P3M STIE BANK BPD JATENG Prestasi Vol. 6 No. 1 - Juni 2010
ISSN 1411 – 1497
ANALISIS PENGARUH ESOP (EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP PROGRAM) TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh: Tomy Wiratma, SE Rudi Suryo Kristanto, S.Psi, M.Si STIE Bank BPD Jateng Email :
[email protected] Abstrak Karyawan mempunyai peranan yang penting bagi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Maka dari itu, untuk dapat memotivasi karyawan, maka perusahaan memberi imbalan untuk mendorong kinerja karyawan. Imbalan yang dimaksud dapat berupa pembagian keuntungan dan kepemilikan saham oleh karyawan atau yang biasa disebut ESOP (employee stock option program). ESOP disini diharapkan mampu meningkatkan kinerja karyawan supaya memiliki komitmen yang tinggi dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ESOP (employee stock ownership program) terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio keuangan yaitu EPS, ROA, dan Sales Growth. Faktor kepemilikan saham karyawan sangat diperlukan bagi perusahaan untuk meningkatkan komimen karyawan agar dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ESOP. Sedangkan variabel dependen dari penelitian ini adalah kinerja perusahaan yang diukur dengan EPS, ROA, dan Sales Growth. Hasil dari penelitian ini adalah variabel ESOP mempunyai pengaruhi secara signifikan terhadap EPS, ROA, dan Sales Growth dengan nilai signifikansi 0.041, 0.046 dan 0,018. Keyword: ESOP, EPS, ROA, Sales Growth Latar Belakang Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang membutuhkan dana (emiten) dengan pihak yang menyediakan dana (investor). Pasar modal memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara karena memiliki fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Sebagai fungsi ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana. Sedangkan fungsi keuangan, pasar 120
P3M STIE BANK BPD JATENG Prestasi Vol. 6 No. 1 - Juni 2010
ISSN 1411 – 1497
modal menyediakan dana yang diperlukan oleh pihak yang membutuhkan dana. Pihak yang membutuhkan dana dan pihak yang kelebihan dana tidak harus bertemu secara langsung dalam transaksi di pasar modal, akan tetapi dibantu oleh pialang sekuritas, yaitu pihak yang mempertemukan penjual dan pembeli sekuritas (Atmaja, 2003). Dengan adanya pasar modal maka para investor memungkinkan untuk melakukan diversifikasi investasi, membentuk potofolio atau gabungan dari berbagai investasi sesuai dengan resiko yang akan ditanggung dan tingkat keuntungan yang akan diharapkan (Husnan, 2003). Untuk mempertimbangkan keputusan investasi maka investor membutuhkan informasi yang jelas, wajar, dan tepat waktu (Kieso, Weygandt dan Warfield, 2002). Sebagai perusahaan yang go public, menjadi kewajiban untuk memberi informasi mengenai laporan keuangannya dalam pasar modal sebagai pertimbangan investor untuk berinvestasi. Bagi investor, partumbuhan perusahaan merupakan suatu prospek yang menguntungkan, karena investasi yang ditanamkan akan memberi return yang tinggi (Husnan, 2003). Dari sisi perusahaan (emiten) yang sebagian besar merupakan pihak yang membutuhkan dana, adanya pasar modal akan memenuhi persediaan dana yang berasal pihak luar. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan. Dalam proses ini diharapkan akan terjadi peningkatan produksi, sehingga akhirnya secara keseluruhan akan terjadi peningkatan kemakmuran (Husnan, 2003). Salah satu cara yang diambil perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dana guna mengembangkan agar tetap dapat bersaing adalah melalui penjualan saham perusahaan kepada masyarakat di pasar modal. Perusahaan yang telah mencatat semua sahamnya di pasar modal harus mengeluarkan laporan keuangan setiap tahun yang memuat informasi tentang kekayaan perusahaan, termasuk laporan keuntungan dan pembayaran deviden perusahaan. Selain itu, laporan keuangan mempunyai tujuan agar para investor mengetahui tindakan yang seharusnya diambil (Husnan, 2003). Ada beberapa informasi laporan keuangan yang dapat diperhatikan yaitu informasi tentang cash flow, earnings, atau informasi-informasi lain yang berhubungan dengan kinerja perusahaan. Baik tidaknya kinerja perusahaan merupakan ukuran bagi investor sebagai pertimbangan untuk melakukan investasi. Maka dari itu, perusahaan menggunakan berbagai cara untuk dapat meningkatkan kinerjanya supaya investor bersedia untuk menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut. Perusahaan yang dinamis akan selalu meningkatkan produktivitasnya serta mempertahankan hal yang menjadi keunggulan kompetitif perusahaan tersebut. Memperhatikan sumber daya fisik, keuangan, kemampuan memasarkan, serta sumber daya manusia adalah beberapa faktor penting yang disyaratkan bagi
121
P3M STIE BANK BPD JATENG Prestasi Vol. 6 No. 1 - Juni 2010
ISSN 1411 – 1497
perusahaan untuk tetap kompetitif (Fisher, Schoenfeldt, dan Shaw, 2006 dalam Margaretha dkk, 2008). Faktor yang dianggap paling potensial dalam penyediaan keunggulan kompetitif bagi perusahaan adalah sumber daya manusia, serta terkait dengan bagaimana mengelola sumber daya lain untuk meningkatkan kinerja. Faktor lain seperti sumber daya keuangan, produksi, teknologi, dan pemasaran tidak mendapat perhatian penuh karena faktor-faktor tersebut cenderung dapat ditiru (Fisher dkk, 2006 dalam Margaretha dkk, 2008). Karyawan dapat menjadi perencana, pelaksana dan pengendali yang selalu berperan aktif dalam mewujudkan tujuan perusahaan, serta mempunyai pikiran, perasaan dan keinginan yang dapat mempengaruhi sikapnya terhadap pekerjaan. Karyawan juga termasuk stakeholder (pihak yang berkepentingan dalam perusahaan). Maka dari itu, kebutuhan karyawan juga harus dipahami agar kepuasan kerja tercapai dan selanjutnya dapat menumbuhkan komitmen pada perusahaan. Kepuasan kerja tercapai jika kebutuhan karyawan terpenuhi melalui pekerjaan. Suatu model yang dikemukakan oleh Long (1998) dalam Khamima, (2005) menyebutkan bahwa ada lima segi yang menciptakan kepuasan kerja, yaitu kepuasan dengan gaji/imbalan, promosi, supervisor/atasan, rekan kerja dan pekerjaan itu sendiri. Berdasarkan beberapa penelitian, faktor penting yang mendorong seorang karyawan memiliki komitmen terhadap perusahaan adalah kompensasi atau balas jasa. Kompensasi ini dapat berupa finansial maupun nonfinansial. Kompensasi dalam bentuk finansial berupa gaji/upah, tunjangan, bonus dan juga kepemilikan saham perusahaan bagi karyawan atau yang sering disebut ESOP (employee stock ownership program). ESOP yaitu pemberian hak (opsi) kepada karyawan untuk membeli sebagian saham perusahaan dalam suatu periode tertentu pada tingkat harga yang sudah ditentukan ketika opsi diberikan (Telaumbauna, 2000 dalam Herdinata, 2005). Sedangkan kompensasi non finansial meliputi kesehatan dan keamanan karyawan. Untuk menumbuhkan identifikasi karyawan pada tujuan-tujuan perusahaan (yang merupakan salah satu indikator komitmen perusahaan), imbalan yang dapat mendorong kinerja perusahaan seperti pembagian keuntungan (profit sharing) dan program kepemilikan saham perusahaan bagi karyawan itu akan relevan (Long, 1998 dalam Khamima, 2005). Program opsi saham merupakan salah satu program yang melibatkan psikologi sumber daya manusia dalam suatu perusahaan. Program ini telah digunakan secara luas dalam perencanaan dan kompensasi oleh perusahaa-perusahaan yang terdaftar di pasar modal (Chance dkk, 2000 dalam Asyik, 2006). Pengadopsian program opsi saham diharapkan dapat mempersempit problem keagenan dan sekaligus menumbuhkan komitmen dan kontrol para eksekutif/karyawan kepada perusahaan. Program ini juga diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahan melalui peningkatan kinerja perusahaan. 122
P3M STIE BANK BPD JATENG Prestasi Vol. 6 No. 1 - Juni 2010
ISSN 1411 – 1497
Beberapa penelitian mengenai pengaruh ESOP terhadap kinerja perusahaan diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Estrin dkk, 1987 dalam Anwar dan Baridwan (2006) yang menemukan bahwa penerapan ESOP dapat menjadi motivasi bagi karyawan untuk meningkatkan kinerja perusahaan buktinya ESOP berpengaruh positif terhadap pendapatan perusahaan. Selain itu penelitian dari Mehran (1997) dalam Herdinata menyebutkan bahwa perusahaan yang mengadopsi ESOP mempunyai ROA 2,7 % dari pada perusahaan yang tidak melaksanakannya. Penelitian tersebut diperkuat dengan penelitian dari Astika (2005) yang menemukan bahwa penerapan ESOP dapat meningkatkan kinerja perusahaan yang diukur dengan menggunakan current ratio, ROA, OPM, DAR, SIZE, dan sales growth. Gambaran dari penelitian Astika (2005) menunjukan bahwa pengadopsian ESOP berhubungan langsung dengan permasalahan pencapaian pendapatan, laba, dan nilai saham perusahaan. Penelitian Astika (2005) juga menunjukan bahwa keseluruhan laba dari emiten yang mengadopsi ESOP 23,6 % nya dipengaruhi oleh besarnya jumlah rupiah opsi saham yang diputuskan dan 76,4 % nya berasal dari luar Sedangkan Herdinata (2005) menemukan bahwa kinerja perusahaan sebelum dan sesudah pelaksanaan ESOP tidak berbeda secara singnifikan. Kinerja perusahaan setelah pelaksanaan ESOP tidak mengalami peningkatan. Hal ini karena waktu penelitian relatif singkat untuk menganalisis dampak kepemilikan saham atas kinerja perusahaan yang sifatnya jangka panjang. Selain itu, isu yang kurang menunjang bagi karyawan dan pihak manajemen untuk meningkatkan kinerjanya antara lain masalah penentuan harga relatif sama dengan harga pasar reguler, nilai opsi saham sifatnya terkait pada kinerja perusahaan dimasa mendatang mengandung risiko dan jangka waktu menghalangi karyawan melaksanakan haknya dengan segera, serta proporsi jumlah saham yang ditawarkan relatif kecil dibandingkan jumlah karyawan dan pihak manajemen. Disisi lain, kondisi fundamental perusahaan pada tahun yang bersangkutan dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Hal ini mengindikasikan program ESOP di Indonesia belum mampu mendorong kinerja karyawan dalam meningkatan EPS, ROA, dan sales growth. Tinjauan Pustaka Definisi ESOP Menurut Smith dan Zimmernan (1976) dalam Asyik (2006) ESOP adalah salah satu bentuk kompensasi yang diberikan kepada karyawan, terutama karyawan eksekutif. Kompensasi opsi saham memberikan hak manajemen untuk membeli sejumlah saham perusahaan pada masa yang akan datang dengan harga yang ditentukan pada saat opsi ditawarkan sebelum tanggal jatuh tempo, selama karyawan tersebut masih menjadi karyawan perusahaan.
123
P3M STIE BANK BPD JATENG Prestasi Vol. 6 No. 1 - Juni 2010
ISSN 1411 – 1497
Tujuan dan Penerapan ESOP Menurut tim peneliti dari BAPPEPAM (2002), ada beberapa sasaran perusahaan terhadap penerapan ESOP, yaitu: a. Memberikan penghargaan (reward) kepada seluruh pegawai, direksi, dan pihak-pihak tertentu atas kontribusinya terhadap meningkatnya kinerja perusahaan. b. Menciptakan keselarasan kepentingan serta misi dari pegawai dan pejabat eksekutif dengan kepentingan dan misi pemegang saham, sehingga tidak ada benturan kepentingan antara pemegang saham dan pihak-pihak yang menjalankan kegiatan usaha perusahaan. c. Meningkatkan motivasi dan komitmen karyawan terhadap perusahaan karena mereka juga merupakan pemilik perusahaan, sehingga diharapkan akan meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan. d. Menarik, mempertahankan, dan memotivasi (attract, retain, and motivate) pegawai kunci perusahaan dalam rangka peningkatan shareholders’ value. e. Sebagai sarana program sumber daya manusia untuk mendukung keberhasilan strategi bisnis perusahaan jangka panjang, karena ESOP pada dasarnya merupakan bentuk kompensasi yang didasarkan atas prinsip insentif, yaitu ditujukan untuk memberikan pegawai suatu penghargaan yang besarnya dikaitkan dengan ukuran kinerja perusahaan atau shareholders’ value. Manfaat Kebijakan ESOP Berdasarkan hasil penelitian dari BAPPEPAM, kebijakan ESOP memberikan dampak positif kepada perusahaan, antara lain: a. Perekrutan dan Retensi. Persaingan pasar tenaga kerja meningkat untuk tenaga terampil dan karyawan yang cakap. Ketika berusaha merekrut karyawan potensial, kemampuan untuk menjanjikan karyawan suatu penyertaan ekuitas dapat menjadi suatu sarana. Peluang keuangan berupa kepemilikan ekuitas akan menarik bagi beberapa, mungkin sebagian besar orang-orang cerdas dan berbakat yang dibutuhkan oleh perusahaan. Mempertahankan karyawan yang ada juga akan lebih mudah jika karyawan memiliki penyertaan modal. b. Peningkatan arus kas. Kompensasi ekuitas seringkali dapat mengganti sebagian kompensasi kas. Program-program seperti stock grant dan program opsi saham dapat membuat suatu perusahaan bersaing dalam pasar tenaga kerja tanpa harus membayar gaji yang tinggi. Suatu bentuk program dana pensiun di Amerika, yang menawarkan kontribusi yang sesuai (matching contribution) dalam saham perusahaan dapat menjadi suatu program tabungan pensiun yang menarik, juga tanpa memerlukan kontribusi kas sebagaimana dalam program pensiun lainnya. Sebuah program pembelian saham oleh karyawan
124
P3M STIE BANK BPD JATENG Prestasi Vol. 6 No. 1 - Juni 2010
ISSN 1411 – 1497
dapat secara nyata meningkatkan arus kas perusahaan pada saat karyawan membayar kas atas saham yang mereka terima. c. Motivasi dan Kinerja. Ekuitas hanya akan bernilai jika kinerja perusahaan membuatnya bernilai. Oleh karena itu, karyawan yang memiliki kepentingan modal signifikan dalam perusahaannya akan memiliki insentif yang kuat untuk mencurahkan karya terbaiknya dalam memaksimalkan kinerja perusahaan dan nilai saham. Dengan demikian, kepemilikan saham oleh karyawan menyelaraskan kepentingan karyawan dengan para pemegang saham. Selain itu, hal ini akan memperlakukan karyawan secara adil ketika mereka diberi penghargaan ekuitas dengan proporsi sesuai dengan kontribusi mereka kepada kinerja perusahaan. d. Pengembangan budaya kelompok. Perusahaan-perusahaan dengan pengalaman kepemilikan karyawan jangka panjang telah menemukan bahwa hal tersebut memberikan dasar yang kuat dalam membangun budaya kerja yang kuat. Setelah dikembangkan dengan tepat, kepemilikan karyawan meningkatkan jiwa kebersamaan dan kerja tim, yaitu seluruh karyawan bekerjasama memfokuskan pada tujuan kinerja perusahaan. Karyawan menjadi lebih peka terhadap kebutuhan perusahaan dan mulai memikirkan dan bertindak seperti seorang pemilik. e. Alat antisipasi pengambil-alihan. Perusahaan-perusahaan yang mempertahankan diri dari pengambil-alihan secara tidak bersahabat (hostile take-over), menggunakan ESOP untuk hal itu. Dalam hal penawaran pengambil-alihan telah dilakukan, penggunaan ESOP sebagai alat bela diri menjadi agak terlambat. Namun, apabila ESOP telah dilaksanakan sebelum dimulainya usaha pengambialihan, ESOP menjadi alat yang efektif untuk mempertahankan diri. Macam-macam ESOP Ada beberapa bentuk kebijakan perusahaan yang terkait dengan ESOP. Bentuk-bentuk ESOP antara lain adalah : 1. Pemberian saham (stock grants) Pendekatan paling sederhana adalah suatu perusahaan dapat menghibahkan saham perusahaan kepada karyawan-karyawan yang terpilih. Seringkali, hal ini dilakukan sebagai suatu bentuk kompensasi bonus sebagai penghargaan kepada karyawan atas kinerja yang tinggi, untuk mengenalkan pentingnya seorang karyawan kunci, atau sistem penggajian baru di suatu organisasi. Hibah ini dapat berupa tanpa pembatasan (non restricted) atau dengan pembatasan (restricted). Pemberian saham tanpa pembatasan adalah suatu pemberian penghargaan berupa saham, biasanya diberikan kepada karyawan kunci untuk mencapai tujuan keuangan atau tujuan strategis. 125
P3M STIE BANK BPD JATENG Prestasi Vol. 6 No. 1 - Juni 2010
ISSN 1411 – 1497
Penghargaan ini mirip dengan suatu bonus kas tradisional tetapi penghargaannya dalam bentuk saham. Pemberian saham dengan pembatasan adalah suatu penghargaan yang terikat dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi karyawan. Pembatasan yang paling umum adalah suatu jadwal tunggu berdasarkan waktu yang mengharuskan karyawan untuk tetap di perusahaan selama suatu jangka waktu tertentu sebelum seluruh kepemilikan atas seluruh sahamnya ditransfer. Pengunduran diri atau pemutusan hubungan kerja karyawan sebelum memenuhi ketentuan tersebut akan berakibat pada hilangnya hak atas pemberian saham yang belum terlewati masa tunggunya dan akan dikembalikan ke perusahaan. Bentuk Stock Grand memiliki kelebihan, antara lain: (a) stock grant dapat menjadi suatu alat retensi karyawan yang efektif, (b) Stock grants merupakan program yang sederhana untuk diimplementasikan dan mudah difahami oleh karyawan, (c) Program ini memberikan suatu cara bagi perusahaan untuk membayar insentif yang terkait dengan kinerja tanpa menggunakan sumber daya kas, dan (d) Memberikan karyawan suatu partisipasi modal di perusahaan. Sementara itu kelemahannya adalah : (a) Memberikan hak suara kepada karyawan, (b) Selama tidak diharuskan menginvestasikan kas pribadi, karyawan mungkin tidak merasakan nilai kepemilikan yang sebenarnya, (c) Dapat menyebabkan masalah arus kas bagi karyawan sebagai akibat dari konsekuensi pajak dari penerimaan stock grant, dan (d) Mengakibatkan pengakuan beban kompensasi bagi perusahaan. 2. Program pembelian saham oleh karyawan (direct employee stock purchase plans) Program pembelian saham oleh karyawan memungkinkan karyawan membeli saham perusahaan dengan persyaratan yang menguntungkan keputusan karyawan untuk membeli saham yang tersedia untuknya adalah sukarela. Dengan program ini karyawan dapat membayar sahamnya melalui pemotongan gaji. Karena karyawan diharuskan membayar “up front” (dimuka) atas saham yang mereka beli, suatu program pembelian saham oleh karyawan secara umum tidak menghasilkan tingkat partisipasi yang tinggi (biasanya kurang dari 25% dari karyawan yang memenuhi syarat), juga tidak akan merubah ekuitas perusahaan dalam jumlah besar kepada tenaga kerjanya (bila dibandingan dengan program kepemilikan saham yang lain). Karena karyawan menginvestasikan uangnya sendiri ketika mereka memperoleh saham melalui suatu direct purchase plan, perusahaan harus memastikan bahwa saham yang ditawarkan termasuk dalam kualifikasi untuk pengecualian dari ketentuan registrasi (pernyataan pendaftaran). Pengecualian tersebut secara umum tersedia untuk penjualan yang dibatasi kepada karyawan. Bentuk ini memiliki kelebihan, antara lain: (a) Program ini meningkatkan modal perusahaan, (b) Program ini relatif sederhana untuk dibuat dan mudah bagi karyawan untuk memahaminya, dan (c) Program ini mengembangkan 126
P3M STIE BANK BPD JATENG Prestasi Vol. 6 No. 1 - Juni 2010
ISSN 1411 – 1497
jiwa investasi para karyawan. Sementara itu kelemahannya adalah: (a) Biaya investasi dapat menghambat karyawan untuk berpartisipasi, (b) Ketentuan Pernyataan Pendaftaran mungkin merupakan suatu pokok persoalan bagi perusahaan tertutup, dan (c) Program ini mengharuskan dibentuknya struktur administrasi untuk mengumpulkan dana, membeli saham dan monitoring ketaatan dengan peraturan yang sesuai. 3.
Program opsi saham (stock option plans) Dalam program opsi saham, suatu perusahaan memberikan kepada karyawan secara perorangan hak kontraktual, atau opsi, untuk membeli suatu jumlah tertentu atas saham perusahaan sepanjang periode waktu tertentu, membayar dengan harga yang ditetapkan pada saat tanggal pemberian. Periode waktu tertentu tersebut biasanya antara 5 sampai 10 tahun dimulai pada tanggal pemberian dan harganya biasanya sama dengan harga pasar wajar saham pada saat pemberian. Konsep dibalik opsi ini adalah bahwa jika harga saham perusahaan meningkat dalam tahun-tahun setelah pemberian, karyawan mendapatkan keuntungan dengan membeli saham pada harga lebih rendah yaitu harga yang berlaku pada waktu pemberian dan kemudian menjualnya dengan harga yang lebih tinggi, setelah harga meningkat. Nilai suatu opsi saham bagi karyawan sifatnya terkait pada kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Perusahaan dapat mengaitkan pemberian opsi kepada kinerja kelompok atau individual dalam berbagai cara. Sebagaimana dengan bonus kas, perusahaan bebas untuk memutuskan kepada siapa mereka akan memberikan opsi dan berapa banyaknya opsi yang akan mereka berikan kepada masing-masing individu. Pada masa lalu, perusahaan biasanya membatasi pemberian opsi saham hanya kepada manajemen, dan pada beberapa perusahaan, program opsi saham masih menggunakan cara tersebut. Namun demikian, kini terdapat kecenderungan (peningkatan) bahwa perusahaan-perusahaan memberikan opsi saham lebih jauh ke dalam organisasinya, seringkali melibatkan seluruh karyawan. Opsi dapat menjadi suatu motivator yang lebih efektif dibandingkan suatu bonus kas, karena tidak seperti kas, opsi terus menerus berlaku sebagai suatu insentif yang baik bagi karyawan setelah mereka diberikan opsi, karena nilai sebenarnya akan ditentukan dengan kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Pelaporan atas opsi saham dalam laporan keuangan satu dari pertimbangan utama pemberian opsi saham kepada karyawan adalah dalam banyak kasus perusahaan bebas dari segi pelaporan keuangan. Suatu perusahaan harus mengakui beban kompensasi atas nilai estimasi opsi hanya dalam situasi tertentu. Ini termasuk jenis opsi dengan jumlah saham atau harga pelaksanaan tidak diketahui atau kontinjen dengan kejadian yang akan datang. Transaksi opsi lainnya yang akan mengharuskan perusahaan untuk mengakui beban yaitu : (a) Jika opsi diberikan pada harga discount dari harga pasar wajar, (b) Jika ketentuan vesting didasarkan semata-mata hanya untuk mencapai tujuan kinerja, (c) Jika opsi saham diterbitkan kepada non 127
P3M STIE BANK BPD JATENG Prestasi Vol. 6 No. 1 - Juni 2010
ISSN 1411 – 1497
karyawan, (d) Jika modifikasi dibuat untuk program opsi saham, termasuk perpanjangan, pembaruan dan modifikasi yang akan mengurangi harga pelaksanaan atau meningkatkan jumlah saham atas opsi, (e) Jika harga opsi dirubah, atau opsi dibatalkan dan diterbitkan kembali, untuk mengurangi harga pelaksanaan, dan (f) Jika opsi diberikan kepada karyawan yang berkerja di perusahaan afiliasi yang tidak dimiliki secara mayoritas oleh perusahaan yang memberikan opsi. Dalam hal perusahaan tidak harus mengakui beban, perusahaan harus melaporkan nilai opsi pada saat menyiapkan laporan keuangan dengan menggunakan suatu model penilaian opsi (misalnya, Black Scholes) untuk mengestimasi akibat dari setiap opsi yang masih beredar pada laba bersih dan laba per saham. Informasi ini harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Bentuk ini memiliki kelebihan, antara lain: (a) Opsi saham mengaitkan imbalan kepada karyawan dengan keberhasilan yang akan datang karena opsi tersebut hanya menjadi bernilai jika harga saham perusahaan meningkat, (b) Opsi dapat menjadi alat yang efektif untuk mempertahankan karyawan jika dikaitkan dengan jadwal waktu tunggu, (c) Dari sudut pandang akuntansi, opsi secara umum tidak dipertimbangkan sebagai beban pada buku perusahaan. Sementara itu kelemahannya adalah: (a) Karena kompleksitasnya, opsi saham dapat sulit dimengerti oleh karyawan, (b) Kas keluar yang diperlukan pada saat pelaksanaan, dapat dipandang sebagai suatu hal yang negatif oleh karyawan, dan (c) Jika harga saham turun secara substansial di bawah harga pelaksanaan, opsi tersebut tidak memberikan insentif keuangan bagi karyawan. 4. Employee Stock Ownership Plans (ESOPs) ESOPs merupakan suatu jenis program pensiun yang dirancang untuk menerima kontribusi perusahaan pada suatu pengelola dana (fund) yang akan melakukan investasi pada saham perusahaan untuk kepentingan karyawan. Pendekatan ini merupakan program kepemilikan saham oleh karyawan yang diformulasikan oleh Kelso (2002) dalam Tim Studi Penerapan ESOP BAPPEPAM (2002). ESOPs non leveraged dirancang untuk investasi terutama dalam saham perusahaan yang mendukungnya. Dengan suatu ESOPs non leveraged, perusahaan membuat suatu kontribusi kepada suatu akun Trust setiap tahun atas nama masing-masing karyawan, kebanyakan perusahaan akan mengkontribusi ke suatu program pensiun. Kontribusi tersebut dapat dibuat dalam bentuk saham (yang memperbaiki arus kas perusahaan karena tidak memerlukan pengeluaran), atau dapat juga berbentuk kas yang kemudian digunakan oleh trust untuk membeli saham perusahaan.
128
P3M STIE BANK BPD JATENG Prestasi Vol. 6 No. 1 - Juni 2010
ISSN 1411 – 1497
Saham yang diperoleh dengan program ini dialokasikan kepada akun-akun perorangan yang dikelola untuk masing-masing karyawan yang berpartisipasi. Para karyawan menerima saldo akun mereka setelah pensiun atau pemberhentian oleh perusahaan. Pada perusahaan yang tidak berencana untuk go public atau akan diakuisisi oleh seorang Penawar, leveraged ESOPs telah menjadi sarana ekuitas yang digunakan secara meluas. Program ini dapat digunakan oleh pemilik perusahaan sebagai suatu strategi keluar, memungkinkan untuk menjual sahamnya kepada sekelompok karyawan sebesar nilai pasar wajar penuhnya. ESOPs mendanai pembelian dengan melalui suatu pinjaman, yang dijamin oleh perusahaan. Secara singkat digambarkan suatu jenis Leveraged ESOPs bekerja dalam empat tahap, sebagai berikut : (1) Nilai pasar wajar saham pemilik ditentukan melalui jasa seorang profesional, konsultan penilai independen, (2) Perusahaan membentuk suatu ESOPs, yang meliputi pembentukan suatu Trust yang akan memegang saham yang akan dibeli oleh para karyawan. Orang atau institusi yang ditunjuk oleh perusahaan akan bertindak sebagai trustee; (3) Trustee meminjam uang dari sebuah bank atau kreditur lainnya, menggunakan kredit perusahaan sebagai penjamin, dan (4) Trustee mewakili pemilik dengan sebuah check untuk harga beli dan pemilik mentransfer sahamnya kepada trust. Kemudian, setelah perusahaan membayar kembali pinjaman ESOPs, saham tersebut dialokasikan kepada akun-akun perorangan yang telah dibentuk oleh trust untuk masing-masing karyawan. 5. Phantom Stock and Stock Appreciation Rights (SARs) Selain pendekatan-pendekatan di atas, terdapat beberapa pendekatan lain untuk membagi ekuitas dengan para karyawan yang secara teknis tidak mengakibatkan transfer kepemilikan saham kepada para karyawan. Sering kali disebut sebagai synthetic equity programs (program ekuitas sintetis). Program jenis ini dapat dipakai apabila transfer aktual atas kepemilikan ekuitas kepada karyawan adalah tidak memungkinkan atau tidak diinginkan. Stock Appreciation Rights (SARs) dan Phantom Stock adalah penangguhan kompensasi yang khusus dan alat kompensasi insentif yang dirancang untuk memberikan karyawan keuntungan ekonomis atas kepemilikan saham tanpa disertai terjadinya transfer saham sesungguhnya. Suatu program SARs merupakan sebuah hibah kepada seorang karyawan yang memberikannya hak pada suatu waktu tertentu di masa yang akan datang untuk menerima penghargaan berupa kas sebesar kenaikan dalam nilai dari sejumlah bagian saham tertentu sebuah perusahaan. Phantom Shares merupakan bagian-bagian dari nilai yang berkaitan dengan jumlah ekuivalen saham. Sebagaimana dengan SARs, nilai dari suatu penghargaan phantom stock biasanya dibayar kepada karyawan dengan kas, meskipun penghargaan tersebut dapat juga dalam bentuk saham.
129
P3M STIE BANK BPD JATENG Prestasi Vol. 6 No. 1 - Juni 2010
ISSN 1411 – 1497
Pertimbangan yang dapat mendukung penggunaan jenis program ini dibandingkan suatu program ekuitas yang sesungguhnya adalah ketentuan pernyataan pendaftaran (securities registration requirement), perlakuan akuntansi dan pajak, dan fleksibilitas yang berkaitan dengan penghargaan untuk aspek khusus dari usaha perusahaan (seperti suatu divisi yang tidak secara terpisah berbentuk badan hukum). SARs dan phantom stock populer bagi perusahaan milik keluarga yaitu keluarga yang tidak menginginkan untuk melepaskan kepemilikan sahamnya. Program-program ini juga dapat digunakan untuk memberikan ekuitas seperti insentif yang dikaitkan dengan kinerja dari suatu divisi perusahaan atau anak perusahaan. dan juga dapat digunakan untuk memberikan penghargaan kepada karyawan asing yang dikarenakan kompleksitas hukum dan administrasi dari hukum negara asalnya membuatnya sulit untuk diberikan penghargaan berupa surat berharga. Bentuk ini memiliki kelebihan, antara lain: (a) Dengan ketentuan jadwal waktu tunggu, SARs dan phantom stock dapat memberikan metode yang efektif untuk mempertahankan karyawan, (b) SARs dan phantom stock tidak mendilusi kendali suara dan hak-hak kepemilikan lainnya dari pemilik yang ada, (c) Pernyataan pendaftaran tidak berlaku untuk jenis program ini jika pembayarannya dibuat hanya dengan kas. Sementara itu kelemahannya adalah: (a) Menyebabkan suatu potensi penurunan kas yang signifikan bagi perusahaan ketika nilai dari penghargaan dibayarkan, (b) Mungkin lebih sulit untuk mencapai tingkat motivasi yang tinggi karyawan pada perusahaan pada saat pemberian. Dan harus disesuaikan secara periodik (tidak boleh kurang dari satu tahun) untuk menggambarkan perubahan dalam harga penghargaan, dan (c) Karyawan dikenakan pajak pada tarif penghasilan biasa atas total nilai penghargaan. Kinerja Perusahaan Menurut Hefret (1998) dalam Widjaya dan Badjuri (2003) pengukuran kinerja perusahaan dibagi atas tiga kelompok sudut pandang, diantaranya: a. Sudut pandang manajemen atau perusahaan Manajemen mempunyai kepentingan ganda dalam analisis kinerja keuangan, yaitu menilai efisiensi dan profitabilitas operasi serta menimbang seberapa efektif penggunaan sumber daya perusahaan. Penilaian terhadap operasi sebagian besar dilakukan berdasarkan analisis atas laporan laba rugi, sedangkan efektivitas penggunaan sumber daya biasanya diukur dengan mengkaji ulang baik neraca maupun laporan lab rugi. b. Sudut pandang pemilik Pemilik adalah investor, yaitu kepada siapa manajemen harus bertanggung jawab. Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan pemegang saham dalam suatu perseroan adalah profitabilitas. Profitabilitas berarti hasil yang diperoleh melalui usaha manajemen atas dana yang diinvestasikan pemilik. 130
P3M STIE BANK BPD JATENG Prestasi Vol. 6 No. 1 - Juni 2010
ISSN 1411 – 1497
Pemilik juga tertarik pada pembagian laba yang menjadi haknya yaitu seberapa banyak yang dibayarkan sebagai deviden kepada mereka. c. Sudut pandang pemberi pinjaman Bila orientasi pemilik dan manajemen mengarah pada kesinambungan perusahaan, maka pemberi pinjaman paling sedikit mempunyai dua kepentingan atas perusahaan yaitu pemberi pinjaman tertarik meminjamkan dana kepada perusahaan yang berhasil akan berjalan seperti yang diharapkan. Kinerja perusahaan pada umumnya berdasarkan kinerja keuangan yang diterbitkan berupa laporan keuangan perusahaan tersebut dalam suatu waktu tertentu. Maka dari itu, baik tidaknya kinerja perusahaan tergantung penilaian pada kinerja keuangan (Hefret, 1998 dalam Widjaya dan badjuri, 2003). Selain itu, kinerja keuangan yang berbentuk laporan keuangan merupakan nilai periodik yang memuat hasil investasi, operasi, dan pembiayaan perusahaan. Serta mengarah pada hubungan dan indikator keuangan pokok yang digunakan untuk menilai kinerja masa lalu dan juga memproyeksikan hasil masa depan. Rasio Keuangan dalam Laporan Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu (Helfret, 1999). Maka dari itu rasio keuangan memiliki kelebihan, diantaranya: a. b. c. d. e. f. g.
Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score). Menstandarisir size perusahaan Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series, dan Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.
Jenis-jenis rasio keuangan Menurut Harahab, (2002) rasio keuangan secara kategori adalah sebagai berikut: a b.
Probabilitas adalah Kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang digambarkan oleh Return on Investment (ROI). Management Performance adalah rasio yang dapat menilai prestasi manajemen. Dilihat dari segi kebijakan kredit, persediaan, administrasi, dan struktur harta dan modal. 131
P3M STIE BANK BPD JATENG Prestasi Vol. 6 No. 1 - Juni 2010 c.
ISSN 1411 – 1497
Solvency adalah kemampuan perusahaan melunasi kewajibannya Solvency ini digambarkan oleh arus kas baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Selain itu menurut Harahab, (2002) juga menyebutkan rasio keuangan yang sering dipakai diantaranya: a b. c.
d. e. f. g. h.
Rasio likuiditas, rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio solvabilitas, rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajiban apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio rentabilitas/profitabilitas, rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui seluruh kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal jumlah karyawan dan sebagainya. Rasio Leverage, rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun asset. Rasio Aktivitas, rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian atau kegiatan lainnya. Rasio Pertumbuhan, rasio ini menggambarkan persentasi kenaikan penjualan tahun ini dibanding dengan tahun lalu. Semakin tinggi berarti semakin baik. Penilaian Pasar, rasio ini merupakan rasio yang khusus dipergunakan di pasar modal yang menggambarkan situasi perusahaan di pasar modal. Rasio Produktivitas, rasio ini menunjukkan tingkat produktivitas dari unit atau kegiatan yang dinilai.
Dari rasio-rasio diatas maka elemen rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan diantaranya: a. ROA (return on assets) Menurut Hanafi dan Halim (2008) ROA merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut. ROA ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu dan dapat diproyeksikan untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa mendatang. b. EPS (earning per share) Menurut Hanafi dan Halim (2008) EPS merupakan rasio keuangan yang sering digunakan investor saham untuk menganalisis kemampuan perusahaan dalam mencetak laba berdasarkan saham yang dipunyai. EPS merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan. Pada umumnya investor akan mengharapkan manfaat dari investasinya dalam bentuk laba perlembar karena EPS menggambarkan jumlah keuntungan yang diperoleh. 132
P3M STIE BANK BPD JATENG Prestasi Vol. 6 No. 1 - Juni 2010
ISSN 1411 – 1497
c. Sales growth Menurut Haikal (2003) sales growth (pertumbuhan penjualan) merupakan proses untuk mengidentifikasi tingkat penjualan dari tahun tertentu. Rasio ini digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dalam hal pendapatan penjualan yang diperoleh setiap tahunnya. Metode Penelitian Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh perusahaan yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel penelitian ini mendasarkan pada kriteria-kriteria sebagai berikut: (a) Terdaftar di BEI tahun 2004–2007, (b) Menerbitkan laporan keuangan tahunan secara berturut-turut, dan (c) Perusahaan melakukan jebijakan ESOP antara tahun 2004-2007. Dari berbagai kriteria tersebut diperoleh sejumlah 22 perusahaan (terlampir). Hasil Penelitian Berdasarkan statistik deskriptif antara EPS, ROA, sales growth, dan ESOP diperoleh hasil sebagai berikut: EPS terkecil menunjukan nilai 0,2 yaitu perusahaan Indonesia Air Transport tahun 2007. Hal ini berarti keuntungan yang diperoleh atas penjualan saham perusahaan tersebut hanya Rp 0,20 perlembar saham dan terbesar Rp 496 yaitu perusahaan Tira Austenite tahun 2004 yang berarti keuntungan penjualan sahamya Rp 496 rupiah setiap lembarnya , sedangkan rata-rata dari seluruh EPS Rp 128,4567 yang berarti adanya kemampuan yang baik pada perusahaan yang melaksanakan ESOP dalam menghasilkan laba perlembar dari saham yang dikeluarkan yaitu rata-rata laba bersih perlembar saham mencapai Rp. 128,4567 tiap lembarnya dan standar deviasi 142,54048. ROA dari data diatas nilai terkecilnya 0,0005 yaitu dari perusahaan Indonesia Air Transport tahun 2007 yang berarti bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih yang berasal dari total aktiva sebesar 0,05% dan yang terbesar 0,2097 yaitu dari perusahaan Sari Husada tahun 2006, sedangkan rata-rata dari seluruh ROA 0,085017 dan standar deviasi 0,0611159. Hal ini menunjukan bahwa pengembalian total aktiva yang dikeluarkan bernilai positif atau tidak mengalami kerugian dari pengembalian total aktiva tersebut. Nilai terkecil dari sales growth sendiri -0,481 yaitu dari perusahaan Bank Niaga tahun 2007 dan nilai tertinggi berada pada 0,881 yaitu dari perusahaan Bank BRI pada tahun 2004, sedangkan rata-ratanya 0,27437 dan standar deviasinya 0,333349. Sales growth perusahaan yang mengadopsi ESOP antara tahun 2004-2007, terdapat perusahaan yang nilai penjualan tahun sebelumnya lebih besar dari tahun setelah mengadopsi ESOP ini ditunjukkan dengan pertumbuhan penjualan dalam tahun sebelumnya yang bernilai negatif.
133
P3M STIE BANK BPD JATENG Prestasi Vol. 6 No. 1 - Juni 2010
ISSN 1411 – 1497
Persentase ESOP dalam perusahaan yang ditunjukkan pada Tabel 4.2 nilai terkecilnya 0,0001 yaitu perusahaan Apexindo Pratama Duta pada tahun 2005 dan nilai terbesar 0,5000 yaitu perusahaan Bimantara Citra tahun 2006, sedangkan rata-ratanya 0,030530 dan standar deviasinya 0,0900545. Nilai-nilai tersebut merupakan persentase antara jumlah ESOP yang dikeluarkan dengan jumlah seluruh saham perusahaan yang dikeluarkan. Kesimpulan Berdasarkan uji hipotesis, diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Ada pengaruh positif yang signifikan antara ESOP terhadap EPS sebesar 0.041. Hal ini berarti semakin banyak perusahaan mengadopsi ESOP maka nilai EPS suatu perusahaan akan meningkat. 2. Ada pengaruh negatif yang signifikan antara ESOP terhadap ROA sebesar 0.046. Berarti semakin besar lembar saham yang diberikan pada karyawan maka nilai ROA suatu perusahaan semakin kecil. 3. Ada pengaruh antara ESOP terhadap Sales Growth sebesar 0.018. Berarti semakin besar persentase ESOP maka sales growth akan meningkat. Daftar Pustaka Anwar, Azwar dan Baridwan, Zaki. 2006. Effect of Employee Stock Option Plans (ESOPs) to Performance andFirm Value. SNA IX. Padang Atmaja, Lukas Setia. 2003. Manajemen Keuangan. Andi Offet.Yogyakarta. Asyik, Nur Fajrih. 2006. Pola-pola Perilaku Eksekutif Berkaitan dengan Tahapan Penawaran Opsi Saham : Uji Komprehensif di Sekitar Tanggal Hibah. SNA X. Surabaya. Haikal, Shalahudin. 2003. Rasio-rasio Manajemen : Penting Penggerak dan Pengendali Bisnis. Airlangga. Jakarta. Harahab, Sofyan Syafri. 2002. Analisa Kritis Atas laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Herdinata, Christian. 2005. Analisis Penerapan ESOP (Employee Stock Option Program) terhadap Reaksi Pasar dan Hubungannya dengan Kinerja Perusahaan yang Go Publick di BEJ. Universitas Ciputra. Husnan, suad. 2003. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. BPFEUGM. Yogyakarta Khaimimah, Winathin. 2005. Pengaruh Kepemilikan Saham Karyawan terhadap Komitmen Organisasi pada PT. Telkom Tbk Regional Divisi V. Jurnal Kinerja Vol. 12 No. 5 Margaretha, Melly dan Sarasih, Susanti. 2008. Upaya Peningkatan Kinerja Organisasi, The 2nd National Conference
134
P3M STIE BANK BPD JATENG Prestasi Vol. 6 No. 1 - Juni 2010
ISSN 1411 – 1497
Widjaya, Wisnu danBadjuri, Mochamad. 2003. Teknik Analisis Keuangan. Airlangga. Jakarta
135