ANALISIS PEMBUATAN BUSTIER SISTEM CHUNG HWA UNTUK BUSANA KEBAYA Armaini Rambe,
[email protected] Program Studi Tata Busana Jurusan PKK FT Unimed Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembuatan dan hasil fitting bustier dengan menggunakan pola sistem Chung Hwa dengan menggunakan bahan shantung. Manfaat penelitian ini adalah melengkapi kajian teoritik maupun praktis dalam pembelajaran sebagai upaya meningkatkan kompetensi mahasiswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Subjek penelitian adalah bustier yang dibuat dengan menggunakan konstruksi pola sistem Chung Hwa. Data yang yang dianalisis adalah data primer yang diperoleh dengan menggunakan instrumen pengamatan dari 3 orang pengamat. Hasil penilaian diberi skor 3 untuk kategori baik, skor 2 untuk kategori cukup dan skor 1 untuk kategori kurang. Berdasarkan hasil fitting diperoleh hasil rata-rata dengan kategori baik untuk bagian muka adalah bagian pinggang dan panggul, sedangkan bagian belakang adalah pinggang bagian atas, pinggang dan panggul. Artinya pada bagian-bagian ini, teknik pembuatan pola dapat dipergunakan. Kategori cukup untuk bagian muka yaitu dada bagian atas, tengah muka bagian dada, bagian bawah payudara dan bagian belakang yaitu punggung bagian atas dan punggung bagian bawah. Hal ini menunjukkan masih perlu dilakukan kajian ulang terhadap bagian-bagian tersebut dalam teknik pembuatan bustier pola sistem Chung Hwa. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa teknik pembuatan pola dengan sistem Chung Hwa tidak ada dalam kategori kurang. Kata Kunci: Pola Chung Hwa, Bustier. Abstract This study aims to determine the manufacture and fitting bustier results using patterns Chung Hwa system using shantung material. The benefits of this research is complete theoretical and practical study of learning in order to improve the competence of students. The method used is descriptive method. Subjects were bustier made using construction patterns Chung Hwa system. The data analyzed were the primary data obtained using the instrument observations of 3 people watchers. Results of the assessment are given a score of 3 for either category, a score of 2 for a sufficient and balanced category 1 to category less. Based on the results obtained by fitting the average yield in both categories for the face is part of the waist and hip, while the rear is the top of the waist, hips and pelvis. This means that in these parts, pattern making techniques can be used. Categories enough for the face that is the upper chest, front middle part of the chest, the lower part of the breast and the back ie the upper back and lower back. This shows still need to be replicated on these parts in a bustier pattern making techniques Chung Hwa system. Based on the research results can be noted that the pattern making techniques Chung Hwa system is not in the poor category. Keywords: Pattern Chung Hwa, Bustier. Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni 2013
65
A. Pendahuluan Perkembangan mode busana khususnya busana wanita tidak terlepas dari pertimbangan wearable (enak dan nyaman dipakai), menarik dan elegan dalam penampilan. Seorang desainer dapat mengekspresikan ide dan emosinya dalam bentuk rancangan sebagai paduan unsur desain yang selaras. Berani menonjolkan kelebihan, merekayasa dan menyiasati kekurangan bentuk tubuh sesuai selera customer. Model busana yang selalu berubah dari tahun ke tahun serta kesadaran akan pentingnya mode melibatkan pengenalan tentang istilah-istilah busana, bagianbagian busana dan segala variasinya. Beragamnya busana wanita satu diantaranya adalah kebaya yang merupakan busana nasional wanita Indonesia, untuk melengkapi pemakaian kebaya yang berbahan transparan seperti brocade, lace, dan organdi dibutuhkan bustier sebagai busana dalam (under wear) penutup bagian dada. Bentuk bustier pada saat ini berkembang tidak hanya sebagai under wear saja tetapi sebagai busana bagian atas yang dipadu padankan dengan celana panjang, rok dan celana jeans. Koleksi para desainer yang mempengaruhi dunia fashion lebih dominan pada tampilan busana yang lebih chic, elegan, feminine dan sexy. Tambahan stola atau selendang dari bahan yang halus dan lembut yang dilengkapai oleh sepatu stiletto semakin menyempurnakan tampilan. Hal ini sejalan dengan pendapat Dharsono (2000) bahwa kaum wanita lebih cenderung berpenampilan yang serasi dan ingin menjadi pusat perhatian. Pembuatan bustier memerlukan pengetahuan dan ketrampilan khusus, selama ini bustier yang di desain dan dijahit biasanya diberikan pada mata kuliah lingerie (busana dalam) dan managemen busana wanita menggunakan pola dengan system Wancik, hasilnya kurang memuaskan, baik kualitas maupun Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni 2013
daya pakai, pada bagian dada selalu longgar, dan bagian bawah pinggangpun tidak pass melekat pada tubuh, hal ini apabila dikenakan dengan kebaya akan mengganggu penampilan sehingga sipemakai kurang percaya diri. System Chung Hwa adalah system pembuatan konstruksi pola yang dipakai oleh Butik Altamoda. System pembuatan konstruksi pola Chung Hwa lebih mengutamakan kecermatan dalam konstruksi pola sesuai dengan ukuran tubuh costumer. Setiap proses sangat mempengaruhi hasil akhir, mulai dari rancangan, pengambilan ukuran, konstruksi pola, teknik cutting hingga finishing. Berdasarkan keadaan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana pembuatan kebaya untuk wanita bertubuh gemuk dengan menggunakan system Chung Hwa, 2) Bagaimana hasil fitting kebaya untuk wanita bertubuh gemuk dengan menggunakan system Chung Hwa. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untruk mengetahui pembuatan Bustier dengan menggunakan system Chung Hwa, 2) Untuk mengetahui hasil fitting bustier dengan menggunakan system Chung Hwa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1) Melengkapi kajian teoritik maupun praktis adalam bidang ilmu pembelajaran, sebagai upaya meningkatkan kompetensi mahasiswa. 2) Melatih mahasiswa untuk lebih kreatif dalam mencoba konstruksi pola dengan berbagai system sehingga mendapatkan hasil (produk) yang maksimal. B. Kajian Teoretik 1. Pengertian Bustier Berdasarkan etimologi dalam kamus bahasa Inggris Bustiere berasal dari kata bust dan ier. Bust berarti dada atau payudara. Sebagai kajian, ada banyak sekali istilah yang digunakan untuk jenis 66
busana ini. A corset is traditionally a garment worn to mold and shape the torso into a desired shape for aesthetic or medical purposes. While modern” corsrts” often feature lacing and/or boning and generally mimic a historical style of corsets. Bustier is an overbust corset, encloses the torso, extending from just under the arms to the hips. An underbust corset begins just under the breast and extands down to hips. The corset fell from fashion in the 1920s in Europe and America, replaces by girdles and elastic brassieres, but survived as and article of costume (wikipedia.org/wiki/bustier/2007). Bustier definitely Victorian and among the most popular sexy lingerie, clothing for women which form fitted, mold your waist ang bust (www. Bodybloom.com/COR/ corseries/BUS/ Bustier/2007. Bustier sama dengan strapless, gabungan bra dan korset pendek dengan lebar elastis di sisi panel, dengan tulang ringan (Peacock, 1989). Akhir tahun 1930 istilah strapless brassiere terus in hingga tahun 1950 dengan istilah strapless, hingga kini lebih popular dengan bustier (Poespo, 2000). Dapat ditarik kesimpulan bustier adalah busana dalam yang menutupi dada, tanpa bahu yang dilengkapi dengan cup dan balein/ tulang, fitted mengikuti bentuk tubuh. Sejak dulu, bustier telah dikenal juga di Indonesia dengan istilah ‘kemben’ dan ‘stagen’. Kemben berfungsi sebagai kutang wanita, membungkus dada dan stagen berfungsi sebagai pembungkus perut. Perubahan bentuk terus terjadi seiring dengan pesatnya perkembangan mode, terdapat juga pada penggabungan kemben dan stagen yaitu ‘long torso’. Wanita Indonesia mengenakan kebaya berbahan tembus terang seperti shiffon, organza dan brocade dengan bustier sebagai busana dalam. Sesuai dengan perkembangan mode yang banyak dipengaruhi oleh lahirnya desainer muda yang kreatif dan inovatif, bustier tidak lagi hanya sebagai busana dalam. Bustier Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni 2013
dimodifikasi menjadi bentuk yang lebih modern dan selalu digemari lewat kreasi garis hias busana, jenis bahan yang dipakai, kombinasi warna dan detail/ garniture busana. Bustier sebagai outerwear membuat wanita tampil lebih seksi dan feminine. Sejak dipicu oleh film Moulin Rouge, model ini menjadi in hingga kini. Bustier berbahan lace atau silk akan memberi tampilan elegan dan eksklusif bila dipadupadankan dengan rok panjang, celana panjang. Jangan memadukan bustier dengan rok mini karena akan terkesan ‘murah’ dan jangan mengenakan bustier pada suasana kurang resmi ( Dewi, 2006). 2. Konstruksi Pola Sistem Chung Hwa Pola adalah kutipan bentuk badan manusia di atas kertas mengikuti bentuk tubuh dan model tertentu (Pratiwi, 2001). Pola terdiri dari pola bagian atas dari bahu sampai pinggang (pola badan muka dan belakang). Pola badan bagian bawah dari pinggang sampai batas mata kaki (pola rok muka dan belakang). Pola lengan, dari batas bahu terendah sampai pergelangan. Pola dasar menurut metode dibuat dengan ukuran dan urutan tertentu sesuai penemunya atau penciptanya yang memiliki cirri-ciri, kelebihan, kelemahan masing-masing sehingga harus melakukan percobaan beberapa kali. Di Indonesia sejak abad ke -20 berkembang metode Meyneke, Metode Danckarts, metode Wielsma atau Charmant, Metode Hoe, Metode Wancik, Metode Chung Hwa dll. Tujuan pembuatan pola adalah mewujudkan busana sesuai dengan model, bentuk tubuh, proporsi. Kunci keberhasilan pola dasar terletak pada ketepatan pengambilan ukuran, cara membuat pola dan memahami sebuah gambar atau sketsa mode.pembuata pola diawali dengan pengambilan ukuran. Cara mengambil ukuran badan wanita dewasa untuk pembuatan pola bustier menurut system pola Chung Hwa adalah sebagai 67
berikut:1) Lingkar badan (LB) 1 diukur sekeliling badan atas yang terbesar, melalui puncak dada, diukur pas ditambah 4 cm atau dengan menyelakan 4 jari tangan, 2) Lingkar badan (LB) 2 diukur keliling mulai dari dada terendah pada bagian gian yang mengarah ke garis leher dengan ukuran pass, 3) Lingkar Pinggang (LPi) diukur sekeliling pinggang pas, pas 3) Lingkar panggul (LPa) diukur sekeliling panggul atau badan bawah yang terbesar, terbesar 4) Lebar muka (LM) diukur 5 cm dibawah lekuk leher tengah muka, a, lalu diukur datar dari batas lengan kiri sampai kanan, kanan 6) Lebar punggung (LPu)diukur dari tulang leher belakang yang menonjol turun 9 cm
lalu diukur datar dari batas lengan kiri samapai kanan, 7) Panjang sisi (PSi) diukur dengan menyelakan penggaris di bawah ketiah, kemuadian diukur dari batas penggaris kebawah peter banpinggang di kurangi 2 sampai 3 cm cm, 8) Lebar bahu (LBa) diukur dari lekuk leher di bahu atau bahu yang paling tinggi sampai titik bahu yang terendah atau paling ujung ujung, 9) Ukur Uji Muka atau au ukuran control, diukur dari gtengah muka di bawah ban peter serong melalui melalui puncak dada tertinggi ke puncak lengan serong ke belakang sampai tengah belakang pada bawah peter ban ban, 10) Jarak puncak dada diukur melalui puncak dada sebelah kiri ke kana nan
Gambar 1. Konstruksi Pola Bustier dengan Sistem Pola Chung Hwa
Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No.. 1 Juni 2013
68
2. Bahan dan Alat Bahan yang dipergunakan dalam pembuatan penelitian ini adalah: kain santung,bahan furing (lining), kain pasir (interlining), benang, zipper, cup bustier, balein/tulang, bisban. Alat yang digunakan adalah: mesin jahit, alat-alat jahit seperti gunting, jarum pentul, jarum tangan, penggaris pola, kertas pola. Proses Pembuatan Bustier Sistem Chung Hwa Proses pembuatan bustier system Chung Hwa diawali dengan rancangan sesuai dengan proporsi tubuh costumer dan bahan yang ada. Detail desain kemudian dibuat pola kemudian dilakukan cutting. Pengerjaan selanjutnya sesuai dengan mekanisme pangaturan proses kerja pembuatan bustier. Secara sistematis urutan kerjanya sebagai berikut: 1) membuat pola sesuai dengan konstruksi pola system Chung Hwa, 2) metakkan pola pada bahan utama,beri batas kampuh lalu gunting, 3) melanjutkan langkah yang sama pada furing dan interlining, 4) memberi tanda jahitan pada interlining dan lining dengan rader, 5) meletakkan interlining pada bahan lining dengan cara disetrika, 6) menyatukan bagian I dan II masing-masing pola depan dan belakang, seterika, 7) menyetik kira-kira 7 mm dari batas sambungan garis hias pada lining kira-kira 7 mm sebagai tempat ballein, 8) menyatukan bagian atas bahan utama dengan lining masingmasing depan dan belakang, seterika., 9) menjahit zipper pada bagian tengah belakang, 10) memasukkan ballein pada tempat yang telah disediakan, 11) menjelujur cup pada lining tepat di bagian dalam, sisakan 20 cm untuk membalikkan, 12) menjahit bagian sisi kiri, seterika (kampuh terbuka), 12) Finishing. Fitting ( Pengepasan) Bustier Hasil jahitan bustier dapat dikatakan baik apa bila dikenakan oleh costumer akan merasakan wearable (enak dan nyaman dipakai), untuk itu dilakukan Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni 2013
fitting (pengepasan). Menurut Novida (2000) penilaian hasil jahitan bustier dilihat dari beberapa aspek yaitu kesesuaian dengan desain, letak (kenyamanan) pada bagian atas payudara, bagian bawah payudara, punggung, lingkar pinggang dan pinggang bagian bawah. C. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskripsi. Subjek penelitian ini adalah bustier yang dibuat dengan menggunakan pola sistem Chung Hwa dengan menggunakan bahan shantung yang dijahit oleh seorang yang memiliki kemampuan menjahit bustier yang rapi dan tepat dalam kualitas. Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dengan menggunakan instrumen pengamatan dari hasil fitting (pengepasan) bustier dengan menggunakan pola sistem Chung Hwa dan dikumpulkan dari 3 orang pengamat (observer), dimana ketiga observer dianggap ahli dalam bidang Lingerie (busana dalam) dan mampu menilai busana dalam. Rata-rata hasil penilaian dari ketiga pengamat akan menjadi data dalam penelitian ini. Lembar pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan langkah-langkah dalam membuat bustier. Penentuan skor dilakukan dengan : skor 3: baik, skor 2 : cukup, skor 1 : kurang. Sebelum dilakukan uji pengamatan terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen untuk menguji validitas isi (content validity) dan validitas muka (face validity). Untuk menguji validitas instrumen dilakukan dengan mendiskusikan indikator pengamatan dengan seorang pakar dibidang lingerie, sedangkan validitas muka didiskusikan dengan 3 orang dosen Prodi Tata Busana pengampu mata kuliah praktek pembuatan busana. Data hasil pengamatan yang telah dikumpulkan, maka data tersebut ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif kemudian 69
diuji dengan statistik. Analisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik elementary statistic (statistik dasar) yang digambarkan dalam rata-rata.. D. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan pengamatan terhadap fitting (pengepasan) bustier yang dibuat menggunakan pola sistem Chung Hwa diperoleh dari skor rata-rata dari setiap aspek yang diamati.
Tabel.1. Hasil Pengamatan Bustier dengan Pola Sistem Chung Hwa NO
Komponen Penilaian Hasil/Fiting
Indikator
1 2 1. Bagian Muka 1.1
Dada Bagian Atas
1.3
Tengah Muka Bagian Dada Bagian Bawah Payudara
1.4
Pinggang
1.5
Panggul
1.2
2. Bagian Belakang 2.1 Punggung bagian atas 2.2
Pinggang bagian atas
2.3
Pinggang
2.4 2.5
Pinggang bagian bawah Panggul
3 Tampilan baik, bagian atas dada pas tidak bergelombang
Skor RataRata 4 2
Tengah muka rata tetapi bergelembung Tampilan baik bagian bawah payudara tetapi bergelombang Pinggang pas dan tidak bergelombang Tampilan baik, panggul pas dan tidak bergelombang
Tampilan baik, punggung atas kurang pas Tampilan baik, pinggang bagian atas pas dan tidak bergelombang Tampilan baik, pinggang bagian atas pas dan tidak bergelombang Tampilan baik, kurang pas tetapi tidak bergelombang Tampilan baik, panggul pas dan tidak bergelombang
1. Bagian Muka Dada Bagian Atas, berdasarkan ratarata skor yang diperoleh dari hasil fitting bustier pada dada bagian atas adalah skor 2. seperti pada tabel 1, bila dilihat dari hasil rata-rata penilaian pengamat maka untuk hasil fitting pada dada bagian atas dikategorikan cukup karena pada dada bagian atas kurang pas letaknya walaupun hasilnya tidak bergelombang. Apabila bustier ini dikenakan bersamaan dengan kebaya maka akan kelihatan gelembung pada pas tengah muka bagian atas, hal ini akan membuat model tidak nyaman dengan keadaan ini. Oleh Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni 2013
2 2 3 3
2 3 3 2 3
karena itu pada bagian ini masih perlu perbaikan pada teknik pembuatan pola bustier. Tengah Muka Bagian Dada, hasil penilaian fitting yang dilakukan pada tengah bagian dada memperoleh nilai rata-rata 2, hasil fitting dikategorikan cukup, hal ini menunjukkan bahwa tengah muka rata namun kelihatan bergelombang. karena pada bagian tengah muka masih menggelembung oleh sebab itu pola perlu dikaji kembali, kemungkinan pola pada tengah muka dikurangi 2-3 cm. Apabila letak tengah muka bergelombang akan mempengaruhi pemakaian busana kebaya, karena pemakaian 70
kebaya yang baik adalah slim pada tubuh. Bagian Bawah Payudara, diperoleh rata-rata skor 2 yang menyatakan bahwa bustier untuk bagian bawah payudara pas, memiliki tampilan yang baik tetapi bergelombang. Hasil fitting dikategorikan cukup, hal ini dapat terjadi karena penggunaan kup dada kurang tepat untuk model, sehingga pemakaian kebaya pada pas dada tidak menggelembung. Pinggang, penilaian letak pinggang pada bustier diperoleh hasil ratarata skor 3, yang menyatakan bahwa pinggang pas dan tidak bergelombang. Pembuatan bustier dengan teknik Chung Hwa sudah dikategorikan baik karena ketepatan letak pinggang sudah pas pada tubuh ( slim pada tubuh model). Untuk bagian pinggang, teknik pembuatan pola sistem Chung Hwa sudah dapat dipergunakan dan pemakaian bustier pada busana kebaya akan lebih memperindah bentuk tubuh. Panggul, hasil penilaian fitting pada pas panggul diperoleh rata-rata skor 3, yang menyatakan tampilan baik, panggul pas dan tidak bergelombang. Hal ini menggambarkan bahwa pembuatan bustier dengan teknik Chung Hwa dikategorikan baik. Penggunaan bustier pada kebaya akan lebih baik apabila bagian – bagian tubuh seperti panggul akan terlihat dengan lebih menarik. Dengan demikian teknik pembuatan pola bustier untuk bagian panggul, sistem Chung Hwa dapat dipergunakan. 2. Bagian Belakang Punggung bagian Atas, hasil penilaian fitting pada punggung bagian atas diperoleh rata-rata skor 2, yang menyatakan tampilan baik, punggung atas kurang pas. Hal ini menggambarkan bahwa pembuatan bustier dengan teknik Chung Hwa dikategorikan cukup. Kondisi ini terjadi dapat disebabkan penggunaan zipper sehingga membuat tampilan punggung bagian atas kurang pas. Pinggang bagian atas, berdasarkan hasil fitting pada pinggang bagian atas sudah terkategori baik dengan skor rata-rata 3 . Hal ini dinyatakan bahwa pinggang bagian atas Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni 2013
sudah baik, pinggang bagian atas pas dan tidak bergelombang. Pinggang, bagian belakang diperoleh hasil fitting dengan skor rata-rata 3, yang menyatakan bahwa pinggang bagian atas sudah tampil dengan baik, pinggang pas dan tidak bergelombang. Artinya teknik pembuatan pola sistem Chung Hwa dapat dipergunakan karena menghasilkan tampilan yang baik dan pas pada pinggang. Sehingga penggunaan bustier pada kebaya akan terlihat lebih baik . Pinggang bagian bawah, hasil perhitungan rata-rata skor untuk bagian pinggang adalah 2. Artinya tampilan sudah baik namun letak bustier pada pinggang bagian bawah kurang pas namun tidak bergelombang. Kondisi ini dikategorikan cukup. Jika penggunaan bustier tidak pas pada pinggang bagian bawah hal ini akan mempengaruhi penampilan model karena tubuh akan terlihat pas. Panggul, bila dilihat skor rata-rata untuk panggul adalah 3, ini menggambarkan bahwa tampilan bustier dikategorikan baik dan letaknya pas pada panggul. Sehingga bustier yang diselesaikan dengan teknik pola Chung Hwa dapat dapat menunjang penampilan sesorang dalam mengenakan kebaya. Penampilan yang baik didukung dengan bentuk panggul yang terlihat dengan pas pada busana kebaya. Artinya untuk teknik pembuatan pola pada bagian panggul sudah baik dan dapat dipergunakan untuk pembuatan bustier. E. Penutup Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa pembuatan pola bustier dengan sistem Chung Hwa masih perlu diperbaiki terutama pada pola bagian muka karena masih dikategorikan cukup yaitu dada bagian atas, tengah muka bagian dada, bagian bawah payudara. Sedangkan untuk pola bagian belakang yaitu punggung bagian atas dan punggung bagian bawah masih dikategorikan cukup. Bagianbagian yang dikategorikan baik pada bagian muka yaitu bagian pinggang dan panggul. Bagian belakang yang dikategorikan baik adalah pinggang bagian atas, pinggang dan 71
panggul. Artinya teknik pola pada bagianbagian tersebut sudah dapat dipergunakan untuk pembuatan bustier. Sistem pola Chung Hwa tidak ada yang dikategorikan kurang. Menurut kesimpulan di atas sebagai tindak lanjut dari penelitian ini perlu dilakukan kajian-kajian ulang terhadap bagian-bagian pola yang dikategorikan cukup agar pola dengan sistem Chung Hwa ini dapat dipergunakan dalam pembelajaran. Selain dalam teknik pembuatan pola, penggunaan material yang lain juga perlu diperhatikan yaitu pemilihan cup agar ukurannya sesuai dengan payudara si pemakai. Hal ini untuk menghindari terjadinya tampilan yang kurang baik pada bustier yang dikenakan.
Sukarno, 2002. Buku Penuntun Pola Busana Tingkat Dasar. Jakarta : Gramedia. Wancik, M.H. 2001. Bina Gramedia. Jakarta.
Busana
V.
www. Body bloom.com/Fam?COR/Corserie /Bus/Bustier. Januari 2007 Wikipedia.org/wiki/bustier. Tanggal akses 23 Januari 2007
Daftar Pustaka Dharsono, 2000. Pesona Kebaya Indonesia. Gramedia. Jakarta Dewi. 2006. Teknik Membuat Busana Dalam. Gramedia. Jakarta Murti, B. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Novida, Eri, AS. 2000. Teknik Menjahit Busana. Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Pendidikan dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta. Peacock, J. 2000. Fashion Sketch Book 19201060. Hudson London. Pratiwi, D. dkk. 2001. Pola Dasar dan Pecah Pola Busana. Yogyakarta : Kanisius Puspo, 2000. Aneka Blus. Yogyakarta : Kanisius Puspo. 2001. Trampil Menjahit Busana. Yogyakarta : Kanisius Singarimbun, M. dan Efendi S. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta : Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial
Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni 2013
72