MODUL PLPG
TATA BUSANA
KONSORSIUM SERTIFIKASI GURU dan UNIVERSITAS NEGERI MALANG Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 115 2013
KATA PENGANTAR Buku ajar dalam bentuk modul yang relatif singkat tetapi komprehensif ini diterbitkan untuk membantu para peserta dan instruktur dalam melaksanakan kegiatan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Mengingat cakupan dari setiap bidang atau materi pokok PLPG juga luas, maka sajian dalam buku ini diupayakan dapat membekali para peserta PLPG untuk menjadi guru yang profesional. Buku ajar ini disusun oleh para pakar sesuai dengan bidangnya. Dengan memperhatikan kedalaman, cakupan kajian, dan keterbatasan yang ada, dari waktu ke waktu buku ajar ini telah dikaji dan dicermati oleh pakar lain yang relevan. Hasil kajian itu selanjutnya digunakan sebagai bahan perbaikan demi semakin sempurnanya buku ajar ini. Sesuai dengan kebijakan BPSDMP-PMP, pada tahun 2013 buku ajar yang digunakan dalam PLPG distandarkan secara nasional. Buku ajar yang digunakan di Rayon 115 UM diambil dari buku ajar yang telah distandarkan secara nasional tersebut, dan sebelumnya telah dilakukan proses review. Disamping itu, buku ajar tersebut diunggah di laman PSG Rayon 115 UM agar dapat diakses oleh para peserta PLPG dengan relatif lebih cepat. Akhirnya, kepada para peserta dan instruktur, kami sampaikan ucapan selamat melaksanakan kegiatan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru. Semoga tugas dan pengabdian ini dapat mencapai sasaran, yakni meningkatkan kompetensi guru agar menjadi guru dan pendidik yang profesional. Kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan PLPG PSG Rayon 115 Universitas Negeri Malang, kami menyampaikan banyak terima kasih.
Malang, Juli 2013 Ketua Pelaksana PSG Rayon 115
Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M. Pd NIP 19541006 198003 1 001
MODUL
POLA BUSANA WANITA
WIDJININGSIH PRODI PENDIDIKAN TEKNIK BUSANA FAKULTAS TEKNIK UNY 2012
KONSORSIUM SERTIFIKASI GURU 2013
KATA PENGANTAR Era globalisasi berpengaruh terhadap kemajuan teknologi, informasi dan persaingan sumberdaya manusia (SDM). Lalu lintas barang dan jasa tidak lagi mengenal batas-batas Negara, dimana pada tahun 2010, China-Asean Free Trade Agreement (CAFTA) sudah dibuka lebar-lebar, dan puncaknya tahun 2020 General Agreement on Trade and Tariffs (GAAT) serta General Agreement on Trade in Services (GATS). Sehubungan dengan
perkembangan tersebut Indonesia dihadapkan pada
permasalahan sektor pendidikan dan tenaga kerja. Indonesia harus mempersiapkan SDM yang berkualitas dan mampu bersaing pada era perdagangan bebas, dengan mengalokasikan beaya besar pada sektor pendidikan. Perubahan dan perkembangan tersebut perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang profesional dan bermutu tinggi, dimana mutu pendidikan yang demikian sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan berkehidupan yang damai, terbuka, dan berdemokrasi, serta mampu bersaing secara terbuka di era global, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh warga negara Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, kinerja pendidikan menuntut adanya pembenahan dan penyempurnaan terhadap aspek substantif yang mendukungnya, diantaranya adalah guru, yang merupakan pelaku utama dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Sebagai tenaga profesional pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis pendidikan tertentu, dimana salah satu pendidikan tersebut adalah Pendidikan Profesi Guru bidang Tata Busana. Menindak lanjuti hal tersebut, maka
sesuai dengan Permendiknas Nomer 8
Tahun 2009 tentang profesi guru dalam jabatan pasal 11, maka sistem pembelajaran pada program PPG mencakup perkuliahan, praktikum, dan praktek pengalaman lapangan yang diselenggarakan dengan pemantauan langsung secara intensif oleh dosen yang ditugaskan khusus untuk kegiatan tersebut, dinilai secara objektif dan transparan. Pelaksanaan perkuliahan, praktikum, dan praktek pengalaman lapangan program PPG dilaksanakan secara tatap muka dan berorientasi pada pencapaian kompetensi merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil ii
pembelajaran, menindaklanjuti hasil penilaian, serta melakukan pembimbingan dan pelatihan. Hal ini akan dilakukan pula pada perkuliahan bidang Pola Busana. Perkuliahan Pola Busana dirancang untuk memberi kesempatan kepada peserta PPG bidang busana dalam mempelajari secara luas dan mendalam materi kompetensi membuat pola busana, yang terdiri dari menguraikan teknik macam-macam pembuatan pola busana, baik teknik konstruksi maupun teknik draping. Dengan mempelajari berbagai teknik pembuatan pola busana
tersebut, peserta diharapkan dapat
mengembangkan dan menganalisis berbagai pola busana sesuai dengan trend mode yang berlaku. Semoga materi pola busana yang disampaikan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi para peserta.
Yogyakarta, Desember 2013
Penulis
iii
DAFTAR ISI Halaman Pengantar …………………………………………………………………………………..ii Daftar Isi …………………………………………………………………………………… iv Daftar Gambar ……………………………………………………………………………..vi Daftar Tabel……………………………………………………………………………… viii BAB I PENDAHULUAN…. ……………………………................................................. 1 A. Deskripsi……………………………………………………………………... …….. 1 B. Prasyarat .………………………........................................................................ 1 C. Petunjuk Penggunaan Modul………………………………..................... ……… 1 D. Tujuan Akhir...………………………………………………………………………. 2 BAB II POLA BUSANA TEKNIK KONSTRUKSI………………………………………… 3 A. Tujuan Antara…………….. ………………………………................................... 3 B. Uraian Materi ………………………………………………………………………. 3 1. Konsep Dasar Pola Busana Teknik K onstruksi …………………….......... 3 2. Menggambar Pola Busana Teknik K onstruksi …………………………… 6 3. Pembuatan Pola Dasar Teknik K onstruksi ………………………………. 8 - Pola Dasar Badan Dressmaking ………………………………………… 8 - Pola Dasar Lengan Dressmaking ……………………………………….. 11 - Pola Dasar Rok Dressmaking …………………………………................ 12 - Pola Celana………………………………………………………………… 14 - Pola Dasar Badan Meyneke……………………………………………… 15 - Pola Dasar Lengan Meyneke…………………………………………….. 17 - Pola Dasar Lengan Meyneke…………………………………………….. 18 4. Pola Bagian-Bagian Busana…………………………………………………. 19 a. Lipit Bentuk ………………………………………………………………... 20 b. Garis Leher………………………………………………………………… 24 c. Kerah ………………………………………………………………………. 25 d. Lengan …………………………………………………………………….. 27 e. Blus ………………………………………………………………………… 28 f. Rok …………………………………………………………………………. 28 g. Celana ……………………………………………………………………… 30 5. Analisis Pola Busana …………………………………………………………. 31 6. Merancang Bahan & Harga ……………………………………………….. .. 35 BAB III POLA BUSANA TEKNIK DRAPING …………………………………………….. 38 A. Tujuan Antara………………………………………………………......................... 38 B. Uraian Materi ...………………………………………………………………………. 38 1. Konsep Dasar Draping …………………………………………………………. 38 2. Peralatan…………………………………………………………………………. 40 iv
3. 4. 5. 6. 7.
Bahan………………………………………………………………………………. 41 Langkah Kerja Membuat Pola Draping ………………………………………… 41 Menandai Boneka Jahit ………………………………………………………….. 42 Menentukan kebutuhan Bahan ………………………………………………… 43 Pola Busana Teknik Draping ……………………………………………………. 44 a. Draping Pola Dasar Badan ………………………………………………….. 44 b. Draping Pola Dasar Rok ……………………………………………………… 46 c. Draping Kerah ………………………………………………………………... 48 d. Draping Busana Lilit ………………………………………………………….. 51 Rangkuman ………………………………………………………………………………….. 54 Latihan ……………………………………………………………………...................... 56 Daftar Pustaka …………………………………………………………………………..58
v
Daftar Gambar Halaman Gambar 1: Pola Dasar Badan Sistem Dressmaking………………………………….. 9 Gambar 2: Pola Dasar Lengan Sistem Dressmaking………………………………... 11 Gambar 3: Pola Dasar Rok Sistem Dressmaking ……………………………………. 12 Gambar 4: Pola Dasar Celana Wanita ……………………………………………… 14 Gambar 5: Pola Dasar Badan Sistem Meyneke………………………………………. 16 Gambar 6: Pola Dasar Lengan Meyneke……………………………………………… 18 Gambar 7: Pola Dasar Rok Meyneke…………………………………………………... 19 Gambar 8: Lipit Bentuk Bahu……………………………………………………………. 20 Gambar 9: Lipit Bentuk Kerung Lengan ………………………………………………. 20 Gambar 10: Lipit Bentuk Bawah Ketiak ……………………………………………….. 21 Gambar 11: Lipit Bentuk Sisi Bawah…………………………………………………… 21 Gambar 12: Berbagai Bentuk Lipit Pantas TM………………………………………… 21 Gambar 13: Berbagai Bentuk Lipit Pantas Pada Kerung Leher…………………….. 22 Gambar 14: Garis Prinses Dari Kerung Lengan……………………………………… 22 Gambar 15: Garis Prinses Dari Bahu…………………………………………………... 23 Gambar 16: Garis Empire………………………………………………………………... 23 Gambar 17 : Variasi Berbagai Garis Hias………………………………………………. 23 Gambar 18 : Bentuk Dasar Garis Leher………………………………………………… 24 Gambar 19 : Variasi Bentuk Leher Bulat……………………………………………….. 24 Gambar 20 : Variasi Bentuk Leher Persegi…………………………………………….. 25 Gambar 21 : Variasi Bentuk Leher V……………………………………………………. 25 Gambar 22 : Kerah Dipasangkan……………………………………………………….. 26 Gambar 23 :Kerah Menyatu Badan……………………………………………………… 26 Gambar 24 : Kerah Terdiri 2 Bagian…………………………………………………….. 26 Gambar 25 : Berbagai Lengan Dipasangkan………………………………………….. 27 Gambar 26 :Berbagai Lengan Setali & Raglan………………………………………… 28 Gambar 27 :Blus Dimasukkan & Blus Luar…………………………………………….. 28 Gambar 28 : Pengelompokkan Rok Berdasarkan Panjang………………………….. 29 Gambar 29 : Pengelompokkan Rok Berdasarkan Siluet……………………………… 30 Gambar 30 :Bentuk Dasar Siluet Celana……………………………………………….. 31 Gambar 31 : Mengubah Pola Blus ………………………………………………………. 34 Gambar 32 : Rancangan Bahan…………………………………………………………. 36 Gambar 33 : Boneka Jahit………………………………………………………………… 40 Gambar 34 :Langkah Draping Pola Dasar Badan Muka………………………………. 44 Gambar 35 : Langkah Draping Pola Dasar Badan Belakang…………………………. 45 Gambar 36 : Pola Dasar Badan Disempurnakan………………………………………. 46 Gambar 37 :Langkah Draping Pola Dasar Rok…………………………………………. 47 vi
Gambar 38 : Draping Busana Lilit……………………………………………………...... Gambar 39 :Draping Busana Lilit Pada Boneka……………………………………….. Gambar 40 : Draping Busana Lilit Pada Model………………………………………… Gambar 41 : Desain Latihan Analisis Pola…………………………………………….. Gambar 42 : Desain Latihan Draping……………………………………………………
vii
53 54 54 56 57
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 : Merancang Harga………………………………………………………….. Tabel 2 : Perbedaan Teknik Draping & Konstruksi………………………………..
viii
37 39
BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Pelatihan
Pola
Busana Wanita
dirancang
untuk
memberi
kesempatan
penyegaran kepada peserta pelatihan bidang busana dalam mempelajari secara luas dan mendalam materi kompetensi membuat pola busana, yang terdiri dari pembuatan pola busana teknik konstruksi, dan pembuatan pola busana/busana teknik draping. Pola busana teknik konstruksi adalah cara pembuatan pola busana berdasarkan ukuran badan pemakai,
digambar pada kertas berdasarkan perhitungan secara matematis,
sehingga tergambar bentuk badan muka dan belakang, rok muka dan belakang, lengan, kerah dan sebagainya, sesuai dengan sistem pola konstruksi masing-masing. Pada pola teknik konstruksi akan membahas berbagai pola busana dari berbagai sistem, pola bagian-bagian busana, dan analisis pola. Pola teknik draping merupakan teknik pembuatan pola dasar busana, pola busana maupun busana, baik pada boneka maupun langsung pada tubuh model dengan sematan dan tanpa memerlukan ukuran. Pada teknik draping akan membahas langkah kerja secara umum membuat berbagai pola busana secara draping, yaitu draping pola dasar badan, pola dasar rok, kerah rebah, kerah cina, kerah setali, dan busana lilit.
B. Prasyarat Peserta pelatihan diharapkan sudah menguasai, ataupun pernah mengajar pembuatan pola busana wanita baik secara konstruksi maupun secara draping.
C. Petunjuk Penggunaan Modul Bagi peserta pelatihan: 1. Bacalah dengan seksama tujuan akhir dan tujuan antara untuk mengetahui apa yang akan diperoleh setelah mempelajari materi ini. 2. Modul ini memuat informasi tentang apa yang harus peserta diklat lakukan untuk mencapai tujuan antara pembelajaran.
1
3. Pelajari dengan seksama materi setiap kegiatan belajar, jika ada informasi yang kurang jelas atau mengalami kesulitan dalam mempelajari setiap materi pada kegiatan belajar, sebaiknya berkonsultasi pada pengajar. 4. Kerjakan latihan serta tugas yang terdapat pada akhir kegiatan, diskusikan dengan teman untuk mengetahui jawaban mana yang mengandung kemungkinan benar. Bagi pengajar: 1. Baca, pelajari, kuasai, dan kembangkan dengan seksama materi setiap kegiatan pembelajaran. 2. Gunakan model pembelajaran inovatif supaya peserta pelatihan tidak jenuh. 3. Gunakan media pembelajaran yang dapat menrangsang peserta pelatihan berpartisipasi aktif dalam pelatihan.
D. Tujuan akhir Peserta pelatihan setelah selesai mengikuti kegiatan akan memiliki wawasan pengetahuan tentang berbagai cara pembuatan pola busana secara konstruksi dan secara draping.
2
BAB II KEGIATAN BELAJAR I POLA BUSANA TEKNIK KONSTRUKSI A. Tujuan Antara Tujuan antara yang perlu dicapai pada akhir kegiatan belajar 1, adalah: 1. Memahami pengertian pola konstruksi. 2. Memahami peralatan untuk menggambar busana. 3. Memahami berbagai jenis ukuran untuk membuat berbagai jenis pola konstruksi. 4. Memahami cara mengkonstruksi berbagai pola dasar busana dari berbagai sistem, dan berbagai pola bagian-bagian busana. 5. Dapat menganalisis pola busana wanita. B. Uraian Materi 1. KONSEP DASAR POLA BUSANA TEKNIK KONSTRUKSI Busana dibuat berdasarkan pola, sehingga pola sangat penting artinya dalam
membuat busana, karena baik
tidaknya
busana
yang dikenakan di
badan seseorang sangat dipengaruhi oleh kebenaran pola itu sendiri. Tanpa pola, memang suatu busana dapat dibuat, tetapi hasilnya tidaklah sebagus yang diharapkan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa pola-pola busana yang berkualitas akan menghasilkan busana yang enak dipakai, indah dipandang dan bernilai tinggi, sehingga akan tercipta suatu kepuasan bagi si pemakai. Kualitas pola busana akan ditentukan oleh beberapa hal, di antaranya adalah: a. Ketepatan dalam mengambil ukuran tubuh si pemakai, hal ini mesti didukung oleh kecermatan dan ketelitian dalam menentukan posisi titik dan garis tubuh, serta menganalisa posisi titik dan garis tubuh si pemakai; b. Kemampuan dalam menentukan kebenaran garis-garis pola, seperti garis lingkar kerung lengan, garis lekuk leher, bahu, sisi badan, sisi rok, bentuk lengan, kerah, dan lain sebagainya, untuk mendapatkan garis pola yang 3
luwes mesti memiliki sikap cermat dan teliti dalam melakukan pengecekan ukuran; c.
Ketepatan memilih kertas untuk pola, seperti kertas dorslag, kertas karton manila, atau kertas koran;
d. Kemampuan dan ketelitian memberi tanda dan keterangan setiap bagianbagian pola, misalnya tanda pola bagian muka dan belakang, tanda arah benang/serat kain, tanda kerutan atau lipit, tanda kampuh dan tiras, tanda kelim, dan lain sebagainya; e. Kemampuan dan ketelitian dalam menyimpan dan mengarsipkan pola. Agar pola tahan lama sebaiknya disimpan di tempat-tempat khusus seperti rak dan dalam kantong - kantong plastik, diarsipkan dengan memberi nomor, nama dan tanggal, serta dilengkapi dengan buku katalog. Pola busana teknik konstruksi berdasarkan
ukuran
adalah
badan pemakai,
cara pembuatan pola
busana
digambar pada kertas berdasarkan
perhitungan secara matematis, sehingga tergambar bentuk badan muka dan belakang, rok muka dan belakang, lengan, kerah dan sebagainya, sesuai dengan sistem pola konstruksi masing-masing. Pembuatan pola konstruksi lebih rumit dari pada pola standar di samping itu juga memerlukan waktu yang lebih lama, tetapi hasilnya lebih baik dan sesuai dengan bentuk tubuh si pemakai. Ada beberapa macam pola konstruksi antara lain: pola sistem Dressmaking, pola sistem So-en, pola sistem Charmant, pola sistem Aldrich, pola sistem Meyneke, dan lain sebagainya. Menggambar pola busana memerlukan peralatan tertentu, yang terdiri dari berbagai jenis antara lain: a. Pita ukuran Pita ukuran (cm) digunakan untuk mengambil ukuran badan seseorang yang akan membuat busana atau ukuran model. Di samping itu, pita ukuran juga dipakai untuk menggambar pola pakaian dan juga digunakan pada waktu penyesuaian pola. Pita ukuran (cm) ada beberapa macam, yakni ada yang menggunakan ukuran sentimeter dan ada yang ukuran inchi, bahkan ada yang menggunakan kedua ukuran tersebut. b. Penggaris 4
Untuk menggambar pola busana diperlukan penggaris pola dengan bentuk yang berbeda-beda. Penggaris lurus digunakan untuk membuat garis lurus, penggaris lengkung digunakan untuk membuat garis-garis melengkung seperti garis lingkar leher, lingkar kerung lengan, kerah, dan garis sisi rok. Sedangkan penggaris segi tiga siku-siku digunakan untuk membentuk garis sudut, seperti garis badan dan tengah muka, garis badan dan tengah belakang serta garis lebar muka dan garis lebar punggung. c. Kertas Pola (Buku Pola /Buku Kostum) Kertas
pola
(buku
pola
atau
buku
kostum)
merupakan
tempat
menggambar pola. Kertas pola merupakan alat penting untuk menggambar pola. Kertas yang biasa digunakan untuk menggambar pola dengan ukuran centimeter adalah kertas dorslag, kertas karton manila atau kertas koran. Buku pola digunakan untuk menggambar pola busana dengan ukuran skala. Buku pola yang baik berukuran folio kertasnya berwarna putih, tebal dan halaman terdiri dari kertas bergaris dan kertas polos dengan letak yang berselang-seling. Lembar halaman bergaris diperlukan untuk mencatat ukuran dan mencatat keterangan pola yang dibuat. Lembaran halaman tidak bergaris (polos) digunakan untuk menggambar pola dengan ukuran skala d. Skala Skala atau ukuran perbandingan adalah alat ukur yang digunakan untuk menggambar pola di buku pola. Skala ada beberapa macam yakni ada yang menggunakan ukuran satu berbanding dua, satu berbanding empat, satu berbanding enam dan satu berbanding delapan. Skala yang baik terbuat dari kertas yang agak tebal seperti kertas karton dan berbentuk segi panjang, dengan letak garis ukuran tepat pada tepi skala. e Pensil Pensil digunakan untuk menggambar pola di buku pola atau di kertas pola, dimana pensil yang baik digunakan untuk menggambar pola ada beberapa macam,
yakni
pensil terbuat dari graphite, pensil ini bagus digunakan dan
mempunyai ukuran yang berbeda. Untuk yang agak keras dengan kode H/HB pensil ini tulisannya jelas dan mudah dihapus jika terjadi kesalahan. Pensil ini digunakan untuk menggambar garis-garis pola, setelah polanya selesai dibuat, 5
garis dengan pensil ini dipertajam dengan pensil berwarna. Pensil bewarna merah untuk garis pola bagian muka dan pensil bewarna biru untuk garis pola bagian belakang. Garis bantu pola di pertajam dengan pulpen warna hitam. f. Penghapus Penghapus perlu disediakan sewaktu menggambar pola, penghapus digunakan untuk membersihkan goresan pola yang salah. Penghapus yang baik adalah yang berwarna hitam terbuat dari karet yang lemas, dengan menggunakan penghapus ini goresan-goresan yang salah akan menjadi hilang dan tidak meninggalkan bekas sampai mendapatkan hasil yang memuaskan. g. Jarum Jarum pentul yang baik terbuat dari baja dan berukuran panjang 3 s.d 4 cm. Bentuk jarum pentul/jarum penyemat yang dipergunakan pada pembuatan pola adalah jarum pentul yang baik yaitu ujungnya runcing dan terdapat pegangan mutiara dipangkalnya, sehingga mudah dalam menggunakannya. 2. Menggambar Pola Busana Teknik Konstruksi Menggambar pola busana dengan teknik konstruksi yang baik harus mempunyai lipit kup untuk ruang bentuk yang menonjol (buah dada), dimana bentuk lipit kup ada yang di pinggang, di bahu, di sisi, dan ada
pula
yang
terletak di kerung leher, dan di tengah muka. Pola konstruksi untuk wanita banyak macamnya, tetapi semua jenis sistem pola konstruksi memiliki lipit kup. Untuk menggambar pola sesuai dengan masing-masing sistem pola konstruksi
di perlukan ukuran tubuh si pemakai yang diukur dengan cermat
menurut cara mengambil ukuran masing-masing. Ukuran tersebut disesuaikan dengan masing-masing sistem pola konstruksi yang akan digambar, walaupun demikian ukuran yang diperlukan dalam menggambar pola konstruksi secara umum adalah sbb: a. Pola Dasar Badan: 1). Lingkar leher
: diukur sekeliling leher tidak terlalu ketat dan tidak
terlalu longgar.
6
2). Lebar muka
: diukur 6 atau 7 cm dari lekuk leher ke bawah,
kemudian diukur datar dari batas lingkar kerung lengan kiri sampai batas lingkar kerung lengan kanan. 3). Lingkar badan
: diukur sekeliling badan terbesar dengan posisi cm
tidak terlalu kencang dan ditambah 4 cm. 4). Lingkar pinggang
: diukur pas sekeliling pinggang.
5). Panjang muka
: diukur dari lekuk leher tengah muka sampai pinggang
6). Tinggi dada
: diukur dari pinggang sampai puncak dada.
7). Panjang bahu
: diukur dari batas lingkar leher sampai batas bahu
terendah 8). Panjang sisi 9). Lebar punggung
: diukur dari pinggang sampai ketiak, dikurangi 2 cm. : diukur 9 cm ke bawah dari tulang leher belakang
kemudian diukur mendatar dari batas lingkar kerung lengan kiri ke lingkar kerung lengan kanan. 10). Panjang punggung
: diukur dari tulang pangkal leher belakang lurus
sampai batas pinggang. 11). Ukuran control/pemeriksa: diukur dari tengah muka pinggang, serong keatas menuju garis bahu terendah melewati buah dada, serong kebawah menuju tengah belakang pinggang melewati tulang belikat. b. Pola Dasar Lengan: 1). Panjang lengan
: diukur dari bahu terendah sampai panjang yang
diinginkan. 2). Tinggi puncak lengan : diukur dari bahu terendah sampai batas lengan terbesar/otot lengan, atau sama dengan panjang bahu. 3). Lingkar pangkal lengan: diukur sekeliling pangkal lengan. 4). Lingkar kerung lenga : diukur sekeliling kerung lengan dengan sedikit longgar. c. Pola Dasar Rok: 1). Lingkar pinggang
: diukur pas sekeliling pinggang.
2). Tinggi panggul
: diukur
dari
pinggang
sampai
batas
panggul
terbesar pada bagian belakang. 3). Lingkar panggul
: diukur melingkar pada pinggul yang paling tebal
secara horizontal dengan tidak terlalu ketat. 7
4). Panjang rok
: diukur dari pinggang sampai panjang rok yang
dikehendaki. Berdasarkan jenis ukuran tersebut di atas dapat digambar pola menurut sistem pola konstruksi yang diinginkan, jenis ukuran yang diperlukan, serta cara menggambar pola untuk menggambar
pola
setiap
sistem
konstruksi
berbeda-beda.
Cara
sistem dressmaking dimulai dari pola bagian belakang,
dengan jumlah ukuran yang cukup banyak. Pola sistem meyneke, memerlukan ukuran yang cukup lengkap, dimana pola badan muka dan belakang digambar berdampingan, dengan lipit kup dibahu yang besarnya sesuai dengan besar payudara, yaitu selisih antara lingkar badan dan lebar bahu. Kup bahu tersebut mudah dipindahkan kesisi berbagai
bagian pola badan/blus, sesuai dengan
desain busana. Ukuran yang diperlukan untuk mengkonstruksi pola meyneke juga cukup banyak dan memakai ukuran control, sehingga hasilnya akan lebih baik. Menggambar pola untuk berbagai sistem pola konstruksi tersebut sama-sama menggunakan
perhitungan
secara
matematis
yang sangat
sederhana, dengan jumlah ukuran yang berbeda. Ukuran yang telah tersedia akan memudahkan dalam membuat polanya. 3. Pembuatan Pola Dasar Teknik Kostruksi Pola Dasar Badan Wanita Dewasa Sistem Dressmaking Ukuran yang diperlukan: a. Lingkar leher
= 38 cm
b. Lebar muka
= 33 cm
c. Lingkar badan
= 88 cm
d. Tinggi dada
= 15 cm
e.
Lingkar pinggang
= 66 cm
f.
Lebar punggung
= 34 cm
g.
Panjang punggung
= 37 cm
h.
Panjang bahu
= 12 cm
i.
Panjang lengan
= 24 cm
j.
Tinggi puncak lengan
= 12 cm
k.
Tinggi panggul
= 16 cm
l.
Lingkar panggul
= 96 cm 8
m.
Panjang rok
= 50 cm Pola Dasar Badan
Menggambar pola sistem dressmaking dimulai dari pola belakang, tetapi sebelumnya ditentukan pedomam umumnya yaitu ukuran ½ lingkar badan yang dimulai dengan sebuah titik.
Gambar 1 Pola Dasar Badan Simtem Dressmaking Keterangan pola: •
A - B = ½ ukuran lingkar badan
•
A - C = ¼ lingkar badan ditambah 1 cm
•
B- B1
•
B1 - D = ukuran panjang punggung, buat garis horizontal ke titik E
•
B - B2
•
Hubungkan titik B1 dengan B2 seperti gambar (leher belakang)
•
C - C1 = 5 cm, hubungkan ke titik B2 dengan garis putus-putus (garis bantu).
•
B2 dipindahkan ukuran panjang bahu melalui garis bantu diberi nama titik B3
•
B3 - B4 = 1 cm, samakan ukuran B2 ke B4 dan dihubungkan dengan garis
= 1,5 cm
= 1/6 lingkar leher ditambah 1 cm
tegas •
B1 - G
= ½ panjang punggung ditambah 1 cm, buat garis horizontal ke kiri
dan beri nama titik H •
B1 - G1 = 9 cm 9
•
G1 - F1 = ½ lebar punggung (buat garis batas lebar punggung)
•
Bentuk garis lingkar kerung lengan belakang mulai dari titik B4 menuju
•
F1 terus ke F seperti gambar.
•
D - D1 = ¼ ukuran lingkar pinggang ditambah 3 cm (besar lipit kup) dikurang 1 cm
•
D - D2 = 1/10 lingkar pinggang
•
D2 - D3 = 3 cm (besar lipit kup)
•
Dari D2 dan D3 dibagi 2, dibuat garis putus-putus sampai ke garis badan
•
(G dan H) diukur 3 cm ke bawah, dihubungkan dengan titik D2 dan D3 menjadi lipit kup.
•
D - D1 = ¼ ukuran lingkar pinggang ditambah 3 cm.
•
D1 dihubungkan dengan F, menjadi garis sisi badan bagian belakang.
•
A - A1
= 1/6 lingkar leher ditambah 1 cm
•
A - A2
= 1/6 lingkar leher ditambah 1,5 cm
•
Hubungkan titik A1 dengan A2 seperti gambar (garis leher pola muka).
•
A1 - C2 = ukuran panjang bahu
•
A2 - A3 = 5 cm
•
A3 - F2 = ½ lebar muka
•
Hubungka titik C2 ke F2 terus ke F seperti gambar (lingkar kerung lengan bagian muka).
•
E - E1
•
E1 - E4 = ¼ lingkar pinggang ditambah 4 cm (3 cm besar lipit kup dan 1 cm
= 2 cm (sama besarnya dengan ukuran kup sisi)
untuk membedakan pola muka dengan belakang) •
E1 - E2 = 1/10 lingkar pinggang
•
E2 - E3 = 3 cm (besar lipit kup)
•
E2 dan E3 dibagi dua dibuat garis putus-putus sampai ke garis tengah bahu.
•
A2 - J = ukuran tinggi dada
•
Dari J dibuat garis sampai ke J1.
•
J1 - J2 = 2 cm, lalu dihubungkan dengan titik E2 dan E3 membentuk lipit kup
•
F-I
•
J1 - K = 2 cm
= 9 cm, lalu dihubungkan dengan garis putus-putus ke titik J1
10
•
Dari I ke I1 dan I2 diukur masing-masing 1 cm, lalu hubungkan dengan titik K.
•
I1 - K
•
E4 dihubungkan dengan I2 dan titik I1 dengan F, menjadi garis sisi badan
= I2 - K, yang dijadikan patokan panjang adalah ukuran I1 ke K.
bagian muka. Pola Dasar Lengan Dressmaking Ukuran yang diperlukan : 1. Lingkar kerung lengan = 40 cm (diukur dari pola badan) 2. Tinggi puncak lengan
= 12 cm
3. Panjang lengan
= 24 cm
Gambar 2 Pola Dasar Lengan Sistem Dressmaking Keterangan pola lengan: Menggambar pola lengan dimulai dari titik A yang merupakan puncak lengan. 1. A - B = panjang lengan 2. A - C = ukuran tinggi puncak lengan, buat garis sampai ke titik D dan E, setelah diukur dari titik A ½ lingkar kerung lengan yang ukurannya bertemu dengan garis dari titik C 3. Buat garis putus-putus (garis bantu) dari A ke D dan dari A ke E 4. Garis bantu dari A ke D dan A ke E dibagi tiga. 1/3 dari A ke D diberi titik A1 dan dari A ke E dinamakan titik A2. 5. A1 - A4 = A2 - A3 = 1,5 cm 6. Titik D1 = 1/3 D - A 11
7. D ke D1 dibagi dua dinamakan titik D2. 8. D2 - D3 = 0,5 cm 9. Hubungkan A dengan A4 dengan D1, D3 dan D seperti gambar (lingkar kerung lengan bagian muka). 10. Hubungkan A dengan A3 dan E seperti gambar (lingkar kerung lengan bagian belakang). 11. G - G1 = E1 - E2 = 1,5 cm 12. Hubungkan E dengan E2 (sisi lengan bagian belakang), dan D dengan G seperti gambar (sisi lengan bagian muka)
Pola Dasar Rok Sistem Dressmaking Ukuran yang diperlukan : 1. Lingkar pinggang = 66 cm 2. Tinggi panggul
= 16 cm
3. Lingkar panggul = 96 cm 4. Panjang rok
= 50 cm
Gambar 3 Pola Dasar Rok Sistem Dressmaking Keterangan pola rok muka : Menggambar pola rok dimulai dari titik A. 1. A – B
= panjang rok 12
2. A – C
= tinggi panggul
3. A – A1
= ¼ lingkar pinggang ditambah 4 cm (3 cm untuk besar lipit kup, 1
cm untuk membedakan ukuran pola muka degan pola belakang) 4. A1 – A2 = 1,5 cm 5. Hubungkan A dengan A1 seperti gambar (garis pinggang). 6. A – D
= 1/10 lingkar pinggang
7. D – D1 = 3 cm 8. Pada garis tengah antara D dan D1 dibuat garis lurus sampai batas garis C dengan C1 (garis panggul). 9. D – D1 = 12 cm 10. C – C1 = ¼ lingkar panggul ditambah 1 cm 11. B – B1
= C – C1
12. B1 – B2 = 3 cm 13. B2 – B3 = 1,5 cm 14. Hubungkan A1 dengan C1 membentuk garis pinggul dan dari C1 ke B3. 15. Hubungkan B dengan B3 seperti gambar (garis bawah rok). Keterangan pola rok belakang Menggambar
pola
rok
bagian
belakang
sama
dengan
cara
menggambar pola rok bagian muka, bedanya hanya terletak pada ukuran lingkar pinggang dan lingkar panggul. Ukuran lingkar pinggang dan ukuran lingkar panggul pola bagian muka lebih besar 2 cm dari pada pola bagian belakang. Tetapi bentuk garis sisi, garis pinggang dan garis bawah rok sama dengan pola rok bagian muka. Oleh karena itu pola rok bagian belakang dibuat dari pola rok bagian muka. Untuk membedakannya cukup dengan memindahkan garis tengah muka sebesar 2 cm dengan cara mengukur dari A ke E sama dengan dari B ke F, yaitu 2 cm, hubungkan titik E dengan F dengan garis lurus (garis tengah belakang). Apabila ingin memiliki pola bagian muka dan pola bagian belakang pada kertas yang berbeda, sebaiknya salah satu dari pola rok dipindahkan, yaitu pola bagian
belakang, sehingga pola rok terdiri dari bagian muka dan bagian
belakang. Dalam memindahkan pola yang perlu diperhatikan garis tengah
13
belakang pola harus dalam posisi lurus, garis pinggang dan garis sisi rok bentuknya sama dengan yang muka. Pola Dasar Celana Wanita/Slack Ukuran yang diperlukan: 1. Lingkar pinggang = 66 cm 2. Tinggi duduk
= 23 cm
3. Lingkar panggul
= 96 cm
4. Panjang celana
= 90 cm
Pola bagian muka
Pola bagian belakang
Gambar 4 Pola Dasar Celana Wanita Keterangan pola celana wanita Pola celana bagian muka: 1. A - B = panjang celana 2. A - C = 1/3 lingkar pesak dibagi 3 ditambah 4 cm 14
3. C - D = C - E - ¼ lingkar pinggang ditambah 4 cm 4. E - D1 = 4 cm tarik garis lurus sampai garis pinggang namakan titik H 5. H - G
= lingkar pinggang dibagi 4 ditambah 2 cm
6. A - F
= panjang lutut
7. F - F1 = F - F2 = ½ lingkar lutut 8. B - B1 = B - B2 = ½ lingkar kaki celana 9. G - I
= 3 cm
10. G - j
= 12 cm
11. Hubungkan I dengan j seperti gambar saku sisi celana. Hubungkan H dengan E seperti gambar (pesak celana bagian muka). Hubungkan E dengan F2 terus ke titik B2, seperti gambar (garis sisi celana). Hubungkan
dengan D
membentuk garis panggul, terus ke titik B1 melalui titik F1 seperti gambar (sisi celana). Pola celana bagian belakang 1. Pola celana bagian belakang digambar berdasarkan pola celana bagian muka, untuk itu pindahkan pola celana bagian muka dengan cara menjiplak sekaligus memindahkan tanda-tanda pola seperti titik E, F2 dan B2. 2. E - E1 = 8 cm
F2 - F3 = 4 cm
B2 - B3 = 4 cm
3. Hubungkan titik E1 dengan F3 terus ke titik B3 seperti gambar (garis sisi celana bagian belakang). 4. G - G1 = 4 cm 5. H - H1 = 3 cm 6. G1 - H1 = ¼ lingkar pinggang dibagi ditambah 4 cm 7. E1 - E2 = 1 cm 8. Hubungkan H1 dengan E1 seperti gambar (pesak celana bagian belakang). 9. D - J
= 5 cm
10. J - J1 ditambah J - J2 = ½ ukuran lingkar panggul.
Pola Dasar Badan Wanita Sistem Meyneke Pola dasar sistem meyneke yang akan dibuat adalah pola dasar badan dan pola dasar lengan. Pola dasar badan sebagai berikut: Ukuran yang diperlukan: 15
1. Lingkar badan
: 92 cm
2. Lingkar pinggang: 70 cm 3. Lingkar leher
: 36 cm
4. Panjang bahu
: 12 cm
5. Panjang muka
: 32 cm
6. Lebar muka
: 32 cm
7. Tinggi dada
: 16 cm
8. Panjang sisi
: 17 cm
9. Panjang punggung: 37 cm 10. Lebar punggung
: 33 cm
11. Ukuran control
: 40-78 cm
Gambar 5 Pola Dasar Badan Sistem Meyneke Keterangan: Bagian Depan •
A - B = 1/4 L. Badan + 1 cm. A-D = P. Muka
•
D - E = 1/6 L. Leher + 2,5 cm
•
E - F = 1/6 L. Leher + 1 cm, datar teruskan ke G
•
G - H = 1/3 P. Bahu, tarik garis datar sebagai pertolongan 16
•
F - L = P. Bahu, dan L harus jatuh pada garis datar pertolongan. Tara garis F-L terus ke sisi, dapat titik L'
•
L' - L" = Ukur 1/2 P. Bahu + 1 cm Sedangkan F - K diukur 1/2 P Bahu -1 cm.
•
D - D' = 4 atau 5 cm
•
D' - D" = 1/2 L. Muka, melampaui jarak lipit kup
•
B - B' = P. Sisi
•
A - A' = 1/10 L. Pinggang
•
M-M' = 1/4 L. Pinggang + 1 cm dikurang A-A'. Garis lipit bahu disamakan dengan titik K dinaikkan 0,5 cm. Lubang lengan di sisi, dapat diturunkan untuk diperbesar 2 atau 3 cm
Bagian Belakang •
B - C = 1/4 L. Badan -1 cm
•
C-N
•
N - N' = 1/6 L. leher + 1 cm
•
N' - 0 = 1 cm
•
G '- H' = 1/3 P. Bahu
•
O - P = Panjang Bahu + 1 cm (boleh tidak pakai lipit di bahu belakang)
•
0 - 0'
•
P - P' = 1/2 P. Bahu + 1 cm
•
Q - Q' = 1/2 L. Punggung
•
C - C' = 1/10 L. Pinggang -1 cm
•
R - R' = 1/4 L. Pinggang - 1 cm dikurang R-R', bila lipit R'-C' lebih dari 2
= P. Punggung
= 1/2 P. Bahu - 1 cm
cm, boleh dikurangi dan begitu pula di sisi Pola Dasar Lengan Sistem Meyneke Ukuran Lengan: 1. Lingkar pangkal lengan tergemuk 28 + 6 atau 8 cm 2. Tinggi kepala lengan 3. Panjang lengan dalam
17
Gambar 6 Pola Dasar Lengan Meyneke Keterangan: •
A – B : ½ P. lingkar pangkal lengan
•
C – D : T. Kepala lengan
•
D – E : P. Lengan dalam Pola Dasar Rok Sistem Meyneke
Ukuran rok 1. Lingkar pinggang = 66 cm 2. Tinggi panggul
= 16 cm
3. Lingkar panggul = 96 cm 4. Panjang rok
= 50 cm
18
Gambar 7 Pola Dasar Rok Meyneke Keterangan Bagian depan
Bagian belakang
A - B = panjang rok
A - B = panjang rok
A – C = 2 cm
A – C = 2 cm
A – E = tinggi panggul
A – E = tinggi panggul
C – D = 0.5 lk pinggang + 3 + 1 cm
C – D = 0.5 lk pinggang + 3 - 1 cm
E – F = 0. 25 lk panggul + 1 cm
E – F = 0. 25 lk panggul – 1 cm
B–G=E–F
B–G=E–F
G – H = B – G tambah 3 – 5 cm
G – H = B – G tambah 3 – 5 cm
4. Pola Bagian-Bagian Busana Busana haruslah digambar dengan baik sesuai dengan ide atau gagasan yang dituangkan pada desain, sementara desain yang dibuat hendaknya mudah dibaca dan dapat menjadi pedoman dalam pembuatan suatu busana. Sehubungan dengan hal tersebut, desain busana dan bagian-bagian busana harus digambar secara jelas seperti garis leher, bentuk atau siluet busana, bentuk rok, dan bentuk celana. Adapun bagian-bagian busana meliputi:
19
a. Lipit Bentuk (Kup) Pemindahan lipit bentuk pola dasar : 1). Pemindahan lipit bentuk pada tempat umum : a). Lipit bentuk pada bahu menurut pola dasar aslinya
. Gambar 8 Lipit bentuk pada bahu b). Lipit bentuk pada bagian kerung lengan.
Gambar 9 Lipit bentuk Pada Kerung Lengan
c). Lipit bentuk disisi bawah ketiak.
20
Gambar 10 Lipit Bentuk sisi atas d). Lipit bentuk disisi dekat pinggang.
Gambar 11 Lipit bentuk Sisi Bawah e). Lipit bentuk ditengah muka dapat sebagai kerut maupun bentuk lain.
Gambar 12 Berbagai Bentuk Lipit Pantas Pada TM 21
f). Lipit bentuk pada garis leher dapat sebagai kerut-kerut atau sebagai lipit kup
Gambar 13 Berbagai Bentuk Lipit Pantas Pada Kerung Leher 2). Pemindahan lipit bentuk pola dasar dalam garis hias : a). Berbagai variasi garis prinses dari kerung lengan
Gambar 14 Garis Prinses Dari Kerung Lengan b). Garis prinses dari bahu
22
Gambar 15 Garis Prinses dari Bahu c). Garis hias empire.
Gambar 16 Garis Empire d). Garis hias variasi dari berbagai garis.
Gambar 17 Variasi Berbagai Garis Hias
23
b. Garis Leher Garis leher merupakan bagian busana yang terletak paling atas, dengan bentuk bervariasi sesuai keinginan. Adapun bentuk dasar garis leher adalah garis leher bulat (round neek line), garis leher persegi (square neck line), garis leher V (V neck line). Bentuk dasar leher tersebut dapat dibuat menjadi berbagai variasi sesuai kebutuhan. Gambar berikut merupakan bentuk dasar garis leher beserta variasinya:
Bulat
Persegi
V
Gambar 18 Bentuk Dasar Garis Leher
Henley
Bateau Decollete Gambar 19 Variasi Bentuk Leher Bulat
24
Scooped
Diamond Sweet-Heart Gambar 20 Variasi Bentuk Leher Persegi
Surplice
Halter Off the Shoulder Gambar 21 Variasi Bentuk Leher V
c. Kerah Kerah adalah bagian dari busana, yang terletak di bagian kerung leher, yang dalam membuatnya perlu mempertimbangkan bentuk wajah dan leher. Bentuk leher tinggi sebaiknya menggunakan kerah tinggi atau menutupi sebagian leher seperti kerah kemeja, kerah mandarin, dan sebaliknya apabila leher pendek/rendah, pilihlah kerah yang agak rebah seperti kerah rebah, ½ berdiri, cape/ palerin, dan variasi kerah-kerah rebah. Secara garis besar kerah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: 1). Kerah dipasangkan yaitu kerah yang polanya terpisah sebelum dipasangkan pada garis leher, diantaranya kerah tegak, kerah setengah tegak, kerah kemeja dengan penegak (boord), kerah mandarin, kerah Shiller / Kerah Sport hem. Gambar berikut merupakan kerah yang dipasangkan:
25
Kerah Rebah
Kerah Mandarin Gambar 22 Kerah Yang Dipasangkan
2). Kerah yang menyatu dengan badan yaitu kerah yang polanya menyatu dengan badan/kerung leher, diantaranya kerah setali/kerah selendang, garis leher yang ditinggikan.
Kerah Revere
Kerah Setali Kerah Milano Gambar 23 Kerah Yang Menyatu Dengan Badan
3). Kerah yang terdiri dari dua bagian (Notched Collar) yaitu bentuk kerah sebagian menyatu dengan badan dan sebagan lain dipasangkan pada garis leher, misalnya kerah tailoring.
Kerah Petal
Kerah Framed Gambar 24 Kerah Terdiri Dua Bagian 26
Kerah Tailoring
d. Lengan Lengan adalah bagian busana yang menutupi puncak lengan bahkan sampai ke ujung lengan sesuai dengan desain. Lengan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: l). Lengan yang dipasangkan atau lengan yang dijahit menempel di lubang lengan badan, yaitu lengan yang polanya dibuat tersendiri kemudian dipasangkan dilubang lengan badan. Lengan tersebut diantaranya lengan licin, lengan balon, lengan kop, lengan kuncup mawar, lengan lonceng, lengan tailor/lengan jas (terdiri dua bagian). Berikut beberapa contoh lengan dipasangkan:
Lentera
Melon
Balon
Draperi
Gambar 25 Berbagai Lengan Yang Dipasangkan 2). Lengan yang polanya dibuat menyatu pola badan terdiri dari lengan setali dan lengan raglan. Lengan setali yaitu lengan yang ada jahitan garis bahu dari pangkal bahu atas sampai ujung lengan, yang dapat divariasi menjadi berbagai model baru. Lengan raglan yaitu lengan yang polanya menyatu badan, terdapat 27
jahitan dibawah garis bahu bagian muka dan belakang, dari kerung leher menuju ke sisi bawah lengan, juga dapat divariasi menjadi berbagai bentuk baru. Berikut gambar berbagai bentuk lengan setali dan raglan.
Gambar 26 Berbagai Lengan Setali & Raglan e.Blus Blus adalah bagian busana yang menutupi badan bagian atas, ada yang menggunakan belahan di depan, di belakang, di sisi, dan tanpa belahan. Model blus setiap tahun mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan jaman dan selera masyarakat yang disebut dengan trend mode. Blus dapat digolongkan menjadi dua kategori yaitu blus yang diselipkan/dimasukkan (Tuck – in), dan blus luar (Overblouse).
Gambar 27 Blus Dimasukkan & Blus Luar f. Rok Rok adalah bagian busana yang dikenakan pada bagian bawah badan, dibuat mulai dari pinggang sampai ke bawah sesuai dengan desain yang 28
diinginkan. Berdasarkan ukuran panjang, rok dapat dikelompokkan atas rok mini, rok kini, rok midi, rok maksi, dan longdress. Secara garis besar pengelompokan rok dapat dikelompokkan menjadi: (1). Rok lurus (straight skirt) yang terdiri dari rok kerut, rok lipit,
dan rok bungkus; (2). Rok pias (gore skirt), yaitu rok yang
terdiri dari beberapa bagian (pias), dengan jumlah pias yang ada akan menentukan nama piasnya, seperti pias 4, pias 6, pias 8, dan sebagainya. Pada umumnya jumlah pias genap. Ciri rok pias adalah bagian pinggang dan panggul pas dibadan, sedangkan dari panggul kebawah melebar; (3). Rok lingkar (circular skirt), yaitu rok yang pada bagian pinggang pas, dan makin kebawah makin melebar, yang terdiri dari rok dengan gelombang sedang, rok dengan gelombang sedikit atau rok yang dikembangkan, rok yang lebih banyak gelombangnya atau dapat berbentuk rok setengah lingkar, dan rok lingkar penuh; (4). Rok draperi yaitu rok yang pada bagian pinggang ke panggul membentuk draperi/lipit-lipit, yang akhirnya lipitan hilang kearah samping. Pengelompokan rok lain yaitu berdasarkan panjangnya, yang meliputi: (1) Micromini yaitu rok yang panjangnya di atas pertengahan paha; (2) Mini yaitu rok yang panjangnya sampai pertengahan paha; (3) Knee – Length yaitu rok yang panjangnya selutut; (4) Midi yaitu rok yang panjangnya sampai pertengahan betis; (5) Ballerina yaitu rok yang panjangnya sampai di atas mata kaki, (6) Ankle – Length yaitu rok yang panjangnya sampai mata kaki; (7) Floor – Length (longdress) yaitu rok yang panjangnya menutupi mata kaki atau sampai lantai.
1
2
3
4
5
6
7
Gambar 28 Pengelompokan Rok Berdasarkan Panjang 29
Berdasarkan siluetnya rok dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu: (1) rok lurus, (2) rok dikembangkan, (3) rok sepan, (4) rok lonceng.
1
2 3 4 Gambar 29 Pengelompokan Rok Berdasar Siluet g. Celana Celana
merupakan busana yang dikenakan pada bagian pinggang
kebawah dengan bentuk pipa yang membungkus kedua kaki. Panjang celana bervariasi mulai dari yang pendek sampai yang panjang, dapat dibuat pas di tubuh atau longgar. Celana yang pas biasanya dibuat dari bahan yang elastis, dipakai untuk busana olahraga seperti senam atau renang, sedangkan bentuk celana yang longgar untuk busana kerja baik wanita maupun pria. Saat sekarang banyak bermunculan model celana dengan detail yang rumit dan model yang unik sesuai dengan perkembangan mode. Dari berbagai bentuk celana, berdasarkan siluetnya dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu: (1) celana dengan siluet lurus; (2) celana dengan siluet longgar di pinggang, meruncing
kebawah; (3)
celana bersiluet besar dari pinggul ke kelim bawah (baggy); (4) celana dengan siluet melebar lembut keluar dari pinggul/paha menuju kelim bawah; (5) siluet celana yang longgar pada bagian atas pesak dan
sangat sempit pada kelim
bawah; (6) siluet celana yang pas pada bagian atas sampai ke lutut, melebar pada bagian kelim seperti bentuk lonceng.
30
1
2
3 4 5 Gambar 30 Bentuk Dasar Siluet Celana
5
5. ANALISIS POLA BUSANA WANITA Busana dengan
wanita
mempunyai
keanekaragamannya
desain sering
yang kali
beraneka menemui
ragam, dimana kesulitan dalam
melakukan pecah pola busananya. Busana ada bermacam-macam desainnya, baik berupa gaun, rok, blus, celana, dan sebagainya yang masing-masing memiliki bentuk yang bervariasi. Untuk membuat macam-macam bentuk busana tersebut harus dilakukan analisis desain maupun polanya, yang dilanjutkan mengubah pola dasar sesuai desain. Dengan demikian mengubah pola merupakan kegiatan mengubah pola dasar sesuai desain atau mengonstruksi pola busana dengan bermacam-macam bentuk sesuai desain. Konstruksi pola yang benar dan busananya enak dipakai di badan, dapat diperoleh dengan melakukan langkah-langkah yang betul dalam setiap mengubah pola. Langkah-langkah dalam mengubah pola disebut juga dengan prinsip-prinsip analisis pola atau pecah pola yang meliputi: (1) Menyimak gambar/desain; (2) Memindahkan lipit bentuk; (3) Mengubah lipit bentuk; (4) Menggambar macam-macam garis hias; (5) Menggambar macam-macam model kerah; (6) Menggambar macam-macam model lengan; (7) Menggambar macam-macam model rok; (8) Mengonstruksi pola menurut desain. Mengubah model adalah menganalisis disain busana atau busananya mengenai siluetnya, bentuk kerahnya, bentuk lengannya, bentuk roknya, 31
garis-garis hiasnya, ukuran panjang busana, perbandingan bidang dan penggunaan lipit bentuknya. Desain busana yang dianalisis pada umumnya berupa gambar busana yang berwujud foto hitam putih atau berwarna, gambar yang lengkap ataupun sketsa kasar saja. Oleh
karena
itu
penganalisis harus dapat membaca dan menafsirkan serta pemecahan pola dalam, cara mengonstruksi polanya. Dengan demikian seseorang yang menganalisis pola/desain harus tahu perbandingan lebar kerah terhadap bahu dan jatuhnya kerah yang luwes, besar saku terhadap ukuran panggul, perbandingan pias pada rok dan sebagainya supaya menghasilkan busana yang sesuai dengan disainnya dan bentuk badan si pemakainya serta nyaman dalam pemakaian Sehubungan dengan hal tersebut, teknik analisis pola busana wanita memerlukan ketelitian dan kecermatan dibandingkan dengan mengubah pola busana pria dan anak-anak. Busana wanita yang dibuat harus menonjolkan sisi
feminim
dari
wanita
dan
dapat menonjolkan
kelebihan
yang
dimilikinya sehingga dalam berpenampilan terlihat cantik, rapi dan menarik. Oleh karena itu dalam pembuatan busana wanita perlu dilakukan analisis dan pecah pola yang sesuai dengan desain dan bentuk tubuh seseorang. Supaya pola yang dihasilkan sesuai dengan
desain dan bentuk tubuh maka perlu
dilakukan analisis bentuk tubuh dan analisis desain. Bentuk tubuh wanita secara umum ada 5 macam yaitu ideal, kurus tinggi, gemuk tinggi, kurus pendek dan gemuk pendek. Bentuk tubuh wanita yang baik tentunya bentuk tubuh yang ideal dimana terdapat keseimbangan antara berat badan dan tinggi badan dan mempunyai proporsi tubuh yang seimbang. Desain busana kadang terlihat indah karena dibuat pada proporsi tubuh yang seimbang atau bentuk tubuh yang ideal, namun belum tentu desain yang tersebut cocok untuk orang lain yang bentuk tubuhnya berbeda. Dengan menganalisa bentuk tubuh akan dapat menyesuaikan
pola
dengan
bentuk
tubuh sipemakai, sehingga kekurangan bentuk tubuh dapat tertutupi dengan teknik pengembangan pola yang tepat. Selain analisa bentuk tubuh, perlu juga dilakukan
analisa
desain busana dengan cara sebagai berikut: (1) 32
Memperhatikan desain secara keseluruhan, terutama perbandingan letak bagianbagian busana pada sikap berdiri model akan lebih memudahkan memahami desain busana yang akan dibuat; (2) Memahami gambar bagian-bagian busana pada desain,
misalnya garis leher, garis lingkar badan, garis pinggang,
garis panggul, garis tengah muka dan tengah belakang, garis lingkar kerung lengan, garis besar lengan dan garis batas kup atau tinggi dada, yang akan memudahkan untuk menganalisa bagian–bagian busana yang ada pada desain; (3) Memahami desain busana pada badan bagian atas/badan atas/blus, maupun bagian bawah.yang berbentuk rok maupun celana dengan berbagai variasinya; (4) Memahami letak jatuhnya bahan
busana pada badan, yang dapat dapat
diamati pada bagian sisi atau bagian bawah busana. Apabila dilihat pada bagian sisi maka bahan yang jatuhnya lurus ke bawah atau agak kaku dapat
diperkirakan
bahannya tebal
dan
kaku,
sedangkan bahan
yang
mengikuti bentuk tubuh menandakan bahwa bahan yang digunakan bahan yang tipis atau melangsai. Untuk menganalisa bentuk tubuh dan model busana dengan baik dan benar
diperlukan
latihan
yang
banyak
sehingga
memudahkan dalam
membuat pecah pola busana yang sesuai dengan desain. Berikut contoh menganalis desain blus dan mengubah pola blus:
33
Gambar 31 Mengubah Pola Blus Penjelasan: Desain tersebut berbentuk blus luar berkerah ½ tegak, memakai garis princes bagian muka dan bagian belakang dari bahu sampai kelim bawah, dan berlengan licin pendek . Blus panjangnya ± 10 cm dari garis panggul, panjang lengan ± 25 cm dan kerah setengah tegak pas pada garis leher dasar. Pola dasar rok dan badan disatukan, untuk membuat garis prinses pada pola muka terlebih dahulu kup bahu ditutup dan garis princes dibentuk dari pertengahan bahu melewati puncak payudara dan kup pinggang, lurus ke bawah. Tengah muka ditambah 2 cm untuk lidah belahan, dan 4 cm untuk lapisan ke bagian dalamnya. Bagian sisi ketiak diturunkan 1 cm, dan dikeluarkan 1,5 cm untuk kelonggaran, dibentuk sampai batas panggul, pada sisi bawah blus dikeluarkan 2 cm untuk melebarkan bagian bawah blus. Pola belakang mengubahnya sama dengan pola muka. Membuat pola kerah dengan ukuran lingkar leher dari batas tengah muka ditambah ukuran leher belakang. Menggambar kerung leher pada kerah dari garis siku dinaikkan 5 cm, seperti
pada 34
gambar. Pola lengan dibuat sama
dengan pola dasar lengan tetapi ukuran lingkar kerung lengan disesuaikan dengan lingkar lengan yang sudah dirubah. 6. Merancang Bahan dan Harga a. Merancang Bahan Merancang bahan adalah menghitung jumlah bahan yang dibutuhkan untuk suatu desain busana, yang terdiri dari dua cara yaitu secara global dan menggunakan pola skala kecil (skala ¼). Merancang bahan secara global yaitu menghitung banyaknya bahan yang diperlukan untuk membuat suatu busana secara garis besar dengan ukuran pola siap potong, dengan menjumlahkan panjang masing-masing bagian pola, ditambah panjang kelim dan kampuh yang diperlukan. Misalkan merancang bahan untuk rok suai, diperlukan bahan lebar 90cm atau 110 cm, dengan panjang bahan dikali dua panjang rok, misalnya panjang rok 65 cm, ditambah kampuh pinggang 2 cm dan lebar kelim 5 cm dikalikan dua., maka maka memerlukan bahan yang panjangnya 144cm, sehingga harus beli bahan 1,5 m. Merancang bahan menggunakan pola kecil yaitu dengan cara meletakkan pola-pola kecil diatas kertas yang telah diskala sesuai lebar bahan yang dikehendaki menurut desain, misalnya 90 cm, 115 cm atau 150 cm. Pola diatur mulai dari bagian yang besar ke yang kecil-kecil, sesuai arah serat kain yang dikehendaki dengan ditambah kampuh pada tiap pola lebih kurang 2cm dan untuk kelim 4cm. Berdasarkan rancangan bahan yang demikian maka akan mudah diketahui jumlah bahan yang diperlukan untuk suatu busana. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu merancang bahan diantaranya: 1) Membentangkan panjang kain yang dibutuhkan diatas meja apabila memungkinkan, dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan-kemungkinan yang sering terjadi misalnya garis hias tertukar arahnya atau bagian yang seharusnya arah serat lungsin tertukar dengan bagian arah serat pakan. 2). Kain dilipat dengan bagian baik didalam, apabila diperlukan dua lapis, sebelum pola-pola diletakan pada bahan. 3). Peletakkan pola pada bahan yang bermotif besar harus diatur sedemikian rupa. Apabila motif-motif searah, harus diperhatikan jangan sampai salah satu bagian terbalik motifnya. 35
4). Bahan motif bergaris perlu diperhatikan garis-garisnya, dimana sebaiknya pola diberi tanda garis sesuai dengan desain untuk memudahkan waktu memotong supaya tidak terjadi kesalahan. 5). Meletakkan pola dimulai dari bagian yang besar baru kemudian yang kecilkecil, supaya sehemat mungkin ditinjau dari segi penghematan bahan dan uang, namun tidak boleh dilupakan segi keindahan dan arah serat kain. 6). Tambahan kampuh harus diberikan, pada umumnya untuk kelim blus, lengan, dan rok biasanya 4cm atau 5cm, kampuh sisi dan bahu 2 cm, kerung lengan 1,5 cm, kerung leher 1 cm. Gambar berikut merupakan contoh merancang harga:
Gambar 32 Rancangan Bahan b. Merancang Harga Merancang harga adalah menghitung semua biaya yang diperlukan untuk keperluan suatu busana, dengan bagian-bagian yang harus dihitungdiantaranya: 1). Nama kain, spesifikasinya, lebar dan panjang kain menurut rancangan bahan, panjang kain yang harus dibeli berikut harga satuan dan jumlahnya. 2). Nama keperluan-keperluan lainnya seperti: fliselin, renda, benang jahit, benang jelujur, kancing hias, dan yang lainnya beserta harga satuan dan jumlahnya. 3). Jumlah harga perbagian dijumlahkan semua, sehingga dari jumlah tersebut dapat diketahui berapa harga atau biaya untuk busana yang akan dibuat. Contoh merancang harga untuk gaun sederhana seperti pada rancangan bahan, kain pada rancangan habis 2,6 m dengan lebar 90 cm yaitu kain katun, maka yang harus dibeli 2,75 m. Keperluan lain yang harus dibeli diantaranya
36
benang jahit, tutup tarik, fliselin, kancing kait kecil. Rancangan harga tersebut dapat dibuat dalam bentuk tabel seperti berikut: Tabel 1. Merancang Harga No
Nama Bahan & Spesifikasi
Kebutuhan
Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
1
Bahan katun polos lebar 90 cm
2,75 m
12000/m
32000
2
Fliselin
0, 25m
6000/m
1500
3
Rit jepang panjang 45 cm
1 biji
2500/biji
2500
4
Benang jahit astra
1 biji
1000/biji
1000
5
Kancing kait kecil
1 biji
100/biji
100
Total
37100
37
BAB III KEGIATAN BELAJAR 2 POLA BUSANA TEKNIK DRAPING A. Tujuan Antara Tujuan antara yang perlu dicapai pada akhir kegiatan belajar 1, adalah: 1. Memahami pengertian pola draping. 2. Memahami perbedaan antara teknik draping dan teknik konstruksi. 3. Memahami peralatan untuk keperluan draping. 4. Memahami cara draping pola dasar badan dan rok. 5. Memahami cara draping pola kerah. 6. Memahami cara draping busana lilit.
B. Uraian Materi 1. Konsep Dasar Draping Teknik draping merupakan istilah dalam dunia fashion, yaitu suatu teknik membuat pola langsung di atas paspop atau boneka jahit. Disamping itu draping juga dapat diartikan sebagai suatu teknik menata kain sepanjang beberapa meter menjadi suatu bentuk busana tanpa memotong kain dan dijahit, yang cukup dengan sematan. Keistimewaan teknik draping adalah dapat secara langsung melihat hasil jadi dari bentuk busana yang diinginkan atau yang diuji cobakan. Melalui teknik draping seseorang dapat bereksperimen untuk memperoleh bentuk-bentuk busana baru yang terkadang sulit untuk didapatkan dari pola secara konstruksi. Disamping itu teknik draping juga berguna untuk membuat suatu display, dimana dengan penataan busana di atas boneka dari kain yang tidak digunting dapat menjadi daya tarik tersendiri . Pola dasar busana pada dasarnya terdiri dari 3 bagian, yaitu: a. Pola badan (blus). b. Pola lengan. c. Pola rok . Cara membuat pola busana ada 3 macam yaitu: a. Secara konstruksi (flat pattern) yaitu dengan mengukur berbagai bagian tubuh supaya bisa menggambar polanya. 38
b. Secara draping yaitu menyampirkan bahan/kertas secara langsung baik pada boneka maupun pada badan seseorang. c. Secara kombinasi yaitu membuat pola busana dengan memadukan dua cara yaitu secara konstruksi dan secara draping. Draping adalah cara membuat pola dasar busana, pola busana, ataupun busana dengan meletakkan/menyampirkan kertas tela/bahan, sedemikian rupa pada badan boneka ataupun badan seseorang dengan sematan jarum pentul/peniti. Perbedaan antara pola teknik draping dengan pola teknik konstruksi:
Tabel 2 Perbedaan Teknik Draping & Teknik Konstruksi TEKNIK DRAPING 1).Tidak membutuhkan ukuran
TEKNIK KONSTRUKSI 1). Membutuhkan ukuran yang
karena langsung dapat
banyak dan lengkap sesuai
membuat pola pada boneka
desain yang akan dibuat
jahit
2). Membutuhkan waktu yang lebih banyak
2).Tidak terlalu banyak memerlukan waktu
3). Harus membuat pola dasar terlebih dahulu, sebelum
3).Langsung dapat membuat
mengubah pola sesuai desain
pola sesuai desain 4).Tidak memerlukan
4).Memerlukan perhitungan yang cermat dan teliti
perhitungan yang cermat dan teliti 5).Langsung dapat membuat
5).Tidak bisa langsung untuk membuat busananya
busana sesuai desain yang dikehendaki dengan sematan
Keuntungan pembuatan pola teknik draping: 1. Dapat melihat proporsi garis-garis desain pada tubuh. 2. Dapat melihat ketepatan pola tersebut pada tubuh. 39
3. Dapat melihat keseimbangan garis-garis desain pada tubuh. 4. Dapat melihat style busananya.
2. Peralatan Peralatan yang dibutuhkan dalam draping meliputi: a. Boneka Jahit (Dressform) yaitu boneka yang digunakan untuk mendraping berbagai pola busana. Terdapat bermacam-macam dressform/boneka jahit yang dapat digunakan untuk membuat pola dasar, di antaranya boneka tersebut meliputi: (1) boneka untuk membuat celana; (2) boneka wanita dalam ukuran S, M, dan L; (3) boneka anak-anak remaja, (4), boneka untuk pria. Berikut adalah contoh boneka yang dapat digunakan untuk melakukan draping.
Gambar 33 Boneka Jahit (dressform) b. Pita Ukur adalah alat untuk mengukur badan model dan boneka jahit, dimana alat ini juga digunakan pada waktu penyesuaian pola dan menyiapkan bahan. c. Penggaris terdiri dari: penggaris lurus; segitiga siku-siku; penggaris lengkung untuk
garis panggul; penggaris lengkung untuk kerung lengan, yang
dipergunakan pada waktu memperbaiki garis-garis pola. d. Jarum terdiri dari: (1) Jarum pentul/jarum penyemat, yang terbuat dari baja dan berukuran panjang 3-4 cm, dan bentuk jarum pentul yang dipergunakan pada 40
pembuatan pola draping adalah jarum pentul yang ujungnya runcing, panjang dan terdapat pegangan/kepala; (2) Jarum jahit tangan yaitu jarum yang digunakan untuk menjelujur pita pada boneka jahit dan untuk menyambung bahan jika terjadi kekurangan bahan pada waktu draping. e. Gunting kertas maupun gunting kain yaitu
gunting yang diperlukan untuk
memotong kertas maupun kain, yang penggunaannya disesuaikan proses draping. Gunting sebaiknya
selama
yang ujungnya tajam, dan tidak terlalu
berat. f. Pensil digunakan untuk menandai garis-garis pola yang terdapat pada boneka jahit. Pensil yang diperlukan berwarna hitam, dan
dipilih yang tidak terlalu
keras. g. Karbon jahit adalah karbon yang dipergunakan untuk memindahkan garis pola.
3. Bahan a. Bahan utama pada pembuatan pola sistim draping aslinya adalah kain blaco tipis, namun selain itu dapat pula menggunakan kertas singkong/tela. Bahan blaco ada bermacam-macam jenis yang dapat dipergunakan sesuai desainnya. Blaco kasar digunakan untuk pemula, karena sangat mudah mengetahui arah serat kainnya, sedangkan blaco ringan atau tipis digunakan untuk draping dengan mode yang ditekankan pada kelembutan bahan atau soft draping. Adapun blaco tebal digunakan pada pembuatan pakaian pria atau jenis pakaian jas (tailored garment). b. Tali kord pipih sebagai bahan pelengkap dengan lebar 3-5 mm untuk memberi tanda body line. Tali kord tersedia dalam beberapa warna, yang pada umumnya tali merah untuk pembuatan garis-garis vertikal (tegak). Sedangkan untuk garis horisontal (melintang) menggunakan pita biru. Untuk garis-garis pecah pola dapat menggunakan warna yang lain, atau dapat juga menggunakan benang warna beda dengan body line, untuk menandai garisgaris pola sesuai desain.
4. Langkah Kerja Secara Umum Membuat Pola Teknik Draping
41
Membuat pola busana teknik draping adalah membuat pola sesuai dengan ukuran dan bentuk badan model, dimana untuk mempermudah prosedur pembuatan pola, model dapat diganti dengan boneka jahit, yang mempunyai ukuran sama atau mendekati ukuran model. Secara garis besar langkah kerja pembuatan berbagai pola busana teknik draping adalah sebagai berikut: a. Membuat pola berdasarkan desain busana. b.Menandai garis pola sesuai desain terlebih dahulu, menggunakan pita yang berbeda warna dari pita body line boneka, dengan sematan, kemudian dijelujur. c. Medrape pola pada boneka jahit sesuai desain busana. d. Meneliti/melihat kembali garis-garis desain yang meliputi: (1) proporsi yaitu perbandingan garis-garis desain seperti garis pinggang, garis panggul, garis dada; (2) style yaitu letak kupnat; (3) keseimbangan garis kupnat kiri dan kupnat kanan. e. Melepas pola dari boneka dan memperbaiki garis-garis pola. f. Menyesuaikan ukuran pola. g. Pola siap pakai.
5. Menandai Boneka Jahit Garis dasar pola patokannya akan dibentuk sebagai penuntun dalam membuat pola, dimana garis-garis konstruksi pada draping dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1). Garis Tegak (vertikal) yang terdiri dari garis tengah muka (panjang muka), garis tengah belakang (panjang punggung), dan garis sisi (panjang sisi); (2) Garis Mendatar (horisontal) terdiri dari garis leher, garis bahu, garis dada, garis pinggang, dan garis panggul. Garis-garis konstruksi ditentukan menggunakan garis vertikal dengan tali merah, garis horisontal dengan tali biru, dan garis pecah model dibuat dengan warna yang lain. Pemasangan tali pada boneka sebagai garis-garis pola, dibantu dengan penyemat jarum pentul, meliputi: a. Garis lingkar pinggang yaitu bagian lingkar pinggang yang paling kecil, lingkarkan tali pada bagian pinggang tersebut, bagian belakang (TB) diturunkan 1 cm.
42
b. Garis panggul, diukur 19-20 cm dari garis pinggang ke bawah dan lingkarkan tali kor dari muka ke belakang sampai kemuka lagi. c. Garis dada pada bagian paling menonjol/besar pada dada, lingkarkan tali kor melewati titik dada tersebut. d. Garis leher, untuk menentukan leher bagian depan diukur 38 cm dari pinggang ke atas (disesuaikan dengan ukuran boneka), sedangkan bagian belakang diukur 43 cm dari pinggang (disesuaikan dengan ukuran boneka), lingkar leher depan 20 cm, dari TM kekiri dan kekanan 10 cm (disesuaikan dengan ukuran boneka), lingkar leher belakang lebarnya disesuaikan dengan lebar leher muka. Selain itu lingkar leher dapat juga ditentukan langsung dengan cara mencari ukuran pangkal leher. e. Garis panjang bahu/lebar bahu diukur dari pangkal leher sampai ujung bahu tertinggi (puncak lengan). f. Garis lebar dada diukur 7 cm dari garis lingkar dada keatas, kekiri dan kekanan sampai kerung lengan. g. Garis lebar punggung diukur 11cm keatas dari garis lingkar dada/badan bagian belakang, diukur kekiri dan kekanan sampai kerung lengan. h. Garis TM pada tengah-tengah boneka bagian muka, garis TB pada tengahtengah boneka bagian belakang. i. Garis sisi dibuat pada sisi badan lurus dari ketiak sampai bawah, dimana untuk bagian muka diukur ¼ lingkar badan, pinggang, dan panggul, dari TM kesisi ditambah
1-2cm, sedangkan bagian belakang diukur ¼ lingkar badan,
pinggang, dan panggul, dari TB ke sisi dikurangi 1-2cm. j. Garis lingkar kerung lengan dibuat dari puncak sampai ketiak kira-kira 15cm untuk tingginya (disesuaikan dengan ukuran boneka), sedangkan lebarnya ditentukan dari titik lebar dada dan lebar punggung. Setelah pemasangan tali dengan sematan selesai maka semua tanda-tanda tersebut dijelujur.
6. Menentukan Kebutuhan Bahan Menentukan kebutuhan bahan untuk draping disesuaikan desainnya, bagian panjang diukur bagian yang terpanjang ditambah untuk kampuh atas 2,5 cm, dan
43
kelim 4
cm. Sedangkan untuk bagian lebar diukur bagian terbesar ditambah
kampuh untuk masing-masing sisi 2,5 cm.
7. Pola Busana Teknik Draping a. Draping Pola Dasar Badan disajikan pada gambar berikut: Draping Pola Dasar Badan Bagian Muka:
Gambar 34 Langkah Draping Pola Dasar Badan Muka 1). Menyiapkan kertas tela sesuai kebutuhan. 2). Meletakkan garis TM kertas tela pada TM boneka jahit, semat dengan rata dari lekuk leher sampai ke bawah, dengan arah sematan jarum vertikal, ujung jarum masuk ke dalam boneka. 44
3). Meratakan kertas tela dari TM, ke puncak dada sampai sisi dan semat, garis leher diberi guntingan dan semat. 4). Semat bagian sisi dari ketiak sampai pinggang, kerung lengan semat dan beri guntingan. 5). Ratakan bagian atas, selisih antara dada dan bahu dibuat kupnat, letak kupnat lurus dari bahu sampai 2 cm sebelum puncak dada. 6). Kupnat bahu yang telah disemat sampai puncak dada. 7). Selisih antara dada dan pinggang dibentuk kupnat, bagian sisi badan diberi guntingan dan kampuh. 8). Kupnat pinggang setelah dibentuk, disemat dari pinggang sampai 2 cm sebelum puncak dada. Garis pinggang disemat dan diberi guntingan. 9). Pola yang telah selesai disemat, ditandai garis polanya, kampuh bagian sisi, kerung lengan, dan bahu masing-masing 2 cm, bagian leher 1 cm, bagian pinggang 2 cm. Draping Pola Dasar Badan Bagian Belakang
Gambar 35 Langkah Draping Pola Dasar Badan Belakang
45
1). Meletakkan garis TB kertas tela pada TB boneka jahit, semat dengan rata dari lekuk leher sampai pinggang, bahu bawah, dan bawah ketiak, dengan arah sematan jarum vertikal, ujung jarum masuk ke dalam boneka. 2). Ratakan kertas tela dari TB, pada bagian garis punggung sampai garis kerung lengan, semat garis kerung lengan dan leher, serta beri guntingan. 3). Kelonggaran yang terjadi pada bahu, dibentuk kupnat dan disemat 4). Semat bagian sisi badan dari atas sampai pinggang, beri kampuh dan guntingan. 5). Selisih antara punggung dan pinggang dibuat kupnat, letaknya lurus dari pinggang menuju punggung, disemat dan diberi guntingan pada pinggang. 6). Pola badan bagian belakang yang telah selesai disemat, ditandai
garis
polanya, kampuh bagian sisi, kerung lengan, dan bahu masing-masing 2 cm, bagian leher 1 cm, bagian pinggang 2 cm. 7) Setelah pola selesai didrape, dilepas dari boneka dan dibentangkan serta disempurnakan garis-garis polanya, seperti pada gambar berikut:.
Gambar 36 Pola Dasar Badan/Blus Setelah Dilepas & Disempurnakan b. Draping pola dasar rok disajikan pada gambar berikut: 46
Langkah Draping Pola Dasar Rok Muka & Belakang
Gambar 37 Langkah Draping Pola Dasar Rok Muka & Belakang Draping pola dasar rok 1). Meletakkan garis TB kertas tela pada TB boneka jahit, pinggang, panggul,
semat TM pada
bawah. Ratakan kesisi dan semat bagian panggul,
panggul sisi dan pinggang sisi. 2). Selisih yang terjadi antara pinggang dan panggul dibuat kupnat pinggang. 3). Semat pada sisi rok bagian bawah, beri guntingan pada bagian pinggang 4). Pola yang telah selesai disemat, ditandai garis polanya,
diberi tambahan
kampuh untuk sisi rok dan pinggang selebar 2 cm, kelim pada bagian bawah ditambah antara 4-5 cm. 5). Metakkan garis TB kertas tela pada TB boneka jahit, semat TB pada pinggang, panggul,
dan bagian bawah. Ratakan kesisi dan semat bagian
panggul, panggul sisi dan pinggang sisi, serta bagian bawah.
47
6). Selisih yang terjadi antara pinggang dan panggul dibuat kupnat pinggang, dan disemat. 7). Menandai panjang rok, dan garis pola lainnya, .diberi tambahan kampuh untuk sisi rok dan pinggang selebar 2 cm, kelim pada bagian bawah antara 4-5 cm. 8). Setelah pola muka dan belakang selesai didrape, dilepas dari boneka dibentangkan dan disempurnakan garis-garis polanya.
c. Draping Kerah Langkah Draping Kerah Rebah: 1) Semat belakang
kertas
tela
boneka,
dibagian
tandai
TB,
kerung leher diberi kampuh 1 cm, dan dibuat guntingan tegak lurus pada garis leher. 2) Beri tanda garis luar kerah sesuai desain, dan ratakan kearah muka.
3). Semat kertas tela pada bagian muka kerung leher, gunting 1 cm diatas kerung leher untuk kampuh serta beri guntingan tegak lurus, dan beri tanda garis luar kerah pada bagian muka sesuai desain. 4). Lepaskan kertas tela dari boneka, sempurnakan garis polanya
48
Langkah Draping Kerah Cina 1). Semat kertas tela dibagian belakang boneka
dengan
arah
seratnya
melintang, sisakakan 1 cm dibawah garis leher untuk kampuh dan beri guntingan tegak lurus. 2). Ukur tinggi kerah dari garis dasar kerah sesuai desain, dan semat kearah bahu, serta beri guntingan tegak lurus pada garis luar/atas kerah.
3) Lanjutkan kertas tela sampai TM, semat dan beri tanda pada garis kerung guntingan
leher, tegak
kampuh lurus
diberi kearah
kerung leher. 4). Ukur tinggi kerah bagian muka dan beri tanda garis luar/atas kerah. 5). Lepaskan kertas tela dari boneka, sempurnakan garis polanya.
49
Langkah Draping Kerah Setali 1). Semat kertas tela dibagian muka boneka pada dasar leher TM, 2,5 cm diatasnya, dada, garis dada, dan pinggang. Letak kertas tela harus beberapa cm melewati TM sesuai lebar kerah, dan 12,5 cm diatas titik bahu pada pangkal leher. 2). Tandai dan semat garis leher dari TM kebahu dan garis bahu. 3). Garis bahu gunting dengan kampuh 2 cm, berhenti 3,5 cm sebelum titik bahu
pangkal
leher,
digunting
diagonal pada perpotongan garis bahu dan garis leher.
4) Semat perpotongan garis bahu dan garis leher, selesaikan/bentuk pola badan bagian muka (pola badan muka harus sudah jadi sebelum tepi luar kerah dibentuk). 5). Putar kertas tela kebelakang pada garis lipatan yang dikehendaki untuk kerah dan tentukan lebar kerah dari TM pada puncak kancing, serta gambar garis luar kerah sesuai desain.
50
6). Lanjutkan ke leher belakang (setelah pola badan belakang dibentuk), tandai dan semat tinggi/lebar kerah belakang.
7), Bentuklah kerah belakang dan beri tanda. 8).Lepaskan
pola
dari
boneka,
bentangkan dan sempurnakan garisgaris polanya.
d. Draping Busana Lilit Draping busana langsung dari kain lembaran, tanpa guntingan dan jahitan, yang disebut busana lilit, dapat dilakukan pada boneka sebagai display, maupun langsung pada model dengan sematan menggunakan peniti, ataupun diikat/ditali. Teknik draping ini menggunakan kain lembaran, yang setelah dipakai dan dibuka kembali, bahan tersebut masih tetap utuh. Contoh yang paling sederhana adalah berkain (memakai jarit di Jawa), pelengkap busana muslimah yang bebentuk kerudung, ikat kepala (untuk laki-laki). Disamping itu dengan teknik lilit dapat membentuk busana sesuai desain yang diinginkan dengan sematan tersembunyi, sehingga tampak seperti busana yang dijahit. Persiapan dalam draping busana lilit adalah: 1). Kain lembaran dengan panjang 2,5m – 3m apabila hanya sehelai kain, dan dapat juga menggunakan lebih dari sehelai kain. 2). Kain dipilih yang melangsai. 3). Dapat menggunakan kain lebih dari satu warna. 4). Penyemat pada boneka menggunakan jarum pentul panjang yang tidak berkepala besar, dan penyemat pada model menggunakan peniti kecil. 5). Pelengkap sebagai alat bantu diantaranya tali, isolasi, padding, macammacam kancing, kertas dan sebagainya. 51
6). Untuk memperindah busana perlu ditambahkan assesoris. Langkah draping busana lilit secara garis besar adalah: 1). Membuat/menyiapkan sketsa. 2). Menyiapkan boneka ataupun model. 3). Mendrap sesuai sketsa, dengan memperhatikan mana yang busana bagian luar dan mana yang dalam, supaya hasilnya rapih dan serasi. 4). Merapikan dan menyelesaikan tepi-tepi kain 5). Memasang assesoris, dan meriasnya apabila yang didrap model. Berikut langkah draping busana lilit yang berbentuk gaun santai, dan busana olah raga yang dapat dikerjakan untuk diri sendiri maupun orang lain. Draping Busana Lilit Gaun Santai
1). Kain dibentangkan dibelakang badan, ujung-ujungnya dipegang tangan kiri dan kanan.
2). Ujung kain pada tangan kiri dilingkarkan menuju sisi kanan, kebelakang sampai bahu kiri. 3). Ujung kain yang dipegang tangan kanan ditarik kearah kiri muka, sampai bahu kiri muka, dan ditali/dipita. 4). Terbentuklah busana santai tanpa sematan.
52
Draping Busana Lilit Untuk Olah Raga
1
2
3
4
Gambar 38 Draping Busana Lilit 1). Kain lebar 115 cm atau 150 cm, panjang 200 cm, dibentangkan dimuka badan menurut arah lungsin, diikat/dipita pada tengah belakang/punggung atas. 2). Kain yang menjuntai dibadan muka, ditarik kebelakang lewat selakang. 3). Kain yang sudah dibadan belakang dinaikkan sampai pinggang dan menutup bokong sampai pinggang. 4). Ujung kain bagian kiri dan kanan dibelakang badan, ditarik ketengah muka pinggang, dan diikat/dipita, sehingga terbentuklah busana olah raga tanpa sematan. Busana lilit selain diikat, dapat juga dibentuk dengan menggunakan sematan peniti kecil pada bagia dalam. Gambar berikut merupakan contoh busana lilit yang dikerjakan dengan sematan dari dalam.
53
Gambar 39 Busana Kerja Teknik Lilit Pada Boneka
Gambar 40 Busana Pesta Lilit Pada Model
Rangkuman •
Pola konstruksi adalah cara pembuatan pola busana berdasarkan ukuran badan pemakai,
digambar pada kertas berdasarkan perhitungan
secara
matematis, sehingga tergambar bentuk badan muka dan belakang, rok muka dan belakang, lengan, kerah dan sebagainya, sesuai dengan sistem pola konstruksi masing-masing. 54
•
Peralatan untuk menggambar pola yaitu: pita ukuran, penggaris, kertas pola, skala, pensil, penghapus, jarum pentul.
•
Pola dasar busana dapat dibuat dari berbagai sistem, yang pada umumnya meliputi pola dasar badan, pola dasar lengan, dan pola dasar rok, dimana masing-masing ukuran yang dibutuhkan berbeda antara sistem pola dasar satu dengan sistem pola dasar lainnya.
•
Bagian-bagian busana meliputi: lipit bentuk (kup), garis leher, kerah, lengan, blus, rok, celana.
•
Prinsip-prinsip analisis pola meliputi: (1) Menyimak gambar/desain; (2) Memindahkan lipit bentuk; (3) Mengubah lipit bentuk; (4) Menggambar macam-macam garis hias; (5) Menggambar macam-macam model kerah;
(6)
Menggambar
macam-macam
model
lengan;
(7)
Menggambar macam-macam model rok; (8) Mengonstruksi pola menurut desain. •
Pola dasar busana pada dasarnya terdiri dari 3 bagian, yaitu: pola badan (blus), pola lengan, dan pola rok
•
Cara membuat pola busana ada 3 macam yaitu: (1) secara konstruksi (flat pattern) yaitu dengan mengukur berbagai bagian tubuh supaya bisa menggambar polanya; (2) secara draping yaitu menyampirkan bahan/kertas secara langsung baik pada boneka maupun pada badan seseorang; (3) secara kombinasi yaitu membuat pola busana dengan memadukan dua cara yaitu secara konstruksi dan secara draping.
•
Draping adalah cara membuat pola dasar busana, pola busana, ataupun busana tanpa ukuran, dengan meletakkan/menyampirkan kertas tela/bahan, sedemikian rupa pada badan boneka ataupun badan seseorang dengan sematan jarum pentul/peniti. Busana yang langsung dibentuk tanpa digunting dan dijahit, cukup dengan sematan atau pengikatan disebut busana lilit.
•
Keuntungan pembuatan pola secara draping: (1) dapat melihat proporsi garisgaris desain pada tubuh; (2)
dapat melihat ketepatan pola tersebut pada
tubuh; (3) dapat melihat keseimbangan garis-garis desain pada tubuh; (4). dapat melihat style busananya.
55
•
Peralatan dan bahan untuk draping: boneka jahit, pita pengukur, penggaris pola, jarum pentul dan jarum jahit tangan, gunting, pensil, karbon, blaco tipis, kertas tela.
•
Langkah kerja secara umum dalam draping: mendesain, menandai garis pola sesuai desain, menentukan kebutuhan bahan, melaksanakan draping, menyempurnakan garis-garis pola, dan menyesuaikan ukuran.
•
Draping busana lilit dapat dilakukan pada boneka maupun orang, dapat menggunakan sematan ataupun tanpa sematan, cukup dengan ikatan.
Latihan 1. Pilihlah salah satu desain dari dua dua yang tersedia, dan pahami baik-baik.
Gambar 41 Desain Untuk Latihan Analisis Pola Desain yang telah saudara pilih: a. Analisislah desain yang telah saudara pilih. b. Buatlah pola busana tersebut sesuai desain, menggunakan pola dasar yang telah tersedia, dengan sistem pola terserah saudara. c. Buatlah rancangan bahan dan harganya. 56
2. Pilihlah salah satu desain dari tiga desain yang tersedia
Gambar 42 Desain Untuk Latihan Draping Desain yang telah saudara pilih, jelaskanlah langkah membuat pola busana bagian badan secara draping (bukan pola dasar busana). 3. Buatlah sketsa gambar busana lilit untuk kesempatan santai, dan kesempatan pesta. Jelaskan langkah-langkah drapingnya.
57
Daftar Pustaka Aldrich Winifred. (2006). Metric pattern cutting. Singapore: Fabulous Printers Pte. Ltd. Armstrong, Helen Joseph. (2008). Draping for apparel design. Second Edition. New York: Faerchild Publications, Inc. Armstrong, Helen Joseph. (2010). Patternmaking for fashion design. New Yersey: Prentice Hall. Drudi, Elisabetta Kuky. (2007). Wrap & drape fashion, history, design & drawing. Amsterdam: Pepin Press. Ernawati, Izwerni, & Weni Nelmira. (2008). Tata busana untuk SMK jilid 2. Jakarta: Dirjen Mendikdasmen, Depdiknas. Ernawati, Izwerni, & Weni Nelmira. (2008). Tata busana untuk SMK jilid 3. Jakarta: Dirjen Mendikdasmen, Depdiknas. Feftina Herawati. (2005). Dasar- dasar menggambar busana. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Depdiknas. Goet Poespo. (2000). Aneka celana (pants). Yogyakarta: Kanisius. Hillhouse MarionS & Mansfield. Dress design draping and flat pattern making. Michigan State College. Jafee, Hilde & Nurie Relis, (1976). Draping for Fhasion Design. Virginia: A Prantice Hall Company Resort. Porrie Muliawan. (1989). Konstruksi pola busana wanita. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Silberberg Lily & Martin Shoben, (1993). The art of dress modelling, Oxford : Butterworth Heinemam. Tim Fakultas Teknik UNESA (2001). Membuat pola dasar sistem draping. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Depdiknas. Widjiningsih dkk. (1994). Konstruksi pola busana. Yogyakarta: FPTK-IKIP Yogyakarta.
58