Kontribusi Fisika Indonesia Vol. 12 No.3, Juli 2001
Analisis Neutronik Teras RSG-Gas Berbahan Bakar Silisida
Tukiran S dan Tagor MS BPTR-P2TRR Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) Serpong, Tangerang e-mail :
[email protected] Abstrak Reaktor RSG-GAS telah memulai mengkonversi bahan bakarnya dari bahan bakar desain menggunakan U3O8Al menjadi bahan bakar uranium silisida U3Si2Al dengan muatan, densitas dan pengkayaan yang sama dengan desain masing-masing 250 gr, 2,96 gr/cm3 dan 19,75 %. Namun untuk masa yang akan datang RSG-GAS direncanakan menggunakan bakan bakar uranium silisida dengan muatan, densitas dan pengkayaan masing-masing 300 gr, 3,55gr/cm3 dan 19,75 %, karena semakin tinggi densitas bahan bakar silisida yang digunakan semakin menguntungkan bagi operasi reaktor. Dengan demikian analisis neutronik kelayakan pemakaian bahan bakar silisida dengan muatan 300 gr perlu dilakukan. Analisis dilakukan dengan menghitung parameter neutronik dan kinetik teras RSG-GAS dengan mengenerasi tampang lintang makroskopik bakan bakar uranium silisida muatan 300gr. Kemudian dilakukan perhitungan teras berdasarkan tampang lintang tersebut. Perhitungan konstanta kelompok dilakukan dengan paket program WIMSD/4 dengan struktur energi 4 kelompok. Hasil perhitungan konstanta kelompok digunakan untuk perhitungan parameter neutronik dan kinetik dengan program Batan-2DIFF. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa bahan bakar silisida muatan 300gr layak untuk digunakan diteras RSG-GAS tanpa melampaui nilai batas keselamatan reaktor. Kata kunci : Silisida, Teras reaktor, RSG-GAS, tampang lintang Abstract RSG-GAS reactor has been starting to convert its fuels from original fuel, (oxide fuel U3O8Al) to uranium silicide fuel U3Si2Al with loading, density and enrichment similar to those of original fuel 250 g, 2.96 g/cm3, 19.75 %, respectively. For next future, the RSG-GAS is planning to use silicide fuel with loading, density and enrichment of 300 g, 3.55 g/cm3, 19.75 %, respectively because the higher density of silicide fuel used, the more advantages can be achieved for reactor operation. There for, it is necessary to analyze the feasibility of using silicide fuels with 300 g loading for RSG-GAS core. The kinetic and neutronic parameter were calculated by generating macroscopic cross section of 300 gr silicide fuel loading. The neutronic and kinetic parameter were calculated based on the macroscopic cross section. The macroscopic cross section calculation was done by WIMSD/4 code with 4 neutron energy group. Calculation result of macroscopic cross section was used to determine neutronic and kinetic parameter using Batan-2DIFF code. The result of analisis showed that the 300 gr sicilide fuel loading is feasible to be used in the RSG-GAS core without exceeded the safety margin. Keywords : Silicide, teras reaktor, RSG-GAS, tampang lintang bahan bakar, produksi radioisotop, analisis aktivasi neutron dan produksi silikon doping. RSG-GAS menggunakan bahan bakar desain uranium oksida (U3O8Al) dengan densitas dan pengkayaan masing-masing 2,96 gr/cm3 dan 19,75 %, termasuk kategori bahan bakar uranium pengkayaan rendah (LEU). RSG-GAS menggunakan elemen bakar dan elemen kendali tipe pelat standar yang tiap elemen masingmasing terdiri dari 21 pelat dan 15 pelat dan tiap pelat masing-masing mengandung 250 gr dan 178,6 gr U-235. Untuk teras kerja (TWC), RSG-
1. Pendahuluan Reaktor Serba Guna GA. Siwabessy (RSG-GAS) adalah reaktor riset yang menggunakan air ringan sebagai pendingin dan moderator yang mampu menghasilkan daya termal 30 MW dan fluks rerata neutron termal 2,5 X 1014 n/cm2dtk. RSG-GAS telah beroperasi sejak Agustus 1987 setelah mencapai kritis pertama pada bulan Juli 1987. Desain RSG-GAS memungkinkan untuk melakukan pengujian
61
62
GAS dimuati 40 elemen bakar dan 8 elemen kendali standar dimana setiap elemen kendali dilengkapi dengan sebuah garpu yang menahan dua bilah penyerap Ag-In-Cd (80%, 15%, 5%)1). Bahan bakar uranium silisida mempunyai prospek untuk diterapkan secara luas pada reaktor riset karena rapat uraniumnya dapat dipertinggi hingga 5 gU/cm3, relatif lebih mudah difabrikasi, dan unjuk kerjanya sangat baik terhadap iradiasi dalam teras reaktor2). Disamping keuntungan di atas bahwa bahan bakar silisida mempunyai fraksi bakar yang lebih tinggi dari oksida sehingga bahan bakar silisida dapat lebih lama di teras, dan dapat memperpanjang siklus operasi akhirnya mengurangi biaya (cost-efficient). Mengingat keuntungan di atas RSG-GAS mulai mengkonversi bahan bakarnya dari uranium oksida ke uranium silisida. Konversi bahan bakar dilakukan secara bertahap. Pertama, dilakukan konversi dengan bahan bakar uranium silisida yang muatan, densitas, pengkayaan dan geometri yang sama kemudian dilakukan penelitian tentang perilaku atau parameter teras RSG-GAS. Kemudian untuk masa yang akan datang RSGGAS direncanakan menggunakan bahan bakar uranium silisida dengan densitas yang lebih tinggi yaitu 3,55 gr/cm3 atau muatan 300 gr. Pada paper ini dibahas tentang analisis bahan bakar uranium silisida dengan muatan 300 gr yang akan digunakan di teras RSG-GAS. Analisis dilakukan dengan membandingkan parameter neutronik dan kinetik teras RSG-GAS (SAR= Safety Analysis Report) dengan hasil perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan program WIMSD/4, Batan-2DIF dan Batan-EQUIL-2D. Analisis dilakukan dengan mempertimbangkan keselamatan yang tinggi terhadap kesetimbangan reaktivitas dan pembatasan derajat bakar maksimum 72 %3). 2. Langkah Perhitungan 2.1. Perhitungan Sel dengan WIMSD/4 Program WIMSD/4 hanya mampu melakukan perhitungan transport neutron satu dimensi4), sehingga perlu dilakukan pemodelan
KFI Vol. 12 No. 3 2001
terhadap sel teras. Pemodelan sel digunakan untuk menggenerasi konstanta kelompok makroskopik material teras. Pembangkitan konstanta kelompok dimaksudkan untuk mendapatkan harga rerata konstanta kelompok dalam satuan sel dengan cara menghomogenisasi sel tersebut. Perhitungan konstanta kelompok dilakukan untuk semua material penyususun teras. Diagram perhitungan analisis teras RSG-GAS berbahan bakar silisida dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Alur perhitungan parameter neutronik dan kinetik a. Bahan Bakar Model perhitungan untuk bahan bakar adalah multi slab. Pada pemodelan ini satu elemen bahan bakar yang terdiri dari 21 plat elemen bakar dibuat menjadi 21 slab material yang tersusun berurut. Setiap slab terdiri dari meat, kelongsong dan moderator dengan tebal masing-masing 0,027 cm; 0,038 cm; dan 0,1925 cm. Slab ini mempunyai panjang sesuai dengan panjang material aktif. Material lain yang di luar panjang aktif dihomogenisasi dan dinormalisasi terhadap panjang aktif yang dinamakan extra region. Pada elemen bahan bakar extra region terdiri dari bahan AlMg2 dan air, meat terdiri dari isotop U-235 dan U-238, kelongsong terdiri dari AlMg2 sedangkan moderator terdiri dari H2O. Gambar 2 menunjukkan pemodelan bahan bakar teras RSG-GAS.
KFI Vol. 12 No. 3 2001
63
Aextra region = 11,93725 cm2
AAlMg2 = 8,43255 cm2
% AlMg2 = 0,7064 Lextra region = 0,95118 cm% H2O = 0,2936
AlMg2=0,7064 H2O = 0,2936 Bahan bakar
0,027
kelongsong
moderator
0,038
0,1275
<---------------Æ 19 X
Bahan bakar
moderator
kelongsong
daerah ekstra
0,95118 0,11 0,038 0,027 <-----------------> <---------------> Å-------------> <--------------------->
Å-------Æ <-----------------Æ Å------------->
Gambar 2. Pemodelan bahan bakar penyerap neutron berisi AgInCd dan SS-321. b. Elemen Kendali Untuk mendapatkan penampang lintang Model perhitungan untuk bahan kendali makroskopik pada region ini maka dalam dibagi dalam dua region. Region pertama perhitungan region ini digabung dengan region merupakan daerah aktif yang terdiri dari 15 plat pertama. Selanjutnya dilakukan homogenisasi elemen bakar dibuat menjadi 15 slab material hanya pada region penyerap saja (9 slab + 1 extra yang tersusun berurutan. Pemodelannya serupa region). Gambar 3 menunjukkan pemodelan dengan bahan bakar, hanya berbeda pada daerah batang kendali teras RSG-GAS dan Gambar 4 extra regionnya. Region kedua adalah region menunjukkan pemodelan absorber (penyerap penyerap. Region ini dibagi dalam 9 slab dan 1 neutron) teras RSG-GAS. extra region. Posisi batang kendali pada daerah Aextra region = 8,23690 cm2
% AlMg2 = 0,7302
Lextra region = 0,65633 cm
AAlMg2 = 6,01425 cm2
% H2O = 0,2698
AlMg2=0,7302 H2O = 0,2698 bahan bakar
kelongsong
<----Æ 13 X
moderator
bahan bakar
kelongsong
moderator
daerah ekstra
0,65633 0,11 0,038 0,027 <-----------------> <----------------> <---------------><----------------------->
0,1275 0,038 0,027 <-------------> <-------------> <----------------->
Gambar 3. Pemodelan elemen kendali Aabs+SS-321 = 0,32466 cm2 LH20 = 0,07673 cm % H2O = 0,32086
AAlMg2 = 1,13208 cm Labsorber = 0,33706 cm Lextra region = 0,26985 cm
15 bagian bahan bakar + daerah ekstra
H2O
0,11
AlMg
0,132
H2O
0,0767
Aabsorber = 0,26985 cm2 Aextra region = 1,69330 cm2 AAlMg2 = 1,14999 cm2
SS-321
Ag In cd
SS-321
AB <--
SOR ---
BER -->
0,0901
0,3370
0,0901
Labs+SS-321 = 0,51739 cm % AlMg2 = 0,67914
AlMg
H2O
H2O
AlMg2=0,65674 H2O = 0,34326
0,076
0,132
Gambar 4. Pemodelan Penyerap Elemen Kendali
0,13
64
KFI Vol. 12 No. 3 2001
c. Bahan-bahan non-fisi Untuk bahan-bahan non fisi, dimodelkan sama seperti bahan fisi dimana pada slab aktif akan diberi sedikit kandungan U-235, kemudian dilakukan homogenisasi di semua daerah. Karena bahan non-fisi bukan merupakan penghasil neutron (bahan aktif) seperti uranium sedangkan program WIMSD/4 berisi persamaan transport dimana harus ada neutron sebagai pemicu reaksi fisi maka bahan non-fisi dimodelkan sama seperti bahan fisi. 2.2 Perhitungan Neutronik Pencarian teras setimbang dilakukan dengan perhitungan menggunakan program Batan-EQUIL-2D. Perhitungan distribusi fluks yang digunakan untuk menghitung derajat bakar pada program Batan-EQUIL-2D digunakan persamaan kekritisan reaktor5). Penetapan harga mutlak fluks neutron dilakukan dengan normalisasi terhadap daya reaktor. 3. Perhitungan Parameter βeff Tampang lintang makroskopik teras RSGGAS yang telah dihitung dengan program WIMSD/4 digunakan untuk perhitungan fraksi neutron kasip efektif (βeff) dengan program Batan2DIFF. Program Batan-2DIFF dirancang untuk menyelesaikan problem nilai diri (eigenvalue) difusi neutron banyak kelompok. Kemudian
modul program ADJOINT-2D digunakan untuk menyelesaikan persamaan adjoint nilai diri difusi neutron banyak kelompok, dan selanjutnya digunakan solusi fluks neutron adjoint tersebut untuk menghitung parameter kinetik integral teras RSG-GAS seperti nilai βeff, usia neutron dan generasi neutron6). Skematik perhitungan dapat dilihat pada diagram seperti ditunjukkan oleh Gambar 1. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Pembagian kelompok energi neutron dalam perhitungan sel dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kelompok energi dalam perhitungan sel Kelompok
Range Energi
1 2 3 4
821 KEV < E < 10 MEV 5,531 KEV < E < 821 KEV 0,625 KEV < E < 5,531 KEV 0 < E < 0,625 KEV
Kelompok WIMSD/4 1-5 6-15 16-45 46-69
Pembagian kelompok energi neutron ini sudah lajim digunakan untuk perhitungan sel material reaktor dengan pendingin air ringan (LWR)7). Tabel 2 parameter desain bahan bakar oksida dan silisida yang digunakan dalam analisis.
Tabel 2. Parameter desain bahan bakar teras rsg-gas Parameter Tipe bahan bakar Pengkayaan U-235 % WT Ukuran elemen, mm3 Jumlah pelat Ketebalan pelat, mm Ukuran Meat bahan bakar, mm3 Lebar kanal pendingin, mm Tebal kelongsong Material kelongsong Densitas Uranium, gr U/cm3 Jumlah U-235 per elemen, gr
OKSIDA 250 GR Pelat, U3O8-AL 19,75 76,1 X 80,5 X 600 21/15 1,3 0,54 X 62,75 X 600 2,55 0,38 ALMG2 2,96 250/178,6
SILISIDA 300 GR Pelat, U3SI2-AL 19,75 76,1 X 80,5 X 600 21/15 1,3 0,54 X 62,75 X 600 2,55 0,38 AL,MG2 3,55 300/214,3
Konstanta kelompok yang dihasilkan oleh program WIMSD/4 digunakan dalam perhitungan Batan-EQUIL2D dan Batan 2DIFF. Pembagian kelas derajat bakar dan PPF (power peaking factor) teras silisida dapat dilihat pada Gambar 5.
KFI Vol. 12 No. 3 2001
K
BS+
65
BE
BE
BE
BE
BE
BS+
BE
BE
BE
BE
BE
BE
BS+
BE
J
BE
BS+
BE
PR TF
H
BE
1 1,14
2 1,03
5 0,92
4 0,93
5 0,81
1 1,04
BE
BE
BS+
G
BE
3 1,13
8 0,83
IP
7 0,89
7 0,78
6 0,84
BE
BE
BE
F
2 1,24
2 1,27
3 1,24
6 1,09
8 0,85
2 1,23
7 0,86
1 1,12
BE
PN RS
E
3 1,14
6 1,02
4 1,20
6 1,08
IP
3 1,08
BE
HY RS
D
5 1,02
IP
8 0,96
4 1,18
5 1,08
5 0,89
BE
HY RS
C
2 1,09
7 0,86
1 1,26
7 0,92
6 1,02
4 1,11
3 1,13
1 1,18
BE
HY RS
B
BS+
6 0,81
8 0,72
8 0,78
IP
8 0,82
4 1,02
BE
BE
HY RS
A
BE
1 0,99 9
7 0,67 8
4 0,94 7
5 0,94 6
3 0,97 5
2 1,03 4
BE
BS+
BE
3
2
1
10
CIP
BERYLLIUM BLOCK REFLECTOR
Gambar 5. Pembagian kelas derajat bakar dan ppf teras silisida
K
BS+
BE
BE
BE
BE
BE
BS+
BE
BE
BE
BE
BE
BE
BS+
BE
J
BE
BS+
BE
PR TF
H
BE
0,0 10,3
10,6 19,7
36,9 44,5
28,8 36,6
39,1 45,8
0,0 9,47
BE
BE
BS+
G
BE
21,1 30,8
62,1 68,3
IP
58,5 65,3
56,1 62,1
45,0 51,8
BE
BE
BE
F
10,3 21,1
9,5 20,5
22,0 32,5
44,5 53,2
60,0 66,4
11,3 22,0
53,3 60,0
0,0 10,2
BE
PN RS
E
18,0 27,8
50,4 58,5
30,8 40,7
IP
19,7 29,0
BE
HY RS
D
36,6 45.,0
IP
57,4 64,7
41,7 50,4
40,8 48,0
BE
HY RS
C
10,2 19,7
50,6 57,4
0,0 11,3
51,8 59,0
48,0 56,1
32,5 41,7
19,7 29,3
0,0 10,6
BE
HY RS
B
BS+
44,1 50,7
59,0 64,5
65,3 71,0
IP
59,766 ,0
27,8 36,3
BE
BE
HY RS
A
BE
0,0 8,9 9
54,4 59,7 8
29,0 36,9 7
36,3 44,1 6
20,5 28,8 5
8,9 18,0 4
BE
BS+
BE
3
2
1
10
45,8 54,4
CIP
29,3 39,1
BERYLLIUM BLOCK REFLECTOR
Gambar 6. Distribusi fraksi bakar teras silisida kondisi BOC dan EOC
66
KFI Vol. 12 No. 3 2001
Tabel 3. Kesetimbangan reaktivitas teras silisida 300 gr dan oksida 250 gr Reaktivitas (%) Dingin ke panas Xe setimbang Derajat bakar/siklus Eksperimen Lebih teras Batang kendali total PADAM Satu batang kendali terbesar Batas keselamatan (one stuck rod)
Oksida 250 gr SAR, 0,3 3,5 3,0 2,4 9,2 -14,5 -5,3 3,1 -2,2
Oksida 250 gr, 660 MWD 0,3 3,6 3,19 2,08 9,17 - 13,86 - 4,70 2,95 - 1,75
Silisida 300 gr, 975 MWD 0,7 3,7 3,77 1,07 9,24 -13,05 -3,81 2,78 -1,03
Tabel 4. Fluks neutron pada fasilitas iradiasi Fasilitas iradiasi IP-1(G-7) IP-2(E-4) IP-3(D-9) IP-4(B-6) CIP (D-6) CIP (D-7) CIP (E-6) CIP (E-7)
Fluks Neutron Teras Oksida (x 1014 Neutron cm-2s-1) Cepat Termal 2,3653 2,2536 2,4506 2,4060 2,3019 2,2803 2,3119 2,2155 2,0071 2,7690 1,9689 2,7269 2,0464 2,7927 2,0248 2,7607
Hasil perhitungan derajat bakar teras setimbang silisida pada kondisi BOC (Beginning of Cycle) dan EOC (Ending of Cycle) dapat dilihat pada Gambar 6. Panjang siklus yang diperoleh pada teras silisida adalah 32,5 hari dengan daya nominal 30 MW. Kesetimbangan reaktivitas teras oksida dan silisida dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil utama perhitungan Batan-EQUIL-2D yang sangat tergantung pada keselamatan terhadap teras setimbang silisida adalah PPF maksimum (power peaking factor). PPF maksimum pada BOC adalah 1,27 sedangkan pada EOC adalah 1,28. Fluks neutron cepat dan lambat pada fasilitas iradiasi hasil perhitungan Batan-2 DIFF dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil perhitungan neutron kasip dari kelompok ke 1 - 6 dapat dilihat pada Tabel 5. Sedangkan pada Tabel 6 adalah fraksi neutron kasip total (efektif), umur generasi neutron, umur rerata neutron serempak masing-masing diperoleh adalah β = 7,243E-03; Λ= 59,95E-06 detik; dan l = 63,58E-06 detik. Sehingga konstanta peluruhan neutron serempaknya adalah β/l = 113,9 /detik.
Fluks neutron teras silisida (x 1014 Neutron cm-2s-1) Cepat Termal 2,2446 2,0224 2,3815 2,1186 2,2791 2,1315 2,1633 1,9735 1,8534 2,4230 1,8023 2,4254 1,8238 2,4230 1,8859 2,4452 Tabel 5. Fraksi neutron kasip hasil perhitungan β
Teras Silisida 300 GR
1
2,77188E-04
2
1.51522E-03
3
1.36762E-03
4
2,96192E-03
5
9.78290E-04
6
1.89214E-04
Total
7.24269E-03
Tabel 6. Hasil perhitungan konstanta peluruhan neutron serempak teras rsg-gas. Parameter
Oksida 250 gr
β
7,10E-03
Teras Silisida 300 gr 7,243E-03
l(dtk)
61,3E-06
63,58E-06
Λ(dtk)
54,5E-06
59,95E-06
β/l(/dtk)
115,8
113,9
KFI Vol. 12 No. 3 2001
4.2 Pembahasan Dari perhitungan derajat bakar terlihat bahwa tidak ada derajat bahan bakar yang melampaui batas yang telah ditetapkan yaitu sebesar 72 %. Derajat bakar rerata bahan bakar 9,1 % sedangkan pada teras oksida 8 % dengan pembagian kedalam 8 kelas derajat bakar. Derajat bakar maksimum bahan bakar dan elemen kendali masing-masing adalah adalah 68,3 % di posisi G8 dan 71,0 % di posisi B-7. Lima elemen bakar dan satu elemen kendali yang mempunyai derajat bakar pada kelas ke delapan keluar pada akhir siklus. Kesetimbangan reaktivitas menunjukkan bahwa reaktivitas lebih teras cukup untuk digunakan untuk operasi satu siklus dan reaktivitas yang tersedia untuk eksperimen pada teras silisida 1,01 % sedangkan teras oksida 2 %. Reaktivitas padam batang kendali yang merupakan faktor penentu masih cukup untuk memadamkan reaktor jika terjadi kecelakaan transien. Karena persyaratan SAR (Safety Analysis Report) menyatakan bahwa syarat batas reaktivitas padam batang kendali jika terjadi kegagalan batang kendali yang mempunyai reaktivitas terbesar masuk ke teras adalah – 0,5 %. Dari hasil analisis diperoleh reaktivitas padam batang kendali teras silisida – 3,81 %, sedangkan reaktivitas batang kendali terbesar 2,78 %, ternyata masih memenuhi persyaratan > - 0,5 %. Namun jika ingin lebih aman dan sama dengan kondisi SAR dapat dibuat batang kendali tambahan pada posisi tertentu di teras. Nilia PPF maksimum pada awal siklus dan akhir siklus tidak ada yang melampaui persyaratan SAR yaitu 1,4 sehingga pendingin primer tidak perlu dimodifikasi. Karena pendingin primer mampu untuk mentrasfer panas yang dihasilkan ke pendingin sekunder dan kemudian membuangnya ke lingkungan. Nilai fluks neutron yang dihasilkan pada posisi fasilitas iradiasi tidak jauh berbeda dengan teras oksida sehingga teras silisida dapat digunakan untuk mengiradiasi radioisotop seperti teras oksida dan yang menjadi unggulan teras silisida adalah panjang siklus operasi yang dihasilkan menjadi 32,5 hari sehingga dapat menghemat bahan bakar setiap siklusnya. Perhitungan parameter kinetik yaitu konstanta peluruhan neutron serempak teras RSGGAS berbahan bakar silisida diperoleh dan hasilnya cukup sesuai dengan teras oksida. Dilihat dari hasil yang diperoleh jelas bahwa nilai βeff lebih besar dari teras oksida hal ini disebabkan oleh karena muatan uraniumnya lebih besar teras silisida yaitu 300 gr sedangkan teras oksida 250 gr. Fraksi
67
neutron kasip efektif βeff sangat berhubungan dengan kontrol reaktor8) sehingga dapat dikatakan bahwa teras silisida lebih mudah mengontrolnya dari teras silisida. Kesimpulan Dari hasil analisis dapat dinyatakan bahwa teras silisida dengan muatan 300 gr dapat digunakan sebagai bahan bakar di teras RSGGAS. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tidak ada batas keselamatan yang dilampaui sehingga dapat disimpulkan bahwa pergantian bahan bakar dari oksida 250 gr ke silisida 300 gr ditinjau dari segi neutronik tidak ada masalah. Ucapan Terima Kasih Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak DR. Leim Peng Hong yang telah menyediakan program difusi neutron dalam bentuk yang sangat mudah dimengerti dan atas segala masukan dan diskusinya juga kami mengucapkan terima kasih yang setingitingginya. Ucapan terima kasih juga kami tujukan kepada Bapak Ir. Iman Kuntoro dan Ir. Zuhair MSc. atas segala diskusi dan masukannya. DAFTAR PUSTAKA 1. BATAN, Safety Analysis Report For MPR30, Rev. 7, 1987. 2. Bakri Arbie, Oxide to Silicide Fuel Conversion Study for Multipurpose Reactor GA. Siwabessy, Tesis S3, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1996. 3. Liem Peng Hong, Bakri Arbie, T. M. Sembiring, and Prayoto, Fuel Management Srategy For The New Equilibrium Silicide Core Design Of RSG-GAS, Nuclear Engineering and Design, North Holland, 1996. 4. Liem Peng Hong, Batan-2DIFF, ADJOINT2DIFF, dan PERTURB-2DIFF Codes Input Manual”, Batan, Jakarta 1994. 5. Duderstadt, J.J and Hamilton, L.J, Nuclear Reactor Analysis, John Wiley & Sons, New York, 1976. 6. Liem Peng Hong, Analisis Numerik, Komputasi Dan Pemrograman Komputer Pada Desain Neutronik Reaktor Nuklir, Diktat Kursus PLTN, Batan, 1994. 7. Roth, M. J, Macdougall, J. D., Kemshell, P.B., The Preparation Of Input Data For WIMS, AEE Winfrith, Dorcherter, 1967. 8. Tukiran S., dan Zuhair, Penentuan Parameter Kinetik Teras Rsg-Gas Berbahan Bakar Silisida. Proseding Seminar Teknologi Keselamatan PLTN serta Fasilitas Nuklir V, Jakarta, Maret 1998.