ANALISIS PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN KAPASITAS TANGKAP KOMODITAS PERIKANAN LAUT UNGGULAN DI KOTA TEGAL Intan Zulfiani Nasyahta Dila, Darsono, Setyowati Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Jalan Ir Sutami No 36-A Kentingan, Jebres, Surakarta E-mail :
[email protected] Telp. 085643436857 Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui klasifikasi komoditas perikanan laut di Kota Tegal dan merumuskan alternatif strategi pengembangan kapasitas tangkap komoditas perikanan laut unggulan di Kota Tegal. Metode dasar penelitian ini adalah deskriptif analitis. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja, yaitu Kota Tegal. Teknik analisis menggunakan (1) Tipologi Klassen untuk mengklasifikasi komoditas perikanan laut (2) analisis SWOT untuk mengidentifikasi faktor eksternal dan faktor internal dan merumuskan alternatif strategi pengembangan kapasitas tangkap komoditas perikanan laut unggulan di Kota Tegal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) komoditas perikanan laut unggulan di Kota Tegal adalah layang, bawal, selar, tembang, tongkol dan lemuru; (2) alternatif strategi pengembangan armada 11-30 GT meliputi memanfaatkan teknologi, fasilitas dan bantuan pemerintah secara optimal; meningkatkan kualitas SDM nelayan; menambah aparat; meningkatkan daya saing; penguatan fungsi TPI Tegalsari dan KUD Karya Mina; meningkatkan efisiensi penangkapan dan pengelolaan infrastruktur dan sumberdaya laut berkelanjutan; meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum; mencari sumber bahan bakar alternatif; meningkatkan kemampuan manajemen dan koordinasi dengan stakeholders terkait. alternatif strategi armada/kapal tangkap >30 GT adalah mengekplorasi wilayah tangkap baru; intensifkasi pembinaan mutu hasil tangkapan; meningkatkan kualitas SDM nelayan, kuantitas SDM aparat; menambah jumlah armada; mengefisiensikan operasi penangkapan; mengembangkan perikanan tambak; mengajukan revisi terhadap kebijakan penghapusan solar bersubsidi; mengembangkan mata pencaharian alternatif. Kata Kunci: Perikanan, Unggulan, Tipologi Klassen, Tegal, SWOT Abstract : This research aims to determine the commodity classification of marine fisheries and formulate alternative development strategy of superior marine fisheries commodity fishing capacity in Tegal. The basic method of this research is descriptive analysis. Locations which is selected by purpose, is Tegal. Data analysis methods which are used are (1) Klassen typology to classify fisheries commodity (2) SWOT analysis to identify external factors and internal factors and formulate development strategy of superior marine fisheries commodity fishing capacity in Tegal. The results showed that (1) superior marine fisheries commodities in Tegal are layang, pomfret, selar, tembang, cob, sardine; (2) alternative development strategy for 11-30 GT vessel includes utilizing technology, facilities and support optimal government; improve quality of fishermen human resources; adding apparatus; improve competitiveness; strengthening function of TPI Tegalsari and KUD Karya Mina; improve the efficiency of fishing and management of infrastructure and sustainable marine resources; improve monitoring and enforcement; search for alternative fuel sources; improve management and coordination with relevant stakeholders. Alternative development strategy for >30GT vessel includes exploring new fishing grounds; intensification coaching quality; improve quality of fishermen human resources; adding apparatus; adding vessels; improve efficiency of fishing; develop fishing pond; propose revisions to eliminate subsidized diesel policy; develop alternative livelihoods. Keywords : Fisheries, Superior, Klassen Typology, Tegal, SWOT
PENDAHULUAN Pembangunan daerah adalah upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan kemampuan untuk mengelola sumber daya ekonomi daerah untuk kemajuan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat (Republik Indonesia, 2008). Pada era otonomi daerah, pembangunan daerah mulai diarahkan kepada penggalian potensi daerah dan penggunaan potensi tersebut secara tepat agar mencapai hasil yang optimal (Widodo, 2006). Wiranto (2007) menegaskan bahwa adanya pengembangan otonomi daerah berimplikasi pada percepatan pembangunan daerah yang terfokus pada pengembangan sektor atau subsektor unggulan. Kota Tegal merupakan salah satu daerah yang menerapkan otonomi daerah untuk mencapai kemandirian dan kemajuan daerahnya. Sejalan dengan hal itu, pembangunan daerah harus disesuaikan dengan proritas dan potensi daerah yang dimiliki Kota Tegal. Oleh karena itu, pemerintah daerah Kota Tegal perlu mengetahui potensi unggulan daerah agar memudahkan dalam menetapkan sasaran pembangunan dan merumuskan strategi kebijakan pengembangan wilayah secara tepat. Subsektor perikanan, khususnya perikanan laut merupakan subsektor yang dominan dalam roda perekonomian di Kota Tegal. Hal ini dapat diketahui dari jumlah nelayan yang mencapai angka 13.432 jiwa dan sumbangan subsektor perikanan pada pembentukan PDRB sektor pertanian Kota Tegal yang menempati urutan pertama. Selain itu, potensi perikanan
laut Kota Tegal juga terlihat dari beragamnya jenis ikan hasil tangkapan nelayan dengan nilai produksi yang cukup besar (BPS Kota Tegal, 2012). Potensi perikanan laut yang besar harus dikembangkan sehingga dapat berkontribusi lebih baik terhadap pembangunan daerah Kota Tegal di masa mendatang. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian mengenai potensi perikanan laut dengan mengidentifikasi komoditas perikanan laut unggulan di Kota Tegal agar dapat dirumuskan alternatif strategi pengembangannya. Perumusan alternatif strategi pengembangan subsektor perikanan berbasis komoditas perikanan laut unggulan di Kota Tegal dilakukan dengan pendekatan kapasitas tangkap armada/kapal untuk mencapai optimasi penangkapan. Definisi kapasitas tangkap pada penelitian ini merupakan proxy (pendekatan atau mewakili) dari definisi produksi. Hal ini disebabkan produksi dalam usaha tangkap perikanan laut diasosiasikan dengan kegiatan berburu sumberdaya perikanan laut yang sifatnya given (anugerah dari Tuhan). Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui klasifikasi komoditas perikanan laut di Kota Tegal berdasarkan Tipologi Klassen dan merumuskan alternatif strategi pengembangan kapasitas tangkap komoditas perikanan laut unggulan yang dapat diterapkan di Kota Tegal.
METODE PENELITIAN Metode dasar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja
(purposive) yaitu di Kota Tegal. Penentuan responden yang dijadikan sebagai informan kunci dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan purposive sampling. Jenis data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data primer meliputi faktor-faktor strategis baik faktor internal (kekuatankelemahan) dan faktor eksternal (peluang-ancaman) dari usaha tangkap perikanan laut Kota Tegal yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan pihak Dinas Kelautan dan Pertanian Kota Tegal, Unit Pelaksana Teknis Dinas Pelayanan Pelelangan Ikan (UPTDPPI) Kota Tegal, Kepala TPI Pelabuhan, nelayan, Balai Pelatihan dan Pendidikan Perikanan (BPPP) Kota, Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Mina Kota Tegal dan Paguyuban Nelayan Kota Tegal (PNKT). Data sekunder meliputi data Produk Domestik Bruto Regional (PDRB) Kota Tegal tahun 2008-2012 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000, PDRB Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2012 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000, jumlah
produksi komoditas perikanan laut tahun 2008-2012, harga komoditas perikanan laut di tingkat produsen tahun 2008-2012, data potensi sumberdaya perikanan Kota Tegal Tahun 2012, data Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kota Tegal, data Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2009-2014 Kota Tegal dan Kota Tegal Dalam Angka 2012. Metode Analisis Data Pendekatan Tipologi Klassen Analisis ini mendasarkan pengelompokan suatu komoditas perikanan laut dengan melihat pertumbuhan dan kontribusi komoditas tersebut terhadap total PDRB Tegal. Kontribusi komoditas dihitung dengan membandingkan nilai produksi komoditas i dengan rata-rata total nilai produksi komoditas pertanian dikalikan 100%. Sedangkan laju pertumbuhan komoditas i dihitung dari perubahan nilai produksi komoditas i dibandingkan dengan nilai produksi komoditas i pada tahun sebelumnya kali 100%.
Tabel 1. Dasar Klasifikasi Komoditas Perikanan Laut menurut Tipologi Klassen Kontribusi Komoditas Laju Perikanan Pertumbuhan Laut Komoditas Perikanan Laut
Kontribusi Kecil
Kontribusi Besar (Kontribusi komoditas Kontribusi PDRB)
i
(Kontribusi komoditas Kontribusi PDRB)
i
Tumbuh Cepat (r komoditas i ≥ r PDRB)
Komoditas Prima
Komoditas Berkembang
Tumbuh Lambat (r komoditas i < r PDRB)
Komoditas Potensial
Komoditas Terbelakang
Sumber : Widodo (2006) Keterangan r komoditas i r PDRB
≥
: : Laju pertumbuhan komoditas perikanan ke-i : Laju pertumbuhan PDRB Kota Tegal
<
Tabel 2. Diagram Matriks SWOT
OPPURTINITIES (O) Daftar Peluang THREATS (T) Daftar Ancaman
STRENGTH (S) Daftar Kekuatan STRATEGI S-O Membuat strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI S-T Membuat strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
WEAKNESS (W) Daftar Kelemahan STRATEGI W-O Membuat strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI W-T Membuat strategi yang meminimalkan kelemhan dan menghindari ancaman
Sumber : David (2009) Perumusan Alternatif Strategi Analisis SWOT Analisis SWOT merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal kunci (peluang-ancaman) dan faktor-faktor internal kunci (kekuatan- kelemahan). Alternatif Strategi Perumuskan alternatif strategi pengembangan kapasitas tangkap komoditas perikanan laut unggulan di Kota Tegal digunakan analisis Matriks SWOT (Tabel 2). HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Primer Nelayan Kota Tegal Pekerjaan nelayan di Kota Tegal merupakan pekerjaan turun temurun. Kehidupan masyarakat nelayan Kota Tegal tergantung dari pendapatan melaut yang tidak pasti yang disebabkan karena kondisi cuaca dan sumberdaya perikanan yang tidak menentu serta semakin tingginya biaya operasional melaut. Akibatnya, pekerjaan sebagai nelayan bersifat tidak tetap (temporary). Dalam masyarakat nelayan ditemukan adanya kelas pemilik dan kelas pekerja. Kelas pemilik yang dapat dinyatakan sebagai juragan, kesejahteraannya relatif lebih baik karena menguasai
faktor produksi seperti kapal, mesin maupun alat tangkap. Sedangkan kelas pekerja adalah para anak buah kapal (ABK) yang menerima upah dari pemilik. Pekerjaan menangkap ikan ini merupakan pekerjaan yang penuh resiko, sehingga anggota keluarga yang lain (seperti istri) tidak dapat membantu secara penuh. Pada usia meningkat remaja, biasanya anak nelayan mulai diajak berlayar dan ikut melaut, sehingga mereka jarang mengenyam pendidikan yang tinggi. Keragaan Umum Subsektor Perikanan Laut di Kota Tegal Armada/Kapal Skala 1-10 GT Nelayan dengan armada skala 1-10 GT tergolong dalam kategori nelayan kecil atau tradisional. Penangkapan ikan di laut (jarak <3mill dari tepi pantai) yang dilakukan oleh nelayan kecil (tradisional) secara singkat (one day fishing). Armada/Kapal Skala 11-30 GT Kegiatan perikanan tangkap dengan armada 11-30GT sering disebut dengan usaha perikanan tangkap cantrang karena mayoritas armada skala tersebut menggunakan jenis alat tangkap cantrang dengan sasaran tangkapnya adalah jenis ikan demersal, seperti bawal, kakap, petek
target sasaran tangkap berupa jenis ikan pelagis seperti tuna, cakalang, tongkol, lemuru, tengiri, selar, layar dan tembang. Hasil tangkapan armada >30 GT dilelang melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan. Ikan pelagis merupakan ikan yang hidup di sekitar permukaan perairan dan selalu membentuk gerombolan (schooling) serta melakukan migrasi untuk berbagai kebutuhan hidupnya.
dan tigawaja. Hasil tangkapan mereka dipasarkan melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tegalsari. Ikan demersal adalah ikan yang umumnya hidup di daerah dekat dasar perairan dan tidak berkelompok (soliter). Armada/Kapal Skala >30GT Mayoritas armada >30 GT menggunakan alat tangkap pukat cincin (purse seine) sehingga armada > 30 GT terkenal dengan armada purse seine. Pukat cincin memiliki
Klasifikasi Komoditas Perikanan Laut Unggulan di Kota Tegal Tabel 3. Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Komoditas Perikanan Laut dan PDRB Kota Tegal Tahun 2009-2012 (dalam persen) No
Komoditas Perikanan Laut
Kontribusi Komoditas
Kontribusi PDRB Kota Tegal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Layang Bawal Kembung Selar Tembang Udang Teri Tongkol Lemuru Tengiri Layur Rebon Tigajawa Ekor Kuning Srinding Petek Manyung Pari Cumi Beloso Talang Larak
9,48 7,16 8,67 7,21 4,14 0,87 0,01 6,94 4.52 9,58 0,04 0,00 0,11 0,11 0,13 0,27 0,30 0,06 0,50 0,16 0,08 0,00
0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75
Sumber : Analisis Data Sekunder (2014)
Laju Pertumbuhan Komoditas 14,00 11,61 -3,38 4,97 17,19 47,89 72,80 7,56 24,92 3,56 152,64 0,00 29,43 37,32 0,00 26,38 13,02 62,26 116,96 61,82 -12,04 0,00
Laju Pertumbuhan PDRB Kota Tegal 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82
Tabel 4. Matriks Tipologi Klassen Komoditas Perikanan Laut Kota Tegal Laju Pertumbuhan Komoditas
Kontribusi Komoditas
Kontribusi Besar (Kontribusi komoditas i ≥ KontribusiPDRB)
Tumbuh Cepat (r komoditas i ≥ r PDRB)
Komoditas Prima : Layang, Bawal, Selar, Tembang, Tongkol, Lemuru
Tumbuh Lambat (r komoditas i < r PDRB)
Komoditas Potensial: Kembung, Tengiri
Kontribusi Kecil (Kontribusi komoditas i < Kontribusi PDRB) Komoditas Berkembang: Udang, Teri, Layur, Tigajawa, Ekor kuning, Petek, Manyung, Pari, Cumi, Beloso Komoditas Terbelakang : Rebon, Srinding, Talang, Larak
Sumber : Analisis Data Sekunder (2014) Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa nilai rata-rata kontribusi PDRB Kota Tegal selama tahun 2009-2012 sebesar 0,75% sedangkan nilai rata-rata laju pertumbuhannya sebesar 4,82%. Setiap komoditas memiliki nilai rata-rata kontribusi dan laju pertumbuhan yang berbeda. Komoditas yang memiliki nilai ratarata kontribusi tertinggi adalah tengiri (9,58%), sedangkan komoditas yang memiliki rata-rata laju pertumbuhan tertinggi adalah layur (152,64%). Meskipun demikian, keduanya belum tentu tergolong dalam komoditas prima/unggulan. Penentuan klasifikasi dilakukan berdasarkan hasil kombinasi dua indikator secara bersama-sama. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa Tipologi Klassen membagi komoditas perikanan laut di Kota Tegal menjadi empat klasifikasi yaitu komoditas prima, komoditas potensial, komoditas berkembang dan komoditas terbelakang. Komoditas prima adalah komoditas unggulan dimana komoditas ini memiliki nilai kontribusi yang lebih besar atau sama dengan nilai kontribusi PDRB Kota Tegal dan memiliki nilai laju
pertumbuhan yang cepat. Dengan demikian, komoditas prima atau unggulan perikanan laut Kota Tegal terdiri dari layang, bawal, selar, tembang, tongkol dan lemuru. Perumusan Alternatif Strategi Pengembangan Kapasitas Tangkap Komoditas Perikanan Laut Unggulan di Kota Tegal Strategi pengembangan subsektor perikanan laut berbasis komoditas perikanan laut unggulan di Kota Tegal didasarkan pada kapasitas tangkap masing-masing skala ukuran muat kapal (gross tonnage) penangkap komoditas perikanan laut yang masuk dalam kategori komoditas prima atau unggulan, yaitu armada skala 1130GT (menangkap ikan bawal) dan armada skala >30GT (menangkap ikan layang, selar, tembang, tongkol dan lemuru). Armada/Kapal 11-30 GT Setelah mengidentifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) maka diperoleh beberapa alternatif strategi yang dapat dipertimbangkan, antara lain :
Tabel 5. Alternatif Strategi Pengembangan Armada Skala 11-30 GT di Kota Tegal Kekuatan-S 1. Tersedianya tenaga kerja 2. Motivasi kerja nelayan tinggi dan penguasaan teknis sudah baik 3. Jumlah armada tangkap dengan tonase 11-30GT banyak 4. Kemudahan akses kredit Peluang-O 1. Perkembangan teknologi fish finder 2. Terbukanya akes pasar untuk ikan demersal 3. Adanya bantuan dari pemerintah 4. Kondisi infrastruktur yang lengkap dan memadai Ancaman-T 1. Pendangkalan Muara di PPP Tegalsari 2. Kondisi Overfishing 3. Naiknya harga BBM (solar) 4. Pembatasan alat tangkap cantrang
Strategi S-O 1. Memanfaatkan teknologi, fasilitas dan bantuan pemerintah secara optimal (S1, S2, S3, S4, O1, O2, O3, O4)
Strategi S-T 1. Meningkatkan efisiensi operasi penangkapan (S1, S2, S3, S4, T3) 2. Meningkatkan pengelolaan infrastruktur dan sumberdaya laut secara berkelanjutan (S1, S2, S3, S4, T1, T2, T4)
Kelemahan-W 1. Nelayan memiliki pendidikan yang masih rendah 2. Jumlah aparat teknis terbatas 3. Manajemen keuangan belum terkelola secara naik 4. Penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan 5. Pelelangan ikan di TPI Tegalsari belum optimal 6. Adanya monopoli pedagang besar Strategi W-O 1. Meningkatan kualitas SDM nelayan dan menambah jumlah aparat serta meningkatkan daya saing hasil tangkapan (W1, W2, W3, W4, O1, O2, O3, O4) 2. Menguatkan fungsi TPI Tegalsari dan KUD Karya Mina (W5, W6, O3) Strategi W-T 1. Meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum serta mencari sumber bahan bakar alternatif (W1, W4, T1, T2, T3, T4) 2. Meningkatkan kemampuan manajemen dan melakukan koordinasi yang baik dengan stakeholders terkait (W3, W5, W6, T2)
Sumber : Analisis Data Primer (2014) Memanfaatkan teknologi, fasilitas dan bantuan pemerintah secara optimal Strategi memanfaatkan teknologi, fasilitas dan bantuan pemerintah secara optimal ditujukan agar nelayan dengan armada tangkap 11-30GT dapat memperoleh tambahan modal untuk memperbesar usaha tangkapnya. Hal ini dapat dilakukan apabila nelayan lebih aktif merespon teknologi baru, memanfaatkan fasilitas dan bantuan pemerintah dengan baik.
Meningkatan kualitas SDM nelayan, menambah jumlah aparat dan meningkatkan daya saing hasil tangkapan Peningkatan kualitas SDM nelayan mencakup upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan manajemen usaha tangkap. Sementara itu, terbatasnya jumlah aparat yang bertugas memberikan penyuluhan membuat kegiatan penyuluhan menjadi tidak efektif. Dengan demikian, solusinya adalah penambahan jumlah aparat agar pelayanan dan penyuluhan menjadi lebih efektif. Terbukanya pasar untuk ikan demersal harus
diiringi dengan upaya peningkatan daya saing hasil tangkapan (peningkatan kualitas) agar hasil tangkapan nelayan Kota Tegal yang melimpah dapat diserap pasar secara optimal.
memperbesar usaha tangkap miliknya. Selain itu, adanya tambahan modal dapat digunakan nelayan untuk membuka alternatif usaha baru saat kondisi cuaca tidak mendukung untuk melaut.
Menguatkan fungsi TPI Tegalsari dan KUD Karya Mina
Meningkatkan pengelolaan infrastruktur dan sumberdaya laut secara berkelanjutan
Penguatan fungsi TPI Tegalsari diperlukan agar TPI Tegalsari mampu menjalankan fungsinya sebagai lembaga pemasaran hasil tangkapan nelayan secara maksimal. Pemasaran hasil tangkapan melalui TPI biasanya akan menjamin harga jual hasil tangkapan nelayan sehingga pendapatan yang diperoleh dapat meningkat. Dengan demikian, kenaikan pendapatan (incremental income) tersebut dapat membantu nelayan dalam mengembangkan usaha tangkapnya. KUD Karya Mina dapat difungsikan kembali untuk menumbuhkan kebiasaan menabung. Tabungan inilah yang nantinya dapat dijadikan sebagai modal tambahan (incremental capital) dalam memperbesar usaha tangkapnya. Meningkatkan efisiensi operasi penangkapan Operasi penangkapan yang semakin efisien akan menghemat biaya bahan bakar, biaya perbekalan dan biaya operasional lainnya. Dengan menghemat biaya dan waktu tentu saja akan ada proporsi modal lebih yang dapat disisihkan untuk kebutuhan lainnya, seperti pembelian peralatan melaut ataupun investasi modal langsung untuk
Strategi ini merupakan strategi yang berorientasi jangka panjang. Artinya pengembangan kapasitas tangkap untuk beberapa tahun ke depan tetap bisa dilakukan apabila sumberdaya laut dimanfaatkan secara bijak. Hal ini perlu didukung melalui peningkatan pemahaman nelayan mengenai pentingnya menjaga infrastruktur yang sudah ada, pengetahuan cara menangkap ikan yang benar sehingga tidak merusak habitat maupun ekosistem laut. Selain itu, pengetahuan nelayan juga perlu ditingkatkan mengenai siklus hidup (reproduksi) berbagai jenis ikan dan peta prakiraan keberadaan ikan di berbagai wilayah tangkap agar penangkapannya lebih efisien dan tepat sasaran. Meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum serta mencari bahan bakar alternatif Strategi ini ditujukan untuk menjamin keberadaan infrastruktur (sarana dan prasarana) yang dibutuhkan oleh nelayan dalam menunjang usaha tangkapnya dan menjamin keberadaan stok sumberdaya perikanan laut. Pengembangan bahan bakar alternatif nantinya
akan bisa menghemat biaya operasional sehingga ada proporsi modal sisa untuk keperluan lain yang dapat digunakan untuk mengembangkan usaha tangkap milik nelayan. Meningkatkan kemampuan manajemen dan melakukan koordinasi dengan stakeholder terkait Adanya peningkatan kemampuan manajemen akan
membantu nelayan lebih memahami bagaimana mengambil keputusan secara tepat dan bijak dalam mengalokasikan pendapatan dari usaha tangkapnya. Strategi koordinasi dengan stakeholder terkait (bisa pemerintah maupun swasta) perlu dilakukan agar keluhan maupun kesulitan nelayan dapat diselesaikan bersama.
Armada/Kapal >30 GT Tabel 6. Alternatif Strategi Pengembangan Armada Skala >30 GT di Kota Tegal Kekuatan-S 1) Tersedianya tenaga kerja 2) Motivasi kerja nelayan tinggi 3) Manajemen usaha sudah baik 4) Jangkauan penangkapannya luas >12 mill (lepas pantai) dan menggunakan lebih dari 1 jenis alat 5) Kinerja TPI Pelabuhan sudah baik 6) Besarnya dukungan perbankan Strategi S-0
Peluang-O 1) Wilayah tangkap belum 1) Mengekplorasi wilayah overfishing tangkap baru dan intensifikasi 2) Perkembangan teknologi pembinaan mutu hasil fish finder dan freezer tangkapan (S1, S2, S3, S4, 3) Prospek pasar cukup bagus S5, S6, O1, O2, O3, O4, O5) dan peluang ekspor 4) Berkembangnya industri pengolahan ikan berbahan baku ikan pelagis 5) Kondisi infrastruktur yang lengkap dan memadai Ancaman- T Strategi S-T 1) Ketergantungan terhadap 1) Mengefisiensikan operasi cuaca sangat tinggi (lepas penangkapan dan pantai) mengembangkan perikanan 2) Naiknya harga BBM (solar) tambak/budidaya (S1, S2, S3, 3) Adopsi teknologi freezer S4, S5, S6 T1, T2, T3 T4) belum merata 4) Penghapusan pasokan solar bersubsidi untuk kapal > 30 GT
Sumber : Analisis Data Primer (2014)
Kelemahan-W 1) Rendahnya tingkat pendidikan nelayan 2) Keterbatasan jumlah aparat teknis dan minimnya penyuluhan 3) Berkurangnya jumlah armada tonase >30GT
Strategi W-0 1) Meningkatkan kualitas SDM nelayan dan kuantitas SDM aparat (W1, W2, O2, O3, O4, O5) 2) Mengupayakan penambahan jumlah armada tangkap (W3, O3, O4, O5) Strategi W-T 1) Mengajukan revisi terhadap kebijakan penghapusan solar bersubsidi (W3, T4) 2) Mengembangkan mata pencaharian alternatif (W1, W2, W3, T1,T2)
Mengeksplorasi wilayah tangkap baru dan intensifikasi pembinaan mutu hasil tangkapan Strategi mengekplorasi wilayah tangkap baru bertujuan untuk meningkatkan kapasitas tangkap nelayan dengan armada >30 GT dimana armada skala ini memiliki wilayah tangkap yang lebih luas sehingga mempunyai kesempatan untuk menjelajah ke perairan baru yang belum diekploitasi sumberdaya perikanannya. Intensifikasi pembinaan mutu ini merupakan bagian dari upaya untuk mengoptimalkan potensi dari industri pengolahan hasil perikanan laut agar berdaya saing. Intensifikasi pembinaan mutu hasil perikanan laut perlu dilakukan mengingat untuk usaha tangkap armada >30GT sudah berorientasi pada pemenuhan bahan baku (ikan segar) industri pengolahan ikan skala besar. Dengan demikian, untuk mencapai standar mutu industri pengolahan, maka pembinaan mutu perlu dilakukan. Meningkatkan kualitas SDM nelayan dan meningkatkan kuantitas SDM aparat Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM nelayan. Peningkatan kualitas SDM nelayan dalam jangka panjang merupakan salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam urusan perikanan dan kelautan di Kota Tegal. Strategi meningkatkan kuantitas atau jumlah aparatur perlu dilakukan agar kegiatan pendampingan kepada para nelayan dapat
berjalan lebih efektif. Penyuluhan akan berjalan dengan lebih baik apabila perantara informasi atau pendamping memadai dalam segi jumlah maupun kualitas. Mengupayakan armada tangkap
penambahan
Alternatif strategi guna mengatasi sedikitnya jumlah armada tangkap skala > 30 GT di Kota Tegal adalah mengupayakan penambahan jumlah armada. Selama ini, pemerintah daerah Kota Tegal memang sudah berupaya membantu para nelayan untuk memperbanyak armada perikanan tangkap, tetapi hal itu masih terfokus pada armada skala < 30 GT. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala bidang kelautan dan perikanan dari Dinas Kelautan dan Pertanian Kota Tegal disimpulkan bahwa jumlah armada perikanan tangkap yang banyak akan berimplikasi pada peningkatan hasil tangkapan nelayan Kota Tegal. Meningkatkan efisiensi operasi penangkapan dan mengembangkan perikanan tambak/budidaya Strategi meningkatkan efisiensi operasi penangkapan ikan dilakukan agar nelayan dapat melakukan penghematan waktu dan biaya operasional. Artinya bahwa ada proporsi sisa modal yang dapat digunakan untuk memperbesar usaha tangkap nelayan. Hal ini dikarenakan modal tambahan (incremental capital) ini dapat digunakan untuk mengembangkan usaha tangkap miliknya melalui
penambahan/perbaikan sarana penangkapan. Selanjutnya, tambahan pendapatan (incremental income) nelayan juga dapat diperoleh melalui pengembangan perikanan budidaya atau tambak. Mengajukan revisi terhadap kebijakan penghapusan solar bersubsidi Pemerintah perlu melakukan peninjauan kembali ataupun revisi terhadap kebijakan penghapusan solar bersubsidi bagi usaha tangkap armada skala >30GT. Sebaiknya dilakukan pertimbangan secara mendalam dan koordinasi yang lebih baik antara BPH Migas dengan Pemerintah untuk melihat bagaimana dampak kebijakan tersebut terhadap keberlangsungan usaha tangkap skala >30GT. Apabila tetap diberlakukan, semestinya dilakukan pengarahan dan sosialisasi kepada nelayan tentang mengapa kebijakan tersebut perlu diambil dan mencari solusi bersama. Mengembangkan pencaharian alternatif
mata
Pengembangan mata pencaharian alternatif merupakan bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat pesisir. Pemberdayaan masyarakat pesisir dilakukan agar mereka mampu mandiri dan menolong diri mereka sendiri. Dengan pengembangan mata pencaharian alternatif, maka nelayan akan memperoleh pendapatan tambahan dari lapangan pekerjaan baru mereka.
Nantinya tambahan pendapatan tersebut dapat membantu nelayan dalam mengembangkan usaha tangkapnya. Pengembangan mata pencaharian alternatif perlu difasilitasi oleh Pemerintah dengan melakukan pelatihan ketrampilan dan kemampuan berwirausaha yang dapat mendukung pekerjaan baru mereka dan mengembangkan usaha ekonomi rumah tangga nelayan (memberdayakan perempuan pesisir) untuk memperoleh tambahan pendapatan (incremental income) dalam mengembangkan usaha tangkapnya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Klasifikasi komoditas perikanan laut di Kota Tegal terdiri dari (1) Komoditas prima (layang, bawal, selar, tembang, tongkol, dan lemuru); (2) Komoditas potensial terdiri dari kembung dan tengiri; (3) Komoditas berkembang terdiri dari udang, teri, layur, tigawaja, ekor kuning, petek, manyung, pari, cumi dan beloso dan (4) Komoditas terbelakang terdiri dari rebon, srinding, talang dan larak. Alternatif strategi armada 11-30 GT, meliputi memanfaatkan teknologi, fasilitas dan bantuan Pemerintah secara optimal; meningkatkan kualitas SDM nelayan; menambah jumlah aparat serta meningkatkan daya saing hasil tangkapan; menguatkan fungsi TPI Tegalsari dan KUD Karya Mina; efisiensi operasi penangkapan; pengelolaan infrastruktur dan sumberdaya laut secara berkelanjutan; meningkatkan
pengawasan, penegakan hukum dan mencari sumber bahan bakar alternatif; dan meningkatkan kemampuan manajemen dan melakukan koordinasi yang baik dengan stakeholders terkait. Sedangkan alternatif strategi armada >30 GT, terdiri dari mengekplorasi wilayah tangkap baru, intensifkasi pembinaan mutu hasil tangkapan; meningkatkan kualitas SDM nelayan, kuantitas SDM aparat; menambah jumlah armada; mengefisiensikan operasi penangkapan dan mengembangkan perikanan tambak; mengajukan revisi terhadap kebijakan penghapusan solar bersubsidi; dan mengembangkan mata pencaharian alternatif. Saran Pemerintah Daerah Kota Tegal diharapkan dapat mengembangkan potensi komoditas perikanan laut unggulan di tingkat hulu melalui peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana penangkapan ikan dan pendidikan kemaritiman didukung dengan kegiatan pemberdayaan perempuan pesisir melalui pengembangan industri pengolahan skala rumah tangga agar pendapatan masyarakat meningkat. Nelayan diharapkan dapat memanfaatkan bantuan pemerintah secara efektif, mengefisiensikan operasi penangkapan, meningkatkan investasi usaha tangkapnya dan pengetahuan tentang penggunaan alat tangkap ramah lingkungan, siklus hidup ikan dan prakiraan keberadaan ikan di berbagai wilayah tangkap sehingga ikan yang tertangkap sesuai dengan target sasaran tangkap nelayan. Nelayan juga perlu menggiatkan pertemuan rutin dengan
dinas terkait sebagai sarana bertukar pikiran dan menyatukan tujuan agar pengembangan yang dilakukan dapat tercapai. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik 2012. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Tegal Tahun 2012. Badan Pusat Statistik. Kota Tegal. David, Fred R 2009. Manajemen Strategis. Edisi kesepuluh. Jakarta: Salemba Empat. Republik Indonesia 2008. Infrastruktur dan Pembangunan Daerah : Membantu Pengurangan Kemiskinan. Buku Pegangan Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah Edisi Tahun 2008. Rebuplik Indonesia Widodo, Tri 2006. Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer (Era Otonomi Daerah). Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Wiranto, Tatag 2007. Pembangunan Wilayah Pesisir dan Laut dalam Kerangka Pembangunan Perekonomian Daerah. http://bappenas.go.id. Diakses 25 September 2013.