Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang
2016
ANALISIS PENGARUH FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI DAN EFEKTIVITAS FAD ONJHEM PADA ALAT TANGKAP PAYANG DI SELAT MADURA Mimit Primyastanto Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan/Universitas Brawijaya, Jalan Veteran Malang, 65145, Indonesia. Email:
[email protected]
Abstrak – Berdasarkan sifat dasar dari seluruh sumber daya perikanan di laut adalah milik bersama (common property). Sifat kepemilikan yang terbuka bagi siapa saja (open acces) menyebabkan tidak ada seorangpun yang memiliki hak khusus atau mencegah orang lain untuk mengusahakan sumber daya perikanan dan kelautan yang ada. Nelayan berlomba untuk menangkap ikan sebanyak mungkin sebelum didahului oleh nelayan lain. Hal ini menyebabkan jumlah alat tangkap yang beroperasi di perairan Selat Madura , khususnya di Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Alat tangkap payang termasuk alat tangkap yang memiliki produktivitas tinggi, dikenal hampir di seluruh perairan laut Indonesia, termasuk di Selat Madura, khususnya di Gili Ketapang, Kabupaten Probolinggo. Dalam unit kegiatan penangkapan payang perlu dilakukan suatu kajian atau analisis tertentu yang berkaitan dengan alat tangkap payang ini sendiri. Salah satu yang harus diperhatikan adalah analisis dengan menggunakan Model Fungsi Produksi Cobb Douglass. Kajian aspek faktor produksi merupakan kajian yang berhubungan dengan unit penangkapan payang, yaitu berkaitan dengan faktor-faktor teknis produksi yang berpengaruh terhadap hasil tangkapan. Penelitian ini dilaksanakan di Selat Madura, khususnya di Gili Ketapang, Kabupaten Probolinggo, Propinsi Jawa Timur. Tujuan dari penelitian ini untuk : (1) Menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi nelayan dengan alat tangkap payang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling dengan responden sebanyak 41 nelayan. Metode penelitian ini menggunakan riset kuantitatif. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi serta kuisioner. Jenis data yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dan dekskriptif kuantitatif. Sedangkan untuk analisis data menggunakan analisis Model Fungsi Produksi Cobb Douglass. Berdasarkan analisis regresi dengan Model Fungsi Produksi Cobb-Douglass diperoleh nilai persamaan sebagai berikut : Y = -4.268 X 1 0.143 X2 2.041 X3 0.046 X4 0.515 X5 0.047 eu Dari lima faktor produksi terdapat empat faktor produksi yaitu, pengalaman, jumlah trip, panjang kantong, dan penggunaan Fish Agregating Device (FAD) Onjhem berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan nelayan payang di Selat Madura.. Kata kunci: Nelayan , FAD Onjhem, Model Fungsi Produksi Cobb Douglas, Selat Madura Abstract – Based on the nature of the entire fishery resources in the sea are the common property (common property). The nature of ownership is open to anyone (open access) cause no one has special privileges or prevent others to exploit fisheries and marine resources that exist. Fishermen compete to catch as many fish as possible before it was preceded by another fisherman. This causes the amount of fishing gear that operates in the waters of the Strait of Madura, particularly in Gili Ketapang Probolinggo, East Java tends to increase every year. Seine fishing gear including fishing gear that has high productivity, is known in almost all marine waters of Indonesia, including the Madura Strait, especially in Gili Ketapang, Probolinggo. In the unit seine fishing activity need to be done a specific study or analysis related to seine fishing gear itself. One thing to note is analysis using Cobb Douglass Production Function Model. Study aspect of production is the study of factors associated with seine fishing unit, which is associated with the production of technical factors that affect the catch. This research was conducted in the Madura Strait, especially in Gili Ketapang, Probolinggo, East Java Province. The purpose of this study was to analyze the factors of production that affect the production of fishing with seine fishing gear. The
604 | A g r o b i s n i s P e r i k a n a n [ A P - 6 ] - M i m i t P r i m y a s t a n t o
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang
2016
sampling technique used simple random sampling by respondents as many as 41 fishermen. This research method used quantitative research. Source data used are primary data and secondary data. Data collection techniques used observation, interview, documentation and questionnaires. The type of data used is descriptive qualitative and quantitative dekskriptif. The analysis of data used analysis of Cobb Douglass Production Function Model. Based on regression analysis with the Model Production function Cobb-Douglass obtained value equation as follows: Y = -4.268 X 1 0.143 X2 2.041 X3 0.046 X4 0.515 X5 0.047 eu Of the five factors of production, there are four factors of production, namely, the experience, the number of trips, the length of the bag, and the use of Fish Agregating Device (FAD) Onjhem significantly affect the catch payang in the Madura Strait. Keywords: Fishermen, FAD Onjem, Cobb Douglas Production Function Model, Madura Strait I. PENDAHULUAN “Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan didalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti (Q.S. Al-Baqarah : 164). Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki potensi perikanan yang sangat besar dan beragam. Indonesai memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan 70% dari luas Indonesia adalah lautan (5,8 juta km2) [1]. Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan Laut dalam [1] melaporkan bahwa potensi lestari sumberdaya perikanan laut Indonesia adalah sebesar 6,4 Juta ton/tahun dengan porsi terbesar dari jenis ikan pelagis kecil yaitu sebesar 3,2 juta ton pertahun (52,54 %), jenis ikan demersal 1,8 juta ton pertahun (28,96%) dan perikanan pelagis besar 0,97 juta ton pertahun (15,81%). Potensi sumberdaya perikanan yang sangat besar tersebut sesungguhnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tapi sampai saat ini potensi tersebut belum dioptimalkan [2]. Selat Madura, khususnya di Gili Ketapang merupakan salah satu daerah pusat perikanan tangkap di Kabupaten Probolinggo. Daerah ini memiliki luas wilayah sekitar 68 hektar dengan jumlah penduduk 8.402 jiwa, dimana sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai nelayan. Menurut [3], Gili Ketapang merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi perikanan cukup tinggi di Kabupaten
Probolinggo, hal ini dibuktikan dengan jumlah potensi sumberdaya perikanan di daerah ini yang mencapai 40% sumberdaya perikanan yang berada di Kabupaten Probolinggo [4]. Sifat dasar dari seluruh sumber daya perikanan di laut adalah milik bersama (Common Property). Sifat kepemilikan yang seperti ini (open acces) menyebabkan tak ada seorangpun yang memiliki hak khusus atau mencegah orang lain untuk mengusahakan sumber daya perikanan dan kelautan tersebut. Nelayan berlomba untuk menangkap ikan sebanyak mungkin sebelum didahului oleh nelayan lain. Terdapatnya keuntungan ekonomis pada perikanan terbuka tersebut menyebabkan masuknya perusahaan - perusahaan baru untuk ikut bersaing dalam pengusahaan sumber daya perikanan dan kelautan tersebut. Dengan demikian, perusahaan maupun perseorangan yang sudah lama mengupayakan sumber daya perikanan dan kelautan tersebut harus terus meningkatkan kapasitas upaya penangkapan sumber daya perikanan dan kelautan di laut, sehingga akan diperoleh bagian ataupun keuntungan yang lebih besar dengan tidak melupakan pengelolaan secara berkelanjutan (sustainable) [5]. Dalam unit kegiatan penangkapan payang perlu dilakukan suatu kajian atau analisis tertentu yang berkaitan dengan alat tangkap payang ini sendiri. Salah satu yang harus diperhatikan adalah analisis pengaruh faktor produksi terhadap produksi. Kajian aspek faktor produksi merupakan kajian yang berhubungan dengan unit penangkapan payang, yaitu berkaitan dengan faktor-faktor teknis produksi yang berpengaruh terhadap hasil tangkapan. Dengan mengetahui dan memperhatikan aspek-aspek tersebut diharapkan kegiatan penangkapan payang di Selat Madura, khususnya di Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo akan memberikan hasil tangkapan yang optimal dan memberikan keuntungan bagi nelayan
605 | A g r o b i s n i s P e r i k a n a n [ A P - 6 ] - M i m i t P r i m y a s t a n t o
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang
yang dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan payang, sekaligus dapat mengelola sumberdaya perikanan dan kelautan secara lestari dan berkelanjutan (sustainable) [6] Berdasarkan hal di atas, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian mengenai analisis faktor produksi di Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo. Pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan yang masih menganut pada paradigma lama mengakibatkan banyak yang menganggap laut adalah milik bersama (common property) karena itu bersifat terbuka (open access) kepada semua orang [7]. Melekatnya paradigma ini dalam masyarakat mengakibatkan banyak pihak melakukan eksploitasi sumberdaya perikanan dan kelautan secara tidak terkendali, akibatnya stok ikan seperti di laut Jawa berkurang padahal nelayan sangat tergantung pada kegiatan menangkap ikan tersebut [8]; [9]. Hal ini masih diperparah lagi meningkatnya jumlah nelayan. Meningkatnya jumlah nelayan merupakan akibat dari pertumbuhan penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan lapangan pekerjaan dan mudahnya orang memasuki serta melakukan penangkapan ikan atau mengalihkan pekerjaan menjadi pencari ikan di laut. Demikian pula yang terjadi di Kabupaten Probolinggo, khususnya di Gili Ketapang yang merupakan bagian dari perairan Selat Madura [10]. Ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi hasil tangkapan nelayan antara lain; (1) Tenaga kerja, (2) Bahan bakar, (3) Jenis alat tangkap yang digunakan (4) Jenis kapal, (5) Perbekalan dan (6) Pengalaman Nahkoda, [11]. Dengan menggunakan kombinasi faktor-faktor produksi yang serasi akan dapat meningkatkan efisiensi, yang pada gilirannya dapat meningkatkan penghasilan nelayan. Nelayan payang di Selat Madura, khususnya di Gili Ketapang, Kabupaten Probolinggo pada umumnya adalah nelayan skala kecil dan sangat menggantungkan hidupnya pada usaha penangkapan ikan. Alokasi penggunaan input nampaknya masih terkesan hanya ikut-ikutan, bukan berdasarkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Dengan kata lain pemakaian inputnya secara keseluruhan belum optimal [12]. Oleh karena itu peneliti dalam penelitian ini ingin mengetahui seberapa jauh efisiensi alat tangkap dari alat tangkap payang di Selat Madura, khususnya di Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo [3]. Dengan mengetahui aspek-aspek tersebut diharapkan perikanan payang dapat dikelola secara optimal dengan mengelola faktor produksi yang ada sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan
2016
dengan tetap menjaga keberlanjutan (sustainable) sumberdaya perikanan dan kelautan. Berdasarkan beberapa hal di atas, berikut ini adalah permasalahan yang ditekankan untuk segera dicarikan solusinya : Apa saja faktor-faktor produksi teknis yang mempengaruhi hasil tangkapan perikanan payang di Selat Madura, khususnya di Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo? Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Menganalisis faktor-faktor produksi teknis yang mempengaruhi hasil tangkapan perikanan payang di Selat Madura, khususnya di Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo. Manfaat penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi kebijakan untuk peningkatan kesejahteraan stake holder payang dlam rangka untuk pengelolaan sumberdaya perikanan di Selat Madura secara berkelanjutan (sustainable) II.
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif [13]. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling dengan responden sebanyak 41 nelayan [14]. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi serta kuisioner [15]. Jenis data yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dan dekskriptif kuantitatif [16]. Sedangkan untuk analisis data menggunakan analisis Model Fungsi Produksi Cobb Douglass [17] Berdasarkan analisis regresi dengan Model Fungsi Produksi Cobb-Douglass diperoleh nilai persamaan sebagai berikut : Y = b0 X1 b1 X2 b2 + .... Xn bn eu. Aspek teknis merupakan aspek yang bertujuan untuk mengetahui input-input (faktor teknis produksi) penangkapan ikan dengan menggunakan payang yang berpengaruh terhadap output (hasil tangkapan yang diperoleh dari kegiatan produksi). Menganalisis aspek teknis alat tangkap payang di Selat Madura, khususnya di Gili Ketapang, Kabupaten Probolinggo menggunakan model hubungan antara faktor produksi dengan produksi yang dapat direpresentasikan dengan persamaan fungsi produksi sebagai berikut : Y = b0 X 1 b1 X2 b2 X3 b3 X4 b4 X5 b5 eu. Faktor teknis produksi perikanan payang di Selat Madura, khususnya di Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo (X) yang diduga berpengaruh terhadap produksi atau hasil tangkapan dalam ton/ tahun (Y) adalah sebagai berikut : X1: pengalaman menjadi nelayan (tahun), X2 : jumlah trip penangkapan (trip), X3 : jumlah
606 | A g r o b i s n i s P e r i k a n a n [ A P - 6 ] - M i m i t P r i m y a s t a n t o
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang
2016
BBM yang dibutuhkan (Rp), X4 : panjang kantong payang (m) dan X5 : penggunaan FAD Onjhem (unit).
Dengan demikian menunjukan bahwa model persamaan pada setiap nilai Y bebas autokorelasi.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Autokorelasi Menurut [18], Durbin-Watson merupakan nilai yang menunjukkan ada atau tidaknya autokorelasi dalam model regresi. Autokorelasi adalah hubungan yang terjadi antara residual dari pengamatan satu dengan pengamatan yang lain. Model regresi yang baik seharusnya tidak menunjukkan autokorelasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, maka nilai DW akan dibandingkan dengan DW tabel. Kriteria yang dipakai adalah sebagai berikut. Jika DW < dL atau DW > 4 – dL, berarti terdapat autokorelasi. Jika DW terletak antara dU dan 4 – dU, berarti tidak ada autokorelasi. Jika DW terletak antara dL dan dU atau diantara 4 dU dan 4 – dL, maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. Untuk mengetahui apakah data pada penelitian ini mengandung autokorelasi atau tidak maka hasil uji statistik di atas dapat diketahui dengan melihat gambar The Durbin-Watson t Statistics di bawah ini: Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat adanya korelasi yang runtut misalnya data yang pertama berkorelasi dengan data yang kedua, data yang kedua dengan data yang ketiga dan seterusnya. Tabel berikut ini adalah hasil uji statistik Durbin-Watson yang menjelaskan mengenai ada tidaknya autokorelasi pada data penelitian ini.
4.2. Uji Multikolinearitas Uji regresi mengasumsikan variabel-variabel bebas tidak memiliki hubungan linier satu sama lain. Sebab, jika terjadi hubungan linier antarvariabel bebas akan membuat prediksi atas variabel terikat menjadi bias karena terjadi masalah hubungan di antara para variabel bebasnya. Multikolinearitas merupakan uji yang bertujuan untuk melihat apakah variabel-variabel independen dalam persamaan regresi linear berganda mempunyai korelasi yang erat satu sama lainnya [19] Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan berdasarkan pada nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factors). Rule of thumb yang digunakan untuk menentukan bahwa nilai tolerance tidak berbahaya terhadap gejala multikolinearitas adalah 0,10. Menurut [20] semakin tinggi nilai VIF maka semakin tinggi kolinearitas antar variabel independen. Rule of thumb yang digunakan untuk menentukan bahwa niai VIF tidak berbahaya adalah kurang dari 10. Dalam regresi berganda dengan SPSS, masalah multikolinieritas ini ditunjukkan lewat tabel Coefficient, yaitu pada kolom Tolerance dan kolom VIF [21]. Berdasarkan hasil perhitungan dalam uji multikolinearitas diperoleh hasil pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil uji statistik (Regresi, Koefisien Regresi, Korelasi dan Kolinearitas) Coefficientsa Standa rdized Unstandardize Coeffi d Coefficients cients
Tabel 1. Hasil uji statistik Durbin-Watson Model Summaryb Model
R
1
.949a
Adjusted R Std. Error of R Square Square the Estimate .901
.887
.05405
DurbinWatson 2.003
a. Predictors: (Constant), Penggunaan Onjhem, Panjang Kantong, BBM, Pengalaman, Jumlah Trip b. Dependent Variable: Hasil Tangkapan
Nilai DW dari output didapat 2,003 . Untuk nilai dL dan dU dapat dilihat dari DW tabel pada signifikansi 0,05 dengan n (jumlah data) = 40 dan k (jumlah variabel independen) = 5 , didapat nilai dL adalah 1,230 dan dU adalah 1,786 . Sehingga, nilai 5 - dU = 3,214 dan 5 - dL = 3,770 . Hal ini berarti nilai DW (2,003 ) berada pada daerah antara dU dan 5 – dU, maka tidak terdapat autokorelasi. Hal ini juga yang menunjukkan bahwa tidak ada autokorelasi serial antara data pertama berkorelasi dengan data kedua, data kedua dengan data ketiga, dan selanjutnya.
Model (Constant)
B
Std. Erro r
Beta
Correlations
t
Sig.
Collinearity Statistics
Tole Zero- Parti ranc order al Part e
VIF
-4.268 .561
-7.607 .000
Pengalaman
.143 .069
.162 2.060 .047
.748 .329 .110 .456 2.195
Jumlah Trip
2.041 .246
.674 8.295 .000
.907 .814 .441 .429 2.332
BBM
.046 .050
.051
.918 .365
.214 .153 .049 .918 1.089
Panjang Kantong
.515 .133
.209 3.875 .000
.319 .548 .206 .971 1.030
Penggunaan Onjhem
.047 .022
.144 2.122 .041
.632 .338 .113 .617 1.622
a. Dependent Variable: Hasil Tangkapan
Berdasarkan Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa antara variabel-variabel independen tidak terdapat gangguan multikolinearitas sehingga model regresi layak untuk digunakan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai VIF dan tolerance dari masing-masing faktor yang memenuhi rule of thumb yaitu nilai tolerance > 0,10 dengan nilai VIF < 10.
607 | A g r o b i s n i s P e r i k a n a n [ A P - 6 ] - M i m i t P r i m y a s t a n t o
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang
4.3. Uji Regresi Korelasi Uji korelasi antara seluruh faktor produksi yang dianalisis dengan menggunakan uji Tolerance dan VIF menunjukkan tidak terjadinya multikolineritas antar faktor produksi (keterkaitan antarvariabel). Hasil yang didapatkan adalah signifikan terhadap produksi, artinya adalah seluruh variabel bebas yang dipilih sebagai faktor input menjadi penentu produksi payang. Penambahan atau pengurangan terhadap faktor produksi ini akan meningkatkan atau menurunkan produksi payang [2]. Nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh dari hasil analisis seperti tampak pada Adjusted Square sebesar 88,7 % seperti pada tabel 1. Hal ini menandakan adanya hubungan sempurna langsung antara faktor-faktor produksi dengan hasil tangkapan payang dimana hal ini dapat diartikan bahwa meningkat atau menurunnya produksi hasil tangkapan payang di Selat Madura khususnya di Gili Ketapang dipengaruhi dan dapat dijelaskan oleh faktor-faktor produksi tersebut di atas sebesar 88,7 % dan 11,3 % ditentukan oleh faktor atau keadaan yang lain, misalnya kondisi oseanografis , jumlah ABK, sistim bagi hasil, pendapatan pandega, curahan kerja pandega [10] juga faktor produksi lain. Hasil analisis secara bersama-sama dengan uji F diperoleh nilai Fhitung = 63,680 dengan signifikan pada tingkat kepercayaan 99 %, seperti tabel ANOVA berikut ini. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa semua faktor produksi teknis memberikan pengaruh nyata terhadap hasil tangkapan payang pada tingkat kepercayaan 99 %. Berikut ini tabel uji F. ANOVAb Sum of Mean Model Squares df Square F Sig. Regression .930 5 .186 63.680 .000a Residual .102 35 .003 Total 1.033 40 a. Predictors: (Constant), Pengalaman, Jumlah Trip, BBM, Panjang Kantong, Penggunaan Onjhem. b. Dependent Variable: Hasil Tangkapan Untuk menguji pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap produksi ikan dengan alat tangkap payang, dilakukan dengan uji t student . Hasil pengujian secara parsial ini dapat dilihat pada tabel statistik pada signifikansi dengan derajat kebebasan df = n – k – 1 atau 41 – 5 – 1 = 35. Berikut ini tabel uji t.
2016
Tabel 4. Hasil Analisis Uji t (t-Hitung dan tingkat Signifikansinya) t – Hitung Sig. Faktor Produksi Pengalaman (X1 ) 2.060 0.047** Jumlah Trip (X2 ) 8.295 0.000*** BBM (X3 ) 0.918 0.365 NS Panjang Kantong 3.875 0.000*** (X4 ) Penggunaan FAD 2.122 0.041** Onjhem (X5 ) Keterangan: *** = nyata pada selang kepercayaan 99% Keterangan: ** = nyata pada selang kepercayaan 95% Keterangan: * = nyata pada selang kepercayaan 90% Keterangan: NS = Non Signifikan Berdasarkan pada tabel diatas, memperlihatkan bahwa variabel pengalaman menjadi nelayan (X1), memberikan pengaruh nyata secara langsung terhadap produksi payang pada tingkat kepercayaan 95%, jumlah trip penangkapan (X2), dan panjang kantong payang (X3 ) memberikan pengaruh nyata secara langsung terhadap produksi payang pada tingkat kepercayaan 99%, serta penggunaan FAD Onjhem (X5 ) memberikan pengaruh nyata secara langsung terhadap produksi payang pada tingkat kepercayaan 95%, karena variabel – variabel tersebut memiliki nilai Thitung > Ttabel. Hal ini berarti bahwa penambahan faktor produksi tersebut dapat meningkatkan produksi dan demikian pula sebaliknya jika dilakukan pengurangan ukuran terhadap faktor ini akan mengurangi produksi hasil tangkapan payang [22] Sementara itu variabel jumlah bahan bakar (X3) tidak berpengaruh nyata (Non Signifikan) terhadap produksi ikan dengan alat tangkap payang. Dari hasil analisis dengan menggunakan Fungsi Produksi diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = -4.268 X 1 0.143 X2 2.041 X3 0.046 X4 0.515 X5 0.047 eu
Dimana: Y = Jumlah produksi/ hasil tangkapan (ton/ tahun) X1 = Pengalaman menjadi nelayan (tahun) X2 = Jumlah trip penangkapan (trip) X3 = Jumlah bahan bakar (Rp/ tahun) X4 = Panjang kantong payang (m) X5 = Penggunaan FAD Onjhem (unit) eU = error term Nilai konstanta (a) adalah -4.268 ; artinya, jika faktor produksi teknis yang ada pada persamaan ini bernilai 0, maka hasil tangkapan bernilai negatif (-4.268 ).
608 | A g r o b i s n i s P e r i k a n a n [ A P - 6 ] - M i m i t P r i m y a s t a n t o
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang
4.4. Analisis Hubungan Antara Faktor Produksi dengan Faktor Produksi Pada usaha penangkapan ikan dengan menggunakan payang di Selat Madura, khususnya di Gili Ketapang, Kabupaten Probolinggo berdasarkan uji F dapat dikatakan bahwa perubahan produksi atau hasil tangkapan (Y) disebabkan oleh faktor-faktor produksi diantaranya pengalaman menjadi nelayan (X1), jumlah trip penangkapan (X2), jumlah bahan bakar (X3), panjang kantong payang (X4) dan penggunaan FAD Onjhem (X5) Seluruh faktor teknis produksi tersebut secara bersama-sama mempengaruhi produksi hasil tangkapan sebesar 88,7 % dan 11,3 % dipengaruhi faktor produksi lain yang tidak masuk dalam model Fungsi Produksi Cobb-Douglass. Nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh dari uji statistik adalah Adjusted R Square sebesar 88,7 % . Nilai tersebut menunjukkan bahwa faktorfaktor produksi di atas mempengaruhi produksi hasil tangkapan sebesar 88,7 % , sedangkan sisanya ( 11,3 %) dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam model fungsi produksi yang digunakan, seperti kondisi perairan (oseanografis), musim penangkapan, jarak fishing gound dari pantai, daya mesin, jumlah ABK, pendidikan dan lainnya [23]. Dari hasil analisis Uji t pada tabel 4 diatas menunjukkan bagaimana pengaruh dari masingmasing faktor produksi terhadap hasil tangkapan pada tingkat kepercayaan 99% (α=0,01). Berdasarkan uji t tersebut variabel pengalaman menjadi nelayan (X1), pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Jumlah trip penangkapan (X2), dan panjang kantong payang (X4) pada tingkat kepercayaan 99% (α=0,01). Serta penggunaan FAD Onjhem ( X5) pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) yang berpengaruh nyata terhadap produksi ikan dengan alat tangkap Payang. Dimasa mendatang tidak hanya bagaimana usaha peningkatan produksi, namun perlu diupayakan pembatasan quota penangkapan, agar pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan terjaga kelestariannya sekaligus keberlanjutan (sustainable) usahanya [24]. Disamping alat tangkap jenis payang ada wacana pelarangan dari pemerintah, karena diasumsikan bisa merusak lingkungan perairan, maka pada masa mendatang perlu diupayakan alat tangkap yang lebih ramah lingkungan seperti purse seine [25]. Koefisien regresi dari masing-masing faktor produksi menunjukkan bahwa variabel pengalaman menjadi nelayan (X1), jumlah trip penangkapan (X2), panjang kantong payang (X4) dan Penggunaan FAD Onjhem ( X5) memberikan korelasi positif terhadap hasil tangkapan (Y). Hal ini dapat diartikan bahwa
2016
penambahan faktor-faktor produksi tersebut akan mampu meningkatkan produksi yang dihasilkan. Hal ini dapat diartikan bahwa penambahan faktor-faktor produksi tersebut akan mampu meningkatkan produksi ikan dengan alat tangkap payang. Selain itu perlu diupayakan jiwa entrepreneurship bagi nelayan agar dimasa mendatang akan merubah mindset dari one daya fishing menjadi one week fishing. [26]. Berikut ini beberapa hal yang dapat dijelaskan pada hasil regresi; Setiap peningkatan pengalaman menjadi nelayan sebesar 1 tahun, maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0.143 ton / tahun dengan asumsi variabel lain bernilai tetap. Hal ini dimungkinkan karena seseorang yang memiliki pengalaman menjadi nelayan semakin lama dapat mengetahui ciri – ciri dan tanda – tanda daerah penangkapan yang memiliki sumberdaya ikan yang melimpah sehingga ikan yang ditangkap semakin banyak [27] Setiap penambahan jumlah trip penangkapan sebesar 1 trip, maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 2.041 ton / tahun dengan asumsi variabel lain bernilai tetap. Semakin banyak intensitas nelayan melakukan trip/ upaya penangkapan, maka akan semakin banyak jumlah hasil tangkapan yang diperoleh [28] Setiap peningkatan panjang kantong payang sebesar 1 meter, maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0.515 ton/ tahun dengan asumsi variabel lain bernilai tetap. Hal ini dkarenakan Semakin panjang kantong payang, maka semakin luas cakupan daerah yang terbentuk, sehingga semakin besar peluang gerombolan ikan yang tertangkap [29]. Setiap penambahan jumlah penggunaan FAD Onjhem sebesar 1 unit, maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0.047 ton/ tahun dengan asumsi variabel lain bernilai tetap. Semakin banyak penggunaan Onjhem dalam membantu melakukan penangkapan, maka akan semakin banyak jumlah ikan yang berkumpul di sekitar Onjhem, sehingga meningkatkan jumlah hasil tangkapan yang diperoleh. Disamping itu karena dengan penggunaan FAD Onjhem, sebagai salah satu local wisdom yang ada pada masyarakat nelayan di Selat Madura [30]. Sementara itu, berdasarkan hasil uji t, variabel jumlah bahan bakar tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil tangkapan (Y). Hal ini diasumsikan karena kemampuan fishing master dalam menduga daerah penangkapan ikan mempengaruhi jumlah hasil tangkapan, sehingga jauh – dekatnya daerah
609 | A g r o b i s n i s P e r i k a n a n [ A P - 6 ] - M i m i t P r i m y a s t a n t o
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang
penangkapan yang dapat memakan banyak biaya bahan bakar dapat diminimumkan dengan kemampuan fishing master dalam menentukan daerah penangkapan ikan, maka daerah fishing ground sudah tertentu, sehingga tidak banyak bahan bakar yang digunakan dalam berburu ikan [31]. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian analisis faktor produksi dan finansial payang di Selat Madura, khususnya di Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut: faktor produksi pengalaman menjadi nelayan, jumlah trip penangkapan, jumlah bahan bakar, panjang kantong payang dan penggunaan FAD Onjhem yang dipergunakan dalam pengoperasian alat tangkap payang di Selat Madura, khususnya di Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo secara bersama – sama berpengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan pada tingkat kepercayaan 95%. Namun secara parsial, terdapat 4 faktor produksi yang berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%, yaitu; pengalaman menjadi nelayan, jumlah trip penangkapan, panjang kantong payang, dan penggunaan FAD Onjhem hal ini dapat diartikan bahwa setiap penambahan 4 faktor produksi tersebut akan mampu meningkatkan produksi ikan yang dihasilkan dengan alat tangkap payang. Beberapa saran yang dapat peneliti sarankan sebagai berikut: 1) Untuk mendapatkan produksi yang optimal, maka para nelayan payang harus lebih mengintensifkan melakukan penangkapan dimusim puncak ikan dan meningkatkan faktor produksi pengalaman menjadi nelayan, jumlah trip penangkapan, panjang kantong payang, dan penggunaan FAD Onjhem dengan memperhatikan batas maksimal yang diijinkan oleh peraturan KKP, agar tetap menjaga keberlanjutan usaha sekaligus kelestarian sumberdaya perikanan dan kelautan yang ada. 2) Perlu adanya penelitian lanjutan dengan beberapa faktor produksi yang belum dimasukkan dalam model fungsi produksi pada penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor produksi lain terhadap produksi dari alat tangkap payang di Selat Madura, khususnya di Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo. 3) Diperlukan adanya kajian tentang potensi perikanan , penggunaan alat tangkap payang yang ada di Selat Madura, khususnya di Gili Ketapang, utamanya pada aspek biologi dan upaya penangkapan, sehingga pemanfaatannya dapat disesuaikan dengan sumberdaya yang ada, karena
2016
ditengarai merusak lingkungan maka untuk beralih pada alat tangkap yang lebih ramah lingkungan, seperti purse seine. Daftar Pustaka
[1] Budiharsono. 2011. [2] Efendy, M. 2001. Computer Based Information System For Developing Indonesia's Fisheries And Marine. Makalah Falsafah Sains (PPs 702) Program Pasca Sarjana / S3. Institut Pertanian Bogor. [3] Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Probolinggo. 2011. Potensi Perikanan Kabupaten Probolinggo. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Probolinggo. Kabupaten Probolinggo. [4] Badan Pusat Statistik. 2011. Kecamatan Sumberasih Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Probolinggo. Kabupaten Probolinggo. [5] Charles, A.T. 2001. Sustainable Fishery System. Blackwell Science Ltd. Oxford. 370 p. [6] Ross, Agustin. 2011. Model Pengelolaan Perikanan Pelagis Secara Berkelanjutan di PPN Prigi, Trenggalek, Jawa Timur [Tesis]. Program Pascasarjana: Program Mayor Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap. Institut Pertanian Bogor. Bogor. [7] Nikijuluw, VPH (2002)Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Jakarta: Pustaka Cidesindo. [8] Khusnul Yaqin, Sunarto, Rahmadi Tambaru, OTS Ongkers, Ivon Iskandar Mahi, Saharia, Zulkifli,Taufan, Henny Pagoray (2003) “Rasionalisasi Jumlah Nelayan Sebagai Langkah Revitalisasi Sumberdaya Perikanan Di Laut Jawa”. Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor. [9] Susilowati, (2003). “Analisis Ekonomi Alat Tangkap Trawl-Mini (Jaring Cothok). Studi kasus di Kabupaten Pemalang Jawa Tengah”. Media Ekonomi dan Bisnis. Vol. XV. No.1 Juni 2003. [10] Primyastanto, Mimit, 2015. Economic Analysis Of Pandega Fishermen Household At Madura Strait To Keep Food Security. International Journal of Oceans and Oceanography ISSN 0973-2667 Volume 9, Number 2 (2015), pp. 97-104. [11] Zen et.al., “Technical Efficiency of The Driftnet and Payang Seine (Lampara) Fisheries in west Sumatra, Indonesia”. Journal of Asian fisheries Scince. vol.15 2002. p. 97106. [12] Sudibyo. 1998. Studi Tentang Pengaruh Berbagai Faktor Input Terhadap Hasil Tangkapan Purse Seine di Pekalongan [Tesis]. Program Pascasarjana: Program Studi Teknologi Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 67 hlm. [13] Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka Cipta. Jakarta. [14] Alder, J., T.J. Pitcher, D. Prekshot, K. Kaschner and Ferriss. 2000. How Good is Good?: A Rapid Appraisal Technique for Evaluation of The Sustainability Status of Fisheries of The North Atlantic. In D. Pauly and T.J Pitcher (Editors). Methods for Evaluating The Impacts on North Atlantic Ecosystems. Fisheries Center Report. Fisheries center, University Of Brithish Colombia, Vamcouver. [15] Marzuki. 2005. Metodologi Riset. Cetakan Kelima. Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
610 | A g r o b i s n i s P e r i k a n a n [ A P - 6 ] - M i m i t P r i m y a s t a n t o
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang
Yogyakarta. [16] Einvest. 2011. Jenis data dan sumber data. 13 Desember 2011. [17] Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi. PT. Raja Grafindo Perkasa. Jakarta. [18] Priyatno, Duwi. 2008. 5 Jam Belajar Olah Data Dengan SPSS 17. Andi Yogyakarta: Jogjakarta. [19] Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Alih Bahasa: Bambang Sumantri, 1980. Principles and Procedures of Statistics. PT Gramedia Utama. Jakarta. 748 hlm. [20] Ghozali. 2006. [21] Sarwono, J. 2009. Statistik Itu Mudah: Panduan Lengkap Untuk Belajar Komputasi Statistik Menggunakan SPSS 16. Andi: Yogyakarta. [22] Ghaffar, Mukhlisa A. 2006. Optimasi Pengembangan Usaha Perikanan Mini Purse Seine di Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan [Tesis]. Program Pascasarjana: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. [23] Baskoro, M.S., Effendy, A., Wisudo, S.H. 2007. Analisis Optimasi Faktor-faktor Produksi Bagan Motor Di Selat Sunda, Provinsi Banten. Torani Vol. 17(3) Edisi September 2007: 240 – 245. ISSN 0853 – 4489. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan: Universitas Hasanuddin. Makassar. [24] Fauzi, Akhmad dan Suzy Anna. 2002. Evaluasi Status Keberlanjutan Pembangunan Perikanan: Aplikasi Pendekatan Rapfish (Studi Kasus Perairan Pesisir DKI Jakarta). Jurnal Pesisir dan Lautan Vol.4 No.3 Tahun 2002. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan: Institut Pertanian Bogor. Bogor. [25] Sugiarta, IW. 1992. Model Optimasi Teknis Unit Penangkapan Purse Seine di Pengabengan Kabupaten Jembrana, Bali [Skripsi]. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 90 hlm. [26] Primyastanto, Mimit, Pudji. Purwanti and Yahya. 2014b.
[27]
[28]
[29]
[30]
[31]
2016
Fisheries Resource Management through Local Institution in Empowering Community Based on Local Wisdom in Coastal madura Strait . Jurnal International IRSS (International Review of Social Scences) ISSN : 2309-0081 (online). Vol.2, Issue 5, p : 136-147. Primyastanto,Mimit. Soemarno,Anthon.E and Muhammad.S. 2013 b. Economics of Household Analysis and Influence on Poverty of Payang Fisherman at Madura Straits J Jurnal Internasional Innovative Social Sciences and Humanities Research. SEAHI PUBLICATIONS Vol.1, June Issue, 2013. p : 43-51 Primyastanto, Mimit, Soemarno, Anthon. E dan Muhammad.S. 2013 d. Faktor yang Berpengaruh terhadap Pendapatan dan pengeluaran Nelayan payang Jurung di Selat Madura. Jurnal Wacana. ISSN :1411-0199, E-ISSN : 2338-1884, Vol. 16, No. 1 (2013), p : 15-23. Primyastanto, Mimit, Soemarno, Anthon. E and Muhammad.S. 2013 c. A Study of Household Economics on Small Scale Fisheries at Madura Stra it . Jurnal Internasional European Journal of Economics and Development Bell Press ISSN (online) 2668-3466. Vol.10, 2013. p : 95-101 Primyastanto, Mimit, Soemarno, Anthon.E and Muhammad.S. 2013 a. Fisheries Resources Management by Empowering the Local Wisdom in Madura Straits. Journal IISTE. Research on Humanities and Social Sciences. ISSN 22221719 (Paper) ISSN 2222-2863 (Online) Vol. 3, No.6, 2013. Page :13-21. Primyastanto, Mimit, Soemarno, Anthon. E , Muhammad.S and Zainal. A. 2014a. Study on Entrepreneurship Spirit and Production Factors Affecting Sail Income of Madura Strait Fishermen . Jurnal International Journal of Civil & Enviromental Engineering IJCEE/IJENS ISSN : 2077-1258 (online) 22272763 (Print). Vol.14, No.01, p : 1-7.
611 | A g r o b i s n i s P e r i k a n a n [ A P - 6 ] - M i m i t P r i m y a s t a n t o