ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI PADA KONSEP LAJU REAKSI MENGGUNAKAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI)
JURNAL PENELITIAN
Oleh NUR LAILA IBRAHIM NIM: 441 411 077
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA 2015
PERSETUJUAN PEMBIMBING Jurnal yang berjudul: Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Kelas XI Menggunakan Two-Tier Multiple Choice dan Certainty Of Response Index (CRI)
Oleh Nur Laila Ibrahim NIM. 441411077 Telah diperiksa dan disetujui oleh
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Opir Rumape, M. Si NIP : 19580903 198703 1 001
La Alio, S.Pd, M.Si NIP : 19750427 200212 1 002
Mengetahui Ketua Jurusan Pendidikan Kimia
Dr. Akram La Kilo, M.Si NIP : 19770411 200312 1 001
Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Kelas XI pada Konsep Laju Reaksi Menggunakan Two-Tier Multiple Choice dan Certainty Of Response Index (CRI) Nurlaila Ibrahim, Opir Rumape, La Alio Jurusan Pendidikan Kimia. F.MIPA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Email :
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui miskonsepsi yang terjadi pada siswa untuk materi laju reaksi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Telaga sebanyak 23 orang. Sampel penelitian diambil dengan teknik sampling jenuh Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes diagnostik sebanyak 15 soal yang disertai dengan CRI (tingkat kepastian). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kesalahan konsep atau miskonsepsi pada materi laju reaksi siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Telaga. Hasilnya diperoleh rata-rata persentase miskonsepsi untuk setiap indikator yaitu sebesar 16% untuk indikator definisi laju reaksi, 34% untuk indikator persamaan laju reaksi, 25,36% untuk indikator faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan 10,86% untuk indikator teori tumbukan. Adapun pola miskonsepsi yang didapatkan dalam penelitian ini adalah: 1) Laju reaksi adalah laju bertambahnya konsentrasi reaktan dan laju berkurangnya konsentrasi produk per satuan waktu, 2) Volume merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi laju reaksi, 3) Reaksi akan berlangsung cepat dengan konsentrasi yang besar dan suhu yang rendah, 4) Kenaikan suhu akan menaikkan energi pengaktifan zat yang bereaksi, 5) Katalis berperan mempercepat laju reaksi tanpa memperhatikan energi aktivasi, 6) Semakin besar konsentrasi pereaksi, kemungkinan terjadinya tumbukan kecil sehingga laju reaksi akan lebih cepat. Kata Kunci : Miskonsepsi, Tes Diagnostik, Certainty of Response Index, dan Konsep Laju Reaksi. PENDAHULUAN Dalam suatu proses pembelajaran kimia, konsep adalah hal utama yang penting dan perlu dipahami oleh siswa. Dalam mempelajari konsep-
konsep kimia dibutuhkan kesinambungan dan hirarki antar konsep yang satu dengan konsep yang lain. Pemahaman konsep yang benar adalah landasan yang memungkinkan kita untuk membentuk pemahaman yang benar terhadap konsep-konsep lain yang saling berhubungan atau konsep yang lebih kompleks. Tsaparlis (2003) menyatakan bahwa kimia merupakan salah satu ilmu yang masih dianggap sulit oleh siswa. Hal ini karena sifat ilmu kimia yang abstrak meliputi konsep struktural, bahasa simbolik, dan karakter matematik, sehingga menyebabkan kesulitan bagi banyak siswa untuk memahami pelajaran kimia. Siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep kimia terkadang memiliki pemikiran atau akan membuat penafsiran sendiri terhadap konsep materi yang mereka pelajari sebagai upaya dari mereka untuk mengatasi kesulitan belajarnya. Akan tetapi hasil tafsiran konsep yang dimiliki oleh siswa terkadang tidak sesuai dengan konsep ilmiah yang dikemukakan oleh para ahli. Sehingga sering terjadi kesalahan dalam memahami suatu konsep atau sering terjadi miskonsepsi. Siswa yang mengalami miskonsepsi akan melakukan kesalahan setiap akan belajar kimia. Kesalahan ini akan terjadi secara terus menerus. Hal ini dikarenakan konsep-konsep kimia yang terkait, sehingga kesalahan konsep yang terjadi pada awal pembelajaran akan berpengaruh pada konsep yang selanjutnya. Dengan kata lain, jika pada materi Laju reaksi siswa mengalami miskonsepsi maka kemungkinan akan muncul miskonsepsi baru pada materi yang berkaitan dengan materi Laju reaksi. Hal ini akan bermuara pada rendahnya kemampuan siswa dan ketuntasan belajar yang diinginkan tidak akan tercapai. Penelitian tentang miskonsepsi telah banyak dilakukan karena memang sangat penting untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi siswa khususnya dalam mempelajari ilmu kimia. Salah satu materi yang banyak mengalami miskonsepsi adalah konsep laju reaksi. Laju reaksi adalah salah satu pokok bahasan yang tercantum dalam kurikulum Kimia SMA. Ozgecan (2012) dalam Pajaindo (2013) mengatakan dalam mempelajari laju reaksi banyak siswa yang mengalami miskonsepsi dan kesulitan. Selain itu juga laju reaksi memiliki banyak konsep yang abstrak sehingga membuat siswa mengalami kesulitan untuk memahaminya. Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti ditemukan beberapa pola mikonsepsi khususnya pada konsep laju reaksi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pajaindo, dkk (2013) ditemukan beberapa pola miskonsepsi yang terjadi pada diri siswa, beberapa diantaranya
yaitu Berkaitan dengan persamaan laju reaksi, dimana Laju reaksi ditentukan berdasarkan konsentrasi reaktan pada tahap cepat, Pada reaksi orde nol, laju reaksi meningkat dengan berkurangnya konsentrasi reaktan, Katalis akan meningkatkan energi aktivasi sehingga reaksi akan berjalan lebih cepat, ketika ukuran pereaksi diperbesar maka luas permukaan bidang sentuhnya juga semakin besar sehingga reaksi akan berlangsung lebih cepat, Semakin besar ukuran suatu zat pada massa yang sama frekuensi terjadinya tumbukan juga semakin besar, semakin besar ukuran pereaksi maka frekuensi terjadinya tumbukan akan semakin besar karena luas permukaannya juga semakin besar (Pajaindo, dkk, 2013). METODE 1. Latar penetapan lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan Di SMAN 1 Telaga Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, dan waktu penelitian dilakukan pada bulan April 2015. 2. Pendekatan dan Jenis penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif 3. Peran Peneliti Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai pengumpul data dengan menggunakan instrumen berupa tes pilihan ganda dua tingkat dengan CRI sesuai dengan pokok bahasan yang dibahas pada materi Laju reaksi. 4. Instrumen penelitian Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes diagnostic pilihan ganda dua tingkat yang dilengkapi denagn certainty of response index (CRI). 5. Data dan sumber Data Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil test two tier dan certainty of response index. Sumber data pada penelitian ini yaitu siswa kelas XI IPA SMAN 1 Telaga yang berjumlah 23 orang. 6. Teknik pengambilan sampel Dalam penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan teknik sampling jenuh. 7. Teknik pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yaitu tes diagnostik disertai CRI, wawancara, dokumentasi dan
observasi. Berdasarkan teknik pengumpulan data adalah:
penelitian
tersebut
maka
prosedur
8. Analisis data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data statistik deskriptif dengan teknik persen. Dalam penelitian ini peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel. Dalam penelitian ini akan dideskripsikan gambaran miskonsepsi siswa dalam materi kimia menggunakan tes pilihan ganda dua tingkat dan metode certainty of response index (CRI) dengan langkah-langkah analisisnya yaitu : pengumpulan data, reduksi data, display data, dan verifikasi. 9. Rencana pengujian keabsahan Data Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan cara menggunakan triangulasi data. Dalam hal ini, triangulasi data yaitu berupa tes, wawancara dan dokumentasi. 10. Tahap-tahap penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut: 1. Tahap pra lapangan Tahap pra lapangan adalah tahap awal dalam penelitian ini, dimana peneliti mengadakan observasi dengan tujuan mencari subjek sebagai narasumber. 2. Tahap pekerjaan lapangan Pada tahap ini peneliti memasuki dan memahami latar penelitian dalam rangka pengumpulan data. 3. Tahap analisis data Pada tahap analisis data peneliti melakukan serangkaian proses analisis data kualitatif yaitu jawaban-jawaban siswa dari hasil tes sampai pada interpretasi data-data yang telah diperoleh sebelumnya. 4. Tahap pelaporan Pada tahap pelaporan, peneliti membuat laporan hasil penelitian berdasarkan analisis data yang dilakukan sebelumnya serta melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing yang telah ditentukan. HASIL 1. Persentase Kategori Pemahaman siswa berdasarkan Hasil Tes Diagnostik dan Certainty of Response Index (CRI)
a. Laju reaksi Pada indikator 1, ada 3 aspek yang diukur yaitu ada pada soal 1, 2, dan 3 masing-masing adalah menjelaskan pengertian dari laju reaksi, menentukan pernyataan yang benar tentang laju reaksi berdasarkan reaksi yang diberikan, menentukan persamaan yang benar yang menunjukkan No soal 1 2 3 Ratarata
Kategori pemahaman TK TTK MK 74% 4% 22% 83% 4% 13% 52% 35% 13% 69,66% 14,33% 16%
pengertian laju reaksi. Hasil pengolahan
data
tes
diagnostik dan CRI ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.
Persentase Kategori Pemahaman Siswa Pada Indikator
Tabel 4.1.
b. Persamaan laju reaksi Pada indikator kedua ada 4 aspek yang diukur yaitu ada pada soal 4, 5, 6 dan 7 masing-masing adalah menentukan persamaan laju reaksi berdasarkan data percobaan, menentukan orde reaksi berdasarkan data percobaan, menentukan harga k (tetapan laju reaksi), dan mengidentifikasi grafik orde reaksi. Hasil pengolahan data tes diagnostic dan CRI ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2. Persentase Kategori Pemahaman Siswa Pada Indikator 2 No Kategori pemahaman soal TK TTK MK 4 87% 9% 4% 5 4% 17% 78% 6 13% 39% 48% 7 91% 0% 9%
Ratarata
48,75%
16,25%
34,75%
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Pada indikator ketiga ada 6 aspek yang diukur yaitu ada pada soal 8, 9, 10, 11, 12, dan 13 masing-masing adalah menentukan faktor yang mempengaruhi laju reaksi, mengidentifikasi pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi, pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi, pengaruh suhu terhadap laju reaksi dan pengaruh katalis terhadap laju reaksi. Berikut hasil tes yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3. Persentase Kategori Pemahaman Siswa Pada Indikator 3 No Kategori pemahaman soal TK TTK MK 8 83% 4% 13% 9 100% 0% 0% 10 78% 9% 13% 11 57% 17% 26% 12 0% 13% 87% 13 70% 17% 13% Rata- 64,66% 10% 25,33% rata d. Teori Tumbukan Pada indikator keempat ada 2 aspek yang diukur yaitu ada pada nomor 14 dan 15 yaitu terkait hubungan faktor yang mempengaruhi laju reaksi dengan teori tumbukan. Hasil pengolahan data tes diagnostik dan CRI ini dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut. Tabel 4.4. Persentase Kategori Pemahaman Siswa Pada Indikator 4 No Kategori pemahaman soal TK TTK MK 1 70% 13% 17% 2 83% 13% 4% Rata- 76,08% 13% 10,5% rata
PEMBAHASAN 1. Analisis Miskonsepsi Yang Terjadi Pada Siswa a. Laju Reaksi Pada indikator ini ditemukan satu pola miskonsepsi yang sama pada 3 aspek yang diukur yaitu siswa beranggapan bahwa laju reaksi adalah laju bertambahnya konsentrasi reaktan dan laju bertambahnya konsentrasi produk dengan tingkat keyakinan adalah yakin. Hasil analisa data diperoleh total rata-rata persentase siswa yang paham konsep, tidak tahu konsep dan miskonsepsi pada indikator ini adalah 69,66%, 14,33% dan 16%. Berdasarkan rata-rata persentase untuk kategori miskonsepsi pada indikator definisi laju reaksi, persentase miskonsepsinya termasuk dalam kategori miskonsepsi rendah (0-30%). b. Persamaan Laju Reaksi Pada indikator ini persentase miskonsepsi tertinggi ada pada nomor 5 dan 6 yaitu sebesar 78% dan 48%. Indikator ini terdiri dari 3 nomor soal perhitungan dan 1 nomor soal analisa. Pada hasil lembar jawaban siswa, mereka tidak menyertakan alasan atas jawaban mereka akan tetapi tingkat keyakinan adalah yakin (3). Ketika diwawancara siswa mengatakan bahwa tidak tahu bagaimana langkah-langkah menyelesaikan soal perhitungan tersebut, mereka hanya menebak dan tidak didasarkan atas konsep yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya mereka termasuk dalam kategori siswa yang tidak tahu konsep. Hasil analisa diperoleh total rata-rata persentase siswa yang paham konsep, tidak tahu konsep dan miskonsepsi berturut-turut adalah 48,75%, 16,25% dan 34,75%. Berdasarkan rata-rata persentase untuk kategori miskonsepsi pada indikator persamaan laju reaksi, persentase miskonsepsinya termasuk dalam kategori miskonsepsi sedang (31%-60%). c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi Untuk melihat pemahaman siswa pada indikator ketiga yaitu faktor yang mempengaruhi laju reaksi digunakan soal nomor 8, 11, dan nomor 12. Hal ini didasarkan atas tingginya persentase miskonsepsi yang dialami siswa pada soal tersebut yaitu 13%, 26% dan 87%.
Pada indikator ini ditemukan beberapa pola tersebut diantaranya siswa menganggap bahwa volume merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi laju reaksi, pola selanjutnya siswa menganggap bahwa Reaksi akan berlangsung cepat dengan konsentrasi yang besar dan suhu yang rendah, pola selanjutnya kenaikan suhu akan menaikkan energi pengaktifan zat yang bereaksi, pola selanjutnya katalis berperan mempercepat laju reaksi tanpa memperhatikan energi aktivasi. Hasil analisanya diperoleh total ratarata persentase siswa yang paham konsep, tidak tahu konsep dan miskonsepsi berturut-turut adalah 64,66%, 10% dan 25,33%. Berdasarkan rata-rata persentase untuk kategori miskonsepsi pada indikator faktor yang mempengaruhi laju reaksi, persentase miskonsepsinya termasuk dalam kategori miskonsepsi rendah (030%). d. Teori Tumbukan Untuk melihat pemahaman siswa pada indikator ini digunakan soal nomor 14 dengan persentase sebesar 17%. dimana siswa beranggapan bahwa semakin besar konsentrasi pereaksi, kemungkinan terjadinya tumbukan kecil sehingga laju reaksi akan lebih cepat. Pola miskonsepsi yang ditemukan pada indikator ini tidak jauh berbeda dengan pola miskonsepsi yang ditemukan oleh peneliti sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa tentang teori tumbukan kurang. Hasil analisanya diperoleh total rata-rata persentase siswa yang paham konsep, tidak tahu konsep dan miskonsepsi berturut-turut adalah 76,08%, 13% dan 10,5%. Berdasarkan rata-rata persentase untuk kategori miskonsepsi pada indikator teori tumbukan, persentase miskonsepsinya termasuk dalam kategori miskonsepsi rendah (030%). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data miskonsepsi yang dilakukan peneliti di SMAN 1 Telaga dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami miskonsepsi dengan tingkat persentase yang berbeda tiap indikator yang ada yaitu untuk indikator definisi laju reaksi sebesar 16% tergolong dalam miskonsepsi rendah
(0-30%), persamaan laju reaksi sebesar 34% tergolong dalam miskonsepsi sedang (31-60%), faktor yang mempengaruhi laju reaksi sebesar 25,36% tergolong dalam miskonsepsi rendah (0-30%), dan untuk teori tumbukan sebesar 10,86% tergolong dalam miskonsepsi rendah (0-30%). Sedangkan untuk pola miskonsepsi yang ditemukan dalam diri siswa dalam penelitian ini adalah bentuk-bentuk jawaban ataupun alasan yang diberikan saat tes maupun wawancara oleh siswa, dengan mengacu pada pola-pola yang telah ditemukan oleh peneliti terdahulu. Sedangkan pola-pola yang ditemukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Laju reaksi adalah laju bertambahnya konsentrasi reaktan dan laju berkurangnya konsentrasi produk per satuan waktu, 2. Volume merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi laju reaksi 3. Reaksi akan berlangsung cepat dengan konsentrasi yang besar dan suhu yang rendah 4. Kenaikan suhu akan menaikkan energi pengaktifan zat yang bereaksi 5. Katalis berperan mempercepat laju reaksi tanpa memperhatikan energi aktivasi 6. Semakin
besar
konsentrasi
pereaksi,
kemungkinan
terjadinya
tumbukan kecil sehingga laju reaksi akan lebih cepat. SARAN Dari hasil penenlitian, maka peneliti memiliki saran: 1. Bagi guru mata pelajaran kimia diharapkan agar dapat menggunakan strategi pembelajaran yang mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa khususnya pada materi laju reaksi. 2. Bagi guru mata pelajaran kimia, ketika mengajar indikator yang ada perhitungannya diharapkan agar lebih banyak memberikan contoh-
contoh
soal
perhitungan
agar
siswa
cepat
mengerti
dalam
menyelesaikan soal perhitungan khususnya pada materi laju reaksi. 3. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian yang sama diharapkan untuk melakukan penelitian disesuaikan dengan mata pelajaran yang sedang berlangsung atau yang baru selesai dipelajari siswa. 4. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian yang sama diharapkan untuk penggunakan tes diagnostik sediakan alasan (reasoning terbuka) karena dengan alasan yang tersedia dapat mempermudah peneliti dalam menganalisis miskonsepsi yang terjadi. 5. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian serupa diharapkan tidak hanya menganalisis miskonsepsi akan tetapi melakukan penelitian remediasi untuk menanggulangi miskonsepsi. DAFTAR PUSTAKA Abraham, dkk. (1992). “Understanding and Misunderstanding of Eight Grades of Five Chemistry Concept in Text Book”. Journal of Research in Science Teaching. 29(12) Aufschnaiter, C. & C. Rogge. 2010. Misconception or Missing Conceptions?. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 6(1): 3–18. Tersedia di http://www.ejmste.com/ [diakses 29-5-2012] Barke, H.D. 2009. Misconceptions in Chemistry. Knoxville: Springer Berg, E.V.D. 1991. Miskonsepsi Fisika dan Remidiasi, Pengantar Lokakarya di Universitas Kristen Satya Wacana 7-10 Oktober 1990. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana Dogu, Orto. 2006. The Effect of Conceptual Change Texts Oriented Instruction on Students' Underst anding of the Solubility Equilmrium Concept. İsmail ÖNDER. Ömer GEBAN / H.Ü. Eğitim Fakültesi Dergisi (H.U. Journal of Education). 30 (2006) 166-173 Fitria. 2013. Efektivitas Penggunaan Multimedia Interaktif Dalam Upaya Meminimalisasi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Pokok Larutan Penyangga. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang
Hasan, S., Bagayoko dan Kelley. 1999. Misconceptions And The Certainty Of Response Index Hernanto, Ari ., Ruminten. 2009. Kimia 2Untuk SMA/MA kelas XI. Jakarta : Departemen pendidikan Nasional. Hal 89-113 Maharta, N. 2010. Analisis Miskonsepsi Fisika Siswa SMA di Bandar Lampung. FMIPA. FKIP Universitas Lampung.
Mahardika, Ria. 2014. Identifikasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI) Dan Wawancara Diagnosis Pada Konsep Sel. Skripsi. Pendidikan Biologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah : Jakarta Nursiwin. 2014. Jurnal Menggali Miskonsepsi Siswa Pada Materi Perhitungan Kimia Menggunakan Certainty Of Response Index. Skripsi. Pendidikan Kimia. Universitas Tanjung Pura Pajaindo ., Prayitno ., Fajaroh. 2013. Jurnal Menggali Pemahaman Siswa SMA Pada Konsep Laju Reaksi Dengan Menggunakan Instrumen Diagnostik Two-Tier. Pendidikan kimia. Universitas Negeri Malang Partana, C.F dan Wiyarsi, A. 2009. Mari Belajar Kimia 2 untuk SMA Kelas XI IPA. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Hal 78-113 Permana, Irvan. 2009. Memahami Kimia 2 : SMA/MA Untuk Kelas XI, Semester 1 dan 2 Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Hal 52-71 Septiani, Dwi. 2014. Identifikasi miskonsepsi siswa pada konsep archaebacteria dan eubacteria menggunakan two tier multiple choice. Skripsi. Universitas islam negeri syarif hidayatullah : Jakarta. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabet Suparno, P. 2005. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo Sutiono, Ari., M.sihaloho., 2013. Identifikasi kesalahan pemahaman konsep siswa kelas XI SMAN 1 Gorontalo Pada Materi Laju Reaksi. Jurnal. Pendidikan Kimia. Universitas Negeri Gorontalo Suwarna, Iwan. 2010. Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Kelas X Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui CRI (Certainty Of Response Index)
Termodifikasi. Pendidikan Fisika. FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Taber, K. 2001. Chemical Misconception. London: Royal Society of Chemistry Tsaparlis, G. 2003. Globalisation in Chemistry Education Research an Practice. Journal of Chemistry Education, 4(1): 3–10 Utami ,Budi., Agung Nugroho, Catur Saputro, Lina Mahardiani, Sri Yamtinah dan Bakti Mulyani. 2009. Kimia 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI, Program Ilmu Alam. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Hal 86-113