember 2007 secara resmi Bursa Efek Indonesia telah efektif. Bursa Efek ini akan memfasilitasi perdagangan saham (equity), surat utang (fixed income), maupun perdagangan derivatif (derivative instruments). Hadirnya Bursa Efek tunggal ini diharapkan akan meningkatkan efisiensi industri pasar modal di Indonesia dan menambah daya tarik untuk berinvestasi. Melalui penggabungan ini pula diharapkan pasar modal di Indonesia menjadi lebih kuat dan efisien. Para pelaku pasar hanya mengenal satu Bursa Efek yang memfasilitasi seluruh segmen pasar. Efisiensi tercapai karena Perusahaan Efek cukup menjadi anggota di satu bursa. Demikian pula bagi emiten, cukup tercatat di satu Bursa Efek. Hal lain yang tidak kalah penting adalah infrastruktur perdagangan menjadi terintegrasi dan memfasilitasi seluruh instrumen yang diperdagangkan. Sinergi merger, diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan kapitalisasi pasar yang mampu bersaing dalam skala regional, peningkatan pemodal baik asing maupun lokal. Akhirnya, pasar modal tidak saja sebagai alternatif bagi pendanaan dan sarana berinvestasi, namun mampu menjadi cermin pergerakan ekonomi nasional. 3.
Gambaran Umum Reksa Dana Syariah Beberapa tahun terakhir ini mulai berkembang prinsip syariah dalam jasa keuangan, mulai dari perbankan, asuransi dan investasi. Banyak hal yang menjadi penyebab perkembangn prinsip syariah dalam pereknomian, terutama berkaitan dengan pasar Muslim di Indnesia sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak. Saat ini ada beberapa perusahaan sekuritas yang menelurkan prduk investasi syariah, antara lain Danareksa, PNM, dan lain – lain. Sebagai contoh produk syariah yang dikeluarkan oleh PNM merupakan reksadana campuran, yang tujuan investasinya adalah untuk memperoleh pertumbuhan nilai investasi yang optimal dalam jangka panjang dengan melakukan investasi pada efek ekuitas, efek utang, dan instrumen pasar uang dari
lxviii
perusahaan – perusahaan yang kegiatan dan hasil utamanya sesuai dengan syariat Islam. Adapula Reksa dana syariah yang mengeluarkan produk syariah pendapatan tetap, dana yang terkumpul dalam reksa dana ini akan diinvestasikan dalam efek pendapatan tetap, termasuk efek utang/ investasi obligasi syariah, pasar uang yang diterbitkan perusahaan yang kegiatan usaha dan hasilnya bersifat syariah. Perkembangan reksa dana syariah di Indonesia sejalan dengan pertumbuhan reksa dana syariah secara global. Pertama kali reksa dana syariah dimunculkan oleh National Commercial Bank Saudi Arabia pada tahun 1995, dengan nama Global Trade Equity. Di Indnesia sendiri sampai dengan bulan Desember tahun 2007 telah memiliki 25 reksa dana syariah. Berinvestasi melalui reksa dana syariah memiliki banyak keuntungan bagi investor, diantaranya masyarakat dapat berinvestasi di reksa dana meskipun dana yang dimiliki kecil. Reksa dana syariah pun menjadi pilihan yang efektif dan aman bagi masyarakat yang tidak memiliki kemampuan investasi secara langsung, karena melalui dana kolektif investasi pada saham berkapitalisasi besar dan blue chip tetap dapat dilakukan. Diversifikasi yang terwujud dalam bentuk portofolio akan menurunkan tingkat resiko. Kemudahan dalam melakukan investasi di reksa dana syariah tercermin pula dari kemudahan pelayanan dan pembelian ataupun penjualan kembali unit penyertaan. Reksa dana syariah pun dikelola oleh manajemen yang profesional. Fund Manager memiliki peran yang sangat penting dalam pengelolaan portofolio di reksa dana Seorang fund manager harus selalu melakukan riset, analisis, dan evaluasi secara terus – menerus dalam menganalisis harga efek. Hal ini tentu saja tidak dapat dilakukan oleh investor secara individual karena keterbatasan waktu yang dimiliki. Informasi yang berkaitan dengan perkembangan portofolio pun disampaikan secara terus – menerus oleh pihak reksa dana. Sehingga para pemegang unit penyertaan atau investor dapat mengetahui, dan memantau keuntungan, biaya, dan resikonya.
lxix
Pengelolaan reksa dana syariah dilakukan oleh perusahaan yang telah mendapatkan izin dari BAPEPAM sebagai manajer investasi. Perusahaan pengelola reksadana dapat berupa :
a) Perusahaan efek, dimana umumnya berbentuk divisi tersendiri atau PT yang khusus menangani reksadana, selain dua divisi yang lain yakni perantara pedagang efek (broker dealer) dan penjaminan emisi (underwriter) .
b) Perusahaan secara khusus bergerak sebagai perusahaan manajemen investasi (PMI) atau investmen management company atau manajer investasi.
Pihak lain yang terlibat dalam pengelolaan suatu reksa dana adalah bank kustodian. Bank kustodian mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam menyimpan, menjaga dan mengadministrasikan kekayaan, baik dalam mencatat pencatatan serta membayar / penjualan kembali suatu reksadana berdasarkan kontrak yang dibuat dengan manajer investasi. Dalam Undang – Undang Pasar Modal disebutkan bahwa kekayaan reksadana wajib disimpan pada bank kustodia sehingga pihak manajer investasi tidak memegang langsung kekayaan tersebut. Bank kustodian dilarang berafiliasi dengan manajer investasi dengan tujuan untuk menghindari adanya benturan kepentingan dalam pengelolaan kekayaan reksadana.
Ketika ada investor membeli unit penyetor (UP) reksa dana maka uang investor di transfer ke no akun reksadana dibank kustodian. Bank kustodian ini pula yang mengeluarkan surat konfirmasi kepada para ionvestor bahwa dana mereka sudah masuk dan transaksi pembelian sudah dilakukan. Kalau ada penjualan kembali, bank custodian pula yang membayarkan dana hasil penjualannya.
Selain itu, bank kustodian memiliki fungsi administrasi, dalam hal ini, bank kustodian mempunyai kewajiban untuk menyelesaikan setiap transaksi yang dilakukan oleh PMI untuk kepentingan reksadana. Ketika reksadana A, misalnya membeli saham PT B maka
lxx
bank kustodian akan melakukan penyelesaian batas trnsaksi tersebut sehingga reksadana A memperoleh saham PT B seperti yang dikehendaki dan mengeluarkan dana sejumlah yang dibutuhkan (Sudarsono Heri, 2003:202)
Berinvestasi di reksa dana juga memberikan kemudahan bagi investor dalam mencairkan saham atau unit penyertaanya setiap saat, sesui dengan ketetapan yang dibuat oleh masing – masing reksa dana. Biaya transaksi reksa dana sangat murah bila dibandingkan dengan apabila investor melakukan transaksi secara individual di bursa, karena biaya transaksi ditanggung oleh investor yang jumlahnya banyak. Tidak dapat dipungkiri bahwa berinvestasi di reksa dana memberikan return yang sangat tinggi dibandingkan dengan deposito. Hal tersebut ditunjukkan oleh beberapa penelitian bahwa rata – rata reksa dana secara historis mempunyai kinerja yang baik. Walau pun denmikian reksa dana syariah tetap memiliki kendala dalam pengembangannya. Kendala pengembangan yang dihadapi reksa dana syariah antara lain : a) Reksa dana relatif dikenal hanya pada kalangan masyarakat tertentu terutama pada investor yang akan menanamkan modalnya dan masyarakat yang mempunyai kepentingan terhadap keberadaan reksa dana syariah seperti pelaku bisnis, praktisi, dan akademisi dibidang ekonomi syariah. b) Dualisme system pasar modal yang menawarkan reksa dana konvensional juga reksa dana syariah, kurang memberikan dukungan bagi tumbuhnya reksa dana syariah dari aspek ekonomi. c) Untuk meningkatkan tumbuhnya reksa dana perlu dukungan pengusaha, pelaku reksa dana syariah sekaligus akademisi guna mendukung sinergi bagi peningkatan pengembangan reksa dana syariah diberbagai sektor ekonomi. Pertumbuhan dan perkembangan reksa dana syariah di Indonesia dapat terlihat, bahwa sampai dengan tahun 2003 hanya terdapat 3 (tiga) reksa dana syariah dimana salah satu diantaranya baru efektif pada tahun yang sama, sedangkan tahun 2004 terdapat sebanyak 7 (tujuh) reksa dana syariah baru dinyatakan efektif, sehingga sampai dengan
lxxi
akhir tahun 2004 secara kumulatif terdapat 10 (sepuluh) reksa dana syariah telah ditawarkan kepada masyarakat atau meningkat sebesar 233,33% jika dibandingkan dengan tahun 2003 yang hanya terdapat 3 (tiga) reksa dana syariah dengan total Nilai Aktiva Bersih (NAB) sebesar Rp. 168.110,17 Milyar. Harus diakui bahwa sampai dengan akhir tahun 2004, total NAB industri reksa dana syariah baru mencapai Rp. 525.970,10 Milyar (0,51%) dari total NAB industri reksa dana di pasar modal Indonesia yaitu sebesar Rp. 104.037.824,63 Trilyun. Namun jika dibandingkan dengan NAB Syariah sampai dengan tahun 2003, maka terlihat meningkat sebesar 312,872% yaitu dari Rp. 168.110,17 Milyar (Rp.73.984,22 + Rp. 94.125,95) pada akhir tahun 2003 menjadi Rp. 525.970,10 Milyar pada akhir tahun 2004 (Ngapon, 2005).
B. Analisis dan Pembahasan 1.
Analisis Kinerja Reksa Dana Syariah Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reksa dana syariah yang selalu ada dan aktif selama empat tahun pengamatan, yaitu Januari 2004 sampai dengan Desember 2007. Adapun reksa dana syariah yang terdaftar sampai dengan tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Daftar Reksa Dana Syariah (Januari 2000 s.d. Desember 2007) No.
Nama Reksa Dana Syariah
Tanggal Efektif
1.
PNM Syariah
15 Mei 2000
2.
Danareksa Syariah Berimbang
24 Nopember 2000
3.
Batasa Syariah
21 Juli 2003
4.
BNI Dana Plus Syariah
21 April 2004
5.
BNI Dana Syariah
21 April 2004
6.
PNM Amanah Syariah
26 Agustus 2004
lxxii
7.
Mandiri Investa Syariah Berimbang
14 Oktober 2004
8.
BIG Dana Muamalah
29 Oktober 2004
9.
I - Hajj Syariah Fund
13 Januari 2005
10.
AAA Amanah Syariah Fund
17 Juni 2005
11.
Capital Syariah Fleksi
08 Agustus 2005
12.
IPB - Syariah
14 Desember 2005
13.
Danareksa Indeks Syariah
17 Maret 2006
14.
Mega Dana Syariah
11 September 2006
15.
Kausar Balanced Growth Syariah
12 September 2006
16.
Euro Peregrine Syariah Balanced Plus
29 Nopember 2006
17.
TRIM Syariah Berimbang
26 Desember 2006
18.
TRIM Syariah Saham
26 Desember 2006
19.
Syariah Batasa Kombinasi
29 Maret 2007
20.
Syariah Fortis Pesona Amanah
09 April 2007
21.
Mega Dana Obligasi Syariah
21 Mei 2007
22.
Si Dana Saham Syariah
16 Juli 2007
23.
PNM Ekuitas Syariah
26 Juli 2007
24.
CIMB Islamic Equity Growth Syariah
06 Agustus 2007
25.
Mandiri Investa Atraktif Syariah Sumber: Bapepam
19 Desember 2007
Dari reksa dana – reksa dana syariah yang terdaftar diatas hanya ada tiga reksa dana syariah yang memenuhi syarat untuk dijadikan objek penelitian, yakni sebagai berikut :
Tabel 4.2 Daftar Reksa Dana Syariah yang terpilih untuk penelitian
No.
Nama Reksa Dana Syariah
Jenis Reksa Dana
1.
PNM Syariah
Campuran
2.
Danareksa Syariah Berimbang
Campuran
3.
Batasa Syariah Sumber: Data Olahan
Campuran
Ketiga reksa dana syariah diatas terpilih dikarenakan hanya ketiga reksa dana tersebut yang aktif dan selalu ada selama empat tahun masa penelitian. Untuk selanjutnya hanya ketiga reksa dana syariah inilah yang digunakan oleh penulis sebagai objek penelitian.
lxxiii
Reksa dana – reksa dana syariah tersebut akan dilihat nilai aktiva bersih (NAB) harian masing – masing reksadana selama periode penelitian, yaitu empat tahun. Data lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jakarta Islamic Index (JII), Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan inflasi. Jakarta Islamic Index (JII) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) perbulan diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan inflasi perbulan diperoleh dari Statistik Ekonomi Keuangan Bank Indonesia, periode 2004 sampai dengan 2006. 2.
Return dan Standar Deviasi Reksa Dana Syariah Dalam perhitungan return dan standar deviasi reksa dana syariah, penulis menggunakan program microsoft excel untuk memudahkan perhitungan – perhitungan standar return dan standar deviasi masing – masing reksadana syariah setiap bulannya. Return reksa dana syariah diperoleh dari perhitungan Nilai Aktiva Bersih Per Unit (NAB/Unit) harian yaitu dengan cara NAB/Unit pada hari ke-t dikurangi NAB/Unit pada hari sebelum t, kemudian dicari rata – rata return-nya. Tabel 4.3 akan memperlihatkan rata – rata Nilai Aktiva Bersih per unit (NAB/unit)
Tabel 4.3 Rata – Rata Nilai Aktiva Bersih per Unit
No.
Periode
PNM Syariah
Danareksa Syariah Berimbang
Batasa Syariah
1.
2004
1452.772
1571.982
1178.664
2.
2005
1647.388
1743.549
1333.523
3.
2006
2103.143
2490.103
1495.323
4.
2007
3044.679
3537.444
1682.156
Sumber: Data Olahan Pada tabel 4.3 terlihat bahwa setiap reksa dana syariah yang menjadi sampel mengalami kenaikan NAB/unit setiap tahunnya. Reksa dana syariah yang memiliki NAB tertinggi setiap tahunnya adalah Danareksa Syariah Berimbang, terutama pada tahun 2007 dengan NAB/unit mencapai 3537.444.
lxxiv
Standar deviasi diperoleh dengan menggunakan formula yang telah disebutkan dalam metode analisis pada bab tiga (untuk mempermudah penulis menggunakan microsoft excel). Rata – rata return serta standar deviasi yang telah diperoleh akan dipergunakan untuk mengukur kinerja dari reksa dana syariah. Pada tabel 4.4 akan memperlihatkan rata – rata nilai return dan standar deviasi pada masa empat tahun dari masing – masing reksa dana syariah yang menjadi sampel penelitian
Tabel 4.4 Hasil Return dan Standar Deviasi
SD 0.00214
Danareksa Syariah Berimbang SD Return 0.00052 0.00488
Return 0.00030
SD 0.00045
0.00034
0.00358
0.00030
0.00562
0.00034
0.00061
0.00067
0.00364
0.00102
0.00811
0.00032
0.00036
0.00098
0.00734
0.00103
0.00905
0.00035
0.00159
PNM Syariah
No.
Periode
1.
2004
Return 0.00051
2.
2005
3.
2006
4.
2007
Batasa Syariah
Sumber: Data Olahan Pada tabel 4.4 dapat terlihat bahwa pada setiap tahunnya return reksa dana syariah yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini mengalami peningkatan yang berbanding lurus dengan kenaikan standar deviasinya. Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja reksa dana – reksa dana syariah tersebut memiliki kinerja yang baik berdasarkan return-nya. Return tertinggi diperoleh Danareksa Syariah Berimbang pada tahun 2007. 3.
Kinerja Reksa Dana Syariah dengan Metode Sharpe Dalam menentukan kinerja reksa dana syariah dengan menggunakan metode Sharpe, yakni dengan melakukan perhitungan rata – rata kinerja reksa dana syariah pada periode tertentu dikurangi rata – rata kinerja investasi bebas resiko pada periode yang sama lalu dibagi dengan standar deviasi dari reksa dana syariah yang bersangkutan. Rata – rata kinerja reksa dana syariah berasal dari rata – rata return reksa dana syariah setiap bulannya, sedangkan rata – rata kinerja investasi bebas resiko yang digunakan oleh penulis adalah tingkat suku bunga Bank Indonesia (SBI).
lxxv
Tabel 4.5 akan memperlihatkan nilai kinerja dari masing – masing reksa dana syariah serta rata – rata kinerja reksa dana syariah yang terpilih dalam penelitian ini menurut metode Sharpe setiap tahunnya selama masa penelitian.
Tabel 4.5 Kinerja Reksa Dana Syariah Berdasarkan Metode Sharpe (Januari 2004 s.d. Desember 2007) No.
Periode
PNM Syariah
1.
2004
-99.21708
Danareksa Syariah Berimbang -17.91997
2.
2005
-32.24043
3.
2006
4.
2007
Batasa Syariah
Rata – rata Kinerja
-186.09580
-101.078
-17.17390
-207.91257
-85.776
-37.42011
-16.72819
-348.28067
-134.143
-13.86594
-10.79505
-193.53502
-72.732
Sumber: Data Olahan Setelah diperoleh kinerja reksa dana syariah dengan menggunakan metode Sharpe, langkah selanjutnya adalah masuk ke dalam uji regresi dengan menggunakan SPSS release 13.00 for windows. Adapun yang menjadi variabel terikatnya (variabel dependen) adalah kinerja, sedangkan yang menjadi variabel bebasnya (variabel independen) adalah JII, SWBI, IHSG, dan inflasi. 4.
Deskriptif Variabel Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dijelaskan variabel – variabel yang terdapat dalam model regresi berganda seperti table berikut.
Tabel 4.6 Nilai Rata – rata JII, SWBI, IHSG, Inflasi, dan kinerja Reksa Dana Syariah (Januari 2004 s.d. Desember 2007) Rata - rata
Tahun JII
SWBI
IHSG
Inflasi
Kinerja
2004
134.077
0.035
805.693
0.061
-101.078
2005
181.057
0.044
1089.731
0.104
-85.776
2006
252.337
0.058
1442.938
0.133
-134.143
379.185 Sumber: Data Olahan
0.062
2210.983
0.064
-72.732
2007
a.
Variabel Dependen (Kinerja Reksa Dana Syariah)
lxxvi
Berdasarkan tabel 4.6 di atas yang diperoleh dari pengumpulan data selama periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2007, nilai rata – rata kinerja reksa dana syariah cenderung berfluktuasi. Nilai rata – rata kinerja reksa dana syariah untuk tahun 2004 sebesar (101.078). Pada tahun 2005 kinerja reksa dana syariah mengalami perubahan menjadi (85.776). Tahun 2006 kinerja reksa dana syariah kembali berubah menjadi (134.143). Kemudian pada tahun 2007 menjadi (72.732). Nilai rata – rata tertinggi dari kinerja reksa dana syariah terjadi pada tahun 2007 dengan angka (72.732).
b. Variabel Independen 1.) Jakarta Inslamic Index (JII) Jakarta Islamic Index (JII) bertujuan memandu investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah. Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Pada tabel 4.6 di atas dapat kita lihat nilai rata – rata JII dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 semakin meningkat. Nilai rata – rata JII pada tahun 2004 adalah sebesar 134.077 , kemudian mengalami penurunan pada tahun 2005 menjadi 181.057. Pada tahun 2006 kembali meningkat menjadi 252.337, dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 379.185. Nilai rata – rata tertinggi selama empat tahun pengamatan terjadi pada tahun 2007. 2.) Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) SWBI merupakan kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan likuditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip syariah. SWBI bagi bank syariah difungsikan sebagai alat instrumen investasi, sebagaimana Sertifikat Bank Indonesia (SBI) pada bank konvensional.
lxxvii
Pada tabel 4.6 dijelaskan bahwa nilai rata – rata SWBI selama masa penelitian semakin meningkat setiap tahunnya pada tahun 2004 adalah sebesar 0.035. Sedangkan pada tahun 2005 sebesar 0.044. Tahun 2006 meningkat menjadi 0.058. Dan kembali terjadi peningkatan pada tahun 2007 sebesar 0.062. Semakin baik dan meningkatnya kinerja SWBI akan semakin mendorong masyarakat untuk lebih memilih melakukan investasi di sektor perbankan syariah. c.) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks Harga Saham Gabungan menjadi barometer kesehatan pasar mdal yang dapat menggambarkan kondisi yang terjadi pada bursa efek. Naiknya nilai IHSG dapat mendorong peningkatan investor untuk berinvestasi di pasar modal yakni saham karena return yang dihasilkan dalam kondisi yang meningkat. Pada tabel 4.6 dapat terlihat nilai rata – rata IHSG setiap tahunnya selama periode penelitian dari Januari 2004 sampai dengan Desember 2007. Tahun 2004 nilai IHSG adalah sebesar 805.693, lalu terjadi peningkatan pada tahun 2005 menjadi 1089.731. Pada tahun 2006 menjadi 1442.938, dan tahun 2007 kembali meningkat menjadi 2210.983. Nilai rata – rata tertinggi terjadi pada tahun 2007. d.) Inflasi Besarnya inflasi akan berakibat pada semakin kecilnya deviden yang diberikan kepada para pemegang saham. Semakin kecilnya deviden menjadikan berkurangnya minat investor untuk berinvestasi di pasar modal. Pada tabel 4.6 terlihat nilai rata – rata inflasi setiap tahunnya selama peride penelitian, pada tahun 2004 nilai inflasi sebesar 0.061. Terjadi peningkatan pada tahun 2005 menjadi 0.104. Lalu kembali meningkat pada tahun 2006 menjadi sebesar 0.133. Pada tahun 2007 terjadi penurunan nilai inflasi menjadi 0.064. 5.
Pengujian Asumsi Klasik a.
Uji Normalitas
lxxviii
Setelah melakukan pengolahan data dengan menggunakan SPSS 13.0 for windows dengan menggunakan analisis grafik, maka diperoleh hasil seperti pada gambar berikut.
Gambar 4.1 Output Uji Normalitas Analisis Grafik
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Kinerja 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Pada prinsipnya normalitas dapat di deteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2005:112) Akan tetapi karena uji normalitas dengan grafik cenderung dapat menyesatkan, oleh sebab itu uji grafik di atas dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik yang digunakan oleh penulis adalah uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (KS), dengan hasil sebagai berikut.
Tabel 4.7 Output Uji Normalitas Analisis Statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
lxxix
Unstandardize d Residual 48 .0000000
N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation
33.01338680 .110
Absolute Positive Negative
.110 -.073 .759
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
.612
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0.759 dan signifikan pada 0.612. Dikarenakan nilai Asymp. Sig lebih besar dari 0.5 (0.612 > 0.5), maka model regresi memenuhi asumsi normal. Sekali lagi hal ini konsisten dengan uji sebelumnya. b. Uji Multikolinieritas Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Dari uji multikolinieritas yang dilakukan penulis ditemukan bahwa terjadi korelasi antara variabel independen JII dan IHSG, seperti yang terlihat pada tabel berikut.
Tabel 4.8 Output Uji Multikolonieritas sebelum IHSG dikeluarkan Coefficients(a)
Model 1
Collinerity Statistic Tolerance VIF (Constant) JII SWBI IHSG
.004 .546 .004
226.417 1.833 225.659
Inflasi
.767
1.303
a Dependent Variable: Kinerja
Pada tabel 4.8 terlihat bahwa hasil perhitungan nilai Tolerence menunjukkan terdapat dua variabel independen yang memiliki nilai Tolerence kurang dari 0.10, yakni JII dengan nilai 0.004 serta IHSG dengan nilai 0.004. Hasil dari perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama, yakni terdapat
lxxx
dua variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10, pada variabel JII dengan nilai VIF sebesar 226.417 serta pada variabel IHSG dengan nilai VIF sebesar 225.659. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa telah terjadi multikolonieritas pada variabel independen JII dan IHSG. Untuk meniadakan menghilangkan
salah
multikolonieritas satu
variabel
maka
independen
penulis yang
memutuskan menjadi
untuk
penyebab
multiklonieritas, yakni variabel IHSG, dikarenakan variabel JII cenderung akan memiliki pengaruh yang lebih besar pada kinerja reksa dana syariah karena JII merupakan gambaran dari kinerja saham – saham syariah. Setelah menghilangkan variabel IHSG maka penulis kembali melakukan uji multikolonieritas dan memperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.9 Output Uji Multikolonieritas setelah IHSG dikeluarkan Coefficients(a)
Model 1
Collinerity Statistic Tolerance VIF (Constant) JII SWBI Inflasi
.544 .547
1.837 1.827
.975
1.026
a Dependent Variable: Kinerja
Hasil perhitungan Tolerence menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerence kurang dari 0.10 yang berarti tidak ada lagi korelasi antar variabel independen. Hasil tersebut diperkuat dengan tidak ada lagi variabel independen yang memiliki VIF lebih dari sepuluh. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada lagi multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.
lxxxi
c. Uji Autokorelasi
Tabel 4.10 Output Uji Autokorelasi Model Summary(b)
Model 1
R .588(a)
R Square .345
Adjusted R Square .301
Std. Error of the Estimate 34.243016
Durbin-Watson 1.703
a Predictors: (Constant), Inflasi, SWBI, IHSG b Dependent Variable: Kinerja
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, diperoleh nilai Durbin Watson (DW) adalah sebesar 1.703 dimana nilai tersebut berada diantara -2 sampai +2. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala autokorelasi antara kesalahan penggangguan pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) pada model regresi yang dibuat dalam penelitian ini (Singgih Santso, 2001: 216).
d. Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4.2 Output Uji Heterokedastisitas
lxxxii
Scatterplot
Dependent Variable: Kinerja
Regression Studentized Residual
4
2
0
-2
-4 -2
-1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value
Berdasarkan gambar 4.3 terlihat bahwa titik – titik menyebar secara acak, serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak untuk dijadikan sebagai alat untuk memprediksi kinerja reksa dana syariah.
Pada hasil pengujian asumsi klasik di atas, setelah penulis mengeluarkan variabel IHSG dari model karena terjadi multikolinieritas, maka untuk selanjutnya tidak dtemukan kembali adanya multikolinieritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas yang berarti. Hal ini menunjukkan bahwa estimator dalam persamaan regresi efisien dan masing – masing estimator satu sama lainnya tidak mempunyai hubungan yang cukup kuat untuk saling
lxxxiii
mempengaruhi, atau hubungan tersebut acak/random, tidak perpola, sehingga model regresi yang disajikan merupakan model yang layak dijadikan alat untuk memprediksi sampel yang ada. 6. Pengujian Statistik a.
Pengaruh Variabel JII, SWBI, IHSG dan Inflasi Terhadap Kinerja Reksa Dana Syariah (Uji t)
Tabel 4.11 Output Uji t Coefficients(a)
Model 1
(Constant) JII
Unstandardized Coefficients Std. B Error -68.256 19.098
t hitung
t tabel
Sig.
Beta -3.574
.001
.067 412.230
.310 -.136
1.874 -.827
1.684 1.684
.068 .413
-475.605 116.509 a Dependent Variable: Kinerja
-.504
-4.082
1.684
.000
SWBI Inflasi
.126 -341.023
Standardized Coefficients
Berdasarkan tabel koefisien diatas dapat terlihat bahwa pada variabel JII berdasarkan pada daerah penerimaan Ho dan Ha, t hitung berada di dalam daerah penolakan Ho, hal ini dikarenakan t hitung = 1.874 > (lebih besar dari) t tabel = 1,684 sehingga Ho1 ditolak dan Ha1 diterima atau dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif JII terhadap kinerja reksa dana syariah. Nilai sebesar 0.068 pada kolom sig/significance, mengartikan bahwa tingkat kesalahan variabel JII untuk memprediksi kinerja reksa dana syariah sangat kecil (di bawah 0.1), atau JII masih dapat digunakan untuk memprediksi kinerja reksa dana syariah. Variabel SWBI berdasarkan pada daerah penerimaan Ho dan Ha, t hitung berada di dalam daerah penerimaan Ho, hal ini dikarenakan t hitung = - 0.827 < (lebih kecil
lxxxiv
dari) t tabel = 1.684 sehingga Ho2 diterima dan Ha2 ditolak atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh positif SWBI terhadap kinerja reksa dana syariah. Nilai sebesar 0.413 pada kolom sig/significance mengartikan bahwa tingkat kesalahan variabel SWBI untuk memprediksi kinerja reksa dana syariah terlalu besar (di atas 0.1). Sedangkan koefisien variabel inflasi, berdasarkan pada daerah penerimaan Ho dan Ha, t hitung berada di dalam daerah penolakan Ho, hal ini dikarenakan t hitung = - 4.082 < (lebih besar dari) t tabel = 1.684 sehingga Ho5 ditolak dan Ha5 diterima atau dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh negatif inflasi terhadap kinerja reksa dana syariah. Nilai sebesar 0.000 pada kolom sig/significance mengartikan bahwa tingkat kesalahan variabel inflasi untuk memprediksi kinerja reksa dana syariah sangat kecil (di bawah 0,1), atau inflasi dapat digunakan untuk memprediksi kinerja reksa dana syariah. b. Pengaruh Variabel JII, SWBI, IHSG dan Inflasi Terhadap Kinerja Reksa Dana Syariah (Uji F)
Tabel 4.12 Output Uji F ANOVA(b) Model 1
Regression
Sum of Squares 27216.630
df
Residual
3
51593.704 44 Total 78810.334 47 a Predictors: (Constant), Inflasi, SWBI, JII b Dependent Variable: Kinerja
Mean Square 9072.210
F
Sig.
7.737
.000(a)
1172.584
Pada pengujian secara simultan (Uji F) diperoleh Fsign sebesar 0.000 lebih kecil dari alpha 0.1 (0.000 < 0.1). Hal ini berarti bahwa secara simultan (bersama – sama) terdapat pengaruh variabel JII, SWBI, dan inflasi terhadap kinerja reksa dana syariah. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis alternatif (Ha) pada hipotesis kelima yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel JII, SWBI, IHSG, dan inflasi terhadap kinerja reksa dana syariah.
lxxxv
c.
Pengujian Koefisien Determinasi (Adjust R-Square) Tabel 4.13 Output Uji Koefisien Determinasi Model Summary(b)
Model 1
R
R Square
Adjusted R Square
.588(a) .345 a Predictors: (Constant), Inflasi, SWBI, JII b Dependent Variable: Kinerja
.301
Std. Error of the Estimate 34.243016
Berdasarkan tabel 4.13, diperoleh nilai koefisien determinasi yang disesuaikan adalah sebesar 0.301 yang berarti sebanyak 30.1 persen variasi atau perubahan kinerja reksa dana syariah dapat dijelaskan oleh perubahan atau variasi dari Jakarta Islamic Index (JII), Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), dan inflasi. d. Pengujian Koefisien Regresi Pada hasil Uji Statistik di atas diperoleh persamaan sebagai berikut Y = -68.256 + 0.216 X1 – 475.605 X4 Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa: 1) Konstanta sebesar -68.256 yang menyatakan bahwa jika variabel - variabel independen dianggap nol, maka rata – rata kinerja reksa dana syariah sebesar 68.256. Artinya secara keseluruhan kinerja dari reksa dana syariah tidaklah terlalu baik. 2) Koefisien regresi 0.216 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1 point X1 (JII) akan menaikkan kinerja reksa dana syariah sebesar sebesar 0.216 point, demikian pula sebaliknya dengan asumsi variabel lain tetap. 3) Koefisien regresi – 475.605 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1 point tingkat inflasi akan menurunkan kinerja reksa dana syariah sebesar 475.605 point, demikian pula sebaliknya dengan asumsi variabel lain tetap. 4) Variabel inflasi adalah yang memiliki pengaruh yang paling dominan bagi kinerja reksa dana syariah. Artinya variabel ini memiliki pengaruh yang sangat
lxxxvi
signifikan terhadap baik atau buruknya kinerja reksa dana syariah. Hal ini menunjukkan bahwa secara agregatif naiknya inflasi akan menurunkan return reksa dana syariah. Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh teori – teori diantaranya, Darmadi Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin (2001: 238) menyatakan bahwa, Reksa Dana Syariah merupakan reksa dana yang mengalokasikan seluruh dana/portofolio ke dalam instrumen syariah seperti saham – saham yang tergabung dalam JII, obligasi syariah, dan berbagai instrumen keuangan syariah lainnya. Sofiyani Ghufron dkk (2005: 51) menyatakan bahwa salah satu risiko dari investasi reksa dana syariah adalah risiko inflasi. Jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu, memang terdapat perbedaan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh Hadori Yunus dan Idrus Mahidin (2005), hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa SWBI dan inflasi tidak signifikan untuk memprediksi NAB Danareksa Syariah Berimbang, sedangkan nilai JII signifikan untuk memprediksi NAB Danareksa Syariah Berimbang. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis menyatakan bahwa JII dan inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksa dana syariah, sedangkan SWBI tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksa dana syariah. Perbedaan tersebut dapat saja terjadi dikarenakan dalam penelitian ini penulis mengembangkan penelitian sebelumnya, dalam hal ini penulis lebih memperluas sampel penelitian dengan menggunakan lebih banyak sampel penelitian dan rentan waktu penelitian yang lebih panjang. Selain itu yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah adanya penambah variabel IHSG walaupun pada akhirnya terpaksa dihilangkan karena terjadi multikolonieritas. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat di analisa, bahwa meskipun mengalami perbaikan kinerja pada setiap tahunnya akan tetapi kinerja reksa dana syariah secara umum dapat dikatakan tidak begitu baik, hal tersebut dapat dikarenakan berbagai faktor, diantaranya masih terbatasnya instrumen pembiayaan syariah di pasar modal, sehingga menyulitkan investor dalam menginvestasikan dananya. JII memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksa dana syariah dikarenakan saham – saham yang terdapat pada reksa dana syariah
lxxxvii
yang termasuk dalam jenis saham yang ada dalam daftar saham JII. Sehingga meningkat ataupun menurunnya JII turut pula memacu peningkatan serta penurunan dana kelolaan reksa dana syariah. Pengaruh signifikan dari inflasi terhadap kinerja reksa dana syariah dapat terlihat ketika terjadi kenaikan harga barang pada saat inflasi, kenaikan harga tersebut tidak hanya terjadi pada barang – barang konsumsi akan tetapi juga pada barang – barang produksi, oleh karena itu biaya produksi akan meningkat yang berakibat pada semakin kecilnya deviden yang diberikan kepada para pemegang saham. Semakin kecilnya deviden menjadikan berkurangnya minat investor untuk berinvestasi di pasar modal, sehingga mengurangi pula dana kelolaan dari reksa dana syariah, yang berimbas pada kinerja reksa dana syariah.
lxxxviii
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis pengaruh Jakarta Islamic Index (JII), Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan inflasi terdadap kinerja Reksa Dana Syariah dari bulan Januari 2004 sampai dengan bulan Desember 2007 dengan menggunakan regresi berganda dan pengujian statistik dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Berdasarkan perolehan return dan pengukuran kinerja dengan menggunakan metode sharpe dapat terlihat bahwa reksa dana syariah memiliki kinerja yang semakin baik setiap tahunnya.
2.
Berdasarkan penelitian diperoleh gambaran bahwa diantara variabel independen terdapat gejala multikolinieritas sehingga penulis merasa perlu mengeluarkan salah satu variabel tersebut (dalam hal ini variabel IHSG) dari model persamaan regresi dengan maksud untuk mendapatkan model persamaan yang terbaik.
3.
Hasil uji regresi ditemukan bahwa JII dan inflasi mempengaruhi kinerja reksa dana syariah, sedangkan variabel SWBI dan IHSG tidak memiliki pengaruh yang signifikan.
4.
Variabel yang paling dominan mempengaruhi kinerja reksa dana syariah adalah inflasi. Artinya variabel ini memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap baik atau buruknya kinerja reksa dana syariah.
B. Implikasi 1.
Dengan melihat perilaku data selama periode penelitian, analisis lebih lanjut dapat dilakukan dengan mengganti atau menambahkan variabel independen seperti nilai tukar rupiah, jumlah uang beredar, dan lain – lain.
lxxxix
2.
Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya menambah periode penelitian sehingga jumlah sampel yang di teliti pun akan bertambah, guna memperoleh hasil penelitian yang lebih signifikan.
3.
Kepada para investor dapat menggunakan variabel JII dan inflasi sebagai parameter kinerja reksa dana syariah.
xc
DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robert, ”Buku Pintar Pasar Modal Indonesia”, Media Soft Indonesia, 1997 Darmaji, Tjiptono & Hendy M Fakhruddin, ”Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab”, Edisi pertama, Salemba Empat, Jakarta, 2001 Darmawi, Herman, ”Pasar Finansial dan Lembaga – Lembaga Finansial”, Bumi Aksara, Jakarta, 2006
Dewi, Gemala, ”Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia”, Penerbit Kencana, Jakarta, 2006. Fabozzi, Frank, ”Investment Management”, Prentice-Hall, New Jersey, 1995 Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Balai Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2005. Ghufron, Sofiyani, dkk, ”Investasi Halal di Reksa Dana Syariah”, RENAISAN, Jakarta, 2005. Harahap, Sofyan S. & Parmoduan Pane, “Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Syariah Terhadap Reksadana Konvensional (Reksadana Mawar) Tahun 1997-2001”, Media Riset dan Manajemen (3:3), Desember 2003. Haruman, Tendi & Hariandy Hasbi, “Evaluasi Kinerja dan Prospek Reksadana Saham Syariah dalam Pasar Modal Indonesia”, Usahawan No.01, Januari 2005. Heri Sudarsono, “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”, Ekosinia, Cetakan pertama, Yogyakarta, 2003. Lintang, Yulian, ”Pemimpin dari Timur”, artikel diakses tanggal 14 Maret 2008, dari www.sieronline.com Makmun & Lokot Zein N., “Analisis Dampak Pengenaan Pajak Terhadap Perkembangan Reksadana di Indonesia”, Kajian Ekonomi dan Keuangan vol.9, no.1, Maret 2005. Muchtasib, Ach. Bakhrul, ”Reksa Dana Syariah”, artikel diakses 14 Maret 2008, dari www.pkes.org Pozen, R. C., ”The Mutual Funs Business”, The Mit Press, 1998 Ngapon, “Semarak Pasar Modal syariah”, BAPEPAM, Jakarta, 2005. Sakti, Ali, “Analisis Teoritis Ekonomi Islam Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern”, PARADIGMA & AQSA Publishing, 2007. Santoso, Singgih, ”Latihan SPSS: Statistik Parametrik”, Alex Media Komputindo, Jakarta, 2001. Siamat, Dahlan, ”Manajemen Lembaga Keuangan”, Edisi Keempat, LP-FEUI, Jakarta, 2004.
xci
Sunariyah, “Pengantar Pengetahuan Pasar Modal”, UPP AMP YPKN, Yogyakarta, 1997. Sundjaja, Ridwan & Inge Barlian, ”Manajemen Keuangan 2”, Edisi empat, Literata Lintas Media, Jakarta, 2003 Wardhani, Ratna, “Kinerja Reksadana Saham di Indonesia Komposisi dari Kemampuan dan Gaya Manajer Investasi serta Karakteristik Institusi”, Jurnal Keuangan dan Perbankan vol.1, no.1, Desember 2004. Yunus, Hadori & Idrus Mahidin, ”Critical Factors yang Mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah”, artikel diakses tanggal 8 Desember 2008, dari www.yai.ac.id
xcii