Analisis Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel “Si Tumoing Manggorga Ari Sogot” Karya Saut Poltak Tambunan Oleh Deli Fitri Silaban 2102210006 ABSTRAK Analisis nilai dan pendidikan memiliki peran yang penting dalam suatu karya sastra. Novel Si Tumoing Manggorga Ari Sogot merupakan salah satu bentuk karya sastra berbahasa Batak Toba. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam Novel Si Tumoing Manggorga Ari Sogot . Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif kualitatif, mengutamakan makna dan konteks sesuai dengan bidang kajian yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Teknik pengumpulan data yaitu teknik catat dan teknik analisis data yaitu meliputi tiga komponen yaitu yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 41 cuplikan yang menggambarkan nilai-nilai pendidikan yang terdiri dari 7 cuplikan menggambarkan nilai religius yang merupakan sudut pandang yang mengikat manusia dengan Tuhan pencipta alam dan seisinya, 25 cuplikan menggambarkan nilai moral yang merupakan suatu nilai yang menjadi ukuran patut tidaknya manusia bergaul dalam kehidupan masyarakat, 5 cuplikan menggambarkan nilai sosial yang merupakan kesadaran terhadap lingkungan sekitar maupun bermasyarakat, dan 4 cuplikan yang menggambarkan nilai budaya yaitu suatu kebiasaan atau adat dalam suatu masyarakat tertentu. Dimana dalam novel “Si Tumoing Manggorga Ari Sogot” Saut Poltak Tambunan ingin menyampaikan nilai-nilai pendidikan yang bermanfaat bagi para pembaca dengan menghidupkan isi cerita di dalamnya. Kata Kunci: Sastra, Novel, Nilai pendidikan
PENDAHULUAN Sastra merupakan pencerminan masyarakat dan wujud gagasan seseorang melalui pandangan terhadap lingkungan sosial yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada. Sastra
sebagai karya fiksi memiliki
pemahaman yang lebih mendalam, bukan hanya sekadar cerita khayal atau angan dari
1
pengarang saja, melainkan wujud dari kreativitas pengarang dalam menggali dan mengolah gagasan yang ada dalam pikirannya. (Sumardjo 1979: 11) “Sebuah karya berharga kalau ia berhasil memberikan sesuatu yang baru dan segar serta sekaligus berguna bagi pemahaman kehidupan ini”. Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel adalah karya fiksi yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya. Unsur-unsur
tersebut sengaja
dipadukan pengarang dan dibuat mirip dengan dunia yang nyata lengkap dengan peristiwa-peristiwa di dalamnya, sehingga nampak seperti sungguh ada dan terjadi. Unsur inilah yang akan menyebabkan karya sastra (novel) hadir. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur yang secara langsung membangun sebuah cerita. Keterpaduan berbagai unsur intrinsik ini akan menjadikan sebuah novel yang sangat bagus. Novel yang bertutur kearifan lokal dan nilai luhur tradisional etnis yang ditransformasikan lewat bahasa daerah. Misalnya, MetamorHORAS, Si Tumoing Manggorga Ari Sogot, Mangongkal Holi, Mandera Nametmet semua novel tersebut adalah karya Saut Poltak Tambunan. Novel Si Tumoing Manggorga Ari Sogot ini diterbitkan pertama kali pada Mei 2013. Novel ini merupakan Kumpulan torsa-torsa (cerita pendek Batak Toba) berjudul Tumoing Manggorga Ari Sogot. Antara News (10/3/2014 20:35), Mengapresiasi novel sebagai upaya untuk membangkitkan sastra Batak Toba modern, yang menceritakan kearifan lokal dan nilai luhur tradisional etnis. Antara News menafsirkan "Manggorga Ari Sogot atau 'Menatap Masa Depan', dapat sebagai seruan mengajak para sastrawan terus melahirkan karya sastra Batak Toba bermutu berkelanjutan. “Penulis novel mengaku sangat prihatin dengan perkembangan karya sastra Batak yang semakin menurun dewasa ini, bahkan dianggap kurang mampu bersaing di tataran nasional” (Antara News). Apresiasi terhadap bahasa Batak Toba itu dinilai cukup rendah, sehingga salah satu cara untuk menyelamatkannya dengan aplikasi ke dalam karya sastra (Antara News).
2
Novel Tumoing menatap masa depan, mengisahkan 24 hikayat setebal 219 halaman yang merupakan kumpulan cerita rakyat tentang kehebatan atau kepahlawanan tokoh-tokohnya. Novel ini dianggap bisa membangkitkan semangat juang. Novel tersebut sudah diterjemahkan ke bahasa asing, di antaranya Prancis dan Polandia (Antara News). Novel bertutur daerah ini memiliki banyak idiom Batak Toba yang merupakan ciri khas karya dan menjadi satu ekspresi ideomatik dalam bahasa Batak Toba, Melalui novel ini terlihat bahwa Bahasa Batak Toba memiliki keindahan yang mampu dijadikan sebagai satu karya dalam konteks mendidik, terutama bagi para generasi muda tunas bangsa,". Hal ini sama dengan Antara News yang mengatakan, Pada
umumnya
sastra
Batak
Toba
berakar
pada
tradisi
lisan,
yakni umpama, umpasa, torsa-torsa, turi-turian (bertutur dongeng) secara turun temurun. Sehingga, sangat sulit menemukan naskah aslinya. “Dari 746 bahasa daerah yang masih eksis saat ini, mungkin akan tersisa sekitar 75 bahasa, termasuk bahasa Batak Toba yang diragukan kesanggupannya bertahan, sebagai konsekuensi logis dari modernisasi. Faktanya, banyak anak muda yang enggan bertutur dalam "bahasa Ibu-nya". Bahasa Batak Toba hanya dikawal sebatas pada acara adat, dan itu pun sangat statis, sehingga dirasa makin terpinggirkan globalisasi dan perkembangan teknologi informasi bersifat English heavy’). Novel "Si Tumoing laris bak pisang goreng. Bahkan, sebelum diluncurkan secara resmi, sudah harus dicetak ulang karena banyaknya permintaan peminat tambah penulis (Antara News). Banyak penikmat sastra yang memberikan penilaian dengan suksesnya novel “Si Tumoing Manggorga Ari Sogot” disebabkan novel tersebut muncul pada saat yang tepat yaitu pada waktu masyarakat khususnya orang Batak Toba yang mengalami perantauan, pendidikan maupun ekonomi yang sama seperti beberapa tokoh yang terdapat dalam novel tersebut.
3
Isi novel “Si Tumoing Manggorga Ari Sogot” menegaskan bahwa Keberhasilan orang Batak Toba secara umum, keberhasilan karena tekun dan ulet, harga diri serta tolong-menolong, dan tidak langsung putus asa ketika menghadapi kesulitan hidup, tidak malu biarpun orang Batak Toba dan tetap harus jaga sikap ketika di negeri orang. Pesan-pesan dalam novel ini sangat patut untuk diteladani. Namun, bila kita telusuri dan lihat zaman sekarang orang Batak Toba sudah banyak yang menyimpang dari pesan-pesan dari novel tersebut karena sudah lebih banyak dipengaruhi modernisasi, contohnya saja seorang muda Batak Toba pergi merantau ketika dia pulang ke kampung halaman sudah enggan menggunakan bahasa Batak Toba, Silsilahnya pun sudah kebanyakan tidak tahu lagi, padahal kalau dalam Batak Toba Silsilah itu sangat penting karena disitulah kita dapat menemukan keluarga kita selain keluarga orang tua kita, Sudah berkurangnya sifat-sifat keteladanan, tolongmenolong, dan semangat juang tinggi. Padahal zaman dulu sangat di junjung tinggi oleh nenek moyang orang Batak Toba. Sesuai dengan pendapat Pradopo (1994: 94) menyatakan “suatu karya sastra yang baik adalah yang langsung memberi didikan kepada pembaca tentang budi pekerti dan nilai-nilai moral”. Hakekat pendidikan bertujuan untuk mendewasakan anak didik, Tilaar (2002: 435) menyatakan “hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia”. Selanjutnya dikatakan pula bahwa, memanusiakan manusia atau proses humanisasi melihat manusia sebagai suatu keseluruhan di dalam eksistensinya. nilai pendidikan merupakan segala sesuatu yang baik maupun buruk yang berguna bagi kehidupan manusia yang diperoleh melalui proses pengubahan sikap dan tata laku dalam upaya mendewasakan diri manusia melalui upaya pengajaran. Dihubungkan dengan eksistensi
dan
kehidupan
manusia,
nilai-nilai
pendidikan
diarahkan
pada
pembentukan pribadi manusia sebagai makhluk individu, sosial, religius, dan berbudaya. Nilai-nilai pendidikan yang tersirat dalam berbagai hal dapat mengembangkan masyarakat dalam berbagai hal dapat mengembangkan masyarakat dengan berbagai dimensinya dan nilai-nilai tersebut mutlak dihayati dan diresapi manusia sebab ia mengarah pada kebaikan dalam berpikir dan bertindak sehingga
4
dapat memajukan budi pekerti serta pikiran/ intelegensinya. Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang banyak memberikan penjelasan secara jelas tentang sistem nilai. Nilai itu mengungkapkan perbuatan apa yang dipuji dan dicela, pandangan hidup mana yang dianut dan dijauhi, dan hal apa saja yang dijunjung tinggi. Menurut Uzey (2014) Nilai-nilai pendidikan dalam novel yang terdapat dalam novel adalah sebagai berikut. Religi merupakan suatu kesadaran yang menggejala secara mendalam dalam lubuk hati manusia sebagai human nature. Religi tidak hanya menyangkut segi kehidupan secara lahiriah melainkan juga menyangkut keseluruhan diri pribadi manusia secara total dalam integrasinya hubungan ke dalam keesaan Tuhan (Rosyadi 1995: 90). Nilai-nilai religius bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik menurut tuntunan agama dan selalu ingat kepada Tuhan. Nilai-nilai religius yang terkandung dalam karya sastra dimaksudkan agar penikmat karya tersebut mendapatkan renungan-renungan batin dalam kehidupan yang bersumber pada nilainilai agama. Nilai-nilai religius dalam sastra bersifat individual dan personal. Kata moral selalu mengacu kepada baik buruk manusia. Sikap moral disebut juga moralitas yaitu sikap hati seseorang yang terungkap dalam tindakan lahiriah. Moralitas adalah sikap dan perbuatan baik yang betul-betul tanpa pamrih. Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam karya sastra, makna yang disaratkan lewat cerita. Moral merupakan pandangan pengarang tentang nilai-nilai kebenaran dan pandangan itu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Hasbullah (2005: 194) menyatakan bahwa, moral merupakan kemampuan seseorang membedakan antara yang baik dan yang buruk.
5
Nurgiyantoro 1995: 322 menarik kesimpulan sebagai berikut: Nilai moral yang terkandung dalam karya sastra bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika merupakan nilai baik buruk suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, dan apa yang harus dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan bermanfaat bagi orang itu, masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar. Nilai sosial mengacu pada hubungan individu dengan individu yang lain dalam sebuah masyarakat. Bagaimana seseorang harus bersikap, bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah, dan menghadapi situasi tertentu juga termasuk dalam nilai sosial. Dalam masyarakat Indonesia yang sangat beraneka ragam coraknya, pengendalian diri adalah sesuatu yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan masyarakat. Teeuw 1988: 23 “Nilai sosial mencerminkan sikap-sikap dan perasaan yang diterima secara luas oleh masyarakat dan merupakan dasar untuk merumuskan apa yang benar dan apa yang penting”. Nilai-nilai budaya menurut Rosyadi (1995: 74) merupakan sesuatu yang dianggap baik dan berharga oleh suatu kelompok masyarakat atau suku bangsa. Koentjaraningrat. 1986: 25 “Nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat, hidup dan berakar dalam alam pikiran masyarakat, dan sukar diganti dengan nilai budaya lain dalam waktu singkat”. Sistem nilai budaya merupakan inti kebudayaan, sebagai intinya ia akan mempengaruhi dan menata elemen-elemen yang berada pada struktur permukaan dari kehidupan manusia yang meliputi perilaku sebagai kesatuan gejala dan benda-benda sebagai kesatuan material. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Sesuai dengan pendapat Lofland (dalam Moleong, 2006: 157) menyebutkan ”sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah Kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”.
6
Metode tersebut dipilih karena data yang digarap adalah kata-kata, kalimatkalimat dan bukan angka-angka. Penelitian ini ditekankan pada pendeskripsian nilainilai pendidikan yang terdapat dalam novel “Si Tumoing Manggorga Ari Sogot” karya Saut Poltak Tambunan. Penelitian ini mendeskripsikan atau menggambarkan apa yang menjadi masalah, kemudian menganalisis dan menafsirkan data yang ada, dalam penelitian ini data-data yang dimaksud adalah novel “Situmoing Manggorga Ari Sogot” karya Saut Poltak Tambunan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen. Dokumen yang digunakan adalah novel “Situmoing Manggorga Ari Sogot” karya Saut Poltak Tambunan cetakan I Mei 2013 yang diterbitkan oleh SPT (Selasar Pena Talenta). Teknik pegumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik catat, karena data-datanya berupa teks. Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: membaca novel Si Tumoing Manggorga Ari Sogot secara berulang-ulang, mencatat kalimat-kalimat yang mengungkap nilai-nilai pendidikan. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Nilai Pendidikan Religius Data
yang
dianalisis
peneliti
adalah
cuplikan
yang
dikategorikan
menggambarkan nilai religius dalam novel. Dalam pembahasan sebelumnya telah dikemukakan bahwa Religi tidak hanya menyangkut segi kehidupan secara lahiriah melainkan juga menyangkut keseluruhan diri pribadi manusia secara total dalam integrasinya hubungan ke dalam keesaan Tuhan. Nilai-nilai religius bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik menurut tuntunan agama dan selalu ingat kepada Tuhan. Dalam novel Si Tumoing Manggorga Ari Sogot terdapat nilai pendidikan religius yaitu kepercayaan dan keyakinan kepada Tuhan. Dimana Orang tua yang memberikan nasehat kepada anaknya supaya lebih baik, selalu berdoa dalam setiap rencana, perjalanan, maupun cita-cita hanya berharap saja kepada Tuhan, begitu juga dengan Tumoing yang hendak pergi merantau terlebih dahulu dia berdoa supaya rencana maupun perjalannya lancar dan selalu bijak dan tabah dalam menghadapi
7
berbagai cobaan hidup karena dia yakin dibalik semua masalah yang dihadapinya pasti ada hikmahnya dan semua akan indah pada waktunya. Nilai Pendidikan Moral Nilai moral merupakan kemampuan seseorang membedakan antara yang baik dan yang buruk. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan kita sehari-hari, membedakan mana yang pantas dan tidak pantas untuk diteladani. Dalam novel Si Tumoing Manggorga Ari Sogot terdapat Nilai pendidikan moral. Sikap maupun perbuatan Tumoing, seorang pemuda selalu mencerminkan sikap yang baik untuk diteladani, selalu rendah hati, tabah dan sabar dalam menjalani lika-liku kehidupan dan tidak membalas setiap kejahatan yang dilakukan orang lain kepadanya. Melalui sikap dan perbuatannya itu akhirnya dia mendapatkan impian maupun cita-citanya. Masyarakat Zaman sekarang sangat perlu untuk membentengi dirinya dari berbagai pengaruh modernisasi saat ini sehingga nilai moral yang itu sangat bagus untk diteladani. Nilai Pendidikan Sosial Nilai sosial akan menjadikan manusia sadar akan pentingnya kehidupan berkelompok dalam ikatan kekeluargaan antara satu individu dengan individu lainnya. Dalam novel Si Tumoing Manggorga Ari Sogot terdapat Nilai pendidikan sosial. Adanya interaksi Tumoing dan tokoh-tokoh dalam novel dengan orang lain, maupun hubungan antara yang satu dengan yang lain, manusia tidak dapat hidup sendiri sehingga harus berinteraksi satu dengan yang lain baik suatu masyarakat yang berbeda daerah, suku, agama maupun Negara. Dan mampu bersosial dimana dan kapan pun kita harus selalu siap dan bisa menghargai orang lain. Nilai Pendidikan Budaya Nilai budaya merupakan sesuatu yang dianggap baik dan berharga oleh suatu kelompok masyarakat atau suku bangsa. Nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat, hidup dan berakar dalam alam pikiran masyarakat, dan sukar diganti dengan nilai budaya lain dalam waktu singkat.
8
Dalam novel Si Tumoing Manggorga Ari Sogot terdapat Nilai pendidikan budaya. Setiap masyarakat selalu mempunyai suatu kebiasaan yang dianggap baik atau berharga untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Encik mente sangat besar hati ketika bertamu, mempersiapkan segala sesuatu untuk tamunya, apalagi dalam masyarakat Batak Toba bertamu itu adalah suatu yang sangat berharga dan itu merupakan berkat karena bisa berbagi dengan orang lain. Berdasarkan hasil pembahasan tersebut maka nilai-nilai pendidikan yang ditemukan sebanyak 41cuplikan, 7 cuplikan nilai religius 25 cuplikan nilai moral, 5 cuplikan nilai sosial dan 4 cuplikan nilai budaya. Dari semua nilai-nilai tersebut maka nilai yang paling dominan adalah
nilai moral, dimana penulis menyampaikan
berbagai nilai moral yang patut untuk diteladani pada zaman sekarang ini yang sudah sangat banyak dipengaruhi modernisasi, dan nilai tersebut bisa dimanfaatkan untuk membentengi manusia lewat pesan moral tersebut. Persentasi nilai-nilai yang terdapat dalam novel 7
nilai religius : Nilai moral: nilai sosial:
41 25 41
5 41
× 100 = 0,17
× 100 = 0,61
× 100 = 0,12
4
nilai budaya: 41 × 100 = 0,10 Setelah di analisis maka diperoleh nilai yang paling dominan adalah nilai moral dengan persentasi 0,61%
sedangkan nilai religius mencapai 0,17 % nilai sosial
mencapai 0,12 % dan nilai budaya mencapai 0,10 %.
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada penjelasan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan bahwa Novel “Si Tumoing Manggorga Sogot Ari” karya Saut Poltak Tambunan merupakan novel yang memiliki nilai-nilai pendidikan religius, moral, sosial dan budaya yang mencerminkan kehidupan masyarakat Batak Toba, khususnya kehidupan muda-mudinya. Penggambaran nilai religius terlihat dari Kesabaran, ketaatan, keyakinan dan kepercayaan 9
Tumoing, mulai dari dia mau
berangkat merantau terlebih dahulu dia berdoa dan menyerahkan semua kehidupanya kepada Tuhan sehingga cobaan apapun yang dihadapinya dia masih bisa dan mampu bertahan, karena dia yakin dan percaya kepada Tuhannya bahwa semua akan indah pada waktunya meskipun harus melalui proses yang lama dan panjang. Penggambaran nilai moral terlihat mulai dari pesan-pesan yang disampaikan melalui cerita dalam novel berpikir matang terlebih dahulu sebelum bertindak karena dampaknya dapat merugikan orang lain terlebih dapat merugikan diri sendiri, penyesalan pasti selalu datang terlambat, selalu gigih, tabah, suka menolong dan rendah hati meskipun sudah mendapatkan pekerjaan yang bagus, karakter Tumoing patut diteladani khususnya muda-mudi
Batak Toba. Penggambaran nilai sosial
terlihat dari interaksi atau hubungan Tumoing dengan berbagai daerah, suku, kota bahkan Negara
yang dilaluinya demi memperjuangkan masa depannya.
Penggambaran Nilai budaya terlihat adanya kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan ketika berkunjung ke rumah sanak saudara, menjamu tamu dan acara pesta adat masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Depdikbud.1997. Analisis Struktur dan Nilai Budaya. Jakarta: Balai Pustaka. Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra. Jakarta: Center For Academic Publishing Service(CAPS). Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. J.Warneck.2001. Kamus Batak Toba Indonesia. Medan: Bina Media. Koentjaraningrat. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Moleong, Lexy. J.2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Pradopo, Rachmad Djoko.2005. Beberapa Teori Sastra. Metode, Kritik dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
10
Rosyadi.1995. Nilai-nilai Budaya dalam Naskah Kaba. Jakarta: CV Dewi Sari. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tambunan, Saut Poltak. 2013. Situmoing Manggorga Ari Sogot. Jakarta Timur : Selasar Pena Talenta (SPT).
11